1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sektor kegiatan yang sangat penting di
kota karena berkaitan dengan kebutuhan setiap orang di berbagai lapisan masyarakat. Di kota, transportasi berkaitan dengan kebutuhan pekerja untuk mencapai lokasi pekerjaan, kebutuhan para pelajar untuk mencapai sekolah, untuk mengunjungi tempat perbelanjaan dan pelayanan lainnya, mencapai tempattempat hiburan dan bahkan untuk bepergian keluar kota. Di samping kebutuhan untuk mengangkut orang, maka transportasi juga melayani kebutuhan untuk memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dengan demikian sebelum melakukan pergerakan aktivitas sehari-hari, individu dihadapkan dengan pilihan moda transportasi yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Masalah pemilihan moda
merupakan tahap penting dalam berbagai
perencanaan dan kebijakan transportasi. Perencanaan transportasi itu sendiri dapat didefenisikan sebagai suatu proses yang tujuannya mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau berpindah tempat dengan aman dan murah (Pignataro dalam Tamin, 2000:22). Dalam hal ini perencanaan transportasi secara tidak langsung berhubungan dengan kemampuan kondisi ekonomi yang harus dipenuhi ketika akan memilih moda transportasi,
1
2
sehingga selain cepat, aman dan nyaman, sistem transportasi diharapkan mengeluarkan biaya yang murah. Pemilihan moda transportasi didasarkan pada anggapan bahwa proporsi permintaan perjalanan yang dilayani oleh kendaraan umum maupun kendaraan pribadi akan bergantung pada setiap moda dalam persaingan dengan moda lain (Warpani, 1990:145). Persaingan pelayanan pada umumnya diturunkan dari analisis tiga rangkaian faktor Bruton (dalam Warpani, 1990) yaitu pertama berdasarkan ciri perjalanan yang dilakukan misalnya jarak perjalanan, saat perjalanan dilakukan, tujuan perjalanan. Kedua berdasarkan ciri pelaku perjalanan , yang termasuk dalam kategori ini adalah yang berkaitan dengan faktor sosial ekonomi pelaku perjalanan misalnya kepemilikan kendaraan, tingkat penghasilan, status sosial. Ketiga ialah berdasarkan ciri sistem perangkutan misalnya lama perjalanan, biaya, daya hubung dan kenyamanan. Kota Denpasar merupakan ibukota Provinsi Bali yang telah resmi menjadi kotamadya pada tanggal 15 Januari 1992 berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1992
karena
kemampuan
serta
potensi
wilayahnya
dalam
menyelenggarakan otonomi daerah, dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1978, Denpasar resmi menjadi kota administratif Provinsi Bali. Ditinjau dari segi kondisi ekonomi daerah, Kota Denpasar merupakan Kota dengan peringkat kedua yang memiliki tingkat pendapatan tertinggi setelah Kabupaten Badung. Selain karena dipengaruhi oleh potensi wilayahnya, hal tersebut juga didukung oleh kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki daerah tersebut. Adanya potensi ekonomi yang cukup baik di
3
Kota Denpasar
berbanding lurus pada kondisi ekonomi masyarakat Kota
Denpasar, dimana pendapatan perkapita penduduk Kota Denpasar terbilang tinggi dibanding dengan kabupaten lain yang ada di Provinsi Bali. Maka secara sederhana individu yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi dapat memenuhi kebutuhan ekonomi yang lebih baik dibanding individu yang status sosial ekonominya lebih rendah. Pada tahun 2011 Kota Denpasar melaksanakan program layanan angkutan umum Trans Sarbagita disusul dengan adanya Trayek Feeder (pengumpan) . Latar belakang pelaksanaan program tersebut berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu pasal 138 ayat 2 bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan umum dan pasal 139 ayat 1 bahwa Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan atau barang antarkota, antarprovinsi serta lintas batas negara. Selain itu latar belakang penyediaan angkutan umum Trans Sarbagita adalah karena Kota Denpasar yang semakin mengalami kemacetan lalu lintas sehingga membuahkan tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan jasa transportasi angkutan perkotaan. Bus Trans Sarbagita merupakan Program unggulan Bali Mandara yang ditangani dengan menerapkan tata kelola transportasi modern dengan tujuan menyediakan dan menyelenggarakan transportasi massal menuju masa depan transportasi Bali yang lebih baik, nyaman dan manusiawi. Melalui media online Bali Post edisi Senin, 18 Maret 2013 dikemukakan bahwa Bus Trans Sarbagita yang dirintis oleh Pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Gubernur
4
Bali Made Mangku Pastika, dinyatakan kini semakin diminati masyarakat. Banyak alasan menyebabkan bus Trans Sarbagita semakin disukai masyarakat, diantaranya adalah jadwal operasi yang konsisten, pelayanan supir dan pramujasa yang ramah dan simpatik, bus yang bersih dan nyaman, mampu mengurangi kemacetan, halte yang memadai dan tarif yang jelas serta terjangkau oleh kalangan masyarakat (Teneng, 2013). Berbeda dengan hasil kajian tentang efektivitas bus Trans Sarbagita yang telah diteliti oleh Ni Made Ras Amanda Gelgel dalam media Bali Post (23 Maret 2013) yang menyatakan bahwa pengguna Trans Sarbagita koridor I dari dalam Kota Denpasar, Kampus Unud di Bukit hingga objek wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK) dan koridor II dari Batubulan, Kabupaten Gianyar hingga Nusa Dua (Badung) masih terbilang rendah atau belum efektif. Melihat adanya perbedaan opini tersebut, maka penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan data terbaru mengenai peminat bus Trans Sarbagita yang secara khusus disoroti dari pengaruh faktor sosial ekonomi penumpangnya, dimana faktor status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Berdasarkan faktor sosial ekonomi, yang menjadi salah satu alasan masyarakat dalam memilih Trans Sarbagita sebagai moda transportasi adalah alasan akan tarif yang jelas serta terjangkau oleh kalangan masyarakat. Berbicara mengenai tarif atau biaya angkutan yang dikeluarkan, secara tidak langsung berbicara mengenai status sosial ekonomi individu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, terlebih pada adanya fenomena kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tanggal 18 November 2014, individu dihadapkan pada banyak
5
pilihan saat mengambil keputusan termasuk dalam menghemat biaya transportasi sehari-hari. Kenaikan BBM secara langsung meningkatkan harga barang-barang dan kebutuhan lainnya. Bagi mereka yang memiliki tingkat status sosial ekonomi menengah keatas, hal tersebut mungkin tidak terlalu berpengaruh, namun bagi mereka yang memiliki tingkat status sosial ekonomi menengah kebawah kenaikan BBM dapat berpengaruh terhadap keputusan dalam memilih angkutan umum Trans Sarbagita sebagai moda transportasi sehari-hari. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
diambil adalah sebagai berikut: Apakah faktor tingkat status sosial ekonomi (pekerjaan, pendidikan dan pendapatan) masyarakat Kota Denpasar berpengaruh terhadap pemilihan bus Trans Sarbagita sebagai moda transportasi? 1.3
Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas batasan masalah pada penelitian ini
adalah mencari data tingkat status sosial ekonomi masyarakat Kota Denpasar berdasarkan pekerjaan, pendidikan dan pendapatan yang memilih Trans Sarbagita baik koridor I dan II di wilayah Kota Denpasar, sebagai moda transportasi dilihat dari frekuensi penggunaan bus Trans Sarbagita dalam seminggu. 1.4
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh antara faktor tingkat status sosial
ekonomi (pekerjaan, pendidikan dan pendapatan) masyarakat Kota Denpasar terhadap pemilihan bus Trans Sarbagita sebagai moda transportasi.
6
1.5
Hipotesis Bagan 1.1 Model Hipotesis
Tingkat Status Sosial Ekonomi (X) Pekerjaan (X1) Pendidikan (X2)
Pemilihan bus Trans Sarbagita sebagai moda transportasi (Y)
Pendapatan (X3)
H1 : Terdapat pengaruh antara faktor tingkat status sosial ekonomi (pekerjaan, pendidikan dan pendapatan) masyarakat Kota Denpasar terhadap pemilihan bus Trans Sarbagita sebagai moda transportasi. H0 : Tidak terdapat pengaruh antara faktor tingkat status sosial ekonomi (pekerjaan, pendidikan dan pendapatan) masyarakat Kota Denpasar terhadap pemilihan bus Trans Sarbagita sebagai moda transportasi. 1.6
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi
status sosial ekonomi masyarakat Kota Denpasar yang menggunakan jasa bus
7
Trans Sarbagita koridor I maupun koridor II yang berada di Kota Denpasar sehingga dapat menjadi bahan acuan bagi mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis Data hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak
yang
terkait
didalam
mengembangkan
sistem
pengelolaan
transportasi umum Trans Sarbagita dikalangan masyarakat ditinjau dari segi status sosial ekonominya. 1.7
Sistematika Penulisan Penelitian tentang pemilihan Trans Sarbagita sebagai moda transportasi
dibahas dalam beberapa bagian, diantaranya adalah sebagai berikut. 1.
BAB I Pendahuluan: Pada bagian ini meliputi pembahasan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian sampai dengan sistematika penulisan.
2.
BAB II Tinjauan Pustaka: Pada bagian ini dijelaskan tentang tinjauan singkat atas beberapa bahan pustaka, baik berupa hasil penelitian yang sudah dilakukan, buku maupun jurnal ilmiah. Selain itu, pada bagian ini diuraikan konsep-konsep penting dalam penelitian ini dan teori yang digunakan sebagai teropong dalam proses penelitian.
8
3.
BAB III Metode Penelitian: Dalam bagian ini dijelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik menganalisis data yang digunakan.
4.
BAB IV Pembahasan: Pada bagian ini diuraikan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan. Tidak hanya itu, dalam bagian ini juga dijelaskan gambaran umum terhadap lokasi penelitian yaitu jalur halte koridor I dan II di Kota Denpasar.
5.
BAB V Penutup: Bagian ini memuat tentang kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan. Tidak hanya itu diuraikan juga saran-saran bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti terhadap masalah atau tema yang sama.