HUBUNGAN ANTARA SHOPPING ENVIRONMENT DENGAN SHOPPING BEHAVIOUR DAN IMPULSIVE BUYING : SEBUAH PENDEKATAN MODEL MEHRABIAN DAN RUSSEL (M - R MODEL)
Oleh : Welly Artha Simbolon A14103069
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN
WELLY ARTHA SIMBOLON. Hubungan antara Shopping Environment dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying : Sebuah Pendekatan Model Mehrabian dan Russel (M-R Model). Dibawah Bimbingan HENY K.S. DARYANTO. Tingkat persaingan yang semakin tinggi menuntut perusahaan untuk menyusun strategi terbaik untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan di dalam industri. Dalam kondisi persaingan yang semakin kompetitif, strategi yang disusun selain harus mampu membedakan perusahaan dan produknya dengan pesaing juga harus mampu memberikan nilai lebih kepada konsumen disamping manfaat utama yang akan diperoleh oleh konsumen. Shopping Environment merupakan bentuk strategi service marketing yang dapat digunakan unt uk memberi nilai lebih kepada konsumen melalui pengalaman dalam berbelanja (shopping experience). Shopping Environment melalui elemenelemennya seperti musik, aroma, suhu, citra, furnitur, gaya layanan, dan orang dapat mempengaruhi kondisi psikologis konsumen melalui Perceived Enjoyment . Perceived Enjoyment merupakan respon internal dalam diri konsumen terhadap stimulus yang diberikan. Perceived Enjoyment akibat stimulus Shopping Environment akan berpengaruh terhadap Shopping Behaviour dan Impulsive Buying di dalam restoran. Shopping Behaviour ditunjukkan melalui pengeluaran sumber daya (Resource Expenditure) di dalam restoran yang meliputi jumlah uang yang dikeluarkan, waktu yang dihabiskan, dan interaksi yang dilakukan oleh konsumen. Impulsive Buying diukur dengan banyaknya pembelian tidak terencana (unplaned buying) yang dilakukan oleh konsumen. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk melihat hubungan pengaruh antara Shoping Environment melalui elemen-elemennya terhadap Shopping Behaviour dan Impulsive Buying yang diukur dari jumlah uang yang dikeluarkan, lama waktu yang dihabiskan, interaksi yang dilakukan dan besarnya perilaku pembelian spontan. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan Model yang dikembangkan oleh Mehrabian dan Russel (M-R Model) yang lebih dikenal dengan Stimulus-Organism-Response Model (S-O-R Model). Analisis dilakukan menggunakan model persamaan struktural (SEM) dengan software LISREL 8.72 for windows. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang dikumpulkan menggunakan kuesioner terhadap 110 responden. Responden dalam penelitian adalah konsumen yang pernah melakukan pembelian di Starbucks Coffe Shop yang dijadikan objek untuk menjawab permasalahan penelitian. Sumber data lain berupa hasil penelitian terdahulu (skripsi, tesis, disertasi) dan jurnal yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Hipotesa yang digunakan dalam penelitian yaitu : 1) ada hubungan positif antara Shopping Environment dengan Shopping Behaviour dan 2) ada hubungan positif antara Shopping Environment dengan Impulsive Buying. Model yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian merupakan model yang diestimasi menggunakan polychoric correlation matrix dan asymptotic covariance matrix.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan Confirmatory factor analysis. Semua variabel indikator dari variabel laten PEY, IMP dan REX memiliki validitas yang baik dilihat dari nilai t-value yang lebih besar dari nilai kritis (1.96). Seluruh model pengukuran memiliki reliabilitas yang baik. Nilai reliabilitas diukur menggunakan composite reliability. Nilai composite reliability untuk model pengukuran variabel eksogen 0.73 dan untuk model pengukuran variabel endogen sebesar 0.89. Hasil analisis terhadap model pengukuran hubungan variabel laten PEY dengan variabel indikatornya menunjukkan bahwa elemen Gaya Layanan merupakan elemen yang memiliki pengaruh terbesar dalam membangun/ menjelaskan variabel laten PEY. Nilai loading (?) elemen Gaya Layanan adalah sebesar 0.66. Nilai loading elemen Shopping Environment yang lain secara berurutan adalah Aroma (0.60), Suhu (0.56), Orang (0.52), Citra (0.47), Musik (0.43) dan Furnitur (0.42). Kenyamanan yang diterima oleh konsumen di dalam restoran paling besar dibentuk oleh gaya layanan yang dimiliki oleh restoran dalam melayani konsumen. Hubungan antara Variabel laten IMP dengan variabel indikator pembelian spontan adalah sebesar 0.97. Nilai yang besar disebabkan karena hanya ada satu variabel indikator yang membangun variabel laten IMP. Model pengukuran hubungan antara variabel laten REX dengan variabel indikatornya menunjukkan nilai loading terbesar dimiliki oleh variabel indikator Waktu yang dihabiskan dengan nilai loading 0.84. Nilai loading variabel indikator jumlah Uang yang dihabiskan dan Interaksi yang dilakukan adalah sebesar 0.76 dan 0.70. Konsumen akan menghabiskan waktu lebih lama di dalam restoran ketika merasa nyaman. Analisis terhadap model struktural menunjukkan hubungan antar variabel laten. Hubungan antara variabel laten PEY dengan variabel laten REX lebih besar dibandingkan dengan variabel laten IMP. Hal ini ditunjukkan dengan nilai loading antara variabel laten PEY dan REX sebesar 0.74. Sedangkan nilai loading antara variabel laten PEY dan IMP hanya sebesar 0.37. Hasil ini menunjukkan bahwa Perceived Enjoyment akan berpengaruh lebih besar terhadap Resource Expenditure dibandingkan terhadap Impulsive Buying. Konsumen akan mengeluarkan sumberdaya lebih besar (waktu, uang, interaksi) daripada pembentukan pembelian impulsif. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan hubungan positif antara kenyamanan yang diterima oleh konsumen (Perceived Enjoyment ) dengan elemen-elemen Shopping Environment dan hubungan positif antara kenyamanan yang diterima dengan Shopping Behaviour yang ditunjukkan oleh pengeluaran sumberdaya (Resource Expenditure : waktu, uang, interaksi) dan juga Impulsive Buying (pembelian spontan)
HUBUNGAN ANTARA SHOPPING ENVIRONMENT DENGAN SHOPPING BEHAVIOUR DAN IMPULSIVE BUYING : SEBUAH PENDEKATAN MODEL MEHRABIAN DAN RUSSEL (M - R MODEL)
Oleh : Welly Artha Simbolon A14103069
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
Judul Skripsi : Hubungan Antara Shopping Environment Dengan Shopping Behaviour Dan Impulsive Buying : Sebuah Pendekatan Model Mehrabian Dan Russel (M-R Model) Nama : Welly Artha Simbolon NRP : A14103069
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec NIP 131 578 790
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. H. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “HUBUNGAN ANTARA SHOPPING ENVIRONMENT DENGAN SHOPPING BEHAVIOUR DAN IMPULSIVE BUYING : SEBUAH PENDEKATAN MODEL MEHRABIAN DAN RUSSEL (M - R MODEL)” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN UNTUK SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN.
Bogor, Mei 2007
WELLY ARTHA SIMBOLON A14103069
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Welly Artha Putra Parna Simbolon. Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1985 di PTP N IV Kebun Laras, Simalungun, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak G. Simbolon dan Ibu S. Harefa. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Sisalana PTP VII Kebun Laras dan kemudian dilanjutkan pada Sekolah Dasar SD Negeri 091663 (SD 04) di PTP VII Kebun Laras sampai tahun 1997. Pendidikan dilanjutkan ke SLTP N 1 Dolok Batu Nanggar, Simalungun sampai tahun 2000. Kemudian pendidikan dilanjutkan di SMU N 1 Dolok Batu Nanggar, Simalungun dan lulus pada tahun 2003. Pendidikan dilanjutkan pada tahun yang sama di Insitut Pertanian Bogor pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjalani masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan seperti Persekutuan Mahasiswa Kristen : Komisi Diaspora, Gerakan Mahasiswa Kristen (GMKI) Cabang Bogor, Forum Mahasiswa Pecinta Lingkungan (Formalin- IPB). Selain itu penulis juga aktif sebagai Asisten Dosen Mata Kuliah Sosiologi Umum, Ekonomi Umum dan Agama Kristen Protestan. Prestasi yang pernah diraih penulis selama menjadi mahasiswa adalah : Mahasiswa Berprestasi Tingkat Departemen Agribisnis (2007), Juara 1 Lomba Karya Tulis UKM oleh Yayasan Damandiri dan P2SDM IPB (2007), Juara 2 Marketing Idea Competition By Marketing Magazine and Yamaha Motor Company (2006), Finalis Trust Day Danone International Simulation Business Game, Program Kreativitas Maha siswa (PKM-Kewirausahaan : 2007) dan Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM : 2007).
KATA PENGANTAR
Penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih anugerah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi ini. Ungkapan Costumer Is A King merupakan “Hukum Dasar” yang harus dipahami dan dimengerti oleh setiap perusahaan dalam menjalankan suatu usaha. Tanpa konsumen semua strategi perusahaan merupakan sebuah kebohongan : strategy is nothing without consumer. Oleh karena itu setiap perusahaan berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik untuk meningkatkan kepuasan pelanggan sehingga mampu meningkatkan keuntungan. Penelitian yang dilakukan merupakan studi “sederhana” yang membahas hubungan antara marketing strategy, consumer psychology dan consumer behaviour. Shopping Environment merupakan strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk mempengaruhi Shopping Behaviour dan Impulsive Buying. Penelitian “Hubungan Antara Shopping Environment Dengan Shopping Behaviour Dan Impulsive Buying : Sebuah Pendekatan Model Mehrabian dan Russel (M-R Model)” merupakan sebuah penelitian yang menarik karena menggabungkan berbagai disiplin ilmu seperti consumer behaviour, marketing, retailing dan psychology. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan Stimulus-Organism-Response Model dan dianalisis menggunakan structural equation modeling dengan software LISREL 8.72 for windows. Penelitian ini merupakan studi awal dari ketertarikan penulis dalam bidang Business, Marketing and Consumer Behaviour. Akhir kata, penulis berharap hasil penelitian dan penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya bagi pembaca yang tertarik dalam bidang consumer behaviour, marketing dan business.
Bogor, Mei 2007 Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus, Juruselamat dan Penolongku atas Kasih Anugerah dan Pertolongan-Mu, maka penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Karya ini ku persembahkan sebagai ucapan syukur ku atas Penyelamatan-Mu. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak dan Mama yang sangat aku sayangi dan hormati. Terima kasih atas kasih sayang, bimbingan dan doa yang diberikan. Akhirnya, keinginanmu melihat ku jadi Sarjana terpenuhi. Aku bangga punya orang tua sepertimu. 2. Ibu Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, M.Ec atas bimbingan dan arahannya selama penulisan skripsi ini. Penulis bangga pernah menjadi anak bimbing ibu. 3. Bapak Amzul Rifin, SP, MA sebagai dosen penguji utama. Terima kasih atas saran dan masukannya. 4. Bapak Arif Karyadi, SP sebagai dosen penguji wakil departemen. Terima kasih atas saran dan masukannya. 5. My Lovely Simbolon’s : Abang Handoko Simbolon, Abang Harry Simbolon dan Adek Tota Simbolon. I love you all, you are one of my life spirit. 6. Tulang Juniel Harefa, Abang Eben dan Abang Happy atas bantuan dan perhatiannya. Look at me, I am A Big Neno now, i am not little boy any more. 7. Mba Etriya, SP, MM, Mba Dewi dan Mba Dian. Terima kasih atas bantuan dan candaannya. Terima kasih kepada seluruh Dosen Manajemen Agribisnis.
8. My Batak’s Brother in AGB 40 : Pananda Pasaribu, Roy A.R Sinaga, Jujung D. Halomoan Simatupang , Bayu Geo Silalahi, Robinhot Dapinardo, Juristama Sitompul. We are not the common people because He create us to be a leader. 9. Sabam Situmorang, Samuel, Andrico, David : Terima kasih untuk bantuan dan kebersamaannya. Kak Tiur dan Elpita Tarigan, thank you so much for pray and support me. 10. My Sister in AGB 40: Rosma, Merry, Mariance, AGB 41: Juventi, Nova, Vera Nova, Tere, Agnes, Jane, Irna, Laura, Sri Rejeki. EPS 41 : Yanti, Leny, Mery, Lina. Terima kasih buat perhatian dan bantuan selama ini. 11. 3 Sekawan: Astarina, Wahyuli Riza, Andi Irmayani (Thank you friend for the advice), Hapto, Santi, Eva, Rani. Teman satu bimbingan (Dwi, Belinda, Yuli). 12. My Agribiz’ 40 team Manager : Alaya (Finance), Veddy (HRD), Indra (Production), Fitri (Director). The experience prepared us to be the real great Director. 13. Seluruh teman-teman AGB 40. Wow...It’s lovely accident, join and spend 4 years with talented people. I will miss u all............Do The Best. 14. Radar 10 crew : Rohimat (durimet), Ican (dakocan), Narendra, Adi, Erick (taik busuk), Hendri, Kukuh, My Boneka Sjofran, Anjas (I am absolutely proud of you)....thank’s buat kebersamaan dan ketawa-ketawa yang nga jelas. 15. My Invisible Friend : Mas Arif S.E, MMrktg, thanks for the journal. 16. BMW and AWW : I still wait the best moment to say I love you.
Bogor, Mei 2007 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xv
I. PENDAHULUAN .................................................................. .............. 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 1.5. Batasan Penelitian .....................................................................
1 1 3 7 7 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2.1. Konsumen dan Perilaku Konsumen ........................................... 2.2. Proses Keputusan Pembelian ..................................................... 2.3. Restoran ..................................................................................... 2.3.1. Defenisi Restoran ............................................................. 2.3.2. Jenis Restoran ................................................................... 2.4. Model Persamaan Struktural ..................................................... 2.5. Penggunaan Lisrel untuk Analisis SEM .................................... 2.6. Penelitian Terdahulu .................................................................
9 9 11 12 12 13 15 21 23
III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................. 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 3.1.1. The Mehrabian and Russel Model .................................. 3.1.2. Mary Jo Bitner Servicescape Model (Shopping Environment Model ......................................................... 3.1.3. Shopping Behaviour and Shopping Value ....................... 3.1.4. Impulsive Buying ............................................................ 3.2. Implikasi Model Teoritis terhadap Analisis Persamaan Struktural................................................................................. 3.3. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................
30 30 30
IV. METODE PENELITIAN .................................................................. 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 4.2. Data dan Sumber Data ............................................................... 4.3. Teknik Pengambilan Sampel...................................................... 4.4. Metode Skala Pengukuran ......................................................... 4.5. Hipotesa Penelitian .................................................................... 4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 4.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 4.6.2 Analisis Deskriptif ............................................................ 4.6.3 Confirmatory Factor Analysis .......................................... 4.6.4 Analisis Structural Equation Model ................................
39 39 39 40 41 42 42 43 45 45 46
31 34 34 35 36
4.7. Defenisi Operasional dan Operasionalisasi pengukuran variabel .................................................................. V. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ................................ 5.1. Gambaran Umum Starbucks Coffee Shop ................................ 5.2. Gambaran Umum Responden ...................................................
51 56 56 60
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 6.1. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ......................................... 6.2. Analisis Deskriptif...................................................................... 6.3. Confirmatory Factor Analysis.................................................... 6.4. Analisis Structural Equation Model........................................... 6.4.1. Pemeriksaan Kebaikan Model (Goodness of Fit) ............ 6.4.2. Dekomposisi Pengaruh Antar Variabel ...........................
64 64 67 69 71 73 75
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 7.1 Kesimpulan ................................................................................. 7.2 Saran ............................................................................................ 7.3 Saran Penelitian Lanjutan............................................................
87 87 87 88
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
90
LAMPIRAN ...............................................................................................
94
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Penelitian Terdahulu ...........................................................................
28
2.
Jenis dan Sumber Data .......................................................................
40
3.
Hubungan Pengaruh Harapan Antara Variabel Laten dan Variabel Indikator ..............................................................................
42
4.
Daftar dan Simbol Variabel Laten dan Variabel Indikator ................
47
5.
Hasil Uji Validitas Pernyataan Kuesioner ..........................................
66
6.
Hasil Analisis Deskriptif.....................................................................
68
7.
Validitas Confirmatory Factor Analysis.............................................
71
8.
Uji Kebaikan Model Secara Keseluruhan...........................................
74
9.
Model Pengukuran Variabel Indikator terhadap Variabel Laten........
81
10. Hubungan antar Variabel Laten dalam Model....................................
83
DAFTAR GAMBAR Nomor 1.
Halaman
Model Perilaku Keputusan Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya .............................................................................
11
2.
Tahap-Tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian .................
12
3.
Ilustrasi Model Sem dalam Bentuk Diagram Lintas ..........................
19
4.
The Mehrebian-Russel Stimulus Response Model .............................
31
5.
Mary Jo Bitner, “Servicesescape: The Impact of Physcical Sorroundings on Costumer and Employees .......................................
33
6.
Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................
38
7.
Structural Equation Model : The Relationship Between Shopping Environment and Shopping Behaviour ..............................................
48
8.
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .....................................
60
9.
Data Responden Berdasarkan Jenis Usia............................................
61
10. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.............................
61
11. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ............................
62
12. Estimasi Model Hubungan Shopping Environment dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying ........................................................
72
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman
Jumlah dan Pertumbuhan Restoran di Indonesia dari Tahun 1997-2005 ................................................................................
95
2.
Hasil Pengukuran Validitas Kuesioner ...............................................
96
3.
Hasil Pengukuran Reliabilitas Kuesioner : Teknik Belah Dua ..........
97
4.
Output LISREL..................................................................................
98
5.
Nilai Goodness of Fit ..........................................................................
106
6.
Confirmatory Factor Analysis ............................................................
107
7.
Composite Reliability..........................................................................
113
8.
Kuesioner Penelitian...........................................................................
114
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dalam era globalisasi, perusahaan menghadapi tingkat persaingan usaha
yang semakin tinggi, baik di pasar domestik maupun pasar internasional. Kondisi persaingan global memungkinkan perusahaan dari luar negeri untuk menjalankan usahanya di negara lain. Tingkat persaingan yang tinggi mengharuskan setiap perusahaan lebih kreatif dalam menyusun strategi terbaik untuk dapat bertahan dalam industri dan memenangkan persaingan. Keberhasilan perusahaan untuk memenangkan persaingan terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi perilaku konsumen dan memberikan kepuasan terutama konsumen yang menjadi target pasarnya. Memberikan kepuasan kepada konsumen merupakan hal penting yang harus dilakukan perusahaan khususnya pada kondisi persaingan yang semakin tinggi dengan tingkat perubahan preferensi konsumen yang cepat. Tingkat persaingan yang
semakin tinggi mengharuskan perusahaan
menyusun strategi terbaik yang dapat membedakan (diferensiasi) antara perusahaan dengan pesaingnya. Pada umumnya perusahaan masih menggunakan stretegi pemasaran dasar yang berorientasi pada strategi bauran pemasaran (marketing mix ) yang meliputi produk, harga, promosi dan distribusi. Akan tetapi untuk kondisi persaingan yang semakin tinggi efektifitas strategi tersebut masih perlu dipertanyakan. Hal ini disebabkan strategi bauran pemasaran mudah untuk ditiru oleh pesaing sehingga strategi yang dijalankan oleh perusahaan sering tidak efektif (Susanta, 2005)1 . Untuk kondisi persaingan yang semakin tinggi, strategi perusahaan selain harus mampu membedakan perusahaan dengan pesaing juga 1) Dikutip dari majalah MARKETING No. 03/VI/Maret/2006
2
harus mampu memberikan nilai lebih dan pengalaman (shopping experience) kepada konsumen ketika membeli dan mengkons umsi produk perusahaan (Singh, 2006). Konsumen akan menjadi lebih loyal terhadap perusahaan dan produknya ketika mereka memperoleh pengalaman berbelanja (shopping experience) yang berbeda dibandingkan menggunakan produk pesaing. Shopping Experience merupakan istilah baru (buzz word) dalam pemasaran yang banyak digunakan oleh perusahaan untuk memberikan nilai lebih kepada konsumen. Penelitian ya ng dilakukan oleh Lembaga Penelitian Jack Morton Research2 di Amerika Serikat menunjukkan 70-80 persen keputusan pembelian dipengaruhi oleh nilai dan pengalaman berbelanja yang diperoleh oleh konsumen. Strategi yang sering digunakan oleh perusahaan untuk memberikan nilai lebih (value added) kepada konsumen adalah strategi Shopping Environment (lingkungan toko). Shopping Environment merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi sikap dan persepsi konsumen terhadap suatu toko dan mempengaruhi perilaku mereka di dalam toko (Donovan dan Rossiter, 1982). Shopping Environment melalui elemen-elemennya dapat mempengaruhi sikap dan persepsi konsumen terhadap suatu produk yang pada akhirnya akan berdampak pada keputusan pembeliannya. Kemampuan Shopping Environment mempengaruhi perilaku pembelian konsumen disebabkan kemampuan elemen-elemennya dalam mempengaruhi emosi (sikap) konsumen ketika berada di dalam toko. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh pakar psikologi lingkungan (Environmental Psychologist) Mehrebian dan Russel (1974) yang menunjukkan bahwa stimulus lingkungan dapat mempengaruhi perilaku individu yang ditunjukkan oleh respon 2)
Dikutip dari majalah MARKETING No. 03/VI/Maret/2006
3
sikap dan perilaku individu non verbal seperti kesenangan (pleasure), keterpengaruhan (arousal) dan kontrol (control). Hal ini menunjukkan bahwa stimulus lingkungan berpengaruh terhadap perilaku manusia. Penelitian tentang pengaruh Shopping Environment
terhadap perilaku pembelian konsumen di
dalam toko pertama kali dilakukan oleh Donovan dan Rossiter (1982) yang menunjukkan bahwa Shopping Environment dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen di dalam toko yang ditunjukkan melalui perilaku pendekatanpenolakan (approach-avoidance behavior) terhadap stimulus lingkungan yang diberikan. Penelitian tentang pengaruh Shopping Environment juga dilakukan untuk melihat pengaruh masing- masing elemen Shopping Environment terhadap perilaku pembelian konsumen (musik : Yalch dan Spangenberg, 2000, aroma : Fitgerald dan Scholder, 1999, pembelian spontan : Mattila dan Wirtz, 2001). Melihat kemampuan elemen-elemen Shopping Environment
dalam
mempengaruhi perilaku pembelian konsumen, maka strategi yang disusun berdasarkan elemen-elemen Shopping Environment dapat dijadikan sebagai alternatif strategi oleh perusahaan untuk bertahan dan memenangkan pasar yang semakin kompetitif.
1.2.
Perumusan Masalah Arti penting Shopping Environment dalam mempengaruhi perilaku
konsumen bukan merupakan sebuah hal yang baru dalam studi dan literatur pemasaran. Kotler dalam Donovan dan Rossiter (1982), merupakan orang pertama yang memperkenalkan konsep Shopping Environment yang didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan untuk mendesain lingkungan pemasaran toko untuk
4
menghasilkan
pengaruh
emosional
pada
konsumen
yang
meningkatkan
kemungkinan konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. Kemampuan Shopping Environment dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen telah dibuktikan dalam beberapa penelitian yang dilakukan di luar nege ri yang mencakup keseluruhan komponen lingkungan toko seperti kondisi ambien (ambient condition), desain dan fungsi interior (space and function) dan tanda/simbol dan artefak (Mary Jo Bitner dalam Lovelock dan Wirtz, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Singh (2006) menunjukkan bahwa kondisi Shopping Environment yang sesuai dengan keinginan konsumen akan membentuk kenyamanan berbelanja di dalam toko yang lebih tinggi (Perceived Enjoyment) dan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap nilai pembelanjaan (overall shopping value) yang diterima meliputi waktu berbelanja yang dihabiskan dan pembelian berulang.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi
pemasaran yang disusun menggunakan elemen-elemen Shopping Environment selain dapat memberikan kenyaman berbelanja kepada konsumen juga dapat mempengaruhi perilaku pembeliannya yang pada akhirnya akan berdampak pada tingkat penjualan perusahaan. Selain itu,
Shopping Environment yang
memberikan nilai berbelanja yang lebih tinggi daripada harapan konsumen (higher than desired in terms of exicetement and stimulation) akan membentuk perilaku pembelian spontan/impulsif di dalam toko yang lebih tinggi (Mattila dan Wirtz, 2001). Strategi Shopping Environment telah banyak digunakan oleh perusahaan di Indonesia untuk mempengaruhi perilaku konsumennya. Beberapa perusahaan dalam menjalankan usahanya telah memasukkan elemen-elemen Shopping
5
Environment ke dalam strategi perusahaan terutama dalam pengaturan kondisi toko baik space/function, ambient condition, dan sign/symbol. Beberapa contoh perusahaan yang telah memasukkan element Shopping Environment ke dalam toko adalah Electronic City, Index Furniture, Starbucks Coffe Shop, Bread Talk, Gumati Kafe dan Restoran, Mc.D, Gramedia dan beberapa pusat perbelanjaan terkemuka (department store, mall). Perusahaan yang telah menerapkan strategi ini beragam dari berbagai industri, mulai dari industri makanan dan minuman hingga kepada industri retail. Perusahaan yang telah memasukkan elemen Shopping Environment ke dalam tokonya akan memberikan pengalaman berbelanja lebih kepada konsumen yang akan berdampak pada tingkat pembelian yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak memberikan nilai lebih/pengalaman berbelanja (Jack Morton Research, 2005)3 Akan tetapi selama ini belum banyak penelitian empiris yang dilakukan di Indonesia untuk mengetahui tingkat efektifitas strategi perusahaan yang telah memasukkan elemen Shopping Environment dilihat dari pengaruhnya terhadap perilaku pembelian konsumen. Sebuah penelitian empiris diperlukan untuk mengukur hubungan pengaruh antara lingkungan to ko (Shopping Environment) terhadap perilaku pembelian konsumen (Shopping Behavior) dan terhadap perilaku pembelian impulsif (Impulsive Buying). Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1
Apakah Shopping Environment (lingkungan toko) berpengaruh terhadap Shoping Behavior (perilaku pembelian konsumen) dilihat dari waktu yang
3)
Dikutip dari majalah MARKETING No. 03/VI/Maret/2006
6
dihabiskan (spending time), uang yang dikeluarkan (spending money), dan interaksi yang dilakukan (interaction)? 2
Apakah Shopping Environment (lingkungan toko) berpengaruh terhadap pembentukan perilaku Impulsive Buying (pembelian impulsif) melalui perilaku pembelian spontan? Untuk menjawab permasalahan, maka penelitian ini menggunakan industri
makanan dan minuman (food and bavarages industry) sebagai objek penelitian. Alasan pemilihan industri ini disebabkan tingginya tingkat persaingan dalam industri. Tingginya tingkat persaingan industri makanan dan minuman dapat dilihat dari banyaknya jumlah restoran yang ada dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Jumlah dan tingkat pertumbuhan restoran di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1. Alasan lain pemilihan industri ini adalah tingkat preferensi konsumen yang cepat berubah dalam industri karena sifat produk industri ini yang merupakan kebutuhan pokok. Selain sebagai pemenuh kebutuhan pokok, konsumen menganggap bahwa makan dan minum di restoran juga sebagai bagian dari gaya hidup. Di sisi lain dalam industri makanan dan minuman telah banyak restoran (usaha) yang telah memasukkan elemen Shopping Environment ke dalam strategi perusahaan. Starbucks Coffe Shop merupakan salah satu contoh usaha restoran dalam industri makanan dan minuman yang telah memasukkan elemenelemen Shopping Environment ke dalam strategi perusahaan. Oleh karena itu dalam penelitian, konsumen yang dijadikan responden adalah konsumen Starbucks Coffe Shop.
7
1.3.
Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa tujuan yaitu :
1
Menggambarkan hubungan pengaruh antara Shopping Environment dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying.
2
Mengukur besarnya pengaruh elemen-elemen Shopping Environment terhadap Shopping Behavior dan Impulsive Buying.
3
Memberikan
gambaran
efektifitas
penggunaan
strategi
Shopping
Environment dalam mempengaruhi perilaku konsumen.
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharap dapat memberi manfaat secara akademis
kepada mahasiswa dan dosen dan kepada pelaku usaha (dunia praktis). Bagi akademisi (dosen dan mahasiswa) hasil penelitian dapat memberikan gambaran teoritis hubungan pengaruh antara Shopping Environment dengan Shopping Behavior dan Impulsive Buying, dan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pelaku usaha dalam penyusunan strategi perusahaan yang dapat memberikan nilai atau pengalaman berbelanja lebih kepada konsumen (more shopping experiences) melalui elemen-elemen Shopping Environment.
1.5.
Batasan Penelitian Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa batasan. Batasan yang dibuat
terkait dengan topik penelitian yang merupakan penelitian yang menggabungkan antara beberapa disiplin ilmu (psikologi, manajemen bisnis, perhotelan/retailing).
8
Keterbatasan dalam literatur lokal (hasil penelitian terdahulu) menyebabkan literatur (studi pustaka) yang digunakan banyak yang berasal dari literatur asing. Penelitian yang dilakukan hanya menghubungkan antara Shopping Environment terhadap Shopping Behavior dan Impulsive Buying. Penelitian belum memasukkan elemen nilai pengalaman berbelanja (utilitarian and hedonic shopping value) untuk menentukan tipe konsumen dilihat dari perilaku pembeliannya. Penelitian juga belum memasukkan pengaruh variabel karakteristik responden (umur, jenis kelamin). Kesimpulan dan hasil penelitian merupakan gambaran umum yang diperoleh dari studi pada konsumen Starbucks Coffe Shop yang dijadikan sebagai objek penelitian. Penelitian selanjutnya diharapkan dilakukan untuk toko/usaha dan responden dengan jumlah yang lebih besar untuk memberikan kesimpulan gambaran umum gaya hidup masyarakat Indonesia dan responnya terhadap pemasaran jasa melalui lingkungan toko secara lebih luas.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Konsumen dan Perilaku Konsumen Kotler (2000) mendefinisikan konsumen sebagai individu atau kelompok
yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya. Konsumen juga dapat didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dalam kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan (menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen). Perilaku konsumen menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Oslo dalam Rangkuti (2003) adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Engel, et al (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Kata perilaku diartikan bukan hanya menyangkut kegiatan-kegiatan yang tampak jelas dan selalu mudah diamati, tetapi merupakan satu barisan dari proses pengambilan keputusan. Jadi, analisa perilaku konsumen juga menganalisa proses-proses yang tidak kasat mata atau yang sulit diamati yang selalu menyertai setiap pembelian. Sumarwan (2003) menyatakan bahwa perilaku konsumen bukan hanya kegiatan, tindakan, serta faktor- faktor psikologis yang mendorong tindakan
10
tersebut, baik sebelum melakukan aktivitas pembelian, saat menggunakan, atau setelah menghabiskan barang atau jasa tersebut tetapi juga termasuk di dalamnya adalah segala hal yang mempengaruhi proses evaluasinya. Dengan memahami perilaku konsumen maka dapat membantu menjelaskan bagaimana konsumen memperoleh kepuasan dan dari kepuasan tersebut konsumen menjadi loyal terhadap
suatu
produk
tertentu
yang
dianggap
dapat
mengakomodasi
kebutuhannya. Sumarwan (2003) mengatakan bahwa dengan memahami perilaku konsumen maka dapat diperkirakan bagaimana konsumen mengambil keputusan konsumsi dan dapat memperkirakan reaksi konsumen terhadap reaksi yang diterimanya. Dengan memahami perilaku konsumen maka dapat mempengaruhi pilihan konsumen agar memilih produk tertentu. Mempelajari perilaku konsumen berarti
mempelajari
bagaimana
konsumen
membuat
keputusan
untuk
menggunakan sumberdaya yang dimilikinya, yaitu sumberdaya ekonomi, kognitif dan temporal untuk memperoleh produk atau jasa yang mereka inginkan. Perilaku konsumen dip engaruhi dan dibentuk oleh banyak faktor. Menurut Engel, et al (1994), perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis. Proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen diawali oleh adanya rangsangan-tanggapan terhadap stimulus yang diberikan melalui strategi pemasaran
yang
mulai
mempengaruhi
kesadaran
konsumen,
kemudian
karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan sehingga menimbulkan keputusan pembelian tertentu (Kotler, 2000). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terdapat pada Gambar 1.
11
PROSES PSIKOLOGIS Pengolahan Informasi Pembelajaran Perubahan Sikap/Perilaku
PERBEDAAN INDIVIDU Sumber Daya Konsumen Motivasi dan Keterlibatan Pengetahuan Sikap Kepribadian, Gaya Hidup, Demografi
PROSES KEPUTUSAN Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Pembelian Hasil
PENGARUH LINGKUNGAN Budaya Kelas Sosial Keluarga Situasi Pengaruh Pribadi
STRATEGI PEMASARAN Produk Promosi
Harga Distribusi
Gambar 1. Model Perilaku Keputusan Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Engel, et al. 1994).
2.2.
Proses Keputusan Pembelian Menurut Suwarman (2003), konsumen dalam memutuskan pembelian
suatu produk ada dua kepentingan utama yang harus diperhatikan yaitu : 1.
Keputusan pada ketersediaan dan kegunaan suatu produk. Konsumen akan memutuskan untuk membeli suatu produk, jika produk yang ditawarkan tersebut tersedia dan bermanfaat baginya.
12
2.
Keputusan pada hubungan dari produk atau jasa, konsumen akan memutuskan untuk membeli suatu produk jika produk tersebut mempunyai hubungan dengan yang diinginkan konsumen. Proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen muncul
melalui suatu tahap tertentu. Menurut Engel, et al. (1994), terdapat lima tahapan proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen, yaitu : pengenalan akan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan hasil penilaian konsumen terhadap produk yang telah dibeli. Tahapan-tahapan tersebut dilihat jelas pada Gambar 2.
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Hasil
Gambar 2. Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian (Engel, et al.1994).
2.3.
Restoran
2.3.1. Definisi Restoran Restoran merupakan salah satu bentuk usaha dalam industri jasa boga. Biasanya jenis usaha ini menyediakan suguhan makanan dan minuman berciri khas tertentu. Restoran adalah salah satu jenis usaha pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian, dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya dan memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan ini (Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.95/HK.103/MPPT-87). Menurut keputusan
13
ini, penggolongan restoran berdasarkan fasilitas dan pelayanan yang tersedia serta mutu pelayanan terdiri dari tiga kelas yang dinyatakan dalam piagam. 1.
Golongan kelas restoran tertinggi , dimana restoran ini dinyatakan dengan piagam bertanda sendok garpu berwarna emas.
2.
Golongan kelas restoran menengah, dimana restoran ini dinyatakan dengan piagam bertanda sendok garpu berwarna perak.
3.
Golongan kelas restoran terendah, dimana restoran ini dinyatakan dengan piagam bertanda sendok garpu berwarna perunggu.
2.3.2. Jenis-Jenis Restoran Dalam perkembangannya restoran terus mengalami peningkatan. Jenis restoran yang terus mengalami peningkatan itu beraneka ragam. Torsina dalam Baroroh (2003) membedakan jenis-jenis restoran berdasarkan tingkat keasliannya, ke dalam sepuluh jenis restoran, yaitu : 1.
Family Conventional : adalah jenis restoran tradisional untuk keluarga. Restoran ini mementingkan suasana dan dari segi harga cuk up bersahabat. Dari segi pelayanan dan dekorasi terbilang biasa-biasa saja.
2.
Fast Food : Eat in (makan di restoran) dan take out (dibungkus untuk dimakan di luar restoran). Restoran siap saji ini memiliki keterbatasan dalam jenis menu yang disajikan, ruang dengan dekorasi warna-warna utama dan terang. Dari segi harga dapat dikatakan tidak mahal dan lebih mengutamakan banyak pelanggan. Jenis restoran inilah yang paling marak diusahakan oleh para pelaku restoran di Indonesia dewasa ini.
14
3.
Kafetaria : Biasanya terdapat di gedung-gedung perkantoran atau di pusat perbelanjaan, sekolah atau pabrik-pabrik. Tipe penyajian swalayan dengan menu agak terbatas seperti menu-menu yang disajikan di rumah. Menu yang disajikan bisa berganti- ganti menurut hari dan dari segi harga terbilang cukup ekonomis.
4.
Gourmet : Jenis restoran ini termasuk yang berkelas, sehingga memerlukan suasana yang sangat nyaman dengan dekorasi yang artistik. Ditujukan bagi mereka yang menuntut standar penyajian yang tinggi dan bergengsi. Disamping makanan juga disajikan minuman wines dan liquors.
5.
Etnik : Menyajikan masakan dari daerah (suku atau negara) yang spesifik. Beberapa contoh restoran etnik adalah restoran Manado, restoran Padang, restoran Sunda. Dekorasi disesuaikan dengan etnik yang bersangkutan, bahkan pakaian seragam pramusaji juga bernuansa etnik. Ada juga yang masuk dalam tipe snack bar etnik yang menyajikan menu yang murah, terbatas pada sajian-sajian umum yang dikenal.
6.
Buffet : Biasanya dengan sistem pelayanan swalayan, tetapi untuk wine, liquor atau bir dilayani secara khusus. Ciri utama dari jenis restoran ini adalah berlakunya satu harga untuk makan sepuasnya apa yang disajikan buffet . Peragaan dan display makanan sangat penting, sebab langsung menjual dirinya sendiri.
7.
Coffee Shop : Coffee Shop ditandai dengan pelayanan makanan secara cepat. Banyak seating menempati counter service untuk menekankan suasana informal. Lokasi utamanya di gedung perkantoran atau pusat
15
perbelanjaan dengan traffic pengunjung yang tinggi untuk menarik perhatian pengunjung untuk makan siang dan coffee break (walaupun pelayanan untuk sarapan pagi juga biasa dilakukan). 8.
Snack Bar : Ruangan biasanya lebih kecil dan hanya cukup untuk melayani orang-orang yang ingin mengkonsumsi makanan kecil, tetapi restoran jenis snack bar ini dapat memperoleh volume penjualan melalui jasa pelayanan pesanan take out.
9.
Drive-In : Para pembeli memakai mobil tidak perlu turun dari mobilnya. Pesanan diantar sampai ke mobil untuk eat-in (sementara parkir) atau take away. Jenis makanan dikemas secara praktis dan lokasi disesuaikan dengan tempat parkir, baik mobil ataupun motor. Restoran siap saji Mc Donald asli (yang pertama) di San Berdardino adalah salah satu tipe drivein
10.
Specially Restoran : Adalah jenis restoran yang terletak jauh dari keramaian, tetapi menyajikan masakan yang menarik dan berkualitas. Restoran jenis ini lebih ditujukan untuk konsumen-konsumen tertentu seperti konsumen mancanegara ataupun konsumen domestik dalam suasana khas yang berbeda. Jenis restoran ini memiliki keuntungan lebih, yaitu para pemilik restoran tidak perlu menginvestasikan dananya terlalu mahal untuk sewa ruang (tempat) di lokasi- lokasi komersial.
2.4.
Model Persamaan Struktural Model persamaan struktural (Structural Equation Model) merupakan suatu
model yang digunakan untuk menggambarkan hubungan sebab akibat di antara
16
variabel laten, pengaruh sebab akibat langsung, tidak langsung maupun pengaruh total, mengggambarkan variabel- variabel yang dapat diterangkan dan yang tidak dapat diterangkan. Untuk menganalisis hubungan kausal yang sederhana, dimana hanya terdapat pengaruh langsung dari variabel- variabel bebas terhadap variabelvariabel terikat dan semua dapat diukur secara langsung maka kita dapat menggunakan model regresi. Sedangkan jika pengaruh dari variabel- variabel bebas terhadap variabel terikat tersebut langsung dan juga tidak langsung maka kita dapat menggunakan model jalur. Bila variabel- variabel tersebut tidak dapat diukur langsung maka kita harus membentuk variabel tersebut dengan menggunakan variabel indikator yang dapat diukur langsung dengan bantuan model pengukuran dalam analisis model persamaan struktural. Secara umum, model SEM dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan tiga buah matriks (Joreskog dalam Satria, 2003), yaitu : ?=ß?+??+?
(1)
y = ?y ? + e
(2)
x = ?x ? + d
(3)
keterangan : ? = vektor variabel laten endogen berukuran m x 1 ß = matriks koefisienvariabel laten endogen berukuran m x m ? = matriks koefisien variabel laten eksogen berukuran m x n ? = vektor variabel laten eksogen berukuran m x 1 ? = vektor sisaan acak hubungan antara ? dan ? berukuran m x 1 y = vektor variabel penjelas tidak bebas yang berukuran p x 1 x = vektor variabel penjelas bebas yang berukuran q x 1
17
? y = matriks koefisien regresi antara y terhadap ? yang berukuran p x m ? x = matriks koefisien regresi antara x terhadap ? yang berukuran q x m e = vektor sisaan pengukuran terhadap y yang berukuran p x 1 d = vektor sisaan pengukuran terhadap x yang berukuran q x 1 1.
Variabel Laten Variabel laten di dalam model SEM digambarkan dalam bentuk oval.
Variabel laten di dalam model SEM dapat berupa variabel endogen, apabila dipengaruhi oleh variabel laten lain, ataupun berupa variabel eksogen, apabila mempengaruhi variabel laten lain. Variabel endogen dilambangkan dengan huruf Yunani “eta” (?), sedangkan variabel eksogen dengan “ksi” (?). Di dalam diagram lintas pada bagian model struktural, variabel endogen dicirikan dengan variabel yang menjadi target paling tidak satu panah satu arah, sedangkan variabel eksogen dicirikan dengan variabel yang tidak dituju oleh panah satu arah. 2.
Variabel Indikator Variabel indikator digambarkan dalam bentuk kotak. Variabel indikator
yang berkaitan dengan variabel laten endogen, dilambangkan dengan Y, sedangkan yang berkaitan dengan peubah laten eksogen dilambangkan dengan X. 3.
Model Pengukuran Model pengukuran merupakan model hubungan antara variabel laten
dengan variabel- variabel indikatornya. Penyusunan variabel laten dari variabelvariabel indikatornya merupakan hasil analisis faktor atau menggunakan faktorfaktor dari penelitian terdahulu. Besarnya loading antara variabel laten dengan variabel indikatornya dilambangkan dengan “lambda”, dengan ?x untuk variabel eksogen dan ? y untuk variabel endogen.
18
4.
Model Struktural Hubungan antar variabel laten diasumsikan linier, walaupun hubungan ini
dapat diperluas pada kasus non linier. Pada diagram lintas model SEM, panah satu arah menunjukkan hubungan pengaruh sedangkan panah dua arah menunjukkan hubungan korelasi. Besarnya pengaruh dari variabel endogen lain dilambangkan dengan “beta” (ß), sedangkan besarnya pengaruh dari variabel eksogen ke variabel endogen dilambangkan dengan “ga mma” (?). Untuk besarnya hubungan atau korelasi antar variabel laten eksogen, dilambangkan dengan “phi” (?). 5.
Galat Struktural (Structural Error) Sebagaimana dengan model hubungan antar variabel biasa yang bersifat
stokastik (melibatkan komponen acak/galat), model hubungan antar variabel laten juga melibatkan komponen acak yang dinamakan galat struktural. Di dalam diagram lintas, galat ini dilambangkan dengan “zeta” (?). Untuk memperoleh dugaan parameter yang konsisten, galat struktural diasumsikan tidak berkorelasi dengan variabel eksogen. Meskipun demikian, galat struktural dapat berkorelasi dengan galat struk tural lain. 6.
Kesalahan Pengukuran (Measurement Error) Pengukuran variabel laten lewat variabel- variabel indikatornya seringkali
dianggap tidak sempurna atau masih terdapat kesalahan pengukuran. Dalam kaitannya dengan analisis faktor pada model pengukuran diatas, kesalahan pengukuran ini adalah unique factor yang bersesuaian dengan masing- masing indikatornya. Kesalahan pengukuran yang berkaitan dengan variabel endogen dilambangkan dengan “epsilon” (e) dan “delta” (?) untuk kesalahan pengukuran
19
variabel eksogen. Gambar 3 merupakan ilustrasi model SEM dalam bentuk diagram lintas.
X1
?11
X2
?21
X3
? 31
X4
Y1
?41 ? 51
X5
? 61
X6
?71
X7
Y2
Y3
Y4
Gambar 3. Ilustrasi Model SEM dalam Bentuk Diagram Lintas Langkah- langkah dalam analisis model persamaan struktural adalah (Firdaus dan Farid, 2007) : 1.
Pengembangan model teoritis Analisis SEM pada prinsipnya merupakan pengujian kualitas secara
empiris dari teori yang sudah ada dan digunakan untuk mengkonfirmasi model teoritis tersebut. Hubungan kausalitas dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan arti, namun pola hubungan akan menjadi rasional bila dilandaskan pada suatu teori.
20
2.
Pengembangan path diagram (diagram alur) Path diagram dibangun berdasarkan pada konstruk untuk menunjukkan
hubungan kausalitas. Konstruk adalah suatu konsep yang dilandaskan pada teori dan berperan sebagai pembatas dalam mendefenisikan pola hubungan. 3.
Pengembangan persamaan struktural Diagram alur yang telah dibentuk dikonversi ke dalam bentuk persamaan.
Konversi diagram alur menjadi bentuk persamaan struktural dilakukan untuk menyatakan hubungan kausalitas. 4.
Estimasi model Data input dalam SEM merupakan matriks kovarian yang digunakan untuk
melakukan pengujian model. Pengujian terhadap model dilakukan menggunakan teori yang ada dan hasil penelitian terdahulu yang dapat digunakan untuk mengestimasi model yang telah dibangun. 5.
Pendugaan koefisien model Analisis data dilakukan menggunakan perangkat lunak (software) LISREL
untuk menentukan koefisien dari persamaan yang telah dibangun dalam model. Koefisien digunakan untuk menduga kebenaran hipotesa yang digunakan dalam penelitian. 6.
Evaluasi kriteria goodness-of-fit Evaluasi terhadap hasil estimasi dilakukan untuk melihat kesesuaian
model yang terbentuk menggunakan beberapa indikator kebaikan model. Analisis SEM tidak mempunyai alat uji statistik tunggal untuk menguji antara model dengan data yang disajikan. Beberapa indeks kesesuaian yang umumnya digunakan adalah ; 1) Degree of freedom, 2) Root Means Square Error of
21
Approximation (RMSEA), 3) Goodness of fit (GFI), 4) Adjusted Goodness of Fit (AGFI), dan 5) Comparative Fit Index (CFI). 7.
Interpretasi dan Modifikasi model Intepretasi terhadap hasil estimasi dilakukan setelah model diterima dan
dilakukan mengikuti teori yang mendasarinya. Modifikasi dilakukan untuk memperoleh model ya ng lebih baik dengan berdasarkan teori yang berlaku. Analisis model persamaan struktural (SEM) merupakan teknik analisis yang sangat dipengaruhi oleh besaran sampel yang digunakan terkait dengan metode estimasi yang akan digunakan. Oleh karena itu penentua n jumlah sampel 2yang akan digunakan dalam penelitian merupakan hal penting dalam analisis SEM. Beberapa pedoman penentuan besarnya ukuran sampel dalam analisis SEM (Silomun dalam Ramadhani, 2005), yaitu : •
Bila pendugaan parameter menggunakan metode kemungkinan maksimum, besar sampel yang disarankan adalah 100-200 orang responden dan minimum absolutnya adalah 50 orang responden.
•
Sebanyak 5 - 10 kali jumlah parameter yang ada di dalam model yang akan diduga.
•
Sama dengan 5 - 10 kali jumlah variabel manifest (indikator) dari keseluruhan variabel laten.
2.5.
Penggunaan LISREL untuk Analisis SEM Pengolahan data dalam SEM dilakukan menggunakan prosedur iteratif
yang memerlukan waktu besar dan ketelitian tinggi jika dilakukan secara manual. Oleh karena itu pengola han SEM dilakukan mengunakan beberapa perangkat
22
lunak (software) komputer seperti LISREL, EQS, AMOS, SASA PROC CALIS, STATISTICA-SEPATH. LISREL merupakan perangkat lunak yang sering digunakan dalam analisis SEM terutama dalam penelitian ilmu- ilmu sosial. Oleh karena itu analisis SEM sering juga disebut sebagai analisis LISREL. Metode LISREL secara khusus dirancang untuk mengakomodasi bentuk-bentuk recursive dan reciprocal causation, simultaneity, interdependence, latent variable, dan measurement errors serta mengestimasi koefisien-koefisien dari sejumlah persamaan struktural yang linier. Oleh sebab itu, metode ini dapat menganalisis model- model dari bentuk yang relatif paling sederhana, seperti multiple regresion sampai model yang rumit, seperti path analysis dan full structural equation model (Joreskoq dan Sorbom, 2001). Analisis SEM dengan menggunakan LISREL dapat dilakukan dengan menu-menu yang telah disediakan ataupun dengan menuliskan perintah melalui bahasa PRELIS (untuk tahapan penyiapan matrik koraga m) dan dilanjutkan dengan bahasa LISREL ataupun SIMPLIS (untuk tahapan penyiapan analisisnya). Penulisan perintah
melalui bahasa LISREL lebih rumit dibandingkan dengan
SIMPLIS namun kerumitan ini sesuai dengan fasilitas yang disediakan dalam bahasa LISREL yang tidak ada di SIMPLIS. Analis Model Hubungan Antara Shopping Environment dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying dilakukan dengan menggunakan software LISREL 8.72 for Windows untuk SEM dengan menggunakan bahasa SIMPLIS.
23
2.6.
Penelitian Terdahulu Donovan dan Rossiter (1982) melakukan penelitian terhadap konsumen
yang sedang melakukan pembelian di beberapa retail dengan tipe yang berbeda. Penelitian ini menggunakan pendekatan model yang dikembangkan oleh Mehrabian dan Russel (M-R model). Setiap responden diminta mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dibuat untuk mengukur perasaan konsumen ketika berada di dalam ritel (pleasure-arousal-dominance). Analisis dilakukan menggunakan faktor analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Mehrabian-Russel merupakan model yang baik dalam melakukan penelitian perilaku pembelian konsumen (approach-avoidance). Faktor kepuasan (pleasure) merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Miliman (1982) bertujuan untuk melihat pengaruh mu2sik yang dimainkan di dalam supermarket terhadap perilaku pembelian konsumen. Penelitian menggunakan experimental terhadap konsumen di 200 supermarket. Analisis dilakukan dengan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan musik berpengaruh terhadap tingkat kepadatan di dalam toko dan tingkat penjualan supermarket. Areni dan Kim (1993) melakukan penelitian untuk melihat perilaku pembelian konsumen di wine store akibat penggunaan mus ik klasik dan musik yang sedang terkenal top 40 music. Penelitian menunjukkan bahwa jumlah uang yang dihabiskan oleh konsumen akan menjadi lebih besar ketika musik klasik dimainkan dibandingkan dengan top 40. Hasil penelitian diperoleh dari analisis ANOVA.
24
Penelitian yang dilakukan oleh Michon dan Chebat (2004) bertujuan untuk menghubungkan interaksi antara musik dan aroma di dalam toko terhadap persepsi konsumen terhadap kualitas toko. Penelitian dilakukan dalam bentuk experimen terhadap konsumen di pusat
perbelanjaan/mal menggunakan
kombinasi musik lembut/keras dengan wewangian. Analisis dilakukan dengan model persamaan struktural dengan software EQS for Windows 6.1. Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi musik lembut dan aroma citrus berpengaruh terhadap efek positif mal, kombinasi musik keras dan aroma citrus berpengaruh positif terhadap persepsi mal, persepsi mal berpengaruh positif terhadap kualitas pelayanan. Sweeney dan Wyber (2001) melakukan penelitian untuk mengukur peranan aspek kognitif dan afektif konsumen terhadap musik yang dimainkan dalam toko terhadap perilaku konsumen menggunakan pendekatan approachavoidance. Penelitian dilakukan dalam bentuk experimen menggunakan beberapa musik dengan variasi tempo dan jenis yang berbeda. Analisis dilakukan dengan faktor analisis. Penelitian menunjukkan bahwa musik dan karakternya berpengaruh signifikan terhadap emosi dan evaluasi pembelian konsumen di dalam toko. Penelitian
tentang
pengaruh
aroma/wewangian
terhadap
perilaku
konsumen dilakukan oleh Fitzgerald dan Ellen (1999). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh musik terhadap perilaku konsumen dilihat dari keberadaannya, kesesuaiannya dan kenyamanannya. Analisis dilakukan dengan analisis ANOVA. Penelitian menunjukkan bahwa keberadaan aroma/wewangian
25
yang sesuai dan memberikan kenyamanan akan memberikan efek postif terhadap konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Spangenberg, Crowley dan Handerson (1996) bertujuan untuk melihat pengaruh aroma /wewangian terhadap proses evaluasi dan perilaku kons umen. Penelitian dilakukan dalam bentuk experimen terhadap 308 responden dalam sebuah laboratorium yang telah didesain dengan berbagai jenis aroma/parfum. Analisis MANOVA dilakukan untuk memperoleh hasil penelitian. Penelitian menunjukkan adanya perbedaan pada proses evaluasi dan perilaku konsumen di ruangan dengan aroma dan yang tanpa aroma. Penelitian tentang pengaruh aroma (scent) terhadap perilaku pembelian telah banyak dilakukan. Kebanyakan penelitian yang dilakukan di lingkungan toko yang disimulasikan. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh aroma (scent) terhadap perilaku pembelian merupakan hasil gabungan dengan elemen lingkungan toko yang lain dan sifat pengaruhnya yang tidak konsisten. Penelitian mengenai pengaruh lingkungan toko (Shopping Environment) terhadap perilaku pembelian spontan dilakukan oleh Mattila dan Wirtz (2001). Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan apakah lingkungan toko yang menarik dapat meningkatkan pembelian spontan. Penelitian dilakukan dalam bentuk wawancara dan pembagian kuisioner terhadap konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan toko yang memberikan situasi toko yang menarik mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian spontan lebih tinggi. Perilaku pembelian spontan akan semakin tinggi ketika toko memberikan
26
stimulus melalui elemen-elemen lingkungan toko melebihi dari harapan konsumen (higher than desired in terms of exicetement and stimulation). Penelitian tentang pengaruh shopping environment terhadap Shopping Behaviour telah dilakukan di Indonesia oleh Jayanegara (2003). Penelitian dilakukan dalam bentuk survey terhadap 263 konsumen di 7 toko yang berbeda. Analisis dilakukan dengan pendekatan pleasure-arousal-dominance. Penelitian dilakukan dengan analisis persamaan struktural (SEM). Penelitian menunjukkan hubungan positif antara pleasure-arousal-dominance yang diperoleh konsumen dengan perilaku pembelian konsumen dan proses evaluasi pembelian. Secara keseluruhan penelitian yang dilakukan untuk mengukur pengaruh antara Shopping Environment dan Shopping Behaviour melalui elemenelemennya menunjukkan hubungan yang positif. Elemen Shopping Environment yang memberikan kenyamanan dan kepuasan akan berdampak positif terhadap sikap dan perilaku pembelian konsumen. Penelitian ini memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu menjadi dasar penelitian ini terutama dalam penyusunan faktor- faktor pembentuk kenyamanan (Perceived Enjoyment) melalui eleme n-elemen Shopping Environment khususnya dalam penyusunan pernyataan kuesioner. Faktor- faktor yang dijadikan dasar pengembangan pernyataan dalam kuesioner merupakan hasil dari penelitian terdahulu seperti faktor keberadaan dan kesesuaian elemen Shopping Environment terhadap Shopping Behaviour. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada elemen orang dan gaya layanan yang dimasukkan sebagai salah satu faktor pembentuk kenyaman di dalam toko. Ke dua faktor ini dimasukkan sebagai pembentuk kenyaman di dalam toko karena sesuai dengan
27
karakter konsumen Indonesia yang pada umumnya suka dilayani oleh orang (personal) dan dengan gaya pelayanan yang memuaskan. Faktor ini tidak dimasukkan dalam penelitian terdahulu sebagai faktor pembentuk kenyamanan di dalam toko. Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan dengan topik penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
28 Tabel 1. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Topik Penelitian No Tahun 1. 1982
Judul Penelitian Store Atmosphere: An Environmental Psychology Approach (Donovan and Rossiter)
Tipe Penelitian / Alat Analisis • Survei menggunakan kuesioner di 66 buah ritel. • Analisis faktor dan regresi.
2.
Using Background Music to Affect the Behaviour of Supermarket Shoppers (Milliman)
•
1982
• 3.
4.
5.
1992
1993
1996
Service Environments: The Impact of Physical Surroundings On Costumer and Employees (Mary Jo Bitner)
•
The Influence of Background Music On Shopping Behaviour : Classical Versus Top-Fourty Music In A wine Store ( Areni and Kim) Improving the Store Environment : Do Olfactory Cues Affect Evaluation anmd Behaviours (Spangenberg, Crowley and Handerson)
•
•
Experimental di toko yang telah didesain dengan berbagai jenis tempo musik. ANOVA
•
Penggunaan musik dapat mempengaruhi kepadatan di dalam toko dan tingkat penjualan.
Survei Konsumen Karyawan.
•
Lingkungan toko memberikan pengaruh yang berbeda kepada individu tergantung kepada kesukaan mereka. Mary Jo Bitner Servicescape Model
dan
•
• •
•
Hasil Penelitian Lingkungan toko dapat memberikan kepuasan (pleasure), keterpengaruhan (aroused) dan control (control) dalam berbelanja yang berpengaruh positif terhadap perilaku pengeluaran pembelian.
Survei Konsumen di Wine Store. ANOVA
•
Jumlah Uang yang dibelanjakan di toko lebih banyak ketika musik klasik dimainkan dibandingkan dengan musik top-40.
Experimental terhadap 308 responden di laboratorium yang telah didesian situasinya menggunakan kombinasi aroma/parfum.
•
Adanya perbedaan pada proses evaluasi dan perilaku konsumen di ruangan dengan aroma dan yang tanpa aroma.
•
Keberadaan aroma dapat mempengaruhi mood konsumen.
MANOVA
29 Tabel 1. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Topik Penelitian (lanjutan) 6.
7.
8.
9.
10
1999
2001
2001
2003
2004
Scents in The Marketplace : Explaining a Fraction of Olfaction (Fitzgerald and Ellen)
•
The Role of Cognitions and Emotions in the Music-ApproachAvoidance Behaviour Relationship (Sweeney and Wyber)
•
The Role of Store Environmental Stimulation and Social Factors on Impulse Purchasing (Mattila and Wirtz)
•
The Relationship Between Shopping Environment and Shopping Behaviour : An Approach To Structural Equation Modeling (Jayanegara).
•
The Interaction Effect of Background Music and Ambient Scent on the Perception of Service Quality (Michon and Chebat)
•
•
•
•
•
•
206
•
Keberadaan aroma / wewangian yang sesuai dan memberikan kenyamanan dan efek positif terhadap konsumen.
Experimental di toko yang telah didesain dengan beragam tempo musik yang dimainkan. Analisis Faktor dan Lisrel.
•
Adanya hubungan signifikan antara musik dan karakter musik terhadap emosi konsumen dan proses evaluasi pembelian.
Beragam Retail Singapura. ANOVA
•
Stimulus yang tinggi dan lingkungan toko yang nyaman mendorong terbentuknya pembelian impulsif. Kondisi sosial konsumen mempengaruhi perilaku pembelian impulsif.
Survey terhadap responden. ANOVA
Outlet
di
•
Survey terhadap konsumen di 7 toko yang berbeda. Analisis Structural Equation Modeling.
•
Hubungan positif antara pleasure - arousal dominance ( PAD) yang diperoleh konsumen dengan perilaku pembelian konsumen dan proses evaluasi pembelian.
Experimen terhadap konsumen di pusat perbelanjaan/mal menggunakan kombinasi musik lembut/ keras dengan wewangian. Model Persamaan Struktural dengan software EQS for Windows 6.1
•
Kombinasi musik lembut dan aroma citrus berpengaruh terhadap efek positif mal. Kombinasi musik keras dan aroma citrus berpengaruh positif terhadap persepsi toko. Persepsi toko berpengaruh positif terhadap kualitas pelayanan.
• •
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan teori dalam menjelaskan
hubungan Shopping Environment dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying. Model teoritis yang terkait dengan penelitian adalah Mehrabian-Russel Model, Mary Jo Bitner Servicescape Model, Shopping Value, Shopping Behaviour dan Impulsive Buying. 3.1.1. The Mehrebian and Russel Model Penelitian mengenai hubungan antara persepsi konsumen terhadap stimulus lingkungan toko terhadap perilaku pembeliannya pertama kali dipelajari oleh disiplin ilmu psikolo gi. Pakar psikologi lingkungan Mehrebian dan Russel (1974) melakukan penelitian yang menjadi dasar teori dalam mempelajari pengaruh Shopping Environment terhadap Shopping Behaviour. Model yang dihasilkan oleh penelitian tersebut dikenal sebagai Model Mehrebian dan Russel (The Mehrebian and Russel Model) yang lebih dikenal dengan istilah stimulusorganism-response (S-O-R) paradigm. S-O-R paradigm merupakan konsep awal penelitian perilaku individu akibat stimulus Shopping Environment dalam penelitian perilaku konsumen dan pemasaran. Mehrebian dan Russel (1974) menggunakan Model Stimulus-OrganismResponse (S-O-R) untuk mempostulasikan bahwa stimulus lingkungan (S) dapat digunakan sebagai respon pendekatan atau penolakan (R) kepada konsumen. Dimana stimulus tersebut akan dimediasikan melalui sikapnya terhadap situasi
31
lingkungan (O). Hasil dari penilaian terhadap stimulus yang diberikan akan ditunjukkan dalam bentuk respon (R) terhadap stimulus lingkungan tersebut. Mehrebian-Russel mendefinisikan dua bentuk sikap atau perilaku konsumen terhadap stimulus lingkungan yaitu pendekatan (approach) atau penolakan (avoidance). Perilaku pendekatan meliputi semua tindakan positif yang secara langsung tampak pada lingkungan tertentu seperti keinginan untuk tinggal lebih lama, pengeluaran uang bertambah, interaksi sosial lebih tinggi. Sedangkan perilaku penolakan ditunjukkan oleh sikap yang berbeda seperti keinginan untuk segera keluar dari lingungan, mengurangi pengeluaran, interaksi sosial yang rendah. Model S-O-R paradigm Mehrebian-Russel dapat dilihat pada Gambar 4.
Environmental Stimuli and Cognitive Processes
Dimensions of Affect:
Response Behaviour :
Pleasure and Arousal
Approach/Avoidance and Cognitive Processes
Gambar 4. The Mehrebian-Russel Stimulus Response Model Sumber : Christopher Lovelock and Jochen Wirtz : Services Marketing, 2005
3.1.2. Mary Jo Bitner Servicescape Model (Shopping Environment Model) Mary Jo Bitner Servicescape Model yang dibangun merupakan model lanjutan dari S-O-R paradigm. Model ini memiliki beberapa dimensi utama dalam sebuah lingkungan toko yang terdiri dari : ambient condition, space/functionality, dan sign, symbols dan artifacts. Model juga memasukkan dimensi respon konsumen dan karyawan terhadap dimensi Shopping Environment yang ada
32
karena setiap individu memiliki persepsi nilai (perceived value) yang berbeda terhadap stimulus lingkungan tersebut. Kelebihan dari model ini adalah dalam model telah dimasukkan dimensi respon karyawan terhadap dimensi Shopping Environment. Hal ini disebabkan bahwa karyawan akan menghabiskan waktu yang lebih lama daripada konsumen di toko. Oleh karena itu sikap karyawan akibat Shopping Environment akan mempengaruhi sikap mereka dalam melayani konsumen. Respon int ernal yang terjadi pada konsumen dan karyawan dibedakan atas respon kognitif (cognitive responses) seperti persepsi atas kualitas dan kepercayaan, respon emosional (emotional responses) seperti feeling dan mood, dan respon psikologi seperti perasaan disakiti (pain) dan perasaan nyaman (comfort).
Respon konsumen ini akan berdampak terhadap respon perilaku
misalnya menghindari keramaian yang terjadi di dalam toko (social interaction), menghabiskan uang lebih banyak (spending more money), menghabiskan waktu yang lebih lama dalam toko (spending more time), dan terbentuknya perilaku pembelian impulsive (Impulsive Buying).
Respon positif atau negatif yang
ditunjukkan konsumen ketika berada di toko sangat tergantung kepada lingkungan toko yang ada. Oleh karena itu penyusunan strategi Shopping Environment harus disesuaikan dengan situasi konsumen yang dihadapi dan situasi lingkungan yang mempengaruhi konsumen. Mary Jo Bitner Servicescape Model merupakan model dasar yang dijadikan rujukan dalam membangun model persamaan struktural yang akan digunakan dalam penelitian. Mary Jo Bitner Servicescape Model dapat dilihat pada Gambar 5.
33
STIMULUS
Kondisi Ambien • Suhu • Kualitas udara • Kebisingan • Musik • Aroma
Aspek Fungsional • Layout • Peralatan • Furnitur
Tanda, simbol dan artefak • Aksesoris • Personal • Artifa k • Gaya dekorasi
MODERATOR
RESPON INTERNAL
Kognitif Kepercayaan Kategorisasi Simbolik Pemaknaan
Lingkungan toko secara menyeluruh
Emosi Feeling Mood Sikap
Moderator : Respon Karyawan
Psikologis Tersakiti Nyaman Gerakan tubuh
RESPON
Pendekatan • Afiliasi • Explorasi • Tinggal lebih lama • Kepuasan • Penolakan (Lawan dari pendekatan)
Respon Karyawan
Interaksi sosial antara pelanggan dengan karyawan
Perceived Servicescape
Respon Pelanggan
Moderator : Respon Pelanggan
Kognitif Kepercayaan Kategorisasi Simbolik Pemaknaan
Emosi Feeling Mood Sikap
Psikologis Tersakiti Nyaman Gerakan tubuh
Pendekatan • Afiliasi • Explorasi • Tinggal lebih lama • Kepuasan • Penolakan (Lawan dari pendekatan)
Gambar 5. Mary Jo Bitner, “Servicesescape: The Impact of Physcical Sorroundings on Costumer and Employees, “Journal of Marketing 56 (April 1992) Sumber : Christopher Lovelock and Jochen Wirtzh : Services Marketing, 2005.
34
3.1.3. Shopping Behaviour and Shopping Value Babin, et al (1994) menggunakan pendekatan pengeluaran sumberdaya (Resource Expenditure) untuk mengukur perilaku pembelian konsumen. Pendekatan ini mengacu kepada besarnya sumberdaya yang dikeluarkan konsumen ketika melakukan perbelanjaan dan besarnya nilai belanja yang diterima. Pada dasarnya pendekatan pengeluaran sumberdaya sama dengan pendekatan approach/avoidance behavior yang dikembangkan oleh Mehrebian dan Russel (1974) untuk menggambarkan Shopping Behavior (perilaku pembelian). Menurut Barbin dan Darden, pendekatan pengeluaran sumberdaya digunakan
karena
sifatnya
yang
lebih deskriptif
daripada
pendekatan
approach/avoidance. Pendekatan Resource Expenditure
mengacu kepada berapa besar
sumberdaya uang yang dikeluarkan oleh konsumen ketika melakukan pembelian di dalam toko, lamanya waktu yang dihabiskan oleh konsumen di dalam toko, dan banyaknya interaksi sosial yang dilakukan oleh konsumen baik pada saat berada di dalam toko maupun ketika berada di luar toko (interaksi yang berkaitan dengan toko).
3.1.4. Impulsive Buying Rook (1987) mendefinisikan Impulsive Buying sebagai pemb elian segera yang dilakukan konsumen tanpa proses perencanaan dan evaluasi pada awalnya (no pre-shopping intention). Impulsive Buying merujuk kepada
pembelian
spontan yang dilakukan konsumen akibat adanya stimulus positif lingkungan yang mempengaruhi pada saat berada di tempat pembelian (store). Penelitian yang
35
dilakukan oleh Donovan dan Rossiter (1982) menunjukkan bahwa Shopping Environment yang menyenangkan berkorelasi positif dengan waktu tambahan (extra time) dan pembelian tidak terencana (unplanned) yang dilakukan konsumen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mattila dan Wirtz menunjukkan bahwa stimulus yang tinggi melalui Shopping Environmet yang nyaman akan membentuk Impulsive Buying yang tinggi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa Impulsive Buying akan semakin bertambah ketika stimulus yang diberikan melebihi harapan konsumen.
3.2.
Implikasi Model Teoritis Terhadap Analisis Persamaan Struktural Model persamaan strukural yang digunakan dalam penelitian dibangun
dengan menggunakan pendekatan model- model teoritis yang telah dikemukakan diatas. Model Mehrabian dan Russel digunakan untuk menggambarkan hubungan antara Shopping Environment sebagai stimulus dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying sebagai respon melalui Perceived Enjoyment sebagai proses evaluasi internal. Mary Jo Servicescape Model digunakan untuk menyusun variabel- variabel indikator model persamaan struktural dari elemen-elemen Shopping Environment (musik, aroma, suhu, citra, furnitur, gaya layanan, orang), menyusun variabel laten Perceived Enjoyment. Teori Impulsive Buying, Shopping Behaviour dan Shopping Value digunakan untuk menyusun variabel laten Impulsive Buying dan Resource Expenditure beserta variabel- variabel indikatornya (pembelian spontan, waktu yang dihabiskan, uang ya ng dikeluarkan, dan interaksi yang dilakukan). Secara
36
umum bahwa model persamaan struktural yang digunakan dalam penelitian merupakan model yang dibangun dengan pendekatan model- model teoritis dan hasil penelitian terdahulu.
3.3.
Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran operasional yang digunakan dalam penelitian dapat
dilihat pada Gambar 6. Analisis diawali dengan melihat kondisi persaingan yang terjadi pada industri makanan dan minuman (food and bavarages industry) yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pertumbuhan jumlah restoran yang tinggi merupakan gambaran tingginya tingkat persaingan pada industri ini. Tingginya tingkat persaingan pada industri selain disebabkan pertambahan jumlah perusahaan pada industri juga disebabkan perubahan preferensi konsumen dan strategi perusahaan yang semakin kreatif dalam menghadapi persaingan. Konsumen tidak hanya menginginkan manfaat fungsional (main benefit) dari makanan sebagai pemenuh kalori tetapi juga mencari manfaat tambahan (additional benefit). Selain itu perusahaan dalam industri semakin kreatif dalam menyusun strategi untuk menarik perhatian dan mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Salah satu strategi yang disusun oleh perusahaan untuk mempengaruhi perilaku pembelian konsumen adalah Shopping
Environment.
Shopping
Environment merupakan strategi yang telah terbukti dapat mempengaruhi perilaku konsumen (hasil penelitian terdahulu) dan telah banyak diterapkan oleh perusahaan di Indonesia termasuk usaha restoran. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektifitas strategi Shopping Environment yang dilakukan melalui
37
pengukuran terhadap hubungan antara Shoping Environment dengan Shopping Behaviour menggunakan stimulus-organism-response model. Elemen-elemen Shopping Environment yang digunakan sebagai stimulus dalam penelitian ini adalah : musik, aroma, suhu, citra, furnitur, gaya layanan dan orang. Besarnya pengaruh Shopping Environment terhadap Shopping Behaviour diukur dari besarnya pengeluaran sumber daya konsumen (Resource Expenditure) yang diukur melalui banyaknya jumlah uang yang dikeluarkan, lamanya waktu yang dihabiskan dan banyaknya interaksi yang dilakukan oleh konsumen. Sedangkan pengaruh Shopping Environment terhadap Impulsive Buying diukur dari banyaknya pembelian spontan yang dilakukan. Shopping Environment dalam mempengaruhi Shopping Behaviour dan Impulsive Buying harus melalui proses evaluasi internal dalam diri konsumen yaitu dalam bentuk kenyamanan yang diperoleh konsumen (Perceived Enjoyment ) akibat kinerja elemen-elemen Shopping Environment. Analisis terhadap Hubungan antara Shopping Environment dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying dilakukan dengan analisis model persamaan struktural (SEM). Analisis SEM digunakan karena kemampuannya menjelaskan variabel Shoping Environment, Shopping Behaviour dan Impulsive Buying yang termasuk variabel laten yang tidak dapat diukur secara langsung. Analisis SEM dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) LISREL 8.72 for windows. Analisis yang dilakukan akan menghasilkan gambaran efektifitas Strategi Shopping Environment dalam mempengaruhi perilaku konsumen
(Shopping
Behaviour
dan
Impulsive
Buying).
38
Kondisi Global
Perubahan Preferensi
Strategi Kreatif
Pasar Relatif Tetap
PERSAINGAN
SHOPPING ENVIRONMENT
PENILAIAN EFEKTIF
?
PENGUJIAN EMPIRIS EFEKTIFITAS STRATEGI SHOPPING ENVIRONMENT Analisis Model Persamaan Struktural : Hubungan Shopping Environment dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying (Lisrel 8.72 for Windows)
Shopping Environment Musik Aroma Suhu Furnitur Orang Gaya
Internal Response Perceived Enjoyment
Shopping Behaviour Uang Waktu Interaksi Sosial Impulsive Buying
Gambaran efektifitas Strategi Shopping Environment dalam mempengaruhi perilaku konsumen (Shopping Behaviour dan Impulsive Buying)
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional
IV. METODE PENELITIAN
4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai hubungan antara Shopping Environment terhadap Shopping Behavior dan Impulsive Buying dilakukan sejak bulan Februari sampai bulan April 2007. Penelitian menggunakan Starbucks Coffee Shop sebagai objek penelitian. Pemilihan Starbucks Coffee Shop sebagai objek penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Starbucks Coffe Shop telah memasukkan elemen-elemen Shopping Environment ke dalam tokonya (restoran). Pertimbangan lain pemilihan Starbucks Coffee Shop sebagai objek penelitian adalah tingkat pertumbuhan jumlah restoran yang tinggi dapat dijadikan sebagai gambaran (representasi) tingginya tingkat persaingan pada industri makanan dan minuman (food and bavarages) . Tingkat pertumbuhan dan jumlah restoran di Indonesia dari tahun 1997-2005 dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.2.
Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian terdiri atas dua jenis data yaitu data
primer dan data sekunder. Data sekunder
(secondary data) yang digunakan
berasal dari studi pustaka dari berbagai literatur dan jurnal yang terkait dengan topik penelitian. Data primer dikumpulkan dengan metode penyebaran kuesioner kepada responden yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Kuesioner berisi pernyataan-pernyataan yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 2.
40
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data Jenis Data 1. Data Primer
2. Data Sekunder
Data Identitas responden
• •
•
Penilaian terhadap elemen – elemen Shopping Environment, Shopping Behaviour dan Impulsive Buying.
Sumber Data Konsumen yang pernah melakukan pembelian di Starbucks Coffee Shop
•
Perkembangan restoran
•
Badan Pusat Statistik
•
Penelitian terdahulu
•
Buku, majalah, skripsi, tesis, disertasi,
•
Journal : Journal of Consumer Behaviour, Journal of Marketing, Journal of Retailing, Journal of Psychology and Marketing, Journal of Services Marketing, Journal of Consumer Marketing, Journal of Marketing Research, Journal of Business Research.
4.3.
Teknik Pengambilan Sampel Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah konsumen yang
pernah melakukan pembelian di Starbucks Coffe Shop. Jumlah responden yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian adalah 110 orang yang memenuhi
41
syarat kecukupan SEM ya itu 100 orang responden dengan 10 persen sebagai error. Pengambilan sampel dilakukan secara convinience sampling.
4.4.
Metode Skala Pengukuran Dalam penelitian ini, responden ditanya penilaiannya terhadap pengaruh
elemen-elemen Shopping Environment terhadap kenyamanan yang diterima di dalam restoran dan hubungan antara kenyamanan yang diterima dengan perilaku konsumen di dalam restoran. Skala pengukuran yang digunakan untuk menilai setiap jawaban responden adalah Skala Likert dengan bobot tertent u pada setiap jawaban pernyataan. Pengukuran dengan Skala Likert hanya memuat rangking saja, tanpa diketahui berapa kali penilaian seorang responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya di dalam skala (Nazir, 1998). Pengukuran penelitian ini dilakukan dengan cara meminta responden untuk memberikan penilaiannya terhadap setiap pernya taan dalam kuesioner. Penilaian yang diberikan berupa tingkat kesetujuan responden terhadap setiap pernyataan yang diajukan. Skala pengukuran dan bobot yang digunakan untuk menilai jawaban tingkat kesetujuan responden adalah Sangat Setuju (4), Setuju (3), Tidak Setuju (2), dan Sangat Tidak Setuju (1).
4.5.
Hipotesa Penelitian Hipotesa yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Shopping Environment berpengaruh positif terhadap Shopping Behaviour melalui hubungan Perceived Enjoyment dengan Resource Expenditure.
42
2.
Shopping Environment berpengaruh positif terhadap Impulsive Buying melalui Perceived Enjoyment . Penelitian juga dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
indikator dengan variabel latennya. Hubungan pengaruh harapan antara variabel laten dan variabel indikator dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.
Hubungan Pengaruh Harapan Antara Variabel Laten dan Variabel Indikator
Faktor Laten
Indikator
Pengaruh yang diharapkan
Perceived Enjoyment
Musik Aroma Suhu Citra Furnitur/Peralatan Gaya Layanan Orang
+ + + + + + +
Resource Expenditure
Uang Waktu Interaksi Sosial
+ + +
Impusive Buying
Pembelian Spontan
+
4.6.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian adalah
kuesioner yang berisi daftar pernyataan tertutup, yang mengharuskan responden untuk memilih salah satu jawaban yang telah tersedia. Jawaban tersebut merupakan data yang akan diolah menggunakan software LISREL 8.72. Data (jawaban) yang menjadi Input merupakan data median yang merupakan data yang dapat mewakili jawaban responden untuk suatu variabel. Median dapat digunakan
43
jika jawaban responden memiliki tingkat keragaman yang rendah atau seragam. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan estimasi terhadap model persamaan struktural.
4.6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Penyebaran kuesioner untuk keperluan data primer, diawali dengan pengujian validitas dan
reliabilitas kuisioner. Uji coba kuesioner dilakukan
terhadap sejumlah responden dan hasilnya dapat digunakan untuk penyempurnaan kuesioner, apakah perlu dilakukan pengurangan atau penambahan pertanyaan atau penyempurnaan bahasa/kalimat yang digunakan. Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Tahapan pengujian validitas alat ukur adalah sebagai berikut : 1.
Mengidentifikasi secara operasional konsep yang akan diukur
2.
Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden
3.
Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban dan menghitung korelasi antara masing- masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment. Rumus korelasi product moment :
44
Keterangan : N = Jumlah Responden X = Skor pertanyaan nomor 1 Y = Skor total Reliabilitas didefinisikan oleh Singarimbun dan Effendi dalam Ramadhani (2005) sebagai derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrument pengukuran. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik belah dua, dengan rumus :
Keterangan : r.tot = angka reliabilitas keseluruhan pertanyaan r.tt = angka korelasi belahan pertama dan kedua Langkah- langkah yang dilakukan dalam pengukuran reliabilitas dengan menggunakan teknik belah dua adalah sebagai berikut : 1.
Menyajikan alat pengukur pada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas setiap pertanyaan. Pertanyaan yang valid dikumpulkan menjadi satu, sedangkan pernyataan yang tidak valid dibuang.
2.
Membagi pertanyaan yang valid tersebut menjadi dua belahan.
3.
Skor untuk masing- masing pertanyaan pada tiap belahan dijumlahkan. Langkah ini akan menghasilkan dua skor total untuk masing- masing responden, yakni skor total untuk belahan pertama dan skor total belahan kedua.
45
4.
Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
5.
Karena angka korelasi yang diperoleh adalah korelasi dari alat pengukur yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika alat pengukur tersebut tidak dibelah. Oleh sebab itu harus dicari angka reliabilitas untuk keseluruhan pertanyaan tanpa dibelah dua dengan menggunakan rumus yang ada. Nilai hitung reliabilitas yang diperoleh dibandingkan dengan nilai kritis
untuk korelasi r product moment. Jika nilai reliabilitas hitung lebih besar atau sama dengan nilai kritis untuk korelasi r product moment, maka instrumen tersebut dikatakan reliabel.
4.6.2. Analisis Deskriptif Analisis
deskriptif
digunakan
dalam
bentuk
pentabulasian
dan
pengelompokkan jawaban yang sama dan kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase yang terbesar merupakan faktor yang dominan dari masing- masing variabel yang diteliti. Hasil dari tabulasi deskriptif digunakan sebagai data input dalam LISREL. Hasil analisis deskriptif memberikan gambaran awal terhadap hasil pengolahan (output) LISREL.
4.6.3. Confirmatory Factor Analysis Pada dasarnya
penelitian
yang
menggunakan
pendekatan
model
persamaan struktural merupakan penelitian yang bersifat confirmatory research yaitu penelitian yang sifatnya menjelaskan (mengkonfirmasi) suatu keadaan nyata
46
dalam sebuah model melalui faktor- faktor di dalam model. Confirmatory factor analysis dilakukan untuk menghubungkan antara variabel indikator dengan variabel laten dalam model pengukuran (measurement model). Hasil dari confirmatory factor analysis digunakan untuk mengkonfirmasi apakah variabelvariabel indikator yang digunakan, dapat mengkonfirmasi suatu variabel laten. Atau dengan kata lain, Confirmatory factor analysis dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah suatu variabel valid dan reliabel untuk me njadi variabel indikator sebuah variabel laten. Confirmatory factor analysis dilakukan untuk model pengukuran variabel endogen dan model pengukuran variabel eksogen. Validitas suatu variabel indikator dilihat dari nilai t- value yang lebih besar dari 1.96 dan reliabilitas dilihat dari nilai construct reliability yang lebih besar dari 0.06 (Bagozzi dan YI dalam Ghozali, 2005).
4.6.4. Analisis Structural Equation Model Model persamaan struktural dalam penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan tiga variabel laten dan sebelas variabel indikator (observed variables). Diagram alur (path diagram) digunakan untuk mempermudah di dalam memahami hubungan antar peubah, baik dalam model pengukuran maupun model struktural. Diagram alur hubungan antar Shopping Environment terhadap Shopping Behaviour dan Impulsive Buying yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 7. Model digunakan untuk menjelaskan keeratan hubungan antara Shopping Environment terhadap Shopping Behavior dan Impulsive Buying. Variabel laten Shopping Environment diwakili oleh atribut Perceived Enjoyment . Variabel laten
47
ini dijelaskan oleh beberapa variabel indikator (observed variable) seperti musik, aroma, citra, furnitur, orang, dan gaya pelayanan (Mary Jo Bitner, 1992). Variabel laten Shopping Behavior diwakili oleh atribut Resource Expenditure (pengeluaran sumberdaya ) yang dijelaskan oleh variabel indikator seperti uang, waktu, dan interaksi sosial (Babin dan Darden, 1995). Sedangkan variabel laten Buying Impulsive dijelaskan oleh satu variabel indikator yaitu pembelian spontan (Rook, 1987). Daftar variabel laten dan variabel indikator yang digunakan dalam penelitian serta simbol yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Daftar dan Simbol Variabel Laten dan Variabel Indikator Variabel Laten
Perceived Enjoyment (PEY)
Impulsive Buying (IMP) Resource Expenditure (REX)
Variabel Indikator
Simbol
Skala
Musik
X1
Ordinal
Aroma
X2
Ordinal
Suhu
X3
Ordinal
Citra
X4
Ordinal
Furnitur
X5
Ordinal
Gaya Layanan
X6
Ordinal
Orang
X7
Ordinal
Pembelian Spontan
Y1
Ordinal
Uang)
Y2
Ordinal
Waktu
Y3
Ordinal
Interaksi
Y4
Ordinal
48
49
Tahapan-tahapan analisis yang dilakukan terhadap analisis model persamaan struktural adalah : 1.
Pemeriksaan Kebaikan Model (Goodness of Fit) Pemeriksaan kebaikan terhadap model yang terbentuk dilakukan sebelum
proses evaluasi terhadap hasil analisis model persamaan struktural. Pemeriksaan kebaikan model yang dilakukan adalah : offending estimates dan uji kebaikan model secara keseluruhan (overall model fit). •
Offending Estimates
Offending Estimates merupakan evaluasi awal yang dilakukan terhadap hasil estimasi dala m model persamaan struktural. Evaluasi ini dilakukan untuk memeriksa ada tidaknya kesalahan dalam data dan model yang mengakibatkan analisis SEM tidak dapat dilakukan. Beberapa dugaan yang tergolong offending estimates antara lain : 1) ragam sisaan (error) yang bernilai negatif atau yang tidak nyata pada sembarang variabel laten, 2) koefisien terbakukan yang melebihi atau hampir bernilai 1, dan 3) nilai error baku yang sangat besar. •
Kebaikan Model Secara Keseluruhan (Overall Model Fit)
Analisis model persamaan struktural menghasilkan beberapa indikator yang dapat dijadikan untuk menilai kebaikan model persamaan struktural yang terbentuk. Beberapa ukuran kebaikan model yang sering digunakan adalah : a.
Derajat Bebas (Degree of Freedom : DF)
Derajat bebas (DF) suatu model harus bernilai positif yang menandakan model tidak underidentified.
50
b.
Uji Chi-square
Uji kebaikan ini pada dasarnya merupakan pengujian untuk melihat kedekatan hubungan antara matriks hasil dugaan dengan matriks data asal. Uji ini sangat sensitif terhadap jumlah sampel yang digunakan. Oleh karena itu, uji ini harus disertai dengan uji kebaikan yang lain. Uji Chisuare dikatakan baik apabila nilai chi-square lebih kecil dari nilai derajat bebasnya. c.
Root Means Square Error of Approximation (RMSEA).
Uji RMSEA merupakan uji untuk mengukur penyimpangan nilai parameter pada suatu model dengan matriks kovarian populasinya. Nilai RMSEA = 0.08 adalah syarat agar model menunjukkan close fit dari model tersebut. d.
Goodness of fit (GFI) dan Adjusted Goodness of Fit (AGFI).
GFI dan AGFI merupakan suatu ukuran mengenai ketepatan model dalam menghasilkan observed matrix covariance. Akan tetapi AGFI telah memperhatikan pengaruh derajat bebas suatu model sedangkan GFI belum memperhatikan derajat bebas. Suatu model dikatakan sebagai closed fit apabila nilai GFI dan AGFI > 0.9 dan marginal fit apabila nilai GFI dan AGFI sebesar 0.8 – 0.9. e.
Comparative Fit Index (CFI)
CFI merupakan indeks yang besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran contoh sehingga sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan suatu model. Nilai CFI yang diharapkan adalah = 0.95.
51
2.
Dekomposisi Pengaruh Antar Variabel Evaluasi terhadap hubungan antar variabel dalam model dilakukan setelah
evaluasi terhadap kebaikan model dilakukan. Analisis hubungan antar variabel dilakukan untuk setiap model pengukuran dan model struktural. Analisis terhadap model pengukuran dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel indikator dan variabel laten dan melihat besaran pengaruh variabel indikator terhadap variabel laten yang dilihat dari nilai loading ?“lambda”. Analisis juga dilakukan untuk melihat variabel indikator yang memiliki pengaruh terbesar terhadap variabel laten dilihat dari nilai loading yang terbesar. Analisis terhadap model struktural dilakukan untuk melihat hubungan pengaruh antar variabel laten di dalam model. Analisis dapat digunakan untuk melihat pengaruh terbesar antara variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen dari nilai loading ? “gamma”.
4.7.
Defenisi Operasional
Shopping Environment :
Keseluruhan elemen
Shopping Environment
di
Starbucks Coffee Shop yang menjadi stimulus seperti musik, aroma, suhu, citra, gaya layanan, orang. Shopping Behaviour
:
Perilaku pembelian konsumen ketika berada di
Starbucks Coffee Shop yang diakibatkan Perceived Enjoyment (kenyaman yang diperoleh) yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, uang yang dikeluarkan dan interaksi sosial yang dilakukan.
52
Perceived Enjoyment
: Kenyamanan yang diperoleh oleh konsumen yang diakibatkan oleh stimulus elemen-elemen Shopping Behaviour (merupakan respon internal dalam diri konsumen).
Impulsive Buying
: Pembelian yang dilakukan tanpa pertimbangan sebelumnya (unplanned buying) yang diakibatkan oleh situasi seperti Perceived Enjoyment (kenyaman yang diperoleh).
Resource Expenditure
: Pengeluaran sumber daya konsumen (consumer resource) selama berada di Starbucks Coffee Shop yang diakibatkan kenyaman yang diperoleh.
Musik
: Musik yang dimainkan di Starbucks Coffee Shop
Aroma
: Aroma yang ada di Starbucks Coffee Shop baik yang berasal
dari
wewangian/parfum
yang
sengaja
ditambahkan dan juga aroma dari produk (kopi). Suhu
:
Suhu ruangan di Starbucks Coffee Shop yang
diperoleh dari pendingin ruangan (AC). Citra
: Citra toko yang menjadi persepsi konsumen.
Furniture/Aksesoris
: Aksesoris dan furnitur yang ada di Starbucks Coffee shop yang berfungsi sebagai hiasan maupun sebagai komponen utama pelayanan toko.
Orang
: Pelayanan yang dilakukan oleh pelayan (orang) kepada konsumen selama berada di Starbucks Coffee Shop.
53
Gaya Layanan
: Tipe/gaya pelayanan Starbucks Coffee Shop dalam melayani
konsumennya
(keseluruhan
gaya
yang
digunakan Starbucks Coffee Shop dalam melayani konsumen/menjalankan usaha). Pembelian Spontan
: Pembelian spontan yang dilakukan oleh konsumen yang diakibatkan kenyaman yang diperoleh ketika berada di Starbucks Coffee Shop.
Uang
: Jumlah uang yang dihabiskan konsumen ketika berada di Starbucks Coffee Shop.
Waktu
:
Lamanya waktu yang dihabiskan konsumen di
Starbucks Coffee Shop. Interaksi Sosial
: Interaksi yang dilakukan konsumen terhadap Starbucks Coffee Shop (memberi masukan, interaksi dengan pelayan dan promosi).
V. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
5.1.
Gambaran Umum Starbucks Coffee Shop Starbucks Coffee Shop didirikan oleh Herman Melville’s Moby Dick pada
tahun 1971 di Amerika Serikat. Toko pertama dibuka di Seattle’s Pike Place Market. Starbucks Coffe Shop menjalankan usahanya di lebih dari 30 negara di dunia termasuk Indonesia. Jumlah toko yang dibuka sampai tahun 2006 ada sebanyak 12.440 toko. Starbucks Indonesia pertama kali didirikan di Plaza Indonesia pada tanggal 17 Mei 2002. Pada awal masuk jumlahnya mencapai 10 toko dengan berbagai konsep seperti : 24 jam, coffee banking, drive thru. Starbucks Coffee Shop sekarang telah tersebar di 6 kota dengan total 48 toko4 . 1.
Pernyataan Misi dan Prinsip Perusahaan Misi perusahaan dalam menjalankan usaha adalah ; “to establish Starbucks
as the premier purveyor of the finest coffee in the world while maintaining our uncompromising principles as we grow” (Starbucks Company Fact Sheet, 2007). Sedangkan prinsip perusahaan dalam menjalankan usaha adalah : •
Menyediakan lingkungan kerja terbaik dan memperlakukan setiap orang dengan rasa hormat dan bermartabat.
•
Menjadikan perbedaan sebagai komponen penting bagi perusahaan dalam menjalankan usaha.
•
Menerapkan standar tertinggi dalam proses pembelian, pengolahan dan penyajian kopi bagi pelanggan.
•
Membangun kepuasan pelanggan selamanya.
4) Dikutip dari majalah MARKETING N o. 05/VII/Mei/2007
55
•
Berkontribusi secara positif terhadap pengembangan masyarakat dan lingkungan.
•
Kesadaran bahwa keuntungan merupakan hal penting terhadap kesuksesan perusahaan di masa depan.
2.
Produk Produk-produk yang disediakan oleh Starbucks Coffe Shop adalah : •
Coffee: lebih dari 30 jenis kopi campuran (blends coffees) dan kopi murni (single-origin coffees).
•
Handcrafted Beverages : kopi segar, espresso, minuman non kopi dan Tazo ® teas.
•
Merchandise : Starbucks Barista® Home Espresso Machines, mesin penyaji dan penggilingan kopi, coklat premium, mug, aksesoris dan hadiah- hadiah.
•
Fresh Food : roti, sandwich dan salad.
•
Starbucks Entertainment : musik, buku dan film yang disajikan untuk membentuk suasana toko yang menyenangkan dan memberikan kenyamanan.
•
Global Consumer Product : Srarbuckc Frappuccino ®, Starbucks® Double Shots®, Starbucks® Iced Coffee, Tazo Teas, StarbucksT M Coffee Liqueurs.
•
Starbucks Card
•
Brand Portfolio
56
3.
Shopping Environment di Starbucks Coffe Shop Starbucks Coffee Shop menawarkan nilai lebih kepada konsumen
(consumer experience) ketika melakukan pembelian di Starbucks lebih dari sekedar membeli kopi terbaik. “You get more than the finnest coffee when you visit a Starbucks Coffee, you get great people, first-rate music and comfortable and upbeat meeting place” (Starbucks Company Fact Sheet, 2007). Starbucks Coffee Shop didesain dengan Shopping Environment untuk menjadikan Starbucks sebagai tempat alternatif bagi konsumen untuk memperoleh kenyaman (provide a convenient alternative). Shopping Environment yang ada di Starbucks Coffee Shop adalah : •
Musik
Musik yang dimainkan di dalam Starbucks Coffee Shop merupakan musik dengan tempo dan irama yang lambat (slow) dan dengan jenis musik instrumen. •
Aroma
Aroma kopi merupakan aroma utama yang dapat dirasakan di dalam Starbucks Coffe Shop. Hal ini disebabkan karena minuman kopi diproses langsung di dalam ruangan tempat konsumen berada. Aroma dari wewangian ruangan juga dapat ditemukan meskipun tidak terlalu kuat. •
Suhu
Ruangan di Starbucks Coffee Shop didesain dengan suhu yang sejuk (tidak terlalu dingin atau terlalu panas). Starbucks Coffee Shop menggunakan pendingin ruangan (AC) untuk memberikan suhu yang sejuk dan suasana yang segar.
57
•
Furnitur
Peralatan dan furnitur yang ada di Starbucks yaitu : gelas kopi (dengan berbagai bentuk dan bahan), sendok, sedotan, sofa, kursi, lukisan, hiasan dinding. Semua furnitur didesain untuk memberi kenyaman kepada konsumen. •
Citra
Citra utama yang melekat pada Starbucks Coffee Shop adalah sebagai tempat minum kopi dengan harga mahal. Starbucks Coffee Shop juga dicitrakan sebagai tempat yang akan memberikan prestise bagi konsumennya. •
Gaya Layanan
Starbucks Coffee Shop diposisikan sebagai tempat minum kopi yang berbeda dengan minum kopi biasa. Gaya layanan Starbucks Coffe Shop tidak hanya didesain sebagai tempat minum kopi terbaik tetapi sebagi tempat yang memberikan kenyaman kepada setiap konsumennya (provide a convenient alternative). •
Orang
Pelayan yang ada di dalam Starbucks Coffee Shop memiliki tugas untuk melayani konsumen mulai dari menjelaskan menu, mempersiapkan pesanan, dan melayani pertanyaan/keluhan konsumen. Pada umumnya pelayan di Starbucks Coffee Shop memilki penampilan yang menarik dan seluruhnya telah menggunakan seragam.
58
5.2.
Gambaran Umum Responden Jumlah Responden dalam penelitian adalah 110 orang yaitu responden
yang pernah melakukan pembelian di Starbucks Coffee Shop. Berdasarkan jenis kelamin jumlah responden yang berjenis kelamin laki- laki sebanyak 52 orang (47 persen) dan responden perempuan sebanyak 58 orang (53 persen). Proporsi jumlah responden antara laki- laki dan perempuan cukup seimbang untuk mewakili karakteristik (efek psikologis) dari setiap kelompok. Berdasarkan usia, responden terbanyak yaitu responden yang berusia 17 – 22 tahun sebanyak 64 persen kemudian yang berusia 22 – 35 tahun sebanyak 22 persen, responden yang berusia 36 – 45 tahun sebanyak 11 persen, dan responden yang berusia di atas 45 tahun sebanyak 3 persen. Data responden berdasarkan jenis kelamin dan usia secara diagram dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Laki-laki (53%)
Perempuan (57%)
Gambar 8. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
59
36-45 tahun (11%)
> 45 tahun (3%)
23-35 tahun(22%) 17-22 tahun (64%)
Gambar 9. Data Responden Berdasarkan Usia Berdasarkan tingkat pendidikan, responden di bagi ke dalam tiga kategori yaitu SMA, S0/S1, S2/S3. Responden terbanyak dalam penelitian adalah responden dengan tingkat pendidikan S0/S1 (sarjana/diploma) yaitu sebanyak 83 persen, kemudian responden dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 10 persen dan responden dengan tingkat pendidikan S2/S3 sebanyak 7 persen. Data responden berdasarkan tingkat pendidikan secara diagram dapat dilihat pada Gambar 10.
S2-S3 (7%) SMA (10%)
S0-S1 (83%)
Gambar 10. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
60
Responden
apabila
dikategorikan
berdasarkan tingkat pendapatan
(penghasilan), terlihat bahwa jumlah responden terbanyak adalah responden dengan tingkat penghasilan Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000 sebanyak 34 persen, responden dengan tingkat pendapatan kurang dari Rp 1.000.000 sebanyak 30 persen, responden dengan tingkat pendapatan lebih besar dari Rp 5.000.000 sebanyak 21 persen dan responden dengan tingkat pendapatan Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000 sebanyak 15 persen. Data responden berdasarkan tingkat pendapatan secara diagram dapat dilihat pada Gambar 11.
> Rp 5.000 juta (21%) Rp 2.500 - Rp 5.000 juta (15%)
< Rp 1.000 juta (30%)
Rp 1.000 - Rp 2.500 juta (34%)
Gambar 11. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Secara umum jumlah responden yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan persyaratan jumlah sampel dalam analisis model persamaan struktural. Responden dalam penelitian memiliki tingkat perbandingan yang baik untuk karakteristik jenis kelamin dilihat dari perbandingan jumlah responden laki- laki dan perempuan. Akan tetapi untuk karakteristik umur, tingkat penghasilan dan tingkat pendidikan belum memiliki perbandingan yang baik antar kelompok
61
dalam setiap karakteristik. Hal ini menyebabkan pembahasan terhadap respon konsumen
berdasarkan
(keterbatasan penelitian).
karakteristik
konsumen
tidak
dapat
dilakukan
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1.
Validitas dan Reliabilitas Kue sioner Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan dan mengukur
besarnya pengaruh Shopping Environment terhadap Shopping Behavior dan Impulsive Buying. Penelitian dilakukan melalui penyebaran kuesioner terhadap 110 responden yang memenuhi persyaratan penelitian yaitu yang pernah berkunjung ke Starbucks Coffee Shop yang merupakan tempat penelitian. Hasil penelitian memberikan gambaran efektifitas strategi Starbucks Coffee Shop menggunakan elemen-elemen Shopping Environment dalam mempengaruhi Shopping Behaviour dan Impulsive Buying. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian merupakan kuesioner awal yang dibangun berlandaskan kepada literatur- literatur penelitian terdahulu. Tiga kriteria dasar yang digunakan untuk menilai pengaruh variabel Shopping Environment terhadap perilaku konsumen adalah : 1) Present, keberadaan elemen Shopping
Environment,
2)
Congruenity,
kesesuaian
elemen
Shopping
Environment, 3) Pleasentness, kemampuan elemen Shopping Environment menciptakan kenyamanan (Fitzgerald, 1999). Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner juga disesuaikan dengan model persamaan struktural yang telah dibangun dan yang digunakan dalam penelitian. Validitas digunakan untuk menganalisis sejauh mana alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun dan Effendi dalam Ramadhani, 2005). Uji validitas pada penelitian ini dilakukan kepada 45 responden yang
63
dianggap dapat mewakili responden penelitian secara keseluruhan. Pemilihan jumlah responden sebanyak 45 orang pada uji validitas dan reliabilitas kuesioner disebabkan tingginya keragaman responden dalam penelitian, meskipun banyak penelitian yang menggunakan jumlah 30 responden pada uji validitas dan reliabilitas tetapi angka ini bukan merupakan angka baku dalam uji awal kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masingmasing jawaban pertanyaan setiap variabel indikator denga n skor totalnya menggunakan rumus korelasi product moment. Penghitungan angka korelasi tiaptiap nomor pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 2. Angka korelasi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r product moment. Untuk jumlah responden 45 orang dan tingkat signifikansi 10 persen maka diperoleh angka kritik sebesar 0.243. Bila angka korelasi berada di atas angka kritik tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya, jika angka korelasi pernyataan di bawah 0.243, maka pernyataan dianggap tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan, total pernyataan yang tidak valid ada 4 pernyataan dan 48 pernyataan valid. Semua pernyataan yang tidak valid dibuang atau dikeluarkan sebagai pernyataan dalam kuesioner. Pernyataan tersebut dibuang karena dianggap bukan pernyataan yang terlalu berpengaruh terhadap variabel Shopping Environment dan dapat terwakili oleh pertanyaan yang lain. Hasil pengujian validitas terhadap pernyataan dalam kuesioner dapat dilihat pada Tabel 5.
64
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Pernyataan Kuesioner Variabel
Valid/Tidak Valid
Musik
Semua pernyataan valid
Aroma/Wewangian
Pernyataan No 10 tidak valid (B3)
Suhu/Temperatur
Semua pernyataan valid
Citra
Semua pernyataan valid
Peralatan/Furnitur
Pernyataan No 23, 24 tidak valid (E2, E3)
Gaya Layanan
Semua pernyataan valid
Orang
Pernyataan No 36 tidak valid (G5)
Pengeluaran Sumberdaya
Semua pernyataan valid
Pembelian Impulsif
Semua pernyataan valid
Setelah kuesioner dinyatakan valid dalam uji validitas maka selanjutnya dilakukan pengukuran reliabilitas kuesioner. Penghitungan reliabilitas kuesioner pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua. Pembagian belahan pada pengukuran ini dilakukan secara acak (random), yaitu dengan membagi dua seluruh pernyataan yang valid, sehingga didapatkan belahan pertama, terdiri dari pernyataan nomor 1 - 24 dan belahan kedua, yang terdiri dari pernyataan nomor 25 - 48. Hasil pengukuran menunjukkan nilai r untuk belahan adalah sebesar 0.660, kemudian nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus teknik belah dua, sehingga diperoleh nilai r reliabilitas kuesioner sebesar 0.795. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai korelasi tabel pada selang kepercayaan 90 persen dengan jumlah responden 45 orang yaitu 0.243, yang
65
berarti bahwa kuesioner yang digunakan pada penelitian ini reliabel. Hasil pengukuran reliabilitas kuesioner disajikan pada Lampiran 3.
6.2.
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif terhadap jawaban responden dilakukan sebelum
melakukan analisis persamaan struktural (SEM) menggunakan LISREL. Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran awal mengenai hasil penelitian berdasarkan jawaban konsumen (data mentah). Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mengelompokkan jawaban responden yang memiliki nilai yang sama untuk setiap faktor yang dianalisis. Jawaban dikelompokkan berdasarkan tingkat keterpengaruhan konsumen terhadap elemen Shopping Environment atau tingkat kepentingan elemen tersebut. Skor tertinggi (Sangat Setuju) menunjukkan bahwa konsumen sangat terpengaruh oleh elemen Shopping Environment atau konsumen merasa bahwa elemen tersebut memiliki tingkat kepentingan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi perilakunya, begitu juga sebaliknya. Skor terendah (Sangat Tidak Setuju) menunjukkan bahwa konsumen sangat tidak terpengaruh oleh elemen Shopping Environment atau konsumen merasa bahwa elemen tersebut memiliki tingkat kepentingan yang sangat rendah untuk mempengaruhi perilakunya. Hasil analisis deskriptif terhadap jawaban konsumen secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 6.
66
Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Shoping Environment Musik SS S TS STS Aroma SS S TS STS Suhu SS S TS STS Furnitur SS S TS STS Gaya Layanan SS S TS STS Orang SS S TS STS
Jumlah
% 25 64 21 0
46 116 38 0
17 79 13 1
31 143 24 2
60 47 3 0
85 68 5 0
13 87 10 0
24 158 19 0
24 78 8 0
44 142 15 0
52 58 0 0
96 104 0 0
Hasil analisis deskriptif terhadap jawaban responden menunjukkan bahwa elemen-elemen
Shoping
Environment
memiliki
peranan
penting
dalam
memberikan kenyaman kepada konsumen selama berada di dalam restoran. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang sebagian besar menjawab setuju (S) dan sangat setuju (SS) terhadap pernyataan yang diajukan dala m kuesioner. Sebagai contoh, untuk elemen Musik sebanyak 46 persen responden menjawab Sangat
67
Setuju (SS) dan sebanyak 64 persen menjawab Setuju (S). Responden merasa bahwa Musik merupakan elemen Shopping Environment yang dapat memberikan kenyamanan kepada konsumen ketika berada di dalam restoran. Begitu juga dengan elemen-elemen Shopping Environment lainnya. Secara keseluruhan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa seluruh elemen Shopping Environment dapat memberikan kenyamanan kepada konsumen ketika berada di dalam restoran.
6.3.
Confirmatory Factor Analysis Confirmatory factor analysis dilakukan untuk menguji validitas dan
reliabilitas variabel indikator yang digunakan untuk mengkonfirmasi variabel laten dalam penelitian. Confirmatory factor analysis dilakukan untuk model pengukuran variabel eksogen dan variabel endogen. Confirmatory factor analysis terhadap model pengukuran variabel eksogen dilakukan untuk melihat va liditas dan reliabilitas elemen–elemen Shopping Environment : Musik, Aroma, Suhu, Citra, Furnitur, Orang, Gaya layanan (X1 X7) sebagai variabel indikator terhadap variabel laten Perceived Enjoyment. Hasil Confirmatory factor analysis terhadap model pengukuran variabel eksogen menunjukkan bahwa seluruh variabel indikator Shopping Environment (X1 – X7) reliabel dan valid dalam mengkonfirmasi variabel laten PEY. Validitas dapat dilihat dari nilai t-value seluruh variabel indikator yang lebih besar daripada nilai kritis uji t-value sebesar 1.96 (nilai patokan pada a = 5%). Sedangkan nilai composite reliability reliabilitas untuk variabel eksogen adalah sebesar 0.73. Nilai ini lebih besar dari cut off composite reliability 0.60. Tingkat cut off untuk
68
mengatakan bahwa composite reliablity cukup bagus adalah 0.06 (Bagozzi dan YI dalam Ghozali, 2005). Oleh karena itu, seluruh variabel indikator dalam variabel eksogen merupakan variabel yang reliabel. Confirmatory factor analysis terhadap model pengukuran variabel endogen menunjukkan bahwa seluruh variabel indikator : Pembelian Spontan, Uang, Waktu, Interaksi (Y1 - Y4) merupakan variabel yang valid dan reliabel dalam mengkonfirmasi variabel laten IMP dan REX. Validitas ditunjukkan oleh nilai t-value seluruh variabel indikator yang lebih besar dari 1.96. Uji validitas melalui confirmatory factor analysis dapat dilihat pada Tabel 7. Nilai composite reliability variabel indikator dalam variabel endogen adalah sebesar 0.89. Nilai ini lebih besar dari cut off composite reliability 0.60. Perhitungan composite reliability dapat dilihat pada Lampiran 7. Secara keseluruhan hasil confirmatory factor analysis menunjukkan bahwa seluruh variabel indikator yang digunakan dalam penelitian merupakan variabel yang valid dan reliabel sehingga dapat digunakan dalam mengestimasi hubungan Shopping Environment dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying. Hasil Confirmatory factor analysis secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 7
69
Tabel 7. Validitas Confirmatory Factor Analysis Item X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y1 Y2 Y3 Y4
6.4.
PEY 0.37 0.64 0.54 0.39 0.48 0.77 0.49
IMP
REX
0.97 0.72 0.88 0.69
T-value 3.03 4.91 5.12 3.42 2.71 6.26 3.85 19.84 4.71 6.86 5.63
Analisis Structural Equation Model Estimasi terhadap model dilakukan menggunakan polychoric correlation
matrix dan asymptotic covariance matrix. Polychoric correlation matrix dan asymptotic
covariance
matrix
digunakan karena estimasi data ordinal
menggunakan data mentah akan menghasilkan estimasi yang bias. Penggunaan Polychoric Correlation Matrix dan Asymptotic Covariance Matrix dalam mengestimasi model juga dimaksudkan untuk memperbaiki ketidaknormalan data (multivariate normality) yang kemungkinan besar dilanggar jika estimasi dilakukan menggunakan data mentah (Ghozali, 2005). Hasil estimasi terhadap model Hubungan antara Shopping Environment dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying dapat dilihat pada Gambar 12.
70
71
Gambar 12. Estimasi Model Hubungan Shopping Environment dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying
72
6.4.1
Pemeriksaan Kebaikan Model (Goodness of Fit) Sebelum melakukan evaluasi terhadap hasil estimasi model, evaluasi awal
yang dilakukan dalam analisis SEM adalah memeriksa kebaikan model yaitu evaluasi offending estimates dan uji kebaikan model secara keseluruhan (overall model fit). 1.
Offending Estimates Evaluasi awal terhadap model adalah pemeriksaan offending estimates.
Tiga offending estimates yang biasanya ditemui adalah adanya
ragam sisaan
(error) yang bernilai negatif, koefisien terbakukan (standardized coeficient) yang nilainya melebihi 1.0 serta nilai ragam sisaan (error) baku yang bernilai besar. Pada pengepasan model ditemukan adanya offending estimates pada variabel indikator Y1 yaitu ragam sisaan yang bernilai negatif. Adanya offending estimates ini menyebabkan model tidak dapat diestimasi. Masalah tersebut diatasi dengan memberikan ragam sisaan yang kecil terhadap peubah Y1 sebesar 0.05. Setelah masalah offending estimates diatasi maka selanjutnya model telah dapat diestimasi. 2.
Kebaikan Model Secara Keseluruhan (Overall Model Fit) Setelah pemeriksaan terhadap offending estimates maka tahap evaluasi
selanjutnya adalah memeriksa kebaikan model secara keseluruhan (Overall Model Fit). Hasil estimasi SEM menggunakan software LISREL menghasilkan beberapa uji yang dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian kebaikan model secara keseluruhan. Evaluasi dilakukan menggunakan uji Chi-Square, RMSEA, GFI, AGFI, CFI yang merupakan indikator yang sering digunakan untuk menilai
73
kebaikan model secara keseluruhan. Keseluruhan hasil pengukuran kebaikan model dapat dilihat pada Lampiran 5. Estimasi terhadap model menghasilkan nilai Chi-Square sebesar 36.55 yang nilainya masih lebih rendah dibanding dengan derajat bebasnya. Nilai P – Value model sebesar 0.75 jauh lebih tinggi dari kriteria tolak P-value 0.05. Nilai RMSEA sebesar 0.000 jauh dibawah nilai 0.05 yang menunjukkan model yang dihasilkan sudah baik. Berdasarkan tiga kriteria uji di atas maka model persamaan struktural yang dihasilkan layak untuk digunakan dalam penelitian. Nilai CFI, GFI dan AGFI model masing- masing sebesar 1.00, 0.86, 0.78. Nilai CFI yang dihasilkan menunjukkan model yang dihasilkan sangat baik (goodfit). Sedangkan, nilai GFI dan AGFI yang dihasilkan masih berada di bawah angka ideal yaitu di atas 0.90. Namun angka ideal tersebut masih merupakan angka yang diperdebatkan diantara para ahli statistika. Selain itu angka 0.86 dan 0.78 merupakan angka yang relatif besar untuk penelitian sosial dan penelitian keprilakuan (Satria, 2003). Secara keseluruhan hasil evaluasi menunjukkan model yang dihasilkan merupakan model yang baik untuk menjawab permasalahan penelitian. Hasil eva luasi kebaikan model secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 8. Uji Kebaikan Model Secara Keseluruhan Indikator
Nilai
Cut Off Value
Degree of Freedom (DF) Chi-Square RMSEA GFI AGFI CFI
43 36.55 0.00 0.86 0.78 1.00
+ Lebih kecil dari DF Kecil semakin baik 0.9 0.9 0.95
74
6.4.2
Dekomposisi Pengaruh antar Variabel Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan pengaruh antara variabel
laten dengan variabel indikator dalam model pengukuran (measurement model) dan hubungan pengaruh antar variabel laten dalam model struktural (structural model). 1.
Model Pengukuran Variabel Eksogen Analisis ini dilakukan untuk melihat besarnya pengaruh masing- masing
variabel indikator terhadap variabel latennya. Besarnya hubungan antara variabel indikator dengan variabel laten ditunjukkan oleh nilai loading “lambda” (?). Nilai loading lambda merupakan angka yang berada dalam tanda panah pada gambar hasil estimsasi (Gambar 12). Nilai loading variabel indikator yang paling besar menunjukkan bahwa variabel indikator tersebut paling besar kontribusinya dalam menjelaskan variabel latennya. Hasil estimasi menunjukkan bahwa seluruh elemen Shopping Environment berpengaruh terhadap pembentukan kenyaman selama konsumen berada di Starbucks Coffee Shop. Nilai loading lambda yang positif menunjukkan bahwa bahwa elemen-elemen Shopping Environment mampu memberikan kenyamanan kepada konsumen. Gaya layanan merupakan elemen Shopping Environment yang mempunyai kontribusi terbesar dalam menciptakan kenyamanan bagi konsumen. Hal ini dapat dilihat dari nilai loading hubungan Gaya Layanan dengan Perceived Enjoyment sebesar 0.66 yang merupakan nilai loading terbesar. Perceived Enjoyment dijelaskan/dikonfirmasi oleh elemen Shopping Environment sebesar nilai loadingnya secara berturut-turut adalah : AROMA (0.60), SUHU (0.56), ORANG (0.52), CITRA (0.47), MUSIK (0.43), dan FURNITUR (0.42).
75
•
Gaya Layanan
Model pengukuran hubungan antara variabel laten PEY dengan variabel indikatornya menunjukkan bahwa variabel Gaya Layanan memiliki nilai loading lambda terbesar yaitu sebesar 0.66. Hal ini berarti bahwa variabel laten PEY dibangun/dikonfirmasi paling besar oleh variabel Gaya Layanan dibandingkan variabel indikator lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenyamanan yang diterima oleh konsumen paling besar dibentuk oleh gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks Coffee Shop dibandingkan elemen-elemen Shopping Environment lainnya. Gaya Layanan Starbucks Coffee Shop dalam menyajikan kopi terbaik dengan situasi yang nyaman merupakan faktor utama yang memberikan kenyaman bagi konsumen. Gaya Layanan tersebut akan berpengaruh terhadap kenyamanan konsumen terutama dalam hal pengalaman dalam mengkonsumsi kopi (shopping experience). Gaya layanan Starbucks Coffe Shop didesain untuk memberikan nilai lebih dan pengalaman kepada konsumen lebih dari sekedar mengkonsumsi kopi terbaik (Starbucks Company Sheet). Strategi Starbucks Coffee Shop yang memposisikan diri sebagai tempat menikmati kopi terbaik dengan situasi yang nyaman telah efektif membentuk kenyaman selama konsumen berada di dalam Starbucks Coffee Shop yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perilaku pembeliannya.
•
Aroma
Model pengukuran hubungan antara variabel laten PEY dengan variabel indikatornya menunjukkan bahwa variabel Aroma memiliki nilai loading
76
lambda sebesar 0.60. Aroma merupakan elemen kedua terbesar dalam membentuk kenyaman konsumen. Aroma yang ada di dalam Starbucks Coffee Shop merupakan salah satu elemen yang mampu memberikan kenyamanan kepada konsumen. Aroma kopi yang menjadi aroma utama dan menjadi ciri khas Starbucks Coffee Shop mampu menciptakan kenyamanan bagi konsumen selama berada di dalam Starbucks Coffee Shop. Strategi mengolah kopi langsung di dalam Starbucks Coffee Shop (dilihat konsumen) terbukti efektif karena aroma yang berasal dari kopi mampu memberikan kenyamanan dan pengalaman lebih kepada konsumen dalam menimati kopi.
•
Suhu
Suhu merupakan faktor ketiga yang memberikan kenyaman kepada konsumen. Hal ini ditunjukkan oleh hubungan positif antara Perceived Enjoyment dengan elemen Suhu yang sebesar 0.56. Suhu mampu menciptakan kenyaman bagi konsumen ketika berada di dalam Starbucks Coffee Shop. Suhu di Starbucks Coffee Shop yang sejuk (tidak panas/tidak dingin) mampu memberikan kenyaman kepada konsumen. Strategi Shopping Environment melalui penggunaan suhu yang sejuk efektif dalam memberikan kenyamanan kepada konsumen.
•
Orang
Model pengukuran hubungan antara variabel laten PEY dengan variabel indikatornya menunjukkan bahwa variabel Orang memiliki nilai loading
77
lambda sebesar 0.52. Elemen orang memiliki peranan dalam memberikan kenyaman kepada konsumen selama berada di dalam Starbucks Coffee Shop. Kenyamanan konsumen akan dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan oleh pelayan (orang) yang bekerja di Starbucks Coffee Shop. Konsumen akan merasa nyaman ketika mendapatkan pelayanan yang memuaskan selama berada di dalam Starbucks Coffee Shop dan akan merasa tidak nyaman apabila pelayanan tidak memuaskan. Keberadaan pelayan merupakan faktor penting yang mempengaruhi kenyaman konsumen terutama untuk konsumen Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia sangat memperhatikan aspek pelayanan secara personal.
•
Citra
Hasil estimasi terhadap model pengukuran variabel endogen menunjukkan hubungan positif antara variabel Citra dengan variabel PEY dengan nilai loading lambda sebesar 0.47. Citra Starbucks Coffee Shop sebagai tempat yang menyediakan kopi dengan harga mahal dan memberikan prestise kepada konsumennya merupakan salah satu faktor yang memberikan kenyaman. Prestise merupakan faktor pembentuk kenyamanan bagi konsumen terutama yang menjadikan minum kopi di Starbucks Coffee Shop sebagai gaya hidup. Konsumen mendapatkan prestise karena mengkonsumsi kopi di Starbucks Coffee Shop yang memiliki citra sebagai tempat minum kopi yang mahal bagi konsumen kalangan ekonomi kelas atas.
78
•
Musik
Model pengukuran hubungan antara variabel laten PEY dengan variabel indikatornya menunjukkan hubungan positif antara elemen musik dengan kenyaman yang diterima sebesar nilai loading 0.43. Hal ini menunjukkan bahwa Musik instrumen yang dimainkan di dalam Starbucks Coffee Shop berpengaruh positif terhadap pembentukan kenyaman bagi konsumen (Perceived Enjoyment). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Strategi Shopping Environment menggunakan elemen musik di Starbucks Coffee Shop efektif dalam me mberikan kenyamanan kepada konsumen.
•
Furnitur
Hasil estimasi menunjukkan bahwa Furnitur merupakan elemen Shopping Environment yang memiliki pengaruh terkecil dalam memberikan kenyaman dengan nilai loading sebesar 0.42. Akan tetapi hubungan positif antara elemen Furnitur dengan Perceived Enjoyment menunjukkan bahwa furrnitur memiliki peranan dalam menciptakan kenyamanan bagi konsumen. Furnitur yang digunakan di Starbucks Coffee Shop turut berperan dalam menciptakan kenyamanan bagi konsumen selama berada di Starbucks Coffee Shop.
2.
Model Pengukuran Variabel Endogen Variabel laten IMP hanya dibangun oleh satu variabel indikator yakni
PEMBELIAN SPONTAN dengan nilai loading sebesar 0.9. Nilai ini diperoleh
79
setelah penetapan error variance sebesar 0.05 pada estimasi awal untuk menghilangkan masalah offending estimates. Hasil estimasi terhadap model pengukuran hubungan antara variabel laten REX dengan variabel indikatornya menunjukkan bahwa
variabel
Waktu
merupakan variabel indikator yang memiliki nilai loading terbesar yaitu 0.84. Nilai ini menunjukkan bahwa variabel laten REX dibangun/dikonfirmasi paling besar oleh variabel WAKTU dibandingkan variabel indikator lainnya. Sedangkan nilai loading hubungan antara variabel indik ator UANG dan INTERAKSI dengan variabel REX adalah sebesar 0.76 dan 0.70. Hasil estimasi terhadap model pengukuran ini menjelaskan bahwa kenyamanan yang diterima oleh konsumen akan berpengaruh paling besar terhadap waktu yang dihabiskan konsumen di dalam Starbucks Coffee Shop dibanding dengan jumlah ua ng yang dikeluarkan dan interaksi yang dilakukan oleh konsumen. hal ini sesuai dengan karakteristik Starbucks Coffee Shop sebagai restoran dimana konsumen tidak hanya sekedar makan dan minum tetapi juga sebagai tempat untuk bersantai. Penjelasan secara lengkap mengenai hubungan pengaruh antara Perceived Enjoyment dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying dapat dilihat pada penjelasan model struktural. Secara
keseluruhan
hasil
estimasi
terhadap
model
pengukuran
menunjukkan hubungan positif antara variabel laten dengan variabel- variabel indikatornya baik dalam model pengukuran variabel eksogen maupun variabel endogen. Hasil estimasi ini sesuai dengan nilai hubungan yang diharapkan pada hipotesa penelitian (lihat Tabel 3). Seluruh hasil estimasi memiliki tingkat kevalidan yang baik dilihat dari nilai t- value yang lebih besar dari nilai 1.96.
80
Variabel Y1 dan Y2 tidak memiliki nilai t-value karena berfungsi sebagai variabel reference (variabel acuan dalam estimasi). LISREL 8.72 akan menetapkan secara otomatis variabel reference untuk variabel indikator dalam model pengukuran endogen apabila nilainya tidak ditentukan pada saat melakukan estimasi. Nilai hubungan antar variabel dalam model pengukuran dapat dilihat dalam Tabel 9 (kesesuaian hipotesa dengan hasil estimasi).
Tabel 9. Model Pengukuran Variabel Indikator Terhadap Variabel Laten Variabel Laten
PEY
IMP REX
Variabel Indikator Musik (X1) Aroma (X2) Suhu (X3) Furnitur (X4) Citra (X5) Gaya Layanan (X6) Orang (X7) Pembelian Spontan (Y1) Uang (Y2) Waktu (Y3) Interaksi (Y4)
Hipotesa
Estimasi
+ + + + + + +
+ + + + + + +
Loading (?) 0.43 0.60 0.56 0.42 0.47 0.66 0.52
+
+
0.97
-*
+ + +
+ + +
0.76 0.84 0.70
-* 4.49 4.73
t-value 4.09 4.91 5.48 3.91 2.75 6.15 4.09
* variabel reference
3.
Model Struktural (structural model) Analisis terhadap model struktural dilakukan untuk
melihat hubungan
antar variabel laten dalam model. Hasil analisis terhadap model struktural menunjukkan hubungan pengaruh antara variabel laten eksogen PEY dengan variabel laten endogen IMP dan REX. Hasil estimasi terhadap model persamaan struktural menunjukkan hubungan positif antara variabel laten PEY dengan variabel laten IMP maupun hubungan dengan variabel laten REX. Hal ini sesuai
81
dengan hipotesa penelitian yaitu Shopping Environment berhubungan positif terhadap Resource Expenditure dan Impulsive Buying melalui Perceived Enjoyment . Kenyamanan yang diterima oleh konsumen di Starbucks Coffee Shop akan berpengaruh terhadap jumlah sumber daya yang dikeluarkan (uang, waktu dan interaksi) dan terhadap perilaku pembelian impulsif (pembelian spontan). Hubungan antara variabel laten PEY dengan variabel laten REX lebih besar dibandingkan hubungan antara variabel laten PEY dengan variabel laten IMP. Hal ini dapat dilihat dari nilai loading ? “gamma”. Nilai loading gammma merupakan angka dalam tanda panah yang menghubungkan variabel laten PEY dengan variabel laten IMP dan REX. Nilai loading hubungan variabel laten PEY dengan variabel laten REX sebesar 0.74 lebih besar dibandingkan nilai loading hubungan variabel laten PEY dengan variabel laten IMP yang hanya sebesar 0.37. Hal ini menunjukkan bahwa kenyamanan yang diterima konsumen di Starbucks Coffee Shop akan berpengaruh lebih besar terhadap keputusan penge luaran sumber daya konsumen daripada terhadap pembentukan perilaku pembelian impulsif (IMP). Hal ini disebabkan karena pada umumnya konsumen yang datang ke Starbucks Coffee Shop telah menentukan (merencanakan) pembeliannya termasuk perencanaan pengeluaran sumber daya (lamanya waktu yang akan dihabiskan, besarnya uang yang dikeluarkan). Hal ini juga disebabkan karakteristik produk (minuman dan makanan) yang dijual di Starbucks Coffee Shop yang memiliki kemungkinan pembelian impulsif yang rendah. Minuman dan makanan mempunyai batas tertentu untuk dikonsumsi (tingkat kekenyangan). Pada umumnya konsumen telah mengetahui (merencanakan) banyaknya makanan dan minuman yang akan dibeli sehingga kemungkinan pembelian impulsif
82
(spontan) untuk minuman dan makanan sangat jarang dilakukan. Hubungan antar variabel laten dalam model struktural dapat dilihat dalam Tabel 10.
Tabel 10. Hubungan antar Variabel Laten dalam Model Struktural Peubah Laten Endogen
Peubah Laten Eksogen IMP 0.00
REX 0.00
0.00
0.00
Peubah Laten Eksogen
IMP
REX Keterangan:
•
PEY 0.37 a (0.17)b 2.21c 0.74 (0.16) 4.51
a. Besarnya hubungan struktural (loading faktor, ?) b. Besarnya error variance c. Besarnya t- value (a = 5%)
Perceived Enjoyment dan Resource Expenditure Kenyaman yang diterima oleh konsumen (Perceived Enjoyment) melalui
elemen Shopping Environment berpengaruh positif terhadap Shoping Behaviour yang ditunjukkan oleh perilaku Resource Expenditure. Hal ini berarti kenyaman yang diterima di dalam Starbucks Coffee Shop mampu mempengaruhi keputusan pengeluaran sumber daya konsumen meliputi lamanya waktu yang dihabiskan, jumlah uang yang dikeluarkan dan interaksi yang dilakukan. a.
Waktu
Sumber daya terbesar yang akan dikeluarkan oleh konsumen ketika merasa nyaman di dalam Starbucks Coffee Shop adalah lamanya waktu yang dihabiskan. Konsumen akan menghabiskan waktu lebih lama di dalam Starbucks Coffee Shop ketika merasa nyaman. Hal ini sesuai dengan karakteristik Starbucks Coffee Shop sebagai restoran dimana
83
konsumen tidak hanya sekedar mengkonsumsi makanan dan minuman tetapi juga sebagai tempat untuk bersantai (menghabiskan waktu). Kondisi ini juga semakin didukung oleh suasana di dalam Starbucks Coffee Shop yang nyaman yang mendorong konsumen untuk menghabiskan makanan dan minumannya lebih lama. b.
Uang
Kenyamanan yang diperoleh oleh konsumen juga akan berpengaruh terhadap besarnya jumlah uang yang dikelua rkan di Starbucks Coffee Shop meskipun pengaruhnya tidak sebesar terhadap lamanya waktu yang dihabiskan. Hal ini disebabkan karena konsumen hanya akan menambah jumlah uang yang dikeluarkan melalui tambahan pesanan sampai kepada batas tertentu. Hal ini terkait dengan karakteristik produk yang dijual di Starbucks Coffee Shop (makanan dan minuman) yang memiliki batas tertentu untuk dikonsumsi (tingkat kekenyangan). c.
Interaksi
Kenyamanan yang diperoleh oleh konsumen di Starbucks Coffee Shop juga akan mempengaruhi pola interaksi yang dilakukan oleh konsumen (yang terkait dengan Starbucks Coffee Shop). Interaksi yang dilakukan berupa pemberian masukan kepada manajemen dan berupa rekomendasi kepada pihak lain. Konsumen akan merekomendasikan Starbucks Coffee Shop kepada pihak lain karena kenyamanan dan pengalaman yang diperoleh. Hal ini merupakan bentuk interaksi yang paling mungkin dilakukan oleh konsumen karena karakteristik konsumen Starbucks Coffee Shop pada umumnya adalah konsumen kelompok atau grup. Interaksi
84
berupa pemberian masukan dapat dilakukan dengan menuliskan masukan pada kertas saran yang telah disediakan. Akan tetapi, selama ini hal ini belum begitu berhasil dilihat dari sedikitnya masukan yang ada (hasil wawancara dengan seorang Manajer Starbucks Coffee Shop).
•
Perceived Enjoyment dan Impulsive Buying Shopping Environment selain mampu mempengaruhi Shopping Behaviour
melalui Resource Expenditure juga mampu membentuk perilaku Impulsive Buying melalui perilaku pembelian spontan. Hasil analisis menunjukkan pengaruh positif antara Perceived Enjoyment dan Impulsive Buying meskipun masih lebih kecil dibanding pengaruh terhadap Resource Expenditure. Hal ini disebabkan oleh karakteristik produk utama Starbucks Coffee Shop (minuman dan makanan) yang memiliki batas tertentu untuk dikonsumsi (tingkat kekenyangan). Hal ini juga dapat disebabkan karena konsumen yang datang ke Starbucks Coffee Shop pada umumnya telah merencanakan keputusan pembeliannya. Pembelian impulsif yang mungkin terjadi di Starbucks Coffee Shop adalah pada yang dijual seperti gelas, botol minuman, dan produk-produk aksesoris lainnya (non makanan dan minuman). Pada umumnya produk-produk tersebut didesain dengan baik di Starbucks Coffee Shop. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian sehingga konsumen akan melakukan pembelian spontan karena penampilannya yang menarik tanpa perencanaan terlebih dahulu (unplanned buying). Secara keseluruhan hasil penelitian ini memberikan gambaran efektifitas strategi Shopping Environment yang dijalankan oleh Starbucks Coffee Shop dalam mempengaruhi perilaku konsumennya melalui Shopping Behaviour dan
85
Impulsive Buying. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan gambaran efektifitas strategi Shopping Environment bagi usaha yang sejenis dengan Starbucks Coffee Shop. Akan tetapi hasilnya belum tentu sama untuk jenis usaha lain yang berbeda dengan Starbucks Coffee Shop. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut pada jenis usaha yang lain untuk melihat efektifitas strategi Shopping Environment pada jenis usaha tersebut.
VII.
7.1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dan analisis adalah :
1.
Shopping Environment melalui Perceived Enjoyment berpengaruh positif terhadap Shopping Behaviour melalui perilaku Resource Expenditure (lamanya waktu yang dihabiskan, jumlah uang yang dikeluarkan dan interaksi yang dilakukan) dan Impulsive Buying melalui perilaku pembelian spontan.
2.
Seluruh elemen Shopping Environment berpengaruh positif terhadap kenyamanan yang diterima oleh konsumen. Gaya layanan merupakan elemen Shopping Environment yang memiliki peranan terbesar dalam menciptakan kenyamanan di Starbucks Coffee Shop diikuti oleh elemen aroma, suhu, orang, citra, musik dan furnitur.
3.
Gaya Layanan Starbucks Coffee Shop dalam menyajikan kopi terbaik dengan situasi yang nyaman merupakan faktor utama yang memberikan kenyaman bagi konsumen.
4.
Pengaruh terbesar Perceived Enjoyment terhadap Resource Expenditure adalah pada faktor lamanya Waktu yang dihabiskan di dalam Starbucks Coffee Shop. Konsumen akan menghabiskan waktu lebih lama di Starbucks Coffee Shop ketika merasa nyaman.
5.
Strategi Shopping Environment merupakan strategi yang efektif digunakan untuk mempengaruhi perilaku konsumen.
86
7.2.
Saran Saran yang dapat direkomendasikan dari penelitian ini adalah :
1.
Starbucks Coffee Shop Indonesia dalam menyusun elemen-elemen Shopping Environment sebagai strategi untuk mempengaruhi perilaku Hal ini perlu diperhatikan karena Starbucks Coffee Shop merupakan perusahaan multinasional berbentuk franchiese yang memiliki standar operasi prosedur yang berasal dari perusahaan Starbucks Coffee Shop yang berada di Amerika.
2.
Starbucks Coffee Shop harus menyusun strategi agar lamanya waktu yang dihabiskan oleh konsumen berkorelasi dengan besarnya jumlah uang yang dihabiskan agar strategi Shopping Environment yang dijalankan dapat meningkatkan penjualan. Hal ini dapat dilakukan dengan pelayanan personal seperti menanyakan ada tidaknya pesanan tambahan atau pelayanan lainnya yang bertujuan untuk mengingatkan konsumen bahwa mereka telah terlalu lama berada di Starbucks Coffee Shop. Pelayanan seperti ini bertujuan untuk meningkatkan kemungkinan konsumen untuk melakukan pembelian tambahan (efek psikologis) atau unt uk mengurangi tingkat kepadatan tetapi dengan cara yang sopan dan tidak menyinggung perasaan konsumen.
7.3.
Saran Penelitian Lanjutan dari Hasil Penelitian Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian lebih lanjut adalah :
1.
Penelitian
lanjutan
dilakukan
dengan
memasukkan
elemen
nilai
pengalaman berbelanja (utilitarian and hedonic shopping value) untuk menentukan tipe konsumen dilihat dari perilaku pembeliannya.
87
2.
Penelitian lanjutan dilakukan dengan
memperhatikan karakteristik
konsumen seperti umur dan jenis kelamin untuk melihat respon masingmasing konsumen terhadap stimulus yang diberikan. Hal ini perlu dilakukan karena setiap konsumen dengan karakteristik berbeda akan memberikan respon yang berbeda terhadap stimulus yang diberikan. 3.
Penelitian dilakukan untuk toko/usaha dan responden dengan jumlah yang lebih besar untuk memberikan kesimpulan dan gambaran umum respon konsumen Indonesia terhadap stimulus Shoping Environment dan pengaruhnya terhadap Shoping Behaviour.
4.
Penelitian dalam bentuk experimen untuk mengukur respon/perilaku manusia (konsumen) terhadap stimulus Shoping Environment dan untuk menghasilkan teori keprilakuan yang sesuai karakteristik konsumen Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Inda Sisca. 2004. Penggunaan Model Persamaan Struktural Untuk Mengukur Kepuasan Pelanggan. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Areni, Charles S. & David Kim. 1993. The Influence of Background Music on Shopping Behaviour: Classical Versus Top-Forty Music In A Wine Store. Journal of Advances in Consumer Research, Vol 20: 336-340. Babin, B.J, Darden W.R. and Griffin, M. 1994. Work and/or : Measuring Hedonic and Utilitarian Shopping Value. Journal of Consumer Research, Vol 20 (march) : 644-656. Baroroh, Ali. 2003. Pemilihan Media Iklan dalam Strategi promosi di restoran Kota Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Donovan, Robert J., John R. Rossiter. 1982. Store Atmosphere : An Environmental Psychology Approach. Journal of Retailing, Vol 58 (spring) : 34-57. Engel, J.F., R.D. Blackwell and P.W. Miniard. 1994. (Terjemahan FX. Budiyanto). Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara. Jakarta. Eroglu, Sevgin A, Karen A. Machleit, Lenita M. Davis. 2001. Atmospheric Qualities of Online Retailing A Conceptual Model and Implications. Journal of Business Research, Vol 54 : 177-184. Firdaus, M. Dan Farid. 2007. Analisis Kuantitatif untuk Bidang Manajemen (Modul Pelatihan). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Fitzgerald, Paula Bone dan Pam Scholder Ellen. 1999. Scents In The Market Place : Explaining A Fraction of Olfaction. Journal of Retailing, Vol 75(2): 243-262. Ghozali, Imam dan Fuad. 2005. Structural Equation Modeling: Teori, Konsep, & Aplikasi. Badan Penerbit Universitas Dipenegoro. Semarang.
89
Hirschman, Elizabeth C. & Morris B. Holbrook. 1982. Hedonic Consumption : Emerging Concepts, Methods and Propositions. Journal of Marketing, Vol 46 (summer): 92-101. Joreskog, Karl. and Sörbom. 2001. LISREL 8 : User’s Reference Guide, Lincolnwood, IL: Scie ntific Software International. Jaya Negara, Danes. 2003. The Relationship Between Shopping Environment And Shopping Behaviour : An Approach To Structural Equation Modeling. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol 3(1) : 18-39. Knasko, Susan C.. 1997. Ambient Odour : Effects On Human Behaviour. The International Journal Of Aromatherapy, 8 (3). Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. (Terjemahan AA. Hermawan). PT. Prenhalindo. Jakarta Lovelock, Christopher & Jochen Wirtz. 2004. Services Marketing : People, Technology, Strategy. Pearson Education International. United States of America. Mahatir, Edwin Muhammad. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesetiaan Konsumen Terhadap Buah Nasional Di Kabupaten Tangerang. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mattila, Anna S & Jochen Wirtz. 2001. The Role of Store Environment Stimulation And Social Factors on Impulse Purchasing. Journal of Services Marketing. Mehrabian, Albert & James Russel. 1974. An approach to Environmental Psychology. Cambridge, Mass. : MIT Press. Michon, Richard and Jean-Charles Chebat. 2004. The Interaction Effect of Background Music and Ambient Scent on The Perception of Service Quality. Journal of Business Research. Milliman, Ronald E. 1982. Using Background Music to Affect The Behaviour of Supermarket Shoppers. Journal of Marketing, Vol 46 (2) : 86-91.
90
Milliman, Ronald E. 1986. The Influence Of Background Music on The Behaviour of Restaurant Patrons. Journal Of Consumer Research, 19 (September) : 127-146. Nazir, Mohammad. 1998. Metode Penelitian. Cetakan Ke-3. Ghalia Indonesia. Jakarta. Purnomo, Arif. 2002. Model Persamaan Struktural Pembangunan Berkelanjutan Daerah. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ramadhani, Yuni. 2005. Analisis Structural Equation Modeling (SEM) Pada Faktor-Faktor dalam Sistem Penilaian Kinerja Karyawan Dan Budaya Perusahaan Terhadap Pengembangan Sumberdaya Manusia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rangkuti, F. 2003. Measuring Costumer Satisfaction : Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rook, D.W. 1987. The Buying Impulse. Journal Of Consumer Research, 14 (September) : 189-199. Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS : Statistik Parametrik. Penerbit Elex Media Komputindo. Jakarta. Satria, E. 2003. Model Persamaan Struktural Akreditasi Program Studi Jenjang Sarjana. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Singh, Renu. 2006. An Empirical Investigation into the effect of Shopping Motivation on Store Environment-Value Relationship. Dissertation (unpublished). The Florida State University Collage of Business. Sitinjak, Tumpal JR & Sugiarto. 2006. Lisrel. Penerbit Graha Ilmu. Jakarta. Spangenberg, Eric R., Ayn E. Crowley, & Pamela W. Handerson. 1996. Improving The Store Environment : Do Olfactory Cues affect Evaluation and Behaviours?. Journal of Marketing, 60 (april) : 67-80. Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapan dalam Pemasaran. PT Ghalia. Jakarta
91
Sweeney, Jullian C. dan Fiona Wyber. 2001. The Role of Cognition and Emotion in The Music–Approach-Avoidance Behaviour Relationship. Journal of Services Marketing, Vol 16 (1) : 51-69. Voss, 2Kevin E, Eric R. Spangenberg, dan Bianca Grohmann. 2003. Measuring The Hedonic and Utilitarian Dimensions of Consumer attitude. Journal of Marketing Research, XL (August) : 310-320. Wahyudi, Lilik. 2005. Structural Equation Model Melalui Program AMOS : Bahan Pelatihan AMOS. FE UNS. Semarang. Yalch, Richard F. dan Eric R. Spangenberg 2000. The Effect of Music in a Retail Setting on Real and Perceived Shopping Times. Journal of Business research, 49 ; 139-147. Zhang, Xiaoni, Victor R. Prybutok, & David Strutton. 2007. Modeling Influences On Impulse Purchasing Behaviours During Online Marketing T. 2007. Journal of Marketing Theory and Practice, Vol 15,1: 79.
93
Lampiran 1. Pertumbuhan Jumlah Restoran di Indonesia, Tahun 1997-2005 Tahun
Jumlah (unit)
Pertumbuhan (%)
1997
9.520
-
1998
9.798
2,92
1999
9.926
1,31
2000
10.135
2,11
2001
10.386
2,48
2002
10.674
2,77
2003
10.927
2,37
2004
10.953
0,24
2005
11.016
0,58
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005
94
Lampiran 2. Hasil Pengukuran Validitas Kuesioner Variabel
Nilai r
Validitas
Variabel
Nilai r
Validitas
Variabel
Nilai r
Validitas
Variabel
Nilai r
Validitas
A1
0.575
+
C3
0.390
+
F1
0.506
+
H4
+
0.563
A2
0.509
+
C4
0.396
+
F2
0.555
+
H5
+
0.502
A3
0.333
+
C5
0.428
+
F3
0.302
+
H6
+
0.537
A4
0.613
+
D1
0.407
+
F4
0.451
+
H7
+
0.633
A5
0.483
+
D2
0.354
+
F5
0.292
+
H8
+
0.590
A6
0.392
+
D3
0.476
+
G1
0.413
+
H9
+
0.402
A7
0.441
+
D4
0.317
+
G2
0.262
+
I1
+
0.590
B1
0.590
+
D5
0.266
+
G3
0.314
+
I2
+
0.440
B2
0.633
+
E1
0.284
+
G4
0.336
+
I3
+
0.363
B3
0.080
-
E2
0.152
-
G5
-0.03
-
I4
+
0.369
B4
0.627
+
E3
0.075
-
H1
0.509
+
I5
+
0.440
C1
0.263
+
E4
0.339
+
H2
0.653
+
I6
+
0.372
C2
0.343
+
E5
0.264
+
H3
0.413
+
I7
+
0.313
* Level signifikansi korelasi product moment 0.243 (N = 45)
95
Lampiran 3. Hasil Pengukuran Reliabilitas Kuesioner: Teknik Belah Dua Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Skor Total Belahan Pertama (1-24) Belahan Kedua (25-48) 68 76 82 54 65 64 78 55 67 77 72 74 70 66 72 69 81 86 66 75 74 79 70 79 67 67 70 79 61 71 85 68 72 62 70 81 67 73 87 71 71 64 56 85 78
74 68 84 52 69 69 58 60 69 63 67 71 67 63 72 77 73 90 69 76 80 74 72 73 65 77 66 70 60 81 87 63 73 69 74 62 70 62 86 63 68 58 59 85 73
r.tot = 0.795
96
Lampiran 4. Output LISREL
DATE: 4/29/2007 TIME: 16:31
L I S R E L
8.72
BY Karl G. Jöreskog and Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2005 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file
E:\TESIS\TESIS.spj:
OBSERVED VARIABLES X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y1 Y2 Y3 Y4 CORRELATION MATRIX FROM FILE E:\TESIS\KORELASI.COR ASYMPTOTIC COVARIANCE MATRIX FROM FILE E:\TESIS\KOVARIAN.ACM SAMPLE SIZE 110 LATENT VARIABLES PEY IMP REX RELATIONSHIPS X1 - X7 = PEY Y1 = IMP Y2 - Y4 = REX IMP = PEY REX = PEY OPTIONS SS OPTIONS SC OPTIONS RS OPTIONS NI = 100 OPTIONS ME = ML LET THE ERROR VARIANCE OF Y1 TO 0.05 PATH DIAGRAM END OF PROBLEM
97
MODEL SKRIPSI KU Correlation Matrix Y1
Y2
Y3
Y4
X1
Y1
1.00
Y2
0.29
1.00
Y3
0.23
0.63
1.00
Y4
0.07
0.50
0.61
1.00
X1
0.19
0.32
0.43
0.11
1.00
X2 X3 X4 X5 X6 X7
0.37 0.18 0.25 -0.09 0.26 0.12
0.32 0.26 0.30 0.37 0.39 0.37
0.22 0.40 0.26 0.30 0.28 0.40
0.21 0.28 0.25 0.46 0.41 0.21
0.33 0.19 0.22 0.08 0.18 0.26
X4
X5
Correlation Matrix
(continued) X3
X6
X3
1.00
X4
0.23
1.00
X5
0.32
-0.02
1.00
X6
0.33
0.29
0.44
1.00
X7
0.34
0.24
0.18
0.33
MODEL SKRIPSI KU Number of Iterations = 11 LISREL Estimates (Robust Maximum Likelihood) Measurement Equations Y1 = 0.97*IMP, Errorvar.= 0.050, R² = 0.95 Y2 = 0.76*REX, Errorvar.= 0.43 , R² = 0.57 (0.21) 2.04 Y3 = 0.84*REX, Errorvar.= 0.30 , R² = 0.70 (0.19) (0.20) 4.49 1.53 Y4 = 0.70*REX, Errorvar.= 0.51 , R² = 0.49 (0.15) (0.18) 4.73 2.74 X1 = 0.43*PEY, Errorvar.= 0.82 , R² = 0.18 (0.10) (0.13) 4.09 6.24
X7
1.00
X2
1.00 0.33 0.27 0.28 0.46 0.24
98
X2 = 0.60*PEY, Errorvar.= 0.64 , R² = 0.36 (0.12) (0.17) 4.91 3.69 X3 = 0.56*PEY, Errorvar.= 0.69 , R² = 0.31 (0.10) (0.15) 5.48 4.65 X4 = 0.42*PEY, Errorvar.= 0.82 , R² = 0.18 (0.11) (0.13) 3.91 6.17 X5 = 0.47*PEY, Errorvar.= 0.78 , R² = 0.22 (0.17) (0.19) 2.75 4.19 X6 = 0.66*PEY, Errorvar.= 0.56 , R² = 0.44 (0.11) (0.17) 6.15 3.27 X7 = 0.52*PEY, Errorvar.= 0.73 , R² = 0.27 (0.13) (0.16) 4.09 4.52
Structural Equations IMP = 0.37*PEY, Errorvar.= 0.86 , R² = 0.14 (0.17) (0.16) 2.21 5.33 REX = 0.74*PEY, Errorvar.= 0.45 , R² = 0.55 (0.16) (0.21) 4.51 2.11
Correlation Matrix of Independent Variables PEY 1.00 Covariance Matrix of Latent Variables IMP 1.00 0.28 0.37
REX
PEY
1.00 0.74
1.00
MODEL SKRIPSI KU Fitted Covariance Matrix
Y1 Y2
Y1 1.00 0.20
Y2 1.00
Y3 Y4
0.23 0.19
0.63 0.53
Y3
Y4
1.00 0.59
1.00
X1
X2
99
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
0.16 0.24 0.26 0.22 0.34 0.37 0.20 0.31 0.34 0.15 0.24 0.26 0.17 0.26 0.29 0.24 0.37 0.41 0.19 0.29 0.32 Fitted Covariance Matrix (continued) X3 1.00 0.24 0.26 0.37 0.29
X3 X4 X5 X6 X7
0.22 0.31 0.29 0.22 0.24 0.34 0.27
1.00 0.26 0.24 0.18 0.20 0.28 0.22
1.00 0.33 0.25 0.28 0.40 0.31
X4
X5
X6
X7
1.00 0.20 0.28 0.22
1.00 0.31 0.24
1.00 0.34
1.00
Fitted Residuals Y1
Y2
Y3
Y4
X1
Y1
0.00
Y2
0.08
0.00
Y3
0.00
0.00
0.00
Y4
-0.12
-0.04
0.03
0.00
X1
0.03
0.08
0.16
-0.11
0.00
X2 X3 X4 X5 X6 X7
0.15 -0.03 0.10 -0.26 0.02 -0.07
-0.02 -0.05 0.06 0.11 0.02 0.08
-0.15 0.06 0.00 0.01 -0.13 0.08
-0.10 -0.01 0.03 0.21 0.06 -0.06
0.08 -0.05 0.04 -0.12 -0.10 0.04
Fitted Residuals
X4
X5
X6
X3
0.00
X4
0.00
0.00
X5
0.06
-0.22
0.00
X6
-0.04
0.01
0.13
0.00
X7
0.06
0.02
-0.06
-0.01
Summary Statistics for Fitted Residuals Smallest Fitted Residual = Median Fitted Residual = Largest Fitted Residual =
- 2|6 - 2|2 - 1|5
0.00 0.00 0.02 0.00 0.07 -0.07
(continued)
X3
Stemleaf Plot
X2
-0.26 0.00 0.21
X7
0.00
100
- 1|322100 - 0|776655 - 0|44321100000000000000000 0|11222233344 0|66666788888 1|013 1|56 2|1 Standardized Residuals Y1
Y2
Y3
Y4
X1
Y1
- -
Y2
0.61
- -
Y3
0.05
-0.08
- -
Y4
-0.79
-0.33
0.38
- -
X1
0.32
0.77
1.75
-0.95
- -
X2 X3 X4 X5 X6 X7
1.41 -0.28 0.74 -2.10 0.14 -0.60
-0.13 -0.59 0.65 0.94 0.13 0.75
-1.17 0.62 -0.02 0.07 -0.88 0.66
-0.75 -0.05 0.29 2.96 0.55 -0.53
0.89 -0.61 0.41 -1.10 -1.06 0.36
Standardized Residuals X3 - -0.04 0.49 -0.56 0.50
X3 X4 X5 X6 X7
- 0.00 0.18 -0.02 0.73 -0.62
(continued) X4
X5
X6
X7
- -2.40 0.15 0.16
- 1.03 -0.44
- -0.09
- -
Summary Statistics for Standardized Residuals Smallest Standardized Residual = Median Standardized Residual = Largest Standardized Residual =
-2.40 0.00 2.96
Stemleaf Plot - 2|41 - 1|2110 - 0|98866666543311110000000000000000 0|111222334445566677778899 1|048 2| 3|0
Largest Positive Standardized Residuals Residual for
X2
X5
and
Y4
2.96
101
MODEL SKRIPSI KU Standardized Solution LAMBDA-Y IMP 0.97 - - - -
Y1 Y2 Y3 Y4
REX - 0.76 0.84 0.70
LAMBDA-X PEY 0.43 0.60 0.56 0.42 0.47 0.66 0.52
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 GAMMA
PEY 0.37 0.74
IMP REX
Correlation Matrix of ETA and KSI IMP 1.00 0.28 0.37
IMP REX PEY
REX
PEY
1.00 0.74
1.00
PSI Note: This matrix is diagonal. IMP 0.86 0.45
REX
Regression Matrix ETA on KSI (Standardized)
IMP REX
PEY 0.37 0.74
MODEL SKRIPSI KU Completely Standardized Solution LAMBDA-Y Y1 Y2 Y3
IMP 0.97 - - -
REX - 0.76 0.84
102
Y4 LAMBDA-X
- -
0.70
PEY 0.43 0.60 0.56 0.42 0.47 0.66 0.52
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
GAMMA PEY 0.37 0.74
IMP REX
Correlation Matrix of ETA and KSI IMP 1.00 0.28 0.37
IMP REX PEY
REX
PEY
1.00 0.74
1.00
PSI Note: This matrix is diagonal. IMP 0.86
REX 0.45
THETA-EPS Y1
Y2
0.05
Y3
0.43
0.30
Y4 0.51
THETA-DELTA X1 0.82
THETA-DELTA
X2 0.64
X3 0.69
X4 0.82
(continued)
X7 0.73 Regression Matrix ETA on KSI (Standardized)
IMP REX
PEY 0.37 0.74
X5 0.78
X6 0.56
103
MODEL SKRIPSI KU
Qplot of Standardized Residuals 3.5.......................................................................... . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x . . . . . x. . . . . . x x. . . x . . N . xx . . o . * . . r . *x . . m . x*. . a . x* . l . x. . . *x . Q . xx . u . x* . a . .x . n . . x* . t . .xxx . i . .x* . l . . x . e . . xx . s . . * . . . x . . . xx . . . . . x. . . . . . x . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . -3.5.......................................................................... -3.5 3.5 Time used:
0.078 Seconds
104
Lampiran 5. Nilai Goodness of Fit Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 43 Minimum Fit Function Chi-Square = 103.79 (P = 0.00) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 98.76 (P = 0.00) Satorra-Bentler Scaled Chi-Square = 36.55 (P = 0.75) Chi-Square Corrected for Non-Normality = 140.90 (P = 0.00) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 10.84) Minimum Fit Function Value = 0.95 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.099) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.048) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.96 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.82 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.82 ; 0.92) ECVI for Saturated Model = 1.21 ECVI for Independence Model = 5.60 Chi-Square for Independence Model with 55 Degrees of Freedom = 588.70 Independence AIC = 610.70 Model AIC = 82.55 Saturated AIC = 132.00 Independence CAIC = 651.40 Model CAIC = 167.66 Saturated CAIC = 376.23 Normed Fit Index (NFI) = 0.94 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.02 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.73 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.01 Relative Fit Index (RFI) = 0.92 Critical N (CN) = 202.17 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.082 Standardized RMR = 0.082 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.86 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.78 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.56
105
Lampiran 6. Confirmatory Factor Analysis DATE: 5/ 9/2007 TIME: 7:17 L I S R E L 8.72 BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2005 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com A. Variabel Eksogen The following lines were read from file E:\CFA\CFA.spj: CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS VARIABEL EKSOGEN OBSERVED VARIABLES X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 CORRELATION MATRIX FROM FILE E:\CFA\KORELASI.COR ASYMPTOTIC COVARIANCE MATRIX FROM FILE E:\CFA\KOVORDINAL.ACM SAMPLE SIZE 110 LATENT VARIABLE PEY RELATIONSHIPS X1 - X7 = PEY PATH DIGRAM END OF PROBLEM Sample Size = 110 CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS VARIABEL EKSOGEN Correlation Matrix X1 X2 X3 X4 X5 X6 -------- -------- -------- -------- -------- -------X1 1.00 X2 0.33 1.00 X3 0.19 0.33 1.00 X4 0.22 0.27 0.23 1.00 X5 0.08 0.28 0.32 -0.02 1.00 X6 0.18 0.46 0.33 0.29 0.44 1.00 X7 0.26 0.24 0.34 0.24 0.18 0.33
106
Correlation Matrix X7 -------X7 1.00
CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS VARIABEL EKSOGEN Number of Iterations = 7 LISREL Estimates (Robust Maximum Likelihood) Measurement Equations
X1 = 0.37*PEY, Errorvar.= 0.86 , R² = 0.14 (0.12) (0.13) 3.03 6.50 X2 = 0.64*PEY, Errorvar.= 0.59 , R² = 0.41 (0.13) (0.19) 4.91 3.10 X3 = 0.54*PEY, Errorvar.= 0.71 , R² = 0.29 (0.11) (0.15) 5.12 4.72 X4 = 0.39*PEY, Errorvar.= 0.85 , R² = 0.15 (0.11) (0.13) 3.42 6.48 X5 = 0.48*PEY, Errorvar.= 0.77 , R² = 0.23 (0.18) (0.19) 2.71 4.01 X6 = 0.71*PEY, Errorvar.= 0.50 , R² = 0.50 (0.11) (0.19) 6.26 2.71 X7 = 0.49*PEY, Errorvar.= 0.76 , R² = 0.24 (0.13) (0.16) 3.85 4.90
Correlation Matrix of Independent Variables PEY -------1.00
107
Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 14 Minimum Fit Function Chi-Square = 23.92 (P = 0.047) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 22.97 (P = 0.061) Satorra-Bentler Scaled Chi-Square = 9.08 (P = 0.83) Chi-Square Corrected for Non-Normality = 15.92 (P = 0.32) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 4.89) Minimum Fit Function Value = 0.22 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.045) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.057) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.93 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.39 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.39 ; 0.43) ECVI for Saturated Model = 0.51 ECVI for Independence Model = 1.83 Chi-Square for Independence Model with 21 Degrees of Freedom = 185.08 Independence AIC = 199.08 Model AIC = 37.08 Saturated AIC = 56.00 Independence CAIC = 224.98 Model CAIC = 88.89 Saturated CAIC = 159.61 Normed Fit Index (NFI) = 0.95 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.04 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.63 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.03 Relative Fit Index (RFI) = 0.93 Critical N (CN) = 350.89
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.065 Standardized RMR = 0.065 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.94 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.89 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.47 The Modification Indices Suggest to Add an Error Covariance Between and Decrease in Chi-Square New Estimate X5 X4 9.6 -0.28 X6 X3 17.4 -1.00 Time used:
0.031 Seconds
108
B. Variabel Endogen The following lines were read from file E:\CFA1\CFA1.spj: CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS VARIABEL EKSOGEN OBSERVED VARIABLES Y1 Y2 Y3 Y4 CORRELATION MATRIX FROM FILE E:\CFA1\KORELASI.COR ASYMPTOTIC COVARIANCE MATRIX FROM FILE E:\CFA1\KOVORDINAL.ACM SAMPLE SIZE 110 LATENT VARIABLES IMP REX RELATIONSHIPS Y1 = IMP Y2 - Y4 = REX LET THE ERROR VARIANCE OF Y1 TO 0.05 PATH DIAGRAM END OF PROBLEM Sample Size = 110 CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS VARIABEL EKSOGEN Correlation Matrix Y1 Y2 Y3 Y4 -------- -------- -------- -------Y1 1.00 Y2 0.29 1.00 Y3 0.23 0.63 1.00 Y4 0.07 0.50 0.61 1.00
CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS VARIABEL EKSOGEN Number of Iterations = 4 LISREL Estimates (Robust Maximum Likelihood) Measurement Equations
Y1 = 0.97*IMP, Errorvar.= 0.050, R² = 0.95 (0.049) 19.84 Y2 = 0.72*REX, Errorvar.= 0.48 , R² = 0.52 (0.15) (0.24) 4.71 1.97
109
Y3 = 0.88*REX, Errorvar.= 0.22 , R² = 0.78 (0.13) (0.25) 6.86 0.92 Y4 = 0.69*REX, Errorvar.= 0.53 , R² = 0.47 (0.12) (0.19) 5.63 2.72
Correlation Matrix of Independent Variables IMP REX -------- -------IMP 1.00 REX 0.27 (0.16) 1.73
1.00
Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 2 Minimum Fit Function Chi-Square = 5.47 (P = 0.065) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 5.34 (P = 0.069) Satorra-Bentler Scaled Chi-Square = 1.79 (P = 0.41) Chi-Square Corrected for Non-Normality = 1.80 (P = 0.41) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 7.36) Minimum Fit Function Value = 0.050 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.067) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.18) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.50 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.17 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.17 ; 0.23) ECVI for Saturated Model = 0.18 ECVI for Independence Model = 1.23 Chi-Square for Independence Model with 6 Degrees of Freedom = 126.61 Independence AIC = 134.61 Model AIC = 17.79 Saturated AIC = 20.00 Independence CAIC = 149.41 Model CAIC = 47.40 Saturated CAIC = 57.00 Normed Fit Index (NFI) = 0.99
110
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.01 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.33 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.96 Critical N (CN) = 560.44
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.048 Standardized RMR = 0.048 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.98 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.88 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.20 Time used:
0.016 Seconds
111
Lampiran 7. Perhitungan Composite Reliability
1.
Variabel Eksogen Jumlah Loading Baku = 0.37 + 0.64 + 0.54 + 0.39 + 0.48 + 0.71 + 0.49 = 3.62 Jumlah Error Variance = 0.86 + 0.59 + 0.71 + 0.85 + 0.77 + 0.50 + 0.76 = 5.04
= 0.73
2.
Variabel Endogen Jumlah Loading Baku = 0.97+ 0.72 + 0.88 + 0.69 = 3.26 Jumlah Error Variance = 0.05+ 0.48 + 0.22 + 0.53 = 1.28
= 0.89
112
Lampiran 8. Kuesioner Penelitian KUESIONER HUBUNGAN ANTARA SHOPPING ENVIRONMENT DENGAN SHOPPING BEHAVIOUR DAN IMPULSIVE BUYING : SEBUAH PENDEKATAN MODEL MEHRABIAN DAN RUSSEL (M-R MODEL) Kepada Yth. Bapak/Ibu Di Tempat
Dengan Hormat, Sehubungan dengan penelitian yang saya lakukan dalam penyusunan skripsi sebagai persyaratan penyelesaian studi program sarjana (S1) di Institut Pertanian Bogor, dengan ini saya mengharapkan bantuan bapak/Ibu/saudara/saudari responden untuk mengisi kuesioner terlampir. Data ya ng diperoleh dari kuisioner ini akan saya gunakan untuk meneliti hubungan antara lingkungan toko (Shopping Environment) dengan perilaku pembelian (Shopping Behaviour) dan pembelian impulsif (Impulsive Buying). Penelitian yang dilakukan menggunakan metode structural equation model (SEM) dengan bantuan software Lisrel. Semua informasi yang terkumpul melalui kuesioner ini hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian saja. Saya bertanggung jawab sepenuhnya atas data yang terkumpul. Demikian permohonan saya, atas perhatian dan ketersediaannya mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.
Welly Artha Simbolon (Mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis)
A. PERSYARATAN RESPONDEN Responden dalam penelitian ini adalah yang memenuhi persyaratan dibawah ini: •
Apakah Anda pernah berkunjung dan melakukan pembelian di Starbuck Coffee Shop : Ya (lanjutkan) Tidak (berhenti sampai di sini)
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : 4. Pendidikan : SMA S3
(Sangat Rahasia)
D3 Lain-lain
S1
S2
113
5. Pendapatan :
(Sangat Rahasia)
< Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000 – Rp. 2.500.000
Rp. 2.500.000 – Rp. 5.000.000
Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000
>Rp. 10.000.000
C. PETUNJUK UMUM a. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, semuanya tergantung pada pendapat dan pengalaman Anda berbelanja di Starbucks Coffee Shop. b. Jawablah semua pertanyaan dengan seksama. Adanya pertanyaan yang tidak terjawab akan menyebabkan kuesioner ini tidak dapat diolah. Isilah kuesioner ini dengan tanda silang (X) pada pilihan yang tepat menurut Anda. Jawaban disesuaikan dengan pengalaman Anda berbelanja di toko/tempat tersebut. SS S
: Sangat Setuju : Setuju
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
A. Musik No. Pertanyaan Keberadaan musik dalam Starbucks merupakan 1. sesuatu yang penting dalam mempengaruhi kenyamanan Anda di Starbucks Pemilihan jenis musik yang sesuai selera 2. membuat Anda nyaman di Starbucks Volume musik yang dipasang di Starbucks 3. merupakan sesuatu yang mempengaruhi kenyamanan Anda. Musik yang familiar atau tidak familiar 4. berpengaruh terhadap kenyamanan Anda di Starbucks Musik mempengaruhi Anda untuk kembali ke 5. Starbucks Keberadaan musik adalah pertimbangan Anda 6. dalam memilih Starbucks Tempo musik mempengaruhi kenyamanan Anda 7. dalam mengkonsumsi makanan/minuman di Starbucks B. Aroma/Wewangian No Pertanyaan Keberadaan aroma kopi di Starbucks merupakan 8. sesuatu yang penting dalam mempengaruhi perilaku Anda.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
114
9. 10. 11.
Jenis aroma/wewangian di Starbucks mempengaruhi keputusan pembelian Anda Keberadaan aroma/wewangian di Starbucks menjadi pertimbangan Anda untuk datang kembali. Aroma/wewangian yang tidak sesuai mempengaruhi mood Anda di Starbucks
C. Suhu/Temperatur No Pertanyaan Keberadaan suhu/temperatur yang sejuk 12. merupakan faktor penting dalam pembentukan kenyamanan Anda di Starbucks Suhu sejuk merupakan faktor pertimbangan 13. memilih Starbucks. Suhu yang sejuk berpengaruh terhadap pola 14. pembelian Anda di Starbucks Suhu yang sejuk membuat Anda tinggal lebih 15. lama di Starbucks. D. Citra No 16. 17. 18. 19. 20.
Pertanyaan Citra merupakan faktor pertimbangan memilih Starbucks Anda nyaman berbelanja di Starbucks karena memiliki citra terkenal (prestise) Anda rela membayar uang lebih untuk citra Starbucks. Perila ku/gaya Anda di dalam Starbucks terpengaruh oleh citra Starbucks Citra Starbucks mempengaruhi perilaku pembelian Anda.
E. Peralatan dan Furnishing No Pertanyaan Furnishing/Aksesoris yang ada di Starbucks 21. menambah kenyamanan Anda Peralatan toko yang bagus merupakan faktor 22. pertimbangan pemilihan Starbucks Keberadaan furnishing/aksesoris merupakan 23. faktor pertimbangan Anda datang kembali F. Gaya Layanan No Pertanyaan Gaya layanan Starbucks merupakan faktor Anda 24. datang kembali untuk berbelanja Gaya layanan yang diberikan mempengaruhi 25. pola konsumsi/belanja di Starbucks
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
115
26. 27. 28.
Gaya layanan yang berbeda/menarik merupakan alasan Anda data ng/ berbelanja di Starbucks Gaya layanan menjadi faktor pertimbangan Anda memilih Starbucks Gaya layanan yang diberikan Starbucks memberikan pengalaman yang menyenangkan dalam berbelanja
G. Orang No Pertanyaan Pelayanan secara personal di Starbucks dari awal 29. hingga akhir merupakan sesuatu yang penting Pelayanan yang memuaskan di Starbucks 30. mempengaruhi mood/ pembelian Anda. Pelayanan atas keluhan yang cepat 31. mempengaruhi sikap/mood Anda di Starbucks Sikap pelayan yang menyenangkan/ memuaskan 32. menjadi pertimbangan Anda datang kembali ke Starbucks H. Pengeluaran Sumberdaya No Pertanyaan Anda akan mengeluarkan uang lebih dari yang 33. direncanakan karena kenyaman yang ada di Starbucks Anda akan menghabiskan waktu lebih lama 34. karena situasi Starbucks yang nyaman Anda akan melakukan interaksi/ percakapan 35. dengan beberapa pelayan karena situasi Starbucks yang nyaman Anda merencanakan sejumlah uang tertentu 36. untuk kembali berbelanja di Starbucks Anda mempersiapkan waktu khusus untuk 37. kembali ke Starbucks karena kenyamanan yang sekarang Anda terima Anda akan mempromosikan Starbucks kepada 38. pihak lain karena kenyamanan tersebut Uang yang Anda keluarkan sebanding dengan 39. nilai/kenyamanan yang diperoleh di Starbucks. Waktu yang Anda habiskan di Starbucks 40. memberikan pengalaman yang menyenangkan Anda akan memberikan masukan/saran positif 41. kepada pelayan/ Starbucks karena kepuasan yang Anda terima I. Pembelian Spontan
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
116
No 42.
Pertanyaan Anda sering melakukan pembelian spontan di Starbucks karena kenyamanan toko
43.
Anda pernah melakukan pembelian karena terdorong situasi (lingkungan/orang) di dalam Starbucks Anda sering melakukan pembelian tanpa pertimbangan tertentu ketika sudah merasa nyaman di Starbucks Anda melakukan pembelian tergantung bagaimana perasaan ketika berada di dalam Starbucks. “Beli sekarang, pikirkan nanti” menggambarkan sikap belanja Anda di Starbucks (Buy Now, Think Later) Anda termasuk orang yang nekat dalam berbelanja di Starbucks ketika merasa cocok dengan situasi. Anda akan membeli sesuatu yang Anda lihat menarik di dalam Starbucks (I See It, I Buy it)
44.
45.
46.
47.
48.
SS
S
TS
STS
117
Lampiran 8. Operasionalisasi Pengukuran Variabel 1. Keberadaan musik dalam Starbucks merupakan sesuatu yang penting dalam mempengaruhi kenyamanan Anda di Starbucks. SS = Musik merupakan faktor utama yang harus ada di Starbucks karena paling berpengaruh terhadap pembentukan kenyamanan Anda di dalam Starbucks. S = Keberadaan musik merupakan salah satu faktor yang harus ada di Starbucks dan memiliki peranan dalam membentuk kenyamanan Anda di Starbucks. TS = Musik merupakan faktor penting yang harus ada di Starbucks tetapi tidak berpengaruh terhadap kenyamanan Anda di Starbucks. STS = Musik bukan merupakan hal penting dan tidak harus ada di Starbucks karena tidak berpengaruh terhadap kenyamanan Anda di Starbucks. 2. Pemilihan jenis musik yang sesuai selera membuat Anda nyaman di Starbucks. SS = Musik merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap kenyamanan di Starbucks sehingga jenis musik yang tidak sesuai selera akan berpengaruh terhadap keseluruhan mood Anda sekarang di Starbucks dan akan berpengaruh terhadap keputusan Anda di masa yanga akan datang (pertimbangan untuk datang kembali). S = Musik merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kenyamanan di Starbucks sehingga jenis musik yang tidak sesuai selera akan berpengaruh terhadap mood Anda sekarang di Starbucks. TS = Musik merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kenyamanan Anda di Starbucks tetapi jenis musik yang tidak sesuai selera tidak akan berpengaruh terhadap mood Starbucks. STS = Musik bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kenyamanan Anda di Starbucks. 3. Volume musik yang dipasang di Starbucks merupakan sesuatu yang mempengaruhi kenyamanan Anda di Starbucks. SS = Musik merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap kenyamanan di Starbucks sehingga volume musik yang terlalu keras (menggangu/tidak sesuai) akan berpengaruh terhadap keseluruhan mood Anda sekarang di Starbucks dan akan berpengaruh terhadap keputusan Anda di masa yang akan datang (pertimbangan untuk datang kembali). S = Musik merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kenyamanan di Starbucks sehingga volume musik yang terlalu keras (menggangu/tidak sesuai) akan berpengaruh terhadap mood Anda sekarang di Starbucks. TS = Musik merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kenyamanan Anda di Starbucks tetapi volume musik yang terlalu keras (menggangu/tidak sesuai) tidak akan berpengaruh terhadap mood Anda di Starbucks. STS = Musik bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kenyamanan Anda di Starbucks.
118
4. Musik yang familiar/tidak familiar berpengaruh terhadap kenyamanan Anda di Starbucks. SS = Musik merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap kenyamanan di Starbucks sehingga musik yang familiar/tidak familiar akan sangat berpengaruh terhadap keseluruhan mood Anda sekarang di Starbucks dan akan berpengaruh terhadap keputusan Anda di masa yang akan datang (pertimbangan untuk datang kembali). S = Musik merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kenyamanan di Starbucks sehingga musik yang familiar/tidak familiar akan berpengaruh terhadap mood Anda sekarang di Starbucks. TS = Musik merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kenyamanan Anda di Starbucks tetapi musik yang familiar/tidak familiar akan berpengaruh terhadap mood Anda di Starbucks. STS = Musik bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kenyamanan Anda di Starbucks. 5. Musik mempengaruhi Anda untuk kembali ke Starbucks. SS = Musik merupakan faktor utama dan terpenting yang harus ada di Starbucks sehingga menjadi faktor utama pertimbangan Anda untuk datang kembali. S = Keberadaan musik merupakan salah satu faktor yang harus ada di Starbucks dan merupakan salah satu faktor pertimbangan Anda untuk datang kembali. TS = Musik merupakan faktor yang penting tetapi tidak harus ada di Starbucks sehingga tidak menjadi faktor pertimbangan Anda untuk datang kembali. STS = Musik bukan merupakan hal penting yang tidak harus ada di Starbucks sehingga tidak pernah menjadi faktor pertimbangan Anda untuk datang kembali. 6. Keberadaan Musik adalah pertimbangan Anda dalam memilih Starbucks. SS = Musik merupakan faktor utama dan terpenting yang Anda perhatikan sehingga menjadi faktor utama pertimbangan Anda dalam memilih Starbucks. S = Keberadaan musik merupakan salah satu faktor yang harus ada di Starbucks dan merupakan salah satu faktor pertimbangan Anda dalam memilih Starbucks TS = Musik merupakan faktor yang penting tetapi tidak harus ada di Starbucks sehingga tidak menjadi faktor pertimbangan Anda dalam memilih Starbucks. STS = Musik bukan merupakan hal penting yang tidak harus ada di Starbucks sehingga tidak pernah menjadi faktor pertimbangan Anda dalam memilih Starbucks 7. Tempo musik mempengaruhi kenyamanan Anda dalam mengkonsumsi makanan/minuman di Starbucks. SS = Tempo Musik merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap kenyamanan dalam mengkonsumsi makanan/minuman di Starbucks dan
119
S
TS
STS
akan berpengaruh terhadap jumlah makanan/minuman yang anda konsumsi (lebih banyak). = Tempo Musik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kenyamanan kenyamanan dalam mengkonsumsi makanan/minuman di Starbucks = Tempo Musik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kenyamanan Anda di Starbucks tetapi tidak akan berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan/minuman di Starbucks. = Musik bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kenyamanan Anda di Starbucks.
8. Keberadaan aroma(kopi)/wewangian di Starbucks merupakan sesuatu yang penting. SS = Aroma (kopi)/wewangian merupakan faktor utama yang harus ada di Starbucks karena paling berpengaruh terhadap pembentukan kenyamanan Anda di dalam Starbucks. S = Aroma (kopi)/wewangian merupakan salah satu faktor yang harus ada di Starbucks dan memiliki peranan dalam membentuk kenyamanan Anda di Starbucks TS = Aroma (kopi) /wewangian merupakan faktor penting yang harus ada di Starbucks tetapi tidak berpengaruh terhadap kenyamanan Anda di Starbucks. STS = Aroma (kopi)/wewngian bukan merupakan hal penting dan tidak harus ada di Starbucks karena tidak berpengaruh terhadap kenya manan Anda di Starbucks.. 9. Jenis aroma/wewangian di Starbucks mempengaruhi keputusan pembelian Anda. SS = Aroma (kopi)/wewangian merupakan faktor utama yang sangat Anda perhatikan di Starbucks dan selalu mempengaruhi keputusan pembelian. S = Aroma (kopi)/wewangian merupakan salah satu faktor yang Anda perhatikan di Starbucks dan pernah mempengaruhi keputusan pembelian. TS = Aroma (kopi)/wewangian merupakan hal yang Anda perhatikan di Starbucks tetapi tidak pernah berpengaruh terhadap keputusan pembelian. STS = Aroma (kopi)/wewangian di Starbucks bukan hal yang Anda perhatikan dan tidak pernah menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. 10. Keberadaan aroma (kopi)/wewangian di Starbucks menjadi pertimbangan Anda untuk datang kembali. SS = Aroma (kopi)/wewangian di Starbucks merupakan faktor yang sangat Anda perhatikan dan menjadi pertimbangan utama Anda datang kembali. S = Aroma (kopi)/wewangian di Starbucks merupakan salah satu faktor yang Anda perhatikan dan menjadi salah satu faktor pertimbangan Anda datang kembali. TS = Aroma (kopi)/wewangian di Starbucks merupakan hal yang Anda perhatikan tetapi tidak pernah menjadi faktor pertimbangan untuk datang kembali.
120
STS
= Aroma (kopi)/wewangian di Starbucks bukan hal yang Anda perhatikan dan tidak pernah menjadi faktor pertimbangan untuk datang kembali.
11. Aroma(kopi)/wewangian yang tidak sesuai mempengaruhi mood Anda di Starbucks SS = Aroma (kopi)/wewangian di Starbucks merupakan faktor yang sangat Anda perhatikan sehingga Aroma yang tidak sesuai akan berpengaruh terhadap mood Anda sekarang dan juga berpengaruh untuk keputusan datang kembali (yang akan datang). S = Aroma (kopi)/wewangian di Starbucks merupakan salah satu faktor yang Anda perhatikan sehingga Aroma yang tidak sesuai akan berpengaruh terhadap mood Anda sekarang di Starbucks. TS = Aroma (kopi)/wewangian di Starbucks merupakan hal yang Anda perhatikan tetapi tidak akan mempengaruhi mood di dalam Starbucks jika tidak sesuai/tidak disukai. STS = Aroma (kopi)/wewangian di Starbucks bukan hal yang Anda perhatikan sehingga mood Anda tidak pernah terpengaruh oleh Aroma/wewangian di Starbucks. 12. Keberadaan suhu/temperatur yang sejuk merupakan faktor penting dalam pembentukan kenyamanan Anda di Starbucks. SS = Suhu sejuk merupakan faktor utama yang harus ada di Starbucks karena paling berpengaruh terhadap pembentukan kenyamanan Anda di dalam Starbucks. S = Suhu sejuk merupakan salah satu faktor yang harus ada di Starbucks dan memiliki peranan dalam membentuk kenyamanan Anda di Starbucks. TS = Suhu merupakan faktor penting yang harus ada di Starbucks tetapi tidak berpengaruh terhadap kenyamanan Anda di Starbucks. STS = Suhu sejuk bukan merupakan hal penting dan tidak harus ada di Starbucks karena tidak berpengaruh terhadap kenyamanan Anda di Starbucks. 13. Suhu sejuk merupakan faktor pertimbangan memilih Starbucks. SS = Suhu Starbucks yang sejuk merupakan faktor yang sangat Anda perhatikan keberadaanya dan menjadi faktor utama pertimbangan Anda dalam memilih Starbucks. S = Suhu Starbucks yang sejuk merupakan salah satu faktor hal yang Anda perhatikan keberadaanya dan menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan Anda dalam memilih Starbucks . TS = Suhu Starbucks yang sejuk merupakan hal yang Anda perhatikan keberadaanya tetapi tidak menjadi faktor pertimbangan dalam memilih Starbucks. STS = Suhu Starbucks yang sejuk bukan merupakan hal yang Anda perhatikan keberadaanya dan tidak pernah menjadi faktor pertimbangan dalam memilih Starbucks.
121
14. Suhu yang sejuk berpengaruh terhadap pola pembelian Anda di Starbucks. SS = Suhu Starbucks yang sejuk merupakan faktor yang sangat Anda perhatikan keberadaanya dan menjadi faktor utama (selalu) yang mempengaruhi pola pembelian di Starbucks. S = Suhu Starbucks yang sejuk merupakan salah satu faktor hal yang Anda perhatikan keberadaanya dan pernah mempengaruhi pola pembelian Anda di Starbucks. TS = Suhu Starbucks yang sejuk merupakan hal yang Anda perhatikan keberadaanya tetapi tidak pernah mempengaruhi pola pembelian Anda. STS = Suhu Starbucks yang sejuk bukan merupakan hal yang Anda perhatikan keberadaanya dan tidak pernah mempengaruhi pola pembelian Anda. 15. Suhu Starbucks yang sejuk merupakan faktor Anda datang kembali untuk berbelanja. SS = Suhu Starbucks yang sejuk merupakan faktor yang sangat Anda perhatikan dan menjadi pertimbangan utama Anda datang kembali. S = Suhu Starbucks yang sejuk merupakan faktor yang Anda perhatikan dan menjadi salah satu faktor pertimbangan Anda datang kembali. TS = Suhu Starbucks yang sejuk merupakan faktor yang Anda perhatikan tetapi tidak pernah menjadi faktor pertimbangan untuk datang kembali. STS = Suhu Starbucks yang sejuk bukan merupakan faktor yang Anda perhatikan dan tidak pernah menjadi faktor pertimbangan untuk datang kembali. 16. Citra merupakan faktor pertimbangan Anda memilih Starbucks SS = Citra Starbucks merupakan hal yang sangat Anda perhatikan dan merupakan faktor utama dalam memilih Starbucks. S = Citra Starbucks merupakan hal yang Anda perhatikan dan merupakan salah satu faktor pertimbangan dalam memilih Starbucks TS = Citra Starbucks merupakan hal yang Anda perhatikan tetapi tidak menjadi faktor pertimbangan dalam memilih Starbuck. STS = Citra Starbucks bukan merupakan hal yang Anda perhatikan dan tidak pernah menjadi faktor pertimbangan dalam memilih Starbucks. 17. Anda nyaman berbelanja di Starbucks karena memiliki citra terkenal. SS = Citra Starbucks merupakan hal yang sangat Anda perhatikan dan merupakan faktor utama pembentuk kenyaman Anda di dalam Starbucks. S = Citra Starbucks merupakan hal yang Anda perhatikan dan merupakan salah satu faktor pembentuk kenyamanan Anda di dalam Starbuck. TS = Citra Starbucks merupakan hal yang Anda perhatikan tetapi tidak berperan dalam pembentukan kenyamanan Anda di dalam Starbucks. STS = Citra Starbucks bukan merupakan hal yang Anda perhatikan dan tidak pernah berperan dalam pembentukan kenyamanan Anda di dalam Starbucks.
122
18. Anda rela membayar uang lebih untuk citra starbucks. SS = Citra merupakan faktor utama Anda dalam memilih Starbucks sehingga rela mengeluarkan jumlah uang berapapun (harga produk yang jauh lebih mahal dari pesaing) untuk citra tersebut. S = Citra merupakan salah satu faktor Anda dalam memilih Starbucks dan rela membayar sejumlah uang tertentu (harga produk sedikit lebih mahal dari pesaing) untuk citra tersebut. TS = Citra merupakan salah satu faktor Anda dalam memilih Starbucks tetapi Anda tidak rela membayar uang lebih (lebih mahal dari pesaing) karena citra tersebut. STS = Citra tidak merupakan faktor Anda dalam memilih Starbucks sehingga Anda tidak rela membayar uang lebih (harga yang lebih mahal) karena citra tersebut. 19. Perilaku/gaya Anda di dalam Starbucks terpengaruh oleh Citra Starbucks. SS = Citra merupakan faktor utama Anda dalam memilih Starbucks dan seluruh perilaku Anda di dalam toko terpengaruh oleh Citra Starbucks (perencanaan terlebih dahulu). S = Citra merupakan salah satu faktor Anda dalam memilih Starbucks dan sebagian perilaku Anda di dalam toko terpengaruh oleh Citra Starbucks (tidak ada perencanaan). TS = Anda merupakan orang yang memperhatikan Citra Starbucks tetapi perilaku Anda tidak terpengaruh oleh citra tersebut. STS = Anda bukan orang yang memperhatikan Citra Starbucks sehingga perilaku Anda sangat tidak terpengaruh oleh Citra tersebut. 20. Citra Starbucks mempengaruhi perilaku pembelian Anda. SS = Citra merupakan faktor utama Anda dalam memilih Starbucks sehingga seluruh perilaku pembelian Anda dipengaruhi oleh Citra Starbucks (perencanaan terlebih dahulu). S = Citra merupakan salah satu faktor Anda dalam memilih Starbucks dan sebagian perilaku pembelian dipengaruhi oleh Citra Starbucks (tanpa perencanaan). TS = Anda merupakan orang yang memperhatikan Citra Starbucks tetapi perilaku pembelian Anda tidak terpengaruh oleh citra tersebut. STS = Anda bukan orang yang memperhatikan Citra Starbucks sehingga perilaku pembelian Anda sangat tidak terpengaruh oleh Citra tersebut. 21. Furnitur/aksesoris yang ada di Starbucks menambah kenyamanan Anda. SS = Furnitur/aksesoris Starbuck merupakan hal yang sangat Anda perhatikan keberadaanya dan menjadi faktor utama pembentuk kenyamanan Anda. S = Furnitur/aksesoris Starbuck merupakan hal yang Anda perhatikan keberadaanya dan merupakan salah satu faktor pembentuk kenyamanan (berperan dalam membentuk kenyamanan). TS = Furnitur/aksesoris Starbuck merupakan hal yang Anda perhatikan keberadaanya tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap pembentukan kenyamanan di dalam Starbucks.
123
STS
= Furnitur/aksesoris Starbucks bukan merupakan hal yang Anda perhatikan dan tidak memberikan pengaruh terhadap pembentukan kenyamanan di dalam Starbucks.
22. Furnitur/aksesoris yang bagus merupakan faktor pertimbangan pemilihan Starbucks SS = Furnitur/aksesoris Starbuck yang bagus (berkualitas dan menarik) merupakan hal yang sangat (utama) Anda perhatikan keberadaanya dan menjadi faktor utama pertimbangan Anda dalam memilih Starbucks . S = Furnitur/aksesoris Starbuck yang bagus (berkualitas dan menarik) merupakan salah satu hal yang Anda perhatikan keberadaanya dan menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan Anda dalam memilih Starbucks . TS = Furnitur/aksesoris Starbuck yang bagus (berkualitas dan menarik) merupakan hal yang Anda perhatikan keberadaanya tetapi tidak pernah menjadi faktor pertimbangan dalam memilih Starbucks. STS = Furnitur/aksesoris Starbuck yang bagus (berkualitas dan menarik) bukan merupakan hal yang Anda perhatikan keberadaanya dan tidak pernah menjadi faktor pertimbangan dalam memilih Starbucks. 23. Keberadaan furnitur/aksesoris merupakan faktor pertimbangan Anda untuk datang kembali. SS = Furnitur/aksesoris Starbuck merupakan hal yang sangat Anda perhatikan keberadaanya dan menjadi faktor utama pertimbangan Anda untuk datang kembali. S = Furnitur/aksesoris Starbuck merupakan hal yang Anda perhatikan keberadaanya dan menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan Anda untuk datang kembali. TS = Furnitur/aksesoris Starbuck merupakan hal yang Anda perhatikan keberadaanya tetapi tidak pernah menjadi faktor pertimbangan untuk datang kembali. STS = Furnitur/aksesoris Starbucks bukan merupakan hal yang Anda perhatikan keberadaanya dan tidak pernah menjadi faktor pertimbangan untuk datang kembali. 24. Gaya layanan Starbucks merupakan faktor Anda datang kembali ke Starbucks. SS = Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks merupakan hal yang sangat Anda perhatikan dan menjadi pertimbangan utama Anda datang kembali. S = Gaya layanan merupakan hal yang Anda perhatikan dan menjadi salah satu faktor pertimbangan Anda datang kembali. TS = Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks merupakan hal yang Anda perhatikan tetapi tidak pernah menjadi faktor pertimbangan untuk datang kembali. STS = Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks bukan hal yang Anda perhatikan dan tidak pernah menjadi faktor pertimbangan untuk datang kembali.
124
25. Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks mempengaruhi pola belanja Anda. SS = Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks merupakan hal yang sangat Anda perhatikan dan selalu mempengaruhi pola belanja Anda. S = Gaya layanan merupakan hal yang Anda perhatikan dan terkadang mempengaruhi pola belanja Anda. TS = Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks merupakan hal yang Anda perhatikan tetapi tidak pernah mempengaruhi pola belanja Anda. STS = Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks bukan hal yang Anda perhatikan dan tidak pernah mempengaruhi pola belanja Anda. 26. Gaya layanan yang berbeda/menarik merupakan alasan Anda datang (berbelanja) di Starbucks. SS = Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks (berbeda dan menarik) merupakan hal yang sangat Anda perhatikan dan menjadi pertimbangan utama Anda datang (berbelanja). S = Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks (berbeda dan menarik) merupakan hal yang Anda perhatikan dan menjadi salah satu faktor pertimbangan Anda untuk datang (berbelanja). TS = Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks merupakan hal yang Anda perhatikan tetapi tidak menjadi faktor pertimbangan untuk datang berbelanja. STS = Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks bukan hal yang Anda perhatikan dan tidak pernah menjadi faktor pertimbangan untuk datang kembali. 27. Gaya layanan menjadi faktor pertimbangan Anda memilih Starbucks. SS = Gaya layanan Starbucks merupakan hal yang sangat Anda perhatikan dan menjadi pertimbangan utama dalam memilih Starbucks. S = Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks merupakan hal yang Anda perhatikan dan menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam memilih Starbucks. TS = Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks merupakan hal yang Anda perhatikan tetapi tidak menjadi faktor pertimbangan dalam memilih Starbucks. STS = Gaya layanan yang dimiliki oleh Starbucks bukan hal yang Anda perhatikan dan tidak pernah menjadi faktor pertimbangan dalam memilih Starbucks. 28. Gaya layanan yang diberikan Starbucks memberikan pengalaman yang menyenangkan dalam berbelanja. SS = Gaya layanan Starbuck merupakan pembentuk pengalaman yang sangat berkesan dan menjadi faktor utama yang membuat Anda merasa senang di dalam Starbucks. S = Gaya layanan Starbucks merupakan pembentuk pengalaman yang cukup berkesan yang menjadi salah satu faktor pembentuk kesenangan di dalam Starbucks. TS = Gaya layanan Starbuck memberikan pengalaman tetapi tidak berpengaruh terhadap kesenangan Anda di dalam Starbucks.
125
29. Pelayanan secara personal di Starbucks dari awal hingga akhir merupakan sesuatu yang penting. SS = Pelayanan secara personal sangat perlu dilakukan karena akan mempengaruhi perasaan/mood Anda dan menjadi faktor pertimbangan utama Anda untuk datang kembali S = Pelayanan secara personal perlu dilakukan karena akan mempengaruhi perasaan/mood Anda. TS = Pelayanan secara personal tidak perlu dilakukan di Starbucks STS = Pelayanan secara personal sangat tidak perlu dan sangat menggangu kenyamanan Anda. 30. Pelayanan yang memuaskan di Starbucks mempengaruhi mood/perilaku pembelian Anda. SS = Anda merupakan tipe orang yang sangat mengutamakan kepuasan atas pelayanan karena sangat berpengaruh terhadap mood dan perilaku Anda sekarang dan sebagai pertimbangan Anda untuk datang kembali . S = Anda merupakan tipe orang yang memperhatikan kepuasan atas pelayanan karena akan berpengaruh terhadap mood dan perilaku Anda sekarang. TS = Kepuasan atas pelayanan merupakan hal penting tetapi tidak mempengaruhi mood dan perilaku Anda di Starbucks STS = Kepuasan atas pelayanan sangat tidak berpengaruh atas mood dan perilaku Anda di Starbucks. 31. Pelayanan atas keluhan yang cepat mempengaruhi sikap/mood Anda di Starbucks. SS = Anda merupakan tipe orang yang sangat memperhatikan kepuasan atas keluhan karena akan berpengaruh terhadap mood dan perilaku Anda sekarang dan sebagai bahan pertimbangan untuk datang kembali. S = Anda merupakan tipe orang yang memperhatikan kepuasan atas keluhan karena akan berpengaruh terhadap mood dan perilaku Anda sekarang. TS = Kepuasan atas keluhan merupakan hal penting tetapi tidak mempengaruhi mood dan perilaku Anda di Starbucks STS = Kepuasan atas keluhan sangat tidak berpengaruh atas mood dan perilaku Anda di Starbucks. 32. Sikap pelayan yang menyenangkan/memuaskan menjadi pertimbangan Anda datang kembali ke Starbucks. SS = Anda merupakan tipe orang yang sangat mengutamakan kepuasan atas sikap pelayan karena sangat mempengaruhi mood dan perilaku Anda sekarang dan sebagai pertimbangan utama untuk datang kembali. S = Kepuasan atas sikap pelayan merupakan hal yang Anda perhatikan dan menjadi bahan pertimbangan untuk datang kembali. TS = Kepuasan atas sikap pelayan merupakan hal yang Anda perhatikan tetapi tidak pernah dijadikan sebagai pertimbangan untuk datang kembali.
126
STS
= Anda bukan tipe orang yang memperhatikan kepuasan atas sikap pelayan dan tidak pernah menjadikannya sebagai pertimbangan untuk datang kembali.
33. Anda akan mengeluarkan uang lebih dari yang direncanakan karena kenyamanan di Starbucks. SS = Hal ini selalu Anda lakukan untuk seluruh pembelian (kunjungan) di Starbucks (kenyamanan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku Anda). S = Hal ini Anda lakukan untuk beberapa pembelian (kunjungan) di Starbucks (kenyamanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku Anda). TS = Hal ini tidak pernah Anda lakukan di Starbucks STS = Hal ini bukan tipe perilaku Anda secara umum, tidak hanya di Starbucks (kenyamanan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku Anda). 34. Anda akan menghabiskan waktu lebih lama karena situasi Starbucks yang nyaman. SS = Hal ini selalu Anda lakukan untuk seluruh pembelian (kunjungan) di Starbucks (kenyamanan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku Anda) S = Hal ini Anda lakukan untuk beberapa pembelian (kunjungan) di Starbucks (kenyamanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku Anda). TS = Hal ini tidak pernah Anda lakukan di Starbucks STS = Hal ini bukan tipe perilaku Anda secara umum, tidak hanya di Starbucks (kenyamanan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku Anda). 35. Anda akan melakukan interaksi/percakapan dengan pelayan karena situasi Starbucks yang nyaman. SS = Hal ini selalu Anda lakukan untuk seluruh pembelian (kunjungan) di Starbucks (kenyamanan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku Anda) S = Hal ini Anda lakukan untuk beberapa pembelian (kunjungan) Anda di Starbucks (kenyamanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku Anda). TS = Hal ini tidak pernah Anda lakukan di Starbucks STS = Hal ini bukan tipe perilaku Anda secara umum, tidak hanya di Starbucks (kenyamanan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku Anda). 36. Anda merencanakan sejumlah uang tertentu untuk kembali berbelanja di Starbucks karena kenyamanannya. SS = Menyisihkan jumlah uang yang lebih besar untuk pemesanan yang akan dilakukan.
127
S TS STS
=Meyisihkan jumlah uang yang sama untuk pemesanan yang biasa dilakukan. = Tidak pernah melakukan perencanaan uang yang akan dibelanjakan. = Tidak pernah datang kembali ke Starbucks.
37. Anda mempersiapkan waktu khusus untuk kembali ke Starbucks karena kenyamanan yang sekarang Anda terima. SS = Seluruh kunjungan (belanja) di Starbucks merupakan kegiatan yang sudah direncanakan. S = Beberapa kunjungan yang dilakukan ke Starbucks merupakan kegiatan yang sudah direncanakan. TS = Kunjungan (belanja) di Starbucks tidak pernah melalui sebuah perencanaan waktu khusus. STS = Tidak pernah datang kembali ke Starbucks. 38. Anda akan mempromosikan Starbucks kepada pihak lain karena kenyaman yang diterima. SS = Menjelaskan kondisi Starbucks (kelebihan dan kenyamanannya) dan mereferensikan Starbucks sebagai tempat yang harus dikunjungi tanpa perlu dimintai pendapat. S = Mempromosikan (menjelaskan) kondisi Starbucks sebagai tempat yang nyaman tanpa perlu dimintai pendapat . TS = Mempromosikan (menjelaskan) kondisi Starbucks apabila dimintai pendapat. STS = Tidak pernah mempromosikan Starbucks. 39. Uang yang Anda keluarkan sebanding dengan nilai/kenyamanan yang diperoleh di Starbucks. SS = Kenyamanan yang diperoleh melebihi uang yang dikeluarkan S = Uang yang dikeluarkan sebanding dengan kenyamanan yang diperoleh. TS = Mengeluh atas uang (harga ) yang telah dikeluarkan. STS =Mengeluh (menyesal) atas uang yang telah dikeluarkan dan mengeluarkan ekspresi negatif terhadap Starbucks. 40. Waktu yang Anda habiskan di Starbucks memberikan pengalaman yang menyenangkan. SS = Waktu yang dihabiskan me mberikan kenyamanan dan pengalaman yang sangat berkesan dan segera ingin kembali ke Starbucks. S = Waktu yang dihabiskan memberikan kenyamanan dan pengalaman. TS = Waktu yang dihabiskan tidak memberikan pengalaman apa-apa (tidak berkesan). STS = Menyesal atas lama waktu yang telah dikeluarkan. 41. Anda akan memberikan masukan/saran positif kepada pelayan/Starbucks karena kenyamanan yang Anda terima. SS = Hal ini selalu Anda lakukan untuk seluruh pembelian (kunjungan) di Starbucks.
128
S TS STS
= Hal ini Anda lakukan untuk beberapa pembelian (kunjungan) di Starbucks (jika kunjungan Anda berkesan). = Hal ini tidak pernah Anda lakukan di Starbucks = Hal ini bukan tipe perilaku Anda secara umum, tidak hanya di Starbucks (kenyamanan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku Anda).
42. Anda sering melakukan pembelian spontan di Starbucks karena kenyaman Starbucks. SS = Hal ini selalu Anda lakukan untuk seluruh pembelian (kunjungan) di Starbucks (kenyamanan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku Anda) S = Hal ini Anda lakukan untuk beberapa pembelian (kunjungan) di Starbucks. TS = Hal ini tidak pernah Anda lakukan di Starbucks. STS = Hal ini bukan tipe perilaku Anda secara umum, tidak hanya di Starbucks (kenyamanan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku Anda). 43. Perilaku pembelian Anda di dalam Starbucks dipengaruhi oleh situasi (orang/pengunjung). SS = Hal ini merupakan tipe untuk seluruh pembelian Anda di Starbucks (situasi sangat mempengaruhi perilaku Anda). S = Hal ini merupakan tipe untuk beberapa pembelian Anda di Starbucks (situasi mempengaruhi perilaku Anda) TS = Hal ini bukan tipe pembelian Anda di Starbucks (situasi tidak mempengaruhi perilaku Anda di Starbucks. STS = Hal ini bukan tipe pembelian Anda secara umum tidak hanya di Starbucks (situasi bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku Anda). 44. Anda sering melakukan pembelian tanpa pertimbangan ketika sudah merasa nyaman dengan situasi di Starbucks. SS = Hal ini merupakan tipe untuk seluruh pembelian Anda di Starbucks (kenyamanan sangat mempengaruhi perilaku Anda). S = Hal ini merupakan tipe untuk beberapa pembelian Anda di Starbucks (kenyamanan mempengaruhi perilaku Anda) TS = Hal ini bukan tipe pembelian Anda di Starbucks (kenyamanan tidak mempengaruhi perilaku Anda di Starbucks. STS = Hal ini bukan tipe pembelian Anda secara umum tidak hanya Starbucks (kenyamanan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku Anda). 45. Anda melakukan pembelian tergantung bagaimana perasaan ketika berada di dalam Starbucks. SS = Hal ini merupakan tipe untuk seluruh pembelian Anda di Starbucks (perasaan/mood sangat mempengaruhi perilaku Anda).
129
S TS STS
= Hal ini merupakan tipe untuk beberapa pembelian Anda di Starbucks (perasaan/mood mempengaruhi perilaku Anda) = Hal ini bukan tipe pembelian Anda di Starbucks (perasaan/mood tidak mempengaruhi perilaku Anda di Starbucks. = Hal ini bukan tipe pembelian Anda secara umum tidak hanya di Starbucks (perasaan/mood bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku Anda).
46. “Beli sekarang , pikirkan” menggambarkan sikap belanja Anda di Starbucks (Buy Now, Think Later). SS = Hal ini merupakan tipe untuk seluruh (selalu) pembelian Anda di Starbucks (situasi sangat mempengaruhi perilaku Anda). S = Hal ini merupakan tipe untuk beberapa pembelian Anda di Starbucks (situasi mempengaruhi perilaku Anda) TS = Hal ini bukan tipe pembelian Anda di Starbucks (situasi tidak mempengaruhi perilaku Anda di Starbucks. STS = Hal ini bukan tipe pembelian Anda secara umum tidak hanya Starbucks (situasi bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku Anda). 47. Anda termasuk orang yang nekat dalam berbelanja di Starbucks ketika merasa cocok dengan situasi. SS = Hal ini merupakan tipe untuk seluruh pembelian Anda di Starbucks (situasi sangat mempengaruhi perilaku Anda). S = Hal ini merupakan tipe untuk beberapa pembelian Anda di Starbucks (situasi mempengaruhi perilaku Anda) TS = Hal ini bukan tipe pembelian Anda di Starbucks (situasi tidak mempengaruhi perilaku Anda di Starbucks. STS = Hal ini bukan tipe pembelian Anda secara umum tidak hanya di Starbucks (situasi bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku Anda). 48. Anda akan membeli sesuatu yang Anda lihat menarik di dalam Starbucks ( I see, I buy it) SS = Hal ini merupakan tipe untuk seluruh pembelian Anda di Starbucks (desain/display produk yang menarik sangat mempengaruhi perilaku Anda). S = Hal ini merupakan tipe untuk beberapa pembelian Anda di Starbucks (desain/display produk yang menarik mempengaruhi perilaku Anda) TS = Hal ini bukan tipe pembelian Anda di Starbucks (desain/display produk bukan faktor yang berpengaruh terhadap perilaku Anda). STS = Hal ini bukan tipe pembelian Anda secara umum tidak hanya Starbucks (desain/display produk bukan faktor yang berpengaruh terhadap perilaku Anda).