1
STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PADA BERAGAM ETNIS DI DESA BUNGKU, JAMBI
LINDA DESSY KANIA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Strategi Nafkah Rumah Tangga pada Beragam Etnis di Desa Bungku, Jambi” belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga lain manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang telah dinyatakan dalam naskah. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Linda Dessy Kania NIM I34090012
4
ABSTRAK LINDA DESSY KANIA. Strategi Nafkah Rumah Tangga pada Beragam Etnis di Desa Bungku, Jambi. Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI. Alih fungsi lahan yang ada di Desa Bungku berdampak pada strategi nafkah yang dimiliki beragam etnis di Desa Bungku. Strategi nafkah yang awalnya berburu dan meramu di hutan berubah menjadi berkebun sawit. Penelitian ini mengambil sebanyak 45 responden dari beragam etnis serta informan yang dilakukan secara sengaja. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain (1) beragam etnis di Desa Bungku cenderung melakukan aktivitas pada sektor on farm, (2) tingkat penguasaan lahan SAD rendah jika dibandingkan dengan etnis lain, (3) semakin rendah penguasaan lahan yang dimiliki oleh etnis maka rumah tangga etnis cenderung pada sektor on farm dan semakin tinggi lahan yang dimiliki oleh etnis maka cenderung pada sektor non farm. Berdasarkan hasil penelitian, etnis SAD perlu diberikan akses lahan yang lebih banyak guna eksistensi rumah tangganya. Kata kunci : akses, etnis SAD, lahan, petani
ABSTRACT LINDA DESSY KANIA. Livelihood Strategies Household In Rural Communities Bungku, Jambi. Supervised by TITIK SUMARTI. Land conversion in Bungku impact on livelihood strategies owned rural communities in Bungku. A living strategy that initially hunting and gathering in the forest turned into gardening. This reasearch took as many as 45 respondents from rural communities and informant by purposive. The result obtained from this reasearch include (1) rural communities in Bungku tend to perform activities in the sector on farm, (2) SAD land tenure levels lower than other ethnics. (3) The lower the tenure of land owned by the household ethnic tend to on farm sector and the higher the land owned by ethnic tend to be on the non farm sector. Based on research, SAD should be given more access to existence their household.
Keywords : access, ethnic SAD, farmer, land
5
RINGKASAN LINDA DESSY KANIA. Strategi Nafkah Rumah Tangga Pada Beragam Etnis di Desa Bungku, Jambi. Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI.
Beragam etnis di Desa Bungku terdiri dari Etnis SAD, SAD Semendo dan etnis luar yang memiliki perbedaan aset modal. Aset modal (modal alam, modal fisik, modal finansial, modal manusia, dan modal sosial) menentukan strategi nafkah yang dilakukan oleh beragam etnis tersebut. Berdasarkan keterangan masyarakat di Desa Bungku, sebelum adanya alih fungsi lahan hutan, beragam etnis melakukan kegiatan meramu dan berburu. Kegiatan beragam etnis ini dilakukan dengan cara berpindah-pindah. Ketika lahan masih hutan, tanaman tumbuh dengan subur. Kini, lahan menjadi kering, untuk mempertahankan eksistensinya beragam etnis harus berkebun sawit. Alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan yang berdampak pada perubahan aktivitas dan pola hidupberagam etnis di Desa Bungku. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji perbedaan strategi nafkah yang dimiliki oleh etnis yang terdiri dari SAD, SAD-Semendo, dan Luar. (2) mengkaji perbedaan kepemilikan aset rumah tangga beragam etnis Desa Bungku dan (3) menganalisis hubungan kepemilikan aset rumah tangga dengan kepemilikan strategi nafkah di Desa Bungku. Penelitian dilaksanakan di Desa Bungku. Pemilihan Lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa adanya etnis SAD, SADSemendo, dan etnis luar yang hidup secara berdampingan dan ingin melihat perbedaan aset serta strategi nafkah ketiganya. Pengambilan informan dilakukan secara sengaja (purposive). Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan tabulasi silang dan Uji Korelasi Chi Square untuk melihat hubungan pengaruh antara variabel dengan data yang berbentuk ordinal, yaitu mengukur pengaruh perbedaan kepemilikan aset berbagai etnis terhadap pembentukan strategi nafkah. Pengolahan data ini menggunakan program komputer Microsoft Excel 2010 dan SPSS 21.0 for Windows untuk mempermudah dalam proses pengolahan data. Mayoritas dari beragam etnis di Desa Bungku memiliki kabun sawit, namun ada beberapa yang bekerja di sektor non farm seperti buruh pertamina, pemilik warung dan guru. Pada sektor off farm, beragam etnis memiliki pekerjaan seperti buruh sawit, buruh karet, dan gesek kayu. Terdapat keragaman etnis strategi nafkah di desa Bungku, akan tetapi etnis SAD dominan pada sektor on farm, SAD Semendo pada sektor off farm, dan etnis luar pada sektor non farm. Beragam etnis di Desa Bungku cenderung memiliki perbedaan kepemilikan aset.Pada tingkat penguasaan lahan, etnis SAD cenderung memiliki lahan rendah (0.00-0.25 ha), SAD Semendo cenderung memiliki lahan sedang (0.25-3.25 ha), sedangkan etnis luar cenderung memiliki lahan tinggi yaitu lebih dari 3.25 ha. Pada tingkat pendidikan, SAD dan etnis luar cenderung memiliki tingkat pendidikan rendah (86.6%) dan tinggi (6.7%), sedangkan SAD Semendo cenderung memiliki tingkat pendidikan sedang (26.7%). Pada Tingkat kesehatan, SAD cenderung jarang mengalami sakit (66.7%), sedangkan etnis luar cenderung sering mengalami sakit (26.7%). Pada tingkat kepemilikan aset, SAD cenderung
6
memiliki tingkat kepemilikan rendah (13.3%), SAD Semendo memiliki tingkat kepemilikan aset tinggi (40.0%). Pada tingkat finansial, SAD cenderung sedang (40.0%), SAD Semendo sedang (73.3%), etnis luar tinggi (46.7%). Pada intensitas gotong royong, jika dibandingkan dengan etnis lain hanya etnis luar yang jarang melakukan gotong royong. Hubungan penguasaan lahan dengan strategi nafkah beragam etnis di Desa Bungku diperoleh bahwa semakin rumah tangga cenderung memiliki strategi nafkah on farm maka tingkat penguasan lahannya semakin rendah dan semakin rumah tangga cenderung memiliki strategi nafkah non farm maka tingkat penguasaan lahannya semakin tinggi. Pada hubungan tingkat pendidikan terhadap startegi nafkah diperoleh bahwa tidak terlihat jelas perbedaannya karena baik pada rendah, sedang maupun tinggi tingkat pendidikan, strategi nafkah on farm memiliki presentase yang tinggi. Hal yang sama juga terlihat pada hasil yang diperoleh dari hubungan tingkat kesakitan terhadap strategi nafkah. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan dan tingkat kesakitan tidak memiliki hubungan dengan strategi nafkah. Kategori rendah, sedang, dan tinggi pada hubungan kepemilikan rumah, motor, dan mobil di dominasi oleh rumah tangga yang melakukan aktivitas pada sektor on farm. Pada hubungan tingkat finansial terhadap strategi nafkah, semakin rendah tingkat finansial etnis maka etnis tersebut cenderung beraktivitas pada strategi nafkah on farm. Beragam etnis memiliki tingkat finansial yang lebih tinggi pada sektor on farm. Rumah tangga yang memiliki strategi nafkah on farm menunjukan tingkat intensitas gotong royong yang beragam.
Kata kunci : aset, etnis, penguasaan lahan, strategi nafkah, suku anak dalam
7
STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PADA BERAGAM ETNIS DI DESA BUNGKU, JAMBI
Oleh LINDA DESSY KANIA I34090012
Skripsi Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
8
9
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa NIM Judul
: Linda Dessy Kania : I34090012 : Strategi Nafkah Rumah Tangga pada Beragam Etnis di Desa Bungku, Jambi
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Titik Sumarti, MS NIP: 19610927 198601 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc NIP: 19670903 199212 2 001
Tanggal Pengesahan: ______________________
10
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tidak luput shalawat dan salam terhaturkan ke hadirat Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulanApril 2013 ini ialah strategi nafkah, dengan judul Strategi Nafkah Rumah Tangga Beragam Etnis Desa Bungku, Jambi. Ucapan terima kasih dan hormat penulis sampaikan kepada Dr.Ir.Titik Sumarti,MS selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan, masukan, saran dan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada, orang tua tercinta Endang Sutisna (Alm), Hj.Lilis Lisnawati, Ervan Gusti Prasetya adik tersayang, Kalipudin serta suamiku tercinta Irfan Rahmat Taufik yang telah memberikan waktu, dukungan, doa dan semangat selama penulisan. Tak lupa juga kepada teman-teman SKPM 46 khususnya, Fadil, Anggi, Dika, Faris, Gilang, Tyas, Shitta, Rizka, Vici. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan, saran dan semangat yang diberikan oleh teman satu bimbingan Yuli juga senior SKPM 45 Kak Yusuf, Mba Aya serta pihak-pihak yang mendukung, memotivasi serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak. Penulis mengharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan dan mampu dijadikan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya. Semoga melalui penelitian ini penulis bisa berbagi kebaikan untuk banyak pihak dan mampu memberikan sumbangsih pemikiran bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Bogor, Desember 2015
Linda Dessy Kania
11
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 11 Latar Belakang .............................................................................................................. 15 Masalah Penelitian ........................................................................................................ 16 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 17 Kegunaan Penelitian ..................................................................................................... 17 Hutan Dan Kerusakan Hutan ........................................................................................ 18 Gambaran Alih Fungsi Hutan ....................................................................................... 18 Strategi Nafkah Rumah Tangga .................................................................................... 19 Aset Modal dan Bentuk Strategi Nafkah ...................................................................... 20 Kerangka Pemikiran...................................................................................................... 23 Hipotesis Penilitian ....................................................................................................... 24 Definisi Operasional ..................................................................................................... 24 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................................ 27 Metode Penelitian ......................................................................................................... 27 Teknik Penentuan Responden ....................................................................................... 27 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................................................................... 28 PROFIL DESA BUNGKU ............................................................................................... 29 Sejarah Desa.................................................................................................................. 29 Kondisi Geografis ......................................................................................................... 29 Sarana Dan Prasarana ................................................................................................... 30 Kondisi Sosialdan Ekonomi .......................................................................................... 31 Gambaran Umum Responden ....................................................................................... 32 Karakteristik Responden menurut Angka Beban Tanggungan ................................. 33 Karakteristik Responden menurut Status Perkawinan .............................................. 34 Karakteristik Responden menurut Usia Kepala Rumah Tangga ............................... 35 Karakteristik Rumah Tangga menurut Pekerjaan ..................................................... 36 HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................... 37 Strategi Nafkah Beragam Etnis di Desa Bungku .......................................................... 37
12
Aset Modal Alam Rumah Tanggaberagam Etnis di Desa Bungku ............................... 38 Aset Modal Manusia Rumah Tangga Beragam Etnis di Desa Bungku......................... 39 Aset Modal Fisik Rumah Tangga Beragam Etnis Desa Bungku .................................. 41 Aset Modal Finansial Rumah Tangga Beragam Etnis Desa Bungku ............................ 42 Aset Modal Sosial Rumah Tangga Beragam Etnis di Desa Bungku............................. 44 Hubungan Aset Modal terhadap Strategi Nafkah Beragam Etnis di Desa Bungku ...... 45 Jumlah Rumah tangga menurut Strategi Nafkah ....................................................... 45 Hubungan Tingkat Pendidikan Beragam Etnis dan Strategi Nafkah di Desa Bungku .. 46 Hubungan Tingkat Kesakitan Beragam Etnis dan Strategi Nafkah di Desa Bungku .... 47 Hubungan Kepemilikan Rumah, Motor, dan Mobil pada Strategi Nafkah di Desa Bungku .......................................................................................................................... 48 Hubungan Tingkat Finansial Beragam Etnis dan Strategi Nafkah di Desa Bungku ..... 49 Hubungan Intensitas Gotong Royong Beragam Etnis dan Strategi Nafkah di Desa Bungku .......................................................................................................................... 49 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 51 Simpulan ....................................................................................................................... 51 Saran.............................................................................................................................. 51 RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................... 54
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22
Karakteristik Strategi Nafkah dan Peranannya 22 Jumlah Presentase menurut jenis kelamin di Desa Bungku 31 Jumlah presentase penduduk menurut kehidupan ekonomi di Desa 31 Bungku Jumlah presentase penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa 31 Bungku Jumlah dan presentase respondenmenurut etnis di Desa Bungku 32 Jumlah dan presentase responden menurut angka beban tanggungan di 33 Desa Bungku Jumlah dan presentase responden menurut status perkawinan di Desa 34 Bungku Jumlah dan presentase responden menurut usia responden di Desa 35 Bungku Strategi nafkah beragam etnis di Desa Bungku 37 Jumlah dan presentase penguasaan lahan berdasarkan beragam etnis di 39 Desa Bungku Jumlah dan presentase menurut tingkat pendidikan beragam etnis di 40 Desa Bungku Jumlah dan presentase tingkat kesehatan beragam etnis di Desa Bungku 40 Jumlah dan presentase tingkat kepemilikian rumah, motor, dan mobil 42 beragam etnis di Desa Bungku Jumlah dan presentase menurut tingkat finansial beragam etnis di Desa 43 Bungku Jumlah dan presentase intensitas gotong royong beragam etnis di Desa 44 Bungku Jumlah dan presentase rumah tangga menurut strategi nafkah beragam 45 etnis di Desa Bungku Jumlah dan presentase menurut tingkat penguasaan lahan dan strategi 46 nafkah di Desa Bungku Jumlah dan presentase menurut tingkat pendidikan dan strategi nafkah 47 di Desa Bungku Jumlah dan presentase menurut tingkat kesakitan dan strategi nafkah 47 di Desa Bungku Jumlah dan presentase menurut kepemilikan rumah, motor dan mobil 48 pada strategi nafkah di Desa Bungku Jumlah dan presentase menurut tingkat finansial da strategi nafkah di 49 Desa Bungku Jumlah dan presentase menurut intensitas gotong royong dan strategi 50 nafkah di Desa Bungku
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka pemikiran. Gambar 2 Pekerjaan responden desa Bungku
24 36
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 1Peta lokasi penelitian Lampiran 2 Kuesioner Lampiran 3 Daftar responden Lampiran 4 Uji Statistik Lampiran 5 Dokumentasi
56 57 67 69 75
15
PENDAHULUAN
Latar Belakang Hutan mempunyai jasa yang sangat besar bagi kelangsungan makhluk hidup terutama manusia. Salah satu jasa hutan adalah mengambil karbon dioksida dari udara dan menggantinya dengan oksigen yang diperlukan makhluk lain. Jasa hutan ini secara umum disebut sebagai paru-paru dunia. Berdasarkan UndangUndang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan sudut pandang ekonomi, hutan merupakan tempat menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Hutan memberikan manfaat yang semakin lama semakin dapat kita rasakan, baik dilihat dari fungsi produk, sosial maupun lingkungan (Hardjanto 2003). Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali menjadi penyebab utama penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Berdasarkan data FAO1 tahun 2010, hutan dunia termasuk didalamnya hutan Indonesia secara total menyimpan 289 gigaton karbon dan memegang peranan penting menjaga kestabilan iklim dunia. Sayangnya kerusakan hutan di tanah air cukup memprihatinkan. Berdasarkan catatan Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, sedikitnya 1.1 juta hektar atau 2% dari hutan Indonesia menyusut setiap harinya. Data Kementrian Kehutanan menyebutan dari sekitar 13 juta hektar hutan yang tersisa di Indonesia, 42 juta hektar diantaranya sudah habis ditebang. Kerusakan atau ancaman yang paling besar terhadap hutan alam di Indonesia adalah penebangan liar, alih fungsi hutan menjadi perkebunan, kebakaran hutan dan eksploitasi hutan secara tidak lestari baik untuk pengembangan pemukiman, industri, maupun akibat perambahan. Utomo dkk (1992) dalam Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Berdasarkan Forest Watch Indonesia (FWI), alih fungsi hutan di Indonesia dalam tiga periode mengalami penurunan yakni dua juta hektar pertahun dalam kurun waktu 19801990-an, sekitar 1.5 juta pertahun selama tahun 2000-2009 dan sekitar 1.1 juta pertahun pada periode 2009-2013. Laju alih fungsi hutan menurun bukan karena prestasi pemerintah melainkan karena kawasan hutan yang tersisa semakin sedikit. Salah satu contoh kerusakan hutan dan alih fungsi lahan hutan terdapat di Desa Bungku Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Strategi nafkah menurut Baret et al (2001) dalam Aristiyani (2003), adalah berbagai kombinasi dari aktivitas–aktivitas dan pilihan-pilihan yang harus dilakukan orang supaya dapat mencapai kebutuhan dan tujuan kehidupannya. Hal ini juga terjadi pada beragam etnis di Desa Bungku yang melakukan aktivitas 1
http://www.wwf.or.id
16
nafkah untuk kelangsungan hidup setelah adanya alih fungsi lahan hutan. Strategi nafkah digunakan untuk eksistensi rumah tangga dengan pemanfaatan sumber daya modal (aset) rumah tangga. Aset didefinisikan Ellis (2000) sebagai berbagai bentuk modal, seperti modal alam, modal sosial, modal fisik, modal manusia dan modal finansial yang dimiliki dan digunakan untuk kehidupan individu atau rumah tangga. Ashley dan Carney dalam Purnomo (2006) juga mengemukakan bahwa kelima modal ini selain menjadi aset yang penting bagi strategi nafkah juga dapat menjadi hasil dari proses strategi nafkah sebelumnya. Pentingnya mengkaji strategi nafkah beragam etnis Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi karena perubahan alih fungsi lahan yang berdampak pada kehidupan etnis Suku Anak Dalam (SAD) yang merupakan beragam etnis asli Desa Bungku. Di desa Bungku terdapat tiga etnis yaitu etnis Suku Anak Dalam (SAD) sebagai etnis asli, SAD-Semendo, dan etnis luar. Etnis SAD-Semendo yang merupakan pernikahan campuran antara etnis asli dengan etnis lain seperti SAD dengan Sunda, dan etnis luar yang merupakan etnis lain selain SAD yang menetap dan mencari nafkah di Desa Bungku. Aset modal (modal alam, modal fisik, modal finansial, modal manusia, dan modal sosial) menentukan strategi nafkah yang dilakukan oleh beragam etnis tersebut. Berdasarkan keterangan masyarakat di Desa Bungku,sebelum adanya alih fungsi lahan hutan, beragam etnis melakukan kegiatan meramu dan berburu. Kegiatan beragam etnis ini dilakukan dengan cara berpindah-pindah. Ketika lahan masih hutan, tanaman tumbuh dengan subur. Kini, lahan menjadi kering, untuk mempertahankan eksistensinya beragam etnis harus berkebun sawit. Penelitian ini berfokus pada upaya memahami bagaimana strategi nafkah rumah tangga pada beragam etnisdi Desa Bungku yang mengalami alih fungsi lahan. Diharapkan dengan memahami strategi nafkah yang dilakukan akan ditemukan solusi alternatif aktivitas nafkah yang dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka strategi nafkah pada beragam etnis Desa Bungku Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi terbentuk karena perubahan aktivitas nafkah, ketersediaan alternatif sumber nafkah baru dan juga pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga terutama pangan. 1. Setiap budaya atau etnis yang ada memiliki strategi nafkah yang berbeda, menurut Ellis (2000) sumber nafkah pada strategi nafkah dibedakan menjadi tiga yaitu on farm, off farm dan non farm. Oleh karena itu, penting mengkaji bagaimana perbedaan strategi nafkah oleh beragam etnis di Desa Bungku? 2. Pilihan strategi nafkah dari beragam etnis sangat ditentukan oleh ketersediaan akan sumber daya dan kemampuan mengakses sumber nafkah tersebut. Menurut Ellis, terdapat lima aset modal antara lain aset modal alam, aset modal finansial, aset modal manusia, aset modal fisik, dan aset modal sosial. Oleh karena itu penting untuk mengkaji bagaimanaperbedaan kepemilikan aset rumah tangga beragam etnis Desa Bungku?
17
3. Selanjutnya, bagaimana hubungan kepemilikan aset rumah tangga dengan strategi nafkah di Desa Bungku?
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini karena adanya alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan yang berdampak pada perubahan aktivitas dan pola hidupberagam etnis di Desa Bungku. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini mencakup: 1. Mengkaji perbedaan strategi nafkah yang dimiliki oleh etnis yang terdiri dari Etnis Anak Dalam, SAD-Semendo, dan Luar. 2. Mengkaji perbedaan kepemilikan aset rumah tangga beragam etnis Desa Bungku 3. Menganalisis hubungan kepemilikan aset rumah tangga dengan kepemilikan strategi nafkah di Desa Bungku
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai strategi nafkah beragam etnis di Desa Bungku Jambi. Penelitian ini juga berguna untuk: 1. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam mengkaji secara ilmiah mengenai strategi nafkah beragam etnis di Desa Bungku. 2. Menambah literatur bagi kalangan akademisi dalam mengkaji strategi nafkah beragam etnis di Desa Bungku. 3. Acuan dalam pelaksanaan pemberdayaan pada beragam etnis di Desa Bungku bagi kalangan non akademisi, seperti masyarakat, swasta, dan pemerintah.
18
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Dan Kerusakan Hutan
Hutan adalah karunia alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi populasi manusia bila dikelola secara benar dan bijaksana. Kelestarian manfaat yang timbul karena potensi dan fungsi didalamnya dapat diwujudkan selama keberadaannya dapat dipertahankan dalam bentuk yang ideal.. Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumber daya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh beragam etnis melalui budi daya tanaman pertanian pada lahan hutan. Menurut Affandi dan Patana (2002) dalam Latifah S (2004), sebagai salah satu sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, manfaat hutan dibedakan menjadi dua yaitu manfaat tangible (langsung/nyata) seperti kayu dan manfaat intangible (tidak nyata/tidak langsung) seperti kenyamanan lingkungan dan pengaturan tata air. Kerusakan hutan pada umumnya disebabkan semakin renggangnya hubungan antara manusia terhadap hutan. Dengan perkataan lain kelestarian hutan hanya dapat diwujudkan jika masih terdapat hubungan harmonis antara manusia dengan hutan dengan segala problematikanya. Hubungan harmonis ini mulai retak, ketika pemanfaatan hutan hanya menjadi monopoli segelintir orang yang mendapat pengusahaan hutan. Di lain pihak, rakyat yang berabad-abad hidup dalam hubungan harmonis dengan hutan disekitarnya tidak dapat memanfaatkan sumber daya ini, baik langsung maupun tidak langsung. Ironi ini menyebabkan masyarakat melakukan berbagai usaha ilegal terhadap hutan, seperti perambahan dan pencurian kayu, karena mereka tidak lagi difungsikan dalam hubungan dengan hutan sekitarnya. Sedangkan menurut Turasih (2011) dalam Fridayanti dan Dharmawan (2013), lahan merupakan basis bagi berlangsungnya kehidupan rumah tangga petani karena dari hasil pertanian petani memperoleh penghasilan.
Gambaran Alih Fungsi Hutan EtnisAnak Dalam merupakan masyarakat asli Jambi yang menempati Desa Bungku sejak jaman dahulu. Mereka hidup di hutan dengan memanfaatkan semua sumber daya alam yang tersedia di hutan tanpa mengurangi dan menghilangkan fungsinya. Mereka hidup secara tradisional dan masih memegang teguh adat budaya leluhur mereka. Kehidupan mereka adalah meramu, berburu, dan berpindah.
19
Setelah masyarakat luar SAD masuk ke daerah Bungku mulai terlihat adanya perbedaan gaya hidup antara luar Bungku khususnya Jawa dengan etnis asli (SAD) menjadikan etnis asli mengikuti sedikit demi sedikit seperti pengenalan mata uang dari sistem barter yang menjadi ciri khas beragam etnis adat serta mengikuti cara berpakaian orang luar. Hidup bersama dalam satu desa membawa mereka memiliki hubungan pernikahan sehingga munculah kata “SAD-Semendo” yang memiliki arti bahwa telah terjadi pernikahan antaraetnis asli dengan orang luar atau sering disebut pendatang. Tahun 1980-an, PT Asiatic Persada masuk ke dalam kawasan Desa Bungku dengan izin usaha yaitu perkebunan sawit seluas 20000 ha namun sebelum keluar Surat Keputusan dari Departemen Kehutanan luas lahan usahanya menjadi 27000 ha. Hal ini yang menjadi sengketa dengan beragam etnis sampai saat ini. Beragam etnis mengharapkan adanya ganti rugi dan meminta lahan mereka kembali sehingga mereka dapat melakukan aktivitas dengan bebas.
Strategi Nafkah Rumah Tangga Pengertian Strategi menurut Baretet al (2001) dalam Aristiyani (2003), adalah berbagai kombinasi dari aktivitas–aktivitas dan pilihan-pilihan yang harus dilakukan orang supaya dapat mencapai kebutuhan dan tujuan kehidupannya. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi nafkah rumah tangga merupakan pilihan-pilihan yang harus dilakukan rumah tangga supaya dapat mencapai kebutuhan dan tujuan kehidupannya. Rumah tangga dapat memiliki satu maupun lebih strategi nafkah berdasarkan kebutuhan yang diperlukan. Menurut Purnomo AM (2006) pada penelitiannya di Desa Padabeunghar, aktivitas nafkah rumah tangga merupakan serangkaian upaya menggunakan modal yang dimiliki rumah tangga dan membangun modal yang dibutuhkan rumah tangga untuk mendapatkan pendapatan yang dibutuhkan rumah tangga. Secara keseluruhan rumah tangga petani di Desa Padabeunghar membangun aktivitas nafkah yang berdasarkan kepentingan analitis digolongkan menjadi empat: aktivitas nafkah berdasarkan penggunaan modal alami, aktivitas nafkah berdasarkan penggunaan modal sosial, aktivitas nafkah berdasarkan penggunaan peluang pekerjaan dan aktivitas nafkah berdasarkan pengaturan konsumsi dalam rumah tangga. Dharmawan (2007) menyatakan bahwa pemilihan strategi nafkah akan sangat ditentukan oleh rasionalisme yang dianut oleh sistem nafkah dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia di hadapannya. Livelihood memiliki pengertian lebih luas daripada sekedar means of living yang bermakna secara sempit sebagai mata pencaharian semata. Pengertian strategi nafkah sesungguhnya dimaknai lebih besar daripada sekedar “aktivitas mencari nafkah” belaka. Akan tetapi strategi nafkah merupakan cara untuk membangun sistem penghidupan, maka strategi nafkah bisa didekati melalui berbagai cara atau manipulasi aksi individual maupun kolektif. Strategi nafkah bisa berarti cara bertahan hidup atau memperbaiki status kehidupan. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok dalam rangka
20
mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku. Ellis (2000) mengartikan rumah tangga sebagai tempat di mana ketergantungan sosial dan ekonomi antara kelompok dan individu terjadi secara teratur. Rumah tangga merupakan unit sosial yang mengikat anggotanya dalam kesatuan sosial dan ekonomi. Rumah tangga menjalankan strategi nafkah sebagai upaya mempertahankan kehidupan anggota rumah tangga. Rumah tangga tidak selalu berisi ikatan darah. Rumah tangga bisa juga berarti sekelompok orang yang berbagi rumah atau tempat tinggal dan berbagi pendapatan atau seseorang yang tinggal sendiri, keluarga inti, keluarga batih, atau sekelompok orang yang tidak berhubungan (Marshal, 1994, dalam Dharmawan 2001). Jadi rumah tangga bisa berarti ikatan darah atau hubungan bukan atas dasar ikatan darah. Menurut Manig, 1991, dalam Dharmawan, 2001, sebagai suatu unit sosial ekonomi, rumah tangga memiliki fungsi-fungsi berikut: (a) alokasi sumber daya yang memungkinkan untuk memuaskan kebutuhan rumah tangga, (b) jaminan terhadap berbagai tujuan rumah tangga (c) produksi barang dan jasa (d) membuat keputusan atas penggunaan pendapatan dan konsumsi (e) fungsi hubungan sosial dan hubungan dengan masyarakat luar (f) reproduksi sosial dan material dan keamanan sosial terhadap anggota rumah tangga.
Aset Modal dan Bentuk Strategi Nafkah Strategi nafkah ialah penghidupan yang terdiri dari aset (modal alam, modal fisik, modal manusia, modal keuangan, dan modal sosial), kegiatan, dan akses (yang dimediasi oleh kelembagaan dan hubungan sosial) yang bersamasama menentukan kehidupan individu atau rumah tangga (Ellis 2000). Menurut Ellis (2000), kelima bentuk modal tersebut antara lain: a. Modal Sumber daya Alam (Natural Capital) Modal ini bisa juga disebut sebagai lingkungan yang merupakan gabungan dari berbagai faktor biotik dan abiotik di sekeliling manusia. Modal ini dapat berupa sumber daya yang bisa diperbaharui maupun tidak bisa diperbaharui. Contoh dari modal sumber daya alam adalah air, pepohonan, tanah, stok kayu dari kebun atau hutan, stok ikan di perairan, maupun sumber daya mineral seperti minyak, emas, batu bara, dan lain sebagainya. b. Modal Manusia (Human Capital) Modal ini merupakan modal utama apalagi pada beragam etnis yang dikategorikan “miskin”. Modal ini berupa tenaga kerja yang tersedia dalam rumah tangga yang dipengaruhi oleh pendidikan, keterampilan, dan kesehatan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
21
c. Modal Fisik (Physical Capital) Modal fisik merupakan modal yang berbentuk infrastruktur dasar seperti saluran irigasi, jalan, gedung, dan lain sebagainya. d. Modal Finansial (Financial Capital and Subtitutes) Modal ini berupa uang, yang digunakan oleh suatu rumah tangga. Modal ini dapat berupa uang tunai, tabungan, ataupun akses dan pinjaman. e. Modal Sosial (Social Capital) Modal ini merupakan gabungan komunitas yang dapat memberikan keuntungan bagi individu atau rumah tangga yang tergabung di dalamnya. Contoh modal sosial adalah jaringan kerja (networking) yang merupakan hubungan vertikal maupun hubungan horizontal untuk bekerja sama dan memberikan bantuan untuk memperluas akses terhadap kegiatan ekonomi. Menurut Masithoh (2005) dalam Niswah (2011), sumber nafkah adalah berbagai sumber daya yang dapat digunakan oleh individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga petani untuk melaksanakan strategi nafkah guna mempertahankan keberlangsungan hidupnya paling tidak untuk memenuhi kebutuhan subsisten ataupun dalam rangka meningkatkan kualitas hidup suatu rumah tangga petani. Sumber-sumber nafkah sendiri, sering disebut sebagai “modal”. Menurut Septiadi (2013), strategi bertahan hidup pada rumah tangga miskin dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. modal sosial yang meliputi pembentukan jaringan sosial informal (meminjam uang kepada tetangga, berhutang ke warung); 2. alokasi sumber daya manusia yang meliputi pemberdayaan tenaga kerja rumah tangga (anggota rumah tangga ikut bekerja, penambahan jam kerja); 3. basis produksi yang meliputi usaha diversifikasi sumber pendapatan (ekstensifikasi dan intensifikasi usaha pertanian); 4. spasial yang meliputi migrasi temporer (usaha non-pertanian); dan 5. finansial yang meliputi penghematan (pengurangan kuantitas maupun kualitas bahan makanan, menjual barang dan tabungan). Tujuan penggunaan beragam strategi bertahan hidup ini berhubungan erat dengan adanya ketimpangan gender yang terwujud pada faktor-faktor penyebab munculnya kemiskinan pada rumah tangga buruh tani. Munculnya perilaku strategis dalam menghadapi krisis pada rumah tangga buruh tani dilatarbelakangi oleh kemiskinan yang memaksa mereka untuk keluar dari keadaan tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan dan karakteristik sosial ekonomi rumah tangga buruh tani merupakan hal-hal yang mendorong suatu rumah tangga melakukan survival strategies. Menurut Ellis (1998) dalam Widiyanto, dkk (2010), pembentuk strategi nafkah dibedakan menjadi tiga yaitu pertama: berasal dari on-farm; merupakan strategi nafkah yang didasarkan dari sumber hasil pertanian dalam arti luas (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dll). Kedua: berasal dari off-farm yaitu dapat berupa upah tenaga kerja pertanian, sistem bagi hasil , kontrak upah tenaga kerja non upah. Ketiga: berasal dari non-farm yaitu sumber
22
pendapatan yang berasal dari luar kegiatan pertanian. Pilihan strategi nafkah sangat ditentukan oleh ketersediaan akan sumber daya dan kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah tersebut. Tabel 1. Karakteristik Strategi Nafkah dan Peranannya No
1
Pengarang
Prasetyaningsih (2004)
Pola Nafkah
Peran
Intensifikasi/ diversifikasi pertanian Pola Nafkah Ganda (Agroforesty dan non agroforesty
Keterlibatan wanita dalam agroforesty sebagai tenaga kerja keluarga yang tidak dibayar. Wanita terlibat dalam pengelolaan agroforesty yang tidak langsung menghasilkan, wanita juga terlibat dalam pekerjaan nafkah diluar kegiatan agroforesty) Wanita bermigrasi selain dengan pola nafkah ganda. Dalam hal ini, jika dibandingkan dengan pria, migrasi lebih banyak dilakukan oleh kaum Wanita dengan jarak yang lebih jauh dan waktu yang lebih lama. Tidak menentunya hasil tangkapan apalagi pada musim paceklik memaksa nelayan untuk bekerja di sistem lain untuk tetap mempertahankan hidup Pemanfaatan tenaga kerja dalam rumah tangga juga menjadi salah satu bentuk strategi nafkah yang dijalankan oleh nelayan Karang Agung. Strategi nafkah berbasis migrasi juga dilakukan oleh rumah tangga nelayan miskin Karang Agung. Migrasi biasanya dilakukan oleh generasi muda dengan daerah tujuan di beberapa kota besar di Jawa Timur. Strategi nafkah dengan cara sistem juga dilakukan oleh nelayan Karang Agung. Judi masih menjadi sarana mengadu untung bagi warga miskin. Bujang Join : Strategi Konsolidasi, penguasaan modal Bujang Lepas : Strategi Bertahan Hidup, Alokasi sebagian tenaga
Migrasi
Sumber ganda
nafkah
Pemanfaatan tenaga kerja dalam rumah tangga
2
Widodo S (2009)
Migrasi
Kegiatan Ilegal
3
Aristiyani (2003)
Strategi Pola Nafkah Ganda
23
4
Purnomo (2006)
kedalam kegiatan diluar pertambakan dengan sifat memburuh. AM Strategi nafkah Desakan nafkah karena “ekstensifikasi” kekurangan lahan dan pendapatan merupakan strategi pada lahan di luar lahan milik nafkah khas rumah termasuk lahan hutan Perhutani. tangga petani
Kerangka Pemikiran Pengertian Strategi menurut Baret, et al (2001) dalam Aristiyani (2003), adalah berbagai kombinasi dari aktivitas–aktivitas dan pilihan-pilihan yang harus dilakukan orang supaya dapat mencapai kebutuhan dan tujuan kehidupannya. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi nafkah rumah tangga merupakan pilihan-pilihan yang harus dilakukan rumah tangga supaya dapat mencapai kebutuhan dan tujuan kehidupannya. Strategi nafkah berbeda menurut budaya, dalam hal ini ditunjukan oleh etnisitas. Ellis (1998) dalam Widiyanto, dkk (2010), pembentuk strategi nafkah dibedakan menjadi tiga antara lain on-farm; strategi nafkah yang didasarkan dari sumber hasil pertanian dalam arti luas (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dll), off-farm yaitu dapat berupa upah tenaga kerja pertanian, sistem bagi hasil , kontrak upah tenaga kerja non upah, dan non-farm yaitu sumber pendapatan yang berasal dari luar kegiatan pertanian. Pilihan strategi nafkah diduga ditentukan oleh ketersediaan akan sumber daya dan kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah tersebut. Adapun sumber nafkah menurut Ellis (2000) berupa modal alam, modal manusia, modal fisik, modal finansial, dan modal sosial. Modal alam mengacu pada sumber daya alam (tanah, air, pohon) yang menghasilkan produk yang digunakan oleh populasi manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Modal manusia mengacu pada tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan. Modal fisik mengacu pada aset yang dimiliki rumah tangga untuk proses produksi ekonomi yang diukur melalui kepemilikan mobil, motor, dan rumah. Modal finansial mengacu pada stok uang tunai yang dapat di akses untuk membeli baik barang produksi atau konsumsi dan akses pada kredit. Modal sosial mengacu pada jaringan sosial dan asosiasi dimana orang berpartisipasi, dan mereka dapat memperoleh dukungan yang memberikan kontribusi untuk mata pencaharian mereka, misalnya kegiatan gotong royong beragam etnis di desa Bungku. Masyarakat Desa Bungku merupakan sekelompok etnis yang berkepentingan terhadap kepemilikan sumber daya (lahan, sumber daya hutan, dan sumber daya alam lainnya). Beragam etnis di Desa Bungku yang terdiri dari SAD, SAD-Semendo dan etnis luar mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya alam. Oleh karena itu, akses terhadap sumber – sumber hutan menjadi faktor utama untuk bertahan hidup.
24
Etnisitas - SAD - SAD Semendo - Luar
Aset Modal pada sumber nafkah - Modal Alam ETNISlahan Tingkat penguasaan - Modal Manusia Tingkat pendidikan Tingkat kesehatan - ModalFisik Tingkat kepemilikan mobil, motor, dan rumah - Modal Finansial Tingkat finasial - Modal Sosial Kerangka Pemikiran Gambar 2. Intensitas Gotong Royong
Strategi Nafkah Beragam Etnis Desa Bungku - On farm - Off farm - Non farm
-
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penilitian Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. terdapat perbedaan aset modal rumah tangga pada beragam etnis 2. terdapat perbedaanstrategi nafkahrumah tanggapada beragam etnis 3. terdapat hubungan antara kepemilikan aset modal (modal alam, modal manusia, modal fisik, modal finansial, dan modal sosial) dengan strategi nafkah
Definisi Operasional a) Modal alam di ukur dari penguasaan lahan beragam etnis di Desa Bungku baik SAD, SAD-Semendo, maupun etnis luar. Pengukuran data menggunakan skala ordinal. (1) Rendah, jika memiliki lahan 0.00-0.25 ha (2) Sedang, jika memiliki lahan 0.25-3.25 ha (3) Tinggi, jika memiliki lahan > 3.25 ha Penetapan range lahan 3.25 ha berdasarkan pada pembagian antara lain Lahan Usaha 1 (LU1) ideal transmigrasi seluas 1 ha tanaman pangan, Lahan Usaha 2 dari pemerintah yang disalurkan melalui perusahaan seluas 2 ha, dan lahan
25
pekarangan 0.25 ha. Penguasaan rendah jika rumah tangga menguasai lahan seluas 0.25 ha, penguasaan lahan sedang (standar lahan yang diterima transmigrasi), dan penguasaan lahan tinggi jika rumah tangga menguasai lahan seluas >3.25 ha.
b) Modal manusia di ukur melalui tingkat pendidikan dan status kesehatan. Pengukuran data menggunakan skala ordinal. Tingkat Pendidikan (diukur dengan skala ordinal) - Rendah, jika tidak sekolah dan hanya tamat sekolah dasar - Sedang, jika tamat sekolah menengah pertama - Tinggi, jika tamat sekolah menengah atas Tingkat kesehatan (diukur dengan skala ordinal) di ukur dari intensitas sakit dalam sebulan terakhir - Tidak Pernah - Jarang - Sering c) Modal fisik di ukur melalui kepemilikan rumah, motor dan mobil. Perumahan - Non Permanen, nilainya 1 - Semi Permanen, nilainya 2 - Permanen, nilainya 3 Kepemilikan Motor - Ya, nilainya 2 - Tidak, nilainya 1 Kepemilikan Mobil - Ya, nilainya 2 - Tidak, nilainya 1 Berdasarkan pemberian nilai diatas pada masing-masing kategori maka tingkat kepemilikan rumah, motor, dan mobil menggunakan skala ordinal dan dapat dibedakan menjadi tiga: - Rendah, jika memiliki nilai 1-3 - Sedang, jika memiliki nilai 4-5 - Tinggi, jika memiliki nilai 6-7 d) Tingkat finansial di ukur melalui tabungan yang di miliki dan pinjaman rumah tangga . Semua data menggunakan skala ordinal. - Rendah, jika memiliki nilai 1 yaitu rumah tangga yang tidak memiliki tabungan dan memiliki pinjaman. - Sedang, jika memiliki nilai 2 yaitu rumah tangga yang tidak memiliki tabungan dan tidak memiliki pinjaman dan rumah tangga yang memiliki tabungan dan memiliki pinjaman. - Tinggi, jika memiliki nilai 3 yaitu rumah tangga yang memiliki tabungan dan tidak memiliki pinjaman. e) Tingkat sosial diukur melalui intensitas gotong royong rumah tangga.
26
Gotong Royong - Jarang, memiliki nilai 1 - Sering, memiliki nilai 2
f) Strategi nafkah 1. On Farm adalah strategi nafkah yang didasarkan dari sumber hasil pertanian dalam arti luas (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dll). Seperti petani karet, petani sawit, dan petani cabai. 2. Off Farm berupa upah tenaga kerja pertanian, sistem bagi hasil , kontrak upah tenaga kerja non upah. Seperti buruh upahan karet dan buruh upahan sawit. 3. Non Farm adalah sumber pendapatan yang berasal dari luar kegiatan pertanian. Seperti guru, kaur umum, buruh pertamina, buruh bangunan,dan warung.
27
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Masing-masing dusun yang berada di Desa Bungku antara lain Dusun Bungku Indah, Dusun Johor I, Dusun Johor II, Dusun Kunangan Jaya I, dan Dusun Kunangan Jaya II. Pemilihan Lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa adanya etnis SAD, SAD-Semendo, dan etnis luar yang hidup secara berdampingan dan ingin melihat perbedaan aset serta strategi nafkah ketiganya. Penelitian dilakukan pada bulan akhir Maret 2013 sampai pertengahan April 2013. Pemilihan waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal akademik Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Beragam etnis.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode survey adalah penelitian yang dilakukan menggunakan kuesioner sebagai alat penelitian. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989) penelitian survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif didukung data kualitatif. Pendekatan kuantitatif berperan sebagai landasan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dan di dukung pendekatan kualitatif yang berguna untuk menjawab perumusan masalah secara lebih mendalam untuk memperkuat data yang diperoleh melalui pendekatan kuantitatif.
Teknik Penentuan Responden Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh beragam etnis Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Dari populasi tersebut, diambil responden sebanyak 45 responden yang berasal dari etnis adat (SAD) ,etnis SAD-Semendo dan etnis luar. Pengambilan responden dilakukan secara accidental. Dari jumlah beragam etnis Suku Anak Dalam (SAD) yang ada (N1) diambil 15 rumah tangga, dari jumlah beragam etnis SAD-Semendo (N2) diambil 15 rumah tangga, dan dari jumlah beragam etnis luar (N3) diambil 15 rumah tangga. Pengambilan informan dilakukan secara purposive. Wawancara terhadap informan mencakup tokoh adat (M), kepala desa (Y), tokoh petani (S), ketua tim 6 (A). Data yang diperlukan antara lain:
28
1. Data sekunder, meliputi gambaran umum Desa Bungku. Data tersebut diperoleh dari laporan, dokumen, dan monografi desa. 2. Data primer, meliputi gambaran tipologi strategi nafkah rumah tangga dan proses pembentukan pada Desa Bungku. Data primer tersebut diperoleh darikuesionerdan wawancara dengan responden.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan tabulasi silang dan Uji Korelasi Chi Square untuk melihat hubungan pengaruh antara variabel dengan data yang berbentuk ordinal, yaitu mengukur pengaruh perbedaan kepemilikan aset berbagai etnis terhadap pembentukan strategi nafkah. Pengolahan data ini menggunakan program komputer Microsoft Excel 2010 dan SPSS 21.0 for Windows untuk mempermudah dalam proses pengolahan data. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan perlakuan yang berbeda sesuai dengan jenis data yang diperoleh.
29
PROFIL DESA BUNGKU
Sejarah Desa Desa Bungku merupakan desa asli yang terbentuk sejak lama. Desa Bungku telah ada sejak zaman Belanda dan desa ini pernah menjadi basis perjuangan rakyat. Desa Bungku berdiri dan terbentuk pertama kali pada tahun 1982 dengan jumlah penduduk lebih kurang 980 kepala keluarga (KK). Kepala Desa Bungku yang pertama kali bernama Hasim. Setelah Hasim, kepala desa berikutnya bernama Nursidin dengan masa jabatan tahun 1994-1997. Pada Tahun 1997, kepala desa yang menjabat bernama M. Zein, hingga sekarang M. Zein mengundurkan diri karena ingin mendaftar sebagai calon anggota legislatif dan diganti oleh Penanggung Jawab Sementara (PJS) bernama Yul Nasri. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, dusun-dusun tua yang merupakan tempat bermukimnya SAD hilang dan kemudian disatukan ke dalam satu wilayah administrasi. Perubahan struktur adminitrasi pemerintahan yang tidak berdasarkan pemerintahan adat seperti di masa lalu menimbulkan konsekuensi-konsekuensi. Pimpinan adat tidak lagi punya kewenangan untuk mengontrol dan mengatur seluruh warganya karena harus mengikuti pola birokrasi pemerintahan desa, begitu juga dengan aturan-aturan adat yang kemudian tidak lagi mengikat beragam etnis karena harus mengikuti pola pemerintahan yang baru. Begitu juga dampak dari pembangunan dan pengembangan industri yang ada menyebabkan komunitas SAD tercerai berai. Semuanya telah menghancurkan sistem sosial beragam etnis termasuk juga terhadap hak pengelolaan sumber-sumber kekayaan alam yang kemudian dikuasai secara utuh oleh negara.
Kondisi Geografis Secara geografis Desa Bungku terletak di Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari , Provinsi Jambi. Potensi lahan pertanian di desa ini terdiri dari lahan kebun yang berasal dari lahan hutan. Sebagian besar desa ini terdiri dari perkebunan sawit. Banyaknya kebun sawit dan adanya beberapa penguasaan lahan dalam satu desa mengakibatkan Desa Bungku mendapat sebutan desa yang tidak memiliki lahan. Perjalanan menuju Desa Bungku dapat ditempuh melalui jalan darat yang berjarak 30 Km dari pusat kecamatan, 30 Km dari pusat Kabupaten (Muara Bulian) dan sejauh 100 Km dari ibukota Provinsi Jambi. Akses transportasi untuk menuju dan keluar desa ini tidak terlalu sulit, apalagi kondisi jalan telah beraspal sejak dari pusat ibu kota kabupaten sampai ke desa. Jalur transportasi dilayani oleh angkutan desa yang beroperasi sejak pagi hingga sore hari.
30
Secara administratif, Desa Bungku terletak di Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Secara goegrafis pusat desa terletak pada posisi 01 54' 32", 5 dan 103 15' 37", 6 dengan topografi relatif datar sedikit bergelombang. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Sebelah utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur
: : : :
Desa Pompa Air Desa Meranti Baru Desa Jebak Desa Unit 5 Sungai Bahar
Desa Bungku merupakan wilayah berstatus perdesaan yang letaknya berada di tepi atau sekitar kawasan hutan berjenis fungsi hutan produksi. Lokasi desa berada di hamparan dengan kemiringan lahan sedang (15-25 derajat). Desa ini memiliki lima dusun, yaitu Dusun Bungku Indah, Dusun Johor Baru 1, D usun Johor Baru 2, Dusun Kunangan Jaya 1, dan Dusun Kunangan Jaya 2. Pola pemukiman penduduk termasuk pola pemukiman menyebar dalam bentuk kumpulan-kumpulan kecil yang kemudian dikelola dalam sebuah bentuk Rukun Tetangga (RT) dengan total 31 RT. Tipe perumahan beragam etnis saat ini telah bercampur antara tipe rumah asli (rumah panggung papan) dan rumah permanen dengan letak rumah yang tidak terlalu jauh.
Sarana Dan Prasarana Sarana dan prasarana di Desa Bungku sudah cukup memadai. Dalam hal memenuhi kebutuhan beragam etnis akan fasilitas pendidikan, desa ini telah memiliki fasilitas pendidikan yang cukup baik namun masih sangat perlu ditingkatkan. Sarana pendidikan Desa Bungku terdiri dari Sembilan buah bangunan TK/SD. Desa ini belum memiliki fasilitas sekolah menengah sehingga bagi beragam etnis yang ingin menempuh pendidikan menengan atas, mereka harus bersekolah di luar desa dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Desa Bungku memiliki 1 buah gedung balai desa,1 buah gedung poliklinik desa, 6 buah lapangan bola/volly, 23 buah gedung masjid/mushola, dan 2 buah lapangan sepak bola. Sumber penerangan di Desa Bungku 100% non PLN, artinya PLN belum masuk ke Desa Bungku dan hanya mengandalkan mesin diesel untuk menghidupkan listrik pada malam hari saja. Tidak ada penerangan di jalan utama dan jalan-jalan setapak. Bahan bakar sebagian besar warga menggunakan minyak tanah. Sebagian besar keluarga sudah memiliki jamban sendiri walaupun belum permanen. Desa Bungku tidak memiliki Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dimana pembuangan sampah dilakukan melalui lubang atau dibakar.Jumlah jembatan yang ada di Desa Bungku berjumlah 3 jembatan.
31
Kondisi Sosial dan Ekonomi Berdasarkan data Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Bungku tahun 2013-2017, jumlah penduduk Desa Bungku adalah 9.768 jiwa dengan total penduduk laki-laki adalah 5.429 jiwa dan total penduduk perempuan adalah 4.239 jiwa. Data tersebut bisa di lihat pada tabel 2. Tabel 2. Jumlah persentase penduduk menurut jenis kelamin di Desa Bungku tahun 2013 No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Laki-laki 5.429 55.6 2 Perempuan 4.239 54.4 Jumlah 9.768 100.0 Sumber penghasilan utama Desa Bungku adalah sektor pertanian dengan jenis komiditi utama adalah perkebunan khususnya pekebun karet dan sawit. Walaupun sumber utama beragam etnis adalah perkebunan, tapi beberapa beragam etnis masih menanam tanaman hortikultura seperti cabe dan sayursayuran. Tabel 3. Jumlah persentase penduduk menurut kehidupan ekonomi di Desa Bungku tahun 2013 No Kondisi Rumah tangga Jumlah Persentase 1 Miskin 2.930 29.9 2 Sedang 3.907 40.0 3 Kaya 2.931 30.1 Jumlah
9.768
100.0
Tingkat pendidikan beragam etnis Desa Bungku terbagi menjadi 20% tidak tamat SD, 40% lulusan SD, 20% lulusan SMP, 15% lulusan SMA, dan 5% lulusan perguruan tinggi. Dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4.
Jumlah persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Bungku tahun 2013 No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase 1 Tidak Tamat SD 2.930 29.9 2 Tamat SD 3.907 40.0 3 Tamat SMP 2.931 30.1 4 5
Tamat SMA Sarjana Jumlah
1.462 489
15.0 5.0
9.768
100.0
Menilik pada tabel 4, secara umum tingkat pendidikan yang ditempuh beragam etnis masih rendah. Hal ini karena akses menuju sekolah menengah atas cukup jauh. Jika dilihat dari sarana pendidikan yang yang ada di Desa
32
Bungku hanya terdapat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Mengeah Pertama (SMP), untuk Sekolah Mengah Atas (SMA) akses yang mereka tempuh cukup jauh, yaitu dikecamatan bajubang. Selain itu, rendahnya tingkat kesejahteraan beragam etnis memungkinkan anak tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Jarak tempuh yang jauh antar dusun menjadikan warga tidak sering berkumpul untuk sekedar bersosialisasi.Jarak dari rumah ke rumah cukup jauh dan penerangan di desa Bungku masih sangat kurang karena disana belum masuk listrik sehingga untuk penerangan listrik hanya bisa di malam hari dengan menggunakan diesel. Alasan itulah menjadikan desa ini masih sepi dan jarang berkumpul satu sama lain. Mengingat hal tersebut, beragam etnis melakukan pengajian rutin yang dilakukan seminggu sekali untuk mempererat tali silaturahmi. Pengajian ini dilakukan secara bergilir dan dilakukan oleh setiap RT karena jarak yang berjauhan.
Gambaran Umum Responden Responden penelitian ini adalah beragam etnis di Desa Bungku yang terdiri dari tiga macam yaitu etnis Suku Anak Dalam (SAD), SAD-Semendo, dan etnis luar atau pendatang. Menurut ketua tim 6 (A), Etnis SAD Desa Bungku tersebar di sekitar dusun Johor Baru I dan II. Sedangkan untuk SAD-Semendo tersebar cukup merata di setiap dusunnya. Etnis Luar atau pendatang di desa Bungku cukup tersebar juga namun mayoritas mereka bertempat tinggal di dusun Bungku Indah. Secara lebih jelas akan ditampilkan menggunakan tabel 5. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden menurut etnis di Desa Bungku Tahun 2013
SAD SAD-Semendo Etnis Luar Total
Frekuensi 15 15 15 45
Presentase 33.3 33.3 33.3 100.0
Jumlah responden setiap etnis diambil 15 orang, jumlah tersebut sudah cukup mewakili karena bagi setiap etnis khusunya Etnis Anak Dalam bersifat homogen. SAD memiliki sifat homogen karena konflik yang belum selesai dengan PT. Asiatic Persada menyebabkan mereka memiliki lahan garap sawit yang sama.
33
Karakteristik Responden menurut Angka Beban Tanggungan Angka beban tanggungan dapat dilihat dari banyaknya jumlah tanggungan yang dimiliki oleh rumah tangga beragam etnis di Desa Bungku. Beban tanggungan meliputi biaya pendidikan, biaya konsumsi rumah tangga, biaya kesehatan dan biaya lainnya. Pada penelitian ini, tidak dijelaskan secara spesifik. Angka beban tanggungan hanya didapat dari jumlah atau banyaknya tanggungan dalam satu rumah tangga beragam etnis di Desa Bungku. Tabel 6. Jumlah dan Persentase menurut Angka Beban Tanggungan etnis responden di Desa Bungku 2013. Angka Beban Tanggungan Total 1-2 anak 3-4 anak > 4 anak SAD
9
SAD Etnis Semendo Responden 12 Etnis Luar 10 Total 31
60.0%
4
26.7% 2
13.3% 15
100.0%
80.0%
3
20.0% 0
0.0% 15
100.0%
66.7% 4 68.9% 11
26.7% 1 24.4% 3
6.7% 15 6.7% 45
100.0% 100.0%
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa yang memiliki beban tanggungan 1-2 anak dikatakan rendah, 3-4 anak sedang, dan jika >4 maka angka beban tanggungan dikatakan tinggi. Etnis Anak Dalam (SAD) hanya 2 (13.3%) rumah tangga yang memiliki beban tanggungan tinggi dan 9 (60%) rumah tangga yang memiliki beban tanggungan rendah. Pada rumah tangga etnis SAD Semendo, sebanyak 12 rumah tangga (80%) memiliki beban tanggungan rendah (1-2 anak). Sedangkan untuk etnis luar, sebanyak 10 rumah tangga yang memiliki angka beban tanggungan rendah dengan nilai presentasi 10%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SAD memiliki angka beban tanggungan paling tinggi jika dibandingkan dengan etnis lain dengan presentasi 13.3% dan etnis SAD-Semendo memiliki angka beban tanggungan paling rendah dengan presentasi 80%. Terdapat kecenderungan angka beban tanggungan rumah tangga menentukan strategi nafkah rumah tangga. Pada rumah tangga AG yang merupakan Etnis Anak Dalam memiliki jumlah beban tanggungan 6 orang. Penghasilan rumah tangga AG berasal dari kebun sawit yang luasnya 7 hektar dan kebun karet yang luasnya 5 hektar. Rumah tangga AG tidak ada penghasilan sampingan akan tetapi penghasilan yang diperoleh dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Lain halnya dengan NH (SAD) yang memiliki beban tanggungan 10 orang dengan penghasilan yang hanya bersumber dari 2 hektar kebun sawit merasa tidak begitu cukup dengan penghasilan yang diperoleh sehingga harus mencari penghasilan kembali untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
34
Berbeda dengan rumah tangga S (Luar) dan ST (SAD-Semendo) yang tinggal hanya bersama suaminya merasa penghasilan yang diperoleh sudah lebih dari cukup untuk rumah tangganya. S menggunakan buruh untuk bekerja di kebunnya. Hal ini menunjukan rumah tangga yang memiliki beban tanggungan yang lebih sedikit, kegiatan di kebun dilakukan oleh buruh. Tugas pemilik lahan hanya mengontrol pekerjaan yang sudah dilakukan buruh.
Karakteristik Responden menurut Status Perkawinan Status pernikahan responden pada penelitian ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu menikah, dan cerai (janda atau duda) yang disajikan pada tabel 7 dapat disimpulkan bahwa hanya Etnis Anak Dalam (SAD) yang memiliki status janda dengan presentasi (6.7%). Dari pemaparan Ibu S, kebutuhan rumah tangganya tidak semua bisa terpenuhi karena pendapatannya pun tidak ada. Keluarganya menggantungkan hidup hanya pada hasil sawit yang sampai saat ini masih menjadi sengketa antara warga dengan perusahaan. Keluarga ini berpendapat bahwa mereka dihidupi oleh sawit. Anaknya yang berpendidikan rendah serta sudah tidak mempunyai suami inilah yang menjadikan alasan Ibu S untuk bekerja di kebun. Tabel 7.
Jumlah dan Persentase Responden menurut Status Perkawinan di desa Bungku 2013. Status Perkawinan Total Menikah Janda SAD 14 93.3% 1 6.7% 15 100.0% SAD Etnis Semendo 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0% Responden Etnis Luar 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0% Total 44 97.8% 1 2.2% 45 100.0% “…kami sudah tidak tahu kedepan hidup kami akan seperti apa. Kami hanya punya sawit itupun belum pasti jadi milik kami karena masih diusahakan oleh kami Etnis Anak Dalam, anak saya dua pun tidak semua bekerja.satu membantu saya dikebun sedangkan satu lagi tidak bisa apa-apa karena sakit”
Pendapat ini bertentangan dengan apa yang dipaparkan oleh kepala desa Bungku, Bapak Y. Menurutnya, warga Etnis Anak Dalam sebetulnya bisa memenuhi kebutuhan rumah tangganya asalkan dia mau menabung dan tidak terburu-buru untuk menghabiskan uang dari hasil panennya. “…Etnis Anak Dalam itu sebenarnya lebih boros. Coba saja kalau mereka bisa memprioritaskan apa yang harus dibeli.
35
Sekarang ini mereka mendapat hasil panen untuk membayar kreditan motor, membayar kreditan alat elektronik.Bayangkan satu rumah saja bisa ada dua atau tiga motor. Jadi untuk apa mereka bersusah payah tidur di kebun untuk menjaga kebun sawit jika hasilnya hanya digunakan untuk membayar kreditan motor yang bisa lebih dari dua. “ Dari perbedaan antara etnis SAD dan pemerintah desa memang sangat bertolak belakang hal ini mungkin karena adanya kesalahpahaman dan kurang adanya kedekatan antaraetnis SAD dengan aparatur desa Bungku.
Karakteristik Responden menurut Usia Kepala Rumah Tangga Peneliti mengkategorikan umur responden berdasarkan umur kronologis selama rentang atau siklus kehidupan manusia. Pengategorian umur dilakukan berdasarkan selang umur produktif bekerja yang ditetapkan oleh BPS, yaitu umur 15-64 tahun. Penggolongan umur produktif dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu umur produktif rendah (15-31 tahun), umur produktif sedang (32-48 tahun), dan umur produktif tinggi (49-64 tahun). Adapun jumlah dan persentase sebaran responden menurut golongan umur produktif berdasarkan etnis tertera pada tabel 8. Tabel 8.
Jumlah dan Persentase Responden menurut Umur Responden di Desa Bungku 2013. Umur Kepala Keluarga 15 – 31 32 – 48 49 – 64 tahun tahun tahun Total SAD 7 46.7% 5 33.3% 3 20.0% 15 100.0% SADEtnis Semendo 6 40.0% 7 46.7% 2 13.3% 15 100.0% Responden Etnis Luar 3 20.0% 7 46.7% 5 33.3% 15 100.0% Total 16 35.6% 19 42.2% 10 22.2% 45 100.0%
Berdasakan tabel 8, presentase terbanyak umur produktif rendah yaitu SAD dengan presentase (46.7%), sementara SAD-Semendo sedang dengan presentase (46.7%) dan etnis luar tinggi dengan presentase (33.3%).
36
Karakteristik Rumah Tangga menurut Pekerjaan Mata pencaharian beragam etnis di Desa Bungku cukup beragam. Namun sebagian besar penduduk di Desa Bungku bermata pencaharian sebagai petani sawit sehingga setiap kepala rumah tangga memiliki lahan untuk diolah, baik itu lahan milik sendiri maupun lahan konflik dengan PT.Asiatic Persada. Bagi yang tidak memiliki lahan dan tidak memiliki keahlian lain, biasanya mereka menjadi buruh tani di lahan-lahan milik tetangganya.
Pekerjaan Responden Desa Bungku
petani sawit 28.90%
42.20%
petani karet Buruh kebun
Wirausaha
2.20% 6.70%
20.00%
Ibu rumah tangga
Gambar 3. Pekerjaan responden desa Bungku Pekerjaan yang paling banyak dimiliki oleh responden adalah sebagai petani sawit. Sedangkan yang paling sedikit dimiliki oleh responden adalah sebagai wirausaha seperti warung. Responden yang memiliki warung adalah Y berasal dari etnis luar. Penghasilan dari warung sudah sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
37
HASIL DAN PEMBAHASAN
Strategi Nafkah Beragam Etnis di Desa Bungku Strategi nafkah ialah penghidupan yang terdiri dari aset (alam, fisik, manusia, finansial, sosial), kegiatan, dan akses (yang dimediasi oleh kelembagaan dan hubungan sosial yang bersama-sama menentukan kehidupan individu atau rumah tangga (Fridayanti 2013). Penerapan strategi nafkah rumah tangga petani memanfaatkan berbagai smber daya yang dimiliki untuk bertahan hidup (Scoones 1998 dalam Turasih 2011). Menurut Ellis (2000) dalam Fridayanti (2013), sumber nafkah diklasifikasikan menjadi tiga antara lain: Sektor on farm yaitu sektor yang mengacu pada pendapatan yang berasal dari tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun diakses melalui sewa menyewa atau bagi hasil. Strategi on farm merujuk pada nafkah yang berasal dari pertanian dalam arti luas. Sektor off farm yaitu sektor yang mengacu pada pendapatan di luar pertanian, yang dapat erarti penghasilan diperoleh berasal dari upah tenaga kerja, sistem bagi hasil, kontrak upah tenaga kerja non upah, namun masih dalam lingkup sektor pertanian. Sektor non farm yaitu sektor yang mengacu pada pendapatan yang ukan berasal dari pertanian seperti pendapatan atau gaji pensiun, pendapatan dari usaha pribadi dan sebagainya. Desa Bungku memiliki wilayah desa yang luas dengan beragam etnis yang banyak pula. Sumber nafkah yang dimiliki oleh beragam etnis di Desa Bungku juga beragam. Mayoritas dari beragam etnisdi Desa Bungku memiliki kabun sawit, namun ada beberapa yang bekerja di sektor non farm seperti buruh pertamina, pemilik warung dan guru. Pada sektor off farm, beragam etnis memiliki pekerjaan seperti buruh sawit, buruh karet, dan gesek kayu. Sumber nafkah yang dimiliki oleh tiga etnis yang ada di Desa Bungku (SAD, SADSemendo, luar) dapat dilihat melalui tabel 9. Tabel 9. Jumlah dan presentase menurut strategi nafkah di Desa Bungku, 2013
SAD SAD Etnis Semendo Luar Total
Strategi Nafkah On Farm Off Farm Non Farm 11 73.3% 4 26.7% 0 0.0% 15 5 33.3% 9 60.0% 1 6.7% 15 7 23
46.7%
Total 100.0% 100.0%
2
13.3% 6
40.0% 15
100.0%
51.1% 15
33.3% 7
15.6% 45
100.0%
38
Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa distribusi sumber nafkah masing-masing rumah tangga etnis mempuyai perbedaan yang cukup jelas. SAD sumber nafkah dari pertanian sebesar 73.3% melakukan strategi nafkah on farm, SAD-Semendo sumber nafkahsebagai buruh tani sebesar 60.0% dan etnis luar sumber nafkah dibidang non pertanian sebesar 40.0%. Mata pencaharian beragam etnis di Desa Bungku memang masih bergantung pada pertanian. Lebih dari 50.0% masyarakat Desa Bungku berprofesi sebagai petani dan buruh tani. Berdasarkan karakteristik pertaniannya, pertanian yang dilakukan di desa ini terbagi tiga jenis yaitu petani sawit, petani karet dan petani cabai. Pada penelitian ini hanya satu rumah tangga yang merupakan petani cabai yaitu (E) dari etnis luar (sunda). Hasil panen dari kebun, baik sawit, karet maupun cabai berorientasi pada produksi yang artinya memaksimalkan hasil produksi karena tujuan ekonomi. Hasil kebun dijual untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adapun hasil dari kebun cabai, selain untuk dijual, cabainya pun digunakan untuk konsumsi rumah tangga pemilik sehari-hari.
Aset Modal Alam Rumah Tangga beragam Etnis di Desa Bungku Pembahasan ini mengenai aset modal alam yang diukur melalui penguasaan lahan beragam etnis desa Bungku dari beragam etnis (SAD, etnisSAD-Semendo, dan etnis luar). Sebagian besar beragam etnis disana bekerja sebagai petani kebun baik sawit maupun karet. Perkebunan sawit yang terbentang luas di desa Bungku, pemilik lahannya pun berbeda-beda. Dari swasta maupun perorangan. Berbagai perusahaan menguasai lahan desa Bungku salah satunya adalah PT. Asiatic Persada yang hingga saat ini masih berselisih paham dengan beragam etnis terkait batas Hak Guna Lahan yang menurut beragam etnis sangat merugikan warga yang sudah tinggal di lahan tersebut sejak nenek moyang mereka. Penetapan range lahan 3.25 ha berdasarkan pada pembagian antara lain Lahan Usaha 1 (LU1) ideal transmigrasi seluas 1 ha tanaman pangan, Lahan Usaha 2 dari pemerintah yang disalurkan melalui perusahaan seluas 2 ha, dan lahan pekarangan 0.25 ha. Penguasaan rendah jika rumah tangga menguasai lahan seluas 0.25 ha, penguasaan lahan sedang (standar lahan yang diterima transmigrasi), dan penguasaan lahan tinggi jika rumah tangga menguasai lahan seluas >3.25 ha. Distribusi penguasaan lahan dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini:
39
Tabel 10. Jumlah dan presentase menurut penguasaan lahan di Desa Bungku, tahun 2013 Penguasaan Lahan Total 0.00 – 0.25 0.25–3.25 >3.25 ha ha ha 11 73.3% 4 26.7% 0 0.0% 15 100.0% SAD Etnis Respond en
SADSemen do Etnis Luar Total
6
40.0%
6
40.0%
3
20.0% 15
100.0%
5
33.3%
5
33.3%
5
33.3% 15
100.0%
48.9% 15
33.3%
8
17.8% 45
100.0%
22
Berdasarkan tabel 10, etnis Suku Anak Dalam (SAD) memiliki penguasaan lahan paling rendah dengan presentasi 73.3%. SAD-Semendo menguasai lahan sedang sebesar 40.0 % dan etnis luar memiliki penguasaan lahan tinggi dengan presentasi 33.3%. Jika dilihat dari distribusi penguasaan lahan secara umum, Presentase penguasaan lahan SAD tergolong rendah, sedangkan presentase penguasaaan lahan etnis luar tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan adanya disparitas antara etnis anak dalam dengan etnis luar sebagai pendatang (transmigran).
Aset Modal Manusia Rumah Tangga Beragam Etnis di Desa Bungku Aset modal manusia pada beragam etnis desa Bungku ini diukur dengan tingkat pendidikan responden dan status kesehatannya. Tingkat pendidikan dkategorikan ke dalam tiga bagian yaitu: (1) Rendah, jika beragam etnis tidak sekolah dan hanya tamat Sekolah Dasar; (2) Sedang, jika beragam etnis tamat Sekolah Menengah Pertama; (3) Tinggi, jika beragam etnis tamat Sekolah Menengah Atas. Sedangkan untuk tingkat kesehatan diukur dengan intensitas mengalami sakit selama satu bulan terakhir sehingga dikategorikan kedalam tiga yaitu (1) Tidak pernah; (2) Jarang; (3) Sering. Secara lengkap akan dijelaskan melalui tabel 11 berikut ini:
40
Tabel 11. Jumlah dan presentase menurut tingkat Pendidikan beragam etnis di Desa Bungku, 2013 Tingkat Pendidikan Total
SAD Etnis
Rendah 13
86.6%
Sedang 1
6.7%
Tinggi 1
6.7%
15
100.0%
11
73.3%
4
26.7%
0
0.0%
15
100.0%
13 37
86.6% 82.2%
1 6
6.7% 13.3%
1 2
6.7% 4.5%
15 45
100.0% 100.0%
SAD Semendo Luar Total
Berdasarkan tabel 11, SAD dan etnis luar memiliki presentase yang sama pada kategori rendah yaitu 86.6%. Hal ini menandakan bahwa pada tingkat pendidikan baik SAD maupun etnis luar masih banyak yang tidak sekolah dan hanya tamat Sekolah Dasar. Sementara itu, pada kategori sedang, SAD-Semendo memiiki presentase yang paling besar yaitu 26.7%. Artinya, cukup banyak diantara etnis SAD-Semendo yang tamat Sekolah Menengah Pertama. Sedangkan pada kategori Tinggi, SAD memperoleh nilai presentasi 6.7%, sementara etnis SAD-Semendo0.00% dan etnis luar memperoleh presentasi 6.7%. Pada kategori Tinggi yag artinya beragam etnis telah menamatkan Sekolah Menengah Atas, SAD dan etnis luar memiliki presentase yang sama. Berdasarkan hasil pada tabel 11, Etnis Anak Dalam memiliki kesamaan dengan etnis luar. Dari segi pendidikan, kedua etnis ini memperoleh presentase yang sama. Banyak hal yang diikuti SAD dari etnis luar, salah satunya adalah pendidikan. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan (R) yang merupakan etnis SAD. Menurut (R), gedung Sekolah Dasar masih bisa dijangkau, walaupun akses masih cukup sulit tapi bukan merupan hambatan untuk tidak bersekolah. Tabel 12. Jumlah dan presentase menurut tingkat kesehatan Beragam etnis di Desa Bungku, 2013 Intensitas sakit Tidak Pernah SAD Etnis
10
SADSemendo 9 Etnis Luar 4 Total 23
Jarang
Sering
Total
66.7%
3
20.0% 2
13.3% 15
100.0%
60.0%
5
33.3% 1
6.7% 15
100.0%
26.7% 7 51.1% 15
46.7% 4 33.3% 7
26.7% 15 15.6% 45
100.0% 100.0%
41
Pembahasan ini mengacu pada tabel 12, pada kategori Tidak Pernah, etnis Suku Anak Dalam (SAD) memperoleh presentasi paling tinggi dengan nilai presentasi sebesar 66.7%. Pada kategori Jarang, paling besar nilai presentasinya adalah etnis luar yaitu 46.7%. Begitu juga pada kategori Sering nilai presentasi paling tinggi juga diperoleh oleh etnis luar dengan presentasi 26.7%. Etnis SADSemendo berada diantara SAD dan etnis luar, hanya pada kategori Sering yang memperoleh presentasi paling sedikit dengan nilai presentasi 6.7%. Hal ini menunjukan bahwa derajat kesehatan tertinggi ada pada etnis SAD. Berbicara mengenai kesehatan, Etnis Anak Dalam (SAD) masih menjunjung nilai leluhur dengan pengobatan secara tradisional.Pengobatan tradisional ini disebut dengan "Basale". Pengobatan ini dipimpin oleh seorang dukun untuk memanggil "setan" karena menurut kepercayaan mereka penyakit itu karena penyakit yang ada dalam tubuh seseorang itu berasal dari "setan" sehingga harus meminta kesembuhan kembali pada "setan". Basale dapat dilakukan pada malam hari sekitar pukul 21.00 malam dan berakhir pada besok pagi ataupun pada malam hari lagi. Hal itu tergantung pada penyakit yang diderita oleh pasien. Sebelum basale dilakukan, beragam etnis menyiapkan sesajen yang terdiri dari beberapa bale yang digantung diatas.Selain itu, makanan sesajen juga tersedia disekeliling beragam etnis yang berada diruangan basale.Hal yang pertama yang dilakukan adalah dukun memohon izin kepada setan untuk melakukan basale ini. Kemudian dukun menari sesuai pukulan redap. Semua yang ada diruangan basale akan menari semua karena "setan" sudah masuk kedalam tubuhnya.
Aset Modal Fisik Rumah Tangga Beragam Etnis Desa Bungku Modal fisik mengacu pada aset yang dibawa untuk mengeksistansikan proses produksi ekonomi. Dapat diukur melalui perumahan, kepemilikan motor, dan kepemilikan mobil.Tingkat kepemilikan rumah, motor, dan mobil menggunakan skala ordinal antara lain; (1) Rendah, jika rumah tangga beragam etnis di Desa Bungku memiliki nilai 1-3 (2) Sedang, jika rumah tangga beragam etnis di Desa Bungku memiliki nilai 4-5 (3) Tinggi, jika rumah tangga beragam etnis di Desa Bungku memiliki nilai 6-7. Tabel akan menunjukan tingkat kepemilikan rumah, motor, dan mobil beragam etnis di Desa Bungku.
42
Tabel 13. Jumlah dan presentase menurut tingkat kepemilikan rumah, motor, dan mobil beragam etnis di Desa Bungku, 2013 Tingkat kepemilikan rumah, motor, mobil Total Rendah Sedang Tinggi SAD Etnis
2
13.3%
9
60.0%
4
26.7% 15
100.0%
SAD 0 Semendo
0.0%
6
40.0%
9
60.0% 15
100.0%
0
0.0%
7
46.7%
8
53.3% 15
100.0%
2
4.4% 22
48.9% 21
46.7% 45
100.0%
Luar Total
Berdasarkan tabel 13, tingkat kepemilikan rumah, motor, dan mobil tertinggi ada pada SAD dengan presentase 13.3% artinya masih ada SAD yang memiliki rumah non permanen, tidak memiliki motor dan tidak memiliki mobil. Pada kategori sedang, SAD memiliki jumlah presentase tertinggi juga yaitu 60.0% itu artinya sudah cukup banyak rumah tangga SAD yang belum memiliki mobil namun rumah sudah permanen, selain itu mereka juga memiliki motor sebagai alat transportasi mereka untuk melakukan beragam aktivitas rumah tangga baik ke kebun ataupun hal lain. Sementara itu, pada kategori tinggi, rumah tangga SAD semendo memiliki presentase tertinggi dengan nilai 60.0%. Hal ini menunjukan bahwa rumah tangga SAD semendo sudah memiliki modal fisik yang lebih baik salah satunya adalah rumah permanen, memiliki motor, dan beberapa sudah memiliki mobil. Tipe rumah yang ada di Desa Bungku mayoritas sudah permanen, dan banyak dari beragam etnis yang ada di Desa Bungku memiliki motor. Hal ini karena akses dari rumah menuju kebun ataupun jarak antar dusun cukup jauh jadi akan lebih sulit jika dilakukan dengan berjalan kaki. Motor sudah menjadi kebutuhan primer rumah tangga beragam etnis di Desa Bungku. Hal ini menarik, dalam satu rumah tangga ada yang memiliki motor lebih dari satu bahkan lebih dari dua. Namun untuk SAD, banyaknya motor yang dimiliki tidak diikuti dengan pemasukan sehingga pada saat panen, mereka kesulitan untuk membayar.
Aset Modal Finansial Rumah Tangga Beragam Etnis Desa Bungku
43
Modal finansial mengacu pada stok uang tunai yang dapat di akses untuk membeli baik barang produksi atau konsumsi dan akses pada kredit. Dapat diukur dengan kepemilikan tabungan dan pinjaman. Pengukuran tingkat finansial menggunakan data ordinal. Rendah, jika memiliki nilai 1 yaitu rumah tangga yang tidak memiliki tabungan dan memiliki pinjaman . Sedang, jika memiliki nilai 2 yaitu rumah tangga yang tidak memiliki tabungan dan tidak memiliki pinjaman serta rumah tangga yang tidak memiliki tabungan dan memiliki pinjaman. Tinggi, jika memiliki nilai 3 yaitu rumah tangga yang memiliki tabungan dan tidak memiliki pinjaman. Hal ini dapat ditunjukan melalui tabel berikut. Tabel 14. Jumlah dan presentase menurut tingkat finansial beragam etnis di Desa Bungku, 2013
SAD Rendah Tingkat Sedang Finansial
Tinggi Total
4 6 5
26.7%
SAD Semendo 0 0.0%
40% 11 33.3%
4
15 100.0% 15
Etnis Luar
Total
1
6.6%
5
11.1%
73.3%
7
46.7%
24
53.3%
26.7%
7
46.7%
16
35.6%
100.0% 15 100.0%
45
100.0%
Berdasarkan tabel 14, SAD berada pada presentase tertinggi dalam kategori tingkat finansial rendah dengan presentase 26.7 %. Artinya, rumah tangga SAD di dominasi oleh rumah tangga yang tidak memiliki tabungan dan memiliki pinjaman. Tidak heran jika ketika panen, rumah tangga SAD tidak dapat memaksimalkan hasil panen karena harus membayar utang. Dengan kata lain “gali lubang tutup lubang”2. SAD-Semendo memiliki presentase tertinggi pada kategori sedang dengan presentase 73.3%. sedangkan etnis luar memiliki presentase 46.7% pada kategori tinggi. Artinya, rumah tangga etnis luar didominasi oleh rumah tangga yang memiliki tabungan dan tidak memiliki pinjaman. Seharusnya bukan hanya gaya hidup, kepemilikan sumber daya fisik dan pendidikan saja yang harus diikuti oleh SAD dari etnis luar. Pengaturan ekonomi rumah tangga juga harus diikuti oleh SAD agar dapat mengatur kegiatan ekonomi rumah tangga yang diharapkan tidak lebih besar pengeluaran dari pada pemasukan. Rumah tangga SAD juga perlu belajar memiliki tabungan dalam bentuk uang tunai agar dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga yang sifatnya mendadak atau pun bisa digunakan untuk jangka panjang.
2
Gali lubang tutup lubang adalah istilah untuk seseorang yang selalu mengambil utang kemudian membayar, mengambil utang lagi, membayar lagi. Begitu seterusnya, sehingga sulit untuk memiliki tabungan
44
Aset Modal Sosial Rumah Tangga Beragam Etnis di Desa Bungku Modal sosial mengacu pada jaringan sosial dan asosiasi dimana orang berpartisipasi, dan mereka dapat memperoleh dukungan yang memberikan kontribusi untuk mata pencaharian mereka. Dapat diukur dari intensitas gotong royong pada beragam etnis di Desa Bungku. Gotong royong memiliki pengertian sebagai bentuk partisipasi aktif setiap individu untuk ikut terlibat dalam memberi nilai tambah atau nilai positif kepada setiap obyek, permasalahan, atau kebutuhan orang banyak disekitarnya. Partisipasi aktif tersebut dapat berupa mental spiritual, materi, keuangan, tenaga fisik, sampai hanya berdoa kepada Tuhan (Rochmadi dalam Ariyantoni 2014). Lebih jelasnya dapat ditunjukan melalui tabel 15. Tabel 15. Jumlah dan prsentase menurut intensitas gotong royong beragam etnis di Desa Bungku, 2013 Intensitas Gotong Royong Jarang
Etnis
Total
Sering
SAD
0
0.0%
15 100.0%
15
100.0%
SAD Semendo
0
0.0%
15 100.0%
15
100.0%
Luar
4
26.7%
11
73.3%
15
100.0%
4
8.9%
41
91.1%
45
100.0%
Total
Sebagian besar rumah tangga baik SAD, SAD-Semendo maupun Luar sering melakukan kegiatan gotong royong. Bahkan untuk SAD dan SADSemendo memiliki presentase (100%) untuk kategori sering. Kegiatan gotong royong biasanya dilakukan di Desa Bungku setiap satu minggu sekali. Dan pelaksanaan gotong royong setiap dusun berbeda hari. Pada Dusun Bungku Indah dilakukan pada hari jumat, Johor I dan Johor II dilakukan pada hari selasa. Biasanya beragam etnis di Desa Bungku melakukan “Jumat Bersih” yaitu membersihkan jalan utama. Selain gotong royong, beragam etnis di Desa Bungku juga melakukan pengajian keliling baik laki-laki maupun perempuan. Pengajian keliling ini juga dilakukan seminggu sekali. Namun untuk pengajian perempuan yang didominasi oleh ibu-ibu dilakukan di kecamatan setiap satu bulan sekali. Dusun Bungku Indah melakukan pengajian pada malam kamis diikuti oleh laki-laki yang didominasi oleh bapak-bapak. Pengajian ini dapat memperkuat modal sosial, karena selain melantunkan ayat suci Al-Qur’an, dalam pengajian juga bisa
45
dijadikan sebagai forum atau tempat untuk saling bertukar pikiran baik masalah politik maupun hal lain yang bisa memperkuat interaksi antara pribadi dan selanjutnya bisa menjadi komunitas.
Hubungan Aset Modal terhadap Strategi Nafkah Beragam Etnis di Desa Bungku Jumlah Rumah tangga menurut Strategi Nafkah Jumlah rumah tangga menurut strategi nafkah pada Tabel 16, sebagian besar adalah sebagai petani (farm) sebanyak 51.1 persen. Mereka bekerja sebagai petani kelapa sawit, karet dan cabai. Rumah tangga yang berpendapatan dari sektor off-farm (buruh dodos, ngimas/babat kebun sawit, muat sawit, buruh nderes karet, dan lain-lain) sebesar 33.3 persen. Selebihnya adalah disektor nonfarm (tengkulak sawit, toke getah, nggesek kayu, warung, guru, buruh pertamina dll) hanya sebesar 15.6 persen. Hal ini menujukkan bahwa sektor farm merupakan sumber utama pendapatan rumah tanggaberagam etnis Desa bungku. Tabel 16. Jumlah dan presentase rumah tangga menurut Strategi Nafkah beragam etnis Desa Bungku Strategi Nafkah Farm Off – Farm Non – Farm Total
Rumah tangga Frekuensi
Persen (%) 23 15 7 45
51.1 33.3 15.6 100.0
Hubungan Penguasaan Luas Lahan dan Strategi Nafkah di Desa Bungku
Penguasaan lahan dilihat dari seberapa banyak luas lahan yang dikuasai baik milik sendiri, lahan bagi hasil, maupun Tanah Ulayat. Sebagian besar beragam etnis disana bekerja sebagai petani kebun baik sawit maupun karet. Perkebunan sawit yang terbentang luas di desa Bungku, pemilik lahannya pun berbeda-beda. Dari swasta maupun perorangan. Berbagai perusahaan menguasai lahan desa Bungku salah satunya adalah PT. Asiatic Persada yang hingga saat ini masih berselisih paham dengan beragam etnis terkait batas Hak Guna Lahan yang menurut beragam etnis sangat merugikan warga yang sudah tinggal di lahan tersebut sejak nenek moyang mereka.
46
Penguasaan luas lahan dihubungkan dengan strategi nafkah rumah tanggaberagam etnis Desa Bungku. Penetapan range lahan 3.25 ha berdasarkan pada pembagian antara lain Lahan Usaha 1 (LU1) ideal transmigrasi seluas 1 ha tanaman pangan, Lahan Usaha 2 dari pemerintah yang disalurkan melalui perusahaan seluas 2 ha, dan lahan pekarangan 0.25 ha. Penguasaan rendah jika rumah tangga menguasai lahan seluas 0.25 ha, penguasaan lahan sedang (standar lahan yang diterima transmigrasi), dan penguasaan lahan tinggi jika rumah tangga menguasai lahan seluas >3.25 ha. Untuk lebih jelasnya, disajikan dalam tabel 17 berikut. Tabel 17. Jumlah dan presentase tingkat penguasaan lahan dan strategi nafkah di Desa Bungku, tahun 2013 Strategi Nafkah Total On Farm Off Farm Non Farm Rendah 11 50.0% 9 40.9% 2 9.1% 22 100.0% Penguasaan Sedang 9 Lahan Tinggi 3 Total
23
60.0%
5
33.4%
1 6.67%
15
100.0%
37.5%
1
12.5%
7 50.0%
8
100.0%
51.1%
15 33.3%
7 15.6%
45
100.0%
Data pada tabel 17 menunjukkan bahwa rumah tangga yang menguasai lahan dengan tingkat penguasaan lahan rendah lebih cenderung berpendapatan dari sektor on farm sebesar 50.0%. Pada rumah tangga yang menguasai lahan dengan tingkat penguasaan sedang di dominasi rumah tangga yang berpendapatan dari sektor on farm sebesar 60.0%. Sedangkan rumah tangga yang menguasai lahan dengan tingkat penguasaan lahan tinggi berpendapatan dari sektor non farm sebesar 50.0%. Rumah tangga yang mempunyai pendapatan dari sektor non farm (tengkulak sawit dan toke getah) akan menginvestasikan hasil dari pendapatannya untuk membeli aset lahan kebun. Sehingga, penguasaan luas lahan kebun mereka semakin besar. Sedangkan rumah tangga yang menguasai luas lahan rendah lebih mengoptimalkan pendapatannya dari sektor on farm.
Hubungan Tingkat Pendidikan Beragam Etnis dan Strategi Nafkah di Desa Bungku Sarana dan prasarana di Desa Bungku sudah cukup memadai. Dalam hal memenuhi kebutuhan beragam etnis akan fasilitas pendidikan, desa ini telah memiliki fasilitas pendidikan yang cukup baik namun masih sangat perlu ditingkatkan. Sarana pendidikan Desa Bungku terdiri dari Sembilan buah bangunan TK/SD. Desa ini belum memiliki fasilitas sekolah menengah sehingga
47
bagi beragam etnis yang ingin menempuh pendidikan menengan atas, mereka harus bersekolah di luar desa dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Tabel 18 di bawah akan menunjukan presentase tingkat pendidikan beragam etnis di Desa Bungku. Tingkat pendidikan akan di hubungkan dengan strategi nafkah rumah tangga di Desa Bungku. Tabel 18. Jumlah dan presentase tingkat pendidikan dan strategi nafkah di Desa Bungku, 2013 Strategi Nafkah Total On Farm Rendah Sedang
Tingkat Pendidikan
17 4
Tinggi
Total
Off Farm
46.0% 13 66.7% 2
35.0% 33.3%
7 0
19.0% 0.0%
37 6
100.0% 100.0%
0
0.0%
0
0.0%
2
100.0%
51.1% 15
33.3%
7
15.6%
45
100.0%
2 100.0% 23
Non Farm
Berdasarkan tabel 18 menunjukan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi strategi nafkah rumah tangga karena sebagian baik tingkat pendidikan rendah, sedang maupun tinggi terdapat pada sektor on farm. Rumah tangga yang berpenghasilan dari sektor on farm dapat membiayai pendidikan anggota keluarga mereka sampai jenjang yang lebih tinggi.
Hubungan Tingkat Kesehatan Beragam Etnis dan Strategi Nafkah di Desa Bungku Tingkat kesehatan diukur berdasarkan intensitas rumah tangga beragam etnis menderita sakit selama satu bulan terakhir. Untuk lebih jelas, lihat tabel 19. Tabel 19. Jumlah dan presentase menurut tingkat kesehatan dan strategi nafkah di Desa Bungku, 2013 Strategi Nafkah Total On Farm Off Farm Non Farm Tidak 13 56.7% 8 34.7% 2 8.7% 23 100.0% pernah Intensitas sakit
Total
Jarang
6
40.0%
5
33.3%
4
26.7%
15
100.0%
Sering
4
57.1%
2
28.6%
1
14.3%
7
100.0%
51.1% 15
33.3%
7
15.6%
45
100.0%
23
48
Berdasarkan tabel 19, rumah tangga beragam etnis dengan tingkat kesakitan “tidak pernah” dan”jarang” ada pada rumah tangga yang melakukan aktivitas nafkah pada sektor on farm dengan presentase 56.7% dan 40.0%. Sama halnya pada kategori “sering” yang dimiliki oleh rumah tangga yang melakukan aktivitas pada sektor on farm juga. Hal ini menunjukan bahwa tidak terlihat hubungan antara tingkat kesehatan dengan strategi nafkah.
Hubungan Kepemilikan Rumah, Motor, dan Mobil pada Strategi Nafkah di Desa Bungku Jumlah kepemilikan aset fisik rumah tangga dilihat dari kepemilikan rumah, motor, dan mobil. Aset modal fisik tersebut dijumlahkan dan kemudian dilakukan penggolongan menjadi tiga, yaitu (1) Rendah, jika rumah tangga beragam etnis di Desa Bungku memiliki nlai 1-3 (2) Sedang, jika rumah tangga beragam etnis di Desa Bungku memiliki nilai 4-5 (3) Tinggi, jika rumah tangga beragam etnis di Desa Bungku memiliki nila 6-7. Penggolongan jumlah kepemilikan aset kekayaan tersebut disajikan dalam tabel 20 berikut. Tabel 20. Jumlah dan presentase menurut kepemilikan rumah, motor, dan mobil pada strategi nafkah di Desa Bungku, 2013 Strategi Nafkah Total
Rendah
On Farm
Off Farm
Non Farm
1
50.0%
1
50.0%
0
0.0%
59.0%
7
31.9%
2
9.1% 22 100.0%
9
42.8%
7
33.4%
5
23.8% 21 100.0%
23
51.1%
15
33.3%
7
15.6% 45 100.0%
Tingkat Kepemilikan Sedang 13 Aset Tinggi Total
2 100.0%
Data pada tabel 18 menunjukkan bahwa kepemilikan jumlah aset modal fisik (rumah, motor, dan mobil) rendah di dominasi oleh rumah tangga yang berpendapatan dari sektor on farm sebesar 50.0% dan sektor off farm sebesar 50.0%. Kepemilikan jumlah aset fisik (rumah, motor, dan mobil) sedang dan tinggi di dominasi oleh rumah tangga yang berpendapatan dari sektor on farm sebesar 59.0% untuk kategori sedang dan 42.8% untuk kategori tinggi. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar rumah tangga pada sektor on farm memiliki aset kepemilikan rumah, motor dan mobil yang lebih tinggi.
49
Hubungan Tingkat Finansial Beragam Etnis dan Strategi Nafkah di Desa Bungku Tingkat finansial rumah tangga akan dihubungkan dengan strategi nafkah yang rumah tangga miliki antara lain on farm, off farm, da non farm. Tingkat finansial rumah digolongkan menjadi tiga yaitu (1) Rendah, jika rumah tangga tidak memiliki tabungan dan memiliki pinjaman (2) Sedang, jika rumah tangga memiliki tabungan dan memiliki pinjaman dan rumah tangga yang tidak memiliki tabungan dan tidak memiliki pinjaman, dan (3) Tinggi, jika rumah tangga memiliki tabungan dan tidak memiliki pinjaman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21. Jumlah dan presentase menurut tingkat finansial dan strategi nafkah di Desa Bungku, 2013 Strategi Nafkah On Farm Off Farm Non Farm Total Rendah 4 80.0% 1 20.0% 0 0.0% 5 100.0% Tingkat Sedang Finansial Tinggi
13 54.1%
7
29.2%
4 16.7%
24 100.0%
6 37.5%
7
43.7%
3 18.8%
16 100.0%
Total
23 51.1%
15
33.3%
7 15.6%
45 100.0%
Berdasarkan tabel 21, tingkat finansial dengan kategori rendah terdapat pada rumah tangga sektor on farm dengan jumlah presentase 80%. Hal ini menandakan bahwa rumah tangga sektor on farm di dominasi oleh rumah tangga yang tidak memiliki tabungan dalam bentuk uang tunai dan memiliki pinjaman. Kategori tingkat finansial sedang terdapat pada rumah tangga on farm. Sedangkan untuk kategori tingkat finansial tinggi terdapat pada rumah tangga off farm. Seharusnya semakin tinggi tingkat finansial rumah tangga, maka rumah tangga itu ada pada kategori non farm karena penghasilan dari sektor non farm akan menambah tabungan rumah tangga selain dari hasil panen kebun. Karena ada beberapa rumah tangga non farm juga memiliki kebun akan tetapi penghasilan utama mereka bukan dari kebu melainkan dari gaji yang diterima setiap bulannya.
Hubungan Intensitas Gotong Royong Beragam Etnis dan Strategi Nafkah di Desa Bungku Intensitas gotong royong di Desa Bungku dilihat dari seberapa sering beragam etnis melakukan gotong royong yang dilakukan setiap seminggu sekali
50
baik dalam perbaikan jalan maupun membersihkan jalan yag ada di Desa Bungku. Mengingat luasnya Desa Bungku, maka gotong royong pun dilakukan oleh masing-masing dusun dalam waktu yang berbeda. Intensitas gotong royong akan dihubungkan dengan strategi nafkah beragam etnis yang ada di Desa Bungku. Terdapat dua kategori dalam pengkategorian intensitas gotong royong ini, yaitu jarang dan sering. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 22. Tabel 22. Jumlah dan presentase menurut intensitas gotong royong dan strategi nafkah di Desa Bungku, 2013 Strategi Nafkah Total On Farm Off Farm Non Farm Intensitas Gotong Royong Total
Jarang
2
50.0%
1
25.0%
4
100.0%
Sering 21
51.2% 14
34.1%
6 14.7% 41
100.0%
23
51.1% 15
33.3%
7 15.6% 45
100.0%
1
25.0%
Berdasarkan tabel 22, intensitas gotong royong jarang paling banyak adalah pada rumah tangga on farm dengan presentase yaitu 50.0%. Intensitas gotong royong sering terdapat pada rumah tangga on farm juga dengan jumlah presentasenya adalah 51.2%. Hal ini tidak menunjukan adanya hubungan yang terlihat jelas antara intensitas gotong royong terhadap strategi nafkah karena hampir sebagian responden berada pada sektor on farm.
51
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat keragaman strategi nafkah menurut beragam etnis di desa Bungku. Secara umum beragam etbis di desa Bungku cenderung on farm. 2. Beragam etnis cenderung memiliki perbedaan kepemilikan aset. SAD cenderung memiliki penguasaan lahan rendah, tingkat pendidikan rendah dan tingii, intensitas sakit rendah, kepemilikan rumah, motor dan mobil yang rendah – sedang, aset finansial sedang, dan intensitas gotong royong sering. Sedangkan SAD-Semendo cenderung memiliki tingkat penguasaan lahan sedang, tingkat pendidikan sedang, kepemilikan rumah, motor dan mobil tinggi, tingkat finansial sedang dan intensitas gotong royong sering. Sedangkan etnis luar cenderung memiliki tingkat penguasaan lahan tinggi, tingkat pendidikan rendah dan tinggi, intensitas sakit jarang, tingkat finansial tinggi dan intensitas gotong royong jarang. 3. Kepemilikan aset yang memiliki hubungan dengan strategi nafkah adalah penguasaan lahan. Sementara yang lain tidak berhubungan.
Saran Terdapat beberapa saran untuk menjaga keberlangsungan kehidupan rumah tangga pada masyarakat desa Bungku, diantaranya: 1. Kemampuan dan pemahaman pengelolaan perkebunan etnis Suku Anak Dalam harus ditingkatkan agar dapat memperoleh hasil yang lebih maksimal. 2. Suku Anak Dalam harus diberikan akses lahan serta akses pada modal strategi nafkah lainnya lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan dan memperkuat strategi nafkah. 3. Etnis Suku Anak Dalam perlu belajar pengelolaan ekonomi rumah tangga agar dapat menganggarkan keuangan dengan baik.
52
DAFTAR PUSTAKA
Aristiyani T. 2003. Strategi Nafkah dan Kerja Perempuan pada Rumah tangga Petambak Penggarap dalam menghadapi Resiko (Kasus pada Komunitas Petambak di Desa Karya Bakti, Kabupaten Karawang, Jawa Barat). Bogor: Departemen Sains Program Studi Sosiologi Pedesaan Institut Pertanian Bogor. Dharmawan AH. 2001. Farm Household Livelihood Strategies and Socio Economic Change in Rural Indonesia. Socioeconomic studies on Rural Development Vol.124.Kiel [DE]:Wissenchaftsver lag Vauk Kiel KG. Dharmawan AH. 2007. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosisologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. [internet]: 01(02);169192. http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewFile/137/132 Ellis F. 2000. Rural livelihoods and diversity in developing countries.New York [US].Oxford University Press. Fridayanti N dan Dharmawan AH. 2013. Analisis Struktur dan Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Sekitar Kawasan Hutan Konversi di Desa Cipeuteuy, Kabupaten Sukabumi. Jurnal Sosiologi Pedesaan.[internet]. Vol 01(01);26-36. http://jagb.journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/download/9388/7355 Hardjanto. 2003. Keragaan dan Pengemabangan Usaha Kayu Rakyat di Pulau Jawa. [Disertasi].Bogor[ID]: Institut Pertanian Bogor. Latifah S. 2004. Penilaian Ekonomi Hasil Hutan Non Kayu.[skripsi].Universitas Sumatera Utara http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan-siti7.pdf Lestari, T. 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Niswah ZK. 2011. Strategi nafkah masyarakat adat kasepuhan sinar resmi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
53
Prasetyaningsih N. 2004. Dimensi Gender dalam Agroforesty (Kajian pada Komunitas Petani di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat). Bogor: Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Purnomo AM. 2006. Strategi Nafkah Rumah tangga Desa Sekitar Hutan Studi Kasus Desa Peserta PHBM (Pengelolaan Hutan BersamaMasyarakat) Di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat.[Internet]. [diunduh pada tanggal 08 Desember 2012].http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8466/2006amp.pdf Septiadi.2013. Pengaruh Ketimpangan Gender Terhadap Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Buruh Tani Miskin Di Desa Cikarawang. Bogor:Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode penelitian survai. Jakarta (ID): LP3ES 346 hal Widodo S. 2009. Strategi Nafkah Rumah Tangga Miskin di Daerah Pesisir (Kasus Dua Desa di Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bangkalan Propinsi Jawa Timur).[Internet]. [diunduh pada tanggal 08 Desember 2012]. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/5628/2009swi.pdf
Widiyanto, dkk. 2010. Strategi Nafkah Rumah tangga Petani Tembakau di Lereng Gunung Sumbing.. Dalam Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia.[internet].[diunduh pada tanggal 25 Januari 2013];vol 04(01)91-114. http://www.prd.or.id/media/20130125/resume-kasus-konflik-agraria-petani-jambi.html
54
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Linda Dessy Kania. Penulis dilahirkan di Karawang pada 05 Desember 1991. Penulis memiliki Ayah bernama Endang Sutisna (Alm) dan Ibu bernama Hj. Lilis Lisnawati serta memiliki adik bernama Ervan Gusti Prasetya. Selainnitu, kini penulis memiliki suami bernama Irfan Rahmat Taufik. Penulis berasal dari kota Karawang, Provinsi Jawa Barat. Penulis bersekolah di SDN 2 Pulomulya sejak tahun 1997-2003.Pada tahun 2003-2006 penulis menempuh pendidikan di SMPN 1 Lemahabang. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Al-Ma’soem pada tahun 2006-2009. Penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada jurusan Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Peranian Bogor pada tahun 2009. Aktivitas penulis selama menjadi mahasiswi adalah sebagai mahasisiwi aktif dan beberapa kali ikut kepanitiaan dan organisasi. Penulis tercatat sebagai anggota dari divisi Research and Development Himpunan mahasiswa peminat komunikasi dan pengembangan masyarakat (HIMASIERA) periode 2011-2012. Penulis juga terdaftar sebagai divisi acara Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) pada tahun 2012. Penulis berharap ke depannya dapat terus mengembangkan diri, terus berprestasi dan berkontribusi bagi masyarakat. Penulis berharap dapat berkarir, hidup mandiri dan dapat membahagiakan orang tua.
55
LAMPIRAN
Lampiran 1.Peta Lokasi Penelitian Peta Hutan Harapan Desa Bungku Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi
Sumber :http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2012/10/lokasi-hutanharapan-tata-guna-hutan-jambi.jpg
56
Lampiran 2. Kuesioner Nama Responden Enumerator Tanggal Entri Data
KUESIONER STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PADA MASYARAKAT DESA BUNGKU JAMBI Peneliti bernama Linda Dessy Kania, merupakan mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.Saat ini peneliti sedang melakukan penelitian terkait pengaruh peran, akses dan kontrol terhadap aset modal dengan strategi nafkah masyarakat hutan harapan.Penelitian ini merupakan syarat bagi peneliti untuk mendapatkan gelar sarjana (S1). Peneliti berharap Bapak/Ibu menjawab kuesioner ini dengan lengkap dan jujur.Perlu diperhatikan bahwa dalam pengisian kuesioner ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Apapun jawabannya akan menjadi data berharga bagi kelancaran penelitian ini. Identitas dan jawaban dijamin kerahasiaannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi. Atas waktu dan kesediaan Bapak/Ibu dalam pengisian kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.
Berilah tanda silang (X) pada pilihan yang benar/sesuai, ATAU isi jawaban pada bagian yang disediakan I. Identitas Lokasi 1. Provinsi
: ................................................ Kode Provinsi
: ….........
57
2. Kabupaten
: ...............................................
3. Desa/Dusun
: ............................................
4. Komunitas
: (1) Adat
Kode Kabupaten : ….........
(2) Semendo (3) Luar II. Karakteristik Kepala Keluarga
1. Umur 2. Status Perkawinan
: …………………Tahun : (1) Menikah (2) Duda (3) Janda
3. Pekerjaan
: …………………………………………….. : ……………………………………………..
4. Jumlah Beban Tanggungan
III. Karakteristik Rumah tangga No
Pekerjaan Nama Anggota Rumah tangga
Hub KK
JK
Umur Utama
Tambahan
Tingkat Pendidikan dan lama sekolah (thn)
IV. Persepsi tentang Konsep Nafkah Rumah tangga 1. Apakah anda mengetahui maksud pemenuhan kebutuhan nafkah rumah tangga ?
(1) Ya (2) Tidak
2. Bila Ya, sebutkan............................................................................................................................................
58
3. Bagaimana menurut Anda kebutuhan nafkah rumah tangga anda sendiri? (1) sangat tidak mencukupi (2) tidak mencukupi (3) biasa saja (4) mencukupi (5) sangat mencukupi 4. Mengapa, jelaskan…………………………….
5. Menurut Anda, apakah pemerintah memberikan perhatian terhadap kebutuhan nafkah rumah tangga anda? (1) Ya (2) Tidak 6. Jika ya, berupa apa............................................................................................................................................ 7. Menurut Anda, apakah perusahaan swasta memberikan perhatian terhadap kebutuhan nafkah rumah tangga anda? (1) Ya
(2) Tidak
8. Jika ya, berupa apa ............................................................................................................................................ 9. Program bantuan pemerintah apakah yang Anda dapat ? (1) Tidak ada
(7) Keluarga Harapan
(2) Bantuan Langsung Tunai
(8) Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
(3) Beras untuk rakyat miskin (RASKIN)
(9) Bantuan Modal
(4) Askeskin
(10)Bantuan teknologi
(5) Sembako murah
(11)Kredit
(6) Bantuan Operasional Sekolah (untuk anak sekolah)
(12) Lainnya,.................................................
10. Apakah program yang Anda dapatkan membantu dalam memenuhi kebutuhan nafkah sehari-hari ? (1) Ya
(2) Kadang-kadang(3) Tidak V. Aset Sumber daya
1. Aset sumberdaya alami 1. Luas lahan pekarangan……………. m2
59
2. Jika memiliki tanaman, tanaman apa yang ditanam di lahan pekarangan? a………………
c………………..
e………………
b………………
d………………..
f………………
3. Jika berternak, ternak apa yang diusahakan dan berapa jumlahnya? a………………
c………………..
e………………
b………………
d………………..
f………………
g……………
4. Jika memelihara ikan, ikan apa yang diusahakan dan berapa jumlahnya? a………………
c………………..
b………………
d………………..
5. Sumber air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga? (1) Keperluan rumah tangga (2) Mandi, cuci (3) Berkebun/bertani 6. Akses untuk memperoleh air untuk keperluan rumah tangga? (1) Sulit (2) Biasa saja (3) Mudah VI. Aset Sumberdaya Fisik I
Perumahan
1. Status rumah yang Anda tempati (1) Sendiri (2) Kontrak (3) Orang tua (4) Lainnya,....................... 2. Ukuran rumah...........................................m2 3. Tipe dinding rumah (1) Bambu
(3) Sebagian tembok
(2) Kayu
(4) Tembok
(5) Lainnya,.................
4. Tipe atap (1) Genteng
(3) Seng
(2) Asbes
(4) Daun
(5) Lainnya,.......................
5. Tipe lantai: (1) Keramik
(2) Ubin
(3) Semen
(4) Tanah
60
6. Apakah anda memiliki toko/warung? (1) Ya (2) Tidak II Jumlah peralatan rumah tangga dan meubel 1. Kursi dan meja tamu………………………….set 2. Kursi dan meja makan ……………………….set 3. Kompor gas
……………………..buah
4. Kompor minyak
……………………..buah
5. Tempat tidur
……………………..buah
6. Lemari……………………. Buah III Jumlah alat elektronik 1. Televisi
……………………..buah
2. Kipas angin
……………………..buah
3. Telepon
……………………..buah
4. HP
……………………..buah
5. Setrika listrik
……………………..buah
6. Rice cooker
……………………..buah
7. Kulkas
……………………..buah
8. Mesin cuci
……………………..buah
IV Jumlah kendaraan dan perhiasan 1. Mobil (th……..)
……………………..buah
2. Motor (th…….)
……………………..buah
3. Sepeda (th…….)
……………………buah
4. Apakah Anda mempunyai perhiasan lebih dari 2 gram (1) Ya
(2) Tidak VII. Aset Sumberdaya Sosial
1. Organisasi Kemasyarakatan apakah yang terdapat di desa Anda ? (1) Tidak ada
(4) Kelompok Tani
(7) Kelompok Rohani
61
(2) Karang Taruna
(5) Kelompok wanita
(8) Lubung Desa
(3) Kelompok Taruna Tani(6) Kelompok wanita Tani
(9) Lainnya,................................
2. Sebutkan 2 (dua) organisasi dan kelompok yang paling penting bagi keluarga Anda? (a) ............................................................
(b) .............................................................
3. Apa alasan Bapak/Ibu/Saudara, mengapa organisasi tersebut dianggap penting? ……………………………………………………………………………………………………….
4. Dari dua organiasi yang dianggap penting tersebut, dalam hal apa mayoritas anggotanya memiliki kesamaan? (1) Agama (2) Gender (3) Suku (4) Pekerjaan (5)Profesi 5. Apakah organisasi tersebut memiliki hubungan kerjasama dengan organisasi sosial diluar desa ? (1) Ya
(2) Tidak
(3) Tidak tahu
6. Apakah organisasi tersebut mempunyai anggota dari luar desa ? (1) Ya
(2) Tidak
(3) Tidak tahu
7. Sebutkan peran atau dukungan yang Anda berikan pada organisasi tersebut ? ……………………………………………………………………………………………………….
8. Sebutkan manfaat yang Anda peroleh dari organisasi tersebut ? ………………………………………………………………………………………………………. 9. Bila suatu ketika keluarga Anda membutuhkan bantuan ekonomi seperti pinjaman, meminta pekerjaan, dll, kepada siapa Anda meminta bantuan? (1). Sanak keluarga
(4). Pegurus koperasi/PHBM
(7). Teman luar desa
(2). Tetangga dekat rumah
(5). Tokoh Masyarakat
(8). Lainnya,
(3). Sesama anggota kelompok ...........................
(6). Tengkulak
Sebutkan
10. Bila suatu ketika keluarga Anda membutuhkan bantuan sosial seperti penyelesaian pertikaian dalam keluarga, sengketa tanah, dll, kepada siapa Anda meminta bantuan? (1). Sanak keluarga
(4). Pegurus koperasi/PHBM
(2). Tetangga dekat rumah ...........................
(5). Tokoh Masyarakat
(3). Sesama anggota kelompok
(7). Teman luar desa
(8). Lainnya, Sebutkan
62
12. Dalam setahun terakhir, apa masyarakat di sini ada melakukan gotong-royong ? (1) Ya
(2) Tidak (3) Tidak tahu
14. Pernahkah Bapak/Ibu/Saudara ikut serta dalam kegiatan tersebut? (1) Ya, sering (2) Kadang (3) Tidak Pernah 15. Dari pernyataan berikut, mana yang lebih sesuai dengan keadaan saat ini. (1) Sebagian besar orang bisa dipercaya (2) Perlu berhati-hati (waspada) dalam berhubungan dengan orang lain (3) Tidak tahu VIII. Aset Sumberdaya Finansial 1.
Sumber Pendapatan Nama/status Volume kerja pendapatan Bersih dalam Jenis Status rumah Non pekerjaan*) Pekerjaan kebun Hari/mgg Mgg/bln Bln/th Rp/bln Rp/th tangga kebun
Keterangan: *) Jenis Pekerjaan : (1) PNS (2) pegawai pabrik (3) buruh pabrik (4) buruh kebun kelapa sawit (5) buruh minyak (6) pedagang besar (7) pedagang kecil (8) lainnya….. IX. Aset Sumberdaya Manusia 1. Apakah anda pernah mengalami sakit serius? (1) Ya (2) Tidak 2. Seberapa sering anda mengalami sakit dalam setahun? (1) Sering (2) Jarang (3) Tidak Pernah 3. Dalam hal pekerjaan, siapa yang membantu anda? 1. Keluarga 2. Kerabat
63
3. Tetangga 4. Buruh 5. Lainnya……………. 4. Mengapa mimilih (jawaban Non 3) untuk membantu bekerja
X. Pembagian Kerja dalam Keluarga Siapa yang berperan dan bertanggungjawab dalam kegiatan berikut? (beri tanda V)
Kegiatan
Laki-laki (Suami) Saja
I. Produksi Kelapa Sawit/ Karet Persiapan Lahan Pembibitan Penanaman Pemupukan Pembersihan rumput Pemotongan daun tua Panen (kelapa sawit) Ambil getah karet (nderes) Pengangkutan Penjualan Tanaman pangan (semusim) Tanaman Pekarangan Pendapatan lain (sebut) II. Reproduksi (Mengurus Rumah tangga) Memasak & siapkan mkn Mencuci baju dan piring
Perempuan (Istri) Saja
Bersama, suami dan istri
Berapa Jam/ hari
64
Membersihkan rumah Mencari air Mengasuh anak Mengelola ekonomi rumah tangga Mengelola ekonomi usahtani XI. Akses terhadap Asset Siapa yang memiliki kesempatan menggunakan Asset? (beri tanda V) Assets
Laki-laki (Suami) Saja
Perempuan (Istri) Bersama, suami dan istri Saja
Lahan Pelatihan Bekerja di kebun Teknologi Kelompok tani Hand phone Alat transportasi Informasi pasar (harga) Pendapatan Kredit Tabungan
XII. Kontrol terhadap Sumberdaya dan Manfaat Siapa yang memiliki kewenangan memutuskan terhadap sumberdaya dan manfaat? (beri tanda v)
Issue
Laki-laki (Suami) Saja
Perempuan (Istri) Saja
Bersama, suami dan istri
65
Menjual atau membeli lahan Mewariskan lahan Ikut Pelatihan Menjadi anggota kelompok tani Bekerja di kebun (siapa yang bekerja?) Membeli pupuk Menggunakan dan mengadopsi teknologi Kegiatan produksi (pangkas, pupuk) kapan dilakukan? Pemasaran (kemana?) Penggunaan pendapatan untuk pangan Penggunaan pendapatan untuk non pangan Penggunaan pendapatan untuk usaha tani (kebun) Meminjam kredit (kemana?) Menabung (berapa besar?)
66
Lampiran 3. Daftar Responden No
Nama Responden
Etnis
1
Abu
SAD
2
Yuhana
SAD
3
Siah
SAD
4
Ani Matapis
SAD
5
Ahmad Gofur
SAD
6
Santi
SAD
7
Sairan
SAD
8
Dirut
SAD
9
Sartinah
SAD
10
Nurhayati
SAD
11
Rendi
SAD
12
Rusman
SAD
13
Lobi
SAD
14
Yasir
SAD
15
Rosida
SAD
16
Badrullah
Semendo
17
Yana
Semendo
18
Nursidin
Semendo
19
Saina
Semendo
20
Fitri
Semendo
21
Susanti
Semendo
22
Enong
Semendo
67
23
Jani
Semendo
24
Tini
Semendo
25
Sudirman
Semendo
26
Samidi
Semendo
27
Karyadi
Semendo
28
Jazi
Semendo
29
Sarina
Semendo
30
Supriyatna
Semendo
31
Sri Mulyani
Luar
32
Maryani
Luar
33
Yayah
Luar
34
Sarniti
Luar
35
Suhernawati
Luar
36
Yusnani
Luar
37
Muhtar Nasution
Luar
38
Sartinah
Luar
39
Etty
Luar
40
Cica
Luar
41
Yono
Luar
42
Mbah Karni
Luar
43
Samsun
Luar
44
Suyono
Luar
45
Sukarna
Luar
68
Lampiran 4. Uji Statistik
Tingkat_Penguasaan_Lahan * Etnis Crosstabulation Count Etnis SAD Tingkat_Penguasaan_Laha n
Total
SAD Semendo
Luar
Rendah
11
6
5
22
Sedang
4
6
5
15
Tinggi
0
3
5
8
15
15
15
45
Total
Aset_Modal_Fisik * Etnis Crosstabulation Count Etnis SAD
Aset_Modal_Fisik
Total
SAD Semendo
Luar
Rendah
2
0
0
2
Sedang
2
0
0
2
Sedang
7
6
7
20
Tinggi
4
8
7
19
Tinggi
0
1
1
2
15
15
15
45
Total
Aset_Modal_Manusia * Etnis Crosstabulation Count Etnis SAD Tidak Pernah Aset_Modal_Manusia
Total
Total
SAD Semendo
Luar
10
9
4
23
Jarang
3
5
7
15
Sering
2
1
4
7
15
15
15
45
69
Tingkat_Pendidikan * Etnis Crosstabulation Count Etnis SAD
Tingkat_Pendidikan
Total
SAD Semendo
Luar
Rendah
13
11
13
37
Sedang
1
4
1
6
Tinggi
1
0
1
2
15
15
15
45
Total
Tingkat_Finansial * Etnis Crosstabulation Count Etnis SAD
Tingkat_Finansial
Total
SAD Semendo
Luar
Rendah
4
0
1
5
Sedang
6
11
7
24
Tinggi
5
4
7
16
15
15
15
45
Total
Intensitas_Gotong_Royong * Etnis Crosstabulation Count Etnis SAD
Total
SAD Semendo
Luar
Jarang
0
0
4
4
Sering
15
15
11
41
15
15
15
45
Intensitas_Gotong_Royong Total
Strategi_Nafkah * Etnis Crosstabulation Count Etnis SAD
Strategi_Nafkah
Total
Total
SAD Semendo
Luar
On Farm
11
5
7
23
Off Farm
4
9
2
15
Non Farm
0
1
6
7
15
15
15
45
70
Hubungan Aset Modal dengan Strategi Nafkah Tingkat_Penguasaan_Lahan * Strategi_Nafkah Crosstabulation Count Strategi_Nafkah On Farm Tingkat_Penguasaan_Laha n
Off Farm
Total
Non Farm
Rendah
11
9
2
22
Sedang
9
5
1
15
Tinggi
3
1
4
8
23
15
7
45
Total
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
a
4
,052
Likelihood Ratio
7,767
4
,100
Linear-by-Linear
1,780
1
,182
Pearson Chi-Square
9,402
Association N of Valid Cases
45
a. 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,24. Tingkat_Kepemilikan_SDF * Strategi_Nafkah Crosstabulation Count Strategi_Nafkah On Farm
Tingkat_Kepemilikan_SDF
Total
Off Farm
Total
Non Farm
Rendah
1
1
0
2
Sedang
0
2
0
2
Sedang
13
5
2
20
Tinggi
8
7
4
19
Tinggi
1
0
1
2
23
15
7
45
71
Chi-Square Tests Value
Df
Asymp. Sig. (2sided)
a
8
,344
Likelihood Ratio
9,779
8
,281
Linear-by-Linear
,968
1
,325
Pearson Chi-Square
8,980
Association N of Valid Cases
45
a. 11 cells (73,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,31. Tingkat_Pendidikan * Strategi_Nafkah Crosstabulation Count Strategi_Nafkah On Farm
Tingkat_Pendidikan
Off Farm
Total
Non Farm
Rendah
17
13
7
37
Sedang
4
2
0
6
Tinggi
2
0
0
2
23
15
7
45
Total
Chi-Square Tests Value
Df
Asymp. Sig. (2sided)
a
4
,459
Likelihood Ratio
5,297
4
,258
Linear-by-Linear
3,035
1
,081
Pearson Chi-Square
3,629
Association N of Valid Cases
45
a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,31. Tingkat_Kesakitan * Strategi_Nafkah Crosstabulation Count Strategi_Nafkah On Farm Tidak Pernah Tingkat_Kesakitan
Total
Off Farm
Total
Non Farm
13
8
2
23
Jarang
6
5
4
15
Sering
4
2
1
7
23
15
7
45
72
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
a
4
,645
Likelihood Ratio
2,447
4
,654
Linear-by-Linear
,398
1
,528
Pearson Chi-Square
2,500
Association N of Valid Cases
45
a. 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,09. Tingkat_Finansial * Strategi_Nafkah Crosstabulation Count Strategi_Nafkah On Farm
Tingkat_Finansial
Off Farm
Total
Non Farm
Rendah
4
1
0
5
Sedang
13
7
4
24
6
7
3
16
23
15
7
45
Tinggi Total
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
a
4
,516
Likelihood Ratio
3,967
4
,411
Linear-by-Linear
2,384
1
,123
Pearson Chi-Square
3,255
Association N of Valid Cases
45
a. 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,78. Intensitas_Gotong_Royong * Strategi_Nafkah Crosstabulation Count Strategi_Nafkah On Farm
Off Farm
Total
Non Farm
Jarang
2
1
1
4
Sering
21
14
6
41
23
15
7
45
Intensitas_Gotong_Royong Total
73
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
a
2
,842
Likelihood Ratio
,317
2
,854
Linear-by-Linear
,089
1
,766
Pearson Chi-Square
,344
Association N of Valid Cases
45
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,62.
74
Lampiran 5. Dokumentasi
Rumah masyarakat semendo pekarangan rumah
Tanaman pagar menghiasi
Tanaman pekarangan
Kandang kambing
Bangunan TK desa Bungku
Bangunan SD
75
Lapang Volley Desa Bungku
Lapang Bola Desa Bungku
Rumah masyarakat adat
Sumber air untuk mandi
Persiapan pengobatan tradisional SAD
Rumah di antara pohon sawit
76
Ternak ayam
Jalan kebun sawit
Bertemu dengan etnis SAD
Pulang sekolah
Nderes
Gotong Royong