STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA1 Handoko Soetomo2
Peran organisasi masyarakat sipil (OMS) di Indonesia tak dapat dilepaskan dari konteks dan tantangan yang dihadapi dari masa ke masa. Tantangan pada setiap perkembangan konteks dari masa ke masa itu sekaligus menjadi peluang bagi OMS untuk mandat-mandat yang dijalankan dalam mengupayakan perubahan yang dicita-citakan.
•
Peran OMS Masa Orde Baru
Pada masa pemerintahan otoriter Orde Baru, OMS telah berperan penting dalam konsolidasi elemenelemen gerakan rakyat menjadi kekuatan alternatif terhadap dominasi kekuasaan pemerintah. OMS bersama elemen kekuatan rakyat lainnya dapat membangun sinergi dan saling berbagi peran dalam arah gerak bersama perjuangan demokrasi, kebebasan rakyat untuk berserikat dan menyampaikan berpendapat yang selama itu dibungkam oleh dominasi kekuasaan pemerintah. OMS dapat menjadi kanal aspirasi rakyat akar rumput yang selama itu tidak memiliki saluran karena kontrol ketat pemerintah melalui pemberlakukan kebijakan ‘masa mengambang’ khusunya bagi rakyat di pedesaan. Dalam konteks dan situasi tersebut, OMS dapat menjalankan peran-peran strategisnya yang meliputi: pengorganisasian rakyat di tingkat akar rumput untuk memperkuat kesadaran kritis warga; penggalangan dukungan solidaritas publik secara luas dan aksi-aksi langsung untuk mendesakan perubahan; dan mengembangkan sistem pendukung gerakan untuk perubahan yang diperjuangkan. Pembagian peran dan cita-cita perubahan diantara OMS dan elemen gerakan sosial lainnya dapat dibangun bersama dalam perspektif jangka panjang dan terkoordinasi dari tinggkat akar rumput dan kaitannya dengan kerja-kerja perubahan yang dilakukan di tingkat nasional sesuai perannya masingmasing. Hubungan kerja yang dibangun mendasarkan pada keyakinan bersama dan kerja nyata dalam kemitraan yang setara (equal partnership) dengan prinsip saling berbagi sumberdaya untuk mencapai 1
Disampaikan pada Konferensi INFID 2013 “PEMBANGUNAN UNTUK SEMUA: MEMPERJUANGKAN KUALITAS PEMERINTAH, HAK ASASI MANUSIA DAN INKLUSI DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 2014 – 2019”, Hotel Royal Kuningan Jakarta, 26 – 27 November 2013. 2
Anggota Konsultan REMDEC (Resource Management and Development Consultant), lembaga asosiasi fasilitator pengembangan kapasitas untuk transformasi sosial.
1
tujuan bersama perubahan yang diperjuangkan. OMS menjalankan perannya dengan menyediakan keahlian, informasi, mobilisasi dukungan logistik, dan kerja jejaring untuk aksi-aksi langsung ‘garis depan’ dan pengorganisasian rakyat. OMS ketika itu dapat menjadi kanal aspirasi rakyat akar rumput yang tidak dapat tersalurkan melalui partai politik karena partai politik telah menjadi alat legitimasi kekuasaan pemerintah.
Pembagian Peran dalam Membangun Gerakan Sosial Garis Depan
NGOs
Pendukung
NGOs
Pengorganisasian rakyat
OR/CBOs
•
Peran OMS Masa Krisis Ekonomi Paska Orde Baru
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia paska Orde Baru, mendorong pergeseran orientasi OMS dan cara kerjanya kepada kerja-kerja praktis penanggulangan kemiskinan. Posisi dan peran OMS sebagai salah satu aktor aliansi strategis perubahan mengalami pergeseran menjadi organisasi penyedia layanan pengembangan proyek-proyek ekonomi bagi masyarakat dan penyalur dana-dana bantuan penanggulangan kemiskinan dari lembaga-lembaga internasional. Pada periode ini, banyak OMS lahir seketika dengan motivasi untuk menangkap peluang bantuan internasional yang membanjir pada masa itu. Karena kelahirannya yang seketika, berakibat lebih jauh banyak di antara OMS yang tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang kedudukan dan peran mereka dalam proses demokrasi Indonesia yang sedang berlangsung dan terus akan berlangsung. Kerja-kerja yang dilakukan OMS umumnya terfokus pada proyek yang dijalankan dan banyak yang tidak mampu melihat dan mengaitkan apa sebenarnya yang dikerjakan dengan tujuan-tujuan perubahan yang lebih besar dan berjangka panjang. Kegiatan yang dilakukan umumnya berupa kegiatan-kegiatan praktis seperti penyaluran berbagai 2
bantuan bagi warga miskin, pelatihan ketrampilan usaha, pelayanan sosial dasar (basic social services) dan lain sebagainya. Kerja yang dilakukan OMS menjadi terkotak-kotak (terjadi fragmentasi) sesuai proyeknya masing-masing sehingga tidak mampu menumbuhkan gerakan sosial yang nyata. Masyarakat akar rumput memandang bahwa OMS merupakan organisasi pembawa proyek dan bantuan dana. Akibatnya, hubungan yang terbangun adalah hubungan ketergantungan komunitas kepada OMS mengharap menpatakan bantuan, bukan kesadaran kritis saling bergantung dan berbagi peran memperjuangkan cita-cita bersama perubahan. Berbagai bantuan dana dan program tidak mampu menumbuhkan prakarsa rakyat yang sejati keluar dari kemiskinan yang dialaminya dan tindakan kolektif warga memperjuangkan demokrasi dan keadilan sosial bagi warga. Selama ini telah banyak bantuan pendanaan dan program penanggulangan kemiskinan yang dijalankan baik oleh lembaga-lembaga internasional maupun pemerintah bekerja sama dengan OMS, namun sampai saat ini kemiskinan dan kesenjangan sosial masih menjadi persoalan serius. Pergeseran orientasi dan cara kerja yang terjadi tampaknya juga berpengaruh terhadap perkembangan fungsi-fungsi dan sistem organisasi di kalangan OMS yang cenderung mengarah pada fungsi dan sistem manajemen untuk efektifitas implementasi proyek. Tidak banyak di kalangan OMS yang dapat melihat proyek-proyek yang dijalankan sebagai kesempatan untuk membangun kapasitas organisasinya sebagai organisasi perubahan. Akibat lebih jauh, banyak OMS tumbuh tidak otonom sangat bergantung pada “induknya” sebagai penyandang dananya. Dalam situasi demikian, maka banyak organisasi hanya dapat sekedar hidup (survival) dan biasanya akan mati dengan berakhirnya proyek atau bantuan penyandang dananya. Pasalnya, OMS selama periode itu tidak membangun kedaulatan organisasi dan sistem kelembagaannya yang mendukung untuk keberlanjutan peran strategis dan keberlanjutannya.
Regulasi, Dana & Program
LEMBAGA DONOR
PEMERINTAH
Regulasi, Dana & Program
Regulasi, Dana & Program
LSM
Pelaksanaan
WARGA & ORGANISASI WARGA
3
•
Bagaimana Peluang dan Strategi Memajukan Peran dan Keberlanjutan OMS?
Selama beberapa tahun terakhir terjadi perkembangan cara pandang pemerintah dan lembaga-lembaga donor terhadap OMS dari sebelumnya sebagai ‘agen pelaksana proyek/program’ menjadi satu elemen penting untuk mengupayakan tata pemerintahan demokrasi dan memperjuangkan hak-hak warga. Banyak pengalaman dan sumbangan nyata OMS dalam memajukan demokrasi dan pemenuhan hak-hak warga baik di tingkat regulasi, implementasinya, dan memperkuat partisipasi warga dan organisasi warga. Peran OMS telah diakui oleh pemerintah dan juga lembaga-lembaga pembangunan internasional sebagai pelaku pembangunan dengan mengupayakan lingkungan yang mendukung untuk memaksimalkan kontribusi OMS dalam pembangunan. Peluang tersebut memungkinkan bagi OMS memainkan perannya memperkuat dan mendukung kesadaran kritis warga menuntut hak-hak mereka, mempromosikan pendekatan untuk perwujudan pemenuhan hak-hak warga, keterlibatan secara kritis dalam proses pembentukan kebijakan dan mengawasi pelaksanaannya, dan mengembangkan kemitraan yang setara. Bagaimana agar OMS dapat menjalankan peran dan keberadaanya agar senantiasa relevan dengan konteks, tantangan, dan peluang yang tersedia? Sesungguhnya kita bisa mengambil pengalamanpengalaman sukses dan pembelajaran dari OMS selama ini baik di nasional maupun daerah terkait pertanyaan tersebut. Berikut ini beberapa pelajaran bagaimana memajukan peran dan keberlanjutan OMS dari proses aksi-refleksi kerja-kerja perubahan sosial yang dilakukan selama ini di berbagai daerah. Setidaknya terdapat tujuh upaya penting yang secara terus-menerus perlu dilakukan untuk memajukan peran dan keberlanjutan OMS dalam kerja-kerja perubahan seperti dapat diilustrasikan dalam siklus di bawah ini:
4
Strategi Memajukan dan Keberlanjutan OMS
(1) Memperkuat Kepemimpinan yang Transformatif (7) Memperkuat Pengelolaan Pengetahuan & Pembelajaran secara Keberlanjutan
(2) Memperkuat Visi sebagai Organisasi Perubahan
(6) Memperkuat Sistem Keberlanjutan Pendanaan Organisasi
(3) Memperkuat Rancangan Strategis Untuk Perubahan
(5) Mengembangkan Budaya Organisasi yang Inklusif
(4) Memperkuat Kemampuan dan Soliditas Tim Kerja
1. Memperkuat kapasitas kepempinan transformatif dalam organisasi OMS perlu mengembangkan sistem organisasi yang mendukung untuk berkembangnya kepemimpinan yang memiliki pandangan jauh ke depan dan mimpi-mimpi yang kuat tentang perubahan dan menginpirasi banyak pihak. Sistem organisasi perlu dikembangkan untuk memberikan ruang kreatif semua orang mendukung dan terlibat atas dasar kerelawanan memperjuangkan perubahan sosial. Kepemimpinan transformatif akan dapat menjadi faktor pemicu perubahan yang efektif sekaligus dia menjadi inspirasi dari perubahan yang diperjuangkan. 2. Memperkuat visi sebagai organisasi perubahan Visi organisasi perlu senantiasa diteguhkan dan dilembagakan sebagai cita-cita bersama perubahan yang diperjuangkan. Visi yang terlembagakan dapat menjadi ’bintang pemandu’ (guidance star) cita-cita perubahan jauh ke depan dalam mempromosikan demokrasi dan hak-hak warga, dan menghindarkan organisasi dari berpikir dan bertindak pragmatisme. Hanya dengan selalu memperkuat visinya organisasi akan selalu relevan dengan perkembangan jaman (konteks, tantangan dan peluang yang tersedia). 5
3. Memperkuat rencana strategis untuk perubahan Rencana strategis untuk perubahan berperan penting sebagai pijakan kerja secara nyata organisasi dalam memberikan sumbangan untuk perubahan sosial. Rencana strategis mendukung organisasi bekerja secara fokus dan konsisten sesuai mandat dan kompetensinya dengan cara-cara yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan strategis perubahan dan mengukur sejauh mana organisasi memberikan sumbangan terhadap cita-cita bersama perubahan yang diperjuangkan itu. Dengan demikian, organisasi juga terhindar dari orientasi kerja proyek sesaat. 4. Memperkuat kemampuan dan soliditas tim kerja OMS perlu terus meningkatkan keahlian dan ketrampilan tim kerjanya sesuai tantangan yang dihadapi. Pengembangan kapasitas perlu dilakukan dengan pendekatan dan cara-cara yang sesuai dan lebih diutamakan untuk memperkuat keberpihakan, pengetahuan, dan ketrampilan untuk melaksanakan kerja-kerja perubahan, bukan keterampilan pengelolaan proyek yang dijadikan tujuan utama. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas melalui training-training tidaklah mencukupi, perlu dikombinasikan dengan metoda lainnya yang lebih sesuai seperti: praktek analisis sosial, praktik pengorganisasian untuk menumbuhkan kesadaran kritis warga, magang, dll. 5. Mengembangkan budaya organisasi yang inklusif Pelembagaan visi dan sistem-sistem internal organisasi perlu dilandasi nilai-nilai bagi berkembangnya budaya organisasi yang berorientasi pada transformasi sosial. Nilai-nilai dan budaya organisasi ini menjadi kode etik dan jiwa/ruh setiap gerak perjuangan organisasi yang terintegrasi dalam setiap tindakan seluruh elemen organisasi dan program-program yang dijalankan. Inklusifitas organisasi perlu terus diperkuat untuk menjamin budaya organisasi yang demokratis, terbuka, dan tanggung gugat (accountable). 6. Memperkuat sistem untuk keberlanjutan sumber pendanaan organisasi Penguatan sistem keberlanjutan sumberdaya perlu dilakukan untuk memperkuat kedaulatan dan mendukung keberlanjutan gagasan dan kerja perubahan yang dilakukan. Sistem manajemen perlu dibangun sebagai sistem manajemen organisasi/kelembagaan sehingga organisasi memiliki arah-arah strategis yang kuat untuk memperkuat kedaulatan dan keberlanjutannya. Kebijakan dan rencana strategi yang secara khusus untuk keberlanjutan sumberdaya organisasi perlu disiapkan dan dijalankan secara sistematis dengan meperhitungkan secara cermat peluang dan potensi yang dimiliki organisasi. Beberapa langkah yang ditempuh OMS dan cukup sukses selama ini antara lain: Pertama, menetapkan kebijakan dan membangun sistem untuk memperkuat dana cadangan (endowment fund) organisasi untuk mendukung likuiditas dan kesejehteraan aktivisnya. Kedua, melakukan penggalangan dana-dana publik dan kerja sama dengan berbagai pihak sejauh tidak bertentangan dengan visi dan nilai-nilai dasar yang ditetapkan organisasi. Ketiga, mengembangkan keberagaman sumber-sumber pedanaan secara 6
proporsional dengan mengutamakan sumber-sumber pendanaan lokal sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada hanya satu sumber pendanaan. Keempat, mengembangkan usaha-usaha yang dimiliki bersama masyarakat dan dikelola secara profesional dengan prinsip untuk mobilisasi sumber pendanaan lokal untuk penguatan dana cadangan organisasi. Selama beberapa tahun terakhir ini, model usaha ini banyak berkembang di wilayah pedesaan dan sekaligus mampu menumbuhkan perekonomian rakyat pedesaan. 7. Memperkuat pengelolaan pengetahuan dan pembelajaran yang berkelanjutan Akhirnya, organisasi perlu membangun sistem untuk pengelolaan pengetahuan dan pembelajuran dari kerja yang dilakukannya sehingga dapat terus memperbarui dan mengembangan teori-teori perubahan dari pengalaman sukses-sukses yang nyata. Dengan pengalaman dan sukses-sukses nyata tersebut OMS dapat memberikan sumbangan yang bermakna dan menjalankan peran pentingnya secara berkelanjutan dalam pembangunan. Dengan demikian pula, maka OMS dapat terus memperbarui dirinya berkembang sebagai organisasi belajar (learning organization) sehingga keberadaannya akan terus dibutuhkan/relevan dengan tantangan dan peluang yang berkembang.
7