FUAD MARKIAWAN S1TI / 10.11.3541 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ring Road Utara, Condong Catur, Yogyakarta www.amikom.ac.id A. ABSTRAK Bombardir masakan impor terasa luar biasa. Tak bisa ditolak, tetapi masakan olahan tempe tak mungkin pudar. Bahkan dewasa ini, sebagian keluarga modern sengaja menghadirkan olahan tempe setiap hari. Entah dalam rangka diet atau sebagai menu bagi vegetarian. Jika olahan tempe ditambah bahan pembantu sekaligus bumbu-bumbu terpilih, ternyata kadar gizinya bertambah. Contoh terik tempe, yang ternyata sanggup menurunkan kolesterol dalam darah. Sementara itu, produksi tempe bukanlah sekedar kegiatan untuk menghasilkan tempe, melainkan bisa dikemas manjadi “peluang usaha”. Bahkan, bisa diandalkan sebagai “bisnis”.
B. ISI 1. Produksi a. Kebutuhan Bahan Bahan baku tempe kedelai ialah biji kedelai. Sering kali dalam praktik, bahan baku ini disepelekan atau dianggap gampang. Akibatnya, produk tempe yang dihasilkan tidak bagus. Oleh karena itu, perlu disediakan kedelai yang berkualitas prima. Syarat mutu biji kedelai dibedakan menjadi syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum antara lain segabai berikut. •
Bebas dari sisa tanaman (kulit polong, potongan batang atau ranting), batu, kerikil, tanah, atau biji-bijian lain.
•
Tidak luka dan bebas dari serangan hama ataupun penyakit.
•
Tidak memar atau retak.
•
Kulit biji tidak keriput.
Syarat khusus yakni syarat mutu kedelai. Tingkat mutu kedelai dapat dipilah menjadi tiga, yakni mutu I, mutu II, dan mutu III. Kriteria masing-masing tingkat mutu ditunjukkan dalam tabel 1. Kriteria
No.
Mutu I
Mutu II
Mutu III
1
Kadar air maks. (% bb)
13
14
16
2
Kotoran maks. (% bobot)
1
2
5
3
Butir rusak (% bobot)
2
3
5
4
Butir keriput (% bobot)
0
5
8
5
Butir belah (%bobot)
1
3
5
6
Butir berwarna lain (% bobot)
0
5
10
Tabel 1. Syarat Pokok Mutu Kedelai Selain bahan baku, untuk membuat tempe juga dibutuhkan bahan pembantu berupa ragi atau laru tempe. Ragi ini antara lain didapatkan dari daun jati, daun waru, atau daun pisang bekas pembungkus tempe. Bila dalam praktik kesulitan memperoleh ragi daun, kiranya dapat membeli di pasar, ragi tempe yang berupa tepung.
b. Cara Membuat Pada dasarnya, cara membuat tempe kedelai terdiri dari dua bagian besar, yaitu proses pemasakan kedelai dan dilanjutkan dengan proses fermentasi. Secara terperinci lanagkah membuat tempe adalah sebagai berikut. •
Agar mendapatkan biji kedelai baik, lakukan penyortiran. Caranya, tempatkan biji kedelai pada tampah, kemudian ditampi.
•
Cuci biji kedelai dengan air yang mengalir.
•
Masukkan buji kedelai ke dalam panci berisi air, kemudian rebus selama 30 menit atau sampai mendekati setengah matang.
•
Rendam kedelai yang sudah direbus selama semalam hingga menghasilkan kondisi asam.
•
Keesokan harinya, kupas kulit arinya. Caranya, masukkan kedelai ke dalam air, kemudian remas-remas sembari dikuliti hingga akhirnya didapatkan keping-keping kedelai.
•
Sekali lagi keping kedelai dicuci, dengan cara yang sama seperti mencuci beras yang hendak ditanak.
•
Mesukkan keping kedelai ke dalam dandang lalu ditanak, mirip menanak nasi.
•
Setelah matan, angkat, lalu hamparkan tipis-tipis di atas tampah. Tunggu sampai dingin, airnya menetes habis, dan keping kedelai mengering.
•
Tambahkan ragi. Untuk 1 kg kedelai, tambahkan sekitar 1 gram ragi. Campurkan pada kedelai sambil diaduk hingga merata benar. Lalu, angin-anginkan sebentar.
•
Bungkus kedelai yang sudah bercampur rata dengan ragi dengan menggunakan daun pisang atau plastik.
•
Peram bungkusan kedelai. Bila pembungkusnya berupa plastik, pemeraman dilakukan di atas kajang-kajang bambu yang diletakkan pada rak-rak. Akan tetapi bila pembungkusnya daun, pemeraman dilakukan di dalam keranjang bambu yang ditutup karung goni.
•
Sesudah diperam semalam, dilakukan penusukkan dengan lidi. Tujuannya agar udara segar dapat masuk ke dalam bahan tempe. Selanjutnya, peram lagi selama semalam. Esok paginya, jadilah tempe.
c. Tenaga Kerja Untuk menggerakkan roda bisnis tempe, kita dapat merekrut dua tenaga kerja. Seorang di bagian produksi dan seorang lagi sebagai tenaga penjualan. Sebagai langkah awal, kita perlu menyampaikan pengetahuan mengenai tempe kepada dua orang tersebut. Selain itu, lanjutkan dengan pendampingan dan pelatihan seputar keterampilan membuat tempe dan keterampilan menjual tempe ke pasar/sasaran.
2. Pemasaran a. Promosi dan Penjualan Promosi yang paling cocok untuk bisnis makanan adalah mulut ke mulut. Calon pelanggan lebih yakin untuk berbelanja tempe ke tempat kita setelah mandapat informasi dari teman atau sahabat. Cara lain, kita bisa memasang papan nama di halaman depan atau tembok teras depan rumah, bertuliskan “DI SINI DIJUAL TEMPE”. Kita
juga bisa membuat brosur atau selebaran dengan desain yang cantik, dilengkapi dengan manfaat dan khasiat tempe. Brosur tersebut dapat disebarkan kepada tetangga, kampung terdekat, atau boleh juga dicoba disebarkan ke kantor/instansi. Untuk menjual, bisa dilakukan dengan sistem titip-jual di beberapa warung. Ada yang menjual tempe secara grosir atau memasok ke tukang sayur, yang dianggap sebagai agen. Selain pasar lokal, dimungkinkan juga memasarkan tempe ke luar negeri. Selama ini Jepang dan Australia mengimpor tempe dari Indonesia. Potensi pasar ekspor masih ‘kuat’, seiring dengan semakin bertambahnya kaum vegetarian. Guna menangkap peluang pasar akspor ini, pebisnis tempe dapat bekerja sama dengan perusahaan ekspor-impor makanan.
b. Penetapan Harga Harga jual tempe per bungkus (ukuran tebal 1 cm, panjang 9 cm, dan lebar 5 cm) adalah Rp275. Harga itu jika membeli langsung di tempat produksi. Kemudian, pedagang warung atau grosir akan menaikkan lagi harga tempe tersebut menjadi Rp325-Rp350 per bungkus. Jika dijual sebagai makanan siap saji, harganya sudah berbeda lagi. Misalnya, beberapa pedagang “gorengan” menjual tempe goreng dengan harga Rp500 per potong.
c. Risiko Apapun jenis usaha, pasti punya resiko. Apa resikonya kalau stok menumpuk? Pertama, boleh jadi kita harus menurunkan harga menjadi Rp250 bahkan Rp200 per bungkus. Masih sedikit untung, sekurangkurangnya masih balik modal. Kedua, kita bisa menjual dalam bentuk tempe goreng. Jalinlah hubungan dengan pedagang warung tenda atau kafe, yang jam bukanya sore hingga malam. Juallah tempe goreng tersebut dengan kisaran harga Rp350 sampai Rp400 per potong. Ketiga, jadikan “tempe bosok” (tempe over fermentated). Tempe lewat matang ini biasanya berumur 3-4 hari sejak produksi. Tempe bosok dipakai sebagai bumbu penyedap untuk beberapa jenis masakan dan bahan utama untuk membuat masakan sambal tumpang racikan Jawa Timuran. Untuk
tempe lewat matang ini, bisa dijual dengan harga sekitar Rp125 sampai Rp150 per potong.
C. DAFTAR PUSTAKA Santoso, Hieronymus Budi. 2008. Peluang Usaha BISNIS TEMPE. Kanisius: Yogyakarta