STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN IBADAH TERHADAP ANAK ASUH YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH PONDOK GEDE BEKASI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Farhah Khairiyah NIM: 107051002805
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 15 Juni 2011
Farhah Khairiyah
ABSTRAK Farhah Khairiyah 107051002805 Strategi Komunikasi Dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi Pembinaan ibadah sangatlah diperlukan, mengingat zaman sekarang ini, merosotnya tingkat atau nilai-nilai agama yang dimiliki oleh anak, dikarnakan perkembangan zaman yang sudah sangat maju, sehingga bisa menyebabkan anak terjerumus kearah yang tidak baik, terlebih lagi kepada anak yatim yang tidak mempunyai seorang ayah/ibu untuk mendidik serta membimbing mereka agar mereka berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama. Dengan itu perlu adanya upaya pembinaan ibadah kepada anak yatim melalui kegiatan pembinaan ibadah yang intensif, guna menolong batin mereka dari kesusahan serta keguncangan yang terjadi di diri masing-masing untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup terhadap diri mereka. Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah merupakan lembaga yang mempunyai perhatian terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas anak-anak asuh dengan peningkatan ibadah, kemandirian maupun kemampuan daya saing dengan anak seusianya dikala mereka sudah keluar dari yayasan yatim tersebut. Dalam hal ini diperlukan suatu strategi untuk mencapai suatu tujuan yang maksimal yaitu pembinaan ibadah serta pentingnya suatu strategi komunikasi yang diterapkan oleh Yayasan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi dalam pembinaan ibadah serta faktor pendukung dan penghambat apa saja dalam pembinaan ibadah di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan analisis deskriptif, analisis terhadap strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam pembinaan ibadah terhadap anak asuh, penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh melalui, pengamatan, wawancara dan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data tentang langkah-langkah penyusunan strategi komunikasi serta penerapan dalam pembinaan ibadah terhadap anak asuh Yayasan Al-Barokah, ini terbukti dengan adanya, kegiatan serta tugas yang diberikan berkaitan dengan pembinaan ibadah dalam meningkatkan ibadah serta memperbaiki sifat anak asuh melalui strategi konseling dan penngenalan karakter masing-masing anak asuh. Namun disisi lain hambat an komunikasi yaitu kurangnya kesadaran pada diri anak asuh dalam menjalani kegiatan ibadah dengan tugas yang diberikan oleh pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah sehingga menghambat pembinaan secara maksimal. Dengan itu untuk kedepannya, dapat meningkatkan berbagai kegiatan keagamaan dalam membina anak-anak asuh sehingga terciptanya peningkatan serta kemampuan anak asuh dalam beribadah, sehingga memperoleh hasil yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
DAFTAR ISI ABSTRAK…………………….………………………………………………..…i KATA PENGANTAR……………………………..………………………….….ii DAFTAR ISI………………………………………………….……….…………v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………..…….………………1 B. Batasan dan Rumusan Masalah…………………………...….……6 C. Tujuan Penelitian…………………………………….…..….…….7 D. Manfaat Penelitian………………………………………..….……7 E. Tinjauan Pustaka……………………………………..……………8 F. Metodologi Penelitian…………………………………………..…9 G. Sistematika Penulisan……………………………….……………16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Komunikasi………………………..………………….…17 1. Pengertian Strategi……………………..…………………….17 2. Tahapan-tahapan Strategi……………….……………………19 3. Pengertian Komunikasi………………………………………21 4. Pengertian Strategi Komunikasi…………..………………….22 5. Langkah-langkah Strategi Komunikasi………………………24 6. Fungsi Strategi Komunikasi……………….…………………31 B. Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh……………………...…32 1. Pengertian Pembinaan……………………...………….…..…32 2. Pengertian Ibadah……………………………..…..……….…34 3. Bentuk-bentuk Ibadah……………………….……………….36 4. Pengertian Anak Asuh………………………………………..37
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH A. Sejarah Berdirinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah…….39 B. Visi, Misi dan Tujuan………………………………………...…..44 C. Program Kegiatan………………………………………………...44 D. Sarana dan Struktur Organisasi……………………………….….49 E. Program Pembinaan Ibadah………………………………...……52
BAB IV
ANALISIS
STRATEGI
KOMUNIKASI
DALAM
PEMBINAAN
IBADAH
A. Langkah-langkah
Penyusunan
Strategi
Komunikasi
Yang
diterapkan Oleh Yayasan Al-Barokah…………..……………...56 B. Penerapan
Strategi
Komunikasi
Dalam
Pembinaan
Ibadah
Terhadap Anak Asuh………………………………….………..70 C. Faktor Pendukung dan Penghambat yang dimiliki Oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah……………………...…………....75
BAB V
KESIMPULAN A. Kesimpulan………………………………………….……..….…77 B. Saran-saran…………………………………………………….…79
DAFTAR PUSTAKA……….……………………………………….………….80 LAMPIRAN………………………………………………………….………….82
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam
kehidupan
sehari-hari,
komunikasi
merupakan
bagian
terpenting dari kehidupan manusia. Adanya komunikasi yang terjalin dengan harmonis merupakan keadaan yang sangat didambakan oleh setiap keluarga. Terjalinnya hubungan baik dalam keluarga dipengaruhi oleh pendidikan, kasih sayang, bimbingan terhadap nilai keagamaan dan lain-lain. Setiap anak yang lahir, ia berhak mendapat pengasuhan dan pendidikan dari orang tua ataupun seorang pengasuh tentang pembinaan ibadah. Sosok pengasuh disini, sangat dibutuhkan oleh seorang anak, jika mereka tidak memiliki orang tua yang mendidik dan memberikan pengajaran kepadanya. Karena dalam Islam setiap anak Adam berhak mendapat pengasuhan dan pendidikan dan dipandang suci dan mulia. Fungsi yang sangat penting sebagai seorang pengasuh yaitu berkomunikasi dalam menanamkan serta membina keagamaan yang baik bagi anak-anak asuhnya, dalam hal ini yayasan. Yayasan Islam sesuai dengan fungsinya
sebagai
lembaga
pendidikan,
tempat
untuk
mempelajari,
mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam yang menerapkan pentingnya moral keagamaan.1 Perkembangan seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia tinggal. Tanpa masyarakat, kepribadian seorang individu tidak dapat 1
Mastufu, Prinsip Pendidikan Pesantren (Jakarta: Inis, 1994), h. 55.
berkembang demikian pula halnya dengan aspek moral pada anak. Seorang anak asuh yang tinggal disebuah yayasan tidak akan merasakan kasih sayang dan bimbingan dari orang tuanya sebagai panutan yang dicontoh oleh anak tersebut. Dengan demikian perlu disadari bahwa peranan seorang pengasuh sangat penting sebagai teladan yang dapat dicontoh oleh anak asuhnya, karena otomatis anak asuh akan selalu berinteraksi dengan pengasuhnya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana layaknya lembaga pendidikan, pendidikan pesantren yang diterapkan disuatu yayasan juga mempunyai tujuan yang jelas. Nilainilai yang terkandung di dalamnya merupakan suatu pendidikan fikih-sufistik yang lebih mengedepankan moralitas/akhlak keagamaan demi kepentingan hidup akhirat.2 Selain itu, suatu yayasan pendidikan Islam dituntut memberikan pembinaan ibadah terhadap anak asuhnya (santri) sejak sedini mungkin. Pembinaan ibadah sangatlah diperlukan, mengingat zaman sekarang ini, merosotnya tingkat atau nilai-nilai agama yang dimiliki oleh anak, dikarnakan perkembangan
zaman yang sudah sangat maju, dimana anak
sangat dimanjakan oleh arus teknologi, media dan hiburan-hiburan yang sifatnya melemahkan dan membuat orang lupa, sehingga bisa menyebabkan anak terjerumus kearah yang tidak baik, terlebih lagi kepada anak yatim yang tidak mempunyai seorang ayah untuk mendidik serta membimbing mereka agar mereka berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama.
2
Mansur, Moralitas Pesantren (Meneguk kearifan dari telaga kehidupan) (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2004), h. 17.
Islam sebagai suatu agama mengajarkan pemeluknya agar peduli terhadap fenomena lingkungannya. Manusia sendiri dalam perspektif Islam merupakan makhluk sosial yang antara yang satu dengan yang lainnya harus saling tolong-menolong termasuk terhadap anak yatim. Dalam menyantuni anak-anak yatim tidak saja memenuhi kebutuhan jasmaniahnya saja, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, tetapi juga memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwa (rasa aman, harga diri, pengembangan bakat), sosial (dikasihi, mengasihi, pergaulan), dan keruhanian (agama, ibadah,
dan
sebagainya),
serta
menyelenggarakan
pendidikan
(dan
ketrampilan) bagi mereka.3 Dalam kebutuhan keruhanian, ibadah dapat membuat seorang hamba akan selalu dekat dengan Tuhannya, bahkan ibadah dapat menolong batinnya dari kesusahan. Banyak hal yang dapat dipetik dari ibadah. Dari segi sosial, ibadah merupakan pengakuan akidah setiap anggota masyarakat dan kekuatan jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan umat Islam. Dalam hal ini, seorang anak asuh yaitu anak yatim dengan meninggalnya seorang ayah sebagai pelindung dan pencari nafkah keluarga, demikian pula kematian ibu sebagai sumber kasih sayang, apalagi kematian keduanya, jelas akan menimbulkan guncangan pada anak-anak yang ditinggalkan. Merekapun akan mengalami frustasi atas beberapa kebutuhan, menghayati rasa tak aman, hampa dan kehilangan kasih sayang, karena merasa kehilangan tokoh panutan dalam membentuk kepribadian mereka.
3
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 173.
Dalam kondisi tersebut, perlu adanya upaya pembinaan ibadah kepada anak yatim melalui kegiatan pembinaan ibadah yang intensif. Guna menolong batin mereka dari kesusahan serta keguncangan yang terjadi di diri masingmasing untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup terhadap diri mereka. Dalam memenuhi kebutuhan keruhanian, dalam hal ini pembinaan ibadah, agama Islam tidak hanya menganjurkan kepada perorangan saja ,tetapi juga kepada suatu yayasan. Pada saat ini lembaga yang mengedepankan organisasi sosial kemasyarakatan dengan mempunyai anak-anak asuh tumbuh menjamur dalam berbagai bentuk, seperti salah satunya adalah yayasan yatim piatu Islam al-barokah yang merupakan lembaga yang mempunyai perhatian terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas anak asuh yang dapat menyejajarkan diri dengan anak-anak non-yatim sebayanya, dengan peningkatan spiritual, keterampilan, kemandirian maupun kemampuan daya saing dengan anak seusianya dikala mereka sudah keluar dari yayasan yatim tersebut. Ia juga merupakan sebuah lembaga yang professional dan amanah dalam mengasuh, membina, mendidik, menggembangkan potensi anak yatim demi menghantarkan mereka menjadi anak yang mandiri. Untuk menjalankan pembinaan ibadah ini dibutuhkan perencanaan, saluran komunikasi yang tepat, metode serta evaluasi yang tepat sehingga dapat dijalankan dengan efektif. Dalam hal ini, strategi digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi.
Strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bias berbeda sewaktu-sewaktu bergantung pada situasi dan kondisi. Hal yang menarik dari yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah yang telah lama berdiri, banyak membuat perubahan pada masyarakat sekitar, diantaranya dalam bidang keagamaan. Sehingga kehidupan sehari-hari diwarnai oleh nilai-nilai keagamaan. Selain itu, yayasan yatim piatu ini selain mempunyai peranan penting sebagai media untuk memberikan pembinaan ibadah terhadap anak asuhnya, strategi komunikasi yang lakukan oleh yayasan melalui kegiatan atau program dengan memberikan bimbingan dan pendidikan dalam pembinaan ibadah sedini mungkin. Berdasarkan latar belakang di atas dan mengingat pentingnya sebuah lembaga yang harus memiliki suatu strategi untuk memberikan atmosfir yang baik kepada anak asuhnya, agar mereka dapat menjadi pribadi yang baik serta menjunjung nilai-nilai keagamaan dalam hal ini tentang ibadah kepada Allah SWT. Hal ini yang membuat penulis tertarik mengambil penelitian di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi, dengan mengangkat judul skripsi: “Strategi komunikasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi”.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah Untuk mempermudah peneliti dalam membuat skripsi ini, maka perlu
adanya pembatasan masalah, maka masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah Strategi komunikasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskannya pada pelaksanaan Ibadah Khasshah juga bisa disebut dengan ibadah mahdhah yang artinya hubungan manusia dengan Tuhannya yaitu Allah SWT, yang bersifat ritual (peribadatan), yaitu ibadah harian meliputi shalat berjama’ah, shalat fardhu dan shalat sunnah. Pilihan ini dikarenakan, ibadah-tersebut merupakan ibadah sehari-hari yang dapat dengan mudah peneliti lihat dan amati saat observasi. 2.
Rumusan Masalah Dengan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: a. Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh? b. Bagaimana Penerapan Strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh? c. Faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dimiliki Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai oleh penulis yaitu: 1. Untuk mengetahui Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh. 2. Untuk mengetahui Penerapan Strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh 3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dimiliki Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.
D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya kajian mengenai strategi komunikasi dalam hal mengetahui Pembinaan ibadah anak yatim yang di asuh untuk kepentingan saat ini dan selanjutnya. b. Manfaat Praktis Dapat menjadi bahan masukan bagi pengurus yayasan atau lembaga mengenai strategi berkomunikasi dalam hal Pembinaan Ibadah pada lembaga yang mengurusi anak-anak yatim.
E. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan di perpustakaan yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi maupun di Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menemukan dari saudara Suhardin M
4
, ia meneliti tentang strategi
komunikasi organisasi PT.TKI Jalur Nugraha Eka Kurir dengan meneliti usaha dalam membina para pegawainya dan bukan keanggotaan lainnya dalam pembinaan mental keagamaan. Selanjutnya dari saudari Iin Nurhayati 5, penelitiannya berisi tentang strategi komunikasi yang dilihat dari pemberdayaan anak asuhnya di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya. Selain itu, dari saudari Nia Ekawati
6
,
penelitiannya berisi tentang pola komunikasi antara ibu dan anak dalam menanamkan nilai-nilai agama bagi anak kandungnya yang prasekolah di Asrama Suku Dinas Pemadam Kebakaran. Dikarenakan belum adanya menganalisa tentang strategi komunikasi dan usaha-usaha yang dilakukan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah tersebut di atas untuk memberikan Pembinaan ibadah terhadap anak asuhnya khususnya terhadap anak yatim. Maka penulis tertarik untuk meneliti judul tersebut, karena di indonesia banyak sekali yayasan yang menjadi wadah bagi anak-anak yatim dalam menyampaikan pendidikan agama. 4
Suhardin M, “Strategi Komunikasi Organisasi Dalam Pembinaan Mental Keagamaan Pegawai PT.TKI Jalur Nugraha Eka Kurir,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 6. 5 Iin Nurhayati, “Strategi Panti Asuhan Baiturrahman Dalam Pemberdayaan Anak Asuh di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 10. 6 Nia Ekawati, “Pola Komunikasi Ibu dan Anak Dalam Penanaman Ninai-nilai Keagamaan Pada Anak Usia Prasekolah di Asrama Suku Dinas Pemadam Kebakaran,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 13.
F. Metodologi Penelitian 1. Metode Pendekatan Dalam
melakukan
penyusunan
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan pada prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Yaitu berdasarkan data-data yang diperoleh dan sumber-sumber tertulis mengenai pokok masalah yang akan dikaji. Sedangkan tipe penelitian ini
menggunakan tipe
deskripsi
kualitatif, di
mana
peneliti
mendeskripsikan atau menggambarkan sifat atau karakteristik individu, keadaan, gejala, kelompok tertentu atau frekuensi adanya hubungan tertentu dalam suatu masyarakat atau populasi organisme. Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sawajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.8
7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rodakarya, 2000) h.
3. 8
Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992) h. 209.
Dalam penelitian ini penulis ingin menggambarkan bagaimana Strategi komunikasi organisasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.
2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif yaitu metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara langsung). Tujuan utama menggunakan jenis penelitian ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.9 Selain itu penelitian deskriptif ditujukan untuk data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.10 Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah menguraikan, memaparkan dan menggambarkan serinci mungkin strategi komunikasi pada pembinaan ibadah oleh anak asuh di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi.
9
Consuelo G. Sevilla, dkk. Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), 2006), cet. 1. Hal. 71. 10 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rodakarya, 2000) h. 6.
3. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah yang beralamat di jalan raya Jatimakmur, Kelurahan Jatimakmur Kecamatan Pondok Gede Bekasi. b. Waktu Penelitian Adapun waktu penelitian ini demi mendapatkan data yang akurat dari subjek penelitian, maka Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Mei 2011.
4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi. Dan Objek dalam penelitian yaitu Strategi komunikasi Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah untuk memberikan Pembinaan Ibadah terhadap anak asuhnya, yaitu semua pihak yang terlibat dalam memberikan informasi tentang strategi komunikasi di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah tersebut.
5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan
11
Ibid., h. 178.
atau
pembanding
terhadap
data
tersebut.11Teknik
triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lain. Dalam hal ini penulis menggunakan santri sebagai anak asuh di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah sebagai sumber pengecekan keabsahan data yang penulis terima dari pembimbing atau pengurus ibadah mengenai pembinaan ibadah bagi anak asuh tersebut.
6. Sumber Data Sumber data penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut : a. Data Primer Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara. b. Data Sekunder Data pendukung yang diperoleh dari buku, dan berbagai literatur lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.
7. Instrumen dan Alat Bantu Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih banyak bergantung pada diri sendiri, dengan menjadi instrument penelitian, peneliti dapat senantiasa menilai keadaan dan mengambil keputusan.12 Namun demikian penulis memerlukan alat bantu dalam melakukan kegiatan pengumpulan dan pencatatan data. Alat bantu
12
h. 19.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rodakarya, 2000)
tersebut antara lain pedoman wawancara, alat perekam (tape recorder), dan catatan lapangan. Pedoman wawancara merupakan format wawancara terstruktur dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan masalah penelitian. Jawaban dari setiap pertanyaan dalam pedoman wawancara terekam dengan menggunakan alat bantu tape recorder untuk merekam hasil wawancara memerlukan persetujuan dari subjek penelitian yang diwawancarai. Sedang catatan lapangan untuk membantunya mencatat pengamatan lapangan dan membantu penulis ketika menganalisis data.13
8. Teknik Pengumpulan Data Adapun
cara
untuk
mengumpulkan
data-data,
penulis
menggunakan cara sebagai berikut: a.
Observasi Observasi yang dilakukan penulis untuk mendapatkan data
mengenai strategi komunikasi dan Pembinaan Ibadah anak asuh yaitu tentang langkah-langkah strategi komunikasi yang dilakukan oleh Yayasan dalam membina ibadah anak asuh serta penerapan strategi komunikasi tersebut. b.
Wawancara Wawancara yaitu suatu proses Tanya jawab lisan, dimana dua
orang atau lebih berhadapan fisik (face to face). Dalam hal ini, peneliti
13
Ibid., h. 138-154.
mengumpulkan data dengan wawancara langsung dengan narasumber, dengan mempersiapkan sejumlah pertanyaan yang terstruktur, sesuai dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan topik permasalahan. Peneliti mewawancarai diantaranya yaitu: Kepala Sekolah MTs Yatim Piatu Al-Barokah mengenai program ibadah yang diterapkan Yayasan, yaitu Bapak Samsul Hadi. Tata Usaha MTs Yatim Piatu Al-Barokah yaitu Bapak Nasrun tentang data seluruh anak asuh. Pengurus bagian ibadah anak asuh yaitu Bapak Faqihuddin tentang strategi komunikasi yang dilakukan tentang pembinaan ibadah anak asuh. Serta beberapa anak asuh yaitu, Armelia Sri Wulandari, Nurdin Salim dan yang terakhir Diana Punky tentang data diri mereka. c.
Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan menginfestasi dokumen-
dokumen yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang di teliti. Peneliti mencari data/informasi tambahan melalui buku, internet dan lain-lain untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian.
9. Teknik Pengolahan Data Sedangkan pengolahan data digunakan adalah pendekatan analisis kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif analisis yaitu menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat serta hubungan fenomena dengan yang diteliti. Yaitu Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.
10. Teknik Analisa Data Maksud dari Analisis data yaitu proses pengumpulan data dan mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokan data. Mohammad Nasir mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.14 Dalam proses analisis data penulis menelaah semua sumber data yang tersedia, yang bersumber dari hasil wawancara dengan beberapa pihak staf, pengurus ibadah santri (anak asuh) dan anak asuh, selain itu di analisis dengan menggunakan teori langkah-langkah strategi komunikasi menurut Onong Uchjana. Pada tahap akhir dari analisis data ini penulis mengecek keabsahan data yang ada, agar menghasilkan data-data yang konkrit tentang strategi komunikasi yang dilakukan yayasan yatim piatu Islam al-barokah tentang pembinaan ibadah terhadap anak asuh.
11. Teknik Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) yang disusun oleh tim penulis UIN Jakarta dan diterbitkan oleh CeQDA UIN Jakarta pada tahun 2007. Cet. Ke-2.
14
Moh. Nasir D. Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia,1993), h. 405.
G. Sistematika Penulisan
Tulisan ini dibagi menjadi 5 (lima) bab secara rinci sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II Landasan Teori, yang meliputi Strategi Komunikasi, yang terdiri
dari
langkah-langkah
strategi
komunikasi,
fungsi
strategi
komunikasi, Pembinaan Ibadah dan pengertian Anak Asuh. Bab III Gambaran Umum Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, yang meliputi Sejarah Singkat Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, Visi dan Misi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, Program Kegiatan dan Struktur Organisasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah. Bab IV Analisis Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah, yang meliputi Langkah-langkah Penyusunan Strategi Komunikasi yang diterapkan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, penerapan Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah, serta Faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dimiliki Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah. Bab V Kesimpulan dan Saran, yang meliputi Kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi Pengertian strategi menurut Hari Murti Kridalaksana, dalam bukunya Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, yang mengungkapkan bahwa: ”Strategi berarti siasat perang, haluan, kebijaksanaa dan akal atau budi daya”.15 Strategi dalam segala hal digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi. Sedangkan pengertian strategi secara istilah, sebagaimana dikatakan oleh Onong Uchjana dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek : “Strategi adalah cara-cara dimana suatu perusahaan atau kegiatan akan berjalan kearah tujuan yang sudah direncanakan terlebih dahulu Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya”.16
15
Hari Murti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (Jakarta: Nusa Indah, 1981), h. 173. 16 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h. 32.
Selain itu strategi komunikasi menurut Din Syamsuddin dalam bukunya Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, mengandung arti diantaranya: a. Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan. b. Seni dalam menyiasati pelaksaan rencana atau program untuk mencapai tujuan. c. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.17 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa istilah strategi, “Seni atau ilmu untuk menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu.”18 Selain itu, dalam bukunya Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam, Syarif Usman mengatakan: “Strategi
sebagai
membimbing
seluruh
kebijaksanaan potensi
menggerakkan
(kekuatan,
dan
daya,
dan
kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan”.19 Berdasarkan
pengertian-pengertian
diatas,
penulis
menyimpulkan bahwa strategi yaitu upaya atau usaha dalam melakukan sebuah tujuan guna mencapai keberhasilan, dengan memanfaatkan serta menyesuaikan sumber daya yang ada, baik itu 17
Din Syamsyuddin, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta : Logos, 2000), h. 127. 18 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), h. 199. 19 Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam (Jakarta: Firma Djakarta, Tanpa Tahun), cet. ke-1 h. 6.
kekuatan, daya dan kemampuan sehingga tujuan dan sasaran akan tercapai. 2. Tahapan-Tahapan Strategi Di dalam sebuah strategi, diperlukan adanya beberapa tahapan dalam menjalankan sebuah strategi, diantaranya, yaitu 20: a. Perumusan Strategi Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan strategi yang dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah pengembangan
tujuan,
mengenai
dan
ancaman
eksternal,
menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan. b. Implementasi Strategi Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari unit, tingkat dan anggota organisasi. Dalam pelaksaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu
20
Fred R David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 03.
pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan melalui
penetapan
struktur
organisasi
dan
mekanisme
kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi. c.
Evaluasi Strategi Tahap yang terakhir dari menyusun strategi adalah evaluasi strategi. Evaluasi strategi sangat diperlukan karena keberhasilan yang dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi, yakni : 1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai. 2) Mengukur prestasi (membandingkan dengan kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual, dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat
diukur dan mudah dibuktikan, criteria yang meramalkan hasil lebih penting daripada criteria yang mengungkapkan yang terjadi. 3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.
3. Pengertian Komunikasi Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa kata communicatio (Latin) bersumber dari kata dasar communis yang berarti “sama”.21 Selain itu komunikasi yaitu: “Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lainnya, atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian informasi, mengenai pikiran, dan perasaanperasaan”.22
Secara terminologi komunikasi berarti proses penyampaian sesuatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pertanyaan itu jelas komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, “,,yang terlibat dalam 21
Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta, Gema Insani Press, 1996), hal. 16. 22 James G. Robbins, Barbara S. Jones, Komunikasi Yang Efektif (Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya, 1986),h. 1.
komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia, yang sering juga disebut komunikasi sosial”.23 “Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan”.24
Pengertian-pengertian yang disebutkan diatas pastinya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh gambaran, bahwa komunikasi yaitu suatu bentuk interaksi antara komunikator dan komunikan melalui pesan yang diterima dengan sengaja atau tidak. Tidak terbatas pada bentuk komunikasinya dengan menggunakan bahasa verbal, maupun non verbal.
4. Pengertian Strategi Komunikasi Adapun strategi komunikasi menurut Muhammad Arni yaitu: “Paduan antara perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung situasi dan kondisi, jadi dengan demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang akan dipergunakan guna melancarkan 23
Anwar Arifin. Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada). Agustina Zubair, Pengantar Ilmu Komunikasi, diakses 17 Oktober, 2006 / 7:36 am, http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi/.htm 24
komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.25 Selanjutnya,
menurut
Anwar
Arifin
didalam
bukunya
Ilmu
Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas, ia menyatakan bahwa: “Sesungguhnya strategi ialah keseluruhan keputusan kondisonal tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektifitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat”.26 Menurut Fred R David,
didalam bukunya Manajemen Strategi
Konsep, strategi komunikasi yaitu: “Strategi komunikasi yaitu perpaduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatannya bias berbeda-beda tergantung pada kondisi dan situasi”.27
Jadi strategi komunikasi adalah suatu cara rencana dasar yang menyeluruh dari rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan oleh sebuah organisasi untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa sasaran dengan
memiliki
(communication
25
sebuah
paduan
perencanaan
komunikasi
planning)
dengan
manajemen
komunikasi
Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) cet ke-6, h.
65-66. 26
Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995) Cet ke-3. 27 Fred R David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo, 2002) h. 301.
(management communication) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut. Seperti kita ketahui, komponen dalam komunikasi yaitu komunikator, komunikan, pesan, media dan efek.28 a. Mengenali Sasaran Komunikasi Sebelum
kita
melancarkan
komunikasi,
kita
perlu
mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi. Hal ini berkaitan dengan tujuan komunikasi yang kita lakukan, apakah agar komunikan hanya sekedar mengetahui (dengan metode informatif) atau agar komunikan hanya sekadar mengetahui (dengan metode informatif) atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu (metode persuasif atau instruktif). Apapun tujuannya, metodenya, dan banyaknya
sasaran, pada
diri
komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut29:
28
Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h. 35. 29 Ibid., h. 35-36.
1) Faktor kerangka referensi Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada komunikan harus sesuai dengan kerangka referensi. Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil panduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita dan sebagainya. Kerangka referensi seseorang akan berbeda dengan orang lain. Ada yang berbeda secara ekstrem seperti anak murid SD dengan seorang mahasiswa atau seorang petani dengan seorang diplomat. Ada perbedaan yang gradual saja seperti seorang prawira dengan seorang prawira lain yang sama-sama lulusan Akabri. Dalam situasi komunikasi antarpersonal mudah untuk mengenal kerangka referensi komunikan karena ia hanya satu orang. Jangankan sudah dikenal, tidak dikenalpun mudah menjajaginya, umpamanya dengan menanyakan kepadanya mengenai pekerjaan dan asal daerahnya. Yang sukar ialah mengenal kerangka referensi komunikan dalam komunikasi kelompok. Ada kelompok yang individu-individunya sudah dikenal seperti kelompok karyawan atau kelompok perwira. Ada juga yang tidak dikenal seperti pengunjung rapat RW. Komunikan harus disesuaikan dengan kerangka referensi mereka itu.
Lebih sulit lagi mengenal kerangka referensi para komunikan dalam komunikasi massa sebab sifatnya sangat heterogen. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan kepada khalayak melalui media massa hanya yang bersifat informatif dan umum, yang dapat dimengerti oleh semua orang, mengenai hal yang menyangkut kepentingan semua orang. Jika pesan yang akan disampaikan kepada khalayak adalah untuk dipersuasikan, maka akan lebih efektif bila khalayak dibagi menjadi
kelompok-kelompok
khusus.
Lalu
diadakan
komunikasi kelompok dengan mereka, yang berarti komunikasi dua arah secara timbal balik.30 2) Faktor situasi dan kondisi Yang dimaksudkan dengan situasi disini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga dating tibatiba pada saat komunikasi dilancarkan. Yang dapat diduga sebelumnya umpamanya mengadakan rapat dengan para karyawan pada waktu gajian atau berpidato dalam suatu malam kesenian pada saat para hadirin mengharapkan hiburan segera dimulai.
Yang
pertama
dapat
dihindarkan
dengan
menangguhkan atau memajukan harinya, sedangkan yang kedua dengan memberikan pidato ya singkat, tetapi padat.
30
Ibid., h. 36.
Hambatan
komunikasi
yang
datang
tiba-tiba
umpamanya hujan lebat disertai petir yang menggebu-gebu, gemuruh hadirin karena ada sesuatu yang menarik perhatiannya ketika kita sedang berpidato. Yang pertama dapat diatasi, umpamanya dengan mempercepat pidato disertai suara yang lebih keras, sedangkan yang kedua dengan menghentikan pidato kita sebentar sampai hadirin kembali menaruh perhatiannya kepada kita. Yang dimaksudkan dengan kondisi di sini ialah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan dengan kondisi seperti itu, kadang-kadang kita bisa menangguhkan komunikasi
kita
sampai
datangnya
suasana
yang
menyenangkan. Akan tetapi, tidak jarang pula kita harus melakukannnya pada saat itu juga. Di sini faktor manusiawi sangat penting.31
b. Pemilihan Media Komunikasi Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak
31
Ibid., h. 37.
media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai contoh, pesan melalui media tulisan atau cetakan dan media visual dapat dikaji berulang-ulang dan disimpan sebagai dokumentasi.
c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu, ini menetukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik instruksi. Seperti yang telah dikemukakan apapun tekniknya, pertama-tama komunikasi harus mengerti pesan komunikasi itu. Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan (the content of the message) dan lambang (symbol). Isi pesan komunikasi bisa satu, tetapi lambang yang dipergunakan bisa macam-macam. Lambang yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan isi komunikasi ialah bahasa, gambar, warna, kial (gesture), dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari banyak isi pesan komunikasi yang disampaikan kepada komunikan dengan menggunakan gabungan lambang, seperti pesan komunikasi melalui surat kabar, film atau televisi. Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi ialah bahasa karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang konkrit dan yang abstrak, pengalaman yang sudah lalu dan kegiatan yang akan
datang, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam komunikasi, bahasa memegang peranan yang sangat penting. Tanpa penguasaan bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tak akan dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat. Banyak kesalahan informasi dan kesalahan interpretasi disebabkan oleh bahasa. Bahasa terdiri atas kata atau kalimat yang mengandung pengertian denotatif dan pengertian konotatif. Perkataan yang mengandung
denotatif
ialah
yang
maknanya
senagaimana
dirumuskan dalam kamus (dictionary meaning), yang diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Sedangkan perkataan yang mengandung konotatif yaitu yang maknanya dipengaruhi emosi atau evaluasi (emotional or evaluative meaning), disebabkan oleh latar belakang dan pengalaman seseorang. Dalam melancarkan komunikasi, kita harus berupaya menghindarkan
pengucapan
kata-kata
yang
mengandung
pengertian konotatif. Jika terpaksa harus kita katakana karena tidak ada perkataan lain yang tepat, maka kata yang diduga mengandung pengertian konotatif itu perlu diberi penjelasan mengenai makna yang dimaksudkan. Jika dibiarkan, bisa menimbulkan interpretasi yang salah. 32
32
Ibid., h. 38.
d. Peranan Komunikator dalam Komunikasi Ada faktor yang penting dalam diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility). 1) Daya tarik sumber Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan lain perkataan,
komunikan
merasa
ada
kesamaan
antara
komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. 2) Kredibilitas sumber Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Sebagai contoh seorang
dokter
akan
mendapat
kepercayaan
jika
ia
menerangkan soal kesehatan. Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap empatik (empaty), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan kata lain perkataan, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Seorang komunikator harus bersikap
empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa dan sebagainya. 33 6. Fungsi Strategi Komunikasi Strategi
komunikasi
sangat
diperlukan
dalam
proses
komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Terutama jika komunikasi dilakukan lewat media massa yang memiliki khalayak lebih luas dan beragam, maka kita memerlukan perencanaan lebih matang dalam menyampaikan pesan yang ingin kita sosialisasikan. “Strategi komunikasi, baik secara makro (planned multimedia strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) yang mempunyai fungsi ganda : yang pertama, Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif persuasive, dan intruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal. Dan yang kedua, Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperoleh dan dioperasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya”.34
B. Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh 1. Pengertian Pembinaan Pembinaan
asal
katanya
“bina”
yang
artinya
“membangun,mendirikan”. Dalam bahasa arab berasal dari kata “banaa, yabnaa, banaaun” yang berarti membangun, memperbaiki.35 Dalam kamus umum bahasa Indonesia kata “pembinaan” mengandung
33
Ibid., h. 39. Ibid., h. 300. 35 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penafsiran AlQur’an. 1973), h. 73. 34
arti: “Penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang baik”.36 Adapun pembinaan menurut Zakiah Daradjat yaitu: “Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras. Pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.”37 Dalam upaya mencapai tujuan dari pembinaan yang telah ditetapkan, diperlukan adanya unsur-unsur pendukung. Adapun unsurunsur tersebut adalah38: a. Materi Pada dasarnya materi pembinaan ibadah itu tergantung pada tujuan pembinaan ibadah yang hendak dicapai. b. Pembina/Pembimbing Pembina adalah seseorang yang membina sekelompok orang dalam sebuah pembinaan dan memiliki syarat-syarat sebagai berikut: 1) Kemampuan professional 2) Memiliki sifat atau kepribadian yang baik 3) Memiliki kemampuan bermasyarakat 4) Bertaqwa kepada Allah SWT 36
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 23. 37 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang 1979). 38 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pendidikan Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 38.
c. Peserta Terbina (sasaran pembinaan ibadah) Faktor ini adalah salah satu unsur yang penting dalam pembinaan ibadah, karena tujuan dari pembinaan ibadah adalah untuk keselamatan individu dalam sebuah pembinaan. d. Metode Pengertian metode secara harfiah adalah “jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tindakan,” karena kata “metode” berasal dari kata “meta” yang berarti melalui dan “todas” berarti jalan. Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.
2. Pengertian Ibadah Adapun pengertian-pengertian ibadah, di antara lain yaitu: “Ibadah secara bahasa dalam Eksiklopedi Islam yang berarti: “mematuhi, tunduk, dan berdo’a”. Sedangkan menurut istilah: Ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan Dzat yang memiliki puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa, Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan (perbuatan dan perkataan) yang dilakukan pada setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk mencari keridhaan Allah SWT”.39 Dalam pengertian umum, ibadah adalah “Kegiatan atau perbuatan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai kehidupan dunia, yang disertai niat mencari ridha Allah, serta dijalankan dengan memperhatikan norma-norma keagamaan”.40 “Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi arti ibadah sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari 39
H. Baihaqi A,K, “Fiqh Ibadah” (Bandung: Mas Bandung, 1996), cet ke-1, h. 31. Dede Rosyada, “Hukum Islam Dan Pranata Sosial” (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet ke-4, h. 65. 40
ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan mematuhi laranaganNya.” Atau dengan kata lain “Segala usaha lahir dan batin, sesuai dengan perintah Tuhan, untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam semesta”.41 Selain definisi diatas, ibadah juga mempunyai beberapa definisi antara lain: a. “Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya”. b.
“Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi”.
c. “Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin”. 42 Disamping itu, ibadah dalam pengertian tak terbatas pada masalah ritual saja, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan dalam hubungannya dengan individu dan sosial, dan ritual yang dilandasi oleh ajaran Islam setelah itu ibadah juga bertujuan agar manusia mempunyai sifat yang terpuji, baik hubungannya dengan Allah maupun sesama manusia serta lingkungannya. 43 “Ibadah adalah hak Allah yang wajib dipatuhi. Maka manusia tidak diwajibkan beribadah kepada selain Allah, karena hanya Allah sendiri yang berhak menerimanya, karena Allah sendiri 41
Depdiknas. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, h. 364 Ibid., h. 31-32. 43 Muhammad Qutub, Sistem Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1984), h. 2142
22.
yang
memberikan
nikmat
yang
paling
besar
kepada
makhluknya, yaitu hidup, wujud dan segala yang berhubungan dengannya”.44
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pembinaan ibadah adalah tindakan yang dilakukan dengan memperoleh hasil yang baik sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Tuhan-Nya, dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu, dengan beribadah seorang hamba akan selalu merasa dekat dengan Allah, bahkan dapat menolong batinnya dari kesusahan. 3. Bentuk-bentuk Ibadah Menurut Abdul Rahman Ritonga dalam bukunya “Fiqh Ibadah”, ditinjau dari segi bentuknya, ibadah dibagi menjadi dua macam, yaitu: “Ibadah Khasshah adalah ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash Al-Qur’an dan Hadits. Seperti sholat, zakat, puasa dan haji. Dan Ibadah „Ammah adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat baik dan semata-mata karna Allah SWT. Seperti makan dan minum, amar makruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan sebagainya”. 45 Ibadah khasshah atau biasa disebut dengan ibadah mahdoh adalah segala jenis Ibadah yang tata caranya telah ditetapkan oleh Allah SWT (khusus) atau tersebut. Sedangkan ghoiroh mahdoh atau
44
Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqh Ibadah (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008) h. 32. 45 A. rahman Ritonga, M.A, “Fiqh Ibadah” (Jakarta: Gaya Media Pratama:2002), cet ke-2 , h. 62.
ibadah ammah adalah segala jenis ibadah kepada Allah dalam pengertian luas semua perbuatan yang berhubungan dengan Allah SWT, semua manusia, dan alam lingkungan, misalnya berdzikir kepada Allah, menolong orang yang kesusahan sesuai dengan kemampuan kita. Selain itu, menurut Ahmad Dzajuli Ibadah Khasshah juga bisa disebut dengan ibadah mahdhah yang artinya: “hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT, yang bersifat ritual (peribadatan), seperti shalat, zakat, puasa, dan haji”.46 4. Pengertian Anak Asuh Anak asuh adalah “anak yang diberi biaya pendidikan (oleh seseorang) tetapi tetap tinggal pada orang tuanya”. Anak asuh juga diartikan sebagai: “Anak yang berasal dari keluarga pra sejahtera ataupun yang sudah tidak memiliki orang tua dan mendapat pengasuhan diluar lingkungan keluarga yang sah. Lingkungan itu dapat berupa keluarga yang secara langsung mengasuh dan menyediakan segala keperluan si anak. Dapat juga berupa yayasan ataupun lembaga yang bergerak di bidang pengasuhan dan perlindungan anak”. 47
Menurut Ardianus Khatib yang dikutip oleh Chuzaimah T. Yanggo dan Hafidz Ansharya berpendapat bahwa anak asuh adalah
46 47
Ahmad Dzajuli, Kaidah-kaidah Fikih (Jakarta: Kencana, 2007), Ed. 1. Cet.2 h. 114. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, h. 41.
anak yang digolongkan dari keluarga yang tidak mampu, antara lain sebagai berikut: a. Anak yatim atau piatu atau anak yatim yang tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk bekal sekolah dan belajar. b. Anak dari keluarga fakir miskin. c. Anak dari keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal tertentu (tuna wisma). d. Anak dari keluarga yang tidak memiliki ayah dan ibu dan keluarga dan belum ada orang lain yang membantu biaya untuk bersekolah atau belajar.48
48
Ehuzaimah T. Yanggo dan Hafidz Ashari, Problematika hukum Islam Kotemporer Pertama (Jakarta: Pustaka Fidaus, 2002) h. 161.
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH A. Sejarah Berdirinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Sebelum berkembang menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam, Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah hanyalah sebuah lembaga kursus dakwah yang sengaja diselenggarakan oleh Almarhum K.H. Abubakar Jamal dengan tujuan khusus membina dan mencetak kader-kader muballigh. Kursus dakwah tersebut diikuti oleh peserta-peserta yang umumnya datang dari wilayah
sekitar, seperti
Kelurahan Jatimakmur, Jatiasih, Jatikramat,
Jatiwaringin, Ujung Aspal, Jatibening, dan lain-lain. Kursus dakwah tersebut diselenggarakan setiap hari Ahad, dengan mengundang narasumber-narasumber yang ahli di bidang dakwah, yang pada umumnya para narasumber tersebut adalah para guru di Yayasan Al-Barokah, seperti49: 1. K.H. Thahir Rohili (Pimpinan Pondok Pesantren Ath-Thahiriyah, Jakarta); 2. K.H. Abdullah Syafi’I (Pimpinan Pondok Pesantren Asy-Syafi’iyyah); 3. K.H. Nur Ali (Pimpinan Pondok Pesantren At-Taqwa, Bekasi); 4. K.H.Zayadi Muhajir (Pimpinan Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Jakarta); 5. Ustadz Tauhid (sebagai guru tetap). Selain kegiatan tersebut, terdapat pula pengajian rutin setiap malam yang dihadiri oleh santri-santri “kalong” yang juga berasal dari wilayah sekitar Jatimakmur. Santri-santri tersebut pada umumnya datang pada sore hari yang 49
Dokumentasi Yayasan Al-Barokah
kemudian mengikuti pengajian dan kembali ke rumah masing-masing pada keesokan harinya. Demikian seterusnya hingga jumlah mereka terus bertambah dari hari ke hari. Dalam memberikan pelajaran-pelajaran agama, Almarhum K.H. Abubakar Jamal dibantu oleh beberapa ustadz antara lain Ustadz Sya’roni dari Kuningan dan Ustadz Mulyadi dari Banten. Demikian seterusnya kegiatan pengajian tersebut berlangsung, hingga pada tahun 1982 Almarhum K.H. Abubakar Jamal telah mengasuh 12 yatim dan piatu sebagai santri tetap dan sekaligus tinggal satu atap dengan beliau. Berangkat dari kondisi tersebut semakin mantaplah hati beliau untuk merealisasikan cita-cita mulia mendirikan sebuah lembaga Islam. Dan akhirnya, pada tahun 1982 cita-cita tersebut terlaksana dengan berdirinya Yayasan Pendidikan Islam Yatim Piatu Al-Barokah dengan Akta Notaris Soedirja SH, No.8 tanggal 11 Oktober 1982. Maka dengan demikian, resmilah ia sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal. Selanjutnya, proses pembangunan Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah dilaksanakan secara bertahap yang dengan rinci proses pembangunan tersebut teragi atas lima periode dengan penjelasan sebagai berikut 50: a. Periode I (Agustus 1982 – Juli 1983) Pada periode ini, Al-Barokah sebagai salah satu elemen masyarakat, hanyalah merupakan lembaga yang sanagat sederhana ditinjau dari beberapa sarana dan fasilitas yang dimiliki. Fasilitas tersebut antara
50
Dokumentasi Yayasan Al-Barokah
lain: satu lokal ruang tamu, 3 ruang asrama (kamar tidur), ruang keluarga dan kamar mandi. Pada periode ini anak asuh berjumlah 12 orang yatim dan piatu, terdiri dari 7 santri putra dan 5 santri putri. b. Periode II (Agustus 1983 – Juli 1984) Pada periode ini, terdapat penambahan fasilitas antara lain : 1) 2 lokal kelas siap pakai dengan kondisi permanen. 2) Satu lokal ruang kantor Yayasan. 3) Satu lokal ruang kantor guru. 4) Dan satu ruangan dengan kondisi permanen yang terletak diatas ruang guru yang berfungsi sebagai asrama sementara santri putra. Jumlah santri pada periode ini bertambah menjadi 20 orang yang terdiri dari 11 santri putra dan 9 santri putri. c. Periode III (Agustus 1984 – Juli 1985) Fasilitas bertambah dengan sebuah gedung bertingkat tiga yang berfungsi sebagai perkantoran dan ruang kelas. Sedangkan rumah kediaman Almarhum K.H. Abubakar Jamal dirobohkan untuk dijadikan areal lapangan terbuka, aula dan sarana olah raga. Pada periode ini jumlah santri bertambah menjadi 30 orang yang terdiri dari 16 santri putra dan 14 santri putri. d. Periode IV (Agustus 1985 – Juli 1986) Penambahan fasilitas pada periode ini terlihat pesat, yakni dengan terselesaikannya seluruh local dengan 3 lantai yang berfungsi sebagai kelas untuk pendidikan formal dan gedung perkantoran. Dan pada periode
ini jumlah santri bertambah menjadi 50 orang, terdiri dari 24 santri putra dan 26 santri putri. e. Periode V (1986) Pada periode ini, pembangunan berlangsung dan lahirnya perencanaan untuk penambahan fasilitas berupa gedung-gedung antara lain: 1) Kantor Yayasan dan rumah tidur pengurus Yayasan yang pada saat itu kondisi pembangunannya telah berjalan 50 persen. 2) Gedung aula khusus putri 2 tingkat sekaligus berfungsi untuk asrama, 20 persen pembangunannya telah berjalan. 3) Penambahan wc putra dan putri. 4) Penambahan 2 tingkat gedung untuk kelas yang terdiri dari masingmasing 5 lokal. 5) Aula utama termasuk musholla, arena olah raga, yang dibangun di atas permukaan tanah bekas bangunan rumah Almarhum K.H. Abubakar Jamal. (Dokumentasi Pesantren Al-Barokah). Dan pada periode inilah Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah semakin dikenal dan diakui eksistensinya dikalangan masyarakat luas, terlebih setelah Yayasan tersebut mendapat izin menyelenggarakan Ujian Negara. Seiring dengan itu, fasilitas, sarana dan prasarana di Yayasan Yatim Piatu ini semakin diperlengkap hingga sampai pada tingkat kesempurnaannya 51. Sesuai kebijakan yang berlaku di Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah, hingga saat ini tidak ada prosedur khusus yang digunakan sebagai
51
Dokumentasi Yayasan Al-Barokah
acuan untuk menerima dan menyeleksi santri atau anak asuh yang kemudian mendapatkan bimbingan dalam lahnya pembinaan ibadah. Adapun dalam penerimaan anak asuh itu sendiri, Yayasan AlBarokah telah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon santri. Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut : a. Muslim baligh ataupun belum baligh dan mampu membaca Al-Qur’an. b. Bersedia dan sanggup mengikuti pengajian dan peraturan dengan berbagai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Yayasan Al-Barokah. c. Bersedia dan sanggup tinggal atau menetap di pondok pesantren selama pembinaan ibadah. Sedangkan tata tertib dan peraturan yang harus dipenuhi oleh setiap anak asuh di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah antara lain sebagai berikut52 : a. Seluruh santri wajib mengikuti seluruh kegiatan yang telah ditetapkan; b. Seluruh santri wajib berpakaian rapih , bersih, dan menutupi aurat. Dianjurkan untuk memakai pakaian berwarna putih-putih dan dilarang kaos diwaktu pengajian berlangsung atau kegiatan lain kecuali istirahat (tidur); c. Seluruh santri dilarang membuat keributan, kegaduhan, kekacauan dan lain-lain, yang bertentangan dengan nilai moral; d. Seluruh santri dilarang merokok, minum-minuman keras, membawa obatobatan terlarang, senjata tajam, senjata api dan sejenisnya. e. Seluruhnya santri yang tidak mengindahkan atau melanggar ketentuanketentuan tersebut, akan dikenakan sanksi. 52
Dokumentasi Yayasan Al-Barokah
Selanjutnya, jumlah santri terhitung sejak tahun 1982 sanpai 2011 dapat diketahui sebanyak 418 santri (anak asuh) yang terdiri dari 233 santri putra dan 185 santri putri.
B. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Adapun Visi dari Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah: “Unggulan dalam sopan santun berprestasi dalam teknologi informasi berdasarkan iman dan taqwa” Sedangkan Misi dari Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah: 1. Menumbuhkan Penghayatan dan Pengamalan ajaran Agama Islam 2. Penambah wawasan teknologi melalui informasi 3. Keteladanan sikap dan perilaku guru serta karyawan sehari-hari terhadap santri.
C. Program Kegiatan Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Yayasan Yatin Piatu Islam Al-Barokah sebagai lembaga sosial yang mempunyai perhatian besar terhadap anak yatim, maka untuk mewujudkan visi dan misinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah memerlukan kematangan konsep sebagai kunci keberhasilannya. Pematangan konsep yang dilakukan terhadap kegiatan tidak akan tercapai jika tidak adanya suatu program. Dalam menjalankan peranannya, Yayasan Yatin Piatu Islam AlBarokah berusaha menerapkan program pembinaannya terhadap anak asuhnya
melalui dua program, yaitu program jangka panjang dan program jangka pendek. 1. Program Jangka Pendek a. Mengadakan pengajian mingguan yang dilaksanakan oleh para santri putra dan putri. b. Mencari dana sosial dalam kegiatan besar yang diadakan oleh Yayasan. c. Menetapkan 3 (pokok) kotak obstib ditempat strategis serta memelihara bersama dengan anggota guna memudahkan berkomunikasi antara pengurus dan anggota serta membuka satu minggu sekali seta membacanya dua minggu sekali. d. Mengadakan kegiatan pidato (muhadharah) satu minggu dua kali oleh para santri putra dan putri. e. Mengadakan seni baca Al-Qur’an dan rawi dengan mendatangkan tenaga dari luar. 2. Program Jangka Panjang a. Memelihara dan menambah alat-alat kesejahteraan pada setiap asrama. b. Mengadakan hari-hari besar Islam maupun hari-hari besar Nasional. Saat ini, Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah melaksanakan program kerjanya melalui sedikitnya 5 unit kegiatan, kegiatan-kegiatan tersebut yaitu: a. Pesantren (Pendidikan Non Formal) Kegiatan yang dilaksanakan melalui unit ini adalah dalam bentuk pengukuhan akidah, bimbingan dan pembangunan moral, dan
pembinaan dakwah terhadap santri-santri mukim sebagai kader-kader da’i dan da’iyah. Hingga saat ini 153 santri (anak asuh) yang belajar dan mengikuti kegiatan pembinaan kader da’i yang diselenggarakan oleh Yayasan. Selain sebagai kader da’i dan santri mukim, mereka juga adalah siswa-siswi di lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Yayasan Al-Barokah. Umumnya mereka berasal dari luar bekasi, seperti wilayah Jabota, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan dan lain sebagainya. Disinilah mereka dibina dan dibimbing untuk dicetak sebagai kader-kader muslim yang berkualitas. Mereka yang menetap (mukim) dan sekolah di Pondok Pesantren Al-Barokah diharapkan menjadi kader-kader yang memiliki nilai tambah yaitu menjadi sarjana yang ulama atau ulama ynag sarjana. b. Madrasah (Pendidikan Formal) Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah juga menyelenggarakan pendidikan formal yang meliputi Sekolah Dasar Islam (SDI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Siswa-siswi pendidikan formal tersebut terdiri dari santri yang menetap di Pondok Pesantren (santri mukim) dan pelajar non mukim, yakni yang hanya mengikuti kegiatan belajar mengajar (sekolah formal) saja. Uniknya dalam penyelenggaraan pendidikan formal tersebut, Yayasan Al-Barokah memiliki ciri khas yang membedakan dengan lembaga pendidikan formal lainnya. Ciri khas tersebut ialah
dijadikannya pembinaan dan pelatihan dakwah sebagai kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap satu minggu sekali, pada hari Rabu. Pada jadwal yang telah ditentukan tersebut, seluruh siswasiswi baik yang mukim atau non mukim berkumpul di aula utama yang kemudian
didalamnya
diberikan
berbagai
materi-materi
yang
berkenaan dengan seluk beluk kegiatan dakwah. Disini, seluruh siswa juga dilatih dan diwajibkan untuk praktik dakwah dalam bentuk ceramah dihadapan Pembina dan siswa-siswi lain. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan sistem rolling class. Artinya pada setiap satu minggu sekali, dengan bergantian, masing-masing kelas diwajibkan untuk praktik dakwah dengan mengutus perwakilan kelas guna membawakan kegiatan dari mulai protocol (pembawa acara), kata sambutan, ceramah inti, sampai pembaca do’a penutup. Selanjutnya, setelah kegiatan tersebut usai, Pembina kemudian memberikan arahan, pembenahan-pembenahan atau koreksi atas kekurangan dan kesalahan yang dilakukan oleh para praktikkan tersebut. c. Majelis Ta’lim 1. Pengajian Umum Kegiatan ini dilaksanakan setiap ahad pagi, mulai pukul 05.30-07.00 WIB. Layaknya pengajian umum, audience (peserta) pengajian ini lebih bersifat heterogen, yakni selain terdiri dari santri
mukim, pengajian tersebut juga diikuti/dihadiri oleh masyarakat umum baik bapak-bapak, ibu-ibu ataupun remaja. Mereka pada umumnya datang dari wilayah Kecamatan pondok Gede, Jatiasih dan sekitarnya. Adapun kitab yang dikaji dalam pengajian tersebut cenderung terganti-ganti. Artinya setelah satu kitab terkhatamkan, maka materi pengajian tersebut dipimpin langsung oleh Abuya K.H. Sya’roni Zuhri yang sekaligus merangkap sebagai narasumber. 2. Majelis Kursus Dakwah Kegiatan
ini
adalah
kegiatan
khas
yang
telah
diselenggarakan sejak awal berdirinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah,
bahkan
sebelum
itu.
Kursus
dakwah
tersebut
diselenggarakan setiap Ahad ba’da Zhuhur. Adapun materi yang disampaikan, pada umumnya lebih banyak mengupas kandungankandungan ayat Al-Qur’an dan Al-hadits, yang disampaikan dengan metode ceramah dan diskusi. Yaitu setelah guru menyampiakan materinya para kader diberikan waktu seluang mungkin untuk mengajukan berbagai persoalan yang dihadapinya, Terutama persoalan-persoalan yang menyangkut dengan seluk beluk dakwah dan persoalan yang berkaiatan dengan materi yang telah disampaikan. Disinilah para kader memiliki kesempatan yang tepat untuk dapat dengan seksama dan seteliti mungkin mempelajari dan mendalami berbagai kaidah dakwah dengan segenap permasalahannya. Tentu saja pemahaman dan pendalaman
berbagai kaidah dakwah tersebut cenderung bersifat teoritis, bukan praktis.
d. Pesantren Kilat Pada setiap tahunnya, Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah menyajikan program singkat Pendidikan Agama Islam atau yang lebih dikenal dengan pesantren kilat atau SANLAT. Kegiatan tersebut diselenggarakan karena mengingat bahwa Pendidikan Agama Islam yang diberikan di bangku sekolah kurang dapat memenuhi kebutuhan dalam upaya pembentukan kepribadian yang utuh dan paripurna menurut Islam.
D. Sarana dan Struktur Organisasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Yayasan Pendidikan Islam Al-Barokah adalah yayasan yang menampung santri-santri yang pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga yang kondisi ekonominya dibawah garis menengah kebawah, orang-orang tak mampu. Yayasan ini didirikan bukan hanya untuk individu saja, melainkan juga atas sokongan dan campur tangan masyarakat, terutama mereka yang beruang dan peduli terhadap perkembangan syiar Islam. Meski demikian, Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah bukanlah lembaga yang berada dan tergantung dibawah daulat organisasi masyarakat, organisasi politik, ataupun lembaga tertentu, akan tetapi Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah adalah lembaga dari dan untuk umat. Oleh sebab itu, Yayasan AlBarokah dengan lapang dada selalu membuka peluang bagi setiap elemen
masyarakat yang ingin dan berniat tulus menyalurkan kontribusi-kontribusi konstuktif untuk perkembangannya. Untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut, pihak Yayasan telah banyak menyediakan meski belum lengkap sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk terlaksananya suatu kegiatan yang diharapkan. Adapun sarana dan prasarana yang dimaksud selengkapnya dapat dilihat dalam dua tabel berikut.
TABEL III.1 PRASARANA YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH
NO
Nama Prasarana
Jumlah
Keterangan
1.
Tanah wakaf untuk yayasan 1200 m2
2.
Kantor seketariat
2 lokal (@ 6 x 6m2)
Kondisi Baik
3.
Aula
2 lokal
Kondisi Baik
4.
Asrama Santri Putra-Putri
19 lokal
Kondisi Baik
5.
Ruang Kesehatan
1 lokal (6 x 6m2)
Kondisi Baik
6.
Laboratoriom
2 lokal
Kondisi Baik
7.
Kantor Santri
1 lokal (5 x 5 m2)
Kondisi Baik
8.
Ruang kelas sekolah
7 lokal (6 x 6m2)
Kondisi Baik
9.
Ruang Kepsek + TataUsaha 2 lokal (6 x 6m2)
Kondisi Baik
10.
Kantor Guru
1 lokal (6 x 6m2)
Kondisi Baik
11.
Mushala
1 lokal
Kondisi Baik
Kondisi Baik
12.
Dapur Umum
1 lokal
Kondisi Baik
13.
Kamar mandi Ustad
4 lokal (6 x 6m2)
Kondisi Baik
14.
Kamar mandi dan WCsantri 6 lokal (6 x 6m2)
Kondisi Baik
15.
Tempat wudhu
3 lokal
Kondisi Baik
16.
Pos keamanan
1 lokal
Kondisi Baik
17.
Lapangan olah raga
1 lokal
Kondisi Baik
GAMBAR III.2 GAMBAR STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH
Pelindung H. Jamalullail
Ketua umum KH. Khoiruddin, SH.MM
Bendahara Hj. Haironih
Penasehat Jamaludin M.Pd
Sekretaris Marwah Z. SE
BIRO
Humas SamsulHadi
Sumber Dana Wirausaha H. Rudiyanto
P dan K Edi Suryadi SE
Administrasi Kelembagaan Maria Ulfah
Sarana dan Prasarana Ust. Tabrani
Berdasarkan struktur diatas, maka hierarki yang berwenang menentukan kebijakan-kebijakannya adalah Ketua Umum atau Pimpinan yang dibantu oleh Dewan Penasehat. Selanjutnya tugas-tugas pelaksanaan program diserahkan kepada masing-masing pengurus yang dibantu oleh staf-staf pengurus yang dalam pelaksanaan operasionalnya berada dibawah pengawasan para pengelola.
E. Program Kegiatan 1. Latar Belakang dan Pendidikan Anak Asuh Semua anak-anak asuh yang tinggal di yayasan ini mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga mereka yang pada umumnya yaitu dapat digolongkan menjadi dua bagian: a.
Anak yatim dan piatu yaitu anak yang tidak mempunyai ayah atau ibu.
b.
Anak Dhuafa’ yaitu anak yang kurang mampu dari segi ekonomi. Bagi anak asuh yang masih mempunyai kedua orang tua
diperbolehkan untuk pulang kerumah dengan alasan sesuatu yang penting atau untuk keperluan yang mendadak. Sebagai contoh untuk liburan hari raya besar Islam yaitu Idul fitri dan Idul Adha. Semua ini dengan didasari pendidikan Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah yaitu menampung siswa yatim piatu dan dhuafa untuk disekolahkan, dengan pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh yayasan.53 Pihak yayasan menyekolahkan mereka sesuai dengan tingkat pendidikan masing-masing. Ini dikarenakan ketidak mampuan keluarga 53
Wawancara Pribadi dengan Bapak Samsul Hadi, Kepala Sekolah MTs Yatim Piatu AlBarokah, Bekasi 12 April 2011
mereka dalam perekonomian. Anak asuh yang disekolahkan diyayasan ini yaitu dari tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Anak asuh yang disekolahkan di yayasan ini yaitu dari tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Berikut ini data pendidikan anak asuh di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah, adalah sebagai berikut54: TABEL III.2 DATA PENDIDIKAN ANAK ASUH
NO
Kelas
MTs
MA
Umur
Jumlah
1.
I
23
21
14-15
44 orang
2.
II
33
28
15-16
61 orang
3.
III
28
20
16-17
48 orang
153 orang
2. Program Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Untuk mewujudkan manifestasi dari upaya
pembinaan Ibadah
terhadap anak asuh tersebut, Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah berusaha menerapkan berbagai kegiatan keagamaan, diantaranya:
54
Wawancara Pribadi dengan Bapak Nasrun, Tata Usaha Mts Yatim Piatu Al-Barokah, Bekasi 18 April 2011.
1. Shalat berjama’ah Keutamaan shalat berjama’ah sudah diketahui manfaat yang terkandung didalamnya, maka dari itu para pengasuh dengan itu membina anak asuhnya untuk melaksanakan shalat fardhu serta shalat sunnah secara berjamaah. Selain itu, para pengasuh membuat peraturan serta hukuman bagi mereka yang melanggar dengan tidak mengikuti shalat berjamaah. Semua itu dilakukan, guna menanamkan serta meningkatkan keimanan anak asuh dengan menjalankan kewajiban shalat lima waktu sebagai hamba Allah dengan beribadah kepada-Nya. 2. Penghafalan Surat Sesuai dengan kedudukannya sebagai kitab suci, Al-Qur’an begitu membudaya dalam kehidupan umat Islam. Setiap muslim selalu membacanya dalam setiap shalat, begitu juga bacaan surat-surat yang terdapat di Al-Qur’an yang dihafalkan oleh anak asuh melalui hafalan seminggu dua kali. Surat yang wajib dihafalkan oleh mereka yaitu: juz’ama, surat Al-Waqi’ah, surat Yasin, surat Al-Mulk dan lain-lain. Para pengurus membuat peraturan serta hukuman bagi mereka yang melanggar dengan tidak mengikuti hafalan yang harus disetorkan tersebut. Semua itu dilakukan, agar mereka dapat terbiasa dalam menghafal surat-surat yang terdapat di Al-Qur’an untuk mengajarkan mereka mengenai kecintaan terhadap kitab suci dengan menjaga hafalan mereka serta dapat dipraktekkan dalam bacaan sholat mereka.
3. Bimbingan Membaca Al-Qur’an Bimbungan membaca Al-Qur’an diberikan kepada anak asuh dimaksudkan untuk mereka dapat mengetahui ilmu tajwid, serta mengenalkan lagam lagu dalam Al-Qur’an. Ini bertujuan untuk mengenalkan cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Selain itu, bimbingan tersebut diberikan berupa pengenalan huruf hijaiyah dengan menggunakan metode iqra bagi yang belum bisa baca AlQur’an. Setelah mengetahui beberapa kegiatan yang dilakukan di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, peneliti menyimpulkan bahwa Yayasan Al-Barokah ini menerapkan program pembinaan ibadah terhadap anak asuh dengan mempertimbangkan kemampuan mereka dengan cara menanamkan nilai-nilai keagamaan dengan kedisiplinan dalam sholat berjamaah, penghafalan serta pembacaan Al-Qur’an untuk meningkatkan ketaqwaan mereka dengan beribadah kepada-Nya. Semua itu, agar anak asuh dapat menjadi manusia yang beriman kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban yang telah Allah tetapkan, serta memiliki sifat akhlakul karimah di kehidupan mereka.
BAB IV ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN IBADAH
Dalam Bab ini, peneliti akan memaparkan data temuan serta menganalisisnya, dengan data yang peneliti dapatkan dari lokasi penelitian tentang strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah, dalam kegiatan pembinaan ibadah terhadap anak asuh. Ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi komunikasi apa saja yang dilakukan oleh pengurus ibadah dalam membina ibadah anak-anak asuh, selain itu untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat apa saja yang terjadi dalam pembinaan ibadah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti mewawancarai beberapa informan yang telah memberikan informasi seputar kegiatan pembinaan ibadah yang dilaksanakan, serta mengenai data yang dibutuhkan oleh peneliti. Diantaranya yaitu: Kepala Sekolah MTs Yatim Piatu Al-Barokah, yaitu Bapak Samsul Hadi. Tata Usaha MTs Yatim Piatu AlBarokah yaitu Bapak Nasrun. Pengurus bagian ibadah anak asuh yaitu Bapak Faqihuddin. Serta beberapa anak asuh yaitu, Armelia Sri Wulandari, Nurdin Salim dan yang terakhir Diana Punky, beserta data-data tertulis yang dapat mendukung hasil penelitian. A. Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi yang diterapkan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam Pembinaan Ibadah Sebuah lembaga, atau yayasan agar bisa mencapai segala tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan maka sangat membutuhkan cara atau
metode. Cara atau metode yang dipakai itulah yang disebut dengan strategi. Karena strategi sangatlah dibutuhkan untuk melancarkan program-program yang diterapkan oleh pihak Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah. Peranan
komunikator
sangatlah
diperlukan
dalam
strategi
komunikasi. Karena komunikator ikut menentukan berhasilnya strategi komunikasi. Hal ini sesuai rencana dasar yang dilakukan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan agar pesan tersebut dapat diterima, sehingga dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan kata lain, strategi komunikasi itu akan berjalan dan berhasil bila ada keterkaitan antara komunikator dan komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Menurut Onong Uchjana, dalam menentukan menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktorfaktor pendukung dan faktor-faktor penghambat. Adapun langkah-langkah dalam strategi komunikasi di buku karya Onong Uchjana, yang pertama yaitu55: 1. Mengenali Sasaran Komunikasi 3) Faktor kerangka referensi Kerangka referansi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari panduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideology, cita-cita dan sebagainya. Dalam situasi komunikasi antarpersonal mudah untuk mengenal kerangka referensi komunikan karena ia hanya satu orang. Jangankan sudah dikenal, tidak
55
Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2007), Cet ke-21. Hal. 36.
dikenal pun mudah menjajaginya, umpamanya dengan menanyakan kepadanya mengenai pekerjaan dan asal daerahnya. Dalam hal ini, peneliti melihat para pengasuh serta pengurus yayasan yatim piatu Al-barokah mengetahui kerangka referensi yaitu paduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh oleh komunikan yaitu mengetahui masing-masing latar belakang mereka serta keadaan ekonomi yang berbeda-beda, yaitu watak serta cara menghadapi mereka sesuai daerah tempat mereka berasal. Sebagai contoh untuk anak asuh yang berasal dari bekasi, mereka lebih menyesuaikan tempat serta keadaan dan bahasa, lain dengan anak yang berasal dari flores watak mereka lebih keras untuk dibimbing, sehingga butuh sikap yang lebih dari pengasuh. Dikarenakan dari bahasa, adat serta lingkungan mereka berbeda. Sehingga dengan begitu pengasuh serta pengurus dapat menyampaikan pesan dengan komunikasi dua arah secara timbal balik akan lancar. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau: “Sangat,, sangat sangat diperlukan sekali,, jadi untuk kita lebih tau bagaimana kondisi anak itu bagaimana, kepribadiannya,, karna setiap anak dari latar belakang berbeda dari orang tua yang berbeda dan pasti juga dari ekonomi yang pastinya akan berbeda sekali.,,”56
56
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
4) Faktor situasi dan kondisi Yang dimaksudkan dengan situasi disini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, situasi komunikasi yang biasanya terjadi, ketika suasana ramai oleh kegaduhan anak-anak ketika belajar sehingga agak mengganggu konsentrasi anak-anak yang lain dalam menghafal. Sehingga bagi pengurus mengeluarkan suara yang lebih keras, sehingga anak-anak asuh yang lain menaruh perhatiannya kembali pada pelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi di sini ialah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah, sedih, bingung, atau sakit. Berdasarkan petikan wawancara bersama Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau: “Biasanya, masalah yang umum dihadapi anak yatim, kurang percaya diri, tidak konsentrasi belajar, stress karena ditinggal orang tua, malas dan sebagainya. Dan akhirnya mereka kurang betah buat tinggal di sini deh.,,”57
57
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh anak yatim piatu Al-Barokah biasanya berupa masalah prilaku yang dikhawatirkan akan menggangu perkembangan serta belajarnya, sedih karna tidak lagi mempunyai seorang ayah atau ibu, sehingga mengakibatkan tidak konsentransi dalam belajar, masalah dengan temannya dan akhirnya mereka tidak betah untuk tinggal di asrama. 2. Pemilihan Media Komunikasi Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam hal ini, Yayasan menyediakan buku-buku tentang kumpulan hadits-hadits yang akan dihafalkan serta dipraktekkan oleh anak asuh selain itu panduan beribadah sholat dengan baik dan benar. Melalui media tulisan atau cetakan tersebut dapat dikaji berulang-ulang dan dipergunakan oleh pengurus dalam mengajarkan kepada anak asuh. Ini sesuai dengan tujuan serta teknik komunikasi yang digunakan, yaitu bertujuan agar anak asuh dapat merubah sikap serta perilaku dalam beribadah sehingga mereka faham dan benar dalam tata cara beribadah. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:
“.,,, selain itu ada ustadnya yang mendukung karna gurunya juga semangat gitu mengajarnya,, media belajarnya seperti Al-Qur’an, kitab, buku-buku yang memadai dipenuhi oleh yayasan,,”.58 3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu, ini menetukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, persuasi, atau teknik instruksi. Apapun tekniknya, pertama-tama komunikasi harus mengerti pesan komunikasi itu. Mengenai pesan yang disampaikan, materi yang diberikan oleh pengurus ibadah dapat dipahami oleh anak-anak asuh. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau: “,,yah programnya ada macem-macem yang pertama mungkin,,, ibadah yang pastinya,, terus yang kedua ada pendalaman materi agama,, salah satunya ngaji, terus majlis taklim hemm,, hafalan juga bisa seperti itu.,”.59 Dari penjelasan materi agama dan tata cara sholat, mereka dapat menjalankannya serta mempraktekkannya. Selain itu, teknik komunikasi yang digunakan yaitu informatif yaitu agar anak asuh mengerti dan tahu, dan persuasif yaitu agar anak asuh patuh serta dapat menjalankan suatu perbuatan atau kegiatan yang diberikan oleh pengurus ibadah. 58
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011. 59
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin.
4. Peranan Komunikator dalam Komunikasi a. Daya tarik sumber Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan lain perkataan, komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Berdasarkan pengamatan, pengurus mempunyai peranan penting dalam keberhasilan anak asuh, ini ditandai dengan semangat guru dalam memberikan pemahaman kepada si anak, sehingga dapat mendukung pesan yang akan disampaikan. Selain itu si anak dapat sedikit demi sedikit merubah perilakunya karena dorongan dari gurunya itu sendiri. b. Kredibilitas sumber Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Ini diterapkan oleh pihak Yayasan dalam strategi konseling, yaitu upaya atau suatu cara pemberian nasehat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran melalui
interaksi antara dua
orang yaitu pengurus dan anak asuh yang sedang mengalami suatu
masalah yang dihadapi dengan memberikan jalan keluar terhadap masalah individu, sehingga masalah itu dapat teratasi. Dalam hal ini, masalah yang umum dihadapi anak yatim berupa masalah perilaku yang dapat mengganggu perkembangan diri serta belajar anak, semua ini dilakukan melalui motivasi bersama yaitu dengan memberikan nasihat kepada masing-masing anak asuh. Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap empatik (empaty), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan kata lain perkataan, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Seorang komunikator harus bersikap empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa dan sebagainya. Berikut ini adalah strategi yang digunakan pihak Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam membina ibadah para anak asuhnya, strategi komunikasi ini dilakukan oleh para pengurus ibadah untuk anak asuh ini di koordinatori oleh Ustad Faqihuddin, dan para pengurus ibadah lainnya yaitu H. Tabrani S.Ag, Tamali, Siti Barkah S.Ag dan Maria Ulfah. Strategi komunikasi ini dilakukan dengan beberapa strategi yang diterapkan oleh anak asuh60:
60
Wawancara Pribadi dengan Samsul Hadi, Kepala Sekolah Mts Yatim Piatu AlBarokah, Bekasi 12 April 2011.
1. Strategi Mengenal Komunikan Dalam mengenal anak asuh, strategi ini sangatlah diperlukan dalam pembinaan. Di karenakan masing-masing anak asuh berasal dari latar belakang keluarga dan kepribadian yang berbeda-beda. Diantaranya anak asuh yang salah satu orang tuanya sudah tiada serta anak yang kurang mampu. Sebagai contoh dalam hal pembinaan, anak asuh yang berasal dari Flores Nusa Tenggara Timur pembinaannya lebih ditekankan serta dikhususkan karena pada anak tersebut lebih bersifat temperamental. Ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Faqihuddin selaku pengurus ibadah Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah: “,,,,yang pertama, strategi mengenal anak asuh disini, seperti kita mengenalnya dengan latar belakang keluarga mereka yang berasal dari beberapa daerah misalnya anak asuh yang berasal dari flores, cara menghadapinya sangatlah berbeda lebih ditekankan dikarenakan lebih temperamental, dengan mengetahui semua itu, kita bisa tahu IQ mereka masing-masing. Tentang latar belakangnya yang berbeda,, perbedaannya mungkin,, klo dari jawa itu lebih ke diam, ga bisa ngomong, atau minder pokoknya wataknya lebih tertutup atau ga berani gitu.. sedangkan klo dari bekasi sendiri karna dari sini gitu udah biasa ngomong, lebih menyesuaikan karna dari daerah sini,, dan klo dari lampung atau flores itu lebih keras lagi dia,, wataknya dan kadang untuk di bilangin juga ga sekali dua kali,,”61 2. Strategi Konseling Konseling yaitu suatu proses interaksi yang terjadi antara dua orang atau individu yang disebut konselor dan klien, atau terjadi dalam situasi pribadi (professional), serta dibina sebagai suatu cara untuk 61
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
memudahkan terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku klien, sehingga ia memperoleh keputusan yang memuaskan kebutuhannya. 62 Sedangkan tujuan dari
konseling dalam
Islam,
yaitu untuk
menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (Muthmainah), bersikap lapang dada (Radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (Mardhiyah).63 Strategi konseling yaitu suatu cara pemberian nasehat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran melalui interaksi antara dua orang yaitu pengurus dan anak asuh yang sedang mengalami suatu masalah yang dihadapi dengan memberikan jalan keluar terhadap masalah individu, sehingga masalah itu dapat teratasi. Dalam hal ini, masalah yang umum dihadapi anak yatim berupa masalah perilaku yang dapat mengganggu perkembangan diri anak tersebut, diantaranya: kurangnya percaya diri, tidak konsentrasi belajar, ,malas dan sebagainya. 64 Sehingga mereka menimbulkan masalah seperti, tidak betah untuk tinggal di lingkungan asrama, berkelahi dengan temannya. Ini dikarnakan perasaan mereka yang belum terima bahwa mereka sudah ditinggal oleh orang tua yaitu ayah atau ibu mereka, Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:
62
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling : Suatu Uraian Ringkas (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), Cet. Ke-1, h. 14. 63 M. Hamdani Bakran Adz-dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam Penerapan Metode Sufistik. h. 220. 64 Wawancara Pribadi dengan Armelia Sri Wulandari, Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
“Strategi Konseling,, iyaa,,apa namanya,,hemm anak kita panggil saja satu anak satu persatu klo ada masalah kita Tanya bagaimana masalahnya yah begitu,,, kadang klo anak ada masalahnya aja, yah tapi ga menentu satu minggu sekali tapi kadang juga klo banyak yang anak mempunyai masalah yahhh lebih sering lagi kita menanganinya,, ini dilakukan untuk pemberian motivasi, anjuran, nasehat seperti masalah umum yang dihadapi sihh:,,,,,,,. 65 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, pengurus saling memberikan bimbingan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak asuh, dengan menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri anak asuh sehingga muncul dan berkembang rasa ingin keinginan untuk berbuat taat kepada Allah SWT dengan beribadah kepada-Nya, sekaligus memberikan nasihat agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. 66 3. Strategi menentukan metode Selanjutnya strategi yang terakhir yaitu menentukan materi dengan metode yang digunakan, ini dilakukan agar terwujudnya suatu perubahan kepada anak tersebut ke arah yang lebih baik lagi. Berdasarkan penelitian yang diamati, metode yang dilakukan dalam pembinaan ibadah terhadap anak asuh yaitu: a. Metode Hafalan Metode hafalan adalah suatu cara yang digunakan oleh para pengajar dalam hal pembinaan ibadahnya. Seperti bagaimana anak dapat menghafal setiap bacaan shalat dan menerapkannya dalam ibadah shalatnya sehari-hari. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh 65
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011. 66 Pengamatan Observasi, Tentang Penerapan Strategi Konseling, di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah, 12 April 2011.
Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dai wawancara dengan beliau: “Strategi selanjutnya yaitu,, metode yang akan digunakan menentukan materi , yaitu melalui metode hafalan, metode ini dilakukan seminggu dua kali, hafalan itu,, tergantung tingkatan anak-anak itu, sesuai Tsanawiyah apa,, Aliyah,, biasanya hafalan juz’ama teruss surat: Al-Waqi’ah, Yasin dan Al-Mulk., dan lain-lain deh,,67 Dalam metode ini, pengurus ibadah menentukan materi dari surat-surat yang akan dihafalkan kepada anak-anak, seperti juz’ama, hadits, serta surat-surat panjang seperti surat Al-Waqi’ah, surat Yasin, surat Al-Mulk dan lain-lain, setelah itu anak-anak mulai menghafal dengan masing-masing surat yang ditentukan. Setelah dihafalkan oleh anak asuh dan hafalan tersebut harus disetorkan kepada para Pengurus dalam jangka waktu yang ditentukan. Adapun waktu pelaksanaannya yaitu dilakukan seminggu dua kali dalam menyetorkan hafalan, yaitu pada hari senin, selasa dan rabu, dengan menyetorkan secara bergilir berdasarkan tingkat pendidikan mereka, Yaitu sebagai berikut: 1) Tingkat Madrasah Tsanawiyah Untuk kelas Tsanawiyah pengurus membagi dua kelompok, kelas satu dan kelas dua. Adapun hafalan yang wajib
67
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011.
dihafalkan yaitu meliputi hafalan juz’ama, ratibul hadad, hadits-hadits pendek, 2) Tingkat Madrasah Aliyah Sementara
surat yang wajib dihafalkan oleh mereka yaitu:
surat Al-Waqi’ah, surat Yasin, surat Al-Mulk serta Juz’ama.
Berdasarkan kegiatan hafalan yang dilakukan oleh anak asuh yang penulis amati dilapangan, pada dasarnya penyetoran hafalan surat-surat yang terjadi dilakukan dengan pola kelompok . dalam masing-masing kelompok tersebut, anak asuh meyetorkan hafalan kepada pengurus dengan waktu dan hari yang ditentukan yaitu hari rabu dan kamis atau secara bergilir tergantung siap atau tidaknya anak tersebut untuk menyetorkan hafalannya. Dalam
tahap
awal
kegiatan
ini,
pengurus
ibadah
memberikan semacam materi yang disampaikan kepada anak-anak dengan mengenalkan bagaimana cara untuk beribadah dengan baik, dengan kata lain mengenalkan materi yang dianggap mudah terlebih dahulu, setelah itu pengurus menekankan anak untuk mengucapkan berulang-ulang diselingi dengan melihat buku yang menjadi rujukannya untuk menghafal. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau: “Yang pertama kita mengenalkan materi yang lebih mudah dulu, dalam artian,, anak harus mengucapkan berulang-
ulang lalu dia sambil melihat buku lalu dia langsung hafalan gitu,,,”.68 b. Metode Pembiasaan Diri Dalam hal ini, metode yang dipakai yaitu metode pembiasaan diri yaitu suatu pendekatan yang berusaha memberikan kesempatan kepada anak asuh agar senantiasa dapat mengamalkan ajaran agamanya. Cara ini dilakukan bertujuan agar anak tersebut dapat mempraktekkan materi yang telah disampaikan oleh pengurus sekaligus guru yang menangani bidang ibadah anak asuh, baik ketika masih berada di asrama maupun ketika keluar nanti. Hal ini sesuai hasil kutipan yang dikatakan oleh Bapak Faqihuddin: “hemm,, dalam hal sholat baik itu sholat jama’ah maupun sholat sunnah,, disini kita lebih membiasakan kepada mereka dengan gerakan serta bacaan supaya mereka dapat mempraktekkan sehari-hari baik masih disini maupun pas keluar nanti,,,”.69 Dengan itu anak asuh mempraktekkan ibadah-ibadah yang sudah diajarkan oleh pengurus ibadah yaitu pelaksanaan sholat dhuha, sholat tahajjud serta sholat sunnah qabliyyah dan ba’diyyah ini dimaksudkan untuk dipraktekkan dalam keseharian mereka.
B. Penerapan Strategi komunikasi dalam Pembinaan Ibadah terhadap Anak Asuh 68
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011. 69 Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin.
Dalam mencapai tujuan yang diterapkan, strategi komunikasi akan berjalan dan berhasil bila ada keterkaitan antara komunikator dan komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Dalam hal ini, pembinaan sangatlah diperlukan untuk membangun serta menumbuhkan rasa tanggung
jawab
untuk
memperoleh hasil
yang baik.
Sehingga
meningkatkan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri. Menurut Zakiah Daradjat, dalam mencapai tujuan dari pembinaan yang telah ditetapkan, diperlukan adanya unsur-unsur pendukung. Adapun unsur-unsur tersebut yaitu70: 1. Materi Dalam hal ini, Yayasan Al-Barokah memberikan materi dalam pendalaman agama yaitu melalui pengajian, PPserta hafalan-hafalan yang ditentukan. Pengurus ibadah menentukan materi dari surat-surat yang akan dihafalkan kepada anak, seperti juz’ama, hadits, serta suratsurat panjang seperti surat Al-Waqi’ah, surat Yasin, surat Al-Mulk dan lain-lain, setelah itu anak mulai menghafal dengan masing-masing surat yang ditentukan dan mempraktekkan ibadah sehari-hari. Pada dasarnya materi pembinaan ibadah itu tergantung pada tujuan pembinaan ibadah yang hendak dicapai yaitu bertujuan agar dalam menjalani tata cara ibadah dapat dengan benar serta mengerti terhadap apa yang mereka lakukan. Hal ini dilakukan agar terwujudnya
70
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pendidikan Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 38.
suatu perubahan kepada anak tersebut ke arah yang lebih baik lagi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Faqihuddin: ”oohhh,, tujuannya yang pasti untuk biar mereka bener dan betul dalam cara ibadahnya baik dan benar,, karna ada yang tau tetapi tidak mengerti dan tidak benar,, pokoknya mengerti dan benar”.71 2. Pembina/pembimbing Pembina adalah seseorang yang membina sekelompok orang dalam sebuah pembinaan dan memiliki syarat-syarat sebagai berikut: a. Kemampuan professional b. Memiliki sifat atau kepribadian yang baik c. Memiliki kemampuan bermasyarakat d. Bertaqwa kepada Allah SWT Dalam
hal
ini,
Yayasan
mempunyai
tenaga
pengajar
professional yang memiliki spesialisasi dalam bidang pembinaan ibadah terhadap anak asuh. Pembinaan ibadah ini dilakukan oleh para pengurus ibadah untuk anak asuh dengan di koordinatori oleh Ustad Faqihuddin, dan para pengurus ibadah lainnya yaitu H. Tabrani S.Ag, Tamali, Siti Barkah S.Ag dan Maria Ulfah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Samsul Hadi:
71
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011.
”Untuk ibadah,, kita ada tiga orang laki-laki,, iyaa,, yaitu Ustad Tabrani, Ustad Tamali dan Ustad Faqih,, kalau perempuannya ada dua orang,, siti barkah dan mungkin maria ulfah,,,”72 3. Peserta Terbina Faktor ini adalah salah satu unsur yang penting dalam pembinaan ibadah, karena tujuan dari pembinaan ibadah adalah untuk keselamatan individu dalam sebuah pembinaan. Dalam hal ini anakanak asuh Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah sebagai peserta terbina, dikarenakan merekalah sebagai sasaran pembinaan ibadah. 4. Metode Metode bisa diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan. Dalam hal pembinaan ibadah, para pengasuh memakai metode kelompok belajar yang terdiri dari beberapa kelompok, hal ini disesuaikan dengan tingkat pendidikan mereka. Untuk yang Madrasah Aliyah dibagi dengan dua kelompok, sedangkan untuk Madrasah Tsanawiyah dibagi perkelas-perkelas, selain itu perbedaan ini juga berlaku pada pembagian materi hafalan tersebut seperti yang diungkapkan oleh Faqihuddin selaku pengurus bagian ibadah Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah: “Disini kelompoknya dibaginya perkelas,, perkelas,, kelas Tsanawiyah sendiri, kelas Aliyah sendiri,, untuk Tsanawiyah
72
Wawancara Pribadi dengan Samsul Hadi, Kepala Sekolah Mts Yatim Piatu AlBarokah, Bekasi 12 April 2011.
kita dua kelompok, dan Aliyah dua kelompok,, iya kelompok kelas satu dan kelas dua,, sama kalau aliyah juga.,” 73 Mengenai strategi komunikasi yang dilakukan pengurus dalam pembinaan Ibadah terhadap anak asuh di Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah yaitu: 1. Strategi Merangkul Strategi merangkul yaitu strategi untuk
memberikan
kepercayaan terhadap diri anak asuh akan kemampuan yang dimilikinya. Misalkan memberikan motivasi untuk menumbuhkan rasa percaya diri kepada anak asuh yang kurang tingkat penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Strategi ini merupakan upaya untuk memberikan kepercayaan terhadap diri anak asuh, dan strategi inilah yang diterapkan oleh para Pembina maupun pengasuh dalam rangka merangkul setiap anak didiknya di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah ini. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bapak Samsul Hadi dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau: “Kami
melakukan
pendekatan
secara
umum
dengan
memberikan wejangan kepada seluruh santri atau anak asuh disini supaya mereka mampu untuk tinggal disini belajar serta semangat dalam belajar,,74
73
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011. 74 Wawancara Pribadi dengan Samsul Hadi, Kepala Sekolah Mts Yatim Piatu AlBarokah, Bekasi 12 April 2011.
2. Strategi Hukuman Strategi Hukuman yaitu cara tindakan pendidikan terhadap anak didik karena melakukan kesalahan, dan dilakukan agar anak didik tidak lagi melakukannya. Selain itu, untuk memberikan rasa tanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan baik hal yang positif ataupun negatif. Menurut pengamatan yang peneliti amati, hukuman diterapkan kepada anak asuh yang terlambat dalam meyetorkan hafalan yang sudah ditugaskan selama seminggu, adapun macammacam
hukuman
pelanggaran
yang
pertama
kenai
mereka
bervariasi, diberi
denda
diantaranya: Rp.
1000,-
untuk jika
mengulanginya maka pengurus menyiram mereka dengan selang air dengan disaksikan oleh anak-anak asuh yang lain, dan terakhir jika masih mengulanginya hafalan Al-Qur’an yang ditentukan oleh pengurus. 75 Semua itu dilakukan untuk mengarahkan agar senantiasa selalu bertingkah laku yang baik dan bermanfaat bagi hasil belajarnya, perkembangannya, serta kemajuannya serta di harapkan mereka menjadi jera dan sadar akan kesalahannya yang telah diperbuat, sehingga dia akan berhati-hati dalam bertindak.
75
Pengamatan Observasi, Tentang Penerapan Metode Hukuman, di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah, 12 April 2011.
C. Faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dimiliki Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam Pembinaan Ibadah Didalam suatu kegiatan, faktor penghambat dan pendukung sudah pasti menyertai dalam setiap kegiatan tersebut, tidak terkecuali pada kegiatan pembinaan ibadah terhadap anak asuh di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, diantaranya adalah: 1. Faktor Pendukung dalam Pembinaan Ibadah di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, yaitu: a. Yayasan Al-Barokah mempunyai motto “Al-Barokah dalam karya dan ibadah dengan Amaliyah Ahlu sunnah Wal Jama‟ah”.76 b. Adanya peraturan yang diterapkan oleh pihak yayasan sehingga anak asuh menjadi rajin dan ulet serta kemauan yang tinggi dari anak itu sendiri dalam melakukan ibadah, selain itu dengan adanya kewajiban yang harus dilaksanakan. Sebagai contoh menghafal hadits-hadits, jika tidak menyetorkan kepada pengurus, maka sanksi denda akan diberikan. c. Keteladanan sikap dan semangat guru dalam mengajar, sehingga sangatlah mendukung dalam keberhasilan terhadap santri/ anak asuh dalam belajar mereka.77 d. Tersedianya
tenaga
pengajar
professional
yang
memiliki
spesialisasi dalam bidang pembinaan ibadah terhadap anak asuh.
76
Wawacara pribadi dengan Bpk Samsul Hadi, Kepala Sekolah MTs Yatim Piatu AlBarokah, Selasa 12 April 2011. 77 Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
e. Media belajar yang Yayasan berikan cukup tersedia, seperti AlQur’an, kitab-kitab, alat tulis dan lain-lain. f. Adanya aula serta masjid sebagai media untuk melakukan pembinaan ibadah. 2. Faktor Penghambat dalam Pembinaan Ibadah di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, yaitu: a. Kepribadian serta latar belakang anak asuh yang berbeda-beda terkadang membuat para pengasuh serta pengurus mendapat kesulitan dalam menghadapi mereka. Sehingga untuk menghadapi prilaku anak asuh cukup sulit untuk diberi pengarahan pada pertama kali masuk ke Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah ini.78 b. Kurangnya kesadaran pada diri anak asuh dalam menjalani kegiatan ibadah dengan tugas yang diberikan oleh pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.
78
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai strategi komunikasi yang Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah serta pengasuh lakukan dalam pembinaan ibadah, maka penulis mengambil kesimpulan, yaitu: 1. Langkah-langkah penyusunan strategi komunikasi yang dilakukan yaitu melalui strategi konseling serta pengenalan lebih dalam terhadap karakteristik masing-masing anak asuh yang dilakukan oleh pihak Yayasan. Ini dilihat dari pengurus saling memberikan bimbingan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak asuh, dengan memberikan jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi
dengan
menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri anak asuh sehingga muncul dan berkembang rasa ingin keinginan untuk berbuat taat kepada Allah SWT dengan beribadah kepada-Nya, sekaligus memberikan nasihat agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi masalah yang dialami. Selain itu dengan cara menentukan materi yang diberikan yaitu dengan penghafalan juz’ama, surat-surat Al-Qur’an, dan hadits. Selain itu mempraktekkan setiap bacaan shalat dan menerapkannya dalam ibadah shalatnya sehari-hari. Semua itu dapat memberikan suatu perubahan kepada anak tersebut ke arah yang lebih baik lagi. 2. Dalam penerapan strategi komunikasi, strategi merangkul sangatlah efektif dikarenakan dalam pembinaan ibadah ini adalah upaya untuk
memberikan
kepercayaan
terhadap
diri
anak
asuh
dengan
menumbuhkan rasa percaya diri sehingga mereka merasa nyaman untuk tinggal di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah ini. Strategi ini sangatlah diperlukan oleh seorang guru sebagai komunikator dalam menyampaikan pesannya. Selain itu, hukuman diadakan untuk memberikan rasa tanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan baik hal yang positif ataupun negatif, dengan tidak melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya. 3. Beberapa faktor pendukung strategi komunikasi dalam pembinaan ibadah yaitu yang pertama, tersedianya sarana yang cukup dalam membina ibadah anak asuh yang dilakukan oleh pengurus, seperti masjid dan aula. Selain itu Al-Qur’an, kitab-kitab, alat tulis dan lainlain yang diberikan oleh Yayasan sebagai media untuk belajar serta melakukan ibadah seperti sholat lima waktu berjamaah, kegiatankegiatan ibadah dan lain-lain. Yang kedua, adanya kemauan yang tinggi dari anak asuh dalam melakukan ibadah, disamping itu, dukungan serta semangat yang diberikan guru serta pengurus dalam mengajar dan menjadikan hal tersebut sebagai kewajiban yang seharusnya dipatuhi. Sedangkan untuk faktor penghambatnya yaitu yang pertama, kepribadian serta latar belakang anak asuh yang berbeda-beda membuat para pengurus mendapat kesulitan dalam menghadapi mereka. Yang kedua, kurangnya kesadaran pada diri anak asuh dalam menjalani kegiatan ibadah dengan tugas yang diberikan oleh pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.
B. Saran-saran Dalam hal ini, peneliti memberikan beberapa saran yang berhubungan dengan strategi komunikasi dalam pembinaan ibadah anak asuh diYayasan Yatim Piatu Al-Barokah, yaitu: 1. Kepada pengurus bagian ibadah, lebih meningkatkan strategi komunikasi sehingga mempermudah mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan. 2. Dapat
meningkatkan
berbagai
kegiatan
keagamaan
serta
memperbanyak sarana yang dibutuhkan dalam membina anak-anak asuh agar terciptanya peningkatan pemahaman serta kemampuan anak asuh dalam beribadah, sehingga melalui pembinaan ibadah ini, anak asuh dapat memperoleh hasil yang baik sesuai dengan ajaran Islam sebagai
bukti
ketaatan
mereka
kepada
Tuhan-Nya,
dengan
mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 3. Kepada para staf serta pengurus yang terkait, menjalankan aturan serta kewajiban yang telah diterapkan oleh Yayasan dalam menjaga hubungan komunikasi yang sudah terjalin, sehingga lebih mudah untuk membina ibadah anak-anak asuh, sesuai dengan Motto Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah “Al-Barokah dalam karya dan ibadah dengan Amaliyah Ahlu sunnah Wal Jama‟ah”.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Persada, 1995. Arni, Muhammad. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Anwar, Arifin. Ilmu Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995. Dzajuli, Ahmad. Kaidah-kaidah Fikih. Jakarta: Kencana, 2007. David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Prenhalindo, 2002. Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1979. - - - - - - - - - -. Pendidikan Agama dalam Pendidikan Mental. Jakarta: Bulan Bintang, 1975. Ekawati, Nia. “Pola Komunikasi Ibu dan Anak Dalam Penanaman Ninai-nilai Keagamaan Pada Anak Usia Prasekolah di Asrama Suku Dinas Pemadam Kebakaran,” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Kridalaksana, Hari Murti . Kamus Sinonim Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah, 1981. Ketut Sukardi, Dewa. Pengantar Teori Konseling : Suatu Uraian Ringkas. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985. M, Suhardin. “Strategi Komunikasi Organisasi Dalam Pembinaan Mental Keagamaan Pegawai PT.TKI Jalur Nugraha Eka Kurir,” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Nurhayati, Iin. “Strategi Panti Asuhan Baiturrahman Dalam Pemberdayaan Anak Asuh di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya,” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Robbins, James G dan S. Jones ,Barbara. Komunikasi Yang Efektif. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1986. Rosyada, Dede. Hukum Islam Dan Pranata Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996. Syamsyuddin, Din. Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: Logos, 2000.
Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Teori Konseling : Suatu Uraian Ringkas. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985. T. Yanggo, Ehuzaimah dan Ashari, Hafidz. Problematika hukum Islam Kotemporer Pertama. Jakarta: Pustaka Fidaus, 2002. Uchjana, Onong. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992. Usman, Syarif. Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam . Jakarta: Firma Djakarta, Tanpa Tahun. Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Qutub, Muhammad. Sistem Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1984. Yunus, Mahmud. Kamus Bahasa Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penafsiran Al-Qur’an. 1973. Z, Zurinal dan Aminuddin. Fiqh Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008.
www.wordpress.com
HASIL WAWANCARA
Hari/ tanggal
: selasa/ 12 April 2011
Tempat
: Kantor MTs. Yatim Piatu
Nama
: Samsul Hadi
Jabatan
: Kepala Sekolah MTs Yatim Piatu Al-Barokah
T
: Siapa Pendiri Yayasan Yatim Piatu Islam ini?
J
: KH. Abu Bakar Jamal
T
: Sejak Kapan Berdirinya Yayasan ini?
J
: 15 Juli 1982
T
: Apa Tujuan Didirikannya Yayasan ini pak?
J
: Sebenarnya tujuannya untuk menampung siswa yatim-piatu dan dhuafa untuk disekolahkan.
T
: Apa Visi dan Misi Yayasan ini?
J
: mengenai misi “Al-Barokah dalam karya dan ibadah dengan Amaliyah Ahlu sunnah Wal Jama’ah”
T
:
Selanjutnya,
dalam
pembinaan
ibadah
disini,
berapa
orang
Pembina/pengurus di bagian ibadah? J
: Untuk ibadah,, kita ada tiga orang laki-laki,, iyaa,, yaitu Ustad Faqihudin, Ustad Tabrani, dan Ustad Tamali,, kalau perempuannya ada dua orang,, siti barkah dan mungkin maria ulfah,,,
T
: Berapa banyak anak asuh/ santri di Yayasan ini?
J
: Anak asuh disini kurang lebih ada 120 orang.
T
: Dalam hal pendekatan kepada anak asuh, upaya apa yang diberikan oleh Yayasan agar sebelum masuk ke Yayasan Yatim Piatu Islam Al-barokah ini?
J
: Kami melakukan pendekatan secara umum dengan memberikan wejangan kepada seluruh santri atau anak asuh disini supaya mereka mampu untuk tinggal disini belajar serta semangat dalam belajar.
T
: Dalam mengelola Yayasan ini, tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit, dari mana sumber dana tersebut?
J
: Dana yang didapat yaitu melalui subsidi silang yayasan serta donasi.
T
: Digunakan untuk apa saja dana tersebut?
J
: Dana tersebut digunakan untuk pembiayaan keperluan siswa beserta akomodasi, selain itu untuk biaya pendidikan anak asuh yang dibiayai oleh pihak yayasan.
T
: Bagaimana proses pengrekrutan anak yatim/ anak asuh yang dilakukan oleh Yayasan ini?
J
: Adapun proses penerimaan anak asuh disini yaitu, melalui: 1. Melalui informasi dari yayasan. 2. Melalui pengrekrutan dari alumni. 3. Melalui informasi dari birokrasi.
T
: Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar tentang keberadaan Yayasan ini?
J
: Adapun mengenai tanggapan masyarakat, yaitu: 1. Sangat responsip dan akomodatif 2.Masyarakat selalu membantu apabila yayasan mengalami kesulitan
\
Pewawancara
Responden
( Farhah Khairiyah )
( Samsul Hadi )
HASIL WAWANCARA
Hari/ tanggal
: Rabu/ 18 Mei 2011
Tempat
: Panti Asuhan Al-Barokah
Nama
: Faqihudin
Jabatan
: Pengurus Bagian Ibadah serta Pengajar MTs dan Aliyah
T
: Apa yang bapak fahami tentang strategi komunikasi?
J
: strategi komunikasi yaa,,, cara atau metode untuk mencapai sebuah tujuan dengan berkomunikasi dengan anak asuh.
T
: Bagaimana Program serta strategi pembinaan ibadah untuk anak asuh?
J
: yah programnya ada macem-macem yang pertama mungkin,,, ibadah yang pastinya,, terus yang kedua ada pendalaman materi agama,, salah satunya ngaji, terus majlis taklim hemm,, hafalan juga bisa seperti itu.
T
: Dalam pembinaan ibadah, apa yang bapak tekankan dalam pembinaan ibadah ini?
J
: Ibadah ditekankan yang pasti yang pertama tentang ibadah harian: sholat yaitu sholat fardhu serta sholat sunnah, terus seperti anak bisa adzan, tahlil, bisa baca ratib, dzikir yang penting yang ditekankan ibadah harian,, sehari-hari.
T
: Menurut Bapak, apakah strategi komunikasi sangat diperlukan oleh seorang guru/pengasuh?
J
: Sangat,, sangat sangat diperlukan sekali,, jadi untuk kita lebih tau bagaimana kondisi anak itu bagaimana, kepribadiannya,, karna setiap anak
dari latar belakang berbeda dari orang tua yang berbeda dan pasti juga dari ekonomi yang pastinya akan berbeda sekali. T
: Lalu, dalam pembinaan ibadah ini, bagaimana cara komunikasi yang bapak lakukan dalam kegiatan pembinaan ibadah?
J
: Pertama kita ada semacam materi dulu gitu yah,, materi kita kenalkan bagaimana caranya kita untuk beribadah, terus yang kedua kita lebih ke hafalan dulu setelah itu hafalan ke materinya kemudian prakteknya.
T
: Mengenai pelaksanaan sholat, metode apa yang bapak berikan kepada anak asuh?
J
: hemm,, dalam hal sholat baik itu sholat jama’ah maupun sholat sunnah,, disini kita lebih membiasakan kepada mereka dengan gerakan serta bacaan supaya mereka dapat mempraktekkan sehari-hari baik masih disini maupun pas keluar nanti,,,
T
: Dalam pembinaan ibadah disini dalam pengaturan hafalan,, dibagi beberapa kelompok?
J
: Disini kelompoknya dibaginya perkelas,, perkelas,, kelas Tsanawiyah sendiri, kelas Aliyah sendiri,, untuk Tsanawiyah kita dua kelompok, dan Aliyah dua kelompok,, iya kelompok kelas satu dan kelas dua,, sama kalau aliyah juga.
T
: Untuk pembagian hafalan surat,, antara tingkat MTs dan Aliyah, seperti apa?
J
: kalau untuk Tsanawiyah pembagian suratnya,, yahhh hafalan juz’ama, surat-surat pendek, ratibul hadad, hadits-hadits pendek juga,, terus klo
Aliyah lebih ke surat yasin, surat Al-Waqi’ah sama surat-surat yang panjang,, T
: Bagaimana strategi komunikasi yang bapak lakukan dalam pembinaan ibadah anak asuh di Yayasan ini?
J
: Strategi yang kami lakukan disini yaitu yang pertama, strategi mengenal komunikan yaitu anak asuh disini, kita mengenalnya yaitu dengan latar belakang keluarga mereka yang berasal dari beberapa daerah misalnya anak asuh yang berasal dari flores, cara menghadapinya sangatlah berbeda lebih ditekankan dikarenakan lebih temperamental, dengan mengetahui semua itu, kita bisa tahu IQ mereka masing-masing. Tentang latar belakangnya yang berbeda,, perbedaannya mungkin,, klo dari jawa itu lebih ke diam, ga bisa ngomong, atau minder pokoknya wataknya lebih tertutup atau ga berani gitu.. sedangkan klo dari bekasi sendiri karna dari sini gitu udah biasa ngomong, lebih menyesuaikan karna dari daerah sini,, dan klo dari lampung atau flores itu lebih keras lagi dia,, wataknya dan kadang untuk di bilangin juga ga sekali dua kali,, Selanjutnya yang kedua, menggunakan strategi konseling dalam beberapa bulan serta musyawarah bersama dengan perintah Yayasan, kami memberi nasehat serta anjuran dalam pengajaran kepada anak asuh yang dapat mengembangkan keimanan dan keyakinannya serta dapat mengatasi masalah di sekolah atau di asrama dan keluarga dengan baik, sesuai dengan kemampuan anak asuh tersebut. Kami memberikan konseling agar tetap sabar dan tawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi masalah-masalah yang mereka hadapi. Biasanya, masalah yang umum dihadapi anak yatim, kurang percaya diri,
tidak konsentrasi belajar, stress karena ditinggal orang tua, malas dan sebagainya. Dan akhirnya mereka kurang betah buat tinggal di sini deh. Dan yang ketiga yaitu strategi metode yang akan digunakan menentukan materi , yaitu melalui metode hafalan, metode ini dilakukan seminggu dua kali, hafalan itu,, tergantung tingkatan anak-anak itu, sesuai Tsanawiyah apa,, Aliyah,, biasanyi hafalan juz’ama teruss surat: Al-Waqi’ah, Yasin dan Al-Mulk., dan lain-lain deh,, T
: Bagaimana serta kapan saja strategi pembelajaran hafalan surat dilaksanakan?
J
: ini dilakukan seminggu dua kali setoran,, perkelas beda,, satu kelompok berbeda-beda hari dan hafalan dua kali,, aliyah dan Tsanawiyah digilir saja,, yaitu hari senin, selasa dan rabu, pokoknya beda pengajarnya,,
T
: Strategi apa saja yang diterapkan oleh bapak dalam pembinaan ibadah anak asuh?
J
: Strategi yang digunakan yaitu melalui strategi pengajaran dengan hafalan surat serta praktek ibadah yang dilakukan oleh anak asuh.
T
: Bagaimana pelaksanaan dari Strategi konseling yang apa bapak berikan kepada anak asuh?
J
: Strategi Konseling,, iyaa,,apa namanya,,hemm anak kita panggil saja satu anak satu persatu klo ada masalah kita Tanya bagaimana masalahnya yah begitu,,, kadang klo anak ada masalahnya aja, yah tapi ga menentu satu minggu sekali tapi kadang juga klo banyak yang anak mempunyai masalah yahhh lebih sering lagi kita menanganinya,, ini dilakukan untuk pemberian motivasi, anjuran, nasehat seperti masalah umum yang dihadapi sihh: yang
pertama karna ada anak yang ga betah karna beda seperti yang dirumah kondisinya tidurnya gituu,, terus ada masalah dengan teman pastinya gituu pergaulan,, juga mungkin masalah biaya mungkin,, kadang ada yang terlambat kiriman dari orang tuanya,, yah seperti itu,hemm jadi mempengaruhi belajar anak. Selain itu strategi konseling ini dilakukan dengan musyawarah ustad bersama sesuai dengan kebijakan yayasan,, Selain itu, Kita lebih ke apa namanya itu,, seperti motivasi bersama,, dengan memberikan nasihat aja dengan masing-masing anak asuh. T
: Bagaimana cara anak asuh agar mudah mengerti serta faham terhadap strategi hafalan ini?
J
: yang pertama kita mengenalkan materi yang lebih mudah dulu, dalam artian,, anak harus mengucapkan berulang-ulang lalu dia sambil melihat buku lalu dia langsung hafalan gitu,,,
T
: Apakah strategi komunikasi yang bapak lakukan dapat dipahami oleh anak asuh?
J
: Alhamdulillah dipahami sih,, tapi ada juga yang ga paham,, yang pasti sebagian besar paham. Dikarnakan ada beberapa anak yang kurang memahami, tetapi sebagian besar mereka paham dengan strategi yang diterapkan.
T
: Apakah strategi komunikasi yang bapak lakukan sudah dapat mencapai tujuan dalam pembinaan ibadah?
J
: Alhamdulillah, hampir 80% dapat mencapai tujuan.
T
: Apa faktor pendukung yang bapak temui dalam membina ibadah anak asuh?
J
: untuk pendukung dari anaknya sendiri, dalam semangat belajar anakanak ,, jadi rajin dan ulet serta kemauan yang tinggi dari anak itu sendiri dalam melakukan ibadah., selain itu ada ustadnya yang mendukung karna gurunya juga semangat gitu mengajarnya,, media belajarnya seperti AlQur’an, kitab, buku-buku yang memadai dipenuhi oleh yayasan, serta tenaga pengajar yang professional yang cukup.
T
: Apa faktor hambatan yang bapak temui dalam membina ibadah anak asuh?
J
: hambatan yahh mungkin,, latar belakang, watak anak asuhnya tersendiri yang berbeda-beda. Serta kurangnya kesadaran dari sebagian anak-anak dalam menyetor hafalan,, mungkinn itu.
T
: Bagaimana cara bapak dalam menyikapi hambatan tersebut?
J
: yahh mungkin,,lebih dimotivasi lagi ke mereka,, dengan menanyakan tujuan mereka kesini untuk apa,, keinginan mereka setelah keluar apa, minimal
seminggu sekali
pada malam
jum’at dengan diselingi
muhadharah. T
: Apakah guru sangat berperan dalam keberhasilan pembinaan ibadah anak asuh?
J
: Sangatlah berperan, karna kuncinya disitu, karena keberhasilan anak itu pasti karna campur tangan guru itu sendiri.
T
: Apa tujuan pembinaan ibadah di Yayasan ini?
J
: ooohhh,, tujuannya yang pasti untuk biar mereka bener dan betul dalam cara ibadahnya baik dan benar,, karna ada yang tau tetapi tidak mengerti dan tidak benar,, pokoknya mengerti dan benar.
T
: Harapan terakhir apa yang bapak inginkan dalam perkembangan dalam membina anak asuh?
J
: kalau dari ibadah minimal mereka tahu tentang ibadah, selain itu bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri, agama dan bangsa.
Pewawancara
(Farhah Khairiyah)
Responden
( Faqihudin )
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Selasa/26 April 2011
Nama
: Armelia Sri Wulandari
Usia
: 16 Tahun
Tempat wawancara
: Yayasan Al-barokah
T
:Nama lengkap kamu siapa?
J
: klo nama saya,, ka,,, panjangnya,, Armelia Sri wulandari,,
T
: Sejak kapan menjadi yatim?
J
: Saya menjadi Yatim semenjak umur 6 tahun,,,
T
: Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim?
J
: Perasaan saya waktu jadi yatim sangatlah tidak enak, sedih,, selain itu saya kadang-kadang suka iri dengan orang lain yang mempunyai ayah.
T
: Bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu?
J
: Kalau saya mengatasinya dengan perlahan-lahan
aj,, yahh
dengan menerima kenyataan yang ada, klo saya tidak lagi mempunyai seorang ayah. T
: Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah disini?
J
: Yang menanggung biaya saya,, yahh,, Yayasan Al-Barokah.
T
: Pelajaran apa yang kamu dapatkan selama bermukim di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?
J
: Yang saya dapatkan disini, saya dapat memahami Agama Islam secara mendalam.,, di bimbing ibadah,, belajar Al-Qur’an,, pokoknya,, lebih diarahkan aja untuk belajar,,
T
: Apakah
manfaat yang kamu dapatkan selama bermukim di
Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini? J
: Manfaat yang saya dapatkan, yaitu yang pastii,,, mendapat ilmu, memiliki banyak teman, serta mempunyai banyak pengalaman.
T
: Apa kesan kamu terhadap Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?
J
: Kesan saya terhadap Yayasan ada kesan senang dan kesan sedih., senangnya saya bisa memiliki banyak teman, terus klo sedihnya apa yahh,, mungkin hukuman aja klo ga hafal surat-surat dari ustad,,, karena kadang-kadang saya lupa nyetor hafalan,,
T
: Apa saja kegiatan ibadah yang kamu lakukan di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?
J
: Kegiatan yang saya lakukan disini yah seperti yang dibilang tadi,, belajar, mengaji pokoknya banyak untuk beribadah.,, sholat, puasa.
T
: Siapa pengurus atau Pembina dalam program ibadah ini?
J
: Ibu Ustz. Siti Barkah S.Ag
T
: Manfaat yang kamu rasakan dalam pembinaan ibadah di Yayasan ini?
J
: Kalo manfaat, saya lebih mengerti bagaimana ibadah yang baik dan benar., serta saya dapat nasehat banyak dari ustad klo pas konseling,, soalnya kadang-kadang klo saya hafalan surat-surat,, kadang masih malas ngapalnya,,
T
: Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?
J
: Ada,saya lebih rajin dalam mengerjakan ibadah serta apa yahh,, mungkin lebih patuh aja,, dan bersyukur,,,
Pewawancara
(Farhah Khairiyah)
Responden
( Armelia )
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Selasa/26 April 2011
Nama
: Nurdin Salim
Usia
: 19 Tahun
Tempat wawancara
: Yayasan Al-Barokah
T
: Nama lengkap kamu siapa?
J
: Nurdin Salim
T
: Sejak kapan menjadi yatim?
J
: Saya menjadi Yatim sejak berumur 7 tahun.
T
: Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim?
J
: Perasaan saya sangat sedih, yah karena ditinggal sama bapak.
T
: Bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu?
J
: Saya mengatasi kesedihan dengan berdo’a sama Allah.
T
: Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah disini?
J
: Yang menanggung biaya saya disini yaitu Yayasan Al-Barokah.
T
: Pelajaran apa yang kamu dapatkan selama bermukim di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?
J
: Yang saya dapatkan yaitu pelajaran agama.
T
: Apakah
manfaat yang kamu dapatkan selama bermukim di
Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini? J
: Manfaat yang saya dapatkan, yaitu dapat mengerti tentang Islam, serta banyak teman dan saudara.
T
: Apa kesan kamu terhadap Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?
J
: Kesan saya gembira.
T
: Apa saja kegiatan yang kamu lakukan di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?
J
:
Kegiatan
yang
saya
lakukan,
yaitu
beribadah,
sholat,
sekolah,mengaji serta olahraga. T
: Kegiatan ibadah apa saja yang kamu lakukan di Yayasan ini?
J
: Kegiatan ibadahnya yaitu sholat, puasa serta mengaji.
T
: Siapa pengurus atau Pembina dalam program ibadah ini?
J
: Ust. Tabrani S.Pd
T
: Manfaat yang kamu rasakan dalam pembinaan ibadah di Yayasan ini?
J
: Lebih paham bagaimana cara ibadah yang baik dan benar.
T
: Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?
J
: Pastinya ada, yah saya menjadi lebih baik aja, karna dulu saya kurang mengetahui agama.
Pewawancara
(Farhah Khairiyah)
Responden
( Nurdin Salim )
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Selasa/26 April 2011
Nama
: Diana Punky
Usia
: 17 tahun
Tempat wawancara
: Yayasan Al-Barokah
T
: Nama lengkap kamu siapa?
J
: Diana Pungky A.S
T
: Sejak kapan menjadi yatim?
J
: Saya menjadi yatim sejak umur saya 9 tahun.
T
: Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim?
J
: Perasaan saya sedih dan menangis terus.
T
: Bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu?
J
: Sampai saat ini saya masih sulit, dikarnakan saya masih menganggap ayah saya masih ada disisi saya.
T
: Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah disini?
J
: Yang menanggung Yayasan Al-Barokah.
T
: Pelajaran apa yang kamu dapatkan selama bermukim di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?
J
: Yang saya dapatkan yaitu dapat memahami pelajaran tentang ibadah dan agama Islam.
T
: Apakah
manfaat yang kamu dapatkan selama bermukim di
Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?
J
: Mengerti agama Islam libih dalam serta mempunyai banyak teman.
T
: Apa kesan kamu terhadap Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?
J
: Kesan saya selama disini bermacam-macam, ada sedih juga senang.
T
: Apa saja kegiatan yang kamu lakukan di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?
J
: Kegiatan yang saya lakukan yaitu sekolah, mengaji, beribadah serta bergaul dengan teman.
T
: Kegiatan ibadah apa saja yang kamu lakukan di Yayasan ini?
J
: Kalau ibadah disini saya lakukan kegiatan sholat fardhu dan sunnah, puasa serta mengaji.
T
: Siapa pengurus atau Pembina dalam program ibadah ini?
J
: Ustadzah Siti Barkah S.Ag
T
: Manfaat yang kamu rasakan dalam pembinaan ibadah di Yayasan ini?
J
: Yang saya rasakan yaitu mendapatkan ilmu agama.
T
: Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?
J
: Ada, saya dapat belajar lebih mandiri lagi dan mudah-mudahan saya lebih baik lagi perilakunya. Pewawancara (Farhah Khairiyah)
Responden (
Diana AS )
Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah
Bersama Bapak Syamsul Hadi selaku Humas serta Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah
Bersama Bapak Faqihuddin selaku pengurus serta pengajar Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah
Bersama Bapak Nasrun selaku Tata Usaha Madrasah Aliyah Yayasan Yatim Piatu Islam AlBarokah
Suasana Kantor Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah