SPA V ARSITEKTUR JAWA TIMUR (TULUNGAGUNG)
DOSEN : HERU SUBIANTORO, ST .,MT
Disusun oleh CHRIS ANDISTYA (0851010086 )
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DANSIPIL JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karuniaNya sehingga kami telah dapat menyusun Portofolio ini dengan judul yang sesuai dengan topik soal :
“ ARSITEKTUR JAWA TIMUR (TULUNGAGUNG)”
Seiring dengan perkembangan lingkungan, iptek, serta sosial budaya yang begitu kompleks, portofolio ini disusun agar dapat membantu sebagai pengetahuan dan mampu berperan serta dalam setiap perkembangan di era globalisasi.
Kami menyadari bahwa tersusunnya portofolio ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak dan sumber-sumber tertentu. Semoga portofolio ini dapat memberi kontribusi bagi kemajuan pendidikan dan peradaban dalam masyarakat serta bagi perkembangan umumnya. Akhirnya segala kritik dan saran terhadap portofolio ini sangat kami harapkan, demi untuk perbaikan pada penyusunan portofolio berikutnya nanti.
Surabaya, 23 SEPTEMBER 2011
-Pembahasan umum
KEADAAN GEOGRAFIS
Tulungagung terletak pada ketinggian 85 m di atas permukaan laut (dpl). Bagian
barat
Tulungagung
laut
Kabupaten
merupakan
daerah
pegunungan yang merupakan bagian dari pegunungan Wilis-Liman. Bagian tengah
adalah
sedangkan
bagian
dataran selatan
rendah, adalah
pegunungan yang merupakan rangkaian dari Pegunungan Kidul. Di sebelah barat laut Tulungagung, tepatnya di Kecamatan Sendang, terdapat Gunung Wilis sebagai titik tertinggi di Kabupaten Tulungagung yang memiliki ketinggian 2552 m. Di tengah Kota Tulungagung, terdapat Kali Ngrowo yang merupakan anak Kali Brantas dan seolah membagi Kota Tulungagung menjadi dua bagian: utara dan selatan. Kabupaten Tulungagung beribukota di Kecamatan Tulungagung, yang terletak tepat di tengah Tulungagung. Kabupaten Tulungagung terbagi dalam 19 kecamatan, 257 desa, dan 14 kelurahan. Daftar kecamatan di kabupaten ini dapat dilihat dalam boks di bagian akhir artikel ini. Saat ini Tulungagung dipimpin oleh bupati Heru Tjahjono dan wakilnya Mohammad Athiyah sejak tahun 2003.Pada akhir 2006 jumlah penduduk di Kabupaten Tulungagung tercatat sebanyak 1.002.807 jiwa yang terbagi atas laki-laki 498.533 (49,71%) jiwa dan perempuan 504.274 (50,29%). Kepadatan penduduk terkonsentrasi
pada
3
kecamatan
yaitu Kecamatan
Kedungwaru, dan Kecamatan Boyolangu.
Tulungagung, Kecamatan
Batas-batas wilayah Kabupaten Tulungagung secara administratif adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kabupaten Kediri
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Sebelah Timur : Kabupaten Blitar
Sebelah Barat : Kabupaten Trenggalek
Pada dasarnya kebudayaan masyarakat Tulungagung adalah kebudayaan Jawa. Mereka percaya bahwa mereka adalah keturunan orang Jawa. Menurut sejarah dan legenda yang berlaku di masyarakat Tulungagung nampak bahwa kecenderungan itu amat kuat. Bahkan dari segi bahasa menunjukan bahwa tanah jawa para leluhurnya yang di puja dan di hormatinya. Di pihak lain komunikasi yang paling dekat dengan mereka tentu saja hanya juga dengan suku jawa.oleh sebab itu maka kebudayaan Jawa mendasari kebudayaan Tulungagung.
Sejarah Tulungagung Dalam Bahasa Kawi, Tulungagung berarti ‘sumber air besar’. Tulung berarti sumber, dan agung berarti besar. Dulunya merupakan daerah kecil yang terletak di sekitar tempat yang saat ini merupakan pusat kota (alun-alun). Tulungagung adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten Tulungagung dibatasi oleh Kabupaten Blitar di sebelah timur, Kabupaten Trenggalek disebelah barat, Kabupaten Kediri di sebelah utara dan Samudra Hindia di sebelah selatan. Secara administratif, Kabupaten Tulungagung terbagi dalam 19 kecamatan, 257 desa, dan 14 kelurahan. Kecamatan tersebut adalah Bandung, Besuki, Boyolangu, Campurdarat, Gondang, Kalidawir, Karangrejo, Kauman, Kedungwaru, Ngantru, Ngunut, Pagerwojo, Pakel, Pucanglaban, Rejotangan, Sendang, Sumbergempol, Tanggung Gunung, Tulungagung. Secara topografik, Tulungagung terletak pada ketinggian 85 m di atas permukaan laut (dpl). Bagian barat laut Kabupaten Tulungagung merupakan daerah pegunungan yang merupakan bagian dari pegunungan Wilis-Liman. Bagian tengah adalah dataran rendah, sedangkan bagian selatan adalah pegunungan yang merupakan rangkaian dari Pegunungan Kidul. Di sebelah barat laut Tulungagung, tepatnya di Kecamatan Sendang, terdapat Gunung Wilis sebagai titik tertinggi di Kabupaten Tulungagung yang memiliki ketinggian 2552 m. Di tengah Kota Tulungagung, terdapat Kali Ngrowo yang merupakan anak Kali Brantas dan seolah membagi Kota Tulungagung menjadi dua bagian: utara dan selatan. Dulunya, Tulungagung merupakan daerah yang berawa-rawa, yang terkenal dengan nama Bonorowo/ngrowo (rowo=rawa). Bekas rawa-rawa tersebut kini menjadi wilayah kecamatan Campurdarat, Boyolangu, Pakel, Besuki, Bandung, Gondang. Dalam prasasti Lawadan, terletak di sekitar Desa Wates Kecamatan Campurdarat, dengan candra sengkala “Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa” yang menunjuk tanggal 18 November 1205 M disebutkan bahwa Raja Daha yang terakhir yaitu Sri Kretajaya merasa berkenan atas kesetiaan warga Thani Lawadan terhadap raja ketika terjadi serangan musuh dari sebelah timur Daha. Tanggal tersebut kemudian digunakan sebagai hari jadi Tulungagung. Pada Prasasti Lawadan dijelaskan juga tentang anugrah Raja Kertajaya berupa pembebasan dari berbagai pungutan pajak dan penerimaan berbagai hak istimewa kepada Dwan Ri Lawadan
Tken Wisaya, atau dikenal dalam cerita sebagai Dandang Gendhis. Di jaman majapahit, Bonorowo dipimpin oleh seorang Adipati yang bernama adipati kalang. Adipati kalang tidak mau tunduk pada kekuasaan Majapahit, yang berujung pada invasi Mojopahit ke Bonorowo. Adipati kalang dan pengikutnya yang berjuang dengan gagah berani akhirnya tewas dalam pertempuran didaerah yang sekarang disebut Kalangbret dikecamatan Kauman. Di Jaman penjajahan jepang, Tulungagung dijadikan base pertahanan jepang untuk menangkal serangan sekutu dari australia serta sebagai benteng pertahanan terakhir untuk menghadapi serangan dari arah utara. Pada masa itu ratusan ribu romusa dikerahkan untuk mengeringkan rawa-rawa Tulungagung membuangnya ke pantai selatan dengan membuat terowongan air menembus dasar gunung Tanggul, salah satu gunung dari rangkaian pegunungan yang melindungi Tulungagung dari dasyatnya ombak pantai selatan, yang terkenal dengan sebutan terowongan ni yama. Terowongan tersebut sekarang dijadikan PLTA Tulungagung. -Elemen Arsitektural dan Tektonika
Rumah Adat
Bangunan adat rumah Jawa
Ilmu yang mempelajari seni bangunan oleh masyarakat Jawa biasa disebut Ilmu Kalang atau disebut juga Wong Kalang. Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional Jawa yang berkembang sejak abad ke-13 terdiri atas5 tipe dasar (pokok) yaitu : 1.Joglo (atap joglo) atau Tikelan, yaitu bangunan dengan Soko Guru
dan
atap
4
belah
sisi,
sebuah
bubungan
di
tengahnya.
Bentuk Rumah Joglo Memiliki ciri; Atap terdiri dari 4 (empat) buah sisi soko guru dengan pemidangannya (alengnya) dan berblandar tumpang sari. Bangunan ini umumnya dipergunakan sebagai pendopo dan juga untuk tempat tinggal (dalem).
2.Limasan (atap limas), yaitu bangunan dengan atap 4 belah sisi, sebuah bubungan di tengahnya. Bentu krumah Limasan: Terutama terlihat pada atapnya yang memiliki 4 (empat) buah bidang sisi, memakai dudur. Kebanyakan untuk tempat tinggal. Perkembangannya dengan penambahan emper,serta beberapa ruangan akan tercipta bentuk bentuk sinom, kutukan gambang ,lambing gantung, trajumas, dan lain-lain. Hanya saja yang berbentuk trajumas tidak biasa digunakan sebagai tempat tinggal
Jenis-jenis Rumah Joglo: 1.Joglo
Lawakan
2.Joglo
Sinom
3.Joglo
Jompongan
4.Joglo
Pangrawit
5.Joglo
Mangkurat
6.Joglo
Hageng
7.Joglo Semar Tinandhu
LIMASAN JENIS-JENIS RUMAH LIMASAN:
1. Limasan Lawakan 2.Limasan Gajah Ngombe 3.Limasan Gajah Njerum 4. Limasan Apitan 5.Limasan Pacul Gowang 6.Limasan Cere Gancet 7. Limasan Trajumas 8.Limasan Gajah Mungkur 9.Limasan Klabang Nyander 10.Limasan Lambang Teplok 11.Limasan Semar Tinandu 12.Limasan Lambang Sari 13.Limasan Semar Pinondhong, ontoh Bangsal Kama, KratonCirebon
Masing-masing bentuk berkembang menjadi beraneka jenis dan variasi yang bukan hanya berkaitan dengan perbedaan ukurannya saja,melainkan juga dengan situasi dan kondisi daerah setempat. Dari kelima macam bangunan pokok rumah Jawa ini, apabila diadakan penggabungan antara 5 macam bangunan maka terjadi berbagai macam bentuk rumah Jawa. Sebagai contoh : gedang selirang, gedang setangkep, cere gencet,sinom joglo lambang gantung, dan lain-lain. Menurut pandangan hidup masyarakat Jawa, bentuk-bentuk rumah itu mempunyai sifat dan penggunaan tersendiri. Misalnya bentuk Tajug,itu selalu hanya digunakan untuk bangunan yang bersifat suci,umpamanya untuk bangunan Masjid, makam, dan tempat raja bertahta,sehingga masyarakat Jawa tidak mungkin rumah tempat tinggalnya dibuatberbentuk Tajug. Rumah
yang
lengkap
sering
memiliki
bentuk-bentuk
serta
penggunaan yang tertentu, antara lain : - pintu gerbang: bentuk kampong - pendopo: bentuk joglo - pringgitan: bentuk limasan - dalem: bentuk joglo - gandhok (kiri-kanan) : bentuk pacul gowang - dapur: bentuk kampong - dan lain-lain.
Tetapi bagi orang yang tidak mampu tidaklah mungkin akan demikian. Dengan sendirinya rumah yang berbentuk doro gepak (atap bangunan yang berbentuk mirip burung dara yang sedang terbang mengepakkan sayapnya) misalnya bagian- bagiannya dipergunakan untuk kegunaan yang tertentu, misalnya : - emper depan: untuk Pendopo - ruang tengah: untuk tempat pertemuan keluarga - emper kanan-kiri: untuk senthong tengah dan senthong kiri kanan - emper yang lain: untuk gudang dan dapur. Bahan bangunan rumah tradisional Jawa timur ialah mayoritas dari kayu jati.
Pada dasarnya arsitektur tradisonal Jawa timur – sebagaimana halnya Balidan daerah lain – adalah arsitektur halaman yang dikelilingi oleh pagar.Yang disebut rumah yang utuh sering kali bukanlah satu bangunan dengan dinding yang pejal melainkan halaman yang berisi sekelompok unit bangunan dengan fungsi yang berbeda-beda. Ruang dalam dan luar saling mengimbas tanpa pembatas yang tegar. Struktur bangunan merupakan struktur rangka dengan konstruksi kayu, bagaikan paying yang terpancang terbuka. Yang sangat menarik pula untuk diungkap adalah struktur tersebut diperlihatkan secara jelas, wajar dan jujur tanpa ada usaha menutup-nutupinya. Demikian pula bahan-bahan bangunannya, semua dibiarkan menunjukan watak aslinya. Di samping itu arsitektur Jawa timur memiliki ketahanan yang cukup handal terhadap gempa. Atap bangunannya selalu menggunakan tritisan yang lebar, yang sangat melindungi ruang beranda atau emperan di bawahnya. Tata ruang dan struktur yang demikian sungguh cocok untuk daerah beriklim tropis yang sering mengalami gempa dan sesuai untuk peri kehidupan manusia yang memiliki kepribadian senang berada di udara terbuka. Halaman yang lega dengan perkerasan pasir atau kerikil sangat bermanfaat untuk penyerapan air hujan. Sedangkan pepohonan yang ditanam seringkali memiliki sasraguna (multi fungsi), yaitu sebagai peneduh, penyaring debu,peredam angin dan suara, juga sebagai sumber pangan bagi manusia dan binatang bahkan sering pula dimanfaatkan untuk obat tradisional.
-Karakteristik bentuk Dalam masyarakat Jawa timur, susunan rumah dalam sebuah rumah tangga terdiri dari beberapa bangunan rumah. Selain rumah tempat tinggal (induk), yaitu tempat untuk tidur, istirahat anggota keluarga,terdapat pula bangunan rumah lain yang digunakan untuk keperluan lain didalam keluarga tersebut. Bangunan rumah tersebut terdiri dari: pendhapa,terletak di depan rumah tempat tinggal, digunakan untuk menerima tamu.Rumah belakang (omah buri) digunakan untuk rumah tempat tinggal, diantara rumah belakang dengan pendapa terdapat pringgitan. Pringgitan ialah tempat yang digunakan untuk pementasan pertunjukan wayangkulit, bila yang bersangkutan mempunyai kerja (pernikahan, khitanan, dan sebagainya). Dalam pertunjukan tersebut tamu laki-laki ditempatkan dipendapa, sedang tamu wanita ditempatkan di rumah belakang. Susunan rumah demikian
mirip dengan susunan rumah istana Hindu Jawa, misalnya Istana Ratu Boko di dekat Prambanan. Bagi warga masyarakat umum (kawula dalem) yang mampu,disamping bangunan rumah tersebut, tempat tinggalnya (rumah) masih dilengkapi dengan bangunan lainnya, misal: lumbung, tempat menyimpan padi dan hasil bumi lainnya. Biasanya terletak di sebelah kiri atau kanan Pringgitan. Letaknya agak berjauhan. Dapur (pawon) terletak di sebelah kiri rumah belakang (omah buri), tempat memasak. Lesung, rumah tempat menumbuk padi. Terletak di samping kiri atau kanan rumah belakang (pada umumnya terletak di sebelah belakang). Kadang-kadang terdapat lesung yang terletak di muka pendapa samping kanan. Kandang,untuk tempat binatang ternak (sapi, kerbau, kuda, kambing, angsa,itik,ayam dan sebagainya). Untuk ternak besar disebut kandang, untuk ternak unggas, ada sarong (ayam), kombong (itik, angsa); untuk kuda disebut gedhongan. Kandang bisa terdapat di sebelah kiri pendapa,namun ada pula yang diletakkan di muka pendhapa dengan disela oleh halaman yang luas. Gedhongan biasanya menyambung ke kiri atau kekanan kandhang. Sedang untuk sarong atau kombong terletak di sebelahkiri agak jauh dari pendhapa. Kadang-kadang terdapat peranginan, ialah bangunan rumah kecil,biasanya diletakkan disamping kanan agak berjauhan dengan pendapa.Peranginan ini bagi pejabat desa bisa digunakan untuk markas ronda ataularag, dan juga tempat bersantai untuk mencari udara segar daripemiliknya. Kemudian terdapat bangunan tempat mandi yang disebutjambang, berupa rumah kecil ditempatkan di samping dapur ataubelakang samping kiri atau kanan rumah belakang. Demikian pula tempatbuang air besar/kecil dan kamar mandi dibuatkan bangunan rumahsendiri. Biasanya untuk WC ditempatkan agak berjauhan dengan dapur,rumah belakang, sumur dan pendhapa. Pintu masuk pekarangan seringdibuat Regol. Demikian sedikit variasi bangun rumah adat Jawa timur khususnya daerah tulungagung yang lengkap untuk sebuah keluarga. Secara lengkap kompleks rumah tempat tinggal orang Jawa timur adalah rumah belakang, pringgitan, pendapa, gadhok (tempat para pelayan), lumbung, kandhang, gedhogan, dapur, pringgitan, topengan,serambi, bangsal, dan sebagainya. Besar kecilnya maupun jenis bangunannya dibuat menurut selera serta harus diingat status social pemiliknya didalam masyarakat.
-Keunikan dari obyek arsitektur jawa timur Keunikan dari rumah adat jawa timur (tulungagung) ini adalah bentuk dari atap rumah yang mayoritas berbentuk limasan Atap bangunannya selalu menggunakan tritisan yang lebar, yang sangat melindungi ruang beranda atau emperan di bawahnya. Tata ruang dan struktur yang demikian sungguh cocok untuk daerah beriklim tropis yang sering mengalami gempa dan sesuai untuk peri kehidupan manusia yang memiliki kepribadian senang berada di udara terbuka. Halaman yang lega dengan perkerasan pasir atau kerikil sangat bermanfaat untuk penyerapan air hujan. Sedangkan pepohonan yang ditanam seringkali memiliki sasraguna (multi fungsi),
yaitu sebagai peneduh, penyaring
debu,peredam angin dan suara, juga sebagai sumber pangan bagi manusia danbinatang bahkan sering pula dimanfaatkan untuk obat tradisional. ,