PROSPEK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT PERKEBUNAN RAKYAT (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu)
SKRIPSI
Oleh : Ratna Permatasari Zen 030334025 SEP-Agribisnis
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
PROSPEK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT PERKEBUNAN RAKYAT (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu)
SKRIPSI
Oleh : Ratna Permatasari Zen 030334025 SEP-Agribisnis
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Luhut Sihombing, MP Ketua
Ir.M. Jufri, MSi Anggota
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
ABSTRAK
RATNA PERMATASARI ZEN (030334025/ SEP- AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Rakyat” (Studi Kasus: KUD-P3RSU Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah hulu, Kabupaten Labuhan Batu). Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Ir.M. Jufri, MSi sebagai anggota komisi pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2007. Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara metode simpel random sampling, dengan menggunakan teknik simple random sampling yaitu secara acak dimana setiap petani memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sample, dimana setiap sample memiliki luas lahan sebesar 2 Ha maka ditentukan sample sebanyak 30KK yang merupakan anggota P3RSU. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis NPV, IRR, B/C dengan melihat sumber data yang berasal dari PPKS dan Instansi tertentu (Australian Oli Palm) dengan membandingkan hasil data yang diproleh dalam 1 tahun . Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Usahatani Kelapa Sawit Rakyat selama satu tahun terakhir mengalami perkembangan pada luas lahan, produksi, produktivitas dan harga. 2. Usahatani Kelapa Sawit Rakyat menguntungkan petani dengan rata- rata pendapatan bersih per petani sebesar Rp. 41,679,388 3. Ketersediaan input produksi (meliputi: bibit, pupuk, tenaga kerja, dan obatobatan) di daerah penelitian sudah cukup tersedia. 4. Pengaruh karakteristik petani yaitu: pengalaman betani, tingkat pendidikan, umur, luas lahan dan jumlah tanggungan dengan pendapatan bersih secara serempak adalah positif. Akan tetapi hubungan karakteristik petani dengan pendapatan bersih yang positif adalah luas lahan, umur, dan pengalaman bertani. 5. Pengaruh karakteristik petani yaitu: pengalaman betani, tingkat pendidikan, umur, luas lahan dan jumlah tanggungan dengan pendapatan keluarga secara serempak adalah positif. Akan tetapi hubungan karakteristik petani dengan pendapatan keluarga yang positif adalah luas lahan, umur, pendidikan dan pengalaman bertani.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
RATNA PERMATASARI ZEN, lahir di Yogyakarta pada tanggal 08 Juli 1986 anak dari DR. Ir Zahari Zen, MSc dan Syahniar Ansharullah. Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar Huges Primary School (Canberra, Australia) tamat pada tahun 1997. 2. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Samson Primary School (Perth, Western Australia) tamat pada tahun 2000. 3. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umum Swasta Harapan 2 Medan tamat pada tahun 2003. 4. Tahun 2003 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 5. Desember 2007 melaksanakan Penelitian Skripsi di KUD-P3RSU di Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu. 6. Juni 2007 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Parbuluan, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “PROSPEK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT PERKEBUNAN RAKYAT” (Studi Kasus: KUD-P3RSU Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu). Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : •
Dekan Fakultas Pertanian yang memimpin fakultas pertanian
•
Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengajari saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
•
Ir. M. Jufri, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membantu saya dalam penyempurnaan skripsi ini.
•
Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP- USU/ Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku sekertaris Departemen SEP, FP- USU yang telah memberikan kemudahan dalam hal kuliah.
•
Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen SEP, FP- USU khususnya Kak Lisbeth, Kak Yani dan Kak Rumi yang memberikan kelancaran dalam hal administrasi.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
•
Rekan- rekan mahasiswa stambuk 2003 Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, atas kebersamaan, dan canda tawa kalian yang membuat penulis menjadi lebih bersemangat.
•
Terima Kasih khusus buat ” Ronyanda ” yang telah membantu dan mensupport saya dalam penyelesaian skripsi saya. Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh
responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini yang banyak membantu penulis dalam memberikan data dan informasi megenai proyek P3RSU Aek Nabara. Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda DR. Ir. Zahari Zen, MSc dan Ibunda Syahniar Ansharullah atas kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah, tak lupa kepada kakanda M.Afif Syahputra, AMd, ST and Risa Amalia Syahputri, SH dan adinda Mutiara Ismi atas doa dan semangat yang diberikan.
Medan, April 2008
Penulis
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Hal RINGKASAN................................................................................................................i RIWAYAT HIDUP.....................................................................................................ii KATAPENGANTAR.................................................................................................iii DAFTAR ISI...............................................................................................................iv DAFTAR TABEL........................................................................................................v DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................vii BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................1 I.1. Latar Belakang...........................................................................................1 I.2. Identifikasi Masalah....................................................................................5 I.3. Tujuan Penelitian.........................................................................................6 I.4. Kegunaan Penelitian....................................................................................7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI.................................8 II.1. Tinjauan Pustaka........................................................................................8 II.2. Tinjauan Aspek Ekonomi Kelapa Sawit..................................................15 II.3. Landasan Teori.........................................................................................17 II.4. Kerangka Pemikiran.................................................................................24 II.5. Hipotesis Penelitian..................................................................................27 BAB III. METODE PENELITIAN..........................................................................28 III.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian.....................................................28 III.2. Metode Pengambilan Sampel Penelitian................................................28 III.3. Metode Pengumpul Data .......................................................................29 III.4. Metode Analisis Data.............................................................................29 III.5. Defenisi dan Batasan Operasional..........................................................34
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL.....................................................................................................36 IV.1. Deskripsi Daerah Penelitian...................................................................36 IV.2. Tata Guna Lahan Desa Aek Nabara...........................................37 IV.3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin...............................37 IV.4. Keadaan Penduduk Menurut Umur............................................38 IV.5. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan......................39 IV.6. Sosial Ekonomi ..........................................................................39 IV.7. Sarana Dan Prasarana ................................................................40 IV.8. Karakteristik Petani Sampel ......................................................41 IV.9.Gambaran Umum KUD (P3RSU) Aek Nabara...........................42 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................45 V.1 V.2 V.3 V.3 V.4 V.5 V.6
Hasil Penelitian........................................................................................45 Kondisi Umum Perkebunan Rakyat........................................................45 Tingkat pendapatan usahatani kelapa sawit anggota koperasi KUD.......45 Penerimaan Usahatani Kelapa Sawit ......................................................46 Biaya Produksi Usahatani Kelapa Sawit.................................................47 Pendapatan Bersih Usahatani Kelapa Sawit............................................48 Tingkat kelayakan dan pengembalian modal apabila dilakukan peremajaan usahatani kelapa sawit..........................................49 V.7 Pembahasan Penelitian............................................................................52 V.8 Kondisi Umum Perkebunan Rakyat........................................................52 V.9 Tingkat pendapatan Usahatani kelapa sawit layak untuk diusahakan.....52 V.10Peran lembaga ekonomi (P3RSU) dalam pengembangan kelapa sawit perkebunan rakyat...................................................................................53 V.11Masalah yang dihadapi dalam pengembangan usahatani kelapa sawit...55 V.12Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah Usahatani Kelapa Sawit ...........................................................................................56 V.13 Tingkat kelayakan dan pengembalian modal apabila dilakukan peremajaan usahatani kelapa sawit.........................................57 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................59 IV.1 Kesimpulan .............................................................................................60 IV.2 Saran .......................................................................................................61 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................56 LAMPIRAN ..............................................................................................................58 SKETSA DAERAH ..................................................................................................68 Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Hal
1. Tata Guna Lahan daerah Penelitian Tahun 2006...................................................37 2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Aek Nabara Tahun 2006...............................................................................37 3. Komposisi Penduduk berdasarkan Umur, 2006....................................................38 4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Aek Nabara tahun 2006...............................................................................39 5. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencahrian di Desa Aek Nabara tahun 2006 ...............................................................................40 6. Karakteristik Petani Sampel Anggota KUD Aek Nabara ............................................41 7. Rata- Rata Penerimaan Petani/ Hektar Kelapa Sawit ...........................................46 8. Rata- Rata Biaya Produksi Petani/ Hektar di Desa Aek Nabara ..........................48 9. Rata- Rata Pendapatan Bersih Petani/ Hektar di Desa Aek Nabara......................49 10. Rata- Rata NPV, NetB/C, dan IRR Kelapa Sawit Rakyat untuk peremajaan kelapa sawit........................................................................................51
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Hal
1. Gambar 1. Komoditi Kelapa Sawit .........................................................................8 2. Gambar 2. Skema Peranan Petani dan Koperasi ..................................................22 3. Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran ................................................................24
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul
Hal
1. Karakteristik Petani Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Desa Aek Nabara .............................................................................................64 2. Penggunaan Sarana Produksi Per Petani Per Tahun Pada Usahatani Kelapa Sawit ........................................................................................65 3.
Penggunaan Sarana Produksi Per Hektar Per Tahun Pada Usahatani Kelapa Sawit ......................................................................................66
4. Biaya Penyusutan Peralatan Per Petani Pada Usahatani Kelapa Sawit ........................................................................................67 5. Biaya Penyusutan Peralatan Per Hektar Pada Usahatani Kelapa Sawit ........................................................................................68 6. Pengunaan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan Per Petani Pada Usahatani Kelapa Sawit...............................................................70 7. Pengunaan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan Per Petani Per Tahun Pada Usahatani Kelapa Sawit............................................71 8. Total Biaya Produksi Per Petani Per Tahun Pada Usahatani Kelapa Sawit .......................................................................................73 9. Total Biaya Produksi Per Hektar Per Tahun pada Usahatani Kelapa Sawit .......................................................................................74
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
10. Pendapatan Bersih Per Petani Per Tahun Pada Usahatani Kelapa Sawit ........................................................................................75 11. Pendapatan Bersih Per Hektar Per Tahun pada Usahatani Kelapa Sawit........................................................................................76 12. Proyeksi Laba-Rugi perkebunan rakyat per 2Ha Sumatera Utara (PPKS).........................................................................................77 13. Proyeksi Laba-Rugi perkebunan rakyat per 2Ha Sumatera Utara (RSPAS).......................................................................................7
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang diperlukan sebagai kegiatan pembangunan subsektor perkebunan dalam rangka revitalisasi sektor pertanian. Perkembangan pada berbagai subsistem yang sangat pesat pada agribisnis kelapa sawit menjelang akhir tahun 1970-an menjadi bukti pesatnya perkembangan agribisnis kelapa sawit (Risza, 1994). Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Rakyat sangat ditentukan oleh adanya kebijakan ekonomi yang memihak kepada rakyat, agar mendorong terwujudnya kesejahteraan rakyat. Pengembangan perkebunan rakyat diyakini tidak saja akan meningkatkan kesejahteraan rakyat, bahkan dapat meningkatkan devisa negara, penyerapan tenaga kerja baik pada sektor industri hulu yaitu perkebunan itu sendiri maupun industri hilirnya.
Komoditi kelapa sawit berbeda dengan perkebunan
komoditi lain, karena memerlukan pabrik yang dekat dengan petani, agar buah yang dihasilkan petani dapat segera dikirim ke pabrik (dalam waktu ± 24 jam) supaya kualitas minyak tidak mengandung asam lemak yang tinggi (Mubyarto & dkk, 1989). Produksi minyak sawit masih memegang peran penting dalam kontribusi minyak nabati dunia. Data Oli World Report tahun 1994 menunujukan bahwa untuk periode 1998-2001 produksi minyak sawit memiliki kontribusi sebesar 27,8%
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
terhadap minyak nabati dunia. Disusul minyak kedelai sebesar 23,8% minyak rape greed sebesar 14.3% dan minyak kelapa sebesar 3.4%. pada periode 2003-2007 kontribusi minyak sawit naik menjadi 30.1% dan periode 2007-2012 naik tipis menjadi sebesar 30.18%. begitu pula menyangkut konsumsimya minyak sawit diperkirakan bakal memiliki daya serap terbesar dibandingkan dengan jenis minyak nabati lainnya. Dari total konsumsi 118.06 juta ton (2003-2007) pangsa minyak sawit mencapai 21.4% dan periode 2007-2012 total konsumsinya naik menjadi 22.5%. (Fauzi,Y, dkk,2002) Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun-ketahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya didalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Karena itu, sebagai negara tropis yang masih memiliki lahan yang cukup luas. Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit. Baik melalui penanam modal asing maupun skala perkebunan rakyat. (Downey, W. D dan S.P Erickson,1992) Menurut teori Ekonomi Produksi Pertanian menyatakan bahwa input produksis (lahan, tenaga kerja, modal dan pengelolaan) mempengaruhi output (jumlah produksi) dari suatu kegiatan usahatani dan teori ekonomi produksi Industri menyatakan bahwa input (bahan baku) mempengaruhi output (jumlah produk) yang dihasilkan. Dengan kata lain semakin luas areal budidaya kelapa sawit makin semakin besar produksi CPO (Crude Palm Oil) yang akan dihasilkan, karena bahan
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
baku diperlukan dalam produksi CPO (Crude Palm Oil) adalah TBS ( tandan buah segar) yang merupakan produk dari budidaya kelapa sawit (Fauzi,Y, dkk,2002) Walaupun demikian, secara umum dapat diindikasikan bahwa pengembangan agribisnis kelapa sawit masih mempunyai prospek, ditinjau dari prospek harga, ekspor dan pengembangan produk. Secara internal, pengembangan agribisnis kelapa sawit didukung potensi kesesuaian dan ketersediaan lahan, produktivitas yang masih dapat meningkat dan semakin berkembangnya industri hilir (Pahan, 2006). Pengembangan perkebunan raktyat secara cepat ini merupakan salah satu tujuan pemerintah, karena disamping untuk menghasilkan devisa negara juga untuk memperluas kesempatan kerja dan sekaligus juga untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kelapa sawit di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona: luasnya terus berkembang dan tidak hanya merupakan monopoli perkebunan besar negara atau perkebunan besar swasta. Saat ini perkebunan rakyat sudah berkembang dengan pesat (Sugito, 1992). Agar memperoleh tingkat pendapatan dan tingkat keuntungan yang tinggi pada usahatani kelapa sawit maka perlu diperhatikan bagaimana meningkatkan produksi, kualitas buah yang tinggi. Untuk itu diperlukan pengadaan modal bagi petani untuk membuka lahan dan pembelian bibit kelapa sawit yang bermutu tinggi agar hasilnya bagus dan pertumbuhanya sempurna. Dalam pembangunan kelapa sawit perlu juga diperhatikan ketersediaan tenaga kerja, tanpa adanya tenaga kerja maka perkebunan kelapa sawit tidak akan berjalan baik tenaga kerja dari keluarga petani sendiri maupun dari luar (Soetrisno, R. dan R. Winahyu. 1991). Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
Modal untuk mengembangkan unit usaha perkebunan harus dipersiapkan sejak dini dan bersifat jangka panjang karena menjalankan usaha perkebunan kelapa sawit membutuhkan waktu relatif lama dan kondisi ekonomi yang baik. Modal digunakan untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit jadi tidak hanya keperluan penyediaan lahan, bibit dan tenaga kerja, tetapi juga dalam upaya meningkatkan pengetahuan petani melalui penyuluhan agar suatu usaha pekebunan dapat berkembang dan mempunyai hasil yang dapat meningkatkan pendapatan pemilik kebun rakyat. Sehingga modal sangat menentukan berkembangnya suatu usahatani perkebunan rakyat (Mangoensoekarjo & Samangun, 2003). Tingkat pendapatan yang diterima oleh petani pada dasarnya hanya bersumber dari tanaman pokok. Pendapatan tersebut masih dapat ditingkatkan jika petani memanfaatkan perkarangan yang disediakan. Namun dalam memperoleh pendapatan yang tinggi belum berjalan atau berkembang suatu perekebunan rakyat tanpa adanya peran lembaga ekonomi koperasi unit daerah (KUD), karena penjualan produksi setiap kebun petani sebesar 30% digunakan untuk angsuran kredit, untuk biaya perawatan, biaya produksi, dan biaya perwatan jalan sekitar 20% sedangkan sisanya sebesar 50 % merupakan bagian dari petani sawit.maka dengan adanya peran lembaga ekonomi (KUD) sangat membantu petani sawit untuk mengembangkan hasil usahataninya (Sugito, 1992). KUD
merupakan
organisasi
ekonomi
yang
berwatak
sosial
yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masysrakat itu sendiri yang berguna
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
untuk meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tugas-tugas KUD sebagai berikut : 1.
Tugas Penyediaan
2.
Intensif produksi pada petani
3.
Tugas pemasaran
4.
Tugas pendidikan
Keanggotaan KUD adalah masyarakat perdesaan yang bertempat tinggal di desa yang bersangkutan pada umumnya adalah kepala keluarga dan KUD bermaksud dapat menumbuhkan swadaya serta meningkatkan potensi perdesaan yang berdaya guna dan berhasil guna (Sugito,1992). 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian (research question), sebagai berikut: a.
Bagaimana masalah umum yang dihadapi petani dalam pengembangan usahatani kelapa sawit?
b.
Bagaimana kelayakan finansial usahatani kelapa sawit rakyat?
c.
Bagaimana
peran
lembaga
ekonomi
(KUD-P3RSU)
dalam
rangka
pengembangan kelapa sawit perkebunan rakyat?
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
d.
Bagaimana upaya yang dapat dilakukan petani dalam mengatasi masalah pengembangan kelapa sawit di dearah penelitian?
I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut: a.
Untuk mengetahui masalah umum yang dihadapi petani dalam pengembangan usahatani kelapa sawit.
b.
Untuk mengetahui kelayakan finansial usahatani kelapa sawit perkebunan rakyat.
c.
Untuk
mengetahui
peran
lembaga
ekonomi
(KUD/P3RSU)
dalam
pengembangan kelapa sawit perkebunan rakyat. d.
Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah pengembangan kelapa sawit di dearah penelitian.
I.4. Kegunaan Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut: a.
Bagi penulis sebagai bagian dari penyelesaian studi pada jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian USU.
b.
Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan kelapa sawit rakyat.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
c.
Sebagai referensi dan bahan studi bagi pihak yang membutuhkan dan penelitian lebih mendalam.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
II.1. Tinjauan Agronomi Kelapa Sawit Klassifikasi botani tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut: Devisi
:
Tracheopita
Subdevisi
:
Pteropsida
Kelas
:
Angiospermeae
Subkelas
:
Monocotyledoneae
Ordo
:
Palmales
Famili
:
Palmaceae
Genus
:
Elaeis
Species
:
Elaeis guinensis, Jacq
(Buah Kelapa Sawit)
(Pohon Kelapa Sawit)
Gambar 1. Komoditi Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guinensis) termasuk golongan tumbuhan palma yang berasal dari Afrika. Di Indonesia penyebarannya mulai dari daerah Nangro Aceh Darussalam (NAD), pantai timur Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Sawit menjadi Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
populer setelah revolusi industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun menjadi tinggi. Kelapa sawit pertama kali ditanam secara massal pada tahun 1911 di daerah asalnya, Afrika Barat. Namun kegagalan penanaman membuat perkebunan dipindahkan ke Kongo. Kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848 sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor. Dia baru diusahakan sebagai tanaman komersial pada tahun 1912 dan ekspor minyak sawit pertama dilakukan pada tahun 1919 (Sugito, 1992). Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon yang tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buah yang masak berwarna merah kehitaman, daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin dan produk-produk oleo chemical lainnya. Ampas pembuatan minyak inti digunakan untuk makanan ternak. Tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar dan arang briket (Sugito 1992). Keberhasilan suatu usahatani kelapa sawit ditentukan oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Faktor tindakan kultur tehnis adalah yang paling banyak mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas, beberapa faktor yang erat pengaruhnya antara lain: pembibitan, pembukaan lahan, peremajaan, penanaman penutup kacangan-kacangan tanah, penanaman dan penyisipan kelapa sawit, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, panen, pengangkutan dan pengolahan (Mangoensoekarjo dan Samangun, 2003).
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
Untuk meningkatakan produktivitas perkebunan rakyat, maka strategi pemberdayaan petani menjadi penting, upaya yang digunakan untuk memenuhi strategi adalah dengan meningkatkan pengetahuan petani melalui penyuluhan, penyediaaan bibit unggul yang bermutu dan harga terjangkau ekonomi petani sehingga perlu didukung oleh modal (Mangoensoekarjo dan Samangun, 2003). Perawatan tanaman kelapa sawit merupakan kunci keberhasilan dalam upaya peningkatan prospek pengembangan kelapa sawit karena mutu dan kualitas kelapa sawit akan mempengaruhi produktivitasnya. Faktor yang mempengaruhi untuk perkembangan kelapa sawit dijelaskan sebagai berikut : 1. Pembibitan Pembibitan kelapa sawit merupakan titik awal yang paling menentukan masa depan pertumbuhan dan pengembangan kelapa sawit, bibit yang unggul merupakan modal dasar untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Pembibitan kelapa sawit dengan benih yang telah dikecambahakan dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu melalui dederan (pernursery) dan kemudian pembibitan (nursery), dan cara lagsung yaitu pembibitan tanpa melalui dederan terelebih dahulu. Varetas kelapa sawit berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, yaitu:
1.
Dura: tempurung tebal (2-8mm) tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung, daging buah relatif tipis yaitu 35-50% terdapat buah, kernel
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
(daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah dan dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk betina. 2.
Pasifera: ketebalan tempurung sangat tipis bahkan hampir tidak ada, daging buah tebal, lebih tebal daging buah dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan.
3.
Tenera: Dura dengan pasifera, tempurung tipis (0.5-4 mm) terdapat lingkaran serabut sekeliling tempurung, daging buah sangat tebal (60-96% dari buah) tandan buah lebih banyak tetapi ukuran relatif lebih kecil.
4.
Macro carya: temprung tebal sekitar (5mm) dan daging buah sangat tipis. Jenis varetas yang digunakan dalam perkebunan rakyat adalah jenis varetas dura karena memiliki kualitas yang cukup tinggi. (Pahan, 2006)
2. Pembukaan Lahan Pembukaan lahan baru atau tanaman baru (TB) tidak diperlukan pengolahan tanah yang intensif. Lubang tanam sebaiknya dibuat 2-3 bulan sebelum tanam yang biasa dipakai adalah 60x60x50 cm dan 60x60x60 cm tergantung umur bibit sedangkan jarak tanam optimal kelapa sawit adalah 9m. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang ataua segitiga sama sisi. Penanaman dengan bentuk segitiga sama sisi merupakan paling ekonomis karena untuk tiap hektar dapat memuat 143 pohon kelapa sawit (Pahan, 2006).
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
3. Peremajaan Peremajaan atau tanaman ulang penanaman merupakan aktivitas utama yang menetukan keberhasilan atau perkembangan usaha suatu perkebunan,
untuk
budidaya kelapa sawit juga tidak memerlukan pengolahan tanah yang intensif seperti budidaya lainnya. Penanaman ulang/ peremajaan dilakuakan pada tanaman tua (umur lebih dari 25 tahun) kerapatan dan produktivitas sudah rendah sehingga secara ekonomis tidak menguntungkan untuk dipertahankan lagi (Pahan, 2006). 4. Penanaman Penutup Kacangan-kacangan Tanah Penanaman penutup kacangan-kacangan tanah sebagai penutup tanah dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan dan mengurangi kompetisi harga dengan tanaman kelapa sawit kelak. Kacang-kacangan dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit karena berfungsi menghasilkan bahan organik, disamping dapat mengikat unsur nitrogen dari udara. Dan merupakan faktor yang penting perkembangan pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Pahan, 2006). 5. Penanaman dan Penyisipan Waktu penanaman kelapa sawit antara lokasi biasanya berbeda-beda, tergantung pada situasi iklim setempat regional . Di Indonesia penanaman biasanya disesuaikan dengan pola musim hujan, dimana kelembabpan tanah cukup tinggi untuk merangsang perkembangan akar sehingga bibit cepat menyesuaikan diri dengan lapangan dan akan menghasilkan buah kelapa sawit yang cukup bagus. Biasanya penanaman hanya dilakukan dalam beberapa bulan. Umur bibit yang paling optimal
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
untuk penanaman dilapangan berkisar 12 bulan. Bibit umur 10-14 bulan umumnya cukup baik untuk ditanam dilapangan karena sudah memenuhi syarat –syarat utama penanaman. Bibit yang ditanam untuk tanaman yang masih baru sebaiknya menggunkan bibit yang seumur dengan tanaman yang disisip. Pokok sisipan ditanam pada bekas tanaman yang sudah dibongkar supaya barisan tanam tegak lurus. Penyisipan umumnya sudah harus selesai dilakukan 1 tahun setelah penanaman (Pahan, 2006). 6. Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan Tujuan dilakukan pemeliharaan yang tetap dan teratur sejak penanaman sawit sampai TBM umur 3 tahun adalah untuk mencapai tingkat pertumbuhan tanaman yang sehat, jagur, tetap dan homogen. Kegiatan tersebut meliputi garuk piringan, pemeliharaan penutup tanah kacangan pembuatan pasar hektar, pasar kontrol, normalisasi lalang, konsolidasi pokok, kastrasi pada umur 12-20 bulan, sanitasi tandan busuk, tunas pasir pada umur 18 bulan, penyisipan, pemupukan dan pemabrantasan hama penyakit (Fauzi dkk, 2002). 7. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman kelapa sawit akan tumbuh dengan baik dan mampu bereproduksi secara optimal apabila dilindungi dari gangguan hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang menyerang di pembibitan tidak selalu sama dengan yang ada di tanaman belum menghasilkan (TBM) dan ditanam menghasilkan (TM). Di wilayah pengembangan terutama di TBM sering mendapat serangan hama jenis mamalia seperti tikus, landak, babi hutan, oleh karena itu pengendalian hama bersifat berbeda dengan Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
pengendalian hama yang permanen. Perlu disadari bahwa penyakit tanaman sawit sulit dibrantas bahkan hampir tidak mungkin dapat diobati dengan fungisida (Samangun, 1989). 8. Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu tindakan kultur teknis yang paling penting, pengaruh pemupukan terhadap produksi bersifat jangka panjang dan baru akan terasa setelah 2 atau 3 tahun kemudian. Pemupukan sangat erat hubungannya dengan faktor lingkugan sumberdaya alam seperti iklim, tanah dan topografi. Oleh karena itu keberhasilan pemupukan tergantung dari manajemen pemupukan lapangan. Efesien dan efektivitas pemupukan harus tepat, yaitu tepat dosis, tepat tabur, tepat jenis dan tepat waktu/ frekuensi (Fauzi dkk, 2002). 9. Panen Panen harus dilakukan pada saat kematangan buah optimum, agar diproleh tingkat kandungan minyak dalam daging buah yang maksimum dan dengan mutu yang baik tandan yang dinyatakan matang jika brondolnya telah lepas dan jatuh secara alami dari tandanya (Fauzi dkk, 2002). 10. Pengangkutan dan Pengolahan Pengangkutan buah sawit adalah pengangkutan buah yang dipanen pada hari itu yang harus habis terangkat ke pabrik pada hari itu juga dan mampu menjamin kontinuitas (keajengan) datangnya buah di pabrik. Tujuan pengolahan adalah
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
mengutip minyak dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) seoptimal mungkin dengan mutu yang baik sesuai dengan permintaan pasar (Fauzi, dkk, 2002). II.2
Tinjauan Aspek Ekonomi Kelapa Sawit Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan
berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit. Sistem agribisnis kelapa sawit merupakan gabungan subsistem sarana produksi pertanian (agroindustri hulu), pertanian, industri hilir dan pemasaran yang dengan cepat akan merangkaikan seluruh subsistem untuk mencapai subsistem (Pahan, 2006). Karakteristik komoditi pertanian yaitu produksinya dalam bentuk curah (bulk), bersifat kamba (volumeness). Dan dalam beberapa kasus bersifat sangat mudah rusak atau menurun mutunya bila disimpan didalam jangka waktu yang lama. Harga produk perkebunan kelapa sawit sangat ditentukan oleh mekanisme pasar (Downey dan Erickson, 1992). Prinsip dasar dalam usaha perkebunan kelapa sawit yaitu memproduksi produk dengan biaya yang rendah dalam tingkat produktivitas yang tinggi dan kualitas produk yang dapat dietrima. Setiap produsen kelapa sawit menghasilkan produk yang sama sehingga faktor yang menjadi pertimbanagan ekonomis dalam permintaanya yaitu kualitas dan kertersediaan produk di pasar. Untuk mencapai tingkat efesiensi biaya yang optimal, diperlukan suatu skala ekonomi untuk luasan perkebunan kelapa sawit yang akan dikelola faktor –faktor yang mempengaruhi skala usaha sebagai berikut :
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
1. Jangka waktu tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan TBS 2. Jangka waktu produktif tanaman kelapa sawit. 3. Biaya investasi kebun untuk mecapai skala ekonomi. 4. Sifat TBS yang setelah dipanen harus segera diolah di PKS karena mutunya akan menurun jika sempat menginap (restan) di lapangan. 5. Adanya bulanan produksi puncak (peak months) yang menyebabkan penyebaran produksi TBS tidak merata. (Pahan, 2006) Konsumsi yang domestik yang tinggi merupakan salah satu faktor yang mendorong peningkatan produktivitas. Keseimbangan penawaran dan permintaan MKS (minyak kelapa sawit) Indonesia menunjukan peran Indonesia yang semakin dominan sebagai negara yang mempengaruhi pola penwaran dan permintaan minyak kelapa sawit dunia. (Mangoensoekarjo dan Samangun, 2003). Fluktuasi harga MKS pada saat ini lebih banyak disebabkan oleh goncangan pasukan (stock supply) yang disebabkan oleh faktor internal gangguan produksi MKS dan kopra di dalam negeri serta faktor eksternal berupa penarikan harga pasaran yang tinggi, pembentukan harga sangat ditentukan oleh situasi dan keadaan perkembangan kelapa sawit. (Risza, 1994) Prospek pemasaran MKS (minyak kelapa sawit) didalam negeri akan dipengaruhi oleh peran pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi merujuk pada sistem ekonomi pasar. Secara umum masa depan industri kelapa sawit dan produk olahannya dirasakan sangat prospektif. (Sugito, 1992).
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
II.3 Landasan Teori Kelapa Sawit telah menjadi salah satu komoditi unggulan perkebunan, dan pengembangannya
akan
terus
diupayakan
sejalan
dengan
perkembangan/
pertumbuhan permintaan, baik untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas kelapa sawit yang memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri pangan maupun non pangan, prospek pengembangannya tidak saja terkait dengan pertumbuhan permintaan minyak nabati dalam negeri namun juga di dunia (Pahan, 2006). Faktor produksi mempunyai peranan yang penting dalam melaksanakan usahatani. Pemilikan lahan yang semakin luas memberikan potensi yang besar dalam mengembangkan usahatani. Modal juga mempunyai peranan yang penting, digunakan untuk membeli sarana produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan lainlain. Faktor produksi ini sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diproleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukan bahwa faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, untuk membeli adalah faktor yang penting diantara faktor produksi lainnya (Soekartawi,1999). Modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan (Soekartawi,1999). Usahatani pada skala usaha yang luas pada umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemen moderen, lebih bersifat komersial dan sebaliknya usahatani skala kecil pada umumnya bermodal kecil pada umumnya bermodal pasRatna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
pasan, teknologi tradisional, lebih bersifat usahatani sederhana dan sifat usahanya subsistem, serta lebih bersifat memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibagi menjadi dua kelompok yaitu: 1. Faktor biologi : lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburanya, bibit, pupuk, obat-obatan dan lain-lain. 2. Faktor sosial ekonomi : biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan,
tingkat
pendapatan,
tingkat
keuntungan,
kelembagaan,
ketersediaan kredit dan sebagainya. Selain pengaruh iklim dan pengaruh lainnya yang tidak dapat dikuasai atau di kontrol oleh petani adalah alokasi sumberdaya yang dilakukan ini sangat menetukan berapa produksi yang akan dihasilkan sehingga petani dapat mempengaruhi produksi dihasilkan sehingga petani dapat mempengaruhi produksi melalui keputusan berapa jumlah sumberdaya yang akan digunakan (Soekartawi,1999) Usahatani yang bagus sebagai usahatani yang produktif atau efesien. Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktifitasnya tinggi. Pengertian ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efesien usaha fisik dengan kapasitas tanah. Efesien fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diproleh dari kesatuan input. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil yang sebesar-sebesarnya (Soekartawi, 1995).
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
Pendapatan adalah suatu ukuran balas jasa terhadap faktor- faktor produksi yang ikut dalam proses produksi. Pengukuran pendapatan untuk tiap-tiap jenis faktor produksi yang ikut dalam usahatani tergantung kepada tujuannya. Pada akhirnya para petani dari setiap usahataninya mengharapkan pendapatan yang disebut dengan pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC) atau dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut : Pd = TR-TC Dimana : Pd = Penadapatan TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 1995). Fungsi produksi menunjukan sifat berkaitan antara faktor-faktor produksi dan tingkat faktor produksi yang ditingkatkan. Biaya atau (expense) kadang-kadang disebut beban, penurunan dalam modal pemilik, biasanya melalui pengeluran uang atau penggunaan aktiva yang terjadi sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan (Soekartawi,1999). Pengembangan agribisnis kelapa sawit idealnya diarahakan pada agribisnis skala kecil sampai menengah di perdesaan dengan teknologi tepat guna. Pembangunan kawasan perdesaan yang diarahkan pada pengentasan kemiskinan akan dapat meningkatkan pasokan (supply) komoditi dan produk pertanian, selain meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat. Strategi ini akan efektif untuk Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
membangun pasar dalam negeri yang berdaya beli tinggi bagi produk manufaktur dan jasa, bahkan mengantisipasi regionalisasi ekonomi sehingga daya saing nasional akan lebih meningkat melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Masalah- masalah yang menghambat pengembangan agribisnis kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal: Faktor Internal : 1.
Ketersediaan energi: tidak saja berupa BBM tetapi juga LNG (liquidfied natural gas) ketersediaan energi yang didukung oleh harga input. Misalnya, naiknya harga pupuk.
2.
Ketesediaan bibit kelapa sawit: akan menentukan pengembagan kelapa sawit.
3.
Inovasi teknologi: dilakukan dengan menggunakan bibit unggul yang produksinya lebih tinggi.
4.
Tenaga kerja murah: perkebunan kelapa sawit bersifat padat karya karena setiap hektar memerlukan tenaga kerja. Biaya tenaga keja murah dengan produktivitas yang tinggi akan menurunkan harga pokok per unit.
5.
Akses bahan baku: komponen utama biaya pemeliharaan tanaman kelapa sawit yaitu pupuk, akses bahan baku yang lebih baik akan menurunkan unit biaya produksi
. Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
Faktor Eksternal : 1.
Ekspansi pengembangan kebun: Ekspansi pengembangan kebun kelapa sawit akan meningkatkan permintaan benih kelapa sawit, pestisida, pupuk serta alatalat dan mesin pertanian yang dihasilkan.
2.
Serangan Hama dan Penyakit: akan meningkatkan permintaan pestisida.
3.
Kegagalan panen: Pertumbuhan tidak berkembang dengan baik.
4.
Ketersediaan lahan: merupakan faktor utama pengembangan keberhasilan pengembangan perkebunan kelapa sawit.
5.
Ketersediaan modal: investasi untuk membangun sebuah perkebunan kelapa sawit sangat bereperan aktif.
6.
Faktor keamanan: merupakan salah satu faktor dalam pengembangan kelapa sawit, tindakan para ninja akan merugikan bagi si pemilik kebun kelapa sawit. (Pahan, 2006)
Peranan KUD adalah untuk membantu petani rakyat agar dapat menjalankan usahanya dengan lancar lembaga koperasi yang digunakan oleh perkebunan rakyat sawit labuhan batu adalah P3RSU( Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat Sumatera Utara). P3RSU merupakan bagian dari pola Unit Pelaksana Proyek (UPP) yang dikembangkan oleh pemerintah pada dekade tujuh puluhan. Berbeda dengan petani plasma di dalam pola PIR, para petani kelapa sawit rakyat peserta P3RSU ini tidak mempunyai mitra (partner) perusahaan inti yang bisa menjadi pengayom di
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
dalam pengolahan maupun pemasaran hasil perkebunan. Diharapkan mereka akan mampu mengatasi permasalahan tersebut dengan cara sebagai berikut: 1. Menggalang kebersamaan atau soladaritas di anatar petani dalam wujud kelompok tani dan asosiasi petani sawit. 2. Mempererat kerjasama anggota koperasi dengan pihak pengelola koperasi yang kemudian akan memasarkan TBS hasil perkebunan mereka ke PN/PTP, PBSN dan PBSA. 3. Perkembangan koperasi ini akan menunjang kegiatan usaha tani dalam penyediaan input produsi seperti pupuk dan obat-obatan dan peralatan. Secara
skematis
peranan
petani
dan
koperasi
digambarkan
sebagai
berikut: TBS
PBSN
Petani kelompok Kelapa Sawit Rakyat
KUD-P3RSU Aek Nabara Saprodi
PTPN PBSA
Penyediaan/ Supplier input Produksi
Gambar 2. Peranan Petani dan koperasi
Keterangan : Mempengaruhi
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
PBSN = Perkebunan swasta nasional PTPN = Perkebunan milik negara PBSA = Perkebunan swasta asing Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa petani dapat lebih mudah untuk mengembangkan perkebunan sawit dengan adanya peran lembaga koperasi (KUD) Prospek pemasaran minyak kelapa sawit MKS (minyak kelapa sawit) mempunyai prospek yang sangat cerah untuk kedepanya karena tekanan terhadap minyak goreng berasal dari MKS yang terus meningkat, disamping itu prospek pemasaran MKS dipengaruhi juga oleh pesatnya perkembangan industri yang berbasis bahan baku produk kelapa sawit. Prospek pemasaran MKS di dalam negeri akan di pengaruhi oleh peran pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi merujuk pada sistem ekonomi pasar. Secara umum, masa depan industri kelapa sawit dan produk olahanya dapat dirasakan sangat prospektif (Pahan, 2006).
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
II.4 Kerangka Pemikiran
Usahatani Kelapa Sawit
Upaya
Produksi
Produktivitas
Masalah Lembaga KUD/ Harga Jual TBS
Faktor Produksi • Pemupukan berimbang • Bibit Unggul • Hama Penyakit Kultur Tehnis: • Jarak tanam • Penyiangan
Pendapatan Petani
Prospektif
Tidak Prospektif
Peremajaan
Keterangan:
Mempengaruhi
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran
Usahatani kelapa sawit mempunyai berbagai masalah dalam meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Peningkatan produktivitas (produksi/ha/th) sangat
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
ditentukan oleh penerapan teknologi budidaya yang tepat seperti penggunaan bibit unggul hibrida, pemupukan yang berimbang (N, P, K, Mg ), pengendalian hama, penyakit dan gulma seperti gonoderma, ulat api. Jarak tanam dan membersihkan daun-daun tua. Peningkatan produktivitas juga sangat ditentukan oleh kultur tehnis yang benar seperti penyiangan (weeding), jarak tanam yang baik, terasering pada lahan miring, drainase pada lahan basah dsb. Prospek perkebunan kelapa sawit rakyat dikatakan baik bila dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk meningkatkan kesejahteraan diperlukan peningkatan produktivitas, sehingga produksi meningkat. Namun bila tidak diikuti oleh perbaikan harga yang diterima petani tentulah pendapatannya tidak optimal. Untuk mendapatkan harga yang baik sesuai dengan mekanisme pasar maka diperlukan kualitas buah yang baik. Saling keterkaitan antara faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan Bilamana pasar dapat memberikan harga yang tinggi maka pendapatan petani akan meningkat, demikian pula sebaliknya apabila harga rendah maka pendapatan petani akan turun. Sehingga peranan KUD sangat menentukan tidak saja dalam mendapatkan input dalam skala ekonomi sehingga harga per unit lebih murah daripada petani sendiri-sendiri dan juga peran KUD dalam memasarkan hasil TBS dengan skala ekonomis sehingga dengan harga yang lebih kompetitif. Bilamana peran KUD kurang efektif maka daya tawar (bargaining position) petani akan rendah dan sistem pemasaran TBS dikuasai oleh tengkulak dan harga TBS yang diterima petani akan rendah.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
Kelayakan usahatani kelapa sawit sangat ditentukan oleh faktor-faktor teknologi usahatani yang diterapkan petani dan peranan lembaga ekonomi petani seperti KUD. Kriteria kelayakan usahatani kelapa sawit lazimnya diukur dengan kriteria finansial seperti IRR, NPV dan B/C. Maka dapat menentukan apakah penegembangan kelapa sawit dikatakan prospektif atau tidak prospektif.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
II.5 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian layak diusahakan secara finansial.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
BAB III METODE PENELITIAN III.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ini adalah Desa Aek Nabara daerah ini merupakan areal kelapa sawit rakyat yang potensial dan memiliki prospek yang baik, disamping karena terbatasnya waktu dan biaya dengan pertimbangan bahwa daerah ini adalah yang pertama sekali adanya Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat Sumatera Utara (P3RSU). III.2 Metode Pengambilan Sampel Metode yang digunakan dalam pengambilam sampel adalah Metode Simple Random Sampling dengan pertimbangan bahan sampel penelitian bersifat homogen atau rata-rata memiliki karakter yang sama. Jumlah populasi petani kelapa sawit yang terdapat di desa Aek Nabara berjumlah 400 KK. Penetapan besar sampel dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut. Menurut Slovin dalam Pengantar Metode Penelitian maka besarnya sampel dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : N n = 1 + Ne Keterangan : n = Besarnya sampel N = Besarnya populasi e = Margin Error (0,031%) Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
400 n = 1 + 400 (0,031) n = 30 (Sevilla,dkk,1993). Dengan demikian maka besar sampel penelitian menurut formula tersebut adalah sebanyak 30 kepala keluarga. III.3. Metode Pengumpulan Data Ada dua macam data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data skunder. •
Data primer diperoleh dengan metode wawancara menggunakan kuisoner
yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. •
Data sekunder adalah data dan informasi yang dikumpulkan dari pihak ketiga.
yaitu dari intansi yang berhubungan dengan penelitian ini seperti P3RSU, pusat penelitian kelapa sawit (PPKS),RSPAS dan lain-lain. III.4. Metode Analisis Data Untuk tujuan a,c, dan d dianalisis dengan metode deskriptif sedangkan untuk tujuan b dianalisis dengan analisis krietria investasi dengan uraian sebagai berikut :
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
1. Net Present Value (NPV) Keuntungan bersih suatu usaha adalah pendapatan kotor dikurangi jumlah biaya maka NPV suatu proyek adalah selisih PV arus benefit dengan PV arus biaya dapat dituliskan sebagai berikut : n
NPV = ∑ t =0
( Bt − Ct ) (1 + i ) t
( Gray, dkk, 1995 ). Lalu Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah Present Value yang negatif (sebagai penyebut), secara umum rumusnya adalah: n
Net B / C =
(Bt − Ct )
∑ (1 + i ) Untuk Bt − Ct > 0 (Bt − Ct ) ∑ (1 + i ) Untuk Bt − Ct < 0 t =0
t
n
t =0
t
( Gray, dkk, 1995 ). The internal rate of return (IRR) merupakan parameter yang dipakai apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak layak bagi suatu usaha adalah apabila IRR lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang berlaku saat itu dilaksanakan dengan meminjam uang (biaya) dari bank pada saat nilai netto sekarang (Net Present Value, NPV = 0). Oleh karena itu untuk menghitung IRR diperlukan nilai NPV terlebih dahulu. Perkiraan IRR yang dekat didapat dengan memecahkan persamaan berikut : IRR = i1 +
NPV (i2 − i1 ) NPV1 − NPV2
( Gray, dkk, 1995 ).
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
III.5. Defenisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan pengertian dalam penelitian ini, maka diberikan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : Defenisi 1. Petani (produsen) kelapa sawit adalah petani di daerah penelitian yang mengusahakan tanaman kelapa sawit sebagai tanaman utama. 2. Perkebunan rakyat adalah sejumlah masyarakat yang memiliki kebun kelapa sawit sendiri dengan membentuk suatu koperasi (KUD) dan tidak terlibatnya perkebunan besar. 3. Teknologi adalah penggunaan pengetahuan dan faktor-faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. 4. Produksi kelapa sawit adalah hasil usahatani kelapa sawit dalam bentuk minyak kelapa sawit (MKS). 5. Faktor produksi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi untuk menghasilkan output. 6. Biaya produksi kelapa sawit merupakan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang berkualitas sejak tanam hingga panen. 7. Modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
8. Pendapatan Bersih adalah selisih anatara penerimaan dari usahatani tanaman Kelapa Sawit dengan total biaya produksi usahatani tanaman Kelapa Sawit. 9. KUD-P3RSU (Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat Sumatera Utara) adalah bagian dari pola unit pelaksana proyek (UPP) yang dikembangkan oleh pemerintah pada dekade tujuh. Batasan Operasional 1. Waktu penelitian dimulai 2008 2. Lokasi Penelitian adalah desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu 3. Petani dalam peneltian ini yang terlibat adalah petani perkebunan kelapa sawit rakyat perserta KUD-P3RSU. 4. Perkebunan rakyat yang diteliti adalah perkebunan milik anggota KUD- P3RSU.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
IV.1. Deskripsi Daerah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 4.235 Ha. Desa ini berada pada ketinggian 0 - 1400 m diatas permukaan laut dengan suhu ratarata 20-33 C. Jumlah penduduk sebanyak 6.215 jiwa atau 1.322 KK yang terdiri dari jumlah laki-laki 3.213 jiwa dan wanita 3.002 jiwa. Kabupaten Labuhan Batu dengan luas wilayah 922.318 Ha Km2. Kabupaten Labuhan Batu secara geografis berada pada 1’26’- 2’11 lintang utara 91’01-97’07 bujur timur dengan ketinggian 0-2.151 m diatas permukaan laut. Kecamatan Aek Nabara memiliki batas- batas wilayah desa sebagai berikut : •
Sebelah Utara
: Desa Pangkatan
•
Sebelah Timur
: Desa Tanah Tinggi
•
Sebelah Selatan
: Desa Pematang Seleng
•
Sebelah Barat
: Desa Pondok Batu
( Monografi Desa Tahun 2007)
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
IV.2. Tata Guna Lahan Penggunaan lahan desa penelitian menurut fungsinya terdiri dari kebun kelapa sawit plasma, perumahan, perkuburan dan jalan desa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1 : Tabel 1. Tata Guna Lahan daerah Penelitian Tahun 2006 No Jenis Penggunaan Tanah 1
Tanah ladang (kelapa sawit)
2 3
Luas (Ha)
Presentase (%)
1.625
66
Tanah Perkebunan
619
25
Tanah Fasilitas Umum
225
9
2.469
100
Jumlah Sumber : Data Monografi Desa Aek Nabara (2007)
Dari tabel. 1 dapat dikemukakan bahwa penggunaan lahan di desa penelitian lebih banyak digunakan untuk perkebunan kelapa sawit rakyat seluas 1.625 Ha dengan presentase sebesar 66%, untuk tanah perkebunan 619 Ha dengan presentase 25 %, untuk tanah fasilitas umum 225 Ha dengan presentase 9 %. Sebagian besar penduduk desa Aek Nabara mata pencaharianya dari sektor pertanian khususnya perkebunan rakyat, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani perkebunan rakyat yang mengusahakan kelapa sawit sebagai komoditi utama.
IV.3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Penduduk desa berjumlah 6.215 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.322 KK, lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2 :
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Aek Nabara Tahun 2006 No
Jenis Kelamin
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
Laki-laki
3.002
48.30
2
Perempuan
3.213
51.70
Total
6.215
100
Sumber : Data Monografi Desa Aek Nabara (2007)
Berdasarkan tabel. 2 dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk pria lebih sedikit daripada jumlah penduduk wanita yaitu pria sebanyak 3.002 jiwa dengan presentase 48.30% sedangkan wanita sebanyak 3.213 jiwa dengan presentase 51.70%.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
IV.4. Keadaan Penduduk Menurut Umur Sementara keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel.3 berikut : Tabel. 3 Komposisi Penduduk berdasarkan Umur, 2006 No
Umur (tahun)
Jumlah (jiwa)
Presentase (%)
1
0-4
209
3.40
2
5-9
340
5.50
3
10-14
434
7.00
4
15-19
588
7.50
5
20-24
595
9.60
6
25-39
1.704
27.40
7
40-55
1.736
27.80
8
>59
609
9.80
6.215
100
Total Sumber : Data Monografi Desa Aek Nabara (2007)
Tabel 3 menunjukan bahwa jumlah penduduk desa Aek Nabara paling banyak pada usia/umur produktif 40-55 yaitu 1.736 jiwa.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
IV.5. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Aek Nabara pada tahun 2006 dapat dilihat pada table. 4 dibawah ini : Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Aek Nabara tahun 2006. No.
Jenis pendidikan
Jumlah (jiwa)
Presentase (%)
1
Penduduk buta huruf
56
0.90
2
Tidak tamat SD
1.680
27.00
3
Penduduk tamat SD
1.316
21.20
4
Penduduk tamat SLTP
1.282
20.60
5
Penduduk tamat SLTA
1.701
27.40
6
Penduduk tamat D-1 ,D-2 & S1
180
2.90
6.215
100
Jumlah Sumber : Data Monografi Desa Aek Nabara (2007)
Dari tabel. 4 dapat diketahui tingkat pendidikan SD sebesar 1.316 jiwa (21.20%) dikuti dengan tamat SLTP sebesar 1.282 jiwa (20.60%), tamat SLTA sebesar 1.701 jiwa (27.40%) dan tamat D1, D2, S1 sebesar 180 jiwa (2.90%). IV.6. Sosial Ekonomi Gambaran keadaan sosial ekonomi petani dilokasi penelitian bervariasi baik dilihat dari suku (batak, jawa, mandailing dan minangkabau), dari sumber mata pencaharian. Namun yang paling banyak memiliki mata pencaharian pedagang/ pengusaha perkebunan yaitu sebanyak
1.140 jiwa (58.86%).
Hal ini dapat
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
dimaklumi karena desa Aek Nabara merupakan daerah perkebunan yang sudah dikenal sejak dahulu kala. Gambaran distribusi penduduk berdasarkan sumber mata pencaharian disajikan pada Tabel 5: Tabel. 5 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencahrian di Desa Aek Nabara tahun 2006 No.
Jenis Mata Pencaharian
1
Buruh Tani
2
Petani
3
Pedagang/ Pengusaha Perkebunan
3
PNS
4
TNI/ Polri
5
Jumlah (jiwa)
Presentase (%) 98
5.05
368
18.99
1.140
58.86
82
4.23
4
0.21
Guru
32
1.66
6
Karyawan Swasta
28
1.44
7
Pertukangan
10
0.52
8
Montir
92
4.75
9
Supir
83
4.29
1.937
100
Jumlah Sumber : Data Monografi Desa Aek Nabara (2007)
IV.7. Sarana Dan Prasarana Sarana dan prasarana yang tersedia di desa Aek Nabara cukup tesedia cukup baik, seperti prasarana pendidikan formal, prasarana kesehatan dan sarana Ibadah cukup tesedia di desa Aek Nabara. Di Desa Aek Nabara juga terdapat 1 koperasi Unit Desa yaitu KUD-P3RSU khususnya bergerak dibidang perkebunan Kelapa Sawit. Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
Kondisi jalan yang ada di Desa Aek Nabara cukup baik karena banyaknya perkebunan sehingga memudahkan petani perkebunan untuk mengangkut hasil usahanya dan sarana transportasi cukup tersedia. IV.8. Karakteristik Petani Sampel Petani sampel yang dimaksud disini adalah seluruh petani Kelapa Sawit yang menjadi sampel dalam penelitian dan merupakan anggota KUD -P3RSU yang berada di desa Aek Nabara kecamatan Bilah Hulu. Tabel. 6 Karakteristik Petani Sampel Anggota KUD Aek Nabara No.
Uaraian
Rataan
Range
1
Umur (tahun)
46,5
30-60
2
Pendidikan Formal (tahun)
9,9
6-12
3
Pengalaman Bertani (tahun)
12,86
5-20
4
Jumlah Anggota Keluarga (jiwa)
3,5
1-5
5
Produksi (ton/ha/th)
20
15-25
Tabel 6. menunjukkan bahwa anggota KUD-P3RSU memiliki umur rata-rata 46,5 tahun dengan range 30-60 tahun artinya petani sampel masih berada pada usia produktif sehingga masih besar potensi untuk berorganisasi dalam mengembangkan KUD- P3RSU. Pendidikan petani di daerah penelitian berada pada kisaran 6-12 tahun artinya petani sudah memiliki pendidikan SD, SLTP dan SLTA. Pengalaman bertani petani berada pada kisaran 5 -20 tahun atau rata-rata 12,86 tahun. Nampak dari survey ini bahwa petani yang diwawancarai merupakan generasi kedua atau anak dari anggota KUD-P3RSU yang dibangun 32 tahun yang Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
lalu. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani terdiri dari tahap pemula dan tahap berpengalaman. Umumnya petani sampel telah ikut bertani sejak berdirinya KUD-P3RSU tahun 1975- 2008. jumlah anggota keluarga berada pada kisaran 1-5 jiwa dengan rataan 3,5 jiwa artinya petani memiliki jumlah tanggungan yang relatif kecil. Jumlah produksi (ton/ha) berada pada kisaran 15-25 (ton/ha) dengan rataan 20 ton/ha artinya produksi yang dihasilkan petani sudah cukup besar.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN V.1 Hasil Penelitian V.1.1. Gambaran Umum KUD (P3RSU) Aek Nabara di Desa Aek Nabara KUD P3RSU Aek Nabara dibentuk pada tahun 1975 yang beranggotakan 400 KK petani. Awalnya merupakan areal PTPN III yang diminta pemerintah untuk dialokasikan untuk membangun perkebunan kelapa sawit rakyat. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Kelapa Sawit dilakukan oleh PTPN III untuk dibagikan kepada masyarakat desa Aek Nabara dengan jumlah keseluruhan lahan diberikan berjumlah 5000 Ha dengan jatah masing-masing per kepala keluarga 2Ha/KK yaitu dengan syarat pengembalian modal sebesar Rp.900.000 dengan jangka waktu pengembalian modal 8-11 tahun tetapi dalam pelaksanaannya ada petani yang lebih dari awal dan ada yang melampau target yaitu mencapai 19 tahun (Wawancara, 2008). Pada tahun 1975 perusahaan inti (PTPN III Aek Nabara) menganjurkan kepada petani masyarakat desa Aek Nabara untuk membentuk sebuah organisasi KUD P3RSU dengan tujuan membantu petani dan masyarakat sekitar dalam hal sebagai berikut: •
Penyediaan sarana produksi.
•
Penjualan hasil TBS ketika kebun telah menghasilkan.
•
Memberantas kemiskinan di sekitar desa Aek Nabara(membantu rakyat miskin)
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
•
Mengurangi Pengannguran (Usaha berkebun sendiri)
Kemudian atas saran dari perusahaan inti (PTPN3 Aek Nabara) pada tahun 1975 petani membentuk KUD Aek Nabara yang bernama (P3RSU) dengan struktur organisasi ketua, sekretaris, bendahara dan bandan pengawas serta seluruh petani yang beranggotakan KUD. ( Kantor KUD-P3RSU) KUD-P3RSU Aek Nabara merupakan koperasi primer yang beranggotakan 400 KK petani yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat akan satu lembaga ekonomi yang dapat menata, mengatur dan menampung aspirasi mereka dengan tujuan, kegiatan dan kepentingan yang sama, hal ini sesuai dengan pendapat Hendardan Kusnadi (2005: 257) yaitu koperasi primer adalah koperasi primer adalah koperasi yang mempunyai kesamaan aktivitas, kepentingan, tujuan, dan kebutuhan ekonomi. Syarat menjadi anggota petani peserta proyek P3RSU ditetapkan pemerintah yaitu: •
Menjadi anggota KUD Perintis Aek Nabara
•
Sudah berkeluarga dan belum mempunyai pekerjaan tetap.
•
Mengembalikan modal pinjaman 2 Ha sebesar Rp. 900.000 dalam jangka waktu 8-11 tahun. ( Kantor KUD P3RSU).
Namun dengan melihat petani sawit perkebunan rakyat anggota P3RSU kurang memperhatikan perkembangan kelapa sawit sehingga tanaman kelapa sawit proyek P3RSU yang relatif sudah tua (± 32th) sudah seharusnya diremajakan, namun karena kemampuan ekonomi petani yang belum memungkinkan telah menyebabkan produktivitas tanaman sangat rendah karena telah melampaui umur ekonomis kelapa
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
sawit yaitu sekitar 25 tahun. Oleh sebab itu dalam uraian selanjutnya akan disajikan keadaan usahatani kelapa sawit dewasa ini dan prospek bila dilakukan peremajaan. Parameter yang digunakan utuk melihat prospek peremajaan dengan melihat dari KUD-P3RSU yaitu dengan metode IRR, NPV dan B/C dan dengan melihat dari instansi seperti PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) dan RSPAS (Research School Pasific and Asian Studies) sebagai sarana informasi agar petani sawit dapat melakukan peremajaan ulang pada tanaman kelapa sawit. V.1.2 Masalah umum yang dihadapi petani dalam pengembangan usahatani kelapa sawit Petani Sawit Aek Nabara menghadapi beberapa masalah baik dalam usahataninya, masalah yang dihadapi petani antara lain : 1. Masalah harga TBS yang berfluktuatif tidak stabil tergantung kepada harga ditingkat PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Aek Nabara PKS menetapkan harga berdasarkan harga yang ditetapkan oleh komisi penetapan harga yang setiap 2 minggu sekali bersidang dan mengacu kepada harga CPO (Crude Palm Oil) dunia 2. Kemampuan petani dalam melakukan penyusutan hasil (depresiasi) untuk pendanaan peremajaan tidak terorganisir, sehingga ketika saat peremajaan harus dilakukan, petani tidak mempunyai cukup dana untuk membiayai. 3. Kenaikan harga input (sarana produksi seperti pupuk, herbisida, pestisida dan fungisida dan peralatan) lebih cepat daripada harga TBS sehingga keuntungan yang tinggi tidak dapat diperoleh petani. Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
4. Masalah petani yang masih ketergantungan meminjam uang kepada toke sehingga menghambat pengembangan kelapa sawit rakyat. 5. Pecurian TBS terus merajalela terutama ketika harga sawit sedang tinggi, sehingga petani sulit untuk memproleh keuntungan yang memadai. V.1.3
Kelayakan Finansial Usahatani Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat Penerimaan usahatani merupakan hasil produksi yang dikaitkan dengan harga
jual dan selisih antara penerimaan usahatani dan biaya produksi inilah yang disebut dengan pendapatan usahatani. Pendapatan kelapa sawit sangat bergantung kepada jumlah produksi usahatani dan sistem pemasaranya. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap dalam memproduksi kelapa sawit selama satu tahun. Biaya produksi usahatani kelapa sawit terdiri dari biaya sarana produksi (pupuk dan obat-obatan), biaya tenaga kerja, biaya pajak tanah, biaya penyusutan dan biaya transportasi. Total biaya produksi adalah jumlah dari seluruh biaya produksi baik biaya tetap (fixed costs) dan biaya tidak tetap (variabel costs). Pendapatan bersih adalah selisih total pendapatan tunai dengan total pengeluaran tunai. Pendapatan bersih suatu usaha dinyatakan dalam bentuk jumlah rupiah. Tujuan petani dalam berusahatani pada maysarakat yang telah memasuki sistem pasar adalah untuk memperoleh pendapatan bersih yang sebesar-besarnya. Pendapatan bersih adalah permintaan dikurangi biaya produksi. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Petani harus mempunyai Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
keahlian menjual jenis hasil yang pasarnya baik dan merupakan biaya produksi yang rendah dengan mengatur biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah dan mengatur skala produksi yang efesien. Kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi, Net Present Value (NPV), Net Benefit–Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Tabel 7 berikut menunjukkan nilai NPV, B/C Ratio dan IRR pada usahatani kelapa sawit anggota KUD-P3RSU secara finansial pada table 11 : Tabel. 7 Nilai Rata-rata NPV, Net B/C Ratio dan IRR Secara Finansial Tabel. 7 Nilai Rata-rata NPV, Net B/C Ratio dan IRR Secara Finansial No 1 2 3
Uraian NPV Net B/C IRR (%)
Total 634,236,100.2 9.16 8.3092975
Rataan 253.694.440.1 0,36 0,3323719
Sumber : Analisis Data Primer di olah dari lampiran 12, 13, dan 14
Dari tabel 11 dapat diketahui pada discount faktor 5,25 % (sesuai dengan suku bunga deposito) di bank yang terdapat disekitar daerah penelitian yaitu memakai suku bunga deposito untuk 1 tahun pada bank BNI bahwa total nilai NPV adalah 634,236,100.2 Net B/C adalah 9,16 dan nilai IRR adalah 8.3092975 sedangkan rataan
nilai NPV adalah 253.694.440.1, Net B/C adalah 0,36 dan nilai IRR adalah. 0,3323719. Berdasarkan kriteria kelayakan (secara finansial) bahwa NPV 634,236,100.2 < 0, Net B/C 9,16 < 1 dan IRR 8.3092975 < tingkat suku bunga yang berlaku maka dapat dikatakan bahwa prospek pengembangan kelapa sawit perkebunan rakyat secara finansial layak untuk dikembangkan di desa Aek Nabara, karena kurangnya peremajaan pada tanaman kelapa sawit sehingga produktivitas menurun maka perlu Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
dilakukan peremajaan kembali. Dengan demikian hipotesis 2 menyatakan bahwa prospek pengembangan kelapa sawit perkebunan rakyat secara finansial layak dikembangkan ternyata hipotesis tersebut diterima. V.1.4 Peran Lembaga Ekonomi P3RSU (Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat
Sumatera
Utara)
Dalam
Pengembangan
Kelapa
Sawit
Perkebunan Rakyat Awal terbentuknya P3RSU ( Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat Sumatera Utara) pada tahun 1975. PTPN III yang memiliki lahan berlebih sehingga dibuat perencanaan untuk membentuk sebuah koperasi yang membantu masyarakat desa Aek-Nabara, PTPN III memiliki jumlah sisa lahan untuk dibagikan sebesar 5000 ha yang masing-masing per kepala-keluarga sebesar 2ha jatahnya. Adapun Syarat untuk memiliki lahan 2ha yaitu dengan sistem pengembalian modal kepada pemerintah dengan jumlah nilai sebesar Rp.900.000 dalam jangka waktu selama 1113 tahun atau bahkan lebih lama dari waktu yang ditentukan dan syaratnya juga sudah berkeluarga. Maka lembaga ekonomi di wilayah penelitian seperti P3RSU ( Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat Sumatera Utara) sangat berperan dalam membantu kesejahteraan dan ekonomi para petani sawit kelapa sawit rakyat, adapun peran lembaga tersebut sesuai dengan hasil penelitian diuraikan sebgai berikut :
Secara lebih spesifik peran lembaga ekonomi (KUD/ P3RSU) dalam pengembangan kelapa sawit perkebunan rakyat antara lain adalah sebagai berikut :
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
1. Meningkatkan
kesejahteraan
(memakmurkan)
petani
sawit
dengan
memberikan bantuan skema proyek 2 Ha/KK. 2. Mengurangi tingkat Pengangguran di pedesaan dan alternatif usaha perkebunan yang lebih produktif 3. Sebagai lembaga penyediaan sarana produksi yang lebih murah karena dapat dilakukan pada skala ekonomi (berkurangnya biaya angkut per unit, dan harga dapat lebih rendah karena pengadaannya ditingkat agen besar atau distributer 4. Memberikan peluang atau kesempatan kerja untuk menghasilkan TBS yang memberikan sumbangan kepada kemampuan ekonomi nasional khususnya devisa ekspor. 5. Selain dapat meningkakan pendapatan petani sawit, dengan KUD P3RSU usaha peremajaan atau bahkan pengembangan areal baru dapat dilakukan lebih terorganisir. V.1. 5 Upaya
Yang
Dapat
Dilakukan
Dalam
Mengatasi
Masalah
Pengembangan Kelapa Sawit Di Dearah Penelitian. Dalam pengembangan kelapa sawit perkebunan rakyat banyak terdapat masalah yang dihadapi petani, adapun upaya yang dilakukan petani dalam mengatasi masalah kelapa sawit di daerah penelitian adalah sebagai berikut : 1. Masalah harga yang tidak stabil petani hanya bisa pasrah dan berharap perusahaan PKS lebih transparan dalam menetapkan harga TBS sehingga dapat memberikan kesejahteraan yang lebih baik kepada petani sawit.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
2. Kemampuan petani untuk menghasilkan pendanaan untuk penanaman kembali (replanting) kurang terorganisir, sehingga petani perlu mendapat pembinaan terus menerus dari dinas Perkebunan setempat agar mereka mampu menyisihkan sebagian dananya untuk penanaman kembali. 3. Masalah kelangkaan dan tingginya harga sarana produksi, harus lebih diperhatikan oleh pemerintah bagaimana mengatasi sistem yang lebih efisien, misalnya memberdayakan KUD dalam memperoleh sarana produksi. Hal ini akan menekan permainan para tengkulak/ agen-agen. 4. Perlu adanya sistem pengamanan kebun yang dibentuk oleh para petani yang hamparannya berdekatan, misalnya membuat sistem ronda atau patroli yang tidak dapat terbaca polanya oleh pencuri. Aparat kepolisian sebetulnya harus dapat membantu kesulitan petani dalam pengamanan terhadap pencurian TBS.
V.2 Pembahasan Penelitian Rata- rata Pendapatan Bersih Usahatani Kelapa Sawit Anggota KUD-P3RSU Penerimaan Usahatani Kelapa Sawit Anggota KUD-P3RSU Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
Penerimaan diperoleh dari hasil kali antara produksi TBS (tandan buah segar) dengan harga TBS (tandan buah segar). Oleh sebab itu pendapatan sangat tergantung pada perawatan tanaman. Tanaman kelapa sawit dapat dipanen setelah berumur 3-4 tahun dan dapat dipanen 2-4 kali dalam sebulan. Produksi rata TBS yang diperoleh petani adalah 19,420 ton/ha/tahun. Penerimaan tiap bulannya berbeda-beda tergantung dari hasil panen yang diproleh yaitu dalam 1 tahun penerimaan kotor ratarata per dua hektar Rp. 41,466,938 juta karena harga TBS yang tidak stabil maka dalam penelitian perhitungan pertahun digunakan harga rata-rata yaitu Rp. 1,300/kg untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel 8 : Tabel. 8 Rata- Rata Penerimaan Petani/ Hektar Kelapa Sawit No.
1
Uraian Produksi
Per Hektar
Per Petani
19,420
38,840
1,300
1,300
20,733,469
41,466,938
(ton/ha/Tahun) 2
3
Harga rata-rata TBS (Rp/Kg) Penerimaan (Rp/tahun)
Sumber : Data Diolah dari lampiran 9-10
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa produksi per petani sebesar 38,840 ton/ha dengan harga rata-rata sebesar Rp1.300/Kg maka diproleh penerimaan petani yaitu sebesar Rp. 41,666,938 per tahun dan produksi per hektar sebesar 19,420 ton/ ha dengan harga rata-rata Rp.1.300/Kg maka diperoleh penerimaan per hektar sebesar 20,733,469 per tahun. Biaya Produksi
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
Biaya sarana produksi terdiri biaya pupuk
(Urea, TSP, KCL/MOP, dan
Dolomit) dan obat-obatan (gramoxone dan Round-up)secara bergantian tiap tahunnya. Biaya tenaga kerja termasuk biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK), upah tenaga kerja untuk penyiangan, pemangkasan dan penyemprotan mempunyai upah yang berbeda- beda setiap sampelnya tegantung si petani ingin memberi upah berapa kepada tenaga kerjanya. Biaya pajak adalah biaya PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) yang bisanya dipotong tiap tahunnya yaitu Rp. 50.000. Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam mengangkut hasil produksi TBS (tandan buah segar). untuk lebih jelas, biaya produksi petani kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 9: Tabel. 9 Rata- Rata Biaya Produksi Petani/ Hektar di Desa Aek Nabara No Uraian 1 2 3 4 5
Sarana Produksi Tenaga Kerja Pajak Tanah Penyusutan Peralatan Transportasi Total
Petani (Rp/Thn) 8,051,800 1,076,600 50,000 104,662
Persentase (%)
Hektar
Persentase (%)
71,17 9,51 0,44 0,92
(Rp/Thn) 4,025,900 538,300 25,000 52331.2
2,030,000
17,94
1,015,000
17,94
11,313,062
100
5,656,531
100
71,17 9,51 0,44 0,92
Sumber : Data diolah dari lampiran 7,8,9,10
Dari tabel 9 dapat dilihat total biaya produksi rata-rata per petani Rp.11,313,062 per tahun dan per- hektarnya
Rp. 5,656,531, dapat dilihat disini
bahwa biaya sarana produksi merupakan komponen biaya terbesar yaitu 71,17 % dari total biaya, menyusul urutan kedua penyusutan transportasi sebesar 17,94 %, tenaga
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
kerja 9,51%, penyusutan peralatan sebesar 0,92% dan yang terendah pajak tanah 0,44%. Pendapatan Bersih Usahatani Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari hasil penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan petani baik biaya usahatani maupun biaya pemasaran (dalam satu tahun). Petani sampel di daerah penelitian telah dikonversi dengan lunas kredit yaitu petani telah mengembalikan kredit ke perusahaan dan lahan 2 ha menjadi milik petani. Untuk lebih jelas, pendapatan bersih dapat dilihat pada tabel 5.4. : Tabel 10. Rata- Rata Pendapatan Bersih Petani/ Hektar di Desa Aek Nabara No Uraian Penerimaan 1
Per Petani 41,466,938
Per Hektar 20,733,469
2
(Rp/ Tahun) Biaya Produksi
11,313,062
5,656,531
3
(Rp/ Tahun) Pendapatan Bersih
30,153,876
15,076,938
(Rp/Tahun) Sumber: Data diolah dari Lampiran 7,8,9,10
Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pendapatan bersih rata-rata usahatani per petani sebesar Rp. 30,153,876 per tahun dan per hektar pertahun 15,076,938.
Kelayakan Finansial Usahatani Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat Biasanya kelayakan finansial suatu proyek dinilai dengan menggunakan konsep nilai uang yang didapatkan dari proyek tersebut (nilai masa depan, future value) pada nilai uang bersih saat ini ( net present value NPV)dengan menggunkan
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
tingkat faktor terdiskon tertentu. Nilai NPV pada tingkat persentase faktor terdiskon tertentu memberikan nilai 0 dinamakan tingkat pengembalian internal (IRR, internal rate of value) proyek, presentase IRR yang lebih besar dari rata-rata tertimbang biaya modal. Maka untuk melihat kelayakan finansial di KUD-P3RSU menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi, Net Present Value (NPV), Net Benefit–Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Tabel berikut menunjukkan nilai NPV, B/C Ratio dan IRR pada usahatani kelapa sawit anggota KUD-P3RSU secara finansial : Tabel. 11 Nilai Rata-rata NPV, Net B/C Ratio dan IRR Secara Finansial No 1 2 3
Uraian NPV Net B/C IRR (%)
Total 634,236,100.2 9.16 8.3092975
Rataan 253.694.440.1 0,36 0,3323719
Sumber : Analisis Data Primer di olah dari lampiran 12, 13, dan 14
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kondisi tanaman kelapa sawit anggota KUD Perintis Aek Nabara sudah tua melampaui umur ekonomis, sehingga perlu dilakukan peremajaan, rata-rata umur tanaman 30 tahun dan telah melampaui umur ekonomis 25 tahun. 2. Meskipun demikian, karena harga CPO sangat tinggi dewasa ini dipasaran dunia kondisi ekonomi petani sawit cukup baik dengan tingkat pendapatan bersih Rp. 41,679,388 per tahun. Walaupun juga diikuti kenaikan harga sarana produksi. 3. Peran KUD Perintis berfungsi dalam penyediaan atau penyaluran saranasarana produksi dan pemasaran hasil-hasil produksi TBS. Namun peranan KUD akhir-akhir ini mengalami pennurunan dengan semakin tuanya tanaman dan terbatasnya kemampuan pendanaan KUD untuk membantu biaya peremajaan tanaman yang sudah tua. 4. Masalah utama yang di hadapi petani adalah terlambatnya dilakukan peremajaan tanaman kelapa sawit sehingga produktivitasnya dewasa ini sangat rendah. Usaha pemupukan bahkan dapat menurunkan pendapatan karena respon tanaman terhadap pemupukan rendah.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
5. Upaya strategis yang dapat dilakukan dalam memperbaiki ekonomi petani sawit adalah bantuan peremajaan oleh pemerintah dengan proyek revitalisasi perkebunan. Sehingga dalam jangka panjang ekonomi petani dapat ditingkatkan. 6. Dalam rangka mengetahui prospek pengembangan kelapa sawit rakyat telah dilakukan analisis kelayakan peremajaan tanaman tua. Hasil analisis sangat layak seperti terlihat dari indikator IRR berkisar 21% hingga 22% melampaui asumsi bunga komersial 12%. Demikian pula nilai NPV yang bernilai positif tinggi yaitu berkisar antara Rp 305 juta hingga Rp 504 juta dengan masa pengembalian modal 12 hingga 13 tahun. Saran 1. Disarankan agar petani mendapatkan bantuan peremajaan dari pemerintah melalui skema pembangunan perkebunan rakyat, juga bantuan dan pembinaan KUD khususnya masalah pengelolaan usahatani perlu ditingkatkan. 2. Anggota KUD disarankan agar lebih aktif dan berpartisipasi dalam semua kegiatan yang dijalankan oleh KUD karena anggota KUD sudah tidak memperhatikan pengembangan KUD-P3RSU . 3. Anggota KUD disarankan melakukan efesiensi terhadap pendapatan yang digunakan untuk peremajaan kembali tanaman tua. Apabila pelaksanaan penyusutan dikoordinir oleh KUD maka akan lebih efektif.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
4. Dalam
rangka
peremajaan
perlu
meningkatkan
produktivitasnya
menggunakan bibit unggul dan sarana produksi yang tepat, sehingga diperlukan penyuluhan. 5. Disarankan pengurus KUD lebih bersikap adil dalam meminjamkan dana kepada anggota agar mereka tidak terjerat oleh hutang. Hutang dapat diberikan untuk kegiatan produktif, tapi sebaiknya tidak memberikan hutang untuk keperluan yang bersifat konsumtif. 6. Pengurus lebih transparan dan detail dalam menulis laporan keuangan sehingga pendapatan dan pengeluaran dapat diketahui oleh semua anggota. Transparansi yang dil\lakukan akan menambah tingkat kepercayaan anggota KUD. 7. Pengurus dapat memberikan motivasi dan menjadi contoh kepada anggota, misalnya dalam pengelolaan kebun yang baik, mengelola keuangan dan semangat dalam pengembangan ekonomi anggota. 8. Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan kehidupan petani dan disarankan memberikan bantuan sarana produksi kalau diperlukan dengan subsidi mengingat tingginya harga sarana produksi. 9. Pemerintah perlu terus memantau kegitan peremajaan dan koperasi dan mengevaluasi agar keterampilan petani dan menejemen bisnis KUD lebih baik. 10. Sebaiknya petani kelapa sawit perkebunan rakyat upaya kerjasama dengan berbagai lembaga (bank) dan tidak meminjam uang kepada toke karena
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
mereka
mengambil
kentungan
yang
lebih
sehingga
menyebabkan
produktivitas petani sawit menurun. 11. Sebaiknya kepada petani lebih perketat keamanan karena pecurian TBS (tandan buah segar) terus merajalela terutama ketika harga sawit sedang tinggi, sehingga petani sulit untuk memproleh keuntungan.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2006 Prospek Agribisnis Minyak Kelapa Sawit. hhtp: // www.yahoo.com Basiron,Y. dan Simeh Mohd., A. 2002. The Palm Oil Phenomenon( Fenomena Kelapa Sawit. MPOB (Malaysian Palm Oil board). Downey, W. D dan S.P Erickson,1992. Manajemen Agribisnis. Erlangga, Jakarta. Gray, C, P. Simanjuntak, L.k, Sabar dan P.F.L Maspeitella., 1995. Pengantar Evaluasi Proyek. PT. Gramedia, Jakarta. Fauzi,Y., Widiastuti Y.S., Satyiawibawa I. Dan Hartono, R. , 2002. Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisi Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Mangoensoekarjo, S. dan H. Samangun, 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. UGM-Press . Yogyakarta Mubyarto, dkk. 1989. Masalah dan Prospek Komoditi Perkebunan, UGM-press. Yogyakarta. Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. Risza, S. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Kanisuis. Yogyakarta Sevilla, C.G, dkk, 1993. Pengantar Metode Penelitian, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Soetrisno, R. dan R. Winahyu. 1991. Kelapa Sawit Kajian Sosial Ekonomi. UGMpress. Yogyakarta. Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009
Samangun, H. 1989. Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM-press. Yogyakarta. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. UI-press, Jakarta. Sugito, J. 1992. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta Zen.Z dan C. Barlow. 2006. Perkembangan Kelapa Sawit. Internasional oil palm Conference, Denpasar Bali 19 -23 Juni 2006. Zen, Z. Barlow, C. dan Gondowarsito, R. 2005. Oil palm in Indonesia SocioEconomic Improvement : a Review of Options, Working Papers No. 20005/11 in Trade and development, Division of Economics RSPAS ANU.
Ratna Permatasari Zen : Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu), 2008. USU Repository © 2009