perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONF FLIK BAT TIN NATH HAN ALG GREN (Analissis Semiotik k tentang Koonflik Batin n pada Tokooh Nathan Algren A d dalam Film “The Last Samurai”)
SKRIPSI
Diajjukan untuk Melengkaapi Tugas dan Mem menuhi Sya arat Mencap pai Gelar Saarjana Ilmu u Komunikaasi Jurusan Ilmu Komunikasi F Fakultas Ilm mu Sosial dan Ilmu Pollitik Universiitas Sebelass Maret
Widhi Aryo Nugrroho D0203139
FA AKULTAS S ILMU SO OSIAL DA AN ILMU U POLITIK K UNIV VERSITA AS SEBEL LAS MAR RET SUR RAKART TA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan panitia ujian skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing Skripsi
Drs. Subagyo, S. U. NIP. 1952091 719800 31001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Hari
: Selasa
Tanggal
: 16 November 2010
Panitia Ujian Skripsi 1. Ketua
: Prof. Drs. H. Pawito, Ph. D. NIP. 19540805 198503 1 002
(………………)
2. Sekretaris
: Chatarina Heny Dwi S., S, Sos, M. Si. NIP. 19761222 200212 2 002
(………………)
3. Penguji
: Drs Subagyo, S. U. NIP. 19520917 198003 1 001
(………………)
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Drs. H. Supriyadi, SN, S. U. NIP. 19530128 198103 1 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Bismillahirrahmaanirrahiim... Laa haula wa laa kuwwata ilaa billah.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya yang tercipta dengan segenap daya ini teruntuk yang tercinta : Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, ucap syukur penulis atas terselesaikannya tulisan skripsi ini. Skripsi ini bukanlah sekedar suatu kewajiban, namun merupakan aktualisasi diri untuk dapat memahami tentang simbol-simbol dalam film yang didalamnya terkandung makna, yang mengandung pesan moral, berkaitan dengan fenomena masyarakat di sekeliling kita. Ucapan terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada semua pihak dibawah ini yang banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi, hanya Allah SWT sajalah yang sanggup membalas budi baiknya: 1. Drs. H. Supriyadi, S. U. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dra. Prahastiwi Utari, M. Si, Ph. D selaku Ketua Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Subagyo, S.U. selaku pembimbing atas arahan dan kesabaran beliau membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. 4. Bapak dan Ibu Sunaryo, atas semua perjuangan dan kepercayaan serta doa yang tak henti-hentinya untuk ananda. 5. Teman Kom 03 seperjuangan 6. Pihak yang teramat banyak untuk disebutkan atas kesempatan yang diberikan untuk memaknai arti kehidupan Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan sumbang saran agar skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkompeten. Surakarta, November 2010
Penulis
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih tak terhingga untuk ALLAH SUBH’ANNALLAHU WA TA’ALA yang telah memberiku hidup dan nikmat tak terhingga.
Sungkem kagem Ibuk Hesti Widyastuti, kagem Ibuk Hesti Widyastuti, kagem Ibuk Hesti Widyastuti, kagem Bapak Sunaryo. Tak ada kata yang mampu melukiskan indahnya, selain maaf dan terima kasih...
Paramita Widya Hapsari, suwun ya Dik.
Eka Septiana Wiyataningrum, terima kasih atas segala dukungan dan perhatiannya
Kawan-kawan Fosilkota (Komunikasi Massa UNS angkatan 2003)
Sahabat-sahabatku yang datang dan pergi, namun tetap tinggal di hati.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
WIDHI ARYO NUGROHO, D0203139, KONFLIK BATIN NATHAN ALGREN (Analisis Semiotik tentang Konflik Batin pada Tokoh Nathan Algren dalam film “The Last Samurai”), halaman: 94 Film “The Last Samurai” produksi Warner Bros (2003) yang disutradarai oleh Edward Zwick adalah salah satu film yang sarat dengan makna nilai-nilai kehormatan dan pergolakan hati nurani seorang manusia dengan segala sifat-sifat alaminya. Berlatarbelakang di Kepulauan Jepang pada masa berakhirnya Pemerintahan Tokugawa yang feodal, film ini mengambil sudut pandang dari seorang prajurit Amerika yang sinis dan pantang menyerah bernama Nathan Algren. Pada awalnya Algren merupakan bagian dari paket pelatihan prajurit Kekaisaran Jepang yang dikirim oleh Pemerintah Amerika. Film ini dengan menarik menampilkan konflik batin yang dialami oleh tokoh utamanya, karena dia merasa semua tindakannya selama ini hanya didasarkan pada naluri keserakahan atasannya. Yaitu, sekadar memperoleh bayaran melimpah demi menumpas kaum samurai yang menjadi simbol karakter dan kebudayaan Bangsa Jepang. Dia ingin berbalik membantu perjuangan kaum samurai dan melawan prajurit Kekaisaran beserta persenjataannya yang didatangkan dari Amerika, negerinya sendiri. Namun apabila dia menuruti kata hatinya tersebut, maka sudah pasti dia akan dianggap desersi dan dicap sebagai pengkhianat oleh negaranya. Meskipun pada akhirnya dia tetap mengambil keputusan berdasar kata hatinya, memerangi prajurit Kekaisaran dengan resiko kehilangan nyawanya. Untuk menganalisis pesan ‘konflik batin’ dalam film tersebut, analisa semiotik adalah metode yang akan digunakan. Semiotik itu sendiri mempelajari tentang tanda, simbol atau lambang dan makna yang ada dalam suatu teks (teks yang dimaksud disini adalah teks dalam arti luas). Studi semiotik digunakan untuk menganalisis adegan-adegan yang menampilkan ‘konflik batin Nathan Algren’ melalui tiga unit analisis penelitian yaitu, konflik antara komitmen profesional dan hati nurani, konflik antara rasa bersalah dan kehormatan, dan konflik antara keinginan dan tindakan. Adegan-adegan yang menampilkan tanda-tanda yang mewakili tiga unit analisis di atas akan diteliti dan dianalisa untuk dicari maknanya, baik denotasi, konotasi maupun analisis mitosnya untuk kemudian ditarik kesimpulan penelitian. Salah satu kesimpulannya adalah bahwa budaya, nilai-nilai kepercayaan yang dianut beserta kondisi lingkungan dan masyarakat tempat individu berinteraksi
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan sangat berpengaruh pada pemikiran, sikap dan tindakan yang akan dibuat. Dan jika kepentingan serta situasi bertentangan dengan hati nurani maka konflik moral yang terjadi dapat menghadirkan keraguan dan kebimbangan. Namun keputusan akhir yang diambil ditentukan oleh individu yang bersangkutan.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Widhi Aryo NUGROHO, D0203139, Nathan Algren INNER CONFLICT (Semiotic Analysis of Inner Conflict on Nathan Algren character in the movie "The Last Samurai"), pages: 94 The film "The Last Samurai" Warner Bros. (2003) directed by Edward Zwick is one of the film is loaded with significance values of honor and conscience of a human struggle with all its natural properties. Background in the Japanese Islands during the end of the feudal Tokugawa government, this film takes the point of view of an American soldier and a fighter who cynically named Nathan Algren. At first Algren is part of the Imperial Japanese soldier training packages sent by U.S. Government. This film with interesting displays the inner conflict experienced by the main character, because he felt all his actions so far just based on greed instinct superiors. That is, just getting paid abundantly for crushing the samurai who became a symbol of character and culture of the Japanese nation. He wanted to turn to help fight the samurai and fight the Empire soldiers and armaments were imported from America, his own country. But when he followed his conscience, then surely he would be considered desertion and branded a traitor by his country. Although in the end he still took the decision based on his conscience, the Imperial combat soldiers with the risk of losing his life. To analyze the message 'inner conflict' in the film, semiotic analysis is the method to be used. Semiotics itself to learn about the signs, symbols, or symbols and meanings that exist within a text (text that is meant here is the text in a broad sense). Semiotic studies are used to analyze scenes featuring 'Nathan Algren inner conflict' through three units, namely the research analysis, the conflict between professional commitment and conscience, the conflict between guilt and honor, and the conflict between desire and action. Scenes that show the signs that represent three units of the above analysis will be examined and analyzed to look for meaning, both denotation, connotation and myth analysis to later research concluded. One conclusion is that the culture, values and beliefs adopted by environmental conditions and the communities in which individuals interact will greatly influence the thinking, attitudes and actions that will be created. And if the interests and circumstances contrary to the moral conscience of the conflicts that occur can bring doubt and indecision. But the final decision is taken is determined by the individual concerned.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii MOTTO ....................................................................................................... iv PERSEMBAHAN........................................................................................ v KATA PENGANTAR ................................................................................. vi UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................... vii ABSTRAK ................................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 7 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7 D. Kerangka Teori............................................................................. 8 E. Definisi Konseptual dan Konflik Batin ........................................ 25 F. Metodologi Penelitian ................................................................... 30 F. 1. Jenis Penelitian ................................................................ 30 F. 2. Metode Penelitian ............................................................ 31 F. 3. Obyek Penelitian .............................................................. 31 F. 4. Teknik Pengumpulan Data............................................... 32
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. 5. Analisis Data .................................................................... 33
BAB II. DATA-DATA FILM “THE LAST SAMURAI” A. Latar Belakang Pembuatan Film “The Last Samurai” ................ 35 B. Ringkasan Singkat Film “The Last Samurai” ............................. 36 C. Produksi Film “The Last Samurai” ............................................. 37 D. Tokoh-tokoh Penting dalam Film “The Last Samurai” ............... 40
BAB III. SINOPSIS FILM “THE LAST SAMURAI” Sinopsis Film “The Last Samurai”............................................... 45
BAB IV. ANALISIS DATA A. Kategorisasi Bahan Studi ............................................................. 57 B. Konflik antara komitmen profesional dan hati nurani .................. 58 C. Konflik antara rasa bersalah dan kehormatan .............................. 68 D. Konflik antara keinginan dan tindakan ........................................ 80
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. 91 B. Saran............................................................................................ 93 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 95 LAMPIRAN..................................................................................................97
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat modern dewasa ini hampir mustahil dilepaskan dari media massa. Dengan segala perkembangannya yang dinamis, media massa telah menjelma menjadi salah satu kebutuhan utama kita, yaitu sebagai saluran informasi. Bahkan generasi media ini sering disebut sebagai “masyarakat informasi” yang oleh McQuail diartikan sebagai: Pada dasarnya masyarakat informasi (masyarakat pascaindustri) adalah masyarakat yang menilai informasi sebagai sumber daya, sarana produksi, dan produk utama yang paling berharga. Oleh karena itu, mayoritas tenaga kerjanya adalah pekerja informasi. Di samping itu, berdasarkan beberapa indikasi lainnya informasi mengandung nilai ekonomi dan sosial yang dominan. (Dennis McQuail, 1994: 75). Dari paparan McQuail di atas tampak semakin jelas pula apabila memang hampir tidak mungkin kita dapat mengabaikan peran media massa, apapun bentuknya dan dengan fungsinya masing-masing. Televisi, surat kabar, internet, radio, dan juga film adalah beberapa contoh media favorit masyarakat. Media massa memiliki kemampuan sebagai penyampai pesan yang kuat karena pesan dapat disampaikan ke banyak orang dengan jangkauan yang luas dan secara bersamaan. Jadi, media massa merupakan alat yang sempurna untuk menyampaikan informasi dan pesan yang berhubungan dengan kepentingan publik maupun informasi lainnya.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Film sebagai media massa menyampaikan informasi dan pesan dengan cara yang kreatif sekaligus unik. Oleh McQuail film dikatakan berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Alur cerita dan tokoh dalam sebuah film mampu menyentuh emosi audiensnya. Film tidak hanya mengandalkan tampilan audio visual saja untuk menyampaikan pesan sebagai proses komunikasi, namun melalui alur,karakter pemain serta jalinan cerita yang terkait dari awal hingga akhir seakan membuat penontonnya terpukau sehingga rela menghabiskan waktunya selama dua sampai tiga jam di depan layar untuk menonton film tersebut. Adegan di dalam film dapat membuat penontonnya tertawa ataupun menangis. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila efek film yang cukup dramatis itulah, film juga dapat dijadikan sebagai alat propaganda yang efektif. Politisi-politisi di beberapa negara tercatat pernah menggunakan film untuk “mencuci otak” rakyatnya, seperti yang dilakukan oleh Menteri Propaganda NAZI Jerman, Joseph Gobbels. Film mampu memberikan beragam informasi dan membuat kita mampu memandang suatu masalah dari sudut pandang yang baru, kita akan merasakan apa yang dirasakan dan apa yang dilihat oleh tokoh yang digambarkan atau diperankan di dalam film. Hal ini membuat kita lebih mengerti tentang kebudayaan, nilai-nilai dan kehidupan masyarakat lain yang mungkin belum pernah kita jumpai secara langsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Dalam perkembangannya sekarang, film sudah lebih bersifat komersial. Dengan didukung kemajuan teknologi, hampir semua fantasi para pembuatnya dapat diterjemahkan secara nyata lewat gambar-gambar dan efek-efek yang dinamis. Dibandingkan awal kemunculannya pada akhir abad 19, tampilan dan teknik pembuatan film yang masih sangat sederhana. Proses pembuatan film dapat menghabiskan waktu yang cukup lama dan biaya tidak sedikit. Kerjasama amat dibutuhkan dari berbagai tenaga ahli seperti sutradara, aktor atau aktris, kamerawan, editor, penulis skrip atau skenario dan masih banyak keahlian lainnya untuk menghasilkan sebuah film yang layak untuk ditonton. Hollywood sebagai kiblat produksi film-film di Amerika Serikat bahkan dunia tidak segan-segan mengeluarkan dana hingga ratusan juta dollar hanya untuk memproduksi sebuah film saja. Dengan didukung kreativitas tim promosi yang handal, bukan tidak mungkin sebuah film dapat mendatangkan keuntungan yang berlipat dari modal awalnya. Film-film yang menempati urutan teratas dalam “box office” seperti Titanic, The Dark Knight, Harry Potter merupakan salah satu contoh film dengan catatan keuntungan berlipat tersebut. Oleh karena itu para kreator film papan atas tidak akan setengah-setengah apabila mengerjakan sebuah produksi film. Bukan saja dari sisi produksi yang berkembang, penyajian film sekarang juga semakin praktis. Kita tidak perlu antri dan datang ke bioskop untuk melihatnya karena film-film tersebut juga tersedia dalam format VCD maupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
DVD yang dapat kita nikmati di rumah. Selain itu kita juga lebih bebas untuk memilih film apa yang ingin kita tonton. Meskipun tujuan utama sebagian produksi film sekarang adalah untuk mendapatkan keuntungan, namun masih banyak pula film-film sukses yang juga mengemban misi untuk memberikan informasi yang mendidik dan menanamkan nilai-nilai positif pada audiensnya, karena sebagai media massa film juga mengemban misi pendidikan dan sosial budaya. Jadi sebuah film juga dapat menjadi sarana pendidikan dan pewarisan budaya. Seperti film hasil karya sutradara Edward Zwick “The Last Samurai” yang kaya akan pesan moral dan nilai-nilai kemanusiaan di dalamnya. The Last Samurai bercerita tentang penemuan jati diri dan kebenaran yang terpendam dalam diri seorang bernama Nathan Algren yang diperankan oleh Tom Cruise, semasa Restorasi Meiji. Nathan Algren sendiri merupakan mantan Kapten pasukan kavaleri Union semasa perang bangsa Amerika Serikat melawan kaum Indian. Di tengah usaha Kekaisaran Jepang dalam memodernkan angkatan perangnya,
ada
beberapa
panglima
perang
Jepang
konservatif
yang
menentangnya. Para panglima inilah yang kemudian oleh perdana menteri diperangi untuk ditumpas. Dengan bantuan batalyon asing dari Amerika, pihak Jepang menekan dan mendesak para panglima dan pengikutnya untuk menyerah. Dan bisa ditebak, Nathan Algren adalah termasuk di dalam batalyon asing tersebut. Ia ditugaskan oleh atasannya untuk melatih pasukan Jepang pimpinan perdana menteri itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Dalam suatu pertempuran, Nathan Algren, veteran perang yang disewa sebagai penasehat militer untuk bertugas melatih Imperial Army, tertangkap dan menjadi tawanan salah satu panglima Jepang konservatif. Dari sinilah sang mantan kapten ini mengetahui bahwa perjuangan para panglima konservatif dan para samurai ini adalah perjuangan yang mulia untuk mempertahankan supremasi tahta sang kaisar, namun karena hasutan sang perdana menteri membuat kaisar menganggap para panglima ini memberontak atas tahtanya. Di sana Nathan yang dikejar-kejar rasa bersalah atas tindakan masa lalunya menemukan tempat berteduh dan tujuan hidup baru. Secara bertahap ia mengikuti cara hidup samurai yang disiplin dan murni. Sampai pada keputusannya berpihak pada samurai. Dalam perjalanan yang mengubahnya hingga dia rela untuk berkorban sedemikian besar, banyak konflik batin yang dialami oleh Nathan Algren hingga akhirnya dia menyadari bahwa nilai-nilai kehormatan sangat dipegang teguh oleh para samurai yang dianggap sebagai musuh perdana menteri. Kaum samurai menganggap hubungan Jepang dengan bangsa-bangsa asing tidak selalu menyejahterakan rakyat Jepang itu sendiri. Nilai kehormatan lebih berharga daripada menjalani kehidupan modern meniru persis bangsa asing. Cara film ini menampilkan konflik batin yang dialami Algren tersebut sangat menarik untuk diteliti. Kekuatan lain yang dimiliki oleh film ini adalah penggunaan kata-kata filosofi leluhur bangsa Jepang dan juga pesan nonverbal melalui gambar, suara, ekspresi, dan juga gerakan. Karena itu adegan-adegan dalam film ini mempunyai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
makna yang dalam dan menyentuh, walaupun terkadang memerlukan pemikiran lebih untuk memahaminya secara utuh. Di pertengahan Era Shogun Tokugawa (1603-1868), bangsa Jepang diajarkan bahwa pekerjaan harus dianggap sebagai pengalaman religius, dan bahwa pekerjaan adalah sarana menuju kebutuhan spiritual (Boye de Mente, 2009: 193). Karena berhubungan dengan kegiatan spiritual, maka tidak ada istilah setengah-setengah bagi bangsa Jepang di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Edward Zwick, sang sutradara amat cerdas dan jeli dalam mengemas setiap adegan yang ditampilkan. Dia cukup berani mengekspos karakter bangsa Jepang yang amat menjunjung tinggi kehormatan, terlebih pada zaman menjelang restorasi Meiji. Beberapa ambilan gambar menunjukkan betapa bangsa Jepang sangat serius dalam menekuni pekerjaan sesuai keahliannya. Seperti contohnya ditayangkan adegan beberapa orang bocah yang berlatih ilmu pedang menggunakan tiruan pedang yang terbuat dari kayu. Salah satu karakter unik dari kelas samurai Jepang adalah tingginya harga diri mereka, yang diekspresikan baik secara verbal maupun fisik, yang oleh masyarakat Barat umumnya diasosiasikan dengan tindak tanduk khas para raja dan ratu serta anggota keluarga kerajaan lainnya. (Boye de Mente, 2009: 129). Film “The Last Samurai” ini antara lain juga pernah diteliti dengan menggunakan pendekatan dan teori yang berbeda seperti misalnya Analisis Isi Budaya Modern dan Budaya Lokal Jepang oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang bernama Yogo Prasetyo pada tahun 2008. Dalam abstraksinya disebutkan bahwa setiap bertemunya dua kultur budaya selalu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
membawa dampak negatif sehingga memicu sebuah pertentangan yang dapat meruntuhkan sebuah peradaban. Masuknya sebuah budaya modern atau budaya baru terhadap budaya lokal merupakan sebuah proses komunikasi dimana perpaduan dari keduanya akan menimbulkan sebuah aturan baru dengan ditandai adanya pergeseran budaya lokal atau pertentangan budaya lokal terhadap budaya yang masuk (modern) karena dianggap tidak sesuai dengan kaidah-kaidah budaya lokal. Sedangkan penulis sendiri memilih menggunakan analisis semiotik karena analisis tersebut sangat cocok untuk diterapkan pada film ini dalam menggali makna-makna yang disampaikan oleh film tersebut. Film ini mencoba menyampaikan betapa luhur dan pentingnya nilai kehormatan, terlebih kehormatan yang menyangkut tradisi-tradisi yang telah ditanamkan secara turun temurun oleh nenek moyang sebuah bangsa.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka yang merupakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Konflik batin apa yang dialami oleh tokoh Nathan Algren dalam film The Last Samurai”
C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
“Untuk mengatahui konflik batin apa yang dialami tokoh Nathan Algren dalam film The Last Samurai baik yang melalui gambar, dialog, tulisan maupun suara.”
D. Kerangka Teori Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, maka tidak salah jika komunikasi merupakan aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Kita butuh untuk selalu berinteraksi dengan orang lain melalui komunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Karena pentingnya komunikasi telah menjadi disiplin ilmu pengetahuan tersendiri dan dipelajari oleh banyak pihak. Kata komunikasi itu sendiri berasal dari kata communicatio dengan kata dasar communis yang artinya sama. Dari pengertian tersebut Onong Uchjana Effendi menyimpulkan bahwa komunikasi berlangsung, hanya jika diantara orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut mempunyai kesamaan makna mengenai hal yang dikomunikasikan. Dan kemudian Ia mendefinisikan istilah komunikasi tersebut ke dalam kalimat sebagai berikut: “Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.” (Onong Uchjana Effendi, 1981: 6) Sebagai suatu proses komunikasi mempunyai beberapa unsur yang oleh Lasswell dijabarkan dengan baik melalui teorinya dengan kalimat yang sangat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
populer di dunia komunikasi yaitu “Who Says What in Which Channel to Whom With What Effects” Dalam kalimat tersebut Lasswell mencoba menjelaskan proses komunikasi dengan pertanyaan-pertanyaan siapa sumber pesannya (komunikator), mengatakan apa (pesan atau message), melalui saluran apa (media komunikasi, baik secara langsung maupun tak langsung), kepada siapa (komunikan), dengan efek apa sebagai hasil dari penyampaian pesan tadi (umpan balik atau feed back). Komunikasi itu sendiri dikategorikan menjadi beberapa jenis mulai dari komunikasi
intrapersonal,
komunikasi
interpersonal,
komunikasi
publik,
kelompok dan sebagainya. Semua jenis komunikasi tersebut mempunyai karakteristik dan sifatnya sendiri-sendiri. Namun dari sekian jenis kategori dan jenis komunikasi yang paling banyak mendapatkan perhatian dan dipelajari oleh berbagai kalangan adalah komunikasi massa. Komunikasi massa adalah salah satu dari banyak jenis komunikasi, yang membuatnya istimewa adalah bahwa komunikasi tersebut ditujukan kepada khalayak massa yang jumlahnya banyak dan anonim secara serentak melalui media tertentu, jadi dalam proses ini tidak ada tatap muka secara langsung antara komunikator dan komunikan. Ada banyak sekali definisi komunikasi massa, salah satunya terdapat dalam buku dinamika komunikasi yang mendefinisikan komunikasi massa sebagai penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa “yang abstrak” yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. (Onong Uchjana Effendi, 1981: 76)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Di dalam buku itu disebutkan bahwa keuntungan komunikasi dengan menggunakan
media
massa adalah bahwa
media massa
menimbulkan
keserempakan (simultaneity); artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif banyak, ratusan ribu, jutaan, bahkan ratusan juta pada saat yang sama secara bersama-sama. (Onong Uchjana Effendi, 1981: 12). Karena sifatnya yang massif dan daya jangkaunya yang amat luas itulah komunikasi massa banyak diteliti oleh para ahli komunikasi untuk mencoba mengukur seberapa besar dampak yang ditimbulkannya dan sejauh mana media massa dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan masyarakat. Sampai saat ini masih terdapat kontroversi dan perdebatan tentang efek media massa, karena seiring dengan perkembangan teknologi media massa juga berkembang hingga mencapai tahap dimana masyarakat modern sudah tidak dapat dilepaskan lagi dari keberadaan media massa. Kita mendapatkan terpaan dari media massa setiap hari dari mulai bangun hingga kembali tidur. Kemunculan media massa dimulai dari era media cetak yang merupakan media komunikasi massa yang pertama di dunia, baik percetakan buku, selebaran, pengumuman hingga yang paling populer sekarang ini yaitu surat kabar. Setelah media cetak, perkembangan teknologi akhirnya memungkinkan komunikasi massa melalui bentuk audio visual seperti film, walaupun dalam awal kemunculannya film masih berupa media visual tanpa suara. Setelah film muncul media lain yang paling populer sekarang ini yaitu radio dan televisi. Melalui siarannya yang bersifat menghibur kedua jenis media
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
ini segera menjadi favorit masyarakat. Sekarang ini hampir semua rumah tidak ada yang tidak memiliki televisi atau radio. Meskipun di awal kemunculannya media elektronik tersebut diprediksi akan mematikan media lain yang muncul terlebih dahulu seperti media cetak (koran,
majalah,
tabloid
dan
sebagainya)
karena
kecepatannya
dalam
menyampaikan informasi, namun prediksi itu tidak terbukti. Sampai saat ini walaupun kita sudah memiliki radio dan televisi di rumah, kita masih tetap berkangganan ataupun membaca koran dan menonton film di bioskop. Hal itu disebabkan masing-masing media massa memang mempunyai fungsi dan keunggulannya masing-masing. Memang media elektronik dapat memberikan kita informasi lebih cepat akan tetapi apabila kita ingin mengetahui sebuah peristiwa secara detail dan menyeluruh, maka kita akan cenderung memiih media cetak. Selain itu walaupun televisi dan surat kabar memberikan informasi yang sama, televisi menghadirkan gambar yang lebih menarik sedangkan surat kabar memiliki sifat portable atau dapat dibawa kemana-mana secara praktis, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa masing-masing wujud media massa baik cetak maupun elektronik memiliki keunggulannya sendiri sehingga tidak akan ditinggalkan oleh khalayaknya. Demikian juga dengan film, hingga sekarang media tersebut tetap bertahan dan bahkan berkembang dengan pesat. Sebagai media massa, film mampu menyalurkan pesan secara efektif dan dibandingkan media lain film cenderung mendapatkan fokus dan perhatian lebih dari audiens.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Kita mungkin akan membaca koran atau menonton televisi sambil berdiskusi, menerima telepon atau melakukan kegiatan lainnya, namun ketika kita berada di dalam gedung bioskop pada umumnya perhatian kita akan tercurah penuh pada film yang ditayangkan dari awal hingga akhir. Selain itu McQuail juga menyebutkan unsur-unsur dalam film memiliki kelebihan dalam segi kemampuannya menjangkau sekian banyak orang dalam waktu cepat dan kemampuannya memanipulasi kenyatan yang tampak dengan pesan fotografis, tanpa kehilangan kredibilitas. (Dennis McQuail, 1994: 14) Berbagai keunggulan film di atas menyebabkan film dijadikan sebagai alat propaganda
pada
awal
kemunculannya.
Film
dijadikan
media
untuk
mempengaruhi dan memperoleh simpati serta dukungan masyarakat. Namun dewasa ini tujuan film lebih banyak untuk mendapatkan laba. Industri film semakin berkembang, seperti pusat perfilman Hollywwod yang sudah banyak memproduksi film berskala internasional yang mampu menarik penonton hingga milyaran dan juga berkontribusi memberikan jutaan lapangan pekerjaan mengingat setiap kru film memiliki masing-masing pos yang memerlukan keahlian khusus. Untuk mengkomunikasikan dengan baik pesan yang ingin disampaikan oleh sebuah film, maka diperlukan ketelitian dan kerjasama yang baik antara orang-orang yang ahli dalam masing-masing bidang perfilman, seperti sutradara, aktor atau aktris, kamerawan, tim editor, penata artistik, penulis skenario, penata cahaya dan masih banyak keahlian lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Walaupun pada umumnya tujuan pembuatan film adalah sekadar hiburan bagi penontonnya, namun sebagai media massa, film juga dapat dimanfaatkan untuk menyiarkan informasi, mendidik dan mempengaruhi dengan cara menghibur, sehingga pesan yang disampaikan akan lebih diterima dan diingat oleh audiensnya. Bersama-sama, semua kru yang terlibat dalam proses pembuatan sebuah film mencoba mengkomunikasikan pesan yang akan disampaikan melalui film tersebut tidak hanya menggunakan bahasa verbal tetapi juga melalui komunikasi non verbal. Hal ini belum tentu dapat kita temukan dalam media lain. Film lebih variatif dalam sarana menyampaikan pesan dibanding media lain, sebuah film dapat menyimbolkan pesannya dalam dialog, narasi dan tulisan sebagai bentuk pesan verbal. Sedangkan perilaku karakter atau tokoh, ekspresinya, penampilan, pencahayaan, sudut pengambilan gambar, musik latar, warna, dan tanda atau simbol lain yang memiliki arti tertentu merupakan sarana komunikasi non verbal dari sebuah film. Mungkin masih ada yang kurang memperhatikan pesan non verbal ini sebagai pesan yang ingin disampaikan oleh sebuah film, karena pesan yang disampaikan melalui bahasa verbal dalam sebuah film maupun dalam kehidupan sehari-hari memang dianggap oleh sebagian orang sebagai komunikasi yang lebih mudah dimengerti. Padahal tidak hanya kalimat atau tulisan saja yang berpengaruh dalam suatu proses komunikasi, segala yang kita lakukan adalah bentuk komunikasi. Cara kita berpakaian, gaya rambut, cara berbicara, cara berjalan, musik yang kita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
dengarkan dan film yang kita tonton merupakan komunikasi dan itu semua menunjukkan siapa kita serta membentuk persepsi sikap dan perilaku orang lain kepada kita. Komunikasi nonverbal tidak dapat diabaikan agar pesan yang diterima sama dengan apa yang dimaksudkan untuk disampaikan dan mencegah terjadinya kesalahpahaman atau misscomunication. Sesunguhnya bahasa non verbal juga merupakan bagian yang penting dalam proses penyampaian pesan sebuah film, dan tidak kalah penting dengan bahasa verbal yang ada, terutama karena film menggunakan media visual dan audio, jadi kita menerima pesan dari apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar. Jadi ekspresi, tingkah laku dan gaya berpakaian karakter dalam sebuah film juga menyampaikan pesan. Untuk menunjukkan kesedihan misalnya, akan lebih efektif menggunakan adegan aktor atau aktris dengan mimik wajah sedih ataupun menangis daripada sekedar kata “aku sedang sedih”. Bahasa verbal dan non verbal dalam sebuah film akan saling melengkapi, keduanya menguatkan maksud pesan yang ingin disampaikan. Sebagai sebuah proses komunikasi, film menggunakan tanda atau sign untuk menyampaikan maksudnya. Karena kita berkomunikasi dengan tanda. Bahasa, ekspresi dan intonasi adalah tanda. Untuk mengkomunikasikan pemikiran kita, kita membutuhkan tanda untuk membuat orang lain mengerti, baik itu berupa suara, tulisan, gambar gerakan atau tanda-tanda lain. Jadi bisa dikatakan bahwa kita tidak mungkin akan dapat berkomunikasi tanpa tanda. Bahkan kita berpikir menggunakan tanda dan simbol. Tanda dan simbol memungkinkan kita untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
memikirkan atau membayangkan tentang suatu objek yang tidak hadir saat kita memikirkannya. Karena itu semua proses komunikasi menggunakan tanda, terutama dalam bidang media massa. Dalam bukunya Analisis Teks Media, Alex Sobur menyimpulkan berdasarkan sifat dan fakta bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) (Alex Sobur, 2001: 88). Jadi media massa menghadirkan peristiwa itu kembali kepada audiensnya melalui tanda dan simbol, seperti penjelasan Becker berikut ini: “Peristiwa tidak bisa menunjukkan... agar bisa dipahami peristiwa harus dijadikan bentuk-bentuk simbolis... si komunikator mempunyai pilihan kode-kode atau kumpulan simbol. Pilihan tersebut akan mempengaruhi makna peristiwa bagi penerimanya. Karena setiap bahasa, setiap simbol, hadir bersamaan dengan ideologi, pilihan atas seperangkat simbol, sengaja atau tidak, merupakan pilihan atas ideologi” (Alex Sobur, 2001: 93) Karena berupa tanda dan simbol maka dimungkinkan adanya persepsi yang berbeda-beda pada setiap orang tentang pemaknaan yang diberikan terhadap simbol yang ditampilkan dalam media massa tersebut. Perbedaan pengalaman, pengetahuan atau latar belakang budaya dapat membuat makna yang berbedabeda pada satu simbol yang sama. Karena pentingnya peran tanda dalam dunia komunikasi maka segala hal tentang tanda perlu dipelajari secara serius. Dan untuk memaknai tanda dan simbol yang ada pada media massa diperlukan pengetahuan dan perhatian yang cukup. Semiotik memandang pesan, termasuk media massa sebagai konstruksi dari tanda-tanda, dan saat tanda-tanda tersebut sampai pada tujuannya (khalayak),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
maka akan terbentuk makna (meaning). Jadi semiotik merupakan alat yang tepat untuk mempelajari dan memaknai isi media massa termasuk film. Dalam sebuah film terhimpun berbagai macam bentuk pesan yang berwujud dialog, mimik wajah, gerak tubuh, dan model ambilan gambar. Pesanpesan tersebut haruslah sampai pada penontonnya secara sempurna demi terjalinnya komunikasi yang ideal. Neil Cohn dalam penelitiannya yang berjudul A Visual Lexicon menyimpulkan bahwa: ’In sum, like spoken language, visual language contains a variety of sizes of “lexical items” that combine across several levels of grammar to create meaningful units and constructions. This approach to visual language has strived to avoid stating that graphic structures are likened to surface features of verbal language, instead attempting to note the functional similarities in base structure within each respective system.”
Singkatnya, seperti bahasa lisan, bahasa visual berisi berbagai ukuran dari "item leksikal" yang menggabungkan di beberapa tingkat tata bahasa untuk membuat unit berarti dan konstruksi. Pendekatan untuk bahasa visual telah diupayakan untuk menghindari pernyataan bahwa struktur grafis disamakan ke permukaan fitur bahasa verbal, bukannya mencoba untuk mencatat kesamaan fungsional dalam struktur dasar dalam setiap sistem yang bersangkutan. (Neil Cohn, 2007; dalam The Public Journal of Semiotics I(1), January 2007, pp. 3556). Kata semiotik (semiotics) berasal dari bahasa yunani semeion yang lazim diartikan sebagai a sign by which something is known (suatu tanda dimana sesuatu dapat diketahui). (Pawito, 2007: 156). Tanda dapat diartikan sebagai sesuatu yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
dibuat atas dasar kesepakatan bersama atau konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, jadi tanda tersebut dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Banyak pengertian tentang semiotik yang diberikan oleh para ahli dan filsafat komunikasi, salah satu yang paling populer diantaranya adalah definisi Charles Saunders Pierce. Ia mendefinisikan semiotik sebagai hubungan antara sebuah tanda (sign), objek (object) dan pengertian (meaning). Tanda mewakili objek, atau konsep dalam pikiran seorang interpreter. Dan Pierce menyebut kehadiran kembali suatu objek melalui suatu tanda sebagai interpretant. Definisi di atas dapat digambarkan melalui bagan berikut ini: Elemen Makna Pierce
Sign
Interpretant
Object
Sumber: John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hlm. 42 dalam Drs. Alex Sobur, MSi, Analisis Teks Media, 2001. Hlm. 11
Drs. Alex Sobur menyebutkan semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai suatu sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan tanda. (Alex Sobur, 2001: 87).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Berkenaan dengan studi semiotik, pada dasarnya pusat perhatian pendekatan semiotik adalah pada tanda. Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting dalam studi semiotik, yaitu Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta cara menghubungkannya dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya. Kode atau sistem dimana lambang-lambang disusun. Studi ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan. Kebudayaan dimana kode dan lambang itu beroperasi. (Alex Sobur, 2001: 94) Tokoh semiotik yang lain, Ferdinand de Saussure, menyumbangkan salah satu pemikiran penting dalam studi semiotik. Ia mempunyai sebuah pandangan tentang tanda, dalam konteks komunikasi manusia ia membedakan antara signifier (penanda) dan signified (petanda). Ia menyebutkan bahwa signifier adalah bunyi atau coretan yang bermakna, sedangkan signified adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Sedangkan signification adalah upaya dalam memberi makna. (Alex Sobur, 2001: 125) Dalam hubungan antara signifier dan signification ada tiga hal utama yang perlu diketahui tentang ikon, indeks, dan simbol, yaitu: Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalnya foto atau peta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Indeks adalah tanda yang kehadirannya menunjukkan adanya hubungan dengan yang ditandai, misalnya asap adalah indeks dari api. Simbol adalah sebuah tanda dimana hubungan antara signifier dan signified semata-mata adalah masalah konvensi, kesepakatan atau peraturan. (Alex Sobur, 2001: 126) Proses pemaknaan sebagai hasil dari interaksi antara signifier dan signified tersebut oleh Roland Barthes dibagi menjadi dua tahap yaitu first order sebagai pemaknaan denotatif atau pemaknaan sederhana yang seragam, serta tahap kedua yaitu pemaknaan tambahan atau konotatif. Untuk menggabarkan uraian tersebut, bagan signifikasi dua tahap Barthes adalah model yang tepat. Signifikasi Dua Tahap Barthes first order
reality
second
signs
cultur form
connotation
signifier denotation
signifier myth
content
Sumber: John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hlm. 88 dalam Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, 2001. Hlm 127
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Kedua tahap proses pemaknaan tersebut merupakan salah satu perhatian utama dalam semiotik yaitu tentang makna denotasi (denotation) atau yang paling sering disebut sebagai arti penunjukan dan konotasi (connotation) atau arti tambahan. Melalui gambar di atas, Barthes menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara penanda dengan petanda di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi (sistem pemaknaan tingkat pertama), yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi atau sistem pemaknaan tahap kedua. Denotasi adalah penunjukan terhadap suatu objek atau tanda. Denotasi menunjukkan arti literatur atau yang eksplisit dari kata-kata atau tanda yang lain. Makna denotasi dari suatu tanda biasanya sama pada semua orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut. (Alex Sobur, 2001: 127) Setiap individu sangat mungkin membuat interpretasi tanda (makna) yang berbeda dan bervariasi, hal inilah yang disebut makna konotasi atau makna tambahan. Makna konotasi melibatkan pengalaman, perasaan, dan penilaian yang subyektif untuk memaknai suatu tanda yang terkadang berbeda pada tiap-tiap orang. Konotasi mengarah pada simbol-simbol dan hal-hal yang melibatkan faktor emosional. Contohnya saat kita melihat sebuah lambang dari perusahaan otomotif Mercedes-Benz, arti denotatifnya merupakan kendaraan buatan Jerman bersimbol bintang tiga sudut dalam lingkaran yang memiliki fungsi sebagai alat angkut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
orang maupun barang semata. Akan tetapi jika diartikan seara konotatif akan terbentuk beberapa makna lain yang melibatkan perasaan dan emosi. Misalnya lambang Mercedes-Benz, apalagi di negara berkembang seperti Indonesia dihubungkan dengan kendaraan berstandar keamanan dan kenyamanan tinggi sekaligus memiliki tingkat keamanan prima bagi para penumpangnya. Serta bagi sebagian besar orang Mercedes-Benz juga dapat dianggap sebagai kendaraan bergengsi yang menandakan gaya hidup kaum menengah ke atas serta status sosial ekonomi yang tinggi. Lain lagi di negara asalnya, Jerman, mungkin kendaraan dengan merk Mercedes-Benz hanya dimaknai dan dianggap sebagai alat transportasi pengangkut barang atau jasa saja. Bukan kendaraan mewah nan mahal seperti di Indonesia. Fokus atau inti dari pendekatan semiologi adalah teks. Namun teks yang dimaksudkan disini bukan hanya berupa tulisan saja. Teks yang dimaksud di sini adalah teks dalam arti luas, jadi semua yang memiliki sistem tanda tersendiri dapat disebut sebagai teks, termasuk juga bahasa non verbal dalam film. Semiologi berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. (Alex Sobur, 2001: 126). Jadi dapat dikatakan bahwa analisa semiotik bertujuan untuk menemukan atau mengungkapkan makna dari tanda-tanda termasuk makna yang tersembunyi di balik sebuah teks, misalnya film.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Pesan yang disampaikan oleh media massa sering menimbulkan beragam makna yang bervariasi di benak audiens, terlebih bagi media massa yang memiliki audiens dengan jangkauan luas dan latar belakang yang berbeda-beda. Hal tersebut memungkinkan pemaknaan pemaknaan yang berbeda-beda pula terutama terhadap makna konotatif. Oleh karena itu semiotik merupakan analisa yang tepat untuk digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan memahami makna dari tanda dan simbol dalam media massa, terutama makna yang tersembunyi. Penelitian tentang studi media dengan menggunakan analisis semiotik antara lain dilakukan oleh Pamela Nilan dengan judul Applying Semiotic Analysis to Social Data in Media Studies.penelitian ini adalah penelitian tentang penggunaan analisis semiotik dalam studi media dan komunikasi. Dalam jurnal penelitian ini disebutkan bahwa: ”We can learn a great deal about the ‘effects’ of media by asking people about media effects, and treating their responses in the same critical way that we have previously treated media texts. In short, semiotic analysis of social data relevant to media studies can reveal how knowledge as power brings human subjects into certain relations with each other through engagement with the media.”
Kita bisa belajar banyak tentang 'efek' media dengan menanyakan orang tentang efek media, dan memperlakukan respon mereka dengan cara yang kritis yang sama yang kita miliki sebelumnya memperlakukan teks media. Singkatnya, analisis semiotik data sosial yang relevan dengan kajian media dapat mengungkapkan bagaimana pengetahuan sebagai kekuatan membawa subyek manusia ke dalam hubungan tertentu dengan satu sama lain melalui keterlibatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
dengan media. (Pamela Nilan: 2007; dalam Jurnal Komunikasi Massa Vol. 1, No. 1, Juli 2007, 60-74) Media massa termasuk film sering mempunyai makna tambahan atau makna konotatif dalam tanda dan simbol yang dirangkainya. Seperti contohnya dalam film The Last Samurai ada adegan dimana ketika Kaisar Meiji Jepang sebagai pemimpin tertinggi dan dianggap sebagai keturunan dewa matahari menanyakan perihal suku Indian Amerika kepada rombongan pejuang dari Amerika yang menghadapnya. Ketika itu Sang Kaisar bertanya secara khusus kepada Nathan Algren apakah suku Indian Amerika merupakan musuh yang sangat berani dan selalu melakukan ritual terlebih dahulu sebelum berperang termasuk memakai atribut bulu elang dan melukis wajah. Algren hanya menjawab jika suku Indian Amerika yang pernah dia perangi adalah suku yang sangat pemberani. Pada adegan lainnya diperlihatkan potongan rekaman masa lalu Algren ketika dia dan pasukan kavalerinya berperang dengan suku Indian Amerika tersebut, yaitu dimana dia dan pasukannya memburu suku Indian dari satu tempat ke tempat lainnya secara brutal dan berkesinambungan dan juga bahkan mereka juga mengincar anak-anak dan wanita. Hal inilah sebenarnya yang menjadikan Algren tidak dapat tidur dengan nyenyak. Peperangan dengan suku Indian adalah mimpi buruknya. Kemudian ada juga adegan dimana disaat Algren terluka, dia dirawat oleh Taka, istri dari seorang samurai yang mati di tangan Algren pada pertempuran sebelumnya. Hal itu diketahui Taka, namun walaupun dengan hati hancur dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
berduka dia tetap ikhlas merawat Algren sepenuh hati hingga sembuh karena bagaimanapun Algren adalah tamu di rumahnya. Apabila dimaknai secara sekilas, adegan-adegan tadi hanya merupakan sebuah alur maju dalam film The Last Samurai yang membentuk sebuah rangkaian utuh sebuah cerita. Namun jika dipandang dari sudut semiotik yang mencari makna dibalik tanda, beberapa adegan itu dapat menggambarkan betapa film ini ingin menunjukkan bahwa sisi manusia Algren mengalami pertentangan hebat. Di dalam hatinya berkecamuk rasa bersalah pada Taka sekaligus pertanyaan mengapa Taka mau merawatnya, juga kemarahan pada komandan pasukannya yang tak mengenal belas kasihan semasa berperang dengan suku Indian. Tindakannya di masa lalu itu selalu menjadi pemicu rasa bersalahnya yang amat besar. Algren
mengalami
tekanan
emosional
yang
amat
berat
dari
keikutsertaannya dalam perang tersebut. Mimpi buruk yang selalu menyertainya seakan tidak bisa disembuhkan, dan apabila seseorang memiliki tekanan emosional berlebih maka akan cenderung menginginkan kehadiran orang lain yang dapat menjadi teman sejatinya. Algren menemukannya dalam perilaku tulus kaum samurai yang menawannya. Dalam ilmu komunikasi kita berkata, pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda. Words don’t mean; people mean. Kata-kata tidak mempunyai makna; oranglah yang memberi makna (Jalaluddin Rakhmat, 2004: 49). Film ini memberikan kesan mendalam bahwa tokoh utamanya sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan peristiwa masa lalu yang dialaminya dalam mengambil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
keputusan yang amat penting pada adegan klimaks. Dimana Algren berubah pihak untuk mendukung penuh perjuangan kaum samurai. Beberapa adegan yang disebutkan tadi hanyalah sebagian kecil dari banyak tanda dan simbol yang ada dalam film The Last Samurai yang juga menyampaikan pesan moral yang tidak kalah penting, tentang betapa berharganya nilai kehormatan. Apalagi di tengah-tengah kehidupan yang serba materialistis dan ambisi pribadi untuk memperoleh kekuasaan dengan cara kejam bahkan kotor.
E. Definisi Konseptual dan Konflik Batin E.1. Definisi Konseptual E.1.1 Konflik Batin Konflik dapat dimengerti sebagai pertentangan antara dua hal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konflik diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, pertentangan. Ketegangan atau pertentangan dalam sebuah cerita rekaan atau drama (pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh dan sebagainya). Sedangkan batin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang tersembunyi atau sesuatu yang mengenai jiwa. Konflik batin yang akan dibahas di sini adalah konflik batin yang terjadi pada Nathan Algren, tokoh utama dalam film The Last Samurai. Dalam dirinya terjadi konflik batin ketika dia memutuskan untuk bergabung dengan kaum samurai melawan pasukan Kekaisaran Jepang yang pernah menyewanya terlebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
dahulu. Algren sempat untuk ragu, karena selain dia pernah terikat kontrak pada pasukan Kekaisaran, maka sudah pasti cap pengkhianat akan melekat padanya.
E.1.2 Film Film dalam kamus komunikasi diartikan sebagai media komunikasi yang bersifat visual atau-audio visualuntuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. (Onong Uchjana Effendi, 1981: 134) Film merupakan salah satu jenis media massa yang digemari dan mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat dan akan menjadi obyek penelitian semiotik yang sempurna karena film sangat kaya akan tanda-tanda dan simbolisme pesan yang menarik untuk digali dan diteliti.
E.1.3 The Last Samurai The Last Samurai adalah film drama aksi petualangan produksi Warner Bros Pictures yang disutradarai oleh Edward Zwick. Film yang dirilis pada bulan Desember tahun 2003 ini memperoleh beberapa penghargaan, antara lain 4 nominasi Oscar dan 3 kategori nominasi Golden Globe pada tahun 2004. Dibintangi antara lain oleh Tom Cruise sebagai Nathan Algren, Ken Watanabe sebagai Katsumoto, Tony Goldwyn sebagai Kolonel Bagley, dan Masato Harada sebagai Omura. Film ini menceritakan tentang mantan pejuang perang sipil Amerika Serikat bernama Nathan Algren yang disewa oleh penguasa Jepang untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
menumpas pemberontakan para kaum samurai di Jepang. Akan tetapi setelah Algren menjadi tawanan dan merasakan hidup bersama para samurai itu dia menjadi berbalik untuk memihak kaum samurai dan ikut berjuang berperang bersama melawan penguasa beserta bala tentaranya. Sentuhan cinta juga diselipkan dalam film ini yaitu antara Nathan Algren dan janda samurai adik dari Katsumoto yaitu Taka, kisah cinta yang tersembunyi karena saking halusnya sehingga hanya tertampil demikian samar namun dapat dirasakan getaran asmara pada kedua orang ini. Akhirnya prajurit samurai dibawah pimpinan duo Katsumoto dan Nathan Algren melakukan penyerangan dengan jumlah pasukan yang sangat tidak seimbang yang walaupun tidak memenangkan pertempuranh namun semangat dan kehormatan prajurit samurai tidak terpadamkan, terbukti waktu adegan kematian Katsumoto para tentara Jepang dan komandannya memberi penghormatan untuk yang terakhir kali pada Sang Samurai terakhir itu.
E.2.1 Konflik Batin The Last Samurai mengisahkan tentang Nathan Algren, seorang kapten pasukan Amerika dalam perang sipil, sebagai pahlawan yang sangat berjasa dalam berbagai perang dengan banyak bintang jasa. Kapten Nathan Algren ditugaskan ke Jepang sebagai pelatih bayaran pasukan bersenjata Kerajaan Jepang dan berperang untuk membasmi para samurai yang dianggap sebagai pemberontak oleh Kerajaaan Jepang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Samurai merupakan kelompok komunitas bangsa Jepang pada era pemerintahan Tokugawa yang mendedikasikan seluruh hidupnya pada nilai kesetiaan dan kehormatan serta harga diri dengan sangat tinggi. Bahkan mereka rela mati untuk membela semua itu. Idealisme dalam mempertahankan kebudayaan Jepang menimbulkan peperangan antara para samurai melawan pihak Kekaisaran Jepang sendiri yang dibantu oleh pemerintah barat dengan dalih hubungan saling menguntungkan termasuk jual beli alat-alat persenjataan modern buatan negara-negara barat. Ketika mengalami kekalahan dalam pertempurannya melawan samurai, Algren menjadi tawanan dan melihat berbagai pola kehidupan yang sangat berbeda dalam budaya kehidupan masyarakat samurai. Antara lain tingginya nilai kemanusiaan, religi, kesetiakawanan sosial, keramahan, sopan santun dan pengorbanan tanpa pamrih. Semuanya itu dilihat dan dirasakan Algren sendiri dalam kehidupan sehari-hari kaum samurai itu. Diselamatkan oleh musuh besarnya dan seorang pemimpin samurai bernama Katsumoto hingga mereka bisa saling belajar, memahami dan akhirnya bersahabat, juga dari kehidupan keseharian sebuah keluarga yang dia bunuh dalam peperangan dalam sebuah desa samurai yang sangat tradisional tapi penuh harmoni dan keramahan, dia menemukan keseimbangan hidup yang tinggi hingga akhirnya Nathan Algren memutuskan untuk berpihak kepada para samurai. Banyak sekali konflik batin yang dialami oleh Nathan Algren selama proses tersebut yang akan dibahas berdasarkan topik-topik di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
a. Konflik antara komitmen profesional dan hati nurani. Tokoh utama dalam film ini, Nathan Algren pada mulanya digambarkan sebagai seorang laki-laki khas Amerika pada umumnya, pemberani, skeptis dan sedikit hedonis. Hal ini terlihat antara lain dalam adegan ketika dia ditawari kontrak kerja sama untuk melatih pasukan Kekaisaran Jepang. Tanpa rasa sungkan sedikitpun Algren mengajukan penawaran harga jasanya hampir dua kali lipat pada seorang utusan Jepang. Akan tetapi jauh di dalam hatinya, sebenarnya dia menyesal ketika kontrak itu kemudian disepakati. Trauma dan mimpi buruk masa lalu ketika berperang dengan suku Indian akan semakin mengganggu tidurnya. Namun, hal itu tak menyurutkan niatnya untuk tetap berangkat meninggalkan negerinya menyeberangi samudera menuju kepulauan Jepang, sebuah negara yang sedang dalam masa transisi pemerintahan. Tempat yang kelak akan mengubah jalan hidupnya dan di tempat itulah pada akhir cerita digambarkan Algren menemukan kedamaian yang selama ini ia cari.
b. Konflik antara rasa bersalah dan kehormatan Berubahnya pendirian Nathan Algren untuk kemudian berpihak kepada kaum samurai tidak terjadi seketika. Akan tetapi melalui proses dan banyak pertentangan dalam hatinya, antara lain ketika dia mengetahui ritual harakiri atau bunuh diri ala samurai yang tidak dapat menanggung rasa malu akibat kalah dalam pertempuran. Juga dia merasa bahwa kekalahan itu merupakan kesalahannya semata akibat pasukan yang dipimpinnya belum siap sepenuhnya untuk berperang. Akan tetapi Kolonel Bagley selaku atasannya dan Omura,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Menteri Jepang yang menyewanya memaksa untuk segera melacak keberadaan para samurai dan menghadapinya untuk kemudian mengalahkannya. Kedua atasan Algren tersebut bersikeras para samurai yang hanya bersenjatakan pedang, tombak, dan panah akan mudah dikalahkan oleh batalyon bersenjata api. Algren yang mengetahui ketidaksiapan pasukan yang dilatihnya gagal meyakinkan kedua orang itu untuk menunda konfrontasi terlebih dahulu.
c. Antara keinginan dan tindakan Dalam film ini diperlihatkan dimana keinginan Algren untuk menjauhi segala hal yang berhubungan dengan peperangan setelah dia dibebaskan oleh Katsumoto dan berusaha untuk menolak kontrak baru yang disodorkan oleh Omura kepadanya. Isi kontrak itu menyatakan bahwa Algren harus kembali aktif memimpin pasukan kerajaan melawan dan membasmi para samurai. Sudah jelas dia menolak, akan tetapi Algren pun sadar, mengabaikan kontrak berarti cepat atau lambat nyawanya akan menjadi taruhan. Omura tidak mungkin membiarkan Algren hidup karena secara tidak langsung akan menghambat tujuan akhir Omura itu sendiri, memenangkan hati Sang Kaisar dan memperkuat kekuasaannya.
F. Metodologi Penelitian F.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengguanakan angka-angka atau statistik sebagai ukuran tetapi lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
menekankan pada interpretasi, dan metode ini juga lebih mendekatkan peneliti kepada objek yang dikaji. (H. B. Sutopo, 2002: 49) Penelitian kualitatif mengumpulkan data berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih dari sekedar angka ataupun frekuensi. Jadi di dalam penelitian kualitatif semua teknik pengumpulan data kualitas pelaksanaan sangat tergantung pada penelitinya sebagai alat pengumpulan data utama. Oleh karena itu sikap kritis dan terbuka sangat penting dalam penelitian ini. Sesuatu yang diperoleh dengan susah payah akan dipandang lebih bermakna daripada sesuatu yang sama tetapi diperoleh dengan cara yang lebih mudah. Dan karena makna adalah perhatian utama dalam penelitian kualitatif maka kajiannya lebih menekankan pada proses daripada produknya.
F. 2 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah observasi, yaitu teknik yang digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar. (H. B. Sutopo, 2002: 64). Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menonton film The Last Samurai dan mengumpulkan data-data tentang film tersebut dari berbagai sumber misalnya internet dan buku yang kemudian diinterpretasikan menggunakan teori-teori semiotik untuk menarik kesimpulan.
F.3 Obyek Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Obyek yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini adalah film berjudul The Last Samurai produksi Warner Bros Pictures. yang berdurasi 154 menit, yang disutradarai oleh Edward Zwick serta John Logan sebagai penulis ceritanya. Yang dijadikan fokus utama dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. Verbal atau Sound Source Yang termasuk dalam kategori ini adalah dialog, narasi, tulisan, dan suara termasuk backsound yang akan memberi efek dan membantu memahami makna ataupun mengandung pesan-pesan moral di dalamnya. 2. Non Verbal atau Visual Image Yang termasuk dalam kategori ini adalah semua yang ditampilkan dalam sebuah frame, yaitu isi dan muatan dari shot atau ambilan gambar atau juga adegan dalam film ini. Yang dimaksud di sini antara lain komposisi visual, warna, sudut pengambilan gambar, setting atau background, sistem pencahayaan atau lighting, dan lain-lain.
F.4 Teknik Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian semiotika ini adalah datadata yang sifatnya kualitatif, dapat berupa kalimat, gambar dan data-data lain yang mempunyai arti lebih dari hanya sekedar angka. Jadi teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumenter dan pustaka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Studi dokumenter dilakukan dengan mengklasifikasikan bahan-bahan tertulis yang dibutuhkan dan berhubungan dengan rumusan masalah penelitian yang telah dilakukan. Studi dokumenter juga dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari artikel koran, majalah, buku-buku juga data-data dari internet yang relevan dengan penelitian ini.
F.5 Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika. Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang tidak menggunakan perhitungan kuantitatif sebagai dasar penelitian, semiotika digunakan untuk menganalisa makna dari tanda-tanda yang ada dari teks atau pesan komunikasi dalam film The Last Samurai ini. Data-data yang diperoleh dari keseluruhan proses penelitian ini kemudian dicatat dan disusun untuk dianalisa. Proses analisis itu sendiri dilakukan dengan mengelompokkan data yaitu adegan-adegan dalam film The Last Samurai menjadi beberapa kategori sesuai dengan tema penelitian. Data-data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis semiotik untuk mencari makna dari tanda-tanda yang menyampaikan pesan-pesan pertentangan batin tokoh utama yang ada dalam film ini. Untuk menganalisis isi atau pesan dari dalam film The Last Samurai ini ada beberapa tahapan yang akan dilakukan, proses dari awal penelitian hingga penarikan kesimpulan, yaitu: 1. Memilih adegan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Tidak semua adegan akan dikaji dalam penelitian ini, karena hanya adegan yang mempresentasikan pesan pertentangan batin tokoh utama saja yang akan dianalisa. Pemilihan adegan ini akan didasarkan pada topik dan masalah penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya baik dari tanda-tanda verbal maupun nonverbal yang ada. 2. Menganalisa adegan kunci Setiap adegan dibangun atas beberapa shot atau ambilan gambar dan untuk lebih mempertajam analisis maka akan dilihat shot-shot dalam adegan yang menunjukkan tanda-tanda atau simbol-simbol yang mempresentasikan pesanpesan pertentangan batin tokoh utama dalam film. 3. Menarik kesimpulan Kesimpulan umum dalam penelitian ini akan ditarik dari hasil analisis data yang telah disebutkan di atas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DATA-DATA FILM THE LAST SAMURAI
A. Latar Belakang Pembuatan Film The Last Samurai The Last Samurai merupakan kisah perlawanan kaum Samurai terhadap simbol-simbol modernisasi kebudayaan negara-negara barat yang perlahan mempengaruhi dan masuk ke dalam Kekaisaran Jepang pada akhir abad ke-19. Film ini termasuk dalam kategori film drama atau film perang yang disutradarai oleh Edward Zwick, ia juga sekaligus bertindak sebagai penulis skenario dan produser untuk film ini. The Last Samurai merupakan film yang kisahnya berdasarkan naskah cerita yang ditulis John Logan, bersama dengan Zwick. Pada mulanya, film ini merupakan proyek yang dirintis oleh seorang penulis yang juga sutradara bernama Vincent Ward. Proyek pembuatan film ini telah diusahakan selama hampir 4 tahun lamanya, dan setelah mencoba untuk bekerjasama dengan beberapa sutradara antara lain Coppola dan Weir, akhirnya ia tertarik untuk bekerjasama dengan Edward Zwick. Film mulai digarap bersama Zwick, dan lokasi pembuatan adalah negara asal Vincent Ward yaitu Selandia Baru. Selandia Baru memang menjadi pilihan favorit lokasi syuting film produksi Hollywood yang bertemakan kolosal. Hal ini kiranya dapat dimaklumi karena secara geografis Selandia Baru memiliki bentukan alam yang hijau, berbukit-bukit, memiliki udara bersih serta luas sehingga sangat mendukung filmfilm yang berlatarbelakang zaman ksatria maupun feodalis ala abad pertengahan.
commit35 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
B. Ringkasan Singkat Film The Last Samurai Kapten Nathan Algren yang diperankan oleh Tom Cruise adalah mantan anggota Angkatan Darat Amerika Serikat berpangkat kapten sekaligus sebagai pecandu alkohol, dia merasa sangat kecewa juga trauma pada masa lalunya, yaitu pembantaian terhadap penduduk asli Amerika termasuk wanita dan anak-anak selama Perang Indian. Dalam tahun-tahun berikutnya mengikuti dinas militer, Algren menjadi seorang duta iklan sebuah perusahaan senjata api, hal ini merupakan pengalaman yang membuat mentalnya semakin limbung pasca trauma yang dialaminya. Tidak sabar melihat Algren terus berkubang di dalam alkohol, membuat koleganya semasa perang sipil, Zebulon Gant (diperankan oleh Billy Connolly) mengajaknya untuk bekerja sebagai instruktur pelatih tentara negara asing, tentara Kekaisaran Jepang. Sebagai negara yang baru saja membuka diri terhadap hubungan internasional ketika itu, Jepang sedang giat-giatnya membangun armada kekaisaran yang tangguh dan modern. Usaha itu jelas terlihat dari maraknya perdagangan senjata antara Jepang dan Amerika Serikat. Tidak hanya itu pun Kekaisaran Jepang juga mendatangkan para ahli strategi perang untuk melatih anggota militer yang notabene berasal dari warga kelas petani yang belum pernah sekalipun memegang senjata. Dan Nathan Algren adalah salah satunya. Dia berada di bawah pengawasan Omura (Masato Harada), seorang menteri kepercayaan Kaisar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Di tengah usaha Kekaisaran Jepang dalam memodernkan angkatan perangnya, ada beberapa panglima perang jepang konservatif yang menentangnya. Para panglima inilah yang kemudian oleh menteri diperangi untuk ditumpas. Dengan bantuan batalyon asing dari Amerika, pihak Jepang menekan dan mendesak para panglima dan pengikutnya untuk menyerah. Dalam suatu pertempuran, Algren tertangkap dan menjadi tawanan salah satu panglima jepang konservatif. Dari sinilah sang mantan kapten ini mengetahui bahwa perjuangan para panglima konservatif dan para samurai ini adalah perjuangan yang mulia untuk mempertahankan supremasi tahta Sang Kaisar, namun karena hasutan sang perdana menteri membuat Kaisar menganggap para panglima ini memberontak atas tahtanya. Di sana Algren yang dikejar-kejar rasa bersalah atas tindakan masa lalunya menemukan tempat berteduh dan tujuan hidup baru. Secara bertahap ia mengikuti cara hidup samurai yang disiplin dan murni. Sampai pada akhirnya memutuskan untuk berganti sisi dan berpihak pada samurai.
C. Produksi Film The Last Samurai 1. Keterangan Film Sutradara
: Edward Zwick
Penulis
: John Logan Edward Zwick
Durasi
: 154 menit
Produksi
: Warner Bros Pictures
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Genre
: Aksi / Petualangan / Sejarah / Perang / Drama
Aspek Rasio
: 2.35 : 1
Tagline
: In the face of an enemy, in the Heart of One Man, Lies the Soul of a
Warrior
Penata Musik
: Hans Zimmer
Sinematografi
: John Toll (Director of Photography)
Editing Film
: Victor Dubois Steven Rosenblum
Penata Kostum
: Ngila Dickson
Dekorasi
: Gretchen Rau
Penata Artistik
: Lilly Kilvert Christopher Burian-Mohr Jess Gonchor Kim Sinclair
Produser
: Tom Cruise Tom Engelman Marshall Herskovitz Scott Kroopf Paula Wagner Edward Zwick
Produser Eksekutif
: Michael Doven Ted Field Graham Larson
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Charles Mulvehill Richard Solomon Vincent Ward Waktu Rilis
: 5 Desember 2003 (Amerika Serikat)
Penghargaan yang diperoleh dalam Academy Award (4 nominasi Piala Oscar): Best Actor in a Supporting Role
: Ken Watanabe
Best Art Direction-Set Decoration
: Lilly Kilvert (Art Director) Gretchen Rau (Set Decorator)
Best Costume Design
: Ngila Dickson
Best Sound Mixing
: Andy Nelson Anna Behlmer Jeff Wexler
2. Para Pemeran dalam Film The Last Samurai Ken Watanabe Tom Cruise William Atherton Chad Lindberg Ray Godshall Sr. Billy Connolly Tony Goldwyn Masato Harada Masashi Odate John Koyama Timothy Spall Shichinosuke Nakamura Togo Igawa Satoshi Nikaido Shintaro Wada Shin Koyamada Hiroyuki Sanada Shun Sugata
................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. .................................................
commit to user
Katsumoto Moritsugu Nathan Algren Winchester Rep Winchester Rep Assistant Convention Hall Attendee Zebulon Gant Colonel Bagley Omura Omura's Companion Omura's Bodyguard Simon Graham Emperor Meiji General Hasegawa N.C.O. Young Recruit Nobutada Ujio Nakao
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Koyuki Sosuke Ikematsu Aoi Minato Seizo Fukumoto Shoji Yoshihara Kosaburo Nomura IV Takashi Noguchi Noguchi Takayuki Sven Toorvald Scott Wilson Yuki Matsuzaki Mitsuyuki Oishi Jiro Wada Hiroshi Watanabe Yusuke Myochin Hiroaki Amano Kenta Daibo Koji Fujii Makoto Hashiba Shimpei Horinouchi Takashi Kora Shane Kosugi Takeshi Maya Seiji Mori Lee Murayama Takeru Shimizu Shinji Suzuki Hisao Takeda Ryoichiro Yonekura Ryoichi Noguchi
................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. .................................................
Taka Higen Magojiro Silent Samurai Sword Master Kyogen Player #1 Kyogen Player #2 Kyogen Player #3 Omura's Secretary Ambassador Swanbeck Soldier in Street #1 Soldier in Street #2 Soldier in Street #3 Guard Sword Master's Assistant Samurai Ensemble Samurai Ensemble Samurai Ensemble Samurai Ensemble Samurai Ensemble Samurai Ensemble Samurai Ensemble Samurai Ensemble Samurai Ensemble Samurai Ensemble Samurai Ensemble Samurai Ensemble Samurai Ensemble Samurai Ensemble Samurai Ensemble
3. Proses Produksi Film The Last Samurai The Last Samurai (2003) adalah salah satu karya brilian Edward Zwick yang amat layak diganjar dengan 4 penghargaan nominasi Oscar. Seperti film karya Zwick yang lain, detail petikan peristiwa sejarah sangat kental dalam film ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
D. Tokoh-tokoh Penting dalam Film The Last Samurai 1. Katsumoto Adalah seorang panglima pemimpin kaum samurai yang amat disegani oleh bawahannya dan memiliki pendirian kuat bahwasannya dia memberontak bukanlah untuk melawan Sang Kaisar akan tetapi justru bentuk pengabdiannya yang paling tinggi sebagai seorang samurai sejati. Dia ingin menunjukkan kepada Kaisar apabila Jepang menjalin hubungan dengan bangsa barat tanpa memperhatikan hak-hak rakyat dapat mengakibatkan kewibawaan Kaisar merosot dan Jepang dapat dengan mudah didikte oleh bangsa-bangsa barat. Katsumoto berpendapat Sang Kaisar telah dipengaruhi oleh Omura, Si Perdana Menteri kepercayaan Kaisar yang hanya memiliki tujuan memperkaya diri dan memperoleh kekuasaan dengan cara licik. Keteguhan hatinya untuk tetap mewujudkan jalan hidup dan kepemimpinan ala samurai mendapat pertentangan hebat dari musuh-musuh politiknya. Sampai akhir film diceritakan, Katsumoto rela mengorbankan nyawanya bagi Kekaisaran asalkan Sang Kaisar mengerti niat baiknya memakmurkan Jepang tanpa menindas rakyat. Tokoh ini diperankan oleh Ken Watanabe, seorang aktor Hollywood keturunan Jepang yang juga pernah membintangi sederet film ternama lainnya. Perannya di film ini dibawakan dengan sangat baik hingga Ken mendapatkan penghargaan Nominasi Piala Oscar tahun 2004 sebagai Aktor Pendukung Pria Terbaik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
2. Nathan Algren Merupakan tokoh utama dalam film ini. Seorang mantan pejuang Amerika semasa Perang Indian berpangkat Kapten dan sangat fokus ketika menjalankan setiap tugas dalam hidupnya. Algren selalu mengalami mimpi buruk di setiap tidurnya dikarenakan perbuatannya di masa lalu. Dia merasa bertanggung jawab penuh ketika ikut membantai suku-suku Indian di Amerika termasuk wanita dan anak-anak. Diposisikan sebagai pelatih bayaran Tentara Kekaisaran Jepang untuk menumpas pemberontakan kaum samurai yang tersisa namun pada akhirnya berbalik mendukung penuh perjuangan kaum samurai setelah sempat menjadi tawanan perang. Semasa ditawan, Algren mendapati sesuatu yang unik dan khas dalam setiap perilaku sehari-hari kaum samurai tersebut. Nilai-nilai kehormatan dan prinsip yang dipegang teguh oleh Katsumoto membuka mata hatinya bahwa kaum samurai itu berperang sebagai wujud nyata pelayanannya kepada Kaisar. Tokoh ini diperankan oleh aktor tenar Hollywood, Tom Cruise. Dalam film ini Cruise berperan sangat baik dan mampu membentuk karakternya terlihat nyata.
Keseriusannya
membawakan
tokoh
Nathan
Algren
membuatnya
mendapatkan penghargaan Nominasi Aktor Drama Terbaik pada Golden Globe tahun 2003.
3. Omura Tokoh antagonis dalam film, dia adalah Perdana Menteri Kaisar yang tamak dan gila kekuasaan. Mempunyai keinginan kuat untuk segera melenyapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
seluruh klan samurai yang tersisa agar menjadi pelaksana pemerintahan tunggal di bawah Kaisar. Kebenciannya pada Katsumoto membuatnya rela menyeberang samudera hingga ke benua Amerika untuk mendatangkan pelatih dan komandan perang Amerika yang terlatih dan berpengalaman demi meningkatkan kemampuan tempur pasukan tentara kekaisaran. Omura yang diperankan Masato Harada, dikenal sangat dekat dengan Kaisar. Kedekatannya ini dimanfaatkannya untuk mempengaruhi Kaisar agar segera mewujudkan ambisinya membasmi kaum samurai.
4. Kolonel Bagley Perwakilan tertinggi komandan perang Amerika di Kekaisaran Jepang dan juga sebagai atasan langsung Nathan Algren. Sebagai komandan bayaran, Bagley sangat menaati kontraknya dengan Kaisar yaitu mengerahkan semua kemampuan tempur dan diplomasinya dalam memerangi perlawanan kaum samurai. Tokoh kejam dan terkesan dingin ini diperankan Tony Goldwyn. Walaupun berulangkali diperingatkan oleh Algren agar tidak membantai orangorang tak berdosa dia tidak menggubris bawahannya itu sampai pada akhirnya kedua prajurit ini saling berhadapan di medan pertempuran.
5. Simon Graham Merupakan penerjemah sekaligus penghubung rombongan Algren selama berada di Jepang. Pengetahuannya tentang budaya lokal amat berguna bagi Algren dalam mengenal seluk beluk kaum samurai. Algren juga memintanya untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
mengabadikan kisah hidupnya selama di Jepang, mulai sejak kedatangannya pertama kali sampai pertempurannya melawan pasukan Kaisar. Diperankan oleh Timothy Spall.
6. Ujio Diperankan Hiroyuki Sanada, dia adalah panglima tertinggi kaum samurai di bawah Katsumoto. Memiliki karakter keras dan tidak mengenal kompromi terhadap musuh-musuhnya, sangat setia kepada Katsumoto. Kemampuan tempurnya yang tinggi dan juga nyalinya yang besar dan tidak mengenal takut membuatnya senantiasa selalu berada di garis depan dalam setiap pertempuran yang diikutinya.
7. Taka Taka adalah adik perempuan sekaligus janda Hirotaro, salah satu samurai pengikut Katsumoto yang gugur di tangan Algren dalam pertempuran. Meskipun sedang dalam keadaan berkabung setelah kematian suaminya, dia tetap bersungguh-sungguh merawat luka Algren semasa dalam tawanan. Hal ini dilakukan Taka mengingat Algren dianggapnya sebagai tamu di rumahnya walaupun sebenarnya musuh besar dari Katsumoto. Taka diperankan sangat baik oleh Koyuki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III SINOPSIS FILM THE LAST SAMURAI
Kapten Nathan Algren (Tom Cruise) adalah mantan pejuang Angkatan Darat Amerika Serikat dan seorang pecandu alkohol sejati. Tiada hari dilaluinya tanpa menenggak beberapa botol minuman keras. Dia mengalami kekecewaan yang amat besar terhadap pimpinannya selama melawan penduduk asli Amerika dalam Perang Indian. Dalam tahun-tahun berikutnya mengikuti dinas militer, Algren kemudian menjadi duta iklan sebuah perusahaan senjata, dimana hal ini semakin memperparah kondisi mentalnya. Rasa bersalah dan trauma yang begitu hebat selalu datang setiap kali dia mendemonstrasikan senjata-senjata yang dipromosikannya pada kumpulan warga di San Fransisco. Merasa geram sekaligus trenyuh melihat mantan atasannya di Angkatan Darat Amerika selalu mabuk-mabukan, Zebulon Gant (Billy Connolly), menawari Algren untuk menemui Kolonel Bagley (Tony Goldwyn). Si Kolonel merupakan salah satu pimpinan Algren ketika berdinas di Angkatan Darat yang amat dibencinya. Algren menganggap Kolonel Bagley-lah yang mempelopori batalyonnya untuk membantai semua suku Indian yang ada termasuk wanita dan anak-anak. Akan tetapi layaknya sebuah ironi, justru Si Kolonel memiliki sebuah tawaran pekerjaan menarik untuk Algren dan Gant, yaitu sebagai pelatih bayaran bagi para tentara Kekaisaran Jepang. Tanpa menunjukkan rasa sungkan sedikitpun, Algren mengajukan nominal gajinya kepada Omura (Masato Harada) sebesar 1000 dollar Amerika. Karena
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
merasa sangat membutuhkan jasa Algren, Omura pun menyetujuinya dan segera mengikatnya dengan kesepakatan kontrak. Di bawah komando Kolonel Bagley, kemudian Algren bersama-sama dengan Gant memulai pekerjaan barunya untuk melatih para serdadu Kekaisaran. Simon Graham Timothy Spall), penerjemah kebangsaan Inggris yang sinis berperan sebagai penerjemahnya selama Algren berada di Jepang. Nampaknya hal ini bukan perkara mudah, bahkan bagi pejuang yang memiliki pengalaman militer lebih dari cukup seperti Algren. Kendala perbedaan bahasa dan latar belakang para serdadu yang pada mulanya merupakan beberapa tantangan Algren dalam menjalani pekerjaan barunya itu. Belum juga para serdadu tersebut memiliki kemampuan standar tempur yang memadai, tiba-tiba saja Kolonel Bagley memerintahkan Algren memimpin pasukannya untuk langsung berhadapan dengan kaum samurai yang dipimpin oleh Menteri Katsumoto (Ken Watanabe). Bagley menyebut serangan para samurai terhadap rel-rel kereta api milik Omura sebagai alasan kuat untuk sesegera mungkin pasukan Kekaisaran untuk maju berperang. Melihat kesiapan tentaranya, tentu saja Algren menolak mentah-mentah perintah atasannya itu, namun Bagley tak memedulikannya dan bersikukuh tetap dengan pendiriannya untuk menghadapi kaum samurai. Dengan terpaksa, Algren bersama dengan Gant dan pasukan Kekaisaran melacak dan memburu samurai-samurai tersebut sehingga peperangan dahsyat pun tak terhindarkan. Sesuai dengan perkiraan Algren, mental para serdadu yang rapuh dapat dengan mudah dimanfaatkan para samurai untuk menjungkalkannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
di medan peperangan. Tentara kekaisaran pun kalah, bahkan Gant gugur di dalam pertempuran ini. Keadaan yang tidak seimbang ini membuat pasukan Kekaisaran kocarkacir dan mundur secara teratur alih-alih Algren terjebak dalam situasi terkepung. Dengan susah payah dia menangkis serangan bertubi-tubi dari para samurai yang diarahkan kepadanya. Ternyata secara kebetulan Katsumoto melihat dengan jelas kegigihan Kapten Amerika ini. Sesuai dengan visinya di masa lalu ketika bermeditasi, Katsumoto menganalogikan Algren dengan harimau putih yang tak kenal takut dan pantang menyerah pada musuh-musuhnya walaupun nyawanya sudah di ujung tanduk. Dalam keadaan terjepit itulah justru Algren berhasil membunuh ksatria samurai berjubah merah yang kelak diketahui bernama Hirotaro, adik ipar Katsumoto. Bukannya membunuh Algren untuk membalas dendam, Katsumoto justru memerintahkan bawahannya untuk menjadikan Algren tawanannya dan membiarkannya hidup. Dalam kondisi luka parah, dia dibawa menuju desa kaum samurai. Di perjalanan, Algren menyaksikan dengan mata kepala sendiri, Jenderal Hasegawa, panglima tertinggi serdadu kerajaan bunuh diri lalu dipenggan kepalanya oleh Katsumoto. Algren dibawa ke dalam desa terpencil tempat kaum samurai pimpinan Katsumoto dan dirawat di rumah Taka (Koyuki), janda Hirotaro. Katsumoto memerintahkan Taka untuk merawat musuhnya itu hingga lukanya sembuh. Tujuan dari Katsumoto membiarkan Algren hidup adalah untuk mengenal secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
detail musuh asingnya tersebut dan dapat mempelajarinya secara mendalam agar pengetahuannya dapat dimanfaatkan untuk pepeangan-peperangan selanjutnya. Merasa mendapat kehormatan dari kakaknya, Taka merawat Algren dengan sungguh-sungguh dan mengesampingkan rasa dukanya yang begitu mendalam setelah ditinggal suaminya. Seiring waktu berjalan dan mendapati lukalukanya berangsur sembuh, Algren mulai belajar mengatasi kecanduannya pada minuman keras. Di tempat ini dia juga belajar tentang harmoni dan keselarasan kaum samurai yang sangat unik. Dimana kehormatan dan harga diri dijunjung tinggi, setiap orang mendedikasikan hidupnya sejak bangun tidur demi kesempurnaan pekerjaannya masing-masing. Semua ini dituangkan Algren dalam setiap lembar buku hariannya. Termasuk perbincangannya dengan Katsumoto, mereka berdua berusaha memahami perbedaan-perbedaan budaya yang mewakili asal masing-masing. Alih-alih diperlakukan sebagai tawanan perang, Algren justru memiliki banyak sekali kesempatan untuk belajar ilmu pedang dari Ujio (Hiroyuki Sanada). Pelan namun pasti, Algren menjadi semakin fasih menggunakan katana, pedang andalan para samurai. Di tempat ini pula Algren menemukan kedamaian dan mempertajam pikirannya walaupun sesekali mimpi buruk tentang Perang Indian menghantuinya. Bahkan, diam-diam Taka menaruh hati pada Algren, walaupun dia mengetahui bahwa laki-laki asing yang tinggal di rumahnya itu adalah pembunuh dari suami yang sangat dicintainya. Perlahan, sifat kebapakan dan kepedulian Algren pada kedua anak Taka membuat dirinya menerima kehadiran Algren
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
benar-benar sebagai tamu, dan mengikis perasaan dendam yang semula membara di hatinya. Kemudian tanpa diduga ketika penduduk desa samurai itu mengadakan pertunjukan seni pada suatu malam, terjadilah penyerangan oleh sekelompok ninja-ninja tak dikenal. Pasukan pembunuh terlatih itu menjadikan Katsumoto sebagai target untuk dilenyapkan. Algren tak tinggal diam, dia mengerahkan segala kemampuannya untuk melindungi Katsumoto dan Taka beserta kedua anaknya. Kesungguhan Algren dalam memerangi ninja-ninja itulah yang membuat dirinya semakin mendapatkan rasa hormat dari Katsumoto dan para samurai pengikutnya. Menggunakan pedang almarhum Hirotaro, tanpa ragu Sang Kapten Amerika itu menebas musuh-musuh Katsumoto hingga para ninja dapat dilumpuhkan seluruhnya. Penyerangan malam itu memang dapat dikatakan nihil tanpa hasil, walaupun beberapa pengikut Katsumoto Menjadi korban. Walaupun Katsumoto tidak mengkonfirmasi siapa orang yang memerintahkan penyerangan itu, Algren merasa bahwa Omuralah pelakunya karena hanya dialah satu-satunya petinggi Kekaisaran yang ingin menyingkirkan Katsumoto agar menjadi wakil tunggal Sang Kaisar. Seiring datangnya musim semi, Katsumoto menawarkan Algren untuk kembali ke kesatuannya di Tokyo setelah menjadi tawanan selama musim dingin. Dengan berat hati Algren menerima tawaran tersebut, tentu saja dia merasa berat untuk berpisah dengan lingkungan samurai yang baru dikenalnya, terutama berpisah dengan Taka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Sesampainya di Tokyo, Algren mendapati Kolonel Bagley masih memimpin pasukan Kekaisaran. Akan tetapi ada yang berbeda kali ini, pasukan telah terorganisir secara rapi, sangat jauh berbeda ketika Algren masih menjadi pelatih lapangan dahulu. Persenjataan modern puntelah lengkap, antara lain Senapan Gatling dan Meriam Howitzer yang tergolong canggih di zaman itu. Kedua senjata itu didatangkan langsung dari Amerika melalui perjanjian dagang dengan Kekaisaran Jepang. Tentu saja, lobi politik Omura berada di balik kedatangan senjata-senjata tersebut. Mengetahui kepulangan Algren dari masa tawanan, Omura segera menemuinya dan menawarkan kontrak kerjasama untuk kedua kalinya. Omura sedikit memaksa Algren untuk kembali bergabung dalam pasukan komando Kekaisaran guna kembali menumpas pemberontakan kaum samurai. Kali ini Algren hanya terdiam sinis tidak menjawab. Secara
diam-diam
Omura
memerintahkan
mata-matanya
untuk
membayangi setiap gerak-gerik Algren. Dia tidak ingin rencananya bocor dan sampai ke telinga Katsumoto. Omura tak segan memerintahkan anak buahnya untuk menghabisi Algren jika dia kedapatan mendekati Katsumoto lagi. Pada saat yang sama, Katsumoto menghadap Sang Kaisar dan menjelaskan secara detail mengapa dia memberontak seakan-akan melawan Kaisar. Dengan melakukan
pemberontakan,
dia
ingin
menunjukkan
kebenaran
yang
sesungguhnya, Kekaisaran Jepang jangan sampai merendahkan harga dirinya di hadapan bangsa-bangsa lain tanpa kecuali. Walaupun demi alasan modernisasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
sekalipun. Karena baginya, kemakmuran rakyat dan kewibawaan kaisar adalah yang paling utama. Katsumoto menyadari jikalau sesungguhnya Kaisar hanyalah merupakan boneka Omura, Katsumoto menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Kaisar karena baginya Sang Kaisar merupakan titisan seorang dewa. Pemberontakan bersama para pengikutnya diharapkan dapat membuka mata Kaisar untuk lebih memperhatikan rakyat, tidak semata menuruti kemauan pihak asing. Katsumoto ingin Kaisar meninjau kembali hubungan luar negerinya. Keteguhan Katsumoto pun berlanjut hingga sidang yang melibatkan para anggota dewan kekaisaran dan Kaisar sendiri. Mengetahui keengganan Katsumoto untuk bersekutu dengan kubu Omura, pimpinan kaum samurai itu pun lantas ditangkap dan dikurung di sebuah tempat di Tokyo. Sudah dapat dipastikan, Omura merasa inilah saat yang ditunggu-tunggu, yaitu membunuh Katsumoto selagi dia berada dalam penahanan. Pikirnya, apabila Katsumoto tewas, maka pemberontakan para samurai akan lebih mudah diatasi. Merasa Katsumoto dalam bahaya, Algren pun mencoba untuk menemui Katsumoto dan menyelamatkannya. Akan tetapi di tengah perjalanan dia dihadang oleh sekelompok mata-mata bawahan Omura. Dengan berbekal ilmu pedang yang didapatnya sewaktu menjadi tawanan Katsumoto, Algren berhasil membunuh para mata-mata tersebut. Kemudian Algren mengoordinasi Simon Graham, Ujio dan beberapa samurai untuk menyelamatkan Katsumoto. Namun sayang, anak Katsumoto, Nobutada terbunuh dalam misi penyelamatan itu dan menyisakan duka mendalam bagi pihak samurai. Dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
kondisi terguncang, Katsumoto menyadari bahwa desanya pasti akan diserang oleh lebih dari 2000 pasukan Kekaisaran dengan persenjataan modern dan lengkap pimpinan Omura. Sedangkan jumlah pejuang samurai yang tersisa hanya 500 prajurit. Algren yang menyatakan diri siap membantu Katsumoto menawarkan strategi ala Pertempuran Thermopylae dimana keunggulan jumlah pasukan musuh justru dimanfaatkan oleh pasukan yang memiliki prajurit lebih sedikit namun sangat menguasai medan pertempuran. Katsumoto menyetujui strategi ini dan segera menyusun taktik bersama pasukannya. Sementara itu Taka yang mengetahui kembalinya Algren merasa bahagia sekaligus sedih. Sedih karena khawatir Algren akan menyusul suaminya gugur di medan pertempuran. Anak pertama Taka, Magojiro pun demikian, dia takut kehilangan Algen seperti ketika dia kehilangan ayahnya dulu. Taka mengatakan pada Algren prinsip-prinsip samurai sangat sulit dipahami oleh anak-anak. Menjelang dimulainya pertempuran antara pasukan Kekaisaran dan kaum samurai tersisa, alih-alih Taka memberikan baju zirah almarhum suaminya kepada Algren. Dengan sedikit memaksa, Taka memakaikan baju zirah itu untuk Algren dengan berlinangan air mata. Dalam kesedihan, kedua orang ini sempat berciuman sesaat sebelum Algren bergabung dengan pasukan Katsumoto. Sesudah semua perlengkapan tempurnya siap, Katsumoto menghadiahi Algren sebuah pedang samurai yang bertuliskan huruf kanji. Makna tulisan dalam bilah pedang itu adalah “Aku milik seorang Ksatria dimana semangat kuno dan baru, bersatu”. Ujio kemudian menyambut Algren sebagai ksatria samurai dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
kelompoknya, yang akan berjuang bersama-sama melawan pasukan Kaisar Meiji. Algren telah menjelma menjadi seorang samurai dan menerapkan prinsipprinsipnya sekaligus. Terlihat dari senjata yang dibawa Algren ke medan pertempuran. Dia tidak membawa satupun senjata api, hanya katana pemberian Katsumoto dan sebilah pedang kecil. Sebelum pertempuran, kedua pihak terlebih dulu berunding untuk saling menawarkan keinginan masing-masing. Pihak pasukan kekaisaran diwakili oleh Omura dan Kolonel Bagley, betapa terkejutnya Bagley melihat Algren berdiri membela pihak musuh dengan perlengkapan baju zirah dan senjata samurai. Setelah tidak tercapai kata sepakat, kedua pihak setuju untuk menyelesaikan di jalur pertempuran. Sesaat sebelum bertempur, Algren sempat menyerahkan buku hariannya kepada Simon Graham. Algren ingin Graham menulis perjalanan hidupnya selama menjadi tawanan dan kemudian ikut membela samurai. Pasukan Kekaisaran yang bersenjata lengkap langsung membuka serangan dengan menembakkan meriam. Para samurai yang hanya berlindung di balik perisai kayu banyak yang bertumbangan menerima hantaman artileri tersebut. Namun, ternyata memang itulah strategi yang dipakai oleh Algren dan Katsumoto untuk menjinakkan Pasukan Kekaisaran. Kubu samurai berharap orang-orang Omura akan terpancing semakin maju ke dalam pertahanan sekaligus jebakan yang telah disusun keduanya. Merasa unggul jauh, Omura secara tergesa-gesa memerintahkan semua pasukannya untuk terus merangsek maju, taktik Algren berhasil. Dengan mendekatnya pasukan Kekaisaran, maka dengan mudah pasukan pemanah dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
berkuda Katsumoto menebarkan perangkap api yang sistematis. Terkejut dengan strategi itu, lalu kocar-kacirlah orang-orang Omura itu. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa lingkaran api memisahkan terlalu jauh pasukan artileri dengan para prajurit yang berada di depan. Meriam jelas tidak sanggup menjangkau kumpulan pasukan samurai yang bersiap menyerang balik. Pertempuran sengit secara langsungpun tak terhindarkan. Walaupun jumlah prajurit kedua belah pihak sangat timpang, pada kenyataannya para samurai berhasil memukul mundur pasukan Kekaisaran. Bahkan Algren berhasil membunuh Kolonel Bagley dengan pedangnya. Dengan sisa pasukan dan tenaganya, Katsumoto maupun Algren terus berusaha maju mencapai garis belakang musuh. Akan tetapi, ternyata Omura memiliki rencana cadangan yang amat mematikan, yaitu berupa senapan mesin otomatis. Sudah barang tentu, para samurai yang tersisa dapat dengan mudah dilumpuhkan. Tanpa ampun, senapan berjuluk Gatling itu menghabisi para samurai hingga hanya menyisakan Algren dan Katsumoto. Salah seorang pasukan Kekaisaran yang dulunya pernah dilatih Algren tak disangkanya memberikan simpati dan memerintahkan anak buahnya untuk menghentikan tembakan dan berlutut untuk memberi hormat musuhnya. Hal ini membuat Omura gusar. Dalam keadaan sekarat, Katsumoto ingin Algren membantunya untuk melakukan seppuku, aksi bunuh diri oleh seorang samurai akibat tak dapat menanggung malu ketika kalah dalam pertempuran. Sebelum ajalnya tiba, Katsumoto sempat menyelesaikan bait puisinya yang terakhir. Katsumoto lalu menghembuskan nafasnya yang terakhir di hadapan Algren.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Sesudah perang saudara yang memakan banyak korban itu, di Istana Kekaisaran Jepang, Duta Besar Amerika Serikat sedang melakukan lobi kepada Kaisar terkait penandatanganan hak eksklusif AS menjadi pemasok senjata tunggal bagi Pemerintah Jepang. Sebelum Kaisar sempat menandatanganinya, Algren menghadap Kaisar untuk menyerahkan pedang mendiang Katsumoto. Omura yang berada dalam ruangan yang sama berusaha membujuk Kaisar untuk segera menyelesaikan administrasi dengan Duta Besar AS itu, namun Kaisar tak menggubrisnya. Dengan penuh penyesalan mengetahui kematian Katsumoto, mantan gurunya, Kaisar mendengarkan penuturan Algren tentang tujuan mulia dari pemberontakan yang selama ini dilakukan Katsumoto. Kemudian Sang Kaisar berubah pikiran, secara spontan dia membatalkan perjanjian dagang tersebut hingga membuat kecewa Omura dan Duta Besar AS. Omura mencoba merubah pikiran Kaisar dengan menghasutnya, dan Kaisar menyadari bahwa dia tidak perlu diperintah oleh Omura - menyita perkebunan dan kekayaannya. Kaisar kemudian menawarkan kepadanya pedang Katsumoto untuk melakukan seppuku jika Omura merasa direndahkan. Omura hanya menundukkan kepalanya dan berjalan pergi. Kaisar menyadari bahwa pendapat Katsumoto benar adanya, yaitu Jepang boleh berubah menjadi sebuah negara modern, akan tetapi tak boleh sedikitpun melupakan akar sejarah bangsanya sendiri, yang tercermin dari jalan hidup nenek moyangnya, kaum samurai. Algren merasa telah menyampaikan amanat Katsumoto kepada Kaisar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Film kemudian berakhir dengan menyisakan tanda tanya tentang ke mana Kapten Nathan Algren akan melanjutkan sisa hidupnya. Tidak ada seorangpun yang tahu dengan pasti, ada yang menyatakan dia tewas karena luka yang dideritanya, sebagian lagi mengatakan Si Kapten pulang ke negara asalnya, Amerika Serikat. Namun, Simon Graham yang diplot sebagai narator membayangkan akhir yang indah, Algren kembali ke desa samurai untuk menemui Taka dan hidup bersama dengannya. Secara filosofis Graham menyimpulkan Algren menemukan kedamaian disana dan menutup kisah ini dengan kalimat: "Bahwa kita semua mencari kedamaian, tetapi hanya sedikit dari kita yang berhasil menemukannya."
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV KONFLIK BATIN NATHAN ALGREN
A. Kategorisasi Bahan Studi Dalam keseharian kehidupan setiap individu, konflik internal seringkali terjadi di dalam benak seseorang untuk membuat keputusan dan menentukan pilihan, terutama jika hal tersebut menyangkut masalah batin. Banyak pemikiran dan pertimbangan dari berbagai aspek yang harus dilakukan. Sebelum seseorang mengambil sikap atau tindakan, ketika dihadapkan pada sebuah dilema masalah tertentu, terlebih dahulu orang itu akan melakukan komunikasi intrapersonal. Jenis komunikasi ini merupakan proses yang mungkin tidak kita sadari terjadi dengan sendirinya. Karakteristik
personal
tiap
individu
sangat
mempengaruhi
hasil
komunikasi intrapersonal tersebut. Yang mana disebutkan oleh Jalaluddin Rakhmat: “Secara psikologis kita dapat mengatakan bahwa setiap orang mempersepsi stimuli sesuai dengan karakteristik personalnya.”Proses pengolahan informasi, yang disini disebut sebagai komunikasi intrapersonal, meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi ialah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons. (Jalaluddin Rakhmat, 2004: 49).
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Jika dalam mengambil keputusan tersebut seseorang dihadapkan pada dua pilihan yang saling bertentangan, terutama pilihan-pilihan yang tidak sesuai dengan nilai, kepentingan dan moralitas yang diyakini, maka konflik batin terjadi dan memerlukan pemikiran yang lebih serius untuk memutuskan tindakan mana yang akan diambil. Seperti kasus yang terjadi dalam film The Last Samurai ini dimana tokoh utamanya mengalami konflik batin sehubungan pilihannya untuk bergabung dengan kaum samurai untuk berbalik memerangi pasukan Kekaisaran dan mantan atasannya. Film ini menggambarkan bagaimana tokoh Nathan Algren sempat mengalami konflik batin dan keraguan untuk mengikuti nuraninya. Konflik batin yang menuntunnya untuk mengambil keputusan digambarkan melalui adeganadegan berikut ini.
B. Konflik antara komitmen profesional dan hati nurani Sebagai seorang laki-laki khas Amerika tulen, kesan individualis sekaligus materialistis sangat jelas terlihat dalam sosok Nathan Algren. Setelah tidak lagi aktif berdinas sebagai anggota Angkatan Darat Kavaleri Union Amerika, Algren yang tidak memiliki pekerjaan tetap menerima tawaran kerjasama dari Omura dengan menaikkan upah kontraknya. Meskipun sedang berada dalam suasana ramah tamah formal dengan ditemani mantan atasannya, tanpa ragu ia mengajukan nominal yang harus disediakan oleh Omura. Algren tidak menggubris sedikitpun raut wajah Omura
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
yang menunjukkan keterkejutannya. Dia memiliki komitmen profesional yang kuat, yaitu berani mematok harga tinggi demi hasil pekerjaan yang maksimal. Namun di tengah pekerjaannya melatih pasukan, Algren mendapati hati nuraninya sangat terusik ketika mimpi-mimpi buruk mulai menghantuinya. Walaupun tidak selalu benar, hati nurani dapat dikatakan sebagai perwujudan norma moral yang dimiliki.
Adegan 5
Pesan verbal:
“Aku sudah terikat kontrak dengan Winchester Company.” “Aku yakin Tn. Omura tahu artinya kontrak.”
Pesan non verbal: Algren menyeringai sesudah menenggak whiski dalam gelas di depannya ketika Kolonel Bagley menjelaskan alasan kedatangan Omura. Sikap Algren ini seakan terkesan merendahkan lawan bicaranya, termasuk Omura.
Pesan verbal:
“ Penampilanmu bersama Winchester menghasilkan 25 dollar seminggu.” “Kami akan membayarmu 400 dollar sebulan.”
-Algren:
“500 dollar per bulan masing masing, dan 500 dollar lagi setelah pekerjaan kami selesai.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Pesan nonverbal: Sikap arogan ditunjukkan Algren saat dia menaikkan tawaran upahnya kepada Omura, tanpa merasa sungkan. Omura memperlihatkan mimik wajah terkejut dan kemudian sedikit tersenyum.
Adegan 5.3
Pesan verbal: Pesan nonverbal: Algren mulai tertawa mendengar penjelasan Kolonel Bagley tentang keberhasilan Korps pasukannya dalam menghadapi suku Indian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Adegan 14A-15
Pesan verbal:
“Mereka sangat berani.”
Pesan Nonverbal: Algren, Simon Graham dan Kolonel Bagley menghadap Kaisar Meiji untuk memperkenalkan diri dan berkomitmen melatih Pasukan Kekaisaran dengan sungguh-sungguh, ketika ditanyakan tentang kebrutalan peperangan dengan Suku Indian, Algren hanya menjawab singkat. Algren memegang janji yang tertuang dalam kontraknya untuk serius mengerahkan seluruh kemampuannya demi membuat Pasukan Kekaisaran menjadi armada terampil dan siap tempur. Sementara itu, bayang-bayang rasa bersalah sewaktu membantai wanita dan anak-anak suku Indian sesekali melintas di pikiran Algren. Analisa Makna denotatif dari beberapa adegan kunci di atas menunjukkan proses penawaran upah kontrak Nathan Algren pada Omura yang sangat ingin memakai jasanya. Kemudian sesampainya di Kepulauan Jepang, Algren dengan sungguhsungguh melatih kecakapan serta mental para prajurit Kekaisaran pimpinan Omura. Dia mengajarkan secara langsung teknik-teknik perang termutakhir pada zamannya itu. Dari cara memegang senapan hingga taktik bertahan dan menyerang secara efektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Dalam melaksanakan tugasnya, Algren juga dibantu oleh Zebulon Gant dan penerjemahnya asal Inggris, Simon Graham. Dari pihak Omura terdapat pula seorang komandan lapangan yang diperintahkan untuk menjelaskan metodemetode pelatihan Algren langsung kepada para tentara itu. Sedangkan makna konotatifnya adalah model dan karakter Nathan Algren yang sangat optimis dan profesional. Dia merasa bahwa dirinya cukup berpengalaman dalam berbagai macam medan pertempuran yang telah dialami bersama korpsnya dahulu. Dari sikap dan gerak tubuhnya, memperlihatkan Algren sangat yakin dalam menerima tugas barunya itu. Kesan angkuh dan kurang menghargai lawan bicaranya jelas terlihat. Terlebih, melihat nilai kontrak yang disepakati
teramat
besar
baginya
Mungkin
satu-satunya
pengganjal
kemantapannya yaitu Kolonel Bagley yang lagi-lagi akan menjadi atasannya selama berada di Jepang. Akan tetapi, tetap saja di dalam lubuk hatinya Algren merasakan kegetiran yang mendalam. Seakan dia meratapi nasibnya yang tidak bisa jauh dari bau darah korban pertempuran. Ia sadar, mimpi buruk akan selalu rutin datang apabila pekerjaan barunya itu segera dilakukannya.
Adegan 34
Pesan verbal:
“Jika ia tak mau, aku yang akan membunuhnya.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Pesan nonverbal: Algren merasa pekerjaannya diintervensi amat dalam oleh Bagley maupun Omura, dia kesal dengan ketergesa-gesaan Omura yang ingin segera menghadapi Katsumoto meskipun pasukannya belumlah siap berperang.
Adegan 38
Pesan verbal:
“Kita akan segera ke garis depan”
Pesan nonverbal: Sewaktu akan menghadapi perlawanan kaum samurai, Algren tak mengindahkan anjuran Kolonel Bagley untuk menempati posisi aman di belakang daerah pertahanan. Algren ingin memimpin sendiri secara langsung pasukan Kekaisaran yang dilatihnya. Analisa Makna denotatif dari kedua adegan di atas menunjukkan Algren adalah orang yang berani melawan perintah langsung atasannya. Meskipun dalam dunia militer modern hal ini hampir mustahil untuk dilakukan. Secara terang-terangan di hadapan ratusan pasukan Kekaisaran yang dilatihnya, Algren memperlihatkan sikap penentangannya pada Kolonel Bagley dan Omura.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Makna lanjutan atau konotatifnya yaitu Algren adalah tipe pejuang sejati yang tak kenal takut dan sangat pantang mengorbankan anak buahnya demi keselamatan dirinya. Sebagai seorang prajurit berpengalaman, dia sangat yakin mental pasukan yang dilatihnya belum siap untuk berperang. Terlebih lagi latar belakang sebagian besar pasukannya itu berasal dari kalangan petani yang belum pernah sekalipun memegang senjata api. Caranya menunjukkan kepada Bagley ketidaksiapan pasukannya dengan menyuruh salah seorang prajurit untuk menembaknya memperlihatkan bahwa Algren memang seorang yang tak kenal takut. Dia benar-benar tidak ingin membuat anak buahnya mati sia-sia di tangan kaum samurai. Hal itu juga menunjukkan kemarahan Algren yang memuncak pada Bagley yang seakan-akan menutup mata pada keadaan dan semata ingin menuruti keinginan Omura saja.
Adegan 128
Pesan verbal:
“Tuan Omura, kontrakku denganmu hanya untuk melatih pasukanmu.”
Pesan nonverbal: Setelah dibebaskan Katsumoto, Algren mendapati dirinya kembali berhadapan dengan Omura. Kali ini dia ingin memaksakan sebuah kontrak baru kepada Algren untuk memerangi Katsumoto dan anak buahnya lagi. Raut muka Algren terlihat enggan menerima kontrak baru itu. Analisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Sekembalinya dari masa tawanan, Nathan Algren tidak menyangka bahwa Omura masih sangat ingin mempergunakan jasanya untuk memerangi para samurai, kali ini Omura memintanya secara langsung. Makna denotatif tersebut di atas menggambarkan keadaan di Tokyo semakin berada di bawah pengaruh Menteri Omura. Secara kasatmatapun kekuasaan dan wewenang Omura memang bertambah. Sedangkan makna konotatifnya adalah untuk kesekian kalinya nurani Algren terusik. Ketika berada dalam tawanan Katsumoto, dia merasakan dan melihat secara langsung tujuan mulia dari pemberontakan itu. Algren berada dalam kebimbangan untuk memutuskan apakah akan menerima kontrak itu atau justru mengabaikannya. Keputusan yang akan diambil Algren memang sangat menentukan keselamatan hidupnya, karena dia tahu persis kelicikan Omura. Si Menteri tamak itu pasti akan menghabisinya apabila Algren menolak kontrak yang sangat dipaksakan tersebut. Mitos Makna-makna di atas merupakan tanda yang menunjukkan gaya dan sikap profesional seorang Nathan Algren. Dia memiliki karakter menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna dan totalitas penuh. Kemampuan yang dimilikinya melalui berbagai macam pertempuran yang pernah diikuti semasa menjadi pejuang di Amerika ditularkan semuanya kepada prajurit Kekaisaran. Dalam film ini ditunjukkan bahwa sikap semacam itu lazim ditemui pada orangorang Amerika, yaitu pekerja keras dan profesional sejati.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Profesional erat kaitannya dengan jumlah pendapatan yang didapat atau diperoleh ketika melakukan suatu pekerjaan. Algren merupakan model sempurna dalam hal tersebut, meskipun seakan melabeli dirinya dengan “Pejuang Amerika Sejati” yang siap membantu suatu rezim pemerintahan dalam menangani pemberontak dengan harga upah yang tinggi, toh dia memang bekerja dengan sungguh-sungguh dan ingin berhasil sempurna. Konflik batin yang dialaminya ketika berjumpa mimpi buruk yang berhubungan dengan pertempuran di masa lalu menyebabkan Algren terkadang mengalami goncangan mental. Dia merasa bersalah karena ikut membantai wanita dan anak-anak Indian. Mimpi buruk itu merupakan tanda keputusasaan Algren yang terpendam di dalam hatinya, putus asa karena rasa bersalah itu sangatlah mengguncangnya.
C. Konflik antara rasa bersalah dan kehormatan Seorang manusia sudah barang tentu mustahil menghapus masa lalunya, setiap tindakannya di masa kini pastilah ada pengaruh dari pengalaman masa lalu entah disengaja ataupun tidak. Dalam menjalankan tujuan-tujuan hidupnya yang terangkum dalam sebuah kepentingan tertentu, manusia akan memilah-milah tindakan mana yang akan diambil sebelum memutuskan jalan hidup yang akan ditempuh. Dalam kasus konflik batin Nathan Algren yang jelas-jelas berangkat dari rasa bersalah mendalam kejadian masa lalunya menyebabkan hati dan pikirannya tak henti-hentinya mempertentangkan keputusan-keputusan yang akan diambil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
selanjutnya. Terlebih takdir-takdir jalan hidupnya selalu menempatkannya dekat dengan peperangan. Dia tidak takut akan bertemu dengan kematian walaupun terkadang dia mengharapkan kematian tersebut mendatanginya lebih cepat. Sewaktu berada dalam kepungan para samurai seorang diri, Nathan Algren mempunyai insting yang kuat untuk mempertahankan diri. Dia tahu tidak akan menang dan bisa saja menyerah kepada musuh demi menyelamatkan nyawanya, namun dia tetap berusaha melawan sampai kesempatan untuk hidup benar-benar telah hilang. Kepentingannya jelas, yaitu menyelamatkan dan mempertahankan diri dari kepungan para samurai itu untuk kemudian kembali ke pihak Kekaisaran dan menyusun strategi lagi untuk menyerang balik atau sekalian mati di tangan samurai-samurai musuhnya itu. Keberaniannya dalam menghadapi kematian terlandasi oleh rasa bersalah masa lalu dan dia ingin sekali menebusnya. Dalam pertempuran itu, Algren juga menyaksikan sendiri kematian rekannya, Zebulon Gant di ujung pedang salah seorang samurai. Sesaat sebelumnya dia sempat melarang Gant ikut dalam pertempuran secara langsung akan tetapi Gant menolaknya. Ketika menjalani masa tawanan di desa yang dihuni oleh kaum samurai, Algren belajar banyak mengenai kode etik samurai yang awalnya sangat asing dan unik baginya. Ia merasakan prinsip harga diri dan kehormatan sangat dijunjung tinggi. Salah satu karakter unik dari kelas samurai Jepang adalah tingginya harga diri mereka, yang diekspresikan baik secara verbal maupun fisik, yang oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
masyarakat barat pada umumnya diasosiasikan dengan tindak tanduk khas para raja dan ratu serta anggota keluarga kerajaan lainnya. (Boye de Mente, 2009: 129).
Adegan 38
Pesan verbal: Pesan nonverbal: Ketika dalam kekisruhan perang yang membabi buta, Gant terkena tombak tepat di dadanya. Seorang samurai berbaju merah kemudian menghampirinya yang terkapar tak berdaya di tanah. Tanpa ampun, samurai itu kemudian menghabisinya dengan sekali tusukan.
Pesan verbal: Pesan nonverbal: Algren terjatuh dari kudanya karena dihantam oleh parajuritprajurit samurai yang kemudian menyerangnya silih berganti. Di tengah kepungan para samurai dan hanya bersenjatakan tombak, Algren bertarung sekuat tenaga untuk mempertahankan diri dari katana-katana yang mematikan. Walaupun beberapa kali tampak terhuyung kepayahan dia tetap tidak mengendurkan setiap serangannya. Bahkan ia berhasil membunuh beberapa samurai.
Pesan verbal: Pesan nonverbal: Di tengah-tengah usaha keras Algren mempertahankan diri dari serangan bertubi-tubi para samurai, Katsumoto memperhatikan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
seksama kegigihan Algren itu. Sebuah tombak beratribut bendera harimau putih yang dijadikan senjata oleh Algren membuat Katsumoto terus memperhatikan musuhnya itu. Dalam satu kesempatan, Algren justru berhasil membunuh seorang ksatria samurai berbaju zirah warna merah yang akan menghabisinya. Analisa Makna denotatif dari adegan yang di atas adalah penggambaran suasana kebrutalan perang antara kedua belah pihak, tentara kekaisaran dan para pejuang samurai. Tentara kekaisaran tampak belum siap mental dalam bertempur dibandingkan kegigihan orang-orang Katsumoto meskipun menenteng senjata api. Prediksi Algren terbukti tepat, para petani yang tiba-tiba dipaksa menjadi tentara itu dapat dengan mudah dikalahkan oleh pasukan samurai. Kegugupan di medan pertempuran mengakibatkan banyak korban di pihak Algren, bahkan Gant juga turut terbunuh. Algren sempat memerintahkan pasukannya untuk mundur meskipun dia sendiri terjebak di tengah-tengah kepungan kaum samurai. Tentu saja para samurai itu ingin segera membunuh Algren dengan menyerangnya dari segala arah. Pun si Kapten itu tidak tinggal diam, ia menangkis setiap serangan yang diarahkan kepadanya dan berhasil membunuh Hirotaro. Makna konotatif dari rangkaian adegan di atas memperlihatkan semangat pantang menyerah yang dimiliki oleh seorang Nathan Algren. Meskipun dia tahu kemungkinan terbunuh di medan pertempuran sangat besar, ia tetap saja gigih mempertahankan diri dan enggan menyerah. Rasa bersalah karena membawa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
pasukan yang belum cakap ke medan pertempuran dan kehilangan sosok Gant membuatnya semakin agresif dalam menyerang seorang diri. Baju zirah Hirotaro yang berwarna merah darah dan berbeda dengan seragam samurai-samurai lainnya menggambarkan bahwa si pemakainya adalah seseorang pejuang yang kejam dan suka sekali membunuh lawan-lawannya yang sudah tak berdaya. Warna itu juga melambangkan keberanian dalam pertempuran.
Adegan 68
Pesan verbal: Pesan nonverbal: Untuk pertama kalinya Nathan Algren bertarung dengan pedang kayu melawan Ujio. Meskipun sama sekali tidak menguasai ilmu pedang, Algren dengan gigih melawan serta tidak mau menyerah kepada Ujio yang notabene merupakan salah satu samurai ahli pedang terbaik. Tersungkur dan dihajar berkali-kali, Algren tetap saja tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti menantang Ujio.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Adegan 89
Pesan verbal: Pesan nonverbal: Setelah giat berlatih dengan keras, kemampuan Nathan Algren dalam
menggunakan
pedang
samurai
sedikit-demi
sedikit
mengalami
peningkatan. Hingga suatu saat dia kembali beradu mahir dengan Ujio. Melalui pertandingan ujicoba yang dilakukan serta dipelajari Algren sebelumnya, dia berhasil membuat kagum para samurai yang melihat pertandingan itu. Algren berhasil mengimbangi Ujio. Analisa Makna denotatif dari adegan di atas memperlihatkan tahap-tahap latih tanding Nathan Algren selama menjadi tawanan Katsumoto. Dia secara tidak langsung dan berkelanjutan memperdalam ilmu pedang samurai, suatu hal baru yang sangat menarik baginya. Ujio yang berpredikat master pada awalnya dapat dengan mudah memperdaya Algren. Namun, setelah melalui berbagai latihan dan mempelajari dengan seksama, akhirnya Algren dapat mengimbangi kepiawaian Ujio. Sedangkan makna konotatif dari beberapa adegan itu menunjukkan bahwasannya Algren masih memiliki kehormatan yang tinggi dan militan meskipun sedang berada di lingkungan musuh-musuhnya. Buta sama sekali mengenai teknik-teknik berpedang tak lantas membuatnya rendah diri di hadapan Ujio.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Ketika dihajar habis-habisan oleh Ujio dan disaksikan Taka dan penduduk desa lainnya, Algren seakan ingin terus memaksakan diri melawan walau dengan fisik yang lelah dan letih. Ia sangat ingin mengalahkan Ujio. Tidak mau kalah, Ujio pun tak sedikitpun memberi ampun dan terus menghajar Algren berkali-kali, hal ini dilandasi dari kekesalannya tentang larangan Katsumoto untuk membunuh Algren. Namun, setelah beberapa kali mereka berdua berlatih tanding, pada satu kesempatan, secara tak diduga, Algren berhasil mengimbangi Ujio dan mendapatkan respek dari para samurai yang menyaksikan termasuk Ujio sendiri. Keberhasilan Algren itu juga berkat andil Nobutada, yang selalu membimbing Algren tahap demi tahap.
Adegan 179
Pesan verbal:
“Yang
Mulia,
jika
anda
yakin
aku
musuh
anda,
perintahkanlah padaku dan aku rela mengakhiri hidupku.” Pesan nonverbal: Sepeninggal Katsumoto dan sesudah peperangan berakhir, Algren menghadap Kaisar Meiji. Kunjungannya tersebut tepat disaat Kaisar akan menandatangani kesepakatan kerjasama jual beli senjata dengan Duta Besar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Amerika. Algren memberikan pedang mendiang Katsumoto kepada Kaisar sesuai dengan amanat yang telah diberikan Katsumoto kepadanya dan juga bertujuan untuk membuat Kaisar berpikir untuk kedua kalinya sebelum membuat kesepakatan itu. Analisa Makna denotatif adegan ini memperlihatkan usaha terakhir Algren demi mengubah cara berpikir Kaisar dalam mengambil keputusan penandatanganan kontrak kesepakatan antara Kekaisaran Jepang dan pihak Amerika. Ia membawa serta pedang Katsumoto di tangannya. Dengan tertatih-tatih akibat luka yang dideritanya sewaktu berperang, dia berani datang ke istana untuk menyerahkan pedang Katsumoto tersebut. Sedangkan makna konotatifnya menunjukkan semangat samurai telah mempengaruhi, menyatu dan melebur dalam diri Nathan Algren seutuhnya. Keinginannya bersama Katsumoto untuk meyakinkan Kaisar berhasil dia wujudkan. Tidak lama setelah ia mengatakan maksud kedatangannya, Kaisar memerintahkan pada duta besar Amerika untuk menunda terlebih dahulu penandatanganan kontrak dagang itu. Kaisar menganggap isi yang terkandung dalam kontrak tersebut tidak membawa kemakmuran bagi rakyatnya. Ketika Algren menawarkan diri pada Kaisar untuk bunuh diri apabila dianggap tidak berguna menyiratkan nilai-nilai samurai yang ada dalam jiwanya. Kehormatan dan harga diri tidak dapat lagi ditawar. Seorang samurai yang tidak dapat menanggung malu akibat perbuatannya sudah selayaknya melakukan seppuku atau bunuh diri dengan cara memotong perutnya sendiri. Hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
merupakan kode etik yang sangat disakralkan oleh leluhur kaum samurai. Seppuku ini dilakukan untuk menjaga kehormatan diri. Akan tetapi, adapula yang melakukan tindak seppuku ini untuk alasan lain, yaitu sebagai ungkapan protes kepada pimpinan yang berbuat salah. Mitos Nathan Algren adalah seorang pejuang sejati yang belajar memaknai hidup dalam pertempuran. Segala sesuatu yang dilihatnya di medan peperangan membuatnya
meragukan
keberadaan
Tuhan.
Kekejaman
perang
seperti
menyeretnya untuk terus berkubang dalam bayang-bayang mimpi buruk yang merapuhkan jiwanya. Namun, setelah dia mengalami masa-masa menjadi tawanan barulah sedikit demi sedikit wujud rasa kedamaian yang dicarinya datang. Meskipun memiliki watak pemberani dan pantang mundur jika berhadapan dengan musuh, Algren merupakan tipikal seorang Kapten yang sangat melindungi dan mencintai anak buahnya. Dia tak ingin anak buahnya menjadi korban sia-sia akibat dari kecerobohannya. Ketika mendapati Gant terbunuh beserta jatuhnya banyak korban para pasukannya, tidak sedikitpun terlintas di pikirannya untuk mundur. Sekuat tenaga dia terus melawan hingga benar-benar kehabisan tenaga. Sebuah tindakan nyata perwujudan kehormatan dan harga dirinya yang sangat tinggi. Keinginannya untuk bertahan mungkin terlihat konyol bagi Omura dan Bagley yang lebih memilih untuk tidak terlibat langsung dalam pertempuran. Algren juga mendapati konflik batin ketika Bagley memerintahkannya untuk tetap menyergap pasukan samurai dengan keadaan pasukannya sendiri yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
belum siap sempurna. Hal ini terlihat dari penolakannya meski tak digubris Algren, saat itu Algren teringat tentang resiko kehilangan banyak prajuritnya sendiri. Adegan-adegan di atas juga memperlihatkan banyaknya sikap dan ekspresi Algren yang mencerminkan kehormatannya sebagai seorang pejuang sejati. Rasa bersalah di waktu berperang melawan suku Indian membuat dirinya menebus perbuatannya itu dengan mengabdi pada Kaisar Meiji sepenuhnya. Dengan begitu, dia merasa hidupnya tak lagi sia-sia, karena bisa memberikan manfaat yang besar bagi rakyar Jepang, seperti yang dicita-citakan Katsumoto, yaitu kemakmuran rakyat di atas segalanya.
D. Konflik antara keinginan dan tindakan Kita semua tentu sudah mengetahui bahwa antara keinginan dan tindakan tidak selalu dapat saling mendukung satu dan lainnya. Apa yang ingin kita lakukan dan apa yang benar-benar kita lakukan pada kenyataannya seringkali berbeda. Walaupun pada dasarnya manusia ingin menuruti hati nurani dan nilainilai yang diyakininya, namun jika bertentangan dengan lingkungan, situasi ataupun egoisme kita sendiri, maka tindakan kita mungkin tidak akan sejalan. Dan pada akhirnya dorongan yang paling kuat yang akan menang atau mungkin kita akan berkompromi dengan diri kita sendiri dan mencari jalan tengah. Hal tersebut juga merupakan salah satu bentuk konflik batin yang dialami oleh Nathan Algren. Desakan yang kuat dari kondisi peperangan-peperangan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
dialaminya terutama ketika bertarung melawan Katsumoto dan kemudian menjadi tawanannya sangat membuatnya kesulitan dalam mengambil keputusan. Saat berada dalam tawanan, Taka merawat Algren dengan sepenuh hati meskipun mengetahui Algren adalah pembunuh suaminya. Pun Algren demikian, ia tidak bisa mengerti ketulusan yang ditunjukkan oleh Taka. Kemudian setelah Katsumoto membebaskannya, ia mulai berpikir tentang segala kejadian yang dialaminya ketika berada dalam masa tawanan tersebut. Mengenai tujuan pemberontakan yang dilakukan oleh Katsumoto dan akal-akalan Omura memperdaya Kaisar.
Adegan 41
Pesan verbal: Pesan nonverbal: Taka untuk pertama kali terlihat merawat luka Algren. Dia menjahit dengan hati-hati luka itu sedangkan Algren sendiri masih setengah sadar dan tak menyadari buku catatan hariannya diambil oleh Katsumoto.
Adegan 52
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Pesan verbal: Pesan nonverbal: Algren sedang dalam masa peyembuhan luka yang dideritanya dan dirawat oleh Taka. Kebiasaannya untuk mengkonsumsi alkohol belum juga hilang, ia terus meminta sake pada Taka untuk mengatasi mimpi-mimpi buruknya.
Adegan 65
Pesan verbal:
“Aku membunuh suaminya?”
Pesan nonverbal: Nathan Algren sangat terkejut mendapati kenyataan bahwa wanita yang selama ini merawatnya adalah janda dari ksatria samurai yang dibunuhnya dalam peperangan. Ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa dia mulai berpikir dan mempelajari kejanggalan-kejanggalan dalam budaya orang Jepang. Analisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Makna denotatif dari rangkaian adegan di atas adalah usaha sungguhsungguh dari Taka untuk menyembuhkan luka yang diderita Algren. Sedangkan Algren sendiri pada mulanya tidak sepenuhnya menyadari bentuk pertolongan yang diberikan Taka kepadanya. Taka mendapat perintah langsung dari kakaknya, Katsumoto untuk memperlakukan tawanannya itu sebagai tamu. Makna konotatif pada ekspresi wajah Taka yang serius melakukan amanat Katsumoto direspons Algren dengan tanda tanya besar di benaknya. Bagaimana mungkin ia mendapati wanita yang selama ini merawatnya dengan tulus adalah janda dari Hirotaro, ksatria samurai yang mati di tangan Algren sewaktu dalam pertempuran yang terjadi sebelumnya. Algren tidak menyangka akan perilaku Taka yang sangat baik dan ramah selama Algren menjadi tamu di rumahnya. Hal tersebut dapat dipahami mengingat perbedaan budaya antara keduanya. Algren berasal dari Amerika dimana segala sesuatu dapat dengan mudah dinilai harganya dari nominal uang semata, sedangkan kaum samurai adalah leluhur murni bangsa Jepang yang sangat menjunjung tinggi kehormatan dan kesopanan khas budaya Timur. Kehormatan merupakan kemutlakan sebuah nilai yang harus benar-benar dijaga oleh para samurai.
Adegan 66
Pesan verbal: -
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Pesan nonverbal: Algren beberapa kali memandangi wajah Taka dengan perasaan bercampur aduk, menggambarkan kegelisahan hatinya. Seakan dia ingin meminta maaf atas perbuatannya namun dia menunggu kesempatan berdua saja dengan Taka.
Adegan 88
Pesan verbal:
“Maafkan aku atas kematian suamimu, Hirotaro.”
Pesan nonverbal: Ekspresi dan gerak tubuh serta mimik wajah Nathan Algren memperlihatkan bahwa apa yang diucapkannya itu sungguh-sungguh dan berasal dari hatinya. Dia terlihat sangat ingin menebus kesalahannya dan merasa sangat berdosa kepada Taka.
Analisa Makna denotatif dari beberapa adegan di atas menunjukkan tindakan dan usaha Algren untuk meminta maaf kepada Taka yang selama ini telah merawatnya. Setelah Katsumoto memberitahunya perihal Taka adalah suami dari Hirotaro, maka Algren sangat terkejut dan berusaha untuk segera mungkin mengutarakan niatnya itu secara pribadi pada Taka. Makna konotatif dari perkataan Algren yang dengan tegas menyebutkan bahwa dirinyalah orang yang membunuh Hirotaro, suami Taka menunjukkan bahwa Algren merasa bertanggung jawab atas nasib Taka dan kedua anaknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Sekaligus ia juga merasa tak dapat lagi melakukan sesuatu selain meminta maaf. Algren yang jarang sekali menemui ketulusan, keramahan, serta kesopanan seperti yang telah ia rasakan selama berada di rumah Taka membuat dirinya secara tidak sadar bersimpati pada janda Hirotaro itu. Tindakan Algren yang secara jujur mengungkapkan perasaan menyesal itu menyebabkan Taka perlahan juga kagum dengan keterusterangan dan keberanian Algren sehingga terdapat semacam ikatan di antara mereka berdua. Terlebih Taka melihat sifat kebapakan pada diri Algren apabila sedang bercengkerama dengan kedua anaknya. Ambilan gambar close-up wajah Taka dan Algren memperlihatkan emosi yang kuat antara keduanya. Meskipun terbata-bata, Algren berusaha merangkai ucapan maafnya pada Taka dalam bahasa Jepang. Dia menginginkan agar Taka dapat langsung mengetahui maksud dari kata-katanya.
Adegan 132
Pesan verbal: Pesan nonverbal: Sambil menenggak wiski, ekspresi wajah Algren menunjukkan rasa khawatir yang dalam. Dia mencemaskan keselamatan Katsumoto yang sedang ditawan Omura. Kekhawatiran Algren cukup beralasan mengingat ambisi Omura yang begitu besar ingin sesegera mungkin menyingkirkan Katsumoto.
Adegan 134-135
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Pesan verbal: Pesan nonverbal: Algren dihadang oleh para pengawal Omura ketika akan menyelamatkan Katsumoto. Dengan keterampilan ilmu pedang yang dimilikinya, Algren berhasil mengalahkan para suruhan Omura tersebut.
Adegan 141 & 142
Pesan verbal:
“Aku memutuskan tinggal. Siapa tahu aku bisa membujukmu untuk kabur.”
Pesan nonverbal: Algren kembali beraksi, dia mengoordinasi para anak buah Katsumoto dan Simon Graham untuk berpura-pura menjadi juru foto bagi Katsumoto. Dengan penyamarannya itu, Algren berniat menyelamatkan dan membujuk Katsumoto untuk melarikan diri. Analisa Makna denotatif adegan di atas menunjukkan firasat Nathan Algren mengenai bahaya yang akan mendatangi Katsumoto. Dia juga menjadi target pembunuhan oleh Omura, namun Algren berhasil mengatasi perlawanan pengawal Omura tersebut. Hasil dari kesungguhannya berlatih ilmu pedang dan “berguru” pada Ujio tampak sangat nyata. Algren dapat mengatasi perlawanan ronin-ronin Omura itu dengan gaya khas samurai sejati. Makna konotatif memperlihatkan bahwa Algren merasa bertanggung jawab atas keselamatan Katsumoto selama berada di Tokyo. Dia mengikuti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
nalurinya untuk berusaha segera membebaskan Katsumoto sebelum didahului oleh anak buah Omura yang ingin membunuhnya. Algren pun sadar tindakannya ini sama dengan menantang maut, karena para pengawal Omura dan tentara kerajaan tidak akan membiarkannya. Dia mengambil resiko tersebut karena merasa simpati dengan perjuangan Katsumoto selama ini. Semasa menjadi tawanan, Algren banyak belajar mengenai prinsipprinsip yang dipegang teguh oleh kaum samurai dan juga wujud nyatanya di dalam melayani Kaisar. Keyakinan Algren dilandasi oleh keberanian dan kekonsistensian Katsumoto dalam memerangi para musuh-musuh Kaisar yang secara ironis justru berada di dalam lingkaran pemerintahan Kaisar itu sendiri. Algren membulatkan tekadnya untuk bergabung dengan Katsumoto demi tercapainya tujuan yang mereka yakini. Katsumoto berpendapat hanya dengan cara memberontaklah Kaisar akan terbuka matanya serta mau mendengarkannya, dan dapat mengambil tindakan nyata demi memikirkan dan mengutamakan kemakmuran rakyat Jepang secara menyeluruh. Mitos Konflik antara keinginan dan tindakan adalah hal yang umum terjadi pada setiap orang. Termasuk juga dalam kasus Nathan Algren di film The Last Samurai ini, yaitu keinginan yang menyangkut batin. Jadi, konflik ini memerlukan pemikiran yang serius. Pada umumnya adegan-adegan di atas menunjukkan raut muka Algren yang tegang dan menampakkan kekhawatiran serta kesedihan. Hal itu memperlihatkan tanda bahwa sebenarnya Algren ingin melakukan sesuatu, namun dia menyadari kemampuannya sebagai tentara bayaran sangatlah terbatas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Ekspresi wajahnya saat berdialog berdua dengan Taka menampilkan kesan penyesalan yang dalam. Sedangkan ambilan gambar close-up pada waktu Algren mengacuhkan ucapan Kolonel Bagley sambil menenggak wiski memperlihatkan kekhawatirannya akan keselamatan Katsumoto. Sebelumnya Kolonel Bagley memastikan jikalau cepat atau lambat, Omura sudah pasti akan membunuh Katsumoto, karena dengan kematian Katsumoto, maka pemberontakan kaum samurai akan lebih mudah diatasi. Keputusan Algren untuk mengambil tindakan untuk segera menyelamatkan Katsumoto adalah resiko yang sangat besar sebab sebelumnya Omura sudah menawarinya kontrak kerjasama baru untuk kembali memerangi pemberontakan para samurai. Algren sudah memperkirakan dirinya akan dihadang oleh anak buah Omura, namun dia tetap tidak mengindahkan keselamatan dirinya dan menempuh resiko tersebut. Adegan perkelahian Algren dengan anak buah Omura menunjukkan tanda jikalau prinsip dan keyakinan samurai telah melekat dalam hati Algren. Terlihat saat dia memenggal kepala salah seorang anak buah Omura yang mengatakan kepadanya bahwa masa kejayaan samurai telah berakhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Film sebagai media komunikasi memuat berbagai tanda dan simbol yang ditujukan untuk menyampaikan suatu ide, pemikiran, informasi dan pesan-pesan khusus kepada para penonton. Film juga dapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan, pendidikan serta budaya. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan secara lugas ataupun tidak langsung melalui simbol-simbol tertentu. Karena itu untuk menangkap pesan yang disampaikan melalui sebuah film, terutama yang disampaikan secara tidak langsung, diperlukan pemahaman dan pemikiran untuk memberi makna pada simbol-simbol tersebut yang tidak akan didapatkan dengan menontonnya secara sepintas. Karena saat beberapa kali kita memperhatikan film tersebut secara serius, seksama bahkan berulang, niscaya kita akan menemukan makna-makna baru yang tak kita lihat sebelumnya. Film “The Last Samurai” memang jelas-jelas diproduksi oleh orang Amerika yang juga sekaligus membawa perspektif Barat. Tokoh utama dalam film ini memang terlihat upaya sang sutradara ‘memaksakan’ kepahlawanan seorang Amerika di tengah-tengah komunitas samurai.
commit to user 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Dalam film “The Last Samurai” yang dianalisa dalam tulisan ini dapat ditemukan berbagai simbol yang memiliki makna keteguhan hati yang dalam tentang kehidupan, moralitas, dan konflik dari sudut pandang seorang prajurit sejati sekaligus seorang samurai yang benar-benar menerapkan boushido, yaitu prinsip yang dipegang teguh oleh kaum samurai dalam menjalani kehidupannya. Di bawah ini beberapa pesan yang penulis tangkap dari film tersebut: 1. Budaya, nilai-nilai kepercayaan yang dianut beserta kondisi lingkungan dan masyarakat tempat individu berinteraksi akan sangat berpengaruh pada pemikiran, sikap dan tindakan yang akan dibuat. 2. Saat faktor-faktor yang disebutkan di atas tidak sejalan maka konflik batin akan terjadi. Dan jika kepentingan dan situasi bertentangan dengan hati nurani, maka konflik moral yang terjadi dapat menghadirkan kebimbangan dan keraguan. Namun keputusan akhir yang akan diambil ditentukan sendiri oleh individu yang bersangkutan. Walaupun kondisi sangat sulit dan memaksa, film ini menunjukkan bahwa selalu ada pilihan untuk melakukan apa yang menjadi keinginan hati nurani kita. 3. Film ini juga berusaha menunjukkan betapa nilai-nilai luhur warisan nenek moyang yang menjadi sebuah karakter suatu bangsa tidak boleh lenyap sama sekali walaupun zaman terus berganti dan kebudayaan-kebudayaan asing mempengaruhi. 4. Tokoh Nathan Algren yang digambarkan dalam film ini menunjukkan dominasi superioritas Amerika itu sendiri karena walaupun The Last Samurai bercerita tentang sejarah bangsa Jepang, akan tetapi dibuat oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
orang
Amerika
beserta
sudut
pandangnya.
Terlihat
dari
sikap
kepahlawanan tokoh Nathan Algren itu sendiri. 5. Pesan lain yang dapat ditangkap dari film ini adalah terkadang dibutuhkan pengorbanan yang begitu besar berujung peperangan demi menunjukkan nilai sebuah kehormatan suatu budaya bangsa yang telah dianut secara turun-temurun.
B. Saran 1. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untk para pembaca yang mempelajari tentang semiotik dan mendorong lebih banyak lagi studi dan penulisan tentang semiotik maupun teori komunikasi lainnya untuk memperdalam pengetahuan kita. 2. Film The Last Samurai dapat menjadi contoh bagi kita semua bahwa nilainilai kehormatan dan harga diri sebuah bangsa merupakan sesuatu yang amat sakral dan harus sedapat mungkin dipertahankan dengan sungguhsungguh. 3. Dilihat secara keseluruhan memang film ini sangat kental dengan heroisme ala Hollywood yang sangat Amerika dikarenakan peran tokoh utamanya yang terlalu sentral mendominasi. Mungkin untuk kedepannya apabila produser-produser Hollywood ingin membuat film sejarah bangsa non-Amerika dengan tema serupa agar mengupayakan tokoh utama berasal dari penduduk pribumi bangsa tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
4. Saran untuk penelitian selanjutnya mengenai Film The Last Samurai antara lain yaitu dapat meneliti pola komunikasi antarbudaya yang terjalin dalam film ini, seperti misalnya kebudayaan barat dianggap sangat kasar dan tidak etis oleh bangsa Jepang yang menutup diri dari dunia luar.
commit to user