STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE
(SOP)
SALAK KABUPATEN TASIKMALAYA
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN 2007
KATA PENGANTAR
Tanaman salak (Salacca edulis) adalah tanaman asli Indonesia mempunyia nilai ekonomis tinggi, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan secara komersial dalam skala perkebunan dan peluang pasarnya cukup tersedia. Buah salak merupakan salah satu buah daerah tropis yang sekarang banyak diminati Jepang, Amerika dan Eropa disamping Indonesia sendiri. Keayataan di lapang, khususnya di Kabupaten Tasikmalaya masih ada kendala antara lain : Penerapan teknik budidaya belum sesuai anjuran khususnya pemupukan berimbang, penjarangan buah, penyerbukan buatan dan pengairan. Ketersediaan buah belum didukung dengan mutu yang baik (kualitas belum optimal), dikarenakan pengelolaan kebun salak masih bersifat tradisional dan sistem produksinya masih tergantung pada alam. Produktivitas belum optimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka diperlukan adanya pengelolaan kebun salak secara baik melalui penerapan Standard Operational Procedure atau Prosedur Operasional Standar (SOP/POS). SOP ini merupakan acuan pedoman bagi petugas/petani di daerah khususnya Kabupaten Tasikmalaya dalam proses menghasilkan buah salak yang berkualitas baik. i
SOP/POS salak ini merupakan contoh kasus yang terdapat di Kabupaten Tasikmalaya sebagai penyempurnaan dari apa yang telah dilakukan oleh petani dalam sistem produksi buah salak. SOP ini dapat digunakan sebagai acuan bagi daerah lain untuk menyusun SOP agar sesuai dengan kondisi agroekosistem daerahnya. Tersusunnya SOP salak ini, diharapkan dapat menjadi acuan penerapan di lapangan, sekaligus merangsang minat petani untuk dapat mengatasi permasalahan mutu buah salak yang selama ini terjadi di Kabupaten Tasikmalaya. Keberadaan SOP ini diharapkan dapat memacu daerah sentra produksi salak lain untuk menyusun SOP komoditas salak yang spesifik lokasi. Semoga SOP salak ini dapat dimanfaatkan oleh petugas dan petani salak di sentra-sentra produksi , sehingga mampu menghasilkan buah salak yang bermutu.
Bandung, November 2007 Kepala Sub Dinas Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
Ir. WANDY RUSWANDI, Msi NIP. 480 099 233 ii
DAFTAR ISI
Halaman Kata Pengantar ................................................. Daftar Isi ........................................................... Daftar Gambar .................................................. Daftar Lampiran ................................................
i iii iv v
PENDAHULUAN ............................................... TARGET ........................................................... KEGIATAN ........................................................ TIM PENYUSUN ...............................................
1 3 3 4
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL I. Persiapan Lahan .......................................... II. Penyiapan Bibit ............................................ III. Penanaman Benih Jantan dan Betina .......... IV. Penyulaman ................................................ V. Penjarangan Anakan ................................... VI. Pemupukan ................................................. VII. Pengairan ................................................... VIII.Pemangkasan Pelepah .............................. IX. Pengendalian OPT ..................................... X. Penyerbukan .............................................. XI. Penjarangan Buah ...................................... XII. Panen ......................................................... XIII.Pasca Panen .............................................. Lampiran
I–1 II – 1 III – 1 IV – 1 V–1 VI – 1 VII- 1 VIII-1 IX – 1 X–1 XI – 1 XII– 1 XIII-1
iii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Contoh Desain Kebun ..................... I – 3 Gambar 2. Larikan Guludan .............................. I – 5 Gambar 3. Pemasangan Ajir pada Lubang Tanam ............................................. I – 5 Gambar 4. Letak Salak Jantan ......................... III – 3 Gambar 5. Pengisian Tanah Bagian Atas (1) Diikuti Tanah Bagian Bawah (2) Hingga Sedikit Diatas Leher Akar dan Posisi Bibit dalam Lubang Tanam .... III – 4
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman A. SPO Persiapan Lahan .................................. B. SPO Persiapan Benih ................................... C. SPO Penanaman Benih Jantan dan Betina . D. SPO Penyulaman ......................................... E. SPO Penjarangan Anak ............................... F. SPO Pemupukan .......................................... G. SPO Pengairan ............................................ H. SPO Pemangkasan Pelepah ........................ I. SPO Pengendalian OPT .............................. J. SPO Penyerbukan ....................................... K. SPO Penjarangan Buah ............................... L. SPO Panen ................................................... M. SPO Pasca Panen ....................................... N. Catatan Pupuk ............................................ O. Catatan Pestisida ........................................
v
1 1 1 2 2 2 3 3 3 4 4 4 5 5 5
PENDAHULUAN Visi Kabupaten Tasikmalaya yaitu “Tasikmalaya yang Religius/Islami, sebagai kabupaten yang maju, sejahtera, serta kompetitif dalam bidang Agribisnis di Jawa Barta tahun 2010”. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2004 sebanyak 1.624.497 jiwa, dan laju pertumbuhan sekitar 1,23%. Sedangkan PDRB perkapita (berlaku) Rp. 3.178.610,- peluang masuk investasi 2,33% dengan laju investasi 7,87% termasuk dibidang pertanian (komoditas buah-buahan). Tanaman salak merupakan komoditi buahbuahan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Kabupaten Tasikmalaya. Sentra produksi utama salak di Tasikmalaya ada di 6 Kecamatan dengan luas potensi 13.779 ha, yaitu di Kecamatan Cineam 4.261 ha, Kecamatan Manonjaya 2.318 ha, Kecamatan Gunungtanjung 1.949 ha, Kecamatan Cibalong 1.711 ha, Kecamatan Karangjaya 2.065 ha, dan Kecamatan Parungponteng 1.475 ha. Luas potensi yang baru dimanfaatkan di wilayah sentra sekitar 5.920 ha. Produksi yang sudah dicapai pada saat panen tahun 2004 di wilayah sentra sebanyak 96.859 ton dengan produktivitas 101,30 kw/ha, dan sisanya produksi yang dihasilkan di luar wilayah sentra yaitu 97.148 ton. Salak Tasikmalaya telah banyak diminta oleh konsumen dari wilayah luar Tasikmalaya.
1
Varietas salak yang ditanam di Tasikmalaya termasuk jenis lokal Manonjaya, memiliki kualitas baik dan mempunyai rasa yang khas. Sebagai gambaran umum karakteristik salak di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Buah Salak Asal Kabupaten Tasikmalaya No Uraian Karakteristik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Asal Tanaman Bentuk Buah Rasa Warna Kulit Daging Buah Bentuk Biji Berat Buah Produktivitas
Kec. Manonjaya Kab. Tasikmalaya Kerucut dan cembung Segar asam manis Kuning Kecoklat-coklatan Putih agak kuning Gepeng > 85 gram antara 15-20 buah/kg 20 – 30 kg/pohon
Salak di Kabupaten Tasikmalaya pada umumnya ditanam pada ketinggian tempat 275 – 480 m diatas permukaan laut, curah hujan 1.200 – 2.500 mm/tahun, suhu udara 21 – 27oC, dan kelembaban udara 50 – 70%. Salak ditanam pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) tofografi bergelombang ,berbukit sampai pegunungan. Keunggulan salak Manonjaya Tasikmalaya mempunyai warna buah kuning kecoklatan dan buah dapat mencapai 15 – 20 buah/kg. Mempunyai aroma khas dan kulit buah mengkilat, tipis dan tidak tahan terhadap penyakit busuk akar.
2
TARGET Dalam pengembangan agribisnis salak Manonjaya di Kabupaten Tasikmalaya ditetapkan target sebagai berikut : 1. Produktivitas per rumpun sebesar 15 kg/tahun. 2. Ukuran Besar Kelas A (8 - 12 Buah/Kg) →60% produksi per rumpun. 3. Ukuran Sedang Kelas B (13 – 17 Buah/Kg) → 30% produksi per rumpun. 4. Ukuran Kecil Kelas C (18 – 22 Buah/Kg) → 10% produksi per rumpun.
KEGIATAN
Untuk mencapai target-target yang sudah ditetapkan diatas melalui penerapan SPO komoditas salak di Kabupaten Tasikmalaya, maka diperlukan beberapa kegiatan yaitu persiapan lahan, penyiapan penjarangan anak, pemupukan, pengairan, pemangkasan pelepah, pengendalian OPT, penyerbukan, penjarangan buah, panen dan pasca panen.
3
TIM PENYUSUN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Ir. Wandy Ruswandi, Msi Ir. Hj. Poppy F. Aryani Ir. Hj. Poppy Farida Aryani Ir. Dadang Kuswardhana,MS Ir. H. Slamet M., MS Ir. Adang Ir. Elvira Dewi Ramdiani, SP, MM Andi Supandi Popong Hunaenah
4
Standar Prosedur Operasional Persiapan Lahan
I.
Nomor SNG I Halaman 1/6
Tanggal Revisi .........
Persiapan Lahan
A. Definisi: Mempersiapkan lahan agar salak yang ditanam menghasilkan buah salak bermutu dan menguntungkan. B. Tujuan : Menciptakan lingkungan yang sesuai bagi tanaman agar dapat tumbuh optimal dan menghasilkan buah salak bermutu pada tingkat produktivitas optimal/tinggi. C. Validasi Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. 2000. Pengalaman petani salak Tasikmalaya.
I-1
Standar Prosedur Operasional Persiapan Lahan
Nomor I Halaman 2/6
Tanggal Revisi .........
D. Bahan dan Alat a. Sepatu boot b. Topi / pelindung kepala c. Cangkul/sekop/Linggis/Begho/ekskavator d. Sabit/parang e. Roll meter/ Altimeter f. Ajir/Palu Besar/Begel/Dandhang/Gancu/Garpu g. Pupuk organik/bokashi E. Fungsi a. Sepatu boot untuk perlindungan agar telapak dan jari-jari kaki tidak terkena kerikil tajam alat pengolah tanah b. Topi / pelindung kepala untuk pelindung kepala dari sengatan sinar matahari atau percikan batu/kerikil akibat pengolahan tanah c. Cangkul/sekop/linggis, untuk pengolahan lahan pembongkaran batu/pemecahan batu/meratakan tanah/ terasering. d. Roll meter, untuk mengukur jarak bedengan, jarak tanam, luas bidang. I-2
Standar Prosedur Operasional Persiapan Lahan
Nomor I Halaman 3/6
Tanggal Revisi .........
e. Sabit/parang, untuk membersihkan semak f. Ajir, untuk memberi tanda letak lubang tanam. g. Palu besar/Begel/Dandhang/gancu/garpu, untuk membongkar tunggul/tunggak tanaman dan memecah batu. h. Altimeter, untuk mengetahui ketinggian tempat. i.
Pupuk organik/bokashi, untuk pupuk dasar
F. Prosedur Pelaksanaan : a. Buat desain kebun (arah larikan, sumber air, letak rorak). Gambar 1.Contoh Desain Kebun Parit/saluran air
Jalan
I-3
Standar Prosedur Operasional Persiapan Lahan
Nomor I Halaman 4/6
Tanggal Revisi .........
b. Bongkar batu yang terpendam pada lahan yang akan ditanami c. Pecahkan cadas yang ada pada lahan yang akan ditanami d. Bongkar tunggak tanaman pada lahan yang akan ditanami e. Lakukan pembersihan lahan dari bongkahan battu, pecahan cadas dan tonggak tanaman f. Kumpulkan hasil pembersihan lahan pada lokasi tertentu di luar lokasi lahan yang akan ditanami g. Buat saluran air (solokan) dari sumber air sampai lokasi kebun terjauh, dengan menggunakan pipa pvc/paralon h. Buat teras bangku memotong lereng pada lahan yang miring i.
Buat larikan-larikan guludan dengan arah Timur – Barat. Jarak antar larikan 1,5 m, tinggi guludan hingga dasar parit 50 cm.
I-4
Standar Prosedur Operasional Persiapan Lahan
Nomor I Halaman 5/6
Tanggal Revisi .........
Gambar 2.Larikan Guludan 1,5 m Betin a
50 cm 1m
j.
Ukur jarak lubang tanam 2,5 m x 2 m pada dasar larikan.
k. Pasang ajir pada calon lubang tanam. Gambar 3.Pemasangan Ajir pada Lubang Tanam 1,5 m Betin a
50 cm 1m
2,5 m
I-5
Standar Prosedur Operasional Persiapan Lahan
l.
Nomor SNG I Halaman 6/6
Tanggal Revisi .........
Campurkan secara merata pupuk organik (pupuk kandang dan atau pupuk kompos) yang telah matang sebagai pupuk dasar 10 kg per lubang tanam.
m. Catat dan dokumentasikan sejarah penggunaan lahan serta perlakuan yang diterapkan dalam proses penyiapan lahan.
I-6
Standar Prosedur Operasional Penyiapan Bibit
II.
Nomor II Halaman 1/ 3
Tanggal Revisi .........
Penyiapan Benih
A. Definisi : Menyiapkan bibit salak betina dan jantan bermutu untuk menghasilkan buah bermutu B. Tujuan : a. Menjamin bibit yang ditanam sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan b. Menjamin bibit memiliki tingkat keseragaman yang tinggi c. Menjamin bibit berkualitas dan berproduktivitas tinggi d. Menjamin bibit bebas hama dan penyakit C. Validasi : Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. 2000. Pengalaman petani Salak Tasikmalaya.
II-1
Standar Prosedur Operasional Penyiapan Bibit
Nomor II Halaman 2/3
Tanggal Revisi .........
D. Bahan dan Alat : a. Gerobak dorong / Alat Pikul b. Pisau / Golok c. Bibit betina asal cangkokan, benih/bibit jantan asal cangkokan atau biji E. Fungsi : a. Gerobak dorong/alat pikul, untuk membawa benih/bibit b. Pisau/golok digunakan polybag/keranjang
untuk
memotong
c. Bibit berlabel asal cangkokan atau biji untuk menjamin kebenaran benih unggul bermutu F. Prosedur Pelaksanaan : a. Beli bibit bersertifikat pada penangkar yang terjamin (terdaftar) b. Pilih bibit yang berumur 3-6 bulan II-2
Standar Prosedur Operasional Penyiapan Benih
Nomor II Halaman 3/3
Tanggal Revisi .........
c. Pilih bibit yang baik yaitu bibit yang sehat yang bebas OPT(Organisme Pengganggu Tanaman), pertumbuhan seragam dan lurus dengan perakaran yang kuat serta penampilan yang kekar. Umur bibit 3 – 6 bulan, tinggi bibit sekitar 80 cm, dengan jumlah pelepah 2 – 3. d. Simpan dan catat dokumen riwayat bibit (sumber bibit, kondisi dan label bibit)
II-3
Standar Prosedur Operasional Penanaman Benih Jantan dan Betina III.
Nomor III Halaman 1/5
Tanggal Nov 2004 Revisi .........
Penanaman Bibit Jantan dan Betina
A. Definisi : Menanam bibit jantan dan betina bermutu dengan baik dan benar B. Tujuan : Agar bibit jantan ditanam dengan benar sebagai sumber serbuk sari dan bibit betina untuk memproduksi buah salak yang bermutu tinggi. C. Validasi : Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. 2000. Pengalaman petani salak Tasikmalaya. D. Bahan dan Alat : a. Sepatu boot. b. Topi / pelindung kepala c. Bibit jantan bermutu asal biji atau cangkokan dan betina asal cangkokan dengan keranjang d. Cangkul/sekop III-1
Standar Prosedur Operasional Penanaman Benih Jantan dan Betina
Nomor III Halaman 2/5
Tanggal Revisi .........
e. Pupuk dasar yaitu pupuk kandang yang sudah matang 10 kg atau kompos/bokashi 5 kg/lubang tanam f. Pisau/gunting g. Air
E. Fungsi : a. Sepatu boot untuk perlindungan agar telapak dan jari-jari kaki tidak terkena duri batang salak b. Topi/pelindung kepala untuk melindungi kepala dari sengatan sinar matahari c. Bibit jantan untuk menghasilkan serbuk sari, bibit betina untuk menghasilkan tanaman berproduksi tinggi d. Cangkul/sekop, untuk meutup lubang tanam e. Pupuk dasar, untuk meningkatkan hara tanah f. Pisau/gunting, untuk memotong polybag g. Air, untuk membasahi tanah
III-2
Standar Prosedur Operasional Penanaman Benih Jantan dan Betina
Nomor III Halaman 3/5
Tanggal Revisi .........
F. Prosedur Pelaksanaan : a. Pindahkan bibit ke kebun di dekat lokasi penanaman. b. Distribusikan bibit sesuai jumlah lubang pada larikan. c. Letakkan bibit salak jantan dan betina dekat lobang tanam seperti pada Gambar 4. Gambar 4. Letak Salak Jantan Jantan Betina
Jantan Betina
d. Campur pupuk kandang/kompos/bokashi dengan tanah bagian atas e. Masukkan campuran tanah bagian atas dengan pupuk kandang/kompos/bokashi kedalam lubang tanam III-3
Standar Prosedur Operasional Penanaman Benih Jantan dan Betina
Nomor III Halaman 4/5
Tanggal Revisi .........
f. Buka keranjang/polybag secara jangan sampai melukai akar.
hati-hati,
g. Periksa kondisi bibit dan perakarannya. h. Masukkan bibit ke dalam lubang tanam yang telah tersedia (Gambar 5) i.
Timbun dengan tanah bagian atas diikuti tanah bagian bawah hingga sedikit diatas leher akar (Gambar 5)
Gambar 5. Pengisian tanah bagian atas (1) diikuti tanah bagian bawah (2) hingga sedikit diatas leher akar dan posisi bibit dalam lubang tanam
1
2
III-4
Standar Prosedur Operasional Penanaman Benih Jantan dan Betina j.
Nomor III Halaman 5/5
Tanggal Revisi .........
Padatkan tanah timbunan dengan tangan dan kaki
k. Siram dengan air secukupnya pada tanah timbunan tadi k. Catak Blok dan tanggal penanaman
III-5
Standar Prosedur Operasional Penyulaman
IV.
Nomor IV Halaman 1/3
Tanggal Revisi .........
Penyulaman
A. Definisi : Mengganti tanaman yang mati atau tumbuh abnormal dengan tanaman baru yang sehat dan berumur sama. B. Tujuan : Mempertahankan populasi tanaman dalam kebun C. Validasi : Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalay. 2000. Pengalaman petani salak Tasikmalaya D. Bahan dan Alat : a. Sepatu boot b. Topi/pelindung kepala c. Benih salak Betina/jantan d. Cangkul/sekop
IV-1
Standar Prosedur Operasional Penyulaman
Nomor IV Halaman 2/3
Tanggal Revisi .........
e. Pupuk dasar yaitu pupuk organik (pupuk kandang/pupuk kompos) yang sudah masak f. Pisau/gunting g. Air (bila diperlukan) E. Fungsi : a. Fungsi sepatu boot, topi/alat pelindung kepala, seperti pada SPO Penanaman Bibit Jantan dan Betina b. Bibit betina, untuk menghasilkan tanaman salak berproduksi tinggi. c. Bibit jantan untuk penghasil serbuk sari d. Cangkul/sekop, seperti pada SPO penanaman bibit jantan dan betina e. Pupuk dasar (pupuk kandang/kompos) untuk meningkatkan hara tanah f. Pisau/gunting seperti SPO penanaman bibit jantan dan betina g. Air, untuk membasahi tanah
IV-2
Standar Prosedur Operasional Penyulaman
Nomor IV Halaman 3/3
Tanggal Revisi .........
F. Prosedur Pelaksanaan : a. Periksa penyebab matinya tanaman. b. Catat hasil pengamatan pada lembar pencatatan. c. Hitung jumlah tanaman yang akan disulam. d. Persiapkan bibit salak pengganti dengan umur yang sama atau hampir sama. e. Bongkar tanaman yang mati atau tumbuh abnormal f. Tanam bibit pada lokasi bekas tanaman yang mati atau tumbuh abnormal. g. Padatkan tanah dengan baik. h. Siram tanah dengan air secukupnya, khususnya bila tanah dalam keadaan kering dan pada musim kemarau. i. Catat waktu dan lokasi tanaman yang disulam.
IV-3
Standar Prosedur Operasional Penjarangan Anakan V.
Nomor V Halaman 1/4
Tanggal Revisi .........
Penjarangan Anakan
A. Definisi : Mengurangi dan mengatur jumlah anakan - anakan dalam satu rumpun tanaman salak. B. Tujuan : a. Agar jumlah tanaman dalam satu rumpun membentuk rumpun yang ideal dan tidak berlebihan agar pemeliharaan tanaman dapat dilakukan dengan mudah, mengurangi resiko serangan OPT dan mengoptimalkan produksi b. Untuk membentuk rumpun. c. Untuk memperoleh bahan tanaman dari anakan yang dipisahkan dari induknya C. Validasi : Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. Pengalaman petani salak Tasikmalaya.
V-1
2000.
Standar Prosedur Operasional Penjarangan Anakan
Nomor V Halaman 2/4
Tanggal Revisi .........
D. Bahan dan Alat : a. Sepatu boot b. Topi/pelindung kepala c. Pisau/sabit/parang d. Pahat e. Karung E. Fungsi : a. Fungsi sepatu boot, topi/pelindung kepala seperti pada SPO penanaman bibit jantan dan betina b. Pisau/sabit/parang untuk yang tidak diharapkan.
memotong
anakan
c. Pahat untuk memisahkan anakan salak pada bagian pangkal yang susah terjangkau d. Karung untuk tempat mengumpulkan ranting/ cabang hasil pemangkasan
V-2
Standar Prosedur Operasional Penjarangan Anakan
Nomor V Halaman 3/4
Tanggal Revisi .........
F. Prosedur Pelaksanaan : a. Periksa lokasi dan luas areal tanaman yang perlu dijarangkan anakannya b. Hitung perkiraan kebutuhan pekerja c. Beri penjelasan kepada petugas tentang tindakan yang harus dilakukan, luas dan lokasi tanaman yang harus dijarangkan. d. Perhatikan anakan dan letaknya dalam rumpun tanaman secara keseluruhan. e. Pilih pelepah daun dan anakan yang akan dipangkas/dipotong. f. Pangkas pelepah yang rebah, tua, mati/kering dan rusak. g. Pangkas anakan yang keluar dari barisan, pertumbuhan kurang baik dan terlalu banyak. h. Buat dalam satu rumpun cukup dua anakan yang baik untuk dipelihara. i. Amati anakan yang akan dipotong. j. Pangkas/potong pangkal rumpun pada anakan yang rusak/sakit yang akan diambil, lalu pisahkan dari rumpun induknya. V-3
Standar Prosedur Operasional Penjarangan Anakan
Nomor V Halaman 4/4
Tanggal Revisi .........
k. Pisahkan anakan yang baik dari induknya, yang akan dicangkok sebagai bibit l. Hasil pangkasan anakan yang rusak/sakit dimasukkan dalam karung lalu dibakar di suatu tempat yang telah ditentukan, atau segera diproses lebih lanjut untuk dijadikan kompos. m. Periks a pelaksanaan prosedur penjarangan anakan m. Catat tindakan yang dilakukan.
V-4
Standar Prosedur Operasional Pemupukan
VI.
Nomor VI Halaman 1/4
Tanggal Revisi .........
Pemupukan
A. Definisi : Memberikan pupuk organik atau an-organik dengan cara membenamkan dalam tanah. B. Tujuan : a. Mempertahankan unsur hara dalam tanah b. Menyediakan unsur hara secara seimbang bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman c. Meningkatkan mutu buah d. Meningkatkan produktivitas tanaman C. Validasi : Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. 2000. Pengalaman petani salak Tasikmalaya. D. Bahan dan Alat : a. Sepatu boot b. Topi/pelindung kepala c. Sarung tangan VI-1
Standar Prosedur Operasional Pemupukan
Nomor VI Halaman 2/4
Tanggal Revisi .........
d. Pupuk organik (pupuk kandang /kompos/bokashi) e. Pupuk an-organik (Urea/ZA) f. Cangkul g. Beko/sorong h. Air (bila diperlukan) i.
Timbangan
j.
Ember
E. Fungsi : a. Sepatu boot, topi/alat pelindung kepala seperti pada SPO penanaman bibit jantan dan betina. b. Sarung tangan untuk melindungi tangan dari kotoran pupuk c. Pupuk, untuk meningkatkan/mempertahankan status hara dalam tanah dan untuk meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman.
VI-2
Standar Prosedur Operasional Pemupukan
Nomor VI Halaman 3/4
Tanggal Revisi .........
d. Cangkul, untuk membuat lubang tempat meletakkan/membenamkan pupuk ke dalam tanah. e. Beko/sorong, untuk mengangkut alat dan bahan dari gudang ke lokasi. f. Air, untuk membasahi tanah bila diperlukan g. Timbangan, untuk menimbang jumlah pupuk h. Ember, untuk membawa air anorganik yang telah ditimbang
atau
pupuk
F. Prosedur Pelaksanaan a. Periksa lokasi dan luas lahan yang perlu dipupuk b. Hitung jenis dan jumlah pupuk yang diperlukan mengacu pada perhitungan sbb : Pupuk organik (kompos/bokashi dengan dosis 5 kg/rumpun atau pupuk kandang yang sudah matang dengan dosis 10 kg/rumpun) N (Urea, ZA) dosis 100 gr/rumpun VI-3
Standar Prosedur Operasional Pemupukan
Nomor VI Halaman 4/4
Tanggal Revisi .........
Pupuk organik maupun pupuk N diberikan pada awal musim hujan dan akhir musim hujan dengan dosis yang sama Konfirmasi ketersediaan pupuk c. Beri penjelasana pelaksanaan tentang lokasi dan luas tanaman yang akan dipupuk d. Buat lubang sedalam ± 15 cm dengan cangkul pada arah Utara-Selatan atau Barat-Timur, atau melingkar selebar tajuk sesuai rotasi. e. Masukkan/taburkan kompos/bokashi/pupuk kandang ke dalam lubang sesuai takaran secara merata, tutup dengan sebagian tanah. f. Masukkan/taburkan pupuk N (Urea/ZA) ke lubang lalu tutup atau timbun dengan sisa tanah yang ada. g. Beri air dalam jumlah yang mencukupi. h. Catat jenis, jumlah, dan cara pemupukan. i. Catat waktu, jumlah, jenis dan cara aplikasi pupuk VI-4
Standar Prosedur Operasional Pengairan
Nomor VII Halaman 1/5
Tanggal Revisi .........
VII. Pengairan A. Definisi : Memberi air sesuai kebutuhan tanaman B. Tujuan : Menyediakan air bagi tanaman pada daerah perakaran tanaman dengan air yang memenuhi standar pada waktu, cara dan jumlah yang tepat sehingga penyerapan hara berjalan optimal dan tanaman dapat tumbuh dengan baik. C. Validasi : Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. 2000. Pengalaman petani salak Tasikmalaya.
VII-1
Standar Prosedur Operasional Pengairan
Nomor VII Halaman 2/ 5
Tanggal Revisi .........
D. Alat dan bahan : a. Selang Plastik b. Paralon/pipa PVC c. Pompa irigasi d. Bak penampung air e. Parit f. Bambu E. Fungsi a. Selang, untuk menyalurkan air dari bak penampungan air b. Paralon/pipa PVC untuk menyalurkan air dari bak penampung ke lahan tanaman salak c. Pompa irigasi, untuk menyalurkan air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, dan sebagainya. d. Bak penampung air, untuk menampung air yang akan digunakan untuk mengairi. e. Parit berfungsi untuk pembuangan (drainase) VII-2
mengalirkan
air
Standar Prosedur Operasional Pengairan
Nomor VII Halaman 3/ 5
Tanggal Revisi .........
f. Bambu, berfungsi untuk menampung air dan meneteskan air sedikit-sedikit mengalirkan air ke pohon salak sesuai dengan kebutuhan F. Prosedur Pelaksanaan a. Periksa lokasi dan luas areal yang perlu diairi. b. Konfirmasi gejala kekurangan air melalui : 1. Adanya gejala kekeringan pada tanaman, bila helaian daun kering dan berwarna coklat, perlu segera dilakukan tindakan pengairan 2. Periksa kelembaban tanah, dengan cara ambil tanah dari sekitar bawah tajuk. Kepalkan tanah tersebut dengan tangan lalu dijatuhkan dari ketinggian ± 120 – 130 cm, bila hancur maka perlu dilakukan pengairan. c. Periksa kesiapan/kondisi pipa PVC/pompa irigasi, selang, bak penampung air. d. Letakkan selang pada tempat-tempat yang tepat untuk melakukan pengairan.
VII-3
Standar Prosedur Operasional Pengairan
Nomor VII Halaman 4/ 5
Tanggal Revisi .........
e. Siapkan bak penampung air, selang, lalu operasikan pompa irigasi. f. Lakukan pengairan tanaman antara jam 08.0010.00 atau jam 15.00-17.00, sesuai kondisi iklim dan ketersediaan air tanah, setidaknya 3 kali dalam seminggu. g. Lakukan pengairan dengan cara penyiraman, atau di “leb” atau mengalirkan air melalui parit. h. Hentikan pemberian air bila tanah telah cukup lembab. Tanah yang lembab dicirikan oleh kepalan tanah yang dijatuhkan dari ketinggian 120 – 130 cm tidak hancur. i.
Konfirmasi kelembaban tanah. Bila kurang lembab ulangi langkah nomor f.
tanah
j.
Lakukan pemberian air sebelum ada gejala kekeringan tanaman. Kebutuhan tanaman sekitar 2 lt/rumpun/hari.
k. Pola kebutuhan air pada tanaman salak berdasar fase pertumbuhan salak adalah sebagai berikut :
VII-4
Standar Prosedur Operasional Pengairan
Nomor VII Halaman 5/ 5
Tanggal Revisi .........
o Diperlukan dalam jumlah banyak, pada fase : Setelah pemangkasan pelepah :
Tumbuh anakan
Pembesaran buah
o Diperlukan dalam jumlah sedikit/sangat sedikit, pada fase :
Inisiasi pembungaan
Menjelang panen
VII-5
Standar Prosedur Operasional Pemangkasan Pelepah
Nomor VIII
Tanggal
Halaman 1/3
Revisi .........
VIII. PEMANGKASAN PELEPAH A.
Definisi : Memotong pelepah yang tidak produktif, kering, mati, terserang OPT.
B.
Tujuan : a. Membentuk tajuk ideal tanaman salak (berkisar 7-8 pelepah per tanaman) agar produktivitas dan mutu buah yang dihasilkan dalam kondisi maksimal. b. Merangsang pertumbuhan seludang bunga betina (congok)
C.
Validasi : Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. 2000. Pengalaman petani salak Kabupaten Tasikmalaya.
VIII-1
Standar Prosedur Operasional Pemangkasan Pelepah
Nomor VIII Halaman 2/3
Tanggal Revisi .........
D.
Bahan dan Alat : a. Topi / pelindung kepala b. Sepatu boot c. Sarung tangan d. Pisau, sabit, parang e. Mesin pencacah (chopper) pelepah salak f. Karung
E.
Fungsi a. Fungsi sepatu boot dan topi/pelindung kepala seperti SPO penanaman bibit jantan dan betina b. Sarung tangan untuk perlindungan agar jarijari dan telapak tangan tidak terkena duri batang salak c. Pisau/sabit/parang seperti SPO penjarangan anakan d. Mesin pencacah (chopper) pelepah salak untuk mencacah pelepah salak menjadi ukuran yang lebih kecil sehingga mudah dimasukkan kedalam rorak e. Karung, untuk tempat mengumpulkan pelepah hasil pemotongan VIII-2
Standar Prosedur Operasional Pemangkasan Pelepah F.
Nomor VIII Halaman 3/3
Tanggal Revisi .........
Prosedur Pelaksanaan a. Periksa lokasi dan luas areal tanaman yang perlu dipangkas/dipotong. b. Hitung perkiraan kebutuhan pekerja. c. Beri penjelasan petugas tentang tindakan yang harus dilakukan, luas dan lokasi tanaman yang harus dipangkas. d. Perhatikan keseluruhan.
bentuk
tanaman
secara
e. Identifikasi pelepah yang kering, dan terserang penyakit, rebah, dan jumlah pelepah dalam satu rumpun tidak lebih dari 12 pelepah. f. Potong pelepah yang telah diidentifikasi dengan cara membuang daun terlebih dahulu, lalu memotong pelepah. g. Hasil pangkasan dimasukkan dalam rorak yang telah dibuat di dalam kebun diantara tanaman salak untuk menambah aerasi dan bahan organik tanah. h. Periksa pelaksanaan prosedur pemangkasan i.
Catat setiap tindakan yang dilakukan. VIII-3
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT IX.
Nomor IX Halaman 1/9
Tanggal Revisi .........
Pengendalian OPT
A. Definisi : Tindakan yang dilakukan untuk mencegah kerugian pada budidaya yang diakibatkan oleh OPT utama yang menyerang tanaman salak di Kabupaten Tasikmalaya. B. Tujuan : a. Mengendalikan populasi OPT serta penyebab menurunnya produktivitas dan kualitas buah untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk. b. Menjaga kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan. C. Validasi : Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. 2000. Pengalaman petani salak Tasikmalaya.
IX-1
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Nomor IX Halaman 2/9
Tanggal Revisi .........
D. Bahan dan Alat : a. Pestisida alami/biopestisida, berupa campuran daun tembakau/mindi 1 kg digerus dan dicampur 2 sendok makan deterjen sebagai perata dilarutkan dalam 10 liter air b. Insektisida kimiawi/furadan 3G/Curacron 500 EC c. Air d. Kapas e. Sprayer f. Mist blower g. Alat dan sarana pelindung : sarung tangan, masker, kaca mata, baju lengan panjang h. Drum i. Ember j. Cangkul k. Alat pengeduk l. Lumpang dan alu/kayu/batu IX-2
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT E. Fungsi :
Nomor IX Halaman 3/9
Tanggal Revisi .........
a. Sprayer, untuk menyemprotkan pengendali ke tanaman.
bahan
b. Bahan pengendali OPT, untuk mengendalikan OPT (pestisida alami/kimiawi) untuk mengendalikan OPT yang berpotensi mengganggu pencapaian target. c. Mist blower, untuk menyemprotkan bahan pengendali OPT ke bagian tanaman yang tersembunyi. d. Alat dan saran pelindung : sarung tangan, masker, kaca mata, baju lengan panjang, untuk menlindungi bagian tubuh dari bahaya cemaran bahan kimiawi (pestisida). e. Kapas, menutup lubang dicelupkan kedalam pestisida
gerek
setelah
f. Lumpang dan alu/kayu/batu, untuk menumbuk dan menghaluskan daun tembakau/mindi. g. Drum, untuk mencampur bahan pengendali OPT dengan pelarut. g. Ember untuk tempat menampung air/bahan pengendali. IX-3
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Nomor IX Halaman 4/9
Tanggal Revisi .........
h. Air untuk melarutkan bahan pengendali OPT sebelum diaplikasikan. i. Alat pengaduk untuk meratakan campuran bahan pengendali OPT dengan pelarut dan atau bahan perekat. j. Sabit, untuk mengambil OPT dan membenamkan kedalam tanah. F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Hama Ulam Salak a. Lakukan pengamatan terhadap ulam secara berkala (seminggu sekali). b. Amati gejala serangan hama gendon pada bagain pangkal pelepah/pangkal batang yang menyebabkan ujung tunas muda mulai tampak menguning, dan daun malai mengecil dengan pertumbuhan tidak sempurna
IX-4
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Nomor IX Halaman 5/9
Tanggal Revisi .........
c. Lakukan tindakan pengendalian dengan secara fisik dan mekanik dengan cara mengambil gendon tersebut dengan tangan atau sabit dan memusnahkannya. d. Lakukan tindakan pengendalian dengan penyemprotan pestisida alami/biopestisida pada bagian pangkal batang/pangkal pelepah dengan dosis 0,5 – 1 liter larutan/rumpun tanaman atau lakukan tindakan pengendalian dengan menyumbat liang gerek dengan kapas yang telh dicelupkan dalam Curacron 500 EC, dengan dosis 2 cc/lt air. e. Melakukan sanitasi dengan membersihkan rumput-rumput/seresah sekitar tanaman. f. Catat blok dan tindakan pengendalian yang dilakukan. g. Catat jenis, cara dan dosis pesticida yang digunakan.
IX-5
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Nomor IX Halaman 6/9
Tanggal Revisi .........
2. Hama Kumbang a. Lakukan pengamatan terhadap kumbang secara berkala (seminggu sekali). b. Amati gejala serangan hama kumbang pada bagian pangkal pelepah/pangkal batang/bagian titik tumbuh. Titik tumbuh pertumbuhannya terganggu dan aka mengalami kematian. c. Lakukan tindakan pengendalian secara fisik dan mekanik dengan cara mengambil kumbang tersebut dengan tangan atau sabit dan memusnahkannya. d. Lakukan tindakan pengendalian dengan penyemprotan pesticida alami/biopestisida pada bagian pangkal batang/pangkal pelepah dengan dosis 0,5 – 1 liter larutan/rumpun. e. Lakukan tindakan pengendalian dengan menetaskan insecticida Curacron 500 EC, dengan dosis 2 cc/lt air, menggunakan kapas yang telah dicelupkan dalam insektisida tersebut pada bagian titik tumbuh tanaman.
IX-6
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Nomor IX Halaman 7/9
Tanggal Revisi .........
f. Catat blok dan tindakan pengendalian yang dilakukan. g. Catat jenis, cara dan dosis pestisida yang digunakan. 3. Hama Uret Penyebab : Lepidiota sp Gejala : o Hama ini menyerang bagian perakaran o Gejala seranngan awal tidak tampak pada tanaman, tetapi gejala lanjut nampak adanya gejala kerusakan yang jelas yaitu tanaman merana dan layu, kemudian daun dan pelepah daun menguning, kering dan akhirnya tanaman mati karena perakaran seluruhnya sudah habis dimakan uret.
IX-7
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Nomor IX Halaman 8/9
Tanggal Revisi .........
Pengendalian : o Sanitasi lingkugan pertanaman o Pengembilan/pengumpulan uret dari pupuk kandang, parit dan dari sekitar pangkal batang o Pemasangan lampu perangkap untuk penangkapan imago, terutama pada awal musim penghujan. 4. Bercak Daun Penyebab : Pestalotiopsis palmarum (Cke) Stey. Gejala : o Pada daun timbul bintik kecil berwarna coklat muda o Bercak dapat bersatu, sehingga terjadi bercak yang besar o Apabila terjadi serangan besar, daun menjadi kering seperti terbakar o Pada bercak terdapat bintik-bintik hitam yang merupakan badan buah (aservulus). Pengendalian : o Sanitasi kebun untuk mengurangi kelembaban o Perbaikan drainase kebun IX-8
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Nomor IX Halaman 9/9
Tanggal Revisi .........
5. Jamur (Penyakit pada Buah Salak) a. Lakukan pengamatan terhadap jamur secara berkala (seminggu sekali). b. Amati gejala serangan jamur pada buah yang menunjukkan gejala adanya jamur berwarna putih menutupi buah, yang menyebabkan buah terhambat perkembangannya dan busuk. c. Lakukan tindakan pengendalian dengan secara fisik dan mekanik dengan cara mengambil buah yang menunjukkan gejala dengan tangan atau sabit dan memusnahkannya. d. Lakukan tindakan pengendalian dengan penyemprotan pestisida alami/biopestisida pada bagian buah/pangkal batang/pangkal pelepah dengan dosis 0,5 – 1 lt larutan/rumpun. e. Catat blok dan tindakan pengendalian yang dilakukan. f. Catat jenis, cara dan dosis pestisida yang digunakan.
IX-9
Standar Prosedur Operasional Penyerbukan
X.
Nomor X Halaman 1/4
Tanggal Revisi .........
Penyerbukan
A. Definisi: Menyerbuki bunga betina dengan benangsari dari bunga jantan. B. Tujuan: Melakukan penyerbukan buatan produktivitas tanaman lebih optimal
agar
tingkat
C. Validasi : Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. 2000. Pengalaman petani salak kabupaten Tasikmalaya. D. Alat dan bahan: a. Sepatu boot b. Sarung tangan dari kulit c. Topi / pelindung kepala d. Bunga jantan e. Bunga betina f. Arit/ gunting g. Tutup bunga betina X-1
Standar Prosedur Operasional Penyerbukan
Nomor X Halaman 2/4
Tanggal Revisi .........
E. Fungsi : a. Sepatu boot seperti pada SPO penanaman bibit jantan dan betina. b. Fungsi sarung tangan, seperti pemangkasan pelapah.
pada SPO
c. Fungsi topi seperti pada SPO pemangkasan pelepah. d. Bunga jantan sebagai sumber serbuksari e. Bunga betina untuk lokasi penyerbukan f. Arit/ gunting untuk memotong bunga jantan g. Tutup bunga betina untuk menutup hasil penyerbukan F. Prosedur Pelaksanaan: a. Periksa bunga betina yang siap dibuahi, dengan ciri selubung bunga sudah berwarna coklat tua dan bila dibuka putik bunga berwarna merah.. b. Konfirmasi luas areal dan lokasi yang akan diserbuki.
X-2
Standar Prosedur Operasional Penyerbukan
Nomor X Halaman 3/4
Tanggal Revisi .........
c. Hitung jumlah tongkol bunga jantan yang dibutuhkan untuk menyerbuki bunga betina dengan acuan 1 tongkol bunga jantan dapat untuk menyerbuki 10 – 30 bunga betina. d. Beri penjelasan pekerja mengenai lokasi dan luasan yang perlu diserbuki. e. Lakukan penyerbukan pada bunga betina yang seludangnya sudah terbuka, berwarna merah dan beraroma wangi. f. Potong bunga jantan yang diserbukan dari tandannya
telah
siap
g. Lakukan proses penyerbukan pada pagi atau sore hari h. Buka seludang bunga betina, oles atau ketukketukkan serbuk bunga jantan di atas bunga betina. i.
Tutup bunga yang telah dibuahi dengan tutup (daun muda atau plastik bekas air mineral).
j.
Buka tutup penyerbukan.
tandan
3-5
hari
k. Inspeksi tindakan penyerbukan tersebut. l.
Catat dalam lembar kegiatan. X-3
setelah
Standar Prosedur Operasional Penyerbukan
Nomor X Halaman 4/4
Tanggal Revisi .........
m. Lakukan pencatatan lokasi dan blok sesuai tanggal. n. Buka penutup tandan setelah 3-5 hari setelah penyerbukan o.
Catat keberhasilan proses penyerbukan
X-4
Standar Prosedur Operasional Penjarangan Buah XI.
Nomor XI Halaman 1/3
Tanggal Revisi .........
Penjarangan Buah
A. Definisi: Mengurangi jumlah buah yang terdapat dalam setiap tandan B. Tujuan: Untuk menghasilkan buah dengan mutu dan jumlah yang optimal sesuai target yang ditetapkan. C. Validasi: Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. 2000. Pengalaman petani salak kabupaten Tasikmalaya. D. Alat dan bahan: a. Sepatu boot b. Sarung tangan dari kulit c. Topi / pelindung kepala d. Kawat tajam/tusuk sate e. Obeng f. Tang/catut/pinset g. Karung XI-1
Standar Prosedur Operasional Penjarangan Buah
Nomor XI Halaman 2/3
Tanggal Revisi .........
E. Fungsi: a. Fungsi sepatu boot, seperti pada penanaman bibit jantan dan betina.
SPO
b. Fungsi sarung tangan, seperti pada SPO pemangkasan pelepah. c. Fungsi topi, seperti pada SPO pemangkasan pelepah. d. Kawat tajam/tusuk sate untuk menusuk buah yang akan dijarangkan. e. Obeng untuk mencongkel dan menggoyahkan buah yang akan dijarangkan. f. Tang/Catut/pinset untuk mengambil buah yang sudah goyah dari tangkainya g. Karung, untuk mengumpulkan buah-buah kecil hasil penjarangan F. Prosedur Pelaksanaan: a. Periksa buah yang perlu dijarangkan. b. Konfirmasi luas areal dan lokasi yang akan dijarangkan. c. Briefing pekerja mengenai lokasi dan luasan yang perlu dijarangkan. XI-2
Standar Prosedur Operasional Penjarangan Buah
Nomor XI Halaman 3/3
Tanggal Revisi .........
d. Lakukan penjarangan pertama saat 2 bulan setelah penyerbukan (ukuran buah sebesar kelereng) dengan cara memilih bauh yang abnormal, terserang hama dan penyakit atau buah yang normal tapi posisinya terjepit. e. Tusuk buah yang dipilih untuk dijarangkan, kemudian ditarik dengan menggunakan kawat tajam/tusuk sate. f. Kumpulkan buah hasil penjarangan ke dalam wadah atau karung untuk dibuang. g. Kumpulkan karung-karung yang sudah penuh di sisi kiri jalan kolektor. h. Lakukan penjarangan kedua, sesudah sebulan penjarangan pertama dengan cara yang sama seperti penjarangan pertama atau dengan menggunakan obeng. i.
Lakukan pembungkusan tandan anyaman atau keranjang bambu
j.
Periksa tindakan penjarangan, bila tidak sesuai standar ulangi mulai langkah d sampai i
k. Catat dalam lembar kegiatan.
XI-3
dengan
Standar Prosedur Operasional Panen
Nomor XII Halaman 1/3
Tanggal Revisi .........
XII. Panen A. Definisi: Memetik buah yang telah siap panen atau mencapai kematangan optimal B. Tujuan: Untuk memperoleh buah pada standar mutu yang telah ditetapkan. C. Validasi : Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. 2000. Pengalaman petani salak Kabupaten Tasikmalaya. D. Bahan dan Alat : a. Sepatu boot b. Sarung tangan kulit c. Topi / pelindung kepala d. Linggis atau bilah bambu e. Gergaji kecil/congkrang f. Keranjang pengumpul buah
XII-1
Standar Prosedur Operasional Panen
Nomor XII Halaman 2/3
Tanggal Revisi .........
E. Fungsi : a. Sepatu boot seperti pada SPO penanaman bibit jantan dan betina. b. Fungsi sarung tangan, pemangkasan pelepah.
seperti
pada
SPO
c. Fungsi topi, seperti pada SPO pemangkasan pelepah. d. Linggis atau bilah bambu untuk membuka tandan agar dapat dimasuki dorit atau gergaji kecil . e. Dorit atau gergaji kecil untuk memotong tandan buah salak f. Keranjang pengumpul buah, untuk mengumpulkan buah hasil panen agar tidak terkena kotoran dan untuk mengangkut ke lokasi pengumpulan. F. Prosedur Pelaksanaan : a. Periksa lokasi dan luas pertanaman yang sudah siap panen dan perkirakan jumlah pekerja yang diperlukan.
XII-2
Standar Prosedur Operasional Panen
Nomor XII Halaman 3/3
Tanggal Revisi .........
b. Periksa buah yang sudah memenuhi syarat untuk dipetik (dari catatan umur buah, penampakan fisik, tekstur buah, warna kulit), dengan ciri-ciri sisik yang telah jarang, bulu-bulu yang telah hilang dan warna kulit buah berwarna merah kehitaman atau kuning tua dan berkilat. c. Beri penjelasan pekerja mengenai lokasi dan luasan yang siap panen. d. Potong tandan buah dengan pahat atau pisau pada bagian pangkal. e. Masukkan hasil panen ke dalam keranjang pengumpul buah secara hati-hati. f. Letakkan keranjang yang sudah penuh di tepi kebun pada bagian yang teduh. g. Angkut keranjang ke bangunan pengumpul. h. Catat asal lokasi panen
XII-3
Standar Prosedur Operasional Pasca Panen
Nomor XIII Halaman 1/3
Tanggal Revisi .........
XIII. Pasca Panen A. Definisi: Pekerjaan yang dilakukan pada hasil produk yang baru saja dipanen B. Tujuan : Melakukan pekerjaan meliputi pembersihan, sortasi buah, pelabelan dan pengemasan berdasarkan ukuran dan standar mutu yang telah ditentukan C. Validasi: Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. 2000. Pengalaman petani salak Kabupaten Tasikmalaya. D. Bahan dan Alat: a. Sarung tangan dari kulit b. Sikat sepatu c. Kuas Ijuk Besar d. Lap e. Keranjang buah f. Stiker g. Keranjang pengumpul buah h. Keranjang pengemas/besek/peti/kardus buah i. Spidol XIII-1
Standar Prosedur Operasional Pasca Panen
Nomor XIII Halaman 2/3
Tanggal Revisi .........
E. Fungsi: a. Sarung tangan dari kulit untuk perlindungan agar jari-jari dan telapak tangan tidak terkena duri halus kulit buah salak. b. Sikat sepatu, untuk membersihkan kotoran pada buah lepas tandan. c. Kuas ijuk besar, untuk membersihkan kotoran pada buah tandanan. d. Lap, untuk membersihkan buah. e. Keranjang untuk menampung buah yang sudah dipilah f. Keranjang pengemas/besek/peti/kardus buah, untuk tempat buah yang akan dikirim dan dipasarkan sesuai dengan kelas/grade-nya g. Stiker, untuk tanda pengenal pada buah h. Spidol, untuk memberi tanda pada kemasan kranjang F. Prosedur Pelaksanaan: a. Konfirmasi volume buah yang akan dipanen. b. Perkirakan keranjang.
kebutuhan XIII-2
pekerja,
stiker,
dan
Standar Prosedur Operasional Pasca Panen
Nomor XIII Halaman 3/3
Tanggal Revisi .........
c. Konfirmasi ketersediaan stiker dan keranjang pengumpul buah. d. Beri penjelasan operator dan pekerja mengenai volume dan standar/kelas yang akan dibuat. Kelas A 98-12 buah/kg), kelas B (13-17 buah/kg), kelas C (18-22 buah/kg). e. Periksa kebersihan dan keranjang pengumpul.
kesiapan
alat
dan
f. Letakkan keranjang pengumpul pada tempatnya. g. Sortir buah berdasar penampakan dan ukuran kelas. h. Masukkan kedalam keranjang pengemas dengan ukuran untuk 20 kg buah kemudian ditimbang. i.
Beri tanda, serta stiker kode pada keranjang pengemas sesuai ukuran buah.
j.
Periksa hasil dalam kemasan. Bila tidak sesuai standar kembali ke langkah no. g.
k. Masukkan ke gudang kendaraan pengangkut.
XIII-3
penyimpanan
atau
LAMPIRAN CONTOH FORM ISIAN CATATAN KEGIATAN Untuk memudahkan pelacakan dan konfirmasi kegiatan, maka dalam pembuatan form isian sebaiknya dilakukan berdasarkan blok. Berikut merupakan contoh dari check list yang dapat dimanfaatkan dan sangat dimungkinkan untuk dimodifikasi untuk lebih memudahkan pelaksanaannya di lapang.
1
A.
SPO Persiapan Lahan
Nama Pemilik Alamat Kebun Tanggal
B.
Blok
.............................................. ..............................................
Luas (ha)
Kondisi Lahan
Riwayat Penggunaan
Cara Penyiapan
Operator
SPO Penyiapan Benih
Nama Pemilik Alamat Kebun Tanggal
C.
: :
Kondisi Benih
: :
.............................................. ..............................................
Jumlah Benih
Sumber Benih
Kondisi Benih
Cara
Operator
Cara
Operator
SPO Penanaman Benih Jantan dan Betina
Nama Pemilik Alamat Kebun
Tanggal
Blok
: :
.............................................. ..............................................
Fase pertum buhan
Luas (ha)
Alat
2
D.
SPO Penyulaman
Nama Pemilik Alamat Kebun
Tanggal
E.
: :
Fase pertum buhan
Blok
Luas (ha)
Alat
Cara
Operator
Cara
Operator
SPO Penjarangan Anak
Nama Pemilik Alamat Kebun
Tanggal
F.
.............................................. ..............................................
: :
.............................................. .............................................. Fase pertum buhan
Blok
Luas (ha)
Alat
SPO Pemupukan
Nama Pemilik Alamat Kebun
Tanggal
Blok
: :
.............................................. ..............................................
Fase pertum buhan
Luas (ha)
Nama Pupuk
3
Dosis
Cuaca
Operator
G.
SPO Pengairan
Nama Pemilik Alamat Kebun
Tanggal
H.
: :
Fase pertum buhan
Blok
Luas (ha)
Cara Pengairan
Lama Diairi
Operator
SPO Pemangkasan Pelepah
Nama Pemilik Alamat Kebun
Tanggal
I.
.............................................. ..............................................
: :
.............................................. ..............................................
Fase pertum buhan
Blok
Luas (ha)
Cara Penjarangan
Operator
SPO Pengendalian OPT
Nama Pemilik Alamat Kebun
Tgl
Blok
: :
Luas (ha)
.............................................. ..............................................
Fase pertum buhan
Nama Bahan Pengendali OPT
Jenis OPT
4
Dosis
Cara Aplikasi
Cuaca
J.
SPO Penyerbukan
Nama Pemilik Alamat Kebun
Tanggal
K.
: :
Fase pertum buhan
Blok
Luas (ha)
Cara Penjarangan
Operator
SPO Penjarangan Buah
Nama Pemilik Alamat Kebun
Tanggal
L.
.............................................. ..............................................
: :
.............................................. .............................................. Fase pertum buhan
Blok
Luas (ha)
Cara Penjarangan
Operator
SPO Panen
Nama Pemilik Alamat Kebun
Tanggal
: :
Waktu Panen
.............................................. .............................................. Luas (ha)
Blok
5
Jumlah Produksi (kg)
Operator
M.
SPO Pasca Panen
Nama Pemilik Alamat Kebun Tanggal
N.
: :
.............................................. .............................................. Kebersihan tempat
Jumlah (kg)
Kebersihan alat
% dalam Kelas A
B
C
% Rusak
Operator
Catatan Pupuk
Tgl Beli
O.
Nama Pupuk
Jumlah (kg/l)
Rasio Kandungan
Tanggal Dipakai
Nama Pupuk
Jumlah (kg/l)
Operator
Sisa Stok
Operator
Sisa Stok
Catatan Pestisida
Tanggal Beli
Nama Pestisida
Jumlah (kg/l)
Rasio Kandungan
Tanggal Dipakai
6
Nama Pestisida
Jumlah (kg/l)