SKRIPSI PERBANDINGAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI PADA HUKUM ACARA PERDATA DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA DENGAN SINGAPURA (STUDI KASUS BECKKETT PTE. LTD MELAWAN DEUTSCHE BANK Ag.)
Diajukan dalam rangka memenuhi tugas akhir Untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Disusun Oleh: Winotia Ratna Nomor Pokok Mahasiswa: 0504002332 Bidang Studi Hukum Acara
Fakultas Hukum Universitas Indonesia Depok 2008
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
BIDANG STUDI HUKUM ACARA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
NAMA NPM Program Kekhususan Judul Skripsi
: : : :
Winotia Ratna 0504002332 III (Hukum Acara) Perbandingan Alat Bukti Keterangan Saksi Pada Hukum Acara Perdata Dalam Sistem Hukum Indonesia dengan Singapura (Studi Kasus Beckkett Pte. Ltd. Melawan Deutsche Bank Ag.)
Depok, Juli 2008 Disetujui oleh: Pembimbing I
(Chudry Sitompul,S.H.,M.H)
Pembimbing II
(Hening Hapsari,S.H.,M.H.)
Mengetahui, Ketua Bidang Studi Hukum Acara
(Chudry Sitompul, S.H., M.H.)
i
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
ABSTRAK
Letak geografis antara Indonesia dan Singapura yang sedemikian dekat pada praktiknya membuat terciptanya hubungan hukum, baik antar negara maupun antar warga negaranya. Dewasa ini, hubungan hukum tersebut acapkali terjadi di lapangan hukum bisnis. Hubungan keperdataan tersebut mengandung unsur pertautan antara sistem hukum Indonesia dengan sistem hukum Singapura. Dalam hal terjadi sengketa perdata, maka para pihak dapat memilih forum penyelesaian sengketa; melalui pengadilan atau di luar pengadilan. Atas dasar demikian akan dibahas perbandingan prosedur berperkara di pengadilan, khususnya pada acara perdata antara Singapura dan Indonesia, yakni di bidang keterangan saksi. Dengan adanya kasus perdata di pengadilan Singapura yang melibatkan orang atau badan hukum Indonesia, begitupula sebaliknya, maka dibutuhkan suatu penelitian komprehensif mengenai perbandingan prosedur berperkara di peradilan di kedua negara. Di dalam prosedur acara perdata di kedua negara, pembuktian merupakan elemen yang penting, karena dalam proses ini berbagai fakta yang ada dihadirkan di hadapan pengadilan dan di muka hakim untuk diuji kebenarannya. Pada penulisan ini akan dibahas mengenai sistem hukum acara perdata yang mengatur mengenai alat bukti keterangan saksi dalam perkara perdata di Indonesia dan Singapura, serta hal-hal yang menjadi persamaan dan perbedaan diantara keduanya. Penulisan ini membahas 1(satu) studi kasus yang sangat menarik perhatian kalangan pelaku usaha baik di dalam maupun di luar negeri, yaitu sengketa gadai saham antara Beckkett Pte. Ltd. Dengan Deutsche Bank Ag. Sengketa gadai saham ini melibatkan 2 (dua) pengadilan dari yusrisdiksi yang berbeda, yaitu Singapore High Court dan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
ii
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya studi dan penulisan skripsi ini. Pada terima
kesempatan
kasih
Sitompul,
yang
S.H.,
ini
penulis
ingin
sebesar-besarnya
M.H.
dan
menyampaikan
kepada
Ibu Hening
Bapak
rasa
Chudry
Hapsari, S.H.,
M.H.,
selaku pembimbing materi dan tehnis penulisan, karena berkat bimbingan dan pengarahan mereka, maka penulisan skripsi ini dapat selesai disusun untuk memenuhi syarat penulis dalam mencapai gelar sarjana. Kepada
orang
tua
penulis,
Bimo
Wicaksono
dan
Marida
Christina B. W. yang memberikan inspirasi dan dukungan penuh kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Alexander Ramadan, sumber kekuatan dan semangat penulis untuk terus maju. Cinta dan kasih sayang mereka merupakan ikatan terindah dalam hidup penulis. Tidak Jatmiko,
lupa
S.H.
penulis
dan
ucapkan
Danang
terima
kasih
Martosriwardoyo,
kepada
S.H.
serta
Andi Mr.
Hamidul Haq yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melihat
praktek
dalam
dunia
hukum
dan
atas
segala
bantuannya demi kelengkapan penulisan skripsi ini.
iii
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Kepada Zhafira Malik,
teman-teman
Athirah,S.H., Nanda
angkatan
Haznah
Mahardika,
2004.
Najla,
Ninda
Anikha
Jessica
Hippy,
RA
Soetoyo,
Jasmin,
Sabrina,
Aimee
Yasmine
Nurul, Aji Satrio, Imam Heikal, M. Ikhsan, Fridoun Chee, M. Taufik, Nasser
Norman Kemal,
Ibnu
Aji,
Reginaldi,
Mahareksa dan
S.D.,
Imamanuele
Christian
F.S.,
Alexander.
yang
selalu memberikan dukungan moril. Denia I.P., Fika Fawzia, dan
Tri
panjang
Wahyuni untuk
Herlambang;
membentuk
ingat
Fish
&
perjuangan
Partners.
kita
masih
Teman-teman
di
Perwira & Co. : Ichsan Perwira K., Fitria Chairani, Sesha Putri, dan Sukma Dwi. Teman-teman ALSA dan Lasalle yang selalu menjadi teman diskusi
dan
teman
seperjuangan
untuk
mengharumkan
nama
Fakultas Hukum UI; M. Riza, Wanda B., Bianca Ayasha, Karima Mustika, Deska Nadia, Nurul Mahadewi, Indria Prasastia, dan teman-temanku yang lain yang tidak dapat kusebutkan satu per satu. Teman-teman di BEM Fakultas Hukum Universitas Indonesia periode 2007/2008 yang telah memberikan banyak inspirasi dan pengalaman dalam menghadapi dunia nyata. senior
yang
selalu
mendukung
dan
Teddy Anggoro, S.H.
membimbing.
Tanpanya,
penyusunan skripsi yang sederhana ini tidak akan lengkap.
iv
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Teristimewa kehadirannya perhatian,
kepada
dalam
M.
kehidupan
kesabaran,
Ajisatria penulis.
kepercayaan,
Suleiman
Terima
dan
kasih
ketulusan
atas atas yang
diberikan selama 4 tahun ini. Thanks for all the love you gave to me, with all my heart I will cherish your love and I will treasure it. Akhir
kata,
penulis
berharap
skripsi
yang
berjudul
“Perbandingan Alat Bukti Keterangan Saksi Pada Hukum Acara Perdata Dalam Sistem Hukum Indonesia dengan Singapura (Studi Kasus
Beckkett
Pte.
Ltd.
Melawan
Deutsche
Bank Ag.)” ini
dapat berguna bagi pembaca dan praktek hukum di Indonesia.
Semoga Tuhan memberkati kita semua.
Jakarta, 30 Juni 2008
Winotia Ratna
v
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
DAFTAR ISI Lembar Persetujuan
i
Abstrak
ii
Kata Pengantar
iii
Daftar Isi
vi
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
A. Latar Belakang
1
B. Pokok Permasalahan
11
C. Tujuan Penulisan
12
D. Kerangka Konsepsional
13
E. Metode Penelitian
16
F. Sistematika Penulisan
19
TINJAUAN UMUM MENGENAI PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ACARA PERDATA DI INDONESIA DAN SINGAPURA
A. Tinjauan Umum Mengenai Hukum Acara Perdata di Indonesia
21
1. Landasan Hukum Acara Perdata di Indonesia
21
2. Hierarki Peradilan di Indonesia
26
3. Proses Berperkara Perdata di Indonesia
28
B. Tinjauan Umum Mengenai Pembuktian dalam Hukum Acara Perdata di Indonesia
32
1. Sistem Pembuktian
34
vi
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
2. Beban Pembuktian
36
3. Alat Bukti
37
C. Tinjauan Umum Mengenai Hukum Acara Perdata di Singapura
41
1. Landasan Hukum Acara Perdata di Singapura
41
2. Sistem Peradilan di Singapura
48
3. Proses Berperkara Perdata di Singapura
55
D. Tinjauan Umum Mengenai Pembuktian dalam Hukum Acara Perdata di Singapura
60
1. Sistem Pembuktian
60
2. Beban Pembuktian
62
3. Sumber Hukum Pembuktian Singapura
63
4. Alat Bukti
64
BAB III
ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI DALAM ACARA PERDATA BERDASARKAN HUKUM INDONESIA DAN HUKUM SINGAPURA
A. Keterangan Saksi dalam Hukum Acara Perdata di Indonesia
67
1. Landasan Hukum
69
2. Syarat Alat Bukti Keterangan Saksi
70
3. Tata Cara Pemeriksaan Saksi
78
4. Kekuatan Pembuktian
81
B. Keterangan Saksi dalam Hukum Acara Perdata di Singapura
82
1. Landasan Hukum
82
vii
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
2. Syarat Alat Bukti Keterangan Saksi
85
3. Tata Cara Pemeriksaan Saksi
93
4. Kekuatan Pembuktian
99
BAB IV
BAB V
ANALISIS PERBANDINGAN HUKUM MENGENAI ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI DALAM ACARA PERDATA ANTARA INDONESIA DAN SINGAPURA.
A. Perkara Secara Umum
104
1. Gambaran Perkara di Indonesia
104
2. Gambaran Perkara di Singapura
109
3. Perkembangan Kasus di Indonesia
113
B. Analisis
116
1. Proses Pemeriksaan Saksi Pada Singapore High Court
116
2. Proses Pemeriksaan Saksi Pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
128
3. Persamaan dan Perbedaan Proses Pemeriksaan Saksi dalam Perkara Perdata di Singapura dan Indonesia
133
PENUTUP A. Kesimpulan
143
B. Saran
146
DAFTAR PUSTAKA
148
Lampiran-lampiran
viii
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Indonesia
dan
Singapura
merupakan
negara
tetangga.
Kedekatan letak geografis antara kedua negara ini menyebabkan banyaknya hubungan yang terjadi, baik antar negara maupun antar warga negaranya. Banyak dari hubungan yang terjadi tersebut merupakan
hubungan
hukum.
Berbagai
macam
hubungan
hukum
demikian acapkali terjadi di lapangan hukum perdata. Dalam hal ini dapat diberikan beberapa ilustrasi. Salah adalah
satu
di
perceraian, karena
hubungan
bidang
Warga
keluarga
dengan
wanita.
Implikasi
permasalahan
hukum
pengasuhan
adanya
Negara
di
sering
misalnya
Indonesia
hal
bidang
yang
Permasalahan
negara
dari
perdata
keluarga,
anak.
warga
hukum
hukum
perkawinan,
hukum
(WNI)
timbul
ini
yang
terjadi
membangun
Singapura,
baik
ini
adalah
timbulnya
yakni
menyangkut
hukum
juga waris,
pria
maupun
1
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
permasalahan
pewarisan
yang
timbul
dari
keluarga
campuran
antara warga negara keduanya. Namun
demikian,
hubungan
kerjasama
antara
kedua
negara
yang telah banyak terbina adalah hubungan di bidang ekonomi, baik
kerjasama
bilateral
maupun
multilateral.
Pada
dasarnya
hubungan bilateral Indonesia – Singapura memiliki fondasi yang sangat kuat. Hal ini dibuktikan dengan telah ditandatanganinya berbagai perjanjian antara kedua negara. Adapun perjanjian yang dimaksud, antara lain: a.
Basic Agreement on Economic and Technical Cooperation (1974)
b.
Perjanjian
Peningkatan
dan
Perlindungan
Penanaman
Modal (16 Februari 2005) c.
Framework Agreement on Economic Cooperation in The Island of Batam, Bintan, and Karimun (2006).1
Hubungan kerja sama ini pun tidak hanya sampai pada tahap negara
saja,
badan–badan
melainkan
hukum
juga
kedua
belah
kepada
individu–individu
negara.
Menurut
data
atau Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Singapura menempati urutan 1
“Perkembangan Hubungan www.kbrisingapura.com/bilateral_ 2007).
Bilateral Indonesia Singapura,” relation_2006.php?lang=eng (23
http:// Januari
2
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
teratas negara asal penanam modal di Indonesia, dengan nilai investasi mencapai US$ 806 juta (per 1 Januari –Juni 2006). Singapura berhasil menggeser kedudukan Jepang sebagai investor peringkat satu di Indonesia. Sebagian besar investasi Singapura tersebar di Batam, Bintan, Riau, dan Sumatera.2 Dengan
meningkatnya
investasi
yang
masuk
ke
Indonesia,
maka permasalahan hukum bisnis yang timbul juga semakin banyak. Permasalahan hukum dalam perancangan, penerapan, dan penafsiran kontrak dagang yang timbul di antara orang perseorangan atau badan hukum kedua negara merupakan masalah yang banyak terjadi. Begitupula kekayaan
permasalahan
intelektual,
lain
di
regulasi
bidang
bisnis
perbankan,
pasar
seperti
hak
modal,
dan
berbagai dinamika baru dalam kehidupan ekonomi global semakin menambah
kompleksitas
hubungan
hukum
yang
terjadi
yang
mengandung unsur pertautan antara sistem hukum Indonesia dengan sistem hukum Singapura. Hubungan bisnis demikian memacu pula hubungan perburuhan akibat WNI yang bekerja di Singapura, atau warga negara Singapura yang bekerja di Indonesia. Sebagaimana dalam
hal
layaknya
terjadi
permasalahan
sengketa
perdata
hukum
maka
pada
hukum
umumnya,
menyediakan
2
Loc.cit.
3
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
mekanisme penyelesaian, baik melalui jalur formal maupun jalur informal. Bahkan dalam bidang hukum perikatan, dianut “asas kebebasan
berkontrak”
dan
kebebasan
para
pihak
(partij
autonomie), yang mana para pihak dapat secara bebas memilih forum untuk menyelesaikan sengketa yang timbul di antara para pihak.3
Forum
tersebut
beragam
mulai
dari
konsolidasi,
negosiasi, mediasi, arbitrase, sampai dengan pengadilan. Tren saat
ini
yang
berkembang
adalah
pengadilan
tidak
menjadi
prioritas pilihan para pihak karena dianggap lebih lambat dan tidak efektif jika dibandingkan dengan mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan.4 Namun
demikian,
tidak
semua
permasalahan
hukum
dapat
diselesaikan di luar pengadilan. Beberapa bidang hukum tetap membutuhkan peran yang besar dari pengadilan untuk memberikan putusan yang adil karena pilihan forum tidak tidak dimungkinan. Pada akhirnya pun sengketa hukum tidak dapat lepas sepenuhnya dari
pengadilan
kekuasaan
negara,
karena yang
eksekusi mana
putusan
pengadilan
tetap
membutuhkan
merupakan
pemegang
Internasional,
(Bandung:
kekuasaan di bidang yudikatif. 3 Huala Adolf, Dasar-Dasar Refina Aditama, 2007), hal. 140.
Hukum
Kontrak
4 Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pusataka Utama, 2006), hal. 3.
4
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Atas
dasar
demikian
akan
dibahas
perbandingan
prosedur
berperkara di pengadilan, khususnya pada acara perdata antara Singapura Dengan
dan
Indonesia,
adanya
melibatkan
kasus
orang
yakni
perdata
atau
sebaliknya,
maka
komprehensif
mengenai
di
badan
menjadi
di
bidang
keterangan
pengadilan
hukum
perbandingan
Singapura
Indonesia,
dibutuhkan
saksi.
suatu
prosedur
yang
begitupula penelitian
berperkara
di
peradilan di kedua negara. Di dalam prosedur acara perdata di kedua negara, pembuktian merupakan elemen yang penting, karena dalam proses ini berbagai fakta yang ada dihadirkan di hadapan pengadilan dan di muka hakim untuk diuji kebenarannya. Pada umumnya, alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti
yang
perdata,
utama
selain
dalam
bersandar
suatu pada
perkara.5 alat
Di
bukti
dalam
perkara
tertulis
(akta),
keterangan saksi juga memberikan peran yang signifikan. Dengan kata lain, di samping pembuktian dengan alat bukti lain, masih selalu
diperlukan
pembuktian
dengan
alat
bukti
keterangan
saksi.6
5
Yahya Harahap(a), Pembahasan Perrmasalahan (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 286. 6
dan
Penerapan
KUHAP,
Ibid., hal 286.
5
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Dalam
sistem
hukum
Indonesia,
pembuktian
dengan
saksi
haruslah diberikan secara lisan dan pribadi di persidangan. Keterangan saksi harus diberitahukan sendiri, tidak diwakilkan, dan tidak boleh dibuat secara tertulis.7 Alat bukti kesaksian di Indonesia diatur dalam pasal 139 – 152, 168 – 172 HIR, 388 – 382 HIR, dan Pasal 1895, 1902 – 1912 KUHPerdata. Hukum memiliki saksi.
Singapura
pengaturan Penggugat
yang yang
dan
menggunakan
berbeda Tergugat
sistem
terhadap
common
pembuktian
diwajibkan
untuk
law
dengan membuat
affidavits yang merupakan keterangan setiap saksi yang akan dihadirkan
oleh
Penggugat
dan
Tergugat
di
persidangan
yang
dibuat secara tertulis di bawah sumpah.8 Tujuan memberikan
dari
pembuatan
penjelasan
kepada
affidavit hakim
dan
ini
adalah
pihak
lawan
untuk tentang
duduk perkara yang sebenarnya. Pengadilan di Singapura tidak menghendaki adanya hal-hal yang “mengejutkan” yang terjadi di persidangan tanpa diketahui oleh siapapun.9 Sistem pembuktian dengan saksi di Indonesia tidak mengenal keterangan tertulis di 7 Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1998), hal. 167.
Perdata
Indonesia,
8
“Conducting A Civil Trial in Person,” http://app.subcourts. gov.sg/civil/page.aspx?pageid=10872, (18 Januari 2007). 9
Chin Tet Yung, Evidence, (Singapore: Butterworths, 1997), hal. 193.
6
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
bawah sumpah (affidavits). Hal ini diatur dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 38 K/Sip/1954 tanggal 10 Januari 1957. Melakukan penelitian mengenai perbandingan sistem hukum harus
memiliki
pijakan
teoritis
mengenai
ilmu
perbandingan
hukum, suatu ilmu yang relatif muda karena baru tumbuh pesat pada awal abad XX.10 Perkembangan perbandingan hukum disebabkan karena tumbuhnya suatu kebutuhan di kalangan para ahli hukum untuk kembali kepada suatu prinsip universalisme yang inheren selalu melekat pada semua cabang ilmu pengetahuan, termasuk ilmu hukum, setelah mengalami masa ketika prinsip nasionalisme menguasai
alam
pikiran
manusia.11
Sebagaimana
dapat
dilihat
dalam Kongres Pertama mengenai Ilmu Perbandingan Hukum tahun 1900 bahwa tujuan perbandingan hukum adalah,
“To achieve the creation of a droit común legislative, the law of the 20th century, shared by all civilized humanity legal science, founded again on universalism was to create this common law.”12
10 H.R. Sardjono dan. Frieda Husni Hazbullah, Bunga Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: Indo-Hill, 2003), hal. 2. 11
Ibid., hal. 2.
12
Ibid., hal. 3.
Rampai
7
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Tujuan perbandingan prosedur berperkara dalam hukum acara perdata dalam penelitian ini adalah bukan untuk menciptakan suatu unifikasi kaedah hukum Singapura dan Indonesia, melainkan untuk
kebutuhan
berbagai
praktis
pihak
yang
yakni
agar
terlibat
dapat
dalam
dimanfaatkan
hubungan
hukum
oleh yang
bersinggungan dengan sistem hukum Indonesia dengan Singapura. Oleh sebab itu, penelitian di dalam penulisan skripsi ini akan mengelaborasi yang
ada
persamaan-persamaan
dalam
hukum
serta
pembuktian,
perbedaan-perbedaan
khususnya
pada
prosedur
pemeriksaan saksi dalam perkara perdata. Dalam
membuat
harus
diperhatikan
antara
Indonesia
bekas
jajahan
perbandingan adalah dan
Belanda
adanya
Singapura. sehingga
ini,
maka
hal
pertama
perbedaan
sistem
Indonesia
merupakan
berdasarkan
teori
yang
hukum
di
negara resepsi
menganut hukum Belanda yang memiliki tradisi Eropa Kontinental. Teori resepsi bersandar pada Three Elements of Legal System13 13
Lihat Lawrence M. Friedman, The Legal System: A Social Science Perspective, (New York: Russel Sage Foundation, 1975). “The Three Elements of Legal System” menurut Friedman terdiri dari: 1. Struktur, yaitu: bagian yang memberi bentuk dan batasan terhadap keseluruhannya. Termasuk dalam bagian ini adalah sturktur institusi penegakan hukum, misalnya kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. 2. Substansi, yaitu: produk aturan yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum tersebut. 3. Kultur hukum, yaitu: apa saja atau siapa saja yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan.
8
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
atau Tiga Unsur Sistem Hukum yang terdiri dari struktur hukum, substansi hukum, dan tradisi atau kultur hukum yang disusun oleh Lawrence Meir Friedman. Menurut Friedman tradisi hukum atau legal culture adalah
”Legal culture refres, then, to tose parts of general culture-costums, opinions, ways of doing and thinking-that bend social forces to ward or Hawai from the law and in particular ways.”14
Jadi
dengan
kata
lain,
tradisi
hukum
adalah
suasana
pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan.15 Struktur hukum dan tradisi peradilan yang sampai sekarang masih berlaku di Indonesia sebagian besar bersumber dari sistem hukum
civil
law
yang
banyak
berlaku
di
negara
Eropa
Kontinental.16 Sedangkan secara substansi, hukum Belanda era kolonial masih berlaku sesuai dengan Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945. Dengan demikian, bangsa Indonesia telah memutuskan
14
Ibid., hal. 20.
15 Prof. Dr. Achmad Ali, Keterpurukan Hukum di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 2. 16 Naoyuki Sakamoto and Hikmahanto Juwana, Reforming Laws and Institutions in Indonesia 1998-2006, (Jakarta: IDE-JETRO, 2006), hal. 2.
9
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
untuk menggunakan Hukum Belanda untuk membentuk sistem hukumnya sendiri. Secara
ekonomi,
substansi
hukum
Indonesia
banyak
berorientasi pada pembangunan, sementara secara politik banyak yang
digunakan
Kemudian
untuk
sejak
mengalami
era
mempertahankan reformasi,
perombakan
kekuasaan
sistem
besar-besaran
hukum
yang
Orde di
perundang-undangan
baru,
dan
kehadiran
Indonesia
ditandai
amandemen konstitusi (1999-2002), munculnya banyak
Baru.17
dengan
peraturan
lembaga-lembaga
baru
dengan segala kewenangannya. Sementara itu, Singapura sebagai negara jajahan Inggris Raya merupakan negara penganut sistem common law yang secara tegas diterima berdasarkan teori resepsi dalam Second Charter of Justice, 1826.18 Berdasarkan sistem hukum ini, titik berat sumber
hukum
kebiasaan
dari
adalah
pada
Inggris
hukum
yang
tidak
termuat
tertulis dalam
dan
hukum
putusan-putusan
hakim. Penerimaan atas putusan hakim Inggris terus berlanjut pasca tahun 1826 di bidang perdagangan (merchant law).19 17
Ibid.
18
Myint Soe, Principle of Singapore Law (Including Business Law), 3rd ed, (Singapore: Institute Banking and Finance, 1996), hal. 17. 19
Ibid., hal. 26.
10
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Selain
itu,
British
India,
Malaka,
dan
sebagai
mantan
Singapura
juga
persemakmuran
memiliki
India.
Dengan
dari
hubungan
dengan
demikian,
untuk
permasalahan-permasalahan hukum tertentu,
hakim
terikat
India,
dengan
pengadilan
Malaysia
dan
di
Kerajaan Penang, beberapa Singapura
tidak
hanya
Inggris. Kesulitan timbul karena hierarki pengadilan di antara tiga negara tersebut berbeda, sementara putusan pengadilan yang dapat diikuti oleh hakim adalah yang berasal dari pengadilan yang
lebih
tinggi
(doktrin
stare
decisis).
Kejelian
untuk
membandingkan hierarki pengadilan di antara keempat negara ini merupakan
kunci
dalam
memahami
konsep
dasar
yurisprudensi
Singapura.20
B. POKOK PERMASALAHAN Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, dapat
diberikan
rumusan
permasalahan
dalam
penelitian
pada
skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana
hukum
acara
perdata
mengatur
mengenai
alat
bukti keterangan saksi dalam perkara perdata pada sistem hukum Indonesia?
20
Ibid., hal. 27.
11
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
2. Bagaimana
hukum
acara
perdata
mengatur
mengenai
alat
bukti keterangan saksi dalam perkara perdata pada sistem hukum Singapura? 3. Bagaimana
persamaan
keterangan
saksi
dan
antara
perbedaan sistem
mengenai
hukum
alat
Indonesia
bukti dengan
Singapura.
C. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Adapun
yang
menjadi
tujuan
umum
penulisan
skrispi
ini
adalah untuk menambah pemahaman yang komprehensif dalam bidang keterangan perbedaan
saksi, dan
serta
persamaan
memberikan proses
pengetahuan
pemberian
mengenai
keterangan
saksi
antara hukum Indonesia dengan Singapura.
2. Tujuan Khusus Selain
memperbandingkan
sistem
hukum
secara
umum,
penulisan skripsi ini terfokus pada proses pembuktian dalam perkara
perdata,
yaitu
pemeriksaan
keterangan
saksi
dalam
proses peradilan di Singapura dan Indonesia. Oleh sebab itu, menurut
hemat
penulis,
dengan
membaca
skripsi
ini
akan
diperoleh manfaat sebagai berikut. 12
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
1. Memberikan pengetahuan bagaimana hukum mengatur mengenai keterangan saksi dalam perkara perdata pada sistem hukum Indonesia. 2. Memberikan pengetahuan bagaimana hukum mengatur mengenai keterangan saksi dalam perkara perdata pada sistem hukum Singapura. 3. Mengetahui persamaan dan perbedaan mengenai pemeriksaan keterangan
saksi
antara
sistem
hukum
Indonesia
dengan
Singapura.
D. KERANGKA KONSEPSIONAL Kerangka
konsepsional
merupakan
kerangka
yang
menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau
akan
diteliti.21
Di
dalam
penelitian
ini,
dirumuskan
serangkaian definisi operasional sebagai berikut.
1. Perbandingan Hukum Pada hakikatnya perbandingan hukum merupakan suatu metode penelitian
yang
dilakukan
dengan
jalan
membanding-
21 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2005), hal.132.
13
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
bandingkan
sistem
hukum
Penelitian
perbandingan
yang hukum
satu
dengan
dapat
yang
dilakukan
lain.22 terhadap
berbagai sistem hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu, atau membandingkan pengertian dasar dalam tata hukum
tertentu.
Dari
penelitian
ini
akan
diperoleh
persamaan dan perbedaan berbagai sistem hukum.23
2. Hukum Acara Perdata Hukum acara perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang membuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka Pengadilan dan cara bagaimana Pengadilan itu harus
bertindak,
satu
sama
lain
untuk
melaksanakan
berjalannya peraturan Hukum Perdata.24
3. Pembuktian Pembuktian
adalah
penyajian
alat-alat
bukti
yang
sah
menurut hukum kepada hakim yang memeriksa suatu perkara
22
Sardjono dan Hazbullah, Op.Cit., hal 6.
23 Sri Mamudji, et al, Metode penelitian dan Penulisan Hukum, (Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 11. 24 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Bandung: Sumur Bandung, 1978), hal. 13.
14
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
guna memberikan kepastian tentang kebenaran peristiwa yang dikemukakan.25
4. Saksi Orang yang kebetulan melihat, mengalami, atau mendengar sendiri kejadian yang diperkarakan.26 Sementara itu, saksi dalam sistem hukum Common Law adalah witness yang berarti:
“one who sees, knows, or vouches for something or one who gives testimony under oath or affirmation in person, by oral or written deposition, or by affidavit.”27
5. Affidavit adalah:
“A voluntary declaration of facts written down and sworn to by the declarant before an officer authorized to administer oaths, such as a notary public.”28
Di
dalam
suatu
sistem
bentuk
hukum
keterangan
Indonesia, saksi
affidavits
yang
diberikan
merupakan di
luar
persidangan, dibuat secara tertulis dan di bawah sumpah.29 25 Moh. Taufik Makarao, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 93.
26
Pasal 171 HIR/308 RBg/1907 KUHPerdata.
27
Bryan A. Garner, ed., Black’s Law Dictionary 8th Edition, (Thomson West, 2007). 28
Ibid.
15
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
E. METODE PENELITIAN Di dalam penulisan ilmiah selalu ada metode penelitian. Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan
untuk
metodologis,
mengungkapkan
dan
konsisten.30
kebenaran Adapun
secara
yang
sistematis,
dimaksud
dengan
metode adalah cara kerja yang memiliki sistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu
kegiatan
guna
mencapai
tujuan
yang
ditentukan.31 Penelitian ilmu hukum terbagi atas penelitian normatif dan penelitian empiris. Penelitian normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.32
Sedangkan
penelitian
empiris
terdiri
atas
29
Yahya Harahap (b), Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal.638. 30
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal.1. 31
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hal. 580. 32
Soekanto dan Mamudji, Op.Cit. hal. 13.
16
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
penelitian
tentang
identifikasi
hukum
tidak
tertulis
dan
efektifitas hukum.33 Penulisan skripsi ini merupakan penelitian normatif dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan. Tipologi penelitian yang digunakan menurut sifatnya adalah penelitian deskriptif, menurut bentuknya adalah penelitian
preskriptif,
menurut
tujuannya
ialah
penelitian
problem identification, menurut penerapannya ialah penelitian berfokus
masalah,
dan
menurut
ilmu
yang
dipergunakan
ialah
penelitian monodisipliner. Jenis pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer,
sekunder,
dan
tersier.
Bahan
hukum
yang
dipergunakan
dalam
penelitian ini mencakup: a.
Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat berupa peraturan perundang-undangan. Dalam
penelitian
ini
digunakan
peraturan
perundang-
undangan mengenai hukum acara perdata, yaitu HIR, Kitab Undang-Undang
Hukum
Acara
Perdata,
Evidence
Act
of
33
Mamudji, et al, Op.Cit., hal.11.
17
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Singapore, Rules of Court of Singapore, dan ketentuan hukum lainnya yang terkait. b.
Bahan
hukum
sekunder,
yaitu
bahan
hukum
yang
erat
kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa,
memahami,
dan
menjelaskan
bahan
hukum
primer, yaitu buku-buku hukum acara perdata Indonesia, buku-buku
hukum
acara
mengenai
pembuktian.
perdata
Singapura,
Artikel-artikel
khususnya
dalam
jurnal
ilmiah hukum dan artikel-artikel internet yang dapat menunjang dan memberikan informasi mengenai bahan hukum primer. c.
Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan penunjang yang menjelaskan dan mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum.
Mengenai
alat
pengumpulan
data,
penulis
memakai
studi
pustaka (studi dokumen) dan wawancara dengan narasumber. Metode pendekatan kualitatif
analisis yang
data
yang
menghasilkan
dipergunakan
data
deskriptif
adalah
metode
analitis.
Data
yang disajikan dalam bentuk kalimat, tidak dalam bentuk data statistik. Uraian yang dilakukan penulis terhadap data yang terkumpul
dengan
tidak
menggunakan
angka-angka,
tetapi 18
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
berdasarkan pada peraturan perundang-undangan, pandangan para pakar termasuk yurisprudensi yang ada. Adapun bentuk penelitian ini adalah berbentuk penelitian deskriptif-analitis.
F. SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan hukum ini terdiri dari lima bab, yang masingmasing
bab
dirinci
kembali
menjadi
beberapa
sub
bab.
Sistematika penulisan iniakan diuraikan sebagai berikut. Bab Pertama merupakan Pendahuluan, yang mana pada bab ini, penulis akan membahas mengenai apa yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini, sekaligus juga apa yang menjadi pokok
permasalahan
dan
tujuan
penelitian.
Bab
ini
juga
dilengkapi dengan kerangka konsepsional dan metode penelitian serta metode pengumpulan data. Selanjutnya, Bab Kedua berjudul ”Tinjauan Umum Mengenai Pembuktian
dalam
Hukum
Acara
Perdata
di
Indonesia
dan
Singapura.” Bab ini akan membahas mengenai sistem hukum acara perdata
Indonesia
dan
sistem
hukum
acara
perdata
Singapura
19
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
secara umum, termasuk di dalamnya terdapat penjelasan tentang sistem pembuktian, beban pembuktian, dan alat bukti. Bab Ketiga, berjudul ”Alat Bukti Keterangan Saksi dalam Acara Perdata Berdasarkan Hukum Indonesia dan Singapura,” akan membahas mengenai pengaturan pembuktian, khususnya pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi menurut hukum Indonesia dan Singapura
yang
meliputi:
landasan
hukum,
syarat
alat
bukti
keterangan saksi, dan tata cara pemeriksaan saksi. Bab Keempat kemudian berjudul ”Analisis Perbandingan Hukum Mengenai Alat Bukti Keterangan Saksi dalam Acara Perdata Antara Indonesia menguraikan
dan
Singapura.”
mengenai
Dalam
sengketa
bab
yang
ini,
terjadi
penulis disertai
akan dengan
proses pembuktian di persidangan, khususnya dalam pemeriksaan saksi-saksi Pengadilan
yang
dilakukan
Negeri
Jakarta
oleh Selatan
Singapore sesuai
High dengan
Court
dan
peraturan
perundang-undangan dan doktrin-doktrin ahli. Terakhir dalam Bab Kelima sebagai ”Penutup”, penulis akan menguraikan kesimpulan dari penulisan ini dan saran terkait dengan pokok permasalahan yang diteliti.
20
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ACARA PERDATA DI INDONESIA DAN SINGAPURA
A. TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ACARA PERDATA DI INDONESIA 1.
Landasan Hukum Acara Perdata di Indonesia Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur
begaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim. Dengan kata lain, hukum acara perdata
21
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
adalah
peraturan
hukum
yang
menentukan
bagaimana
caranya
menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil.34 Sejarah ketentuan
hukum
acara
perdata
perundang-undangan
yang
Indonesia, mengatur
yaitu hukum
sejarah acara
di
peradilan dan sejarah lembaga peradilan di Indonesia dimulai sejak
zaman
penjajahan
Belanda
dan
terus
berkembang
hingga
memasuki era globalisasi dewasa ini. Pada praktik peradilan perdata di Indonesia, sumber atau dasar penerapan hukum acara perdata terdapat pada berbagai peraturan
perundang-undangan.
Hal ini terjadi karena belum adanya produk nasional tentang hukum acara perdata seperti halnya pada hukum acara pidana.35 Bertitik tolak pada ketentuan Pasal 5 ayat (1)36 Undang-Undang 34
Mertokusumo, Op.Cit., hal. 2.
35 Lilik Mulyadi, Hukum Acara Perdata menurut Teori dan Praktik Peradilan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 9 – 10. 36 Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Darurat Nomor 1/Drt/1951 menyatakan:
Susunan, kekuasaan, acara dan tugas Pengadilan Negeri dan Kejaksaan yang dimaksudkan dalam pasal 2 bab d tersebut dilakukan, dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan peraturan ini, menurut peraturanperaturan Republik Indonesia dahulu yang telah ada dan berlaku untuk Pengadilan Negeri dan Kejaksaan dalam daerah Republik Indonesia dahulu itu, dengan ketentuan, bahwa segala Pegawai pada Pengadilanpengadilan dan pada alat-alat Penuntutan Umum padanya yang dihapuskan menurut ketentuan dalam pasal 1 ayat (1) bab d tersebut, dianggap pada saat peraturan ini diundangkan telah diangkat dalam jabatan yang sama pada Pengadilan Negeri dan Kejaksaan yang diadakan baru itu, dan dengan ketentuan pula, bahwa daerah hukum Pengadilan Negeri yang diadakan baru itu, adalah sama dengan daerah hukum pengadilanpengadilan yang dihapuskan itu, selama tiada penetapan lain dari Menteri Kehakiman.
22
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Nomor
1/Drt/Tahun
1951
Tentang
Tindakan-Tindakan
Sementara
untuk Menyelenggarakan Kesatuan, Susunan, Kekuasaan dan Acara Pengadilan Sipil, maka dapatlah disimpulkan bahwa sumber dasar penerapan Hukum Acara Perdata dalam praktik peradilan adalah sebagai berikut.
1. Herziene Indonesische Reglement (HIR) HIR semula merupakan IR atau Inlandsch Reglement, yang berarti
Reglemen
Bumiputra.
IR
ditetapkan
dengan
Gouvernements Besluit (Keputusan Pemerintah) pada tanggal 5 April 1848 dan mengatur tentang administrasi, polisi, proses perdata, serta proses pidana. Selanjutnya, dengan berlakunya Undang – Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, maka pasal-pasal yang mengatur hukum acara pidana dalam HIR dinyatakan tidak berlaku
lagi,37
sedangkan
ketentuan-ketentuan
dalam
HIR
yang mengatur tentang Hukum Acara Perdata tetap berlaku38 37
Mohammad Taufik Makarao, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hal. 1. 38 Lihat Mulyadi, Op.Cit., hal 11. HIR berlaku di dalam wilayah Jawa dan Madura. Pengaturan terhadap hal ini dapat dilihat dalam: 1. Surat Edaran Mahkamah Agung No. 19/1964 2. Putusan Mahkamah Agung No. 1099 K/Sip/1972 dalam perkara Masuda Durachim melawan Hasbullah Surachim, Lien Durachim, dkk.
23
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
dan diatur dalam Bab IX tentang “Perihal Mengadili Dalam Perkara Perdata Yang Diperika Oleh Pengadilan Negeri.39
2. Reglement
Voor
de
Buitengewesten,
Staatsblad
1927
Nomor:227 (RBg) Bab II RBg memuat Bagian Hukum Acara Perdata yang terdiri dari 7 (tujuh) titel. Dewasa ini, hanya Titel IV dan V yang
masih
berlaku,
yaitu
tentang
pemeriksaan
perkara
dalam persidangan, putusan, eksekusi putusan, dan tentang bukti.40
3. Reglement op de Burgelijke Rechtsvondering (RV) Pada dasarnya Rv merupakan reglemen yang berisi ketentuanketentuan hukum acara perdata berlaku khusus bagi golongan Eropa dan bagi mereka yang dipersamakan untuk berperkara di Raad van Justitie dan Residentiegerecht. Dalam praktik peradilan, eksistensi ketentuan dalam Rv oleh Yudex Facti
39
Retnowulan Sutantio, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Mandar Maju, 2005), hal. 7 – 9. 40
Mulyadi, Op.Cit., hal. 12 - 13. RBg berlaku untuk wilayah di luar Jawa dan Madura. Pengaturan terhadap hal ini dapat dilihat dalam: 1. Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 1965 2. Putusan Mahkamah Agung No. 1099 K/Sip/1972.
24
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
(Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) serta Mahkamah Agung RI tetap dipergunakan dan dipertahankan.41
4. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang
(Burgerlijke
Wetbook
voor
Indonesia
dan
Wetboek van Koepenhandel, Stb. 1906 Nomor 348) Dalam
Kitab
Undang-Undang
Hukum
Perdata
(KUHPerdata),
pengaturan mengenai hukum acara perdata terdapat dalam Buku IV tentang Pembuktian dan Daluwarsa. Sedangkan di dalam
Kitab
mengenai
hukum
Undang-Undang acara
perdata
Hukum
Dagang,
terdapat
di
pengaturan dalam
Pasal
7,8,9,22,23,255,258,272,273,274,dan 275.42
5. Undang-Undang seperti
khusus
Undang-Undang
yang Tentang
mengatur
bidang
Kepailitan
dan
tertentu Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang di Pengadilan Niaga,43 Undang-
41 Ibid., hal. 12 sebagaimana dikutip dari Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku I dan II, (Penerbit: Mahkamah Agung RI, 1993/1994), hal. 60 dan dal. 126. 42
Mulyadi, Op.Cit., hal. 13.
43
Indonesia (a), Undang-Undang Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, UU No. 37 Tahun 2004, LN. No. 131 Tahun 2004, TLN No. 4443.
25
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Undang Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya,44 UndangUndang
Tentang
Arbitrase
dan
Alternatif
Penyelesaian
Sengketa,45 dan lain-lain.
6. Yurisprudensi,
Surat
Edaran
Mahkamah
Agung
Republik
yang
mengatur
Indonesia, adat kebiasaan, dan doktrin. Terdapat
berbagai
macam
mengenai
hukum
berbagai
Peraturan
acara
yurisprudensi
perdata
Mahkamah
Indonesia. Agung
Selain
dan
Surat
itu, Edaran
Mahkamah Agung kerap dijadikan acuan oleh para pihak dan hakim dalam perkara perdata, meskipun keduanya tidak dapat dianggap
sebagai
peraturan
perundang-undangan
yang
mengikat umum. Dalam
hal
mengenai
tidak
prosedur
ada
peraturan
beracara,
adat
tertulis
yang
kebiasaan
dan
mengatur doktrin
juga dapat dijadikan landasan.
2. Hierarki Peradilan di Indonesia 44
Indonesia (b), Undang-Undang Tentang Perkawinan, UU Nomor 1 Tahun 1974, LN. No. 1 Tahun 1974, TLN No. 3019 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 45
Indonesia (c), Undang-Undang Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, UU Nomor 31 Tahun 1999, LN No. 140 Tahun 1999, TLN No. 3874.
26
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Pada zaman Hindia Belanda, sesuai dengan dualisme hukum, maka pengadilan dibagi atas peradilan gubernemen dan peradilan pribumi. Peradilan gubernemen berkedudukan di Jawa, Madura, dan di
luar
Jawa
dan
Madura.
Peradilan
ini
dibedakan
menjadi
peradilan untuk golongan Eropa dan untuk Bumiputra. Sedangkan peradilan pribumi dikenal dengan pengadilan
Districtgerecht,
Pengadilan swapradja, landgerecht, dan lain-lain.46 Pada
zaman
pendudukan
Jepang,
tidak
terjadi
perubahan
sistem peradilan, kecuali hapusnya perbedaan golongan penduduk. Berdasarkan Usamu Serei No. 3 Tahun 1942 sistem peradilan di Indonesia terdiri dari Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Agung.47 Sesudah
proklamasi
tanggal
17
Agustus
1945,
keadaan
tersebut dipertahankan dengan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi:
“Segala badan negara dan peraturan yang ada masih berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.”
Dalam UUD 1945, dasar peradilan terdapat dalam Pasal 24. Kemudian sebagai perwujudan dari Pasal 24 UUD 1945, disusunlah 46 47
Makarao, Op.Cit., hal.3. Ibid., hal. 4.
27
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
UU
No.
Kekuasaan
14
Tahun
Kehakiman
1970
tentang
sebagaimana
Ketentuan-Ketentuan
telah
diubah
dengan
Pokok Undang-
Undang No. 35 Tahun 1999 dan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang
Kekuasaan
Kehakiman.
Berdasarkan
pengaturan
pada
Undang-Undang tersebut, hierarki peradilan di Indonesia terdiri dari
Pengadilan
Negeri
sebagai
pengadilan
tingkat
pertama,
Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung.48 3. Proses Berperkara Perdata di Indonesia
48
Sesuai dengan ketentuan di Kekausaan Kehakiman yang menyatakan:
dalam
UU
No.
4
Tahun
2004
Tentang
Pasal 10 Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung meliputi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara. Pasal 11 Mahkamah Agung merupakan pengadilan negara tertinggi dari lingkungan peradilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2).
keempat
Pasal 21 (1)Terhadap putusan pengadilan tingkat pertama dapat dimintakan kepada pengadilan tinggi oleh pihak-pihak yang bersangkutan, undang-undang menentukan lain.
banding kecuali
Pasal 22 Terhadap putusan pengadilan dalam tingkat banding dapat dimintakan kasasi kepada Mahkamah Agung oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undangundang menentukan lain.
28
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Dalam
perkara
perdata
terdapat
perkara
gugatan
dan
permohonan. Adapun perbedaan di antara keduanya adalah sebagai berikut.49 1. Dalam
perkara
gugatan
ada
suatu
sengketa
yang
harus
diselesaikan dan diputus oleh pengadilan, sedangkan dalam permohonan tidak ada sengketa atau perselisihan. 2. Dalam
suatu
gugatan
ada
dua
atau
lebih
pihak,
yaitu
Penggugat dan Tergugat yang merasa hak-haknya dilanggar, sedangkan dalam permohonan hanya ada satu pihak, yaitu Pemohon. 3. Suatu gugatan dikenal sebagai pengadilan contentiosa atau pengadilan dikenal
sungguh-sungguh,
sebagai
pengadilan
sedangkan
suatu
permhonan
voluntair
atau
pengadilan
pura-pura. 4. Hasil perkara gugatan adalah putusan / vonis, sedangkan hasil suatu permohonan adalah penetapan.
Proses beracara atau proses litigasi pada perkara perdata di Indonesia, khususnya dalam hal gugatan terbagi atas beberapa tahap. Adapun tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut. 49 Yahya Harahap op.cit., hal 16 – 17.
(b),
Op.Cit.,
hal.
46
–
48.
Baca
juga
Makarao,
29
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
1. Mengajukan gugatan Pasal 118 ayat (1) HIR mengatur tentang tuntutan perdata (burgerlijke
vordering).
tuntutan
perdata
sengketa
dan lazimnya disebut
dapat
diajukan
adalah
Adapun
baik
yang
tuntutan
secara
hak
dimaksud yang
dengan
mengandung
dengan gugatan.50 Gugatan tertulis51
maupun
secara
lisan.52 Gugatan pada pokoknya harus memuat identitas para pihak, fundamentum
petendi
atau
dalil
tentang
adanya
hubungan
hukum yang merupakan dasar atau alasan adanya gugatan, dan petitum atau tuntutan yang diminta oleh Penggugat agar dikabulkan oleh hakim.53
50
Mertokusumo, Op.Cit., hal. 53.
51
Pasal 118 ayat 1 HIR menyatakan:
Gugatan perdata, yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan Pengadilan Negeri, harus dimasukkan dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau oleh wakilnya menurut Pasal 123 kepada ketua pengadilan negeri di daerah hukum siapa tergugat bertempat tingla atau jika tidak diketahui tempat tinggalnya, tenpat diam sebetulnya. 52
Pasal 120 HIR menyatakan:
Bilamana penggugat buta huruf, maka surat gugatnya yang dapat dimasukkan dengan lisan kepada ketua pengadilan negeri, yang mencatat gugat itu atau menyuruh mencatatnya. 53
Harahap (b), Op.Cit., hal. 57 dan 63. Lihat juga Mertokusumo, Op.Cit., hal. 54; Pengaturan mengenai isi gugatan terdapat dalam Pasal 8 angka (3) Rv.
30
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
2. Jawaban Tergugat Dalam
berperkara,
jawaban
atas
Tergugat
gugatan
baik
diberi
hak
untuk
secara
tertulis
mengajukan
atau
secara
lisan. Jawaban tergugat dapat terdiri dari tiga macam, yaitu: a. Eksepsi/tangkisan yaitu jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara54 b. Jawaban Tergugat mengenai pokok perkara c. Rekonvensi
atau
gugat
balas
yang
diajukan
oleh
Tergugat kepada Penggugat.55
3. Replik dan Duplik Replik
diajukan
oleh
Penggugat
untuk
meneguhkan
gugatannya dengan mematahkan dalil-dalil yang dikemukakan oleh
Tergugat
di
dalam
jawaban.
Sama
halnya
dengan
replik, duplik diajukan oleh Tergugat untuk meneguhkan jawabannya
yang
lazimnya
berisi
penolakan
terhadap
gugatan Penggugat.56 54 Eksepsi tentang kekuasaan relatif pengadilan diatur dalam Pasal 133 HIR / 159 RBg dan eksepsi tentang kekuasaan absolute diatur dalam pasal 134 HIR / 160 RBg. 55
Pasal 132 a ayat (1) HIR.
31
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
4. Pembuktian Pasal
163
mempunyai
HIR hak
menentukan atau
bahwa
memajukan
barang suatu
siapa
peristiwa
mengaku untuk
menguatkan pengakuan haknya atau untuk membantah haknya orang lain, maka orang itu harus membuktikan benar adanya hak
atau
peristiwa
itu.
Dalam
persidangan,
tahap
ini
disebut dengan tahap pembuktian. Mengenai poin ini akan dijabarkan di dalam sub bab berikutnya.
5. Kesimpulan Pada tahap persidangan ini para pihak mengajukan konklusi dari
hasil-hasil
selama
tahap
persidangan
sebelumnya.
Pada dasarnya setiap pihak akan mengemukakan hal-hal yang menguntungkan
dirinya
dan
hal-hal
yang
tidak
dapat
dibuktikan oleh lawannya.
6. Putusan pengadilan
56 Pada dasarnya pengaturan mengenai Replik dan Duplik dapat ditemukan dalam Reglement op de Rechtsverordering, Stb. 1847-52 jo. 1849-63.
32
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Setelah
pemeriksaan
sebagaimana
yang
perkara
disebutkan
di
yang
meliputi
atas,
maka
proses
hakim
akan
menjatuhkan putusan terhadap perkara tersebut.
B. TINJAUAN
UMUM
MENGENAI
PEMBUKTIAN
DALAM
HUKUM
ACARA
PERDATA DI INDONESIA Membuktikan dalil
atau
adalah
meyakinkan
dalil-dalil
yang
hakim
tentang
dikemukakan
kebenaran
dalam
suatu
persengketaan. Dengan demikian, tampak bahwa pembuktian hanya diperlukan dalam persengketaan atau perkara di muka hakim atau pengadilan.57 berperkara
Hukum merupakan
pembuktian bagian
(law yang
of
evidence)
kompleks
dalam
dalam proses
litigasi. Hal ini disebabkan karena pembuktian berkaitan dengan kemampuan
mengkonstruksi
kejadian
atau
peristiwa
masa
lalu
sebagai suatu kebenaran.58 Kesulitan menemukan dan mewujudkan kebenaran disebabkan faktor-faktor sebagai berikut yang dianut dalam sistem hukum di Indonesia. 1. Faktor sistem adversarial
57
Mertokusumo, Op.Cit., hal 134 – 135.
58
John J. Cound, cs. Civil Procedure: Cases & Material, (West Publishing, St Paul Minn, 1985), hal. 867. Sebagaimana dikutip oleh Harahap, Op.cit., hal 496.
33
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Sistem ini mengharuskan memberi hak yang sama kepada para
pihak
yang
berperkara
untuk
saling
mengajukan
kebenaran, serta mempunyai hak untuk saling membantah kebenaran
yang
diajukan
pihak
lawan
sesuai
dengan
proses adversarial.59
2. Hakim bersifat pasif Pengertian
pasif
dalam
hal
ini
berarti
hakim
tidak
menentukan luas dari pokok sengketa. Hanya peristiwa yang disengketakan sajalah yang harus dibuktikan dan hakim terikat pada hal tersebut.60 Namun demikian, hakim tetap
harus
aktif
dalam
memimpin
persidangan
demi
tercapainya kebenaran dan keadilan.
3. Mencari dan menemukan kebenaran semakin lemah dan sulit disebabkan
fakta
dan
bukti
yang
diajukan
para
pihak
sejalan
dengan
tidak dianalisis dan dinilai oleh ahli.61
59
Harahap (b), Op.Cit., hal. 496.
60 Mertokusumo, Op.Cit., hal. 12 – 13. Hal pengaturan pada Pasal 5 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004. 61
ini
Harahap (b), Op.Cit., hal 497.
34
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Pembuktian dalam sistem hukum Indonesia dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut.
1. Sistem Pembuktian Hukum Pembuktian dalam hukum acara merupakan suatu hal yang sangat penting, karena tugas hukum acara adalah menentukan kebenaran
dalam
suatu
pertentangan
kepentingan.62
Untuk
menentukan kebenaran yang dimaksud, hukum pembuktian mengenal beberapa teori pembuktian, yaitu sistem pembuktian semata-mata berdasarkan
keyakinan
hakim
(conviction
intime),63
sistem
pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan logis (la conviction raisonee /conviction raisonee),64 sistem pembuktian berdasarkan undang-undang
secara positif (positief
wettelijk
62 Teguh Samudera, Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata, (Bandung: Alumni, 1992), hal. 26. 63 M. Yahya Harahap (a), Op.Cit., hal 277. Sistem ini menentukan salah atau tidaknya seorang terdakwa semata-mata ditentukan oleh penilaian keyakinan hakim. Hakim memiliki subyektivitas yang absolut karena hanya keyakinan dan penilaian subyektif hakimlah yang menentukan keterbuktian kesalahan terdakwa. Sumber/asal dari mana hakim mendapatkan keyakinannya tidak menjadi masalah dalam sistem ini. Keyakinan hakim merupakan wujud kebenaran sejati dalam sistem pembuktian ini.
64
Ibid,. Dalam sistem pembuktian ini, faktor keyakinan hakim dibatasi di mana keyakinan hakim harus didukung oleh alasan-alasan yang jelas. Keyakinan hakim harus disertai dengan alasan-alasan logis yang dapat diterima oleh akal sehat. Teori jalan tengah ini disebut juga pembuktian bebas karena hakim diberi kebebasan untuk menyebut alasan-alasan keyakinannya (vrije bewijstheorie).
35
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
bewijstheorie),65
dan
sistem
pembuktian
undang-Undang
secara
negatif (negatief wettelijk bewijstheori)66 Di dalam hukum acara perdata Indonesia, sistem pembuktian yang dianut adalah positief wettelijke bewijsleer atau sistem pembuktian positif. Seorang hakim terikat pada alat-alat bukti yang sah dan hanya dapat membuat keputusan berdasarkan alatalat bukti yang telah ditentukan oleh undang-undang.67 Yurisprudensi juga merupakan sumber hukum. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa hakim terikat pada putusan mengenai perkara yang sejenis yang pernah diputuskan. Suatu putusan itu hanyalah
mengikat
para
pihak
(Pasal
1917
KUHPerdata).
Lain
halnya dengan negara yang menganut asas ”the binding force of precedents” atau ”stare decisis,” maka putusan pengadilan tidak
65
Samudera, Op.Cit., hal. 27. Sistem ini merupakan kebalikan dari sistem pembuktian conviction in time. Dalam sistem ini, keyakinan hakim tidak diperlukan karena cara pembuktian semata-mata hanya didasarkan pada alat bukti yang diakui secara sah oleh Undang-Undang. 66
Sistem pembuktian ini menggabungkan antara faktor hukum positif sesuai ketentuan perundang-undangan dan faktor keyakinan hakim. Sistem ini dapat dilihat dari Pasal 183 KUHAP, bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya 2 alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benarbenar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
67
Sistem pembuktian positif terkandung dari ketentuan dalam HIR, yaitu Pasal 138 (2), 150 (3), 154 (1), 155 (1), dan 156 (1). Lihat juga Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 3 Agustus 1974 Nomor 290k/Sip/1973.
36
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
hanya mengikat para pihak, tetapi juga hakim. Di Indonesia pada asasnya tidak dikenal asas ”the binding force of precedents.”68
2. Beban Pembuktian Yang
dimaksud
dengan
beban
pembuktian
adalah
kewajiban
yang dibebankan kepada suatu pihak untuk memberikan suatu fakta di depan umum demi membuktikan fakta tersebut di depan hakim yang sedang memeriksa kasus tersebut di persidangan. Beban diatur
Pembuktian
dalam
Pasal
dalam
163
hukum
HIR/283
acara
RBg
yang
perdata
Indonesia
menyebutkan
bahwa
setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai suatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah hak orang lain, menunjuk
pada
suatu
diwajibkan
membuktikan
adanya
hak
atau
peristiwa tersebut.69 Dari ketentuan di atas, hakim yang memeriksa dan mengadili suatu perkara perdata harus bersikap arif dan bijaksana. Beban pembuktian harus dilakukan dengan adil dan bijaksana. Dengan demikian,
kedua
belah
pihak
yang
berkepentingan
atau
yang
berperkara baik Penggugat maupun Tergugat dapat dibebani dengan
68
Mertokusumo, Op.Cit., hal. 204.
69
Pasal 163 HIR.
37
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
pembuktian.70 membuktikan
Penggugat adanya
hak
yang atau
menuntut peristiwa
suatu
yang
hak
wajib
menimbulkan
hak
tersebut, sedangkan Tergugat yang membantah adanya hak orang lain
wajib
membuktikan
peristiwa
yang
menghapuskan
atau
membantah hak Penggugat tersebut.71
3. Alat Bukti Menurut HIR, dalam sistem hukum pembuktian hukum acara perdata, seorang hakim terikat pada alat-alat bukti yang sah, sehingga ia hanya dapat membuat keputusan berdasarkan alat-alat bukti yang telah ditentukan oleh undang-undang. Alat-alat bukti menurut Pasal 164 HIR / 284 RBg adalah sebagai berikut.
a. Surat Alat bukti surat atau tulisan diatur dalam Pasal 165 – 167 HIR / 282 – 305 RBg. Adapun yang dimaksud alat bukti tulisan
atau
tanda-tanda suatu
surat
bacaan
pikiran
adalah
segala
sesuatu
yang
bisa
dimengerti
tertentu.
Alat
bukti
yang
dan
tulisan
memuat
mengandung atau
surat
70
Mertokusumo, Op.Cit., hal 139.
71 Putusan Mahkamah Agung tanggal 12 April 1972 Nomor 985K/Sip/1971 jo. Putusan Mahkamah Agung tanggal 15 April 1972 Nomor 1121K/Sip/1971.
38
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
terbagi atas 2 (dua) macam, yaitu akta (akta otentik72 dan di bawah tangan73) dan tulisan atau surat-surat lain.74
b. Saksi Pembuktian dengan saksi diatur dalam Pasal 169 – 172 HIR/ 306–309 RBg. Pembuktian dengan saksi – saksi diperkenankan dalam
segala
hal
jika
hal
tersebut
tidak
dikecualikan
dengan Undang-Undang.75
c. Persangkaan Persangkaan
diatur
dalam
Pasal
173
HIR
/
310
RBg.
Persangkaan adalah kesimpulan yang oleh undang-undang atau 72 Berdasarkan Pasal 165 HIR, akta otentik adalah surat yang dibuat oleh atau di hadapan pegawai umum yang berkuasa untuk membuatnya, menjadi bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya dan sekalian orang yang mendapat hak daripadanya, tentang segal ahal yang disebut di dalam surat itu. 73 Akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja sibuat untuk pembuktian oleh para pihak tanpa bantuan dari pejabat. Jadi semata-mata dibuat di antara para pihak yang berkepentingan (Mertokusumo, Op. Cit., hal. 158) 74
Samudra, Op.Cit., hal. 37. Baik HIR, RBg maupun KUHPerdata tidak mengatur tentang kekuatan pembuktian dari surat-surat yang bukan akta. Surat di bawah tangan yang bukan akta dapat dilihat dalam Pasal 1881 dan Pasal 1883 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa buku register, surat-surat rumah tangga, dan catatan-catatan yang dibubuhkan oleh kreditur pada suatu alas hak yang dipegangnya adalah surat di bawah tangan yang bukan akta. Dengan demikian, kekuatan pembuktiannya bergantung pada pertimbangan hakim.
75
Mulyadi, Op.Cit., hal. 168.
39
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
oleh hakim ditariknya suatu peristiwa yang terang nyata kearah peristiwa lain yang belum terang kenyataannya.76
d. Pengakuan Alat bukti pengakuan diatur dalam Pasal 174 – 176 HIR / 311 – 313 RBg. Pengakuan yang dikemukakan oleh suatu pihak ada yang dilakukan di hadapan hakim dan ada yang dilakukan di luar siding pengadilan.77 Pengakuan serahkan gunanya.78
dengan kepada Di
lisan
di
luar
pertimbangan
dalam
praktek
sidang
hakim
dikenal
pengadilan
untuk suatu
di
menentukan
pengakuan
di
luar sidang yang dilakukan secara tertulis yang mempunyai kekuatan pembuktian bebas. Pengakuan di luar sidang secara tertulis
ini
dapat
dimasukkan
ke
dalam
tulisan-tulisan
atau surat-surat yang bukan akta.79
76 Menurut ilmu pengetahuan, persangkaan terbagi 2, yaitu Persangkaan berdasarkan kenyataan dan persangkaan berdasarkan hukum. Persangkaan berdasarkan kenyataan adalah hakim memutus berdasarkan kenyataan apakah mungkin dan hingga seberapa jauh kemungkinan untuk membuktikan suatu peristiwa dengan membuktikan peristiwa lainnya. Pada persangkaan berdasarkan hukum, undang-undanglah yang menetapkan hubungan antar peristiwa yang diajukan. 77
Pasal 1923 KUHPerdata.
78
Pasal 175 HIR / 312 RBg.
79
Makarao, Op.Cit., hal. 113.
40
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
e. Sumpah Alat bukti sumpah diatur dalam Pasal 155 – 158 dan Pasal 177 HIR / 182 – 185 dan 314 RBg. Sumpah pada umumnya adalah suatu pernyataan yang khidmat yang diberikan atau diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat sifat Mahakuasa dari Tuhan, serta percaya bahwa siapa yang memberikan keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya.80 Di
dalam
sumpah
sistem
yang
peradilan
diucapkan
di
perdata, hadapan
terdapat
hakim,
dua
yaitu:
macam sumpah
decisoir dan sumpah supplitoir.81
C. TINJAUAN UMUM HUKUM ACARA PERDATA DI SINGAPURA 1. Landasan Hukum Acara Perdata di Singapura
80
Mertokusumo, Op.Cit., hal. 130.
81
Samudera, Op.Cit., hal. 95.
41
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Secara
singkat,
sejarah
Negara
Singapura
dimulai
sejak
zaman pendudukan Inggris pada tahun 1819 oleh Sir Stamford Raffles82 yang dilanjutkan dengan penggabungan Singapura dengan Prince
of
Wales
Island dan Mallaca untuk membentuk
Straits
Settlements pada tahun 1826.83 Pada akhirnya, Singapura menjadi sebuah negara Republik yang merdeka pada tahun 1965 setelah memisahkan diri dari Federation of Malaya.84 Pendudukan Singapura,
Inggris
membuat
selama
Singapura
kurang
lebih
mengadopsi
150
sistem
tahun common
di law
Inggris ke dalam sistem hukumnya. Adopsi ini melahirkan hukum tertulis/written law dan hukum tidak tertulis unwritten law di dalam sistem hukum Singapura.85 Adopsi
terhadap
sistem
hukum
common
law
Inggris
dapat
dilihat dalam Pasal 3 Application of English Law Act (AELA), yang menyatakan:
82 Turnbull C M, A History of Singapore 1819 – 1988, 2nd edition, (Singapore: Oxford University Press, 1989), sebagaimana dikutip oleh Benny S Tabalujan dan Valerie Du Toit-Low, Singapore Bussiness Law, 4th Edition, (Singapore: Bussiness Law Asia, 2006), hal. 21.
83 Introduction of Singapore Law and Legal System, sg/whatsnew/ethics/Y1_S2_siva_article.doc (18 Januari 1008). 84
(www.sma.org.
Loc.Cit.
85 Leonard Goh Choon Hian, Legal System in ASEAN – Singapore, http://www.aseanlawassociation.org/papers/sing_chp2.pdf (3 Februari 2008).
42
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Application of common law and equity.86 3. —(1) The common principles and rules of the law of Singapore 1993, shall continue to
law of England (including the equity), so far as it was part of immediately before 12th November be part of the law of Singapore.
(2) The common law shall continue to be in Singapore, as provided in subsection (1), so far applicable to the circumstances of Singapore inhabitants and subject to such modifications circumstances may require.
force in as it is and its as those
Pengertian written law dapat dilihat dalam Section 2(1) Singapore’s Interpretation Act (Cap. 1) yang menyatakan bahwa:
“The Constitution and all previous Constitutions having application to Singapore and all Acts, Ordinances and enactments by whatever name called and subsidiary legislation made thereunder for the time being in force in Singapore.”
Dengan
demikian,
hukum
tertulis/written
law
Singapura
terdiri dari: 1. The Constitution
86 Application of English www.singaporestatutes.gov.sg.
Law
Act
(AELA)
dapat
diakses
melalui
43
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Konstitusi Singapura mulai berlaku pada 9 Agustus 1965, yaitu
hari
kemerdekaan
Singapura,
ketika
Singapura
melepaskan diri dari Federation of Malaya. Konstitusi ini merupakan sumber hukum yang tertinggi dan mengatur prinsip dasar dan pola kerja dari organ-organ negara di Singapura.87
2. Acts of Parliament Biasa disebut dengan statutes atau legislation. Acts dibuat oleh Singapore Parliement dan memiliki hierarki di bawah The Constitution. Acts memberikan pengaturan dasar terhadap suatu kebijakan pemerintah, sedangkan aturan mengenai segi administratif dan operasionalnya diatur
lebih
lanjut
oleh
peraturan
pelaksana
yang
disebut dengan subsidiary legislation.88 87 Benny S. Tabalujan dan Valerie Du Toit-Low, Singapore Bussiness Law, 4th Edition,(Singapore: Bussiness Law Asia, 2006), hal. 23.
Lihat juga Article 4 (http://statutes.agc.gov.sg):
The
Constitution
of
Singapore
Supremacy of Constitution 4. This Constitution is the supreme law of the Republic of Singapore and any law enacted by the Legislature after the commencement of this Constitution which is inconsistent with this Constitution shall, to the extent of the inconsistency, be void. 88
Choon Hian, Loc.Cit.
44
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Pengaruh hukum Inggris dalam bidang ini sangat kental, terutama
dalam
perdagangan. mengadopsi
commercial
Berdasarkan
dan
statutes
teori
memberlakukan
atau
receptie,
hukum
statuta Singapura
Inggris
ke
dalam
sistem hukum Singapura, antara lain:89 a.
Territorial Waters Jurisdiction Act
b.
Maritime Convection Acts
c.
Mercantile Law Amandment Act
d.
Civil Law Act
e.
Penal Code
f.
Partnership Act
g.
Sale of Goods Act
Parlemen negara
Singapura
juga
Commonwealth
memberlakukan Companies
sebuah
Act
lainnya statutes,
memiliki
Kingdom’s
Companies
Companies
Legislation,
mempertimbangkan dalam misalnya
klausul-klausul
Legislation Singapore’s
dan Penal
yurisdiksi
membuat
dan
Singapore’s dari
United
Australian’s Code
(Hukum
Pidana Singapura) diadopsi dari Indian’s Penal Code.90
89
Soe, Op.Cit., hal. 63 – 68.
90
Choon Hian, Loc.Cit.
45
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
3. Ordinances Ordinances merupakan hukum yang telah berlaku sebelum Singapura merdeka. Saat ini, perlemen Singapura telah mengubah sebagian Ordinances menjadi Acts.91
4. Subsidiary Legislation Merupakan peraturan pelaksana atau perpanjangan dari Acts atau Ordinances dan menempati kedudukan terakhir dari hierarki written laws di Singapura. Oleh sebab itu, ia tidak boleh bertentangan dengan Acts dan tidak boleh mengatur hal-hal yang belum diatur dalam Acts. Subsidiary
legislation
diamandemen.
Hal
legislation
tidak
Parlemen,
ini
juga
lebih
disebabkan perlu
melainkan
karena
mudah
untuk
Subsiadiary
diundang-undangkan
hanya
dilaporkan
oleh kepada
Presidential Council for Minority Acts untuk diperiksa apakah terdapat aturan yang merugikan kelompok orang tertentu.
Adapun
bentuk
subsidiary
legislation
yang
dikenal adalah sebagai berikut. o Regulations, yaitu pengaturan umum dan substansif.
91
Loc.Cit.
46
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
o Rules, yaitu peraturan prosedural, misalnya aturan dalam hukum acara peradilan. o Orders,
yaitu
aturan
khusus
yang
berlaku
bagi
suatu hal tertentu atau sekelompok orang tertentu. o Notifications
/
notices,
yaitu
informasi
yang
diperuntukkan bagi publik. o By-laws,
yaitu
pengaturan
mengenai
aktivitas
tertentu di wilayah tertentu.92
Sementara
itu,
hukum
tidak
tertulis
atau
unwritten
law
di
Singapura terdiri dari: a. Case Law Dalam
sistem
common
law,
yurisprudensi
merupakan
suatu
judge made law dimana yurisprudensi berperan tidak hanya sebagai pelaksanaan hukum, melainkan juga berperan sebagai pembentuk doktrin
hukum.93
stare
Hal
decisis
ini dimana
merupakan
perwujudan
penerapannya
di
dari
Singapura
adalah sebagai berikut. 1. Putusan dari pengadilan yang tinggi mengikat putusan pengadilan yang ada di bawahnya. 92
Loc.Cit.
93
Sardjono dan Hasbullah, Op.Cit.,hal. 134.
47
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Putusan Hakim pada High Court Singapura terikat pada putusan hakim Court of Appeal dan putusan hakim pada Subordinate
Court
terikat
pada
putusan
hakim
pada
High Court.94 2. Putusan hakim sebelumnya pada tingkat pengadilan yang sama tidak mengikat. Setiap hakim pada tingkat pengadilan yang sama, tidak terikat
dengan
putusan
hakim
sebelumnya.
Namun
demikian, di dalam praktek, para hakim tetap dapat memilih mengikuti.95 3. Hakim
dapat
mengikuti
putusan
hakim
pada
negara
kekosongan
hukum,
persemakmuran lainnya. Dalam
hal
ini,
apabila
terdapat
hakim pada pengadilan Singapura dapat mengacu pada case
law
Inggris
maupun
negara-negara
Commonwealth
94
Soe, Op.Cit., hal 36 – 38.
95
Ibid., hal. 39.
High Court judges are bound by the decisions of superior court. However, they are not bound by each other’s decisions, although in practice they are generally followed. Other courts are bound by the decision of superior courts but not bound by each other’s rulings.
48
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
lainnya apabila terdapat perkara yang belum memiliki aturan hukum di Singapura.96
b. Custom Law Penduduk
di
Singapura
merupakan
penduduk
yang
multi
etnik dimana terdapat suku Cina, India, dan Melayu. Oleh
sebab
pengaturan
itu,
di
tersendiri
Singapura untuk
juga
masyarakat
diberlakukan Muslim
dan
adanya Shariah Court.97
2. Sistem Peradilan di Singapura Dengan
diadopsinya
hukum
Inggris
oleh
Singapura,
maka
sistem peradilan dan hukum acara yang berlaku juga merupakan hasil adopsi dari sistem common law Inggris, sebagaimana dikuti oleh Mynt Soe:
“The system of trials is still the old British system. It is the adversary system. That is, where the two parties (or opposite parties) to a dispute actively take part in the trial and the judge sits more or less as a referee or umpire.”98 96
Soe, Op.Cit., hal. 58.
97
Soe, Op.Cit., hal. 87.
98
Soe, Op.Cit., hal. 69.
49
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Sistem peradilan di Singapura secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu Supreme Court dan Subordinate Court. Supreme Court terdiri dari High Court dan Court of Appeal. Sementara itu,
Subordinate
Court
terdiri
dari
Distric
Courts,
Magistrates’ Courts, Juvenile Courts,99 Coroners’ Courts,100 dan Small
Claims
Tribunals.
Penjelasan
dari
peradilan
tersebut
dapat dilihat dalam tabel berikut.
99
Juvenile Court mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh anakanak dan mereka yang masih di bawah umur, yaitu mereka yang berumur di bawah 16 tahun. Pengadilan ini dibentuk pada tahun 1949 dengan berlandaskan pada Children and Young Persons Ordinance. 100 Coroners’ Court merupakan pengadilan yang memeriksa dan memberikan putusan atas penyebab kematian yang tidak normal pada seseorang. Pengadilan ini telah dikenal di Singapura sejak tahun 1878 (Ordinance Number 111 of 1878). Inggris yang pada waktu itu menduduki Singapura merasa penting untuk memiliki pejabat pengadilan yang memiliki wewenang untuk memberikan pernyataan mengenai sebab kematian seseorang yang tidak wajar.
50
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Tabel 1: The Court System in Singapore101
1. Supreme Court Supreme Court Singapura berdiri atas dasar Constitution of Singapore dan Supreme Court of Judicature Act 1969 yang diberlakukan pada 9 Januari 1970 dan diamandemen pada tahun 1993.102
Supreme
Court
merupakan
Court
of
Record,
yaitu
pengadilan yang memperbaiki penerapan hukum dari putusan
101 ”Enter Singapore Bussiness – Singapore Court System,” http://www.entersingaporebusiness.info/images/Court-System-Singapore.jpg., (20 Juni 2008). 102
Supreme Court of Judicature Act, www.supremecourt.gov.sg.
51
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
pengadilan sebelumnya dengan hanya memeriksa berkas-berkas pengadilan.103
2. The High Court High Court merupakan salah satu divisi dari Supreme Court. Yurisdiksi tingkat
dari
pertama
High
Court
(original
adalah
sebagai
jurisdiction)
dan
pengadilan pengadilan
tingkat banding (appellate jurisdiction). Hal ini berarti, High Court dapat bertindak memeriksa dan mengadili suatu perkara
baik
sebagai
pengadilan
tingkat
pertama
maupun
sebagai pengadilan tingkat banding dari District Court dan Magistrates’
Court
untuk
perkara
pidana
dan
perdata.104
Yurisdiksi perkara perdata bagi High Court dibatasi oleh Section 17 Act to the High Court: o Divorce and matrimonial causes (perceraian dan kasus keluarga) o Admiralty matters (perkara kemaritiman) o Bankruptcy
and
company
matters
(kepailitan
dan
perkara perusahaan) 103
Soe, Op.Cit., hal. 71.
104
Soe, Op.Cit., hal. 72 – 74.
52
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
o Matters relating to infants (including guardianship) {permasalahan
yang
terkait
dengan
anak,
termasuk
pemeliharaan anak} o Matters relating to mentally disordered or unsound persons
(permasalahan
yang
terkait
dengan
orang
penyandang cacat) o Matters relating to wills and intestacy (permasalahan terkait dengan pewarisan) Namun demikian, berdasarkan Section 20 dan 21 Subordinate Courts Act, nilai kasus yang dapat langsung diadili pada High Court harus lebih dari $250.000.
3. The Court of Appeal The Court of Appeal merupakan pengadilan tingkat terakhir untuk perkara perdata maupun pidana. Adapun syarat-syarat perkara perdata yang dapat diperiksa pada Court of Appeal adalah sebagai berikut.105 o Perkara tersebut telah diperiksa oleh High Court o Nilai perkara yang telah diperiksa oleh subordinate court tidak boleh kurang dari $5000. High Court akan bertindak 105
Lihat http://www.supremecourt.gov.sg.
(21 Maret 2008).
53
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
sebagai
pengadilan
tingkat
terakhir
apabila
perkara
tersebut tidak mencapai $5000.
4. Subordinate Courts Subordinate Court menempati hierarki terakhir dalam susunan hierarki
peradilan
merupakan
pengadilan
di
Singapura, dengan
namun
jumlah
pengadilan
kasus
yang
ini
sangat
banyak. Pada tahun 2004, terdapat 450.000 kasus yang harus ditangani
oleh
pengadilan
ini.106
Jumlah
ini
jauh
lebih
besar dibanding dengan perkara yang diadili pada tingkat Supreme Court, yaitu hanya berjumlah 20.000 per tahunnya.107 Sebanyak
60%
kasus
di
Subordinate
Court
adalah
kasus
pidana, sedangkan sisanya 40% adalah perkara perdata.108
5. The District Court Sebagai
bagian
dari
Subordinate
Courts,
District
Court
memiliki yurisdiksi terluas dimana ia dapat memeriksa dan
106
Subordinate Court, Annual Report 2004, www.subcourts.gov.sg., (20 Februari 2008). 107
Supreme Court, Annual Report 2004, www.supremecourt.gov.sg., (20 Februari 2008). 108
Tabalujan dan Toit-Low, Op.Cit., hal.37.
54
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
mengadili
perkara
perdata
dan
pidana.109
Perkara
perdata
yang menjadi wewenang District Court adalah yang memiliki nilai
sampai
memeriksa
dengan
perkara
yang
$250.000. memiliki
District nilai
Court
melebihi
dapat
$250,000
apabila pihak yang bersengketa menyetujuinya.110
5. Magistrates Courts Dengan
adanya
Subordinate
Courts
Act,
Magistrates
Court
hanya diberi wewenang yang terbatas dalam menangani perkara perdata, yaitu hanya terhadap perkara yang memiliki nilai sebesar $60.000.111
6. Small Claims Tribunals Small Claims Tribunals diatur oleh Small Claims Tribunals Act. Adapun perkara perdata yang termasuk dalam jurisdiksi pengadilan
ini
adalah
perkara
yang
memiliki
nilai
tidak
lebih dari $10.000.112 Dalam Small Claims Tribunals, para 109
19
110
Singapore, Section 23 Subordinate Court Acts.
111
Singapore, Section 2 Subordinate Court Acts.
112
Tabalujan dan Toit-Low, Op.Cit., hal.38.
Singapore, Section http://statutes.agc.gov.sg.
dan
Section
50
Subordinate
Court
Acts,
55
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
pihak tidak dapat diwakilkan oleh kuasa hukum dan proses penyelesaian Registrar
lebih
hingga
mengutamakan
disepakati
negosiasi
penyelesaiannya
di oleh
hadapan kedua
belah pihak.
3. Proses Berperkara Perdata di Singapura Proses litigasi perkara perdata di Singapura diatur oleh Rules Of Court (“RC”) yang berlaku untuk Supreme Court maupun Subordinate Courts.113 Di dalam Rules of Court, proses litigasi memiliki enam tahap yang dapat dilihat melalui diagram berikut. ENFORCEMENT ↑ JUDGMENT ↑ TRIAL ↑ DISCOVERY ↑ PLEADINGS ↑ COMMENCEMENT
113
Singapore, Section 1(1) dan Section 2(1) Rules of Court.
56
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
1. Commencement Seseorang lain,
harus
yang
ingin
memiliki
mengajukan
advokat
gugatan
(penasehat
terhadap
hukum)
orang
yang
akan
mengajukan “originating process” ke pengadilan. Dalam hal ini terdapat dua jenis “originating process,” yaitu: a.
Writ of Summons Dalam
hal
ini,
pelanggaran dan/atau proses
atas
hak-haknya.
perbuatan
ini.
Penggugat
melawan
Adapun
mengajukan Sengketa
hukum
sengketa
mengenai
(tort)
lain
“tuntutan”
yang
kontrak
diawali menjadi
oleh ruang
lingkup proses ini adalah sebagai berikut. o Claim for relief or remedy in/for any tort, other than
trespass
perbuatan
to
melawan
land
(klaim
ganti
rugi
untuk
hukum
selain
pelanggaran
batas
tanah) o Claim
based
on
allegation
of
fraud
(klaim
atas
tuduhan penipuan) o Claim
for
damages
for
breach
of
duty
where
the
damages claimed include damages in respect of death, personal injury or damage to property (klaim atas 57
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
kerugian yang disebabkan oleh pelanggaran kewajiban termasuk
dalam
kaitannya
dengan
kematian,
cedera
fisik atau kerusakan properti) o Claim in respect of the infringement of a patent (klaim atas pelanggaran hak paten)114
b.
Originating Summons Suatu
tindakan
apabila
dilaksanakan
diperintahkan
oleh
melalui
Originating
undang-undang
atau
Summos apabila
dalam sengketa hanya terkait dengan perbedaan penerapan hukum dan tidak ada perbedaan yang substantif mengenai fakta. “An action is commenced by way of Originating Summons where required by statute or if the dispute is concerned with matters of law where there is unlikely to be any substantial dispute of fact. Compared to a writ, the Originating Summons is a simpler and swifter procedure as pleadings and many interlocutory proceedings are not required.”115
114
115
Tabalujan dan Toit-Low, Op.Cit., hal.49. Lihat di http://app.supremecourt.gov.sg.
58
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
2. Pleadings Pada
tahap
Penggugat pada
ini,
terjadi
dengan
Tergugat
perkara
tahap
ini
perdata
di
persidangan
“balas-membalas” seperti
dalam
Indonesia.
yang
surat
proses
Namun
antara beracara
demikian,
sesungguhnya
belum
pada
terjadi.
Advokat dari pihak Penggugat akan menyampaikan “Statement of
Claim”116
atau
surat
gugatan
kepada
pihak
Tergugat.
Kemudian, advokat Tergugat diberikan hak untuk mengajukan “Defence”117 atau jawaban yang isinya dasar-dasar penolakan terhadap
dalil
Penggugat.
jawaban,
Tergugat
tuntutan
balas
Selain
hak
untuk
mengajukan
diberikan
hak
untuk
mengajukan
counterclaim
atau
juga
atau
Rekonpensi
dalam
hukum acara perdata Indonesia.118
3. Discovery and Interrogatories Pada tahap ini, para pihak akan mencari dan mengumpulkan dokumen
terkait.
Proses
ini
melibatkan
tahap
pendataan
seluruh dokumen yang ada pada para pihak dan penyediaan 116
Singapore, Order 18 rule 1 of The Rules of Court.
117
Singapore, Order 18 rule 2 of The Rules of Court.
118
Singapore, Order 18 rule 3 of The Rules of Court.
59
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
dokumen-dokumen tersebut agar dapat dilihat atau diteliti oleh para pihak.119 Tujuan dari proses ini adalah memberikan jaminan agar tidak ada salah satu pihak yang memberikan atau membeberkan hal yang tidak terduga atau yang tidak diketahui oleh pihak lain selama persidangan. Sebagai
pelengkap,
dalam
tahap
ini
juga
dilakukan
interogasi terhadap pihak lawan sehubungan dengan perkara yang diajukan.120 Pihak yang sedang dimintai keterangannya, harus
memberikan
keterangan
di
bawah
sumpah.
Dokumen
sebagai hasil interogasi ini disebut dengan affidavits.
4. Trial Sebelum
memasuki
tahap
persidangan,
pengadilan
dapat
meminta para pihak untuk menghadiri pre-trial conference di hadapan Registrar of the supreme court.121 Tujuan dari pretrial
adalah
berperkara.
untuk
Apabila
mendamaikan para
pihak
kedua tidak
belah
pihak
bersedia
yang
berdamai,
maka perkara dilanjutkan ke dalam tahap persidangan. Kuasa hukum dari para pihak akan memberikan oral argument atau 119
Singapore, Order 24 rule 1 and 10 of The Rules of Court.
120
Singapore, Order 26 of The Rules of Court.
121
Singapore, Order 34ª rule 1 of The Rules of Court.
60
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
argumentasi lisan berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang telah diserahkan kepada pengadilan.122
5. Judgement and Enforcement Setelah
melalui
pengadilan
akan
keseluruhan menjatuhkan
tahap
persidangan,
putusannya.
Apabila
maka
putusan
telah berkekuatan hukum tetap, maka para pihak diwajibkan untuk melaksanakan putusan pengadilan tersebut.
D. TINJAUAN UMUM MENGENAI PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ACARA PERDATA DI SINGAPURA Pembahasan mengenai pembuktian dalam hukum acara perdata di Singapura dijabarkan ke dalam aspek berikut ini.
1. Sistem Pembuktian Evidence Act Singapura yang merupakan adopsi dari Evidence Ordinance India dapat
mengatur secara rinci mengenai alat bukti yang
dihadirkan
di
dalam
persidangan,
baik
untuk
perkara
perdata maupun pidana. Atas dasar tersebut, hakim dalam membuat putusannya
wajib
menyertakan
pertimbangan
yang
terikat
pada
122
Tabalujan dan Toit-Low, Op.Cit., hal.51.
61
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
alat-alat
bukti
yang
sah
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Doktrin stare decisis dan asas preseden dalam sistem hukum Singapura sangat mempengaruhi bentuk putusan pengadilan, baik untuk
perkara
pidana
maupun
perdata.
Meskipun
hakim
tidak
diwajibkan untuk mengutarakan pertimbangan-pertimbangannya dari putusan yang mereka jatuhkan, namun dalam prakteknya para hakim lazim
mengutarakan
pertimbangan-pertimbangan
yang
dijadikan
dasar dari putusan mereka. Dalam pertimbangan tersebut, hakim akan memberikan
penjelasan-penjelasan tentang peraturan yang
mereka terapkan dalam memutus perkara tersebut. Pertimbangan-pertimbangan
yang
dijadikan
dasar
putusan
tersebut dapat dibedakan antara:123 a. Ratio decendi Memuat
norma-norma
hukum
yang
dijadikan
dasar
dari
putusan pengadilan dan harus diterapkan oleh para hakim yang
memutus
perkara
kemudian
(selanjutnya)
dalam
perkara-perkara sejenis.124
123
Sardjono dan Hasbullah, Op.Cit., hal. 136.
124
Choon Hian, Loc.cit.
62
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
b. Obiter dictum Merupakan pertimbangan-pertimbangan yang tidak mengikat para
hakim
mempunyai
dalam
memutus
kekuatan
yang
perkara
kemudian,
meyakinkan
atau
namun
persuasive
value.125
Dengan Singapura, yang
demikian, selain
berlaku,
putusan
terikat
juga
terikat
oleh
dalam
perkara
peraturan
dengan
perdata
di
perundang-undangan
pertimbangan-pertimbangan
hakim (juga meliputi pertimbangan hakim yang sebelumnya dalam kasus yang serupa).
2. Beban Pembuktian Sama halnya dengan proses litigasi di dalam sistem hukum di Indonesia, untuk perkara pidana maupun perdata, Singapura juga
menggunakan
diberikan
beban
adversarial pembuktian
system
untuk
dimana
mendukung
setiap
atau
pihak
memperkuat
dalilnya. Dengan kata lain, pihak yang mendalilkan adanya suatu hak atau tanggung jawab hukum harus membuktikan fakta-faktanya. Beban
untuk
membuktikan
fakta
berada
pada
pihak
tersebut,
125
Loc.cit.
63
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
sehingga relatif
dengan sama
kata
dengan
lain sistem
dianut hukum
pula
prinsip
Indonesia,
dasar
bahwa
yang
“siapa
mendalilkan, ia membuktikan.” Hal ini diatur dalam Section 103 Evidence Act:
Burden of proof126 103. —(1) Whoever desires any court to give judgment as to any legal right or liability, dependent on the existence of facts which he asserts, must prove that those facts exist. (2) When a person is bound to prove the existence of any fact, it is said that the burden of proof lies on that person.
3. Sumber Hukum Pembuktian Singapura Sumber hukum yang utama dalam pembuktian di pengadilan Singapura adalah Evidence Act. Evidence Act merupakan Evidence Ordinance yang diperundang-undangan oleh Parlemen pada tahun 1893 dan merupakan adopsi dari Indian Evidence Act 1872.127 Dalam
hukum
acara
pengaturan
lebih
lanjut
peradilan mengenai
perdata proses
di
Singapura,
pembuktian
dapat
ditemukan dalam Rules of The Supreme Courts dan Rules of The 126
Singapore, Section 103 Evidence Act.
127 Jeffrey Pinsler, Approaches to the Evidence Act: The Judicial Development of a Code, (Singapore Academy of Law Journal, 2002), hal. 365.
64
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Subordinate Courts yang merupakan Subsidiary legislation atau aturan pelaksana dari Evidence Act.128
4. Alat Bukti Hukum
pembuktian
di
Singapura
mengutamakan
pembuktian
terhadap fakta yang ada. Fakta tersebut terbagi menjadi dua, yaitu
facts
relevant dikaitkan
to
in
issue
the
facts
dengan
(fakta in
dalam
issue
permasalahan)
(fakta
permasalahan).129
yang
dan
facts
relevan
untuk
Klasifikasi
selanjutnya
adalah pembagian bukti atau evidence menjadi tiga bagian besar, yaitu: oral, documentary, dan real evidence.
1. Oral Evidence Oral evidence merupakan alat bukti keterangan saksi. Dalam hal
ini
termasuk
keterangan
ahli
atau
expert
evidence.
Berdasarkan Section 3(1)(a) Evidence Act, oral evidence adalah:
“Statements which the court permits or requires to be made before it by witnesses in relation to matters of fact under inquiry.” 128
Yung, Op.Cit. hal . 7.
129
Ibid., hal. 10.
65
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
2. Documentary Evidence Di dalam Chapter 11 Evidence Act, Documentary Evidence didefinisikan sebagai all documents produced for the inspection of the court. Sementara itu, definisi dokumen adalah:
“Any matter expressed or described upon any substance by means of letters, figures, or marks or by more than one of those means intended to be used or which may be used for the purpose of recording that matter.”
Dengan dokumen
demikian,
yang
kombinasi
terdiri
dari
ketiga
documentary dari
huruf,
elemen
evidence angka,
tersebut
adalah
atau
yang
tanda
bertujuan
segala atau untuk
digunakan atau akan digunakan mendokumentasikan suatu kejadian. Dalam
hal
ini,
alat
bukti
elektronik
termasuk
ke
dalam
documentary evidence selama diperoleh dengan cara yang diatur oleh
peraturan
perundang-undangan
menurut
sistem
hukum
Singapura.130
130
Charles Lim, Information Technology and The Law of Evidence – Recent Legislative Initiatives, (Singapore Academy of Law Journal, 1997), hal. 119 – 126.
66
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
3. Real Evidence Real atau
Evidence
material
biasa
objects
or
diterjemahkan things
sebagai
produced
for
barang the
bukti
court’s
inspection and which are not documents. Dalam hal ini, barang bukti
adalah
segala
materi
atau
benda
yang
diperiksa
di
pengadilan dan bukan berupa dokumen.131
131
Yung, Op.Cit., hal. 12.
67
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
BAB III KETERANGAN SAKSI DALAM ACARA PERDATA BERDASARKAN HUKUM INDONESIA DAN HUKUM SINGAPURA
A.KETERANGAN SAKSI DALAM HUKUM ACARA PERDATA INDONESIA Kesaksian
merupakan
alat
pembuktian
yang
wajar
dan
penting. Hal ini karena sudah sewajarnya di dalam pemeriksaan suatu perkara di persidangan diperlukan keterangan dari pihak ketiga yang mengalami peristiwa tersebut, bukan dari pihak yang berperkara.132 Menurut Pasal 1902 KUHPerdata, dalam hal suatu peristiwa atau hubungan hukum menurut undang-undang hanya dapat dibuktikan dengan tulisan atau akta, namun alat bukti tulisan tersebut tulisan,
hanya
berkualitas
penyempurnaan
sebagai
pembuktiannya
permulaan dapat
pembuktian
ditambah
dengan
saksi. 132 Samudera, op.cit. hal 58. Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa kesaksian adalah kepastian yang diberikan kepada hakim di persidangan tentang peristiwa yang disengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara, yang dipanggil di persidangan.
68
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Saksi adalah pihak yang memberikan keterangan mengenai apa yang dilihat, didengar, atau dialaminya sendiri. Di dalam Hukum Acara Perdata Indonesia, tidak ada pemisahan antara alat bukti saksi biasa dan alat bukti saksi ahli. Saksi ahli termasuk dalam golongan bukti dengan saksi. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal
164
HIR
yang
mengatur
alat-alat
bukti
dalam
perkara
perdata, yaitu: 1. Bukti dengan surat 2. Bukti dengan saksi 3. Persangkaan 4. Pengakuan 5. Sumpah
Seorang saksi ahli diangkat atas dasar pertimbangan oleh Hakim Berbeda
atau
atas
dengan
permintaan saksi
para
biasa,
pihak
saksi
yang
ahli
berperkara.133 mengemukakan
keterangannya berdasarkan keahliannya terhadap suatu peristiwa, yang berguna untuk membantu Hakim dalam menilai suatu peristiwa hukum.
133
Pasal 154 ayat (1) HIR.
69
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Hukum
Acara
Perdata
Indonesia
tidak
membuat
pemisahan
antara saksi biasa dengan ahli. Walaupun ahli memiliki peran yang berbeda dengan saksi biasa, namun ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan saksi biasa juga berlaku bagi ahli, yaitu: a.
Pihak yang tidak dapat diangkat menjadi saksi biasa juga tidak dapat diangkat sebagai ahli.
b.
Sebelum memberikan keterangannya, ahli harus disumpah menurut agamanya.
c.
Apabila terdapat lebih dari satu orang ahli, maka pemeriksaan terhadap ahli-ahli tersebut
dilakukan
secara satu per satu. Dengan
demikian,
dalam
Hukum
Acara
Perdata
Indonesia
yang
mengatur tentang alat bukti saksi, ketentuan tersebut memiliki cakupan baik untuk saksi biasa maupun ahli.
Alat bukti keterangan saksi dalam sistem hukum Indonesia dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut.
1.
Landasan Hukum Pembuktian dengan saksi diatur dalam Pasal 168 – 172 HIR /
306 –
309 RBg.
Selain itu,
terdapat yurisprudensi Mahkamah
70
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Agung Republik Indonesia yang juga mengatur tentang alat bukti keterangan saksi.
2.
Syarat Alat Bukti Keterangan Saksi Pembuktian dengan saksi – saksi diperkenankan dalam segala
hal
jika
undang.134 perdata, formil
hal
tersebut
Seperti alat
dan
tidak
halnya
bukti
alat
dikecualikan bukti
keterangan
materiil.
Antara
saksi kedua
lainnya pun
dengan
undang-
dalam
perkara
mempunyai
syarat
ini
syarat
bersifat
kumulatif, bukan alternatif. Oleh sebab itu, apabila salah satu syarat mengandung cacat, mengakibatkan alat bukti itu tidak sah sebagai alat bukti saksi.135
a.
Syarat formil alat bukti saksi Menurut undang-undang, terdapat beberapa syarat formil yang
melekat pada saksi, antara lain:
134 Pasal 168 HIR / 1895 KUHPerdata. Dalam pembuktian adanya suatu Firma, diperlukan suatu akta (Pasal 22 KUHD), demikian juga dalam pembuktian adanya suatu Perseroan Terbatas, juga diperlukan akta pendirian. 135 Harahap(b), Op.Cit., hal 633. Apabila syarat formil terpenuhi menurut hukum, namun salah satu syarat materiil tidak terpenuhi, maka saksi yang diajukan tidak sah sebagai alat bukti. Demikian pula sebaliknya, apabila salah satu syarat formil tidak terpenuhi, namun syarat materiil terpenuhi, maka saksi terbut tidak dapat dianggap sebagai alat bukti yang sah.
71
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
1.
Orang yang cakap menjadi saksi Berdasarkan
prinsip
umum,
setiap
orang
dianggap
cakap
menjadi saksi, kecuali undang-undang sendiri menentukan lain. Orang yang dilarang didengar sebagai saksi diatur dalam Pasal 145 HIR, Pasal 172 RBg, dan Pasal 1909 KUHPerdata. Pihak yang tidak dapat didengar keterangannya sebagai saksi adalah: o
Keluarga
sedarah
dan
keluarga
(semenda)
menurut
keturunan
yang
satu
pihak
karena lurus
perkawinan dari
salah
satu pihak136 o
Istri/suami
salah
meskipun
sudah
bercerai.137 o
Anak-anak yang tidak diketahui benar apakah umurnya sudah cukup 15 tahun138
136
Namun demikian, orang-orang ini boleh menjadi saksi dalam perkara khusus, yaitu: perkara mengenai kedudukan keperdataan salah satu pihak, perkara nafkah termasuk pembiayaan, pemeliharaan, dan pendudukan seorang anak belum dewasa, perkara pembebasan atau pemecatan dari kekuasaan orang tua / wali, dan perkara mengenai suatu persetujuan perburuhan(Pasal 172 ayat 2 RBg / Pasal 145 ayat 2 HIR). Lihat juga Subekti, op.cit., hal 40 dan Putusan MA Nomor 840/K/Sip/1971 tanggal 19 Januari 1972. 137
Putusan MA Nomor 140 K/Sip/1974: Bekas suami menurut hukum acara yang berlaku tidak boleh didengar keterangannya sebagai saksi. 138
Batas umur yang dianggap cakap menjadi saksi menurut Pasal 145 ayat (3) HIR dan dipertegas kembali oleh Pasal 1912 KUHPerdata adalah 15 tahun. Pengadilan negeri tetap berwenang memeriksa dan mendengar keterangan anakanak tersebut tanpa disumpah. Keterangan mereka hanya dapat dianggap
72
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
o
Orang
gila
meskipun
kadang-kadang
terang
ingatannya.139
2.
Keterangan disampaikan di sidang pengadilan Keterangan saksi harus diberikan secara lisan dan pribadi
di persidangan. Kesaksian tersebut harus diberitahukan sendiri dan
tidak
diwakilkan
serta
tidak
boleh
dibuat
secara
tertulis.140 Keterangan yang diberikan saksi di luar sidang atau out of court tidak memenuhi syarat, sehingga tidak sah sebagai alat
bukti,
pembuktian.141 meliputi
oleh
karena
Keterangan
keterangan
itu
yang
tertulis
di
tidak
memiliki
diberikan bawah
di
sumpah,
kekuatan
luar yang
sidang, sering
disebut sebagai affidavit. Menurut Putusan MA No. 38K/Sip/1954:
“Suatu affidavit atau keterangan tertulis di bawah sumpah dari seseorang tidak layak dianggap berkualitas atau sebagai penjelasan atau petunjuk saja (Pasal 145 ayat 4 HIR / Pasal 172 ayat 4 RBg). 139
Dalam Pasal 1912 KUHPerdata, yang termasuk dalam kategori ini adalah orang yang berada di bawah pengampuan karena dungu dan orang yang sakit ingatan atau mata gelap. Mereka hanya boleh didengar keterangannya tanpa sumpah dan keterangan yang mereka berikan hanya sebagai penjelasan. 140 Mertokusumo, Op.Cit., hal 167. Pasal 140 ayat (1) HIR dan 148 HIR menentukan bahwa terhadap saksi yang telah dipanggil dengan patut dan tidak dating akan diberi sanksi dab terhadap saksi yang telah dating di persidangan, namun enggan memberi keterangan dapat juga diberi sanksi. 141
Harahap(b), Op.Cit., hal 638.
73
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
bernilai seperti keterangan saksi yang diberikan di dalam persidangan.”
Selain tidak layak dipersamakan dengan keterangan saksi di depan pengadilan, Affidavits juga tidak diakui sebagai alat bukti berupa akta. Oleh karena itu, affidavits menurut hukum acara perdata Indonesia pada dasarnya tidak memiliki kekuatan pembuktian.142
3.
Saksi diperiksa satu per satu Para
saksi
ditentukan,
yang
dipanggil
hadir ke
dalam
dalam
hari
ruang
sidang sidang
yang seorang
telah demi
seorang. Pemanggilan ini tidak boleh dilakukan secara bersamasama agar para saksi tidak saling menyesuaikan keterangan satu dengan lainnya.143
4.
Mengucapkan sumpah Pengucapan
sumpah
merupakan
kewajiban
hukum
bagi
saksi.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1911 KUHPerdata:
142
Ibid., hal. 606.
143
Pasal 144 ayat (1) HIR / Pasal 171 RBg.
74
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
”Tiap saksi wajib bersumpah menurut agamanya, berjanji akan menerangkan apa yang sebenarnya.”
atau
Pada
akan
pokoknya,
isi
sumpah
atau
janji
adalah
menerangkan apa yang sebenarnya, meliputi apa yang dialami, dilihat, atau didengar mengenai perkara yang disidangkan atau voir dire (berkata benar).144 Keterangan hanya
saksi
dinilai
sebagai
yang
diberikan
petunjuk
tidak
untuk
di
menambah
bawah
sumpah
keterangan-
keterangan saksi di bawah sumpah lainnya.145
b.
Syarat materiil alat bukti saksi
1.
Keterangan seorang saksi saja tidak sah sebagai alat bukti Jika bukti tulisan tidak ada, maka dalam perkara perdata
orang berusaha mendapatkan saksi-saksi yang dapat membenarkan atau
menguatkan
dalil-dalil
yang
diajukan
di
muka
sidang
hakim.146 Namun demikian, keterangan seorang saksi saja tanpa 144 Terhadap siapa yang dengan sengaja memberikan suatu keterangan palsu di atas sumpah, diancam suatu pidana menurut Pasal 242 KUHP, sebagai seorang yang melakukan sumpah palsu. 145
Putusan MA Nomor 90 K/Sip/1973 tanggal 29 Mei 1975.
146
Subekti, Op.Cit., hal 37. Suatu alat pembuktian dengan saksi pada umumnya selain karena alat pembuktian dengan tulisan tidak ada, juga karena pembuktian dengan alat bukti tulisan tersebut tidak cukup.
75
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
alat bukti lainnya tidak dianggap sebagai pembuktian yang cukup atau dengan kata lain, seorang saksi bukan saksi, unus testis nullus testis.147 Pengertian dan penerapan unus testis nullus testis tidak boleh ditafsirkan secara harafiah. Artinya, tidak boleh hanya diartikan pada kasus yang benar-benar absolut pada bilangan saksi yang diajukan hanya satu
orang
saja,
tetapi meliputi
pengertian kualitas saksi.148 Namun demikian, kekuatan pembuktian dari kesaksian seorang saksi saja tidak boleh dianggap sebagai sempurna oleh hakim. Gugatan
harus
dalilnya
hanya
ditolak
kalau
mengajukan
Penggugat
seorang
dalam
saksi
mempertahankan
tanpa
alat
bukti
lainnya.149 Adapun alat bukti lain yang dapat menambah atau menyempurnakan alat bukti keterangan saksi adalah alat bukti tulisan (akta), persangkaan, pengakuan, atau sumpah tambahan.
147
Pasal 169 HIR, 306 RBg, 1905 BW. Jika ada alat bukti lain yang mendukung keterangan saksi, dapat dianggap bahwa dalil yang diajukan sudah terbukti. Menurut Prof. Subekti, dalam sistem hukum Indonesia, dikenal kemungkinan membuktikan suatu dalil dengan persangkaan-persangkaan dan pembuktian berantai (Pasal 1906 KUHPerdata / 170 RIB), yaitu diperbolehkan untuk membuktikan peristiwa – peristiwa yang berdiri sendiri dengan keterangan satu orang saksi. 148
Harahap(b), Op.Cit., hal 648.
149 P.T Makasar 30 November 1971 Nomor 175/69/PT/Pdt, Law Report 1973 I, hal. 108 sebagaimana dikutip dari Mertokusumo, Op.Cit., hal 171.
76
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
2.
Keterangan berdasarkan alasan dan sumber pengetahuan150 Pasal 171 ayat (1) HIR dan Pasal 1907 KUHPerdata mengatur
bawa
tiap-tiap
pengetahuan tersebut. pengetahuan
kesaksian
dan
bagaimana
Berdasarkan yang
harus
saksi
teori
dianggap
berisi
sah
dan dan
tentang
mengetahui praktik, memenuhi
segala
sebab
kesaksiannya
landasan syarat
sumber terbatas
pada: o
Berdasarkan pengalaman saksi sendiri Saksi mengalami sendiri hal-hal yang diterangkannya di persidangan, dan apa yang dialaminya itu benar-benar berkaitan langsung dengan perkara yang disengketakan.
o
Berdasarkan penglihatan saksi sendiri Saksi yang melihat secara fisik akan dapat menerangkan secara spesifik mengenai waktu, tempat, dan pihak yang terlibvat saat saksi melihat fakta atau peristiwa itu.
o
Berdasarkan pendengaran saksi sendiri
150
Berdasarkan Putusan MA Nomor 803 K/ Sip/1970 tanggal 15 Mei 1971, pengetahuan saksi-saksi yang hanya didengarnya dari orang lain tidak perlu dipetimbangkan oleh pengadilan, sehingga keterangan-keterangan seperti itu tidak merupakan alat bukti yang sah.
77
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Pendengaran yang dimaksud harus spesifik. Saksi harus dapat
menjelaskan
waktu,
tempat,
dan
pihak
yang
ada
pada saat saksi mendengar hal-hal yang diterangkannya dalam persidangan. Kemudian keterangan yang dijelaskan yang bersumber dari pendengaran tersebut harus relevan dengan masalah yang disengketakan.
Keterangan pengalaman pembuktian. berdasarkan auditu. tersebut
Hal
saksi
sendiri
yang
tidak
Demikian cerita
tidak
akan
juga
dari
tersebut
bukan
berhubungan
dinilai
dengan
pihak
tidak
merupakan
ketiga
memiliki
kesaksian atau
diperkenankan dengan
pengetahuan
kekuatan seseorang
testimonium
karena
peristiwa
dan
yang
de
keterangan dialaminya
sendiri.151
3.
Saling persesuaian antar keterangan saksi Persesuaian keterangan saksi diatur dalam Pasal 170 HIR dan
Pasal 1908 KUHPerdata. Dalam pasal tersebut ditentukan bahwa: 151
Menurut M. Yahya Harahap (”Hukum Acara Perdata”), penentangan menerima de auditu sebagai saksi atau alat bukti adalah suatu hal yang bersifat fundamental. Hal ini disebabkan karena apa yang diterangkan oleh saksi tersebut mengandung bahaya kesalahan yang dapat memutarbalikkan keadaan. Sulit diharapkan saksi itu dapat melakukan repetisi atau pengulangan cerita atau pernyataan yang persis sama dengan apa yang disampaikan oleh tangan pertama.
78
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
o
Terjadi saling persesuaian antara keterangan saksi yang satu
dengan
yang
lain
atau
antara
keterangan
saksi
dengan alat bukti yang lain, barulah keterangan itu sah sebagai alat bukti dengan nilai kekauatan pembuktian bebas (vrij bewijskracht) o
Jika keterangan antara saksi yang satu dengan yang lain terpisah-pisah dan saling berdiri sendiri atau antara keterangan
saksi
dengan
alat
bukti
yang
lain
saling
bertentangan, maka keterangan tersebut tidak memenuhi syarat materiil sebagai alat bukti. Oleh sebab itu, ia tidak memiliki nilai kekuatan pembuktian.
3.
Tata Cara Pemeriksaan Saksi Tata cara pemeriksaan saksi diatur dalam Pasal 150, 151,
dan
152
HIR.
Adapun
hal-hal
yang
diatur
dalam
pasal-pasal
tersebut adalah sebagai berikut. a.
Hak para pihak untuk mengajukan pertanyaan Hal
ini
menentukan
ditegaskan bahwa
pihak
dalam yang
Pasal
150
berperkara
ayat
(1)
dapat
HIR
yang
mengajukan
pertanyaan kepada saksi. Mengajukan pertanyaan merupakan hak
79
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
yang
diberikan
oleh
undang-undang,
bukan
kewajiban
hukum.152
Adapun tata urutan bertanya dalam persidangan adalah sebagai berikut.
1.
Pihak yang mengajukan saksi lebih dulu bertanya Dari
segi
teori
dan
praktik,
yang
aktif
mengajukan
pertanyaan kepada saksi adalah dari pihak yang menghadirkan saksi
itu
sendiri.
Hal
ini
sejalan
dengan
tujuan
untuk
membuktikan kebenaran dalil gugatannya.153
2.
Pemeriksaan silang/cross-examination Kesempatan melakukan pemeriksaan silang kepada saksi baru diberikan
kepada
menghadirkan utama
dari
kesempatan
saksi
pihak selesai
pemeriksaan kepada
lawan
pihak
setelah
mengajukan
silang lawan
pertanyaan.
adalah untuk
pihak
untuk
menguji
yang Tujuan
memberikan keakurasian
keterangan yang diberikan saksi pada pemeriksaan yang lalu.
152 Dengan demikian, para pihak yang bersangkutan diberikan pilihan untuk mempergunakan haknya. Masing-masing pihak tidak boleh dihalangi atau dilarang untuk menggunakan haknya, dan tidak boleh dipaksa untuk menggunakan haknya. 153
Harahap(b), Op.Cit., hal 673.
80
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
3.
Hakim dapat mengajukan pertanyaan Pasal 150 ayat (2) HIR memberikan hak dan wewenang kepada hakim mengajukan pertanyaan kepada saksi. Hakim diberikan hak
untuk
mengambil
bagian
dalam
mencari
dan
menemukan
kebenaran formil melalui keterangan saksi. Dalam mengajukan pertanyaan, hakim dapat mengajukan segala pertanyaan kepada saksi sesuai atas kemauannya sendiri.154 Adapun kewenangan hakim yang lain adalah untuk menolak pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan perkara.155
b.
Saksi didampingi juru bahasa Pasal
151
jo.
Pasal
284
jo.
Pasal
285
HIR
mengatur
pengangkatan juru bahasa untuk mendampingi saksi dalm sidang pengadilan dalam hal: o Saksi tidak mengerti dengan bahasa yang dipakai o Saksi bisu tuli dan tidak pandai menulis
c.
Keterangan saksi dituangkan dalam berita acara
154 Pasal 150 ayat (3) HIR. Menurut Yahya Harahap, hal ini artinya secara ex-officio hakim dapat mengajukan pertanyaan kepada saksi. Jika hal itu dilakukannya, pihak yang berperkara tidak boleh mengajukan keberatan dan saksi wajib menjawabnya. 155
Pasal 150 ayat (1) HIR.
81
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Pasal diperiksa
152
HIR
dalam
mengatur
persidangan
bahwa
keterangan
dituliskan
dalam
saksi
yang
proses-perbal
persidangan itu oleh panitera pengadilan negeri. Berita acara tersebut akan digunakan oleh hakim dalam menilai dan memutuskan kasus. Para pihak yang berperkara dapat meminta salinan berita acara pemeriksaan saksi kepada pantera pengadilan negeri yang bersangkutan.
d. Khusus untuk ahli, pada hari pemeriksaan di pengadilan, ahli yang
bersangkutan
wajib
menyerahkan
laporan
hasil
pemeriksaannya secara tertulis kepada hakim. Keterangan yang ditulis oleh ahli di dalam laporan tersebut dikuatkan dengan kesaksian yang ia berikan di bawah sumpah di pengadilan.156
4. Kekuatan Pembuktian Penilaian
beberapa
saksi
yang
masing-masing
berdiri
sendiri dan terpisah satu sama lain tentang pelbagai peristiwa yang
digunakan
kepada
untuk
pertimbangan
membuktikan hakim.157
suatu Hakim
perbuatan
diserahkan
dalam
memberikan
156
Pasal 154 ayat (2) HIR.
157 Hal ini sesuai dengan pengaturan dalam Pasal 1906 KUHPerdata yang mengatur bahwa: Jika kesaksian-kesaksian berbagai orang mengenai berbagai
82
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
penilaiannya dapat mengacu pada Pasal 1908 KUHPerdata jo. Pasal 172 HIR yang menyatakan bahwa:
Dalam mempertimbangkan suatu kesaksian, Hakim harus memberikan perhatian khusus; pada kesesuaian kesaksiankesaksian satu sama lain; pada persamaan antara kesaksiankesaksian dan apa yang diketahui dan sumber lain tentang pokok perkara; pada alasan-alasan yang kiranya telah mendorong para saksi untuk menerangkan duduknya perkara secara begini atau secara begitu; pada peri kehidupan, kesusilaan dan kedudukan para saksi; dan umumnya, ada apa saja yang mungkin ada pengaruhnya terhadap dapat tidaknya para saksi itu dipercaya.
Penilaian terhadap keterangan yang diberikan oleh ahli di persidangan
juga
diserahkan
sepenuhnya
kepada
pertimbangan
hakim. Hakim tidak diwajibkan untuk mengikuti pendapat ahli jika hakim memiliki penilaian yang berbeda. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterangan saksi sebagai alat pembuktian Dalam
hal
hanya
mempunyai
kekuatan
pembuktian
ini,
kekuatan
pembuktiannya
yang
bebas.
bergantung
kepada
penilaian hakim.
peristiwa terlepas satu sama lain, dan masing-masing berdiri sendiri, namun menguatkan suatu peristiwa tertentu karena mempunyai kesesuaian dan hubungan satu sama lain, maka Hakim, menurut keadaan, bebas untuk memberikan kekuatan pembuktian kepada kesaksiankesaksian yang berdiri sendiri itu.
83
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
B. KETERANGAN SAKSI DALAM HUKUM ACARA PERDATA SINGAPURA 1.
Landasan Hukum Secara
Evidence
umum Act.
hukum Evidence
pembuktian Act
Singapura
berlaku
bagi
diatur seluruh
dalam proses
peradilan baik sebelum maupun di dalam persidangan, termasuk mengenai alat bukti keterangan saksi, kecuali untuk affidavits atau arbitral proceedings.158 Dalam perkara perdata, terdapat aturan tambahan mengenai pembuktian, yaitu Rules of The Supreme Court
dan
Rules
of
The
Subordinate
Court.
Di
dalam
kedua
perangkat aturan tersebut dapat ditemukan pengaturan mengenai affidavits.
Lebih lanjut, sistem hukum common law Inggris yang
diadopsi oleh Singapura, memberikan ruang bagi aplikasi common law negara Inggris maupun negara-negara Commonwealth apabila tidak
ditemukan
pengaturannya
di
dalam
perangkat
hukum
Singapura.159 158
Singapore, Section 2 (1) Evidence Act.
84
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Hukum Singapura menempatkan alat bukti keterangan saksi ke dalam oral evidence. Oral evidence mencakup keterangan saksi berdasarkan apa yang ia lihat, ia dengar, ia alami sendiri, dan keterangan
ahli.
Hukum
Acara
Perdata
Singapura
juga
tidak
mengenal pemisahan antara saksi biasa dan saksi ahli. Keduanya digabungkan ke dalam alat bukti kesaksian atau oral evidence.
“Oral evidence must be direct160 62. —(1) Oral evidence must in all cases whatever be direct — (a) if it refers to a fact which could be seen, it must be the evidence of a witness who says he saw that fact; (b) if it refers to a fact which could be heard, it must be the evidence of a witness who says he heard that fact; (c) if it refers to a fact which could be perceived by any other sense or in any other manner, it must be the evidence of a witness who says he perceived that fact by that sense or in that manner; (d) if it refers to an opinion or to the grounds on which that opinion is held, it must be the evidence of the person who holds that opinion on those grounds.”
Ahli
di
dalam
hukum
acara
perdata
Singapura
memiliki
definisi sebagai berikut.
Opinions of third persons when relevant Opinions of experts 159
Tet Yung, Op.Cit., hal. 7.
160
Singapore, Section 62 of Evidence Act.
85
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
47. —(1) When the court has to form an opinion upon a point of foreign law or of science or art, or as to the identity or genuineness of handwriting or finger impressions, the opinions upon that point of persons specially skilled in such foreign law, science or art, or in questions as to the identity or genuineness of handwriting or finger impressions, are relevant facts. (2) Such persons are called experts.
2. Syarat Alat Bukti Keterangan Saksi Di dalam sistem hukum acara perdata, juga terdapat syarat formil
dan materiil agar
sebuah kesaksian dapat secara sah
menjadi alat bukti keterangan saksi. Adapun yang menjadi syarat formil adalah sebagai berikut.
a. Orang yang cakap menjadi saksi Pada menjadi
dasarnya, saksi,
Pengadilan kemampuan
dapat untuk
setiap
kecuali
orang
memiliki
ditentukan
menilai
lain
kompetensi
memberikan
jawaban
kompetensi
untuk
oleh
pengadilan.
seseorang
berdasarkan
yang
rasional.
Hal
yang
menjadi tolak ukur adalah kondisi di bawah umur atau sangat tua, penyakit tertentu atas fisik maupun psikis, dan hal-hal lainnya. Sebagaimana dikutip dari Section 120 Evidence Act:
Who may testify 86
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
120. All persons shall be competent to testify unless the court considers that they are prevented from understanding the questions put to them or from giving rational answers to those questions by tender years, extreme old age, disease, whether of body or mind, or any other cause of the same kind. Explanation.—A lunatic is not incompetent to testify unless he is prevented by his lunacy from understanding the questions put to him and giving rational answers to them.
Bagi saksi yang tuna wicara, dimungkinkan untuk memberikan kesaksian
secara
tertulis
ataupun
dengan
bahasa
isyarat.
Apabila saksi tersebut memberi kesaksian dengan tulisan, maka hal tersebut dilakukan di dalam pengadilan, dan saksi tersebut harus menandatangani kesaksiannya di hadapan hakim. Kesaksian yang dilakukan dengan cara demikian tetap dianggap sebagai oral evidence, bukan documentary evidence. Sebagaimana dikutip dari Section 121 Evidence Act:
Dumb witnesses 121. —(1) A witness who is unable to speak may give his evidence in any other manner in which he can make it intelligible, as, for example, by writing or by signs; but such writing must be written and the signs made in open court. (2) Evidence so given shall be deemed to be oral evidence.
87
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Dalam perkara perdata, para pihak yang bersengketa juga memiliki kecakapan untuk memberikan kesaksian, demikian juga dengan
suami
atau
istri
dari
pihak
yang
berpekara,
juga
dianggap cakap untuk bersaksi. Sebagaimana diutip dari Section 122 (1) Evidence Act:
Parties to civil suit and their wives or husbands, and husband or wife of person under criminal trial 122. —(1) In all civil proceedings, the parties to the suit, and the husband or wife of any party to the suit, shall be competent witnesses
Hal
ini
berbeda
dengan
sistem
hukum
pembuktian
di
Indonesia. Pihak yang cakap untuk menjadi saksi tidak termasuk pihak yang berperkara dan bukan suami atau istri meskipun sudah bercerai. Prof. Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa kesaksian adalah kepastian yang diberikan kepada hakim di persidangan tentang peristiwa yang disengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara, yang dipanggil di persidangan.161 Sementara itu, Pasal
145
HIR,
Pasal
172
RBg,
dan
Pasal
1909
KUHPerdata
161
Mertokusumo, Op.Cit., hal 112.
88
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
mengatur larangan mengenai suami atau istri dari para pihak untuk menjadi saksi.
b. Menyusun affidavits Affidavits adalah, “A voluntary declaration of facts written down and sworn to by the declarant before an officer authorized to administer oaths, such as a notary public.”162
Adapun syarat penyusunan Affidavits antara lain:
163
1. Affidavits yang diserahkan melalui media elektronik164 a. Affidavit ini wajib untuk memiliki lebar margin yang tidak kurang
dari 35 mm dari ke empat sisi halaman
b. Beberapa hal di bawah ini merupakan ketentuan yang harus ditulis di pojok kanan atas dari halaman pertama setiap affidavit: o Pihak yang berperkara : Penggugat atau Tergugat. o Nama dari deponent. 162
Black’s Law Dictionary, Op.Cit.
163
The Subordinate Courts Practice Directions, E-Practice Direction Number 3 of 2007, “Legislation and Directions” section of the Subordinate Courts website at http://www.subcourts.gov.sg. (11 Januari 2008). 164
Pengadilan di Singapura telah menerapkan teknologi Singapore Judicial Electronic Filing Service (EFS) untuk memudahkan pengurusan administratif pengadilan. Sistem ini memperkenalkan nation-wide paperless court system. Lihat http://info.efs.com.sg/default.htm.
89
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
o Nomor urut affidavit, dalam file, berdasarkan susunan kasus atau permasalahan yang diungkap oleh deponen. o Tanggal affidavit dibuat, dan o untuk
data
affidavit
yang
berhubungan
dengan
proceedings di bawah Section 59 dan Part X dalam the Women’s
Chapter
(Cap.
353,
1997
Edisi
Revisi),
proceedings di bawah the Admistration of Muslim Law Act (Cap.3, 1999 Edisi Revisi), section 17A of the Supreme Court of Judicature Act (Cap. 323, 1999 Edisi Revisi) atau the Guardianship of Infants Act (Cap. 122, 1985 Edisi Revisi): Di pojok kanan atas dari halaman pertama untuk setiap affidavit, harus di jelaskan apakah data affidavit dikumpulkan uncontested ancillary
berdasarkan, divorce
matters
contested
(“UD”),
(“AM”)
atau
divorce
(“CD”),
summons
(“SUM”),
originating
summons
(“OS”) hearing, dan jika data affidavit dikumpulkan berkenaan dengan summons hearing, maka the number of the
said
summons
harus
di
sebutkan,
berdasarkan
jumlah angka yang tersedia.
Contoh, ““Defendant: Tan Ah Kow: 4th: 90
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
15.4.2000: AM hearing”; and “Defendant: Tan Ah Kow: 4th: 15.4.2000: SUM hearing: SUM no. 1234 of 2000"
c. Setiap halaman dalam affidavit (termasuk separators dan barang bukti) harus disusun secara berurutan, dan nomor halaman harus diletakkan di atas tengah halaman.
2. Affidavit yang tidak diserahkan secara elektronik a. Format affidavit secara umum o Affidavit berkualitas
di
siapkan
tinggi
dalam
dengan
kertas
lebar
margin
A4-ISO
yang
yang
tidak
kurang dari 35 mm dari ke empat sisi halaman. o Kertas yang di gunakan harus lah berwarna putih. o Affidavit disiapkan dalam bentuk printing, litografi atau bentuk ketikan, dan tanpa pengecualian, tidak disiapkan melalui carbon copying. Data dokumen yang diserahkan
dalam
bentuk
fotografik
atau
proses
sejenis yang nantinya akan memberikan gambaran yang permanen dan bebas dari kesalahan akan diterima, hal ini
pun berlaku
untuk
data dalam bentuk
fax yang
91
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
mengandung
ketentuan
sama
seperti
proses
diatas.
Photographic copies yang tidak jelas akan ditolak. o Affidavit haruslah dalam bentuk print atau ketikan, double-spaced dan hanya pada satu sisi halaman saja
b. Pemberian tanda dalam affidavits Dalam
pojok
kanan
atas
dari
halaman
pertama
dari
setiap
affidavit, dan juga pada halaman belakang harus tercantum: o Pihak yang berperkara (Penggugat atau Tergugat). o Nama dari deponent. o Jumlah affidavit yang berkaitan dengan para deponen, dan o tanggal pembuatan data.
Contoh, “2nd Deft: Tan Ah Kow: 4th: 23.08.2005”.
c. Penjilidan affidavit o Affidavit
yang
memiliki
30
halaman
atau
kurang
(termasuk barang bukti, pembagian halaman, dan lembar belakang) dapat di staple di bagian pojok kanan atas kertas.
92
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
o Affidavit halaman,
apapun (termasuk barang bukti, dan
halaman
di
plastic
ring
lembar
belakang)
sarankan
untuk
binding
atau
binding (warna merah untuk warna
biru
untuk
di
yang
pembagian
lebih
jilid
plastic
dari
30
menggunakan
spine
thermal
plaitiff/appellant, dan
defendants/respondents)
dengan
diberi lapisan plastik berwarna bening pada halaman depan dan belakang.
d. Pembuatan halaman pada affidavit Pembuatan
halaman
dalam
setiap
lembar
tertulis
pada
affidavit harus disusun secara berurutan, dan nomor halaman diletakkan di atas tengah halaman. Perubahan sebelum
terhadap
affidavit
isi
tersebut
affidavit
hanya
diserahkan
dapat
kepada
dilakukan
pengadilan.
Perubahan ini harus dibuat secara tertulis, ditandatangani oleh pihak yang bersangkutan, dan disumpah kembali oleh juru sumpah. Pada bagian keterangan yang telah diubah harus ditambahkan kata “re-sworn.”165
165
Singapore, Order 41, Rule 7 of The Rules of Court.
93
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
c. Mengucapkan sumpah Sumpah atau oaths wajib diucapkan oleh setiap saksi yang akan memberikan kesaksian di pengadilan walaupun mereka telah menyusun affidavits yang juga dibuat di bawah sumpah. Sumpah dalam affidavits
dilakukan untuk menjamin isi dari
affidavits tersebut. Sementara itu, sumpah saksi di hadapan pengadilan untuk menjamin bahwa saksi akan memberikan kesaksian yang benar sehingga kesaksian dirinya dapat dinilai sebagai alat bukti keterangan saksi.166 3. Tata Cara Pemeriksaan Saksi Pemeriksaan saksi dalam sistem peradilan perkara perdata Singapura
telah
Interrogatories.
dimulai Dalam
tahap
dalam ini,
tahap para
Discovery
pihak
telah
and
melalui
pleadings / tahap balas-membalas surat berperkara, namun belum memasuki
sidang
tersebut
akan
/
trials.
dipanggil
Dalam secara
persidangan, sah
untuk
saksi-saksi memberikan
166
Sebagaimana dikutip dari hasil wawancara antara penulis dengan advokat dari Rajah & Tann yang menjadi pembela Beckkett Pte. Ltd., yaitu Mr. Hamidul Haq Pada 15 April 2008: “Did all of the witnesses have to swear in front of the court before their examination? I understand that affidavits were already made under oath, so what is the purpose of making such oath again? Yes. Witnesses have to either make oath or afffirmation before they can give evidence at trial. The oath/ affirmation made for the affidavit is to affirm the contents of the affidavit evidence. The oath/ affirmation at the trial is to affirm the contents of whatever evidence the witnesses will be giving testimony on at the trial.”
94
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
keterangannya di hadapan hakim. Dengan demikian, pemeriksaan saksi terbagi ke dalam dua tahap, yaitu:
a. Sebelum Trials/persidangan Penggugat/Plaintiff yang telah mengisi formulir gugatan di pengadilan diwajibkan untuk membuat affidavits of evidence-inchief. Adapun yang dimaksud dengan affidavits of evidence-inchief
adalah
keterangan
setiap
saksi
pertama
dihadirkan oleh para pihak yang dibuat secara
yang
akan
tertulis dan
dibuat di bawah sumpah.167 Tujuan dari pembuatan affidavit ini adalah untuk memberikan penjelasan kepada hakim dan pihak lawan tentang duduk perkara yang sebenarnya. Tergugat
juga
diwajibkan
untuk
menyusun
affidavit
of
evidence-in-chief terhadap semua saksi yang akan dihadirkannya. Pada hari
yang ditentukan oleh
melakukan
pertukaran
termasuk
hakim
dapat
Pengadilan, para pihak akan
affidavits, melihat
sehingga
persoalan
seluruh
dari
setiap
pihak, sudut
pandang. Pengadilan di Singapura tidak menghendaki adanya hal-hal yang “mengejutkan” yang terjadi di persidangan tanpa diketahui 167
Lihat http://app.subcourts.gov.sg/civil dalam bagian “Explanatory Notes for a general overview of a civil action from commencement till final disposal of action.”
95
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
siapapun.168
oleh
pemeriksaan
di
Selain
persidangan
itu, akan
dengan lebih
adanya
kondusif
affidavits dan
efisien
karena para pihak telah siap dengan materi pembelaan masingmasing.
b. Saat trials / persidangan Di dalam Evidence Act Section 139 dijelaskan bahwa tahap pemeriksaan saksi di pengadilan terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Examination-in-chief Examination-in-chief
merupakan
pemeriksaan
pertama
terhadap saksi yang dihadirkan oleh pihak yang memintanya.169 Dengan
demikian,
Penggugat
maupun
terhadap
saksi-saksi
Tergugat
akan
yang
diperiksa
dihadirkan pertama
kali
oleh di
pengadilan dengan prosedur ini. Adapun tujuan dari tahap ini
168 Dalam praktek, advokat dari para pihak diberikan hak untuk bertanya lebih dahulu kepada saksi-saksi yang akan dihadirkan. Sebagai upaya untuk mencegah pernyataan yang berlawanan dari saksi saat di persidangan, dibuatlah affidavits atau pernyataan di bawah sumpah di hadapan notaris. Lihat http://research.lawyers.com/ Depositions-and-Affidavits.html (18 Januari 2008). 169
Tet Yung, Op.Cit., hal. 193. Lihat juga Section 139 (1) Evidence
Act.
96
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
adalah agar saksi dapat membenarkan atau memperkuat dalil-dalil dari para pihak. Prinsip menanyakan
dari
tahap
questions.170
leading
questions. menjawab
dasar
ini
adalah
Terdapat
larangan
dua
tipe
untuk leading
Pertama, pertanyaan yang mengarahkan saksi untuk
sesuai
keinginan
Penggugat.
Kedua,
pertanyaan
yang
mengasumsikan sebuah fakta yang belum tentu benar adanya.171 Examination-in-chief menempatkan saksi untuk menceritakan duduk perkara, sesuai dengan apa yang ia lihat, dengar, atau alami secara bebas, bukan untuk didikte oleh Penggugat atau Kuasanya.172 dilarang
Dalam untuk
sistem
hukum
diajukan,
Singapura, kecuali
leading
dengan
questions
persetujuan
pengadilan.173 Pemeriksaan saksi pertama diawali dengan pengucapan sumpah dan
pemeriksaan
identitas
(nama,
nomor
kartu
identitas,
pekerjaan, dan alamat). Sesudah itu, saksi akan diminta untuk 170
Sebagaimana dikutip dari Section 143 Evidence Act: “Any question suggesting the answer which the person putting it wishes or expects to receive or suggesting disputed facts as to which the witness is to testify, is called a leading question.” 171 Roderick Munday, Evidence, (London: Butterworths Core Text Series, 2001) hal. 104. 172
Ibid.
173
Singapore, Section 144 paragraph 1 Evidence Act.
97
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
menyampaikan dan mengkonfirmasi keterangan yang telah ia buat di bawah sumpah dalam affidávit of evidence in chief.174
2. Cross-examination Tahap pemeriksaan
selanjutnya saksi
oleh
adalah pihak
Cross-examination,
lawan
setelah
saksi
yaitu
diperiksa
dalam examination-in-chief.175 Pihak lawan yang tidak melakukan pemeriksaan
ini
dianggap
menerima
kesaksian
yang
diberikan
dalam tahap pertama.176 Tujuan dari tahap pemeriksaan ini adalah untuk
mencari
kelemahan
pihak
lawan
atau
untuk
membuktikan
kebenaran dalil pihaknya. Evidence
Act
juga
mengatur
lebih
jauh
mengenai
jenis
pertanyaan yang dapat diajukan dalam cross-examination, antara lain: 174
Conducting A Civil Trial in Person, http:// app.subcourts.gov.sg/civil/page.aspx?pageid=10872 (18 Januari 2008). 175
Singapore, Section 139(2) Evidence Act. Lihat juga Chin Tet Yung,
hal 197. 176
Chin Tet Yung, Op.Cit., hal 197.
98
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
a. Leading questions Pertanyaan leading questions yang dapat diajukan dalam tahap memiliki batasan-batasan sebagai berikut:177 o Pertanyaan mengulang
tidak
menyebabkan
kalimat
tepat
saksi
menjawab
dengan
seperti
kalimat
dalam
pertanyaan yang diajukan, dan o Pertanyaan tidak boleh mengasumsikan bahwa suatu fakta telah terbukti, padahal fakta tersebut belum atau telah tidak terbukti.
b. Pertanyaan menyangkut kredibilitas saksi Berbeda dengan pemeriksaan pertama, dalam tahap ini, pihak yang
bersangkutan
terkait
dengan
dapat kasus
menanyakan maupun
tentang
hal
yang
isu
yang
menyangkut
kredibilitas saksi. Seperti yang diatur dalam Section 148 Evidence Act, yaitu:
177
Section 145 paragraph 1 Evidence Act menyatakan bahwa, (1) Leading questions may be asked in cross-examination, subject to the following qualifications: (a) the question must not put into the mouth of the witness the very words which he is to echo back again; and (b) the question must not assume that facts have been proved which have not been proved, or that particular answers have been given contrary to the fact.
99
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Questions lawful in cross-examination 148. When a witness may be cross-examined, he may, in addition to the questions hereinbefore referred to, be asked any questions which tend — (a) to test his accuracy, veracity or credibility; (b) to discover who he is and what is his position in life; or (c) to shake his credit by injuring his character, although the answer to such questions might tend, directly or indirectly, to criminate him, or might expose or tend, directly or indirectly, to expose him to a penalty or forfeiture.
3. Re-examination. Tahap Pada
tahap
terakhir ini,
pemeriksaan
Penggugat
/
saksi
adalah
Plaintiff
re-examinating.
diberikan
kesempatan
untuk menanyai saksinya kembali.178 Adapun hal-hal yang dapat ditanyakan
pada
pemeriksaan
ini
terbatas
pada
hal-hal
yang
muncul pada cross-examination yang bertujuan untuk melakukan klarifikasi.179 Apabila Penggugat menanyakan hal-hal baru maka terhadapnya akan dikenakan sanksi yudisial, yaitu pemberian hak pada pihak lawan untuk melakukan cross-examination ulang dan pemeriksaan akan diulang kembali secara keseluruhan.180
178
Singapore, Section 139 paragraph (3) Evidence Act.
179
Munday, Op.Cit., hal. 116.
180
Singapore, Section 40 paragraph (3) Evidence Act.
100
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Hakim
yang
memimpin
jalannya
persidangan,
setiap
saat
memiliki kewenangan untuk mengajukan pertanyaan kepada saksisaksi yang diajukan oleh para pihak mengenai fakta yang relevan maupun
tidak
relevan
dengan
duduk
perkara
guna
memperoleh
bukti. Dalam hal ini, tidak ada satu pihak maupun kuasanya yang memiliki hak keberatan terhadap pertanyaan tersebut.181
3. Kekuatan Pembuktian Keterangan fakta,
kecuali
saksi
dimaksudkan
terhadap
isi
dari
untuk
menjelaskan
dokumen.182
setiap
Evidence
Act
Singapura mengatur secara rinci mengenai alat-alat bukti yang dapat diajukan dalam persidangan. Evidence Act juga memberikan panduan
bagi
hakim
dalam
menilai
kekuatan
pembuktian
atas
keterangan saksi. Keterangan saksi memiliki kekuatan pembuktian apabila
keterangan
tersebut
menjabarkan
fakta
yang
terkait
dengan perkara (facts in issue) dan fakta tersebut dianggap relevan (relevant fact).183 181
Singapore, Section 167 paragraph (1) Evidence Act.
182
Singapore, Section 61 Evidence Act.
183
Evidence Act memberikan empat kategori fakta, yaitu:
101
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Selanjutnya,
suatu
keterangan
saksi
memiliki
kekuatan
pembuktian apabila berkaitan langsung (direct) dengan perkara. Sesuai
Section
62
Evidence
Act,
Hal
mengandung
pengertian
bahwa: a.
Apabila
keterangan
saksi
merujuk
pada
sesuatu
yang
dapat terlihat, maka hal tersebut harus berupa pembuktian dari saksi yang melihat langsung fakta tersebut; b.
Apabila
keterangan
saksi
merujuk
pada
sesuatu
yang
dapat terdengar, maka hal tersebut harus berupa pembuktian dari saksi yang mendengar langsung fakta tersebut; c.
Apabila
keterangan
saksi
merujuk
pada
sesuatu
yang
dapat diterima melalui metode lainnya, maka hal tersebut harus
“Relevant” (2) One fact is said to be relevant to another when the one is connected with the other in any of the ways referred to in the provisions of this Act relating to the relevancy of facts. “Proved” (3) A fact is said to be “proved” when, after considering the matters before it, the court either believes it to exist or considers its existence so probable that a prudent man ought, under the circumstances of the particular case, to act upon the supposition that it exists. “Disproved” (4) A fact is said to be “disproved” when, after before it, the court either believes that it does its non-existence so probable that a prudent circumstances of the particular case, to act upon does not exist.
considering the matters not exist or considers man ought, under the the supposition that it
“Not proved” (5) A fact is said to be “not proved” when it is neither proved nor disproved.
102
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
berupa
pembuktian
dari
saksi
yang
melakukan
metode
lain
tersebut; d. Apabila keterangan saksi merujuk pada opini, maka hal tersebut harus berupa pembuktian dari saksi yang memiliki opini tersebut; e. Apabila keterangan saksi merujuk pada sesuatu benda selain
dokumen,
maka
Pengadilan
dapat
meminta
agar
benda
tersebut dihadirkan ke hadapan sidang pengadilan.
Prinsip utama dalam sistem hukum di Singapura adalah bahwa alat bukti yang terbaik harus dihadirkan di dalam persidangan (the
best
misalnya,
evidence ketika
must
be
made
available
ketentuan-ketentuan
dalam
to
the
suatu
court),
transaksi
dituangkan ke dalam dokumen, maka dokumen itulah yang menjadi alat
bukti
yang
terbaik
(best
evidence)
dalam
membuktikan
ketentuan-ketentuan tersebut.184
184 Berdasarkan hasil wawancara penulis melalui email dengan advokat Rajah & Tann yang menjadi pembela Beckkett Pte. Ltd., yaitu Mr. Hamidul Haq pada 30 April 2008:
“The overriding principle is that the best evidence must be made available to the court. When the terms of a transaction are set out in the form of a document, the document is usually the best evidence of those terms. Therefore when the terms of a contract are set out in a document, no evidence except the document itself will be allowed to prove its contents unless there are facts which would invalidate the
103
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Selain itu, dalam civil procedure Singapura dikenal asas ”preponderance of evidence.” Menurut Black’s Law Dictionary, preponderance of evidence adalah:
“The greater weight of the evidence, not necessarily established by the greater number of witnesses testifying to a fact but by evidence that has the most convincing force; superior evidentiary weight that, though not sufficient to free the mind wholly from all reasonable doubt, is still sufficicient to incline a fair and impartial mind to one side of the issue rather than the other.”185
Dalam perkara perdata, asas ini merupakan pedoman hakim untuk menimbang dan menentukan pihak mana yang memiliki alat bukti yang lebih kuat. Sebagaimana dikutip dari Balck’s Law Dictionary:
“This is the burden of proof in most civil trials, in which the jury is instructed to find for the party that, on the whole, has th stronger evidence, however slight the edge may be.”186
document or which involves the existence of a separate oral agreement as to any matter on which the document is silent” 185
Bryan A. Garner, ed., Op. Cit., hal. 1220. Ibid.
186
104
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Dengan demikian, ketika perkara menyangkut kontrak yang dituangkan ke dalam suatu dokumen tertulis, bukti
selain
dokumen
tertulis
itu
tidak
sendiri
ada alat
yang
dapat
membuktikan legalitas suatu ketentuan dalam kontrak, kecuali terdapat tersebut,
fakta-fakta atau
lain
terdapat
yang
suatu
dapat
perjanjian
membatalkan lisan
dokumen
(oral)
yang
terkait dengan dokumen tersebut dan tidak disebutkan di dalam dokumen.
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HUKUM MENGENAI KETERANGAN SAKSI DALAM ACARA PERDATA ANTARA INDONESIA DAN SINGAPURA A. PERKARA SECARA UMUM
105
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
1. Gambaran Perkara di Indonesia187 Kasus ini diawali dengan perjanjian kredit, dimana pada bulan
Oktober
memiliki
15%
perjanjian
1997, saham
kredit
PT. di
Asminco PT.
dalam
(Asminco)
Adaro
bentuk
(Adaro)188,
Bridge
yang
saat
itu
menandatangani
Facility
Agreement189
dengan Deutsche Bank Aktien Gesellschaft sebesar US$ 100 Juta. Jangka
waktu
pinjaman
tersebut
cukup
singkat,
yaitu
hanya
sekitar 10 bulan, dengan jatuh tempo pada bulan Agustus 1998. Tujuan kredit tersbut adalah untuk pembelian 25% saham Adaro yang dimiliki oleh PT. Tietamas Majutama dan PT. Panca Muspan, sehingga Asminco memiliki 40% saham Adaro.190
187 Dirangkum dari berbagai sumber oleh Teddy Anggoro, Upaya Hukum Yang Dapat Diajukan Terhadap Penetapan Eksekusi Pengadilan Negeri (Studi Kasus Deutsche Bank Ag. Singapore Lawan Beckket PTE. LTD Tentang Pembatalan Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Mengenai Eksekusi Gadai Saham Oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta), (Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2003). 188 PT. Adaro adalah Perusahaan Pertambangan Batubara terkemuka di Indonesia yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Sukanto Tanoto dan Hasjim Djoyohadikusumo. 189 Dalam perjanjian ini disepakati bahwa pelaksanaan perjanjian tersebut dijamin dengan Beckket dan SME sebagai Corporate Guarantee dan saham dengan Lembaga Gadai yang didasarkan pada Share Pledge Agreement sebagai perjanjian assesoirnya. 190 Selain untuk pembelian saham, fasilitas kredit tersebut juga digunakan untuk membiayai modal kerja Asminco.
106
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Perjanjian gadai
kredit
saham,
tersebut
sebagai
jaminan
disertai
dengan
pelunasan
perjanjian
hutang
dengan
menggadaikan beberapa saham, yaitu: a. Sebanyak 40% saham Asminco di Adaro b. Sebanyak 40% saham Asminco di PT Indonesia Bulk Terminal (IBT) c. Sebanyak 74,2% saham Beckkettt di PT. Swabara Mining and Energy (SME), dan d. 100%-1 saham SME di Asminco. Pada
saat
perjanjian
kredit
tersebut
jatuh
tempo
pada
bulan Agustus 1998, Asminco belum dapat mengembalikan hutangnya kepada
Deutsche
Bank.
Kemudian
atas
permintaan
Asminco,
Deutsche Bank menyetujui penjadwalan kembali (reschedulling) pelunasan
hutang
hingga
31
Desember
2000.
Namun
demikian,
hingga batas waktu yang telah disepakati, Asminco belum juga melunasi
hutangnya,
sehingga
Deutsche
Bank
mengirim
somasi
sebanyak 4 kali. Tidak adanya itikad baik dari Asminco untuk membayar, maka pada Desember 2001, Deutsche Bank memohon penetapan eksekusi gadai saham ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel). 107
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Dalam waktu singkat, hakim PN Jaksel mengabulkan permohonan Deutsche Bank dengan mengeluarkan penetapan mengenai eksekusi saham-saham yang dijaminkan dengan gadai tersebut. Penjualan tersebut dilakukan di bawah tangan (private selling). Adapun penetapan yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Untuk Eksekusi 40% saham milik Asminco di IBT191: o Penetapan No. 335/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, o Penetapan No. 336/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, o Penetapan No. 337/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel 2. Untuk Kesekusi 40% saham milik Asminco di Adaro192: o Penetapan No. 332/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, o Penetapan No. 333/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, o Penetapan No. 334/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel 3. Untuk Eksekusi 74,2% saham milik Beckkettt di SME193: o Penetapan No. 338/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, o Penetapan No. 339/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, o Penetapan No. 340/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel 4. Untuk Eksekusi 100%-1 saham milik SME di Asminco194: 191
Masing-masing tanggal 11 Desember 2001.
192
Masing-masing tanggal 11 Desember 2001 .
193
Masing-masing tanggal 11 Desember 2001 .
108
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
o Penetapan No. 341/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, o Penetapan No. 342/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, o Penetapan No. 343/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel
Penjualan saham dilakukan pada 15 Februari 2002 dan saham tersebut
dibeli
oleh
beberapa
pihak,
yaitu
PT.
Dianlia
Setyamukti (DSM), PT. Akabiluru (Akabiluru), dan PT. Mulhendi Sentosa Abadi (MSA). Tiga tahun kemudian, Beckkett yang merupakan perusahaan induk Asminco mengajukan gugatan kepada Deutsche Bank melalui PN
Jaksel
untuk
meminta
pengadilan
agar
penjualan
saham
tersebut dinyatakan batal demi hukum. Namun demikian, Beckkett mencabut
gugatannya
karena
telah
mengajukan
Permohonan
Pembatalan Penetapan PN Jaksel tentang Eksekusi Gadai Saham tersebut ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.
Pengadilan Tinggi
DKI Jakarta melalui Ketua Pengadilannya mengabulkan Permohonan Beckkett dengan mengeluarkan Penetapan sebagai berikut. Penetapan PT Jakarta195: 194
Masing-masing tanggal 11 Desember 2001 .
195
”Deutsche
Bank
Kembali
Digugat,”
www.hukumonline.com
(25
Maret
2008).
109
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
1. Penetapan PT Jakarta No. PTJ.KPT.02.2005 tertanggal 25 Februari 2005 yang menetapkan batal demi hukum penetapanpenetapan PN Jakarta Selatan sebagai berikut: Penetapan No. 335/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, Penetapan No. 336/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, Penetapan No. 337/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel masing-masing tanggal 11 Desember 2001 dan Penetapan No. 35/Pdt.P/2002/PN.Jak.Sel tanggal 19 Februari 2002 2. Penetapan PT Jakarta No. PTJ.KPT.03.2005 tertanggal 25 Februari 2005 yang menetapkan batal demi hukum penetapanpenetapan PN Jakarta Selatan sebagai berikut: Penetapan No. 332/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, Penetapan No. 333/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, Penetapan No. 334/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel masing-masing tanggal 11 Desember 2001 dan Penetapan No. 36/Pdt.P/2002/PN.Jak.Sel tanggal 19 Februari 2002 3. Penetapan PT Jakarta No. PTJ.KPT.04.2005 tertanggal 25 Februari 2005 yang menetapkan batal demi hukum penetapanpenetapan PN Jakarta Selatan sebagai berikut: Penetapan No. 341/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, Penetapan No. 342/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel, Penetapan No. 343/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel masing-masing tanggal 11 Desember 2001 dan Penetapan No. 33/Pdt.P/2002/PN.Jak.Sel tanggal 19 Februari 2002
Dalam hal ini, Beckkett mempermasalahkan penjualan secara private tersebut dilakukan dengan harga yang jauh
di bawah
harga pasar. Hal ini (menurut Beckkett) bertentangan dengan pengaturan eksekusi obyek gadai yang diatur dalam KUHPerdata. Deutsche Bank beragumen bahwa harga US$ 46 juta tersebut sudah merupakan harga pasar pada saat saham tersebut dijual. Mekanisme penjualan secara private tersebut berdasarkan cara yang ditentukan oleh hakim, berdasarkan Penetapan PN Jaksel 110
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
tersebut,
yang
menurut
Deutsche
Bank
telah
sesuai
dengan
pengaturan eksekusi objek gadai dalam KUHPerdata. Selain itu, Deutsche Bank mempermasalahkan kompetensi Pengadilan Tinggi DKI Jakarta sebagai pengadilan tingkat banding dalam membatalkan Penetapan PN Jaksel. Menurut Deutsche Bank, berdasarkan undagundang
dan
yurisprudensi,
pembatalan
Penetapan
PN
harus
dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA) sebagai pengawas tertinggi yudisial. 2. Gambaran Perkara di Singapura196 Penjualan saham secara private selling yang dilakukan oleh Deutsche Bank pada 15 Februari 2002 kepada
beberapa pihak,
yaitu PT. Dianlia Setyamukti (DSM), PT. Akabiluru (Akabiluru), dan PT. Mulhendi Sentosa Abadi (MSA), dinilai telah melanggar hukum oleh Beckkett. Pada 27 April 2004, Beckkett mengajukan gugatan kepada Deutsche Bank di High Court Singapore.197 Perkara ini diajukan oleh Beckkett ke pengadilan di Singapura karena “The Share Sale 196
Dihimpun dari Singapore High Court Decision on Beckkett Pte Ltd v Deutsche Bank AG and Another (Suit No. 326/2004), 21 September 2007. 197
Dalam hal ini, High Court bertindak sebagai pengadilan tingkat pertama karena nilai perkara mencapat US$ 100 milion. Berdasarkan Section 20 dan 21 Subordinate Courts Act, nilai kasus yang dapat langsung diadili pada High Court harus lebih dari $250.000.
111
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Agreement”
antara
Deutsche
Bank
dan
DSM
memilih
Singapura
sebagai choice of law. Terdapat 3 hal yang mendasari Beckkett mengajukan gugatan kepada Deutsche Bank dan DSM, yaitu; a.
Bahwa
Deutsche
Bank
telah
gagal
untuk
melakukan
perannya sebagai Penerima Gadai / Pledgee;198 penjualan private
selling
antara
Deutsche
Bank
dengan
DSM
dilakukan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu kepada Beckkett selaku Penjamin atau Guarantee. b.
Bahwa saham yang dijaminkan dengan hak gadai telah dijual dengan harga di bawah pasar;
c.
Bahwa penjualan saham yang dibebani dengan hak gadai tersebut dilakukan dengan konspirasi yang bertentangan dengan hukum.199
198 Beckkett claimed that Deutsche Bank owed duties to it as pledge / mortgages of the SME shares and, as the creditor of the Bridging Loan secured by the guarantee executed by Beckkett, a duty to exercise its power of sale over the Pledged Shares by taking reasonable care to obtain a true value for the shares. 199 Beckkett alleged that the sale of The Pledged Shares by Deutsche Bank to DSM and its nominees (PT Mulhendi Sentosa and PT Akabiluru) was carried out in pursuance of conspiracy between Deutsche Bank and DSM by unlawful means and/or with the predominant purpose to injure Beckkett by Deutsche Bank selling to DSM the Pledged Shares at an undervalue, and thereafter to windup Beckkett.
112
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Dalam gugatannya, Beckkett meminta hal-hal sebagai berikut ke Pengadilan.
“The remedies Beckkett sought in this action were: (a) a declaration that the sales of the Pledged Shares pursuant to the share sale agreement are invalid, null and void and that it be set aside, (b) a declaration that the equity of redemption over the Pledged Shares be restored to Beckkettt, SME and Asminco, (c) an order that Deutsche Bank and DSM return the Pledged Shares to Beckkettt, SME and Asminco and restore their percentage shareholdings in SME, Asminco, Adaro and IBT, and (d)
damages to be assessed.”
High Court Singapore yang memeriksa dan mengadili perkara ini dipimpin oleh hakim tunggal, yaitu Judge Kan Ting Chiu J. Pada tanggal 21 September 2007, setelah High Court menjatuhkan putusan sebagai berikut.
152 Having so reviewed the issues of law and fact raised by the parties, I find and order on the claims and the counterclaim that: (a) Beckkett has made out a case that Deutsche Bank failed to discharge its duties as pledgee when it sold the SME shares, but has failed to show that Deutsche Bank had in fact sold those shares at an undervalue, so I award to Beckkettt nominal damages of $1000; 113
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
(b) Beckkett’s claim for conspiracy against Deutsche Bank and DSM is dismissed; and (c) Deutsche Bank’s counterclaim against Beckkettt is dismissed. 153
On costs, I order that:
(a) as Beckkett has established Deutsche Bank’s liability but failed to prove its loss in the claim against Deutsche Bank as pledgee, each party is to bear its own costs; (b) Beckkett is to pay Deutsche Bank and DSM costs in the claim on conspiracy; (c) Deutsche Bank is to pay Beckkettt costs in the counterclaim; and (d) all the costs to be paid are to be taxed for two counsel.
3. Perkembangan Kasus di Indonesia200 Pasca
3
hari
dikeluarkannya
Putusan
Pengadilan
Tinggi
Singapura yang menolak gugatan Beckkett, terdapat pihak baru yang mengajukan gugatan terhadap Deutsche Bank dan DSM. Pihak tersebut adalah Wienfield International Investments Ltd.201
200 Disusun berdasarkan pengumpulan dari berbagai sumber, yaitu media cetak dan wawancara dengan aparat pengadilan yang menjadi Panitera dalam perkara ini, yaitu Supandi, S.H. pada 22 Mei 2008. 201
“Deutsche Bank Kembali Digugat,” Loc.cit.
114
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Wienfield202 telah mendaftarkan gugatan perbuatan melawan hukum di Kepaniteraan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada 24 September 2007. Gugatan itu ditujukan ditujukan kepada beberapa pihak, yaitu: a. Deutsche Bank Ag. sebagai Tergugat I b. PT. Akabiluru sebagai Tergugat II c. PT. Dianlia Setyamukti sebagai Tergugat III d. PT. Swabara Mining Energy sebagai Turut Tergugat I e. PT. Asminco Bara sebagai Turut Tergugat II f. PT. Adaro Indonesia sebagai Turut Tergugat III g. PT. Indonesia Bulk Terminal sebagai Turut Tergugat IV, dan h. Ilmiawan Dekrit Supatmo, SH. Sebagai Turut Tergugat V. Gugatan diajukan
perdata
sehubungan
No.
1411/Pdt.G/2007/PN.JAK.SEL
dengan
dikeluarkannya
tersebut
penetapan
dari
202 Menurut Kantor Berita Antara (http://jurnalnasional.com), Winfield diketahui sebagai pemegang 10 persen saham Swabara Mining & Energy, sejajar dengan Beckkett Pte. Ltd. yang sebelumnya memiliki 74,2 persen saham dalam Swabara. Informasi yang didapatkan Antara menyebutkan bahwa Winfield dulunya adalah milik pengusaha Hasyim Djojohadikusumo.
115
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Pengadilan Tinggi (PT) Jakarta terhadap 12 penetapan PN Jakarta Selatan dalam kasus jual beli saham-saham SME di Asminco, dan saham-saham
Asminco
di
Adaro
dan
IBT.
PT
Jakarta
sendiri
menyatakan 12 penetapan itu batal demi hukum.203 Dalam
petitum
gugatannya,
Winfield
meminta
pengadilan
menyatakan perbuatan Deutsche Bank, Akabiluru, dan DSM dalam eksekusi
gadai
dan
jual
beli
saham
secara
private
sebagai
perbuatan melawan hukum. Kemudian, mereka juga meminta jualbeli tersebut dibatalkan, dan saham yang dialihkan dalam jual beli dikembalikan kepada pemiliknya. Selain itu Weinfield juga meminta ganti rugi materiil sebesar US$4,5 juta dan imateriil Rp 500 miliar.204 Majelis
Hakim
Pengadilan
Negeri
Jakarta
Selatan205
yang
memeriksa perkara ini, menjatuhkan putusan pada 29 April 2008 dengan amar putusan sebagai berikut.206
203
“Soal Eksekusi Gadai Saham, Gugatan Ke Disidangkan”, www.hukumonline.com (25 Maret 2008).
204
Deutsche
Bank
Kembali
Loc. Cit.
205 Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini terdiri dari 3 orang hakim yang diketuai oleh Eddy Risatanto, SH. Adapun 2 hakim anggota lainnya adalah Erfan Basuning, SH. Dan Syafrullah, SH. 206 Berdasarkan wawancara penulis dengan Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menjadi Panitera dalam kasus ini, yaitu Supandi, S.H.
116
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
DALAM PROVISI: - Menolak tuntutan provisi Penggugat DALAM EKSEPSI: - Menolak eksepsi Para Tergugat dan Para Turut Tergugat untuk seluruhnya DALAM POKOK PERKARA: - Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya; - Menghukum Penggugat untuk membayar biaya yang timbul hingga kini dinilai sebesar Rp. 1.089.000,00 (Satu juta delapan puluh sembilan ribu Rupiah)
B. ANALISIS 1. Proses Pemeriksaan Saksi Pada Singapore High Court207
Sebelum Beckkett, Deutsche Bank, dan DSM bertemu di dalam persidangan,
seluruh
saksi
yang
akan
mereka
hadirkan
telah
yang dilakukan Selatan.
pada
Kamis,
22
Mei
2008
di
Pengadilan
Negeri
Jakarta
207
Disusun berdasarkan Singapore High Court Decision on Beckkett Pte Ltd v Deutsche Bank AG and Another [2007] SGHC 153, Suit 326/2004, 21 September 2007.
117
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
terlebih
dahulu
membuat
Affidavits
of-evidence-in
chief.
Affidavits ini dibuat secara tertulis sesuai dengan format yang berlaku dan
dibuat di hadapan juru sumpah atau Commisioner
Oaths. Setiap pihak memiliki Commisioner Oaths yang berbedabeda.
Setelah seluruh pihak siap dengan affidavits dari setiap saksinya, maka sesuai dengan hari yang ditetapkan oleh hakim pada
Singapore
affidavitsnya
High atau
Court,
para
exchange
of
pihak
melakukan
affidavits
di
pertukaran pengadilan.
Pertukaran affidavits harus dilakukan pada hari yang sama untuk menghindari bersamaan
kecurangan. dengan
pertukaran
Pertukaran alat
affidavits
bukti
atau
dilakukan
barang
bukti
lainnya. Waktu penukaran affidavits disebut dengan Summons for Directions.
Adapun
tujuan
dari
pertukaran
affidavits
sebelum
persidangan adalah sebagai berikut.
“Exchanging before trial all of the evidence a party intends to rely on enables all the parties to th action to evaluate their prospects of success earlier than they otherwise could. By analyzing the exchanged documents, each side can see final extent of the dispute over a
118
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
particular issue; what evidence they face and therefore what the result is likely to be.”208
Pada hari yang telah ditentukan, seluruh pihak hadir untuk mengikuti persidangan. Dikarenakan tahap jawab-menjawab surat atau pleadings telah dilakukan di luar persidangan dan belum dicapai kesepakatan damai antara para pihak, maka inti dari persidangan adalah langsung kepada tahap pembuktian, termasuk pemberian oral evidence atau pembuktian dengan saksi. Adapun tahapan dalam proses pemeriksaan saksi untuk kasus ini terbagi dalam pemeriksaan saksi pihak Penggugat dan pemeriksaan saksi pihak Tergugat.
a. Pemeriksaan saksi Pihak Penggugat (Beckkett Pte. Ltd.)209
Sesuai dengan tata cara yang diatur dalam Rule of High Court, pembuktian dengan oral evidence atau saksi oleh pihak Penggugat meliputi tahap: 208
Lihat John O’Hare dan Kevin Brown, Civil Litigation 13th Edition, (London: Sweet & Maxwell, 2007), hal. 236 209 Disusun berdasarkan hasil wawancara penulis melalui email dengan advokat Rajah & Tann yang menjadi pembela Beckkett Pte. Ltd., yaitu Mr. Hamidul Haq pada 15 April 2008 dan 30 April 2008.
119
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
1.
Opening of Plaintiff’s case
2.
Evidence-in-chief
(or
oral
testimony)
of
Plaintiff’s
witness 3.
Cross-examination of Plaintiff witness
4.
Process (b) and (c) are repeated till all the Plaintiff witnesses have taken the stand
5.
Close of Plaintiff's case
Dalam Beckkett
sidang
yang
sebagai
penjelasan
terbuka
Penggugat
mengenai
duduk
untuk
umum,
diwajibkan
perkara
atau
pertama-tama
untuk
memberikan
dalil
gugatannya.
Setelah itu, Beckkett diberikan hak untuk mengajukan saksisaksinya, sesuai dengan affidavits yang telah disusun. Setiap saksi
dihadirkan
secara
satu
per
satu
ke
dalam
ruang
persidangan.
Untuk membuktikan keseluruhan dalil di dalam gugatannya, Beckkett mengajukan 12 saksi (termasuk ahli), yaitu:
1.
Arthur Ling Ping Shuan, Direktur Beckkett yang memberikan bukti dalam hal penyusunan bridge loan, restrukturisasi utang, dan hal-hal lain sehubungan dengan perbuatan hukum Beckkett; 120
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
2.
Ian
Wayne
Spence,
Komisaris
Adaro
yang
ditunjuk
oleh
Djojohadikusumo dan Sukanto yang memberikan bukti tentang perjanjian dengan Management Group dan masalah menyangkut Shareholder Group; 3.
Anthony Jeffrey D’Cruz, Direktur Beckkett yang memberikan bukti perihal perjanjian dengan Management Group;
4.
Josef
Kristiadi,
merupakan
ahli
yang
memberikan
keterangan perihal situasi politik Indonesia antara tahun 1999 – 2001; 5.
Faisal Basri, merupakan ahli yang memberikan keterangan perihal situasi ekonomi dan politik antara tahun 1999 – 2001;
6.
Ambyo
Mangunwidjaja,
merupakan
ahli
yang
memberikan
keterangan perihal efek Pajak Pertambahan Nilai (Value Added Tax) dalam PP No. 144/2000; 7.
Muhammad Yahya Harahap, merupakan ahli yang memberikan keterangan perihal penerapan Pasal 1156 KUHPerdata;
8.
Mariam Darus, merupakan ahli yang memberikan keterangan perihal
tanggung
jawab
direksi
dalam
sistem
hukum
Indonesia; 9.
Claude
Arthur
Jugmans,
merupakan
ahli
yang
memberikan
keterangan perihal perhitungan saham Adaro dan IBT; 121
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
10. James
Schaeffer
keterangan
Jr.,
perihal
merupakan
harga
saham
ahli
yang
yang
dapat
memberikan diperoleh
Adaro; 11. Ian Laurence Alexander, merupakan ahli yang memberikan keterangan perihal perhitungan Discounted Cash Flow Adaro dan IBT yang dilakukan oleh dirinya; 12. Victor Sim Mong Seng, Senior Legal Counsel of Deutsche Bank, memberikan keterangan tentang keterlibatannya dalam penjualan saham – saham yang dibebani dengan hak gadai.
Setiap mengucapkan
saksi
yang
sumpah
di
dihadirkan hadapan
oleh
Beckkett
pengadilan.
Lafal
wajib sumpah
diucapkan oleh Hakim dan setiap saksi wajib mengikutinya.
”It is vital to remember that a witness statement will be the maker’s evidence at trial. As a general rule he will enter the witness box, take the oath or affirm and give his name and address.”210
Dalam terlebih
hal
dahulu
ini,
Beckkett
kepada
saksi
diberikan yang
hak
untuk
dihadirkannya.
bertanya
Tahap
ini
disebut dengan evidence-in-chief. Setiap saksi dari Beckkett menjelaskan
fakta
yang
ia
tulis
di
dalam
affidavits.
Saat
210
John O’Hare dan Kevin Brown, Ibid., hal. 236.
122
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
memberikan
keterangannya,
saksi
diperkenankan
untuk
membuka
affidavits yang telah dibuatnya. Saksi juga diperkenankan untuk membuka
dokumen-dokumen
lain
yang
relevan
untuk
mendukung
keterangannya.
”The role of a witness statement at trial is to tell a story. The facts should run in chronological order. There must be no confusing flash backs. A witness will be given a copy of his statement and confirm that it is true. He will then be cross examined by the other side.211 Tahap
selanjutnya
adalah
cross-examination
oleh
pihak
Tergugat. Deutsche Bank dan PT. Dianlia Setyamukti yang telah menerima
affidavits-of-evidence-in
chief
dari
seluruh
saksi
yang dihadirkan Beckkettt memiliki hak untuk bertanya kepada setiap saksi tersebut. Di dalam cross examination ini, Deutsche Bank dan DSM berupaya untuk mematahkan dalil Beckkett.
Setelah kesempatan
tahap untuk
examination). Ketika
cross-examination, bertanya
Tahap
ini
Deutsche Bank dan
terhadap
satu
orang
kembali
bertujuan
kepada untuk
DSM belum puas
saksi
dari
Beckkett
diberikan
saksinya
meluruskan
(refakta.
dengan pemeriksaan
Beckkett,
maka
keduanya
diberikan hak untuk melakukan cross-examination kembali. Tahap 211
Ibid.
123
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
ini dapat dilakukan berkali-kali kepada satu orang saksi hingga seluruh pihak merasa cukup. b. Pemeriksaan Saksi Pihak Tergugat (Deutsche Bank dan PT. Dianlia Setyamukti)
Tidak berbeda dengan tahap pemeriksaan saksi dari pihak Penggugat, tahap pemeriksaan saksi dari pihak Tergugat juga melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.
a. Opening of Defence's case b. Evidence-in-chief (EIC or oral testimony) of Defense’s witness c. Cross-examination of Defense witness d. Process (b) and (c) are repeated till all the Defense witnesses have taken the stand. e. Close of Defense’s case Deutsche Bank
Setelah Close of Plaintiff’s Case dari Beckkettt, Deutsche Bank
memiliki
2
perlawanan atau
opsi,
yaitu
memilih
untuk
melanjutkan
rebuttal atau memilih ”No case to answer.”
124
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Deutsche Bank sebagai Tergugat I memilih untuk tidak memberikan oral evidence di pengadilan atau ”No case to answer.”
“77 At the close of Beckkett’s case, Deutsche Bank submitted that there was no case to answer, and elected not to enter its defence. Consequently, it did not rely on the affidavits of evidence-in-chief that were filed by its intended witnesses, and did not call any of them to give evidence.”212
Deutsche membuktikan penetapan
Bank
menilai
dalil-dalilnya
harga
dan
bahwa
Beckkett
mengenai
penjualan
adanya
saham
PT.
tidak
konspirasi Adaro
yang
dapat dalam telah
dijaminkan dengan hak gadai, sehingga permintaannya agar sahamsaham tersebut dikembalikan kepada pemilik sebelumnya adalah tidak masuk akal.
Konsekuensi menyebabkan evidence.
dari
pihaknya
Dengan
tindakan kehilangan
demikian,
semua
Deutsche hak
Bank
untuk
tersebut
mengajukan
affidavits
of
oral
evidence-in-
chief yang telah disusun oleh Deutsche Bank tidak digunakan, sebab
saksi-saksi
dari
pihak
Deutsche
Bank
tidak
akan
dihadirkan di dalam persidangan untuk memberikan keterangannya. 212
Singapore High Court Decision, Ibid., point number 77.
125
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Affidavits
yang
tidak
diuji
melalui
cross-examination
tidak
memiliki nilai dan akan diabaikan oleh pengadilan. Mulai dari titik ini, Deutsche Bank hanya bergantung kepada argumen hukum atau legal argument
dan bukan kepada
alat bukti keterangan
saksi.213
Namun demikian, Deutsche Bank tetap memiliki hak untuk mengajukan
pertanyaan
kepada
saksi-saksi
yang
diajukan
oleh
Beckkett maupun DSM. PT. Dianlia Setyamukti (DSM)
213
Sebagaimana dikutip dari hasil wawancara penulis dengan advokat Rajah & Tann, Mr. Hamidul Haq: Since Deutsche Bank not calling their witnesses, what is the value of their affidavits in relation to evidence? The AEICs were made before the trial, and exchanged before the trial. However, since the Defence chose to make a submission of no case to answer at the trial itself, they were barred from calling further evidence from their witness. By calling a witness to the stand and having them undergo crossexamination, the effect is that the evidence which has been contained in the affidavit has been tested and the court may now attach the corresponding weight to the evidence based on, among others, the reliability and consistency of evidence given at trial. Since, however, the Defence made a submission of "no case to answer", the Defence was not entitled to rely on the affidavit evidence should the submission fail. Thus, not only was such evidence not tested via crossexamination, but such evidence was in fact given no weight and disregraded by the Court. The Defence's entire case would therefore be based on legal arguments, and not witness testimony.”
126
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
DSM merupakan Tergugat II di dalam kasus ini. Setelah Deutsche
Bank
memilih
”No
case
to
answer,”
tidak
demikian
dengan DSM. DSM memilih untuk memberikan oral evidence melalui 11 saksi.
Dalam
memberikan
oral evidence,
DSM
juga melalui
tahap-tahap yang sama dengan Beckkett. Adapun saksi-saksi yang dihadirkan oleh DSM adalah sebagai berikut.
1.
Edwin
Soeryadjaya,
Komisaris
Utama
PT.
Dianlia
Setyamukti memberikan keterangan sebagai berikut. o Ia merupakan pihak utama yang memutuskan agar DSM membeli saham yang telah dijaminkan dengan hak gadai dengan harga US$ 46 juta dari Deutsche Bank. o Ia merupakan salah satu pihak pengendali PT. Astra International (”Astra”). o Astra secara tidak langsung terlibat dalam kontraktor pertambangan Adaro. Ketika ia mengetahui bahwa saham Adaro
dan
Indonesia
Bulk
Terminal
tersedia
di
pasaran, ia tertarik untuk membeli saham tersebut, namun memiliki keraguan karena ketertarikan Sukanto Tanoto
terhadap
saham
yang
dijaminkan
dengan
hak
gadai tersebut.
127
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
2.
Sandiaga Salahuddin Uno, Direktur DSM dan rekan dari Soeryadjaya memberikan keterangan sebagai berikut.
b. Ia
memberi
informasi
kepada
Soeyadjaya
mengenai
eksekusi gadai saham oleh Deutsche Bank dan membuat 2 penawaran awal sebesar US$ 25 juta dan US$ 40 juta. c. Setelah
tercapai
kesepakatan
harga
sebesar
US$
46
juta, ia menyusun rencana pembelian dengan dibantu oleh Agus Sutopo, advokat dari Indonesia. d. Ia juga bekerja sam adengan Indra Aman yang merupakan contact person antara Deutsche Bank dan DSM. e. Ia
memberikan
bukti
mengenai
pembiayaan
DSM
untuk
Bank Mandiri dan kontrak transportasi antara DSM dan Adaro.
3.
Chia Ah Hoo, Direktur Adaro, yang memberikan keterangan perihal kontrak transportasi dengan DSM.
4.
Budi
Rachman,
memberikan
General
keterangan
Manager perihal
Operasi
DSM,
implementasi
yang
kontrak
transportasi batu bara dengan Adaro. 5.
Angelien Menokathy Jacob, Kepala Seksi Akuntan DSM, yang memberikan keterangan mengenai pembukuan akuntansi yang berkaitan dengan jasa transportasi batu bara. 128
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
6.
Inghie Kwik, merupakan ahli yang memberikan keterangan perihal
kondisi
Indonesia
pada
makroekonomi, 2001
ketika
sosial, DSM
dan
membeli
politik
di
saham
yang
ahli
yang
pajak
dan
dijaminkan dengan hak gadai tersebut. 7.
Peh
Yudie
Prawira
memberikan
Paimanta,
keterangan
ketidakpastian
yang
merupakan
mengenai
isu
terkandung
dalam
Peraturan
Pemerintah No. 144 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai. 8.
Shiv
Kumar
Dave,
merupakan
ahli
yang
memberikan
keterangan mengenai Badan Penyehatan Perbankan Nasional yang berperan dalam pemulihan asset bank. 9.
Fred
B.G
Tumbuan,
merupakan
ahli
yang
memberikan
keterangan mengenai Pasal 1156 KUHPerdata. 10. Mohammad
Idwan
Ganie,
merupakan
ahli
yang
memberikan
keterangan tentang hukum Indonesia yang menyangkut tugas dan kewenangan direksi, komisaris, dan hak pemberi gadai saham
untuk
memperoleh
Victor
Gubbins,
kembali
sahamnya
yang
telah
dijual. 11. Colin
merupakan
ahli
yang
memberikan
keterangan mengenai harga batu bara di Indonesia.
129
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
2. Pemeriksaan Saksi Pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Guna membuktikan dalil gugatannya, Winfield mengajukan 2 orang saksi ahli dan 1 orang saksi. Adapun ahli yang dihadirkan adalah sebagai berikut. a. Prof. Erman Radjagukguk214 Prof. dihadirkan. menetapkan
Erman
Radjagukguk
Majelis hari
Hakim
Selasa,
merupakan
Pengadilan 25
Maret
ahli
Negeri
2008
pertama
Jakarta
sebagai
yang
Selatan
hari
untuk
mendengar keterangan ahli. Setelah disumpah menurut agamanya (Islam) oleh juru sumpah tersendiri, ahli memberikan keterangan tertulis mengenai halhal
yang
sebelumnya
berhubungan dan
dengan
memberikan
perkara keterangan
yang
telah
secara
ia
susun
langsung
di
pengadilan, antara lain:
214 Disusun berdasarkan wawancara penulis dengan Supandi, S.H., aparat pengadilan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang menjadi panitera perkara ini pada 22 Mei 2008. Dalam kesempatan wawancara tersebut, penulis diberikan kesempatan untuk membaca Berita Acara Pemeriksaan Saksi atas nama Prof. Erman Radjagukguk yang telah ditandatangani oleh Ketua Majelis Hakim dan Panitera.
130
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
1. Hukum
Perseroan
struktur
PT,
Terbatas
kedudukan
di PT,
Indonesia,
yang
karakteristik
meliputi: PT,
harta
kekayaan PT, dan beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas; 2. Saham, yang meliputi: kepemilikan saham secara umum dan beneficial ownership secara khusus. Dalam
persidangan
ini,
semua
pihak
menggunakan
haknya
untuk mengajukan pertanyaan kepada ahli, kecuali Turut Tergugat II. Kuasa Turut Tergugat II telah memandang cukup keterangan yang diberikan oleh ahli.
b. M. Yahya Harahap215 Dalam persidangan selanjutnya, yaitu pada Selasa, 1 April 2008, Penggugat menghadirkan ahli kedua. Setelah ahli disumpah 215 Disusun berdasarkan pengamatan penulis pada hari persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 1 April 2008 dan wawancara dengan Supandi, S.H. selaku Panitera. Penulis juga diberi kesempatan untuk membaca Berita Acara Pemeriksaan Saksi atas nama M. Yahya Harahap yang telah ditandatangani Ketua Majelis Hakim dan Panitera.
131
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
menurut
agamanya
keterangan
yang
(Islam) telah
oleh
ia
juru
susun
sumpah,
ahli
memberikan
sebelumnya
dan
memberikan
keterangan secara langsung, antara lain mengenai: 1. Perbedaan gugatan voluntair dan contensius 2. Eksekusi gadai saham menurut hukum di Indonesia, serta penerapan Pasal 1150, 1156, dan 1156 KUHPerdata 3. Fungsi
pengawasan
dan
kewenangan
yang
dimiliki
oleh
Pengadilan Tinggi sehubungan dengan pembatalan penetapan Pengadilan Negeri 4. Upaya
hukum
terhadap
pembatalan
penetapan
Pengadilan
Negeri. Dalam persidangan ini, hanya Turut Tergugat V yang tidak menggunakan haknya untuk mengajukan pertanyaan kepada ahli. Selanjutnya,
Penggugat
dalam
persidangan
ini
hanya
mengajukan satu orang saksi, yaitu Andi Kelana. Pemeriksaan terhadap saksi ini dilangsungkan pada Selasa, 8 April 2008, pk. 10.00 WIB.216
Baik Penggugat, Para
Tergugat, dan Para Turut
Tergugat hanya dihadiri oleh Kuasanya.
132
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Dalam Majelis
awal
masih
mengajukan
persidangan, memberikan
bukti
saksi.
Majelis
kesempatan Penggugat
Hakim
mengatakan
bahwa
kepada
Penggugat
untuk
menyatakan
bahwa
pihaknya
hanya akan mengajukan 1 orang saksi dan saksi telah siap untuk dihadirkan di dalam persidangan. Majelis Hakim kemudian meminta saksi untuk dihadirkan ke dalam ruangan persidangan. Andi
Kelana
kemudian
memasuki
ruang
persidangan,
menyerahkan kartu identitas kepada Ketua Majelis Hakim, dan duduk di kursi saksi. Ketua Majelis Hakim memeriksa identitas saksi
dan
menanyakan
apakah
saksi
memiliki
hubungan
darah,
semenda, ataupun pekerjaan dengan Penggugat, Para Tergugat, dan Para Turut Tergugat. Saksi menjawab tidak. Saksi Andi Kelana memeluk agama Katholik. Oleh sebab itu, berdasarkan keyakinan dan ajaran agamanya, maka saksi hanya diwajibkan untuk berjanji. Saksi wajib mengikuti lafal janji yang diucapkan oleh Ketua Majelis Hakim dengan sikap berdiri dan
tangan
kanan
menghadap
ke
atas
dengan
dua
jari,
yaitu
telunjuk dan jari tengah membentuk simbol janji. Setelah saksi
216
Penulis melakukan observasi secara langsung ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk melihat proses pemeriksaan saksi. Penulis juga melakukan wawancara dengan Supandi, S.H. selaku Panitera dan melihat Berita Acara Pemeriksaan Saksi atas nama Andi Kelana.
133
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
berjanji, Majelis Hakim memberikan kesempatan kepada Penggugat untuk mengajukan pertanyaan kepada saksi terlebih dahulu. Dalam pemeriksaannya, saksi memberikan keterangan mengenai pemberian
kuasa
untuk
menghadiri
Rapat
Umum
Pemegang
Saham
(RUPS) di PT. Swabara Mining Energy pada tanggal 22 Desember 2007, materi dan proses RUPS, serta risalah RUPS. Setelah para pihak menyatakan tidak ada lagi pertanyaan yang hendak diajukan kepada saksi, maka hakim menanyakan kepada Penggugat apakah masih ada saksi atau ahli lainnya yang hendak diajukan. Penggugat menjawab tidak. Selanjutnya, Majelis Hakim memberikan
kesempatan
kepada
Para
Tergugat
dan
Para
Turut
Tergugat untuk mengajukan saksi atau ahli. Atas kesempatan yang diberikan
tersebut,
Para
menyatakan
bahwa
mereka
mengajukan
saksi
dan
Tergugat tidak
memohon
dan
Para
Turut
menggunakan kepada
Majelis
Tergugat
haknya Hakim
untuk agar
melanjutkan persidangan ke tahap kesimpulan.
3.
Persamaan
dan
Perbedaan
Proses
Pemeriksaan
Saksi
dalam
Perkara Perdata di Singapura dan Indonesia 1. Persamaan 134
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
1.1 Beban pembuktian Dalam
perkara
memiliki
beban
perdata,
pembuktian
hukum yang
Singapura sama,
dan
yaitu
Indonesia
siapa
yang
mendalilkan maka ia harus membuktikan. Pasal 163 HIR/283 RBg menyatakan: “Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai suatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah hak orang lain, menunjuk pada suatu diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.”
Sementara itu, Section 103 Evidence Act menyatakan: “(1) Whoever desires any court to give judgment as to any legal right or liability, dependent on the existence of facts which he asserts, must prove that those facts exist. (2) When a person is bound to prove the existence of any fact, it is said that the burden of proof lies on that person.”
Beckkett dibebankan dahulu.
sebagai kewajiban
Sama
halnya
Penggugat
dalam
untuk
memberikan
dengan
Winfield
Singapore
High
pembuktian International,
Court
terlebih selaku
Penggugat dalam Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, ia memiliki kewajiban untuk membuktikan dalilnya. 1.2. Pengertian alat bukti saksi 135
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Berdasarkan
hukum
acara
perdata
Indonesia,
alat
bukti
berupa kesaksian mencakup alat bukti keterangan saksi (biasa) dan alat bukti keterangan ahli. Saksi dan ahli merupakan pihak ketiga di luar para pihak yang didengar keterangannya untuk memberikan
kejelasan
mengenai
suatu
peristiwa
yang
disengketakan. Hukum acara perdata Singapura juga tidak memisahkan alat bukti keterangan saksi (biasa) dengan alat bukti keterangan ahli. Evidence Act menempatkan keterangan saksi dan keterangan ahli ke dalam oral evidence. Oral evidence must be direct217 62. —(1) Oral evidence must in all cases whatever be direct — (a) if it refers to a fact which could be seen, it must be the evidence of a witness who says he saw that fact; (b) if it refers to a fact which could be heard, it must be the evidence of a witness who says he heard that fact; (c) if it refers to a fact which could be perceived by any other sense or in any other manner, it must be the evidence of a witness who says he perceived that fact by that sense or in that manner; (d) if it refers to an opinion or to the grounds on which that opinion is held, it must be the evidence of the person who holds that opinion on those grounds.
217
Singapore, Section 62 of Evidence Act.
136
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
1.3. Keterangan saksi yang dinilai sebagai alat bukti adalah keterangan yang diberikan di dalam persidangan. Di dalam perangkat hukum Indonesia, hal ini diatur dalam Pasal
140
ayat
(1)
HIR
dan
Pasal
148
HIR.
Saksi
harus
memberikan keterangan secara lisan dan pribadi di persidangan dan tidak diwakilkan. Sementara itu, dalam Section 62 (1) of Evidence Act di Singapura diatur bahwa oral evidence must in all cases whatever be direct. Pembuktian
dalam
persidangan
di
High
Court
Singapura,
terutama dalam memberikan oral evidence dilakukan oleh para pihak dengan cara memanggil seluruh saksi-saksinya yang telah membuat affidavits. Saksi-saksi dari pihak Beckkett dan Dianlia Setyamukti memiliki kekuatan pembuktian sebagai oral evidence setelah dinilai memenuhi persyaratan formil dan materiil oleh hakim. Keterangan dari para saksi tersebut yang dibuat di bawah sumpah di dalam persidangan merupakan keterangan yang dinilai sebagai alat bukti. Berbeda halnya dengan Deutsche Bank yang memilih untuk tidak
menghadirkan
disusun
dan
saksi-saksinya
ditukarkan.
Hakim
walaupun pada
affidavits
High
Court
telah tidak
mempertimbangkan dan tidak menilai affidavits yang dibuat oleh 137
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Deutsche Bank sebagai alat bukti keterangan
saksi. Hal ini
dilandasi oleh pengaturan bahwa oral evidence must be direct atau
alat
bukti
saksi
harus
diberikan
secara
langsung
di
keterangannya
di
hadapan sidang. 1.4. Saksi wajib mengucapkan sumpah. Sumpah
diucapkan
hadapan
sebelum
persidangan
dan
saksi
memberikan
diucapkan
sesuai
dengan
agama
yang
dianut. Di dalam hukum Singapura, affidavits juga dibuat di bawah
sumpah.
Namun
demikian,
affidavits
tanpa
cross-
examination saksi tidak akan bernilai sebagai oral evidence. Sumpah
dalam
pembuatan
affidavits
bertujuan
untuk
menjamin
kebenaran dalam pernyataan tertulis yang dibuat oleh saksi. Sumpah
sebelum
saksi
diperiksa
di
pengadilan
adalah
untuk
menurut
hukum
menjamin kebenaran dari kesaksian yang ia berikan. 1.5. Proses pemeriksaan saksi di pengadilan. Secara
keseluruhan
Singapura
dan
proses
Indonesia
pemeriksaan adalah
sama.
saksi Pihak
yang
menjadi
Penggugat diberikan kesempatan terlebih dahulu untuk mengajukan saksinya
dan
bertanya
kepada
saksi
tersebut.
Setelah
itu,
Tergugat diberikan kesempatan untuk bertanya dan hakim akan 138
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
memberikan kesempatan kepada Penggugat kembali untuk bertanya. Di dalam hukum Singapura, sistem ini
disebut dengan
examination.
diperiksa
Selain
itu,
saksi
juga
cross-
secara
satu
persatu.
2. Perbedaan 2.1. Sistem Pembuktian Hukum acara perdata Indonesia menganut sistem pembuktian positif. keputusan
Dengan
sistem
terikat
pembuktian
dengan
alat-alat
ini,
hakim
bukti
yang
dalam
membuat
diatur
dalam
peraturan perundang-undangan. Lain halnya dengan Singapura. Hakim selain terikat dengan alat-alat bukti yang diatur dalam peraturan perundang-undangan, juga terikat dengan yurisprudensi atau case law yang dibuat oleh hakim yang lebih tinggi. Hal ini karena Singapura sebagai negara common law memiliki doktrin stare decisis. 2.2. Kekuatan alat bukti keterangan saksi Saksi dalam perkara perdata di Indonesia memiliki peran yang cukup signifikan, yaitu: untuk memperkuat alat bukti surat 139
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
atau apabila tidak ada alat bukti surat, maka saksi menjadi alat bukti yang penting. Selain itu, Indonesia menganut doktrin unus testis nullus testis, yaitu satu saksi saja tidak akan dianggap sebagai alat bukti. Hakim baru dapat menilai apabila terdapat 2 atau lebih saksi yang memberikan keterangan secara independen, namun berhubungan. Dengan demikian, kekuatan alat bukti kesaksian adalah bebas, yaitu tergantung dari penilaian hakim. Dalam sistem hukum di Singapura, terutama dalam perkara perdata, hakim mengacu pada asas preponderance of evidence atau the best evidence must be presented before the court. Alat bukti
yang
terbaik
harus
dihadirkan
oleh
para
pihak
untuk
membuktikan dalilnya. Selain itu, tidak ada pengaturan mengenai berapa jumlah saksi yang harus dihadirkan di dalam Evidence Act. 2.3. Proses pemeriksaan saksi Rules
of
Court
Singapura
mewajibkan
setiap
pihak
yang
berperkara untuk membuat affidavits of evidence-in-chief bagi setiap
saksi
yang
akan
bawah
sumpah
dan
akan
dihadirkannya. diberikan
Affidavits
kepada
semua
dibuat pihak
di yag
berpekara sebelum hari sidang. Hal ini bertujuan agar seluruh 140
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
pihak mendapatkan gambaran jelas mengenai duduk perkara dan para
pihak
mematahkan
dapat dalil
mempersiapkan lawan.
alat
Affidavits
bukti
akan
lainnya
“diuji”
di
untuk dalam
persidangan melalui cross-examination saksi. Setiap saksi yang dihadirkan oleh Beckkett dan Dianlia Setyamukti telah terlebih dahulu menyusun affidavits. Demikian halnya bagi saksi dari pihak Deutsche Bank. Walaupun Deutsche Bank
memilih
affidavits hadirkan.
no
dari
case setiap
Keseluruhan
(exchanging),
to
sehingga
answer,
saksi
dan
affidavits seluruh
merek ahli
atelah yang
tersebut
pihak
akan
telah
(termasuk
menyusun mereka
ditukarkan
hakim)
telah
memiliki gambaran mengenai duduk perkara. Indonesia
tidak
mengenal
affidavits.218
Keterangan
tertulis di bawah sumpah dari seorang tidak dapat disamakan dengan keterangan saksi di muka hakim dan tidak ada kewajiban bagi para pihak yang berperkara untuk membuat affidavits bagi setiap saksi yang akan dihadirkannya. Dengan demikian, pada waktu persidangan pembuktian dengan agenda pemeriksaan saksi
218 Berdasarkan K/Sip/1954.
Putusan
Mahkamah
Agung
10
Januari
1957
no.
38
141
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
atau ahli, maka pihak lawan tidak dapat mengetahui keterangan apa yang akan diberikan oleh saksi tersebut. Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, ahli-ahli
dan
saksi
menyusun
affidavits.
ahlinya,
Penggugat
hadapan
sidang
yang Namun
telah
yang
dihadirkan
oleh
demikian,
terlebih
terbuka
untuk
Penggugat
sebelum
dahulu umum
tidak
menghadirkan
memberitahukan bahwa
mereka
di
akan
menghadirkan ahli di bidang hukum perusahaan dan ahli di bidang eksekusi gadai saham.
2.4. Pihak yang dapat didengar keterangannya sebagai saksi. Dalam sistem hukum Singapura, ruang lingkup pihak yang dapat dihadirkan sebagai saksi adalah luas. Para pihak yang bersengketa dalam perkara perdata juga memiliki kecakapan untuk memberikan kesaksian, demikian juga dengan suami atau istri dari
pihak
yang
berpekara,
juga
dianggap
cakap
untuk
bersaksi.219 Pada tahap pembuktian dengan pemeriksaan saksi, Beckkett sebagai
Penggugat
menghadirkan
Arthur
Ling
Ping
Shuan
dan
219
Singapura, Section 122 (1) Evidence Act.
142
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Anthony
Jeffrey
sendiri.
D’Cruz
Demikian
yang
halnya
merupakan
dengan
direktur
Dianlia
Beckkett
Setyamukti
yang
menghadirkan saksi-saksi dari pihaknya, yaitu: a.
Edwin
Soeryadjaya,
Komisaris
Utama
PT.
Dianlia
Setyamukti b.
Sandiaga Salahuddin Uno, Direktur DSM
c.
Budi Rachman, General Manager Operasi DSM
d.
Angelien Menokathy Jacob, Kepala Seksi Akuntan DSM
Berbeda halnya di Indonesia. Pasal 139 HIR dan Pasal 145 HIR
melarang
keluarga
sedarah
dan
keluarga
semenda
menurut
keturunan yang lurus dari salah satu pihak dan suami atau istri meskipun
sudah
bercerai
untuk
menjadi
saksi.
Adapun
tujuan
pengaturan ini adalah untuk mencegah pemberian keterangan yang tidak objektif dan untuk tetap menjaga huungan keluarga yang baik. Pihak
yang
dapat
didengar
keterangannya
sebagai
saksi
dalam sistem hukum acara perdata Indonesia adalah pihak ketiga dan bukan salah satu pihak yang berperkara. Dengan demikian, 143
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
pihak yang tidak boleh didengar keterangannya sebagai saksi juga tidak boleh didengar keterangannya sebagai ahli. Pihak yang menjadi ahli dan saksi dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan merupakan pihak ketiga di luar para pihak yang berperkara dan tidak memiliki larangan untuk
menjadi
saksi.
Prof.
Erman
Radjaguguk
dan
M.
Yahya
Harahap memenuhi persyaratan untuk diangkat menjadi ahli oleh Ketua Majelis Hakim yang memeriksa perkara. Andi Kelana yang dihadirkan
sebagai
saksi
tidak
memiliki
hubungan
darah,
semenda, atau pekerjaan upah-mengupah dengan para pihak yang berperkara, sehingga ia dapat dihadirkan sebagai saksi di dalam persidangan.
BAB V PENUTUP
144
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1.
Alat bukti keterangan saksi menurut hukum acara perdata Indonesia
adalah
berdasarkan
apa
pihak yang
ia
yang
memberikan
lihat,
dengar,
keterangan atau
alami.
Keterangan ahli juga termasuk di dalamnya. Keterangan saksi yang dapat dinilai sebagai alat bukti adalah keterangan saksi yang diberikan di bawah sumpah dan disampaikan secara langsung di dalam sidang pengadilan. Keterangan saksi di bawah sumpah yang dibuat secara tertulis di luar sidang pengadilan
(affidavits)
tidak
diakui
sebagai
alat
bukti
keterangan saksi. 2.
Alat
Bukti
Singapura
Keterangan adalah
Saksi
pihak
dalam
yang
Hukum
Acara
memberikan
Perdata
keterangan
berdasarkan apa yang ia lihat, ia dengar, atau apa yang ia alami, dan keterangan ahli. Keterangan saksi yang dinilai sebagai
alat
bukti
diberikan
di
bawah
sumpah
dan
disampaikan secara langsung dalam sidang pengadilan. Dalam prosesnya,
saksi
dan
ahli
diwajibkan
untuk
membuat
145
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
affidavits.
Penyusunan affidavits wajib mengikuti syarat
dan format yang diatur dalam Rules of Court. 3.
Perbandingan keterangan saksi antara hukum acara perdata Indonesia
dengan
Singapura
adalah
sebagai
berikut.
Persamaan dalam prosedur pemeriksaan saksi dapat dilihat dalam beberapa aspek, yaitu;
a.
Beban pembuktian Dalam
perkara
perdata,
pihak
yang
mendalilkan
wajib
membuktikan dalilnya tersebut dengan mengajukan alat-alat bukti yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
b.
Pengertian alat bukti keterangan saksi Saksi
adalah
pihak
yang
memberikan
keterangan
tentang
peristiwa yang dilihat atau dialaminya sendiri, dan termasuk keterangan ahli. c.
Proses pemeriksaan saksi di pengadilan
146
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Keterangan saksi harus disampaikan secara langsung. Dengan demikian,
affidavits
keterangan
saksi.
bukan
Dalam
merupakan
sistem
hukum
suatu
alat
Singapura,
bukti
saksi
yang
tidak jadi dihadirkan, affidavitsnya tidak akan dipertimbangkan oleh hakim dan tidak akan dinilai sebagai alat bukti. Perbedaan keterangan
yang
saksi,
dapat
ditemukan
terlihat
dari
mengenai
pihak
yang
alat
dapat
bukti
diajukan
menjadi saksi. Di Singapura, para pihak yang bersengketa dalam perkara perdata, suami atau istri dari pihak yang berperkara tetap
memiliki
Indonesia,
kecakapan
keluarga
untuk
sedarah
dan
memberikan keluarga
kesaksian.
karena
Di
perkawinan
(semenda) menurut keturunan yang lurus dari salah satu pihak dan
istri/suami
bercerai),
serta
dari
salah
pihak
yang
satu
pihak
berperkara
(meskipun
tidak
dapat
sudah menjadi
saksi.
Kekuatan pembuktian alat bukti keterangan saksi menurut hukum
acara
perdata
Indonesia
adalah
bebas
(tergantung
penilaian hakim) dan menganut asas unus testis nullus testis. Sementara
itu,
hukum
acara
perdata
Singapura
menganut
asas
147
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
preponderance of evidence dan tidak ada pengaturan mengenai jumlah saksi yang harus dihadirkan di dalam persidangan. Aspek
lain
yang
berbeda
adalah
adanya
kewajiban
saksi
untuk menyusun affidavit sebelum diperiksa di persidangan. Hal ini tidak berlaku dalam sistem hukum Indonesia.
B. SARAN Satu rekomendasi yang dapat diberikan adalah menyangkut proses
pemeriksaan
penyusunan
saksi
affidavits.
di
pengadilan,
Hukum
acara
khususnya perdata
mengenai Indonesia
direkomendasikan untuk menggunakan sistem penyusunan affidavits pula. Secara tidak langsung, hukum acara di Indonesia sudah mengenal konsep yang serupa dengan affidavits. Sebagai contoh, keterangan
saksi
keterangan
yang
dalam disusun
hukum di
acara
dalam
pidana
Berita
mengacu
Acara
pada
Pemeriksaan
(BAP). Sementara itu, dalam hukum acara perdata, keterangan tertulis
juga
harus
disusun
oleh
ahli
sebelum
memberikan
keterangannya di persidangan dan keterangan tersebut diperkuat dengan
sumpah
sebelum
ahli
memberikan
keterangannya
di
persidangan. Dengan demikian, konsep affidavits dalam pemberian keterangan saksi di Indonesia dapat memberikan manfaat yang 148
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
signifikan
tanpa
keterangan
saksi
mengubah
kekuatan
sebagaimana
diatur
pembuktian di
dalam
alat HIR
bukti dan
KUHPerdata.
DAFTAR PUSTAKA
I. Buku 149
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Adolf, Huala. Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional. Bandung: Refina Aditama, 2007. Ali, Achmad. Keterpurukan Hukum di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005. Black, Henry Campbell. Black’s Thomson West, 2007.
Law
Dictionary
8th
Edition.
Friedman, Lawrence. The Legal System: A Social Science Perspective. New York: Russel Sage Foundation, 1975). John, O’Hare dan Kevin Browne. Civil Litigation 13th Edition. Sweet & Maxwell, 2007. Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata Tentang Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika, 2004.
Gugatan, Putusan
______ . Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta: Sinar Grafika, 2005. Lim, Charles. “Information Technology and The Law of Evidence– Recent Legislative Initiatives.” Singapore Academy of Law Journal (1997). Makarao, Moh. Taufik. Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Mamudji, Sri et al. Metode penelitian dan Penulisan Hukum. Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005. Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1998.
Indonesia.
Mulyadi, Lilik. Hukum Acara Perdata menurut Teori dan Praktik Peradilan di Indonesia. Jakarta: Djambatan, 2002.
150
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Pinsler, Jeffrey. “Approaches to the Evidence Act: The Judicial Development of a Code.” Singapore Academy of Law Journal (2002). Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Acara Bandung: Sumur Bandung, 1978.
Perdata
di
Indonesia.
Sakamoto, Naoyuki and Hikmahanto Juwana. Reforming Laws and Institutions in Indonesia 1998-2006. Jakarta: IDE-JETRO, 2006. Samudera, Teguh. Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata. Bandung: Alumni, 1992. Sardjono, H.R. dan. Frieda Husni Hazbullah. Bunga Rampai Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta: Indo-Hill, 2003. Soe,
Myint. Principle of Singapore Law (Including Business Law). 3rd ed. Singapore: Institute Banking and Finance, 1996.
Soekanto, Soerjono. Press, 2005.
Pengantar
Penelitian
Hukum.
Jakarta:
UI
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Soepomo, R. Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri. Cet. Ke-17. Jakarta: Pradnya Paramita, 2005.
Soesilo, R. RIB/HIR Dengan Penjelasan. Bogor: Politea, 1995.
Soemartono, Gatot. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pusataka Utama, 2006. Sutantio, Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Mandar Maju, 2005. 151
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
Tabalujan, Benny S. dan Valerie Du Toit-Low. Singapore Bussiness Law. 4th Edition. Singapore: Bussiness Law Asia, 2006. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990. Yung, Chin Tet. Evidence. Singapore: Butterworths, 1997. II. Skripsi dan Artikel
Teddy Anggoro. Upaya Hukum Yang Dapat Diajukan Terhadap Penetapan Eksekusi Pengadilan Negeri (Studi Kasus Deutsche Bank Ag. Singapore Lawan Beckket PTE. LTD Tentang Pembatalan Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Mengenai Eksekusi Gadai Saham Oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2003. III. Perundang-Undangan
Indonesia. Undang-Undang Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. UU No. 14. LN No. 74 Tahun 1970. TLN No. 2591.
________ .Undang-Undang Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, UU No. 37 Tahun 2004, LN. No. 131 Tahun 2004, TLN No. 4443. ________ .Undang-Undang Tentang Perkawinan, UU Nomor 1 Tahun 1974, LN. No. 1 Tahun 1974, TLN No. 3019
152
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
________ .Undang-Undang Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, UU Nomor 31 Tahun 1999, LN No. 140 Tahun 1999, TLN No. 3874. ________ .Undang-Undang Tentang Peradilan Umum. UU No. 2, LN No. 20 Tahun 1986. TLN N0. 3327. sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8 Tahun 2004.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet.8. Jakarta; Pradnya Paramitha, 1976.
Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR atau Reglemen Indonesia yang diperbaharui) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
IV. Internet
Goh
Choon Hian, Leonard. Legal System in ASEAN–Singapore.
(3 Februari 2008).
”Beckkett Gugat Adaro Dalam Sidang Pekan Depan,” (3 Juni 2008).
153
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
“Conducting A Civil Trial in Person,” (18 Januari 2007).
”Deutsche Bank Kembali Maret 2008).
Digugat,”
<www.hukumonline.com>
(25
“Dianlia Siap Hadapi Beckkett,” (25 Maret 2008). ”Giliran Beckkett Gugat Deutsche Bank <www.hukumonline.com> (26 Mei 2008).
di
PN
Jaksel”,
“Introduction of Singapore Law and Legal System,” <www.sma.org.sg/whatsnew/ethics/Y1_S2_siva_article.doc> (18 Januari 1008). ”Pengadilan Singapura Tolak Gugatan Beckkett,” <www.hukumonline.com>(25 Maret 2008). “Perkembangan Hubungan Bilateral Indonesia Singapura,” (23 Januari 2007). “Singapore, Section 19 dan Section 50 Subordinate Court Acts,” (23 Januari 2007).
“Soal Eksekusi Gadai Saham, Gugatan Ke Deutsche Bank Kembali Disidangkan”, (25 Maret 2008). “Subordinate Court, Annual Report <www.subcourts.gov.sg.> (20 Februari 2008).
2004,”
“Supreme Court, Annual Report 2004,” <www.supremecourt.gov.sg> (20 Februari 2008). 154
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008
http://www.singaporestatutes.gov.sg. http://app.supremecourt.gov.sg.
155
Perbandingan alat..., Winotia Ratna, FH UI, 2008