PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
HUBUNGAN KEPRIBADIAN NEUROTIK DAN IMPULSIVE BUYING PADA REMAJA DI TARAKAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh : Friska Indryani Sitorus 129114077
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Hard work will always beat talent when talent fails to work hard -Kevin Durant
Never give up on anybody. Miracles happen everyday
-H.
Jackson Brown Jr.
A comfort zone is a beautiful place but nothing ever grows there -unknown
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kupanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang sudah memberkati aku hingga saat ini. Tanpanya ini tidak mungkin terselesaikan. Terimakasih Tuhan Yesus, terjadilah sesuai dengan kehendak-Mu.
Skripsi ini juga kupersembahkan kepada kedua orangtua ku yaitu Bapak M. Sitorus dan Mama Darma Gultom yang selalu memberi motivasi disaat situasi apapun. Tidak lupa juga kepada abang ku Bobby Andrian Sitorus.
Kepada sahabatku,sepupu-sepupuku, teman-teman seperjuangan, dan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukungku dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih Kalian.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Agustus 2016 Penulis,
(Friska Indryani Sitorus)
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN KEPRIBADIAN NEUROTIK DAN IMPULSIVE BUYING PADA REMAJA DI TARAKAN
Friska Indryani Sitorus ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecenderungan kepribadian neurotik dengan impulsive buying pada remaja di Tarakan. Penelitian ini menggunakan subjek sejumlah 330 remaja (115 laki-laki dan 185 perempuan). Pengambilan data dilakukan dengan pengisian skala impulsive buying dan skala kecenderungan kepribadian neurotik. Reliabilitas dari skala impulsive buying sebesar (α) = 0.747, reliabilitas dari skala kepribadian compliant sebesar (α) = 0.758, reliabilitas dari skala kepribadian aggressive sebesar (α) = 0.801, dan reliabilitas dari skala kepribadian detached sebesar (α) = 0.795. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pengujian Spearman’s Rho dalam program SPSS for windows versi 23.0 karena sebaran data tidak normal. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan (r = 0.139; p = 0.008) antara kepribadian compliant (x̄ = 36.11; SD = 4.853) dan impulsive buying (x̄ = 28.65; SD = 4.038). Terdapat hubungan positif dan signifikan (r = 0.156; p = 0.003) antara kepribadian aggressive (x̄ = 32.38; SD = 4.499) dan impulsive buying (x̄ = 28.65; SD = 4.038).
Kata kunci
: Impulsive Buying dan Kecenderungan Kepribadian Neurotik.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE RELATIONSHIP BETWEEN NEUROTIC PERSONALITY AND IMPULSIVE BUYING OVER THE ADOLESCENTS IN TARAKAN Friska Indryani Sitorus ABSTRACT This Research aimed to determine the relationship between the neurotic personality tendencies and the impulsive buying over the adolescents in Tarakan. This study involved the 330 adolescents (115 males and 185 females). The data collection was performed by filling the impulsive buying scale and the scale of neurotic personality tendencies. The reliability of the scale of impulsive buying was (α) = 0747, the reliability of a compliant personality scale was (α) = 0758, the reliability of the scale aggressive personality was (α) = 0801, and reliability of the scale detached personality was (α) = 0795. The data analysis techniques this research applied the Spearman's Rho test in SPSS for Windows version 23.0 since the data distribution was irregular. The results showed that there were positive and significant correlation (r = 0.139; p = 0.008) between the personality compliant (X = 36.11; SD = 4,853) and the impulsive buying (x̄ = 28.65; SD = 4.038). There was a positive and a significant correlation (r = 0.156; p = 0.003) between the aggressive personality (x = 32.38; SD = 4,499) and the impulsive buying (x̄ = 28.65; SD = 4.038). Keywords: Impulsive Buying and Neurotic Personality Tendencies
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama
: Friska Indryani Sitorus
Nomor Mahasiswa
: 129114077
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : HUBUNGAN KEPRIBADIAN NEUROTIK DAN IMPULSIVE BUYING PADA REMAJA DI TARAKAN
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 31 Agustus 2016 Yang menyatakan,
(Friska Indryani Sitorus)
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaan-Nya yang tiada berkesudahaan. Berkat kasih-Nya, saya dapat menyelesaikan skiripsi ini yang berjudul “Hubungan Kepribadian Neurotik dan Impulsive Buying pada remaja di Tarakan”. Saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Tuhan Yesus, atas penyertaan-Nya dan tidak pernah mengeluh mendengar semua keluh-kesah ku tiada henti dan selalu menerimaku apa adanya. 2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi sekaligus dosen pembimbing skripsi. Terimakasih atas kesabarannya dan selalu welcome ketika ditemui serta selalu membantu untuk memberi jalan keluar ketika ada kesusahan dan selalu memberi semangat untuk menyeselaikan skripsi ini. 4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M, Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang membantu saya dalam menyelesaikan masa kuliah hingga lulus. 5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang banyak memberikan ilmu, pengetahuan, pengalaman, dan nasihat hingga akhirnya saya bisa lulus serta mendapatkan nilai-nilai yang berharga.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Bapak M. Sitorus dan Mama Darma Gultom yang selalu menguatkan dalam kondisi apapun dan yang selalu menerima kekuranganku. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang kalian kepada ku. Jika diberikan kehidupan lagi aku akan tetap ingin kalian sebagai orangtua ku karena gak ada yang sesempurna kalian. 7. Abang Bobby Andrian Sitorus, yang selalu menghibur dan memberikan lelucon yang selalu membuatku tersenyum. Terimakasih sudah menjadi saudara satu-satunya yang nyebelin dan ngangenin. 8. Kepada sekolah tempat saya penelitian. Terimakasih telah mengijinkan saya melakukan penelitian dengan sambutan yang hangat. 9. Seluruh subjek penelitian. Terimakasih telah membantu atas kesediannya untuk mau terlibat dalam penelitian ini. 10. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Sanata Dharma. Terimakasih atas pelayanannya yang hangat dan ramah. Karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma. 11. Mbak Lina, Terimakasih kakak perempuanku buat segalanya. 12. Tante Hotmian Gultom dan Tante Agus Nadeak yang mau membantuku selama pengerjaan skripsi ini. 13. Kepada sahabat-sahabatku, Noviana Ishak dan Melissa Hooru. Terimakasih sudah mau menjadi tempat yang nyaman dalam hal apapun dan dukungan kalian selama ini.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14. Kepada adik-adik sepupu yang sudah membantuku selama penelitian dan memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi Miranda Sianipar dan Artika Sianipar. 15. Teman-teman bimbingan, semangat kita semua pasti bisa. Jangan menyerah. 16. Teman-teman angkatan 2012 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terimakasih atas dinamika yang luar biaasa ini selama kurang lebih empat tahun ini. 17. Teman-teman kos, terimakasih teman satu atap yang selalu memberi semangat. 18. Terimakasih kepada Tobi yang selalu sabar dalam membantu ku mengerjakan skripsi. Jasa mu tidak akan ku lupakan. 19. Tak lupa juga terimakasih pada Libgen dan Google Translate yang membantu saya dalam mencari jurnal dan menerjemahkan jurnal tersebut. 20. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan. Terimakasih. Tuhan memberkati. Yogyakarta, 30 Agustus 2016 Penulis,
(Friska Indryani Sitorus)
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ........................................................................................................... viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .. ix KATA PENGANTAR ............................................................................................ x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xx BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang........................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 7 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8 1. Manfaat Praktis .................................................................................. 8 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Manfaat Teoritis ................................................................................. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9 A. Impulsive Buying .................................................................................... 9 1. Definisi Impulsive Buying ................................................................. 9 2. Aspek-aspek Impulsive Buying .........................................................11 3. Faktor-faktor Impulsive Buying ....................................................... 15 B. Kepribadian Neurotik ........................................................................... 21 1. Definisi Kepribadian Neurotik......................................................... 21 2. Kebutuhan-kebutuhan Kepribadian Neurotik .................................. 22 3. Tipe-tipe Kepribadian Neurotik ....................................................... 25 C. Remaja .................................................................................................. 28 1. Definisi Remaja ............................................................................... 28 2. Tahap Perkembangan Remaja .......................................................... 30 D. Dinamika Hubungan Kepribadian Neurotik dengan Impulsive Buying.32 F. Hipotesis ............................................................................................... 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 39 A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 39 B. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................. 39 C. Definisi Operasional ............................................................................. 40 1. Impulsive Buying.............................................................................. 40 2. Kepribadian Neurotik ...................................................................... 40 D. Subjek Penelitian .................................................................................. 41 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Prosedur Penelitian ............................................................................... 42 F.
Metode dan Alat Pengumpulan Data .................................................... 43
G. Validitas dan Reliabilitas ...................................................................... 46 H. Metode Analisis Data ........................................................................... 52 1. Uji Asumsi ....................................................................................... 51 2. Uji Hipotesis .................................................................................... 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 54 A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 54 B. Deskripsi Subjek Penelitian .................................................................. 55 C. Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 56 D. Hasil Analisis Data ............................................................................... 59 1. Uji Asumsi Penelitian ...................................................................... 59 2. Uji Linearitas ................................................................................... 63 3. Uji Hipotesis .................................................................................... 66 E. Pembahasan .......................................................................................... 70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 74 A. Kesimpulan ........................................................................................... 74 B. Saran ..................................................................................................... 74 1. Bagi Remaja ..................................................................................... 74 2. Bagi Orang Tua ................................................................................ 75 3. Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................. 75 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 76 xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN .......................................................................................................... 84
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rangkuman dari Kecenderungan Kepribadian Neurotik Horney ..........27 Tabel 2. Skor Favorabel Skala Impulsive Buying dan Kepribadian Neurotik .....44 Tabel 3. Sebaran Aitem Skala Impulsive Buying ................................................45 Tabel 4. Sebaran Aitem Skala Kepribadian Neurotik ..........................................46 Tabel 5. Sebaran Aitem Skala Impulsive Buying Setelah Seleksi Aitem .............50 Tabel 6. Sebaran Aitem Skala Kepribadian Neurotik Setelah Seleksi Aitem......51 Tabel 7. Deskripsi Subjek Penelitian ...................................................................55 Tabel 8. Data Teoritik dan Mean Empirik ...........................................................56 Tabel 9. One Sample T-Test Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala Impulsive Buying ....................................................................................................57 Tabel 10. One Sample T-Test Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala Kepribadian Neurotik ................................................................................................57 Tabel 11. Hasil Uji Normalitas .............................................................................59 Tabel 12. Hasil Uji Linearitas Kepribadian Compliant dan Impulsive Buying .....63 Tabel 13. Hasil Uji Linearitas Kepribadian Aggressive dan Impulsive Buying ....64 Tabel 14. Hasil Uji Linearitas Kepribadian Detached dan Impulsive Buying ......65 Tabel 15. Hasil Uji Hipotesis Kepribadian Compliant dan Impulsive Buying .......67 Tabel 16. Hasil Uji Hipotesis Kepribadian Aggressive dan Impulsive Buying ......68 Tabel 17. Hasil Uji Hipotesis Kepribadian Detached dan Impulsive Buying ........69
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Grafik Inflasi Kota Tarakan Oktober 2015 .............................................4 Gambar 2 Histogram Kepribadian Impulsive Buying ............................................60 Gambar 3 Histogram Kepribadian Compliant .......................................................61 Gambar 4 Histogram Kepribadian Aggressive .......................................................62 Gambar 5 Histogram Kepribadian Detached .........................................................63 Gambar 6 Scatterplot Kepribadian Compliant dan Impulsive Buying ...................64 Gambar 7 Scatterplot Kepribadian Aggressive dan Impulsive Buying...................65 Gambar 8 Scatterplot Kepribadian Detached dan Impulsive Buying .....................66
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Dinamika Hubungan Kepribadian Neurotik dengan Impulsive Buying .35
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Statistik Deskriptif dan One Sample T-test.......................................84 Lampiran 2. Uji Normalitas ..................................................................................87 Lampiran 3. Uji Linearitas ....................................................................................90 Lampiran 4. Uji Hipotesis .....................................................................................94 Lampiran 5. Reliabilitas Skala ..............................................................................97 Lampiran 6. Skala Penelitian ..............................................................................103 Lampiran 7. Surat Izin Penelitian........................................................................114
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dalam sebuah acara FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tanggal 8 Agustus 2015 menyatakan bahwa masyarakat Indonesia semakin konsumtif dan mulai meninggalkan kebiasaan untuk menabung. Hal tersebut tercermin menurunnya Marginal Propensity to Save (MPS) atau kecenderungan untuk menabung dalam 3 tahun terakhir dan naiknya Marginal Properity to Consume (MPC) atau kecenderungan menggunakan uangnya untuk berbelanja. Tercatat bahwa Indonesia memiliki rasio Gross National Saving per GPD (Gross Product Domistic) yaitu sebesar 30,87 %. Berbeda dengan China sebesar 48,87%, Singapura 46,73% dan Korea yakni 35,11%. Berdasarkan hasil rasio tersebut Indonesia berada di bawah sehingga mengakibatkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan mengalami penurunan (kompas.com). Di tahun yang sama yaitu 2015, Lembaga Riset Kandence International Indonesia mengungkap bahwa sebanyak 28% masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan konsumtif. Berdasarkan hasil riset tersebut menunjukkan bahwa 1 4
masyarakat Indonesia memiliki gaya hidup yang konsumtif. Riset tersebut
dilakukan dengan mencatat pengeluaran bulanan setiap responden dan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kebanyakan dari responden membelanjakan uang di luar dari perencanaan dalam jumlah yang besar dan terkejut dengan pengeluarannya (Lifestyle.bisnis.com). Pembelian yang dilakukan tanpa perencanaan sebelumnya disebut sebagai impulsive buying (Hawkins, 2014). Impulsive buying merupakan pembelian yang tidak rasional dan dilakukan dengan cepat atau spontan dan sebelumnya tidak direncanakan, diikuti oleh konflik pikiran dan dorongan emosional yang tidak dapat dilawan untuk melakukan pembelian (Verplanken & Herabadi, 2001). Dorongan emosional yang tidak dapat dilawan karena adanya perasaan yang intens untuk melakukan pembelian dengan segera, sehingga mengabaikan dampak negatif dan merasakan puas ketika membeli, namun mengalami konflik di dalam pemikiran (Rook dalam Verplanken & Herabadi, 2001). Impulsive buying dapat dilakukan oleh siapa pun tak terkecuali remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Surindo (dalam Anin, Rasimin, & Atamimi, 2008) menyatakan bahwa remaja merupakan penyumbang terbesar dalam perilaku belanja yang konsumtif. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Loudon dan Bitta (dalam Ambarwati & Safitri, 2011) mengemukakan bahwa remaja adalah kelompok yang berorientasi konsumtif. Rawling, Boldero, dan Wiseman (dalam Ghani, Imran, & Jan, 2011) menemukan bahwa individu yang berusia muda cenderung lebih impulsif dibandingkan individu yang berusia tua. Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju pada masa dewasa. Menurut Santrock (2007) masa perkembangan remaja tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
memiliki rentang usia 15-18 tahun. Pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang sangat pesat baik secara fisik, psikologis, dan sosial. Perkembangan yang sangat pesat membuat remaja cenderung berpikir secara abstrak dan tergesa-gesa. Sifat remaja inilah yang membuat remaja mudah terpengaruh oleh iklan atau tagline yang diberikan kepadanya sehingga para remaja cenderung impulsif. Dari hasil riset, sebagian besar sasaran utama iklan adalah remaja karena karakteristik remaja yang masih labil sehingga mudah dipengaruhi untuk melakukan impulsive buying (Anin, Rasimin, & Atamimi, 2008). Salah satu fenomena impulsive buying juga terjadi di Kota Tarakan, seperti yang dilansir oleh Kaltim.co.id bahwa daya beli di Tarakan cukup tinggi karena meningkatnya jumlah penduduk di Tarakan membuat Tarakan semakin maju dan berkembang baik dari segi teknologi maupun fashion. Penduduk Tarakan lebih didominasi oleh penduduk muda yang berusia 15-50 tahun sebesar 66,39% (BPS(Badan Pusat Statistika), 2015). Daya beli yang cukup tinggi tercermin pada grafik inflasi Tarakan yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Gambar 1. Grafik Inflasi Kota Tarakan Oktober 2015 Grafik inflansi tersebut menunjukkan bahwa tingginya kelompok komoditi sandang dibandingkan kelompok komoditi-komoditi lainnya. Menurut Siswandari (2005) bahwa pakaian merupakan produk yang paling banyak dikonsumsi secara impulsif dengan presentase sebesar 42,42%. Fashion merupakan salah satu elemen penting untuk mendukung penampilan remaja agar dapat diterima oleh kelompoknya (Hurlock dalam Anin, Rasimin, & Atamimi, 2008). Menurut Sarwono (2011) remaja akan melakukan hal apapun untuk dapat menunjang penampilannya agar mendapatkan perhatian sehingga dapat diterima oleh teman sebaya atau kelompoknya. Remaja sadar bahwa dukungan sosial teman sebaya akan sangat dipengaruhi oleh penampilan dan juga berdasarkan benda-benda yang dimilikinya (Hurlock, dalam Anin, Rasimin, & Atamimi, 2008). Menurut Mappiare (1982) perilaku remaja yang menambah penampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dirinya dalam kelompoknya adalah karena mengikuti trend yang diminati oleh kelompok sebayanya. Trend yang semakin hari semakin berkembang membuat remaja semakin impulsif dalam membeli barang-barang yang menunjang dirinya khususnya fashion. Menurut Mappiare (1982) fashion merupakan salah satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam menunjang penampilannya. Sama halnya dengan
remaja
yang
cukup
mementingkan
fashion
untuk
menunjang
penampilannya sehingga membuat remaja akan lebih mudah melakukan impulsive buying pada produk fashion. Impulsive buying dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu karakteristik produk, faktor marketing, dan karakteristik konsumen antara lain; kepribadian konsumen dan demografis konsumen (Loudon & Bitta dalam Anin, Rasimin, & Atamimi, 2008). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi impulsive buying adalah kepribadian. Menurut Verplanken & Herabadi (2001) bahwa impulsive buying memiliki kecenderungan umum yang sangat berakar pada kepribadian seseorang. Kepribadian individu merupakan aspek psikologis yang terkait dengan kecenderungan impulsive buying. Kepribadian merupakan panduan konsumen dalam memilih cara untuk memenuhi tujuannya dalam berbagai situasi yang berbeda termasuk bagaimana cara konsumen memandang dirinya sendiri dalam menentukan pilihan produk yang akan dibeli (Ferrinadewi, 2008). Menurut Hall dan Lindzey (1993) kepribadian adalah sesuatu yang memberikan tata tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan oleh individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Penelitian sebelumnya mengenai impulsive buying dengan kepribadian yang dilakukan oleh Verplanken dan Herabadi (2001) mengatakan bahwa impulsive buying memiliki kecenderungan umum yang berakar pada kepribadian seseorang. Kecenderungan umum yang berakar pada kepribadian membuat impulsive buying berkorelasi dengan kepribadian. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Shahjehan, Qureshi, Zeb, & Saifullah (2012) menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara impulsive buying dengan kepribadian. Kemudian, menurut Herabadi (dalam Badgaiyan & Verma, 2014) menyatakan bahwa kepribadian (Big Five) berkorelasi positif dengan impulsive buying. Dari berbagai macam teori tentang perkembangan kepribadian, salah satunya adalah teori kepribadian Karen Horney yaitu kepribadian neurotik. Menurut Horney, kepribadian neurotik merupakan dasar dari berkembangnya kecemasan. Kecemasan dasar tersebut dari pengalaman masa lalu yaitu ketika masa kanak-kanak yang berkaitan dengan orang tua sehingga memunculkan kecemasan dasar (basic hostility) (dalam Hidayat, 2011).
Horney membagi
kepribadian neurotik menjadi tiga tipe yaitu compliant (penurut), aggressive, dan detached (terpisah). Compliant adalah individu dengan kepribadian mengalah yang menampilkan sikap dan perilaku yang bergerak menuju orang lain untuk mendapatkan kasih sayang dan dukungan. Aggressive adalah kepribadian yang bergerak melawan orang lain dengan tampil kuat dan tampil semenarik mungkin agar menjadi pusat perhatian. Sedangkan detached adalah individu yang memiliki kepribadian yang terpisah dengan perilakunya diarahkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
bergerak menjauhi orang lain agar dapat menjaga jarak emosional (dalam Hidayat, 2011). Horney berpendapat bahwa tipe kepribadian neurotik compliant memiliki kebutuhan untuk menyenangkan orang lain dan berbuat sesuai dengan harapanharapan orang lain sehingga orang lain dapat menerimanya agar ia dapat memperoleh cinta serta individu ini merupakan seorang yang sangat peka terhadap penolakan. Selain itu, tipe kepribadian aggressive memiliki kebutuhan ingin dikagumi dan dipuja oleh orang lain sehingga ia akan menampilkan diri semenarik mungkin agar orang lain memperhatikan dirinya. Tipe kepribadian detached memiliki kebutuhan untuk berdiri sendiri dan bebas dengan melakukan pemisahan diri kepada orang lain agar tidak terikat oleh siapapun atau apapun (dalam Hall & Lindzey, 1993). Hal ini merupakan ciri yang dapat meningkatkan kemungkinan individu untuk melakukan perilaku impulsive buying untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Berdasarkan paparan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan dari kepribadian neurotik dan impulsive buying pada remaja.
B. Rumusan masalah Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah kepribadian neurotik berhubungan dengan impulsive buying pada remaja di Tarakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
C. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepribadian neurotik dan impulsive buying pada remaja di Tarakan. D. Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan teoritis bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang perilaku konsumen dan psikologi kepribadian, yaitu impulsive buying dan kepribadian neurotik 2. Manfaat praktis Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi remaja untuk mengetahui kepribadian neurotik dan perilaku impulsive buying. Hasil penelitian juga dapat dijadiakan sebagai bahan refleksi dan evaluasi diri bagi remaja dalam perilaku belanja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. IMPULSIVE BUYING 1.
Definisi Impulsive Buying Rook dan Gardner (dalam Muruganantham & Bhakat, 2013) mendefinisikan impulsive buying sebagai perilaku yang tidak direncanakan melibatkan pengambilan keputusan yang cepat dan kecenderungan untuk segera mendapatkan produk tersebut. Rook (1987) berpendapat bahwa selama melakukan impulsive buying, konsumen akan mengalami keinginan sesaat, kuat dan gigih. Hal ini ditandai dengan dorongan membeli sebagai suatu yang tidak diinginkan, dan reaksi yang tidak reflektif yang terjadi segera setelah terkena rangsangan oleh suatu stimulus. Pembelian yang tidak direncanakan ini membuat konsumen membeli suatu produk tanpa mengevaluasi kegunaan produk tersebut (Vohs & Faber, Parboteeah dalam Vishnu & Raheem, 2012). Hal ini dikarenakan konsumen didorong oleh keinginan sehingga ia akan melakukan tindakan membeli secara spontan tanpa melalui berbagai pertimbangan (Kipnis, Reich, Winshie, dalam Rook, 1987). Hal senada juga dikemukakan oleh Muray (dalam Anin, Rasimin & Atamimi, 2008) impulsive buying didefinisikan sebagai kecenderungan
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
individu untuk membeli secara spontan, reflektif, atau kurang melibatkan pikiran, segera, dan kinetik. Kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan ini dapat menghasilkan pembelian ketika konsumen percaya bahwa tindakan tersebut adalah hal yang wajar (Rook & Fisher, dalam Solomon 2009). Impulsive buying ditandai dengan pembelian suatu item dengan sedikit atau tidak adanya musyawarah pada pembelian yang tiba-tiba dan dengan dorongan kuat (Blok & Morwitz, dalam Muruganantham & Bhakat, 2013). Kacen dan Lee (2002) menyatakan bahwa perilaku impulsif lebih membangkitkan gairah dan tak tertahankan tetapi kurang konsultatif jika dibandingkan dengan perilaku pembelian yang direncanakan. Menurut Barratt (dalam Shahjehan, Qureshi, Zeb, & Saifullah, 2012) impulsivitas adalah kepribadian didefinisikan sebagai kecenderungan bertindak tanpa pemikiran, membuat keputusan secara cepat, dan gagal untuk menghargai keadaan di luar dan sekarang. Tindakan tanpa pemikiran dan pertimbangan tersebut didorong oleh Impulsive sehingga seseorang akan melakukan sesuatu tindakan tanpa pertimbangan yang cermat mengenai lingkungannya secara objektif dan tanpa mempertimbangankan konsekuensi dari tindakan yang dilakukan (Kipnis, Reich, & Winshie, dalam Rook, 1987). Dorongan untuk membeli adalah perilaku hedon yang kompleks dan dapat merangsang emosional juga impulsive buying rentan terjadi sehubungan berkurangnya konsekuensi (Rook, 1987: 191). Dalam pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
yang sama, Hoch dan Loewenstein (dalam Muruganantham & Bhakat, 2013) menjelaskan impulsive buying sebagai perjuangan antara kekuatan psikologis keinginan dan kemauan. Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa impulsive buying adalah perilaku belanja yang didorong oleh keinginan dalam diri tanpa adanya perencanaan, spontan, segera dalam melakukan pembelian dengan tidak adanya pertimbangan kegunaan dan konsekuensi dari pembelian tersebut.
2.
Aspek-aspek Impulsive Buying Perilaku impulsive buying didasari oleh dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Kedua aspek ini merupakan komponen yang muncul daari dalam diri pembeli sehingga membentuk suatu perilaku impulsive buying (Verplanken & Herabadi, 2009). a.
Aspek Kognitif Aspek kognitif pada impulsive buying adalah ketika konsumen melakukan impulsive buying konsumen kurang atau tidak merencanakan dan mempertimbangkan konsekuensi atas pembelian yang dilakukan serta tidak memikirkan tujuan dari pembelian yang dilakukan (Verplanken & Herabadi, 2001). Konsumen cenderung mudah terpengaruh oleh harga produk yang ditawarkan dan keuntungan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
diperoleh ketika membeli produk tersebut (Verplanken, Herabadi & Knippenberg, 2009). Shiv dan Fedorikhin (dalam Verplanken & Knippenberg, 2001) menunjukkan bahwa sumber daya kognitif yang terbatas dapat mengakibatkan konsumen membuat pilihan untuk melakukan impulsive buying. Hal ini juga diungkapkan oleh Coley (2002) bahwa proses kognitif
terdiri
dari
tiga
komponen,
yaitu
pertama
cognitive
deliberation, yaitu keadaan di mana konsumen merasakan sebuah dorongan untuk bertindak (membeli) tanpa adanya pertimbangan ataupun memikirkan konsekuensi dari tindakannya tersebut. Selanjutnya unplanned buying, yaitu keadaan di mana konsumen kurang atau tidak memiliki rencana yang jelas ketika berbelanja. Terakhir, disregerd for future, yaitu keadaan di mana konsumen yang melakukan impulsive buying tidak memikirkan atau mengabaikan masa depan. Sebagai contoh, ketika konsumen sedang berada di pusat perbelanjaan dan kemudian ia melihat diskon di salah satu toko, konsumen tersebut akan segera melihat produk itu dan membeli barang tersebut. Padahal sebelumnya ia sama sekali tidak merencanakan untuk membeli produk tersebut. Pada saat konsumen hendak melihat produk diskon, proses kognitif konsumen bekerja dan ketika konsumen tertarik pada salah satu produk secara tiba-tiba konsumen tersebut membeli tanpa adanya perencanaan sebelumnya. Pada saat konsumen membayar produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
tersebut, proses kognitif terabaikan. Hal ini dikarenakan konsumen kurang atau tidak merencanakan dan memikirkan resiko serta tujuan dari pembelian produk tersebut (Verplanken & Knippenberg, 2001).
b. Aspek Afektif Aspek afektif berkaitan dengan emosi, perasaan senang, gembira, dan adanya dorongan untuk yang muncul untuk segera memiliki sesuatu yang disukai tanpa adanya perencanaan sebelumnya, serta kurangnya kontrol sehingga mengakibatkan penyesalan setelah membeli (Verplanken & Herabadi, 2001). Ketika pembelian yang tidak terencana telah dilakukan, konsumen akan memunculkan perasaan menyesal, misalnya membuang-buang uang dengan membeli produk yang tidak bermanfaat (Dittmar & Drury, 2000). Menurut Coley (2002) proses afektif memiliki tiga komponen yaitu, pertama irresistible urge to buy, keinginan konsumen yang instan, dan
memaksa
konsumen
secara
terus
menerus
untuk
segera
mendapatkan produk tersebut, sehingga membuat konsumen tidak dapat menahan diri untuk memiliki produk tersebut. Kedua, positive buying emotion, keadaan suasana hati yang positif dari hasil impulsive buying yang dilakukan untuk memuaskan dirinya. Konsumen cenderung akan melakukan impulsive buying lagi untuk mempertahankan suasana hati yang
menyenangkan.
Terakhir,
mood
management,
konsumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
melakukan impulsive buying didorong oleh keinginan konsumen untuk mengubah atau menata perasaan atau suasana hatinya.Sebagai contoh, seorang wanita remaja yang sedang berada di pusat perbelanjaan melihat barang yang disukai, konsumen merasa ada desakan untuk segera memiliki produk tersebut sehingga dapat memuaskan hasratnya walaupun sebenarnya produk tersebut tidak memiliki manfaat bagi dirinya. Menurut Hirschman & Holbrook (2009) ketika konsumen melakukan impulsive buying, konsumen akan mengabaikan aspek kognitif dan lebih mengikuti aspek afektif seperti lebih mengikuti keinginan emosional (dalam Verplanken & Knippenberg, 2001). Berdasarkan kedua aspek tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek impulsive buying adalah aspek kognitif dan aspek afektif. Dalam impulsive buying aspek kognitif adalah konsumen yang kurang atau tidak memiliki perencanaan dalam melakukan suatu pembelian sehingga pada saat konsumen melakukan impulsive buying konsumen tidak memikirkan resiko dan tujuan dari pembelian produk tersebut. Sedangkan, aspek afektif adalah konsumen yang melakukan impulsive buying didasari atas emosi, misalnya tertarik dan menyukai pada produk, serta timbul rasa senang dan adanya desakan untuk segera memiliki produk tersebut, serta setelah membeli produk itu konsumen mengalami penyesalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying Secara umum, impulsive buying dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. a. Faktor Eksternal Faktor eksternal impulsive buying merujuk pada isyarat pemasaran atau rangsangan yang ditempatkan dan dikendalikan oleh pemasar dalam upaya untuk memikat konsumen dalam perilaku pembelian (Youn dan Faber, 2000). Stimulis eksternal terkait dengan belanja dan lingkungan pemasaran. Lingkungan toko seperti ukuran toko, suasana, dan desain, sementara lingkungan pemasaran adalah berbagai aktivitas penjualan dan iklan. Impulsive buying dapat diinduksi ketika seorang konsumen bertemu dengan rangsangan visual yang relevan dalam lingkungan ritel, atau rangsangan promosi (Piron, 1991). Impulsive buying dianggap sebagai skenario belanja dengan promosi penjualan yang inovatif, pesan yang kreatif dan penggunaan teknologi yang tepat di ritel toko-toko (Schiffman, 2010). Berbagai rangsangan dalam toko baik secara langsung atau tidak langsung
sangat
mempengaruhi
pelanggan.
Suasana
toko
yang
dipengaruhi oleh atribut seperti pencahayaan, tata letak, presentasi barang yang akan dijual,
lantai, warna, suara, bau, pakaian dan tenaga
pelayanan. Lingkungan toko yang menyenangkan sangat merangsang dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
menyebabkan peningkatan impulsive buying (Hoyer dan MacInnis, 1999). Penampilan produk dan adanya musik juga berpengaruh secara eksternal pada pelanggan (Verplanken dan Herabadi, 2001). Xu (2007) menyatakan bahwa lingkungan toko mempengaruhi kondisi emosional konsumen yang dapat menyebabkan impulsive buying dalam toko. Rook dan Hoch (1985) menekankan bahwa impulsive buying benar-benar dimulai dengan sensasi dan persepsi konsumen yang didorong oleh stimulus eksternal, dan diikuti oleh dorongan tiba-tiba untuk membeli (saya lihat saya ingin membeli). Mattila dan Wirtz (2008) menemukan bahwa rangsangan lingkungan toko mempengaruhi secara positif perilaku pembelian impuls terutama ketika lingkungan toko dianggap sebagai over-stimulating hormone (kegembiraan dan stimulasi). Rangsangan di lingkungan ritel toko cenderung mempengaruhi emosi konsumen (Donovan dan Rossiter, 1982),
yang
merupakan
variabel
lain
yang
ditemukan
untuk
mempengaruhi impulsive buying (Rook 1987; Zhou dan Wong 2003). Baumeister (2002) berpendapat bahwa gairah yang tinggi dan overstimulasi mengurangi regulasi diri dan juga cenderung mengurangi kemampuan orang berpikir melalui tindakan mereka yang selanjutnya dapat meningkatkan peluang impulsive buying. Gupta (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013) menyatakan bahwa pada ukuran toko-toko besar, display produk dan harga produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
yang menjadi rangsangan utama dalam toko. Pada ukuran toko-toko kecil, harga produk merupakan faktor utama yang menarik impulsive buying. Merchandise ritel langsung memotivasi konsumen untuk membeli suatu produk. Kegiatan merchandising bertindak sebagai salesman yang diam di ritel outlet (Muruganantham dan Kaliyamoorthy, 2005). Hulten & Vanyushyn (2011) juga mengamati bahwa pembeli yang impulsif memberikan perhatian lebih pada display di dalam toko. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi munculnya impulsive buying adalah lingkungan seperti lingkungan toko dan lingkungan pemasaran (marketing), promosi penjualan, merchandise ritel, stimulus sensori, dan pelayanan toko.
b. Faktor Internal Faktor internal impulsive buying menunjukkan isyarat internal pada individu dan karakteristik yang membuat seseorang terlibat dalam impulsive buying. Rangsangan internal terkait dengan kepribadian individu dibandingkan dengan lingkungan toko atau rangsangan yang diberikan. Menurut Schiffman (2008) kepribadian didefinisikan sebagai suatu organisasi yang unik dan dinamis dari karakteristik orang tertentu, fisik dan psikologis yang mempengaruhi perilaku dan tanggapan terhadap lingkungan fisik dan sosial. Kepribadian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi individu dalam melakukan impulsive buying
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(Rook & Fisher, dalam Karbasivar & Yarahmadi, 2011). Ketika seseorang hendak membeli suatu produk, orang akan memiliki nilai dan makna berbeda. Secara khusus, beberapa produk dapat berfungsi sebagai simbol, misalnya dari gaya hidup atau kepribadian tertentu (Belk, Dittmar, Higgins, dalam Herabadi, Verplanken & Knippenberg, 2009). Hal ini didukung oleh pendapat Rook dan Hoch (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013) yang mengatakan bahwa sesungguhnya yang mengalami impulsive buying selama berbelanja adalah orang itu sendiri dan bukan dari produk tersebut. Lain halnya dengan pendapat dari Sneath, Lacey, & KennettHansel (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013) mengatakan bahwa impulsive buying dapat diinduksi karena depresi dan upaya untuk meningkatkan mood. Verplanken dan Herabadi (2001) menemukan hasil yang sama dalam studi yang menyatakan bahwa impulsive buying sering dikaitkan dengan individu yang ingin melarikan diri dari persepsi negatif seperti rendah diri, perasaan negatif, atau suasana hati. Berbagai rangsangan yang dihasilkan seperti pengalaman konsumen sendiri dan emosi juga bertanggung jawab pada impulsive buying (Hirschman, dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013). Weinberg dan Gottwald (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013) berpendapat bahwa impulsive buying memunculkan perasaan yang lebih besar dari hiburan, kesenangan, antusiasme, dan sukacita. Chang, Eckman, & Yan, (2011) juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
berpendapat bahwa konsumen yang memiliki respon emosi yang lebih positif pada lingkungan ritel lebih mungkin untuk melakukan impulsive buying. Impulsive buying atau membeli dengan sedikit atau tanpa perencanaan sebelumnya juga merupakan bentuk keterlibatan yang rendah dalam pengambilan keputusan (Michael, William, & Pandit, dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013). Youn dan Faber (2000) menunjukkan bahwa impulsive buying mungkin berasal dari sifat-sifat konsumen seperti impulsif, kenikmatan berbelanja, atau kurangnya kontrol diri. Shen dan Khalifa (2012) mengamati bahwa kognisi konsumen berhubungan antara impulsive buying dan perilaku impulsif yang sebenarnya. Selain itu, Hausman (2000) berpendapat bahwa impulsive buying merupakan kebutuhan hedonis yang termotivasi oleh pencapaian yang lebih tinggi, kebutuhan yang dikelompokkan dari teori Maslow 'hierarki kebutuhan'. Upaya tersebut untuk memenuhi urutan tertingginya kebutuhan untuk berbagai jenis perilaku impulsive buying. Sharma, Sivakumaran, & Marshall (2010) mengkategorikan impulsive buying sebagai perilaku hedonis yang berhubungan dengan perasaan dan motivasi psikososial bukannya pikiran dan manfaat fungsional. Beatty dan Ferrell (1998) mengemukakan bahwa impulsive buying dikaitkan dengan stimulasi sensorik dan motivasi hedonis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Loudon dan Bitta (dalam F, BS, & Atamimi, 2008) juga mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi Impulsiveve buying, yaitu: a.
Produk dengan karakteristik harga murah, kebutuhan kecil atau marginal, produk jangka pendek, ukuran kecil, dan toko yang mudah dijangkau.
b.
Pemasaran dan marketing yang meliputi distribusi dalam jumlah banyak outlet yang self service, iklan melalui media massa yang sangat sugestibel dan terus menerus, iklan di titik penjualan, posisi display dan lokasi toko yang menonjol.
c.
Karakteristik konsumen seperti kepribadian, jenis kelamin, sosial demografis atau karakteristik sosial ekonomi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor internal yang dapat mempengaruhi munculnya impulsive buying adalah kepribadian, emosi, kebutuhan hedonis, dan evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
B. KEPRIBADIAN NEUROTIK 1. Definisi Kepribadian Neurotik Menurut Chaplin (dalam Rahma, Lestari, & Faziah, 2013) kepribadian neurotik adalah suatu organisasi kecenderungan yang berorientasi pada perolehan
jaminan
keamanan
dan
perlindungan
secara
maksimum.
Kecenderungan ini muncul karena adanya kecemasan dasar (basic anxiety) dalam diri. Horney mendefinisikan kecemasan dasar sebagai perasaan terisolasi dan tidak berdaya dalam dunia yang dipahami secara potensial bermusuhan (dalam Supratiknya, 1993). Ketidakberdayaan tersebut membuat ia terperengkap dalam kebutuhan-kebutuhan kompulsif untuk mengurangi kecemasan (dalam Olson & Hergenhahn, 2011) Menurut Horney akar dari kepribadian neurotik ditemukan di dalam hubungan orangtua dan anak. Sebelumnya anak tidak diberikan rasa aman dan kepuasaan akan cinta sehingga anak akan mengembangkan perasaan permusuhan dasar (basic hostility) terhadap orang tuanya. Permusuhan dasar ini mengarah pada perasaan yang tidak aman yang kuat dan kecemasan yang samar-samar
(dalam
menyembunyikan
Olson
permusuhan
&
Hergenhahn,
dan
perasaan
2011).
Semakin
dendamnya
ia
terhadap
keluarganya, semakin juga ia memproyeksikan kecemasannya pada dunia luar dan orang-orang disekitarnya (dalam Semiun, 2012). Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepribadian neurotik adalah munculnya kecemasan dasar karena tidak memperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
jaminan keamanan dan perlindungan dari orang tua sehingga mengembangkan permusuhan dasar yang kemudian direpresi membuat individu tersebut terperangkap pada kebutuhan-kebutuhan kompulsif untuk mengurangi kecemasan tersebut.
2.
Kebutuhan-Kebutuhan Neurotik Horney (dalam Feist & Feist, 2012) menemukan sepuluh kategori kebutuhan neurotik yang menggambarkan orang-orang neurotik dalam usahanya untuk melawan kecemasan dasar tersebut. Dalam kesepuluh kebutuhan ini, satu orang dapat menerapkan lebih dari satu kebutuhan. Masing-masing kebutuhan-kebutuhan neurotik berhubungan dengan orang lain dalam berbagai cara, yakni: a. Kebutuhan neurotik akan kasih sayang dan penerimaan diri Kebutuhan ini ingin mendapatkan kasih sayang dan penerimaan diri dari orang lain, orang-orang neurotik berusaha dengan cara apapun untuk menyenangkan orang lain. Mereka berusaha memenuhi harapan orang lain, cenderung takut untuk mengatakan bahwa dirinya benar (selfassertion) dan cenderung kurang nyaman dengan permusuhan dengan orang lain dan kepada dirinya. b. Kebutuhan neurotik akan rekan yang kuat Kurangnya kepercayaan diri membuat orang-orang neurotik berusaha mendekatkan dirinya dengan pasangan yang lebih kuat. Dalam hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mereka memiliki peniliaian yang tinggi tehadap cinta dan takut jika sendirian atau ditinggalkan. c. Kebutuhan neurotik untuk membatasi hidupnya dalam lingkungan yang sempit Orang-orang neurotik berusaha untuk tidak menonjol atau biasanya cenderung menempati posisi kedua. Ia akan merasa puas dengan stimulus yang sangat sedikit. Orang-orang neurotik menurunkan kemampuannya ketingkat yang lebih rendah dan takut membuat permintaan yang dirasanya membebani orang lain. d. Kebutuhan neurotik akan kekuasaan Kekuasaan dan kasih sayang merupakan kebutuhan yang paling besar bagi neurotik. Kebutuhan akan kekuasaan disertai dengan kebutuhan akan penghargaan sosial dan kepemilikan yang tampak dalam bentuk kebutuhan untuk mengatur orang lain serta menghindari perasaan lemah. e. Kebutuhan neurotik untuk memanfaatkan orang lain Orang-orang neurotik suka menilai orang berdasarkan bagaimana orang tersebut dapat dimanfaatkan bagi kepentingannya. Namun, disaat yang bersamaan mereka takut untuk dimanfaatkan oleh orang lain. f. Kebutuhan neurotik akan penghargaan sosial atau gengsi Kebalikan pada kebutuhan c, di sini orang-orang neurotik berusaha untuk menempati urutan pertama, menjadi orang yang paling penting, dan berusaha mencari perhatian orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
g. Kebutuhan neurotik akan kekaguman pribadi Harga diri yang tinggi membuat orang-orang neurotik harus terus ditunjang dengan kekaguman dan penerimaan dari orang lain. Mereka cenderung lebih mengagumi diri mereka dibandingkan dengan apa yang mereka miliki. h. Kebutuhan neurotik akan ambisi dan pencapaian pribadi Orang-orang neurotik mempunyai dorongan yang kuat agar menjadi yang terbaik. Mereka berusaha mengalahkan orang lain agar dapat membuktikan kehebatannya. i. Kebutuhan neurotik akan kemandirian dan kebebasan Berbeda dengan sebelumnya, orang-orang neurotik berusaha untuk menjauh dari orang lain agar dapat membuktikan bahwa mereka bisa hidup tanpa orang lain. j. Kebutuhan neurotik akan kesempurnaan dan ketidakmungkinan untuk salah Orang-orang neurotik berusaha semaksimal mungkin agar menjadi sempurna. Mereka takut jika membuat kesalahan sehingga mereka mereka berusaha untuk menyembunyikan kelemahan mereka dari orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
3. Tipe-Tipe Kepribadian Neurotik Berdasarkan kesepuluh kebutuhan tersebut Horney (dalam Olson & Hergenhahn, 2011) mengelompokkan kebutuhan tersebut menjadi tiga kategori umum, yaitu : a.
Mendekati orang lain (compliant) Kepribadian yang seperti ini disebut sebagai tipe yang penurut. Individu yang memiliki kepribadian ini utamanya memilih untuk selalu mengalah. Tipe ini membutuhkan untuk disukai, dinginkan, dicintai, diharapkan, merasa diterima, menjadi penting bagi orang lain khusunya pada orang tertentu, dan inginnya untuk diperhatikan serta dibimbing terutama pada orang yang kuat atau berpengaruh. Tipe kepribadian ini juga didasari pada permusuhan dasar dengan mencari cinta dan afeksi. Keramahan yang dibuat karena didasarkan kepada agresivitas yang direpresi.
b.
Melawan orang lain (aggressive) Tipe ini merupakan tipe kebalikan dari tipe compliant. Horney menyebut tipe ini adalah tipe bermusuhan yang memiliki kebutuhan akan kekuasaan, mengeksplotasi orang lain, dan seringnya mencari prestise. Tipe bermusuhan ini sama kompulsifnya dengan orang-orang penurut dan tingkah laku mereka juga sama-sama dipicu oleh kecemasan dasar. Individu ini termotivasi oleh keinginan kuat untuk memeras orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dan memanfaatkan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri serta jarangnya untuk mengakui kesalahannya. c.
Menjauhi orang lain (detached) Pada tipe kepribadian ini, Horney menyebutnya sebagai tipe menghidar. Individu ini berusaha memisahkan dirinya dari orang lain agar dapat menjaga jarak secara emosional. Ia berusaha menyangkal dan menekan semua perasaannya terhadap orang lain terutama cinta dan kebencian. Baginya keintiman hanya akan membawa konflik sehingga harus dihindari. Individu dengan kepribadian ini berusaha untuk menjaga privasi sebanyak mungkin waktu untuk sendirian karena kebersamaan akan mengganggunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Tabel 1 Rangkuman dari Kecenderungan Kepribadian Neurotik Horney : Kecenderungan Neurotik
Konflik dasar atau sumber dari kecenderungan neurotik
Kebutuhan neurotik
Mendekati orang lain
Melawan orang lain
Menjauhi orang lain
Kepribadian penurut (The compliant personality)
Kepribadian agresif (The aggressive personality)
Kepribadian memisahkan diri (The detached personality)
Perasaan ketidakberdayaan
Perlindungan dari permusuhan atau ketidakramahan orang lain
Perasaan terpisah
1. Kasih saying
4. Kekuasaan
9. Kemandirian dan kebebasan
2. Rekan yang berpengaruh atau kuat
5. Pemerasan
10. Kesempurnaan dan gengsi
3. Batasan sempit dalam hidup
6. Penghargaan dari ketidakmungkinan untuk salah 7. Kekaguman pribadi 8. Pencapaian pribadi
Ciri normal yang serupa
Ramah, penuh cinta kasih
Kemampuan untuk bertahan hidup dilingkungan yang kompetitif
Mandiri dan tenang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
C. REMAJA 1.
Definisi Remaja Menurut Santrock (2007) masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dengan dan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun. Pada masa ini terjadi proses pematangan baik itu fisik maupun psikologis. Tidak ada seorang anak yang memasuki masa remaja dalam bentuk daftar kosong, yang hanya memiliki kode genetik yang akan menentukan berbagai pikiran, perasaan, dan perilakunya. Namun, dikombinasi dengan faktor keturunan, pengalaman masa kanak-kanak, dan pengalaman masa remaja, menentukan rangkaian perkembangan remaja. Menurut Larson (dalam Santrock, 2007) remaja tidak hanya melibatkan pertimbangan mengenai usia, namun juga pengaruh dari sosiohistoris. Dengan mempertimbangkan konteks sosio-historis, masa remaja didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanakkanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, sosi-emosional dan kognitif. Meurut Piaget (dalam Santrock, 2007) remaja secara kognitif mulai mengembangkan pemikiran operasional formal. Pada tahap ini remaja sudah mulai dapat berpikir abstrak, konkret, logis, dapat menarik kesimpulan dari informasi yang ia dapatkan dari lingkungannya dan dapat menggambarkan keadaan yang ideal. Keadaan ideal tersebut membuat mereka menyadari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
bahwa dirinya merupakan tanggung jawab orang dewasa. Namun, menurut remaja, mereka lebih baik dibandingkan orang dewasa. Sehingga seringkali remaja memiliki perbedaan pendapat dan dapat menjadi konflik. Santrock (2007) membagi remaja menjadi dua rentang usia. Pertama adalah masa remaja awal dengan rentang usia 10 tahun hingga 13 tahun. Kedua adalah masa remaja akhir dengan rentang usia 18 tahun hingga 22 tahun. Santrock membedakan remaja menjadi dua bagian karena masa remaja akhir telah mencapai transisi perkembangan yang hampir mendekati masa dewasa. Menurut Erikson (dalam Feist & Feist, 2010) masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Usia masa remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Usia pada masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan usia masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun. Selain itu, menurut WHO, remaja adalah orang-orang yang memiliki usia 10 tahun hingga 20 tahun (Sarwono, 2011). Berdasarkan pengertian remaja yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan bahwa masa remaja adalah individu yang berusia 15 tahun hingga 18 tahun. Usia tersebut berada pada tahap remaja madya di mana remaja mengalami kebingungan untuk memilih yang mana, peka atau peduli, kelompok atau sendiri serta optimis atau pesimis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2. Tahap Perkembangan Remaja Masa remaja adalah periode peralihan perkembangan dari anak-anak ke masa dewasa, dimulai sekitar usia 10-12 dan berakhir pada usia 18-21 tahun. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial (Pediatri, 2010). Santrock (2007) mengemukakan dua transisi remaja yaitu pada masa kanak-kanak ke masa remaja dan masa remaja ke masa dewasa. a. Masa Kanak-Kanak ke Masa Remaja Masa kanak-kanak ke masa remaja dilalui pada usia 10 tahun hingga 13 tahun. Pada transisi ini sejumlah perubahan terjadi baik secara biologis, kognitif, dan juga sosio-emosional. Remaja mengalami fase pubertas yang ditunjukka melalui perubahan fisik dan perubahan hormonal. Selain itu, pada masa remaja awal, terjadi perubahan di otak yang memungkinkan kemajuan dalam berpikir. Ketika remaja memasuki transisi ini, mereka mulai berpikir secara lebih egosentris, sering kali memandang dirinya seolah-olah berada di atas pentas, unik, dan tak terkalahkan. Perubahan juga terjadi pada sosio-emosional, meliputi tuntutan untuk mencapai kemandirian, konflik dengan orang tua, dan keinginan lebih banyak untuk meluangkan waktu bersama kawan-kawan sebaya. Menurut Reed Larson dan Maryse Richards (dalam Santrock, 2007) emosi yang dimiliki oleh remaja lebih ekstrem dan berlalu lebih cepat dibadingkan orang dewasa (Santrock, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Berdasarkan penelitian dari Blakemore & Mills, 2014; Kar, Vijay, & Mishra, 2013; Steinberg, 2013 dalam King 2016) perubahan otak remaja berfokus pada perkembangan awal amigdala yang meliputi emosi dan perkembangan akhir korteks prafrontal yang berhubungan dengan penalaran dan pengambilan keputusan. Adanya perubahan tersebut membuat remaja memiliki pemikiran yang egosentris (Byrnes & Kuhn, dalam King, 2016). Transisi dari masa kanak-kanak hingga masa remaja bersifat kompleks dan multidimensional yang melibatkan perubahan di berbagai aspek kehidupan (Santrock, 2007).
b. Masa Remaja ke Masa Dewasa Masa remaja diawali pada segi biologis dan berakhir pada aspek kultural. Artinya, transisi dari masa kanak-kanak hingga remaja dimulai dengan kematangan pubertas, sementara transisi dari remaja menuju dewasa ditentukan oleh standar dan pengalaman budaya. Pada masa ini remaja lebih memperhatikan masa depan seperti karir, mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis, dan eksplorasi identitas lebih menonjol dibandingkan pada masa remaja awal. Transisi masa remaja hingga masa dewasa dapat berlangsung cukup lama hingga remaja mengembangkan berbagai keterampilan yang lebih efektif untuk menjadi anggota penuh dari suatu masyarakat. Kenneth Kenniston (dalam Santrock, 2007) transisi antara remaja dan masa dewasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
merupakan masa di mana ekonomi dan kehidupan pribadi bersifat sementara. Selama transisi ini penghasilan mereka sering kali masih rendah dan bersifat sporadis, tempat tinggal merekasering berubah-ubah. Menurut Santrock (2007) rentang usia pada transisi ini adalah 18 tahun hingga 22 tahun.
D. Dinamika Hubungan Kepribadian Neurotik dengan Impulsive Buying Setiap individu memilki kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian dapat mempengaruhi perilaku baik pada lingkungan sekitar maupun pada kehidupan. Menurut Tom (2015) setiap indvidu memiliki kepribadian yang unik dan memiliki karisma tersendiri yang membedakan perilaku dan adaptasi terhadap lingkungan dari orang lain. Salah satu kepribadian tersebut adalah kepribadian neurotik. Menurut Chaplin (2006) kepribadian neurotik didefinisikan sebagai suatu organisasi kecenderungan yang berorientasi pada perolehan jaminan keamanan dan perlindungan secara maksimum. Menurut Horney (dalam Olson & Hergenhahn, 2011) kepribadian neurotik dikelompokkan menjadi tiga tipe kepribadian neurotik yaitu compliant, aggressive, dan detached. Pada tipe kepribadian neurotik yang pertama yaitu compliant. Tipe ini merupakan kepribadian yang penurut, ia selalu berusaha memenuhi harapan orang lain dan menyenangkan orang lain. Hal tersebut dilakukan karena agar ia mendapatkan cinta dan afeksi orang lain. Kepribadian ini sangat peka terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
setiap tanda penolakan dan ketidakramahan dalam (dalam Semiun, 2012). Individu yang memiliki tipe kepribadian compliant yang tinggi cenderung memiliki ketergantungan yang tidak wajar (mood dependency) pada orang yang berpengaruh di kelompoknya atau di lingkungannya. Tipe kepribadian compliant yang tinggi cenderung mudah untuk dipengaruhi. Mudahnya untuk dipengaruhi disebabkan tipe kepribadian compliant merupakan tipe yang penurut, sehingga ketika diberikan iklan dengan tagline untuk membeli produk tersebut akan mendorong individu segera membeli produk yang ditawarkan (Kumar, 2012). Individu yang penurut yang mudah dipengaruhi oleh sekitarnya karena ingin diterima oleh lingkungan sosialnya disebut sebagai konformitas. Menurut Lin & Chen (2012) bahwa individu yang cenderung melakukan konformitas rentan untuk melakukan impulsive buying. Menurut Beatty dan Ferrell (1998) impulsive buying didefinisikan sebagai perilaku pembelian yang terjadi secara spontan yang dilakukan pada saat itu juga tanpa memiliki rencana sebelumnya untuk membeli produk. Pada tipe kepribadian neurotik kedua yaitu aggressive. Tipe ini merupakan tipe bermusuhan dengan orang disekitarnya (Horney dalam Olson & Hergenhahn, 2011). Individu yang memiliki tipe kepribadian aggressive yang tinggi cenderung berusaha untuk mendapatkan kekuasaan dengan melakukan apapun untuk mendapatkannya (Horney dalam Coolidge, 2001). Selain itu, individu yang memiliki tipe kepribadian aggressive yang tinggi cenderung memiliki pemikiran-pemikiran untuk selalu memusuhi orang lain, seperti ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
selalu mengalahkan orang lain dan menjadi urutan teratas tanpa ada orang lain yang dapat mengungguulinya serta inginya menjadi pusat perhatian dengan cara berpenampilan semenarik mungkin dan diakui oleh lingkungannya tanpa peduli berapa harga yang harus dibayar agar dapat mengungguli orang sekitarnya (dalam Olson & Hergenhahn, 2011). Hal ini mengindikasikan individu yang memiliki tipe kepribadian aggressive yang tinggi rentan melakukan impulsive buying karena inginya berpenampilan menarik agar dapat mengungguli orang lain tanpa peduli dengan harga yang harus dibayar. Hal tersebut juga didukung dengan pendapat dari Rook (1987) bahwa ketika orang melakukan impulsive buying ia tidak peduli atau mengabaikan resiko dari perilakunya. Tipe kepribadian terakhir adalah detached. Tipe ini merupakan tipe yang menjauh dari orang lain (Horney dalam Feist & Feist, 2012). Individu yang memiliki kepribadian detached yang tinggi cenderung menarik diri dari lingkungannya baik secara emosi dengan orang lain dengan cara apapun baik dalam bentuk cinta, persahabatan, ataupun kompetisi (Horney dalam Coolidge, 2001). Hal ini dilakukan karena suatu ekspresi dari kebutuhan akan kesendirian dan kebebasan. Kecenderungan pada tipe kepribadian detached yang tinggi akan membuat individu tidak mudah terpengaruh oleh lingkungannya dan tidak terikat akan apapun, misalnya sesuatu yang sedang trend. Kecenderungan untuk menarik diri akan relasi sehingga tipe kepribadian ini tidak terikat oleh apapun membuat individu tersebut tidak mudah terpengruh oleh lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
E. Skema Hubungan Kepribadian Neurotik dengan Impulsive Buying 1. Skema 1 (Hubungan antara tipe kepribadian compliant dan impulsive buying) Memenuhi harapan orang lain
Takut ditolak
Tinggi
Ketergantungan yang tidak wajar
Impulsive buying tinggi
Penurut
Mudah dipengaruhi
Comliant
Tidak mudah memenuhi harapan orang lain Rendah
Impulsive buying rendah Bebas
Sulit dipengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2. Skema 2 (Hubungan antara tipe kepribadian aggressive dan impulsive buying)
Kekuasaan
Permusuhan
Menjadi yang pertama dengan melakukan apapun Tinggi Menjadi pusat perhatian
Impulsive buying tinggi
Tampil menarik
Aggressive
Ketidakpedulian
Bersahabat Impulsive buying rendah Ramah Rendah Peduli dengan orang lain
bersaing secara adil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3. Skema 3 (Hubungan antara tipe kepribadian detached dan impulsive buying)
Menyendiri
Tidak terikat
Tinggi
Menarik diri dari lingkungan sosial
Impulsive buying rendah
Tidak mudah terpengaruh Detached Bebas
Rendah
Mau menjalin relasi Impulsive buying tinggi Mudah terpengaruh dan ketergantungan
F. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian neurotik compliant dengan impulsive buying. 2. Terdapat hubungan posittif antara tipe kepribadian neurotik aggressive dengan impulsive buying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3. Terdapat hubungan negatif antara tipe kepribadian neurotik detached dengan impulsive buying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif korelasi yang bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variabel lainnya. Menurut Santoso (2010), teknik korelasi dilakukan untuk melihat kecenderungan pola pada suatu variabel berdasarkan kecenderungan pola pada variabel yang lain. jika kecenderungan pada suatu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan pada variabel lain, dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan atau berkolerasi. Penelitian ini bertujuan menguji hubungan antara kepribadian neurotik dengan impusive buying pada remaja di Tarakan.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel Tergantung (Y) : Impulsive buying pada remaja 2. Variabel Bebas (X)
: Kepribadian Neurotik, yaitu tipe compliant, aggressive dan detached.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
C. DEFINISI OPERASIONAL 1. Impusive Buying Impulsive buying adalah perilaku belanja yang didorong oleh keinginan dalam diri tanpa adanya perencanaan, spontan, segera dalam melakukan pembelian dengan tidak adanya pertimbangan kegunaan dan konsekuensi dari pembelian tersebut. Impulsive buying diukur dengan skala impulsive buying. Skala tersebut terdiri dari aspek afektif dan aspek kognitif. Perolehan skor tinggi pada skala ini mengindikasikan bahwa subjek memiliki kecenderungan impulsive buying yang tinggi. Sebaliknya, perolehan skor yang rendah mengindikasikan bahwa subjek memiliki kecenderungan impulsive buying yang rendah.
2. Kepribadian Neurotik Kepribadian neurotik secara operasional definisikan kepribadian neurotik adalah munculnya kecemasan dasar karena tidak memperoleh jaminan keamanan dan perlindungan dari orang tua sehingga mengembangkan permusuhan dasar yang kemudian direpresi membuat individu tersebut terperangkap pada kebutuhan-kebutuhan kompulsif untuk mengurangi kecemasan tersebut. Terdapat dari tiga tipe kepribadian neurotik yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
a. Compliant (patuh), memiliki kebutuhan untuk mendekati orang lain untuk melindungi diri dari ketidakberdayaan, dan ketergantungan yang tidak wajar pada orang lain (codependency) b. Aggressive, memiliki kebutuhan akan kekuasaan, ingin dikagumi, ingin memperoleh penghargan dan gengsi, melawan orang lain, dan memiliki ambisi pribadi. c. Detached (lepas dari orang lain), memiliki kebutuhan untuk menjauhi orang lain, kesendirian, kebebasan, dan kemandirian. Sebagian neurotik menganggap berhubungan dengan orang lain merupakan sebuah tekanan. Skor pada skala tipe kepribadian dihitung berdasarkan skor total untuk setiap tipenya. Semakin tinggi nilai skor total tiap tipe, maka subjek memiliki skor yang tinggi pada tiap tipe kepribadian neurotik tersebut.
D. SUBJEK PENELITIAN E. Subjek pada penelitian ini adalah remaja laki-laki dan remaja perempuan. Kriteria sampel yang dipilih adalah remaja dengan rentang usia 15 tahun hingga 18 tahun di Tarakan, Kalimantan Utara. Hal ini dikarenakan rentang usia tersebut masuk dalam klasifikasi remaja (Santrock, 2007). Alasan peneliti memilih remaja sebagai subjek karena remaja merupakan penyumbang terbesar dalam hal perilaku konsumsi khusunya pada produk fashion (Swa dalam dalam Anin, BS, dan Atamimi, 2008). Remaja yang digunakan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
penelitian ini adalah dengan menggunakan subjek penelitian remaja di Tarakan karena di Tarakan merupakan salah satu kota yang memiliki fenomena impulsive buying. Dalam menentukan subjek penelitian, peneliti menggunkan teknik non-probability sampling, khusunya sampling insidental. Sampling insidental merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, jika kebetulan orang yang ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono,
2010).
Pengambilan
sampel
berdasarkan
latar
belakang
pendidikan SMA dan SMK.
F. PROSEDUR PENELITIAN Penelitian ini menggunakan skala yang disebarkan pada remaja di beberapa sekolah SMA dan SMK di Kota Tarakan, Kalimantan Utara yang bersedia mengisi skala. Peneliti membagikan skala, kemudian peneliti meminta subjek untuk mengambil skala dan membaca informed consent serta memberikan tanda tangan sebagai tanda persetujuan untuk menjadi subjek penelitian pada lembar skala dan sebagai tanda untuk menjaga kerahasian data subjek. Lalu peneliti menjelaskan instruksi pengerjaan skala secara klasikal di depan kelas dan peneliti menginstruksikan agar pengerjaannya dilakukan pada saat itu juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
G. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan metode skala. Skala adalah alat ukur psikologis dalam bentuk pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menangkap respon seseorang terhadao konsep yang diukur sehingga dapat diberi penilaian atau skor dan dapat diinterpretasikan (Azwar, 1999). Jenis skala yang digunakan adalah skala Likert dengan item dalam bentuk favourable dan unfavourable. Item favourable adalah item yang isinya mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri variabel yang diukur. Sedangkan item unfavourable adalah item yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan variabel yang diukur (Azwar, 1999). Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan pernyataan dengan alternatif jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Penggunaan empat kategori respon tanpa menggunakan kategori respon “netral”, hal ini dikarenakan jika menggunakan alternatif tengah dalam kategori jawaban tidak memiliki efek yang signifikan pada data (Andrews dalam Anggoro & Widhiarso, 2010) dan ketika subjek memilih alternatif tengah menunjukkan subjek ragu-ragu dalam mengerjakan tugas (Kulas & Stachowski, 2009). Respon yang dipilih oleh subjek memiliki skor sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 2 Skor Favorabel dan Unfovorabel Variabel Respon Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai
Favorabel 4 3 2 1
Unfavorabel 1 2 3 4
Tingginya skor favourable mengindikasikan bahwa subjek memiliki tingkat
impulsive
buying
yang tinggi.
Sebaliknya,
rendahnya
skor
mengindikasikan bahwa subjek memiliki tingkat impulsive buying yang rendah. Selain
itu,
pada
pernyataan
favourable,
tingginya
skor
mengindikasikan bahwa subjek memiliki tipe kepribadian neurotik yang tinggi. Sebaliknya, rendahnya skor mengindikasikan bahwa subjek memiliki tipe kepribadian neurotik yang rendah. 1. Skala Impulsive Buying Dalam penelitian ini, alat pengambilan data yang digunakan untuk mengukur perilaku impulsive buying adalah skala impulsive buying dalam bentuk skala likert. Skala impulsive buying didasari oleh aspek kognitif dan aspek afektif yang dikembangkan oleh Verplanken dan Herabadi (2001). Skala ini berisi 20 aitem soal dengan 12 aitem favorabel dan 8 aitem unfavorabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 3 Sebaran Aitem Skala Impulsive Buying Aspek Aspek Kognitif Aspek Afektif
No Aitem Favorabel 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 19 3, 10, dan 20 Total
No Aitem Unfavorabel 13
Jumlah
Bobot
10
50%
11, 12, 14, 15, 16, 17, dan 18
10
50%
20
100%
2. Skala Tipe Kepribadian Neurotik Pengukuran kepribadian neurotik dalam penelitian ini menggunakan skala HCTI (Horney Coolidge Type Inventory). Dalam penelitian ini, pengukuran kepribadian neurotik menggunakan tiga tipe kepribadian neurotik yaitu compliant (patuh), aggressive, dan detached (menjauh). yang dikembangkan oleh Frederick L. Coolidge (2001). Skala ini berisi 57 aitem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 4 Sebaran Aitem Skala Kepribadian Neurotik Tipe-Tipe Kepribadian Neurotik Compliant
Aggressive
Detached
No Soal
Jumlah
Bobot
1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, 28, 31, 34,37, 40, 43, 46, 49, 52, dan 55. 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 29, 32, 35, 38, 41, 44, 47, 50, 53, dan 56. 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45, 48, 51, 54, dan 57 Total
19
33.3%
19
33.3%
19
33.3%
57
100%
H. VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1. Validitas Skala Validitas adalah proses pengujian untuk mengetahui apakah suatu skala mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2015). Skala penelitian ini dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila skala tersebut sesuai dengan fungsi ukurnya. Sebaliknya, apabila skala penelitian dikatakan memiliki validitas yang rendah apabila skala tersebut menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi tersebut dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan terhadap aspek yang hendak diukur (professional judgement) (Azwar, 2009). Hal ini dilakukan untuk dapat membuktikan kesesuaian aitem-aitem dalam tes dengan aspek-aspek yang akan diungkap.
2. Skala Aitem Penelitian ini menggunakan uji coba atau try out terpakai, sehingga penelitian hanya dilakukan satu kali. Hal ini didasari oleh alasan sebagai berikut : a.
Alasan Teoris Uji coba atau try out terpakai merupakan uji coba yang hasilnya dapat digunakan sebagai data penelitian untuk menguji hipotesis penelitian dan hanya aitem yang sahih saja yang dianalisis. Dengan kata lain, uji coba terpakai digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas dengan cara pengambilan datanya hanya sekali dan hasil uji cobanya langsung digunakan untuk menguji hipotesis. Kelebihan uji coba terpakai ini adalah peneliti dapat mempersingkat waktu pelaksanaan, tenaga dan biaya. Namun, uji coba terpakai ini memiliki resiko yaitu banyaknya aitem yang gugur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dan sedikitnya aitem yang bertahan, sehingga peneliti tidak mempunyai kesempatan untuk merevisi kuesionernya (Hadi, 2004). b.
Alasan Praktis Alasan utama peneliti menggunakan data terpakai karena sebelumnya peneliti melakukan pre-riset untuk mengetahui tingkat impulsive buying pada remaja secara online dan terlihat beberapa dari subjek tidak mengisi secara menyeluruh sehingga peneliti ingin mengawasi secara langsung ketika subjek hendak mengisi skala tersebut. Kemudian, peneliti menggunakan uji coba atau try out terpakai karena jauhnya tempat untuk mengambil data yaitu di Tarakan, Kalimantan Utara. Alasan lain peneliti menggunakan data try out terpakai karena sedikitnya waktu yang tersisa. Hal ini disebabkan karena subjek yang hendak dipakai akan segera mengikuti ujian sekolah. Pada penelitian ini, seleksi aitem dilakukan berdasarkan daya
diskriminasi atau daya beda. Seleksi aitem dilakukan dengan cara menguji kesesuaian karakteristik masing-masing aitem dengan aspek yang mewakili setiap variabel. Daya diskriminasi aitem untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Aitem yang memiliki daya diskriminasi tinggi bila semua atau sebagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
kelompok tinggi menjawab dengan hasil besar dan semua atau sebagian kelompok rendah mendapat nilai rendah (Azwar, 2012). Parameter daya beda aitem berupa koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor total skala (riX) yang memperlihatkan kesesuaian fungsi aitem dengan fungsi skala dalam mengungkapkan perbedaan individual. Besarnya koefisien korelasi aitemtotal bergerak dari 0 – 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin mendekati angka 1,00 maka semakin baik daya diskriminasi aitem, sebaliknya semakin mendekati angka 0 atau memiliki tanda negatif mengindikasi bahwa aitem tidak memiliki daya diskriminasi. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem-total dengan menggunakan batasan riX ≥ 0,30. Aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. Begitupun sebaliknya, aitem yang harga riX atau ri(X-i) kurang dari 0,30 dinyatakan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah.
Namun, dapat dipertimbangkan untuk
menurunkan sedikit batasan kriteria menjadi 0,25 apabila aitem masih tidak mencukupi (Azwar, 2012). Hasil pengujian data pada skala impulsive buying dari total 20 aitem terdapat 5 aitem yang gugur karena riX ≤ 0,25, yaitu no 4, 10, 12, 14, dan 17. Namun, karena ada perbedaan jumlah aitem pada aspek kognitif dan aspek afektif, maka aitem diseimbangkan sehingga aitem yang gugur adalah 5, 7, dan 9. Skala kecenderungan kepribadian neurotik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
terdapat 57 aitem. Pada tipe kepribadian neurotik compliant aitem yang memiliki riX ≤ 0,25 yaitu no 25, 34, 37, 40, 43, dan 55. Pada tipe kepribadian neurotik aggressive aitem yang memiliki riX ≤ 0,25 yaitu no 29. Kemudian, tipe kepribadian neurotik detached, aitem yang memiliki riX ≤ 0,25 yaitu no 6, 39, dan 57. Gugurnya aitem pada setiap tipe menjadi tidak seimbang. Oleh sebab itu, aitem diseleksi kembali dengan cara menyamakan pada tipe kepribadian yang paling sedikit, sehingga aitem yang gugur yaitu 5, 6, 8, 9, 17, 23, 25, 29, 32, 33, 34, 37, 39, 40, 43, 54, 55, dan 57. Tabel 5 Sebaran aitem skala impulsive buying setelah seleksi aitem Aspek Aspek Kognitif Aspek Afektif Total
No Aitem Favorabel 1, 2, 6, 8, dan 19 3 dan 20 7
Bobot
No Aitem Unfavorabel 13
Jumlah 6
50%
11, 15, 16, dan 18 5
6
50%
12
100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 6 Sebaran aitem skala impulsive buying setelah seleksi aitem Tipe-Tipe Kepribadian Neurotik Compliant
Aggressive
Detached
No Soal
Jumlah
Bobot
1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 28, 31, 46, 49, dan 52. 2, 11, 14, 20, 26, 35, 38, 41, 44, 47, 50, 53, dan 56. 3, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 36, 42, 45, 48, dan 51. Total
13
33.33%
13
33.33%
13
33.33%
39
100%
3. Reliabilitas Skala Salah satu ciri instrumen ukur yang berkualitas yang baik adalah reliabel, yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan eror pengukuran kecil (Azwar, 2015). Hal ini dilakukan untuk mengacu pada keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur yang mengandung makna seberapa kecermataan pengukuran. Menurut Azwar (2015) reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi angka reliabilitasnya mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
jika koefisien yang semakin mendekati angka 0, berarti semakin rendah reliabilitasnya. Penelitian ini menggunkan teknik koefisien Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas dengan menggunakan perhitungan SPSS 23.0 for Windows. Skala impulsive buying memiliki reliabilitas sebesar 0.747, skala pada tipe kepribadian compliant memiliki reliabilitas sebesar 0.758, skala pada tipe kepribadian aggressive memiliki reliabilitas sebesar 0.801, dan skala pada tipe kepribadian detached memiliki reliabilitas sebesar 0.795.
I. METODE ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara distribusi sebaran antara variabel bebas dengan variabel tergantung dalam penelitian ini bersifat normal atau tidak. b. Uji Linearitas Uji lenearitas yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan linear atau tidak antara variabel bebas dan variabel tergantung, yang tampak dengan ada tidaknya garis lurus dalam pengujian tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2. Uji Hipotesis Uji hipotesis akan dilakukan dengan teknik analisis data dengan SPSS yaitu uji korelasi Product Moment dari Pearson. Perhitungan yang digunakan adalah menggunakan aplikasi SPSS versi 23.00 for windows. Hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1. Sedangkan yang terkecil adalah 0. Jika hubungan antara dua variabel mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka hubungan tersebut sempurna (Sugiyono, 2008). Hal ini dikarenakan peneliti ingin melihat bagaimana hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dan sejauh mana kekuatan dari hubungan tersebut. Selain itu, apabila asumsi tidak terpenuhi yaitu apabila data tidak normal, maka uji hipotesis akan menggunakan pengujian korelasi Spearman’s Rho SPSS for Windows versi 23.00 (Hadi, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN Sebelum penelitian dilakukan, peneliti meminta surat perizinan penelitian pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma untuk melakukan penelitian di beberapa SMA yang bertempat di Tarakan, Kalimantan Utara. Surat perizinan tersebut diberikan terlebih dahulu kepada Dinas Pendidikan Kota Tarakan. Hal ini dilakukan karena peneliti harus meminta izin terlebih dahulu kepada Kepala Dinas sebelum benar-benar melakukan penelitian ke beberapa SMA di Tarakan. Selain itu, peneliti juga meminta surat perizinan dari Dinas Pendidikan Kota Tarakan. Setelah surat perizinan dibuat dan dapat diambil dari Kantor Dinas Pendidikan Kota Tarakan, peneliti segera memberikan surat izin kepada Kepala Sekolah tersebut dan menjelaskan secara singkat mengenai tujuan dari penelitian tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan skala dengan cara membagikan dan memberikan instruksi pengerjaan pada skala secara langsung kepada siswasiswa di setiap kelas. Penelitian ini melibatkan 330 subjek yang merupakan siswa kelas X dan XI dari beberapa SMA yang ada di Tarakan. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini hanya kelas X dan XI karena siswa kelas XII telah lulus sekolah. Subjek dalam penelitian ini berasal dari dua SMA di Tarakan, yaitu SMA Negeri 1 Tarakan dan SMA Frater Don Bosco. Pengumpulan data penelitian ini
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dilaksanakan pada tanggal 18-20 Mei 2016. Penelitian ini membutuhkan waktu tiga hari, dua hari di SMA 1 Negeri Tarakan dan satu hari di SMA Frater Don Bosco. Total skala yang diisi oleh subjek adalah 330 skala, namun terdapat 30 skala yang dianggap gugur oleh peneliti karena tidak memberikan jawaban secara penuh pada skala penelitian. Jadi, total skala yang dianggap memenuhi kriteria oleh peneliti adalah 300 skala penelitian.
B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN Tabel 7 Deskripsi Subjek Penelitian Karakteristik
Jumlah
Prosentase
15 tahun
56
18.7%
16 tahun
151
50.3%
17 tahun
82
27.3%
18 tahun
11
3.7%
Laki-laki
115
38.33%
Perempuan
185
61.67%
Usia
Jenis Kelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti melakukan perbandingan antara mean teoritik dan mean empirik pada data yang telah diperoleh. Mean teoritik adalah skor ratarata alat ukur penelitian yang diperoleh melalui perhitungan manual dengan menggunakan rumus sebagai berikut: � ×
MT =
�
+
×
�
�
Mean empiris adalah skor rata-rata data penelitian yang diperoleh dari deskripsi data di statistik yang dihitung menggunakan bantuan program SPSS 23.00 for windows, maka diperoleh hasil perhitungan data teoritik dan data empirik sebagai berikut: Tabel 8 Data Teoritik dan Empirik Variabel
N
SD
Impulsive Buying Compliant Aggressive Detached
300
4.038
Min. Min. Max. Max. Mean Mean Teoritik Empirik Teoritik Empirik Teoritik Empirik 12 19 60 51 30 28.65
300 300 300
4.853 4.499 4.666
13 13 13
22 22 14
52 52 52
52 45 38
32.5 32.5 32.5
36.11 32.38 24.20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 9 One Sample T-Test Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala Impulsive Buying
T Impulsive Buying
One-Sample Test Test Value = 37.5 95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2Mean tailed) Difference Lower Upper
df
122,897
299
,000
28,653
28,19
29,11
Tabel 10 One Sample T-Test Mean Teoritik dan Mean Emapirik Skala Kecenderungan Kepribadian Neurotik One-Sample Test Test Value = 32.5
T Compliant Aggressive Detached
128,860 124,662 89,822
Df
299 299 299
Sig. (2tailed)
,000 ,000 ,000
95% Confidence Interval of the Difference Mean Difference Lower Upper
36,107 32,383 24,197
35,56 31,87 23,67
36,66 32,89 24,73
Pada tabel 10 dapat dilihat hasil uji t pada skala Impulsive Buying menunjukkan nilai signifikan 0.000, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritik dengan mean empirik pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Impulsive Buying. Pada tabel 8 menunjukkan bahwa mean teoritik pada Impulsive Buying sebesar 30, sedangkan skor mean empirik pada Impulsive Buying sebesar 28.65 dengan SD sebesar 4.038. Skor tersebut menunjukkan bahwa skor mean teoritik pada Impulsive Buying lebih tinggi dibandingkan dengan skor mean empirik. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki kecenderungan Impulsive Buying yang tergolong rendah. Pada tabel 10 dapat dilihat juga hasil uji t pada kepribadian Compliant, Aggressive, dan Detached menunjukkan nilai signifikan 0.000 hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara mean teoritik dan mean empiris. Pada tabel 8 menunjukkan bahwa skor mean teoritik pada skala Compliant sebesar 32.5, sedangkan mean empirik pada skala Compliant sebesar 36.11,
skor
tersebut
menunjukkan
bahwa
subjek
penelitian
memiliki
kecenderungan kepribadian Compliant yang cenderung tinggi. Selain itu, mean teoritik skala Aggressive memiliki sebesar 32.5, sedangkan mean empiriknya memiliki skor sebesar 32.38, dari skor tersebut menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki kecenderungan kepribadian Aggressive yang rendah. Selanjutnya, mean teoritik pada skala Detached memiliki skor sebesar 32.5, sementara pada mean empiriknya memiliki skor sebesar 24.20, adanya mean emipirik yang memiliki skor lebih rendah dari skor mean teoritik dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki kecenderungan kepribadian Detached yang rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
D. HASIL ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi Penelitian a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik KolmogorovSmirnov dalam program SPSS for windows versi 23.0. Hasil uji normalitas sebegai berikut : Tabel 11 Uji Normalitas Skala Impulsive Buying dan Kecenderungan Kepribadian Neurotik Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig. Impulsive ,111 300 Buying Compliant ,064 300 Aggressive ,082 300 Detached ,090 300 a. Lilliefors Significance Correction
,000
,971
300
,000
,005 ,000 ,000
,992 ,983 ,979
300 300 300
,082 ,001 ,000
Pada tabel 11 dalam kolom Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat bahwa impulsive buying memiliki nilai signifikan (p) sebesar 0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada impulsive buying tidak normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 2. Histogram Impulsive Buying Pada kepribadian compliant memiliki nilai signifikan (p) sebesar 0.005 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada kepribadian complian tidak normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Gambar 3. Histogram Kepribadian Compliant
Pada kepribadian aggressive memiliki nilai signifikan (p) sebesar 0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada kepribadian aggressive tidak normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Gambar 4. Histogram Kepribadian Aggressive
Pada kepribadian detached memiliki nilai signifikan (p) sebesar 0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada kepribadian detached tidak normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 5. Histogram Kepribadian Detached
2. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan test of linearity dalam program SPSS for windows versi 23.0. Hasil uji linearitas sebagai berikut: Tabel 12 Hasil Uji Linieritas kepribadian compliant dan impulsive buying ANOVA Table Compliant*Impulsive Buying
(Combined) Linearity Deviation from Linearity
F 1.253
Sig. 0.119
10.269 1.010
0.002 0.454
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Berdasarkan hasil uji linieritas pada tabel 12, dapat dilihat bahwa dengan Compliant dan Impulsive Buying memiliki nilai signifikan sebesar 0.002 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa Compliant dan Impulsive Buying memiliki hubungan yang linear.
Gambar 6. Scatterplot Kepribadian Compliant dan Impulsive Buying
Tabel 13 Hasil uji linearitas kepribadian aggressive dan impulsive buying ANOVA Table Aggressive*Impulsive Buying
(Combined) Linearity Deviation from Linearity
F 1.978
Sig. 0.006
12.376 1.506
0.001 0.071
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Pada kepribadian Aggressive dan Impulsive Buying memiliki nilai signifikansi sebesar 0.001 (p < 0.05 ). Berdasarkan data ini menunjukkan bahwa Aggressive dan Impulsive Buying memiliki hubungan yang linear.
Gambar 7. Scatterplot Kepribadian Aggressive dan Impulsive Buying
Tabel 14 Hasil uji linearitas kepribadian detached dan impulsive buying ANOVA Table Detached*Impulsive Buying
(Combined) Linearity Deviation from Linearity
F 1.164 1.138 1.165
Sig. 0.280 0.287 0.282
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pada kepribadian Detached dan Impulsive Buying memiliki nilai signifikansi sebesar 0.280 (p < 0.05 ). Berdasarkan data ini menunjukkan bahwa Detached dan Impulsive Buying memiliki hubungan yang tidak linear.
Gambar 8. Scatterplot Kepribadian Detached dan Impulsive Buying
3. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini, uji hipotesis dilakukan dengan korelasi product moment menggunakan SPSS for Windows versi 23.0. Uji korelasi ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan tergantung, yaitu terdapat hubungan antara kepribadian neurotik dengan impulsive buying pada remaja. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel memiliki sebaran data yang tidak normal, sehingga penelitian ini memakai uji teknik korelasi Spearman’s Rho dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
program SPSS for windows versi 23.0. Hipotesis penelitian ini dilakukan dengan pengujian 1-tailed, karena hipotesis telah berarah.
Tabel 15 Hasil uji hipotesis variabel impulsive buying dengan compliant
Spearman’s rho
Impulsive Buying
Impulsive Buying 1,000
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N 300 Compliant Correlation ,139* Coefficient Sig. (1-tailed) ,008 N 300 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Compliant ,139* ,008 300 1,000
300
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 15, dapat dilihat bahwa kepribadian compliant dan impulsive buying memperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0.139 dengan nilai signifikansi sebesar 0.008 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif, rendah, dan signifikan antara kepribadian compliant dan impulsive buying. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepribadian compliant maka semakin tinggi impulsive buying, sebaliknya semakin rendah kepribadian compliant maka semakin rendah impulsive buying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 16 Hasil uji hipotesis variabel impulsive buying dengan aggressive
Spearman’s rho
Impulsive Buying
Impulsive Buying 1,000
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N 300 Aggressive Correlation ,156** Coefficient Sig. (1-tailed) ,003 N 300 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Aggressive ,156** ,003 300 1,000
300
Pada kepribadian aggressive dan impulsive buying diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0.156 dengan nilai signifikansi sebesar 0.003 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif, rendah, dan signifikan antara kepribadian aggressive dan impulsive buying. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepribadian aggressive maka semakin tinggi impulsive buying, sebaliknya semakin rendah kepribadian aggressive maka semakin rendah impulsive buying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel 17 Hasil uji hipotesis variabel impulsive buying dengan detached
Spearman’s rho
Impulsive Buying
Impulsive Buying 1,000
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N 300 Detached Correlation ,054 Coefficient Sig. (1-tailed) ,178 N 300 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Detached ,054 ,178 300 1,000
300
Pada kepribadian detached dan impulsive buying diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0.054 dengan nilai signifikansi sebesar 0.178 (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara detached dan impulsive buying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
E. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecenderungan kepribadian neurotik dan impulsive buying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara kepribadian compliant dengan impulsive buying memiliki korelasi positif sebesar 0.139 dan signifikan sebesar 0.008. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepribadian compliant maka semakin tinggi pula impulsive buying. Sebaliknya, semakin rendah kepribadian compliant maka semakin rendah impulsive buying. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa korelasi antara kepribadian aggressive dengan impulsive buying memiliki korelasi positif sebesar 0.156 dan signifikan sebesar 0.003. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepribadian aggressive maka semakin tinggi juga impulsive buying. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kepribadian compliant maka semakin rendah pula impulsive buying. Selanjutnya, hasil lain menunjukkan bahwa kepribadian detached dengan impulsive buying tidak memiliki korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa impulsive buying pada remaja berhubungan dengan kecenderungan kepribadian neurotik yaitu kepribadian compliant dan kepribadian aggressive. Kepribadian tersebut memiliki peranan yang cukup penting dalam menentukan tinggi rendahnya impulsive buying. Kepribadian merupakan suatu organisasi yang unik dan dinamis dari karakteristik seseorang, seperti fisik dan psikologis yang mempengaruhi perilaku dan tanggapan terhadap lingkungan sosial (Schiffman, 2008). Remaja dengan kecenderungan kepribadian compliant memiliki karakteristik yang penurut dan memiliki ketakutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
dimusuhi oleh orang lain sehingga menurutnya harapan dan opini orang lain dinilai sangat penting bagi dirinya untuk dilakukan (Olson & Hergenhahn, 2011). Individu yang penurut tersebut akan mudah terpengaruh pada iklan yang ditampilkan dan membuatnya akan melakukan pembelian secara spontan tanpa berpikir terlebih dahulu. Steinberg (2012) mengatakan bahwa remaja lebih mudah terpengaruh oleh iklan. Hal ini didukung oleh pendapat Kumar (2012) bahwa individu dengan kepribadian compliant akan cukup terpengaruh dengan iklan yang memberikan tagline yang menonjol. Selain itu, individu yang memiliki kecenderungan kepribadian compliant cenderung berusaha untuk memenuhi harapan orang lain dan menganggap bahwa opini dari orang lain sangat penting (Olson & Hergenhahn, 2011). Sama halnya remaja yang berpikir bahwa apabila mereka dapat mengikuti trend, maka ia dapat diterima oleh teman sebayanya (Sarwono, 2011). Pentingnya mengikuti trend ini membuat remaja sadar bahwa dukungan sosial dari teman sebaya sangat dipengaruhi oleh penampilan dan berdasarkan benda-benda yang dimiliki (Hurlock, 2011). Oleh karena itu, remaja yang memiliki kepribadian compliant cenderung akan lebih mudah melakukan impulsive buying. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepribadian aggressive memiliki hubungan terhadap impulsive buying pada remaja di Tarakan. Hal ini karena individu yang memiliki kepribadian aggressive menekankan kebutuhan utama dalam hidupnya adalah diakui dan menjadi terkenal tidak peduli berapa pun harga yang harus dibayar agar ia dapat mengungguli orang lain (Olson &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Hergenhahn, 2011). Sama halnya dengan pemikiran remaja yang egosentris. Remaja yakin bahwa orang lain sibuk dengan diri mereka sebagai individu yang unik dan tak terkalahkan (Albert & Steinberg dalam King, 2016). Menurut Jersild (1998) hal ini disebabkan remaja sedang memasuki masa peka dan kecenderungan neurotiknya lebih tinggi dibandingkan di usia yang lainnya. Individu yang memiliki kepribadian ini takut untuk direndahkan, dipermalukan, diabaikan dan takut aibnya terkuat sehingga akan merugikan namanya (Olson & Hergenhahn, 2011). Sehingga ia akan melakukan apapun agar dirinya tampil menarik dan mendapatkan dukungan sosial dari teman sebayanya (Hurlock, 2011) Hal ini membuat remaja pada umumnya akan mempunyai keinginan membeli yang tinggi (Monks, 2014). Sehingga remaja di Tarakan yang memiliki kepribadian aggressive cenderung sulit menahan dorongan dalam dirinya untuk tidak melakukan pembelian pada produk yang dianggapnya menarik dan sedang ramai diperbincangkan oleh teman sebayanya. Berdasarkan hasil uji linier, menunjukkan bahwa hubungan antara kepribadian detached dan impulsive buying memiliki data yang tidak linier. Hal tersebut sejalan dengan teori yang mengungkapkan bahwa individu yang memiliki kepribadian detached yang tinggi cenderung mengihindari orang lain dan tidak ingin terikat pada siapa pun atau apa pun dan tidak ingin bergantung akan apa pun (Feist & Feist, 2010). Individu ini sangat menghargai kebebasan dan kemandirian serta sulitnya untuk didekati (Feist & Feist, 2010), sulitnya untuk didekati dan merupakan seorang yang bebas membuat individu yang memiliki kepribadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
tersebut tidak mudah untuk terpengaruh oleh iklan dan tidak mudah untuk melakukan pembelian secara tiba-tiba. Remaja yang memiliki kepribadian ini tidak mudah untuk terpengaruh oleh trend dan harus membeli produk tersebut dengan segera. Remaja lain mengikuti trend agar diterima oleh teman sebayanya. Namun berbeda dengan individu yang memiliki kepribadian detached, ia bahkan tidak ingin
berhubungan
dengan
orang
lain
dan
menjauhi
orang
lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian, yaitu kepribadian compliant memiliki hubungan yang positif, rendah, dan signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi kepribadian compliant pada remaja maka akan semakin tinggi juga impulsive buying pada remaja di Tarakan. Sebaliknya, apabila semakin rendah kepribadian compliant maka akan semakin rendah pula impulsive buying pada remaja di Tarakan. Kepribadian aggressive dan impulsive buying memiliki hubungan yang positif, rendah, dan signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi kepribadian aggressive pada remaja maka akan semakin tinggi juga impulsive buying pada remaja di Tarakan. Sebaliknya, apabila semakin rendah kepribadian aggressive maka akan semakin rendah pula impulsive buying pada remaja di Tarakan.
B. Saran 1. Bagi Remaja Hasil penelitian ini semoga dapat dijadikan bahan evaluasi diri bagi remaja karena remaja rentan memiliki kecenderungan impulsive buying, walaupun hasil penelitian menunjukkan subjek yang memiliki perilaku impulsive buying tergolong rendah. Remaja juga diharapkan dapat mandiri 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dalam keputusan pembelian sehingga tidak mudah terpengaruh oleh kelompok atau teman sebayanya. Selain itu, para remaja juga diharapkan untuk mencari informasi terlebih dahulu sebelum membeli produk tersebut dan tidak mementingkan pada aspek afektif agar tidak terjadi resiko negatif seperti penyesalan.
2. Bagi Orang Tua Bagi para orang tua diharapkan mampu mengawasi ataupun mendampingi serta mengontrol remaja yang hendak melakukan pembelian agar tidak boros dalam menggunakan uangnya.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya Keterbatasan penelitian ini adalah pada beberapa aitem skala kepribadian neurotik ada yang belum dirumuskan dengan baik sehingga belum memenuhi kaidah-kaidah penulisan aitem. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan saat membuat aitem atau mengadaptasi sebuah skala lebih memperhatikan penggunaan kalimat agar aitem lebih mudah dipahami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
DAFTAR PUSTAKA Ambarwati , Y., & Safitri, R. M. (2011). Hubungan antara Kepribadian Narsistik dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja di Yogyakarta. ISSN : 2087-1899, 53-101. Anggoro, W. J., & Widhiarso, W. (2010). Konstruksi dan Identifikasi Properti Psikometris Instrumen Pengukuran Kebahagian Berbasis Pendekatan Indigenous Psychology Study Multitrait-Multimethod. Jurnal Psikologi vol 37. No 2, 176-188. Anggreini, R., & Mariyanti, R. (2014). Hubungan antara Kontrol Diri dan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul. Jurnal Psikologi, 34-42. Anin, A., Rasimin, B., & Atamimi, N. (2008). Hubungan Self Monitoring dengan Impulsive Buying terhadap Produk Fashion pada Remaja . Jurnal Psikologi, 181-193. Assael, H. (1984). Consumer Behavior and Marketing Action Secind Edition. California: Kent Publishing Company. Astasari, A. R., & Sahrah, A. (2009). Hubungan Konformitas dengan Perilaku Membeli Impulsif pada Remaja Putri. Jurnal Psikologi, 1-29. Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi : Edisi Dua. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Badgaiyan, A. J., & Verma, A. (2014). Instrinsic Factors Affecting Impulsive Buying Behavior-Evidence from India. Journal of Retailing and Consumer Services, 537-549. Batubara, J. R. (2010). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri, 21-29. Beatty, S. E., & Ferrell, M. E. (1998). Impulse Buying: Modeling Its Precursors. Journal of Retailing, 169-191. Chang, H. J., Eckman, M., & Yan, R. N. (2011). Application of The StimulusOrganism-Response Model to The Retail Environment: The Role of Hedonic Motivation in Impulse Buying Behavior. The International Review of Retail, Distribution and Consumer Research, 233-249. Chaplin, J. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Chuah, S. L., & Gan, C. C. (2015). The Influence of Individual Internal Factors on Impulse Buying Behaviour through Online Shopping. Global Journal of Business and Social Science Review, 60-70. Coley , A. L. (2002). Affective and Cognitif Processes Involved in Impulse Buying. Coolidge, F. L., Moor, J. C., Yamazaki, T. G., Stewart, S. E., & Segal, D. L. (2001). On the Relationship between Karen Horney's Tripartite Neurotic Type Theory and Personality Disorder Features. Personality and Individual Differences, 1387-1400. Engel, J. E., Blackwell, R. D., & Miniard, P. W. (1995). Perilaku Konsumen Edisi Keenam Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara. Feist, G. J., & Feist, J. (2012). Theories of Personality Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Humanika. Ferrinadewi, E. (2008). Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ghani, U., Imran, M., & Jan, F. A. (2011). The Impact of Demographic Characteristics on Impulse Buying Behavior of Urban Consumers in Peshawar. International Journal of Academy Research, 286-289. Hadi, S. (2004). Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hall, C. S., & Lindzey, G. (1993). Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius. Hausman, A. (2000). Multi-Method Investigation of Consumer Motivation in Impulse Buying Behaviour. Journal of Consumer Marketing, 403-419. Hawkins, D. I., & Mothersbaugh, D. L. (2014). Consumer Behavior Building Marketing Strategy Twelfth Edition. Publishing by McGraw. Herabadi, A. G., Verplanken, B., & Knippenberg, A. v. (2009). Consumption Experience of Impulsive Buying in Indonesia : Emotional Arousal and Hedonistic Consideration. Asian Journal of Social Psychology, 20-31. Hidayat, D. R. (2011). Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Hurlock, E. B. (1974). Personality Development. New Delhi: Tata McGraw-Hill. Japar, M. (2015). Analisis Kepribadian Konseli Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Pohon Cahaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Kacen, J. J., & Lee, J. A. (2002). The Influence of Culture on Consumer Impulsive Buying Behavior. Journal of Consumer Psychology, 163-176. Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Mathai, S. T., & Haridas, R. (2014). Personality-Its Impact on Impulse Buying Behavior among The Retail Costomers in Kochin City. IOSR Journal of Business and Management, 48-55. Mowen, J. C., & Minor , M. (2002). Perilaku Konsumen Jilid 1 edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Muruganantham, g., & Bhakat, R. S. (2013). A Review of Impulse Buying Behavior. International Journal of Marketing Studies, 149-160. Nisa, L. K. (2015). Hubungan Konsep Diri dengan Pembelian Impulsive (Impulsive Buying) Produk Pakaian pada Mahasiswi UIN Maliki Malang. 1-10. Olson, M. H., & Hergenhahn, B. R. (2011). Pengantar TEORI-TEORI KEPRIBADIAN. Yogyakarata: PUSTAKA PELAJAR. Rahma, F. M., Lestari, S., & Faizah. (2013). Hubungan Tiga Tipe Kepribadian Neurotik (Karen Horney) dengan Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Malang. Jurnal Psikologi, 1-19. Rahma, F. M., Lestari, S., & Faizah. (2013). Hubungan Tiga Tipe Kepribadian Neurotik (Karen Horney) dengan Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negri (MAN) 3 Malang. Jurnal Psikologi, 1-19. Rook, D. W. (1987). The Buying Impulse. The Journal of Consumer Research, 189199. Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi dari Blog menjadi Buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Santrock, J. W. (2007). Remaja. Jakarta: Erlangga. Sarwomo, S. W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Schiffman, L., & Kanuk, L. L. (2004). Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Indeks. Shahjehan, A., Qureshi, J. A., Zeb, F., & Saifullah, K. (2012). The Effect of Personality on Impulsive and Compulsive Buying Behaviors. African Journal of Business Management, 2187-2194.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Shahjehan, A., Qureshi, J. A., Zeb, F., & Saifullah, K. (2012). The Effect of Personality on Impulsive and Compulsive Buying Behaviors. African Journal of Business Management, 2187-2194. Sharma, P., Sirvakumaran , B., & Marshall, R. (2010). Impulse Buying and Variety Seeking: A Trait-Correlates Perspective. Journal of Business Research, 276283. Shen, K. N., & Khalifa, M. (2012). System design effects on online impulse buying. Internet Research, 394-425. Siswandari, A. D. (2005). Perilaku Membeli Impulsif pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tom, E. E. (2015). Impulse Buying Behaviour and Demographic Analysis among University of Calabar Student . Journal of Marketing and Consumer Research, 42-48. Tom, E. E. (2015). Impulsive Behaviour and Demographic Analysis among University of Calabar Students, Nigeria. Journal of Marketing and Consumer Reasearch, 42-48. Verplamken, B., & Herabadi, A. (2001). Individual Difference in Impulse Buying Tendency: Feeling and No Thinking . European Journal of Personality, S71S83. Vishnu, P., & Raheem, A. R. (2013). Factor Influencing Impulse Buying Behavior. Europe Journal of Scientific Research, 67-79. Widjaja, P. D., & WUlan, R. (1998). Hubungan antar Asertivitas dan Kematangan dengan Kecenderungan Neurotik pada Remaja. Jurnal Psikologi, 56-62. Youn, S., & Faber, R. j. (2000). Impulse Buying: Its Relation to Personality Traits and Cues. Advances in Consumer Research, 179-185.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Anggreini, R., & Mariyanti, R. (2014). Hubungan antara Kontrol Diri dan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul. Jurnal Psikologi, 34-42. Anin, A., Rasimin, B., & Atamimi, N. (2008). Hubungan Self Monitoring dengan Impulsive Buying terhadap Produk Fashion pada Remaja . Jurnal Psikologi, 181-193. Assael, H. (1984). Consumer Behavior and Marketing Action Secind Edition. California: Kent Publishing Company. Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi : Edisi Dua. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Badgaiyan, A. J., & Verma, A. (2014). Instrinsic Factors Affecting Impulsive Buying Behavior-Evidence from India. Journal of Retailing and Consumer Services, 537-549. Batubara, J. R. (2010). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri, 21-29. Beatty, S. E., & Ferrell, M. E. (1998). Impulse Buying: Modeling Its Precursors. Journal of Retailing, 169-191. Chang, H. J., Eckman, M., & Yan, R. N. (2011). Application of The StimulusOrganism-Response Model to The Retail Environment: The Role of Hedonic Motivation in Impulse Buying Behavior. The International Review of Retail, Distribution and Consumer Research, 233-249. Chuah, S. L., & Gan, C. C. (2015). The Influence of Individual Internal Factors on Impulse Buying Behaviour through Online Shopping. Global Journal of Business and Social Science Review, 60-70. Coley , A. L. (2002). Affective and Cognitif Processes Involved in Impulse Buying. Engel, J. E., Blackwell, R. D., & Miniard, P. W. (1995). Perilaku Konsumen Edisi Keenam Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara. Feist, G. J., & Feist, J. (2012). Theories of Personality Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Humanika. Ghani, U., Imran, M., & Jan, F. A. (2011). The Impact of Demographic Characteristics on Impulse Buying Behavior of Urban Consumers in Peshawar. International Journal of Academy Research, 286-289. Hadi, S. (2004). Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit Andi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Hausman, A. (2000). Multi-Method Investigation of Consumer Motivation in Impulse Buying Behaviour. Journal of Consumer Marketing, 403-419. Hawkins, D. I., & Mothersbaugh, D. L. (2014). Consumer Behavior Building Marketing Strategy Twelfth Edition. Publishing by McGraw. Herabadi, A. G., Verplanken, B., & Knippenberg, A. v. (2009). Consumption Experience of Impulsive Buying in Indonesia : Emotional Arousal and Hedonistic Consideration. Asian Journal of Social Psychology, 20-31. Hurlock, E. B. (1974). Personality Development. New Delhi: Tata McGraw-Hill. Japar, M. (2015). Analisis Kepribadian Konseli Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Pohon Cahaya. Kacen, J. J., & Lee, J. A. (2002). The Influence of Culture on Consumer Impulsive Buying Behavior. Journal of Consumer Psychology, 163-176. Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Mathai, S. T., & Haridas, R. (2014). Personality-Its Impact on Impulse Buying Behavior among The Retail Costomers in Kochin City. IOSR Journal of Business and Management, 48-55. Mowen, J. C., & Minor , M. (2002). Perilaku Konsumen Jilid 1 edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Muruganantham, g., & Bhakat, R. S. (2013). A Review of Impulse Buying Behavior. International Journal of Marketing Studies, 149-160. Nisa, L. K. (2015). Hubungan Konsep Diri dengan Pembelian Impulsive (Impulsive Buying) Produk Pakaian pada Mahasiswi UIN Maliki Malang. 1-10. Rook, D. W. (1987). The Buying Impulse. The Journal of Consumer Research, 189199. Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi dari Blog menjadi Buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Santrock, J. W. (2007). Remaja. Jakarta: Erlangga. Sarwomo, S. W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Schiffman, L., & Kanuk, L. L. (2004). Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Indeks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Shahjehan, A., Qureshi, J. A., Zeb, F., & Saifullah, K. (2012). The Effect of Personality on Impulsive and Compulsive Buying Behaviors. African Journal of Business Management, 2187-2194. Shahjehan, A., Qureshi, J. A., Zeb, F., & Saifullah, K. (2012). The Effect of Personality on Impulsive and Compulsive Buying Behaviors. African Journal of Business Management, 2187-2194. Sharma, P., Sirvakumaran , B., & Marshall, R. (2010). Impulse Buying and Variety Seeking: A Trait-Correlates Perspective. Journal of Business Research, 276283. Shen, K. N., & Khalifa, M. (2012). System design effects on online impulse buying. Internet Research, 394-425. Siswandari, A. D. (2005). Perilaku Membeli Impulsif pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tom, E. E. (2015). Impulse Buying Behaviour and Demographic Analysis among University of Calabar Student . Journal of Marketing and Consumer Research, 42-48. Tom, E. E. (2015). Impulsive Behaviour and Demographic Analysis among University of Calabar Students, Nigeria. Journal of Marketing and Consumer Reasearch, 42-48. Verplanken, B., & Herabadi, A. (2001). Individual Difference in Impulse Buying Tendency: Feeling and No Thinking . European Journal of Personality, S71S83. Vishnu, P., & Raheem, A. R. (2013). Factor Influencing Impulse Buying Behavior. Europe Journal of Scientific Research, 67-79. Youn, S., & Faber, R. j. (2000). Impulse Buying: Its Relation to Personality Traits and Cues. Advances in Consumer Research, 179-185.
http://kupang.tribunnews.com/2015/06/24/tarakan-kota-terkaya-di-indonesia) http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/08/08/110746226/OJK.Orang.Indonesi a.Makin.Konsumtif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
http://lifestyle.bisnis.com/read/20160203/220/515825/28-warga-indonesia-hidupdalam-kondisi-besar-pasak-daripada-tiang http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/32864/daya-beli-tinggi-masyarakat-tak-peka Data Statistis Badan Pusat Statistik Kota Tarakan Tahun 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 1 Statistik Deskriptif dan One Sample T-test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
1. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Statistic Impulsive Buying Compliant Aggressive Detached Valid N (Listwise)
Minimum Maximum Statistic
Statistic
Std. Deviation
Mean Statistic
Std. Error
Statistic
300
19
42
28,65
,233
4,038
300 300 300
22 22 14
52 45 38
36,11 32,38 24,20
,280 ,260 ,269
4,853 4,499 4,666
300
2. One Sample T-test One-Sample Test Test Value = 30
T Impulsive Buying
122,897
df 299
Sig. (2tailed) ,000
Mean Difference 28,653
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 28,19
29,11
One-Sample Test Test Value = 32,5
Compliant
T 128,860
df 299
95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2Mean tailed) Difference Lower Upper ,000 36,107 35,56 36,66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
One-Sample Test Test Value = 32,5
Aggressive
T 124,662
df 299
Sig. (2tailed) ,000
95% Confidence Interval of the Difference Mean Difference Lower Upper 32,383 31,87 32,89
One-Sample Test Test Value = 32,5
Detached
T 89,822
df 299
Sig. (2tailed) ,000
95% Confidence Interval of the Difference Mean Difference Lower Upper 24,197 23,67 24,73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 2 Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Impulsive Buying Compliant Aggressive Detached
Case Processing Summary Cases Valid Missing N Percent N Percent 300 100,0% 0 0,0% 300 100,0% 0 0,0% 300 100,0% 0 0,0% 300 100,0% 0 0,0%
Total N Percent 300 100,0% 300 100,0% 300 100,0% 300 100,0%
Descriptives Std. Error
Statistic IMPULSIVE_ BUYING
Mean
28,65
95% Confidence Interval Lower Bound for Mean Upper Bound
28,19
5% Trimmed Mean
28,52
Median
28,00
Variance
16,308
Std. Deviation
COMPLIANT
29,11
4,038
Minimum
19
Maximum
42
Range
23
Interquartile Range
,233
6
Skewness
,509
,141
Kurtosis
-,097
,281
Mean
36,11
,280
95% Confidence Interval Lower Bound for Mean Upper Bound
35,56
5% Trimmed Mean
36,03
Median
36,00
Variance
23,554
Std. Deviation
36,66
4,853
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Minimum
22
Maximum
52
Range
30
Interquartile Range Skewness
,242
,141
Kurtosis
,116
,281
32,38
,260
AGGRESSIVE Mean 95% Confidence Interval Lower Bound for Mean Upper Bound
31,87
5% Trimmed Mean
32,27
Median
32,00
Variance
20,244
Std. Deviation
32,89
4,499
Minimum
22
Maximum
45
Range
23
Interquartile Range
DETACHED
6
6
Skewness
,359
,141
Kurtosis
,258
,281
Mean
24,20
,269
95% Confidence Interval Lower Bound for Mean Upper Bound
23,67
5% Trimmed Mean
24,06
Median
24,00
Variance
21,771
Std. Deviation
24,73
4,666
Minimum
14
Maximum
38
Range
24
Interquartile Range
6
Skewness
,395
,141
Kurtosis
-,277
,281
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic IMPULSIVE_BUYI NG COMPLIANT AGGRESSIVE DETACHED
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
,111
300
,000
,971
300
,000
,064 ,082 ,090
300 300 300
,005 ,000 ,000
,992 ,983 ,979
300 300 300
,082 ,001 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 3 Uji Linearitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
ANOVA Table Sum of Squares IMPULSIVE_ BUYING * COMPLIANT
Between Groups
df
Mean Square
F
Sig.
(Combined)
577,320
27
21,382
1,353
,119
Linearity
162,293
1
162,293
10,269
,002
Deviation from Linearity
415,027
26
15,963
1,010
,454
Within Groups
4298,627
272
15,804
Total
4875,947
299
Measures of Association R IMPULSIVE_BUYING * COMPLIANT
,182
R Squared ,033
Eta
Eta Squared
,344
,118
ANOVA Table Sum of Squares IMPULSIVE_ Between BUYING * Groups AGGRESSIVE
df
Mean Square
F
Sig.
(Combined)
690,113
23
30,005
1,978
,006
Linearity
187,690
1
187,690
12,376
,001
Deviation from Linearity
502,423
22
22,837
1,506
,071
Within Groups
4185,833
276
15,166
Total
4875,947
299
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Measures of Association R IMPULSIVE_BUYING * AGGRESSIVE
R Squared
,196
,038
Eta
Eta Squared
,376
,142
ANOVA Table Sum of Squares IMPULSIVE_ BUYING * DETACHED
Between Groups
(Combined)
df
Mean Square
F
Sig.
412,503
22
18,750
1,164
,280
18,333
1
18,333
1,138
,287
394,170
21
18,770
1,165
,282
Within Groups
4463,444
277
16,114
Total
4875,947
299
Linearity Deviation from Linearity
Measures of Association R IMPULSIVE_BUYING * DETACHED
,061
R Squared ,004
Eta ,291
Eta Squared ,085
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 4 Uji Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Korelasi Impulsive Buying dengan Compliant
Correlations IMPULSIVE_ COMPLIAN BUYING T Spearman's rho
IMPULSIVE_BUYING
Correlation Coefficient
1,000
Sig. (1-tailed)
.
N COMPLIANT
Correlation Coefficient
,139** ,008
300
300
**
1,000
,139
Sig. (1-tailed)
,008 .
N
300
300
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Korelasi Impulsive Buying dengan Aggressive Correlations IMPULSIVE_ AGGRESSIV BUYING E Spearman's rho
IMPULSIVE_BUYING
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
AGGRESSIVE
Correlation Coefficient
1,000 .
,003 300
300
**
1,000
,156
Sig. (1-tailed)
,003 .
N
300
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Korelasi Impulsive Buying dengan Detached
,156**
300
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Correlations IMPULSIVE_ DETACHE BUYING D Spearman's rho
IMPULSIVE_BUYING
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)
DETACHED
1,000 .
,054 ,178
N
300
300
Correlation Coefficient
,054
1,000
Sig. (1-tailed)
,178 .
N
300
300
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 5 Reliabilitas Skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
1. Skala Impulsive Buying
Case Processing Summary N % Cases Valid 200 100,0 a Excluded 0 ,0 Total 200 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,747 20
IB1 IB2 IB3 IB4 IB5 IB6 IB7 IB8 IB9 IB10 IB11 IB12 IB13 IB14 IB15
Scale Mean if Item Deleted 42,93 42,96 43,00 42,90 42,59 42,77 42,85 42,93 42,98 42,50 43,54 43,69 43,18 43,36 43,60
Item-Total Statistics Scale Corrected Cronbach's Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Correlation Deleted 39,422 ,574 ,715 39,561 ,561 ,716 41,874 ,357 ,733 43,508 ,188 ,746 41,490 ,364 ,732 41,836 ,364 ,732 42,333 ,301 ,737 40,080 ,500 ,721 42,392 ,267 ,740 44,724 ,083 ,754 43,495 ,270 ,740 44,064 ,192 ,745 41,465 ,347 ,734 44,524 ,104 ,752 42,603 ,322 ,736
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
IB16 IB17 IB18 IB19 IB20
43,20 42,64 43,56 43,57 43,58
42,613 46,654 42,861 41,151 40,546
,302 -,095 ,298 ,444 ,530
,737 ,771 ,738 ,726 ,720
2. Skala Kepribadian Compliant Case Processing Summary N % Cases Valid 200 100,0 a Excluded 0 ,0 Total 200 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,758 19
C1 C4 C7 C10 C13 C16 C19 C22
Scale Mean if Item Deleted 49,09 49,32 49,00 48,85 49,02 49,61 49,48 49,12
Item-Total Statistics Scale Corrected Cronbach's Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Correlation Deleted 47,700 ,511 ,734 49,634 ,312 ,749 50,312 ,305 ,750 48,972 ,482 ,738 47,789 ,549 ,732 49,968 ,364 ,746 48,753 ,449 ,739 48,558 ,515 ,736
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
C25 C28 C31 C34 C37 C40 C43 C46 C49 C52 C55
48,95 49,01 48,96 49,81 49,28 49,75 49,04 49,34 49,30 48,81 48,13
52,444 49,497 47,480 51,019 50,765 51,648 50,993 49,703 49,045 50,540 52,385
3. Skala Kepribadian Aggressive
Case Processing Summary N % Cases Valid 200 100,0 a Excluded 0 ,0 Total 200 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,801 19
,113 ,336 ,441 ,200 ,249 ,152 ,192 ,309 ,348 ,267 ,247
,764 ,747 ,738 ,758 ,754 ,763 ,760 ,750 ,746 ,753 ,754
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
A2 A5 A8 A11 A14 A17 A20 A23 A26 A29 A32 A35 A38 A41 A44 A47 A50 A53 A56
Scale Mean if Item Deleted 46,00 44,34 45,78 45,46 46,23 46,30 45,64 45,83 45,49 44,59 45,36 46,28 44,75 45,53 45,37 44,42 45,75 45,63 45,31
Item-Total Statistics Scale Corrected Cronbach's Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Correlation Deleted 55,166 ,477 ,785 59,752 ,333 ,795 59,030 ,275 ,797 55,244 ,399 ,791 55,954 ,463 ,786 59,779 ,311 ,795 57,690 ,380 ,791 59,542 ,280 ,797 55,940 ,390 ,791 60,023 ,241 ,799 57,436 ,338 ,794 57,449 ,410 ,790 58,108 ,357 ,793 57,256 ,401 ,790 57,249 ,378 ,791 59,230 ,341 ,794 56,141 ,372 ,792 54,929 ,516 ,782 55,932 ,404 ,790
4. Skala Kepribadian Detached Case Processing Summary N % Cases Valid 200 100,0 a Excluded 0 ,0 Total 200 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,795 19
D3 D6 D9 D12 D15 D18 D21 D24 D27 D30 D33 D36 D39 D42 D45 D48 D51 D54 D57
Scale Mean if Item Deleted 38,78 38,82 38,25 39,22 39,33 38,78 38,92 38,71 38,49 38,12 38,98 38,97 38,03 39,26 39,55 38,93 39,26 37,85 37,10
Item-Total Statistics Scale Corrected Cronbach's Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Correlation Deleted 50,597 ,510 ,777 56,912 -,010 ,809 53,264 ,284 ,791 52,220 ,420 ,783 50,916 ,539 ,776 48,735 ,570 ,772 51,525 ,433 ,782 49,676 ,497 ,777 50,874 ,431 ,782 49,372 ,471 ,779 54,683 ,261 ,792 51,688 ,400 ,784 53,351 ,204 ,799 53,992 ,304 ,790 52,862 ,470 ,783 51,648 ,345 ,788 50,492 ,514 ,777 52,825 ,277 ,792 56,824 ,053 ,800
Keterangan : Diberi tanda gugur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 6 Skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh : Friska Indryani Sitorus (129114077)
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Yogyakarta, 18 Mei 2016 Kepada : Yth. Saudara yang berpartisipasi
Dengan hormat, saya : Nama
: Friska Indryani Sitorus
Fakultas
: Psikologi
Universitas
: Sanata Dharma Yogyakarta
Dalam rangka penyusunan tugas akhir sebagai mahasiswa, saya memohon kesedian Teman-teman untuk membantu saya mengisi skala penelitian ini dengan memberikan tanggapan pada pernyataan-pernyataan yang telah saya susun dalam skala penelitian ini. Sebelum mengisi skala penelitian, terlebih dahulu Teman-teman diminta untuk mengisi beberapa data diri yang terkait dengan kepentingan penelitian. Kemudian, Teman-teman diharapkan untuk mengisi skala penelitian sesuai dengan apa yang Teman-teman alami, rasakan, maupun pikirkan. Teman-teman tidak perlu ragu-ragu dalam menjawab karena tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Semua jawaban yang diberikan akan dijaga kerahasiannya. Saya sangat menghargai Teman-teman apabila Teman-teman bersedia mengisi skala ini dengan sejujur-jujurnya. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas ketersedian Teman-teman untuk mengisi skala penelitian saya ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAN Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia mengisi skala ini dengan suka rela dan tidak dibawah paksaan atau tekanan dari pihak tertentu, demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah ini. Semua jawaban yang saya berikan adalah murni dari apa yang saya alami, rasakan, dan pikirkan. Saya mengijinkan penggunaan jawaban yang saya berikan tersebut sebagai data untuk memperlancar penelitian ilmiah ini.
Tarakan, .... ............. 2016
(paraf tanpa nama)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
DATA IDENTITAS
Inisial
:
Usia
: ______tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki/ Perempuan
Kelas
:
Nama Sekolah
:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PETUNJUK PENGERJAAN PADA SKALA I Baca dan pahamilah setiap pernyataan yang ada dengan seksama, kemudian pilihlah jawaban dengan memberi tanda (X) di dalam pilihan kotak yang tersedia, yaitu : SS
: Bila pernyataan tersebut “Sangat Sesuai” dengan diri Anda
S
: Bila pernyataan tersebut “Sesuai” dengan diri Anda
TS
: Bila pernyataan tersebut “Tidak Sesuai” dengan diri Anda
STS
: Bila pernyataan tersebut “Sangat Tidak Sesuai” dengan diri Anda Anda bebas untuk menentukan pilihan atas jawaban Anda sendiri. Dalam hal
ini tidak ada jawaban benar atau salah, karena jawaban Anda yang mencerminkan diri Anda masing-masing. Contoh cara pengisian : Pernyataan Saya suka berbelanja
SS
S
TS
STS
X
Ketika Anda keliru dalam memberi tanda silang (X), maka Anda dapat mengganti jawaban Anda dengan memberi tanda sama dengan (=) pada jawaban yang keliru dan kembali memberi tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap lebih sesuai dengan diri Anda. Contoh koreksi : Pernyataan Saya suka berbelanja
SS X
S
TS X
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
SKALA I Pastikan tidak ada jawaban yang telewatkan. Selamat Mengerjakan. No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14. 15. 16. 17. 18.
Pernyataan Sulit bagi saya untuk melewatkan pakaian bagus yang saya lihat di toko Terkadang saya tidak bisa menahan perasaan dalam keinginan membeli pakaian Jika saya membeli pakaian, saya biasanya melakukannya secara spontan Terkadang saya merasa bersalah setelah membeli pakaian tersebut Saya hanya bisa menjadi sangat gembira jika saya melihat pakaian yang ingin saya beli Setiap kali saya melewati toko pakaian, saya selalu melihat pakaian yang bagus sehingga saya ingin membelinya Sangat menyulitkan bagi saya untuk melewati sebuah penawaran (diskon) Jika saya melihat pakaian yang baru, saya ingin membelinya Saya sering ceroboh dalam membeli pakaian Saya biasa membeli pakaian ‘langsung pada tempatnya’ Saya biasanya berpikir dengan hati-hati sebelum saya membeli pakaian Saya biasanya hanya membeli pakaian yang saya niatkan Saya bukan tipe orang yang “jatuh hati pada pandangan pertama” dengan pakaian yang saya lihat di toko tersebut Kebanyakan dari pakaian yang saya beli, sudah terencana terlebih dahulu Saya hanya membeli pakaian yang saya butuhkan Bukanlah gaya saya yang langsung membeli pakaian Saya suka membandingkan merk-merk pakaian yang berbeda sebelum membelinya Sebelum membeli pakaian tersebut saya selalu
SS
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
19.
20.
mempertimbangkan apakah saya membutuhkannya atau tidak Terkadang saya membeli pakaian tersebut karena saya suka berbelanja daripada saya membutuhkannya Saya sering membeli pakaian tanpa berpikir terlebih dahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PETUNJUK PENGERJAAN PADA SKALA II Jawablah pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda yang paling konsisten selama beberapa tahun terakhir. Jawaban Anda akan dijaga, sehingga Anda dapat menjawab sejujur mungkin. Baca dan pahamilah setiap pernyataan yang ada dengan seksama, kemudian pilihlah jawaban dengan memberi nomor yang telah tersedia, yaitu : 1
: Bila pernyataan tersebut “Tidak Pernah” Anda lakukan
2
: Bila pernyataan tersebut “Kadang-kadang” Anda lakukan
3
: Bila pernyataan tersebut “Sering” Anda lakukan
4
: Bila pernyataan tersebut “Selalu” Anda lakukan Anda bebas untuk menentukan pilihan atas jawaban Anda sendiri. Dalam hal
ini tidak ada jawaban benar atau salah, karena jawaban Anda yang mencerminkan diri Anda masing-masing. Contoh cara pengisian : 1. ___4___Saya merasa saya tidak terkalahkan Ketika Anda keliru dalam memberi nomor, maka Anda dapat mengganti jawaban Anda dengan memberi tanda sama dengan (=) pada jawaban yang keliru dan kembali memberi nomor pada jawaban yang Anda anggap lebih sesuai dengan diri Anda. Contoh koreksi : 1. __4__1__Saya merasa saya tidak terkalahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
SKALA II Pastikan tidak ada jawaban yang terlewatkan. Selamat Mengerjakan. Tidak pernah/ Kadang-kadang/ Sering/ Selalu 1
2
3
4
1. ______ Saya seorang yang penuh kasih sayang. 2. ______ Ini adalah dunia yang bermusuhan. 3. ______ Saya lebih memilih menyendiri. 4. ______ Saya merasa lebih baik ketika saya memiliki suatu hubungan. 5. ______ Hidup adalah perjuangan. 6. ______ Orang bilang saya tidak emosional. 7. ______ Saya suka disenangi oleh orang lain. 8. ______ Saya lebih suka memerintah. 9. ______ Saya merupakan seorang yang mandiri. 10. ______ Saya suka membantu orang lain. 11. ______ Hanya yang terkuat yang bertahan hidup. 12. ______ Saya tidak terlalu membutuhkan orang lain. 13. ______ Saya senang memberikan simpati dengan yang lain. 14. ______ Saya senang memiliki perasaan berkuasa. 15. ______ Saya bisa hidup cukup baik tanpa ada orang lain. 16. ______ Saya tidak egois. 17. ______ Saya suka meremehkan orang lain. 18. ______ Saya lebih suka bekerja, tidur, dan makan sendirian. 19. ______ Saya rela mengorbankan diri. 20. ______ Orang lain terlalu sentimental. 21. ______ Saya menghindari pesta dan pertemuan sosial. 22. ______ Saya orang yang murah hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
23. ______ Orang-orang tidak pengertian. 24. ______ Saya pribadi yang tertutup. 25. ______ Saya lebih suka bersama orang lain daripada sendirian. 26. ______ Saya akan menguji diri sendiri dalam situasi yang menakutkan untuk membuat diri saya lebih kuat. 27. ______ Saya menghindari pertanyaan tentang kehidupan pribadi saya. 28. ______ Saya mudah memaafkan dan mudah melupakan masalah tersebut 29. ______ Saya suka pendapat yang baik. 30. ______ Saya ingin hidup mandiri/ bebas dari orang lain. 31. ______ Saya peduli apa yang orang lain pikirkan tentang saya. 32. ______ Saya seorang yang percaya diri dan berani. 33. ______ Saya menghindar/ menolak dari kewajiban yang lama. 34. ______ Saya merasa hancur ketika saya ditolak. 35. ______ Orang yang meminta-minta membuat saya marah. 36. ______ Saya merasa kesepian. 37. ______ Kebanyakan orang lebih menarik dari pada saya. 38. ______ Untuk bertahan hidup di dunia ini, kamu harus melihat pada diri kamu terlebih dahulu. 39. ______ Saya membenci orang yang mencoba untuk mempengaruhi saya. 40. ______ Saya merasa lemah dan tak berdaya ketika saya sendirian. 41. ______ Orang-orang cenderung tidak dapat dipercaya. 42. ______ Saya mencoba untuk menghindari saran dari orang lain. 43. ______ Saya mencoba untuk menghindari perkelahian atau perdebatan. 44. ______ Orang-orang cenderung memiliki trik. 45. ______ Saya bisa hidup dengan baik tanpa teman atau keluarga. 46. ______ Saya cenderung merasa itu salah saya jika terjadi kesalahan. 47. ______ Anak-anak harus diajarkan untuk memiliki prinsip dan keyakinan yang teguh. 48. ______ Saya merasa lebih baik ketika orang tidak berbagi pikiran atau perasaan mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
kepada saya. 49. ______ Saya cenderung orang yang meminta maaf terlebih dahulu. 50. ______ Fakta kehidupan orang yang paling sukses memanfaatkan orang lain untuk maju. 51. ______ Saya merasa lebih baik tanpa orang lain daripada bersama orang lain. 52. ______ Saya butuh kehadiran orang lain. 53. ______ Sifat dasar manusia adalah agresif. 54. ______ Saya mencoba untuk menghindari konflik. 55. ______ Anak-anak harus diajarkan untuk bersikap baik dan penuh kasih. 56. ______ Saya sudah bertemu dengan banyak orang idiot dalam hidup saya. 57. ______ Anak-anak harus diajarkan kemandirian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118