1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia
menyebabkan kebutuhan masyarakat juga semakin tinggi. Salah satunya adalah dalam bidang sarana transportasi.Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang mempunyai peran sangat penting dalam membantu proses berlangsungnya pembangunan di sebuah daerah. Penggunaan energi di sektor transportasi di sisi lain meningkatkan konsumsi bahan bakar. Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) untuk sektor transportasi cenderung meningkat 8,6% per tahun yang lebih besar daripada pertumbuhan konsumsi untuk rumah tangga 3,7%, pembangkit listrik 4,6%, tetapi sedikit lebih kecil dari pertumbuhan konsumsi industri 9,1% (Sitorus, 2014). Kebutuhan energi untuk sektor transportasi saat ini masih dipenuhi oleh bahan bakar minyak (BBM) seperti premium dan diesel. Disisi lain dengan meningkatnya hargaminyak mentah di dunia maka harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri juga ikut meningkat sehingga pemerintah indonesia akan semakin terbebani dengan subsidi BBM untuk jenis premium dan diesel. Dilain pihak, cadangan bahan bakar gas di Indonesia sebagai bahan bakar alternatif masih cukup banyak tersedia. Sepanjang tahun 2010 terdapat penemuan cadangan gas baru yang cukup signifikan mencapai 2,09 triliun kaki kubik, sementara penemuan minyak hanya sebesar 140 juta barel saja.Bahkan menurut
1
2
Peneliti LIPI dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatonik Agus Hartanto mengatakan Indonesia salah satu yang memiliki cadangan gas terbesar di dunia (GATRA NEWS). Selama 22 tahun jumlah kendaraan yang telah menggunakan BBG masih di bawah 0,01 %, maka jika 10% dari cadangan gas tersebut dialokasikan untuk sektor transportasi, maka sudah mencukupi kebutuhan dalam negeri selama lebih dari 90 tahun. Berbagai permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk di Kota Denpasar. Salah satunya permasalahan di bidang transportasi. Berdasarkan data Dinas Perhubungan dan Informatika Provinsi Bali, jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Bali pada tahun 2011 mencapai 2,35 juta unit. Dari jumlah kendaraan bermotor tersebut 1,9 juta unit beroperasi di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Kendaraaan bermotor yang beroperasi di Kota Denpasar didominasi sepeda motor dengan jumlah 2 juta unit diikuti mobil penumpang 214 ribu unit. Pertambahan kendaraan bermotor yang mencapai 14 % per tahun, tidak seimbang dengan pertambahan panjang jalan yang hanya 3,6 % per tahunnya.Mobil dan sepeda motor adalah salah satu sarana transportasi yang paling banyak digunakan di Indonesia khusunya di kota besar seperti Kota Denpasar. Dengan kemajuan teknologi seperti saat ini, banyak sekali jenis dan merek kendaraan bermotor yang diproduksi sesuai dengan selera konsumen. Tapi permasalahan yang timbul dari tahun ke tahun adalah kendaraan yang di produksi selalu dengan kapasitas mesin (volume silinder) yang semakin besar, sehingga konsumsi bahan bakar juga semakin meningkat.
3
Rata-rata bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan bermotor di Denpasar berupa bahan bakar minyak. Penggunaan bahan bakar minyak untuk sektor transportasi terutama kota besar seperti Denpasar akan menimbulkan beberapa masalah, diantaranya : a. Kelangkaan bahan bakar minyak di pasaran. b. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh emisi kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak. c. Bertambahnya beban pemerintah dalam menanggung subsidi bahan bakar minyak terutama solar dan premium. Krisis energi yang terjadi pada tahun 2004 telah mendorong pemerintah Indonesia untuk terus menggalakkan penggunaan bahan bakar gas baik untuk sektor industri maupun transportasi. Keseriusan pemerintah dalam menangani krisis energi adalah dengan menerbitkan Keputusan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0983 K/16/MEM/2004 tentang Kebijakan Energi Nasional. Tujuan diterbitkannya Kebijakan Energi Nasional adalah untuk menjamin penyediaan energi nasional. Untuk itu, pemanfaatan sumber energi baru dan energi terbarukan yang mempunyai potensi yang cukup besar dimaksimalkan sehingga terjadi peningkatan terhadap penyediaan energi secara nasional (ESDM, 2009).Pada tahun 1996 pemerintah melaksanakan program langit biru dengan menerbitkan Keputusan Menteri Kep Men LH No. 15 tahun 1996 tentang Program Langit Biru, yang bertujuan untuk pengendalian pencemaran udara.Lebih lanjut, pada tanggal 14 Pebruari 2009, Pemerintah Kota Denpasar melalui Menteri Negara Lingkungan Hidup (Prof.Ir.Rachmat Witoelar dan istri/Erna Witoelar)
4
telah mencanangkan program "Denpasar Clean and Green" yang mulai Pencanangannya pada tanggal 14 Februari 2009 oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Pemerintah mengimplementasikan program ini untuk sektor transportasi dengan caradiversifikasi energi yaitu dengan penggunaan CNG dan LPG, serta penggunaan bahan bakar bensin yang bebas timbal dan Solar yang berkadar sulful rendah. Program diversifikasi penggunaan CNG dan LPG di sektor transportasi kurang berhasil karena harga konverter kit yang mahal, pengembangan stasiun pengisibahan bakar gas yang kurang memadai, minimnya kesadaran pengguna transportasi akan keberadaan dan kelangsungan energi serta pencemaran lingkungan (Pertamina, 2009). Peran pemerintah dalam hal informasi energi berkelanjutan dan pengembangan penggunaan bahan bakar gas untuk sektor transportasi sangatlah diperlukan. Kebijakan Energi Nasional (KEN) sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden RI Nomor 05 Tahun 2006 memberikan panduan diversifikasi energi dengan mengembangkan energi alternatif. Upaya diversifikasi energi dengan mengoptimalkan sumber energi lain diantaranya adalah konversi minyak tanah ke LPG sebagai bahan bakar kompor masak rumah tangga, seperti yang telah dilakukan pemerintah. Program ini terbilang sukses, seiring dengan berkurangnya ketergantungan masyarakat terhadap minyak tanah. Berdasarkan hal ini, peluang untuk memanfaatkan gas sebagai energy alternatif cukup besar. Akan sangat memungkinkan apabila konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) diberlakukan untuk sektor transportasi, maka ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak yaitu bensin dan solar dapat
5
dikurangi.Besar harapan kesadaran akan pencemaran dan kelangsungan energi bagi pengguna kendaraan roda tiga atau lebih yang semula menggunakan bahan bakar minyak beralih kebahan bakar gas. Apabila kesadaran penggunaan gas sebagai bahan bakar di sektor transportasi meningkat, maka keberadaan serta kelangsungan energi untuk masa depan dapat terjaga dan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sektor transportasi yang menggunakan bahan bakar minyak dapat berkurang. Hal ini menyebabkan masyarakat mulai melirik energi alternatif yang lebih hemat dan lebih murah. Saat ini pemerintah pun sudah mulai memperkenalkan Bahan Bakar Gas yaitu Liquefied Gas Vehicle (LGV) kepada masyarakat, sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak disektor transportasi. Liquefied Gas Vehicle (LGV)yang merupakan pengembangan dari Liquefied Petroleum Gas (LPG) dengan cara mengubah komposisi perbandingan antara
Propana (C3) dan
Butana (C4) dalam
LPG, yang nantinya akan di
gunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor, terutama mobil penumpang. Penelitian tentang Pengembangan Moda Transportasi BBG untuk Sektor Transportasi sudah pernah dilakukan, akan tetapi penelitian ini masih untuk wilayah di jalur Pantura (Sugiono, 2007). Penelitian ini belum menunjukan perkembangan yang berarti karena wilayah jalur Pantura belum mempunyai infrastruktur BBG yang memadai.
6
Peningkatan penggunaan gas sebagai bahan bakar di Kota Denpasar harus di dukung oleh infrastruktur BBG baik. Salah satu infrastruktur yang perlu diperhatikan adalah Stasiun Pengisi Bahan Bakar. Analisis peningkatan infrastruktur Bahan Bakar Gas merupakan sebuah penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan penggunan bahan bakar gas di sektor trasnsportasi (Wang, 2008). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Aryadi (2010), dengan menggunakan bahan bakar LPG yang dikombinasikan dengan bensin (dual fuel), diperoleh penurunan konsumsi bahan bakar pada putaran idle sebesar 20 %. Sedangkan pada pengujian emisi gas buang didapatkan persentase penurunan CO dan HC, masing-masing sebesar 7,5 % dan 9,5 %. Mandloi (2010), melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan LPG pada kendaraan terhadap prosses pembakaran. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Aplikasi LPG pada mesin bensin mempercepat proses pembakaran, tetapi durasi
pembakarannya
melambat.
Sebagai
konskuensinya,
tekanan
dan
temperature pembakaran menjadi tinggi. Ini bisa berakibat kerusakan pada elemen mesin. LPG menurunkan efisiensi volumetrik, sehingga untuk mendapatkan daya yang tinggi diperlukan penambahan konsumsi bahan bakar spesifik. LPG menurunkan emisi CO dan NOx. Dalam kesimpulan akhir, diperoleh bahwa pemanfaatan LPG memberikan efek negatif terhadap performa mesin, tetapi memberikan efek positif terhadap emisi gas buang. Penggunaan bahan bakar gas pada beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kendaraan bermotor memiliki beberapa kelebihan dibandingkan menggunakan bahan bakar minyak, diantaranya yaitu emisi gas buang yang dihasilkan lebih rendah, penggunaan
7
bahan bakar yang lebih ekonomis, mengurangi biaya pemeliharaan mesin, dan harga bahan bakar gas yang lebih murah dibandingkan Bahan Bakar Minyak. Akan tetapi, dapat diketahui sebelumnya bahwa Liquefied Gas for Vehicle(LGV) merupakan cairan dan bukan gas maka dalam penelitian ini pengujian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian bahan bakar Liquefied Gas for Vehicle (LGV) terhadap Torsi, Daya, Konsumsi Bahan Bakar Spesifikdan emisi gas buang yang meliputi kadar karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2), serta membandingkannya dengan bahan bakar premium, yang diuji pada putaran idle. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian terhadap pemakaian bahan bakar Liquefied Gas for Vehicle (LGV) pada mobil bertransmisi manual dengan judul “Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Liquefied Gas for Vehicle (LGV) terhadap Torsi, Daya, Konsumsi Bahan Bakar Spesifik dan Emisi Gas Buang Pada Mobil dengan Transmisi Manual”. 1.2
Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
adalah bagaimanakah pengaruh pemakaian bahan bakar Liquefied Gas for Vehicle (LGV) terhadap torsi, daya, konsumsi bahan bakar spesifik dan emisi gas buang kendaraan mobil dengan transmisi manual. 1.3
Batasan Masalah Dari masalah di atas perlu kiranya untuk memberikan batasan masalah,
8
agar dapat memberikan arah yang jelas pada penelitian awal ini, sebagai berikut:
Mobil yang digunakan adalah dalam kondisi mesin standar, dengan volume silinder 2.000 cc.
Mobil yang digunakan yaitu mobil dengan transmisi manual. Hal ini disebabkan karena perpindahan transmisi atau beban bisa diatur sesuai dengan tujuan penelitian. Apabila dengan menggunakan transmisi otomatis maka tidak bisa dirancang perputaran engine dan bebannya.
Kondisi kendaraan dalam keadaan normal.
Jenis bahan bakar standar adalah bensin yang dijual di SPBU.
Pengujian dilakukan pada kondisi stasioner untuk menguji torsi, daya, konsumsi bahan bakar spesifik dan dan emisi gas buang kendaraan mobil dengan transmisi manual berbahan bakar Liquefied Gas Vehicle (LGV) dan membandingkannya dengan bahan bakar bensin.
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh pemakaian bahan bakar Liquefied Gas for Vehicle (LGV) terhadap torsi, daya, konsumsi bahan bakar spesifik dan emisi gas buang kendaraan mobil dengan transmisi manual.
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Pembaca dapat mengetahui perbedaan
torsi, daya, konsumsi bahan
bakar spesifik dan dan emisi gas buang kendaraan mobil dengan
9
transmisi manual dengan menggunakan bahan bakar Liquefied Gas Vehicle (LGV) dan bahan bakar bensin. 2. Memberi informasi tentang bahan bakar Liquefied Gas Vehicle (LGV) sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar bensin dan diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan serta dapat memberi informasi seluas-luasnya kepada masyarakat tentang pengaruh perbedaan penggunaan bahan bakar LGV dengan bensin oktan 88 terhadap karakteristik mesin mobil. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat lebih mendukung penelitian terdahulu tentang pemanfaatan LGV.