1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pengembangan sektor peternakan merupakan salah satu strategi dalam memacu
pertumbuhan ekonomi dan protein dari hewani (daging sapi) pada masa yang akan datang. Selain berguna sebagai sumber penghasilan devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. Salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas usaha tani antar wilayah dalam pengembangan usaha peternakan khususnya sapi potong. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Syukur Iwantoro menyatakan langkah tersebut sebagai upaya untuk bersama mencerdaskan dan memberdayakan peternak untuk mewujudkan kemandirian pangan sumber protein asal ternak, terutama menghadapi pasar Bebas ASEAN 2015 (http://www.m.republika.co.id). Untuk diketahui mahalnya harga daging sapi bukanlah kesalahan dari pemerintah, pada dasarnya upaya pemerintah dalam menangani kasus yang satu ini sudah cukup baik. Negara kita merupakan negara tropis yang didalamnya banyak sekali sumber daya yang dapat digali, contoh nya wilayah Karangawen tidak perlu ribet dalam mencari pakan untuk sapi yang digemukan sudah ada. Berbagai jenis pakan alami yang disediakan oleh alam dan teknologi pakan buatan hampir semua limbah pertanian yang dbutuhkan untuk pakan / rasun sapi potong mudah di dapat.
2
Setiap perusahaan baik itu dibidang industri, dagang serta jasa pasti tujuan utamanya adalah mencari keuntungan yang memadai. Pada perusahaan industri mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi sedangkan perusahaan dagang kegiatan utama nya adalah menjual barang. Pada perusahaan jasa kegiatan utamanya memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui jasa yang diberikan (Marcella,2014). Sebagai kegiatan internal suatu perusahaan, perusahaan mempunyai kegiatan dalam menyajikan laporan keuangan. “Laporan keuangan adalah suatu sumber informasi penggajian yang terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas dari kinerja perusahaan setiap periode sebagai dasar pengambilan keputusan perusahaan untuk diambil suatu tindakan untuk perbaikan kinerja perusahaan” (PSAK nomor 23 (revisi 2009). Oleh karena itu, karakteristik pada perusahaan dagang amat berbeda dengan jasa. Pada perusahaan dagang membeli barang atau produk dan menjual kembali produk tersebut tanpa mengolah produk tersebut. Melalui perbedaan tersebut terdapat perbedaan kegiatan dari masing-masing perusahaan dan transaksi penjualannya. Laporan keuangan yang lengkap pada umumnya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan penjelasan tambahan lain. Keadaan keuangan perusahaan tercermin di dalam laporan keuangan. Agar bermanfaat laporan keuangan selain lengkap juga harus andal (reliable). Laporan keuangan dikatakan memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
3
disajikan. Laporan keuangan yang disajikan secara wajar dan layak akan memberikan nilai tambah bagi para pemakainya sehingga dapat terhindar dari kerugian akibat kesalahan penyajian informasi. Pada perusahaan dagang, proses penyusunan laporan keuangan juga merupakan informasi sebagai media komunikasi dan pertanggungjawaban antara perusahaan dan para pemiliknya atau pihak lain. Di perusahaan dagang, yang menjadi sorotan utama adalah pada laporan laba rugi perusahaan. Laporan laba rugi merupakan sumber informasi terpenting untuk mengetahui kinerja suatu Perusahaan dari tahun sebelumnya dan di tahun selanjutnya sebagai dasar pertimbangan perkembangan perusahaan di masa depannya (Harahap,2006). Pengakuan pendapatan menjadi permasalahan dalam menentukan pendapatan. Pengakuan pendapatan merupakan saat dimana sebuah transaksi harus diakui sebagai pendapatan perusahaan. Sedangkan pengukuran pendapatan adalah berapa besar jumlah pendapatan yang seharusnya diakui dari setiap transaksi yang terjadi pada suatu periode tertentu. Permasalahan pengakuan dan pengukuran pendapatan saling terkait satu sama lain. Permasalahan ini akan selalu muncul apabila sebuah transaksi berhubungan dengan pendapatan. Pengakuan perli dilakukan pada saat yang tepat atas kejadian suatu ekonomi yang menghasilkan pendapatan, begitu juga jumlah yang diakui haruslah diukur secara tepat dan pasti (Samsu,2013). Apabila pendapatan yang diakui tidak sama dengan yang seharusnya maka ini berarti pendapatan yang diukur bisa salah (baik itu terlalu besar atau terlalu kecil). Hal ini mengakibatkan informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi tidak tepat dan
4
dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan menentukan laba, menentukan cost, menentukan efisien dan efektifitas keuangan oleh pihak manajemen perusahaan sehingga penting sekali dalam pengakuan pendapatan, perusahaan menggunakan suatu standar sebagai acuan yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK), khususnya PSAK nomor 23. Standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan suatu pedoman dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan bagi pengguna laporan tersebut. Di dalam PSAK nomor 23 diuraikan dan dijelaskan tentang pengakuan dan pengukuran pendapatan yang dapat digunakan bagi perusahaan - perusahaan (Samsu,2013). Standar Akuntansi Internasional 41 (IAS 41) mendefinisikan aset biologis sebagai “hewan yang hidup atau tanaman”. Aset biologis adalah salah satu kategori aset. IAS 41 digunakan semua perusahaan yang menjalankan aktivitas agrikultur. Hewan atau tanaman diakui sebagai aset jika hal itu membawa keuntungan ekonomi di masa mendatang. Yang diasosiasikan dengan aset akan dimasukkan ke entitas pelaporan, dan jikabiaya atau nilai diukur dengan tepat. IAS 41 mensyaratkan bahwa aset biologis harus diakui sebesar nilai wajarnya dikurangi titik potongan biaya. Metode ini harus digunakan bila awalnya mengukur aset biologis dan kemudian pada tanggal neraca setiap neraca (http://www.bojonegorocoaster.wordpress.com). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indryani (2014) mengenai Penerapan Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23 pada Perusahaan PT. MAIKO Semarang. Hasil dari observasi tersebut menunjukan bahwa pada pengakuan pendapatan PT. Maiko Baru Semarang sudah diungkapkan sesuai dengan PSAK No. 23
5
yaitu bahwa pendapatan diakui saat penjualan dan dapat dijadikan saat pengakuan karena proses realisasi pendapatan telah terjadi. Dan pada penelitian yang dilakukan oleh Rau (2013) menyimpulkan bahwa hasil penelitian diperusahaan PT. Bank Sulut telah memenuhi standar sesuai dengan PSAK No. 23, dan dapat dikatakan perusahaan telah mengakui pendapatan sebagaimana mestinya serta mengungkapkan kebijakan akuntansi yang dianut, untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan. Pada penelitian . Kalesaran (2013) mengenai Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan pada PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Millenia Berdasarkan PSAK No. 23 hasil penelitian yang telah dilakukan pengakuan dan pengukuran pendapatan telah sesuai dengan PSAK No. 23 yaitu menggunakan metode accrual basis untuk mengakui pendapatan bunga yang digolongkan performing dan pendapatan bunga atas pinjaman yang diberikan
yang diklasifikasikan bermasalah (nonperforming) diakui pada saat
pendapatan tersebut diterima (cash basis), sedangkan untuk pengukuran pendapatan dikur dengan nilai wajar yang diterima atau yang akan diterima. Pada penelitian Samsu (2013) PT. Misa Utara Manado pada prinsipnya telah menggunakan prinsip pengakuan pendapatan yang sesuai dengan PSAK No.23 yaitu dengan jumlah pendapatan yang diperoleh berdasarkan pendapatan jasa dari angkkutan darat dan ekspedisi laut. Metode pengakuan pendapatan berdasarkan metode accrual basis, dimana keuntungan diakui pada saat transaksi yang terjadi. Sedangkan pada penelitian Tyas (2013) Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Dalam Pelaporan Aset Biologis (Studi Kasus Pada Koperasi “M”), hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaporan aset biologis yang dilakukan oleh Koperasi “M” belum sepenuhnya sesuai dengan SAK ETAP. Unsur yang
6
sesuai dengan SAK ETAP adalah pengakuan akun tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) serta penggunaan metode biaya historis sebagai dasar pengukuran aset tersebut. Perusahaan Daerah Aneka Wira Usaha (PERUSDA ANWUSA) adalah Perusahaan milik Pemerintah Kabupaten Demak yang bergerak pada bidang dagang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2002, tentang pendirian Perusahaan Daerah Aneka Wira Usaha Kabupaten Demak, maka dipilihlah unit peternakan sebagai salah satu bidang usaha agribisnis penggemukan sapi potong. Kelemahan yang dihadapi oleh peternak sapi potong adalah menentukan harga sapi potong tersebut berdasarkan perkiraan sistem jogrog dan sistem lingkar dada, yang seharusnya menurut PSAK No. 23 harus diukur dengan tepat yaitu sistem timbang dalam penentuan harga sapi. Pada pengakuan dan pengukuran pendapatan di ANWUSA menggunakan metode accrual basis. Pada hal ini penulis menggunakan PSAK No. 23 sebagai pedoman untuk memberikan pemahaman ANWUSA dalam pengakuan dan pengukuran yang sesuai dengan PSAK No. 23 agar dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan ANWUSA lebih terstruktur. Untuk wirausaha penggemukan sapi potong apabila tidak tau cara mengakui pendapatan secara tepat atau valid maka akan merugikan perusahaan karena tidak mengetahui pada saat apa pendapatan perusahaan tersebut diperoleh. Kita bisa mengakui accrual basis tidak hanya pada saat menjual baru diakui pendapatan, maka penting sekali mengakui pendapatan secara tepat yang sesuai dengan PSAK No. 23. Kalau kita bisa mengetahui pendapatan secara tepat, kita bisa mengetahui berapa laba yang diperoleh
7
bukan hanya sekedar perkiraan. Mengingat pentignya arti pendapatan bagi perusahaan dan masalah - masalah yang mungkin timbul dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan pada perusahaan jasa, mendorong peneliti untuk membahas masalah mengenai “Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23 pada Usaha Penggemukan Sapi Potong ANWUSA di UPTD Pertanian Karangawen Demak”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka perumusan
masalah dalam skripsi ini adalah “Apakah metode pengakuan dan pengukuran pendapatan jasa yang diterapkan ANWUSA telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 ?”.
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan metode
pengakuan dan pengukuran pendapatan pada ANWUSA telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 23.
I.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu : 1. Bagi penulis
8
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengakuan dan pengukuran pendapatan serta sebagai pehamanan lebih lanjut terhadap perbedaan teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan keadaan sebenarnya tentang penerapan metode pengakuan pendapatan berdasarkan PSAK No 23. 2. Bagi perusahaan Penulis mengharapkan kegunaan penelitian ini dapat memberikan masukkan pemikiran terkait sejauh mana penggunaan penerapan metode pengakuan pendapatan serta saran terhadap hal - hal yang perlu diperbaiki dalam hubungannya dengan penerapan pengakuan pendapatan berdasarkan PSAK No 23 yang diterapkan oleh ANWUSA dan dapat memberikan masukan mengenai kebijakan akuntansi yang tepat dalam mengukur dan mengakui pendapatan operasionalnya. 3. Bagi pembaca Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan informasi tambahan pengetahuan untuk menambah wawasan dan menjadi sumber referensi bahkan perbandingan bagi peneliti selanjutnya. 1.5
Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dibagi melalui 5 bab dan pada setiap bab di bagi menjadi
sub bab, pembagian sub bab ini dimaksudkan agar lebih jelas dan dipahami oleh pembaca. Melalui pembahasan dari sub bab akan di uraikan sebagai berikut :
9
BAB I :
PENDAHULUAN Pada bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini terdiri dari landasan-landasan teori yang mendasari penelitian ini, kerangka pemikiran berisi tentang proses penganalisisan yang
dilakukan penulis pada perusahaan dan dibandingkan dengan
PSAK No. 23 dan tabel penelitian terdahulu sebagai pedoman penulis untuk dapat membandingkan mengenai penelitian yang sekarang dengan penelitian-penelitian sebelumnya. BAB III :
METODOLOGI PENELITIAN Pada
bab
ini
menjelaskan
mengenai
objek
penelitian,
metode
pengumpulan data, serta penganalisisan data yang ada di perusahaan. BAB IV :
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini menguraikan mengenai gambaran umum perusahaan, proses kegiatan penjualan, dan metode apa yang diteapkan perusahaan, yang akan dibandingkan dengan kebijakan PSAK No. 23.
BAB V :
KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini merupakan bab terakhir dalam penyusunan skripsi. Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran yang diberikan kepada perusahaan dengan tujuan sebagai perbaikan didalam kegiatan perusahaan.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1
Pengertian Akuntansi Didalam Akuntansi terdapat kegiatan usaha dalam menyajikan laporan keuangan
yaitu laporan mengenai informasi keuangan suatu perusahaan. Pengertian Akuntansi menurut Waren dkk secara umum, “akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak - pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.” Sedangkan menurut Kieso dan Weygandt (2002) akuntansi keuangan adalah: “Merupakan sebuah kegiatan akuntansi yang berkahir pada penyusunan laporan keuangan yang berhubungan dengan perusahaan secara keseluruhan yang nantinya dapat digunakan, oleh pihak - pihak baik didalam maupun yang ada diluar perusahaan tersebut. Baridwan (2004) mengungkapkan bahwa informasi keuangan akan bermanfaat bila memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu sebagai berikut : 1. Relevan Suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya, setidaknya dipilih metode - metode pengukuran dan pelaporan akuntansi keuangan yang akan membantu sejauh mungkin para pemakai dalam pengambilan jenis - jenis keputusan yang memerlukan penggunaan data akuntansi keuangan. Bila informasi tidak relevan
11
untuk keperluan para pengambil keputusan, informasi demikian tidak ada gunanya, betapapun kualitas - kualitas lainnya terpenuhi. 2. Dapat dimengerti Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakaianya, dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai. 3. Daya uji Informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama. Pengukuran tidak sepenuhnya lepas dari pertimbangan - pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Hal ini berhubungan dengan keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita obyektif yang semata. 4. Netral Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak - pihak tertentu. 5. Tepat waktu Informasi harus disajikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan - keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
12
6. Daya banding Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan - perusahaan lainnya pada periode yang sama. 7. Lengkap Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif di atas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan. 2.1.2
Pengertian Analisis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (2005)
menjelaskan bahwa analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesian Kontemporer karangan Peter Salim dan Yenni Salim (2002) menjabarkan pengertian analisis sebagai berikut : 1. Penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mendapatkan fakta yang tepat. 2. Penguraian suatu pokok persoalan atas bagiann-bagian, penelaahan bagianbagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk memndapatkan pengertian yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan. 2.1.3
Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan unsur yang paling utama dalam menentukan tingkat laba
yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu periode akuntansi yang diakui sesuai dengan prinsip - prinsip yang berlaku umum. Pengertian pendapatan menurut IAI
13
(Ikatan Akuntansi Indonesia) dalam PSAK No 23 (2012) tentang Akuntansi Pendapatan pada paragraf 6 menyatakan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Definisi tersebut menyatakan bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus dikeluarkan dari pendapatan. Begitupun dalam hubungan keuangan, arus masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu bukan merupakan pendapatan. Yang merupakan pendapatan hanyalah komisi yang diterima dari prinsipal. Pendapatan adalah arus masuk aktiva dan atau penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan menghasilkan laba lainnya yang membentuk operasi utama atau inti perusahaan yang berkelanjutan selama suatu periode (Kieso, 2007). Standar Akuntansi Keuangan (2007) menyatakan pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
14
Sedangkan menurut Sigit (2001) penghasilan atau pendapatan adalah sebagai berikut “Pendapatan adalah kebalikan dari biaya” yang berarti pada tiap - tiap hasil penghaisilan atau pendapatan tentu disertai dengan wujud penerimaan benda, harta kekayaan atau hak. Tidak ada sesuatu pendapatan bertambah tidak dengan mengakibatkan pertambahan pada aktiva, apakah pertambahan itu ada dalam kas, tagihan, wesel tagih ataupun hak.” 2.1.4
Sumber dan Jenis Pendapatan Di setiap transaksi penjualan, sumber dan jenis pedapatan merupakan hal penting
yang harus diperhatikan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan penjualan di perusahaan. Sumber pendapatan yang diterima perusahaan menjadi dasar perhatian yang harus dipahami, karena sumber pendapatan pada kegiatan perusahaan merupakan suatu kegiatan dimana pendapatan tersebut diperoleh dan bagaimana pengaruhnya terhadap perusahaan sebagai pengakuan dan pengukuran pendapatan yang sesuai. Pada jenis pendapatan yang diperoleh perusahaan terdapat dua kategori pendapatan yang pada umumnya jenis pendapatan yang diperoleh berdasarkan atas : 1. Pendapatan Operasional Yaitu pendapatan yang diperoleh dari usaa pokok perusahaan yaitu penjualan barang dan atau pemberian jasa yang bersifat rutin. Adapun jenis - jenis pendapatan operasional adalah : a. Penjualan ialah hasil penjualan atau jasa yang menjadi objek usaha pokok perusahaan.
15
b. Potongan pembelian tunai ialah potongan yang diperoleh perusahaan karena dalam melakukan pembelian barang - barang dengan pembayaran tunai. c. Penerimaan tambahan dari pembelian ialah tambahan barang yang diterima pihak penjual, karena perusahaan melakukan pembelian barang - barang dengan pembayaran tunai atau karena perusahaan membeli barang - barang dalam jumlah besar. 2. Pendapatan Non Operasional Yaitu pendapatan yang diperoleh perusahaan diluar usaha pokok perusahaan. Pada pendapatan non operasional dikatan berbeda dengan pendapatan operasional yang bersifat rutin. Pendapatan operasional, sumber prndapatan yang diperoleh didapat dari pendapatan lain - lain yang masih menunjang dalam kegiatan perusahaan. Yang mencakup pendapatan non operasional adalah : a. Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan aktiva tetap perusahaan, seperti mesin atau kendaraan pengangkut yang digunakan dalam pengiriman barang. b. Pendapatan bunga c. Pendapatan sewa d. Pendapatan royalti dan lain - lain. Berdasarkan sumber dan jenis pendapatan yang diterima perusahaan tersebut saling berhubungan dengan jenis aktivitas yang dijalankan perusahaan. Dari perbedaan sumber dan jenis pendapatan, dapat menjadi dasar pertimbangan perusahaan dalam menentukan sumber pendapatan yang sesuai dengan standar akuntansi yang dapat menjamin nilaiguna suatu perusahaan.
16
Secara umum, pendapatan pada perusahaan ada dua jenis yaitu pendapatan yang berasaldari kegiatan utama perusahaan, dan pendapatan yang berasal dari luar kegiatan perusahaan. Pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : a. Hasil penjualan barang dagangan adalah pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang kepada pihak lain selama periode akuntansi tertentu yang dinilai dari jumlah yang dibebankan kepada pembeli atau pelanggan. b. Pendapatan jasa pada umumnya adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan utamanya diberi nama sesuai dengan spesifikasi jasa yang dihasilkan kepada pemakai jasa tersebut. 2.1.5
Prinsip Pengakuan Pendapatan Pendapatan untuk suatu periode umumnya ditentukan tersendiri terlepas dari
beban dengan menerapkan prinsip pengakuan pendapatan. Menurut Kieso (2004), prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat : 1. When it is realized or realizable 2. When it is earned Dari definisi ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan diakui pada saat : 1. Direlialisasi atau dapat direalisasi. Pendapatan dapat direalisasi bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui.
17
2. Dihasilkan. Pendapatan dihasilkan bila kesatuan itu sebagian besar telah menyelesaikan apa yang srharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari pendapatan, yakni bila proses mencari laba telah selesai atau seharusnya telah selesai. Belkoui (2007) menyatakan bahwa ada dua metode pengakuan pendapatan dalam periode akuntansi, yaitu : 1. Dasar akrual (Accrual Basis) Pada dasar akrual ini pengakuan pendapatan dapat mengimplikasikan bahwa pendapatan sebaiknya dilaporkan selama produksi, pada akhir produksi, pada saat penjualan produk atau pada saat penagihan penjualan. Pendapatan diakui pada periode terjadinya transaksi pendapatan. Jadi dalam transaksi penjualan atau penyerahan barang dan jasa yang dilakukan walaupun kas belum diterima, maka transaksi tersebut sudah dicatat dan diakui sebagai pendapatan perusahaan. Jurnal : Pada saat diakui pendapatan yang ditandai dengan perpindahan pemilikan dari penjual ke pembeli Piutang
xxxxx
Penjualan
xxxxx
Pada saat kas diterima Kas
xxxxx Piutang
xxxxx
18
2. Dasar Kejadian Penting (Critical Event Basis / Cash Basis) Pengakuan pendapatan dipicu oleh kejadian penting dalam siklus operasi. Cash Basis atau dasar tunai adalah apabila pendapatan dan bebam hanya diperhitungkan berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas. Ini berarti dengan penggunaan dasar tunai atau cash basis yang murni (pure basis), pendapatan dari penjualan barang atau jasa hanya dapat diperhitungkan pada saat tagihan langganan diterima. Jurnal : Pencatatan pada saat pendapatan dan kas diterima Kas
xxxxx Penjualan
xxxxx
Dari dua dasar pengakuan pendapatan di atas, Menurut Kieso (2004) dalam bukunya mengatakan pengakuan pendapatan dilakukan dengan empat cara : 1. Pengakuan Pendapatan Pada Saat Penjualan (Penyerahan) Ini sering disebut dengan Point of Scale (titik penjualan). Pendapatan dari penjualan barang biasanya dianggap realisasi pada waktu produk yang dijual telah meninggalkan perusahaan dan diganti dengan suatu asset yang lain. Pada saat itu harga jual disepakati, pembeli mendapatkan hak kepemilikan atas barang tersebut, dan penjual mempunyai klaim (tuntutan) yang sah terhadap pembeli.
19
2. Pengakuan Pendapatan Pada Saat Sebelum Penjualan (Penyerahan) Dalam situasi tertentu pendapatan dapat diakui pada saat sebelum penjualan (penyerahan). Dimana aktivitas pemerolehan pendapatan yang berhubungan dengan jangka waktu, serta jumlah pendapatan yang harus diakui dalam proses atau aktivitas produktifnya. Dalam hal semacam ini melaporkan pendapatan sebelum terjadinya penyerahan barang berdasarkan kontrak akan lebih bermanfaat. Misalnya kontrak jangka panjang dimana dalam pengakuannya menggunakan metode persentase penyelesaian atau kontrak selesai. 3. Pengakuan Pendapatan Pada Saat Sesudah Penjualan (Penyerahan) Pendapatan diakui setelah penyediaan jasa dan penyerahan barang benar terjadi. Namun dalam beberapa kasus, transaksi yang berhubungan dengan upaya untuk memperoleh pendapatan yang menyangkut ketidakpastian dengan penerima kasnya. Adanya ketidakpastian yang besar dalam penerimaan kasnya membuat pengakuan pendapatan menunggu sampai dengan diterimanya kas dari hasil penjualannya. 4. Pengakuan Pendapatan Pada Saat Penjualan Khusus Penjualan khusus atau konsinyasi, mengakui pendapatan setelah consignor menerima pemberitahuan penjualan dan dilakukan pengiriman kas dari consignee.
20
2.1.6 Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 23 A. Pengakuan pendapatan Ketentuan PSAK No 23 (2007) mengenai pengakuan pendapatan atas transaksi penjualan jasa adalah sebagai berikut “bila suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca”. Yang dimaksudkan andal menurut PSAK No 23 (2007) adalah bila seluruh kondisi dibawah ini dipenuhi : 1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal 2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan 3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal 4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. Pengakuan pendapatan yang diajukan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB) ada dua kriteria yaitu sebagai berikut : 1. Pendapatan baru diakui jika jumlah pendapatan terealisasi atau cukup pasti akan tereliasasi. 2. Pendapatan baru dapat diakui jika pendapatan tersebut sudah terbentuk atau terhimpun.
21
Maka dapat disimpulkan dari pengertian pendapatan diatas bahwa saat penjualan merupakan titik yang menentukan untuk dapat menimnulkan pendapatan yang memenuhi pengertian atau persyaratan diatas. Saat penjualan dapat dijadikan saat pengakuan karena proses realisasi pendapatan telah terjadi. B. Pengukuran pendapatan Menurut PSAK No. 23 (2009) menyatakan bahwa “pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima”. Hal ini berarti jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya dapat ditentukan dari persetujuan oleh perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Nilai wajar yang dimaksud berarti jumlah kas yang diterima harus sesuai dengan transaksi yang terjadi. Pada pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang diterima. Adapun penjelasannya lebih lanjut dari pernyataan tersebut yang di kemukakan Standar Akuntansi Keuangan (2007) adalah : Jumlah pendapatan yang relatif timbul dari suatu transaksi oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi diskon dagangan dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau diterima. Namun bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nomina dari kas yang diterima atau yang dapat diterima.
22
Menurut PSAK No. 23 pengukuran pendapatan dapat diukur dengan dasar yang sesuai pada PSAK, yaitu : 1. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. 2. Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan olh persetujuan antara entitas dan pembeli atau pengguna aset tersebut. 3. Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun jika arus kas masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima, yang artinya jika perusahaan melakukan transaksi penjualan dan pihak penjual memberikan kelonggaran waktu pembayaran / utang maka jumlah kas yang diterima biasanya berbeda dengan jumlah yang diterima penjual secara tunai. Adanya retur penjualan, dan adanya wesel yang tidak tertagih, membuat jumlah pendapatan yang diterima terkadang tidak sesuai dengan jumlah transaksi penjualan yang dilakukan. 4. Jika barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat atau nilai yang serupa, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan pendapatan. 5. Pendapatan tersebut diukur dengan paa nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima. Ketika jumlah nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima tidak diukur secara andal, maka pendapatan tersebut diukur dengan nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer,
23
2.1.7 Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi yaitu laporan keuangan yang menilai kinerja keuangan suatu perusahaan selama periode akuntansi baik perbulan maupun pertahun. Dalam laporan laba rugi ini menyajikan jumlah pendapatan (revenue) dan biaya (expenses) serta laba atau rugi (profit / losses) suatu perusahaan selama periode waktu tertentu serta dapat menganalisis perbandingan antara pendapatan dengan biaya. Pada laporan laba rugi dapat menjadi dasar pertimbangan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan dan menilai kinerja perusahaan di setiap tahunnya. Menurut Baridwan “Laporan laba rugi adalah proses penyusunan laporan keuangan yang menyajikan hasil usaha perusahaan yang meliputi pendapatan dan biaya (beban) yang dikeluarkan sebagai akibat dari pencapaian tujuan dalam suatu periode tertentu.” Proses penyusunan laporan laba rugi terdapat dua akun pada hasil pelaporannya yaitu akun pendapatan dan akun beban, yang pada perhitungannya adalah pengurangan dari pendapatan dan beban yang menghasilkan jumlah laba atau rugi dari perusahaan tersebut. 2.1.8 Penjualan Barang Menurut PSAK No. 23 Sumber pendapatan merupakan suatu unsur terpenting pada pendapatan. Melalui sumber tersebut dapat diperoleh jumlah pendapatan yang akan diolah oleh perusahaan, misalnya darimana sumber tersebut diperoleh. Dan dari sumber yang diperoleh akan diolah oleh perusahaan agar sesuai dengan pengukuran dan pengakuan pendapatan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Pada dasarnya sumber pendapatan tersebut
24
timbul dari transaksi penjualan barang. Bahwa saat penjualan merupakan titik yang menentukan untuk dapat menimbulkan pendapatan yang memenuhi pengertian atau persyaratan diatas. Saat penjualan dapat dijadikan saat pengakuan karena proses realisasi pendapatan telah terjadi. Penjualan baru dapat dikatakan terjadi bilamana telah terjadi peralihan hak milik atas barang, akan tetapi peralihan hak milik merupakan masalah yang sangat teknis dan untuk dasar penentuan saat pengakuan. Pernyataan ini memberikan panduan dalam penerapan PSAK No. 23 yang sesuai agar kriteria penjualan tersebut dapat terpenuhi, sehingga pendapatan dapat diakui. Berikut ruang lingkup PSAK No. 23 : 1. Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi pendapatan yang timbul dari transaksi dan kejadian berikut ini : a. Penjualan barang b. Penjualan jasa c. Penggunaan asset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan dividen. 2. Barang meliputi barang yang diproduksi oleh entitas untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dimiliki untuk dijual kembali. 3. Penggunaa asset dari entitas oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk : a. Bunga yaitu pembebenan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah terutang kepada entitas
25
b. Royalti yaitu pembebenan untuk penggunaan aset jangka panjang entitas, misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan peranti lunak komputer. c. Dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu. 2.1.9
Pengertian Aset Biologis Sebagaimana yang didefinisikan dalam IAS 41 Aset biologis merupakan jenis
aset berupa hewan dan tumbuhan hidup. Aset biologis didefinisikan sebagai tumbuhan dan hewan hidup yang dikendalikan atau dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari kejadian masa lampau. 2.1.10 Karakteristik Aset Biologis Bagi entitas yang bergerak di industri perkebunan atau peternakan, maka akan muncul jenis aset yang khusus pada sederet klasifikasi aset yang dilaporkannya. Aset khusus yang menjadi pembeda tersebut adalah aset biologis. Aset biologis adalah aset entitas berupa hewan atau tanaman (IAS 41). Sesuai dengan karakteristik mengenai aset, maka aset biologis ini pun juga merupakan hasil dari transaksi ekonomi entitas dimasa lalu, dikendalikan sepenuhnya oleh entitas, dan juga diharapkan akan memberikan manfaat bagi entitas di masa mendatang. Karakteristik
khusus
yang
melekat
pada
aset
biologis
terletak
pada
adanya proses transformasi atau perubahan biologis atas aset ini sampai pada saatnya aset ini dapat dikonsumsi atau dikelola lebih lanjut oleh entitas. Karakteristik khusus inilah yang juga melekat pada entitas industri peternakan seperti yang dijadikan obyek pada tulisan ini. Tranformasi biologis merupakan proses pertumbuhan, degenerasi,
26
produksi dan prokreasi yang disebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif pada makhluk hidup dan menghasilkan aset baru dalam bentuk produk agrikultur atau aset biologis Transformasi biologis menghasilkan beberapa tipe outcome, yaitu : a.
Perubahan aset melalui (i) pertumbuhan (peningkatan dalam kuantitas atau perbaikan kualitas dari aset biologis; (ii) degenerasi (penurunan nilai dalam kuantitas atau deteriorasi dalam kualitas dari aset biologis); atau (iii) prokreasi (hasil dari penambahan aset biologis).
b.
Produksi produk agrikultur misalnya daun teh, wol, susu, daging dan lain sebagainya.
2.1.11 IAS 41 Agricultural Asset Aset biologis dalam agrikultur berupa tanaman dan hewan (IAS 41). Jika dikaitkan dengan obyek penelitian ini, maka aset biologis yang dibahas hanya terkait dengan hewan yaitu sapi potong. IAS 41 mengatur mengenai perlakuan akuntansi, penyajian, dan pengungkapan laporan keuangan terkait dengan aset biologis dan produk hasil pertanian pada saat masa panen sejauh ada kaitannya dengan kegiatan pertanian. Menurut IAS 41 (2008) terkait dengan pengakuan awal atas aset biologis adalah : “An entity should recognize a biological asset or agriculture produce only when the entity controls the asset as a result of past events, it its probable that future economic benefits will flow to the entity, and the fair value or cost of the asset can be measured reliably”.
27
2.1.12 PSAK No. 23 Revisi 2010 tentang Pendapatan Pembahasan mengenai PSAK No. 23 Revisi 2010 ini ditampilkan karena dipandang ada keterkaitannya dengan pengakuan pendapatan pada entitas bisnis perkebunan yang mengelola aset biologis sebagai komoditas utama di dalam operasional bisnisnya. PSAK No. 23 Revisi 2010 ini membahas mengenai topik pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan akun pendapatan yang diterima oleh suatu entitas bisnis dari kejadian penjualan barang, penjualan jasa, dan penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan deviden. Di dalam PSAK No. 23 (2010) pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Untuk pengukuran pendapatan dilakukan dengan mengukur nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Terkait dengan bidang usaha yang dijadikan obyek tulisan, maka pendapatan entitas bisnis yang menjalankan usaha agribisnis dengan komoditas utamanya adalah hasil dari aset biologis, yang sesuai dengan PSAK No.23 ini adalah pendapatan yang berasal dari transaksi penjualan barang berupa hasil panen dari penggemukan sapi potong yang berupa aset biologis. Kondisi yang disebut dengan penjualan barang dalam bentuk hasil panen adalah apabila telah memenuhi kulaifikasi sebagai berikut : 1. Entitas telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikankepada pembeli.
28
2. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikanatas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual. 3. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal. 4. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akanmengalir ke entitas. 5. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan tersebutdapat diukur secara andal. Pengukuran mengenai nilai pendapatan atas barang yang dijual oleh entitas berupa persediaan hasil panen dari aset biologis. Biaya atas pendapatan ini dilakukan dengan mengukur nilai persediaan yang menjadi harga pokok penjualan atau beban pokok penjualannya 2.2
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran
pendapatan menurut PSAK No. 23 diantaranya : Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu NO. 1
NAMA PENELITI DAN TAHUN Ella Indryani (2014)
JUDUL PENELITIAN Penerapan Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23 pada Perusahaan PT. MAIKO Semarang
METODE PENELITIAN Kualitatif deskriptif
HASIL PENELITIAN Pada pengakuan pendapatan PT. Maiko Baru Semarang sudah diungkapkan sesuai dengan PSAK No. 23 yaitu bahwa pendapatan diakui saat penjualan dan dapat dijadikan saat pengakuan karena proses realisasi pendapatan telah terjadi
29
2
Jurike (2013)
3.
4.
Rau
Analisis pengakuan dan pengukuran pendapatan menurut PSAK No. 23 PT. Bank Sulut Kantor Pusat Manado
Kualitatif deskriptif
Preisy Valentina Kalesaran
Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Millenia Berdasarkan PSAK No. 23
Kualitatif deskriptif
Saharia Samsu (2013)
Analisis pengakuan dan pengukuran pendapatan berdasarkan PSAK No. 23 pada PT. Misa Utara Manado
Kualitatif deskriptif
Hasil penelitian diperusahaan PT. Bank Sulut telah memenuhi standar sesuai dengan PSAK No. 23, dan dapat dikatakan perusahaan telah mengakui pendapatan sebagaimana mestiny serta mengungkapkan kebijakan akuntansi yang dianut, untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan. Hasil penelitian yang telah dilakukan pengakuan dan pengukuran pendapatan telah sesuai dengan PSAK No. 23 yaitu menggunakan metode accrual basis untuk mengakui pendapatan bunga yang digolongkan performing dan pendapatan bunga atas pinjaman yang diberikan yang diklasifikasikan bermasalah (nonperforming) diakui pada saat pendapatan tersebut diterima (cash basis). Sedangkan untuk pengukuran pendapatan dikur dengan nilai wajar yang diterima atau yang akan diterima. PT. Misa Utara Manado pada prinsipnya telah menggunakan prinsip pengakuan pendapatan yang sesuai dengan PSAK No.23 yaitu dengan jumlah pendapatan yang diperoleh berdasarkan pendapatan jasa dari angkkutan darat dan ekspedisi laut. Metode pengakuan pendapatan berdasarkan metode accrual basis, dimana keuntungan diakui pada saat transaksi yang terjadi.
30
5.
Esti Laras Aruming Tyas (2013)
Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Dalam Pelaporan Aset Biologis (Studi Kasus Pada Koperasi “M”)
2.3
Kerangka Pemikiran
Kualitatif deskriptif
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pelaporan aset biologis yang dilakukan oleh Koperasi “M” belum sepenuhnya sesuai dengan SAK ETAP. Unsur yang sesuai dengan SAK ETAP adalah pengakuan akun tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) serta penggunaan metode biaya historis sebagai dasar pengukuran aset tersebut.
Survey ke Penggemukan Sapi Potong ANWUSA Pendapatan Identifikasi : - Sumber pendapatan perusahaan - Jenis Pendapatan perusahaan
Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan
Pengukuran dan Pengakuan Menurut
Pemeliharaan : - Sapi potong
PSAK No. 23
Analisis
Kesimpulan
Rekomendasi Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
31
Pada kerangka pemikiran di atas, dapat diuraikan bahwa langkah awal yang akan dilakukan penulis adalah melihat kegiatan penjualan ANWUSA Demak dalam menghasilkan pendapatan. Diawali dari pendapatan yang diperoleh dari penjualan, perusahaan akan memperoleh pendapatan. Dari perolehan pendapatan tersebut terdapat pengakuan dan pengukuran pendapatan perusahaan yang setelah itu akan dibandingkan dan di analisis penulis untuk mengetahui apakah penerapan pengakuan dan pengukuran pendapatan perusahaan sudah sesuai dengan PSAK No. 23.
32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian ANWUSA Demak merupakan perusahaan dagang yang bergerak di bidang
dagang penggemukan sapi potong. Transaksi penjualan ANWUSA Demak beralamat di JL Karangawen No. 107 Demak. Melalaui transaksi penjualan tersebut terdapat jumlah pendapatan dimana jumlah tersebut harus diakui dan diukur sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang sesuai pada PSAK No. 23.
3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1
Jenis Data 1. Data Kualitatif Dengan kualitatif merupakan data yang tidak diukur dan tidak dapat diukur dengan skala numerik. Contoh data kualitatif berupa data wawancara, observasi, dan data kualitatif juga dapat diperoleh berdasarkan foto, gambar dan hasil rekaman vidio.
3.2.2
Sumber Data 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti atau yang diambil secara langsung dari objek penelitian dan dilakukan melalui pengamatan, pencatatan atau penelitian dari objek penelitian.
33
Data yang diperoleh berupa hasil wawancara dan observasi pada perusahaan ANWUSA. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Data yang diperoleh penulis dari penelitian ini berupa data laporan laba rugi di ANWUSA Demak. 3.3
Teknik Pengumpulan Data 1. Survei Pendahuluan Survei pendahuluan adalah kegiatan awal yang peneliti lakukan untuk meneliti penerapan pendapatan oleh perusahaan. Dalam hal ini penulis memilih ANWUSA Demak sebagai objek penulis dalam memahami tentang penerapan, pengukuran, dan pengakuan pendapatan yang sesuai dengan PSAK No. 23. 2. Survei Lapangan Survei lapangan yaitu suatu metode pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung ke tempat objek yang diteliti dengan cara : 1) Teknik Dokumentasi Yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui buku - buku, jurnal, internet dan dengan melakukan penelitian terhadap dokumen - dokumen dan laporan - laporan perusahaan yang berkaitan dengan penelitian seperti sejarah singkat perusahaan, laporan keuangan (laporan laba rugi) dan lain - lain.
34
2) Teknik Wawancara Penulis melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak - pihak yang berkompeten untuk memberikan keterangan sehubuingan dengan masalah yang diangkat penulis. 3) Teknik Obeservasi Penulis menggunakan metode observasi yaitu untuk mengamati kinerja staff pembukuan dalam mengakui dan mengukur pendapatan yang diterima oleh ANWUSA Demak. Dalam teknik Observasi ini, penulis lebih dimudahkan dengan cara wawancara secara langsung kepada pihak staff pembukuan dalam mengakui dan mengukur pendapatan yang diterima perusahaan. 3.4
Metode Analisis 1. Analisis Deskriptif Melalui analisis deskriptif, penulis memperoleh data berdasarkan langkah langkah dalam kegiatan observasi di ANWUSA Demak yaitu berupa : a. Mempelajari Kebijakan Akuntansi Dengan adanya pemahaman mengenai kebijakan akuntansi, perusahaan diharapkan dapat menerapkan transaksi penjualan sesuai dengan standar akuntansi yang diterapkan. b. Mengamati Sumber Pendapatan ANWUSA Demak Melalui informasi sumber pendapatan apa saja yang diperoleh ANWUSA Demak, peneliti akan mengamati dan memahami sumber pendapatan perusahaan, sehingga melalui data tersebut dapat dianalisis
35
apakah pengakuan dan pemgukuran sumber pendapatan perusahaan sudah sesuai dengan PSAK No. 23. 2. Wawancara Metode wawancara yang dilakukan penulis dengan mengkonfirmasi data yang diperoleh
untuk
mengetahui
bagaimana
perilaku
perusahaan
dalam
menerapkan pengakuan dan pengukuran pendapatan. Metode wawancara dilakukan dengan tanya jawab kepada pihak yang berkompeten di perusahaan dan proses wawancara dilakukan dengan cara rekaman vidio. 3. Menganalisis / Membandingkan Metode menganalisis dan membandingkan yang digunakan penulis yaitu dengan cara melihat laporan laba rugi ANWUSA Demak pada akun penjualan bruto, apakah pendapatan perusahaan sudah diakui dan diukur sesuai dengan PSAK No. 23. 4. Melakukan Pembahasan Dengan data da informasi yang diperoleh dapat menjadi sumber informasi untuk diteliti. Serta pembahasan dapat disimpulkan lebih lanjut pada kesimpulan dan saran.
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian 4.1.1
Sejarah Perusahaan Anwusa Karangawen Demak adalah perusahaan milik Pemerintah Kabupaten
Demak yang bergerak pada bidang dagang yang diterapkan dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2002, tentang pendirian Perusahaan Daerah Aneka Wira Usaha Kabupaten Demak. Dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia dan merupakan potensi yang harus diberdayakan, meningkatkan populasi ternak, memenuhi tersedianya protein hewani, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS), maka dipilihlah Anwusa Karangawen Demak sebagai unit peternakan untuk salah satu bidang usaha . Perusahaan Daerah Unit Peternakan ini bergerak pada bidang usaha agribisnis penggemukan sapi potong yang berlokasi di desa Brambang, Kecamatan Karangawen dengan jarak 20 km arah barat daya dari ibukota Kabupaten Demak atau 15 km sebelah timur Kota Semarang. 4.1.2
Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan rangkaian kerangka dasar menyeluruh yang
mempersatukan fungsi-fungsi dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan bersama. Dengan adanya struktur organisasi di perusahaan, merupakan suatu cara dalam mengadakan pembagian tugas di setiap divisi perusahaan.
37
Struktur organisasi Anwusa Karangawen Demak adalah sebagai berikut : Kepala Dinas
Badan Pengawas
Ka UPTD
Dokter Hewan
Administrasi Pemasaran
P2K Kasir
Penjualan Administrasi Keuangan
Personalia
Bagian Pembelian
Bagian Kesehatan Hewan Kandang
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Anwusa Karangawen Demak 4.1.3
Visi dan Misi Perusahaan a. Visi Membangun peternakan sapi potong yang memenuhi standar dengan mengutamakan kuantitas dan kualitas bibit penggemukan sapi. b. Misi Menyediakan ternak sapi potong sebagai sumber daging yang sehat dan layak untuk dikonsumsi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat
38
4.1.4
Sumber dan Jenis Pendapatan Anwusa Karangawen Demak Melalui penjualan sapi hidup Anwusa Karangawen Demak, pendapatan yang
diperoleh perusahaan digolongkan menjadi pendapatan operasional dan pendapatan non operasional. Berikut penggolongan pendapatan tersebut : a. Pendapatan Operasional Pendapatan operasional di Anwusa Karangawen Demak diperoleh dari usaha pokok perusahaan yaitu penjualan sapi hidup. b. Pendapatan Non-Operasional Pendapatan yang diperoleh dari sumber lain di luar kegiatan utama perusahaan dan digolongkan sebagai pendapatan non operasional. Pencatatan pendapatan non operasional di Anwusa Karangawen Demak dicatat sebagai pendapatan lainlain. Pendapatan non operasional di Anwusa Karangawen Demak diperoleh dari pendapatan bunga di setiap tahunnya.
4.2
Proses Pembelian Sapi Bakalan Anwusa Karangawen Demak Dalam proses penjualannya, Anwusa Unit Peternakan Penggemukan Sapi
Potong tidak melalui proses pembibitan atau kawin suntik, melainkan membeli sapi bakalan. Sapi bakalan yang dibeli oleh Anwusa Karangawen Demak didapatkan dari berbagai sumber antara lain dari beberapa kelompok tani, dan dari pihak pengusaha dari pasar hewan. Pembayaran dilakukan secara langsung kepada penjual. Untuk menentukan harga setiap sapi hidup yang akan dijual , maka dilakukannya penimbangan pada setiap sapi. Harga sapi dihitung berdasarkan dari bobot hidup dikalikan dengan harga bobot
39
hidup sapi per kg-nya. Bobot hidup rata-rata 400 kg. Harga sapi dihitung berdasarkan harga beli bobot hidup rata-rata bobot hidup sapi potong per kg-nya berkisar antara Rp 32.000 - Rp 35.000 mengikuti harga pasar. Gambar 4.2 Proses Pembelian Sapi Bakalan Peternak Sapi
Kwitansi Pembelian Sapi Bakalan
Anwusa Karangawen Demak
Penimbangan
Persediaan / Stock Sapi
Penggemukan Sapi Potong Masa 4 Bulan
Proses Penjualan
Sumber : Data Wawancara Dengan Pihak Intern Perusahaan
40
4.2.1
Penyajian Sapi Potong Pada Anwusa Karangawen Demak Sebelum Di Akui Sebagai Aset Biologis Pada Saat Pembelian Sapi
Bakalan Tabel 4.1 : Stock Persediaan Sapi Anwusa Karangawen Demak (History Cost Method) NO
TGL MASUK 12.79 04/08/12 12.80 13/08/12 12.81 13/08/12 12.82 24/08/12 12.83 24/08/12 12.84 24/08/12 12.85 24/08/12 12.86 24/08/12 12.87 24/08/12 12.88 24/08/12 12.89 27/08/12 12.90 27/08/12 12.91 11/09/12 12.92 11/09/12 12.93 11/09/12 12.94 11/09/12 12.95 13/09/12 12.96 13/09/12 12.97 13/09/12 12.98 01/10/12 12.99 01/10/12 NILAI PEMBELIAN NILAI STOCK AKHIR
BB 392,5 529,5 411,5 363,5 400,0 361,5 352,0 208,0 236,0 237,0 177,0 195,0 300,0 304,0 318,5 344,0 337,0 360,5 256,5 374,0 406,0
HARGA BELI 27.000 26.360 26.360 27.500 27.500 27.500 27.500 31.500 31.500 31.500 31.000 31.000 28.000 28.000 28.000 28.000 28.500 28.500 28.500 28.600 28.600
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
10.597.500 0 0 9.996.250 11.000.000 9.941.250 9.680.000 6.552.000 7.434.000 7.465.500 5.487.000 6.045.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 109.003.260*
10.597.500 0 0 9.996.250 11.000.000 9.941.250 9.680.000 6.552.000 7.434.000 7.465.500 0 6.045.000 8.400.000 8.512.000 8.918.000 9.632.000 9.604.500 10.274.250 7.310.250 0 0 62.651.000
10.597.500 0 0 9.996.250 11.000.000 9.941.250 9.680.000 6.552.000 7.434.000 7.465.500 0 6.045.000 0 8.512.000 0 0 9.604.500 10.274.250 7.310.250 10.696.400 11.611.600 22.308.000
10.597.500 0 0 9.996.250 11.000.000 9.941.250 9.680.000 6.552.000 7.434.000 7.465.500 0 6.045.000 0 8.512.000 0 0 9.604.500 10.274.250 7.310.250 10.696.400 11.611.600 0
526.118.700
493.654.775
368.775.075
310.419.250
Tabel di atas adalah daftar tabel persediaan stock sapi di Anwusa Karangawen Demak. Ketika Anwusa Karangawen Demak membeli bakalan sapi dicatat dalam akun persediaan sebagai berikut : Persediaan/Stock Sapi -
109.003.260
*
41
Kas -
109.003.260*
Keterangan Jurnal : * Contoh penulisan penjurnalan saat membeli sapi bakalan pada bulan Agustus Pada bulan selanjutnya, Anwusa Karangawen Demak dalam mencatat persediaan stock sapi tetap sama karena Anwusa Karangawen Demak menggunakan metode Hystorys Cost Metod. Anwusa Karangawen Demak menggunakan metode Hystorys Cost Metod karena berdasarkan pada transaksi yang sesungguhnya, tidak pada kemungkinan dan sangat berguna dalam menggunakan catatan sejarah laporan keuangan yang terdahulu. Didalam pencatatannya, Anwusa Karangawen Demak menggunakan tabel stock persediaan sapi dan tabel penjualan sapi di setiap bulannya. 4.2.2
Harga Beli Bakalan Sapi Potong Harga pembelian bakalan sapi yang dimaksud adalah harga untuk perolehan
awal sapi hidup ketika masuk ke Anwusa Karangawen Demak. Untuk bakalan sapi yang dibeli, harga yang diakui adalah harga ketika pembelian sapi bakalan tersebut. Untuk mengkategorikan masing-masing sapi potong tersebut diberikan penamaan dengan menggunakan nomor yang diletakkan pada telinga sapi, agar sapi satu dan yang lainnya bisa diidentifikasi. Data ini mencantum detail berat badan dari mulai pengadaan sapi sampai nilai ekonomis, masa penggemukan. 4.2.3
Proses Penjualan Sapi Hidup Anwusa Karangawen Demak Anwusa Karangawen Demak tidak menyediakan jasa untuk pengiriman sapi
yang telah dibeli, biasanya pelanggan menggunakan kendaraan pribadi dalam
42
mengangkut sapi yang telah dibeli. Permintaan pengiriman hanya dilakukan perusahaan, apabila ada permintaan langsung dari pelanggan dan biaya angkut di tanggung oleh pelanggan.
Kebijakan sistem pembayaran yang ada di Anwusa Karangawen Demak diterima dengan cara tunai maupun kredit. Untuk pelanggan luar kota maupun luar jawa diharuskan untuk membayar secara cash, tetapi untuk pelanggan jaggal-jaggal disekitar Karangawen Demak dan sekitarnya diberikan kebijakan pembayaran kredit kepada setiap pelanggannya. Adapun proses pencatatan yang dilakukan Anwusa Karangawen Demak pada saat terjadinya transaksi penjualan di perusahaan, berikut jurnal dalam pencatatannya : A. Jurnal Penjualan Tunai Kas
xxx Penjualan
-
xxx
B. Jurnal Penjualan Kredit Piutang Usaha Penjualan
xxx
-
xxx
43
Gambar 4.3 Proses Transaksi Penjualan Tunai Anwusa Karangawen Demak Pembeli Transaksi Penjualan Membuat Bon Pengeluaran Sapi Membuat Surat Jalan / Nota Penjualan Menerima Pembayaran (tunai) Pengiriman Sapi Sumber : Data Wawancara Dengan Pihak Intern Anwusa Karangawen Demak
Penjelasan Gambar 4.3 : Dari transaksi penjualan di atas terlihat alur penjualan yang diawali dari permintaan pelanggan, kemudian adanya transaksi penjualan dan kesepakatan harga. Setelah itu pihak Anwusa Karangawen Demak membuat nota penjualan tunai setelah dibuatnya nota penjualan tersebut akan di berikan surat jalan yang dilampiri dengan surat keterangan kesehatan sapi dari dokter hewan kepada supir atau nota penjualan
44
kepada pelanggan yang sudah melakukan pembayaran secara tunai. Setelah itu sapi akan segera dikirim atau pengiriman sapi biasanya dilakukan langsung oleh pelanggan.
Gambar 4.4 Proses Transaksi Penjualan Kredit Anwusa Karangawen Demak Pembeli Transaksi Penjualan Membuat Bon Pengeluaran Sapi Membuat Surat Jalan / Nota Penjualan Pengiriman Barang Tanda Terima Pembeli Pembayaran (Tempo 1 Minggu) Bukti Pembayaran (Cek, Bukti Transfer) Sumber : Data Wawancara Dengan Pihak Intern Anwusa Karangawen Demak
Penjelasan Gambar 4.4 : Untuk transaksi penjualan kredit tidak jauh berbeda dengan transaksi penjualan tunai. Diawali dari permintaan pelanggan, kemudian adanya transaksi penjualan dan
45
kesepakatan harga. Pihak Anwusa Karangawen Demak membuat nota penjualan kredit setelah dibuatnya nota penjualan akan diberikan surat jalan yang dilampiri dengan surat keterangan kesehatan sapi dari dokter hewan kepada supir atau nota penjualan kepada pelanggan yang sudah ada kesepakatan tentang pembayaran kredit yang dilakukan, karena melihat dari transaksi penjualan yang dilakukan secara kredit. Setelah itu sapi akan segera dikirim atau pengiriman biasanya dilakukan langsung oleh pihak pelanggan. Pada transaksi penjualan kredit Anwusa Karangawen Demak memberikan kebijakan kredit dalam jangka waktu 1 minggu. 4.2.4
Penyajian Sapi Potong Pada Anwusa Karangawen Demak Sebelum Di Akui Sebagai Aset Biologis Pada Saat Penjualan Sapi Potong
Tabel 4.2 : Laporan Penjualan Sapi Anwusa Karangawen Demak NO 11.13 11.74 12.10 12.21 11.12 12.17 12.50 12.80 12.81 12.18 11.85 12.33 12.11 12.38 10.26
TGL JUAL 03/08/12 03/08/12 03/08/12 10/08/12 13/08/12 13/08/12 13/08/12 13/08/12 13/08/12 14/08/12 14/08/12 16/08/12 16/08/12 17/08/12 17/08/12
NO FAKTUR
BB
FJ.104/VIII/12
387,0 310,5 410,5
FJ.107/VIII/12 FJ.107/VIII/12
FJ.108/VIII/12 FJ.110/VIII/12 FJ.111/VIII/12
JMLH PENJUALAN AGUSTUS
12.74 12.69 12.05 11.13 12.12 11.90 12.73 12.72 12.01 12.89
10/09/12 10/09/12 10/09/12 14/09/12 14/09/12 14/09/12 24/09/12 24/09/12 24/09/12 24/09/12
FJ.114/IX/12 FJ.116/IX/12
JMLH PENJUALAN SEPTEMBER
498,0 580,0 522,0 529,5 411,5 419,0 566,0 478,5 381,0 180,0 90,0 5.763,5 500,5 487,0 535,5 391,5 441,0 394,5 467,5 557,5 529,0 4.304,0
HARGA JUAL 27.000 27.000 27.000 27.000 27.000 27.000 27.500 27.500 27.500 26.000 27.500 27.500 45.000 20.000 28.500 28.500 26.000 28.500 28.500 23.000 29.000 29.000 29.000
NILAI JUAL 10.449.000 8.383.500 11.083.500 5.250.000 13.446.000 15.660.000 14.094.000 14.561.250 11.316.250 11.522.500 14.716.000 13.158.750 10.477.500 8.100.000 1.800.000 164.018.250* 14.264.250 13.879.500 13.923.000 11.157.750 12.568.500 9.073.500 13.557.500 16.167.500 15.341.000 2.000.000 121.932.500
TGL BELI 27/12/11 07/10/11 13/01/12 27/02/12 23/12/11 27/02/12 21/05/12 13/08/12 13/08/12 27/02/12 25/10/11 15/03/12 13/01/12 15/03/12 20/12/10 06/07/12 06/07/12 06/01/12 27/12/11 13/01/12 26/10/11 06/07/12 06/07/12 06/01/12 27/08/12
BB BELI 271,0 144,5 321,5 360,0 362,5 520,0 514,0 529,5 411,5 327,0 378,0 383,5 305,0 370,0 211,0 5.409,0 461,5 395,0 430,0 298,0 268,5 255,5 432,5 504,5 377,0 177,0 3.599,5
HARGA BELI 25.900 24.800 26.000 25.000 25.000 25.000 25.000 26.360 26.360 25.000 24.000 25.200 26.000 25.200 13.050 26.750 26.750 25.800 25.900 26.000 24.000 26.750 26.750 25.800 31.000
NILAI BELI 7.018.900 3.583.600 8.359.000 9.000.000 9.062.500 13.000.000 12.850.000 13.957.620 10.847.140 8.175.000 9.072.000 9.664.200 7.930.000 9.324.000 2.753.550 134.597.510 12.345.125 10.566.250 11.094.000 7.718.200 6.981.000 6.132.000 11.569.375 13.495.375 9.726.600 5.487.000 95.114.925
SELISIH 3.430.100 4.799.900 2.724.500 (3.750.000) 4.383.500 2.660.000 1.244.000 603.630 469.110 3.347.500 5.644.000 3.494.550 2.547.500 (1.224.000) (953.550) 29.420.740 1.919.125 3.313.250 2.829.000 3.439.550 5.587.500 2.941.500 1.988.125 2.672.125 5.614.400 (3.487.000) 26.817.575
46
11.13 12.91 12.32 1.213 12.23 12.53 12.62 12.16 12.59 12.77 12.93 12.94 12.60 11.07 11.73 12.52 12.54 12.58
04/10/12 04/10/12 04/10/12
FJ.118/X/12 FJ.119/X/12 FJ.120/X/12
22/10/12
FJ.121/X/12
24/10/12
FJ.131/X/12
25/10/12 16/10/12
FJ.132/X/12 FJ.123/X/12
25/10/12
FJ.128/X/12
JMLH PENJUALAN OKTOBER
11.67 11.11 12.24 12.30 12.27 12.28 11.12 12.07 11.72 12.36 11.75 12.66 12.57
03/11/12 10/11/12 10/11/12 10/11/12 10/11/12 10/11/12 10/11/12 11/11/12 11/11/12 16/11/12 23/11/12 23/11/12 23/11/12
FJ.092/XI/12
FJ.094/XI/12 FJ.095/XI/12 FJ.098/XI/12
JMLH PENJUALAN NOVEMBER
346,5 300,0 466,0 387,5 574,0 273,0 389,5 503,5 282,5 316,0 334,5 346,0 340,5 390,0 370,0 356,0 259,0 239,0 6.473,5 429,0 350,5 441,5 391,5 407,5 370,0 464,0 518,0 416,0 448,5 304,5 269,5 255,5
29.000 30.000 29.500 29.500 30.000 32.000 32.000 31.000 33.000 32.000 32.000 32.000 32.000 31.000 31.000 31.800 32.000 32.000 25.750 26.000 26.000 26.000 26.000 26.000 26.000 26.000 26.000 26.000 27.000 27.000 27.000
6.082,5
10.048.500 9.000.000 13.747.000 11.431.250 17.220.000 8.736.000 12.464.000 15.608.500 9.322.500 10.112.000 10.704.000 11.072.000 10.896.000 12.090.000 11.470.000 11.320.800 8.288.000 7.648.000 201.178.550 11.046.750 9.113.000 11.479.000 10.179.000 10.595.000 9.620.000 12.064.000 13.468.000 10.816.000 11.661.000 8.221.500 7.276.500 6.898.500
27/12/11 11/09/11 13/03/12 13/01/12 27/02/12 31/05/12 21/06/12 21/08/12 07/06/12 16/07/12 11/09/12 11/09/12 21/06/12 04/02/12 07/10/11 23/05/12 31/05/12 07/06/12 30/09/11 22/11/11 27/02/12 08/03/12 08/03/12 08/03/12 23/12/11 06/01/12 06/10/11 15/03/12 10/10/11 03/07/12 07/06/12
158.613.125
Kas
269,0 300,0 370,0 294,5 428,5 273,0 301,5 381,0 249,5 302,0 318,5 344,0 301,5 222,5 218,0 327,0 226,0 228,5 5.355,0 259,5 282,0 383,0 353,5 368,5 352,0 359,5 392,0 393,5 363,5 260,5 269,5 244,5 5.112,0
164.018.250* Penjualan
-
25.900 28.000 25.000 26.000 25.000 25.400 26.200 24.900 24.400 27.000 28.000 28.000 26.000 23.800 24.800 25.200 25.400 24.400 22.600 25.000 25.000 24.900 24.900 24.900 25.000 25.800 22.600 25.200 23.800 26.500 25.400
6.967.100 8.400.000 9.250.000 7.657.000 10.712.500 6.934.200 7.899.300 9.486.900 6.087.800 8.154.000 8.918.000 9.632.000 7.839.000 5.295.500 5.406.400 8.240.400 5.740.400 5.575.400 138.195.900 5.864.700 7.050.000 9.575.000 8.802.150 9.175.650 8.764.800 8.987.500 10.113.600 8.893.100 9.160.200 6.199.900 7.141.750 6.210.300
3.081.400 600.000 4.497.000 3.774.250 6.507.500 1.801.800 4.564.700 6.121.600 3.234.700 1.958.000 1.786.000 1.440.000 3.057.000 6.794.500 6.063.600 3.080.400 2.547.600 2.072.600 62.982.650 5.182.050 2.063.000 1.904.000 1.376.850 1.419.350 855.200 3.076.500 3.354.400 1.922.900 2.500.800 2.021.600 134.750 688.200
126.701.150
31.911.975
164.018.250*
Keterangan jurnal : * Contoh penulisan penjurnalan pada saat penjualan sapi pada bulan Agustus. Penjualan sapi pada bulan Agustus sebanyak 15 ekor sapi. Harga awal pembelian sapi Rp 134.597.510 dan dijual dengan harga Rp 164.018.250, maka laba dari penjualan sapi pada bulan agustus sebesar Rp 29.420.740. Adapun dalam pencatatan jurnalnya, hanya dilakukan seperti contoh junal di atas. Pencatatan jurnal terjadi hanya pada saat transaksi pembelian maupun penjualan sapi.
47
Jika tidak ada transaksi pembelian dan penjualan sapi, maka tidak ada pencatatan jurnal. Melainkan hanya jurnal pengeluaran rutin, yaitu gaji, listrik, biaya operasional, pakan. 4.2.5
Perlakuan
Akuntansi
Aset
Biologis
Berupa
Hewan
Ternak
Pada
Penggemukan Sapi Potong Anwusa Karangawen Demak Aset biologis berupa hewan ternak pada penggemukan sapi potong Anwusa Karangawen Demak adalah sapi hidup. Dalam laporan keuangan Anwusa Karangawen Demak, pengakuan sapi hidup masih tergolong dalam persediaan karena pihak manajemen belum memahami tentang peraturan pelaporan aset biologis. Jadi saat sapi bakalan masuk di Anwusa Karangawen Demak, itu langsung di akui pada akun persediaan atau stock sapi. Untuk pengakuan setiap bulannya, kenaikan berat badan sapi masih di akui di akun persediaan sampai sapi potong itu terjual baru di akui pada akun kas. Sapi hidup dalam Anwusa Karangawen Demak merupakan suatu aset atau harta yang dimiliki oleh entitas dalam periode waktu lebih dari empat bulan dan dimiliki untuk mendapat hasil keuntungan yaitu dari kenaikan berat badan sapi. Pada penggemukan sapi potong ini, bakalan sapi diperoleh dengan cara membeli bakalan yang memiliki kualitas yang bagus untuk produksi kenaikan berat badan dan kualitas daging. Bakalan sapi yang dipilih yaitu umur bakalan sapi 2 - 2,5 tahun dengan kisaran berat badan 300 - 350 kg berjenis sapi PO peranaan Brahman. Untuk bakalan sapi yang dibeli akan dipelihara untuk mendapatkan kenaikan berat badan 1 - 2 kg perhari nya selama 3 - 4 bulan. Umur produktif sapi diestimasikan oleh perusahaan 3 - 4 bulan masa penggemukan sapi. Harga perolehan aset biologis meliputi harga pembelian sapi bakalan,
48
biaya pemeliharaan hingga menghasilkan, biaya pakan rumput, kosentrat, jerami dan pakan tambahan ampas tahu.
4.2.6
Pelaporan Pendapatan Anwusa Karangawen Demak Dalam Penyusunan Laporan Keuangan AGUSTUS
PENDAPATAN OPERASIONAL 41.11 Pendapatan Penjualan Sapi 41.12 Pendapatan Lain - Lain
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
189.769.210,00 0,00
133.400.175,00 0,00
201.178.550,00 0,00
88.152.250,00 0,00
TOTAL PENDAPATAN HARGA POKOK PENJUALAN PENDAPATAN BERSIH BIAYA OPERASIONAL 61.11 Gaji + Honor + Lembur 61.12 Adm & Umum 61.13 Listrik & Telepon 61.14 Perawatan Mesin & Peralatan 61.15 Bahan Bakar & Olie Mesin 61.16 Perawatan Bangunan 61.17 Perawatan & SC Kendaraan 61.18 Bahan Bakar Kendaraan 61.19 SPJ & Promosi 61.20 Konsumsi 61.21 Penyusutan 61.22 Lain - Lain 61.23 Penyisihan Piutang Usaha
189.769.210,00 164.018.250,00 25.750.960,00
133.400.175,00 121.932.500,00 11.467.675,00
201.178.550,00 183.427.750,00 17.750.800,00
88.152.250,00 81.126.725,00 7.025.525,00
34.394.964,80 620.500,00 1.600.525,00 160.000,00 0,00 161.000,00 522.000,00 745.000,00 0,00 65.500,00 0,00 650.000,00 0,00
17.960.198,40 434.200,00 1.708.788,00 10.000,00 0,00 74.000,00 0,00 295.000,00 0,00 97.000,00 0,00 1.104.000,00 0,00
15.559.398,40 7.515.526,00 1.728.146,00 528.000,00 0,00 0,00 0,00 245.000,00 0,00 164.000,00 0,00 0,00 0,00
15.925.998,40 830.000,00 1.733.267,00 0,00 0,00 42.500,00 0,00 486.000,00 0,00 150.000,00 0,00 0,00 0,00
TOTAL BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN BERSIH - BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN NON OPERASIONAL 71.11 Pendapatan Bunga Bank 71.12 Pendapatan Jasa Kandang 71.13 Pendapatan Jasa Air 71.14 Pendapatan Jasa RPH 71.15 Pendapatan Penjualan Tetes 71.16 Pendapatan Lain - Lain
38.919.489,80 64.670.449,80
21.683.186,40 33.150.861,40
25.740.070,40 43.490.870,40
19.167.765,40 26.193.290,40
0,00 2.240.000,00 2.415.000,00 0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 2.628.000,00 0,00 0,00 0,00
0,00 1.488.000,00 2.750.000,00 0,00 0,00 200.000,00
202.122,00 2.915.000,00 2.786.000,00 0,00 0,00 200.000,00
4.655.000,00
2.628.000,00
4.438.000,00
6.103.122,00
5.000,00 0,00 5.000,00 4.650.000,00
5.000,00 0,00 5.000,00 2.623.000,00
6.000,00 0,00 6.000,00 4.432.000,00
48.424,00 0,00 48.424,00 6.054.698,00
60.020.449,80
30.527.861,40
39.058.870,40
20.138.592,40
60.020.449,80
30.527.861,40
39.058.870,40
20.138.592,40
TOTAL PENDAPATAN NON OPERASIONAL BIAYA NON OPERASIONAL 81.11 Biaya Adm & Pajak Bank 81.14 Biaya Lain - Lain TOTAL BIAYA NON OPERASIONAL TOTAL PENDAPATAN & BIAYA NON OPERASIONAL RUGI / LABA KOTOR TAX RUGI LABA BERSIH
49
Tabel 4.3 : Laporan Laba Rugi With History Cost Method
Pelaporan pendapatan yang diterapkan perusahaan merupakan suatu ukuran untuk mengetahui jumlah pendapatan yang diterima perusahaan. Didalam laporan keuangan untuk penyajian pendapatan haruslah diakui dan diukur sesuai dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan. Pada pelaporan pendapatan yang ada di laporan laba rugi Anwusa Karangawen Demak, nampak bahwa pembagian akun antara pendapatan dan beban. Pada akun pendapatan perusahaan dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan operasional dan non operasional. Sedangkan pada akun biaya, Anwusa Karangawen Demak membaginya antara biaya operasional dan biaya non operasional. Berikut uraian pendapatan dan beban dalam laporan keuangan Anwusa Karangawen Demak : 1. Pendapatan yang diperoleh Anwusa Karangawen Demak dalam kegiatan penjulannya yaitu penjualan sapi hidup. 2. Biaya operasional Anwusa Karangawen Demak, berupa : a. Biaya gaji karyawan b. Biaya kantor c. Biaya listrik dan telepon d. Biaya transport e. Biaya pemasaran
50
f. Biaya PBB pajak
3. Pendapatan dan biaya non operasional di Anwusa Karangawen Demak : a. Pendapatan bunga Bank b. Biaya administrasi Bank c. Biaya bunga Bank
4.3 Hasil Penelitian 4.3.1
Tabel Perbandingan Antara Penerapan Pengakuan Pendapatan PSAK No. 23 Dengan Anwusa Karangawen Demak
NO.
PSAK NO. 23
ANWUSA KARANGAWEN DEMAK Pendapatan yang diperoleh Anwusa Karangawen Demak berasal dari transaksi penjualan sapi hidup dan manfaat ekonomi yang diperoleh perusahaan melalui transaksi penjualan tersebut akan diakui sebagai pendapatan oleh perusahaan.
DIFERENSIASI
1
Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada entitas atau sehubungan dengan transaksi yang akan diperoleh perusahaan.
Sesuai PSAK No. 23, Bahwa manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi penjualan perusahaan tersebut akan mengalir kepada entitas atau sehubungan dengan transaksi yang akan diperoleh perusahaan.
2
Dalam pengungkapan pendapatan, kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan juga termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang terjadi pada saat penjualan barang.
Pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan di Perusda Anwusa Karangawen Demak menggunakan metode accrual basis.
Sesuai PSAK No. 23, Pengungkapan kebijakan akuntansi metode accrual basis yang digunakan, untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang terjadi pada saat penjualan barang.
3.
Pendapatan berasal dari satu transaksi penjualan, misalnya penjualan barang, penjualan jasa dan penggunaan asset
Sumber pendapatan yang diperoleh Perusda Anwusa Karangawen Demak berasal dari penjualan sapi hidup dan
Sesuai PSAK No. 23, Pendapatan berasal dari satu transaksi penjualan, misalnya penjualan barang.
51
entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan deviden.
kegiatan non-operasional berasal dari pendapatan bunga Bank di setiap tahunnya.
4.
Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut : A. Bunga diakui Menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang dijelaskan di PSAK 55 (revisi 2006) Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran
Pendapatan non-operasional yang diperoleh dan diakui oleh Perusda Anwusa Karangawen Demak sebagai pendapatan bunga di setiap periodenya.
Sesuai PSAK No. 23, Yang menjelaskan bahwa bunga diakui sebagai pendapatan bunga yang menggunakan metode suku bunga efektif.
5.
Pengakuan penggemukan sapi potong pada masa 4 bulan
Tidak Ada
Tidak Sesuai PSAK N0. 23 Karena ada aset biologis yang harus diakui menggunakan IAS 41. Sebaiknya menggunakan akun biaya-biaya pemeliharaan
Sumber : Data Wawancara Dengan Pihak Intern ANWUSA
A.1
Pengakuan Pendapatan Menurut PSAK No. 23 PSAK 23 menyatakan bahwa pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila
seluruh kondisi berikut dipenuhi : 1. Perusahaan
telah
memindahkan
resiko
secara
signifikan
dan
telah
memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang di jual. 2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir ke perusahaan tersebut.
52
3. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan transaksi penjulan dapat diukur dengan andal.
Adapun beberapa kriteria yang menyebutkan bahwa pendapatan tidak diakui pada saat : 1. Bila perusahaan tidak menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan dan tidak menjamin sebagaimana mestinya. 2. Bila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari penjualan barang yang bersangkutan. 3. Bila pengiriman barang tergantung pada instalasinya dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh perusahaan. 4. Bila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan oleh kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan terjadi retur. Pengakuan pendapatan yang timbul dari penggunaan asset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh entitas. 2. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
53
3. Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut : a. Bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang dijelaskan di PSAK No. 55 (revisi 2006) Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran. b. Royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan. c. Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
A.2
Pengakuan Pendapatan Perusda Anwusa Karangawen Demak Didalam kegiatan penjualan yang ada di Perusda Anwusa Karangawen Demak
menggunakan metode accrual basis yaitu sistem akuntansi dimana pendapatan dicatat pada saat diperoleh dan terjadi walaupun kas belum diterima atau dibayar. Dengan menggunakan sistem accrual basis selain memudahkan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan, juga berpengaruh pada terstrukturnya persediaan atau stock sapi yang ada di perusahaan. Dimaksudkan bahwa dengan menerapkan metode accrual basis semua transaksi penjulan yang terjadi akan langsung dicatat oleh perusahaan. Hal ini juga berdampak pada terkendalinya proses penjualan sapi yang terjadi dan berpengaruh juga pada stock sapi di kandang yang akan lebih terkendali dalam pengeluaran sapinya, karena setiap transaksi penjualan yang terjadi akan langsung dicatat oleh perusahaan. Berbeda dengan penggunaan cash basis yang hanya mencatat pendapatan pada saat telah terjadinya pelunasan sapi.
54
Proses penerimaan pendapatan di Perusda Anwusa Karangawen Demak dalam menghasilkan pendapatan, diperoleh melalui penjualan sapi hidup dan pendapatan bunga bank di setiap tahunnya. Proses pencatatan pengakuan pendapatan secara tunai dilakukan Anwusa Karangawen Demak diawali dengan menerima nota dari bagian penjualan dan diterima oleh kasir dan dicatat sebagai penerimaan kas. Adapun jurnal pada saat di akuinya pendapatan yang dilakukan Anwusa Karangawen Demak adalah :
Kas
xxx Penjualan
-
xxx
Sedangkan pada transaksi kredit, diawali dari nota bagian penjualan dibukukan oleh bagian nota. Apabila nota sudah jatuh tempo akan ditagih oleh penagih dan pembayaran dapat melalui tunai lalu disetorkan ke bagian nota, kemudian setelah itu dicatat pada bagian nota baru dan disetorkan ke kasir. Pada pencatatan jurnal penjualan kredit, dicatat sebagai berikut :
Piutang Usaha Penjualan
xxx
-
xxx
Pengakuan pendapatan non operasional di Anwusa Karangawen Demak diakui sebagai pendapatan bunga yang diterima di setiap periodenya. Pendapatan bunga
55
tersebut merupakan pendapatan bunga yang diperoleh dari Bank. Adapun pencatatannya sebagai berikut :
Kas
xxx
Pendapatan Bunga
4.3.2
-
xxx
Tabel Perbandingan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23 Dengan Anwusa Karangawen Demak
NO.
PSAK NO. 23
1
Pendapatan tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
2
Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara entitas dan pembelian atau pengguna aset tersebut.
ANWUSA KARANGAWEN DEMAK Pendapatan Anwusa Karangawen Demak diukur dengan nilai wajar imbalan, dimana pengukuran tersebut diukur sama dengan nilai jual yang dilakukan perusahaan. Dengan kata lain, pada saat transaksi penjualan secara kredit, jumlah harga jual yang diberikan kepada pembeli, akan sama dengan jumlah awal pada saat penjualan, yaitu tidak adanya pembebanan bunga pada periode jangka waktu yang diberikan. Pendapatan Anwusa hanya ditentukan oleh Anwusa Karangawen Demak dan sudah ditetapkan harganya dari transaksi awal penjualan oleh pihak Anwusa Karangawen Demak, tidak melalui kontrak penjualan antara perusahaan dengan pihak customer / pembeli.
DIFERENSIASI Sesuai PSAK No. 23, Pendapatan tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima dengan tidak adanya pembebanan bunga pada setiap trnsaksi kredit yang diberikan perusahaan.
Sesuai PSAK No. 23, Kebijakan yang tertera di PSAK No.23 mengenai persetujuan antara entitas dan pembeli ini termasuk dalam kegiatan transaksi perjanjian untuk penjualan kontrak yang berbeda dengan aktivitas penjualan sapi yang ada di Anwusa Karangawen Demak.
56
3.
Pada PSAK No. 23 untuk kebijakan pendapatan terbentuk dalam akun kas.
Anwusa Karangawen Demak pada pencatatan pendapatannya dibukukan dalam bentuk kas.
Sesuai PSAK No. 23, Pencatatan pendapatan dibukukan dalam bentuk kas.
4.
Jumlah pendapatan adalah Jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima oleh suatu entitas.
Jumlah kas atau setara kas yang diterima oleh Anwusa Karangawen Demak sesuai dengan jumlah pendapatannya.
Sesuai PSAK No. 23, Jumlah kas yang diperoleh melalui transaksi penjualan dicatat sesuai dengan jumlah pendapatannya.
5.
Pengukuran penggemukan Sapi potong pada masa 4 bulan
Tidak Ada
Tidak Sesuai PSAK N0. 23 Karena ada aset biologis yang harus diakui menggunakan IAS 41. Sebaiknya menggunakan akun biaya-biaya pemeliharaan
Sumber : Data wawancara dengan pihak Intern Perusahaan
A.1
Pengukuran Pendapatan menurut PSAK No. 23 Menurut PSAK No. 23 pengukuran pendapatan dapat diukur dengan dasar yang
sesuai pada PSAK, yaitu : 1. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. 2. Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara entitas dan pembeli atau pengguna aset tersebut. 3. Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun jika arus kas masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan,
57
maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima, yang artinya jika perusahaan melakukan transaksi penjualan dan pihak penjual memberikan kelonggaran waktu pembayaran/utang maka jumlah kas yang diterima biasanya berbeda dengan jumlah yang diterima penjual secara tunai. Adanya retur penjualan, dan adanya wesel yang tidak tertagih, membuat jumlah pendapatan yang diterima terkadang tidak sesuai dengan jumlah transaksi penjualan yang dilakukan. 4. Jika barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat atau nilai yang serupa, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan pendapatan. 5. Pendapatan tersebut diukur dengan nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan. Ketika jumlah nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima tidak diukur secara andal, maka pendapatan tersebut diukur dengan nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang di transfer. A.2
Pengukuran Pendapatan Anwusa Karangawen Demak Pendapatan Anwusa Karangawen Demak diukur dengan nilai wajar imbalan
yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah imbalan yang diterima perusahaan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima.
58
Nilai wajar yang diterapkan perusahaan yaitu sebagai suatu jumlah dimana kegiatan mungkin ditukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memakai dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar, kemungkinan kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima. Oleh sebab itu, pengukuran pendapatan merupakan penentuan yang sangat penting, mengingat kesalahan dalam penentuan ini akan berakibat fatal pada pengukuran pendapatan dan perolehan laba yang tentu saja akan mempengaruhi kualitas informasi keuangan yang diperoleh dalam pengambilan keputusan oleh pimpinan perusahaan. Pengukuran pendapatan pada Anwusa Karangawen Demak dilakukan dengan memandang nilai tukar dan jumlah uang yang disepakati harus dibayar oleh konsumen pada saat terjadinya transaksi. Nilai tukar yang disepakati merupakan ukuran terbaik bagi pendapatan perusahaan pada saat terjadi penjualan sapi. Nilai dari penjualan sapi tersebut menunjukkan nilai wajar yang diterima oleh perusahaan dalam bentuk kas maupun piutang. Dimana nilai wajar tersebut merupakan nilai dari penjualan sapi tanpa adanya pertambahan jumlah pembayaran pada saat menunggu hingga tagihan diperoleh. Dengan kata lain, jumlah yang diakui pada saat transaksi akan sama dengan jumlah yang akan diterima pada saat pelunasan. Jadi, pengukuran pendapatan pada Anwusa Karangawen Demak dilakukan berdasarkan tingkat harga pada saat transaksi dilakukan dan tidak adanya pembebanan bunga yang diberikan kepada pelanggan, meskipun transaksi penjualan tersebut dilakukan secara kredit.
59
Adapun pencatatan jurnal pada saat diterimanya pendapatan secara tunai, berikut pncatatan jurnalnya : Kas
xxx
Pendapatan
-
xxx
Pencatatan jurnal pada saat pelunasan piutang penjualan di Anwusa Karangawen Demak tanpa adanya penambahan nominal yang diterima perusahaan, ini berarti bahwa pada saat terjadinya transaksi penjualan kredit jumlah nominal yang disepakati sebelumnya oleh perusahaan dan pembeli diterima sama dengan waktu pelunasan dalam periode satu minggu. Berikut gambaran penjualan jurnal pada saat pelunasan : Piutang Usaha Penjualan
4.4
xxx
-
xxx
Pembahasan Penulis melakukan observasi analisis penelitian pengakuan dan pengukuran
pendapatan di Anwusa Karangawen Demak. Melalui penelitian ini , penulis akan membahas mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan yang ada di Anwusa Karangawen Demak. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan di Anwusa Karangawen Demak, maka penulis akan menguraikan pada sub bab selanjutnya. 4.4.1
Analisa Pengakuan Pendapatan Anwusa Karangawen Demak
60
Berdasarkan hasil penelitian penulis di Anwusa Karangawen Demak, dapat dilihat pendapatan yang diterima oleh Anwusa Karangawen Demak berasal dari penjualan sapi hidup. Dari sudut pengakuan pendapatannya pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan di Anwusa Karangawen Demak meggunakan metode accrual basis yaitu sistem akuntansi dimana pendapatan dicatat pada saat diperoleh dan terjadi walaupun kas belum diterima atau dibayar. Penggunaan metode accrual basis di Anwusa Karangawen Demak, nampak pada penyusunan laporan keuangan yang terdapat akun piutang dan serta melalui penelitian yang dilaksanakan penulis mengenai metode pengakuan yang ada di perusahaan. Berbeda dengan cash basis yang pada penyusunan laporan keuangan hanya terdapat akun kas dan modal. Metode dasar akrual yang diterapkan perusahaan bersumber dari penjualan sapi hidup. Jika dilihat dari pengakuan pendapatan yang ada di perusahaan, yaitu pengakuan pendapatan diakui pada saat terjadinya transaksi atas penjualan sapi tersebut. Dalam kebijakan PSAK No. 23 tidak tertulis mengenai kebijakan pengakuan pendapatan yang tepat antara cash basis atau accrual basis. Akan tetapi pada kebijakan yang ada tertulis bahwa pendapatan diakui bahwa besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir ke perusahaan tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada kebijakan akuntansi yang tertulis pada PSAK No. 23 lebih mengarah kepada metode accrual basis. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan dapat dijadikan pengakuan karena proses realisasi pendapatan telah terjadi. Dapat dikatakan bahwa metode pengakuan
61
pendapatan apapun yang dipilih perusahaan harus sesuai konsistensi dalam penggunaannya, agar dalam pelaporannya dapat memberikan informasi yang relevan di setiap periodenya. Untuk pengakuan pendapatan Anwusa Karangawen Demak yaitu pengakuan pendapatan yang dihasilkan dari penjualan sapi hidup. Dan pengakuan pendapatan Anwusa Karangawen Demak hanya berasal dari penjalan sapi hidup dan tidak berasal dari kontribusi penanaman modal perusahaan. Sumber
pendapatan
Anwusa
Karangawen
Demak
menjelaskan
bahwa
pendapatan yang ada bersumber lebih dari satu pendapatan. Yaitu sumber pendapatan berasal dari penjualan sapi hidup yang merupakan pendapatan operasional perusahaan dan pendapatan non operasional yang diperoleh perusahaan berasal dari pendapatan bunga Bank di setiap periodenya. Dalam pencatatannya di laporan keuangan, Anwusa Karangawen Demak sudah sesuai dengan kebijakan PSAK No. 23 yang menyebutkan bahwa besarnya jumlah pendapatan pada periode penjualan juga telah dimasukan ke dalam laporan keuangan, khususnya pada laporan laba rugi. Hasil pembahasan yang didapat penulis melalui observasi di Anwusa Karangawen Demak bahwa pengakuan pendapatan Anwusa Karangawen Demak sudah sesuai dengan PSAK No. 23 , namun kesesuaian tersebut diperoleh penulis berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan yang menunjukan bahwa pemahaman yang ada di perusahaan mengenai PSAK No. 23 hanya secara praktis dalam pencatatan pengakuan pendapatannya bukan secara teoritis. Hal ini disebabkan karena belum adanya pemahaman yang secara teoritis mengenai PSAK No. 23 serta perusahaan belum menerapkan tentang pengakuan pendapatan yang sesuai dengan PSAK No. 23,
62
meskipun dasar penerapan praktis pengakuan perusahaan sudah mengacu pada PSAK No. 23. 4.4.2
Analisa Pengukuran Pendapatan Anwusa Karangawen Demak Pengukuran pendapatan ditentukan berdasarkan jenis penjualannya. Di Anwusa
Karangawen Demak jenis transaksi penjualannya adalah penjualan sapi hidup. Untuk pengukuran pendapatannya menunjukkan besarnya kas ekuivalen yang akan diterima perusahaan. Pengukuran pendapatan Anwusa Karangawen Demak diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang akan diterima oleh perusahaan. Nilai wajar yang dimaksud adalah jumlah suatu aset dipertukarkan atau liabilitas diselesaikan antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengentahuan memadai dalam suatu transaksi yang wajar. Dalam pengukuran pendapatan yang diterapkan oleh perusahaan Anwusa Karangawen Demak menggunakan dasar pengakuan historis dimana pendapatan diukur berdasarkan nilai wajar yang ada pada saat transaksi penjualan dimana adanya kesepakatan harga sapi antara penjual dan pembeli dalam jumlah nominal yang diterima dan dibayar dan tidak adanya tawar menawar yang dilakukan perusahaan terhadap pembeli, karena harga sapi sudah ditetapkan dari awal. Apabila terdapat perubahan harga secara umum, misalnya kenaikan bahan bakar atau pengiriman sapi secara mendadak akan dibebankan langsung pada saat penjualan sapi. Maka jumlah yang dibebankan perusahaan kepada pelanggan akan ditambahkan kedalam penjualan sapi tersebut.
63
Mengenai kebijaksanaan penyisihan piutang tak tertagih Anwusa Karangawen Demak tidak menetapkan kebijaksanaan apapun meskipun kebijaksanaan ini mengandung resiko yang besar mengenai kerugian yang akan diderita perusahaan jika sewaktu-waktu perusahaan konsumen mengalami pailit, namun mengingat periode waktu untuk melakukan pembayaran piutang relatif singkat yaitu selama satu minggu setelah jatuh tempo dapat mengecilkan resiko kemungkinan pembayaran tidak tertagih sangat kecil. Pada tabel perbandingan antara kesesuaian kebijakan pengukuran pendapatan antara PSAK No. 23 dengan Anwusa Karangawen Demak nampak ketidaksesuaian. Hal ini menjelaskan bahwa pengukuran jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi penjualan biasanya ditentukan oleh persetujuan antara entitas dan pembelian atau pengguna aset tersebut. Ketidaksesuaian kebijakan PSAK No. 23 dengan perusahaan dikarenakan perbedaan dalam hal transaksi penjualan. Transaksi penjualan yang dimaksud PSAK No. 23 adalah mengenai kebijakan dalam transaksi perjanjian kontrak, sedangkan penjualan sapi di Anwusa Karangawen Demak tidak terdapat perjanjian kontrak didalam transaksi penjualan tersebut. Pengukuran pendapatan di Anwusa Karangawen Demak sudah di ukur secara handal. Hal ini dapat dilihat melalui transaksi penjualan yang akan dibuatkan faktur penjualan oleh Anwusa Karangawen Demak. Faktur penjualan tersebut dicatat melalui sistem yang ada di komputer perusahaan. Dengan adanya sistem pencatatan yang sudah tersistem akan meminimalkan kesalahan dalam pencatatan penjualan ke dalam faktur.
64
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengukuran pendapatan di Anwusa Karangawen Demak sudah diukur secara handal. Hasil penelitian yang dilakukan penulis bahwa pengukuran pendapatan yang diterapkan perusahaan sudah sesuai, namun kesesuaian tersebut diperoleh melalui hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan pihak intern perusahaan. Kesesuaian kebijakan akuntansi mengenai pengukuran pendapatan ini sama dengan pengakuan pendapatan. Hal ini dikarenakan Anwusa Karangawen Demak belum menerapkan kebijakan PSAK No. 23 dan pemahaman yang diperoleh perusahaan mengenai pengukuran pendapatan dipahami secara praktis bukan secara teoritis dalam aktivitasnya, meskipun dalam penerapan pengukurannya sudah mengacu pada PSAK No. 23.
4.4.3
Analisa Penyajian dan Pelaporan Pendapatan Anwusa Karangawen Demak Pengungkapan pendapatan laporan keuangan di Anwusa Karangawen Demak
memberikan informasi yang menggambarkan keadaan keuangan yang ada di perusahaan. Penyajian laporan keuangan Anwusa Karangawen Demak dalam pencatatannya mengenai penyisihan piutang tak tertagih perusahaan tidak menampakkannya di dalam laporan keuangan. Seharusnya dalam hal ini perusahaan harus mencatat mengenai piutang tak tertagih dalam lapoan keuangannya, khususnya dalam neraca, dengan
65
demikian dapat mencegah terjadinya piutang tak tertagih akibat pelanggan yang pailit untuk suatu saat yang tidak diharapkan. Karena penyajian pada laporan keuangan yang benar akan berdampak pada sumber informasi yang dihasilkan dan melalui informasi tersebut akan memudahkan perusahaan dalam menilai perkembangan usaha yang dijalankannya. Anwusa Karangawen Demak dalam pelaporan pendapatannya di laporan laba rugi sudah sesuai dan mengacu pada PSAK No. 23. Di dalam laporan keuangan Anwusa Karangawen Demak besarnya pendapatan yang diperoleh sudah dicatat pada laporan keuangan, khususnya pada laporan laba rugi perusahaan. Dan untuk pendapatan bunga dalam penggolongannya sudah tepat yaitu digolongkan pada pendapatan non operasional. Hal ini sudah sesuai dengan penggolongan pendapatan yang ada di kebijakan PSAK No. 23. Dengan penggolongan yang tepat pada pelaporan keuangan dapat membantu para pemakai laporan keuangan untuk melihat kemajuan yang ada di perusahaan.
66
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pengukuran dan pengakuan
pendapatan di Anwusa Karangawen Demak yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada pengakuan pendapatan Anwusa Karangawen Demak sudah diungkapkan sesuai dengann PSAK No. 23 yaitu bahwa pendapatan diakui saat penjualan dan dapat dijadikan saat pengakuan karena proses realisasi pendapatan telah terjadi. 2. Anwusa Karangawen Demak telah memahami baik tentang konsep pendapatan pada saat pengakuan dan pengukuran pendapatan, meskipun pemahaman yang di dapat perusahaan secara praktis bukan secara teoritis tentang pemahaman kebijakan akuntansi di PSAK No. 23. 3. Pengukuran pendapatan dilakukan berdasarkan jumlah uang yang diterima dikurangi dengan beban-beban atau pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang akan diterima perusahaan. 4. Metode pengakuan pendapatan yang diterapkan oleh perusahaan adalah accrual basis, dimana pada konsep ini pendapatan diakui pada saat terjadinya transaksi penjualan dan langsung dicatat sebagai pendapatan ketika transaksi tersebut telah dilunasi pembeli.
67
5. Pendapatan Anwusa Karangawen Demak bersumber dari penjualan sapi hidup 6. Anwusa Karangawen Demak tidak melakukan pencatatan akun pada masa penggemukan sapi potong pada masa 4 bulan, yang seharusnya dicatat menggunakan akun biaya-biaya pemeliharaan karena ada aset biologis yang harus diakui menggunakan IAS 41. 7. Rekomendasi format laporan keuangan yang diberikan oleh penulis adalah dengan menambahkan akun pada aktiva untuk pengakuana aset biologis.
5.2
Saran Melalui penelitian ini, penulis menyarankan kepada Anwusa Karangawen
Demak untuk menggunakan IAS 41 karena adanya aset biologis sapi potong yang digemukan pada masa penggemukan 4 bulan dari sapi potong tersebut dibeli hingga terjual. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan instrumen kuesioner yang lebih detail sehingga lebih terarah dan fokus pada item-item yang ada di PSAK No. 23 dan untuk memperluas cakupan penelitian mengenai akuntansi aset biologis dengan harapan kualitas laporan keuangan yang dihasilkan semakin bagus.