perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DALAM MENU MAKAN SIANG TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACCIDATAMA KEMIRI KEBAKKRAMAT KARANGANYAR
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
WINDHI ASTUTI R.0208054
PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta commit to user 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,
Juni 2012
Windhi Astuti R. 0208054
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Windhi Astuti. R0208054, 2012. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan dalam Menu Makan Siang terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Unit Filling PT. Indo Accidatama Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar.Skripsi. Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang : Partisipasi tenaga kerja dalam kegiatan ekonomi adalah hal yang tidak bisa dipungkiri. Jumlah tenaga kerja semakin tahun semakin meningkat. Namun, status kesehatan maupun gizi seperti halnya penyelenggaraan kantin yang tercantum pada Permenakertrans No. Per-03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja belum mendapat perhatian yang baik. Hal iini dapat mengakibatkan produktivitas tenaga kerja kurang maksimal. Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian makanan tambahan dalam menu makan siang terhadap produktivitas kerja karyawan unit Filling PT. Indo Accidatama Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar. Metode : Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan metode explanatory research dengan pendekatan one group pretest and posttest design. Sampel penelitian adalah 19 di Unit Filling dengan menggunakan teknik Total Sampling. Data konsumsi makanan diperoleh melelui kuesioner food recall 2 x 24 jam, pengukuran langsung dengan timbangan makanan. Indeks Massa Tubuh (IMT) diukur dengan metode antropometri dan wawancara. Data produktivitas diperoleh melalui perbandingan total jerigen yang mampu diisi karyawan selama 6 jam/hari dan total konsumsi setelah pemberian makanan tambahan. Analisis data dengan Shapiro wilk, Uji Non parametrik Wilcoxon, Rank Spearman dan Regresi Linier. Hasil : Subjek yang mengalami peningkatan produktivitas kerja yaitu 18 subjek (94,74%) dengan kategori produktivitas meningkat dan 1 subjek (5,26%) dengan produktivitas yang tetap. Hasil uji statistik Nonparametrik Wilcoxon menunjukkan nilai p-value yaitu 0,000 yang berarti signifikan. Kesimpulan : Ada pengaruh pemberian makanan tambahan dalam menu makan siang terhadap produktifitas kerja karyawan unit Filling PT. Indo Accidatama Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar dengan hasil p < 0,05. commit to user Kata Kunci : Gizi Kerja, Pemberian Makanan Tambahan, Produktivitas Kerja
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Windhi Astuti. R0208054, 2012. Effect of Giving Extra Fooding in the Lunch Menu on Work Productivity the Filling Unit Employees PT. Indo Accidatama Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar. Skripsi. Occupational Health and Safety Study Program, Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. Background : Participation of employees in economy activities is something can‘t neglectful. Every years total of workers increase. However, health or nutrition status with implementation canteen like on Permenakertrans No. Per03/MEN/1982 about Medical Service workers haven’t gotten a good attention. This is can effect on work productivity of workers is not maksimum. Objective : To know effect of Giving Extra Fooding in the Lunch Menu on Work Productivity the Filling Unit Employees PT. Indo Accidatama Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar Method : This study was an experimental use explanatory research methode with one group pretest and posttest design.. The selection of 19 subject in Filling Unit was performed by total sampling technique. Data energy was obtained from 2 x 24 hours food recall form, direct measured with weight of food. Body Mass Index (BMI) was measured with antropometric methode and interview. Productivity data was obtained by the comparison of Can/Jeriken that filled succesfully by workers during 6 hours/day with total consumed after given the extra fooding. The data analyzed Shapiro wilk, Non parametrik Wilcoxon test, Rank Spearman dan Regression Linier. Result : The studi showed 18 subjects (94,74%) were has increase work productivity and 1 subject (5,26%) was stabil. Result of Nonparametrik Wilcoxon statistic test showed p-value= 0,000 thats means significant. Conclusion : There was effect of Giving Extra Fooding in the Lunch Menu on Work Productivity the Filling Unit Employees PT. Indo Accidatama Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar. Key Word : Work Nutrition, Extra Feeding, Work Productivity
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA Puji dan syukur keharidat Allah SWT atas segala berkat dan kemurahanNya memberikan kesehatan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam Menu Makan Siang terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Unit Filling PT. Indo Accidatama Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar” sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Science Terapan pada Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari budi baik dan bimbingan berbaagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si selaku ketua Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 3. Putu Suriyasa., dr., MS., Sp. Ok selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini 4. Bapak Tarwaka, PGDipl., SC., M., Erg selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan masukan dan pemikiran dengan penuh kesabaran 5. Dr. Diffah Hanim., M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan penulisan Skripsi ini 6. Bapak Setyo Budi selaku Pembimbing Perusahaan PT. Indo Accidatama atas bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan penelitian dalam skripsi ini 7. Bapak Murthi selaku Kepala Bagian Unit Filling PT. Indo Accidatama Tbk yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di unit tersebut 8. Seluruh tenaga kerja Unit Filling PT. Indo Accidatama Tbk atas kesediaanya sebagai subjek dalam membantu penyelesaian skripsi ini 9. Ayah dan Ibu serta adikku yang telah memberikan dukungan setiap saat baik secara moril dan materil serta kasih sayang yang tulus kepada penulis 10. Teman-teman seperjuanganku Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Angkatan 2008 (Kesjapan) yang telah banyak memberikan motivasi dan bantuan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 11. Semua pihak yang membantu penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sehingga dapat dijadikan masukan. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya Program D.IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk menambah pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama tentang gizi. commit to user
vi
Surakarta, Juni 2012 Penulis Windhi Astuti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iii ABSTRAK ........................................................................................................... iv PRAKATA ........................................................................................................... v DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5 C. Tujuan ............................................................................................ 5 1. Tujuan Umum......................................................................... 5 2. Tujuan Khusus ........................................................................ 5 D. Manfaat .......................................................................................... 6 BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................... 8 A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 8 1. Energi dalam Gizi Kerja ........................................................ 8 2. Produktivitas Kerja ................................................................ 34 3. Hubungan Pemberian Makanan Tambahan dalam Menu Makan Siang dengan Produktivitas Kerja ............................. 44 B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 46 C. Hipotesis ....................................................................................... 46 BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 47 A. Jenis Penelitian ............................................................................ 47 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 47 C. Populasi Penelitian ...................................................................... 47 D. Teknik Sampling .......................................................................... 48 E. Sampel Penelitian ......................................................................... 48 F. Desain Penelitian .......................................................................... 48 G. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................... 49 H. Definisi Operasional Variabel Penelitian ..................................... 49 I. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................ 50 J. Cara Kerja Penelitian .................................................................... 51 K. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................................... 53 BAB IV. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 56 A. Gambaran Umum Perusahaan ...................................................... 56 B. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................... 56 C. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja ........................................... 60 to user D. Variabel Penelitiancommit ....................................................................... 62 E. Uji Statistik ................................................................................... 64 vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................. A. Karakteristik Subjek .................................................................... B. Variabel Penelitian ...................................................................... C. Keterbatasan Penelitian ................................................................ BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. A. Simpulan ....................................................................................... B. Saran ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... LAMPIRAN
commit to user
viii
66 66 70 73 74 74 75 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25.
Rumus untuk Menaksir Nilsi AMB dari Berat Badan ...................... Angka Kecukupan Energi untuk Tiga Tingkat Aktivitas .................. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi ........................... Kebutuhan Energi Per Jam yang Dianjurkan Menurut Jenis Kegiatan Pemakaian energi Per Jam pada Tenaga Kerja Laki dan Perempuan Penyesuaian Kebutuhan Energi Menurut Usia Pekerja ..................... Kegiatan Standar Manusia ................................................................ Penyesuaian Kebutuhan Energi ......................................................... Kebutuhan Energi Tenaga Kerja yang Dianjurkan ........................... Status Gizi Berdasarkan IMT ............................................................ Karakteristik Subjek Penelitian ......................................................... Distribusi Subjek Menurut Umur ...................................................... Distribusi Frekuensi Status Gizi Subjek ........................................... Distribusi Subjek Menurut Masa Kerja ............................................. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Subjek ............................... Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Subjek ................................. Distribusi Frekuensi Tingkat Penghasilan Subjek ............................ Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah PMT ......................................... Distribusi Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan .......................... Distribusi Hasil Pengukuran Iklim Kerja .......................................... Distribusi Produktivitas Kerja Sebelum PMT ................................... Distribusi Produktivitas Kerja Sesudah PMT ................................... Distribusi Tingkat Produktivitas Kerja Subjek ................................. Deskripsi Statistik Produktivitas Kerja Sebelum dan Sesudah PMT Uji Wilcoxon .....................................................................................
commit to user
ix
14 14 20 21 22 23 23 24 24 28 57 57 58 58 59 59 60 60 61 61 62 63 64 65 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ..........................................................................
47
Gambar 2. Desain Penelitian ...............................................................................
48
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Rumus Menghitung Kebutuhan Energi Pekerja dan Tabel BJDD
Lampiran 2.
Angka Kecukupan Energi (AKG)
Lampiran 3.
Menu Makan Siang PT. Indo Accidatama Tbk
Lampiran 4.
Surat Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian
Lampiran 5.
Form Identitas Diri Sampel Penelitian
Lampiran 6.
Form Survei Asupan Makanan
Lampiran 7.
Form Food Recall 2 x 24
Lampiran 8.
Kuesioner Penelitian
Lampiran 9.
Hasil Uji SPSS 16.0
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dalam tujuan pembangunan, dimana seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki produktivitas yang tinggi sehingga mampu bersaing di era globalisasi (Herlinawati, 2008). Banyak faktor yang menentukan produktivitas kerja. Produktivitas yang tinggi dapat dicapai apabila terdapat keseimbangan antara beban kerja, kapasitas tenaga dan lingkungan kerja. Kapasitas kerja sangat tergantung pada usia, ketrampilan, keserasian dan status gizi (Suma’mur, 2009). Status gizi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi produktivitas kerja. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktivitas yang memadai akan lebih dimiliki oleh individu dengan status gizi baik (Widiastuti, 2011). Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi. Kebutuhan gizi setiap orang berbeda satu sama lainnya dan tergantung dari berbagai faktor termasuk kegiatan/aktivitas pekerjaan yang dilakukan commit to user (Tarwaka dkk, 2004). 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setiap pekerja berhak atas derajat kesehatannya yang optimal untuk menjalankan aktifitasnya, maka dari itu agar status kesehatan pekerja tetap baik, perlu penyesuaian antara beban kerja dengan kemampuan fisik maupun asupan gizinya. Asupan gizi sangat penting terutama pada pekerja berat yang merupakan salah satu faktor penentu tingkat produktifitas kerjanya. Akibat beban kerja yang berat sering menimbulkan penurunan berat badan jika tidak seimbang dengan asupan gizinya (Santoso, 2004). Dalam hubungan pekerjaan, tenaga kerja membutuhkan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan energi untuk melaksanakan pekerjaan. Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai nilai
yang
sangat
penting
(tergantung
dari
macam-macam
bahan
makanannya) untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk dalam memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat tentu memilikinya (Ari Agung, 2002). Menurut Sudiarti (2010), kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis, karena itu perlu mendapatkan asupan gizi cukup yang sesuai commit to user dengan jenis dan beban pekerjaan yang dilakukannya.
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk melindungi tenaga kerja seperti pengaturan jam kerja dan pemberian makanan tambahan. Pemberian tambahan dimaksudkan agar tetap bisa mempertahankan kondisi tubuh agar tidak menurun dimana tubuh tidak lagi kekurangan energi dalam beraktivitas. Asupan energi bagi tenaga kerja ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mengupayakan daya kerja yang optimal, untuk itu kebutuhan harus sesuai dengan beban kerjanya. Kesehatan dan daya kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi pekerja. Namun gizi pekerja sering tidak diperhatikan, baik oleh pengusaha maupun pekerja itu sendiri, mungkin karena belum mengetahui hubungan gizi dengan pekerjaan dan faktor lain mungkin karena kemiskinan, ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang cukup untuk bekerja, bisa juga diakibatkan oleh sistem penggajian yang belum memadai untuk membeli bahan makanan yang cukup dan bergizi, sedangkan pekerja selain memenuhi kebutuhan gizinya sendiri juga akan memenuhi kebutuhan hidup keluarga pekerja tersebut. Dalam memenuhi
kebutuhan gizi pekerja Suma’mur (2009)
berpendapat bahwa kondisi gizi kurang diakibatkan oleh kemampuan ekonomi seperti kemiskinan dan tingkat pengupahan yang rendah atau tidak cukupnya pengetahuan tentang masalah gizi yang sangat berkaitan dengan beban pekerjaan yang dilakukannya, ditambah lagi bagi kondisi lingkungan kerja yang buruk. Penyelenggaraan gizi kerja di perusahaan harus memenuhi gizi commit to user seimbang seperti yang disebutkan secara eksplisit di dalam Program
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbaikan Gizi Nasional Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pedoman gizi Seimbang sangat penting artinya di dalam menyiapkan pola hidup sehat termasuk didalamnya bagaimana menghadapi beban ganda masalah gizi yaitu kekurangan dan kelebihan gizi yang terjadi secara bersamaan dan mampu mempengaruhi produktivitas (Depnakertrans, 2002). Perseroan Terbatas INDO ACCIDATAMA Terbuka yang disingkat PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk merupakan perusahaan yang memproduksi bahan kimia yaitu Ethanol 96,5%, Acetid Acid 99,8% dan Ethyl Acetate 99,9%. Dalam kegiatan produksinya PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk membagi tenaga kerja dalam beberapa unit pekerjaan dengan tugas, risiko dan beban kerja yang berbeda. Dalam penyelenggaraan program kesehatan kerja, PT. INDO ACCIDATAMA Tbk
memiliki beberapa fasilitas kesehatan
dengan adanya Poliklinik termasuk didalamnya program pengadaan kantin sebagai sarana pemenuhan gizi kerja dengan harapan mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Tenaga kerja memperoleh energi dari asupan makan siang yang disediakan dari kantin. Menu makanan disajikan berbeda dari hari ke hari. Berdasarkan observasi, jumlah energi dalam menu tersebut masih kurang dari jumlah kebutuhan energi seharusnya berdasarkan beban kerjanya. Di dapat hasil pengukuran tenaga kerja memiliki beban kerja sedang untuk unit Filling dengan kebutuhan > 200 – 350 kilo kalori/jam
sedangkan
konsumsi tenaga kerjanya baru sekitar 1100 kilo kalori dalam 6 jam kerja commit to user sehingga masih memerlukan makanan tambahan.
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hal tersebut, maka pengaruh pemberian makanan tambahan dalam menu makan siang terhadap produktifitas kerja karyawan perlu diteliti.
B. Rumusan Masalah Adakah “Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam Menu Makan Siang terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Unit Filling PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar ”.
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pemberian makanan tambahan dalam menu makan siang terhadap produktivitas kerja karyawan unit Filling PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar.
2.
Tujuan Khusus a) Mengetahui beban kerja karyawan unit Filling PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar. b) Mengetahui
susunan
menu
makan
siang
di
PT.
INDO
ACCIDATAMA, Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar. c) Mengetahui jumlah energi yang ada pada menu makan siang di PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar. d) Mengetahui kesesuaian penyediaan menu makan siang dengan beban kerja yang dialami karyawan di PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk commit to user Kemiri Kebakkramat Karanganyar.
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Mengetahui
produktivitas
kerja
tenaga
kerja
PT.
INDO
ACCIDATAMA, Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian 1.
Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang pengaruh pemberian makanan tambahan dalam menu makan siang terhadap produktivitas kerja.
2.
Aplikatif a.
Bagi Tenaga Kerja PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk Diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan motivasi untuk memperhatikan makanan yang mereka konsumsi setiap hari agar terpelihara status kesehatan dan status gizi sehingga produktivitas kerjanya meningkat.
b.
Bagi PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan menu makanan setiap hari agar sesuai dengan kebutuhan masing-masing tenaga kerja.
c.
Bagi Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Diharapkan dapat menambah referensi di Perpustakaan mengenai pengaruh pemberian makanan tambahan dalam menu makan siang terhadap produktivitas kerja karyawan di PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Bagi Mahasiswa Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama masa perkuliahan terutama dalam bidang gizi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1.
Energi dalam Gizi Kerja a.
Gizi Kerja WHO (1999) menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan, sejak janin dalam kandungan sampai usia lanjut. Makanan yang memenuhi syarat gizi merupakan kebutuhan utama untuk pertahanan hidup, pertumbuhan fisik, perkembangan mental, prestasi kerja, kesehatan dan kesejahteraan (Soekirman, 2003). Istilah gizi kerja berarti gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan, ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta diharapkan dapat memelihara kemampuan bekerja dan produktivitas kerjanya pada tingkat yang optimal bahkan bila mungkin lebih ditingkatkan (Suma’mur, 2009). Menurut Tarwaka dkk (2004), gizi kerja adalah pemberian gizi yang diterapkan kepada masyarakat pekerja dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan, efisiensi dan produktifitas kerja setinggi-tingginya. Manfaat yang diharapkan dari pemenuhan gizi commit to user kerja adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan ketahanan 8
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tubuh serta menyeimbangkan kebutuhan gizi dan energi terhadap tuntutan tugas pekerja. b.
Zat Gizi dalam Menu Makanan Manusia memerlukan zat gizi yang bersumber dari makanan. Bahan makanan yang diperlukan tubuh mengandung unsur utama seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Fungsi dari zat-zat gizi tersebut adalah sebagai sumber tenaga atau energi (Karbohidrat, lemak, dan protein), membangun dan memelihara jaringan tubuh (protein, air, dan mineral) dan mengatur proses tubuh (vitamin dan mineral) (Herlinawati, 2008). Menurut Almatsier (2009), dalam menyusun menu makanan perlu diingat dan diperhatikan masalah menu berimbang/adekuat untuk perorangan atau kelompok sehingga komposisi : 1) Lemak
: 20% dari total energi
2) Protein
: 10 - 15 % dari total energi
3) Karbohidrat: 65 - 70% dari total energi Dalam pemberian makan untuk tenaga kerja di tempat kerja perlu dipikirkan besarnya energi makanan di tempat kerja yang dianjurkan adalah 0,4 dari kebutuhan energi perhari yang diperlukan oleh tenaga kerja. Waktu pemberian makanan ditempat kerja diberikan dua kali yaitu pemberian makanan selingan dan makan di tempat kerja dengan perbandingan 1 : 4. Makanan yang diberikan kepada tenaga kerja harus bersifat ringan mengandung energi yang commit to user diperlukan (Suma’mur, 2009).
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengaturan makanan pokok dan selingan seharinya adalah sarapan pagi sekitar jam 7 dengan kandungan 25% kebutuhan energi per hari, makan siang jam 12.00 – 13.00 siang dengan kandungan energi 30% kebutuhan energi per hari, makanan selingan pada jam 16.00 sore dengan kandungan energi 10% kebutuhan energi per hari dan makan malam jam 19.00 dengan kandungan energi 25% dari kebutuhan kalori per hari. Kebanyakan makan siang dapat membebani alat pencernaan sehingga merupakan hambatan untuk dapat segera pulih kembali (Almatsier, 2009). Masalah lain yang juga perlu diperhatikan dalam penyusunan menu bagi tenaga kerja adalah antara lain pola makan, kepercayaan atau agama, keuangan, daya cerna, mudah dibuat, dan volume yang seimbang. Pedoman untuk menyusun menu berimbang adalah Empat Sehat Lima Sempurna. Pekerjaan sangat memerlukan tenaga atau energi yang digunakan untuk melakukan aktivitas/tugasnya, dalam hali ini tergantung dari umur, jenis kelamin, keadaan khusus, metabolisme, jenis pekerjaan serta keadaan lingkungan (Suma’mur, 2009). Untuk
mempertahankan
hidup
dan
dapat
melakukan
pekerjaan setiap orang membutuhkan tenaga. Tenaga tersebut diperoleh dari pembakaran zat makanan yang dikonsumsi dengan oksigen. Bila banyaknya makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak commit to user seimbang dengan tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengalami gangguan kesehatan. Masalah yang timbul akibat ketidak seimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan tenaga yang dikeluarkan sangat beragam. Jika makanan yang dimakan berlebih dibanding tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan menjadi gemuk. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh dan merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis seperti Diabetes Millitus, Hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker dan dapat memperpendek harapan hidup. Tubuh akan kurus jika makanan yang dimakan kurang. Kedua masalah ini akan mempengaruhi derajat kesehatan seseorang dan akhirnya akan berpengaruh pada efisiensi dan produktivitas kerja. Oleh karena itu sedapat mungkin diusahakan agar jumlah makanan yang dikonsumsi baik dalam kualitas dan kuantitas sesuai dengan kebutuhan khususnya terhadap tenaga kerja yang dikeluarkan (Tarwaka dkk, 2004). c.
Kecukupan Energi Energi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan, dilepaskan dalam tubuh pada proses pembakaran zat-zat makanan. Hasil pembakaran zat-zat makanan disebut Kebutuhan Energi dalam satuan Kalori (Suma’mur, 2009). Besar
energi
yang
dibutuhkan
untuk
masing-masing
pekerjaan tidak sama. Semakin berat suatu pekerjaan, maka semakin besar energi yag dibutuhkan oleh tenaga kerja (Alimah, 2008). commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kriteria berat-ringannya suatu pekerjaan akan menjadi salah satu faktor koreksi dalam penentuan besarnya energi yang dibutuhkan. Di dalam tubuh selalu ada kegiatan sel yang disebut metabolisme.
Semakin
meningkat
kegiatan
tubuh,
semakin
meningkat pula metabolisme yang terjadi. Menurut Almatsier (2009), jika energi yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan (output) tidak tercukupi dari bahan makanan yang masuk, maka kebutuhan energi akan dipenuhi dengan mengambil zat-zat makanan yang ada di dalam tubuh. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan berat badan. Sebaliknya apabila terjadi kenaikan berat badan akan menunjukkan kelebihan zat makanan terutama zat makanan yang dapat memberikan energi sehingga kelebihan tersebut terpaksa disimpan dalam lemak cadangan yang mengakibatkan naiknya berat badan. Energi intake yang didapat dari makanan berimbang seperti karbohidrat, protein dan lemak digunakan oleh tubuh dalam bentuk : 1) Metabolisme basal yaitu sejumlah tenaga yang diperlukan oleh tubuh dalam keadaan istirahat. Angka Metabolisme Basal (AMB) dapat diukur dengan kalorimetri langsung dan kalorimetri tidak langsung. Kalorimetri langsung
dilakukan
dalam
ruangan
pernafasan,
dengan
mengukur sejumlah air yang diketahui volumenya dan dialirkan melalui pipa pada bagian atas dinding-dinding ruangan, dapat commit to user diukur jumlah panas yang dikeluarkan seseorang. Dalam praktek
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembuatan dan penggunaan ruangan ini adalah sukar dan hanya dapat digunakan untuk keperluan eksperimen ketelitian. Kalorimetri tidak langsung lebih sederhana dan murah. Teori
digunakan
bawa
bila
makanan
dioksidasi
dan
menghasilkan panas di dalam tubuh, proporsi jumlah oksigen yang digunakan dan karbondioksida yang dihasilkan sebanding dengan jumlah panas yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan menaksir
alat
Angka
pernafasan
telah
Metabolisme
dikembangkan
Basal
(AMB)
cara
dengan
perhitungan. Dengan memperhitungkan berat badan, tinggi badan dan umur, Harris dan Benedict pada tahun 1990 menentukan rumus untuk menghitung kebutuhan energi basal sebagai berikut : AMB Laki-laki
: 66,5 + 13,7 BB+ 5,0 TB- 6,8 U
AMB Perempuan : 65,5 + 9,6 BB+1,8 TB – 4,7 U (BB : Berat Badan, TB : Tinggi Badan, U : Umur) Dalam penelitian yang dilakukan ternyata indeks paling berpengaruh terhadap AMB adalah berat badan menurut umur. Dengan
menggunakan
FAO/WHO/UNU/1985
telah
rumus
regresi
mengeluarkan
rumus
menaksir nilai AMB dari berat badan seperti pada Tabel 1. commit to user
linier, untuk
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Rumus untuk Menaksir Nilai AMB dari Berat Badan AMB (Kkal/hari) Kelompok Umur Laki-laki Perempuan (Tahun) 0–3 60,9 B – 54 61,0 B + 51 3 – 10
22,7 B + 495
22,5 B + 499
10 – 15
17,5 B + 651
12,2 B + 746
18 – 30
15,3 B + 679
14, 7 B + 496
30 – 60
11,6 B + 879
8, 7 B + 829
> 60
13,5 B + 487
10,5 B + 596
(Sumber : Almatsier, 2009) Guna menaksir kebutuhan suatu energi penduduk, aktivitas fisik dikelompokkan menurut berat ringannya aktivitas yaitu ringan, sedang dan berat yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Angka Kecukupan Energi untuk Tiga Tingkat Aktivitas Kelompok Aktivitas Faktor Jenis Kegiatan (x AMB) Aktivitas 1. Ringan 75 % waktu digunakan untuk a. Laki-laki 1,56 duduk atau berdiri, 25% untuk b. Perempuan 1,55 berdiri atau bergerak. 2.
3.
Sedang a. Laki-laki b. Perempuan
1,76 1,70
25% waktu untuk duduk atau berdiri, 75% untuk aktivitas pekerjaan tertentu.
Berat a. Laki-laki b. Perempuan
2,10 2,00
40% waktu untuk duduk atau berdiri, 60% waktu untuk aktivitas pekerjaan tertentu.
(Sumber : Almatsier, 2009) 2) Pengaruh makanan atas kegiatan tubuh, kira-kira 10% dari metabolisme basal. 3) Aktivitas otot Aktivitas otot memiliki peranan penting dalam menentukan commit to user kebutuhan energi diatas kebutuhan metabolisme basal.
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti umur, gender, berat badan, iklim, dan aktivitas fisik. Melalui berbagai macam penelitian dan perhitungan maka dapat ditentukan kecukupan gizi tenaga kerja berdasarkan data yang mutakhir menurut Soekirman (2003) antara lain adalah : 1) Energi Energi dihasilkan oleh tiga (3) sumber energi utama yaitu, karbohidrat, lemak dan protein. Untuk menentukan kecukupan energi tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 6 (enam). Untuk jam kerja di perusahaan, perlu disediakan makan dan minum paling sedikit 2/5 (40 %) dari kecukupan energi selama 24 jam atau (30% makan lengkap + 10 % makan selingan) tergantung kemampuan dan kesepakatan perusahaan. Berdasarkan Kepmenaker No. 608/Men/1989 untuk perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerjanya sembilan jam kerja per hari, perusahaan wajib menyediakan makan dan minum 1400 kalori. 2) Hidrat Arang (Karbohidrat) Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Kira-kira 80% dari energi yang didapat oleh tubuh manusia berasal dari karbohidrat. Jumlah karbohidrat yang dibutuhkan manusia untuk berbagai usia dan pekerjaan tidaklah commit to user sama. Untuk orang dewasa yang bekerja tidak terlalu berat,
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebutuhan rata-rata akan karbohidrat ialah antara 8 sampai dengan 10 gram untuk tiap kilogram berat badannya setiap hari. Dalam
tubuh
manusia,
karbohidrat
digunakan
untuk
mendapatkan energi, membuat cadangan tenaga dalam badan, memberikan rasa kenyang. Karbohidrat terutama terdapat dalam tumbuh-tumbuhan seperti beras, gandum, dan umbi-umbian. 3) Protein Protein merupakan suatu zat yang dalam susunan kimianya mengandung unsur-unsur O2, CO, H2N, N2 dan kadang-kadang mengandung pada unsur-unsur lain seperti Sulfur dan Fosfor. Protein merupakan unsur yang terpenting yang terdapat dalam semua sel makhluk yang hidup. Tanpa adanya protein tidaklah dapat dibentuk sel. Fungsi protein bagi tubuh manusia adalah membangun sel-sel jaringan tubuh manusia, mengganti sel-sel tubuh yang rusak, membuat air susu, enzim-enzim dan hormon-hormon, membuat protein darah, menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh, sebagai pemberi energi. Bahan makanan sumber protein dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu bahan makanan sumber protein hewan dan bahan makanan sumber protein tumbuh-tumbuhan. Nilai protein yang berasal dari hewan jauh lebih tinggi daripada nilai protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kebutuhan protein sangat tergantung kepada berat badan tenaga kerja dan nilai biologi dari protein yang dimakan. Ratarata diperlukan 1 gram tiap kg berat badan untuk protein yang berasal dari hewan dan 1,2 gam tiap kg berat badan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dalam bentuk makanan campuran. Kebutuhan energi yang berasal dari protein kurang lebih 10% 15% dari total energi perhari. 4) Lemak Lemak adalah bahan-bahan mengandung asam lemak, baik dalam bentuk cair maupun padat, hampir setiap bahan mengandung lemak, contoh lemak yaitu minyak kelapa, mentega dan bahan lainnya. Lemak yang berasal dari bahan makanan digunakan tubuh untuk hal-hal : a) Pemberi energi. b) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh dinding usus. c) Memberikan asam-asam lemak esensial. Kebutuhan lemak sangat tergantung dari kebutuhan energi, kurang lebih 20% - 25% dari total energi per hari atau minimal 15% dan maksimal 30%. 5) Vitamin dan Mineral Vitamin adalah zat gizi yang berfungsi mengatur dan melindungi proses dalam tubuh, pembentukan enzim dan commit to user hormon, tulang dan jaringan tubuh, mengatir dan mewujudkan
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fungsi otot serta syaraf yang normal dan mencapai vitalitas jaringan yang prima. Vitamin dan mineral diperlukan cukup, penggunaan bahan makanan yang tinggi Vit. B1, zat besi dan asam folat perlu diperhatikan. Zat-zat ini diperlukan untuk kerja otot dan penting untuk mempertahankan produktivitas kerja yang
optimal.
Garam-garam
Natrium,
Kalium
perlu
diperhitungkan dalam mencapai keseimbangan cairan tubuh. 6) Air Air
berfungsi
keseimbangan
sebagai
pelarut
mengatur
sistem
dalam proses tubuh manusia dan merupakan
salah satu unsur yang sangat diperlukan oleh tubuh dalam jaringan besar, kurang lebih 60% berat badan manusia adalah air. Tubuh manusia lebih tahan kekurangan makanan daripada kekurangan air. Oleh karena itu penyediaan air minum penting pula diperhatikan disamping makanan, terutama tenaga kerja yang bekerja di lingkungan kerja yang panas dan tenaga kerja bekerja berat perlu disediakan minimal 2,8 liter dan bekerja ringan 1,9 liter air mineral. Besarnya jumlah kebutuhan energi dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan berat ringannya beban kerja. Berkaitan hal tersebut, Menteri Tenaga Kerja melalui Keputusan Nomor 51 (1999) menetapkan kategori beban kerja menurut kebutuhan energi commit to user sebagai berikut :
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Beban kerja ringan
: 100 – 200 Kilokalori/jam
2) Beban kerja sedang
: > 200 – 350 Kilokalori/jam
3) Beban kerja berat
: > 350 – 500 Kilokalori/jam
Menurut Almatsier (2009), berkaitan dengan kebutuhan energi selama 8 jam yang dibutuhkan pekerja sesuai dengan kategori beban kerja adalah sebagai berikut : 1) Beban Kerja Ringan
: 2600 kilokalori
2) Beban Kerja Sedang
: 2800 kilokalori
3) Beban Kerja Berat
: 3000 kilokalori
Menurut Tarwaka (2010), menjelaskan bahwa penilaian beban kerja kerja dapat dilakukan dengan pengukuran denyut nadi. Pengukuran denyut nadi dilakukan selama kerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculer strain. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menghitung secara manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut. Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut : Denyut Nadi (Denyut/menit) =
10 denyut x 60 Waktu Perhitungan
Menurut Tarwaka (2010), menjelaskan bahwa kategori beban kerja berat, sedang maupun ringan berdasarkan denyut nadi adalah sebagai berikut :
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kategori Beban Kerja Denyut Nadi (Denyut/menit) Ringan 75 – 100 Sedang 100 – 125 Berat
125 – 150
Sangat Berat
150 – 175
Sangat Berat Sekali
> 175
(Sumber : Tarwaka, 2010) Jumlah energi yang diperlukan, jadi yang harus digunakan dalam tubuh, menurut kegiatan dapat ditentukan secara tidak langsung dengan mengukur pemakaian O2 oleh tubuh untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Dari penelitian ditemukan, bahwa pemakaian 1 (satu) liter O2 menghasilkan rata-rata 4,825 Kilokalori untuk konsumsi makanan berimbang. Adapun penentuan jumlah energi yang diperlukan untuk menjalankan suatu aktivitas dengan cara kalorimetri langsung dapat dilaksanakan pada laboratorium yang peralatannya lengkap. Energi
yang dibutuhkan untuk
melakukan suatu kegiatan tidak lain daripada banyaknya energi yang harus dikerahkan oleh tubuh per satuan waktu untuk menjamin berlangsungnya kegiatan yang dimaksud (Suma’mur, 2009). Pengerahan energi per jam per orang standar dengan berat badan 70 kg dan per kg berat badan pada berbagai jenis kegiatan (Tabel 4) disajikan menurut hasil penelitian luar negeri yang kiranya mungkin masih perlu koreksi sesuai dengan adanya berbagai faktor perbedaan latar belakang kondisi tenaga kerja pada suatu negara. Namun begitu, data tersebut selama commit to user ini berlaku tanpa adanya koreksi atas dasar variabilitas sosio-demografis. (Suma’mur, 2009)
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. Kebutuhan Energi Per Jam yang Dianjurkan Menurut Jenis Kegiatan Kilokalori Per Jam Jenis Kegiatan BB 70 kg Per Kg BB Tidur
65
0,95
Bangun sambil tiduran tenang
77
1,10
Duduk Istirahat
100
1,43
Membaca keras
105
1,50
Berdiri dalam keadaan tenang
105
1,50
Menjahit dengan tangan
111
1,59
Berdiri dengan suatu perhatian
115
1,63
Menyulam (kecepatan 23 sulaman/menit
116
1,66
Memakai dan membuka pakaian
118
1,69
Menyanyi
122
1,74
Menjahit dengan mesin
135
1,93
Mengetik cepat
140
2,00
Menyetrika (berat setrika 2,5 kg)
144
2,06
Cuci piring (piring, cangkir dan lainnya)
144
2,06
Menyapu lantai terbuka (38 x per menit) Sambungan Menjilid buku
169
2,41
170
2,43
Latihan enteng
170
Membuat sepatu
180
2,43 Bersambung 2,57
Jalan perlahan (3,9 km per jam)
200
2,86
Pekerjaan kayu,logam dan pengecatan industri
240
3,43
Latihan aktif
290
4,14
Jalanan agak cepat (5,6 km per jam)
300
4,28
Jalan turun tangga
364
5,20
Pekerjaan tukang batu
400
5,71
Latihan berat
450
6,43
Menggergaji kayu
480
6,86
Berenang
500
7,14
570
8,14
600
8,57
commit to user Lari (8 km per jam) Latihan sangat berat
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berjalan sangat cepat (8 km per jam)
650
9,28
Jalan naik tangga
1100
15,80
(Sumber : Suma’mur, 2009) Tabel 5. Pemakaian Energi Per Jam pada Tenaga Kerja Laki-laki dan Perempuan Jenis Kelamin Berat Badan (Kg) Energi (Kkal) Laki-laki 65 (ideal) 3000
Perempuan
60
2780
55
2540
55 (ideal)
2600
50
2360
45
2130
(Sumber : Suma’mur, 2009) Tabel tersebut dikoreksikan dengan postur rerata (laki-laki 165 cm dan perempuan 155 cm) menurut berat badan sama dengan atau kurang dari berat badan ideal Menurut Suma’mur, 2009, standar kebutuhan energi untuk tenaga kerja perorangan masih perlu dikoreksi dengan faktor sebagai berikut : 1) Faktor usia menurut persentasi dinyatakan dalam Tabel 6. Tabel 6. Penyesuaian Kebutuhan Energi Menurut Usia Pekerja Usia (Tahun) Persentasi (%) 20 – 30 100,0 30 – 40
97,0
40 – 50
94,0
50 – 60
86,5
60 – 70
79,0
>70
69,0
(Sumber : Almatsier, commit2009) to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Tingkat aktivitas (termasuk pekerjaan) yang untuk orang standar rinciannya meliputi : Tabel 7. Kegiatan Standar Manusia Kegiatan Laki-laki Istirahat di tempat tidur 8 jam Bekerja (aktivitas ringan) Berjalan
8 jam
8 jam
1,5 jam
1 jam
4 jam
5 jam
1,5 jam
1 jam
1 jam
1 jam
Aktivitas ringan pribadi Duduk
Wanita 8 jam
Rekreasi (Sumber : Suma’mur, 2009)
Tabel 8. Penyesuaian Kebutuhan energi Berat Tingkat I Tingkat 0 Badan (Orang (dikurangi) (kg) Standar) 41 – 50 - 530 0
Tingkat II
Tingkat III
+ 360
+ 810
51 – 60
- 610
0
+ 390
+ 870
60 - 70
- 690
0
+ 400
+ 900
- 760
0
71 – + 410
+ 930
Hanya
administrasi
Tukang,
Pekerja
pemeliharaan
rumah,
8 petani
buruh kasar
tubuh
mengemudi,
berkeahlian 0
(istirahat
mengetik
Aktivitas
basal) (Sumber : Suma’mur, 2009) 3) Keadaan hamil dan menyusui bagi wanita, kebutuhan energi ditambah 10 %. Terdapat rumus tertentu dalam menentukan besarnya kebutuhan energi pekerja dengan berdasarkan koreksi pada tabel commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang telah tersebut diatas. Penggunaan rumus-rumus tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. Secara garis besar, kita dapat melihat kebutuhan energi yang dianjurkan untuk tenaga kerja yang diambil dari sumber Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1983 seperti pada tabel berikut : Tabel 9. Kebutuhan Energi Tenaga Kerja yang Dianjurkan Jenis Kegiatan Laki-laki Wanita Ringan 2380 1800 Sedang
2650
2150
Berat
3400
2600
dalamPangan Tarwaka bahwa kebutuhan (SumberMenurut : Widya Grandjean Karya Nasional dan(2010), Gizi, 1983) energi seorang pekerja selama 24 jam sehari ditentukan oleh tiga (3) hal : 1) Kebutuhan energi untuk metabolisme basal. Dimana seorang laki-laki dewasa memerlukan energi untuk metabolisme 100 Kilo Joule (23,87 Kilo Kalori) per 24 jam per kg-BB. Sedangkan
wanita
dewasa
memerlukan
energi
untuk
metabolisme basal 98 Kilo Joule (23,39 Kilo Kalori) per 24 jam per kg-BB. Sebagai contoh, seorang laki-laki dewasa dengan berat badan 60 kg akan memerlukan energi untuk metabolisme basal sebesar 6000 Kilo Joule (1432 Kilokalori) per 24 jam. 2) Kebutuhan energi untuk aktivitas atau kerja. Kebutuhan energi kerja sangat ditentukan dengan jenis aktivitas kerja yang dilakukan atau berat ringannya pekerjaan. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Kebutuhan energi untuk pencernaan dan aktivitas-aktivitas lain diluar jam kerja. Rerata kebutuhan energi untuk pencernaan dan aktivitas diluar jam kerja adalah 2400 Kilo Joule (573 Kilokalori) untuk laki-laki dewasa dan sebesar 2000 – 2400 Kilo Joule (477 – 525 KiloKalori) per hari untuk wanita dewasa. d.
Tingkat Kecukupan Zat Gizi Untuk menilai tingkat konsumsi makanan diperlukan suatu standar kecukupan yang dianjurkan seperti Angka kecukupan gizi (AKG). Angka kecukupan gizi (AKG) adalah banyaknya masingmasing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mancakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defisiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Angka kecukupan gizi (energi dan protein) rata-rata yang dianjurkan dapat dilihat pada Lampiran 2 (Almatsier, 2009).
e.
Status Gizi Menurut Supariasa (2002), status gizi adalah suatu keadaan seseorang sebagai akibat dari keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaan zat-zat tersebut oleh tubuh untuk pertambahan produksi energi dan proses tubuh. Status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal maupun gizi lebih. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan
konsekuensi berupa commit to user
penyakit
defisiensi.
Bila
kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan gangguan
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang sifatnya lebih ringan atau menurunkan kemampuan fungsional, misalnya kekurang vitamin B1 dapat menyebabkan badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi kerja dan prestasi belajar, selain turunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Karena itu untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal mutlak diperlukan sejumlah zat gizi yang harus didapatkan dari makanan dalam jumlah sesuai dengan yang dianjurkan setiap hari. Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan zat gizi, diperlukan konsumsi makanan yang seimbang baik jumlah maupun kualitasnya. Faktor gaya hidup dan pola makan yang terlanjur salah merupakan penyebab defisiensi unsur gizi tertentu yang sering terjadi. Selain itu, polusi, stres berkepanjangan, sakit keras, baru sembuh dari sakit dan minuman keras adalah faktor lain yang memepengaruhi penyerapan zat gizi dalam tubuh (Almatsier, 2009). Masalah kekurangan dan kelebihan gizi merupakan masalah penting karena selain mempunyai risiko terjadinya penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan
keadaan
berkesinambungan.
tersebut
Salah
satu
perlu caranya
dilakukan
secara
adalah
dengan
memperhatikan berat badan yang ideal atau normal. Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi commit to user Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan cara sederhana untuk
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan
dan
kelebihan
berat
badan,
sehingga
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang (Supariasa, 2002). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut : IMT =
Berat Badan (Kg)__________ Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
Tabel 10. Status Gizi Berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) Kategori IMT Keterangan Kurus < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat berat 17,0 – 18,4
Kekurangan berat badan tingkat ringan
Normal
18,5 – 25
Gemuk
> 25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan
> 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat
(Sumber : Almatsier, 2009) f.
Faktor yang Menentukan Kebutuhan Gizi Tenaga Kerja Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Balitbang
Ketenagakerjaan
dan
Ketransmigrasian
Pusat
Pengembangan Keselamatan Kerja dan Hiperkes (2002), beberapa faktor yang menentukan kebutuhan gizi seseorang adalah sebagai berikut : 1) Ukuran tubuh (tinggi dan berat badan) Makin besar ukuran tubuh seseorang, makin besar pula kebutuhan energi dan zat gizi lainnya, walaupun jenis kelamin maupun kegiatancommit yang dilakukan to user serta usianya sama. Sebaliknya makin kecil ukuran tubuhnya makin rendah pula kebutuhan
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
energinya. Kebutuhan energi yang ditentukan oleh ukuran tubuh ini disebut kebutuhan dasar. 2) Usia Makin tua usia seseorang, makin berkurang kebutuhan energi dan zat-zat gizi lainnya, mencapai puncak dalam usia pertengahan
20
tahun
dan
kemudian
menurun
dengan
bertambahnya usia berkurang sebanyak 20% pada usia 60 tahun. Sebaliknya anak-anak memerlukan energi dan zat gizi lainnya relatif lebih besar daripada orang dewasa karena selain untuk memberikan tenaga juga untuk pertumbuhan. 3) Jenis kelamin Laki-laki lebih banyak membutuhkan energi dan zat gizi lainnya daripada perempuan. Hal ini karena laki-laki lebih banyak mempunyai otot-otot dan lebih aktif. 4) Kegiatan sehari-hari Orang yang bekerja berat lebih banyak membutuhkan energi dan protein daripada yang bekerja sedang atau ringan. Besarnya penggunaan energi ini tergantung kepada banyaknya otot yang dipergunakan untuk bekerja dan lamanya penggunaan otot-otot tersebut. 5) Kondisi tubuh tertentu Pada waktu hamil dan menyusui memerlukan energi dan zat gizi lebih tinggi daripada keadaan biasa. Tambahan zat gizi commit to user itu diperlukan untuk pertumbuhan janin dan produksi ASI.
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Demikian pula pada orang yang baru sembuh dari sakit memerlukan energi dan zat-zat gizi lebih tinggi daripada sebelum sakit. Pertambahan itu diperlukan untuk rehabilitasi kembali sel-sel tubuh yang rusak selama sakit. 6) Kondisi lingkungan kerja Pada lingkungan kerja yang tidak nyaman, tenaga kerja memerlukan zat gizi yang lebih daripada lingkungan kerja yang nyaman. g.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Gizi Tenaga Kerja Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Balitbang
Ketenagakerjaan
dan
Ketransmigrasian
Pusat
Pengembangan Keselamatan Kerja dan Hiperkes (2002), Keadaan gizi tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu : 1) Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang berarti suatu beban kerja. 2) Faktor tenaga kerja yang meliputi ketidak tahuan, jenis kelamin, usia, hamil dan menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena tingginya penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri paada alat pencernaan, kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi, disiplin, motivasi serta dedikasi. 3) Faktor lingkungan kerja sebagai beban tambahan (kimia, fisika, biologi, fisiologi/ergonomi dan psikologi) Menurut
Soekirman (2003), commit to user
mempengaruhi gizi tenaga kerja adalah :
faktor-faktor
yang
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Faktor ekonomi Tidak dapat disangka bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari
sehingga
mempengaruhi
gizi
bagi
anggota
keluarganya yang menjadi sumber daya manusia di perusahaan. Makanan enak dan mahal tidak selalu menjadikan tubuh lebih sehat dan produktif, bahkan sebaliknya dapat menimbulkan penyakit. Sebaliknya makanan sederhana dan murah tidak berarti tidak bermutu. Banyak yang makannya sederhana dan murah tapi menyehatkan. 2) Faktor pengetahuan tentang gizi Pengertian tentang kadar gizi dalam berbagai bahan makanan dapat membantu tenaga kerja maupun pihak perusahaan dalam memilih makanan yang bergizi, murah dan memenuhi selera. Kemajuan ilmu dan teknologi pangan berperan penting dalam mendorong perubahan proses pengolahan makanan, selera, harga dan pola makan tenaga kerja. 3) Faktor bahan makanan tertentu Adanya
orang
yang
berfikiran
salah
dengan
menganggap bila makan sayuran yang banyak mengandung vitamin dan mineral akan menurunkan harkat seseorang, bahkan ada pula orang yang tidak mau makan jenis makanan tertentu commit to user hanya karena kepercayaan yang menjurus takhayul.
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Faktor fadisme Faktor fadisme yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Hal ini akan mengakibatkan kurang bervariasinya makanan dan tubuh akhirnya tidak memperoleh semua gizi yang diperlukan. 5) Faktor lingkungan kerja a) Tekanan panas b) Pengaruh kronis bahan kimia c) Parasit dan mikroorganisme d) Faktor psikologis e) Kesejahteraan h.
Penerapan Gizi Kerja di Perusahaan Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan masih terdapat beberapa pengusaha beranggapan bahwa pemberian makan atau makanan tambahan berupa snack dan istirahat pendek akan meningkatkan pengeluaran biaya dan merugikan perusahaan. Namun, jika dikaji lebih jauh, sebenarnya banyak keuntungan yang diperoleh dengan pemberian makanan di perusahaan. Menurut Suma’mur (2009), beberapa saran untuk perusahaan yaitu dalam hal penerapan gizi tenaga kerja, perusahaan sebaiknya : 1) Menyediakan kantin perusahaaan, dengan tujuan meningkatkan dan memperbaiki gizi tenaga kerja dan tanpa disadari telah memberikan pengetahuan tentang gizi terhadap karyawan. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Pemberian makanan/snack secara cuma-cuma pada jam-jam tertentu, dimana hal ini akan memperlambat munculnya kelelahan, meningkatkan kecepatan dan ketelitian kerja dan menghindari waktu istirahat curian. 3) Pemberian makanan tambahan dan adanya kantin perusahaan dapat mencegah terjadinya penyakit, sehingga kehilangan waktu kerja karena absensi sakit dapat ditekan. 4) Mengadakan penyuluhan tentang gizi secara teratur, sehingga kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya dapat dicapai dan dipertahankan. 5) Menerapkan hasil penelitian tentang gizi tenaga kerja dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja yang setinggi-tingginya. Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja yang setinggi-tingginya, pengetahuan dan penerapan gizi seimbang bagi tenaga kerja merupakan aspek yang mutlak harus dilakukan. Dengan gizi seimbang, maka kesehatan tenaga kerja dapat dipertahankan dan tenaga kerja akan dapat bekerja dengan baik, tidaklah mudah lelah/capek dan mengurangi terjadinya tingkat kesalahan. Hal ini berarti dapat mengurangi pemborosan terhadap bahan dari perusahaan dan akhirnya akan menambah keuntungan yang tinggi bagi perusahaan (Tarwaka dkk, 2004). commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i.
Pemberian makanan tambahan Pemberian makanan tambahan bagi pekerja maka tubuh pekerja tidak akan kekurangan energi. Kondisi badan pekerja akan tetap segar, aktif dan tidak lemah. Beberapa studi menunjukkan bahwa produktivitas kerja menunjukkan hasil yang positif dengan pemberian makanan tambahan (Agustin, 2001). Pemenuhan makanan, terutama energi bukan hanya dalam jumlah tetapi penyediaan makanan perlu diatur agar pemenuhannya terbagi sesuai dengan waktu kebutuhan kerja dan kemampuan tubuh dalam metabolismenya. Maka dirancang formula makanan tambahan sesuai dengan pekerja, selain memenuhi kebutuhan energi juga mudah dimakan, tidak mengganggu waktu bekerja dan pelaksanaan pemberiannya sesuai pada saat yang tepat dalam meningkatkan produktivitas kerja (Herlinawati, 2008).
2.
Produktivitas Kerja Menurut ILO (2002), ukuran produktivitas adalah perbandingan elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan (Lientje Setyawati, 2011). Produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari esok yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hai esok lebih baik dari hari ini (Depnakertrans, 2002). commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dari setiap jumlah sumber daya yang dipergunakan selama proses berlangsung (Budiono, 2003). Pengertian lain produktivitas adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kebutuhan manusia, dengan menggunakan sumber daya yang serba terbatas (Tarwaka dkk, 2004). Konsep umum dari produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) per satuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila : a) Jumlah
produksi/keluaran
meningkat
dengan
jumlah
masukan/sumber daya yang sama. b) Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan /sumber daya lebih kecil. c) Produksi keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif kecil (Tarwaka dkk, 2004). Konsep umum produktivitas tersebut tentunya dapat dipakai didalam menghitung produktivitas di semua sektor kegiatan. Menurut Manuaba (1992) dalam Tarwaka dkk (2004), peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the thing right) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan pencerminan dari commit to user tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total.
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Juli S (2004), produktivitas kerja seringkali dikaitkan dengan keefektivan dan efisiensi dari kerja atau dikaitkan dengan masalah rasio hasil kerja (keluaran) dan berbagai sumber yang diperlukan untuk tercapainya hasil kerja tersebut (masukan). Rasio keluaran dan masukan ini dapat juga dipakai untuk mengetahui usaha yang
dilakukan
manusia.
Produktivitas
secara
umum
dapat
diformulasikan sebagai berikut: Produktivitas =
output inputxwaktu
Suma’mur (2009) mengatakan bahwa kemampuan kerja tenaga kerja dari satu dengan yang lain bergantung pada keterampilan, keserasian, status gizi, jenis kelamin, umur, ukuran-ukuran tubuh. Jenis kelamin akan mempengaruhi kemampuan kerja seseorang tenaga kerja dari satu kepada yang lain. Perbedaan kemampuan kerja antara tenaga kerja pria dan wanita disebabkan oleh karena tenaga kerja wanita mempunyai beberapa kendala dan fungsi reproduksi yang akan berpengaruh terhadap produktivitas antara lain haid, kehamilan, masa nifas dan menopause. Menurut Soekirman (2003), ukuran dan daya tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih sanggup menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun dapat dikerjakan wanita, kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak membutuhkan keterampilan tangan dan kurang memerlukan tenaga. Beberapa data menunjukkan bahwa tenaga commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerja wanita lebih diperlukan pada suatu industri yang memerlukan ketrampilan dan ketelitian tenaga kerja pria. Menurut Budiono (2003), banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja, secara umum yaitu : a) Usia Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan 20 tahun dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia berkurang sebanyak 20% pada usia 60 tahun. b) Status Kesehatan Seorang tenaga kerja yang sakit biasanya kehilangan produktivitasnya secara nyata, bahkan tingkat produktivitasnya menjadi nihil sekali. Keadaan sakit yang menahun menjadi sebab rendahnya produktivitas untuk relatif waktu yang panjang. Keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi sebab turunnya produktivitas yang dapat dilihat secara nyata bahkan besar. c) Gangguan biologis tenaga kerja wanita. Tenaga
kerja
wanita
mempunyai
gangguan
yang
berhubungan dengan fungsi biologisnya yang akan berpengaruh terhadap produktivitas kerjaannya, antara lain siklus haid yang tidak teratur, masa nifas, menopause. d) Masa kerja Masa kerja adalah kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik commit to user positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif pada
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kinerja bila dengan semakin lamanya personel maka semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. e) Pendidikan Pendidikan dan pelatihan dapat membentuk dan menambah pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan dengan aman, selamat dalam waktu yang cepat. Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir dan bertindak dalam menghadapi pekerjaan. f)
Gangguan lingkungan kerja Gangguan lingkungan juga dapat mempengaruhi para pekerja yaitu, gangguan fisik yang meliputi suhu, radiasi, sinar, getaran. Gangguan kimia yang meliputi logam, debu, aerosol, gas, uap dan kabut. Gangguan bilogis yang meliputi bakteri, virus, parasit. Menurut
Tarwaka
dkk
(2004),
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja adalah sebagai berikut : a) Faktor Eksternal Merupakan faktor yang berasal dari luar tubuh meliputi : 1) Task (Tugas-tugas) yang dilakukan baik yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata ruang, alat, medan kerja, sikap kerja, alur kerja dan lainnya. Sedangkan yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung jawab pada commit to user pekerjaan, dan lain sebagainya.
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, sistem pengupahan, model struktur organisasi, dan lainnya 3) Lingkungan kerja ada lingkungan kerja fisik, kimia, biologis dan psikologis b) Faktor Internal Merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri meliputi jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status kesehatan, status gizi, motivasi, kedisiplinan, etos kerja, ketrampilan, pendidikan. Produktivitas dihitung dari hasil kegiatan setiap satuan waktu. Pengukuran produktivitas dilakukan secara individu atas dasar isi, cara kerja dan waktu yang dihasilkan per unit barang. Produktivitas tenaga kerja dapat diukur dengan menggunakan rumus : Rpo = K / M Keterangan : Rpo = Indeks Produktivitas K
= Kuantitas (Output) barang atau jasa yang diproduksi
M
= Jumlah jam kerja per orang (Alimah, 2008). Tenaga kerja dikatakan produktif jika mampu menghasilkan
produk yang lebih besar atau banyak dari tenaga kerja lain untuk satuan waktu yang sama. Produktivitas kerja diartikan sesuatu untuk melihat hasil, sedangkan produktivitas tenaga kerja yaitu peranan manusia dalam tinggi rendahnya produktivitas tenaga kerja. Untuk mengetahui tinggi commit to user rendahnya produktivitas kerja dapat ditentukan dengan dua cara :
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Produktivitas dengan Parameter Hasil Rumus produktivitas memang berbeda namun yang penting dari konsep produktivitas adalah mengadakan pengukuran dengan metode pengukuran yang konsisten untuk melihat perbandingan sebelum dan setelah diadakan interval perbaikan kerja. Dalam hal ini pengukuran akan mudah dilakukan apabila barang-barang yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dapat dihitung secara kuantitatif (konkret). Secara teknis produktivitas ada 2 (dua) macam yaitu : 1) Produktivitas total merupakan perbandingan antara jumlah yang dihasilkan dengan jumlah maasukan yang dipakai. Produktivitas total adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan total masukan (input) per satuan waktu. Dalam perhitungan produktivitas total, semua faktor masukan (tenaga kerja, kapital, bahan, energi) terhadap total keluaran harus diperhitungkan. 2) Produktivitas parsial merupakan perbandingan antara jumlah yang dihasilkan per satuan waktu tertentu. Produktivitas parsial adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan atau input per satuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan, energi, beban kerja. Sinungan (2008) menyatakan bahwa produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut: Produktivitas Parsial =
Hasil dalam jam-jam yang standar
commit to user
Masukan dalam jam-jam waktu
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut
Sinungan
(2008)
secara
umum
pengukuran
produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu : 1) Perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan kepuasan. 2) Perbandingan pelaksanaan antar satu unit (perorangan, tugas, seksi, proses). 3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebab memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan. Kategori pengukuran produktivitas ada 2 (dua), yaitu : 1) Pekerjaan produksi, meliputi : a) Kuantitas hasil/keluaran, yaitu jumlah unit yang dihasilkan dalam satuan waktu tertentu. b) Kualitas keluaran yang diukur dengan standart pengawasan (inspeksi) jumlah kecacatan unit yang dihasilkan. c) Kecelakaan, yaitu catatan kesalahan yang pernah dilakukan pekerja. d) Gaji/upah, yaitu riwayat penghasilan tenaga kerja. e) Absensi, yaitu jumlah hari-hari yang hilang selama bekerja. f)
Tingkat kemajuan, yaitu catatan tentang promosi.
2) Pekerjaan non produksi, meliputi: a) Penilaian oleh penyelia (supervisor), yaitu penilaian tentang commit to user tingkat kecakapan/keahlian.
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Penilaian oleh teman sejawat, yaitu penilaian yang dilakukan
oleh
teman
sekerja
tentang
tingkat
produktivitasnya. c) Penilaian diri, yaitu penilaian tentang tingkat penampilan yang dilakukan sendiri oleh pekerja yang bersangkutan. Pekerjaan non produksi memerlukan penilaian yang lebih bersifat Judge Meta (pertimbangan) dan kualitatif (Sinungan, 2008). b) Produktivitas dengan Parameter Waktu Baku Waktu kerja bagi sesorang menentukan efisiensi dan produktifitasnya. Lamanya bekerja sesorang secara baik pada umumnya 6 – 8 jam/hari atau 40 jam/seminggu, sisa waktunya digunakan
dalam
Memperpanjang
kehidupan
waktu
kerja
keluarga lebih
dari
dan
masyarakat.
kemampuan
akan
mengakibatkan efisiensi dan produktifitasnya mengalami penurunan. Pengukuran
produktivitas
kerja
dilakukan
dengan
menggunakan stopwatch dengan skala rasional. Pengukuran tersebut meliputi awal sampai akhir sebuah pekerjaan diselesaikan. Setelah selesai pengukuran maka akan didapat waktu siklus, kemudian mengolah data tersebut untuk mendapatkan waktu baku. Cara mendapatkan waktu baku : 1) Waktu siklus rata-rata (Ws) Rumus
: Ws = Ʃxi / N commit to user
Ket : N
= Jumlah pengamatan yang dilakukan
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Xi
= Waktu penyelesaian yang diamati
2) Waktu normal (Wn) (a) Rumus : Wn = Ws x P (b) Ket
: P = Penyesuaian
(c) Faktor penyesuaian merupakan faktor untuk mengurangi apabila suatu proses terlalu cepat dan tidak untuk menambah
apabila
prosesnya
terlalu
lambat,
untuk
mendapatkan kewajaran dalam bekerja. (d) Jika tenaga kerja bekerja secara wajar
:P=1
(e) Jika tenaga kerja bekerja secara cepat
:P>1
(f) Jika tenaga kerja bekerja secara lambat
:P<1
3) Waktu baku (Wb) (a) Rumus : Wb = Wn + L (b) Ket
: L = Kelonggaran
(c) Kelonggaran
dinyatakan
dalam
%
waktu
normal,
kelonggaran diakibatkan lingkungan kerja yang kurang baik. 4) Kelonggaran (L) Rumus 3.
:L=
x Wn
Hubungan Pemberian Makanan Tambahan dalam Menu Makan Siang dengan Produktivitas Kerja Pekerja-pekerja yang mendapatkan cukup energi serta protein dalam makanan akan meningkatkan commit to userkemampuan kerja, meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
aktivitas fisik, bukan hanya di tempat kerja tapi juga aktivitas setelah jam kerja (Viteri, 1982, Jacobs, 1978 dalam Husaini, 2002). Orang-orang yang kurang mengkonsumsi makanan tidak cukup energi untuk bekerja berakibat produktivitas kerja rendah. Begitu pula dengan orang yang kelebihan energi yaitu obesitas menyebabkan produktivitas kerja rendah (Jacobs, 1978 dalam Husaini, 2002). Menurut Salim (2002), gizi kerja adalah gizi yang diterapkan pada karyawan untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan tempat kerja dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang setinggi-tingginya. Sedangkan menurut Suma’mur (2009), gizi kerja berarti nutrisi yang diperlukan oleh para pekerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan. zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang berupa karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air, keenam komponen tersebut dapat diubah menjadi energi. Energi diperlukan manusia untuk mempertahankan proses kerja tubuhnya dan menjalankan kegiatan-kegiatan fisik (Budiyanto, 2001). Menurut penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara energi yang dihasilkan dengan total energi yang dikonsumsi. Seseorang tidak dapat menghasilkan energi atau panas dengan energi melebihi yang diperoleh dari makanan kecuali diperoleh dengan memecahkan cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan memecahkan energi ini akan menyebabkan kurang gizi dan daya tubuh menurun. Dengan gizi commit to user seimbang maka kesehatan tenaga kerja dapat dipertahankan dan tenaga
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerja akan dapat bekerja dengan baik, tidak mudah lelah dan mengurangi terjadinya tingkat kesalahan. Pemberian tambahan energi bagi tenaga kerja dalam bentuk makanan tambahan akan membantu pekerja dalam mempertahankan stamina dan kemampuan kerja yang optimal, karena pekerja tidak akan kekurangan energi. Dengan mempertahankan kadar glukosa dalam darah maka kondisi tubuh tidak menurun (Agustina, 2001). Hubungannya dengan produktivitas kerja, seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik sehingga terciptanya produktivitas kerja yang maksimal (Budiono, 2003). B. Kerangka Pemikiran Gizi Kerja - Faktor ekonomi - Pengetahuan tentang gizi - Faktor Fadisme
Pemberian Makanan Tambahan Beban Kerja Sedang, Berat)
- Task (Sikap kerja, stasiun kerja, tata ruang, alat, medan kerja, alur kerja, kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan,tingkat emosi,tanggung jawab pada pekerjaan, - Organisasi Kerja (lama kerja, waktu istirahat) - Lingkungan Kerja
(Ringan,
Kecukupan Energi
Status Kesehatan
Status Gizi
Produktivitas
commit to user
-
Ukuran Tubuh Jenis Kelamin Usia Kegiatan sehari-hari Masa Kerja Pendidikan&ketrampilan Faktor psikologi Disiplin Motivasi
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan : : Diteliti : Tidak Diteliti Gambar 1. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Ha : Ada pengaruh pemberian makanan tambahan dalam menu makan siang terhadap produktivitas kerja karyawan Unit Filling PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk. Ho : Tidak ada pengaruh pemberian makanan tambahan dalam menu makanan terhadap produktivitas kerja karyawan Unit Filling PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu dengan cara explanatory research (survei analitik). Survey analitik dilakukan dengan pendekatan one group pretest and posttest design yaitu rancangan penelitian yang hanya menggunakan satu kelompok subjek serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subjek (Sugiyono, 2010). B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.
Lokasi Lokasi penelitian yaitu PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk yang beralamatkan di Jl. Solo-Sragen Desa Kemiri Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar 57762.
2.
Waktu Penelitian dilaksanakan selama 2 minggu, pengukuran sebelum pemberian makanan tambahan selama 4 hari (seminggu) dan 4 hari (seminggu) setelah pemberian makanan tambahan.
C. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek yang diteliti. Dalam hal ini populasi dibagi menjadi 2 (dua) yaitu populasi sasaran dan populasi sumber (Murthi, 2010).
commit to user
46
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Populasi sasaran merupakan kumpulan dari keseluruhan subjek yang secara eksplisit akan ditarik kesimpulannya oleh peneliti yaitu Unit Filling di PT. INDO ACCIDATAMA sejumlah 19 orang. Populasi sumber merupakan himpunan subjek dari populasi sasaran yang digunakan sebagai sumber pencuplikan subjek penelitian yaitu seluruh tenaga kerja PT. INDO ACCIDATAMA, Tbk sejumlah 374 orang. D. Teknik Sampling Teknik sampling menggunakan Total Sampling yang menggunakan semua anggota populasi menjadi sampel (Sugiyono, 2010). E. Sampel Penelitian Seluruh tenaga kerja yang bekerja di Unit Filling sejumlah 19 orang. F. Desain Penelitian Populasi Umum (Seluruh Tenaga Kerja PT. Indo Accidatama) Populasi Target (Unit Filling) Subjek/Sampel (n = 19) Status Gizi
Total Sampling
Tingkat Produktivitas Sebelum PMT Kebutuhan Energi Karyawan
Pemberian Makanan Tambahan dalam Menu Makan Siang Status Gizi
commit to user Keterangan Tidak diteliti : Diteliti :
Tingkat Produktivitas Sesudah PMT
Gambar 2. Desain Penelitian
Uji Paired t Test
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Identifikasi Variabel Penelitian 1.
Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberian Makanan Tambahan dalam Menu Makan Siang.
2.
Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Produktivitas Kerja Karyawan.
3.
Variabel Pengganggu Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu : a.
Variabel pengganggu terkendali : usia, jenis kelamin, beban kerja, status gizi, masa kerja, organisasi (lama kerja dan waktu istirahat), lingkungan kerja, pengetahuan tentang gizi, status kesehatan.
b.
Variabel pengganggu tak terkendali : keadaan psikologis, faktor fadisme (suka yang berlebihan), Task (sikap dan stasiun kerja, ketrampilan).
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1.
Pemberian Makanan Tambahan dalam Menu Makan Siang` Makanan Tambahan adalah makanan selain makanan dalam menu utama yang diberikan kepada tenaga kerja. commit to user Satuan
: Kalori
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Skala 2.
: Rasio
Produktivitas Kerja Dalam hal ini produktivitas kerja diukur secara parsial yaitu membandingkan keluaran yaitu jumlah can/jerigen yang dihasilkan tenaga kerja dalam jam kerja dengan satu jenis masukan yaitu energi dengan satuan kalori. Dihitung dengan rumus : Produktivitas
=
Output Input x Waktu
Keterangan :
I.
Output
: Jumlah can yang dihasilkan per hari
Input
: Jumlah energi per hari
Waktu
: 1 hari kerja (6 jam)
Satuan
: Meningkat, tetap, menurun
Skala
: Ordinal (Dahlan, 2011).
Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Data Pribadi Sampel
2.
Kuesioner Kuesioner yang digunakan adalah : a.
Kuesioner Recall (untuk mengetahui tingkat konsumsi tenaga kerja dalam 2 x 24 jam)
b.
Kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan tenaga kerja tentang gizi
3.
Timbangan berat badan jenis bathroom scale dengan ketelitian 0,1 gram commit to user
4.
Timbangan bahan makanan
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
J.
5.
Alat pengukur tinggi badan (Mikrotoice) dengan ketelitian 0,1 cm
6.
Timer (stopwatch)
Cara Kerja Penelitian 1.
Melakukan survey awal lokasi perusahaan yang akan dijadikan tempat penelitian.
2.
Pengajuan Masalah.
3.
Identifikasi, merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah, kemudian berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi dan teori sebagai dasar penyusun kerangka konsep penelitian.
4.
Merumuskan hipotesis penelitian.
5.
Menentukan populasi dan sampel.
6.
Pengumpulan data. a.
Data Pre-test (Primer) 1) Perhitungan tingkat konsumsi makanan (makanan utama). 2) Pengukuran denyut nadi 3) Pengukuran Tinggi badan dan berat badan (IMT) 4) Pengukuran produktivitas 5) Pengukuran Lingkungan Kerja (Iklim Kerja dan Kebisingan) 6) Data Sekunder yaitu gambaran umum unit filling
b.
Data Post-test 1) Pengukuran konsumsi makanan (makanan utama dan makanan tambahan)
commit to user
2) Pengukuran denyut nadi
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan 4) Pengukuran Produktivitas 7.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah a.
Untuk memperoleh data konsumsi makanan pada sampel diperoleh dengan menimbang makanan utama dan tambahan. Selain itu melalui wawancara dengan metode recall 2 x 24 jam. Kemudian dihitung dan dibandingkan dengan nilai kalori yang tercantum dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
b.
Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan menghitung nadi istirahat dan nadi kerja dengan metode 10 denyutan. Kemudian dihitung dan dibandingkan dengan tabel kriteria beban kerja. Dalam hal ini untuk menentukan berapa kebutuhuan tenaga kerja yang dikoreksikan dengan beban kerjanya.
c.
Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan dengan alat timbang. Tinggi badan dan berat badan digunakan untuk menghitung status gizi dengan rumus berat badan dibagi kuadrat tinggi badan.
d.
Pengukuran produktivitas dilakukan dengan pengamatan hasil pengisian jerigen sehari (6 jam) kerja sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan.
e. 8.
Data Sekunder diperoleh dari pembimbing lapangan.
Diperoleh data yang kemudian diolah dengan uji Paired Samples t Test.
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
K. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1.
Pengolahan Data Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini menurut Sumardiyono (2010), adalah : a.
Editing Editing adalah kegiatan untuk mengoreksi data, yang meliputi kelengkapan pengisian jawaban, relevan jawaban dengan pertanyaan, dan konsistensi atas jawaban.
b.
Coding Coding adalah kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi bentuk angka bilangan/ pemberian kode data untuk mempermudah dalam proses analisis, pengelompokan dan entry data.
c.
Pencatatan hasil penelitian
d.
Entry data Entry data adalah memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam computer. Salah satu paket program yang digunakan adalah SPSS 16.0 for window.
e.
Tabulating Kegiatan mentabulasikan data ke bentuk tabel dan dilakukan penghitungan.
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f.
Cleaning Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak seperti mengetahui missing, mengetahui variasi data, dan konsistensi data.
2.
Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data sebagai berikut : a.
Analisis Univariat, untuk melihat gambaran dan karakteristik setiap variabel bebas serta variabel terikat.
b.
Analisis Bivariat Digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas dan variabel terikat dengan uji statistik yang disesuaikan skala data yang ada. Dengan bantuan program SPSS 16,0 uji statistik yang digunakan adalah Uji Paired Samples t Test. Namun sebelum itu, terlebih dahulu harus dilakukan tahapan sebagai berikut : 1) Uji Normalitas Sampel Dalam uji statistik Paired Sample T-Test sebaran data harus normal. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak normal. Pada test normalitas untuk sampel yang kecil < 50 dianjurkan untuk memakai hasil uji Shapiro Wilk. Bila hasil nilai kemaknaan adalah lebih dari 0,05 (p > 0,05) berarti data berdistribusi normal (Dahlan, 2011). commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Uji Statistik Paired Sample T-Test Bila data berdistribusi normal maka dapat dilakukan uji statistik parametrik yaitu Paired Sample T-Test. Bila data tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji statistik non parametrik yaitu uji Wilcoxon. Interpretasi hasil uji statistik Paired Sample T-Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16,0 adalah sebagai berikut : 1) Jika p-value < 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan. 2) Jika p-value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. 3) Jika p-value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono, 2001).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan Perseroan Terbatas Indo Accidatama Terbuka (PT. Indo Accidatama Tbk) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi bahan kimia Ethanol (Alkohol), Acetic Acid (Asam Cuka) dan Ethyl Acetate. Proses produksi berawal dari pemilihan bahan baku, pengolahan sampai pengisian ke dalam jerigen/can. Unit Filling merupakan salah satu unit di PT. Indo Accidatama yang membidangi proses pengisian/filling ke dalam jerigen dengan kapasitas 30 kg. Karyawan di Unit Filling sejumlah 19 orang laki-laki dengan sistem kerja day shift mulai dari jam 08.00 – 16.00, akan tetapi pekerjaan dimulai dari jam 08.30 – 16.00. Waktu istirahat yang diberikan adalah 1 jam dan libur pada hari Sabtu dan Minggu. Proses kerja dalam pengisian produk Ethanol (Alkohol), Acetic Acid (Asam Cuka) dan Ethyl Acetate, dilakukan dengan tahapan pengambilan jerigen dari gudang, penataan di tempat pengisian, menyiapkan tutup jerigen, menempel stiker Material Safety Data Sheet (MSDS), pengisian dan penataan serta pengangkutan ke armada. B. Karakteristik Subjek Penelitian Adapun karakteristik dari subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini : commit to user
55
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Karakteristik Subjek Penelitian Variabel N
Min
Maks
Rerata
Umur (tahun)
19
16
53
34,58
Masa Kerja (tahun)
19
1
24
6,11
Tingkat Penghasilan (rupiah)
19
< 1 juta
>1 juta
-
Tingkat Pendidikan
19
SD
SMA/SMK
-
Status Gizi
19
17,15
36,11
23,40
Pengetahuan Gizi
19
48
59
53,63
(Sumber : Data Primer, April 2012) 1.
Umur Umur subjek berkisar antara 16 – 53 tahun dengan frekuensi terbesar yaitu umur 16 - 28 tahun sebanyak 8 orang (42,10%). Distribusi frekuensi menurut umur dapat dilihat pada Tabel 12 : Tabel 12. Distribusi Subjek Menurut Umur Kategori Umur Frekuensi % (tahun) 16 – 28 8 42,10 29 – 41
4
21,05
42 – 53
7
36,85
Total
19
100
(Sumber : Data Primer, April 2012) 2.
Status Gizi Status Gizi dapat dilihat dari hasil pengukuran Indeks Masa commit user dan tinggi badan menunjukkan Tubuh (IMT) berdasarkan berattobadan
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
52,64% subjek adalah berstatus gizi normal. Distribusi subjek menurut kategori IMT dapat dilihat pada Tabel 13 : Tabel 13. Distribusi Frekuensi Status Gizi Subjek Kategori Status Gizi Frekuensi % Kurus Tingkat berat
1
5,26
Kurus Tingkat Ringan
2
10,52
Normal
10
52,64
Gemuk Tingkat Ringan
5
26,32
Gemuk Tingkat Berat
1
5,26
Total
19
100
(Sumber : Data Primer, April 2012) 3.
Masa Kerja Sebesar 73,68 % subjek telah bekerja selama 1 – 8 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek sudah cukup lama bekerja di unit tersebut. Distribusi subjek menurut masa kerja adalah sebagai berikut : Tabel 14. Distribusi Subjek Menurut Masa Kerja Kategori Masa Kerja Frekuensi
%
(Tahun) 1–8
14
73,68
9 – 12
2
10,52
13 – 24
3
15,80
Total
19
100
(Sumber : Data Primer, April 2012) commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Tingkat Pendidikan Sebagian besar subjek telah menyelesaikan pendidikannya pada tingkat SMA yang ditunjukkan dengan hasil sebesar 63,16 %. Distribusi subjek berdasarkan tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut : Tabel 15. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Subjek Kategori Pendidikan Frekuensi
%
SD
1
5,26
SMP
6
31,58
SMA
12
63,16
Total
19
100
(Sumber : Data Primer, April 2012) 5.
Pengetahuan Gizi Pengetahuan Gizi Subjek diketahui dari penilaian kuesioner. Dikatakan memiliki pengetahuan baik apabila memiliki nilai > 45, pengetahuan sedang apabila mendapat nilai antara 24 – 45, dan buruk dengan nilai < 24. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kategori tingkat pengetahuan gizi subjek 100% baik. Berikut adalah distribusi frekuensi menurut tingkat pengetahuan gizi subjek pada Tabel 16. Tabel 16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Subjek Kategori Nilai Frekuensi
%
Baik
19
100
Sedang
0
0
Kurang
0
0
Total
commit to user19
(Sumber : Data Primer, April 2012)
100
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Tingkat Penghasilan Dari hasil wawancara diketahui bahwa 11 subjek memiliki tingkat penghasilan yang lebih dari 1 juta rupiah sebesar 57,89 %. Distribusi frekuensi tingkat penghasilan subjek dapat dilihat pada tabel 17 berikut : Tabel 17. Distribusi Frekuensi Tingkat Penghasilan Subjek Kategori Penghasilan Frekuensi % (Rupiah) < 1 juta
8
42,11
>1 juta
11
57,89
Total
19
100
(Sumber : Data Primer, April 2012) 7.
Beban Kerja Tenaga
kerja
dilakukan
pengukuran
denyut
nadi
untuk
mengetahui beban kerja. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan dengan cara menghitung 10 denyutan per menit pada nadi subjek. Distribusi hasil pengukuran denyut nadi subjek adalah sebagai berikut : Tabel 18. Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Variabel N Min Maks Rata-rata S.D Denyut Nadi Sebelum PMT
19
93,64
123,78
104,27
Denyut Nadi Sesudah PMT
19
88,86
117,70
101,23
(Sumber : Data Primer, April 2012)
commit to user
7,99
Signf. 0,120
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja a.
Kebisingan Intensitas Kebisingan rata-rata tempat kerja subjek sebesar 83,72 dBA untuk 8 jam kerja yang berarti tidak melebihi Nilai Ambang Batas (NAB). Distribusi hasil pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja (unit Filling) adalah sebagai berikut : Tabel 19. Distribusi Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan No. Hasil Pengukuran (dBA) NAB Keterangan (dBA) 1.
84,2
85
< NAB
2.
82,5
85
< NAB
3.
84,3
85
< NAB
4.
83,9
85
< NAB
5.
87,7
85
> NAB
6.
91,7
85
> NAB
7.
80,3
85
< NAB
8.
77,6
85
< NAB
9.
81,6
85
< NAB
10.
83,4
85
< NAB
Mean (Rata-rata)
83,72
Standar Deviasi
3,87
(Sumber : Data Primer, April 2012) commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Iklim Kerja Selain kebisingan, peneliti juga mengukur paparan panas yang diterima selama 8 jam kerja di tempat kerja (Unit Filling). Rata-rata WBGT In (ISBB) sebesar 26,64 0C untuk beban kerja sedang bagi subjek. Distribusi hasil pengukuran iklim kerja dapat dilihat pada Tabel 20 berikut : Tabel 20. Distribusi Hasil Pengukuran Iklim Kerja (WBGT IN) Pengukuran WBGT In Dry Bulb Wet Bulb Ke (0C) (0C) (0C)
Globe (0C)
I
26,7
31,9
23,8
33,5
II
25,9
31,2
23,3
32,9
III
25,7
31,0
23,3
31,4
IV
28,1
33,5
24,9
35,6
V
26,8
32,8
25,8
34,0
Rata-rata
26,64
32,08
24,22
33,48
SD
0,95
1,06
1,09
1,55
D. Variabel Penelitian (Sumber : Data Primer, April 2012) Variabel dalam penelitian ini adalah pemberian makanan tambahan (variabel bebas) dan produktivitas kerja (variabel terikat). Pemberian makanan tambahan berarti jumlah kalori yang dikonsumsi subjek, sedangkan produktivitas didapat dari perhitungan hasil produksi (Output) dibagi total konsumsi (Input) dikalikan 6 jam kerja. Distribusinya adalah sebagai berikut : 1.
Produktivitas Kerja Sebelum Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Rumus produktivitas yaitu Output (O) /Input (I) x waktu. Output dalam hal ini adalah jumlah jerigen yang mampu dihasilkan subjek dalam commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6 jam sedangkan input nya berupa rata-rata konsumsi subjek sebelum PMT. Distribusinya adalah sebagai berikut : Tabel 21. Distribusi Produktivitas Kerja Sebelum Pemberian Makanan Tambahan No. Nama Konsumsi RataJumlah Jerigen Produktivitas rata Sebelum yang dihasilkan PMT (kkal) dalam 6 jam (buah) 1 1105,00 55,39 0,30 Syt 2
Hsn
1128,50
55,39
0,29
3
Chy
1126,25
55,39
0,30
4
Ddi
1069,75
55,39
0,31
5
Smd
1148,00
55,39
0,29
6
Srd
1095,75
55,39
0,30
7
Mrd
1064,50
55,39
0,31
8
Stn
1143,25
55,39
0,29
9
Srt
1097,25
55,39
0,30
10
Stm
1130,25
55,39
0,29
11
Why
1119,00
55,39
0,30
Ngt 12Sambungan
1168,25
55,39
0,28
13
Mly
1129,00
55,39
14
Ujg
1149,25
55,39
Bersambung0,29 0,29
15
Hru
1146,25
55,39
0,29
16
Snr
1116,75
55,39
0,30
17
Ags
1110,25
55,39
0,30
18
Bmb
1130,75
55,39
0,29
19
Spt
1143,75
55,39
0,29
Rata-rata
1122,20
55,39
0,30
(Sumber : Data Primer, April 2012) 2.
Produktivitas Kerja Sesudah Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Rumus produktivitas yaitu Output (O) /Input (I) x waktu. Output commit to user dalam hal ini adalah jumlah jerigen yang mampu dihasilkan subjek dalam
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6 jam sedangkan inputnya berupa rata-rata konsumsi subjek sesudah PMT. Distribusinya adalah sebagai berikut : Tabel 22. Distribusi Produktivitas Kerja Sesudah Pemberian Makanan Tambahan No. Nama Konsumsi RataJumlah Jerigen Produktivitas rata Sesudah yang dihasilkan PMT (kkal) dalam 6 jam (buah) 1 1334,71 67,11 0,30 Syt 2
Hsn
1349,21
67,11
0,30
3
Chy
1298,96
67,11
0,31
4
Ddi
1246,96
67,11
0,32
5
Smd
1340,21
67,11
0,30
6
Srd
1270,71
67,11
0,32
7
Mrd
1247,21
67,11
0,32
8
Stn
1303,96
67,11
0,31
9
Srt
1306,21
67,11
0,31
10Sambungan Stm
1321,71
67,11
0,30
11
Why
1296,46
67,11
12
Ngt
1317,71
67,11
13
Mly
1295,71
67,11
0,31
14
Ujg
1254,71
67,11
0,32
15
Hru
1287,21
67,11
0,31
16
Snr
1281,71
67,11
0,31
17
Ags
1317,21
67,11
0,31
18
Bmb
1276,21
67,11
0,32
19
Spt
1326,96
67,11
0,30
Rata-rata 1334,71 (Sumber : Data Primer, April 2012)
67,11
0,31
0,31 Bersambung 0,31
Dari perhitungan pada Tabel 21 dan 22, dapat diperoleh distribusi frekuensi tingkat produktivitas kerja subjek seperti yang tercantum pada commit to user Tabel 23 dibawah ini :
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 23. Distribusi Tingkat Produktivitas Kerja Subjek Kategori N
%
Tetap
1
5,26
Meningkat
18
94,74
Total
19
100
(Sumber : Data Primer, April 2012) E. Uji Statistik Setelah melakukan uji normalitas data, hasil yang diperoleh adalah bahwa data berdistribusi tidak normal sehingga dilakukannya transformasi data yang masih tidak normal. Berdasarkan hal tersebut maka uji yang digunakan adalah Uji Nonparametrik Wilcoxon. Hasil dapat dilihat pada Tabel 24 di bawah ini : Tabel 24. Deskripsi Statistik Produktivitas Kerja Sebelum dan Sesudah PMT Variabel Rank N Mean Sum of a
Rank
Rank
Produktivitas Kerja Sesudah Negative Ranks
0
.00
.00
PMT - Produktivitas Kerja Positive Ranks
18b
9.50
171.00
Sebelum PMT
Ties
1c
Total
19
(Sumber : Data Primer, April 2012) Keterangan : a.
Tidak ada subjek yang memiliki produktivitas kerja sesudah PMT < produktivitas kerja sebelum PMT
b.
Produktivitas kerja sesudah PMT > produktivitas kerja sebelum PMT sebanyak 18 subjek
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Produktivitas kerja sesudah PMT = produktivitas kerja sebelum PMT sebanyak 1 subjek
Tabel 25. Uji Wilcoxon N
Produktivitas Sebelum PMT
19
Produktivitas Sesudah PMT
19
Rata-
Std.
rata
Deviasi
.2953
.00772
Min
Maks
Sig. (2-tailed)
.28
.31 0,000
.3100
.00745
.30
.32
(Sumber : Data Primer, April 2012) Dari hasil tes statistik menunjukkan uji Nonparametrik Wilcoxon, perbedaan produktivitas kerja diperoleh nilai signifikan (p= 0,000).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek Karakteristik subjek dalam penelitian ini meliputi umur, status gizi, masa kerja, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi dan tingkat penghasilan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur subjek berkisar 16 – 53 tahun dengan frekuensi terbesar adalah 16 – 28 tahun sebanyak 8 subjek (42,10%). Hal tersebut berarti rata-rata subjek masih dalam usia produktif. Menurut Budiono (2003), kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan 20 tahun dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia berkurang sebanyak 20% pada usia 60 tahun. Dengan demikian maka subjek penelitian dapat dikatakan memiliki kapasitas kerja fisik yang maksimal. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa antara umur dengan produktivitas kerja sebelum dan sesudah PMT terdapat korelasi negatif artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna (r = -,304; p=0,205 untuk sebelum PMT dan r = -0,153; p=0,533 sesudah PMT) sehingga pengaruh umur terhadap efek perlakuan terkontrol. Produktivitas kerja juga erat kaitannya dengan status gizi. Sebanyak 10 subjek (52,63%) berstatus gizi normal. Namun terdapat subjek yang mengalami status gizi kurus tingkat berat yaitu sebanyak 1 subjek (5,26%), 2 subjek (10,52%) berstatus gizi kurus tingkat berat, 5 subjek (26,32%) gemuk commit to user tingkat ringan serta 1 subjek (5,26%) yang berstatus gizi gemuk tingkat berat. 66
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan penelitian, terdapat subjek yang mengalami defisiensi asupan energi seperti protein dengan kategori berstatus gizi normal. Asupan yang defisit disebabkan oleh perilaku makan subjek yaitu pemilihan makanan yang kurang beragam, salah satunya beberapa subjek mengkonsumsi nasi dengan porsi yang besar. Subjek beranggapan lebih kenyang dengan mengkonsumsi nasi yang banyak, daripada lauk dan sayur yang banyak. Selain itu, terdapat subjek
dengan
IMT
berlebih,
hal
ini
disebabkan
karena
adanya
ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan rendahnya aktivitas fisik.
Subjek dengan kategori status gizi dibawah normal meskipun
jumlahnya sedikit juga perlu mendapat perhatian. Hal ini karena konsumsi energi yang kurang memadai akan menyebabkan kebutuhan energi untuk bekerja akan diambil dari energi yang terdapat dalam sel. Apabila hal tersebut terjadi maka dapat mengakibatkan tenaga kerja yang bersangkutan tidak dapat melakukan pekerjaan secara baik dan produktivitas kerjanya menurun bahkan dapat mencapai target rendah. Tenaga kerja dengan status gizi lebih atau obesitas maka orang tersebut kurang gesit dan lamban dalam bekerja. Sedangkan orang yang mempunyai berat badan normal akan lebih lincah dalam bekerja. Seseorang yang kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat maupun ringan, maka orang tersebut akan kurang mampu bekerja keras. Menurut Widiastuti (2011), seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa rata-rata dari status gizi subjek adalah normal. Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat commit to user hubungan yang signifikan dan korelasi negatif antara status gizi dengan
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
produktivitas kerja(r=-0,471;p=0,042 sebelum PMT dan r=-0,742; p= 0,000 sesudah PMT). Masa kerja merupakan salah satu
indikator yang secara tidak
langsung mendukung keberhasilan dalam bekerja. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif, akan memberikan pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya personel maka semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja pada 14 subjek (73,68%) pada 1 – 8 tahun, 2 subjek (10,52%) antara 9 – 12 tahun dan 3 subjek (15,80%) antara 13 – 24 tahun. Hal ini berarti rata-rata subjek sudah sama-sama berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya sehingga masa kerja dapat dikendalikan. Sebagian besar subjek penelitian memiliki tingkat pendidikan yang baik karena telah memenuhi wajib belajar 9 tahun yaitu sebanyak 12 subjek (63,10%) berpendidikan SMA/SMK, 6 subjek berpendidikan SMP, meskipun terdapat 1 subjek berpendidikan SD. Menurut Budiono (2003), pendidikan dapat membentuk dan menambah pengetahuan dan ketrampilan tenaga kerja dalam menyelesaikan tugasnya. Pendidikan juga akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir dan bertindak dalam menghadapi pekerjaan. Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa antara pendidikan subjek dengan produktivitas kerja terdapat korelasi negatif artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna (r = -239;p=0,324 sebelum PMT dan r = 0,195; p= 0,423). Hal tersebut diduga subjek dengan pendidikan yang baik belum tentu menerjemahkan informasinya dalam bentuk perilaku bekerja commit to user sehari-hari dengan baik pula.
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
Dilihat dari tingkat pengetahuan gizi subjek menunjukkan 100% dalam kategori baik. Hasil analisis bivariat antara pengetahuan gizi dengan produktivitas kerja menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan (r=-0,067; p =0,785) dan hasil analisis bivariat antara pengetahuan tentang gizi terhadap tingkat konsumsi makanan juga menunjukkan adanya korelasi yang lemah (r=-0,151). Hal tersebut diduga bahwa subjek dengan pengetahuan gizi yang baik belum tentu dapat menerjemahkan informasi yang diperoleh dalam bentuk perilaku makan sehari-hari. Pengetahuan gizi yang diperoleh subjek dalam kurun waktu tertentu akan berpengaruh terhadap persepsi subjek tentang gizi. Diketahui juga bahwa sebagian subjek (57,89%) mempunyai penghasilan > 1 juta rupiah dan < 1 juta rupiah sebanyak 8 subjek (42,11%). Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi subjek. Hasil analisis bivariat antara tingkat penghasilan dengan konsumsi makanan menunjukkan bahwa terdapat korelasi (r = 0,039; p = 0,874). Sebelum pemberian makanan tambahan terlebih dahulu dilakukan pengukuran denyut nadi subjek untuk mengetahui beban kerja yang diterima subjek. Hal tersebut digunakan untuk mengetahui besarnya kebutuhan energi subjek. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa hasil pengukuran sebelum pemberian makanan tambahan denyut nadi rata-rata sebesar 104,27 denyut per menit dan sebesar 101,23 denyut per menit setelah pemberian makanan tambahan. Menurut Tarwaka (2010), kategori beban kerja commit to user berdasarkan denyut nadi sebesar 104,27 adalah termasuk dalam kategori
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedang (sebelum PMT) dan sebesar 101,23 denyut per menit yang masih dalam kategori beban kerja sedang setelah PMT dan terdapat beda + 3,04 sehingga jumlah kalori yang harus dipenuhi adalah sekitar +1200– 2100 kkal. Hal lain yang dapat mempengaruhi produktivitas adalah lingkungan kerja. Salah satu gangguan fisik lingkungan kerja adalah kebisingan dan penerangan. Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan pada 10 titik memiliki rata-rata sebesar 83,72 dB yang berarti tidak melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) untuk kerja selama 8 jam (Permenaker No. Per-13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia). Sedangkan hasil untuk pengukuran iklim kerja rata-rata yaitu 26,64 0C. Berdasarkan Permenaker No. Per-13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia terutama Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang diperkenankan untuk beban kerja sedang pada pengaturan waktu kerja setiap jam 75% - 100% adalah sebesar 28
0
C, sehingga dalam hal ini lingkungan kerja dapat
dipastikan masih dalam batas kenyamanan subjjek dalam menyelesaikan pekerjaannya tanpa mengganggu produktivitas kerja. B. Variabel Penelitian 1.
Analisis Univariat a.
Pemberian Makanan Tambahan Kategori beban kerja sedang yang dialami oleh subjek memerlukan pemenuhan energi sebanyak > 200 – 350 kkal menurut Kepmenaker No. Kep 51/ MEN/ 1999. Berdasarkan penelitian konsumsi rata-rata makanan utama (siang) yaitu 1122,20 kkal, untuk commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bekerja selama kurang lebih 6 jam maka subjek masih memerlukan tambahan dalam menu makan siang tersebut. Berdasarkan perhitungan, yang masih kurang dipenuhi adalah protein daripada karbohidrat dan lemak sehingga pemberian makanan tambahan yang diberikan adalah tambahan makan siang berupa sayur dan buah. pemberian makanan diberikan selama 1 minggu pada saat subjek makan siang. Rata-rata jumlah energi pada pemberian makanan tambahan sekitar + 200 kkal. b.
Produktivitas Dari penelitian yang dilakukan terhadap 19 subjek diperoleh 18 subjek (94,74%) dengan kategori produktivitas meningkat dan 1 subjek (5,26%) dengan produktivitas yang tetap. Berdasarkan hal tersebut berarti sebagian besar subjek termasuk dalam kategori produktivitas meningkat. Perbandingan produktivitas sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan dapat dilihat pada Tabel 21 dan Tabel 22.
2.
Analisis Bivariat Analisis
bivariat
dalam
penelitian
ini
digunakan
untuk
mengetahui pengaruh pemberian makanan tambahan dalam menu makan siang terhadap produktivitas kerja karyawan unit Filling PT. Indo Accidatama Tbk, Kemiri, Karanganyar. Hasil
penelitian
menunjukkan
subjek
yang
mengalami
peningkatan produktivitas kerja yaitu 18 subjek (94,74%) commit to user
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
kategori produktivitas meningkat dan 1 subjek (5,26%) dengan produktivitas yang tetap. Dari hasil uji statistik Nonparametrik Wilcoxon diperoleh nilai significancy 0,000 (p < 0,05), dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian makanan tambahan dalam menu makan siang terhadap produktifitas kerja karyawan unit Filling PT. Indo Accidatama Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar. Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan Husaini (2002) bahwa pekerja-pekerja yang mendapatkan cukup energi serta protein dalam makanan akan meningkatkan kemampuan kerja, meningkatkan aktivitas fisik, bukan hanya di tempat kerja tapi juga aktivitas setelah jam kerja. Dengan pemberian makanan tambahan kalori bagi tenaga kerja akan membantu pekerja dalam mempertahankan stamina dan kemampuan kerja yang optimal, karena pekerja tidak akan kekurangan energi. Dengan mempertahankan kadar glukosa dalam darah maka kondisi tubuh tidak menurun sehingga produktivitas dapat dipertahankan bahkan meningkat. Pemberian makanan tambahan akan memberikan pertahanan stamina dan kesehatan kerja karyawan yang akan berdampak pada peningkatan produktivitas kerjanya. Hal ini didukung oleh penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh Riris Oppusunggu (2009), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pemberian Tablet Tambahan Darah (Fe) terhadap Produktivitas Kerja di PT. X. Masalah kecukupan commit to user energi dan anemia yang dialami subjek berperan terhadap tinggi
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rendahnya produktivitas kerja. Sejalan dengan itu perlu perhatian terhadap masalah yang berhubungan dengan keadaan gizi pekerja tersebut. Setelah diuji dengan uji t dependent menunjukkan hasil p < 0,05 dan nilai r = 0,635 yang berarti mempunyai hubungan yang erat antara pemberian makanan tambahan berupa tablet tambah darah untuk meningkatkan hemoglobin dan produktivitas kerja. C. Keterbatasan Penelitian Terdapat beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain yaitu pada saat pengukuran energi pada menu makanan yang disediakan oleh perusahaan. Menu disajikan oleh perusahaan dalam porsi yang sama akan tetapi terkadang untuk sayur dan nasi dibiarkan untuk mengambil sendiri sehingga pengukuran dilakukan dengan proses wawancara dalam jumlah ukuran rumah tangganya (URT). Subjek terkadang merasa malu dan enggan menjawab. Selain itu, subjek yang digunakan relatif kecil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain : 1.
Sebanyak 42,10 % subjek berumur 16 – 28 tahun, sebanyak 52,63% subjek berstatus gizi normal. Dilihat dari masa kerjanya 73,68% telah bekerja selama 1 – 8 tahun, 63,10% subjek sudah berpendidikan SMA dan 100% subjek memiliki tingkat pengetahuan tentang gizi yang baik. Begitu pula dengan tingkat pendapatannya sebesar 57,89% subjek mempunyai penghasilan lebih dari 1 juta.
2.
Berdasarkan hasil analisis bivariat status gizi dengan produktivitas kerja menunjukkan hasil yang signifikan meskipun korelasi yang ada adalah korelasi negatif (r=-0,471;p=0,042). Sedangkan Usia menunjukkan hasil p=0,533 (≠ signifikan)dan r = -0,153 (sangat rendah); Masa Kerja p=0,694 (≠ signifikan dan r=-0,97 (sangat rendah); Tingkat Pendidikan p =0,423 (≠ signifikan) dan r=-0,195 (sangat rendah); Tingkat Pengetahuan Gizi p= 0,785 (≠ signifikan)dan r= 0,067 (sangat rendah); Tingkat Penghasilan p=0,548 (≠ signifikan) dan r= -0,147 (sangat rendah).
3.
Lingkungan kerja (iklim kerja 26,60C < NAB 280C dan kebisingan 83,72 dBA < NAB 85 dBA) masih dalam batas kenyamanan subjek dalam menjalankan tugasnya.
4.
Hasil perhitungan denyut nadi sebesar 104,27 denyut per menit yang berarti menunjukkan beban kerja pada kategori sedang. Dan setelah commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
pemberian makanan tambahan berkurang menjadoi 101,23 deyutan per menit. 5.
Dari hasil pengukuran jumlah energi berdasarkan rumus menunjukkan bahwa jumlah energi dengan total rata-rata 1122,20 kkal dinilai kurang karena untuk beban kerja sedang memerlukan energi > dari 1200 – 2100 dalam 6 jam kerja bagi karyawan unit Filling.
6.
Pemberian makanan tambahan rata-rata sebesar 200 kkal dalam menu makan siang dapat meningkatkan energi dan menambah protein karyawan unit Filling.
7.
Subjek mengalami peningkatan hasil produksi dalam pengisian jerigen/can per 6 jam dalam sehari dari 54 jerigen dan meningkat menjadi rata-rata sekitar 67 jerigen setelah PMT.
8.
Berdasarkan hasil uji statistik Nonparametrik Wilcoxon menunjukkan nilai p-value yaitu 0,000 yang berarti signifikan terdapat pengaruh pemberian makanan tambahan dalam menu makan siang terhadap produktifitas kerja karyawan unit Filling .
B. SARAN Beberapa saran agar penyelenggaraan gizi kerja di perusahaan lebih baik yaitu : 1.
Dalam penyelenggaraan gizi di perusahaan, menu makan siang yang telah disediakan perusahaan haruslah diperhitungkan keseimbangan zatzat gizi yang terkandung di dalamnya seperti karbohidrat, protein, lemak, commit to user mineral, vitamin dan air.
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Menyesuaikan jumlah energi dalam menu makanan dengan kebutuhan karyawan berdasarkan beban kerja sedang yang dialami karyawan yaitu sebesar > 1200 – 2100 kalori.
3.
Penyesuaian energi yang dibutuhkan karyawan dapat dilakukan dengan pemberian makanan tambahan.
4.
Bagi peneliti lain yang akan melanjutkan penelitian ini, pemberian makanan tambahan bisa dilakukan dengan cara lain seperti pemberian makanan tambahan berupa makanan ringan pada waktu-waktu tertentu dalam waktu kerja.
commit to user