HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL DENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN FACEBOOK DI KALANGAN REMAJA JAKARTA Diyana Dwi Lestari Bina Nusantara University, Jl. Kemanggisan Ilir No. 45 Kemanggisan – Palmerah, Jakarta 11480, Tel: (+62-21) 532-7630/Fax: (+62-21) 533-2985,
[email protected] Diyana Dwi Lestari, Ihshan Gumilar, B.HSc
ABSTRAK
This study was carried out to look at a relationship between self-control and intensity of Facebook use. Self-control scale and Facebook intensity scale were distributed to high school students who resided in Jakarta, n = 212. The subjects who were recruited by using simple random sampling had an age range from 15-18years-old, males, n =90, and, Females, n = 122. The result indicated that there was no significant correlation between self-control and intensity of Facebook use among Jakarta adolescents. Keywords: Self-control, Facebook, Social Media, Adolescents, Jakarta Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara self-control dengan intensitas penggunaan Facebook. Dengan menggunakan metode survey, Selfcontrol scale dan Facebook Intensity Scale didistribusikan kepada remaja yang berumur 15-18 tahun di Jakarta, n=212, laki-laki, n=90, dan perempuan, n=122. Perekrutan sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Hasilnya menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara self-control dengan intensitas penggunaan facebook pada remaja Jakarta. Kata Kunci: Self-control, Facebook, Sosial Media, Remaja, Jakarta
PENDAHULUAN Remaja adalah masa perkembangan individu dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi faktor biologis, kognitif, sosial, psikologis, dan moral (Santrock, 2003). Masa ini dimulai dari usia 12-22 tahun (Monks, 1999).
Di dalam masa
perkembangan remaja, mereka mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan peer group (teman sebaya) dan akan menjauh dari keluarganya (Sarlito, 2012). Remaja dalam tahap perkembangannya yang sedang mencari identitas diri, cenderung mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, selalu ingin mencoba hal-hal baru, mudah terpengaruh dengan peer group (Sarlito, 2012). Dengan adanya media sosial pemenuhan kebutuhan remaja dalam mencari identitas diri serta menjalin hubungan dengan peer group
terbantu. Menggunakan
media sosial seperti facebook telah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari ratusan juta orang di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, menurut Nielson (2010) 23% waktu masyarakatnya di gunakan untuk online media sosial, sekitar dua kali lipat waktu yang di habiskan pada setiap aktivitas online. Sedangkan pengguna internet di Korea menghabiskan waktunya sekitar 14 jam per minggu untuk menggunakan internet (Jeong & Kim, 2010). Waktu yang dihabiskan pengguna media sosial setiap harinya mendorong
individu untuk selalu mengetahui perkembangan informasi dan
menjadikannya sebagai bagian dari aktivitas kehidupan sehari-hari mereka (Boyd & Ellison, 2007). Menurut survey dari checkfacebook.com (2013), Indonesia menyumbang sebanyak 47.961.820 pengguna facebook dan menjadikan Indonesia negera ke empat yang sering mengakses facebook dengan presentase laki-laki 59,1% (28.426.460 pengguna) dan perempuan 40,9% (19.687.320 pengguna). Penggunaan media sosial
yang tinggi di harapkan lebih banyak memberikan manfaat kepada individu dibandingkan dengan dampak negatif yang ditimbulkan. Facebook didesain oleh Mark Zuckerberg untuk tetap berhubungan dengan sesama mahasiswa dari Universitas Harvard pada tahun 2004 (Kaplan & Haenlein, 2009). Pada tahun terbentuknya facebook tercatat 21 juta pengguna (Needham & Company, 2007). Pada tahun 2009, facebook mencakup lebih dari 49 juta pengguna. Pengguna facebook dapat menambah teman dengan mengundangnya menjadi anggota. Mungkin dapat menerima atau menolak sehingga memberikan self-control untuk daftar teman-temannya. Pengguna dapat mengontrol berapa banyak informasi dengan pengaturan privasi mereka (Pempek, Yermolageva, & Calvert, 2009). Hasil survey menyatakan dari beberapa perguruan tinggi di Midwest AS menemukan bahwa Mereka 91% partisipan menggunakan situs facebook.com (Wiley & Sisson, 2006). Menghabiskan waktu di situs jejaring sosial dan sudah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari sebagian besar dewasa muda AS. Dalam satu studi di AS dilaporkan menggunakan facebook rata-rata 10 sampai 30 menit setiap hari (Ellison, Steinfield, & Lampe, 2007). Studi lain menemukan bahwa sekitar setengah dari usia 1217 tahun log in situs jejaring sosial setiap hari: 22% log in ke situs jejaring sosial beberapa kali per hari, 26% sekali sehari, 17% tiga sampai lima hari per minggu, 15% satu atau dua hari per minggu, dan hanya 20% setiap beberapa minggu (Lenhart & Madden, 2007). Dalam segi pendidikan, remaja menggunakan teknologi untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dengan mediasi laptop, komputer, telepon seluler, dan sejenisnya melalui browsing internet. Mereka mengakses internet di berbagai tempat
seperti di rumah, perpustakaan, kafe yang terhubung internet, dan tempat yang lainnya (Lazarus, 2010). Dampak positif yang yang ditimbulkan pengguna media sosial adalah mereka dapat tetap terhubung dengan kerabat (Jeffries dan Szarek, 2010). untuk mendapatkan informasi dan bertukar informasi yang terbaru (Boyd dan Allison, 2007), berinteraksi dan mempertahankan persahabatan dibandingkan untuk berkenalan dengan teman baru (Ellison, Steinfield, & Lampe, 2007) sedangkan, menurut Lenhart & Madden (2007) sekitar setengah dari remaja menggunakan situs jejaring sosial untuk mencari teman baru dan sekitar setengah dari mahasiswa di Amerika Serikat menggunakan facebook untuk membiarkan orang lain mengetahui tentang dirinya dan aktivitas yang dilakukannya (Wiley & Sisson, 2006). Di sisi lain, dampak negatif yang ditimbulkan media sosial menurut Krasnova, Gunther, Spiekermann, & Koroleva (2009) bahwa terdapat masalah privacy terkait dengan etika dalam menggunakan media sosial. Hal tersebut dapat kita buktikan dengan kasus individu yang mempublikasikan informasi tentang kegiatan dan keadaan seharihari, seperti keadaan rumah kosong. Informasi tersebut dapat mengundang tindakantindakan kriminal. Tahun 2010, Komisi Nasional Perlindungan Anak telah menerima lebih dari 100 laporan remaja hilang yang di awali pertemanan di facebook di antaranya adalah Febriani alias Ari (18) terancam 15 tahun penjara karena telah membawa kabur Nova (14) yang dikenal melalui facebook (DetikNews, 9 Februari 2010). Di Jakarta, remaja 14 tahun hilang 5 hari karena di bawa kabur teman yang dikenalnya lewat facebook dan mengalami kehilangan ponsel (DetikNews, 11 Februari 2010). .Empat siswa Tanjung Pinang dipecat dari sekolah karena menghina guru melalui facebook dan seorang remaja
usia 18 tahun divonis pengadilan Negeri Bogor karena menghina teman melalui facebook (Juditha, 2011). Menurut Lazirinis (2009) mengakses ke situs dewasa, pecandu game online dan perjudian, kekerasaan game online, social disclosure (pengungkapan di media sosial), rasis, pembuatan bom, menggunakan narkoba, atau penggunaan tembakan, dan menfitnah teman
merupakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan
facebook. Oleh karena itu, facebook bisa berdampak positif dan negatif tergantung bagaimana kita menggunakannya. Gailiot, Gitter, Baker, & Baumeister (2012) self-control yang rendah meningkatkan pelanggaran standar nilai sosial. Perilaku berisiko yang termasuk pelanggaran terhadap standar nilai adalah mencuri, menggunakan narkoba, dan memfitnah teman. Individu yang memiliki self-control yang rendah menurut Gottfredson & Hirschi (1990) adalah individu yang mengikuti kata hati, tidak peka, egois, dan bertindak tanpa berpikir ulang. Sedangkan, individu yang memiki self-control yang tinggi mempunyai kedisplinan diri dalam melakukan sesuatu hal, berpikir dengan matang sebelum melakukan sesuatu, dapat mengontrol dirinya dalam segi kesehatan dan etika sosial, kemudian mampu menyelesaikan tugas yang diberikan (Tangney, Baumeister, & Boone, 2004). Ketidakmampuan untuk mengkontrol diri dalam penggunaan media sosial dapat mengakibatkan secara bertahap hilangnya privasi individu, penipuan identitas, pelecehan, dan cyber-bullying (misalnya, beredar rumor palsu tentang seseorang) dan tindakan-tindakan buruk lainnya (Lazarinis, 2010).
Meningkatnya intensitas penggunaan facebook yang sebagian besar diantaranya adalah remaja merupakan fenomena yang berkembang saat ini. Sedikit banyak waktu yang digunakan pengguna facebook dapat berdampak positif dan negatif. Di sini peran self-control di kalangan remaja sangat penting. Self-control sebagai fondasi untuk tidak mengikuti kemauan sesaat. (Lestari, 2013).
METODE PENELITIAN
Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik subjek yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah remaja Jakarta dengan rentang usia 14-18 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dan memiliki akun facebook.
Alat Ukur Penelitian
Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah self-control scale (Lampiran 1)dan facebook intensity scale (lampiran 2).
-
Alat Ukur Self-Control Alat ukur self-control di adaptasi untuk penelitian ini dari Tangney,
Baumeister & Boone (2004). Jumlah items self-control ada 36. Menggunakan skala 1 (sama sekali bukan saya) sampai dengan skala 5 (sangat seperti saya). Contoh item seperti, “Saya tidak mudah dipatahkan motivasinya”. Alat ukur selfcontrol ini sudah digunakan lebih dari 60 penelitian (Tangney, Baumeister & Boone, 2004).
-
Alat ukur facebook intensity Alat ukur facebook intensity scale berdasarkan penelitian dari Ellison,
Steinfield, & Lampe (2007). Mengukur
sejauh mana individu secara aktif
terlibat dalam kegiatan facebook. yang digambarkan melalui 8 items yang digunakan dalam penelitian mereka dengan skala 1 (sangat tidak setuju) sampai skala 5 (sangat setuju). Contoh item seperti, Facebook merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari saya.
Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode survey karena data penelitian adalah angka yang akan diolah secara statistik. Desain penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental, dengan menggunakan kuesioner (skala likert) sebagai instrumen penelitian. Sementara tujuan teknik analisis yang digunakan adalah analisis korelasional, yaitu melihat hubungan antar variabel.
Prosedur Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan pembuatan proposal. Setelah proposal diterima dilanjutkan dengan mengumpulkan instrumen penelitian yang sesuai. Peneliti mendapatkan instrumen self control dan facebook intensity. Kemudian kedua instrumen tersebut diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Proses adaptasi dilakukan oleh dua orang yang ahli dalam Bahasa Inggris. Pertama, kedua instrumen ditranslasi kedalam Bahasa Indonesia oleh pihak pertama. Lalu pihak kedua melakukan back translation kedalam Bahasa Inggris. Hal ini bertujuan untuk melihat kesesuaian makna dari alat ukur yang asli dengan alat ukur yang sudah
ditranslasi. Setelah itu, kedua instrumen yang telah ditranslasi tersebut dikonsultasikan kembali dengan dosen pembimbing. Setelah selesai, peneliti menpersiapkan informed consent untuk mendapatkan persetujuan dari partisipan.
Pelaksanaan Penelitian Penyebaran kuesioner pada remaja SMA di Jakarta dengan rentang usia 14 sampai 18 tahun dan mempunyai akun facebook. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pilot study dengan menyebar kuesioner kepada 50 orang partisipan untuk mengetahui reliabilitas dan validitas dari alat ukur yang sudah peneliti adaptasi tersebut. Hasil analisa dari pilot study sudah membuktikan bahwa alat ukur tersebut sudah valid dan reliabel, oleh karena itu peneliti dapat melakukan field study pada tanggal 15 juli- 20 juli 2013.
HASIL DAN BAHASAN Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek penelitian ini mempunyai rentang umur 14 sampai 18 tahun, n=212, seluruh partisipan berasal dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Katagorisasi Self-Control Untuk mengetahui tingkat self-control pada subjek digunakan katagorisasi rentang. Rentang dibagi menjadi dua interval dengan kategori tinggi dan rendah. Adapun tingkat self-control pada subjek, dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.5 Tabel kategori self-control Interpretasi
Interval skor
n
(%)
Tinggi
108-180
175
85
Rendah
36-107
31
15
212
100
Total
Dari table diatas menunjukkan, n=212, subjek yang memiliki self-control yang tinggi (n=175, 85%) lebih banyak daripada subjek yang memiliki self-control yang rendah. (n=31, 15%). Katagorisasi Intensitas Penggunaan Facebook Untuk mengetahui tingkat intensitas penggunaan facebook pada subjek digunakan katagorisasi rentang. Rentang dibagi menjadi dua interval dengan kategori tinggi dan rendah. Adapun tingkat intensitas penggunaan facebook pada subjek, dapat dilihat pada table berikut: Tabel 4.5 Tabel kategori intensitas penggunaan facebook Interpretasi
Interval skor
n
(%)
Tinggi
18-30
21
10
Rendah
6-17
191
90
212
100
Total
Dari tabel diatas menunjukkan, n=212, subjek yang memiliki intensitas penggunaan facebook yang rendah (n=191, 90%) lebih banyak daripada subjek yang memiliki intensitas penggunaan facebook yang tinggi. (n=21, 10%).
Gambaran teman facebook yang di miliki subjek penelitian Dapat diketahui bahwa subjek terbanyak yang mempunyai jumlah teman facebook lebih dari 400 (n=141, 66,5%), jumlah teman facebook antara 101-150 (n=19, 9,0%), jumlah teman facebook antara 151-200 (n=11, 5,2%), jumlah teman facebook antara 201-250 (n=10, 4,7%), jumlah teman facebook antara 251-300 (n=8, 3,8%), jumlah teman facebook antara 51-100 (n=7, 3,3%), jumlah teman facebook antara 10-50 (n=4, 1,9%), dan sisanya jumlah teman facebook kurang dari 10 (n=1, 0,5%). Gambaran waktu yang digunakan subjek menggunakan facebook dalam seminggu Tabel 4.7 waktu yang digunakan subjek menggunakan facebook dalam seminggu
Kurang dari 10 mnt 10-30 menit 31-60 menit 1-2 jam 2-3 jam Lebih dari 3 jam Total
n 60 73 28 24 7 20 212
(%) 28,3 34,4 13,2 11,3 3,3 9,4 100
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa subjek terbanyak menggunakan facebook oleh subjek dengan intensitas 10-30 menit per minggu (n=73, 38,4%), kurang dari 10 menit per minggu (n=60, 28,3%), 31-60 menit per minggu (n=28, 13,2%), 1-2 jam per minggu (n=24, 11,3%), lebih dari 3 jam per minggu (n=20, 9,4%), dan 2-3 jam per minggu (n=7, 3,3%). Penggunaan Facebook Hasil analisis data yang telah dilakukan terhadap n=212 partisipan menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara self-control dengan
intensitas penggunaan facebook pada remaja Jakarta karena para pengguna facebook di kalangan remaja Jakarta mempunyai self-control yang tinggi
Penggunaan facebook berdasarkan usia dan tahun penggunaan facebook Dari gambaran umum subjek berdasarkan usia 14-18 tahun terlihat bahwa yang paling banyak penggunaan facebook nya yang berusia 15 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Juditha (2011) tentang penggunaan situs jejaring sosial facebook, yaitu pengguna facebook dengan rentang usia 11-15 tahun. Menurut hasil penelitian ini tahun 2010 di tempati penggunaan facebook terbesar, sedengankan usia remaja Jakarta saat itu berusia 12 tahun. Perkembangan teknologi yang cepat mempengaruhi remaja dalam berhubungan sosial melalui media facebook (Sarwono, 2012) Pembahasan hasil rentang skor self-control dan intensitas penggunaan facebook Dalam kategorisasi self-control, remaja Jakarta dalam penelitian ini memiliki tingkat self-control yang tinggi, dimana ketika remaja melakukan sesuatu hal mereka berpikir dengan matang dampak positif dan negatifnya. Ketika remaja menggunakan waktunya untuk online facebook, mereka mengetahui batasannya dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Dalam kategorisasi intensitas penggunaan facebook , remaja Jakarta dalam penelitian ini memiliki tingkat intensitas penggunaan facebook yang rendah, dimana ketika remaja melakukan online facebook, mereka mengetahui
batasannya dan tidak mengganggu
pola makan, tidur dan dapat dikatakan
mempunyai kedisiplinan diri yang tinggi.
Pembahasan teman facebook yang dimiliki subjek dan intensitas dalam penggunaan facebook Berdasarkan gambaran hasil dalam penelitian ini teman facebook yang dimiliki remaja Jakarta lebih dari 400 teman. Ini sesuai dengan intensitas penggunaan facebook di kalangan remaja yang rata-rata hanya 10-30 menit setiap minggu, karena dilihat berdasarkan tahun pembuatan facebook yang tertinggi pada tahun 2010, kemungkinan mereka sudah beralih ke media sosial yang lain. Implikasi penelitian Pelatihan self-control sebaiknya ditanamkan sejak kecil seperti menerapkan kedisiplinan diri (self-disiplin). Tidak hanya di rumah tetapi di sekolah sebagai sarana pendidikan, Penerapan self-control diperlukan bagi remaja misalnya dengan cara melarang menggunakan handphone di saat pelajaran berlangsung. Sehingga tujuan jangka panjangnya diharapkan menjadi sebuah kebiasaan yang baik, agar ketika remaja tumbuh menjadi dewasa mereka mempunyai self-control yang baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil analisa yang terdapat pada bab sebelumnya, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara self-control dengan intensitas penggunaan facebook pada remaja. Saran Penelitian selanjutnya sebaiknya merekrut sampel yang merepresentasikan wilayah Jakarta yaitu Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan. Memperluas penelitian dengan menambah jumlah partisipan. Mengukur variable self-control dengan variable lain seperti Twitter dan menjelaskan istilah-istilah yang tidak familiar di kalangan partisipan. REFERENSI Azwar, S. (2000). Sikap manusia: Teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Baumeister, F.R., orster, G., Hofmann, W., & Vohs, D. K. (2012). Everyday Temptations: An Experience Sampling Study of Desire, Conflict, and SelfControl. Journal of Personality and Social Psychology. 102 (6), 1320.
Baumeister, F. R. & Exline, J. J. (2000). Self-control, morality, and human strength. Journal of social and clinical psychology, 19 (1), 29-30. Baumeister, R. F., Vohs, K. D., & Tice, D. M. (2007). The strength model of selfcontrol. Association for psychological science. 16 (6). 352-354.
Boyd, D. M., & Ellison, N. B. (2007). Social network sites: definition, history, and scholarship. Journal of Computer-Mediated Communication. 13 (1).
Carver, C. S. & Scheier, M. F. (1982). Control theory: A useful conceptual framework for personality-social, clinical, and health psychology. Psychological bulletin. (92), 111-135.
Carver, C. S. & Johnson, S. L. (2010). Authentic and huberistic pride: Differential relations to aspect of goal regulation, affect, and self-control. 44 (6), 5.
Demiray, E. (2009). Information of technologies and women. Spotlight articles. (7),310.
Ellison, N. B., Steinfield, C., & Lampe, C. (2007). The benefits of Facebook “friends:” Social capital and college students' use of online social network sites. Journal of Computer-Mediated Communication, 12(4), 1143–1168.
Ellison, N.B., Steinfield, C., & Lampe, C. (2010). Connection strategies: Social capital implications of Facebook-enabled communication practices. New Media & Society.
Gailliot, M. T., Baumeister, R. F., & Schmeichel, B. J. (2006). Self-regulatory processes defend against the threat of death: effects of self-control depletion and trait selfcontrol on thoughts and fears of dying. 91 (1), 51.
Gailiot, M. T., Gitter, S. A., Baker, D. M., & Baumeister, R. F. (2012). Breaking the rules : low trait or state self control increases social norm violations. Scientific Research , 3, 10741083.
Gottfredson & Hirschi. 1990. Self Control and Crime. New York: Guilford Press.
Hollander, R. (2012). Crime, punishment, and the psychology of self-control. Emory Law Journal. (61), 523.
Hurlock, P. B. (1973). Adolecent Development. Tokyo: McGraw-Hill, Kogakhusa, Ltd. Juditha, C. (2011). Hubungan penggunaan situs jejaring sosial facebook terhadap erilaku remaja di kota Makassar. 13 (1), 13.
Jeong, M. K. & Kim, A. E. (2010). Technological diffusion, internet use and digital divide in South Korea. 41 (1), 31-52. Kaplan, A., M. & Haenlein, M. (2009). The fairyland of second life: about virtual worlds and how to use them. Business Horizons. (52), 563-572.
Kaplan, A., M. & Haenlein, M. (2010). Users of the world, unite! The challenges and opportunities of social media. Business Horizons. (53), 59-68.
Krasnova, H., Gunther, O., Spiekermann, S. & Koroleva, K. (2009). Privacy concerns and identity in online social networks. Identity in the Information Society. 2 (1), 39-63.
Lazirinis, F. (2010). Online risks obstructing safe internet access for students. Emerald journal. 28 (1), 160-164. Lenhart, A., Purcell, K., Smith, A., & Zickuhr, K. (2010). Social media & mobile internet use among teens and young adults. Pew internet & American life project. Lenhart, A., & Madden, M. (2007). Teens, privacy & online social networks: How teens manage their online identities and personal information in the age of MySpace. Washington, DC: Pew Internet & American Life Project.
Maloney, P. W., Grawitch, M. J., & Barber, L. K. (2012). The multi-factor structure of the brief self-control scale: Discriminant validity of restraint and impulsivity. 46, 112.
Neisser, U. (1976). Cognition and reality. San Francisco: Freeman.
Nielsen (2010). What Americans Do Online: Social Media And Games Dominate Activity. Nielsen Wire.
Norman, D. A. (1981). Categorization of action slips. Psychological Review. (55), 1-15.
Pempek, T. A., Yermolayeva, Y. A., Calvert, S. L. (2009). Collage students social networking experiences on facebook. Journal of applied developmental psychology. (30), 227-238.
Powers, W. T. (1973). Behavior: The control of perception. Chicago: Aldine. (a)
Powers, W. T. (1973). Feedback: Beyond behaviorism. Science. 351-356. (b)
Santrock, J. W. (2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga. Sarwono, W. S. (2012). Psikologi remaja. Jakarta: PT rajagrafindo persada.
Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi (mixed methods). Bandung: alfabeta CV.
Tangney, Baumeister & Boone. (2004). High self-control predicts good adjustment, less pathology, better good, and interpersonal success. Journal of personality. 72(2), 282-315.
Wiley, C., & Sisson, M. (2006). Ethics, accuracy and assumption: The use of Facebook by students and employers. Paper presented at the Southwestern RIWAYAT PENULIS Diyana Dwi Lestari di kota Jakarta pada tanggal 6 Desember 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang psikologi pada tahun 2013.