BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Transportasi
merupakan
salah
satu
komponen
dalam
upaya
pembangunan suatu wilayah. Transportasi menjadi sektor tersier, yaitu sektor yang menyediakan jasa pelayanan kepada sektor-sektor lain (pertanian, perindustrian, perdagangan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan lainnya). Hal tersebut karena sektor-sektor lain membutuhkan jasa transportasi untuk mengangkut barang (bahan baku dan hasil produksi) dan manusia (petani, pedagang, karyawan, guru, murid, dokter, wisatawan, dan lainya) dari tempat asal ke tempat tujuan. Oleh karena itu pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana transportasi terus menerus dilakukan untuk mencapai pembangunan kesejahteraan manusia ke arah yang lebih baik. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan sehingga menjadikan sektor transportasi sangat penting dalam upaya pembangunan wilayah di Indonesia, terutama transportasi laut dan udara yang akan menjadi penghubung antar pulau dan daerah. Oleh karena itu pembangunan sarana dan prasarana transportasi perlu diperhatikan secara cermat oleh pemerintah, civitas akademika, maupun masyarakat secara luas. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi tidak dapat terlaksana apabila faktor-faktor pendukung baik secara fisik maupun sosial di suatu wilayah
1
2
pembangunan belum memenuhi syarat. Pembangunan merupakan suatu usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya (Arief Budiman, 2000: 1). Tujuan pembangunan pada umumnya antara lain untuk mencapai kenaikan (pertumbuhan) pendapatan perkapita secara tepat, menyediakan kesempatan kerja yang cukup, mengusahakan pembagian pendapatan yang lebih merata, mengurangi kesenjangan dalam tingkat pertumbuhan antar daerah, dan merubah struktur perekonomian menjadi lebih seimbang. Sebelum adanya proses pembangunan perlu adanya proses perencanaan supaya pembangunan dapat berlangsung sesuai harapan dan mendapat hasil yang memuaskan. Menurut Tjokroamidjojo (Badrul Munir, 2002: 23), perencanaan merupakan suatu proses untuk mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perencanaan dalam untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang seperti dalam perencanaan pembangunan bandara tersebut. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdiri dari empat kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Kota Yogyakarya. Secara umum, penduduk DIY terkonsentrasi di wilayah Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta. Persebaran penduduk yang tidak merata di Yogyakarta ini perlu adanya pemerataan yang salah satu pendukung pemerataan pembangunan melalui sektor transportasi. Walaupun sarana dan prasarana transportasi darat sudah baik, namun untuk sarana dan prasarana transportasi udara saat ini sudah tidak memadahi dan tidak sesuai standar kelayakan operasi dalam UU Penerbangan Tahun 2009. Menurut Jiri
3
Petrak dan Karl Peter (Yogyakarta Airport Development Study, 2009: 17-18) beberapa kelemahan Bandara Adi Sucipto Yogyakarta saat ini adalah (1) Pertumbuhan jumlah penumpang dari tahun ketahun yang terus meningkat sedangkan kapasitas bandara yang sudah melebihi batas normal dan apabila akan diadakan pengembangan bandara lokasinya yang sudah tidak memungkinkan karena berada di wilayah padat penduduk; (2) Landas pacu saat ini hanya memiliki panjang 2.200 meter, sedangkan landas pacu paling tidak memiliki panjang 2.500 meter dan apabila akan diperpanjang terkendala pada perbukitan dan pegunungan kapur di sebelah timur bandara serta banyaknya penduduk yang akan terkena dampaknya; (3) Tidak adanya paralel taxiway sehingga menyebabkan kepadatan antrian pesawat yang akan take off maupun akan landing; (4) Apron yang ada saat ini tidak mampu menampung pesawat yang berukuran besar/Airbus untuk mengakomodasi jumlah penumpang yang sudah diproyeksikan; (5) Bangunan terminal di bandara sudah tidak mampu menampung kenaikan jumlah penumpang pada saat jam sibuk. Walaupun sejak tahun 2004 Bandara Adi Sucipto beroperasi sebagai bandara internasional, namun fungsi yang diharapkan yaitu sebagai gerbang wilayah Selatan Pulau Jawa kurang maksimal. Status Bandara Adi Sucipto sebagai enclaive civil menyababkan landas pacu yang dimanfaatkan untuk dua kepentingan, yakni penerbangan sipil dan latihan terbang militer.
4
Tabel 1. Proyeksi Jumlah Penumpang Di Bandara Adisucipto Hingga Tahun 2035 Pesawat Jumlah
Penumpang
Pertumbuhan (%)
Jumlah
Pertumbuhan (%)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034
29,771 33,136 24,143 40,826 45,195 49,940 55,084 60,648 66,652 73,117 80,063 87,509 95,472 103,969 113,014 122,621 132,798 143,555 154,896 166,823 179,334 192,426 206,088 220,308 235,069 250,348 266,120 282,353 299,012
-5.11% 11.30% -27.14% 69.10% 10.70% 10.50% 10.30% 10.10% 9.90% 9.70% 9.50% 9.30% 9.10% 8.90% 8.70% 8.50% 8.30% 8.10% 7.90% 7.70% 7.50% 7.30% 7.10% 6.90% 6.70% 6.50% 6.30% 6.10% 5.90%
2,530,571 2,884,851 2,791,441 3,699,966 4,162,461 4,661,957 5,198,082 5,769,871 6,375,707 7,013,278 7,679,539 8,370,698 9,082,207 9,808,783 10,544,442 11,282,553 12,027,202 12,772,888 13,513,716 14,243,456 14,955,629 15,643,588 16,300,619 16,920,042 17,495,324 18,020,184 18,488,708 18,895,460 19,235,578
0.82% 14.00% -0.97% 32.55% 12.50% 12.00% 11.50% 11.00% 10.50% 10.00% 9.50% 9.00% 8.50% 8.00% 7.50% 7.00% 6.60% 6.20% 5.80% 5.40% 5.00% 4.60% 4.20% 3.80% 3.40% 3.00% 2.60% 2.20% 1.80%
2035
316,056
5.70%
19,504,876
1.40%
Sumber: Studi Kelayakan PT. Angkasa Pura I
Tidak memadahinya Bandara Adi Sucipto ini sempat dikemukakan oleh Munarta Kepala Bidang Perhubungan Udara, Pos, dan Telekomunikasi DISHUBKOMINFO DIY. Beliau mengemukakan saat seminar bertema “Perencanaan Bandar Udara Kulon Progo”, Senin, 9 Desember 2013 di UTY (uty.ac.id). Munarta mengemukakan bahwa:
5
“…kapasitas Bandara Adusucipto yang tahun 2013 ini digunakan oleh lebih dari 5 juta penumpang tersebut kondisinya sudah tidak mencukupi lagi. Menurut data statistik jumlah penumpang di Bandara Adisucipto terus meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu. Sementara untuk memperluas lahan di Bandara Adisucipto sudah tidak memungkinkan lagi. Karena keterbatasan sempitnya bandara tersebut, saat ini pula banyak maskapai penerbangan yang ingin menambah jumlah penerbangan dari dan menuju Jogja namun terpaksa ditolak. Ia menyampaikan bahwa dengan posisi lalu lintas take off dan landing sekarang ini saja, banyak pesawat yang terpaksa harus berputar-putar sebelum landing selama 20-30 menit, karena menunggu antrian. Kondisi ini sangat merugikan penumpang dari segi waktu dan kenyamanan. Sedangkan bagi maskapai masih ditambah lagi dengan meningkatnya biaya bahan bakar.”
Kabupaten Kulon Progo terletak di bagian barat DIY yang terdiri dari 12 kecamatan. Sebagian besar penduduk Kabupaten Kulon Progo bermata pencaharian di sektor pertanian yang di dukung dengan kondisi tanah yang subur. Menurut data Bappeda Kulon Progo, topografi Kabupaten Kulon Progo beragam, dari bagian Utara yang termasuk dalam bagian Pegunungan Menoreh dengan ketinggian antara 500-1000 mdpl dengan kemiringan lebih dari 25%, bahkan di beberapa tempat lebih dari 40%. Daerah ini meliputi Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Kokap, dan Girimulyo. Di bagian tengah merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 mdpl dengan kemiringan antar 2-25%, meliputi Nanggulan, Sentolo, sebagian Pengasih, dan sebagian Lendah, sedangkan di bagian Selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 100 mdpl, dengan kemiringan 0-2% meliputi Wates, sebagian Pengasih, sebagian Lendah, Wates, Galur, Panjatan, dan Temon.
6
Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo merupakan daerah di Ujung Barat Provinsi DIY yang terdiri dari 15 Desa. Kecamatan Temon yang memiliki jumlah penduduk 24.748 jiwa (Temon Dalam Angka 2013: 30) yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan. Rencana pembangunan bandara yang ada di Kecamatan Temon akan berdampak langsung pada empat desa di Kecamatan Temon, yaitu Desa Jangkaran, Sindutan, Palihan dan Glagah. Ke empat desa ini akan mendapat dampak langsung karena lokasi pembangunan bandara yang direncanakan tepat berada di wilayah keempat desa tersebut. Menurut Jiri Petrak dan Karl Peter (Yogyakarta Airport Development Study, 2009: 20-29) beberapa nilai lebih dari keempat desa tersebut yang mendukung untuk dibangun bandara baru di Kecamatan Temon antara lain adalah lokasi yang berada pada dataran rendah (0-25mdpl) dan landai (0-1%), tidak ada potensi banjir, kepadatan penduduk yang lebih rendah dari beberapa lokasi perencanaan yang lain (kepadatanya 920 jiwa/km2), tata guna lahan sebagian besar sebagai pantai dan pertanian lahan kering (tegalan), aksesibilitas yang baik berupa jalan raya dan kerata api, serta jaraknya yang tidak terlalu jauh dari pusat Kota Yogyakarta. Perencanaan pembangunan bandara baru ini akan menggunakan tanah administratif Desa Jangkaran, Sindutan, Palihan, dan Glagah. Tanah di ke empat desa tersebut terdiri dari tanah Pakualaman (kawasan Sand Dunes) dan tanah hak milik masyarakat (kawasan pemukiman dan pertanian). Karena rencana pembangunan ini menggunakan tanah hak milik masyarakat, maka
7
perlu diadakannya pemindahan penduduk yang tinggal di kawasan tersebut. Akan Tetapi selama proses perencanaan pembangunan pasti menemui pihak yang memiliki persepsi positid dan yang memiliki persepsi negatif terhadap rencana pembangunan. Penduduk merupakan faktor penting sebagai pertimbangan dalam proses perencanaan pembangunan sebab penduduk merupakan komponen yang akan menerima dampak langsung dari adanya pembangunan. Penduduk yang terdampak memiliki harapan tersendiri dari adanya pembangunan bandara baru tersebut. Walaupun ada penduduk yang mendukung
pembangunan
bandara,
namun
fakta
di
lapangan
mengindikasikan bahwa masih adanya penduduk yang tinggal di keempat desa ini memiliki persepsi negatif terhadap rencana pembangunan bandara. Padahal sebagai upaya untuk mewujudkan proses pembangunan yang sudah direncanakan perlu adanya dukungan dari penduduk yang menempati wilayah tersebut. Salah satu desa yang menolak rencana pembangunan bandara yaitu Desa Glagah. Akan tetapi menurut penelitian yang berjudul Yogyakarta Airport Development Study Desa Glagah dan ketiga desa lainnya termasuk dalam wilayah yang paling tepat sebagai lokasi pembangunan bandara. Dengan adanya bandara yang baru di Kabupaten Kulon Progo yang nantinya diharapkan akan mampu menambah pendapatan daerah. Walaupun sudah jelas tujuan pembangunan bandara tersebut untuk memajukan Kabupaten Kulon Progo dan taraf hidup penduduk setempat. Tetapi masih ada beberapa
8
kelompok penduduk setempat yang memiliki persepsi negatif terhadap rencana pembangunan tersebut. Belum diketahui secara pasti mengapa penduduk setempat memiliki persepsi negatif terhadap rencana pembangunan bandara serta bagaimana persepsi penduduk setempat mengenai rencana pembangunan bandara tersebut. Namun di lapangan ditemukan spandukspanduk yang bertuliskan “sedumuk bathuk sanyari bumi”. Bisa juga ungkapan sedumuk batuk sanyari bumi dalam konteks penolakan pemindahan penduduk, yang dapat diartikan sejengkal tanah yang dimiliki akan dipertahankan selamanya yang mendasari penduduk setempat memiliki persepsi negatif rencana pembangunan bandara tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Persepsi Penduduk terhadap Rencana Pembangunan Bandara Di Kabupaten Kulon Progo (Studi Kasus: Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo)”.
B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, diantaranya adalah : 1. Bandara Adisucipto Yogyakarta sudah tidak memenuhi standar bandara yang ditetapkan dalam UU Nomor 1 Tahun 2009 pasal 201 tentang Penetapan Lokasi Bandar Udara. 2. Belum ada bandara yang baru untuk menggantikan bandara Adisucipto yang beroperasi saat ini.
9
3. Persepsi negatif penduduk Desa Glagah, Kecamatan Temon terhadap rencana pembangunan bandara. 4. Belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi penduduk Desa Glagah, Kecamatan Temon terhadap rencana pembangunan bandara. 5. Belum diketahuinya keinginan dari penduduk Desa Glagah, Kecamatan Temon terhadap rencana pembangunan bandara tersebut
C. Fokus Penelitian Mengingat luasnya cakupan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka perlu adanya fokus masalah supaya tidak terbawa dalam persoalan yang terlalu luas, yaitu sebagai berikut : 1.Persepsi penduduk Desa Glagah, Kecamatan Temon terhadap rencana pembangunan bandara. 2.Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
persepsi
terhadap
rencana
pembangunan bandara oleh masyarakat Desa Glagah, Kecamatan Temon. 3.Keinginan penduduk Desa Glagah, Kecamatan Temon terhadap rencana pembangunan bandara tersebut
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada fokus penelitian di atas, tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Persepsi penduduk Desa Glagah, Kecamatan Temon terhadap rencana pembangunan bandara.
10
2. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
persepsi
terhadap
rencana
pembangunan bandara oleh masyarakat Desa Glagah, Kecamatan Temon. 3. Keinginan penduduk Desa Glagah terhadap rencana pembangunan bandara tersebut.
E. Manfaat Penelitian Berdasarkan dari tujuan penelitian di atas, diharapkan penelitian ini memiliki manfaat yang dapat diambil sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a) Menambah pengetahuan dan kajian ilmu geografi khususnya geografi pembangunan, geografi transportasi, geografi sosial, dan geografi ekonomi. b) Sebagai bahan acuan dan pertimbangan penelitian-penelitian sejenis pada masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam pembangunan dan pengembangan wilayah. b) Bagi penduduk sekitar agar lebih menyadari potensi dari wilayahnya sendiri. 3. Manfaat Pendidikan Memberikan tambahan ilmu pengetahuan dalam hal pembangunan wilayah dalam kaitanya dengan pembangunan berkelanjutan serta sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.