STRATEGI DAKWAH USTADZ RIZA DI KALANGAN REMAJA MASJID AL-IKHLAS BINTARO SEKTOR SEMBILAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun oleh : DINA DAMAYANTI NIM: 109051000026
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
STRATEGI DAKWAH USTADZ RIZA DI KALANGAN REMAJA MASJID AL-IKHLAS BINTARO SEKTOR SEMBILAN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Dina Damayanti NIM: 109051000026
Di Bawah Bimbingan
Dra. Hj. Umi Musyarrofah, M.A NIP: 197108161997 03 2 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434H/2014M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Januari 2014
DINA DAMAYANTI
ABSTRAK Dina Damayanti Strategi Dakwah Ustadz Riza Muhammad Dikalangan Remaja Masjid AlIkhlas Bintaro Sektor Sembilan Ustadz Riza Muhammad memang dikenal karena kehadirannya mencuri perhatian masyarakat Indonesia, sejak kemunculannya di Open Mic Stand Up Comedy di Metro TV, saat Idul Fitri lalu. Dan dakwahnya dengan melalui stand up comedy dapat diterima oleh masyarakat, khususnya para remaja. mulai saat itu da’i muda yang berlesung pipit tersebut sering dipanggil diberbagai distasiun televisi terkenal. Dengan strategi tersebut banyak remaja yang mulai tertarik dengan dakwah beliau yang tidak begitu menggurui dan monoton, di zaman sekarang ini banyak remaja yang sudah malas untuk mendengarkan ceramah tetapi berbeda dengan remaja di Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan mereka begitu antusias melihat dan mendengarkan ceramah yang dibawakan Ustadz Riza. Dari pemaparan di atas tersebut maka rumusan masalahnya sebagai berikut: Bagaimana strategi dakwah Ustadz Riza Muhammad dikalangan remaja? Dakwah beliau sendiri lebih ditujukan untuk para remaja, kondisi remaja saat ini yang sangat memprihatinkan sebagai genarasi bangsa. Berangkat dari keprihatinan tersebut, beliau menciptakan inovasi dakwah baru yaitu dengan stand up comedy agar para remaja bisa menerima dan bisa diterima dengan baik oleh para remaja di Indonesia. Ustadz Riza juga memanfaatkan media televisi dalam dakwahnya Ustadz Riza menyebutnya sebagai dakwahtaiment dengan bermain sinetron yang berbalut para remaja Ustadz Riza bisa langsung berdakwah dengan para remaja. Tidak hanya itu Ustadz Riza juga berdakwah secara langsung terhadap mad’unya seperti yang dilakukan Ustadz Riza di Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukan field research. Di mana dalam pelaksanaannya penulis melakukan pengamatan selama hampir satu tahun dan ikut serta setiap kegiatan ceramah Ustadz Riza. Selain itu penulis juga melakukan wawancara mendalam dengan Ustadz Riza Muhammad sebagai responden utama peneliti. Sehingga data yang penulis dapatkan adalah data murni dari objek penelitian ini. Adapun teori yang digunakan adalah teori dari Fred R David. Yaitu proses strategi tidak hanya sebatas merumuskan konsep hingga implementasi, melainkan juga harus disertai evaluasi untuk mengukur sejauh mana strategi itu tercapai. Hasil dari penelitian strategi dakwah Ustadz Riza dikalangan remaja masjid al-ikhlas Bintaro sektor Sembilan adapun strategi dakwah yang dilakukan Ustadz Riza adalah merumuskan strategi dakwah yang telah direncanakan yang dilihat dari mad’u yang seperti apa, setelah itu di implementasikan dalam proses pelaksanaan dilapangan yang bertumpu pada materi yang sudah disusun, dan setelah itu dilakukanlah sebuah evaluasi untuk menjaga keseimbangan antara perumusan strategi dengan pelaksanaannya untuk meninjau peningkatan mad’u. Keywords : Strategi, Dakwah, Mad’u, Da’i, Remaja.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Strategi Dakwah Ustadz Riza Muhammad Dikalangan Remaja Mushola Al-ikhlas Bintaro Sektor Sembilan” sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam, pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berusaha sesuai dengan kemampuan dan dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terselesaikannya skripsi ini tentu tak lepas dari berbagai dukungan yang diberikan kepada penulis, baik moril maupun materil. Dan dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA 2. Dr. Arief Subhan, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Wakil Dekan Dr. Suparto, M. Ed, MA, Drs. Jumroni, M.Si., Drs. Wahidin Saputra, M.A. 3.
Rachmat Baihaky M.A., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam
ii
4. Hj. Umi Musyarrofah, M.A. sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses skripsi ini berjalan 5. Drs. Armawati Arbi, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik KPI A 2009 6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah mentranformasikan ilmu, sehingga penulis mampu menyelesaikan studi maupun penulisan skripsi ini 7. Pimpinan dan para petugas perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 8. Dan tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada Ustadz Riza Muhammad yang bersedia meluangkan waktunya kepada penulis untuk melakukan penelitian. Tak lupa kepada Semua jajaran pengurus serta rekan-rekan Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan 9. Ibunda Hosiyah, yang tidak pernah berhenti memberikan do’a dan dukungan secara moril dan materil untuk penulisan selama ini. Begitu pula ayahanda Bapak Sabarudin yang selalu mengingatkan saya untuk segera wisuda secepatnya. 10. Adik-adik Sabrina Mustika Nur dan M. Davian Al-Farish yang selalu memberikan hiburan disaat penulis sedang merasa lelah selama dalam penelitian. 11. Teman-teman KPI A angkatan 2009, sahabat-sahabat tersayang yang selalu berbagi suka dan duka selama beberapa tahun ini Fajriah Rifai, Esti
iii
Nurhayati, Anna Safitri, dan Nurul Adhani. yang telah membantu penulis dalam segala hal, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua amal baik dikembalikan, semoga Allah SWT membalas jasa segala dukungan yang diberikan kepada penulis dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin yaa Rabbala’lamin....
Jakarta, 13 Januari 2014
Dina Damayanti NIM : 109051000026
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................
4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ...............................................................
4
E. Tinjauan Pustaka...................................................................
5
F. Metodologi Penelitian ...........................................................
6
G. Sistematika Penulisan ...........................................................
9
KAJIAN TEORI A. Strategi ................................................................................. 10 B. Proses Strategi ....................................................................... 12 1. Perumusan Strategi ........................................................ 12 2. Implementasi Strategi...................................................... 13 3. Evaluasi Strategi.............................................................. 13 C. Ruang Lingkup Dakwah ....................................................... 13 1. Pengertian Dakwah ......................................................... 14 2. Unsur-unsur Dakwah ...................................................... 15 3. Macam-macam Dakwah.................................................. 22
v
D. Strategi Dakwah .................................................................... 24 1. Pengertian Strategi Dakwah ............................................ 24 2. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah ..................................... 26 3. Bentuk-bentuk Pendekatan Strategi Dakwah .................. 28 E. Remaja Masjid ...................................................................... 30 1. Pengertian Remaja .......................................................... 31 2. Masjid ............................................................................. 32 3. Remaja Masjid ................................................................ 34
BAB III
GAMBARAN UMUM A. Profile Ustadz Riza Muhammad ........................................... 36 B. Karya-karya dan Karir Ustadz Riza Muhammad ................. 37 C. Profil Remaja masjid ............................................................. 39
BAB IV
ANALISIS
STRATEGI
DAKWAH
USTADZ
RIZA
MUHAMMAD DIKALANGAN REMAJA A. Asas Strategi Dakwah Ustadz Riza ....................................... 43 B. Strategi Dakwah Ustadz Riza Muhammad ........................... 48 C. Media yang Digunakan Ustadz Riza untuk Meyampaikan Dakwahnya ............................................................................ 55
BAB V
KESIMPULAN A. Penutup.................................................................................. 58 B. Saran ...................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 60
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya tugas pokok seorang da’i adalah meneruskan tugas Nabi Muhammad yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti termuat dalam Alquran dan sunnah Rasullulah. Lebih tegas lagi bahwa tugas da’i adalah merealisasikan ajaran-ajaran Alquran
dan sunnah dijadikan pedoman dan
penuntun hidupnya. Menghindarkan masyarakat dari berpedoman pada ajaranajaran di luar Alquran dan sunnah, menghindarkan masyarakat dari berpedoman pada ajaran animisme dan dinamisme serta ajaran-ajaran lain yang tidak dibenarkan oleh Alquran dan sunnah. Tugas da’i sangatlah berat karena ia harus mampu menterjemahkan bahasa Alquran dan sunnah ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakatnya. Namun, dibalik beratnya tugas itu terhampar kemuliaan yang penuh rahmat sang pencipta Allah swt.
Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Dalam tugas penyampaian dakwah islamiyyah, seorang da’i sebagai subjek dakwah memerlukan seperangkat pengetahuan dan kecakapan dalam bidang strategi. Selain itu, pola berpikir dengan pendekatan sistem (approach
1
2
system), di mana dakwah merupakan suatu sistem, dan strategi merupakan salah satu dimensinya, maka strategi mempunyai peranan dan kedudukan yang sejajar dan sederajat dengan unsur-unsur lainnya seperti tujuan dakwah, objek dakwah, sumber dakwah maupun kelengkapan dakwah lainnya. Dengan menguasai strategi dakwah, maka pesan-pesan dakwah yang disampaikan seorang da’i kepada mad’u sebagai penerima atau objek dakwah akan mudah dicerna dan diterima dengan baik. Pendekatan dakwah mengajak atau menghakimi, pengertian mengajak dalam dakwah sudah kita mafhumi bersama bahwa dakwah punya prinsip untuk mengajak orang lain dari kejahilan kepada kebenaran, dari dari kegelapan kepada terang benderang. Banyak hal yang sudah diketahui oleh para penyeru Islam tentang dakwah dalam bentuk mengajak, baik dalam dakwah bi al lisan, bi al hal, ataupun bil al qolam. Adapun makna menghakimi di sini mencakup berbagai aspek dan bentuknya bisa berupa menyalahkan, mencela, menghinakan, mengkafirkan, bahkan sampai kepada aspek penerapan hukum Islam yang mengarah kepada jasmani seperti memotong tangan, mencambuk, merajam yang diberikan hukuman tersebut dianggap berprilaku tidak sesuai dengan ajaran islam.1 Ketika dakwah masih disambut dingin oleh para mad’unya maka menurut Ustadz May Riza Kurnia yang biasa dipanggil Ustadz Riza Muhammad “berdakwah dengan menggunakan stand up comedy. menurutnya dengan adanya stand up comedy saat ini yang hanya penuh dengan candaan atau humor mengapa tidak kita buat sebagai pesan dakwah yang bermakna untuk diri kita dan orang lain.” Dengan demikian ustadz Riza Muhammad 1
Munzier Suparta. Dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006, hlm 61-62.
3
mengenalkan dakwah melalui stand up comedy kepada masyarakat khususnya para remaja dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah islam. Ustadz Riza memberikan improfisasi baru dalam penyampaian dakwahnya agar para remaja lebih tertarik dengan cara seperti stand up comedy ini misalnya.2 Karena kepeduliannya terhadap akhlak remaja saat ini penulis tertarik melakukan penelitian dengan objek Ustadz Riza. Ustadz Riza Muhammad memang dikenal karena kehadirannya mencuri perhatian masyarakat Indonesia, sejak kemunculannya di Open Mic Stand Up Comedy di Metro TV, saat Idul Fitri lalu. Dan dakwahnya dengan melalui stand up comedy dapat diterima oleh masyarakat, khususnya para remaja. mulai saat itu da’i muda yang berlesung pipit tersebut
sering
dipanggil diberbagai distasiun televisi terkenal seperti di Trans TV tepatnya dihitam putih, bermain sinetron di Sctv dan sebagainya. Dengan strategi tersebut banyak remaja yang mulai tertarik dengan dakwah beliau yang tidak begitu menggurui dan monoton, di zaman sekarang ini banyak remaja yang sudah malas untuk mendengarkan ceramah tetapi berbeda dengan remaja di Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan mereka begitu antusias melihat dan mendengarkan ceramah yang dibawakan Ustadz Riza. Dengan demikian berdasarkan masalah yang telah ditetapkan oleh peneliti tersebut. Peneliti tertarik untuk mengkaji dan mengangkat Strategi Dakwah Ustadz Riza Muhamad, sehingga skripsi ini berjudul “Strategi Dakwah Ustadz Riza Muhammad di Kalangan Remaja Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan” 2
Ustadz Riza Muhammmad, Wawancara pada tanggal 12 November 2012
4
B. Batasan dan Rumusan Masalah Dengan adanya uraian yang peneliti paparkan pada latar belakang, peneliti membatasi masalah penelitian ini pada strategi dakwah yang diterapkan oleh Ustadz Riza dikalangan remaja masjid al-ikhlas Bintaro sektor sembilan dan tidak melakukan penelitian efek atau dampak strategi tersebut. Adapun masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana strategi dakwah Ustadz Riza dikalangan remaja mushola AlIkhlas Bintaro sektor Sembilan? 2. Media dakwah apa saja yang dimanfaatkan oleh Ustadz Riza Muhammad dalam menyampaikan dakwahnya untuk para remaja?
C. Tujuan Penelitian Atas dasar latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah yang diterapkan Ustadz Riza dikalangan remaja masjid al-ikhlas sektor sembilan. 2. Untuk mengetahui Media dakwah apa saja yang dimanfaatkan oleh Ustadz Riza dalam penyampaian dakwahnya untuk para remaja.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademis Penelitian ini secara akademis dapat memberikan kontribusi positif pada bidang ilmu komunikasi serta teori-teori yang berkaitan, terutama
5
dalam strategi dakwah, tahapan-tahapan strategi dakwah serta fungsi strategi dakwah. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, serta dapat menambah referensi di UIN Syarif Hidayatullah Tentang Ilmu Dakwah. Khususnya pembahasan mengenai strategi dakwah.
E. Tinjauan Pustaka Dalam mementukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi maupun perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi sementara yang penulis lakukan sampai saat ini menemukan beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu: Skripsi Fitriani Nurhasanah mahasiswi UIN jurusan Manajemen Dakwah, penelitiannya berjudul “Strategi Dakwah DKM Al-Qolam. Persamaan dalam penelitian ini adalah mempunyai subjek yang sama yaitu Satrategi dakwah, hanya saja terdapat perbedaan pada objek penelitian. Nur Hidayat Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan judul “Strategi Dakwah Ustadz Mufakhir Dalam meningkatkan pemahaman Agama Pada Jamaah masjid Baiturahman Legoso”. Dalam skripsi ini menganalisa
6
terhadap strategi dakwah Ustadz Mufakhir dalam meningkatkan pemahaman agama pada jamaah Masjid Biturahman Legoso. Dera Desember Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan judul “Strategi Dakwah Ustadz Umay Maryunani di Pondok Pesantren Terpadu Darul’Amal Sukabumi. Dalam skripsi ini menganalisa terhadap strategi apa yang digunakan oleh Ustadz Umay Maryunani di pondok pesantren terpadu Darul’Amal Sukabumi.
F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini digali melalui pendekatan kualitatif deskriptif yaitu bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Selain itu penelitian deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik pada bidang tertentu. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Subjek dari penelitian ini adalah strategi dakwah Ustadz Riza Muhammad, sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah mad’unya atau penonton, yaitu remaja Bintaro. Penelitian ini dilakukan dari 25 Februari 2013 sampai 16 Oktober 2013 di daerah Bintaro Sektor Sembilan.
7
3. Tahap Penelitian Proses Penelitian ini meliputi tiga tahapan, yaitu : a. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan
data
untuk
penelitian
ini
menggunakan
instrument-instrumen sebagai berikut: 1) Wawancara. Wawancara mendalam dilakukan terhadap Ustadz Riza Muhammad sebagai data premier 2) Observasi. Pengamatan ini dilakukan dengan melihat langsung serta mencermati ceramah-ceramah dari Ustadz Riza Muhammad, antara lain yang saya pernah mencermati ceramah beliau di mall FX Senayan dalam acara Hijab Class, talk show diacara Cahaya Ilahi di B Channel, dan ceramah dimushola Al-ikhlas didaerah Bintaro, saya juga mencermati dakwah beliau melalui media seperti televisi, twitter, dan facebook . 3) Dokumentasi. Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari, berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah, atau jurnal) yang terdapat di perpustakaan. Internet atau instansi lain yang berhubungan dengan penelitian ini. b. Pengolahan Data Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, selanjutnya data-data tersebut akan diolah. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid, pemeriksaan data juga diperlukan agar keabsahan data dapat meningkatkan derajat kepercayaan dalam
8
penelitian kualitatif. Dalam keabsahan data ada lima teknik pemeriksaan data, yaitu: pertama, teknik trianggulasi antarsumber data, antar-teknik pengumpulan data dan antar-pengumpul data. Kedua, pengecekan kebenaran informasi yang tertulis dalam naskah rencana laporan penelitian kepada para informan (member check). Ketiga, akan mendiskusikan dengan teman sejawat. Keempat, analisis kasus negatif, yakni kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian yang sudah ada hingga waktu tertentu. Kelima, perpanjangan waktu penelitian.3 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembandingan terhadap itu.4 c. Analisis Data Untuk menganalisis strategi dakwah Ustadz Riza Muhammad maka peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif, yakni dengan menganalisis data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik dan metode penulisan laporan penelitian ini, penulis berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Jakarta tahun 2007.
3
Prof. Dr. Hamidi, M.Si, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2010), h.67-68. 4 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 178.
9
G. Sistematika Penulisan Agar pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan sistematis, maka sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Penulis menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini. pada bagian awal, diuraikan tentang latar belakang masalah, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan terakhir tentang sistematika penulisan.
Bab II
Tinjauan Teoritis Ini membahas tentang pengertian strategi, macam-macam strategi, pengertian dakwah, strategi dakwah, dan pengertian remaja.
Bab III
Biografi Ustadz Riza Muhammad Ini berisikan tentang profil, keluarga, dan pendidikan Ustadz Riza Muhammad, dan perjalanan dakwah Ustadz Riza Muhammad.
Bab IV
Hasil Penelitian Pembahasan Strategi Dakwah Ustadz Riza Muhammad: ini berisikan strategi dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Riza Muhammad dikalangan remaja.
Bab V
Penutup Berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam penelitian ini dan juga dalam penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi 1. Pengertian Strategi Agar lebih mengetahui pengertian strategi lebih jauh lagi penulis memberikan pengertian melalui dua perspektif yaitu: pertama perspektif etimologi dan yang kedua perspektif terminologi. a. Perspektif Etimologi Dari segi perspektif etimologi kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu Stratogos yang berarti militer dan Ag yang berarti pemimpin. Dalam konteks awalnya, strategi diartikan Ghaneralship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang.1 Namun saat ini, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan kata strategi banyak diadopsi dan diberi arti yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu atau kegiatan yang menempatkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang jendral di masa perang. Tetapi saat ini kata strategi sudah berkembang pada tanggung jawab seorang pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
1
Fitriani Nurhasanah, Strategi Dakwah DKM Al-Qalam Depok, (Manajemen Dakwah 2012) h. 15
10
11
disebutkan bahwa istilah strategi adalah “seni atau ilmu untuk menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan tertentu.2 Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu organisasi diartikan sebagai “kiat” cara atau taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.3 b. Secara Terminologi Untuk memaparkan
mengetahui sejumlah
lebih
para
jelas
pakar
mengenai
mengenai
strategi
penulis
pengertian
strategi,
diantaranya: 1) Onong Uchayana Effendi mengatakan, Onong Uchyana Efendy, mengatakan: “Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan Manajemen untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya”.4 2) Syarif
Usman
mendefinisikan
strategi
sebagai
“Kebijakan
menggerakan dan membimbing seluruh potensi kekuatan, daya dan kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.5 2
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199 3 Handari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2000), Cet Ke-1, h. 147 4 Onong Uchyana Efendi, Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. Ke-6, h. 32 5 Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, (Jakarta: Firma Jakarta, 1998), h. 6
12
3) M. Bahri Ghazali M.A dalam bukunya mengatakan strategi adalah langkah-langkah operasional dalam menuju terlaksanakannya suatu kegiatan yang merupakan taktik untuk mencapai suatu tujuan kegiatan. Pelaksanaan dakwah dapat dilaksanakan melalui modifikasi kegiatan dakwah sesuai dengan situasi kondisi lingkungan dakwah tersebut.6
B. Proses Strategi Menurut Fred R. David, proses strategi tidak hanya sebatas merumuskan konsep hingga implementasi, melainkan juga harus disertai evaluasi untuk mengukur sejauh mana strategi itu tercapai.7 1. Perumusan Strategi Dalam perumusan strategi, konseptor harus mempertimbangkan mengenai peluang dan ancaman eksternal, menerapkan kekuatan dan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternative dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Perumusan Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.8
6
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta 1997), Cet 1, h. 21 7 Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, edisi Bahasa Indonesia, penerjemah Alexander Sindoro (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3 8 Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, hal. 8
13
2. Implementasi Strategi Langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi
yang dipilih sangat
membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi, karena jika tidak maka proses formulasi dan analisis strategi yang telah dirumuskan hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.9 3. Evaluasi Strategi Tahap terakhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah tercapai.10
C. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah Secara bahasa dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu “Da’a, Yad’u, Da’wata” yang mempunyai arti memanggil, menanamkan, 9
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, hal. 3 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, hal. 3
10
14
mengundang. Secara istilah, kata dakwah berarti menyeru atau mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh berbuat kebajikan dan melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.11 Adapun pengertian dakwah menurut beberapa pakar: a. H.M Arifin berpendapat dalam bukunya, menandung arti seruan dalam bentuk lisan, tulisan dan perbuatan yang dilakukan secara terencana, dalam usaha mempengaruhi orang lain secara individual maupun kelompok, bertujuan agar timbul pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya, dengan tanpa adanya unsur paksaan.12 b. Wahyu Ilahi M.A dalam bukunya mengatakan mengenai dakwah adalah, ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang lebih baik. Dakwah mengandung ide tentang progresivits, sebuah proses terus menerus kepada yang baik dan yang lebih baik dalam mewujudkan tujuan dakwah tersebut.13 c. Hj. Tuty Alawiyah AS mengatakan bahwa dakwah dalam arti amr ma’ruf nahyi munkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini adalah kewajiban manusia yang memiliki pembawaan fitrah sebagai social being (mahluk sosial), dan 11
Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, Cet 1, (UIN Jakarta Press), h. 33 M. Arifin, Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Study, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997) cet. Ke-7, h. 17 13 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2010) , Cet 1 h. 17 12
15
kewajiban yang ditegaskan oleh risalah sebagaimana tercantum dalam Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Oleh karena itu, dakwah bukan monopoli golongan yang disebut “ulama” atau “cendik-cendikiawan” saja.14 Islam adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW yang berisi petunjuk-petunjuk agar manusia menjadi lebih baik, beradab dan berkualitas. Selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju. sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju bebas dari berbagai ancaman, peneindasan, dan berbagai kekhawatiran. Agar mencapai semua itu, maka perlu dilakukan dakwah. Karena dengan masuk nya Islam dalam sejarah umat manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang kebenarannya.15 Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian dakwah penulis menyimpulkan, dakwah ialah usaha seseorang atau da’i dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam yang bersumber dari AlQuran dan Al- Hadist, yang dilakukan dengan cara mengajak, menyeru, membimbing manusia agar kembali kejalan Allah SWT, serta menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 2. Unsur-unsur Dakwah Terlepas dari perbincangan dari analisis dari definisi dakwah yang sudah ada dalam focus pembahasan ilmu dakwah. Maka ada lima factor atau komponen dalam dakwah, diantaranya: 1. Subjek dakwah 2. Objek 14 15
Tuty Alawiyah, Strategi Dakwah Dikalangan Majlis Ta’lim, h. 25 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana 2004), Ed. 1, Cet. 1, h 1-2
16
dakwah 3. Materi dakwah 4. Media dakwah 5. Metode dakwah. Yang dimaksud dari lima komponen tersebut ialah komponen yang selalu ada dalam pelaksanaan kegiatan dakwah.16 a. Subyek dakwah (da’i) Subyek adalah unsur pelaksana atau orang yang berdakwah, yaitu da’i. sebagai subyek dakwah ia harus terlebih dahulu intropeksi perilaku dirinya agar apa-apa yang akan dilakukannya bisa diikuti dan diteladani oleh orang lain.17 Sebagai da’i yang tidak mau memperbaiki dan mendidik diri maka akan mendapatkan celaan dari orang lain dan murka Allah SWT. Oleh karenanya dalam mengemban tugas amanah Allah SWT, para pelaku da’i yang bertugas menyampaikan pesan Ilahi dan mengajarkan ajaran agama Islam, maka seorang da’i harus memiliki bekal ilmu yang cukup, baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya. Dalam hal ini Hamzah Ya’qub mengungkapkan, antara lain: 1) Mengetahui al-Qur’an dan Hadist sebagai pokok ajaran agama Islam 2) Memiliki pengetahuan yang berinduk kepada al-Qur’an dan asSunnah seperti: Tafsir, Hadist, Tauhid, dan Fiqih 3) Memiliki pengetahuan yang menjadi alat kelengkapan dakwah seperti: teknik dakwah, ilmu jiwa (psikologi), antropologi,dan perbandingan agama 16
Zaini Muhtaram, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press Dan IFKA, 1966), h. 14 17 Nurullah Fauzi, Dakwah-Dakwah Yang Paling Mudah, Cet. II (Gresik: Putra Pelajar, 1999), h. 35
17
4) Memahami bahasa umat dan menguasai ilmu Retorika 5) Penyantun dan lapang dada 6) Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela, dan mempertahankan kebenaran 7) Berakhlak baik sebagai seorang muslim 8) Memiliki mental yang kuat, keras kemauan dan optimis walaupun menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan 9) kholish, berdakwah karena Allah, mengikhlaskan amal dakwah semata-mata karena memohon keridhaan Allah 10) Mencintai tugas dan kewajiban sebagai da’i atau mubaligh dan tidak gampang meninggalkan tugas tersebut karena pengaruhpengaruh keduniaan.18 Di samping itu sebagai bekal tambahan sang da’i harus berkomunikasi dengan jama’ah (khalayak) yang dihadapi. Karena komunikasi ini merupakan jalan untuk menyebar-luaskan pesan dalm bentuk seruan, anjuran, petunjuk dan nasehat yang bersumber dari ajaran agama Islam yang disajikan dan dikemas secara kontekstual. Dengan komunikasi itu pula da’i akan mengetahui apa materi yang sesuai bagi jama’ah yang dihadapinya. b. Objek Dakwah (Mad’u) Obyek atau mad’u adalah orang yang menjadi sasaran dakwah. Masyarakat sebagai obyek dakwah adalah salah satu unsur penting di 18
Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah Leadership, (Bandung: Diponerogo, 1972), Cet. Ke-2 h. 36
18
dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting peranannya. oleh sebab itu, masalah masyarakat adalah masalah yang harus di pelajari sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang selanjutnya. Mad’u atau obyek dakwah terdiri dari berbagai macam golongan manusia, oleh karenanya menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri kedalam profesi, ekonomi, dan seterusnya.19 Mad’u dapat dilihat dari aspek kelompok masyarakat yang terbagi menjadi: 1) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar, dan kecil serta masyarakat yang ada di kota 2) Sasaran
kelompok
masyarakat
dilihat
dari
segi
struktur
kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga 3) Sasaran kelompok masyarakat dari segi cultural berupa golongan priyai, abangan, dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat pada masyarakat jawa 4) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua 5) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup social ekonomi berupa golongan kaya, menengah dan miskin.
19
M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h.47
19
6) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari okupasional (profesi dan pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri dan lain-lain.20 c. Materi Dakwah Materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist. Materi dakwah tidak terlepas dari dua sumber tersebut. Bahkan bila tidak bersandar dari keduanya maka seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariat Islam.21 Sedangkan menurut Drs. H. Hanafi Anshari pengertian materi dakwah adalah (Maddah Ad- Da’wah) adalah pesan-pesan dakwah Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul-nya.22 Pesan-pesan dakwah yang disampaikan kepada objek dakwah adalah pesan-pesan yang berisi ajaran Islam. Dalam istilah komunikasi, materi dakwah atau Maddah ad-Dakwah disebut dengan istilah message (pesan). Untuk materi dakwah itu sendiri secara konseptual pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun, secara global materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu: 1) Masalah keimanan (aqidah) 20 21
Faizah dan H. Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: kencana, 2006), h. 70 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
63-64 22
140.
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, hlm.
20
2) Masalah keislaman (syariat) 3) Masalah budi pekerti (akhlaqul karimah) Materi dakwah yang harus disampaikan tercantum dalam penggalan ayat “saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran” (QS. Al- Ashr) (103) :5) Dalam arti lebih luas, kebenaran dan kesabaran mengandung makna nilai-nilai dan akhlak. Jadi, dakwah seyogianya menyampaikan, mengundang, dan mendorong mad’u sebagai objek dakwah untuk memahami nilai-nilai yang memberikan makna pada kehidupan baik kehidupan akhirat maupun kehidupan dunia. Dari system nilai ini dapat diturunkan aspek legal (syariat dan fiqh) yang merupakan rambu-rambu untuk kehidupan dunia maupun akhirat.23 d. Media Dakwah Kata media berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara.24 Dalam proses melakukan dakwah ada beberapa komponen yang tidak bias dipisahkan, salah satunya adalah penggunaan media sebagai alat untuk melakukan aktivitas dakwah. Untuk itu keberadaan media sangat penting untuk diupayakan dan diperhatikan apalagi di zaman sekarang ini permasalahan semakin kompleks.
23
M. Dawam Rahardjo (Ed), Model Pembangunan Qaryah Thayyibah Suatu Pendekatan Pemerataan Pembangunan, dalam buku Ilmu Dakwah Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Jakarta: Intermasa, cet 1, 1997, hlm 109 24 Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1986, hlm. 17.
21
Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: televisi, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar.25 e. Metode Dakwah Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani metodos yang artinya cara atau jalan. Jadi, metode dakwah adalah jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan secara efektif dan efesien.26 Metode dakwah berarti cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i dalam menyampaikan pesan materi dakwah kepada mad’unya.27 Dakwah memerlukan metode-metode yang akurat, seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat an- Nahl ayat 125. Dalam ayat tersebut memberikan pedoman bagaimana dakwah itu harus dilakukan, yaitu dengan cara: 1) Hikmah, aplikasi metode dakwah dengan hikmah sebagaimana dicontohkan oleh Rasullulah SAW. Sejak beliau berlaku lembut dan santun sampai pun terhadap musuh saat awal periode mekkah, sampai saatnya Nabi mengomando para sahabat untuk mengangkat senjata memerangi musuh, adalah aplikasi hikmah. Ada kalanya menahan diri, tetapi ada pula saat berperang. Ada masanya beliau
25
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997, hlm. 35 Masdar Helmy, Dakwah dalam Alam Pembangunan, Jilid I, dalam buku Ilmu Dakwah Drs. Samsul Munir Amin, Semarang: CV. Toha Putra, 1973, hlm 21 27 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Pemuda Media, 2006), h. 6 26
22
berdakwah secara siriyah (tertutup), tetapi ada pula masanya untuk berdakwah secara jahriyah (terbuka). 2) Al-Mauizha al hasanah, yaitu memberi kepuasan kepada orang atau masyarakat yang menjadi objek dakwah dengan cara, seperti nasihat, pengajaran, dan teladan yang baik. 3) Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu bertukar pikiran (diskusi) dengan cara-cara yang baik, metode ini digunakan bagi objek dakwah tertentu, misalnya bagi orang yang berpikir kritis dan kaum terpelajar, seperti mahasiswa dan santri.28
3. Macam-macam Dakwah a. Dakwah bil lisan, yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang dilakukan antara dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan lain-lain. Metode ceramah ini tampaknya sudah sering dilakukan oleh para juru dakwah, baik ceramah di majlis taklim, khutbah jumat dimasjidmasjid atau pengajian-pengjian. Dari aspek jumlah barangkali dakwah melalui lisan (ceramah dan yang lainnya) ini sudah cukup banyak dilakukan oleh para juru dakwah di tengah-tengah masyarakat. Dalam perkembangan berikutnya dakwah bil lisan dapat menggunakan teori komunikasi modern dengan mengembangkan melalui publikasi penyiaran (broadcasting publication) antara lain melalui radio penyiaran, dan lainlain. 28
Yunahar Ilyas, Prinsip-prinsip Dakwah, (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005), edisi revisi, h. 30-31
23
b. Dakwah bil hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata di mana aktivitas dakwah dilakukan dengan melalui keteladanan dan tindakan amal nyata. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata yang dari karya nyata tersebut hasilnya bias dirasakan secara konkret oleh masyarakat sebagai objek dakwah. Dakwah bil hal dilakukan oleh Rasullullah, terbukti bahwa ketika pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan Nabi adalah membangun Masjid Quba, mempersatukan kaum Anshar dan Muhajirin. Kedua hal ini adalah dakwah nyata yang dilakukan oleh Nabi yang bias dikatakan sebagai dakwah bil hal. c. Dakwah bil hal saat ini bisa dilakukan dengan karya nyata sebagai solusi kebutuhan masyarakat banyak, misalnya membangun sekolah-sekolah Islam,
perguruan-perguruan
tinggi
Islam,
membangun
pesantren,
membangun rumah-rumah sakit, membangun poliklinik, dan kebutuhankebutuhan masyarakat lainnya. d. Dakwah bil qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan keahlian menulis surat kabar, majalah, buku, maupun internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bil qalam ini lebih luas daripada melaui media lisan, demikian pula metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja mad’u atau objek dakwah dapat menikmati sajian dakwah bil qalam ini. Dalam dakwah bil qalam ini diperlukan kepandaian khusus dalam hal menulis, yang kemudian disebarkan luaskan melalui media cetak (printed publication). Bentuk tulisan dakwah bil qalam antara lain dapat berbentuk
24
artikel ke Islaman, Tanya jawab hukum Islam, rubrik dakwah, rubrik pendidikan agama, kolom keislaman, cerita religious, cerpen religious, puisi keagamaan, publikasi khutbah, famlet keislaman, buku-buku, dan lain-lain.29
D. Strategi Dakwah 1. Pengertian Strategi Dakwah Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam mengatakan bahwa strategi dakwah diartikan sebagai metode, siasat, taktik, atau maneuver yang dipergunakan dalam aktivitas kegiatan dakwah.
30
strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan
manajemen. Karena orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama mengarah pada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh individu maupun organisasi. Menurut Abu Zahra yang dikutip oleh Acep Aripudin mengatakan bahwa strategi dakwah Islam adalah perencanaan, penyerahan kegiatan dan operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapai tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.31
29
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzan, 2008), Cet ke- I, h. 10-12 30 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Penerbit Al-Ikhlas SurabayaIndonesia) h 32 31 Acep Aripudin & Syukriadi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar Budaya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-1, h. 138.
25
Menurut pendapat Al-Bayuni strategi dakwah (manhaj al-da’wah) adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah.32 Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning), metode dan taktik untuk mencapai suatu tujuan dakwah. Dalam mencapai tujuan tersebut, maka strategi dakwah harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya yang harus dilakukan secara tekhnik atau taktik. Strategi dakwah tidak berbeda dengan strategi komunikasi. Jika dalam dakwah menggunakan strategi komunikasi, maka dakwah yang dilakukan akan berhasil karena sebelum memulai berkomunikasi terlebih dahulu harus paham siapa yang menjadi audiens, media apa yang digunakan sesuai dengan keadaan, pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh audiens. Strategi
yang
digunakan
dalam
usaha
dakwah
harus
memprihatinkan beberapa azas dakwah diantaranya: a. Asas filosofis: Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktivitas dakwah. b. Asas kemampuan dan keahlian da’i (Achievement and profesionalis): Asas ini menyangkut pembahasan mengenai kemampuan dan profesionalisme da’i sebagai subjek dakwah.
32
Moh. Ali Aziz, Ilmu dakwah , h. 351
26
c. Asas sosiologis: Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintah setempat, mayotitas agama di suatu daerah, filisofis sasaran dakwah, sosiokultural sasaran dakwah dan sebagainya. d. Asas psikologis: Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitu pula sasaran dakwahnya yang memiliki karakter unik dan berbeda satu sama lain. Pertimbangan-pertimbangan masalah psikologis harus diperhatikan dalam proses pelaksanaan dakwah. e. Asas efektifitas dan efesiensi: Maksud asas ini adalah di dalam aktivitas dakwah harus diusahakan keseimbangan antara biaya, waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya. Sehingga hasilnya dapat maksimal. Dengan mempertimbangkan asas-asas di atas, seorang da’i hanya butuh memformulasikan dan menerapkan strategi dakwah yang sesuai dengan kondisi mad’u sebagai objek dakwah.33
2. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah Berdasarkan pada makna dan urgensi dakwah tersebut, serta kenyataan dakwah di lapangan dan aspek-aspek normatif tentang dakwah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah, makan ditemukan prinsip strategi dakwah, antara lain sebagai berikut:
33
35
Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hal.
27
a. Memperjelas secara gamblang sasaran-sasaran ideal Sebagai langkah awal dalam berdakwah, terlebih dahulu harus diperjelas sasaran apa yang ingin dicapai, kondisi umat Islam bagaimana yang diharapkan. Baik dalam wujudnya sebagai individu maupun wujudnya sebagai suatu komunitas masyarakat. b. Merumuskan masalah pokok umat islam Dakwah bertujuan untuk menyelamatkan umat dari kehancuran dan untuk mewujudkan cita-cita ideal masyarakat. Rumuskanlah terlebih dahulu masalah pokok yang dihadapi umat, kesenjangan antara sasaran ideal dan kenyataan yang konkret dari pribadi-pribadi muslim, serta kondisi masyarakat dewasa ini. Jenjang masalah ini pun tidak sama antara kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lainnya. Setiap kurun waktu tertentu harus ada kajian ulang terhadap masalah itu seiring dengan pesatnya perubahan masyarakat tersebut. c. Merumuskan isi dakwah Jika kita sudah berhasil merumuskan sasaran dakwah beserta masalah yang dihadapi masyarakat Islam, pada langkah selanjutnya adalah menentukan isi dakwah itu sendiri. Isi dakwah harus sinkron dengan masyarakat Islam sehingga tercapai sasaran yang telah ditetapkan. Ketidaksinkronan dalam menentukan isi dakwah ini bisa menimbulkan dampak negatif yang disebut dengan istilah “split personality” atau “double morality” pribadi muslim. Misalnya seorang muslim yang beribadah, tetapi pada waktu yang sama ia dapat menjadi pemeras,
28
penindas, koruptor dan perbuatan tercela lainnya. Jadi, untuk bisa menyusun isi dakwah secara tepat, dibutuhkan penguasaan ilmu yang komprehensif atau dengan menghimpu pemikiran-pemikiran beberapa pakar dari berbagai disiplin ilmu.34
3. Bentuk-bentuk Pendekatan Strategi Dakwah Jika seorang da’i mampu menjalankan strategi dakwah secara bijak, insya Allah ia akan mudah mencapai keinginannya, yakni keberhasilan dakwahnya. Nabi Muhammad SAW, sebagai imam para da’i, telah menerapkan strategi dakwah secara bijak, sehingga melalui beliau Allah SWT memberi manfaat kepada hamba-Nya dan menyelamatkan mereka dari syirik menuju tauhid. Siasat beliau tersebut bermanfaat besar dalam menyukseskan dakwahnya,
membangun
negaranya,
menguatkan
kekuasaannya
dan
meninggikan kedudukannya. Sepanjang sejarah politik umat manusia tidak pernah ada sseorang pun pembaharu yang mempunyai pengaruh besar seperti Nabi Muhammad SAW. Terkumpul padanya jiwa seorang pemimpin, pendidik yang bijak, kecerdasan akal, orisinalitas pendapat, semangat yang kuat serta kejujuran. Semua itu telah terbukti pada diri beliau. Bentuk-bentuk dalam menentukan strategi dakwah antara lain sebagai berikut :
34
Dr. Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, h. 20-21
29
a. Memilih waktu kosong dan kegiatan terhadap kebutuhan penerima dakwah (audience). Usahakan agar mereka tidak jenuh dan waktu meraka banyak terisi dengan petunjuk, pengajaran yang bermanfaat dan nasehat yang baik. Nabi SAW tidak selalu monoton dalam memberikan nasihat, sehingga orang yang dinasihati tidak merasa bosan. Strategi dakwah yang dicontohkan Nabi SAW tersebut diikuti oleh para sahabat. Sabda Nabi SAW. Yang Artinya : “permudahlah dan jangan kamu persulit, berilah kabar gembira dan jangan berkata yang membuat mereka lari jauh”. (HR Bukhari dan Muslim) b. Jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukan Terkadang seorang da’i menjumpai suatu kaum yang sudah mempunyai tradisi mapan. Tradisi tersebut tidak menentang syariat, tetapi jika dilakukan perombakan akan mendatangkan kebaikan. Jika seorang da’i menyadari bahwa apabila dilakukan perombakan akan terjadi fitnah, maka hal itu tidak perlu dilakukan. Nabi SAW tidak membiarkan ka’bah direnofasi dari fondasi buatan Nabi Ibrahim karena menghindari fitnah kaum yang baru menetes dari kehidupan jahiliyah. c. Menjinakkan hati Dilakukan dengan memberi maaf ketika dihina, berbuat baik ketika disakiti, bersikap lembut ketika dikasari dan bersabar ketika dizhalimi. Cemoohan dibalas dengan kesabaran, tergesa-gesa dibalas dengan kehatihatian.
30
Itulah cara penting yang dapat menarik penerima dakwah (audience) ke dalam Islam dan membuat iman mereka mantap. Dengan cara-cara tersebut Nabi SAW mampu menyatukan hati para sahabat disekitarnya. Mereka bukan saja sangat mencintai beliau tetapi juga ikut menjaga dan membela beliau dalam dakwahnya. d. Pada saat memberi nasihat, jangan menunjuk langsung kepada orangnya, tetapi berbicara pada sasaran umum seperti yang sering dilakukan Nabi SAW. e. Memberikan sarana yang dapat mengantarkan seorang pada tujuannya. f.
Seorang da’i harus siap menjawab berbagai pertanyaan, setiap pertanyaan sebaiknya dijawab secara rinci dan jelas sehingga orang bertanya merasa puas.35
E. Remaja Masjid 1. Pengertian Remaja Masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang khas dan cara berfikir remaja ini menginginkan untuk mencapai integritas dalam hubungan sosial orang
35
Sa’id bin Ali bin Wahif Al-Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, h.84-92
31
dewasa yang kenyataannya merupakan cirri khas yang umum dari periode perkembangan ini. Masa remaja adalah masa peralihan, seorang remaja bukan anakanak lagi, tetapi ia belum bisa dikatakan sudah dewasa secara jasmani, boleh jadi malah dewasa tetapi emosi serta cara berfikirnya belum mantap dan mapan sebagaimana layaknya orang dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang, masa remaja mempunyai arti yang khusus, adayang menyatakan masa remaja adalah masa yang paling indah, sehingga tidaklah boleh dilewatkan begitu saja. Ada pula pendapat bahwa masa remaja adalah masa yang paling menentukan kelanjutan hidup seseorang, dimasa tuanya. Remaja juga dikatakan generasi penerus perjuangan bangsa, baik buruk masa depan bangsa tergantung pada baik buruk moral dan akhlak remajanya.36 Pendapat lain juga dikatakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono, karena ia mendefinisikan remaja sebagai “masa peralihan dari anak-anak kedewasa, bukan hanya dalam artian psikologi tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam perubahan remaja. Sedangkan perubahan-perubahan psikologi muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu.37
36
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2000)Cet.ke-5,
37
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, h.51
h.9
32
Mengenai batas usia remaja, Prof. Dr. Hj. Zakiyah Derajat menetapkan batasan usia remaja mulai dari usia 13-21 tahun.38 Akan tetapi para ahli menegaskan bahwa yang dapat ditentukan masa remaja itu adalah masa permulaannya, yaitu ditandai dengan mimpi pertama bagi laki-laki, sedangkan wanita ditandai dengan menstruasi pertama. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan remaja adalah suatu masa dimana: a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekunder sampai ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalamai
perkembangan
psikologis
dan
perlu
di
identifikasi dari anak-anak sampai dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada kesadaran yang relativ mandiri.39
2. Masjid a. Pengertian Masjid Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam AlQuran. Dari segi bahasa, kata tersebut berasal dari kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. Itulah sebabnya mengapa bangunan yang 38
Zakiyah Derajat, Problematika Remaja Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978)Cet.ke-3,h.114 39 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, h.9
33
dikhususkan untuk melaksanakan sholat dinamakan masjid, yang artinya “tempat bersujud”. Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat kaum Muslim. Tetapi karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT semata. Firman Allah SWT dalam Qs. Al-jin: 18 b. Fungsi Masjid Masjid merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan dan kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi. Masjid bukan saja tempat sholat, tetapi juga sebagai pusat pendidikan, pengajian, keagamaan, pendidikan militer dan fungsi-fungsi social ekonomi lainnya. Rasulullah SAW telah mencontohkan multifungsi masjid dalam membina dan mengurusi seluruh kepentingan umat, baik sebagai pusat ibadah, pusat pendidikan dan pengajaran, pusat penyelesaian problematika umat dalam aspek hukum, pusat pemberdayaan ekonomi umat baitul maal, pusat informasi Islam, bahkan pernah sebagai pusat pelatihan militer dan urusan-urusan
pemerintahan
Rasulullah,
singkatnya,
pada
zaman
Rasulullah masjid dijadikan sebagai pusat peradaban Islam. Dengan demikian, fungsi masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah ritual semata, melainkan fungsi masjid harus dimaknai dalam berbagai dimensi kehidupan.
34
Pada masa sekarang, peran masjid dapat dimaksimalkan sebagai pusat pembinaan umat dengan memperbanyak sisi aktivitas. Aktivitas masjid semestinya tidak hanya menyentuh atau melibatkan sekelompok orang atau golongan dan aktivitasnya pun tidak hanya berupa ibadah tertentu yang bersifat ritual. Aktivitas masjid harus menyentuh dan melibatkan sekelompok jama’ah, mulai dari anak-anak, remaja, pemuda dan orang dewasa sampai orang tua sekalipun. Di samping itu, pelibatan jama’ah juga tidak memandang perbedaan dari segi pria dan wanita, kaya dan miskin atau yang berpendidikan tinggi dan rendah.
3. Remaja Masjid Remaja masjid merupakan bentuk aktivitas yang sedang tumbuh dan berkembang, namun kehadirannya tidak muncul begitu saja. Berawal dari usaha-usaha
menyelanggarakan
kegiatan-kegiatan
keagamaan
yang
melibatkan anak muda (remaja), lalu timbul kesadaran perlunya organisasi yang permanen, dan akhirnya dibentuklah suatu organisasi remaja masjid. Saat ini remaja masjid telah menjadi wadah favorit kegiatan remaja muslim. Umumnya di desa-desa yang banyak kita jumpai. Meskipun masih banyak hambatan atas keberadaannya, namun secara umum masyarakat sudah semakin lebih bisa diterima keberadaannya. Pada dasarnya remaja masjid dan remaja mushollah tidak ada perbedaannya hanya saja tempat pelaksanaannya yang berbeda. Saat ini remaja masjid telah menjadi fenomena bagi kegairahan remaja muslim dalam
35
mengkaji dan mendakwahkan Islam di Indonesia. Sebenarnya, dakwah Islam yang dilakukan para remaja bukanlah hal yang baru. Remaja masjid membina para anggotanya agar berilmu dan beriman kepada Allah SWT. Pembinaan dilakukan dengan menyusun aneka program yang kemudian ditindaklanjuti dengan berbagai aktifitas remaja masjid yang mapan, biasanya mampu bekerja secara terstruktur dan terencana.40
40
Siswanto, Panduan Praktis Remaja Masjid, Jakarta: 2005, cet ke-1, h. 49
BAB III PROFIL USTADZ RIZA MUHAMMAD
A. Profil Ustadz Riza Muhammad Ustadz Riza Muhammad, lahir di Situbondo pada tanggal 1 Mei 1983 dari pasangan Bapak Arie dan ibu Nurnaningsih. Putra ke dua dari tiga bersaudara. Ustadz yang biasa kita lihat di stasiun tv swasta ini sekarang masih berstatus lajang. Mengenai pendidikannya, beliau lulusan dari pondok pesantren Al Abror, Situbondo. Ia mengawali karir sebagai pembawa acara di radio lokal di Bali, TV lokal dan nasional. Berbekal jadi santri selama 9 tahun, anak pasangan Nurmaningsih dan Arie ini mencoba ikut pemilihan DAI TPI 2005. Pernah terlibat pembuatan sinetron religi Sakratul Maut di ANTV beberapa tahun silam. Di kota asalnya; Denpasar Bali, ia dikenal sebagai MC terbaik juga penceramah. Maret 2012 lalu, anak kedua dari 3 bersaudara ini serius ingin berkarir di Jakarta. Kehadirannya, cukup menarik perhatian masyarakat. Meski namanya belum setenar Ustadz senior tapi lajang berlesung pipit ini sudah diberi kesempatan untuk menjadi narasumber program religi di beberapa televisi. Nama popular lajang kelahiran 1 May 1983 ini adalah Ustadz Riza Muhammad. Saat ini finalis Film Ketika Cinta Bertasbih 2008 ini menjadi narasumber tetap di Cafe Tausiyah di MNC Muslim, Taman Cinta di MNC Muslim dan Program Muallah Alif TV. Kehadirannya mencuri perhatian masyarakat Indonesia, sejak kemunculannya di Open Mic Stand Up Comedy
36
37
di Metro TV, saat Idul Fitri lalu. Dari program tersebut, penyuka jalan-jalan, olah raga dan mengaji ini diminta beberapa televisi untuk berdakwah dengan gaya stand up comedy. Bukan hanya itu, Ustadz Riza Muhammad mempunyai salam yang khas. Salamnya selalu dibawakan di setiap ceramah salamnya adalah “assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh” beliau sambil meggerakan tangannya dengan intonasi khas beliau, dan dikenal masyarakat yang pernah menyaksikan aktingnya di Sinetron Putih Abu2 di SCTV. Sekarang, pria hitam manis ini sibuk ceramah dan shooting Sinetron Ustadz Fotocopy di SCTV. Namun saat ini Ustadz Riza sedang sibuk shooting di Sinetron Pesantren Rock and Roll yang tayang di SCTV dan program religi di B Channel TV. beberapa prestasi-prestasi yang sudah beliau torehkan selama hidupnya diantaranya;
B. Karya-karya dan Karir Ustadz Riza Muhammad Prestasi : - Finalis Indonesia Star Metro TV 2004 - Finalis DAI TPI 2005 - Finalis Film Ketika Cinta Bertasbih 2008 Pengalaman Radio : - Radio GemaMerdeka Bali - Radio CDBS Bali - Pinguin FM Bali
38
PengalamanSinetron / FTV : - Sakaratul Maut @ ANTV 2006 - Pacarku Office Girl @ SCTV 2010 - SinetronPutih Abu2 @ SCTV 2012 - SinetronUstadz Photocopy @ SCTV 2012 - Sinetron Pesantren Rock and Roll 1 dan 2 @ SCTV 2013 - Program Religi Talk Show @ B Channel TV 2012 - 2013 Pengalaman Host/Presenter TV : - Halo Bu Dokter @ Metro TV - Presenter @ TVRI Bali » AcaraSiramanRohani, Sari Usada - Presenter @ TVRI Nasional » AcaraGemaRamadhan, KunjunganPresiden SBY, SambutMentari 2009 Pengalaman Nara Sumber / Penceramah TV : - Cafe Tausiyah @ MNC Muslim 2012 - Taman Cinta @ MNC Muslim 2012 - Open Mic Stand Up Comedy @ Metro TV 2012 (eps ustadz2) - Ada AnakBertanyaPadaBapak @ B Channel TV 2012 - Program Mualaf @ Alif TV 2012 - SinetronPutih Abu2 @ SCTV 2012 - Talk show kajian AlQur’an • Ramadhan di Masjidil Haram @ ANTV 2012 - Ngulik @ Trans TV 2012 - SuaraAnakNegeri @ Alif TV-Jak TV 2012 - HitamPutih @ Trans7 2012 - Chatting dengan YM @ ANTV 2012
39
Dalam konteks dakwah, Ustadz Riza adalah seorang Da’i yang baik, mempunyai media untuk menyampaikan pesan-pesannya berupa ide, gagasan yang terus berkembang hingga saat ini. Dilihat dari kepiawannya dalam berdakwah Ustadz Riza masih bisa menyampaikan dakwahnya dimedia televisi hingga sekarang.
C. Profil Remaja masjid Masjid Al-Ikhlas Bintaro sektor Sembilan termasuk masjid yang bagus, masjid tersebut sudah 10 tahun lamanya dibangun dari tahun 2003 akhir, letak masjid ini ditengah-tengah perbatasan antara warga desa dengan komplek namun masjid ini lebih dikenal sebagai masjidnya masyarakat yang tinggal disektor sembilan, jika dibilang aktif atau tidaknya masjid ini memang kurang begitu aktif namun untuk pengajian ibu-ibu ataupun bapak-bapaknya masih tetap ada tetapi tidak seperti masjid-masjid lainnya, yang selalu aktif dan selalu ada kegitan disetiap harinya. Tapi untuk solat wajib, solat Idul Futri, Idul Adha, santunan itu tetap ada. Karena secara geografis memang letaknya yang diperkomplekan yang masyarakatnya pun orang-orang sibuk. Untuk kegiatan remaja masjidnya pun kurang begitu aktif. dan disetiap sore hari senin, rabu, dan jum’at diisi dengan pengajian TPA. Namun dengan adanya masjid ini untuk syiar Islam berjalan dengan baik silaturahmi antara masyarakat komplek dan desa terjalin dengan harmonis. Dibawah ini penulis mendapat struktur-struktur dan kegiatan remaja masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan:
40
Pembina: Bapak H. Cucu Mulyana Pembimbing: Bapak H. Zulfarshah Ketua: Bapak Sahal Wakil: Mulyadi Bendahara: Yufia Hadiyatis Sholehah Sekretatis: Deni Hermawan Div Kerohanian
Abdul Wahid
Yusuf
Supriyadi
Mika Rahmawati
Nurkhuzaifah
Zainul
Div Dek-dok
Ian Apriadi
Agung Perdana
M. Fajril
Hilman Fauzi
Arya Ibnu Akil
Div Olahraga
Regi Rahman
Damar Arif
Ibnu Nugraha
41
Sadam Wahyudi
Ahmad Cipta Fauzi
Toni
Div Humas
Iman Sudrajat
Hadyanto
Rahmat Darmawan
Agung
Rizky Tri Putra
Fajar Alamsyah
Fudori Ahmad
Danang
Div Kesenian
Septian Adi Sanjaya
Ahmad Fauzi
Samudi
M. Irvan, Ikbal Maulana
Div Konsumsi
Sumarni
Mila Karmila
Arum Safitri
Ines Samanta
Noviyanti
42
Ana Istiana
Nurlelah
Nasiyah
Nurul Laila Qodriah
Div Perlengkapan
Soni Sahara
Ahmad Nur’ali
Nurdin,Ma’mun
Saipul Ambiya
Zemi Adi
Kegiatan Remaja Masjid
Program Belajar Baca Al Qur'an Teknik 8 Jam, dan Program Terjemah Al Qur'an Teknik 40 Jam. Kedua program tersebut diselenggarakan 1 pekan sekali, yaitu pada akhir pekan, di Sabtu pagi mulai jam 06.00 dan Ahad pagi, ba'da Sholat subuh di Mesjid Al-ikhlas.
Pengajian mingguan setiap malam sabtu
Diadakannya kerja bakti hari minggu setiap seminggu sekali
Pengajian bulanan sekali kerumah setiap anggota remaja masjid
BAB IV ANALISIS STRATEGI DAKWAH USTADZ RIZA MUHAMMAD DIKALANGAN REMAJA
A. Asas Strategi Dakwah Ustadz Riza 1. Asas Filosofis Ustadz Riza Muhammad memang dikenal karena kehadirannya mencuri perhatian masyarakat Indonesia sejak kemunculannya di Open Mic Stand Up Comedy di Metro TV, saat Idul Fitri lalu. Dan dakwahnya dengan melalui stand up comedy dapat diterima oleh masyarakat, khususnya para remaja. mulai saat itu da’i muda yang berlesung pipit tersebut sering dipanggil diberbagai distasiun televisi terkenal seperti di Trans TV tepatnya dihitam putih, bermain sinetron di Sctv dan sebagainya. Dengan strategi tersebut banyak remaja yang mulai tertarik dengan dakwah beliau yang tidak begitu menggurui dan monoton, di zaman sekarang ini banyak remaja yang sudah malas untuk mendengarkan ceramah tetapi berbeda dengan remaja di Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan mereka begitu antusias melihat dan mendengarkan ceramah yang dibawakan Ustadz Riza. Maka dapat dipahami bahwa pada Asas Filosofis yang diterapkan oleh Ustadz Riza adalah dalam proses awal pelaksanaan yaitu memperkenalkan gambaran-gambaran kepada para remaja tentang apa yang akan beliau sampaikan dalam dakwahnya seperti yang dilakukan
43
44
Ustadz Riza diremaja masjid al-ikhlas bintaro dengan ustadz Riza medapatkan materi dakwah yang bisa dibahas dengan menarik untuk dikemas bagi kalangan remaja beliau mengambil dari kisah film, misalnya saja dalam Film The Day After Tomorrow, dari film tersebut munculah ide untuk menyampaikan ceramah mengenai hari kiamat. Kemudian, para remaja beliau sajikan film tersebut untuk memonton bersama. Dengan menonton film tersebut setidaknya anak-anak yang saya tujukan bisa sedikit mempunyai gambaran mengenai hari akhir nantinya. Asas filosifis adalah asas yang membicarakan masalah erat hubungannya dengan tujuan yang hendak dicapai, oleh karenanya penulis dapat menganalisis dari hasil data diatas bahwa asas filosifis yang diterapkan oleh Ustadz Riza bertujuan untuk: a. Mencerdaskan mad’u yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist karena menurut Ustadz Riza terkadang ada orang yang masih membenarkan suatu kebiasaan yang hukumnya tidak pada al-qur’an dan hadist. b. Pentingnya menjalin hubungan yang harmonis kepada mad’u dan masyarakat sekitar. c. Mengenang jasa-jasa tokoh ulama yang telah berjuang dijalan Allah dengan mendengarkan nasehatnya dan masukan yang diberikan kepada kita didunia dakwah islam.
45
2. Asas Sosiologis Pada asas sosiologis Ustadz Riza lebih suka melakukan interaksi atau pendekatan secara langsung dengan mad’unya. Seperti contoh yang dilakukan Ustadz Riza dikalangan remaja masjid al-ikhlas bintaro dengan mengunakan teknik seperti stand up comedy untuk sebagai pendekatan dengan para remaja yang tidak begitu menggurui dan suasana yang hangat. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pelaksanaan asas sosiologi cara yang paling tepat dalam mengenali seorang mad’u menurut beliau. Misalnya dengan mengetahui orang-orang yang memang secara pemahamannya yang sudah beliau ketahui kondisinya. Maka dapat dianalisis bahwa cara yang dipakai oleh Ustadz Riza adalah sangat rendah hati dan baik. Karena sangat jarang seorang da’i yang mau begitu dekat dengan mad’unya apalagi beliau seorang da’i sekaligus public figure. 3. Asas Keahlian dan Kemampuan Da’i Pengetahuan keahlian ini lebih spesifik sifatnya. Lebih baik manakala para da’i banyak menguasai beberapa keahlian yang bermanfaat dalam dakwah. Misalnya, keahlian dalam strategi perang, dan strategi dalam mengatasi mad’unya. Selama ini kesan pemikiran seseorang tentang remaja yang negatif, oleh karenanya Ustadz Riza ingin merubah pola pikir orang terhadap remaja masa kini. Untuk itu sebagai penunjang dari keberhasilan dakwah yang beliau terapkan Ustadz Riza selalu mencari inovasi dan improfisasi baru dalam
46
dakwahnya. Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas bahwa berawal dari keprihatiannnya terhadap remaja masa kini Ustadz Riza sangat ingin mengupas permasalahan remaja dengan pendekatan dakwah yang mudah diterima dan dipahami. 4. Asas Psikologi Dakwah Secara sederhana psikologi disebut sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya. Dakwah adalah mengajak manusia kejalan Allah agar mereka berbahagia didunia dan akhirat. Jadi psikologi dakwah adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia merupakan gejala dari jiwanya untuk diajak kejalan Allah agar berbahagia didunia dan akhirat. Dalam hal ini manusia adalah mahluk yang berbeda-beda baik dalam sifat, dan sikap. Dalam mengatasi hal tersebut Ustadz Riza memilih dan menerapkan konsep asas psikologi dakwah yang terdiri dari: yang pertama, seorang da’i harus memiliki sifat yang ikhlas ilmu yang sahih dan akhlak serta adab Islami yang baik. Selain itu dia harus berupaya mengamalkan apa yang dia dakwahkan. Kedua, orang yang kita dakwahkan (mad’u), penting untuk kita ingat setiap manusia pasti punya marah dan emosi. Orang yang lebih berstatus baik dari segi ilmu, pangkat dan usia pasti akan marah jika ada seorang yang lebih kurang statusnya dibawahnya menegur yang lebih tua. Begitu juga jika emosi seseorang itu tidak stabil, maka menegur mereka pada saat itu sukar untuk mendapatkan hasil yang baik seperti yang Ustadz Riza katakana bahwa terkadang
47
membuat suatu kebenaran dimasyarakat itu butuh waktu dan tidak mudah dan memang butuh kehati-hatian dan jangan dipaksakan. Ketiga, memberi mad’u kebebasan untuk menerima teguran kita atau tidak dan begitu sebaliknya artinya ucapan da’i kepada mad’u bebas untuk disetujui atau tidak, sebab seorang da’i pun tidak lepas dari kehilapan dan kita samasama berdoa agar semakin bertaqwa kepada Allah Maka dapat disimpulkan bahwa dalam asas psikologi dakwah Ustadz Riza lebih menekankan terhadap da’i dan dan mad’unya seorang da’i harus mempunyai nilai yang tulus dan ridho karena Allah dalam menyampaikan pesan dakwah seorang da’i harus bisa menyesuaikan kondisi mad’unya. Maka dapat dianalisis dari data diatas bahwa tiga komponen tersebut tersebut sudah cukup tetapi ada hal yang harus juga diperhatikan seperti dalam mengatasi atau menyesuaikan psikologi mad’u seorang da’i harus menyesuaikan dengan kondisi dan lingkungannya. 5. Asas Efektifitas dan Efesiensi Dakwah Dalam setiap mengadakan kegiatan dakwahnya Ustadz Riza selalu mempertimbangkan antara keadaan da’i dan mad’unya serta waktu yang tersedia, agar kegiatan dakwah yang dilakukan berjalan dengan lancer dan sesuai dengan yang diinginkan panitia pelaksana. Hal ini sesuai dengan efektifitas dan efisiensi, yaitu asas yang dalam aktifitas dakwahnya harus dapat
menyeimbangkan antara kondisi
dilaksanakan.
mad’u dan
waktu
yang
48
B. Strategi Dakwah Ustadz Riza Muhammad Dakwah Islam adalah dakwah yang bersifat amaliyah yang mewujudkan sosok gerakan keteladanan yang menjanjikan satu jaminan kepercayaan kepada umat manusia tentang apa yang didambakan jiwa dan apa yang dipandang oleh akal dan rohani mereka sebagai ketentraman dan ketenangan batin, petujuk dan nilai kebenaran serta kebaikan dalam realita kehidupan. Menurut Ustadz Riza dakwah adalah bagian himar yang sifatnya itu mirip dengan multi level marketing. Jadi, “Dakwah adalah seseorang yang menyampaikan kepada orang, orang menyampaikan kepada orang lagi dan begitu seterusnya”.1 Semua itu merupakan bagian dari komitmen ke islaman seorang muslim saling menyampaikan kebenaran. Sehingga, dakwah itu memiliki point di pilar keislaman. Dan itu masuk dengan bagian karakter rosulluloh disebut dengan “tabligh” yaitu “menyampaikan”. Dakwah memiliki urgensi yang luar biasa ketika tabligh itu masuk dalam bagian karakter atau sifat wajib bagi rosul yaitu sidik, amanah, tabligh, fatonah maka seseorang mukmin wajib mencontoh dari sifat rosul salah satunya tabligh. Banyak cara seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya, misalnya seorang da’i yang punya hobi bernyanyi dan bersuara bagus bisa memberikan lagu-lagu religious dalam setiap dakwahnya. Seperti yang beliau lakukan dalam menyampaikan ceramahnya dikolaborasikan dengan nyanyian Islam. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menyampaikan dakwah, bukan hanya
1
Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Riza pada tanggal 16 oktober 2013
49
sekedar seperti sedang menyampaikan pidato. Di zaman yang modern ini sangat banyak cara untuk bisa menyampaikan dakwah sehingga khalayakpun lebih senang mendengarkannya. Menurut Ustadz Riza Muhammad, dakwah Islam harus mampu menyentuh dan mengubah masyarakat dan tidak sekedar menyampaikan. Dapat dipahami bahwa dakwah artinya mengajak, menghimbau, dan memerintahkan. Dengan demikian maka makna dakwah adalah seruan atau himbauan untuk menjalankan perintah Allah, baik ucapan maupun perbuatan dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Dakwah juga suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah (sistem Islam). Suatu proses yang bukan insidental atau kebetulan, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dan evaluasi secara terus menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah mad’u (sasaran dakwah) sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan oleh Islam. Strategi yang digunakan Ustadz Riza adalah dakwah yang sesuai dengan objeknya, objek dakwah yang menjadi sasaran Ustadz Riza pada dasarnya mengarah kepada kalangan remaja karena menurut Ustadz Riza kalangan remaja saat ini sangatlah minim dalam perkembangan dakwah, “Saya merasa prihatin dengan kondisi perkembangan dakwah dikalangan remaja saat ini, remaja sekarang butuh format dakwah yang baru,
50
mengesankan, namun tetap syar’i”. bisa kita lihat di zaman modern seperti ini tayangan TV sudah sangat jarang ditemui tayangan dakwah ataupun tayangan ilhami lainnya, yang jauh lebih banyak adalah sinetron-sinetron yang menampilkan kehidupan remaja zaman sekarang, sehingga timbul seperti seks bebas di kalangan remaja yang sudah seperti dianggap biasa. Seperti yang dilakukan Ustadz Riza ketika berdakwah dikalangan remaja Masjid Al-Ikhlas Bintaro sektor Sembilan banyak remaja yang hadir untuk melihat dakwah beliau dan para remaja begitu terlihat antusias, Remaja mulai dari umur 12 hingga 20 tahun yang datang. Dalam dakwahnya Ustadz Riza mengambil tema yang sangat menarik dan bermanfaat sekali untuk para remaja yaitu, tentang remaja dan masa kini, dimana didalam ceramahnya Ustadz Riza berbicara tentang musuh bagi remaja musuh remaja sesungguhnya sangat berat seperti yang Ustadz Riza katakan yaitu 3S yaitu sex, sport, song. Sudah kita ketahui pergaulan bebas zaman sekarang sudah sangat memprihatinkan khususnya bagi para remaja. Dan musuh paling berat adalah setan seperti dalam Firman Allah yang Ustadz Riza lantunkan pada surat An-nisa ayat 76, maka bunuhlah setan-setan itu dengan kita menjauhkan segala larangan Allah dan menjauhkan segala laranganNya. Sebagai seorang da’i, kita bisa melihat apa yang telah dicontohkan Rasullullah SAW. Biasanya Ustadz Riza mempunyai pembahasan khusus dalam pemberian materi-materi ceramah beliau yakni berkenaan dengan kehidupan sehari-hari, seperti ketaqwaan, akhlak, fiqih dan materi lainnya. tergantung undangan yang didapat untuk membahas ceramah dengan tema
51
apa. Beliau mempunyai ciri khas dalam ceramah selain beliau menggunakan logika dalam pembahasan ceramah beliau juga mempunyai gaya bahasa yang lembut sehingga mad’u yang mendengarkan merasa suka dan senang apabila melihat beliau sedang ceramah, ceramah beliau juga selalu diiringi dengan humor dan canda misalnya ketika beliau berceramah dan beliau menyapa mad’unya dengan bertanya sudah menunggu lama ya ibu-ibu dan beliau sambil bernyanyi lagu Rhoma Irama yang berjudul “Menunggu” dengan liriknya “sekian lama aku menunggu untuk kedantangan mu” seorang da’i memang harus mempunyai sifat humoris dan tidak yang selalu serius agar mad’u yang mendengarkan tidak merasa jenuh dan bosan karena humor adalah resep para da’i dalam berceramah. namun humor disini yaitu yang mendidik.
Misalnya,
Ustadz
Riza
ketika
berceramah
menggunakan
improfisasi-improfisasi baru contohnya: Ustadz Riza bertanya kepada remaja apa kabar semua, Alhamdulilah luar biasa Allahu Akbar (beliau sambil menggerakan tangannya yang kanan dan kiri dengan gayanya) dan ternyata dengan memberikan improfisasi tersebut para remaja sangat senang cara itu. Seperti yang Ustadz Riza lakukan di sinetron Pesantren Rock and Roll. Dalam wawancara penulis pun Ustadz Riza mengakui bahwa cara itu laku sekali dikalangan remaja. Sedangkan materi dakwah yang di sampaikan adalah materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan keimanan, akhlak, kematian, ibadah dan berhubungan dengan kehidupan, yang berhubungan dengan kholik dan mahluk, tapi terkadang menyesuaikan atau mengkaitkan dengan kejadian
52
sehari-hari dalam kehidupan masyarakat misalnya ghibah (gosip) atau dari kejadian-kejadian penting seperti hari Raya Idul Fitri, hari Raya Idul Adha, Isro Mi’raj dan lain sebagainya. 1. Strategi Dakwah Ustadz Riza Terkait dengan Tahapannya Guna tercapainya dakwah yang baik dan efektif, diperlukan strategi dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pendapat Fred R. David, dalam bukunya Manajemen Strategi konsep yang dikutip dalam bab 2 skripsi ini, terdapat
tahapan-tahapan
strategi
yang
diperlukan
dalam
proses
pelaksanaannya. Tahapan-tahapan tersebut adalah perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Ketiga tahapan tersebut tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan strategi dakwah. a. Perumusan Strategi Dalam melaksanakan strategi dakwah untuk membangun da’i dan mad’u yang baik, sebelumnya diperlukan perumusan strategi agar pelaksanaannya bisa berjalan dengan lancar dan efektif. Seperti yang dilakukan Ustadz Riza dimasjid al-ikhlas bintaro sektor sembilan kepada para remaja dengan memberikan materi-materi tentang kematian, keimanan dan keislaman. seperti memberikan tontonan film the day after tomorrow terkait kematian dihari akhir. yang awalnya para remaja masih bermalas-malasan dalam solat berjamaah menjadi rajin dalam solat berjamaah. Dan yang awalnya malas solat wajib menjadi rajin solatnya. Tidak hanya dikalangan remaja masjid al-ikhlas yang terpengaruh dakwah beliau seperti yang beliau ceritakan dalam
53
wawancara kepada penulis ketika dilokasi shooting pesantren rock and roll, crew yang awalnya tidak solat menjadi solat, pemain sinetron Indri Giana yang awalnya tidak berhijab menjadi berhijab. Ustadz Riza juga membuat target dalam setiap dakwahnya misalnya berawal dari belum muncul ditelevisi sampai bisa muncul ditelevisi-televisi elite seperti SCTV. Target itu nantinya akan menjadi acuan baik bagi Ustadz Riza pribadi dan masyarakat sebagai mad’u, artinya niat Ustadz Riza berdakwah untuk mengikuti Rasulluloh SAW dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Target yang ada hanya menjadi acuan perencanaan, untuk memudahkan pelaksanaannya. Fungsi perencanaan untuk lebih merinci target yang telah dibuat sebelumnya. Jika perencanaan belum ditentukan sasaran ataupun hal tehnis lainnya, maka sebelumnya sudah dipersiapkan pelaksanaan tehnisnya. Dalam tahap perencanaan, Ustadz Riza memanfaatkan peluang yang ada. Contohnya, beliau berdakwah dikalangan-kalangan lainnya dan tidak memfokuskan pada kalangan remaja saja, kepada ibu-ibu misalnya dan ternyata Ustadz Riza melihat peluang dakwah yang baik untuk beradaptasi kepada masyarakat Ustadz Riza pun merasakan hal tersebut karena ketika beliau berdakwah ada seorang ibu yang berkata bahwa mereka membutuhkan seorang da’i muda yang ganteng dan fresh.
54
b. Implementasi Strategi Setelah merumuskan dan memilih strategi
yang telah
ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi tersebut. Dalam tahapan ini sangat dibutuhkan kerja sama yang baik antara Ustadz Riza dan manajemennya. Manager juga sangat berperan penting dalam hal ini karena jadwal yang mengatur Ustadz Riza adalah manager kebetulan manager beliau adalah kakak kandungnya sendiri. Dan dalam tahapan ini pengimplementasian strategi yang dilakukan Ustadz Riza bertumpu pada program kegiatan dakwah yang sudah disusun dalam bentuk program-program dakwah. Baik itu dalam bentuk kegiatan yang sudah ditetapkan oleh manager maupun dari panitia pelaksana. Oleh karena itu hal yang paling ditekankan dalam strategi dakwah Ustadz Riza adalah dengan memberikan gambaran-gambaran kepada para remaja terkait dengan tema yang akan dibawakan. Adapun dalam pembagian waktu pelaksanaan program kegiatan yang sudah disepakati bersama antara manager dan panitia pelaksanaan. c. Evaluasi Strategi Tahap akhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Hal ini diperlukan untuk mengukur seberapa besar keberhasilan yang telah dicapai dan seberapa besar kegagalan yang diperoleh. Dengan mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan dari program yang dilakukan hal ini bisa menjadi tolak ukur untuk menetapkan tujuan berikutnya. Sehingga pada pelaksanaan program selanjutnya bisa berjalan dengan baik.
55
Pada tahap evaluasi ini, Ustadz Riza biasanya mengadakan rapat atau kumpul baik kepada manajemen maupun kepada tim beliau (manajer dan asisten pribadi) dan kepada panitia pelaksana terkait dakwah beliau. Evaluasi ini berfungsi untuk mengetahui kesalahan dan kekurangan beliau pribadi dan mencari solusi baiknya, dan evaluasi ini bukan hanya untuk Ustadz Riza saja akan tetapi untuk terjalin hubungan yang baik antara artis dengan manajementnya dan antara Ustadz pribadi dengan tim dan panitia pelaksana. Evaluasi ini sangat penting untuk menyesuaikan dengan perubahan dari mad’u dalam kurun waktu tertentu dan harus ada peningkatan dalam menjalankan agama Islam.
C. Media yang Digunakan Ustadz Riza untuk Meyampaikan Dakwahnya Media berasal dari bahasa latin madius yang berarti tengah, perantara atau pengajar. Assosiation For Education and Communication Tehnologi (AECT) mengartikan media sebagai salah satu bentuk yang dipergunakan untuk proses transmisi informasi. Sedangkan Education Assosiation mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipylasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan apapun dan dapat mempengaruhi efektifitas program intruksional. 2
2
Asnawir, M. Basyiruddin Usman, Media pembelajaran, (Jakarta: PT. Intermasa, 2002), cet ke-1, h.11
56
1. Media Televisi Penggunaan televisi, Ustadz Riza menggunakan televisi untuk sarana menyampaikan dakwahnya dengan tayangan di televisi Ustadz Riza berharap bisa menyampaikan pesan dakwahnya yang ditujukan kepada kalangan remaja untuk meningkatkan akhlak yang baik pada remaja. Media televisi juga salah satu media yang mudah didapatkan, hanya dengan menyetel televisi, kalangan remaja dengan mudah mendapatkan ilmu-ilmu tentang dakwah Islam. Dan media televisi salah satu solusi bagi para remaja yang tidak hobi membaca. Ustadz Riza menyebutnya dengan dakwahtaiment dakwah dengan intertaiment misalnya seperti yang dilakukan Ustadz Riza ketika bermain sinetron Pesantren Rock and Roll dimana rata-rata pemain adalah seorang remaja, dengan pendekatan dilokasi dengan para remaja kita bisa saling mengajak dalam kebaikan. Dengan film mad’u juga tidak merasa bosan, karena mereka bisa langsung menonton dan tidak hanya monoton dari penyampaian lisan saja. Dengan kata lain film membuat mad’u tertarik untuk menyimak apa yang ustadz Ustadz riza sampaikan dari kesimpulan yang ada di film itu dan disangkutkan dengan hukum islam, agar tetap pada tujuan utama yaitu menyampaikan pesan dakwah. 2. Internet Ustadz Riza juga menyampaikan dakwahnya melalui halaman website dan melalui internet terutama media jejaring social seperti twitter, facebook itu adalah salah satu contoh alat untuk memperkenalkan dakwah
57
Ustadz Riza dikalangan remaja dan berkomunikasi dengan masyarakat secara umum. Di sana dimuat pesan-pesan dakwah bagi para remaja khususnya dan bagi masyarakat lain umumnya, serta pemberitahuan dimana saja Ustadz Riza mengisi acara dakwahnya sehingga para remaja atau masyarakat umum bisa melihat langsung beliau berdakwah. Melalui media internet ini, Ustadz Riza bisa mengetahui perkembangan dakwahnya beliau pernah mengatakan ketika wawancara bahwa perkembangannya terlihat dari twitter beliau yang awalnya sedikit pengikutnya sekarang sudah ribuan pengikutnya itu artinya dakwah beliau bisa diterima oleh masyarakat. Karena masyarakat atau pun remaja khususnya dapat berinteraksi langsung dengan Ustadz Riza dan memberikan respon terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Alamat
websitenya
adalah
www.akhiratmanajement.com,
sedangkan facebooknya adalah May Riza Kurnia dan twitternya @mayrizakurnia.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari berbagai penjelasan yang telah diuraikan dalam skripsi ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Strategi dakwah Ustadz Riza Muhammad yang diterapkan selama ini dapat berjalan efektif semua tak lepas dari para pendukung beliau yaitu para penggemar beliau yang selalu mensuport, berkat dakwahtaiment yang beliau lakukan dengan menggunakan media televisi sehingga nama besar yang beliau miliki tak lepas pula dari kepercayaan dari stasiun televisi yang beliau naungi baik yang sekarang ataupun yang sudah selesai kontrak. Seperti yang beliau katakan kita berdakwah itu punya banyak cara tidak mesti diatas mimbar dan begitu formal tetapi dengan kita mempunyai suara yang bagus kita bisa berdakwah dengan melalui syair-syair yang religi yang tetap mendidik. 2. Ustad Riza memanfaatkan berbagai media dalam dakwahnya untuk lebih memasyarakatkan dirinya dengan mad’u nya, seperti di televisi. Ustadz Riza juga memanfaatkan jejaring social seperti twitter, facebook, maupun lewat ceramah diatas mimbar ataupun tidak, acara-acara seremonial. Hal ini menjadi lebih efektif dan dapat pula memperluas jangkauan audiens atau mad’unya dalam membangun generasi remaja yang lebih baik.
58
59
B. Saran Secara keseluruhan strategi yang dilakukan Ustadz Riza Muhammad dalam membangun akhlaq remaja ataupun masyarkat sudah sangat baik, namun ada beberapa poin kelemahan yang perlu diperbaiki diantaranya: 1. Sebenarnya kini dakwah bil qalam masih efektif dilakukan, apalagi jika menggunakan media baru seperti mailing list, dan blog. Tulisan-tulisan dakwah Ustadz Riza Muhammad akan lebih bermanfaat jika kini juga diupload berbagai situs di internet. Di sinilah seorang da’i dituntut untuk selalu up to date dengan perkembangan zaman, termasuk perkembangan teknologi informasi. Harus ada kader yang siap mendampingi dan membackup dari segi teknologi informasi sehingga dakwahnya bisa selalu konsektual mengikuti perkembangan zaman. 2. Media televisi memang sangat mudah dalam membuat nama seseorang akan menjadi terkenal diseluruh Indonesia namun, dakwah Ustadz Riza tidak hanya memfokuskan pada dakwahtaiment saja. Karena berdakwah dengan lebih bermasyarakat itu lebih berkesan dan lebih mudah untuk mengenali karakter seorang mad’u.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Khaliq, Abdurrahman, Strategi Dakwah Syar’iyah Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1996, cet. Ke-I Anshari, Hafi , Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993 Arbi ,Armawati, Dakwah dan Komunikasi, Cet 1, UIN Jakarta Press Aripudin, Acep & Syukriadi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar Budaya, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. Ke-1 Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983 Athif Az-Zain, Dr. Samith, Sifat dan Karakteristik Para Da’i, Bandung: Husaini, 1988 Aziz ,Moh. Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana 2004, Ed. 1, Cet. 1 Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997 Derajat, Zakiyah Problematika Remaja Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1978, Cet.ke-3, Djamal S ASS, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, Jakarta: GemaInsani Press,1996, cet.ke-1 Faizah dan H. Efendi, Lalu Muchsin, Psikologi Dakwah, Jakarta: kencana, 2006 Fauzi,Nurullah Dakwah-Dakwah Yang Paling Mudah, Cet. II Gresik: Putra Pelajar, 1999 Ghazali, M. Bahri, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta 1997, Cet 1 Harjani, Hepni dan Suparta Munzier, M.A, Metode Dakwah Jakarta: Prenada Media, 2003, cet. Ke -I Helmy, Masdar, Dakwah dalam Alam Pembangunan, Jilid I, dalam buku Ilmu Dakwah Drs. Samsul Munir Amin, Semarang: CV. Toha Putra, 1973 Ilaihi , Wahyu, Komunikasi Dakwah, Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2010 , Cet 1
60
61
Ilyas, Yunahar, Prinsip-prinsip Dakwah, Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005, edisi revisi, M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara, 1993 _______, Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Study, Jakarta: Bulan Bintang, 1997, cet. Ke-7 M. Munir, Metode Dakwah, Jakarta: Pemuda Media, 2006 Muhammmad, Ustadz Riza, Wawancara pada tanggal 12 November 2012 Muhtaram, Zaini, Dasar-Dasar Press Dan IFKA, 1966
Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al-Amin
Munir Amin, Samsul, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta: Amzan, 2008, Cet ke- I Nawawi ,Handari, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan, Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2000, Cet Ke-1 Nurhasanah, Fitriani, Strategi Dakwah DKM Al-Qalam Depok, Manajemen Dakwah 2012 R David, Fred, Manajemen Strategi Konsep, edisi Bahasa Indonesia, penerjemah Alexander Sindoro Jakarta: Prenhalindo, 2002 Rahardjo, M. Dawam (Ed), Model Pembangunan Qaryah Thayyibah Suatu Pendekatan Pemerataan Pembangunan, dalam buku Ilmu Dakwah Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Jakarta: Intermasa, cet 1, 1997 Salmah, Ismah, Strategi Dakwah di Era Millenium, Jurnal Kajian Dakwah dan Budaya, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah , 2004, vol.5 Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Press, 2000, Cet.ke-5 Siddiq, Ahmad, Islam, Pancasila, dan Ukhuwah Islamiyah, Jakarta: Lajnah ta’lif wan Nasr PBNU, 1985 Suparta, Munzier. Dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006 Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983 Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta : Gaya Media Pertama, 1997
62
Uchyana Efendi, Onong, Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992, Cet. Ke-6 Usman, Syarif, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, Jakarta: Firma Jakarta, 1998 Ya’qub, Hamzah, Publisistik Islam Teknik Dakwah Leadership, Bandung: Diponerogo, 1972, Cet. Ke-2
Wawancara Penulis Dengan: Nama : Ustadz Riza Muhammad
Penulis
: Seberapa penting peran strategi dalam penyampaian dakwah menurut ustadz?
Ustadz Riza
: Dakwah itu adalah bagian himar yang sifatnya itu mirip dengan multi level marketing, seseorang yang menyampaikan kepada orang, orang menyampaikan kepada orang lagi dan begitu seterusnya dan itu merupakan bagian dari komitmen ke Islaman seseorang saling menyampaikan kepada kebenaran jadi dakwah itu memiliki poinnya di pilar dalam ke islaman maka itu disebut dengan karakter rosulluloh bagiannya disebut dengan tabligh yaitu menyampaikan kenapa tablig itu masuk kedalam sifat utama rosul yaitu sidiq amanah tabligh fatonah karna memang memiliki urgensi yang luar biasa nah ketika tabligh itu masuk dari bagian karakter atau sifat maka seseorang mukmin wajib mencontoh dari sifat rosululoh salah satunya tabligh. Cuma karna dimensi dakwah itu kan luas tidak harus menjadi seorang dai yang berceramah bawa ayat-ayat tapi juga berkiprah sesuai dengan bidangnya kalau mau jadi penyanyi silahkan jadi penyanyi yang berdakwah yang menggunakan nyanyian religi, kalau memang mau jadi wanita pekerja kantor jadilah wanita yang berkiprah yang membuatnya bermanfaat misalnya punya kemampuan bahasa Inggris ajak anak-anak tetangga ajak mereka belajar bahasa Inggris dengan sentuhan religi.
Penulis
: Strategi dakwah apa yang ustadz gunakan?
Ustadz Riza
: Jujur, dakwah yang saya lakukan ini adalah dakwah yang berkaitan dengan motivasi dan intertaiment kenapa saya main sinetron kenapa saya bernyanyi dan saya juga sering menjadi motivator dalam ajang dakwah dengan multimedia semacam ISQ,
jadi kesimpulannya saya memakai dunia public speaking sebagai lahan dakwah. ketika seorang da’i memiliki skill public speaking yang bagus itu keren dan bisa masuk kemana saja. Skill pubic speaking itu dipengaruhi oleh dua bahasa yaitu bahasa verbal dan nonverbal gerak tubuh dakwah yang memiliki improfisasi ada warna didalam berdakwah, kalau dulu kan dakwah itu identik yang didepan mimbar yang lebih formal sekali tapi sekarang berbeda saya bisa menggerakan tangan dan tubuh tidak diam saja diatas mimbar dalam menyampaikan dakwah saya. Dan karna adanya gerakan saya itu menjadi laku sekali di pesantren rock and roll saya pendekatan dengan para remaja dengan membaur ternyata dakwah itu tidak sekedar dengan improfisasi.
Penulis
: Bagaimana cara menerapkan strategi dakwah ustadz khususnya dikalangan remaja, apakah dengan stand up comedy seperti yang saya ketahui?
Ustadz Riza
: Stand up comedy itu salah satu approach pendekatan dakwah kepada remaja dan itu benar jadi yang saya lakukan sekarang ini dan pada saat itu tidak sengaja sebenarnya, saya di metro TV disuruh stand up ustadz stand up yah…dalam pikiran saya itu bukannya banyolan yang ngomong sendiri yah, tapi stand up ini tentang agama saya sedikit kaget mengemas agama dalam bentuk lucuan padahal tidak ada bentuk agama dalam banyolan. Tapi melalui stand up comedy ini sebagai improfisasi yang baru dalam pendekatan teman-teman muda melalui stand up ternyata sukses ini terbukti dari twitter saya yang awalnya Cuma dua ratus bisa menjadi dua ribu. Ternyata dunia dakwah sekarang itu butuh satu komuniti atau suatu bentuk new improfisasi baru dan itu bisa dikaitkan dengan intertaiment, lagu, stand up dan bentuk-bentuk dan hangat lainnya yang ternyata remaja memang membutuhkan.
Penulis
: Apa bedanya menerapkan strategi dakwah dikangan remaja dengan ibu-ibu atau bapak-bapak?
Ustadz Riza
: Saya alhamdulilah jam terbang itu mempengaruhi diri saya untuk membuat improfisasi yang berbeda, ketika ceramah dihadapan ibu-ibu ternyata ibu-ibu sekarang itu butuh dai-dai yang muda fresh dan ganteng. Saya pernah bertanya kenapa ibu suka mengundang dai yang muda dan jawabannya enak aja soalnya seger dan enak diliatnya. Terus saya Tanya lagi kenapa ibu suka dai yang muda soalnya seneng aja ngeliatnya. Artinya dimensi dakwah itu mengalami suatu perkembangan. Tapi memang para pendakwah atau dai itu ganteng-ganteng seperti Rosululloh, Nabi Yusuf, dan para nabi-nabi lainnya yang mempunyai pesona artinya kebaikan akhlaq fisik ditunjang dengan kebaikan wajah itu bisa membuat orang betah dalam mendengarkan ceramah tapi patut kita syukuri jika kita memiliki wajah tampan atau cantik.
Penulis
: Adakah yang terlibat dalam penentuan strategi ustadz?
Ustadz Riza
: Ada, saya ini kan sebelumnya berangkat dari penyiar radio jadi tokoh pertama yang banyak memberikan pengaruh kepada saya itu adalah ayah saya dia adalah manusia pertama yang memberikan peranan kepada saya untuk berani menjadi orang yang berani berimprofisasi, ketika saya menjadi mc saya berusaha menjadi mc yang berkarakter dan itu sulit, dan sayah saya memberikan peranan. Kemudian yang kedua adalah guru spiritual saya di Bali dan teman-teman saya yang memberikan suatu bentuk motivasi dalam berdakwah. Dan saya memang termasuk orang yang berani berimprofisasi misalnya menyatukan satu dengan yang lainnya, ada orang takut menyanyi tapi aku engga, misalnya saya sedang berdakwah saya menyapa ibu-ibu “eh udh nunggu lama bu” ibu-ibu “iya” , “sekian lama aku menunggu” (ustadz sambil menyanyi lagu Rhoma Irama “menunggu” ) saya
sambil bernyanyi. Improvisasi itu ternyata dibutuhkan jadi saya itu melihat ini suatu trobosan jangan takut menciptakan sesuatu yang baru walau pun dalam dunia dakwah.
Penulis
: Ada berapa macam pilihan strategi dakwah yang ustadz miliki dalam berdakwah?
Ustadz Riza
: Jadi strategi yang diterapkan sekarang itu adalah yang pertama adalah dakwahtaiment berdakwah sekaligus menghibur dakwah ini gabungan dari intertaiment dan berdakwah ketika saya berani melakoni inprofisasi itu berhasil dan jangan lupa kehidupan itu terletak dari dua pilar yaitu sabar dan syukur, suka dan duka ada yang terus dipergulirkan. Ternyata dakwah dengan intertaiment atau hiburan itu memiliiki sebuah nilai. Yang kedua adalah konsep dakwah multifasion atau saya berdakwah dengan multimedia misalnya saya ambil film-film tentang kehidupan ketika menceritakan hari kiamat misalnya saya ambil film the day after tomorrow, karena didalam film tersebut banyak musibahmusibah atau tentang kematian saya cari film tentang kematian dan dari sini menurut saya dakwah melalui multimedia ini bisa memberikan masukan yang berarti untuk para anak-anak dan remaja, jadi mereka memliki gambaran bagaimana hari kiamat bagaimana kematian dan sebagainya.
Penulis
: Bagaimana cara mengetahui perkembangan dakwah ustadz selama ini?
Ustadz Riza
: Ada dua, yaitu kuantitas dan kualitas ukuran dakwah itu memiliki ukuran dua dimensi seperti saya ini termasuk cowok panggilan karena di telpon untuk berceramah secara kuantitas saya melihat seperti saya abis berceramah ada saja orang yang minta nomer telpon saya atau kartu nama saya artinya laku jualan saya ini, secara kuantitas ritme dakwah saya semakin lama semakin laris
berarti memberikan suatu indicator dakwah saya diterima oleh masyarakat. Yang awalnya saya dari tv yang tidak terkenal sampai alhamdulilah sekarang di tv swasta yang ada saya pernah semua, yang awalnya pun masyarakat tidak kenal kepada saya. Tapi yang paling penting adalah kualitas yaitu mencerdaskan mad’u
mencerdaskan
orang-orang
yang
kita
dakwahkan.
terkadang ada orang yang membenarkan kebiasaan contohnya saya pernah dimarahi habib karna saya menjelaskan suatu hukum bagaimana seseorang mengaji dan sembahyang dikuburan artinya terkadang membuat kebenaran dimasyarakat itu butuh waktu dan tidak mudah, dan untuk kualitas saya itu yang sedang saya pikirkan bagaimana mengajarkan masyarakat semakin cerdas dan semakin
bertaqwa
kepada
Allah
SWT
dan
memang
menyampaikan sebuah gagasan dakwah itu butuh kehati-hatian tidak boleh dipaksakan. Kita bisa mengambil hikmah misalnya ketika saya dimarahi orang berati ada yang salah dalam dakwah saya artinya pemahaman yang saya miliki belum tentu bisa diterima oleh orang lain. Akhirnya kita berusaha untuk tidak masuk kedalam wilayah hilapiyah, karna itu runcing dan sulit dipertemukan kecuali kepada orang-orang yang memang secara pemahamannya sudah kita tahu kondisinya kalau yang baru kita tau jangan coba-coba artinya apa karna mengukur suatu kualiatas memang tidak mudah tapi saya bisa melihat ketika seseorang sudah bisa melakukan apa yang telah Allah perintahkan. Misalnya di sinetron pesantren rock and roll ada satu dan tiga orang yang sangat baik satu orang bernama Indri Giana, dari yang awalnya tidak berjilbab sampai berjilbab, yang kedua extraf dari awalnya tidak pernah solat berjamaah ketika ikut selama shooting jadi sering berjamaah, dan crew yang awalnya tidak solat menjadi solat, secara tidak langsung mereka telah termakan dakwah saya secara kualitas.
Penulis
: Tanggapan ustadz pribadi tentang remaja sekarang ini seperti apa dalam dunia dakwah?
Ustadz Riza
: Saya merasa prihatin dengan kondisi perkembangan dakwah dikalangan remaja saat ini, yang diagramnya semakin lama semakin tidak ada remaja sekarang butuh format dakwah yang baru, mengesankan, namun tetap syar’i. jadi keprihatinan itu terlihat tidak ada acara di tv tentang pengajian khusus remaja, sekalipun ada tabligh akbar tentang keluarga biasa, pengajian ibu rumah tangga dan itu biasa. Dan sekarang bagaimana kita melihat problematika permasalahan remaja seperti pacaran, seks bebas dan lain sebagainya itu harus diungkapkan saya ingin ada acara satu tv yang tayang setiap hari yang mengupas permasalahan remaja, dan doakan saya bisa membuat acara itu khusus para remaja.
Penulis
: Bagaimana pendapat Ustadz jikalau berbicara mengenai dakwah di media massa?
Ustadz Riza
: Alhamdulilah, dakwah kini kian berkembang dengan pesat, dakwah tidak hanya dinikmati oleh sekelompok orang, dan pada saat-saat waktu tertentu, kini media massa berkembang cepat secepat perkembangan dakwah, karena bila berdakwah di media massa seperti TV, Radio, Internet dan lain-lain, bisa dinikmati oleh jutaan orang diseluruh dunia, ini jugalah yang menjadi salah satu keuntungan dakwah melalui media massa.
Penulis
: Bagaimana menurut ustadz soal, ustadz-ustadz skrg yang menarifkan harga?
Ustadz Riza
: “janganlah
kamu
mengambil
peruntungan
dengan
memperdagangkan ayat-ayat Allah” ustadz tarif itu tidak boleh dan itu dosa besar, tetapi kalau diberi kita syukuri, pernah ada jamaah yang bertanya ustadz kalau ingin mengundang ustadz
berapa, memang saya produk dijual saya jawab memang ibu ada berapa jamaah itu bilang ada lima belas juta rupiah saya jawab boleh lah berapa pun itu saya terima dan alhamdulilah artinya semua terserah mereka urusan rezeki jangan dicari karna itu bisa datang sendirinya melalui kebaikan dakwah yang saya berikan, kesimpulan dari wawancara ini jadilah seorang penceramah yang berangkat dari hati ketika kau berceramah dengan hati maka insya allah akan menyentuh hati masyarakat dan itu akan berhasil dengan sendirinya urusan rezeki sudah ada yang mengatur dan itu tidak luput dari istiqomah dan berusaha.
Wawancara Penulis Dengan: Reza Amirulloh umur 21 tahun
Penulis : Bagaimana cara dakwah Ustadz Riza? Reza
: Cara ceramah beliau mudah dipahami cepat masuk ke hati dan cara ceramahnya santai tapi tapi tetap masuk buat para pendengarnya khususnya kita yang masih remaja beliau sangat bisa membuat para remaja tertarik untuk menyimak ceramah beliau.
Penulis : Apa bedanya Ustadz Riza dengan Ustadz –Ustadz yang lain? Reza
: Menurut saya, semua Ustadz sama dalam pemberian materi ceramah. tetapi jika ditanyakan beda Ustadz Riza dengan yang lain adalah cara penyampaiannya Ustadz Riza lebih terlihat santai dan mempunyai gaya baru dalam penyampaiannya tetapi tetap tepat dalam memberikan materi kepada pendengarnya sedangkan menurut saya jika Ustadz lain lebih isinya yang diutamakan
Penulis : Apakah mudah dipahami dikaula muda? Reza
: Menurut saya sih bisa dipahami karena tipe Ustadz Riza itu hampir sama dengan kaula muda, dan dari yang saya lihat memang kaula muda banyak yang suka dengan penyampaian ceramah beliau.
Penulis : Apa yang buat Ustadz Riza digemari? Reza
: Menurut yang saya ketahui dan dari teman-teman saya sosok Ustadz Riza itu sangat mengasyikan karena disetiap ceramah beliau selalu berinteraksi dengan pendengar dengan baik dan sangat menghibur sehingga pendengar tidak merasa bosan dan merasa sangat terhibur
Penulis : Apa kritik dan saran yang ingin disampaikan untuk Ustadz Riza? Reza
: Saran saya tingkatkan lagi cara penyampaiannya dan perluas lagi sampe kalangan yang lebih luas.
Jakarta, 07 Januari 2014
LAMPIRAN
Penulis bersama Ust. Riza
Ust. Riza Muhammad
Ust. Riza di acara Cahaya Illahi B. Channel
Ust. Riza bersama remaja disinetron pesantren dan rock and roll