STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN Dl KABUPATEN BENGKALIS
ZUL AMRY BAHAR
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHlR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul "Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka Meningkatkan Peran Sub Sektor Peternakan Di Kabupaten Bengkalis", adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan rnaupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicanturnkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor,
Agustus 2006
ZUL AMRY BAHAR NIM. A1 53024165
ABSTRAK ZUL AMRY BAHAR. Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka Meningkatkan Peran Sub SeMor Peternakan di Kabupaten Bengkalis. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT dan SRI HARTOYO. Pembangunan peternakan berperan sebagai penyedia protein hewani, penyedia bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja dan investasi, pendorong pemerataan dan pertumbuhan serta pemicu dinamika ekonomi di pedesaan. Dengan melihat peranan yang cukup potensial tersebut, selayaknyalah peranan tersebut dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat. Tujuan umum kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menvusun .Droaram oembanaunan Deternakan untuk keningkatkan peran subsektor peternakan d/ ~abupaten~engkalis. Sedangkan tujuan khusus kajian ini adalah untuk: 1. ~ e n g e t a h ijenis-dan i populasi ternak, serta mengestimasi tingkat produksi ternak dan permintaan produk peternakan di Kabupaten Bengkalis. 2. Mengidentifikasi pola usaha peternakan masyarakat, dan menganalisis kelayakan usaha masing-masing komoditas ternak di Kabupaten Bengkalis. 3. Mengestimasi kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB Kabupaten Bengkalis. 4. Merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menyusun program dalam rangka mengimplementasikanstrategi. Sasaran penelitian adalah usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis, pengambilan sampel dilakukan dengan metode Stratified Random Sampling Technique dengan responden sebanyak 175 orang petani ternak. Sedangkan untuk penentuan kekuatan pengendali untuk penentuan strategi dilakukan dengan metode Purposive Sampling, masing-masing sebanyak 11 orang responden yang dianggap ahli. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis usaha (NPV, IRR, BIC), IFE, EFE, SWOT dan QSPM. Dari hasil kajian diketahui kepadatan ternak 50,19 ST11000 penduduk. Produksi daging telah dapat memenuhi 76,49% kebutuhan standar gizi, sedangkan produksi telur hanya 25,41%. Pola usaha peternakan yang dilaksanakan pada umurnnya masih usaha sampingan. Nilai NPV, IRR dan BIC masing-masing ternak adalah: sapi 803.050, 12,19% dan 1,03, kerbau 1.965.002, 15,08% dan 1,06, kambing 360.856, 15,79% dan 1,06, babi 858.449, 24,03% dan 1,08, ayam buras 955.864, 48,03% dan 1,23, ayam pedaging 5.419.638, 37,89% dan 1,07, dan itik 3.391.256,40,38% dan 1,06. Perananan sub sektor peternakan dalam perekonomian di Kabupaten Bengkalis belurn begitu menonjol, terlihat dari kontribusi terhadap PDRB Pertanianselama periode 2000-2004 sebesar 5,28%, dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 5,16% per tahun. Dari analisis SWOT dan QSPM diperoleh strategi prioritas untuk pengembangan petemakan di Kabupaten Bengkalis diiaksanakan melalui strategi Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif. Untuk mengimplementasikanstrategi tersebut, dilakukan melalui: 1. Program Penjaminan Kredit Usaha Peternakan melalui Pola Bagi Hasil; 2. Program Pembinaan dan Pendampingan Usaha Petemakan; 3. Program Pengembangan Pusat Pemasaran dan Pengolahan Hasil Petemakan.
O Hak cipta milik lnstitut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari lnstitut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.
STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN Dl KABUPATEN BENGKALIS
ZUL AMRY BAHAR
Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Judul Tugas Akhir
: Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka IWeningkatkan Peran Sub Sektor Peternakan Di Kabupaten Bengkalis
Nama
: Zul Amry Bahar
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sri Hartovo, NIS Anggota
Dr. Ir. Yusman Svaukat. MEc Ketua
Diketahui,
Ketua Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
Dekan Sekolah Pascasarjana
@fld Dr. Ir. Yusman Svaukat, MEc -
Tanggal Ujian : 31 Agustus 2006
Tanggal Lulus
PRAKATA Syukur Alharndulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SVVT, karena atas rahrnat dan kamnia-Nya penulis dapat rnenyelesaikan penulisan laporan kajian pernbangunan daerah yang berjudul "Strategi Pengembangan Peternakan Dalarn Rangka Meningkatkan Peran Sub Sektor Peternakan di Kabupaten Bengkalis". Tulisan ini rne~pakansalah satu syarat untuk rnenyelesaikan pendidikan pada Program Studi Manajernen Pernbangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor. Dalarn proses penyelesaian tulisan ini, penulis banyak rnendapat bantuan, dukungan, serta kemudahan dalarn rnernperoleh informasi dan rnasukan-rnasukan dari berbagai pihak, rnaka pada kesernpatan ini penulis rnenyarnpaikan ucapan tenrna kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhorrnat : 1. Pernerintah Kabupaten Bengkalis yang telah rnernbenkan kesernpatan kepada penulis untuk rnelanjutkan pendidikan pada Program Studi Manajernen Pernbangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor. 2. Komisi Pernbirnbing yakni Bapak Dr. Ir. Yusrnan Syaukat, M.Ec selaku Ketua dan Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku anggota, atas kesediaannya rneluangkan waktu untuk rnernberikan arahan, bimbingan, saran dan dorongan yang sangat berharga dalarn rnenyelesaikan tulisan ini.
3. Bapak Dr. Ir. Khairil Notodiputro, MS, Dekan Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor. 4. Bapak Dr. Ir. Lala M Kolopaking, MS, Ketua Departernen Sosial Ekonorni
Pertanian lnstitut Pertanian Bogor.
5. Bapak Ir. Fredian Tonny, MS dan Bapak Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec selaku dosen rnata kuliah Metodologi Kajian Pernbangunan Daerah yang telah
memberikan teori dan petunjuk dalam tata-cara penulisan laporan kajian pembangunan daerah. 6. Ketua Program, para Dosen dan seluruh StafIKaryawan Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor. 7. Fakultas Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Qasim, Dinas Petemakan Propinsi Riau, BAPPEDA Kabupaten Bengkalis, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis, Karantina Hewan Wilayah Kerja Bengkalis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis atas data, informasi, dan masukan-masukan yang diberikan.
8. Kedua orang tua, abang dan adik-adik, serta isteri dan anak tercinta yang senantiasa memberikan bantuan dan dorongan serta doa dan kasih sayangnya secara tulus ikhlas. 9. Rekan-rekan mahasiswa MPD Kelas Khusus Pernkab Bengkalis tempat
berbagi suka, duka, dan inspirasi baik dalam proses perkuliahan maupun dalam penyelesaian tulisan ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, ha1 ini dikarenakari keterbatasan pengetahuan penulis dalam penerapan teknik penulisan dan pengungkapan substdnsinya, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan masukan-masukatl demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini bermanfaaat dan semoga berkah Allah bersama kita semua. Aamiin. Bogor,
Agustus 2006
Penulis dilahirkan di Durnai pada tanggal 3 Pebruari 1969 dari ayah H. Bahar lbrahirn dan ibu Hj. Halifah. Penulis rnerupakan anak kedua dari lirna bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar diternpuh di SD Negeri No. 9 Durnai lulus pada tahun 1981, Sekolah Menengah Pertarna di SMP Negeri Karang Anyar Durnai lulus pada tahun 1984, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Dumai lulus pada tahun 1987. Pendidikan Sarjana diternpuh di Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang Jurusan Produksi Ternak lulus pada tahun 1992. Penulis bekerja pada Pernerintah Kabupaten Bengkalis sejak tahun 1998. Pada tahun 2003 diberikan kesernpatan untuk rnelanjutkan pendidikan atas biaya Pernerintah Kabupaten Bengkalis pada Program Studi Manajernen Pernbangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor. Pada bulan September 2005 penulis rnenikah dengan Mahda Fransiska, dari pernikahan tersebut dikaruniai 1 (satu) orang putra bernarna Zechrya Mezantika Zufran (1 bulan).
DAFTAR IS1 DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... I.
PENDAHULUAN .................................................................................. 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 1.3 Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 1.3.1. Tujuan Kajian ................................................................... 1.3.2. Manfaat Kajian .................................................................
.
II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.2. 2.3. 2.4.
....................................................................
Keterkaitan Sub sektor Peternakan ............................................. Wilayah Pengembangan Peternakan ........................................... Keputusan Strategis ..................................................................... lkhtisar .........................................................................................
.
Ill METODOLOGI KAJIAN ..................................................................... .. 3.1. Kerangka Pemrklran ..................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Kajian .............................................................. .. 3.3. Metode Penelrt~an ........................................................................ 3.3.1. Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling ......................... 3.3.2. Metode Pengumpulan Data ............................................... 3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................. 3.4. Metode Perancangan Program ....................................................
.
IV KOldDISI UMUM KABUPATEN BENGKALIS .................................... 4.1. 4.2 4.3. 4.4. V
.
. .
Kondis~W~layah ........................................................................... Kependudukan ............................................................................. Kondisi Perekonomian ................................................................. lkhtisar .........................................................................................
PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN Dl KABUPATEN BENGKALlS ............................................................. 5.1. Produksi dan Kebutuhan Ternak ................................................... 5.1 .1. Jenis dan Populasi Ternak ............................................... 5.1.2. Produksi Ternak Kabupaten Bengkalis ............................. 5.1.3. Konsumsi dan Kebutuhan Standar Gizi ............................ 5.1.4. Kebutuhan Ternak di Kabupten Bengkalis ........................ 5.2. Kontribusi Sub Sektor Peternakan ............................................... 5.3. Program Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bengkalis ....... 5.3. lkhtisar .........................................................................................
VI
.
KARAKTERISTIK USAHA PETERNAKAN Dl KABUPATEN BENGKALIS .............................................................
6.1. 6.2. 6.3. 6.4.
Tingkat Pendidikan Peternak di Kabupaten Bengkalis .................. Pola Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis ......................... Kelayakan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis ................ lkhtisar .........................................................................................
.
VII PENENTUAN DAN PENETAPAN STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN ..................................................... 7.1. Faktor-Faktor Strategis dalam Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis ............................................................... 7.1 .1. Faktor Strategis Internal ................................................... 7.1.2. FaMor Strategis Eksternal ................................................ 7.2. Evaluasi Faktor-Faktor Strategis .................................................. 7.3. Matriks Internal Eksternal ............................................................. . . 7.4. Analists SWOT ............................................................................. 7.5. Rekomendasi Prioritas Strategi .................................................... 7.6. lkhtisar .........................................................................................
.
VIII RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN .......... 8.1. Pendekatan Perancangan Program ............................................. 8.2. Usulan Rancangan Program Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis ................................................................... 8.2.1. Program Penjaminan Kredit Usaha Peternakan melalui Pola Bagi Hasil ..................................................... 8.2.2. Program Pembinaan dan Pendampingan Usaha . . Peternakan ..................................................................... 8.2.3. Program Pengembangan Pusat Pemasaran Hasil Peternakan ....................................................................... 8.3. Pengendalin dan Pengawasan .....................................................
.
IX KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KE~IJAKAN ..................................... 9.1. Kesimpulan .................................................................................. 9.2. lmplikasi Kebijakan ...................................................................... D A H A R PUSTAKA ....................................................................................
LAI~IP~RAN ..................................................................................................
DAFTAR TABEL Tabel
I. Jurnah Sarnpel Rurnah Tangga Peternak Berdasarkan Kornoditas .....................................................................................
Tabel 2. Data dan lnformasi Kajian Pernbangunan Daerah rnenurut Variabel, Jenis, Surnber, serta Metode Pengurnpulan, .. Pengolahan dan Anallsls .............................................................. '
Tabel 3. Matriks Strategi SWOT .......................................................... Tabel 4. Luas Wilayah, Jurnlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecarnatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2004 ......... Tabel 5. Perturnbuhan PDRB Kabupaten Bengkalis Menurut Sektor Tahun 2001-2004(%) .............................................................. Tabel 6. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Bengkalis Tahun 2000-2004(%) ............................................. Tabel 7. Populasi Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun 2001 - 2005 (SatuamTernak - ST) .............................................................. Tabel 8. Kepadatan Ekonorni Ternak per kecarnatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005 (ST/1000penduduk) ........................... Tabel 9. Produksi Daging di Kabupten Bengkalis Tahun 2001 sarnpai dengan 2005 ................................................................................ Tabel 10. Produksi Telur di Kabupaten Bengkalis Tahun 2001-2005 ......... Tabel 11. Tingkat Konsurnsi Daging di Kabupaten Bengkalis Tahun
2001 -2005 .............................................................................. Tabel 12. Produksi dan Kebutuhan Daging di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005 .................................................................................. Tabel 13. Produksi dan Kebutuhan Telur di Kabupaten Bengkalis Tahun
2005 ............................................................................................. Tabel 14. Kebutuhan Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005 ..............
36
Tabel 15. Kontribusi Masing-masing Sub Sektor Terhadap PDRB Pertanian di Kabupaten Bengkalis Tahun 2000-2004(%) .............
37
Tabel 16. Laju Perturnbuhan Masing-masing Sub Sektor dalarn Sektor Pertanian di Kabupaten Bengkalis Tahun 2000-2004(%) .............
38
Tabel 17.Jurnlah Penyebaran dan Pengembangan Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun 2000-2004 .........................................................
39
Tabel 18. Latar Belakang Pendidikan Peternak Responden ........................ Tabel 19. Penguasaan Sapta Usaha Peternakan Peternak Responden Tabel 20. Rata-Rata Kepemilikan Ternak pada Rumah Tangga Peternak Responden .............................................................. Tabel 21. Kelayakan Usaha pada Usaha Peternakan Responden .......... Tabel 22. Matrik IFE Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis ................................................................................ Tabel 23. Matrik EFE Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis ............................................................................... Tabel 24. Alternatif Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis ..................................................................................... Tabel 25. Total Nilai Daya Tarik (TNDT) Alternatif Strategi Pengembangan Petemakan di Kabupaten Bengkalis ...............................................
DAFTAR GAMBAR
.
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka Meningkatkan Peran Sub sektor Peternakan di Kabupaten Bengkalis .............................................................
15
..................................................
20
Gambar 2. Matrik Internal-Eksternal (I-E)
Gambar 3. Alur Proses Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) .........
23
Gambar4. Matriks I-E untuk Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis .................................................................
66
DAFTAR LAMPIRAN Larnpiran 1. PDRB Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor 2001-2005 (Jutaan Rupiah) ............... Larnpiran 2. PDRB Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor 2000-2004 (Jutaan Rupiah) ........................ Larnpiran 3. Luas Wilayah dan Jumlah DesalKelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkalis ....................................... Larnpiran 4. Populasi Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun 2001 sld 2005 ......................................................,................................ Larnpiran 5. Populasi Ternak Kabupaten Bengkalis Tahun 2005 per Kecamatan (Ekor) .................................................................. Larnpiran 6. Rasio Populasi untuk Setiap Jenis Ternak (%)
.......................
Larnpiran 7. Nilai Konversi Satuan Ternak (ST) Setiap Jenis Ternak
.........
Larnpiran 8. Jumlah Rurnah Tangga Peternakan per kecamatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2004 .......................................... Larnpiran 9. Stratifikasi Daerah Sampling Berdasarkan Kepadatan Ekonomi Ternak ......................................................................... Larnpiran 10. Tingkat Pendidikan dan Jumlah Kepernilikan Ternak pada 175 Rumah Tangga Peternak Responden ............................. Lainpiran 1I.Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak Sapi
.
Lampiran 12. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak Kerbau ................. ................ .............................................. Lampiran 13. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak Kambing .................................................................................
-
Larnpiran 14. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak Babi
........
Larnpiran 15. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ayam Buras
.......
Lampiran 16. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ayam Pedaging .. .............................................................................. Larnpiran 17. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ternak ltik
.......
Larnpiran 18. Analisis Usaha Ternak Sapi Rata-Rata Kepemilikan 6 Ekor .......................................................................................
Lampiran 19. Analisis Usaha Ternak Kerbau Rata-Rata Kepemilikan 7 Ekor .......................................................................................
97
Lampiran 20. Analisis Usaha Ternak Kambing Rata-Rata Kepemilikan 13 Ekor ...................................................................................
97
Lampiran 21. Analisis Usaha Ternak Babi Rata-Rata Kepemiiikan 18 Ekor .......................................................................................
98
Lampiran 22. Tabel Analisis Usaha Ayam Buras Rata-Rata Kepemilikan 18Ekor .......................................................................................
98
Lampiran 23. Analisis Usaha Ternak Ayam Pedaging 6 siklus dalam 1 Tahun Rata-Rata Kepemilikan 872 Ekor per Siklus ................... 99 Lampiran 24. Analisis Usaha Ternak ltik Rata-Rata Kepemilikan 213 Ekor ...........................................................................................
99
Lampiran 25. Skala Minimal Usaha Peternakan ......................................... 100 Lampiran 26. Penentuan Kekuatan dan Kelemahan Faktor Strategis Internal dalam Pengembangan Usaha Peternakan dari 11 Responden ........ .....................................................................
100
Lampiran 27. Penentuan Bobot Faktor Strategis lnternal dalam Pengembangan Usaha Peternakan dari 11 ~esponden......... 101 Lampiran28. Hasil Perhitungan Rating Faktor Kekuatan dari 11 Responden ............................................................................
101
Lampiran 29. Hasil Perhitungan Rating Faktor Kelemahan dari 11 Responden .........................................................................
101
Lampiran 30. Hasil Perhitungdn lntemal Factor Evaluation Pengembangan Usaha Peternakan di kabupaten Bengkalis .............................. 102
-
Lampiran31. Penentuan Peluarig dan Ancaman Faktor Strategis Eksternal dalam Phhgembangan Usaha Peternakan dari 11 Responden ...................................................................... 102 Lampiran 32. Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal dalam Pengembangan Usaha Peternakan dari 11 Responden ............. 103 Lampiran 33. Hasil Perhitungan Rating Faktor Peluang dari 11 Responden ............................................................................ I 0 3 Lampiran 34. Hasil Perhitungan Rating Faktor Ancaman dari I 1 Responden ............................................................................
103
Lampiran 35. Hasil Peibitungan EksternalFactor Evaluation Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis ................................ 104
Lampiran 36. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 1 (Pembinaan dan Pengembangan Wilayah Kantong Produksi Peternakan) dari 11 Responden ................ 105 Lampiran 37. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 2 (Melaksanakan Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pasca Panen) dari 11 Responden .........................
106
Lampiran 38. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 3 (Pembinaan dan Pengembangan Usaha Peternakan Pada Skala Usaha Yang Layak Secara Intensif) dari 11 Responden ...................................................
107
Lampiran 39. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 4 (Pembinaan dan Pengembangan SDM Penyuluh dan Pembina Peternakan) dari 11 Responden ....... 108 Lampiran 40. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 5 (Pengembangan Jaringan Distribusi Produk Peternakan) dari 11 Responden ............................................. 109 Lampiran 41. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi. 6 (Penerapan Disiplin Tindak Karantina Hewan dan Pengawasan Pemotongan Hewan) dari 11 Responden .............................................................................
110
Lampiran 42. Hasil Perhitungan Total Nilai Daya Tarik (TNDT) dalam Pemiilihan Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis melalui Quantitative Strategic Planing Matrix (QSPM) dari 11 Responden ............................
111
Lampiran 43. Kuesioner Karakteristik Peternak dan Pola Usaha
.................
Lampiran 44. Kuesioner Penentuan Faktor Pengendali internal dan Eksternal ................................................................................
112 120
Lampiran 45. Kuesioner Penentuan Rating FaMor Pengendali Internal dan Eksternal ......................................................................... 125 Lampiran 46. Kuesioner Penentuan Nilai Daya Tarik Alternatif Strategi
.......
128
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Penyelenggraraan pemerintahan tersebut diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. Amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut telah mendorong lahirnya otonomi daerah. Haeruman (2001) mengatakan bahwa melalui otonomi, masyarakat di daerah diberikan kesempatan untuk mengatur diri sendiri melalui local self government dan melaksanakan pembangunan sesuai karakteristik daerah (kondisi geografis, sumberdaya alam, dan sosial budaya masyarakat) masingmasing. Dengan terbukanya kesempatan tersebut, diharapkan masyarakat dapat terpacu untuk lebih kreatif dalam membangun daerahnya masingmasing. Dengan demikian, otonomi memberikan penambahan kewenangan dan tanggung jawab pembangunan kepada daerah dengan memanfaatkan kekayaan sumberdaya dan potensi yang tersedia sesuai prakarsa daerah.
Menjawab
tantangan tersebut, daerah harus dapat memanfaatkan dan menggali potensipotensi yang dimiliki untuk digunakan secara optimal dan terarah demi kesejahteraandan kemakmuran masyarakat. Terkait dengan pemanfaatan kekayaan sumberdaya dan potensi daerah, sektor pertanian memiliki akar pada sumberdaya domestik. Akhir-akhir ini telah timbul kesadaran bahwa pertanian yang terintergrasi dalam suatu sistem agribisnis merupakan salah satu sektor tangguh yang mampu bertahan dalam
2 kondisi krisis.
Pertanian juga rnerupakan surnber rnatapencaharian utarna
penduduk, sehingga sektor pertanian dapat dijadikan motor penggerak untuk rneningkatkan pendapatan rnasyarakat, rnenciptakan kesernpatan kerja dan berusaha. Krisis yang terjadi selarna ini rnerupakan konsekuensi dari diposisikannya pertanian hanya sebagai "pendukung" dan bukan sebagai "rnesin penggerak perekonornian. Selarna ini usaha pertanian dipandang sebagai kegiatan yang berorientasi pada peningkatan produksi yang tidak responsif terhadap kondisi pasar dan keragaannya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan alarn dan bukan teknologi.
Kondisi dernikian rnenirnbulkan citra pertanian sebagai sektor
tradisional yang sulit untuk berkernbang, ha1 ini tercipta secara struktural karena rnernang kondisi rnakro struktural (termasuk kebijakan ekonorni rnakro dan rnikro) belurn berpihak pada penguatan pertanian (Solahuddin, 1999). Selanjutnya Solahuddin (1999) rnengungkapkan lagi bahwa justru krisis ini juga yang ternyata rnernbuat orang rnenjadi sadar bahwa pertanian tidak selayaknya hanya sekedar sebagai 'pendukung" rnelainkan sebagai "rnesin penggerak" perekonornian nasional.
Buktinya, dalarn rnasa krisis ini hanlpir
sernua sektor rnengalarni kontraksi, kecuali pertanian. Pernbangunan pertanian secara keseluruhan tercakup didalarnnya pernbangunan peternakan yang berperan sebagai penyedia protein hewani, penyedia bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja dan investasi, pendorong pernerataan dan perturnbuhan serta pernicu dinarnika ekonorni di pedesaan.
Dengan rnelihat peranan yang cukup potensial tersebut,
selayaknyalah
peranan
tersebut
dirnanfaatkan
secara
optimal
untuk
kesejahteraan rnasyarakat. Menurut
Rencana
Strategis
Kabupaten
Bengkalis
2001-2005,
diungkapkan bahwa arah kebijakan pembangunan peternakan sebagai berikut:
3
a. Meningkatkan pernbangunan peternakan yang terkoordinasi dan saling rnenunjang serta rnendukung dengan pernbangunan disektor lain; b. Meningkatkan kualitas surnberdaya rnanusia bidang peternakan rnelalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pelatihan, intensitas penyuluhan, studi banding, dan rneningkatkan kernampuannya untuk rnengakses inforrnasi tentang pasar, produksi dan pasca produksi; c. Meningkatkan kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi secara terpadu yang sesuai dengan kondisi klirnatologi, prasarana dan sarana fisik dengan tetap rnernelihara kelestarian surnberdaya alarn serta iingkungan hidup untuk kesinarnbungan pernbangunan; d. Mengernbangkan
usaha-usaha
peternakan
yang
bertujuan
untuk
rnernenuhi kebutuhan rnasyarakat akan protein hewani, peningkatan kesejahteraan peternak, penyediaan bahan baku bagi industri dan untuk keperluan ekspor; e. Pernanfaatan potensi lahan untuk pengernbangan peternakan. Untuk rnencapai hal-ha1 tersebut diatas, diperlukan analisis dalarn penefituan strategi pengernbangan peternakan, sehingga dapat meningkatkan peran ekonorni subsektor peternakan. Kalau dicermati, pola-pola pengernbangan peternakan yang telah dilaksanakan Pernerintah Kabupaten Bengkalis selarna ini belurn rnenunjukkan hasil yang rnenggernbirakan dan belurn rnernberikan darnpak yang berarti terhadap peningkatan kesejahteraan rnasyarakat peternak. Atas dasar itu, rnelalui kajian pernbangunan daerah ini, penulis rnencoba untuk rnengetahui dan menjawab pertanyaan pokok "Bagairnana Strategi Pengernbangan Peternakan dalarn rangka Meningkatkan Peran Sub sektor Peternakan di Kabupaten Bengkalis?".
1.2. Perurnusan Masalah Dalam pengembangan suatu usaha peternakan penentuan jenis ternak untuk dikembangkan sangat penting dan harus disesuaikan dengan sumberdaya lokal dan lingkungan sebagai sumber pakan, serta mengikuti permintaan dan kebutuhan pasar. Pengembangan peternakan hams memperhitungkan kepadatan optimum yang sesuai dengan daya dukung daerah dan tidak krtentangan dengan keadaan sosio kultural masyarakatnya. Disisi lain, perkembangan penduduk dan peningkatan pendapatan akan rneningkatkan permintaan pangan terrnasuk produk peternakan. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pendapatan masyarakat, maka akan meningkatkan permintaan akan produk peternakan. Rusli (2003) menyatakan bahwa yang paling besar pengaruhnya terhadap keperluan pangan adalah jumlah dan perkembangan penduduk, selain itu faktor lain yang berpengaruh terhadap keperluan pangan adalah tingkat konsumsi. Penduduk Kabupaten Bengkalis dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, dengan demikian juga akan mempengaruhi permintaan produk peternakan. Sejalan dengan hat tersebut di atas, rnelalui kajian ini perlu diketahui "Bagaimana jenis dan populasi ternak dan bagaimana produksi serta permintaan
produk peternakan di Kabupaten Bengkalis?" Sub sektor peternakan merupakan salah satu sub sektor dalam perekonomian daerah, dan memiliki fungsi sebagai salah satu penyedia produk protein hewani.
Pengembangan sub sektor peternakan diharapkan
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan daerah. Selain itu pembangunan peternakan juga
5
diharapkan dapat menarik dan mendorong perkembangan sektor-sektor lain yang berkaitan, sehingga memungkinkan terjadinya gerakan dan dinamika dalarn pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini tidak akan terwujud jika pengembangan suatu usaha dilaksanakan tanpa dilandasi oleh suatu pola usaha yang baik dan perhitungan kelayakan. Untuk itu melalui kajian ini, perlu diketahui "Bagaimana pola usahal pengembangan dan kelayakan usaha masing-masing kornoditas ternak?". Selama ini peranan subsektor peternakan di Kabupaten Bengkalis dirasakan masih belum begitu besar, padahal jika dilihat dari kegiatan pembangunan selama ini, subsektor peternakan cukup mendapat perhatian yang sangat baik dari pemerintah Kabupaten Bengkalis, dan dimasukkan rnenjadi salah satu agenda pengembangan ekonomi rakyat. Untuk melihat sejauh mana peranan subsektor peternakan di Kabupaten Bengkalis, maka perlu diketahui "Bagaimana kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB Kabupaten Bengkalis? Setelah diketahui kondisi sebagaimana permasalahan tersebut diatas, melalui
kajian
ini penulis
mencoba
rnerumuskan
"Bagaimana
strategi
pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan peran sub sektor peternakan di Kabupaten Bengkalis?", dan "Bagaimana mengimplemnetasikan strategi tersebut?". 1.3. Tujuan dan Manfaat
1.3.1. Tujuan Kajian Tujuan urnum kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menyusun program pembangunan peternakan untuk meningkatkan peran subsektor peternakan dalam perekonomian daerah di Kabupaten Bengkalis.
6
Sedangkan tujuan khusus kajian ini adalah untuk: 1. Mengetahui jenis dan populasi temak, serta tingkat produksi ternak dan penintaan produk peternakan di Kabupaten Bengkalis. 2. Mengidentifikasi pola usaha peternakan masyarakat, dan menganalisis kelayakan usaha masing-masing komoditas ternak di Kabupaten Bengkalis. 3. Mengetahui kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB Kabupaten
Bengkalis. 4. Merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menyusun program dalam rangka mengimplementasikanstrategi. 1.3.2.
Manfaat Kajian Hasil kajian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan kepada
penentu kebijakan dan pihak-pihak berkepentingan dalam menyusun langkah-langkah pengembangan peternakan sehingga dapat meningkatkan peranan sub sektor peternakan dalam perekonomian daerah di Kabupaten Bengkalis.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keterkaitan Sub Sektor Peternakan
Suatu usaha peternakan rnerupakan kegiatan yang bersifat generatif, yaitu rnanusia rneningkatkan faktor-faktor produksi rnelalui proses produksi ternak. Dalam proses ini diharapkan suatu kegunaan yang optimal dalarn bentuk daging, telur, tenaga kerja dan pupuk (Tohir, 1983). Sasaran utarna usaha peternakan adalah untuk rnernperoleh keuntungan (Heady dan Jensen, 1965). Selain itu, Acker (1971) rnengernukakan bahwa tujuan usaha peternakan adalah untuk mernenuhi kebutuhan protein asal ternak, rnernperluas kegiatan industri dan perdagangan, rnernanfaatkan tenaga kerja anggota keluarga, dan rnernpertinggi daya guna tanah. Suharno (2002) rnengernukakan bahwa peningkatan jurnlah penduduk yang ditunjang dengan rneningkatnya pendapatan perkapita rnerupakan peluang dalarn usaha peternakan.
Dengan semakin rneningkat jurnlah penduduk, maka akan
sernakin rneningkat jurnlah konsurnsi terhadap hasil-hasil ternak.
Sernentara
peningkatan pendapatan perkapita dengan sendirinya akan rnendongkrak daya beli rnasyarakat, karena produk peternakan rnerniliki nilai income elasticity of demand (laju konsurnsi berkaitan erat dengan laju pendapatan). Lebih lanjut dikatakan Suharno (2002), perkernbangan sektor lain seperti industri dan jasa (catering, pariwisata, hotel dan restoran) juga turut rnernacu perrnintaan akan produk peternakan, rnalahan dari sektor ini rnuncul pasar-pasar baru bagi produk peternakan (create demand) berupa pasar hasil olahan dari daging, telur dan susu.
2.2. Wilayah Pengembangan Peternakan Menurut Anwar (1997) tujuan-tujuan pernbangunan wilayah seharusnya diarahkan untuk mencapai: (1) perturnbuhan (growth); (2) pernerataan (equity);
8
dan (3) keberlanjutan (sustainability). Lebih lanjut dijelaskannya bahwa tujuan pernbangunan pertarna rnengenai perturnbuhan (growth) ditentukan sarnpai dirnana surnber-surnberdaya yang langka yang terdiri atas: surnberdaya rnanusia (human capital), peralatan dan teknologi (man-made capital), surnberdaya alarn (natural capital), dan surnberdaya sosial (social capital) dapat dialokasikan secara maksirnal sehingga dirnanfaatkan untuk rnernenuhi kebutuhan rnanusia dengan rneningkatkan kegiatan produktif rnasyarakat; tujuan pernbangunan kedua rnengenai pernerataan (equity) rnernpunyai irnplikasi dalarn pencapaian tujuan ketiga yaitu agar surnberdaya dapat berkelanjutan, rnaka tidak boleh ada pihakpihak yang rnau terlalu serakah, sehingga diperlukan adanya pengaturan dalarn pernbagian rnanfaat dari hasil-hasil pernbangunan kepada setiap warga yang terlibat secara adil dan rnernadai; dan tujuan pernbangunan ketiga rnengenai keberlanjutan (sustainability) pernbangunan wilayah harus rnernenuhi persyaratan penggunaan surnberdaya, baik ditransaksikan rnelalui sistern pasar rnaupun diluar sistern pasar harus tidak rnelarnpaui kapasitas kernarnpuan produksinya. Alkadri dkk.
(1999) rnengatakan bahwa pengernbangan wilayah,
mernpunyai dua rnakna, yaitu :
1. Makna sosial ekonorni, yaitu kegiatan pengernbangan wilayah dengan jalan rneningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup rnasyarakat dengan rnenciptakan sentra-sentra produksi sekaligus rnernbangun prasarana dan adanya layanan logistik. 2. Makna ekologis, yaitu pengernbangan wilayah bertujuan untuk menjaga
keseirnbangan lingkungan akibat terlalu banyaknya carnpur tangan rnanusia terhadap lingkungan. Program pengernbangan wilayah harus rnenyeluruh dan terpadu pada sernua kegiatan dengan rnelihat potensi surnber daya daerah dan kontribusinya untuk wilayah yang bersangkutan (Alkadri et al., 1999).
9
Konsep kawasan dalarn pengernbangan peternakan rnenurut Putri (2003) adalah: 1. Suatu konsep rnengenai pengernbangan sistern pernanfaatan ternak-lahan
(livestock-land use systems). 2. Suatu pendekatan yang rnengintegrasikan ternak dengan tanarnan, sehingga ternak lebih berbasis lahan (land-based) daripada sebagai bagian dari suatu sistern produksi industri perkotaan.
3. Fokusnya adalah pada pernanfaatan lahan dan surnberdaya secara lebih baik,
pelestarian lingkungan, ketahanan
pangan,
dan
pengentasan
kerniskinan. Kawasan peternakan terdiri atas (Putri, 2003): (1) Kawasan Khusus Peternakan, rnerupakan daerah prioritas dengan kornoditas unggulan, dengan rnernperhatikan kesesuaian agroekosistern dan agroklirnat serta tata ruang wilayah, (2) Kawasan Terpadu, rnerupakan sistern integrasi antara ternak dengan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan perikanan (program lintas subsektor), (3) Kawasan Agropolitan, rnerupakan kota pertanian yang dihela oleh desa-desa hinteriand. Edward (1999) rnenjelaskan bahwa pernbangunan sistern agropolitan rneliputi industri pengolahan rnakanan dan pakan, industri pengolahan pertanian lain, industri peralatan dan input-input pertanian, serta barang konsurnsi lain. 2.3. Keputusan Strategis Keputusan strategis ialah pilihan oleh pernbuat keputusan tingkat tinggi rnengenai serangkaian tindakan diantara berbagai alternatif yang tersedia yang didesain untuk rnencapai tujuan utarna dari suatu organisasi rnelalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan (Salusu, 2003).
10 Selanjutnya Salusu (2003) rnengatakan bahwa keputusan strategis dan rencana strategis disiapkan oleh kelompok rnanajernen strategis. Manajernen strategis disini diartikan sebagai suatu kelompok para eksekutif yang lazirn disebut rnanajernen puncak yang rnernpunyai tugas utama rnerurnuskan rnisi, tujuan, dan sasaran organisasi, keputusan-keputusan strategis lainnya, rencana strategis, rnengevaluasi pelaksanaan keputusan strategis, atau rnengevaluasi irnplernentasi strategi. Manajernen strategis rnenurut Siagian (2001) adalah serangkaian keputusan dan tindakan rnendasar yang dibuat oleh manajernen puncak dan diirnplernentasikan oleh seluruh jajaran
suatu organisasi dalarn rangka
pencapaian tujuan organisasi. David
(2002)
mengatakan
bahwa
rnelalui
manajernen
strategis
rnernungkinkan suatu organisasi lebih proaktiif ketimbang reaktif dalarn mernbentuk rnasa depan sendiri, sehingga rnemungkinkan organisasi tersebut untuk rnengawali dan mempengaruhi (ketimbang hanya memberi respon terhadap) aktivitas, dan dengan dernikian dapat berusaha keras mengendalikan tujuan sendiri. Proses rnanajernen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perurnusan strategi, disusul dengan tahap irnplernentasi strategi, dan terakhir tahap evaluasi strategi (David, 2002). Strategi ialah suatu seni rnenggunakan kecakapan dan surnberdaya suatu organisasi untuk rnencapai sasarannya rnelalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan (Salusu, 2003). Teknik perurnusan strategi yang penting rnenurut David (2002) dapat dipadukan rnenjadi kerangka kerja pernbuatan keputusan tiga tahap, yaitu: 1. Tahap input; 2. Tahap mencocokkan, dan 3. Tahap keputusan.
11
T a h a ~input. Tahap ini rnerupakan tahap analisis lingkungan. Menurut Salusu (2003), sernua organisasi tanpa kecuali, hidup dalarn satu dunia yang penuh dengan berbagai elernen yang saling berinteraksi dan penuh dengan saling ketergantungan satu terhadap yang lain. Dengan dernikian, organisasi rnana pun juga tidak terlepas dari hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Setiawan dan Zulkieflirnansyah (1999), hal-ha1 yang perlu diperhatikan dalarn prosedur analisis lingkungan adalah : 1. Menentukan relevansi. Tidak sernua faktor lingkungan berpengaruh pada pemsahaan di waktu yang sarna dan kadar yang sarna, untuk itu rnanajernen hams dapat rnenganalisis seberapa besar pengamhnya dan kapan waktunya. 2. Menentukan tingkat relevansi dari strategic issue. Strategic issue adalah faktor lingkungan yang rnernpunyai pengaruh besar terhadap organisasi, untuk itu rnanajernen harus dapat rnelakukan kajian strategic issue rnana yang paling penting bagi perusahaan dan rnana yang kurang penting. Hal yang paling urnurn dalarn analisis lingkungan adalah rnenggunakan rnatrik IFE (internal factor evaluation) dan EFE (external factor evaluation), environmental scanning dan environmentalforecasting. T a h a ~ rnencmkkan. Menurut David (2002), strategi kadang-kadang didefinisikan sebagai perpaduan yang dibuat oleh organisasi antara surnberdaya dan keterarnpilan internal dengan peluang dan resiko yang diciptakan oleh faktorfaktor eksterndl. Mencocokkan faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal rnerupakan kunci untuk secara efektif rnenghasilkan strategi alternative yang layak. Salah satu alat pencocokan yang penting adalah Matrik SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal: Strength dan Weaknes serta lingkungan eksternal: Opportunity dan Threat yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT rnernbandingkan antara faktor eksternal dengan faktor internal (Rangkuti, 1997).
12 Matrik SWOT dapat rnenggarnbarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelernahan yang dimilikinya. Empat set kemungkinan strategi yang dihasilkan rnatrik SWOT adalah (Rangkuti, 1997; David, 2002): 1. Strategi S-0. Strategi ini dibuat dengan rnernanfaatkan seluruh kekuatan yang dirniliki untuk rnerebut dan rnernanfaatkan peluang yang ada. 2. Strategi S-T. Ini adalah strategi dalarn rnenggunakan kekuatan yang dirniliki untuk mengatasi ancarnan. 3. Strategi W-0.
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan rneminirnalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi W-T.
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha rnerninirnalkan kelernahan yang ada serta rnenghindari ancaman. Tahap Keputusan. David (2002) rnengatakan bahwa selain membuat peringkat strategi untuk rnernperoleh daftar prioritas, hanya ada satu teknik analisis yang dirancang untuk rnenetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang layak. Teknik ini adalah QuanfjfafLveStrategic Planning Matriks (QSPM) atau Matrik Perencanaan Strategi Kuantitatif. Teknik ini secara sasaran menunjukkan strategi alternative rnana yang terbaik. David (2002) selanjutnya rnengatakan bahwa QSPM secara konsep menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan pada sejauh rnana faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal dirnanfaatkan atau diperbaiki.
13 2.4. lkhtisar
Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti dengan peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi produk-produk peternakan. Dengan semakin berkembangnya suatu daerah akan membuka peluang untuk usaha peternakan. Selain itu, sub sektor peternakan memiliki keterkaitan dengan berbagai sektor ekonorni lainnya. Pengembangan kawasan peternakan memiliki rnakna sosial ekonorni dan ekologis. Dengan pengembangan petemakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat serta rnenjaga keseimbangan Cngkungan. Konsep pengembangan kawasan peternakan mernpunyai arti penting karena rnerupakan pengembangan sistem pemanfaatan ternak-lahan (livestockland use systems).
Fokus dari konsep kawasan peternakan adalah pada
pemanfaatan lahan dan sumberdaya secara lebih baik, pelestarian lingkungan, ketahanan pangan, dan pengentasan kemiskinan. Dengan dernikian untuk pengembangan peternakan harus memperhatikan kesesuaian ekologis dan keseimbangan lingkungan yang ditujukan untuk kesejahteraan peternak. Untuk itu perlu ditetapkan suatu strategi untuk pengembangan peternakan. Penentuan strategi tersebut dapat dilakukan dengan rnenganalisis faktor-faktor sukses kritis internal maupun eksternal, dilanjutkan dengan analisis SWOT, dan terakhir ditetapkan keputusan melalui teknik analisis QSPM.
Ill. METODOLOGI KAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Subsektor peternakan rnerupakan salah satu sektor ekonomi yang penting dalarn penyediaan protein hewani.
Upaya pengembangan subsektor
peternakan untuk rnencukupi protein hewani pada gilirannya akan berpengaruh terhadap peningkatan kecukupan protein. Selama ini peranan subsektor peternakan di Kabupaten Bengkalis dirasakan masih belurn begitu besar. Padahal jika dilihat dari kegiatan pembangunan selama ini, subsektor peternakan cukup mendapat perhatian yang sangat baik dari pemerintah ~'abupaten Bengkalis, dan dimasukkan rnenjadi salah satu agenda pengembangan ekonomi rakyat. Dengan melihat fenomena ini, diperlukan suatu rencana yang strategis untuk pengembangan peternakan, sehingga dapat mernberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian daerah. Berdasarkan ha1 tersebut, perlu dilakukan suatu kajian untuk penentuan strategi pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan peran sut: sektor peternakan di Kabupaten Bengkalis. Kerangka pemikiran kajian strategi pengembangan peternakan di Kabuapten Bengkalis ditu~jukkanpada Gambar 1, dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi jenis-jenis ternak yang sudah dikembangkan rnasyarakat. Dalam
melakukan
identifikasi jenis-jenis
ternak
yang
sudah
dikembangkan pada masing-masing kecarnatan dilakukan melalui telaah data populasi dan jenis ternak pada setiap kecarnatan serta menghitung perbandingan tingkat produksi dan kemampuan pemenuhan kebutuhan ii
standar konsumsi produk asal ternak pada masing-masing kecarnatan.
2. Mengetahui permintaan produk petemakan. Untuk mengetahui permintaan produk peternakan dilakukan dengan menganalisis data produksi, konsumsi riil dari produksi, dan kebutuhan standar gizi berdasarkan jumlah penduduk
.
PERAN P E T E M N
Penyedia protein hewani dan bahan baku
Perhdan pemerirtah daerah rerhadap sub seldor peternakan cukup balk. namun engembangan usaha peternakan dirasakan elum menunjuhn peran yang berare dalam erekonomian daerah.
Penysrapan tenaga ketja dan investasi. Konbibusi terhadap pertumbuhan ekonomi Peningkatan pendapatan.
4 Jenis, populasi dan ting!at produksi ternak serta perrnintaankebuiuhan produkpeternakan
4 Konbibusi sub sekior petemakan terhadap
Pola usaha peternakan dan kelaykan usaha petemakan.
3.
J.
RANCANGAN PROGRAM
Gambar 1. Kerangka Pemikiran m e g i Pengembangan Petemakan Dalam Ranaka Meninakatkan Peran Sub sektor Peternakan di Kabupaten
3. Mengidentifikasi pola usaha dan menganalisis kelayakan usaha.
Untuk mengetahui pola usahalpengembangan yang dilaksanakan masyarakat dan tingkat kelayakan usaha, dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung pada usaha petemakan. Melalui pengamatan ini dilakukan analisa usaha untuk mengetahui kelayakan usaha masing-masing komdtas petematan.
16 4. Mengetahui kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB.
Untuk mengetahui kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB dilakukan dengan menelaah data PDRB Kabupaten Bengkalis dan menilai perkembangan kontribusi subsektor peternakan. 5. Pemilihan dan penetapan strategi. Dalarn pemilihan dan penetapan strategi pengembangan peternakan, dilakukan dengan analisis faktor-faktor sukses kritis internal dan ekstemal, analisis SWOT, dan dilanjutkan dengan analisis Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM) untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif.
3.2. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilaksanakan di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Waktu pelaksanaan kajian selarna 3 bulan, mulai bulan Maret sampai dengan Mei 2005.
3.3. Metode Penelitian Dalam kajian ini rnetode penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif dengan melaksanakan survey lapangan. Melalui serangkaian kegiatan tersebut dapat diketahui karakteristik ~eternak,jenis ternak, pola usaha, skala usaha dan pola pengembangan, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan, sehingga dapat ditentukan strategi pengembangan peternakan untuk rnasa yang akan datang.
3.3.1. Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling Sasaran penelitian adalah usaha peternakan di
Kabupaten
Bengkalis, pengambilan sarnpel dilakukan dengan metode Stratified Random Sampling Technique dengan responden sebanyak 175 orang petani ternak terdiri dari 25 orang peternak sapi, 25 orang peternak kerbau, 25 orang peternak kambing, 25 orang peternak babi. 25 orang peternak ayam buras, 25 orang peternak ayam pedaging dan 25 orang peternak itik.
Tabel 1. Jumah Sampel Komoditas.
No Kecamatan 1. Mandau 2. Bukit Batu 3. Siak Kecil 4. Bengkalis 5. Bantan 6. Merbau
Jumlah
Rumah
Tangga
Peternak
Berdasarkan
Sampel Rumah Tangga Peternak Berdasarkan Komoditas Ayam Ayam Sapi Kerbau Kambing Babi ltik Buras Pedaging 1 7 2 7 2 9 3 3 9 4 3 3 2 3 4 6 5 6
25
6 1 1 1 25
4 8 6 1
25
2 7 4 2 25
4 7 6
1 8 4
4
3 25
1 25
7 25
3
5
Dalam penentuan sampling, dilakukan stratiikasi wilayah Kabupaten Bengkalis atas dasar kepadatan ekonomi ternak setiap kecamatan yang terdiri dari: I. Kepadatan Rendah ( 4 0 Satuan Ternak per 1000 penduduk), II. Kepadatan Sedang (50-100 Satuan Ternak per 1000 pendduk) dan Ill. Kepadatan Tinggi (100-300 Satuan Ternak per I000 penduduk), hasil stratitikasi disajikan pada Lampiran 9. Masing-masing straffikasi diarnbil secara random 2 kecamatan sebagai daerah sampling. Pada masing-masing daerah sampling diarnbil responden peternak secara proporsional dari mmah tangga peternak yang ada di daerah sampling tersebut sebanyak 25 orang untuk setiap komdias usaha petemakan. Hasil penentuan sampling disajikan pada Tabel 1. Sedangkan
pengambilan sampel
untuk penentuan kekuatan
pengendali (driving force), analisis SWOT, dan analisis QSPM dilakukan dengan metode Purposive Sampling, responden dengan sengaja dipilih masing-masing sebanyak 11 (sebelas) orang yang dianggap ahli dari kalangan akadernis (perguruan tinggi), instansi terkait pada Pemkab Bengkalis, tokoh dan pelaku usaha peternakan. 3.3.2.
Metode Pengumpulan Data Data dan informasi yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh rnelalui pengamatan langsung dan wawan-
18
cara dengan responden terpilih, sedangkan data sekunder diperoleh rnelalui telaahan pustaka dan data yang bersurnber dari lernbagalinstansi yang terkait dengan kajian ini.
3.3.3.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalarn
penelitian ini adalah analisis usaha, IFE, EFE, SWOT dan QSPM. Tujuan kajian, jenis data yang diperlukan, surnber data, dan rnetode analisis yang digunakan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Data dan lnformasi Kajian Pernbangunan Daerah rnenurut Variabel, Jenis, Surnber, serta Metode Pengolahan dan Analisis.
Analisis Kelayakan. Analisis ini dilakukan dengan rnelihat nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefif Cost Ratio (BCR) sebagai berikut: a. NPV adalah ukuran dari nilai keuntungan bersih yang telah didiskon dengan rurnus (Syaukat, 2003):
Bt = BenefZ pada waktu t. Ct = Costpada waktu t. r = Discount Factor.
n = umurekonomis t = 1,2,3 ,..., n.
b. IRR adalah arus pengernbalian yang rnenghasilkan NPVdran ,w ,,
= NPVaxran
yang disebut juga Eficiency of Capital (Syaukat, 2003).
Giinger (1986), rnerurnuskan IRR sebagai berikut:
Bt = Benefits pada waktu t. Ct = Cost pada waktu t. r = IRR.
n = urnurekonornis t = l , 2 , 3 ,..., n.
c. BCR adalah rasio antara discounted benefits dengan discounted cost,
dengan rurnus (Syaukat, 2003):
Bt = Benefits pada waktu t. Ct = Costpada waktu t. r = Interest rate..
n = urnurekonornis. t = 1,2;3 ,..., n.
Analisis SWOT. Analisis ini dilakukan dengan rnerujuk kepada kekuatan pengendali internal (kekuatan dan kelernahan) dan eksternal (peluang dan ancarnan) yang diperoleh dari studi pustaka dan infonnasi yang diperoleh dari instan'si terkait dan pelaku usaha peternakan rnelalui langkah langkah sebagai berikut: a. Evaluasi faktor internal (Internal Factor Evaluation-IFE) Langkah kerja dalarn penentuan faktor internal dan pernbobotan adalah dengan rnernbuat daftar kekuatan dan kelernahan, kernudian setiap kekuatan dan kelernahan diberi bobot (dari tidak penting > 0,O sarnpai dengan amat penting = 1,O) sehingga total bobot adalah 1,0, selanjutnya berikan rating 1 s/d 4 pada setiap kekuatan dan kelernahan (1 = kelernahan utarna, 2 = kelernahan kecil, 3 = kekuatan kecil, 4 =
kekuatan utarna), selanjutnya menentukan weight score dengan rnengalikan bobot dengan rating (David, 2002)
b. Evaluasi faktor eksternal (External Factor Evaluation-EFE) Langkah kerja dalarn penentuan faktor eksternal dan pembobotan adalah dengan mernbuat daftar peluang dan ancarnan, kernudian setiap peluang dan ancarnan diberi bobot (dari tidak penting > 0,O sampai dengan amat penting = 1,O) sehingga total bobot adalah 1,0, selanjutnya berikan rating 1 s/d 4 pada setiap peluang dan ancarnan (1 = jawaban jelek, 2 = jawaban rata-rata, 3 = jawaban di atas rata-rata, 4 = jawaban superiw), selanjutnya rnenentukan weight score dengan rnengalikan bobot dengan rating (David, 2002) TOTAL NlLAl IFE YANG DlBERl BQBOT Turnbuh dao blna
'.
s -
4.0
............. Tinggi
3.01.0
K W
m n
3.0 Sedang
s!W u a Z
2.0-799
2.0
Penahankan den pellhera
<.......,....'
...............f
Panen atau dlvestasi
Surnber : David, 2002
Gambar 2. Matrik Internal-Eksternal (I-E). Dari evaluasi faktor internal dan eksternal maka akan dapat diketahui peluang dan ancaman yang hams diberi respon paling besar, serta kekuatan yang akan dioptirnalkan dan kelernahan yang akan dielerninir. Setelah dilakukan evaluasi faktor internal dan eksternal, dilakukan analisis dengan matrik internal
ekstemal (I-E). Matrik I-E menempatkan suatu organisasi ke dalam sembilan sel yang didasarkan pada weight score faktor strategis intemal dan ekstemal Matrik I-E seperti terlihat pada Gambar 2, terbagi atas tiga divisi yang mempunyai strategi yang berbeda. Divisi pertama adalah dimensi kunci yang termasuk dalam sel I, II dan IV, disebut divisi tumbuh dan bina. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk), atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). Divisi kedua adalah yang termasuk dalam sel Ill, V, dan V11, disebut divisi pertahankan dan pelihara. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi penetrasi pasar, dan pengembangan produk. Divisi ketiga adalah yang termasuk dalam sel VI, VIII, dan IX, disebut divisi divestasi (David, 2002). Tabel 3. Matrik Strategi SWOT.
oppurt~nities(0)
Threats (T)
I
Strengfhs (S)
I
I
Strategi S-0
Strategi W-0
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mernanfaatkan
Strategi yang meminimalkan kelmahan untuk memanfaal-
Weaknesses (W)
Strategi S-T
Strategi W-T
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindan ancaman.
I
;umber : David (2002).
Faktor strategis intemal dan ekstemal yang dipemleh dari evaluasi faktor intemal dan ekstemal yang telah dapat ditentukan kekuatan (sfength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (fhmat), disusun kedalam matrik SWOT untuk dilakukan penwcokan untuk penentuan strategi, masingmasing strategi S-O, S-T, W-O, dan strategi W-T, seperti terlihat pada
22 Quantitative Strategic Planninu Matriks (QSPM). Matrik ini rnerupakan alat yang rnernungkinkan untuk rnengevaluasi strategi alternatif secara objektif dengan rnenentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan pada sejauh rnana faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal dirnanfaatkan dan diperbaiki. Langkah-langkah yang dilakukan dalarn analisis QSPM adalah sebagai berikut (David, 2002): Langkah 1 : Mendaftarkan peluanglancarnan (faktor eksternal) dan kekuatanl kelernahan (faktor internal) ke dalarn rnatrik QSPM. Langkah 2 : Mernberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal. Langkah 3 : Merneriksa/rnencocokkan rnatrik dan rnengidentifikasi strategi altematif yang hams dipertirnbangkan untuk diirnplernentasikan. Langkah 4 : Menetapkan nilai daya tarik (NDT), yaitu 1 = tidak rnenarik, 2
= agak rnenarik, 3 = cukup rnenarik, dan 4 = arnat rnenarik. Langkah 5 : Menghitung total nilai daya tarik (TNDT), dengan rnenjurnlah hasil perkalian bobot dengan NDT dalarn setiap baris. Langkah 6 : Menghitung Jurnlah total Nilai Daya Tarik. Untuk penentuan bobot, rating, dan nilai daya tarik pada rnasingrnasing &riteria, digunakan teknik Delphi yaitu dengan rnerninta pendapat responden yang dianggap ahli dan rnengetahui tentang seluk beluk pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis.
3.4. Metode Perancangan Program
Setelah didapatkan strategi pengernbangan peternakan, selanjutnya disusun program untuk direkornendasikan sebagai langkah kebijakan. Dalarn rnenyusun perancangan program, dilakukan rnelalui Focus Group Discussion
(FGD) dengan tujuan untuk rnernperoleh rnasukanlinforrnasi dan rnenstirnulasi ide-idelkonsep tentang langkah-langkah implernentasi strategi. Rumusan strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT dan QSPM dijadikan acuan dalarn rnelaksanakan FGD. Focus Group dilaksanakan dengan rnelibatkan berbagai pihak terkait (stakeholders), rnencakup unsur Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian dan Peternakan, Badan Perencanaan Pernbangunan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat), pelaku usaha peternakan, pedagang, dan lembaga lain yang terkait. Secara sederhana proses pelaksanaan FGD ditunjukkan pada Garnbar 3.
. ......- - ... Diagnosis dan Analisis ! budaya. tehis
,
Kesepakalan mengenai keluaran Ihasil perencanaan
j
A
! & manejemen, ;
:; (komersial ekonomi &
Potensi dan jenis komoditas Iusaha y n g mungkn dkembangkan
i finansialj, tala
!
4
; ruang, dan j ; iingkungan. ' !.- - ..- - . - -
.
Kesepakatan mengenai jenis komoditas I usaha yang dapat dikembangkan
J. Kesepakatan mengenai sarana dan dan prasarana pendukung (prod&i distlibusi). L.
4 Anassis bersama dsgan peserta
Garnbar 3. Alur Proses Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD).
IV. KONDlSl UMUM KABUPATEN BENGKALIS 4.1. Kondisi Wilayah
Ciri khas geografis Kabupaten Bengkalis adalah dengan tiga tipologi wilayah yaitu: pulau-pulau (lautan), pesisir dan daratan, terletak di bagian pesisir tirnur Pulau Sumatera pada 2'30'-O017' LU dan 100"52'-102°10' BT yang berhadapan langsung dengan jalur pelayaran internasional Selat Malaka serta berada pada kawasan perturnbuhan segitiga Indonesia-Malaysia-Singapura (IMS-GT)
dan
segitiga
Indonesia-Malaysia-Thailand
(IMT-GT).
Secara
administratif, Kabupaten Bengkalib berbatasan dengan Selat Malaka di bagian utara, di bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak, di bagian Barat dengan Kota Durnai dan Kabupaten Karnpar, dan di bagian Tirnur berbatasan dengan Kabupaten Karirnun. Luas Kabupaten Bengkalis 11.481,77 Krn2,terdiri dari 13 kecarnatan yang rneliputi 151 desa dan 24 kelurahan. Wilayah ini pada urnurnnya beriklirn tropis dengan hujan harnpir rnerata setiap Tahunnya, ternperatur berkisar antara 26" C sarnpai dengan 32" C dan tingkat curah hi~jansebesar 2.000 rnrnltahun. Hamp'; seluruh wilayah Kabupaten Bengkalis terdiri dari dataran rendah yang diturnbuhi hutan tropis, pantai-pantainya landai dan rnerupakan endapan lurnpur sebagai hasil erosi sungai-sungai yang banyak berrnuara ke daerah ini. Penggunaan lahan di Kabupaten Bengkalis didorninasi oleh hutan dengan luas 621.781,5 Ha, perkebunan 158.976,5 Ha, sawah 11.116 Ha, tega1 41.550 Ha, padang angon 2.515 Ha, pekarangan 29.542 Ha dan ladang 2.237 Ha. 4.2. Kependudukan
Penduduk Kabupaten Bengkalis tahun 2005 tercatat sebanyak 690.366 jiwa yang terdiri dari 353.926 jiwa laki-laki dan 336.440 jiwa perernpuan dengan
kepadatan penduduk 60,13 jiwa per ~ m Tabel ~ . 4 rnemperlihatkan jurnlah dan kepadatan penduduk disetiap kecamatan. Dari Tabel 4 terlihat bahwa kecarnatan dengan tingkat kepadatan jarang sekali ( ~ 2 jiwal~rn') 5 adalah Kecarnatan Rupat Utara, Siak Kecil, dan Bukit Batu. Kecarnatan dengan tingkat kepadatan jarang (25
-
50 j i w a l ~ m ? adalah
Kecamatan Rupat, Merbau, Tebing Tinggi Barat, Pinggir dan Rangsang. Kecamatan dengan tingkat kepadatan kurang (50-100 jiwa/Km2) adalah Kecamatan Tebing Tinggi dan Bantan. Sedangkan kecarnatan dengan tingkat kepadatan sedang (100-300 jiwa/Km2) adalah Kecamatan Mandau, Bengkalis dan Rangsang Barat Tabel4.
No
I
Luas Wilayah, Jurnlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005.
Kecarnatan
I
Luas(Km2)
/
937,47 2.503,OO 1.128,OO 742,21 896.35 628,50 514,OO 424,40 1.348,91 681,OO 241.60 849,50 586,83
Mandau Pinggir Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara Bengkalis Bantan Merbau Rangsang Rangsang Barat Tebing Tinggi Tebing Tinggi Barat
11.481.77
Jurnlah I
Jurnlah F'enduduk
I
Kepadatan Pendu per Krn2
238.81 1 67.890 26.635 17.250 29.779 11.467 69.449 37.515 50.264 28.562 28.094 69.436 15.214
254,74 27,12 23,61 23.24 33,22 18,25 135,ll 88.40 37,26 41.94 116,28 81,74 25,93
690.366
60.13
I
;umber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis (2006).
4.3. Kondisi Perekonomian
Perkembangan perekonomian pada suatu daerah antara lain dapat dilihat dari perkernbangan Pendapatan Domestik Bruto (PDRB). PDRB Kabupaten Bengkalis atas dasar harga konstan 2000 (tanpa rnigas) selama rentang tahun
26 2000 sarnpai dengan tahun 2004 terlihat adanya peningkatan dengan rata-rata tingkat perturnbuhan setiap tahunnya sebesar 7,54%. PDRB Kabupaten Bengkalis tahun 2004 adalah sebesar Rp. 3.126.467.10juta (Larnpiran I), dengan tingkat perturnbuhan sebesar 8,20% dari tahun 2003. Tabel 5. Perturnbul
PDRB
7,14 6,68 8,13 8.20 7 3 4
Surnber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis (2006).
Tabel 5 rnernperlihatkan sektor ekonorni yang turnbuh sangat pesat pada tahun 2004 adalah sektor pertarnbangan dan penggalian yang rnencapai 16,73% dengan rata-rata perturnbuhan sebesar 12.22% per tahun. Sektor lain yang cukup baik perturnbuhannya adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 13,73% (11,97% per tahun), sektor pengangkutan dan kornunikasi sebesar 12,26% (9,81% per tahn), dan sektor jasa-jasa sebesar
11,65% (8,81% per tahun). Dilihat dari peran masing-masing sektor pada rentang tahun 2000 sarnpai dengan tahun 2004,sektor yang sangat rnenonjol peranan dalarn perekonornian daerah di Kabupaten Bengkalis adalah sektor pertanian dengan kontribusi ratarata setiap tahunnya sebesar 32,30%,diikuti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan sebesar 28,53% pertahun, hotel dan restoran sebesar 21,95% per
tahun, dan sektor jasa-jasa sebesar 8,43% per tahun. Kontribusi masing-masing sektor dari Tahun 2000 sampai dengan 2004 disajikan pada Tabel 6 Tabel 6. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Bengkalis Tahun 20W2004 (%). SEKTOR
( 2000 1 2001 1 2002 I
I
1. Pertanian
I
33,59 30.13 32,42
2. Pertarnbangan dan Penggalian 3. lndustri Pengolahan
4. Cistrik dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan. Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi
1
0.74
1
0,62
1 4,27 1
1
0.59
1
2,50
1 3,59 129,58 123,63 1 20.16 (
3,30
1
338
2,71
1,85 I111.2641 9,10 I1
8. Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan 1 85
1,93
9. Jasa-Jasa
8,20
;umber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis (2006).
Dengan melihat kontribusi rata-rata sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bengkalis selama periode 2000 sampai dengan 2004 yang tinggi, menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Bengkalis. 4.4. lkhtisar
Luas Kabupaten Bengkalis 11.481,77 ~ m ' , beriklim tropis dengan, temperatur berkisar antara 26" C sampai dengan 32" C dan tingkat curah hujan sebesar 2.000 mmrrahun. Terdiri dari 13 kecamatan, dengan jumlah penduduk pada tahun 2005 sebanyak 690.366 jiwa (353.926 laki-laki dan 336.440 perempuan), dengan kepadatan 60,13 jiwa per ~ m ' . Kondisi perekonomian Kabupaten Bengkalis diiihat dari PDRB 2000-2004 atas dasar harga konstan 2000 setiap tahun rata-rata meningkat sebesar 7,54%.
PDRB tahun 2004 adalah sebesar Rp. 3.126.467,lO juta, meningkat 8,20% dari tahun 2003. Sektor ekononli yang tumbuh sangat p s a t pada tahun 2004 adalah
-
28
sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 16,73% dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12.22% per tahun. Peranan yang sangat menonjol dalam perekonomian di Kabupaten Bengkalis adalah sektor pertanian dengan kontribusi rata-rata setiap tahunnya sebesar 32,30% menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Bengkalis. Sektor lain yang memberikan kontribusi yang tinggi adalah sektor sektor industri pengolahan sebesar 28,53% pertahun, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 21,95% per tahun, dan sektor jasa-jasa sebesar 8,43% per tahun.
V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS 5.1. Produksi dan Kebutuhan Ternak 5.1.1
Jenis dan Populasi Ternak Secara urnum jenis-jenis ternak yang dikernbangkan rnasyarakat
adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging, ayarn petelur dan itik. Karena masyarakat Kabupaten Bengkalis rnayoritas beragarna Islam, ternak babi hanya dikernbangkan oleh sebagian kecil rnasyarakat dari etnis tionghoa, sebagian suku batak dan suku asli (akit). Perkernbangan populasi ternak di Kabupaten Bengkalis dari tahun ke tahun terus rneningkat selama kurun waktu lirna tahun terakhir. Tabel 7 rnernperlihatkan populasi seluruh jenis ternak rnengalami peningkatan. Peningkatan populasi ternak tertinggi di Kabupaten Bengkalis dicapai pada tahun 2004 sebesar 4,73%, peningkatan tersebut terutarna didorong oleh populasi ternak ayarn buras, sapi potong dan karnbing. Tabel 7. Populasi Ternak di Kabupaten 3engkalis Tahun 2001 (Satuan Ternak - ST). Populasi (S-
Jenis Ternak Sapi Potong
7.127,20
Kerbau
3.206,24
Karnbing
6.671,81
Babi
4.850,22
Ayarn Buras
8.297,81
Ayarn Pedaging Ayarn Petelur ltik Jurnlah Peningkatan
- 2005
121,651
127,49
38,42
39,47
455.99 32.770,34 133.529,38 (33.993,22 135.602,57 136.655,31
-
2,32%
1
1,38%
1
4,73%
Surnber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis (2006, diolah).
2,96%
Populasi ternak tahun 2005 adalah sebanyak 36.655,31 Satuan Ternak (ST) dengan populasi ternak terbesar adalah ternak ayam buras sebanyak 9.338,22 ST.
Tingginya populasi ternak ayam buras dapat
difahami karena jenis ternak ini sudah umurn dipelihara oleh masyarakat dan untuk pengembangan usaha tersebut tidak mernerlukan modal yang terlalu besar Tabel 8. Kepadatan Ekonomi Ternak per kecarnatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005 (ST11000 penduduk).
I
Kepadatan (ST11000 penduduk) Kecarnatan Sapi
Kehau Karnbing Babi
1. Mandau
0,53
1.24
1.68
2.56
2. Merbau
10.84
0.94
4,88
3.73
3. Pinggir
7.13
6,76
9.26
5.21
17,41
2,37
11,58
1.82
6,29
4,55
5,51
17.35
6. Bengkalis
11.53
0.72
15,95
10.19
7. Rangsang
15-60
2.59
9.27
4.66
8. Bukit Batu
18.47
18,47
20.61
9.64
9. Rupat
27.45
11,93
18.53
13.96
10. Bantan
29.16
0,54
37.33
9,37
11. Tebing Tinggi Barat
26,63
20,32
20,78
26.58
12. Siak Kecil
43,58
14,16
42,82
8,49
13. Rupat Utara
57,42
28.94
45,72
2437
10,93
4,43
10,77
7.40
4. Rangsang Barat 5. Tebing Tinggi
Kabupaten Bengkalis
Surnber :Dinas Pertanian ian Peternakan I. lbupaten Bengka
/
I
Buras Pedaqinq
/
t i
/
1 Total
iiolah).
Kepadatan ekonomi ternak di ~ a b u ~ a t eBengkalis n tahun 2005 secara keseluruhan sebesar 50,19 ST11000 penduduk, seperti disajikan pada Tabel 8. Kecamatan Rupat Utara, Siak Kecil, Tebing Tinggi Barat, Bantan, dan Rupat, rnerupakan kecarnatan yang memiliki kepadatan tinggi (100-300 ST11000 penduduk). Kecamatan yang memiliki kepadatan sedang (50-100 ST11000 penduduk) adalah Kecarnatan Bukit Batu, Rangsang,
Bengkalis dan Tebing Tinggi, sedangkan kecarnatan yang rnerniliki kepadatan rendah ( 4 0 ST11000 penduduk) adalah Rangsang Barat, Pinggir, Merbau dan Mandau Kepadatan ekonorni rnenggarnbarkan darnpak dari keberadaan ternak terhadap konsurnsi dan peningkatan pendapatan asal ternak pada daerah tersebut, sernakin tinggi kepadatan ekonorni ternak pada suatu daerah rnenunjukkan bahwa di wilayah tersebut usaha peternakan rnerupakan salah satu bagian sandaran kehidupan dari sebagian besar rnasyarakat daerah tersebut (Ashari dkk dalarn BPTP Riau. 2001). 5.1.2. Produksi Ternak Kabupaten Bengkalis
Tabel 9 rnernperlihatkan perkernbangan produksi daging ternak di Kabupaten Bengkalis. Produksi daging ternak di Kabupaten Bengkalis pada Tahun 2005 rneningkat sebesar 34,39% dari Tahun 2004 dan rnerupakan peningkatan tertinggi selarna lirna tahun tkrakhir. Hal ini dapat terjadi karena produksi daging berkaitan erat dengan tingkat konsurnsi baik dikarenakan
perkernbangan jurnlah
penduduk rnaupun peningkatan
konsurnsi daging perkapita akibat rneningkatnya pendapatan rnasyarakat. Tabel 9. Produksi Daging di Kabupaten Bengkalis Tahun 2001 sarnpai dengan 2005. No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Ternak Sapi Potong Kerbau Karnbing Babi Ayarn Buras Ayarn Ras ltik Jurnlah Peningkatan
Produksi Daging (Kg)
2001 1 2002 2003 1 2004 1 2005 186.615 ] 196.185 201 .I36 449.460 453.915 155.542 158.696 160.423 151.890 143.756 96.310 102.020 105.035 133.920 136.590 632.000 659.700 670.675 684.200 718.300 1.688.397 1.739.049 1.764.375 1.963.445 2.012.488 124.382 127.344 128.833 592.989 1.962.991 10.885 71.262 71.203 70.754 70.055 2.953.301 3.053.748 3.101.6804.047.166 5.438.925 30,48% 34,39% 1,57% 3,40%
1
1
;umber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis (2006).
1
32 Tabel 10 memperlihatkan produksi telur di Kabupaten Bengkalis dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Dari Tabel 10 tersebut terlihat produksi telur pada tahun 2005 merosot tajam sebesar 57,50% dari sebanyak 2.683.232 Kg menjadi 1.140.270 Kg. Hal ini mungkin tejadi akibat adanya isu flu burung yang rnenyebabkan sebahagian rnasyarakat peternak enggan bersentuhan langsung dengan ternak unggasnya, dengan demikian kebutuhan ternak untuk berproduksi menjadi terabaikan. Kontribusi terbesar terhadap produksi telur di Kabupaten Bengkalis setiap tahunnya diperoleh dari telur ayarn buras. Hal ini disebabkan karena secara keseluruhan populasi tenak ayam buras di kabupaten ini cukup besar dibanding ternak unggas lainnya. Tabel 10. Produksi Telur di Kabupaten Bengkalis Tahun 2001-2005.
C
116.054
52.295
65.781
I ltik
344.448
456.384
487.341
Produksi Telur (Kg)
Jenis Ternak
Ayam Buras
Jurnlah
2003
2004
1.591.340 1.639.080 1.672.950 2.360.469
Ayam Petelur
I
2002
2001
2005 795.941
-
322.763
344.329
)2.051.842 12.147.759 12.226.072 12,683,232 )1.140.270
Peningkatan
-
4.67%
3,65%
20,54%
-57,50%
Sumber : Dinas Pertanian dan Petemakan Kabupaten Bengkalis (2006).
5.1.3. Konsumsi dan Kebutuhan Standar Gizi
Konsurnsi daging masyarakat Kabupaten Bengkalis pada tahun 2004 sebesar 6,14 Kglkapitaltahun meningkat pada Tahun 2005 menjadi 7,89 Kgkapitaltahun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan konsumsi daging walaupun Kglkapitaltahun).
masih di
bawah
standar
gizi
nasional
(10,3
33 Garnbaran tingkat konsurnsi daging di Kabupaten Bengkalis lima tahun terakhir rnenunjukkan angka yang fluktuatif. Tabel 11 rnenggarnbarkan tingkat konsumsi daging di Kabupaten Bengkalis. terlihat bahwa konsurnsi daging setiap tahunnya sudah rnendekati standar gizi nasional. Rata-rata konsumsi daging setiap tahunnya adalah sebesar 6,34 Kg/kapitalTahun, dengan demikian setiap tahun rata-rata kekurangan konsumsi daging di Kabupaten Bengkalis adalah sebesar 3,96 Kglkapitaltahun, Tabel 11. Tingkat Konsurnsi Daging di Kabupaten Bengkalis Tahun 20012005.
1.
Sapi Potong
2.
Kerbau
3.
Karnbing
4.
Babi
5.
Ayarn Buras
6.
Ayarn Ras
7.
ltik Jurnlah
;umber : Dinas Pertanian
n Petemakan Kabupaten Bengkalis (2006).
Konsurnsi daging berkaitan erat dengan tingkat produksi. Pada tab4 12, terlihat bahwa produksi daging pada tahun 2005 di tiap kecarnatan rnasih rnengalarni kekurangan produksi untuk rnernenuhi kebutuhannya, kecuali Kecamatan Mandau dan Kecarnatan Bengkalis yang sedikit rnengalarni surplus produksi untuk mernenuhi kebutuhannya rnasingrnasing sebanyak 34.402 Kg dan 54.829 Kg.. Secara keseluruhan produksi
daging di Kabupaten Bengkalis pada Tahun 2005 telah dapat rnernenuhi 76,49% dari total kebutuhan standar konsumsi. Tabel 12. Produksi dan Kebutuhan Daging di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005. Kecamatan 1. Mandau 2. Pinggir 3. Bukit Batu 4. Siak Kecil 5. Bantan 6. Bengkalis 7. Merbau 8. Rupat 9. Rupat Utara 10. Rangsang 11. Rangsang Barat 12. Tebing Tinggi Kabupaten
Kebutuhan (Kg) 2.459.753
Produksi (Kg) 2.494.1 56
5.438.925
1
7.110.780
Perirnbangan (Kg) 34.402
1
- 1.671.855
Sumber : Dinas Pertanian dan Petemakan Kabupaten Bengkalis (2006, diolah).
Kabupaten Bengkalis pada tahun 2005 dengan jurnlah penduduk 690.367 jiwa bila dikaitkan dengan angka kebutuhan standar gizi konsurnsi telur sebesar 6,5 KglKapltahun membutuhkan sebanyak 4.487.385,50 Kg telur, sedangkan pada tahun 2005 tersebut tercatat produksi telur sebesar 1.140.270,14 Kg.
Dengan rnelihat angka produksi dan kebutuhan telur
pertahun, tarnpak bahwa produksi telur yang ada di Kabupaten Bengkalis hanya marnpu rnenyuplai 25,41% dari kebutuhan standar gizi konsurnsi telur. Dengan dernikian daerah ini rnasih rnengalarni kekurangan sebesar 3.347.115,36 Kg. Tabel 13 memperlihatkan perimbangan antara produksi dan kebutuhan standar gizi konsumsi telur pada masing-masing kecarnatan. Kebutuhan untuk rnernenuhi standar gizi konsurnsi telur tertinggi adalah di Kecarnatan Mandau yakni sebesar 1.552.271,50 Kg.
Dari kebutuhan
tesebut baru sebagian kecil yang mampu disuplai dari produksi telur yang ada di kecamatan tersebut yakni hanya 55.528,17 Kg telur Tabel 13. Produksi dan Kebutuhan Telur di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005.
I
Kecamatan
Produksi
Kebutuhan
1. Mandau
Perimbangan (Kg) -1.496.743,33
2. Pinggir
-366.934,99
3. Bukit Batu
-102.431,89
4. Siak Kecil
-40.045,89
5. Bantan
-127.949,05
6. Bengkalis
-329.758,98
7. Merbau
-232.301.91
8. Rupat 9. Rupat Utara 10. Rangsang 11. Rangsang Barat 12. Tebing Tinggi 13. Tebing Tinggi Barat Kabupaten
1.140.270,14
4.487.385,50
Surnber : Dinas Pertanian dan 'etel-nakan Kabupsten Bengkalis (2006, dio
Dari Tabel 13 terlihat bahwa tidak ada satu kecamatan yang mengalami surplus produksi telur, dengan demikian dapat dikatakan bahwa telur yang beredar di masyarakat Kabupten Bengkalis merupakan telur yang dating dari luar daerah. 5.1.4.
Kebutuhan Ternak Di Kabupaten Bengkalis Dengan meningkat konsumsi produk peternakan sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan masyarakat, rnaka akan meningkatkan kebutuhan ketersediaan ternak yang rnerupakan salah satu unsur dari sernbilan kebutuhan pokok rnanusia. Dilihat dari kebutuhan sesuai standar konsumsi di Kabupaten Bengkalis yang setiap
tahunnya terus mengalami kekurangan, dengan demikian terdapat peluang untuk pengembangan ternak. Tabel 14. Kebutuhan Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005. No
Kecarnatan Sapi
1
Mandau
2
Pinggir
3
Bukii Batu
4
Siak Kecil
5
Bantan
I
Kerbau
I 1 I I I 1
I
Kambing
I
Babi
1
2.51%
1
13.21%
I 2; I
Ras
I
36.09%
1
ltik
283.140
18.315 7.260 5.610
10.230
6
Bengkalis
7
Merbau
8
Rupat
9
Rupat Utara
7.920
10
Rangsang
7.095
11
Rangsang Barat
7.095
12
Tebing Tinggi
30.69? 17.325
40.755
4 Tebing Tinggi Barat
13
Produksi Oaging
6.600
Jurnlah
453.915
1
Kontribusi
8.35%
1
2.64%
1
37.00%
1
KebutuhanSesuaiStandar
593.443
187.945
178.576
Kekurangan daging (Kg)
139.528
44.189
41.986
220.796
618.613
€43.398
846
266
4.199
4.416
687.348
402.265
Kekurangan ternak (ekor)
939.096 2.631.101 2.566.389
;umber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis (2006, diolah).
Pada tabel 14 terlihat bahwa kontribusi terbesar dalam produksi daging di Kabupaten Bengkalis adalah ternak ayam buras, dengan tingkat
-
produksi sebesar 2.012.488 Kg pada tahun 2005 menyumbang 37,00% dari produksi daging keseluruhan. Tempat kedua sebagai penyumbang produksi daging adalah ayam ras sebesar 1.962.991 Kg (36,0g0h), diikuti ternak babi sebesar 718.300 Kg (13,21%), ternak sapi sebesar 453.915 Kg (8,35%), ternak kerbau sebesar 143.756 Kg (2,64%), ternak kambing sebesar 136.590 Kg (2,51%), dan ternak itik sebesar 10.885 Kg (0.20%). Berdasarkan kontribusi produksi daging dari masingmasing jenis ternak dan dibandingkan dengan kebutuhan sesuai standar gizi pada tahun
37 2005, rnaka Kabupaten Bengkalis masih kekurangan sebanyak 687.348 ekor ternak ayam buras, 402.265 ekor ternak ayam ras, 4.416 ekor ternak babi. 846 ekor ternak sapi, 266 ekor ternak kerbau, 4.199 ekor ternak kambing, dan 3.042 ekor ternak itik. Dengan melihat kondisi ini berarti ada peluang untuk
rnengernbangkan usaha
peternakan di
Kabupaten
Bengkalis. 5.2. Kontribusi Sub sektor Peternakan
Surnbangan sub sektor peternakan dalam PDRB pertanian di Kabupaten Bengkalis belum begitu rnenonjol jika dibandingkan dengan sub sektor lainnya. Pada tabel 15, terlihat rata-rata kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB pertanian dari rentang tahun 2000 sampai 2004 hanya sebesar 5,28%. Kontribusi tertinggi dicapai pada Tahun 2000 dengan sumbangan sebesar 7,28%. Tabel 15. Kontribusi Masing-Masing Sub Sektor Terhadap PDRB Pertanian di Kabupaten Bengkalis.Tahun 2000-2004 (%). SUB SEKTOR
2000
2001
2002
2003
2004
Rata rats
1. Tanarnan Bahan Makanan
2. Tanarnan Perkebunan
3. Peternakan 4. Kehutanan 5. Perikanan ;umber : Badan Pusat Statistik Kabupaten
Jika dibandingkan dengan sub sektor lainnya dalarn sektor pertanian di Kabupaten Bengkalis, kontribusi sub sektor peternakan terhadap sektor pertanian adalah yang paling kecil. Sub sektor yang memberikan kontribusi yang tinggi adalah sub sektor kehutanan dengan nilai kontribusi rata-rata sebesar 49,47%, diikuti oleh sub sektor tanaman perkebunan sebesar 16,51%, sub sektor tanarnan bahan rnakanan sebesar 15,3956, dan sub sektor perikanan sebesar
13,35%. Hal ini rnenunjukkan bahwa rnasih lernahnya peranan sub sektor peternakan dalarn perekonornian di Kabupaten Bengkalis. Bila dilihat dari laju perturnbuhan setiap tahunnya seperti pada Tabel 16, perturnbuhan sub
sektor peternakan cenderung terus
meningkat, dan
perturnbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2004 sebesar 7,18% dari Tahun 2003. Gambaran ini rnenunjukkan bahwa sub sektor ini terus turnbuh dan berkernbang dengan laju perturnbuhan rata-rata 5,16% per tahun. Tabel 16. Laju Pertumbuhan masing-masing Sub Sektor dalarn Sektor Pertanian di Kabupaten Bengkalis Tahun 2000-2004 (%). SUB SEKTOR 1. Tanarnan Bahan Makanan
I 1 I 2001
2002
2003
1
2.85
/
2.23
1
2.34
/
8.80
/
7.02
1
5.67
2. Tanarnan Perkebunan 3. Peternakan
4. Kehutanan 5. Perikanan
PERTANIAN
7,48
6,68
6,17
6,86
5,57
5,09
;umber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis (2W6).
-
5.3. Program Pembangunan Peternakan di Kabupten Bengkalis
Tujuan pernbangunan sub sektor peternakan di Kabupaten Bengkalis adalah sesuai Rencana Operasional Pernbangunan Sub sektor Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis 2001-2005 adalah untuk: 1. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, 2. Meningkatkan rnutu gizi rnasyarakat, 3. Menciptakan kesernpatan berusaha agribisnis di bidang peternakan. Dalarn upaya pencapaian tujuan tersebut Dinas Peternkan rnelaksanakan pernbangunan peternakan rnelalui Program Pengembangan Usaha Peternakan
Rakyat yang merupakan kegiatan penyebaran dan pengembangan ternak yang dilaksanakan dengan cara bergulir. Tabel 17. Jumlah Penyebaran dan Pengembangan Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun 2000-2004. No. 1.
Jenis Ternak
Tahun Penyebaran 2001
2002
2003
2004
Sapi Bali
- Pola Pemerataan - Pola Agribisnis 2.
Kambing
3.
ltik
4.
Ayam Buras
252ekorl 336ekorl 420 ekor I 210 KK 350 KK 280 KK 210 ekor I 140 ekor 1 150 ekor 1 60 KK 40 KK 30 KK 600 ekor 1 600 ekor I 120 KK 120 KK 3.000 ekor 1 3.500 ekor 1 3.000 ekor 1 60 KK 60 KK 70 KK I 1500 ekor 60 KK
Sumber : Dinas Pertanian dan Petemakan Kabupaten Bengkalis (2005).
Pada Tabel 9 terlihat bahwa program penyebaran ternak di Kabupaten Bengkalis terfokus pada penyebaran ternak sapi Bali. Penyebaran ternak sapi terbagi atas dua pola yakni pola pemerataan dan pola agribisnis. Pola pernerataan adalah pola penyebaran ternak sapi yang ditujukan kepada kelompok petani yang belum pernah menerima bantuan ternak sapi. Sedangkan pola agribisnis ditujukan untuk petani yang sudah dianggap berhasil dalam memelihara ternak bantuan beberapa tahun sebelumnya. Berdasarkan ha1 tersebut, terlihat bahwa jumlah bantuan ternak yang diberikan belum mernenuhi skala usaha minimal, sehingga tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat tidak tercapai. 5.4. lkhtisar
Secara umum jenis-jenis ternak yang dikembangkan masyarakat di Kabupaten Bengkalis adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayam buras, ayam pedaging, ayam petelur dan itik, dengan populasi ternak pada Tahun 2005 adalah sebanyak 36.655,31 ST. Kepadatan ekonomi ternak di Kabupaten
VI. KARAKTERISTIK USAHA PETERNAKAN Dl KABUPATEN BENGKALIS 6.1. Tingkat Pendidikan Peternak di Kabupaten Bengkalis
Pendidikan merupakan salah satu unsur yang dapat merubah sikap. perilaku, pola pikir, wawasan dan mernudahkan proses penyerapan informasi. Dikaitkan dengan usaha peternakan, rnaka semakin baik tingkat pendidikan peternak dapat diharapkan semakin baik pula pola pikir, wawasan serta penyerapan informasi dan inovasi yang berguna bagi kemajuan usahanya. Sebagian besar tingkat pendidikan peternak di Kabupaten Bengkalis rnasih rendah, ha1 ini tergambarkan dari hasil observasi terhadap peternak responden. Pada Tabel 18 terlihat bahwa tingkat pendidikan peternak responden 12,00% tidak tamat SD, 49,71% berpendidikan SD, 18,29% berpendidikan SLTP, 17,71 berpendidikan SLTA, sisanya sebanyak 2,29% yang merniliki latar belakang pendidikan tinggi. Tabel 18. Latar Belakang Pendidikan Peternak Responden.
Dengan tingkat pendidikan yang rnasih rendah tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kondisi usaha petemakan anatara lain akan terjadi hambatan dalam rnanajernen usaha serta penyerapan dan pengembangan inovasi-inovasi.
42
6.2. Pola Usaha Peternakan d i Kabupaten Bengkalis Sebagian besar usaha ternak di Kabupaten Bengkalis dimiliki oleh usaha peternakan rakyat yang diusahakan dengan cara perneliharaan secara tradisional. Hal ini tergambar dari ciri-ciri usaha peternakan peternak responden sebagian besar sesuai seperti apa yang diungkap Diwyanto dkk. (1995) yang dikutip Wirosuhardjo dan Priyanti (1997) bahwa usaha peternakan bersifat sarnbilan adalah usaha yang dicirikan oleh skala pengusahaan ternak yang relatif kecil, input biaya produksi yang relatif rendah, kurang berorientasi ekonorni, serta bentuk usahanya bersifat pernbibitan dan pernbesaran. Lebih lanjut Wirosuhardjo dan Priyanti (1997) menjelaskan bahwa sistern usaha seperti tersebut belum rnernperhitungkan semua faktor input produksi seperti curahan tenaga kerja keluarga, pakan (rurnput) dan sewa lahan untuk bangunan kandang. Pemasaran produksi juga belurn berdasarkan target penjualan, akan tetapi pada umurnnya lebih ditentukan oleh kebutuhan akan uang tunai. Garnbaran seperti tersebut diatas ditunjukkan dari tingkat penguasaan sapta usaha peternakan antara lain pengetahuan tentang bibit, pengetahuan tentang pakan ternak, sistern perneliharaan, cara pengembangbiakan ternak, pengetahuan tentang sistern perkandangan dan peralatan, pengetahuan tentang tatacara pencegahan penyakit, dan pola penangan pasca panen dan pernasaran, serta jumlah kepemilikan ternak (skala usaha). Tabel 19. Penguasaan Sapta Usaha Peternakan Peternak Responden. No
/
Penguasaan Sapta Usaha
1
Jurnlah Peternak
I
%
--
1.
1 s/d 3 aspek
105
60,OO
2.
4 s/d 5 aspek
53
30,29
3.
6 sld 7 aspek
17
9,71
175
100
Jurnlah ;umber : Hasil Survey pada 175 Responden (Lampiran 10).
43 Pada Tabel 19 terlihat bahwa tingkat penguasaan sapta usaha peternakan peternak responden rnasih sangat rendah. Sebagian besar peternak (60,00%) hanya rnenguasai 1 sarnpai dengan 3 aspek sapta usaha peternakan, 30,29% rnenguasai 4 sarnpai dengan 5 aspek, sedangkan yang rnenguasai harnpir keseluruhan aspek sapta usaha peternakan hanya sejurnlah 9,71%. Dari segi jurnlah ternak yang dipelihara rurnah tangga peternak seperti terlihat pada Tabel 20, sebagian besar rnasih di bawah skala minimal untuk usaha peternakan. Kecuali usaha ayarn pedaging dan ternak itik skala usahanya sudah di atas skala minimal. Ini rnenunjukkan bahwa kornoditas yang diusahakan secara kornersial oleh rnasyarakat adalah usaha ternak ayarn pedaging dan usaha ternak itik. Sedangkan jenis kornoditas usaha ternak yang lainnya rnasih bersifat usaha tradisional. Tabel 20. Rata-rata Kepernilikan Ternak pada Rurnah Tangga Peternak Responden.
I I
Kornoditas Usaha
No
1
Rata-rata Kepernilikan (Ekor)
1 Sapi
1
7
1
Kerbau Karnbing Babi Ayarn Buras Ayarn Pedaging ltik
1
213
Sumber : Hasil Survey pada 175 Responden (Lampiran 9).
6.3. Kelayakan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis Dari segi kelayakan usaha peternakan responden, kornoditas usaha ternak ayarn pedaging rnenunjukkan peforman yang baik diantara kornoditas ternak lainnya. Selain ternak ayarn pedaging, kornoditas usaha ternak babi juga rnenunjukkan peforrnan usaha yang cukup baik, narnun untuk pengernbangan ternak babi sangat terbatas karena sebagian besar penduduk di daerah Kabupaten Bengkalis beragarna Islam.
Tabel 21. Kelayakan Usaha pada Usaha Peternakan Responden.
1 1 1 Sapi 1 2 1 Kerbau
1
1I 1I
1/
1
3
Karnbing
4
Babi
5
Ayarn Buras
6 7
1 Ayarn Pedaging ltik
1
1 tahun 1 1.965.002 1
2 tahun 2
2 tahun 1 tahun 3 tahun
1
11
803.050
360.856 858.449 955.864
16 siklus 1 tahunl 5.419.638
3 tahun
11 1
3.391.256
12,19% 15,08% 15,79% 24.03% 48,03% 37,89% 40.38%
1
1
11 1
1 1
1,03 1,06 1,06 1,08 1,23 1,07
11 1
1,06
Sumber : Hasil Survey pada 175 Responden (perhitungan disajikan pada Lampiran 18 sampai dengan Lampiran 24)
Pada Tabel 21 ditampilkan nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (BIC) dari masing-masing kornoditas ternak. Ternak sapi memiliki nilai NPV sebesar 803.050, IRR sebesar 12,19% dan BIC sebesar 1,03. Nilai NPV untuk usaha ternak kerbau adalah 1.965.002, IRR 15,08% dan BIC 1,06. Usaha ternak karnbing nilai NPV 360.856, IRR 15,79% dan BIC 1,06. Usaha ternak babi nilai NPV sebesar 858.449, IRR 24,03% dan BIC 1,08. Usaha ternak ayam buras nilai NPV sebesar 955.864, IRR 48,03% dan BIC 1.23. Usaha ternak ayarn pedaging rnernberikan nilai NPV sebesar 5.419.638, IRR 37,89% dan BIC 1,07. Sedangkan usaha ternak itik nilai NPV sebesar 3.391.256, IRR 40,38% dan BIC 1,06. Keseluruhan kornoditas ternak yang diusahakan rnernberikan nilai NPV lebih besar dari 0, IRR lebih besar dari r, dan BIC lebih besar dari 1, ha1 ini menunjukkan bahwa usaha peternakan di daerah ini rnasih merniliki peluang untuk dikernbangkan.
6.4. lkhtisar Sebagian besar tingkat pendidikan peternak di Kabupaten Bengkalis rnasih rendah, ha1 ini tergarnbarkan dari hasil observasi terhadap peternak responden. 12,00% tidak tarnat SD, 49,71% berpendidikan SD, 18,29% berpendidikan SLTP,
45 17,71% berpendidikan SLTA, sisanya sebanyak 2,29% yang rnerniliki latar belakang pendidikan perguruan tinggi. Aspek-aspek sapta usaha peternakan belurn sepenuhnya dikuasai oleh peternak, sebagian besar peternak (60,00%) hanya rnenguasai 1 sarnpai dengan 3 aspek, 30,29% rnenguasai 4 sarnpai dengan 5 aspek, sedangkan yang rnenguasai harnpir keseluruhan aspek sapta usaha peternakan hanya sejurnlah 9,71%. Dari segi kelayakan usaha, Keseluruhan kornoditas ternak yang diusahakan rnernberikan nilai NPV lebih besar dari 0, IRR lebih besar dari r, dan
BIC lebih besar dari 1, ha1 ini rnenunjukkan bahwa usaha peternakan di daerah ini rnasih rnerniliki peluang untuk dikernbangkan..
VII. PENENTUAN DAN PENETAPAN STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN 7.1. Faktor-Faktor Strategis dalam Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis
Untuk mengetahui faktor-faktor strategis yang mempengaruhi dan menetukan keberhasilan pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis, dilakukan analisis faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, dan analisis faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Untuk menentukan faktor internal dan eksternal terlebih dahulu dilakukan studi pustaka dan wawancara dengan dinaslinstansi terkait. Setelah didapat faktor-faktor strategis internal dan eksternal, dengan bantuan kuisioner diminta pendapat responden untuk menilai suatu faktor apakah merupakan ancaman atau peluang (eksternal), dan kekuatan atau kelernahan (internal) yang berpengaruh pada pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. 7.1.1. Faktor Strategis Internal
Berdasarkan wawancara melalui kuisioner dan rnasukan-masukan dari responden, diperoleh beberapa faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis sebagai berikut : a. Faktor Kekuatan Faktor kekuatan adalah bagian dari faktor strategis internal. Dianggap
sebagai
kekuatan
karena
dapat
rnendukung
terhadap
pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis, oleh karena itu faktor kekuatan harus dimanfaatkan seoptimal mungkin. Dari masukan 11 orang responden didapat faktor kekuatan yang dimiliki Kabupaten Bengkalis dalam pengembangan usaha peternakan adalah sebagai berikut:
47 1. Keadaan surnber daya alam.
Dilihat dari aspek surnber daya alarn seperti luas lahan serta potensi bahan pakan yang masih cukup tersedia dan potensial untuk dikelola bagi pengernbangan usaha peternakan. Selain itu, posisi daerah yang strategis berhadapan langsung dengan jalur pelayaran internasional Selat Malaka serta berada pada kawasan perturnbuhan segitiga Indonesia-Malaysia-Singapura (IMS-
GT) dan segitiga Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT) dapat dijadikan peluang pasar yang rnenjanjikan. 2. Lernbaga pernbina. Tersedianya lernbaga pernbina seperti Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan lnvestasi, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dan dinaslinstansi terkait lainnya dapat diharapkan rnenjadi fasilitator dan actor utarna dalarn upaya pernbinaan bagi pelaku usaha baik dibidang teknik budidaya, panen dan pasca panen, pemasaran hasil rnaupun rnanajernen usaha. 3. lnforrnasi pasar.
Cukup dekatnya jarak antar pelaku usaha dengan pasar di Kabupaten
Bengkalis
dan
adanya
siaran
televisi
lokal
yang
rnenayangkdn inforrnasi pasar, telah rnernbuat para pelaku usaha dengan cepat dapat rnengetahui perkernbangan inforrnasi pasar setiap harinya. Dengan dernikian, peluang ini rnerupakan kesernpatan untuk rnengernbangkan usaha dan rnensuplai kornoditas sesuai kebutuhan pasar terrnasuk kornoditas peternakan. 4. Sarana dan prasarana produksi. Sarana dan prasarana untuk rnelakukan kegiatan usaha peternakan di Kabupaten Bengkaiis dapat dikatakan cukup rnernadai,
48
karena
untuk
rnendapatkan
sarana
produksi
peternak
dapat
rnernbelinya di pasar kecarnatan dan pada sernua kecarnatan terdapat lebih dari satu toko yang rnenjual kebutuhan peternak berupa bibit, bahan pakan, dan peralatan. Akses ke lokasi usaha cukup rnudah dijangkau dan begitu pula sebaliknya, pengangkutan hasil juga cukup rnudah dilakukan karena harnpir sernua daerah dapat dijangkau oleh kendaraan angkutan. 5. Kernarnpuan rnernasarkan di dalarn daerah. Sifat urnurn konsurnen yang kadangkala rnenghadapi ketidakpastian tentang inforrnasi suatu produk yang sarna tetapi ditawarkan oleh produsen yang berbeda dan urnurnnya konsurnen lebih suka rnenghindari resiko, rnenyebabkan konsurnen lebih rnenyukai pilihan pasti dibanding yang tidak pasti walau pilihan itu rnernberikan nilai harapan yang sarna. Untuk itu produsen harus dapat dengan cepat rnenguasai perrnintaan dan kebirnbangan konsurnen. Hal ini dapat menjadi keunggulan peternak daerah ini dalarn rnernasarkan produknya,.karena dengan
dekatnya jarak
produsen produk peternakan di
antar konsurnen
Kabupaten Bengkalis,
rnernberikan tindkat kepercayaan konsurnen rnenjadllebih baik kepada produsen di dalarn daerah. Seperti alasan kearnanan pangan, produk peternakan di daerah ini dapat langsung diketahui dan dinilai kearnanannya oleh konsurnen. 6. Kernarnpuan modal usaha.
Karena berkernbangnya sistem gaduhan dan seduaan usaha ternak di daerah ini, sehingga rnernberi kesernpatan kepada peternak untuk rnengakses perrnodalan. Selain itu, daerah ini rnasih cukup kental
49
rasa kekeluargaan, sehingga peternak dapat rnenggadaikan ternaknya dengan sistern seduaan untuk rnernperoleh modal yang diperlukan. Dukungan program ekonorni kerakyatan di daerah ini juga rnendukung tersedianya modal bagi peternak untuk rnengernbangkan usaha peternakan. 7. Kornoditas yang dikernbangkan.
Dukungan surnber daya alarn dan sosial budaya rnasyarakat kabupaten ini, mernberikan peluang untuk pengernbangan berbagai jenis kornoditas peternakan. Meski rnayoritas berpenduduk rnuslirn, narnun keberadaan ternak lain tidak rnenjadi suatu perrnasalahan selagi dikelola dengan keadaan yang baik. Disarnping itu pennintaan berbagai jenis produk peternakan dari rnasyarakat daerah ini terus rneningkat sejalan dengan rneningkatnya jurnlah penduduk. b. Faktor Kelemahan
Faktor kelernahan adalah bagian dari faktor strategis internal, faktor tersebut dianggap sebagai kelernahan karena akan rnenjadi kendala dalarn pengernbangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis. Setelah dilakukan perrnintaan pendapat dan pandangan dari 11 responden, terdapat 8 faktor kelernahan yang harus dirninirnalisir dalarn upaya pengernbangan usaha peternakan, antara lain: 1. Keadaan surnber daya rnanusia Salah satu surnber inefisiensi dalarn pengusahaan pengernbangan peternakan adalah ketidak harrnonisan antara pelaku usaha dan pernbina. Faktor penyebab ketidakhannonisan ini adalah rendahnya kualitas surnber daya manusia peternakan. Masih rendah dan
50
terbatasnya hambatan
kemarnpuan sumber daya dalam
pengetahuan
percepatan
kepada
proses
peternak
manusia akan transfer
dalam
menjadi
teknologi
dan
memanfaatkan
dan
mengembangkan sumber daya yang tersedia. Di Kabupaten Bengkalis permasalahan sumber daya manusia peternakan tidak hanya dari kualitas yang minim tetapi diperparah lagi dengan kuantitas yang juga
minim. Tercatat tenaga pembina
peternakan saat ini yang ada di Kabupaten Bengkalis adalah: Dokter Hewan sebanyak 1 orang; Sarjana Peternakan 2 orang; dan tenaga Paramedis Veteriner sebanyak 12 orang. Dari sisi peternak, dari hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar peternak responden berpendidikan SDIsederajat dan bahkan ada yang tidak tamat pendidikan dasar tersebut. 2. Pelaksanaan pembinaan Pelaksanaan pembinaan seharusnya tidak hanya dilakukan dalam ha1 teknis saja, namun juga pada masalah manajemen usaha, pemasaran,
dan
kelembagaan.
Pelaksanaan
pembinaan
yang
dilakukan oleh instansi berwenang selama ini dirasakan masih kurang optimal dan masih sangat tergantung pada pola proyek, sehingga pembinaan hanya dilaksanakan selama anggaran proyek berjalan. namun pembinaan pasca proyek sangat jarang dilaksanakan. Seharusnya pembinaan yang dilaksanakan mengacu pada program k e j a yang jelas, rutin, sinergis dan melibatkan semua unsur terkait dengan tingkat keberhasilan yang terukur (accountability). 3. Ketepatan kebijakan pemerintah
Kebijakan adalah suatu keputusan yang memberikan arahan untuk mencari solusi terhadap permasalahan khusus yang berkembang
51 dikalangan masyarakat. Kebijakan yang tepat akan memberikan dampak yang positif sesuai yang diharapkan. Dari 11 responden yang dimintakan tanggapan terhadap ketepatan kebijakan pemerintah, 7 responden rnemberikan nilai negatif terhadap ketepatan kebijakan pemerintah dalam pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Dengan demikian responden tersebut menilai bahwa kebijakan yang diambil belum memberikan darnpak yang positif terhadap tujuan kebijakan sesuai yang diharapkan. 4. Koordinasi antar lembaga terkait Sangat disadari bahwa program pengernbangan peternakan tidak rnungkin dapat dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan secara bersendirian, akan tetapi keteriibatan dari instansi lain dan stakeholder terkait sangat dibutuhkan. Untuk itu sangat diperlukan koordinasi yang baik antar lembaga-lernbaga tersebut. Sampai saat ini masih berkembang anggapan bahwa segala sesuatu yang menyangkut pengembangan peternakan adalah menjadi tanggung jawab Dinas Pertanian dan Peternakan. Walau ada suatu kesepahaman bahwa untuk pekerjaan tertentu seperti penyediaan sarana jalan dan pembinaan kelembagaan telah dilakukan oleh instansi berwenang namun dalam perencanaannya sering tidak ada koordinasi sehingga satu sama lain tidak terdapat kegiatan yang sinergis dan saling mendukung, malahan sering terjadi overlapping. 5. Manajemen usaha Dari hasil pengamatan dan wawancara, secara umum sistem usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis selama ini masih bersifat usaha sambilan. Hal ini tergambar dari ciri-ciri usaha peternakan peternak responden sebagian besar sesuai seperti apa yang diungkap
52
Diwyanto dkk. (1995) yang dikutip Wirosuhardjo dan Priyanti (1997) bahwa usaha peternakan bersifat sambilan adalah usaha yang dicirikan oleh skala pengusahaan ternak yang relatif kecil, input biaya produksi yang relatif rendah, kurang berorientasi ekonomi, serta bentuk usahanya
bersifat
pembibitan
dan
pembesaran.
Lebih
lanjut
Wirosuhardjo dan Priyanti (1997) menjelaskan bahwa sistem usaha seperti tersebut belum memperhitungkan semua faktor input produksi seperti curahan tenaga kerja keluarga, pakan (rumput) dan sewa lahan untuk
bangunan
kandang.
Pemasaran
produksi
juga
belum
berdasarkan target penjualan, akan tetapi pada umumnya lebih ditentukan oleh kebutuhan akan uang tunai. Hal ini menunjukkan masih lemahnya manajernen usaha peternak di daerah ini. Pada umumnya peternak masih mengelola usahanya dengan sederhana, padahal untuk pengembangan usaha peternakan dalarn suatu sistern agribisnis perlu dikelola dengan manajemen yang
lebih
baik.
Kegiatan agribisnis
memerlukan
manajemen usaha yang baik karena akan berpengaruh pada hasil yang dicapai. Manajemen usaha agribisnis modern harus dimulgi dari perencanaan, pelaksanan kegiatan usahatani, penanganan panen, pengolahan hasil dan pemasaran hasil.
-
6. Motivasi peternak
Motivasi adalah kondisi dalam diri individu yang berhubungan dengan rangsangan sehingga mendorong seseorang bertindak untuk mencapai tujuan (Sugema, 1999). Sahlan (2002) mengemukakan bahwa ada tiga motivasi yang sering dijumpai pada kehidupan manusia yaitu: Pertama, motivasi berprestasi yaitu dorongan yang timbul dalam diri individu sehubungan
53
dengan adanya
pengharapan bahwa tindakan
yang
dilakukan
rnerupakan alat untuk mencapai hasil yang lebih baik dari pada hasil yang telah dicapai sebelurnnya, bersaing dan menggauli orang lain, rnengatasi rintangan, serta mernelihara sernangat kerja yang tinggi; Kedua, motivasi berafiliasi yaitu dorongan yang tirnbul dalam diri individu sehubungan dengan adanya pengharapan bahwa tindakan yang dilakukan rnerupakan alat untuk mernbentuk, rnemelihara, diterirna serta bekerja sama dengan orang lain; dan Ketiga, motivasi berkuasa yaitu dorongan yang tirnbul dalarn diri individu sehubungan dengan adanya pengahrapan bahwa tindakan yang dilakukan merupakan alat untuk mernpengaruhi, menguasai, rnengendalikan serta memanipulasi perilaku orang lain. Dengan dernikian motivasi berperan dalarn
menentukan
perkembangan dan keberhasilan suatu usaha. Dikaitkan dengan keragaan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis, motivasi untuk berprestasi, berafiliasi dan berkuasa pada diri para peternak belurn begitu berkembang. Hal ini terlihat dari be!um bergesernya sebagian besar sistem usaha sambilan dan subsistens ke arah wawasan untuk rnenjadi pengusaha yang rnandiri. 7. Tingkat keuntungan usaha
Tingkat keuntungan usaha merupakan suatu pertirnbangan bagi para pengusaha untuk rnenekuni suatu usaha. Selama ini secara urnum rnasyarakat masih beranggapan bahwa usaha peternakan merupakan usaha yang high risk low return. 8. Kemampuan memasarkan ke luar daerah
Peluang pernasaran produk peternakan Kabuapten Bengkalis ke luar daerah sebenarnya terbuka lebar. Diantara daerah tujuan
54
pemasaran yang potensial adalah Pulau Batam. Karena adanya peluang ini, mengakibatkan daerah ini dihadapkan kepada berbagai tantangan dalam menghadapi persaingan dengan daerah lain. Sejauh ini keunggulan yang dimiliki daerah ini lebih banyak pada kegiatan produksi yang bersifat resource base dari pada kegiatan produksi yang bersifat technological base. Beberapa ha1 spesifik yang merupakan tantangan dalam bersaing untuk memasarkan produk peternakan ke luar daerah adalah rendahnya kualitas produk, belum adanya jaminan kontinuitas produk, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia.
7.1.2. Faktor Strategis Eksternal Faktor strategis eksternal terdiri dari
peluang yang
dapat
dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari untuk mencapai keberhasilan dalam upaya pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis. a. Peluang Faktor yang dianggap sebagai peluang adalah faktor yang bisa dimanfaatkan dalam upaya pencapaian tujuan. Dari wawancara terhadap responden terdapat 7 faktor yang merupakan peluang -yang dapat dimanfaatkan dalam upaya pengembangan petemakan di Kabupaten Bengkalis. Peluang-peluang tersebut adalah: I.Teknologj informasi Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi seperti internet, televisi, telepon dan lain sebagainya, maka ada peluang yang cukup besar untuk dimanfaatkan dalam rangka pengembangan usaha peternakan. Peluang tersebut dapat berupa akses tentang informasi
55
teknologi baru, informasi pasar, permintaan pasar luar negeri, dan lainlain. Selain itu rnelalui teknologi inforrnasi, pelaku usaha dapat rnelakukan transaksi dengan cepat 2. Potensi pasar Letak geografis
Kabupaten Bengkalis yang
berhadapan
langsung dengan jalur pelayaran internasional Selat Malaka serta berada pada kawasan pertumbuhan segitiga Indonesia-MalaysiaSingapura (IMS-GT) dan segitiga Indonesia-Malaysia-Thailand (IMTGT) menjadikan negara-negara tetangga tersebut sebagai peluang target pasar kornoditas peternakan. 3. Otonorni daerah
Berlakunya Otonomi Daerah sejak tahun 1999 dengan lahirnya Undang-Undang Nornor 22 Tahun 1999 dan kemudian digantikan dengan Undang-Undang Nornor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, rnernberikan kesempatan kepada masyarakat di daerah untuk rnengatur diri sendiri rnelalui local self government dan rnelaksanakan pernbangunan sesuai prakarsa dan karakteristik daerah (kondisi geografis, sumber daya alam, dan sosial budaya masyarakat) masingmasing. Dengan
terbukanya
kesempatan
tersebut,
diharapkan
masyarakat dan pernerintah kabupaten dapat terpacu untuk lebih kreatif dalarn rnembangun daerahnya masing-masing. 4. Ketersediaan kredit
Ketersediaan kredit dari lernbaga keuangan yang ada di Kabupaten Bengkalis saat ini seperti BRI, Bank Riau, Bank Perkreditan Rakyat dan Koperasi Simpan Pinjam merupakan peluang yang dapat
56
dimanfaatkan dalam menyediakan modal dan kesernpatan untuk mengembang usaha. Selain itu, saat ini tersedia skim kredit ketahanan pangan (KKP) yang khusus diperuntukkan bagi pengembangan usaha peternakan yang disediakan oleh Departemen Pertanian melalui Bank Riau.
5. Kesernpatan bermitra Pola kemitraan akan menciptakan kesempatan dan peluang kerjasama
antara
rnasyarakat,
pernerintah
dan
swasta
mengernbangkan suatu komoditas secara terpadu.
untuk
Kesempatan
bermitra dalam usaha peternakan cukup terbuka dengan adanya perusahaan besar di daerah ini seperti PT. Caltex Pacific Indonesia, PT. Kondur dan Pertamina. Yang dibutuhkan adalah adanya fasilitasi kemitraan antara pengusaha besar dengan petani dari pemerintah, rnereka harus rnenjalin kerjasama dengan pengusaha besarlkecil agar kemitraan bisa terwujud. Kemitraan sangat diperlukan terutarna dalarn ha1 pernasaran hasil, pembinaan manajemen usaha, pengolahan hasil dan permodalan. 6. Perturnbuhan ekonorni Besarnya laju perturnbuhan ekonorni Kabupaten Bengkalis dapat dilihat berdasarkan kenaikan PDRB setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonorni Kabupaten Bengkalis selama periode Tahun 2000-2004 yang mengacu pada tahun dasar 2000 telah tumbuh dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 7,54 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2004 ternyata meningkat dibandingkan dengan tahun 2004, yaitu sebesar 8,20 persen. Dengan semakin baiknya perturnbuhan ekonomi tersebut rnaka akan rneningkatkan daya beli masyarakat, dengan dernikian permintaan
57
komoditi peternakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat, akan semakin baik.
7. Ketersediaan teknologi Dalam pengembangan peternakan, ketersediaan teknologi terutama teknologi tepat guna merupakan salah satu ha1 yang cukup penting. Saat ini teknologi terapan yang tersedia di Kabupaten Bengkalis
adalah
teknologi
lnseminasi
Buatan.
Laserpuncture. Selain teknologi tersebut, juga
Teknologi
tersedia
mesin
pengolah pakan ternak, mesin tetas, yang dapat dengan mudah diakses oleh peternak. Paket-paket teknologi juga tersedia dan ditawarkan terus oieh balai-balai peneiitian dan pengkajian teknologi seperti teknologi pakan ternak (complete feed), teknologi pengolahan pasca panen dan limbah. b. Ancaman
Faktor ancaman adalah faktor yang dianggap bisa menghambat pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Dari wawancara terhadap responden terdapat 7 faktor yang merupakan ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan upaya pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Ancaman-ancaman tersebut adaiah:
1. Tingkat inflasi Tingkat inflasi akibat tekanan krisis dan meningkatnya harga bahan bakar minyak berdampak pada semua sektor usaha terrnasuk usaha peternakan. Bank Indonesia memperkirakan akibat kenaikan bahan bakar minyak, akan mengakibatkan inflasi baik secara langsung maupun tidak langsung
59
yang jauh
lebih besar, sehingga terjadi ketidak seirnbangan
diantara petani dengan pedagang untuk rneraih pendapatan dari kornoditas yang sarna. Selain itu, kondisi yang ditentukan oleh sifat alarni kornoditas peternakan ditarnbah dengan ketidak seirnbangan antara jurnlah produksi dengan perrnintaan, sehingga proses penentuan harga sering tidak transparan dan lebih rnenguntungkan pedagang karena kenaikan harga ditingkat konsurnen sering tidak ditransrnisikan ke tingkat petani peternak. 4. Tuntutan kearnanan produk (Arnan. Sehat, Utuh dan Halal)
Selain
tuntutan
kuantitas
terhadap
kebutuhan
produk
peternakan, saat ini rnasyarakat luas telah rnulai sadar akan pentingnya kearnanan pangan. Pengertian kearnanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk rnencegah pangan dari kernungkinan cernaran biologis (rnikrobiologis), kirnia dan benda-benda lain yang dapat rnengganggu, rnerugikan dan rnernbahayakan kesehatan rnanusia. Penanganan produk peternakan secara tradisional dilakukan dengan rnetode sederhana tanpa rnernperhatikan rnetode penanganan yang sernpurna. Dalarn sistern tradisional kualitas produk belum rnernegang peran yang penting dan dikontrol sepenuhnya oleh produsen. Pada era saat ini standar kualitas ditentukan oleh konsurnen, konsurnen rnernpunyai kekuatan penuh untuk mernilih produk yang sesuai
dengan
spesifikasi
yang
diinginkannya.
Hal
ini
akan
rnenyebabkan penyernpitan pasar bagi produk peternakan yang tidak ditangani secara baik. 5. Tingkat suku bunga
60
Tingkat suku bunga kredit perbankan saat ini masih cukup tinggi diikuti dengan tingginya resiko usaha dalam bidang peternakan, mengakibatkan pengusaha kebanyakan menjadi
enggan
untuk
meminjam modal ke bank sehingga tertundanya kegiatan investasi ataupun ekspansi usaha. Pelaku usaha yang terlanjur meminjam kredit bank kesulitan untuk mencicil kredit yang diperoleh. 6. Fluktuasi harga
Seperti halnya produk pertanian secara umum, harga produk peternakan juga sangat fluktuatif. Penyebab terjadinya fluktuasi harga produk peternakan adalah karena: Pertama, Pertumbuhan berat badan ternak akan menemui titik optimum, sehingga konversi pakan (kebutuhan pakan untuk menghasilkan produksi) akan semakin meningkat yang akan mangakibatkan tingkat keuntungan peternak akan semakin menurun karena meningkatnya biaya pakan ternak; Kedua, Produk peternakan seperti daging, telur dan susu tidak dapat disimpan lama. Kedua ha1 ini menuntut peternak harus menjual hasil ternaknya walaupun saat itu harganya murah. Disisi lain, pada waktu-waktu tertentu seperti menghadapi hari-hari besar keagamaan, harga produk peternakan dapat meningkat tinggi. Selain terjadi pada produk peternakan, fluktuasi harga juga terjadi pada harga sarana prasarana produksi seperti harga pakan dan bibit yang sangat tidak menentu, sehingga peternak terkadang tidak dapat melakukan usahanya untuk sementara waktu.
7. Kejadian penyakit ternak Kejadian penyakit ternak akan mempengaruhi tingkat keamanan dan produksi ternak. Selain itu, beberap jenis penyakit terutama penyakit zoonosis (penyakit hewan menular kepada manusia) akan
61 mempengaruhi usaha peternakan dan permintaan produk peternakan. Isu Avian Influenza (Al), telah sangat mernpengaruhi kondisi peternakan di Indonesia. 7.2. Evaluasi Faktor-Faktor Strategis Alat yang digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap faktor-fator strategis yang mempengaruhi pengembangan peternakan di Kabuapten Bengkalis adalah matriks lnternal Factor Evaluation (IFE) untuk faktor strategis internal, dan External Factor Evaluation (EFE) untuk faktor strategis eksternal. Tujuan dari matriks IFEIEFE adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor strategis internalleksternal mempengaruhi keberhasilan pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. a. lnternal Factor Evaluation (IFE) Hasil perhitungan bobot dan rating dari faktor-faktor strategis internal yang mempengaruhi pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis disajikan dalam bentuk matriks Internal Factor Evaluation (IFE) seperti pada Tabel 22. Dari matriks IFF_tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Elemen Kekuatan Elemen kekuatdn terdiri dari tujuh faktor strategis internal yakni sumber daya alam, - lembaga pembina, informasi pasar, sarana dan prasarana produksi, kemampuan memasarkan di dalarn daerah, kemampuan modal usaha, dan kornoditas yang dikembangkan. Bobot masing-masing faktor kekuatan tersebut adalah: sumber daya alam 0,091, lembaga pembina 0,078, kornoditas yang dikembangkan 0,078, sarana dan prasarana produksi 0,076, informasi pasar 0,067, kemampuan memasarkan di dalam daerah 0,065, kemarnpuan modal usaha 0,063.
Tabel 22. Matriks IFE Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis.
I Bobot
Faktor Strategis Internal
Rating
I
1. 2.
1
A. Kekuatan Surnber dava alarn Lernbaga dernbina lnforrnasi pasar Sarana dan prasarana produksi Kernarnpuan rnernasarkan di dalarn daerah Kernarnpuan modal usaha Kornoditas yang dikembangkan Jumlah I B. Kelemahan Surnber daya rnanusia Pelaksanaan pernbinaan 1 Ketepatan kebijakan pemerintah Koordinasi antar lembaga terkait Manajernen usaha Motivasi peternak Tingkat keuntungan usaha Kernarnpuan rnernasarkan ke luar daerah Jumlah TOTAL
(
0.091 0:078 0,067 0,076 0,065 0,063 0,078 0.516 '
Total Skor
1
I
0,080 0,065
1
1,000
1
1 2
2,628
:umber :Tanggapan Responden (perhitungan disajikan pada Lampiran 26 s/d Lampiran 30).
Kekuatan utarna dalarn pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis adalah surnber daya alarn, sarana dan prasarana produksi, dan komoditas yang dikernbangkan. Hal ini terlihat dari nilai rating 4 yang diberikan responden terhadap faktor-faktor tersebut. Sedangkan faktor kekuatan lainnya rnerniliki rating 3 yang berarti bahwa faktor tersebut merupakan kekuatan kecil. 2. Elemen Kelernahan
Terdapat delapan faktor strategis internal dalam elernen kelernahan yang rnernpengaruhi pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Kedelapan faktor tersebut adalah: surnber daya rnanusia, pelaksanaan pembinaan, ketepatan kebijakan pernerintah, koordinasi antar lernbaga terkait, rnanajemen usaha, rnotivasi peternak, tingkat keuntungan usaha, dan kemarnpuan memasarkan ke luar daerah.
63 Bobot masing-masing faktor tersebut adalah: surnber daya rnanusia 0,080, pelaksanaan pernbinaan 0,065, rnotivasi peternak 0,063, ketepatan kebijakan pernerintah 0.060, rnanajernen usaha 0,058, tingkat keuntungan usaha 0,054, koordinasi antar lernbaga terkait 0,052, dan kernarnpuan rnernasarkan keluar daerah 0,052. Dari delapan faktor kelernahan , tersebut, terdapat dua faktor kelernahan yang rnerniliki rating 1 yang rnenunjukkan bahwa kelernahan tersebut rnerupakan kelernahan utarna. Faktor kelernahan tersebut adalah: surnber daya rnanusia, dan rnanajernen usaha. Sedangkan faktor kelernahan lainnya rnerniliki rating 2 yang rnenunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut rnerupakan kelernahan kecil. Secara keseluruhan faktor strategis internal yang paling penting untuk dicerrnati adalah faktor sumberdaya alarn dan surnber daya rnanusia, dibandingkan dengan faktor strategis internal lainnya kedua faktor tersebut rnerniliki bobot yang paling besar, artinya tingkat kepentingan relatif dari kedua faktor ini adalah sangat rnenentukan dalarn pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Dilihat dari jurnlah skor total elernen kekuatan dan kelernahan sebesar 2,628 yang berada di atas rata-rata 2,500, berarti bahwa Kabupaten Bengkalis rnasih berada di atas rata-rata dalarn kekuatan icternal keseluruhannya untuk pengernbangan peternakan. Respon elernen kekuatan (total skor 1,796) lebih tinggi dibanding total elernen kelernahan (total skor 0,832). b. External Factor Evaluation ( E F E )
Hasil perhitungan bobot dan rating dari faktor-faktor strategis eksternal yang rnernpengaruhi pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis
disajikan dalarn bentuk rnatriks External Factor Evaluation (EFE) seperti pada Tabel 22. Dari rnatriks EFE tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Elernen Peluang Elernen peluang terdiri dari tujuh faktor strategis eksternal yakni teknologi inforrnasi, potensi pasar, otonorni daerah, ketersediaan kredit. kesempatan berrnitra, perturnbuhan ekonorni, dan ketersediaan teknologi yang masing-rnasing rnerniliki bobot berturut-turut adalah 0,066, 0.076, 0,081, 0,072, 0,066, 0,076, dan 0,074.
Tabel 23. Matriks EFE Pengembangan Usaha Petemakan di Kabupaten Bengkalis.
I I No
7.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Faktor Strategis Eksternal A. Peluanq Teknologi inforrnasi Potensi pasar Otonorni daerah Ketersediaan kredit Kesernpatan berrnitra Perturnbuhan ekonorni Ketersediaan teknologi Jumlah B. Ancaman Tingkat inflasi Produk sejenis dari daerah lain Kondisi tata niaga ternak Tuntutan kearnanan produk (ASUH) Tingkat suku bunga Fluktuasi harcla Kejadian penyakit ternak Jumlah TOTAL
I
Bobot
0,074 0,489 1,000
(
Rating
3
I
Total sknr
0,223 1,351 2,612
Sumber :Tanggapan Responden (perhitungan disajikan pada Lampiran 31 sld Lampiran 35).
Peluang yang dapat direspon dengan baik dalarn pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis adalah: potensi pasar, otonorni daerah, dan perturnbuhan ekonorni, ha1 ini terlihat dari nilai rating 3 yang diberikan responden terhadap ketiga faktor peluang tersebut. Dari ketiga faktor peluang tersebut, peluang otonorni daerah rnerniliki bobot yang tertinggi yakni 0,081,
65 berarti peluang otonomi daerah darnpaknya sangat menentukan keberhasilan terhadap pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. 2. Elernen Ancaman Terdapat tujuh faktor strategis di dalam elemen ancarnan. Faktorfaktor strategis tersebut adalah tingkat inflasi memiliki bobot 0,057, produk sejenis dari daerah lain merniliki bobot 0,074, kondisi tata niaga ternak rnerniliki bobot 0,076, tuntutan kearnanan produk (ASUH-Arnan, Sehat, Utuh dan Halal) memiliki bobot 0,068, tingkat suku bunga merniliki bobot 0,063, fluktuasi harga memiliki bobot 0,076, dan kejadian penyakit ternak merniliki bobot 0,074. Terdapat lima faktor ancarnan yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Faktor-faktor tersebut adalah: ancaman produk sejenis dari daerah lain, kondisi tata niaga ternak, tuntutan kearnanan produk (ASUH), fluktuasi harga, dan kejadian penyakit ternak, ha1 ini terlihat dari nilai rating 3 yang diberikan responden terhadap faktor-faktor tersebut. Sedangkan dua faktor lainnya yakni tingkat inflasi dan tingkat suku bunga kurang kuat pengaruhnya terhad:
J
pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Faktor strategis eksternal yang paling penting untuk dicermati dalam pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis adalah adanya peluang potensi pasar,
otonomi daerah, dan pertumbuhan ekonomi; serta ancaman
produk sejenis dari daerah lain, kondisi tata niaga ternak, tuntutan keamanan produk (ASUH), fluktuasi harga, dan kejadian penyakit ternak. Dilihat dari skor total sebesar 2,612, nilai tersebut berada di atas ratarata 2,500; artinya Kabupaten Bengkalis masih di atas rata-rata dalam usahanya memanfaatkan peluang dan rnenghindari ancaman. Respon terhadap elemen peluang (total skor 1,261), lebih rendah dibanding elemen
ancarnan (total skor 1,351), berarti bahwa peluang yang ada belurn seluruhnya dapat dirnanfaatkan dengan baik, sedangkan ancaman belurn dapat dielerninir secara keseluruhan.
7.3. Matriks Internal Eksternal Analisis rnatriks internal eksternal (I-E) digunakan untuk mencari strategi urnurn (grand strategy) dalarn pengernbangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis. Matriks IE didasarkan pada dua dirnensi kunci yaitu skor total IFE pada surnbu-x dan skor total EFE pada sumbu-y. Berdasarkan perhitungan faktor-faktor strategis pengernbangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis diperoleh total skor IFE sebesar 2,628 dan total skor EFE sebesar 2,612. TOTAL NlLAl IFE YANG DlBERl BOBOT
Kuat
Rata-rata
Le~nah
3.0-4.0
2.0-2.99
1.0-1.99
3.0
4.0
+ 0
m c=
Tlnggi
3.0-4.0
I
1 .O
2.0
II
M
W
m 0
3.0
C1
Z w
Sedang
2.0-2.99
internal : 2.628 IV
-4 W
=!
v
VI
Eksternal : 2,612
U.
2.0
z
-I
u +
Rendah
1.0-1.99
- VII
Vlll
IX
1 .o
Gambar4.
Matriks I-E untuk Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis.
Skor total IFE pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis berada pada posisi internal rata-rata, dan skor total EFE berada pada posisi eksternal menengah. Dengan dernikian posisi pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis berada pada sel V seperti terlihat pada gambar 4,
67
Posisi sel V berarti bahwa pengembangan usaha peternakan di Kabupten Bengkalis termasuk dalam divisi pertahankan dan pelihara. Dalarn posisi divisi pertahankan dan pelihara, strategi yang bisa diterapkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar adalah berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada di pasar lewat usaha pernasaran yang lebih gencar, sedangkan strategi pengembangan produk adalah strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan rnemperbaiki atau modifikasi produk atau jasa yang sudah ada. Dalam upaya melaksanakan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk peternakan dapat dilakukan dengan mengupayakan agar pelaku usaha peternakan dapat melakukan perbaikan dan rnodifikasi terhadap proses produksi dan produk yang mereka hasilkan untuk menjaga kontiniutas ketersediaan produk, kualitas produk dan harga yang dapat bersaing dengan produk dari luar daerah. 7.4. Analisis SWOT Hasil analisis rnatriks SWOT rnenghasilkan beberapa alternatif strategi seperti ditampilkan pada tabel 23, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Strategi S - 0 (Strength-Opportunities) Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan cara pembinaan dan pengembangan wilayah kantong produksi peternakan. Kabupaten Bengkalis yang secara umum memiliki potensi sumber daya alam yang cukup baik untuk pengembangan usaha peternakan khususnya ternak ruminansia, untuk itu perlu dilakukan strategi pembinaan dan pengembangan wilayah kantong produksi peternakan yang dilaksanakan dengan memanfaatkan wilayah yang mempunyai sumber daya alam yang potensial dan cocok untuk peternakan sesuai komoditas yang
akan
dikembangkan,
sehingga
berdampak
positif bagi
pendapatan
masyarakat, penciptaan lapangan kerja baru dan pengembangan wilayah Tabel 24. Alternatif Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis. 2
KEKUATAN l S )
Faktor Internal S1. 52. $3. 54.
Sumbet daya alam Lembaga pembina lnformasi pasar Sarana dan prasarana produksi S5. Kemarnpuan memasaman di daiarn daerah S6. Kemarnpuan modal usaha 57. Komoditas yang dikembang-kan
KELEMAHAN ( W ) 0.363 0,234 0.201 0,303 0,195 0,188 0,312
Faktor Eksternal
0.121 0.104 0.059 0.126 0.108 0,104
0.132 0.230 0.243 0.145 0.132 0.230 0,149
1. Pembinaan dan
STRATEGI S-T
STRATEGI W-T
0,114
1. Mekaksanakan pengembangan dan penerapan teknologi pasca panen (52. S4. S5.56. T2. T3. T4. T6)
1. Penempan disiplin tindak karantina hewan dan pengawasan pemdongan hewan (Wl. WZ. W4, WE. TZ. T3, T4' T7)
wkyah k a n k poduksi petemakan
(SI. 52. 54. 02.03. 05.07)
0,223 0.230 0,204
,,,,, 0,127
1. Pembinaan dan pengembangan SDM pnyuiuh dan pembina paternakan (Wl. W2. W5. W7. 02. 04. 07) 2. Pengembangan jatingan disttibusi prcduk petemakan (Wl. W5, W7. 01. 02. 06)
ANCAMAN ( T 1 T l . Tlngkatinnasi TZ. Produk sejenis dari daerah lain T3. Kondisi tala niaga ternak T4. Tuntutan keamanan prcduk (ASUH) T5. Tingkatsuku bunga T6. Flukluasi harga T7. Kejadian penyakitternak
pengembangan
0.080 0.130
STRATEGI W-0
STRATEGI S-0
PELUANG ( 0 01. Teknologi infomasi 02. Potensi pasar 03. Otonorni daerah 04. Ketersediaan kredit 05. Kesempalan bermilra 06. Peltumbuhan ekonomi 07. Ketersediaanteknologi
W1. Sumber daya manusia WZ. Pelaksanaan pembinaan W3. Ketepatan kebijakan pem%ntah W4. Kwrdinasi antar lembaga terkaR Ws. Manajemen usaha WS. Motivasi petemak W7. lingkat keuntungan usaha W8. Kemampuan memasarkan ke luar daerah
Pembinaan pengffnbangan w h a petemakan @a skaia usaha yang layak s ~ a r a intensif (Sl. S2. S4. S5. T2.7'3. T6)
0.223
2. Strategi S-T (Strength-Treaths)
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada yang diwujudkan melalui strategi : 1) Pengembangan dan penerapan teknologi pasca panen; dan 2) Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif. Kegiatan di sektor peternakan (on farm agribussines) selama ini belum dapat memberikan kehidupan yang layak yang disebabkan oleh belum mampunya produk peternakan merespon tuntutan konsumen saat ini yang menuntut kualitas tinggi, kontinuitas pasokan, ketepatan waktu penyampaian,
69
dan harga yang kornpetitif, oleh karena itu perlu diterapkan strategi pengernbangan
dan
penerapan
teknologi
pasca
panen.
Strategi
pengernbangan dan penerapan teknologi pasca panen dirnaksudkan untuk rnenurnbuhkan kernbangkan usaha peternakan agar efisien dan rnerniliki nilai tarnbah dan daya saing, serta rnendorong proses industrialisasi pedesaan (Gerinda). Secara
urnurn
usaha
peternakan
di
Kabupaten
Bengkalis
didorninasi oleh usaha peternakan rakyat dengan skala yang kecil, sehingga tingkat keuntungan yang diterirna peternak rnasih tergolong kecil. Pada kondisi ini usaha peternakan rnasih dipandang sebagai usaha sarnpingan dan urnurnnya bersifat subsisten. Dalarn rangka rneningkatkan pendapatan usaha peternakan dan rnenjaga kontinuitas pasokan produk ke konsurnen serta dapat rnernberikan harga yang kornpetitif, rnaka perlu dilakukan strategi pernbinaan dan pengernbangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif. 3. Strategi W-0 (Weaknesses-Opportunities)
Merninirnalkan kelernahan pang dirniliki untuk rnernanfaalkan peluang yang ada. Untuk rnewujudkan ha1 tersebut, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah rnelalui strategi: 1) Pernbinaan dan pengernbangan SDM penyuluh dan pernbina peternakan; dan 2) Pengernb3ngan jaringan distribusi produk peternakan. Kondisi surnber daya rnanusia peternakan yang rnasih rendah rnenjadi kendala dalarn upaya pengernbangan peternakan untuk itu perlu dilakukan birnbingan terhadap pelaku usaha peternakan. Narnun dengan kondisi petugas penyuluh dan pernbina peternakan yang ada saat ini sangat minim tidak saja dari segi kualitas tetapi juga rnengakibatkan
rendahnya
kernarnpuan aparat
dalarn
kuantitas,
rnernberikan
70
pelayanan penyuluhan dan pembinaan. Untuk itu dirnasa yang akan datang perlu dilaksanakan peningkatan jurnlah dan kemarnpuan petugas penyuluh dan pembina peternakan. Langkah ini perlu dilakukan untuk mempersiapkan petugas yang tangguh dalarn ha1 rnenciptakan kebijakan yang rnantap dan efektif; tanggap terhadap perrnasalahan peternakan; mampu berkreasi secara dinamis untuk rnelahirkan berbagai inovasi; dan dapat rnendorong kreativitas masyarakat peternak untuk terus rnenerus meningkatkan keahlian, keterampilan dan produktivitasnya. Lemahnya kernarnpuan untuk rnernasarkan hasil produksi harus diatasi dengan pengernbangan jaringan distribusi produk peternakan. Pengembangan jaringan distribusi ditujukan untuk rnernfasilitasi, rnencari dan rnenciptakan pangsa pasar bagi produk peternakan. 4. Strategi W-T (Weaknesses- Treats)
Merninirnalkan kelernahan untuk rnenghadapi ancarnan, dengan strategi penerapan disiplin tindak karantina hewan dan pengawasan pemotongan hewan. Strategi ini dilakukan dalarn rangka perlindungan sumber daya untuk rnempertahankan wilayah. Selarna ini pemasukan produk peternakan dari luar daerah cukup tinggi baik yang dilakukan secara legal bahkan disinyalir terdapat pernasukan secara ilegal. Kondisi ini rnenggangu keupayaan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis. Salah satu langkah proteksi yang dapat dilakukan adalah dengan rnenerapkan disiplin tindak karantina hewan, sehingga produk ternak lokal dapat bersaing dengan ternak yang rnasuk dari luar daerah dan rnenjarnin tersedianya produk yang ASUH. Selain itu untuk rnernenuhi tuntutan produk yang ASUH perlu dilakukan pengawasan pernotongan hewan.
7.5. Rekomendasi Prioritas Strategi Alternatif strategi yang didapatkan dari rnatriks SWOT dianalisis dengan QSPM untuk rnenetapkan strategi prioritas. Penentuan peringkat berpedoman pada total nilai daya tarik (TNDT) masing-masing alternatif strategi yang ada. Jurnlah nilai yang tertinggi berarti rnenunjukkan bahwa strategi tersebut lebih menarik untuk dilaksanakan dibanding strategi lainnya. Tabel 25. Total Nilai Daya Tarik FNDT) Alternatif Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis.
I I
ALTERNATIF STRATEGI
TNDT
Ranking
1. Pembinaan dan pengernbangan wilayah kantong produksi peternakan
5,718
v
2. Melaksanakan pengernbangan dan teknologi pasca panen
5,815
111
penerapan
3. Pernbinaan dan pengernbangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif
4. Pernbinaan dan pengembangan SDM penyuluh dan pernbina peternakan 5. Pengembangan peternakan
jaringan
distribusi
produk
6. Penerapan disiplin tindak karantina hewan dan pengawasan pernotongan hewan
1 1 /
6.028
5,872 5,721
5,152
1 / I
1
I I I
VI
Surnber :Tanggapan Responden (perhitungan disajikan pada Larnpiran 36 sampai dengan Larnpiran 42).
Berdasarkan hasil analisis QSPM seperti disajikan pada tabel 24, terlihat bahwa strategi yang rnerniliki TNDT tertinggi adalah sirategi pernbinaan dan pengernbangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif (6,028). Hal ini rnenunjukkan bahwa strategi prioritas untuk pengernbangan peternakan dalarn rangka rneningkat peran sub sektor peternakan di Kabupaten Bengkalis dilakukan rnelalui strategi pembinaan dan pengernbangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif
72 Pemilihan strategi pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif sangat beralasan karena selama ini usaha peternakan yang ada rnasih bersifat subsisten dengan skala usaha yang kecil dan terpencar-pencar sehingga rnenyulitkan dalam proses pembinaan dan tidak terjaminnya kontiniutas ketersediaan produk, serta menyebabkan panjangnya rantai pernasaran yang rnenjadikan rnajin pemasaran semakin tinggi. 7.6. lkhtisar
1. Faktor Strategis Internal. Secara keseluruhan faktor strategis internal yang paling penting untuk dicermati adalah faktor surnberdaya alam (0,091 ; 4) yang merupakan kekuatan utama, dan faktor sumber daya manusia (0,080 ; 1) yang merupakan kelemahan utama. Dilihat dari jumlah skor total elemen kekuatan dan kelemahan (2,628>2,500), rnenunjukkan bahwa Kabupaten Bengkalis masih berada di atas rata-rata dalam kekuatan internal keseluruhannya untuk pengembangan peternakan. Respon elemen kekuatan (1,796) lebih tinggi dibanding total elemen kelernahan (0,832). 2. Faktor Strategis Eksternal. Faktor strategis eksternal yang paling penting untuk dicermati dalam pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis adalah adanya peluang potensi pasar (0,076 ; 3),
otonomi daerah (0,081 ; 3), dan
pertumbuhan ekonorni (0,076 ; 3); serta ancaman produk sejenis dari daerah lain (0,074 ; 3), kondisi tata niaga ternak (0,076 ; 3), tuntutan kearnanan produk (ASUH) (0,068 ; 3), fluktuasi harga (0,076 ; 3), dan kejadian penyakit ternak (0,074 ; 3).
73 Dilihat dari jurnlah skor total elemen peluang dan ancarnan (2,612>
2,500) rnenunjukkan bahwa Kabupaten Bengkalis masih di atas rata-rata dalarn usahanya rnernanfaatkan peluang dan rnenghindari ancaman. Respon terhadap elernen peluang (1,261),lebih rendah dibanding elernen ancarnan
( I 3 5 1 berarti bahwa peluang yang ada belurn seluruhnya dapat dirnanfaatkan dengan baik, sedangkan ancarnan belurn dapat dielerninir secara keseluruhan. Kondisi internal dan eksternal pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis berada pada divisi pertahankan dan pelihara. Strategi urnurn yang dapat dilakukan pada posisi ini adalah dengan melaksanakan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Untuk itu perlu kebijakan atau strategi yang dapat mengupayakan agar pelaku usaha peternakan dapat rnelakukan perbaikan dan modifikasi terhadap proses produksi dan produk yang dihasilkan untuk rnenjaga kontinuitas ketersediaan produk, rneningkatkan kualitas produk dan harga yang dapat bersaing. Untuk mengetahui strategi pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis, dilakukan analisis SWOT. Dari analisis SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi sebagai berikut:
1. Pembinaan dan pengembangan wilayah kantong produksi peternakan.
2. Pengernbangan dan penerapan teknologi pasca panen.
-
3. Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif. 4. Pembinaan dan pengembangan SDM penyuluh dan pembina peternakan.
5. Pengernbanganjaringan distribusi produk peternakan.
6. Penerapan disiplin tindak karantina hewan dan pengawasan pernotongan hewan.
74
Dari analisis QSPM, strategi prioritas yang terpilih untuk pengembangan peternakan dalarn rangka rneningkatkan peran sub sektor peternakan di Kabupaten Bengkalis adalah Strategi Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif (6,028).
VIII. RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN 8.1. Pendekatan Perancangan Program
Paradigma pembangunan saat
ini lebih mengedepankan proses
partisipatif dan terdesentralisasi, oleh karena itu dalam menyusun rancangan program pembangunan peternakan perlu dilakukan secara partisipatif dan aspiratif, sehingga program yang disusun sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungan daerah. Melihat kondisi yang ada di Kabupaten Bengkalis dan berdasarkan analisis
yang
telah
dilakukan,
diperoleh
rekomendasi
strategi
untuk
pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan peran sub sektor peternakan di Kabupaten Bengkalis melalui pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif. Berdasarkan paradigma pembangunan, maka pendekatan lebih lanjut diperlukan untuk menentukan langkah-langkah dalam implementasi rekomendasi strategi tersebut. Dalam menentukan langkah-langkah implementasi tersebut diperlukan datadata dan informasi dengan melibatkan beberapa orang yanz dianggap mengetahui/memahami/berpengalamandengan kondisi pengembangan peternakan di Kabuapten Bengkalis dalam suatu Focus Group Discussion (FGD). Tujuan yang ingin dicapai dalam FGD adalah untuk memperoleh masukanlinformasi dan menstimulasi ide-idelkonsep tentang langkah-langkah dalam pelaksanaanlimplementasi strategi pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak antara lain rnenetapkan program, kegiatan, alokasi sumberdaya dan produk yang sesuai dengan keinginan kosumen, guna meningkatkan peran sub sektor peternakan di Kabupaten Bengkalis.
76 8.2. Usulan Rancangan Program Pengembangan Peternakan di Kabupaten Beng kalis
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari suatu totalitas kinerja agribisnis khususnya Subsistem Usaha Tani Ternak dengan keluaran berupa produksi primer ternak. Sub sistem ini akan menjadi suatu kesatuan kinerja yang tidak terpisahkan dari sub sistem agribisnis hulu (berupa kegiatan ekonomi input produksi peternakan, informasi dan teknologi) dan sub sistem agribisnis hilir (perdagangan, pengolahan, dan jasa penunjang agribisnis). Dengan konsepsi sistem dan usaha agribisnis peternakan, maka pada dasarnya memerlukan keterkaitan lintas sub sektor dan sektor lainnya sehingga diperoleh sinergi yang proporsional antara pelaku agribisnis peternakan baik pada segmen hulu, on farm, dan hilir. Pengembangan usaha peternakan hendaknya diarahkan kepada usaha komoditi ternak yang berbasis sumber daya lokal dan rnerniliki nilai komersial yang sejak lama telah ditangani oleh rakyat banyak, antara lain usaha sapi potong, kerbau, karnbing, itik, dan ayam buras. Mencermati dinamika lingkungan stratejik baik global maupun dornestik, maka sasaran pernbangunan peternakan tidak semata-rnata untuk mencapai peningkatan produksi atau populasi ternak, akan tetapi lebih ke arah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Dengan demikian, kebijakan pembangunan peternakan hendaklah menitik beratkan: 1. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
2. Terpenuhinya konsumsi protein hewani, dan penyediaan bahan baku industri. 3. Tersedianya kesempatan kerja dan berusaha. 4. Peningkatan peranan kelembagaan peternakan.
5. Tercapainya keseirnbangan antara pemanfaatan dan pelestarian SDA.
77 Dari hasil FGD yang telah dilaksanakan, dapat dirumuskan beberapa rancangan program untuk mengirnplementasikan strategi pernbinaan dan pengernbangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif. Adapun program-program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Program Penjaminan Kredit Usaha Peternakan melalui Pola Bagi Hasil. 2. Program Pembinaan dan Pendarnpingan Usaha Peternakan.
3. Program Pengembangan Pusat Pemasaran dan Pengolahan Hasil Peternakan. 8.2.1. Program Penjaminan Kredit Usaha Peternakan melalui Pola Bagi Hasil
Masalah yang dialami peternak selama ini dalam pengembangan usaha adalah terbatasnya kapital yang dimiliki, meski tersedia fasilitas kredit dan modal usaha, namun kernampuan peternak untuk mengakses fasilitas tersebut sangat terbatas. Program penjarninan kredit usaha peternakan rnelalui pola bagi hasil bertujuan untuk rnenjarnin ketersediaan modal bagi pelaku usaha peternakan rakyat dalam mengembangkan usahanya pada skala yang layak. Pola bagi hasil dinilai lebih ispat karena sudah dikenal oleh masyarakat dan dianggap tidak memberatkan pengusaha ternak lernah. Kredit yang dialokasikan harus berdasarkan perrnintaan (demand driven) yang rnemenuhi kebutuhan sesungguhnya dari kelompok sasaran. dan proses pelaksanaannya harus transparan dengan proses yang sederhana, sistern pengaturan yang jelas, dan insentif yang jelas dan mernadai bagi personil pengelola untuk meningkatkan kinerjanya. Mekanisme penjarninan dan penyaluran kredit dengan pola bagi hasil dilakukan melalui lembaga keuangan yang ada dan dekat dengan masyarakat, diantaranya Bank Perkreditan Rakyat, BMT dan Koperasi. Sasaran program ini adalah petani peternak yang telah melalui seleksi yang
-
dilakukan oleh lembaga keuangan pelaksana atas proposal yang diusulkan oleh petani peternak langsung kepada lembaga keuangan pelaksana. 8.2.2. Program Pembinaan dan Pendampingan Usaha Peternakan Prinsip
pembangunan
partisipatif
adalah
mengikutsertakan
kelompok masyarakat dalam setiap level pembangunan dari tahap perencanaan, pengorganisasian ide, pelaksanaan di lapangan, hingga monitoring
dan
evaluasi.
Namun
di
dalam
masyarakat terdapat
kesenjangan kemampuan untuk mendayagunakan diri, karenanya peran pembinaan dan pendampingan sebagai piranti pendukung perkembangan suatu kegiatan masih sangat dibutuhkan. Tujuan program pembinaan dan pendampingan usaha peternakan adalah untuk membantu para peternak peserta program penjaminan kredit usaha peternakan dalam melaksanakan dan mengembangkan usahanya. ~ e l a i nitu, pendampingan berfungsi untuk memfasilitasi pembentukan dan pemantapan forum
atau
asosiasi
petani
peternak dalam
rangka
meningkatkan bargaining petani peternak. Pendamping adalah petugas yang direkrut secara khusus dari kalangan masyarakat yang mengerti dan memahami seluk beluk usaha, dapat berasal dari sarjana fresh graduate dan Lembaga Swadaya ~as~arakat. 8.2.3. Program Pengembangan Pusat Pemasaran dan Pelayanan Pengolahan Hasil Peternakan Seringkali dalam proses pemasaran produk peternakan, petani peternak berada diposisi yang dirugikan. Untuk membantu pemecahan masalah dalam ha1 pemasaran dan memperkecil marjin pemasaran perlu dilakukan pengembangan pusat pemasaran dan pelayanan pengolahan hasil
79
peternakan. Lembaga yang dibentuk tersebut berfungsi untuk memfasilitasi dalam ha1 mencari dan menciptakan pangsa pasar produk peternakan. 8.2.
Pengendalian dan Pengawasan Dalam rangka pengendalian program-program pengembangan usaha
peternakan tersebut, maka pada setiap tahapan pelaksanaan program dilakukan monitoring. Monitoring merupakan salah satu prosedur analitis pelaksanaan program yang digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara hasil dengan proses pelaksanaan program. Monitoring rnerupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus selama dan setelah program dilaksanakan. Pelaksanaan monitoring terhadap program-program pengembangan peternakan tersebut dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penyusunan Rencana Kerja. 2. Pengumpulan Data Pelaksanaan Kegiatan. 3. Pelaporan Rutin.
Hasil monitoring akan dijadikan sebagai masukan (inforrnasi) untuk membuat taksiran kemajuan pelaksanaan kegiatan dan membuat keputusan pada saat yang tepat guna menjamin bahwa kemajuan tersebut dapat dipertahankan sesuai dengan jadwal serta dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Hasil monitoring juga menjadi alat umpan balik dalarn evaluasi pelaksanaan program lebih lanjut. Disamping upaya pengendalian, untuk menjamin transparansi dan kelancaran pelaksanaan program, perlu dilakukan pengawasan jalur masyarakat rnelalui forum transparansi yang rnelibatkan komponen masyarakat seperti
KTNA, LSM, tokoh masyarakat, akademisi, pers, aparat pemerintah, petugas pendamping dan petani peternak.
IX. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan
Dari hasil
kajian
pernbangunan daerah dapat ditarik beberapa
kesirnpulan, yaitu: 1. Jenis ternak yang dikernbangkan adalah ternak sapi, kerbau, karnbing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging, ayarn petelur dan itik. Populasi ternak adalah sebanyak 36.655,31
ST dengan tingkat kepadatan ekonorni secara
keseluruhan sebesar 50,19 ST11000 penduduk tenasuk dalarn kategori kepadatan sedang yang rnenggarnbarkan bahwa usaha peternakan di daerah ini belurn sepenuhnya rnenjadi rnata pencaharian rnasyarakat. Produksi daging telah dapat rnernenuhi 76,49% dari kebutuhan standar gizi, sedangkan produksi telur baru rnernenuhi 25,41% dari kebutuhan standar gizi. 2. Pola usaha peternakan yang dilaksanakan oleh peternak pada urnurnnya rnasih rnerupakan usaha sarnpingan yang diusahakan secara tradisional. Hasil analisis kelayakan usaha peternakan rnenunjukkan bahwa usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis layak untuk dikernbangkan secara finansial. 3. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap PDRB Pertanian di Kabupaten Bengkalis selarna tahun 2000 sarnpai dengan 2004 rata-rata sebesar 5,28%, dengan rata-rata ingkat perturnbuhan sebesar 5,16% per tahun. 4. Faktor strategis internal yang paling penting untuk dicerrnati adalah faktor surnberdaya alarn (0,091 ; 4) yang rnerupakan kekuatan utarna, dan faktor surnber daya rnanusia (0,080 ; 1) yang rnerupakan kelernahan utarna. Faktor strategis eksternal yang paling penting untuk dicerrnati adalah: adanya peluang otonorni daerah (0,081 ; 3), potensi pasar (0,076 ; 3), dan perturnbuhan ekonorni (0,076 ; 3), serta ancarnan produk sejenis dari daerah
81 lain (0,074 ; 3), kondisi tata niaga ternak (0,076 ; 3), fluktuasi harga (0,076 ; 3), dan kejadian penyakit ternak (0,074 ; 3). Strategi prioritas untuk pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis adalah strategi Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif (TNDT = 6,028). Untuk mengimplementasikan strategi tersebut, dilakukan melalui: 1) Program Penjaminan Kredit Usaha Peternakan melalui Pola Bagi Hasil; 2) Program Pembinaan
dan
Pendampingan
Usaha
Peternakan;
3.
Program
Pengembangan Pusat Pemasaran dan Pengolahan Hasil Peternakan. 9.2. lmplikasi Kebijakan
Dalam rangka penerapan strategi pembinaan dan pengembangan peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif, Pemerintah Kabupaten Bengkalis perlu memperhatikan: 1. Pewilayahan daerah pengembangan peternakan agar dilakukan berdasarkan komoditas sesuai dengan karakteristik dan potensi wilayah. Arah pengembangan peternakan diupayakan agar mampu mendorong perubahan struktur ekonomi rnasyarakat peternak melalui proses perubahan ekonomi sub sisten menuju ekonomi pasar.
2. Dengan kondisi sumber daya manusia pembina dan petugas peternakan yang minim baik dari segi kualitas maupun kuantitas, maka harus segera dilakukan rekrutmen petugas, terutama untuk tenaga pendampingan diupayakan tenaga yang berlatar belakang pendidikan peternakan baik tingkat menengah maupun sarjana.
DAFTAR PUSTAKA Acker D. 1971. Animal Science and Industry. New Jersey: Prentice Hill, Inc Alkadri, Muchdie. Suhandojo. 1999. Tiga Pilar Pembangunan Wilayah. Jakarta: Badan Pengembangan dan Penerapan Teknologi. Anwar E. 1997. Memahami Masalah Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Di Indonesia. Di dalam: Seminar Nasional Pengembagan Perekonomian Pedesaan di Indonesia; Bogor, 8 Juli 1997. Bogor: lnstitut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik. 2006. Pendapatan Regional Bengkalis 2000-2004. Bengkalis: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian [BPTP] Riau. 2001. Analisis Potensi Wilayah Pengembangan Peternakan di Propinsi Riau: Laporan Akhir. Pekanbaru: Dinas Peternakan Propinsi. David F R. 2002. Manajemen Strategis: Konsep. Sindoro A, penerjemah; Widyantoro A, penyunting; Hady H, penelaah. Jakarta: PT. Prenhallindo. Terjemahan dari: Concepts of Strategic Management. Dinas Pertanian dan Peternakan. 2006. Data Teknis Peternakan Kabupaten Bengkalis Tahun 2005. Bengkalis: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis. Efferson J M. 1953. Principle of Farm Management. New York: Mc. Graw Hill Book Company. Gittinger J P. 1336. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta: UI Press. Haeruman H. 2001. Konsepsi Pemberdayaan Ekonomi Daerah. Di dalam: Haeruman H, Eriyatno, penyunting. Kemitraan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (Bunga Rampai). Jakarta: Yayasan Mitra Pernbangunan Desa-Kota dan BIC-Indonesia.
-
.
Heady H 0, Jensen R. 1965. Farm Management Economics. New Jersey: Printice Hill, lnc. .
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkalis. 2001. Rencana Strategis Kabupaten Bengkalis Tahun 2001-2005. Bengkalis: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkalis. Putri T S. 2003. Strategi Pengembangan Peternakan Melalui Pendekatan Kawasan dan Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Lokal. Jakarta: Direktorat Pengembangan Peternakan.
Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Rusli S. 2003. Pengembangan Kebutuhan Dasar Manusia. Bogor: Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor. Sahlan A. 2002. Teori Motivasi. Jakarta: Studio Press. Salusu J. 2003. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Oraganisasi Nonprofit. Cetakan-VI. Jakarta: PT. Grasindo. Setiawan P.H, Zulkieflimansyah. 1999. Manajemen Strategis, Sebuah Konsep Pengantar. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Solahuddin S. 1999. Visi Pembangunan Pertanian. Cetakan-I. Bogor: lnstitut Pertanian Bogor. Suharno B. 2002. Agribisnis Ayam Ras. Cetakan-V (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Syaukat Y. 2003. Perencanaan dan Pengelolaan Proyek Pembangunan. Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstiut Pertanian Bogor. Tohir A K. 1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. Jakarta: Bina Aksara. Wirosuhardjo K, Priyanti A. 1997. Kajign Ekonomi Usaha Peternakan Domba di Indonesia. Di dalam: Sutama I K, Ketaren P P, Adjid R M A , Subandriyo, Sitepu P, Handiwirawan E, penyunting. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bog3r: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
LAMPIRAN
85
Lampiran I. PDRB Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor 2000-2004 (Jutaan Rupiah). SEKTOR 1.
PERTANIAN a. TanamanBahanMakanan b. Tanaman Perkebunan c. Petemakan d. Kehutanan e. Perikanan
2.
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan b. Penggalian
2000^ 785.375.61 173.096.53 69.381.91 57.173.15 386.574,86 99.149.16
2001' 839.220.46 178.032.69 75.206.69 58.819.40 420.597.10 106.564.58
2002' 885.932.00 182.W4.18 77.987.29 62.126.51 450.136.00 113.678.02
2003. 930.996,85 186.271,20 83.150.63 65.231,68 475.648,56 120.694,78
2004' 983.424.18 195.412,87 89.067.94 69.914,34 498.157,21 130.871,82
4.611,64
5.253,17
5.681,70
6.292,38
7.314.73
0.00 4.611.64
0,OO 5.253,17
0.00 5.687.70
0,OO 6.292,38
0.00 7.314.73
3.
INDUSTRI PENGOLAHAN a. lndustri Migas b. lndustri Tanpa Migas
355.593,96 0.00 355.593.96
389.912,87 0.00 389.912.87
423.590,Ol 0.00 423.590.01
461.346,88 0.00 461.346.88
498.710,53 0.00 498.710.53
4.
LlSTRlK DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Air Minum
17.352,38 14.679.75 2672,63
17.732,29 14.936.63 2.795.66
18.836,68 15.909.96 2.926.72
19.720,06 16.710.58 3.009.48
21.136,14 17.954,99 3.181.15
5.
BANGUNAN
99.939,34
107.671,62
113.470.90
121.930,64
133.323,24
6.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran
691,477.50
730.295.91
775.173.87
859.071,98
933.473,55
680.572,94 6.980,67 3.923.89
718.538.62 7.391.31 4.365.98
762.530,29 7.951,89 4.691.69
845.400.64 8.565.96 5.105.38
918.245.47 9.419.28 5.808.80
77.054,92
83.145,19
91.818,17
99.790,76
112.029,82
71.512.15 42.379.18 16.430,86 0,OO 12.702.11
76.710.69 45.646.87 17.746.44 0.00 13.317,38
84.337.21 50.316,41 19.326.27 0.00 14.694.53
91.481.80 53.936.50 20.761.54 0.00 16.783.76
102.069.15 58.650,95 23.110.97 0.00 20.307.23
5.542.77
6.434.50
7.480.96
8.308.96
9.960,67
7.
8.
9.
PENGANGKUTAN DAN KOMUNlKASl a. Pengangkutan 1. Angkutan Darat 2. Angkutan Laut 3. Angkutan Udara 4. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga K.T.B C. Sewa Bangunan d. Jasa Perusahaan
43,329.64
48.353,ll
54.259,47
59.888,61
68.110.20
305,39 3.651.89 36.877.95 2494.41
1.247,51 3.817,89 40.481,58 2806.13
3.235.40 4.115.79 43.821,46 3086.82
5.062.78 4.550.18 46.898,78 3376,87
6.041.65 5.041.84 52.621.50 4405,21
JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. SosialKemasyarakatan 2. Hiburan 3. Perorangan dan Rumah Tangga
263.202.81 210.063,77 53.139.04 2.799.95 6.075.98 44.263,11
283.233,98 225.093,67 58.140,31 3.059.87 6.425.63 48.654,81
303.444,20 240.289.21 63.154.99 3.317.41 6.959.18 52.878.40
330.461,87 263.217,87 67.244.00 3.685.23 7.257.71 56.301,06
368.944.71 294.833.39 74.111,32 4.261,09 7.710.89 62.139.34
PDRB
2.337.937,W
2.504.818,M)
Keterangan : * : Angka Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis 2W6.
2.672.207,W
2.889.500,03
3.126.467,lO
86
Larnpiran 2.
PDRB Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor 2000-2004 (Jutaan Rupiah).
SEKTOR
2000'
1. PERTANIAN a. b. c. d. e. 2.
2001'
785.375,61 173.096,53 69.381.91 57173.15 386.574.86 99.149.16
Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan
Pelemakan Kehutanan Perikanan
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertarnbangan b. Penggalian
2003.
2002"
1.011.803,96 191.683.30 88.567.82 62.471,51 505.221.33 163.860.00
1.401.716,41 205.457,88 282.555.25 69.763.74 655.752.79 188.186,75
2004'
1.886.638.26 2.343.905,88 214.007.55 233.851,86 420.555.23 528.003.05 77.905.35 89.657.06 936.499.53 1.213.132.95 237670.60 279.260.94
4.61154
5.846,66
7.094.24
8.562,26
10.542,40
0.00 4.611.64
0,OO 5.846.66
0.00 7.094.24
0.00 8.562.26
0.00 10.542.40
INOUSTRI PENGOLAHAN a. lndustri Migas b. lndustri Tanpa Migas
355.593.96 0.00 355.593.96
4. LlSTRlK DAN AIR BERSIH
17.352,38 14.679.75 2.672.63
20.940,Ol 18.114.45 2.825.56
25.622,83 21.264.03 4.358.80
34.980,06 29.645.99 5.334.07
41.369,67 34.245,22 7.124.45
99.939,34
123.721,08
155.303,43
183.153,44
222.673,72
793.379,19
871.795,17 1.036.056,58 1.322.406,77
3.
a. b. 5.
Listrik Air Minum
BANGUNAN
691.477.50
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN
943,756.06 1.315.650,54 1.935.126.39 2.539.335,54 0.00 0.00 0.00 0,OO 943.756,06 1.315.650,54 1.935.126.39 2.539.335.54
RESTOWN a. Perdagangan b. Hotel C. Restoran
7. PENGANGKUTAN DAN
I
77.054.92
KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Darat 2. Angkutan Laut 3. Angkutan Udara 4. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi
1
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASAPERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga K.T.6 c. Sewa Bangunan d. Jasa Perusahaan
9.
I
71.512.15 42.379,18 16.430.86 0.00 12.702.11 5542.77
1
43.329,64
1
8.025,37
10612.69
61.989,49
83.487.58
305.39 '6.461,27 3.651,89 5.158,68 36.877,95 47.366,45 2.494,41 - 3.003.09
1
12259.73
I
103.502,35
7.039.94 6.821.48 65.966.62 3.659.54
1
16.100,81 131.437,Ol
9.495.01 9.315.14 79.879.05 4.813.15
10.151.12 13.486.36 101.417,79 6.381,74
JASA-JASA a. Pernerintahan Urnum b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan 3. Perorangan dan Rurnah Tangga PDRB
I
I
Keterangan : ' : Angka Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis 2006.
I
I
I
I
Lampiran 3.
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Luas Wilayah dan Jumlah DesaIKelurahan Menurut Kecarnatan di Kabupaten Bengkalis. Kecamatan
Luas (~m')
I Mandau
1
Desa 6 11 14 13 8 5 17 9 20 13 15 12 8
937.47 Pinggir 2.503,OO Bukit Batu 1.128,OO Siak Kecil 742,21 Rupat 896,35 Rupat Utara 628,50 Bengkalis 514,OO Bantan 424,40 Merbau 1.348,91 Rangsang 681.00 Rangsang Barat 241.60 Tebing Tinggi 849.50 586.83 Tebing Tinggi Barat 11.481.77 Jumlah 151 ;umber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis 2006.
Lampiran 4.
DesalKelurahan I Kelurahan I 9 2 1
1
1
4 3 1
4
175
24
Populasi Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun 2001 sld 2005.
P o p u l a s i (ekor) 2001 2002 1 2003 1 2004 ( i I 9.851 1 9.989 1 10.188 1 10.329 1 1. / ~ a pPotona 3.841 3.826 3.818 2. ~ e i b a u 3.807 72.234 73.864 70.465 67.603 3. Kambing 19.322 19.561 4. Babi 19.121 18.747 5. Ayam Buras 1.473.463 1.540.432 1.617.767 1.517.667 6. Ayam Pedaging 12.591 12.165 12.749 46.451 7. Ayam Petelur 4.698 4.629 4.756 8. ltik 55.118 57.762 60.518 57.047 ;umber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis 2006. No.
Jenis Ternak
1
-
Lampiran 5.
Jumlah 15 13 15 13 12 5 20 9 21 13 15 16 8
2005 10.432 3.635 75.340 19.734 1.658.211 161.649
-
65.96:
Populasi Ternak Kabupaten Bengkalis Tahun 2005 per Kecarnatan (ekor).
Kecarnatan
Sapi 176
669 680 1.039 Siak Kecil 1.512 Rupat Utara 1.107 753 1.130 Merbau 910 616 676 604 560 10.432 JUMLAH Sumber :Dinas Pertanian dan Petemakan Kabupaten Bengkalis :
-
Avam
I
Avam
I
....
88
Lampiran 6.
Rasio Populasi untuk Setiap Jenis Ternak (%).
Dewasa
Rasio Populasi Muda
Anak
Sapi
54.31
26.47
19.22
Kerbau
55.62
25,47
18,91
Kambing
50.75
26,47
22.78
Jenis Ternak
Babi
42.04
32,60
25.36
Ayarn Buras
31,97
29.35
38,68
ltik 70,81 18.49 lumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis 2006.
10.70
Larnpiran 7.
Nilai Konversi Satuan Ternak (ST) Setiap Jenis Ternak
Jenis Ternak
Klasifikasi
Sapi
Kerbau
Kambing
Babi
1
Unggas
I
Dewasa Muda Anak Dewasa Muda Anak Dewasa Muda Anak Dewasa Muda Anak Dewasa Muda Anak
Jumlah (Ekor)
Nilai ST
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 100 100
1.OO 0.50 0.25 1,15 0,58 0.29 0.14 0.07 0.04 0.40 0.20 0.10 1,00 0.50 0,25
Sumber : Efferson (1953).
Lampiran 8.
I
I
Jumlah Rumah Tangga Peternakan per kecarnatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2004.
Sumber :Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis (2005).
Lampiran 9.
NO
Stratifikasi Daerah Sampling Berdasarkan Kepadatan Ekonomi Ternak.
Kecamatan
Jumlah Ternak (ST)
Jumlah Penduduk
Kepadatan (ST11000 pddk)
Stratifikasi
4.
Mandau Merbau Pinggir Rangsang Barat
2.165 1.664 2.552 1.289
225.045 48.564 63.804 27.170
9,62 34.26 40,OO 47.45
I I I I
5. 6. 7. 8.
Tebing Tinggi Bengkalis Rangsang Bukit Batu
3.584 3.959 1.955 2.421
Rupat Bantan Tebing Tinggi Barat Siak Kecil Rupat Utara
3.005 3.987 1.960 2.510 2.539
66.413 66.460 27.623 25.974 29.053 36.247 14.699 16.822 11.187
53.96 59.57 70.77 93.22 103,44 110,OO 133,37 149,20 227.~0
II II II II 111 111 111 111 111
1. 2. 3.
9. 10. 11. 12. 13.
Keadaan Dada saat wnelaian. ~ e t e r a n ~ a n : I. Kepadatan Rendah ( 4 0 STHOOO penduduk) II. Kepadatan Sedang (50-100 STllDOO pendauk) Ill Kepadatan Tinggi (100-300 ST11WO pend~duk)
Larnpiran 10. Tingkat Pendidikan dan Jumlah Kepemilikan Ternak pada 175 Rumah Tangga Peternak Responden.
Lanjutan Larnpiran 10.
Sumber Modal
91
Lanjutan Larnpiran 10. Sumber Modal
Lanjutan Larnpiran 10, Sumber Modal
Lampiran 11. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ternak Sapi. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
x
Std
Penerimaan
Kandangdan Peralatan
Biaya bib$
Biaya Pakan dan Obat
Biaya Tenaga Kej a
5.069.444 4.850.000 5.000.000 4.750.000 4.650.000 4.500.000 4.750.000 5.000.000 4.850.000 4.850.000 4.750.000 4.850.000 4.750.000 5.000.000 4.500.000 4.750.000 4.850.000 4.750.000 4.750.000 4.850.000 5.000.000 4.950.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000
602.778 250.000 268.333 225.000 225.000 300.000 300.000 262.500 262.500 225.000 225.000 225.000 225.000 315.000 225.000 337.500 150.000 225.000 225.000 225.000 225.000 225.000 225.000 150.000 225.000
3.000.000 2.100.000 3.000.000 2.150.000 2.250.000 2.125.000 2.125.000 2.150.000 2.150.000 2.550.000 2.250.000 2.125.000 2.125.000 2.125.000 2.125.000 2.125.000 2.125.000 2.150.000 2.150.000 2.150.000 2.150.000 2.150.000 2.250.000 2.350.000 2.450.000
650.000 725.750 675.000 646.550 645.000 626.750 675.000 652.500 655.000 705.000 625.000 €45.000 649.425 640.000 657.000 708.500 605.000 630.000 680.000 600.000 657.000 675.500 646.000 640.000 656.500
8.625 103.445 20.690 102.900 12.400 63.250 61.150 155.250 165.000 31.150 57.850 145.250 102.875 65.550 155.275 155.175 103.500 160.000 155.150 145.745 160.175 102.500 105.450 103.375 77.580
4.810.778
253.944
2.256.000
654.859
100.772
143.570
84.247
249.299
29.535
50.511
Lampiran 12. Rekaptulasi Penerirnaan Dan Biaya per EkorTemak Kerbau. No 1.
Penerimaan
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
6.200.000 6.000.000 6.350.000 6.125.000 6.350.000 6.250.000 6.350.000 6.450.000 6.000.000 6.225.000 6.250.000 6.500.000 6.450.000 6.3W.000 6.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
x
-
Std
Kandang dan Peralatan
B'aya bibii
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Pakan dan Obat
Biaya Tenaga Kerja
0 0 0 0 0 0 0
2.525.000 2.425.000 2.350.000 2.325.000 2.425.000 2.475.000 2.350.000 2.325.000 2,325,000 2.335.000 2.325.000 2.325.000 2.345.000 2.325.000 2.325.000 2.350.000 2.325.000 2.325.000 2.325.000 2.325.000 2.325.000 2.325.000 2.325.000 2.325.000 2.325.000
l.OM1.000 1.008.000 1 .G08.000 1 .W8.000 1.W8.000 1.W8.000 1.W8.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1 .080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.C80.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1 .080.000 1.080.000
350.300 325.350 320.325 333.300 325.750 345.375 333.350 345.500 300.350 425.460 285.750 325.150 322.600 340.750 312.550 347.500 402.750 310.335 290.625 335.750 333.000 337.500 332.650 315.750 335.600
6.172.000
0
2.351 .M0
1.059.840
333.333
188.652
0
32.995
29.644
0
53.117
94
L a r n p i r a n 13. Rekapitulasi Penerirnaan Dan Biaya per E k o r Ternak Karnbing. No
Penerimaan
Kandangdan Peralatan
Biaya bibi
Biaya Pakan dan Obat
Biaya Tenaga Keja
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
580.000 575.000 600.000 590.000 565.000 580.000 565.000 547.500 525.000 560.000 535.000 565.000 585.000 535.000 545.000 600.000 585.000 575.000 585.000 565.000 535.000 525.000 545.000 580.000 585.000
131.667 IO0.WO 117.857 108.333 160.000 133.333 108.000 106.250 137.500 108.333 160.000 115.714 134.667 160.000 84.000 105.714 177.778 91.071 119.118 160.000 98.600 134.000 106.667 103.750 109.667
65.000 65.000 75.000 75.000 75.000 85.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
75.600 85.600 75.600 75.600 85.600 75.600 75.600 88.100 75.600 75.600 85.600 75.600 75.600 85.600 75.600 75.600 86.711 75.600 75.600 85.600 75.600 75.600 82.267 75.600 75.600
55.275 57.225 72.500 65.250 52.750 47.950 45.800 42.500 55.250 53.400 57.700 58.300 55.200 52.350 56.650 55.125 59.000 49.700 56.250 47.300 48.900 44.450 70.400 68.750 52.400
x
565.300
122.881
74.600
78.811
55.215
Std
22.894
24.945
3.512
4.858
7.713
-
L a r n p i r a n 14. Rekapitulasi P e n e r i r n a a n Dan B i a y a per Ekor Ternak Babi. No
Penerimaan
Kandang dan Peralatan
Biaya bib#
Biaya Pakan dan Obat
Biaya Tenaga Kerja
23. 24. 25.
770.000 715.000 748.000 682.000 704.000 715.W 770.000 720.000 744.000 708.000 708.000 744.000 840.000 816.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 780.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000
216.667 175.000 245.000 245.000 250.000 245.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000
83.333 62.500 150.000 125.000 125.W 150.000 125.000 125.000 150.000 125.000 125.000 150.000 125.000 125.000 150.000 125.000 125.000 150.000 125.000 125.000 150.000 125.000 125.000 150.000 125.000
125.333 137.625 165.000 118.500 137.700 124.200 126.000 137.700 165.000 118.500 137.700 165.000 111.000 137.700 111.000 111.OOO 137.700 127.200 111.000 137.700 134.100 111.OOO 137.700 141.600 111.000
127.500 122.250 135.450 102.650 146.350 124.500 123.800 115.250 98.550 109.500 126.500 125.250 117.450 130.300 125.300 99.500 138.550 128.200 120.250 138.500 124.400 137.300 132.200 139.500 136.000
x
734.560
245.067
128.833
131.118
125.000
Std
35.876
16.076
20.691
16.805
12.560
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8
9. 10. 11,. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
-
95
Lampiran 15. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ayam Buras. No
Penenmaan
Kandangdan Peralatan
Biaya bibit
Biaya Pakan dan Obat
Biaya Tenaga Kerja
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
97.200 92.340 77.760 38.880 35.640 32.400 27.771 25.920 29.160 46.286 113.400 25.920 25.920 29.160 25.920 29.160 27.771 29.160 27.771 27.771 32.400 29.160 32.400 29.160 27.000
17.500 17.500 17.500 12.500 12.500 12.500 14.286 12.500 12.500 14.286 13.333 12.500 15.000 12.500 12.500 12.500 14.286 12.500 14.286 14.286 12.500 12.500 12.500 12.500 12.500
5.000 5.000 5.000 2.500 5.000 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 5.000 3.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500
34.367 34.367 34.367 20.500 23.000 20.500 20.500 20.500 20.500 20.500 30.061 21.500 20.500 20.500 20.500 20.500 20.500 20.500 20.500 20.500 20.500 20.500 20.500 20.500 20.500
7.293 6.929 5.835 8.752 8.023 7.293 6.251 5.835 6.564 10.419 8.509 5.835 5.835 6.564 5.835 6.564 6.251 6.564 6.251 6.251 7.293 6.564 7.293 6.564 6.078
x
40.617
13.590
3.040
22.686
6.858
Std
25.260
1.685
1.020
4.813
1.098
-
Lampiran 16. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ayam Pedaging. No
1. 2. 3.
Penerimaan
Kandangdan Peralatan
Biaya bibit
Biaya Pakan dan Obat
Biaya Tenaga Kerja
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 16. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
9.679 17.917 26.000 18.200 9.500 18.250 25.667 18.300 9.825 20.121 28.050 19.910 20.154 20.075 27.867 20.196 10.804 19.800 27.317 19.250 10.686 19.571 27.683 19.140 10.568
194 294 300 267 183 350 300 267 158 294 300 267 267 350 300 267 183 294 300 267 183 294 300 267 183
3.500 3.500 3.500 3.500 3.500 3.500 3.500 3.m 3.500 4.m 4.000 4.000 4.000 4.m 4.000 4.000 4.m 4.000 4.m 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
4.705 10.258 17.611 10.258 4.705 10.258 17.61 1 10.258 4.705 11.105 19.070 11.105 11.105 11.105 19.070 11.105 5.089 11.105 19.070 11.105 5.089 11.105 19.070 11.105 5.089
750 1.125 1.500 1.125 750 1.125 1.500 1.125 750 1.125 1.500 1.125 1.125 1.125 1.500 1.125 750 1.125 1.500 1.125 750 1.125 1.500 1.125 750
x
18.981
265
3.820
11.274
1.125
Std
6.046
53
245
4.882
265
4.
-
.
96
Larnpiran 17. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ternak Itik. No
Penerimaan
Kandangdan Peralatan
Biaya Pakan dan Obat
Biaya bibit
Biaya Tenaga Kej a
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
147.252 157.594 162.888 139.413 147.252 147.518 146.102 128.537 136.663 140.849 144.707 137.792 149.386 129.071 146.205 124.762 131.164 125.295 132.929 121.766 120.534 141.178 141.034 140.849 148.524
15.000 15.000 15.000 22.500 15.000 15.000 15.000 15.000 20.000 17.500 16.250 16.250 10.000 11.667 11.500 12.917 8.333 15.500 17.500 12.500 11.250 12.500 10.929 15.000 9.688
4.000 4.000 4.000 4.250 4.250 4.250 4.250 4.250 4.250 4.450 4.450 4.450 4.450 4.450 4.450 4.450 4.450 4.450 4.250 4.250 4.250 4.250 4.250 4.250 4.250
106.090 106.090 106.090 106.648 106.340 106.340 106.326 106.238 106.340 106.540 106.479 106.745 106.458 105.472 105.524 106.472 106.472 106.458 93.507 106.272 106.248 106.238 106.270 106.283 107.253
14.500 17.250 14.350 15.400 11.450 13.750 11.900 16.350 14.500 12.700 11.750 12.850 14.200 18.400 16.300 17.500 14.550 19.250 17.400 12.500 15.750 18.950 16.400 18.650 17.350
x
139.570
14.271
4.292
105.848
15.358
Std
10.817
3.243
145
2.589
15.358
-
Larnpiran 18. Analisis Usaha Ternak Sapi Rata-Rata Kepernilikan 6 Ekor. No.
Komponen Penerimaan dan Biaya
-
Tahun ke 2
1
0 0
0
33.338.692
Biaya lnvestasi - Bibit - Kandang
2.509.944 15.792.000 1.777.608
0 0 0
0 0 0
3. Biaya Operasional - PakanlObat-obatan - Tenaga kerja 4. Total Biaya
0 0 0 17.569.608
5.289.417 4.584.013 705.404 5.289.417
5.289.41 7 4.584.013 705.404 5.289.417
-17.569.608
-5.289.417
28.049.275
1,0000
0.9091
0,8264
0
0
27.552.638
1. Total Penerimaan 2.
5.
Keuntungan Bersih
6.
Discount faktor (r = I 0 %)
7.
PV Reveneu (Penerimaan)
8.
PV Cost (Biaya)
17.569.608
4.808.561
4.371.419
9.
PV of Net Benefit
-17.569.608
-4.808.561
23.181.219
10.
Net Present Value (NPV)
803.050
11.
Internal Rate of Retum (IRR)
12,19%
12.
~ i n e f iCost t Ratio (BIC)
1,03
97
Larnpiran 19. Analisis Usaha Ternak Kerbau Rata-Rata Kepemilikan 7 Ekor. No.
Kornponen Penerimaan dan Biaya
0
1. Total Penerirnaan 2.
2
0
0
42.771.960
Biaya lnvestasi
16.458.400 16.458.400 0
0 0 0
0 0 0
Biaya Operasional
0 0 0 16.458.400
9.752.21 1 7.418.880 2.333.331 9.752.21 1
9.752.21 1 7.418.880 2.333.331 9.752.21 1
-16.458.400
-9.752.21 1
33.019.749
1,0000
0,9091
0,8264
0
0
35.348.727
- Bibit - Kandang 3.
Tahun ke 1
- PakanlObat-obatan - Tenaga kerja 4.
Total Biaya
5.
Keuntungan Bersih
6.
Discount faktor (r = I 0 %)
7.
PV Reveneu (Penerirnaan)
8.
PV Cost (Biaya)
16.458.400
8.865.646
8.059.679
9.
PV of Net Benefit
-16.458.400
-8.865.646
27.289.049
10. Net Present Value (NPV) 11.
Internal Rate of Return (IRR)
12.
Benefit Cost Ratio (B/C)
1.965.002 15,08% 1,06
Lampiran 20. Ana!isis Usaha Ternak Karnbing Rata-Rata Kepernilikan 13 Ekor. No.
Kornponen Penerirnaan dan Biaya
1. Total Penerimaan 2.
Biaya lnvestasi
- Bibit - Kandang 3.
Biaya Operasional
- PakanlObat-obatan - Tenaga kerja
4.
Total Biaya
5.
Keuntungan Bersih
6.
Discount faktor (r = I 0 %)
7.
PV Reveneu (Penerimaan)
8.
PV Cost (Biaya)
9.
PV of Net Benefit
Tahun ke 1
0
2
0
0
7.201.922
2.567.253 969.800 1.597.453
0 0 0
0 0 0
0 0 0 2.567.253
1.742.338 1.024.543 717.795 1.742.338
1.742.338 1.024.543 717.795 1.742.338
-2.567.253
-1.742.338
5.459.584
1,0000
0,9091
0,8264
0
0
5.952.002
2.567.253
1.583.944
1.439.949
-2.567.253
-1.583.944
4.512.053
10.
Net Present Value (NPV)
360.856
11.
Internal Rate of Return (IRR)
15,79%
12.
Benefit Cost Ratio (BIC)
1,06
98
Larnpiran 21. Analisis Usaha Ternak Babi Rata-Rata Kepernilikan 18 Ekor. No.
Tahun Ke-
Komponen Penerimaan dan Biaya
0
1
1. Total Penerimaan 2.
Biaya lnvestasi
- Bibit
- Kandang 3.
Biaya Operasional
- PakanlObat-obatan - Tenaga kerja 4.
Total Biaya
5.
Keuntungan Bersih
6.
Discount faktor (r =10 %)
7.
PV Reveneu (Penerimaan)
8. 9.
0
12.957.638
6.730.200 2.318.994 4.41 1.206
0 0 0
0 0 0 6.730.200
4.610.124 2.360.124 2.250.000 4.610.124
-6.730.200
8.347.514
1,0000
0,9091
0
11.779.671
PV Cost (Biaya)
6.730.200
4.191.022
PV of Net Benefit
-6.730.200
7.588.649
10.
Net Present Value (NPV)
858.449
11.
lntemal Rate of Return (IRR)
24,03%
12.
Benefit Cost Ratio (BIC)
1,08
Larnpiran 22. Tabel Analisis Usaha Ayarn Buras Rata-Rata Kepemilikan 18 Ekor. Komponen Penerimaan dan Biaya
No.
2
3
0 0 0
1.056.016 1.056.016 0
2.048.721 2.048.721 0
3.241.480 2.006.480 1.235.000
Biaya lnvestasi
864.760 158.080 706.680
0 0 0
0 0 0
0 0 0
Biaya Operasional
0 0 0 864.760
847.205 490.589 356.616 847.205
1.583.088 1.226.472 356.616 1.583.088
1.583.088 1.226.472 356.616 1.583.088
-864.760
208.81 1
465.633
1.658.392
1,0000
0,9091
0,8264
0,7513
0
960.015
1.693.158
2.435.372
-
3.
0
1
1. Total Penerimaan Telur Temak Afkir 2.
Tahun Ke-
- Bibit - Kandang
- PakanlObat-obatan - Tenaga kerja
4.
Total Biaya
5.
Keuntungan Bersih
6.
Discount faktor (r =I0 %)
7.
PV Reveneu (Penerimaan)
8.
PV Cost (Biaya)
864.760
770.186
1.308.337
1.189.397
9.
PV of Net Benefit
-864.760
189.828
384.821
1.245.974
10.
Net Present Value (NPV)
955.863
11.
lntemal Rate of Return (IRR)
48,03%
12.
Benefit Cost Ratio (BIC)
4,23
Lampiran 23. Analisis Usaha Ternak Ayam Pedaging 6 siklus dalam 1 Tahun Rata-Rata Keperniiikan 872 Ekor per Siklus. No. 1. 2.
Tahun Ke-
Komponen Penerimaan dan Biaya Total Penerimaan
0
94.343.162
Biaya lnvestasi
21.372.720 19.986.240 1.386.480
0 0 0
Biaya Operasional
0 0 0 21.372.720
64.871.568 58.985.568 5.886.000 64.871.568
-21.372.720
29.471.594
1,0000
0,9091
0
85.766.51 1
- Bibit - Kandang 3.
1
0
- PakanlObat-obatan - Tenaga kerja 4.
Total Biaya
5.
Keuntungan Bersih
6.
Discount faktor (r =I0 %)
7.
PV Reveneu (Penerimaan)
8.
PV Cost (Biaya)
21.372.720
58.974.1 53
9.
PV of Net Benefit
-21.372.720
26.792.358
10.
Net Present Value (NPV)
11.
Internal Rate of Return (IRR)
12.
Benefit Cost Ratio (BIC)
5.419.638 37,8g0A 1,07
Lampiran 24. Analisis Usaha Ternak ltik Rata-Rata Kepernilikan 213 Ekor. Kornponen Penerimaan dan Biaya
No.
1. Total Penerimaan
- Telur - Ternak Afkir
2.
Biaya lnvestasi
- Bibit
- Kandang
3.
Biaya Operasional
- PakanIObat-obatan
-
6
4.
Tenaga kej a Total Biaya
5.
Keuntungan Bersih
6. 7.
Discount faktor (r =I0 %) PV Reveneu (Penenmaan)
8.
PV Cost (Biaya)
9.
PV of Net Benefit
10.
Net Present Value (NPV)
11.
Internal Rate of Return (IRR)
12.
Benefit Cost Ratio (BIC)
Tahun Ke1
2
3
0 0 0
14.864.205 14.864.205 0
28.836.558 28.836.558 0
31.884.290 28.241.990 3.642.300
3.953.919 914.196 3.039.723
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0 3.953.919
14.544.066 11.272.812 3.271.254 14.544.066
25.816.878 22.545.624 3.271.254 25.816.878
25.816.878 22.545.624 3.271.254 25.816.878
-3.953.919
320.139
3.019.680
6.067.412
1,0000
0,9091
0,8264
0,7513
0
13.512.914
23.831.866
23.955.139
3.953.919
13.221.878
21.336.263
19.396.603
-3.953.919
291.035
2.495.803
4.558.536
0
3.391.256 40,38% 1.06
Larnpiran 25. Skala Minimal Usaha Peternakan
I I 1
I
Skala Minimal
1.
Sapi Potong
10 ekor
2.
Kerbau
10 ekor
3.
1 Karnbing
4. 5.
1
Komoditas Ternak
6.
7.
I
ltik
I
100 ekor
Babi
1 Avarn Buras 1 Ayarn Pedaging
50 ekor
I
100 ekor
I
500 ekor
I
100 ekor
Sumber : Dinas Petemakan Propinsi Riau, 1996.
Lamplran 26. Penentuan Kekuatan dan Kelemahan Faktor Strategis Internal dalam Pengemba=an Usaha Peternakan dari 11 Responden.
Keterangan : S = Strength (Kekuatan) W = Weaknes (Kelemahan)
Lampiran 27. Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal dalam Pengembangan Usaha Peternakan dari 11 Responden.
Lampiran 28. Hasil Perhitungan Rating Faktor Kekuatan dari 11 Responden.
Larnpiran 29. Hasil Perhitungan Rating Faktor Kelemahan dari 11 Responden.
Larnpiran 30. Hasil Perhitungan Internal Factor Evaluation Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis. No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. .,
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
FaMor Strategis Internal A. Kekuatan Surnber daya alarn Lernbaga pernbina lnformasi pasar Sarana dan prasarana produksi Kemarnpuan rnemasarkan di dalam daerah Kemarnpuan modal usaha Komoditas yang dikembangkan Jumlah B. Kelemahan Surnber daya rnanusia Pelaksanaan pembinaan Ketepatan kebijakan pemerintah Koordinasi antar lembaga terkait Manajemen usaha Motivasi peternak Tingkat keuntungan usaha Kemampuan rnernasarkan ke luar daerah Jumlah
TOTAL
Total Skor
Bobot
Rating
0,091 0,078 0,067 0,076 0,065 0,063 0,078 0,516
4 3 3 4 3 3 4
0,363 0,234 0,201 0,303 0,195 0.188 0,312 1,796
0,080 0,065 0,060 0,052 0,058 0,063 0,054 0.052 0,484
1 2 2 2 1 2 2 2
0,080 0,130 0,121 0,104 0,059 0,126 0,108 0,104 0,832 2,628
1,000
Lampiran 31. Penentuan Peluang dan Ancarnan Faktor Strategis Eksternal dalarn Pengembangan Usaha Peternakan dari 11 Responden. No
Faktor Strategis Eksternal
1. Tingkat inflasi 2. Teknologi informasi
Jumlah I+\ \ I
3 9
II
1 1
I-\ \ I
8 2
Hasil I
1 1
T 0
Larnpiran 32. Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal dalam Pengembangan Usaha Peternakan dari 11 Responden.
Larnpiran 33. Hasil Perhitungan Rating Faktor Peluang dari 11 Responden
Larnpiran 34. Hasil Perhitungan Rating Faktor Ancaman dari 11 Responden
Larnpiran 35. Hasil Perhitungan Eksternal Factor Evaluation Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Faktor Strategis Eksternal A. Peluanq Teknologi inforrnasi Potensi pasar Otonorni daerah Ketersediaan kredit Kesernpatan bermitra Perturnbuhan ekonorni Ketersediaan teknologi Jumlah B. Ancaman Tingkat inflasi Produk sejenis dari daerah lain Kondisi tata niaga ternak Tuntutan kearnanan produk (ASUH) Tingkat suku bunga Fluktuasi harga Kejadian penyakit ternak Jumlah TOTAL
Total Skor
Bobot
Rating
0,066 0,076 0,081 0,072 0,066 0,076 0,074 0,511
2 3 3 2 2 3 2
0,132 0,230 0,243 0,145 0,132 0,230 0,149 1,261
0,057 0,074 0,076 0,068 0,063 0,076 0,074 0,489
2 3 3 3 2 3 3
0,114 0,223 0,230 0,204 0,127 0,230 0,223 1,351
1,000
2,612
105
Lampiran 36. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 1 (Pembinaan dan Pengembangan Wilayah Kantong Produksi Petemakan) dari 11 Responden.
Keterangan : 1 2 3 4
= tidak rnenarik. = agak rnenarik. = cukup rnenarik. = sangat rnenarik.
Lampiran 37. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 2 (Melaksanakan Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pasca Panen) dari 11 Responden.
Keterangan : 1 = tidak menarik. 2 = agak menarik. 3 = cukup menarik. 4 = sangat menarik.
Larnpiran 38. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 3 (Pernbinaan dan Pengernbangan Usaha Peternakan Pada Skala Usaha Yang Layak Secara Intensif) dari 11 Responden.
2 = agak rnenarik. 3 = cukup rnenarik. 4 = sangat menarik.
108
Larnpiran 39. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 4 (Pernbinaan dan Pengernbangan SDM Penyuluh dan Pernbina Peternakan) dari 11 Responden. Faktor Strategis
Keterangan : 1 = tidak rnenarik. 2 = agak rnenarik. 3 = cukup menarik. 4 = sangat menarik.
109
Larnpiran 40. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 5 (Pengernbangan Jaringan Distribusi Produk Peternakan) dari 11 Responden.
Keterangan : I = tidak menarik. 2 = agak menarik. 3 = wkup menarik. 4 = sangat menarik.
Lampiran 42. Hasil Perhitungan Total Nilai Daya Tarik (TNDT) dalam Pemiilihan Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis melalui Quantitative Strategic Planing Matrix (QSPM) dari 11 Responden. v,,c..=!,s
fi,,c,#,aLo>
No
Faktor Strategis
Bobot
Strategi 1 NDT 1 TNDT
I I
Strategi 2 NOT I TNDT
I
1
Strategi 3 NDT TNDT
I
I
Strategi 4 NDT I TNDT
I I 6
Strategi 5 NDT I TNDT i
I
I I
Strategi 6 NDT I TNDT I
Lampiran 43. Kuesioner Karakteristik Peternak dan Pola Usaha.
KUESIONER PENELlTlAN KARAKTERISTIK PETERNAK DAN POLA USAHA Judul Penelitian:
STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN Dl KABUPATEN BENGKALIS PENGENALAN TEMPAT: Propinsi Kabupaten Kecamatan DesaIKelurahan Nomor Sampel
: Riau : Bengkalis
.................................................... : ................................................... : ...................................................
Kami mohon kuesioner ini dapat diisi secara objektif dan benar. Penelitian ini dilakukan dalam kerangka akademik dengan tujuan ilmiah, semua data yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya sesuai kode etik ilmiah.
ZUL AMRY BAHAR NIM. A153024165
MAGISTER MANAJEMEN PEMBANGUNAN D A E M H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
I
I. INFORMASI UMUM 1. ldentitas dan anggota rumah tangga peternak:
Kode K o i o s : Kepala rumah tangga lstri ISuami Anak Menantu Cucu Orang tua 1 Merlua Lainnya
-2. Suku:
Kode Kolom (4): : 1 Laki-laki : 1 : 2 Perempuan : 2
: 3 : 4 : 5 : 6 : 7
Kode Kolom (6L: Tidakl belum sekolah SD / sederajat SLTP I sederajat SLTAI sederajat 0 1 / D2 Akademi ID3 S1 ID4
Kode Kolon_lL1: Petani Petemak Nelayan Pedagang Buruhtani Buruh industri Karyawan swasta PNS / ABRI Lainnya
: 1
: 2 : 3 : 4
: 5 : 6 : 7
: : : : :
1 2 3 4 5 : 6 : 7 : 8 : 9
I .
3. Asal Kepala Keluarga :
I. Asli. 2. Pendatang.
Jika pendatang : Asal dari :, ( 4. Pengalaman beternak:
atahun.
5. Ternak utama yang diusahakan: 1. Sapi potong. 2. Kehau.
datang tahun :
J u m l a h : a . Anak
b. Muda
..
3. Kambing. 4. Babi. 5. Ayam kampung. 6. Ay-m pedaging. 7. Itik. 8. Lainnya ..............................................
c. Dewasa d. Tua
UIu.
I :I :I .I ..
ekor.
ekor.
ekoekor. ekor.
I
I
II. SARANA PRODUKSI USAHA PETERNAKAN 1. Sumber modal usaha peternakan:
Sumber Modal
Ada
Tidak
Kode
(1)
(2)
(3)
(4)
a. Modal sendiri
1
2
-
b. Pernerintah
1
2
c. Bank I Lernbaga Keuangan lainnya
1
2
d. Koperasi IKelornpok
1
2
e. Swasta I Perorangan
1
2
f.
Lainnya ( ................................... )
-
2. Kepernilikan kandang:
U I. Ada.
1
1
Bentuk kandang:
,.
-
-U
I U
(
I. Permanen. 2. Semi permanen-
2. Tidak ada.
3. Jenis bibit yang diusahakan: I. Bibit Unggul/ Final Stock. 2. Peranakan BibR Unggul. 3. Bibit Lokal.
4. Asal bibit ternak yang diusahakan selarna setahun lalu: 1. Produksi sendiri. 2. Pasar. 3. Pedagang.
4. Petemak. 5. Bantuan pemerintah. 6. Lainnya ( .................................... ).
5. Tujuan utarna usaha peternakan:
6. Pola pengusahaan ternak:
u
I.
Penangkaran. 2. Pernbibitan. 3. Penggemukan / Pembesaran. 4. Pembibitan dan PenggemukanIPembesaran. 5. Produksi telur.
n
I . Dikandangkan. 2. Dikandangkan dan dilepas 3. Dilepas sama sekali.
u
7. Surnber pakan ternak: I. Alarni. 2. Kebun sendiri. 3. Dibeli dalam bentuk bahan dasar pakan. 4. Dibeli dalam bentuk pakan jadi.
8. Luas lahan usaha petemakan.
(a+b+c)
a. Luas kandang yang dikuasai peternak. b. Luas lahan untuk penanaman pakan ternak (rumput, jagung, dan lainnya).
I M2
u u u n cIlIun ,
,
,
,
,
,
,
c. Luas lahan untbi penggernbalaan dan 1 a i n n ) ' a . U 9. Tenaga kelja untuk rnelaksanakan usaha peternakan berasal dari:
M2 M~
-
l
M2
U
1. Dalam anggota keluarga. 2. Luar anggota keluarga. 3. Dalam dan luar anggota keluarga.
Banyaknya: 10.Apakah
-
Dalarn anggota keluarga - Luar anggota keluarga
tenaga
kerja
diperhitungkan upahnya?
yang 1. Ya.
2.Tidak.
LO orang.
m
berasal
dari
orang. dalam
keluarga
r-i
u
11.Banyaknya
waktu
yang
dipakai oleh tenaga
kerja
untuk
C1
rnelaksanakan usaha peternakan? I. Lebih dari6 jam. 2 . 4 sampai 6 jam. 3 . 2 sampai 4 jam. 4. kurang dari 2 jam.
C1
12. Apa dasar penghitungan upah tenaga kerja? I.
Larnanyajam kerja. 2. Produktifitas keja. 3. Seadanya saja.
13. Penguasaan tenaga kerja terhadap sapta usaha peternakan: r . Id d 3 a s p e k a. Pernilihan bibit. 2 . 4 d d 5 asasp. 3. 6 sld 7 aspek. b. Pernilihan dan penyediaanlpernberianpakan. c. Pengelolaanlsistem pemeliharaan. d. Pengernbangbiakan ternak. e. Perkandangan dan peralatan. f. Kesehatan ternawpencegahan penyakit. g. Pasca panenlpernasaran.
14. Apakah telah rnernanfaatkan teknologi baru Itepat guna dalarn usaha peternakan? I. Sudah. 2. Belurn.
r
1
Ill. PEMASARAN PRODUKSllHASlL USAHA PETERNAKAN
1. Pernanfaatan hasil produksi dalam setahun ini: ekor IKg. ( a. Dijual 1dipasarkan
1 1 I
w t yang tidak sesuao
ekor IKg. (coretyangtidaksesuai) ekor IKg. (mret yang fia'ak sesua,]
b. Dikonsumsi sendiri c. Dibibitkan Idibesarkan
d. Lainnya ( .....................) ekor IKg. (mretyang fidaksesua$ 2. Dalarn rnernasarkan produksi 1 hasil, apakah rnengikuti inforrnasi
r?:
pasar? 1. Selalu mengikuti perkembangan pasar.
2. Kalau perlu saja rnencari infonasi pasar. 3. Tidak pernah mengikuti Irnencari infonasi pasar.
3. Kapan produksi Ihasil usaha dipasarkan? 1. Pada saat harga menguntungkan.
-
2. Tergantung kebutuhan. 3. Asal saja.
4. Bagairnanakah cara rnenjual produksilhasil usaha peternakan?
u
1. Dijual sekaligus.
2. Dijual sebagian-sebagian
5. a. Dalarn bentuk apa produksi I hasil utarna dipasarkan? 1. Hidup. (langsung ke rincian 6) 2. Dipotong I Diolah.
b. Jika rincian 5.a berkode 2, bagairnanakah prosedur pernotongan? 1. Dilaporkan ke RPH 1TPH I Keunaster. 2. Tidak dilaporkan ke RPH I T P H 1Keunaster.
n
6. a. Kepada siapa produksi Ihasil usaha terbanyak dipasarkan? I.' Konsurnen rumah tangga.
2. Restoran / Rumah makan IWarung. 3. Pedagang / Pasar.
4. KoperasiIKelompok. 5. Perusahaan I Pabrik. 6. Lainnya .....................................
L-(
).
u
b. Apakah alasan utarna rnernilih konsurnen tersebut? 5. Memberi pinjaman. 6. Terikat kontrak. 7. Lainnya .....................................
1. Tidak ada pilihan lain. 2. Harga paling baik / stabil. 3. Teman / kelompok. 4. Dekat / mudah diakses.
).
7. Bagairnanakah cara rnendapatkan hasil penjualan? 1. Secara kontan. 2. Dicicil. 3. Dibayar di muka.
4. Dibayar kemudian. 5. Tidak tentu.
.8. a. Apakah
anda bergabung dengan peternak mernasarkan hasil I produksi usaha peternaksn?
lain dalarn r-7
U
1. Ya. (tangsungke nncian 9)
u
2. Tdak.
b. Jika rincian 8.a berlcode 2, rnenurut anda apakah bergabung dengan peternak lain akan berguna?i.~a.
2. Tidak.
-
9. a. Apakah ada kesulitanlharnbatan-harnbatan dalam pemasaran
U ,---,
hasil peternakan? I. Ada. 2. Tdak ada. (langsungkeBlwkt~) b. Jika rincian 9.a berkode f , apakah penyebab utarna kesulitan? 4. Harga pasar rendah.
1. Sarana angkutan terbatas. 2. Masalah kualiias produk. 3. Prcduk meripah.
I
u
5. Lainnya (................................ ).
IV. MAYA SARANA PRODUKSI & TENAGA KERJA SETAHUN IN1
~-
Jurnlah siklus produksi: Lama siklus produksi: Jarak antar siklus: Rincian
1
[ I Isiklus.
t n [ I I
~~ ~~ minggu I bulan (coretyangtidaksesuai)
rninggu 1bulan (coretyang tidaksesuai)
Jumlah
Satuan
Nilai Rp. Kontrol Rp.
Kegiatan dalam 1 siklus produksi A. investasi:
1. Kandang B. Produksi: 1. Mutasi ternak a. Stok akhir b. Penjualan c. Pernotongan d. Kematian
~~~u
IOCUUnO LIII-CUUnO
I
h. Penarnbahan lain 2. Telur 3. Pupuk kandang 4. Kulit, tanduk, dsb
5. Produksi lainnya
I
R
m
m
o
O f. Kelahiranlpenetasan I - I 7 l l l r I [ l 1 1 I 1 1 0 g. Pembelian ~0~~ e. Pengurangan lain
L
a
~~~~ r-0 1 , m n ~~~~ UEnamU
Rincian
Jumlah
Satuan
Nilai Rp. Kontrol Rp.
C. Biaya dan pengeluaran lainnya: 1. Pakan a. HMT b. Complete feed c. Konsentrat d. Lirnbah pertanian e. Lirnbah industri
2. Upah. tenaga kerja a. Dalarn keluarga b. Luar keluarga
11_OUUlDR
mouUIna ~
~
u
~~~~ L~U==
~~m~
C
E
I
3. Obat-obatan a. Golongan Farmasetik b. Golongan Biologik c. Golongan Premix 4. Pernbelian dan perbaikan peralatan 5. BBM, listrik dan air 6. Sewa lahan. kandang. dsb
7. Pasca panen 8. Jasa peternakan yang dibayar ke pihak lain 9. Bunga atas pinjarnan
10. Bagi hasil 11. Retribusi dan pungutan lain
12. Pajak tidak langsung (PBB) 13. Pengeluaran lainnya
n
n
m
Rincian Pendapatan I Penerimaan
A. Sektor Pertanian: 1. Pernungutan hasil hutanlsatwa liar. 2. Tanarnan pangan. 3. Hortikultura. 4. Perkebunan.
I T R I R1 2 'JIInIEIJ I uinn1.l
m m
a a
m m
D D
cunna
a. Buruh tani. b. Penyewaan alat dan rnesin pertanian.
1
Nilai Rp.Kontrol Rp.
c,cEIna
c l I L u l EJ
m
a
cInIna
I1 2
5. Perikanan. 6. Jasa pertanian:
U
m a m a ~~ m a rnEl
V. PENDAPATANIPENERIMAANLAINNYA SETAHUN IN1
-
U
m
m
D
a
Rincian
Jumlah
Satuan
Nilai Rp. Kontrol Rp.
C. Biaya dan pengeluaran lainnya: 1. Pakan a. HMT b. Complete feed c. Konsentrat d. Limbah pertanian e. Limbah industri
I I I - 1 m U IIIOUInnO I D ~ O
~~~~ ~~~n
2. Upah tenaga kej a a. Dalarn keluarga b. Luar keluarga
~~~~
3. Obat-obatan
a. Golongan Farmasetik b. Golongan Biologik c. Golongan Premix
4. Pembelian dan perbaikan peralatan
5. BBM, listrik dan air
6. Sewa lahan, kandang, dsb 7. Pasca panen 8. Jasa peternakan yang dibayar ke pihak lain 9. Bunga atas pinjaman
10. Bagi hasil
11. Retribusi dan pungutan lain 12. Pajak tidak langsung (PBB) 13. Pengeluaran lainnya
I
V. PENDAPATANIPENERIMAAN LAINNYA SETAHUN IN1 Rincian Pendapatan IPenerimaan A. Sektor Pertanian: 1. Pernungutan hasil hutanlsatwa liar.
2. Tanaman pangan. 3. Hortikultura. 4. Perkebunan. 5. Perikanan.
6. Jasa pertanian: a. Buruh tani. b. Penyewaan alat dan rnesin pertanian.
Nilai Rp.Kontrol Rp.
m n u u u l n m n m n u .. u u l n
m m
u n
B. Di luar Sektor Pertanian: 1. lndustri pengolahan hasil pertanian. 2. lndustri pengolahan bukan hasil pertanian. 3. Pertarnbanganlpenggalian.
4. Perdagangan. 5. Angkutan, penggudangan dan kornunikasi. 6. Lainnya.
m u m n ~~ c l n I n n clIuI!a m n
Lampiran 44. Kuesioner Penentuan Faktor Pengendali Internal dan Eksternal
KUESIONER PENELlTlAN PENENTUAN FAKTOR PENGENDALI Judul Penelitian:
STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN Dl KABUPATEN BENGKALIS IDENTITAS RESPONDEN: N a m a ................................................... PekerjaanlJabatan : .................................................. Alamat ...................................................
.................................................. Kami mohon Bapakllbu dapat mengisi kuesioner ini secara objektif dan benar. Penelitian ini dilakukan dalam kerangka akademik dengan tujuan ilmiah, semua data yang diberikan akan duamin kerahasiaannya sesuai kode etik ilmiah.
ZUL AMRY BAHAR NIM. A153024165
MAGISTER MANAJEMEN PEMBANGUNAN DAERAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
PENENTUAN FAKTOR PENGENDALI INTERNAL Subsektor : Peternakan Faktor internal dalarn kuesioner ini adalah faktor faktor strategis yang berasal dari daiam organisasi, yang rnernpengaruhi pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Pefunjuk pengisian: a. Pemberian nilai positif (+) didasarkan apakah faktor faktor tersebut dapat rnenjadi kekuatan dalam pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis, di bawah tanda (+) pada tabel berikut, apabila faktor faktor berikan tanda (4) tersebut rnenjadi kekuatan dalarn pengernbangan peternakan. b. Pernberian nilai negatif (-) didasarkan apakah faktor faktor tersebut dapat rnenjadi kelernahan dalarn pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis, berikan tanda (4)di bawah tanda (-) pada tabel berikut, apabila faktor faktor tersebut rnenjadi keiemahan dalarn pengembangan peternakan. c. Selain faktor faktor yang disebutkan dibawah ini, masih rnernungkinkan untuk rnenambah faktor faktor internal lain yang rnenurut Bapakllbu rnernpengaruhi pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis, kernudian berikan tanda (4)di bawah tanda (+) apabila faktor tersebut rnenjadi kekuatan atau di bawah tanda (-) apabila faktor tersebut rnenjadi kelernahan. No
Faktor Strategis Internal
1. Surnber daya alam
nn
Keterangan IAlasan
..................................
2. Surnber daya rnanusia 3. Lembaga pernbina
4. Pelaksanaan pernbinaan 5. Ketepatan kebijakan pernerintah 6. Koordinasi antar lernbaga terkait 7. Manajernen usaha 8. Motivasi peternak
9. lnforrnasi pasar 10. Tingkat keuntungan usaha 11. Sarana dan prasarana produksi 12. Kernampuan mernasarkan di dalarn daerah 13. Kernarnpuan rnernasarkan ke luar daerah
14. Kemarnpuan modal usaha 15. Komoditas yang dikernbangkan
u u ............................... -u u ........................... -uu ................................. • q .................................. • .................................. 00 ..................................
on -- ..................................
MI$ ...........................
2.. ..................................
u -UU ................................. •nn • ................................. Responden
PENENTUAN FAKTOR PENGENDALI EKSTERNAL Subsektor : Peternakan Faktor eksternal dalam kuisioner ini adalah faktor faktor strategis yang berasal dari luar organisasi, yang mempengaruhi pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Petunjuk pengisian: a. Pemberian nilai positif (+) didasarkan apakah faktor faktor tersebut dapat menjadi peluang dalam pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis, di bawah tanda (+) pada tabel berikut, apabila faktor faktor berikan tanda (4) tersebut menjadi peluang dalam pengembangan peternakan. b. Pemberian nilai negatif (-) didasarkan apakah faktor faktor tersebut dapat menjadi ancaman dalam pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis, berikan tanda (4)di bawah tanda (-) pada tabel berikut, apabila faktor faktor tersebut.menjadi ancaman dalam pengembangan peternakan. c. Selain faktor faktor yang disebutkan dibawah ini, masih memungkinkan untuk menambah faktor faktor ekstemal lain yang menurut Bapak/lbu mempengaruhi pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis, kemudian berikan tanda (4) di bawah tanda (+) apabila faktor tersebut menjadi peluang atau di bawah tanda (-) apabila faktor tersebut menjadi ancaman. No
Faktor Strategis Eksternal
1. Tingkat inflasi 2. Teknologi informasi 3. Potensi pasar 4. Produk sejenis dari daerah lain 5. Otonomi daerah 6. Kondisi tata niaga
7. Tuntutan keamanan produk (ASUH)
8. Ketersediaan kredit
-,---. Keterangan IAlasan
uu ................................ 17
[ -7
.................................. .................................
,---,-
................................. .................................. .................................. .................................. .............................
--
................r...........
CI n n
uu
9. Tingkat suku bunga 10. Fluktuasi harga 11. Kesempatan bermitra 12. Pertumbuhan ekonomi 13. Ketersediaan teknologi 14. Kejadian penyakit ternak
n n
u u nn
.................................. ..................................
Responden
PENENTUAN BOBOT FAKTOR PENGENDALI INTERNAL Subsektor : Peternakan Tujuan: Mendapatkan penilaian responden terhadap tingkat kepentingan suatu faktor strategis internal dalam penentuan Strategi Pengembangan Peternakan dalam rangka Meningkatkan Peran SubseMor Peternakan di Kabupaten Bengkalis. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor strategis tersebut menentukan keberhasilan pengembangan petemakan. Petunjuk Khusus: Alternatif pernberian bobot terhadap faktor-faktor strategis internal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah : 1 = kurang penting / kurang menentukan. 2 = agak penting / agak menentukan. 3 = penting/menentukan. 4 = sangat penting / sangat menentukan. pmberian bobot masing-masing faktor strategis dilakukan dengan memberikan tanda (4) pada tingkat kepentingan (1 s/d 4) yang paling sesuai menurut responden. Penentuan bobot rnerupakan pandangan masing-masing responden terhadap faktor-faktor strategis internal yang telah ditinjau.darikeseluruhan elemen yang ada. No 1. 2: 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Bobot
mBmm
Faktor Strategis Internal Sumber daya alam ............................................................. Sumber daya rnanusia ....................................................... Lembaga pembina ............................................................. Pelaksanaan pembinaan .................................................... Ketepatan kebijakan pemerintah ........................................ Koordinasi antar lembaga terkait ........................................ Manajernen usaha .............................................................. Motivasi peternak ............................................................... lnformasi pasar :................................................................. Tingkat keuntungan usaha ................................................. Sarana dan prasarana produksi ......................................... Kemampuan mernasarkan di dalam daerah ....................... Kemarnpuan memasarkan ke luar daerah .......................... Kemampuan modal usaha ................................................. Kornoditas yang dikembangkan .........................................
16. ............................................................................................ 17. ............................................................................................
CLmn ~000
~~~~ CEIno
tKI[I70
Cmon
nCLl0
~~~~ OOOO
onon
0~[70~00[7 Canu ~ ~ 0
nuno 0000 nuno
Responden
PENENTUAN BOBOT FAKTOR PENGENDALI EKSTERNAL Subsektor : Peternakan Tujuan: Mendapatkan penilaian responden terhadap tingkat kepentingan suatu faktor strategis eksternal dalam penentuan Strafegi Pengembangan Peternakan dalam rangka Meningkatkan Peran Subsektor Pefernakan di Kabupaten Bengkalis. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor strategis tersebut menentukan keberhasilan pengembangan petemakan. Petunjuk Khusus: Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategis eksternal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah: 1 = kurang penting / kurang menentukan. 2 = agak penting / agak menentukan. 3 = penting / menentukan. 4 = sangat penting /sangat menentukan. pemberian bobot masing-masing faktor strategis dilakukan dengan memberikan tanda (d) pada tingkat kepentingan (1 s/d 4) yang paling sesuai menurut responden. Penentuan bobot merupakan pandangan masing-masing responden terhadap faktorfaktor strategis ekstemal yang telah ditinjau dari keseluruhan elemen yang ada. No 1. 2. 3. 4.
Bobot
Faktor Strategis Eksternal Tingkat inflasi ..................................................................... .. Teknolog~lnformasi ............................................................ Potensi pasar ..................................................................... Produk sejenis dari daerah lain ..........................................
5. Otonomi daerah ................................................................. .. 6. Kondlsl tata niaga ternak ....................................................
7. Tuntutan keamanan produk (ASUH) .................................. 8. Ketersediaan kredit ............................................................ 9. Tingkat suku bunga ............................................................ 10. Fluktuasi harga ..................................................................
11. 12. 13. 14.
Kesempatan bernlitra ......................................................... Pertumbuhan ekonomi ....................................................... Ketersediaan teknologi ....................................................... Kejadian penyakit ternak ....................................................
mmmm nuou nuon noon Run0 nun0 nunn nnnu nunu noon nuno on00 0000 nnon nunn nono OUOO noun
Responden
Larnpiran 45. Kuesioner Penentuan Rating Faktor Pengendali Internal dan Eksternal.
KUESIONER PENELITIAN PENENTUAN RATING FAKTOR PENGENDALI Judul Penelitian:
STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN Dl KABUPATEN BENGKALIS IDENTITAS RESPONDEN:
Narna .................................................... PekerjaanIJabatan : ................................................... Alarnat ....................................................
Karni mohon BapaWlbu dapat rnengisi kuesioner ini secara objektif dan benar. Penelitian ini dilakukan dalarn kerangka akadernik dengan tujuan ilrniah, sernua data yang diberikan akan dijarnin kerahasiaannya sesuai kode etik ilrniah.
ZUL AMRY BAHAR NIM. A153024165
MAGISTER MANAJEMEN PEMBANGUNAN DAERAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
PENENTUAN PERINGKAT FAKTOR PENGENDALI Subsektor : Peternakan Penentuan peringkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi lingkungannya.
A. Variabel Faktor Internal Variabel faktor internal ini terdiri dari faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang mungkin dapat diatasildihindari dalam upaya pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Petunjuk Pengisian: pada kolom yang tersedia dengan pilihan sebagai berikut: Berikan tanda Nilai 4, jika faktor tersebut merupakan kekuatan utama. Nilai 3, jika faktor tersebut merupakan kekuatan kecil. Nilai 2 , jika faktor tersebut merupakan kelemahan kecil. jika faktor tersebut rnerupakan kelemahan utama. Nilai I,
(4)
1. Faktor Kekuatan Menurut Bapakllbu bagaimana pengaruh faktor-faktor kekuatan berikut ini terhadap kondisi pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis?.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
Nilai
mamEl Sumber daya alam .................................................. m m n n Lembaga pembina .................................................. mmnR lnforrnasi pasar ....................................................... m m o n Sarana dan prasarana produksi .............................. 1 1 0 R Kemarnpuan memasarkan di dalam daerah ............ m m n n Kernarnpuan modal usaha ...................................... 1110R Komoditas yang dikembangkan .............................. m m n n Faktor Kekuatan
2. Faktor Kelemahan Menurut Bapakllbu bagaimana kondisi faktor-faktor kelemahan berikut terhadap pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis?
-
No
Faktor Kelemahan
1. Surnber daya manusia ............................................ 2. Pelaksanaan pembinaan ........................................
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ketepatan kebijakan pemerintah ............................. Koordinasi antar lembaga terkait ............................ Manajernen usaha .................................................. Motivasi peternak ................................................... Tingkat keuntungan usaha ...................................... Kernampuan mernasarkan ke luar daerah ..............
Nilai
B. Variabel Faktor Eksternal Variabel faktor eksternal ini rnerupakan faktor-faktor kunci peluang yang dapat dirnanfaatkan dan faktor ancarnan yang dapat dihindari dalarn pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. 1. Faktor Peluang
Petunjuk pengisian:
(4)
Berikan tanda pada kolom yang tersedia dengan pilihan sebagai berikut: Nilai I,jika kernarnpuan rneresponnya tidak baik/kurang. Nilai 2, jika kernarnpuan rneresponnya agak baik. Nilai 3, jika kernarnpuan rneresponnya baik. Nilai 4, jika kernarnpuan rneresponnya sangat baik. Menurut Bapakllbu bagairnana kernarnpuan usaha pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis dalarn rnernanfaatkan faktor-faktor peluang berikut ini? Nilai No Faktor Peluang
.. Teknologl ~nforrnasi.................................................
1. 2. Potensi pasar ..........................................................
3. 4. 5. 6. 7.
Otonorni daerah ...................................................... Ketersediaan kredit ................................................. Kesernpatan berrnitra ............................................. Perturnbuhan ekonorni ............................................ Ketersediaan teknologi ...........................................
mama 0[7mI C]cInn cEInn o[IIInn
0000 [7[700
uono
2. Faktor Ancaman
Petunjuk pengisian:
Berikan tanda (4) pada kolorn yang tersedia dengan pilihan sebagai berikut: Nilai 1. iika faktor ancaman tidak berpengaruh. ....... Nilai 2: jika faktor ancaman kurang kuat / kecil pengaruhnya. Nilai 3, jika faktor ancarnan kuat pengaruhnya. Nilai 4, jika faktor ancarnan sangat kuat pengaruhnya. Menurut Bapakllbu bagairnana pengaruh faktor faktor-faktor ancaman berikut ini temadap usaha pengernbangan peternakan di . Kabupaten Bengkaiis? Nilai No Faktor Ancaman - -
1. Tingkat inflasi ..........................................................
2. Produk sejenis dari daerah lain ............................... 3. Kondisi tata niaga ternak ........................................ 4. Tuntutan kearnanan produk (ASUH) ....................... 5. Tingkat suku bunga ................................................
....................................................... 7. Kejadian penyakit ternak ......................................... 6. Fluktuasi harga
Responden
Lampiran 46. Kuesioner Penentuan Nilai Daya Tarik Alternatif Strategi.
KUESIONER PENELlTlAN PENENTUAN DAYA TARlK ALTERNATIF STRATEGI Quantitafive Strategic Planing Matrix Judul Penelitian:
STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN Dl KABUPATEN BENGKALIS IDENTITAS RESPONDEN:
1
Kami mohon BapaWlbu dapat mengisi kuesioner ini secara objektif dan benar. Penelitian ini dilakukan dalam kerangka akademik dengan tujl~anilmiah, semua data yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya sesuai kode etik ilmiah.
ZUL AMRY BAHAR NRP. A153024165
MAGISTER MANAJEMEN PEMBANGUNAN DAERAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTJTUT PERTANIAN BOGOR 2005
PENENTUAN DAYA TARlK ALTERNATIF STRATEGI Quantitative Strategic Planing Matrix
Mendapatkan penilaian responden terhadap nilai daya tarik suatu strategi tas strategi yang lain berdasarkan kondisi faktor-faktor strategis yang tersedia. Pemberian nilai daya tarik suatu strategi adalah dengan memberikan nilai numerik (1 sld 4) yang paling sesuai menurut responden dengan mempertimbangkan faktor-faktor strategis satu per satu. Nilai Daya Tarik (NDT) adalah: 1 = tidakmenarik. 2 = agak menarik. 3 = cukup menarik. 4 = sangat menarik. '
pada kolorn yang tersedia. Berikan tanda (4)
Alternatif strateqi yanq ditawarkan: Strategi 1
:
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KANTONG PRODUKSI PETERNAKAN.
Strategi 2
:
MELAKSANAKAN PENGEMBANGAN DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN.
Strategi 3
:
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN PADA SKALA USAHA YANG LAYAK.
Strategi 4
:
PKMBINAAN DAN PENGEMBANGAN SDM PENYULUH DAN PEMBINA PETERNAKAN.
Strategi 5
:
PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK PETERNAKAN.
Strategi 6
:
PENERAPAN DlSlPLlN TINDAK KARANTINA HEWAN DAN PENGAWASAN PEMOTONGAN HEWAN.
PENERAPAN
Berdasarkan kondisi faktor-faktor strategis yang tersedia, menurut Bapakllbu bagaimana daya tarik alternatif-alternatif strategi tersebut?
Alternatif Strategi 1 :
No
Pembinaan dan pengembangan wilayah kantong produksi peternakan. Faktor Strategis
PELUANG : 1. Teknologi inforrnasi 2. Potensi pasar 3. Otonorni daerah 4. Ketersediaan kredit 5. Kesernpatan bermitra 6. Perturnbuhan ekonorni 7. Ketersediaan teknologi 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 1.
2. 3. 4.
5. 6. 7.
[7oon
OOOO 0[700 0000 0000 0000 0000
ANCAMAN :Tingkat inflasi Produk sejenis dari daerah lain Tata niaga ternak Tuntutan kearnanan produk (ASUH) Tingkat suku bunga Fluktuasi harga Kejadian penyakit ternak KEKUATAN : Surnber daya alarn Lernbaga pernbina Infomlasi pasar Sarana dan prasarana produksi Kernarnpuan rnernasarkan di dalarn daerah Kernarnpuan modal usaha Kornoditas yang dikernbangkan KELEMAHAN : Surnber daya rnanusia Pelaksanaan pernbinaan Ketepatan kebijakan pernerintah Koordinasi antar lernbaga terkait Manajernen usaha Motivasi peternak Tingkat keuntungan usaha Kernarnpuan rnernasarkan ke luar daerah Responden
Alternatif Strategi 2 :
No
Melaksanakan pengembangan teknologi pasca panen.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
ANCAMAN ; Tingkat inflasi Produk sejenis dari daerah lain Tata niaga ternak Tuntutan keamanan produk (ASUH) Tingkat suku bunga Fluktuasi harga Kejadian penyakit ternak
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
KEKUATAN : Surnber daya alam Lembaga pernbina lnforrnasi pasar Sarana dan prasarana produksi Kernarnpuan rnemasarkan di dalam daerah Kemampuan modal usaha Kornoditas yang dikembangkan
3. 4. 5. 6.
7. 8.
penerapan
Faktor Strategis PELUANG : Teknologi informasi Potensi pasar Otonomi daerah Ketersediaan kredit Kesempatan berrnitra Pertumbuhan ekonomi Ketersediaan teknologi
1. 2.
dan
KELEMAHAN : Sumber daya rnanusia Pelaksanaan pembinaan Ketepatan kebijakan pemerintah Koordinasi antar lernbaga terkait Manajernen usaha Motivasi peternak Tingkat keuntungan usaha Kernarnpuan rnemasarkan ke luar daerah
C]cDn
OOOO 0000 ~ O c I n 0 0 0 ~ 0[700 O ~ O D
0 ~ 0 0000 ~000 cEi0C.l OoOcI
CDon 0000
ooon
~ 0 OOOR
0[7[7[7
0000
~nao 0000
~onn [S1oon - ouon 0000 oC]oo
UCIClO O O ~ O 00~0
Responden
0
Alternatif Strategi 3 :
No
Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif. Faktor Strategis
PELUANG : Teknologi inforrnasi Potensi pasar Otonorni daerah Ketersediaan kredit Kesernpatan berrnitra Perturnbuhan ekonorni 7. Ketersediaan teknologi 1. 2. 3. 4. 5. 6.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
ANCAMAN : Tingkat inflasi Produk sejenis dari daerah lain Tata niaga ternak Tuntutan kearnanan produk (ASUH) Tingkat suku bunga FIuMuasi harga Kejadian penyakit ternak
3. 4. 5. 6. 7.
KEKUATAN : Surnber daya alarn Lernbaga pernbina lnforrnasi pasar Sarana dan prasarana produksi Kernarnpuan rnernasarkan di dalarn daerah Kernarnpuan modal usaha Kornoditas yang dikernbangkan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
KELEMAHAN : Surnber daya rnanusia Pelaksanaan pernbinaan Ketepatan kebijakan pernerifitah Koordinasi antar lernbaga terkait Manajernen usaha Motivasi peternak Tingkat keuntungan usaha Kernarnpuan rnernasarkan ke luar daerah
1. 2.
Responden
Alternatif Strategi 4 :
No
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
Pembinaan dan pengembangan SDM penyuluh dan pembina peternakan. Faktor Strategis
PELUANG : Teknologi inforrnasi Potensi pasar Otonorni daerah Ketersediaan kredit Kesernpatan bermitra Perturnbuhan ekonorni Ketersediaan teknologi
C]n[7n OnOD norm 0~~~ 0000
oono onnn
ANCAMAN : Tingkat inflasi Produk sejenis dari daerah lain Tata niaga ternak Tuntutan kearnanan produk (ASUH) Tingkat suku bunga Fluktuasi harga 7. Kejadian penyakit ternak
O c L l ~
1. 2. 3. 4. 5. 6.
5. 6. 7.
KEKUATAN : Surnber daya alarn Lernbaga pernbina lnforrnasi pasar Sarana dan prasarana produksi Kernarnpuan memasarkan di dalarn daerah Kernarnpuan rnodai usaha Komoditas yang dikembangkan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
KELEMAHAN : Surnber daya rnanusia Pelaksanaan pernbinaan Ketepatan kebijakan pernerintah Koordinasi antar lernbaga terkait Manajernen usaha Motivasi peternak Tingkat keuntungan usaha Kernarnpuan rnernasarkan ke luar daerah
1. 2. 3. 4.
nclnn ~clon 000~ LxIIo o~on 000n
ROREI ~ O O U
CaoD [ZI)Ca[I1 n[700 0000 C I C I n n -
onn[7 C LLIn ooon CKIo[7 onon OODD C]con azlon Responden
Alternatif Strategi 5 :
No
Pengembangan peternakan.
jaringan
distribusi
produk
Faktor Strategis
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
PELUANG : Teknologi informasi Potensi pasar Otonomi daerah Ketersediaan kredit Kesempatan berrnitra Pertumbuhan ekonomi Ketersediaan teknologi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
ANCAMAN : Tingkat inflasi Produk sejenis dari daerah lain Tata niaga temak Tuntutan keamanan produk (ASUH) Tingkat suku bunga Fluktuasi harga Kejadian penyakit ternak
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
KEKUATAN : Sumber daya alam Lembaga pembina Inforrnasi pasar Sarana dan prasarana produksi Kemampuan mernasarkan di dalam daerah Kernampuan modal usaha Komoditas yang dikembangkan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
KELEMAHAN : Sumber daya manusia Pelaksanaan pembinaan ~ e t e ~ a t kebijakan an pemerintah Koordinasi antar lembaga terkait Manajemen usaha Motivasi petemak Tingkat keuntungan usaha Kemampuan memasarkan ke luar daerah
no00
0,000 0000 0000
Cloon ooon noon
Responden
Alternatif Strategi 6 :
No
Penerapan disiplin tindak karantina hewan dan pengawasan pernotongan hewan. Faktor Strategis
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
PELUANG : Teknologi informasi Potensi pasar Otonomi daerah Ketersediaan kredit Kesempatan bermitra Pertumbuhan ekonomi Ketersediaanteknologi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
ANCAMAN : Tingkat inflasi Produk sejenis dari daerah lain Tata niaga ternak Tuntutan keamanan produk (ASUH) Tingkat suku bunga Fluktuasi harga Kejadian penyakit ternak
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
KEKUATAN : Sumber daya alam Lembaga pembina lnformasi pasar Sarana dan prasarana produksi Kemampuan memasarkan di dalam daerah Kemampuan modal usaha Komoditas yang dikembangkan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8.
KELEMAHAN : Sumber daya manusia Pelaksanaan pembinaan Ketepatan kebijakan pernerintah Koordinasi antar lembaga terkait Manajemen usaha Motivasi petemak Tingkat keuntungan usaha Kemampuan memasarkan ke luar daerah
cmno EKlnn CDoo
cElC)~ CKlon
noon
IIaZin
[7000 CIOCICI
~onn ~[7clo
El000 ~~~0 0[70n
CEI~o O O ~ O OOOO
~clon ~[7cLl ~o~!Ll IICI~O OO O I
oono
OGnn CKInn O=D~
oncI[ZI oouo ~[IIIImo
Responden