MANAJEMEN RISIKO DALAM USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. SAWINDO KENCANA, PROVINSI BANGKA BELITUNG
SKRIPSI
HENDRA PRATAMA H34060128
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN HENDRA PRATAMA EFFENDY. Manajemen Risiko dalam Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sawindo Kencana, Provinsi Bangka Belitung. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI). Indonesia sebagai negara agraris memiliki beberapa keunggulan komparatif yang didukung oleh sumber daya alam dalam pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting dalam perekenomian Indonesia karena berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan ekonomi. Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menyumbangkan bagian cukup besar dalam Produk Domestik Bruto (PDB), setelah tanaman pangan dan sektor perikanan. Peranan subsektor perkebunan dalam PDB terus meningkat setiap tahunnya. Subsektor perkebunan sendiri terdiri dari beberapa komoditi utama, antara lain; teh, kina, kopi, karet, coklat, tebu, dan kelapa sawit. Diantara beberapa komoditi utama tersebut, kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memiliki luas areal terbesar. Areal perkebunan kelapa sawit nasional mengalami perkembangan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008 luas areal perkebunan telah mencapai 6.811.811 hektar. Rata-rata tingkat pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 6,62 persen pertahun. PT Sawindo Kencana sebagai salah satu anak perusahaan dari Kencana Agri, merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak pada bidang perkebunan kelapa sawit. Perusahaan ini telah berdiri semenjak tahun 1995 dan memiliki raeal perkebunan seluas 7.321 hektar yang berlokasi di Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. Selama menjalankan kegiatan usahanya, banyak risiko yang dihadapi oleh perusahaan, terutama dalam bidang produksi. Indikasi dari terdapatnya risiko pada usaha yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat dari produktivitas kebun perusahaan yang berflukutatif setiap tahunnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman pada kebun perusahaan antara lain curah hujan, hama, penyakit, kebakaran, penyakit pada tanaman kelapa sawit, dan penambangan timah pada areal perusahaan. Curah hujan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam pembentukan buah pada tanaman kelapa sawit. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko yang dihadapi oleh PT. Sawindo Kencana dalam menjalankan usahanya dan menganalisis strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam mengelola risiko yang dihadapi. Penelitian ini dilakukan pada PT. Sawindo Kencana yang berlokasi di Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer berasal dari hasil observasi dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari studi literatur berbagai buku, skripsi, tesis, jurnal, internet, data produksi dan tenaga kerja dari PT. Sawindo Kencana, serta instansi terkait yaitu Dinas Perkebunan Provinsi Bangka Belitung, dan data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Metode yang digunakan dalam menentukan besarnya dampak dan probabilitas risiko adalah dengan menggunakan Metode Expert Opinion melalui pendekatan Metode Delphy. Metode ini dilakukan dengan menanyakan kepada beberapa orang yang
dianggap ahli dalam bidangnya, lalu pernyataan dari seorang ahli akan ditanyakan kembali secara lisan kepada ahli lainnya untuk diminta revisi atau perbaikan atas pernyataan tersebut. Hasil identifikasi sumber-sumber risiko pada PT. Sawindo Kencana didapatkan hasil bahwa risiko yang terdapat pada risiko produksi adalah risiko serangan hama, risiko serangan gulma, risiko serangan penyakit pada tanaman kelapa sawit, risiko curah hujan, risiko kebakaran, risiko usia tanaman, dan risiko penambangan timah. Pada risiko sumber daya manusia terdapt risiko kesalahan manusia (human error), risiko perilaku menyimpang (moral hazard), risiko keselamatan kerja, dan risiko losses manusia. Risiko pasar yang dihadapi perusahaan adalah risiko fluktuasi harga dan ketersediaan input. Pada risiko institusional, risiko yang dihadapi perusahaan adalah kebijakan pemerintah daerah mengenai areal kebun perusahaan yang masih bersengketa dengan PT. Timah. Sedangkan pada risiko finansial, risiko yang dihadapi perusahaan adalah UMR yang terus meningkat. Berdasarkan hasil analisis strategi manajemen risiko perusahaan, strategi manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan secara garis besar adalah strategi preventif, strategi mitigasi, dan beberapa alternatif strategi seperti detect and monitor dan monitoring. Strategi manajemen risiko yang diterapkan pada bidang produksi adalah dengan melakukan monitoring dan preventif dengan menggunakan burung hantu pada risiko hama, monitoring dan preventif secara biologis pada risiko gulma, detect and monitor pada risiko penyakit, detect and monitor dan preventif dengan cover crop pada risiko curah hujan, preventif dengan memasang tanda peringatan pada risiko kebakaran, mitigasi dengan program plasma pada risiko usia tanaman, detect and monitor dan preventif dengan bekerja sama dengan kepolisian setempat pada risiko lahan. Dalam mengelola risiko sumber daya manusia, secara umum perusahaan melakukan risk based auditing setiap semester, pada risiko kesalahan manusia, perusahaan menerapan strategi monitoring dan preventif dengan cross check dan denda, detect and monitor pada risiko moral hazard, preventif dengan APD dan mitigasi dengan asuransi tenaga kerja pada risiko keselamatan, preventif dengan fasilitas pada risiko losses manusia. Strategi manajemen risiko pasar dilakukan dengan mitigasi, yaitu dengan memesan input secara sekaligus untuk keperluan setahun, kecuali untuk pupuk urea dan MOP. Strategi manajemen risiko institusional dilakukan dengan strategi preventif, yaitu dengan menyiapkan dokumen-dokumen legal yang diperlukan. Strategi manajemen risiko finansial yang diterapkan adalah dengan pembuatan master plan, sedangkan pada risiko UMR, perusahaan harus accepting risk (menerima risiko).
MANAJEMEN RISIKO DALAM USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. SAWINDO KENCANA, PROVINSI BANGKA BELITUNG
HENDRA PRATAMA EFFENDY H34060128
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
:
Manajemen
Risiko
dalam
Usaha
Perkebunan
Kelapa Sawit PT. Sawindo Kencana, Provinsi Bangka Belitung Nama
:
Hendra Pratama Effendy
NIM
:
H34060128
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si NIP. 19640921 199003 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Manajemen Risiko dalam Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sawindo Kencana, Provinsi Bangka Belitung” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Hendra Pratama Effendy H34060128
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 5 April 1989.
Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan (alm) Bapak Effendy Atnil dan Ibu Maria Seniati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Santa Theresia Padang pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Maria Padang. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas dari kelas akselerasi SMA Don Bosco Padang pada tahun 2006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Kemudian pada tahun 2007, dengan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penulis mendapatkan kesempatan untuk dapat menyelesaikan studi mayor di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti pendidikan, penulis juga aktif di organisasi internal kampus yaitu sebagai wakil ketua UKM Catur IPB pada tahun 2007-2008. Penulis juga aktif di berbagai kegiatan kampus seperti Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) tahun 2007 dan 2008. Penulis juga tercatat sebagai asisten dosen untuk mata kuliah Agama Katolik semenjak tahun 2007-sekarang.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Manajemen Risiko dalam Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sawindo Kencana, Provinsi Bangka Belitung”. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi manajemen risiko pada perkebunan kelapa sawit PT. Sawindo Kencana. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentitifikasi dan menganalisis strategi manajemen risiko perusahaan dengan menggunakan metode expert opinion dengan pendekatan metode Delphy. Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2011
Hendra Pratama
UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untu dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada almarhum Papa, almarhum Bapak Effendy Atnil yang selalu melihat dari atas sana, atas saran dan nasehat yang telah Beliau berikan kepada penulis. Kepada Mami, Ibu Maria Seniati yang selalu sabar dan tabah dalam menghadapi segala keluh kesah dan tingkah laku penulis yang kurang berkenan. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis dan teman-teman sebimbingan penulis lainnya selama proses penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS dan Eva Yolynda Aviny, SP. MM. selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Pihak manajemen PT. Sawindo Kencana, Mas Pepeng, Mas Wawan, Pak Sugiyono, Mas Arif, Mas Agung, Pak Sahbudin, Pak Robby Kurniawan, Mbak Angga, Bu Vera, Pak Tendy, Pak Astawa, Pak Sami, Pak Wisnu Mbak Mala, Pak Darman, Mbak Ira dan pihak lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu atas segala bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Kepada seluruh personel Afdeling Delta PT. Sawindo Kencana yang telah membantu dan menerima penulis dengan tangan terbuka 5. Kepada seluruh pihak Koperasi Bina Tani Sejahtera yang telah menyediakan waktunya untuk berdiskusi. 6. Kepada Mas Thery Davean dan Bapak Aziz Barokah Jaya Kusuma Atmaja yang telah menemani penulis selama proses penelitian. 7. Kepada pihak Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kencana Agri atas bantuannya dalam penyediaan data bagi skripsi ini. 8. Kepada seluruh jajaran Dinas Perkebunan Provinsi Bangka Belitung atas bantuan dalam penyediaan data dalam proses penyelesaian skripsi ini.
9. Citra Utami Effendy & keluarga, dan Sandra Triastuti Effendy atas dukungan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi. 10. Wulandara Sujana sebagai pembahas dalam seminar penulis. 11. Lynn Kurniawan dan keluarga atas dukungan dan motivasi selama penyelesaian skripsi. 12. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Inneke, Raditantri, dan Eka, serta teman-teman Agribisnis angkatan 43, 42, dan 44. 13. Tisond, Ucok, Joseph, Ajang, Sigit, Pandu, Bokep, Kadek, Dedi, Arius, Redi, Dadoenk, Dicky, Amed, Ozo, Atsenk, Budi, Adhi, Manto dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah hadir dalam seminar penulis dan memberikan bantuan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 14. Ibu Ida, Teh Dian, Pak Yusuf, dan seluruh dosen serta staf departemen Agribisnis. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan, penyusunan skripsi, seminar, dan sidang. 15. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Bogor, Januari 2011
Hendra Pratama
x
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
xvii
I
PENDAHULUAN ................................................................. 1.1 Latar Belakang ........................................................... 1.2 Perumusan Masalah ................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................... 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................
1 1 5 7 7
II
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 2.1 Perkembangan Kelapa Sawit ...................................... 2.2 Karakteristik Lahan Perkebunan Kelapa Sawit............ Strategi Pengembangan Kelapa Sawit ......................... 2.3 2.4 Strategi Manajemen Risiko ........................................
8 8 8 9 12
III
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................... 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko ............................. 3.1.2 Manajemen Risiko ........................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ..............................
14 14 14 17 22
IV
METODE PENELITIAN .................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................... 4.1 4.2 Jenis Data dan Sumber Data ...................................... 4.3 Metode Pengumpulan Data ........................................ 4.4 Metode Pengolahan Data ........................................... 4.4.1 Analisis Deskriptif .......................................... 4.4.2 Identifikasi Risiko Usaha .................................. 4.4.2 Pengukuran Dampak dan Probabilitas Risiko ... 4.4.3 Pemetaan Risiko ................................................
25 25 25 26 26 26 26 28 30
V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................. 5.1 Profil Perusahaan ....................................................... 5.2 Jenis dan Perkembangan Usaha ................................. 5.3 Struktur Organisasi ...................................................... 5.4 Kegiatan Utama Perusahaan ........................................ 5.4 Kegiatan Pemupukan......................................... 5.5 Kegiatan Pemeliharaan ...................................... 5.6 Kegiatan Pemanenan .........................................
31 31 32 34 38 38 39 39
VI
IDENTIFIKASI RISIKO USAHA ..................................... 6.1 Identifikasi Sumber Risiko pada Perkebunan PT. Sawindo Kencana ....................................................... 6.1.1 Risiko Produksi ...............................................
41 41 41
6.1.2 Risiko Sumber Daya Manusia ......................... 6.1.3 Risiko Pasar ..................................................... 6.1.4 Risiko Institusional .......................................... 6.1.5 Risiko Finansial ............................................... Pemetaan Risiko ...........................................................
52 56 57 59 60
VII
STRATEGI MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN ... 7.1 Manajemen Risiko Produksi ...................................... 7.1.1 Risiko Serangan Hama ...................................... 7.1.2 Risiko Serangan Gulma..................................... 7.1.3 Risiko Serangan Penyakit ................................. 7.1.4 Risiko Curah Hujan ........................................... 7.1.5 Risiko Kebakaran .............................................. 7.1.6 Risiko Usia Tanaman ........................................ 7.1.7 Risiko Penambangan Timah ............................. 7.2 Manajemen Risiko Sumber Daya Manusia ................ 7.2.1 Risiko Kesalahan Manusia .............................. 7.2.2 Risiko Perilaku Menyimpang ............................ 7.2.3 Risiko Keselamatan Kerja ................................ 7.2.4 Risiko Losses Manusia ...................................... 7.3 Manajemen Risiko Pasar ............................................ 7.4 Manajemen Risiko Institusional ................................. 7.5 Manajemen Risiko Finansial ...................................... 7.6 Perpindahan pada Peta Risiko ...................................... 7.6.1 Strategi Preventif................................................ 7.6.2 Strategi Mitigasi .................................................
62 62 62 63 63 64 64 64 66 67 67 69 70 70 71 71 72 72 73 74
VIII
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 8.1 Kesimpulan ................................................................ Saran ........................................................................... 8.2
76 76 77
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
79
LAMPIRAN ......................................................................................
81
6.2
xii
DAFTAR TABEL
Nomor 1.
Halaman Sumbangan Sektor Pertanian dalam Produk Domestik Bruto Tahun 2004-2009 ..................................................................
1
Peranan SubSektor dari Sektor Pertanian dalam Produk Domestik Bruto Tahun 2004-2009 ........................................
2
Perkembangan Luas Areal Perkebunan di Indonesia Tahun 2004-2008 ..............................................................................
2
Perkembangan Produksi, Luas Areal, dan Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1999-2008 ..........................
3
Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Berdasarkan Status Kepemilikan Tahun 2005-2008 .............................................
4
Penyebaran Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera Tahun 2000, 2005, 2007, dan 2008........................................
5
Perkembangan Produksi dan Produktivitas kelapa sawit PT. Sawindo Kencana Tahun 2005-2010.......... ....................
6
8.
Kriteria Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit ........................
9
9.
Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit..................
11
10.
Luas Areal Tanaman PT. Sawindo Kencana Berdasarkan Tahun Tanam .........................................................................
33
11.
Sistem Pembayaran Pemanen ................................................
40
12.
Dampak Serangan Hama pada Tanaman Kelapa Sawit .........
43
13.
Dampak Serangan Penyakit pada Tanaman Kelapa Sawit ....
46
14.
Dampak Risiko Curah Hujan .................................................
47
15.
Dampak Risiko Kebakaran ....................................................
48
16.
Dampak Risiko Usia Tanaman ..............................................
50
17.
Dampak Risiko Penambangan Timah ....................................
51
18.
Dampak Risiko Kesalahan Manusia ......................................
53
19.
Dampak Risiko Perilaku Menyimpang ..................................
54
20.
Dampak Risiko Keselamatan Manusia ..................................
54
21.
Dampak Risiko Losses Manusia ............................................
56
22.
Dampak Risiko Pasar .............................................................
57
23.
Dampak Risiko Institusional ..................................................
58
24.
Hasil Identifikasi Risiko ........................................................
60
2. 3. 4. 5. 6. 7.
25.
Luas Areal Kebun Plasma PT. Sawindo Kencana per Tahun Tanam ....................................................................................
65
26.
Denda pada Pemanen .............................................................
68
27.
Denda mandor dan krani ........................................................
69
28.
Strategi Manajemen Risiko PT. Sawindo Kencana ...............
73
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Hubungan Variance Return dan Expected Return .................
15
2.
Peta Risiko .............................................................................
18
3.
Peta Perpindahan Risiko pada Strategi Preventif...................
19
4.
Peta Perpindahan Risiko pada Strategi Mitigasi ....................
20
5.
Alternatif Strategi Menghadapi Risiko ..................................
21
6.
Kerangka Pemikiran Operasional ..........................................
24
7.
Peta Risiko .............................................................................
30
8.
Anak Perusahaan Kencana Agri yang Beroperasi Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung ..............................
31
9.
Struktur Organisasi Kebun PT. Sawindo Kencana ................
36
10.
Struktur Organisasi Afdeling PT. Sawindo Kencana ............
36
11.
Struktur Organisasi Kantor PT. Sawindo Kencana................
37
12.
Struktur Organisasi Plasma PT. Sawindo Kencana ...............
38
13.
Curah hujan PT. Sawindo Kencana Tahun 2005-2010 ..........
47
14.
Proyeksi Produksi Tandan Buah Segar PT. Sawindo Kencana Tahun 2010-2016 ...................................................................
49
15.
Tenaga Panen PT. Sawindo Kencana tahun 2010 .................
55
16.
Upah Minimum Regional bidang Perkebunan Kabupaten Bangka Barat per hari tahun 2007-2010 ................................
59
17.
Peta Risiko Usaha PT. Sawindo Kencana..............................
61
18.
Perbandingan Produksi Kebun Plasma dan Kebun Inti PT. Sawindo Kencana tahun 2010-2016 ................................
66
19.
Peta Perpindahan Posisi Risiko pada Strategi Preventif ........
74
20.
Peta Perpindahan Posisi Risiko pada Strategi Mitigasi .........
75
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Produksi PT. Sawindo Kencana Tahun 2004-2010 ...............
81
2.
Produktivitas Normal Kelapa Sawit pada Lahan S3 ..............
81
3.
Curah Hujan pada Areal Kebun PT. Sawindo Kencana Tahun 2005-2010 ..............................................................................
82
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki beberapa keunggulan komparatif yang didukung oleh sumber daya alam dalam pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting dalam perekenomian Indonesia karena berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan ekonomi. Peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari kontribusinya dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) secara rinci pada tahun 20042009 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sumbangan Sektor Pertanian dalam Produk Domestik Bruto Tahun 2004-2009 Tahun PDB (miliar rupiah) Peningkatan/tahun (%) 2004 329.124,6 2005 364.169,3 10,6 2006 433.223,4 18,9 2007 541.931,5 25,1 2008* 716.065,3 32,1 2009** 858.252,0 19,8 Sumber : Badan Pusat Statistik (2009) Keterangan: *angka sementara **angka sangat sementara Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa peranan pertanian dalam PDB terus meningkat dari tahun ke tahun. Pendapatan dari sektor pertanian pada tahun 2005 meningkat sebesar 10,6 persen dari tahun 2004, pada tahun 2006 meningkat sebesar 18,9 persen dari tahun 2005. Peningkatan yang cukup signifkan terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 32,1 persen. Hal ini diperkirakan merupakan salah satu hasil dari program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) yang diterapkan semenjak tahun 2004. Walaupun laju pertumbuhan sektor pertanian sempat melambat pada tahun 2009, namun diyakini bahwa pada tahun 2010, pendapatan dari sektor pertanian akan semakin meningkat dibandingkan tahun 2009. Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor, yaitu perikanan, tanaman pangan, kehutanan, peternakan, dan perkebunan. Perkebunan merupakan salah
satu subsektor pertanian yang menyumbangkan bagian cukup besar dalam PDB, setelah tanaman pangan dan sektor perikanan. Peranan subsektor perkebunan dalam PDB terus meningkat dari tahun ke tahun, peningkatannya juga dapat dikatakan cukup signifikan, yaitu masing-masingnya 13,7 persen (tahun 2005), 12,3 persen (tahun 2006), 28,8 persen (tahun 2007), 29,8 persen (tahun 2008), dan 6,2 persen pada tahun 2009. Walaupun masih di bawah subsektor tanaman pangan dan perikanan, namun peranan subsektor perkebunan sangat didukung perkembangannya oleh pemerintah. Rincian lengkap dari subsektor pada sektor pertanian dalam sumbangannya terhadap PDB dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Peranan Subsektor dari Sektor Pertanian dalam Produk Domestik Bruto Tahun 2004-2009 Subsektor
2004 165.558,2 49.630,9 40.634,7 20.290,0 53.010,8
Pangan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan
Sumber Keterangan
2005 181.331,6 56.433,7 44.202,9 22.561,8 59.639,3
Tahun (miliar rupiah) 2006 2007 214.346,3 265.090,9 63.401,4 81.664,0 51.074,7 61.325,2 30.065,7 36.154,1 74.335,3 97.697,3
2008* 349.795,0 105.969,3 82.676,4 40.375,1 137.249,5
2009** 418.963,9 112.522,1 104.040,0 44.952,1 177.773,9
: Badan Pusat Statistik (2009) : *angka sementara **angka sangat sementara
Subsektor perkebunan terdiri dari berbagai macam tanaman perkebunan seperti kina, kopi, kakao, kelapa sawit, karet, tebu, teh dan tembakau. Di antara berbagai jenis tanaman perkebunan tersebut, kelapa sawit merupakan jenis tanaman perkebunan yang paling banyak diusahakan di Indonesia. Kelapa sawit mempunyai beberapa keunggulan baik dari segi produktivitas, ragam kegunaan maupun harga produk. Luas areal perkebunan dari beberapa jenis tanaman perkebunan yang ditanam di Indonesia disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Luas Areal Perkebunan di Indonesia Tahun 2004-2008 Komoditas (ribu hektar) Tahun 2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah Karet
Kelapa
Kelapa Sawit
Kopi
Teh
Kakao
3262,3 3279,4 3346,4 3413,7 3469,9
3797,0 3803,6 3788,9 3788,0 3798,3
5717,0 5950,3 6285,0 6324,3 7007,8
1303,9 1255,3 1308,7 1295,9 1302,9
145,2 142,5 139,4 138,0 129,6
1091,0 1167,0 1320,8 1379,3 1473,3
15316,4 15598,1 16189,2 16339,2 17181,8
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
2
Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa kelapa sawit merupakan komoditas yang paling banyak diusahakan di Indonesia jika ditinjau dari luas lahan yang digunakan. Selain itu, luas lahan perkebunan kelapa sawit memiliki trend meningkat setiap tahunnya jika dibandingkan dengan komoditas lainnya yang cenderung fluktuatif. Berdasarkan data perkembangan produksi, luas areal dan produktivitas kelapa sawit Indonesia (Tabel 4), rata-rata produksi per tahun kelapa sawit nasional selama periode tahun 1999-2008 sebesar 10.727.074 ton dengan peningkatan sebesar 10 persen per tahunnya. Peningkatan rata-rata produktivitas kelapa sawit pada periode 1999-2008 sebesar 2 ton/hektar. Areal perkebunan kelapa sawit nasional terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 luas areal perkebunan telah mencapai 6.775.196 ha. Rata-rata tingkat pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 6,4 persen pertahun. Data lengkap dari perkembangan luas areal, produksi, dan produktivitas dari tanaman kelapa sawit disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Produksi, Luas Areal, dan Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1999-2008 Produksi Luas Areal Produktivitas Tahun Ton %/tahun Hektar %/tahun Ton/Ha %/tahun 1999 6.455.590 3.901.802 1,7 2000 7.000.508 8,4 4.158.077 6,6 1,5 1,8 2001 8.396.472 19,9 4.713.435 13,4 1,8 5,8 2002 9.622.345 14,6 5.067.058 7,5 1,9 6,6 2003 10.440.384 8,5 5.283.557 4,3 2,0 4,1 2004 10.830.389 3,7 5.284.723 0,1 2,1 3,7 2005 11.861.615 9,5 5.453.817 3,2 2,2 6,1 2006 13.390.807 12, 9 6.074.926 11,4 2,2 1,4 2007 14.151.983 5,6 6.425.061 5,7 2,2 0,3 2008 15.120.644 6,8 6.775.196 5,5 2,3 1,3 Sumber : Departemen Pertanian (2010) Keterangan : %/tahun = peningkatan/tahun dalam satuan persen. Bagi dunia usaha, agribisnis kelapa sawit merupakan usaha yang sangat menjanjikan untuk menghasilkan profit, sehingga banyak diminati. Sejak tahun 1990 an, masyarakat juga semakin tertarik untuk menanam kelapa sawit, sehingga luas areal perkebunan kelapa sawit semakin meningkat dengan pesat sampai dengan saat ini, baik itu dalam bentuk perkebunan rakyat, perkebunan milik negara, maupun perkebunan milik swasta, lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 5.
3
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa luas areal kelapa sawit di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005, luas areal meningkat 3,2 persen dari tahun sebelumnya, peningkatan cukup signifikan terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 20,9 persen. Pada tahun 2007 dan 2008, luas areal perkebunan kelapa sawit meningkat sebesar 0,3 persen dan 3 persen. Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit baik yang dimiliki oleh swasta, rakyat, maupun yang dimiliki oleh negara terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh prospek dan potensi yang dimiliki oleh tanaman kelapa sawit sebagai salah satu usaha yang menjanjikan profit bagi pelaku usahanya. Tabel 5. Perkembangan Luas Areal Kelapa Kepemilikan Tahun 2005-2008 Tahun 2005 2006 2007 2008*
Rakyat (hektar) 2.356.895 2.549.572 2.565.135 2.565.172
Negara (hektar) 529.854 687.428 687.847 687.847
Swasta (hektar) 2.567.068 3.357.914 3.358.632 3.358.792
Sawit
Berdasarkan
Total (hektar) 5.453.817 6.594.914 6.611.614 6.811.811
Status
Peningkatan/ tahun (%) 3,2 20,9 0,3 3,0
Sumber : http://www.iopri.org/statistik_industri_kelapa_sawit diakses tanggal 18 April 2010 pukul 21.13 Keterangan : *)estimasi Jika ditinjau dari penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia, maka Riau dan Sumatera Utara merupakan dua provinsi yang memiliki luas perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia yaitu sebesar 1, 62 juta hektar dan 1 juta hektar. Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau yang menjadi areal yang menjadi idola bagi perkebunan besar dan swasta Data persebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan penyebaran areal perkebunan kelapa sawit di Pulau Sumatera pada tahun 2007-2008, Provinsi Bangka Belitung merupakan provinsi dengan peningkatan luas areal yang paling besar. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Bangka Belitung meningkat hingga mencapai 70 persen, yaitu dari 100 hektar pada tahun 2007 menjadi 171,5 hektar pada tahun 2008. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit di Provinsi Bangka Belitung adalah PT Sawindo Kencana. PT. Sawindo Kencana merupakan salah satu perusahaan milik swasta yang mulai berdiri semenjak tahun 1995 dan berlokasi di Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka
4
Belitung. PT. Sawindo Kencana terbukti dapat mengelola risiko yang dihadapinya dengan baik, hal ini terbukti dengan masih bertahannya PT. Sawindo Kencana dalam persaingan dengan perusahaan lainnya hingga saat ini. Tabel 6. Penyebaran Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera Tahun 2000, 2005, 2007, dan 2008 No
Provinsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tahun (ribu hektar) 2000 20051) 20071) 20082) 1)
NAD 218.5 261,1 Sumatera Utara 785,7 964,3 Sumatra Barat 229,6 324,4 Riau 815,6 1340,0 Jambi 406,3 466,7 Sumatra Selatan 557,8 532,3 Bangka Belitung 91,0 100,7 Bengkulu 60,1 83,4 Lampung 97,4 163,6 1) Sumber : Departemen Pertanian (2006) 2) Badan Pusat Statistik (2009)
289,4 1093,3 314,9 1423,8 557,6 656,6 101,0 153,8 146,5
274,1 1026,6 305,9 1623,5 454,8 718,1 171,5 161,5 158,5
Peningkatan 2007-2008 (%) -5 -6 -3 14 -18 9 70 5 8
1.2. Perumusan Masalah PT Sawindo Kencana sebagai salah satu anak perusahaan dari Kencana Agri, merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak pada bidang perkebunan kelapa sawit. Perusahaan ini telah berdiri semenjak tahun 1995 dan memiliki areal perkebunan seluas 7.321 hektar yang berlokasi di Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. Kencana Agri merupakan salah satu perusahaan penyedia minyak kelapa sawit dalam bentuk CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) untuk pasar dalam dan luar negeri. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien dibanding tanaman penghasil minyak nabati lainnya di dunia. Bagi negara Indonesia, tanaman ini merupakan komoditas andalan ekspor dan sangat berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, penyediaan bahan baku minyak goreng dan bahan baku bio-fuel. Agribisnis kelapa sawit tidak dapat lepas dari yang namanya risiko, karena ketergantungannya dengan alam (Bhowmick, 2009). Semakin meningkatnya jumlah pelaku usaha dalam bidang perkebunan kelapa sawit menyebabkan
5
semakin meningkatnya persaingan dalam pasar kelapa sawit maupun produk olahannya. Salah satu kendala yang dihadapi perusahaan adalah keadaan lahan perusahaan yang sebagian besar merupakan lahan dengan jenis yang kurang baik untuk tanaman kelapa sawit, dalam klasifikasi lahan menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit, lahan perusahaan termasuk lahan jenis S3. Untuk itu, perusahaan harus dapat meminimalisir risiko yang terjadi untuk dapat menjaga eksistensinya pada persaingan dalam industri kelapa sawit. Selama menjalankan kegiatan usahanya, banyak risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Indikasi dari terdapatnya risiko pada usaha yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat dari produktivitas kebun perusahaan yang bervariasi setiap tahunnya. Rincian lengkap mengenai produksi dan produktivitas kelapa sawit PT. Sawindo Kencana pada tahun 2005-2010 disajikan pada Tabel 7 dan Lampiran 1. Tabel 7. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit PT. Sawindo Kencana Tahun 2005-2010 Tahun Total Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) 100.947 19,0 2005 98.096 18,4 2006 98.433 18,5 2007 91.539 17,2 2008 123.909 23,3 2009 110.000 20,7 2010* Sumber : PT. Sawindo Kencana (2010) Keterangan : *estimasi Pada Tabel 7. dapat dilihat bahwa terdapat variasi pada produktivitas PT. Sawindo Kencana dari tahun 2005-2010. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit), produktivitas normal untuk tanaman kelapa sawit dengan umur 9-13 tahun adalah 26 ton/hektar. Dari informasi tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan produktivitias yang cukup signifikan antara produktivitas normal dengan produktivitas pada kebun perusahaan. Variasi produktivitas yang dialami oleh perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi risiko pada bidang produksi. Selain menghadapi risiko pada bidang produksi, perusahaan juga mengalami risiko pada aspek sumber daya manusia, aspek pasar, aspek institusional, dan aspek finansial. Pada aspek sumber daya manusia, risiko yang
6
dihadapi perusahaan antara lain keselamatan tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan dan pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Pada aspek pasar, perusahaan juga mengalami risiko, terkait dengan fluktuasi harga dan ketersediaan input yang digunakan perusahaan. Pada aspek institusional, perusahaan mengalami risiko yang terkait dengan kebijakan pemerintah. Sedangkan pada aspek finansial, perusahaan menghadapi risiko, seperti Upah Minimum Regional yang terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana perusahaan mengelola risiko yang dihadapi dalam usaha yang dijalankan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka sebelumnya harus ditentukan terlebih dahulu apa saja sumbersumber risiko yang terdapat dalam usaha yang dijalankan PT. Sawindo Kencana? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dialami oleh PT. Sawindo Kencana dalam menjalankan usahanya. 2. Menganalisis manajemen risiko yang dihadapi oleh PT. Sawindo Kencana dalam menjalankan usahanya. 1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan, penulis, serta
pembaca. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi dalam usaha yang dijalankan PT. Sawindo Kencana, serta dapat memberikan alternatif strategi pengendalian risiko. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman, menambah pengetahuan, serta pengaplikasian ilmu yang telah diperolah selama kuliah. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu yang bermanfaat dan dapat digunakan sebagai masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kelapa Sawit Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, kelapa sawit memegang peranan penting dalam perkenomian Indonesia. Kelapa sawit menjadi salah satu komoditi andalan untuk ekspor dan komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani perkebunan di Indonesia. Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia, tanaman ini baru mulai ditanam secara komersil pada tahun 1991. Istilah kelapa mungkin dimaksudkan sebagai istilah umum utuk jenis palm. Meskipun demikian perkataan sawit sudah ada sejak lama. Beberapa tempat (desa di Pulau Jawa) sudah ada yang menggunakan nama “sawit” sebelum kelapa sawit masuk ke Indonesia. Hasil panen kelapa sawit dikenal dengan istilah Tandan Buah Segar (TBS). Tujuan utama dari agribisnis kelapa sawit di Indonesia adalah untuk menghasilkan hasil olah TBS menjadi crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil (PKO). Hasil olahan inilah yang nantinya akan digunakan sebagai bahan baku industri dan sebagai salah satu komiditi ekspor andalan Indonesia. Untuk menghasilkan mutu minyak kelapa sawit yang baik, maka diperlukan adanya pengawasan pada sistem agribisnis kelapa sawit, mulai dari hulu hingga hilir. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar minyak kelapa sawit yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikenal dengan tiga bentuk utama usaha perkebunan, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Swasta (PBS), dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Walaupun dihadapkan kepada berbagai hambatan, sejak Pelita I sampai sekarang upaya perluasan areal dan peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia berlangsung dengan laju yang cepat, baik dalam bentuk perkebunan rakyat, perkebunan swasta, maupun perkebunan negara. 2.2
Karakteristik Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Lahan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam usaha
perkebunan kelapa sawit. Karakteristik lahan baik dari segi iklim, topografi, keadaan fisik dan kimia, erosi, dan drainase sangat berpengaruh pada
produktivitas yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit. Pada Tabel 8, disajikan pengelompokan empat jenis lahan dengan masing-masing potensinya. Tujuan dari klasifikasi ini adalah untuk dapat mengetahui hambatan-hambatan yang akan timbul, baik pada saat sebelum pembukaan lahan maupun setelah pembukaan lahan, serta untuk dapat mengaplikasikan strategi yang cocok bagi perusahaan dalam pengolahan lahan. Tabel 8. Kriteria Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit Keterangan Curah hujan (mm) Defisit air (mm/thn) Temperatur (oC) Penyinaran (jam) Kelembapan (%) Topografi (m) Lereng (%) Solum (cm) Dalam air (cm) Batuan Erosi Drainase Banjir Pasang surut
Baik (1) 2000-2500 0-150 22-33 6 80 Datar-ombak 0-15 >80 >80 Dalam Tidak ada Baik Tidak ada Tidak ada
Sedang (II) 1800-2000 150-200 22-33 6 80 Datar-gelombang 16-25 80 60-80 Dalam Tidak ada Baik Tidak ada Tidak ada
Kurang Baik (III) 1500-1800 250-400 22-33 <6 < 80 Berbukit 25-36 60 50-60 Dalam Tidak ada Agak baik Tidak ada Tidak ada
Tidak baik (IV) <1500 >400 22-33 <6 < 80 Curam >36 <60 40-50 Hambat Sedikit Agak baik Sedikit ada
Sumber : Pahan (2006) Klasifikasi memunculkan 4 tingkat lahan yang disusun menurut sifat fisik tanah dan iklimnya. Dalam kenyataannya yang terpakai hanya 3 kelas utama saja karena kelas 4 biasanya tidak akan digunakan. Adapun potensi produksi dari masing-masing kelas lahan tersebut ditentukan oleh keunggulan dari bahan tanaman yang digunakan dan tindakan kultur teknis yang diterapkan. 2.3
Strategi Pengembangan Kelapa Sawit Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Depertemen Pertanian
(2005), kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peran penting bagi subsektor perkebunan. Peranan kelapa sawit secara umum dapat membantu dalam bidang perekonomian dan bidang tenaga kerja. Dalam bidang perekonomian, peranan kelapa sawit antara lain; 1) Meningkatkan kesejahteraan bagi petani kelapa sawit, seorang petani kelapa sawit dapat memiliki pendapatan sekitar Rp. 2 juta – Rp. 6 juta per tahun. 2) Produksi minyak kelapa yang menjadi bahan baku industri pengolahan membantu menciptakan
9
nilai tambah bagi sektor industri dalam negeri. 3) Ekspor CPO yang menghasilkan devisa bagi negara, volume ekspor tahun 1998 sebesar 1,6 juta ton senilai US$ 800 ribu dolar meningkat menjadi 5,7 juta ton senilai US$ 2,1 juta dolar pada tahun 2003. Dalam bidang tenaga kerja, perkembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia membuka kesempatan bagi lebih dari 2 juta tenaga kerja di berbagai subsistem agribisnis kelapa sawit. Dalam hasil penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit antara lain integrasi vertikal dan horisontal perkebunan kelapa sawit dalam rangka peningkatan ketahanan pangan masyarakat, pengembangan usaha pengolahan kelapa sawit di pedesaan, menerapkan inovasi teknologi dan kelembagaan dalam rangka pemanfaatan sumber daya perkebunan, serta pengembangan pasar. Strategi tersebut didukung dengan penyediaan infrastruktur (sarana dan prasarana) dan kebijakan pemerintah yang kondusif untuk peningkatan kapasitas agribisnis kelapa sawit. Dalam implementasinya, strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit didukung dengan program-program yang komprehensif dari berbagai aspek manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan (perbenihan, budidaya dan pemeliharaan, pengolahan hasil, pengembangan usaha, dan pemberdayaan masyarakat) hingga evaluasi. Secara rinci, strategi pengembangan kelapa sawit yang disimpulkan dalam hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. 2.4
Strategi Manajemen Risiko Salah satu cara yang dapat digunakan sebelum merumuskan strategi
manajemen risiko suatu usaha adalah dengan melakukan pengukuran atau pengelompokan risiko. Lestari (2009) menggunakan Metode Nilai Standar dan Value at Risk
untuk menghitung probabilitas dan dampak risiko, sedangkan
identifikasi sumber-sumber risiko menggunakan analisis deskriptif pada aspek teknis dan ekonomis.
10
Tabel 9. Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit TUJUAN
STRATEGI 1. Integrasi vertikal perkebunan kelapa sawit dan agro 1. Meningkatkan industri yang menghasilkan produk turunan jenis pangan, Ketahanan Pangan seperti minyak goreng dan mentega Masyarakat 2. Integrasi horizontal perkebunan kelapa sawit dengan peternakan dan atau tanaman pangan 1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha 2.Menumbuhkembangpengolahan minyak sawit kan usaha perkebunan 2. Mendorong penyediaan sarana dan prasarana pengolahan di pedesaan minyak sawit 1. Meningkatkan produksi dan produktivitas kebun kelapa sawit melalui inovasi teknologi 3. Meningkatkan 2. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung, terutama pemanfaatan infrastruktur transportasi di dan ke perkebunan kelapa sawit sumberdaya dan infrastruktur pengolahan perkebunan 3. Pengembangan diversifikasi usaha 4. Pemberantasan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan perlindungan sumberdaya perkebunan kelapa sawit 1. Revitalisasi dan mengembangkan organisasi pelaku usaha pada agribisnis kelapa sawit (kelompok tani, asosiasi petani dan gabungan asosiasi petani kelapa sawit, koperasi petani 4. Membangun kelapa sawit dan dewan minyak sawit, serta organisasi lain) kelembagaan melalui inovasi kelembagaan perkebunan yang 2. Pengembangan aturan (UU dan aturan pelaksanaannya) kokoh dan mandiri untuk diterapkan di agribisnis kelapa sawit melalui harmonisasi regulasi 3. Pengembangan sumber daya manusia sebagai pelaku yang andal pada agribisnis kelapa sawit 1. Peningkatan produksi dan kualitas tandan buah segar dan minyak kelapa sawit serta produk turunannya 2. Pengembangan agroindustri yang mengolah minyak dan limbah kelapa sawit 5. Meningkatkan 3. Pengembangan pasar minyak kelapa sawit dan produk kontribusi sub sektor turunannya perkebunan dalam 4. Perlindungan usaha dan produk minyak sawit dan perekonomian nasional turunannya di pasar domestik 5. Menjalin sinergi kebijakan antara lembaga pemerintah dan lembaga legislatif dan antara pemerintah pusat dan daerah untuk menjadikan perkebunan kelapa sawit sebagai motor penggerak ekonomi nasional dan daerah 1. Peningkatan kualitas, moral dan etos kerja aparat yang 6. Meningkatkan Peran bertugas pada pengembangan agribisnis kelapa sawit Birokrasi 2. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif 3. Membangun sistem pengawasan yang efektif
Sumber : Departemen Pertanian (2005).
.
11
Hal yang serupa juga dilakukan oleh Lubis (2009) yang menggunakan Metode Nilai Standar dan Value at Risk untuk menghitung probabilitas dan dampak risiko pada risiko produksi dan risiko penerimaan, dan mengunakan analisis deskriptif pada risiko-risiko lainnya yang tidak memiliki data historis. Hal ini berbeda dengan Tringjawani (2008) yang tidak menggunakan Metode Nilasi Standar dan Value at Risk untuk menghitung probabilitas dan dampak risiko, melainkan menggunakan metode aproksimasi untuk menentukan status risiko. Setelah dilakukan pengelompokan risiko, maka dapat dirumuskan strategi manajemen risiko yang telah dilakukan ataupun yang dapat dilakukan oleh perusahaan.
Lestari
(2009),
Lubis
(2009),
dan
Tringjawani
(2008)
mengelompokkan risiko ke dalam peta risiko yang terdiri dari ukuran dampak dan probabilitas masing-masing risiko tersebut. Strategi manajemen risiko yang dirumuskan disusun berdasarkan hasil pemetaan risiko. Strategi manajemen risiko umumnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Selain itu, terdapat pula beberapa alternatif strategi manajemen risiko yang dapat dilakukan seperti prevent at source, detect and monitor, monitoring, dan low control. Hasil penelitian Lestari (2009) menyatakan bahwa risiko operasional dalam usaha pembenihan udang vannemei merupakan risiko yang paling dominan dengan adanya penyakit dan tingkat mortalitas, salah satu alternatif pengendalian risiko yang dapat digunakan adalah dengan melakukan detect and monitor pada risiko penurunan derajat kelangsungan hidup. Sementara itu, dari hasil penelitian Lubis (2009) pada padi semi organik, didapatkan hasil bahwa risiko produksi memiliki dampak besar dan probabilitas kecil, dan risiko penerimaan memiliki dampak kecil dan probabiltas besar. Strategi yang dapat digunakan adalah dengan preventif, mitigasi, dan beberapa alternatif strategi manajemen risiko pada kejadian-kejadian yang berpengaruh pada risiko produksi dan risiko penerimaan. Tringjawani (2008) yang melakukan penelitian pada risiko operasional komoditas kentang, tomat, kol, lettuce head, dan cabai merah mengelompokkan risiko operasional menjadi risiko sistem, risiko proses, risiko sumber daya manusia, dan risiko eksternal. Strategi yang dapat diterapkan perusahaan adalah dengan melakukan preventif, mitigasi, dan beberapa alternatif strategi seperti low control
12
untuk risiko yang memiliki dampak dan probabilitas kecil, monitoring untuk risiko yang memiliki dampak kecil dan probabiltas besar, detect and monitor untuk risiko yang memiliki dampak besar dan probabilitas kecil, dan prevent at source untuk risiko yang memiliki dampak dan probabilitas besar. Berdasarkan studi literatur di atas, maka penelitian kali ini bertujuan untuk melihat strategi manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan, bukan untuk merumuskan strategi manajemen risiko yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Dari segi metodologi, penelitian ini tidak menggunakan Metode Nilai Standar dan pendekatan Value at Risk seperti yang dilakukan oleh Lestari (2009) dan Lubis (2009). Pengukuran dampak dan probabilitas risiko yang dilakukan menggunakan Metode Aproksimasi dengan menggunakan Expert Opinion dengan pendekatan Delphy, memiliki sedikit kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tringjawani (2008) yang menggunakan metode Expert Opinion untuk menghitung status risiko. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Tringjawani (2008) adalah dalam melakukan pengelompokan risiko. Tringjawani (2008) melakukan pengelompokan berdasarkan nilai status risiko, sedangkan pada penelitian
ini
pengelompokan
dilakukan
berdasarkan
pendekatan
pada
kemungkinan nilai nominal dari dampak dan probabilitas risiko tersebut. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2009), Lubis (2009), dan Tringjawani (2008) adalah penggunaan peta risiko sebagai alat bantu dalam pengelompokan risiko. Selain itu, persamaan dengan penelitian tersebut juga dapat dilihat dari pengelompokan strategi manajemen risiko yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan strategi preventif, mitigasi, dan beberapa alternatif strategi manajemen risiko.
13
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam manajemen risiko adalah dengan melakukan
identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Setelah mengidentifikasi risiko dan sumber risiko yang dihadapi, maka perusahaan dapat menyusun strategi yang tepat untuk mengelola risiko tersebut. 3.1.1 Risiko dan Sumber Risiko Secara sederhana, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Ada tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap sebagai risiko : 1) merupakan suatu kejadian, 2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, 3) jika terjadi, maka akan menimbulkan kerugian (Kountur, 2008). Menurut William dan Heinz (1985), risiko merupakan suatu variasi dari hasilhasil yang dapat terjadi selama periode tertentu pada kondisi tertentu. Sementara itu, menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987) menyatakan bahwa risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat keputusan yang didasarkan pada data historis dan pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Risiko juga menunjukkan peluang terjadinya peristiwa yang menghasilkan pendapatan di atas atau dibawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan. Sementara itu, Debertin (1986) menyatakan bahwa kejadian berisiko adalah kejadian dimana peluang dan hasil dari kejadian tersebut dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, akan tetapi terdapat perbedaan mendasar antara risiko dan ketidakpastian. Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), ketidakpastian merupakan suatu keadaan dimana salah satu dari probabilitas atau dampak dari suatu kejadian tidak daoat diketahui. Sementara itu, risiko merupakan suatu keadaan dimana dampak dan probabilitas dari suatu kejadian diketahui oleh pembuat keputusan. Sedangkan menurut Kountur (2008), ketidakpastian terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Sedangkan risiko terjadi karena adanya pengaruh dari dalam dan luar perusahaan. Pengaruh terjadinya risiko yang berasal dari luar perusahaan diantaranya terjadi karena kondisi dunia internasional sehingga mempengaruhi kondisi ekonomi negara
Indonesia, teknologi yang dapat menimbulkan inovasi usaha atau efisiensi dalam operasional usaha, peraturan pemerintah terhadap dunia usaha serta kekuatan ekonomi masyarakat dalam membeli produk yang dihasilkan perusahaan. Pengaruh terjadinya risiko yang berasal dari dalam perusahaan umumnya disebabkan oleh strategi yang dipilih perusahaan dalam menjalankan usahanya. Dalam memilih strategi yang akan diterapkan, perusahaan akan memilih strategi yang dapat meminimalisir risiko yang dihadapinya. Namun hal ini mengandung ketidakpastian, sehingga dapat menimbulkan risiko bagi para pemegang kepentingan perusahaan. Dalam menghadapi risiko setiap pelaku bisnis atau usaha mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Perilaku individu dalam menghadapi risiko ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yakni risk averter, risk neutral, dan risk taker (Debertin, 1986). Perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat dijelaskan berdasarkan teori utilitas seperti terlihat pada Gambar 1. Expected Return
U1 Risk Averter
U2 Risk Neutral
U3 Risk Taker Variance Return
Gambar 1. Hubungan Variance Return dan Expected Return Sumber : Debertin (1986) Gambar 1 menunjukkan hubungan antara variance return, dan expected return. Variance return merupakan ukuran tingkat risiko, sedangakan expected return merupakan tingkat kepuasan para pembuat keputusan. Perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu : 1.
Risk Averter merupakan perilaku individu yang takut terhadap risiko, dan cenderung akan menghindari risiko. Pada Gambar 1 menunjukkan jika U1
15
diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan, maka kenaikan variance return akan diimbangi dengan menaikkan return yang diharapkan. 2.
Risk Neutral dalam gambar ditunjukkan dengan kurva U2. Jika U2 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan, maka kenaikan variance return tidak akan diimbangi dengan menaikkan return yang diharapkan.
3.
Risk Taker merupakan perilaku individu yang bersedia mengambil risiko, ditunjukkan dengan kurva U3. Jika kurva U3 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan, maka kenaikan variance return akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediaanya menerima expected return yang lebih rendah. Dalam bidang agribisnis, ada beberapa sumber risiko yang dapat
mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain (Harwood, et al, 1999) : 1) Risiko pasar yaitu risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap perusahaan. Risiko pasar atau yang lebih dikenal dengan market risk merupakan risiko yang terjadi karena adanya pergerakan harga pada input dan output yang dihasilkan oleh perusahaan. Pada usaha perkebunan kelapa sawit, risiko pasar merupakan salah satu risiko utama yang sering terjadi. 2) Risiko produksi yaitu risiko yang berasal dari kejadian-kejadian yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan dan biasanya berhubungan dengan keadaan alam, seperti curah hujan yang berubah secara tidak menentu, perubahan cuaca yang tidak sesuai dengan perkiraan, serta serangan hama dan gulma. 3) Risiko institusional, yaitu risiko yang terjadi akibat adanya perubahan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti kebijakan harga bibit tanaman, kebijakan harga, kebijakan penggunaan bahan kimia, maupun kebijakan ekspor dan impor. 4) Risiko sumber daya manusia manusia, yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan perilaku manusia, maupun hal-hal yang dapat mempengaruhi perusahaan, seperti kesalahan dalam pencatatan data,
16
kesalahan dalam memberikan pupuk, mogok kerja, ataupun meninggalnya tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya. 5) Risiko finansial, yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dalam bidang finansial, seperti perubahan modal, perubahan bunga kredit bank, maupun perubahan UMR (Upah Minimum Regional). 3.1.2 Manajemen Risiko Menurut New South Wales Treasury (2004), manajemen risiko merupakan kumpulan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi, menganalisis dampak dan probabilitas dari risiko tersebut, serta menerapkan respon atas risiko tersebut untuk memastikan agar tujuan utama dari kegiatan tersebut dapat tercapai. Kountur (2008) merumuskan manajemen risiko perusahaan sebagai suatu cara menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan dalam usaha mencapai tujuan. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen. Dengan adanya manajemen risiko, maka perusahaan dapat menerapkan tata kelola usaha yang baik, menghadapi kondisi lingkungan usaha yang cepat berubah, mengukur risiko usaha, pengelolaan risiko yang sistematis serta dapat memaksimumkan laba. Konsep manajemen risiko yang penting untuk penilaian risiko diantaranya adalah tingkat maksimum kerusakan yang akan dialami perusahaan jika terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan risiko, besarnya kemungkinan suatu peristiwa yang berisiko, besarnya kerusakan yang akan dialami oleh perusahaan, serta waktu yang dihabiskan untuk terekspos dalam suatu risiko (Hanafi, 2009). Berdasarkan konsep dasar manajemen risiko, maka pandangan yang ditawarkan oleh manajemen risiko di dalam mengelola risiko adalah bahwa risiko dapat didekati dengan menggunakan suatu kerangka pikir yang sangat rasional. Hal ini dimungkinkan dengan berkembangnya teori probabilitas dan statistik yang memungkinkan kita memiliki alat untuk memilah, mengkuantifikasi, dan mengukur risiko (Hanafi, 2009). Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko krusial apa saja yang terjadi di perusahaan. Tahap identifikasi ini akan menghasilkan output berupa daftar risiko yang kemudian akan dilakukan 17
pengukuran risiko. Pengukuran risiko terdiri dari tahap pengukuran dampak dan kemungkinan terjadinya risiko yang kemudian akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan dibantu oleh peta risiko yang akan menunjukkan posisi risiko. Posisi risiko inilah yang kemudian akan membantu membentuk perumusan manajemen risiko yang tepat untuk pengelolaan risiko yang terjadi (Kountur, 2008). Salah satu cara yang dapat digunakan sebelum merumuskan strategi manajemen risiko adalah dengan menggunakan peta risiko. Peta risiko merupakan gambaran dari posisi suatu risiko dalam kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan. Peta risiko pada umumnya disusun berdasarkan ukuran probabilitas dan dampak dari risiko tersebut. Kountur (2008) menyusun peta risiko dengan menggunakan sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dari suatu risiko dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko tersebut, dapat dilihat
Besar Kecil
PROBABILITAS (%)
pada Gambar 2.
Kecil
Besar DAMPAK (Rupiah)
Gambar 2. Peta Risiko Sumber : Kountur (2008) Setelah menyusun peta risiko maka dapat dirumuskan strategi manajemen risiko yang tepat untuk risiko tersebut. Secara garis besar, terdapat tiga jenis strategi yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko, antara lain : 1.
Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi preventif
dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : (1) membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, (2) mengembangkan sumber daya manusia, dan (3) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik
18
Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif dapat mengantisipasi risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2 dalam peta risiko. Dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang berada pada kuadran 1 akan bergeser pada kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser ke kuadran 4 (Kountur,2008). Ilustrasi tentang strategi preventif risiko
Besar Kecil
PROBABILITAS (%)
dapat dilihat pada Gambar 3. Kuadran 1
Kuadran 2
Kuadran 3
Kuadran 4
Kecil
Besar DAMPAK (Rupiah)
Gambar 3. Peta Perpindahan Risiko pada Strategi Preventif Sumber : Kountur (2008) 2.
Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah: a)
Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu kena musibah maka tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.
b)
Penggabungan Penggabungan merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain, contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.
19
c)
Pengalihan risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui
asuransi,
leasing,
autosourcing,
dan
hedging.
Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan aset perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah suatu cara di mana aset digunakan namun aset tersebut dimiliki oleh pihak lain, sehingga jika terjadi sesuatu dan lain hal pada aset tersebut maka pemilik aset tersebutlah yang akan menanggung kerugian yang terjadi, sesuai dengan perjanjian yang berlaku. Outsourcing merupakan suatu cara dimana suatu pekerjaan diberikan pada pihak lain sehingga jika terjadi kerugian maka kerugian tersebut ditanggung oleh pihak yang melakukan usaha tersebut. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan dan pembelian. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar dapat bergerak ke kuadran yang memiliki dampak risiko kecil dengan menggunakan strategi mitigasi risiko. Strategi ini akan mengantisipasi risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser ke kuadran 1 dan risiko yang berada pada kuadran 4 akan bergeser ke kuadran 3. Ilustrasi tentang strategi
Besar Kecil
PROBABILITAS (%)
mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 4. Kuadran 1
Kuadran 2
Kuadran 3
Kuadran 4
Kecil
Besar DAMPAK (Rupiah)
Gambar 4. Peta Perpindahan Risiko pada Strategi Mitigasi Sumber : Kountur (2008) 20
3.
Alternatif Strategi Manajemen Risiko Hanafi (2009), memberikan beberapa alternatif strategi untuk menghadapi
risiko selain antisipasi risiko dengan cara preventif dan mitigasi. Hanafi (2009) melakukan pengelompokan risiko berdasarkan matriks frekuensi dan signifikansi. Walaupun memiliki konsep dasar yang sama, namun terdapat perbedaan dengan Kountur (2008) yang mengelompokkan risiko berdasarkan probabilitas dan dampak risiko. Untuk itu, dilakukan penyesuaian antara pengelompokan risiko yang dilakukan oleh Kountur (2008) dan Hanafi (2009) dalam memberikan
Besar Kecil
PROBABILITAS (%)
alternatif strategi manajemen risiko, yang dapat dilihat pada Gambar 5. Kuadran 1 Monitoring
Kuadran 2 Prevent at source
Kuadran 3
Kuadran 4
Low control
Detect and monitor
Kecil
Besar DAMPAK (Rupiah)
Gambar 5. Alternatif Strategi Menghadapi Risiko Modifikasi Model Kountur (2008) dan Hanafi (2009) Dari Gambar 5. dapat dilihat bahwa terdapat 4 alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengantisipasi risiko yang terdapat dalam tiap kuadran pada peta risiko. Adapun alternatif tersebut antara lain : 1.
Probabilitas Kecil dan Dampak Kecil : low control Perusahaan dapat menerapkan pengawasan yang rendah pada
risiko
dengan kategori ini, karena risiko pada kuadran ini tidak menjadi ancaman yang cukup berarti bagi perusahaan. 2.
Probabilitas Kecil dan Dampak Besar : detect and monitor Risiko pada kategori ini dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus terus mendeteksi dan mengamati risiko yang berada pada kuadran ini.
21
3.
Probabilitas Besar dan Dampak Kecil : monitor Perusahaan dapat mengamati risiko-risiko yang berada pada kuadran ini untuk memastikan bahwa risiko yang berada di daerah ini masih berada pada wilayah normal.
4.
Probabilitas Besar dan Dampak Besar : prevent at source Risiko pada kuadran ini tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan, oleh karena itu salah satu strategi alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah risiko langsung dari sumber risikonya.
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Usaha perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu jenis usaha yang
sangat menjanjikan di masa sekarang dan di masa yang akan datang karena harga minyak kelapa sawit yang terus meningkat di pasar internasional (CPO dan PKO). Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah perusahaan, baik swasta maupun pemerintah yang terjun ke dalam jenis usaha ini. Peluang usaha yang masih terbuka lebar tersebut harus dihadapkan dengan beberapa permasalahan dalam menjalankannya. Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah tingginya risiko dalam usaha agribisnis, terutama karena berhubungan dengan alam. Indikasi terdapatnya risiko pada PT. Sawindo Kencana dapat dilihat dari terdapatnya variasi produktivitas setiap tahunnya, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Risiko dalam agribisnis dapat dikelompokkan dalam 5 kelompok, yaitu risiko produksi, risiko pasar, risiko institusional, risiko sumber daya manusia, dan risiko finansial. PT. Sawindo Kencana merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. Dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi, PT. Sawindo Kencana terus berpoduksi, serta dapat melakukan integrasi dalam usahanya. Hal ini menjadi permasalahan yang menarik sebagai bahan pembelajaran mengenai manajemen risiko yang diterapkan perusahaan dalam mengendalikan risiko yang dihadapinya. Analisis manajemen risiko perusahaan tersebut dapat dilakukan dengna beberapa tahap, tahap pertama adalah dengan mengidentifikasi risiko apa saja yang dihadapi oleh perusahaan serta sumber risikonya.
22
Analisis yang dilakukan selanjutnya adalah analisis probabilitas dan dampak dari risiko produksi yang dihadapi perusahaan. Pengukuran probabilitas dan dampak dari risiko tersebut dilakukan dengan menggunakan Metode Aproksimasi, yaitu dengan menggunakan expert opinion dengan pendekatan pada Metode Delphy. Analisis probabiltas risiko produksi dilakukan menggunakan data yang telah didapat dari hasil observasi dan wawancara, maupun data yang terdapat pada perusahaan. Tahap kedua adalah dengan mengklasifikasikan sumber risiko ke dalam peta risiko untuk mengetahui seberapa krusial risiko yang dialami oleh perusahaan. Lalu tahap selanjutnya adalah dengan mengidentifikasi strategi manajemen risiko yang dilakukan oleh PT. Sawindo Kencana. Analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pihak perusahaan mengenai manajemen risiko yang diterapkan perusahaan. Kerangka pemikiran secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 6.
23
Fluktuasi produktivitas yang dihadapi perusahaan mengindikasikan terdapatnya risiko dalam usaha yang dijalankan perusahaan.
Risiko dalam Agribisnis - Risiko Produksi - Risiko Sumber daya manusia - Risiko Pasar - Risiko RisikoInstitusional dalam agribisnis - Risiko Finansial
Identifikasi Sumber Risiko
Identifikasi Dampak dan Probabilitas Risiko
Pemetaan Risiko
Strategi Manajamen Risiko Perusahaan Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional
24
DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Buletin Statistik Bulanan Indikator Ekonomi Mei 2007. Badan Pusat Statistik. Jakarta. . 2007. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. . 2009. Statistical Yearbook of Indonesia 2009. Badan Pusat Statistik. Jakarta. [BALITBANG] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia. Departeman Pertanian. Jakarta. Badan Pengurus Roundtable of Suistainable Palm Oil. 2007. Sistem Sertifikasi Roundtable of Susitainable Palm Oil. Casualty Actuarial Society. 2003. Overview of Enterprise Risk Management. Crouhy, M., D.Galai, dan R.Mark. 2002. Risk Management. McGraw-Hill. Darmawi, Herman. 2008. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara. Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economics. New York : Macmillan Publishing Company. Deutsche Bank Research. 2010. Risk Management in Agriculture. Firdaus M. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta : PT Bumi Aksara. Hanafi, Mamduh. 2009. Manajemen Risiko. UPP STIM YKPN. Yogyakarta Harwood J. Heifner R., Coble K., Perry J., Somwaru A. 1999. Managing Risk in Farming: Concepts, Research, and Analysis. U.S: Economic Research Service. Kencana Agri,. 2010. Panduan Budidaya Kelapa Sawit. Kountur, R. 2008. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola Risiko Operasional) Perusahaan. Jakarta: PPM. Lam, James. 2007. Enterprise Risk Management, Tim BSMR, penerjemah; Jakarta: PT. Ray Indonesia. Lestari, Ana. 2009. Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Lubis, Asrihadi. 2009. Manajemen Risiko Produksi dan Penerimaan Padi Semi Organik (Studi Petani Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, Kec. Cigombong, Kab. Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Mulyana, Muhammad. 2005. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit dan Aspek Peramalan Produksi di Kebun Kawah Batu PT. Teguh Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah. Skripsi. Departeman Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. NSW Treasury. 2004. Total Asset Management : Risk Management Guideline. Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya. Risk Management Agency. 1997. Inroduction to Risk Management : Understanding Agricultural Risk. United States Department of Agriculture. Robison, L.J., P.J. Barry. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk. New York : Macmillan Publishing Company. Sinaga, Otto Marganda. 2006. Pengelolaan Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit di Mandah Estate, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Gemilang, Indragiri Hilir, Riau. Skripsi. Departeman Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Six K., Kowalski E. 2005. Developing Risk Management Strategy. Shor,
Mike. 2006. Risk and Certainty Equivalent Applet. http://www.gametheory.net-Risk and Certainty Equivalent Applet. [3 Desember 2010]
The Institute of Risk Management. 2002. A Risk Management Standard. Tringjawani, Ani. 2008. Manajemen Risiko Operasional CV. Bimamandiri di Lembang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Departeman Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Widyastuti, Santy. 2009. Analisis Pengendalian Persediaan Inti Sawit (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. http://bps.go.id. [Diakses tanggal 22 April 2010] http://www.iopri.org/statistik_industri_kelapa_sawit [Diakses tanggal 18 April 2010]
80
Lampiran 1. Produksi PT. Sawindo Kencana Tahun 2004-2010 Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 4.654 5.161 7.146 4.776 9.076 Januari 6.085 6.590 9.022 5.674 8.310 Februari 6.372 5.963 8.611 6.167 7.815 Maret 6.696 7.779 9.829 7.708 6.489 April 6.098 7.828 8.691 8.124 5.746 Mei 6.994 6.713 8.509 9.223 7.762 Juni 7.400 6.399 8.266 9.460 8.561 Juli 8.193 8.371 9.037 9.460 7.367 Agustus 7.985 10.449 8.790 9.460 8.792 September 8.941 12.527 6.214 9.460 6.427 Oktober 7.511 11.421 6.939 9.460 6.976 November 10.251 11.744 7.040 9.460 8.217 Desember TOTAL 87.179 100.947 98.096 98.433 91.539 Sumber : PT. Sawindo Kencana (2010) Lampiran 2. Produktivitas Normal Kelapa Sawit pada Lahan S3 Umur Produktivitas Umur Produktivitas Umur (tahun) (ton/hektar) (tahun) (ton/hektar) (tahun) 3 4 5 6 7 8 9 10
6,20 12,00 14,50 17,00 22,00 24,50 26,00 26,00
11 12 13 14 15 16 17 18
26,00 26,00 26,00 25,00 24,50 23,50 22,00 21,00
19 20 21 22 23 24 25
2009 7.318 8.658 8.443 9.769 11.399 12.563 12.921 12.557 9.334 9.947 10.677 10.324 123.909
2010 7.173 5.609 7.046 6.786 8.073 10.381 11.075
56.143
Produktivitas (ton/hektar) 20,00 19,00 18,00 17,00 16,00 15,00 14,00
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2010) 81
Lampiran 3. Curah Hujan pada Areal Kebun PT. Sawindo Kencana Tahun 2005-2010 Tahun Bulan 2005 2006 2007 2008 2009 MM HH MM HH MM HH MM HH MM Januari 287,30 11 129,60 11 191,92 16 173,67 24 229,17 Februari 231,00 7 190,70 19 169,57 17 125,67 10 98,79 Maret 174,10 9 116,00 10 222,87 19 280,08 19 94,67 April 193,05 11 140,50 12 249,53 20 141,33 16 205,88 Mei 137,40 10 92,90 11 285,42 15 50,17 6 165,98 Juni 114,30 9 69,50 9 216,17 19 166,03 17 29,46 Juli 112,70 8 17,60 2 162,93 8 173,58 13 116,29 Agustus 41,00 6 17,20 4 70,00 13 74,00 9 38,90 September 158,60 9 39,30 3 91,75 7 182,76 18 16,83 Oktober 224,72 13 37,17 6 145,00 14 194,67 13 160,31 November 280,80 17 284,30 28 266,68 22 181,25 16 189,50 Desember 160,20 12 414,51 21 373,42 22 200,83 20 200,00 TOTAL 2.115,17 122 1.549,28 136 2.445,26 192 1.944,04 181 1.545,77
2010 MM HH 161 19 246 20 251 22 143 16 199 19 196 18
HH 21 13 15 15 17 3 10 6 5 13 20 25 163 1.196 114
Keterangan : Mm= jumlah curah hujan Hh = jumlah hari hujan Sumber : PT. Sawindo Kencana (2010)
82