SPIRITUAL FORMATION II “Komunikasi dalam Keluarga“ Lecture : Satya Hedipuspita, ST., M.Div.
OLEH : Katherine Yohana
(03320100007)
Maria Christa
(03320100008)
Sylvia Diansari
(05120100003)
Hariansi Panimba
(05120100019)
Ristiananda Setiawan
(05120100020)
Anastasia Marcelina
(08120100005)
Universitas Pelita Harapan Surabaya Maret – 2012
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Komunikasi merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan
manusia, terutama manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesamanya. Suatu interaksi dimulai ketika seorang bayi berada di dalam kandungan, interaksi yang terjadi di sini adalah interaksi antara ibu dengan bayi di dalam kandungannya. Ketika seorang ibu mengelus perutnya, maka si bayi memberikan respon dengan cara menendang dinding rahim ibunya. Setelah anak di lahirkan, proses interaksi pertama kali didapatkan melalui setiap anggota keluarganya. Anak mulai menirukan segala sesuatu yang dilakukan oleh orangtuanya, bahkan kata-kata yang sering didengarnya akan ditirukannya. Suatu komunikasi dan interaksi yang baik di dalam keluarga, akan memberikan suatu pemahaman akan komunikasi yang baik pula bagi anak-anak di dalam keluarga tersebut. Oleh sebab itu, sebuah keluarga harus membangun keluarga yang harmonis demi perkembangan yang baik dari anak-anak mereka. Suatu keluarga yang baik dimulai dari komunikasi yang baik pula antara orangtua si anak (komunikasi di antara suami-istri), hubungan yang baik daripada kedua orangtua akan memberikan dampak yang baik pula bagi perkembangan si anak. Demikian juga apabila kedua orangtua menjalankan peranannya di dalam keluarga dengan baik, tentunya hal ini akan memberikan teladan bagi anaknya dalam membina keluarga suatu saat nanti.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa makna komunikasi dan keluarga? 2. Bagaimana konsep dan fungsi keluarga? 3. Bagaimana interaksi sosial di dalam keluarga? 4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi?
1.3
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini ditujukan untuk mengetahui betapa pentingnya suatu komunikasi dengan mempelajari terlebih dahulu makna dari komunikasi dan makna dari keluarga. Setelah mengetahui kedua pengertian tersebut, maka harus dipelajari pula konsep dan fungsi dari masing-masing anggota keluarga untuk mengetahui peranannya di dalam suatu lingkup keluarga yang nantinya akan memiliki hubungan yang sangat erat di dalam interaksi sosial di dalam keluarga. Materi terakhir yang disampaikan dalam makalah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi. Melalui makalah ini, diharapkan sebuah keluarga mampu menjaga keharmonisan di dalam rumah tangga yang pada akhirnya memberikan dampak baik bagi perkembangan jiwa (psikologis) anak dan memberikan teladan atau bekal bagi seorang anak ketika ia dewasa nanti dan menjalani kehidupan rumahtangganya sendiri.
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Komunikasi dan Keluarga
A. Pengertian Komunikasi Komunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan manusia, terutama saat manusia menjalin hubungan dengan sesamanya. Komunikasi diperlukan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain dan menerima informasi dari orang lain. Dengan komunikasi, kita mampu memahami orang lain, begitu juga sebaliknya. Berikut ini adalah pengertian komunikasi dari beberapa pencetusnya: 1.
Onong Cahyana Effendi:
“ Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). “ 2.
Harold Laswell:
“ Komunikasi adalah gambaran mengenai siapa, mengatakan apa, melalui media apa, kepada siapa, dan apa efeknya. “ 3.
Raymond Ross:
“ Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator. “ 4.
Gerald R. Miller:
“ Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka. “ 5.
Everett M. Rogers:
“ Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. “ 6.
Carl I. Hovland:
“ Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain. “
7.
New Comb:
“ Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif dari sumber kepada penerima. “ 8.
Bernard Barelson & Garry A. Steiner:
“ Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb. “ 9.
Colin Cherry:
“ Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya. “ 10. Hovland, Janis dan Kelley: “ Komunikasi merupakan proses individu mengirim rangsangan (stimulus) yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada definisi ini mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses. “ 11. Louis Forsdale: “ Communication is the process by which a system is established, maintained and altered by means of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan. 12. William J. Seller: “ Komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti. “ Berdasarkan 12 pencetus makna dari komunikasi, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan berbagai macam media/cara, baik menggunakan bahasa/kata-kata, simbol, gerakan tubuh, dan lain sebagainya.
Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya yang berjudul Komunikasi antar Manusia, dikatakan bahwa: ” Dari semua pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki, pengetahuan dan keterampilan yang menyangkut komunikasi termasuk di antara yang paling penting dan berguna. Melalui komunikasi intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri, mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri tentang ini dan itu, mempertimbangkan keputusan-keputusan yang akan diambil dan menyiapkan pesan-pesan yang akan kita sampaikan kepada orang lain. Melalui komunikasi antar pribadi kita berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Apakah kepada pimpinan, teman sekerja, teman seprofesi, kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi antar pribadilah kita membina, memelihara, kadang-kadang merusak (dan ada kalangnya memperbaiki) hubungan pribadi kita. ”
B. Pengertian Keluarga Friedman (1998) : “ Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. “
Suprajitno (2004) : ” Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang lakilaki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga. unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang tinggal disuatu tempat atau rumah dan berinteraksi satu sama lain, mempunyai perannya masing-masingmasing-masing dan mempertahankan suatu kebudayaan. ”
Effendi (1998) : “ Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. “
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian keluarga secara umum adalah persekutuan antara suami dan isteri (dan anak atau anak-anak) yang terbentuk karena ikatan tertentu (misalnya Agama, Adat, Hukum Sipil), serta membangun hidup dan kehidupan bersama pada suatu tempat (tertentu). “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia," (Matius 19 : 5 – 6)
Sedangkan, pengertian Keluarga Kristen adalah persekutuan antara suamiisteri dan anak (anak-anak) yang terbentuk ikatan kasih TUHAN Allah, serta membangun hidup dan kehidupan bersama sesuai dengan Firman TUHAN. Keluarga terjadi karena ada ikatan atau persekutuan tertentu. Ikatan dan persekutuan tertentu dalam keluarga Kristen tersebut adalah kasih. Ikatan tersebut terbentuk karena ada peneguhan dan pemberkatan nikah. Tanpa peneguhan dan pemberkatan nikah, maka belum terbentuk hubungan sebagai suami-isteri, sebagai keluarga. Keluarga Kristen hanya terbentuk melalui suatu pengesahan oleh Gereja, serta didaftarkan melalui biro pencatatan sipil.
2.2
Konsep dan Fungsi Keluarga Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang segambar dan serupa
dengan penciptanya, yaitu Allah. Dalam menjalani kehidupan manusia tidak diciptakan sendirian, tetapi Allah telah memberikan pasangan yang sepadan dengan manusia. Setelah hidup bersama, Adam dan Hawa diberi mandat khusus
dari Allah, yaitu : beranakcucu dan memenuhi bumi (Kejadian 1:27). Konsep keluarga Kristen telah direncanakan Allah sejak awal mula penciptaan. “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging (Kejadian 2:24)”. Sepasang manusia, yaitu pria dan wanita diciptakan dalam perbedaan yang nampak tetapi memiliki kesatuan. Keluarga adalah bagian terpenting dari semua budaya dan peradaban. Keluarga telah didefinisikan sebagai landasan atau fondasi dimana masyarakat dibangun. Karena itu, keluarga harus dilindungi, didorong dan diperkuat dengan segala cara. Keluarga mengacu pada orang yang berhubungan satu sama lain melalui pernikahan, kelahiran atau adopsi. Lebih tepatnya, keluarga beranggotakan pria dan wanita yang terikat oleh perjanjian pernikahan, hidup bersama dengan anak kandung ataupun anak angkat mereka (Hogue, 1995). Kehidupan keluarga Kristen tidak akan lepas kendali dari kuasa Allah, Sang Pencipta. Allah punya rencana terbaik bagi setiap keluarga Kristen. Maka dari itu, tidak satu pun keluarga yang terjadi karena kebetulan. Didalam mengemban mandat dari Allah, manusia memperoleh kebahagiaan yang telah dijanjikan dalam keluarga. Karena keluarga adalah rancangan Allah, maka keluarga merupakan cermin hubungan antara manusia dan Allah. Menurut Stephen Tong (2011), keluarga merupakan unit paling fundamental dalam pembentukan masyarakat. Konsep Allah Tritunggal yang saling berhubungan menjadi esensi dalam sebuah keluarga. Kesatuan tiga pribadi dalam satu Allah harus menjadi dasar kesatuan dalam keluarga Kristen. Seperti manusia antara pria dan wanita yang memiliki banyak perbedaan tetapi harus bersatu dalam keluarga. Keluarga Kristen bertujuan untuk saling melengkapi setiap pribadi yang ada. Seorang suami tidak dapat memimpin sebuah keluarga hanya dengan sebuah emosi, tapi ia juga harus penuh kasih dan perhatian untuk istri dan anak-anaknya. Seperti pribadi Allah yang adalah kasih itu sendiri, setiap anggota keluarga tidak dapat bersatu kalau mereka tidak memiliki kasih. Pada Kejadian 2 : 18, TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang
sepadan dengan dia." Dari ayat ini, Allah menciptakan Hawa dari Adam. Dengan menempatkan mereka berdua sebagai suami dan istri dan memerintahkan mereka untuk beranak cucu dan bertambah banyak, sehingga ada 2 hal yang bisa dipetik dari sini : 1.
Keluarga adalah ide dari Allah
Keluarga bukanlah institusi yang diciptakan oleh manusia. Allah menciptakan mentahbiskan hubungan pernikahan dan hubungan orangtua untuk tujuan yang ilahi. 2.
Keluarga adalah hal yang utama Ketika Allah melihat Adam dan dia sendiran tanpa istri dan anak, Allah
berkata, “Tidak baik.” Keluarga adalah hal penting yang berkaitan dengan relasi yang sehat diantara banyak orang. Allah tidak ingin anak-anak terlahir sebagai yatim piatu. Ia menginginkan adanya bapa yang saleh dan ibu yang mengasuh dan merawat anak-anak, membantu mereka menjadi orang dewasa yang ilahi dan bertanggung jawab. Dunia butuh keluarga. Keluarga adalah hal mendasar yang membangun setiap kebudayaan. Dimana ada disintegrasi dan kehancuran keluarga, maka disana ada kematian atau kehancuran dari peradaban di tempat itu. Fungsi dari keluarga itu sendiri adalah saling memperlengkapi antar anggota keluarga sehingga menjadi serupa dengan Kristus (Roma 8:28-29). Semua orang yang telah dibentuk menjadi suatu keluarga merupakan orang-orang yang terpanggil oleh Allah. Suami, istri, ataupun anak-anak haruslah bertanggung jawab dalam setiap perannya untuk memuliakan nama Allah. Kasih dan perhatian satu sama lain mampu menjadikan mereka sebagai saksi kasih Kristus bagi masyarakat. Keluarga yang harmonis dan memuliakan Tuhan adalah tujuan yang perlu dicapai bagi setiap keluarga Kristen. Terdapat 4 (empat) fungsi keluarga yang Allah ciptakan, antara lain : 1.
Sebagai pedoman kehidupan
“Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda berharga dan menarik.” (Amsal 24 : 3 – 4).
yang
“Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanam-tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana!” (Mazmur 144 : 12). “Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” (Lukas 2 : 51 – 52). Kita belajar hal-hal yang praktis dalam keluarga seperti cara berbicara, berjalan, berpakaian, dan bertingkah laku sopan disekeliling orang. Mazmur 144 : 12 mengatakan bahwa keluarga seperti sebuah kebun. Kebun harus siap untuk diolah dan dirawat dengan baik sehingga dapat tumbuh dan menjadi sehat. Sama seperti keluarga yang perlu diolah sehingga dapat menghasilkan buah ilahi. Dari keluarga, kita mendapatkan :
Kemampuan untuk berhubungan
Dalam keluarga, kita belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Kita belajar tentang ayah dan ibu. Kita menemukan bagaimana cara untuk berhubungan dengan kekuasaan, menunjukkan rasa hormat dan berkomunikasi dengan baik. Kemampuan untuk berhubungan melibatkan bagaimana mengatasi konflik dengan sukses tanpa merusak hubungan.
Karakter
Keluarga adalah tempat dimana kita bertumbuh dalam karakter. Ketika kita harus berhubungan dengan pasangan dan anak setiap hari, hal ini akan menghasilkan kualitas karakter dalam diri sehingga kita menjadi individu yang kuat di hadapan Allah.
Hal
ini
membantu
kita
untuk
menjadi
sabar,
bijaksana
dan
bertanggungjawab. Ketika kita tidak menanggapi dengan baik tekanan yang kita rasakan dalam keluarga, maka terbentuklah keretakan karakter. Oleh karena itu, Allah menginginkan kita untuk bergantung pada-Nya ketika kita bertumbuh dalam keluarga sehingga Ia dapat memberikan kita kekuatan yang kita butuhkan untuk melalui masa-masa susah mempelajari karakter kehidupan.
Nilai
Nilai adalah sesuatu yang penting yang kita pegang dalam kehidupan. Nilai yang kita miliki akan terungkap kepada siapa waktu dan perhatian kita berikan. Jika kita menaruh Kristus sebagai pusat dalam keluarga, maka anak-anak akan bertumbuh dengan mempercayai Kristus sebagai hal yang penting.
2.
Sebagai pelindung dari badai kehidupan “Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya.” (Amsal 14 : 26).
Kehidupan dipenuhi dengan badai dan keluarga adalah tempat dimana kita dapat berlindung dari badai kehidupan. Namun bagaimanapun, keluarga juga adalah tempat dimana badai berada. Bukannya sebagai tempat perlindungan, terkadang keluarga menjadi tempat kepedihan dan kita berharap agar kita mampu mengubah hal ini. Ada berbagai badai yang orang hadapi dalam hidupnya. Oleh karena itu, keluarga harus menjadi tempat yang stabil dan tempat kekuatan selama menghadapi badai.
Perubahan
Hal ini termasuk transisi kehidupan. Perubahan lingkungan dapat menimbulkan stress. Berubahnya pekerjaan juga dapat menjadi badai. Membantu anak-anak melalui perubahan mereka dalam kehidupan juga merupakan badai yang harus dihadapi. Segala perubahan ini adalah hal yang dapat diatasi dalam keluarga jika keluarga kita kuat dan sehat.
Krisis
Ada banyak tragedi yang menimpa semua keluarga pada satu titik. Orang yang kita cintai meninggal, kita menjadi sakit atau terluka, bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dll.
Identitas
Kita butuh untuk tahu jati diri kita. Ada kebutuhan untuk saling berhubungan. Darimana aku berasal?
Darimana arti
keberadaanku dan apa artinya
keberadaanku? Identitas seseorang adalah keberadaannya, arti dan nilainya. Anakanak belajar dari orangtuanya. Cinta, perlindungan dan penerimaan dari
keluargalah yang membawa identitas kepada anak-anak, bukannya opini kebudayaan maupun orang lain.
3.
Sebagai tempat untuk menikmati hidup
“Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu.” (Mazmur 127 : 3 – 5a). Sebuah keluarga butuh lebih dari sekedar ranjang dan tempat untuk makan. Keluarga adalah tempat kita belajar untuk menikmati hidup. Allah ingin keluarga menjadi tempat untuk kegembiraan dan kebahagiaan. Ia ingin orangtua untuk bermain bersama anak-anaknya sehingga anak-anak akan merasakan kegembiraan di rumahnya.
4.
Sebagai tempat kudus untuk mengenal dan menyembah Allah
“Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anakanak, yang akan lahir kelak bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka, supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya;” (Mazmur 78 : 3 – 5). “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu 5 dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6 : 6 – 7). Allah ingin menjadi pusat dari keluarga kita. Keluarga adalah tempat dimana kita mengenal Allah. Allah ingin keluarga menjadi tempat dimana Ia disembah. Jika
sebuah keluarga menempatkan Allah sebagai
yang pertama,
Ia akan
menumpahkan berkat-berkatNya ke atas mereka.
Menurut Edward Warke Jr., dalam bukunya yang berjudul Christian Family Living, keluarga dibangun oleh suami, istri dan anak. Masing-masing memiliki perannya dalam membangun keluarga sehingga dapat sukses mencapai fungsi keluarga yang dikehendaki Allah. 1.
Peran Suami dalam Keluarga
“Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.” (Efesus 5 : 23). Hal ini adalah janji dan keputusan ilahi. Suami tidak boleh memimpin atas istrinya dengan alasan superioritas, tetapi disertai dengan tanggung jawab.
Tugas secara langsung
Sama seperti Kristus, memandu dan memimpin keluarganya (Mazmur 32 : 8), sehingga seorang pria harus bertanggungjawab. Suami harus memimpin sama seperti Kristus yang adalah Kepala Gereja memimpin umat-Nya.
Tugas sementara
Sama seperti Kristus yang menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan oleh pengantin-Nya, demikian juga seorang suami harus menyediakan bagi keluarganya.
Tugas rohani
1. Seperti Kristus, sebagai imam bagi keluarganya. 2. Sebagai pemimpin, pendoa syafaat dan pengajar doa. 3. Sebagai pemimpin dalam persekutuan keluarga dan pertumbuhan rohani.
2.
Peran Istri dalam Keluarga
Tunduk kepada suami secara rohani seperti tunduk kepada Allah (Efesus 5 : 21, 22).
Taat kepada suami sebagai bagian dari ketaatan kepada Tuhan (Efesus 5 : 23).
Menjadi alasan untuk bersukacita dan bersyukur, bukan menjadi alasan kesedihan.
Menjadi pelengkap pengajaran suami sebagai kepala keluarga yang memimpin dengan cinta, oleh cinta dan melalui cinta.
Untuk memenuhi rencana Allah untuk pernikahan dan keluarga yang ideal. Dalam Efesus 5:22-33, kasih Kristus menjadi dasar hidup keluarga
Kristus. Sama halnya dengan Kristus yang mengasihi dan memimpin jemaat, demikian seorang suami memperlakukan istrinya. Karena itu seorang istri juga harus tunduk dan menghormati suaminya. Anak-anak juga dituntut untuk menghormati ayah dan ibunya supaya lanjut umurnya (Keluaran 20:12). Ketika tanggung jawab setiap anggota dipenuhi maka pasti kasih Tuhan selalu mengalir dalam keluarga Kristen. Selain itu, kehidupan yang rukun dan saling mengasihi akan mengalirkan berkat Tuhan yang tidak akan berhenti sampai anak-cucunya.
2.2
Interaksi Sosial dalam Keluarga Keluarga merupakan komunitas terkecil dari sebuah masyarakat dan
nantinya masing-masing keluarga ini memiliki peranan yang begitu besar bagi masyarakat luas. Oleh sebab itu, untuk memperoleh kehidupan keluarga yang harmonis diperlukan pula lingkungan keluarga yang kondusif melalui interaksiinteraksi yang dilakukan antar anggota keluarga. Terutama lingkungan keluarga yang harmonis ini sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang anak-anak yang nantinya akan menjadi penerus generasi bangsa. Berikut ini adalah beberapa bentuk interaksi yang terdapat dalam sebuah keluarga: A. Interaksi antara Suami dan Istri Dalam kehidupan berumah tangga, suatu pernikahan harus dilandasi dengan kasih agape. (Kolose 3:19) Kasih agape adalah kasih yang diteladankan oleh Yesus Kristus, yaitu kasih yang diberikan kepada orang yang tak layak atau tak pantas menerima kasih itu1. Melalui kasih agape inilah, semakin panjang umur pernikahan, bara cinta yang dimiliki oleh pasangan suami-istri takkan pernah surut. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pasangan suami-istri dalam menjaga keharmonisan cinta mereka adalah dengan mengungkapkan cinta, efek 1
http://www.griimelbourne.org Pengertian oleh Pdt. Budi Setiawan
sentuhan, memberi bantuan, selalu siap dengan dukungan, saling memuji, menyisihkan waktu berdua, dengarkan, dan tiga kata ajaib2.
Mengungkapkan cinta Perasaan cinta dan sayang bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan, terutama
dalam kehidupan suami-istri. Pengungkapan cinta dan sayang harus diungkapkan setiap hari dengan berbagai macam cara, misalnya melalui SMS dan diucapkan melalui kata-kata baik pada saat suami sedang berangkat kerja, sedang berduaan dan setiap malam sebelum tidur.
Efek Sentuhan Secara psikologis, sentuhan memberikan efek kesehatan bagi jiwa
seseorang, yaitu perasaaan aman, tenteram, dan bahagia. Oleh sebab itu, sentuhansentuhan seperti pelukan, mengusap kepala, mengusap tangan, dan menjawil pipi, mampu mengungkapkan perasaan cinta. Namun, dalam melakukan sentuhan mesra, suami-istri harus memperhatikan waktu dan tempat yang sesuai. Selain itu, efek sentuhan mampu meredakan emosi dari pasangan, misalnya: seorang suami yang sedang pusing memikirkan pekerjaan di kantornya, seorang istri dapat mengusap kepala dan memberikan pijatan ringan di bahu suaminya. Hal ini tentunya dapat menguatkan perasaan cinta di antara suami-istri. Sebab telah dikatakan dalam Efesus 5:31 bahwa setelah menikah maka suami dan istri akan menjadi satu daging, sehingga seorang atau istri harus menjaga, memperhatikan dan memelihara hubungan pribadi dengan sopan dan hormat, sebab tubuh suami adalah milik istri dan tubuh istri adalah milik suami (1Korintus 7:4). Maka tindakan yang dilakukan di atas telah mencerminkan apa yang Tuhan inginkan dalam kehidupan suami-istri sebagaimana dinyatakan dalam Efesus 5:33 agar seorang suami mengasihi istri dan seorang istri menghormati suaminya
Memberi Bantuan Terdapat kisah suami-istri yang selalu bekerja bersama-sama, yaitu
Priskila dan Akwila pada Kisah Para Rasul 18:2-3, pasangan ini merupakan 2
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
tukang kemah. Akwila merupakan seorang Yahudi dan Priskila istrinya, tak dapat dipastikan apakah istrinya Yahudi atau bukan (sebab tak ada data tertulis dalam alkitab). Setiap anak Yahudi dalam Perjanjian Baru diajarkan satu jenis perdagangan. Tenda merupakan bagian penting dalam hidup orang Ibrani, maka Akwila diajarkan oleh orangtuanya cara membuat tenda sebagai cara menghidupi dirinya. Tentunya keahlian itu diajarkan pada istrinya dan istrinya dengan senang hati membantu suaminya. Kerjasama dalam rumah tangga merupakan hal yang rutin dilakukan setiap hari sebab hal itulah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus dalam Efesus 6:2 untuk saling membantu satu sama lain, sehingga telah tampak bahwa ini adalah hal yang wajar bahwa suami-istri saling membantu dengan cara mengerjakan pekerjaannya masing-masing dengan baik dan benar. Namun, suatu bantuan kecil yang tak diminta oleh pasangan mungkin mampu memberikan nilai tersendiri bagi suami-istri. Misalnya pada saat istri menyelesaikan tugas kantor milik suaminya atau seorang suami yang membuatkan sarapan bagi istrinya ketika si istri sedang sakit. Hal-hal seperti inilah yang semakin memperkuat cinta di antara suami-istri
Selalu siap dengan dukungan Cinta tak hanya berupa hasrat semata, namun cinta memiliki arti untuk
selalu mendampingi pasangan di saat susah maupun senang, sama seperti janji pernikahan yang telah dibuat di hadapan altar Allah. Dukungan dari pasangan sangat diperlukan untuk membangkitkan semangat suami/istri yang sedang dalam keadaan terpuruk. Sama seperti yang telah diajarkan dalam Alkitab, pada
Roma 14:13;
Galatia 6:1; I Tesalonika 5:11, yang dapat memberikan pengajaran untuk tidak menyalahkan atau memberikan kritik pada pasangan pada saat ia sedang berada dalam keterpurukannya, melainkan memulihkan perasaannya, memberikan semangat dan berusaha mencari solusi atas kesalahan yang telah ia perbuat.
Saling memuji Pujian mengandung aspek psikologis yang dapat menurunkan kadar stress
hingga 15%, sebaliknya mengungkapkan aspek negatif akan meningkatkan beban
stress sebesar 48%.3 Oleh sebab itu, Tuhan memberikan pengajaran pada anakanakNya melalui Alkitab untuk saling memuji satu sama lain, sama dengan yang terdapat dalam Amsal 31:26, mengenai seorang istri: Ia membuka mulutnya dengan hikmat. Istri tahu kapan harus berkata-kata sesuai dengan waktu, tempat dan situasi. Ia tahu kapan harus memberikan pujian atau koreksi kepada suaminya. Perkataan yang diucapkan pada waktunya, seperti buah apel emas dalam pinggan perak (Amsal 25:11). Sedangkan bagi suami, maka di dalam Mazmur 139:13-14 haruslah ia mengagumi dan memberi penghargaan pada istri.
Menyisihkan waktu berdua Relasi dengan istri/suami dinomor satukan di atas segala-galanya.
Terutama dalam hal menyediakan waktu berdua-duaan bagi pasangan di saat kesibukan dari suami/istri. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajak pasangan makan bersama di luar (hanya berdua saja, tanpa dengan anak-anak), mengadakan doa bersama (doa malam dan membaca Alkitab), menjelang sebelum tidur saling menyisihkan waktu untuk berbagi cerita. Hal-hal seperti ini dapat dilakukan untuk meneguhkan hubungan menjadi lebih dekat dan harmonis. Keharmonisan yang kita miliki semuanya berasal dari Tuhan, sama seperti yang dinyatakan dalam Injil Mazmur 127:1, oleh sebab itu, setelah berkeluarga pun, tetap tak lupa dengan hubungan pribadi dengan Tuhan, tetapi juga harus membangun suatu keluarga yang dekat dengan Tuhan, caranya adalah dengan mengadakan persekutuan keluarga bersama setiap harinya yang isi pokoknya adalah terima kasih kepada Tuhan atas segala berkatNya dan memohon ampun atas segala kekurangan dan kesalahan kita, memohon berkat untuk kehidupan kita keesokan harinya, serta saling memaafkan satu sama lain yang berfungsi untuk menyelesaikan ketegangan yang timbul dari konflik di dalam keluarga pada hari itu.
Dengarkan dan tiga kata ajaib Sebagai suami-istri tak hanya sekedar penyampai informasi, tetapi
keduanya harus menjadi pendengar yang baik dan jangan berbicara sampai yang 3
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
lain selesai berbicara.(Amsal18:13; Yakobus 1:19). Di sini, harus dibedakan antara mendengar dan mendengarkan Mendengarkan yang dimaksud di sini tak sekedar membuka telinga untuk apa yang dikatakan tetapi juga membuka hati kepada siapa kita berbicara4. Hal ini membuat pasangan yang berbicara kepada kita merasa nyaman dan dihargai, sebab kita telah mendengarkan setiap katakatanya sepenuh hati. Hal terakhir adalah menggunakan tiga kata ajaib, yaitu “tolong, terima kasih, dan maaf” Penggunaan kata tolong dan terima kasih sering kali digunakan pada saat meminta bantuan kepada pasangan, hal ini dapat membuat pasangan merasa setiap pekerjaan yang telah dilakukan (baik hal itu benar atau salah) menjadi dihargai. Selain itu, jika telah membuat kesalahan, akuilah dan minta maaf. Yakobus 5:16. Jika pasangan telah mengakui kesalahannya dan meminta maaf, maka kita harus mengatakan bahwa kita telah memaafkan segala kesalahannya. Pastikan bahwa hal itu dilupakan dan tidak diungkit-ungkit dihadapannya. Amsal 17:9; Efesus 4:32; Kolose 3:13; I Petrus 4:8
B. Interaksi antara Ayah, Ibu, dan Anak Orang-tua tak hanya memiliki peran sebagai sahabat bagi anaknya, melainkan juga harus menjadi teladan, mendidik dan mendisiplinkan anaknya. Orangtua yang bersahabat bagi anak-anaknya memiliki peranan yang besar bagi perkembangan jiwanya, menjadi sahabat berarti orang tua harus menyediakan waktu bagi anak, menemaninya baik suka dan duka, serta memilihkan teman yang baik bagi anak dan tak membiarkan anak memilih teman sesuka hati tanpa petunjuk bagaimana cara memilih teman yang baik. Didikan orang tua bagi anak merupakan persiapan seorang anak untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang, orang tua harus mengajarkan anak mereka untuk mengembangkan perilaku yang menarik bagi lingkungannya sebagai cara hidup. Memberikan nasihat bagi anak pada saat perilakunya menunjukkan gejala yang tak baik.
4
Gilarso,T. 1996. Pembinaan Persiapan Berkeluarga. Yogyakarta:Kanisius
Selain itu, interaksi antara orang tua dan anak harus memiliki prinsip untuk mendisiplinkan. Hal yang dimaksudkan dengan pendisiplinan di sini ialah: “Parent who empower will help their children recognize their strength and potential within and find ways to enhance these qualitie”, yang dapat diartikan bahwa orangtua dapat memberi dorongan dan kekuatan yang data membawa anak-anak menemukan talenta dan potensi yang Tuhan berikan5. Pendidikan disiplin ini dapat diberikan dalam bentuk keteladanan orang tua. Orang tua memberikan teladan dalam hal disiplin yang baik dan bijaksana dengan menggunakan pujian bukan kritik atau hukuman.6 Hal ini sesuai dengan firman Tuhan dalam Amsal 19:18 bahwa Keluarga Kristen tidak hanya membawa anak beragama, sekolah dan hidup yang baik, namun tiap anak harus didoakan atau dibimbing untuk bertobat dan mengenal Tuhan Yesus secara sungguh-sungguh. Disiplin ditanamkan mulai sejak anak kecil. Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi janganlah engkau menginginkan kematiannya. Dalam Kolose 3: 21, kita menemukan pola relasi/komunikasi dalam keluarga, yaitu orangtua terhadap anaknya: Orangtua jangan sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. Berikut ini adalah kewajiban dari ibu dan ayah kepada anaknya: a. Seorang ibu memiliki kewajiban untuk memelihara dan mengasuh anaknya, menyediakan makanan bagi anaknya (Amsal 31:15a), mengasuh dan mengawasi anak (Amsal 31:27a), menjadi imam bagi anak-anaknya (ibu bertindak sebagai penyambung lidah Allah, yaitu menyampaikan firman Allah kepada anak), memberikan teladan bagi anaknya (Amsal 20:15, 14:1, 31:20), serta menjadi seorang guru bagi anaknya (Amsal 1:8b) b. Seorang ayah memiliki kewajiban sebagai pemimpin bagi anaknya melalui pikiran, perbuatan, dan teladan (II Kor 3:11; Efesus 5:23), serta menjadi penanggung utama terhadap anak (Amsal 1:8, 6:20)
5 6
http://www.griimelbourne.org Ringkasan kotbah oleh Pdt. Budi Setiawan Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
C. Interaksi antara Anak dan Orang Tua Kolose 3:20, mengajarkan anak-anak untuk selalu taat kepada orang tua. Hal ini juga telah dilakukan oleh Yesus Kristus sebagaimana ia patuh kepada Bapa di Sorga (Yohanes 8:28-29), demikian yang ia inginkan pada kita, sebagai anak-anak untuk menaati orang tua. Sekalipun hal itu terasa sulit bagi anak-anak untuk menaatinya, namun hal itulah yang Ia inginkan. Berdasarkan firman inilah, seorang anak diharuskan untuk mendengarkan segala nasihat yang diberikan oleh orang tua dan tidak membantahnya, sebab sebagian besar hal yang dikatakan oleh orang tuanya adalah baik dan benar. Orangtua telah memiliki pengalaman yang lebih banyak dan telah melalui masa mudanya (yaitu masa kanak-kanak dan remaja), sehingga tentunya orangtua lebih mengetahui kondisi yang sedang dilalui oleh si anak.
2.4
Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Dalam melakukan komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga, ada kalanya terdapat kendala dalam menyampaikan pendapat dan mengungkapkan pemikiran. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir yang berbeda antara seseorang dengan yang lain, terutama pada saat seorang anak berbicara dengan orang tuanya, begitu juga sebaliknya, oleh sebab itu, perlu dipahami hal-hal berikut ini: a. Faktor Personal Setiap orang memiliki karakter, sifat, dan sikap yang berbeda. Oleh sebab itu, seorang suami harus mengerti apa yang menjadi kebiasaan dari istrinya, begitu juga sebaliknya. Hal ini sangat berpengaruh dalam interaksi antara mereka berdua. Dengan pemahaman karakter, mereka dapat menemukan kecocokan di antara mereka dan mampu menciptakan suasana komunikasi yang nyaman dan menyenangkan sebab mereka saling memiliki persamaan pendapat dan pikiran. Sebagai orangtua pun, mereka harus mengetahui karakter dan pola pikir anaknya sehingga mereka mampu memahami keinginan anaknya tanpa harus menunggu anaknya tersebut mengungkapkannya kepada
orangtuanya. Dengan perhatian yang demikian, seorang anak akan merasa nyaman dengan orangtuanya sehingga keakraban mereka semakin terjalin. Sebaliknya seorang anak juga harus mengetahui karakter, sikap, dan sifat dari orangtuanya, sehingga seorang anak mampu mengatur pola kata-kata yang nyaman untuk berbicara dengan orangtuanya. Misalnya, orangtua yang sedang dalam keadaan marah, maka seorang anak ketika mengajak berbicara dengan orangtuanya harus berbicara dengan lembut dan pelan, sehingga kemarahan orangtua dapat redam dan si anak tak dimarahi oleh anaknya.
b. Suasana Psikologis Suasana psikologis seseorang memiliki peranan dalam komunikasi. Suatu komunikasi akan menjadi sulit berlangsung ketika lawan bicara kita sedang dalam suatu keadaan atau kondisi psikologis negatif, misalnya sedih, marah, bingung, kecewa, dan sebagainya. Pada saat seseorang sedang sedih, ia akan terlarut dalam emosinya dan pelampiasan yang dilakukan adalah dengan menangis, sehingga ia tak dapat diajak berbicara dan berkomunikasi. Di sisi lain, pada saat seseorang sedang dalam keadaan marah, maka ia berada dalam keadaan yang mudah tersulut kemarahannya dan sulit dikendalikan sehingga terkadang orangorang terdekatnya yang menjadi obyek pelampiasan kemarahannya. Misalnya saja, seorang suami yang berada dalam keadaan frustasi akibat pekerjaannya, sesampai di rumah ia melampiaskan hal tersebut kepada istrinya dengan menggunakan perkataan yang tidak menyenangkan untuk didengar. Seorang istri yang telah memahami keadaan suaminya, tidak akan membalas kata-kata suaminya dengan kata-kata yang tidak mengenakkan pula. Dengan diamnya sang istri, mampu meredamkan emosi dari suaminya. Dalam keadaan-keadaan seperti inilah, masing-masing anggota keluarga (ayah, ibu, dan anak) harus mampu mengetahui kondisi dari
lawan bicaranya dan saling memaklumi, sehingga antar anggota keluarga tidak terlibat permusuhan dan perkelahian.
c. Kondisi Lingkungan Komunikasi dapat dilakukan di berbagai macam kondisi dan lokasi tertentu dengan gaya dan cara yang berbeda. Misalnya pada saat di lingkungan sekolah atau di kantor, maka gaya bicara yang dilakukan harus lebih formal dibandingkan saat berbicara dengan anggota keluarga di rumah. Demikian juga halnya dengan suatu lingkungan keluarga yang memiliki latar belakang yang berbeda, keluarga yang taat pada agama akan berbeda dengan keluarga yang tak taat pada agamanya, atau gaya hidup keluarga yang berbeda antara keluarga yang kaya dengan keluarga yang sederhana. Misalnya, seorang yang berasal dari keluarga yang ayahnya anggota militer, maka gaya hidup keluarganya akan lebih disiplin dan terorganisasi dibandingkan dengan keluarga yang ayahnya bukan anggota militer.
d. Bahasa
e. Perbedaan Usia Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah kedekatan/keakraban masing-masing anggota keluarga. Jika kedekatan antaranggota keluarga sangat kuat maka tingkat emosionalnya dan fisik mereka sangat tinggi,di antara mereka saling mengetahui urusan masing-masing dan memiliki sedikit privacy. Sedangkan jika kedekatannya sangat rendah maka hubungan komunikasi akan sangat jarang terjadi dan dianatara mereka akan banyak sekali privacy yang di jaga. Keluarga adalah system yang kadang-kadang bisa berubah. Perubahan yang terjadi bias diakibatkan oleh beberapa faktor, misalkan perubahan yang terjadi karena perceraian,perkembangan anak,dari kecil hingga dewasa. Perubahan
situasi semacam ini mau tidak mau memaksa pola komunikasi yang ada berekembang mengikuti perekembangan yang ada.7 Komunikasi dalam keluarga tidak harus selau menjadi pembicara yang baik tetapi menjadi pendengar yang baik pun akan membangun pola komunikasi yang kokoh.Komunikasi keluarga sendiri adalah komunikasi paling ideal karena menjadi temapt paling pertama sebagai media sosialisasi dan hirarki kedudukan setiap anggota keluarga mengakibatkan munculnya formalitas berkomunikasi.
7
http://www.anneahira.com/komunikasi-16487.htm
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan Dalam kehidupan berkeluarga, hal utama yang mempengaruhi hubungan
intern tersebut adalah komunikasi dan harus dimulai sejak awal pernikahan. Karena, dengan adanya komunikasi yang terjalin baik maka akan menciptakan hubungan antar anggota keluarga menjadi harmonis dan terhindar dari konflik yang dapat memunculkan pertikaian. Membangun suatu keluarga Kristen hanya dapat dilakukan dengan berlandaskan Firman Tuhan dan kasih, dimana Allah telah berfirman di dalam Alkitab tentang segala hal yang seharusnya diatur dalam suatu keluarga. Hal tersebut terdiri dari penjelasan akan definisi keluarga dalam kehidupan Kristen (Matius 19 : 5–6), konsep keluarga Kristen (Kejadian 2:24), fungsi keluarga yang diciptakan Allah (Mazmur 144 : 12), berbagai tugas dan fungsi dari setiap peran ayah, ibu dan anak hingga bagaimana cara menciptakan interaksi yang baik antar anggota keluarga. Allah telah mengatur sedemikian rupa mengenai keluarga Kristen, karena Ia ingin melihat setiap umatNya menjalankan firmanNya dan hidup sesuai jalan kebenaran hingga tercipta keluarga yang bahagia di dalamNya. Membangun keluarga kristen yang harmonis dan bahagia, unsur komunikasi ini mutlak diperlukan. Sehingga dengan demikian setiap masalah maupun persoalan yang timbul, dapat diselesaikan dengan baik, karena keluarga tersebut memiliki kasih Kristus sebagai dasar yang mengikat dan mempersatukan setiap anggota keluarga. Dengan adanya komunikasi ini, maka masalah yang besar dapat dibuat menjadi kecil, dan masalah yang kecil dapat dihilangkan. Tetapi jika sebuah keluarga tidak memiliki komunikasi yang baik, maka yang terjadi adalah sebaliknya, masalah yang sebenarnya kecil, dapat berkembang menjadi sangat besar, karena ada unsur emosi, kemarahan dan sakit hati yang turut "bermain" didalamnya. Keluarga Kristen merupakan gambaran hubungan antara Tuhan dengan gereja-Nya. Kristus adalah mempelai pria, sebagai kepala keluarga kekal, gereja
adalah mempelai wanita. Tuhan mengasihi gereja dan Tuhan menuntut agar gerejaNya taat pada perintahNya. Tuhan selalu menghibur dan menguatkan gerejaNya. Pada akhirnya, sama seperti hubungan kita dengan Tuhan dimana harus selalu dijaga dengan komunikasi dalam doa demikian juga dalam sebuah keluarga. Tanpa komunikasi yang baik yakinlah tidak akan ada tercipta sesuatu yang lebih baik dalam keluarga. 3.2
Saran Setiap keluarga Kristen hendaknya dapat menciptakan komunikasi yang
baik dan seefektif mungkin dalam keluarganya agar dapat tercipta hubungan yang harmonis dan bahagia. Ketika konflik dalam keluarga itu timbul baik antara ayah, ibu maupun anak, hendaknya diselesaikan dengan dasar kasih Tuhan dan diselaikan dengan membicarakannya secara baik-baik hingga masalah dapat terselesaikan dengan sempurna tanpa menimbulkan pertikaian di dalam keluarga itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Devito, Joseph. 1997. Komunikasi antar Manusia. Jakarta: Profesional Books. Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Edward Warke, J. (2000). Christian Family Living. Augusta: Woodhaven Ct. Gilarso, T. 1996. Pembinaan Persiapan Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius Tong. Hogue, R. (1995). The Christian Family Living. The Lockman Foundation. Tong, Stephen. 2011. Takhta Kristus dalam Keluarga. Surabaya: Momentum. Wright, Norman. 2000. Komunikasi: Kunci Pernikahan Bahagia. Jogjakarta: Gloria. http://bible.org http://id.wikipedia.org http://reformata.com http://sosbud.kompasiana.com http://www.heavensfamily.org http://www.griimelbourne.org http://www.sabdaspace.org (n.d.). Retrieved Maret 11, 2010, from Alkitab SABDA: http://alkitab.sabda.org