Jur nal Sosiologi D I L E M A
PERANAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DALAM USAHA MENINGKATKAN KELUARGA SEJAHTERA PADA MASYARAKAT DESA TERTINGGAL Sudarsana Dosen Mata Kuliah Perencanaan Sosial, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126
Abstract This study aimed at portraying the role of community groups on family’s economic empowerment in Baleharjo a poor village in Sukodono sub-district of Sragen. By interviewing 60 respondents (82,7% males and 13,7% females), this study found that most respondents had only primary education or less, worked as famers or agricultural labourers. Their everage income was less than Rp. 100.000,00 eventhough a few of them had more than that. In addition, the community groups’ encouragment was not significantly followed by an increase in family income. Therefore, poverty was not sufficiently overcome with IDT (village poverty alleviation) program. Keywords: Community Groups, IDT (Village Poverty Alleviation)
Undang-undang No. 10 Tahun 1992, pasal 1 ayat 11 menyebutkan pengertian mengenai keluarga sejah-tera yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang dengan masyarakat dan lingkungan. Pembangunan keluarga sejah-tera diarahkan pada pengembangan kualitas keluarga melalui upaya keluarga berencana dalam rangka membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.Tujuannya untuk mengembangkan
32
kualitas keluarga agar timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin (Achir, 1994). Gambaran tentang pengertian dan tujuan dari pembangunan keluarga sejahtera tersebut terasa sangat umum dan luas, sehingga pelaksanaannya memerlukan konsep dan tahap yang lebih operasional. BKKBN (1994) merumuskan lima kelompok dalam pembangunan keluarga sejahtera. Pertama, keluarga Pra Sejah-tera, yaitu keluarga-keluarga yang dapat memenuhi
Sudarsana “Peranan Kelompok Swadaya Masyarakat Dalam Usaha Meningkatkan Keluarga Sejahtera Pada Masyarakat Desa Tertinggal”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 17 No. 1 Th 2004
kebutuhan dasarnya secara minimal, misalnya kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan. Kedua, Keluarga Sejahtera Tahap I, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebu-tuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan tranporstasi. Ketiga, keluarga Sejahtera Tahap II, yaitu keluarga-keluarga yang di samping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya,juga dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psiko-logisnya, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan untuk pengembangan seperti kebutuhan menabung dan memperoleh informasi. Keempat, keluarga Sejahtera Tahap III, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan untuk pengembangan, na-mun belum dapat memberikan sum-bangan maksimal pada masyarakat, berperan aktif dalam pembangunan di wilayahnya sebagai pengurus lembaga sosial ekonomi, keagamaan, kesenian, olah raga, pendidikan dan sebagainya. Kelima, Keluarga Sejahtera Tahap III Plus,adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebu-tuhannya,baik dasar, sosial psikologis, dan kebutuhan untuk pengem-bangan serta memberikan sumbangan nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Tahap-tahap pembangunan keluarga sejahtera tersebut secara tersirat sudah menjadi tujuan, harapan, cita-cita setiap keluarga jauh sebelum program pembangunan keluarga sejahtera dilaksanakan. Apapun yang dikerjakan oleh pasangan senantiasa bertujuan mewujudkan semua tahap-tahap tersebut di atas. Pelaksanaan program pemba-ngunan nasional Indonesia membe-rikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh lapisan masyarakat untuk berperan aktif mengembangkan kemampuannya dan memanfaatkan hasil pembangunan. Namun
dalam kenyataannya proses pembangunan belum bisa mengangkat status dan peranan seluruh lapisan masyarakat, sebagaimana diharapkan. Inpres Desa Tertinggal (IDT) merupakan program tambahan dan khusus untuk meningkatkan kesejah-teraan masyarakat di desa-desa yang tergolong miskin. Program ini bertu-juan untuk menumbuhkan dan memperkuat kemampuan mereka dengan meningkatkan taraf hidupnya lewat pengembangan kesempatan berusaha. Pemerintah menyediakan dukungan dana untuk dimanfaatkan oleh pendu-duk tersebut agar mereka meningkat taraf hidupnya serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Pelaksanaan program ini di desa diorganisasikan ke dalam kelom-pok swadaya masyarakat. Kelompok ini beranggotakan keluarga-keluarga berpenghasilan rendah dan terbatas kemampuan serta aksesnya dalam memperoleh pelayanan, sarana, pra-sarana serta permodalan untuk meme-nuhi kebutuhan dasarnya. Mereka mempersatukan diri kedalam usaha-usaha ekonomis untuk mendapatkan keuntungan. Kedua program besar, yaitu pembangunan keluarga sejahtera dan pembangunan desa tertinggal adalah program yang berupaya mengen-taskan kemiskinan dengan meningkatkan kemampuan sosial ekonomi-nya. Khususnya program IDT dikaitkan dengan upaya pembangunan keluarga sejahtera di desa tertinggal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang: pertama, karakteristik anggota kelompok swadaya masyarakat dan peranannya dalam memanfaatkan dana IDT untuk mengembangkan usahanya. Kedua, kerjasama anggota kelompok dan dinamika kelompok. Ketiga, karakteristik dan kondisi keluarga menurut tingkat kebutuhan yang dapat dipenuhi serta tahapan kondisi keluarga sejahtera yang dicapai. Keempat, hubungan antara peranan kelompok swadaya masyarakat
Sudarsana “Peranan Kelompok Swadaya Masyarakat Dalam Usaha Meningkatkan Keluarga Sejahtera Pada Masyarakat Desa Tertinggal”
33
Jur nal Sosiologi D I L E M A dengan tahapan keluarga sejahtera di desa tertinggal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan perbaikan untuk mempersiapkan pem-bentukan kelompok swadaya masya-rakat di desa tertinggal. Kecuali itu ia juga diharapkan bermanfaat untuk masukan perbaikan dalam pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera, khususnya di desa tertinggal. Dan akhirnya penelitian ini diharapkan berguna untuk usaha meningkatkan dampak positif yang dapat dirasakan anggota kelompok, yaitu keluarga sebagai anggotanya dalam memanfaatkan dana IDT. Peranan diartikan sebagai tindakan aktif seseorang dalam kelompok yang mencerminkan status sosial sebagai tanggapan terhadap nilai dalam struktur sosial kelompoknya dan tindakan aktif yang timbul sebagai penyesuaian terhadap stimulus yang datang dari luar dengan mengaitkan-nya pada tujuan tertentu. Pandangan dari kalangan interaksionis seperti Mead dan Blumer (1994) menyebut-kan bahwa manusia tidak hanya mampu melaksanakan perannya, merespons orientasi nilai serta struktur sosial yang ada, tetapi juga secara aktif menciptakan perannya dalam masyarakat. Peran anggota kelompok swadaya masyarakat dalam menang-gapi bantuan dana yang disalurkan melalui program IDT berupa penyesuaian diri terhadap stimulus itu untuk mendapatkan manfaat sosial ekonomis yang sebesar-besarnya. Peranan aktif itu adalah sebuah reinterpretasi peran yang diembannya. Sehingga peranan yang dilakukan tidak hanya bersifat memainkan peran, menerapkan, melainkan sudah pada tingkat merumuskan perannya sendiri (Wirutomo,1994). Dan ini adalah peranan optimal yang dapat dilakukan oleh setiap orang dalam setiap kelompok. Weber (1993) merumuskan bagaimana hubungan antaraa stimulus dengan tindakan. Stimulus yang disampaikan kepada seseorang/ sekelompok orang yang memiliki pengalaman tertentu menimbulkan per-sepsi terhadap stimulus 34
itu. Pema-haman yang tuntas serta penafsiran stimulus yang tetap dapat mendorong kearah tindakan seseorang yang rasional. Pembangunan keluarga sejah-tera sangat erat dengan upaya ke arah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan keluarga itu agar mencapai kesejah-teraan hidup secara lahir dan batin, material dan spiritual. Kebutuhan diperlukan semenjak dari tingkat dasar, sosial psikologis sampai pada tingkat pemenuhan kebutuhan pengembangan. Secara operasional keluarga sejahtera diklarifikasikan ke dalam empat tahap, dan seluruhnya itu diukur melalui 22 variabel yang meng-gambarkan pemenuhan kebutuhan keluarga itu. Sehingga peningkatan kondisi keluarga sejahtera karena perlakuan suatu program dapat dilihat, diamati, diukur, serta dikategorisasikan ke dalam tahap-tahap: pra sejahtera, keluarga sejahtera I, II, III, dan keluarga sejahtera III Plus. Untuk keluarga di desa-desa tertinggal, variabel yang diukur untuk me-nentukan tingkat kesejahteraan kelu-arganya mencakup: pangan, sandang, papan, pendidikan, agama, KB, interaksi dengan lingkungan, trans-portasi tagungan, informasi dan peran-annya dalam masyarakat (Wirutomo, 1994). Tingkat kesejahteraan yang dicapai keluargakeluarga di kota dan di desa, di desa yang sama, dan di kota yang sama, tetapi berbeda tingkat kemajuan sosial ekonominya : berbeda pula antara satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan oleh karena adanya perbedaan dalam kualitas potensi sosial ekonominya masing-masing. Hasil studi mengenai program IDT sehubungan dengan pelaksanaan program itu di desa dan studi lain mengenai keluarga sejahtera berda-sarkan kriteria dan tahapan menurut BKKBN belum dilakukan oleh lembagalembaga di luar BKKBN. Sehingga data primer hasil studi lain yang dapat diacu dari studi ini belum dapat ditunjukkan. Penelitian ini adalah meru-pakan penelitian kuantitatif. Pelak-sanaan penelitian dilaksanakan dengan metode survei. Penelitian ini meng-ambil
Sudarsana “Peranan Kelompok Swadaya Masyarakat Dalam Usaha Meningkatkan Keluarga Sejahtera Pada Masyarakat Desa Tertinggal”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 17 No. 1 Th 2004
lokasi desa Baleharjo, Kecamatan,Sukodono, Kabupaten Sra-gen. Data yang diraih dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung terhadap responden. Adapun data sekunder diperoleh dari kantor desa dan instansi yang terkait dengan program IDT. Populasi penelitian ini adalah anggota kelompok swadaya masya-rakat di desa lokasi penelitian. Sampel diambil sebanyak 60 responden atau sebesar 20 persen dari populasi yang ada dengan persen dari populasi yang ada dengan cara pengambilan sampel responden mengikuti prosedur Sys-tematic Random Sampling. Cara pengambilan sampel ini berdasarkan pada prinsip statistika, yaitu Central Limit Theorem (Bailey 1982). Prinsip ini memiliki asumsi bahwa n (besarnya sampel pengematan) berjumlah 30 atau lebih, maka distribusinya akan mengikuti kurve normal. Analisis data dilakukan untuk mendapatkan gambaran empiris ten-tang peranan kelompok swadaya masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga-keluarga di desa tertinggal penerima bantuan program IDT. Analisis deskriptif untuk melihat kecenderungan dan karak-teristik dari variabel-variabel yang dikembangkan dalam penelitian ini. Selanjutnya analisis hubungan, yaitu : hubungan antara peranan kelompok swadaya masyarakat dengan tingkat keluarga sejahtera di desa lokasi penelitian ini.
41,7% mempunyai 3 orang anak atau lebih dan 36,7% mempunyai 2 orang anak dalam tiap keluarga. Dari sisi pendidikan terdapat 58,3% menunjukkan berpendidikan terakhir SD, bahkan tidak pernah sekolah sama sekali dijumpai sebesar 36,7% dan sisanya sebagian kecil tamat SLTP atau SLTA. Mereka sebagian besar (83,3%) adalah sebagai petani. Sisanya antara lain sebagai buruh, pedagang dan pegawai. Para isteri responden yang mengikuti program KB pada umumnya metode kontrasepsi yang digunakan adalah suntik, yaitu sebesar 33,3%, pil 25%, inplant digunakan oleh 26,7% dan sisanya menggunakan metode operative wanita (tubektomi).
2. Deskripsi Peranan Kelompok Swadaya Masyarakat Mereka mengetahui tentang kelompok swadaya masyarakat karena menjadi anggota kelompok swadaya masyarakat. Tentang motivasi berdasar atas kemauannya sendiri dinyatakan oleh 96,7% dan dicatat sebagai anggota diakui 3,3%. Dari jenis usahanya yang dikembangkan melalui program IDT terdapat 70% adalah jenis usaha lama dan jenis usaha baru dinyatakan oleh 30%. Dalam hal ini kesamaan jenis usaha 96,7% anggota menyatakan mempunyai kesamaan jenis usaha dan sisanya berbeda dalam jenis usaha. Menurut 95% responden, program bantuan IDT adalah bermanfaat dan 5% lainnya belum merasakan manfaatnya. Di samping itu terdapat 75% Pembahasan melakukan kerjasama sesama anggota kelompok swadaya masyarakat. Sebagai bentuk kerjasama 1. Karakteristik Responden yang pernah dijalankan pengarahan, arisan, Keseluruhan responden sejum-lah 86,7% simpan pinjam, jimpitan beras dan masalah adalah laki-laki dan sisanya perempuan.Proporsi ternak. kelompok usia responden 25 – 44 tahun sejumlah 60 persen dan sisanya 40% pada kelompok usia 3. Deskripsi Tingkat Keluarga 45 – 55 tahun ke atas. Status kawin, hasil Sejahtera penelitian lapangan menunjukkan 88,3% mereka Penghasilan keluarga merupa-kan berstatus kawin dan sisanya janda. Adapun pendapatan yang diperoleh anggo-tanya atas jumlah anak yang dimiliki yang menonjol yaitu usaha yang dilakukan. Sebagian besar (80%)
Sudarsana “Peranan Kelompok Swadaya Masyarakat Dalam Usaha Meningkatkan Keluarga Sejahtera Pada Masyarakat Desa Tertinggal”
35
Jur nal Sosiologi D I L E M A anggota dan keluarganya mempunyai penghasilan sampai dengan Rp 100.000,- dan terdapat 18,3% yang berpenghasilan Rp 100.000,sampai Rp 200.000,- serta sisanya berpenghasilan di atas Rp 200.000,-. Dari sisi kesejahteraan keluarga dilihat dari pemenuhan kebutuhan makan mereka menyatakan cukup, dapat makan 3 kali dalam sehari walaupun dicukupi secara sederhana. Pada umumnya mereka, yaitu sejumlah 86,6% membeli pakaian kurang dari tiga kali setahunnya.Adapun perbaikan rumah antara lain mengganti atau memperbaiki dinding dan mengganti lantai bukan membangun rumah baru. Dapat dipahami pula bahwa para anggota kelompok swadaya masyarakat, terdapat 70% menyatakan tidak menyekolahkan anaknya ke tingkat SLTP atau hanya lulus SD saja, karena sungguh tidak ada beaya. Terdapat 55% dari anggota kelompok swadaya masyarakat yang menabung. Tabungannya berupa emas, uang dan barang lainnya. Selam tiga bulan terakhir terdapat 18,3% ada anggota keluarga yang menderita sakit dan mengobatkannya ke Puskesmas. Karena mereka mendapatkan layanan kesehatan berupa pemeriksaan dan pemberian obat sesuai kemampuan. 4. Hubungan Antara Peranan KSM dengan Tingkat Keluarga Sejahtera Hubungan antara peranan kelompok swadaya masyarakat dengan peningkatan keluarga sejahtera dapat digambarkan bahwa hasil test statistik (mendasarkan pada program Excel) dapat ditunjukkan koefisien hubungan antara kedua variabel tersebut, adalah sebesar r = 0,13828. Dikonsultasikan dengan nilai kritis (p>0,5 – 2 tail test) menunjukkan nilai sebesar 0,25398. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara peranan kelompok swadaya masyarakat dengan pening-katan keluarga sejahtera di antara anggota kelompok swadaya masya-rakat di lokasi penelitian. Hal ini dapat diinformasikan bahwa proses pening-katan 36
keluarga sejahtera berkat peranan kelompok swadaya masya-rakat juga bisa diamati fenomenanya. Selain itu kondisi keluarga sejahtera pada saat program dana IDT diterimakan tidak dapat dianggap belum ada. Sehingga peningkatan keluarga sejahtera tetap harus mempertimbangkan kesejahteraan keluarga sebelum pelaksanaan pengembangan usaha.
Kesimpulan Secara garis besar penelitian ini dapat dibuatt beberapa kesimpulan berikut. Pertama, homogenitas peker-jaan warga desa lokasi penelitian yaitu sebagian besar bekerja pada bidang pertanian. Sekalipun sebenarnya warga desa telah mengalami perubahan, diantaranya perubahan dalam struktur pekerjaan penduduknya, sehingga heterogenitas pekerjaan mulai berkembang. Kedua, tingkat pendidikan warga desan, termasuk anggota kelom-pok swadaya masyarakat tergolong rendah. Sehingga tingkat mobilitas penduduk baik sosial maupun geo-grafis juga tergolong rendah. Ketiga, sebagian besar anggota kelompok swadaya masyarakat meng-gunakan dana bantuan untuk meng-usahakan ternak kambing. Berdasarkan jenis usaha ini, maka kerjasama diantara sesama anggota kelompok swadaya masyarakat cukup besar, terutama dalam hal cara mengem-bangkan usaha tersebut. Namun kesamaan usaha ini sekaligus juga menunjukkan bahwa kreativitas usaha belum masuk kalangan anggota kelompok swadaya masyarakat. Keempat, hubungan antara peranan kelompok swadaya masya-rakat dengan meningkatnya kategori keluarga sejahtera tidak terjadi, artinya belum ada hubungan secara transparan antara besarnya peran kelompok swadaya masyarakat dengan mening-katnya derajad keluarga sejahtera di kalangan anggota
Sudarsana “Peranan Kelompok Swadaya Masyarakat Dalam Usaha Meningkatkan Keluarga Sejahtera Pada Masyarakat Desa Tertinggal”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 17 No. 1 Th 2004
kelompok swadaya masyarakat di desa penelitian. Dari gambaran keadaan empiris di atas, saran-saran berikut akhirnya bisa disampaikan. Pertama, dalam pembentukan kelompok, hendaknya para pendamping bersama tokoh masyarakat setempat dan bersama anggota kelompok swadaya masya-rakat menggali permasalahan sosial ekonomi yang benar-benar dirasakan mendesak untuk diatasi. Dengan demikian anggota kelompok diajak secara aktif menggali permasalahannya sendiri dan mencari alternatif peme-cahannya, kemudian didukung oleh dana bantuan yang disalurkannya. Kedua, untuk menjadikan kelompok swadaya masyarakat sebagai unit usaha yang dinamis, mandiri, dan memberi peluang mengembangkan jiwa kewiraswastaan maka intensitas pembinaan dari tim pendamping harus cukup tinggi, dan tidak hanya mengembangkan usaha tetapi juga membina aspek usaha pasarnya supaya kelompok ini tumbuh dengan daya saing sendiri di pasaran. Ketiga, untuk peningkatan dera-jad keluarga sejahtera dari anggota perlu dikemukakan pentingnya hidup hemat dan berperilaku produktif, se-hingga meningkatnya derajad keluarga sejah-tera tumbuh seiring dengan dinamika dan produktivitas usahanya. Oleh sebab itu perlu dihin-darkan dari perilaku konsumtif agar anggota kelompok
swadaya masya-rakat benar ditingkatkan kemampuan usaha serta kemandiriannya, demi keberlanjutan usaha dan meningkatnya derajad keluarga sejahtera secara bertahap sesuai dengan kondisi sosial ekonomi keluarga yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA Achir, Yaumil C Agus. 1994. Pembangunan Keluarga Sejah-tera sebagai Wahana Pemba-ngunan Bangsa. Prisma No. 4. BKKBN.1994. Pokok-pokok Penda-patan dan Pemetaan Keluarga Sejahtera. Badan Koor-dinasi Keluarga Nasional.Jakarta. Bailey, Kenneth D. 1982. Methods of Social Research. The Free Press. New York. Weber, Max. 1993. Sosiologi Kese-hatan, Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Dalam Solita Sarwono (ed.). Gajah mada University Press. Yogyakarta. Wirutomo, Paulus. 1994. Sosialisasi dalam Keluarga Indonesia: Suatu Perspektif Perubahan Sosial. Prisma No. 4
Sudarsana “Peranan Kelompok Swadaya Masyarakat Dalam Usaha Meningkatkan Keluarga Sejahtera Pada Masyarakat Desa Tertinggal”
37