Solusi Diabetes, Mahasiswa Farmasi Olah Kacang Komak Jadi Bubur Instan UNAIR NEWS – Kekayaan bahan pangan di daerah dimanfaatkan oleh para mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Kelima mahasiswa yang beranggotakan Erwin Chandra (2014), Ayub Ashari (2014), Evita Zuhrufi (2014), Nana Rizki (2014), dan Andiena Elsafira (2015) berhasil mengolah kacang komak (Lablab purpureus) menjadi bubur cepat saji. Produk olahan kacang komak berupa bubur instan kemasan ini dinamai Bepair. Bepair, kependekan dari Beta Pankreas Repair merupakan gagasan kelima mahasiswa yang dituangkan dalam proposal program kreativitas mahasiswa kewirausahaan (PKM-K) tahun 2017. Proposal PKM-K berjudul “Bepair: Beta Pankreas Repair sebagai Inovasi Produk Nutraceutical berbasis Kacang Komak (Lablab purpureus) dalam Upaya Preventif dan Kuratif Penderita Diabetes Militus” berhasil mendapatkan pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk bisa melaju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-30. Erwin selaku ketua tim Bepair mengatakan, kacang komak cukup banyak ditemukan di wilayah asalnya, Pasuruan. Namun, polong komak tersebut belum memiliki nilai tambah sehingga masih jarang masyarakat yang mengkonsumsi. “Di Pasuruan banyak ditemukan kacang komak namun penggunaannya rendah. Padahal, khasiat kacang komak sudah teruji secara praklinis untuk menurunkan kolesterol dan diabetes sehingga kami tinggal meng-create dan memformulasikan agar aplikasinya acceptable di masyarakat yaitu melalui bubur instan,” terang Erwin.
Produk pangan sehat “Bepair” yang dibuat oleh Erwin dan tim menggunakan bahan-bahan yang memiliki serat tinggi dan rendah kalori. Selain kacang komak, mereka juga memanfaatkan jagung, oat, dan tambahan perisa. Menurutnya, bahan-bahan tersebut memiliki indeks glikemis yang rendah. “Kita ketahui hampir 90 persen penyakit diabetes terjadi karena pola konsumsi yang tidak benar. Oleh karena itu, kami menciptakan healthy food yang dapat dikonsumsi secara rutin oleh masyarakat. Selain dikonsumsi sebagai makanan, produk Bepair dapat juga dimanfaatkan sebagai obat yang menyehatkan,” tutur Erwin. Erwin dan tim mengembangkan empat varian rasa bubur instan Bepair. Yakni, vanilla, stroberi, pisang, dan hazelnut. Para pelanggan bisa memilih keempat rasa berdasarkan selera masingmasing. Ke depan, tak menutup kemungkinan mereka akan mengembangkan varian rasa yang baru seperti abon dan rendang agar mengakrab di lidah pelanggan. Konsumen bubur instan Bepair juga tak diribetkan dengan cara penyajian bubur instan kacang komak. Konsumen cukup membuka tutup kemasan dan menyeduh bubur dengan air panas secukupnya. Tak perlu menunggu lama, bubur instan kacang komak yang dihargai Rp 7 ribu per kemasan sudah siap disantap. Ketahanan produk Meski baru seumur jagung, produk yang bermodal dua juta rupiah ini terus dilirik oleh para pelanggan. Di setiap masa produksi, kelima mahasiswa Farmasi tersebut membuat minimal 60 kemasan. Di awal produksi pada bulan Maret sampai akhir April, bubur instan Bepair sudah terjual sebanyak 240 kemasan. Para pelanggan bubur kacang komak berasal dari berbagai daerah Indonesia seperti Surabaya, Malang, Nganjuk, hingga Kalimantan.
“Terkait dengan testimoni, kebanyakan mereka (pelanggan) baru tahu ada kacang komak dan baru tahu juga khasiatnya. Padahal, kacang komak adalah tanaman yang sudah banyak tumbuh dan ada pertaniannya,” imbuh Erwin yang juga mahasiswa S-1 Pendidikan Apoteker. Tak pendek akal, di era milenial seperti sekarang, mereka memasarkan produknya secara dalam jaringan maupun luar jaringan. Pelanggan bisa menemukan produk Bepair melalui akun media sosial seperti LINE dan Instagram. Selain itu, tim juga mengenalkan bubur instan dari mulut ke mulut. Pelanggan juga tak perlu khawatir dengan keamanan produk bubur kacang komak bikinan mahasiswa Farmasi. Mereka mengerahkan segenap ilmu dan memanfaatkan fasilitas laboratorium di kampus untuk menguji produknya. Erwin mengaku, pihaknya cukup awas dengan pemilihan bahan baku. Mereka memilih kacang komak organik dari para petani yang dipercaya untuk mensuplai bahan baku kepada para pengolah produk. Dalam masa produksi, mereka juga memperhatikan ketahanan produk, cita rasa, dan kebersihan. Sejauh ini, produk bubur instan kacang komak mampu bertahan selama satu bulan pasca produksi. Dari aspek kebersihan, Erwin dan tim yang juga berperan sebagai pengolah produk mengenakan alat pelindung sesuai standar manufaktur, seperti sarung tangan, masker, dan head cap. Oleh sebab itu, pelanggan tak perlu ragu untuk mencicip dan menjadikan bubur instan kacang komak sebagai konsumsi harian. “Bepair dapat menyehatkan pankreas sehingga diabetes dapat jauh dari tubuh kita. Dengan hanya tujuh ribu rupiah, konsumen bisa makan yang kenyang namun menyehatkan,” pungkas Erwin. Penulis: Defrina Sukma S
Menikmati Gema Nuruzzaman
Ramadan
di
UNAIR NEWS – Waktu menjelang buka puasa pun tiba. Usai menunaikan ibadah salat Asar berjemaah, para mahasiswa yang tergabung dalam susunan kepanitiaan Ramadan Mubarak Airlangga (RMA) bergegas mempersiapkan berbagai kegiatan yang akan dilangsungkan di Masjid Nuruzzaman, Kampus B Universitas Airlangga. Beragam persiapan pun mereka lakukan, mulai dari tempat dan perlengkapan untuk kajian, hingga persiapan menu dan takjil untuk berbuka puasa. Seperti halnya masjid-masjid lain di Kota Surabaya, ada denyut kegiatan yang tak berhenti sejak bakda Asar hingga sekitar pukul sepuluh malam, baik di aula utama hingga serambi masjid yang menjadi ruang dakwah mahasiswa muslim UNAIR. Seraya menunggu waktu berbuka di serambi masjid, para jemaah bisa mengikuti kajian dan menutupnya dengan berbuka puasa bersama. Narasumber kajian pun beragam. Sebagian besar dari mereka adalah dosen di lingkungan UNAIR. Sesuai misi yang dibawa oleh rekan-rekan panitia acara, seluruh kegiatan di masjid ini bisa diikuti oleh siapa saja, baik dosen, karyawan, mahasiswa, hingga masyarakat sekitar kampus. “Kami memberdayakan SKI di fakultas-fakultas untuk penentuan narasumber. Banyak fakultas yang menggunakan disiplin ilmunya
dalam membingkai kajian islami,” ujar Ketua Ramadan Mubarak Airlangga, Muhammad Abdel Rafi. Ramadan adalah momen yang tepat bagi siapa saja untuk berbagi, termasuk di Masjid Nuruzzaman. Setiap harinya, ada sekitar 300 hingga 400 takjil dan nasi bungkus yang diberikan secara gratis bagi siapa saja yang menghabiskan waktu menunggu berbuka di lingkungan masjid. Sebelum adzan berkumandang, para jamaah bisa mengambil takjil yang telah disediakan oleh panitia. “Berdasarkan pengalaman dari tahun ketahun, sepuluh hari kedua dan berikutnya jamaah berkurang. Maka kita kurangi jumlah porsi. Kita berharap jemaah tetap banyak karena kalau sisa (kudapan dan nasi, -red) kan eman (sayang),” tutur Refel, sapaan karib Muhammad Abdel Rafi. Ragam kegiatan Ramadan kali ini banyak dipadati kegiatan. Jika setiap SeninJumat kajian rutin dengan tema silih berganti, maka pada Sabtu-Minggu diisi selingan dengan tema seputar lingkungan hidup. Kajian seputar lingkungan hidup ini bekerjasama dengan LSM Tunas Hijau, Surabaya. Selain
itu,
untuk
menambah
wawasan
seputar
ilmu
falak
(astronomi), ada kajian astronomi sekaligus observasi dengan melakukan teropong langit. Rencananya, acara yang bekerjasama dengan Himpunan Astronomi Surabaya itu diselenggarakan pada tanggal 10-11 mendatang. “Kita ada mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa) di sini. Meneropong dan observasi perbendaharaan langit,” tambah Refel. Masjid sebagai rumah kedua Dalam mengelola seluruh kegiatan selama ramadan, ada sejumlah 86 panitia mahasiswa yang berasal dari beragam fakultas di UNAIR. Mereka tergabung dalam kepanitiaan Ramadan Mubarak
Airlangga. Dalam sehari, Rafel dan beberapa rekan panitia yang bertugas, nyaris menghabiskan lebih dari 12 jam berada di Nuruzzaman. Sebab, saat masuk waktu sahur, mereka juga menyediakan makanan bagi siapa saja yang bermalam dan melakukan iktikaf di masjid. Usai sahur dan salat subuh, ada khatmil quran yang diikuti oleh internal panitia. Setelah khatmil quran, masing-masing panitia melakukan ‘latihan’ ceramah di mimbar masjid. Selain melatih mental dan mengasah ilmu pengetahuan keislaman, memberikan kajian di mimbar masjid menjadi momen refleksi diri melalui kajian-kajian yang disampaikan. “Setiap hari di sini. Di sini kami punya base camp. Jadi, udah kayak rumah sendiri,” papar mahasiswa program studi Hubungan Internasional angkatan tahun 2015 ini. Meskipun Ramadan masih berjalan di sepuluh hari pertama, namun Rafel berharap gema ramadan tahun ini dapat dirasakan oleh seluruh komponen, bukan hanya panitia, namun juga seluruh muslim di lingkungan UNAIR. “Momen Ramadan adalah milik semua muslim Airlangga,” ujarnya mantap. Seiring dengan tema ramadan tahun ini yakni Bangkitkan Islam Kokohkan Persaudaraan, Rafel berharap ramadan tahun ini menjadi momentum setiap muslim untuk melakukan refleksi diri terkait apa saja yang telah diperbuat. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Nuri Hermawan
AKSI UMMAD Gandeng Akademisi Untuk Lakukan Pendampingan UNAIR NEWS – Akses Keuangan Syariah untuk Masyarakat Mandiri Berbasis Masjid atau yang lebih dikenal AKSI UMMAD, terus berupaya meningkatkan akses di masyarakat terhadap layanan jasa keuangan syariah. Untuk meningkatkan akses tersebut, AKSI UMMAD yang didirikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menggandeng akademisi dari berbagai universitas, salah satunya Universitas Airlangga. “Tujuan utama dari adanya program ini antara lain untuk meningkatkan fungsi dan peran masjid sebagai pusat dakwah dan kemandirian ekonomi umat, meningkatkan peran Lembaga Zakat, Infak, Shadaqah, dan Wakaf (ZISWAF) dalam pemberdayaan umat serta meningkatkan peran lembaga jasa keuangan syariah dalam memperluas akses layanan keuangan bagi masyarakat,” terang Muliaman selaku Ketua Dewan Komisioner OJK, Selasa (30/5). Selain masjid, lembaga ZISWAF, dan perbankan syariah, program AKSI UMMAD juga mengintegrasikan kontribusi dari kalangan akademisi, ulama, dan para praktisi yang akan berperan aktif dalam memberikan pendampingan kepada para jamaah masjid yang menjadi peserta program. Aris Budiman selaku Kepala Bagian Bank Syariah OJK regional 4 jawa Timur menambahkan bahwa peran masjid sangat sentral dari segala macam aktivitas, seperti aktivitas sosial, keagamaan, pendidikan, sampai dengan aktivitas perekonomian. “Melalui program ini, intinya berusaha memakmurkan jamaah masjid dengan 6 masjid percontohan. Lima di Surabaya dan satu di Sidoarjo. Salah satunya Masjid Al-Falah di Surabaya,” ucapnya. Aris juga menambahkan, kelebihan program ini terdapat pada proses pendampingan. Mulai dari pendampingan spiritual dan
peran peningkatan kompetensi atau kapasitas usaha. “Proses pendampingan spiritual akan dilakukan oleh forum dai ekonomi Islam. Dari sinilah akan dilanjutkan kerjasama dengan takmir masjid yang telah menjadi mitra, salah satunya UNAIR yang ada didalamnya,” papar Aris. Selanjutnya, perguruan tinggi yang menjadi mitra dalam program ini akan memberi pendampingan dari sisi pendekatan kapasitas usahanya. Mahasiswa-mahasiswi akan dilibatkan dalam memberikan pendampingan bagi para nasabah yang diwujudkan dengan pengabdian masyarakat. “Semua mitra program yang berperan serta dalam pelaksanaan program ini bisa berkolaborasi dan berkontribusi dari target untuk meningkatkan jamaah kemandirian umat khususnya jamaah masjid bisa tercapai,”
pungkasnya.
Penulis: Helmy Rafsanjani Editor : Nuri Hermawan