Spiritual Blindness – II Kebutaan Rohani -II Matthew 16:5-12
November 3, 2013
Last week we were taught that everyone in the world is blind to spiritual reality. Everyone, whether you are a non-Christian or a Christian, our humanness traps us in a world that is blind to spiritual reality. We learned about the blind who will never see, and now we are studying the blind who will be made to see. They are the ones who embrace Jesus Christ and now have Him as eyes, ears and truth-teacher. Minggu yang lalu kita diajarkan bahwa semua orang di dunia buta terhadap realitas spiritual. Setiap orang, Kristen atau tidak, terjebak dalam kemanusiaan yang ada di dalam dunia yang buta terhadap kenyataan rohani. Kita belajar tentang orang buta yang tidak akan lihat dan sekarang kita belajar tentang orang buta yang akan dibuat melihat. Mereka adalah yang merangkul Yesus Kristus dan sekarang memiliki Dia sebagai mata, telinga dan guru kebenaran. And when we met the blind who will never see; we pointed out the things that are characteristic of those blind people. They seek fellowship with the darkness rather than light. Then they also cursed the Light. Their whole intent in coming to Jesus Christ was to discredit Him. And then we noted about them is that they only plunge into deeper darkness. Dan kemudian ketika kita bertemu dengan orang buta itu yang tidak akan dapat melihat, kita menunjukkan hal-hal yang menjadi sifat karakter orang buta itu. Pada permulaan mereka bersekutu dengan kegelapan daripada terang. Mereka juga mengutuk Terang. Seluruh keinginan mereka pada saat mereka datang kepada Yesus Kristus adalah untuk menjatuhkan-Nya. Dan yang kita lihat adalah bahwa mereka malah terjerumus lebih dalam lagi kedalam kegelapan. Then the last characteristic of one who is blind and will never see, is that he is abandoned by the Lord. The Lord says, "I'll give you no sign," and, "He left them and departed." So those who are blind and will never see are so because they run from the only hope they have. Kemudian karakteristik terakhir orang buta yang tidak akan melihat adalah bahwa dia ditinggalkan Tuhan. Tuhan mengatakan, “Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda,” dan “lalu Yesus meninggalkan mereka dan pergi.” Jadi mereka yang buta dan yang tidak akan melihat berada dalam keadaan itu karena mereka lari dari harapan mereka yang terakhir. Now, let us look to out text tonight Matthew 16:5-12, “Now when His disciples had come to the other side, they had forgotten to take bread. 6 Then Jesus said to them, “Take heed and beware of the leaven of the Pharisees and the Sadducees.” 7 And they reasoned among themselves, saying, “It is because we have taken no bread.” 8 But Jesus, being aware of it, said to them, “O you of little faith, why do you reason among yourselves because you have brought no bread? 9 Do you not yet understand, or remember the five loaves of the five thousand and how many baskets you took up? 10 Nor the seven loaves of the four thousand
1
and how many large baskets you took up? 11 How is it you do not understand that I did not speak to you concerning bread?—but to beware of the leaven of the Pharisees and Sadducees.” 12 Then they understood that He did not tell them to beware of the leaven of bread, but of the doctrine of the Pharisees and Sadducees.” Sekarang marilah kita melihat teks kita malam ini Matius 16:5-12, “Pada waktu murid-murid Yesus menyeberang danau, mereka lupa membawa roti. 6 Yesus berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki." 7 Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak membawa roti." 8 Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya! 9 Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? 10 Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian? 11 Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.” 12 Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksud-Nya supaya mereka waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki.” Now here we see the other group who will be made to see. Equally blind, because humanness in itself is blind to spiritual reality, these are dependent on the sight given to them by Jesus who comes alongside to help. And here are those characteristics of the blind who are made to see; they seek the Light, receive greater Light and are taught by the Lord. Sekarang kita melihat kelompok yang lain yang akan dibuat melihat. Mereka samasama buta, karena kemanusiaan dengan sendirinya buta terhadap realitas rohani, mereka bergantung kepada penglihatan yang diberikan kepada mereka oleh Yesus yang mendampingi untuk menolong. Dan disinilah terdapat sifat karakter orang buta yang dibuat melihat; mereka mencari Terang, menerima lebih banyak Terang dan mereka diajarkan Tuhan. So let us study those who are made to see seek the Light. Look at verse 5, "Now when His disciples had come to the other side, they had forgotten to take bread.” The Lord Jesus Christ has been around the Sea of Galilee, and He keeps going back and forth across the lake. After feeding 4,000 men plus women and children in Decapolis, He got in a ship and arrived back at Magdala, and was confronted immediately by the Pharisees and the Sadducees. Jadi marilah kita mempelajari mereka yang dibuat melihat mencari Terang. Lihatlah ayat 5, “Pada waktu murid-murid Yesus menyeberang danau, mereka lupa membawa roti.” Tuhan Yesus Kristus berkeliling disekitar Lautan Galilea, dan Dia terus bolak balik menyebrang lautan itu. Setelah memberi makan kepada 4000 orang ditambah perempuan dan anak-anak di Dekapolis, Dia naik kapal dan tiba kembali di Magadan, dan langsung Dia diperhadapkan orang-orang Farisi dan Saduki. And He is followed as always, by His disciples. It says, "His disciples also came to the other side.” And here you find the mark of one who really will come to see, he seeks the
2
Light. The disciples pursued the Light. Now, they were standing at the crossroads; because they had been raised in a Jewish society; and they had learned to respect the Pharisees and the Sadducees. Dan Dia selalu diikuti murid-murid-Nya. Dikatakan disitu, “murid-murid Yesus menyeberang danau.” Disinilah terdapat tanda seseorang yang datang untuk melihat, dia mencari Terang. Murid-murid itu mengejar Terang. Sekarang mereka berdiri di persimpangan jalan; karena mereka telah dibesarkan di dalam masyarakat Yahudi dan mereka belajar untuk menghormati orang Farisi dan orang Saduki. And when Jesus came along, He was the antithesis to everything they taught. He talked about freedom, not law; and all the things the Sadducees denied, Jesus affirmed; and so it was very clear to see that He was the very opposite of them. But when Jesus came to the other shore, they were there too; and that's what always marks out someone who will be made to see. He seeks the Light. Dan ketika Yesus datang, Dia adalah sebaliknya dari segala yang mereka ajarkan. Dia berbicara tentang kemerdekaan, bukan hukum; dan semua hal yang orang Saduki menyangkal, Yesus menegaskan; jadi Dia bertentangan sekali dengan mereka. Namun ketika Yesus tiba di pantai seberang, mereka sudah ada disitu; itulah tandanya orang yang akan dibuat melihat. Dia mencari Terang. The Scripture is full of statements like Jeremiah 29:13 and Proverbs 8:17 saying, “And you will seek Me and find Me, when you search for Me with all your heart.” And so these disciples were seekers. They sought to know the truth. Jesus was not a light to be seen; He was a Light to be followed; and they sought that Light continuously. Alkitab penuh dengan pernyataan seperti yang ada di Yeremia 29:13 dan Amsal 8:17 yang mengatakan, “apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu mencari Aku dengan segenap hati.” Jadi murid-murid ini adalah pencari. Mereka ingin mengetahui kebenaran. Yesus bukan Terang hanya untuk dilihat, Dia Terang untuk diikuti dan mereka mengikuti Terang itu terus menerus. Not all of them who originally were interested in the Light were faithful to follow. In John 6:66-68, when Jesus began to speak of the real commitment which He required for a disciple: “eating His flesh, drinking His blood,” and it says in verse 66, “From that time many of His disciples went back and walked with Him no more. 67 Then Jesus said to the twelve, “Do you also want to go away?” 68 But Simon Peter answered Him, “Lord, to whom shall we go? You have the words of eternal life.” You see, they followed the Light. Tidak semua orang yang pada permulaannya tertarik kepada Terang itu setia mengikuti-Nya. Di Yohanes 6:66-68, ketika Yesus mulai berbicara tentang komitmen sejati yang dibutuhkan untuk menjadi murid: “dengan makan daging-Ku dan minum darah-Ku” dikatakan di ayat 66, “Mulai dari waktu itu banyak muridmurid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.” 67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?” 68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal.” Lihatlah mereka mengikuti Terang.
3
They knew they needed help in seeing. Psalm 119:18 says, “Open my eyes, that I may see wondrous things from Your law.” Verse 33, "Teach me, O Lord, the way of Your statutes." And then verse 73, "Your hands have made me and fashioned me. Give me understanding.” In other words, they knew they couldn't know by themselves; so they sought the Light. Mereka tahu mereka perlu pertolongan untuk melihat. Mazmur 119:18 mengatakan, “Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.” Ayat 33, “Perlihatkanlah kepadaku, ya Tuhan petunjuk ketetapan-ketetapan-Mu.” Kemudian di ayat 73, “Tangan-Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku, berilah aku pengertian.” Dengan kata lain, mereka tahu mereka tidak dapat mengerti dari diri mereka sendiri, jadi mereka mencari Terang. Also they are the eager learners. They are the ones who, when asked, "Will you go away?" answered, "No Lord, there's nowhere to go. You have the Words that we must hear." And so they followed; it isn't that they had some innate ability to be able to see on their own. It isn't that they're any better or any different than the rest. Dan lagi mereka murid yang ingin belajar. Mereka adalah yang ketika ditanyakan, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” menjawab, “Tidak Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang perlu kita dengar.” Jadi mereka terus ikut, bukannya mereka memiliki kemampuan bawaan untuk dapat mengerti dengan kekuatan sendiri. Ini tidak berarti mereka lebih baik atau berbeda dari pada yang lain. Now, it is important to note that the disciples indeed needed help in believing and understanding. Jesus gave them that speech of “you of little faith,” on several occasions. They needed help in seeing spiritually, they seemed unable to understand the things the Lord was saying. Nah, penting untuk diperhatikan bahwa murid-murid itu memang perlu pertolongan untuk percaya dan mengerti. Yesus memberikan mereka pidato “Hai kamu yang kurang percaya,” berkali-kali. Mereka perlu pertolongan untuk melihat secara rohani, mereka tidak dapat mengerti hal-hal yang dikatakan Tuhan. Go back to Matthew 13 for a moment, and in verse 9, the Lord had given the parable of the sower and the seed and the soils; and of course He closes the parable by saying, "He who has ears to hear, let him hear." In other words, "If you have the spiritual hearing capacity, then hear it.” Coba kembalilah sebentar ke Matius 13, dan di ayat 9, Tuhan telah memberikan perumpamaan penabur dan benih dan tanah; dan tentu Dia mengakhiri perumpamaan itu dengan berkata, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” Dengan kata lain, “Jika Anda memiliki kapasitas untuk mendengar secara rohani, dengarkanlah.” Verse 10, “And the disciples came to Jesus and they said, "Why do You speak to them in parables?” Why do you use veiled sayings, things that aren't clear on the surface? And He said in verse 11, “Because it has been given to you to know the mysteries of the kingdom of heaven, but to them it has not been given.”
4
Ayat 10, “Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada Yesus: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” Mengapa Engkau menggunakan perkataan terselubung, hal-hal yang tidak jelas di permukaan? Kemudian Dia menjawab di ayat 11, “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.” And down in Matthew 13:15, Jesus says, “For the hearts of this people have grown dull. Their ears are hard of hearing, and their eyes they have closed, lest they should see with their eyes and hear with their ears, lest they should understand with their hearts and turn, So that I should heal them.” Dan kemudian di Matius 13:15, Yesus berkata, “Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.” But verse 16-17 says, "Blessed are your eyes, for they see; and your ears, for they hear. for assuredly, I say to you that many prophets and righteous men desired to see what you see, and did not see it, and to hear what you hear, and did not hear it.” And you know what's amazing about that? They didn't understand the parable any better than the Pharisees did or the other people who were there. Namun ayat 16-17 mengatakan, “Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. 17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” Dan tahukah apa yang luar biasa tentang hal itu? Mereka sendiri tidak mengerti perumpamaan itu lebih baik daripada orang-orang Farisi atau orang lain yang ada disitu.
17
But the point is then in verse 18, Jesus says, "Hear therefore the parable of the sower," and He explains it to them. You see, the difference between the blind who will never see and the blind who are made to see is not that the blind who are made to see all of a sudden get some innate ability to see in their humanness. The difference is the Lord teaches those that are His. That's the difference. Namun intinya ada di ayat 18, Yesus berkata, “Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu,” dan Dia menjelaskan semuanya kepada mereka. Jadi perbedaannya diantara orang buta yang tidak akan melihat dan orang buta yang dibuat melihat adalah bukan karena orang buta yang dibuat melihat tiba-tiba mendapat kemampuan bawaan untuk melihat dalam kemanusiaan mereka. Perbedaannya adalah bahwa Tuhan mengajar mereka yang menjadi milik-Nya. Itulah perbedaannya. And this brings us to the great doctrine of illumination. When you, who know Jesus Christ, read the Word of God, you not only have the Bible, but you also have the Holy Spirit residing in you who opens to you the Scripture. You see, while the disciples were on the earth, Jesus taught them. And after He was lifted up the Holy Spirit continued that teaching. We are all blind, but those who are made to see are taught by the Holy Spirit.
5
Dan ini membawa kita kepada doktrin penerangan besar. Jika Anda, yang mengenal Yesus Kristus, membaca Firman Allah, Anda bukan saja memiliki Alkitab, namun Anda juga ada Roh Kudus yang tinggal di dalam Anda yang menerangkan Firman itu. Lihatlah, ketika murid-murid itu ada di dunia, Yesus mengajar mereka. Dan setelah Ia diangkat, Roh Kudus meneruskan ajaran itu. Kita semua buta namun mereka yang dibuat melihat terus diajarkan Roh Kudus. When the Lord anticipated leaving them, He wanted to teach them much; and so He taught them after He rose since He was there for forty days. Acts 1:1-3 says, “Jesus began both to do and teach during forty days and speaking of the things pertaining to the kingdom of God.” Ketika Tuhan mengantisipasi meninggalkan mereka, Dia ingin mengajarkan mereka banyak, jadi Dia mengajarkan mereka setelah Dia bangkit karena Dia berada disana selama empat puluh hari. Kisah Pasa Rasul 1:1-3 mengatakan, “Yesus mulai melakukan dan mengajarkan selama empat puluh hari. Ia berulang-ulang kali berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.” And as Jesus gathered them in John 14:26 He said I am going away, "But the Helper, the Holy Spirit, whom the Father will send in My name, He will teach you all things, and bring to your remembrance all things that I said to you.” In other words, Jesus says, "When I go, the Father will send Him, and the process will continue unbroken," right? Dan ketika Yesus mengumpulkan mereka di Yohanes 14:26 Dia mengatakan Saya akan pergi, “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” Dengan kata lain Yesus mengatakan, “Ketika saya pergi Allah Bapa akan mengirim Dia dan proses itu akan berlangsung terus menerus tanpa berhenti,” benar? Oh, this is a great promise. The promise is given only to the one who seeks the Light, that he will be given greater Light, because, not only will he be given the Word of God, but he will be given the indwelling Spirit of God, to teach him all things spiritually from the Kingdom. Wah ini janji yang besar sekali. Dan janji ini diberikan hanya kepada yang mencari Terang, supaya ia diberi lebih banyak Terang, karena, bukan saja dia diberikan Firman Allah, namun dia akan diberikan Roh Allah yang tinggal di dalamnya untuk mengajarkan semua hal rohani dari Kerajaan. The reality is that the Spirit of God is working in and elucidating in the heart of each one of us as He is our resident teacher. That's why 1 John 2:27 says, “But the anointing which you have received from Him abides in you, and you do not need that anyone teach you; but as the same anointing teaches you concerning all things, and is true, and is not a lie, and just as it has taught you, you will abide in Him.” Kenyataannya adalah bahwa Roh Allah sedang bekerja dan sedang menerangkan segalanya di dalam setiap hati kita karena Dialah guru diri kami. Karena itu 1Yohanes 2:27 mengatakan, “Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang
6
lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu-dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta--dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.” In 1 Corinthians 2:4 Paul says, "My speech and my preaching were not with enticing words of man's wisdom, but in demonstration of the Spirit and power." In other words, when you hear him speak, it isn't human wisdom you're hearing. It's the Word of God and the power of the Holy Spirit coming to you. And so God speaks to us through the voice of His spokesman. Di 1 Korintus 2:4 Paulus mengatakan, “Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh.” Dengan kata lain, ketika Anda mendengar dia berbicara, itu bukan hikmat manusia yang Anda dengar. Itulah Firman Allah dan kuasa Roh Kudus yang datang kepadamu. Jadi Allah berbicara dengan kita melalui suara jurubicara-Nya. Paul says in 1 Thessalonians 1:5, “When our Gospel came unto you, it came not simply in human strength, but it came in the power of the Holy Spirit.” So we are taught by the teachers whom God has empowered with His Spirit to teach and by the resident Truth Teacher dwelling within us; and so we are led to greater understanding and greater Light. Paulus mengatakan di 1 Tesalonika 1:5, “Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus.” Jadi kita diajarkan oleh guru-guru yang telah dikuatkan Roh-Nya untuk mengajar dan dengan Guru Kebenaran yang tinggal didalam kita, dan dengan cara itu kita dibawa kepada pengertian yang lebih dalam dan Terang yang lebih besar. Now, let's see how the Lord used this occasion to teach these disciples greater truth. Verse 5, they forgot to take bread. That's important; because, it's not easy in the wilderness to get anything to eat; so they needed to plan ahead on that; and they forgot. By the time they got to the other shore, Mark 8:14, the comparative passage says, "They looked around and found one bread cake," which would be like one flat cracker. Nah sekarang mari kita melihat bagaimana Tuhan memakai kesempatan ini untuk mengajarkan murid-murid ini kebenaran yang lebih besar. Ayat 5, mereka lupa membawa roti. Ini penting, karena tidak gampang di padang gurun mencari sesuatu untuk dimakan, jadi mereka harus ada rencana untuk itu dan mereka lupa. Saat mereka tiba di tepi pantai lain, Markus 8:14, ayat komparatif mengatakan, “mereka mencari dan hanya ada satu roti saja,” dan itu sama dengan satu kueh kecil. Now we can learn one of the greatest lessons in discipling. The Lord takes each moment of distress as a divine opportunity to teach truth. You really build someone to maturity by getting alongside them, and interpreting life in terms of its spiritual significance. That is how you make a disciple. It is taking the struggles, the anxieties, the situations of life and interpreting them on a divine level. Sekarang kita dapat belajar salah satu pelajaran terbesar dalam pemuridan. Tuhan menggunakan setiap keadaan sukar sebagai suatu kesempatan ilahi untuk mengjar
7
kebenaran. Anda benar-benar membangun seseorang menjadi dewasa dengan mendampingi mereka dan menterjemahkan kehidupan dalam hal makna spritualnya. Ini mengambil pergumulan dan kekuatiran dan keadaan-keadaan hidup dan menjelaskannya di tahap ilahinya. Verse 6, "Jesus says to them, “Take heed, beware of the leaven of the Pharisees and the Sadducees.” He is saying to them, "Look, don't be concerned about physical bread. Be concerned about the leaven of the Pharisees and the Sadducees." In other words, "Get up on a spiritual level.” Christ now is months from the cross only, and He wants them thinking spiritually. Ayat 6, “Yesus berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.” Dia mengatakan kepada mereka, “Lihatlah, janganlah menguatirkan roti fisik. Tapi waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan orang Saduki.” dengan kata lain, “Lihatlah semua ini dari sudut rohani.” Kristus sekarang terpisah dari kayu salib hanya beberapa bulan saja, dan Dia ingin supaya mereka memikir secara spiritual. Well, leaven is yeast. And so leaven means influence, something held over from the past applied to the present. That is why, when Israel left Egypt, they were not allowed to have leavened bread. God was saying to them, "Don't take something from Egypt and put it into your new lifestyle. It mostly means evil influence, although, in some cases, could mean a good influence. Nah leaven adalah ragi. Jadi ragi itu berarti pengaruh, sesuatu dari masa lalu yang dipakai sekarang. Karena itu, ketika Israel meninggalkan Mesir, mereka tidak diperbolehkan untuk membawa roti beragi. Allah mengatakan kepada mereka, “Janganlah bawa sesuatu dari Mesir dan janganlah itu dibawa masuk kedalam cara hidup Anda yang baru. Sebagian besar itu berarti pengaruh buruk, meskipun dalam beberapa kasus itu bisa berarti pengaruh baik. So what is the leaven of the Pharisees? Well, Luke 12:1 tells us, "The leaven of the Pharisees is hypocrisy, phony religion, externalism, legalism, ritualism and ceremonialism. Everything is on the outside, nothing in the heart. And then beware of the leaven of Herod, Mark adds, which was political ambition, materialism and secularism. Jadi apakah ragi orang Farisi? Nah Lukas 12:1 mengatakan kepada kita, “Ragi orang Farisi adalah kemunafikan.” Itu adalah agama palsu, mementingkan hal luar, legalisme, ritualisme dan tata-cara. Semuanya berada disebelah luar, tidak ada sesuatu di dalam hati. Dan berhati-hatilah ragi Herodes, ditambahkan Markus, yang adalah ambisi, materialisme dan sekulerisme. Well, what was their reaction? Verse 7, "The reasoned among themselves." They said, "We think He said this because we have taken no bread." And so, He gives them this lesson in verses 8-10, " O you of little faith, why do you reason among yourselves because you have brought no bread? 9 Do you not yet understand, or remember the five loaves of the five thousand and how many baskets you took up? 10 Nor the seven loaves of the four thousand and how many large baskets you took up?”
8
Jadi, apakah reaksi mereka? Ayat 7, “Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain.” Mereka mengatakan, “kita pikir Dia mengatakan itu karena kita tidak ada roti.” Jadi Dia mengajarkan mereka begini di ayat 8-10, “Hai orang-orang yang kurang percaya. Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? 9 Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? 10 Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian?” And so He says, "Have you forgotten that if it was a physical bread problem, I could take care of that? Why are you still on that?" And so in verse 11, He says, “How is it you do not understand that I did not speak to you concerning bread?—but to beware of the leaven of the Pharisees and Sadducees.” Jadi Dia mengatakan, “Apakah kamu sudah lupa bahwa jika ini masalah roti fisik, Saya dapat menyelesaikan hal itu? Mengapa kalian masih mengingat hal itu? Jadi di ayat 11, Dia mengatakan, “Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.” And this brings us to the next point about one who is blind but made to see, and that is that he's taught by the Lord. See how patient Jesus was with them, He really taught them. He comes right back and repeats the same lesson. Verse 11 continues, "I'm talking about the leaven of the Pharisees and Sadducees.” Focus on the spiritual dimension. Dan ini membawa kita kepada pokok berikutnya tentang seseorang yang buta tetapi yang dibuat melihat, dan pokok itu adalah bahwa ia diajarkan Tuhan. Lihatlah betapa sabarnya Yesus dengan mereka, Dia benar-benar mengajarkan mereka. Dia langsung kembali dan mengajarkan mereka pelajaran yang sama. Ayat 11 meneruskan, “Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.” Fokuslah kepada dimensi rohani. That's why the Christian has to read the Word of God regularly, make it a habit. Why? Because as you read it, the Holy Spirit teaches you; and as He teaches you, He elevates you out the physical dimension, where you begin to take God seriously. And after the Lord's patient teaching, just like He has to do with us, the light dawns, you will understand. Karena itu orang Kristen harus membaca Firman Allah secara teratur, bikinlah ini menjadi kebiasaan. Mengapa? Karena waktu Anda membacanya, Roh Kudus mengajarkan kamu; dan waktu Anda diajarkan Dia mengangkat Anda keluar dari dimensi fisik, dimana Anda mulai bersikap serius dengan Allah. Dan setelah Anda diajarkan Tuhan dengan sabar, sama seperti Dia memperlakukan kita, terang mulai terbit dan Anda mulai mengerti. Verse 12, “Then they understood that He did not tell them to beware of the leaven of bread, but of the doctrine of the Pharisees and Sadducees.” Stay away from false doctrine. Jude 1:23 says, "Others save with fear, pulling them out of the fire, hating even the garment defiled by the flesh.”
9
Ayat 12, “Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksud-Nya supaya mereka waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki.” Jauhkanlah dirimu dari doktrin palsu. Yudas 1:23 mengatakan, “selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa.” Look at 1 Corinthians 2:9, “As it is written: “Eye has not seen, nor ear heard, nor have entered into the heart of man the things which God has prepared for those who love Him.” We are all blind, we can't perceive it. We can't know it externally and objectively. We can't know it internally and intuitively and subjectively. Spiritual reality is not available to human perception. Lihatlah 1 Korintus 2: 9, “Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Kita semua buta, kita tidak dapat melihatnya. Kita tidak bisa tahu hal itu secara internal dan secara intuitif dan subyektif. Kenyataan spiritual tidak tersedia bagi persepsi manusia. But look at verse 10, “But God has revealed them to us through His Spirit. For the Spirit searches all things, yes, the deep things of God.” Isn't that great? Even the deep things of God are revealed to us by the Spirit. So verse 12 says, “Now we have received, not the spirit of the world, but the Spirit who is from God, that we might know the things that have been freely given to us by God.” Namun lihatlah ayat 10, “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.” bukankah itu hebat? Bahkan hal-hal dalam dari Allah dinyatakan oleh Roh kepada kita. Jadi ayat 12 mengatakan, “Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita.” Brothers and sisters, you have in your life as a believer the resident Truth Teacher, the Spirit of God. As you open the pages of the Bible, and the Holy Spirit teaches you, you find yourself plunging into the deep things of God. We who know nothing, we who are stone blind can now begin to experience a little bit of God. Let us pray. Saudara-saudari, sekarang Anda sebagai orang percaya memiliki dalam hidup Anda Guru Kebenaran yang tinggal di dalam Anda yaitu Roh Kudus. Dan selagi Anda membuka Alkitab dan Roh Kudus mengajarkan Anda, Anda akan menemukan diri Anda terjun kedalam hal-hal dalam yang tersembunyi dalam Allah. Kita tidak tahu apa-apa, kita yang buta total sekarang dapat mulai mengalami sedikit dari siapakah Allah. Marilah kita berdoa.
10