AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE SUMERU DI MAJLIS TA’LIM AL-FALAAH BINTARO JAYA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Atty Sulastri Yusuf NIM: 206051003903
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE SUMERU DI MAJLIS TA’LIM AL-FALAAH BINTARO JAYA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Atty Sulastri Yusuf NIM: 206051003903
Pembimbing
Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum. NIP. 196104221990032001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE SUMERU DI MAJLIS TA’LIM AL-FALAAH BINTARO JAYA telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 22 Juli 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 22 Juli 2010
Sidang Munaqosyah Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. H. Mahmud Jajal, MA. NIP. 195204221981031002
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. NIP. 1971041222000032001
Anggota, Penguji I
Penguji II
Rubiyanah, MA. NIP. 197308221998032001
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. NIP. 1971041222000032001
Pembimbing
Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum. NIP. 196104221990032001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukakn untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juli 2010
A tty Sulastri Yusuf
ABSTAK
Atty Sulastri Yusuf 206051003903 Aktivitas Dakwah Ustadz Yuke Sumeru di Majlis Ta’lim al-Falaah Aktivitas dakwah meliputi semua kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan yang dilakukan seseorang da’i secara sadar untuk mengajak manusia mengarah pada jalan Allah. Salah seorang yang melakukan aktivitas dakwah yaitu ustadz Yuke Sumeru. Dia adalah seorang pemain band yang mempunyai kehidupan malam, lekat dengan obat-obatan terlarang dan minuman keras. Dengan kesadarannya ia meninggalkan semua itu dan menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan berkomitmen untuk berdakwah. Aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru merupakan kegiatan dakwah ustadz Yuke Sumeru dengan mengisi ceramah-ceramah di berbagai pengajian majlis ta’lim dan mengisi pengajian keluarga, selain itu memberikan santunan di tempat-tempat pemulung. Aktivitas dakwah Ustadz Yuke Sumeru di majlis ta’lim al-Falaah yaitu dengan mengisi ceramah pengajian. Metode yang digunakan Ustadz Yuke Sumeru memudahkan jamaah majlis ta’lim al-Falaah, sehingga jamaah cepat dapat menangkap ceramah yang disampaikan. Sehingga ini cukup menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang aktivitas dakwah yang dilakukan ustadz Yuke Sumeru di Majlis Ta’lim al-Falaah. Untuk mengetahui itu semua maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode yang sesuai. Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam mencari data-data yang dibutuhkan, maka penelitian ini dilakukan wawancara mendalam kepada ustadz Yuke Sumeru sebagai informan. Kemudian wawancara juga dilakukan kepada beberapa orang jemaah majlis ta’lim al-Falaah untuk mengetahui pandangan jamaah tentang aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru. Selain itu dilakukan observasi untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang aktivitas dakwah yang dilakukan subjek penelitian. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru menggunakan metode dalam Al-Qur’an yaitu; bil hikmah, bil mauidah hasanah dan mujadallah billati hiya ahsan. Kemudian di majlis ta’lim al-Falaah menggunakan metode mujaddalah billati hiya ahsan, yaitu dengan diskusi berupa tukar pikiran antara sesama jamaah dan da’i. Kemudian materi yang disampaikan dalam setiap ceramahnya yaitu materi tentang aqidah, syari’at dan akhlak. Selain itu materi yang akan ustadz Yuke sampaikan mempunyai silabus, yang terdiri dari tiga bagian, elemetery, intermediate dan advance. Kemudian dari tiga bagian tersebut, setiap bagiannya terdiri dari 12 pertemuan, jadi jumlah seluruhnya menjadi 36 dari satu silabus tersebut.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan inayah-Nya, serta telah memberi jalan dalam penyelesaian skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda tercinta Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat dan semoga kepada umatnya yang selalu istiqomah dalam menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini. Telah penulis sadari sepenuhnya bahwa dalam pengerjaan skripsi ini tidak terlepas dari tantangan, rintangan dan halangan. Namun dengan izin Allah semua itu telah dapat penulis lalui, berkat dukungan, bantuan dan dorongan semua kalangan yang telah mengulurkan tangan. Selama proses penulisan skripsi ini, tidak sedikit bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, maka izinkanlah dalam kesempatan ini untuk menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. Wahidin Saputra, MA., Drs. Mahmud Jalal, MA., dan Drs. Study Rizal LK, MA., sebagai Pembantu Dekan Bidang Akademik, Pembantu Dekan Bidang Administrasi, dan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. 3. Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum., sebagai Koodinator Teknis Pogram Non Reguler Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sekaligus pembimbing, terimakasih atas bimbingan dan arahannya. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA., sebagai Sekretaris Program Non Reguler.
i
4. Drs. Jumroni, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), dan Dra. Umi Musyarofah, MA., sebagai Skretaris Jurusan KPI. 5. Para dosen dan staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 7. Ustadz Yuke Sumeru yang telah bersedia untuk diwawancarai dan telah memberikan informasi yang dibutuhkan. 8. Majlis Ta’lim Al-Falaah beserta jamaahnya. 9.
Orang Tua tercinta Ibunda almarhumah Ariyana dan Ayahanda almarhum Muhammad Yusuf, yang telah menginspirasi saya untuk menuntut ilmu kembali setelah usia tidak lagi muda. Bagi kedua orang tua menuntut ilmu itu tidak akan ada habisnya. Selain itu pesan dari ibu beberapa bulan sebelum wafat beliau meminta saya untuk menuntaskan kuliah hingga menjadi sarjana, itu yang tidak pernah kesampaian karena kesibukan merawat adik-adik dan keluarga muda saya. Alhamdulillah keinginan itu dapat saya kabulkan.
10. Keluarga tercinta, Suami Izhar M. Fihir yang telah dengan rela makan malam sendirian selama tiga setengah tahun dan mendorong saya untuk tetap maju dan selalu mendukung selama masa kuliah, dan anak tunggal Ihsan F. Fihir yang selalu memberi dukungan penuh, terimakasih atas kesabaran kalian. 11. Kakak dan adik-adik saya, beserta suami/istrinya dan keponakan, terimakasih atas suport yang telah kalian berikan. 12. Teman-teman angkatan 2006 KPI non reguler; Husni Mubarok, Ade Wahyudi Kusniti dan teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan di sini terima kasih telah sama-sama melalui hari-hari indah dan susah bersama dalam menuntut ilmu dibangku kuliah.
ii
Tidak ada kesempurnaan bagi mahluk termasuk dalam skripsi ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi, bahasa, penulisan dan lain sebagainya. Untuk itu sekiranya ada saran dan kritik, dengan keterbukaan hati, akan saya terima demi meraih kesempurnaan. Akhir kata hanya kepada Allah kita berserah diri, karena kesempurnaan hanya milik-Nya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat adanya, Aamiin.
Jakarta, Juli 2010
Atty Sulastri Yusuf
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..................................................................................
ii
DAFTAR ISI.................................................................................................
iv
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah.............................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..... ........................................
7
D. Metodologi Penelitian ...........................................................
7
E. Kajian Pustaka.......................................................................
10
F. Sistematika Penulisan ...........................................................
11
KERANGKA KOSEPTUAL A. Pengertian Aktivitas ..............................................................
13
B. Pengertian Dakwah ...............................................................
14
C. Unsur-Unsur Dakwah ...........................................................
17
1. Da’i .................................................................................
17
2. Mad’u ..............................................................................
20
3. Materi Dakwah................................................................
22
4. Metode Dakwah ..............................................................
23
5. Media Dakwah ................................................................
24
6. Tujuan Dakwah ...............................................................
26
D. Bentuk-bentuk Dakwah.........................................................
29
PROFIL USTADZ YUKE SUMERU DAN PROFIL MAJLIS TA’LIM AL-FALAAH A. Profil Ustadz Yuke Sumeru ..................................................
32
1. Latar Belakang Keluarga.................................................
32
2. Latar Belakang Pendidikan .............................................
33
3. Tempat Kegiatan Dakwah Ustadz Yuke Sumeru............
37
iv
B. Profil Majlis Ta’lim al-Falaah...............................................
BAB IV
BAB V
39
AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE SMERU A. Aktivitas Dakwah..................................................................
41
B. Metode Dakwah Ustadz Yuke Sumeru .................................
44
C. Materi Dakwah Ustadz Yuke Sumeru...................................
47
PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................
51
B. Saran-saran............................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
54
LAMPIRAN.................................................................................................
.
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dakwah tidak dapat dipisahkan dari Islam yang merupakan agama Rakhmatan lil Alamin yang menanamkan kasih sayang terhadap sesama mahluk hidup, tidak saling menyakiti tapi saling menjaga dan memelihara. Islam adalah agama dinamis yang menganjurkan umat untuk terus bergerak, menjalankan silaturahmi, dan saling tolong menolong. Kemudian menjadi tugas setiap umat islam untuk menyampaikan setiap kebaikan dan mencegah keburukan seperti firman Allah yang tertuang dalam Al-Quran surat Ali-Imran ayat 110;
☺ ⌧
☺
☺ ⌧ “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. Dalam al-Qur’an dan Sunnah, terdapat penjelasan tentang amar ma’ruf nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera dakwah Islam. Yaitu mereka yang mampu mengajarkan agama islam, baik
2
melalui tulisan, ceramah, maupun cara pengajaran lainnya, sehingga individu atau masyarakat dapat memahami dan melaksanakannya. 1
Dakwah merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap umat Islam yang beriman, yang semula Rasul,
merupakan
manusia
yang
1
dilakukan oleh para Nabi dan dipilih dan ditentukan oleh Allah
SWT. Mereka menjadi penyeru bagi umat manusia untuk patuh kepada Allah SWT dengan mempelajari hukum dan syari’at yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadits, agar manusia mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Dalam AlQur’an bahwa para Nabi dan Rasul adalah juru dakwah untuk menuju jalan kepada Allah SWT, seperti yang tertuang dalam surah An-Nisa ayat 165:
⌧ ⌧ ⌧ ☺ “(Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” 2 Para Rasul telah tercatat dalam sejarah dakwah dengan nama besarnya, mereka adalah tokoh teladan dan panutan bagi para pengikutnya dalam gerakan dakwah dan cerminan untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyampaikan risalah keagamaan kepada para pengikut dan umat manusia secara umum bukan hal yang mudah. Dalam perjuangannya
1
Mustofa Ar-Rafi’I, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2002), hal. 51 Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur`ân dan Terjemahnya, (Bandung: CV Gema Risalah Press. tt).h. 2
3
penuh dengan makian, cacian, perlawanan yang bukan hanya dari masyarakat tetapi juga dari dalam keluarganya sendiri. Aktivitas dakwah ini terus berjalan secara berkesinambungan dari seorang Nabi dan Rasul kepada Nabi dan Rasul berikutnya, setiap Nabi dan Rasul mempunyai kader penerus dari pengikut-pengikutnya yang beriman. Sampai kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup dari para Nabi dan Rasul yang menyempurnakan kitab-kitab suci yang telah diturunkan sebelumnya sebagai pedoman hidup untuk keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian Islam sebagai agama Rakhmatan Lil Alamin dan Allah SWT telah meridhai Islam sebagai satusatunya agama di dunia ini, seperti firman Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an surah Ali Imran di awal ayat 19: .
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah agama Islam.” Setelah Rasullah SAW wafat, para sahabat dan pengikutnya meneruskan aktivitas dakwah beliau. Sejak itu antara Islam dan dakwah merupakan bagian yang tak terpisahkan lagi, seperti sabda Rasulullah SAW dalam haditsnya, dari Abdullah bin Amru bin Ash, Rasul SAW bersabda “Sampaikan oleh kalian dariku walau hanya satu ayat” (HR Bukhari). Hadits ini yang mendukung Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 159, Allah SWT berfirman:
☺
4
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati.” Ketika seseorang telah mengetahui apa-apa yang sudah tertulis dalam AlQur’an dan apa-apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, kemudian menutupinya, tidak menyebarkan atau tidak menyampaikannya kepada orang lain, maka orang tersebut akan mendapat teguran dari Allah SWT berupa laknat dari semua mahluk yang dapat melaknatnya. Pentingnya menyampaikan, menyebarkan atau dakwah bagi umat Islam merupakan bentuk bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang sangat berbeda dari mahluk lain. Manusia diciptakan Allah SWT dengan kelebihan akal, supaya dengan akal itu manusia dapat membedakan baik dan buruk. Manusia dapat hidup saling menjaga hak masing-masing, dapat bersosialisasi dengan etika dan aturan yang disepakati bersama serta dapat mencerna dengan baik aturanaturan syari’at agama yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadits. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan juga hadits-hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang pentingnya dakwah atau mensyi’arkan ajaran-ajaran Islam. Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah penting, sebab tanpa da’i ajaran Islam hanyalah idiologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. Walau bagaimanapun sesungguhnya idiologi Islam itu harus disebarkan di masyarakat. Ia akan tetap hanya sebagai ide, ia akan tetap hanya sebagai cita-cita yang tidak akan
5
pernah terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya, termasuk di dalamnya yang berkaitan dengan perkara amar makruf dan nahi munkar. 3 Dakwah harus selalu dilakukan, sebagaimana yang dianjurkan dalam Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Maryam (19) ayat 97:
☺ ☺ “Maka Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.” Kalau menilik dari ayat tersebut di atas bahwa Allah SWT telah memudahkan manusia untuk menyampaikan dakwah yang dilakukan oleh setiap individu kepada individu lainnya sehingga syi’ar Islam dapat berjalan dengan lancar. Dakwah yang dalam arti menjalankan amar makruf nahi munkar menjadi dasar dari tujuan keselamatan dan kesempurnaan dalam hidup masyarakat, telah menjadi kewajiban bagi fitrah manusia sebagai mahluk sosial dan menjadi kewajiban yang telah tertuang dalam Al-Qur’an dan hadits. 4 Berdasarkan hal itu, dengan kewajiban manusia untuk melaksanakan amar makruf nahi munkar dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya, telah membuat seorang pemain band yang bernama Yuke Sumeru meninggalkan kehidupan malam yang lekat dengan obat-obatan terlarang dan minuman keras. Kesadaran akan pentingnya menjadi seorang Islam yang memahami ajaran dan syari’at, serta
3
Hamzah Ya’qub, Publistik Islam, (Bandung: CV. Diponogoro, 1981), cet. ke- 2, hal.
37. 4
Mohammad Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 2009). h. 109.
6
pentingnya dakwah bagi setiap individu muslim, Yuke Sumeru yang pada saat itu menginjak usia 40 tahun, berkomitmen meninggalkan dunia malamnya dan band yang telah menjadi bagian dari hidupnya dan memberinya limpahan materi. Kemudian ia memilih untuk menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Ilmu AlQur’an (PTIQ) untuk dapat berbagi ilmu kepada sesama. Amar makruf dan nahi munkar telah menarik hati Yuke Sumeru untuk menjalaninya dengan lebih sempurna dan sejak itu ia siap untuk berdakwah saat Yuke Sumeru menyelesaikan kesarjanaannya
di
Perguruan
Tinggi
Ilmu
Al-Qur’an
tersebut.
Selain
meninggalkan band, dunia malam dan minuman keras, Yuke Sumeru juga mengganti gaya berpakaiannya. Maka Yuke Sumeru telah menjadi da’i di berbagai Majelis Ta’lim dan selain itu ia aktif di Majelis Jamaah Tablig. Metode yang digunakan Ustadz Yuke Sumeru memudahkan jamaahnya sehingga cepat dapat menangkap ceramah yang disampaikan, di mana sebagian besar jamaah adalah ibu-ibu. Kesungguhan Ustadz Yuke Sumeru terus diperlihatkan dengan meneruskan pendidikannya hingga ke jenjang S2, dengan mengambil Jurusan Tafsir Al-Qur’an, untuk menambah wawasan keagamaannya. Dengan latar belakang tersebut di atas, maka sekiranya menarik untuk di lakukan penelitian terhadap aktivitas dakwah Ustadz Yuke Sumeru dengan judul skripsi: “Aktivitas Dakwah Ustadz Yuke Sumeru di Majelis Ta’lim Al-Falaah Bintaro Jaya”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah
7
Berdasarkan latar belakang di atas, maka batasan masalah pada penelitian ini difokuskan pada aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru di Majelis Ta’lim Al-Falaah daerah Bintaro Jaya sektor I. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimana Aktivitas Dakwah yang dilakukan Ustadz Yuke Sumeru di Majlis Ta’lim al-Falah”?.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas dakwah yang dilakukan Ustadz Yuke Sumeru di Majlis Ta’lim Al-Falaah. 2. Manfaat Penelitian a. Secara Akademis Dapat menjadi referensi bagi penelitian berikutnya dalam dakwah Islam dan sebagai bahan pustaka untuk menambah wawasan bagi yang memerlukan, sebagai bahan perbandingan dalam penelitian mengenai aktivitas dakwah. b. Secara Praktis Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan bagi pembaca, para da’i dan masyarakat umum bahwa menjadi da’i dapat
8
dilakukan oleh siapa saja tanpa melihat latar belakang orang tersebut. Siapapun bisa melakukan dakwah dengan tujuan untuk menegakan agama Allah. Dengan menggunakan metode dakwah dan materi dakwah yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan mad’u.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Bentuk penelitian adalah studi lapangan (field research) dengan penelitian langsung ke lapangan guna mendapatkan data yang di butuhkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. 5 Dimana penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif memiliki relasi dengan analisis data visual dan data verbal yang merefleksikan pengalaman sehari-hari. 6 Sedangkan teknik penulisan bersifat deskriptif analisis yaitu memberikan gambaran terhadap subjek atau objek penelitian. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian merupakan tempat memperoleh keterangan. 7 Dalam tulisan ini yang menjadi subjek adalah Ustadz Yuke Sumeru itu sendiri. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah aktivitas dakwahnya ustadz Yuke Sumeru. 3. Waktu dan Tempat Penelitian
5
Rahmat Kriyanto, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Group Media, 2006), h. 58. 6 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan aplikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h.1. 7 Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian , (Jakarta: Rajawali Press,1989), h. 13.
9
Tempat penelitian dilakukan di Majlis Ta’lim al-Falaah Bintaro Jaya Sektor I, dan waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan April-Juni 2010. 4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data a.
Sumber Data Ada dua macam sumber data, yaitu primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang langsung diambil dari informan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini data didapat dari wawancara langsung (in depth interview) dengan ustadz Yuke Sumeru. Sedangkan data sekunder adalah data-data atau informasi lain yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian sebagai bahan pendukung penelitian yang didapat baik dari jama’ahnya, media, buku-buku dan lain-lain. b.
Teknik Pengumpulan Data 1.
Wawancara (in depth interview) Wawancara dilakukan dengan tatap muka langsung terhadap
subjek penelitian secara intensif, akrab, terbuka, dan mendalam. Untuk mendapat kutipan langsung tentang pengalaman, pendapat, perasaan pengetahuan dan data yang valid. Pada saat pengumpulan data key informan juga diperlukan untuk dijadikan sumber informasi tentang objek yang diteliti. Hasil pengamatan dan wawancara mendalam direkam dan dicatat secara sistematis. Wawancara dilakukan terhadap jamaah dan pengurus Majelis Ta’lim al-Falaah. 2.
Observasi Observasi merupakan pengamatan dilakukan secara langsung, dan
mencatat dengan sistematis setiap fenomena-fenomena yang ada pada
10
subjek seperti tentang kegiatan, perilaku, tindakan dan interaksi pada objek yang diteliti. Pengamatan ini dilakukan berulang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. 3.
Dokumentasi Penelaahan terhadap dokumen-dokumen yang tertulis berupa
catatan-catatan formal, cuplikan, kutipan dengan mengumpulkan dan menelaah beberapa literatur berupa buku-buku, catatan-catatan yang berhubungan dengan objek yang diteliti. 4.
Pengolahan Data Dilakukan dengan cara mengklasifikasi atau mengategorikan data
berdasarkan
beberapa
tema
sesuai
dengan
fokus
penelitian.
Pengolahan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul dapat dilakukan bersamaan dengan analisis data setelah data terkumpul. 5.
Pedoman Penulisan Pedoman penulisan dalam skripsi ini, penulis menggunakan
Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis dan Desertasi), yang diterbitkan oleh CeQDA, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Kajian Pustaka Kajian pustaka diperlukan untuk mengetahui dan menganalisa hasil penelitian tentang aktivitas dakwah yang sudah ada dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya aktivitas dakwah untuk menjadi landasan analisa terhadap aktivitas dakwah yang akan diteliti, supaya tidak terjadi kesamaan
11
dengan penelitian skripsi-skripsi yang sudah ada. Adapun judul-judul yang sudah ada di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat tentang Aktivitas Dakwah. Berikut beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan aktivitas dakwah antara lain: 1. ”Aktivitas Dakwah Hasan bin Ja’far Assegaf di Majlis Ta’lim Nurul Mustafa”. Skripsi ini dibuat oleh Muthmainnah, yang membahas tentang aktivitas dakwah Habib Hasan Assegaf yang merupakan dakwah yang relevan dengan untuk mangajakan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan metode dakwah yang digunakan adalah metode individual untuk menyebarkan pesan dakwah yang sesuai dengan keadaan sekarang. 2. Skripsi yang dibuat oleh Uli Nuha dengan judul ”Aktivitas dakwah Habib Munzir al-Musawa di Majlis Rasulullah SAW”. Skripsi ini membahs tentang aktivitas dakwah Habib Munzir al-Musawa dengan merumuskan aktivitas dakwah di Majlis Rasulullah menjadi masyarakat yang nabawi, dan menjadi da’i yang memahami karakteristik mad’unya sehingga da’i dapat mengetahui dakwah yang baik. 3. Aktivitas KH. Amiruddin Said SQ. MA. di Masjid Kubah Emas Dian AlMahari. Skripsi ini disusun oleh Luthfi Anwar, membahs tentang aktivitas dakwah yang dilakukan KH. Amiruddin Said SQ. MA merupakan sebuah proses pentransferan nilai-nilai ajaran islam dengan cara taushiah atau ceramah yang dilakukan dengan mengisi pengajian tentang ibadah dan penjelasan tentang akhlak Rosul yang diterapkan dalam kehidupan seharihari.
12
Judul penelitian di atas merupakan beberapa judul tentang ”aktivitas dakwah” yang ada di Perpustakan baik Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atau Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Semua judul tersebut membahas tentang aktivitas dakwah para da’i, yang membedakan dengan penelitian ini yaitu terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Dan tidak ditemukan judul skripsi yang membahas tentang aktivitas dakwah Ustadz Yuke Sumeru di Majlis Ta’lim al-Falaah.
F. Sistematika Penulisan Supaya lebih terarah maka skripsi ini dibuat sistematika penulisan yang tersusun dalam lima bab dengan masing-masing subnya sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan. BAB II KERANGKA KONSEPTUAL Bab ini landasan teori yang membahas tentang pengertian dakwah, dan Unsurunsur dakwah yang meliputi da’i, mad’u, media dakwah, metode dakwah dan tujuan dakwah. BAB III PROFIL USTADZ YUKE SUMERU DAN PROFIL MAJLIS TA’LIM AL-FALAAH Bab ini membahas tentang profil ustadz Yuke Sumeru, yang mencakup latar belakang pendidikan, riwayat hidup, kegiatan dakwah ustadz Yuke Sumeru kemudian sekilas tentang profil Majlis Ta’lim al-Falaah.
13
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISA Bab ini membahas hasil temuan tentang aktivitas dakwah Yuke Sumeru yang meliputi metode dakwah yang dilakukan dan materi dakwah yang disampaikan ustadz Yuke Sumeru. BAB V PENUTUP Bab ini akhir dari pembahasan skripsi ini yang berisi kesimpulan dan saransaran.
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL
A. Pengertian Aktivitas Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas adalah keaktifan, kegiatan, kesibukan atau juga berarti kerja yang dilaksanakan dalam setiap bagian. 1 Kemudian dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan aktivitas berasal dari bahasa Inggris; activity, dan bahasa Latin; activus yang berarti aktif, tindakan. Yakni berupa tindakan pada diri setiap mahluk yang menghasilkan sesuatu, dengan aktivitas dapat memadai hubungan khusus antara manusia dengan dunia.2 Aktivitas berarti melakukan suatu kegiatan tertentu secara aktif. Aktivitas menunjukkan adanya kebutuhan untuk aktif bekerja atau melakukan kegiatankegiatan tertentu. Ada dua aktivitas dalam kehidupan manusia, yaitu aktivitas ekternal dan aktivitas internal. Aktivitas ekternal yaitu jika operasi yang dilakukan manusia terhadap objek-objek dilakukan dengan mengunakan lengan tangan, jari-jari, dan kaki. Sedangkan aktivitas internal dilakukan menggunakan tindakan mental dalam bentuk gambaran-gambaran dinamis, aktivitas interal merencanakan internal.3 Kemudian dalam Ilmu Sosiologi, aktivitas diartikan dengan segala bentuk kegiatan yang ada di masyarakat, seperti kegiatan gotong royong atau kerja bakti,
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cet. 9. h. 20. 2 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan,(Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. I. h. 25. 3 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan,(Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. I. h. 26.
13
14
yang mana biasa disebut sebagai aktivitas sosial, ini dilakukan baik berdasarkan hubungan tetangga, keluarga atau kekerabatan. 4 Menurut Samuel Soeito, aktivitas yang dilakukan manusia bukan hanya sekadar kegiatan, menurutnya aktivitas dipandang sebagai usaha untuk mencapai tujuan atau memenuhu kebutuhan. 5 Salah satu aktivitas adalah aktivitas dakwah. Aktivitas dakwah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyampaian ajaran agama (islam) dengan tujuan mengubah atau memperbaiki aqidah serta perbuatan manusia, sesuai dengan tujuan dakwah. Aktivitas dakwah perlu dilakukan karena, Guru besar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumut, M. Hatta mengatakan, bahwa aktivitas dakwah menjadi salah satu bagian terpenting dalam menentukan nasib masa depan bangsa yang berlandaskan nilai-nilai moral dan agama. 6
B. Pengertian Dakwah Secara etimologi dalam kamus Arab-Indonesia, kata dakwah berasal dari bahasa Arab dan mempunyai dua akar kata yaitu: pertama, berasal dari kata
َدﻋْـ َﻮ ًة,ْﻋـﻮ ُ ْ ﻳﺪ,ﻋﺎ َ َدyang berarti menyeru, memanggil dan mengajak. Kedua berasal َ ُد,ْﻋـﻮ ُ ْ ﻳﺪ,ﻋﺎ َ َدyang artinya memanggil, mendo’a, dan memohon.7 dari kata ﻋﺎ Secara umum, dakwah merupakan suatu proses untuk mendorong orang lain agar memahami dan mengamalkan suatu keyakinan tertentu. Arti kata dakwah seperti ini dapat dijumpai dalam Al-Quran surat Al-Hajj ayat 67: 4
Sogoyo dan Pujiwati Sogoyo, Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1999), Cet. 12, Jilid. I. ha. 28. 5 Samuel Soeito, Psikologi Pendidikan II, (Jakarta: FEUI, 1982), h. 52. 6 Warta Medan, Aktivitas Dakwah Dapat Menentukan Masa Depan Bangsa, diakses pada 12 Juli 2010, dari www. waspada online.com. 7 Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), h.127.
15
“Dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus”. Kemudian dakwah juga merupakan ajakan untuk berbuat baik dan mencegah kepada perbuatan munkar, sebagaimana firman Allah dalam surat AliImran ayat 104:
☺ ☺ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung. Sedangkan secara terminologi, dakwah mengandung beberapa arti dengan rumusan-rumusan yang berbeda namun tetap bermuara pada ajakan kepada jalan Allah, antara lain: a. Menurut Quraish Shihab, mendefinisikan ”...dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat...”. 8 b. Menurut Arifin HM, menyebutkan bahwa dakwah adalah : ”Kegiatan, ajakan baik tulisan, lisan dan tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi manusia baik individual maupun kelompok, supaya dalam dirinya ada suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengalaman agama sebagaimana pesan yang disampiakan padanya tanpa ada unsur paksaan. 9
8
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999), Cet ke-19 h. 194. 9 Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h.
16
c. Menurut Toha Yahya Omar, mengatakan bahwa: ”...dakwah adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi tentang cara-cara dan tuntutan, bagaimana menarik perhatian untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat dan pekerjaan tertentu...”. 10 d. Menurut KH. Isa Anshary, “…dakwah adalah mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima serta mempercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam, berdakwah artinya memprogram suatu keyakinan menyerukan suatu pandangan iman dan agama…”. 11 e. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, seperti yang dikutif Munzier dan Harjani mengatakan; ”...dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghozali bahwa amr ma’ruf nahi munkar adalah inti dakwah dan penggerakan dalam dinamika masyarakat Islam...”. 12 f. Menurut Didin Hafidhuddin bahwa; “Dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah dan secara bertahap menuju kehidupan yang Islami”. 13 g. Definisi dakwah menurut Team Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah/Khotbah Agama Islam (Pusat) Departemen RI, yang dikutip Asmuni Syukir adalah; Dakwah yaitu setiap usaha yang mengajak untuk memperbaiki 10
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1983), hal 1. Isa Anshary, Mujahid Dakwah, Pembimbing Muballigh Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1999), h. 17 12 Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), Cet. ke-1, h. 7. 13 Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet. I. h.77. 11
17
usaha kehidupan yang lebih baik dan layak, sesuai dengan kehendak dan tuntunan kebenaran. 14 Dakwah ibarat bola lampu kehidupan, yang memberikan cahaya dan menerangi jalan kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju terang benderang, dari keserakahan menuju kedermawanan. Dakwah merupakan bagian yang cukup terpenting bagi umat saat ini tatkala manusia dilanda kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme, kesimpangan sosial, kerusuhan, kecurangan dan tindakan-tindakan lain yang menyalahi aturan agama. Dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna.
C. Unsur-unsur Dakwah 1. Da’i (Subjek Dakwah) Da’i atau komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan, mengajak atau orang yang melakukan dakwah. Da’i adalah orang yang mengajak orang lain secara langsung atau tidak langsung dengan kata-kata atau perbuatan atau tingkah laku ke arah kondisi yang baik atau lebih baik menurut Al-Qur’an dan sunnah. Dapat disebut juga sebagai orang yang melakukan amar makruf nahi munkar. 15 Pengertian da’i atau juru dakwah secara garis besar mengandung dua makna yang umum dan yang khusus. Secara umum setiap pribadi muslim di wajibkan berdakwah, sebagaimana hadist Rasulullah ”sampaikan olehmu walau hanya satu ayat”, demi terbentuknya amar makruf nahi munkar dan ukhuwwah Islamiyah. Secara khusus da’i adalah para juru dakwah yang menempuh 20.
14
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
15
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), Cet. I, h. 68.
18
pendidikan untuk memperdalam ilmu agama atau bidang dakwah Islam, dengan qudwah hasanah. 16 Atau mereka yang mengambil keahlian khusus dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama. 17 Dengan pendidikan yang khusus tentang penguasaan ilmu agama yang luas, dan dalam seorang da’i juga harus mempunyai ilmu pengetahuan yang universal yaitu mengenal ilmu-ilmu lain. Dalam abad teknologi modern ini berkembangnya isu-isu hangat di masyarakat, maka dengan menguasai teknologi dapat digunakan cara untuk menopang materi dakwah yang disampaikan supaya tidak kering dan kaku. Selain itu da’i harus benar-benar mendalami ilmu mengenai usul (pokok) dan furuk (cabang) Islam, sehingga apabila ia berdakwah benar-benar memahami hakekat risalah yang sempurna bahwa Islam adalah hubungan dengan Tuhan yang membimbing mukmin dalam seluruh aspek kehidupannya. Di dalam diri pendakwah terletak inti dari gerakan dakwah Islam yang jiwanya terisi dengan kebenaran, kesadaran, kemauan, keberanian, tegas dan semangat untuk siap menegakan amar makruf nahi munkar dan orang lain dapat mengambil manfaat darinya. Seorang juru dakwah juga harus bertauhid dengan sempurna artinya mengenal Tuhannya sebagai Sang Pencipta dengan kekuasaan yang mutlak. Seorang juru dakwah harus berakhlakul karimah, karena merupakan cerminan bagi orang yang di dakwahi. Di dalam berdakwah terhadap sesama muslim, bagi juru dakwah wajib untuk menanamkan perasaan pada diri sang pendakwah bahwa mad’u adalah
27. 42.
16
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,2000), h.
17
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), Cet ke-2. h.
19
bagian dari dirinya dan juru dakwah juga adalah bagian dari masyarakat mad’u. Tidak boleh menempatkan diri sebagai salah satu bentuk masyarakat Islam khusus yang berbeda dengan masyarakat muslim yang lain, hal ini akan memberi jarak antara da’i dan mad’unya dan akan mengakibatkan kemacetan dan menemukan jalan buntu, karena mereka akan meninggalkan sang da’i yang dianggapnya angkuh, padahal mereka merupakan ladang dakwah bagi para da’i. 18 Seorang juru dakwah harus sehat fisiknya, berwawasan luas, adil, jujur dan berani dalam menyampaikan kebenaran. Setiap juru dakwah harus mengetahui bahwa dalam berdakwah kepada kebaikan tidak selalu berhasil dan dapat diterima oleh setiap orang. Oleh karena itu ketika menyampaikan dakwah, reaksi mad’u terhadap pesan yang disampaikan akan berbeda-beda, ada yang menerima dengan senang hati dan mengamalkannya, ada yang menerima tapi tidak mengamalkannya dan ada juga yang menolak dakwahnya. 19 Seorang juru dakwah bukan seorang aktor, tetapi ketika ia berbicara juga harus dilakukan. Dakwah juga dapat dilakukan melalui tulisan (dakwah bil qolam), lisan (dakwah bil lisan) dan perbuatan (dakwah bil hal), maka setiap individu di dalam aktivitasnya dapat berdakwah, tidak hanya seorang yang sering menulis tentang keislaman, penceramah, mubaligh, guru mengaji atau pengelola panti. 20 Tetapi setiap individu dapat berdakwah, dalam artian pendakwah adalah setiap individu muslim, yang dalam setiap gerak langkah, pakaian dan perkataannya yang baik merupakan dakwah karena akan di ikuti oleh orang lain.
h. 49.
18
Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Solo: Era Intermedia,2001), Cet ke-3
19
Faizah & Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 197. Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet ke-2, h. 216.
20
20
2. Mad’u (Objek Dakwah) Mad'u dapat disebut sebagai obyek atau sasaran dakwah, yaitu orangorang yang diseru, dipanggil, atau diundang. Maksudnya ialah orang yang diajak ke dalam islam atau sesuai dengan ajaran islam sebagai penerima dakwah. 21 Objek dakwah merupakan masyarakat penerima dakwah, secara individu maupun kelompok sebagai objek dakwah yang memiliki strata dan tingkatan– tingkatan yang berbeda. Obyek dakwah Islam adalah segenap manusia di muka bumi ini, baik yang telah masuk Islam maupun yang belum. Dalam aktivitas dakwanya, seorang da’i harus memahami karakter dan latar belakang mad’u. 22 Dengan beragamnya latar belakang dari pendidikan, budaya, ekonomi dan pemahaman terhadap konsep Islam serta wawasan pengetahuan umum yang di miliki mad’u, disamping menguasai materi dakwah seorang juru dakwah juga membutuhkan pemahaman tentang karakteristik mad’u yang beragam tersebut. Menurut Asmuni Syukir, menjelaskan bahwa, yang dimaksud dengan objek dakwah ”...adalah masyarakat luas, yang merupakan salah satu unsur terpenting di dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting perannya dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain...”. 23 Kemudian dilihat berdasarkan penolakan dan penerimaan mad’u terhadap ajakan da’i, maka mad’u di sini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu: mad’u dari kalangan orang mukmin, dari kalangan orang kafir dan dari kalangan orang munafik. 21
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-1, hal. 34. 22 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Azah, 2009), ed.1, Cet. 1, h. 23 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 66.
21
1. Mukmin Merupakan orang yang percaya akan eksistensi Allah, karena mukmin berasal dari kata iman yang artinya percaya. 24 Dakwah kepada orang mukmin bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan orang mukmin, mempertinggi kualitas kepribadian Islamnya serta memperkuat ketundukan mukmin terhadap aturan dan ajaran Islam. 2. Kafir Menurut Muhammad Galib M, seperti yang dikutip Faizah dan Lalu M. Effendi menyatakan bahwa: ”seseorang diberi predikat kafir apabila mendustakan kerasulan Muhammad dan ajaran-ajaran yang dibawanya. Dengan perkataan lain, predikat tersebut diberi kepada mereka yang tidak menerima Islam yang dibawa Nabi Muhammad sebagai pedoman hidupnya”. 25 Dalam hal ini, dakwah kepada seseorang kafir bertujuan untuk mengubah aqidahnya menjadi aqidah Islam, mengajak mereka untuk beriman hanya kepada Allah dan mengakui kenabian Muhammad SAW. Seorang da’i dalam menghadapi golongan ini harus memiliki sikap sabar dan tidak putus asa untuk menyeru merekan. 3. Munafik Berasal dari kata nifaq ialah memperlihatkan kebaikan padahal dalam hatinya tidak seperti itu. Munafik adalah orang yang berpura-pura, antara perkatanaan dan perbuatan berbeda dengan di hati (lain di mulut lain di hati).26 Dakwah kepada orang munafik bertujuan untuk menyadarkan mereka. Cara menghadapinya yaitu tidak menjadikan orang munafik sebagai pelindung, 24
Faizah & Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 199. Faizah & Lalu Muchsin Effendi, h. 206. 26 Faizah & Lalu Muchsin Effendi, h. 208. 25
22
penolong dan pemimpin, bersifat tegas dan memerangi mereka, serta bersikap waspada terhadap mereka.
3. Materi Dakwah Materi Dakwah (Madah ad-da’wah) yang merupakan isi pesan-pesan dakwah Islam harus bersumber dari Al-Quran dan hadist sebagai sumber utama yang meliputi tauhid, aqidah, syari’at, muamalah dan akhlak dengan berbagai cabang ilmu yang di peroleh dari kedua sumber tersebut. Serta pengembangannya akan tetap mencakup seluruh kultur Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Materi dakwah harus sesuai dengan bidang keahlian juru dakwah melalui metode, media dan serta objek dakwah atau mad’unya. 27 Karena tujuan dakwah adalah untuk membuat manusia memiliki kualitas aqidah, ibadah dan akhlak yang tinggi serta akan terjadi perubahan dalam diri manusia tersebut termasuk di dalamnya perubahan dalam pola pikir dan tingkah laku, 28 maka materi dakwah disesuaikan dengan kondisi mad’u. Di mana seorang da’i harus melihat budaya, latar belakang dan pendidikan masyarakat/ mad’unya. Seorang juru dakwah harus mengembangkan ide-ide baru yang tetap bersumber dari ajaran Islam, supaya mad’u mendapat penyegaran. Materi dakwah secara umum dapat diklasifikasikan pada pokok-pokok seperti masalah aqidah, masalah akhlaq, masalah syari’ah, dan masalah muamalah. Kemudian Ali Yafie dalam bukunya “Dakwah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah” menyebutkan lima pokok materi dakwah, yaitu masalah kehidupan,
27
34.
28
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos,1997), Cet. 1, h.
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), ed. 1, Cet.1, h. 60.
23
masalah manusia, masalah harta benda, masalah ilmu pengetahuuan, dan masalah aqidah. Yang terakhir inilah yang menjadi pangkal yaitu aqidah islamiyah (aqidah yang mengikat hati manusia dan menguasai batinnya berdasarkan nilai islam). Oleh karena itu yang pertama kali dijadikan sebagai materi dakwah rasulullah adalah masalah aqidah dan keimanan. 29
4. Metode Dakwah Metode menurut K. Prente, menerjemahkan methodus sebagai cara mengajar. 30 Dalam bahasa Inggris disebut method, dan dalam bahasa Arab di sebut dengan istilah uslub, tarikah, minhaj, dan nizam. 31 Jadi metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. 32 Metode dakwah (kaifiyah ad-da’wah) merupakan cara-cara penyampaian dakwah, baik terhadap individu, kelompok atau masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah itu mudah diterima. Metode dakwah harus tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan dakwah, di mana penerapan metode dakwah harus mendapat perhatian yang utama dari para da’i. Menurut Ki Moesa A. Machfoeld tentang metode dakwah perlu dikutip: ”adalah cara tertentu yang digunakan dalam kegiatan dakwah berdasarkan pemikiran yang cermat untuk mencapai tujuan dakwah. Yang dimaksud dengan pemikiran yang cermat adalah menentukan sebuah atau beberapa cara yang didasarkan atas pertimbangan rasional dan dilakukan secara terperinci. Terperinci tahapannya mulai dari awal hingga akhir, namun tidak sampai mengesampingkan fleksibilitas dan etika. Artinya,
29
Ali Yafie, Dakwah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, (Jakarta: Makalah Seminar, 1992), h. 10. 30 Woyo Wasito, Kamus Inggris –Indonesia, (Jakarta: Cy Press, 1974), h. 208. 31 Elyas Anten, Asli Injilizi Arabig, (Mesir : Elyas Modern Press, 1951), h. 438. 32 Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2003), Cet. ke- 2, h. 6.
24
penerapannya harus luwes dan tanpa melangar norma yang ada dalam masyarakat, sehingga objek dakwah menjadi puas.” 33 Metode dakwah perlu dimodifikasi sedemikian rupa, disesuaikan dengan tuntutan modernitas. Demikian pula dengan penggunaan metode dakwah yang tercantum dalam Al-Qur’an; bil hikmah, bil mauidzah hasanah dan mujadalah billati hiya ahsan, aplikasi metode dakwah tersebut harus disesuaikan dengan mad’unya, maka dakwahnya juga dilakukan dengan cara berbeda-beda pula. Untuk penerapan metode dakwah di atas tersebut, sebagaimana yang ditulis Mohammad Natsir, perlu dikutip antara lain: ”a. Golongan cendik-cendikiawan yang cinta kebenaran, dan dapat berfikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan. Maka mereka ini harus dipanggil dengan ”hikmah”, yakni dengan alasan-alasan, dengan dalil yang dapat diterima oleh akal mereka. b. Golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian yang tinggitinggi. Mereka dipanggil dengan ”mauidzatun hasanah”, dengan anjuran dan didikan yang baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah difahami. c. Golongan yang tingkat kecerdasannya di antara kedua golongan tadi, belum dapat dicapai dengan hikmah, akan tetapi tidak akan sesuai pula bila dilayani seperti golongan awam; mereka suka membahas sesuatu tapi tidak hanya dalam batasan yang tertentu, tidak sanggup mendalam benar. Mereka ini dipanggil dengan ”mujadalah billati hiya ahsan”, yakni dengan bertukar fikiran, guna mendorong supaya berfikir secara sehat, dan dengan cara yang lebih baik”. 34
5. Media Dakwah Media Dakwah (washilah ad-da’wah) merupakan alat-alat fisik yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah atau pesan-pesan dakwah dan sebagai alat untuk menjelaskan isi pesan atau pengajaran. Sedangkan pengertian media dakwah itu sendiri adalah alat obyektif yang menjadi saluran untuk 33
Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004), h. 97. 34 Mohammad Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 2003), h. 162.
25
menghubungkan ide dengan umat, dan juga membutuhkan suatu elemen yang vital dan itu merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah. 35 Kalau dilihat dari segi sifatnya, media dakwah dapat digolongkan ke dalam dua golongan, antara lain: a. Media tradisional, yaitu media dakwah dengan berbagai macam seni dan pertunjukan budaya lokal yang secara tradisional dipentaskan di depan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat komunikasi seperti: drama, pewayanan, ketoprak humor dan lain-lain. Dengan memakai media tersebut, maka dakwah dapat dijalankan dengan cara memasukan pesanpesan dakwah di dalamnya. b. Media modern, yaitu media dakwah dengan menggunakan teknologi canggih yang banyak di konsumsi oleh masyarakat, seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan sebagainya. 36 Dengan kelebihan media modern ini, maka cukup baik dimanfaatkan untuk berdakwah. Pada zaman sekarang ini telah banyak yang menggunakan media dakwah teknologi canggih seperti televisi, radio, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar. Dalam semua aktivitas kehidupan manusia, media merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya, dikarenakan manusia mengkonsumsi berita dalam sehari-harinya, tumbuh dan berpikir dengan berita dan hiburan yang disuguhkan media massa/modern. 37
35
Hamzah Ya`kub, Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV. Diponogoro, 1992) Cet. ke-4, h.46. 36 Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), cet.ke-1, h. 154 37 Muna Haddad Yakan, Hati-Hati Terhadap Media yang Merusak Anak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet. Ke-8, h.12.
26
Penggunan media yang tepat akan menghasilkan dakwah yang efektif, artinya penggunaan media modern sangat diperlukan untuk menunjang proses kegiatan dakwah Islamiyah, sehingga tujuan dakwah untuk mencapai masyarakat yang Islami dapat terwujud. Dengan demikian tujuan dakwah dapat terealisasi, maka ajaran-ajaran Islam dalam aspek kehidupan bisa mendatangkan sisi yang positif, berupa kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia hingga akhirat nanti sesuai dengan yang diharapkan. Menurut M. Bahri Ghazali, kepentingan dakwah terhadap adanya media atau alat yang tepat dalam berdakwah sangat urgen sekali, sehingga dapat dikatakan dengan media dakwah pesan yang disampaikan akan mudah diterima oleh komunikan (mad’u). 38
6. Tujuan Dakwah Tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah mempunyai peran penting sama seperti unsur-unsur dakwah. Seperti subjek dan objek dakwah, metode dan lain sebagainya. Tujuan jangka pendek adalah untuk memberikan pemahaman Islam kepada masyarakat sasaran dakwah agar supaya terhindar dari sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan aqidah Islam. Tujuan jangka panjang adalah untuk mengadakan perubahan sikap masyarakat dakwah. 39 Tujuan dakwah bila dilihat dari pengertian yang di rumuskan oleh beberapa ahli seperti yang tertulis di atas sudah sangat jelas bahwa dakwah Islamiyah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah
38
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 12. 39 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet.3 hal. 13.
27
dan syari’at Islam yang telah lebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri. 40 Adapun tujuan dakwah dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 24 adalah:
☺ ☺ ☺
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul, apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”. Yaitu mengubah pandangan hidup; ayat di atas menyebutkan bahwa yang menjadi maksud tujuan dakwah adalah menyadarkan manusia akan arti hidup yang sebenarnya. Hidup bukanlah makan, minum dan tidur saja, manusia dituntut untuk mampu memaknai hidup yang dijalaninya Dengan kata lain tujuan dakwah bukan untuk memperbanyak pengikut tetapi memperbanyak orang yang sadar akan kebenaran Islam dan mengamalkan amar makruf nahi munkar. Tujuan dakwah mempunyai kepedulian terhadap lingkungan dengan membantu mengubah pola pikir masyarakat/mad’u. Untuk mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan untuk hidup di dunia dan akhir nanti dengan mendapat ridha Allah SWT. Nabi Muhammad SAW mencontohkan cara berdakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan (perkataan) dan hal (perbuatan), mulai dari lingkungan paling dekat keluarga yang merupakan unit 40
A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: PT. Bulan Bintang 1994), Cet ke-3. hal 17.
28
terkecil di dalam masyarakat, merupakan pondasi kuatnya masyarakat dan negara, mutu suatu masyarakat sangat ditentukan oleh kelompok utama yang kecil ini. Keluarga yang merupakan unit-unit kecil akan menjadi tempat tumbuhnya pemuda-pemudi yang sehat bertanggung jawab dan menjadi harapan sebagai generasi penerus. Apabila suatu keluarga sudah tertata dengan baik dan disiplin maka ilmu keagamaan dapat di tularkan kepada teman-teman terdekat hingga kepada masyarakat luas yaitu untuk menghidupkan kesempurnaan manusia sehingga benar-benar hidup. 41 Menegakkan keadilan dengan jaminan-jaminan hukum dalam setiap gerak-gerik harus merupakan ibadah dan selalu merasa bahwa Allah selalu mengawasi setiap gerak langkah sehingga menumbuhkan disiplin yang datang dari hati nurani tiap-tiap umat. Sesungguhnya tidak dapat dipisahkan antara halal-haram yang dianggap menjadi urusan agama dan moral menjadi hak individu masing-masing. Pada paham masyarakat tertentu agama hanya ada dalam mesjid-mesjid, di tempat orang ketika sedang melakukan akad nikah dan dalam penguburan. Sedangkan di luar itu agama tidak ada dalam mall, bioskop atau tempat hiburan lain. Hal ini memberi peluang lebar untuk terjadinya kebobrokan moral dan menipisnya ilmu keagamaan, agama lebih di kenal hanya secara seremonial dan hanya dalam rangka mencari pahala. Tujuan dakwah adalah untuk mengajak manusia untuk berlomba-lomba dalam menunaikan kewajiban dan saling menjaga dan menghormati hak sesama sehingga terbentuk keadilan dan kesetabilan di dalam masyarakat. Di mana
41
Mohammad Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 2009), h. 63.
29
kesadaran dan kedudukan sebagai hamba Allah serta tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dapat di bangkitkan. Selain itu dakwah Islam memiliki tujuan agar supaya timbul dalam diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam, kesadaran sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama dengan ikhlas. Abdul Rosyad Shaleh berpendapat “…tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil yang ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan yakni terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT…”. 42
D. Bentuk-bentuk Dakwah Dalam kegiatan dakwah ada tiga bentuk dakwah yang relevan disampaikan di tengah masyarakat antara lain: dakwah bi al-lisan, dakwah bi al-qalam dan dakwah bi al-hal. 1.
Dakwah bil Lisan Metode dakwah ini merupakan cara penyampaian pesan dakwah melalui
lisan, seperti ceramah atau komunikasi langsung antara da’i dan mad’u. Dakwah seperti ini akan menjadi efektif apabila dipakai dalam acara-acara pengajian, dalam khutbah Jum'at atau khutbah hari Raya. Dan kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, dengan metode dialog berserta hadirin atau ceramah satu arah. Atau menurut Ki Moesa A. Machfoeld, disebutkan dakwah ini bentuknya dapat berupa ceramah keagamaan, pengajian dengan berbagai bentuknya. Dalam
42
h. 190.
Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang , 1993), cet. Ke-3,
30
ceramahnya tersebut, dapat juga diselingi dengan humor, baik melalui kata-kata atau gerakan badan dan mimik wajah. 43 2.
Dakwah bil Qalam Dakwah yang dilakukan dengan perantaraan tulisan, seperti menulis buku,
tulisan di majalah, surat kabar, buletin, dan lain-lain. Da`i di sini memerlukan keterampilan jurnalistik (menulis dalam media massa), atau keterampilan menulis buku. Metode ini merupakan suatu metode yang efektif, efisien, dan mengena. Metode yang tetap meninggalkan gading ketika penulis telah tiada, dan dapat dinikmati semua orang di berbagai penjuru dunia. Bentuk dakwah ini juga dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW melalui penyampaian surat ke berbagai pihak. Dalam sejarah dakwah, Nabi telah menyampaikan surat sebanyak 105 surat untuk berdakwah yang dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu surat yang berisi seruan untuk masuk islam kepada nonmuslim, berisi ajaran islam (seperti tentang zakat dan sadaqah), dan surat yang berisi hal yang wajib dilakukan nonmuslim terhadap pemerintah Islam. 44 Mengenai metode dakwah bil qalam Rasulullah SAW pernah bersabda: ”sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada”. 45
3.
Dakwah bil Hal Dakwah bil hal merupakan sebuah bentuk metode dakwah melalui
perbuatan nyata dan perilaku konkrit yang dilakukan da’i. Dalam menyampaikan dakwahnya, Rasul SAW tidak hanya bertabligh, mengajar, atau mendidik dan 43
Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004), h. 108. 44 Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, h. 109. 45 Hussein Assegaf, Pembangunan dan Dakwah Bil Hall, (Jakarta: Mimbar Ulama, 1991), h. 58.
31
membimbing, tetapi juga sebagai uswatun hasanah (mencontohkan). Beliau memberikan
contoh
dalam
pelaksanaanya,
sangat
memperhatikan
dan
memberikan arahan terhadap kehidupan sosial, ekonomi seperti pertanian, peternakan, perdagangan dan sebagainya. 46 Sedangkan menurut Hasan Assegaf dakwah bil hal merupakan seluruh kegiatan
dakwah
dalam
bentuk
perbuatan
nyata
untuk
meningkatkan
kesejahteraan umat dalam rangka memecahkan persoalan yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu. 47
46
H.S. Prodjokusumo, Dakwah bi al-Hal Sekilas Pandang dalam Tuntunan Tablig 1, (Yogyakarta: Pustaka Suara Muhammadiyah, 1997). h.222. 47 Hussein Assegaf, Pembangunan dan Dakwah Bil Hall, (Jakarta: Mimbar Ulama, 1991), h. 56.
BAB III PROFIL USTADZ YUKE SUMERU DAN PROFIL MAJLIS TA’LIM AL-FALAAH
A. Profil Ustadz Yuke Sumeru 1. Latar Belakang Keluarga Orang tua Yuke Sugiarto Suwargo atau yang akrab disapa Ustadz Yuke Sumeru ini asli keturunan Malang, Jawa Timur. Kemudian kedua orangtuanya hijrah ke Jakarta setelah mereka menikah. Ayahnya bernama Ir. Sumeru Suwargo adalah seorang pengusaha dan Direktur di PT. Sarinah, selain itu beliau juga merupakan dosen tidak tetap di ITTB (Institut Teknologi Tekstil Bandung). Dan ibunya bernama Amie Kasdjono, seorang model. Ketika usia kandungan Yuke belum genap tujuh bulan, ibunya pergi menghadiri pesta pernikahan salah seorang kerabat di kota Bandung dan mengalami kecelakaan mobil. Sehingga ia membutuhkan perawatan di rumah sakit dan kandungannya harus diselamatkan. Maka saat itu lahirlah bayi kecil dengan berat 1,6 kg secara prematur dan harus dimasukan ke dalam incubator selama lima bulan. Bayi itu adalah Yuke Sumeru, yang lahir pada tanggal 18 Oktober 1958 di Bandung secara normal. 1 Ketika kakeknya melihat betapa kecilnya bayi Yuke, maka ia spontan memberi nama bayi itu ”Yuke”. Hal ini terinspirasi dari alat musik gitar kecil yang disebut Ukulele. Yuke Sumeru merupakan anak kedua dari enam bersaudara.
1
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010.
32
33
Dari keenam bersaudara tersebut, Yuke dan saudaranya tidak ada satupun dari mereka yang menjadi seniman. Kakak tertuanya seorang perempuan merupakan seorang apoteker yang bersuami seorang dokter ahli syaraf. Dan keempat adiknya dua orang di antaranya menjadi dokter. Dalam keluarga Yuke tidak terdapat nuansa keislaman meskipun secara KTP (Kartu Tanda Penduduk) mereka Islam, ayahnya hanya menekankan untuk menjaga tata krama dan berbudi luhur terhadap anak-anaknya. Tetapi keluarga ini juga bukan termasuk penganut Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Kejawen. Dan bagi sang ayah semua agama adalah sama, yang penting menjadi orang baik dan tidak menggangu orang lain, mereka bebas memilih faham keagamaan yang mana saja. 2
2. Latar Belakang Pendidikan Semua anak-anak dari keluarga Yuke sejak Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Atas bersekolah di sekolah Katolik Ora et Labora. Ketika Sekolah Menengah Pertama, Yuke pindah ke sekolah Katolik Budaya di jalan Matraman. Sejak itu Yuke mulai nakal dan susah diatur, tetapi prestasinya lumayan cukup baik, meskipun untuk pelajaran kesenian Yuke hanya mendapat nilai tiga. Untuk Sekolah Menengah Atas Yuke mengalami lima kali pindah sekolah, pertama kali Yuke masuk di sekolah Katolik Kanisius. Kemudian kelas dua Yuke pindah ke Bandung dan masuk di sekolah BPI, lalu pindah lagi ke Sekolah Menengah Atas Katolik Dago, pindah lagi ke Sekolah Menengah Atas Negeri
2
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010.
34
Cicalengka, dan terakhir Yuke menyelesaikan Sekolah Menengah Tingkat Atasnya di SMA Negeri IV kota Surabaya. 3 Akibat dari kenakalan Yuke dan kedua orang tuanya sudah tidak ada jalan lagi untuk menasehati Yuke, neneknya menganjurkan Yuke untuk menjadi seorang katolik, ketika Yuke sedang duduk di bangku kelas dua. Setelah menamatkan Sekolah Menengah Atas di Surabaya Yuke kembali lagi ke kota Bandung, di mana Yuke mulai tertarik dengan musik dan mendirikan sempat group Band sebelum pindah ke Surabaya. Kecintaan Yuke terhadap musik berawal akibat pergaulannya dengan kelompok pemusik, seperti mendiang Harry Rusli. Yuke bergabung dengan group band The G’brill yang cukup populer pada masanya dan Yuke juga menulis lagu antara lain di nyanyikan oleh Niki Astria dan Nike Ardila. 4 Di tingkat Perguruan Tinggi, Yuke sempat kuliah di ITTB sampai enam semester, yang tidak dijalaninya dengan serius karena musik lebih menarik di bandingkan duduk belajar di Perguruaan Tinggi. Pada tahun 1982 Yuke pergi ke Rotterdam untuk mengambil Short Course untuk komposer dan Bass. Sekembalinya dari Rotterdam Yuke menjadi pemusik profesional dan di kontrak oleh pemusik Jack Lesmana. Terakhir keterlibatan Yuke di dunia musik bergabung dengan group band Goong 2000 bersama Ahmad Albar. Dan akhirnya Yuke menikah dengan Wieke di usia yang masih relatif muda yaitu ketika usianya baru 24 tahun. Wieke lahir dari keluarga yang taat beragama dan di besarkan dalam keluarga tersebut. Dari hasil pernikahannya tersebut Yuke dan Wieke dikaruniai tiga orang anak, dan 3 4
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15April 2010. Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010.
35
ketiga anaknya telah menikah, sehingga Yuke mempunyai tiga orang cucu dari tiga anaknya yang sudah menikah tersebut. 5 Sifat Yuke senang berpetualang dan senang mencoba hal baru, ketika tahun 1997 Yuke berkenalan dengan Robert atau Mustafa seorang muallaf berkebangsaan Australia. Dari Mustafa ini Yuke banyak belajar tentang kesabaran, Mustafa adalah orang yang sangat tenang dan tidak banyak bicara. Mustafa sering datang ke studio tempat Yuke berlatih musik. Apabila terdengar bunyi adzan dikumandang Mustafa bergegas berwudhu dan shalat. Tidak pernah sekalipun Mustafa mengajak Yuke atau pemain musik lainnya yang beragama Islam untuk shalat. Diam-diam Yuke mulai mengagumi Mustafa yang melakukan dakwah bil hal, Yuke mulai tertarik dan sering berdiskusi tentang Islam. Sejak itu maka Yuke mulai belajar shalat dan mencoba melakukannya tepat diawal waktu dan selektif dalam memilih teman. 6 Pada tahun 1998 Yuke tertarik untuk belajar tulisan Arab yang dimulainya dengan mengenal tulisan Alif, Ba, Ta, terlebih dahulu. Yuke tinggal di pesantren selama satu minggu untuk meyakinkan dirinya bahwa ia sungguh-sungguh tertarik dengan Islam dan ikut melakukan ibadah shalat bersama-sama anak-anak pesantren lainnya. Bagi Yuke belajar agama Islam bukan dilakukan dalam sisa waktu atau ketika mendapat problem. Tetapi ketika hatinya mulai mantap ia pun meninggalkan dunia musik dan kehidupan malam yang telah menjadi bagian dirinya hampir dari separuh umurnya itu.
5 6
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010. Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010.
36
Dengan seluruh keyakinannya tahun 2000 Yuke pergi menunaikan ibadah haji, dan sekembalinya dari Tanah Suci keinginan Yuke Sumeru untuk memperbaiki diri dan memperdalam agama semakin kuat. Di tahun 2003 ia memutuskan dan memilih untuk menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Ilmu AlQur’an. Sambil kuliah Yuke Sumeru sudah berani berbagi ilmu agama meskipun baru hanya kepada keluarga terdekat, dan teman-teman dekatnya. Keberanian tersebut berangkan dari hadits Rasulullah SAW yang berbunyi ”sampaikanlah walau hanya satu ayat”, maka Yuke mulai berdakwah. Keinginannya memperdalam Islam semakin besar untuk menjalankan dakwahnya. Baru sejak tahun 2006 ustadz Yuke sudah mulai berani berdakwah secara luas di depan publik. Tidak hanya berbagi ilmu agama yang didapatnya, tetapi ustadz Yuke juga mulai menjalani hidupnya dan merubah penampilannya sesuai dengan sunnah Rasulullah. Rasulullah SAW telah menjadi panutannya mulai dari bagaimana berpakaian dan berdakwah, ustadz Yuke mencoba untuk berpedoman pada apa yang telah di contohkan Rasulullah SAW. 7 Pada tahun 2007 ustadz Yuke dapat menyelesaikan pendidikannya dengan nilai sangat memuaskan yang paling disyukurinya. Ustadz Yuke juga telah menjadi penghapal Al-Qur’an, sesuatu yang tidak pernah di bayangkannya bahwa dia akan mampu menjadi penghafal Al-Qur’an. Mengingat latar belakangnya yang tidak pernah tersentuh oleh agama. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana AlQur’an Yuke juga melanjutkan Magister Ilmu Tafsir di Perguruan Tinggi yang sama. Ustadz Yuke mengambil Tesis dengan judul ”Sepuluh Sifat Manusia dalam
7
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010..
37
Al-Qur’an”, dan sidang ujian Tesisnya telah dilaksanakan pada Juli 2010, dengan nilai Cumlaode. Semenjak masuk di pendidikan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an hingga sekarang ustadz Yuke Sumeru banyak mengisi ceramah di Majelis Ta’lim ibu-ibu, pasangan suami isteri dan remaja denga memberikan nasehat-nasehat, seperti nasihat perkawinan. Ustadz Yuke juga tidak segan-segan untuk berdakwah di daerah pemulung dan tidak menolak setiap diundang untuk memberi ceramah, prinsipnya setiap muslim adalah saudara. 8
3. Kegiatan Dakwah Ustadz Yuke Sumeru Kegiatan dakwah Ustadz Yuke Sumeru tidak pernah berhenti, hampir setiap hari ada jadwal untuk berdakwah, bahkan dalam sehari bisa mencapai empat kali mengisi pengajian. Kegiatan dakwahnya ini kebanyakan dilakukan untuk mengisi ceramah di pengajian-pengajian majlis ta’lim, terutama majlis ta’lim ibu-ibu dan remaja. Berikut beberapa majlis ta’lim dimana ustadz Yuke Sumeru mengisi ceramah, antara lain: 1. Bintaro a. Majlis Ta’lim Al-Falaah b. Majlis Ta’lim as-Sakinah, Bintaro Jaya sektor IX c. Majlis Ta’lim Al-Mukmin d. Majlis Ta’lim Sal Sabilla e. Majlis Ta’lim Al-Muthmainnah f. Majlis Ta’lim Nurul Ikhlas, Cempaka Bintaro
8
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 20 Mei 2010.
38
g. Majlis Ta’lim Cut Mutia h. Majlis Ta’lim Silaturahmi i. Majlis Ta’lim Nurul Iman j. Majlis Ta’lim Al-Istiqomah 2. Bumi Serpong Damai (BSD) a. Majlis Ta’lim Sakinah b. Majlis Ta’lim Puspita Loka c. Majlis Ta’lim Khairunnisa d. Majlis Ta’lim Az-Zahra e. Majlis Ta’lim Pavilion f. Majlis Ta’lim At-Taqwa g. Majlis Ta’lim De Rio 3. Luar Bintaro dan BSD a. Majlis Ta’lim Putra Utama, Pondok Indah b. Majlis Ta’lim KOPAJA, pengajian Adri Subono c. Majlis Ta’lim Axis, Kuningan d. Majlis Ta’lim Seulawah, Jatiwaringin e. Majlis Ta’lim Al-Kautsa, Polda Metro Jaya f. Majlis Ta’lim Gramedia Kompas g. Majlis Ta’lim Halim PK 4. Majlis Ta’lim di Luar Jakarta a. Masjid Baitur Rahman, Bogor b. Masjid Al Muhajirin, Bogor c. Majlis Ta’lim Al-Azhar, Bogor
39
d. Majlis Ta’lim Seminyak Bali e. Majlis Ta’lim Taruna Bakti, Bandung 9 Selain kegiatan dakwah berupa ceramah di majlis ta’lim, kegiatan ustadz Yuke Sumeru lainnya yaitu memberikan berupa santunan dan pengajaran terhadap 50 anak yatim dam Dhuafa di Tanah Sereal Bogor. Kemudian memberikan santunan di Lebak Bulus yang diberikan saat ceramah berupa amplop dengan uang Rp. 20.000-, tahap awal untuk menarik minat mereka. Pengajian dari 200 kepala keluarga ini dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu; kelompok ibu dan gadis, bapak-bapak dan pemuda, dan anak-anak yang belum balig. Kemudian Ustadz Yuke juga aktif di Jamaah Tablig. 10 Kemudian sekarang ustadz Yuke Sumeru sudah mulai berdakwah bil qalam, dengan menulis sebuah buku ”From Bass to Basyirah”. Dan sudah mencapai 80%, hampir selesai.
B. Profil Majelis Ta’lim Al-Falaah Majelis Ta’lim Al-Falaah terletak di daerah Bintaro Jaya sektor I, berdiri pada tanggal 10 Maret tahun 2000, atas prakasa ibu Atty dan tiga orang tetangga yaitu ibu Yahya, ibu Sambodo dan ibu Tjietje. Dengan konsep learning, listening and sharing, itu merupakan tujuan utama untuk mendirikan majelis ta’lim alFalaah tersebut. Selain itu juga majelis ta’lim al-Falaah dimaksudkan sebagai wadah syi’ar islam dan sebagai ukhuwah Islamiyah, dan hubungan persaudaraan antar sesama umat Islam yang dapat saling mencerdaskan. 11
9
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 20 Mei 2010. Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 20 Mei 2010. 11 Wawancara Pribadi dengan Ibu Neti, Jakarta, 15 April 2010. 10
40
Pengajian di majelis ta’lim al-Falaah ini dilakukan empat kali dalam satu bulan, dua kali bersama ustadz yang regular dan dua minggu dengan ustadz atau ustadzah yang bergantian. Awalnya tidak ada uang iuran, uang yang dikumpulkan adalah uang infaq atau siapa saja yang ingin mengeluarkan sadaqah. Hanya uang itu yang diberikan untuk transportasi ustadz atau ustadzah yang sudah ditentukan berapa besar jumlah yang akan dikeluarkan, biasanya lebih banyak kurang dari pada mencukupi. 12 Dengan jumlah tiga puluh lima orang jamaah, majelis ta’lim al-Falaah tidak mempunyai struktur layaknya sebuah organisasi majlis ta’lim lainnya. Organisasi majlis ta’lim ini hanya terdiri atas ketua, bendahara, dan humas. Meskipun demikian aktivitas majlis ini dapat berjalan dengan baik. Bahkan pada ulang tahun yang pertama, majlis ta’lim al-Falaah melakukan sunatan massal bagi tujuh belas anak yatim dan dhuafa. Selain itu melakukan kerja sosial pada tiap hari Jum’at, memberi makanan kepada para pemulung dan kuli jalanan, juga memberi sumbangan bagi korban bencana atau banjir. Sampai saat ini usia Majelis Ta’lim al-Falaah telah mencapai sebelas tahun dan hanya tinggal dua kali pengajian dalam satu bulan. Kemudian Ustadz Yuke Sumeru sejak Januari 2010, merupakan ustadz tetap yang rutin mengisi pengajian sekali dalam satu bulan. 13
12 13
Wawancara Pribadi dengan Ibu Neti, Jakarta, 15 April 2010. Wawancara Pribadi dengan Ibu Neti, Jakarta, 15 April 2010.
BAB IV AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE SUMERU
A. Aktivitas Dakwah Aktivitas dakwah dalam pandangan ustadz Yuke Sumeru merupakan semua aktivitas yang berhubungan dengan keagamaan dalam rangka menjelaskan tentang ilmu tauhid atau menjelaskan tentang Allah dengan segala ajaran-Nya. Atau juga dapat di artikan sebagai segala sesuatu yang berbentuk kegiatan yang dilakukan dengan sadar dan sengaja yang mengarah pada merubah seseorang atau kelompok bagi yang belum paham menjadi paham dan yang sudah paham akan menjadi lebih paham lagi. 1 Menurut ustadz Yuke, berdakwah bukan hal yang mudah, karena da’i mengajak manusia kepada jalan kebenaran dan mereka harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang sudah lekat dengan masyarakat yang di dakwahinya. Seorang da’i tidak boleh kesal dan merasa letih atau putus asa, karena tugas seorang da’i hanya menyampaikan dan Allah SWT yang akan memberi petunjuk dan Hidayah bagi mad’u. Karena sesungguhnya hidayah itu tidak akan mampu bagi orang yang Allah tidak izinkan/ kehendaki, sebagaimana dalam surat AlInsaan; 76 ayat 29-30:
☺ ⌧
⌧ ⌧
⌧ ☺
☺
” Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya Dia mengambil 1
Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010.
41
42
jalan kepada Tuhannya. (30). Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Seorang da’i harus mempunyai kesabaran tinggi dan lapang dada tidak lantas meninggalkan mad’u ketika terbentur dengan pesoalan-persoalan. Ini merupakan tugas seorang da’i untuk menerangkan dan menjelaskan tentang apaapa yang menyangkut dengan aqidah, syari’at dan akhlak. Menurut ustadz Yuke Sumeru juga dalam berdakwah seorang da’i tidak menyandarkan dakwahnya hanya berdasarkan teori dan metode saja, dakwah diperlukan juga wawasan yang luas. Selain dari pemahaman tentang Al-Qur’an yang mutlak harus dikuasai, ilmu-ilmu bantu lain seperti psikologi, adat istiadat suatu daerah, teknologi harus dikuasai, supaya pendakwah tidak melakukan kesalahan dengan menuding apa yang diperbuat masyarakat tersebut adalah salah. Seorang da’i harus dapat membantu mad’u merubah pola pikir mereka dan memperkaya pikiran-pikiran mad’u dengan isi Al-Qur’an dan al-Hadits. Yang paling menarik seorang juru dakwah akan berhadapan dengan beragam daya serap dan pemahaman dari tiap-tiap kepala yang berbeda. Bagaimanapun seorang da’i harus bersikap bijaksana dan lapang dada, jeli dalam memandang masalah dan berpandangan luas, sehingga mad’u tidak menolak apa-apa yang disampaikan oleh da’i. Untuk hal ini ustadz Yuke Sumeru mencontohkan metode dakwah yang di lakukan oleh Wali Songo yang sangat berhasil pada masa itu. Dakwah yang di lakukan oleh Wali Songo adalah tidak melukai masyarakat yang masih kental dengan tradisi Hindu. Namum berhasil dalam menanamkan nilai-nilai islam serta dapat merubah pola pikir masyarakat tentang aqidah. Ustadz Yuke Sumeru sangat terkesan dengan sikap dan cara-cara dakwah yang di lakukan Wali Songo.
43
Aktivitas dakwah yang dilakukan ustadz Yuke Sumeru yaitu dakwah bil lisan dengan berceramah di berbagai pengajian majlis ta’lim 2 seperti di majlis ta’lim al-Falaah dan pengajian-pengajian keluarga. Di samping ceramah ustadz Yuke juga mempunyai 50 anak yatim dan melakukan dakwah bil hal dengan memberikan santunan setiap kali berceramah di tempat pemulung, supaya mereka bersemangat untuk mengikuti pengajian, dengan istilah subsidi silang3 . Dalam aktivitas dakwahnya, ustadz Yuke Sumeru berusaha untuk menjauhi kepopuleran di media massa. Berbeda dengan ustadz-ustadz lainnya yang berusaha untuk dakwah di media massa, dan besar namanya karena media massa tersebut. Ustadz Yuke menganggap bahwa ketenaran mendekati neraka. Bahkan ustadz Yuke pernah menolak tawaran dari salah satu stasiun televisi untuk mengisi acara dakwah. Selain beranggapan tentang ketenaran mendekatkan ke neraka dan pernah merasakan ketenaran, alasan ustadz Yuke menolak tawaran tersebut karena di Televisi dalam berdakwah semuanya serba diatur. Mulai dari materi dakwahnya, pakaian dan lain-lain, sehingga itu tidak sesuai dengan prinsip dakwah ustadz Yuke Sumeru. Demi kelancaran aktivitas dakwahnya, selain belajar tentang ilmu dakwah, ustadz Yuke juga belajar tentang psikologi dakwah untuk memahami karakter mad’unya. Adapun dalam aktivitas dakwanya, ustadz Yuke Sumeru mengamalkan metode dakwah al-Qur’an, dengan strategi dalam pengaplikasiannya dan menyampaikan materi dakwah yang mengutamakan dasar agama dengan cara yang berbeda dari ustadz lainnya. Metode ini dipakai ustadz Yuke baik di pengajian majlis ta’lim al-Falaah maupun di majlis-majlis ta’lim lainnya. 2
Bisa dilihat di halaman 35, beberapa majlis ta’lim yang ustadz Yuke mengisi ceramah. Subsidi silang yaitu uang yang dihasilkan dari berceramah di kalangan orang kaya, kemudian di sumbangkan lagi kepada jamaah pengajian di tempat-tempat pemulung. 3
44
B. Metode Dakwah Ustadz Yuke Sumeru Metode dakwah yang digunakan ustadz Yuke sumeru menurutnya memakai konsep dakwah Rasullah, yaitu bil hal-bil hikmah. Bil Hal berarti da’i menjalankan terlebih dahulu sebagai uswah (contoh) bagi mad’u, baru kemudian disampaikan kepada orang dengan hikmah. Bil hikmah berarti berbicara benar dengan tidak menyinggung orang lain. Kemudian dalam cara berbicara ini dibagibagi lagi dilihat dari konteks bicaranya dengan siapa dan kepada siapa. Ketika berbicara dengan orang yang berilmu memakai mauidzah hasanah, kalau dengan orang yang keras kepala memakai debat (mujaddalah). Sedangkan kalau berbicara dengan orang yang tidak berilmu yaitu dengan kasih sayang. Kemudian dalam ceramahnya ustadz Yuke Sumeru mengamalkan metode dakwah yang tercantum dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 125:
☺ ☺
☺ ☺ ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Ustadz Yuke Sumeru menggunakan tiga metode dakwah di atas yaitu; bil hikmah, bil mauidzah hasanah dan mujaddalah billati hiya ahsan. Metode dakwah yang digunakan tergantung mad’unya, karena mad’u ustadz Yuke Sumeru beraneka ragam mulai dari tingkat mentri sampai kegelandangan dan pemulung.
45
Berdakwah di mulai dari kolong jembatan sampai Pondok Indah pun masuk, ”....saya berdakwah itu ke mana-mana tanpa memandang tempat, begitu panggilan Allah datang, saya berangkat...”. 4 Adapun untuk penerapan metode dakwah yang dilakukan ustadz Yuke sumeru dapat diklasifikasikan menjadi tiga, berdasarkan mad’unya: 1. Dakwah bil hikmah, menurut ustadz Yuke ”...hikmah itu tidak menyudutkan mereka (mad’u)...”.
Metode ini diterapkan kebanyakan
terhadap orang-orang yang keadaan ekonominya di bawah, yang usianya lanjut, dan ilmunya sedikit. 5 2. Dakwah bil mauidzat hasanah, metode ini di terapkan kepada orang-orang yang memang attensinya benar-benar mau belajar, bukan hanya belajar agama di waktu luang dan sisa waktu, kemudian kehidupan ekonominya midlle up, berkecukupan dan mempunyai waktu untuk belajar. Berbeda dengan berbicara di tempat pemulung kata ustadz Yuke ”...saya harus bawa duit, kasih duit dulu baru saya ngomong...”. 6 3. Terakhir dakwah mujadallah billati hiya ahsan, metode ini diterapkan untuk menghadapi orang-orang yang kebanyakan orang Islam itu sendiri, tetapi mereka merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Karena ada umat Islam yang beranggapan kalau tidak seperti ini itu salah, harus tetap seperti ini. Kata ustadz Yuke ”..saya bilang sama mereka itu teori Iblis, ana khairum minhu; aku lebih baik dari kamu itu teori Iblis…”. Maka mereka didebat dengan cara yang baik, bertukar pikiran dan dengan contoh atau
4
Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010. Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010. 6 Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010. 5
46
alasan-alasan yang masuk akal, sehingga mereka dapat menerima dan melaksanakan ajaran agama dengan benar. 7 Di pengajian majlis ta’lim al-Falaah aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru menggunakan metode mujaddalah billati hiya ahsan. Dalam hal ini bukan berarti berdebat, tetapi lebih kepada berdakwah dengan cara bertukar pikiran. Ustadz Yuke tidak keberatan ketika di tengah ceramahnya mad’u atau jamaah bertanya sehingga terbukanya diskusi. Dengan penuh pengertian ustadz Yuke Sumeru akan memberi kesempatan para jamaah untuk saling memberikan pendapatnya sehingga hampir semua jamaah ikut ambil bagian untuk mengemuakan pendapat. Dari hasil tukar pikiran tersebut kemudian ustadz Yuke memberikan kesimpulan, dan meluruskan apabila ada salah pemahaman dari jamaah. Sehingga ini menghasilkan jamaah al-Falaah berani bicara untuk bertanya, berpendapat dengan terbuka dan mendapat pengetahuan lebih luas. Dengan metode seperti ini jamaah merasa semangat, karena tidak hanya dijejali ajaran agama tanpa diberi kesempatan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat. Kemudian di majlis ta’lim al-Falaah dalam metode dakwahnya, ustadz Yuke selalu mengajarkan untuk melakukan perbuatan baik selama tiga hari berturut-turut tanpa terputus. Seperti contoh ketika memberikan ceramah tentang akhlak, ustadz Yuke mengajarkan kepada jamaah untuk tidak berbohong dalam waktu tiga hari, tanpa sekalipun berbohong. Atau ketika memberikan ceramah mengenai al-Qur’an ustad Yuke juga menyarankan untuk membaca al-Qur’an dan terjemahannya setiap hari, tanpa terputus.
7
Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010.
47
Alasan ustadz Yuke kenapa menawarkan berbuat baik dalam waktu tiga hari, karena merujuk pada keterang ”siapa yang berbuat baik tiga hari, akan dikali sepuluh”, berdasarkan hal itu berarti jika beramal tiga hari berturut-turut berarti sama dengan beramal satu bulan. Jika satu hari saja tidak melaksanakan, itu artinya meninggalkan sepuluh hari. Kemudian jika dalam tiga hari tersebut dpat dilaksanakan dengan lulus, maka menurut ustadz Yuke insya allah akan dapat terus melaksanakan perbuatanbaik tersebut. 8
C. Materi Dakwah Ustadz Yuke Sumeru Tujuan aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru adalah untuk mengenal Islam secara komprehensif dan selalu Istiqamah di jalan Allah, dengan materi dakwah yang disampaikan harus dimulai dari tauhid, syari’at dan akhlak. Karena dengan mengenal Allah sejak awal pengenalan agama, maka mad’u dapat mengenal siapa Allah Tuhan yang dia sembah itu. Materi dakwah ustadz Yuke berawal dari Tauhid, menurutnya; ”...tauhid itukan adanya dalam Al-Qur’an, di luar Al-Qur’an ga ada, kita mau kenal Allah dari mana kalau tidak dari Al-Qur’an...”. Maka sebelum segala sesuatu, dalam berdakwahnya ustadz Yuke selalu menganjurkan kepada mad’unya selalu untuk membaca Al-Qur’an setiap hari beserta artinya dan harus istiqomah. Dalam hal mempelajari Al-Qur’an, ustadz Yuke memberikan pandangan yang berbeda, antara membaca Al-Qur’an secara kultur dan syari’at. Secara kultur, seperti membaca surat Yasiin setiap malam Jum’at, itu belum cukup untuk mengenal Allah. Kemudian diganti dengan membaca Al-Qur’an berdasarkan
8
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke, Jakarta, 1 Juli 2010.
48
syari’at.
Dimana
membaca
Al-Qur’an
berdasarkan
syari’at
mempunyai
konsekuensi menjadikan Al-Qur’an itu sebagai pelajaran. Adapun menjadikan AlQur’an pelajaran dalam setiap hari membacanya mempunyai tiga aspek: 9 1. Untuk belajar harus mempuyai Al-Qur’an dan terjemahnya sendiri, kalau misalkan ada pasangan suami istri, mereka harus mempunyai Al-Qur’an sendiri-sendiri. 2. Pelajaran itu harus ada jadwal khusus, tidak ada pelajaran seadanya atau suka-suka waktunya. Jadi harus punya prame time, misalnya jam 9 malem harus bertemu dan membaca Al-Qur’an apapun yang terjadi, bukan sisa waktu atau dalam waktu luang. 3. Pelajaran itu harus ada terjemahannya, supaya memahami apa yang dibaca sampai ke hati, bukan hanya iqra, membaca di mata. Membaca Al-Qur’an sampai ke hati hingga bergetar karena paham dengan artinya. 10 Belajar Al-Qur’an tersebut Ustadz Yuke tawarkan dalam tiga hari dan tidak boleh putus, dibaca dari depan perlembar. Dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan sunnah Rasul SAW, Ustadz Yuke selalu menganjurkan mad’unya untuk dapat mengerti apa isi kandungan AlQur’an dan hadits. Menurut Ustadz Yuke manusia diibaratkan seperti berjalan dalam gelap tanpa tahu arah tujuannya. Untuk itu ustadz Yuke Sumeru selalu menekankan untuk membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an sebagai penerang bagi manusia. Penyampaian dakwah Ustadz Yuke Sumeru mempunyai perbedaan dengan ustadz lainnya. Dari materi utama dakwah yaitu, tauhid, syari’at, dan akhlak 9
Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010. Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010.
10
49
tersebut dibuat silabus menjadi 36 kali, terbagi ke dalam tiga bagian. Seperti iman dan taqwa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu elementery, intermediate dan advance, dari setiap bagian terdiri dari 12 kali pertemuan dikali tiga. Menurut ustadz Yuke Sumeru dalam masalah pengajian terkadang orang sering salah mendefinisikannya, padahal pengajian itu berarti mengambil hukum Allah dan rasulnya untuk merubah diri. Namun kebanyakan orang merubah dirinya tidak, pengajian hanya untuk informasi saja buat orang lain. Padahal menurutnya sudah jelas “…thalabul I’lmi fariidhatun a’la kulli muslimin wal muslimat, menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Ilmunya ini ilmu apa..!, ini yang masalahkan, ternyata di dalam hadits disebutkan, nomer satu itu kenali dulu Allah dengan benar, syari’atnya baru akhlak...”. 11 Untuk itu apapun tema dakwah yang disampaikan ustadz Yuke Sumeru, selalu merujuk terlebih duhulu kepada tauhid, syari’at, kemudian akhlak, karena apabila sudah mengenal Allah (bertauhid), maka perbuatan yang dilarang-Nya tidak akan dijalankan. Meskipun jamaah meminta tema khusus untuk dakwahnya, namun ustadz Yuke selalu memulai dakwah dari tiga materi dasar tadi, yaitu aqidah, syari’at dan akhlak. Seperti kata ustadz Yuke, ketika ibu-ibu suatu majlis ta’lim yang mengundangnya dan meminta tolong untuk menerangkan tentang ghibah, apa ayatnya, apa haditsya, dan bagaimana antipasinya. Maka ustadz Yuke menjelaskan, dia tahu tentang ayat dan hadits ghibah, kemudian asbabul nuzul dan asbabul wurudnya tahu, tetapi dia menjamin ibu-ibu tidak akan berubah, karena ghibah adanya dalam akhlak. Untuk itu ustadz Yuke akan menerangkan
11
Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010.
50
terlebih dahulu tentang akhlak. Dan akhlak tidak akan menjadi baik apabila tidak menjalankan syari’at, dan syari’at pun tidak akan dijalani apabila tidak tahu kekuatan yang membuatnya (ketauhidan kepada Allah), maka ceramanya akan dimulai dengan ketauhidan. 12
12
Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dakwah merupakan kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala sesuai dengan garis aqidah, syari’at, dan akhlak Islam. Tujuan utama dakwah yaitu mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah. Bentuk dakwah kepada manusia dapat dilakukan dengan berbagai cara, bisa melalui lisan (bil lisan), tulisan (bil qalam), dan perbuatan (bil hal). Aktivitas dakwah di artikan sebagai semua aktivitas yang berhubungan dengan keagamaan yang dilakukan seseorang dengan sadar dan sengaja yang mengarah pada mengubah seseorang atau kelompok menuju jalan Allah. Aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru merupakan kegiatan dakwah yang dilakukan ustadz Yuke Sumeru di berbagai pengajian majlis ta’lim dan pengajian keluarga. Salah satu aktivitas dakwahnya yang dilakukan ialah mengisi ceramah di majlis ta’lim al-Falaah Bintaro Jaya. Dari hasil penelitian ternyata aktivitas dakwahnya ustadz Yuke sumeru mempunyai metode dan materi dakwah tertentu, yaitu: 1. Metode dakwah yang digunakan ustadz Yuke Sumeru memakai konsep dakwah Rasul bil hal-bil lisan yaitu mempraktekan duhulu baru kemudian menyampaikan kepada orang lain. Selain itu ustadz Yuke juga memakai metode dakwah yang ada dalam al-Qur’an yaitu bil hikmah, bil mauidzah hasanah, dan mujaddalah billati hiya ahsan, disesuaikan dengan keadaan
51
52
mad’unya. Di majlis ta’lim al-Falaah dilakukan dengan mujaddalah billati hiya ahsan, namun bukan berarti berdebat, tetapi lebih cenderung kepada bertukar pikiran, baik dengan ustadznya maupun dengan sesama jamaah, sehingga pengajian menjadi lebih aktif. 2. Materi dakwah yang disampaikan ustadz Yuke Sumeru lebih menitik beratkan kepada tiga materi utama, yaitu aqidah, syari’at dan akhlak. Yang membuat beda dari ustadz lainnya, materi dakwah ustadz Yuke dibuatkan silabus, yang terbagi ke dalam tiga bagian, elememtery, entermadiet dan advance, setiap bagian 12 kali pertemuan. Kemudian dalam dakwahnya, terlebih dahulu mad’u harus mempelajari al-Qur’an, karena mengenai aqidah, syari’at, dan akhlak itu adanya dalam al-Qur’an. Untuk itu setiap kali berceramah ustadz Yuke selalu menyarankan membaca al-Qur’an setiap hari. Karena ustadz Yuke beranggapan dengan mengenal Allah dan syari’atnya, dan berakhlak baik, manusia akan selalu berada di jalan Allah.
B. SARAN-SARAN Dari penelitian yang sudah dilaksanakan, maka dengan melihat keadaan zaman sekarang, kemudian dengan beragam karakteristik mad’u, maka penulis menyarankan: 1. Kepada praktisi dakwah (da’i), sekiranya harus pandai-pandai dalam memilih metode dakwah untuk mendapatkan perhatian mad’unya. Seorang da’I tidak bisa mengeneralisir semua mad’u, metode dakwah yang dipakai harus disesuaikan dengan karakteristik mad’unya. Karena di masa
53
sekarang mad’u yang memilih da’i, kalau cocok dipakai dan kalau tidak diganti. 2. Selain itu kepada da’i dalam memberikan materi dakwah yang jangan sampai dianggap basi, meskipun intinya tetap pada aqidah, syari’at dan akhlak, tetapi dikemas dengan ilmu pengetahuan yang kontemporer. 3. Kepada para mad’u harus aktif merespon dalam menerima materi dakwah, sehingga apabila ada yang tidak dimengerti harus berani bertanya kepada da’inya. Tidak hanya menerima masukan saja meskipun tida di mengerti, harus sampai mengerti dengan apa yang disampaikan da’i, sehingga dapat memahami agama secara benar.
DAFTAR PUSTAKA Buku Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009. Anshary, Isa. Mujahid Dakwah, Pembimbing Muballigh Islam. Bandung: CV. Diponegoro, 1999. Anten, Elyas. Asli Injilizi Arabig. Mesir: Elyas Modern Press, 1951. Arifin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 1989. Arifin. Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia. Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Ar-Rafi’I, Mustofa. Potret Juru Dakwah. Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2002. Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997. Birowo, M. Antonius. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004. Daulay, Hamdan. Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik. Yogyakarta: LESFI, 2001. Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur`ân dan Terjemahnya. Bandung: CV Gema Risalah Press. tt. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1997. Cet. 9. Faizah & Effendi, Lalu Muchsin. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada Media 2006. Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997. Hasanuddin. Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Hasjmy, A. Dustur Dakwah Menurut Al Quran. Jakarta: PT. Bulan Bintang 1994.
54
55
Kriyanto, Rahmat. Tehnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Group Media, 2006. M. Dagun, Save. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997. Cet. I. Machfoeld, Ki Moesa A. Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004. Masyhur, Musthafa. Teladan di Medan Dakwah. Solo: Era Intermedia,2001. Muriah, Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka,2000. Natsir, Mohammad. Fiqhud Dakwah. Jakarta: Media Dakwah, 2009. Omar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah. Jakarta: Wijaya, 1983. Prodjokusumo, H.S. Dakwah bi al-Hal Sekilas Pandang dalamTuntunan Tablig 1. Yogyakarta: Pustaka Suara Muhammadiyah, 1997. Shaleh, Abdul Rasyad. Managenent Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1993. Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1999. Soeito, Samuel. Psikologi Pendidikan II. Jakarta: FEUI, 1982. Sogoyo dan Sogoyo, Pujiwati. Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1999. Cet. 12, Jilid. I. Suparta, Munzier dan Hefni, Harjani. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2003. Cet. ke- 2. Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Wasito, Woyo. Kamus Inggris –Indonesia. Jakarta: Cy Press, 1974. Ya`kub, Hamzah. Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership. Bandung: CV Diponogoro, 1992, Cet. ke-4. Yafie, Ali. Dakwah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jakarta: Makalah Seminar, 1992. Yakan, Muna Haddad. Hati-Hati Terhadap Media yang Merusak Anak. Jakarta: Gema Insani Press, 1998. Cet. Ke-8. Yunus, Mahmud. Kamus Arab – Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung, 1990.
56
Wawancara Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April, 15 Juni dan 2 Juli 2010. Wawancara Pribadi dengan Ibu Neti dan Ibu Yanda Ishak, jemaah majlis ta’lim al-Falaah, Jakarta. 2010.
Lampiran 1 Narasumber
: Ustadz Yuke Sumeru
Tempat/waktu : Jakarta, Juni 2010. Tanya : Kapan tertarik dengan dakwah? Jawab : emm.. 2003, mulai berdakwah, di temen-temen aja, tapi kalau di orang yang tidak tahu sama sekali ya…, tidak kenal itu mulai dari 2005, eh 2006. Tanya : Mengapa beralih dari musik ke dakwah…? Jawab : Itu satu proses karena saya mau berfikir ya, jadi musik itu setelah saya berfikir, lama-lama timbul bahwa mudhorat dan manfaatnya bagi saya lebih banyak mudhorotnya. Dan dengan proses dakwah itu menggeser mainset saya menjadi dakwah no. satu ,tapi itu ga langsung, step by step. Tanya : Hambatan apa yang dialami dalam aktivitas dakwah….? Jawab : Alhamdulillah sampai sekarang dengan izin Allah tidak ada hambatan, sama sekali. Tanya : Tapi artinya gini misalkan menghadapi jamaah…? Jawab : Ya tapi masih dalam frame saya, ada orang yang melihat dari sisi jelek saya, seperti ada kemarin ya di reuni mimpin do’a, setelah mimipin do’a temen-temen saya yang 30 tahun ga ketemu perempuan terutama, aku tidak sudi sebenernya si yuke mimpin doa, he he. Tapi ada juga orang yang tidak tahu jeleknya saya, tahu bagusnya saja. Saya bilang yang penting selalu dakwah saya bilang manusia itu tidak dilihat awalnya kata Allah. Surat aljumuah.
⌧ Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, bahwa mereka orang-orang yang dulunya kedhaliman itu di angkat menjadi orang baik oleh Allah, tapi allah melihat akhir dari kehidupan ini, tidak dilihat awalnya, kan ada ﻣﻦ آﺎن أﺧـﺮاﻟﻜﻼم ﻻ اﻟﻪ اﻻ اﷲ دﺧﻞ اﻟﺠﻨﺔ, siapa yang akhir katanya mengucap laa ilaaha illa Allah dia masuk surga. Kan kita ingin maca lailaaha illallah, harus latih terus, ga bisa lailaaha illallah di orang fasik itu ga bisa.
Tanya : Jadi gada yang perlu ditanggulangi dong…? Jawab : Ga, cuma sekarang yang mulai kerepotan itu ngatur jadwal, karena saya sendiri yang ngatur jadwal, saya yang handel, saya prinsipnya yang duluan, jadwal yang duluan tidak bisa digeser. Karena dakwahnya saya udah konsep lillahi taala’. Karena saya bisnis kan, pembisnis yang dakwah, Tanya : Jadi dakwahnya dibisnisin dong..? jawab : Bukan, saya bisnis untuk hidup, dakwahnya lillahi taala’. Tanya : Apa faktor pendukung dalam setiap aktivitas dakwah? Jawab : Saya liat jamaahnya, jadi modal saya untuk menjalankan psikologi dakwah itu lebih kuat, karena saya tau ini audiens makanannya apa, ini spageti, ini ketoprak, dan alhamdulillah 99 belum ada hambatan sama sekali. Kaya misalnya saya kepake dalam kelompok orang yang paling muda usia 74, coba kebayang ga..?, yang hubungin saya usia 74 lakilaki, tapi mereka mantan pejabat semua yang bicaranya yang masih cium pipi kanan kiri, yang masih seneng karoke dansa, saya dipanggil itu rumahnya ada kolam renangnya gede, ustadz Yuke ini ustadz no. 5 yang empat ga kepake. Interviwer
Interviwee
Atty Sulastry
Yuke Sumeru
Nama
: Yuke Sumeru
Tempat/waktu : Jakarta, Juni 2010.
Tanya : Konsep dakwah menurut ustadz pribadi itu seperti apa.? Jawab : Konsep dakwah rosul itu udah bagus, bil hal-bil hikmah. Bilhal itu kita jalanin dulu baru kita nomong sama orang dengan hikmah, dengan tidak menyinggung. Nah cara ngomongnya ini dibagi-bagi lagi, kita lihat ngomong kepada siapa….!, ngomong kepada yang ada ilmu kita pake maudzatul, kalo yang keras kepala pake debat tapi yang hikmah debatnya. Kalau orang yang tidak berilmu kita beri dengan kasih sayang. Tanya : Selama ini metode yang dipake ustadz apa saja…? Jawab : Metode dakwah saya tergantung mad’unya, karena mad’u saya dari tingkat mentri sampai ke gelandangan, ke kolong jembatan saya masuk, sampai ke pondok indah pun saya masuk, ke menrut….nya saya masuk juga itu. Jadi kita all wider lah…, jadi kita lihat, kita ngomong sama siapa kita pake bahasa bilhikmah buat dia gitu…!. Tanya : Kalau misalkan diklasifikasikan bilhikmah, bilmauidzah dan bil mujadalah kepada siapa saja? Jawab : Yang bil hikmah itu kebanyakan saya ee..apa, hikmah itukan tidak menyudutkan dia ya….!, orang-orang yang ekonominya di bawah, kemudian usianya lanjut, yang hikmah itu dan ilmunya sedikit gitu…!, kalau mauidzatul itu kita lihat buat orang-orang yang memang dia atensinya mau belajar gitu, kan menghadapi pelajaran agama itu ada yang sisa waktu, ya sambil nunggu anak sekolah, kalau libur ikut libur kan lain tuh, ada orang yang bener-bener mau belajar ya, nah orangorang yang bener-bener mau belajar kemudian kehidupan ekonominya itu midle up, jadi dia cukup, nah itu pake mauidzatul, dia ada waktu untuk belajar, kalau bicara di tempat pemulung saya harus bawa duit, kasih duit dulu baru saya ngomong. Mungkin kalau yang mujadallah itu menghadapi orang-orang yang kebanyakan orang islam sendiri yang merasa dirinya lebih baik, kan adakan kalau tidak begini salah harus begini, saya bilang itu teori iblis, ana khairum minhu itu teori iblis aku
lebih baik dari kamu. Jadi ini sekarang dalam program bulan ini saja, mendamaikan empat kelompok di Mesjid, Masjid Jami’ lo, Bogor, BSD, Bintaro dan Depok. Jadi orang memperdebatkan seperti ini orang yang tua yang sudah ratusan tahun dia ada Yasinan malem jum’at, ada tahlil, dateng kelompok anak muda yang mau belajar tapi dia tidak hikmah dia bilang itu bid’ah, itu tidak boleh tidak ada dasarnya itu haram…!, dia tidak terima. Nah dengan ini saya menengahi, alhamdulillah dengan izin Allah manfaatnya jadi saya suruh ngajarin mereka, jadi melihat sisi positifnya semua, jadi saya bedakan antara orang berbuat baik sama ibadah, itu yang tua ngerti yang anak-anak ngerti, jadi gini kalau ibadah kan harus jelas ada contohnya dari rasul terus ikhlas jadi naik dia, tapi kalau tidak ada contohnya…, janganlah pake bahasa bid’ah, apa..? pakelah bahasa yang lebih santun, dia berbuat baik tapi tidak ada contonya, lainkan berbuat baik dan ibadahkan…!, dia berbuat baik yaudah jangan dikategorikan keibadah, saya bilang gitu. Nah saya tanya orang Yasinan jadi kafir ga, orang tahlilan jadi kafir ga..?, ga kan…! Kalau antum itu merasa dirinya baik semua, itu kalau penempatan memberikannya tidak dengan hikmah ibarat makanan enak, ditaroh di piring plastik ngasihnya dilempar, kira-kira mau dimakan ga coba..?. Tanya : Kalau bentuk dakwah bil lisan itu ceramah ya...? Jawah : Iya, cuma mungkin yang bikin saya beda ya dengan ustadz lain, saya itu pake silabus, adi saya bikin 36, iman taqwa itu ada elementer, entermadiat dan advan. Ini ada tiga kali 12 pertemuan, kemudian pengajian ini orang salah sering definisinya kalau menurut saya, pengajian itukan mengambil hukum Allah dan rasulnya untuk merubah diri, nah ini merubah dirinya engga cuma untuk informasinya aja kebanyakan, terus apa yang harus dikerjain dulu, jadi kalau kita mau ke Z itukan harus ke A dulu, nah A nya ini pada ga tau mana dulu yang dikerjain, kan tholabul ilmi faridhatun a’la kulli muslimin wal muslimat, menunutut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan, ilmunya ini ilmu apa..!, ini yang masalahkan, ternyata di asbabul wurud hadis disebutkan, nomer 1 kenali dulu Allah denga benar, syari’atnya
baru akhlak. Makanya ibu-ibu yang mengundang saya ustadz tolong terangin soal ghibah, apa ayatnya, hadisya, terus antipasinya, saya bilang gini, saya ngomong ghibah tau ayatnya, hadisnya tau, asbabul wurud dan nuzulnya tau, tapi saya jamin ibu ga berubah karena adanya itu diakhlak, ghibah itu adanya di akhlak dan akhlak tidak akan jadi baik kalau tidak menjalankan syari’at, syari’at ini tidak akan dijalanin kalau tidak tahu kekuatan yang bikinnya. Kayak sekaran ibu-ibu naik minyak goreng berani ke gedung istana coba jaman pak Harto berani ga, karena tahu dia ditangkap kalau begini. Nah kalu tahu Allah benar-bener ga berani kita, nah kalau kenalnya remeng-remeng nah ini, lagi susah aja begini, tapi begitu everything oke, nanem aja....he he. Tanya : Jadi materi dakwah itu apa dulu...? Jawab : Tauhid, tauhid itukan adanya dalam Qur’an, di luar Qur’an ga ada kita mau kenal Allah dari mana kalau tidak dari Qur’an. Ketika Qur’an makenya tidak tepat, itu tidak signifikan merubah orangnya karena saya merasakan. Saya kasih contoh gini kita baca Qur’an itu ada dua, secara kultur dan syariat, secara kultur bacanya surat Yasin hari kamis- hari jum’at nah itu kebudayaankan, salah ga itu, ga salah, cuma seperti make motor ke Bogor gigi satu, kira-kira jebol ga…?, karena saya bilang Qur’an itu untuk dibaca, dipahami, diamalhan didakwahkan, jadi ga over lap. Tanya : Kenapa ustadz lebih tertarik kedawah? Jawab : Islam itukan secara sistem kayak MLM, jadi saya ngajak berbuat baik, situ berbuat baik saya dapet pahala, kan saya banyak dosa nih, saya harus banyak nanam di orang, he…dakwahnya saya ga pilih-pilih kemana saja, untuk latihan dulu mata duitan segalanya pake duit sekarang disuruh ikhlas, emang gampang bu…!he he…! Tanya : Jadi yang ngatur materi dakwah itu ustadz sendiri.? Jawab : O Bikin sendiri, cuma saya belajar psikologi dakwah, kita kalau orang level begitu itu ngomong apa.., kita tahu, ternyata untung saya belajar psikologi dakwah ya…jadi ga mengeneral semua mad’u. Jadi kita ngomong berdasarkan mad’u, seperti di Lebak Bulus dan Tanah Sereal,
kan ada banyak ustadz DKMnya bilang ustadz ini minta istiqomahnya sebulan dua kali deh, cocok sama ustadz semua, kenapa….? Saya bilang, karena yang bawa duit Ustadz Yuke katanya..he he. Bawa duit diamplopin baru denger, jangan di ajarain sabar udah kelamaan sabarnya…! Tanya : Tapi yang paling penting dalam materi dakwah itu apa.? Jawab : Jadi kalau buat saya, dari sekema saya ya…, yang pasti mengenal Allah, tapikan harus lewat Qur’an tadi saya bilang, makanya saya kasih pandangan jamaah itu kira-kira kalau baca Qur’annya seminggu sekali yang dibaca surat Yasin terus kenal ga sama Allah…?, ga bakal kan…!, sekarang kita ganti berdasarkan syari’at, 1. Qur’an itu buat orang bertaqwa kalu kita megkondisikan diri kita bertaqwa ada konsekuensi menjadikan Qur’an itu mauidzatul pelajaran, pelajaran itu setiap hari jadi punya tiga aspek 1. Qur’an terjemah harus punya sendiri, jadi suami istri harus punya, yang kedua pelajaran itu harus ada time timeli, tidak ada pelajaran itu suka-suka waktunya, jadi kita harus punya prame time, misalkan 9 malem harus ketemu Qur’an apapun yang terjadi, jadi bukan sisa waktu, yang ketiga pelajaran itu harus ada terjemahannya, supaya uthlu-uthlu itu membaca tapi sampai kehati, kalau iqra cuma membaca mata, jadi membaca sampi ke hati hingga bergetar karena paham, saya tawarkan bisa ga tiga hari, kenapa tiga hari…, barang siapa berbuat kebaikan tiga hari kali sepuluh, tiga hari kali sepuluh berapa 30, sama dengan satu bulan, tapi tidak boleh putus, ternya ada yang bisa berhasil. Al-Qur’an dulu diluruskan, punya sendiri, terjadwal, punya artinya dan dari depan, selembar sehari saya suruh.
Interviwer
Interviwee
Atty Sulastri Yusuf
Yuke Sumeru