PENGARUH BIMBINGAN AGAMA TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI ANAK YATIM PIATU YAYASAN DAARUL FATTAH ASSALAFI SUKMAJAYA DEPOK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
ELSA HUMAYDI SA’RONI NIM. 1111052000018
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Ramadhan 1436 H Juli 2015 M
ELSA HUMAYDI SA’RONI
iv
ABSTRAK
ELSA HUMAYDI SA’RONI, NIM. 1111052000018, Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok Kepercayaan diri merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena setiap individu yang percaya diri akan merasa mudah dan senang menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru, mempunyai pegangan hidup yang kuat, dan mampu mengembangkan potensinya. Menurut Bandura, faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri antara lain pengalaman pada masa kanak-kanak, pengalaman dari orang lain, ada kontak langsung dengan orang lain, dan keadaan psikologis anak. Dari teori tersebut secara garis besar dapat dipahami bahwa lingkungan keluarga mempunyai peranan dalam memberikan pengaruh kepercayaan diri seseorang. Lingkungan keluarga setiap anak berbeda-beda, demikian pula dengan lingkungan anak yatim piatu tentulah berbeda dengan anak yang bukan yatim piatu. Bila anak-anak pada umumnya dibimbing langsung oleh kedua orang tuanya, anak yatim piatu tidak dapat dibimbing oleh orang tua mereka. Namun keberadaan yayasan yatim piatu mampu menggantikan posisi orang tua para anak yatim piatu dalam memberikan bimbingan khususnya bimbingan agama, sehingga dengan bimbingan agama yang diberikan kepercayaan diri para anak yatim piatu akan lebih baik. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi. Metodologi penilitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif deskriptif analisis, dengan alasan peneliti ingin mengukur dan menganalisis fenomena yang diamati. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 33 orang responden yang merupakan anak-anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok, dengan teknik pengambilan sample random. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian ini menemukan bahwa bimbingan agama hanya memberikan kontribusi pengaruh sebesar 2,3% (dua koma tiga persen) terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi, sedangkan sisanya 97,7% (sembilan puluh tujuh koma tujuh persen) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Kata Kunci: Kepercayaan Diri, Bimbingan Agama, Anak Yatim Piatu
v
KATA PENGANTAR
Syukur tiada henti pada Illahi Rabbi atas keindahan ilmu lentera ‘aqlu wa qalbu. Shalawat dan salam semoga selalu melimpah ke hadirat Rasul tauladan ummat, Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok”, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. Arief Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si Ketua Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam berserta Bapak Noor Bekti Negoro, M. Si Sekretaris Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Drs. M. Luthfi, M.Ag. Dosen Pembimbing atas segenap ilmu, waktu, kesempatan dan bimbingan yang diberikan hingga akhir penulisan skripsi ini, semoga keindahan ilmu senantiasa melimpah berkah di setiap langkah.
4.
Ibu Nurul Hidayati, M. Pd dan Ibu Artiarini Puspita Arwan, M. Psi, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, saran dan revisi dalam perbaikan skripsi ini.
5.
Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat bermanfaat dunia dan akhirat.
vii
6.
Segenap pimpinan berikut staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.
7.
Ustadz Khairul Wathon, Pimpinan Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok yang telah memberikan kesempatan, waktu, pengalaman dan bantuan guna melengkapi data penelitian yang dibutuhkan.
8.
Ayahanda Drs. H. Sa’ronih Amin, M.M, yang senantiasa memberikan motivasi tiada henti untuk cerdaskan diri ini. Ibunda Hj. Nunung Nurhayati yang selalu sebut namaku di setiap isak tangis dan air mata dalam setiap sujud malam. Kakak dan adik tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
9.
Beloved one! “Shifa Amalia S.Kom.I” seorang wanita hebat yang selalu ada dan setia memberikan semangat dan dukungan demi terselesaikannya skripsi ini.
10. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2011, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan. 11. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullahu Khairul Jaza.
Ciputat, Ramadhan 1436 H Juli 2015 M ELSA HUMAYDI SA’RONI
vii
DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL ...........................................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. iii LEMBAR PENYATAAN ...............................................................................................
iv
ABSTRAK ........................................................................................................................ v KATA PENGANTAR .....................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………...………………………………...
7
D. Tinjauan Pustaka ………………………………………………………… 8 E. Sistematika Penulisan ...…………………………………………………. BAB II
13
LANDASAN TEORI A. Percaya Diri ……………………………………………………………...
15
1. Pengertian Percaya Diri ……………………………………………..
15
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri …………………...
16
3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ……………………………………..
19
B. Bimbingan Agama ……………………………………………………….
20
1. Pengertian Bimbingan Agama ……………………………………… 20 2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama ……………………………... 22 3. Unsur-unsur Bimbingan Agama ……………………………………. 24 viii
4. Langkah-langkah Bimbingan Agama ………………………………. 26 5. Metode Bimbingan Agama …………………………………………. 27 C. Anak Yatim Piatu ……………………………………………………….
30
1. Pengertian Anak ……………………………………………………
30
2. Karakteristik Anak …………………………………………………. 30
BAB III
3. Pengertian Yatim Piatu ……………………………………………..
34
4. Ajaran Islam tentang Perlakuan Tehadap Anak Yatim Piatu ………
35
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………
39
1. Subjek dan Objek Penelitian ………………………………………..
39
2. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………
39
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian …………………………………………
40
C. Populasi dan Sampel ……………………………………………………..
40
D. Variabel Penelitian ………………………………………………………
45
E. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian …………………………...
45
F. Sumber Data ……………………………………………………………...
46
G.Instrumen Pengumpulan Data ……………………………………………
48
H. Konstruksi Instrumen ...……………..…………………………………...
48
1. Uji Validitas ………………………………………………………… 49 2. Uji Reliabilitas ……………………………………………………… 50 I. Teknik Analisis Data ……………….…………………………………….. 51 1. Uji Normalitas ………………………………………………………
51
2. Analisis Regresi Linier Sederhana ………………………………….
53
3. Hasil Output SPSS ………………………………………………….. 54 BAB IV
GAMBARAN UMUM DAARUL FATTAH ASSALAFI A. Sejarah dan Perkembangan ….........................................……………
57
B. Visi, Misi dan Tujuan …..……………………………………………….. 58 C. Struktur Organisasi dan Pengelolaan …….……………………………..
58
D. Program Bimbingan Agama Yayasan ..……….…………………………
62
ix
E. Sarana dan Prasarana …………………………………………………… BAB V
64
TEMUAN DAN ANALISIS A. Deskripsi Responden ……………….…………………………………… 66 B. Program Bimbingan Agama Bagi Anak Yatim Piatu …………………...
71
1.
Pembimbing ………………………………………………………...
71
2.
Terbimbing ………………………………………………………….
72
3.
Materi Bimbingan …….…………………………………………….
72
4.
Metode ……………………………………………………………… 73
5.
Media ……………………………………………………………….. 74
6.
Waktu dan Jadwal Bimbingan ……………………………………...
75
C. Analisis Pengaruh Bimbingan Agama terhadap Kepercayaan Diri Anak
BAB VI
Yatim Piatu ………………………………………………..…………….
76
1. Uji Validitas dan Reliabilitas …..…………………………………...
76
2. Uji Normalitas ………………...……………………………………
78
3. Regresi Linier Sederhana …………………………………………...
81
PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………………
87
B. Saran ………….………………………………………………………….
87
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………..
89
LAMPIRAN ……………...……………………………………………………………..
93
x
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Daftar Anak Yayasan Yatim Piatu Daarul Fattah Assalafi ………………..
43
Tabel 3.2
Skala Likert ……………….………………………………………………
48
Tabel 3.3
Kaidah Reliabilitas Guilford ………………………………………………
50
Tabel 4.1
Sarana Gedung Yayasan Daarul Fattah Assalafi ………………………….. 64
Tabel 5.1
Jadwal Aktifitas Anak-anak Yatim Piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi
75
Tabel 5.2
Reliability Statistic ….……………………………………………………...
77
Tabel 5.3
Blue Print One-Sample Kolmogoro-Smirnov Test ………………………...
78
Tabel 5.4
Blue Print Variables Entered/Removed …………………………………...
81
Tabel 5.5
Blue Print Model Summary ………………………………………………..
82
Tabel 5.6
Blue Print Anova …………………………………………………………..
83
Tabel 5.7
Blue Print Coefficients …………………………………………………….
84
xi
Daftar Gambar Gambar 4.1
Struktur Organisasi …………………………………………………...
Gambar 5.1
Usia Responden ………………………………………………………. 66
Gambar 5.2
Jenis Kelamin Responden …………………………………………….
67
Gambar 5.3
Pendidikan Responden ………………………………………………..
68
Gambar 5.4
Tempat Menetap Responden …………………………………………. 69
Gambar 5.5
Lokasi Rumah Responden ……………………………………………
69
Gambar 5.6
Kondisi Anak …………………………………………………………
70
xii
61
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah `
Setiap individu mendambakan keberhasilan dalam hidupnya,
namun kerap kali terhalang oleh karakter ketidakpercayaan diri. Dengan ketidakpercayaan diri, banyak sekali peluang keberhasilan tertutup untuknya. Individu yang percaya diri akan mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru, mempunyai pegangan hidup yang kuat, dan mampu mengembangkan potensinya. Ia juga sanggup belajar dan bekerja keras untuk mencapai kemajuan serta penuh keyakinan terhadap peran yang dijalaninya sehingga cenderung lebih mudah meraih keberhasilan. Kurangnya rasa percaya diri dapat menimpa siapa saja, termasuk anak-anak. Zulkifli mengatakan bahwa kurangnya rasa percaya diri dapat menimpa anak-anak yang berusia 12 sampai 14 tahun, karena pada fase usia tersebut anak-anak berpaling pada dunianya sendiri. Dimana, anak-anak memberikan perhatian pada dirinya sendiri, hidupnya mulai gelisah, raguragu, munculnya rasa malu dan hidupnya perasaan tidak harmonis.1 Dalam proses pembentukan kepercayaan diri seorang anak terdapat beberapa tahapan yang apabila kekurangan salah satu tahapan tersebut maka akan menghambat pembentukan rasa percaya diri. Adapun tahapan proses
1
Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986), h. 55
1
2
tersebut antara lain; Pertama, terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu. Kedua, pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihannya. Ketiga, pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri. Keempat, pengalaman di dalam menjalani berbagai aspek kehidupannya dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.2 Percaya diri dalam Islam juga diperintahkan, hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 139 yang berbunyi:
ِ ِِ ي ْ َوََل ََتنُوا َوََل ََْتَزنُوا َوأَنتُ ُم ٱْْل َ َعلَ ْو َن إِن ُكنتُم ُّم ْؤمن Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.(QS. Ali Imran : 139)
Dari ayat tersebut terlihat bahwa Islam telah menanamkan akar kepercayaan diri kepada orang-orang yang beriman dengan mengisi keyakinan dalam hati mereka. Dengan cara seperti itu, Islam membimbing agar tidak berputus asa dan tetap percaya diri. Faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri antara lain yaitu : pertama, pengalaman pada masa kanak-kanak yang berhubungan dengan lingkungan
2
Thursan Hakim, "Pengembangan Diri", Liberty, diakses pada tanggal 22 Maret 2015 dari http://id.wikepedia/yatim piatu
3
sekitarnya. Hal ini sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan seperti halnya pengalaman keberhasilan dan kesuksesan seseorang akan meningkatkan kepercayaan diri dan terjadinya kegagalan akan menurunkan tingkat kepercayaan diri. Faktor kedua yang mempengaruhi rasa percaya diri seseorang adalah pengalaman dari orang lain. Seseorang yang melihat orang lain berhasil melakukan kegiatan yang sama dengan dirinya, maka dapat meningkatkan kepercayaan diri. Jika merasa memiliki yang sebanding dengan usaha yang lebih ulet dan tekun. Faktor ketiga yaitu adanya kontak langsung dengan orang lain. Dalam hal ini diarahkan melalui saran, nasehat, dan bimbingan. Sehingga dapat meningkatkan keyakinan bahwa kemampuan yang dimiliki dapat membantu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Faktor keempat adalah keadaan psikologis anak. Individu akan lebih mungkin untuk mencapai keberhasilan jika tidak mengalami pengalamanpengalaman yang menekan karena hal itu dapat menurunkan prestasinya. Gejala emosi dan keadaan psikologis memberikan suatu isyarat akan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, sehingga situasi-situasi yang menekan cenderung dihindari.3 Berdasarkan pendapat di atas ada benang merah yang dapat ditarik, yakni faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang adalah lingkungan sekitarnya di mana keluarga merupakan lingkup awal dalam 3
Bandura "Peningkatan Kepercayaan Diri Melalui Konseling", Jurnal Psikologi, diakses pada 22 Maret 2015 dari http://www.jurnalpsikologi-kepercayaandiri/html.
4
kehidupan manusia dan orang tua merupakan pembimbing utama dalam membimbing akhlak manusia. Setiap anak dilahirkan dengan membawa fitrah yang seimbang dan sehat, kedua orang tualah yang
memberikan agama
kepada mereka.4 Yang menarik perhatian penulis adalah lingkungan antara anak dengan keluarga lengkap dan anak yatim piatu tentulah berbeda. Kepercayaan diri yang dimiliki oleh anak yatim piatu dan bukan yatim piatu tentu akan berbeda. Karena anak yatim piatu tidaklah mendapatkan bimbingan langsung dari orang tuanya. Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan maupun yayasan-yayasan yatim piatu mampu mengambil alih peran orang tua yang telah tiada dengan memberikan bimbingan agama. Dalam buku bimbingan kesejahteraan keluarga dan masyarakat disebutkan bahwa “Munculnya yayasan atau lembaga-lembaga sosial merupakan fenomena yang mengembirakan, karena selain dapat menolong dari suatu kondisi ketidakberdayaan juga memberikan kesempatan
kepada
mereka
untuk
mengembangkan
diri
dan
keterampilannya.”5 Yayasan
atau
lembaga-lembaga
sosial
tersebut
bukan
hanya
memberikan bantuan dalam bentuk materi saja, tetapi lebih memfokuskan pada pembentukan moral dan pembekalan diri berupa keterampilan-
4
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2000), h. 93. 5 Departemen Sosial, Bimbingan Kesejahteraan Keluarga dan Masyarakat, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Masyarakat, 1973), h. 2.
5
keterampilan hidup dimana dengan keterampilan yang diberikan, mereka dapat melangsungkan tujuan dan cita-cita hidup yang didambakan. Bimbingan agama dan nasehat dilaksanakan semata-mata bertujuan agar para anak yatim piatu ini dapat mempersiapkan diri mereka dalam menghadapi perkembangan zaman. Apabila tidak diberikan bimbingan mereka nantinya akan mengalami kegagalan dalam hidupnya seperti apatis, putus asa terhadap segala persoalan bahkan mereka merasa terisolir dan terlantar dalam masyarakat.6 Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu. Objek penulisan adalah anak-anak yatim piatu berusia 10–20 tahun yang dinaungi oleh Yayasan Daarul Fattaah Assalafi yang beralamat di Jalan H. Japat Lingkungan Cipayung RT 005 RW 001 Kel. Abadijaya Kec. Sukmajaya Kota Depok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi dipilih, karena salah satu yayasan yatim piatu yang bukan hanya memberikan naungan tempat tinggal kepada anak yatim dan yatim piatu, tetapi juga memberikan bimbingan agama terhadap anak yatim piatu di kota Depok. Untuk itu, dalam penulisan skripsi ini penulis mengangkat judul “Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok”.
6
Zakiah Daradjat, Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h.15.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka batasan dan rumusan masalah penulisan ini sebagai berikut: 1.
Pembatasan Masalah Batasan masalah dari penulisan ini adalah: a. Bimbingan agama yang dimaksud dalam skripsi ini adalah bimbingan agama baik menggunakan metode ceramah, maupun melalui media penyuluhan seperti pengajian dan penggunaan alat peraga. b. Kepercayaan diri dalam skripsi ini dibatasi pada perilaku dan rasa kepercayaan diri yang dimiliki anak yatim piatu berusia 10 – 20 tahun, saat di lingkungan yayasan maupun di luar lingkungan yayasan. c. Lokasi penulisan ini dibatasi hanya di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok.
2.
Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang dijadikan fokus dalam skripsi ini sebagai berikut: a. Bagaimanakah program bimbingan agama bagi anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok? b. Bagaimana pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui program bimbingan agama bagi anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok. b. Mengetahui pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok. 2. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan dalam skripsi ini diharapkan dapat dirasakan oleh berbagai pihak. Baik itu dari pihak akademis termasuk penulis, maupun pihak praktisi yakni penyuluh dan terbimbing, khususnya pihak Yayasan Daarul Fattaah Assalafi Sukmajaya Depok. Secara akademis, manfaat penulisan ini adalah: a. Syarat untuk meraih gelar Sarjana Strata 1 (S1) b. Sebagai bahan referensi dalam peningkatan wawasan dakwah, khususnya mengenai bimbingan agama c. Sebagai pijakan dalam melakukan penulisan selanjutnya. Secara praktis, diharapkan dari hasil penulisan ini dapat menjadi informasi dan pengetahuan baru yang dapat diaplikasikan dalam menumbuhkembangkan nilai-nilai keagamaan terhadap anak yatim piatu yang diasuh agar memiliki kepercayaan diri, khususnya bagi pihak Yayasan Daarul Fattaah Assalafi Sukmajaya Depok.
8
D. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penulisan, penulis terlebih dahulu melakukan kajian atas penulisan terdahulu. Hal ini dilakukan untuk memperjelas perbedaan penulisan ini dengan penulisan-penulisan sebelumnya dan menghindari penjiplakan (plagiarism) karya orang lain. Hasil penulisan terdahulu sebagai berikut: 1.
Penulisan skripsi yang ditulis oleh Khairol Amri Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Bimbingan Penyuluhan Agama Islam Terhadap Rasa Percaya Diri Anak Di Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang". Hasil penulisan menjelaskan persamaan
regresi Y= 28,648+ 0,304 dengan Freg = 11,271, yang berarti lebih besar dari taraf signifikansi 5%= 4,006 maupun 1% = 2,794 pada N= 60. Dengan demikian uji hipotesis ini menerima hipotesis yang diajukan, bahwa terdapat pengaruh signifikan antara bimbingan penyuluhan agama Islam terhadap percaya diri anak di Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Hal ini membuktikan bahwa jika bimbingan penyuluhan agama Islam semakin tinggi maka akan berakibat pula meningkatnya percaya diri anak. Walaupun skripsi ini memiliki tujuan dan metode penulisan yang sama dengan penulisan Khairol Amri, mahasiswa UIN Walisongo Semarang tahun 2014. Namun, skripsi ini memiliki perbedaan pada lokasi penulisan, dimana Khairol Amri melaksanakan penulisan di Panti
9
Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, sedangkan skripsi ini dilaksanakan di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok. Perbedaan kota antara Semarang dan Depok, tentu memiliki perbedaan karakter penduduknya. Depok dengan letak geografinya yang berdekatan dengan Ibu Kota akan membutuhkan bimbingan agama lebih dalam hal pembentukan karakter. Dalam penulisan skripsi ini akan diketahui apakah bimbingan agama akan tetap berpengaruh terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu meskipun di kota yang berbeda. 2.
Penulisan skripsi yang ditulis oleh Eko Setyo Budi Mahasiswa Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang tahun 2011 dengan judul "Upaya Bimbingan dan Konseling Islam dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak-Anak di Panti Asuhan Jaka Tingkir Kec. Sayung Kab. Demak". Hasil penulisan menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri yang dialami terbimbing adalah pengalaman pada masa kanak-kanak yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Adapun upaya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam yaitu penyuluh memberikan motivasi, support, dan nasehat-nasehat yang dijarkan dalam agama Islam, yaitu dengan mendekatkan diri kepada Allah serta diberi kesibukan berupa keterampilan yang disediakan olah yayasan sehingga terbimbing mampu berinteraksi dengan orang banyak dan juga mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan yayasan panti asuhan. Selain itu, penyuluh juga mengarahkan terbimbing untuk
10
bertanggung jawab dalam kesehariannya dan bimbingan konseling Islam melalui beberapa langkah yaitu identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, terapi, evaluasi dan follow up. Perbedaan skripsi karya Eko Setyo Budi dengan skripsi ini yaitu, pada skripsi Eko bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh panti asuhan untuk meningkatkan kepercayaan diri, sedangkan dalam skripsi ini secara spesifik bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri. Selain itu hal yang membedakan adalah skripsi Eko menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan skripsi menggunakan pendekatan kuantitatif. 3.
Penulisan Dean Rupiati dengan judul “Kontribusi Dukungan Sosial Orang Tua Terhadap Kepercayaan Diri Remaja”, yang merupakan skripsi S1 Fakultas Sosiologi Universitas Gunadarma Depok pada tahun 2007, bertujuan untuk menguji seberapa besar kontribusi dukungan orang tua terhadap kepercayaan diri remaja. Dengan pendekatan kuantitatif menggunakan analisis regresi dengan uji f dan uji determinasi diketahui bahwa F sebesar 218.153 dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05) dan R square sebesar 0.657 dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada kontribusi dukungan sosial orang tua secara signifikan terhadap kepercayaan diri remaja diterima. Hal ini berarti dukungan sosial orang tua memberikan kontribusi yang
11
signifikan sebesar 65.7% sedangkan 34.3% kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya seperti jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Walaupun sama-sama menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan variabel kepercayaan diri sebagai variabel dependent, namun skripsi milik Dean Rupiati dengan skripsi ini memiliki perbedaan yaitu perbedaan variabel independent. Variabel independent yang digunakan oleh Dean Rupiati adalah dukungan sosial orang tua, sedangkan dalam penulisan ini adalah bimbingan agama. 4.
Penulisan Nur Hidayah, mahasiswa Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Wali Songo Semarang pada tahun 2011, dengan judul
“Pengaruh Intensitas
Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Narapidana Wanita Kelas II A di LP Wanita Bulu Semarang”. Penulisannya bertujuan untuk mendapatkan dan menggambarkan pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana wanita kelas II A di LP Wanita Bulu Semarang. Dengan menggunakan metode analisis kolerasi momen dari Pearson dan analisis regresi. Hasil penulisan ini adalah ada pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap percaya diri narapidana wanita ditunjukkan dari hasil Freg = 83,91 yang dikonsultasikan dengan r tabel dengan N = 40 atau derajat kebebasan db = 40 - 2 = 38. Harga F
12
pada tabel taraf signifikan 1% = 7,35 dan untuk taraf signifikan 5% = 4,10 pada tabel dapat diketahui bahwa F reg = 83,91 > Ft 5% = 4,10 = Signifikan dan hipotesis diterima, F reg = 83,91 > Ft 1% = 7,3 = Signifikan dan hipotesis diterima. Hal yang menjadi pembeda skripsi milik Nur Hidayah dengan skripsi ini adalah objek penulisan dan lokasi penulisan, dimana penulisan Nur Hidayah menjadikan narapidana wanita di Kelas II A di LP Wanita Bulu Semarang sebagai objek dan lokasi penulisan. Sedangkan objek dan lokasi penulisan skripsi ini adalah anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok. 5.
Penulisan Suci Safitri yang berjudul “Peranan pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak Yatim/ Piatu (Studi Kasus di Yayasan Yatim Piatu Al Muhajirin Cipondoh Permai Tangerang)”, yang merupakan skripsi S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun
2009. Penulisannya
bertujuan untuk mengetahui korelasi antara peranan pendidikan Agama Islam dan Akhlak yatim/ piatu dan untuk mengetahui peran pendidikan Agama Islam pada Yayasan Yatim Piatu Al Muhajirin Cipodoh Permai Tangerang terhadap akhlak yatim/ piatu, menggunakan metode deskriptif dengan library research dan field research. Diketahui bahwa terdapat hubungan pelaksanaan pengajaran pendidikan Agama Islam di Yayasan Al Muhajirin dalam membiasakan pada diri anak yatim/ yatim piatu untuk selalu berakhlak mulia,
13
berdasarkan korelasi antar dua variabel dinyatakan korelasi searah (positif) sebesar 0.304 dengan arti korelasi lemah. Perbedaan kali ini ada pada variabel penulisannya. Pada skripsi karya Suci Safitri menggunakan pendidikan agama Islam sebagai variabel independent dan Akhlak yatim/ piatu sebagai variabel dependent dalam penulisannya. Sedangkan pada skripsi ini variabel independent nya adalah bimbingan agama dan variabel dependent adalah kepercayaan diri anak yatim piatu.
E. Sistematika Penulisan Dalam membahas skripsi ini penulis membagi ke dalam enam bab. Pada setiap babnya terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI, berisi landasan teori berupa Pengaruh yang terdiri dari pengertian pengaruh dan analisis pengaruh; Bimbingan Agama yang terdiri dari pengertian, tujuan dan fungsi bimbingan agama, unsur-unsur bimbingan agama, langkah-langkah bimbingan agama dan metode bimbingan agama; Percaya Diri terdiri dari pengertian percaya diri, aspek-aspek percaya diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi percaya diri; Anak Yatim Piatu terdiri dari pengertian yatim piatu dan pandangan dasar tentang yatim piatu.
14
BAB III METODOLOGI PENULISAN, yang terdiri dari pendekatan dan jenis penulisan, tempat dan waktu penulisan, populasi dan sampel, variabel penulisan, definisi operasional variabel penulisan, teknik pengumpulan data, instrumen penulisan, uji validitas, uji reliabilitas, teknik analisis data, sumber data dan kerangka pemikiran (frame work). BAB IV GAMBARAN UMUM YAYASAN DAARUL FATTAH ASSALAFI, yang berisi tentang sejarah dan perkembangan, visi, misi dan tujuan, struktur organisasi dan pengelolaan, program kegiatan bimbingan agama, serta sarana dan prasarana. BAB V TEMUAN DAN ANALISIS, yang berisi tentang deskripsi responden, program bimbingan agama bagi anak yatim piatu dan analisis pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu. Analisis tersebut terdiri dari hasil uji validitas dan reliabilitas, serta hasil uji koefisien regresi linier sederhana. BAB V PENUTUP, berisi kesimpulan yang merupakan jawaban atas segala permasalah yang telah diangkat, serta saran yang berisi saran-saran yang dianggap perlu untuk peningkatan pengetahuan pihak-pihak tertentu.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri Kepercayaan diri adalah salah satu dari sifat kepribadian yang merupakan gabungan dari pikiran dan perasaan seseorang, perjuangan dan harapan, ketakutan dan fantasi, gambaran apakah dirinya, apa yang ia miliki, akan menjadi apa nanti, dan termasuk sikap penghargaan diri. Kepercayaan diri pada dasarnya merupakan sikap yang kita ikuti untuk memiliki persepsi positif dan realitis dari diri dan kemampuan kita. Kepercayaan
diri
kemampuan
untuk
mengarah
pada
menentukan
perasaan situasi
seseorang
dengan
mengenai
berhasil
tanpa
kecenderungan mengikuti orang lain dan memiliki evaluasi diri yang positif. 1 Kepercayaan diri berarti merasa positif tentang apa yang bisa dilakukan dan tidak mengkhawatirkan apa yang tidak bisa dilakukan, tetapi memiliki kemauan untuk belajar. Kepercayaan diri adalah pelumas yang memperlancar hubungan antara diri seseorang dan kemampuan yaitu bakat, keahlian, dan potensi dan cara Anda memanfaatkannya.2
1
Goel, M. “Comparative Study of Single Child and Child with Sibling”. Terjemah dari Anggarwal P. International Journal of Research in Social Sciences, 4 (2), 89. 2 Martin Perry. Confidence Booster: Pedongkrak Kepercayaan Diri. Terjemah dari Aditya Suharmoko (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 5.
15
16
Menurut Lauster, kepercayaan diri adalah sifat kepribadian yang sangat menentukan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kepercayaan diri mempengaruhi sikap hati-hati, ketergantungan, keserakahan, toleransi, dan cita-cita. Rasa percaya diri merupakan satu di antara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. 3 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan diri Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang adalah sebagai berikut: a. Penampilan fisik Sejumlah peneliti telah menemukan bahwa penampilan fisik merupakan kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri remaja b. Sikap orang tua Sikap orang tua penting sekali bagi perkembangan perasaan anak mengenai dirinya. Ketika orang tua memberikan sikap penerimaan, anak akan memperoleh fondasi yang kuat untuk merasakan hal yang baik mengenai diri mereka. Jika salah satu atau kedua orang tua mereka terlalu banyak mengkritik atau menuntut, atau mereka terlalu protektif dan mengecilkan hati anak ketika berupaya mencapai kemandirian, anak mungkin akan meyakini bahwa mereka tidak memiliki kemampuan, tidak kompeten dan lemah.
3
Lauster, P. Personality Test: Tes Kepribadian. Terjemah dari D. H Gulo. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 3
17
c. Teman sebaya Pengaruh teman sebaya bisa jadi sebuah kekuatan, baik dari orang tuan maupun masyarakat dalam pembentukan perasaan mengenai diri sendiri. Anak yang sedang menguji penilaian di masa remaja mereka dan sedang menguji penilaian di masa remaja mereka dan sedang mengembangkan identitas, mereka akan rentan sekali terhadap pengaruh dari teman sebaya. d. Saudara kandung Anak yang memiliki saudara kandung memiliki kepercayaan diri yang lebih besar dibandingkan anak tunggal, hal ini berdasarkan penelitian Goel dan Aggarwal pada tahun 2012. Saudara kandung menjadi pendorong penting yang mempengaruhi anak untuk menjadi baik atau buruk.4 Sedangkan menurut Noom M. J., Decovic M., & Meeus W. (2001) menyatakan bahwa: “Factor influences the self confidence is autonomy. An adolescent who has emotion autonomy, of course he has confidence to determine the goals of live until he isn’t necessary rely on the others to support that he will do.” Arti pernyataan tersebut adalah faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah kemandirian. Remaja yang telah mandiri secara emosional tentunya akan merasa yakin dan percaya diri dalam menentukan tujuan hidup sehingga individu tidak perlu mengandalkan pemikiran orang
4
Goel, M. & Aggrawal, P. A “Comparative Study of Single Child and Child with Sibling”, h. 98
18
lain untuk mendukung tindakan yang akan dilakukannya.5 Sedangkan Nickerson A. B. dan Nagle R. J. (2005) berpendapat bahwa: “Factor influences the self confidence is parent attachment. The results show that a child who has safe attachment will more competent, emotional healthy, the confidence and social capability better than child who has afraid attachment.” Arti pernyataan tersebut adalah faktor yang mempengaruhi kepercayaan
diri
adalah
Parent
Attachment.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan bahwa anak yang memiliki pola attachment yang aman akan lebih kompeten, sehat secara emosional, percaya diri dan memiliki kemampuan sosial yang lebih baik dibandingkan anak dengan pola attachment yang mencemaskan.6 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa keluarga, baik itu orang tua maupun saudara kandung memiliki peran penting dalam menumbuhkan rasa percaya diri. Selain itu, teman sebaya juga ikut berperan dalam pembentukkan rasa percaya diri. Hal ini tentunya sangat mungkin terjadi mengingat seorang anak lebih banyak berinteraksi bersama keluarga dan teman sebayanya. Lingkungan anak yatim piatu dengan yang bukan yatim piatu tentu berbeda, hal tersebut juga akan mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Dengan latar belakang yang berbeda, anak yatim piatu akan lebih merendahkan diri mereka dengan status yatim piatu yang mereka sandang.
5
Noom, M. J., Decovic, M., & Meeus, W. (2001). “Conceptual Analysis and Measurement of Adolescent Autonomy”. Journal of Youth and Adolescence, 30 (5), 577. 6 Nickerson, A. B., & Nagle, R. J. (2005). "Parent and Peer Attachment in Late Childhood and Early Adolescense". The Journal of Early Adolescence, no. 25 (2), h. 223
19
Karena mereka merasa memiliki harta dasar yang tidak sempurna, yakni keluarga. Sedangkan hal yang sama-sama dimiliki oleh anak yatim piatu dan bukan yatim piatu adalah bimbingan agama. Anak bukan yatim piatu mendapatkan bimbingan agama dari orang tua mereka, sedangkan anak yatim piatu mendapatkan bimbingan agama dari yayasan yatim piatu. Maka dalam skripsi ini akan dibahas lebih dalam pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu. 3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri Shrauger dan Schohn mengemukakan aspek yang terkandung dalam kepercayaan diri antara lain: 7 a. Academic, merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai kelebihan dirinya atas kemampuan intelektual yang dapat dilihat dari prestasi di bidang akademik. b. Appearance, merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang mengenai penampilan fisik yang dianggap lebih unggul dari orang lain. c. Athletics, merupakan perasaan atau keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai kemampuannya dalam bidang olah raga yang ditunjukkan dengan sikap antusias terhadap olahraga. d. Romantic, merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang terkait dengan kemudahan dalam memperoleh teman atau pasangan.
7
Shrauger & Schohn, “Self Confidence in Collage Students: Conceptualization, measurement, and behavioral implications”, h. 278
20
e. Social, adalah suatu keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk membangun relasi dengan orang lain dan perasaan nyaman untuk berada di sekitar orang banyak. f. Speaking, merupakan keyakinan seseorang bahwa ia memiliki kemampuan untuk berbicara di depan umum dengan baik dan mampu mengekspresikan dirinya secara efektif. g. General, yaitu suatu perasaan percaya diri yang menjadikan seseorang merasa bahwa dirinya cakap, memiliki kemampuan untuk menjadi sukses, dan bisa mengatasi berbagai persoalan dengan kemampuannya sendiri. h. Mood, merupakan keadaan jiwa yang memungkinkan seseorang merasa bahwa dirinya lebih baik. Mood yang stabil dapat membuat seseorang terus merasa bahwa dirinya dalam keadaan baik. Meskipun ia sedang menghadapi sebuah permasalahan, ia akan tetap yakin bahwa dengan kemampuannya ia dapat mengatasi hal tersebut.
B. Bimbingan Agama 1. Pengertian Bimbingan Agama Bimbingan dalam istilah lain disebut guidance. Kata guidance adalah dari kata kerja to guide, artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain yang membutuhkan. Jadi pengertian bimbingan secara harfiah adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang
21
lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya masa kini dan masa mendatang.8 Namun secara istilah ada beberapa pendapat, diantaranya menurut Drs. Bimo Walgito bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan individu-individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. Sedangkan menurut Rahman Natawijaya yang dikutip lagi oleh Drs. Juhana Wijaya yang berjudul “Psikologi Bimbingan”, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu-individu yang dilakukan secara terus menerus (continue) supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga dia sanggup mengarahkan diri dan berperilaku wajar sesuai dengan ketentuan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.9 Pengertian agama menurut Prof. K.H M. Taib Thahir Abdul Muin adalah peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal memegang peraturan Tuhan dengan kehendaknya sendiri untuk mencapai kebahagiaan hidup dan kebahagiaan kelak di akhirat.10 Dalam skripsi ini penelitian difokuskan pada bimbingan agama Islam, karena seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa agama Islam
8
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1982), h. 1 9 Juhana Wijaya. Psikologi Bimbingan. (Bandung: Enerco, 1983). h. 11. 10 Asian Hady. Pengantar Filsafat Agama. (Jakarta: Rajawali Press, 1986). h. 7.
22
merupakan agama yang menanamkan kepercayaan diri pada orang-orang yang beriman. Selain itu, Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok yang menjadi objek penelitian melakukan bimbingan dengan landasan agama Islam. Agama Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh manusia.
Agama
Islam
merupakan
agama
yang
terakhir
dan
penyempurnaan dari agama-agama terdahulu.11 Berdasarkan konsep pengertian bimbingan keagamaan, baik yang umum maupun yang Islami, maka bimbingan agama Islam dapat dirumuskan sebagai proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.12 2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama Bimbingan agama selain perlu dilakukan terhadap orang lain, juga harus dilakukan kepada dirinya sendiri. Karena bimbingan agama yang akan menjadi pondasi kehidupan setiap manusia. Bila pondasi kehidupan seseorang kuat, maka bangunan kehidupannya-pun akan kuat termasuk kepercayaan diri yang dimiliki.
11
Chabib Thoha. Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 97. Aunur Rahim Faqih. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. (Yogyakarta: UII Press. 2001), h. 61. 12
23
Tugas untuk saling membimbing dan menasehati dalam kebenaran, seperti bimbingan agama telah dijelaskan dalam Firman Allah SWT pada Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 104:
ِ ولت ُكن ِمن ُكم أ َُّمةٌ يدعو َن إِ ََل اخل ِري وَيمرو َن ِِبمل عروف َويَنه َولتَ ُكن ِمن ُكم ََ ََُ َ َ َ ِ ك َ ِأ َُّمةٌ يَدعو َن إِ ََل اخلَ ِري َو ََي ُمرو َن ِِبملعروف َويَ َنهو َن َع ِن املن َك ِر ۚ َوأُوٰلئ ُ َ ُه ُم املفلِحو َن Artinya:“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat ُ yang
menyeru kepada kebajikan dan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Al Imran: 104)
Di samping itu ayat di atas memberikan petunjuk bahwa bimbingan keagamaan ditujukan terutama kepada kesehatan jiwa, karena ini merupakan pedoman yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia untuk mencapai suatu kebahagiaan dan ketenangan batin. Dengan demikian, terlihat bahwa bimbingan keagamaan memiliki banyak fungsi, antara lain : a. Menjadi pendorong (motivasi) bagi yang terbimbing agar timbul semangat. b. Menjadi pemantap (stabilisator) dan penggerak (dinamisator) untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dengan motivasi ajaran agama. Sehingga segala tugas dilaksanakan dengan dasar ibadah kepada Tuhan.
24
c. Menjadi pengarah (direktif) bagi pelaksaaan program bimbingan dan penyuluhan agama, sehingga wadah pelaksanaan program yang kemungkinan menyimpang akan dapat dihindari13. Dengan adanya fungsi sebagai motivasi, stabilisator, dinamisator dan direktif maka bimbingan agama mampu mendongkrak segala aspek kehidupan manusia untuk mencapai keberhasilan dunia dan akhirat. Salah satu aspek yang mendukung keberhasilan adalah kepercayaan diri. Maka dapat dipahami bahwa kepercayaan diri yang diperintahkan agama Islam diiringi dengan bimbingan agama akan mampu mendamping manusia menuju keberhasilan. 3. Unsur-unsur Bimbingan Agama Bimbingan agama merupakan satu kesatuan dari berbagai aspek agama, dalam hal ini agama Islam. Agama Islam sendiri terdapat beberapa unsur pembentuk diantaranya aqidah, syariah, ibadah dan muamalah. Demikian pula dengan bimbingan agama. Ada beberapa unsur dalam bimbingan agama antara lain: a. Penyuluh Penyuluh
adalah
orang
yang mempunyai
kewenangan
(kompetensi) untuk melakukan Bimbingan dan Konseling Islam.14 Penyuluh merupakan orang yang memiliki pengetahuan dan berbagai cara psikologis yang selalu ada dalam proses tersebut.
13
Arifin dan Kartikawati. Materi Pokok Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1995), h. 7 14 Farid, Imam Sayuti, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah, (Surabaya : Fakultas Dakwah IAIN Surabaya, 1997), h.14.
25
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa penyuluh adalah orang yang memiliki pengetahuan dan kewenangan untuk melakukan Bimbingan dan Konseling Islam dalam berbagai cara untuk menyelesaikan masalah. b. Terbimbing Terbimbing adalah seseorang atau sekelompok orang yang sedang mengalami atau menghadapi masalah dimana seseorang tersebut tidak mampu untuk mengatasi masalahnya sendiri tanpa adanya bantuan orang lain baik kesulitan itu bersifat rohaniah maupun jasmaniah. Terbimbing merupakan orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yang dihadapinya. terbimbing adalah orang yang hadir ke penyuluh dan kondisinya dalam keadaan cemas atau tidak kongruensi.15 c. Masalah Pengertian masalah dari perspektif bimbingan agama sendiri adalah ketidakseimbangan batin yang disebabkan oleh adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Adapun masalah ini dapat muncul dari beberapa faktor atau bidang kehidupan, diantaranya: pernikahan, keluarga, pendidikan, sosial(kemasyarakatan), pekerjaan dan bidang keagamaan.16 Unsur-unsur
bimbingan
agama
tersebut
merupakan
rukun
terbentuknya bimbingan agama. Bila tidak terdapat salah satu unsur 15
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Press, 2006), h. 51. Musnamar, Thohari, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami, (Jakarta: UII Press: 1992), h. 41 – 42. 16
26
tersebut maka bimbingan agama sulit untuk dapat diaplikasikan. Untuk memaksimalkan hasil bimbingan agama, diperlukan kerjasama yang baik antara penyuluh dan terbimbing dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan menggunakan pedoman agama yakni Al-Qur’an dan Hadits. 4. Langkah-langkah Bimbingan Agama Dalam memberikan bimbingan agama dikenal adanya langkahlangkah sebagai berikut:17 a. Identifikasi Kasus, yaitu langkah untuk mengumpulkan data ke berbagai macam sumber yang berfungsi untuk mengetahui kasus beserta gejala-gejala yang nampak. b. Diagnosa, yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi terbimbing beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan merekalah mengumpulkan data dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data. c. Prognosa, yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang dilaksanakan untuk membimbing terbimbing. Langkah prognosa ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. d. Terapi, yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau Bimbingan dan Konseling. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. 17
Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance and Counseling), (Bandung: CV. Ilmu : 1975), h. 47 – 49.
27
e. Evaluasi dan Follow up, yaitu langkah untuk menilai atau mengetahui sampai sejauh manakah terapi yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya. Bila
penerapan
langkah-langkah
bimbingan
agama
telah
dilaksanakan dengan baik dan runut, maka pemecahan masalah yang dihadapi akan memperoleh hasil dan solusi terbaik. Namun, bila langkahlangkah tersebut ada yang diabaikan maka maksimalisasi hasil bimbingan agama akan sulit terlaksana. 5. Metode Bimbingan Agama Dalam peraturan Menteri Pertanian No. 52/Permentan/ OT.140/ 12/2009 menyebutkan bahwa metode penyuluhan berdasarkan teknik komunikasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu metode penyuluhan langsung dan metode penyuluhan tidak langsung. Metode penyuluhan langsung, yaitu penyuluhan yang dilakukan melalui tatap muka dan dialog langsung antara penyuluh dengan pelaku utama dan pelaku usaha melalui demonstrasi, kursus tani dan obrolan sore. Sedangkan metode penyuluhan tidak langsung, yaitu penyuluhan yang dilakukan melalui perantara (media komunikasi) seperti: pemasangan poster, penyebaran brosur/leaflet/majalah, siaran radio, televisi, pemutaran slide dan film.18
18
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52 Tahun 2009 tentang “Metode Penyuluhan Pertanian”, diakses pada 25 Juni 2015 dari www.pertanian.go.id
28
Berbeda dengan metode penyuluhan versi kementerian pertanian, metode pembimbingan agama dalam penyampaian materi dapat dilakukan dengan beberapa cara19: a. Metode ceramah, yaitu metode yang biasa disebut tabligh atau khutbah. Keduanya memiliki kesamaan makna, tetapi tetap memiliki ciri khas. Metode ceramah biasanya menggunakan media mimbar dan pengajian. b. Metode wisata religi, metode ini lebih dikenal dengan istilah wisata ziarah, yaitu dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Dengan kunjungan tersebut diharapkan mampu menjadi ladang instropeksi diri dan pemicu semangat bagi para terbimbing. c. Metode tanya jawab, yaitu metode dengan ciri keterlibatan aktif terbimbing untuk mengungkapkan hal-hal yang masih belum dipahami atau menjadi permasalahan. d. Metode diskusi kelompok atau Foccus Group Discussion (FGD), yaitu metode yang mirip dengan tanya jawab. Perbedaan metode diskusi kelompok dengan tanya jawab, yaitu metode tanya jawab hanya menerima keterlibatan terbimbing sebatas bertanya dan penyuluh menjawab. Sedangkan metode diskusi kelompok terbimbing tidak hanya bertanya kepada penyuluh, tetapi juga bersama-sama dengan penyuluh dan anggota kelompok diskusi lainnya menuntaskan suatu pokok kajian.
19
Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluh Sosial Keagamaan, (Jakarta: UIN Jakarta, 2014), h. 16.
29
e. Metode demontrasi terplot, yaitu metode untuk menyampaikan hal-hal yang sifatnya praktis dan memerlukan penjelasan secara demonstratif. Metode ini memerlukan model yang tepat agar materi dpat dipahmi sasaran. Dalam ajaran Islam, contohnya seperti praktik wudlu, sholat, atau manasik haji. f. Metode konseling, yaitu metode penyuluhan itu sendiri. Namun dalam hal ini konseling menjadi metode tertentu dalam penyuluhan agama, dimana penyuluh agama dalam hal ini menjadi pembimbing agama atau konselor spiritual. Penyuluhan model ini lebih bersifat konsultatif, atau terapi bagi terbimbing. Jika pada metode-metode sebelumnya penyuluh memerantan fungsi edukatif dan preventif, maka pada metode ini penyuluh memerankan fungsi konsultatif dan kuratif. g. Metode peragaan yang biasanya menggunakan media wayang, baik wayang golek, wayang kulit maupun wayang orang. Berdasarkan penjelasan metode-metode penyuluhan versi Rini Laili Prihatini, maka yang dimaksud dalam skripsi ini adalah metode metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi kelompok dan metode konseling.
30
C. Anak Yatim Piatu 1. Pengertian Anak Pengertian anak secara umum dipahami masyarakat adalah keturunan kedua setelah ayah dan ibu.20 Sekalipun dari hubungan yang tidak sah dalam kaca mata hukum, Ia tetap dinamakan anak, sehingga dalam definisi ini tidak dibatasi dengan usia. Dalam GBHN telah dijelaskan bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa dan sumber insan bagi pembangunan nasional, maka harus diperhatikan dan dibina sedini mungkin agar menjadi insan yang berkualitas dan berguna bagi bangsa. Dan walaupun anak dilahirkan oleh orangtua, namun pada hakikatnya anak merupakan individu yang berbeda dengan siapapun, termasuk dengan kedua orangtuanya. Bahkan anak mempunyai
takdirnya
sendiri
yang
belum
tentu
sama
dengan
orangtuanya.21 2. Karakteristik Anak Adapun Karakteristik anak diantarnya adalah:22 a. Masa Sekolah Dasar 1) Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3.
20
WJS. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), hlm. 38-39. 21 M. Nipan Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), hlm. 21. 22 Purwanti “Karakteristik Anak”, diakses pada 25 september 2015 Pkl 13.00 WIB dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/KARAKTERISTIK/html.
31
2) Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya mereka duduk dikelas 4, 5 dan 6. b. Ciri-ciri Anak Masa Kelas Rendah 1) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. 2) Suka memuji diri sendiri. 3) Jika tidak dapat menyelesaikan suatu tugas ataupun pekerjaan maka hal itu dianggap tidak penting. 4) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain jika hal itu menguntungkan dirinya. 5) Suka meremehkan orang lain. c. Ciri Khas Anak Masa Kelas Tinggi 1) Perhatainya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. 2) Ingin tahu, ingin belajar dan realisasi. 3) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus. 4) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah. 5) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. d. Perkembangan Kognitif 1) Usia SD masuk pada tahap operasional konkret.
32
2) Anak mampu berpikir logis. 3) Memahami konsep percakapan. 4) Mengorganisasikan objek ke dalam klasifikasi. 5) Mampu mengingat, memahami dan memecahkan masalah yang bersifat konkret. e. Perkembangan Fisik 1) Pertumbuhan fisik ditandai dengan: lebih tinggi, lebih berat, dan lebih kuat. Peran gizi pentibng. 2) Perubahan pada sistem tulang, otot dan keterampilan gerak: berlari, memanjat, melompat, berenang, naik sepada, main sepatu roda. 3) Kegiatan fisik sangat perlu untuk melatih koordinasi dan kestabilan tubuh dan energi yang tertumpuk perlu penyaluran. f. Perkembangan Bahasa 1) Bertambahnya kosa kata. 2) Menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dan menghasilkan deskripsi serta menghasilkan narasi cerita. 3) Keahlian membaca mulai berkembang. 4) Anak perempuan lebih banyak berbicara dibandingkan anak laki-laki. g. Perkembangan moral 1) Kemampuan anak memahami aturan, norma dan etika dimasyarakat.
33
2) Prilaku moral banyak dipengaruhi pola asuh orangtua dan prilaku orang sekitar. 3) Bermain dengan teman sebaya merupakan sarana untuk mengembangkan moralitas. h. Kegiatan Bermain 1) Kegiatan sekolah mengurangi waktu bermain dari pada masa sebelumnya. 2) Ditunjang dengan: Televisi, radio dan buku bacaan. 3) Bermain kelompok lebih banyak disukai karna dapat memberikan pengalaman berharga. 4) Permainan konstruktif lebih memacu timbulnya kreativitas anak. i. Teman Sebaya 1) Pada umumnya teman sebaya terdiri dari teman disekolah dan teman di luar rumah. 2) Penmgaruh positif seperti pengembangan konsep diri dan pembentukan harga diri. Sedangkan pengaruh negatif seperti membolos, merokok, dan mencuri. 3) Integritas, keterikatan dalam kelompok tinggi. 4) Kegiatan yang dilakukan bersama seperti belajar, bermain, masak-masak, dan melihat pertunjukan j. Tugas Perkembangan
34
1) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan. 2) Belajar membentuk sikap positif yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis (dapat merawat kebersihan dan kesehatan diri). 3) Belajar bergaul dengan teman sebaya. 4) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. 5) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. 6) Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu pengetahuan, dan adat istiadat) sehari-hari. 7) Belajar memperoleh kata hati (pemahaman tentang salahbenar, baik-buruk). 8) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri). 9) Belajar mengembangkan sikap positif terhadap kehidupan sosial. 10) Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-hari. 3. Pengertian Yatim Piatu Anak yatim piatu merupakan anak yang bapaknya meninggal dunia tetapi mereka belum mengalami mimpi yang membuat air mani pertama dan apabila anak sudah mencapai belia lepaslah ia sebagai sebutan anak
35
yatim.23 Sedangkan, menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, yatim adalah anak yang tidak berayah lagi (karena ditinggal mati), sedangkan yatim piatu adalah anak yang sudah tidak berayah dan beribu lagi. 24 Sedangkan menurut “Ensiklopedia Islam”, yatim (menunjukkan pelaku jamak yatam atau aitam) yaitu anak yang bapaknya telah meninggal dan belum baligh (dewasa), baik ia kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan. Adapun anak yang bapak dan ibunya telah meninggal termasuk juga dalam kategori yatim dan biasanya disebut yatim piatu. Istilah piatu ini hanya dikenal di Indonesia, sedangkan dalam literature fiqh klasik hanya dikenal istilah yatim saja.25 Menurut pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa yatim piatu adalah anak yang ditinggal mati orang tuanya (ayah, ibu atau keduanya) dalam keadaan belum baligh. 4. Ajaran Islam tentang Perlakuan Tehadap Anak Yatim Piatu Dalam ajaran Islam posisi anak yatim piatu mendapat perhatian yang sangat besar. Hal ini terlihat dalam Al-Qur’an Surat An Nisaa ayat 2 yang berbunyi:
ِ ِّيث ِِبلطَّي ب َوال ََتْ ُكلُوا أ َْم َوا ََلُْم إِ ََل ْ َوآتُوا الْيَ تَ َامى أ َْم َوا ََلُْم َوال تَتَ بَ َّدلُوا َ ِاخلَب ِ ِ وِب َكبِ اريا أ َْم َوال ُك ْم إنَّهُ َكا َن ُح ا
Artinya: “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang 23
M.Nur Abdul Hafiz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. Ke-2, h. 101. 24 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1015. 25 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar Van Hoven, 1999), Cet. Ke-3, h. 206.
36
buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar". (QS. An Nisaa: 2)
Asbabun Nuzul atau sebab turunnya ayat tersebut dilatarbelakangi dengan banyaknya kejadian di kalangan orang-orang yang apabila menguasai anak yatim memiliki harta, selalu diputarbalikan. Mereka biasa mengambil kambing yang gemuk milik anak yatim, kemudian diganti dengan kambing yang kurus. Apabila mereka mendapat teguran dijawab, "Aku mengambil (meminjam) kambing sudah aku kembalikan dengan kambing pula". Demikian juga harta benda lainnya. Sehubungan
dengan
perbuatan
mereka
itu,
Allah
SWT
menurunkan ayat kedua surat An Nisaa sebagai teguran terhadap mereka. Selain itu, mengabarkan pula bahwa yang mereka lakukan terhadap anak yatim itu adalah dosa besar.26 Di dalam Al-Qur’an surat An Nisaa ayat 2 dan terjemahannya memiliki kandungan bahwa setiap umat Islam agar mencurahkan kasih sayang, membantu, mendidik serta memelihara hak anak yatim. Berbuat baik kepada anak yatim merupakan salah satu tanda dari keimanan seseorang. Oleh sebab itu kepedulian terhadap anak yatim merupakan kewajiban sosial dalam Islam.
26
A. Mujab Mahali, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al Qur'an, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002). Cet. Ke-1, h.205.
37
Dorongan untuk menyantuni anak yatim di antara ayat-ayat AlQur’an yang berisi motivasi untuk menyantuni anak yatim, sebagaimana firman Allah dalam An Nisaa ayat 36 yang berbunyi sebagai berikut:
اًن َوبِ ِذي الْ ُقْرََب َوالْيَ تَ َامى َّ َو ْاعبُ ُدوا اَّللَ َوال تُ ْش ِرُكوا بِِه َشْي ئاا َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن إِ ْح َس ا ِ الص ِ ِوالْمساك ِ ب ِِب ْْلَْن ِ اح ِ ُاْلُن ب َوابْ ِن ْ اْلَا ِر ْ اْلَا ِر ِذي الْ ُقْرََب َو ْ ني َو َّ ب َو ََ َ (٦٣ )خورا َّ ت أَْْيَانُ ُك ْم إِ َّن ُّ اَّللَ ال ُُِي َّ ْ السبِ ِيل َوَما َملَ َك ب َم ْن َكا َن ُمُْتَاال فَ ُ ا Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan berbuat baiklah kepada dua orang ibubapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggabanggakan diri.” (QS. An Nisaa: 36) Lebih dari itu, Allah menyatakan bahwa orang yang memakan harta anak yatim adalah orang yang telah melakukan dosa besar. Hal ini tercantum dalam Al-Qur’an surat An Nisaa ayat 10 yang berbunyi sebagai berikut:
ِِ صلَ ْو َن َسعِ اريا ْ َََيْ ُكلُو َن أ َْم َو َال الْيَ تَ َامى ظُْل اما إََِّّنَا ََيْ ُكلُو َن ِِف بُطُوِن ْم ًَن ارا َو َسي Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyalanyala (neraka)." (QS. An Nisaa: 10)
Selain itu, dalam Islam pemeliharaan dan pembinaan anak yatim bukan terbatas pada hal-hal yang bersifat fisik, seperti harta. Tetapi secara umum juga mencakup hak hal-hal yang bersifat psikis. Sebagaimana
38
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Adh-Dhuhaa ayat 9 yang berbunyi sebagai berikut:
فَأ ََّما الْيَتِ َيم فَال تَ ْق َهْر Artinya:"Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang”. (QS. Adh-Dhuha: 9).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok orang yang dapat memberikan informasi sesuai dengan objek yang diteliti, yaitu pembimbing agama dan anak-anak yatim atau yatim piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya
Depok.
Sedangkan
objek
penelitian
permasalahan yang dibicarakan dalam penelitian1,
adalah
keseluruhan
dalam hal ini adalah
pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Yayasan Daarul Fattaah Assalafi yang beralamat di Jalan H. Japat Lingkungan Cipayung RT 05 RW 01 Kel. Abadijaya Kec. Sukmajaya Kota Depok. Lokasi ini dipilih dengan alasan: a. Salah satu yayasan yatim piatu di kota Depok yang memberikan bimbingan agama secara konsisten dan mendalam. b. Adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga yang dimiliki peneliti. Adapun waktu penelitian dalam penulisan skripsi ini dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juni 2015.
1
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 135.
39
40
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yakni penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabel-variabel penelitian dalam angka dan melalui analisis data dengan menggunakan statistik atau permodelan matematis.2 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan yaitu penelitian dengan jalan membaca dan menelaah buku-buku serta bahan-bahan bacaan lainnya untuk mengumpulkan data-data dan teori yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas.
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah serumpun atau sekelompok subjek yang menjadi sasaran penelitian.3 Sesuai dengan pembahasan pada skripsi ini, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak yatim atau yatim piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok sebanyak 50 orang. Sedangkan sampel adalah bagian dari kumpulan objek penelitian (populasi) yang dipelajari dan diamati.4 Namun, sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak yatim atau yatim piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok, karena secara statistik dinyatakan bahwa 2
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, ( Jakarta: PT. Elek Media Komutindo, 2004), h. 34. 3 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 99. 4 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), h.78.
41
penyebaran populasi yang tidak diketahui, maka minimum sampel dengan batas terendah untuk mewakili adalah 30 orang atau lebih ( 30 ≥).5 Sampling
probabilitas
adalah
teknik
pengambilan
sampel
yang
mempertimbangkan peluang atau kemungkinan terambilnya sampel tersebut untuk penelitian. Teknik sampling ini pada umumnya digunakan untuk statistik inferensial yang menggunakan uji hipotesis (dugaan) berdasarkan perumusan masalah penelitian yang disusun melalui observasi empiris dan/atau kajian penelitian sebelumnya. Teknik pengambilan sample dengan sampling probabilitas terdiri dari random sampling (simple random sampling dan systematic sampling), stratified random sampling, dan cluster sampling.6 Pada skripsi ini menggunakan simple random sampling, karena setiap anggota dari populasi adalah homogen (memiliki karakteristik yang sama) dan jumlah populasi kecil. Asumsi yang harus dipenuhi dalam simple random sampling adalah: 1. Terdapat kerangka sampling (daftar nama semua anggota populasi) 2. Karakteristik anggota sampling satu dengan sampling lain harus homogeny (identik). 3. Setiap anggota sampling harus memiliki probabilitas yang sama untuk terambil.
5
J. Supranto, Statistik Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), h. 239. Santosa dan Ayat Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ekonomi. (Jakarta: Gramedia, 2011), h.58-59 6
42
Penghitungan jumlah sampel:7
[
]
Diketahui: N (Jumlah populasi)
: 50 orang
d (bound of error)
: 0.1 atau 10% (ditentukan oleh periset)
t (tingkat kepercayaan)
: 1,96 (diperoleh dari tabel t statistik dengan tingkat kepercayaan 95% yang ditentukan oleh periset)
p dan q
: 50% ; 50% (ditentukan oleh periset)
Rumus dasar penentuan jumlah sampel adalah:
[
]
[
]
Jadi jumlah sampel yang harus digunakan adalah 33 orang.
7
Santosa dan Ayat. Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ekonomi, h.60
43
Setelah diperoleh jumlah sampel yang harus diambil melalui perhitungan, maka langkah selanjutnya adalah mengambil sampel yang diperlukan dari populasinya melalui teknik sample random. Dengan tahapan sebagai berikut: 1. Membuat kerangka sampel dari daftar seluruh anak yatim piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi yang diteliti. 2. Daftar nama tersebut dibuat dalam bentuk kupon dan kemudian kupon riset tersebut diambil secara acak. Tabel 3.1 Daftar Anak Yayasan Yatim Piatu Daarul Fattah Assalafi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama Abdus Salam Ardiansyah M. Syariat Sauri Putra Muhidin M. Nurul Imam M. Khodam Joni Adabi M. Aditya M. Irhas Habib Tohir Mulyana S. Muhamad Suaib Ahmad Amin Zakaria Surya Komarudin Roni Asep Saepuddin Zayadi Muhamad Firdaus Iqbal
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Usia 20 thn 14 thn 15thn 17thn 15thn 18thn 11thn 13thn 15thn 14thn 18thn 12thn 10thn 16thn 16thn 10thn 13thn 17thn 10thn 11thn 18thn 12thn
Tingkat Pendidikan SLTA SLTP SLTP SLTA SLTP SLTA SD SLTP SLTP SLTP SLTA SD SD SLTA SLTA SD SLTP SLTA SD SD SLTA SD
Kediaman Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan
44
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Ghazali Ahmad Bisri Agung Adi Darmawan Ahmad Syafiq Haris Maulana Malik Muhamad Irham Raihan Iwan Setiawan Yoga Syaputra Siti rifa’ah Putri Arini Fatma Siska Zahra Sa’adah Mahwiyah Jamiilah Syafitri Siti Saima Nida Nurhasanah Sarinah Nia Rahmawati Kiki Amelia Rahma Rafiah
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
10thn 18thn 11thn 11thn 14thn 14thn 14thn 14thn 15thn 16thn 15thn 14thn 15thn 15thn 15thn 17thn 11thn 10thn 10thn 10thn 14thn 14thn 14thn 12thn 15thn 14thn 14thn 14thn
SD SLTA SD SD SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SLTA SD SD SD SD SLTP SLTP SLTP SD SLTP SLTP SLTP SLTP
Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Yayasan Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah
Sumber: Dokumentasi Yayasan Daarul Fattah Assalafi 2015 Berdasarkan data pada tabel tersebut, dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 33 responden anak yatim piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi, sampel yang tidak terpilih sebanyak 17 orang yaitu anak perempuan yang tinggal dirumahnya masing-masing yang ditandai dengan shading pada tabel 3.1. Daftar Anak Yayasan Yatim Piatu Daarul Fattah Assalafi.
45
D. Variabel Penelitian Variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian. F.N Kerlinger menyebutkan bahwa variabel sebagai sebuah konsep, seperti halnya laki-laki dan perempuan dalam hal konsep jenis kelamin.8 Dengan kata lain, variabel dapat dikatakan segala sesuatu yang menjadi objek penelitian lapangan yang menjadi perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu kepercayaan diri anak yatim piatu (Y) sebagai variabel dependent dan bimbingan agama (X1) sebagai variabel independent.
E. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian Adapun definisi operasional dan indikator dalam penelitian ini sebagai berikut 1. Bimbingan Agama adalah pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dimensi variabel bimbingan agama antara lain penyuluh, terbimbing dan masalah. Indikator penelitian untuk variabel bimbingan agama adalah Bimbingan Formal dan Bimbingan Non Formal. Dimana, sub-indikator untuk bimbingan formal adalah mengaji Al-Qur’an dan mengaji kitab kuning. Sedangkan sub-indikator untuk bimbingan non-formal adalah mengkaji kepribadian.
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h.116
46
2. Kepercayaan diri adalah penilaian subjektif terhadap kemampuan diri sendiri dalam konteks tertentu dan secara efektif dapat menangani berbagai situasi. Dimensi pada variabel keparcayaan diri antara lain academic, apperance, athletics, romantic, social, speaking, general dan mood. Indikator
penelitian
untuk
variabel
kepercayaan
diri
adalah
Kepercayaan Diri Dari Dalam Diri dan Kepercayaan Diri Dari Luar Diri. Dimana, sub-indikator untuk Kepercayaan Diri Dari Dalam Diri adalah Mengenal Kepercayaan Diri Sendiri dan Rasa Optimisme Diri. Sub-indikator untuk Kepercayaan Diri Dari Luar Diri adalah Kepercayaan Diri Sosial dan Kemampuan Berbicara Depan Orang Lain.
F.
Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari orang atau lembaga terkait dalam hal pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok. Pada penelitian skripsi ini data primer diperoleh melalui kuesioner, wawancara dan observasi. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/ pernyataan tertuttup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau
47
dikirim melalui pos atau internet.9 Sedangkan teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.10 2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lain yang berkaitan dengan materi pada masalah penelitian ini. Data sekunder dalam skripsi ini disebut juga dokumentasi. Dokumentasi merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.11 Penulis skripsi ini mendokumentasikan kegiatan yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok, kegiatan bimbingan agamanya dan mencari dokumen-dokumen tertulis lain yang relevan dengan kebutuhan penelitian.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Penerbit Alfa Beta, 2001), h.199. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,h. 203. 11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 200), edisi revisi ke-4, h. 236. 10
48
G. Instrumen Pengumpulan Data Dalam studi ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan didesain berdasarkan skala likert yang berisikan sejumlah pernyataan yang menyatakan objek yang hendak diungkap. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Data ini diukur dengan menggunakan skala likert dengan 5 kategori penelitian dan masing-masing kategori tersebut diberi bobot sebagai berikut 12: Tabel 3.2 Skala Likert Pilihan
Sangat
Tidak
Ragu-
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Ragu
(S)
Setuju
Setuju
(TS)
(RR)
(SS)
(STS) Fav
1
2
3
4
5
Un Fav
5
4
3
2
1
Sumber: Santoso, 2004.
H. Konstrusi Instrumen Kuesioner atau angket sebagai intrumen alat bantu dalam penelitian skripsi ini memiliki konstruksi yang berdasarkan teori-teori yang terkait dengan bimbingan agama dan kepercayaan diri anak yatim piatu.
12
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elek Media Komutindo, 2004. h.56.
49
1.
Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Apabila peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Setelah kuesioner tersebut tersusun dan teruji validitasnya, dalam prakteknya belum tentu data yang terkumpulkan adalah data yang valid. Validitas data yang akan ditentukan oleh keadaan responden sewaktu diwawancara. Bila sewaktu menjawab semua pertanyaan responden merasa bebas tanpa ada rasa malu atau rasa takut, maka data yang diperoleh akan valid dan reliabel, tetapi bila si responden merasa malu, takut, dan cemasakan jawabannya, maka besar kemungkinan dia akan memberikan jawaban yang tidak benar. Teknik validitas yang digunakan dalam skripsi ini adalah validitas Pearson (product moment). Teknik validitas ini digunakan karena data yang digunakan adalah data ordinal atau skor. Teknik analisis dalam validitas pearson, yaitu dengan mengkorelasi masing-masing item dalam satu variabel dengan total variabel tersebut.13 Dengan bantuan aplikasi SPSS dan teknik validitas Pearson akan menghasilkan output, yang mana bila nilai koefisien validitas diatas 0,3 maka dapat disimpulkan pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner adalah valid. 13
Santosa dan Ayat. Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ekonomi, h.122
50
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Setiap pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Semakin kecil kesalahan pengukuran, maka reliabel alat pengukur. Sebaliknya makin besar kesalahan pengukur, makin tidak reliabel alat pengukur tersebut. Untuk
mengetahui
tingkat
reliabilitas
adalah
besarnya
nilai
Cronbach’s Alpha. Nilai Cronbach’s Alpha semakin mendekati 1 berarti semakin tinggi konsistensi internal reliabilitasnya. Nilai Cronbach’s Alpha lebih kecil dari 0,60 dikategorikan reliabilitasnya kurang baik. Adapun reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0.7 – 0.89, standarisasi reliabilitas ini didasarkan pada kaidah reliabilitas Guilford.14 Tabel 3.3 Kaidah Reliabilitas Guilford Koefisien < 0.2 0.2 – 0.39 0.4 – 0.69 0.7 – 0.89 > 0.9
Kriteria Tidak Reliabel Kurang Reliabel Cukup Reliabel Reliabel Sangat Reliabel
Sumber: Santosa dan Ayat, 2011
14
Santosa dan Ayat, Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ekonomi. h. 136.
51
I.
Teknik Analisis Data Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu. Untuk itu, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data hasil kuesioner (angket), kemudian dianalisis menggunakan SPSS versi 19 untuk mengetahui pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu dengan menggunakan analisis regresi. Analisis regresi bertujuan menganalisis besarnya pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Regresi linier dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Perbedaaan ini berdasarkan jumlah variabel bebasnya, jika variabel bebas hanya 1 (satu) maka disebut linier sederhana, jika variabel bebasnya lebih dari 1 (satu) maka disebut linier berganda.15 Pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana. 1. Uji Normalitas Data berdistribusi normal adalah data yang memiliki pola sebaran mengikuti pola normal, yang bentuk sebarannya cenderung merata. Data yang berdistribusi normal memiliki bentuk distribusi menyebar pada sekitar reratanya. Data yang memiliki distribusi normal distribusinya membentuk seperti lonceng.
15
Tony Wijaya, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2009), h. 91
52
Tes normalitas sangat dibutuhkan, karena pada umunya uji asumsi selalu mendasarkan kepada distribusi normal pada populasinya. Uji normalitas diperlukan untuk data kecil kurang dari 50 bahkan kurang dari 30. Untuk data berjumlah besar, uji normalitas data ini dapat diabaikan. Dengan semakin besar jumlah sampel maka data tersebut akan cenderung mengikuti distribusi normal. Jumlah sampel yang besar secara otomatis akan meningkatkan kekuatan dalam mengurangi sampling error. Dengan demikian, maka semakin besar jumlah sampel maka sampling error akan semakin kecil sehingga pola distribusi data cenderung normal. Pada skripsi ini menggunakan sampel sebanyak 33 orang, maka dari itu perlu dilakukan uji normalitas. Hasil uji normalitas menggunakan aplikasi SPSS menghasilkan output yang terdiri dari beberapa bagian, diantaranya: a. N untuk menunjukkan jumlah sampel yang diambil dalam penelitian b. Mean untuk menunjukkan nilai rata-rata (rerata) dari jumlah sampel c. Std. deviation untuk menggambarkan penyimpangan data terhadap reratanya. d. Kolmogorov Smirnov-Z untuk menunjukkan nilai uji statistik dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov (KS). Dan untuk menguji normalitas dapat membandingkan antara nilai KS dengan nilai tabel Z. e. Nilai sig. untuk menguji hipotesis normalitas. H0 diterima atau data berdistribusi normal jika memiliki nilai probabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan 0,05.
53
2. Analisis Regresi Linier Sederhana Seperti telah diketahui bahwa skripsi ini menggunakan analisis regresi linier sederhana, karena hanya ada satu variabel bebas yaitu bimbingan agama. Sehingga bentuk persamaan regresi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = α + β1 X1 +ε i Dimana: Y = Kepercayaan diri anak yatim piatu α = Elemen Konstanta β1 = Koefisien regresi variabel independen X1 = Bimbingan Agama εi = Suku kesalahan untuk tujuan perhitungan εi , diasumsikan 0
Hipotesis Statistik: H0
=
Tidak terdapat pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu
Ha
=
Terdapat pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu
H0 : ᵝ1 = 0 Ha : ᵝ2 ≠ 0 H0 merupakan hipotesis awal, yang dalam hal ini menyatakan bahwa semua parameternya sama dengan nol, sedangkan Ha merupakan hipotesis alternatif yang menyatakan minimal ada satu parameter yang tidak sama dengan nol. Statistik Uji: Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial, dengan menganggap variabel lain bersifat
54
konstan atau digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel X1 dan variabel Y. Kriteria Uji: Bila thitung lebih besar dari pada ttabel maka Ha diterima, yang berarti terdapat pengaruh signifikan secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen. Dimana thitung diperoleh dari output hasil olah data pada SPSS tepatnya pada Coefficients Table. Sedangkan ttabel diperoleh dari tabel t dengan (t /2, df = n-2).16 3. Hasil Output SPSS Pada hasil output SPSS untuk analisis regresi linier berganda terdapat empat tabel, diantaranya Variable Entered/Removed, Model Summary, ANOVA, dan Coefficients. Tabel output Variables Entered/Remove menggambarkan mode yang digunakan dalam proses perhitungan analisis regresi. Ada beberapa metode yang digunakan dalam analisis regresi seperti metode enter, metode forward, metode backward dan metode stepwise. Namun, dalam analisis regresi sederhana tidak terdapat perbedaan hasil dengan menggunakan berbagai metode tersebut. Pada tabel Model Summary terdapat beberapa bagian, diantaranya R, R Square, Adjusted R Square, dan Std. error. Berikut ini adalah penjelasan dari bagian-bagian tersebut: 16
Santosa dan Ayat, Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ekonomi. h. 307
55
a. R menunjukkan koefisien korelasi antara variabel X secara keseluruhan dengan Y. b. R Square menunjukkan koefisien determinasi dalam model regresi. c. Adjusted R Square menunjukkan nilai koefisien determinasi untuk regresi berganda. d. Std. Error menunjukkan nilai estimasi rentang interval koefisien determinasi pada populasi. Tabel output SPSS ANOVA menggambarkan hasil uji F statistik. Uji F statistik digunakan untuk menguji signifikasi hipotesis simultan. Karena dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Sehingga pengujian dengan menggunakan F statistik tidak digunakan dalam analisis ini. Tabel output selanjutnya adalah Coefficients, yakni tabel hasil pengolahan data yang menggambarkan terbentuknya model regresi. Tabel ini terdiri dari beberapa bagian, diantaranya yaitu B, Std. Error, Beta, T, dan Sig. Berikut ini adalah penjelasan dari bagian-bagian tersebut: a. B menunjukkan koefisien regresi. Nilai koefisien regresi menggambarkan perubahan nilai Y yang diakibatkan oleh variabel X. b. Std. Error menunjukkan nilai estimasi rentang interval koefisien regresi pada populasi c. Beta menggambarkan nilai koefisien estimasi yang sudah distandarisasi d. T menggambarkan statistik uji untuk menguji signifikasi koefisien beta.
56
e. Sig. memiliki fungsi yang sama dengan t hitung yaitu untuk menguji signifikasi koefisien regresi. Kriteria uji, tolak H0 jika nilai sig. (probabilitas) lebih rendah dibanding dengan 0,05.17
17
Santosa dan Ayat, Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ekonomi. h. 312-314
BAB IV GAMBARAN UMUM YAYASAN DAARUL FATTAH ASSALAFI
A. Sejarah dan Perkembangan Pada sekitar tahun 1992, berawal dari Majelis Ta’lim bernama Daarul Fattah yaitu salah satu tempat menuntut ilmu warga Lingkungan Cipayung Kelurahan Abadijaya Kecamatan Sukmajaya Depok. Kemudian, hadirlah seorang santri yang merupakan seorang muallaf bernama Jodi. Ia tinggal di Majelis Ta’lim Daarul Fattah, tepatnya bersama pimpinan Majelis Ta’lim yakni Ustadzah Hj. Sumiati HR. Beriring waktu, jumlah anak-anak yang tinggal di Majelis Ta’lim Daarul Fattah semakin bertambah. Anak-anak tersebut datang dari berbagai latar belakang mulai dari yatim, piatu, yatim piatu, maupun tidak mampu. Suatu ketika, Majelis Ta’lim Daarul Faatah kedatangan notaris yang menawarkan agar Majelis Ta’lim Daarul Fattah menjadi sebuah Yayasan. Sejak saat itu, tepatnya pada tahun 2004 terbentuklah Yayasan yang bernama Yayasan Daarul Fattah Assalafi. Dan Yayasan diresmikan pada tahun 2007 oleh Walikota Depok saat itu, Bapak Yuyun Wirasaputra.1
1
Wawancara Pribadi dengan Ust. Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
57
58
B. Visi, Misi dan Tujuan Visi Yayasan Daarul Fattah Assalafi adalah membantu program pemerintah kota Depok menuntaskan kebodohan terutama untuk orang-orang tidak mampu, dan dalam jangka panjang dapat mencerdaskan anak bangsa. Misi Yayasan Daarul Fattah Assalafi adalah membentuk karakter anak-anak yang berakhlakul karimah dan menumbuhkan kepercayaan diri anak yatim piatu. Yayasan Daarul Fattah Assalafi memiliki tujuan yaitu untuk mengajak masyarakat bersama-sama membina dan memperhatikan anak yatim piatu, meningkatkan kualitas dan daya saing anak yatim piatu, membimbing anak yatim piatu dengan bekal ilmu agama dan ilmu dunia, dan mencetak generasi anak yatim piatu yang mandiri.2
C. Stuktur Organisasi dan Pengelolaan Untuk menuju tercapainya visi, misi serta tujuannya, Yayasan Daarul Fattah Assalafi dikelola, dijalankan, dan dibangun bersama pihak-pihak pendukung. Mereka dibagi menjadi enam bagian pengelola, diantaranya pendiri, pengawas, penasehat, ketua, sekretaris dan bendahara. Setiap bagian memiliki fungsi masing-masing. Pendiri merupakan orang yang mendirikan (perkumpulan, negara, dsb).3 Orang-orang yang berperan sebagai pendiri Yayasan Daarul Fattah Assalafi merupakan orang-orang yang mencetuskan asal mula berdirinya Yayasan tersebut. 2
Wawancara Pribadi dengan Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015 Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kamus Versi Online/ darling (Dalam Jaringan)”, diakses pada 29 Juni 2015 dari http://kbbi.web.id/diri-2 3
59
Sedangkan pengawas berarti orang yang mengawasi4, sesuai artinya peran pengawas Yayasan Daarul Fattah Assalafi adalah mengawasi perjalanan Yayasan Daarul Fattah Assalafi dalam mencapai misi, visi dan tujuannya. Bagian pengelola selanjutnya adalah penasihat, penasihat berarti orang yang memberi nasihat dan saran, orang yang menasihati.5 Bagian ini sangat dibutuhkan untuk menjadi penengah, di saat Yayasan Daarul Fattah menghadapi masalah atau menjadi pihak yang berperan dalam memberikan arahan, saran dan nasihat. Bagian pengelola selanjutnya adalah bagian utama dalam sebuah kepengurusan organisasi yakni ketua, sekertaris dan bendahara. Berikut tugas-tugas dari bagian utama struktur organisasi Yayasan Daarul Fattah Assalafi yaitu: 1.
Ketua, tugas-tugasnya diantaranya adalah: a. Memimpin dan mengendalikan kegiatan para anggota pengurus dalam melaksanakan tugasnya, sehingga mereka tetap berada pada kedudukan atau fungsinya masing-masing. b. Mewakili organisasi keluar dan kedalam c. Menandatangi surat-surat penting, termasuk surat atau nota pengeluaran dana d. Mengatasi segala permasalahan atas pelaksanaan tugas yang dijalankan oleh pengurus e. Mengevaluasi semua kegiatan yang telah dilaksanakan oleh para pengurus
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kamus Versi Online/ darling (Dalam Jaringan)”, diakses pada 29 Juni 2015 dari http://kbbi.web.id/awas 5 Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kamus Versi Online/ darling (Dalam Jaringan)”, diakses pada 29 Juni 2015 dari http://kbbi.web.id/nasihat
60
f. Mengawasi kinerja yang dilaksankan oleh semua pengurus seksi. 2.
Sekretaris, tugas-tugasnya diantaranya adalah: a. Mewakili ketua apabila yang bersangkutan tidak hadir atau tidak ada di tempat b. Memberikan pelayanan teknis dan administratif c. Membuat dan mendistribusikan undangan d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan seluruh tugastugasnya kepada ketua
3.
Bendahara, tugas-tugasnya diantaranya adalah: a. Memegang dan memelihara harta kekayaan, baik berupa uang ataupun barang-barang investaris b. Merencanakan dan mengusahakan masuknya dan serta mengendalikan pelaksanaan rencana anggaran belanja sesuai dengan ketentuan c. Menerima, menyimpan dan membukukan keuangan dan barang-barang Yayasan d. Mengeluarkan uang sesuai dengan keperluan atau kebutuhan berdasarkan persetujuan ketua6
6
Wawancara Pribadi dengan Ust. Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
61
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
DEWAN PENDIRI H. Sanusi H. Suyati
DEWAN PENGAWAS
DEWAN PENASIHAT
H. Sutikno Hj. Ria Vista
KH. Amir Hamzah KH. Amrani KH. Abdullah Assegaf
KETUA Hj. Sumiati HR.
SEKRETARIS
BENDAHARA
Mardiah S.
Khairul Wathon
Sumber: Wawancara Pribadi dengan Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
62
D. Program Bimbingan Agama Yayasan Anak-anak bimbingan Yayasan Daarul Fattah Assalafi memulai aktifitasnya yang padat sejak subuh hari. Berawal dengan shalat subuh berjama’ah dilanjutkan dengan wirid dan ratib, kemudian mereka mempersiapkan diri untuk sekolah. Mereka bersekolah di luar Yayasan. Kegiatan Yayasan kembali di mulai setelah shalat ashar, yaitu dengan pengajian kitab. Kitab yang digunakan adalah kitab-kitab kuning (klasik). Setelah itu, shalat maghrib berjama’ah dan dilanjutkan dengan mengaji AlQur’an. Kemudian shalat Isya berjama’ah dan dilanjutkan dengan belajar malam, lalu istirahat. Selain itu, anak-anak Yayasan Daarul Fattah Assalafi juga meluangkan waktu mereka untuk berlatih alat musik hadroh. Biasanya dilakukan satu minggu sekali di malam minggu. Tim hadroh ini sudah menerima panggilan tampil di berbagai acara. Ini adalah salah satu wujud kepercayaan diri anak-anak Yayasan tersebut. Metode bimbingan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi kelompok dan metode konseling. Metode ceramah, Tanya jawab dan diskusi kelompok diaplikasikan dalam sebuah pertemuan di Yayasan Daarul Fattah Assalafi melalui pengajian rutin setiap hari dengan metode salaf seperti yang diterapkan oleh pesantren-pesantren salaf. Metode salaf yaitu dengan berkumpul membentuk halaqoh bersama-sama, kemudian mendengarkan, mencatat dan membaca kitab kuning (klasik) sesuai yang disampaikan oleh pembimbing.
63
Sedangkan metode konseling dilakukan dengan bimbingan individual Yayasan Daarul Fattah Assalafi secara informal, yaitu dengan sharing, bercerita, meminta pendapat, bahkan berkeluh kesah kepada para pembimbing Yayasan dalam hal ini Ibu Mardiah S. dan Bapak Ustadz Khairul Wathon.7 Secara terperinci berikut ini program kegiatan bimbingan agama Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok: 1.
Pendidikan Formal a. Mendidik anak asuh sampai pada jenjang pendidikan tingkat SMU/SMK b. Mengarahkan anak asuh yang memiliki keahlian non akademik pada sekolah kejuruan
2.
Pendidikan Non Formal a. Mengadakan pengajian Al-qur’an setiap malam setelah Shalat Isya’ berjama’ah b. Mengadakan khotmil Al-Qur’an secara berkala c. Mengkaji kitab kuning tauhid, fiqih, tarikh dan akhlaq setiap sore setelah shalat ashar berjama’ah d. Memberikan santunan kepada anak yatim, yatim piatu, piatu dan anak dari keluarga fakir miskin (santunan biaya pendidikan) e. Mengadakan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) f. Mengikutsertakan anak asuh dalam kegiatan di lingkungan masyarakat sekitar
7
Wawancara Pribadi dengan Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
64
g. Memberi santunan bahan makanan pokok dan uang kepada para janda, para cacat fisik dan mental h. Membentuk grup musik Islami hadroh.
E. Sarana dan Prasarana Dalam menjalankan operasionalnya Yayasan Daarul Fattah Assalafi membutuhkan sarana dan prasarana yang melengkapi kelengkapan operasionalnya. Karena tanpa adanya sarana dan prasarana maka semua kegiatan yang sudah direncanakan dari awal tidak akan bisa diselesaikan. Berikut adalah sarana dan prasarana Yayasan Daarul Fattah Assalafi: Tabel 4.1 Sarana Gedung Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sarana Keterangan Yayasan Daarul Fattah Assalafi Asrama Nyaman Suhu Sejuk Udara Bersih Luas ruangan Cukup Letak kantor Strategis Penerangan Cukup Ruang tamu Memadai Sumber: Dokumentasi Yayasan Daarul Fattah Assalafi 2015
Selain sarana gedung Yayasan Daarul Fattah Assalafi yang nyaman, Yayasan juga memiliki sarana pendukung lainnya. Diantaranya adalah 1 (satu) unit
65
mobil yayasan, 1 (satu) unit motor yayasan, Peralatan alat musik hadroh, dan Sound System.8 Di samping didukung oleh berbagai sarana dan prasarana dalam pelaksanaan kegiatan di Yayasan Daarul Fattah Assalafi juga didukung dengan adanya semangat yang tinggi dari para pengurus dalam mengembangkan yayasan, keikhlasan dan kesabaran dari para pengurus dalam melaksanakan amanat yang diembannya, dan adanya dukungan yang besar dari masyarakat sekitar.
8
Wawancara Pribadi dengan Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
BAB V TEMUAN DAN ANALISIS
A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok. Anak-anak tersebut telah mengikuti kegiatan bimbingan agama yang dilaksanakan oleh Yayasan Daarul Fattah Assalafi, baik yang dilakukan secara kelompok maupun individual. Berikut ini beberapa gambar yang menggambarkan karakteristik responden yaitu: Gambar 5.1 Usia Responden Usia Responden
≤ 10 tahun > 10 tahun 100%
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi, 2015. Pada awal masuk yayasan mayoritas anak-anak berusia sebelum aqil baligh yakni usia dibawah 10 tahun, namun saat ini anak-anak Yayasan Daarul Fattah Assalafi berusia di atas 10 tahun. Seperti ditunjukkan pada gambar di atas bahwa 100% (seratus persen) atau 50 orang berusia di atas 10 tahun.
66
67
Saat ini, belum ada lagi anak-anak usia di bawah 10 tahun yang ikut bergabung dalam Yayasan Daarul Fattah Assalafi. Karena seperti yang kita ketahui dalam pengertian yatim yaitu anak yang bapaknya meninggal dunia tetapi mereka belum mengalami mimpi yang membuat air mani pertama dan apabila anak sudah mencapai belia lepaslah ia sebagai sebutan anak yatim. Gambar 5.2 Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin
32%
Laki-Laki 68%
Perempuan
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi, 2015.
Jenis kelamin anak-anak di Yayasan Daarul Fattah Assalafi mayoritas sebanyak 68% (enam puluh delapan persen) atau 34 orang adalah laki-laki, dan sisanya 32% (tiga puluh dua persen) atau 16 orang adalah perempuan. Anak laki-laki di yayasan ini pada umumnya adalah anak yang berasal dari luar daerah Depok, bahkan luar pulau Jawa. Mereka dapat belajar dan tinggal di yayasan atas dasar informasi dari mulut ke mulut. Sedangkan anak-anak perempuan seluruhnya berasal dari daerah sekitar Depok, mayoritas dari generasi ke generasi anak-anak perempuan hanya mengaji dan belajar di yayasan namun tidak tinggal disana.
68
Gambar 5.3 Pendidikan Responden Pendidikan
20%
30%
SD SLTP
50%
SLTA
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi, 2015.
Mayoritas anak-anak Yayasan Daarul Fattah Assalafi sebanyak 50% (lima puluh persen) atau 25 oarang sedang menempuh pendidikan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), 30% (tiga puluh persen) atau 15 orang bersekolah di tingkat SD (Sekolah Dasar) dan sisanya 20% (dua puluh persen) atau 10 orang bersekolah di tingkat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas). Mengenai pendidikan formal di sekolah, Yayasan Daarul Fattah Assalafi memiliki cara sendiri. Belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, di mana kerap kali anak-anak yang telah dibiayai sekolahnya namun tidak betah di yayasan dan pergi begitu saja. Maka untuk mengantisipasi terjadinya kembali hal serupa, pihak Yayasan Daarul Fattah Assalafi mensyaratkan bagi anak-anak yang ingin sekolah diwajibkan setahun belajar agama atau mengaji kitab klasik selama 1 (satu) tahun terlebih dahulu dan di tahun selanjutnya baru anak-anak tersebut diperbolehkan untuk melanjutkan sekolah formalnya. Selain bermanfaat untuk menguji keseriusan
69
mereka untuk sekolah, cara ini juga dapat membantu mereka untuk belajar agama lebih dalam selama mereka belum melaksanakan sekolah formal. Gambar 5.4 Tempat Menetap Responden Tempat Menetap
32%
Rumah Yayasan
68%
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi, 2015.
Dari gambar 5.4 dapat kita ketahui bahwa mayoritas anak-anak Yayasan Daarul Fattah Assalafi menetap di yayasan yakni sebanyak 68% (enam puluh delapan persen) atau 34 orang dan sisanya sebanyak 32% (tiga puluh dua persen) atau 16 orang tidak menetap di yayasan, tetapi di rumah masing-masing. Seperti yang diketahui, pada data karakteristik sebelumnya bahwa anak-anak perempuan tidak menetap di yayasan, hanya belajar mengaji ilmu agama di sana. Gambar 5.5 Lokasi Rumah Responden Lokasi Rumah Jauh dari Yayasan
36% 64%
Dekat dengan Yayasan
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi, 2015.
70
Dari gambar 5.5 menunjukkan hal yang berkesinambungan dengan data-data sebelumnya, di mana diketahui bahwa lokasi rumah anak-anak Yayasan Daarul Fattah Assalafi sebanyak 64% (enam puluh empat persen) atau 32 orang tinggal jauh dari yayasan dan 36% (tiga puluh enam persen) atau 18 orang tinggal dekat dengan yayasan. Data ini sesuai dengan data sebelumnya yang menyebutkan bahwa 68% (enam puluh delapan persen) atau 34 orang yang menetap di Yayasan Daarul Fattah Assalafi. Gambar 5.6 Kondisi Anak Kondisi Anak 18%
Yatim 26%
36% 20%
Piatu Yatim Piatu Tidak Mampu
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi, 2015. Dari gambar 5.6 kita dapat mengetahui bahwa kondisi anak-anak di Yayasan Daarul Fattah Assalafi sangat beragam bukan hanya ada anak yatim piatu, tetapi juga ada anak yatim saja, anak piatu saja, dan anak dengan kondisi tidak mampu. Persentase yang mendominasi kondisi anak di Yayasan Daarul Fattah Assalafi adalah anak yatim piatu dengan presentase sebesar 36% (tiga puluh enam persen) atau 18 orang, kemudian di urutan kedua ada kondisi anak yatim dengan presentase sebesar 26% (dua puluh enam persen) atau 13 orang. Dan disusul oleh kondisi anak piatu
71
dengan presentase 20% (dua puluh persen) atau 10 orang, serta ditutup oleh kondisi tidak mampu sebesar 18% (delapan belas persen) atau 9 orang. B. Program Bimbingan Agama Bagi Anak Yatim Piatu 1. Pembimbing Menurut Arifin, bimbingan dan penyuluhan agama tidak hanya dikhususkan pada bidang studi pendidikan agama saja, melainkan juga meliputi bidang-bidang studi yang lain, bahkan termasuk administrasi sekolah serta guru-guru yang memegang bidang studi selain agama. Dengan harapan penghayatan dan pengamalan ajaran agama dapat didorong dari bidangbidang studi yang diajarkan di sekolah.1 Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa pembimbing yang memberikan bimbingan agama bukan hanya berasal dari guru bidang studi agama di sekolah, melainkan seluruh aspek yang terkait dengan anak-anak. Hal ini sejalan dengan program yang dijalankan oleh Yayasan Daarul Fattah Assalafi, dimana pembimbing anak yatim piatu sangat dekat dan berkaitan dengan anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi. Pembimbing di Yayasan Daarul Fattah Assalafi terdiri dari Ustadzah Hj. Sumiati HR, Mardiah S., dan Khairul Wathon. Di mana Ustadzah Hj. Sumiati selaku ketua Yayasan Daarul Fattah Assalafi melakukan bimbingan agama kepada seluruh anak-anak yayasan melalui ceramah-ceramahnya.
1
H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), Cet. Ke-5, h. 12.
72
Bimbingan agama dilakukan melalui pengajian-pengajian baik pengajian AlQur’an, kitab kuning, maupun dzikir bersama. Sedangkan bimbingan yang lebih personal kepada anak yatim piatu laki-laki kepada Ustadz Khairul Wathon, dan yang perempuan kepada Mardiah S. Dengan adanya pembimbing secara personal ini maka anak yatim piatu dapat melakukan konseling dan sharing setiap hal dalam kehidupan mereka. 2. Terbimbing Terbimbing merupakan aspek-aspek yang perlu dibimbing. Menurut Arifin,
terbimbing
meliputi
keseluruhan
bidang
perkembangan
dan
pertumbuhan siswa sebagai makhluk yang sedang dalam proses berkembang dan bertumbuh.2 Dengan pendapat Arifin tersebut, dapat dipahami bahwa anak yatim piatu yang merupakan anak dalam masa perkembangan dan pertumbuhan adalah pihak terbimbing, pihak yang memerlukan bimbingan. Lebih dari itu, anak yatim piatu membutuhkan bimbingan dan perhatian lebih yang tidak diperoleh dari orang tua. 3. Materi Bimbingan Materi bimbingan agama yang diberikan kepada anak yatim piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi meliputi: (1) bimbingan mengaji dan mengkaji Al-Qur’an, (2) bimbingan mengaji dan mengkaji kitab kuning seperti; kitab ta’lim mu’talim yang membahas tentang akhlak dalam menuntut
2
H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), Cet. Ke-5, h. 8.
73
ilmu, safinatunnajah yang membahas tentang ilmu Fiqh dasar , nahwu wadhih yang membahas tata bahasa Arab, bulughul maram membahas ilmu Fiqh, nashailul ibad membahas nasihat-nasihat kebaikan, khalasah nurul yaqin membahas kisah-kisah Nabi, dan amsilati membahas tentang tata cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar, dan (3) bimbingan mengkaji kepribadian, melalui sharing antara anak yatim piatu dengan pembimbing, melaksanakan dzikir serta tafakur bersama, dan bimbingan seni musik hadroh.3 Ketiga materi bimbingan agama tersebut dilaksanakan selepas pelaksanaan pendidikan di sekolah. Sehingga antara ilmu pendidikan umum dan pendidikan agama yang dilaksanakan kepada anak yatim piatu dapat berjalan seimbang. 4. Metode Seperti yang telah di bahas pada Bab IV bahwa metode bimbingan agama yang digunakan adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi kelompok dan metode konseling. Dalam bimbingan mengaji dan mengkaji Al-Qur’an serta kitab kuning menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab dan metode diskusi kelompok. Metode ceramah dalam bimbingan mengaji dan mengkaji Al-Qur’an dan kitab kuning, dimana pembimbing membacakan sebuah materi dalam AlQur’an atau salah satu kitab kuning beserta maknanya kemudian 3
Wawancara Pribadi dengan Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
74
menyampaikan ceramah terkait dengan pembahasan tersebut. Dilanjutkan dengan metode tanya jawab, yakni anak-anak yatim piatu (terbimbing) yang belum memahami pembahasan pengajian dipersilahkan untuk bertanya kepada pembimbing, atau jika terbimbing telah memahami pembahasan, pembimbing dapat bertanya kepada terbimbing untuk memastikan pemahaman terbimbing. Kemudian bimbingan dilanjutkan dengan membuat kelompok diskusi agar terbimbing dapat berdiskusi satu sama lain, baik tentang tata cara baca, arti serta pemahaman maknanya. Sedangkan bimbingan mengkaji kepribadian, melalui pendekatan sharing antara anak yatim piatu dengan pembimbing dilakukan dengan metode konseling. Dan melaksanakan dzikir serta tafakur bersama menggunakan metode ceramah. Dengan dzikir dan tafakur bersama kepribadian anak-anak yatim piatu Yayasan Daarul Fattah dibentuk menjadi kepribadian yang dekat dengan Allah SWT dan pribadi yang dapat mensyukuri setiap keadaan yang dialami.4 5. Media Media berarti alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk; yang terletak diantara dua pihak (orang, golongan, dsb).5 Di Yayasan Daarul Fattah Assalafi yang digunakan sebagai sarana atau media bimbingan agama adalah Majelis Ilmu yang dilaksanakan 4
Wawancara Pribadi dengan Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, h. 640. 5
75
setiap hari. Majelis Ilmu menjadi perantara disampaikannya bimbingan agama dari para pembimbing kepada anak-anak yatim piatu selaku terbimbing. 6. Waktu dan Jadwal Bimbingan Aktivitas sehari-hari anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi pada hari-hari sekolah digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 5.1 Jadwal Aktivitas Anak-anak Yatim Piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi No
Waktu
Jenis Kegiatan
Pembimbing
04.30 s.d 05.00
Sholat Subuh Berjama'ah, Wirid dan Do'a
Khairul Wathon
05.00 s.d 06.00
Persiapan sekolah dan sarapan
Mardiah
06.30 s.d 13.30
Sekolah umum
-
13.30 s.d 14.15
Makan siang dan istirahat bagi anak yang sekolah dan Mengaji bagi anak yang tidak sekolah
Mardiah
14.15 s.d 15.00
Waktu Konseling & Istirahat Siang
-
15.00 s.d 15.30
Shalat Ashar berjama'ah, wirid dan do'a
Khairul Wathon
16.00 s.d 18.00
Mengaji dan mengkaji kitab kuning
Khairul Wathon
18.00 s.d 18.30
Shalat magrib berjama'ah, wirid dan do'a
Khairul Wathon
18.30 sd 20.00
Mengaji dan mengkaji Al-Qur’an
Seluruh Pembimbing
10
20.00 s.d 20.30
Shalat isya berjama'ah, wirid dan do'a
11
20.30 s.d 21.30
Persiapan pelajaran sekolah
12
21.30 s.d 04.30
Istirahat (tidur)
1 2 3
4
5 6 7 8 9
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi 2015
Khairul Wathon -
76
Untuk hari Minggu, anak-anak yatim piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi di isi dengan: (1) kegiatan olahraga seperti lari, badminton, futsal dan sepak bola, (2) kegiatan kesenian seperti musik hadroh, dan (3) kegiatan kebersihan. Sedangkan bimbingan mengkaji kepribadian, melalui sharing antara anak yatim piatu dengan pembimbing dilaksanakan setiap hari di selasela waktu istirahat menjelang waktu ashar pada pukul 14.15 s.d 15.00 WIB. Anak-anak yatim piatu dengan para pembimbing sudah seperti orang tua sendiri, sehingga tidak ada kecanggungan untuk bercerita tentang apa yang dialami. Serta pelaksanaan dzikir serta tafakur bersama dilaksanakan dua minggu sekali.
C. Analisis Pengaruh Bimbingan Agama terhadap Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk mendapatkan data yang akan dilakukan penyebarannya kepada 33 responden, peneliti terlebih dahulu melakukan try out angket yang dibagikan kepada 10 responden unutk menguji validitas dan reliabilitas dari seluruh pernyataan dalam angket. Angket dibagi menjadi dua variabel, yaitu variabel bimbingan agama dan variabel kepercayaan diri anak yatim piatu. Dimana setiap variabel utama tersebut terdiri dari beberapa kisi-kisi pernyataan / indikator.
77
Koefisien validitas pada tabel Item-Total Statistic diatas dapat dilihat dari nilai corrected item-total correlation. Dengan kriteria uji, tolak H0 jika nilai koefisien validitas lebih tinggi dibandingkan dengan 0,3. Berdasarkan tabel diatas item yang memiliki koefisien validitas lebih rendah dibandingkan dengan 0,3 adalah item pertanyaan 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 17, 19, 20, 26, 27, 28, 30, 31, 35, 36, 38, 39, 42, 44, 47, 50, dan 52. Maka dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan tersebut tidak valid. Tabel 5.2 Reliability Statistics Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .512
57
Sumber: Hasil olah data, 2015 Berdasarkan tabel reliability statistic diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien reliabilitas alpha adalah sebesar 0,512. Dengan kriteria uji, item dinyatakan reliabel jika nilai koefisien reliabilitas lebih dari 0,7. Dengan nilai cronbach’s alpha 0,512 (kurang dari 0,7) berdasarkan kaidah Reliabilitas Guilford, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian cukup reliabel.
78
2. Uji Normalitas Tabel 5.3 Blue Print One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Y N Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
X1 33
33
Mean
58.15
24.82
Std. Deviation
4.317
2.518
Absolute
.200
.287
Positive
.145
.103
Negative
-.200
-.287
1.148
1.647
.143
.009
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2015.
Tabel output SPSS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diatas menggambarkan hasil uji normalitas data, yaitu: a. Uji Normalitas Y (Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu) N
: Menunjukkan
jumlah
sampel
yang
diambil dalam penelitian. Dalam hal ini jumlah sampelnya adalah 33 Mean
: menunjukkan nilai rerata dari 33 data yaitu
sebesar
58,15
artinya
rerata
kepercayaan diri anak yatim piatu adalah 58,15 satuan.
79
Std. deviation
: menggambarkan penyimpangan setiap data terhadap reratanya. Penyimpangan data terhadap reratanya adalah sebesar 4,317.
Dengan
demikian
rerata
kepercayaan diri anak yatim piatu dari satu anak ke anak yang lain adalah sebesar 4,317 satuan. Kolmogorov Smirnov-Z
: menunjukkan nilai uji statistik dengan menggunakan
Kolmogorov
Smirnov
(KS). Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai KS adalah sebesar 1,148. Nilai Sig.
: menunjukkan
nilai
digunakan
untuk
normalitas.
H0
probabilitas,
menguji diterima
hipotesis atau
data
berdistribusi normal jika memiliki nilai probabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan 0,05. Kesimpulan
: berdasarkan hasil tabel KS Test diatas dapat diketahui bahwa nilai KS sebesar 1,148 artinya lebih tinggi dibandingkan dengan 0,05. Sesuai dengan kriteria uji
80
diatas, maka H0 diterima yang artinya data
berasal
dari
populasi
yang
sampel
yang
berdistribusi normal. b. Uji Normalitas X1 (Bimbingan Agama) N
: Menunjukkan
jumlah
diambil dalam penelitian. Dalam hal ini jumlah sampelnya adalah 33 Mean
: menunjukkan nilai rerata dari 33 data yaitu
sebesar
24,82
artinya
rerata
bimbingan agama adalah 24,82 satuan. Std. deviation
: menggambarkan penyimpangan setiap data terhadap reratanya. Penyimpangan data terhadap reratanya adalah sebesar 2,518.
Dengan
demikian
rerata
bimbingan agama dari satu anak ke anak yang lain adalah sebesar 2,518 satuan. Kolmogorov Smirnov-Z
: menunjukkan nilai uji statistik dengan menggunakan
Kolmogorov
Smirnov
(KS). Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai KS adalah sebesar 1,647. Nilai Sig.
: menunjukkan
nilai
probabilitas,
81
digunakan
untuk
normalitas.
H0
menguji diterima
hipotesis atau
data
berdistribusi normal jika memiliki nilai probabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan 0,05. Kesimpulan
: berdasarkan hasil tabel KS Test diatas dapat diketahui bahwa nilai KS sebesar 1,647 artinya lebih tinggi dibandingkan dengan 0,05. Sesuai dengan kriteria uji diatas, maka H0 diterima yang artinya data
berasal
dari
berdistribusi normal.
3. Regresi Linier Sederhana Tabel 5.4 Blue Print Variables Entered/Removed Variables Entered/Removed
b
Variables
Variables
Model
Entered
Removed
Method
1
X1
.
Enter
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Olah Data, 2015
populasi
yang
82
Penjelasan: Tabel output Variables Entered/Removed diatas menggambarkan metode yang digunakan dalam proses perhitungan analisis regresi. Berdasarkan tabel tersebut, metode yang digunakan dalam analisis regresi ini adalah metode enter. Tabel 5.5 Blue Print Model Summary Model Summary
Model 1
R .150
R Square a
.023
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
-.010
4.317
a. Predictors: (Constant), X1
Sumber: Hasil Olah Data, 201
Penjelasan: R menunjukkan koefisien korelasi antara variabel X secara keseluruhan dengan Y. berdasarkan Tabel Model Summary diatas hubungan antara variabel X1 (Bimbingan Agama) secara keseluruhan dengan Y (Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu) sebesar 0,150. Hubungan tersebut menggambarkan hubungan yang sangat lemah antara bimbingan agama dan kepercayaan diri anak yatim piatu. R Square menunjukkan koefisien determinasi dalam model regresi. Berdasarkan Tabel Model Summary diatas dapat diketahui bahwa kontribusi variabel X1 (Bimbingan Agama) secara bersama-sama terhadap variabel Y
83
(Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu) adalah sebesar 0,023 atau 2,3%. Hal ini menunjukkan bahwa bimbingan agama hanya memberikan kontribusi pengaruh sebesar 2,3% (dua koma tiga persen) terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu, sedangkan sisanya 97,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Adjusted R Square menunjukkan nilai koefisien determinasi untuk regresi berganda. Karena dalam hal ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana, maka nilai Adjusted R Square tidak digunakan dalam analisis ini. Std. Error menunjukkan nilai estimasi rentang interval koefisien determinasi pada populasi. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai standar deviasi dalam analisis ini sebesar 4,317. Artinya jika penulis mengestimasi nilai koefisien determinasi populasinya maka nilainya berada pada rentang 0,01 ± 4,317. Tabel 5.6 Blue Print Anova b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
12.910
1
12.910
Residual
559.090
30
18.636
Total
572.000
31
a. Predictors: (Constant), X1 b. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Olah Data, 2015
F
Sig. .693
.412
a
84
Tabel output SPSS ANOVA diatas menggambarkan hasil uji F statistik. Uji F statistik digunakan untuk menguji signifikasi hipotesis simultan. Karena dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Sehingga pengujian dengan menggunakan F statistik tidak digunakan dalam analisis ini. Tabel 5.7 Blue Print Coefficients Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) X1
Std. Error 64.273
7.576
-.253
.304
Coefficients Beta
t
-.150
Sig.
8.484
.000
-.832
.412
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Olah Data, 2015
Penjelasan: B menunjukkan koefisien regresi, dimana nilai koefisien regresi menggambarkan perubahan nilai Y yang diakibatkan oleh variabel X. Berdasarkan tabel output coefficients diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien regresi untuk variabel X1 (Bimbingan Agama) adalah -0,253. Hal ini menunjukkan adanya penurunan kepercayaan diri anak yatim piatu dengan semakin bertambahnya bimbingan agama. Walaupun pengaruh dari koefisien regresi ini kecil, namun menunjukkan adanya anomali semakin tinggi (sering) bimbingan agama semakin rendah kepercayaan diri anak yatim piatu. Hal ini
85
mungkin disebabkan karena belum intensifnya bimbingan agama yang diberikan oleh yayasan. Dengan nilai koefisien regresi tersebut regresi, yaitu
didapat model persamaan
dengan interpretasi sebagai berikut:
a. Dalam persamaan regresi tersebut, Y adalah kepercayaan diri anak yatim piatu dan X1 adalah bimbingan agama. b. Nilai konstanta sebesar 64,273 menunjukkan bahwa jika bimbingan agama adalah nol, maka nilai kepercayaan diri adalah 64,273. c. Nilai koefisien regresi bimbingan agama adalah -0,253 menunjukkan bahwa setiap penurunan bimbingan agama 1 satuan, maka akan meningkatkan kepercayaan diri anak yatim piatu sebesar 0,253. Koefisien yang bernilai negatif artinya terjadi pengaruh negatif antara bimbingan agama dan kepercayaan diri anak yatim piatu. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, semakin meningkatnya bimbingan agama maka kepercayaan diri akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Std. Error menunjukkan nilai estimasi (estimasi) interval untuk koefisien regresi b, berdasarkan tabel output coefficient diatas dapat diketahui nilai std. error adalah sebesar 7,576, sedangkan nilai std.error untuk variabel X1 adalah sebesar 0,304. Beta menunjukkan nilai koefisien regresi yang sudah distandarisasi yakni sebesar -0,150.
86
T menggambarkan statistik uji untuk menguji koefisien regresi. Dengan kriteria uji, tolak H0 jika nilai thitung lebih tinggi daripada ttabel. Dalam tabel 5.6 tersebut menunjukkan nilai thitung sebesar 0,832. Dapat dilihat pada tabel statistik pada tingkat signifikansi 0,025 dengan df (33-2)= 31, maka diperoleh hasil untuk ttabel sebesar 2,042 Berdasarkan hasil tersebut, thitung lebih kecil dari ttabel (0,832 < 2,042), maka Ha ditolak, H0 ditolak, artinya bahwa bimbingan agama secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu. Sig. menggambarkan statistik uji untuk menguji koefisien regresi. Memiliki fungsi yang sama dengan thitung. Dengan kriteria uji, tolak H0 jika nilai sig. (probabilitas) lebih rendah dibandingkan 0,05. Berdasarkan signifikansi dalam tabel tersebut X1 memiliki nilai signifikansi sebesar 0,412 yakni lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian H0 diterima, yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu. Kesimpulan: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS, dapat diketahui bahwa bimbingan agama secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu yang signifikan.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Program bimbingan agama bagi anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok adalah dengan menggunakan materi berupa bimbingan mengaji dan mengkaji Al-Qur’an dan kitab kuning dengan metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode diskusi kelompok. Serta bimbingan mengkaji kepribadian dengan menggunakan metode konseling. 2. Bimbingan agama hanya memberikan kontribusi pengaruh sebesar 2,3% (dua koma tiga persen) terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok, sedangkan sisanya 97,7% (sembilan puluh tujuh koma tujuh persen) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah dilaksanakan. Peneliti memiliki beberapa saran, baik untuk para praktisi maupun akademisi adalah sebagai berikut: 1.
Untuk para praktisi dalam hal ini pembimbing agama anak yatim piatu secara umum, khususnya pembimbing agama di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan
87
88
negatif antara kepercayaan diri dengan bimbingan agama, hal ini menunjukkan bahwa kurangnya intensitas bimbingan agama yang membentuk kepercayaan diri anak yatim piatu. Hal tersebut sebaiknya dibenahi semaksimal mungkin oleh para pembimbing atau mentor dengan menjadikan bimbingan agama sebagai alat untuk mendongkrak kepercayaan diri anak yatim piatu. Misalnya dengan menambahkan kegiatan bermuatan bimbingan agama dan juga melatih kepercayaan diri mereka seperti Muhadharah, yaitu secara bergantian berpidato atau ceramah agama di depan teman-temannya. 2.
Untuk para akademisi, baik pihak BPI - FDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun
akademisi
lainnya.
Pembahasan
dalam
penelitian
ini
dapat
ditindaklanjuti lebih lanjut dengan melakukan penelitian pada objek penelitian yang berskala lebih besar, dalam artian bukan hanya di satu yayasan yatim piatu. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahasan kajian penelitian Ilmu Sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin dan Kartikawati. Materi Pokok Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam , 1995. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Golden Terayon Press, 1982.
PT.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Bandura (dalam Afianti, "Peningkatan Kepercayaan Diri Melalui Konseling"), Jurnal Psikologi, diakses pada 22 Maret 2015 dari http://www.jurnalpsikologikepercayaandiri/html. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada Media Group, 2010. Daradjat, Zakiah. Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang, 1974. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Bandung: Gema Risalah Press, 1992. Departemen Sosial. Bimbingan Kesejahteraan Keluarga dan Masyarakat, Jakarta: Direktorat Jenderal Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Masyarakat, 1973. Dewan Redaksi. Ensiklopedi Islam. Cet. Ke-3. Jakarta: Ikhtiar Van Hoven, 1999. Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press, 2001. Farid, Imam Sayuti, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah, Surabaya : Fakultas Dakwah IAIN Surabaya , 1997.
89
90
Goel, M. “Comparative Study of Single Child and Child with Sibling”. Terjemah dari Anggarwal P. International Journal of Research in Social Sciences, 4 (2). Hady, Asian. Pengantar Filsafat Agama. Jakarta: Rajawali Press. 1986. Hafiz, M.Nur Abdul. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Cet. Ke-2. Bandung: Mizan, 1997. Hakim, Thursan. "Pengembangan Diri", Liberty, diakses pada tanggal 22 Maret 2015 dari http://id.wikepedia/yatim piatu Iqbal, Muhammad. "Apa Itu Regresi, Regresi Linier, Analisis Asosiatif Kausalitas", diakses pada 25 Juni 2015 dari http://dosen.perbanas.id/regresi/ J. Supranto. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kamus Versi Online/ darling (Dalam Jaringan)”, diakses pada 29 Juni 2015 dari http://kbbi.web.id/diri-2 Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kamus Versi Online/ darling (Dalam Jaringan)”, diakses pada 29 Juni 2015 dari http://kbbi.web.id/awas Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kamus Versi Online/ darling (Dalam Jaringan)”, diakses pada 29 Juni 2015 dari http://kbbi.web.id/nasihat Kutha Ratna, Nyoman. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Laili Prihatini, Rini. Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluh Sosial Keagamaan. Jakarta: UIN Jakarta, 2014. Latipun. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press, 2006. Lauster, P. Personality Test: Tes Kepribadian. Terjemah dari D. H Gulo. Jakarta: Bumi Aksara, 2012 Mahali, Mujab. Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al Qur'an, Cet. Ke-1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Musnamar, Thohari, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami, Jakarta: UII Press, 1992.
91
Nickerson, A. B., & Nagle, R. J. (2005). "Parent and Peer Attachment in Late Childhood and Early Adolescense". The Journal of Early Adolescence, no. 25 (2). Noom, M. J., Decovic, M., & Meeus, W. (2001). “Conceptual Analysis and Measurement of Adolescent Autonomy”. Journal of Youth and Adolescence, 30 (5). Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52 Tahun 2009 tentang “Metode Penyuluhan Pertanian”, diakses pada 25 Juni 2015 dari www.pertanian.go.id Perry, Martin. Confidence Booster: Pedongkrak Kepercayaan Diri. Terjemah dari Aditya Suharmoko. Jakarta: Erlangga, 2006. Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Cet. Ke-3 Purwanti “Karakteristik Anak”, diakses pada 25 september 2015 Pkl 13.00 WIB dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/KARAKTERISTIK/html. Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994. Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Rokhim Faqih, Ainul. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press. 2001. Santosa, Perdana Wahyu dan Ayat Hidayat. Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ekonomi. Jakarta: Gramedia, 2011. Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elek Media Komutindo, 2004. Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfa Beta, 2001. Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Bandung: Teknik Tarsito, 1982.
92
Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance and Counseling). Bandung: CV. Ilmu, 1975. Thoha, Chabib. Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1996. W.J.S., Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Wijaya, Juhana. Psikologi Bimbingan. Bandung: Enerco. 1983. Wijaya, Tony. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2009. Yusuf LN, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2000. Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986.
94
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Untuk pengisian identitas responden, Saudara/i silahkan mengisi pilihan yang tersedia dengan melingkari (O) nomor pada jawaban yang sesuai dengan Anda. Misalnya, Anda ingin menjawab usia saat ini 9 tahun, maka anda dapat melingkari angka 1. ≤ 10 tahun.
Berikutnya terdapat beberapa pernyataan, baca dan pahami daik-baik setiap pernyataan. Saudara/i diminta untu mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Saudara/i, dengan cara memberi tanda (√) pada salah satu dari empat pilihan yang tersedia pada kolom bagian kanan.
Jika jawaban Saudara/i: Sangat Tidak Setuju, beri tanda (√) pada kolom STS Tidak Setuju, beri tanda (√) pada kolom TS Setuju, beri tanda (√) pada kolom S Sangat Setuju, beri tanda (√) pada kolom SS
Contoh:
Jika anda menjawab setuju
No 1.
Pernyataan
STS
Saya fokus pada tujuan saya
TS
S
SS
√
Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan, seluruh jawaban adalah benar selama itu sesuai dengan diri saudara.
95
IDENTITAS KARAKTERISTIK RESPONDEN : 1. ≤ 10 tahun
Usia
2. > 10 tahun Jenis Kelamin
: 1. Laki-laki 2. Perempuan
Pendidikan
: 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Sarjana
Lama bergabung dg Yayasan
: 1. 1 - 2 tahun 2. 3 – 4 tahun 3. > 4 tahun
Menetap di ...
: 1. Yayasan 2. Rumah
Lokasi Rumah
: 1. Dekat yayasan (daerah kota Depok) 2. Jauh dari yayasan
Kondisi
: 1. Yatim 2. Piatu 3. Yatim Piatu 4. Tidak Mampu
Prestasi
: 1. Sekolah
2. Yayasan
3. Keduanya
4. Tidak Keduanya
Aktif Organisasi
: 1. Sekolah
2. Yayasan
3. Keduanya
4. Tidak Keduanya
Ekstrakulikuler
: 1. Sekolah
2. Yayasan
3. Keduanya
4. Tidak Keduanya
Aktif tampil
: 1. Sekolah
2. Yayasan
3. Keduanya
4. Tidak Keduanya
I. Bimbingan Agama No
Pernyataan
1.
Saya rutin menghadiri pengajian yang diadakan yayasan
2.
Saya merasa semangat mengikuti pengajian yang diadakan yayasan
3.
Saya merasakan manfaat dari ilmu yang saya dapat dari pengajian yang diladakan di yayasan
4.
Saya merasa mudah menyerap ilmu yang disampaikan dalam pengajian di yayasan
5.
Saya merasa lebih percaya diri setelah mengikuti pengajian yang diadakan oleh yayaasan
STS
TS
S
SS
96 6.
Saya mengikuti pengajian yayasan karena kemauan saya sendiri
7.
Saya mersa lebih berani tampil di depan umum setelah mengikuti acara pengajian yayasan
8.
Saya merasa bosan mengikuti pengajinan yang diadakan oleh yayasan
9.
Saya membutuhkan metode (cara) baru untuk pengajian di yayasan
10.
Saya merasa pembimbing pengajian di yayasan peduli dengan saya
11.
Saya merasa pembimbing di yayasan peduli kepada saya
12.
Saya menyukai cara pembimbing di yayasan membimbing saya
13.
Saya merasa mudah memahami nasehat pembimbing yayasan
14.
Saya merasa diri saya tidak lebih unggul dibanding teman-teman
15.
Saya merasa belum memiliki tempat untuk berbagi cerita
16.
Saya merasa salah satu pembimbing yayasan sudah seperti keluarga
17.
Saya merasa nyaman berada di lingkungan yayasan
18.
Saya menaati setiap nasihat pembimbing yayasan
19.
Saya merasa malu untuk bercerita dengan pembimbing yayasan
20.
Saya merasa selama di yayasan mendapatkan bimbingan agama
II. Kepercayaan Diri 21.
Saya tidak takut mengatakan ’tidak’ kepada orang lain karena mereka tidak akan menyukai saya
22.
Saya tidak setuju dengan semua orang hanya karena ingin diterima
23.
Saya memberikan celah bagi diri sendiri untuk melakukan kesalahan
24.
Saya memaafkan diri sendiri untuk kesalahan yang saya perbuat
25.
Saya sering berfikir ”saya cukup baik”
26.
Saya sering membandingkan diri dengan orang lain
27.
Saya merasa bersalah jika tergoda melakukan sesuatu yang saya inginkan
28.
Saya tidak takut dengan gagasan baru untuk mencapai kesuksesan
29.
Saya mudah membuat keputusan
30.
Saya tidak merasa bersikap terlalu keras pada diri sendiri
31.
Saya tidak mengkhawatirkan anggapan orang jika saya gagal
32.
Saya tidak menganggap diri sebagai orang gagal jika melakukan sesuatu dan gagal
33.
Saya tidak merasa dipaksa untuk sukses
34.
Saya lebih memilih mencoba walaupun gagal
35.
Saya menerima kesempatan dan tantangan baru tanpa takut gagal
36.
Saya harus sukses walaupun harus memenuhi ekspektasi (target)
97 yang tinggi 37.
Ego saya berani untuk mengambil risiko tanpa takut gagal
38.
Saya tidak mengacuhkan naluri yang mendorong saya mencoba sesuatu yang baru
39.
Saya tidak memikirkan kegagalan terlebih dahulu
40.
Saya dapat berbicara dengan lancar dalam situasi sosial
41.
Saya sulit melupakan nama orang
42.
Saya mudah memulai pembicaraan
43.
Saya menganggap penting obrolan ringan dangkal
44.
Saya tidak takut dianggap ikut campur jika terlalu banyak bertanya
45.
Saya tidak mengkhawatirkan anggapan orang lain terhadap saya
46.
Saya merasa nyaman di hadapan orang yang tidak dikenal
47.
Saya merasa nyaman membagi minat saya dengan orang lain
48.
Saya tidak berhenti mengikuti berita terbaru
49.
Saya tidak gelisah saat mengetahui akan tampil dii depan orang lain
50.
Saya berusaha i tampil atau berbicara di depan umum
51.
Saya merasa nyaman saat semua mata memandang saya saat berbicara di depan
52.
Saya tidak khawatir akan mempermalukan diri sendiri di depan orang lain
53.
Saya tidak khawatir orang lain mengkritik saya bila saya tampil di depan umum
54.
Saya tidak takut orang lain akan melihat saya takut dan rapuh
55.
Saya tidak khawatir akan kehabisan kata-kata saat berbicara di depan umum
56.
Saya tidak akan merasa kehilangan harga diri jika saat berbicara di depan umum tidak efektif
57.
Saya tidak khawatir orang lain mengajukan pertanyaan yang saya tidak bisa jawab.
LAMPIRAN Tabel 3.3 Konstruksi Instrumen Penelitian Variabel
Dimensi
Bimbingan Agama
Bimbingan Formal
Butir-Butir Pernyataan Saya rutin menghadiri pengajian yang diadakan yayasan Saya merasa semangat mengikuti pengajian yang diadakan yayasan Saya merasakan manfaat dari ilmu yang saya dapat dari pengajian yang diladakan di yayasan Saya merasa mudah menyerap ilmu yang disampaikan dalam pengajian di yayasan Saya merasa lebih percaya diri setelah mengikuti pengajian yang diadakan oleh yayaasan Saya mengikuti pengajian yayasan karena kemauan saya sendiri Saya merasa lebih berani tampil di depan umum setelah mengikuti acara pengajian yayasan Saya merasa bosan mengikuti pengajinan yang diadakan oleh yayasan Saya membutuhkan metode (cara) baru untuk pengajian di yayasan Saya merasa pembimbing pengajian di yayasan peduli dengan saya
Bimbingan Non Formal
Saya merasa pembimbing di yayasan peduli kepada saya Saya menyukai cara pembimbing di yayasan membimbing saya Saya merasa mudah memahami nasehat pembimbing yayasan Saya merasa diri saya tidak lebih unggul dibanding teman-teman Saya merasa belum memiliki tempat untuk berbagi cerita Saya merasa salah satu pembimbing yayasan sudah seperti keluarga Saya merasa nyaman berada di lingkungan yayasan Saya menaati setiap nasihat pembimbing yayasan Saya merasa malu untuk bercerita dengan pembimbing yayasan Saya merasa selama di yayasan mendapatkan bimbingan agama
Kepercayaan Diri
Academic
Saya merasa memiliki keunggulan (prestasi) di bidang akademik Saya yakin akan berhasil dengan prestasi akademik yang saya miliki Saya berusaha untuk mencapai prestasi akademik terbaik Saya berhasil karena intelektual akademik yang saya miliki Saya akan tampil maksimal di depan umum dengan kemampuan intelektual yang saya miliki
Apperance
Saya memiliki penampilan fisik yang mendukung kepercayaan diri saya
98
Saya memiliki penampilan fisik yang lebih unggul dibanding orang lain Saya merasa bangga dengan fisik yang saya miliki Saya tampil maksimal di depan umum karena penampilan fisik saya yang mendukung Saya merasa nyaman saat semua mata memandang saya karena penampilan yang mendukung Athletics
Saya bangga dengan prestasi bidang olah raga yang saya miliki Saya akan berhasil di bidang olah raga Saya percaya diri saat tampil di bidang olah raga Saya berhasil karena didukung dengan kemampuan olah raga yang saya miliki Saya merasa semakin bersemangat olah raga saat banyak orang yang menonton
Romantic
Saya merasa supel dalam bergaul Saya merasa mudah mendapatkan teman Saya percaya diri saat memulai sebuah perkenalan Saya memiliki prestasi karena sifat mudah bergaul yang saya miliki Saya mudah berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain
Social
Saya tidak canggung saat bertemu dengan teman baru Saya merasa nyaman di lingkungan baru Saya merasa nyaman di sekitar orang banyak yang belum saya kenal Saya akan sukses karena saya mudah menyesuaikan diri Saya mampu mendominasi saat bekerjasama dengan orang lain
Speaking
Saya memiliki kemampuan yang baik dalam berbicara di depan umum Saya mampu menyampaikan isi pikiran saya dengan baik Saya tidak khawatir orang lain mengkritik saya bila saya tampil di depan umum Saya tidak khawatir akan kehabisan kata-kata saat berbicara di depan umum Saya tidak khawatir orang lain mengajukan pertanyaan yang saya tidak bisa jawab.
General
Saya tidak menganggap diri sebagai orang gagal jika melakukan sesuatu dan gagal Saya lebih memilih mencoba walaupun gagal Saya menerima kesempatan dan tantangan baru tanpa takut gagal Saya yakin akan sukses dengan kemampuan yang saya miliki
Mood
Saya tidak mengkhawatirkan anggapan orang lain jika saya gagal Saya memaafkan diri sendiri untuk kesalahan yang saya perbuat Saya tidak mengkhawatirkan anggapan orang lain terhadap saya
Sumber: Data Olahan, 2015 99
100
LAMPIRAN DATA KUESIONER RESPONDEN Butir/ No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3
2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3
3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4
4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 2 4
5 4 4 4 3 3 4 3 4 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 3 4 4 2 3 4 4 4 4 4 3 3
6 4 4 3 3 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 1
7 3 3 3 3 3 3 4 4 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 1 3 3 4 1 3 3 3 3 3 3 3
8 2 1 2 2 1 1 1 1 1 4 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 4 2 1 1 4 2 1 2 1 2 2 1
9 3 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 2 3 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 2 3 2 3 4 3
10 4 2 3 3 4 1 4 4 4 4 3 2 4 2 3 3 4 1 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 2 3 3 4
11 4 2 3 3 3 1 3 4 4 4 3 2 4 2 3 3 3 1 3 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 2 3 3 3
12 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3
13 3 4 2 2 3 3 3 3 3 2 2 4 3 4 2 2 3 3 3 3 3 2 2 4 3 2 2 4 3 4 2 2 3
14 3 2 3 3 1 3 2 2 1 3 2 3 2 3 3 1 3 2 2 1 3 2 2 1 3 2 3 2 3 3
15 3 1 2 2 2 3 4 1 1 2 2 1 3 1 2 2 2 3 4 1 1 2 2 1 1 2 2 1 3 1 2 2 2
101 Butir/ No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
16 4 2 3 2 4 4 4 3 2 3 2 2 4 2 3 2 4 4 4 3 2 3 2 2 2 3 2 2 4 2 3 2 4
17 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3
18 4 4 2 3 4 4 2 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4
19 3 1 3 3 1 3 3 3 4 3 1 3 1 3 3 1 3 3 3 4 3 1 3 4 3 1 3 1 3 3
20 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3
21 3 1 2 2 1 1 3 2 1 2 2 1 3 1 2 2 1 1 3 2 1 2 2 1 1 2 2 1 3 1 2 2 1
22 2 4 3 1 2 2 3 2 2 2 1 4 2 4 3 1 2 2 3 2 2 2 1 4 2 2 1 4 2 4 3 1 2
23 3 4 3 2 3 3 3 3 1 3 2 4 3 4 3 2 3 3 3 3 1 3 2 4 1 3 2 4 3 4 3 2 3
24 1 4 3 2 4 4 3 2 1 3 2 4 1 4 3 2 4 4 3 2 1 3 2 4 1 3 2 4 1 4 3 2 4
25 3 2 3 3 4 4 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 4 4 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 4
26 3 2 3 4 1 2 3 3 2 2 4 2 3 2 3 4 1 2 3 3 2 2 4 2 2 2 4 2 3 2 3 4 1
27 3 4 3 3 1 3 3 4 3 1 3 4 3 4 3 3 1 3 3 4 3 1 3 4 3 1 3 4 3 4 3 3 1
28 3 1 3 3 3 1 2 1 2 3 3 1 3 1 3 3 3 1 2 1 2 3 3 1 2 3 3 1 3 1 3 3 3
29 3 1 2 3 3 2 2 2 2 3 3 1 3 1 2 3 3 2 2 2 2 3 3 1 2 3 3 1 3 1 2 3 3
30 3 2 3 2 2 2 3 4 4 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 4 4 2 2 2 4 2 2 2 3 2 3 2 2
102
Butir/ No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
31 4 4 3 3 3 3 1 2 2 3 4 4 4 3 3 3 3 1 2 2 3 4 2 2 3 4 4 4 3 3
32 1 3 2 2 3 1 1 2 3 4 2 3 1 3 2 2 3 1 1 2 3 4 2 3 3 4 2 3 1 3 2 2 3
33 1 2 2 1 1 1 1 1 3 3 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 3 3 1 2 3 3 1 2 1 2 2 1 1
34 2 1 2 2 3 3 3 2 3 2 2 1 2 1 2 2 3 3 3 2 3 2 2 1 3 2 2 1 2 1 2 2 3
35 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1
36 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
37 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2
38 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3
39 2 2 2 3 3 4 3 2 4 2 3 2 2 2 2 3 3 4 3 2 4 2 3 2 4 2 3 2 2 2 2 3 3
40 3 1 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 3 1 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 3 2 2 1 3 1 3 2 2
41 1 2 3 2 2 2 2 1
42 3 2 3 2 2 2 1 2
2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1
3 2 2 3 2 3 2 2 2 1 2
2 2 2
3 2 2
2 2 2 1 2 3 2 2
3 2 2 3 2 3 2 2
43 2 3 2 3 1 1 1 2 2 1 3 3 2 3 2 3 1 1 1 2 2 1 3 3 2 1 3 3 2 3 2 3 1
44 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3
45 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 2 2 3 3
103 Butir/ No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
46 3 2 3 3 4 4 4 3 1 3 3 2 3 2 3 3 4 4 4 3 1 3 3 2 1 3 3 2 3 2 3 3 4
47 2 2 3 3 4 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 4
48 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2
49 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 1 2 1 3 3 3
50 2 1 3 3 1 3 2 1 4 4 3 1 2 1 3 3 1 3 2 1 4 4 3 1 4 4 3 1 2 1 3 3 1
51 3 1 2 3 4 3 2 2 2 2 3 1 3 1 2 3 4 3 2 2 2 2 3 1 2 2 3 1 3 1 2 3 4
52 4 4 2 3 4 4 3 2 4 2 3 4 4 4 2 3 4 4 3 2 4 2 3 4 4 2 3 4 4 4 2 3 4
53 2 1 2 2 4 3 3 3 4 2 2 1 2 1 2 2 4 3 3 3 4 2 2 1 4 2 2 1 2 1 2 2 4
54 4 1 2 2 1 3 3 2 2 3 2 1 4 1 2 2 1 3 3 2 2 3 2 1 2 3 2 1 4 1 2 2 1
55 3 2 2 3 2 3 3 2 1 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 1 2 3 2 1 2 3 2 3 2 2 3 2
56 2 4 3 2 3 3 3 3 4 2 2 4 2 4 3 2 3 3 3 3 4 2 2 4 4 2 2 4 2 4 3 2 3
57 2 2 3 3 3 4 4 3 2 1 3 2 2 2 3 3 3 4 4 3 2 1 3 2 2 1 3 2 2 2 3 3 3
104104
LAMPIRAN
105
Tabel 5.2 Blue Print Item-Total Statistics Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
pert_1
147.88
63.839
-.702
.423
pert_2
147.25
60.500
-.099
.392
pert_3
147.50
57.714
.246
.363
pert_4
147.88
56.696
.300
.353
pert_5
147.62
60.839
-.137
.396
pert_6
147.50
62.571
-.220
.428
pert_7
148.00
55.429
.269
.346
pert_8
149.38
63.696
-.285
.438
pert_9
147.62
59.411
.003
.386
pert_10
147.75
54.500
.241
.344
pert_11
148.00
57.714
.070
.378
pert_12
147.75
58.214
.222
.367
pert_13
148.12
62.125
-.251
.411
pert_14
148.75
53.357
.452
.319
pert_15
148.75
47.643
.790
.241
pert_16
147.75
50.214
.716
.275
pert_17
147.62
57.411
.296
.359
pert_18
147.50
64.286
-.401
.434
pert_19
148.38
55.982
.182
.358
pert_20
147.50
56.571
.142
.365
pert_21
149.12
52.125
.596
.301
pert_22
148.75
65.071
-.410
.445
pert_23
148.00
63.714
-.469
.425
pert_24
148.12
68.696
-.534
.482
pert_25
148.12
53.554
.471
.320
pert_26
148.50
57.143
.143
.367
106
pert_27
148.25
63.643
-.269
.441
pert_28
148.88
55.268
.254
.347
pert_29
148.62
55.411
.364
.341
pert_30
148.50
56.571
.251
.355
pert_31
148.12
58.411
.040
.383
pert_32
148.88
73.839
-.781
.520
pert_33
149.62
67.696
-.674
.464
pert_34
148.75
53.071
.624
.310
pert_35
149.75
58.214
.222
.367
pert_36
149.00
60.000
.000
.383
pert_37
149.00
64.857
-.597
.435
pert_38
148.12
58.411
.271
.368
pert_39
148.38
56.839
.232
.358
pert_40
148.75
50.786
.865
.278
pert_41
149.25
62.214
-.333
.409
pert_42
148.88
62.125
-.251
.411
pert_43
149.25
66.786
-.523
.460
pert_44
148.25
59.357
.060
.380
pert_45
148.00
53.714
.766
.314
pert_46
147.75
53.071
.624
.310
pert_47
148.12
56.696
.207
.359
pert_48
148.62
65.125
-.646
.437
pert_49
148.88
56.411
.330
.350
pert_50
148.88
60.696
-.112
.412
pert_51
148.50
53.143
.445
.317
pert_52
147.75
58.214
.074
.377
pert_53
148.50
53.714
.400
.325
pert_54
148.62
50.839
.531
.291
pert_55
148.50
54.571
.651
.325
pert_56
148.25
65.071
-.488
.440
pert_57
148.25
53.643
.349
.328
107