perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE, AND EXPLANATION) DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI ASAM, BASA, DAN GARAM KELAS VII SEMESTER 1 SMP N 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Oleh : DESI NUR ANISA K3308073
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Desi Nur Anisa
NIM
: K3308073
Jurusan/Program Studi
: P.MIPA/Pendidikan Kimia
menyatakan
bahwa
skripsi
saya
berjudul
“PENGARUH
MODEL
PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE AND EXPLANATION) DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI ASAM, BASA DAN GARAM KELAS VII SEMESTER 1 SMP N 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Desember 2012 Yang membuat pernyataan,
Desi Nur Anisa
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE, AND EXPLANATION) DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI ASAM, BASA, DAN GARAM KELAS VII SEMESTER 1 SMP N 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh : DESI NUR ANISA K3308073
Skripsi diajukan sebagai salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Kimia, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
November 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Mohammad Masykuri, M.Si.
Sri Yamtinah, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19681124 199403 1 001
NIP. 19691204 200501 2 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. NIP. 19500104 197501 2 001 Sekretaris : Endang Susilowati, S.Si.,M.Si. NIP. 19700117 200003 2 001 Anggota I : Dr. Mohammad Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001 Anggota II : Sri Yamtinah, S.Pd.,M.Pd. NIP. 19691204 200501 2 001 Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan ,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user v
________________ ________________ ________________ ________________
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Desi Nur Anisa. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE AND EXPLANATION) DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI ASAM, BASA DAN GARAM KELAS VII SEMESTER 1 SMP N 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh model pembelajaran POE dengan metode eksperimen sederhana dan demonstrasi terhadap prestasi belajar materi pokok Asam, Basa dan Garam Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Jaten tahun pelajaran 2012/2013. 2) pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa materi pokok Asam, Basa dan Garam Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Jaten tahun pelajaran 2012/2013. 3) interaksi antara model pembelajaran POE dengan metode eksperimen sederhana dan demonstrasi dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar materi pokok Asam, Basa dan Garam Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Jaten tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan pendekatan kuantitatif. Desain penelitian menggunakan faktorial 3x3. Pada kelas eksperimen 1 dan 2 diterapkan model pembelajaran POE dengan metode eksperimen dan model pembelajaran POE dengan metode demonstrasi sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran ceramah dan tanya jawab. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP N 1 Jaten tahun pelajaran 2012/2013. Teknik pengambilan sampel dengan cluster random sampling, sehingga didapatkan kelas VII C dan VII B sebagai kelas eksperimen 1 dan 2 serta VII D sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan angket. Teknik analisis data menggunakan uji statistik anava 2 jalan. Hasil penelitian disimpulkan bahwa : 1) terdapat pengaruh signifikan model pembelajaran POE dengan metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar kognitif siswa kelas VII SMP N 1 Jaten pada materi asam, basa dan garam dengan (p 0,048 <0,05), 2) terdapat pengaruh signifikan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif siswa kelas VII SMP N 1 Jaten pada materi asam, basa dan garam dengan signifikansi (p 0,000 < 0,05), 3) tidak ada interaksi antara model pembelajaran POE menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif siswa kelas VII SMP N 1 Jaten pada materi asam, basa dan garam dengan signifikansi (p 0,543 > 0,05). Kata Kunci: Model pembelajaran POE, metode eksperimen, metode demonstrasi, sikap ilmiah, materi Asam, Basa dan Garam
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Desi Nur Anisa. EFFECT OF POE LEARNING MODEL (PREDICT, OBSERVE AND EXPLANATION) AND SCIENTIFIC ATTITUDES TOWARD STUDENT’S ACHIEVEMENT ON SUBJECT MATTER OF ACIDS, BASES AND SALTS IN CLASS SEVENTH GRADE SEMESTER 1 SMP N 1 JATEN ACADEMIC YEAR 2012/2013. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University Surakarta. December 2012. This research’s aims are to: 1) determine the influence of POE learning model with a simple experimental and demonstration method of student’s achievement on subject matter Acids, Bases and Salts in Seventh Grade of SMP N 1 Jaten academic year 2012/2013. 2) knowing the influence of the scientific attitude toward student’s achievement on subject matter of Acids, Bases and Salts In Seventh Grade of SMP N 1 Jaten academic year 2012/2013. 3) Knowing the interactions between POE learning model with a simple experimental and demonstration method with student’s scientific attitude toward student’s achievement on subject matter of Acids, Bases and Salts in Seventh Grade Students of SMP N 1 Jaten academic year 2012/2013. This research is quasi experiment method was quantitative approach. The research design was a 3x3 factorial. In the experimental class 1st and 2nd applied POE learning model with experimental methods and POE learning model with the demonstration method, while the control class with learning speech and question and answer. Population were students of class VII SMP N 1 Jaten acedemic year 2012/2013. Technique collecting the sample use cluster random sampling, so we get a class of VII C, VII B as an experimental class 1st, 2nd and VII D as the control class. Techniques collection data using tests and questionnaires. Techniques analysis using two way anova statistical test. The results conclude that: 1) there is a significant influence POE learning model with experimental and a demonstration method of student’s cognitive achievement of class VII SMP N 1 Jaten on the subject matter of acids, bases and salts with (p 0.048 < 0.05), 2) there is the influence significant scientific attitude toward the student’s cognitive achievement of class VII SMP N 1 Jaten on subject matter of acids, bases and salts with significance (p 0.000 < 0.05), 3) there is no interaction between the POE learning model using experiment and demonstration method with scientific attitude towards student’s cognitive achievement of class VII SMP N 1 Jaten on subject matter of acids, bases and salts with significance (p 0.543 > 0.05). Key words: POE learning model, experiment method, demonstration method, scientific attitude, matter Acids, Bases and Salts
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Semua masalah pasti ada jalan keluarnya hanya butuh waktu berbeda untuk menyelesaikan” -Penulis-
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan Skripsi ini untuk : Kebahagian terbesarku : Bapak, Ibu (alm), Amri dan Umri Sahabat tersayang : Heni Astuti Andy Wicaksono Almamater.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul ” PENGARUH
PEMBELAJARAN
POE
(PREDICT,
OBSERVE
AND
EXPLANATION) DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI ASAM, BASA DAN GARAM KELAS VII SEMESTER 1 SMP N 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ” dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Sukarmin, M.Si., Ph.D., selaku Ketua Jurusan P MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ijin penyusunan skripsi. 4. Dr. Mohammad Masykuri, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan perhatian, bimbingan dan pengarahan. 5. Sri Yamtinah, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan pengarahan. 6. Budi Utami, S.Pd., M.Pd., dan Lina Mahardiani, S.T.,M.Sc.,M.M selaku panelis instrumen kognitif dan angket sikap ilmiah. 7. Elvi Susanti VH, S.Si., M.Si., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan. 8. Drs. Suriyanto, M.Pd., selaku kepala SMPN 1 Jaten yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Dra. Dwi Setiyaningsih, selaku guru mata pelajaran IPA yang senantiasa membimbing dan membantu kelancaran penelitian. 10. Siswa-siswi SMP N 1 Jaten khususnya kelas VII B, VII C dan VII D 11. Keluarga atas cinta kasih dan doanya. 12. Sahabat terbaikku Heni Astuti atas perhatian dan supportnya selama kuliah ini 13. Sahabat seperjuangan Chem Edu 08 kelas A atas kebersamaan yang tak ternilai. 14. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta,
commit to user xi
Desember 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK ...........................................................................
v
HALAMAN MOTTO ...............................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
viii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ix
DAFTAR ISI .............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xix
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... .
1
B. Rumusan Masalah .................................................................... .
8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... .
9
D. Manfaat Penelitian ................................................................... .
10
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ......................................................................
11
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ....................
11
1. Kimia dan Pembelajaran Kimia ......................................
11
2. Model Pembelajaran ........................................................
13
3. Model Pembelajaran POE ...............................................
15
4. Sikap Ilmiah ....................................................................
19
5. Prestasi Belajar ................................................................
21
6. Metode Pembelajaran .......................................................
23
7. Metode Eksperimen ..........................................................
24
8. Metode Demonstrasi ......................................................... commit to user
26
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Materi Asam, Basa dan Garam .........................................
28
B. Kerangka Berpikir ..................................................................
34
C. Hipotesis .................................................................................
38
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................
39
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
39
1. Tempat Penelitian ............................................................
39
2. Waktu Penelitian .............................................................
39
B. Metode Penelitian ...................................................................
39
1. Rancangan Penelitian ......................................................
39
2. Prosedur Penelitian ..........................................................
41
C. Variabel Penelitian .................................................................
41
1. Variabel Bebas ................................................................
42
2. Variabel Terikat ...............................................................
45
D. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ...........
45
1. Penetapan Populasi Penelitian .........................................
45
2. Teknik Pengambilan Sampel ...........................................
45
E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
46
1. Metode Tes ......................................................................
46
2. Metode Angket ................................................................
46
3. Metode Dokumentasi ........................................................
46
F. Instrumen Penelitian ..............................................................
47
1. Instrumen Pembelajaran ..................................................
47
2. Instrumen Penilaian .........................................................
47
a. Instrumen Penilaian Kognitif ....................................
48
b. Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah .............................
53
G. Teknik Analisis Data ..............................................................
56
1. Uji Prasyarat Analisis ......................................................
56
a. Uji Normalitas ...........................................................
56
b. Uji Homogenitas .......................................................
56
2. Uji Hipotesis .................................................................... to user 3. Uji Lanjut Anava commit ............................................................... xiii
56 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...............................................................
58
A. Deskripsi Data ........................................................................
58
B. Pengujian Persyaratan Analisis ..............................................
62
C. Pengujian Hipotesis ................................................................
65
D. Pembahasan Hasil Analisis Data.............................................
69
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................
77
A. Simpulan ................................................................................
77
B. Implikasi .................................................................................
77
C. Saran .......................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
79
LAMPIRAN ..............................................................................................
83
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1
Jenis Asam yang Terdapat dalam Kehidupan Sehari – hari ...... 28
Tabel 2.2
Jenis Basa yang Terdapat dalam Kehidupan Sehari – hari .......
28
Tabel 2.3
Perbedaan Sifat Asam dan Sifat Basa .......................................
29
Tabel 2.4
Jenis Garam yang Terdapat dalam Kehidupan Sehari – hari ....
30
Tabel 2.5 Tabel 2.6
Warna Lakmus dalam Larutan yang Bersifat Asam, Basa dan Garam ........................................................................................ 31 Perubahan Warna Kertas Indikator Universal dalam Larutan ... 33
Tabel 3.1
Alokasi Waktu Penelitian .......................................................... 39
Tabel 3.2
Desain Penelitian Factorial Design 3x3………………..........
Tabel 3.3
Komponen, Aspek dan Indikator Sikap Ilmiah.......................... 44
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Formula Gregory Tes Kognitif ....…….......
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas Tes Kognitif .................................……... 50
Tabel 3.6
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Kognitif ...............………..... 51
Tabel 3.7
Hasil Uji Daya Pembeda Tes Kognitif……..............................
Tabel 3.8
Skor Aspek Sikap Ilmiah ........................................................... 54
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Formula Gregory Angket Sikap Ilmia .......
40
49
53
55
Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Angket Sikap Ilmiah .....……….............. 56
Tabel 4.2
Pengelompokkan Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori Sikap Ilmiah.......................................................................................... 59 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian ..............……………… 61
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa ....................
61
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif..................…..
62
Tabel 4.5
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif...………......
64
Tabel 4.6
Hasil Uji Pengaruh Model Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Kognitif.......................................................................... Hasil Uji Pengaruh Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Kognitif ..................................................................................... Hasil Uji Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Kognitif.................................. Hasil Uji Lanjut Anava Hipotesis Pertama................................ commit to user
Tabel 4.1
Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9
xv
65 66 67 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.10 Hasil Uji Lanjut Anava Hipotesis Kedua …………………......
commit to user xvi
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar
2.1
Skema ilmu kimia Barke .......................................... 12
Gambar
2.2
pH meter dan Indikator Universal............................. 32
Gambar
2.3
Skema Kerangka Berpikir ........................................ 37
Gambar
3.1
Tahap Pelaksanaan Penelitian................................... 39
Gambar
4.1
Gambar
4.2
Histogram Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Ilmiah Siswa.............................................................. 59 Histogram Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa .......................................................... 61
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
Silabus ..............................................................................
83
Lampiran 2
RPP Kelas Kontrol ...........................................................
84
Lampiran 3
RPP Kelas Eksperimen 1 ..................................................
97
Lampiran 4
RPP Kelas Eksperimen 2 ..................................................
118
Lampiran 5
Kisi-kisi Soal Kognitif Pretes ..........................................
137
Lampiran 6
Kisi-kisi Soal Kognitif Postes ..........................................
143
Lampiran 7
Soal Kognitif Pretes .........................................................
149
Lampiran 8
Soal Kognitif Postes .........................................................
159
Lampiran 9
Indikator Angket Sikap Ilmiah.............................................
168
Lampiran 10
Angket Sikap Ilmiah ............................................................
170
Lampiran 11
Lembar Kerja Prediksi Siswa ..............................................
175
Lampiran 12
Petunjuk Praktikum..............................................................
178
Lampiran 13
Petunjuk Demonstrasi ..........................................................
182
Lampiran 14
Lembar Pengamatan Siswa .................................................
186
Lampiran 15
Perhitungan Validitas Kognitif (Pretes) dengan Formula Gregory ...............................................................................
189
Lampiran 16
Perhitungan Validitas Kognitif (Postes) dengan Formula Gregory ...............................................................................
191
Lampiran 17
Perhitungan Validitas Sikap Ilmiah dengan Formula Gregory................................................................................
193
Lampiran 18
Hasil Tryout Tes Kognitif (Pretes) ......................................
195
Lampiran 19
Hasil Tryout Tes Kognitif (Postes) .....................................
198
Lampiran 20
Hasil Tryout Angket Sikap Ilmiah ......................................
201
Lampiran 21
Data Kemampuan Awal Siswa ............................................ commit to user
205
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 22
Data Induk Penelitian ..........................................................
210
Lampiran 23
Uji Anava Satu Jalan ...........................................................
213
Lampiran 24
Uji Normalitas .....................................................................
216
Lampiran 25
Uji Homogenitas ..................................................................
221
Lampiran 26
Uji Hipotesis ........................................................................
223
Lampiran 27
Uji Lanjut Anava .................................................................
225
Lampiran 28
Dokumentasi Pembelajaran Kelas Kontrol .........................
230
Lampiran 29
Dokumentasi Pembelajaran Kelas Eksperimen ...................
231
Lampiran 30
Perijinan ...............................................................................
233
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita manusia yang berkualitas disamping itu juga melatih ketrampilan di dalam bidang tertentu. Perubahan kualitas pembelajaran merupakan salah satu dasar peningkatan pendidikan keseluruhan. Sekolah merupakan wadah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran karena melalui sekolah siswa diharapkan menjadi terpelajar, terampil, meningkatkan wawasan dan kemampuannya sehingga penuh percaya diri dan akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas hidup. Pendidikan di sekolah tidak bisa lepas dari kegiatan belajar mengajar, yang meliputi seluruh aktivitas yang menyangkut pemberian materi pelajaran agar siswa memperoleh kecakapan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Tercapainya tujuan pembelajaran mencerminkan prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa akan memberikan sumbangan dalam mencapai kesuksesan masa depan siswa. Pendidikan sains (IPA) umumnya dan pendidikan kimia khususnya mempunyai potensi untuk memainkan peran strategi dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pembelajaran sains bukan hanya mengusai kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip tetapi harus mempunyai fakta, konsep, dan prinsip yang diperoleh. Pembelajaran sains sangat berkaitan dengan cara memperoleh konsep melalui berbagai penemuan dari kejadian alam. Abruscata (2002) berpendapat bahwa science is the body of knowledge people build when they use a group of processes to make discoveries about the natural world (sains adalah induk ilmu pengetahuan yang dibangun oleh manusia saat menggunakan berbagai proses untuk menyelidiki dunia) (Purwoto, 2004: 2). Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang strukur, susunan, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertainya (Depdiknas, 2006: 12). Sebagai commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang sampai saat ini sulit untuk dipahami baik konsep maupun penerapannya. Menurut hasil penelitian Royal Institute Of Chemistry di Inggris menunjukkan kebanyakan siswa menyatakan bahwa ilmu kimia itu sukar walaupun menarik (Ardhana, et. al, 2004: 981), siswa juga tertarik dengan ilmu kimia tetapi mengalami kesulitan dalam mempelajarinya (Nurohman, 2008: 2). Hal ini menyebabkan sebagian besar siswa merasa sulit untuk mempelajari ilmu tesebut lebih dalam. Kemungkinan besar hal ini terjadi karena karakteristik ilmu kimia itu sendiri yang bersifat abstrak, kompleks, konsep-konsepnya berurutan dan berkembang dengan cepat, tidak sekedar berisi pemecahan tes-tes, konsepkonsep kimia jumlahnya sangat banyak dengan karakteristik setiap topik berbedabeda. Karena sulitnya untuk memahami dan menerapkan tersebut maka ada saja siswa yang menggunakan cara cepat seperti menghafal untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi (Johnstone dan Otis, 2005: 85). Cara yang digunakan siswa ini dapat menyebabkan siswa sulit menguasai dan memahami konsep-konsep yang ada pada setiap materi kimia serta keterkaitannya dengan kehidupan seharihari. Selain itu cara menghafal yang digunakan akan membuat materi kimia menjadi lebih sulit dipahami dan konsep-konsep pokok yang diharapkan tidak tercapai, sehingga diperlukan cara lain untuk membantu siswa memahami materi yang bersifat abstrak tersebut. Saat ini disinyalir bahwa pembelajaran kimia hanya ditekankan pada konsep matematis, hal ini semakin enggan membuat siswa untuk belajar kimia. Padahal, walaupun siswa dapat memecahkan masalah matematis dalam materi kimia tetapi tidak menjamin siswa tersebut mengerti konsep dari fenomena yang terjadi karena mereka masih mengalami miskonsepsi. Pelajaran kimia adalah salah satu pelajaran sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan lain, seperti kedokteran dan farmasi. Mempelajari kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang diterapkan dalam kehidupan commitdan to user sehari-hari, mengakui hakikat materi perubahannya, menanamkan metode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengembangkan gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan serta ketelitian kerja (Depdiknas, 2006: 14). Materi asam, basa, dan garam merupakan materi kimia yang diajarkan pada kelas VII SMP semester I. Pada materi asam, basa, dan garam terdapat konsep yang memerlukan pengamatan siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengamati gejala-gejala, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, dan menarik kesimpulan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan proses ilmiah sehingga membutuhkan metode pembelajaran yang tepat. Materi asam, basa, dan garam merupakan materi berisi konsep dan hafalan yang membutuhkan kemampuan berpikir serta berkaitan dengan konsep-konsep yang belum pernah diajarkan sebelumnya. Materi asam, basa, dan garam merupakan materi cukup penting karena merupakan materi dasar kimia pada tingkat SMP yang melandasi materi kimia selanjutnya. Oleh karena itu untuk mengajarkan materi asam, basa, dan garam kepada siswa diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan atau konsep sehingga dapat lebih dipahami dan tahan lama dalam ingatan siswa. Masih banyak siswa SMP yang belum tahu secara luas mengenai asam, basa, dan garam karena pengetahuan mereka tentang istilah-istilah tersebut masih kurang seperti siswa hanya mengetahui yang dimaksud garam adalah garam dapur sedangkan basa misalnya sabun. Karena materi asam, basa, dan garam sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari maka diharapkan dengan siswa dapat mempelajari asam, basa, dan garam dapat menumbuhkan ketertarikan pada pelajaran kimia kelak. Usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki yaitu dengan menggunakan model yang dapat menumbuhkan rasa senang pada siswa khususnya kimia sehingga siswa tidak merasa kesulitan atau malas-malasan untuk belajar kimia. Hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar berdasarkan dari wawancara guru biologi kelas VII didapatkan berbagai permasalahan dalam pembelajaran kimia. Hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas VII, SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar, yaitu kurangnya commit to user motivasi belajar. Hal ini ditandai dengan masih banyak siswa yang datang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
terlambat saat pembelajaran, siswa bersikap pasif saat proses belajar mengajar, siswa terlihat tidak bersemangat dalam belajar, minat baca siswa tergolong rendah hal ini dibuktikan ketika siswa disuruh untuk merangkum materi memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikannya, sikap ilmiah siswa juga masih kurang yaitu dilihat dari rasa ingin tahu yang rendah dan kurang kritis terhadap pelajaran IPA hal ini ditandai ketika pelajaran IPA siswa jarang yang bertanya dan hanya diam saja meskipun sudah ditanya oleh guru, jika guru yang menerangkan materi kurang tepat siswa juga hanya diam tidak berani membenarkan atau mengkritisi kalau yang disampaikan guru salah. Selain itu, nilai ketuntasan yang diharapkan oleh guru masih belum tercapai ditandai dengan hasil belajar sebanyak 50% siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 73,00. Permasalahan lain yang juga mempengaruhi prestasi adalah proses pembelajaran yang berlangsung cenderung didominasi oleh guru (Pembelajaran Teacher Centered Learning (TCL) sehingga siswa hanya bertindak sebagai agen pembelajar yang pasif. Penyampaian ilmu yang bersifat satu arah ini menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam menerima pembelajaran karena siswa hanya sebagai obyek dan dibatasai kebebasannya dalam proses belajar mengajar. Kondisi siswa yang jenuh ini dapat menjadi penghambat dalam proses transfer materi antara guru dan siswa. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang kreatif dalam memecahkan masalah, partisipasi rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, kegiatan belajar mengajar tidak efesien dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah. Guru berperan sebagai pemegang kemudi dalam proses belajar mengajar serta langsung ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Dalam hal ini guru dituntut untuk menguasai materi yang akan disampaikan kepada siswa, menentukan pendekatan proses belajar mengajar, memilih metode yang sesuai dengan konsep yang diberikan, mengelola kelas dengan baik, memilih media yang mendukung proses belajar mengajar serta membuat alat evaluasi yang sesuai dengan baik. Berkaitan dengan hal di atas, perlu diupayakan suatu bentuk commit tosiswa user dan penyajian materi kimia yang pembelajaran yang mampu mengaktifkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
lebih menarik, sehingga dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar dan menghilangkan persepsi buruk siswa terhadap pelajaran kimia. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang tidak hanya mampu memahami materi saja tetapi juga mempunyai kemampuan yang dapat membuat siswa aktif terlibat dalam proses belajar mengajar sehingga diharapkan mampu meningkatkan prestasi
belajar
siswa.
Model
pembelajaran
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan keaktifan siswa, aspek keterampilam sosial sekaligus aspek kognitif dan aspek sikap siswa adalah model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif ini merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompokkelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi kesenjangan dalam pemahaman masing-masing siswa (Slavin, 2008: 4). Salah satu model pembelajaran kooperatif yang cocok diterapkan pada materi asam, basa, dan garam adalah POE (prediction, observation, and explanation). Dengan model pembelajaran POE siswa diarahkan dan diajak menemukan sendiri konsep pengetahuan dari pengamatan melalui metode demonstrasi maupun eksperimen di laboratorium. Model POE dapat juga membantu siswa mengatasi salah pengertian. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing dan menghasilkan suatu dugaan atau hipotesis. Kemudian siswa melakukan observasi
dengan melakukan eksperimen untuk
menguatkan atau membuktikan apakah gagasan tersebut benar atau tidak. Dengan memecahkan persoalan melalui POE, siswa dilatih untuk mengorganisasikan pengertian mereka dan kemampuan mereka yang dibuktikan dengan observasi baik melalui eksperimen maupun demonstrasi sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khanthavy dan Yuenyong (2009: 11) menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran POE merupakan strategi yang dapat memberikan pengetahuan baru kepada siswa secara nyata serta dapat meningkatkan partisipasi siswa agar lebih aktif dan kreatif sehingga mampu commit to userSelain itu, menurut Kearney et. al meningkatkan prestasi belajar secara signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
(2001: 590) membuktikkan bahwa POE efektif untuk memahamkan siswa terhadap materi-materi yang abstrak sehingga prestasi belajar juga meningkat. Melalui POE ini juga dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa karena mereka akan menjadi lebih kritis dan menjadi ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi sehingga dapat membuktikan sendiri keadaan yang sebenarnya. Sikap ilmiah siswa akan muncul ketika mereka melakukan observasi secara langsung melalui kegiatan eksperimen. Dalam tahapan observasi dengan eksperimen siswa melakukan pengamatan dan mempraktekkannya sendiri. Kegiatan eksperimen dapat mengembangkan proses berpikir siswa dengan timbulnya berbagai pertanyaan dalam diri siswa selama pelaksanaan kegiatan eksperimen. Dengan demikian kegiatan
eksperimen
merupakan
kegiatan
yang
mengembangkan
aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa. Di dalam kegiatan eksperimen ini guru berperan untuk mengarahkan dan membimbing siswa sehingga kegiatan praktikum dapat berjalan sesuai dengan tujuannya.
Sedangkan metode
demonstrasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati secara cermat dan memberikan gambaran secara jelas hasil pengamatan tersebut untuk menemukan suatu konsep. Dengan adanya demonstrasi maka akan memberikan informasi atau penjelasan yang nyata kepada siswa. Keberhasilan proses dan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal seperti metode pembelajaran yang digunakan, bahan pelajaran, lingkungan, sarana dan prasarana. Sedangkan faktor internal seperti bakat, minat, sikap, motivasi, kecerdasan dan lain-lain. Kegiatan eksperimen dan demonstrasi yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak terlepas dari proses ilmiah dan siswa dituntut untuk memiliki sikap ilmiah dalam melakukan kegiatan-kegiatan didalamnya. Sikap ilmiah merupakan kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah, yang mencakup antara lain rasa ingin tahu, berani dan santun, kepedulian lingkungan, berpendapat secara ilmiah dan kritis, bekerjasama, jujur dan tekun. Sikap-sikap tersebut sangat commit to user dalam mempelajari ilmu kimia diperlukan dalam proses belajar siswa khususnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
yang merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana atas gejalagejala alam yang terjadi. Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis perlu mengadakan penelitian Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict, Observe, and Explanation) dan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Asam, Basa, dan Garam Di SMP 1 Jaten, Karanganyar.
B. Identifikasi Masalah Sehubungan dengan penggunaan model pembelajaran POE dengan metode eksperimen dan demonstrasi serta sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok asam, basa, dan garam dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1.
Belum semua guru mampu merancang skenario pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia dan belum menerapkan metode yang berorientasi pada student centered.
2.
Proses pembelajaran kimia belum diselenggarakan secara kreatif dan inovatif sehingga guru belum menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa.
3.
Metode konvensional masih dominan dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa.
4.
Guru belum memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan menerapkan sesuai situasi serta kondisi siswa.
5.
Rendahnya sikap ilmiah siswa terhadap pembelajaran sains yang dibuktikan dengan perilaku mereka yang cenderung malas-malasan mengikuti pelajaran sains.
6.
Kurangnya kerjasama antarsiswa di dalam kelas sehingga siswa cenderung bersifat individual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
7.
Model Pembelajaran POE dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi masing- masing memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga perlu dibuktikan ada tidaknya perbedaan penggunaan kedua metode tersebut terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa, dan Garam.
8.
Salah satu materi pembelajaran yang masih sulit dipahami dan dikuasai siswa SMP adalah materi Asam, Basa, dan Garam, hal ini mengakibatkan kurang maksimalnya prestasi belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih terfokus maka perlu pembatasan masalah. Adapun masalah dalam penelitian ini dibatasi pada: 1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran POE dengan metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok asam, basa dan garam Siswa Kelas VII SMP N 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok asam, basa dan garam siswa kelas VII SMP N 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Interaksi antara model pembelajaran POE dengan metode eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok asam, basa dan garam siswa kelas VII SMP N 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah disebutkan diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran POE dengan metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa materi pokok Asam, Basa dan Garam Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
2. Adakah pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa materi pokok Asam, Basa dan Garam Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013? 3. Adakah interaksi antara model pembelajaran POE dengan metode eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Pengaruh model pembelajaran POE dengan metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar materi pokok Asam, Basa dan Garam Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa materi pokok Asam, Basa dan Garam Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Adanya interaksi antara model pembelajaran POE dengan metode eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar materi pokok Asam, Basa dan Garam Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori tentang pembelajaran kimia bahwa model pembelajaran POE dan sikap ilmiah dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah : memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam rangka perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar. b. Bagi Guru
: memberikan masukan tentang model pembelajaran kimia
yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa serta memberi masukan agar memperhatikan sikap ilmiah siswa. c. Bagi Siswa
: meningkatkan minat dan prestasi belajar kimia pada
materi asam, basa, dan garam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Kimia dan Pembelajaran Kimia Kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang memiliki karakteristik tertentu berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain. Di dalam pembelajaran kimia bukan hanya terfokus pada penanaman pengetahuan kimia, sebagaimana masih banyak dipahami oleh banyak praktisi pendidikan saat ini, melainkan jauh lebih luas dari itu. Pendidikan kimia bertujuan pula mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dengan metode ilmiah, menumbuhkan sikap ilmiah, membentuk sikap positif terhadap kimia, serta memahami dampak lingkungan dan sosial dari aplikasi kimia. Keseluruhan tujuan pendidikan kimia perlu menjadi arah implementasi pendidikan kimia di sekolah. Menurut Firman H. (2007: 30) ada lima prasyarat yang harus dipenuhi oleh suatu pembelajaran kimia agar menarik, mudah dicerna, serta bermanfaat bagi siswa, yaitu harus mampu: a.
mengembangkan pemahaman peserta didik yang kuat terhadap pengetahuan dasar kimia,
b.
mengembangkan kemampuan peserta didik melakukan penyelidikan dan memecahkan masalah,
c.
memperluas wawasan peserta didik mengenai dampak sosial dan lingkungan yang terkait pada penerapan atau penggunaan proses dan produk kimia di masyarakat,
d.
memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis peserta didik,
e.
mencerahkan peserta didik tentang karir masa depan yang terkait kimia. Untuk menciptakan pembelajaran kimia yang efektif sesuai poin e, perlu
upaya perubahan pola pembelajaran kimia di kelas. Sedikit demi sedikit diharapkan terjadi pergeseran (shifting) dari paradigma pembelajaran lama ke paradigma pembelajaran baru sebagaimana berikut: commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
a.
dari mengingat ke arah berpikir/bernalar,
b.
dari menyampaikan secara verbal seluruh materi pelajaran ke arah yang lebih menekankan materi kunci (sentral),
c.
dari pembelajaran berbasis konten ke arah keseimbangan antara konten dan proses,
d.
dari teoritik ke arah aplikasi,
e.
dari teacher centered ke arah learner centered,
f.
dari penyajian secara steril ke arah keterkaitan pada isu sosial dan lingkungan. (Firman dalam Firman, H., 2007: 32) Di dalam mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-
zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menemukan metode ilmiah, memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja. Sebagian aspek kimia bersifat “kasat mata” (visible), artinya dapat dilihat fakta kongkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau “tidak kasat mata” (invisible), artinya tidak dapat dilihat fakta kongkritnya (Depdiknas, 2003: 2). Secara khusus, ilmu kimia terdiri dari 3 level yang saling berkaitan satu sama lain yaitu a. Makroskopis
: materi kimia yang riil dapat dilihat, disentuh, dan dibau yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. b. Submikroskopis : materi kimia yang riil namun tidak dapat dilihat, berkaitan dengan atom, ion, molekul, dan struktur. c. Simbolik : materi kimia yang digambarkan dalam bentuk model, simbol, rumus, persamaan, molaritas, tabel, grafik, gambar dan komputasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13 Makroskopis
Submikroskopis
Simbolik
Gambar 2.1. Skema Level Ilmu Kimia (Barke, 2009: 27-28) Barke (2009: 27-28) menyarankan proses belajar mengajar kimia dapat diawali dengan melaksanakan kegiatan praktikum. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada pelajar untuk mengamati fenomena kimia pada tingkat makroskopik. Selanjutnya, fenomena kimia pada level submikroskopik dijelaskan dengan model struktur zat, setelah itu baru memperkenalkan simbol kimia yang berkaitan dengan fenomena tersebut. Dengan cara ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat melihat kaitan yang jelas antara bentuk simbol yang abstrak dengan fenomena kimia yang dapat ditangkap oleh inderanya. Dari definisi di atas, maka disimpulkan bahwa pembelajaran kimia adalah suatu usaha dari guru untuk menciptakan kondisi yang kondusif sehingga terjadi interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar yang berisi tentang materimateri kimia yang akan membawa perubahan tingkah laku pada siswa serta memiliki pengetahuan tentang materi kimia yang dipelajarinya dalam waktu relatif lama.
2. Model Pembelajaran Model pembelajaran berkaitan erat dengan belajar dan pembelajaran. Di dalam pembelajaran kimia bukan hanya terfokus pada penanaman pengetahuan kimia, sebagaimana masih banyak dipahami oleh banyak praktisi pendidikan saat ini, melainkan jauh lebih luas dari itu. Pendidikan kimia bertujuan pula mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dengan metode ilmiah, commit to user menumbuhkan sikap ilmiah, membentuk sikap positif terhadap kimia, serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
memahami dampak lingkungan dan sosial dari aplikasi kimia. Keseluruhan tujuan pendidikan kimia perlu menjadi arah implementasi pendidikan kimia di sekolah. Pembelajaran kimia harus mampu menarik minat peserta didik, untuk itu maka diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran berhubungan erat dengan pembelajaran itu sendiri. Proses pembelajaran tidak bisa lepas dari cara mengajar guru dalam menyampaikan materi. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model mengajar menurut Joyce dan Weil dalam Sagala (2011: 176) adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia dan bantuan belajar melalui program komputer. Menurut Aunurrahman (2009: 146), model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk
merencanakan
dan
melaksanakan
aktivitas
pembelajaran.
Model
pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran berupa deskripsi dari lingkungan belajar baik di kelas maupun ditempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas pembelajaran.
3. Model Pembelajaran POE (Prediction, Observation, dan Explanation) a. Pengertian Model Pembelajaran POE Model pembelajaran POE merupakan model pembelajaran dengan commit user menggunakan metode eksperimen yangto dimulai dengan penyajian persoalan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
dimana peserta didik diajak untuk menduga kemungkinan yang terjadi dilanjutkan dengan mengobservasi dengan melakukan pengamatan langsung terhadap persoalan tersebut dan kemudian dibuktikan dengan melakukan percobaan untuk dapat menemukan kebenaran dari dugaan awal dalam bentuk penjelasan. POE pertama kali diperkenalkan oleh White dan Gunstone pada tahun 1995 dalam
bukunya
Probing Understanding
(M. Kearney, 2001: 590) POE
dinyatakan sebagai strategi yang efisien untuk memperoleh dan meningkatkan konsepsi sains peserta didik. Strategi ini mensyaratkan prediksi peserta didik atas prediksinya, lalu peserta didik melakukan eksperimen untuk mencari tahu
kecocokkan prediksinya,
dan
akhirnya
peserta
didik
menjelaskan
kecocokan atau ketidakcocokan antara hasil pengamatan dengan prediksinya. POE dapat membantu peserta didik mengekplorasi dan meneguhkan gagasannya, khususnya pada tahap prediksi dan pemberian alasan. Tahap observasi dapat memberikan situasi konflik pada peserta didik berkenaan dengan prediksi awalnya, tahap ini memungkinkan terjadinya rekonstruksi dan revisi gagasan awal. Model
ini mirip
dengan model
belajar
induktif. Model
belajar
induktif memiliki tiga asumsi tentang proses berpikir Joyce (2000) dalam Trianto (2007: 69) yaitu: 1) Berpikir tidak bisa diajarkan, mengajar berarti membantu peserta didik, melalui kegiatan praktek, untuk mengembangkan kemampuan berpikir induktifnya. 2) Berpikir adalah proses transaksi antara data dengan dirinya, ini berarti peserta didik mengelola sendiri data ke dalam sistem konseptualnya, menghubungkan dua data atau lebih, memprediksi gejala, menjelaskan fenomena, dan menarik kesimpulan, guru berposisi hanya sebagai fasilitator saja. 3) Proses berpikir dikembangkan oleh urutan-urutan tertentu yang taat azas dan bukan oleh pemikiran spontan yang mudah berubah-ubah. Untuk mengkontruksi pengetahuan diperlukan langkah-langkah, yaitu user memberikan langkah-langkah commit yang to diperlukan untuk mengkonstruksi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
pengetahuan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sir Francis Bacon (bapak metode ilmiah) dalam Makmur (2009: 4), yaitu: 1) mengamati dan mencatat data dan pola yang muncul dari peristiwa tersebut. 2) merumuskan hipotesis, 3) menguji kebenaran hipotesis, 4) menggunakan hipotesis untuk penyelidikan selanjutnya, 5) jika kebenaran hipotesis berlaku secara umum maka dapat diangkat menjadi hukum. Meski menurut Shapiro dalam Suparno (2006: 14), dibalik setiap pengamatan selalu ada pengandaian dan keyakinan tertentu. Oleh sebab itu pengetahuan ilmiah tidak lepas dari keyakinan dan asumsi tertentu pula. Penggunaan model pembelajaran POE sudah terbukti dapat mengatasi miskonsepsi diantara siswa dan dapat meningkatkan partisipasi siswa. Dalam jurnal internasional dari Khanthavy dan Yuenyong (2009: 11) dengan judul “The Grade 1 Student’s Mental Model and Motion Trought Predict-Observe-Explain (POE) Strategy “ menyatakan bahwa melalui strategi POE dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran dan dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam materi gaya dan gerak sehingga mereka dapat berdiskusi secara bebas tetapi bermakna. Selain itu, melalui strategi POE juga membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi gaya dan gerak karena siswa dapat melakukan observasi sendiri dengan bimbingan guru multimedia berbasis komputer juga dapat mendukung tugas dalam model pembelajaran POE. Selain itu, model pembelajaran POE dapat dikombinasikan dengan model atau metode pembelajaran lain yang disebutkan oleh Cepni, Sahin, dan Ipek (2012) dalam jurnalnya yang berjudul “Teaching floating and sinking concepts with different methods and techniques based on the 5E instructional model” menyimpulkan bahwa menggunakan model 5E (Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration and Evaluation) yang dikombinasi dengan perubahan teks konseptual, konsep kartun, animasi, lembar kerja, dan strategi POE (Predict, Observe and Explain) memiliki pengaruh positif dalam menghilangkan beberapa commit to user konsepsional alternatif seperti membangun konsep yang satu dengan yang lain,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
memahami sifat sebuah konsep yang abstrak. Dalam penelitian ini POE digunakan guru sebagai tempat siswa melalukan observasi di laboratorium sehingga dapat memberikan pengalaman langsung bagi siswa. b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran POE Tiga langkah utama dari pembelajaran POE, yaitu : 1) Prediction atau membuat prediksi, membuat dugaan terhadap suatu peristiwa, 2) Observation, melakukan penelitian, pengamatan apa yang terjadi. Pertanyaan pokok dalam observasi adalah apakah prediksinya memang terjadi atau tidak. 3) Explanation, yaitu memberi penjelasan. Penjelasan terutama tentang kesesuaian antara dugaan (prediksi) dengan yang sungguh terjadi. Adapun
langkah-langkah pembelajaran Model POE secara
terinci
sebagai berikut: 1) Langkah ke-1. Prediksi (dugaan). a) Guru menyajikan suatu persoalan. b) Peserta didik diminta membuat dugaan. Dalam membuat dugaan, peserta didik diminta memikirkan alasan mengapa ia membuat dugaan seperti itu. 2) Langkah ke-2. Observasi (pengamatan) a) Peserta didik diajak melakukan observasi berkaitan dengan persoalan yang disajikan. b) Peserta didik mengamati apa yang terjadi. Dapat juga melakukan pengukuran bila diperlukan. c) Peserta didik menguji apakah dugaan mereka benar atau salah. 3) Langkah ke-3. Explanation (penjelasan) a) Bila dugaan peserta didik ternyata terjadi dalam eksperimen, guru tinggal merangkum dan memberi penjelasan untuk menguatkan hasil observasi yang dilakukan. b) Bila
dugaan peserta
didik tidak terjadi
dalam
observasi
yang
dilakukan, maka guru membantu peserta didik mencari penjelasan mengapa dugaannya tidak benar? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
c) Atau guru bisa membantu peserta didik untuk mengubah dugaannya dan membenarkan dugaan yang semula tidak benar. c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran POE 1) Kelebihan model pembelajaran POE. a) merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khususnya
dalam
mengajukan prediksi, b) dengan melakukan eksperimen untuk menguji prediksinya dapat mengurangi verbalisme, c) proses pembelajaran menjadi lebih menarik, sebab peserta didik tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui eksperimen atau demonstrasi guru, d) dengan cara mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki kesempatan untuk membandingkan
antara
teori
(dugaan) dengan
kenyataan. Dengan demikian peserta didik akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran. 2) Kelemahan model pembelajaran POE. a) memerlukan
persiapan
yang
lebih
matang,
terutama
berkaitan
penyajian persoalan dan kegiatan observasi yang akan dilakukan untuk membuktikan prediksi yang diajukan peserta didik, b) untuk kegiatan observasi, memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang memadai, c) untuk melakukan kegiatan observasi, memerlukan kemampuan dan keterampilan yang khusus bagi guru, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional, d) memerlukan
kemauan
dan
motivasi
guru
yang
bagus
untuk
keberhasilan proses pembelajaran peserta didik.
4. Sikap Ilmiah Definisi sikap menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan perbuatan dan sebagainya yang mendasarkan pada pendapat atau keyakinan. commit user Sedangkan ilmiah adalah bersifat ilmutopengetahuan, memenuhi syarat atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
hukum ilmu pengetahuan (Fajri & Senja, 2003: 371 & 760). Jadi, sikap ilmiah merupakan perbuatan yang bersifat ilmu pengetahuan dan memenuhi syarat ilmu pengetahuan. Wilayah sikap mencakup juga wilayah kognitif dan psikomotorik. Sikap dapat membatasi atau mempermudah anak untuk menerapkan ketrampilan dan pergaulan yang sudah dikuasai. Anak tidak akan berusaha memahami suatu konsep jika ia tidak memiliki kemauan itu, sedangkan kemauan berada dalam wilayah sikap. Karena itu, sikap seseorang terhadap mata pelajaran sangat berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran. Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude, berasal dari bahasa latin yakni “aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Menurut Slameto (2003: 188) sikap merupakan sesuatu yang dipelajari yang menentukan bagaimana ia bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupannya. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek itu disertai dengan perasaan positif dan negatif. Sikap yang dikembangkan dalam IPA adalah sikap ilmiah yang lazim dikenal dengan “scientific attitude”. Sikap ilmiah (scientific attitude) menurut Harlen dalam Sriani (2010: 28) mengandung dua makna, yaitu attitude to science dan attitude of science. Attitude yang pertama mengacu pada sikap terhadap IPA sedangkan attitude yang kedua mengacu pada sikap yang melekat setelah mempelajari IPA. Jika seseorang memiliki sikap tetentu, orang itu cenderung berperilaku secara konsisten pada setiap keadaan. Pemahaman sikap ilmiah seiring berlangsung secara bertahap. Kondisi ini memerlukan sikap luwes untuk membangun gagasan baru yang lebih scientific. Dalam kegiatan IPA, siswa sengaja dibiasakan dengan sikap untuk merenung dan mengkaji kembali kegiatan yang sudah dilakukan sesuai penyempurnaan prosedurnya, perlu mengaplikasikan konsep lain, cara memperoleh hasil yang lebih teliti. Dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, sikap ini diwujudkan melalui komentar kritis terhadap diri. Karena itu siswa perlu mengulangi percobaan pada bagian-bagian tertentu. Siswa juga perlu menggunakan alternatif lainnnya sewaktu akan memecahkan masalah. Menurut Adelakun (2010: 1) dalam jurnalnya dikemukakan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Sikap ilmiah menyajikan sistematika tentang kognitif dan fitur dari ilmu sosial yang menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan ada tiga tingkatan yang saling tergantung satu sama lain dan memiliki tiga tingkatan yaitu membuat pengamatan, melakukan hipotesis, dan eksperimen yang kemudian hasilnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikutip dari E. Mulyasa (2007: 133) disebutkan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran Kimia di SMA/MA adalah untuk memupuk sikap ilmiah. Sikap ilmiah tersebut adalah: a) jujur, b) terbuka, c) ulet, d) kritis, e) dapat bekerjasama dengan orang lain. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah adalah tingkat kesesuaian tingkah laku siswa terhadap belajar mengajar yang dilakukan dengan unsur
jujur, teliti, kritis, berulang dan dapat bekerja sama
dengan orang lain. Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam diri siswa khususnya dalam pelajaran kimia agar siswa merasakan proses menemukan konsep yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Pengukuran sikap ilmiah didasarkan pada skor yang diperoleh siswa dalam pengisian angket. Menurut Arikunto (2005: 139), “Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Jadi angket merupakan alat serta teknik pengumpulan data yang mengadalkan informasi atau keterangan yang ada pada diri responden melalui daftar tertulis. Angket dibedakan menjadi dua yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Sedangkan angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dengan cara memberi tanda silang (X) atau tanda contreng (√). Untuk mengukur sikap ilmiah siswa digunakan skala Linkert. Variabel sikap ilmiah yang to user akan diukur dijabarkan menjadi commit komponen atau aspek sikap ilmiah yaitu jujur,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
teliti, tanggung jawab, disiplin, rasa ingin tahu, menghargai pendapat oranglain, menyampaikan pendapat/ ide, bekerja sama, dan kritis. Dari aspek yang ada kemudian disusun indikator untuk menyusun item pertanyaan-pertanyaan angket. Pertanyaan dalam angket dapat dibagi dua yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.
5. Prestasi Belajar Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya dapat ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan. Kedudukan siswa dalam kelas dapat diketahui melalui prestasi belajar yaitu siswa tersebut termasuk pandai, sedang atau kurang. Dengan demikian prestasi belajar mempunyai fungsi yang penting disamping sebagai indikator keberhasilan belajar dalam mata pelajaran tertentu, juga dapat berguna sebagai evaluasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut Winkel (2004: 510) prestasi belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan dalam pengertian kognitif, pengalaman ketrampilan, nilai sikap yang bersifat konstan. Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang baru atau penyempurnaan sesuatu hal yang pernah dimiliki atau dipelajari sebelumnya. Menurut Ngalim Purwanto (2007: 102-107) ada dua hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: a. Faktor dari luar individu, yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan yaitu alam dan sosial, sedangkan faktor instrumental yaitu kurikulum atau bahan pelajaran, guru, sarana dan fasilitas, administrasi atau manajemen. b. Faktor dari dalam individu, yaitu faktor fisiologi dan psikologi. Faktor fisiologi yaitu kondisi fisik dan panca indra, sedangkan faktor psikologi yaitu kemampuan kognitif, sikap, minat, kreativitas, motivasi, perhatian, dan kebebasan belajar. Rumusan tujuan yang direncanakan guru dipengaruhi oleh kemampuan guru sebagai perancang (designer) belajar-mengajar. Untuk itu guru dituntut untuk menguasai taksonomi hasil belajar. Menurut Bloom taksonomi hasil belajar commitkognitif, to user afektif dan psikomotor. terbagi menjadi 3 domain yaitu domain
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
a. Domain kognitif Menurut Situmorang, dkk (2005: 2.17) domain/ kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengenalan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir. Jenjang taksonomi pendidikan dalam kawasan kognitif yaitu aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. b. Domain afektif Menurut Situmorang, dkk (2005: 2.23) domain/ kawasan afektif berkenaan dengan minat, sikap, dan nilai serta pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan afektif terbagi menjadi 5 jenjang yaitu penerimaan (receiving), Pemberian respon (responding), pemberian nilai atau penghargaan (valuing), pengorganisasian (organizing) dan karakterisasi (characterization). c. Domain psikomotor Menurut Situmorang, dkk (2005: 2.26) domain/ kawasan psikomotor berkenaan dengan otot, keterampilan motorik, atau gerak yang membutuhkan koordinasi otot (neomuscular coordination). Kawasan psikomotor meliputi peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian dan naturalisasi. Prestasi belajar dapat diketahui dengan adanya evaluasi belajar atau penilaian hasil belajar. Dari hasil penilaian hasil belajar tersebut dapat diperoleh informasi sehingga guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan, ketepatan atau keefektifan metode mengajar, mengetahui kedudukan siswa di kelas atau kelompoknya. Jadi prestasi belajar memiliki peranan penting, prestasi belajar dapat dijadikan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikinan proses akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dalam maupun faktor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam siswa misalnya intelegensi, sikap bakat, motivasi, dan lain-lain. Sedangkan faktor dari luar diri siswa misalnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
metode pembelajaran, materi pelajaran, fasilitas yang ada, kondisi lingkungan dan lain-lain. Dari uraian yang telah dikemukan dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha yang berupa perubahan tingkah laku yang diperoleh dari proses belajar mengajar yang dapat diketahui dengan mengadakan penilaian belajar.
6. Metode Pembelajaran Metode secara harfiah berarti suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk mencapai sesuatu. Dengan demikian metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang telah direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Kata “direncanakan” berarti pula adanya upaya-upaya yang sistematis yang harus tampak dalam penggunaan suatu metode (Situmorang, dkk, 2005: 6.17). Sumantri dan Permana (2001: 114) menjelaskan bahwa metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar yang memuaskan. Metode mengajar yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar sangat banyak ragam dan macamnya. Penggunaan metode mengajar ditekankan pada kesesuaiannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan agar proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien. Guru harus dapat memilih dan mengembangkan metode mengajar yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Dari
pengertian
diatas,
dapat
disimpulkan
pengertian
metode
pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan intelektual siswa berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa. Ada bermacam-macam metode pembelajaran antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
sosiodrama, metode karyawisata, metode kerja kelompok, metode eksperimen, metode proyek dan sebagainya
7. Metode Eksperimen Menurut Sagala (2011: 220) percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan kedalam metode pembelajaran. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pembelajaran yang melibatkan siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. a. Tujuan Metode Eksperimen Tujuan dari pendekatan eksperimen antara lain: 1) agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh, 2) melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melakukan percobaan, dan 3) melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan (Sumantri dan Permana, 2001: 136). b. Karakteristik Metode Eksperimen Metode eksperimen dibedakan menjadi dua yaitu metode yang terencana atau terbimbing dan metode eksperimen yang bebas. Dalam pembelajaran kimia, kebanyakan eksperimen dipilih yang terbimbing atau terencana. Alasan utama adalah dengan metode eksperimen terbimbing, hasilnya akan lebih cepat selesai dan lebih teratur dan terarah, sehingga siswa tidak mudah bingung. Metode eksperimen terbimbing adalah metode eksperimen dimana seluruh jalannya percobaan sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan siswa. Langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh siswa, peralatan yang harus diamati dan diukur semuanya sudah direncanakan sejak awal. Metode eksperimen commit to user bebas adalah metode ekperimen dimana guru tidak memberikan petunjuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
percobaan secara terperinci. Dengan kata lain siswa harus lebih banyak berfikir sendiri, bagaimana akan merangkai rangkaian, apa yang harus diamati, diukur, dan dianalisa serta disimpulkan (Astuti, 2010 : 22). Prosedur eksperimen menurut Sagala (2011), adalah : 1)
perlu dikemukakan pada siswa
tentang tujuan eksperimen dengan cara
mengajukan pertanyaan/ memberi masalah, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen, 2)
mengumpulkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam eksperimen, halhal yang harus dikontrol ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat,
3)
selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa, bila perlu member saran atau pertanyaan
yang menunjang jalannya
eksperimen, 4)
setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian kemudian mendiskusikan dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
c. Keunggulan Metode Eksperimen Metode eksperimen sering digunakan karena memiliki keunggulan sebagai berikut : 1) siswa lebih terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula dengan kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya, 2) mereka lebih aktif berpikir dan berbuat; suatu hal yang sangat dikendaki oleh kegiatan belajar mengajar yang modern, dimana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru, 3) siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu pengetahuan, juga menemukan pengalaman praktis serta ketrampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan, 4) siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa yang tidak masuk akal (Roestiyah, commit to user 2008 : 82).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
d. Kekurangan Metode Eksperimen Eksperimen juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain : 1) memerlukan peralatan percobaan yang komplit, 2) dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu yang lama, 3) menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang berpengalaman dalam penelitian, dan 4) kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan menyimpulkan. (Sumantri dan Permana, 2001: 136-137).
8. Metode Demonstrasi a. Karakteristik Metode lain yang hampir sejenis dengan eksperimen ialah demonstrasi. Menurut Situmorang, dkk (2005: 6.19) demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang mencontohkan pelaksanaan suatu keterampilan atau proses kegiatan yang sebenarnya. Penggunaan metode ini mempersyaratkan keahlian guru dalam mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Sedangkan menurut Sumantri dan Permana (2001: 132-133) menyatakan bahwa demonstrasi digunakan guru untuk memperagakan atau menunjukkan suatu prosedur yang harus dilakukan peserta didik yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja. Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang harus dilakukan misalnya proses mengatur sesuatu, proses mengerjakan sesuatu, mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
b. Penggunaan Metode demonstrasi digunakan dengan alasan bahwa tidak semua topik dapat terang melalui penjelasan atau diskusi, sifat pelajaran yang menuntut diperagakan, tipe belajar peserta didik yang berbeda ada yang kuat visual, tetapi lemah dalam auditif dan motorik maupun sebaliknya serta memudahkan mengajarkan suatu cara kerja atau prosedur. Menurut Milner, dkk (2007: 11) demonstrasi membantu instruktur untuk mengubah langkah dalam pengajaran dan mencegah siswa kehilangan konsentrasi mereka “the demonstrations also help the instructor to change the pace of the lecture and prevent student from losing their concentration”. c. Kelebihan dan Kekurangan Metode demonstrasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan tersebut oleh Sumantri dan Permana (2001: 134) dijabarkan sebagai berikut: 1) Kelebihan Kelebihan metode demonstrasi, antara lain: a) membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih kongkrit serta menghindari verbalisme, b) memudahkan peserta didik memahami bahan pelajaran, c) proses pengajaran akan lebih menarik, d) merangsang peserta didik untuk lebih aktif mengamati dan dapat mencoba sendiri, e) dapat disajikan bahan pelajaran yang tidak dapat dilakukan dengan menggunakan metode lain. 2) Kekurangan Adapun kekurangan dari metode demonstrasi, antara lain: a) memerlukan keterampilan guru secara khusus, b) keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu, c) memerlukan waktu yang banyak, commit to user d) memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
9. Materi Asam, Basa, dan Garam Asam, basa, dan garam adalah salah satu materi pokok bidang studi kimia, dimana berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberikan pada siswa SMP kelas VII Semester I. Materi pokok asam, basa, dan garam terbagi dalam beberapa sub materi pokok, yaitu: sifat asam, basa, dan garam, identifikasi asam, basa, dan garam, penentuan skala keasaman dan kebasaan. a. Sifat Asam, Basa, dan Garam 1) Asam Secara kimia, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen (H+). Asam akan terionisasi menjadi ion hidrogen dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. Beberapa asam yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel. 2.1 Jenis Asam yang Terdapat dalam Kehidupan Sehari-hari. Nama Asam Asam asetat Asam askorbat Asam sitrat Asam borat Asan karbonat Asam klorida Asam nitrat Asam fosfat Asam sulfat Asam tatrat
Terdapat dalam Larutan cuka Jeruk, tomat, sayuran Jeruk Larutan pencuci mata Minuman berkarbonasi Asam lambung, obat tetes mata Pupuk, peledak ( TNT ) Deterjen, pupuk Baterai mobil, pupuk Anggur
2) Basa Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida(OH-). Ion hidroksida terbentuk karena senyawa hidroksida dapat mengikat satu elektron pada saat dimasukkan ke dalam air. Basa dapat menetralisir asam (H+) sehingga dihasilkan air (H2O). Sabun merupakan commit to user salah satu zat yang bersifat basa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Tabel. 2.2 Jenis Basa yang Terdapat dalam Kehidupan Sehari-hari. Nama Basa Aluminium hidroksida Kalsium hidroksida Magnesium hidroksida Natrium hidroksida
Terdapat dalam Deodoran, antasid Mor tar dan plester Obat urus-urus, antasid Bahan sabun
Sifat asam berbeda dengan sifat basa suatu zat. Perbedaan sifat asam dan basa dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini.
Tabel. 2.3 Perbedaan Sifat Asam dan Sifat Basa Asam Senyawa asam bersifat korosif,
Basa Senyawa basa bersifat merusak kulit (kaustik ), Sebagian besar reaksi dengan Terasa licin di tangan, seperti sabun, logam menghasilkan H2, Senyawa asam memiliki rasa Senyawa basa terasa pahit, asam, Dapat mengubah warna zat yang Dapat mengubah warna zat lain. dimiliki oleh zat lain (dapat (warna yang dihasilkan berbeda dijadikan indikator asam atau dengan asam), basa), Menghasilkan ion H+ dalam air. Menghasilkan ion OH- dalam air. 3) Garam Garam adalah senyawa yang terbentuk dari reaksi asam dan basa. Terdapat beberapa contoh garam, antara lain: NaCl, CaCl2, ZnSO4, NaNO2, dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari–hari tentu kamu tidak asing dengan garam. Contoh garam adalah garam dapur (NaCl) yang biasa digunakan untuk keperluan memasak. Garam dapur dapat diperoleh dengan cara mencampur zat asam dan basa. Mengapa demikian? Asam bereaksi dengan basa membentuk zat netral dan tidak bersifat asam maupun basa. Reaksi antara asam dan basa dinamakan reaksi netralisasi. Sebagai contoh asam commit hidroksida to user klorida bereaksi dengan natrium (soda api) akan membentuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
garam dapur dan air. Jika dengan menggunakan proses penguapan, maka air akan menguap dan tersisa endapan garam dapur saja. HCl + NaOH → NaCl + H2O Asam Basa
Garam dapur Air
Reaksi kimia yang dapat menghasilkan garam, antara lain: a)
Asam + basa menghasilkan garam + air
b)
Basa + oksida asam menghasilkan garam + air
c)
Asam + oksida basa menghasilkan garam + air
d)
Oksida asam + oksida basa menghasilkan garam
e)
Logam + asam menghasilkan garam + H2
Tabel. 2.4 Jenis Garam yang Terdapat dalam Kehidupan Sehari-hari. Nama garam
Rumus
Natrium klorida
NaCl
Natrium bikarbonat Kalsium karbonat Kaliun nitrat Kaliun karbonat Natrium fosfat Amonium klorida
NaHCO3
Nama dagang Garam dapur Baking soda
CaCO3 KNO3 K2CO3 Na3PO4 NH4Cl
Kalsit Saltpeter Potash TSP Salmiak
Manfaat Penambah rasa makan
Cat tembok dan bahan karet Pupuk, bahan peledak Sabun dan kaca Deterjen, baterai kering
Pengembang kue
Reaksi penetralan berguna bagi manusia, antara lain produksi asam lambung (HCl) yang berlebihan dapat dinetralkan dengan menggunakan senyawa basa Mg(OH)2. Para petani menggunakan reaksi penetralan agar tanah yang terlalu asam dan tidak baik bagi tanamandapat menjadi netral dengan menambahkan senyawa basa Ca(OH)2 atau air kapur. Pasta gigi mengandung basa berfungsi untuk menetralkan mulut kita dari asam, yang dapat merusak gigi dan menimbulkan bau mulut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
b. Identifikasi Asam, Basa, dan Garam Berdasarkan sifat asam dan basa, larutan dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : bersifat asam, basa, dan netral. Sifat larutan tersebut dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator asam-basa, yaitu zat-zat warna yang menghasilkan warna berbeda dalam larutan asam dan basa. Cara menentukan senyawa bersifat asam, basa atau netral dapat menggunakan kertas lakmus, larutan indikator atau larutan alami, misal dengan kertas lakmus merah dan lakmus biru.
Tabel.2.5 Warna Lakmus dalam Larutan yang Bersifat Asam, Basa, dan Netral Indikator Lakmus merah (LM) Lakmus Biru (LB) Metil Merah (MM) Metil Jingga (MO) Fenolftalin (PP)
Larutan asam Merah Merah Merah Merah Tidak berwarna
Larutan basa Biru Biru Kuning Kuning Merah
Larutan netral Merah Biru Kuning Kuning Tidak berwarna
Lakmus digunakan sebagai indikator asam-basa, sebab lakmus memiliki beberapa keuntungan, yaitu: 1) Lakmus dapat berubah warna dengan cepat saat bereaksi dengan asam ataupun basa. 2) Lakmus sukar bereaksi dengan oksigen dalam udara sehingga dapat tahan lama. 3) Lakmus mudah diserap oleh kertas, sehingga digunakan dalam bentuk lakmus kertas. Lakmus adalah sejenis zat yang diperoleh dari jenis lumut kerak. Selain menggunakan
indikator
buatan,
dipakai
pula
indikator
alami
untuk
mengelompokkan bahan-bahan di lingkungan berdasarkan konsep asam, basa, dan garam. Indikator alami, seperti : bunga sepatu, kunyit, kulit manggis, kubis ungu atau jenis bunga-bungaan yang berwarna. Ekstrak bahan-bahan tersebut dapat memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam dan basa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Sifat asam ditunjukkan oleh perubahan warna indikator buatan dan indikator alami menjadi warna kemerahan, sedangkan sifat basa ditunjukkan oleh perubahan warna indikator buatan dan indikator alami menjadi warna kebiruan atau kehijauan. c. Penentuan Skala Keasaman dan Kebasaan Pada umumnya semua asam dan basa mempunyai sifat tertentu. Misal, terdapat beberapa asam yang aman digunakan untuk obat tetes mata atau diminum, tetapi terdapat juga asam yang dapat merusak jaringan kulit dan logam. Semua basa juga memiliki sifat tertentu, misal kita menggunakan pasta gigi untuk membersihkan gigi dan menghilangkan bau mulut, sebaliknya natrium hidroksida digunakan untuk pembersih saluran dan berbahaya jika terkena kulitmu. Jumlah ion H+ dalam air digunakan untuk menentukan sifat derajat keasaman atau kebasaan suatu zat. Semakin zat tersebut memiliki keasaman tinggi, semakin banyak ion H+ di dalam air. Sedangkan semakin tinggi kebasaan zat tersebut, semakin banyak ion OH- dalam air. Untuk menentukan harga pH dan pOH biasa digunakan indikator universal yang dapat memperlihatkan warna bermacam-macam untuk tiap pH. Indikator universal dilengkapi dengan cakram warna, sehingga warna dan hasil reaksi dapat ditentukan pHnya dengan mencocokkan warna tersebut. Selain itu, pH meter juga dapat dipergunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau kebasaan suatu zat.
Gambar 2.2. pH meter dan Indikator Universal Indikator universal merupakan campuran dari bermacam-macam indikator asam dan basa yang dapat berubah warna setiap satuan pH. Terdapat dua commit to user macam indikator universal yang digunakan, yaitu berupa larutan dan kertas. Jenis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
indikator universal larutan, jika dimasukkan dalam larutan yang bersifat asam, basa atau garam yang memiliki pH berbeda-beda akan memberikan warna-warna yang berbeda pula.
Tabel. 2.6. Perubahan Warna Kertas Indikator Universal dalam Larutan pH ≤3 4 5 6 7 8 9 ≥ 10
Warna indikator universal Merah Merah jingga Jingga Kuning Hijau kekuningan Biru kehijauan Biru Ungu
Sedangkan jika menggunakan indikator universal bentuk kertas untuk mengetahui sifat asam, basa atau garam adalah dengan cara mencelupkan kertas tersebut ke dalam larutan yang hendak kita ketahui pHnya. Kemudian warna yang muncul dicocokkan dengan cakram warna standar yang terdapat pada kemasan indikator tersebut. Larutan bersifat netral jika pH = 7, larutan bersifat asam jika pH < 7, dan larutan bersifat basa jika pH > 7 (Sugiyarto dan Ismawati, 2008: 43).
B. Kerangka Berpikir Prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan belajar siswa dalam mencapai tujuan belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dari siswa. Faktor internal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa salah satunya sikap siswa. Ilmu kimia sebagai salah satu cabang dari ilmu sains yang berkaitan dengan sikap ilmiah. Sehingga sikap ilmiah dalam diri siswa dapat menjadi faktor internal yang berpengaruh pada prestasi siswa. Sedangkan faktor eksternal salah satunya metode yang digunakan guru untuk menyampaikan materi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
1. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran POE dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi terhadap Prestasi Belajar Siswa Materi pokok Asam, Basa, dan Garam meliputi Sub Pokok Bahasan yaitu: sifat asam, basa, dan garam, identifikasi asam, basa, dan garam, penentuan skala keasaman dan kebasaan. Pada pokok bahasan asam, basa, dan garam merupakan konsep yang memerlukan pengamatan siswa. Dari pengamatan tersebut diharapkan siswa dapat mengamati gejala-gejala yang terjadi, dapat mengumpulkan data serta menarik kesimpulan sehingga akan diperoleh konsepkonsep yang bersifat bukan hafalan saja. Untuk tujuan diatas, dalam penelitian ini model pembelajaran POE diajarkan dengan dua cara, pertama model pembelajaran POE diajarkan dengan eksperimen dan yang kedua model pembelajaran POE diajarkan dengan demonstrasi. Kegiatan eksperimen merupakan penunjang model pembelajaran POE yang berfungsi untuk menemukan atau menjelaskan prinsip-prinsip yang sedang dipelajari. Dalam kegiatan eksperimen siswa mengadakan penelitian langsung di laboratorium supaya siswa bisa melakukan pengamatan secara langsung dan mempraktekkan sendiri. Kegiatan eksperimen merupakan kegiatan yang mengembangkan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. Kegiatan eksperimen tidak sekedar mempraktekkan apakah suatu bereaksi atau tidak, tetapi kegiatan eksperimen juga dapat mengembangkan proses berpikir siswa dengan timbulnya berbagai pertanyaan dalam diri siswa selama pelaksanaan kegiatan eksperimen. Siswa melakukan sendiri eksperimen, melakukan pengamatan langsung kemudian menyimpulkan hasil eksperimen maka siswa dapat lebih mudah dalam pemahaman konsep. Model pembelajaran POE dengan metode eksperimen di dalam kelas siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang kemudian setiap kelompok mendapatkan bagian materi yang harus dikuasai dan dipahami akan tetapi sebelum siswa melakukan observasi siswa dituntut untuk melakukan prediksi terhadap pertanyaan atau masalah yang telah diajukan oleh guru. Pada tahap selanjutnya setelah siswa memprediksi hasil dari masalah, siswa melakukan observasi dengan teman dalam satu kelompok melalui kegiatan to usermateri yang menjadi tugas dari eksperimen. Pemahaman dan commit penguasaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
masing-masing siswa ini diperoleh dari kegiatan eksperimen yang dilakukan oleh siswa, hasil yang diperoleh dari kegiatan eksperimen kemudian didiskusikan dengan teman dalam kelompok masing-masing. Dari diskusi ini dapat disimpulkan hasil pengamatan eksperimen. Tugas guru ialah memberikan bimbingan dan mengarahkan siswa pada proses penemuan konsep sehingga siswa akan menemukan konsep yang harus ditemukan sesuai materi yang diberikan. Selanjutnya masing-masing siswa berkewajiban mencocokan hasil eksperimen dengan prediksi sebelumnya jika terdapat perbedaan siswa harus bisa memberika alasannnya. Tahap terakhir dari pembelajaran POE adalah memberi penjelasan (explain) disini guru memberikan penjelasan kepada siswa jika hasil prediksi dengan observasinya berbeda dan mengarahkan siswa pada hasil yang sebenarnya. Dalam
metode
demonstrasi,
guru
memperagakan
atau
mempertunjukkan percobaan sesuai materi yang diajarkan sedangkan siswa memperhatikan dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan percobaan yang sedang didemonstrasikan. Dari pengamatan yang mereka lakukan, maka diharapkan siswa dapat menemukan konsep materi yang yang diajarkan. Pelaksanaan model pembelajaran POE dengan metode demonstrasi dilaksanakan dimana dalam kelas terdapat kelompok-kelompok. Sebelum guru melalukan demonstrasi siswa terlebih dahulu menjawab masalah-masalah yang telah diberikan guru. Ketika guru mendemonstrasikan percobaan, siswa yang memiliki tugas untuk mengamati dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan percobaan, kemudian mendiskusikan dengan anggota kelompoknya masingmasing.
Selanjutnya
siswa
mencocokan
hasil
dugaan
dengan
hasil
pengamatannya. Jika terdapat perbedaan maka akan dijelaskan oleh guru dan diarahkan pada hasil yang benar. Berdasarkan uraian diatas maka diprediksikan bahwa prestasi belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran POE dengan metode eksperimen lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran POE metode demonstasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
2. Pengaruh Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar pada Materi Pokok Asam, Basa, dan Garam. Sikap ilmiah merupakan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perilaku yang bersifat keilmuan terhadap suatu stimulus tertentu. Salah satu tujuan pembelajaran kimia adalah untuk memupuk sikap ilmiah dalam diri siswa. Ciriciri sikap ilmiah siswa antara lain jujur, obyektif, bertanggung jawab, ingin tahu, tidak mudah putus asa, kritis, tidak mudah mempercayai sesuatu yang belum terbukti, dan sebagainya. Dalam bereksperimen dan demonstrasi siswa dituntut untuk menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah. Dengan melaksanakan eksperimen dan demonstrasi diharapkan siswa dapat menemukan konsep sendiri dan konsep tersebut lebih bertahan lama dalam diri siswa karena siswa melakukan pengamatan langsung. Sikap ilmiah yang dimiliki siswa berperan dalam penemuan konsep sehingga siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan memiliki prestasi belajar yang berbeda dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah sedang. Siswa yang memiliki sikap ilmiah sedang juga akan memiliki prestasi belajar yang berbeda dengan siswa yang sikap ilmiahnya rendah. Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi belajar yang tinggi jika dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah sedang dan rendah. 3. Interaksi antara Metode Pengajaran dengan Sikap Ilmiah Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Asam, Basa, dan Garam. Dari uraian sebelumnya diprediksikan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran POE dengan eksperimen mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi daripada pembelajaran POE dengan demonstrasi, serta siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki sikap ilmiah sedang maupun rendah. Faktor sikap ilmiah mempunyai peran dalam metode eksperimen dan demonstrasi. Pada metode eksperimen sikap ilmiah yang dimiliki siswa lebih berperan daripada metode demonstrasi. Karena pada pelaksanaan eksperimen siswa memiliki peran yang lebih besar dalam kegiatan commiteksperimen to user belajar mengajar. Pada pelaksanaan siswa melakukan percobaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
sendiri sedangkan pada pelaksanaan demonstrasi siswa mengamati apa yang diperagakan guru. Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi pada kelas dengan model pembelajaran POE menggunakan metode eksperimen akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan metode demonstrasi. Siswa yang memiliki sikap ilmiah sedang pada kelas yang diajar dengan model pembelajaran POE menggunakan metode eksperimen akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki sikap ilmiah sedang pada kelas yang diajar dengan model pembelajaran POE dengan metode demonstrasi. Sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran POE dengan metode eksperimen akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik pula daripada kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran POE dengan metode demonstrasi. Secara umum kerangka berpikir dapat ditunjukkan pada gambar 2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Model Mengajar
POE dengan Metode Eksperimen sederhana
Sikap Ilmiah
POE dengan Metode Demonstrasi
Prestasi Belajar Siswa
user berpikir Gambar 2.3commit Skematokerangka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38 C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran POE terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam Siswa Kelas VII SMP N 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam Siswa Kelas VII SMP N 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran POE dengan sikap ilmiah siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam Siswa Kelas VII SMP N 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Jaten Kabupaten Karanganyar, pada kelas VII Semester I tahun pelajaran 2012/2013.
2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 yaitu pada bulan April - Oktober 2012. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Penjelasan tentang alokasi waktu penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian Bulan Jenis Kegiatan
April 2012
Mei 2012
Juni 2012
Juli 2012
Septem ber 2012
Okto ber 2012
1. Persiapan Penelitian a. Pengajuan judul b. Penyusunan proposal c. Seminar proposal d. Ijin penelitian 2. Pelaksanaan Penelitian a. Uji coba instrument b. Pengumpulan data 3. Penyelesaian a. Analisa data dan penarikan kesimpulan b. Penyusunan laporan
B. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode commit to user eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Factorial Design 3 3.
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Rancangan ini menggunakan 3 kelompok subyek, yaitu kelompok pertama sebagai kelas eksperimen I dan kelompok kedua sebagai kelas eksperimen II, sedangkan kelas yang ketiga sebagai kelas kontrol. Rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel. 3.2 Rancangan Penelitian 3x3 Kelas
Eksperimen I
Eksperimen II
Kelas Kontrol
Metode Mengajar (A)
Sikap Ilmiah (B)
POE dengan eksperimen (A1) POE dengan demonstrasi (A2) Ceramah dan tanya jawab
Tinggi (B1) A1B1
Sedang (B2) A1B2
Rendah (B3)
A2B1
A2B2
A2B3
A3B1
A3B2
A3B3
A1B3
Keterangan: A1
: Pengajaran POE dengan metode eksperimen
A2
: Pengajaran POE dengan metode demonstrasi
A3
: Pengajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab
B1
: Sikap ilmiah tinggi
B2
: Sikap ilmiah sedang
B3
: Sikap ilmiah rendah
A1B1 : Pengajaran POE dengan metode eksperimen pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi A1B2 : Pengajaran POE dengan metode eksperimen pada siswa yang memiliki sikap ilmiah sedang A1B3 : Pengajaran POE dengan metode eksperimen pada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah A2B1 : Pengajaran POE dengan metode demonstrasi pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
A2B2 : Pengajaran POE dengan metode demonstrasi pada siswa yang memiliki sikap ilmiah sedang A2B3 : Pengajaran POE dengan metode demonstrasi pada siswa yang
memiliki
sikap ilmiah rendah A3B1 : Pengajaran ceramah dan tanya jawab pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi A3B2 : Pengajaran ceramah dan tanya jawab pada siswa yang memiliki sikap ilmiah sedang A3B3 : Pengajaran ceramah dan tanya jawab pada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah
2. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dengan urutan sebagai berikut: a.
Observasi siswa SMP Negeri 1 Jaten, yakni meliputi obyek penelitian, pengajaran dan fasilitas yang dimiliki.
b.
Uji coba soal pretes dan postes pada siswa kelas VII.
c.
Penentuan kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen I dan eksperimen II secara random.
d.
Pemberian tes awal (Pretes) dengan instrumen yang telah diujicobakan.
e.
Pelaksanaan penelitian yaitu mengajar materi pokok asam, basa, dan garam dengan pembelajaran POE dengan metode eksperimen sederhana pada kelas eksperimen I dan pembelajaran POE dengan metode demonstrasi pada kelas eksperimen II.
f.
Pemberian tes akhir (Postes).
g.
Pengolahan dan penganalisisan data penelitian.
h.
Pengambilan kesimpulan.
C. Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk user dipelajari sehingga diperoleh apa saja yang ditetapkan oleh commit penelitito untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
informasi tentang hal tersebut untuk kemudian ditarik kesimpulan. Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan orang yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Dinamakan variabel karena ada variansinya (Sugiyono, 2008: 60).
1. Variabel Bebas Variabel bebas yaitu variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: a.
Model Pembelajaran POE 1) Definisi Konseptual Model pembelajaran POE adalah suatu cara peyajian bahan pelajaran yang dimulai dengan penyajian persoalan dimana peserta didik diajak untuk menduga kemungkinan yang terjadi dilanjutkan dengan
mengobservasi
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap persoalan tersebut dan kemudian
dibuktikan
dengan
melakukan
percobaan
untuk dapat
menemukan kebenaran dari dugaan awal dalam bentuk penjelasan. 2) Definisi Operasional Model pembelajaran POE membutuhkan pengamatan siswa dalam mencari kebenaran tentang hasil dugaannya tentang materi yang dipelajari, yaitu asam, basa, dan garam. Oleh karena itu, siswa dituntut lebih aktif dalam pembelajaran. Dalam model pembelajaran POE ini digunakan metode eksperimen sederhana dan metode demonstrasi agar dapat mengetahui perbedaan kedua metode tersebut. b.
Sikap Ilmiah 1) Definisi Konseptual Sikap ilmiah adalah tingkat kesesuaian tingkah laku siswa dalam terhadap belajar mengajar yang dilakukan dengan unsur jujur, teliti, kritis, berulang dan dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah harus commit to userdalam pelajaran kimia agar siswa dikembangkan dalam diri siswa khususnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
merasakan proses menemukan konsep yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. 2) Definisi Operasional Sikap ilmiah menunjukkan tingkah laku siswa ketika menghadapi persoalan ilmiah yang berhubungan dengan materi asam, basa, dan garam yang diwujudkan melalui perilaku yang jujur dan teliti. Sikap ilmiah termasuk jenis data ordinal. Kategori sikap ilmiah ada 3: Skor minimal = 40 x 1= 40 Skor maksimal = 40 x 4 = 160 Luas jarak = 160 – 40 = 120 σ = 120/6 = 20 μ = 40 x 2,5 = 100 a) Kategori Sikap Ilmiah Tinggi (μ + 1,0σ) ≤ x = (100 + 1,0.20) =120 ≤ x Semua siswa yang mempunyai skor sikap ilmiah x ≥ 120 b) Kategori Sikap Ilmiah Sedang (μ - 1,0σ) ≤ x (μ + 1,0σ) = 80 ≤ x < 120 Semua siswa yang mempunyai skor sikap ilmiah 80 ≤ x < 120 c) Kategori Sikap Ilmiah Rendah x < (μ - 1,0σ) = x < (100 - 1,0.20) = x < 80 Semua siswa yang mempunyai skor sikap ilmiah x < 80 (Azwar, 2009: 60) Adapun aspek dan indikator dari sikap ilmiah yang diteliti dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Tabel 3.3. Komponen, Aspek dan Indikator Sikap Ilmiah Aspek Indikator Sikap ingin tahu
a. Sering bertanya tentang sesuatu yang belum jelas b. Suka mencoba kembali terhadap sesuatu yang baru
Berpikir kritis
a. Suka menanggapi hal-hal yang dianggap kurang jelas b. Berani mengkritisi terhadap sesuatu yang keliru
Teliti
a. Mau mencatat hasil setiap perlakuan saat praktikum b. Menggunakan alat atau bahan praktikum sesuai dengan prosedur
Bertanggung jawab
c. Berusaha melaksanakan praktikum dengan sungguh-sungguh d. Berusaha mengerjakan laporan praktikum dengan sungguh-sungguh
Jujur
a. Menuliskan data hasil percobaan sesuai dengan hasil praktikum b. Melaporkan
kepada
guru
apabila
memecahkan alat Kedisiplinan diri
a. Berusaha menyelesaikan tugas tepat waktu b. Berusaha mentaati peraturan laboratorium
Bekerja sama
a. Mau bekerja sama dengan teman dalam satu kelompok b. Suka membantu sesama teman
Berpikiran bebas dan terbuka
a. Menerima kritikan dari orang lain dan berusaha mengoreksi diri b. Mengakui dan menerima hasil kelompok commit userbenar laintoyang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
2. Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel lain, dalam hal ini adalah variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada materi pokok asam, basa, dan garam. a. Definisi Konseptual Prestasi belajar merupakan hasil usaha yang berupa perubahan tingkah laku yang diperoleh dari proses belajar mengajar yang dapat diketahui dengan mengadakan penilaian belajar. b. Definisi Operasional Prestasi belajar merupakan hasil dari aktifitas selama mengikuti pelajaran kimia materi asam, basa, dan garam dengan menggunakan model pembelajaran POE dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi yang dilambangkan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitif. Prestasi belajar termasuk jenis data ordinal.
D. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Penetapan Populasi Penelitian Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 5 kelas.
2. Teknik Pengambilan Sampel Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Dalam teknik
Cluster Random Sampling ini sampel
merupakan unit dalam populasi yang mendapat peluang sama untuk menjadi sampel, bukan siswa secara individual. Dari kelima kelas yang ada di kelas VII SMP Negeri 1 Jaten dilakukan pengambilan secara random tiga kelas untuk dijadikan sampel yaitu kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kelas kontrol. Untuk kelas VII B dengan jumlah siswa 32, kelas VII C dengan jumlah siswa 32, kelas VII D dengan jumlah siswa 31, kelas VII F dengan jumlah siswa 30 dan VII commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
H dengan jumlah siswa 30. Kelima kelas tersebut diuji kesetaraanya dengan uji kemampuan awal populasi menggunakan teknik analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama. Data yang digunakan dalam uji tersebut adalah nilai ulangan harian materi sebelumnya yang telah diuji normalitas dan homogenitasnya. Hasil uji kesetaraan diperoleh signifikansi (p) > 0,449 yang menunjukkan bahwa semua populasi mempunyai rataan yang sama atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan pada populasi, sehingga apabila diambil tiga kelas secara random sebagai kelas eksperimen, ketiga kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang setara. Dari hasil tersebut sehingga diperoleh kelas VII B, VII C dan VII D sebagai sampel penelitian. Hasil perhitungan uji kesetaraan dengan menggunakan anava satu jalan sel tak sama tersebut dapat dilihat pada lampiran 22.
E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data bermanfaat dalam proses pengujian hipotesis. Pengujian data diperoleh dengan memberikan nilai pretes sebelum perlakuan dan postes setelah perlakuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Asam, Basa, dan Garam akibat perlakuan yang diberikan. Sumber data dalam penelitian ini berupa metode tes, metode angket.
1. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa sebagai aspek kognitif siswa kelas VII SMP 1 Jaten. Penilaian aspek kognitif diperoleh langsung dari siswa dengan menggunakan tes bentuk obyektif yang diberikan sebelum dan sesudah proses pembelajaran Asam, Basa, dan Garam dengan perangkat tes yang sama.
Instrumen tes kognitif dapat dilihat dalam
lampiran 7 dan 8.
2. Metode Angket Metode angket dalam penelitian adalah angket sikap ilmiah untuk mengetahui nilai sikap ilmiah siswa kelas VII SMP 1 Jaten saat pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
kimia pada materi Asam, Basa, dan Garam. Angket diisi langsung oleh siswa. Angket sikap ilmiah dan indikatornya disajikan dalam lampiran 10.
3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya yang merupakan dokumen-dokumen resmi yang telah terjamin keakuratannya. Adapun keuntungan dalam penggunaan metode ini adalah biayanya relatif murah, waktu dan tenaga lebih efisien. Metode dokumetasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan sekolah, data nilai ulangan harian, jumlah siswa kelas VII SMP N 1 Jaten dan nama-nama sampel penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran 20.
F. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Pembelajaran a. Silabus Silabus yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus yang dibuat oleh sekolah yang akan diteliti. Dimana silabus diperoleh dari guru kimia yang bersangkutan. Silabus dalam penelitian ini disajikan dalam lampiran 1. b. Rencana Pelaksanaa Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun oleh peneliti sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan oleh peneliti. Untuk lebih detailnya dapat dilihat dalam lampiran 2.
2. Instrumen Penilaian Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas dua instrumen yaitu instrumen penilaian kognitif dan sikap ilmiah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
a.
Instrumen Penilaian Kognitif Instrumen yang digunakan dalam penilaian aspek kognitif berupa
soal-soal obyektif materi asam, basa, dan garam. Perangkat tes yaitu tes obyektif dengan 4 alternatif jawaban. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya pembeda maka instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini perlu diujicobakan terlebih dahulu kepada sekelompok siswa yang telah menerima materi pokok asam, basa, dan garam. 1) Uji Validitas Validitas isi (Vc) adalah validitas yang ditilik dari segi tes itu sendiri sebagai alat ukur hasil belajar, yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (Sudijono, 2008: 164). Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Prinsip suatu tes valid adalah valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja (Sukardi, 2011: 121) Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen memenuhi syarat atau tidak, digunakan formula Gregory (2007) untuk melihat validitas isi secara keseluruhan. Formula Gregory adalah sebagai berikut:
Content Validity
D A B C D
Keterangan: A : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B : jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II C : jumlah item yang relevan menurut panelis I dan kurang relevan menurut panelis II D : jumlah item yang relevan menurut commit kedua to userpanelis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilanjutkan (Gregory, 2007: 123). Dalam penelitian ini selaku Panelis I adalah Budi Utami, selaku Penelis II adalah Lina Mahardiani. Ringkasan hasil validatas tryout instrumen kognitif pretes dan postes terhadap penelis dapat dilihat pada Tabel 3.4. Sedangkan untuk selengkapnya disajikan dalam Lampiran 15 dan 16.
Tabel 3.4. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Kognitif Pretes dan Postes untuk Uji Validitas Katergori Jenis Soal Jumlah Soal Nomor Item Tidak Menurut Panelis I
Nomor Item Panelis I
Relevan
Relevan
Menurut
Nomor Item Tidak Menurut Panelis II Nomor Item Relevan Panelis II
Relevan Menurut
Pretes Kognitif 30 6, 12, 15, 26,
Postes Kognitif 30 6, 12, 15, 26,
27, 29
27, 29
1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 28, 30 12, 13, 15, 26, 27, 28 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 29, 30
1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 28, 30 12, 13, 15, 26, 27, 28 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 29, 30
Dari hasil validasi terhadap panelis pada tryout soal kognitif pretes diperoleh CV sebesar 0,733 dan pada tryout soal kognitif postes diperoleh CV sebesar 0,733 sehingga analisis dapat dilanjutkan. 2) Uji Reliabilitas Reliabilitas suatau tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Suatu tes yang reliabel akan menunjukan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran (Masidjo, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
2010 : 208). Untuk menghitung koefien
reliabilitas tes bentuk obyektif
digunakan rumus K-R 20 yaitu sebagai berikut : 2 n St piqi r11 = 2 St n 1
Keterangan r11
: koefisisen reliabilitas tes
n
: banyaknya butir item
1
: bilangan konstan
S2t
: varian total atau standar deviasi dari tes
pi
: proporsi testee yang menjawab item dengan benar
qi
: proporsi testee yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p)
Σpiqi
: jumlah hasil perkalian antara p dan q (Sudijono, 2008: 252-253) Ringkasan hasil tryout instrumen kognitif pretes dan postes untuk uji
reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.5. Sedangkan untuk selengkapnya disajikan pada Lampiran 17 dan 18.
Tabel 3.5. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Kognitif Pretes dan Postes untuk Uji Reliabilitas Katergori Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Pretes Kognitif 30 0,763 Tinggi
Postes Kognitif 30 0,793 Tinggi
3) Uji Taraf Kesukaran Soal Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal tersebut. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk obyektif digunakan rumus sebagai berikut: P= Keterangan : P
: indeks kesukaran
B
: banyaknya siswa yang dapat dengan betul terhadap butir item betul
JS : jumlah siswa yang mengikuti Klasifikasi tingkat kesukaran adalah sebagai berikut: 0,00 – 0,30 : Sukar (S) 0,31 – 0,70 : Sedang (Sd) 0,71 – 1,00 : Mudah (M) (Depdiknas, 2009:9) Ringkasan hasil tryout instrumen kognitif pretes dan postes untuk uji taraf kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.6. Sedangkan untuk selengkapnya disajikan pada Lampiran 17 dan 18.
Tabel 3.6. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Kognitif Pretes dan Postes untuk Uji Tingkat Kesukaran
Kategori
Jenis Soal
Pretes Postes
Kognitif Kognitif
Jumlah Soal 30 30
Taraf Tingkat Kesukaran Mudah Sedang Sukar 8 16 6 9 13 8
4) Daya Pembeda Soal Daya Pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dengan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. to user Bilangan yang menunjukkan commit hasil perbandingan antara perbedaan jawaban
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (kelompok siswa yang memahami materi) dan kelompok bawah (kelompok siswa yang memahami materi) yang diperoleh, dengan perbedaan jawaban benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh, disebut indeks daya pembeda atau Indeks Diskriminasi (ID). Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan kelompok siswa yang telah memahami materi dengan kelompok siswa yang belum memahami materi. Rumus daya beda soal adalah sebagai berikut:
rpbis = Keterangan : rpbis = korelasi poin biserial Xb = rata-rata skor siswa yang menjawab benar Xs = rata-rata skor siswa yang menjawab salah SD = simpangan baku skor total p q
= proporsi jawaban benar terhadap semua jawaban siswa = 1-p
Kriteria daya pembeda: 0,40 – 1,00 : soal diterima baik 0,30 – 0,39: soal diterima tapi perlu diperbaiki 0,20 – 0,29: soal diperbaiki -1,00–0,19: soal tidak dipakai/dibuang (Depdiknas, 2009:12). Ringkasan hasil tryout instrumen kognitif pretes dan postes untuk uji daya beda dapat dilihat pada Tabel 3.7. Sedangkan selengkapnya disajikan pada Lampiran 17 dan 18.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Tabel 3.7. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Kognitif Pretes dan Postes untuk Uji Daya Beda
Pretes Postes
Jenis Soal
Jumlah Soal
Diterima baik
Kognitif Kognitif
30 30
17 13
Kriteria Diterima baik & Diperdiperbaiki baiki 9 3 10 6
Tidak dipakai 1 1
Berdasarkan hasil uji coba tersebut, ternyata penyebaran merata yakni, ada soal yang diterima baik, ada soal yang diterima baik dan diperbaiki, ada soal yang diperbaiki, ada pula soal yang tidak dipakai. Soal yang tidak dipakai disini, dibuang dan diganti soal baru dengan indikator soal yang sama dari soal yang dibuang tersebut. b.
Instrumen Sikap Ilmiah Sikap ilmiah yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil dari
angket sikap ilmiah. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Pada data dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu sikap ilmiah tinggi, sedang dan rendah. Pada tes sikap ilmiah ini digunakan skala Likert dimana skor untuk masing-masing jawaban adalah 1, 2, 3, 4 dalam
angket tidak
digunakan
nilai tengah atau jawaban ragu-ragu
dikarenakan akan menimbulkan bias (Depdiknas, 2004: 20).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Tabel 3.8. Skor Aspek Sikap Ilmiah Skor untuk aspek
Nilai (Pernyataan
Nilai (Pernyataan
yang dinilai
Positif)
Negatif)
Sangat Setuju (SS)
4
1
Setuju (S)
3
2
Tidak Setuju (TS)
2
3
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
4
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas isi yang meliputi kecocokan indikator dengan soal serta dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui kualitas item angket. 1) Uji Validitas Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen memenuhi syarat atau tidak digunakan formula Gregorry (2007) untuk melihat validitas isi secara keseluruhan. Formula Gregorry adalah sebagai berikut:
Content Validity
D A B C D
Keterangan: A : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B : jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II C : jumlah item yang relevan menurut panelis I dan kurang relevan menurut panelis II D : jumlah item yang relevan menurut kedua panelis Jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilanjutkan (Gregory, 2007: 123). Dalam penelitian ini selaku Panelis I adalah Budi Utami, selaku Penelis II adalah Lina Mahardiani. Ringkasan hasil validatas tryout instrumen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
sikap ilmiah terhadap penelis dapat dilihat pada Tabel 3.9. Sedangkan untuk selengkapnya disajikan dalam Lampiran 16.
Tabel 3.9. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Sikap Ilmiah untuk Uji Validitas
Jenis Soal
Nomor Item
Nomor Item
Jumlah
Tidak Relevan
Tidak Relevan
Soal
Menurut Panelis
Menurut
I
Panelis II
-
1, 9, 14, 16, 37,
Sikap Ilmiah
40
38
CV
0,85
Dari hasil validasi terhadap panelis pada tryout soal sikap ilmiah diperoleh CV sebesar 0,85 sehingga analisis dapat dilanjutkan.
2) Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada waktu yang sama. Pada penelitian ini digunakan Rumus Alpha.
Sj k ][1 ] 2 k 1 Sx 2
r11 = [
Keterangan : r11 : Koefisien realibilitas tes ΣSj2 : Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item Sx2 : Varian total 1
: Bilangan konstan
k
: Jumlah item
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut : 0,91 ─ 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90
: Tinggi (T)commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
0,41 ─ 0,70
: Cukup (C)
0,21 ─ 0,40
: Rendah (R)
>0,00 ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR) Ringkasan hasil uji reliabilitas instrumen penilaian sikap ilmiah setelah dilakukan tryout dapat dilihat pada tabel 3. 10 dan selengkapnya disajikan pada Lampiran 19.
Tabel 3.10 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Motivasi berprestasi untuk Uji Reliabilitas Jenis Soal
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
Sikap Ilmiah
40
0,922
Sangat Tinggi
G. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. b. Uji Homogenitas Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi homogen atau tidak, digunakan Uji Levene dengan bantuan software SPSS.
2. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan analisis variansi tiga jalan dengan bantuan software SPSS. Anava dua jalan (Two Way Anova) digunakan sebagai analisis untuk menguji apakah data perbedaan mean suatu variabel tertentu dengan menggunakan dua faktor pembeda. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
3. Uji Lanjut Anava (Uji Scheffe) Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi dua jalan adalah menggunakan uji Scheffe untuk uji rerata. Tujuan dari uji scheffe adalah untuk melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata setiap pasang kolom, baris, dan setiap pasang sel. Untuk uji scheffe dihitung dengan menggunakan software SPSS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini diperoleh data berupa nilai sikap ilmiah dan nilai prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif. Data diperoleh dari kelas VII D sebagai kelas kontrol, kelas VII C sebagai kelas eksperimen 1, dan VII B sebagai kelas eksperimen 2. Kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab, sedangkan kelas eksperimen 1 menggunakan pembelajaran model POE dengan metode eksperimen, dan kelas eksperimen 2 menggunakan pembelajaran model POE dengan metode demonstrasi.
A. Deskripsi Data
1. Data Nilai Sikap Ilmiah Data nilai sikap ilmiah siswa diperoleh dengan metode angket, kemudian dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokkan kategori ini berdasarkan pada rumus penentuan skala penilaian psikologi. Siswa yang memiliki nilai lebih besar 120 termasuk kategori tinggi, siswa yang memiliki nilai 80 ≤ x < 120 termasuk kategori sedang, dan siswa yang memiliki nilai di bawah 80 termasuk kategori rendah. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 95 siswa yang terdiri dari 31 siswa kelas VII D, 32 siswa kelas VII C dan 32 siswa kelas VII B, terdapat 56 siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi, 23 siswa yang memiliki sikap ilmiah sedang, dan 17 siswa memiliki sikap ilmiah rendah. Secara rinci data pengelompokkan sikap ilmiah siswa dapat dilihat pada Lampiran 21 dan secara singkat pada Tabel 4.1.
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Tabel 4.1 Pengelompokkan Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori Sikap Ilmiah Kelas Metode Ceramah dan Tanya Jawab 19 7 5 31
Sikap Ilmiah Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Kelas POE dengan Metode Eksperimen 19 7 6 32
Kelas POE dengan Metode Demonstrasi 19 9 5 32
Jumlah 57 23 16 95
Untuk nilai sikap ilmiah pada kelas menggunakan model pembelajaran POE dengan metode eksperimen, nilai tertinggi 142 dan nilai terendah 77. Kelas menggunakan model pembelajaran POE dengan metode demonstrasi, memiliki nilai tertinggi 139 dan nilai terendah 74. Sedangkan untuk kelas kontrol nilai tertinggi 138 dan nilai terendah 74. Histogram kategori sikap ilmiah siswa untuk ketiga kelas disajikan pada Gambar 4.1.
Jumlah Siswa Berdasar Kategori Sikap Ilmiah
20
19
19
19
18 16 14 12
Tinggi 9
10 8
7
7 5
6
Sedang Rendah
6
5
4 2 0 Kelas K
Kelas X1
Kelas X2
Gambar 4.1. Histogram Distribusi Frekuensi Sikap Ilmiah Siswa Keterangan: Kelas K
: kelas metode ceramah dan tanya jawab.
Kelas X1
: kelas model pembelajaran POE dengan metode eksperimen.
Kelas X2
: kelas model pembelajaran POE dengan metode demonstrasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
2. Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa Data prestasi belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah selisih nilai kognitif. Data prestasi belajar kognitif diperoleh melalui metode tes dengan mencari selisih dari nilai pretes dengan postes. Pada kelas kontrol, ratarata nilainya sebesar 27,7, dengan selisih nilai kognitif terendah adalah 10 dan tertinggi adalah 44. Sedangkan untuk kelas eksperimen 1 (POE dengan metode eksperimen) mempunyai rata-rata sebesar 36,3 dengan selisih nilai kognitif terendah 17 dan selisih nilai kognitif tertinggi 50, untuk kelas eksperimen 2 (POE dengan metode demonstrasi) rata-ratanya yaitu 32,1 dengan selisih nilai kognitif terendah 14 dan selisih nilai kognitif tertinggi 53. Data nilai kognitif siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen 1, 2 disajikan pada Tabel 4.3. Sedangkan untuk distribusi frekuensi dari ketiga kelas penelitian disajikan dalam Tabel 4.3 dan digambarkan dengan histogram pada Gambar 4.2.
Tabel 4.2 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian
Jenis penilaian Pretes kognitif Postes kognitif Selisih pretes dan postes kognitif
36,1 64,3
Nilai rata-rata Kelas Eksperimen 1 37,8 72,3
Kelas Eksperiman 2 36,8 69,5
27,7
36,3
32,1
Kelas Kontrol
Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat nilai rata-rata pretest kognitif dari ketiga kelas eksperimen hampir sama, tetapi nilai rata-rata postest kognitif sangat berbeda sehingga selisih nilai pretes dan postes kognitifnya dari tiga kelas eksperimen tersebut berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Selisih Kognitif Siswa
Selisih Nilai Kognitif
Kelas Metode Ceramah dan Tanya Jawab
13-19 20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 Nilai minimum Nilai maksimum Rata-rata
4 siswa 9 siswa 13 siswa 4 siswa 1 siswa 0 siswa 43 13 27,7
14
Kelas POE dengan Metode Eksperimen 0 siswa 4 siswa 8 siswa 12 siswa 7 siswa 1 siswa 50 20 36,3
Kelas POE dengan Metode Demonstrasi 2 siswa 7 siswa 8 siswa 10 siswa 4 siswa 1 siswa 50 14 32,1
13 12
12 10 Frekuensi
10
9
8 8 8
7
7
Kelas K
6 4
4
4
Kelas X1
4
4
Kelas X2 2
2
1 0
1 1 0
0 13-19
20-26
27-33
34-40
41-47
48-54
Selisih nilai kognitif
Gambar 4.2. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Keterangan: Kelas K: kelas metode ceranah dan tanya jawab Kelas X1: kelas model pembelajaran POE dengan metode eksperimen. Kelas X2: kelas model pembelajaran POE dengan metode demonstrasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62 B. Pengujian Persyaratan Analisis
Penelitian ini menggunakan uji statistik anava 3 jalan yang mensyaratkan data normal dan homogen. Oleh karena itu sebelum diuji hipotesis, perlu melewati uji normalitas dan homogenitas data. 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji sampel berasal dari distribusi yang normal. Pada penelitian ini, uji normalitas menggunakan uji KolmogorovSmirnov dengan bantuan software SPSS. Lebih dahulu ditetapkan, hal-hal berikut: a. H0 = data terdistribusi normal H1 = data terdistribusi tidak normal b. Taraf signifikansi () 5%. c. H0 ditolak jika sig (p) < 0,05 d. Pengambilan kesimpulan Setelah diolah melalui software SPSS, didapatkan data sebagaimana Tabel 4.4 untuk prestasi belajar kognitif. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23. Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif
Kelompok Pembelajaran POE dengan Metode Eksperimen Pembelajaran POE dengan Demonstrasi Pembelajaran Metode Ceramah dan Tanya Jawab Sikap Ilmiah Tinggi Sikap Ilmiah Sedang Sikap Ilmiah Rendah
Nilai Signifikansi (p)
Kriteria
Keputusan Uji
Kesimpulan
0,200
p > 0,05
H0 diterima
Normal
0,200
p > 0,05
H0 diterima
Normal
0,090
p > 0,05
H0 diterima
Normal
0,200 0,200 0,146
p > 0,05 p > 0,05 p > 0,05
H0 diterima H0 diterima H0 diterima
Normal Normal Normal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif (Lanjutan)
Kelompok Pembelajaran POE Metode Eksperimen dengan Sikap Ilmiah Tinggi Pembelajaran POE Metode Eksperimen dengan Sikap Ilmiah Sedang Pembelajaran POE Metode Eksperimen dengan Sikap Ilmiah Rendah Pembelajaran POE Metode Demonstrasi dengan Sikap Ilmiah Tinggi Pembelajaran POE Metode Demonstrasi dengan Sikap Ilmiah Sedang Pembelajaran POE Metode Demonstrasi dengan Sikap Ilmiah Rendah Pembelajaran Metode Ceramah dan Tanya Jawab dengan sikap ilmiah tinggi Pembelajaran Metode Ceramah dan Tanya Jawab dengan sikap ilmiah sedang Pembelajaran Metode Ceramah dan Tanya Jawab dengan sikap ilmiah rendah
Nilai signifikansi (p)
Kriteria
Keputusan Uji
Kesimpulan
0,200
p > 0,05
H0 diterima
Normal
0,200
p > 0,05
H0 diterima
Normal
0,200
p > 0,05
H0 diterima
Normal
0,200
p > 0,05
H0 diterima
Normal
0,153
p > 0,05
H0 diterima
Normal
0,200
p > 0,05
H0 diterima
Normal
0,200
p > 0,05
H0 diterima
Normal
0,200
p > 0,05
H0 diterima
Normal
0,200
p > 0,05
H0 diterima
Normal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Berdasarkan Tabel 4.5 untuk setiap uji diperoleh nilai signifikansi (p) > 0,05, maka keputusan uji H0 diterima atau dengan kata lain H0 diterima. Hal ini berarti bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama (homogen) atau tidak. Pada penelitian ini, uji homogenitas menggunakan uji Levene dengan bantuan software SPSS. Lebih dahulu ditetapkan, hal-hal berikut: a. H0 = data homogen H1 = data tidak homogen b. Taraf signifikansi () 5%. c. H0 ditolak jika sig (p) < 0,05 d. Pengambilan kesimpulan Setelah diolah melalui software SPSS, didapatkan data sebagaimana Tabel 4.5 untuk prestasi belajar kognitif. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24.
Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif
Kelompok POE dengan Eksperimen, POE dengan Demonstrasi, dan Ceramah dan Tanya Jawab Sikap Ilmiah Tinggi, Sedang, dan Rendah Antar Sel
Nilai Signifikans i (p)
Kriteria
Keputusan Uji
Kesimpulan
0,203
p > 0,05
H0 diterima
Homogen
0,647
p > 0,05
0,928
p > 0,05
H0 diterima H0 diterima
Homogen Homogen
Berdasarkan Tabel 4.6 untuk setiap uji perbandingan varian diperoleh nilai signifikansi (p) > 0,05, maka keputusan uji H0 diterima atau dengan kata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
lain H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis Pada penelitian ini digunakan uji analisis variansi (anava) 2 jalan. Untuk pengolahan digunakan software SPSS.
1. Uji Hipotesis Pertama Kriteria acuan dalam pengambilan hipotesisnya adalah : a. H0 = tidak ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif. H1 = ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif. b. Taraf signifikansi () 5%. c. H0 ditolak jika sig (p) < 0,05 d. Pengambilan kesimpulan Hasil uji pengaruh model pembelajaran POE dengan metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.6 Tabel 4.6. Hasil Uji Pengaruh Model pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Kognitif Sumber Model Pembelajaran
Nilai Signifikansi (p) 0,000
Kriteria p < 0,05
Keputusan Uji H0 ditolak
Berdasarkan pada Tabel 4.7, H0 ditolak karena nilai signifikansinya (p) < 0,05. Hal ini berarti terdapat pengaruh model pembelajaran POE dengan metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar kognitif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
2. Uji Hipotesis Kedua Kriteria acuan dalam pengambilan hipotesisnya adalah : a. H0 = tidak ada pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif H1 = ada pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif b. Taraf signifikansi () 5%. c. H0 ditolak jika sig (p) < 0,05 d. Pengambilan kesimpulan Hasil uji pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Hasil Uji Pengaruh Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Kognitif
Sumber
Nilai Signifikansi (p)
Kriteria
Keputuan Uji
Sikap Ilmiah Tinggi, Sedang, dan Rendah
0,000
p < 0,05
H0 ditolak
Berdasarkan pada Tabel 4.8, H0 ditolak karena nilai signifikansinya (p) < 0,05. Hal ini berarti terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif.
3. Uji Hipotesis Ketiga Kriteria acuan dalam pengambilan hipotesisnya adalah : a. H0 = tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar. H1 = ada interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar. b. Taraf signifikansi () 5%. c. H0 ditolak jika sig (p) < 0,05 d. Pengambilan kesimpulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Hasil uji interaksi antara model pembelajaran POE menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Hasil Uji Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Kognitif
Sumber
Nilai Signifikansi (p)
Kriteria
Keputusan Uji
Model Pembelajaran POE* Sikap Ilmiah
0,534
p > 0,05
H0 diterima
Berdasarkan pada Tabel 4.9, H0 ditolak karena nilai signifikansinya (p) > 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif.
4. Uji Lanjut Anava (Uji Scheffe) Uji lanjut anava pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang paling signifikan dari metode yang digunakan (hipotesis pertama) dan sikap ilmiah (hipotesis kedua). Kriteria acuan dalam pengambilan hipotesisnya adalah : a. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi kognitif siswa kelas sikap ilmiah tinggi, sedang, dan rendah. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi kognitif siswa kelas sikap ilmiah tinggi, sedang, dan rendah. b. Taraf signifikansi : ⍺ = 0, 05 Uji lanjut anava masing-masing sel disajikan dalam Tabel 4.9 dan Tabel 4.10. Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 26.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Tabel 4.9.
Hasil Uji Lanjut Anava Hipotesis Pertama (Model Pembelajaran)
Kategori POE EksperimenCeramah dan Tanya Jawab POE DemonstrasiCeramah dan Tanya Jawab POE Demonstrasi dan POE Eksperimen
Nilai Signifikansi (p)
Kriteria
Keputu san Uji
Kesimpu lan
0,000
p < 0,05
H0 ditolak
signifikan
0,042
p < 0,05
H0 ditolak
signifikan
0,048
p < 0,05
H0 ditolak
signifikan
Berdasarkan Tabel 4.10 untuk setiap uji perbandingan varian diperoleh nilai signifikansi (p) < 0,05 pada kelas model pembelajaran POE dengan kelas yang diajar dengan metode ceramah dan tanya jawab. Untuk kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran POE dengan meode eksperimen dan POE dengan metode demonstrasi juga berpengaruh secara signifikan diperoleh (p) < 0,05 sehingga dari dua kelas tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Dilihat dari reratanya kelas kontrol memiliki rerata sebesar 27,7, kelas eksperimen 1 mempunyai rerata 36,3 sedangkan untuk kelas eksperimen 2 reratanya adalah 32,1. Jadi dapat disimpulkan urutan prestasi belajar dari ketiga kelas tersebut adalah prestasi belajar kelas eksperimen 1 > prestasi belajar kelas eksperimen 2 > prestasi belajar kelas kontrol. Sedangkan uji lanjut anava untuk sikap ilmiah disajikan dalam Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Hasil Uji Lanjut Anava Hipotesis Kedua (Sikap Ilmiah)
Kategori Tinggi-Rendah Tinggi-Sedang Sedang-Rendah
Nilai Signifikansi (p) 0,000 0,003 0,035
Kriteria p < 0,05 p < 0,05 p < 0,05
Keputu san Uji
Kesimpu lan
H0 ditolak signifikan H0 ditolak signifikan H0 ditolak signifikan
Berdasarkan Tabel 4.11 untuk setiap uji perbandingan varian diperoleh nilai signifikansi (p) < 0,05, maka keputusan uji H0 ditolak atau dengan kata lain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
H0 ditolak. Dari Tabel 4.10 yang paling berpengaruh (signifikan) yaitu sikap ilmiah tinggi ke rendah. Dilihat dari beda rerata sikap ilmiah tinggi memiliki rerata 35,1, sikap ilmiah sedang mempunyai rerata 30, sedangkan sikap ilmiah rendah reratanya sebesar 24. Dari rerata tersesebut dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah tinggi paling berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif. Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi mempunyai prestasi belajar dengan selisih nilai kognitif yang tinggi pula, sehingga dapat disimpulkan urutan prestasi belajar dari ketiga sikap ilmiah tersebut adalah prestasi belajar dengan sikap ilmiah tinggi > prestasi belajar dengan sikap ilmiah sedang > prestasi belajar sikap ilmiah rendah.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data Dalam perhitungan analisis digunakan selisih nilai pretes-postes untuk prestasi belajar kognitif dan postes untuk angket sikap ilmiah. Pemberian Pretes dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan mengenai pelajaran yang akan diikuti yaitu materi asam, basa dan garam. Sehingga hasil dari tes ini dapat digunakan untuk memperkirakan kemampuan awal siswa. Selain memiliki kelebihan, penggunaan pretes juga memiliki beberapa kekurangan salah satunya adanya jawaban asal oleh siswa karena siswa belum menerima materi dan harus mengerjakan pretes sehingga memungkinkan siswa untuk menjawab secara menebak. Hal tersebut dapat diketahui dengan memperhatikan lembar jawab pretes siswa yang memperoleh nilai rendah, dimana jika siswa dengan nilai rendah justru mampu menjawab soal dengan indeks kesukaran sukar. Kemampuan siswa dengan nilai rendah menjawab soal dengan indeks kesukaran sukar tersebut dimungkinkan karena faktor guessing (menebak). Pada lembar jawaban siswa soal pretes yang telah diamati pada kelas kontrol ternyata dari 9 siswa yang memiliki nilai terendah terdapat 5 siswa diantaranya mampu menjawab soal dengan indeks kesukaran sukar yaitu soal no 10, 14, 16, 19, 20, dan 22. Hal tersebut terjadi juga pada kelas eksperimen 1, dimana dari 8 siswa yang memiliki nilai terendah 3 diantaranya mampu commit to user sukar, sedangkan pada kelas menjawab soal dengan indeks kesukaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
eksperimen 2 terdapat 8 siswa dengan nilai rendah 4 diantaranya mampu menjawab soal dengan indeks kesukaran sukar. Kemampuan siswa menjawab soal-soal sukar tersebut dimungkinkan karena faktor guessing (menebak). Setelah pembelajaran selesai, dilakukan postes untuk mengukur prestasi kognitif. 1. Hipotesis Pertama Dari hasil analisis dengan SPSS untuk hipotesis pertama, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara signifikan model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif maka untuk itu perlu dilakukan uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda. Hasil dari uji lanjut dapat diketahui bahwa model pembelajaran POE baik menggunakan metode eksperimen maupun demonstrasi memberikan hasil prestasi belajar kognitif lebih baik dari metode ceramah dan tanya jawab yang ditunjukkan oleh nilai (p) < 0,05. Nilai signifikansi (p) kelas model pembelajaran POE menggunakan metode eksperimen dengan kelas metode ceramah dan tanya jawab sebesar 0,000, kelas model pembelajaran POE menggunakan metode demonstrasi dengan kelas metode ceramah dan tanya jawab menunjukkan signifikansi 0,042. Sedangkan antara kelas model pembelajaran POE menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan metode demonstrasi nilai (p) sebesar 0,048 yang berarti kedua kelas tersebut memiliki perbedaan kemampuan kognitif. Prestasi belajar kognitif siswa yang dikenai model pembelajaran POE lebih tinggi dari siswa yang dikenai metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini menunjukkan bahwa pada materi pokok asam, basa dan garam, proses pembelajaran di kelas yang dilakukan dengan model POE akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibanding proses pembelajaran di kelas dengan metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini dikarenakan pada kelas dengan model pembelajaran POE, memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengobservasi secara langsung dan nyata terhadap materi yang sedang dipelajari sehingga siswa dapat berpartisipasi dengan aktif. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khanthavy dan Yuenyong (2009: 11) dalam commit1toStudent’s user jurnalnya yang berjudul “The Grade Mental Model of Force and
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Motion Through Predict-Observe-Explain (POE) Strategi” yang menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran POE merupakan strategi yang dapat memberikan pengetahuan baru kepada siswa secara nyata serta dapat meningkatkan partisipasi siswa agar lebih aktif dan kreatif sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar secara signifikan. Menurut Kearney et. al (2001: 590) untuk menciptakan proses pembelajaran yang memenuhi model pembelajaran POE harus didukung dengan observasi oleh siswa secara langsung. Observasi yang biasa dilakukan yaitu melalui kegiatan praktikum atau demonstrasi. Model pembelajaran POE adalah pembelajaran yang berusaha membawa peserta didik agar memiliki pemahaman yang cukup sehingga dapat meminimalkan miskonsepsi pada materi yang sedang dipelajari. Keberhasilan model pembelajaran POE tidak terlepas dari tiga hal penting yang ada dalam POE itu sendiri yaitu prediksi, observasi dan penjelasan. Tahapan prediksi memberikan kesempatan siswa untuk menduga masalah yang telah diberikan dan memikirkan alasan mengapa memiliki dugaan seperti itu, siswa
dapat
menentukan
jawaban
sesuai
dengan
kemampuan
dan
pengetahuannya. Pada langkah observasi, siswa diberi kebebasan untuk menguji dugaannya melalui kegiatan praktikum atau observasi lain untuk mengamati apakah hasil dugaannya sesuai dengan hasil observasinya dan siswa dapat menyimpulkan apakah hasilnya sesuai atau tidak atau untuk membangun pemahaman siswa agar materi yang dipelajari tidak bersifat abstrak. Langkah ketiga yaitu penjelasan, pada langkah ini adalah tugas guru untuk memberikan penjelasan atau pembenaran apabila dugaan dan hasil observasi siswa berbeda. Dengan ketiga tahap tersebut memungkinkan pemahaman yang lebih baik lagi dan prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Untuk prestasi belajar kognitif siswa yang dikenai dengan metode ceramah dan tanya jawab hasilnya lebih rendah, hal ini disebabkan pada kelas tersebut proses pembelajarannya hanya monoton. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Sedangkan pada materi asam, basa dan garam dibutuhkan suatu observasi secara nyata sehingga siswa dapat memahami apa commit user yang sedang dipelajari jadi tidak hanyatomembayangkan misalnya siswa harus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
mengenal indikator asam basa seperti kertas lakmus, indiktor universal, indikator alami dan sebagainya. Jika siswa hanya diterangkan dan tidak ditunjukkan komponen-komponennya maka akan membuat siswa menjadi bingung serta menimbulkan mis konsepsi. Selain itu, yang menyebabkan prestasi belajar kognitif kelas kontrol rendah yaitu proses pembelajarannya masih berpusat pada guru. Oleh karena itu, siswa menjadi kurang aktif dan kengintahuannya juga rendah sehingga prestasi belajar kognitifnya juga kurang baik. Prestasi belajar kognitif kelas eksperimen 1 maupun 2 memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai (p) < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelas yang menggunakan model POE dengan metode eksperimen dan model POE dengan metode demonstrasi memberikan prestasi belajar kognitif yang berbeda, jadi dapat dikatakan kedua kelas tersebut memiliki prestasi belajar kognitif yang berbeda pula. Di lihat dari rata-rata selisih nilai kognitif, kelas eksperimen 1 memiliki rerata 36,3 lebih tinggi dari rerata kelas eksperimen 2 yaitu 32,1. Pada dasarnya penerapan model POE hanya dibutuhkan sebuah observasi yang nyata untuk membuktikan dugaan siswa. Observasi yang dilakukan bisa melalui eksperimen atau cukup melalui demonstrasi. Metode eksperimen memiliki kelebihan yaitu siswa menjadi lebih aktif dan terampil dalam melakukan penelitian, menjadikan siswa menjadi lebih ilmiah sehingga tidak mudah percaya dengan sesuatu yang belum pasti, untuk kekurangannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan apabila eksperimen yang dilakukan gagal atau salah dapat mengakibatkan kesalahan pengambilan kesimpulan. Sedangkan untuk metode demonstrasi, juga memiliki kelebihan diantaranya menjadikan pelajaran menjadi lebih konkret, membuat pelajaran lebih menarik, untuk
kekurangannya
membutuhkan
ketrampilan
khusus
dari
guru,
membutuhkan banyak waktu. Oleh karena itu, kedua kelas eksperimen dalam penelitian ini memiliki perbedaan prestasi belajar yang signifikan. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar kelas eksperimen 1 > prestasi belajar kelas eksperimen 2 > prestasi belajar kelas kontrol. Dalam penerapan model POE tidak sepenuhnya dapat berjalan dengan commit to user pertama pada kelas eksperimen, baik. Kenyataan di lapangan ketika pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
siswa masih terlihat bingung dengan pembelajaran yang masih dianggap baru oleh mereka, ada beberapa kekurangan yaitu siswa belum bisa secara mandiri mengkonstruksi konsep saat diskusi, siswa masih merasa kesulitan untuk mengikuti praktikum atau demonstrasi. Hal ini disebabkan karena sebelumnya siswa belum pernah melaksanakan kegiatan praktikum maupun demonstrasi menggunakan alat-alat laboratorium sehingga siswa masih merasa takut untuk melakukannya untuk itu masih diperlukan bimbingan guru.
2. Hipotesis Kedua Untuk hipotesis kedua, nilai signifikansi kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh secara signifikan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa maka dilakukan uji lanjut dengan uji komparasi ganda. Jika ditinjau dari rerata nilai kognitif pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi menunjukkan angka 35,1 lebih tinggi daripada rerata siswa dengan sikap ilmiah sedang dan rendah yaitu 30 dan 24. Angkaangka tersebut secara statistik memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil uji lanjut terhadap hipotesis kedua yaitu sikap ilmiah tinggi, sedang, dan rendah menunjukkan bahwa yang memiliki pengaruh yang paling signifikan yaitu sikap ilmiah tinggi dengan sikap ilmiah rendah dengan (p) 0,000. Meskipun antara sikap ilmiah sedang dengan sikap ilmiah rendah maupun tinggi juga mempunyai (p) lebih kecil dari 0,05. Dilihat dari reratanya siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki rerata paling besar yaitu 35,1 sehingga dapat disimpulkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi pula dibanding siswa yang memiliki sikap ilmiah sedang atau rendah. Sikap ilmiah adalah sikap yang harus dikembangkan di dalam pelajaran IPA, karena dengan sikap ilmiah yang baik maka sikap siswa terhadap pelajaran IPA juga semakin positif. Dari hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi cenderung berprestasi lebih baik dari siswa yang mempunyai sikap ilmiah sedang maupun rendah. Hal ini dipengaruhi oleh siswa user yang mempunyai sikap ilmiahcommit tinggi to memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
keinginan untuk menciptakan atau menemukan hal baru, bekerja dalam tim dengan baik, terbuka terhadap hal-hal yang baru serta bertanggung jawab dengan tugas. Keinginan untuk menemukan dan menciptakan hal baru serta keingintahuan yang tinggi merupakan modal dasar bagi siswa untuk meraih prestasi kognitif yang baik. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung siswa-siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki pemikiran yang lebih kritis dan mencoba mencari sumber-sumber untuk menjawab hal-hal yang masih diragukan, hal ini mengakibatkan dalam menyelesaikan soal-soal menjadi lebih siap sehingga nilainya menjadi lebih baik. Sedangkan siswa yang bersikap ilmiah sedang cenderung kurang aktif dan takut untuk bertanya sehingga mereka hanya diam akan tetapi mereka memperhatikan apa yang diajarkan oleh guru. Untuk siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah ketika menerima pelajaran kurang memperhatikan dan apabila diberi pertanyaan tidak bisa menjawab sehingga rasa ingin tahunya cukup rendah pula. Menurut Harlen dalam Sriani (2010: 28) dalam kegiatan IPA, siswa sengaja dibiasakan dengan sikap untuk merenung dan mengkaji kembali kegiatan yang sudah dilakukan sesuai penyempurnaan prosedurnya, perlu mengaplikasikan konsep lain, agar memperoleh hasil yang lebih teliti. Menurut Ahmad (2010: 91) dalam jurnalnya “Improving Students’ Attitudes Toward Science Using Instructional Congruence” mengatakan bahwa untuk siswa SMP atau SMA yang mempengaruhi sikap siswa terhadap IPA adalah ketertarikan siswa dengan pelajaran IPA, kemampuan personal, kurikulum dan suasana pembelajaran serta pengalaman yang didapat di lingkungan masing-masing. Pada umumnya yang mempengaruhi sikap ilmiah siswa SMP yaitu kemampuan personal dan suasana pembelajaran karena siswa yang pandai akan lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran daripada siswa yang kurang pandai. Selain itu, suasana pembelajaran yang kondusif dan berbeda akan dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran IPA karena mereka mendapat pengalaman berbeda yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal inilah yang membuat sikap ilmiah berpengaruh terhadap prestasi belajar materi asam, basa, commitprestasi to userbelajar siswa dengan sikap ilmiah dan garam. Dapat disimpulkan urutan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
tinggi > prestasi belajar siswa dengan sikap ilmiah sedang > prestasi belajar siswa dengan sikap ilmiah rendah.
3. Hipotesis Ketiga Uji hipotesis ketiga menunjukkan angka signifikansi (p) sebesar 0,543 untuk interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif yang menunjukkan H0 diterima. Dapat disimpulkan tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif. Tidak adanya interaksi ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Dari pembahasan hipotesis pertama, prestasi belajar kognitif siswa menggunakan model pembelajaran POE lebih baik dibanding pada pembelajaran metode ceramah dan tanya jawab. Sedangkan hipotesis kedua terbukti bahwa sikap ilmiah berpengaruh terhadap prestasi belajar. Berarti siswa dengan sikap ilmiah tinggi, sedang, maupun rendah menggunakan model pembelajaran POE maupun siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab mempunyai sikap ilmiah yang tidak jauh berbeda. Dengan demikian, tidak akan terjadi interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan karena yang paling mempengaruhi prestasi belajar secara signifikan hanyalah model pembelajaran yang digunakan. Sedangkan sikap ilmiah masing-masing siswa berbeda, siswa yang berprestasi belajar rendah di kelas kontrol bisa memiliki sikap ilmiah yang tinggi. Tidak adanya interaksi juga dapat dijelaskan bahwa siswa dengan sikap ilmiah tinggi, sedang, dan rendah mempunyai efek yang sama pada kelas model pembelajaran POE maupun kelas dengan metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini berlaku terhadap prestasi belajar kognitif. Secara
keseluruhan
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
Model
pembelajaran POE memberikan prestasi belajar yang lebih baik terhadap kelas kontrol. Untuk sikap ilmiah siswa, semakin tinggi sikap ilmiah siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang yang dicapai. Sehingga apapun model pembelajaran yang digunakan siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan to user memiliki prestasi belajar yang commit lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
ilmiah sedang atau rendah. Sebaliknya seberapapun tingkat sikap ilmiah siswa, baik kategori tinggi, sedang maupun rendah siswa yang dikenai pengajaran model POE dengan metode eksperimen akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang dikenai pengajaran POE dengan metode demonstrasi serta metode ceramah dan tanya jawab. Jadi, apapun tingkat sikap ilmiah siswa baik tinggi, sedang maupun rendah siswa yang melakukan eksperimen memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang tidak melakukan. Dari uraian di atas dapat diringkas bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi mempunyai prestasi belajar yang tinggi pula pada ketiga metode yang digunakan, sebaliknya siswa yang memiliki sikap ilmiah sedang maupun rendah mempunyai prestasi belajar dibawah siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi pada ketiga metode.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN Dari analisis data penelitian pada pembahasan di atas, dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh signifikan model pembelajaran POE menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar kognitif siswa kelas VII SMP N 1 Jaten pada materi asam, basa, dan garam dengan rerata nilai tertinggi pada kelas yang diajar dengan model pembelajaran POE dengan metode eksperimen. 2. Terdapat pengaruh signifikan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif siswa kelas VII SMP N 1 Jaten pada materi asam, basa, dan garam. Sikap ilmiah tinggi memberikan prestasi belajar yang tinggi pula. 3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran POE menggunakan metode eksperiman dan demonstrasi dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif siswa kelas VII SMP 1 Jaten pada materi asam, basa, dan garam.
B. IMPLIKASI Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka implikasi yang ditimbulkan antara lain: 1. Implikasi Teoritis a. Dapat digunakan sebagai pertimbangan oleh guru dan penyelenggara sekolah untuk membantu siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar. b. Dapat digunakan sebagai dasar teori bagi penelitian lanjutan yang sejenis. c. Dapat digunakan untuk menambah wawasan guru tentang pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah. commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
2. Implikasi Praktis Pada materi asam, basa, dan garam dapat diterapkan model pembelajaran POE karena sudah dibuktikan bahwa model pembelajaran POE dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. SARAN Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian yang telah diuraikan, maka saran yang dapat disampaikan adalah:. 1. Perlu diterapkan model pembelajaran POE dalam pembelajaran kimia dengan berbagai metode, misalkan dengan pembelajaran luar kelas dan study visit ke tempat yang mendukung pembelajaran. 2. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru perlu meningkatkan dan memperhatikan sikap ilmiah siswa dalam menyampaikan materi sehingga siswa terasah pemikirannya untuk berpikir secara sistematis dalam menyelesaikan soal-soal. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran POE pada materi kimia yang lain yang memerlukan observasi dengan memperhatikan berbagai aspek selain sikap ilmiah siswa.
commit to user