UPAYA PENIGKATAN KADER POSYANDU MELALUI PELATIHAN DALAM MEMBINA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KELURAHAN DUNGUSCARIANG KECAMATAN ANDIR KOTA BANDUNG Sri Teti Setiawati
[email protected] Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang besarnya upaya peningkatan kader Posyandu melalui pelatihan dalam membina PAUD di Kelurahan Dunguscariang Kecamatan Andir Kota Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi mengenai PAUD di Kelurahan Dunguscariang, untuk memperoleh informasi mengenai berbagai upaya yang dilakukan kader Posyandu melalui pelatihan dalam membina PAUD di Kelurahan Dunguscariang Kecamatan Andir Kota Bandung, untuk mengetahui langkah – langkah yang dilakukan oleh kader Posyandu dalam membina PAUD. Penelitian menggunakan metode deskriptif, teknik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, observasidan studi dokumentasi. Hasil penelitian dan temuan kondisi PAUD yang berada di kelurahan Dunguscariang merupakan PAUD yang baru didirikan, jumlah warga belajar sementara ini tidak terbatas dari anggota posyandu, kurikulum baru difokuskan pada kurikulum penanaman saja, upaya yang dilakukan kader posyandu dalam membina PAUD di kelurahan Dunguscariang yaitu dengan memilih kader yang berkualitas yang diikutsertakan dalam berbagai pelatihan, selain itu berdasarkan ijazah dan kapabilitas yang dimiliki, langkah – langkah yang dilakukan kader Posyandu dalam membina PAUD yaitu kepengurusan dibentuk berdasarkan musyawarah dan penugasan diatur oleh ketua. Kesimpulan bahwa PAUD melalui posyandu telah berjalan dengan baik dan partisipasi responden dalam mengikuti kegiatan tersebut memiliki persepsi yang positif terhadap kegiatan tersebut. Kata kunci : Kader Posyandu, Pelatihan, PAUD.
PENDAHULUAN Dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidupnya, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia serta akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menghasilkan manusia Indonesia seutuhnya diperlukan upaya sejak manusia masih dini, artinya manusia masih berusia sangat muda. Dimana pada usia dini ini anak mengalami masa peka, artinya masa yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga sangat menentukan kepribadian, watak serta keadaan jasmaninya kelak dikemudian hari. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 14 menyebutkan ‘ Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini, antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lemabaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini jika dibandingkan dengan jumlah anak usia 0 – 6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut. Pusat pendidikan yang pertama dan utama adalah keluarga. Yang menjadi permasalahan apakah semua orang tua terutama ibu mengetahui dan memahami cara, metode atau teknik untuk melakukan pendidikan terhadap anaknya? Nampaknya masih banyak dilingkungan kita orang tua yang belum memahami dengan sesungguhnya cara dan teknik pembinaan yang harus dilakukan terhadap anaknya. Untuk itu diperlukan suatu pembinaan terhadap orang tua khususnya ibu yang sehari-hari mendidik dan membina anaknya. Kader posyandu merupakan salah satu alternatif dalam melakukan pembinaan terhadap para ibu dalam melaksanakan aktifitas dan pembinaan terhadap anaknya. Hal ini dimungkinkan karena Posyandu merupakan gerakan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah dengan wanita sebagai motor penggeraknya untuk membangun keluarga sebagai unit atau kelompok terkecil dalam masyarakat guna
menumbuhkan, menghimpun, mengarahkan dan membina keluarganya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah yang hendak dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana keadaan atau kondisi PAUD di kelurahan Dunguscariang? 2. Upaya apa saja yang dilakukan kader posyandu melaui pelatihan dalam membina PAUD di kelurahan Dunguscariang? 3. Bagaimana langkah-langkah kader posyandu dalam membina PAUD? LANDASAN TEORI A. Program Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat sekaligus dapat memperoleh pelayanan keluarga berencana dan kesehatan. Adapun tujuan dari penyelenggaraan posyandu adalah untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi anak balita dan angka kelahiran dan agar masyarakat dapat mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lainnya yang bisa menunjang peningkatan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Sasaran posyandu diantaranya, yaitu Bayi (usia kurang dari satu tahun), Anak Balita (usia satu sampai empat tahun), ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu menyusui, serta Wanita PUS atau WUS ( wanita usia subur ). Program-program posyandu yang diberikan meliputi gizi, imunisasi, kesehatan ibu dan anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB). Kegiatan posyandu dilaksanakan 1 kali dalam sebulan. B. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Pengertian Pendidikan Anak Udia Dini dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14 menyebutkan bahwa “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukakn melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Satuan PAUD antara lain : a. Taman Penitipan Anak (TPA) b. Kelompok Bermain c. Satuan PAUD Sejenis berupa sanggarsanggar/sarana pembinaan anak, pendidikan keluarga, pos-pos pelayanan pendidikan, kesehatan maupun gizi dengan cara diluar TPA dan kelompok bermain. C. Konsep PAUD Melalui Posyandu Pada dasarnya tujuan didirikannya PAUD melalui posyandu adalah untuk memberikan
rangsangan bagi perkembangan anak karena anak memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini. D. Pendidikan Anak Usia Dini Sebagai Wilayah Kajian Pendidikan Luar Sekolah Menurut Djudju Sudjana (1993:34), Pendidikan Luar Sekolah adalah “ kegiatan pendidikan yang terorganisir diluar sistem persekolahan, dilaksanakan secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar dalam mencapai tujuan belajarnya.”. Berdasarkan PP No.73 tahun 1991 dikemukakan 3 tujuan pokok pendidikan luar sekolah, antara lain : a) Melayani warga belajar agar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. b) Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. c) Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yaitu komponen pendidikan luar sekolah yang berfungsi mewujudkan pemerataan dan mutu penyelenggaraan pendidikan anak usia dini melalui kegiatan merawat, kesehatan, pemberian gizi yang memadai dan pengembangan psikososialnya. E. Konsep Pembelajaran Menurut D.Sudjana (2000:6), Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Belajar dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu belajar sebagai proses dan belajar sebagai hasil. Sebagai proses, belajar dapat diartikan upaya yang wajar melalui penyesuaian tingkah laku (Travers, 1972; Delker, 1974; Gage dan Berliner, 1984). Sebagai hasil, belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dari kegiatan belajar (Cagne, 1972 ; Coombs, 1985). Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu mencakup ranah (domain) afeksi, kognisi, dan psikomotor (Bloom, 1965). Prosedur Penelitian A. Populasi dan Sampel Penelitian Sudjana (1985 ; 5), mengemukakan pengertian populasi sebagai berikut : “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif karakteristik tertentu
mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Sehubungan dengan masalah diatas, yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini, adalah semua kader posyandu yang dibina posyandu di Kelurahan Dunguscariang. Karena jumlah populasi dari kegiatan penelitian ini relatif kecil, maka pengambilan sampel penelitian adalah seluruh dari populasi. Dengan demikian penelitian menggunakan penelitian. Artinya seluruh populasi yang ada di daerah penelitian dijadikan sampel penelitian. Sesuai dengan pengambilan sampel dari keseluruhan populasi, maka penelitian ini menggunakan responden keseluruhan populasi, yang berjumlah 25 orang. B. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam rangka membahas permasalahan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah menggunakan “Metode Deskriptif”. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah : 1. Observasi 2. Wawancara 3. Angket (Kuisioner) 4. Studi Literatur 5. Studi Dokumentasi C. Prosedur Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan data ini dimaksudkan agar data hasil penelitian dapat mengungkap permasalahan yang diteliti. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Winarno Surachad (1990 : 109) bahwa, pengolahan data adalah usaha yang kongkrit untuk membuat data itu “berbicara”. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut ; 1. Seleksi dan klasifikasi data 2. Klasifikasi Data 3. Tabulasi Data 4. Analisa dan Interpretasi Data 5. Melakukan analisa dan penafsiran Data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Objektif dan Masyarakat Kelurahan Dunguscariang Kelurahan Dunguscariang merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Andir Kota Bandung, jarak dari kelurahan ke ibukota kecamatan 1 km, ke ibukota Kota Bandung 2 km dan ke ibukota provinsi 3 km. wilayah Kelurahan Dunguscariang merupakan daratan dengan ketinggian 1200 m di atas permukaan laut, curah hujan 2200 mm, dan suhu rata-rata berkisar 20 ˚ C. Berdasarkan catatan yang terdapat di Kelurahan Dunguscariang Kecamatan Andir Kota Bandung
jumlah penduduk seluruhnya adalah 16.539 orang, yang terdiri dari 8301 orang perempuan, dan 8238 orang laki-laki. Dari data yang telah kami peroleh memberikan indikasi bahwa tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Dunguscariang Kecamatan Andir Kota Bandung tersebut cukup tinggi, berkat usaha wajib belajar yang sudah dilaksanakan. Untuk itu, di dalam usaha pendidikan seyogyanya dapat lebih ditingkatkan, baik dengan pengadaan fasilitas sarana maupun prasarana yang memadai guna kemajuan di bidang pendidikan di kelurahan tersebut. Penduduk Kelurahan Dunguscariang ini, seperti halnya di daerah-daerah lain mempunyai mata pencaharian yang berbeda-beda. Sekalipun demikian, sesuai dengan lingkungan di Kelurahan ini, maka mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai karyawan swasta dan pedagang. B. Hasil Analisis Data 1. Hasil Analisis data Tentang Keadaan atau Kondisi PAUD di Kelurahan Dunguscariang Berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan secara tertutup kepada 50 orang responden, maka kondisi PAUD di Kelurahan Dunguscariang mendapat tanggapan seperti yang terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Tanggapan Responden Tentang Pendiri PAUD No. Alternatif Jawaban Ƒ % 1. Ketua Posyandu 2. bersama Tokoh 27 54 3. Masyarakat 0 4. Keinginan Ketua RW 0 Keinginan Ketua 23 46 Posyandu sendiri Instruksi Pemerintah JUMLAH 50 100
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan lebih dari setengahnya tanggapan responden menyatakan pendiri PAUD adalah ketua posyandu bersama tokoh masyarakat.
No. 1. 2. 3. 4.
Tabel 4.5 Tanggapan Responden Tentang Dukungan Masyarakat Mengenai Gagasan PAUD Alternatif Jawaban Ƒ % Masyarakat memberi dukungan 25 50 penuh Hanya didukung oleh tokoh 20 40 masyarakat saja Kurang memperoleh dukungan 5 10 dari masyarakat Tidak memperoleh dukungan dari 0 masyarakat JUMLAH 50 100
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dukungan masyarakat mengenai gagasan posyandu setengahnya responden menyatakan bahwa masyarakat memberi dukungan penuh. Tabel 4.6 Tanggapan Responden Tentang Jumlah Peserta PAUD Pada Saat Didirikan No. 1. 2. 3. 4.
Alternatif Jawaban
Ƒ
%
Seluruh Anggota Posyandu Sebagian besar Anggota Posyandu Hanya sebagian kecil Anggota Posyandu Hanya Keluarga Ketua Posyandu JUMLAH
10
20
13
26
27
54
0
-
50
100
Jumlah
2.
Hasil Analisis Data Tentang Upaya Kader Posyandu melalui Pelatihan dalam Membina PAUD di Kelurahan Dunguscariang Komponen –komponen sebagai daya dukung dalam berjalannya PAUD di Posyandu Kelurahan Dunguscariang Kecamatan Andir yang diperlukan bagi anak-anak usia dini mendapat tanggapan dari responden adalah sebagai berikut:
No. 1. 2. 3. 4.
50
100
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa perekrutan kader di PAUD dilakukan dengan cara terbuka atau siapa saja yang mau jadi pengurus PAUD tersebut.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa jumlah peserta PAUD pada saat didirikan hanya sebagian kecil anggota posyandu,
Tabel 4.10 Tanggapan Responden Tentang Tujuan Didirikan PAUD Alternatif Jawaban Memberikan dasar pendidikan 14 dan sarana bermain Mempersiapkan anak untuk 28 bersekolah Supaya anak pintar 8 Tujuannya tidak jelas 0 Jumlah 50
Tabel 4.11 Tanggapan Responden Tentang Perekrutan Kader di PAUD No. Alternatif Jawaban % 1. Kader direkrut dari masyarakat 5 10 berdasarkan kriteria-kriteria tertentu 2. Kader direkrut dari Pengurus 10 20 Posyandu 3. Kader direkrut dari tokoh 10 20 masyarakat 4. Siapa yang mau 25 50
% 28 56 16 100
Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan tujuan didirikannya PAUD di Kelurahan Dunguscariang Kecamatan Andir pada intinya adalah untuk mempersiapkan anak/memberikan dasar awal untuk masuk jenjang sekolah.
Tabel 4.12 Tanggapan Responden Tentang Upaya Yang Dilakukan Dalam Memperoleh Kader Yang Berkualitas No. Alternatif Jawaban % 1. Berdasarkan ijazah dan 13 26 kapabilitas yang dimiliki 2. Diikutsertakan dalam berbagai 27 54 pelatihan 3. Diberi pengarahan khusus 10 20 4. Belum ada upaya 0 Jumlah 50 100
Tabulasi di atas menunjukan upaya yang dilakukan dalam memperoleh kader yang berkualitas lebih dari setengahnya (54%) responden menyatakan diikutsertakan dalam beerbagai pelatihan, kurang dari setengahnya (26%) responden menyatakan berdasarkan ijazah dan kapabilitas yang dimiliki, kurang dari setengahnya (20%) responden menyatakan diberi pengarahan khusus dan tidak seorangpun (0%) responden yang menyatakan belum ada upaya.
3.
Hasil Analisis Data Tentang Langkahlangkah Kader Posyandu dalam Membina PAUD di Kelurahan Dunguscariang Tabel 4.17 Langkah Kepengurusan PAUD Alternatif Jawaban Kepengurusan dibentuk 27 berdasarkan musyawarah seluruh masyarakat Kepengurusan ditentukan oleh 18 penggagas Kepengurusan diatur oleh 5 Ketua Posyandu Tidak ada pengurus yang jelas 0 Jumlah 50
No. 1.
2. 3. 4.
% 54
36 10 100
Dari tabulasi di atas dapat disimpulkan bahwa proses kepengurusan PAUD sebagai langkah pengorganisasian PAUD dibentuk berdasarkan musyawarah seluruh masysrakat. Tabel 4.18 Tanggapan Responden Tentang Proses Pembagian Kerja Sesama Kader No. 1. 2.
3. 4.
Alternatif Jawaban Pembagian kerja didasarkan pada tanggungjawabnya Pembagian kerja ditentukan berdasarkan kemampuan pengurus Pembagian kerja hanya dilakukan oleh pengurus inti Tidak ada pembagian kerja yang jelas Jumlah
15
% 30
25
50
10
20
0
-
50
100
Dari data diatas dapat disimpulkan ternyata proses pembagian kerja sesama pengurus ditentukan berdasarkan kemampuan pengurus dengan didasarkan pada tanggungjawabnya. Tabel 4.19 Tanggapan Responden Tentang Upaya Pelimpahan Wewenang Dalam Realisasi PAUD No. Alternatif Jawaban % 1. 2. 3. 4.
Pelimpahan wewenang didasarkan pada tugas dan tanggung jawabnya Wewenang berada pada timpendiri Wewenang sepenuhnya pada ketua Tidak ada pembagian wewenang yang jelas Jumlah
Kesimpulan Bagian akhir dari penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang penulis ambil didasarkan pada pertanyaan sebagai berikut : 1. Kondisi PAUD yang berada di Kelurahan Dunguscariang, merupakan PAUD yang baru didirikan. Secara umun responden menyatakan bahwa yang mendirikan PAUD tersebut adalah ketua posyandu dan tokoh masyarakat, jumlah warga belajar sementara ini tidak terbatas dari anggota posyandu (tabel 4.6). 2. Upaya yang dilakukan kader posyandu dalam membina PAUD di Kelurahan Dunguscariang yaitu memilih kader yang berkualitas yang akan diikutsertakan dalam berbagai pelatihan yang dimiliki (tabel 4.12). Teknik perekrutan warga belajar, yaitu seluruh anggota Posyandu diwajibkan. (tabel 4.13). Dalam menentukan tempat penyelenggaraan PAUD lebih dari setengahnya responden mengemukakan pendapatnya untuk dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan masyarakat (tabel 4.15). 3. Langkah-langkah yang dilakukan kader posyandu dalam membina PAUD yaitu kepengurusan dibentuk berdasarkan musyawarah dan penugasan diatur oleh ketua (tabel 4.17). Proses pembagian kerja sesama pengurus ditentukan berdasarkan kemampuan pengurus dengan didasarkan pada tanggungjawabnya (tabel 4.18). Upaya pelimpahan wewenang dalam realisasi PAUD bahwa wewenang sepenuhnya pada ketua (tabel 4.19).
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas, (2003), Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Jakarta: Depdiknas. ______ , (1991), Peraturan pemerintah No. 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Sekolah, Jakarta: Depdikbud.
15
30
Faisal Sanafiah, (1981), Pendidikan Luar Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional.
10 25 0
20 50 -
Gerungan. W. A , (2002), Psikologi Sosial, Bandung: Refika.
50
100
Dari tabulasi di atas dapat disimpulkan bahwa upaya pelimpahan wewenang dalam realisasi PAUD bahwa wewenang sepenuhnya pada ketua.
Hasibuan. R, (1997), Pengembangan Program Pendidikan Anak Dini Usia Menyongsong Abad 21, Surabaya: Usaha Nasional. Hidayat. T , (1997), Identifikasi dan Intervensi Potensi Peserta Didik Usia Dini: Surabaya: Usaha Nasional
Kartono Kartini, (1990), Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju. _______ , (1995), Peranan Keluarga Memandu Anak, Jakarta: Rajawali Press. Kurniawan. Y , (1993), Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, Jakarta: Firdaus. Koeswara, (1984), Motivasi, Teori Penelitiannya, Bandung; Angkasa.
dan
_______ , (1990), Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung: Mandar Maju. Munandar. U , (1999), Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua, Jakarta: PT. Gramedia. Sudjana. D, (1991), Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah perkembangan, Falsafah dan teori Pendukung Asas, Bandung: Nusantara Press. Surachmad Winarno, (1990), Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik, Bandung: Tarsito. _______ , (1992), Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Nusantara Press. _______ , (1993), Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif dalam Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Nusantara Press.