STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA DI KALIANDA LAMPUNG SELATAN SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Kom.I)
Oleh: AYU SAIDAH NIM:107051002603
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1433 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu penyataan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Mei 2011
Ayu Saidah
ABSTRAK Ayu Saidah 107051002603 Strategi Komunikasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPP&KB) di Lampung Selatan. Penduduk Indonesia terus bertambah dari waktu ke waktu. Hal ini menjadi suatu masalah besar bagi Indonesia karena jika terjadi ledakan jumlah penduduk, ini akan berdampak luas terhadap penyediaan anggaran dan fasilitas kesehatan, pendidikan, serta ketersediaan pangan. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang KB. Program KB merupakan salah satu usaha penanggulangan masalah kependudukan. Berdasarkan hal tersebut, skripsi ini membahas strategi komunikasi dalam tingkat komunikasi organisasi, komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mensosialisasikan program Keluarga Berencana di Kalianda Lampung Selatan. Dan bentuk komunikasi apa yang dominan digunakan agar program KB tersebut dapat sampai ke masyarakat. Dalam penulisan skripsi ini, metodologi yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya mengenai langkah-langkah strategi komunikasi BPP&KB, dan melakukan wawancara langsung kepada pihak-pihak yang dapat memberikan informasi diantaranya adalah, dengan Bapak Wagimin selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis, Muhammad Shaidi selaku anggota Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana, kemudian mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasi data kegiatan BPP&KB. Teori yang digunakan adalah teori Individual Develomment dan Strategi Manajemen (Pengembangan individu dan pengendalian organisasi dengan baik) pada Komunikasi Organisasi. Strategi Kelompok Belajar (pertukaran informasi dua arah, dan anggota kelompok belajar adalah kontributor dan penerima pengetahuan) pada Komunikasi Kelompok, dan Strategi Katalisator dan Wortel Terayun (memberikan informasi yang menguntungkan dan memberikan imbalan dan kepuasan kepada komunikan) pada Komunikasi Antarpribadi. Strategi komunikasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mensosialisasikan program KB pada tingkat organisasi dengan Pengembangan Tim Petugas, Pengembangan Tim di Masyarakat penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan, dan analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan. Pada tingkat kelompok dengan pelatihan Bina Keluarga Balita, Remaja dan Lansia. Pada tingkat komunikasi antar pribadi dengan penyuluhan, memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat mengenai masalah KB, memberikan pil KB gratis, dan pemasangan alat kontransepsi dengan harga terjangkau. Bentuk komunikasi yang dominan adalah komunikasi antar pribadi karena pesan yang disampaikan dapat langsung diterima oleh masyarakat.
KATA PENGANTAR
Bismilllahirrahmanirrahmin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat, diantaranya nikmat iman, islam, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa pula penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Skripsi ini tidak akan bisa terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan serta kontribusi dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada orang tua penulis yaitu H.Sufli, S.Ag yang telah banyak membantu penulis memberikan ide, semangat, dan kepada Hj. Heryati yang selalu menemani penulis di saat penelitian skripsi ini. Terima kasih untuk cinta kasih yang tidak pernah berhenti diberikan kepada penulis. penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, serta
Sekertaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Dr. Fatmawati, M. Ag selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan benar. 4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas segala ilmu pengetahuan yang diberikan kepada penulis.
Beserta seluruh staff akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Fauziah selaku ketua Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan. 6. Kepala Unit Pelaksana Teknis Bpk. Wagimin dan seluruh anggota Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian dan diikut sertakan dalam setiap kegiatan sosialisasi KB. 7. Robiatul Adawiyah dan M.Iqbal Alghifari kakak dan adik penulis yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Sufyan Sidqy yang telah banyak memberikan masukan, kritikan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman seperjuangan KPI 2007 yang telah banyak memberikan inspirasi, motivasi dan pengalaman berharga bagi penulis selama masa kuliah. Akhirnya, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, karena terbatasnya ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar skripsi ini bisa menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap semoga Allah swt, memberikan balasan yang lebih dari semua pihak pada umumnya. Ciputat, April 2011
Ayu Saidah
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR………………………………………………………...
ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... iv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………..………………..…………… 1 B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah...…..……………. 4 C. Tujuan Penelitian…………………... ……………………………..5 D. Manfaat Penelitian………………..………………………………..6 E. Tinjauan Pustaka…………….……………………………………..6 F. Metodologi Penelitian……….……………………………………..8 G. Sistematika Penulisan……….……………………………………13
BAB II
KAJIAN TEORI A. Konseptualisasi Strategi dan Teori Strategi Komunikasi.……….14 B. Konseptualisasi Komunikasi.…………………………………….27 C. Pengertian Sosialisasi dan Media Komunikasi..............................31 D. Konseptualisasi Program Keluarga Berencana ….………………33
BAB III GAMBARAN UMUM BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA (BPP & KB) LAMPUNG SELATAN
A. Sejarah Pembentukan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana………………………………………………37 B. Tugas Pokok dan Fungsi…………………………………………39 C. Sumber Daya Manusia…………………………………………...40 D. Sarana dan Prasarana……………………………………………..41 E. Visi dan Misi……………………………………………………..42 F. Tujuan dan Sasaran………………………………………………44 G. Program dan Rencana Kinerja Tahunan…………………………47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Strategi Komunikasi di Tingkat Komunikasi Organisasi………...56 B. Strategi Komunikasi di Tingkat Komunikasi Kelompok……...…63 C. Strategi Komunikasi dalam Tingkat Komunikasi Antar Pribadi…69 D. Bentuk Komunikasi Dominan digunakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana…………….75 E. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mensosialisasikan Program Keluarga Berencana…………………………………….78
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan………….……………………………………………84 B. Saran………………...……………………………………………85
DAFTAR PUSTAKA……..……………………………………………………87
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2010, jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus adalah sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun. Distribusi penduduk Indonesia antara lain adalah: Pulau Jawa 57,49%, Pulau Sumatra 21,31%, Pulau Sulawesi 7,31%, Pulau Kalimantan 5,80%, Nusa Tenggara 5,50%, Papua dan Maluku 2,60%.1 Penduduk Indonesia terus bertambah dari waktu ke waktu. Ketika pemerintah Hindia Belanda mengadakan sensus penduduk tahun 1930 penduduk nusantara adalah 60,7 juta jiwa. Pada tahun 1961, ketika sensus penduduk pertama setelah Indonesia merdeka, jumlah penduduk sebanyak 97,1 juta jiwa. Pada tahun 1971 penduduk Indonesia sebanyak 119,2 juta jiwa, tahun 1980 sebanyak 146,9 juta jiwa, tahun 1990 sebanyak 178,6 juta jiwa, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, dan pada tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa.2 Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Selatan melansir jumlah penduduk di kabupaten setempat. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 yang dilakukan 1 – 31 Mei lalu, jumlah penduduk sementara di kabupaten paling selatan 1
Hasil sensus penduduk 2010 Data Agregat per Provinsi, artikel diakses pada 11 Januari 2011 dari http://www.bps.go.id/65tahun/SP2010_agregat_data_perProvinsi.pdf. 2 Ibid.,
1
di Provinsi ini sebanyak 909.989 jiwa. Dengan rincian 468.445 laki-laki dan 441.544 perempuan. Jumlah penduduk tersebut naik sekitar 113.123 jiwa dari jumlah Sensus Penduduk yang dilaksanakan pada tahun 2000 lalu dengan jumlah penduduk mencapai 796.866 jiwa.3 Hal ini menjadi suatu masalah besar bagi Indonesia karena berbeda dengan Amerika Serikat yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, tetapi sebagian besar penduduk nya memiliki kualitas yang baik. Saat ini kualitas penduduk Indonesia umumnya masih rendah, tercermin dari tingkat pendidikan mereka dimana hampir 2/3 penduduk berpendidikan dibawah SMP. Kualitas sumber daya manusia Indonesia yang masih sangat rendah ini meningkatkan beban kepada negara karena ledakan jumlah penduduk ini akan berdampak luas terhadap penyediaan anggaran dan fasilitas kesehatan, pendidikan, serta ketersediaan pangan. Ledakan jumlah penduduk ini pun akan berdampak terhadap pemenuhan gizi bayi serta meningkatnya angka pengangguran.4 Pemerintah Indonesia sudah mengambil beberapa macam tindakan untuk mencegah masalah sosial seperti ledakan penduduk yang terjadi pada saat ini. Salah satunya adalah program Keluarga Berencana atau KB. Program KB merupakan salah satu usaha penanggulangan masalah kependudukan, program Keluarga Berencana adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta 3
Jay, “Situs Resmi Radar Lamsel,” artikel diakses pada 27 Desember 2010 dari http://www.radarlamsel.com/berita-utama/523-penduduk-lamsel-909989-jiwa 4 Catherine Maname Uli, “Mari Kita Sukseskan Program Keluarga Berencana,” artikel diakses pada 27 Desember 2010 dari http://catherinemaname.wordpress.com/2009/11/25/mari-kita-sukseskanprogram-keluarga-berencana/
menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia, agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional. Jika tingkat kelahiran diatur dalam tiap-tiap keluarga sedemikian rupa, sehingga jumlah anggota dalam satu keluarga berimbang dengan penghasilan keluarga yang bersangkutan. Maka kemakmuran penduduk terpelihara baik. Sebaliknya jika jumlah anggota keluarga bertambah terus, sedangkan penghasilan tidak bertambah maka kemakmuran penduduk tidak dapat terpelihara dengan baik. 5 Melihat pertumbuhan masyarakat di Lampung Selatan semakin pesat sedangkan penyediaan anggaran dan fasilitas kesehatan, pendidikan, serta ketersediaan pangan dan lain-lainnya masih sangat terbatas, program keluarga berencana perlu diterapkan di daerah ini untuk menekan pertumbuhan masyarakat. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang KB dan pemberdayaan perempuan yang meliputi informasi
dan
pemberdayaan
data
keluarga,
perempuan
dan
keluarga
berencana,
perlindungan
anak
keluarga serta
sejahtera,
melaksanakan
ketatausahaan. Sedangkan strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan
5
Amrah Muslimin, Keluarga Berencana (Pantang Berkala) Aspek Masalah Kependudukan, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1986), h. 17
lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.6 Istilah strategi manajemen sering pula disebut rencana strategis atau rencana jangka panjang perusahaan. Suatu rencana strategis perusahaan menetapkan garis-garis besar tindakan strategis yang akan diambil dalam kurun waktu tertentu ke depan.7 Lalu bagaimanakah sosialisasi program KB yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana agar semua penduduk di Lampung Selatan dapat mengetahui akan pentingnya KB. Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh badan ini agar informasi dapat tersebar menyeluruh di Lampung Selatan. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai
strategi
komunikasi
yang
dilakukan
oleh
Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mensosialisasikan program Keluarga Berencana dan penelitian ini diberi judul “Strategi Komunikasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kalianda Lampung Selatan”.
B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah
6
. Lawrence R. Jauch dan William F. Glueck, Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan (Jakarta: Erlangga, 1988), h. 58. 7 Soleh Soemitrat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 90.
Untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, sekaligus agar terfokus ruang lingkup penelitian, maka penulis membatasi masalah pada strategi komunikasi dalam tingkat komunikasi organisasi, komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mensosialisasikan program Keluarga Berencana di Kalianda Lampung Selatan. 2. Perumusan Masalah Dari batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Strategi komunikasi apa yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam level komunikasi organisasi, komunikasi
kelompok
dan
komunikasi
antar
pribadi
dalam
mensosialisasikan program Keluarga Berencana di Kalianda Lampung Selatan? b. Bentuk komunikasi apa yang Pemberdayaan
Perempuan
dominan digunakan oleh Badan
dan
Keluarga
Berencana
dalam
mensosialisasikan program Keluarga Berencana di Kalianda Lampung Selatan?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui strategi komunikasi dalam level komunikasi organisasi, komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mensosialisasikan program Keluarga Berencana di Kalianda Lampung Selatan. 2. Untuk mengetahui bentuk komunikasi yang dominan digunakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mensosialisasikan program Keluarga Berencana di Lampung Selatan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini akan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan sumbangsih dalam bidang ilmu pengetahuan, menambah khasanah di bidang Dakwah Islam dan Ilmu Sosial, khususnya bidang komunikasi mengenai strategi komunikasi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan bagi para pelaku dalam subjek penelitian mengenai strategi komunikasi yang baik dalam mensosialisasikan suatu program. Selain itu pula penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi organisasi lain yang memiliki program yang akan disosialisasikan kepada masyarakat sehingga dapat mengidentifikasi strategi yang baik untuk dilakukan.
E. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian ini, penulis melakukan pengecekan dengan melihat skripsi di Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan peneliti menemukan ada beberapa skripsi yang membahas tentang strategi komunikasi. Dalam beberapa skripsi yang ditemukan penulis masalah yang diteliti oleh mahasiswa sebelumnya berbeda dengan isi atau konten permasalahan yang penulis teliti. Oleh karena itu, untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti mengakui karya orang lain, maka penulis mempertegas perbedaan antara masing-masing judul masalah yang dibahas pada skripsi sebelumnya dengan judul masalah yang akan diteliti. Skripsi sebelumnya yang membahas tentang strategi komunikasi penulis uraikan sebagai berikut. Skripsi yang pertama adalah skripsi yang ditulis oleh Desi Lestari yang menulis tentang Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar dalam program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta. Persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama membahas mengenai strategi komunikasi yang di dalamnya menjelaskan tentang bentuk dan langkah-langkah yang dilakukan. Sedangkan perbedaannya adalah pada skripsi ini lebih membahas mengenai optimal sosialisasi pita pink.8 Skripsi yang kedua adalah skripsi yang ditulis oleh Ratna Dwi Guna yang menulis tentang Strategi Komunikasi Dinas Kebersihan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam Mensosialisasikan Kesadaran Bersih Lingkungan. Persamaan dari skripsi ini dengan masalah yang penulis teliti terdapat pada
8
Desi Lestari, Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar dalam program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta, Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta, 2008.
kesamaan membahas tentang strategi komunikasi. Sedangkan perbedaannya adalah pada skripsi ini lebih membahas mengenai sosialisasi kebersihan lingkungan.9 Skripsi yang ketiga adalah skripsi yang ditulis oleh M. Dzikril Amin mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2008 dengan judul Strategi Komunikasi Dompet Dhuafa Republika dalam Sosialisasi Zakat. Persamaan dari skripsi ini dengan masalah yang penulis teliti adalah pada kesamaan yang membahas tentang strategi komunikasi. Sedangkan perbedaannya adalah pada skripsi ini lebih membahas mengenai sosialisasi zakat dan menekankan pada target zakat itu sendiri.10 Sedangkan skripsi yang akan penulis tulis adalah mengenai Strategi komunikasi yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mensosialisasikan program Keluarga Berencana di Lampung Selatan. Walaupun mempunyai persamaan dalam hal strategi komunikasi, tetapi mempunyai perbedaan pokok dalam hal subjek penelitian.
F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
9
Ratna Dwi Guna, Strategi Komunikasi Dinas Kebersihan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam Mensosialisasikan Kesadaran Bersih Lingkungan, Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta, 2009. 10 M. Dzikril Amin, Strategi Komunikasi Dompet Dhuafa Republika dalam Sosialisasi Zakat, Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta, 2008.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan dianggap akurat serta menuangkannya kedalam konteks penulisan skripsi dengan cara menjabarkan, menerangkan,
memberikan
gambaran
dan
mengklasifikasikan
serta
menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya terlebih dahulu, kemudian menarik kesimpulan atas permasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut. 2. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, sedangkan yang menjadi objek adalah strategi komunikasi yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mensosialisasikan program Keluarga Berencana di Lampung Selatan. 3. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan di kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang beralamat kan di Jl. Indra Bangsawan No: 09 Kalianda Lampung Selatan. Adapun waktu penelitian akan dimulai pada bulan Januari hingga Februari 2011. 4. Tahapan Penelitian a. Teknik Pengumpulan Data Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui:
1) Observasi Observasi yang berupa kegiatan yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan, dan riset. Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi secara langsung dengan mengamati langsung mengenai strategi yang dilakukan divisi Keluarga Berencana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. 2) Wawancara Wawancara yang berupa metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Dimana prosesnya dapat dilakukan secara langsung dengan bertatap muka (face to face) dengan narasumber. Penulis melakukan wawancara dengan pengurus dan para anggota divisi Keluarga Berencana mengenai strategi yang dilakukan dalam mensosialisasikan program tersebut. 3) Dokumentasi Dalam proses pengumpulan data selanjutnya, penulis melakukan pengumpulan data melalui dokumen, brosur, selebaran, dan arsip yang dimiliki organisasi ini yang tentunya berkaitan dengan penelitian ini. Lalu dokumentasi berupa foto-foto yang penulis ambil pada saat observasi dilakukan. Diharapkan hasil akhir dari dokumentasi ini akan memperkuat hasil penelitian. b. Teknik Pengolahan Data Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penyederhanaan data dan mengolah data dengan cara mengorganisir informasi yang di dapat
selama observasi ataupun hasil dari wawancara dengan para narasumber, kemudian membuat serta mencatat keseluruhan informasi dan data yang telah diperoleh, membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya, melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi dari kasus yang diangkat, dan yang terakhir menyajikan secara deskriptif kualitatif tanpa menggunakan teknik kuantitatif. Penulisan skripsi ini berdasarkan dan merujuk pada buku panduan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang tidak lain adalah terbitan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Terbitan CeQDA 2007. c. Teknik Analisis Data Analisis data yang merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis data dengan cara mengorganisir informasi yang di dapat selama observasi ataupun hasil dari wawancara dengan para narasumber, kemudian membuat serta mencatat keseluruhan informasi dan data yang telah diperoleh, membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteks nya, melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi dari kasus yang diangkat, dan yang terakhir menyajikan
secara deskriptif kualitatif tanpa
menggunakan teknik
kuantitatif. Pada akhirnya akan menjawab perumusan masalah yang ada, menafsirkan temuan dan mengomentarinya sesuai dengan kerangka konsep.
G. Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN Berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran umum dalam penulisan skripsi. BAB II
: LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan teori-teori yang relevan digunakan dalam penulisan skripsi untuk menganalisa dan merancang sistem yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku referensi maupun internet yang menjadi landasan penulisan skripsi ini diantaranya terdapat
teori tentang
strategi dan
komunikasi,
kemudian
menjelaskan pengertian sosialisasi, media sosialisasi, pengertian keluarga berencana, dan manfaat keluarga berencana. BAB III :
GAMBARAN
UMUM
BADAN
PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA (BPP & KB) LAMPUNG SELATAN Menjelaskan tentang gambaran umum Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang meliputi sejarah dan
perkembangan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Visi Misi dan Tujuan, Struktur Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, dan program kegiatan
Badan
Pemberdayaan
Perempuan
dan
Keluarga
Berencana. BAB IV
: HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan membahas mengenai analisis strategi komunikasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam sosialisasi program Keluarga Berencana, bentuk komunikasi yang digunakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, faktor pendukung dan penghambat sosialisasi program Keluarga Berencana.
BAB V
: PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari penulisan skripsi ini dan saran yang diharapkan dapat berguna bagi penulis.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konseptualisasi Strategi dan Teori Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi pada mulanya digunakan dalam istilah dunia militer. Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘stratogos’ yang berarti ‘pasukan’ dan ‘ageni’ yang berarti ‘memimpin, yaitu istilah untuk memenangkan peperangan. Jadi strategi adalah memimpin pasukan, ilmu tentang perang. Dalam konteks awalnya strategi adalah ‘generalship’ atau suatu yang dilakukan oleh para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang. 11 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumberdaya bangsabangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.12 Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah
saja,
melainkan
harus
mampu
menunjukkan
bagaimana
taktik
operasionalnya.13 Menurut William F. Glueck bahwa strategi adalah rencana yang dipersatukan, komprehensif, terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan yang 14
11
Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Prehalindo, 2002), cet. ke-1, h. 8. 12 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), edisi ke-3, h. 1092. 13 Onong Uchjana Effendi. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. ke-21, h. 32.
dirancang untuk meyakinkan bahwa sasaran dasar perusahaan akan dicapai dengan pelaksanaan tepat oleh organisasi itu.14 Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (management communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktuwaktu, bergantung kepada situasi dan kondisi. 15 Strategi komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu: Secara makro (Planned multi-media strategy) dan Secara mikro (single communication medium strategy). Kedua aspek tersebut mempunyai fungsi ganda, yaitu : 1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. 2. Menjembatani “cultural gap”, misalnya suatu program yang berasal dari suatu produk kebudayaan lain yang dianggap baik untuk diterapkan dan dijadikan milik kebudayaan sendiri sangat tergantung bagaimana strategi mengemas informasi itu dalam dikomunikasikan nya.16 Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan
14
memperhitungkan
faktor-faktor
pendukung
dan
faktor-faktor
William F. Glueck, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta : Erlangga,1987), edisi ke-2, h. 24. 15 Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 5. 16 Onong, Dinamika Komunikasi, h. 28.
penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan komponenkomponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut. Kita mulai secara berturut-turut dari komunikan sebagai sasaran komunikasi, media, pesan, dan komunikator. a. Mengenali Sasaran Komunikasi Sebelum melancarkan strategi komunikasi, perlu melihat dan mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi. Hal ini berkaitan dengan tujuan dari komunikasi yang kita lakukan, apakah agar komunikan hanya sekedar mengetahui (dengan metode informatif) atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu (metode persuasif atau instruktif). Apapun tujuannnya, metodenya, dan banyaknya sasaran, pada diri komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut. 1) Faktor Kerangka Referensi Pesan yang dikomunikasikan harus sesuai dengan kerangka referensi (frame of reference). Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari paduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita, dan sebaginya. Berbeda dengan komunikasi antarpesona, dalam komunikasi skala besar kita perlu membedakan komunikan yanhg satu dengan yang lainnya, terlebih jika dalam komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Langkah
awal
dalam
komunikasi
kelompok,
kita
dapat
mengklasifikasi komunikan berdasarkan latar belakang, pakerjaan, pendidikan, dan sebagainya. Sedangkan dalam komunikasi massa, pesan
yang disampaikan kepada khalayak melalui media massa hanya yang bersifat informatif dan umum, yang dapat dimengerti semua orang, dan menyangkut kepentingan semua orang. 2) Faktor Situasi dan Kondisi Yang dimaksud dengan situasi di sini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan menerima pesan yang akan kita sampaikan. Agar komunikasi berjalan denngan efektif, terkadang kita perlu mengatur tempat dan ruangan sehingga hambatan yang datang dapat diminimalisir. Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi di sini ialah state of personality communican, yaitu keadaan mental dan fisik komunikan saat ia menerima pesan komunikasi. Komunikasi tidak akan efektif jika komunikan dalam keadaan sedih, marah, sakit, atau lapar. Kita dapat menciptakan suasana yang menyenangkan terlebih dahulu sebelum berkomunikasi. Di sinilah faktor komunikator berperan sangat penting. b. Pemilihan Media Komunikasi Pemilihan media komunikasi sangat tergantung dari komunikasi yang akan kita tuju. Tentunya berkomunikasi pada masyarakat perkotaan akan lebih efektif jika kita menggunakan media cetak dan audio-visual. Kemudian untuk masyarakat pedesaan kita dapat menggunakan media papan pengumuman, mendekati tokoh masyarakat setempat, ataupun membungkus pesan komunikasi dengan mengadakan pagelaran kesenian sesuai adat istiadat lingkungan sosial mereka. c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan tehnik yang harus diambil, apakah itu tehnik informasi, tehnik persuasi, atau tehnik industri. Menentukan tujuan komunikasi dilakukan dengan melihat sasaran dari komunikasi kita. Jika kita mengaharapkan komunikan hanya sekedar mengetahui, maka kita menggunakan tehnik informatif. Namun, jika kita mengharapkan komunikan melakukan tindakan tertentu, maka kita menggunakan tehnik persuasif atau isntruktif. d. Peranan Komunikator Dalam Komunikasi Ada faktor yang penting pada diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility). 1) Daya Tarik Sumber Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini, dan prilaku kommunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain perkataan komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. 2) Kredibilitas Sumber Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Seorang dokter akan mendapat kepercayaan jika ia
menerangan
soal
kesehatan.
Seorang
perwira
kepolisian
akan
memperoleh kepercayaan bila ia membahas soal keamanan dan ketertiban masyarakat. Seorang duta besar akan mendapat kepercayaan kalau ia berbicara mengenai situasi internasional Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap empaktik (empathy), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan lain perkataan, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Seorang komunikator harus bersikap empatikk ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa, dan sebagainya.17 2. Tahapan-Tahapan Strategi Dalam proses penerapan strategi menggunakan beberapa tahapan diantaranya: 1. Perumusan Strategi Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menyusun strategi yaitu dengan cara merumuskan strategi, atau menyusun langkah awal. Sudah termasuk didalamnya untuk pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kelemahan dan kekuatan secara internal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan suatu keputusan dalam proses kegiatan. 2. Implementasi Strategi 17
Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, hal. 35-39.
Setelah kita merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi. Tanpa adanya komitmen dan kerja sama dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang sangat jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi. 3.
Evaluasi Strategi Tahap akhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.18
3. Strategi dalam Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang saling berubah-ubah.19
18 19
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prehalindo, 2002), h. 3. Arni muhammad. Komunikasi Organisasi. (Jakarta: PT bumi aksara. 2005), cet.7. h.67
a. The Rational Approach (Pendekatan Rasional) Pendekatan rasional didasarkan pada asumsi bahwa apa yang kita yakini menentukan bagaimana kita jalani. Beliefs (Percaya) adalah pernyataan yang kita buat untuk kita sendiri seperti yang kita percayai atau menerimanya sebagai suatu kebenaran tentang suatu strategi yang menentukan situasi yang kita pilih dan gunakan dalam performan tugas dan transaksi dengan yang lainnya. Hal itu jika kita percaya bahwa anda dapat mengawasi orang lain dan memiliki kepercayaan tentang siapa anda sebagai orang yang mengawasi. Anda akan menjalankannya sebagai supervisor yang efektif. b. The Behavioural Approach (Pendekatan Prilaku) Pendekatan prilaku berasal dari asumsi bahwa perubahan dalam human being (kemanusiaan) dapat dihasilkan secara lebih efisien oleh penajaman pada pengamatan perilaku dari pada cara-cara berpikir. Dalam kenyataannya, sikap dan proses berfikir (internal) adalah dimengerti oleh pengamatan dan pengukuran perilaku yang negatif. Hal ini tidak menyebutkan bahwa perilaku tidak dipengaruhi oleh proses dan pemikiran internal. Secara sederhana dimaksudkan bahwa observable behavior (pengamatan perilaku) adalah fokus terhadap perhatian. Filosofi perilaku juga mengasumsikan bahwa perubahan dalam perilaku khas menghasilkan perubahan yang sesuai pada pemikiran dan sikap. Tiga strategi umum yang menggambarkan aplikasi perilaku dalam pelatihan dan pengembangan:
1) Structuring Contingencies adalah konsekuensi yang secara positif memperkuat perilaku yang di inginkan atau perilaku hukuman yang tidak di inginkan. 2) Simulations adalah terminologi simulasi mengacu kepada berbagai bentuk pengalaman. Perilaku yang mana seseorang berpartisipasi memiliki karakteristik atau mirip dengan apa yang terjadi dalam perkerjaannya sehari-hari. 3) Behaviour Modelling adalah untuk pengembangan sumber daya menusia. Strategi ini mengasumsikan bahwa keahlian khusus dapat dipelajari dengan berlatih, setiap aktifitas sebagai pengelolaan, kepemimpinan dan pemecahan masalah yang melibatkan perilaku nyata yang dapat dibuat model, diamati, dilatih, diperkuat dan dipadukan kedalam keseluruhan perilaku yang dilakukan seorang manager. c. The Experiential Approach (Pendekatan Pengalaman) Manfaat utama penggunaan pendekatan belajar berdasarkan pengalaman ini adalah: 1) Belajar lebih efektif suatu bertindak aktif daripada pasif. 2) Belajar yang memusat kepada masalah akan lebih tahan lama dibanding belajar hanya berdasarkan teori saja. 3) Komunikasi 2 arah membuat belajar lebih baik dibanding komunikasi 1 arah. 4) Peserta lebih banyak belajar ketika mereka saling kontrol dan proses belajar yang bertanggung jawab.
5) Belajar lebih efektif suatu pemikiran dan tindakan dipadukan d. Strategi Manajemen Strategi manajemen juga mengandung konotasi “strategi”. Kata strategi sendiri
mempunyai pengertian
yang
terkait
dengan
hal-hal seperti
kemenangan, kehidupan, atau daya juang. Artinya menyangkut hal yang berkaitan dengan mampu atau tidaknya perusahaan atau organisasi menghadapi tekanan yang muncul dari dalam maupun dari luar. Pearce dan Robinson, seperti dikutip Kasali (1994), mengembangkan langkahlangkah strategi manajemen sebagai berikut: 1) Penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan, baik dari segi semangat kompetitif ataupun secara utuh. 2) Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihan-pilihan). 3) Mengkaji dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai masukan bagi pengambil keputusan di masa depan.20 4. Strategi Komunikasi dalam Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya.21
20
Yenny Ratna Suminar, dkk. Komunikasi Organisasi. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007). Cet. ke-6. h. 9.3-9.9 21 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, (Bandung: Armico, 1984). Cet. ke-1. h. 34
a. Strategi Kelompok Belajar (learning group) Ketika kita mendengar kata ‘belajar’ atau learning, perhatian dan pikiran kita hampir selalu tertuju pada suatu lembaga pendidikan ataupun sekolah. Meskipun institusi pendidikan tersebut termasuk dalam klasifikasi learning group, namun ia bukan satu-satunya. Kelompok yang memberi keterampilan berenang ataupun kelompok yang mengkhususkan kegiatannya pada peningkatan kemampuan dalam memberi pertolongan darurat misalnya, dapat digolongkan ke dalam kelompok belajar tersebut. Jadi, apa pun bentuknya, tujuan dari learning group ini adalah meningkatkan pengetahuan atau kemampuan para anggotanya. Satu ciri yang menonjol dari learning group ini adalah adanya pertukaran informasi dua arah, artinya setiap anggota dalam kelompok belajar adalah kontributor atau penyumbang dan penerima pengetahuan. 22 5. Strategi Komunikasi Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pengertian dari komunikasi antarpribadi adalah kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki tingkat kesamaan diri atau proses psikologis tertentu. Menurut Rogers komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi adalah suatu proses pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain atau beberapa orang, baik verbal maupun nonverbal yang
22
Adiprakoso, Komunikasi http://adiprakosa.blogspot.com
Kelompok,
artikel
diakses
pada
15
Juni
2011
dari
ditanggapi oleh orang lain dan merupakan interaksi antara pribadi-pribadi yang terlibat secara utuh dan langsung satu sama lain dalam menyampaikan dan menerima pesan secara nyata.23 a. Strategi Wortel Terayun Tujuan utama dari strategi ini ialah mengubah jumlah dan arah perilaku seseorang. Yang dimaksud dengan jumlah disini ialah frekuensi seseorang melakukan sesuatu. Tujuan kedua strategi ini ialah mendukung terjadinya perubahan perilaku yang sebenarnya dan meneguhkan jumlah, arah dan kesungguhan perilaku yang ada. b. Strategi Pedang Bergantung Bentuk pertama dalam strategi pedang bergantung adalah dengan memberikan komunikasi dengan rangsangan yang dibenci dalam kurung (uversive stimuli), yaitu sesuatu yang dibenci orang dan setiap orang berusaha menghindarinya. Bentuk kedua dengan pembatalan pemberian imbalan. Bentuk ketiga, kehilangan keuntungan. c. Strategi Katalisator Ada 2 jenis strategi katalisator. Pertama, komunikator dapat mengarahkan pihak lain, dan ini berarti komunikator tahu benar bahwa pihak yang lain itu siap bertindak dan saatnya pun sudah tepat. Kedua, komunikator memberikan pihak lain suatu informasi baru yang nampaknya menguntungkan bagi komunikan sehingga komunikan memberikan respon sesuai yang diinginkan komunikator. 23
Sugiyo. “Komunikasi Antarpribadi”.(Semarang: UNNES Press. 2005) h. 57-60 .
d. Strategi Kembar Siam Strategi ini bertujuan menciptakan suatu hubungan yang di inginkan, tetapi merupakan hasil dari suatu hubungan yang telah terbina. Strategi ini hanya bisa diterapkan pada hubungan yang telah terbina, dalam arti kedua belah pihak sangat bergantung satu sama lain. Mereka yakin bahwa kebahagiaan hanya dapat tercapai mereka satu sama lain tetap menjalin hubungan dan mereka saling bergantung guna mendapatkan kepuasan pribadi. e. Strategi dunia peri Strategi dunia peri didasarkan pada khayalan. Khayalan semacam ini memberikan semacam hiburan dari rasa cemas, tetapi sedikit sekali dasar realitasnya dan tidak dapat dianggap sebagai pengganti dari suatu strategi kendali. Komunikator yang menggunakan strategi ini sulit menerima keterbatasan kemampuannya untuk mendapatkan respons yang di inginkan. Akhirnya ia menjadi penghayal besar, membayangkan dirinya menjadi orang besar yang di hormati, menjadi juara yang di kagumi orang banyak dan sebagainya.24
B. Konseptualisasi Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi
24
Irma Adnan, Budi Astuti dkk. Komunikasi Antar Pribadi. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002). cet. ke-4. h. 4.13-4.23.
Secara etimologi atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin ‘communicatio’, dan perkataan ini bersumber pada kata ‘communis’. Arti communis di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung.25 Secara terminologi komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia.26 Adapun beberapa definisi komunikasi adalah sebagai berikut: a. Menurut Lasswell komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa. b. Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan informasi dari satu orang kepada orang lain dengan maksud tertentu. c. Komunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide, dan sikap seseorang kepada orang lain. d. Komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesama manusia.
25
Onong Uchjana Effendi., Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. ke-6, h. 3-4. 26 Ibid., h. 4.
e. Menurut Charles H. Cooley Komunikasi berarti suatu mekanisme suatu hubungan antar manusia dilakukan dengan mengartikan simbol secara lisan dan membacanya melalui ruang dan menyimpan dalam waktu.27 William G. Scott yang mengutip pendapat Babcock dalam Thoha (1977) mengatakan bahwa ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi proses komunikasi: a. The Act (Perbuatan) Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang-lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubungan-hubungan yang dilakukan oleh manusia. b. The Scene (Adegan) Adegan adalah salah satu faktor dalam komunikasi yang menekankan hubunganya dengan lingkungan komunikasi. c. The Agent (Pelaku) Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan komunikasi dinamakan pelaku-pelaku komunikasi. d. The Agency (Perantara) Alat-alat
yang
dipergunakan
dalam
komunikasi
dapat
membangun
terwujudnya perantara itu (the agency). Alat-alat itu selain dapat berwujud komunikasi lisan, tatap muka, dapat juga alat komunikasi tertulis, seperti surat perintah, memo, buletin, nota, surat tugas dan lainnya yang sejenis. e. The Purpose (Tujuan)
27
Tommy Suprapto., Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : CAPS, 2011), cet. ke-1, h. 5-6.
Menurut Grace dalam Thoha (1977), ada 4 (empat) macam tujuan tersebut yaitu: 1) Tujuan Fungsional (The Function Goals); ialah tujuan yang secara pokok bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi/lembaga. 2) Tujuan Manipulasi (The Manipulative Goals); tujuan ini dimaksudkan untuk menggerakkan orang-orang yang mau menerima ide-ide yang disampaikan baik sesuai atau pun tidak dengan nilai dan sikapnya sendiri. 3) Tujuan Keindahan (The Aesthetics Goals); tujuan ini bermaksud menciptakan tujuan-tujuan yang bersifat kreatif. 4) Tujuan Keyakinan (The Confidence Goals); tujuan ini bermaksud untuk meyakinkan
atau
mengembangkan
keyakinan
orang-orang
pada
lingkungan.28 2. Proses Komunikasi Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut : a. Source (sumber) Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya. b. Communicator (penyampai pesan) Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi, seperti: surat kabar, televisi, film dan 28
h. 7-8.
Tommy Suprapto., Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006), cet.ke-1,
sebagainya. Komunikator dalam penyampaian pesannya bisa juga menjadi komunikan begitu juga sebaliknya. Syarat-syarat yang harus di perhatikan oleh seseorang komunikator adalah : Memiliki Kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya, keterampilan berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas, sikap, memiliki daya tarik. c. Message (pesan) Pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan komunikator. Pesan dapat bersifat
informatif
memberi
keterangan-keterangan
yang
kemudian
komunikan dapat megambil kesimpulannya sendiri. Persuasif bujukan, yakni membangkitkan dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberi berupa pendapat atau sikap, sehingga ada perubahan. Coersif memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi, coersif dapat berbentuk perintah, dan sebagainya (biasanya hal ini terjadi pada organisasi tipe keledai). d. Channel (saluran) Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melaui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi yag sering dilakukan dapat berlangsung menurut 2 saluran, yaitu : Saluran formal atau yang bersifat resmi dan Saluran informal atau yang bersifat tidak resmi. e.
Communican (penerima pesasn)
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni personal, kelompok dan massa. f.
Effect (hasil)
Effect adalah hasil akhir diri suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan.29
C. Pengertian Sosialisasi dan Media Komunikasi Sosialisasi secara garis besar mengandung pengertian proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya, dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengubah milik perusahaan menjadi milik umum.30 Sosialisasi didefinisikan sebagai, ‘a process by which a child learns to be a participant member of society’, proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Definisi ini disajikan dalam suatu pokok bahasan berjudul society in man, dari sini tergambar pandangannya bahwa melalui sosialisasi masyarakat dimasukkan ke dalam manusia.31 Dalam melaksanakan sosialisasi, maka dibutuhkan media sebagai alat berlangsungnya sosialisasi, antara lain yaitu media massa. Media massa memiliki berbagai bentuk yang terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televise, film, internet), itu semua merupakan bentuk komunikasi
29
yang
menjangkau
sejumlah
besar
orang.
Media
massa
Widjaja, Komunikasi;Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.
11-12.
30
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000) , edisi ke-3. h. 1085. 31 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fak. Ekonomi,UI, 2000), edisi ke-2 h. 21.
diidentifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku khalayak. Peningkatan teknologi yang memungkinkan peningkatan kualitas pesan serta peningkatan frekuensi penerapan masyarkat pun memberi peluang bagi media massa untuk berperan sebagai suatu agen sosialisasi yang semakin penting. 32 Iklan-iklan ataupun informasi yang ditayangkan melalui media massa mempunyai potensi untuk memicu perubahan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat. Media massa pun sering digunakan untuk mengukur, membentuk ataupun mempengaruhi pendapat umum, bahkan sebagai alat untuk menyampaikan berita, penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal, media memiliki kemampuan untuk berperan sebagai sarana yang bisa membentuk opini publik. Maka sosialisasi dengan menggunakan media massa bisa membangun solidaritas sosial warga dunia, selain fungsi praktis lainnya sebagai penggalangan dana sosial masyarakat.33
D. Konseptualisasi Program KB Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 21 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
56
32
Dwi Narwoko-Bagong suyanto, Sosiologi Teks Pengantar, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h.
33
Hamid Abidin dan Kurniawati, Galang Dana Ala Media, (Jakarta: Piramedia, 2004), h. 11
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Depkes, 1999). 1. Tujuan Program KB Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksanaan program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015. Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah: a.
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
b.
Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
2. Sasaran Program KB Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, bergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksanaan dan
pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera. 3. Ruang Lingkup Program KB Ruang lingkup program KB meliputi : a. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) b. Konseling c. Pelayanan Kontrasepsi d. Pelayanan Infertilitas e. Pendidikan sex (sex education) f. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan g. Konsultasi genetik h. Tes keganasan i. Adopsi 4. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran 1. Untuk ibu, dengan jalan mengatur jumlah jarak kelahiran maka manfaatnya: a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek. b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya. 2. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya :
a. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaan sehat. b. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan. 3. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya : a. Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik karena anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga. b. Perkembangan
mental dan
sosialnya
lebih
sempurna
karena
pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak. c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumbersumber pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata. 4. Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat : a. Memperbaiki kesehatan fisiknya. b. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu terluang untuk keluarganya. 5. Untuk seluruh keluarga, manfaatnya :
Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga bergantung dari kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memperoleh pendidikan. 34
34
Sri Handayani. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. (Yogyakarta: Pustaka Rihama, 2010), cet. ke-1, h. 28-34.
BAB III GAMBARAN UMUM BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA (BPP & KB) LAMPUNG SELATAN
A. Sejarah Pembentukan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Program Keluarga Berencana Nasional dicanangkan sejak tahun 1970. Pada awalnya program KB diarahkan sebagai upaya pengaturan kelahiran, kemudian mengarah pada pelembagaan dan pembudayaan. Kemudian saat ini program KB Nasional mengutamakan aspirasi masyarakat yaitu meningkatkan kualitasnya untuk memenuhi hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pada tahun 1970, pemerintah membentuk BKKBN, sebagai institusi yang melaksanakan program atau bertanggung jawab terhadap KB. Waktu itu pemerintah merasa bahwa masalah kependudukan harus ditangani secara serius. Sehingga tidak saja hanya pada pelayanan yang regular saja. Dalam perjalanannya, BKKBN sukses melaksanakan programnya pada tahun 19801990. dengan adanya bukti, bahwa Indonesia sempat menjadi kiblat dunia Internasional dalam pengelolaan KB, diketahui juga tidak kurang dari sekitar 4 ribu peserta dari sekitar 97 negara telah belajar KB di Indonesia. Penyelenggaraan program keluarga berencana nasional memperhatikan UndangUndang
Nomor
22
tahun
1999
tentang
Pemerintahan
Daerah
yang
mengamanatkan pentingnya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang lebih luas.35 Keberadaan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan secara kelembagaan adalah baru meski secara organisasi yang bergerak dalam pelayanan KB merupakan kelanjutan dari BKKBN. Hal ini perlu penyesuaian baik terhadap kewenangan maupun operasional kinerja dengan semangat otonomi daerah. Upaya penyerahan kewenangan kepada pemerintah daerah adalah untuk mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya dan keanekaragaman daerah untuk pembangunan dan pengembangan demokratisasi dan peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya menciptakan pemerataan keadilan. Implementasi Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dalam eksistensi penyelenggaraan program keluarga berencana nasional di Lampung Selatan, secara jelas dalam peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2000, yang kemudian diperkuat dengan keputusan presiden nomor 166 tahun 2000, tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi dan tata kerja lembaga pemerintah non departemen (LPND), sebagaimana telah dirubah dengan keputusan presiden RI nomor 103 tahun 2001, bahwa BKKBN Kabupaten/kota mempunyai wewenang sebagai berikut: 1. Penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan 2. Angka kematian ibu, bayi dan anak 3. Penetapan pedoman dan fasilitas peningkatan kesejahteraan gender 35
Dokumen pribadi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.
4. Penetapan pedoman pengembangan kualitas keluarga. Dasar pembentukan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan adalah sebagai berikut: 1. Peraturan Daerah Lampung Selatan Nomor Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 04 tahun 2010 tentang perubahan atas peraturan daerah Lampung Selatan nomor 06 tahun 2008 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja perangkat daerah Lampung Selatan. 2. Peraturan Bupati Lampung Selatan nomor 34 tahun 2010, tentang rincian tugas dan jabatan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan.36
B. Tugas Pokok dan Fungsi Tugas dan fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan yang bersifat spesifik dibidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan Perundangundangan yang berlaku. Adapun untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Badan PP dan KB menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Perumusan kebijakan teknis dibidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.
36
Profil Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan.
2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. 4. Pelayanan administratif. 5. Pelaksanaan tugas yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.
C. Struktur Organisasi 1. Kepala Badan 2. Sekretaris a. Sub bagian umum dan kepegawaian b. Sub bagian perencanaan c. Sub bagian keuangan 3. Bidang Data dan Informasi a. Sub bidang pengumpulan dan pengolahan data b. Sub bidang data dan evaluasi program 4. Bidang Pengendalian Keluarga Berencana a. Sub bidang jaminan pelayanan keluarga berencana b. Sub bidang kesehatan reproduksi remaja 5. Bidang pengendalian keluarga sejahtera a. Sub bidang pemberdayaan dan ketahanan keluarga
b. Sub bidang advokasi, KIE dan penggerakan masyarakat 6. Bidang pemberdayaan perempuan a. Sub bidang perlindungan perempuan dan anak. b. Sub bidang pemberdayaan partisipasi aktif perempuan dan kesetaraan gender. 7. Unit pelaksana teknis. 8. Kelompok jabatan fungsional.
D. Sumber Daya Manusia Jumlah pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Lampung Selatan sebanyak: 184 orang staf, termasuk petugas lapangan yang terdiri dari: 1. Golongan IV
: 10 orang
2. Golongan III
: 162 orang
3. Golongan II
: 12 orang
4. Tenaga Honorer
: 13 orang
E. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Lampung Selatan dalam menunjang pelaksanaan tugas adalah sebagai berikut: 1. Luas Tanah
: 1.830 M2
2. Luas Bangunan
:
276 M2
3. Kendaraan Roda 4
:
5 unit
4. Kendaraan Roda 2
:
106 unit
5. Komputer
:
8 unit
6. Laptop
:
1 unit
7. Air Conditioner
:
3 unit
8. Kulkas
:
1 unit
9. Telepon
:
2 unit
10. TV
:
2 unit
11. Kursi Lipat
:
40 buah
12. Kursi Putar
:
5 buah
13. Kursi Tamu
:
2 sheet
14. Meja Rapat
:
10 buah
15. Almari Besar
:
4 buah
16. Filing Cabinet
:
4 buah
17. Warless TOA
:
2 buah
Sumberdaya keuangan berasal dari APBD dan APBN.37
37
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) BPP&KB Lampung Selatan.
F. Visi dan Misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan adalah sebagai berikut: 1. Visi Kabupaten Lampung Selatan adalah “Terwujudnya keluarga kecil yang mandiri, sejahtera dan berkualitas di Kabupaten Lampung Selatan”. 2. Visi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan adalah “Seluruh keluarga ikut KB” Sedangkan Misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan adalah
“Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”.
Dalam misi ini adalah sikap dan tanggung jawab keluarga akan hari depan sebagai pemahaman terhadap konsep kesehatan reproduksi khususnya usia yang baik untuk melahirkan adalah 20-30 tahun dengan jarak kelahiran yang ideal. Untuk melaksanakan misi ini perlu diciptakan suasana kondusif agar masyarakat semakin memilih kepedulian yang tinggi dan semakin kuat, berupaya dalam pengaturan kelahiran melalui program KB, Pemberdayaan Keluarga, Peningkatan Kesejahteraan Keluarga dan Peningkatan Kualitas Anak untuk mewujudkan keluarga kecil berkualitas yang dibangun berdasarkan kesadaran, kesukarelaan dan rasa tanggung jawab dengan memperhatikan nilai-nilai agama, dan sosial budaya dalam kehidupan yang serasi dan seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. a. Menggalang potensi kemitraan yang ada di Kabupaten Lampung selatan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, ketahanan keluarga dan kualitas pelayanan. Untuk melaksanakan misi ini maka perlu hal-hal sebagai berikut:
1) Mendorong terjadinya kerjasama antar sektor baik pemerintahan maupun swasta termasuk LSOM yang mempunyai fungsi dalam pemberdayaan keluarga dibidang ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesadaran keluarga. 2) Terciptanya kondisi yang memungkinkan tumbuhnya kemampuan keluarga dalam melindungi anggota keluarganya dari pengaruh yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial, ekonomi, budaya, dan agama. 3) Mendorong terciptanya kemitraan dalam upaya pengentasan penduduk atau keluarga miskin sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan keluarga. 4) Mendorong terwujudnya upaya peningkatan kualitas anak terutama dalam memberikan pembinaan pola asuh anak yang tepat. b. Meningkatkan kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi di Kabupaten Lampung Selatan. c. Meningkatkan upaya promosi perlindungan dan upaya mewujudkan hak reproduksi Keluarga di Kabupaten Lampung Selatan. d. Meningkatkan upaya Pemberdayaan perempuan dalam mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional di Kabupaten Lampung selatan. e. Mempersiapkan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang potensial di Kabupaten Lampung selatan sejak masa pembuahan sampai usia Lanjut.
f. Menyediakan data, Informasi Keluarga berbasis data Mikro untuk pengelolaan Pembangunan di Kabupaten Lampung Selatan khususnya menyangkut upaya pemberdayaan keluarga miskin. 38
G. Tujuan Berdasarkan visi yang hendak di capai melalui misi yang di emban serta mencermati analisa lingkungan strategis program Keluarga Berencana di Kabupaten Lampung Selatan, maka tujuan program Keluarga Berencana di Kabupaten Lampung Selatan adalah : 1. Terselenggaranya pelayanan hak–hak reproduksi dan kesehatan reproduksi di semua lapisan sampai ke tingkat wilayah pedesaan dalam upaya pemberdayaan dan membentuk keluarga kecil yang ideal. 2. Terselenggaranya peluang keluarga utamanya keluarga prasejahtera dan sejahtera I alasan ekonomi dalam pelayanan pemberdayaan peningkatan kesejahteraan ekonomi melalui kegiatan usaha ekonomi produktif. 3. Terselenggaranya
peluang
keluarga
dalam
pelayanan
pemberdayaan
pengembangan ketahanan keluarga melalui kegiatan kelompok. 4. Diperolehnya kondisi kondusif, terciptanya kemitraan dalam pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi.
38
Profil Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan.
5. Terselenggaranya komunikasi,
pelayanan
masyarakat
dalam
perolehan
advokasi,
informasi, dan edukasi (KIE) terhadap akses informasi
perlindungan hak reproduksi dan kesehatan. 6. Terselenggaranya kegiatan pendukung program KB dalam rangka penguatan kelembagaan.39
H. Sasaran Upaya untuk mewujudkan tujuan program KB Nasional di Kabupaten Lampung Selatan sebagaimana telah di kemukakan di atas, maka perlu di tentukan sasaran yang hendak di capai yaitu : 1. Pasangan usia subur (PUS) di Kabupaten Lampung Selatan memperoleh pelayanan KB aktif sampai tahun 2011 sebesar185.338 ( 70,44% ). 2. Penurunan tingkat total fertility rate ( TFR ) di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008 mencapai 2,5 berdasarkan SDKI tahun 2007. 3. Penurunan prosentase unmet need menjadi 15,92 % pada tahun 2010. 4. Peningkatan cakupan pelayanan komplikasi kasus Obstetric minimal. 5. Penurunan Proporsi Keluarga prasejahtera dan sejahtera I terhadap jumlah keluarga di Kabupaten Lampung Selatan. 6. Peningkatan proporsi keluarga pra sejahtera dan sejahtera I yang menjadi anggota kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) terhadap jumlah keluarga prasejahtera dan sejahtera I.
39
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) BPP&KB Lampung Selatan.
7. Peningkatan atau pemantapan kualifikasi dan penumbuhan kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera UPPKS di pedesaan. 8. Peningkatan proporsi Keluarga Balita yang aktif dalam Bina Keluarga Balita (BKB) terhadap jumlah keluarga balita yang ada. 9. Peningkatan proporsi keluarga remaja yang aktif dalam Bina Keluarga Remaja (BKR) terhadap jumlah keluarga yang ada. 10. Peningkatan proporsi keluarga Lansia yang aktif dalam Bina Keluarga Lansia (BKL) terhadap jumlah keluarga yang ada. 11. Peningkatan jaringan kemitraan kelompok usaha ekonomi Produktif dan pemberdayaan peningkatan kesejahteraan ekonomi. 12. Pemantapan jaringan pelayanan advokasi dan Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat terhadap akses informasi perlindungan hak – hak reproduksi dan kesehatan reproduksi. 13. Peningkatan / pemantapan partisipasi pria dalam pelayanan reproduksi dan kesehatan reproduksi. 14. Semua keluarga secara utuh di Kabupaten Lampung Selatan dapat terdata / tercacah. 15. Peningkatan
kegiatan
pendukung
meliputi
pelaksanaan
ketatausahaan,
kepegawaian, perencanaan dan keuangan, perlengkapan dan perbekalan, serta pengendalian pengawasan yang dapat mengakomodasi terselenggaranya kewenangan program pokok yaitu : a. Pemberdayaan keluarga. b. Kesehatan reproduksi Keluarga.
c. Keluarga Berencana. d. Penguatan Kelembagaan dan Jaringan KB.40
I. Program Program yang telah di tentukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Lampung Selatan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran sebagai berikut: 1. Pemberdayaan Keluarga. 2. Kesehatan Reproduksi. 3. Keluarga Berencana. 4. Penguatan Kelembagaan dan jaringan KB.
J. Rencana Kinerja Tahunan Sebagai upaya mencapai tujuan dan melaksanakan program pembangunan Keluarga Berencana Nasional di Kabupaten Lampung Selatan yang telah di tetapkan, maka di tempuh melalui kebijaksanaan, program dan kegiatan sebagai berikut : 1. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran dalam program pemberdayaan keluarga tahun 2011-2012 maka di tetapkan kebijakan sebagai berikut: a. Integrasi pengelolaan program pemberdayaan keluarga dengan program sektor pembangunan lainnya di Kabupaten Lampung selatan.
40
Rencana Strategi (Renstra) BPP&KB Lampung Selatan Tahun 2011-2015.
b. Desentralisasi pelaksanaan program pemberdayaan keluarga sesuai dengan aspirasi dan kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten Lampung Selatan. c. Mengoptimalkan potensi yang ada di masyarakat Kabupaten Lampung Selatan untuk memberikan dukungan pelaksanaan program pemberdayaan Keluarga secara berdaya guna dan berhasil guna. d. Mengembangkan kemitraan atau kerjasama yang di dasarkan pada kesetaraan, saling menguntungkan dan saling menghargai dalam mencapai tujuan yang telah di sepakati. e. Segmentasi sasaran program Keluarga Berencana untuk memberikan Fokus sasaran agar dapat di laksanakan secara optimal, berdaya guna dan berhasil guna. 2. Kebijakan dalam Program Kesehatan Reproduksi Remaja, di tempuh sebagai berikut: a. Integrasi pengelolaan program kesehatan reproduksi remaja dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana Nasional dan program– program Pembangunan lainnya. b. Desentralisasi dalam pelaksanaan program kesehatan reproduksi remaja sesuai dengan aspirasi dan kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten Lampung Selatan. c. Mengembangkan kemitraan atau kerjasama yang di dasarkan pada kesetaraan, saling menguntungkan, tulus dan saling menghargai di antara pihak– pihak yang bekerjasama dalam tujuan yang telah di sepakati.
3. Kebijakan dan cara pencapaian tujuan dalam Program Keluarga Berencana di tempuh sebagai berikut : a. Integrasi pengelolaan program keluarga berencana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan program pembangunan sektor – sektor lainnya di Kabupaten Lampung Selatan. b. Desentralisasi dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana sesuai dengan aspirasi dan kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten lampung selatan. c. Mengembangkan kemitraan atau kerjasama yang di dasarkan pada kesetaraan, saling menguntungkan, tulus dan saling, menghargai di antara pihak-pihak yang bekerjasama dalam tujuan yang telah di sepakati. 4. Kebijakan dalam program penguatan kelembagaan dan jaringan KB ditempuh sebagai berikut: a. Integrasi pengelolaan program penguatan kelembagaan dan jaringan keluarga berencana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan program pembangunan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Lampung Selatan. b. Desentralisasi dalam pelaksanaan Program Penguatan Kelembagaan dan Jaringan Keluarga Berencana sesuai dengan aspirasi dan kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten lampung selatan. c. Pemberdayaan potensi yang telah ada di masyarakat untuk mengoptimalkan dukungan pelaksanaan program penguatan kelembagaan dan jaringan KB secara berdaya guna dan berhasil guna.
K. Program Program adalah kumpulan kegiatan nyata yang tersusun secara sistematis dan terpadu yang merupakan penjabaran rinci tentang langkah-langkah yang diambil oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan untuk menjabarkan kegiatan yang telah ditetapkan. Program-program
yang
telah
ditetapkan oleh Badan
Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran sebagai berikut: 1. Program Pemberdayaan Perempuan Peningkatan kesejahteraan keluarga dilakukan melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan keluarga terutama peningkatan peran serta perempuan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan termasuk keluarga berencana bagi anggotanya baik laki-laki maupun perempuan. 2. Program Kesehatan Reproduksi Dalam membentuk keluarga sejahtera, remaja merupakan bagian dari keluarga yang mempunyai peranan penting karena mereka merupakan calon pasangan usia subur (PUS). Kelompok remaja adalah kelompok yang beresiko tinggi terhadap terjadinya kasus-kasus yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.
Program kesehatan reproduksi remaja dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang positif. Remaja dalam kesehatan reproduksi sehingga betul-betul mencapai keadaan “wellness” yaitu suatu keadaan dimana seseorang memilih kesehatan fisik mental dan sosial yang baik dan dapat menghindari perilaku yang beresiko termasuk perilaku seksual. 3. Program Keluarga Berencana Program keluarga berencana lebih diarahkan untuk membantu pasangan atau perorangan dalam mencapai tujuan reproduksinya dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas dengan reproduksi dan menghargai hak reproduksi
seseorang
dalam
mengatur
jumlah
dan
jarak
kelahiran.
Menghendaki terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi kesehatan dan kematian karena kehamilan dan persalinan dengan prinsip operasional pemberdayaan perempuan dan peningkatan partisipasi pria. 4. Program Penguatan Kelembagaan dan Jaringan KB Program penguatan kelembagaan dan jaringan KB pada hakikatnya bertujuan untuk mengelola kemandirian sekaligus memperluas cakupan dan kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi serta pemberdayaan keluarga.
L. Kegiatan Kegiatan yang telah dilaksanakan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan dengan memanfaatkan sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan dan sasaran program tertentu sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan : 1. Pelayanan KB dengan cara TKBK ke kecamatan. 2. Operasional pelayanan sarana Alkon bagi keluarga miskin ke 72 klinik KB. 3. Pendataan keluarga, demografi tahapan keluarga sejahtera. 4. Pemberian kesehatan reproduksi remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi remaja. 5. Peningkatan pendayagunaan kelompok UPPKS dengan memberikan bantuan pinjaman bergulir kepada masing-masing kelompok. 6. Pembinaan ketahanan keluarga. 7. Bhakti TNI Manunggal, kesrak KB kesehatan, bhayangkari KB-Kes. 8. Pembinaan institusi masyarakat pedesaan (IMP). 9. Penyusunan raker KB.41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan di uraikan hasil penelitian strategi komunikasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mensosialisasikan program Keluarga Berencana. Untuk selanjutnya penulis menggunakan istilah KB
41
Profil Dinas Badan Pemberdayaan Perempuan dan Kelf Selatan.
uarga
Berencana
Lampung
dalam menjelaskan keluarga berencana. di Lampung Selatan pada bulan Januari 2011 hingga bulan Februari 2011. Dalam mensosialisasikan program KB, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT). Dimana tugas pokok kepala Unit Pelaksana Teknis adalah melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di wilayah kerjanya, pembinaan terhadap aparatur UPT, melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan Camat, instansi pemerintah dan organisasi lainnya di wilayah kerjanya dalam pelaksanaan dan pengendalian pembangunan di bidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.42 Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Unit Pelaksana Teknis mempunyai rincian tugas sebagai berikut : 1. Memimpin, membina, dan mengendalikan pelaksanaan program dan kebijakan teknis dibidang pembangunan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana di wilayah Kecamatan. 2. Mempelajari peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas.
53
3. Mengoordinasikan dan mengkonsolidasikan pelaksanaan tugas dengan instansi terkait di Kecamatan demi tercapainya sasaran. 42
Peraturan Bupati Lampung Selatan Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Lampung Selatan, h.10
4. Mengumpulkan dan mengolah data kependudukan dan keluarga berencana. 5. Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat agar terjalin kesepakatan dalam pelaksanaan program Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. 6. Melakukan pembinaan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan peran aktif dan institusi masyarakat dalam program Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di wilayah Kecamatan. 7. Melakukan pertemuan secara berkala dengan para Penyuluh KB dalam rangka pembahasan dan atau pemecahan masalah yang timbul dalam pelaksanaan tugas. 8. Melakukan penilaian dan evaluasi hasil pelaksanaan tugas bawahan. 9. Melakukan pengawasan melekat di lingkungan unit kerja yang dipimpin nya secara terus menerus secara preventif maupun represif agar tujuan pelaksanaan program Badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana di wilayah Kecamatan dapat secara efektif dan efisien. 10. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka menyukseskan program Badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana. 11. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan. 43 Target yang ingin dicapai dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana adalah : 1. Meningkatnya peluang usaha dan pendapatan ekonomi keluarga. 43
Peraturan Bupati Lampung Selatan Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Lampung Selatan, h.13
2. Diperolehnya data akurat tentang demografi, keluarga berencana, tahapan keluarga sejahtera dan jumlah anggota keluarga. 3. Meningkatnya status kehidupan perempuan agar mendapat kemajuan yang setara dengan laki-laki. 4. Pasangan Usia Subur (PUS) yang menjadi peserta KB aktif dari 124.996 (69,89 %) dari target 180.253 Pasangan Usia Subur menjadi 144.445 (72,85 %) PUS. 5. Usia perkawinan pertama bagi seorang wanita dari usia 18 tahun menjadi 20 tahun. 6. Kelompok bina ketahanan keluarga sebagai berikut : a. Bina Keluarga Balita (BKB) dari 262 kelompok menjadi 330 kelompok. b. Bina Keluarga Remaja (BKR) dari 231 kelompok menjadi 300 kelompok. c. Bina Keluarga Lansia (BKL) dari 236 kelompok menjadi 300 kelompok. d. Bina Lingkungan Keluarga (BLK) dari 139 kelompok menjadi 200 kelompok. 7. Meningkatnya kesehatan, kecerdasan, keterampilan, dan ketaqwaan anak serta hak-hak anak yang terlindungi.44
44
Rencana Strategi (Renstra) BPP&KB Lampung Selatan Tahun 2011-2015.
F. Strategi Komunikasi di Tingkat Komunikasi Organisasi Dalam
menjalankan
fungsinya
sebagai
lembaga
pemerintahan
yang
menangani masalah kependudukan yang ada di Kalianda Lampung Selatan, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana memiliki berbagai strategi untuk menjalankan program yang telah di tentukan. Strategi itu adalah sebagai berikut: 1. Strategi Individual Development (Pengembangan Individu) Dalam strategi Individual Development, hal yang dilakukan adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan yang membantu karyawan mempersiapkan posisi yang berbeda dalam suatu organisasi atau untuk pekerjaannya, posisinya dan karir yang belum pasti. 45 Hal yang dilakukan dalam menjalankan strategi ini adalah a. Pengembangan Tim Petugas Langkah ini merupakan awal kegiatan yaitu pengembangan tim petugas, hal pertama yang dilakukan adalah pemetaan wilayah kerja bagi para Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana, di desa manakah ia akan ditempatkan dan menjadi penanggung jawab dari setiap kegiatan sosialisasi KB yang akan dilakukan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas PLKB yang akan memegang desa yang sudah dibagikan. Persiapan para petugas ini biasanya dilakukan setiap hari senin setiap minggunya
45
Yenny Ratna Suminar, dkk. Komunikasi Organisasi. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007). Cet. ke-6. h. 9.2.
yaitu di adakan staff meeting, staf meeting ini akan membahas kegiatankegiatan dan perencanaan yang akan dilakukan nanti di lapangan. Staff meeting ini dipimpin oleh Bpk.Wagimin selaku kepala Unit Pelaksana Teknis. Keluaran atau output dari langkah ini adalah para petugas akan memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemegang kepentingan dan masyarakat. b. Pengembangan Tim di Masyarakat Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat, serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk membantu dan mendukung program KB. Tahap awal yang dilakukan pada pengembangan tim di masyarakat ini adalah Pendekatan kepada tokoh formal yang memiliki peran dalam penentu kebijakan. Tokoh formal merupakan pemerintah Desa yang mempunyai kekuatan hukum. Contoh dari tokoh formal adalah : Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala-kepala Urusan, Kepala-kepala Dusun, Pengurus PKK, Ketua RW atau RK, Ketua RT. Pendekatan ini dilakukan agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, sehingga sosialisasi dari program KB dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan pendekatan yang kedua adalah pendekatan kepada tokoh informal. Tokoh informal merupakan tokoh yang mempunyai kekuatan ikatan batin dengan masyarakatnya sehingga mempunyai pengaruh yang
besar. Tokoh informal yang dominan misalnya tokoh agama dan tokoh adat. Pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat ini bertujuan agar mereka memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan iklim yang kondusif bagi sosialisasi program KB. Pendekatan yang terakhir yaitu kepada instansi pemerintahan yang berhubungan dengan program KB. Seperti mengadakan kerjasama dengan Puskesmas setempat, melakukan pendekatan kepada bidan desa, dan lain sebagainya. hal ini dilakukan agar sosialisasi program KB dapat berjalan dengan lancar. c. Pemilihan Kader KB Pemilihan kader KB ini dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah & mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku. d. Orientasi atau Pelatihan Kader KB Sebelum melaksanakan tugasnya, kader KB yang telah ditetapkan perlu diberikan
orientasi
atau
pelatihan.
Orientasi
atau
pelatihan
dilaksanakan oleh pihak PLKB dan kepala UPT dari BPP&KB. Materi orientasi atau pelatihan mencakup kegiatan yang berhubungan dengan masalah KB, materi mengenai tata cara penggunaan dan manfaat pemakaian KB. Materi yang berhubungan dengan Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, Bina Keluarga Lansia, dan Bina Lingkungan
Keluarga. Serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalinan, dan lain-lain. 46 2. Strategi Manajemen Strategi ini dilakukan dengan maksud agar organisasi dapat dikendalikan dengan baik untuk mencapai tujuannya. Menurut Pearce dan Robinson, seperti dikutip Kasali (1994), mengembangkan langkah-langkah strategi manajemen yang diantaranya adalah dengan analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan, dan penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan atau organisasi.47 Adapun hal yang dilakukan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam melakukan strategi manajemen adalah sebagai berikut: a. Analisis Terhadap Peluang yang Tersedia dari Lingkungan Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan yaitu lingkungan Internal yang mencakup struktur organisasi, komunikasi antar bagian dalam organisasi dan sumber daya yang semuanya akan mendukung kelangsungan hidup organisasi. Dengan melakukan analisa lingkungan internal melalui penerapan metoda analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats), akan membantu organisasi untuk mengoptimalkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan secara internal,
46
Data ini berdasarkan wawancara penulis dengan Bpk.Wagimin selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis 16 Februari 2011. 47 Yenny Ratna Suminar, dkk. Komunikasi Organisasi. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007). Cet. ke-6. h. h. 9.9
kekuatan dan kelemahan tersebut akan dijadikan alat untuk meraih peluang serta menghindari ancaman. Pemahaman lingkungan internal akan memberikan pemahaman kepada organisasi akan kondisi dan kemampuan organisasi, dimana lingkungan internal ini
sangat
mempengaruhi
keberhasilan
Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dan mewujudkan Visi dan Misi yang telah ditetapkan. 1) Kekuatan (Strength) Kekuatan adalah situasi dan kemampuan yang bersifat positif yang memungkinkan
organisasi
memenuhi keuntungan
strategic
dalam mencapai visi dan misi. Adapun kekuatan yang dimiliki Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan sebagai berikut : a) Adanya kewenangan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan dibidang pemberdayaan masyarakat, perempuan dan keluarga berencana sesuai peraturan perundangundangan. b) Tersedianya Pedoman Operasional bagi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. 2) Kelemahan (Weakness) Kelemahan adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negative, yang menghambat organisasi mencapai atau mampu
melampaui pencapaian visi dan misi. Adapun kelemahan yang ada pada
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Lampung Selatan yang
menghambat dalam pencapaian tujuan
organisasi adalah : a) Kurangnya kualifikasi pegawai (SDM) yang kompeten dalam bidang Komputerisasi dan IT. b) Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung dalam kegiatan operasional di lapangan. c) Terbatasnya tenaga, baik di lapangan (UPT dan PLKB) maupun di sekretariat. d) Terbatasnya alokasi dana dalam mendukung berbagai kegiatan baik di sekretariat maupun operasional di lapangan. e) Belum dipahaminya sistem mekanisme operasional oleh sebagian petugas lapangan.48 b. Penilaian Terhadap Lingkungan Eksternal Penilaian terhadap lingkungan eksternal organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan faktor-faktor penentu keberhasilan (Cortical Success Factors) bagi suatu organisasi dengan mengetahui kondisi eksternal organisasi akan dapat diketahui peluang dan ancaman yang mempengaruhi organisasi. Analisis lingkungan eksternal diperlukan untuk meningkatkan peran organisasi dalam merespon setiap perubahan yang terjadi. 48
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) BPP&KB Lampung Selatan.
Lingkungan eksternal meliputi situasi dan kondisi disekeliling organisasi yang berpengaruh pada kehidupan organisasi. Pemahaman pada lingkungan eksternal akan memberikan masukan pemahaman pada organisasi mengenai kondisi dan situasi organisasi. 1) Ancaman (Threats) Ancaman adalah faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negative, yang dapat mengakibatkan organisasi gagal dalam mencapai visi dan misi. a) Adanya krisis kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparat pengawas dan pemerintah daerah pada umumnya. b) Kualitas hasil Pelayanan terhadap masyarakat yang belum optimal. c) Pemanfaatan hasil Pendataan Keluarga yang dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana setiap tahun belum optimal. 49
G. Strategi Komunikasi di Tingkat Komunikasi Kelompok Dalam meningkatkan kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana juga melakukan strategi di tingkat kelompok agar sosialisasi KB dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Dalam hal ini Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana melakukan strategi komunikasi yaitu dengan: 1. Strategi Kelompok Belajar (learning group) 49
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) BPP&KB Lampung Selatan.
Salah satu ciri yang menonjol dari learning group ini adalah adanya pertukaran informasi dua arah, artinya setiap anggota dalam kelompok belajar adalah kontributor atau penyumbang dan penerima pengetahuan. 50 Dalam melakukan strategi
kelompok belajar, Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana melakukan berbagai kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bina Keluarga Balita Bina keluarga balita (BKB) adalah pembinaan yang ditujukan kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai anak balita tentang bagaimana membina tumbuh kembang anak balita secara baik dan terarah atau optimal. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan orang tua dan keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang balita melalui rangsangan fisik, motorik, kecerdasan, emosional, dan sosial ekonomi. Dengan bekal pengetahuan dan ketrampilan diharapkan orang tua mampu mendidik balitanya sejak dini agar tumbuh dan berkembang secara optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Sasaran langsung dari BKB ini adalah keluarga atau orang tua yang mempunyai anak balita 0-5 tahun.51 Dalam menjalankan kegiatan Bina Keluarga Balita, hal yang dilakukan adalah mengumpulkan kader dalam satu kelompok lalu mengadakan belajar 50
Adiprakoso, Komunikasi Kelompok, http://adiprakosa.blogspot.com 51 Materi Bina Keluarga Balita, h. 3-4.
artikel
diakses
pada
15
Juni
2011
dari
bersama yang dipimpin oleh petugas PLKB, petugas PLKB menjelaskan bagaimana tumbuh kembang balita pada umumnya dan lain sebagainya.52 2. Bina Keluarga Lansia Kelompok kegiatan untuk membina keluarga lansia. Keluarga lansia adalah keluarga dimana anggota keluarganya ada yang sudah memasuki usia lanjut, mereka harus menyesuaikan di masa depan adanya kemunduran fisik, mental dan juga kemungkinan ekonomi Tujuan
dari
BKL
(Bina
Keluarga
Lansia)
diantaranya
dengan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga lansia, memahami dan membina kondisi serta mengatasi permasalahan Lansia, guna meningkatkan kesejahteraan Lansia. BKL memiliki peran agar Lansia tetap sehat, bugar, bahagia, sejahtera dan produktif. Sehingga lansia memiliki kemauan untuk memelihara kesehatannya, menumbuhkan sikap optimisme, dan melatih kerja sesuai kemampuan masing-masing. Di samping itu, anggota keluarga lainya agar lebih meningkat kepedulian dan perannya dalam melayani lansia, sehingga hidup terasa nyaman, bahagia dalam menjalani sisi usianya. Karena keluarga lansia yaitu keluarga yang telah mencapai usia enam puluh tahun atau lebih. Keluarga lansia harus memiliki dan diberi kegiatan, dan merupakan peran anggota keluarga dalam pembinaan Lansia baik itu pembinaan flsik, psikis, kehidupan beragama, serta sosial ekonomi Lansia. Bentuk pemberdayaan
52
Data ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat penelitian, 20 Februari 2011.
kepada Lansia seperti kegiatan pembekalan yaitu penyuluhan untuk peningkatan kesehatan, gizi, ekonomi produktif dan lainnya.53 Dalam menjalankan kegiatan Bina Keluarga Balita, hal yang dilakukan adalah mengumpulkan kader dalam satu kelompok lalu mengadakan belajar bersama yang dipimpin oleh petugas PLKB, petugas PLKB menjelaskan bagaimana memperlakukan keluarga lansia dengan benar.54 3. Bina Keluarga Remaja Adalah pengembangan materi kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita yang memperhatikan tujuan BKB, taqwa, cerdas, terampil dan mandiri bagi semua keluarga balita dengan materi tambahan yang dilengkapi dengan Alat Permainan Edukatif (APE) matematika (berhitung). Bina Keluarga Remaja (BKR). Dalam kelompok ini diusahakan pemberdayaan untuk keluarga yang mempunyai anak remaja. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran keluarga dengan anak remaja bahwa anak-anak mereka adalah bibit unggul yang harus dipersiapkan menjadi kekuatan pembangunan yang bermoral dan bermutu. Orang tua keluarga remaja ditingkatkan kesadarannya agar mereka siap menjadi agen pembangunan yang bisa mendampingi anak-anak tumbuh subur menjadi kekuatan pembangunan yang "tangguh, tanggap dan tanggon". Orang tua dengan anak remaja dipersiapkan memahami persoalan yang dihadapi atau bakal dihadapi oleh anak- anak remajanya, mendukung sekolah
53 54
Materi Bina Keluarga Lansia, h.2-3. Data ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat penelitian, 22 Februari 2011.
mereka dengan gigih, memperhatikan makanan dan gizi anak-anak agar bisa sekolah dengan baik, memberi dukungan keagamaan dan budi pekerti agar bisa mewarisi nilai-nilai luhur budaya bangsa. Anak-anak remaja mengalami perubahan mental dan fisik. Sebagian memasuki masa puber yang seringkali dianggap aneh dan ingin mendapatkan informasi, tetapi biasanya malu bertanya kepada bapak ibunya, takut ditertawakan atau mengira orang tuanya tidak tahu menahu tentang masalah yang mereka alami. Sebagian orang tua juga memasuki masa-masa kritis dalam rumah tangganya. Ada pula keluarga yang mengalami ke tidak puasan dalam perkawinan, mempunyai masalah keluarga atau masyarakat sekitarnya, ada pula yang mulai memasuki masa menopause. Konflik dalam berbagai dimensi perubahan ini bisa menyebabkan perhatian
orang
tua
kepada
anak-anak
remajanya
mengendur
dan
menimbulkan rasa tidak puas, atau tanda tanya yang aneh dari para remaja tentang perhatian yang mereka harapkan dari orang tua. Masalah-masalah tersebut adalah bahan yang dapat dipecahkan melalui forum Bina Keluarga Remaja. Oleh karena itu orang tua dengan anak remaja harus menjadi prioritas pemberdayaan dalam bidang ekonomi agar pendapatannya meningkat. Pendapatan yang lebih baik akan memungkinkan orang tua memberikan yang terbaik untuk anak remajanya.55
55
Materi Bina Keluarga Remaja, h. 3-6.
Dalam menjalankan Bina Keluarga Remaja, hal yang dilakukan adalah mengumpulkan kader lalu dibentuk sebuah kelompok belajar dan pihak PLKB menjelaskan beberapa masalah yang dihadapi oleh remaja pada saat ini, seperti masalah reproduksi remaja, bahaya narkoba dan lain sebagainya.56 Ada beberapa kasus yang penulis ketahui pada saat penelitian, dimana suatu desa masih menganggap bahwa KB itu haram, dan ini menjadi tantangan bagi pihak PLKB. Lalu pihak PLKB melakukan pendekatan kepada tokoh agama yang ada di desa tersebut. Kemudian melakukan diskusi untuk mendapatkan satu kepemahaman terhadap KB ini, akhirnya sang tokoh agama ini akan menjelaskan kepada warganya mengenai masalah KB. Tokoh agama itu mengatakan secara kesimpulannya seperti ini: pengertian KB atau Keluarga Berencana sebagaimana yang telah dijelaskan pihak PLKB adalah “Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.”
Kongkritnya,
pembatasan
kelahiran
dilakukan
dilakukan dengan cara mencegah kehamilan. Secara umum pencegahan kehamilan itu hukumnya dibolehkan. Asal memenuhi dua persyaratan utama, yaitu masalah motivasi dan tekniknya. 1. Halal Kalau Motivasinya Benar Motivasi yang melatar-belakanginya bukan karena takut tidak mendapat rezeki. Karena bila motivasinya seperti ini, berarti kita telah kufur kepada salah satu sifat Allah, yaitu Ar-Razzaq. Sifat Allah SWT yang satu ini harus kita imani dalam bentuk kita yakin sepenuhnya bahwa tidak ada satu 56
Data ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat penelitian, 25 Februari 2011.
pun bayi lahir kecuali Allah telah menjamin rezeki untuknya. Karena itu membunuh bayi karena takut kelaparan dianggap sebagai dosa besar di dalam Al-Quran. Sebagaimana firman Allah SWT: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.(QS. Al-Isra’: 31)
Motivasi yang dibenarkan adalah mencegah sementara kehamilan untuk mengatur jarak kelahiran itu sendiri. Atau karena alasan medis berdasarkan penelitian para ahli berkaitan dengan keselamatan nyawa manusia bila harus mengandung anak. Dalam kasus tertentu, seorang wanita bila hamil bisa membahayakan nyawanya sendiri atau nyawa anak yang dikandungnya. 2. Halal Kalau Metodenya dibenarkan Syariah Metode pencegah kehamilan serta alat-alat yang digunakan haruslah yang sejalan dengan syariat Islam. Ada metode yang secara langsung pernah dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW dan para sahabat dan ada juga yang memang diserahkan kepada dunia medis dengan syarat tidak melanggar norma dan etika serta prinsip umum ketentuan Islam.
H. Strategi Komunikasi dalam Tingkat Komunikasi Antar Pribadi
Dalam menjalankan strategi komunikasi dalam tingkat komunikasi antar pribadi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana melakukan strategi yaitu: 1. Strategi Katalisator Dalam strategi katalisator, individu berbuat berdasarkan kesadarannya sendiri tanpa harus diberi imbalan atau hukuman. Komunikator harus membantu pihak yang bersangkutan dengan rangkaian pesan-pesan untuk merangsang suatu proses, namun tindakan selanjutnya sepenuhnya ditentukan oleh yang bersangkutan.57 Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang diketuai oleh Kepala Unit Teknis (UPT). Untuk selanjutnya penulis menggunakan istilah PLKB. Yang terjun langsung ke lapangan dalam mensosialisasikan program KB. Penyuluh lapangan keluarga berencana (PLKB) adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan, pelayanan, evaluasi dan pengembangan KB Nasional yang ditempatkan di lingkungan instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Semula PLKB sebagai penyuluh melakukan kunjungan dari rumah ke rumah, membantu Puskesmas melayani calon peserta KB, selanjutnya tuntutan tersebut
menjadi
berubah
sehingga
PLKB
dituntut
untuk
mendinamisasi, memfasilitasi keluarga dan masyarakat untuk memenuhi
57
Irma Adnan, Budi Astuti dkk. Komunikasi Antar Pribadi. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002). Cet. ke-4. h. 20.
kebutuhannya. Serta penyampaian informasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dan masyarakat untuk mewujudkan keluarga berkualitas.58 Tugas PLKB di lapangan adalah mendatangi setiap desa ketika diadakannya posyandu. Idealnya setiap orang PLKB memegang 1 desa sedangkan di Kalianda terdapat 27 desa. Sedangkan jumlah PLKB yang ada di kecamatan Kalianda hanya 8 orang. Kondisi ini tidak berimbang dengan jumlah desa yang ada di kecamatan Kalianda, sehingga setiap PLKB memegang lebih dari 1 desa. Untuk menanggulangi masalah tersebut, PLKB membutuhkan bantuan dari masyarakat untuk mensosialisasikan program KB. Masyarakat yang membantu tersebut disebut sebagai kader. Kader adalah anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan, bekerja secara sukarela dalam membina dan menyuluh orang tua, remaja, ataupun lansia tentang bagaimana memberikan pemahaman terhadap program-program yang diberikan oleh PLKB secara baik dan benar. Sehingga setiap desa memiliki kader yang dapat membantu PLKB, sekurang-kurangnya terdapat 5 kader dalam suatu desa tersebut. Berikut ini akan dijelaskan jenis-jenis kader dan tugasnya : a. Kader inti : yaitu kader yang bertugas untuk menyampaikan materi dan penyuluhan. Kader inti juga membantu pihak PLKB apabila ada
58
Data ini berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bpk.M. Shaidi petugas penyuluh lapangan keluarga berencana 23 february 2011.
masyarakat yang akan mendaftarkan sebagai pemakai KB aktif. Tahap awal yang dilakukan masyarakat adalah apabila ia ingin menjadi peserta KB aktif, terlebih dahulu mendatangi kader yang ada di desanya, masyarakat juga bisa sekaligus berkonsultasi mengenai macam-macam KB yang sekiranya cocok dengan masyarakat tersebut. b. Kader bantu : yaitu kader yang bertugas membantu kader inti menyampaikan penyuluhan bila berhalangan hadir. c. Kader piket : kader yang bertugas berbenah tempat pertemuan dan mengawasi peserta yang sedang mengikuti penyuluhan.59 Kegiatan pertama yang dilakukan PLKB adalah berupa penyuluhan yang dilaksanakan disetiap posyandu yang diadakan setiap 1 bulan sekali. Setiap kali suatu desa mengadakan posyandu, maka petugas PLKB khususnya mendatangi posyandu tersebut. Proses kegiatannya bisa digambarkan sebagai berikut. Didalam suatu posyandu yang ideal setidaknya ada 7 meja yang disediakan pada saat diadakannya posyandu yaitu : 1) Meja yang pertama adalah untuk pendaftaran. Pada saat seorang ibu datang beserta anaknya, terlebih dahulu mendaftarkan nama anak tersebut serta menyerahkan kartu menuju sehat (KMS) yang dimiliki setiap ibu untuk mengetahui perkembangan anaknya. 2) Meja yang kedua adalah untuk penimbangan anak. Setelah mendaftarkan nama anaknya tersebut, proses selanjutnya adalah menimbang berat badan anak supaya terlihat perkembangan berat badan 59
Materi Penyuluhan Keluarga Berencana, h.4-5.
anak dari bulan sebelumnya. Jika mengalami penurunan berat bedan berarti anak tersebut mengalami kemunduran perkembangan berat badan. 3) Meja yang ketiga adalah untuk pencatatan hasil penimbangan anak. Setelah diketahui berat badannya kemudian dicatat dalam kartu menuju sehat anak tersebut, sehingga ibu mengetahui perkembangan berat badan anak setiap bulannya. 4) Meja yang keempat adalah untuk penyuluhan. Meja yang keempat ini biasanya diisi oleh kader PLKB, yang tentunya sudah dilatih sebelumnya dan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang KB. Di meja inilah seorang wanita yang sudah menikah atau seorang ibu yang ingin berkonsultasi mengenai masalah KB, bisa menanyakan dan berkonsultasi mengenai masalah KB yang ia alami. Dengan menggunakan KB dalam bentuk pil, ini akan membuat berat badan bertambah sehingga membuat tidak nyaman bagi penggunanya.60 Setelah mendengarkan keluhan dari salah satu masyarakat ini, petugas PLKB
memberikan penjelasan
bahwa
KB
yang
digunakan
ada
pengaruhnya dengan hormon yang ada dalam tubuh ibu tersebut sehingga menimbulkan peningkatan berat badan. Kader tersebut menyarankan untuk menggunakan KB spiral, KB spiral ini biasanya ditempatkan di rahim seorang ibu sehingga tidak akan memungkinkan untuk hamil jika sedang berhubungan dengan suaminya.
60
2011.
Data ini berdasarkan wawancara penulis dengan masyarakat peserta KB aktif, 19 Februari
5) Meja yang kelima adalah untuk pelayanan Pada meja yang kelima ini biasanya untuk pelayanan bagi seorang ibu atau untuk anaknya. Contoh pelayanan untuk
seorang anak biasanya
diberikan imunisasi sesuai umur dari anak tersebut. Sedangkan pelayanan bagi ibunya adalah jika seorang ibu membutuhkan pil KB, maka akan diberikan dengan gratis. 6) Meja yang keenam adalah untuk kotak kritik dan saran. Meja yang keenam ini biasanya diisi dengan sejumlah kotak saran, jika seorang ibu ingin memberikan kritikan atau saran yang berhubungan dengan pelayanan KB dan ibu tersebut malu untuk mengungkapkannya secara langsung, maka bisa memasukkan kritik dan sarannya dalam kotak yang sudah disediakan oleh pihak penyelenggara KB. Dalam menjalankan program sosialisasi KB, saran yang diberikan oleh masyarakat adalah supaya program penyuluhan lebih di intensifkan lagi dan lebih rajin untuk hadir pada saat posyandu diadakan.61 7) Meja yang ketujuh adalah untuk dinas instansi. Meja yang terakhir adalah meja untuk dinas instansi. Biasanya diisi oleh pihak PLKB, perwakilan pegawai kesehatan dan lain sebagainya yang tentunya berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Jika dari pihak PLKB akan mengadakan penyuluhan atau memberitahukan hal-hal yang berkaitan dengan KB, maka waktu penyuluhan tersebut diadakan pada saat ibu-ibu
61
2011.
Data ini berdasarkan wawancara penulis dengan masyarakat peserta KB aktif, 19 Februari
sudah berkumpul dan sebagian sudah melakukan penimbangan dan pemberian imunisasi kepada anaknya. 2. Strategi Wortel Terayun Dalam menggunakan strategi wortel terayun, tugas utama komunikator dalam hal ini pihak PLKB adalah menjadikan komunikan mengasosiasikan dirinya dengan imbalan dan kepuasan. Dengan memberikan pil KB gratis kepada peserta KB aktif dan memberikan informasi bahwa terdapat pemasangan alat kontrasepsi dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada umumnya di rumah sakit Kalianda. Sehingga masyarakat yang belum menjadi peserta KB aktif dapat tertarik dengan hal ini.62
I. Bentuk Komunikasi Dominan digunakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Bentuk komunikasi dominan yang dilakukan PLKB dalam mensosialisasikan program KB adalah komunikasi interpersonal. Pengertian dari komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua orang atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.63
62
Data ini berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bu Nuraini petugas penyuluh lapangan keluarga berencana 23 february 2011. 63 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal , (Yogyakarta: Kanisius, 2007), cet. ke-5. h. 18.
Cara dalam pendekatannya secara interpersonal adalah dengan memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa tujuan jangka panjang dari program Keluarga Berencana adalah membentuk keluarga berkualitas. Maksud dari keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada saat posyandu diadakanpun jika ada masyarakat yang akan berkonsultasi mengenai masalah KB, maka pihak PLKB akan melayaninya dengan cara langsung. Pendekatan kepada individu atau interpersonal lebih ditekankan oleh PLKB dalam mensosialisasikan program KB. Pada saat penyuluhanpun bisa dilihat bagaimana proses komunikasi interpersonal terjadi, pihak PLKB menanyakan satu persatu kepada para ibu apakah mereka sudah menggunakan KB?, lalu bertanya lagi apakah ada masalah yang dihadapi oleh ibu dalam penggunaan KB? Jadi bisa dilihat bahwa proses komunikasi interpersonal sangat efektif dilakukan oleh PLKB dalam mensosialisasikan program KB tersebut. Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena pada saat penyampaian pesan, dapat menggunakan kelima alat indera untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang dikomunikasikan kepada komunikan. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia
merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun. Pada saat peneliti hadir pada saat posyandu sedang diadakan di sebuah desa, pihak PLKB akan memberikan penyuluhan mengenai program KB dan program lainnya. Pada saat itu ada program KB terbaru yaitu penggunaan KB yang tidak membuat tubuh seorang ibu menjadi bertambah dan masa tahannya cukup lama yaitu bisa sampai 1 tahun hingga tahan sampai 3 tahun sehingga seorang ibu tidak harus setiap bulannya suntik KB atau setiap minggunya mengkonsumsi pil KB. Penggunaan KB semacam ini biasanya disebut Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan sering juga disebut IUD, singkatan dari Intra Uterine Device, alat KB ini diletakkan di rahim seorang ibu sehingga tidak memungkinkan untuk hamil lagi pada saat berhubungan dengan suaminya. Dengan sabarnya pihak PLKB menjelaskan program terbaru KB ini, di saat inilah proses sosialisasi program KB dilakukan secara intensif oleh pihak PLKB. Agar masyarakat mengetahui program tersebut. Lalu diadakannya tanya jawab dengan ibu-ibu yang ada di posyandu tersebut dan kegiatan ini berjalan dengan baik dan sangat efektif. Setiap ibu-ibu ditanya apakah ibu sudah menjadi peserta KB aktif apa belum. Dijelaskan manfaat penggunaan KB baik untuk ibu, anaknya atau pun untuk perkembangan penduduk yang ada di Indonesia ini. Pada saat posyandu diadakan dan pihak dari PLKB datang maka kader melaporkan kepada petugas PLKB bahwa ada masyarakat yang akan mendaftar sebagai peserta KB aktif. Kader inti juga membantu pendataan yang diadakan dari PLKB setiap bulannya. Bagaimana perkembangan masyarakat disana,
mendata berapa banyak kelahiran atau kematian balita yang ada di desa tersebut, dan lain sebagainya. Kegiatan selanjutnya yang berhubungan dengan sosialisasi KB adalah dengan menempelkan beberapa poster yang berhubungan dengan masalah KB, hal ini bisa membantu dalam mensosialisasikan program KB. Lalu dengan pendirian gapura-gapura yang berisikan makna mengenai bahwa 2 anak itu adalah cukup. Gapura tersebut dibangun di pinggiran jalan yang ada disebuah desa tertentu. Setiap satu bulan sekali biasanya diadakan nonton film bersama dengan tema KB. Kegiatan sosialisasi ini yang membuat unik dalam strategi yang dibangun oleh pihak PLKB. Melalui kegiatan ini masyarakat menjadi tertarik dengan masalah KB karena kegiatan sosialisasinya dikemas dengan cara yang berbeda.
J. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mensosialisasikan Program Keluarga Berencana Faktor-faktor kunci keberhasilan berfungsi untuk lebih memfokuskan strategi organisasi dalam rangka mencapai tujuan dan misi organisasi secara efektif dan efisien. Faktor-faktor yang sangat berperan dalam mencapai keberhasilan organisasi yang mencakup bidang atau aspek dari misi di dalamnya sangat bergantung pada keberhasilan kinerja instansi pemerintah. Faktor-faktor penentu keberhasilan ini ditetapkan dengan terlebih dahulu menganalisis lingkungan internal eksternal. Selanjutnya dilakukan analisis dalam rangka menentukan tingkat urgensi dan dampak potensi nya dan kemudian dilanjutkan dengan penentu skala prioritas.
Adapun faktor yang mendorong keberhasilan pencapaian kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan adalah sebagai berikut: 1. Dukungan dari seluruh komponen Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan, mulai dari Kepala Badan sampai dengan tingkat pelaksana / staf. 2. Sikap kooperatif (kerjasama) dari segenap unsur dalam pelaksanaan tugas dan dukungan dari legislatif, eksekutif serta dinas instansi terkait tingkat kecamatan serta para tokoh masyarakat, tokoh adat, dan para kader dilapangan. 3. Adanya peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas. 4. Sarana dan prasarana alat kontrasepsi relatif cukup jumlahnya. Hambatan dan kendala dalam pencapaian kerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan adalah sebagai berikut. 1. Relatif terbatasnya dana dalam mendukung operasional program dan kegiatan, sehingga pelaksanaan tugas dan kinerja belum terlaksana secara optimal. 2. Relatif terbatasnya dukungan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, sehingga pencapaian kinerja belum dapat terlaksana secara optimal. 3. Relatif terbatasnya pengelola program dengan kemampuan teknis di Kabupaten/ staf, sehingga pelaksanaan fungsi belum dapat terlaksana secara optimal.
4. Relatif kurangnya pengelola program ditingkat lapangan, sehingga pencapaian tujuan dan sasaran belum dapat terlaksana secara optimal. 5. Masih minimnya sarana dan prasarana IT (perangkat komputer dan instrumen penunjang lainnya). 6. Terbatasnya ketersediaan kendaraan operasional kantor roda empat.64 Tahap akhir dari strategi adalah evaluasi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. PLKB biasanya mengadakan evaluasi dari setiap kegiatan pada hari senin yang dibarengi dengan staff meeting. Sebelum kegiatan setiap minggunya dimulai, pada saat staff meeting dibahas perencanaan kegiatan yang akan dimulai dan mengevaluai hasil dari kegiatan pada minggu sebelumnya. Adapun beberapa kendala yang dihadapi oleh PLKB adalah Pemahaman masyarakat yang masih menganggap bahwa KB itu haram, dan kendala dengan kader desa yang membantu para pihak PLKB dalam mensosialisasikan program KB yang tidak mendapatkan gajih dan mereka bekerja secara sukarela. sebagaimana dikutip dari wawancara PLKB, dimana ia mengatakan bahwa: “Kendala yang kami hadapi dalam sosialisasi KB adalah masalah pemahaman masyarakat yang berfikir bahwa KB itu haram, lalu pada saat dilapangan kendala yang kami hadapi adalah pada saat membutuhkan bantuan kader atau
64
Rencana Strategi (RENSTRA) BPP&KB Lampung Selatan Tahun 2011-2015
Pembantu Pembina keluarga Berencana Desa (PPKBD) kami tidak ada dana untuk memberikan biaya administrasi dan lain sebagainya”.65 Sedangkan menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) mengatakan bahwa kendala yang dihadapi adalah masalah tenaga kerja yang dimiliki. Seperti yang dikatakan bahwa: “Kendala yang kami hadapi adalah kurangnya tenaga kerja yang kami miliki sedangkan cakupan daerah yang kami pegang cukup luas sehingga ini tidak sebanding dengan tim kami”.66 Untuk menanggulangi kendala tersebut, hal yang dilakukan adalah dengan memberikan pemahaman mengenai tujuan KB sebenarnya, dan lebih memberikan pendekatan-pendekatan secara individu agar masyarakat mengerti dan memahami akan arti pentingnya program KB itu sendiri. Biasanya pihak PLKB melakukan pendekatan kepada para kader dengan cara menjaga silaturahmi dengan baik agar mereka tidak merasa dimanfaatkan begitu saja tanpa imbalan sedikitpun, dan memberikan pengertian bahwa kegiatan yang dilakukannya adalah untuk ladang amal mereka di akhirat nanti. Jika pihak PLKB mendapatkan rezeki yang lebih biasanya ia memberikan sedikit rezekinya kepada para kader desa yang telah membantunya dalam tugas mensosialisasikan program KB. Dalam menanggulangi masalah tenaga kerja lapangan yang kurang, kepala UPT biasanya bekerja sama kepada pihak puskesmas yang hadir dalam posyandu dan kepada bidan desa, sehingga pada saat PLKB tidak dapat hadir dalam kegiatan
65
Wawancara pribadi dengan Muhammad Shaidi (Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana), Kalianda, 10 Februari 2011. 66 Wawancara pribadi dengan Wagimin (Kepala Unit Pelaksana Teknis), Kalianda, 16 Februari 2011.
posyandu maka bidan desa dapat membantu jika ada masyarakat yang ingin berkonsultasi mengenai masalah KB.
Tabel III. Strategi Komunikasi BPP&KB dalam Mensosialisasikan program KB
No
Perubahan Strategi
Strategi Komunikasi Organisasi
Srtategi Komunikasi Kelompok
Strategi Ko
Perencanaan
Strategi Individual Development, dan Strategi Kelompok Belajar Strategi Kata Wortel Tera Strategi Manajemen. (learning group)
2
Pelaksanaan
Pengembangan Tim Petugas, Pengembangan Tim di Masyarakat, pemilihan kader KB, orientasi atau pelatihan kader KB, melakukan penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan, dan analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan.
3
Evaluasi
Kurangnya tenaga kerja baik dilapangan maupun di sekretariat, terbatasnya alokasi dana dalam mendukung berbagai kegiatan, kurangnya kualifikasi pegawai (SDM) yang kompeten dalam komputerisasi dan IT
1
BAB V
Mengadakan kegiatan kelompok belajar seperti Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja dan Bina Keluarga Lansia. Melakukan pelatihan perawatan bayi yang baik dan benar, pelatihan mengasuh keluarga lansia, dan memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kepada remaja dan bahaya narkoba. Kurangnya minat masyarakat untuk menjadi peserta kelompok Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja dan Bina Keluarga Lansia
Mengadakan penyuluhan Subur (PUS mengenai m informasi masyarakat memberikan pemasangan harga terjang
Tidak adany sehingga pi pendekatan a desa agar PLKB.
PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian mengenai strategi komunikasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, bahwa strategi komunikasi yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, dalam hal ini dilakukan oleh Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana dalam mensosialisasikan program KB cukup berhasil. Ini terbukti dengan berjalannya setiap kegiatan yang berhubungan dengan masalah KB. Dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang digunakan adalah : 3. Strategi komunikasi pada tingkat organisasi dilakukan melalui strategi Individual
Development
(Pengembangan
Individu)
dan
Strategi
Manajemen dimana hal yang dilakukan adalah Pengembangan tim petugas, pengembangan tim di masyarakat, pemilihan kader KB, orientasi atau pelatihan kader KB, analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan, dan penilaian terhadap lingkungan eksternal. Pada tingkat kelompok dilakukan melalui strategi kelompok belajar dengan pelatihan Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja dan Bina Keluarga Lansia. Dan pada tingkat komunikasi antar pribadi dilakukan melalui strategi katalisator dan strategi wortel terayun dengan memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan menguntungkan dan memberikan imbalan dan kepuasan kepada masyarakat84pengguna KB. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana berhasil memberikan pemahaman
serta pengertian terhadap masyarakat akan pentingnya menjadi peserta KB. 4. Bentuk komunikasi yang dominan digunakan adalah komunikasi interpersonal, dimana pihak PLKB lebih menekankan kepada hubungan interpersonal yang baik sehingga akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya khususnya masalah penggunaan KB, memungkinkan setiap pesertanya dapat menangkap apa yang dijelaskan oleh pihak PLKB baik secara verbal ataupun nonverbal, sehingga yang disampaikan oleh pihak PLKB dapat sampai kepada masyarakat. Tak kalah pentingnya adalah penggunaan media seperti poster, gapura dan pemutaran film membantu dalam proses sosialisasi program KB.
B. Saran-Saran Tentu
sebagai
sebuah
lembaga
pemerintahan,
tujuan
Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana bukan kepada profit oriented. Melainkan bentuk kesadaran sebagai lembaga yang berperan menjadikan keluarga Indonesia menjadi keluarga yang berkualitas. Ada beberapa catatan yang ingin penulis sampaikan, tentunya saran-saran ini disampaikan bertujuan tak lain demi kebaikan dan kualitas di masa yang akan datang. Adapun saran yang ingin penulis sampaikan sebagai berikut: 1. Hendaknya pelaksanaan kegiatan sosialisasi KB dengan cara penyuluhan lebih ditekankan intensitas waktunya di desa yang terletak agak jauh dari pusat kota atau dengan kata lain desa yang berada di pelosok. Karena desa
yang berada di pelosok masih kurang menerima informasi mengenai masalah KB. 2. Pengembangan strategi komunikasi dalam mensosialisasikan program KB, hendaknya juga menggunakan media massa seperti radio. Karena berdasarkan hasil pengamatan penulis, masyarakat Lampung Selatan yang berada di Kecamatan Kalianda khususnya yang berada di pelosok desa masih banyak pendengar setia dari media radio. Sehingga tidak ada salah nya media massa radio juga dimanfaatkan untuk mensosialisasikan program KB.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Hamid dan Kurniawati. Galang Dana Ala Media. Jakarta: Piramedia, 2004. Arni, Muhammad. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT bumi aksara. 2005. David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Prehalindo, 2002. Handayani. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama, 2010. Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius, 2007. Hari Purnomo, Setiawan dan Zulkieflimansyah Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar. Jakarta: Prehalindo, 2002. Irma Adnan, Budi Astuti dkk. Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2002. Jauch, R. Lawrence dan William F. Glueck. Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Erlangga, 1988. Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006. Muslimin, Amrah. Keluarga Berencana (Pantang Berkala) aspek Masalah Kependudukan. Jakarta: Akademika Pressindo, 1986. Narwoko, Dwi dan Bagong suyanto. Sosiologi Teks Pengantar. Jakarta: Prenada Media, 2005. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2000. Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007. Soemitrat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008 Sugiyo. Komunikasi Antarpribadi. Semarang: UNNES Press, 2005. Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fak. Ekonomi,UI, 2000. Suprayogo, Imam dan Tabroni. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Suprapto, Tommy. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : CAPS, 2011.
Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo, 2006. Uchjana Effendi, Onong. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Uchjana Effendi, Onong. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Widjaja, Komunikasi; Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Yenny Ratna Suminar, dkk. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007. Yogi. dkk. Manajemen Stratejik Terapan. Jakarta: Poliyama Widya Pustaka), Catherine Maname Uli, “Mari Kita Sukseskan Program Keluarga Berencana,” artikel diakses pada 27 Desember 2010 dari http://catherinemaname.wordpress.com/2009/11/25/mari-kita-sukseskan-program-keluargaberencana/
Hasil sensus penduduk 2010 Data Agregat per Provinsi, artikel diakses pada 11 Januari 2011 dari http://www.bps.go.id/65tahun/SP2010_agregat_data_perProvinsi.pdf Jay, “Situs Resmi Radar Lamsel,” artikel diakses pada 27 Desember 2010 dari http://www.radarlamsel.com/berita-utama/523-penduduk-lamsel-909989-jiwa
1. Pihak PLKB sedang memberikan penyuluhan kepada masyarakat pada saat diadakan posyandu
2. Pada saat memberikan penyuluhan, pihak PLKB melakukan tanya jawab seputar masalah KB
3. Persiapan pada saat akan diadakan lomba desa
4. Kepala Unit Pelaksana Teknis memberikan beberapa penjelasan mengenai kriteria lomba desa bersih
5. Pihak PLKB melakukan kegiatan Bina Keluarga Balita Kepada perwakilan dari masyarakat
6. Peneliti beserta para petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana
7. Lokasi Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Lampung Selatan
8. Beberapa media yang digunakan dalam mendukung proses sosialisasi program KB. Yaitu: Gapura, Poster dll.