MANAJEMEN PEMASARAN PROGRAM TA’MIN TA’AWUNI BMT BINTARO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
OLEH : ALVINASIH NOOR SIAMI NIM: 109046100090
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
MANAJEMEN PEMASARAN PROGRAM TA’MIN TA’AWUNI BMT BINTARO
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh Alvinasih Noor Siami NIM: 109046100090
Dibawah Bimbingan: Pembimbing
Siti Hanna, Lc, MA NIP. 197402162008012013
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi
berjudul
“MANAJEMEN
PEMASARAN
PROGRAM
TA’MIN
TA’AWUNI PADA BMT BINTARO” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Januari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada program studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 21 Januari 2014 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
PANITIA SIDANG MUNAQASYAH 1. Ketua
: Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (....................................) NIP. 197107011998032002
2. Sekretaris
: Mu’min Rauf, S.Ag, MA NIP.197004161997031004
(....................................)
3. Pembimbing : Siti Hanna, Lc, MA NIP 197402162008012013
(....................................)
4. Penguji 1
: Djaka Badranaya, SEI, M.E NIP. 197705302007011008
(....................................)
5. Penguji 2
: Ahmad Chairul Hadi, MA NIP. 197205312007101002
(....................................)
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Januari 2014
Alvinasih Noor Siami
iv
ABSTRAK
Alvinasih Noor Siami. 109046100090. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014. Kesadaran urusan asuransi kesehatan, rata-rata lebih dimiliki oleh kalangan menengah keatas, sebab mereka yang telah sadar memasuki lingkaran proteksi asuransi jiwa kesehatan itu, tentulah orang-orang yang sudah memiliki dana lebih besar dari menutup biaya hidup bulanan atau tahunan. Sedangkan pada masyarakat Indonesia yang relatif rendah pada kalangan menengah kebawah, asuransi adalah mustahil bagi mereka. Karena semua penghasilan mereka habis di kebutuhan primer (sementara asuransi adalah kebutuhan tersier). Padahal masalah sakit tidak ada yang tahu dan dapat menimpa semua orang baik kaya maupun miskin. BMT Bintaro adalah salah satu badan usaha berbentuk koperasi jasa keuangan syariah yang sesuai dengan pemahaman salaful ummah. BMT Bintaro memiliki produk unggulan yaitu program ta’min taawuni yang merupakan akad hibah yang pada dasarnya bertujuan untuk saling tolong-menolong meringankan beban kerugian, dan ikut andil menanggung penderitaan saat terjadi musibah. Program ta’min taawuni adalah layanan bantuan biaya pengobatan atau perawatan yang dikelola oleh koperasi BMT Bintaro yang memberikan kontribusi tabarru Tujuan penelitian ini ada tiga, yaitu: (1) Untuk mengetahui konsep dan prosedur program ta’min ta’awuni (2) Untuk mengetahui manajemen pemasaran (3) Untuk menganalisis kesesuaian syariah berdasarkan fiqh muamalat dan Fatwa DSN-MUI. Manajemen pemasaran BMT Bintaro belum dilakukan secara optimal sehingga berdampak pada program ta’min ta’awuni yang hingga kini belum banyak dikenal masyarakat. BMT Bintaro seharusnya membuat suatu komunitas dalam daerah tertentu untuk mengumpulkan anggota ta’min dan bukan untuk perorangan. Program ta’min ta’awuni telah sesuai dengan kaidah Fiqh Muamalat dan Fatwa DSNMUI Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif analisis. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kulitatif. Teknik pengumpulan melalui Library Research dan Field Research. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi. Teknik analisis data dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif. Kata kunci: Asuransi Kesehatan, Ta’min Ta’awuni, Manajemen Pemasaran
Pembimbing: Siti Hanna, Lc, MA Daftar Pustaka: 1981 –2013. v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim Alhamdulillahirabbil ‘alamiin. Segala puji dan syukur hanya kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya serta pertolongan-Nya yang tiada terhingga kepada semua makhluk-Nya,
khususnya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah keharibaan baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya kepada jalan kebesaran hingga yaumil qiyamah. Perkenankan penulis
berterimakasih
kepada
pihak-pihak
yang telah
memberikan bantuan, motivasi serta masukan terhadap penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, diantaranya: 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Euis Amalia M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. H. Mu’min Rouf, M.Ag., Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Siti Hanna, Lc, MA. Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
vi
5. Bapak Irfan Wajidi, selaku bendahara BMT Bintaro yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi kepada penulis. 6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu dan akhlak yang tidak ternilai harganya. 7. Segenap staff akademik dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Orang tua tercinta dan tersayang yang telah memberikan doa dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Adikku tersayang Adam yang selalu bersedia membantu dalam transportasi. 10. Sahabat-sahabat terdekat penulis: Siti, Tika, Anggi, Fani yang selalu memberikan support kepada penulis dalam penyelesaian skripsi. 11. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat penulis. Terimakasih dan semoga masukan dan bantuannya di catat oleh Allah sebagai pahala disisi-Nya. Amiinn
Jakarta, 1 Januari 2014
ALVINASIH NOOR SIAMI
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................................. .i HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................. ii PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................iv ABSTRAK .................................................................................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................................vi DAFTAR ISI .............................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 6 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................................... 6 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 7 E. Review Studi Terdahulu ............................................................................. 8 F. Kerangka Teori dan Konseptual................................................................ 11 G. Metode dan Penelitian ............................................................................... 12 H. Sistematika Penulisan ............................................................................... 15
viii
BAB II ASURANSI SYARIAH & MANAJEMEN PEMASARAN ..................... 16 A. Asuransi 1. Pengertian Asuransi ............................................................................ 16 2. Dalil-Dalil Asuransi Haram ................................................................ 17 B. Asuransi Syariah 1. Pengertian Asuransi Syariah ............................................................... 20 2. Dalil-Dalil Asuransi Syariah ............................................................... 23 3. Akad dalam asuransi syariah ............................................................... 24 4. Prinsip dasar asuransi syariah ............................................................. 24 C. Strategi Pemasaran
1. Pengertian strategi pemasaran ............................................................. 28 2. Konsep Strategi Pemasaran ................................................................. 29 3. Konsep Pemasaran dalam Islam.......................................................... 30 4. Perumusan Strategi Pemasaran ........................................................... 31 a. Strategi Pasar Yang Dituju ............................................................. 31 b. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ............................................... 32
BAB III GAMBARAN UMUM BMT BINTARO .................................................. 36 A. Profil BMT Bintaro...................................................................................................... 36 B. Sejarah Singkat BMT Bintaro ..................................................................................... 37 C. Visi dan Misi ............................................................................................................... 39 D. Prinsip Operasional .................................................................................................... 39
ix
E. Produk-Produk BMT Bintaro ...................................................................................... 41 F. Struktur Organisasi .................................................................................................... 46
BAB IV ANALISA PROGRAM TA’MIN TA’AWUNI BMT BINTARO .......... 49 A. Mekanisme Program Ta’min Ta’awuni ...................................................................... 50 1. Prosedur Ta’min Ta’awuni................................................................................... 50 2. Akad Disetujui...................................................................................................... 51 3. Pengelolaan Dana ................................................................................................ 52 4. Syarat Pengajuan Dana........................................................................................ 53 5. Klaim .................................................................................................................... 53 6. Prinsip Asuransi Syariah BMT Bintaro ................................................................. 54 B. Pelaksanaan Strategi Pemasaran Program Ta’min Ta’awuni..................................... 55 C. Peluang dan Tantangan Program Ta’min Ta’awuni ................................................... 58 1. Peluang ................................................................................................................ 58 2. Tantangan ............................................................................................................ 59 D. Kesesuaian Syariah..................................................................................................... 59 1. Akad Ta’min Ta’awuni ......................................................................................... 59 2. Pengelolaan Dana ................................................................................................ 61
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................................. 65 B. Saran .......................................................................................................................... 66
x
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 67 LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sedia payung sebelum hujan. Pepatah lama ini memang sangat penting untuk diterapkan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Semua
orang
memang
harus
mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi. Jadi saat hujan benar-benar turun, kita sudah punya payung untuk melindungi diri dari guyuran hujan. Dalam kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan pada kemungkinan terjadinya musibah dan bencana yang dapat menyebabkan hilang atau berkurangnya ekonomi seseorang. Segala musibah dan bencana merupakan ketentuan Allah SWT, namun manusia wajib berikhtiar melakukan tindakan antisipasi untuk memperkecil risiko yang timbul.1 Bukan perkara yang sukar apabila masa depan diisi dengan keberuntungan, namun kontras apabila yang terjadi adalah kemalangan, kerugian, jatuh sakit, dan lainnya. Pastinya tidak ada yang rela menanggung risiko hidup ini. Sehat adalah anugrah yang tak ternilai harganya, sebab dengan tubuh dan jiwa yang sehat, seseorang bisa menikmati hidup secara sempurna. Umumnya orang menyadari ketika umurnya bertambah kala itu biasanya orang terdorong 1
Cacan S. Agis, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, Edisi Revisi, (Jakarta:Trendi, PT. Syarikat Takaful Indonesia, 2005),h.9
1
2
memelihara kesehatan.2 Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, biasanya biaya yang dikeluarkan terkadang tidak kecil dan di luar jangkauan. Perencanaan biaya untuk di masa akan datang sangat diperlukan, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Mengelola risiko merupakan suatu upaya yang ditempuh agar seseorang dapat selalu dalam keamanan dan hidup tentram. Akan tetapi, kebanyakan orang takut menanggung risiko dan kemampuan kita mengelak atau lari dari risiko, maka ditemukan risiko lainnya.3 Salah satu upaya untuk menekan biaya pelayanan kesehatan adalah lewat asuransi. Asuransi syariah adalah kesepakatan sekelompok orang yang menghadapi risiko tertentu untuk mengurangi dampak risiko yang terjadi, dengan cara membayar kewajiban atas dasar hibah yang mengikat, sehingga menghimpun dana tabarru’. Dana ini memiliki tanggungan sendiri yang digunakan untuk membayar ganti rugi para peserta asuransi syari’ah atas risiko yang terjadi, sesuai dengan ketentuan yang disepakati.4 Kesadaran urusan asuransi kesehatan, rata-rata lebih dimiliki oleh kalangan menengah keatas, sebab mereka yang telah sadar memasuki lingkaran proteksi asuransi jiwa kesehatan itu, tentulah orang-orang yang sudah memiliki dana lebih besar dari menutup biaya hidup bulanan atau tahunan. Ketimbang biaya proteksi
2
Sudirman Tebba,Sehat Lahir Batin, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005),h.21 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997) Edisi ke1,h.3 4 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer,(Bogor: PT. Berkat Mulia Insani, 2013),h. 246 3
3
saja, tentu lebih optimal jika sumber dana itu juga sekaligus dibagi ke dalam investasi yang memberikan hasil. Sedangkan pada masyarakat Indonesia yang relatif rendah pada kalangan menengah kebawah, asuransi adalah mustahil bagi mereka. Karena semua penghasilan mereka habis di kebutuhan primer (sementara asuransi adalah kebutuhan tersier). Padahal masalah sakit tidak ada yang tahu dan dapat menimpa semua orang baik kaya maupun miskin. Soal asuransi mikro, Firdaus Djaelani selaku Kepala Ekselutif Pengawa OJK bidang Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) mengaku pelakunya masih sedikit. Di satu sisi, peluang pengembangannya masih cukup terbuka. Karena hingga saat ini asuransi mikro masih sangat kecil, yaitu 2 persen dari total industri.5 Tidak adanya perlindungan atas risiko keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah berpotensi mendorong masyarakat jatuh ke dalam kemiskinan apabila terjadi musibah. Melihat permasalahan yang terjadi, maka dirasakan perlu adanya lembaga keuangan non bank yang dapat menjangkau kebutuhan masyarakat. Pada kondisi demikianlah, BMT memposisikan diri, dengan tujuan untuk membantu masyarakat ekonomi lemah baik itu dalam bentuk simpanan maupun dalam bentuk pinjaman tanpa harus memberatkan masyarakat. Kehadiran Baitul Mal Wa Al-Tamwil yang disingkat BMT, dalam pedoman Bahasa Indonesia adalah Balai Usaha Mandiri
5
Harian Terbit, “Dianggap Mahal Asuransi Mikro Masih Minim“, artikel diakses pada 18 Oktober 2013 dari http://www.harian terbit.com/2013/10/18/dianggap-mahal-asuransi-mikro-masih-minim/
4
Terpadu, merupakan lembaga keuangan syariah yang tumbuh seiring dengan perkembangan lembaga keuangan maupun keuangan syariah lainnya di Indonesia. Baitul Mal wa Al-Tamwil (BMT) adalah salah satu lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan landasan sistem syariah.6 Pada sisi birokrasi, BMT berupaya menyerhanakan, demikian pula aspek jaminan. Jaminan bukan syarat pokok seseorang memperoleh pembiayaan (pinjaman) akan tetapi kepercayaan yang sudah dijalani, menjadi syarat pokok bekerjasama dengan BMT. Selain itu, BMT juga dilengkapi dengan kegiatan Baitul Mal yang lebih bersifat sosial. Ini berarti secara kelembagaan BMT merupakan lembaga sosial dan komersial. Sebagai lembaga sosial BMT menghimpun dana dari zakat, infaq, shadaqah (ZIS), hibah, dan sebagainya, yang kemudian disalurkan kepada mereka yang dananya berasal dari simpanan, khususnya simpanan untuk kesehatan. BMT Bintaro adalah salah satu badan usaha berbentuk koperasi jasa keuangan syariah yang sesuai dengan pemahaman salaful ummah. BMT Bintaro memiliki produk unggulan yaitu program ta’min ta’awuni. Program ta’min ta’awuni (asuransi kooperatif) merupakan akad hibah yang pada dasarnya bertujuan untuk saling tolong-menolong meringankan beban kerugian, dan ikut andil menanggung penderitaan saat terjadi musibah. Program ta’min ta’awuni adalah layanan bantuan biaya pengobatan atau perawatan yang dikelola oleh koperasi BMT Bintaro yang memberikan kontribusi tabarru. Tujuan dari program 6
M. Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, (Jakarta: LSAF, 1999)
5
ini adalah membantu para peserta jika mengalami sakit/dirawat dan membutuhkan biaya pengobatan/perawatan hingga Rp 2.000.000 per peserta dalam periode 3 bulan. Program ta’min taawuni merupakan bentuk penyederhanaan dari asuransi yang biasa dipakai kalangan menengah ke atas. Karena program ini hanya mewajibkan kepada calon peserta untuk membayar infaq program sebesar Rp 100.000 dengan masa kepersetaan per-3 bulan dan bisa mempunyai peluang mendapatkan bantuan biaya kesehatan hingga Rp 2.000.000. Dengan biaya infaq yang murah ini diharapkan bisa menjangkau kalangan menengah ke bawah untuk mendapatkan asuransi kesehatan. Program ta’min taawuni merupakan program yang sangat diharapkan oleh banyak orang terutama bagi masyarakat yang belum mampu mendapatkan asuransi. Asuransi yang notabenenya lebih banyak dimiliki oleh perusahaan besar, saat ini di lembaga keuangan mikro seperti BMT khususnya BMT Bintaro juga mempunyai produk asuransi. Karena program asuransi belum begitu banyak di BMT, maka diperlukan penelitian yang lebih dalam lagi untuk mengetahui kejelasan managemennya terutama dalam hal pemasarannya agar lebih dikenal masyarakat. Berdasarkan pemikiran diatas, maka saya tertarik untuk mengangkat masalah ini dengan judul “MANAJEMEN PEMASARAN PROGRAM TA’MIN TA’AWUNI PADA BMT BINTARO”.
6
B. Identifikasi Masalah Dari tema yang telah diambil penulis, ada beberapa hal yang terkait didalamnya yang akan penulis teliti, yaitu: 1. Mekanisme program ta’min ta’awuni dalam bantuan biaya pengobatan. Dalam suatu kegiatan muamalah, akad yang harus digunakan harus jelas agar tidak merugikan salah satu pihak. 2. Pengelolaan dana tabarru yang didapat dari kontribusi peserta tabarru 3. Proses pengajuan klaim yang dilakukan oleh peserta program ta’min ta’awuni. 4. Manajemen pemasaran program ta’min ta’awuni kepada masyarakat. 5. Manajemen resiko apabila terjadi kekurangan dana tabarru 6. Kesesuaian program ini dengan kaidah fiqh muamalat. Apabila program ini tidak bertentangan dengan fiqh muamalat, maka program ini bisa diteruskan. Begitupula sebaliknya, apabila bertentangan maka program ini tidak bisa dilanjutkan.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan tema penilitian yang diambil penulis masih terlalu luas, sehingga penulis membuat pembatasan masalah agar penilitian menjadi spesifik dan terarah. Oleh karena itu, penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan pada BMT Bintaro yang beralamat di Jl. Bintaro Utama Blok F 2 no 5 Bintaro Sektor 2, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
7
2. Penelitian dilakukan untuk mengetahui prosedur, strategi pemasaran,dan kesesuaian fiqh muamalat program ta’min ta’awuni. 3. Penelitian ini berdasarkan Fatwa DSN MUI No.21 (Pedoman Asuransi Syari’ah), No. 52 (Akad Wakalah bil Ujroh Pada Asuransi Syariah) dan No. 53 (Akad Tabarru Pada Asuransi Syariah). Dari pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep/prosedur program ta’min ta’awuni pada BMT Bintaro? 2. Bagaimana manajemen pemasaran program ta’min ta’awuni yang diterapkan BMT Bintaro? 3. Apa kekuatan dan kelemahan strategi pemasaran program ta’min ta’awuni yang diterapkan BMT Bintaro? 4. Bagaimana perspektif fikih terhadap program ta’min ta’awuni di BMT ini? D. Tujuan dan Manfaat Penelitiaan 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk menguraikan mekanisme/prosedur program ta’min ta’awuni b. Untuk mengetahui manajemen pemasaran program ta’min ta‘awuni c. Untuk mengetahui peluang dan tantangan dari penerapan strategi pemasaran yang dilakukan BMT Bintaro. d. Untuk menganalisis program ini dalam perspektif fiqh muamalat.
8
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai program ta’min ta’awuni khususnya mengenai masalah diatas. b. Bagi institusi untuk membantu menjelaskan mekanisme program dan sebagai pertimbangan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan sistem yang telah dilakukan. c. Bagi masyarakat memberikan informasi mengenai mekanisme penerapan program ta’min ta’awuni
E. Review Studi Terdahulu
No Studi Terdahulu 1 a. Judul
b. Fokus
Studi Terdahulu Penyelesaian Klaim Asuransi Kesehatan Kumpulan Untuk Penanganan Circumsisi. Penulis: Fitri Ristiani Badri (Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum). Skripsi ini membahas mengenai prosedur, pengajuan, dan penyelesaian klaim penanganan circumsisi
Rencana Skripsi Manajemen Pemasaran Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro.
Skripsi ini membahas mengenai manajemen asuransi syariah pada BMT yaitu mengenai mekanisme /prosedur, manajemen pemasaran, dan kesesuaian fiqh muamalat program ta’min ta’awuni.
9
2
c. Metode Penelitian
Skripsi ini menggunakan jenis metode kualitatif dengan penelitian deskriptif dan pendekatan survey, wawancara dan documenter.
d. Waktu dan tempat
Penelitian dalam skripsi ini Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada tahun 2012 di dilakukan pada tahun 2013 di PT. BNI Life Insurance Pusat BMT Bintaro. Unit Syariah.
a. Judul
Analisis SWOT Sistem Klaim Pada Asuransi Kesehatan Syariah Penulis: Azzah Fadilatul Maisah (Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum). Membahas analisis SWOT, jenis-jenis klaim asuransi kesehatan individu dengan system reimbusement dan sistem profider.
b. Fokus
c. Metode Penelitian
d. Waktu dan Tempat
Skripsi ini menggunakan jenis metode kualitatif dengan penelitian deskriptif dan pendekatan survey, wawancara dan documenter.
Manajemen Pemasaran Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro
Skripsi ini membahas mengenai manajemen asuransi syariah pada BMT yaitu mengenai mekanisme /prosedur, manajemen pemasaran, dan kesesuaian fiqh muamalat program ta’min ta’awuni. Skripsi ini menggunakan jenis metode kualitatif dengan penelitian deskriptif dan pendekatan survey, wawancara dan dokumenter.
Metode deskriptif dengan pendekatan Mix Research (penelitian campuran) yaitu dengan Library Research ( penelitian dengan bahan pustaka yang relevan) dan Field Research ( meneliti data dengan melihat langsung fenomena yang ada dan terjadi di lapangan). Penelitian dalam skripsi ini Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada tahun 2012 di dilakukan pada tahun 2013 di PT. Prudential Life BMT Bintaro. Assurance.
10
3
a. Judul
b. Fokus
c. Metode Penelitian
d. Tempat dan waktu
4
a. Judul
b. Fokus
Strategi Pemasaran Berdasarkan Prinsip Syariah Dalam Meningkatkan Permintaan Produk Koperasi BMT Bintaro. Penulis: Nisa’ul Khasanah (Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum) Untuk mengetahui strategi yang digunakan untuk mempertahankan produk unggulan yang kompetitif.
Skripsi ini menggunakan jenis metode kualitatif dengan penelitian deskriptif dan pendekatan survey, wawancara dan dokumenter. Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada tahun 2011 di BMT Bintaro. Produk Kavling Tanah Pada BMT Al-Kautsar. Penulis: Reny Syukrillah (Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum) Skripsi ini membahas mekanisme dan prosedur produk kavling tanah dan menganalis SWOT untuk perencanaan masa depan.
Managemen Pemasaran Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro.
Skripsi ini membahas mengenai manajemen asuransi syariah pada BMT yaitu mengenai mekanisme /prosedur, manajemen pemasaran, dan kesesuaian fiqh muamalat program ta’min ta’awuni. Skripsi ini menggunakan jenis metode kualitatif dengan penelitian deskriptif dan pendekatan survey, wawancara dan dokumenter. Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada tahun 2013 di BMT Bintaro. Manajemen Pemasaran Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro.
Skripsi ini membahas mengenai manajemen asuransi syariah pada BMT yaitu mengenai mekanisme /prosedur, manajemen pemasaran, dan kesesuaian fiqh muamalat program ta’min ta’awuni.
11
c. Metodelogi Penelitian Skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif dan metode pengumpulan data dengan cara observasi. d. Waktu dan Tempat
Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan survey dan deskriptif analisis.
Penelitian dalam skripsi ini Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada tahun 2011 di dilakukan pada tahun 2013 di BMT Al-Kautsar Cabang BMT Bintaro. Bekasi Timur.
F. Kerangka Teori dan Konseptual
Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro
Manajemen Pemasaran
Mekanisme program
Analisa Kesesuaian Syariah
Fiqh Muamalat Fatwa DSN
Sesuai
Tidak Sesuai
Solusi
12
Dalam program ta’min ta’awuni, akan diteliti bagaimana mekanisme atau prosedur dan manajemen pemasaran. Setelah mengetahui kedua aspek tersebut, maka akan dianalisis kesesuaian syariahnya yang berlandaskan pada kaidah fiqh muamalat dan Fatwa DSN. Apabila telah sesuai dengan peraturan yang ada maka penulis akan merekomendasikan program ini kepada masyarakat bahwa program ta’min ta’awuni ini
baik
untuk
dipilih masyarakat
terutama
yang belum
mampu untuk
mengasuransikan kesehatannya di perusahaan asuransi besar dengan harga yang sangat terjangkau. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu penulis menggambarkan permasalahan data-data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan. Dengan metode analisis ini, penulis mengumpulkan dan memaparkan data terlebih dahulu yang telah diperoleh dari hasil interview di lapangan kemudian menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber yang tertulis yang didapatkan dari teori di perpustakaan. Dalam metode penelitiannya, skripsi ini menggunakan pendekatan Mix Research (penelitian campuran, yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti data-data dengan cara menggabungkan dua metode penelitian atau lebih. Adapun kedua metode itu adalah: Pertama, Library Research, yaitu
13
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti data-data dengan cara mempelajari, mengkaji, dan meneliti bahan-bahan pustaka yang relevan. Kedua, Field Research, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti data-data dengan cara melihat langsung fenomena yang ada dan terjadi di lapangan. Penelitian ini juga menggunakan teknik observasi dan wawancara agar mampu memperkuat data-data yang diteliti. 2. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini, dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: a. Data Primer Merupakan data yang didapat dari sumber pertama yaitu hasil wawancara yang dilakukan langsung kepada objek penelitian.7 Dengan teknik pengumpulan data dari para karyawan terkait mengenai program ta’min taawuni di BMT Bintaro. b. Data Sekunder Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer. Data yang telah didapat dari hasil observasi, wawancara, literatur-literatur kepustakaan, dan dokumentasi yang berkaitan dengan materi penelitian ini.
7
Dergibson Siagian dan Sugiarto, Metode Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000),h.16
14
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam penelitian ini oleh penulis diantaranya adalah dengan wawancara agar mampu mendapatkan informasi yang tepat antara teori yang didapat dengan praktek yang ada di lapangan.Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab kepada petugas dan pegawai yang terlibat perihal program ta’min ta’awuni. 4. Teknik Analisis Data Seluruh data yang penulis peroleh baik dari observasi, wawancara dan literature-literatur yang ada mengenai materi penelitian, akan diolah dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif. Hal ini karena data yang didapat akan berupa kata-kata dan angka-angka yang akan diolah menjadi suatu kesimpulan. 5. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah BMT Bintaro yang terletak di Jl. Bintaro Utama Blok F 2 no 5 Bintaro Sektor 2, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. 6. Teknik Penulisan Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2012.
15
H. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan pembahasan skripsi ini, penulis mengurutkan permasalahannya menjadi 5 bab, yaitu: BAB I Pendahuluan, yaitu meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori dan kerangka konsep, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Asuransi Syariah dan Manajemen Pemasaran, yaitu meliputi tinjauan teoritis mengenai tentang asuransi syariah, dan manajemen pemasaran. BAB III Profil BMT Bintaro, meliputi sejarah singkat berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, dasar legalitas, serta cakupan usahanya. BAB IV Analisa Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro, yaitu menjelaskan tentang mekanisme, manajemen pemasaran, analisis program, serta analisis kesesuaian syariah. BAB V Penutup, yaitu meliputi kesimpulan dari penelitian ini dan memberikan saran-saran yang dapat dijadikan masukan.
BAB II ASURANSI SYARIAH DAN MANAJEMEN PEMASARAN
A. Asuransi 1. Pengertian Asuransi Kata asuransi berasal dari bahasa Belanda assurantie, dan di dalam bahasa hukum Belanda dipakai kata verzekering. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut Insurance.1 Kata tersebut kemudian disalin dalam bahasa Indonesia dengan kata pertanggungan. Dari peristilahan assurantie kemudian timbul istilah assuradeur bagi penanggung, dan geassureerde bagi tertanggung.2 Dalam bahasa Arab, asuransi digunakan istilah at-ta‟min, penanggungnya disebut mu‟ammin, dan tertanggung disebut dengan musta‟min.3 Asuransi adalah sebuah mekanisme perpindahan risiko yang oleh suatu organisasi dapat diubah dari tidak pasti menjadi pasti. Pertukaran kerugian tidak pasti dengan kerugian pasti, seperti diterapkan dalam asuransi konvensional masuk dalam ruang lingkup pengertian gharar dan tidak diperbolehkan dalam Islam.4
1
John M. Echols dan Hasan Syadiliy, Kamus Inggris-Indonesia ,(Jakarta: Gramedia, 1990), h.326 Worjono Projodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia ,(Jakarta: PT. Intermasa, 1981), h. 1 3 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial ,(Bandung: Mizan, 1884), h. 205 4 Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik , (Jakarta: Gema Insani Press, 2005),h. 4-5 2
16
17
Sistem proteksi atau asuransi dibenarkan sejauh telah memenuhi syaratsyarat lain dalam konsep muamalat secara Islami. Dalam konsep muamalat secara Islami setidaknya ada beberapa hal yang jelas diharamkan, yaitu adanya unsur gharar (ketidakjelasan dana), maisir (judi/gambling), riba, barang haram dan perbuatan maksiat. Pada tahun 1985 para ulama Islam sedunia yang berada di bawah OKI dalam konfrensi ke II di Jeddah sepakat mengeluarkan keputusan No. 9 (9/2) 1985, yang berbunyi, “Transaksi asuransi dengan premi tertentu yang diselenggarakan oleh perusahaan asuransi merupakan transaksi dengan tingkat gharar (spekulasi) tinggi. Hal ini membuat hukum transaksi asuransi batal (menurut syariat). Oleh karena itu, transaksi ini diharamkan Islam“ 2 . Dalil-Dalil Asuransi Haram Keputusan lembaga-lembaga fatwa Internasional yang mengharamkan asuransi didasarkan kepada dalil-dalil berikut:5 a. Polis asuransi termasuk dalam akad tukar-menukar uang dengan uang (sharf). Akad asuransi ini mengandung gharar (ketidakjelasan) tingkat tinggi. Pihak tertanggung, pada saat akad tidak tahu berapa jumlah premi yang harus ia bayar, karena jika terjadi kerugian yang dipertanggungkan
5
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Bogor: PT. Berkat Mulia Insani, 2013), h. 240-242
18
setelah pembayaran premi pertama, maka akad langsung berakhir dan pihak tertanggung terus membayar premi hingga waktu yang telah disepakati. Tingkat gharar dalam polis asuransi sangat tinggi, dan Nabi shalallahu „alaihi wa sallam telah mengharamkan tukar-menukar (jual beli) yang mengandung gharar.
لنِ بَهِ ِع الِغَرَ ِر َ ّل اهللُ لَيَهِ ِ وَ سَيَ َم َص َ هلل ِ لا ُ نَهًَ رَسُى "Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi melarang jual beli gharar". (HR. Muslim No. 942)6 b. Polis asuransi termasuk qimar (judi). Karena bisa jadi pihak tertanggung baru
membayar
premi
pertama
dan
terjadi
kerugian
yang
dipertanggungjawabkan maka pihak tertanggung memperoleh uang dari pihak penanggung jauh lebih besar daripada yang dibayarnya. Pihak tertanggung beruntung dan pihak penanggung merugi. Dan jika premi dibayarkan sampai waktu yang ditetapkan dalam perjanjian dan tidak terjadi kerugian maka pihak tertanggung merugi dan pihak penanggung beruntung. Inilah hakikat judi jika satu pihak beruntung maka pihak lain merugi. Allah telah mengharamkan perjudian dalam firmanNya,
6
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Mukhtashhar Shahih Muslim,(Jakarta: Pustaka Azzam,2003), h.661
19
‘’Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya arak, judi, dan berhala dan mengundi nasib adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka
jauhilah
perbuatan-perbuatan
itu
agar
kamu
mendapat
keberuntungan ”. (Al-Maidah :90) c. Polis asuransi adalah akad tukar-menukar uang dengan uang (sharf), karena pada saat tertanggung menerima uang ganti rugi berarti ia memberikan uang dalam bentuk premi dan menerima uang dalam bentuk ganti rugi. Dalam akad tukar-menukar uang dengan uang, bila uangnya sejenis disyaratkan harus sama nominalnya dan harus serah terima tunai pada saat itu juga. Jika tidak terpenuhi salah satu persyaratan tersebut maka akad tukar menukar uang dengan uang ini termasuk riba ba‟i. Kenyataannya dua persyaratan tersebut tidak terpenuhi pada polis asuransi. Pada saat terjadi perbedaan antara nominal premi yang dibayar dengan ganti rugi yang diterima maka transaksi ini dinamakan riba fadhl dan riba nasi‟ah. Yaitu, nominal kedua uang tidak sama dan tidak tunai (uang premi telah diserahkan beberapa waktu yang lalu namun ganti rugi baru diterima setelah berlalu beberapa waktu). Dan jika nominal premi dan ganti rugi
20
sama maka termasuk riba nasi‟ah karena tukar-menukar dua uang tidak tunai.
B. Asuransi Syariah 1. Pengertian Asuransi Syariah Secara etimologi bahasa arab, takaful berasal dari akar kata kafala atau tafaa ‟ala yang berarti saling menanggung. Sementara ada yang mengartikan dengan makna saling menjamin. Dalam bidang mu’amalah, asuransi syariah (takaful) adalah saling memikul risiko diantara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko lainnya. Saling pikul risiko ini dilakukan atas dasar saling tolong-menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana ibadah (tabarru) yang ditujukan untuk menanggung risiko tersebut.7 Dalam asuransi syariah tidak hanya melibatkan dua pihak yang bertakaful yakni orang-orang yang saling mengikatkan dirinya untuk saling menjamin risiko yang diderita masing-masing, melainkan diperlukan pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud ini adalah lembaga atau badan hukum atau perusahaan yang menjamin kegiatan kerja sama atau asuransi ini terjamin berjalan dengan baik dan tidak termasuk kegiatan yang dilarang oleh syariat yaitu gharar,
7
Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 105-106
21
maisir, riba. Berkaitan dengan ini, ada unsur-unsur penting yang mesti ada demi terlaksananya takaful, yaitu :8 a. Beberapa pihak yang berasuransi b. Pengelola asuransi (Perusahaan Asuransi). Dalam hal ini, perusahaan asuransi hanya bertindak sebagai fasilitator saling menanggung diantara para peserta asuransi. Produk asuransi syariah ditawarkan kepada seluruh masyarakat, bukan saja muslim tetapi juga non-muslim. Prinsip tolong-menolong (takaful) dalam asuransi syariah bermakna universal, tolong-menolong bukan saja ditujukan kepada sesama muslim tetapi seluruh manusia. Dimana satu diantara lain sebagai sesama manusia mempunyai potensi mendapatkan risiko yang sama dalam hidup ini. Prinsip tolong-menolong inilah yang menjadi kelebihan asuransi syariah dibandingkan asuransi konvensional, hal ini yang menjadikan alasan bagi masyarakat untuk tertarik menjadi bagian dari penyelenggaraan asuransi syariah. Asuransi syariah didasarkan pada prinsip agama tentang saling kerjasama dan solidaritas sebagaimana dinyatakan oleh Allah SWT :
)۲:ليًَ الِ ِب ِر َو التَقِىَاي (سىرةالمائدة َ …وَ َتعَا َونُىِا ”…dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan ”(QS. AlMaidah :2)
8
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004)
22
Konsekuensi dari perkembangan asuransi syariah dan banyaknya masalah masyarakat yang ditemui, akan berdampak semakin beragam produk yang ditawarkan masyarakat. Produk asuransi syariah merupakan representasi dari kondisi ‘‘permintaan’’ masyarakat akan keberadaan suatu produk. Maka dengan keadaan ini perlu dukungan dari berbagai elemen masyarakat untuk menjadikan posisi asuransi syariah dengan produk-produknya semakin berarti dalam pembangunan.9 Selain itu, asuransi syariah juga memiliki fungsi yang dapat membantu program pemerintah dalam mensejahterakan kehidupan rakyat. Fungsi ini dapat dilihat segi pembangunan nasional. Maka dari itu kehadiran asuransi syariah memiliki fungsi untuk mensejahterakan dan mententramkan kehidupan rakyat ketika tertimpa musibah atau bencana.10 Ketika para ulama mengharamkan asuransi berdasarkan dalil-dalil dari Al-qur’an dan sunnah, maka mereka merumuskan penggantiannya yang terbebas dari gharar, qimar, riba, dan dari sisi bisnis lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak. Hal ini mengingat asuransi merupakan kebutuhan manusia di abad modern agar kehidupan mereka lebih tentram untuk menghadapi risiko hari esok.
9
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah:Deskripsi dan Ilustrasi, cet IV, ( Yogyakarta: Ekonisis. Edisi Kedua), h.126 10 Elida Hayati, “Strategi Pengembangan Diri Agen Asuransi Syariah Dalam Mencapai Produktifitas.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
23
2. Dalil-Dalil Asuransi Syariah Al-Majma „Al Fiqhiy Al Islami(divisi fikih Rabithah Alam Islami) dalam muktamar I, tahun 1978 setelah mengeluarkan fatwa yang mengharamkan asuransi menyertakannya dengan fatwa asuransi Islami yang berbunyi, “Majlis Al Majma’ sepakat membolehkan asuransi kooperatif (ta’min ta’awuni) sebagai ganti dari asuransi komersial yang diharamkan, berdasarkan dalil-dalil berikut:11 a. Asuransi kooperatif (ta’min ta’awuni) merupakan akad hibah yang pada dasarnya bertujuan untuk saling tolong-menolong meringankan beban kerugian, dan ikut andil menanggung penderitaan saat terjadi musibah. Dengan membayar sejumlah uang tunai yang dikhususkan untuk mengganti kerugian orang yang ditimpa musibah. Maka sekelompok orang tergabung dalam ta’min ta’awuni tidak bertujuan komersial, meraup laba dari harta orang lain. Semata-mata tujuan mereka pemerataan risiko diantara mereka dan saling tolong-menolong dan menanggung sebagian risiko. b. Asuransi kooperatif (ta’min ta’awuni) terbebas dari riba dengan segala bentuknya, riba fadhl dan riba nasi‟ah. Transaksi para peserta asuransi tidak termasuk akad riba. Dan pengelola tidak akan menggunakan dana yang terhimpun dari para peserta untuk suatu transaksi riba dalam bentuk apapun. c. Ketidakjelasan besarnya klaim ganti rugi yang akan diterima peserta asuransi kooperatif (ta’min ta’awuni) pada saat akad dilangsungkan tidak
11
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer ,(Bogor: PT. Berkat Mulia Insani, 2013), h. 245
24
mempengaruhi keabsahan akad, karena akad ini adalah akad hibah. Dan gharar dalam akad hibah dibolehkan serta tidak termasuk judi. Berbeda dengan asuransi komersial, akad yang terjadi adalah akad tukar-menukar. 3. Akad Dalam Asuransi Syariah Akad dalam asuransi syariah ada tiga :12 a. Musyarakah. Akad antara sesama para pemegang polis asuransi syariah. b. Wakalah. Akad antara perusahaan yang ditunjuk untuk mengelola dana yang terhimpun. Jika perusahaan juga dipercayakan untuk mengembangkan dana maka akadnya adalah mudharabah. c. Hibah yang bersifat mengikat. Akad antara pemegang polis dan badan dana pada saat awal perjanjian. Dan pada saat klaim ganti rugi diberikan oleh badan dana maka akadnya adalah Al-iltizam.
4. Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi Syariah13 Prinsip dasar yang ada dalam asuransi syariah tidaklah jauh berbeda dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomika islami secara komprehensif dan bersifat major. Hal ini disebabkan karena kajian asuransi syariah merupakan turunan (minor) dari konsep ekonomika Islami.
12
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Bogor: PT. Berkat Mulia Insani, 2013), h.250 13 Ali Hasan, Asuransi dalam Prespektif Hukum Islam, (Jakarta: Prenada Media,2004),h. 125-136
25
Dalam hal ini, prinsip dasar asuransi syariah ada sepuluh macam, yaitu: 1. Tauhid Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntun oleh nilai-nilai ketuhanan. 2. Keadilan Keadilan dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi. Keadilan dalam hal ini menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah (anggota) dan perusahaan asuransi. 3. Tolong-menolong Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban temannya yang pada suatu ketika mendapatkan musibah atau kerugian. 4. Kerja sama Kerja sama dalam asuransi dapat berwujud dalam bentuk akad yang dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara anggota dan perusahaan asuransi. 5. Amanah Seseorang
yang
menjadi
nasabah
asuransi
berkewajiban
menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan pembayaran
26
dana iuran (premi) dan tidak memanipulasi kerugian (peril) yang menimpa dirinya. 6. Kerelaan Kerelaan dapat diterapkan pada setiap anggota asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan ke perusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial (tabarru). 7. Larangan Riba Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat. 8. Larangan Maisir (Judi) Unsur maisir dalam asuransi artinya adanya salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas
apabila
pemegang
polis
dengan
sebab-sebab
tertentu
membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya tahun ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja.
27
9. Larangan gharar (ketidakpastian) Gharar dalam asuransi ada dua bentuk:14 a. Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis. b. Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i penerimaan uang klaim itu sendiri. Secara syariah, dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang harus dibayarkan dan berapa yang harus diterima. Keadaan ini akan menjadi rancu (gharar) karena kita tahu berapa yang akan diterima (sejumlah uang pertanggungan), tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan (jumlah seluruh premi) karena hanya Allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal. 10. Kemaslahatan15 Pada kenyataannya dalam praktik muamalah yang Islami di Indonesia, Lembaga Keuangan Syariah masih baru dilingkungan atau negara yang tidak (belum) menerapkan sistem syariah, maka sering menghadapi situasi yang sulit. Dalam situasi seperti ini, Dewan Pengawas Syariah (DPS) sering mengeluarkan fatwa dengan latar belakang dharurah, yang isinya dalam rangka kemaslahatan.
14
Muhammad Syafi’i Antonio, Asuransi dalam Prespektif Islam ,(Jakarta: STI, 1994),h. 1-3. Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani Press,2004),h. 743 15
28
Dr. Muhammad Muslehuddin mengatakan bahwa keadaan darurat membolehkan hal yang terlarang, adalah sudah menjadi kaidah umum dalam Islam.
C. Strategi Pemasaran 1. Pengertian Strategi Pemasaran Strategi adalah suatu rencana permainan untuk pencapaiannya. Strategi adalah pola fundamental dari tujuan sekarang dan yang direncanakan, pengetahuan sumber daya, dan interaksi dari organisasi dengan pasar, pesaing, dan faktor-faktor lingkungan lain.16 Pemasaran adalah proses merencanakan dan melaksanakan konsep, memberi harga, melakukan promosi, dan mendistribusikan ide, barang dan jasa, untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi.17 Pemasaran memiliki dua hal, pertama, pemasaran merupakan filosofi, sikap, perspektif atau orientasi manajemen yang menekankan pada kepuasan konsumen. Kedua, pemasaran adalah sekumpulan aktivitas yang digunakan untuk mengimplementasikan filosofi ini.18
16
Harper W. Boyd, dkk. Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Strategis Dengan Orientasi Global, Edisi kedua, (Jakarta: Erlangga, 2000), h.29 17 Carl McDaniel dan Roger Gates, Riset Pemasaran Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2001, h.4) 18 Charles W. Lamb, dkk, Pemasaran (Jakarta: Salemba Empat, 2001), h.6
29
Pemasaran menurut perspektif syariah adalah segala aktivitas yang dijalankan dalam kegiatan bisnis berbentuk kegiatan penciptaan nilai (value creating activities) yang memungkinkan siapapun melakukannya bertumbuh serta mendayagunakan kemanfaatannya yang dilandasi kejujuran, keadilan, keterbukaan, dan keikhlasan sesuai dengan proses yang berprinsip pada akad bermuamalah Islami atau perjanjian transaksi bisnis dalam Islam. Menurut pendapat M. Syakir Sula, pemasaran syariah merupakan sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari satu inisiator kepada stakeholders-nya dan dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad serta prinsip muamalah dalam Islam. Allah mengingatkan agar senantiasa menghindari perbuatan zalim dalam bisnis termasuk dalam proses penciptaan, penawaran, dan proses perubahan nilai dalam pemasaran.19 2. Konsep Strategi Pemasaran Konsep pemasaran adalah suatu falsafah manajemen dalam bidang pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen dengan didukung oleh kegiatan pemasaran terpadu yang diarahkan untuk memberikan kepuasan konsumen sebagai kunci keberhasilan organisasi dalam usahanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, konsep pemasaran merupakan orientasi perusahaan yang menekankan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan tersebut sehingga 19
Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, (Jakarta: Grasindo, 2007), h.1-2
30
dicapai tingkat kepuasaan langganan yang melebihi dari kepuasan yang diberikan oleh para saingan.20 Tujuan penggunaan konsep pemasaran adalah mengubah orientasi falsafah manajemen pemasaran lain yang ternyata telah terbukti tidak berhasil mengatasi berbagai persoalan, karena adanya perubahan dalam ciri-ciri pasar dewasa ini yang cenderung berkembang. Perubahan tersebut terjadi antara lain karena pertumbuhan jumlah penduduk, pertambahan daya beli, peningkatan dan meluasnya hubungan atau komunikasi, perkembangan teknologi dan perubahan faktor lingkungan pasar lainnya.21 3. Konsep Pemasaran dalam Islam22 Konsep dasar spiritual marketing adalah tata olah, cipta, rasa, hati, dan karsa (implementasi) yang dibimbing oleh integritas keimanan, ketaqwaan, dan ketaatan kepada syariat Allah SWT. Jika iman, takwa, dan taat syariah ini semu, maka aktivitas marketing yang dilakukan itu tidak ada sangkut pautnya dengan syariat Islam. Ada empat hal yang setidaknya berkaitan dengan konsep pemasaran berorientasi Islam: a. Kebutuhan dan keinginan untuk memperoleh produk (permintaan) tidak diperbolehkan dengan cara bathil (bohong, tipu, rampok, curi, korupsi)
20
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, cet. VII, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),h. 81. Ibid, h. 85 22 Ali Hasan, Marketing Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.12 21
31
b. Untuk memperolehnya harus dilakukan melalui pertukaran (barang dari marketer-uang dari konsumen) proses pertukaran unit (barang dan uang) inilah disebut transaksi yang dilakukan dengan cara suka sama suka. c. Proses jual beli atau berbisnis ini terjadi pada sejumlah kumpulan orang (pasar) sebagai tempat terkjadinya pertukaran transaksi. d. Kesesuaian harga (pengorbanan biaya yang dikeluarkan oleh konsumen) dengan fisik produk.23
4. Perumusan Strategi Pemasaran a. Strategi Pasar yang Dituju (1) Segmentasi Pasar Menurut Wendel R. Smith, segmentasi pasar adalah pembagian dari pasar secara keseluruhan dalam kelompok-kelompok sesuai dengan kebutuhan dan ciri-ciri konsumen. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa mengadakan segmentasi pasar berarti perusahaan telah menetapkan secara jelas kelompok-kelompok pasar yang sesuai untuk dilayani secara efektif dan efisien melalui kombinasi kebijakan marketing mix yang berbeda-beda antara segmen yang satu dengan segmen yang lain. (2) Penentuan Pasar Sasaran Yaitu pemilihan besar atau luasnya segmen sesuai dengan kemampuan suatu perusahaan untuk memasuki segmen tersebut. Sebagian besar 23
Ali Hasan, Marketing Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.13
32
perusahaan memasuki sebuah pasar baru dengan melayani satu segmen tunggal, dan jika terbukti berhasil, maka mereka menambah segmen dan kemudian secara vertical atau horizontal. (3) Penentuan Posisi Pasar Yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar. Produk atau jasa ditempatkan pada posisi yang diinginkan konsumen sehingga dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.
b. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pemasar menggunakan sejumlah peralatan untuk memperoleh tanggapan yang diinginkan target pasarnya. Peralatan tersebut adalah bauran pemasaran. McCarthy mengelompokkan bauran pemasaran tersebut dalam empat kelompok besar yang disingkat menjadi 4 P, yaitu Product (produk), Price (harga), Place (tempat), dan Promotion (promosi). Penjelasannya adalah sebagai berikut: (1) Product (produk) Produk berdasarkan definisi dari Philip Kotler yaitu segala sesuatu yang dapat ditawarkan kedalam pasar untuk dapat diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Karena merupakan suatu penawaran maka produk juga sering disebut
33
tawaran pasar.24 Dalam memasarkan suatu barang, produk merupakan hal yang paling penting untuk diketahui mengenai bauran pemasaran. Istilah bauran pemasaran mengacu pada paduan strategi produk, distribusi, promosi, dan penentuan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang dituju. Produk adalah hal penting yang perlu diperhatikan dalam strategi bauran pemasaran, karena tanpa adanya produk, strategi bauran pemasaran lainnya tidak dapat dilakukan. Produk merupakan segala sesuatu yang memiliki nilai di suatu pasar dimana kemampuannya memberikan manfaat dan kepuasan termasuk jasa, benda, organisasi, tempat, orang, dan ide-ide.25 Philip Kolter mendefinisikan produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan.26 Jadi produk bukan hanya berbentuk sesuatu yang berwujud (tangible) saja, akan tetapi juga sesuatu yang tidak berwujud (intangible) seperti pelayanan jasa.
(2) Price (Harga) Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang
24
Herry Achmad Buchory dan Djaslim Saladin, Dasar-Dasar Pemasaran Bank, (Bandung: Linda Karya, 2006), h.45 25 David W. Cravens, Pemasaran Strategis, Loc.cit, h.3 26 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta:Prenhallindo,1997), Jilid 1, Ed.9, h.9
34
beserta pelayanannya.27 Penentuan sebuah harga sering menjadi perhatian saat membeli barang atau layanan. Harga salah satu aspek penting dalam kegiatan pemasaran. Dalam konsep ekonomi Islam, penentuan harga dilakukan oleh kekuatan pasar yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa perbankan. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan. Bagi perbankan terutama bank yang berdasarkan prinsip konvensional, harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya provisi, dan komisi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran, dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan harga bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah bagi hasil.28
(3) Place (tempat) Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. Distribusi merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke mitra pada waktu yang tepat. Oleh karena itu kebijakan distribusi merupakan salah satu
27 28
Basu Swastha, Azas-Azas Marketing, Cet.V, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002), h.147 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),Ed 1, h. 196)
35
kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup penentuan saluran pemasaran (marketing channels) dan distribusi fisik (physical distribution). Kedua faktor ini mempunyai hubungan yang sangat erat dalam keberhasilan penyaluran dan sekaligus keberhasilan pemasaran produk perusahaan. Efektivitas penggunaan saluran distribusi diperlukan untuk menjamin tersedianya produk di setiap mata rantai saluran tersebut.29
(4) Promotion (promosi) Promosi merupakan kegiatan marketing mix yang terakhir. Serta inilah yang paling diidentikan sebagai aktivitas pemasaran dalam arti sempit. Promosi
merupakan
sarana
paling
ampuh
untuk
menarik
dan
mempertahankan nasabahnya. Tanpa promosi jangan diharapkan nasabah dapat mengenal produk suatu perusahaan. Oleh karena itu, promosi merupakan sarana yang paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan nasabahnya.
Salah
satu
tujuan
promosi
perusahaan
adalah
menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon nasabah yang baru. Kemudian promosi juga berfungsi mengingatkan nasabah akan produk, promosi juga ikut mempengaruhi nasabah untuk membeli dan akhirnya promosi juga akan meningkatkan citra perusahaan dimata para nasabahnya.
29
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada),h. 223-234
BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI BMT BINTARO
A. Profil Koperasi BMT Bintaro1 BMT Bintaro adalah badan usaha yang berbentuk Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah yang didirikan pada tanggal 5 Muharram 1430 H bertepatan dengan tanggal 2 Januari 2009 Notaris Ny. IRMA SAVYNA FIRDAUS, S.H, dengan pengesahan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor: 518/12/BH/Dis-KUKM tanggal 7 Mei 2009. Koperasi BMT Bintaro adalah penggabungan sistem perbankan dengan pelaku usaha sektor riil, yang Insya Allah menjalankan syari’ah secara murni, yang menerima penanaman modal dan para shohibul maal dan menggunakan dana tersebut dalam berbagai sektor usaha riil yang dijalankan langsung oleh BMT mulai dari sektor perdagangan, jasa, dan pabrikasi. Koperasi BMT Bintaro lebih berhati-hati dalam menerapkan muamalahnya sehingga hasil yang didapatkan lebih optimal, menghindari riba dan cabangcabangnya serta terbebas dari hal-hal yang dilarang secara syar’i.
1
Profil BMT Bintaro, diakses pada 18 Desember 2013 dari http://bmtbintaro.com/tentang-kami
36
37
B. Sejarah Singkat Koperasi BMT Bintaro Sejarah pendirian Koperasi BMT Bintaro ini berawal dari keinginan beberapa orang calon pengelola untuk menerapkan konsep perbankan yang benar. Hal ini disebabkan oleh karena keraguan yang besar terhadap sistem perbankan syariah maupun lembaga keuangan non bank lainnya. Sementara mereka sudah memahami ilmu terhadap perbankan syariah itu sendiri, jauh sebelum perbankan syariah di Indonesia muncul. Allah Ta’ala telah menjamin kebenaran syari’ah-Nya yang mencakup dari berbagai segi baik itu hukum, sosial, maupun ekonomi. Maka dalam syariah pun diberikan petunjuk mengelola lembaga keuangan. Kehadiran lembaga keuangan khususnya dalam bidang perbankan yang berbasis pada syariah-Nya yang biasa disebut perbankan syariah ini diharapkan dapat membawa perkembangan baik pada perekonomian masyarakat bahwa perbankan syariah tersebut dapat menjadi solusi pengganti sistem perbankan ribawi. Dalam usahanya BMT ini menjalankan syariah Allah Ta’ala, dan juga menghadapi tantangan pandangan masyarakat bahwa lembaga keuangan syariah dapat menjadi solusi pengganti sistem lemaga keuangan ribawi.2 Berangkat dari pemahaman mereka tentang lembaga keuangan yang bebas riba, berkumpullah 5 orang pada pertemuan pertama yang dilakukan sekitar akhir tahun 2008, diantaranya: 2
Nisa’ul Khasanah. “Strategi Pemasaran berdasarkan Prinsip Syariah Dalam Meningkatkan ProdukProduk BMT Bintaro.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
38
1. Muhammad Dian Ghazali yang selaku sebagai pelopor dari pendirian BMT. 2. Ustad Mukhtahrom 3. Mangaraja P Nasution 4. Suparman (Allahu Yarham) 5. Jaksa (Allahu Yarham) Dari kelima orang tersebut, Muhammad Dian Ghazali merupakan pelopor dari pendirian Koperasi BMT Bintaro. Beliau belajar ilmu tentang syari’ah dari para Ustadz besar, belajar dari berbagai kita ulama Mujtahid (ulama yang telah melakukan ijtihad). Kemudian, belajar dari bukunya Dr. Arifin Badri seorang ilmuwan Universitas Madinah dan seorang ahli hadits muamalah yang berjudul ‘‘Riba dan Mengkritisi Perbankan Syariah“. Lalu buku yang kedua, “Sifat Perniagaan Nabi SAW“. Beliau telah berpengalaman dalam bidang muamalah selama 30 tahun, dan pernah menjadi seorang akuntan. Dari berbagai ilmu yang dipelajarinya, beliau berkeinginan untuk membuat suatu lembaga keuangan yang bebas riba. Kemudian setelah pertemuan pertama dilakukan, diadakan lagi pertemuan kedua pada awal Januari 2009 dengan melibatkan calon-calon pendiri yang terdiri dari 20 orang yang menggagas untuk mendirikan koperasi. Tetapi pada waktu itu namanya masih BMT, dan ada yang mengusulkan untuk memberi nama BMT Bintaro. Kemudian setelah rapat pendiri tersebut, pada bulan berikutnya diantaranya bulan Februari sampai April mempersiapkan
39
prosedur legalitas dari pemerintahan yang bernama koperasi. Sehingga BMT ini merubah namanya menjadi Koperasi BMT Bintaro.3
C. Visi dan Misi4 Visi
: Insya Allah, ber-azam dalam Muamalah yang benar pada sektor riil
dengan skala Nasional dan Internasional. Misi
:
1. Penggabungan sistem perbankan dengan pelaku usaha sektor riil. 2. Penyebaran jenis usaha, lebih dari 50 unit Insya Allah sedang dan segara dijalankan. 3. Mengutamakan
keamanan
usaha,
kemudian
kesinambungan,
perputaran, tingkat keuntungan.
D. Prinsip Operasional Dalam setiap organisasi, lembaga maupun perusahaan diperlukan suatu prinsip yang mana prinsip tersebut dapat menjadi pedoman dasar sebuah organisasi dalam menjalankan setiap kegiatannya. Prinsip tersebut merupakan pola yang dibuat berdasarkan pemikiran-pemikiran para pendiri koperasi.
3
Nisa’ul Khasanah. “Strategi Pemasaran berdasarkan Prinsip Syariah Dalam Meningkatkan ProdukProduk BMT Bintaro.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011., 4 Profil BMT Bintaro, diakses pada 18 Desember 2013 dari http://bmtbintaro.com/tentang-kami
40
Koperasi BMT Bintaro ini merupakan koperasi yang didirikan oleh para pelopor yang mayoritas merupakan para paham kaum salafi. Salafi merupakan suatu pemahaman. Istilah salaf telah digunakan Rasulullah SAW ketika berkata kepada Fatimah:
ك ِ َف َأّنَا ل ُ ّسَل َ َف ِإّنَ ُه ِّنعْ َم ال “Maka
sesungguhnya
sebaik-baik
salaf
adalah
saya
buatmu”(HR.Muslim No.2450) Istilah salaf tidak hanya dipakai untuk menunjukkan kurun waktu yang terdahulu saja. Ia bahkan digunakan untuk mengungkapkan generasi sahabat, tabiin, tabiut tabiin, dan yang mengikuti mereka dengan istiqomah, baik secara jaman maupun manhaj. Alhasil, salafi menjadi istilah yang sah untuk disematkan pada setiap orang yang berusaha memelihara kemurnian akidah dan manhaj agar selalu sesuai dengan cara bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat sebelum terjadi perpecahan, dan juga generasi berikutnya yang mengikuti mereka terutama dari kalangan tabiin dan tabiut tabiin serta para Imam Sunnah yang senantiasa menjaga kemurnian Islam.5 Berikut adalah prinsip operasional yang ditetapkan pada Koperasi BMT Bintaro, yaitu:6 a. Tidak memakai tenaga wanita untuk mempromosikan barang, dari front office, back office, dan juga presentasi. 5 6
Zaenal Abidin, Buku Putih Dakwah Salafiah, (Jakarta: Pustaka Imam Abu Hanifah, 2009),h.,23-24 Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Bintaro, 22 November 2013
41
b. Tidak mengikuti pola Bank Syariah dan BMT yang lainnya karena dianggap masih menganut sistem riba. c. Mewajibkan seluruh karyawan mengikuti pengajian sesuai dengan pemahaman salafi, pemahaman generasi terbaik dari umat Islam. d. Menjalin hubungan kerjasama diantara anggota yang sudah terjalin dalam kajian yang sama yaitu salaf. e. Menerima anggota koperasi BMT tidak hanya golongan salaf saja (umum).
E. Produk-Produk Koperasi BMT Bintaro Produk yang disediakan Koperasi BMT Bintaro, yaitu:7 1. Mudharabah Mutlaqah merupakan produk
investasi berjangka waktu
tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola oleh BMT ke sektor manapun berdasarkan prinsip syariah Mudharabah Mutlaqah. Karakteristik: a. Jangka waktu yang fleksibel antara 12 bulan b. Simpanan tidak dicairkan sebelum jatuh tempo c. Bagi hasil dapat menambah pokok simpanan, ditransfer, atau dipindahbukukan ke rekening tabungan. d. Fasilitas Automatic Roll Over
7
Produk-Produk BMT Bintaro diakses pada 18 Desember 2013 dari http://bmtbintaro.com/produk/
42
Manfaat: Mendapatkan bagi hasil yang kompetitif dan terbebas riba. 2. Mudharabah Muqayadah adalah akad komersial kerjasama usaha antara shohibul mal (penanam modal) dengan mudharib (pengusaha) pada usaha yang ditunjuk dengan nisbah dan jangka waktu yang ditentukan. Pengusaha hanya menjalankan dan menggunakan modal yang diberikan oleh shahibul mal untuk usaha yang disepakati bersama. Sebagai contoh shahibul mal memberikan kepada mudharib sebesar Rp 650.000.000 untuk menjalankan usaha Jual Cara Angsuran (JCA) dalam jangka waktu 1 tahun dengan nisbah bagi 50:50 bagi hasil perbulan. Dalam kaitannya dengan anggota BMT Bintaro, maka penanam modal mudharabah muqayyadah ini memberikan kebebasan bagi para anggota koperasi BMT Bintaro untuk memilih tempat ia menanam modal. Karakteristik Mudharabah Muqayadah a. Pemakaian rekening bersama agar penanam modal dapat melihat perputaran dana melalui Bank Syariah yang ditunjuk. b. Penarikan dana dapat dilakukan secara tunai dengan menggunakan slip penarikan atau dapat dilakukan melalui ATM khusus. c. Informasi bagi hasil akan disamaikan dalam bentuk statement. d. Penanaman modal dapat di roll over secara otomatis (ARO).
43
Manfaat: Mendapatkan bagi hasil yang kompetitif dan Koperasi BMT Bintaro mengharapkan bagian profit yang diperoleh agar dapat digunakan untuk menambahkan modal. 3. Tabungan Wadiah Koperasi Bintaro adalah simpanan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsip Wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat tertentu yang disepakati. Wadiah merupakan titipan murni. Dimana nasabah menitipkan uangnya di BMT tanpa adanya penambahan atau pengurangan saldo. Karena pada sistem Wadiah yang diterapkan dana nasabah tidak diinvestasikan oleh BMT ke sektor manapun. Karakteristik tabungan Wadiah: a. Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Wadiah b. Setoran minimal yang ringan c. Dilengkapi dengan Kartu ATM sekaligus Kartu Debet (Optional) d. Dapat ditarik / disetor setiap saat di seluruh cabang BMT (akan datang). e. Tidak ada bagi hasil, baik untung atau rugi atas penitipan dalam bentuk tabungan Al-Wadi’ah f. Untuk tabungan Al-Wadi’ah minimal 30% dari total dana yang dititipkan dimasukkan sebagai Penanaman Modal Koperasi Bintaro, Misal: Bapak/Ibu ingin menabung di tabungan Al-Wadiah sejumlah Rp 100.000.000,00 maka Rp. 30.000.000,00 diantaranya dimasukkan
44
kedalam investasi mudharabah, sehingga posisi Rp. 100.000.000,00 berada pada tabungan Al-Waidah, dan Investasi Mudharabah Rp 30.000.000,00. Manfaat: a. Dana aman dan tersedia setiap saat b. Transaksi online di seluruh cabang BMT (akan datang) c. Mendapatkan kartu ATM sekaligus debet (akan datang) Peruntukkan: Individu / Perorangan Fasilitas: BMT Card, BMT Bintaro Card merupakan sarana untuk melakukan transaksi penarikan, dan pembayaran pada ATM BSM, ATM Mandiri, jaringan ATM Prima-BCA, dan ATM Bersama, serta ATM Bank Card. BSM Card juga berfungsi sebagai kartu debit yang dapat digunakan untuk transaksi belanja di seluruh merchant yang menggunakan EDC Prima-BCA. 4. Ba’i Ba’i merupakan akad jual beli. Pada produk jual beli Koperasi BMT Bintaro melakukan jual belinya pada beberapa sektor, yaitu: a. ESL (Titipan Kilat) b. Laundry c. Beras d. Air Galon e. Gas Elpiji (Sub Agen)
45
f. Cargo Trucking (Maersk Line)-(off) g. Pengobatan lugu alami (Abu Muhammad) cabang Bintaro-(off) h. Soto Betawi (2 unit)(off) i. Martabak telor, manis, keju (off) j. Kebab (off) k. One Stop Shopping (OSS) Material Bangunan/Renovasi Rumah 5. Program Ta’min Ta’awuni Ta’min Ta’awuni adalah
layanan bantuan biaya pengobatan atau
perawatan yang dikelola oleh Koperasi BMT Bintaro bagi peserta yang memberikan kontribusi tabarru. 6. RUAS (Rumah Angsuran Aqad Syar’i) RUAS adalah layanan pembelian rumah bagi konsumen yang berencana untuk membeli rumah di wilayah Jabodetabek dengan komiten mu’amalah yang benar. 7. Jual Beli Barang Cara Angsuran (JCA) Jual Beli Cara Angsuran adalah layanan jual beli barang cara angsuran yang aqadnya Insya Allah mengacu pada praktik mu’amalah yang benar. Kebutuhan
konsumen
terhadap
barang-barang
semisal
kendaraan
mobil/motor, komputer/laptop, AC, kulkas, dan mesin cuci dapat diajukan dalam program JCA ini.
46
F. Struktur Organisasi Organisasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem atau bagian yang saling berkaitan satu sama lainnya dalam melakukan aktivitasnya. Apabila kita berbicara tentang “struktur organisasi“ biasanya akan terbayang di muka kita macam-macam peta organisasi atau skema organisasi. Peta-peta organisasi menggambarkan/mencerminkan struktur organisasi atau skema organisasi pada hakikatnya peta-peta organisasi merupakan model (abstraksi) dari organisasi yang ada dalam kenyataan.8 Alasan penting penyusunan organisasi adalah untuk membedakan satu tugas dengan tugas yang lainnya sehingga diperoleh efisiensi yang lebih besar terutama karena dimungkinkannya setiap individu menspesialisasi dirinya. Selain itu juga penyusunan organisasi dikatakan penting karena untuk memungkinkan dilakukannya koordinasi atas usaha-usaha / tugas-tugas dan tenaga yang ada, sehingga usaha pengembangan pemasaran dapat efektif karena koordinasinya berada pada satu tangan.9
8
Indriyo Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita, Perilaku Keorganisasian, cet.II (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta), h. 2 9 Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, cet VII, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004), h. 328329
47
Susunan Manajemen Koperasi BMT Bintaro (KJKS Bintaro) dalam tahun 2013 adalah: 10
Ketua Pengawas
: Muhammad Dian Ghazali
Pengawas Syariah
: Ustadz Muhtahrom
Pengawas Usaha
: Abu Choiri Rachman
Ketua Pengurus
: Mangaraja P. Nasution
Bendahara
: Irfan Wajidi
Corporate Secretary
: Banu Faisal
Direktorat Layanan
: Ali Budiman
Corporate Communications : Riki Rahmat Nugraha
10
Corporate Legal
: Gilroy Arinoviandi
Accounting Supervisor
: Arif Nafarif
Account Officer
: Riyadhi Fouransyah
Susunan Organisasi dan Manajemen http://bmtbintaro.com/tentang-kami
diakses
pada
18
Desember
2013
dari
48
Struktur Organisasi Koperasi Bintaro
Ketua Dewan Pengurus Anggota Dewan Ketua Pengurus
Bendahara Direktorat Layanan
Corporate Secretary
Direktorat Usaha
Direktoorat Layanan
Supervisor
Supervisor
Usaha Berjalan
Penyelesaian Usaha
Pembangunan Usaha
Teller Customer Service Marketing Promosi
Direktorat Pendukung dan Administrasi
Supervisor
Acoounting Legal IT SDM Pengadaan Barang
BAB IV ANALISA PROGRAM TA’MIN TA’AWUNI BMT BINTARO
A. Konsep / Prosedur Program Ta’min Ta’awuni pada BMT Bintaro Lembaga Keuangan Mikro Syariah Baitul Mal Wa Al-Tamwil (LKMS BMT Bintaro) merupakan unit usaha yang bergerak semacam Bank Syariah mini dengan mengalokasikan dananya kepada usaha kecil dan sektor informal lainnya. Diantara berbagai macam produk dan program yang dimiliki BMT Bintaro, program ta’min ta’awuni merupakan salahsatu program yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat kecil. Setiap manusia pasti ingin mempunyai rasa aman dan tentram dalam hidupnya, sehingga dibutuhkan perencanaan di masa datang untuk mengatasi keadaan darurat yang akan muncul. Program ta’min ta’awuni merupakan salahsatu sarana untuk para anggota atau nasabah BMT Bintaro untuk bisa mengikuti asuransi dengan biaya premi yang ringan. Program ta’min ta’awuni memang masih terbilang baru, karena program ini baru diluncurkan pada Juli 2013. Sampai saat ini, masih 30 orang yang berpartisipasi dalam program ini.1
1
Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00
49
50
Dalam Undang-Undang no 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, pada Bab VI tentang Badan Hukum Perasuransian disebutkan bahwa usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk perusahaan perseroan (PERSERO), koperasi, dan usaha bersama (mutual). Dan dalam bab perizinan usaha pada pasal 9 ayat 1 menyatakan bahwa setiap pihak yang melakukan perasuransian wajib mendapat izin dari menteri, kecuali bagi perusahaan yang menyelenggarakan program asuransi sosial. Mengacu pada peraturan ini, BMT Bintaro yang berbentuk Koperasi Jasa Keuangan Syariah meluncurkan program ta’min ta’awuni yang merupakan program tolong-menolong antar sesame dan tanpa mengharapkan keuntungan apapun. Jadi, karena program ini program sosial maka BMT Bintaro tidak wajib mendapat izin dari menteri.
1. Prosedur Program Ta’min Ta’awuni2 Adapun prosedur yang harus dilakukan jika ingin mengikuti program ta’min ta’awuni yaitu: a. Nasabah bisa langsung mendatangi BMT Bintaro yang beralamat di Jl. Bintaro Utama Blok F2 No. 5 Bintaro Sektor 2, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. b. Setelah itu, nasabah bisa langsung berkonsultasi kepada pihak BMT yang menangani program ta’min ta’awuni. 2
Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00.
51
c. Nasabah adalah muslim/muslimah yang berusia diatas 5 tahun hingga 65 tahun. d. Mengisi formulir dan menandatangani akad, kemudian mengajukan kepersertaan
via
email
ke
alamat
yang
telah
ditentukan
atau
mengirimkannya via pos. e. Formulir pendaftaran dapat diambil langsung di BMT Bintaro atau di unduh dari website bmt bintaro. f. Menyertakan 1 lembar fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) yang masih berlaku. g. Mampu memberikan dana tabarru’ sesuai ketentuan program ta’min ta’awuni yaitu sebesar Rp 100.000 dengan melakukan transfer ke rekening atas nama BMT Bintaro di Bank Syariah Mandiri No. 700.931.7443 atau No. 060.600.6923 atau dapat disetorkan langsung ke kantor BMT Bintaro. h. Masa pendaftaran program berlaku selama 3 bulan. i. Menyampaikan dan mengajukan syarat diatas di kantor BMT dan tempattempat yang ditunjuk oleh BMT Bintaro. j. Dapat dihadiahkan kepada orang lain. 2. Aqad Disetujui3 a. Menunjuk Koperasi BMT Bintaro untuk mengelola dana tabarru’ yang berasal dari program ta’min ta’awuni sebesar Rp 80.000 per-peserta setiap 3 bulan. 3
Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00.
52
b. Mengalokasikan dana ta’min ta’awuni kepada pihak pengelola, yakni BMT Bintaro sebesar Rp 20.000 yang berasal dari setiap peserta dalam periode kepersertaan 3 bulan sebagai dana operasional program ta’min ta’awuni. c. Masa berlaku aqad adalah tiga bulan sejak diterimanya dana tabarru’ di rekening ta’min ta’awuni dan telah memenuhi kuota yang ditentukan. 3. Pengelolaan Dana a. Dana tabarru’ dari setiap peserta sebesar Rp 100.000 yang kemudian terhimpun dalam jumlah tertentu merupakan dana yang dimiliki oleh badan dana ta’min yang dialokasikan untuk membantu seluruh peserta, dan dana tersebut bukanlah milik pengelola. b. 50% dari dana yang terkumpul dapat diputar dalam bentuk mudharabah, dan dalam hal ini kedudukan BMT Bintaro adalah selaku mudharib, dengan nisbah bagi hasil 40% untuk pengelola, dan 60% untuk pemilik dana yakni badan dana ta’min (dengan izin dewan pengawas). c. Kelebihan dana tabarru’ setiap tahun akan dimasukkan kembali pada rekening program ta’min ta’awuni selanjutnya, atau dialokasikan untuk pendirian pusat layanan kesehatan gratis bagi kaum dhu’afa setelah disetujui dewan pengawas. d. Bantuan pengobatan/perawatan bagi peserta tiap periode maksimal sebesar Rp 2.000.000.
53
e. Kekurangan dana tabarru’ adalah suatu kondisi dimana jika lebih banyak peserta yang membutuhkan bantuan dari dana tabarru’ yang terkumpul dalam periode tiap 3 bulan, maka: (1) Pengelola mengalokasikan kelebihan dana periode sebelumnya, jika tersedia. (2) Peserta yang membutuhkan bantuan dana dapat menunggu sampai terkumpulnya dana tabarru’ berikutnya dalam tahun tersebut. (3) Kuota kepesertaan dalam setiap periode minimal 200 peserta. 4. Syarat Pengajuan Dana Program Ta’min Ta’awuni4 a. Terdaftar dan telah membayar program ta’min ta’awuni. b. Mengalami sakit (sesuai kategori jenis penyakit). c. Benar-benar membutuhkan bantuan kesehatan. d. Mengisi formulir pengajuan dana program ta’min ta’awuni. e. Melampirkan bukti berupa kwitansi pembelian obat dan rawat inap. f. Kwitansi klinik kesehatan /rumah sakit mencantumkan Nomor SIUP dan atau nomor telepon yang jelas. 5. Klaim Program Ta’min Ta’awuni Klaim adalah proses dimana peserta dapat memperoleh hak-hak berdasarkan perjanjian. Klaim yang diterapkan oleh BMT Bintaro adalah
4
Brosur Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro
54
mengganti seluruh pengeluaran sesuai dengan fakta atau bukti biaya pengobatan dengan batas maksimal Rp 2.000.000. 5 6. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah Yang Diterapkan BMT Bintaro Asuransi syariah dibangun atas prinsip-prinsip berikut yang sesuai dengan syariah dan mesti dicantumkan dalam anggaran dasar badan dana :6 a. Hibah bersifat mengikat. Harus dicantumkan dalam anggaran dasar bahwa setiap peserta memberikan hibah untuk badan dana. Dana dan laba digunakan untuk ganti rugi atas klaim peserta. b. BMT Bintaro wajib memiliki dua rekening yang satu sama lainnya tidak ada kaitan, yaitu rekening khusus milik BMT dan rekening khusus milik badan dana. c. BMT Bintaro sebagai pengelola dana asuransi syariah hanyalah sebagai wakil. Dan pada saat BMT Bintaro ditunjuk untuk mengembangkan dana yang terhimpun maka BMT Bintaro juga bertindak sebagai mudharib . d. Aset dan laba asuransi semata-mata milik pemegang polis bukan BMT, begitu juga defisit ditanggung oleh badan dana. e. Boleh dicantumkan bahwa laba dari dana yang dikembangkan diperuntukkan sebagai dana cadangan atau menutupi sebagian premi (premi yang harus dibayar menjadi berkurang), atau disalurkan kepada
5 6
Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00. Ibid.
55
yayasan sosial atau dibagikan kepada pemegang polis. Dan perusahaan pengelola sama sekali tidak berhak atas laba ini. f. Pada saat asuransi dilikuidasi maka seluruh aset dan dana tersisa disalurkan untuk kepentingan sosial. g. Sebagian pemegang saham berhak untuk menjadi pengelola atau bertindak sebagai dewan komisaris asuransi. h. Asuransi syariah wajib komitmen menerapkan ajaran Islam dalam setiap kegiatan usaha dan investasinya dan tidak boleh menanggung risiko atas perbuatan haram atau tujuan-tujuan yang diharamkan. i. Pengangkatan dewan pengawas syariah asuransi. Fatwa yang dikeluarkan dewan ini mengikat dan wajib dipatuhi perusahaan pengelola, juga harus ada auditor syariah dalam struktur kepengurusan perusahaan.
B. Pelaksanaan Strategi Pemasaran Program Ta’min Ta’awuni Strategi promosi yang telah dilakukan BMT Bintaro dalam memasarkan program ta’min ta’awuni adalah sebagai berikut:7 1. Melalui brosur, brosur yang dibuat didalamnya berisikan tentang program ta’min ta’awuni. Kemudian dalam brosur ini didesain sedemikian rupa untuk menarik para nasabah dengan memberikan warna yang menarik, logo sebagai
7
Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00
56
simbol ataupun lambang yang mudah dipahami oleh orang lain, serta isi singkat dalam brosur mengenai BMT Bintaro. 2. Melalui media elektronik bertujuan untuk menjalin hubungan dan membuka selebar-lebarnya para anggota melalui web. Dengan web nasabah mendapatkan informasi-informasi tentang BMT Bintaro yang lebih mendalam setelah mendapat informasi secara umum yang diperoleh dari brosur. Disana nasabah juga memperoleh formulir untuk permohonan menjadi anggota ta’min ta’awuni, informasi tentang ketentuan produk yang disediakan, laporan manajemen keuangan, dan sebagainya. Di dalam web dijelaskan bahwa BMT Bintaro bebas dari unsur riba dan amanah dalam menjalankan kegiatan perniagaannya. Pembuatan web ini diharapkan agar nasabah dapat mengakses informasi tentang BMT Bintaro dengan mudah dimanapun dan kapanpun. 3. Dalam promosi langsung, BMT Bintaro baru sebatas melakukan persentasi dengan rekan bisnis dan lingkungan keluarga. BMT Bintaro belum melakukan presentasi tentang program ini ke masyarakat umum. Karena produk ini masih baru, maka pemasaran yang dilakukan masih sederhana, BMT Bintaro belum dapat merekrut masyarakat untuk menjadi peserta ta’min ta’awuni. Namun, untuk ke depannya BMT Bintaro telah mempunyai rencana strategi pemasaran yang lain. Adapun rencana strategi pemasaran program ta’min ta’awuni yang akan dilakukan oleh BMT Bintaro, adalah:8
8
Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00
57
1. Membuat iklan program ta’min ta’awuni melalui media elektronik, salah satunya seperti Radio Rodja 75,6 AM atau Rodja TV. Radio Rodja merupakan salah satu link dari BMT Bintaro. 2. Mengadakan seminar/kajian tentang asuransi syariah di berbagai tempat seperti sekolah, kampus, kantor,dan majlis ta’lim. 3. Membuka stand pada saat ada acara kajian di masjid, sekolah, kampus, dan lainnya. 4. Menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan melalui produkproduk BMT Bintaro. 5. Mengadakan kajian rutin yang diselenggarakan oleh BMT Bintaro agar masyarakat lebih kenal dengan pihak BMT Bintaro terutama dengan program ta’min ta’awuni. Adapun kendala yang dihadapi BMT Bintaro dalam memasarkan program ta’min ta’awuni adalah sebagai berikut: 1. Kurang tertariknya masyarakat dalam menabung. Untuk kendala dalam memasarkan program ta’min ta’awuni hanya kendala umum yang terjadi dalam masyarakat, kurangnya kesadaran dalam menabung. Hal ini dirasakan pihak BMT Bintaro yang menghambat sulitnya pemasaran program ta’min ta’awuni. 2. Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia) yang melakukan kegiatan pemasaran.
58
Terjadi kendala pada jumlah tenaga kerja di lapangan dalam mempromosikan program. Ini menjadi salah satu kendala intern BMT Bintaro dalam memasarkan produknya. Dengan sedikitnya jumlah SDM tersebut, program yang dipasarkan BMT Bintaro ini, khususnya program ta’min ta’awuni jadi kurang dikenal masyarakat. 3. Kurangnya pemahaman teknologi pada masyarakat menengah kebawah. Yang dimaksud disini adalah, ketika pihak BMT Bintaro mempunyai website untuk promosi, namun sasaran BMT seperti pedagang atau masyarakat justru belum bisa mengakses internet sehingga mereka tidak akan tahu program yang dimiliki BMT Bintaro ini.
C. Peluang dan Tantangan Program Ta’min Ta’awuni di BMT Bintaro 1. Peluang Peluang yang ada untuk program ta’min ta’awuni ini berdasarkan hasil wawancara adalah sangat luas, banyak, dan terbuka lebar bagi semua kalangan khususnya pada menengah ke bawah. Program ini akan sangat berguna sekali bila suatu saat nanti terdapat hal-hal yang tidak diinginkan, dan disaat itu pula akan mendapat pertolongan dari sesama. Saling tolongmenolong adalah ibadah dan merupakan implementasi kepedulian dengan sesama manusia dan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
59
2. Tantangan Tantangan bagi BMT Bintaro dalam memasarkan program ini adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang asuransi (ta’min). Jadi, BMT Bintaro harus bisa memberikan edukasi secara berkala tentang pentingnya asuransi dalam kehidupan kepada masyarakat yang awam khususnya masyarakat menengah ke bawah.
D. Kesesuaian Syariah Untuk menganalisis kesesuaian syariah pada program ta’min ta’awuni, maka dibagi menjadi ke beberapa bagian yaitu berdasarkan akad dan pengelolaan dana. 1. Akad Ta’min Ta’awuni a. Akad yang telah disepakati oleh BMT Bintaro dan anggota adalah akad wakalah.9 Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang diwakilkan.10 Dalam hal ini BMT Bintaro adalah lembaga yang ditunjuk untuk mengelola dana yang terhimpun. Dalam akad, dana tabarru Rp 100.000, 20% akan dialokasikan untuk pengelola sebagai ujroh pengelola. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN No: 52/DSNMUI/III/2006 tentang Akad Wakalah bil Ujroh pada asuransi syariah.
9
Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),h. 120
10
60
b. Akad Tabarru’ (Hibah) yang mengikat akad antara pemegang polis dan badan dana pada saat awal perjanjian. Dalam akad, dana yang telah dikumpulkan tidak bisa diambil kembali. Akan tetapi, dialokasikan ke rekening tabarru selanjutnya atau digunakan untuk pendirian pusat layanan kesehatan gratis untuk kaum dhuafa setelah disetujui oleh dewan pengawas. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN No: 53/DSNMUI/III/2006, dimana disebutkan jika terjadi surplus underwriting maka boleh disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta. Pada prinsip takaful, asuransi syariah menerapkan dua bentuk akad di awal penerimaan premi, yaitu akad tabungan investasi dan akad kontribusi. Akad tabungan investasi berdasarkan prinsip mudhorabah, sementara kontribusi berdasarkan prinsip hibah. Program ta’min ta’awuni yang sedang berjalan saat ini adalah berdasarkan prinsip hibah, dimana anggota tidak dipaksa untuk melanjutkan pembayaran kontribusi jika ia memutuskan untuk berhenti.11. Akan tetapi, perlu bagi anggota untuk melanjutkan pembayaran kontribusi agar dapat menyatakan klaim jika suatu saat nanti diperlukan.
11
Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Bintaro, 22 November 2013
61
2. Pengelolaan Dana Mekanisme pengelolaan dana peserta (premi) terbagi menjadi 2 sistem, yaitu:12 a. Sistem pada produk saving (tabungan). b. Sistem pada produk non saving (tidak ada tabungan) BMT Bintaro pada program ta’min ta’awuni menerapkan sistem non saving, dimana premi yang dibayar peserta telah diniatkan anggota sebagai iuran dan kebajikan untuk saling tolong-menolong. BMT Bintaro memiliki dua rekening yang satu sama lainnya tidak ada kaitan, yaitu rekening khusus milik perusahaan dan rekening milik badan dana. Setiap premi yang dibayarkan oleh anggota akan masuk ke rekening tabarru. Karena BMT belum menerapkan sistem mudharobah pada program ini dalam pengembangan dana, maka anggota tidak akan mendapat laba dari bisnis apapun. Dalam program ta’min ta’awuni ini, aplikasi pelaksanaannya begitu sederhana, tidak seperti asuransi-asuransi yang telah ada saat ini. Peserta hanya diwajibkan membayar kontribusi dana sebesar Rp 100.000 per periode 3 bulan. Peserta akan mendapatkan bantuan dana jika peserta mengajukan klaim saat sakit pada periode 3 bulan tersebut. Namun, apabila dalam periode 3 bulan tersebut tidak ada pengajuan klaim, maka kesempatan untuk
12
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah:Life and General, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h., 177
62
mendapatkan klaim bantuan pada periode itu akan gugur. Peserta bisa punya kesempatan lagi mendapat klaim bantuan jika peserta mengikuti kembali kontribusi dana tabarru pada periode berikutnya. Sebagian orang masih meragukan kebolehan asuransi Islam, karena mereka memahami bahwa dalam asuransi islami yang akadnya berdasarkan hibah termasuk hibah yang kembali kepada pemberi hibah. Dimana yang telah disumbangkan akan kembali pada pemberi hibah dalam bentuk uang penggantian kerugian akibat resiko yang terjadi. Nabi Shalaallahu ‘Alaihi Wassalam telah melarang untuk menarik kembali sumbangan dan sabdanya:13
َِِ الَرِي َيعُْ دُ فِي ُِجَتَِِ كَب لكَلْتِ َيسْ جِعُ ِفيْ قَيْئ,َِل ْيسَ لٌََب هَثَلُ الّسَْْء “Kita tidak boleh mencontoh yang buruk. Orang yang menarik kembali pemberiannya seperti anjing yang menarik kembali muntahannya.” (Mutafaq Alaih No.950). Maksud hadits ini bahwa yang dilarang adalah menarik kembali sumbangan yang telah dikeluarkan dan telah diterima oleh orang yang ditujukan sumbangan untuknya. Adapun sumbangan yang telah dikeluarkan akan tetapi belum lagi diterima oleh orang yang ditujukan sumbangan untuknya maka boleh menarik kembali sumbangannya.
13
Ahmad Mudjab Mahalli dan A.R Hasbullah, Hadits-hadits Mutafaq Alaih, (Jakarta: Prenada Media, 2004),h.,130
63
Kemudian ketidakjelasan lainnya adalah besarnya klaim ganti rugi yang akan diterima peserta ta’min ta’awuni. Karena disini peserta tidak diberi batas sampai kapan mau ikut kontribusi, dan peserta tidak tahu berapa jumlah bantuan yang akan didapat jika peserta akan mengajukan klaim. Biasanya yang sering terjadi dalam asuransi adalah dana yang kita berikan tidak sama dengan jumlah dana yang nanti akan diterima. Untuk lebih jelasnya, para ulama menitir perbuatan orang-orang suku Asyari yang hampir sama dengan asuransi Islami. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu anhu, Nabi bersabda,14
ْطعَبمُ عِيَب ِلِِن َ َ أَّْ قَل،ِّْش َعسِ يِّيْيَ إِذَا اَزْ هَلُْا فِي ا ْل َغز ْ أل َ إِىَ ا ّْسوٍُُْ ثَيْ ٌَُِن َ َثُنَ اقْت، ٍثِب ْلوَدِيْ ٌَةِ جَ َوعُْا هَب كَب ىَ عٌِْدَُُنْ فِي ثَْْةٍ َّاحِد ْ َفُِنْ هٌِِي َّاًََب هِ ٌُِْن،ِفِي إًَِبءٍ َّاحِدٍ ثِبلّسَِْ َية
“Sesungguhnya orang-orang dari suku Asy’ari apabila kekurangan makanan dalam pertempuran atau kurang persediaan makanan mereka di Madinah, masing-masing mereka mengumpulkan seluruh makanan yang mereka miliki pada sehelai kain. Kemudian mereka membagi rata makanan
14
Imam Abi Hasan Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairi Annaisaburi, Shohih Muslim, (Beirut: Darul Kitab Al ‘ajabiy), h.1042
64
tersebut untuk mereka. Mereka adalah bagian dariku dan aku juga bagian dari mereka.”(HR. Muslim No. 6408) Pujian Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam terhadap perbuatan orangorang suku Asyari menunjukkan hukum perbuatan mereka dianjurkan, karena sesuai dengan spirit Islam yang menganjurkan saling membantu dan menolong. Padahal perbuatan ini juga mengandung unsur riba, dimana makanan yang diberikan berbeda kuantitasnya dengan makanan yang diterima. Ini jelas merupakan riba fadhl yang disyaratkan sama kuantitas makanan yang ditukar, akan tetapi dibolehkan karena atas dasar saling membantu. Juga terdapat gharar dalam perbuatan orang-orang suku Asyari, dimana masing-masing mereka tidak tahu berapa jumlah makanan yang akan didapatkan pada saat ia memberikan sumbangan. Juga sebagian dari apa yang telah mereka keluarkan kembali lagi kepada mereka. Namun gharar dan kembalinya hadiah tidak menghalangi untuk bolehnya akad ini, karena didasarkan pada tujuan saling bantu dan tolong-menolong. Berdasarkan hasil analisis diatas, BMT Bintaro telah mengikuti prosedur dan menjalankan program ta’min ta’awuni sesuai dengan kententuan kaidah fiqh mua’malat dan Fatwa DSN-MUI. Jadi, sudah saatnya program ta’min dikembangkan di BMT untuk membantu para pelaku usaha/ masyarakat kecil turut andil mengikuti asuransi agar kesejahteraan dunia dan akhiratnya meningkat.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Prosedur ta’min ta’awuni adalah muslim/muslimah yang berusia 5 tahun hingga 65 tahun, mengisi formulir dan menandatangani akad, menyertakan 1 lembar fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) yang masih berlaku, memberikan dana kontribusi tabarru sebesar Rp. 100.000 per periode 3 bulan dengan maksimal biaya pengobatan Rp. 2.000.000. 2. Manajemen pemasaran yang akan diterapkan BMT Bintaro dalam program ta’min ta’awuni adalah membuat iklan program ta’min ta’awuni melalui media elektronik, mengadakan seminar/kajian tentang asuransi syariah di berbagai tempat, membuka stand pada saat ada acara kajian di masjid, sekolah, kampus, dan lainnya, menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan melalui produk-produk BMT Bintaro, mengadakan kajian rutin yang diselenggarakan oleh BMT Bintaro. 3. Peluang BMT dari program ta’min ta’awuni adalah program ini akan sangat berguna sekali bila suatu saat nanti terdapat hal-hal yang tidak diinginkan, dan disaat itu pula akan mendapat pertolongan dari sesama. Tantangan bagi BMT Bintaro dalam memasarkan program ini adalah harus bisa memberikan edukasi secara berkala tentang pentingnya asuransi dalam kehidupan kepada masyarakat yang awam khususnya masyarakat menengah ke bawah.
65
66
4. Program ta’min ta’awuni telah sesuai dengan kaidah fiqh muamalat dan Fatwa DSN MUI No. 52-53.
B. Saran 1. Diharapkan BMT Bintaro tetap mempertahankan kemurnian dari prinsip syariah yang sudah diterapkan. 2. Sebaiknya BMT Bintaro membuat draft antara pemegang polis dan pengelola agar peserta dapat mengetahui peraturan secara detail., serta menggolongkan penyakit berdasarkan risikonya dan berapa besar biaya yang akan diganti. 3. Lebih baik BMT Bintaro membuat berupaya membuat kelompok di beberapa tempat, agar memperkuat anggota untuk berkomitmen menjalani program tolongmenolong ini. 4. BMT Bintaro sebaiknya mengadakan kajian rutin tentang keagamaan di masjidmasjid. Hal ini bisa dijadikan salah satu media informasi yang sangat penting agar masyarakat jauh lebih tahu produk dan program yang dimiliki BMT Bintaro dan mengetahui lebih jauh tentang BMT Bintaro.
67
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Abidin, Zaenal. Buku Putih Dakwah Salafiah. Jakarta: Pustaka Imam Abu Hanifah. 2009. Agis, Cacan S. Model Pengetahuan Dasar Takaful. Jakarta: PT. Syarikat Takaful Indonesia. 2005. Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. Mukhtashhar Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka Azzam. 2004. Amrin, Abdullah. Strategi Pemasaran Asuransi Syari’ah. Jakarta: Grasindo. 2007. Antonio, Muhammad Syafi’i. Asuransi Dalam Perspektif Islam. Jakarta: STI. 1994. Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani. 2001. Assauri, Sofjan. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004. Buchory, Herry Ahmad dan Djaslim Saladin. Dasar-Dasar Pemasaran Bank. Bandung: Linda Karya. 2006. Boyd, Harper W, dkk. Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Strategis Dengan Orientasi Global. Jakarta: Erlangg. 2000. Carl, Mc Daniel dan Roger Gates. Riset Pemasaran Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat. 2001. Cravens, David W. Pemasaran Strategis. Jakarta: Erlangga. 2006. Dewi, Gemala. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media. 2004. Echols, John M dan Hasan Syadiliy. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia. 1990. Gito Sundarmo, Indriyo dan I Nyoman Sudito. Prilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
68
Harian Terbit. “Dianggap Mahal Asuransi Mikro Masih Minim. Artikel diakses pada 18 Oktober 2013 dari http://www.harianterbit.com/2013/10/18/dianggapmahal-asuransi-mikro-masih-minim/ Hartono, Sri Rejeki. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Jakarta: Sinar Grafika. 1997. Hasan, Ali. Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Prenada Media. 2004, Hasan, Ali. Marketing Bank Syariah. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010. Hayati, Elida. “Strategi Pengembangan Diri Agen Asuransi Syariah Dalam Mencapai Produktifitas”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011. Iqbal, Muhaimin. Asuransi Umum Syari’ah Dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani Press. 2005. Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta:.PT. Raja Grafindo Persada. 2002. Khasanah, Nisaul. Strategi Pemasaran Berdasarkan Prinsip Syari’ah Dalam Meningkatkan Permintaan Produk-Produk BMT Bintaro. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011. Khotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo. 1997 Lomb, Charles W, dkk. Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat.2001. Mahalli, Ahmad Mudjab dan A.R Hasbullah. Hadits-Hadits Mutafaq Alaih. Jakarta: Prenada Media. 2004. Muhammad. Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Salemba Empat. 2002. Muslim. Imam Abi Hasan. Shahih Muslim. Beirut: Darul Kitab Al’Ajabiy. Pojodikoro, Worjono. Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta: PT. Intermasa. 1981.
69
Raharjo, M. Dawam. Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi. Jakarta: LSAF, 1999. Siagaan, Dergibson dan Sugiarto. Metode Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2000. Soedarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah: Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisis, Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Siatem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press. 2004. Swastha, Basu. Azas-Azas Marketing. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. 2002. Tarmizi, Erwandi. Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor: PT. Berkat Mulia Insani. 2013. Tebba, Sudirman. Sehat Lahir Batin. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. 2005. Undang-Undang no 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Yafie, Ali. Menggagas Fiqh Sosial. Bandung: Mizan. 1884
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA BMT BINTARO Narasumber
: Bp. Irfan Wajidi
Jabatan
: Bendahara BMT Bintaro
Tempat
: Kantor BMT Bintaro
Hari/Tanggal
: Jum’at, 22 November 2013
Waktu
: 14.00 WIB
1. Apa prinsip operasional BMT Bintaro dalam menjalankan kegiatan operasional? a. Tidak memakai tenaga wanita untuk mempromosikan barang, dari front office, back office, dan juga presentasi. b. Tidak mengikuti pola Bank Syariah dan BMT yang lainnya karena dianggap masih menganut sistem riba. c. Mewajibkan seluruh karyawan mengikuti pengajian sesuai dengan pemahaman salafi, pemahaman generasi terbaik dari umat Islam. d. Menjalin hubungan kerjasama diantara anggota yang sudah terjalin dalam kajian yang sama yaitu salaf. e. Menerima anggota koperasi BMT tidak hanya golongan salaf saja (umum). 2. Apakah tujuan diadakannya program ta’min ta’awuni? -
Program ini bertujuan untuk saling tolong-menolong dalam kesehatan.
3. Kapan program ini dikeluarkan? -
Bulan Juli 2013
4. Berapa anggota ta’min ta’awuni saat ini? -
Sampai saat ini masih 30 orang.
5. Bagaimana mekanisme / prosedur pada ta ‘min ta’awuni? -
Prosedur program ta’min ta’awuni singkatnya adalah dengan mengisi formulir dan memenuhi syarat yang telah ditentukan, mampu memberikan dana tabarru’, dan menyepakati akad.
6. Bagaimana sosialisasi BMT terhadap program ini ke masyarakat? -
Sosialisasinya masih berdasarkan website, brosur, dan rekan bisnis. Untuk sosialisasi kepada masyarakat, kita belum berperan banyak.
7. Sampai berapa lama peserta diwajibkan membayar kontribusi tabarru? -
Tidak ada batasan untuk mengikuti program ini, karena ini sifatnya hibah untuk saling tolong-menolong.
8. Dana yang dikumpulkan, akan dikelola dalam usaha apa? Dan bagaimana cara bagi hasilnya? -
Untuk sementara ini, kita belum menerapkan akad mudharabah karena peserta ta’min belum mencapai 200. Jadi saat ini kita hanya menerapkan akad wakalah bil ujroh.
9. Kalau peserta dalam periode 3 bulan tidak mengalami sakit, apakah hak
mendapatkan
bantuannya gugur? Lalu bagaimana keuntungan yang seharusnya menjadi hak peserta? -
Tidak gugur. Akan tetapi di alokasikan untuk periode berikutnya dengan syarat tetap membayar dana tabarru.
10. Apakah BMT Bintaro memberikan draft kontrak kepada peserta dan bagaimana prosedur klaimnya?
-
Tidak. Peserta yang akan mengajukan klaim cukup dengan menyerahkan bukti pembayaran biaya kesehatan lalu kami akan menggantinya dengan batas maksimum Rp 2.000.000
11. Untuk kedepannya, apa rencana BMT Bintaro untuk memasarkan program ini? Untuk kedepannya, Insya Allah kita akan mencoba membuat iklan di radio atau TV rodja, membuat seminar tentang asuransi syariah atau hal yang berkaitan dengan ekonomi syariah, dan membuat kajian rutin seminggu sekali. 12. Hal-hal apa saja yang menjadi kendala dalam memasarkan program ini? -
Yang menjadi kendala adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk menabung, kurangnya SDM yang kita miliki dan ilmu asuransi yang masih minim, dan mungkin kurangnya pemahaman teknologi pada masyarakat kebawah karena BMT juga melakukan promosi lewat website.
13. Peluang apa saja yang ada dalam program ini? -
Peluangnya adalah dengan mengikuti ta’min ta’awuni maka peserta akan mendapat bantuan dari anggota yang lainnya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
14. Apa tantangan BMT dalam memasarkan program ta’min ta’awuni? -
Tantangannya yang pertama adalah kita harus memberi pembekalan ilmu dahulu ke karyawan kita tentang asuransi. Kemudian, BMT berrencana melakukan kegiatan edukasi atau pemahaman tentang asuransi syariah ke masyarakat kecil, sekolah, dan kantor.
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI’AH
ﻴ ِﻢﺮ ِﺣ ﻤ ِﻦ ﺍﻟﺮﺣ ﷲ ﺍﻟ ِ ﺴ ِﻢ ﺍ ِﺑ Dewan Syari'ah Nasional setelah: Menimbang
: a. bahwa dalam menyongsong masa depan dan upaya mengantisipasi kemungkinan terjadinya resiko dalam kehidupan ekonomi yang akan dihadapi, perlu dipersiapkan sejumlah dana tertentu sejak dini. b. bahwa salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut dapat dilakukan melalui asuransi; c. bahwa bagi mayoritas umat Islam Indonesia, asuransi merupakan persoalan baru yang masih banyak dipertanyakan; apakah status hukum maupun cara aktifitasnya sejalan dengan prinsip-prinsip syari’ah; d. bahwa oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan dan menjawab pertanyaan masyarakat, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip Syariah untuk dijadikan pedoman oleh pihak-pihak yang memerlukannya.
Mengingat
: 1. Firman Allah tentang perintah mempersiapkan hari depan:
،ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﹼﻠﻪﺍ ﻭ،ٍﻐﺪ ﺖ ِﻟ ﻣ ﺪ ﺎﹶﻗﺲ ﻣ ﻧ ﹾﻔ ﺮ ﻨ ﹸﻈ ﺘﻭﹾﻟ ﻪ ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﹼﻠﻮﺍ ﺍﻣﻨ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺂﹶﺃﻳﻳ .(١٨ :ﻮ ﹶﻥ )ﺍﳊﺸﺮ ﻤﹸﻠ ﻌ ﺗﺎﺮ ِﺑﻤ ﻴﺧِﺒ ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﹼﻠ “Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Hasyr [59]: 18). 2. Firman Allah tentang prinsip-prinsip bermu’amalah, baik yang harus dilaksanakan maupun dihindarkan, antara lain:
ﺎﺎ ِﻡ ِﺇ ﱠﻻ ﻣﻧﻌﻤ ﹸﺔ ﹾﺍ َﻷ ﻴﺑ ِﻬ ﻢ ﺖ ﹶﻟ ﹸﻜ ﻮ ِﺩ ﹸﺃ ِﺣﱠﻠ ﻌ ﹸﻘ ﺍ ﺑِﺎﹾﻟﻭﹸﻓﻮ ﺍ ﹶﺃﻨﻮﻣ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺂ ﹶﺃﻳﻳ ﺪ ِﺮﻳﺎ ﻳﻢ ﻣ ﺤ ﹸﻜ ﷲ ﻳ َ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ،ﺮﻡ ﺣ ﻢ ﺘﻧﻭﹶﺃ ﻴ ِﺪﺼ ﺤﻠﱢﻰ ﺍﻟ ِ ﻣ ﺮ ﻴﻢ ﹶﻏ ﻴ ﹸﻜﻋﹶﻠ ﺘﻠﹶﻰﻳ (١ :)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ
21 Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
2
“Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. al-Maidah [5]: 1)
ﺱ ِ ﺎﻦ ﺍﻟﻨ ﻴﺑ ﻢ ﺘﻤ ﺣ ﹶﻜ ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺎﻫِﻠﻬ ﺕ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃ ِ ﺎﺎﻧﻭﺍ ﺍﹾﻟﹶﺄﻣﺆﺩ ﺗ ﻢ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺮ ﹸﻛ ﻣ ﹾﺄﻪ ﻳ ﺇِ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ ﺎﻴﻌﺳ ِﻤ ﷲ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ َ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ،ِﻢ ِﺑﻪ ِﻌ ﹸﻈ ﹸﻜﺎ ﻳﷲ ِﻧ ِﻌﻤ َ ﺪ ِﻝ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ ﻌ ﻮﺍ ﺑِﺎﹾﻟﺤ ﹸﻜﻤ ﺗ ﹶﺃ ﹾﻥ (٥٨ :ﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﻴﺮﺼ ِ ﺑ “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamiu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah dengan adil…” (QS. an-Nisa [4]: 58).
ﺲ ﺟ ﻡ ِﺭ ﺯﻟﹶﺎ ﺍﹾﻟﹶﺄﺏ ﻭ ﺎﻧﺼﺍﹾﻟﹶﺄﺮ ﻭ ﺴ ِ ﻴﻤ ﺍﹾﻟﺮ ﻭ ﻤ ﺨ ﺎ ﺍﹾﻟﻧﻤﻮﺍ ِﺇﻣﻨ ﻦ ﺀَﺍ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻬﺎﹶﺃﻳﻳ (٩٠ :ﻮ ﹶﻥ )ﺍﳌﺎﺋﺪﺓﺗ ﹾﻔِﻠﺤ ﻢ ﻌﱠﻠ ﹸﻜ ﻩ ﹶﻟ ﻮ ﺒﺘِﻨﺟ ﻴﻄﹶﺎ ِﻥ ﻓﹶﺎﺸ ﻤ ِﻞ ﺍﻟ ﻋ ﻦ ِﻣ “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” (QS. al-Maidah [5]: 90)
(٢٧٥ :ﺎ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓﺮﺑ ﻡ ﺍﻟ ﺮ ﺣ ﻭ ﻊ ﻴﺒﻪ ﺍﹾﻟ ﺣ ﱠﻞ ﺍﻟﱠﻠ ﻭﹶﺃ “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]; 275)
ﻢ ﺘﻨﻮﺍ ِﺇ ﹾﻥ ﹸﻛﺮﺑ ﻦ ﺍﻟ ﻲ ِﻣ ﺑ ِﻘ ﺎﺍ ﻣﺭﻭ ﻭ ﹶﺫ َﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﷲﺍ ﺍﻨﻮﻣ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺂ ﹶﺃﻳﻳ .(٢٧٨ :ﻦ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﻴﺆ ِﻣِﻨ ﻣ “Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang beriman” (QS.2 : alBaqarah [2]: 278).
:ﻮ ﹶﻥ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﻤ ﺗ ﹾﻈﹶﻠ ﻭ ﹶﻻ ﻮ ﹶﻥ ﻤ ﺗ ﹾﻈِﻠ ﻢ ﹶﻻ ﺍِﻟ ﹸﻜﻣﻮ ﺱ ﹶﺃ ﻭ ﺭ ُﺀ ﻢ ﻢ ﹶﻓﹶﻠ ﹸﻜ ﺘﺒﺗ ﻭِﺇ ﹾﻥ (٢٧٩ “Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (QS. al-Baqarah [2]; 279)
ﻢ ِﺇ ﹾﻥ ﺮ ﹶﻟ ﹸﻜ ﻴﺧ ﺍﺪﹸﻗﻮ ﺼ ﺗ ﻭﹶﺃ ﹾﻥ ،ٍﺮﺓ ﺴ ﻴﻣ ﺮﹲﺓ ِﺇﻟﹶﻰ ﻨ ِﻈﺮ ٍﺓ ﹶﻓ ﺴ ﻋ ﻭ ﻭِﺇ ﹾﻥ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹸﺫ (٢٨٠ :ﻮ ﹶﻥ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﻤ ﻌﹶﻠ ﺗ ﻢ ﺘﻨﹸﻛ Dewan Syariah Nasional MUIewan Syariah Nasional MUI
21 Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
3
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS. al-Baqarah [2]: 280)
ﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ﺎ ِﻃ ِﻞ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﹾﻥﻢ ﺑِﺎﹾﻟﺒ ﻨ ﹸﻜﻴﺑ ﻢ ﺍﹶﻟ ﹸﻜﻣﻮ ﺍ ﹶﺃﺗ ﹾﺄ ﹸﻛﹸﻠﻮ ﺍ ﹶﻻﻨﻮﻣ ﻦ ﺀَﺍ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺎﹶﺃﻳﻳ ﻢ ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﺑ ﹸﻜ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ،ﺴ ﹸﻜﻢ ﻧ ﹸﻔﺍ ﹶﺃﺘﹸﻠﻮﺗ ﹾﻘ ﻭ ﹶﻻ ﻢ ﻨ ﹸﻜﺽ ِﻣ ٍ ﺍﺗﺮ ﻦ ﻋ ﺭ ﹰﺓ ﺎِﺗﺠ (٢٩ :ﺎ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﺭﺣِﻴﻤ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan (mengambil)harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian..” (QS. an-Nisa [4] : 29) 3. Firman Allah tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain :
ﺗﻘﹸﻮﺍﺍﺍ ِﻥ ﻭﺪﻭ ﻌ ﺍﹾﻟﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟِﺈﹾﺛ ِﻢ ﻭ ﻮﺍﻭﻧ ﺎﺗﻌ ﻭﻟﹶﺎ ﻯﺘ ﹾﻘﻮﺍﻟﺮ ﻭ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟِﺒ ﻮﺍﻭﻧ ﺎﺗﻌﻭ .(٢ :ﺏ )ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ ِ ﺪ ﺍﹾﻟ ِﻌﻘﹶﺎ ﺷﺪِﻳ ﻪ ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ ﺍﻟﱠﻠ “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. alMaidah [5]: 2) 4. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang beberapa prinsip bermu’amalah, antara lain:
ﻦ ﺑ ﹰﺔ ِﻣﺮ ﻪ ﹸﻛ ﻨﻋ ﷲ ُﺝﺍ ﺮ ﹶﻓ،ﺎﻧﻴﺪ ﺏ ﺍﻟ ِ ﺮ ﻦ ﹸﻛ ﺑ ﹰﺔ ِﻣﺮ ﺴِﻠ ٍﻢ ﹸﻛ ﻣ ﻦ ﻋ ﺝ ﺮ ﻦ ﹶﻓ ﻣ ﻴ ِﻪ ﻮ ِﻥ ﹶﺃ ِﺧ ﻋ ﻲ ﺪ ِﻓ ﺒﻌ ﻡ ﺍﹾﻟ ﺍﺎﺩﺒ ِﺪ ﻣﻌ ﻮ ِﻥ ﺍﹾﻟ ﻋ ﻲ ﷲ ِﻓ ُ ﺍ ﻭ،ِﻣﺔ ﺎﻮ ِﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ ﺏ ﻳ ِ ﺮ ﹸﻛ .()ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
ﺴ ِﺪ ِﺇﺫﹶﺍ ﺠ ﻢ ِﻣﹾﺜ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ ﺎ ﹸﻃ ِﻔ ِﻬﺗﻌﻭ ﻢ ﺣ ِﻤ ِﻬ ﺍﺗﺮﻭ ﻢ ﺩ ِﻫ ﺍﺗﻮ ﻲ ﻦ ِﻓ ﻴﺆ ِﻣِﻨ ﻤ ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ ﻰ )ﺭﻭﺍﻩﺤﻤ ﺍﹾﻟﻬ ِﺮ ﻭ ﺴ ﺴ ِﺪ ﺑِﺎﻟ ﺠ ﺮ ﺍﹾﻟ ﺎِﺋﻪ ﺳ ﻰ ﹶﻟﺍﻋﺗﺪ ﻮ ﻀ ﻋ ﻪ ﻨﺘﻜﹶﻰ ِﻣﺷ ﺍ (ﻣﺴﻠﻢ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﺑﺸﲑ “Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit maka bagian lain akan turut menderita” (HR. Muslim dari Nu’man bin Basyir) Dewan Syariah Nasional MUIewan Syariah Nasional MUI
21 Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
4
ﺎ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻋﻦ ﺃﰊﻌﻀ ﺑ ﻪ ﻀ ﻌ ﺑ ﺪ ﺸ ﺎ ِﻥ ﻳﻨﻴﺒﺆ ِﻣ ِﻦ ﻛﹶﺎﹾﻟ ﻤ ﻦ ﻟِ ﹾﻠ ﺆ ِﻣ ﻤ ﹶﺍﹾﻟ (ﻣﻮﺳﻰ “Seorang mu’min dengan mu’min yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian menguatkan bagian yang lain” (HR Muslim dari Abu Musa al-Asy’ari)
.ﺎﺍﻣﺣﺮ ﺣ ﱠﻞ ﻭ ﹶﺃ ﻼ ﹰﻻ ﹶﺃ ﺣ ﹶ ﻡ ﺮ ﺣ ﺮﻃﹰﺎ ﺷ ﻢ ِﺇ ﱠﻻ ِﻭ ِﻃﻬﺷﺮ ﻋﻠﹶﻰ ﻮ ﹶﻥﺴِﻠﻤ ﻤ ﺍﹾﻟﻭ ()ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻋﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﻋﻮﻑ “Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf)
ﻯ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﻧﻮ ﺎﺉ ﻣ ٍ ﻣ ِﺮ ﺎ ِﻟ ﹸﻜ ﱢﻞ ﺍﻧﻤﻭِﺇ ﺕ ِ ﺎﻨﻴﺎ ﹸﻝ ﺑِﺎﻟﻋﻤ ﺎ ﺍﹾﻟﹶﺄﻧﻤِﺇ (ﺏ ِ ﺨﻄﱠﺎ ﺑ ِﻦ ﺍﹾﻟ ﺮ ﻤ ﻋ ﻭﻣﺴﻠﻢ ﻋﻦ “Setiap amalan itu hanyalah tergantung niatnya. Dan seseorang akan mendapat ganjaran sesuai dengan apa yang diniatkannya”. (HR. Bukhari & Muslim dari Umar bin Khattab).
ﺮ ِﺭ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻐ ﻴ ِﻊ ﺍﹾﻟﺑ ﻦ ﻋ ﻢ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ﻮ ﹸﻝ ﺍﻟﱠﻠ ِﻪﺭﺳ ﻰﻧﻬ (ﺮ ﹶﺓ ﺮﻳ ﻫ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﻭﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ ﻋﻦ ﹶﺃﺑِﻲ “Rasulullah SAW melarang jual beli yang mengandung gharar” (HR. Muslim, Tirmizi, Nasa’i, Abu Daud, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
(ﺎ ًﺀ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﻢ ﹶﻗﻀ ﻨ ﹸﻜﺴ ﺣ ﻢ ﹶﺃ ﺮ ﹸﻛ ﻴﺧ ِﺇ ﱠﻥ “Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling baik dalam pembayaran hutangnya” (HR. Bukhari).
ﻭﺃﲪﺪ ﻋﻦ،ﺭ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ ﻋﻦ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﺼﺎﻣﺖ ﺍﺿﺮ ِ ﻭ ﹶﻻ ﺭ ﺮ ﺿ ﹶﻻ ( ﻭﻣﺎﻟﻚ ﻋﻦ ﳛﻲ،ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” (Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu ‘Abbas, dan Malik dari Yahya). 7. Kaidah fiqh yang menegaskan:
ﺎ ِﻤﻬﺤ ِﺮﻳ ﺗ ﻋﻠﹶﻰ ﻴ ﹲﻞﺩِﻟ ﺪ ﱠﻝ ﺣ ﹸﺔ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻳ ﺎﺕ ﹾﺍ ِﻹﺑ ِ ﻼ ﻣ ﹶ ﺎﻤﻌ ﺻ ﹸﻞ ﻓِﻰ ﺍﹾﻟ ﹾﺍ َﻷ-١ “Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
Dewan Syariah Nasional MUIewan Syariah Nasional MUI
21 Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
5
.ﻣﻜﹶﺎ ِﻥ ﺪ ِﺭ ﹾﺍ ِﻹ ﻊ ِﺑ ﹶﻘ ﺪﹶﻓ ﺭ ﻳ ﺮ ﻀ ﺍﹶﻟ-٢ “Segala mudharat harus dihindarkan sedapat mungkin.”
.ﺍ ﹸﻝﺰﺭ ﻳ ﺮ ﻀ ﺍﹶﻟ-٣ “Segala mudharat (bahaya) harus dihilangkan.” Memperhatikan
: 1. Hasil Lokakarya Asuransi Syari’ah DSN-MUI tanggal 13-14 Rabi’uts Tsani 1422 H / 4-5 Juli 2001M. 2. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada Senin, tanggal 15 Muharram 1422 H/09 April 2001 M. 3. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada 25 Jumadil Awal 1422 H/15 Agustus 2001 & 29 Rajab 1422 H/17 Oktober 2001. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: FATWA TENTANG SYARI’AH
PEDOMAN
Pertama
: Ketentuan Umum 1. Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. 2. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada point (1) adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat. 3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial. 4. Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial. 5. Premi adalah kewajiban peserta Asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. 6. Klaim adalah hak peserta Asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
Kedua
: Akad dalam Asuransi 1. Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah dan / atau akad tabarru'. 2. Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah mudharabah. Sedangkan akad tabarru’ adalah hibah. 3. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan :
Dewan Syariah Nasional MUIewan Syariah Nasional MUI
UMUM
ASURANSI
21 Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
6
a. hak & kewajiban peserta dan perusahaan; b. cara dan waktu pembayaran premi; c. jenis akad tijarah dan / atau akad tabarru’ serta syarat-syarat yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan. Ketiga
: Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tijarah & Tabarru’ 1. Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis); 2. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah.
Keempat
: Ketentuan dalam Akad Tijarah & Tabarru’ 1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru' bila pihak yang tertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya. 2. Jenis akad tabarru' tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.
Kelima
: Jenis Asuransi dan Akadnya 1. Dipandang dari segi jenis asuransi itu terdiri atas asuransi kerugian dan asuransi jiwa. 2. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah dan hibah.
Keenam
: Premi 1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru'. 2. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan unsur riba dalam penghitungannya. 3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada peserta. 4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru' dapat diinvestasikan.
Ketujuh
: Klaim 1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian. 2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan. 3. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
Dewan Syariah Nasional MUIewan Syariah Nasional MUI
21 Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
7
4. Klaim atas akad tabarru', merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad. Kedelapan
: Investasi 1. Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang terkumpul. 2. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah.
Kesembilan
: Reasuransi Asuransi syariah hanya dapat melakukan reasuransi kepada perusahaan reasuransi yang berlandaskan prinsip syari'ah.
Kesepuluh
: Pengelolaan 1. Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah. 2. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah (mudharabah). 3. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh ujrah (fee) dari pengelolaan dana akad tabarru’ (hibah).
Kesebelas
: Ketentuan Tambahan 1. Implementasi dari fatwa ini harus selalu dikonsultasikan dan diawasi oleh DPS. 2. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 3. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 17 Oktober 2001 DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
K.H.M.A. Sahal Mahfudh
Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin
Dewan Syariah Nasional MUIewan Syariah Nasional MUI
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang AKAD TABARRU’ PADA ASURANSI SYARI’AH
ﻴ ِﻢﺮ ِﺣ ﻤ ِﻦ ﺍﻟﺮﺣ ﷲ ﺍﻟ ِ ﺴ ِﻢ ﺍ ِﺑ Dewan Syari'ah Nasional setelah: Menimbang
: a. bahwa fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah dinilai sifatnya masih sangat umum sehingga perlu dilengkapi dengan fatwa yang lebih rinci; b. bahwa salah satu fatwa yang diperlukan adalah fatwa tentang Akad Tabarru’ untuk asuransi; c. bahwa oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang Akad Tabarru’ untuk dijadikan pedoman.
Mengingat
: 1. Firman Allah SWT, antara lain:
ﺗ ﹾﺄ ﹸﻛﻠﹸﻮﹾﺍ ﻭ ﹶﻻ ﺐ ِ ﻴﺚ ﺑِﺎﻟ ﱠﻄ ﺨﺒِﻴ ﹶ ﺪﻟﹸﻮﹾﺍ ﺍﹾﻟ ﺒﺘﺗ ﻭ ﹶﻻ ﻢ ﻬ ﺍﹶﻟﻣﻮ ﻰ ﹶﺃﺎﻣﻴﺘﻮﹾﺍ ﺍﹾﻟﺁﺗ( ﻭ١ .(٢ :ﻮﺑﹰﺎ ﹶﻛﺒِﲑﹰﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺣ ﻧﻢ ِﺇ ﺍِﻟ ﹸﻜﻣﻮ ﻢ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃ ﺍﹶﻟﻬﻣﻮ ﹶﺃ Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar. (QS. al-Nisa’[4]: 2).
ﻢ ﻴ ِﻬﻋﹶﻠ ﺍﺎﹸﻓﻮﻌﺎﻓﹰﺎ ﺧ ﺿ ِ ﹰﺔﺭﻳ ﻢ ﹸﺫ ﺧ ﹾﻠ ِﻔ ِﻬ ﻦ ﺍ ِﻣﺮ ﹸﻛﻮ ﺗ ﻮ ﻦ ﹶﻟ ﺶ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳ ﺨ ﻴﻭﹾﻟ (٢ .(٩ :ﺳﺪِﻳﺪﹰﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻮ ﹰﻻ ﺍ ﹶﻗﻴﻘﹸﻮﹸﻟﻮﻭﹾﻟ ﻪ ﺘﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﹼﻠﻴﹶﻓ ﹾﻠ “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. al-Nisa’ [4]: 9).
ﺗﻘﹸﻮﺍﺍ ﻭ،ٍﻐﺪ ﺖ ِﻟ ﻣ ﺪ ﺎﹶﻗﺲ ﻣ ﻧ ﹾﻔ ﺮ ﻨ ﹸﻈﺘﻭﹾﻟ ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﹼﻠﻪﻮﺍ ﺍ ﻨﻣ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺂﹶﺃﻳ( ﻳ٣ .(١٨ :ﻮ ﹶﻥ )ﺍﳊﺸﺮ ﻤﹸﻠ ﻌ ﺗﺎﺮ ِﺑﻤ ﻴﺧِﺒ ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﹼﻠ،ﺍﻟﹼﻠﻪ “Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat
53 Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 2
untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Hasyr [59]: 18). 2. Firman Allah SWT tentang prinsip-prinsip bermu’amalah, baik yang harus dilaksanakan maupun dihindarkan, antara lain:
ﺎ ِﻡ ِﺇ ﱠﻻﻧﻌﻤ ﹸﺔ ﹾﺍ َﻷ ﻴﺑ ِﻬ ﻢ ﺖ ﹶﻟ ﹸﻜ ﻮ ِﺩ ﹸﺃ ِﺣﱠﻠ ﻌ ﹸﻘ ﺍ ﺑِﺎﹾﻟﻭﹸﻓﻮ ﺍ ﹶﺃﻨﻮﻣ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺂ ﹶﺃﻳ( ﻳ١ ﺎﻢ ﻣ ﺤ ﹸﻜ ﷲ ﻳ َ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ،ﺮﻡ ﺣ ﻢ ﺘﻧﻭﹶﺃ ﻴ ِﺪﺼ ﺤﻠﱢﻰ ﺍﻟ ِ ﻣ ﺮ ﻴﻢ ﹶﻏ ﻴ ﹸﻜﻋﹶﻠ ﺘﻠﹶﻰﺎ ﻳﻣ (١ :ﺪ )ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ ِﺮﻳﻳ “Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. al-Maidah [5]: 1).
ﻦ ﻴﺑ ﻢ ﺘﻤ ﺣ ﹶﻜ ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺎﻫِﻠﻬ ﺕ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃ ِ ﺎﺎﻧﻭﺍ ﺍﹾﻟﹶﺄﻣﺆﺩ ﺗ ﻢ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺮ ﹸﻛ ﻣ ﹾﺄﻪ ﻳ ( ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ٢ ﷲ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ َ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ،ِﻢ ِﺑﻪ ِﻌ ﹸﻈ ﹸﻜﺎ ﻳﷲ ِﻧ ِﻌﻤ َ ﺪﻝِ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ ﻌ ﻮﺍ ﺑِﺎﹾﻟﺤ ﹸﻜﻤ ﺗ ﺱ ﹶﺃ ﹾﻥ ِ ﺎﺍﻟﻨ (٥٨ :ﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﻴﺮﺼ ِ ﺑ ﺎﻴﻌﺳ ِﻤ “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamiu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. alNisa’ [4]: 58).
ﺎ ِﻃ ِﻞ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﹾﻥﻢ ﺑِﺎﹾﻟﺒ ﻨ ﹸﻜﻴﺑ ﻢ ﺍﹶﻟ ﹸﻜﻣﻮ ﺍ ﹶﺃﺗ ﹾﺄ ﹸﻛﹸﻠﻮ ﺍ ﹶﻻﻨﻮﻣ ﻦ ﺀَﺍ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺎﹶﺃﻳ( ﻳ٣ ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ،ﺴ ﹸﻜﻢ ﻧ ﹸﻔﺍ ﹶﺃﺘﹸﻠﻮﺗ ﹾﻘ ﻭ ﹶﻻ ﻨ ﹸﻜﻢﺽ ِﻣ ٍ ﺍﺗﺮ ﻦ ﻋ ﺭ ﹰﺓ ﺎﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﺗﺠ (٢٩ :ﺎ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﺭﺣِﻴﻤ ﻢ ِﺑ ﹸﻜ “Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan (mengambil)harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. al-Nisa’ [4]: 29). 3. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain :
ﺗﻘﹸﻮﺍﺍ ﻭ،ﺍ ِﻥﺪﻭ ﻌ ﺍﹾﻟﻋﻠﹶﻰ ﹾﺍ ِﻹﹾﺛ ِﻢ ﻭ ﻮﺍﻭﻧ ﺎﺗﻌ ﻭ ﹶﻻ ،ﻯﺘ ﹾﻘﻮﺍﻟﺮ ﻭ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟِﺒ ﻮﺍﻭﻧ ﺎﺗﻌﻭ .(٢ :ﺏ )ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ ِ ﺪ ﺍﹾﻟ ِﻌﻘﹶﺎ ﺷﺪِﻳ ﻪ ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ ﺍﻟﱠﻠ Dewan Syariah Nasional MUI
53 Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 3
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. al-Maidah [5]: 2). 4. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang beberapa prinsip bermu’amalah, antara lain:
ﺑ ﹰﺔﺮ ﻪ ﹸﻛ ﻨ ﻋ ﷲ ُﺝﺍ ﺮ ﹶﻓ،ﺎﻧﻴﺪ ﺏ ﺍﻟ ِ ﺮ ﻦ ﹸﻛ ﺑ ﹰﺔ ِﻣﺮ ﺴِﻠ ٍﻢ ﹸﻛ ﻣ ﻦ ﻋ ﺝ ﺮ ﻦ ﹶﻓ ﻣ (١ ﻮ ِﻥ ﻋ ﻲ ﺪ ِﻓ ﺒﻌ ﻡ ﺍﹾﻟ ﺍﺎﺩﺒ ِﺪ ﻣﻌ ﻮ ِﻥ ﺍﹾﻟ ﻋ ﻲ ﷲ ِﻓ ُ ﺍ ﻭ،ِﻣﺔ ﺎﻮ ِﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ ﺏ ﻳ ِ ﺮ ﻦ ﹸﻛ ِﻣ .(ﻴ ِﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓﹶﺃ ِﺧ “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
ﺴ ِﺪ ِﺇﺫﹶﺍ ﺠ ﻢ ِﻣﹾﺜ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ ﺎ ﹸﻃ ِﻔ ِﻬﺗﻌﻭ ﻢ ﺣ ِﻤ ِﻬ ﺍﺗﺮﻭ ﻢ ﺩ ِﻫ ﺍﺗﻮ ﻲ ﻦ ِﻓ ﻴﺆ ِﻣِﻨ ﻤ ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ (٢ ﻰﺤﻤ ﺍﹾﻟﻬ ِﺮ ﻭ ﺴ ﺴ ِﺪ ﺑِﺎﻟ ﺠ ﺮ ﺍﹾﻟ ﺎِﺋﻪ ﺳ ﻰ ﹶﻟﺍﻋﺗﺪ ﻮ ﻀ ﻋ ﻪ ﻨﺘﻜﹶﻰ ِﻣﺷ ﺍ ()ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﺑﺸﲑ “Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit maka bagian lain akan turut menderita” (HR. Muslim dari Nu’man bin Basyir).
ﺎ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻋﻦ ﺃﰊﻌﻀ ﺑ ﻪ ﻀ ﻌ ﺑ ﺪ ﺸ ﺎ ِﻥ ﻳﻨﻴﺒﺆ ِﻣ ِﻦ ﻛﹶﺎﹾﻟ ﻤ ﻦ ﻟِ ﹾﻠ ﺆ ِﻣ ﻤ ( ﹶﺍﹾﻟ٣ (ﻣﻮﺳﻰ “Seorang mu’min dengan mu’min yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian menguatkan bagian yang lain” (HR Muslim dari Abu Musa al-Asy’ari).
ﺪﹶﻗ ﹸﺔ ﺼ ﻪ ﺍﻟ ﺗ ﹾﺄ ﹸﻛﹶﻠ ﺘﻰﺣ ﻪ ﺮ ﹾﻛ ﺘﻭ ﹶﻻ ﻳ ،ِﺮ ِﺑﻪ ﺠ ِ ﺘﻴﺎ ﹲﻝ ﹶﻓ ﹾﻠﻪ ﻣ ﺎ ﹶﻟﻴﻤِﺘﻲ ﻳ ﻭِﻟ ﻦ ﻣ (٤ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺍﻟﺪﺍﺭ ﻗﻄﲏ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ (ﺷﻌﻴﺐ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺟﺪﻩ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﺍﻟﻌﺎﺹ “Barang siapa mengurus anak yatim yang memiliki harta, hendaklah ia perniagakan, dan janganlah membiarkannya (tanpa diperniagakan) hingga habis oleh sederkah (zakat dan nafakah)” (HR. Tirmizi, Daraquthni, dan Baihaqi dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya Abdullah bin ‘Amr bin Ash).
Dewan Syariah Nasional MUI
53 Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 4
ﺣ ﱠﻞ ﻭ ﹶﺃ ﻼ ﹰﻻ ﹶﺃ ﺣ ﹶ ﻡ ﺮ ﺣ ﺮﻃﹰﺎ ﺷ ﻢ ِﺇ ﱠﻻ ﻭ ِﻃ ِﻬﺷﺮ ﻋﻠﹶﻰ ﻮ ﹶﻥﺴِﻠﻤ ﻤ ﺍﹾﻟ( ﻭ٥ ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻋﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﻋﻮﻑ.ﺎﺍﻣﺣﺮ “Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).
،ﺭ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ ﻋﻦ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﺼﺎﻣﺖ ﺍﺿﺮ ِ ﻭ ﹶﻻ ﺭ ﺮ ﺿ ( ﹶﻻ٦ ( ﻭﻣﺎﻟﻚ ﻋﻦ ﳛﻲ،ﻭﺃﲪﺪ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” (Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu ‘Abbas, dan Malik dari Yahya). 5. Kaidah fiqh:
ﻬﺎ ِﻤﺤ ِﺮﻳ ﺗ ﻋﻠﹶﻰ ﻴ ﹲﻞﺩِﻟ ﺪ ﱠﻝ ﺣ ﹸﺔ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻳ ﺎﺕ ﹾﺍ ِﻹﺑ ِ ﻼ ﻣ ﹶ ﺎﻤﻌ ﺻ ﹸﻞ ﻓِﻰ ﺍﹾﻟ ﹾﺍ َﻷ-١ “Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
.ﻣﻜﹶﺎ ِﻥ ﺪ ِﺭ ﹾﺍ ِﻹ ﻊ ِﺑ ﹶﻘ ﺪﹶﻓ ﺭ ﻳ ﺮ ﻀ ﺍﹶﻟ-٢ “Segala mudharat harus dihindarkan sedapat mungkin.”
.ﺍ ﹸﻝﺰﺭ ﻳ ﺮ ﻀ ﺍﹶﻟ-٣ “Segala mudharat (bahaya) harus dihilangkan.” Memperhatikan
: 1. Pendapat ulama:
ﺎ ﹸﻥﻌ ﻳ،ِﺮ ﹶﻛﺔ ﺸ ﻪ ﻟِﻠ ﻨﺎ ِﻣﺮﻋ ﺒﺗ ﻮ ﹸﻥ ﹸﻜﻙ ﻳ ِﺘﺮﺸ ﻤ ﻪ ﺍﹾﻟ ﻌ ﺪﹶﻓ ﻱ ﻳ ﺒﹶﻠ ﹸﻎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻤ ( ﻓﹶﺎﹾﻟ١ ﻪ ﻣ ﺪ ﺗ ﹶﻘ ﺮ ﹶﻛ ﹸﺔ ﺸ ﺍﻟ ﻭ،ِﻴﻪﻋﹶﻠ ﻖ ﺘ ﹶﻔﻤ ﻨﻈﹶﺎ ِﻡ ﺍﹾﻟﺐ ﺍﻟ ِ ﺴ ﺤ ﺝ ِﺑ ﺎﺤﺘ ﻤ ﻪ ﺍﹾﻟ ﻨِﻣ )ﺍﳌﻌﺎﻣﻼﺕ.ﺽ ٍ ﻮ ﻭ ِﻋ ﻣﻘﹶﺎِﺑ ٍﻞ ﹶﺃ ﻴ ِﺮﻦ ﹶﻏ ﻀ ٍﺔ ِﻣ ﺤ ﻣ ﺒ ٍﺔ ِﻫﻉ ﹶﺃﻭ ٍ ﺮ ﺒﺗ ﺼ ﹶﻔ ِﺔ ِ ِﺑ (٢٧٦ . ﺹ،ﺍﳌﺎﻟﻴﺔ ﺍﳌﻌﺎﺻﺮﺓ Sejumlah dana (premi) yang diberikan oleh peserta asuransi adalah tabarru’ (amal kebajikan) dari peserta kepada (melalui) perusahaan yang digunakan untuk membantu peserta yang memerlukan berdasarkan ketentuan yang telah disepakati; dan perusahaan memberikannya (kepada peserta) sebagai tabarru’ atau hibah murni tanpa imbalan. (Wahbah al-Zuhaili, al-Mu’amalat al-Maliyyah alMu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h. 287).
ﻴ ِﻦﺘ ﹾﺄ ِﻣﻋ ﹾﻘ ِﺪ ﺍﻟ ﻲ ﻉ ِﻓ ِ ﺮ ﺒﺘﺍ ِﻡ ﺑِﺎﻟﺩ ِﻝ ﺍﹾ ِﻻﹾﻟِﺘﺰ ﺒﺎﻲ ِﻟﺘ ﺞ ﺍﹾﻟ ِﻔ ﹾﻘ ِﻬ ﺨ ِﺮﻳ ﺘﺍﻟ( ﻭ٢ )ﻧﻈﺎﻡ.ﻴ ِﺔﺎِﻟ ِﻜﺪ ﺍﹾﻟﻤ ﻨﺕ ِﻋ ِ ﺎﺮﻋ ﺒﺘﺍ ِﻡ ﺑِﺎﻟﺪ ﹸﺓ ﹾﺍ ِﻻﹾﻟِﺘﺰ ﻪ ﻗﹶﺎ ِﻋ ﺳ ﺎﻲ ﹶﺃﺳ ﻭِﻧ ﺎﺘﻌﺍﻟ Dewan Syariah Nasional MUI
53 Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 5
ﻋﻘﻮﺩ ﺍﻟﺘﺄﻣﲔ ﻭﻋﻘﻮﺩ،٥٩-٥٨ . ﺹ،ﺍﻟﺘﺄﻣﲔ ﳌﺼﻄﻔﻰ ﺍﻟﺰﺭﻗﺎﺀ ،٢٤٧-٢٤٤.ﺿﻤﺎﻥ ﺍﻻﺳﺘﺜﻤﺎﺭ ﻷﲪﺪ ﺍﻟﺴﻌﻴﺪ ﺷﺮﻑ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺹ (٥٣. ﺹ،ﺍﻟﺘﺄﻣﲔ ﺑﲔ ﺍﳊﻈﺮ ﻭﺍﻹﺑﺎﺣﺔ ﻟﺴﻌﺪﻱ ﺃﰊ ﺟﻴﺐ Analisis fiqh terhadap kewajiban (peserta) untuk memberikan tabarru’ secara bergantian dalam akad asuransi ta’awuni adalah “kaidah tentang kewajiban untuk memberikan tabarru’” dalam mazhab Malik. (Mushthafa Zarqa’, Nizham al-Ta’min, h. 58-59; Ahmad Sa’id Syaraf al-Din, ‘Uqud al-Ta’min wa ‘Uqud Dhaman al-Istitsmar, h. 244-147; dan Sa’di Abu Jaib, al-Ta’min bain al-Hazhr wa al-Ibahah, h. 53).
ﻦ ﻴﺘ ﹾﺄ ِﻣﻋ ﹾﻘ ِﺪ ﺍﻟ ﺠ ﹶﺔ ﻴﻧِﺘ ﻦ ﻴﺘ ﹾﺄ ِﻣِﻨﺴ ﻤ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻴﺑ ﺸﹸﺄ ﻨﺗ ﻲ ﻴ ﹶﺔ ﺍﱠﻟِﺘﻮِﻧ ﻧﻼﹶﻗ ﹶﺔ ﺍﹾﻟﻘﹶﺎ ﻌ ﹶ ( ِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ٣ ﺎﻴ ِﺮ ِﻩ ِﺑﻤﻐ ﻉ ِﻟ ﺮ ﺒﺘﻣ ﺘ ﹾﺄ ِﻣ ٍﻦﺴ ﻣ ؛ ﹶﻓ ﹸﻜ ﱡﻞﺮ ِﻋﻲ ﺒﺘﻢ ﺑِﺎﻟﻄﱠﺎِﺑ ِﻊ ﺍﻟ ﺴ ِ ﺘﺗ ﻲ ﺎ ِﻋﺠﻤ ﺍﹾﻟ ﻦ ﻦ ِﻣ ﺮ ِﺭﻳ ﻀ ﺘﻤ ﻊ ِﻟ ﹾﻠ ﺪﹶﻓ ﺗ ﻲ ﺕ ﺍﱠﻟِﺘ ِ ﺎﻀﻌ ِﻮﻳ ﺘﻦ ﺍﻟ ﻴ ِﻪ ِﻣﻋﹶﻠ ﻖ ﺤ ِ ﺘﺴ ﻳ ﻦ ﺧ ﹸﺬ ِﻣ ﹾﺄﺎ ﻳﻪ ِﺑﻤ ﻉ ﹶﻟ ﺮ ﺒﺘﻣ ﻮ ﻫ ﺴ ِﻪ ِ ﻧ ﹾﻔ ﺖ ِ ﻮ ﹾﻗ ﻭﻓِﻲ ﺍﹾﻟ ؛ﻴﻦﺘ ﹾﺄ ِﻣِﻨﺴ ﻤ ﺍﹾﻟ . ﺹ،ﻦ ﺍﻹﺳﻼﻣﻲ ﻷﲪﺪ ﺳﺎﱂ ﻣﻠﺤﻢ ﻴﺘ ﹾﺄ ِﻣﺮ ِﺭ ِﻩ )ﺍﻟ ﻀ ﺗ ﺪ ﻨﺾ ِﻋ ٍ ﻌ ِﻮﻳ ﺗ (٨٣ Hubungan hukum yang timbul antara para peserta asuransi sebagai akibat akad ta’min jama’i (asuransi kolektif) adalah akad tabarru’; setiap peserta adalah pemberi dana tabarru’ kepada peserta lain yang terkena musibah berupa ganti rugi (bantuan, klaim) yang menjadi haknya; dan pada saat yang sama ia pun berhak menerima dana tabarru’ ketika terkena musibah (Ahmad Salim Milhim, al-Ta’min al-Islami, h, 83). 2. Hasil Lokakarya Asuransi Syari’ah DSN-MUI dengan AASI (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia) tanggal 7-8 Jumadi al-Ula 1426 H / 14-15 Juni 2005 M. 3. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada 23 Shafar 1427 H/23 Maret 2006. MEMUTUSKAN Menetapkan Pertama
: FATWA TENTANG AKAD TABARRU’ PADA ASURANSI SYARI’AH : Ketentuan Hukum 1. Akad Tabarru’ merupakan akad yang harus melekat pada semua produk asuransi. 2. Akad Tabarru’ pada asuransi adalah semua bentuk akad yang dilakukan antar peserta pemegang polis.
Dewan Syariah Nasional MUI
53 Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 6
3. Asuransi syariah yang dimaksud pada point 1 adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi. Kedua
: Ketentuan Akad 1. Akad Tabarru’ pada asuransi adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersial. 2. Dalam akad Tabarru’, harus disebutkan sekurang-kurangnya: a. hak & kewajiban masing-masing peserta secara individu; b. hak & kewajiban antara peserta secara individu dalam akun tabarru’ selaku peserta dalam arti badan/kelompok; c. cara dan waktu pembayaran premi dan klaim; d. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.
Ketiga
: Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tabarru’ 1. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah. 2. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana tabarru’ (mu’amman/mutabarra’ lahu, ﻉ ﻝﻪﻤﺘﺒﺭ/ﻥ )ﻤﺅﻤdan secara kolektif selaku penanggung (mu’ammin/mutabarri’ﻉﻤﺘﺒﺭ/ﻥ)ﻤﺅﻤ. 3. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad wakalah dari para peserta selain pengelolaan investasi.
Keempat
: Pengelolaan 1. Pengelolaan asuransi dan reasuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah. 2. Pembukuan dana tabarru’ harus terpisah dari dana lainnya. 3. Hasil investasi dari dana tabarru’ menjadi hak kolektif peserta dan dibukukan dalam akun tabarru’. 4. Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dan reasuransi syariah dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan akad Mudharabah atau akad Mudharabah Musytarakah, atau memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad wakalah bil ujrah.
Kelima
: Surplus Underwriting 1. Jika terdapat surplus underwriting atas dana tabarru’, maka boleh dilakukan beberapa alternatif sebagai berikut: a. Diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun tabarru’. b. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dibagikan sebagian lainnya kepada para peserta yang memenuhi syarat aktuaria/manajemen risiko. c. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta.
Dewan Syariah Nasional MUI
53 Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 7
2. Pilihan terhadap salah satu alternatif tersebut di atas harus disetujui terlebih dahulu oleh peserta dan dituangkan dalam akad. Keenam
: Defisit Underwriting 1. Jika terjadi defisit underwriting atas dana tabarru’ (defisit tabarru’), maka perusahaan asuransi wajib menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk Qardh (pinjaman). 2. Pengembalian dana qardh kepada perusahaan asuransi disisihkan dari dana tabarru’.
Ketujuh
: Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 23 Shafar 1427 H 23 Maret 2006 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA Ketua,
Sekretaris,
K.H. M.A. Sahal Mahfudh
Drs. H.M. Ichwan Sam
Dewan Syariah Nasional MUI
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 52/DSN-MUI/III/2006 Tentang AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI SYARI’AH DAN REASURANSI SYARI’AH
ﻴ ِﻢﺮ ِﺣ ﻤ ِﻦ ﺍﻟﺮﺣ ﷲ ﺍﻟ ِ ﺴ ِﻢ ﺍ ِﺑ Dewan Syari'ah Nasional setelah: Menimbang
: a. bahwa fatwa DSN No.10/DSN-MUI/2000 tentang Wakalah dan fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah dinilai sifatnya masih sangat umum sehingga perlu dilengkapi dengan fatwa yang lebih rinci; b. bahwa salah satu fatwa yang diperlukan adalah fatwa tentang Wakalah bil Ujrah untuk asuransi, yaitu salah satu bentuk akad Wakalah di mana peserta memberikan kuasa kepada perusahaan asuransi dengan imbalan pemberian ujrah (fee); c. bahwa oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang Wakalah bil Ujrah untuk dijadikan pedoman.
Mengingat
: 1. Firman Allah SWT, antara lain:
ﻢ ﻴ ِﻬﻋﹶﻠ ﺍﺎﹸﻓﻮﺎﻓﹰﺎ ﺧﺿﻌ ِ ﹰﺔﺭﻳ ﻢ ﹸﺫ ﺧ ﹾﻠ ِﻔ ِﻬ ﻦ ﺍ ِﻣﺮ ﹸﻛﻮ ﺗ ﻮ ﻦ ﹶﻟ ﺶ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳ ﺨ ﻴﻭﹾﻟ (١ .(٩ :ﺪﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﺳ ِﺪﻳ ﻮ ﹰﻻ ﺍ ﹶﻗﻴﻘﹸﻮﹸﻟﻮﻭﹾﻟ ﻪ ﺘﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﹼﻠﻴﹶﻓ ﹾﻠ “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. al-Nisa’ [4]: 9).
ﺗﻘﹸﻮﺍﺍ ﻭ،ٍﻐﺪ ﺖ ِﻟ ﻣ ﺪ ﺎﹶﻗﺲ ﻣ ﻧ ﹾﻔ ﺮ ﻨ ﹸﻈﺘﻭﹾﻟ ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﹼﻠﻪﻮﺍ ﺍﻣﻨ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺂﹶﺃﻳ( ﻳ٢ .(١٨ :ﻮ ﹶﻥ )ﺍﳊﺸﺮ ﻤﹸﻠ ﻌ ﺗﺎﺮ ِﺑﻤ ﻴﺧِﺒ ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﹼﻠ،ﺍﻟﹼﻠﻪ “Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Hasyr [59]: 18).
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 22
ﺆﱠﻟ ﹶﻔ ِﺔ ﻤ ﺍﹾﻟﺎ ﻭﻴﻬﻋﹶﻠ ﻦ ﻴﺎ ِﻣِﻠﺍﹾﻟﻌﻴ ِﻦ ﻭﺎ ِﻛﻤﺴ ﺍﹾﻟﺍﺀ ﻭﺕ ِﻟ ﹾﻠ ﹸﻔ ﹶﻘﺮ ﺪﻗﹶﺎ ﺼ ﺎ ﺍﻟﻧﻤ( ِﺇ٣ ،ﻴ ِﻞﺴِﺒ ﺑ ِﻦ ﺍﻟﺍﻴ ِﻞ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ﻭﺳِﺒ ﻲ ﻭِﻓ ﻦ ﻴﺎ ِﺭ ِﻣﺍﹾﻟﻐﺏ ﻭ ِ ﺮﻗﹶﺎ ﻭﻓِﻲ ﺍﻟ ﻢ ﻬ ﺑﻮ ﹸﻗﹸﻠ .(٦٠ :ﻢ )ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻴﺣ ِﻜ ﻢ ﻋﻠِﻴ ﻪ ﺍﻟﹼﻠ ﻭ،ﻦ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ﻣ ﻀ ﹰﺔ ﹶﻓﺮِﻳ “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orangorang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-Taubah [9]: 60).
،ﺘﻢﻢ ﹶﻟِﺒﹾﺜ ﻢ ﹶﻛ ﻬ ﻨ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎِﺋ ﹲﻞ ِﻣ،ﻬﻢ ﻨﻴﺍ ﺑﺂ َﺀﹸﻟﻮﺘﺴﻴﻢ ِﻟ ﻫ ﺎﻌﹾﺜﻨ ﺑ ﻚ ﻭﻛﹶﺬِﻟ (٤ ﺍﻌﹸﺜﻮ ﺑ ﻓﹶﺎ،ﻢ ﺘﺎﹶﻟِﺒﹾﺜﻢ ِﺑﻤ ﻋﹶﻠ ﻢ ﹶﺃ ﺑ ﹸﻜﺭ ﺍ ﻗﹶﺎﹸﻟﻮ،ٍﻮﻡ ﺾ ﻳ ﻌ ﺑ ﻭ ﺎ ﹶﺃﻮﻣ ﺎ ﻳﺍ ﹶﻟِﺒﹾﺜﻨﻗﹶﺎﹸﻟﻮ ﺎﺎﻣﺯﻛﹶﻰ ﹶﻃﻌ ﺎ ﹶﺃﻬﺮ ﹶﺃﻳ ﻨ ﹸﻈﻴﻨ ِﺔ ﹶﻓ ﹾﻠﻤ ِﺪﻳ ﻫﺬِﻩ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﻢ ﻮ ِﺭِﻗ ﹸﻜ ﻢ ِﺑ ﺪﻛﹸ ﺣ ﹶﺃ : )ﺍﻟﻜﻬﻒ.ﺍﺣﺪ ﻢ ﹶﺃ ﺮ ﱠﻥ ِﺑ ﹸﻜ ﺸ ِﻌ ﻭ ﹶﻻ ﻳ ﻒ ﺘﹶﻠ ﱠﻄﻴﻭﹾﻟ ،ﻪ ﻨﻕ ِﻣ ٍ ﺯ ﻢ ِﺑ ِﺮ ﻴ ﹾﺄِﺗ ﹸﻜﹶﻓ ﹾﻠ .(١٩ “Dan demikianlah Kami bangkitkan mereka agar saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkata salah seorang di antara mereka: ‘Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini)?’ Mereka menjawab: ‘Kita sudah berada (di sini) satu atau setengah hari.’ Berkata (yang lain lagi): ‘Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun.” (QS. Al-Kahf [18]: 19).
.(٥٥ : )ﻳﻮﺳﻒ.ﻢ ﻴﻋِﻠ ﻆ ﻴ ﹲﺣ ِﻔ ﻲ ﻧ ِﺇ،ِﺭﺽ ﺍِﺋ ِﻦ ﹾﺍ َﻷﺧﺰ ﻋﻠﹶﻰ ﻲ ﻌ ﹾﻠِﻨ ﺟ ( ِﺍ٥ "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengalaman.” (QS. Yusuf [12]: 55).
ﻦ ﻴﺑ ﻢ ﺘﻤ ﺣ ﹶﻜ ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺎﻫِﻠﻬ ﺕ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃ ِ ﺎﺎﻧﻭﺍ ﺍﹾﻟﹶﺄﻣﺆﺩ ﺗ ﻢ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺮ ﹸﻛ ﻣ ﹾﺄﻪ ﻳ ( ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ٦ ﷲ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ َ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ،ِﻢ ِﺑﻪ ِﻌ ﹸﻈ ﹸﻜﺎ ﻳﷲ ِﻧ ِﻌﻤ َ ﺪﻝِ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ ﻌ ﻮﺍ ﺑِﺎﹾﻟﺤ ﹸﻜﻤ ﺗ ﺱ ﹶﺃ ﹾﻥ ِ ﺎﺍﻟﻨ (٥٨ :ﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﻴﺮﺼ ِ ﺑ ﺎﻴﻌﺳ ِﻤ “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 33
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. ” (QS. alNisa’ [4]: 58).
ﻦ ﻣ ﺣﻜﹶﻤﹰﺎ ﻭ ﻫِﻠ ِﻪ ﻦ ﹶﺃ ﻣ ﺣﻜﹶﻤﹰﺎ ﻌﺜﹸﻮﹾﺍ ﺑﺎ ﻓﹶﺎﻴِﻨ ِﻬﻤﺑ ﻕ ﻢ ِﺷﻘﹶﺎ ﺘﻭِﺇ ﹾﻥ ِﺧ ﹾﻔ (٧ ﻋﻠِﻴﻤﹰﺎ ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺎ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﹼﻠﻬﻤ ﻨﻴﺑ ﻪ ﻮﱢﻓ ِﻖ ﺍﻟﹼﻠ ﺻﻼﹶﺣﹰﺎ ﻳ ﺍ ِﺇﺮِﻳﺪﺎ ﺇِﻥ ﻳﻫِﻠﻬ ﹶﺃ (٣٥ :ﺧﺒِﲑﹰﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ “Dan jika kalian khawatirkan terjadi persengketaan di antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga wanita. Jika kedua hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Menilik” (QS. al-Nisa’ [4]: 35).
ﺍ ِﻥﺪﻭ ﻌ ﺍﹾﻟﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟِﺈﹾﺛ ِﻢ ﻭ ﻮﺍﻭﻧ ﺎﺗﻌ ﻭ ﹶﻻ ﻯﺘ ﹾﻘﻮﺍﻟﺮ ﻭ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟِﺒ ﻮﺍﻭﻧ ﺎﺗﻌﻭ (٨ .(٢ :ﺏ )ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ ِ ﺪ ﺍﹾﻟ ِﻌﻘﹶﺎ ﺷﺪِﻳ ﻪ ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﱠﻠﺍﻭ “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. alMa’idah [5]: 2).
ﺎ ِﻡ ِﺇ ﱠﻻﻧﻌﻤ ﹸﺔ ﹾﺍ َﻷ ﻴﺑ ِﻬ ﻢ ﺖ ﹶﻟ ﹸﻜ ﻮ ِﺩ ﹸﺃ ِﺣﱠﻠ ﻌ ﹸﻘ ﺍ ﺑِﺎﹾﻟﻭﹸﻓﻮ ﺍ ﹶﺃﻨﻮﻣ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺂ ﹶﺃﻳ( ﻳ٩ ﺎﻢ ﻣ ﺤ ﹸﻜ ﷲ ﻳ َ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ،ﺮﻡ ﺣ ﻢ ﺘﻧﻭﹶﺃ ﻴ ِﺪﺼ ﺤﻠﱢﻰ ﺍﻟ ِ ﻣ ﺮ ﻴﻢ ﹶﻏ ﻴ ﹸﻜﻋﹶﻠ ﺘﻠﹶﻰﺎ ﻳﻣ (١ :ﺪ )ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ ِﺮﻳﻳ “Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. al-Maidah [5]: 1).
ﺎ ِﻃ ِﻞ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﹾﻥﻢ ﺑِﺎﹾﻟﺒ ﻨ ﹸﻜﻴﺑ ﻢ ﺍﹶﻟ ﹸﻜﻣﻮ ﺍ ﹶﺃﺗﺄﹾ ﹸﻛﹸﻠﻮ ﺍ ﹶﻻﻨﻮﻣ ﻦ ﺀَﺍ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺎﹶﺃﻳ( ﻳ١٠ ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ،ﺴ ﹸﻜﻢ ﻧ ﹸﻔﺍ ﹶﺃﺘﹸﻠﻮﺗ ﹾﻘ ﻭ ﹶﻻ ﻢ ﻨ ﹸﻜِﺽ ﻣ ٍ ﺍﺗﺮ ﻦ ﻋ ﺭ ﹰﺓ ﺎﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﺗﺠ ٠(٢٩ :ﺎ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﺭﺣِﻴﻤ ﻢ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﺑ ﹸﻜ “Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan (mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”” (QS. al-Nisa’ [4]: 29). Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 44
2. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam, antara lain:
ﻦ ﺑ ﺐ ﻴﺷِﺒ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ،ﺎﻥﹸﺳ ﹾﻔﻴ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ،ِﺒﺪِ ﺍﷲﻋ ﻦ ﺑ ﻲ ﻋِﻠ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ (١ ﺻﻠﱠﻰ ﻲ ﻨِﺒ ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍﻟ:ﻭ ﹶﺓ ﺮ ﻋ ﻦ ﻋ ﻮ ﹶﻥ ﺪﹸﺛ ﺤ ﺘﻲ ﻳ ﺤ ﺖ ﺍﹾﻟ ﻌ ﺳ ِﻤ : ﻗﹶﺎ ﹶﻝ،ﺪﺓﹶ ﺮﹶﻗ ﹶﻏ ﻪ ﻯ ﹶﻟﺘﺮﺷ ﻓﹶﺎ،ﺎﺓﹰﻪ ِﺑ ِﻪ ﺷ ﻱ ﹶﻟ ﺘ ِﺮﺸ ﺍ ﻳﺎﺭﻨﻩ ِﺩﻳ ﻋﻄﹶﺎ ﻢ ﹶﺃ ﺳﱠﻠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ﷲ ُﺍ ﻪ ﺎ ﹶﻟﺪﻋ ﹶﻓ،ٍﺎﺓﻭﺷ ﺎ ٍﺭﻨﺎ َﺀ ِﺑ ِﺪﻳ ﹶﻓﺠ،ٍﺎﺭﻨﺎ ِﺑ ِﺪﻳﻫﻤ ﺍﺣﺪ ﻉ ِﺇ ﺎ ﹶﻓﺒ،ِﻴﻦﺗﺎِﺑ ِﻪ ﺷ ﻴ ِﻪ )ﺭﻭﺍﻩﺢ ِﻓ ﺮِﺑ ﺏ ﹶﻟ ﺍﺘﺮﻯ ﺍﻟﺘﺮﺷ ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ِﻮ ﹶﺍ ،ِﻴ ِﻌﻪﺑ ﻲ ﺮ ﹶﻛ ِﺔ ِﻓ ﺒﺑِﺎﹾﻟ ،٣٢٣ ﺹ،٢ ﺝ،[١٩٩٥ ، ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻔﻜﺮ: ]ﺑﲑﻭﺕ،ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ (٣٦٤٢ ﺭﻗﻢ “Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syabib binGharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata: saya mendengar penduduk bercerita tentang ‘Urwah, bahwa Nabi s.a.w. memberikan uang satu dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu dinar. Ia pulang membawa satu dinar dan satu eor kambing. Nabi s.a.w. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli tanah pun, ia pasti beruntung.” (H.R. Bukhari).
ﻮ ﹸﻝ ﺳ ﺭ ﻤ ﹶﻞ ﻌ ﺘﺳ ِﺍ: ﻗﹶﺎ ﹶﻝ،ﻨﻪﻋ ﷲ ُ ﻲ ﺍ ﺿ ِ ﺭ ﻱ ﺎ ِﻋ ِﺪﻴ ٍﺪ ﺍﻟﺴﻤ ﺣ ﻲ ﻦ ﺃﹶِﺑ ﻋ (٢ ﺕ ِ ﺪﻗﹶﺎ ﺻ ﻋﻠﹶﻰ ﺳ ِﺪ ﻦ ﹾﺍ َﻷ ﻼ ِﻣ ﺟ ﹰ ﺭ ﻢ ﺳﱠﻠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِﺍ ،ﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﺒﺳ ﺎﺎ َﺀ ﺣﺎ ﺟ ﹶﻓﹶﻠﻤ،ِﻴﺔﺘِﺒﻦ ﺍﻟﱡﻠ ﺑﻰ ﺍﺪﻋ ﻴ ٍﻢ ﻳﺳﹶﻠ ﻲ ﺑِﻨ ﺭﻗﻢ،٣٢٢ ﺹ،١ ﺝ،[١٩٩٥ ، ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻔﻜﺮ:]ﺑﲑﻭﺕ (١٥٠٠ “Diriwayatkan dai Abu Humaid al-Sa’idi r.a., ia berkata: Rasulullah s.a.w. mengangkat seorang laki-laki dari suku Asd bernama Ibn Lutbiyah sebagai amil (petugas) untuk menarik zakat dari Bani Sulaim; ketika pulang (dari tugas tersebut), Rasulullah memeriksanya.” (H.R. Bukhari).
ﻲ ﻤﹶﻠِﻨ ﻌ ﺘﺳ ﺍ:ﻲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺎِﻟ ِﻜﻱ ﺍﹾﻟﻤ ﻌ ِﺪ ﺴ ﻦ ﺍﻟ ﺑﻴ ٍﺪ ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍﺳ ِﻌ ِﺑﻦ ﺴ ِﺮ ﺑ ﻦ ﻋ (٣ ،ٍﺎﹶﻟﺔﻌﻤ ﻲ ِﺑ ﺮ ِﻟ ﻣ ﻴ ِﻪ ﹶﺃﺖ ِﺇﹶﻟ ﺩﻳ ﻭﹶﺃ ﺎﻨﻬﺖ ِﻣ ﺮ ﹾﻏ ﺎ ﹶﻓ ﹶﻓﹶﻠﻤ،ِﺪﹶﻗﺔ ﺼ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ ﺮ ﻤ ﻋ ﺖ ﻋ ِﻤ ﹾﻠ ﻲ ﻧ ﹶﻓِﺈ،ﻴﺖﻋ ِﻄ ﺎ ﹸﺃﺧ ﹾﺬ ﻣ : ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ،ِﺖ ﷲ ﻋ ِﻤ ﹾﻠ ﺎﻧﻤ ِﺇ:ﺖ ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ ﺖ ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ،ﻤﹶﻠِﻨﻲ ﻌ ﻢ ﹶﻓ ﺳﱠﻠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ُﺻﻠﱠﻰ ﺍﷲ ﷲ ِ ﻮ ِﻝ ﺍ ﺳ ﺭ ﻬ ِﺪ ﻋ ﻋﻠﹶﻰ Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 55
ِﺇﺫﹶﺍ:ﻢ ﺳﱠﻠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮ ﹸﻝ ﺍ ﺳ ﺭ ﻲ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ِﻟ،ﻮِﻟﻚ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﹶﻗ )ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ؛ ﻧﻴﻞ.ﻕ ﺪ ﺼ ﺗﻭ ﺄ ﹶﻝ ﹶﻓ ﹸﻜ ﹾﻞﺗﺴ ﻴ ِﺮ ﹶﺃ ﹾﻥﻦ ﹶﻏ ﻴﺌﹰﺎ ِﻣﺷ ﺖ ﻴﻋ ِﻄ ﹸﺃ :. ﺝ، [٢٠٠٠ ، ﺩﺍﺭ ﺍﳊﺪﻳﺚ: ]ﺍﻟﻘﺎﻫﺮﺓ،ﺍﻷﻭﻃﺎﺭ ﻟﻠﺸﻮﻛﺎﱐ (٥٢٧ :.؛ ﺹ٤ “Diriwayatkan dari Busr bin Sa’id bahwa Ibn Sa’diy alMaliki berkata: Umar mempekerjakan saya untuk mengambil sedekah (zakat). Setelah selesai dan sesudah saya menyerahkan zakat kepadanya, Umar memerintahkan agar saya diberi imbalan (fee). Saya berkata: saya bekerja hanya karena Allah. Umar menjawab: Ambillah apa yang kamu beri; saya pernah bekerja (seperti kamu) pada masa Rasul, lalu beliau memberiku imbalan; saya pun berkata seperti apa yang kamu katakan. Kemudian Rasul bersabda kepada saya: Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu minta, makanlah (terimalah) dan bersedekahlah.” (Muttafaq ‘alaih. Al-Syaukani, Nail al-Authar, [Kairo: Dar al-Hadits, 2000], j. 4, h. 527).
ﺑ ﹰﺔﺮ ﻪ ﹸﻛ ﻨ ﻋ ﷲ ُﺝﺍ ﺮ ﹶﻓ،ﺎﻧﻴﺪ ﺏ ﺍﻟ ِ ﺮ ﻦ ﹸﻛ ﺑ ﹰﺔ ِﻣﺮ ﺴِﻠ ٍﻢ ﹸﻛ ﻣ ﻦ ﻋ ﺝ ﺮ ﻦ ﹶﻓ ﻣ (٤ ﻮ ِﻥ ﻋ ﻲ ﺪ ِﻓ ﺒﻌ ﻡ ﺍﹾﻟ ﺍﺎﺩﺒ ِﺪ ﻣﻌ ﻮ ِﻥ ﺍﹾﻟ ﻋ ﻲ ﷲ ِﻓ ُ ﺍ ﻭ،ِﻣﺔ ﺎﻮ ِﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ ﺏ ﻳ ِ ﺮ ﻦ ﹸﻛ ِﻣ .(ﻴ ِﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢﹶﺃ ِﺧ “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
ﺣ ﱠﻞ ﻭ ﹶﺃ ﻼ ﹰﻻ ﹶﺃ ﺣ ﹶ ﻡ ﺮ ﺣ ﺮﻃﹰﺎ ﺷ ﻢ ِﺇ ﱠﻻ ﻭ ِﻃ ِﻬﺷﺮ ﻋﻠﹶﻰ ﻮ ﹶﻥﺴِﻠﻤ ﻤ ﺍﹾﻟﻭ... (٥ ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻋﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﻋﻮﻑ.ﺎﺍﻣﺣﺮ “…Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf) 3. Kaidah fiqh:
ﺎ ِﻤﻬﺤ ِﺮﻳ ﺗ ﻋﻠﹶﻰ ﻴ ﹲﻞﺩِﻟ ﺪ ﱠﻝ ﺣ ﹸﺔ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻳ ﺎﺕ ﹾﺍ ِﻹﺑ ِ ﻼ ﻣ ﹶ ﺎﻤﻌ ﺻ ﹸﻞ ﻓِﻰ ﺍﹾﻟ ﹾﺍ َﻷ “Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” Memperhatikan
: 1. Pendapat para ulama, antara lain:
ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍﻟ،ٍﻌﻞ ﺟ ﻴ ِﺮﻭ ﹶﻏ ﻌ ٍﻞ ﺠ ﻴ ﹸﻞ ِﺑﻮ ِﻛ ﺘﺯ ﺍﻟ ﻮ ﺠ ﻭﻳ (١ ،ٍﺎﺓﺍ ِﺀ ﺷﻲ ِﺷﺮ ﻭ ﹶﺓ ِﻓ ﺮ ﻋ ﻭ ،ﺤﺪ ﻣ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﻲ ِﺇﻗﹶﺎ ﺎ ِﻓﻧِﻴﺴﻭ ﱠﻛ ﹶﻞ ﹸﺃ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻭ Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 66
ﻪ ﺎﹶﻟﻋﻤ ﺚ ﻌ ﹸ ﺒﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻳ ﻌﻞٍ؛ ﺟ ﻴ ِﺮﻐ ﺡ ِﺑ ِ ﻨﻜﹶﺎﻮ ِﻝ ﺍﻟ ﺒﻲ ﹶﻗ ﺍِﻓ ٍﻊ ِﻓﺎ ﺭﺃﺑﻭ ،ﺎﹶﻟ ﹰﺔ )ﺍﳌﻐﲎ ﻹﺑﻦ ﻗﺪﺍﻣﺔﻋﻤ ﻢ ﻬ ﻌ ﹸﻞ ﹶﻟ ﺠ ﻭﻳ ﺕ ِ ﺪﻗﹶﺎ ﺼ ﺾ ﺍﻟ ِ ﺒِﻟ ﹶﻘ (٤٦٨ . ﺹ،٦ . ﺝ،[٢٠٠٤ ، ﺩﺍﺭ ﺍﳊﺪﻳﺚ:]ﺍﻟﻘﺎﻫﺮﺓ “Akad taukil (wakalah) boleh dilakukan, baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan. Hal itu karena Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam pernah mewakilkan kepada Unais untuk melaksanakan hukuman, kepada Urwah untuk membeli kambing, dan kepada Abu Rafi’ untuk melakukan qabul nikah, (semuanya) tanpa memberikan imbalan. Nabi pernah juga mengutus para pegawainya untuk memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan imbalan kepada mereka.” (Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo: Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 468). Pendapat Imam Syaukani ketika menjelaskan hadis Busr bin Sa’id :
ﺮ ِﺓ ﺟ ﺧ ﹸﺬ ﹾﺍ ُﻷ ﻪ ﹶﺃ ﺯ ﹶﻟ ﻮ ﺠ ﻉ ﻳ ﺮ ﺒﺘﻯ ﺍﻟﻧﻮ ﻣﻦ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ ﱠﻥ ﻴ ﹲﻞﺩِﻟ ﺎﻀﻴ ِﻪ ﹶﺃﻳﻭِﻓ (٢ ، ﺩﺍﺭ ﺍﳊﺪﻳﺚ: ]ﺍﻟﻘﺎﻫﺮﺓ،ﻚ )ﻧﻴﻞ ﺍﻷﻭﻃﺎﺭ ﻟﻠﺸﻮﻛﺎﱐ ﺪ ﹶﺫِﻟ ﻌ ﺑ (٥٢٧ :.؛ ﺹ٤ :. ﺝ، [٢٠٠٠ “Hadis Busr bin Sa’id tersebut menunjukkan pula bahwa orang yang melakukan sesuatu dengan niat tabarru’ (semata-mata mencari pahala, dalam hal ini menjadi wakil) boleh menerima imbalan.” (Al-Syaukani, Nail al-Authar, [Kairo: Dar al-Hadits, 2000], j. 4, h. 527).
ﺟ ٍﺮ ﺢ ِﺑﹶﺄ ﺼ ِ ﺗﻭ ،ﺎﻴﻬﺟ ِﺔ ِﺇﹶﻟ ﺎﻮﻛﹶﺎﹶﻟ ِﺔ ِﻟ ﹾﻠﺤ ﺍ ِﺯ ﺍﹾﻟﺟﻮ ﻋﻠﹶﻰ ﻣ ﹸﺔ ﺖ ﹾﺍ ُﻷ ِ ﻌ ﻤ ﺟ ﻭﹶﺃ (٣ )ﺍﳌﻌﺎﻣﻼﺕ ﺍﳌﺎﻟﻴﺔ ﺍﳌﻌﺎﺻﺮﺓ ﻟﻠﺪﻛﺘﻮﺭ ﻭﻫﺒﺔ ﺍﻟﺰﺣﻴﻠﻰ.ﺟ ٍﺮ ﻴ ِﺮ ﹶﺃﻐ ﻭِﺑ (٨٩ :.ﺹ “Umat sepakat bahwa wakalah boleh dilakukan karena diperlukan. Wakalah sah dilakukan baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan.” (Wahbah al-Zuhaili, al-Mu’amalat al-Maliyyah al-Mu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h. 89)
ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒ ﻷ ﱠﻥ ﺍﻟ،ٍﺟﺮ ﻴ ِﺮ ﹶﺃﻐ ﻭِﺑ ﺟ ٍﺮ ﻮﻛﹶﺎﹶﻟ ﹸﺔ ِﺑﹶﺄ ﺢ ﺍﹾﻟ ﺼ ِ ( ﺗ٤ ﻢ ﻬ ﻌ ﹸﻞ ﹶﻟ ﺠ ﻭﻳ ﺕ ِ ﺪﻗﹶﺎ ﺼ ﺾ ﺍﻟ ِ ﺒﻪ ِﻟ ﹶﻘ ﺎﹶﻟﻋﻤ ﺚ ﻌ ﹸ ﺒﻢ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻳ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻢ ﺣ ﹾﻜ ﺎﻤﻬ ﺤ ﹾﻜ ﻌ ٍﻞ( ﹶﻓ ﺠ ﻱ )ِﺑ ﺟ ٍﺮ ﹶﺃ ﻮﻛﹶﺎﹶﻟ ﹸﺔ ِﺑﹶﺄ ﺖ ﺍﹾﻟ ِ ﻧﻭِﺇﺫﹶﺍ ﻛﹶﺎ ...ﻮﹶﻟ ﹰﺔ ﻤ ﻋ
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 77
؛ ﺍﻟﻔﻘﻪ٢ . ﺹ،٦ . ﺝ، )ﺗﻜﻤﻠﺔ ﻓﺘﺢ ﺍﻟﻘﺪﻳﺮ.ﺕ ِ ﺍﺎﺭﹾﺍ ِﻹﺟ (٤٠٥٨ . ﺹ٥.ﺍﻹﺳﻼﻣﻰ ﻭﺃﺩﻟﺘﻪ ﻟﻠﺪﻛﺘﻮﺭ ﻭﻫﺒﺔ ﺍﻟﺰﺣﻴﻠﻰ ﺝ “Wakalah sah dilakukan baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan, hal itu karena Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam pernah mengutus para pegawainya untuk memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan imbalan kepada mereka… Apabila wakalah dilakukan dengan memberikan imbalan maka hukumnya sama dengan hukum ijarah.” (Fath al-Qadir, juz 6, h. 2; Wahbah al-Zuhaili, alFiqh alIslami wa Adillatuh, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], juz 5, h. 4058).
ﻪ ﻧ َﻷ،ﻪ ﹶﺫِﻟﻚ ﺯ ﹶﻟ ﻮ ﺠ ﻴﻴ ِﻞ ﹶﻓﻮ ِﻛ ﺘﻴ ِﻞ( ﻓِﻲ ﺍﻟﻮ ِﻛ ﻪ )ﺍﹾﻟ ﻮ ﱢﻛ ﹸﻞ( ﹶﻟ ﻤ ( ﹶﺃ ِﺫ ﹶﻥ )ﺍﹾﻟ٥ : ]ﺍﻟﻘﺎﻫﺮﺓ، )ﺍﳌﻐﲎ ﻹﺑﻦ ﻗﺪﺍﻣﺔ.ﻪ ﻌﹸﻠ ﻪ ِﻓ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ،ِﻪ ِﺑﻪ ﺪ ﹶﺃ ِﺫ ﹶﻥ ﹶﻟ ﻋ ﹾﻘ (٤٧٠ . ﺹ،٦ . ﺝ،[٢٠٠٤ ،ﺩﺍﺭ ﺍﳊﺪﻳﺚ “(Jika) muwakkil mengizinkan wakil untuk mewakilkan (kepada orang lain), maka hal itu boleh; karena hal tersebut merupakan akad yang telah diizinkan kepada wakil; oleh karena itu, ia boleh melakukannya (mewakilkan kepada orang lain).” (Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo: Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 470). 2. Hasil Lokakarya Asuransi Syari’ah DSN-MUI dan AASI (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia) tanggal 7-8 Jumadi al-Ula 1426 H / 14-15 Juni 2005 M. 3. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada 23 Shafar 1427 H/23Maret 2006. MEMUTUSKAN Menetapkan
: FATWA TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI SYARI’AH DAN REASURANSI SYARI’AH
Pertama
: Ketentuan Umum Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan: a. asuransi adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi syariah; b. peserta adalah peserta asuransi (pemegang polis) atau perusahaan asuransi dalam reasuransi syari’ah.
Kedua
: Ketentuan Hukum 1. Wakalah bil Ujrah boleh dilakukan antara perusahaan asuransi dengan peserta. 2. Wakalah bil Ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan imbalan pemberian ujrah (fee).
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 88
3. Wakalah bil Ujrah dapat diterapkan pada produk asuransi yang mengandung unsur tabungan (saving) maupun unsur tabarru’ (non-saving). Ketiga
: Ketentuan Akad 1. Akad yang digunakan adalah akad Wakalah bil Ujrah. 2. Objek Wakalah bil Ujrah meliputi antara lain: a. kegiatan administrasi b. pengelolaan dana c. pembayaran klaim d. underwriting e. pengelolaan portofolio risiko f. pemasaran g. investasi 3. Dalam akad Wakalah bil Ujrah, harus disebutkan sekurangkurangnya: a. hak dan kewajiban peserta dan perusahaan asuransi; b. besaran, cara dan waktu pemotongan ujrah fee atas premi; c. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.
Keempat
: Kedudukan dan Ketentuan Para Pihak dalam Akad Wakalah bil Ujrah 1. Dalam akad ini, perusahaan bertindak sebagai wakil (yang mendapat kuasa) untuk mengelola dana. 2. Peserta (pemegang polis) sebagai individu, dalam produk saving dan tabarru’, bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola dana. 3. Peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam akun tabarru’ bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola dana. 4. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya, kecuali atas izin muwakkil (pemberi kuasa); 5. Akad Wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) dan bukan tanggungan (yad dhaman) sehingga wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi. 6. Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi, karena akad yang digunakan adalah akad Wakalah.
Kelima
: Investasi 1. Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib menginvestasikan dana yang terkumpul dan investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah. 2. Dalam pengelolaan dana investasi, baik tabarru’ maupun saving, dapat digunakan akad Wakalah bil Ujrah dengan mengikuti ketentuan seperti di atas, akad Mudharabah dengan mengikuti ketentuan fatwa Mudharabah.
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 99
Keenam
: Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 23 Shafar 1427 H 23 Maret 2006 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA Ketua,
Sekretaris,
K.H. M.A. Sahal Mahfudh
Drs. H.M. Ichwan Sam
Dewan Syariah Nasional MUI