ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TERANG INTI SERAYA DI PROVINSI RIAU
RACHMALIA RAMADHANNISSA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013
Rachmalia Ramadhannissa NIM H34090117
2
ABSTRAK RACHMALIA RAMADHANNISSA. Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang memiliki permintaan yang tinggi. Pabrik Kelapa Sawit di Riau masih mengalami kekurangan bahan baku untuk diolah. Kekurangan bahan baku tersebut dapat menjadi peluang bisnis untuk perkebunan kelapa sawit. Peluang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut diambil oleh PT. Terang Inti Seraya, Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit pada PT. Terang Inti Seraya. Lokasi penelitian dilakukan di kantor PT Terang Inti Seraya di Pekanbaru dan di perkebunan kelapa sawit di Tenayan, Buluh Nipis, and Ujung Batu Rokan. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menilai kelayakan usaha berdasarkan aspek non finansial berupa aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, dan aspek sosial dan lingkungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial berdasarkan kriteria penilaian investasi dan analisis switching value. Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya layak untuk dijalankan. Kata kunci: kelayakan, perkebunan kelapa sawit, PT. Terang Inti Seraya. ABSTRACT RACHMALIA RAMADHANNISSA. Feasibility Analysis of Palm Oil Plantation PT. Terang Inti Seraya Provinsi Riau. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA. Palm Oil is one of agriculture comodity that has a high demand. Palm oil factories in Riau still have a defisit on its raw material to be processed. The deficit of raw materials could be a business opportunity for oil palm plantations. That opportunity to fulfill the raw material needs was taken by PT. Terang Inti Seraya, Riau. The purpose of this research is to analyze the feasibility of oil palm plantation business in PT. Terang Inti Seraya. The research was conducted at the office of PT Terang Inti Seraya at Pekanbaru and Palm Oil Plantation at Tenayan, Buluh Nipis, and Ujung Batu Rokan. Data analysis method which is used on this research is qualitative and quantitative method. Qualitative analysis is used to analyze feasibility based on non-financial aspect such as market aspect, technical aspect, management and law aspect, and also social and environmental aspect. Quantitative analysis is used to analyze feasibility of financial aspect based on investment criteria and switching value analysis. The result of this feasibility analysis shows that palm oil plantation business in PT. Terang Inti Seraya is feasible to run. Keywords: feasibility, palm oil plantation, PT. Terang Inti Seraya
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TERANG INTI SERAYA DI PROVINSI RIAU
RACHMALIA RAMADHANNISSA
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
4
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau Nama : Rachmalia Ramadhannissa NIM : H34090117
Disetujui oleh
Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
6
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Zulkarnain selaku pemilik PT. Terang Inti Seraya, Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi selaku dosen pembimbing, Anita Primaswari Widhiani, SP. M.Si selaku dosen penguji, dan Rahmat Yanuar, SP. Msi selaku dosen penguji sekaligus dosen pembimbing akademik penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dari PT. Terang Inti Seraya lainnya yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orangtua, keluarga, dan teman-teman atas segala doa dan dukungannya. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2013
Rachmalia Ramadhannissa
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Perkebunan Kelapa Sawit Kelapa Sawit Tandan Buah Segar Perkembangan Industri Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Aspek-aspek Analisis Kelayakan Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Kriteria Investasi Nilai Pengganti (Switching Value) Asumsi Dasar yang Digunakan GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Lokasi Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit PT. TIS Sejarah dan Perkembangan PT. Terang Inti Seraya HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Non-finansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek Finansial Kriteria Investasi Analisis Switching Value SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x xi xi xi 1 1 6 7 7 8 8 9 10 10 13 13 13 13 17 19 19 19 19 19 19 21 21 22 22 24 25 25 25 27 33 36 36 40 41 42 42 42 42 44
8
DAFTAR TABEL 1 Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke duniaa 2 Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riaua 3 Klasifikasi kelas kesesuaian lahan kelapa sawita 4 Luas wilayah Kota Pekanbarua 5 Permintaan kebutuhan bahan baku CPO oleh industri olahan Riau tahun 2011a 6 Dosis pupuk NPK pada tanaman kelapa sawit usia 0-4 tahuna 7 Rincian biaya operasional tetap PT. TISa 8 Pajak PT. TISa 9 Proyeksi nilai laba rugia 10 Hasil analisis kriteria investasi PT. TIS
2 5 9 23 26 30 38 39 40 40
DAFTAR GAMBAR 3 1 Jumlah produksi crude palm oil di Indonesia tahun 2000-2010 4 2 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2000-2010 3 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya 18 4 Peta Provinsi Riau 23 5 Peralatan yang digunakan dalam proses produksi 30 34 6 Struktur organisasi PT. Terang Inti Seraya
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Produk turunan kelapa sawit Proyeksi penjualan TBS PT. TIS tahun 2013-2033 Luasan main road, collection road, dan control road Layout perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya di Ujung Dosis dan harga pupuk Jumlah pekerja PT. TIS berdasarkan jabatan Jumlah penyusutan dan nilai sisa usaha perkebunan kelapa sawit PT. Rincian biaya replanting PT. Terang Inti Seraya Proyeksi laba rugi PT. Terang Inti Seraya Dokumentasi Penelitian
45 46 47 48 49 50 51 53 59 59
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkebunan adalah salah satu subsektor dari sektor pertanian yang memiliki kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) di Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, angka yang disumbangkan subsektor perkebunan untuk PDB sektor pertanian pada tahun 2010 mencapai angka Rp 136 048 500 000 (13.8 persen). Jumlah tersebut menunjukkan subsektor perkebunan sebagai penyumbang PDB sektor pertanian ketiga terbesar setelah subsektor tanaman bahan makanan yaitu Rp 482 377 100 000 (49 persen), dan subsektor perikanan yaitu Rp 199 383 400 000 (20.2 persen). Penyumbang PDB sektor pertanian lainnya adalah subsektor peternakan yang menyumbang Rp 119 371 700 000 (12.1 persen) dan subsektor kehutanan yaitu Rp 48 289 800 000 (4.9 persen). Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan baik di dunia maupun di Indonesia yang mempunyai peranan penting dalam subsektor perkebunan untuk membangun perekonomian negara. Pembangunan perekonomian tersebut dapat melalui pembangunan dan pengembangan wilayah dengan cara membuka wilayah perkebunan yang baru, penyerapan tenaga kerja, peningkatan kesejahteraan daerah, dan peningkatan pendapatan daerah yang juga dapat menjadi sumber devisa negara. Perluasan perkebunan ini dipandang akan meningkatkan pendapatan negara dan juga meningkatkan tenaga kerja dari sektor perkebunan. Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), pada tahun 2008 perkebunan kelapa sawit mempekerjakan 3.06 juta orang dengan 3.047 juta orang bekerja di perkebunan besar, 308 ribu orang bekerja di PTPN. Pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di Indonesia yang berjumlah 470 unit mempekerjakan sebanyak 63 450 orang. Perkebunan-perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia saat ini hanya dimiliki oleh beberapa perusahaan, tercatat 10 perusahaan menguasai 67 persen perkebunan sawit Indonesia. Perusahaan tersebut yaitu Raja Garuda Mas, Wilmar, Sinar Mas Grup, Astra Agro Lestari, London Sumatra Grup, Bakrie Grup, Guthrie, Socfindo Grup, Cilandra Perkasa Grup dan Kurnia Grup, melalui anak-anak perusahaannya masing-masing. Pemerintah di Indonesia sangat mendukung pembangunan-pembangunan tersebut. Dukungan tersebut dapat dilihat dari kebijakan daerah yang mempermudah dibangunnya usaha perkebunan kelapa sawit pada daerah tersebut serta pembentukan lembaga atau badan yang memantau bagaimana perkembangan usaha perkebunan kelapa sawit tersebut seperti pembentukan tim penetapan harga yang berfungsi untuk menentukan harga tandan buah segar, dan masih banyak lembaga atau badan sejenis yang mendukung kegiatan usaha tersebut. Pemerintahpun sangat mendukung kegiatan perdagangan internasional dengan mengekspor produk berupa CPO. Ekspor CPO (Crude Palm Oil) Indonesia sebagai hasil dari pengolahan kelapa sawit semakin meningkat pada dekade terakhir dengan laju 7-8 persen per tahun (Ditjen Perkebunan, 2011). Bukan hanya ekspor, konsumsi dalam negeri sawit pada 2011 juga meningkat dari tahun sebelumnya yakni menjadi 6-6,2 juta ton dari 5,5 juta ton pada 2010. Tahun 2012 konsumsi sawit dalam negeri diperkirakan meningkat tipis yakni sekitar 6-6,5 juta ton. Pada tahun 2011,
2
Indonesia menghasilkan 47 persen produksi minyak sawit dunia. Indonesia menjadi negara produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia. Menurut data dari Kementerian Pertanian, pada tahun 2010 Indonesia menguasai 44.5 persen pasar sawit dunia dengan volume produksi mencapai 19.1 juta ton. Indonesia mengungguli Malaysia yang menempati posisi kedua dengan pangsa 41.3 persen dari volume produksi 17.73 juta ton. Posisi ketiga, yaitu Thailand yang menguasai 2.7 persen pasar sawit dunia, keempat Nigeria dengan pangsa 2 persen dari total pasar sawit dunia, kemudian Kolombia dengan pangsa 1.9 persen. Total produksi sawit dunia mencapai 42.9 juta ton. Indonesia menguasai 47 persen pasar minyak sawit dunia di 2011. Sementara pangsa Malaysia turun menjadi 39 persen di tahun 20111. Produksi maupun ekspor sawit Indonesia 2011 meningkat dibandingkan 2010. Pada 2011 dari produksi sawit Indonesia sebanyak 23,5 juta ton dengan sekitar 16,6 juta ton diekspor. Ekspor selama 2010 ekspor 15,6 juta ton dari produksi sawit nasional sekitar 22 juta ton. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Dunia dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke duniaa
a
No
Importir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dunia India China Malaysia Bangladesh Belanda Mesir Singapore Italia Spanyol Ukraina
2007 7.87 2.18 0.96 0.25 0.34 0.54 0.26 0.41 0.13 0.07 0.20
2008 12.38 4.11 1.52 0.50 0.48 1.05 0.40 0.49 0.38 0.15 0.26
Nilai Eksporb 2009 10.37 3.34 1.63 0.72 0.53 0.81 0.33 0.39 0.42 0.23 0.20
2010 13.47 4.34 1.87 1.21 0.63 1.01 0.41 0.57 0.52 0.27 0.30
2011 17.26 5.26 2.11 1.60 0.89 0.87 0.84 0.78 0.56 0.35 0.34
Trend 2007-2009 18.01 19.90 19.56 55.20 24.24 9.32 26.42 15.69 37.88 44.95 12.44
Pangsa 2011c 100 30.4 12.27 9.29 5.13 5.05 4.87 4.53 3.24 2.05 1.96
Sumber: ITC (2012); bmilyar US$; cpersen
Beberapa faktor yang menjadikan kelapa sawit sebagai salah satu komoditas unggulan perkebunan yaitu pertama, karena produk turunannya yang luas. Produk-produk olahan yang dapat dihasilkan dari kelapa sawit diantaranya minyak goreng, detergen, kosmetik, sabun, lilin, dan lain-lain. Banyaknya jenis produk yang dapat dihasilkan dari komoditi kelapa sawit menunjukkan bahwa pasar untuk produk sawit masih terbuka dan memiliki prospek yang cukup baik. Produk turunan kelapa sawit secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1.Faktor kedua yaitu, kebutuhan minyak nabati yang tiap tahunnya meningkat. Pada tahun 1970-2010, jumlah konsumsi CPO di dunia rata-rata meningkat sebesar 2.5 Metricton setiap tahunnya (UNCTAD 2012). Tren tersebut diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan industri pangan (minyak goreng, margarin, dan lain-lain), biofuel, dan lain-lain. Konsumsi minyak nabati tertinggi adalah minyak kelapa sawit dengan pangsa 22.5 persen pada tahun 2007-2012 (Oil World 2013). Jumlah konsumsi tersebut mengalahkan konsumsi 1
Administrator. 2012. 18 Keunggulan Komoditas Indonesia di Dunia. http://duniaindustri.com/berita-industri-indonesia/828-18-keunggulan-komoditas-indonesia-didunia.html[30 Juni 2012]
3
minyak nabati lainnya yaitu minyak kedelai, minyak rape seed, dan minyak bunga matahari. Ketiga, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki long production life-cycle (25 sampai 30 tahun) sehingga jangka waktu yang diperlukan untuk melakukan peremajaan tanaman kembali bisa cukup lama. Biaya yang diperlukan untuk peremajaan kembalipun termasuk dalam low cost production dibandingkan tanaman perkebunan lainnya. Faktor-faktor tersebut menunjukkan bahwa prospek pengembangan bisnis kelapa sawit cukup menjanjikan. Program dan proyek pengembangan kelapa sawit di Indonesia sendiri telah dilakukan di beberapa daerah terutama di tujuh provinsi yaitu Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Jambi, Kalimantan Barat, dan Sumatera Barat karena kondisi geografis daerah tersebut memang sangat cocok untuk pengembangan kelapa sawit. Bila dilihat dari luas areal kelapa sawit berdasarkan status pengusahaan rata-rata tahun 1998 sampai 2009 sebanyak 52.23 persen diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS), 36.70 persen diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR) dan 11.07 persen diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN) (Departemen Pertanian 2010). Kelapa sawit sebagai penghasil Crude Palm Oil (CPO) adalah salah satu komoditas perkebunan dengan jumlah produksi yang tinggi dikarenakan kebutuhan produk turunannya tiap tahun terus meningkat dan produktivitas tanaman tersebut memang tinggi jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Peningkatan jumlah penduduk dan industri di Indonesia juga dapat mempengaruhi permintaan minyak kelapa sawit sehingga para pengusaha kelapa sawit terus berupaya dalam meningkatkan jumlah produksi baik dengan peningkatan kualitas, maupun pembukaan lahan perkebunan yang baru. Peningkatan jumlah produksi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1. 25,000,000
Produksi (ton)
20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2009); *angka sementara.; **angka sangat sementara
Gambar 1 Jumlah produksi crude palm oil di Indonesia tahun 2000-2010 Usaha perkebunan kelapa sawit dapat dipisahkan menjadi usaha budidaya tanaman perkebunan yang terdiri dari usaha pembibitan tanaman dan usaha pembesaran tanaman kelapa sawit untuk memproduksi tandan buah segar, serta
4
usaha industri pengolahan hasil perkebunan. Industri budidaya merupakan hal penting dari perkembangan produk turunan kelapa sawit dengan menyediakan pasokan kelapa sawit untuk diolah pada industri hilir kelapa sawit yang semakin berkembang dan meningkat permintaannya. Industri budidaya pembesaran kelapa sawit untuk memproduksi tandan buah segar juga merupakan industri kelapa sawit yang paling berkembang di Indonesia karena adanya potensi lahan yang memadai serta keadaan geografis yang mendukung tumbuhnya tanaman kelapa sawit. Hanya sekitar 2 persen dari bagian bumi yang keadaan geografisnya cocok untuk ditanami tanaman kelapa sawit, salah satunya adalah di Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa dan beriklim tropis. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan perluasan areal perkebunan kelapa sawit setiap tahunnya (Gambar 2). 9,000,000 8,000,000 Luas Areal (hektar)
7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 0
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2009).; *angka sementara.; **angka sangat sementara
Gambar 2 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2000-2010 Sentra produksi utama kelapa sawit Indonesia (dalam wujud minyak sawit) pada tahun 2011 terdapat di lima provinsi, yaitu Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Jambi. Riau merupakan sentra perkebunan kelapa sawit urutan pertama terbesar dengan kontribusi produksi sebesar 28.96 persen, Sumatera Utara menempati urutan kedua sentra kelapa sawit dengan kontribusi sebesar 14.13 persen, ketiga adalah Kalimantan Tengah dengan kontribusi sebesar 10.29 persen, Sumatera Selatan dengan kontribusi sebesar 10.15 persen, Jambi dengan kontribusi sebesar 6.87 persen, dan 29.61 persen adalah kontribusi dari provinsi-provinsi lainnya (Departemen Pertanian 2012). Berdasarkan data statistik dari Dinas Perkebunan Provinsi Riau, luas perkebunan kelapa sawit di Riau yang paling luas adalah lahan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kampar. Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riau menurut Kabupaten atau Kota dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
5
Tabel 2 Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riaua Tahunb Kabupaten/ No Kota 2005 2006 2007 2008 1 Pekanbaru 4 007 7 353 2 Kampar 268 037 279 757 291 476 311 137 3 Rokan Hulu 227 029 253 790 275 609 262 674 4 Rokan Hilir 146 237 148 758 148 879 166 311 5 Dumai 19 083 21 933 24 930 27 954 6 Siak 166 348 166 418 183 598 184 219 7 Bengkalis 120 503 127 078 127 259 147 644 8 Pelalawan 181 735 173 699 177 906 182 926 9 Kuantan 109 883 111 793 121 854 116 527 Singingi 10 Indragiri 106 607 107 214 114 582 118 077 Hulu 11 Indragiri 79 353 139 702 142 282 148 730 Hilir 1,424,814 1,530,141 1,612,382 1,673,551 Jumlah a
2009 7 464 316 282 379 969 206 173 31 022 186 819 162 415 183 400 122 731
2010 8 080 353 792 422 743 237 745 32 935 232 857 177 130 184 110 121 709
118 538 118 538 210 529 213 537 1,925,342
2,103,176
b
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau (2012); hektar
Jumlah luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riau pada tahun 2010 mencapai 2 103 176 hektar. Luas lahan tersebut meningkat menjadi 2 256 538 hektar pada tahun 2011 (BPS 2012) dengan produksi tandan buah segar sebesar 36 809 252 ton. Namun, angka produksi tandan buah segar yang cukup besar tersebut belum mampu memenuhi kapasitas pabrik kelapa sawit yang mengolah tandan buah segar di Riau. Hal tersebut menyebabkan adanya idle capacity dalam pabrik tersebut. Data Dinas Perkebunan Provinsi Riau tahun 2011 menunjukkan sebanyak 146 pabrik kelapa sawit di Riau masih membutuhkan bahan baku berupa tandan buah segar. Tabel 3 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 a
Produksi tandan buah segar dan kapasitas pabrik kelapa sawit di Riaua Kabupaten/Kota Produksib Kapasitas Pabrikc Kampar 7 680 797 10 402 500 Rokan Hulu 6 150 819 7 183 200 Pelalawan 3 737 648 5 219 500 Indragiri Hulu 2 185 196 2 080 500 Kuantan Singingi 2 392 285 3 285 000 Bengkalis 2 303 132 2 555 000 Rokan Hilir 4 639 402 6 679 500 Dumai 406 727 438 000 Siak 4 035 206 5 000 500 Indragiri Hilir 3 097 067 2 810 500 Pekanbaru 180 973 Kepulauan Meranti Total 36 809 252 45 654 200
Sumber: Dinas Perkebunan Riau 2012; bton per tahun; cton per tahun
6
Upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik kelapa sawit tersebut adalah meningkatkan pemeliharaan terhadap kebunkebun yang tidak atau belum produktif menjadi produktif, baik melalui rehabilitasi maupun peremajaan (replanting). Sedangkan upaya perluasan melalui pembukaan kebun baru hendaknya memperhatikan kemampuan pabrik kelapa sawit yang ada sehingga produksi tandan buah segar yang dihasilkan nantinya tidak mengalami kelebihan produksi. Untuk keperluan tersebut, peran Pemerintah Daerah sangatlah diperlukan dengan melakukan perencanaan pengembangan perkebunan dan pertanian secara umum (termasuk tanaman pangan) bekerjasama dengan dinas, lembaga, perbankan, dan asosiasi terkait. Rumusan Masalah Usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini telah berkembang sangat pesat baik dalam hal produksi, teknologi, ataupun manajemen. Salah satu sentra usaha perkebunan kelapa sawit yang sudah berkembang terletak di Provinsi Riau. Riau merupakan daerah yang potensial untuk tanaman perkebunan terutama tanaman kelapa sawit. Selain perkebunan, di Riau juga banyak terdapat Pabrik Kelapa Sawit yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) yaitu buah yang dihasilkan oleh pohon kelapa sawit, dan selanjutnya dapat diolah menjadi produk turunannya yang biasanya berupa minyak mentah yaitu CPO dan PKO. Sampai tahun 2011, terdapat 146 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang beroperasi di Riau. Kapasitas mengolah dari 146 pabrik tersebut adalah 6 254 ton per jam (Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2011). Rata-rata, PKS mampu beroperasi 20 jam perhari yang artinya, dalam sehari PKS di Riau dapat mengolah sebanyak 125 080 ton dan dalam setahun mampu mengolah sebanyak 45 654 200 ton. Namun, kapasitas tersebut tidak dapat dipenuhi oleh produksi TBS di Riau. Produksi TBS tahun 2011 di Riau hanya 36 809 252 ton sehingga kapasitas mengolah yang tidak terpakai selama setahun adalah sebanyak 8 844 948 ton. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku TBS untuk diolah, maka Provinsi Riau memerlukan TBS yang sudah siap untuk diolah. TBS tersebut bisa didapatkan dari perkebunan yang sudah ditanami pohon kelapa sawit lebih dari empat tahun karena pohon kelapa sawit dikatakan Tanaman Menghasilkan (TM) jika sudah berumur 4 tahun. TBS yang diperlukan untuk memenuhi kapasitas diutamakan dari perkebunan di Riau karena pertama, sifat TBS yang perishable sehingga TBS sebaiknya diolah dalam waktu delapan jam setelah panen. Kedua, perusahaan dapat menekan biaya pengangkutan TBS karena biasanya pengangkutan menjadi tanggung jawab pihak perkebunan. PT. Terang Inti Seraya (PT. TIS) merupakan salah satu perusahaan yang memiliki perkebunan kelapa sawit di Riau dan melihat peluang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan oleh PKS. Produk yang dijual PT. TIS adalah buah kelapa sawit yang masih berbentuk TBS dan dijual kepada pabrik di sekitar perkebunan. Perusahaan tersebut baru beroperasi selama satu tahun, yaitu pada April 2012 dengan membeli lahan yang telah ditanami pohon kelapa sawit sebelumnya. Terdapat tiga lahan perkebunan yang dimiliki oleh PT. TIS, masingmasing terletak di Desa Buluh Nipis, Kecamatan Ujung Batu Rokan, dan Kecamatan Tenayan dengan tahun tanam yang berbeda-beda. Perkebunan di Desa Buluh Nipis memiliki luas lahan 181.64 hektar dan tahun tanam 2001, Kecamatan
7
Ujung Batu Rokan dengan luas lahan 123.75 hektar dan tahun tanam 1998, dan Kecamatan Tenayan dengan luas lahan 114.13 hektar dan tahun tanam 2008. Total luas lahan yang dimiliki PT. TIS adalah 419.52 hektar. Meskipun perusahaan tersebut baru beroperasi selama satu tahun, tetapi sudah dapat menghasilkan TBS siap olah karena lahan-lahan tersebut memiliki tahun tanam lebih dari empat tahun. Umur usaha yang masih muda membuat usaha ini menarik untuk dilakukan studi kelayakan usaha agar mengetahui bagaimana prospek usaha ke depan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yang berkaitan dengan kelayakan usaha kelapa sawit di PT. Terang Inti Seraya sebagai berikut: 1. Bagaimana kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial lingkungan? 2. Bagaimana kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya dilihat dari aspek finansial? 3. Berapa besar perubahan yang dapat ditolerir oleh PT. Terang Inti Seraya jika terjadi penurunan harga TBS atau kenaikan biaya variabel agar tetap layak secara finansial? Tujuan Penelitian 1.
2. 3.
Penelitian ini bertujuan untuk: Menganalisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial lingkungan. Menganalisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya dilihat dari aspek finansial. Mengetahui besar perubahan yang dapat ditolerir oleh PT. Terang Inti Seraya jika terjadi harga TBS atau kenaikan biaya variabel agar tetap layak secara finansial. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau acuan dalam melakukan pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit kepada pemilik perusahaan yang menjadi objek penelitian serta dapat menjadi rekomendasi dalam hal kelayakan dan keberlanjutan usaha. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi calon investor atau pihak yang ingin menanamkan modal sebagai bahan pertimbangan. Selain itu, peneliti juga mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lainnya serta bagi pemerintah mengenai gambaran usaha perkebunan kelapa sawit, khususnya di daerah Riau.
8
TINJAUAN PUSTAKA Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran dimulai pada tahun 1910. Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi terus merosot. Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruhmiliter) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaysia. Semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif. Secara garis besar ada tiga bentuk utama usaha perkebunan, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara. Bentuk lain yang relatif baru, yaitu bentuk perusahaan inti rakyat (PIR). Pola PIRBun adalah pola yang pertama kali diterapkan dalam sejarah persawitan di Indonesia. Pelaksanaan pola ini didasarkan pada kebijakan pemerintah lewat INPRES nomor 1 tahun 1986. Dalam pelaksanaannya masyarakat (petani pribumi) dikategorikan sebagai plasma, sementara perusahaan sebagai inti. Masyarakat atau kaum tani sebagai plasma akan menapatkan bagian masingmasing kepala keluarga sebanyak 1 kapling atau 2 hektar, sementara sisanya akan dikuasai oleh perusahaan sebagai inti. Pola pelaksanaan KKPA didasarkan atas keputusan bersama menteri pertanian dan koprasi dan pembinaan pengusaha kecil no 73/Kpts/Kb.510/2/1998 dan No 01/SKB .M/11/98. Pola ini sesungguhnya adalah kelanjutan dari pola PIR. Jika dalam pola PIR-Bun petani plasma akan mengelola sendiri atau mengerjakan sendiri proses produksi pertaniannya, sehingga petani plasma dapat melihat sejauh mana hasil produksi pertanianya dan berapa uang yang harus diterima setiap kali musim panennya. Hal ini menjadi berbeda dengan pola KKPA. Petani plasma tidak secara langsung lagi mengelola lahan plasmanya. Pola PSM atau pola bagi hasil atau kemitraan adalah perkembangan lebih lanjut dari Pola KKPA. Pola ini didasarkan pada peraturan menteri pertanian tahun 2009. Artinya sejak tahun 2009 seluruh pembangunan perkebunan akan menggunakan pola satu manajemen. Pelaksanaan pola ini sudah tidak lagi mengenal inti dan plasma. Pada lahan tanaman kelapa sawit, terdapat klasifikasi kelas kesesuaian lahan (tabel 3) yang terbagi menjadi S1, kesesuaian tinggi atau baik (highly suitable); S2, kesesuaian sedang (moderately suitable); S3, kesesuaian terbatas atau kurang baik (marginally suitable); dan N, tidak sesuai atau tidak baik (not suitable).
9
Tabel 3 Klasifikasi kelas kesesuaian lahan kelapa sawita Kriteria Lahan Iklim dan Sifat Fisik Baik Sedang Kurang Baik Tanah (kelas I) (kelas II) (kelas III) Tinggi 25-200 200-300 300-400 (mdpl) DatarTopografi bergelombang berbukit berombak Lereng (%) 0-15 16-25 25-36 Solum >80 80 60-80 (cm) Dalam Air >80 60-80 50-60 (cm) Tekstur lempung+liat lempung+pasir pasir+lempung+liat Organik 5-10 5-10 5-10 (cm)
a
Tidak Baik (kelas IV) <25;>400 Curam >36 <60 40-50 Pasir <5
Batuan
dalam
dalam
dalam
Erosi Drainase Banjir Pasang Surut
tidak ada baik tidak ada
tidak ada baik tidak ada
tidak ada agak baik tidak ada
Menghambat pertumbuhan akar Sedikit agak baik Sedikit
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Sedikit
Sumber: Bahan Kuliah Budidaya Kelapa Sawit oleh Sudirman Yahya Suwarto (2011)
Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) termasuk golongan tumbuhan palma yang berasal dari Afrika yang kemudian menyebar ke benua Amerika dan Asia melalui perdagangan maupun kolonialisasi. Tanaman ini menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Aceh dan Deli. Produktivitas perkebunan kelapa sawit dipengaruhi oleh kelas lahan, tanaman, umur dan jenis bibit yang digunakan. Lubis (1992) membedakan kelas lahan pengembangan kelapa sawit ke dalam empat kelas dengan produktivitas rata-rata untuk kelas I, II, III dan IV pada umur 4 – 25 tahun berturut-turut sebesar 25.10 ton TBS per hektar per tahun; 22.95 ton TBS per hektar per tahun; 20.86 ton TBS per hektar per tahun; dan 17.71 ton TBS per hektar per tahun. Untuk semua kelas lahan, produktivitasnya akan meningkat pada umur 15-21 tahun, dan memasuki masa tua pada umur 22 tahun. Berdasarkan data tersebut maka tanaman kelapa sawit digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu (Lubis 1992): 1. Tanaman belum menghasilkan (TBM) yaitu tanaman berumur 1-3 tahun. 2. Tanaman menghasilkan (TM) yaitu tanaman berumur 4 – 25 tahun: a. Tanaman remaja menghasilkan (TRM) berumur 4 – 8 tahun. b. Tanaman dewasa menghasilkan I (TDM I) berumur 9 – 14 tahun. c. Tanaman dewasa menghasilkan II (TDM II) berumur 15 – 21 tahun. d. Tanaman tua menghasilkan (TTM) berumur 20 – 25 tahun.
10
Tandan Buah Segar Buah kelapa sawit atau Tandan Buah Segar berbentuk seperti telor yang berbeda panjangnya antara 2-5 cm dan beberapa beratnya antara 3-30 gram. Masing-masing buah secara normal terdiri dari satu inti tunggal (kernel) yang dikelilingi oleh pericarp. Pericarp itu terdiri tiga lapisan yakni endocarp keras, mesocarp yang berbentuk serabut yang mengandung minyak dan kulit luar yang tipis dan kilat yang dinamakan exocarp. Pohon kelapa sawit senantiasa menghasilkan tandan buah yang mengandung salah satu dari tiga jenis buah yang berbeda yang dengan mudah dapat dikenal dari bentuknya yang berbeda. Bentuk ini dikenal masing-masing sebagai dura, tenera dan pisifera. Biji dari buah bentuk dura memiliki kulit/ cangkang yang relatif tebal (antara 2-8 mm). Biji dari buah berbentuk tenera umumnya memiliki cangkang yang tipis dari dura. Ketebalan cangkang berkisar 0.5-4 mm.Buah berbentuk pisifera tidak memiliki inti (kernel) atau cangkang. Buah ini sepenuhnya dari material mesocarp berdaging yang mengandung minyak. Buah individu pada setiap tandan (apapun jenisnya) tidak ada yang persis sama bentuknya. Buah bagian dalam adalah lebih rata, lebih kecil dan kurang pigment-nya jika dibandingkan dengan buah bagian luar. Biasanya terdapat sebagian buah parthenocarpic yakni buah yang tumbuh seperti kurang dipupuk. Buah ini biasanya selain rendemen minyak kurang, tidak mengandung endosperm dan embrio dan bagian pusat dari buah biasanya padu. Bentuk susunan, dan komposisi tandan sangat ditentukan oleh jenis tanaman dan kesempurnaan penyerbukan. Buah sawit yang berukuran 12-18 gram per butir, dapat dipanen setelah berumur enam bulan terhitung sejak penyerbukan (Mangoensoekarjo 2003). Perkembangan Industri Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Kelapa sawit sebagai penghasil minyak sawit dan inti sawit telah menjadi salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjanjikan. Pemerintah juga memberikan perhatian lebih untuk tanaman perkebunan ini mengingat pendapatan dari sektor devisa non migas sangat besar dan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil CPO terbesar di dunia. Upaya perluasan areal pengembangan industri kelapa sawit terus dilakukan. Terlihat dari data telah terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 2 350 000 juta hektar, yaitu dari 606 780 hektar pada tahun 1986 menjadi hampir 3 000 000 hektar pada tahun 1999. Berkembangnya sub-sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dan dalam pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta. Seiring dengan semakin meluasnya lahan perkebunan kelapa sawit, maka CPO yang dihasilkan berbanding lurus. Berdasarkan data total produksi minyak sawit Indonesia meningkat tajam, yaitu dari 1 710 000 ton pada tahun 1988 menjadi 5 380 000 ton pada tahun 1997. Pada tahun 1998, sehubungan dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, produksi minyak sawit turun menjadi 5
11
000 000 ton, namun demikian, pada tahun 1999 produksinya kembali meningkat menjadi 5 660 000 ton. Wakil menteri Perdagangan RI, M. Siregar (2010), mengatakan selama Januari sampai Agustus 2010 nilai ekspor sawit Indonesia mencapai US$6.7 miliar atau naik dari periode yang sama tahun lalu yang hanya US$5.6 miliar dengan volume ekspor 4 000 000 ton CPO. Sementara pertumbuhan sub-sektor industri perkebunan kelapa sawit telah menghasilkan manfaat ekonomi yang penting, pengembangan areal perkebunan kelapa sawit ternyata menyebabkan meningkatnya ancaman terhadap keberadaan hutan alam tropis Indonesia. Para investor lebih suka untuk membangun perkebunan kelapa sawit pada kawasan hutan konversi karena mereka mendapatkan keuntungan besar berupa kayu IPK (Izin Pemanfaatan Kayu) dari areal hutan alam yang dikonversi menjadi areal perkebunan kelapa sawit. Kayu IPK sangat dibutuhkan oleh industri perkayuan di Indonesia, terutama industri pulp dan kertas, khususnya setelah produksi kayu bulat yang berasal dari hutan alam produksi, yaitu produksi kayu bulat berdasarkan Rencana Karya Tahunan (RKT) HPH, semakin berkurang dari tahun ke tahun. Menurut data dari Direktorat Jenderal Inventarisasi dan Tataguna Hutan (1998), luas kawasan hutan yang dikonversi untuk tujuan pembangunan perkebunan tahap persetujuan pelepasan seluas 8 204 524 hektar, dan yang sudah mendapat SK Pelepasan seluas 4 012 946 hektar meliputi kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas 166 532 hektar, Hutan Produksi Tetap seluas 455 009 hektar, Hutan Produksi Konversi seluas 3 262 715 hektar dan Areal Penggunaan Lahan seluas 129 449 hektar. Kawasan hutan yang telah mendapat SK pelepasan, status kawasannya berubah dari kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan. Menurut mantan Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Nasution (2000), realisasi pembangunan perkebunan kelapa sawit sejauh ini hanya 16.1 persen dari total areal hutan konversi yang sudah mendapatkan SK pelepasannya. Penelitian Terdahulu Hasil dari pengkajian terhadap penelitian tentang kelapa sawit terdahulu dapat diketahui alat analisis yang digunakan serupa, yaitu analisis kelayakan non finansial (aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan), analisis kelayakan finansial (kriteria investasi: NPV, IRR, Net B/C ratio, Payback Period) dan analisis switching value. Mukti (2009), dan Demiyati (2012) menggunakan analisis switching value untuk mengukur perubahan biaya variabel, harga, maupun kapasitas produksi maksimal yang bisa ditolerir objek penelitian. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramdan (2011) dan Budiasa (2000), penelitian menggunakan analisis sensitivitas untuk mengukur kepekaan biaya. Pada analisis kelayakan non finansial sering tidak ditemukan masalah sehingga dianggap layak secara non finansial. Analisis kelayakan juga dapat dilakukan pada pabrik pengolah seperti penelitian yang dilakukan Mukti (2009), yaitu analisis terhadap investasi pengadaan pabrik kelapa sawit (PKS) di Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam dengan menggunakan dua skenario (dana sendiri atau pinjaman). Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah peningkatan biaya produksi dan penurunan kapasitas produksi. Hasil penelitian menunjukkan skenario 1 (dana
12
sendiri) menghasilkan kriteria investasi yang lebih baik. Berdasarkan hasil uji kelayakan, pembangunan PKS kapasitas 30 ton TBS per jam layak untuk dilaksanakan. Secara finansial berdasarkan asumsi yang digunakan, skenario I (dana sendiri) dengan discount factor 7 persen, kegiatan investasi PKS kapasitas 30 ton TBS per jam layak untuk dilaksanakan ditinjau dari semua kriteria investasi yang digunakan. Nilai NPV sebesar Rp 106 698 657 000; IRR sebesar 22.34 persen; Net B/C sebesar 2.30; dan Payback Period selama 3 tahun 8 bulan. Skenario II (pinjaman) dengan discount factor 15 persen, kegiatan investasi pabrik kelapa sawit tidak layak dilaksanakan. Nilai NPV yang diperoleh sebesar (Rp 30 727 367 000); IRR sebesar 9.03; Net B/C sebesar 0.63; dan Payback Period selama 6 tahun 4 bulan. Hasil analisis sensitivitas PKS kapasitas 30 ton TBS per jam, pada indikator kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen dan penurunan kapasitas produksi 10 persen pada skenario I masih layak untuk dilaksanakan sementara pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan. Berbeda dengan usaha pengolahan, Demiyati (2012) melakukan penelitian kelayakan investasi dengan sistem bagi hasil pada perkebunan rakyat di Desa Budi Asih, Sumatera Selatan. Penelitian ini menggunakan analisis finansial dengan dua sudut pandang berbeda yaitu, dari sudut pandang investor dan pemilik lahan. Berdasarkan analisis kelayakan finansial pada analisis kriteria investasi, investor memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan bagi pemilik lahan. Kriteria investasi bagi pemilik lahan dihasilkan NPV>0 sebesar Rp 983.132.527,25; Net B/C>1 sebesar 2,15; IRR>DR sebesar 13,74 persen; dan payback period<25 tahun selama 13,038 sehingga layak untuk dilaksanakan. Kriteria investasi investor dihasilkan NPV>0 sebesar Rp 1.425.349.441,46; Net B/C>1 sebesar 3,70; IRR>DR sebesar 21,13 persen; dan payback period<25 tahun selama 9,133 sehingga layak untuk dilaksanakan. Analisis nilai pengganti bagi pemilik lahan dan investor dihasilkan penurunan perkiraan produktivitas dan harga jual TBS lebih sensitif dibandingkan peningkatan biaya variabel maksimal. Penurunan perkiraan produktivitas dan harga jual TBS maksimal bagi pemilik lahan adalah 26,92 persen dan peningkatan biaya variabel maksimal adalah 50,76 persen. Penurunan perkiraan produktivitas dan harga jual TBS maksimal bagi investor adalah 38,31 persen dan peningkatan biaya variabel maksimal adalah 80,83 persen. Penelitian yang dilakukan Ramdan (2011), yaitu analisis pengembangan usaha CPO di PT Tapian Nadenggan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara, dilakukan dengan dua skenario. Pada tingkat diskonto 8 persen, dihasilkan kriteria investasi yang lebih baik pada skenario 2, yaitu dengan peremajaan kelapa sawit seluas 9500 ha dan perluasan lahan 5500 ha tanpa pembangunan usaha CPO berupa pengadaan PKS berkapasitas 60 ton TBS perjam. Pada penelitian ini, dilakukan analisis sensitivitas terhadap peningkatan biaya dan penurunan kapasitas produksi sebesar 10 persen yang menunjukkan usaha masih layak dilaksanakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Budiasa (2000) mengenai Studi Kelayakan Proyek Perkebunan Kelapa Sawit PT. Henrison Inti Persada, Papua, menunjukkan rencana pembangunan proyek perkebunan kelapa sawit model PIRBun di Propinsi Papua yang diprakarsai oleh PT. Henrison Inti Persada merupakan rencana investasi yang layak terutama didasarkan atas analisis finansial, di samping didukung pula oleh aspek pemasaran, teknis, manajemen
13
operasional, dan aspek ekonomis (sosial). Analisis rasio keuangan menunjukkan, bahwa ternyata proyek ini cukup profitable, liquid, solvent, dan efficient; dan rencana proyek perkebunan kelapa sawit di Propinsi Papua ini menunjukan kepekaan (sensitivity) yang tinggi (terutama pada kebun inti) bila dilihat dari nilai IRR sama dengan 18.07 persen yang hanya sedikit lebih besar terhadap social discount rate 18 persen. Tetapi, pada kebun plasma proyek ini tidak begitu sensitif, karena IRR yang besarnya 22.37 persen jauh lebih besar daripada social discount rate yang disarankan sebesar 14 persen.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Nurmalina et al 2010). Studi kelayakan bisnis dapat menjadi tolok ukur yang sangat berguna sebagai dasar penilaian keberhasilan suatu rencana bisnis atau usaha. Penilaian dalam studi kelayakan bisnis dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek. Studi kelayakan bisnis dilaksanakan dengan beberapa tujuan, yaitu: (1) menghindari risiko kerugian; (2) memudahkan perencanaan; (3) memudahkan pelaksanaan pekerjaan; (4) Memudahkan pengawasan dan pengendalian usaha. Aspek-aspek Analisis Kelayakan Menganalisis dan merencanakan suatu proyek harus mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang dapat diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Masing-masing aspek saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan yang lainnya. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) aspek-aspek tersebut terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, serta aspek finansial. Pada penelitian ini aspek yang dipertimbangkan dan dianalisis yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum dan manajemen, aspek sosial dan lingkungan, dan aspek keuangan/finansial. 1.
Aspek Non Finansial a. Aspek Pasar Pasar menurut Stanton dalam Umar (Studi Kelayakan Bisnis) adalah merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Aspek pasar merupakan aspek yang memiliki prioritas utama dari suatu studi kelayakan proyek, hal ini dikarenakan banyak proyek yang mengalami kegagalan karena tidak tersedianya pasar yang potensial untuk memasarkan produknya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aspek pasar antara lain bagaimana potensial pasar dari produk tersebut dan rencana pemasaran yang digunakan. Aspek pasar sendiri
14
b.
c.
d.
menurut Jumingan (2009) menyatakan bahwa suatu usaha dapat dikatakan layak, apabila produknya terjual karena memiliki permintaan. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono 1997). Aspek teknis berkaitan dengan pemilihan lokasi usaha, fasilitas pendukung serta teknologi yang digunakan untuk produksi, dan proses produksi. Aspek Hukum dan Manajemen Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek hukum yaitu bentuk badan usaha yang akan digunakan, izin usaha dari pemerintah setempat, tersedianya kelengkapan surat-surat seperti sertifikat tanah, dan jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam modal. Kemudian terdapat juga peraturan pemerintah baik pusat ataupun daerah yang membatasi ruang gerak perusahaan. Aspek manajemen yang perlu diperhatikan adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Suwarsono 2000). Kelayakan dapat dilihat dari bentuk badan usaha yang legal agar status hukum jelas serta apakah jenis pekerjaan yang dibutuhkan terpenuhi oleh tenaga kerja. Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis sosial berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan dan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial (Gittinger 1986). Sejauh mana proyek dapat memberi manfaat secara implisit dan eksplisit terhadap pendistribusian pendapatan serta penciptaan lapangan pekerjaan. Selain itu analisis juga perlu mempertimbangkan pengaruh negatif dari pelaksanaan proyek terhadap dampak sosial seperti kehilangan pekerjaan akibat adopsi teknologi atau penerapan alat-alat mekanis yang mengurangi keterlibatan tenaga kerja manusia. Kualitas hidup masyarakat haruslah merupakan bagian dari rancangan proyek. Analisis proyek juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan yang merugikan dari proyek yang direncanakan. Pembangunan proyek mungkin saja akan merusak sumber-sumber air bersih dari limbah yang dihasilkan oleh proyek. Lokasi pelaksanaan proyek harus dipilih dan ditinjau secara langsung untuk menghindari rusaknya kelestarian lingkungan. Analisis kelayakan sosial dan lingkungan dapat dilihat dari bagaimana respon perusahaan terhadap lingkungan sekitar baik lingkungan alam maupun masyarakat sekitar. Perusahaan harus memberikan dampak positif dan tidak merugikan lingkungan sampai batas yang dapat ditolerir masing-masing daerah.
15
2.
Aspek Finansial Aspek finansial dalam analisis kelayakan usaha memiliki tujuan utama untuk menilai kondisi finansial (keuangan) perusahaan secara keseluruhan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), penilaian terhadap aspek keuangan meliputi sumber dana yang diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan biaya investasi yang dibutuhkan selama umur bisnis, proyeksi aliran kas (cashflow) dan laporan laba/rugi, serta kriteria penilaian investasi Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk (cash in) dan jenis-jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar 2010). Komponen yang terdapat di dalam arus kas antara lain arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow), dan manfaat bersih (net benefit). Arus penerimaan terdiri dari nilai produksi, pinjaman, hadiah atau hibah, dan nilai sisa. Arus pengeluaran terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, pinjaman dan bunga pinjaman, serta pembayaran pajak. Manfaat bersih merupakan hasil pengurangan antara arus penerimaan dengan arus pengeluaran. Laporan laba/rugi menggambarkan tentang total penerimaan dari penjualan dan pengeluaran serta kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan pada masing-masing tahun produksi. Laporan laba/rugi juga menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu dan untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cashflow. Komponen yang terdapat pada laporan laba/rugi meliputi pendapatan dari penjualan produk barang atau jasa, beban produksi (biaya operasional), beban administrasi dan pemasaran (biaya untuk kegiatan pemasaran dan biaya administrasi), dan beban keuangan seperti bunga dari modal pinjaman. Komponen biaya investasi tidak dimasukkan dalam laporan laba/rugi, biaya yang terkait dengan investasi yang dimasukkan hanya biaya penyusutan barang-barang investasi yang ada (Nurmalina et al 2010). a.
Kriteria Penilaian Investasi
Kriteria penilaian investasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi dalam suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan dilihat pada aspek finansialnya. Kriteria penilaian investasi mempertimbangkan time value of money atau pengaruh waktu terhadap nilai uang dan dalam penghitungannya digunakan discount factor agar dapat menghitung jumlah uang pada masa sekarang bila diketahui sejumlah uang pada masa yang akan datang (Nurmalina et al 2010). Dalam analisis ini kriteria investasi yang digunakan adalah net present value (NPV), internal rate return (IRR), serta Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), dan payback period. i. Net Present Value (NPV) Menurut Nurmalina et al (2010), suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya
16
ii.
iii.
iv.
yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang rupiah (Nurmalina et al 2010). Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net B/C Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak apabila Net B/C lebih besar dari satu, dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al 2010). Internal Rate of Return (IRR) Menurut Nurmalina et al (2010), kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal Rate of Return (IRR). IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Suatu bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR). Pada umumnya dalam menghitung tingkat IRR dilakukan dengan mengunakan metoda interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al 2010). Payback Period (PP) Payback period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono 2000). Kelemahan dari metode ini adalah diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan cash flow setelah payback period. Metode ini hanya metode pelengkap penilaian investasi (Nurmalina et al 2009).
b. Nilai Pengganti (Switching Value) Metode ini digunakan untuk mencoba mengukur berapa besar perubahan yang masih dapat ditoleransi jika terdapat perubahan persentase perkiraan nilai produksi (produktivitas dan harga), serta salah satu biaya variabel yang bisa ditoleransi terhadap kelayakan finansial pada objek penelitian ini agar tetap layak (Nurmalina et al 2009). Perhitungan ini mengacu pada seberapa besar perubahan yang terjadi sampai nilai NPV mendekati nol.
17
Kerangka Pemikiran Operasional Kebutuhan TBS yang menjadi bahan baku untuk produk turunan kelapa sawit di Riau masih belum terpenuhi. Riau memiliki 146 Pabrik Kelapa Sawit yang rata-rata beroperasi selama 20 jam perharinya (Syahza 2012). Produksi TBS di Riau pada tahun 2011 adalah 36 809 252 ton sedangkan 146 PKS di riau memiliki kapasitas sebanyak 45 654 200 ton tiap tahunnya (Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2011). Berarti, PKS masih mampu mengolah 8 844 948 ton setiap tahunnya. Hal ini menjadi potensi bagi perkebunan kelapa sawit untuk menyuplai bahan baku bagi PKS di Riau. Bahan baku untuk diolah oleh PKS di Riau diutamakan berasal dari perkebunan di Riau sebab pertama, sifat TBS yang perishable sehingga TBS sebaiknya diolah dalam waktu delapan jam setelah panen. Menurut Syahza (2012), apabila TBS diolah lebih dari delapan jam, maka akan mengurangi kualitas hasil olahan tersebut. Kedua, perusahaan dapat menekan biaya pengangkutan TBS karena biasanya pengangkutan menjadi tanggung jawab pihak perkebunan. Apabila produk dijual keluar daerah Riau, tentunya akan menambah biaya pengangkutan. Tahun 2012, PT. TIS melihat peluang tersebut dan membuka usaha yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang sudah siap panen dan memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 419.52 hektar dengan modal sendiri sebesar Rp 25 777 900 000 dan pinjaman bank dari Bank Rakyat Indonesia Syariah sebesar Rp 15 000 000 000 dengan jangka waktu pengembalian delapan tahun dan bunga sebesar 11 persen. Usaha tersebut memerlukan biaya investasi dan operasional yang cukup besar. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan agar mengetahui apakah usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS layak untuk dilanjutkan atau perlu dilakukan perbaikan. Analisis kelayakan yang dilakukan meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan lingkungan, dan aspek finansial. Pada aspek finansial, dilakukan penilaian terhadap kriteria investasi yaitu NPV, Net B/C ratio, IRR, dan Payback Period. Analisis kelayakan pada aspek finansial dilanjutkan dengan analisis nilai pengganti (switching value). Hasil dari analisis ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi PT. TIS untuk melanjutkan atau melakukan perbaikan jika ada aspek yang tidak layak. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
18
Kebutuhan bahan baku produk turunan kelapa sawit berupa Tandan Buah Segar pada pabrik kelapa sawit di Riau masih belum terpenuhi
PT. TIS merupakan perusahaan yang menyediakan suplai bahan baku bagi pabrik kelapa sawit di Riau
Investasi yang telah dilakukan oleh PT. Terang Inti Seraya
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Non Finansial
aspek pasar aspek teknis aspek manajemen dan hukum aspek sosial dan lingkungan
Aspek Finansial
NPV IRR Net B/C Payback Period
Analisis Switching Value
Layak
Tidak Layak
Lanjutkan
Perbaikan
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya
19
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Terang Inti Seraya yang terletak di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Provinsi Riau merupakan daerah perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia. Pengambilan data di lapangan berlangsung dari tanggal 20 Februari 2013 sampai dengan 24 Februari 2013. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan tanya jawab kepada pihak manajemen perusahaan dengan bantuan daftar pertanyaan untuk mengetahui kondisi perusahaan. Data sekunder diperoleh dari literatur yang relevan baik berasal dari dokumen perusahaan, buku, media masa, internet, dan penelitian terdahulu. Jenis data yang dikumpulkan selama penelitian berupa data kuantitatif dan data kualitatif yang berhubungan dengan perusahaan untuk mendukung penelitian. Metode Pengumpulan Data Lokasi pengumpulan data yaitu di perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab dengan pemilik dan pihak manajemen PT. Terang Inti Seraya. Sedangkan untuk data sekunder, data profil Provinsi Riau, profil PT. Terang Inti Seraya dan laporan perusahaan diperoleh dari dokumen perusahaan dan dengan cara studi literatur dan internet. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diolah dan dianalisis pada penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek non finansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial. Data yang bersifat kualitatif dinilai berdasarkan kriteria kelayakan tiap aspek yang harus dipenuhi. Data yang bersifat kuantitatif diolah untuk mengkaji aspek kelayakan finansial berdasarkan kriteria penilaian investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, PP, dan dilakukan analisis switching value untuk mengetahui persentase perubahan produksi dan biaya variabel terhadap kelayakan finansial yang masih dapat ditoleransi dalam bisnis yang diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel serta kalkulator. Kriteria Investasi 1.
Net Present Value Net Present Value (NPV) adalah selisih present value (PV) arus benefit dengan PV arus cost. NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima selama umur proyek pada tingkat discount rate tertentu. Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria kelayakan investasi, yaitu :
20
a. b. c.
NPV>0, artinya usaha dinyatakan layak untuk dilaksanakan. NPV=0, artinya usaha mampu mengembalikan persis sebesar social opportunity cost faktor produksi modal. NPV<0, artinya usaha tidak layak dilaksanakan. NPV dinyatakan dalam rumus: ∑
(
)
∑
(
∑
)
(
)
Keterangan : NPV = nilai bersih sekarang (rupiah) Bt = Manfaat pada tahun ke-t (rupiah) Ct = biaya pada tahun ke-t (rupiah) i = tingkat diskonto (%) n = umur proyek (thun) t = tahun 2.
Internal Rate of Return Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai discount rate yang membuat NPV benilai nol. Discount rate adalah tingkat bunga yang dikenakan bank sentral atas pinjaman yang diberikan kepada bank umum atau yang biasa dikenal sebagai bunga pinjaman. IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Dalam metode IRR terdapat tiga kriteria kelayakan investasi yaitu : a. Jika IRR > tingkat discount rate, maka usaha layak b. Jika IRR = tingkat discount rate, maka usaha tidak menguntungkan namun juga tidak merugikan c. Jika IRR < tingkat discount rate, maka usaha tidak layak IRR dapat dirumuskan sebagai berikut: (
)
Keterangan : IRR = Tingkat internal hasil (%) NPV1 = nilai bersih sekarang bernilai positif (rupiah) NPV2 = nilai bersih sekarang bernilai negatif (rupiah) i1 = tingkat diskonto menghasilkan NPV positif (%) i2 = tingkat diskonto menghasilkan PV negatif (%) Hasil analisis IRR lebih besar dari bunga bank (tingkat diskonto) yang berlaku, menunjukkan proyek tersebut layak untuk dilakukan, sebalikanya bila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan. 3.
Net Benefit Cost Ratio Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah present
21
value yang negatif (sebagai penyebut). Dalam metode Net B/C terdapat tiga kriteria kelayakan investasi yaitu : 1. Jika Net B/C = 1, maka NPV=0, usaha dikatakan layak, namun keuntungan yang diperoleh hanya sebesar opportunity cost nya. 2. Jika Net B/C > 1, maka NPV>0, usaha dikatakan layak. 3. Jika Net B/C < 1, maka NPV<0, usaha dikatakan tidak layak. Rumus yang digunakan dalam menghitung Net B/C adalah sebagai berikut : ∑ ⁄
∑
(
)
(
)
( (
) )
Keterangan : Bt = total penerimaan pada tahun ke-t Ct = total biaya pada tahun ke-t i = tingkat diskonto yang berlaku n = umur ekonomis proyek 4.
Payback Period Payback Period (PBP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Metode Payback Period ini merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan benefit bersih yang diperoleh setiap tahun. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik untuk diusahakan. Rumus yang digunakan untuk menghitung payback period adalah sebagai berikut:
keterangan :
I Ab
= Biaya investasi yang dikeluarkan = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya
Nilai Pengganti (Switching Value) Metode ini digunakan untuk mencoba mengukur berapa besar risiko yang mungkin terjadi jika terdapat perubahan persentase perkiraan produktivitas dan harga Tandan Buah Segar (TBS) serta seluruh biaya variabel yang bisa ditolerir terhadap kelayakan finansial perkebunan kelapa sawit pada objek penelitian ini. Asumsi Dasar yang Digunakan Asumsi dasar yang digunakan sebagai dasar didalam perhitungan kelayakan finansial analisis kelayakan usaha adalah sebagai berikut : 1. Umur ekonomis tanaman kelapa sawit adalah 25 tahun berdasarkan pada masa produktif kelapa sawit dimulai dari tahun ke-0. 2. Umur proyek yang dianalisis adalah 22 tahun, umur tersebut digunakan berdasarkan umur ekonomis dikurangi umur tanaman termuda. 3. Luas lahan yang diperhitungkan adalah 419.52 hektar.
22
Pajak pendapatan yang digunakan adalah sebesar 25 persen berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan dan berlaku flat hingga akhir bisnis. 5. Biaya tenaga kerja yang digunakan dalam pemanenan dan pengangkutan disesuaikan dengan jumlah produksi yaitu per kilogram TBS. 6. Angka produksi yang disajikan dan diasumsikan merupakan angka produksi bersih, diluar brondolan (TBS yang tercecer pada masa panen). 7. Angka proyeksi produksi yang disajikan merupakan angka proyeksi dari perusahaan (lampiran 1). 8. Hasil panen pada tahun 2013 dijual kepada dua perusahaan dengan harga Rp 1 470 perkilogram, diperoleh dari rata-rata fluktuasi harga yang berkisar antara Rp 1 003 – Rp 1 937. Harga tersebut diperoleh dari data perusahaan dan pada tahun-tahun selanjutnya naik sebesar 5 persen di tiap tahunnya. 9. Analisis nilai pengganti (switching value) dilakukan untuk menganalisis penurunan maksimal pada perkiraan produktivitas rata-rata TBS per tahun dan harga TBS serta peningkatan maksimal pada biaya variabel. 10. Komponen biaya variabel yang digunakan dalam analisis switching value adalah biaya perawatan karena paling berpengaruh dalam biaya variabel. 11. Semua benda yang mengalami penyusutan kecuali lahan dibeli pada awal 2012 sehingga pada awal tahun 2013 penyusutan sudah masuk periode satu tahun. 12. Perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus, yaitu: 4.
13. Tingkat discount rate (DR) yang digunakan adalah sebesar 11 persen
berdasarkan besarnya suku bunga pinjaman pada Bank Rakyat Indonesia Syariah dan diasumsikan konstan hingga umur proyek bisnis berakhir. 14. Modal pinjaman dari bank adalah sebesar Rp 15 000 000 000 dengan bunga 11 persen dan jangka waktu pengembalian delapan tahun. 15. Nilai lahan pada saat perusahaan membeli kepada pemilik adalah Rp 40 777 900 000.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Lokasi Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit PT. TIS Riau merupakan salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Luas Wilayah Provinsi Riau adalah 107 932.71 kilometer2 yang membentang dari lereng Bukit Barisan hingga Selat Malaka, ini membuat provinsi riau berada pada jalur yang sangat strategis karena terletak pada jalur perdagangan Regional dan Internasional di kawasan ASEAN. Memiliki Luas daratan 89 150.15 kilometer2 dan luas lautan 18 782.56 kilometer2. Provinsi Riau memiliki infrastruktur berupa jalan penghubung dalam Kota, antar kota, antar Kabupaten, jembatan, jalan layang (fly over) hingga jalan bebas hambatan (tol), listrik dan infrastruktur
23
kepentingan publik lainnya. Aksesibilitas untuk mendukung potensi wilayah provinsi riau telah tersedia jaringan jalan nasional sepanjang 1 126.11 kilometer2 dan jalan kabupaten sepanjang 17 971.16 kilometer2. Pertumbuhan dan Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Perekonomian Riau yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 mencapai Rp 123 371.15 milyar. Kota Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang menjadi salah satu kota besar di pulau Sumatera. Letaknya berada di jalur lalu lintas angkutan lintas timur sumatera dan di simpul segitiga pertumbuhan Indonesia-MalaysiaSingapura. Luas wilayah Kota Pekanbaru adalah 632.26 km2 (tabel 4) yang terdiri dari 12 kecamatan dan 58 kelurahan dengan topografi yang bervariasi, yaitu landai dengan tingkat kelandaian 85 persen, berombak sampai bergelombang (15 persen). Tabel 4 Luas wilayah Kota Pekanbarua No Kecamatan 1 Tampan 2 Bukit Raya 3 Lima Puluh 4 Sail 5 Pekanbaru Kota 6 Sukajadi 7 Senapelan 8 Rumbai Total a
Luasb 108.84 299.08 4.04 3.26 2.26 5.10 6.65 203.26 632.26
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru (2001); bkilometer2
Batas wilayah Kota Pekanbaru bagian utara adalah Kabupaten Bengkalis, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis, dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar. Lokasi Kota Pekanbaru dapat dilihat pada peta Provinsi Riau (Gambar 4).
Sumber: www.simply-sunday.blogspot.com
Gambar 4 Peta Provinsi Riau
24
Pekanbaru diproyeksikan menjadi kota jasa. Sehingga konsekuensinya kota harus membenahi diri dengan meningkatkan fasilitas penunjang perkotaan. Saat ini, Pekanbaru sudah memiliki fasilitas penunjang yang cukup memadai. Selain perusahaan jasa seperti perbankan, asuransi, perusahaan perdagangan valuta asing, serta jasa industri lainnya, banyak pula perusahaan besar membuka kantor pusat dan kantor cabang di sini. Semua itu menjadi faktor pendukung misi kota jasa. Selain itu banyak perusahaan PMA seperti PT Caltex Pacific Indonesia, perusahaan minyak terbesar di Indonesia, atau PT Indah Kiat Pulp and Paper yang bergerak di bidang usaha pulp dan kertas, dan di bidang kehutanan yaitu PT Surya Dumai dan PT Siak Raya. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi PDRB Kota Pakanbaru adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar 26 persen dari PDRB. Sektor yang juga berkontribusi besar lainnya adalah sektor keuangan, sewa, dan jasa sebesar 20 persen. Sektor angkutan dan komunikasi sebesar 18 persen. Objek penelitian dilakukan di perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya yang berada pada 3 lokasi yaitu Desa Buluh Nipis yang berjarak 45 km dari Kota Pekanbaru, Ujung Batu Rokan yang berjarak 100 km dari Kota Pekanbaru, dan Tenayan yang berjarak 30 km dari Kota Pekanbaru. Luas lahan perkebunan kelapa sawit yang diteliti di Desa Buluh Nipis, Ujung Batu Rokan, dan Tenayan masing-masing memiliki luas 181.64 ha, 123.75 ha, dan 114.13 ha. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru tahun 2006, Pekanbaru memiliki 710 999 penduduk dengan mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah pedagang baik produk maupun jasa. Areal pada ketiga perkebunan 10 sampai 15 persennya memiliki tanah bergelombang. Ketinggian pada perkebunan adalah 100 sampai 200 meter diatas permukaan laut, sementara curah hujan minimal 100 mm perbulan. Jenis tanah perkebunan pada kebun di Buluh Nipis dan Ujung Batu Rokan adalah pedsolik merah kuning, sedangkan pada kebun Tenayan terdiri dari podsolik merah kuning dan tanah liat berpasir. Sejarah dan Profil PT. Terang Inti Seraya PT. TIS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha perkebunan kelapa sawit. PT. TIS didirikan pada tanggal 23 April 2012 dengan pemilik Ir. Zulkarnain dan mulai beroperasi pada April 2012. Kantor utama PT. TIS terletak di Kota Pekanbaru, sementara perkebunannya terletak di tiga daerah yaitu Tenayan, Ujung Batu Rokan, dan Buluh Nipis. Awalnya, usaha tersebut belum berbentuk perseroan terbatas melainkan milik perorangan atau pribadi sampai kemudian pemilik timbul inisiatif untuk menjadikan usaha tersebut menjadi sebuah PT mengingat usia perkebunan yang sudah matang dan manajemen usaha sudah cukup baik. Ketika dijadikan Perseroan Terbatas, saham PT. TIS dipegang oleh Ir. Zulkarnain dan Yoki Wira Kristantio, masing-masing memegang saham sebesar 50 persen dengan banyaknya saham 2 500 lembar saham dan nilai nominal saham adalah Rp 1 000 000. Pemilik membeli perkebunan tersebut tidak dalam bentuk lahan kosong yang harus dilakukan penanaman bibit, tetapi dalam keadaan kebun sudah ditanami pohon yang menghasilkan. Total pohon kelapa sawit yang ada pada perkebunan PT. TIS adalah 403 pohon. Jumlah pekerja yang berada pada PT. TIS adalah sebanyak 132 orang mulai dari direksi, hingga tenaga kerja buruh. PT. TIS
25
memiliki fasilitas perusahaan beupa kendaraan untuk direksi dan karyawan, serta mess karyawan untuk karyawan sebanyak tiga unit. PT. TIS juga memiliki fasilitas bengkel, gudang, dan mushola untuk dipakai oleh karyawan. Tandan Buah Segar PT. TIS saat ini baru dijual kepada dua perusahaan saja, yaitu PT. Sawit Asahan Indah yang berada di Desa Sungai Kuning Kecamatan Rambah Sarmo Kabupaten Rokan Hulu dan PT. Bangun Tenera Riau yang terletak di Desa Pantai Raja Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar Riau yang memiliki jarak kurang lebih 25 kilometer dari kebun. Pada awalnya pihak perusahaan menghubungi pabrik tersebut dan menawarkan apakah pabrik tertarik untuk membeli hasil panen perusahaan tersebut. Harga yang ditawarkan oleh tiap pabrik akan berbeda, tetapi masih tetap mengacu pada harga yang telah ditetapkan oleh Tim Penetapan Harga pemerintah daerah setempat. Perjalanan dari kota Pekanbaru ke perkebunan di Buluh Nipis dan Ujung Batu Rokan akan memakan waktu satu hingga dua jam. Akses jalan dari kota menuju gerbang perkebunan sudah berupa aspal, tetapi pada perkebunan jalan yang digunakan adalah pasir batu. Jalan yang dibuat dari pasir batu dimaksudkan agar jalan tidak mudah rusak dan longsor karena tanah perkebunan merupakan tanah pedsolik merah kuning dan tanah liat berpasir.
HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Non-finansial Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang memiliki prioritas utama dari suatu studi kelayakan proyek, hal ini dikarenakan banyak proyek yang mengalami kegagalan karena tidak memperhatikan pasar potensial dan pangsa pasar. Untuk memasarkan produknya, maka perusahaan harus dapat memastikan hal tersebut. 1.
Potensi Pasar Kelapa Sawit di Riau. Kelapa Sawit merupakan produk yang dapat diolah menjadi berbagai produk turunan. Salah satu produk yang dihasilkan oleh buah kelapa sawit adalah minyak, yaitu adalah CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). PT. TIS merupakan perusahaan yang menjual tandan buah segar (TBS) saja, TBS tersebut sampai saat ini telah dijual langsung kepada dua pabrik pengolah kelapa sawit yaitu PT. Sawit Asahan Indah dan PT. Bangun Tenera Riau. Sampai dengan akhir tahun 2012, terdapat sekitar 146 pabrik kelapa sawit di Provinsi Riau. Hingga tahun 2011, kebutuhan bahan baku CPO untuk pabrik olahan masih belum terpenuhi. Produksi TBS di Riau pada tahun 2011 adalah 36 809 252 ton sedangkan 146 PKS di riau memiliki kapasitas sebanyak 6 254 perjamnya. Pabrik kelapa sawit pada umumnya mampu beroperasi 20 jam setiap harinya. Berarti, PKS di Riau mampu mengolah 45 654 200 ton TBS tiap tahunnya (Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2011). Berarti, PKS masih mampu mengolah 8 844 948 ton setiap tahunnya. Hal ini dapat menjadi peluang bagi PT. TIS untuk memenuhi permintaan pasar.
26
Tabel 5 Permintaan kebutuhan bahan baku CPO oleh industri olahan Riau tahun 2011a Kabupaten/Kota Kapasitas PKS Unit Ton/jam Kampar 35 1 425 Rokan Hulu 22 984 Pelalawan 17 715 Indragiri Hulu 8 285 Kuantan Singingi 10 450 Bengkalis 8 350 Rokan Hilir 22 915 Dumai 1 60 Siak 15 685 Indragiri Hilir 8 385 Pekanbaru Kepulauan Meranti Total 146 6 254 a
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau, 2011
Potensi untuk ruang lingkup internasional dapat dilihat dari kebutuhan impor CPO tahun 2013 yang meningkat (GAPKI 2013). Bulan April sampai dengan Mei 2013, kebutuhan impor CPO negara India meningkat sebesar 8.17 persen, China sebesar 14.14 persen, dan Amerika sebesar 265.9 persen. Sementara untuk potensi domestik, angka produksi biodiesel domestik berbahan dasar CPO tahun 2013 diperkirakan akan meningkat 20 persen, dari 669 000 kiloliter menjadi 800 000 kiloliter (Tjakrawan 2013). 2.
Rencana Pemasaran dan Pangsa Pasar Target pasar yang dituju oleh PT. TIS adalah Pabrik Kelapa Sawit yang berada di Riau. PT. TIS belum ingin menjual hasil panennya keluar daerah Riau disebabkan hasil panen yang bersifat perishable sehingga harus cepat diolah. Selain itu, untuk menekan biaya pengangkutan yang biasanya ditanggung oleh pihak perkebunan. Tetapi, hingga saat ini PT. TIS baru mampu menyuplai bahan baku ke dua perusahaan yaitu PT. Sawit Asahan Indah yang berada di Desa Sungai Kuning Kecamatan Rambah Sarmo Kabupaten Rokan Hulu dan PT. Bangun Tenera Riau yang terletak di Desa Pantai Raja Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar Riau yang memiliki jarak kurang lebih 25 kilometer dari kebun. Pangsa pasar merupakan persentase dari penjualan perusahaan terhadap seluruh hasil penjualan dalam industri yang bersangkutan di daerah tertentu. Tahun 2012, PT. TIS mampu memproduksi TBS sebanyak 5 420 ton. Keseluruhan produksi di daerah Riau pada tahun 2012 adalah 5 840 880 ton. Kontribusi PT. TIS dalam produksi TBS di Riau adalah sebesar 0.092 persen. Persentase dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
27
=0.092% Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan hal-hal teknis atau operasional. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu lokasi perkebunan, fasilitas pendukung serta teknologi yang digunakan untuk produksi, layout, dan proses produksi. 1.
Lokasi Perkebunan Perkebunan PT. Terang Inti Seraya terletak di tiga tempat, yaitu Desa Buluh Nipis (181.64 hektar), Ujung Batu Rokan (123.75 hektar), dan Tenayan (114.13 hektar) dengan total luas 419.52 ha yang sebagian besar tanahnya berjenis podsolik dan tanah liat berpasir. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan kedekatan dengan letak pasar yang dituju, supply tenaga kerja, dan infrastruktur yang mendukung fasilitas transportasi. Usaha yang dijalankan oleh PT.TIS merupakan perdagangan hasil perkebunan. Pasar yang dituju oleh PT. TIS adalah pabrik kelapa sawit yang mengolah TBS, yaitu PT. Sawit Asahan Indah yang berada di Desa Sungai Kuning Kecamatan Rambah Sarmo Kabupaten Rokan Hulu dan PT. Bangun Tenera Riau yang terletak di Desa Pantai Raja Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar Riau yang memiliki jarak kurang lebih 25 kilometer dari kebun. Lokasi perkebunan dekat dengan pasar jika dibandingkan dengan harus menjual ke pabrik yang lebih jauh lagi selain dari kedua pabrik tersebut. Jalan utama yang dilalui jika dilakukan pengangkutan ke pabrik tersebut adalah jalan aspal sehingga tidak memakan waktu dan biaya yang cukup banyak. Tenaga kerja yang bekerja pada perkebunan PT. TIS berasal dari suku Nias, Jawa, dan Batak. Tenaga kerja tersebut masih memiliki hubungan darah dengan pemilik atau para staff di PT. TIS. Hal tersebut dikarenakan PT. TIS lebih mempercayai tenaga kerja yang memiliki hubungan darah tersebut dibandingkan harus mendatangkan tenaga kerja dari Riau tetapi tidak memiliki hubungan darah. Jumlah tenaga kerja panen adalah 27 orang, tenaga kerja perawatan adalah 65 orang, dan tenaga kerja umum adalah satu orang. Proses pengangkutan hasil kebun dari collection road menggunakan truk milik PT. TIS, sedangkan untuk kendaraan operasional direksi dan karyawan, PT. TIS memberikan fasilitas mobil dan motor. Infrastruktur dari jalan utama menuju perkebunan cukup baik karena jalan menggunakan pasir batu untuk menutupi tanah liat berpasir agar tanah tersebut tidak turun dan longsor.
2.
Fasilitas pendukung yang dimiliki oleh PT. TIS adalah: a. Lahan Perkebunan PT. TIS memiliki lahan seluas 419.52 hektar yang terletak di tiga daerah di Pekanbaru. Lahan perkebunan ini menjadi tempat operasional
28
b.
c.
d.
e.
f.
untuk memproduksi buah dari pohon kelapa sawit. Lahan tersebut telah ditanami pohon kelapa sawit yang sudah termasuk ke dalam kategori tanaman menghasilkan. Jenis lahan yang dimiliki PT. TIS adalah kategori S-I yang berarti jenis lahan tersebut sangat cocok untuk ditanami tanaman kelapa sawit. Kantor PT. TIS memiliki tiga bangunan kantor. Pertama, terletak di Jl. Ronggowarsito Komplek Ronggo Town House Kavling 7, Pekanbaru. Kantor tersebut merupakan hasil sewa dari PT. TIS seluas 246 meter2. Kantor kedua dan ketiga terletak di perkebunan yaitu di Buluh Nipis dan Ujung Batu Rokan, masing-masing seluas 140 meter2 dan 180 meter2. Kedua kantor tersebut adalah milik PT. TIS sendiri. Bangunan kantor tersebut berfungsi sebagai tempat karyawan untuk melakukan pencatatan administrasi dari keseluruhan kegiatan produksi di perkebunan, seperti jumlah TBS yang akan dipanen dan dijual, pembelian peralatan untuk operasional, dan lain-lain. Bengkel Bengkel PT. TIS terletak pada masing-masing perkebunan. Bengkel ini berfungsi untuk memperbaiki kendaraan operasional, khususnya kendaraan pengangkut sawit (truk). Bengkel ini dibangun sebagai fasilitas agar perusahaan dapat menekan biaya perbaikan kendaraan mengingat kendaraan yang digunakan untuk mengangkut memiliki risiko dan potensi rusak yang sangat besar karena produk yang diangkut bermuatan besar dan jalan yang dilalui pun tidak semulus jalan aspal. Mess Karyawan PT. TIS memiliki tiga mess karyawan yang berada pada masing-masing area perkebunan yang diperuntukan bagi karyawan PT.TIS yang pekerjaannya harus berada di kebun setiap harinya. Mess karyawan di kebun Buluh Nipis seluas 800 meter2, di kebun Ujung Batu Rokan seluas 648 meter2, dan di kebun Tenayan seluas 876 meter2. Mess karyawan tersebut ada yang terdiri dari rumah panggung, dan ada juga yang sudah menggunakan tembok. Kendaraan Kendaraan yang dimiliki PT. TIS memiliki fungsi yang berbeda-beda. Tiga unit truk Toyota Dyna dan satu unit truk Mitsubishi PS 120 untuk mengangkut hasil panen menuju PKS yang akan membeli hasil panen, tiga unit mobil Taft Rocky dan lima unit Daihatsu Taft untuk keperluan kegiatan kantor, dua unit mobil Ford Everest untuk operasional direksi, serta enam unit motor untuk keperluan operasional karyawan. Jalan Jalan yang berada pada daerah perkebunan merupakan jalan yang dibuat dari pasir dan batu (sirtu) karena sifat tanah yang mudah turun, sehingga perusahaan berinisiatif menggunakan sirtu agar mudah perawatannya. Di dalam perkebunan sendiri, terdapat tiga jenis jalan yaitu, main road atau jalan utama yang sering dilalui untuk proses pengangkutan TBS ke truk, collection road yaitu jalan yang berfungsi sebagai sarana untuk mengangkut produksi TBS dari tempat pengumpulan hasil (TPH) dan dapat dilalui truk, jalan ini terdapat
29
g.
diantara blok dan berhubungan dengn jalan utama. Terakhir adalah control road, yaitu jalan yang terdapat di dalam setiap blok, berfungsi untuk memudahkan pengontrolan areal pada tiap blok dan sebagai batas pemisah antar blok tanaman. Panjang main road pada perkebunan adalah sepanjang 4 114 meter, collection road sepanjang 13 704 meter, dan control road sepanjang 2 387 meter. Rincian luasan main road, collection road, dan control road dapat dilihat pada lampiran 2. Supply air dan listrik Sumber listrik yang diperoleh berasal dari genset yang menggunakan bahan bakar minyak solar, sedangkan sumber air diperoleh dari pompa air. Genset yang dimiliki PT. TIS pada kantor di Pekanbaru sebanyak satu unit, di kebun buluh nipis sebanyak tiga unit, di kebun Ujung Batu Rokan sebanyak dua unit, dan di kebun Tenayan sebanyak dua unit. Mesin pompa air yang dimiliki PT. TIS pada kantor di Pekanbaru sebanyak satu unit, di kebun buluh nipis sebanyak dua unit, di kebun Ujung Batu Rokan sebanyak dua unit, dan di kebun Tenayan sebanyak dua unit.
Teknologi atau peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah: a. Dodos (alat pemanen sawit untuk tanaman dengan ketinggian dibawah dua meter) b. Pisau egrek (alat pemanen sawit untuk tanaman dengan ketinggian diatas dua meter) c. Gancu (alat pengangkat TBS) d. Batu asah (untuk mengasah mata pisau) e. Kereta sorong (untuk mengangkut TBS dari pohon ke tempat pengumpulan hasil)
(a)
(b)
(c)
30
(d)
(e)
Gambar 5 Peralatan yang digunakan dalam proses produksi 3.
Layout Layout perkebunan PT. TIS dapat dilihat pada lampiran 1. Pohon kelapa sawit yang ditanam diberi jarak tanam 7.8 m x 9 m dan 9.2 m x 9.2 m agar sinar matahari dapat masuk dengan baik dan tanaman tidak berebut nutrisi. Layout tersebut terdiri atas blok dan disertai dengan nomor blok agar memudahkan dalam pengontrolan serta pembagian tugas pemanenan dan perawatan. Layout perkebunan dapat dilihat pada lampiran 3.
4.
Proses Produksi a. Pembibitan Tanaman kelapa sawit yang berada di perkebunan Buluh Nipis dan Ujung Batu Rokan menggunakan DxP Marihat, sedangkan yang berada di Tenayan menggunakan DxP Topaz. Kebun di Tenayan memiliki pohon 143 perhektar, di Ujung Batu Rokan 118 pohon perhektar, dan di Buluh Nipis pohon 142 perhektar. Pembibitan tersebut dilakukan sebelum perusahaan membeli perkebunan, yaitu perkebunan di Buluh Nipis dengan tahun tanam 2002, perkebunan di Ujung Batu Rokan dengan tahun tanam 1998, dan perkebunan di Tenayan dengan tahun tanam 2008. Penanaman bibit yang dilakukan oleh PT. TIS ketika replanting yaitu pada tahun ke-13 dan ke-17 dengan cara membuat lubang agar tanaman kokoh. Setelah proses penanaman selesai, Pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk NPK (Urea dan TSP) sebanyak tiga kali dalam setahun dengan dosis pada tabel berikut (tabel 5) Tabel 6 Dosis pupuk NPK pada tanaman kelapa sawit usia 0-4 tahuna No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 a
Sumber: Sihombing M (2013)
Bulan ke 1 2 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40
Jenis Urea Urea TSP Urea Urea TSP Urea Urea TSP Urea Urea TSP
Dosis 0,5 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 1 1 1 1
31
b.
c.
Persiapan Lahan Lahan perkebunan sewaktu perusahaan membeli sudah dalam keadaan bersih dan terawat. Hanya saja dibutuhkan perbaikan dan perawatan khusus untuk parit yang memisahkan lahan dengan main road. Parit tersebut berfungsi untuk mencegah genangan air ketika hujan karena genangan air tersebut dapat menyebabkan tanaman membusuk. Jumlah parit yang telah dibuat pada persiapan lahan adalah 10 288 meter. Jarak tanam tiap pohon di tiap kebun kelapa sawit berbeda-beda. Kebun Buluh Nipis dan Tenayan memiliki jarak tanam 7,8 meter x 9 meter, sedangkan kebun di Ujung Batu Rokan memiliki jarak tanam 9,2 meter x 9,2 meter. Jarak tanam tersebut menyebabkan satu hektar kebun dapat ditanami 118 sampai dengan 143 pohon. Penanaman pohon yang diberi jarak akan membuat sinar matahari dapat masuk dengan baik dan tanaman tidak berebut nutrisi. Untuk replanting, persiapan lahan dilakukan land clearing dengan cara penumbangan pohon. Pemeliharaan Tanaman Kegiatan yang dilakukan selama proses pemeliharaan tanaman adalah sensus pokok, penyulaman, pemupukan, pengendalian HPT, piringan, pemotongan pelepah, dan pemanfaatan limbah. i. Sensus Pokok Sensus pokok berfungsi untuk mengetahui jumlah pohon di perkebunan. Tujuannya agar memudahkan mengukur dosis dalam proses pemberian pupuk dan obat-obatan. Selain itu, sensus pokok dapat mempermudah pekerja untuk mengetahui berapa pohon yang terkena penyakit atau mati. Sensus pokok dilakukan oleh mandor perawatan dan mandor panen. ii. Penyulaman Penyulaman adalah penggantian tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik. Penyulaman dilakukan dengan bibit baru yang telah dipersiapkan sebelumnya dari mulai penanaman sampai tanamantanaman sawit mencapai umur 3 tahun. Penyulaman biasanya hanya mencapai dua sampai 3 persen jika penanaman dilakukan dengan baik, pengelolaan lahan dan bibit yang baik pula. iii. Pemupukan Jenis pupuk yang umumnya digunakan adalah pupuk Urea, Rock Phosphate, MOP KCl dan Dolomite, tetapi pada perkebunan PT. TIS hanya menggunakan pupuk NPK yaitu Urea dan TSP. Dosis dan harga pupuk yang digunakan dapat dilihat pada lampiran 4. iv. Pengendalian Gulma dan HPT Pengendalian gulma juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen dan menghindari terjadinya persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma dalam pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya. Gulma yang ada di perkebunan ini adalah rumput liar yang tinggi. Pengendalian yang dilakukan untuk mengatasi rumput liar ini adalah dengan menyemprotkan herbisida berupa racun rumput (Herbisida) dan menebasnya dengan mesin pemotong rumput maupun parang.
32
Penyakit tanaman yang sering muncul pada perkebunan adalah busuk tandan yang disebabkan oleh cendawan Marasmius palmivorus sharples. Penyakit ini menyerang buah yang matang dan dapat menembus daging buah, sehingga menurunkan kualitas minyak sawit. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan serta membuang semua bunga dan buah yang membusuk dan membakar tandan buah yang terserang. Obat herbisida yang digunakan adalah Roundup dengan dosis dua kali penyemprotan dalam satu tahun. v. Piringan Piringan adalah pembersihan gulma disekitar pohon yang umumnya memiliki jari-jari 1-2 meter. Piringan bertujuan untuk mengurangi kompetisi penyerapan unsur hara dengan tanaman kelapa sawit, terutama pada TBM yang perakarannya masih halus dan terkonsentrasi dalam piringan atau dekat batangnya. Selain itu juga dimaksudkan untuk mempermudah kontrol pemupukan, atau pengutipan brondolan di areal TM. vi. Pemotongan Pelepah Pemotongan pelepah atau pruning merupakan kegiatan pemotongan pelepah daun tua atau daun yang tidak produktif dengan tujuan menjaga standar jumlah pelepah tiap pohon kelapa sawit. Pada perkebunan ini, pemotongan dilakukan hingga sanggahan dua yang artinya pelepah disisakan dua buah dibawah buah agar dapat menyanggah berat buah. vii. Pemanfaatan Limbah Limbah pada perkebunan berbentuk sampah pelepah yang telah dipotong. Limbah tersebut diletakan pada gawangan. Gawangan adalah daerah yang memisahkan antara satu pohon dengan pohon lainnya dan biasanya berbentuk vertikal. Misalnya ada tiga pohon, maka jarak antara pohon A ke B merupakan gawangan yang tidak bisa dilewati, sementara antara pohon B ke pohon C bukan gawangan, yang artinya bisa dilewati para pekerja. Gawangan yang terdapat pada perkebunan ini adalah gawangan mati. d. Pemanenan Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah tiga tahun Umur tiga tahun tanaman dapat dipanen tetapi produksi belum maksimal. Pada perkebunan ini semua umur pohon diatas tiga tahun, masing-masing telah memasuki umur 4, 11, dan 14 tahun pada tahun 2012. Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan minyak maksimal, tetapi pemanenan buah kelewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Pemanenan pada PT. TIS dilakukan pada saat menjelang siang hari. Pemanenan dilakukan dengan cara pemotongan pangkal tandan buah segar berjarak sekitar 2 centimeter dari ujung pangkal, lalu tandan dan
33
brondolan yang tercecer diletakkan dan dikumpulkan di piringan tanaman, selanjutnya dibawa ke tempat pengumpulan hasil menggunakan kereta sorong. Ciri tandan yang telah matang terdapat 10 brondolan yang jatuh dari tandan yang beratnya 10 kilogram. Tanaman yang matang dapat ditandai dengan brondolan yang jatuh sebanyak 10 butir apabila umur tanaman kurang dari 10 tahun. Tetapi jika umur tanaman lebih dari 10 tahun maka kematangan dapat ditandai dengan banyaknya brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir. Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen berkaitan dengan pengelolaan SDM yang dimiliki oleh perusahaan. Pelaksanaan pengelolaan tersebut perlu memperhatikan bagaimana struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan aspek hukum berkaitan dengan status perusahaan dengan melihat bagaimana badan hukumnya dan bagaimana kelengkapan dokumen untuk izin usahanya. 1.
Kelengkapan dan Dokumen Izin Usaha PT. Terang Inti Seraya merupakan usaha perkebunan kelapa sawit yang diresmikan pada tanggal 23 April 2012 oleh notaris Tito Utoyo, SH. PT. TIS memperoleh surat pengesahan kehakiman yang merupakan keputusan pengesahan menjadi bentuk perseroan dengan nomor daftar perseroan AHU 0042220.AH.01.09 tahun 2012. PT. TIS terdaftar dalam Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 026933242-211.000. Surat Izin Usaha Perdagangan Menengah (SIUP) yang dimiliki PT. TIS dikeluarkan pada tanggal 5 Oktober 2012 dengan nomor 2215/BPT 04.01/X/2012. Tanggal 5 Oktober 2012 PT. TIS juga memperoleh Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas dengan nomor 040114606539. Perkebunan yang dimiliki PT. TIS sudah memiliki Hak Guna Usaha yang dikeluarkan pada tahun 2005. Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara dalam jangka waktu tertentu kepada badan hukum untuk usaha di bidang pertanian. Kelengkapan dokumen dan perizinan tersebut menjadikan PT. TIS sebagai perusahaan dengan bentuk perseroan terbatas yang sah secara hukum, dengan kegiatan perdagangan hasil perkebunan. Salah satu dokumen penting yang perlu dimiliki perusahaan ini adalah SIUP. SIUP dapat diajukan dengan melengkapi dokumen Akta Pendirian Perusahaan, Nomor Pokok Wajib Pajak, surat keterangan domisili, rekomendasi kesesuaian untuk IUP yang diterbitkan oleh gubernur, izin lokasi dari bupati atau walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi, rencana kerja pembangunan kebun, hasil AMDAL sesuai dengan peraturan yang berlaku, pernyataan perusahaan belum menguasai lahan melebihi batas maksimum, pernyataan kesanggupan memiliki sarana-prasarana dan sistem untuk melakukan pengendalian OPT, dan pernyataan kesediaan dan rencana kerja kemitraan. Dokumen tersebut dapat diserahkan kepada bupati atau walikota atau gubernur dalam jangka waktu paling lama 30 hari kerja terhitung sejak tanggal permohonan diterima, dan harus diberikan jawaban oleh pihak pemerintah apakah diterima, ditunda, atau ditolak.
34
2.
Organisasi Perusahaan Organisasi dalam perusahaan memegang peranan penting agar usaha dapat berjalan dengan baik. Perusahaan yang memiliki manajemen dengan baik umumnya memiliki data jumlah tenaga kerja, struktur organisasi, serta pembagian tugas yang jelas. Struktur organisasi pada PT. TIS terdiri dari komisaris, direktur, administrasi, agronomi, pimpinan kebun, pengawas, mandor panen, kerani, mandor perawatan, mekanik, driver atau operator, keamanan, tenaga kerja panen, tenaga kerja perawatan, tenaga kerja umum. Struktur organisasi PT. TIS dapat dilihat pada Gambar 5.
Komisaris
Direktur
Direktur
Tenaga Kerja Umum Pimpinan Kebun
Agronomi
Mandor Perawatan
Pengawas
Kerani
Keamanan
Mandor Panen
Mekanik
Driver/Operator
Gambar 6 Struktur organisasi PT. Terang Inti Seraya
a)
Deskripsi pekerjaan dari masing-masing jabatan adalah: Komisaris Bertugas dalam melakukan pengawasan dan memberikan pengarahan atau nasihat kepada Direksi dalam mengelola perusahaan. Komisaris disini adalah pemilik perusahaan yaitu Ir. Zulkarnain.
35
b) Direktur Memiliki wewenang penuh dalam pengambilan keputusan perusahaan yang telah disepakati bersama Dewan Komisaris sekaligus berperan sebagai penanggung jawab dalam seluruh kegiatan bisnis yang dijalankan. c) Administrasi Melaksanakan kegiatan pelayanan kantor, seperti pencatatan, penyediaan fasilitas dan layanan administrasi perkantoran, sesuai ketentuan yang berlaku. d) Pimpinan Kebun Tugas pimpinan kebun adalah memimpin seluruh kegiatan kebun, mengontrol pelaksanaan kegiatan yang di lakukan oleh bawahannya, membuat rencana kerja, dan keuangan perusahaan. e) Bagian Agronomi Memiliki tugas membantu memberikan informasi kepada pengawas kebun mengenai hal-hal yang berkaitan dengan teknis perkebunan seperti dosis pupuk dan herbisida yang digunakan, bagaimana tingkat kematangan buah yang baik ketika dipanen, dan lain-lain. f) Pengawas Bertugas membantu pimpinan kebun dalam mengawasi mandor perawatan, mandor panen, dan kerani dalam bertugas. g) Mandor Panen Bertanggung jawab langsung kepada pekerja panen dan mengatur bagian kebun mana saja yang akan dipanen, serta melakukan sensus pokok. h) Mandor Perawatan Bertanggung jawab langsung kepada tenaga kerja perawatan dan membagi bagian mana saja yang akan dilakukan perawatan tanaman, serta melakukan sensus pokok. i) Kerani Bertugas sebagai pencatat hasil panen kebun. Kerani bekerja dengan cara beerkeliling kebun dengan menumpang truk mengelilingi collection road. Hasil panen yang dicatat adalah hasil panen perjanjang TBS yang ditimbang oleh operator. j) Driver atau Operator Bertugas dalam pengangkutan dan membantu kerani dalam pencatatan hasil panen. Serta menyetir truk mengantarkan kerani berkeliling untuk mencatat. k) Keamanan Bertugas menjaga keamanan area perkebunan dari hewan pengganggu ataupun orang yang tidak berkepentingan dalam kebun. l) Tenaga Kerja Umum Bertugas sebagai pelayan dalam membantu kegiatan di kantor jika ada tamu kantor, keperluan kantor yang memerlukan mobilisasi, dan lain-lain. m) Tenaga Kerja Perawatan Bertugas dalam kegiatan perawatan tanaman yaitu pemberian pupuk, pembersihan hama dan gulma tanaman, penyulaman, pembuatan piringan, dan pemotongan pelepah. n) Tenaga Kerja Panen Bertugas dalam kegiatan pemanenan hasil tanaman dan pengumpulan hasil panen sampai ke collection road.
36
Total direksi, karyawan, dan tenaga kerja yang bekerja pada PT. TIS adalah 132 orang. Rincian jumlah masing-masing pekerja berdasarkan jabatan dapat dilihat pada Lampiran 5. Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis aspek sosial dan lingkungan dapat dilihat dari dampak positif yang ditimbulkan oleh kegiatan usaha PT. TIS terutama untuk lingkungan sekitar. Usaha yang didirikan pada lingkungan masyarakat ini dapat memberikan fasilitas kepada masyarakat. Awalnya, di daerah perkebunan PT. TIS belum ada sarana seperti listrik, sumber air yang memadai, serta sarana peribadatan. Pendirian PT. TIS juga dapat membuka isolasi wilayah yang awalnya akses menuju daerah tersebut sulit dikarenakan infrastruktur jalan yang masih belum baik. PT. TIS berinisiatif untuk memperbaiki dan kegiatan perdagangan kebutuhan sehari-hari seperti warung pun menjadi banyak karena mudahnya akses ke daerah tersebut. Pemerintah daerah setempat juga memperoleh dampak positif dari usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS karena PT. TIS juga membayar retribusi untuk peningkatan pendapatan pemerintah Pekanbaru. Limbah dari kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit ini adalah pelepahpelepah dan daun tanaman kelapa sawit. Limbah tersebut dibuang ke area antara pohon yang satu dengan pohon lainnya atau yang biasa disebut gawangan. Limbah tersebut sekaligus berguna sebagai penyubur tanah karena limbah tersebut bersifat organik dan dapat didaur ulang dan tidak mencemari lingkungan. Aspek Finansial Tujuan dari analisis finansial adalah untuk menilai kelayakan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi dapat dilakukan melalui pendekatan net benefit, net B/C, IRR, serta payback periodnya. Kriteria investasi tersebut dapat diketahui dengan memproyeksikan arus kas (cashflow) dan laporan laba/rugi. Setelah itu dapat dilakukan analisis switching value. Arus kas merupakan jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan berkaitan dengan kegiatan investasi. Pihak perusahaan perlu untuk mengetahui berapa kas bersih yang diterima dari uang yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Komponen penyusun cash flow antara lain inflow dan outflow dari kegiatan investasi, net benefit, serta inflow dan outflow dari aktifitas bisnis tambahan jika ada. Umur ekonomis dari tanaman kelapa sawit adalah 25 tahun, tetapi proyeksi arus kas dilakukan selama 21 tahun karena tahun tanam masingmasing kebun dari tiga perkebunan berbeda, dan yang paling baru tahun tanamnya adalah perkebunan di tenayan dengan tahun tanam 2008 sehingga umur tanaman ketika pembelian lahan sudah mencapai empat tahun. Selisih antara arus penerimaan dan arus pengeluaran merupakan manfaat atau biaya yang diterima dari kegiatan bisnis perkebunan kelapa sawit. Arus penerimaan pada PT. TIS berasal dari hasil penjualan produk, pinjaman, pendapatan bunga jasa giro, dan nilai sisa. Penerimaan penjualan diperoleh dari hasil penjualan TBS. Hasil penjualan TBS tergantung pada produksi yang dihasilkan tanaman kelapa sawit. Penjualan TBS pada tahun ke-1 usaha diperoleh dari data historis PT. TIS. Proyeksi mulai dilakukan pada tahun
37
ke-2 sampai tahun ke-22 usaha. Pada tahun ke-13 (2024) dan tahun ke-16 (2027), perusahaan melakukan re-investasi atau replanting. Proyeksi penjualan dari tahun 2012 sampai dengan 2033 dapat dilihat pada lampiran 2. Dasar jumlah produksi yang digunakan pada proyeksi tersebut diambil dari data proyeksi perusahaan. Harga jual yang digunakan adalah Rp 1 470 perkilogram, diperoleh dari rata-rata fluktuasi harga yang berkisar antara Rp 1 003 – Rp 1 937. Harga tersebut pada tahun-tahun selanjutnya naik sebesar 5 persen di tiap tahunnya. Selain penerimaan pokok, terdapat penerimaan berupa bunga jasa giro yang besarannya tergantung kepada jumlah kas yang disimpan di giro. Pada awal tahun usaha mulai berjalan, perusahaan juga memperoleh modal yang berasal dari bank. Bank yang memberikan modal pinjaman kepada perusahaan adalah Bank Rakyat Indonesia Syariah dengan modal pinjaman yang diberikan adalah sebesar Rp 15 000 000 000. Bunga pinjaman yang ditentukan sebesar 11 persen dengan jangka waktu pengembalian delapan tahun. Penerimaan perusahaan yang terakhir adalah diperoleh dari nilai sisa. Nilai sisa merupakan Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual pada saat penarikan/penghentian (retirement) aktiva. Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya2. Jumlah nilai sisa yang diperoleh PT. TIS pada tahun 2033 sebesar Rp 21 400 203 500 dapat dilihat pada lampiran 6. Komponen pengeluaran terdiri dari biaya investasi, biaya operasional (variabel dan tetap), biaya pembayaran pinjaman dan bunga, serta biaya pajak. Biaya investasi diperoleh dari kegiatan investasi sedangkan biaya operasional diperoleh dari kegiatan operasional. Biaya pembayaran pinjaman dan bunga diperoleh berdasarkan ketentuan pihak bank tergantung pada besar bunga pinjaman dan lama masa pengembalian. Biaya pajak pada cash flow diasumsikan sebesar 25 persen. Manfaat bersih (net benefit) diperoleh dari selisih antara komponen inflow dan outflow. 1. Biaya Investasi Biaya investasi yang dikeluarkan PT. TIS terdiri dari replanting, pembelian lahan yang didalamnya sudah termasuk tanaman kelapa sawit, bangunan kantor, sarana penunjang, perlengkapan kantor, mesin dan peralatan, dan kendaraan. Khusus biaya bibit, tidak dikeluarkan pada tahun pertama, tetapi pada tahun ke-13 dan ke-16 karena merupakan bentuk replanting atau reinvestasi. Rincian biaya replanting dapat dilihat pada lampiran 7. Jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk replanting adalah Rp 4 419 936 940 dan Rp 3 100 370 625. Biaya tersebut terdiri dari pembelian bibit, penumbangan pohon, upah tanam, upah perawatan, pupuk, dan herbisida selama empat tahun. Total biaya investasi pada tahun pertama yang dikeluarkan oleh PT. TIS sebesar Rp 28 540 406 200. Biaya investasi terbesar dikeluarkan untuk membeli lahan.
2
administrator. 2013. Metode Penyusutan Aktiva Tetap. http://keuanganlsm.com/article/artikelakuntansi/penyusutan-depresiasi-aktiva-tetap/[02 Juli 2013]
38
2.
Biaya Operasional Biaya operasional dibagi menjadi dua komponen yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya operasional variabel merupakan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan operasional yang bersifat dapat dikendalikan dan bergantung kepada perkembangan jumlah produksi atau jumlah penjualan dalam satu periode. Komponen biaya operasional variabel pada PT. TIS adalah biaya panen, biaya perawatan, biaya pengangkutan, dan pajak bunga jasa giro. Pajak bunga jasa giro termasuk kepada biaya variabel karena jumlahnya yang dapat berubah sesuai dengan persediaan kas. Biaya operasional tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh perkembangan jumlah produksi atau jumlah penjualan dalam satu periode. Komponen biaya operasional tetap PT. TIS adalah biaya sewa bangunan, biaya gaji, biaya listrik, air, telepon, dan benda pos, biaya pemeliharaan atau perbaikan, biaya perjalanan dinas, biaya ATK dan rumah tangga kantor, biaya perizinan dan retribusi, biaya karyawan, biaya kebersihan dan keamanan, biaya konsultan, pajak reklame, PPH 21, serta PBB. Total biaya operasional tetap pertahunnya sebesar Rp 740 905 932. Rincian biaya operasional tetap dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. a
3.
4.
Rincian biaya operasional tetap PT. TISa Biaya Tetap Biaya Sewa Bangunan Biaya Gaji Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos Biaya Pemeliharaan/perbaikan Biaya Perjalanan Dinas Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor Biaya Perizinan dan Retrebusi Biaya Karyawan Biaya Kebersihan dan Keamanan Biaya Konsultan Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) Pajak PPH 21 PBB Total Biaya Tetap
Jumlahb 48.000.000 402.296.335 12.910.500 2.059.800 8.194.147 7.792.000 19.034.300 1.002.950 526.400 207.570.000 763.500 2.000.000 28.756.000 740.905.932
Sumber: data sekunder PT. TIS (diolah); brupiah
Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga Jumlah dana pinjaman PT. TIS kepada Bank Rakyat Indonesia Syariah adalah sebesar Rp 15 000 000 000. Dana tersebut mempunyai jangka waktu pengembalian delapan tahun dengan bunga 11 persen. Pembayaran yang disepakati menggunakan capital recovery 11 persen dengan jumlah cicilan yang harus dibayarkan tiap tahunnya Rp 2 910 000 000. Pembayaran pinjaman dilakukan mulai dari tahun 2013 hingga 2020. Pajak Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008 pasal 17 ayat 2a, bahwa Tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang digunakan untuk menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar 25
39
persen dari laba yang dihasilkan. Pajak yang dibayarkan oleh PT. TIS dapat dilihat pada tabel 8 berikut Tabel 8 Pajak PT. TISa No Tahun 1. 2012 2. 2013 3. 2014 4. 2015 5. 2016 6. 2017 7. 2018 8. 2019 9. 2020 10. 2021 11. 2022 12. 2023 13. 2024 14. 2025 15. 2026 16. 2027 17. 2028 18. 2029 19. 2030 20. 2031 21. 2032 22. 2033 a Sumber: data sekunder PT. TIS (diolah); brupiah
Pajakb 90 992 162 286 742 556 480 055 234 705 296 331 899 826 296 1 038 537 616 1 089 457 031 1 166 176 578 1 652 202 342 1 722 091 762 1 736 196 337 1 190 268 929 1 198 930 329 1 169 089 817 139 670 762 403 452 113 883 539 635 1 663 792 712 2 779 385 970 4 059 208 392 4 827 059 255 14 481 177 766
Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi dapat menggambarkan kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Komponen laba rugi terdiri dari penjualan (pendapatan), harga pokok penjualan, laba kotor, biaya operasional yang termasuk biaya penyusutan, laba kotor operasional, pendapatan lainnya, bunga, serta beban pajak. Komponen dalam laba rugi yang tidak tercantum dalam arus kas adalah biaya penyusutan yang diperoleh dari kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada lampiran 3. Laba bersih yang diperoleh PT. TIS bernilai negatif pada tahun ke-1. Hal tersebut dikarenakan jumlah penjualan yang masih sedikit. Rincian laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 8 dan hasil analisis proyeksi nilai laba rugi pertahun dapat diihat pada Tabel 9.
40
Tabel 9 Proyeksi nilai laba rugia No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. a Sumber: Data primer (diolah)
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
Nilai Laba Rugi (Rp) (1 873 120 514) 272 976 487 860 227 667 1 440 165 701 2 115 888 992 2 699 478 888 3 115 612 848 3 268 371 093 3 498 529 733 4 956 607 026 5 166 275 285 5 208 589 011 3 570 806 786 3 596 790 986 3 507 269 450 419 012 285 1 210 356 339 2 650 618 904 4 991 378 136 8 338 157 910 12 177 625 177 14 481 177 766
Kriteria Investasi Kelayakan suatu usaha dapat dinilai dengan kriteria investasi. Kriteria investasi tersebut terdiri dari net present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR), payback period (PP). Discount Factor juga digunakan untuk mencari nilai sekarang dan nilai di masa yang akan datang. Analisis-analisis tersebut menggunakan laporan arus kas yang dapat dilihat pada lampiran 9. Hasil analisis kriteria investasi PT. TIS dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Hasil analisis kriteria investasi PT. TIS
a
No.
Kriteria kelayakan
Hasil penilaian pada DF 11%
1 2 3 4
NPV Net B/C IRR PP
Rp 26 057 938 182 3.58 31 persen 7.58 tahun
Sumber: Data primer (diolah)
1.
Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan nilai manfaat bersih sekarang. Nilai tersebut didapat dari selisih antara total PV manfaat dengan PV biaya. Hasil analisis menunjukan NPV positif sebesar Rp 26 057 938 182. Suatu usaha dapat dikatakan layak jika NPV nya lebih dari nol. Usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS layak dari segi NPV karena NPV lebih besar dari nol.
41
2.
Net B/C Net B/C merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif (PV +) dengan manfaat bersih yang bernilai negatif (PV -) atau manfaat bersih yan menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Nilai B/C yang diperoleh adalah 3.58 yang berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1 akan menghasilkan tambahan manfaat bersih bagi PT. TIS sebesar Rp 3.58. Hasil analisis menunjukkan bahwa Net B/C bernilai lebih besar dari 1. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa usaha memiliki manfaat bersih yang menguntungkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut sehingga layak untuk dilaksanakan. 3.
Internal Rate of Return Analisis Internal Rate of return bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Nilai IRR mencerminkan besarnya discount rate yang apabila digunakan untuk mendiskontokan seluruh kas masuk akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan jumlah kas keluar. Discount Rate yang digunakan pada analisis adalah 11 persen. Hasil analisis menunjukan nilai IRR sebesar 31 persen. Usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS layak untuk djalankan karena nilai IRR tersebut lebih besar dari discount rate yang digunakan. Payback Period (PP) Analisis payback period bertujuan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian dari investasi yang telah dilakukan. Payback Period yang diperoleh selama 7.58 tahun atau 7 tahun 6 bulan menunjukan jangka waktu pengembalian investasi yang dilakukan lebih cepat dari umur bisnis yaitu 22 tahun. Usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS layak untuk dijalankan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih cepat dari umur proyek. 4.
Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan untuk mengukur berapa besar toleransi terhadap perubahan pada komponen penting dari usaha yang dijalankan. Perubahan pada komponen tersebut juga dapat mengukur kepekaan perusahaan terhadap perubahan tersebut. Persentase perubahan yang lebih rendah menunjukkan bahwa komponen tersebut lebih peka dibanding komponen lain yang persentase toleransi perubahannya lebih besar. Komponen penting pada usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS adalah penjualan TBS (produktivitas dan harga) dan biaya variabel (biaya perawatan). Komponen tersebut dipilih berdasarkan komponen dari inflow dan outflow yang paling berpengaruh terhadap keuntungan yang akan didapatkan perusahaan. Hasil analisis penurunan perkiraan nilai produksi adalah sebesar 25.5 persen. Artinya, nilai tersebut merupakan batas penurunan produktivitas dan harga jual maksimal agar usaha perkebunan tetap layak untuk dilaksanakan secara finansial. Hasil analisis untuk peningkatan biaya variabel yaitu biaya perawatan maksimal sebesar 131.56 persen. Berdasarkan hasil analisis tersebut, kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya lebih peka terhadap penurunan nilai produksi dibanding kenaikan biaya variabel.
42
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan yang diperoleh dari penelitian mengenai analisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya yaitu berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha aspek non finansial, usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha aspek finansial, usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value pada dua komponen yang dinilai paling berpengaruh dalam usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya yaitu penjualan TBS dan biaya perawatan menunjukkan bahwa komponen penjualan TBS lebih peka terhadap perubahan dibanding komponen biaya perawatan. Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek ekonomi agar dapat mengetahui pengaruh usaha pada skala perekonomian nasional dan melakukan evaluasi agar sumberdaya yang digunakan dapat berkontribusi pada pendapatan nasional.
DAFTAR PUSTAKA [BPS]. 2013. PDB Sektor Pertanian 2010 [internet]. [diunduh 2013 Juli 22]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/pdb.php [BPS]. 2012. Luas Areal Perkebunan menurut Jenis Tanaman 2007-2011 [internet]. [diunduh 2013 Juli 23]. Tersedia pada: http://riau.bps.go.id/attachments/tabel%206.2.2.pdf Budiasa IW. 2000. Studi Kelayakan Proyek Perkebunan Kelapa Sawit PT. Henrison Inti Persada Papua. Working paper. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar-Bali. Demiyati T. 2011. Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan Sistem Bagi Hasil (Studi kasus : Perkebunan Rakyat di Desa Budi Asih, Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan) [skripsi]. Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Departemen Pertanian]. 2010. Luas Areal Berdasarkan Status Kepengusahaan. Jakarta (ID): Departemen Pertanian. [Departemen Pertanian]. 2011. Produk Domestik Bruto Indonesia [Internet]. [diunduh 2013 Juni 18]. Tersedia pada: http://www.deptan.go.id/Indikator/tabel-12-PDB-berlaku.pdf [Departemen Pertanian]. 2012. Informasi Ringkas Komoditas Perkebunan [Internet]. [diunduh 2013 Juli 23]. Tersedia pada: http://pusdatin.setjen.deptan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/A1_Jan_Klp_Sa wit.pdf
43
[Dinas Perkebunan Provinsi Riau]. 2012. Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Riau [Internet]. [diunduh 2013 Juni 18]. Tersedia pada: http://disbun.riau.go.id/index.php/luas-pekebunan [Direktorat Jenderal Perkebunan]. 2009. Area and Production by Categoriy of Producers. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perkebunan. [Direktorat Tanaman Tahunan]. 2011. Pengelolaan Perkebunan Pekanbaru [Internet]. [diunduh 2013 Juni 10]. Tersedia pada ditjenbun.deptan.go.id/budtanan/ [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Diskusi “Industri Sawit Pasca Moratorium, Mau Kemana?” [Internet]. [diunduh 2013 Juni 30]. Tersedia pada http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanan/index.php?option=com_content&vi ew=article&id=84:diskusi-industri-sawit-pasca-moratorium-maukemana&catid=15:home&Itemid=1 Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek Pertanian. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press. Husnan S, Suwarsono. 1997. Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik, dan Penyusunan Laporan. Jakarta (ID): BPPE. Husnan S, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik, dan Penyusunan Laporan. Jakarta (ID): AMP. [ITC]. 2012. Market Brief ITPC Osaka. [Internet]. [diunduh 2013 Juni 30]. Tersedia pada: http://itpc.or.jp/wp-content/uploads/2012/05/Market-BriefITPC-Osaka-Mei-2012-Minyak-Kelapa-Sawit1.pdf Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Bumi Aksara Kasmir, Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua. Jakarta (ID): Kencana Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara. 435 hal. Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Miranti. 2010. Kontribusi CPO Indonesia [internet]. [diunduh 2013 Juni 10]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/hhandl/123456789/46536/BAB%20I% 20Pendahuluan_%202011dba.pdf?sesequen=4 Mukti. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit (Studi Kasus Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam) [skripsi]. Program Sarjana Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis FEM IPB [Statistik Kelapa Sawit Indonesia]. 2009. Kontribusi Kelapa Sawit Indonesia [Internet]. [diunduh 2013 Mei 30]. Tersedia pada http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60839/BAB%20I. %20PENDAHULUAN.pdf?sequence=1 Ramdan B. 2011. Kelayakan Pengembangan Usaha Crude palm Oil (CPO) Pada PT Tapian Nadenggan Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara [skripsi]. Program Sarjana Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor Siregar M. 2010. Perkembangan Perkebunan Industri Kelapa Sawit Indonesia [Internet]. [diunduh 2013 Mei 5]. Tersedia pada:
44
http://disbun.kaltimprov.go.id/berita2-796-didera-kampanye-hitam-eksporsawit-ri-masih-kencang.html Suwarto SY.2011. Budidaya Kelapa Sawit. Bahan Kuliah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Syahza A. 2012. Potensi Pengembangan Industri Kelapa Sawit. Lembaga Penelitian Universitas Riau [Internet]. [diunduh 2013 April 24]. Tersedia pada: http://almasdi.staff.unri.ac.id/files/2012/09/Potensi-PKS-di-Riau.pdf [Terang Inti Seraya] PT Terang Inti Seraya. 2013. Laporan keuangan tahun 2012. Jakarta (ID): Terang Inti Seraya [UNCTAD]. 2012. Konsumsi CPO Indonesia [Internet]. [diunduh 2013 Mei 12]. Tersedia pada: http://www.unctad.info/en/Infocomm/AACPProducts/Palm-oil/ Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama
45
Lampiran 1 Produk turunan kelapa sawita
a
Sumber: sawitakasima.net
46
Lampiran 2 Proyeksi penjualan TBS PT. TIS tahun 2013-2033a
a
Tahun
Total produksib
Penerimaanc
Tahun
Total produksib
Penerimaanc
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
7 283 529 7 477 279 7 622 023 7 819 259 7 893 404 7 800 071 7 490 327 7 251 364 7 012 278 6 773 133 6 436 922
10 706 788 292 11 541 180 075 12 352 822 887 13.306 102 242 14.103 888 208 14 633 977 864 14 755 498 789 14 998 994 414 15 229 682 086 15 445 809 025 15 413 050 560
2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
4 776 325 4 538 066 4 251 483 2 039 161 2 590 486 3 108 399 3 274 605 3 440 696 5 724 549 6 276 988
12 008 629 772 11 980 079 467 11 784 704 139 5 934 976 127 7 916 588 730 9 974 310 265 11 033 017 315 15 539 444 566 21 264 504 292 24 482 437 159
Sumber: Proyeksi penjualan TBS PT. TIS (diolah); bTotal produksi (kg); cPenerimaan (Rp)
47
Lampiran 3 Luasan main road, collection road, dan control roada
a
No
Uraian
1.
Jalan Utama ( Main Road )
Kebun Buluh Nipisb 1.736
2.
Jalan Koleksi ( Collection Road )
5.782
4.121
3.801
3.
Jalan Kontrol ( Control Road )
1.007
718
662
Sumber: Data Sekunder Perusahaan (diolah); bmeter
Kebun Ujung Batu Rokanb 1.237
Kebun Tenayanb 1.141
48
Lampiran 4 Layout perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya di Ujung Batu Rokan
Keterangan: A dan B 1, 2, 3, dst
: blok : nomor blok
49
Lampiran 5 Dosis dan harga pupuka No Bulan ke Dosisb 1 1 0,5 2 2 0,75 3 4 0,75 4 8 0,75 5 12 0,75 6 16 0,75 7 20 0,75 8 24 0,75 9 28 1 10 32 1 11 36 1 12 40 1 13 44 1 14 48 1 a Sumber: Sihombing M (2013); bkilogram; crupiah
Jenis Urea Urea TSP Urea Urea TSP Urea Urea TSP Urea Urea TSP Urea Urea
Hargac 5 000 5 000 2 000 5 000 5 000 2 000 5 000 5 000 2 000 5 000 5 000 2 000 5 000 5 000
50
Lampiran 6 Jumlah pekerja PT. TIS berdasarkan jabatana Unit perdivisi Ujung No Jabatan Buluh Pekanbarub Batu Nipisb Rokanb 1. Komisaris 1 2. Direktur 2 3. Administrasi 2 1 1 4. Agronomi 1 5. Pimpinan Kebun 1 1 6. Pengawas 1 7. Mdr. Panen 2 1 8. Krani. Cek Buah 1 1 9. Mdr. Perawatan 1 10. Mekanik 3 11. Driver/Operator 1 4 3 12. Keamanan/Security 2 1 Tenaga Kerja 14 7 13. Panen Tenaga Kerja 29 10 14. Perawatan Tenaga Kerja 1 15. Umum 8 59 25 Total a
Sumber: Data Sekunder Perusahaan; borang
Tenayanb
Jumlah Tenaga Kerjab
1 1 1 1 3 1
1 2 4 1 3 1 4 3 2 3 11 4
6
27
26
65
-
1
40
132
51
Lampiran 7 Jumlah penyusutan dan nilai sisa usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Serayaa Uraian
Nilai Awal
No I. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
MESIN – MESIN Mesin Genset Yanmar TS230 Mesin Genset Yanmar TS230 Mesin Genset Yanmar TS230 Mesin Genset Misaka Mesin Genset Dongfeng Mesin Genset Fortebel Firman Mesin Pompa Air Firman Mesin Pompa Air Robyn Mesin Pompa Air Robyn Mesin Pompa Air Federolo Mesin Pompa Air Robyn Mesin Pompa Air Kama Mesin Las Mesin Chain Saw JSKY Panel Uk. 30 x 40 x 10 Mesin Pompa Air Federolo
II.
Jumlah Mesin - Mesin BANGUNAN KANTOR KEBUN
1 2 3 4 5 6 7
Kantor Musholla Bengkel Mes Karyawan - 1 Mes Karyawan - 2 Mes Karyawan - 3 Gudang
77,700,000 19,500,000 16,100,000 405,000,000 160,000,000 120,000,000 12,800,000
Jumlah Bangunan PERALATAN DAN PERLENGKAPAN KANTOR
811,100,000
III 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Meja Direktur Meja Kerja Meja Kerja 1/2 Biro Kursi Kerja Kursi Tamu (Sofa) Kursi Kerja Meja Rapat Meja computer Lemari Arsip Besi Filling Kabinet AC Merk Sanyo Merek SAP KQ6GL
12
AC Merk LG Neo Plasma
35,000,000 12,000,000 17,500,000 4,500,000 3,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 1,750,000 2,500,000 2,500,000 4,500,000 1,150,000 1,250,000 2,435,000
Umur Ekonomis 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
98,585,000
Penyusutan Pertahun 7,000,000 2,400,000 3,500,000 900,000 700,000 500,000 500,000 500,000 500,000 350,000 500,000 500,000 900,000 230,000 250,000 487,000
Sisa Umur
Nilai Sisa
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
14,000,000 4,800,000 7,000,000 1,800,000 1,400,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 700,000 1,000,000 1,000,000 1,800,000 460,000 500,000 974,000
19,717,000
10 10 10 10 10 10 10
7,770,000 1,950,000 1,610,000 40,500,000 16,000,000 12,000,000 1,280,000 81,110,000
2 2 2 2 2 2 2
15,540,000 3,900,000 3,220,000 81,000,000 32,000,000 24,000,000 2,560,000
8,076,000 4,000,000 9,000,000 1,400,000 5,000,000 1,350,000 2,050,000 1,550,000 2,200,000 550,000 3,300,000
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2,019,000 1,000,000 2,250,000 350,000 1,250,000 337,500 512,500 387,500 550,000 137,500 825,000
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4,038,000 2,000,000 4,500,000 700,000 2,500,000 675,000 1,025,000 775,000 1,100,000 275,000 1,650,000
3,300,000
4
825,000
2
1,650,000
52 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
AC Merk Mitshubishi Computer PC Merk Digital + UPS ICA CE 1200 Computer PC Merk Accer Computer PC + UPS Merk Nexus Printer Merek Canon Pixma MP2770 Printer Merek Canon Pixma MP256 Printer Merek Epson LQ 2090 Mesin Fax Merek Panasonik KXFP342 Pesawat Telephone Merek Sahitel Meja Kerja busa ( FUTURA ) Lemari Arsip Besi Merk LION Meja Direktur Rak buku rendah Kursi Direktur
3,300,000 3,550,000
4 4
825,000
2,000,000 2,750,000 450,000
4 4 4
500,000 687,500
750,000 900,000 400,000
4 4 4
187,500 225,000
200,000 1,498,200 5,791,500 6,800,000 3,200,000 4,284,500
4 4 4 4 4 4
50,000 374,550 1,447,875 1,700,000 800,000 1,071,125
Jumlah Peralatan & Perlengkapan
77,650,200
IV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
KENDERAAN KEBUN Dump Truck Toyota Dyna BM 8709 TC Dump Truck Toyota Dyna BM 8112 TE Dump Truck Toyota Dyna BM 8113 TE Mitshubishi FE349 BM 9033 Truck LM Jeep Ford Everest BM 168 MY Jeep Ford Everest BM 1932 DJ Jeep Daihatsu Taft Rocky BM 1352 A Jeep Daihatsu Taft Rocky BM 1614 RE Pickup Daihatsu BM 1875 LV Pickup Daihatsu B 2403 VL Pickup Daihatsu L 1067 GV Pickup Daihatsu W 1621 XE Sepeda Motor Honda BM 3485 MJ Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z BM 6594 JCMotor Yamaha Jupiter Z BM Sepeda 6865 OBMotor Yamaha Jupiter Z BM Sepeda 3775 Q Motor Honda BM 3917 MB Sepeda Sepeda Motor Bajaj BM 3497 JD
250,000,000 278,208,000 278,208,000 230,000,000 250,000,000 175,000,000 54,000,000 65,000,000 37,851,666 30,000,000 35,051,666 33,551,668 5,500,000 14,400,000 9,000,000 10,400,000 5,500,000 13,500,000
V 1 2 3
Jumlah Kenderaan TANAMAN MENGHASILKAN Tanaman 123,76 Ha Thn 1998. Tanaman 173,64 Ha Thn 2001. Tanaman 114,13 Ha Thn 2008. Jumlah Tanaman Menghasilkan Penyusutan pertahun
00
112,500
100,000
1,650,000 1,775,000
2 2 2
1,000,000 1,375,000 225,000
2 2 2
375,000 450,000 200,000
2 2 2 2 2 2
100,000 749,100 2,895,750 3,400,000 1,600,000 2,142,250
19,412,550 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
50,000,000 55,641,600 55,641,600 46,000,000 50,000,000 35,000,000 10,800,000 13,000,000 7,570,333 6,000,000 7,010,333 6,710,334 1,100,000 2,880,000 1,800,000 2,080,000 1,100,000 2,700,000 355,034,200
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
100,000,000 111,283,200 111,283,200 92,000,000 100,000,000 70,000,000 21,600,000 26,000,000 15,140,666 12,000,000 14,020,666 13,420,667 2,200,000 5,760,000 3,600,000 4,160,000 2,200,000 5,400,000
25 25 25
473,784,000 741,272,000 416,060,000 1,631,116,000 2,106,389,750
15 18 0
7,106,760,0 00 13,342,896, 000-
Total nilai sisa
21,400,203, 500
1,775,171,00 0 11,844,600,0 00 18,531,800,0 00 10,401,500,0 00 40,777,900,0
887,500
2 2
53
Lampiran 8 Rincian biaya replanting PT. Terang Inti Serayaa Replanting tahun ke-13 (Ujung Batu Rokan) Uraian
Satuan Unit
Bibit Tumbang pohon Upah tanam Perawatan Pupuk Herbisida a
Biaya per unit
Jumlah biaya
Replanting tahun ke-16 (Buluh Nipis) Jumlah Unit Biaya per unit biaya
pohon
21434
30000
643005600
17573
30000
527175000
hektar
181,64
5000000
908200000
123,75
5000000
618750000
hektar hektar pertahun
181,64
2000000
363280000
123,75
2000000
247500000
181,64
1500000
1089840000
123,75
1500000
742500000
pohon hektar perbulan
300069
2000 dan 5000
1034167340
204435
2000 dan 5000
704570625
181,64
175000
381444000
123,75
175000
259875000
Sumber: Data Primer PT. TIS (diolah)
54
54
Lampiran 9 Laporan arus kas PT Terang Inti Serayaa Tahun No I
II
Uraian INFLOW Penjualan TBS Pendapatan Bunga Jasa Giro Penerimaan pinjaman Nilai sisa (salvage value) TOTAL INFLOW OUTFLOW 1. Biaya Investasi Replanting Lahan sawit Bangunan Kantor Sarana Penunjang Perlengkapan dan Peralatan Kantor Mesin Kendaraan Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional 2.1. Biaya Variabel Biaya Panen Biaya Perawatan Biaya Overhead Pajak Bunga Jasa Giro Total Biaya Variabel 2.2. Biaya Tetap Biaya Sewa Bangunan Biaya Gaji Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos Biaya Pemeliharaan/perbaikan Biaya Perjalanan Dinas Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor Biaya Perizinan dan Retrebusi Biaya Karyawan Biaya Kebersihan dan Keamanan Biaya Konsultan Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) Pajak PPH 21 PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional 3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga 4. Biaya Pajak TOTAL OUTFLOW
1 2012
2 2013
3 2014
4 2015
5 2016
6 2017
6,291,433,804 3,352,202 15,000,000,000
10,706,788,292 3,352,202
11,541,180,075 3,352,202
12,352,822,887 3,352,202
13,306,102,242 3,352,202
14,103,888,208 3,352,202
21,294,786,006
10,710,140,494
11,544,532,277
12,356,175,089
13,309,454,444
14,107,240,410
25,777,900,000 77,700,000 733,400,000 77,650,200 98,585,000 1,775,171,000 28,540,406,200
0
0
0
77,650,200
98,585,000 1,775,171,000 1,873,756,000
793,335,407 2,645,106,313 644,487,262 670,440 4,083,599,422
1,065,941,009 2,645,106,313 865,945,722 670,440 4,577,663,484
1,094,296,156 2,645,106,313 888,980,785 670,440 4,629,053,694
1,115,479,445 2,645,106,313 906,189,597 670,440 4,667,445,795
1,144,344,836 2,645,106,313 929,639,171 670,440 4,719,760,761
1,155,195,839 2,645,106,313 938,454,274 670,440 4,739,426,866
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 5,318,569,416 2,910,000,000 90,992,162 8,319,561,579
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 5,369,959,626 2,910,000,000 286,742,556 8,566,702,182
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 5,408,351,727 2,910,000,000 480,055,234 8,798,406,961
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 5,460,666,693 2,910,000,000 705,296,331 9,153,613,223
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 5,480,332,798 2,910,000,000 899,826,296 11,163,915,094
709,386,432 4,792,985,854
33,333,392,054
77,650,200
55 Tahun No I
II
Uraian INFLOW Penjualan TBS Pendapatan Bunga Jasa Giro Penerimaan pinjaman Nilai sisa (salvage value) TOTAL INFLOW OUTFLOW 1. Biaya Investasi Replanting Lahan sawit Bangunan Kantor Sarana Penunjang Perlengkapan dan Peralatan Kantor Mesin Kendaraan Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional 2.1. Biaya Variabel Biaya Panen Biaya Perawatan Biaya Overhead Pajak Bunga Jasa Giro Total Biaya Variabel 2.2. Biaya Tetap Biaya Sewa Bangunan Biaya Gaji Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos Biaya Pemeliharaan/perbaikan Biaya Perjalanan Dinas Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor Biaya Perizinan dan Retrebusi Biaya Karyawan Biaya Kebersihan dan Keamanan Biaya Konsultan Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) Pajak PPH 21 PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional 3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga 4. Biaya Pajak TOTAL OUTFLOW
7 2018
8 2019
9 2020
10 2021
11 2022
12 2023
14,633,977,864 3,352,202
14,755,498,789 3,352,202
14,998,994,414 3,352,202
15,229,682,086 3,352,202
15,445,809,025 3,352,202
15,413,050,560 3,352,202
14,637,330,066
14,758,850,991
15,002,346,616
15,233,034,288
15,449,161,227
15,416,402,762
-
77,700,000 733,400,000 77,650,200
0
0
77,650,200
0
98,585,000 1,775,171,000 2,684,856,000
1,141,536,635 2,645,106,313 927,357,854 670,440 4,714,671,242
1,096,205,699 2,645,106,313 890,532,054 670,440 4,632,514,507
1,061,233,633 2,645,106,313 862,121,559 670,440 4,569,131,945
1,026,243,455 2,645,106,313 833,696,352 670,440 4,505,716,560
991,244,806 2,645,106,313 805,264,262 670,440 4,442,285,820
942,040,486 2,645,106,313 765,291,815 670,440 4,353,109,053
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 5,455,577,174 2,910,000,000 1,038,537,616 9,404,114,790
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 5,373,420,439 2,910,000,000 1,089,457,031 9,372,877,470
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 5,310,037,877 2,910,000,000 1,166,176,578 9,463,864,655
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 5,246,622,492
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 5,183,191,752
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 5,094,014,985
1,652,202,342 6,898,824,834
1,722,091,762 9,590,139,514
1,736,196,337 6,830,211,322
0
55
56
56
Tahun No I
II
Uraian INFLOW Penjualan TBS Pendapatan Bunga Jasa Giro Penerimaan pinjaman Nilai sisa (salvage value) TOTAL INFLOW OUTFLOW 1. Biaya Investasi Replanting Lahan sawit Bangunan Kantor Sarana Penunjang Perlengkapan dan Peralatan Kantor Mesin Kendaraan Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional 2.1. Biaya Variabel Biaya Panen Biaya Perawatan Biaya Overhead Pajak Bunga Jasa Giro Total Biaya Variabel 2.2. Biaya Tetap Biaya Sewa Bangunan Biaya Gaji Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos Biaya Pemeliharaan/perbaikan Biaya Perjalanan Dinas Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor Biaya Perizinan dan Retrebusi Biaya Karyawan Biaya Kebersihan dan Keamanan Biaya Konsultan Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) Pajak PPH 21 PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional 3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga 4. Biaya Pajak TOTAL OUTFLOW
13 2024
14 2025
15 2026
16 2027
17 2028
18 2029
12,008,629,772 3,352,202
11,980,079,467 3,352,202
11,784,704,139 3,352,202
5,934,976,127 3,352,202
7,916,588,730 3,352,202
9,974,310,265 3,352,202
12,011,981,974
11,983,431,669
11,788,056,341
5,938,328,329
7,919,940,932
9,977,662,467
4,419,936,940
3,100,370,625
77,650,200
77,650,200
4,497,587,140
0
0
98,585,000 1,775,171,000 4,974,126,625
699,012,788 1,864,852,913 567,861,757 670,440 3,132,397,899
664,143,712 1,864,852,913 539,534,929 670,440 3,069,201,995
622,202,499 1,864,852,913 505,462,862 670,440 2,993,188,714
298,430,183 719,598,550 242,437,750 670,440 1,261,136,923
379,116,384 1,499,851,949 307,985,346 670,440 2,187,624,119
454,912,681 1,499,851,949 369,560,499 670,440 2,324,995,569
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 3,873,303,831
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 3,810,107,927
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 3,734,094,646
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 2,002,042,855
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 2,928,530,051
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 3,065,901,501
1,190,268,929 9,561,159,899
1,198,930,329 5,009,038,255
1,169,089,817 4,903,184,463
139,670,762 7,115,840,241
403,452,113 3,409,632,364
883,539,635 3,949,441,136
77,650,200
0
57
No I
II
Uraian INFLOW Penjualan TBS Pendapatan Bunga Jasa Giro Penerimaan pinjaman Nilai sisa (salvage value) TOTAL INFLOW OUTFLOW 1. Biaya Investasi Replanting Lahan sawit Bangunan Kantor Sarana Penunjang Perlengkapan dan Peralatan Kantor Mesin Kendaraan Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional 2.1. Biaya Variabel Biaya Panen Biaya Perawatan Biaya Overhead Pajak Bunga Jasa Giro Total Biaya Variabel 2.2. Biaya Tetap Biaya Sewa Bangunan Biaya Gaji Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos Biaya Pemeliharaan/perbaikan Biaya Perjalanan Dinas Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor Biaya Perizinan dan Retrebusi Biaya Karyawan Biaya Kebersihan dan Keamanan Biaya Konsultan Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) Pajak PPH 21 PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional 3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga 4. Biaya Pajak TOTAL OUTFLOW
19 2030
20 2031
21 2032
22 2033
11,033,017,315 3,352,202
15,539,444,566 3,352,202
21,264,504,292 3,352,202
11,036,369,517
15,542,796,768
21,267,856,494
24,482,437,159 3,352,202 21,400,203,500 45,885,992,861
0
77,700,000 733,400,000
0
811,100,000
77,650,200 98,585,000 1,775,171,000 1,951,406,200
479,236,812 1,499,851,949 389,320,858 670,440 2,369,080,059
503,544,241 1,499,851,949 409,067,648 670,440 2,413,134,278
837,784,915 1,499,851,949 680,597,010 670,440 3,018,904,314
918,634,227 1,499,851,949 746,277,113 670,440 3,165,433,729
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 3,109,985,991
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 3,154,040,210
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 3,759,810,246
48,000,000 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 19,034,300 1,002,950 526,400 207,570,000 763,500 2,000,000 28,756,000 740,905,932 3,906,339,661
1,663,792,712 4,773,778,703
2,779,385,970 6,744,526,180
4,059,208,392 9,770,424,838
4,827,059,255 8,733,398,917
57
58
58
Uraian Net Benefit DF PV Net Benefit PV Benefit PV Biaya PV (+) PV (-) NPV Net B/C Net Benefit Rata-rata pertahun IRR Payback Period
11 2022 5859021713 0.317283314 1858969827 4901761076 3042791249
a
12 2023 8586191439 0.285840824 2454284033 4406637263 1952353230
1 2012 -12038606048 0.900900901 -10845591034 19184491897 30030082932 36138433774 -10080495591 26057938182 3.58 6013901061 31% 7.57
13 2024 2450822074 0.257514256 631121621.9 3093256595 2462134973
sumber: Data sekunder diolah (2013)
2 2013 2390578915 0.811622433 1940247476 8692590288 6752342812
3 2014 2977830095 0.731191381 2177363700 8441262502 6263898802
90.92172612
7 tahun 6 bulan
14 2025 6974393414 0.231994825 1618023178 2780094130 1162070952
15 2026 6884871878 0.209004347 1438968149 2463755014 1024786865
Tahun 4 5 2015 2016 3557768129 4155841220 0.658730974 0.593451328 2343612065 2466289491 8139395253 7898513415 5795783188 5432223924
Tahun 16 2027 -1177511912 0.188292204 -221716313.4 1118140930 1339857244
17 2028 4510308567 0.169632616 765095443 1343480302 578384858.9
6 2017 2943325316 0.534640836 1573621908 7542306808 5968684900
18 2029 6028221332 0.152822177 921245906.9 1524808099 603562192
7 2018 5233215276 0.481658411 2520622154 7050193139 4529570985
19 2030 6262590814 0.137677637 862218703.9 1519461275 657242570.8
8 2019 5385973521 0.433926496 2337116619 6404256500 4067139881
9 2020 5538481961 0.390924771 2165129795 5864788922 3699659127
10 2021 8334209454 0.352184479 2935179213 5364838241 2429659028
20 2031 8798270588 0.124033907 1091283877 1927833810 836549933.6
21 2032 11497431655 0.111742259 1284748982 2376518321 1091769339
22 2033 37152593944 0.100668701 3740103389 4619283317 879179928.4
59
Lampiran 10 Proyeksi laba rugi PT. Terang Inti Serayaa Komponen Penjualan Biaya operasional-variabel 1. biaya panen 2. biaya perawatan 3. biaya overhead total biaya operasional-variabel Margin Kotor Biaya operasional-tetap Biaya Gaji Biaya Listrik/Air/Telephone/Benda Pos Biaya Pemeliharaan/perbaikan Biaya Perjalanan Dinas Biaya Administrasi Kantor Biaya adm dan Bunga Bank Pihak ke Tiga Biaya Perizinan/Retrebusi Biaya Karyawan Biaya Kebersihan/keamanan Biaya Penyusutan Biaya Konsultan Biaya Pajak PPH 21 PBB Biaya Pajak daerah lainnya ( pajak reklame ) Biaya sewa bangunan Total biaya operasional-tetap Laba Rugi Operasional Pendapatan lain-lain Pendapatan Bunga Jasa Giro Pajak Bunga Jasa Giro Jumlah Pendapatan Lain-lain EBIT (Laba Kotor) Bunga 11% Laba Sebelum Pajak Tax 25% Laba setelah Pajak
1 2012 6,291,433,804
2 2013 10,706,788,292
793,335,407 2,645,106,313 644,487,262 4,082,928,982 2,208,504,822
1,065,941,009 2,645,106,313 865,945,722 4,576,993,044 6,129,795,247
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000
48,000,000 4,084,307,098 (1,875,802,276) 3,352,202 670,440 2,681,762 (1,873,120,514) (1,873,120,514) (1,873,120,514)
Tahun 3 2014 11,541,180,075
4 2015 12,352,822,887
5 2016 13,306,102,242
6 2017 14,103,888,208
1,094,296,156 2,645,106,313 888,980,785 4,628,383,254 6,912,796,821
1,115,479,445 2,645,106,313 906,189,597 4,666,775,355 7,686,047,532
1,144,344,836 2,645,106,313 929,639,171 4,719,090,321 8,587,011,921
1,155,195,839 2,645,106,313 938,454,274 4,738,756,426 9,365,131,782
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 2,013,968,649
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 2,796,970,223
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 3,570,220,934
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 4,471,185,323
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 5,249,305,184
3,352,202 670,440 2,681,762 2,013,968,649 1,650,000,000 363,968,649 90,992,162 272,976,487
3,352,202 670,440 2,681,762 2,796,970,223 1,650,000,000 1,146,970,223 286,742,556 860,227,667
3,352,202 670,440 2,681,762 3,570,220,934 1,650,000,000 1,920,220,934 480,055,234 1,440,165,701
3,352,202 670,440 2,681,762 4,471,185,323 1,650,000,000 2,821,185,323 705,296,331 2,115,888,992
3,352,202 670,440 2,681,762 5,249,305,184 1,650,000,000 3,599,305,184 899,826,296 2,699,478,888
59
60
60
7 2018 14,633,977,864
8 2019 14,755,498,789
9 2020 14,998,994,414
Tahun 10 2021 15,229,682,086
11 2022 15,445,809,025
12 2023 15,413,050,560
13 2024 12,008,629,772
14 2025 11,980,079,467
1,141,536,635 2,645,106,313 927,357,854 4,714,000,802 9,919,977,062
1,096,205,699 2,645,106,313 890,532,054 4,631,844,067 10,123,654,722
1,061,233,633 2,645,106,313 862,121,559 4,568,461,505 10,430,532,909
1,026,243,455 2,645,106,313 833,696,352 4,505,046,120 10,724,635,966
991,244,806 2,645,106,313 805,264,262 4,441,615,380 11,004,193,645
942,040,486 2,645,106,313 765,291,815 4,352,438,613 11,060,611,947
699,012,788 1,864,852,913 567,861,757 3,131,727,459 8,876,902,313
664,143,712 1,864,852,913 539,534,929 3,068,531,555 8,911,547,913
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 5,804,150,464
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 6,007,828,124
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 6,314,706,311
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 6,608,809,368
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 6,888,367,047
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 6,944,785,349
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 4,761,075,715
402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 4,795,721,315
3,352,202 670,440 2,681,762 5,804,150,464 1,650,000,000 4,154,150,464 1,038,537,616 3,115,612,848
3,352,202 670,440 2,681,762 6,007,828,124 1,650,000,000 4,357,828,124 1,089,457,031 3,268,371,093
3,352,202 670,440 2,681,762 6,314,706,311 1,650,000,000 4,664,706,311 1,166,176,578 3,498,529,733
3,352,202 670,440 2,681,762 6,608,809,368
3,352,202 670,440 2,681,762 6,888,367,047
3,352,202 670,440 2,681,762 6,944,785,349
3,352,202 670,440 2,681,762 4,761,075,715
3,352,202 670,440 2,681,762 4,795,721,315
6,608,809,368 1,652,202,342 4,956,607,026
6,888,367,047 1,722,091,762 5,166,275,285
6,944,785,349 1,736,196,337 5,208,589,011
4,761,075,715 1,190,268,929 3,570,806,786
4,795,721,315 1,198,930,329 3,596,790,986
61
Tahun 15 2026 11,784,704,139 622,202,499 1,864,852,913 505,462,862 2,992,518,274 8,792,185,864 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 4,676,359,266 3,352,202 670,440 2,681,762 4,676,359,266 4,676,359,266 1,169,089,817 3,507,269,450 a
16 2027 5,934,976,127 298,430,183 719,598,550 242,437,750 1,260,466,483 4,674,509,645 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 558,683,047 3,352,202 670,440 2,681,762 558,683,047 558,683,047 139,670,762 419,012,285
17 2028 7,916,588,730 379,116,384 1,499,851,949 307,985,346 2,186,953,679 5,729,635,051 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 1,613,808,453 3,352,202 670,440 2,681,762 1,613,808,453 1,613,808,453 403,452,113 1,210,356,339
18 2029 9,974,310,265 454,912,681 1,499,851,949 369,560,499 2,324,325,129 7,649,985,136 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 2,106,389,750 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 4,115,826,598 3,534,158,538 3,352,202 670,440 2,681,762 3,534,158,538 3,534,158,538 883,539,635 2,650,618,904
19 2030 11,033,017,315 479,236,812 1,499,851,949 389,320,858 2,368,409,619 8,664,607,696 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 0 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 2,009,436,848 6,655,170,848 3,352,202 670,440 2,681,762 6,655,170,848 6,655,170,848 1,663,792,712 4,991,378,136
20 2031 15,539,444,566 503,544,241 1,499,851,949 409,067,648 2,412,463,838 13,126,980,728 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 0 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 2,009,436,848 11,117,543,880 3,352,202 670,440 2,681,762 11,117,543,880 11,117,543,880 2,779,385,970 8,338,157,910
21 2032 21,264,504,292 837,784,915 1,499,851,949 680,597,010 3,018,233,874 18,246,270,418 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 0 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 2,009,436,848 16,236,833,570 3,352,202 670,440 2,681,762 16,236,833,570 16,236,833,570 4,059,208,392 12,177,625,177
22 2033 24,482,437,159 918,634,227 1,499,851,949 746,277,113 3,164,763,289 21,317,673,870 402,296,335 12,910,500 2,059,800 8,194,147 7,792,000 1,268,530,916 19,034,300 1,002,950 526,400 0 207,570,000 2,000,000 28,756,000 763,500 48,000,000 2,009,436,848 19,308,237,022 3,352,202 670,440 2,681,762 19,308,237,022 19,308,237,022 4,827,059,255 14,481,177,766
sumber: Data sekunder diolah (2013)
61
62 Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian
Fasilitas bengkel yang dimiliki oleh PT. TIS
Proses penimbangan dan pengangkutan TBS
TBS hasil panen PT. TIS
Jalan pasir batu dalam perkebunan PT. TIS
Salah satu mess karyawan PT. TIS
63
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 26 November 1991 dari pasangan Arif Nurachman dan Susi Emilia. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Nasional I pada tahun 2003 dan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Cileungsi pada tahun 2006. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cileungsi dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi kampus dan kepanitiaan. Pada tahun 2010, penulis merupakan anggota UKM Panahan IPB. Pada tahun 2010-2011, penulis menjabat sebagai bendahara umum Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) dan mengikuti kepanitiaan One Day No Rice serta Agrination.