HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP SENSE OF HUMOR GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR DI KELAS 7 INTERNASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 MEDAN
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh
KRISTIANDI 041301087
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2008/2009 Kristiandi : Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense Of Humor Guru Dengan Motivasi Belajar Di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan, 2009. USU Repository © 2009
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul : “ Hubungan Persepsi Siswa terhadap Sense of Humor Guru dengan Motivasi Belajar di kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan,” adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini, saya besedia menerima sanksi apapun dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Februari 2009
KRISTIANDI 041301087
Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan Motivasi Belajar di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan Kristiandi ABSTRAK Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Perwujudan interaksi guru dan siswa harus lebih banyak berbentuk pemberian motivasi dari guru kepada siswa. Motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Salah satu faktor yang lebih utama dan sering dianggap menurunkan motivasi siswa untuk belajar adalah guru yang menyampaikan materi. Seorang guru bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan dan menentukan jenis lingkungan psikososial dalam kelas, dan humor adalah salah satu cara yang digunakan. Penting bagi guru untuk menggunakan humor dalam kelas. Untuk dapat mengamati, merasakan atau mengungkapkan humor, seseorang memerlukan sense of humor. Begitu pula halnya dengan seorang guru. Pada kenyataannya di dalam kelas tidak semua humor yang dikeluarkan guru disukai oleh siswa, tergantung siswa mempersepsikan sense of humor guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar di kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7 (tujuh) Internasional Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan yang terdiri dari 3 kelas dan masing-masing kelas terdiri dari 22 siswa, jadi jumlah seluruh populasi adalah 66 orang. Seluruh anggota populasi diikutsertakan dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan skala motivasi belajar siswa telah diujicobakan terlebih dahulu di kelas 7A, 7B, 7C reguler SMP Negeri 1 Medan yang diambil secara Purposive Sampling. Metode analisa data dalam pengujian hipótesis menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Hipotesis dalam penelitian ini berbunyi: “ada hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar. Artinya semakin positif (tinggi) persepsi siswa terhadap sense of humor guru, maka semakin tinggi motivasi belajar siswa,” dinyatakan teruji dan diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar siswa pada siswa kelas 7 Internasional SMP Negeri 1 Medan menunjukkan hubungan yang lemah namun positif dan signifikan, dimana r = 0.265 dan p = 0.033 (p <0.05). Dari hasil analisis data tersebut dinyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar , dimana semakin positif persepsi siswa terhadap sense of humor guru maka motivasi belajarnya semakin tinggi, begitupula sebaliknya. Kata kunci : persepsi siswa, sense of humor, motivasi belajar
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan begitu banyak rahmat serta kemudahan dalam penyusunan skripsi yang berjudul ” Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru dengan Motivasi Belajar di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan”, guna memeperoleh gelar sarjana jenjang starata (S1) di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tuaku, Supawetno dan Mesnah serta kedua adikku adikku Ardi Gunawan dan Ayu Harisa atas doa dan dukungannya selama ini, mempersembahkan ini merupakan suatu kebahagiaan, semoga berkenan dan menjadi kebanggaan. Terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini, yaitu : 1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A(K) selaku Dekan Psikologi Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M. Pd selaku dosen pembimbing penulis yang selalu sabar dan selalu memberikan motivasi yang luar biasa, serta ketersediaan waktu ditengah kesibukannya. Terima kasih Bu Dina, saya selalu takjub dengan apa yang saya dengar dari Bu Dina, jujur Bu Dina masuk dalam daftar orang-orang yang saya kagumi dan teladani.
3. Ibu Ika Sari Dewi, S. Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing akademik. 4. Untuk teman-teman Psikologi USU, terima kasih atas kebersamaaan dan pengalaman yang telah kita jalani bersama. Tanpa bantuan mereka, mungkin skripsi ini tidak akan selesai dan semoga pengorbanan dan jasa baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapat imbalan dari Allah SWT. Atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini peneliti mohon maaf. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Medan, Februari 2009-02-26
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK.................................................................................................. i KATA PENGANTAR…………………………………………………… ii DAFTAR ISI……………………………………………………….......... iv DAFTAR TABEL……………………………………………………..... viii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ BAB I
x
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………
1
B. Rumusan Masalah…….………………………….
7
C. Tujuan Penelitian…………………………………..
8
D. Manfaat Penelitian…………………………………
8
1. Manfaat teoritis…………………………………
8
2. Manfaat praktis………………………………….
8
E. Sistematika Penulisan…………………………………. 9 BAB II
LANDASAN TEORI A. Motivasi Belajar….……………………………….
10
1. Pengertian Motivasi Belajar..………………..
10
2. Aspek-aspek Motivasi Belajar..……………..
11
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar...............................…………………..
14
4. Prinsip-prinsip motivasi belajar.............……
18
B. Persepsi Siswa ....................……………………….
21
1. Pengertian Persepsi ................………………....
21
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi…...
22
3. Pengertian siswa remaja ……………….………
21
C. Sense of Humor Guru ………………………………
24
1. Pengertian humor ……………………………...
24
2. Dimensi Humor ……………………………….
25
3. Fungsi Humor ....................................................
26
4. Pengeritan sense of humor ................................
27
5. Aspek-aspek sense of humor ……………......
28
6. Karakteristik kepribadian orang yang memiliki sense of humor ................................................................
29
7. Keuntungan memiliki sense of humor ..............
30
8. Pengertian guru .................................................
30
D. Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru ….
31
E. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa ...............................
32
F. Hipotesis……………………………………………... 35
BAB III
METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian……………………..
36
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian……………
36
1. Persepsi siswa terhadap sense of humor guru…………………………………………….
36
2. Motivasi Belajar ……………………………….
36
C. Populasi dan Pengambilan Sampel...........................
37
1. Populasi dan sampel...........................................
37
D. Instrumen Yang Digunakan……....................……..
38
1. Pengukuran persepsi siswa terhadap sense of humor guru............................................
38
2. Skala motivasi belajar ……………………….....
41
E. Validitas dan Reliabilitas dan Uji Daya Beda Alat ukur 43 1. Validitas alat ukur…………………….………
43
2. Reliabilitas …………….......................................
44
3. Uji Daya Beda Alat ukur ....................................
44
F. Hasil Uji Coba Alat Ukur………………….............
45
1. Skala Persepsi Siswa terhadap sense of humor guru……............................................................
45
2. Motivasi Belajar ……........................................
46
G. Prosedur Penelitian..................................................
47
1. Permohonan izin................................................
47
BAB IV
2. Pembuatan alat ukur ..........................................
47
3. Uji coba alat ukur ..............................................
48
4. Pelaksanaan penelitian ......................................
49
5. Pengolahan data ................................................
50
H. Metode Analisa Data………………...........................
50
ANALISA DATA PENELITIAN A. Gambaran Subjek Penelitian.......................................
51
1. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin.................................................................
51
2. Gambaran subjek penelitian berdasarkan subjek berdasarkan usia................................................... 53 B. Hasil Penelitian............................................................... 53 1. Hasil uji asumsi penelitian........................................ 53 2. Hasil utama penelitian.............................................. 54 3. Deskripsi data penelitian ......................................... 54 C. Pembahasan................................................................... 60 BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN A. Kesimpulan.................................................................... 59 B. Diskusi.......................................................................... 60 C. Saran................................................................................ 62 1. Saran metodologis..................................................
62
2. Saran praktis..........................................................
63
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
64
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Citra guru terbaik dan terburuk menurut siswa .................
5
Tabel 2
Blue Print Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru
40
Tabel 3
Blue Print Skala Motivasi Belajar Sebelum Diuji Coba ............
42
Tabel 4
Blue Print Skala Persepsi Siswa terhadap Sense of Humor Guru Setelah Uji Coba........................................................
46
Tabel 5
Blue Print Skala Motivasi Belajar Setelah Uji Coba .........
47
Tabel 6
Subyek Penelitian Berdasarkana Jenis Kelamin ................
52
Tabel 7
Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Usia ................
53
Tabel 8
Deskripsi Skor Skala Persepsi Terhadap Sense of Humor Guru .....................................................................................
Tabel 9
54
Kategorisasi Data Empirik Variabel Persepsi Terhadap Sense of Humor Guru ...........................................................
56
Tabel 10
Deskripsi Skor Skala Motivasi Belajar ................................
57
Tabel 11
Kategorisasi Data Empirik Variabel Motivasi Belajar ........
57
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A .............................................................................................. x 1. Reliabilitas Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru .. xi 2. Reliabilitas Skala Motivasi Belajar ................................................... xii
LAMPIRAN B ................................................................................................ xiv 1. Data Mentah Skala Persepsis Siswa terhadap Sense of Humor Guru xvi 2. Data Mentah Skala Motivasi Belajar ................................................ xvii
LAMPIRAN C 1. Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru ...................... xx 2. Skala Motivasi Belajar
LAMPIRAN D 1. Uji Normalitas Sebaran 2. Uji Linearitas 3. Korelasi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah, pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik jika proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Kesuksesan pengajaran bisa dilihat dari hasilnya, tetapi harus tetap diperhatikan juga prosesnya. Pada proses inilah nantinya siswa akan beraktivitas. Proses yang baik dan benar kemungkinan akan memberikan hasil yang baik pula (Sardiman, 2003).
Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokok yang ingin meraih citacita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Perwujudan interaksi guru dan siswa harus lebih banyak berbentuk pemberian motivasi dari guru kepada siswa, agar siswa merasa bergairah memiliki semangat, potensi, dan kemampuan yang dapat meningkatkan harga diri. Dengan demikian siswa diharapkan lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Peranan guru sangat penting, bagaimana usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar siswa melakukan aktivitas dengan baik, sehingga untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik. Memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu (Sardiman, 2003). Berikut ini adalah pernyataan salah seorang guru sekolah menengah pertama tentang pentingnya pemberian motivasi di dalam kelas (komunikasi personal, 27/11/2008) : “ Guru memang harus berusaha bagaimanapun caranya agar siswa yang diajarinya termotivasi untuk belajar, karena motivasi siswa untuk belajar itu penting sekali. Jadi siswa menjadi aktif dalam belajar untuk menguasai materi pelajaran. Percuma saja guru menerangkan bagus-bagus kalau siswa nggak ada motivasi belajarnya, bisa sia-sia pelajaran yang diberikan.”
Berdasarkan pernyataan tersebut, guru mengakui bahwa motivasi belajar memang penting ada pada diri siswa. Motivasi belajar yang kurang akan menyebabkan siswa tidak memiliki semangat belajar, sehingga apa yang diajarkan
oleh guru kepada siswa di kelas tidak akan sia-sia. Purwanto (1990) mengatakan bahwa motivasi menjadi salah satu faktor penting dan syarat mutlak untuk belajar. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Sardiman (2003) juga menambahkan bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu dapat melahirkan prestasi yang baik. Motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi pelajaran itu. Mengenai materi pelajaran sering dikeluhkan oleh para siswa sebagai sesuatu yang membosankan, terlalu sulit, tidak ada manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari, terlalu banyak bahannya untuk waktu yang terbatas, dan sebagainya. Akan tetapi hal yang lebih utama daripada faktor materi pelajaran, sebenarnya adalah faktor guru (Sarwono, 1989). Suasana belajar mengajar yang menyenangkan membuat siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada saat belajar. Seorang guru bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan dan menentukan jenis lingkungan psikososial dalam kelas, dan humor adalah salah satu cara yang digunakan untuk menunaikan tanggung jawab tersebut (Charles & Senter, 2005). Penting bagi guru untuk menggunakan humor dalam kelas (Young, Whitley & Helton dalam Manning, 2002). Berikut adalah pernyatan seorang guru sekolah menengah pertama tentang pentingnya penggunaan humor di kelas (komunikasi personal, 27/11/2008) :
“memang nggak sumua guru bisa menyisipkan humor ketika mengajar di kelas. Tetapi menurut saya humor itu memang penting sekali diberikan kepada siswa ketika mengajar. Waktu saya sekolah dulu aja merasa nggak senang kalau gurunya gak pernah ngelucu. Jadi pandai-pandailah guru memberi humor dikelas biar suasana kelas nggak kaku. Kalau suasana kelas nggak kaku, pasti lebih enak siswa itu belajar. Jadi betah siswa dikelas dan pasti siswa menyimak pelajaran yang diberikan guru.”
Berdasarkan pernyataan tersebut, guru tersebut berpendapat bahwa guru memang harus menyisipkan humor ketika mengajar di kelas. Jadi kemampuan guru menyisipkan humor sangat penting agar suasana kelas tidak kaku. Suasana kelas yang tidak kaku akan membuat siswa senang belajar di kelas.
Apte (2002) menyatakan bahwa untuk dapat mengamati, merasakan atau mengungkapkan humor, seseorang memerlukan sense of humor. Begitu pula halnya dengan seorang guru. Sense of humor guru merupakan kemampuan seorang guru dalam mengapresiasikan, menciptakan, dan mengungkapkan kelucuan serta tertawa dalam menjalankan tugasnya tanpa mengakibatkan individu lain terluka secara fisik maupun psikis. Guru yang memiliki sense of humor yang baik membuat kelas menjadi menarik. Di SMP Negeri 1 Medan yang terletak di Jalan Bunga Asoka No. 6 Medan , pada kelas 7 Internasional ada seorang guru bahasa Mandarin berinisial HW yang menurut para siswa suka menyampaikan humor pada saat mengajar. Seperti dikemukakan oleh seorang siswa kelas 7 (tujuh) Internasional SMPN 1 Medan (komunikasi personal, 27/11/2008) :
“… senang kali kalo guru yang masuk suka ngasih humor, jadi gak bosen. Kalo gurunya ketat terus di kelas, apalagi gak pernah senyum pengennya keluar aja dari kelas. Ada guru kami Pak HW (inisial) guru bahasa mandarin, senang kali kalo dia yang ngajar. Sering buat lucu jadi semangat kalau udah dia yang ngajar. Kalau masuk bapak itu suka cerita yang lucu-lucu, nanti dikasih teka teki juga. Jadi seru!”
Dari komunikasi personal yang dilakukan dengan siswa tersebut, siswa ternyata menyukai guru yang suka memberikan humor dikelas. Pemberian humor di kelas dalam bentuk-bentuk tertentu akan menyebabkan siswa semangat untuk belajar. Dalam sebuah survei nasional terhadap sekitar seribu siswa berusia antara 13 sampai 17 tahun, para siswa tersebut menyebutkan beberapa karakter penting yang harus dipunyai oleh guru, diantaranya adalah mempunyai selera humor yang baik, mampu mebuat kelas menjadi menarik, dan menguasai mata pelajaran yang diajarkan (NASSP, dalam Santrock, 2004). Dari tabel dibawah ini yang mengambarkan karakteristik terbaik dan terburuk yang dilihat siswa terhadap guru, dapat dilihat bahwa peranan humor sangat penting sekali untuk membuat siswa tertarik terhadap seorang guru. Tabel 1. Citra guru terbaik dan terburuk menurut siswa Karakteristik Punya selera humor
% Total Karakteristik 79,2 Membuat kelas menjadi membosankan Membuat kelas menjadi 73,7 Tidak menerangkan secara menarik jelas Menguasai mata pelajaran 70,1 Pilih kasih Menerangkan secara jelas 66,2 Sikapnya buruk Mau meluangkan waktu 65,8 Terlalu banyak menuntut untuk membantu siswa kepada siswa Bersikap adil kepada siswa 61,8 Tidak nyambung dengan siswa
% Total 79,6 63,2 52,7 49,8 49,1 46,2
Memperlakukan siswa 54,4 seperti orang dewasa Berhubungan baik dengan 54,2 siswa Memperhatikan perasaan 51,9 siswa Tidak pilih kasih
46,6
Memberikan banyak Terlalu kaku
PR
terlalau 44,2
Tidak membantu/memperhatikan siswa Kontrol kurang
40,6 40,5
39,9
Kemampuan guru dalam menyisipkan humor atau menceritakan hal-hal lucu dalam proporsi yang wajar dan tidak mengganggu pelajaran merupakan sesuatu yang dapat mewujudkan situasi belajar mengajar yang kondusif dan menyenangkan (Hadis, 2006). Namun, beberapa siswa mungkin mempersepsikan sense of humor guru akan dapat mengganggu pelajaran dan mengakibatkan masalah dalam proses belajar mengajar di kelas apabila humor yang dibuat guru menjadikan murid sebagai bahan tertawaan teman-temanya (Charles & Senter, 2005). Berikut adalah pernyataan siswa tentang bagaimana siswa memandang humor yang diberikan guru (komunikasi personal, 27/11/2008): ”gak semuanya kami suka ada juga yang gak lucu, apalagi kalo uda ada porno-pornonya malas kami dengernya, tapi yang anak laki-laki pasti ketawaketawa. Ada guru kami yang suka cerita-cerita porno, kadang-kadang agakagak meragakan gitu dia. Males kali kalau udah bapak itu yang masuk. Kami ketawa cuma menghargai aja, padahal sebenernya bosen kami ngeliatnya”
Dari pernyataan siswa di atas, bahwa pada kenyataannya di dalam kelas tidak semua humor yang dikeluarkan guru disukai oleh siswa, tergantung siswa mempersepsikan sense of humor guru. Sebagaimana dikemukakan Irwanto (1996)
bahwa persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Proses penerimaan rangsang ini disebut penginderaan. Tetapi pengertian kita akan lingkungan dan dunia sekitar kita bukan sekedar hasil penginderaan itu. Ada unsur interpretasi terhadap rangsang-rangsang yang diterima, yang kemudian menjadikan kita subyek dari pengalaman kita sendiri. Rangsang-rangsang yang diterima inilah yang menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap linkungan. Hal ini juga terkait dengan persepsi siwa terhadap sense of humor guru di kelas. Siswa menerima rangsang-rangsang atau stimulus-stimulus berupa guru dan proses pengajaran yang dilakukanya, yang selanjutnya diinterpretasikan dan dipahami siswa sebagai suatu pengalaman belajar yang memberikan efek positif maupun negatif bagi dirinya. Soemanto (1998) menambahkan bahwa persepsi siswa yang cenderung negatif muncul karena siswa memandang guru sebagai individu yang menakutkan, oleh karena itu siswa cenderung untuk menghindarkan diri dari pertemuan dengan guru dengan cara bolos sekolah atau tidak masuk kelas disaat guru mengajarkan bidang studi tertentu. Sedangkan persepsi yang cenderung positif muncul karena siswa menilai guru sebagai individu yang menyenangkan dan patut diteladani, oleh karena itu perlu didekati, mematuhi segala ketentuan yang diberlakukan, serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Berdasarkan uraian di atas, dalam proses belajar mengajar adanya sense of humor guru berhubungan dengan motivasi belajar siswa. Namun hubungan tersebut tergantung bagaimana siswa mempersepsikan sense of humor guru. Oleh karena itu,
peneliti ingin melihat hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar.
B. Rumusan Masalah Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar di kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar di kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat pengembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang psikologi pendidikan. Dari penelitian ini diharapkan memperkaya pengetahuan tentang sense of humor guru dalam proses belajar-mengajar di kelas.
2. Manfaat praktis. a. Guru bisa mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap sense of humor guru, sehingga bisa dijadikan masukan bagi guru penting atau tidaknya penggunaan humor terkait dengan interaksi guru dan siswa di kelas. b. Selain dapat mengetahui motivasi belajar siswanya, pihak sekolah juga dapat mengetahui hal-hal yang bisa mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu penggunaan humor di kelas, sehingga bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk mengadakan peningkatan kemampuan guru yang berkaitan dengan interaksi di kelas guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
E. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian yang meliput i teori motivasi belajar siswa, humor, sense of humor guru, persepsi dan motivasi belajar, hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar siswa dan hipotesa penelitian. BAB III : Metode Penelitian
Bab ini terdiri dari identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, rancangan penelian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, uji coba alat ukur, serta metode analisa data.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Motivasi Belajar 1. Pengertian motivasi belajar Motivasi sering disebut penggerak perilaku yang membuat kita bergerak untuk melakukan sesuatu dan membantu kita untuk menyelesaikannya (Irwanto, 1990). Seluruh aktivitas mental yang dirasakan atau dialami memberikan kondisi hingga terjadinya perilaku tersebut disebut motif. Setiap pekerjaaan yang dilakukan tanpa motif yang kuat, tanpa dorongan dan kehendak untuk melakukannya, pasti pekerjaan itu tidak akan membawakan hasil yang memaskan. Demikian juga dalam belajar. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar sehingga dalam kegiatan belajar motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan belajar yang dikehendaki subjek dapat tercapai (Purwanto, 1990). Sardiman (2003) menerangkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Lebih lanjut, Witherington (dalam Purwanto, 1990) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Dalam pengertian yang umum, belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya
yang dilakukannya (Suparno, 2001). Perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan, kematangan, ataupun mengkonsumsi obat tertentu. Berdasarkan
beberapa
penjelasan
motivasi
belajar
diatas
dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan belajar yang dikehendaki.
2. Aspek-aspek dalam motivasi belajar Terdapat dua aspek dalam motivasi belajar (Santrock, 2004), yaitu : a. Motivasi intrinsik b. Motivasi ekstrinsik Kedua aspek dalam motivasi belajar tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1). Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik melibatkan motivasi internal untuk melakukan sesuatu karena keinginannya sendiri.
Terdapat dua tipe dari motivasi intrinsik yang dikemukakan Santrock (2004), yaitu : a). Motivasi intrinsik berdasarkan penentuan diri dan pemilihan pribadi.
Siswa percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena keinginan mereka sendiri, bukan karena adanya penghargaan dari luar (eksternal). b). Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal melibatkan perasaan senang dan menikmati sesuatu secara mendalam. Csikzentmihalyi (dalam Santrock, 2004) menggunakan istilah flow untuk menggambarkan pengalaman optimal dalam hidup, dan menemukan keadaan flow paling sering terjadi ketika seseorang mengembangkan perasaan menguasai (mampu melakukan sesuatu) dan konsentrasi penuh sementara mereka terlibat dalam suatu kegiatan. Keadaan flow juga terjadi ketika seseorang sedang melakukan sesuatu tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit maupun tidak terlalu mudah. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa motivasi belajar intrinsik berarti keinginan untuk mencapai suatu tujuan terkandung dan utuh bersama-sama dengan kegiatan proses dan perbuatan kegiatan belajar itu sendiri. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya.
2). Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk memperoleh sesutau yang lain (suatau alat untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik seringkali dipengaruhi oleh ganjaran eksternal, seperti pemberian hadiah dan hukuman. Menurut Harter (dalam Santrock, 2004) berdasarkan penelitian ditemukan bahwa motivasi intrinsik siswa terus mengalami penurunan karena siswa tumbuh dan berkembang sejak Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Penurunan motivasi intrinsik dan peningkatan motivasi ekstrinsik yang besar terjadi pada siswa yang duduk antara tingkat enam dan tujuh (kelas 6 SD dan 1 SMP). Hal ini dapat dikarenakan pendidikan yang diterapkan pihak sekolah lebih berorientasi pada motivasi belajar eksternal. Oleh karena itu seiring pertambahan usia dan kenaikan jenjang sekolah para siswa menjadi lebih mengutamakan perolehan nilai yang baik daripada kesenangan mereka untuk belajar yang berasal dari motivasi intrinsik (Santrock, 2004). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa terdiri dari dua tipe berdasarkan sumber dorongannya, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
3. Fungsi motivasi dalam belajar
Sardiman (2003) mengatakan, bahwa ada 3 (tiga) fungsi motivasi dalam belajar yaitu : a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar bagi siswa adalah sebagai pendorong untuk berbuat, menentukan arah perbuatan dan menyeleksikan perbuatan guna mencapai tujuan belajarnya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut (Elliot, dkk, 1996) : a. Kecemasan Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan situasional, yang diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk merasa cemas pada beberapa situasi, tetapi tidak pada situasi yang lainnya. Ada beberapa sumber kecemasan bagi siswa ketika berada di dalam kelas, seperti guru, ujian, teman sebaya, hubungan sosial, dan lain-lain. Kecemasan terhadap beberapa sumber kecemasan tersebut akan berpengaruh terhadap performansi siswa. Apabila tingkat kecemasan relatif rendah atau sedang, maka hal itu akan bersifat konstruktif. Namun apabila kecemasan tersebut berada pada tingkat yang relatif tinggi, maka hal itu dapat bersifat destruktif dan non adaptif. b. Sikap. Sikap dapat didefinisikan sebagai individu yang relatif permanen dalam hal merasakan, berfikir dan bertingkah laku terhadap sesuatu atau orang lain. Dalam hal ini, guru memiliki pengaruh yang besar dalam hal perubahan tingkah laku siswa melalui komunikasi yang persuasif. c. Keingintahuan. Keingintahuan sering digambarkan sebagai sebagai perilaku yang aktif, suka mengeksplorasi atau manipulasi sesuatu. Keadaan yang rileks, kebebasan untuk mengeksplorasi sesuatu, dan penerimaaan
terhadap hal-hal yang tidak biasa dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa. d. Locus of Control Locus of Control dapat diartikan sebagai suatu penyebab terjadinya tingkah laku, yang dapat diatribusikan terhadap diri sendiri (internal locus of control) atau dari luar diri/lingkungan (eksternal locus of control). Jika siswa percaya bahwa kesuksesan dan penghargaan yang mereka raih dikarenakan kemampuan mereka sendiri, maka mereka telah dianggap mampu untuk mengendalikan tujuan mereka (internal locus of conrol). Sebaliknya, siswa yang percaya bahwa kesuksesan dan penghargaan yang mereka raih dikarenakan faktor keberuntungan, maka mereka dianggap memilki kontrol yang rendah terhadap tujuan mereka (eksternal locus of control). e. Learned Helplessness Learned helplessness adalah reaksi individu yang merasa frustasi dan putus asa setelah kegagalan yang terjadi berulang kali. f. Efikasi Diri Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasan dan kompetensinya. Siswa yang memilki efikasi diri yang tinggi cenderung untuk memfokuskan perhatian dan usahanya pada tuntutan tugas dan berusaha untuk meminimaliskan kesulitan yang mungkin terjadi.
g. Belajar Bersama Belajar bersama diartikan sebagai serangkain metode instruksional dimana siswa didorong untuk kerjasama dalam menyelesaikan tugas akademis, yang bertujuan membantu siswa yang satu dengan yang lainnya untuk belajar. Salah satunya adalah dengan dengan membentuk kelompok diskusi dalam mengerjakan tugas yang sulit. Frandsen (dalam Suryabrata, 1995) menyatakan bahwa faktor yang mendorong seseorang untuk belajar adalah : a. Adanya sifat ingin tahu untuk menyelidiki dunia yang lebih luas. b. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman. d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kerjasama maupun kompetisi. e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.
Berdasarkan uraian di atas faktor-faktor yang bisa mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah kecemasan, sikap, keingintahuan, locus of control, learned helplessness, efikasi diri, belajar bersama, adanya sifat ingin tahu untuk
menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman, adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kerjasama maupun kompetisi, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, serta adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
5. Prinsip-prinsip motivasi dalam belajar Menurut Slameto (2003) jumlah motivator yang mempengaruhi siswa pada suatu saat yang sama dapat banyak sekali, dan faktor-faktor yang membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku yang dibangkitkan oleh motivatior-motivator tersebut mengakibatkan terjadinya sejumlah tingkah laku yang dimungkinkan untuk ditampilkan oleh seorang siswa. Berikut ini adalah prinsip-prinsip motivasi dalam belajar yang meliputi : a. Kebermaknaan. Siswa akan termotivasi untuk belajar jika kegiatan dan materi pelajaran dirasa bermakna baginya.
b. Pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Guru perlu memahami pengetahuan awal siswa
untuk diakaitkan
dengan bahan yang akan dipelajarinya sehingga membuat belajar menjadi lebih mudah dan bermakna.
c. Model. Siswa akan menguasai keterampilan guru dengan baik jika guru memberi contoh dan model untuk dilihat dan ditiru. d. Komunikasi terbuka. Siswa akan termotivasi untuk belajar jika penyampaian dilakukan secara terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa sehingga pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat. e. Keaslian dan tugas yang menantang. Siswa akan termotivasi untuk belajar jika mereka disediakan materi, kegiatan baru, atau gagasan murni, asli, atau novelti yang berbeda. f. Pelatihan yang tetap dan aktif. Siswa akan dapat mengusai materi pembelajaran dengan efektif jika kegiatan belajar mengajar memberikan kegiatan latihan yang sesuai dengan kemampuan siswa dan siswa dapat berperan aktif untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
g. Pemilihan tugas. Siswa akan memperoleh pencapaian belajar yang efektif jika tugas dibagi dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang dengan frekuensi pengulangan yang tinggi. h. Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan.
Siswa akan belajar dan terus belajar jika kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman, dan menyehatkan perasaan siswa . i. Keragaman pendekatan. Siswa akan belajar jika mereka diberi kesempatan untuk memilih dan menggunakan berbagai pendekatan dan strategi belajar baik melalui kegiatan seperti simulasi, penelitian/ pengujian. j. Mengembangkan beragam kemampuan. Siswa akan belajar secara optimal jika pengalaman belajar yang disajikan
dapat
mengembangkan
berbagai
kemampuan
seperti
kemampuan logis, matematis, bahasa, musik, dan kempuan interpersonal maupun intrapersonal. k. Melibatkan sebanyak mungkin indera. Siswa akan menguasai hasil belajar dengan optimal jika dalam belajar siswa dimungkinkan menggunakan sebanyak mungkin inderanya untuk interaksi dengan isi pembelajaran.
l. Keseimbangan pengaturan pengalaman belajar. Siswa akan lebih menguasai materi pembelajaran jika pengalaman belajar diatur sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membuat satu refleksi penghayatan, mengungkapkan, dan mengevaluasi apa yang dipelajari.
Dari uraian di atas prinsip-prinsip dalam motivasi belajar siswa adalah kebermaknaan, pengetahuan dan keterampilan prasyarat, model, komunikasi terbuka, keaslian dan tugas yang menantang, pelatihan yang tetap dan aktif, pemilihan tugas, kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan, keragaman pendekatan, mengembangkan beragam kemampuan, melibatkan sebanyak mungkin indera, serta keseimbangan pengaturan pengalaman pelajar.
B. Persepsi Siswa 1. Pengertian persepsi Leavit (dalam Sobur, 2003) menyatakan persepsi ialah pandangan atau pengenalan yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Ditambahkan Sarwono (2001) bahwa persepsi tidak sekedar pengenalan atau pemahaman tetapi juga evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional (menarik kesimpulan). Seperti halnya Rakhmat (dalam Sobur, 2003) yang menjelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan peran. Begitu juga Yusuf (dalam Sobur, 2003) menyatakan bahwa persepsi
sebagai
pemaknaan
hasil
pengamatan.
Atkinson,
dkk
(1987)
menambahkan bahwa persepsi didefenisikan sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran pola stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu terhadap suatu benda, manusia atau situasi yang bersifat positif maupun negatif.
Lindgren (dalam Gufron, 2003) menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahaman mereka terhadap situasi yang dikaitkan dengan tujuan. Perilaku seseorang dapat diprediksi apabila diketahui bagaimana individu mempersepsikan situasi dan apa yang diharapkan. Perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi mengenai diri mereka dan lingkungan sekitarnya, sehingga apa yang dilakukan merupakan cerminan dari lingkungan sekitarnya, dan persepsi dapat mempengaruhi perilaku. Persepsi merupakan salah satu prediktor perilaku. Persepsi seseorang bisa positif maupun negatif. Seperti dikemukanan oleh Fiske (dalam Hogg, 2002) bahwa informasi negatif mengarah pada persepsi yang negatif, sebaliknya informasi yang positif mengarahkan pada persepsi positif. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan serangkaian proses dalam diri seseorang yang meliputi pengenalan, pemahaman, penafsiran dan menarik kesimpulan atas hasil pengamatan terhadap benda, manusia, serta situasi yang bersifat positif maupun negatif.
2. Faktor yang mempengaruhi persepsi Gufron (2003) menyatakan faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu : a. Pelaku persepsi
Bila seseorang memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi. Selain itu ada juga sikap yang dapat mempengaruhi tafsiran mengenai apa yang dilihat, motif yang tidak dipuaskan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi, kepentingan atau minat individu yang berbeda, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. b. Objek atau target yang dipersepsi. Karakteristik-karakteristik
dari
target
yang
akan
diamati
dapat
mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Beberapa hal lain yang termasuk dalam target adalah hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, dan kedekatan.
c. Konteks situasi dimana persepsi itu dilakukan Unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita. Waktu adalah dimana suatu objek atau peristiwa itu dilihat dapat mempengaruhi perhatian, seperti lokasi, cahaya, panas atau setiap jumlah faktor situasional.
2. Pengertian siswa remaja
Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar (Sardiman, 2003). Mönks, dkk (1999) membagi masa remaja menjadi tiga tahap. Tahap pertama, masa remaja awal yang berkisar antara usia 12-15 tahun. Tahap kedua, masa remaja pertengahan yang berada antara usia 15-18 tahun, dan tahap ketiga, masa remaja akhir yang berada antara usia 18-21 tahun. Siswa
Sekolah
Menengah Pertama (SMP) termasuk kepada remaja awal, yaitu berada pada rentang usia 12-15 tahun. Hurlock (1992) menyatakan bahwa status disekolah membuat remaja sadar akan tanggung jawab yang sebelumnya belum pernah terfikirkan. Kesadaran akan status formal yang baru, baik di rumah maupun di sekolah, mendorong sebagian besar remaja untuk berperilaku lebih matang. Disamping itu, berkaitan dengan minat mereka terhadap pendidikan, pada umumnya remaja muda suka mengeluh tentang sekolah dan larangan-larangan, pekerjaan rumah, dan sebagainya. Mereka bersikap kritis terhadap guru-guru dan cara guru mengajar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa Sekolah Menengah Pertama termasuk remaja awal yang berada pada rentang usia 12-15 tahun. Pada usia ini remaja sudah sadar akan tanggung jawabnya disekolah dan mulai berfikir kritis terhadap guru dan cara mengajar guru.
C. Sense of Humor Guru
1. Pengertian humor Di dalam kamus Encyclopedia Britannica, humor adalah suatu stimulus yang cenderung mengundang refleks tertawa (Leung, 2004). Mungkin saja dikatakan bahwa sesuatu itu mengandung humor, meskipun tak seorangpun tertawa pada saat itu dan dapat juga terjadi dimana orang-orang tertawa, tetapi seseorang dapat mengatakan bahwa ‘hal itu tidak lucu’ (Ross, 1998). Menurut May (dalam Martin & Lefcourt, 1983), humor berfungsi sebagai pemelihara sense of self, yaitu cara sehat yang dilakukan seseorang untuk merasakan “jarak” antara dirinya dengan masalah, cara untuk menghindarkan diri dari masalah dan memandang masalah dari sudut pandang berbeda. Pendapat May ini serupa dengan pendapat O’connel (dalam Martin & Lefcourt, 1983) yang mengatakan bahwa melalui humor seseorang dapat menjauhkan diri dari situasi yang mengancam dan memandang masalah dari sudut pandang kelucuannya untuk mengurangi kecemasan dan rasa tak berdaya. Peran humor yang positif membantu orang-orang untuk menangani stres, membangun dan memelihara hubungan yang suportif dan mempertahankan kondisi hidup yang terus. Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa humor adalah suatu sitimulus yang dianggap lucu dan cenderung mengundang refleks tertawa, walaupun tidak semua menyatakan bahwa sesuatu itu lucu.
2. Dimensi humor Menurut Deshefy & Longhi (2004) humor terbagi atas 4 dimensi yaitu :
a. Survival humor. Humor ini digunakan ketika seorang atau sekelompok orang harus beradaptasi pada kondisi yang jarang dihadapi, ekstrim, atau yang mengandung ancaman. Survival humor terdiri dari agresi, sakit, menghindar, kotor, agama, menyimpang, sadis. b. Bonding humor. Humor ini digunakan untuk membentuk ikatan/hubungan diantara individu, atau untuk membangun hubungan dan yang termasuk dimensi ini adalah humor etnik, rasial, positif social, penghinaan, dan humor protes diri. c. Celebatory humor. Humor ini digunakan ketika mengalami sukacita atau kesenangan dan ingin membaginya dengan orang lain. Anak-anak yang biasanya mahir pada celebratory humor. Celebatory humor terbagi atas badut, permainan kata, dan tertawa untuk menikmati kesenangan. 4. Coping humor. Humor ini digunakan untuk mengatur situasi atau kejadian mengancam yang menciptakan stres, ketegangan dan ambigu. Coping humor dibagi atas humor yang menghalangi, humor jarak dan humor pertahanan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi humor adalah survival humor, bonding humor, celebatory humor, coping humor. 3. Fungsi humor
Humor berperan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari fungsi yang diberikan humor. Nilsen (dalam Munandar, 1996) membagi humor menjadi empat fungsi yaitu : a. Fungsi fisiologik Humor dan bermain dapat mengalihkan susunan kimia internal seseorang dan mempunyai akibat yang sangat besar terhadap sistem tubuh seseorang, termasuk sistem saraf, peredaran darah, endokrin, dan sistem kekebalan. b. Fungsi psikologik Humor efektif menolong seseorang menghadapi kesukaran. Kemampuan untuk melihat humor dalam suatu situasi merupakan salah satu yang dapat digunakan untuk mengatasi krisis dalam hidup, sebagai perlindungan terhadap perubahan dan ketidaktentuan. c. Fungsi pendidikan Humor dan tertawa menyebabkan seseorang lebih waspada, otak digunakan, dan mata bersinar. Oleh karena itu humor dan tertawa merupakan alat belajar yang penting. Selain itu humor merupakan alat yang sangat efektif untuk membawa seseorang agar mendengarkan pembicaraaan dan merupakan alat persuasi yang baik.
d. Fungsi sosial
Humor tidak saja dapat digunakan untuk mengikat seseorang atau kelompok yang disukai tetapi juga dapat menjauhkan seseorang dari orang atau kelompok yang tidak disukai.
4. Pengeretian sense of humor Untuk dapat mengamati, merasakan atau mengungkapkan humor seseorang harus memiliki sense of humor. Sense of humor adalah sesuatu yang bersifat universal yaitu konsep dari berbagai bidang yang mempunyai banyak definisi. The American heritage dictionary mendefinisikan sense of humor sebagai kemampuan untuk mengamati, menikmati, atau mengekspresikan apa yang lucu (Apte, 2002). Selanjutnya Martin (2001) mendefinisikan sense of humor sebagai kebiasaan individu yang berbeda-beda pada setiap perilaku, pengalaman, perasaan, kesenangan, sikap, kemampuan untuk menghubungkan sesuatu hal dengan kesenangan, tertawa, bercanda dan sebagainya. Jadi berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sense of humor adalah kemampuan seseorang untuk mengapresiasikan, menciptakan dan mengekspresikan humor untuk mengundang perasaan senang terhadap orang lain.
5. Aspek-aspek sense of humor
Thorson & Powell (1997) menyatakan empat aspek penting Sense of humor, yang terdiri dari: a. Humor production Kemampuan untuk menemukan humor pada setiap peristiwa dan berhubungan dengan perasaan diterima oleh lingkungan. b. Coping with humor Bagaimana individu menggunakan humor untuk mengatasi emosional dan situasi yang mengandung stressful pada individu. c. Humor appreciation Kemampuan untuk mengapresiasikan humor yang dihubungkan dengan internal locus of control seseorang, sebuah indikasi dari seberapa banyak individu mempersepsikan setiap peristiwa lucu sebagai bagian dari perilaku orang lain. d. Attitude toward humor Kecenderungan untuk tersenyum atau tertawa pada setiap situasi yang lucu.
6. Karakteristik kepribadian orang yang memiliki sense of humor Seseorang yang memiliki sense of humor dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain daripada orang yang kurang sense of humor-nya: mereka cenderung lebih imaginatif dan fleksibel, lebih terbuka untuk menerima saran orang lain dan lebih dapat didekati (Morreal, 1982). Sense of Humor juga berkorelasi secara positif dengan karakteristik kepribadian yang antusias, suka
permainan, menggembirakan, dan teguh dan berkorelasi negatif dengan ketakutan, depresi, marah, tidak perduli, dan sikap menunggu (McGhee & Goldstein, 1977). Ditambahkan oleh Thorson & Powell (1997) bahwa orang yang memiliki perilaku yang mengarah pada humor dikorelasikan berhubungan positif dengan kemampuan sosial dan psikologi yang bervariasi. Individu dengan sense of humor yang tinggi lebih dicirikan dengan orang yang merendah dan lebih terbuka, lebih berinisiatif di dalam interaksi sosial, berusaha menciptakan hal yang lucu, dan mempunyai
kemauan
dan
kemampuan
yang
lebih
tinggi
untuk
mengkomunikasikannya. Berdasarkan hasil penelitiannya disimpulkan bahwa orang yang memiliki sense of humor memiliki karakteristik kepribadian sebagai berikut : menonjolkan diri, dominan, memiliki kepribadian yang hangat, asertif, terlihat selalu gembira, mampu membangkitkan emosi positif, kecenderungan untuk mengarahkan kepribadian lebih banyak keluar daripada kedalam diri sendiri dan lebih ceria. Selain itu sense of humor berkorelasi negatif dengan neurotisme, pesimis, menghindar, self-esteem yang negatif, agresi, depresi dan kecemasan yang tinggi, selalu serius dan mood yang buruk.
7. Keuntungan memiliki sense of humor Menurut Martin (2001) mempunyai sense of humor mengandung banyak keuntungan. Individu dengan sense of humor yang lebih tingi, lebih termotivasi, lebih ceria, dapat dipercaya dan mempunyai harga diri yang lebih tinggi. Kelly (2002) menyatakan bahwasannya salah satu keuntungan terbesar dengan memiliki sense of humor adalah pengaruhnya pada kesehatan. Pertama, humor bisa
mengantarai hubungan sosial, yang mana ini bisa berdampak meningkatkan kesehatan. Kedua, humor mempunyai efek secara tidak langsung pada tingkat stres. Ketiga, proses fisiologi yang dipengaruhi oleh humor, contohnya tertawa bisa mengurangi ketegangan saraf.
8. Pengertian guru Guru, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 1990) diartikan sebagai orang yang pekejaannya adalah mengajar. Anderson dan Burns (dalam Elliot, 1996) mendefenisikan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang bersifat interpersonal dan interaktif, dan secara khusus melibatkan komunikasi verbal yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu satu atau lebih siswa agar dapat belajar atau mengubah cara mereka dalam bertingkah laku. Dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses pembuatan seorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya. Perilaku ini meliputi tingkah laku yang bersifat terbuka seperti keterampilan membaca (ranah karsa), juga yang bersifat tertutup seperti berfikir (ranah cipta) dan berperasaan (ranah rasa) (Syah, 2001). Lebih lanjut, Sadiman (2003) mengemukakan bahwa mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru adalah seseorang yang melakukan aktifitas yang bersifat interpersonal dan interaktif, dan
secara khusus melibatkan komunikasi verbal yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu satu atau lebih siswa agar dapat belajar atau mengubah cara mereka dalam bertingkah laku dengan berorientasi pada kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta, ranah rasa, dan ranah karsa.
D. Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Beberapa siswa merasa senang dengan guru yang memberikan humor di dalam kelas, namun siswa yang lain mungkin merasa humor yang diberikan guru tersebut dapat mengganggu pelajaran. Ini terkait dengan persepsi siswa terhadap sense of humor guru. Persepsi siswa terhadap sense of humor guru dapat diartikan sebagai tanggapan atau penilaian yang diberikan siswa terhadap kemampuan seorang guru untuk mengapresiasikan, menciptakan dan mengungkapkan humor dalam menjalankan tugasnya guna mengundang perasaan senang terhadap siswa tanpa mengakibatkan siswa terluka secara fisik maupun psikis. Persepsi tersebut bisa bersifat positif maupun negatif.
E. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan
guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokok yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Perwujudan interaksi guru dan siswa harus lebih banyak berbentuk pemberian motivasi dari guru kepada siswa, agar siswa merasa bergairah memiliki semangat, potensi, dan kemampuan yang dapat meningkatkan harga diri. Dengan adanya motivasi siswa diharapkan lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2003). Peranan guru sangat penting, bagaimana usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar siswa melakukan aktivitas dengan baik, sehingga untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik. Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi pelajaran itu. Akan tetapi hal yang lebih utama dari faktor materi pelajaran, sebenarnya adalah faktor guru (Sarwono, 1989). Seperti dikemukakan McCombs, et al (dalam santrock, 2004) bahwa siswa yang merasa didukung dan diperhatikan oleh guru lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan akademik daripada siswa yang tidak didukung dan diperhatikan gurunya. Charles & Senter (2005) menyatakan bahwa seorang guru bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan dan menentukan jenis lingkungan psikososial dalam kelas, humor adalah salah satu cara yang digunakan untuk menunaikan tanggung jawab tersebut. Penting bagi guru untuk menggunakan humor dalam kelas (Young, Whitley & Helton dalam Manning, 2002). Kemampuan guru dalam menyisipkan humor atau menceritakan hal-hal lucu dalam proporsi yang wajar dan tidak mengganggu
pelajaran merupakan sesuatu yang dapat mewujudkan situasi belajar mengajar yang kondusif dan menyenangkan (Hadis, 2006). Apte (2002) menyatakan bahwa untuk dapat mengamati, merasakan atau mengungkapkan humor, seseorang memerlukan sense of humor. Begitu pula halnya dengan seorang guru. Guru yang memiliki sense of humor yang baik membuat kelas menjadi menarik. Seseorang yang memiliki sense of humor dapat berinteraksi dengan orang baik dengan orang lain daripada orang yang kurang sense of humor-nya: mereka cenderung lebih imaginatif dan fleksibel, lebih terbuka untuk menerima saran orang lain dan lebih dapat didekati (Morreal, 1982). Humor berkorelasi secara positif dengan karakteristik kepribadian yang antusias, suka permainan, menggembirakan, dan teguh dan berkorelasi negatif dengan ketakutan, depresi, marah, tidak perduli, dan sikap menunggu (Mcghee & Goldstein, 1977). Nilsen (dalam Munandar, 1996) humor dan tertawa menyebabkan seseorang lebih waspada, otak digunakan, dan mata bersinar. Oleh karena itu humor dan tertawa merupakan alat belajar yang penting. Selain itu humor merupakan alat yang sangat efektif untuk membawa seseorang agar mendengarakan pembicaraaan dan merupakan alat persuasi yang baik. Dengan demikian guru yang memiliki sense of humor yang tinggi mampu berinteraksi dengan baik dengan siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pelajaran. Kemampuan guru dalam menyisipkan humor atau menceritakan hal-hal lucu dalam proporsi yang wajar dan tidak mengganggu pelajaran merupakan sesuatu yang dapat mewujudkan situasi belajar mengajar yang kondusif dan
menyenangkan (Hadis, 2006). Pengetahuan guru mengenai siswa yang akan diajarkannya merupakan karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap guru (NASSP, dalam Santrock, 2004). Beberapa siswa mungkin mempersepsikan sense of humor guru akan dapat mengganggu pelajaran dan mengakibatkan masalah dalam proses belajar mengajar di kelas misalnya apabila humor yang dibuat guru menjadikan murid sebagai bahan tertawaan teman-temanya (Charles & Senter, 2005). Ini terkait dengan persepsi siswa terhadap sense of humor guru. Persepsi siswa terhadap sense of humor guru dapat diartikan sebagai tanggapan atau penilaian yang diberikan siswa terhadap kemampuan seorang untuk mengerti, mengamati, menciptakan dan mengekspresikan humor guna mengundang perasaan senang terhadap orang lain. Persepsi tersebut bisa bersifat positif maupun negatif. Siswa menerima rangsang-rangsang atau stimulus-stimulus berupa guru dan proses pengajaran yang dilakukanya, yang selanjutnya diinterpretasikan dan dipahami siswa sebagai suatu pengalaman belajar yang memberikan efek positif maupun negatif bagi dirinya. Soemanto (1998) menambahkan bahwa persepsi siswa yang cenderung negatif muncul karena siswa memandang guru sebagai individu yang menakutkan, oleh karena itu siswa cenderung untuk menghindarkan diri dari pertemuan dengan guru dengan cara bolos sekolah atau tidak masuk kelas disaat guru mengajarkan bidang studi tertentu. Sedangkan persepsi yang cenderung positif muncul karena siswa menilai guru sebagai individu yang menyenangkan dan patut diteladani, oleh karena itu perlu didekati, mematuhi segala ketentuan yang diberlakukan, serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
G. Hipotesa Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar. Artinya semakin positif (tinggi) persepsi siswa terhadap sense of humor guru, maka semakin tinggi motivasi belajar siswa.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identivikasi Variabel Penelitian
Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Terlebih dahulu perlu diidentifikasi variabel-variabel penelitian yang terdiri dari : 1. Variabel X
: Persepsi siswa terhadap sense of humor guru
2. variabel Y
: Motivasi belajar
B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian 1. Persepsi siswa terhadap sense of humor guru Persepsi siswa terhadap sense of humor guru adalah tanggapan atau penilaian yang diberikan siswa terhadap kemampuan seorang guru untuk menciptakan, mengapresiasikan, dan mengekspresikan humor dalam menjalankan tugasnya guna mengundang perasaan senang terhadap siswa tanpa mengakibatkan siswa terluka secara fisik maupun psikis . Penilaian tersebut berdasarkan pengalaman siswa dengan guru selama mengikuti mata pelajaran di kelas. Data mengenai persepsi siswa terhadap sense of humor guru diperoleh dari skala psikologis yang disusun sendiri oleh peneliti. Skor total merupakan petunjuk tinggi rendahnya persepsi siswa terhadap sense of humor guru. Semakin tinggi skor skala sense of humor maka semakin positif persepsi siswa terhadap sense of humor guru. Sebaliknya, semakin rendah skor skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru maka semakin negatif persepsi siswa terhadap sense of humor guru.
2. Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan belajar yang dikehendaki yaitu prestasi yang tinggi. Data mengenai motivasi belajar ini diperoleh dari skala psikologis yang disusun sendiri oleh peneliti. Skor total merupakan petuntuk tinggi rendahnya tingkat motivasi belajar. Semakin tinggi skor skala motivasi belajar maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Sebaliknya, semakin rendah skor skala motivasi belajar maka semakin rendah motivasi belajar siswa.
C. Populasi dan Pengambilan Sampel 1. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7 (tujuh) Internasional Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan. Alasan peneliti memilih populasi kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan adalah selain karena alasan izin dari pihak sekolah, dikelas 7 Internasional juga terdapat seorang guru bahasa Mandarin yang mengajar di tiga kelas tersebut dan menurut para siswa guru tersebut sering memberikan humor di kelas sehingga siswa senang mengikuti pelajaran bahasa Mandarin. Di sekolah tersebut untuk kelas 7 (tujuh) terdiri dari 3 kelas dan masingmasing kelas terdiri dari 22 siswa, jadi jumlah seluruh populasi adalah 66 orang. Di kelas Internasional setiap kelas mempunyai nama tersendiri yaitu kelas Pascal, kelas Einsten, dan kelas Celcius. Seluruh anggota populasi diikutsertakan dalam
penelitian, karena perneliti mampu menjangkau seluruh populasi. Jadi di dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan tehnik pengambilan sampel.
D. Instrumen yang digunakan Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala untuk mengukur motivasi belajar dan skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru yang akan dikenakan kepada siswa. 1.
Pengukuran persepsi siswa terhadap sense of humor guru Persepsi siswa terhadap sense of humor guru adalah tanggapan atau
penilaian yang diberikan siswa terhadap kemampuan seorang guru untuk mengapresiasikan, menciptakan, dan mengekspresikan humor dalam menjalankan tugasnya guna mengundang perasaan senang terhadap siswa tanpa mengakibatkan siswa terluka secara fisik maupun psikis.
Skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru disusun berdasarkan aspek-aspek sense of humor yang dikemukakan oleh Thorson & Powell (1997) menyatakan empat aspek penting Sense of humor, yang terdiri dari: a. Humor production Kemampuan untuk menemukan humor pada setiap peristiwa dan berhubungan dengan perasaan diterima oleh lingkungan. b. Coping with humor
Bagaimana individu menggunakan humor untuk mengatasi emosional dan situasi yang mengandung stressful pada individu. c. Humor appreciation Kemampuan untuk mengapresiasikan humor yang dihubungkan dengan internal locus of control seseorang, sebuah indikasi dari seberapa banyak individu mempersepsikan setiap peristiwa lucu sebagai bagian dari perilaku orang lain. d. Attitude toward humor Kecenderungan untuk tersenyum atau tertawa pada setiap situasi yang lucu. Skala persepsi terhadap sense of humor guru menggunakan model skala Likert. Peneliti menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Penilaian bergerak dari 4 sampai 1 untuk aitem-aitem yang favorable dan 1 sampai 4 untuk aitem-aitem yang unfavorable. Skala persepsi terhadap sense of humor memiliki distribusi aitem-aitem seperti tertera dalam tabel 1 di bawah ini : Tabel 2. Blue Print Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru No 1 2 3 4
Aspek Humor production Coping with humor Humor appreciation Attitude toward humor Total
Favorable 1, 9, 17, 25, 33 2, 10, 18, 26, 34 3, 11, 19, 27, 35 4, 12, 20, 28, 36 20
Unfavorable 5, 13, 21, 29, 37 6, 14, 22, 30, 38 7, 15, 23, 31, 39 8, 16, 24, 32, 40 20
Total 10 10 10 10 40
Subyek dalam penelitian dikatekorikan berdasarkan mean empirik dengan kategorisasi berdasar model distribusi normal. Subyek digolongkan kedalam dua kategori (Sudijono, 1987), yaitu : Persepsi Positif
: x ≥ (x + 0.25 SD)
Persepsi Negatif
: x < (x+ 0.25 SD)
Keterangan : x
= Mean Empirik
SD
= Standar Deviasi Empirik
2. Pengukuran motivasi belajar siswa Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan belajar yang dikehendaki yaitu prestasi yang tinggi. Skala motivasi belajar dibuat berdasarkan aspek motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock (2004), yaitu : a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik melibatkan motivasi internal untuk melakukan sesuatu karena keinginannya sendiri. Terdapat dua tipe dari motivasi intrinsik yang dikemukakan Santrock (2004), yaitu : 1). Motivasi intrinsik berdasarkan penentuan diri dan pemilihan pribadi.
Siswa percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena keinginan mereka sendiri, bukan karena adanya penghargaan dari luar (eksternal). 2). Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal melibatkan perasaan senang dan menikmati sesuatu secara mendalam. Csikszentmihalyi (dalam Santrock, 2004)
menggunakan
istilah
flow
untuk
menggambarkan
pengalaman optimal
dalam hidup, dan menemukan keadaan flow
paling sering terjadi
ketika seseorang mengembangkan perasaan
menguasai (mampu
melakukan sesuatu) dan konsentrasi penuh
sementara mereka terlibat
dalam suatu kegiatan. Keadaan flow
juga terjadi ketika seseorang
sedang melakukan sesuatu tantangan
yang mereka anggap tidak terlalu
sulit, tetapi juga tidak terlalu
mudah.
b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk memperoleh sesuatu yang lain (suatau alat untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik seringkali dipengaruhi oleh ganjaran eksternal, seperti pemberian hadiah dan hukuman. Skala motivasi belajar menggunakan model skala Likert. Peneliti menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Penilaian bergerak dari 4 sampai 1 untuk aitem-aitem yang favorable dan 1 sampai 4 untuk aitem-aitem yang unfavorable.
Skala motivasi belajar memiliki distribusi aitem-aitem seperti tertera dalam tabel di bawah ini : Tabel 3. Blue Print Skala Motivasi Belajar Sebelum Diuji Coba No
Aspek
1
Motivasi intrinsik
2
Motivasi ekstrinsik Total
Favorable 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32 22
Unfavorable 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42 20
Total 22 20 42
Subyek dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan mean empirik dengan kategorisasi berdasar model distribusi normal. Subyek digolongkan kedalam tiga kategori (Azwar, 2005), yaitu : Motivasi Rendah
:
x < (x– 1.0 SD)
Motivasi Sedang
: (x – 1.0 SD) ≤ x < (x + 1.0 SD)
Motivasi Tinggi
: (x+ 1.0 SD)
≥x
D. Validitas, Reabilitas, dan Uji Daya Beda Alat Ukur 1. Validitas alat ukur Pengujian validitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba alat ukur dalam menjalankan fungsinya. Validitas isi adalah sejauh mana suatu tes yang merupakan seperangkat soal, dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Hadi, 2000). Validitas isi juga merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional dari profesional judgement (Azwar, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti meminta profesional judgement dari dosen Pembimbing Skripsi. 2. Reliabilitas alat ukur
Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur menunjukkan yang dapat dilihat dari koefisien reabilitas merupakan indikator konsistensi butir-butir pernyataan tes dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000). Dalam penelitian ini teknik reabilitas yang digunakan adalah teknik satu kali pengukuran atau disebut juga konsistensin internal. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik koefisien alpha dari Cronbach.
3. Uji Daya beda Setiap aitem pada kedua skala dalam penelitian ini diberi skor pada level interval, oleh karena itu uji daya beda aitem kedua skala pada penelitian ini menggunakan formula koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Sebagai kriteria pemilihan aitem total, biasanya digunakan batasan r ≥ 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Apabila kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi yang rendah (Azwar, 2005). Untuk itu peneliti menggunakan ( r ≥ 0,30) agar aitem yang di gunakan nantinya dalam penelitian memiliki daya beda
yang dianggap memuaskan. Jadi aitem yang nilai koefisien korelasi aitem total setelah dikoreksi < 0,30, aitem tersebut dianggap gugur dan tidak dimasukkan kedalam skala penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment untuk mengukur daya beda item dengan bantuan program SPSS (Statistical Package fos Social Sciences) 16.0 for Windows.
F. Hasil Uji Coba Alat Ukur Kedua skala yang digunakan dalam penelitian ini diujicobakan pada 123 orang siswa kelas 7 Sekolah Penengah Pertama Negeri 1 Medan, yang berasal dari 3 kelas yaitu 7A sebanyak 42 orang, kelas 7B sebanyak 40 orang, dan 7C siswa yang hadir sebanyak 41 orang. Pemilihan 3 kelas dari 6 kelas yang ada untuk kelas 7 SMP negeri 1 Medan dilakukan peneliti dengan menggunakan tehnik purposive sampling dengan alasan karakteristik dari 3 kelas yang dipilih peneliti sama dengan 3 kelas yang lain yaitu berada pada usia 11-13 tahun dan diajar oleh guru Bahasa Mandarain yang sama. 1. Skala Persepsi Siswa terhadap Sense of Humor Guru Skala ini terdiri dari 40 aitem yang terbagi
menjadi 20 aitem yang
favourable dan 20 aitem yang unfavourable. Setelah dilakukan analisis pertama
diperoleh Nilai Cronbach’s Alpha 0,869. Kemudian peneliti membuang aitem yang nilai koefisien korelasi aitem total setelah dikoreksi < 0,30. Terpilihlah 25 aitem, yang kemudian dilakukan analisis kedua diperolehlah nilai Cronbach’s Alpha 0,868 dengan indeks diskriminasi aitem yang berkisar antara
Berikut distribusi aitem-aitem Skala Persepsi Siswa terhadap Sense of Humor Guru setelah diujicoba. Tabel 4. Blue Print Skala Persepsi Siswa terhadap Sense of Humor Guru Setelah Uji Coba No Aspek
Favorable
Unfavorable
Total
1
Humor production
6, 11, 26, 36
2, 16, 21, 31, 37
9
2
Coping with humor
12, 27, 32
17, 33, 38
6
3
Humor appreciation
23, 28
14, 24, 29
5
4
Attitude toward humor
15, 34
10, 25, 30
5
Total
12
13
25
2. Skala Motivasi Belajar Skala ini terdiri
dari 42 aitem yang terbagi
menjadi 22 aitem yang
favourable dan 20 aitem yang unfavourable. Pada analisis pertama, dari 42 aitem yang dianalisis diperoleh Nilai Cronbach’s Alpha 0,928. Kemudian peneliti membuang aitem yang nilai koefisien korelasi aitem total setelah dikoreksi < 0,30.
Terpilihlah 37 aitem, yang kemudian dilakukan analisis kedua diperolehlah nilai Cronbach’s Alpha 0,936 dengan indeks diskriminasi aitem yang berkisar antara 0.306 hingga 0.729.
Berikut adalah distribusi aitem-aitem skala motivasi belajar setelah uji coba. Tabel 5. Blue Print Skala Motivasi Belajar Setelah Uji Coba No Aspek
Favorable
Unfavorable
Total
1
Motivasi intrinsik
2
Motivasi ekstrinsik
1, 5, 9, 13, 16, 3, 8, 11, 20, 21, 22 17, 25, 26, 32, 23, 28, 31, 36, 35, 38, 42 41 2, 10, 15, 19, 4, 6, 12, 14, 22, 15 29, 34, 40 27, 30, 37 19 18 37
G. Prosedur Penelitian Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang dilakukan peneliti, antara lain : 1. Permohonan izin Peneliti mengurus permohonn izin penelitian dari Fakultas Psikologi USU. Setelah mendapatkan surat izin yang dibutuhkan, peneliti mengurus perizinan ke SMP Negeri 1 Medan dengan menemui guru yang bisa membantu peneliti
melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Medan dan menjelaskan aktivitas penelitian yang akan dilakukan. Pihak sekolah memberikan izin oleh peneliti untuk melakukan penelitian. Kemudian peneliti melakukan komunikasi dengan siswa di kelas Internasional yang di anjurkan oleh pihak sekolah , untuk mengetahui apakah ada guru yang menurut para siswa lucu dan mempunyai selera humor yang baik.
Ada 2 kelas yang bisa dimasuki oleh peneliti yaitu kelas Pascal dan kelas Einstein. Dari hasil komunikasi tersebut peneliti memeperoleh informasi bahwa siswa-siswa mengatakan bahwa guru yang masuk ke kelas mereka yang paling lucu yaitu guru pelajaran Bahasa Mandarin, maka peneliti menentukan akan melakukan penelitian hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru di kelas 7 Internasional SMP Negeri 1 Medan pada pelajaran Bahasa Mandarin. 2. Pembuatan alat ukur Pada tahap ini, alat ukur yang terdiri dari skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan skala motivasi belajar dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam menyusun aitem peneliti melakukan analisis rasional untuk menentukan pernyataan yang tepat dalam mengungkap aspek-aspek dari masing-masing variabel sebagai upaya untuk melakukan pengujian terhadap validitas alat ukur yang dipergunakan dan diperkuat dengan profesional judgement, dalam hal ini dibantu oleh dosen pembimbing peneliti. Peneliti membuat 40 aitem untuk skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan 42 aitem untuk skala motivasi belajar. Skala
persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan skala motivasi belajar digabung menjadi 1 booklet menggunakan kertas A4 sebanyak 12 halaman dan setiap pernyataan memiliki 4 alternatif jawaban. Kedua skala tersebut dipersiapkan sebanyak 126 eksemplar. 3. Uji coba alat ukur Uji coba dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 Februari 2009 di kelas 7 Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan karena karakteristik siswa kelas 7 Internasional SMP Negeri 1 Medan yang akan diambil datanya nanti dalam penelitian sama dengan karakteristik siswa kelas 7 SMP Negeri 1 Medan yaitu berada pada usia 11-13 tahun dan diajar oleh guru Bahasa Mandarin yang sama. Dengan menggunakan tekhnik purposive sampling, dari 7 kelas peneliti hanya mengambil data dari 3 kelas, yaitu 7A, 7B, 7C karena karakteristik dari 3 kelas yang dipilih peneliti sama dengan 3 kelas yang lain yaitu berada pada usia 11-13 tahun dan diajar oleh guru Bahasa Mandarain yang sama. Namun tidak semua siswa hadir pada saat dilakukan pengambilan data. Untuk kelas 7A siswa yang hadir sebanyak 42 orang, kelas 7B siswa yang hadir sebanyak 40 orang, dan 7C siswa yang hadir sebanyak 41 orang. Jadi keseluruhan jumlah siswa yang ikut serta dalam pelaksanaan uji coba skala adalah sebanyak 123 orang dan semua siswa mengisi skala tanpa ada satu nomerpun yang terlewatkan, maka semua skala yang telah diisi bisa dipergunakan. Dari skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru yang berjumlah 40 aitem dan skala motivasi belajar dengan jumlah aitem 42, dilakukan analisis statistik dengan menggunakan SPSS versi 16 dan diperoleh hasil yang
memuaskan. Walaupun ada beberapa aitem yang dinyatakan gugur karena tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh penelit, namuni semua aspek dari masingmasing skala terwakili dan dinyatakan valid dan reliabel. Kemudian peneliti membuat susunan skala yang baru untuk digunakan dalam pengambilan data penelitian. d. Pelaksanaan penelitian Pengambilan data dilakukan peneliti di kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan pada hari Jumat tanggal 20 Februari 2009, dengan membagikan skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan skala Motivasi belajar. Ketiga kelas tersebut masing-masing kelas Pascal sebanyak 22 orang siswa, kelas Einstein sebanyak 21 orang siswa, dan kelas Celcius sebanyak 22 orang siswa. Jadi jumlah siswa yang ikut dalam penelitian adalah 65 orang siswa. Seluruh siswa yang mendapatkan skala mengisi pernyataan tanpa ada yang terlewatkan, sehingga semua skala bisa dipergunakan dalam penelitian. 5. Pengolahan data Setelah semua skala terkumpul maka data hasil penelitian dari skor skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan skala motivasi belajar siswa kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 for windows
E. Metode Analisa Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan mengggunakan analisis statistik.
Hadi (2002) mengemukakan bahwa analisis data secara statistik dilakukan dengan alasan sebagai berikut : 1. Analisis statistik bekerja dengan angka-angka dan angka-angka ini dapat menunjukkan jumlah frekuensi nilai atau harga. 2. Statistik bersifat obyektif. 3. Statistik bersifat universal, yakni dapat digunakan pada hampir seluruh penelitian Analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Pearson Product Moment. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian, yaitu : 1. Uji normalitas, yaitu untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal. Uji normalitas ini menggunakan teknik uji Kolmogorov Smirnov Z. 2. Uji linieritas, yaitu untuk mengetahi apakah data dari variabel X memiliki hubungan yang linier dengan variabel Y. Uji linieritas ini menggunakan teknik uji F. Data dapat dikatakan linear apabila P<0.05. Seluruh data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical Package fos Social Sciences) 16.0 for Windows.
BAB IV ANALAISIS DATA PENELITIAN
A. Gambaran Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan. Total subyek dalam penelitian ini ada sebanyak 65 orang siswa. Dari subyek penelitian ini diperoleh gambaran subyek berdasarkan jenis kelamin dan usia.
1. Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin subyek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran subyek seperti yang tertera pada tabel 6 di bawah ini : Tabel 6 Subyek Penelitian Berdasarkana Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan TOTAL
Frekuensi (F) 24 41 65
Persentase (%) 36.92 63.08 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar subyek penelitian berjenis kelamin perempuan, yakni sebanyak 60 orang (63.08%); sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (29.15%).
2. Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Usia Berdasarkan usia sebyek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran subyek seperti yang terdapat pada tabel 7 berikut ini : Usia (Tahun) 11 12 13 Total
Frekuensi (F) 9 46 10 65
Persentase (%) 13.85 70.77 15.38 100
Dari tabel diatas sebanyak dapat dilihat bahwa sebagian besar subyek penelitian berusia 12 tahun yaitu sebanyak 46 orang (70.77%), sedangkan yang berusia 13 tahun sebanyak 10 orang (15.38%), dan yang berusia 11 tahun hanya 9 orang (13.85%).
B. Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas Sebaran Uji normalitas sebaran pada penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov Z pada variable persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan motivasi belajar. Pada variabel persepsi siswa terhadap terhadap sense of humor guru menunjukkan sebaran normal dengan nilai Z = 0.727 dengan p>0.05
dan variabel motivasi belajar juga menunjukkan sebaran normal dengan nilai Z = 0.672 dengan p>0.05 (lihat lampiran D). Berdasarkan analisis tersebut, maka variabel persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar mengikuti sebaran normal. 2. Uji Linearitas Hubungan Hasil uji liniearitas dengan menggunakan teknik uji F. Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F = 4.756 dengan nilai signifikansinya (p) = 0.033 ( lihat lampiran D). Karena nilai p dari uji F < 0.05 maka dapat dikatakan bahwa variabel persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi mempunyai hubungan yang linear.
3. Hasil Utama Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk melihat hubungan antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar. Dari hipotesis penelitian yang diajukan pada BAB II yaitu ” Ada hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar”. Artinya semakin positif (tinggi) persepsi siswa terhadap sense of humor guru, maka semakin tinggi motivasi belajar siswa ; demikian pula sebaliknya, semakin rendah (negatif) persepsi siswa terhadap sense of humor guru, maka semakin rendah motivasi belajarnya. Untuk pengujian statistik dilakukan perumusan hipotesis statistik, yaitu : a. Ho (Hipotesis Nihil) : p<0 ; artinya tidak ada hubungan antar persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar.
b. Ha (Hipotesis Alternatif) : p>0; artinya: ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar. Dari hasil pengujian statistik didapat koefisien korelasi (r) sebesar 0.265 dengan taraf signifikansi (p) = 0.033 (lihat lampiran D) dengan syarat hubungan linier adalah p<0.005. Hal ini menunjukkan hubungan yang signifikan dan menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima; yang artinya ada hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar. Hadi (1989) menyatakan bahwa nilai r yang terletak diantara 0.2000 sampai dengan 0.4000 tergolong kepada korelasi yang rendah. Jadi dengan nilai r = 0.265 dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua variablel persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar tergolong rendah.
4. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan deskripsi data penelitan dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kategorisasi. Azwar (2005) menyatakan bahwa kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi normal. a. Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Tabel 8 Deskripsi Skor Skala Persepsi Terhadap Sense of Humor Guru N
Min.
Maks.
Mean
SD
Nilai Empirik
65
61
97
79.48
8.21
Nilai Hipotetik
65
25
100
62.5
12.5
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa mean empirik skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru adalah 79.48 dengan SD empirik 8.21 dan mean hipotetik 62.5 dan SD hipotetik 12.5. Hasil perbandingan antara skor mean empirik dengan mean skor hipotetik menunjukkan bahawa secara ratarata sebyek penelitian memiliki persepsi terhadap sense of humor guru yang lebih baik dari populasinya secara umum. Dari mean empirik sebesar 79.48 dan standar deviasinya sebesar 8.21, maka dapat dibuat kategorisasi persepsi terhadap sense of humor guru seperti yang tercantunm pada tabel 9 berikut ini. Tabel 9 Kategorisasi Data Empirik Variabel Persepsi Terhadap Sense of Humor Guru Variabel
Kategori
Rentang Nilai
Frekuensi
Persentase
Persepsi
Posistif
X ≥ 82
25
38.46%
Negatif
X < 82
40
61.54%
Dari tabel 4 di atas dapat diperoleh bahwa sebagian besar sunyek penelitian memiliki persepsi yang negatif terhadap sense of humor guru yaitu sebanyak 38 orang (61.54%).
b. Skala Motivasi Belajar
Tabel 10 Deskripsi Skor Skala Motivasi Belajar N
Min.
Maks.
Mean
SD
Nilai Empirik
65
67
145
110.74
13.84
Nilai Hipotetik
65
37
148
92.5
18.5
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa mean empirik skala motivasi belajar adalah 110.74 dengan SD empirik 13.84 dan mean hipotetik 92.5 dan SD hipotetik 18.5. Hasil perbandingan antara skor mean empirik dengan mean skor hipotetik menunjukkan bahawa secara rata-rata sebyek penelitian memiliki motivasi belajar yang lebih baik dari populasinya secara umum. Dari mean empirik sebesar 110.74 dan standar deviasinya sebesar 13.84, maka dapat dibuat kategorisasi motivasi belajar seperti yang tercantum pada tabel 6 berikut ini. Tabel 11 Kategorisasi Data Empirik Variabel Motivasi Belajar Variabel
Kategori Rendah
Motivasi
Rentang Nilai X < 97
Frekuensi (F)
Persentase (%)
7
10.77
Sedang
97 ≤ X < 125
48
73.85
Tinggi
125 ≤ X
10
15.38
Dari tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa sebagaian besar subyek penelitian termasuk kedalam kategori sedang untuk variabel motivasi belajar, yaitu sebanyak 48 orang (73.85%).
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan pisitif namun lemah antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar siswa pada pelajaran Bahasa Mandarin di kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan. 2. Hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar pada pelajaran Bahasa Mandarin di kelas 7 Internasional SMP Negeri Medan adalah hubungan yang positif dengan nilai korelasi sebesar 0.265, yang artinya semakin positif persepsi siwa terhadap sense of humor guru, maka motivasi belajarnya juga akan semakin tinggi pula. Demikian pula sebaliknya semakin negatif persepsi siswa terhadap sense of humor guru, maka motivasi belajarnya semakin rendah. 3. Koefisien determinan (R-square = r2) yang diperoleh dari hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar adalah sebesar 0.07. Hal ini menunjukkan persepsi siswa terhadap sense of humor guru memberikan kontribusi sebesar 7% terhadap motivasi belajar siswa. 4. Subyek penelitian yang memiliki persepsi posistif terhadap sense of humor guru sebesar 38.46 sedangkan sisanya yaitu sebesar 61.54% memiliki persepsi yang negatif terhadap sense of humor guru. 5. Subyek penelitian yang memiliki motivasi belajar kategori tinggi sebesar 15.38 %, yang memiliki motivasi belajar kategori sedang sebesar 73.85%, serta yang memilki motivasi belajar kategori rendah sebesar 10.77%.
B. Diskusi Hasil penelitian ini mendukung hipotesis penelitian bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar siswa pada pelajaran Bahasa mandarin di kelas 7 Internasional SMP Negeri 1 Medan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi positif sebesar 0.265 dengan p = 0.033 (p < 0.05), yang berarti bahwa semakin positif persepsi siswa terhadap sense of humor guru, maka motivasi belajarnya semakin tinggi pula. Demikian sebaliknya, semakin negatif persepsi siswa terhadap sense of humor guru, maka motivasi belajarnya semakin rendah pula. Hasil pengujian statistik ini sesuai dengan pendapat Charles & Senter (2005) yang menyatakan bahwa seorang guru bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan dan menentukan jenis lingkungan psikososial dalam kelas, dan humor adalah salah satu cara yang digunakan untuk menunaikan tanggung jawab tersebut. Seperti halnya Young, Whitley & Helton (dalam Manning, 2002) yang menyatakan bahwa penting bagi guru untuk menggunakan humor dalam kelas. Dalam sebuah survei nasional terhadap sekitar seribu siswa berusia antara 13 sampai 17 tahun, para siswa tersebut menyebutkan beberapa karakter penting yang harus dipunyai oleh guru, diantaranya adalah mempunyai selera humor yang baik yang mencapai 79.2% (NASSP, dalam Santrock, 2004). Namun semua itu tergantung bagaimana siswa mempersepsikan selera humor guru. Persepsi sendiri didefenisikan sebagai penilaian yang dilakukan individu terhadap suatu benda, manusia atau situasi yang bersifat positif maupun negatif (Atkinson, 1987).
Apabila persepsi individu bersifat potitif, maka besar kemungkinan sikap ataupun perilaku yang ditampilkan juga akan positif, begitu pula sebaliknya. Dalam penelitian ini persepsi siswa terhadap sense of humor guru memberikan kontribusi sebesar 7% terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini memang sesuai dengan pendapat Elliot, dkk. (1996) yang menyatakan bahwa faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di kelas seperti kecemasan, sikap, keingintahuan, locus of control, learned helplesness, efikasi diri. Sedangkan persepsi terhadap sense of humor guru berada pada faktor kecemasan siswa di kelas yang bisa ditimbulkan oleh guru, dengan kata lain pemberian humor di kelas membuat siswa tidak merasa cemas yang berlebihan ketika belajar di kelas. Dalam penelitian ini sebagian besar siswa memiliki persepsi yang negatif terhadap sense of humor guru yaitu sebanyak 40 orang (61.54%), sedangkan motivasi belajar siswa sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 48 orang (73.85%) dan tinggi 10 orang (15.38%). Jadi biasa dilihat bahwa sebagian besar siswa yang memiliki motivasi belajar dalam kategori sedang dan tinggi yaitu 58 orang (89.23%). Ini menunjukkan bahwa ternyata tidak selamanya persepsi yang negatif terhadap sesuatu dalam hal ini persepsi siswa terhadap sense of humor guru menyebabkan motivasi belajar siswa menjadi rendah.
C. Saran 1. Saran Metodologis 1. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis hendaknya data mengenai persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi
belajar di peroleh melalui penggunaan suatu teknik yang dapat menggali lebih dalam pada setiap aspek persepsi dan motivasi, seperti tehnik observasi langsung ke populasi subjek dan juga wawancara. 2. Skala psikologis yang digunakan dalam penelitian ini khususnya skala persepsi terhadap sense of humor guru dianggap kurang mampu mengungkap aspek-aspek dari variabel tersebut, karena jumlah aitem yang gugur pada saat uji coba skala tidak merata di semua aspeknya. Hal ini dikarenakan beberapa kalimat aitem skala yang kemungkinan kurang dimengerti subyek penelitian sehingga mempengaruhi respon subyek terhadap aitem tersebut. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penenlitian sejenis hendaknya membuat aitem dengan kalimat yang mudah dimengerti subyek dan dengan jumlah aitem yang lebih banyak agar aitem-aitem skala tersebut dapat merepresentasikan aspek-aspek variabel yang hendak di ukur. 3. Peneliti selanjutnya harus juga memperhatikan face validity dari skala, sehingga skala yang di buat lebih menarik dan tidak membosankan. 4. Pada penelitian ini peneliti tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain selain persepsi siswa terhadap sense of humor guru sebagai hal-hal yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Karena itu disarankan bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar.
2. Saran Praktis 1. Guru
Berdasarkan hasil penelitian ini, kelas kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan baik kelas Einstein, Pascal, dan Celcius memiliki motivasi belajar Bahasa Mandarin yang relatif tinggi, walaupun sebagian besar siswa memiliki persepsi yang negatif terhadap sense of humor guru. Hendaknya ini dapat dijadikan masukan bagi guru Bahasa Mandarin dan guru yang lainnya untuk memperhatikan penggunaan humor dikelas bahwa penggunaan humor dikelas ternyata tidak cukup
mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
Meskipun memang penting humor diberikan kepada siswa di kelas, namun porsi pemberian humor tersebut dikelas harus tetap diperhatikan agar siswa tidak mempersepsikannya sebagai sesuatu yang negatif atau dapat mengganggu pelajaran.
2. Pihak Sekolah Pihak sekolah bisa mengadakan pelatihan yang berkaitan dengan interaksi yang baik antara guru dan siswa di kelas, termasuk bagaimana caranya memberikan humor kepada siswa pada saat proses belajar-mengajar di kelas, serta pelatihanpelatihan lain yang bisa meningkatkan kemampuan interaksi guru di kelas guna memotivasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA Apte, M.L. (2002). Humor and Laughter : An anthropological approach (4th ed.). Ithica/London: Cornell University Press. Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., & Hilgard, E. R., (1987). Pengantar psikologi. Jilid 1. (Edisi kedelapan). Jakarta : Erlangga. Azwar, Saifuddin. (2000). Sikap manusia teori dan pengukurannya (Edisi Kedua). Yogyakarta : Pustaka Pelajar ______________ Pelajar
(2005). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarya : Pustaka
Charles, C.M dan Gail W.Senter (2005). Elementary classroom management. 4ed. USA: Pearson Education Inc. Deshefy, T. Longhi (2004). How Families Use Humor in Living with Parkinson’s Disease. American Journal of Psychoterapy, 14, 46-48. Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Field, J. L., & Traves, J. F. (1996). Educational psychology, effective teaching effective learning. (2nd ed.). Singapore: Brown &Benchmark Publishers. Gufron, (2003). Hubungan prokrastinasi dengan kontrol diri. Dikutip dari www.Damandiri.or/id/file/mnugufronmbab1.pdf+prokrastinasi&hl=id&gl =id&ct=clnk&cd=14. Tanggal 24 November 2008 Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi research. Yogyakarta : ANDI Hadis, Abdul. (2006). Psikologi dalam pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hogg, M. A & Vaugan, G. M. (2002). Social psychology (3rd ed.). London : Pearson Education. Hurlock, E. B., (1992). Psikologi perkembangan sepanjang rentang kehidupan. (Edisi kelima). Jakarta : Erlangga. Irwanto, Drs., (1996). Psikologi umum, buku panduan mahasiswa . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Kelly, W. E. (2002) An Investigation of Worry and sense of humor. Journal of Clinical Psychology, 136, 657-666.
Lefcourt, H., & Martin, R. A. (1986). Humor and Life Stress : Antidite to Adversity (1 ed). New York Berlin Heidelberg Tokyo: Springer-Verlag. Leung, (2004). The destructive potential of humor in psychotherapy. American Journal of Psychoterapy, 4, 127-131. Manning, K. I. (2002). Lighten Up! An Analysis Of The Role Of Humor As An Instructional Practice In The Urban And/Or Culturally Diverse Middle School Classroom. Journal of Student Development, 36, 35-36. Martin, R. A. (2001). Humor, Laughter, and Physical Health : Methodological issues and reseach finding. Psychological Bulletin, 127, 504-519. Martin, R. A., & Lefcourt, H. M. (1983). Sense of humor as a moderator of the relation between stressor and moods. Journal of Personality and Social Psychology, 45, 121-129. McGhee, P. E., & Goldstein, J. H. (1977). Handbook of humor research: Volume 1, basic issues. New York : Springer-Verlag. Moeliono, A. M., (Ed.). (1990). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Morgan, C. T., King, R, Weisz, J. W, Schopler, J., (1986). Intoduction to Psychology. Singapore: McGraw-Hill, Inc. Morreal, G.A. (1982). Response to Homor. Journal Scientific American, 6, 31-35. Munandar, S.C.U. (1996). Humor: Makna Pendidikan dan Penyembuhan. Suatu Tinjauan Psikologis. Makalah Seminar Humor Nasional. Semarang. Nilsen, D.L.F. (1993). Humor Scholarships : A Reseach bibliography. London : greenwood Prees. Purwanto, M. Ngalim. (1990). Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ross, A (1998). The language of humor. John Hopkins University Press: London and New York Santrock, J. W., (2004). Educational psychology. (2nd ed). New York : McGraw Hill Companies, Inc. Sardiman., (2003). Interaksi & motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sarwono., S. W., (1989). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali. _____________ (2001). Teori-teori psikologi sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Slameto., (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia. Soemanto, Wasti. (1998). Psikologi pendidikan landasan kerja pemimpin pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sudijono, A., (1987). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Suparno, A. Sukaenah. (2001). Membangun kompetensi belajar. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Suryabrata, S., (1995). Psikologi pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Syah, Muhibbin., (2001). Psikolohi pendidikan dan pendekatan baru. (Edisi revisi). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Thorson, J. A., & Powell, F. (1997). Relationships of death anxiety and sense of humor. Psychological reports. Winkel, W.S. (1996) Psikologi pengajaran. (Edisi revisi). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
LAMPIRAN A
3. Reliabilitas Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru 4. Reliabilitas Skala Motivasi Belajar
1. Reliabilitas Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
Reliability Statistics
% 123
100.0
0
.0
123
100.0
Cronbach's Alpha
N of Items .868
25
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00002
76.3415
84.981
.332
.867
VAR00006
75.5935
86.489
.385
.864
VAR00010
75.8049
83.765
.476
.862
VAR00011
75.5366
84.956
.428
.863
VAR00012
75.9106
83.148
.538
.860
VAR00014
76.1057
85.226
.366
.865
VAR00015
76.3089
86.133
.380
.865
VAR00016
76.3008
84.130
.344
.867
VAR00017
75.6585
85.735
.416
.864
VAR00021
76.1707
84.749
.426
.863
VAR00023
76.0000
83.885
.493
.861
VAR00024
76.2114
86.447
.311
.867
VAR00025
75.6911
82.379
.647
.857
VAR00026
75.6341
85.824
.399
.864
VAR00027
75.6341
84.480
.506
.861
VAR00028
76.2114
83.463
.607
.859
VAR00029
75.7317
82.968
.597
.858
VAR00030
76.1545
85.722
.345
.866
VAR00031
76.0732
85.200
.385
.864
VAR00032
75.6098
86.584
.345
.865
VAR00033
75.5610
84.265
.442
.863
VAR00034
76.1707
85.635
.382
.865
VAR00036
75.8374
84.104
.473
.862
VAR00037
76.0976
85.810
.302
.867
VAR00038
75.7967
84.245
.434
.863
2. Reliabilitas Motivasi Belajar
Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
%
Reliability Statistics
123
100.0
0
.0
123
100.0
Cronbach's Alpha
N of Items .936
37
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00001
111.8862
223.692
.619
.933
VAR00002
111.3984
232.225
.365
.936
VAR00003
112.0000
224.770
.590
.934
VAR00004
111.6016
225.520
.587
.934
VAR00005
111.8537
222.929
.669
.933
VAR00006
112.1301
226.262
.482
.935
VAR00008
111.6423
225.691
.597
.934
VAR00009
111.9024
220.974
.729
.932
VAR00010
111.8211
226.279
.529
.934
VAR00011
111.9756
228.647
.383
.936
VAR00012
111.7073
227.389
.449
.935
VAR00013
112.4146
224.081
.546
.934
VAR00014
112.3984
221.537
.569
.934
VAR00015
111.7398
229.096
.413
.935
VAR00016
111.9431
223.595
.587
.934
VAR00017
112.0244
225.991
.464
.935
VAR00019
111.7317
225.313
.641
.933
VAR00020
111.7236
225.923
.583
.934
VAR00021
111.8211
225.771
.553
.934
VAR00022
111.7236
229.431
.455
.935
VAR00023
111.6260
228.695
.472
.935
VAR00025
111.6179
227.566
.472
.935
VAR00026
111.8862
229.643
.341
.936
VAR00027
111.5691
232.346
.306
.936
VAR00028
112.3333
224.568
.514
.934
VAR00029
111.3902
232.289
.340
.936
VAR00030
112.1220
223.698
.543
.934
VAR00031
111.7236
226.956
.532
.934
VAR00032
111.8049
225.027
.572
.934
VAR00034
111.8211
224.869
.520
.934
VAR00035
112.3252
222.074
.569
.934
VAR00036
111.8618
226.677
.525
.934
VAR00037
112.3577
226.428
.393
.936
VAR00038
112.3089
222.412
.564
.934
VAR00040
112.0163
227.016
.478
.935
VAR00041
111.9431
224.267
.550
.934
VAR00042
111.8537
223.093
.597
.934
LAMPIRAN B
3. Data Mentah Skala Persepsis Siswa terhadap Sense of Humor Guru 4. Data Mentah Skala Motivasi Belajar
LAMPIRAN C Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru dan Skala Motivasi Belajar
SKALA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN, 2009
Hi, Teman-Teman !!!! Mudah-mudahan hari ini teman-teman dalam keadaan sehat ya…?? Amin… dan tentunya tetap semangat untuk belajar dan ngejalanin hari ini…. Hehehehhee… Saya ingin minta bantuan kepada teman-teman untuk mengisi skala ini. Boleh ya???? Bantuan teman-teman dalam menjawab pertanyaan pada skala ini sangat berarti bagi keberhasilan penelitian ini. Karena itu, saya harapkan teman-teman bersedia memberikan jawaban teman-teman sendiri sejujurnya tanpa mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian saja. Atas kerja sama teman-teman saya mengucapkan terima kasih.
Februari , 2009 Salam manis,
Kristiandi
IDENTITAS DIRI
Nama/Inisial
:
Usia
:
Jenis Kelamin (Beri tanda √ pada kotak)
Laki-laki
Perempuan
Skala I PETUNJUK PENGISIAN Berikut ini akan disajikan pernyataan-pernyataan mengenai PANDANGAN TEMAN-TEMAN terhadap DIRI TEMAN-TEMAN. Teman-teman diharapkan menjawab setiap pernyataan sesuai dengan keadaan, perasaan, dan pikiran anda yang sebenarnya, dengan cara memilih: SS
: Bila teman-teman merasa Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut.
S
: Bila teman-teman merasa Setuju dengan pernyataan tersebut.
TS
: Bila teman-teman merasa Tidak Setuju dengan
pernyataan
tersebut. STS : Bila teman-teman merasa Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut. Berilah tanda silang (x) pada pernyataan yang teman-teman pilih
Contoh: No 1
Pernyataan
SS
S
TS
STS
Lelucon yang dibuat guru Bahasa SS
S
TS
STS
Mandarin di kelas membuat saya senang
Teman-teman saya harap dalam mengisi pernyataan yang ada sesuai dengan diri teman-teman dan usahakan agar tidak ada satu
pernyataan pun yang terlewatkan. Setiap orang mempunyai jawaban yang berbeda-beda dan tidak ada penilaian baik atau buruk juga tidak
ada jawaban yang benar atau salah. Semua jawaban adalah benar selama jawaban tersebut adalah jawaban yang sesuai dengan diri teman-teman. Kerahasiaan jawaban teman- teman akan terjamin
sepenuhnya.
=SELAMAT BEKERJA= No PERNYATAAN 1
Menurut saya guru Bahasa Mandarin pintar membuat
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
lelucon 2
Susah sekali guru Bahasa Mandarin saya tersenyum di kelas, walaupun ada hal yang lucu
3
Daripada memarahi siswa di kelas guru Bahasa Mandarin lebih suka membuat lelucon
4
Walaupun di kelas ada siswa yang membuat lucu, guru Bahasa Mandarin tidak ikut tertawa
5
Saya kurang senang kalau harus selalu mendengarkan lelucon guru Bahasa Mandarin sepanjang pelajaran
6
Hanya membuat kelas menjadi rebut, jika guru Bahasa Mandarin melucu di kelas
7
Siswa yang berbagi pengalaman lucu di kelas, tidak pernah dihargai oleh guru Bahasa Mandarin
8
Saya senang kalau dalam mengajar, guru Bahasa Mandarin membuat cerita lucu yang membuat siswa tertawa
9
Guru Bahasa Mandarin saya tidak suka diajak bercanda
10
Setiap cerita ataupun tingkah laku lucu yang dibuat
siswa di kelas, selalu dihargai oleh guru Bahasa Mandarin 11
Guru Bahasa Mandarin mudah tertawa ketika melihat
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
tingkah laku lucu siswa di kelas 12
Hal-hal kecil yang lucu bisa membuat guru Bahasa Mandarin tertawa ketika mengajar
13
Saat siswa sudah terlihat bosan di kelas, guru Bahasa Mandarin selalu memberikan lelucon
14
Humor yang diberikan guru Bahasa Mandarin di depan kelas mengganggu pelajaran
15
Guru Bahasa Mandarin sering tiba-tiba marah sehingga suasana kelas menjadi tidak nyaman
16
Guru Bahasa Mandarin senang kalau di kelas kami ada siswa yang membuat lucu
17
Dengan cerita lucu yang di berikan Bahasa Mandarin di kelas suasana kelas jadi menyenangkan
18
Guru Bahasa Mandarin suka memarahi siswa di kelas
SS
S
TS
STS
19
Guru Bahasa Mandarin saya selalu kelihatan ceria di
SS
S
TS
STS
yang
SS
S
TS
STS
Guru Bahasa Mandarin saya selalu marah-marah
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
kelas. 20
Guru
Bahasa
Mandarin
menegur
siswa
bertingkah lucu di kelas 21
tanpa ada alasan yang jelas 22
Lelucon
yang
dibuat
guru
Bahasa
Mandarin,
terkadang menghina seorang teman saya sehingga membuat saya tidak suka untuk mendengarnya
23
Cuma sebagian siswa saja yang senang, ketika guru
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Bahasa Mandarin melucu 24
Guru Bahasa Mandarin hanya tersenyum sekedarnya saja, walaupun ada siswa yang berkata sangat lucu di kelas
25
Selalu saja ada cerita lucu dari guru Bahasa Mandarin sehingga membuat saya betah di kelas
Skala II PETUNJUK PENGISIAN Berikut ini akan disajikan pernyataan-pernyataan mengenai PANDANGAN TEMAN-TEMAN terhadap DIRI TEMAN-TEMAN. Teman-teman diharapkan menjawab setiap pernyataan sesuai dengan keadaan, perasaan, dan pikiran anda yang sebenarnya, dengan cara memilih: SS
: bila teman-teman merasa Sangat Sesuai dengan pernyataan tersebut.
S
: bila teman-teman merasa Sesuai dengan pernyataan tersebut.
TS
: bila teman-teman merasa Tidak Sesuai dengan tersebut.
pernyataan
STS : bila teman-teman merasa Sangat Tidak
Sesuai dengan
pernyataan tersebut. Berilah tanda silang (X) pada pernyataan yang teman-teman pilih Contoh: No 1
Pernyataan
Saya
memiliki
tinggi
untuk
keinginan belajar
yang
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Bahasa
Mandarin
Isilah pernyataan yang ada sesuai dengan diri Anda dan usahakan agar tidak ada satu pernyataan pun yang terlewatkan
=SELAMAT BEKERJA=
No 1
PERNYATAAN Saya memiliki keinginan yang tinggi untuk
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
belajar Bahasa Mandarin 2
Hanya karena nilai saya mau mempelajari Bahasa Mandarin
3
Nilai yang bagus dalam pelajaran Bahasa Mandarin akan saya peroleh dengan belajar sungguh-sungguh
4
Bila menemui kesulitan saya langsung malas belajar Bahasa Mandarin
5
Karena ingin menguasai pelajaran Bahasa Mandarin, saya selalu memperhatikan penjelasan guru Bahasa Mandarin di kelas
6
Saya tidak perduli dengan pelajaran Bahasa Mandarin
7
Saya sangat berminat untuk mempelajari Bahasa Mandarin
8
Saya merasa berbakat mempelajari Bahasa Mandarin
9
Saya senang bila guru Bahasa Mandarin berhalangan hadir
10
Lebih baik saya mengobrol dengan teman, daripada harus belajar bahasa mandarin
11
Saya malas membuat catatan untuk pelajaran Bahasa Mandarin
12
Saya senang belajar Bahasa Mandarin karena penjelasan gurunya mudah dipahami
13
Di kelas saya selalu mencatat penjelasan
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
guru Bahasa Mandarin yang saya anggap penting 14
Saya belajar Bahasa Mandarin jika akan ujian
15
Saya akan berusaha sendiri mengerjakan soal-soal Bahasa Mandarin walaupun sulit
16
Saya baru mengerjakan PR Bahasa Mandarin jika di suruh orang tua
17
Menurut saya pujian yang yang diberikan guru Bahasa Mandarin di kelas, dapat meningkatkan semangat saya untuk belajar
18
Saya menganggap belajar Bahasa Mandarin tidak penting
19
Saya akan bertanya kepada guru Bahasa Mandarin apabila ada yang kurang saya mengerti
20
Mempelajari Bahasa Mandarin hanya akan membuang waktu saya saja
21
Bahasa Mandarin adalah pelajaran yang saya senangi
22
Saya sering berdiskusi dengan teman untuk memahami pelajaran Bahasa Mandarin
23
Saya tidak perduli walaupun harus dihukum karena tidak mengerjakan PR Bahasa Mandarin
24
Saya merasa tidak memiliki bakat dalam
belajar Bahasa Mandarin 25
Agar tidak kalah bersaing dengan teman-
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
teman, saya berusaha dengan sungguhsungguh untuk belajar Bahasa Mandarin 26
Belajar Bahasa Mandarin menimbulkan kesenangan sendiri bagi saya
27
Saya malas mengerjakan tugas Bahasa Mandarin, jika tidak menambah nilai
28
Hanya membuang waktu kalau harus belajar Bahasa Mandarin
29
Orang tua saya pasti senang kalau nilai Bahasa Mandarin saya bagus
30
Saya tidak perduli apakah hari ini ada PR Bahasa Mandarin atau tidak
31
Saya langsung mengerjakan PR Bahasa Mandarin setelah pulang sekolah
32
Agar lebih lancar, saya mempraktekkan Bahasa Mandarin dengan teman-teman
33
Pelajaran Bahasa Mandarin tidak ada kaitannya dengan cita-cita saya di masa yang akan datang
34
Karena takut mendapat nilai jelek, saya akan belajar Bahasa Mandarin jauh hari sebelum ujian
35
Belajar Bahasa Mandarin menjadi beban bagi saya
36
Saya aktif dalam pelajaran bahasa mandarin
agar mendapat nilai tambahan 37
Lebih baik saya mencontek teman di sekolah
SS
S
TS
kalau ada PR Bahasa Mandarin
Periksa kembali jawaban teman-teman Jangan sampai ada satu nomor pun yang terlewatkan
TERIMA KASIH
STS
LAMPIRAN D
4. Uji Normalitas Sebaran 5. Uji Linearitas 6. Korelasi 7. Deskripsi Data 8. Penggolongan Subjek Penelitian
Uji Normalitas
NPar Tests
Descriptive Statistics N skala persepsi sense of humor skala motivasi belajar
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
65
79.4769
8.21034
61.00
97.00
65
110.7385
13.84205
67.00
145.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
skala persepsi
skala motivasi
sense of humor
belajar
65
65
Mean
79.4769
110.7385
Std. Deviation
8.21034
13.84205
Absolute
.090
.083
Positive
.055
.083
Negative
-.090
-.071
Kolmogorov-Smirnov Z
.727
.672
Asymp. Sig. (2-tailed)
.666
.757
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Uji Linearitas Regression
b
Variables Entered/Removed Model 1
Variables Entered
Variables Removed
skala persepsi sense
Method . Enter
of humora a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: skala motivasi belajar
Model Summary
Model
R .265a
1
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.070
.055
13.45288
a. Predictors: (Constant), skala persepsi sense of humor ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
860.816
1
860.816
Residual
11401.738
63
180.980
Total
12262.554
64
F
Sig. .033a
4.756
a. Predictors: (Constant), skala persepsi sense of humor b. Dependent Variable: skala motivasi belajar
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) skala persepsi sense of humor
a. Dependent Variable: skala motivasi belajar
Std. Error 75.237
16.363
.447
.205
Coefficients Beta
t
.265
Sig.
4.598
.000
2.181
.033
KORELASI
Descriptive Statistics Mean skala persepsi sense of humor skala motivasi belajar
Std. Deviation
N
79.4769
8.21034
65
110.7385
13.84205
65
Correlations
skala persepsi sense of humor
Pearson Correlation
skala motivasi
sense of humor
belajar
1.000
Sig. (2-tailed) N
skala motivasi belajar
skala persepsi
.033 65.000
65
*
1.000
Pearson Correlation
.265
Sig. (2-tailed)
.033
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.265*
65
65.000
Deskriptif Data
Descriptive Statistics N skala persepsi sense of
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
65
61.00
97.00
79.4769
8.21034
skala motivasi belajar
65
67.00
145.00
110.7385
13.84205
Valid N (listwise)
65
humor
DATA SUBYEK PENELITIAN DAN KATEGORISASI SUBYEK PENELITIAN No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Jenis Kelamin
Usia
P L P L P P P L L P P P P P L L P P P P P L P P P P L L P P P P P P L L L L
12 12 12 12 11 10 13 12 11 12 12 12 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 13 13 11 13 11 12 13 12 12
Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Skor Kategori 61 Negatif 87 Positif 75 Negatif 82 Positif 78 Negatif 69 Negatif 77 Negatif 80 Negatif 67 Negatif 79 Negatif 76 Negatif 63 Negatif 63 Negatif 70 Negatif 83 Positif 78 Negatif 72 Negatif 76 Negatif 62 Negatif 62 Negatif 80 Negatif 71 Negatif 83 Positif 91 Positif 89 Positif 81 Negatif 90 Positif 85 Positif 79 Negatif 74 Negatif 92 Positif 84 Positif 81 Negatif 79 Negatif 88 Positif 91 Positif 77 Negatif 87 Positif
Motivasi Belajar Skor 114 116 105 118 98 123 112 113 99 109 106 106 85 102 67 107 101 105 122 110 107 114 100 132 118 123 90 131 128 105 139 125 98 122 115 119 95 93
Kategori Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Rendah Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah
39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65.
L P P L P P P P P P P P P P P P L L L L P L L L L P L
13 13 12 12 12 11 12 12 13 12 12 12 12 12 11 12 12 12 13 12 12 12 12 12 11 13 12
89 81 80 85 78 96 71 71 89 79 80 78 73 84 75 74 85 97 86 84 80 85 73 80 78 90 83
Positif Negatif Negatif Positif Negatif Positif Negatif Negatif Positif Negatif Negatif Negatif Negatif Positif Negatif Negatif Positif Positif Positif Positif Negatif Positif Negatif Negatif Negatif Positif Positif
138 123 103 115 96 106 109 106 103 99 118 128 102 110 104 108 104 132 103 86 112 145 105 116 118 131 106
Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang