Hubungan antara Self-disclosure di Facebook berdasarkan Topik dengan Kepribadian Narcissistic pada Remaja Akhir Rizka Fitri Nugraheni, Sri Fatmawati Mashoedi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Hubungan antara self-disclosure di Facebook dengan kepribadian narcissistic sudah pernah diteliti, namun belum ada penelitian mengenai hubungan antara self-disclosure berdasarkan topik dengan kepribadian narcissistic. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat hubungan antara self-disclosure dalam topik beliefs, relationships, personal matters, interests, dan intimate feelings dengan kecenderungan kepribadian narcissistic. Penelitian dilakukan terhadap 126 partisipan berusia 18-22 tahun yang menggunakan Facebook. Alat ukur yang digunakan adalah Self-Disclosure Scale (SDS) dan Narcissistic Personality Inventory 16 item (NPI-16). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara tiap topik self-disclosure dengan kepribadian narcissistic.
The Relationship between Topic-based Self-disclosure in Facebook with Narcissistic Personality in Late Adolescence Abstract The relationship between self-disclosure on Facebook with narcissistic personality has already empirically supported. However, there’s no research about the relationship between topic-based self-disclosure with narcissistic personality yet. This present research purpose was to find whether each self-disclosure topic (beliefs, relationships, personal matters, interests, and intimate feelings) correlated with narcissistic personality. Participants were 126 late adolescents ages 18-22 using Facebook. The instruments used were Self-disclosure Scale (SDS) and Narcissistic Personality Inventory 16 items (NPI-16). Result showed that there was relationship between each self-disclosure topic with narcissistic personality. Keywords: Self-disclosure; narcissistic personality; Facebook; late adolescence
Pendahuluan Facebook sudah banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia saat ini. Banyak di antaranya merupakan remaja yang cenderung menggunakan Facebook untuk menjalin hubungan dengan teman-teman sebagai usaha menjalani tugas perkembangannya. Orang-orang yang menggunakan Facebook dengan maksud tersebut cenderung mengungkapkan informasi pribadi, atau melakukan self-disclosure (Chang dan Heo, 2013). Definisi self-disclosure adalah komunikasi yang terjadi ketika seseorang mengungkapkan informasi tentang dirinya yang bersifat pribadi (DeVito, 2006).
Hubungan antara self disclosure di..., Rizka Fitri Nugraheni, F. PSIKOLOGI UI, 2014
Self-disclosure dapat diungkapkan melalui topik yang berbeda-beda. Menurut Magno, Cuason, dan Figueroa (2009), terdapat lima area topik yang dapat diungkapkan seorang ketika melakukan self-disclosure. Area topik self-disclosure terdiri dari beliefs, relationships, personal matters, interests, serta intimate feelings. Saat ini self-disclosure dapat dilakukan secara online oleh satu pihak ke banyak pihak sekaligus, seperti update status di Facebook yang merupakan ruang publik. Facebook pun menyimpan risiko bagi para penggunanya, seperti menjadi objek stalking, modus penculikan, dan identity theft (Gross & Acquisti, 2005; Edwin, 2012; Tow, Dell, & Venable, 2008). Meskipun terdapat risiko, masih tetap terdapat banyak orang yang melakukan self-disclosure di Facebook (Tow, Dell, & Venable, 2008). Salah satu faktor yang melatarbelakangi fenomena tersebut adalah adanya kecenderungan kepribadian narcissistic pada para pengguna Facebook. Orang-orang dengan kepribadian narcissitic memusatkan perhatian pada diri sendiri (self-centered) sehingga berharap mendapatkan perlakuan spesial dari orang lain, seperti berupa perhatian dan rasa kagum (Kring, Johson, Davidson, & Neale, 2013). Tidak mengherankan orang yang narcissistic justru sengaja mengungkapkan informasi pribadinya di ruang publik. Kepribadian narcissistic nampaknya menjadi hal yang umum pada anak muda masa kini, sebagaimana temuan Twenge dan Foster (2010) bahwa generasi muda saat ini cenderung memiliki kepribadian narcissistic yang lebih tinggi dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Terdapat penelitian yang membahas keterkaitan antara self-disclosure dengan kepribadian narcissistic, seperti temuan Wang dan Stefanone (2013). Penelitian mereka memandang selfdisclosure berdasarkan lima dimensi, yaitu kesadaran dan intensi dalam mengungkapkan informasi, jumlah, nilai positif atau negatif, kejujuran dan akurasi, serta kedalaman informasi. Namun, belum ditemukan penelitian yang membahas hubungan antara area topik selfdisclosure apa saja dengan kepribadian narcissistic. Penelitian ini berusaha mengelaborasi temuan yang sudah ada mengenai hubungan antara konstruk self-disclosure dengan kepribadian narcissistic, seperti oleh Wang dan Stefanone (2013). Elaborasi terletak pada adanya lima area topik self-disclosure yang dirumuskan oleh Magno, Cuason, dan Figueroa (2009), yaitu beliefs, relationships, personal matters, interests, dan intimate feelings. Lima area topik tersebut kemudian dihubungkan dengan kecenderungan kepribadian narcissistic. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mencari tahu apakah terdapat
Hubungan antara self disclosure di..., Rizka Fitri Nugraheni, F. PSIKOLOGI UI, 2014
hubungan antara self-disclosure dalam topik beliefs, relationships, personal matters, interests, dan intimate feelings dengan kecenderungan kepribadian narcissistic.
Tinjauan Teoritis Konstruk
penelitian
adalah
self-disclosure
dan
kepribadian
narcissistic.
Peneliti
mendefinisikan self-disclosure sebagai pengungkapan informasi yang bersifat pribadi oleh individu mengenai pikiran, perasaan, dan pengalamannya secara sengaja serta sukarela. Selfdisclosure dalam penelitian ini dipandang berdasarkan area topik yang dirumuskan oleh Magno, Cuason, dan Figueroa (2009), yaitu beliefs, relationships, personal matters, interests, dan intimate feelings. Topik beliefs meliputi keyakinan seseorang pada agama dan pikiran individu. Relationships adalah seberapa dekat hubungan individu dengan orang lain, khususnya dengan teman. Self-disclosure dengan topik personal matters membahas hal-hal pribadi yang bersifat private dan benar. Kata private mengacu pada hal yang semestinya tidak menjadi perhatian orang lain (DeCew, dalam Ben Ze-ev, 2003). Topik interests meliputi apa saja yang disukai dan tidak disukai oleh individu. Area intimate feelings mencakupi emosi, permasalahan, percintaan, kesuksesan, dan frustasi yang dialami seseorang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi self-disclosure, yaitu usia dan jenis kelamin. Self-disclosure dapat dilakukan secara berbeda oleh orang-orang dengan berbagai tingkat usia. Penelitian Nosko, Wood, dan Molema (2010) pada para pengguna Facebook berusia 19 sampai 47 tahun menemukan bahwa semakin tinggi usia mereka, semakin sedikit jumlah informasi yang diungkapkan di Facebook. Faktor jenis kelamin juga dapat mempengaruhi bagaimana orang melakukan self-disclosure. Sheldon (2013) menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan self-disclosure. Konstruk kedua, yaitu kepribadian narcissistic, didefinisikan sebagai trait yang ditandai dengan kriteria menyombongkan diri di segala aspek dalam perilaku ataupun pikiran, kebutuhan untuk dikagumi, dan kurang berempati terhadap orang lain. Trait merupakan perilaku yang cenderung konsisten sepanjang waktu dan di berbagai situasi (Feist & Feist, 2009). Teori mengenai kepribadian ini berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) yang biasa digunakan untuk diagnosis gangguan mental. Meskipun begitu, kepribadian narcissistic dalam penelitian ini merupakan kecenderungan narcissistic yang dapat ditemukan dalam populasi normal. Narcissistic trait dapat digolongkan sebagai
Hubungan antara self disclosure di..., Rizka Fitri Nugraheni, F. PSIKOLOGI UI, 2014
normal narcissism yang biasanya dibahas dalam ranah penelitian psikologi sosial dan kepribadian, bukan pathological narcissism yang berada dalam ranah klinis dan membutuhkan diagnosis (Pincus, et al., 2009). Kecenderungan memiliki kepribadian narcissistic termanifestasikan dalam perilaku mengungkapkan informasi yang mendalam mengenai diri sendiri di Facebook (Winter et al., 2014). Informasi yang mendalam dapat dimaknai sebagai informasi yang bersifat pribadi atau private, yaitu hal yang biasanya hanya ditujukan pada orang-orang tertentu (Winter et al., 2014; Ben Ze-ev, 2003). Aktivitas mengungkapkan informasi tentang diri sendiri secara mendalam merupakan self-disclosure yang dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pengungkapan informasi yang bersifat pribadi oleh individu mengenai pikiran, perasaan, dan pengalamannya secara sengaja serta sukarela. Informasi pribadi yang diungkapkan di Facebook dapat berisi mengenai berbagai macam topik, seperti beliefs, relationships, personal matters, interests, atau intimate feelings. Dari penjelasan ini, dapat diprediksi bahwa kepribadian narcissistic berhubungan dengan semua area topik self-disclosure. Pembahasan dalam tinjauan teoritis juga meliputi konsep remaja akhir sebagai target partisipan penelitian. Peneliti menggunakan pendapat Marcia, Waterman, Matteson, Archer, dan Orlofsky (1993) dalam menentukan batasan usia remaja, yaitu 12 sampai 22 tahun. Individu yang sedang berada dalam tahap perkembangan remaja memiliki tugas perkembangan menemukan ego identity, atau kesadaran bahwa terdapat kesamaan yang berkelanjutan dalam dirinya dari waktu ke waktu, seperti mengenai siapa dirinya, nilai, dan tujuan hidup, yang sesuai dengan nilai dalam masyarakatnya (Erikson, 1968; Erikson, dalam Schwartz, 2001). Proses menemukan ego identity paling krusial terjadi ketika individu memasuki tahap remaja akhir, yaitu pada usia 18 sampai 22 tahun karena perlu mempersiapkan diri sebelum memasuki tahap perkembangan dewasa muda dengan tugas perkembangan yang berbeda.
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 126 remaja berusia 18 sampai 22 tahun. Jumlah partisipan perempuan sebanyak 75, sedangkan laki-laki sebanyak 51 orang. Variabel utama penelitian meliputi self-disclosure yang diukur dengan Self-Disclosure Scale (SDS) dan kepribadian narcissistic yang diukur dengan Narcissistic Personality Inventory 16 item (NPI-16). SDS yang disusun oleh Magno, Cuason, dan Figueroa (2009) memiliki skala Likert berupa
Hubungan antara self disclosure di..., Rizka Fitri Nugraheni, F. PSIKOLOGI UI, 2014
frekuensi melakukan self-disclosure pada tiap topik, yaitu tidak pernah, jarang, kadangkadang, sering, dan selalu. NPI-16 yang dirumuskan oleh Ames, Rose, dan Anderson (2006) memiliki respon yang bersifat dikotomis, yaitu narcissism-consistent response dan narcissism-inconsistent response. Peneliti melakukan kontrol terhadap dua variabel, yaitu usia dan jenis kelamin, yang diperkirakan dapat mempengaruhi hubungan antar variabel utama. Alat ukur berupa kuesioner yang terdiri dari SDS dan NPI-16 yang telah diadaptasi peneliti. Pengambilan sampel dilakukan secara offline dengan teknik convenience sampling. Setelah data dari semua sampel terkumpul, dilakukan analisis data dengan menggunakan korelasi Biserial untuk melihat hubungan antara skor tiap topik dalam SDS dengan NPI-16 yang bersifat dikotomis. Teknik statistik lain juga digunakan untuk menganalisis variabel yang dikontrol. Teknik korelasi Pearson digunakan untuk menghitung korelasi antara usia dengan skor tiap topik dalam SDS, sedangkan t-test untuk melihat korelasi antara jenis kelamin dengan skor tiap topik dalam SDS.
Hasil Penelitian Hasil utama penelitian dalam tabel 1 berikut menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara skor tiap area topik dalam SDS dengan NPI-16. Koefisien korelasi yang ditunjukkan dengan r cenderung kecil, yaitu tidak lebih dari 0.4. Korelasi tertinggi ada pada hubungan antara skor topik interests dalam SDS dengan NPI-16, sedangkan korelasi terendah ada pada hubungan antara skor topik intimate feelings dalam SDS dengan NPI-16.
Tabel 1. Korelasi antara skor tiap area topik SDS dengan NPI-16 Area Topik SDS
NPI-16 R
Beliefs
0.255**
Relationships
0.205*
Personal Matters
0.289**
Interests
0.366**
Intimate Feelings
0.185*
* Signifikan pada p < 0.05 (two-tailed) ** Signifikan pada p < 0.01 (two-tailed)
Hubungan antara self disclosure di..., Rizka Fitri Nugraheni, F. PSIKOLOGI UI, 2014
Hasil korelasi Pearson antara usia sebagai variabel kontrol dengan skor tiap area topik dalam SDS dipaparkan dalam tabel 2. Dapat terlihat bahwa semua nilai signifikansi di atas 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan skor tiap topik dalam SDS. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tinggi rendahnya usia partisipan tidak berhubungan dengan frekuensi self-disclosure.
Tabel 2. Korelasi antara Usia dengan Skor tiap Area Topik SDS
Area Topik SDS Beliefs
Relationships
Personal
Interests
Matters Usia
Intimate Feelings
Pearson
.002
-.017
-.097
-.073
-.063
Sig.
.980
.849
.278
.415
.484
Korelasi antara jenis kelamin dan skor tiap area topik dalam SDS terdapat dalam tabel 3. Setelah dilakukan pengolahan data dengan t-test, ditemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam self-disclosure di area topik relationships. Namun, perbedaan yang signifikan antar jenis kelamin tidak ditemukan pada area topik selfdisclosure yang lainnya.
Tabel 3. Perbandingan Skor tiap Area Topik SDS berdasarkan Jenis Kelamin
Area Topik SDS SDS_Beliefs SDS_Relationships SDS_Personal Matters SDS_Interests SDS_Intimate Feelings
Jenis Kelamin Mean
Keterangan
Laki-laki
25.02
Tidak Signifikan
Perempuan
24.36
Laki-laki
23.75
Perempuan
21.12
Laki-laki
20.78
Perempuan
20.03
Laki-laki
21.47
Perempuan
19.51
Laki-laki
24.55
Perempuan
24.49
Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan
Hubungan antara self disclosure di..., Rizka Fitri Nugraheni, F. PSIKOLOGI UI, 2014
Pembahasan
Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tiap area topik dalam SDS dengan NPI-16. Temuan ini memperkuat penelitian Winter et al. (2014) yang menyatakan bahwa kecenderungan narcissistic pada individu berhubungan dengan perilaku mengungkapkan informasi yang mendalam mengenai diri sendiri atau selfdisclosure. Hasil penelitian ini juga menjadi elaborasi dari penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara self-disclosure dengan kepribadian narcissistic oleh Wang dan Stefanone (2013) yang memandang konstruk self-disclosure dalam dimensi kesadaran dan intensi mengungkapkan informasi, jumlah, nilai positif atau negatif, kejujuran dan akurasi, serta kedalaman informasi. Analisis variabel kontrol antara usia dengan self-disclosure menghasilkan korelasi yang tidak signifikan, menunjukkan bahwa tinggi rendahnya usia partisipan tidak berhubungan dengan tiap area topik self-disclosure. Temuan ini bertentangan dengan penelitian Nosko, Wood, dan Molema (2010) yang mengungkapkan bahwa ada hubungan negatif antara usia dengan selfdisclosure. Perbedaan hasil temuan dapat dilihat berdasarkan usia partisipan tiap penelitian. Nosko et al. (2010) melakukan penelitian pada orang dengan rentang usia 19 sampai 47 tahun, sedangkan pada penelitian ini usia partisipan adalah 18 sampai 22 tahun. Usia 19 sampai 47 tahun merupakan rentang yang cukup luas. Sebaliknya, rentang 18 sampai 22 tahun berada dalam satu tahap perkembangan, yaitu remaja akhir sehingga perbedaan usia tidak terlalu signifikan. Hasil analisis variabel kontrol jenis kelamin menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam self-disclosure di area topik relationships. Secara umum, hasil tersebut sesuai dengan temuan Sheldon (2013) yang menyatakan bahwa ada perbedaan jenis kelamin dalam melakukan self-disclosure. Sheldon (2013) membedakan self-disclosure berdasarkan seberapa dalam dan luasnya informasi, sementara penelitian ini membedakan self-disclosure berdasarkan area topik. Perbedaan perspektif dalam membahas self-disclosure membuat temuan penelitian ini dan Sheldon (2013) tidak dapat dibandingkan secara spesifik. Namun, temuan ini yang menyatakan bahwa adanya perbedaan antara lakilaki dan perempuan dalam melakukan self-disclosure berdasarkan area topik dapat dijadikan evidens untuk penelitian lanjutan.
Hubungan antara self disclosure di..., Rizka Fitri Nugraheni, F. PSIKOLOGI UI, 2014
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan antara self-disclosure dalam topik beliefs, relationships, personal matters, interests, dan intimate feelings dengan kepribadian narcissistic.
Saran
Peneliti memberikan beberapa saran untuk perbaikan penelitian ini dan sebagai rekomendasi untuk penelitian lanjutan dengan topik serupa, yaitu sebagai berikut. 1. Menjadikan faktor-faktor yang belum diukur dalam penelitian ini sebagai variabel utama, misalnya konstruk usia dan jenis kelamin yang dihubungkan dengan selfdisclosure atau kepribadian narcissistic. 2. Melakukan penelitian dengan topik serupa dalam konteks selain Facebook, seperti Path dan Instagram yang sedang menjadi trend saat ini sehingga temuan dapat menggambarkan fenomena paling terkini.
Kepustakaan Ames, D. A., Rose, P., Anderson, C. P. (2006). The NPI-16 as a short measure of narcissism. Journal of Research in Personality, 40 . 440–450. doi:10.1016/j.jrp.2005.03.002 Ben Ze’ev, A. (2003). Privacy, emotional closeness, and openness in cyberspace. Computers in Human Behavior, 19. 451–467. doi:10.1016/S0747-5632(02)00078-X Chang, C., & Heo, J. (2013). Visiting theories that predict college students’ self-disclosure on Facebook.
Computers
in
Human
Behavior,
30,
79–86.
doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2013.07.059 DeVito, J. A. (2006). Human communication: The basic course (10th Ed.). Boston: Pearson.
Hubungan antara self disclosure di..., Rizka Fitri Nugraheni, F. PSIKOLOGI UI, 2014
Edwin, N. (2012, Oktober 11). Ini 4 Penculikan Remaja Putri oleh Kenalan di Facebook. Detik News. Diakses dari http://news.detik.com/read/2012/10/11/152955/2060296/10/ini-4-penculikan-remajaputri-oleh-kenalan-di-Facebook Erikson, E. H. (1968). Identity: Youth and Crisis. New York: W. W. Norton. Feist, J. F., & Feist, G. J. (2009). Theories of Personality (7th Ed.). Singapore: McGraw-Hill. Gross, R., & Acquisti, A. (2005). Information revelation and privacy in online social networks. Dipublikasikan dalam Workshop on Privacy in the Electronic Society (WPES)
2005,
Virginia.
Diakses
dari
http://dataprivacylab.org/dataprivacy/projects/Facebook/Facebook1.pdf Kring, A. M., Johnsonn, S. L., Davidson, G. C., Neale, J. M. (2013). Abnormal psychology (12th Ed.). Singapore: John Wiley & Sons, Inc. Marcia, J. E., Waterman, A. S., Matteson, D. R., Archer, S.L., & Orlofsky, J.L. (1993). Ego identity: A handbook for psychosocial research (pp. 22-41). New York: SpringerVerlag. Nosko, A., Wood, E., Molema, S. (2010). All about me: Disclosure in online social networking profiles: The case of FACEBOOK. Computers in Human Behavior, 26, 406–418. doi:10.1016/j.chb.2009.11.012 Pincus, A. L., Ansell, E. B., Pimentel, C. A., Cain, N. M., Wright, A. C. G., & Levy, K. N. (2009). Initial Construction and Validation of the Pathological Narcissism Inventory. Psychological Assessment, 21.( 3). 365–379. DOI: 10.1037/a0016530 Schwartz, S. J (2001). The evolution of Eriksonian and Neo-Eriksonian identity theory and research: A review and integration. Identity: An International journalof Theory And Research,
1
(1),
7–58.
Diakses
dari
http://www.sethschwartz.info/pdfs/Identity_Review_Paper.pdf Sheldon, P. (2013). Examining gender differences In self-disclosure on Facebook versus faceto-face . The Journal of Social Media in Society, 2 (1). Diakses dari https://ua-huntsville.academia.edu/PavicaSheldon. Tow, W. N. H., Dell, P., & Venable, J. R. (2008). Understanding information disclosure behaviour in australian Facebook users. Publikasi 19th Australasian Conference on Information Systems Information Disclosure in Australian Facebook Penggunas. Diakses dari http://espace.library.curtin.edu.au/R/?func=dbin-jump-full&object_id=115729
Hubungan antara self disclosure di..., Rizka Fitri Nugraheni, F. PSIKOLOGI UI, 2014
Twenge, J. M. & Foster, J. D. (2010). Birth cohort increases in narcissistic personality traits among American college students, 1982–2009. Social Psychological and Personality Science, 1(1), 99-106. DOI: 10.1177/1948550609355719 Wang, S. S. & Stefanone, M. A. (2013). Showing off ? Human mobility and the interplay of traits, self- disclosure, and Facebook check-ins. Social Science Computer Review, 121. DOI: 10.1177/0894439313481424 Winter, S., Neubaum, G., Eimler, S. C., Gordon, V., Theil, J., Herrmann, J. Meinert, J., Krämer, N. C. (2014). Another brick in the Facebook wall – How personality traits relate to the content of status updates. Computers in Human Behavior, 34. 194–202. http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2014.01.048
Hubungan antara self disclosure di..., Rizka Fitri Nugraheni, F. PSIKOLOGI UI, 2014