STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT POLA KEMITRAAN PT. ANUGERAH TANI BERSAMA DENGAN MASYARAKAT (KASUS PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN BANYUASIN, SUMATERA SELATAN)
SULISTIANAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tugas Akhir saya yang berjudul : “Strategi dan Kelayakan Pengembangan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Pola Kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama dengan Masyarakat (Kasus Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan)” Merupakan gagasan dan hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas Akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor,
Februari 2010
Sulistianawati F052050065
ABSTRACT SULISTIANAWATI. Feasibility and Strategy Development of Oil Palm Plantation Business Patterns Partnership PT.Anugerah Tani Bersama with Local People (Case of Oil Palm Plantation in Musi Banyuasin Region, South Sumatera). Supervised by H. MUSA HUBEIS as Committee Chairperson, and HARTRISARI HARDJOMIDJOJO as member. Problems that become the base of oil palm development is how to find a mutually beneficial synergy between farmers and companies in the cultivation of oil palm plantation with the partnership pattern. Goal of this research is to evaluate the prospects of partnership between PT Anugerah Farmers Co (PT ATB) with ‘owner’ land farmers, to analyze the feasibility of cultivation of oil palm plantation partnership for PT ATB and farmers, and determine strategic development priorities of partnerships by the oil palm plantation partnership between PT ATB with the farmers. Types of data used in this study the data in the form of investment costs, operating costs, and organizational management, partnership and farmers' income. The data in this study include primary and secondary data. Analysis carried out on various aspects relating to the strategy and the feasibility of developing oil palm plantations with the partnership developed, the partnership model, the analysis of plasma farmers' income, financial feasibility analysis, internal and external analysis. PT. ATB implement core-plasma partnership pattern with the farmers. Partnership core-plasma system that is applied is 60:40 partnership system. The results of the analysis indicate that the development plan of plantation and factory, in the technical assumptions and economic can be met, then the standard can be met quite feasible in all feasibility criteria. Total project investment will be recovered (PBP) in 9.87 years and net cash value (NPV) projects amounted to Rp 446.039 billion. Cash value of this project is equivalent to the internal exchange rate (IRR) of 34.15% (before interest), or 27.55% (after interest). Internal factors that became the strength of the partnership are the land, marketing, finance, credibility to access capital, government relations and public relations. While the factors that are considered to be the weaknesses are experience to build plantation, research and development, and management information system. External factors that become opportunity for partnership is local government support, availability of farmers land, banking support, and the prospects of oil palm. While the factors considered as a threat is political and security situation of the world. According to the results of QSPM analysis matrix, the prior alternative strategies is the SO (strengths and opportunities) based strategy is maximize cooperation partnerships with the potential of land owned by the community.
Keywords : feasibility, internal and external development, the partnership pattern
factors,
palm
oil,
strategic
RINGKASAN
SULISTIANAWATI. Strategi Dan Kelayakan Pengembangan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Pola Kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama Dengan Masyarakat (Kasus Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan). Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS sebagai Ketua dan HARTRISARI HARDJOMIDJOJO sebagai Anggota Komoditas kelapa sawit merupakan primadona perdagangan ekspor Indonesia sejak dekade lalu. Minyak sawit sebagai hasil pengolahan buah kelapa sawit utama merupakan minyak nabati paling berpotensi dalam perdagangan minyak nabati dunia. Permasalahan yang menjadi landasan pengembangan kelapa sawit adalah bagaimana menemukan sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan di dalam pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi prospek kemitraan antara PT Anugerah Tani Bersama (PT ATB) dengan petani ‘pemilik’ lahan, menganalisis kelayakan pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan bagi PT ATB dan petani, dan menentukan prioritas stratejik pengembangan kemitraan pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan antara PT ATB dengan petani. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data biaya investasi, biaya operasi, manajemen dan organisasi, pola kemitraan dan pendapatan petani. Berdasarkan sumbernya, data terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian adalah metode purposive sampling, yaitu memilih secara sengaja contoh yang diteliti sebagai responden. Analisis dilakukan terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan strategi dan kelayakan pengembangan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan yang dikembangkan, yaitu model kemitraan, analisis pendapatan petani plasma, analisis kelayakan finansial, analisis internal dan eksternal. PT. ATB menerapkan pola kemitraan inti-plasma dengan petani. Melalui pola kemitraan, secara kualitatif dapat diketahui peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang dapat dihilangkan melalui kerjasama kemitraan. Sistem kemitraan inti plasma yang diterapkan adalah sistem kemitraan 60:40. Hasil analisis menunjukkan bahwa rencana pengembangan kebun dan pabrik, dalam kondisi asumsi-asumsi teknis dan ekonomis dapat dipenuhi, maka standar cukup layak dapat dipenuhi pada semua kriteria kelayakan. Investasi total proyek akan terpulihkan (PBP) dalam waktu 9,87 tahun dan nilai tunai netto (NPV) proyek adalah sebesar Rp 446,039 miliar. Nilai tunai proyek ini setara dengan tingkat imbalan internal (IRR) sebesar 34,15 % (sebelum bunga) atau 27,55 % (setelah bunga). Secara umum hasil analisis aspek finansial, dengan asumsi-asumsi teknis dan ekonomi terpenuhi menunjukkan rencana pengembangan kebun dan pabrik sesuai kriteria kelayakan usaha dengan batas kritis relatif aman. Berdasarkan hasil perbandingan proyeksi bagi hasil, menunjukkan bahwa pola kemitraan 60:40 yang dilaksanakan oleh PT ATB memberikan pendapatan rataan bagi petani Rp 6,629,298 per tahun hektar, sedangkan dengan pola bagi hasil 80:20 akan memberikan pendapatan Rp 3,531,028 per tahun hektar.
Faktor internal yang menjadi kekuatan bagi kemitraan adalah lahan, pemasaran, keuangan, kredibilitas mendapat akses modal, hubungan pemerintah dan hubungan masyarakat. Sedangkan faktor yang dinilai menjadi kelemahan adalah pengalaman dalam membangun kebun. Faktor eksternal yang menjadi peluang bagi kemitraan adalah dukungan pemerintah daerah, ketersediaan lahan petani, dukungan perbankan, dan prospek kelapa sawit. Sedangkan faktor yang dinilai sebagai ancaman adalah situasi politik dan keamanan dunia. Berdasarkan hasil analisis matriks QSPM, alternatif strategi yang menjadi prioritas adalah strategi yang berbasis pada SO (strengths and opportunities). Alternatif strategi yang diusulkan adalah sebagai berikut (1) Melaksanakan kerjasama kemitraan dengan memaksimalkan potensi lahan yang dimiliki oleh masyarakat, (2) Memaksimalkan peran serta masyarakat dan keterlibatan masyarakat dalam pemilikan lahan perkebunan. (3) Mengembangkan pola kemitraan yang saling menguntungkan baik bagi perusahaan inti dan petani, (4) Menciptakan sinergi yang baik antara perusahaan dan petani mitra, (5) Melakukan sosialisasi yang baik dalam pelaksanaan program kemitraan kepada msyarakat, (6) Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang telah memiliki pengalaman dalam membangun kebun dan pabrik kelapa sawit, dan (7) Menciptakan peluang kerjasama kemitraan dengan alternatif komoditas perkebunan yang lain. Kata kunci : faktor internal dan eksternal, kelapa sawit, kelayakan, pola kemitraan, strategi pengembangan
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT POLA KEMITRAAN PT. ANUGERAH TANI BERSAMA DENGAN MASYARAKAT(KASUS PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN BANYUASIN, SUMATERA SELATAN)
SULISTIANAWATI
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Tugas Akhir
: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Pola Kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama dengan Masyarakat (Kasus Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan)
Nama Mahasiswa
: Sulistianawati
Nomor Pokok
: F052050065
Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Ketua
Dr.Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA
Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal ujian : 26 Juni 2009
Tanggal lulus :
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Dr.Ir. Sapta Raharja, DEA
PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kepada hadirat Allah SWT atas segala karunia dan anugerah yang diberikan-Nya, sehingga Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA, sebagai ketua komisi pembimbing atas bimbingan dan dorongannya dalam penulisan dan penyelesaian Tugas Akhir. 2. Dr.Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA, sebagai anggota komisi pembimbing atas motivasi dan bimbingan yang telah diberikan dalam penulisan dan penyelesaian Tugas Akhir ini. 3. Dr.Ir. Sapta Raharja, DEA, sebagai penguji luar komisi dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. 4. Seluruh staf pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah banyak membantu selama kuliah berlangsung. 5. Keluarga penulis, adik-adik yang senantiasa memberikan semangat hingga Tugas Akhir ini selesai. 6. Suami penulis, Ir. Budi Purwanto, ME dan ananda tercinta Kenang Ina Versiggi Subud atas segala pengorbanan yang tiada henti, baik moril dan materil, sehingga penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. 7. Teman-teman angkatan VI Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan kepada semua pihak yang telah membantu selesainya Tugas Akhir ini. Akhirnya penulis berharap, semoga Tugas Akhir ini berguna dan dapat memberikan kontribusi bagi semua pihak yang berkepentingan. Maka dari itu, saran dan kritik membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang. Bogor, Penulis
Februari 2010
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lumajang pada tanggal 2 Maret 1965, sebagai anak pertama dari 5 (lima) bersaudara dari Bapak (alm.) Manilan dan Ibu (almh.) Suwarti. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 1989. Pada tahun 2005 penulis diterima pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penulis bekerja pada PT Primakelola Agribisnis Agroindustri sejak 2001 – sekarang. Penulis menikah pada bulan Desember 1991 dengan Ir. Budi Purwanto, M.E dan dikaruniai 1 (satu) orang anak bernama Kenang Ina Versiggi Subud. Sebagai tugas akhir di Sekolah Pascasarjana, penulis melaksanakan penelitian berjudul “Strategi dan Kelayakan Pengembangan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Pola Kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama dengan Masyarakat (Kasus Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan)” di bawah bimbingan Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA dan Dr.Ir. Hartrisari Harmidjojo, DEA.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL................................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................ ix I. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang............................................................................................................... 1 1.1.1. Karakteristik Komoditi ....................................................................................... 1 1.1.2. Potensi Industri Kelapa Sawit Indonesia ............................................................ 3 1.1.3. Pohon Industri ..................................................................................................... 4 1.1.4. Permasalahan Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit .................................. 7 1.2. Perumusan Masalah....................................................................................................... 8 1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................................... 8 II. LANDASAN TEORI ........................................................................................................... 9 2.1. Kerangka Teoritis Kemitraan...................................................................................... 9 2.1.1. Dasar Kebijakan................................................................................................ 10 2.1.2. Manfaat Kemitraan .......................................................................................... 10 2.1.3. Pola Kemitraan Inti Plasma dalam Perkebunan Kelapa Sawit ......................... 11 2.2 Kelayakan Investasi ................................................................................................... 13 2.2.1. Net Present Value ............................................................................................ 14 2.2.2. Payback Period ................................................................................................. 15 2.2.3.Internal Rate of Return ...................................................................................... 16 2.2.4. Net B/C ............................................................................................................ 16 2.2.5. Break Event Point ............................................................................................ 17 2.2.6. Analisis Sensitivitas .......................................................................................... 17 2.3. Strategi Perusahaan .................................................................................................... 18 2.3.1. Konsep Strategi Perusahaan ............................................................................. 18 2.3.2. Aspek Internal Perusahaan................................................................................ 19 2.3.3. Aspek Eksternal Perusahaan ............................................................................. 20 2.4. Hasil Penelitian Terdahulu......................................................................................... 20 III. METODE KAJIAN .......................................................................................................... 23 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian ....................................................................................... 23 3.2. Lokasi dan Jadwal...................................................................................................... 25 3.3. Pengumpulan Data ..................................................................................................... 25 3.3.1. Jenis Data .......................................................................................................... 25 3.3.2. Teknik Pengambilan Contoh............................................................................. 26 3.4. Metode Analisis ......................................................................................................... 27 3.4.1. Analisis Prospek Kemitraan............................................................................. 27 3.4.2. Kelayakan Investasi .......................................................................................... 27 3.4.3. Analisis Matriks EFE dan IFE .......................................................................... 27 3.4.4. Analisis SWOT ................................................................................................. 30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 33 4.1. Keadaan Umum Perusahaan ...................................................................................... 33 4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan............................................................ 33 4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan.................................................................................. 35
4.2. Evaluasi Rencana Kemitraan PT Anugerah Tani Bersama dan Petani..................... 35 4.2.1. Kekuatan ......................................................................................................... 36 4.2.2. Kelemahan ...................................................................................................... 38 4.2.3. Peluang ............................................................................................................ 39 4.2.4. Ancaman .......................................................................................................... 41 4.3. Analisis IFE dan EFE................................................................................................. 41 4.3.1. Faktor Lingkungan Internal .............................................................................. 42 4.3.2. Faktor Lingkungan Eksternal ........................................................................... 43 4.4. Analisis SWOT Kemitraan ....................................................................................... 43 4.5. Alternatif Usulan Strategi ......................................................................................... 46 4.6. Analisis Kelayakan Kerjasama Kemitraan ................................................................ 46 4.6.1. Analisis Kelayakan Usaha ................................................................................ 46 4.6.2. Proyeksi hasil dan pembagian........................................................................... 51 4.7. Analisis Perbandingan proyeksi hasil kemitraan ATB dengan sistem bagi hasil 80:20................................................................................................................ 57 4.8. Implikasi Manajerial................................................................................................. ............... 61 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................... 63 1. Kesimpulan ......................................................................................................................... 63 2. Saran ................................................................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 65 LAMPIRAN............................................................................................................................ 67
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Luas areal perkebunan Kelapa Sawit menurut kelompok perkebunan pada tahun 1997 – 2005......................................................................................................... 3 2. Luas perkebunan Kelapa Sawit per provinsi.................................................................. 4 3. Produk turunan CPO dan fungsinya dalam industri lain............................................... 6 4. Hasil penelitian terdahulu yang relevan....................................................................... 21 5. Jenis dan jumlah responden ......................................................................................... 26 6. Model matriks IFE dan EFE ........................................................................................ 28 7. Penentuan bobot faktor strategik dengan metode Delphi ............................................ 29 8. Penentuan rating faktor strategik dengan metode Delphi ............................................ 30 9. Matriks SWOT............................................................................................................ 31 10. QSPM.......................................................................................................................... 32 11. Dokumen dan legalitas................................................................................................ 34 12. Posisi lokasi kebun PT. ATB secara geografis dan batas fisik ................................... 34 13. Deskripsi faktor internal dan eksternal dari petani, PT ATB dan kemitraan petani – PT ATB ......................................................................................................... 35 14.Analisis Faktor Internal................................................................................................ 42 15.Analisis Faktor Eksternal ............................................................................................. 43 16.Matriks SWOT............................................................................................................. 44 17.Analisis Matriks QSP................................................................................................... 45 18.Proyeksi produksi TBS, CPO dan PKO perusahaan inti ............................................. 47 19.Perbandingan hasil analisis sensitivitas ....................................................................... 50 20.Proyeksi hasil kemitraan antara petani dan PT ATB per tahun hektar ........................ 54 21. Proyeksi hasil bagi PT ATB melalui pengusahaan kebun dengan kemitraan per tahun hektar (60%)............................................................................... 55 22. Proyeksi hasil bagi petani plasma melalui kerjasama kemitraan dengan PT ATB per tahun hektar (40%)....................................................................................... 56 23.Perbandingan pola kemitraan 80:20 dan pola kemitraan 60:40 secara umum .......................................................................................................................... 57 24.Proyeksi perbandingan hasil kemitraan inti plasma 60:40 dan bagi hasil 80:20 ........................................................................................................................... 60
DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Jumlah produksi minyak nabati utama dunia dalam juta metric ton ........................... 1 2. Produksi minyak Kelapa Sawit Indonesia dari tahun 2003-2007 ................................ 2 3. Pohon industri Kelapa Sawit........................................................................................ 5 4. Mekanisme program kemitraan terpadu..................................................................... 13 5. Kerangka pemikiran kajian ........................................................................................ 24 6. Tren pertumbuhan konsumsi CPO Dunia .................................................................. 39 7. Skema pola kemitraan PT. ATB dengan masyarakat................................................. 53
DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Kuesioner........................................................................................................................ 68 2. Proyeksi biaya total proyek ............................................................................................ 76 3. Rencana biaya investasi kebun per hektar...................................................................... 77 4. Proyeksi pendanaan ........................................................................................................ 78 5. Proyeksi produksi dan harga TBS, CPO dan PK ........................................................... 79 6. Proyeksi produksi TBS, penjualan, pendapatan dan cicilan pinjaman........................... 80 7. Proyeksi arus kas ............................................................................................................ 81 8. Proyeksi neraca............................................................................................................... 82
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Karakteristik Komoditi Komoditas kelapa sawit merupakan primadona perdagangan ekspor Indonesia sejak dekade lalu. Kelapa sawit kini menjadi tanaman perkebunan yang penting dan selalu menjadi sorotan utama dalam kinerja peningkatan kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Minyak sawit sebagai hasil pengolahan buah kelapa sawit utama merupakan minyak nabati paling berpotensi dalam perdagangan minyak nabati dunia, karena memiliki potensi pasar besar yang masih dapat dikembangkan. Produksi minyak sawit dunia mencapai 43,22 juta Metric Ton (MT) atau 32,29% dari total produksi minyak nabati utama dunia pada tahun 2008 (USDA, 2008), sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 1. Ton atau MT adalah satuan berat yang sama dengan 1.000 kg (Wikipedia bahasa Indonesia, 2009).
Gambar 1. Jumlah produksi minyak nabati utama dunia dalam juta metric ton (USDA, 2008)
2
Hingga akhir tahun 2008, total volume produksi minyak nabati dunia mencapai 133,87 juta MT. Produksi minyak nabati dunia masih didominasi oleh produksi minyak kelapa sawit, dengan jumlah produksi mencapai 43,22 juta MT dan diikuti kemudian oleh produksi minyak kedelai 37,55 juta MT. Produksi minyak sawit oleh perkebunan besar di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (2007), produksi minyak sawit pada tahun 2007 mencapai angka 11,81 juta ton dengan rataan pertumbuhan per tahun mencapai 28%. Produksi minyak kelapa sawit ditampilkan dalam Gambar 2.
(x1000 ton)
Gambar 2. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia dari tahun 20032007 (BPS, 2007) Ekspor minyak sawit Indonesia juga terus meningkat tahun 2007 adalah 4.661 Ton dengan nilai 7.036 ribu US$ (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Selain meningkatkan pendapat negara melalui ekspor, kelapa sawit juga menjadi sumber penerimaan pajak yang besar. Pajak bumi dan bangunan yang dapat diperoleh Rp. 26,263 miliar, dengan asumsi luas areal perkebunan kelapa sawit sekitar 5.247.171 hektar dan dengan tarif pajak Rp. 5.000 per hektar per tahun (Darmosarkoro, 2006).
3
1.1.2. Potensi Industri Kelapa Sawit Indonesia Pengelolaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia dilakukan oleh tiga kelompok usaha, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Badan Usaha Miliki Negara Negara (BUMN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Ketiga pengelola perkebunan tersebut terus mengembangkan areal perkebunan kelapa sawit melalui berbagai pola kerjasama, khususnya kerjasama antara perkebunan rakyat dengan perkebunan besar, baik BUMN maupun swasta melalui pola kemitraan (KKPA atau bentuk lainnya). Puncak kinerja bisnis kelapa sawit Indonesia dimulai pada tahun 1990. Pemerintah merencanakan pertumbuhan pasar hingga tahun 2010 untuk pasar domestik sekitar 4-6% per tahun, sedangkan pertumbuhan pasar ekspor 8% per tahun. Luas areal perkebunan kelapa sawit yang terbesar pada tahun 2005, adalah milik perkebunan besar swasta (PBS), yaitu 3.003.080 ha atau sekitar 53,6% dari total luas areal perkebunan kelapa sawit yang mencapai 5.597.158 ha. Di lain pihak, luas areal perkebunan kelapa sawit milik perusahaan rakyat (PR) sebesar 1.917.037 ha atau sekitar 34,3% dan luas areal perkebunan kelapa sawit milik perkebunan besar negara (BUMN) sebesar 677.041 ha atau sekitar 12,1% dari total luas areal perkebunan kelapa sawit (BPS, 2007). Tabel 1. Luas areal perkebunan kelapa sawit menurut kelompok perkebunan dari tahun 1997 – 2005 Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Luas Areal (Ha) PR BUMN PBS 824.298 443.008 1.194.521 890.506 489.143 1.409.134 1.038.289 516.447 1.617.427 1.190.154 528.716 2.050.739 1.206.154 541.105 2.227.078 1.222.154 545.105 2.349.387 1.854.394 662.803 2.766.360 1.904.944 675.090 2.867.527 1.917.037 677.041 3.003.080 Pertumbuhan rataan
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Jakarta, 2006
Total (Ha) 2.461.827 2.788.783 3.172.163 3.393.421 3.974.337 4.116.646 5.283.557 5.447.561 5.597.158
Pertumbuhan (%) 13,3 13,7 7,0 17,1 3,6 28,4 3,1 2,7 11,1
4
Areal tanaman kelapa sawit terluas pada tahun 2007 adalah Provinsi Riau 1,4 juta ha (23,19%), kemudian berturut-turut Provinsi Sumatera Utara 1,04 juta ha (17,18%), Sumatera Selatan 600 ribu ha (9,98%), Kalimantan Tengah 467 ribu ha (7,68%) dan Jambi 448 ribu ha (7,37%), seperti disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Luas perkebunan kelapa sawit per provinsi (dalam Ha) Provinsi 2002 Nanggroe Aceh 257.684 Darussalam Sumatera Utara 886.612 Sumatera Barat 270.047 Riau 1.238.106 Jambi 429.209 Sumatera Selatan 516.928 Bengkulu 70.409 Lampung 131.362 Bangka Belitung 90.065 Riau Kepulauan Jawa Barat 6.251 Banten 16.983 Kalimantan Barat 406.372 Kalimantan Tengah 221.034 Kalimantan Selatan 138.634 Kalimantan Timur 191.146 Sulawesi Tengah 47.029 Sulawesi Selatan 83.085 Sulawesi Tenggara 13.285 Sulawesi Barat Papua 52.817 Irian Jaya Barat Jumlah 5.067.058 Sumber : Deptan, 2008
2003 262.151
2004 249.011
2005 254.261
2006 283.283
919.680 306.496 1.319.659 456.327 502.481 80.218 137.721 94.886 6.242 19.200 416.807 241.615 141.638 201.871 43.743 78.932 4.078 49.812 5.283.557
844.882 279.798 1.340.036 372.804 497.933 126.252 145.542 119.635 6.849 8.070 12.614 358.175 401.663 172.650 171.581 48.236 13.925 4.106 52.476 51.051 11.540 5.288.829
894.911 282.518 1.277.703 403.477 548.678 147.125 148.535 130.037 13.698 8.744 14.076 381.791 434.481 134.621 201.236 48.334 16.018 466 57.476 39.090 16.540 5.453.816
1.044.230 310.281 1.409.715 448.027 606.667 162.440 164.786 138.367 14.936 10.666 17.322 434.459 467.120 146.320 219.906 53.220 19.244 613 61.590 43.232 18.502 6.074.926
1.1.3. Pohon Industri Beragam produk dapat dihasilkan dari tanaman kelapa sawit. Seluruh bagian tanaman buah sawit merupakan bagian yang memiliki kegunaan sangat beragam, terutama untuk sumber minyak dan lemak nabati. Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari kelapa sawit dapat dilihat pada pohon industri kelapa sawit pada . Pengembangan industri pengolahan produk turunan minyak sawit juga memiliki manfaat yang sangat besar, karena dapat memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Di lain berbagai produk turunan minyak sawit (CPO), dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri lain, dapat dilihat pada Tabel 3.
5
Gambar 3. Pohon industri kelapa sawit (Deperin, 2006)
6
Berdasarkan Gambar 3, kelapa sawit menghasilkan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil atau CPO), inti kelapa sawit (Palm Kernel Oil atau PKO), tempurung, serat, tandan kosong dan sludge. CPO dan PKO adalah bahan baku yang penting dalam basic oleochemicals karena fatty acid dan fatty acid methylester diturunkan dari kedua minyak tersebut.
Kedua
bahan baku tersebut merupakan sumberdaya yang cukup berlimpah dan ramah lingkungan sehingga keberadaan keduanya sebagai stok bahan baku oleokimia menjadi lebih penting di abad ke-21. Tabel 3. Produk turunan CPO dan fungsinya dalam industri lain (Gelder, 2004)
1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Industri / Produk Kulit Metal Pertambangan Karet Elektronik Pelumas Cat dan Coating Percetakan
9
Plastik
10 11 12
14
Biofuel Lilin Sabun dan Deterjen Health-Personal Care Pangan
15
Pakan Ternak
No
13
Fungsi / Kegunaan CPO Softening, Dressing, Polishing, Treating Agent Cutting Oil, Coolant, Buffing, Polishing Compound Surface Active Agent, Oil Well Drilling Vulcanizing Agent, Softener, Mould-Release Agent Insulation, Special Purpose Plastic Component Biodegradable Base Oils, Hydraulic Fluids Resin, Drying Oil, Protective Coating Printing Ink, Paper Coating, Photographic Printing, De-inking Surfactant Stabilizer, Plasticizer, Mould-Release Agent, Lubricant, Anti-Static Agent, Antifogging Aid, Polymerization Emulsifier Metil Ester, Alkohol Waxes, Polishes Surfaktan Culture Media, Tabletting Aid, Sabun, Sampo, Krim, Lotion Emulsifier, Confectionery, Specialty Fat, Cake, Pastry, Margarin, Es Krim Suplemen Nutrisi
7
1.1.4. Permasalahan Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit Permasalahan pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sering menjadi penghambat adalah : 1.
Keterbatasan
adopsi
teknologi
pemeliharaan
tanaman
(Darmosarkoro, 2006). Petani tidak memiliki kemampuan untuk membangun kebun kelapa sawit dengan baik, disebabkan adanya penerapan
kultur
teknis
tidak
tepat
seperti
penanaman,
pemeliharaan, aplikasi pupuk, manajemen panen dan kesalahan dalam interpretasi kelas kesesuaian lahan. 2.
Keterbatasan modal petani untuk membangun kebun kelapa sawit. Biaya investasi pembangunan kelapa sawit per hektar berkisar Rp. 34.000.000 - Rp. 40.000.000, dengan grace periode selama empat tahun.
3.
Perusahaan banyak menghadapi konflik seperti penguasaan lahan, demonstrasi dan pencurian ketika menjalankan usahanya.
4.
Konflik sosial seperti ketidakharmonisan hubungan antara pekebun, masyarakat sekitar dan instasi terkait. Masalah-masalah sosial tersebut dapat berlanjut menjadi masalah lainnya seperti okupasi lahan, masalah ketersediaan lahan dan perizinan, serta tindakan kriminal seperti penjarahan produk.
5.
Persoalan ketersediaan input produksi (bibit yang baik, pupuk dan pestisida) sehingga menyebabkan rendahnya produktivitas lahan sawit. Bibit sawit palsu hanya menghasilkan sekitar 60% dari potensi yang dihasilkan bibit unggul (Samhadi, 2006).
8
1.2. Perumusan Masalah Menemukan sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan didalam pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan, dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Bagaimana prospek kemitraan dapat dilakukan dalam kegiatan pengusahaan perkebunan kelapa sawit ? b. Bagaimana kelayakan usaha PT ATB dan petani pola kemitraan ? c. Bagaimana
mengidentifikasikan
dan
merumuskan
strategi
di
dalam
pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan ?
1.3. Tujuan Penelitian a. Mengevaluasi prospek kemitraan antara PT Anugerah Tani Bersama (PT ATB) dengan petani ‘pemilik’ lahan. b. Menganalisis kelayakan pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan bagi PT ATB dan petani. c. Menentukan prioritas strategik pengembangan kemitraan pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan antara PT ATB dengan petani.
II. LANDASAN TEORI
2.1. Kerangka Teoritis Kemitraan Kemitraan pada dasarnya mengacu pada hubungan kerjasama antar pengusaha yang terbentuk antara usaha kecil menengah (UKM) dengan usaha besar. Kemitraan yang baik dilaksanakan dengan pembinaan dan pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia (SDM) dan teknologi. Kamus besar bahasa Indonesia menyebutkan arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan diartikan sebagai hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, kemitraan didefinisikan sebagai ”kerjasama antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau Usaha Besar
dengan
memperhatikan
prinsip
saling
memerlukan,
saling
memperkuat dan saling menguntungkan”. Dengan rumusan seperti itu, para pelaku bisnis berada dalam posisi yang setara, mitra sejajar sekalipun secara ekonomis, mereka bekerja pada skala usaha yang berbeda. Linton (1997) mendefinisikan kemitraan sebagai suatu sikap menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka panjang, suatu kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya dan tiadanya kedudukan ”pembeli dan penjual” tradisional. Hafsah (1999) mendefinisikan kemitraan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Seperti bisnis pada umumnya, dalam pola kemitraan, pelaku bisnis haruslah memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut sebagai landasan dalam menjalankan kemitraan.
10
2.1.1. Dasar Kebijakan Pemerintah telah menetapkan landasan hukum untuk mendukung program kemitraan. Landasan hukum tentang kemitraan di Indonesia tertera dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah, diantaranya : 1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 tentang dasar demokrasi ekonomi. 2. Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1232/KMK.013/ 1989 tentang penyisihan sebagian laba BUMN untuk pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi, yang kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 316/KMK/.016/1994. 3. Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil a. Pasal 11 tentang Iklim Usaha b. Pasal 26 s/d 32 tentang Kemitraan 4. Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1997 tentang Kemitraan a. Pasal 2 s/d 8 tentang Pola Kemitraan b. Pasal 9 s/d 22 tentang Iklim Usaha dan Pembinaan Kemitraan c. Pasal 23 s/d 28 tentang Koordinasi dan Pengendalian
2.1.2. Manfaat Kemitraan Pengembangan kelembagaan kemitraan dalam sistem agribisnis telah memberikan dampak positif bagi keberhasilan pengembangan sistem agribisnis. Dampak positif tersebut (Sumardjo dan Darmono, 2004) adalah : 1. Keterpaduan dalam sistem pembinan yang saling mengisi antara materi pembinaan dengan kebutuhan riil petani, meliputi permodalan sarana, teknologi, bentuk usaha bersama atau koperasi dan pemasaran. 2. Kejelasan aturan atau kesepakatan, sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada.
11
Kesepakatan
tentang
aturan,
perubahan
harga,
dan
pembagian hasil harus dibuat secara adil oleh pihak-pihak yang bermitra. Dengan demikian, tujuan, kepentingan dan kesinambungan bisnis dari kedua pihak dapat terlaksana dan saling menguntungkan. 3. Keterkaitan antarpelaku dalam sistem agribisnis (hulu-hilir) yang mempunyai komitmen terhadap kesinambungan bisnis. Komitmen ini menyangkut mutu dan kuantitas, serta keinginan saling melestarikan hubungan dengan menjalin kerjasama saling menguntungkan secara adil. 4. Terjadinya penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan berkesinambungan di sektor pertanian.
2.1.3. Pola Kemitraan Inti Plasma dalam Perkebunan Kelapa Sawit Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 dalam pasal 27 huruf (a), menjelaskan bahwa pola inti plasma adalah ”hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar sebagai inti yang membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya melalui penyediaan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha”. Program inti plasma dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit memerlukan keseriusan baik pihak petani selaku plasma yang mendapat bantuan dalam upaya mengembangkan usahanya, maupun pihak inti usaha besar atau menengah yang mempunyai
tanggungjawab
sosial
untuk
membina
dan
mengembangkan usaha kecil sebagai mitra usaha untuk jangka panjang. Pola kerjasama kemitraan inti plasma dengan kepemilikan lahan oleh petani, pada umumnya dengan pola kerjasama bagi
12
hasil
(profit
sharing).
Petani
sebagai
‘pemilik’
lahan,
menyerahkan seluruh lahan kepada perusahaan inti untuk mendapatkan hak guna usaha (HGU) dan sebagai imbalannya, petani mendapatkan pembagian keuntungan 20% dari total keuntungan pengusahaan kebun kelapa sawit. Dalam perkembangannya, pola inti plasma mengalami penyempurnaan menjadi pola kemitraan terpadu. Pola ini melibatkan beberapa pihak, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha kecil, (2) Usaha besar atau menengah sebagai perusahaan inti, dan (3) Bank. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/petani dengan perusahaan inti, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani merupakan plasma dan perusahaan besar sebagai inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Menurut Bank Indonesia (1997), pola kemitraan terpadu memiliki prinsip-prinsip berikut : a. Hubungan bisnis antara usaha besar dan usaha kecil yang bermitra memiliki keterkaitan. b. Kemitraan atas dasar hubungan bisnis yang menguntungkan. c. Adanya unsur pembinaan dan pengembangan oleh usaha besar dan bank untuk usaha kecil. d. Adanya komitmen dan rasa kebersamaan antara pihak-pihak yang bermitra. e. Hak dan kewajiban masing-masing mitra diatur dalam Nota Kesepakatan Bank dengan usaha besar dan usaha besar dengan usaha kecil, atau Bank dengan usaha besar dan usaha kecil.
13
Mekanisme Program Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Mekanisme program kemitraan terpadu (Bank Indonesia, 2008)
2.2. Kelayakan Investasi Tujuan dari prinsip pengelolaan keuangan adalah memberikan pemahaman tentang cara perusahaan memperoleh dan mengalokasikan dana yang dimilikinya dan memberikan pemahaman tentang menguji kelayakan suatu investasi (keputusan investasi) untuk semua bagian dari perusahaan, yaitu produksi, pemasaran, sumber daya manusia (SDM) dan lainnya juga sangat terpengaruh oleh keputusan investasi ini. Investasi merupakan penanaman modal (baik modal tetap maupun modal tidak tetap) yang digunakan dalam proses produksi untuk
14
memperoleh keuntungan. Selain menjadi faktor yang sangat penting bagi kontinuitas masa depan perusahaan, investasi juga dipandang sebagai topik yang secara konseptual sulit dan kompleks. Menurut Van Horne (2002) menyatakan bahwa keputusan investasi merupakan keputusan terpenting dari tiga keputusan dalam penciptaan nilai tambah bagi perusahaan, dimana dua keputusan yang lain yaitu keputusan pembiayaan dan keputusan deviden. Menurut Warsini (2003), semakin besar dan semakin penting suatu usulan investasi, maka semakin tinggi prosedur administrasi dan pihak yang mempunyai wewenang menerima atau menolak investasi tersebut. Untuk itu perusahaan mengadakan klasifikasi proyek menurut kategori-kategori
tertentu
(aspek
legalitas,
teknis,
manajemen,
lingkungan, dan lain-lain). Semakin besar investasi yang dibutuhkan, akan semakin terperinci analisisnya. Setelah semua informasi yang diperlukan terkumpul, maka investasi tersebut dapat dinilai atau dievaluasi tingkat kelayakannya. Umar (2003) menyebutkan bahwa pada dasarnya terdapat lima metode untuk menilai kelayakan finansial suatu investasi, yaitu : (1) Net Present Value (NPV); (2) Payback period (PBP); (3) Internal rate of return (IRR); (4) Net Bt/C; (5) Break Event Point (BEP). Selain itu, menurut Gitinger (1986), suatu proyek investasi senistif bisa berubah akibat empat masalah utama, yaitu harga, keterlambatan, pelaksanaan, kenaikan biaya, dan perkiraan hasil yang akan diperoleh. Ukuran kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini mencakup : 2.2.1. NPV Nilai NPV adalah selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Adapun hal yang diperhatikan dalam metode ini adalah: (1) menentukan nilai sekarang dari investasi, (2) menentukan nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa mendatang, (3) menentukan tingkat suku bunga yang relevan.
15
Apabila NPV positif berarti investasi layak untuk dilaksanakan (diterima), sebaliknya apabila NPV negatif berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan (ditolak) (Gittinger, 1986) . n
NPV = ∑ t =0
Bt − Ct (1 + i ) t
Dimana : Bt Ct i
= penerimaan kas bersih tahun ke t = biaya proyek tahun ke t = tingkat suku bunga
n = umur proyek
2.2.2. PBP PBP merupakan metode yang menunjukkan berapa lama suatu investasi dapat kembali. PBP menunjukkan perbandingan antara initial cash investment dengan cash flownya dan hasilnya merupakan satuan waktu. Menurut Damodaran (2001) proyek yang mempunyai tingkat pengembalian lebih cepat dianggap mempunyai tingkat risiko lebih rendah bila dibandingkan dengan proyek yang mempunyai tingkat pengembalian yang lebih lama. Apabila PBP kurang dari suatu periode yang telah ditentukan atau lebih cepat tingkat pengembaliannya, maka investasi itu layak dilakukan. Apabila tidak, maka investasi tidak layak untuk dilaksanakan. Secara matematik menghitung PBP berikut (Damodaran, 2001) : Nilai Investasi PBP =
X 1 tahun Kas Masuk Bersih
Metode ini relatif sederhana dalam cara perhitungannya, namun memiliki kelemahan yaitu tidak memperhatikan aliran kas masuk.
16
2.2.3. IRR Metode ini menggunakan tingkat pengembalian atas investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto (discount rate) yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang total arus kas sama dengan jumlah nilai sekarang total biaya investasi atau tingkat diskonto yang menjadikan NPV bernilai nol (Umar, 2003). Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat diskonto, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Gray dalam Latifah, 2009).
i* = i +
NPV1 (i 2 − i1 ) NPV1 − NPV 2
NPV1 = Nilai NPV yang positif (Rp) NPV2 = Nilai NPV yang negatif (Rp) i1 = discount rate nilai NPV yang positif (%) i2
= discount rate nilai NPV yang negatif (%)
i* = IRR (%) 2.2.4. Net B/C Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika diperoleh nilai net B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan (Gittinger, 1986). Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan, dinotasikan sebagai berikut : n
Net B
C
=
Bt − Ct
∑ (1 + i) t =0 n
t
(untuk Bt-Ct > 0)
Ci − Bi
(untuk Bt-Ct < 0)
∑ (1 + i) t =0
t
17
Bt = benefit bruto pada tahun ke-t (Rp) Ct = benefit bruto pada tahun ke-t (Rp) n = umur ekonomis usaha (tahun) i = tingkat suku bunga (%) t = periode investasi (i = 1,2,3....n) 2.2.5. BEP BEP atau titik pulang pokok atau titik impas adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan. Menurut Umar (2003), keadaan pulang pokok merupakan keadaan dimana penerimaan pendapatan perusahaan adalah sama dengan biaya yang ditanggungnya. BEP adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasionalnya tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh keuntungan atau pada keadaan tersebut posisi keuntungan dan kerugian sama dengan nol (Alwi, 1993). Rumus perhitungan BEP adalah : BEP (unit) = Biaya tetap : marjin kontribusi per unit BEP (Rp) = Biaya tetap : {1-(biaya variabel : penjualan)
2.2.6. Analisis Sensitivitas Analisis Sensitivitas merupakan suatu teknis analisa untuk menguji secara sistematis apa yang akan terjadi pada penerimaan suatu proyek apabila terjadi perubahan dengan perkiraanperkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Menurut Gittinger (1986), pada bidang pertanian, proyek yang sensitif dapat dicirikan oleh empat masalah utama, yaitu harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan perkiraan hasil yang akan diperoleh. Menurut Husnan (1996), peubah-peubah yang digunakan pada analisis sensitivitas dapat berubah dari yang
18
sudah diasumsikan dapat mempengaruhi arus kas. Peubahpeubah tersebut, antara lain volume produksi, harga jual per unit, biaya tetap dan biaya variabel.
2.3. Strategi Perusahaan 2.3.1. Konsep Strategi Perusahaan Pengambilan keputusan strategik selalu berkaitan dengan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Perencanaan strategis dengan menganalisa faktor-faktor strategik perusahan seperti kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) yang ada pada saat ini atau disingkat SWOT. Menurut Rangkuti (2005), analisa SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika
yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Analisis SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi lingkungan eksternal maupun internal. Identifikasi lingkungan eksternal penting untuk memonitor, evaluasi dan pengumpulan lingkungan
eksternal
dan
internal
yang
informasi dari bertujuan
untuk
mengidentifikasi faktor-faktor strategi. SWOT
merupakan
akronim
dari
Strengths
(kekuatan),
Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman). Lingkungan eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, yaitu hal-hal yang berada di luar organisasi. Lingkungan internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan, yaitu hal-hal yang berada dalam lingkup organisasi mencakup struktur, budaya dan sumber daya (Rangkuti, 2005). Analisis SWOT didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta
19
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Identifikasi dari SWOT adalah : a. Strengths (Kekuatan) Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar yang dilayani. Kekuatan
merupakan
competence)
yang
suatu memberi
kompetensi perusahaan
berbeda (distinctive suatu
keunggulan
komparatif dalam pasar. Kekuatan berkaitan dengan sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan, pasar, hubungan
pembeli -
pemasok, dan lain-lain. b. Weaknesses (Kelemahan) Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu industri. c. Opportunities (Peluang) Peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan/industri. Identifikasi dari segmen pasar, perubahan-perubahan dalam keadaan bersaing, perubahan teknologi, dan hubungan pembeli-pemasok menunjukan suatu peluang. d. Threats (Ancaman) Ancaman merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan. Ancaman adalah rintanganrintangan utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, daya tawar pembeli–pemasok yang meningkat, perubahan teknologi, kebijakan baru dapat merupakan ancaman bagi keberhasilan suatu industri.
2.3.2. Aspek Internal Perusahaan Dalam perusahaan,
proses
pengambilan
keputusan
strategis
suatu
baik yang berkaitan dengan misi ataupun tujuan
perusahaan selalu berusaha untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
20
faktor-faktor internal yang ada. Analisis faktor-faktor internal perusahaan dilakukan berdasarkan kredibilitas mendapatkan modal, pengalaman perusahaan dalam menangani proyek, sarana dan prasarana yang dimiliki, hubungan perusahaan dengan pemerintah daerah, sistem organisasi dan manajemen, visi dan misi, hubungan masyarakat, budaya kerja perusahaan, SDM, keuangan, penelitian dan pengembangan, dan lain-lain. Hal-hal di atas digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan perusahaan yang harus dimaksimalkan dan faktor-faktor kelemahan perusahaan yang harus diatasi. Kekuatan perusahaan adalah faktor-faktor yang mendukung penyelenggaraan program beradasarkan unsur internal perusahaan.
2.3.3. Aspek Eksternal Perusahaan Analisis faktor eksternal digunakan untuk mendukung rencana strategik
pengembangan
perusahaan.
Faktor-faktor
eksternal
perusahaan dapat dianalisis berdasarkan dukungan pemerintah setempat, dukungan perbankan, prospek komoditi, budaya masyarakat, situasi politik dan keamanan dunia, keberadaan LSM daerah, tren ekonomi dan perkembangan teknologi. Hal ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor berupa peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktor ancaman yang harus dihindari. Peluang disini adalah hal-hal dari luar perusahaan yang apabila dicermati dan dimanfaatkan dengan baik, dapat menjadi keunggulan perusahaan.
2.4. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu tentang komoditas perkebunan (kelapa sawit, karet) antara lain dilakukan oleh Haryadi (2004), Alamsyah (1997) Adrizal (1995) dan Nasution (1997) dapat dilihat pada Tabel 4.
21
Tabel 4. Hasil penelitian terdahulu yang relevan No 1
Peneliti Haryadi (2004)
Judul Evaluasi Kemitraan Petani Sawit di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Citra Sarana di Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.
Tujuan a. Melihat gambaran umum responden baik itu petani mitra maupun non mitra, b. Mengetahui dan menganalisa atributatribut yang menjadi prioritas bagi petani mitra dalam mengikuti program kemitraan, c. Mengetahui dampak dari program pelaksanaan kemitraan terhadap kemajuan petani mitra, d. Mengetahui dan menganalisa atributatribut yang harus diperbaiki kinerjanya.
2
Alamsyah (1997)
Membandingkan Perbedaan Pola Kemitraan dalam Pengembangan Karet Rakyat : Suatu Analisis Ekonomi Kelembagaan (Studi Kasus di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan
a. Mengetahui lingkup kerjasama dan Analisis deskriptif kinerja masing-masing organisasi petani, sehingga diketahui kekuatan dan kelemahannya, b. Melihat aspek institusi (kelembagaan) dan aspek pemasaran dalam pelaksanaan kemitraan yang saling mendukung antara petani dan mitra usahanya, c. Mempelajari dampak perbedaan kelembagaan kemitraan terhadap tingkat pendapatan, pengembangan usaha, dan potensi pembentukan modal petani.
a. b. c. d. e. f.
Metode Analisis Analisis Deskriptif, Analisis Thurstone, Uji Tanda, Gross Margin, Khi-kuadrat, Analisis Kuadran.
Hasil Pelaku kemitraan sangat mengharapkan dampak positif dari kerjasama tersebut. Bagi petani mitra, umumnya telah merasakan dampak positif dari kemitraan, yang ditandai dengan adanya peningkatan pendapatan, tambahan modal, lapangan kerja baru, bertambahnya ilmu pengetahuan dan adanya kepastian pasar bagi produk yang dihasilkan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kemitraan utamanya menyangkut jual beli produk bahan olah karet (bokar) petani dengan bentuk dan mutu yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama, aspek kelembagaan dalam kemitraan berlangsung kondusif dan saling menguntungkan.
21
22
Lanjutan Tabel 4. No 3
Peneliti Adrizal (1995)
Judul Kajian Investasi Sistem Penunjang Keputusan Untuk Investasi Agroindustri, Kasus Industri Bikatein di Sumatera Barat.
4
Nasution (1997)
Analisis Distribusi Laba antara Perusahaan Inti Dengan Petani Plasma Dalam Proyek PIRTRANS Sawit XYZ
Tujuan Metode Analisis merekayasa model sistem a. Analisis usaha penunjang keputusan yang dapat ternak menjadi landasan pengambilan b. Analisis kelayakan keputusan investasi dengan finansial mempertimbangkan harmonisasi antar unsur yang terkait dalam sistem. a. Mengetahui distribusi laba antara a. Studi pustaka data perusahaan inti dan petani plasma sekunder sejak konversi dilaksanakan (tahun b. Acak Distratifikasi 1995) sampai dengan semester data primer I/1997 b. Mengetahui terwujud tidaknya kondisi yang saling menguntungkan antara perusahaan inti dan petani plasma
c. Analisis Finansial
Hasil Data usaha ternak yang digunakan sebagai masukan model pendapatan peternak dan data usaha tani yang berguna sebagai masukan model kelayakan industri. Selama periode 2,5 tahun setelah konversi, ternyata masih terdapat banyak petani plasma yang menghasilkan penerimaan di bawah standar kebutuhan hidup minimum yang pada saat itu menurut Biro Pusat Statistik (1995) Rp. 250.000 per bulan per petani, sementara hasil penelitian menunjukkan angka penerimaan hanya Rp. 90.841,- per bulan per petani untuk luasan 2 ha per petani
22
III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan kelapa sawit. Pelaksanakan kerjasama kemitraan antara perusahaan dan petani dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui prospek kerjasama pola kemitraan secara umum, untuk itu dilakukan evaluasi berdasarkan analisa deskriptif analisis SWOT terhadap masing-masing pihak. Melalui hasil analisis tersebut dapat diketahui apakah melalui kerajasma kemitraan akan dapat diperoleh manfaat yang lebih baik bagi petani maupun bagi perusahaan. Tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis kelayakan kemitraan melalui analisis kelayakan usaha secara umum, yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan proyeksi hasil yang diterima secara keseluruhan dari hasil kerjasama kemitraan, proyeksi hasil yang diterima oleh perusahaan dan proyeksi hasil yang akan diterima oleh petani. Untuk menilai apakah proyeksi hasil yang diterima petani memiliki preferensi yang lebih baik, perlu dilakukan pembandingan dengan alternatif kemitraan lain. Alternatif yang dipilih sebagai pembanding adalah pola kemitraan bagi hasil 80:20 yang telah lazim digunakan dalam usaha kemitraan (Alamsyah, 1997). Tahapan
selanjutnya
adalah
menentukan
strategi-strategi
pengembangan kemitraan melalui analisis IFE dan EFE matriks kerjasama kemitraan untuk menentukan faktor-faktor dalam SWOT. Kemudian alternatif strategi yang dipilih ditentukan melalui penilaian prioritas alternatif strategi dengan menggunakan matriks QSPM. Tahapan dan alur kerangka pemikiran diilustrasikan dalam Gambar 5.
24
Analisis SWOT Petani
Analisis SWOT PT. Anugerah Tani Bersama (ATB) Evaluasi Rencana Kemitraan PT ATB
Prospek Kemitraan
Analisis Kelayakan Kemitraan
Kelayakan Finansial Usaha (NPV, IRR, PI, PBP, BEP) Aspek Internal Kemitraan
Proyeksi hasil bagi petani dan PT ATB
Perbandingan pola kemitraan 80:20 SWOT dan QSPM Strategi Pengembangan Kemitraan Gambar 5. Kerangka pemikiran kajian
Aspek Eksternal Kemitraan
25
3.2.
Lokasi dan Jadwal Penelitian berlokasi di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan dengan kegiatan meliputi pengumpulan data sekunder, kajian pustaka, pengambilan data primer di lapangan, analisis data dan penulisan laporan. Waktu pelaksanaan penelitian selama 5 (lima) bulan, dimulai Nopember 2007 sampai dengan Maret 2008.
3.3. Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data biaya investasi, biaya operasi, manajemen dan organisasi, pola kemitraan dan pendapatan petani. Berdasarkan sumbernya, data terdiri dari data primer dan data sekunder : a. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung melalui alat bantu kuesioner (Lampiran 1) kepada direksi, manajer dan asisten PT Anugerah Tani Bersama (ATB), pemerintah daerah Kabupaten Musi Banyuasin (Asisten Daerah 2, BAPPEDA dan Dinas Perkebunan) dan petani sebagai mitra (pengurus koperasi, manajer koperasi dan petani), dengan total responden berjumlah 55 orang. Pengumpulan data di lapangan disertai dengan pengamatan untuk mengetahui situasi, kondisi sosial ekonomi di sekitar penelitian dan mengetahui ketersediaan sarana prasarana yang telah ada di lokasi penelitian. b. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran kepustakaan berbagai publikasi serta data statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS), hasil-hasil penelitian terdahulu, Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, dan lembaga lain yang terkait. Di samping itu, dilakukan pula konfirmasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dalam hal ini masyarakat, perusahaan swasta dan pemerintah daerah.
26
3.3.2. Teknik Pengambilan Contoh Teknik pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian adalah metode purposive sampling, yaitu memilih secara sengaja contoh yang diteliti sebagai responden. Metode ini digunakan dengan dasar pertimbangan responden menguasai permasalahan dan cukup mewakili aspirasi dari pihak-pihak yang terkait. Responden yang dipilih dari perusahaan terdiri dari direksi, manajer dan asisten, dari pemerintah daerah Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari Asisten Daerah Dua (ASDA 2), BAPPEDA dan Dinas Perkebunan, serta dari mitra terdiri dari pengurus koperasi, manajer koperasi dan petani.
Jenis dan
jumlah responden dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis dan jumlah responden No. 1
2
3
Kriteria Responden
Jumlah (orang)
Responden perusahaan a. Direktur Utama
1
b. Direktur Operasional
1
c. Manajer
1
d. Asisten
1
PEMKAB a. ASDA 2
1
b. BAPPEDA
1
c. Dinas Perkebunan
1
MITRA a. Pengurus Koperasi
8
b. Manajer Koperasi
4
c. Ketua Kelompok Tani
18
d. Petani
18 JUMLAH
55
27
3.4. Metode Analisis Analisis dilakukan terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan strategi dan kelayakan pengembangan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan yang dikembangkan, yaitu model kemitraan, analisis pendapatan petani plasma, analisis kelayakan finansial, analisis internal dan eksternal. 3.4.1. Analisis Prospek Kemitraan Analisis
prospek
kemitraan
dilakukan
dengan
cara
mendiskripsikan kekuatan dan kelemahan petani plasma dan PT ATB sebagai perusahaan inti. Melalui deskripsi tersebut, secara kualitatif dapat diketahui peluang yang mungkin dimanfaatkan, ancaman yang dapat dihilangkan dan kelemahan yang dapat diatasi melalui kerjasama kemitraan. 3.4.2. Kelayakan Investasi Ukuran kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini mencakup : NPV, PBP, IRR, BEP, Net B/C dan analisis sensitivitas. Peubah yang digunakan untuk melihat hasil analisis sensitifitas adalah harga jual produk dan produktivitas yang dihasilkan. 3.4.3. Analisis Matriks EFE dan IFE Analisis
lingkungan
eksternal
atau
External
Factor
Evaluation (EFE) digunakan untuk mengetahui faktor yang dapat dimanfaatkan dan faktor ancaman yang harus dihindari. Analisis EFE dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (David, 2004) : i. Tentukan dalam kolom 1 faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan ii. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dalam kolom 2, dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan semua faktor harus sama dengan 1,0.
28
iii. Berikan peringkat 1-4 untuk masing-masing faktor kunci dalam kolom 3, tentang seberapa efektif strategi perusahaan dalam merespon faktor tersebut, dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat baik) hingga 1 (di bawah rataan). iv. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang. v. Jumlahkan skor dari masing-masing peubah untuk menentukan total dari skor bagi perusahaan. Adapun bentuk matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Model matriks IFE dan EFE Faktor Internal/Eksternal
Bobot (a)
Peringkat (b)
Skor (axb)
A. Kekuatan/Peluang 1. ............. 2. ............. n .............. Jumlah (A) B. Kelemahan/Ancaman 1. ............. 2. ............. n .............. Jumlah (B) Dalam matriks IFE, total keseluruhan nilai yang dibobot berkisar antara 1,0–4,0 dengan nilai rataan 2,5. Nilai di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan lemah dan nilai di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Total nilai 4,0 menunjukkan perusahaan mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengantisipasi kelemahan dan total nilai 1,0, berarti perusahaan
tidak
dapat
mengantisipasi
kelemahan
dengan
menggunakan kekuatan yang dimilikinya. Dalam matriks EFE, total keseluruhan nilai yang dibobot tertinggi adalah 4,0 yang mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon peluang yang ada dan menghindari ancaman di
29
pasar industri. Nilai terendah adalah 1,0 yang menunjukkan strategi yang dilakukan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman yang ada. Setelah tersusun matriks IFE dan
EFE,
dilakukan
kombinasi
alternatif
strategi
dengan
menggunakan matriks SWOT. Penentuan bobot setiap variabel eksternal dan internal dilakukan dengan menggunakan metode Delphi dengan selang pembobotan mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting). Total bobot yang diberikan harus berjumlah sama dengan 1 (Marimin, 2004). Penentuan rating dilakukan terhadap semua faktor baik internal maupun eksternal, yang kemudian hasilnya dirata-ratakan, dengan selang penilaian 1 sampai dengan 4. Nilai yang diperoleh dari matriks EFE mengindikasikan seberapa efektif perusahaan merespon peluang dan ancaman, sedangkan matriks IFE mengindikasikan seberapa besar kekuatan dan kelemahan mempengaruhi perusahaan (David, 2004). Tabel 7. Penentuan bobot faktor strategik dengan metode Delphi Faktor Strategik
Tingkat Kepentingan 1 2 3 4 X Y Z
Jumlah Responden
Rataan
Bobot
1 a A 2 B B 3 N Jumlah R Keterangan : 1 sampai dengan 4 adalah tingkat kepentingan faktor strategik 1 sampai dengan n adalah faktor-faktor strategik yang digunakan a = {(X*2)+(Y*3)+(Z*4)} adalah sama dengan jumlah responden A= (a:R) x 100%
30
Tabel 8. Penentuan rating faktor strategik dengan metode Delphi Faktor Penilaian Total Jumlah Bobot Strategik 1 Nilai Responden 2 3 4 1 X Y Z A q A 2 B B 3 N Jumlah R Keterangan : 1 sampai dengan 4 adalah tingkat kepentingan faktor strategik 1 sampai dengan n adalah faktor-faktor strategik yang digunakan A = {(X*2)+(Y*3)+(Z*4)} A = (a:q)x100% 3.3.4. Analisis SWOT Matriks SWOT merupakan alat untuk merumuskan berbagai alternatif strategi yang diterapkan, dimana analisis ini menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat tipe kemungkinan alternatif strategik, yaitu strategi SO merupakan
strategi
yang
menggunakan
kekuatan
untuk
memanfaatkan peluang, strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari/mengurangi dampak ancaman, strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang dengan meminimalkan kelemahan dan strategi WT, yaitu meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini mempunyai kekuatan yang sangat besar atas rancangan suatu strategi yang berhasil.
Kombinasi dari faktor
internal dan eksternal dalam Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 9 (Rangkuti, 2005).
31
Tabel 9. Matriks SWOT Internal Strength (S)
Weaknesses (W)
Eksternal
Opportunities (O)
Threats (T)
Strategi SO
Strategi WO
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
meminimalkan
untuk memanfaatkan
kelemahan untuk
peluang
memanfaatkan peluang
Strategi ST
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
meminimalkan
untuk mengatasi
kelemahan untuk
ancaman
menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2005. Hasil SWOT memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi beberapa alternatif strategi yang dapat diprioritaskan melalui analisis matriks perencanaan strategik kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix atau QSPM). QSPM menganalisis komponenkomponen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman berdasarkan empat komponen, yaitu (1) bobot, (2) nilai daya tarik, Attractiveness Score (AS), (3) daya tarik total, Total Attractiveness Score (TAS), dan (4) jumlah total nilai daya tarik. Dari keempat hal tersebut, dapat disusun matriks QSPM seperti pada Tabel 10. Penentuan strategi pada matriks ini didasarkan pada jumlah total nilai daya tarik yang merupakan indikasi strategi paling menarik dari setiap alternatif untuk dijadikan prioritas. Sebagai ilustrasi, semakin tinggi angka jumlah nilai daya tarik total, maka alternatif tersebut semakin menarik untuk diprioritaskan.
32
Tabel 10. QSPM Faktor Kunci
Alternatif Strategi Bobot
Strategi 1 AS
Peluang
Ancaman
Kekuatan
Kelemahan
Jumlah Total Nilai Daya Tarik AS TAS
: Nilai (skor) daya tarik : Nilai daya tarik total
TAS
Strategi 2 AS
TAS
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaaan Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA), seluas 14.265,96 km2, memiliki banyak pusat produksi yang tersebar di beberapa tempat. Pusat-pusat produksi tersebut banyak menghasilkan komoditi berupa produk pertanian berupa beras, produk perkebunan utama berupa karet, kelapa, dan kelapa sawit, dan produk bahan galian/tambang dan barangbarang industri yang menunjang kegiatan sektor perdagangan di Kabupaten MUBA. Luas areal perkebunan tanaman karet rakyat sebesar 160.812 ha dengan produksi 98.741 ton, sedangkan luas perkebunan tanaman kelapa sawit rakyat sebesar 20.575 ha dengan produksi 221.408 ton (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Musi Banyu Asin, 2008). Potensi tersebut merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi msayarakat kabupaten Musi Banyuasin. PT. ATB merupakan perseroan dengan kegiatan usaha bergerak di bidang pertanian, khususnya perkebunan kelapa sawit. Perseroan ini didirikan dengan akta notaris No. 35 tanggal 23 Januari 2006 di Jakarta oleh notaris. Modal dasar perseroan berjumlah Rp 6.000.000.000,- (enam milyar rupiah), terbagi atas 6.000 (enam ribu) saham, masing-masing saham bernilai nominal Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). Dari modal dasar tersebut telah ditempatkan oleh para pendiri senilai total Rp 1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta rupiah). Untuk menjamin legalitas dan kelancaran usaha serta mendapatkan fasilitas-fasilitas
yang
diperlukan
dalam
merealisasikan
investasinya, PT. ATB telah memperoleh izin-izin (Tabel 11).
rencana
34
Tabel 11. Dokumen dan legalitas Dokumen Izin Lokasi Perkebunan Bupati Muba Izin Lokasi Bupati Muba Surat Keterangan Domisili Perusahaan Akte Pengesahan Dep. HAM NPWP Akte Notaris Rusnaldy, SH Akte Notaris Rusnaldy, SH
Nomor 023/KPTS/IUP/DISBUN/2006
Tanggal 31 Juli 2006
1683 Tahun 2006 87/1.824.02.II/2006
2 Agustus 2006 15 Februari 2006
C-08273 HT.01.01.TH.2006
21 Maret 2006
02.467.055.6-028.000 35
23 Februari 2006 23 Januari 2006
32
16 Januari 2006
Lokasi kebun PT. ATB berada di 5 desa yang tercakup dalam 4 Kecamatan yaitu Desa Epil (Kecamatan Lais), Desa Muara Teladan dan Desa Bandar Jaya (Kecamatan Sekayu), Desa Tanah Abang (Kecamatan Batanghari Leko) dan Desa Singadesa (Kecamatan Babat Toman), Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan. Kebun ini berjarak kurang lebih 124 km dari kota Palembang sebagai Ibukota Propinsi. Posisi lokasi secara geografis dan batas-batas fisik dari areal proyek perkebunan tersebut disajikan pada
Tabel 12. Perseroan sudah mendapatkan izin lokasi
perkebunan Kelapa Sawit dengan luas 15.000 Ha dari Bupati Musi Banyuasin pada tanggal 2 Agustus 2006 melalui keputusan Nomor 1683 Tahun 2006. Tabel 12. Posisi lokasi kebun PT. ATB secara geografis dan batas fisik No 1
2
Uraian Posisi geografis Bujur Timur Lintang Selatan Batas-batas fisik Utara
Selatan Barat Timur
Lokasi 103° 46' - 104° 00' 02°37' - 02°56' Berbatasan dengan Talang Manunggal Hulu dan Talang Depati, serta Talang Padang Alang dan Talang Kayukawan Berbatasan dengan Desa Bailangu, Desa Lumpatan dan Kecamatan Sekayu Berbatasan dengan Desa Simpangsari dan Desa Singadesa Berbatasan dengan Areal Pertambangan Minyak PT. Medco, Kebun Plasma PT. Musi Banyuasin Indah dan Kebun Plasma PTPN VIII, Talang Baru dan Kecamatan Sungai Lilin
35
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan PT ATB mempunyai visi terwujudnya perusahaan yang unggul dan handal dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit sebagai kawasan agribisnis
agroindustri
terpadu
untuk
tercapainya
kesejahteraan
stakeholder. Visi tersebut dijabarkan dalam misi berikut : a. Membangun dan mengembangkan kebun plasma dan inti melalui pola kemitraan; b. Mengembangkan perusahaan inti sebagai champion penghela pertumbuhan dan pengembangan kebun, serta pemasaran dan pengembangan hasil industri turunannya; c. Mengembangkan
industri
pengolahan
hasil
utama
maupun
sampingan, serta industri penunjang lainnya. 4.2. Evaluasi Rencana Kemitraan PT. TB dan Petani Evaluasi rencana kemitraan antara PT. Anugerah Tani Bersama (PT. ATB) dan petani dilakukan dengan melakukan analisis terhadap hasil SWOT dari masing-masing pihak. Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut, kemudian prospek kemitraan inti plasma antara petani dan PT. ATB dinilai secara deskriptif. Tabel 13. Deskripsi Faktor Internal dan Eksternal dari Petani, PT. ATB dan Kemitraan Petani – PT. ATB Faktor
Petani
A. Internal Kekuatan • Hubungan masyarakat (Strengths) • Lahan
Kelemahan (Weaknesses)
• • • • •
Keuangan Sarana dan prasarana Produksi dan operasi Budaya kebun petani Pemasaran
PT. ATB • Kredibilitas mendapat akses modal • Hubungan pemerintahan • Keuangan • Pemasaran • Pengalaman membangun kebun • Lahan
Kemitraan PetaniPT. ATB • Lahan • Kredibilitas mendapat akses modal • Hubungan masyarakat • Hubungan pemerintah • Keuangan • Pemasaran • Pengalaman membangun kebun
36
Lanjutan Tabel 13. Faktor
Petani
B. Ekternal Peluang • Ketersediaan (Opportunities) lahan • Dukungan pemerintah • Prospek kelapa sawit • Komoditas andalan daerah
Ancaman (Threats)
• Tren Ekonomi • Situasi politik dan keamanan dunia
PT. ATB • Dukungan pemerintah daerah • Ketersediaan lahan petani • Dukungan perbankan • Prospek kelapa sawit • Budaya kerja (perusahaan) • Kebijakan kredit revitalisasi • Komoditas andalan daerah • Keberadaan LSM Daerah • Situasi politik dan keamanan dunia
Kemitraan PetaniPT. ATB • Dukungan pemerintah daerah • Ketersediaan lahan petani • Dukungan perbankan • Prospek kelapa sawit
• Situasi politik dan keamanan dunia
Prospek kemitraan antara petani dan PT. ATB dikaji berdasarkan faktorfaktor SWOT secara deskriptif adalah : 4.2.1. Kekuatan (strengths) a. Kredibilitas mendapat akses modal Kredibilitas dalam mendapat akses modal menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan keuangan yang dirasakan oleh petani. Melalui kerjsama kemitraan, petani tidak perlu menyediakan dana tunai untuk dapat memiliki kebun kelapa sawit. b. Sarana dan prasarana Untuk menjamin legalitas dan kelancaran usaha serta mendapatkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam merealisasikan rencana investasinya, PT. ATB telah memperoleh izin-izin sebagai berikut : Izin Lokasi Perkebunan Bupati Muba, Izin Lokasi Bupati Muba, Surat Keterangan Domisili Perusahaan, Akte Pengesahan Dep.HAM, NPWP, Akte Notaris Rusnaldy, SH. c. Hubungan pemerintah Setiap pelaksanaan usaha tentunya tidak dapat terlepas dari peran dan dukungan pemerintah. Hubungan yang baik dengan pemerintah akan
37
membantu
kelancaran
perijinan
dan
kegiatan
operasional
usaha
perkebunan. d. Organisasi dan manajemen Pola kerjasama kemitraan inti plasma dengan kepemilikan lahan oleh petani, pada umumnya dengan pola kerjasama bagi hasil (profit sharing). Petani sebagai ‘pemilik’ lahan, menyerahkan seluruh lahan kepada perusahaan inti untuk mendapatkan hak guna usaha (HGU) dan sebagai imbalannya, petani mendapatkan persetase pembagian keuntungan dari total keuntungan pengusahaan kebun kelapa sawit. e. Visi dan misi kemitraan Kejelasan aturan atau kesepakatan antara PT. ATB dengan petani, sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada. Kesepakatan tentang aturan, perubahan harga, dan pembagian hasil harus dibuat secara adil oleh pihak-pihak yang bermitra. Dengan demikian, tujuan, kepentingan dan kesinambungan bisnis dari kedua pihak dapat terlaksana dan saling menguntungkan. f. Hubungan masyarakat Hubungan masyarakat (Humas) yang baik merupakan sebuah landasan yang diperlukan bagi petani untuk dapat maju dan berkembang. Dengan hubungan masyarakat yang baik, maka dapat memberikan situasi kondusif dan aman dalam melaksanakan kegiatan usaha. Humas dengan petani dan perusahaan dapat menjadi tolok ukur respon masyarakat terhadap kegiatan kerjasama kemitraan. g. Budaya kerja perusahaan Program inti plasma dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit memerlukan keseriusan baik pihak petani selaku plasma yang mendapat bantuan dalam upaya mengembangkan usahanya, maupun pihak inti usaha besar atau menengah yang mempunyai tanggungjawab sosial untuk membina dan mengembangkan usaha kecil sebagai mitra usaha untuk jangka panjang.
38
h. SDM Kemitraan ini menyebabkan penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan berkesinambungan di sektor pertanian. i. Keuangan Ketersediaan akses untuk mendapat modal menjadi faktor yang mempengaruhi keuangan bagi usaha kemitraan. Melalui kerjasama kemitraan, dapat dibuka akses untuk memperoleh kredit Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA). j. Lahan Melalui kerjasama kemitraan, faktor lahan yang sebelumnya menjadi faktor kelemahan PT. ATB, mampu ditutupi dan menjadi salah satu faktor kekuatan. Potensi lahan plasma yang dimiliki petani adalah 4.800 Ha. k. Pemasaran Pemasaran produk hasil kebun kelapa sawit dirasakan sebagai kelemahan bagi petani. Namun dengan kerjasama kemitraan, pemasaran hasil kebun menjadi lebih baik, karena selain lebih mudah, hasil yang dipasarkan juga memiliki nilai tambah lebih melalui pengolahan di pabrik pengolahan Kelapa Sawit.
4.2.2. Kelemahan a. Pengalaman membangun kebun Kerjasama kemitraan antara petani dan PT. ATB masih memiliki kelemahan dalam pengalaman membangun kebun. PT. ATB memiliki latar belakang sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara, sedangkan secara demografis, masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA) mayoritas memiliki latar belakang budidaya tanaman karet (luas areal perkebunan karet rakyat 160.812 Ha dan luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat 20.575 Ha). b. Penelitian dan pengembangan Masih kurangnya penelitian dan pengembangan untuk mengatasi persoalan ketersediaan input produksi (bibit unggul, pupuk dan pestisida) yang selama ini menyebabkan rendahnya produktivitas sawit.
39
c. Sistem informasi manajemen Keterbatasan sistem informasi manajemen menyebabkan petani tidak memiliki kemampuan untuk membangun kebun kelapa sawit dengan baik, misalnya, penerapan kultur teknis tidak tepat seperti penanaman, pemeliharaan, aplikasi pupuk, manajemen panen dan kesalahan dalam interpretasi kelas kesesuaian lahan.
4.2.3. Peluang a.
Dukungan pemerintah daerah Dukungan pemerintah daerah diberikan kepada usaha perkebunan melalui kemudahan dalam pemberian ijin dengan pelayanan satu atap.
b.
Ketersediaan lahan petani Ketersediaan lahan yang lebih luas dalam usaha perkebunan, akan dapat meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan perusahaan. selain itu, potensi kemungkinan terjadinya inefisiensi pabrik dapat diperkecil.
c.
Dukungan perbankan Dukungan dari pihak perbankan terkait dengan fasilitas kredit KKPA dapat dimanfaatkan hanya melalui kerjasama kemitraan. Dengan demikian, peluang untuk memperoleh tambahan modal usaha semakin luas.
d.
Prospek kelapa sawit Prospek kelapa sawit dinilai masih cukup besar, hal ini dapat dilihat dari terus meningkatnya konsumsi CPO. Konsumsi CPO dunia pada Desember 2008 (USDA, 2008) adalah 34.805.000 MT. Tren peningkatan konsumsi CPO dunia diperlihatkan dalam Gambar 6.
e.
Penerimaan masyarakat petani Luasnya areal perkebunan tanaman kelapa sawit rakyat merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi msayarakat kabupaten Musi Banyuasin.
f.
Kebijakan kredit revitalisasi Hubungan kerjasama antara kelompok petani/petani dengan perusahaan inti, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam
40
Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani merupakan plasma dan perusahaan besar sebagai inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma.
Gambar 6. Tren pertumbuhan konsumsi CPO Dunia (telah diolah kembali USDA, 2008) g.
Komoditas andalan daerah Sawit merupakan salah satu komoditi andalan untuk produk perkebunan Kabupaten Musi Banyuasin sehingga mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah daerah setempat.
h.
Perkembangan teknologi Perkembangan teknologi informasi semakin pesat merupakan peluang bagi PT. ATB sehingga lebih mudah memonitor perkembangan teknologi budidaya dan
perkembangan industri sawit agar produknya dapat
disesuaikan dengan perkembangan jaman. i.
Budaya kebun petani Pusat produksi di Kabupaten Musi Banyuasin sebagian besar menghasilkan komoditi pertanian dan perkebunan, sehingga budaya kebun merupakan halyang tidak asing lagi bagi masyarakat daerah tersebut.
41
4.2.4.
Ancaman
a. Tren ekonomi Risiko tren ekonomi yang mungkin dihadapi oleh petani dapat diminimalisir juga melalui program kemitraan, karena risiko usaha ditanggung secara bersama-sama. b. Perubahan kultur masyarakat Perubahan kultur masyarakat yang menyebabkan konflik sosial seperti ketidakharmonisan hubungan antara pekebun, masyarakat sekitar dan instasi terkait. Masalah-masalah sosial tersebut dapat berlanjut menjadi masalah lainnya seperti okupasi lahan, masalah ketersediaan lahan dan perizinan, serta tindakan kriminal seperti penjarahan produk. c. Keberadaan LSM daerah Secara umum, ancaman-ancaman yang mungkin muncul dari kondisi sebelum bermitra dapat diminimalisir melalui kerjasama kemitraan, yakni keberadaan LSM daerah. Potensi ancaman dari keberadaan LSM daerah dapat diminimalisir karena program kerjasama kemitraan merangkul pihak masyarakat petani setempat. d. Situasi politik dan keamanan dunia Kondisi politik dan keamanan dunia dinilai sebagai ancaman dalam kerjasama
kemitraan.
Kondisi
tersebut
tidak
sepenuhnya
dapat
dikendalikan, baik oleh perusahaan maupun oleh petani. Kemungkinan kondisi politik dan keamanan dunia yang buruk (tidak stabil) dan isu-isu negatif seperti rencana pemberlakuan EU Directive on Renewable Energy and Fuel Quality (DREFQ), yaitu kebijakan baru Uni Eropa terkait dengan penggunaan energi terbarukan yang menilai minyak sawit (CPO) sebagai bahan baku biodiesel tidak berkualitas dan tidak ramah lingkungan pada tahun 2010, dinilai sebagai ancaman yang perlu untuk diantisipasi.
4.3. Analisis IFE dan EFE Analisis internal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan kerjasama kemitraan dan faktor kelemahan kerjasama kemitraan yang yang harus diperbaiki. Analisis eksternal dilakukan dengan tujuan menggabungkan
42
berbagai faktor peluang yang dapat menguntungkan kerjasama kemitraan dan faktor ancaman yang harus diwaspadai dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan. Hasil analisis eksternal dievaluasi dengan menggunakan matriks EFE dan hasil analisis internal dievaluasi dengan menggunakan matriks IFE.
4.3.1. Faktor Lingkungan Internal Hasil analisis terhadap faktor internal menunjukkan bahwa faktor kekuatan internal yang dimiliki dalam kerjasama kemitraan ini terletak pada lahan, pemasaran, keuangan, kredibilitas mendapat akses modal, hubungan pemerintah dan hubungan masyarakat. Sedangkan faktor yang dinilai menjadi kelemahan adalah pengalaman dalam membangun kebun. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat rating yang tinggi untuk kekuatan berdasarkan hasil olah data kuesioner yang diberikan terhadap responden, dan rating yang rendah untuk kelemahan. Hasil analisis matriks IFE ditunjukkan dalam Tabel 14. Tabel 14. Analisis Faktor Internal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
Faktor Internal Kekuatan Kredibilitas mendapat akses modal Sarana dan prasarana Hubungan pemerintahan Organisasi dan manajemen Visi dan misi kemitraan Hubungan masyarakat Budaya kerja perusahaan SDM Keuangan Lahan Pemasaran Produksi dan operasi Kelemahan Pengalaman membangun kebun Penelitian dan pengembangan Sistem informasi manajemen Total
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (a x b)
0,070
4
0,28
0,072 0,069 0,062 0,065 0,064 0,060 0,065 0,071 0,074 0,073 0,074
3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3
0,22 0,27 0,19 0,19 0,26 0,18 0,19 0,29 0,30 0,29 0,22
0,072 0,056 0,054 1,00
1 2 2
0,07 0,11 0,11 3,17
43
4.3.2. Faktor Lingkungan Eksternal Hasil analisis terhadap faktor eksternal perusahaan menunjukkan bahwa faktor peluang eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan adalah dukungan pemerintah daerah, ketersediaan lahan petani, dukungan perbankan dan prospek kelapa sawit. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat rating yang tinggi berdasarkan hasil olah data kuesioner yang diberikan terhadap responden. Sedangkan faktor yang dinilai sebagai ancaman dan perlu diwaspadai adalah situasi politik dan keamanan dunia. Hasil analisis matriks EFE ditunjukkan dalam Tabel 15.
Tabel 15. Analisis Faktor Eksternal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4
Faktor Eksternal Peluang Dukungan pemerintah daerah Ketersediaan lahan petani Dukungan perbankan Prospek kelapa sawit Penerimaan masyarakat petani Kebijakan kredit revitalisasi Komoditas andalan daerah Perkembangan teknologi Budaya kebun petani Ancaman Tren ekonomi Perubahan kultur masyarakat Keberadaan LSM daerah Situasi politik dan keamanan dunia Total
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (a x b)
0,075 0,085 0,086 0,073 0,078 0,086 0,067 0,068 0,081
4 4 4 4 3 3 3 3 3
0,30 0,34 0,34 0,29 0,23 0,26 0,20 0,21 0,24
0,069 0,073 0,071 0,088
3 2 2 1
0,21 0,15 0,14 0,09
1,00
2,91
4.4. Analisis SWOT Kemitraan Hasil yang diperoleh dari analisis matriks IFE dan EFE, dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun strategi dengan analisis SWOT pada umumnya dan khusus untuk hal spesifik. Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang dinilai berpengaruh besar berdasarkan matriks IFE akan menjadi dasar dalam penyusunan analisis SW (strengths and weaknesses)
44
kemitraan. Faktor-faktor yang peluang dan ancaman yang dinilai berpengaruh besar berdasarkan matriks EFE dapat menjadi dasar dalam penyusunan analisis OT (opportunities and threats) kemitraan (Tabel 16). Tabel 16. Matriks SWOT
Peluang (O)
Ancaman (T)
Kekuatan (S) Kelemahan (W) • Melaksanakan kerjasama • Melakukan kerjasama dengan kemitraan yang dapat pihak lain yang telah memiliki memaksimalkan pemanfaatan pengalaman dalam membangun, potensi lahan dan sumber serta mengembangkan kebun daya masyarakat dalam dan pabrik kelapa sawit pengembangan usaha kelapa sawit • Melakukan pendekatan dan • Menciptakan peluang kerjasama sosialisasi yang baik terhadap kemitraan baru dengan mitra sebagai antisipasi alternatif komoditas kemungkinan perubahan perkebunan yang lain situasi eksternal
Dari Hasil analisis SWOT dapat disusun alternatif strategi yang dapat diprioritaskan melalui analisis matriks perencanaan strategik kuantitatif (QSPM) dengan
melakukan
analisis
berdasarkan
komponen-komponen
kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman.Semakin tinggi angka jumlah nilai daya tarik total, maka alternatif strategi tersebut semakin menarik untuk diprioritaskan. Dari hasil pengolahan matriks QSP diperoleh hasil sebagaimana disajikan dalam Tabel 17. Hasil analisis matriks QSP menunjukkan bahwa alternatif strategi berbasis pada SO (strengths and opportunities) memiliki nilai total daya tarik yang paling tinggi, yaitu menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut mendapat prioritas utama dilaksanakan, karena dinilai paling menarik untuk dilaksanakan. Faktorfaktor utama yang mendukung strategi SO adalah kredibilitas mendapat akses modal, hubungan pemerintahan, hubungan masyarakat, keuangan, lahan, pemasaran, prospek kelapa sawit, dukungan perbankan, ketersediaan lahan petani dan dukungan pemerintah daerah. Sebagai prioritas berikutnya dipilih strategi berbasis pada ST (strengths and threats).
45
Tabel 17. Analisis Matriks QSP
No
Faktor Kunci
Faktor Internal 1 Kredibilitas mendapat akses modal
Bobot
Alternatif strategi 1 (SO)
Alternatif strategi2 (WO)
Alternatif strategi 3 (ST)
Alternatif strategi 4 (WT)
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
a 0,070
b 4
axb 0,279
c 2
axc 0,139
d 4
axd 0,279
e 2
Axe 0,139
2
Sarana dan prasarana
0,072
2
0,144
3
0,216
2
0,144
3
0,216
3
Hubungan pemerintahan
0,069
4
0,274
3
0,206
4
0,274
3
0,206
4
Organisasi dan manajemen
0,062
3
0,185
2
0,123
2
0,123
2
0,123
5
Visi dan misi kemitraan
0,065
3
0,194
2
0,130
2
0,130
2
0,130
6
Hubungan masyarakat
0,064
4
0,256
3
0,192
4
0,256
2
0,128
7
Budaya kerja perusahaan
0,060
2
0,120
2
0,120
2
0,120
2
0,120
8
SDM
0,065
2
0,130
3
0,194
3
0,194
3
0,194
9
Keuangan
0,071
4
0,285
2
0,143
4
0,285
3
0,214
10
Lahan
0,074
4
0,296
2
0,148
4
0,296
3
0,222
11
Pemasaran
0,073
4
0,258
2
0,146
4
0,291
2
0,146
12 13
Produksi dan operasi Pengalaman membangun kebun Penelitian dan pengembangan Sistem informasi manajemen
0,074 0,072
3 1
0,222 0,072
3 4
0,222 0,288
3 2
0,222 0,144
3 4
0,222 0,288
0,056
2
0,112
2
0,112
1
0,056
3
0,168
0,054
2
0,109
1
0,054
1
0,054
2
0,109
14 15
Total Faktor Eksternal 1 Dukungan pemerintah daerah
1,00
2,94
2,43
2,87
2,62
0,075
4
0,301
4
0,301
2
0,150
3
0,225
2
Ketersediaan lahan petani
0,085
4
0,341
4
0,341
3
0,256
2
0,170
3
Dukungan perbankan
0,086
4
0,343
4
0,343
3
0,257
2
0,171
4 5
Prospek kelapa sawit Penerimaan masyarakat petani Kebijakan kredit revitalisasi
0,073
4
0,292
4
0,292
2
0,146
2
0,146
0,078
3
0,233
3
0,233
2
0,155
2
0,155
0,086
3
0,259
3
0,259
2
0,173
2
0,173
7
Komoditas andalan daerah
0,067
3
0,202
2
0,134
3
0,202
2
0,134
8
Perkembangan teknologi
0,068
2
0,137
3
0,205
3
0,205
3
0,205
9
Budaya kebun petani
0,081
3
0,244
3
0,244
2
0,163
3
0,244
Tren ekonomi Perubahan kultur masyarakat
0,069
3
0,207
1
0,069
3
0,207
3
0,207
0,073
2
0,166
2
0,145
2
0,145
3
0,218
Keberadaan LSM daerah Situasi politik dan keamanan dunia Total
0,071
2
0,141
3
0,212
3
0,212
2
0,141
0,088
1
0,088
2
0,175
4
0,351
4
0,351
6
10 11 12 13
Total Nilai Daya Tarik
1,00
2,95
2,95
2,62
2,54
1,92
5,89
5,39
5,49
5,17
46
4.5. Alternatif Usulan Strategi Berdasarkan hasil analisis SWOT dan QSPM, dapat disusun alternatif usulan strategi dalam mengembangkan usaha kelapa sawit dengan pola kemitraan antara PT. ATB dengan petani, maka alternatif usulan strategi tersebut adalah : 1. Melaksanakan kerjasama kemitraan dengan memaksimalkan potensi lahan yang dimiliki oleh masyarakat, 2. Memaksimalkan peranserta masyarakat dan keterlibatan masyarakat dalam pemilikan lahan perkebunan, 3. Mengembangkan pola kemitraan yang saling menguntungkan, baik bagi perusahaan inti dan petani, 4. Menciptakan sinergi yang baik antara perusahaan dan petani mitra, 5. Melakukan sosialisasi yang baik dalam pelaksanaan program kemitraan kepada masyarakat, 6. Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang telah memiliki pengalaman dalam membangun kebun dan pabrik kelapa sawit.
4.6. Analisis Kelayakan Kerjasama Kemitraan 4.6.1. Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha bertujuan mengukur kelayakan usaha melalui
parameter-parameter
kelayakan
yang
digunakan
untuk
memberikan penilaian terhadap pengeluaran investasi. Berbagai asumsi harga, sarana dan hasil produksi, serta biaya proyek per hektar, digunakan dalam analisis tersebut. Luas areal kebun dalam analisis ini disesuaikan dengan rencana realisasi perusahaan, yaitu 7.200 Ha kebun inti dan kebun plasma 4.800 Ha. Kriteria kelayakan yang dinilai mencakup NPV, PBP, IRR, PI dan BEP. Asumsi-asumsi penghitungan yang mendasari penilaian kelayakan investasi, antara lain luas lahan yang dibudidayakan 12.000 Ha. Asumsi harga jual CPO Rp. 5.007/kg dengan proyeksi peningkatan per tahun senilai dengan proyeksi tingkat inflasi Indonesia dibanding dengan tingkat inflasi Amerika per tahun. Nilai inflasi Amerika diproyeksikan stabil pada angka 2,5%, sedangkan tingkat inflasi Indonesia diproyeksikan 6,5% dan
47
akan mengalami penurunan setiap tahun sebesar 2,5% dari tingkat inflasi tahun sebelumnya. Asumsi produksi TBS, CPO dan PKO disajikan dalam Tabel 18. Proyeksi tersebut didasarkan pada standar produktivitas per usia tanaman per hektar. Tabel 18. Proyeksi produksi TBS, CPO dan PKO perusahaan inti Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Produksi TBS (ton) 7,000 21,000 40,500 65,500 98,400 123,800 138,200 152,600 165,000 175,400 180,800 183,200 180,200 175,200 168,800 163,800 158,800 149,400 144,400 135,000 130,000
Produksi CPO (ton) 1,540 4,620 8,910 14,410 21,648 27,236 30,404 33,572 36,300 38,588 39,776 40,304 39,644 38,544 37,136 36,036 34,936 32,868 31,768 29,700 28,600
Produksi Palm Kernel (ton) 315 945 1,823 2,948 4,428 5,571 6,219 6,867 7,425 7,893 8,136 8,244 8,109 7,884 7,596 7,371 7,146 6,723 6,498 6,075 5,850
a. Biaya Total Proyek Biaya total proyek adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam pembangunan kebun. Pengeluaran biaya dilakukan secara bertahap selama lima tahun penanaman dan tiga tahun pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM), termasuk pembangunan pabrik beserta
48
sarana dan prasarananya. Dalam periode tersebut, seluruh biaya yang dikeluarkan diperhitungkan sebagai investasi. Total biaya proyek yang dikeluarkan Rp. 372,789,807,828, terdiri dari biaya proyek Rp. 242,931,881,497 dan bunga selama pembangunan (Interest During Construction atau IDC) Rp. 129,857,926,331 (Proyeksi biaya total produksi tedapat dalam Lampiran 2). b. Rencana Pendanaan Pembangunan kebun dan pabrik secara keseluruhan termasuk kapitalisasi bunga dalam masa pembangunan (IDC) dan membutuhkan dana Rp. 372,789,807,828. Pendanaan pembangunan pabrik dan kebun direncanakan diperoleh dari pinjaman 65% dari total biaya proyek dan sisanya 35% diperoleh dari modal sendiri. c. Biaya Modal Kerja Modal kerja diperlukan untuk modal kerja kebun dan modal kerja pabrik. Modal kerja kebun digunakan untuk pemeliharaan tanaman produktif, panen dan transportasi. Biaya modal kerja pabrik digunakan untuk membeli sebagian bahan baku dari plasma, bahan penunjang, biaya tenaga kerja pabrik dan overhead. d. Harga Pokok Penjualan Berdasarkan biaya modal kerja kebun dan modal kerja pabrik, kemudian disusun harga pokok produksi dan penjualan. Harga pokok produksi merupakan akumulasi biaya kebun dan pabrik per tahun. Harga pokok mempertimbangkan produksi yang diestimasi terjual. Penjualan TBS diestimasi akan menyisakan persediaan TBS untuk satu hari, sedangkan penjualan minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit PKO akan menyisakan persediaan satu bulan. Harga pokok penjualan diperhitungkan sejak tanaman menghasilkan dan diperoleh penjualan. e. Proyeksi Harga,
Produksi, Pendapatan dan Pengembalian
Pinjaman Penerimaan perusahaan setelah pabrik dioperasikan, akan berasal dari penjualan minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO) dan inti sawit PKO. Produksi TBS dari kebun menjadi bahan baku bagi
49
produksi CPO dan PK di pabrik. Proyeksi harga, produksi TPS serta nilai penjualan CPO dan PK disajikan dalam Lampiran 3, sedangkan proyeksi produksi, penjualan, pendapatan dan cicilan pinjaman disajikan dalam Lampiran 4. f. NPV NPV merupakan ukuran nilai tambah bersih dalam nilai kini bagi investasi yang akan dilakukan. NPV juga mencerminkan keuntungan murni di atas biaya yang diinvestasikan. Nilai NPV untuk pengusahaan perusahaan inti adalah Rp. 446.039.000.000. Hal ini berarti bahwa pengusahaan kebun inti layak untuk dilaksanakan. g. PBP PBP digunakan untuk mengetahui risiko-waktu dana investasi akan tertanam dan kemudian dapat dipulihkan. Nilai PBP sebesar 9,87 berarti bahwa investasi total pengusahaan kebun kelapa sawit akan terpulihkan dalam waktu 9,87 tahun. h. IRR IRR merupakan indikator imbangan terhadap tingkat imbalan yang disyaratkan oleh investor yang berpatokan pada suku bunga. Nilai NPV di atas setara dengan tingkat imbalan internal 34,15% (sebelum pajak) atau 31,34% (setelah pajak). Perbandingan terhadap tingkat suku bunga SBI, sebagai alternatif investasi lain, yakni rata-rata sebesar 8,04% (periode November 2007-Mei 2008 (sumber : Bank Indonesia, 2008), menunjukkan bahwa dengan tingkat IRR 31,34% (setelah pajak) proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. i. Net B/C Net B/C adalah perbandingan antara nilai sekarang dari aliran kas masuk di masa yang akan datang. Pengusahaan perusahaan inti memiliki nilai net B/C sebesar 2,47, yang artinya layak untuk dilaksanakan, karena > 1. j. BEP BEP atau titik pulang pokok menunjukkan sejumlah pendapatan atau unit dimana penerimaan pendapatan pengusahaan perusahaan inti
50
sama dengan biaya yang ditanggungnya. BEP dapat ditentukan dengan satuan unit atau rupiah. BEP unit pengusahaan perusahaan inti menunjukkan nilai 69.303 ton, yang artinya pada saat perusahaan inti menghasilkan 69.303 ton CPO, maka perusahaan akan mencapai kondisi BEP. Kondisi BEP tersebut juga akan dicapai pada saat pendapatan perusahaan mencapai Rp. 606.258.214.419. k. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan dengan melakukan perubahan terhadap beberapa faktor yang dinilai cukup nyata, yaitu volume produksi dan harga jual per unit. Melalui analisis sensitivitas ini ingin diketahui mengenai seberapa sensitif perubahan yang terjadi pada tiaptiap faktor kelayakan (Tabel 19). Tabel 19. Perbandingan hasil analisis sensitivitas Parameter
Harga CPO : Rp.
Harga CPO : Rp.
1)
Harga CPO : Rp. 2.703/Kg 1)
Analisis
5.007/Kg
Kelayakan
Produksi rataan
Produksi rataan
Produksi rataan
TBS = 43,297 ton 2)
TBS = 43,297 ton 2)
TBS = 20,782 ton 2)
Rp. 446.039.000.000 Rp. -29.122.000.000
Rp. -5.382.000.000
NPV PBP
2.703/Kg
1)
9,87 tahun
14,54 tahun
14,74 tahun
IRR (sblm pjk)
34,15%
17,37%
20,11%
IRR (stlh pjk)
31,34%
12,81%
14,66 %
2,47
1,18
1,39
69.303 ton
370.877 ton
109.735 ton
PI BEP (unit) BEP (Rp)
Rp. 606.258.214.419 Rp 959.951.935.427 Rp. 296.613.705.000
Ket : 1) harga dasar asumsi CPO 2) produksi rataan TBS per tahun, dengan luas total tanaman 12.000 Ha Tabel di atas menunjukkan perbandingan mengenai dampak yang terjadi terhadap parameter kelayakan finansial sebagai akibat perubahan harga CPO dan produksi TBS. Penurunan harga jual CPO 50% dari harga yang diasumsikan sekarang, akan menyebabkan
51
turunnya nilai NPV menjadi Rp. -29.122.000.000. Selain nilai NPV yang negatif, lama waktu PBP bagi investasi menjadi lebih lama, yaitu 14,54 tahun. Nilai IRR turun hingga menjadi hanya 17,37% , sehingga secara umum hasil kelayakan membuat investasi tersebut bernilai negatif, atau tidak layak. Penurunan jumlah produksi rataan TBS kelapa sawit sebesar 48% dari jumlah produksi semula, menyebabkan penurunan nilai NPV menjadi Rp. -5.382.000.000. Selain itu, jangka PBP lebih lama, yakni menjadi 17,74 tahun. Penurunan produktivitas TBS perlu di waspadai oleh pengelola kebun, karena akan menimbulkan potensi kerugian bagi investor, atau tidak layak. 4.6.2. Proyeksi hasil dan pembagian Penentuan proyeksi hasil dan pembagian yang diperoleh dari kerjasama kemitraan antara petani dan PT ATB bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pendapatan rataan per hektar bagi petani dan PT ATB. Asumsi yang digunakan dalam menghitung proyeksi hasil dan pembagian adalah sesuai dengan luas lahan yang digunakan untuk kebun inti seluas 7.200 Ha dan kebun plasma 4.800 Ha. Pendanaan usaha yang digunakan berasal dari pinjaman 65% dan dana sendiri 35%, sedangkan tingkat suku bunga yang digunakan dalam perhitungan proyeksi 15% per tahun. Proyeksi hasil dan pembagian tidak mecakup pendapatan perusahaan dari pengolahan CPO dan PKO, namun hanya dari pendapatan penjualan TBS kelapa sawit. Pembagian biaya dan proyeksi hasil dilakukan dengan proporsi 60% untuk perusahaan dan 40% untuk petani. Proyeksi hasil yang akan diperoleh melalui kerjasama kemitraan antara petani dan perusahaan disajikan dalam Tabel 20. a. Proyeksi hasil bagi PT. ATB Proyeksi hasil yang disajikan merupakan proyeksi hasil kebun inti berupa penjualan TBS yang dihasilkan dari lahan seluas 7.200 Ha. Proyeksi hasil ini dilakukan dengan memperhitungkan biaya kebun, yaitu berupa biaya pemupukan dan biaya panen, serta pembayaran
52
cicilan pinjaman 35% dari pendapatan yang diterima dari penjualan TBS. Proyeksi hasil bagi PT. ATB per hektar tahun disajikan dalam Tabel 21. b. Proyeksi hasil bagi petani plasma Proyeksi hasil yang diterima oleh petani plasma merupakan proyeksi hasil dari konsep kerjasama kemitraan dengan PT. ATB. Proyeksi hasil digunakan untuk mengetahui pendapatan petani dari per hektar lahan yang diserahkan kepada perusahaan.
Luas lahan yang
diproyeksikan sebagai kebun plasma adalah 4.800 Ha. Dalam proyeksi ini, petani dibebani dengan cicilan pinjaman 35% dari pendapatan penjualan TBS hingga pinjaman berakhir. Proyeksi pendapatan yang diterima oleh petani plasma per hektar tahun disajikan dalam Tabel 22. Mekanisme pola kemitraan inti plasma 60:40 oleh PT. ATB adalah : 1. Pola kemitraan 60:40 berada dalam satu wadah Koperasi; sebelum pembagian hak, petani belum dapat mengetahui letak kebun masingmasing, sebab dalam pembangunan kebun dan lahan dikonsolidasi 2. Pembagian sertifikat hak milik dilakukan setelah kredit secara menyeluruh lunas, disaksikan oleh ahli waris dan para saksi 3. Sertifikat hak milik dibuat atas nama dan tidak dapat diperjual belikan sebelum lunas kewajiban 4. Ikatan kemitraan diperjanjikan antara perusahaan dengan koperasi di hadapan Notaris 5. Pengelolaan kebun sampai kredit dinyatakan lunas, dilaksanakan oleh perusahaan inti; setelah lunas terbuka opsi bagi kedua belah pihak untuk meneruskan atau menghentikan ikatan kemitraan 6. Selama dalam proses pelunasan kredit, petani dapat memperoleh hasil dengan perhitungan; hasil produksi (TBS) dikurangi biaya produksi dan operasi (sekitar 40%), dikurangi 35% untuk cicilan kewajiban
53
Pola kemitraan inti-plasma PT. ATB dapat digambarkan dalam skema di bawah ini (Gambar 7). Pola Kemitraan 60:40 Manajemen Perusahaan
Investasi Lahan 100%
100%
Petani
Kemitraan
Pembangunan Kebun
Bagi Hak atas Tanah 60% Inti HGU
40% Plasma SHM
Koperasi
Pemeliharaan Bank Panen
Hasil 35% untuk Cicilan
sekitar 40%
sekitar 25%
Lunas
sekitar 60% Kemitraan Berlanjut
Opsi
Plasma Mandiri
Gambar 7. Skema pola kemitraan PT. ATB dengan masyarakat
54
Tabel 20. Proyeksi hasil kemitraan antara petani dan PT. ATB per tahun per hektar Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Rataan
TBS Produksi (ton/Ha) a 7 11 11 13 13 17 19 21 23 24 25 26 25 24 24 23 22 21 20 19 18
Harga (Rp/Kg) b 1,101 1,142 1,183 1,224 1,264 1,304 1,343 1,381 1,419 1,456 1,492 1,528 1,562 1,595 1,627 1,658 1,688 1,716 1,743 1,769 1,794 1,817 1,838 1,859 1,878
Total Pendapatan (Rp)
pokok pinjaman (Rp)
c=axb 8,846,605 13,687,698 15,259,224 17,871,661 18,923,078 24,756,703 28,356,572 32,081,436 35,533,734 38,681,103 40,814,515 42,280,302 42,333,992 41,902,997 40,967,625 40,394,900 39,757,797 37,847,386 37,073,776 35,004,629 34,108,180
d 3,850,963 3,802,718 1,930,433 1,538,238 1,120,077 -
IDC (Rp) e 192,548 892,954 1,600,443 2,071,245 2,549,943 -
total pinjaman (Rp) f = (d + e) 3,850,963 7,846,230 10,669,617 13,808,298 16,999,620 17,995,001 15,034,982 11,744,571 7,818,157 3,144,041 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya kebun (Rp) g 4,405,000 5,230,500 5,858,050 6,653,336 5,568,460 6,715,827 7,741,722 8,905,637 10,171,329 11,542,154 12,912,515 14,322,646 15,624,143 16,956,405 18,303,942 19,855,853 21,535,107 23,014,688 24,945,496 26,624,591 28,838,550
Pembayaran Cicilan (Rp) h = 35% x (c-g) 1,554,562 2,960,019 3,290,411 3,926,414 4,674,116 3,144,041
Pendapatan (Rp) i = (c-g)-h 2,887,043 5,497,179 6,110,763 7,291,911 8,680,501 11,726,570 20,614,851 23,175,799 25,362,405 27,138,949 27,902,001 27,957,656 26,709,850 24,946,591 22,663,683 20,539,047 18,222,690 14,832,698 12,128,280 8,380,039 5,269,630 16,573,245
53
55
Tabel 21. Proyeksi hasil bagi PT. ATB melalui pengusahaan kebun dengan kemitraan per tahun hektar (60%) Tahun ke-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 rataan
TBS Produksi (ton/ha) a 7 11 11 13 13 17 19 21 23 24 25 26 25 24 24 23 22 21 20 19 18
Harga (Rp/Kg) b 1,101 1,142 1,183 1,224 1,264 1,304 1,343 1,381 1,419 1,456 1,492 1,528 1,562 1,595 1,627 1,658 1,688 1,716 1,743 1,769 1,794 1,817 1,838 1,859 1,878
Pendapatan Penjualan TBS (Rp) c=axb 5,307,963 8,212,619 9,155,535 10,722,997 11,353,847 14,854,022 17,013,943 19,248,861 21,320,240 23,208,662 24,488,709 25,368,181 25,400,395 25,141,798 24,580,575 24,236,940 23,854,678 22,708,431 22,244,266 21,002,778 20,464,908
Pokok pinjaman (Rp) d 2,310,578 2,281,631 1,158,260 922,943 672,046 -
IDC (Rp) e 115,529 535,773 960,266 1,242,747 1,529,966 -
Total pinjaman (Rp) f = (d + e) 2,310,578 4,707,738 6,401,770 8,284,979 10,199,772 10,797,001 9,020,989 7,046,742 4,690,894 1,886,424 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya kebun (Rp) g 2,643,000 3,138,300 3,514,830 3,992,002 3,341,076 4,029,496 4,645,033 5,343,382 6,102,797 6,925,292 7,747,509 8,593,588 9,374,486 10,173,843 10,982,365 11,913,512 12,921,064 13,808,813 14,967,297 15,974,754 17,303,130
Pembayaran Cicilan (Rp) h = 35% x (c-g) 932,737 1,776,012 1,974,247 2,355,848 2,804,470 1,886,424 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pendapatan (Rp) i = (c-g)-h 1,732,226 3,298,307 3,666,458 4,375,147 5,208,301 7,035,942 12,368,910 13,905,479 15,217,443 16,283,370 16,741,200 16,774,594 16,025,910 14,967,955 13,598,210 12,323,428 10,933,614 8,899,619 7,276,968 5,028,023 3,161,778 9,943,947
54
56
Tabel 22. Proyeksi hasil bagi petani plasma melalui kerjasama kemitraan dengan PT. ATB per tahun hektar (40%) Tahun ke-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Rataan
TBS Produksi (ton/Ha) a 7 11 11 13 13 17 19 21 23 24 25 26 25 24 24 23 22 21 20 19 18
Pendapatan (Rp) Harga (Rp/Kg) b 1.101 1.142 1.183 1.224 1.264 1.304 1.343 1.381 1.419 1.456 1.492 1.528 1.562 1.595 1.627 1.658 1.688 1.716 1.743 1.769 1.794 1.817 1.838 1.859 1.878
c=axb 3.538.642 5.475.079 6.103.690 7.148.665 7.569.231 9.902.681 11.342.629 12.832.574 14.213.493 15.472.441 16.325.806 16.912.121 16.933.597 16.761.199 16.387.050 16.157.960 15.903.119 15.138.954 14.829.510 14.001.852 13.643.272
Pokok pinjaman (Rp) c 1.540.385 1.521.087 772.173 615.295 448.031 -
IDC (Rp) d 77.019 357.182 640.177 828.498 1.019.977 -
Total pinjaman (Rp) e = (c + d) 1.540.385 3.138.492 4.267.847 5.523.319 6.799.848 7.198.000 6.013.993 4.697.828 3.127.263 1.257.616 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya kebun (Rp)
Pembayaran cicilan (Rp)
Pendapatan (Rp)
f
g
h = (c-f)-g
1.762.000 2.092.200 2.343.220 2.661.335 2.227.384 2.686.331 3.096.689 3.562.255 4.068.532 4.616.862 5.165.006 5.729.058 6.249.657 6.782.562 7.321.577 7.942.341 8.614.043 9.205.875 9.978.198 10.649.836 11.535.420
621.825 1.184.008 1.316.164 1.570.566 1.869.646 1.257.616 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1.154.817 2.198.872 2.444.305 2.916.765 3.472.201 4.690.628 8.245.940 9.270.319 10.144.962 10.855.580 11.160.800 11.183.062 10.683.940 9.978.636 9.065.473 8.215.619 7.289.076 5.933.079 4.851.312 3.352.015 2.107.852 6.629.298
55
57
4.7. Analisis Perbandingan proyeksi hasil kemitraan PT. ATB dengan sistem bagi hasil 80:20 Penilaian kelayakan kemitraaan PT. ATB juga dilakukan dengan membandingkan proyeksi hasil pola kemitraan yang dilaksanakan dengan pola kemitraan yang telah lazim dilakukan, yaitu pola kemitraan dengan bagi hasil 80:20. PT. ATB menerapkan pola kemitraan inti plasma 60:40. Dalam pola ini, lahan yang semula adalah milik petani, diserahkan kepada perusahaan melalui koperasi. Lahan tersebut akan dibangun menjadi areal kebun kelapa sawit dan disertifikasi dalam dua jenis yang berbeda, yaitu Hak Guna Usaha (HGU) dan Sertifikat hak Milik (SHM). Seluas 60% lahan akan disertifikasi dalam bentuk HGU dan diperuntukkan bagi perusahaan inti, sedangkan 40% sisanya akan disertifikasi dalam bentuk SHM yang diperuntukkan bagi petani plasma. Perbedaan utama pola kemitraan 60:40 dengan pola bagi hasil 80:20 terletak pada status kepemilikan lahan, beban kredit investasi, dan pembagian hasil usaha. Tabel 23. Perbandingan pola kemitraan 80:20 dan pola kemitraan 60:40 secara umum No. 1
Aspek Pola Kemitraan 80:20 Perbandingan Dasar Bagi hasil yaitu 80% hasil kemitraan bagi Inti, 20% hasil bagi petani
Pola Kemitraan 60:40 Bagi lahan 60% menjadi lahan Inti (HGU), 40% lahan petani (SHM). Konsekuensi bagi hasil yang diterima 60% hasil bagi Inti dan 40% hasil bagi petani
2
3
Kepemilikan lahan
Andil para pihak
Lahan asal milik petani,
Lahan asal milik petani, dengan
dengan kemitraan 100%
kemitraan 60% HGU bagi Inti
HGU bagi Inti
dan 40% SHM milik petani
Petani berinvestasi lahan, inti
Petani berinvestasi lahan dan
berinvestasi finansial, SDM
40% pembangunan kebun, inti
dan teknologi
berinvestasi 60% pembangunan kebun, avalis pendanaan, SDM dan teknologi
58
Lanjutan Tabel 23. No. 4
Aspek Pola Kemitraan 80:20 Perbandingan Pengelolaan Satu manajemen oleh Inti seterusnya
Pola Kemitraan 60:40 Satu manajemen oleh Inti dengan opsi pengalihan pengelolaan sebagian kebun setelah kredit lunas
5
6
7
8
Penyerahan lahan
Petani peserta secara tertulis
Petani peserta secara tertulis
menyerahkan lahannya
menyerahkan lahannya kepada
kepada Koperasi, selanjutnya
Koperasi, selanjutnya oleh
oleh koperasi diteruskan
koperasi diteruskan kepada
kepada Perusahaan untuk
Perusahaan untuk dibangun
dibangun kebun kelapa sawit
kebun kelapa sawit
Beban kredit investasi pembangunan kebun
Petani peserta TIDAK
Petani peserta dibebani kredit
dibebani kredit investasi
investasi pembangunan 40%
pembangunan kebun
kebun
Pemilikan dan penguasaan lahan
Lahan petani tetap utuh
Lahan setelah dipotong
kecuali dipotong fasilitas
fasilitas infrastruktur, 40%
infrastruktur, tetapi dikuasai
akan dimiliki petani setelah
perusahaan (HGU bagi
kredit lunas (sertifikat bagi
perusahaan)
petani)
Tidak ada proses konversi
Proses konversi menjadi hak
kepemilikan, sepanjang masa
milik dengan sertifikat dilaku-
Proses kepemilikan
kemitraan lahan menjadi HGU kan setelah kredit investasi
yang dikuasai perusahaan
pembangunan kebun lunas Seluas 60% lahan petani diubah statusnya menjadi HGU atas nama Perusahaan, sedangkan 40% sisanya menjadi hak milik bersertifikat bagi petani Kebun kelapa sawit dikelola oleh perusahaan sejak pembibitan, TBM, TM sampai peremajaan kembali, kecuali bila petani mengambil opsi pengalihan pengelolaan setelah kredit lunas
9
Status lahan
Lahan petani seluruhnya diubah statusnya menjadi HGU atas nama Perusahaan
10
Pengelolaan kebun
Kebun kelapa sawit dikelola oleh perusahaan sejak pembibitan, TBM, TM sampai peremajaan kembali
59
Lanjutan Tabel 23. No. 11
12
Aspek Pola Kemitraan 80:20 Perbandingan Penerimaan Petani mulai memperoleh bagi hasil pembagian hasil 20% setelah dipotong biaya pemupukan, perawatan, panen dan transportasi TBS dari kebun ke pabrik pada saat tanaman di lapangan berumur 49 bulan Status lahan HGU dapat diperpanjang setelah untuk dua kali siklus kemitraan pertanaman produktif. selesai Setelah kemitraan selesai, lahan HGU kembali menjadi milik petani
Pola Kemitraan 60:40 Petani mulai memperoleh pembagian hasil 40% setelah dipotong biaya pemupukan, perawatan, panen dan transportasi TBS dari kebun ke pabrik pada saat tanaman di lapangan berumur 49 bulan HGU dapat diperpanjang untuk dua kali siklus pertanaman produktif. Setelah kemitraan selesai, lahan HGU kembali menjadi milik petani
Petani dalam kedua pola kerjasama tersebut menanggung beban biaya operasional, yaitu meliputi biaya pemupukan, perawatan, panen dan transportasi TBS sebelum menerima bagi hasil yang ditentukan. Berdasarkan hasil proyeksi yang dilakukan, diperoleh hasil perhitungan pendapatan rataan petani dengan pola kemitraan 60:40 lebih besar daripada pendapatan rataan petani dengan sistem bagi hasil 80:20. Pendapatan rataan petani dengan pola kemitraan 60:40 sebesar Rp. 6,629,298 per tahun/hektar, sedangkan dengan pola bagi hasil 80:20 Rp. 3,531,028 per tahun/hektar.
60
Tabel 24. Proyeksi perbandingan hasil kemitraan inti plasma 60:40 dan bagi hasil 80:20 TBS Tahun ke-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 rataan
Produksi (ton/Ha)
Harga (Rp/Kg)
a 7 11 11 13 13 17 19 21 23 24 25 26 25 24 24 23 22 21 20 19 18
B 1,101 1,142 1,183 1,224 1,264 1,304 1,343 1,381 1,419 1,456 1,492 1,528 1,562 1,595 1,627 1,658 1,688 1,716 1,743 1,769 1,794 1,817 1,838 1,859 1,878
Pendapatan (Rp)
Biaya kebun (Rp)
c = (a+b)
d
3,538,642 5,475,079 6,103,690 7,148,665 7,569,231 9,902,681 11,342,629 12,832,574 14,213,493 15,472,441 16,325,806 16,912,121 16,933,597 16,761,199 16,387,050 16,157,960 15,903,119 15,138,954 14,829,510 14,001,852 13,643,272
1,762,000 2,092,200 2,343,220 2,661,335 2,227,384 2,686,331 3,096,689 3,562,255 4,068,532 4,616,862 5,165,006 5,729,058 6,249,657 6,782,562 7,321,577 7,942,341 8,614,043 9,205,875 9,978,198 10,649,836 11,535,420
Pendapatan petani inti plasma 60:40 (Rp) e 1,154,817 2,198,872 2,444,305 2,916,765 3,472,201 4,690,628 8,245,940 9,270,319 10,144,962 10,855,580 11,160,800 11,183,062 10,683,940 9,978,636 9,065,473 8,215,619 7,289,076 5,933,079 4,851,312 3,352,015 2,107,852 6,629,298
Pendapatan bersih bagi hasil petani (80:20) f = (c-d) x 20% 888,321 1,691,440 1,880,235 2,243,665 2,670,923 3,608,175 4,122,970 4,635,160 5,072,481 5,427,790 5,580,400 5,591,531 5,341,970 4,989,318 4,532,737 4,107,809 3,644,538 2,966,540 2,425,656 1,676,008 1,053,926 3,531,028
59
61
4.8. Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan, maka dapat ditetapkan beberapa alternatif strategi seperti yang terlihat dalam matriks SWOT. Dari beberapa alternatif strategi yang sudah diformulasikan, dengan matriks QSP didapatkan prioritas strategi yang dapat diimplementasikan oleh PT. ATB, dengan tetap mengandalkan kekuatan dan peluang yang ada, serta mengatasi semua kelemahan dan mengantisipasi adanya ancaman yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Implikasi manajerial yang dapat dilakukan PT. ATB berkaitan dengan nilai NPV yang dihasilkan, dimana memiliki nilai keuntungan murni di atas biaya investasinya, yaitu mengerahkan sumber daya untuk mencapai pertumbuhan dengan teknologi tertentu. Tindakan yang dapat dilakukan, antara lain meningkatkan tingkat produksi dengan memaksimalkan potensi lahan yang ada dengan dukungan teknologi modern. Implikasi manajerial yang dapat dilakukan berkaitan dengan nilai PBP yang dihasilkan 9,87 tahun, yaitu dengan melakukan perubahan terhadap pola kerjasama atau menciptakan bentuk kemitraan yang lebih mengikat dan saling menguntungkan (misal dengan perjanjian kerjasama kemitraan minimal 10 tahun). Selain itu, strategi pengembangan produk dapat dilakukan dengan diversifikasi produk atau mengembangkan produk baru yang berkaitan dengan lini produk yang sudah ada, namun tetap memperhatikan mutu hasil produksi dan terus ditingkatkan secara berkesinambungan. Implikasi manajerial yang dapat dilakukan berkaitan dengan nilai IRR yang menunjukkan proyek layak untuk dilaksanakan sebesar 31,43%, yaitu pengembangan pasar yang dimaksud adalah dengan penguasaan pasar di kotakota besar di Indonesia dan meningkatkan informasi pasar, serta menambah saluran distribusi. Tindakan yang dapat dilakukan, antara lain membuka pasar baru dan menarik segmen pasar lain dengan mengembangkan produk yang unit dan khas untuk memikat segmen lain. Implikasi manajerial yang berkaitan dengan nilai B/C ratio yang dihasilkan melebihi 1 yakni sebesar 2,47, dimana angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu
62
satuan. Strategi yang dapat dilakukan PT. ATB berkaitan dengan hal tersebut, yaitu dengan cara menginformasikan secara lebih jelas dan terbuka tentang pelaksanaan program kemitraan yang telah dilaksanakan, permasalahan, kendala dan manfaat yang dapat dihasilkan. Dapat pula dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dan petani oleh manajemen perusahaan agar tercipta sinergi yang lebih baik. Implikasi manajerial yang dapat dilakukan berkaitan dengan nilai titik impas (BEP) yang dihasilkan 69.303 ton atau sebesar Rp. 606.258.214.419, yaitu perlu adanya komitmen dari manajemen perusahaan dan karyawan untuk melaksanakan program yang telah disusun dengan baik, mengembangkan dan memperbaiki standar kinerja, serta melatih keterampilan karyawan, agar hasil produksi dapat maksimal dan BEP segera terpenuhi.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Prospek kerjasama kemitraan antara PT Anugerah Tani Bersama (PT ATB) dengan petani pemilik lahan cukup baik, dengan cara mensinergikan faktor kekuatan seperti lahan, kredibilitas mendapat akses modal, hubungan masyarakat, hubungan pemerintah, keuangan dan pemasaran. b. Berdasarkan kelayakan usaha, dapat disimpulkan bahwa pengusahaan kebun kelapa sawit dengan pola kemitraan inti plasma 60:40 layak untuk dilaksanakan, yang dicirikan oleh nilai NPV sebesar Rp 446.039.000.000, PBP selama 9,87 tahun, IRR setelah pajak sebesar 31,34%, Net B/C sebesar 2,47, dan BEP senilai Rp. 606.258.214.419. c. Berdasarkan
hasil analisis SWOT dan QSPM ditunjukkan bahwa
prioritas strategi pengembangan kemitraan pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan menerapkan strategi berbasis pada SO (strengths and opportunities, terutama strategi yang memiliki nilai total daya tarik paling tinggi diantara alternatif strategi yang lain, dengan factor seperti kredibilitas mendapat akses modal, hubungan pemerintahan, hubungan masyarakat, keuangan, lahan, pemasaran, prospek kelapa sawit, dukungan perbankan, ketersediaan lahan petani dan dukungan pemerintah daerah. Alternatif strategi yang dapat diberikan untuk mengembangkan kerjasama kemitraan adalah : 1) Melaksanakan kerjasama kemitraan dengan memaksimalkan potensi lahan yang dimiliki oleh masyarakat. 2) Mengembangkan pola kemitraan yang saling menguntungkan, baik perusahaan inti maupun petani. 3) Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang telah memiliki pengalaman dalam membangun kebun dan pabrik kelapa sawit.
64
2. Saran Sistem pola kemitraan inti plasma 60:40, sebagaimana yang diterapkan oleh PT ATB dan petani, perlu diperluas agar dapat membantu meningkatkan ekonomi masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin melalui pengembangan
pola-pola kemitraan yang telah ada, seperti
pola
kemitraan subkontrak, dagang umum, keagenan dan kerjasama operasional agribisnis.
DAFTAR PUSTAKA
Adrizal, 1995. Sistem Penunjang Keputusan untuk Investasi Agroindustri. Kasus Industri Bikatein di Sumatera Barat. Tesis pada Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor (Tidak dipublikasikan). Alamsyah, I. 1997. Membandingkan Perbedaan Pola Kemitraan dalam Pengembangan Karet Rakyat : Suatu Analisis Ekonomi Kelembagaan (Studi Kasus di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan) Alwi, S, MS. 1993. Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik (BPS). 2007. Statistik Perkebunan, Jakarta. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin. 2008. Musi Banyuasin Dalam Angka, Musi Banyuasin. Bank Indonesia. 1997. Pola Kemitraan Terpadu, Jakarta. . 2008. Mekanisme http://www.bi.go.id/sipuk/id
Program
Kemitraan
Terpadu.
Damadoran, A. 2001. Corporate Finance Theory and Practice Finance. John Wiley and Son, Inc, New York. Darmosarkoro, W. 2006. Usaha sawit banyak tantangan. Kompas, 25 Februari 2006. David, F. R. 2004. Manajemen Strategis : Konsep-konsep (Terjemahan). Indeks. Jakarta. Deperin. 2006. Pohon Industri Kelapa Sawit, http://www.deperin.go.id Departemen Pertanian (Deptan). 2008. Perkebunan Kelapa Sawit. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Perkebunan Kelapa Sawit, Jakarta . 2009. Volume dan Nilai Ekspor Impor Indonesia. http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/viewstat/exportimport/16Kelapa%20sawit [21 Oktober 2009] Gelder, JW. 2004. Greasy Palms : European buyers of Indonesian Palm Oil. Friends of the Earth. Profundo, Amsterdam. Gittinger, JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian (Terjemahan). Universitas Indonesia Press, Jakarta. Hafsah, J. 1999. Kemitraan Usaha, Konsepsi dan Strategi. Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.. Haryadi, D. 2004. Evaluasi Kemitraan Petani Sawit di Perkebunan Kelapa Sawit PT Citra Riau Sarana di Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau. Program Pascasarjana. Tesis pada Program Studi Magister Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor, Bogor Husnan, S. 1996. Manajemen Keuangan. BPFE, Yogyakarta.
66
Latifah, E., A. Suryani dan H. Hardjomidjojo. 2009. Analisis Kelayakan Pembiayaan Pengembangan Usaha Mebel Kayu Pada Bank Syariah (Studi Kasus : PT. ”X” di Bekasi). Jurnal MPI Vol. 4 No. 1[57-74], Februari 2009. Linton, I. 1997. Kemitraan, Meraih Keuntungan Bersama. Haliarang Bisnis. Marimin. 2004. Tehnik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Nasution. 1997. Analisis Distribusi Laba Antara Perusahaan Inti Dengan Petani Plasma Dalam Proyek PIR-TRANS Sawit XYZ. Tesis pada Program Pascasarjana. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor, Bogor Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21). PT. Gramedia, Jakarta. Samhadi, SH. 2006. Ironi Sawit dan Ambisi Nomor Satu Dunia. Kompas, 25 Februari 2006. Sumardjo, S. J., dan W.A. Darmono. 2004. Teori dan Praktik Agribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta. Undang-Undang No 9 Tahun 1995. Tentang Usaha Kecil. Departemen Pertanian. 1995. Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Teknis Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. United State Department of Agriculture (USDA). 2008. EU Directive on Renewable Energy and Fuel Quality (DREFQ), United State of America. http://www.usda.gov Van Horne, J. C. 2002. Financial Management and Policy. International, Inc, Upper Saddle River, New Jersey.
Prentice Hall
Warsini, S. 2003. Manajemen Keuangan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Wikipedia Bahasa Indonesia. 2009. Ton. http://id.wikipedia.org/wiki/Ton [3 Oktober 2009].
LAMPIRAN
68
Lampiran 1. Kuesioner Kajian
Kelayakan dan Strategi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit Pola Kemitraan PT Anugerah Tani Bersama
IDENTITAS RESPONDEN Nama
: .....................................................................
Pekerjaan/Jabatan : ..................................................................... Alamat
: .....................................................................
Kami mohon Bapak/Ibu dapat memberikan informasi secara obyektif dan benar, dengan cara mengisi kuesioner ini
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
69
Lanjutan Lampiran 1. PENENTUAN FAKTOR STRATEGIK INTERNAL Faktor internal dalam kuesioner ini adalah faktor-faktor strategik yang berasal dari dalam organisasi PT. Anugerah Tani Bersama (ATB) yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pengembangan kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama. Petunjuk pengisian : a. Pemberian nilai positif (+) didasarkan apakah faktor-faktor tersebut dapat menjadi kekuatan dalam pengembangan kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama, berikan tanda (x) di bawah tanda (+) pada tabel di bawah. b. Pemberian nilai negatif (-) didasarkan apakah faktor-faktor tersebut dapat menjadi kelemahan dalam pengembangan kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama, berikan tanda (x) dibawah tanda (-) pada tabel di bawah. c. Selain faktor-faktor yang disebutkan di bawah ini, masih memungkinkan untuk menambah faktor-faktor internal apa saja menurut Bapak/Ibu yang mempengaruhi pengembangan kemitraan PT.ATB, kemudian apakah faktor tersebut berupa kekuatan atau kelemahan, berikan tanda (x) di bawah tanda (+) jika kekuatan atau (-) jika kelemahan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Faktor Strategik Internal Kredibilitas mendapat akses modal Pengalaman membangun kebun Sarana dan prasarana Hubungan pemerintahan Organisasi dan manajemen Visi dan misi kemitraan Hubungan masyarakat Budaya kerja perusahaan SDM Keuangan Lahan Pemasaran Produksi dan operasi Penelitian dan pengembangan Sistem informasi manajemen
Kekuatan (+)
Kelemahan (-)
Keterangan
70
Lanjutan Lampiran 1. PENENTUAN FAKTOR STRATEGIK EKSTERNAL
Faktor eksternal dalam kuesioner ini adalah faktor-faktor strategik yang berasal dari luar organisasi PT. Anugerah Tani Bersama (ATB) yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pengembangan kemitraan PT. ATB. Petunjuk pengisian : a. Pemberian nilai positif (+) didasarkan apakah faktor-faktor tersebut dapat menjadi peluang dalam pengembangan kemitraan PT. ATB, berikan tanda (x) di bawah tanda (+) pada tabel di bawah. b. Pemberian nilai negatif (-) didasarkan apakah faktor-faktor tersebut dapat menjadi ancaman dalam pengembangan kemitraan PT. ATB, berikan tanda (x) dibawah tanda (-) pada tabel di bawah. c. Selain faktor-faktor yang disebutkan di bawah ini, masih memungkinkan untuk menambah faktor-faktor internal apa saja menurut Bapak/Ibu yang mempengaruhi pengembangan kemitraan PT. ATB, kemudian apakah faktor tersebut berupa peluang atau ancaman, berikan tanda (x) di bawah tanda (+) jika peluang atau (-) jika ancaman
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
\\
Faktor Strategik Eksternal Dukungan pemerintah daerah Ketersediaan lahan petani Dukungan perbankan Prospek kelapa sawit Budaya kebun petani Perubahan kultur masyarakat Penerimaan masyarakat petani Situasi politik dan keamanan dunia Keberadaan LSM daerah Kebijakan kredit revitalisasi Komoditas andalan daerah Tren ekonomi Perkembangan teknologi
Peluang (+)
Ancaman (-)
Keterangan
71
Lanjutan Lampiran 1. PENENTUAN BOBOT
Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden mengenai tingkat kepentingan dari masing-masing faktor strategis baik internal maupun eksternal dalam menentukan atau mempengaruhi keberhasilan pengembangan kemitraan. Petunjuk Umum : 1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden. 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden. 3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan melakukannya secara sekaligus (tidak menunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban. 4. Responden berhak menambahkan atau mengurangi hal-hal yang sudah tercantum dalam kuesioner dengan alasan yang jelas dan kuat. 5. Responden dapat saja memiliki pandangan yang berbeda, mengenai suatu faktor didalam kuesioner ini baik dengan responden lainnya ataupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan yang kuat. Petunjuk Khusus : 1. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategik internal eksternal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah : 1 = kurang menentukan atau kurang penting 2 = cukup menentukan atau cukup penting 3 = menentukan atau penting 4 = sangat menentukan atau sangat penting pemberian bobot masing-masing faktor strategik dilakukan dengan pemberian tanda (x) pada tingkat penting (1-4) yang paling sesuai menurut responden. 2. Penentuan bobot merupakan pandangan masing-masing responden terhadap faktor-faktor strategik internal dan eksternal perusahaan.
72
Lanjutan Lampiran 1. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Faktor Strategik Internal
1
Bobot 2 3
4
1
Bobot 2 3
4
Kredibilitas mendapat akses modal Pengalaman membangun kebun Sarana dan prasarana Hubungan pemerintahan Organisasi dan manajemen Visi dan misi kemitraan Hubungan masyarakat Budaya kerja perusahaan SDM Keuangan Lahan Pemasaran Keuangan Produksi dan operasi Penelitian dan pengembangan Sistem informasi manajemen
Faktor Strategik Eksternal Dukungan pemerintah daerah Ketersediaan lahan petani Dukungan perbankan Prospek kelapa sawit Budaya kebun petani Perubahan kultur masyarakat Penerimaan masyarakat petani Situasi politik dan keamanan dunia Keberadaan LSM daerah Kebijakan kredit revitalisasi Komoditas andalan daerah Tren ekonomi Perkembangan teknologi
73
Lanjutan Lampiran 1. PENENTUAN RATING
Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden mengenai intensitas kekuatan atau kelemahan dari faktor eksternal/internal yang terpilih pada saat pengisian penentuan faktor eksternal internal sebelumnya (yaitu dengan memindahkan faktorfaktor terpilih ke format pengisian rating dan kemudian masing-masing diberi penilaian) Petunjuk Umum : 1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden. 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden. 3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya secara sekaligus (tidak menunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban. 4. Responden berhak menambahkan atau mengurangi hal-hal yang sudah tercantum dalam kuesioner dengan alasan yang jelas dan kuat. 5. Responden dapat saja memiliki pandangan yang berbeda, mengenai suatu faktor didalam kuesioner ini baik dengan responden lainnya ataupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan yang kuat. Petunjuk Khusus : 1. Alternatif pemberian rating terhadap faktor-faktor strategik internal (kekuatan dan kelemahan) adalah sebagai berikut : 1 = kelemahan utama 2 = kelemahan kecil 3 = kekuatan kecil 4 = kekuatan utama Sedangkan untuk faktor-faktor strategis eksternal (peluang dan ancaman) pemberian ratingnya adalah sebagai berikut : 1 = Sangat lemah 2 = Lemah 3 = Kuat 4 = Sangat kuat pemberian rating masing-masing faktor strategikdilakukan dengan pemberian tanda (x pada urutan intensitasnya (1 – 4) yang paling sesuai menurut responden. 2. Penentuan rating merupakan pandangan masing-masing responden terhadap intensitas kekuatan dan kelemahan dalam organisasi serta intensitas terhadap peluang dan ancaman yang dapat menentukan atau mempengaruhi keberhasilan kemitraan PT.ATB.
74
Lanjutan Lampiran 1.
No
Faktor Strategik Internal
A 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KEKUATAN
B 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KELEMAHAN
1
Rating 2 3
4
75
Lanjutan Lampiran 1.
No
Faktor Strategik Eksternal
A 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PELUANG
B 1 2 3 4 5 6 7 8 9
ANCAMAN
1
Rating 2 3
4
Lampiran 2. Proyeksi biaya total proyek Biaya 2008 a Biaya Kebun Penanaman Tahun 2008 1000 Ha Area Interest During Construction (IDC) Subtotal Akumulasi Penanaman Tahun 2009 1000 Ha Area Interest During Construction (IDC) Subtotal Akumulasi Penanaman Tahun 2010 1500 Ha Area Interest During Construction (IDC) Subtotal Akumulasi Biaya Pabrik Pabrik pengolahan kelapa sawit Interest During Construction Subtotal Akumulasi TOTAL Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) Interest During Construction Biaya total proyek Akumulasi
Tahun 2010 c
2009 b
2011 d
2012 e
Total f
25.764.997.583 1.288.249.879 27.053.247.462 27.053.247.462
6.236.579.700 4.993.474.074 11.230.053.774 38.283.301.236
8.064.556.500 6.952.178.660 15.016.735.160 53.300.036.397
7.995.005.460 7.995.005.460 61.295.041.856
9.194.256.278 9.194.256.278 70.489.298.135
40.066.133.783 30.423.164.352 70.489.298.135 70.489.298.135
20.446.563.683 1.022.328.184 21.468.891.867 21.468.891.867
5.318.433.900 4.018.098.865 9.336.532.765 30.805.424.632
6.236.579.700 5.556.300.650 11.792.880.350 42.598.304.982
8.064.556.500 7.599.429.222 15.663.985.722 58.262.290.704
8.739.343.606 8.739.343.606 67.001.634.310
40.066.133.783 26.935.500.527 67.001.634.310 67.001.634.310
34.077.606.138 1.703.880.307 35.781.486.445 35.781.486.445
8.864.056.500 6.696.831.442 15.560.887.942 51.342.374.387
10.394.299.500 9.260.501.083 19.654.800.583 70.997.174.970
13.440.927.500 12.665.715.370 26.106.642.870 97.103.817.840
66.776.889.638 30.326.928.202 97.103.817.840 97.103.817.840
-
-
56.483.955.466 8,472,593,320 64,956,548,786 64,956,548,786
39,538,768,827 15,674,297,642 55,213,066,468 120,169,615,255
18,025,442,288 18,025,442,288 138,195,057,543
96,022,724,293 42,172,333,250 138,195,057,543 138,195,057,543
46.211.561.266 2.310.578.063 48.522.139.329 48.522.139.329
45.632.619.738 10.715.453.246 56.348.072.984 104.870.212.314
79.649.148.166 27.677.904.072 107.327.052.238 212.197.264.552
51,151,719,527 40.529.233.407 98.526.858.233 310.724.122.785
13.440.927.500 48.624.757.543 62.065.685.043 372.789.807.828
242.931.881.497 129.857.926.331 372.789.807.828 372.789.807.828
-
76
76
Lampiran 3. Biaya investasi kebun per hektar TBM-0
TBM-1
TBM-2
TBM-3
Jumlah
13.631.042 -
3.545.623
-
-
13.631.042 3.545.623
-
-
4.157.720 -
5.376.371
4.157.720 5.376.371
Subtotal
13.631.042
3.545.623
4.157.720
5.376.371
26.710.756
IDC Jumlah**)
2.044.656 15.675.699
2.883.198 6.428.821
3.939.336 8.097.056
5.336.692 10.713.063
14.203.882 40.914.638
Akumulasi
15.675.699
22.104.520
30.201.575
40.914.638
40.914.638
TBM-0*) TBM-1 TBM-2 TBM-3
Catatan: *) mencakup biaya bahan tanaman dari pembibitan (awal dan utama) **) tidak mencakup biaya pengadaan lahan
77
77
Lampiran 4. Proyeksi pendanaan
PERKEBUNAN Jumlah Pembiayaan Perkebunan Pinjaman Maksimum Minimum Pembiayaan Sendiri
65% 35%
2008
2009
2010
2011
2012
Total
48.522.139.329 31.539.390.564 16.982.748.765
56.348.072.984 36.626.247.440 19.721.825.545
42.370.503.452 27.540.827.244 14.829.676.208
43.313.791.765 28.153.964.647 15.159.827.118
44.040.242.755 28.626.157.790 15.414.084.964
234.594.750.285 152.486.587.685 82.108.162.600
KEBUN DAN PABRIK Investasi diluar IDC Pembiayaan Sendiri Pembiayaan Pinjaman Subtotal
35% 65%
16.174.046.443 30.037.514.823 46.211.561.266
15.971.416.908 29.661.202.830 45.632.619.738
27.877.201.858 51.771.946.308 79.649.148.166
20.299.168.689 37.698.456.137 57.997.624.827
4.704.324.625 8.736.602.875 13.440.927.500
85.026.158.524 157.905.722.973 242.931.881.497
IDC Pembiayaan Sendiri Pembiayaan Pinjaman Subtotal
35% 65%
808.702.322 1.501.875.741 2.310.578.063
3.750.408.636 6.965.044.610 10.715.453.246
9.687.266.425 17.990.637.647 27.677.904.072
14.185.231.692 26.344.001.714 40.529.233.407
17.018.665.140 31.606.092.403 48.624.757.543
45.450.274.216 84.407.652.115 129.857.926.331
35% 65% 100%
16.982.748.765 31.539.390.564 48.522.139.329
19.721.825.545 36.626.247.440 56.348.072.984
37.564.468.283 69.762.583.955 107.327.052.238
34.484.400.382 64.042.457.852 98.526.858.233
21.722.989.765 40.342.695.278 62.065.685.043
130.476.432.740 242.313.375.088 372.789.807.828
48.522.139.329
104.870.212.314
212.197.264.552
310.724.122.785
372.789.807.828
372.789.807.828
Jumlah Pembiayaan yang dibutuhkan Pembiayaan Sendiri Pembiayaan Pinjaman Jumlah Modal
78
78
Lampiran 5. Proyeksi produksi dan harga TBS, CPO dan PK
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
Produksi ton 10.500 31.500 62.500 103.500 160.000 204.000 228.000 252.000 273.000 291.000 301.000 306.000 301.000 293.000 282.000 274.000 266.000 250.000 242.000 226.000 218.000
TBS Harga Rp/Kg 1.142 1.183 1.224 1.264 1.304 1.343 1.381 1.419 1.456 1.492 1.528 1.562 1.595 1.627 1.658 1.688 1.716 1.743 1.769 1.794 1.817 1.838 1.859 1.878
Nilai juta Rp 13.270 41.063 83.926 142.973 227.077 297.080 340.279 384.977 426.405 464.173 489.774 507.364 508.008 502.836 491.612 484.739 477.094 454.169 444.885 420.056 409.298
Produksi Ton 2.310 6.930 13.750 22.770 35.200 44.880 50.160 55.440 60.060 64.020 66.220 67.320 66.220 64.460 62.040 60.280 58.520 55.000 53.240 49.720 47.960
CPO Harga Rp/Kg 5.397 5.591 5.783 5.974 6.162 6.347 6.529 6.708 6.883 7.054 7.221 7.383 7.539 7.691 7.837 7.977 8.112 8.240 8.362 8.478 8.587 8.689 8.785 8.874
Nilai juta Rp 13.799 42.700 87.271 148.672 236.127 308.921 353.841 400.321 443.399 482.673 509.295 527.585 528.255 522.877 511.205 504.058 496.108 472.270 462.617 436.797 425.611
Produksi ton 473 1.418 2.813 4.658 7.200 9.180 10.260 11.340 12.285 13.095 13.545 13.770 13.545 13.185 12.690 12.330 11.970 11.250 10.890 10.170 9.810
PK Harga Rp/Kg 2.968 3.075 3.181 3.285 3.389 3.491 3.591 3.689 3.786 3.880 3.971 4.060 4.147 4.230 4.310 4.387 4.461 4.532 4.599 4.663 4.723 4.779 4.832 4.881
Nilai juta Rp 1.552 4.804 9.818 16.726 26.564 34.754 39.807 45.036 49.882 54.301 57.296 59.353 59.429 58.824 57.511 56.707 55.812 53.130 52.044 49.140 47.881
79
79
Lampiran 6. Proyeksi produksi TBS, penjualan, pendapatan dan cicilan pinjaman
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
10.500
31.500
62.500
103.500
160.000
204.000
1.264
1.304
1.343
1.381
1.419
1.456
Penj. (juta Rp)
13.270
41.063
83.926
142.973
227.077
HPP (juta Rp)
6.608
15.692
32.219
53.227
Keunt. Ops (juta Rp)
6.662
25.372
51.706
50%
62%
Produksi TBS (ton) Harga TBS per Kg (Rp)
Keunt. Kotor sblm peny. Repayment 35% (juta Rp)
2019
2020
2021
2022
2023
228.000
252.000
1.492
1.528
273.000
291.000
301.000
306.000
1.562
1.595
1.627
1.658
297.080
340.279
384.977
426.405
464.173
489.774
507.364
66.822
80.590
92.901
106.868
122.056
138.506
154.950
171.872
89.747
160.255
216.491
247.378
278.110
304.349
325.667
334.824
335.492
62%
63%
71%
73%
73%
70%
68%
66%
14.372
29.374
50.041
79.477
103.978
119.098
134.742
149.242
162.461
171.421
177.577
72%
71%
Pend. Bersih (juta Rp)
6.662
11.000
22.332
39.706
80.778
112.512
128.281
143.368
155.107
163.207
163.403
157.915
Pend. Bersih per Ha (thsds Rp)
4.164
6.875
13.958
24.816
50.487
70.320
80.175
89.605
96.942
102.004
102.127
98.697
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
242.313
264.288
274.558
265.701
226.079
156.012
60.317
(65.378)
-
-
-
36.347
39.643
41.184
39.855
33.912
23.402
9.047
(9.807)
-
-
-
134.742
(75.185)
PEMBAYARAN PINJAMAN 2012 Pinj. (juta Rp) Bunga 15% (juta Rp)
2023
Repayments (juta Rp)
14.372
29.374
50.041
79.477
103.978
119.098
-
-
-
Pinj. Bersih (juta Rp)
227.941
234.914
224.517
186.224
122.101
36.915
(74.425)
-
-
-
-
264.288
274.558
265.701
226.079
156.012
60.317
(65.378)
-
-
-
-
Sisa Pinj. (juta Rp)
242.313
80
80
Lampiran 7. Proyeksi arus kas Pendapatan Penjualan Kebun
Biaya Panen
OCF 65%
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
15.351 47.503 97.089 165.397 262.692 343.674 393.648 445.357 493.282 536.974 566.590 586.938 587.684 581.701 568.716 560.765 551.921 525.400 514.661 485.937 473.492
5.558 12.227 24.657 39.451 43.396 47.736 52.509 57.760 63.536 69.890 76.879 84.566 93.023 102.325 112.558 123.814 136.195 149.814 164.796 181.276 199.403
1.050 3.465 7.563 13.776 23.426 32.854 40.392 49.108 58.520 68.616 78.072 87.305 94.467 101.152 107.089 114.457 122.226 126.362 134.550 138.220 146.659
8.744 31.812 64.869 112.170 195.870 263.084 300.747 338.489 371.226 398.468 411.640 415.067 400.194 378.224 349.068 322.495 293.499 249.224 215.315 166.442 127.430
Peng. Modal 242.932 46.212 45.633 79.649 57.998 13.441
Non-Opersi Aktiitas IDC Pinajaman 129.858 242.313 2.311 10.715 27.678 40.529 48.625 -
31.539 36.626 69.763 64.042 40.343 -
Pend. Sendiri 130.476 16.983 19.722 37.564 34.484 21.723 -
Beban Bunga 213.583 36.347 39.643 41.184 39.855 33.912 23.402 9.047 (9.807) -
Pendptn Bunga 678.706 261 819 1.646 2.827 3.232 3.933 4.902 6.460 8.454 10.639 12.983 19.904 25.859 32.081 38.438 44.677 50.694 56.388 61.790 66.861 71.384 75.495 78.979
Pembayaran Pembayaran 455.897 14.372 29.374 50.041 79.477 103.978 119.098 134.742 (75.185) -
Pajak 1.668.445 3.675 17.613 43.413 65.827 80.877 97.162 113.342 120.649 126.387 129.282 126.727 122.008 115.066 108.802 101.724 89.963 81.147 67.718 57.060
Cash Flow Pembiayaan Net CF
0 (0) (261) (819) (1.646) (53.546) (75.924) (112.771) (167.647) (210.177) (231.831) (251.590) (41.334) (140.554) (152.246) (161.363) (165.166) (166.684) (165.761) (165.191) (163.514) (156.824) (152.531) (143.213) (136.039)
0 (0) (261) (819) 7.097 (21.734) (11.055) (600) 28.224 52.908 68.916 86.899 329.892 257.914 259.394 253.704 235.028 211.540 183.308 157.304 129.985 92.400 62.784
Opening
0 0 (261) (1.080) 6.018 (15.716) (26.771) (27.371) 852 53.760 122.676 209.576 539.467 797.382 1.056.776 1.310.479 1.545.508 1.757.047 1.940.355 2.097.659 2.227.644 2.320.044
Cash Balance Closing Int. Income 2%
0 0 (261) (1.080) 6.018 (15.716) (26.771) (27.371) 852 53.760 122.676 209.576 539.467 797.382 1.056.776 1.310.479 1.545.508 1.757.047 1.940.355 2.097.659 2.227.644 2.320.044 2.382.828
81
81
0 0 (5) (22) 120 (314) (535) (547) 17 1.075 2.454 4.192 10.789 15.948 21.136 26.210 30.910 35.141 38.807 41.953 44.553 46.401
Lampiran 8. Proyeksi neraca Aset Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
Kas
13.026 40.964 82.313 141.328 161.594 196.646 245.096 322.978 422.717 531.943 649.168 995.219 1.292.943 1.604.054 1.921.920 2.233.825 2.534.718 2.819.414 3.089.495 3.343.060 3.569.182 3.774.733 3.948.951 4.098.300
Aset Tetap
Akumulasi Peny.
91.844 171.493 229.491 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932 242.932
(16.208) (32.417) (48.625) (64.833) (81.041) (97.250) (113.458) (129.666) (145.874) (162.083) (178.291) (194.499) (210.707) (226.916) (243.124) (259.332) (275.540) (291.749) (307.957) (324.165) (340.373)
Aset tetap bersih
91.844 171.493 229.491 226.724 210.515 194.307 178.099 161.891 145.682 129.474 113.266 97.058 80.849 64.641 48.433 32.225 16.016 (192) (16.400) (32.608) (48.817) (65.025) (81.233) (97.441)
Total Aset
104.870 212.458 311.804 368.051 372.109 390.953 423.194 484.869 568.399 661.417 762.434 1.092.277 1.373.792 1.668.695 1.970.353 2.266.050 2.550.734 2.819.222 3.073.095 3.310.451 3.520.365 3.709.708 3.867.718 4.000.858
Pinjaman
Pend. sendiri
Kewajiban Peningkatan bunga
68.166 137.928 201.971 242.313 264.288 274.558 265.701 226.079 156.012 60.317 (65.378) -
36.705 74.269 108.753 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476 130.476
261 1.080 (4.739) (22.655) (14.081) 27.018 128.314 281.910 470.624 697.335 961.801 1.243.316 1.538.219 1.839.877 2.135.573 2.420.258 2.688.746 2.942.618 3.179.975 3.389.889 3.579.232 3.737.242 3.870.382
Ekuitas
36.705 74.530 109.833 125.738 107.821 116.396 157.494 258.790 412.387 601.101 827.812 1.092.277 1.373.792 1.668.695 1.970.353 2.266.050 2.550.734 2.819.222 3.073.095 3.310.451 3.520.365 3.709.708 3.867.718 4.000.858
Total Kwjbn 104.870 212.458 311.804 368.051 372.109 390.953 423.194 484.869 568.399 661.417 762.434 1.092.277 1.373.792 1.668.695 1.970.353 2.266.050 2.550.734 2.819.222 3.073.095 3.310.451 3.520.365 3.709.708 3.867.718 4.000.858
82
82