STORY GUIDE Dear herry-licious story café…. Terima kasih telah berkunjung ke story café saya. Anda akan disajikan hidangan bergizi untuk batin. Menu pada story café ini terbagi ke dalam: Appetizer Story; Main Course Story; dan Dessert Story. Bahkan jika Anda hanya ingin ngopi-ngopi sekedar menghangatkan jiwa, Anda bisa mencicipi beberapa olahan Snack Story…. Sengaja disajikan ala carte bukan buffet, hidangan herry-licious café tidak berkonsep all you can eat (baca: all you can read). Maka dari itu sebagai panduan Anda, selain saya mencantumkan story menu synopsis pada tiap hidangan cerita; beberapa tanda kami sisipkan untuk mempermudah mana sajakah menu cerita yang menjadi: Favorit dan Rekomendasi*.
2
Khusus untuk snack sebagai paket menu cerita ringan, pada bagian ini tidak ada story menu synopsis. Apalagi snack story memang diolah tanpa menggunakan bahan utama dan bumbu cerita yang rumit disajikan. Menu terakhir saya sajikan cuma-cuma jika Anda hanya ingin sekedar taste food (baca: taste story) olahan cerita saya pada buku selanjutnya. Menu cerita itu berupa cuplikan bab pertama novel perdana saya. Bahan utamanya tetap khas ala herry-licious story café yang memiliki cerita kental bernuansa:
Materialis-Hedonis nan SpiritualisSufistik…. Bon Appetit! Writer Chef,
HERRY FAHRUR RIZAL
) menunjukkan: “Favourite Story” *Tanda () menunjukkan: “Recommended Story” *Tanda
(
3
(Taste Story) Pesan Cinta Izaril Sejak kapan Izrail mengenal makna sebuah angka? Hujan tak menyisakan ruang untuk kering. Entah, kerapatan rinainya teramat tinggi. Sendiri aku memeluk pesan Izrail. Ada asing menyeruak. Dalam guntur yang menyalak, hatiku tersengat setelah melembarinya. Wasiat itu. Sebelum Izrail menjemput nenek tua di samping sebelah rumahku. Rabb… beri hamba jawab…. Entah, atas dasar pertimbangan apa kepak sayap itu menyempatkan bertandang. Kendati memang bukan raga cahayanya yang mengetuk pintu apartemenku. Melainkan sepucuk amplop yang tergolek di safety box seorang nenek renta. Masih terperangah aku meremas surat itu. Sembari masygul menatap kaca apartemen yang berembun mengaburkan Sudirman. Tentang pesan seorang nenek berhati putih. Sehingga memancarkan kenangan pada suatu senja yang ceria…. “Mau kemana Ujang kasep…?” tiada kerutan yang tercipta di paras ayunya. Ibu bilang, tetanggaku yang menyendiri ini akrab dengan perawatan diri. “Eh, Bunda Laras…,” sejenak aku abaikan MPV yang akan mengantarku pergi dari Lembang. Sembari merapikan kembali plaid shirt yang membalut tegapku. “Mau ke Palasari, Bunda…,” aku menyebut pusat lokasi penjualan buku dengan harga ekonomis di Bandung itu. Intuisiku dapat memastikan, beliau tengah menyapa koleksi tanaman di kebun asrinya. “Bunda pasti akan kehilangan kamu, ya…,” geletar rindu merambat di suara tegarnya. Wajah Bunda disembunyikan. Daun-daun lebar Anthurium diajaknya bercengkerama. “Ibumu yang cerita…,” seakan mengerti tanda tanya yang tercetak di parasku. Tetap, matanya tidak 4
mau bersirobok. “Susul saja Ayahmu di Jakarta. Apalagi properti menjanjikan. Menjadi Pengusaha lebih barokah. Bukankah baginda Nabi SAW juga seorang Pengusaha handal…?” Hening menyela. Bunda Laras sosok nenek yang tak pernah ada. Semenjak aku turun ke bumi, nenek dari pihak Ayah dan Ibu telah abadi bersama-Nya. Namun, semenjak itu nenek dalam bentuk lain menghangati ruang hatiku: Bunda Laras. “Pegang kata-kata Bunda, Rafa….” Pertanda sarat makna kembali menyeruak. Jika Bunda Laras menyebut namaku langsung, berderet kesungguhan kalam akan menyertai. “Bunda akan senantiasa terukir di hatimu….” Satu dekade berkelebat kilat. Kini, pesan Bunda Laras dititipkan Izrail sesudah Shubuh berpamitan di akhir Mei…. *******
5
Tentang Penulis
HERRY FAHRUR RIZAL (29 tahun) merupakan Penulis baru berwajah lama kelahiran Subang, 18-Agustus-1982. Memulai debut cerpennya di media-media Islam sejak 1997 baik itu di majalah Annida, Tren, Muslimah, Permata, Moslem Girls Indonesia, hingga tabloid Manajemen Qolbu (MQ). Tulisantulisannya mulai dilirik tabloid Hikmah tahun 1996, kemudian menyusul majalah Sabili, dan bahkan Tarbawy. Prestasi menulisnya pertama kali sebagai Juara Pertama Menulis Cerpen Remaja tingkat Nasional (Maret 1996) versi Forum Remaja 21-Bandung. Setahun berikutnya dalam kompetisi yang sama, anak bungsu dari 9 bersaudara ini mendapatkan Juara Ketiga Menulis Cerpen Remaja Tingkat Nasional (Juni 1997). Sempat disebut-sebut Helvy Tiana Rosa sebagai salah satu Penulis Muda berbakat versi majalah ANNIDA (2001). Bahkan lewat penjurian Pipiet Senja dan M . Irfan Hidayatullah (Ketua FLP saat itu), cerpennya yang berjudul “Sejauh Mata Memandang” menempati Juara Kelima Lomba Menulis Cerpen Remaja Islam (2002) yang diadakan Tabloid MQ Bandung. Dalam karya ilmiah pun, dengan tulisan bersama 6
kelompoknya yaitu “Model Konseling Pasca Traumatik Berbasis Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)”, menduduki Juara Kedua Lomba Menulis Karya Ilmiah (2005) tingkat Fakultas Ilmu Pendidikan UPI, Bandung. Tulisannya "NEGERI 5 MENARA: Diantara Bromance, Pesantren, dan Passion" dinobatkan sebagai Juara II tingkat Nasional Lomba Review Film Negeri 5 Menara (April 2012) yang diadakan Kompasiana dan Bank Indonesia. Terakhir melalui tulisan-tulisannya yang mereview teknologi untuk pendidikan di situs EDUQO, mengantarkannya sebagai sosok yang mencetuskan event berupa seminar “Menuju World Class Campus dengan Google Apps for Education” pertama di Republik Indonesia pada Juli 2012 sebelum Google Indonesia sekalipun. Founder A2FC (Andrei Aksana Friend's Community) serta mantan Asisten Manajer sebuah Non-Govermental Organization (NGO) dari Kanada, yang kini menjabat sebagai CEO (Chief Executive Officer) EDUQO (1st Indonesian EducationalTechnology News Portal) ini, memiliki ciri khas cerita yang kental dengan nuansa: Materialis-Hedonis nan SpiritualisSufistik. "Pesan Cinta Izrail" merupakan debut buku perdananya yang sangat dinanti herry-licious (sebutan untuk fans-nya) setelah perjalanan karir menulisnya selama 15 tahun....
7
8