BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan dalam politik dan perekonomian Nasional yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Selain itu pariwisata juga memegang peranan penting dalam penerimaan kas negara pada umumnya dan kas daerah pada khususnya. Untuk itu perlu adanya pengembangan pariwisata baik itu objek wisata maupun faktor pendukung lainnya yang jika ditinjau dari aspek ekonomi akan bermuara pada peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan pemerintah dan meningkatkan kewirausahaan Nasional . Pariwisata merupakan suatu industri yang sangat vital dalam pendapatan selain minyak, gas dan otomotif. Sebagai pasar yang menarik, kepariwistaan merupakan hal yang luar biasa dalam menahan kondisi politik dan ekonomi yang dapat merugikan . Pengembangan kegiatan pariwisata diperlukan pengaturan-pengaturan alokasi ruang yang dapat menjamin pembangunan berkelanjutan guna mencapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dalam penataan ruang yang bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan secara berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
Universitas Sumatera Utara
Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik1. Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa. Pengembangan
potensi
pariwisata
masih
perlu
perencanaan
yang
matang,
pengembangan, pembinaan sampai tahap pemasaran dan meningkatkan hubungan kerja dengan instansi-instansi yang terkait dalam hal kepariwisataan serta meningkatan pengawasan terhadap pihak swasta yang mengelola potensi pariwisata. Selain itu, untuk menarik minat para investor menanamkan modalnya maka Pemerintah Daerah hendaknya tidak mempersulit perizinan dalam pengelolaan objek-objek wisata. Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini dicanangkan selain sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang cukup andal, juga merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi. Untuk mengembangkan sektor ini pemerintah berusaha keras membuat rencana dan berbagai kebijakan yang mendukung kearah kemajuan sektor ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah menggali, menginventarisir dan mengembangkan obyekobyek wisata yang ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan. 1
J James Spillane. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius.
Yogyakarta, hal. 14
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Barat merupakan salah satu daerah tujuan wisata nasional, yang memiliki objek dan daya tarik wisata yang beragam dan eksotik, baik alam maupun budaya. Menyadari potensi tersebut, Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Barat menetapkan pariwisata sebagai sektor andalan pembangunan daerah ke masa datang, khususnya pariwisata di Kota Bukittinggi. Bidang Kepariwisataan ditetapkan sebagai potensi unggulan daerah Kota Bukittinggi adalah berangkat dari kondisi alam dan geografis Kota Bukittinggi itu sendiri. Kota bukittinggi saat ini mempunyai luas + 25.239 km 2 terletak ditengah-tengah Propinsi Sumatera Barat dengan ketinggian antara 909 M – 941 M diatas permukaan laut. Suhu udara berkisar 17, 1o C sampai 24,9o C, merupakan iklim udara yang sejuk. Posisinya yang strategis merupakan segitiga perlintasan menuju ke utara , timur dan selatan Sumatera. Disamping itu, Bukittinggi juga dilengkapi dengan peninggalan sejarah yang dapat dikategorikan sebagai keajaiban seperti: Lobang Jepang, Benteng Fort De Kock, Jam Gadang dan lain-lain. Hal ini membuktikan Bukittinggi sebagai kota tua yang sarat dengan sejarah, salah satunya yang selalu melekat dengan sejarah bangsa yaitu: Bukittinggi menjadi Ibu Kota Republik pada masa PDRI Desember 1949 – Juli 1950. Karunia alam yang ditopang dengan karunia sejarah ini, menyebabkan Bukittinggi menjadi tujuan wisata yang menarik untuk dinikmati. Sinergi dengan potensi unggulan derah lainnya. Bukittinggi juga dikembangkan menjadi wisata perdagangan dan jasa, wisata kesehatan, wisata konfrensi dan peristirahatan serta jasa lain-lain. Ini dapat dibuktikan dengan kontribusi sektor pariwisata untuk menompang PAD Bukittinggi yaitu : antara 30-40 %. Untuk mendukung sektor pariwisata ini disamping objek alam yang ada dalam kotaBukittinggi, juga menyediakan paket-paket wisata daerah-derah sekitarnya. Dalam hal ini Bukittinggi akan berperan sebagai “Home Base“ kunjungan wisata daerah-daerah lain.
Universitas Sumatera Utara
Saat ini Bukittinggi terdapat sebanyak 43 buah hotel baik berbintang maupun melati ditambah 11 mes/wisma/pondok wisata. Tidak salah kiranya Bukittinggi ditetapkan sebagai kota Wisata dan sekaligus Kota Tujuan Wisata Propinsi Sumatera Barat pada tanggal 11 Maret 1984 Bukittinggi dicanangkan sebagai Kota Wisata dan Daerah Tujuan Wisata Utama di Sumatera Barat. Dan pada bulan Oktober 1987 ditetapkan sebagai daerah Pengembangan Pariwisata Propinsi sumatera Barat dengan Perda Nomor: 25 tahun 1987. Untuk menunjang kepariwisataan, di kota ini sudah tersedia sarana Akomodasi yang memadai, seperti Hotel Berbintang dengan kapasitas 660 kamar dan 1.083 tempat tidur serta Non Berbintang dengan kapasitas 630 kamar dan 1.261 tempat tidur, puluhan Rumah Makan dan Restoran, beberapa travel Biro, serta serta dilengkapi dengan pasar wisata dan souvenir shop. Pemerintah Kota Bukittinggi senangtiasa megutamakan citra sapta pesona (Aman, Tertip, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah Tamah dan Kenangan), yang sejak tahun 2000 dirajut dalam ivent Pesta Seni Budaya Pameran Dagang dan Idustri (PEDATI) Bukittinggi 2. Kota Bukittinggi memiliki bermacam- macam destinasi wisata, seperti wisata alam, wisata minat kreasi dan wisata budaya. Wisata alam yang ditawarkan Kota Bukittinggi berupa pemandangan alam ngarai sianok, lobang jepang dan janjang koto gadang dimana objek wisata ala mini menyajikan keindahan alam Kota Bukittinggi. Berbeda lagi dengan wisata budaya yang disajikan kota Bukittinggi yaitu adanya Rumah Adat Nan Baanjuang yang didirikan dengan gaya arsitektur bangunan museum ini menggunakan arsitektur tradisional minangkabau dengan bentuk atap Gajah Maharam dengan anjungan di kiri dan kanan sesuai dengan keselarasan Koto piliang, Jam Gadang serta Medan Nan Balinduang. Sedangkan wisata minat kreasi yaitu wisata yang menyajikan kegiatan- kegiatan berupa hiburan, kerajinan, kesenian maupun kuliner khas dari kota Bukittinggi seperti kelurahan Manggis Gantiang sebagai desa wisata yang ditunjuk oleh Kementerian dan Ekonomi Kreatif 2
http://www.bukittinggikota.go.id/index.php?class=text&file_id=105, diakses pada tanggal 16 Desember 2013 pada pukul 12.45 WIB.
Universitas Sumatera Utara
sebagai salah satu Kampung Wisata yang ada di Kota Bukittinggi. Sehingga wisatawan memiliki lebih banyak lagi alternatif destinasi wisata di Kota Bukittinggi. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bukittinggi, kunjungan wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang maupun non bintang di Kota Bukittinggi selama tahun 2012 berjumlah 27.183 pengunjung. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2011 yang hanya mencapai 21.457 pengunjung. Meski kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2012 meningkat dibanding 2011, namun jumlah itu masih di bawah kunjungan tahun 2010 yang mencapai 33.598 serta tahun 2009 dengan jumlah 36.242 pengunjung. Kota Bukittinggi yang memiliki destinasi wisata yang banyak dan iklim daerah yang beriklim udara sejuk, tetapi masih memiliki berbagai permasalahan seperti menurunnya kunjungan wisatawan ke Bukittinggi, kesemrautan kota dan kurangnya fasilitas bagi wisatawan. Adapun beberapa permasalahan yang mengakibatkan menurunnya kunjungan wisatawan juga dapat di lihat dalam kutipan berikut : BUKITTINGGI, HALUAN-Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bukittinggi, kunjungan wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang maupun non bintang di Kota Bukittinggi selama tahun 2012 berjumlah 27.183 pengunjung. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2011 yang hanya mencapai 21.457 pengunjung. Meski kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2012 meningkat dibanding 2011, namun jumlah itu masih di bawah kunjungan tahun 2010 yang mencapai 33.598 serta tahun 2009 dengan jumlah 36.242 pengunjung. Menurut Lala Iswandi, ada beberapa kelemahan di Kota Bukittinggi yang menghambat peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Kelemahan itu diantaranya tidak ada program every day atau kegiatan wisata setiap harinya yang diterapkan, sehingga para bule merasa bosan jika berlama-lama di Bukittinggi. Lala Iswandi menilai, untuk memenuhi kriteria kota wisata, pemerintah harus menyusun dan melaksanakan berbagai kegiatan kesenian dan kebudayaan daerah setiap harinya. Kelemahan lainnya menurut Lala ketidaksediaan pusat informasi dan rambu-rambu yang jelas, kurangnya kebersihan serta budaya yang tidak aktif lagi, objek wisatanya juga tidak dilengkapi dengan program yang jelas, serta sikap sejumlah guide wisata yang tidak lagi mempromosikan wisata, tapi lebih mengarahkan wisatawan mancanegara untuk belanja, agar memperoleh fee dari hasil belanja tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan permasalahan utama menurut Asnawi Bahar adalah sertifikasi guide yang tidak merata. Ia mengklaim, sekitar 50 persen guide tidak bersertifikat, sehingga para guide tak bersertifikat
itu
mengharapkan
komisi
besar
dan
sedikit
mengabaikan
komitmen
3
kepariwisataan .
Hal itu juga senada dengan kutipan berikut : Laporan utama (Laput) Haluan edisi Minggu (22/9) yang judulnya tentang “Lets go to Bukittinggi”, memuat tentang kondisi kekinian kota sejuk Bukittinggi yang dijuluki juga sebagai kota wisata. Pada laporan tersebut dikupas tentang perkembangan kepariwisataan Kota Bukittinggi, perkembangan kawasan Pasar Aur Kuning sebagai pusat grosir dan juga perkembangan Kota Bukittinggi yang juga dikenal sebagai salah satu kota yang sangat bersejarah bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sejumlah praktisi turisme Kota Bukittinggi menyebut beberapa kelemahan dan kendala Kota Bukittinggi yang menghambat peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Kelemahan dan kendala itu antara lain; tidak adanya program every day atau kegiatan wisata setiap hari di Kota Bukittinggi. Artinya, selain objek wisata yang bersifat keindahan alam dan sejarah, pagelaran seni dan budaya juga merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para turis. Bagi mereka pertunjukan seni budaya itu sangat berarti, karena hal yang demikian tidak pernah mereka jumpai di negara mereka. Karena sangat minim pertunjukan seni budaya yang bisa disaksikan di Bukittingi, akibatnya para turis mancanegara merasa bosan untuk berlama-lama di kota berudara sejuk tersebut. Kesemrawutan kota juga menjadi catatan khusus bagi para turis. Jika dibandingkan dengan kota lain di Sumatera Barat (terkecuali Kota Padang) kota wisata Bukittingi tergolong sebagai kota yang kurang bersih dan tidak tertata dengan baik Parkir pun menjadi persoalan pelik di Kota Bukittinggi. Selain areal parkirnya sangat terbatas, biaya parkir yang diminta kepada para konsumen atau pengunjungpun nilai terbilang tinggi, bahkan sangat tinggi. Pada lokasi-lokasi tertentu tarif parkir paling murah Rp5.000. Bahkan di pada sejumlah titik strategis, ongkos parkir yang dikutip bisa mencapai Rp10.000, - s/d Rp20.000. Sementara petugas yang meminta ongkos parkir tidak bisa menunjukkan tiket parkir dengan tarif yang sesuai dengan jumlah yang diminta kepada pengunjung. Buruknya pengaturan transportasi kita menyumbang penyebab. Sangat terbatasnya lahan parkir juga menjadi salah satu penyebab. Begitu juga kemacetan yang sangat luar biasa di kawasan Pasar dan Terminal Aur Kuning juga membuat orang untuk berpikir sekian kali untuk berkunjung dan berbelanja ke Pasar Aur Kuning. 3
http://www.harianhaluan.com/index.php/laporan-utama/26456-kunjungan-wisatawan-ke-bukittinggi-menurun, diakses pada tanggal 16 Desember 2013 pada pukul 13.50 WIB
Universitas Sumatera Utara
Beberapa persoalan di atas mestinya menjadi catatan khusus bagi Pemko Bukittinggi untuk melakukan
pembenahan.
Tujuannya
jelas,
agar
kota
ini
tetap
manjadi
magnet
pariwisata dan bisnis di wilayah Sumatera4
Dari kutipan di atas, menunjukkan bahwa masih terdapat berbagai permasalahan dalam pengelolaan pariwisata di Kota Bukittinggi, seperti : 1. Tidak adanya program every day atau kegiatan wisata setiap hari di Kota Bukittinggi. 2. Kesemrautan kota 3. Biaya parkir yang tinggi 4. Buruknya pengaturan transportasi 5. Kurangnya kebersihan 6. Budaya yang tidak aktif lagi 7. Sikap sejumlah guide wisata yang tidak lagi mempromosikan wisata 8. Sertifikasi guide yang tidak merata Banyaknya permasalahan yang terjadi di bidang pariwisata Kota Bukittinggi haruslah segera dibenahi oleh Pemerintah Kota Bukittinggi serta dinas yang terkait dalam segi pengelolaan destinasi wisata sehingga bisa kembali meningkatkan kunjungan dan kenyamanan para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan dari luar negri. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kota Bukittinggi, khususnya yang berkaitan dengan strategi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengelolaan destinasi kepariwisataan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengeloaan Destinasi Pariwisata Di Kota Bukitinggi (Studi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi)”.
4
(http://www.harianhaluan.com/index.php/haluan-kita/26483-bukittinggi-perlu-berbenah, diakses pada tanggal
16 Desember 2013 pada pukul 13.55 WIB ).
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi?”
1.3. Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai jalan dan tujuan yang ingin di capai dalam penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk
mengetahui
bagaimana
strategi
pengelolaan
pariwisata
Kota
Bukittinggi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi 2. Untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh sektor pariwisata dalam rangka pengelolaan pariwisata Kota Bukittinggi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kota Bukitinggi. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penilitian ini adalah : 1. Manfaat secara ilmiah Untuk menambah pengetahuan atas pengembangan teori Ilmu Administrasi Negara khususnya dalam pengembangan pariwisata dalam rangka meningkatkan ekonomi kreatif. 2. Manfaat secara praktis Bagi Dinas Pariwisata, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berharga dan berguna dalam mengembangkan objek wisata dan ekonomi kreatif.
Universitas Sumatera Utara
3. Manfaat secara akademis Sebagai tahap dalam mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan strata satu departemen Ilmu Admnistrasi Negara.
1.5. Kerangka Teori Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab teori merupakan pedoman berfikir bagi peneliti. Oleh karena itu seorang peneliti harus terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti tersebut menyoroti masalah yang dipilihnya. Menurut Singarimbun, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sitematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep5. Dalam penelitian kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan dasar yang berguna untuk membantu penelitian dalam memecahkan masalah. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberi gambaran dan batasan tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan, dengan demikian penulis dapat melakukan teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Berdasarkan rumusan di atas, penulis mengemukakan beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan sebagai landasan berfikir dalam penelitian ini.
5
Masri Singarimbun dan Efendi. 1995. Metode Penelitia Survai. Jakarta: LP3ES, hal. 25
Universitas Sumatera Utara
1.5.1 Strategi Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti kepemimpinan dan ketentaraan. Konotasi ini berlaku selama perang yang kemudian berkembang menjadi manajemen ketentaraan dalam rangka mengelola para tentara. Pada tahun 1990-an strategi dapat didefenisikan menetapkan arah kepada “manajemen”. Dalam arti orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan dalam pasar6. Strategi dapat dideskripsikan sebagai suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal organisasi7. Jauch dan Glueck mendefenisikan strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu, yang mengaitkan keunggulan perusahanaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan8. Strategi merupakan program luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi,respons organisasi pada lingkungannya sepanjang waktu9. Jadi secara umum strategi adalah sebuah rencana yang disusun sedemikian rupa dengan memanfaatkan sumberdaya serta peluang yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Elemen strategi ialah : 1. Tujuan jangka panjang, yaitu pengembangan wawasan jangka panjang dan menetapkan kemampuan untuk mencapainya.
6
Crown Dirgantoro. 2001. Manajemen Strategis. Jakarta: PT Gramedia, hal. 5
7
RD Jatmiko. 2004. Manajemen Strategik. Malang:UMM Press, hal. 4
8
Ibid, hal. 5 James Stoner, dkk.1996. Manajemen. Jakarta: PT Prenhallindo, hal. 267
9
Universitas Sumatera Utara
2. Sumber keunggulan, yaitu pengembangan pemahaman yang dalam tentang pemilihan pasar dan pelanggan oleh organisasi yang juga menunjukkan cara terbaik untuk berkompetisi dengan pesaing di dalam pasar10.
1.5.1.1
Manajemen Strategi Pengertian Manajemen Strategi dalam khasanah literatur Ilmu
Manajemen memiliki cakupan yang luas, dan tidak ada suatu pengertian yang dianggap baku. Itulah sebabnya, definisi Manajemen Strategi berkembang luas tergantung kepada pemahaman ataupun penafsiran seseorang. Meskipun demikian, dari berbagai pengertian yang diberikan oleh para pakar ilmu manajemen dapat ditemukan suatu kesamaan pola pikir, bahwa Manajemen Strategi merupakan ilmu yang menggabungkan fungsi- fungsi manajemen dalam rangka pembuatan keputusan- keputusan organisasi secara efektif dan efisien. Menurut Wahyudi, dari berbagai pengertian dan definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa Manajemen Strategik adalah suatu seni dan ilmu pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating) keputusan- keputusan strategis antar fungsi- fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan- tujuan masa datang11. Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa Manajemen Strategi pada hakekatnya mengandung 2 hal penting, yaitu : a. Manajemen strategik terdiri dari tiga macam proses manajemen yaitu pembuatan strategi, penerapan strategi, dan evaluasi/control terhada strategi.
10 11
Crown Dirgantoro. 2001. Manajemen Strategis. Jakarta: PT Gramedia, hal. 6 Nisjar dan Winardi. 1997. Manajemen Strategik. Bandung: Mandar Maju, hal. 85
Universitas Sumatera Utara
Pembuatan strategi, meliputi kegiatan pengembangan misi dan tujuan jangka panjang, pengidentifikasian peluan dan pengembangan alternatifalternatif strategi dan penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi. Sedangkan penerapan strategi meliputi kegiatan penentuan sasaransasaran oprasional tahunan, kebijakan perusahaan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber-sumber daya agar strategi yang telah disusun dapat diimplementasikan dalam praktek secara berdaya guna dan berhasil guna. Adapun proses evaluasi strategi mencakup usaha- usaha untuk memonitor seluruh hasil-hasil dari pembuatan dan penerapan strategi termasuk mengukur kinerja individu dan organisasi, serta mengambil langkah- langkah perbaikan jika diperlukan. b. Wahyudi menjelaskan bahwa Manajemen Strategi memfokuskan pada penyatuan atau penggabungan aspek- aspek pemasaran, riset dan pengembangan, keuangan/ akuntansi dan produksi/oprasional dari sebuah bisnis12. Dalam kaitannya dengan definisi Manajemen Strategi seperti disebut diatas, perlu dibedakan pengertian antara strategi dan taktik. Menurut Drucker, strategi adalah mengerjakan sesuatau yang benar (doing the right things), sedangkan taktik adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the things right). Sementara menurut Clausewits dalam Nisjar, strategi merupakan suatau seni menggunakan pertempura untuk memenangkan perang. Jadi, taktik merupakan penjabaran operasional jangka pendek dari strategi agar strategi dapat diterapkan13.
12 13
Ibid, hal. 86 Nisjar dan Winardi. 1997. Manajemen Strategik. Bandung: Mandar Maju, hal. 86
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.2
Manfaat Manajemen Strategi Dengan menggunakan Manajemen strategi sebagai instrumen untuk
mengantisipasi perubahan lingkungan sekaligus sebagai kerangka kerja untuk menyelesaikan setiap masalah melalui pengambilan keputusan perusahaan, maka penerapan Manajemen Strategi dalam suatu organisasi atau perusahaan diharapkan akan membawa manfaat-manfaat atau keuntungan sebagai berikut Wahyudi dalam Nisjar14: 1. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju 2. Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan- perubahan yang terjadi 3. Membuat suatau organisasi menjadi lebih efektif 4. Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan yang semakin beresiko 5. Aktivitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan perusahan untuk mencegah munculnya masalah masa datang 6. Keterlibatan karyawan dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya 7. Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi 8. Keengganan akan berubah dari karyawan lama dapat dikurangi Manajemen Strategi semakin penting arti dan manfaatnya apabila diingat bahwa lingkungan perusahaan atau organisasi mengalami perubahan yang semakin cepat dan kompleks, sehingga keberhasilan Manajemen Strategi pun sangat ditentukan oleh para manajer atau pimpinannya.
14
Ibid, hal. 89
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.3
Ciri- ciri Keputusan Strategi Ada sejumlah ciri yang berkaitan dengan istilah strategi dan
keputusan- keputusan strategis yaitu : 1. Keputusan-keputusan strategi pada umumnya berkaitan dengan skope dari aktivitas-aktivitas sesuatu organisasi. Persoalan skope aktivitas sangat fundamental bagi keputusan- keputusan strategik karena ia berhubungan dengan cara dengan apa pihak yang bertanggung jawab untuk memanaje organisasi tersebut mempersepsi batas-batasnya. Hal tersebut berhubungan dengan apa yang mereka inginkan dari organisasi yang bersangkutan. 2. Strategi berkaitan dengan upaya menyesuaikan (MATCHING) aktivitasaktivitas organisasi dengan lingkungan dimana ia beroperasi. 3. Strategi juga berhubungan dengan tindakan dan upaya menyesuaikan aktivitas- aktivitas organisasi yang bersangkutan dengan kemampuan sumber dayanya. 4. Keputusan-keputusan strategi seringkali menimbulkan implikasi- implikasi serius terhadap sumber daya suatu organisasi. 5. Keputusan-keputusan
strategi,
besar
kemungkinan
mempengaruhi
keputusan- keputusan oprasional. 6. Strategi suatu organisasi, bukan saja dipengaruhi oleh kekuatan- kekuatan lingkungan, dan ketersediaan sumber-sumber daya, tapi mereka pula akan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan ekspektasi-ekspektasi pihak yang memiliki kekuasaan dalam organisasi yang bersangkutan 7. Keputusan-keputusan strategi, kiranya akan mempengaruhi arah jangka panjang suatu organisasi
Universitas Sumatera Utara
8. Keputusan-keputusan strategi seringkali bersifat kompleks Kompleksitas itu terjadi karena adanya beberapa alasan sebagai berikut : Pertama : keputusan-keputusan strategi biasanya mencakup ketidakpastian tingkat tinggi. Kedua : keputusan-keputusan strategi, kiranya menuntut adanya suatu tugas-tugas manajemen, tetapi, ia terutama bersifat problematik bagi keputusan- keputusan strategi. Ketiga : keputusan-keputusan strategi biasanya menyebabkan timbulnya dampak berupa perubahan besar pada organisasi. Bukan saja problematik untuk mengambil keputusan dan mengimplementasi perubahan-perubahan tersebut, tetapi jauh lebih problematik untuk mengimplementasinya.
1.5.2 Pengelolaan Kepariwisataan 1.5.2.1
Tata Kelola Kepariwisataan Yang Baik Kesemua arah kemumgkinan terjadinya dampak baik positif maupun
negatif pada kepariwisataan dan lingkungan pada dasarnya akan sangat tergantung pada manajemen dan tata pengelolaan kepariwisataan yang diperankan oleh segenap pemangku kepentingan (Stake Holders) baik dari unsure Pemerintah-Industri-Masyarakat yang ada di destinasi pariwisata. Prinsip dari penyelenggaraan tata kelola kepariwisataan yang baik ini pada intinya adalah koordinasi dan sinkronisasi program antar pemangku kepentingan yang ada serta perlibatan partisipasi aktif yang sinergis antara pihak pemerintah, swasta/industri pariwisata, dan masyarakat setempat yang terkait.
Universitas Sumatera Utara
Secara teoritis pola manajemen dari penyelenggaraan pembangunan kepariwisataan yang berlanjut dan berwawasan akan dapat dengan mudah dikenali melalui berbagai cirri penyelenggaraannya yang berbasis pada prinsip-prinsip sebagai berikut15: 1. Partisipasi Masyarakat Terkait Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan kepariwisataan yang ada dengan ikut terlibat dalam menentukan visi, misi dan tujuan pembangunan kepariwisataan serta berpartisipasi dalam mengimplementasikan
rencana
dan
program
yang
telah
disusun
sebelumnya. 2. Keterlibatan Segenap Pemangku Kepentingan Para pelaku dan pemangku kepentingan yang harus terlibat secara aktif dan produktif dalam pembangunan kepariwisataan. 3. Kemitraan Kepemilikan Lokal Pembangunan kepariwisataan harus mampu memberikan kesempataan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat. 4. Pemanfaatan Sumber Daya Secara Berlanjut Pembangunan kepariwisataan harus dapat menggunakan sumber daya yang dibutuhkan secara berlanjut, yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan.
15
Bambang Sunaryo. 2013. Kebijkan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia. Yogyakarta, hal. 78
Universitas Sumatera Utara
5. Mengakomodasikan Aspirasi Masyarakat Aspirasi
dan
tujuan
masyarakat
setempat
hendaknya
dapat
diakomodasikan dalam program kegiatan kepariwisataan, agar kondisi yang harmonis antara pengunjung, pelaku dan masyarakat setempat dapat diwujudkan dengan baik. 6. Daya Dukung Lingkungan Daya dukung lingkungan dalam pembangunan kepariwisataan yang harus dipertimbangkan
dan
dijadikan
pertimbangan
utama
dalam
mengembangkan berbagai fasilitas dan kegiatan kepariwisataan. 7. Monitor dan Evaluasi Program Kegiatan
monitor
dan
evaluasi
dalam
program
pembangunan
kepariwisataan yang berlanjut mencakup mulai dari kegiatan penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikatorindikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata sampai dengan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan. 8. Akuntabilitas Lingkungan Perencanaan program pembangunan kepariwisataan harus selalu memberi perhatian yang besar pada kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat setempat. 9. Pelatihan Pada Masyarakat Terkait Pembangunan kepariwisataan secara berlanjut selalau membutuhkan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan dan keterampilan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
10. Promosi dan Advokasi Nilai Budaya Kelokalan Pembangunan kepariwisataan secara berlanjut juga membutuhkan program-program promosi dan advokasi penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap (sense of place) dan identitas budaya masyarakat setempat secara baik. 1.5.2.2
Reformasi Birokrasi Kepariwisataan Sebagai respon terhadap adanya perubahan yang bersifat global, maka
reformasi birokrasi tata kelola kepariwisataan di Indonesia sudah merupakan kebutuhan yang amat mendesak untuk dilakukan penataan ulang. Reformasi kepariwisataan adalah keseluruhan upaya untuk menata ulang, mengubah, menyempurnakan, dan memperbaiki sistem dan prosedur birokrasi dibidang kepariwisataan agar menjadi lebih efisien, efektif dan produktif serta akuntabel16. Oleh karena itu reformasi birokrasi di sektor kepariwisataan pada hakekatnya memiliki dua tujuan utama yaitu: 1. Menciptakan aparatur kepariwisataan yang bersih, profesional, dan bertanggung jawab yang bebas dari praktik KKN dan perbuatan tercela 2. Menciptakan birokrasi kepariwisataan yang efisien, efektif dan produktif sehingga dapat memberikan pelayanan publik yang prima.
16
Bambang Sunaryo. 2013. Kebijkan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta, hal. 84
Universitas Sumatera Utara
Beberapa program utama yang dikembangkan dalam reformasi kepariwisataan adalah17: 1. Program-program penataan atau restrukturisasi organisasi 2. Program-program untuk penyempurnaan proses birokrasi kepariwisataan 3. Program-program untuk meningkatkan manajemen SDM 4. Program-program untuk perbaikan struktur rumenerasi (sistem penggajian) yang berbasis kinerja dengan menerapkan penghargaan dan hukuman secara adil kepada aparatur. 1.5.2.3
Keterpaduan Pengelolaan Pariwisata Sektor kepariwisataan merupakan kegiatan yang memiliki keterkaitan
dan melibatkan banyak sektor, antara lain meliputi sektor kehutanan, kelautan, pertanian, dan perkebunan, industri dan perdagangan, telekomunikasi, perhubungan, kimpraswil, lingkungan, kebudayaan, pendidikan, imigrasi dan hubungan luar negri. Oleh karena itu, harus di tempuh langkah-langkah: 1. Pengembangan kebijakan di sektor perhubungan. 2. Pengembangan kebijakan di sektor keimigrasian. 3. Pengembangan kebijakan di sektor kehutanan, pertanian, perkebunan, kelautan dan kebudayaan. 4. Pengembangan kebijakan di sektor pendidikan dapat meningkatkan kualitas SDM. Melalui koordinasi terpadu yang dijalin antarsektor tersebut, maka dapat disiapkan kerangka pengembangan terpadu yang akan memberikan nilai
17
Bambang Sunaryo. 2013. Kebijkan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta, hal. 85
Universitas Sumatera Utara
manfaat yang besar dalam jangka panjang, baik dalam hal penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan produk lokal, pemberdayaan ekonomi rakyat, maupun konservasi lingkungan dan sumber daya alam. 1.5.2.4
Kemitraan Publik Dan Swasta Konstruksi strategi Public-private partnership (PPP) atau kemitraan
pemerintah-swasta dalam pembangunan kepariwisataan merupakan salah satu cara yang sangat strategis dalam penyediaan infrastruktur pelayan publik, yang dalam hal ini pihak pemerintah tetap bertanggung jawab dan harus akuntabel bagi penyediaan jasa publik dan tetap menjaga kelangsungan kepentingan publik18. Beberapa hal yang perlu mandapatkan perhatian dalam kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam pengelolaan pembangunan kepariwisataan antara lain adalah: 1. Pentingnya bagi semua pihak untuk saling memahami misi, fungsi, tugas, hak dan kewajiban masing-masing sebagai pelaku pembangunan kepariwisataan. 2. Melakukan penyatuan persepsi dalam negosiasi kegiatan kemitraan yang sangat memerlukan keterbukaan dan komitmen dari para pelaku pembangunan
kepariwisataan
agar
dicapai
hasil
yang
saling
menguntungkan. 3. Perlunya keterlibatan langsung seluruh pihak, terutama Pemerintah Daerah, DPRD, masyarakat, karyawan, dan lain-lain. 4. Keberadaan dan akses data yang relevan, mudah, benar, dan konsisten. 18
Bambang Sunaryo. 2013. Kebijkan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta, hal. 88
Universitas Sumatera Utara
5. Dukungan yang jelas dan benar kepada pemberi keputusan baik tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota. 6. Kriteria persyaratan lelang/negosiasi yang jelas, transparan, dan konsisten dari setiap proyek pembangunan kepariwisataan. 7. Struktur dan tugas Tim Negosiasi yang jelas dan kemampuan dalam penguasaan materi bidang hokum, teknis, dan keuangan dalam setiap proyek pembangunan kepariwisataan. Untuk menjamin keberhasilan penerapan model PPP, diperlukan kondisi-kondisi seperti di bawah ini, yang juga dikenal sebagai “process conditions”, dari PPP yaitu: 1. Perlindungan untuk kepentingan dan hak- hak pihak ketiga 2. Dukungan yang cukup dan control terhadap fasilitas 3. Orientasi bisnis dan pasar 4. Koordinasi internal 5. Pengelolaan proyek yang baik
1.5.3 Pariwisata 4.1.3.1
Pengertian Pariwisata Kata pariwisata baru popular pada tahun 1958. Sebelum itu digunakan
kata turisme, serapan dari Bahasa Belanda “tourisme”. Sejak 1958 resmilah kata pariwisata sebagai padanan tourisme (Belanda) atau tourism (Inggris). Perkembangan dan pengayaan makna selanjutnya adalah hadirnya istilah darmawisata, karyawisata, widyawisata, yang semuanya mengandung unsur “wisata”. Menurut KBIK, Wisata berarti: bepergian bersama- sama untuk
Universitas Sumatera Utara
bersenang-senang dan sebagainya. Wisatawan adalah orang yang berdarmawisata, pelancong atau turis. Toeti mengartikan wisata adalah perjalanan sebagai padanan kata ‘trave’ sehingga wisatawan adalah ‘traveler’, orang yang melakukan perjalanan. Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi: 1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata. 2. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai. 3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar dan angkutan wisata. Beberapa ahli juga mengemukakan pendapat tentang pengertian pariwisata, diantaranya Hunziker dan Kraff menyatakan pariwisata adalah sejumlah hubungan-hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orangorang asing, asalkan tinggalnya mereka ini tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha
Universitas Sumatera Utara
mencari kerja penuh19. Sejalan dengan ahli tersebut, Spillane mengemukakan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan secara perorangan maupun kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebehagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam dan ilmu20. Pengertian pariwisata akan terus tidak tepat (inprecise), karena begitu banyak bisnis, pemerintah dan penelitipeneliti terlibat di dalamnya, dan juga karena perubahan cepat yang terjadi dalam pariwisata. Pariwisata menurut Prof. Salah Wahab memandangnya sebagai suatu kegiatan kemanusiaan berupa hubungan antar orang dari Negara yang sama atau antar Negara atau hanya dari daerah geografis yang terbatas. Di dalamnya termasuk tinggal untuk sementara waktu di daerah lain atau kegiatan untuk memperoleh penghasilan, mskipun pada perkembangan selanjutnya batasan “memperoleh penghasilan” menjadi kabur21. Selanjutnya menurut Hans Buchli, mendefinisikan bahwa pariwisata adalah setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang, dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut22. Lain halnya menurut E Guyer Freuler, Pariwisata adalah
19
20
Nyoman S. Pendit. 1999. Ilmu Pariwisata. PT.Pradya Pratama.Jakarta, hal. 38
J James Spillane. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius.
Yogyakarta, hal. 21 21
Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB,
hal. 6 22
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
merupakan fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari alatalat pengangkutan23. Dari berbagai macam definisi tentang pariwisata dapat di jelaskan bahwa pariwisata tersebut adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau memperoleh penghasilan tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi. 4.1.3.2
Jenis Pariwisata Berdasarkan keterlibatan wisatawan dalam berwisata, terdapat dua
macam wisatawan, yaitu : 1. Wisatawan aktif, mereka yang terlibat atau melibatkan diri secara fisik atau ikut serta atau bersentuhan langsung dengan kegiatan pariwisata, menjadi pelaku,
misalnya pada wisata petualangan, kegiatan
wisatawan ini menghasilkan pariwisata aktif. 2. Wisatawan pasif, mereka yang hanya melihat/menikmati objek dan/atau atraksi pariwisata, mereka hanya terlibat secara emosional, misalnya menonton pertandingan olahraga sehingga pariwisata yang dihasilkannya adalah pariwisata pasif. 23
Okta A.Yoeti. 1982. Perencanaan Strategis Pemasaran daerah Tujuan Wisata. Jakarta: PT Pradnya
Paramita, hal. 105
Universitas Sumatera Utara
Batasan pariwisata sangat luas dan sesuai dengan maksud berwisata atau kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, maka pariwisata dikategorikan menjadi : a. Wisata Agro Dapat dikatakan sebagai ragam pariwisata batu yang dikaitkan dengan kegiatan industri pertanian, misalnya wisata durian pada musim buah durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan turut terjun aktif menanam padi dan memandikan kerbau di sungai. b. Wisata Belanja Dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau bagian dari jenis pariwisata lain, misalnya Bandung dengan pusat Jeans. c. Wisata Budaya Berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi, misalnya mudik lebaran setahun sekali, atau pariwisata budaya yang digelar pada saat-saat tertentu. d. Upacara Iklim Bagi Negara yang beriklim empat, pada saat tertentu benar-benar dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain hanya untuk berburu panas sinar matahari. e. Wisata Karya Kunjungan kerja, yaitu jenis pariwisata yang para wisatawannya berkunjung dengan maksud dinas atau tugas-tugas lain, misalnya tinjauan atau inspeksi daerah, segi lapangan.
Universitas Sumatera Utara
f. Wisata Kesehatan Berhubungan
dengan
maksud
penyembuhan
suatu
penyakit.
Wisatawan mengunjungi suatu tempat untuk berobat sekalian melakukan kunjungan wisata. g. Wisata Konvensi/seminar Dilakukan dengan sengaja memilih salah satu DTW sebagai tempat penyelenggaraan
seminar
yang
dikaitkan
dengan
uapaya
pengembangan DTW. h. Wisata Niaga Berkaitan dengan kepentingan perniagaan/perdagangan. Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di tempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga ada disana. i. Wisata Olahraga Yakni mengunjungi pariwisata penting di dunia olahraga, misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olahraga Nasional. Para wisatawan adalah para olahragwan, penonton dan semua yang terlibat dalam pariwisata olahraga. j. Wisata Pelancong Dilakukan untuk berlibur, mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, melepaskan ketegangan. Biasanya mencari atau mengunjungi tempat yang beriklim berbeda dengan iklim tempat tinggalnya, atau setidaktidaknya memiliki suasana khas yang diinginkannya.
Universitas Sumatera Utara
k. Wisata Petualangan Dilakukan lebih kearah olahraga yang sifatnya menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Termasuk dalam jenis wisata petualangan adalah kegiatan pelatihan di alam terbuka dengan berbagai atraksi manantang dan kadang mengandung resiko. Terbang layang, arung jeram dan panjat tebing. l. Wisata Ziarah Wisata yang dalam kaitan dengan agama atau budaya. Mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu. m. Darmawisata Perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang, atau berkaitan dengan pelaksanaan darma di luar ruangan atau ekskursi. n. Widiawisata Perjalanan keluar daerah atau kampung dalam rangka kunjungan studi, dilakukan untuk mempelajari seni budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam atau budaya. Ragam kegiatan pariwisata tersebut menempati ruang ruang wilayah di suatu
DTW
yang
seharusnya
terkoordinasi
dalam
satu
kebijakan
kepariwisataan nasional maupun dala tata ruang wilayah suatu daerah24. 4.1.3.3
Pengembangan Pariwisata Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan menjadikan maju atau
pembangunan secara bertahap, teratur dan berkelanjuntan, yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Pengembangan juga dapat dinilai sebagai respon
24
Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB, hal. 12
Universitas Sumatera Utara
terhadap perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, didalam mengupayakan pengembangan, perencanaan yang baik menjadi tindakan yang mutlak dilakukan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan suatu strategi pengembangan yang terintegrasi, sehingga sasaran yang akan dituju sesuai dengan yang diharapkan. Pengembangan disini mengandung pengertian perbuatan mengembangkan pariwisata agar dapat meningkatkan Ekonomi Kreatif masyarakat lokal di Kota Bukittinggi. Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara. Menurut Marpaung, Pengembangan kepariwisataan dilandaskan atas usaha-usaha sebagai berikut25 : 1. Memelihara dan membina keindahan alam dan kekayaan serta kebudayaan masyarakat Indonesia sebagai daya tarik kepariwisataan. 2. Menyediakan dan membina fasilitas-fasilitas transportasi, akomodasi, entertainment, dan pelayanan pariwisata lainnya yang diperlukan termasuk pendidikan pegawai. 3. Menyelenggarakan promosi kepariwisataan secara aktif dan efektif di dalam dan di luar negeri. 4. Mengusahakan kelancaran formalitas perjalanan dan lalu lintas para wisatawan dan dengan demikian menghilangkan unsur-unsur yang menghambatnya. 5. Mengerahkan kebijaksanaan dan kegiatan perhubungan sebagai sarana utama guna memperbesar jumlah dan kelancaran arus wisatawan. 25
Happy Marpaung dan Herman Bahar, 2002. Pengetahuan Pariwisa. Bandung: Alfabeta, hal. 9
Universitas Sumatera Utara
Proses pengembangan pariwisata memerlukan waktu yang cukup panjang
dan
langkah-langkah
yang
berkesinambungan.
Untuk
mewujudkannya diperlukan kerjasama yang baik oleh semua pihak. Dalam hal ini, Hadinoto menguraikan bahwa secara umum ada tiga (3) pihak yang saling berkaitan erat, yaitu26 : 1. Pihak Penyedia Jasa Wisata Langsung, meliputi usaha yang menyangkut perjalanan seperti penerbangan, hotel, transportasi darat lokal, bus perjalanan, restoran dan toko eceran. Usaha-usaha ini memberikan layanan aktivitas, dan produk yang dibeli atau dikonsumsi langsung oleh orang-orang yang melakukan perjalanan. 2. Pihak Usaha Pendukung Wisata, meliputi tour organizer, travel and trade publication, hotel management firm dan travel research firm. 3. Organisasi Pengembangan Wisata, meliputi konsultan perencanaan, badan pemerintah,. lembaga finansial, developer properti, lembaga latihan dan pendidikan. 4.1.3.4
Tujuan Pengembangan Objek Wisata Menurut Hadinoto, adapun tujuan dari pengembangan objek wisata
ialah27 : 1. Tujuan Internasional : a. Penerimaan devisa yang meningkat. b. Pengembangan ekonomi yang lebih banyak memberi kesempatan kerja.
26
Kusadianto Hadinoto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwiata. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press), hal. 26 27
Ibid, hal. 27
Universitas Sumatera Utara
c. Pendapatan nasional meningkat, lebih banyak peneriman pajak, perluasaan prasarana. d. Pendapat umum di luar negeri menguntungkan dan peningkatan pengertian
di
negara-negara
lain
mengenai
kebijaksanaan
Indonesia. e. Apresiasi meningkat di luar negeri mengenai hasil dan kontribusi budaya Indonesia 2. Tujuan Dalam Negeri : a. Persatuan dan kesatuan identitas Nasional Indonesia. b. Pengertian umum dan kewajiban penduduk. c. Kesehatan dan kesejahteraan umum. d. Pertumbuhan ekonomi dan redristribusi pendapatan yang seimbang. e. Perhatian umum terhadap lingkungan. f. Pelestarian tradisi/adat istiadat daerah. g. Perlindungan dari hak perseorangan untuk berlibur. 4.1.3.5
Manfaat Perencanaan Pengembangan Objek Wisata Adapun yang menjadi manfaat perencanaan pengembangan objek
wisata adalah sebagai berikut : 1. Dengan perencanaan, maka dapat menghasilkan program sesuai dengan kebutuhan, tuntutan dan karakteristik daerah dengan suatu proses pembangunan yang berkesinambungan, sehingga dalam rangka pengembangan objek wisata disesuaikan dengan anggaran yang tersedia dan terbatas jumlahnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Perencanaan pengembangan objek wisata juga bermanfaat bagi pengusaha, secara khusus yang terlibat dalam bidang kepariwisataan dimana mereka dapat melihat iklim yang sesuai dengan perkembangan usahanya dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. 3. Perencanaan pengembangan objek wisata juga bermanfaat bagi masyarakat umum, terutama masyarakat disekitar objek wisata, dimana mereka dapat memahami akan arti pentingnya pengembangan objek wisata, sehingga masyrakat tidak menjadi penghambat28. 4.1.3.6
Aspek-Aspek Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengembangan Objek Wisata Dalam rangka usaha pengembangan pengembangan objek wisata
aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Tidak merugikan kebudayaan masyarakat serta perkembangannya. 2. Pengamanan benda-benda peninggalan bersejarah serta flora dan fauna yang dilindungi di dalam margasatwa terhadap bahaya kepunahan. 3. Meningkatkan sarana dan prasarana pariwisata, seperti transportasi peningkatan daya tarik objek wisata dan pengembangan sumber daya manusia di bidang pariwisata. 4. Mendapatkan kebijakan-kebijakan yang menciptakan iklim dan kondisi yang sehat guna memperlancar kegiatan kepariwisataan29.
1.6. Definisi Konsep Menurut Masri Singarimbun, konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu menjadi 28
Kusadianto Hadinoto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwiata. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), hal. 31 29 Happy Marpaung dan Herman Bahar, 2002. Pengetahuan Pariwisa. Bandung: Alfabeta, hal. 23
Universitas Sumatera Utara
pusat perhatian ilmu sosial30. Oleh karena itu, dalam rangka memberikan gambaran terhadap penelitian, maka perlu suatu konsep yang jelas mengenai batasan yang akan diteliti, yaitu : 1. Strategi, yaitu penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, dan penerapan serangkain tindakan serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran tersebut. 2. Pengelolaan, yaitu suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. 3. Pariwisata, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengelola atau penyelenggara objek serta daya tarik wisata sehingga dengan usaha itu orang atau wisatawan datang untuk mengunjunginya.
1.7.
Definisi Operasional 1. Strategi a. Strategi yang digunakan Dinas Pariwisata b. Perumusan strategi oleh Dinas Pariwisata c. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pelaksananan strategi d. Keterampilan dan pengetahuan kerja dari sumber daya manusia e. Budaya di dalam suatu organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi 2. Pengelolaan a. Perencanaan pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi
30
Masri Singarimbun dan Efendi. 1995. Metode Penelitia Survai. Jakarta: LP3ES, hal. 18
Universitas Sumatera Utara
b. Proses bagaimana cara dalam pengorganisasin pengelolaan destinasi pariwisata c. Proses pergerakan pengelolaan destinasi pariwisata d. Pengawasan yang ketat dan berkelanjutan e. Efektifitas pencapaian tujuan organisasi 3. Pariwisata a. Pemanfaatan objek dan fasilitas pariwisata b. Jenis-jenis objek wisata yang ditawarkan c. Ciri khas wobjek wisata d. Tata kelola sarana dan prasarana pariwisata e. Promosi kepariwsataan yang aktif
Universitas Sumatera Utara
1.8.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini ditulis dalam lima bab yang terdiri dari : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, Tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan.
BAB II
METODE PENELITIAN Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi keadaan geografis, kependudukan, sosial, ekonomi, dan pemerintahan.
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA Bab ini membahas dan menyajikan tentang hasil data-data yang diperoleh dilapangan yang akan dianalisis dan interpretasi.
BAB V
PENUTUP Bab ini membuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara