HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEBAHAGIAAN PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh :
ERLINDA HAYU D F 100 070 183
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEBAHAGIAAN PADA REMAJA Erlinda Hayu D* Partini* Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi. Semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia tujuan utamanya yaitu untuk memperoleh kebahagiaan. Demikian pula yang dialami oleh remaja, bahwa remaja juga ingin bisa hidup bahagia, jauh dari segala masalah. namun pada kenyataannya ada sebagian remaja yang tidak bahagia dan mengalami kesepian sehingga cenderung mengalami depresi. Salah satu faktor yang berpengaruh pada kebahagiaan yakni persahabatan. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui hubungan antara persahabatan dengan kebahagiaan pada remaja, sehingga penulis mengajukan hipotesis ”Ada hubungan antara persahabatan dengan kebahagiaan pada remaja”. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa psikologi, UMS angkatan 2014 yang berada di rentang usia remaja akhir yang berjumlah 77 subjek. Teknik pengambilan sampel adalah yaitu incidental sampling. Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap variabel-variabel penelitian ada 2 macam alat ukur, yaitu : (1) skala persahabatan, dan (2) skala kebahagiaan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi spearman rho. Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh korelasi positif yang sangat signifikan antara persahabatan dengan kebahagiaan pada remaja dengan (r) sebesar 0,577 dengan p<0,01. Artinya, semakin tinggi persahabatan yang dialami remaja maka semakin tinggi pula kebahagiaan yang dialami remaja dan sebaliknya, semakin rendah persahabatan yang dialami remaja maka semakin rendah kebahagiaan yang dialami remaja. Rerata empirik variabel persahabatan sebesar 96,42 > 87,5. Jadi rerata empirik > rerata hipotetik yang berarti pada umumnya persahabatan pada mahasiswa Psikologi angkatan 2014 adalah tinggi. Selanjutnya rerata empirik kebahagiaan yang dibandingkan dengan rerata hipotetik yakni rerata empirik sebesar 62,77 dan rerata hipotetik sebesar 65. Jadi rerata empirik > rerata hipotetik yang berarti pada umumnya mahasiswa psikologi angkatan 2014 mempunyai kebahagiaan sedang. Peranan persahabatan terhadap kebahagiaan (SE) sebesar 31,7%, sehingga masih terdapat 68,3% faktor lain selain persahabatan yang mempengaruhi kebahagiaan pada remaja.
Kata kunci : Persahabatan, Kebahagiaan, Remaja
perasaan mendalam yang membuat seseorang merasa senang dan nyaman. Kebahagiaan menciptakan kegairahan dan membangun energi yang positif. Sehingga dari energi positif tersebut diharapkan anak yatim dapat tumbuh dan berkembang secara sehat jasmani serta rohaninya. Menurut Cohen (2004) bahwa kebahagiaan merupakan sebuah emosi yang positif atau perasaan yang dapat digambarkan dengan kata-kata seperti kesenangan, sebuah pemahaman pada kesejahteraan, kepuasan, dan lain sebagainya. Namun demikian, harapan agar semua remaja dapat bahagia tidaklah mudah karena masa remaja merupakan masa yang penuh pergolakan jiwa, mereka akan mudah terpengaruh, mudah emosional dan mengalami goncangan (Gunarsa, 2003). Seperti dikatakan oleh Santrock (2003), bahwa masa remaja merupakan masa krisis identitas dan mereka mengalami posisi yang ambigu. Hal yang demikian menyebabkan remaja menjadi tidak stabil, agresif, konflik antara sikap dan perilaku, kegoyahan emosional dan sensitif, terlalu cepat dan gegabah untuk mengambil tindakan yang ekstrim. Dari sifat remaja yang mudah mengalami kegoyahan emosional tersebut menyebabkan remaja tidak mudah untuk mempertahankan emosinya yang positif sehingga sebagian besar kurang dapat mempertahankan rasa syukur, dan dimasa yang penuh krisis identitas tersebut menyebabkan remaja kadangkala kurang dapat menerima kenyataan yang ada pada dirinya yang menyebabkan remaja merasa kurang bahagia. Penelitian yang dilakukan oleh Fajarwati (dalam Pramesti, 2011) membuktikan bahwa remaja memiliki
PENDAHULUAN Semua orang menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Aristoteles (dalam Bertens, 2004) menyebutkan bahwa kebahagiaan merupakan tujuan utama dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan terpenuhinya kebutuhan hidup dan ada banyak cara yang ditempuh oleh masing-masing individu. Orang bekerja untuk memperoleh penghasilan dan pencapaian karier. Orang berkeluarga untuk memenuhi kebutuhan akan cinta dan kasihsayang. Begitu pula orang belajar untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu pengetahuan. Semua kegiatan tersebut dilakukan untuk memperoleh satu tujuan, yaitu kebahagiaan. Demikian pula yang dialami oleh remaja, bahwa remaja juga ingin bisa hidup bahagia, jauh dari segala masalah. Remaja yang tidak bahagia atau mengalami kesepian cenderung akan mengalami depresi. Rasa bahagia itu sendiri akan dapat dirasakan dan diraih oleh individu apabila individu tersebut mampu merasakan kenikmatan, namun kemampuan merasakan kenikmatan akan tumbuh apabila ada rasa syukur. Sehingga apabila individu tidak mempunyai rasa syukur maka segala hal yang diperoleh akan dirasakan selalu kurang dan hal itulah yang menyebabkan individu tidak dapat merasakan kebahagiaan. Dengan kata kebahagiaan merupakan kesiapan diri untuk menerima keadaan sebagaimana adanya, sedangkan individu yang paling tidak bahagia adalah individu yang tidak bisa menerima kenyataan yang ada pada dirinya (Sabil, 2013). Kebahagiaan menurut Melwani (2011) adalah sebuah emosi, semacam
1
kecemasan, khawatir terhadap masa depan, kelanjutan studi dan reaksireaksi dari orang lain, berada dalam kesedihan masa sendiri dan terasing dari kehidupan luar, serta yang lebih parah yakni mengalami depresi. Selain itu, remaja yang tidak bahagia akan merasa kesepian dan yang pada akhirnya akan menjurus ke peyimpangan perilaku seperti lari ke minum-minuman keras serta bunuh diri (Bell dan Wenz dalam Cheng dan Furnham, 2002). Seperti dilaporkan oleh Women’s Health Weekly dari Kanada melaporkan, ”Dua puluh lima persen gadis berusia 16 hingga 19 tahun akan mengalami serangan depresi yang serius.” yang menyerang baik anak perempuan maupun anak laki-laki. Menurut U.S.News & World Report, setiap tahun sebanyak lima ribu anak muda bunuh diri hanya karena mengalami depresi dan merasa kurang bahagia ( Naomi, 2005 ). Demikian juga yang terjadi di kalangan remaja yang baru menginjak tahun-tahun pertama bangku kuliah, bahwa remaja yang sudah berstatus mahasiswa tersebut ada sebagian yang kurang merasakan kebahagiaan, dimana mereka harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru, sehingga apabila kurang mampu beradaptasi maka remaja sebagai mahasiswa baru tersebut akan merasakan kesedihan terutama kalau sulit dalam mencari teman dan sahabat yang baru. Oleh karena itu penting kiranya untuk mencari faktor-faktor yang membuat remaja dapat merasakan kebahagiaan, dan salah satu faktor yang menentukan kebahagiaan seseorang menurut Argyle (1987) adalah persahabatan. Persahabatan dengan teman sebaya didapati memainkan
peran penting pada masa remaja, terutama dalam hal memberikan dukungan sosial dan dalam rangka berbagi serta kebersamaan aktivitas. Ditambahkan oleh Berndt (2002) bahwa persahabatan yang terjadi sejak kanak-kanak hingga remaja berkembang dari permainan dan aktivitas yang sama-sama diminati, dari saling berbagi perasaan, emosi serta keterbukaan diri. Kurt (dalam Ahmadi, 1991) mengemukakan bahwa persahabatan adalah hubungan pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan; sedangkan hubungan pertemanan merupakan hasil dari suatu hubungan formal dan suatu tingkat permulaan dalam perkembangan kearah persahabatan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cheng dan Furnham (2002) ditemukan bahwa persahabatan dengan teman sebaya akan menjadi penting bagi kebahagiaan seorang remaja, karena remaja tersebut mendapatkan manfaat berupa dukungan sosial, berbagi dan menikmati permainan dan aktivitas yang sama-sama diminati serta mendapat umpan balik yang positif. Dalam studi tersebut juga ditemukan bahwa remaja perempuan lebih cenderung mempunyai hubungan persahabatan yang lebih baik dibandingkan dengan pria. Berdasarkan uraian diatas, penulis memiliki harapan bahwa remaja dapat merasakan kebahagiaan. Oleh karena itu pertanyaan penelitian yang diajukan oleh penulis adalah apakah ada hubungan antara persahabatan dengan kebahagiaan? Sehingga penulis merumuskan judul penelitian ini “Hubungan Antara
2
Persahabatan Dengan Pada Remaja”.
Kebahagiaan
Adapun definisi dari keempat aspek tersebut adalah: a. Kenikmatan adalah percikanpercikan kecil dari kebahagiaan yang timbul dari melakukan hal-hal yang kecil. b. Kegembiraan adalah impian, cita cita dan keinginan yang kemudian menjadi kenyataan. c. Sukacita adalah kenikmatan dan perasaan positif dari kegembiraan yang memberikan sensasi yang luar biasa. d. Kepenuhan adalah nirvana atau moksa atau tujuan akhir dari kebahagiaan itu sendiri dimana berisikan keadaan yang penuh dengan sukacita. Myers dan Diener (dalam Grinde, 2002) menyatakan empat aspek kepribadian yang berhubungan dengan kebahagiaan yaitu (1) ekstrovert lebih bahagia; (2) menyukai diri sendiri; (3) optimisme; dan (4) kontrol pribadi dari kehidupan.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara persahabatan dengan kebahagiaan. 2. Untuk mengetahui tingkat persahabatan subjek. 3. Untuk mengetahui tingkat kebahagiaan dari subjek. 4. Untuk mengetahui sumbangan efektif persahabatan terhadap kebahagiaan. LANDASAN TEORI Kebahagiaan Menurut Cohen (2004) bahwa kebahagiaan merupakan sebuah emosi yang positif atau perasaan yang dapat digambarkan dengan kata-kata seperti kesenangan, sebuah pemahaman pada kesejahteraan, kepuasan, dan lain sebagainya. Argyle (dalam Gupta & Kumar, 2010), mendefinisikan kebahagiaan sebagai tingkat kepuasan rata-rata selama periode tertentu bersama dengan frekuensi dan tingkat pengaruh positif dan tidak adanya dampak negatif relatif. Menurut Seligman (2002) kebahagiaan adalah mengalami emosi positif tentang kepuasan akan masa lalu, optimistis akan masa depan, kebahagiaan pada masa sekarang dan kebahagiaan merupakan faktor yang memanjangkan usia, juga meningkatkan kesehatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan Menurut Myers (dalam Miller, 2001) bahwa kontribusi faktor kebahagiaan ada tiga, yaitu uang, hubungan, dan agama. Menurut Pradiansyah (2010) faktor untuk mencapai kebahagiaan adalah kekayaan, kesehatan yang baik, persahabatan, dan pikiran. Sedangkan menurut Johnson (dalam Lubis & Abbdinnah, 2011) mengatakan ada delapan faktor yang bisa membuat bahagia yaitu: a. Optimistis Semua dimulai dengan rasa optimistis. Jika dapat menjinakkan pikiran-pikiran negatif dan belajar membentuk pola pikir positif dari
Aspek-aspek kebahagiaan Menurut Melwani (2011) aspek kebahagiaan terdiri dari kenikmatan, kegembiraan, sukacita, dan kepenuhan.
3
kesadaran kita, semuanya tidak akan menjadi masalah yang berarti. b. Tujuan hidup Mengksplorasi kebutuhan aktualisasi diri sendiri, memotivasi diri dan jadilah diri sendiri. c. Kesadaran diri Socrates mengatakan, kita akan mengenal diri sendiri. Karenanya, kenali diri sendiri dan mulailah memotivasi diri untuk mencapai tujuan. d. Aksi Mengambil sedikit risiko dalam hidup untuk mendapatkan kesempatan tak terduga dalam mencapai tujuan. e. Energi Untuk mencapai tujuan dan dalam melaksanakan aksi-aksi, dibutuhkan banyak energi. Jangan sampai tujuan hanya sebuah kata namun tanpa realisasi. f. Bijaksana Bijaksana adalah dengan mengambil apa yang kita tahu, siapa diri kita, dan apa yang kita lakukan. g. Keberanian Keberanian untuk mengekspresikan diri dan hidup. h. Cinta Belajar dan berlatih dengan ketekunan yang sama, kesabaran, kegigihan, dan bermain-main. Ada lagi tambahan pendapat menurut Argyle (1987) bahwa salah satu faktor yang menentukan kebahagiaan seseorang adalah persahabatan. Persahabatan dengan teman sebaya didapati memainkan peran penting pada masa remaja, terutama dalam hal memberikan dukungan sosial dan dalam rangka berbagi serta kebersamaan aktivitas. Ditambahkan oleh Berndt (2002)
bahwa persahabatan yang terjadi sejak kanak-kanak hingga remaja berkembang dari permainan dan aktivitas yang sama-sama diminati, dari saling berbagi perasaan, emosi serta keterbukaan diri. Persahabatan Persahabatan melibatkan kesenangan, penerimaan, kepercayaan, saling menghormati, saling mendukung, perhatian dan spontanitas (Davis dalam Hall, 2009). persahabatan itu sendiri menurut Mendelson (dalam Brendgen, dkk., 2001) adalah suatu proses bagaimana fungsi persahabatan (hubungan pertemanan, pertolongan, keintiman, kualitas hubungan yang dapat diandalkan, pengakuan diri, rasa aman secara emosional) terpuaskan. Menurut Hartup, dkk (dalam Brendgen, dkk., 2001), persahabatan adalah hubungan yang memiliki aspek kualitatif pertemanan, dukungan dan konflik. Kualitas persahabatan ditentukan bagaimana suatu hubungan persahabatan berfungsi secara baik dan bagaimana pula seseorang dapat menyelesaikan dengan baik-baik apapun konflik yang ada. Aspek-aspek persahabatan Aboud dan Mendelson (dalam Brendgen, dkk., 2001) mengungkapkan kualitas suatu hubungan persahabatan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang dapat berfungsi dengan baik. Aspekaspek tersebut antara lain: a. Mendorong hubungan pertemanan (stimulating companionship) Mengarahkan kepada aktifitas bersama yang membangkitkan kesenangan, kegembiraan, dan gairah atau semangat. b. Pertolongan (help)
4
Aspek ini mengarah pada penyediaan atau pemberian tuntutan, bantuan, pemberian informasi, saran dan bentuk bantuan lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan sahabatnya. c. Keintiman (Intimacy) Aspek keintiman merupakan keadaan dimana individu bersikap peka terhadap kebutuhan dan kondisi sahabatnya. Disamping itu, dalam dimensi terdapat kesediaan untuk menerima sahabat apa adanya. d. Kualitas hubungan yang dapat diandalkan (relaibel alliance) Mengarah pada kesanggupan untuk mengandalkan keberadaan dan loyalitas sahabatnya. Disamping itu, aspek ini menunjukkan bagaimana konflik yang terjadi pada pasangan sahabat diselesaikan dengan baik. e. Pengakuan diri (self validation) Mengarah pada penerimaan akan orang lain untuk meyakinkan, menyetujui, mendengarkan, dan menjaga gambar diri sahabatnya sebagai pribadi yang kompeten dan berharga. Hal ini seringkali dicapai dengan perbandingan sosial akan atribut serta kepercayaan seseorang. f. Rasa aman secara emotional (emotional security) Mengarah pada rasa aman dan keyakinan yang diberikan seorang individu pada situasi-situasi yang baru atau mengancam sahabatnya.
Kemiripan atau kesamaan yang dapat mempererat hubungan antar pribadi adalah dalam hal pandangan atau sikap. Persamaan juga sebagai ikatan ketertarikan pada hubungan yang akrab. b. Saling Menilai Positif Kemudian yang memperkuat hubungan antar pribadi adalah saling menilai positif sehingga timbul perasaan atau kesan suka sama suka antara kedua pihak. Ungkapan penilaian positif dapat dilakukan secara non lisan, yaitu melalui gerak, perubahan wajah, kedipan mata dan sebagainya, atau lisan. Menurut Baron & Byrne (2004), faktor-faktor pembentukan persahabatan yaitu: a. Ketertarikan Secara Fisik Salah satu faktor yang paling kuat dan paling banyak dipelajari adalah ketertarikan secara fisik. Aspek ini menjadi penentuan yang utama dari apa yang orang lain cari untuk membentuk sebuah hubungan. Apakah pertemanan atau perkenalan yang terus menerus berkembang tergantung pada ketertarikan secara fisik dari masingmasing individu b. Kesamaan Salah satu alasan kita ingin mengetahui kesukaan dan ketidaksukaan orang lain adalah karena kita cenderung menerima seseorang yang memiki berbagai kesamaan dengan kita untuk menjalin sebuah persahabatan. Kesamaan mereka dari berbagai jenis karakteristik dan tingkat yang mereka tunjukan. c. Timbal Balik Adanya rasa saling menguntungkan yang didapatakan dari persahabatan sehingga sebuah persahabatan mungkin menjadi
Faktor-faktor pembentuk persahabatan Sarwono (2002) mengungkapkan ada dua hal yang berpengaruh dalam pembentukan persahabatan, yaitu : a. Kemiripan
5
berkembang kearah yang lebih baik lagi. Berdasarkan kerangka teoritis yang dikemukakan, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu “Ada hubungan positif antara persahabatan dengan kebahagiaan remaja”. Semakin tinggi persahabatan pada remaja maka semakin tinggi kebahagiaannya. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah persahabatan pada remaja maka semakin rendah kebahagiaannya.
Adanya persahabatan yang tinggi pada mahasiswa angkatan 2014 karena diantara mahasiswa tersebut saling membutuhkan dalam bekerjasama menciptakan kelompokkelompok tugas yang diberikan oleh dosen. Maka ari tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh para dosen tersebut membuat mereka akrab satu sama lain, dan karena ada kebutuhan saling mendukung maka pada akhirnya tercipta aspek dukungan dan kepedulian (validation and caring), yakni saling mendukung agar tugas kelompok cepat selesai, bantuan dan bimbingan (help and guidance) yakni saling membantu agar tugas kelompok cepat selesai, dan pemecahan masalah (conflict resolution) yakni saling memberi solusi terhadap masalah dalam tugas tersebut sebagai aspek dari persahabatan. Seperti dikatakan oleh Parker dan Asher (1993) terdapat enam aspek kualitas persahabatan, yaitu: kepedulian (validation and caring), bantuan dan bimbingan (help and guidance), pemecahan masalah (conflict resolution), Pertemanan dan rekreasi (companionship and recreation), pertukaran yang akrab (intimate change), serta konflik dan penghianatan (conflict and betrayal). Adapun variabel kebahagiaan yang dialami oleh para mahasiswa Psikologi angkatan 2014 termasuk kategori sedang yang diperlihatkan dari rerata empirik yang dibandingkan dengan rerata hipotetik yakni rerata empirik sebesar 62,77 dan rerata hipotetik sebesar 65. Jadi rerata empirik > rerata hipotetik yang berarti pada umumnya mahasiswa psikologi angkatan 2014 mempunyai kebahagiaan sedang. Kebahagiaan merupakan tujuan hidup semua orang. Sedangkan tujuan
METODE PENELITIAN Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa psikologi, UMS angkatan 2014 yang masih berada di rentang usia remaja akhir. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran psikologis. Ada dua skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala persahabatan dan kebahagiaan. Teknik analisis yang digunakan untuk menghubungkan antara persahabatan dengan kebahagiaan adalah SPSS dengan analisis spearman-rho. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persahabatan dengan kebahagiaan dengan r sebesar 0,577 dengan p<0,01. Jadi hipotesis yang penulis ajukan diterima. Rerata empirik variabel persahabatan sebesar 96,42 > 87,5. Jadi rerata empirik > rerata hipotetik yang berarti pada umumnya persahabatan pada mahasiswa Psikologi angkatan 2014 adalah tinggi.
6
menempuh pendidikan di perguruan adalah meningkatkan pemahaman dan intelektual yang mana hal itu juga dapat mempnegaruhi tingkat kebahagiaan individu. Sperti dikatakan oleh Johnson (dalam Lubis & Abbdinnah, 2011) bahwa salah satu yang bisa membuat individu bahagia adalah tujuan hidup. Dari tujuan hidup tersebut, individu dapat mengksplorasi kebutuhan aktualisasi diri sendiri, memotivasi diri dan jadilah diri sendiri. Selain itu dengan menjadi mahasiswa psikologi kebanyakan memang mereka menempatkan tujuan hidup yakni ingin menjadi sarjana psikologi yang pada akhirnya akan mudah untuk mencari pekerjaan. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa persahabatan berpengaruh terhadap kebahagiaan, dengan sumbangan efektifnya sebesar 31,7 %, yang berarti masih ada faktor lain sebesar 68,3% yang mempengaruhi kebahagiaan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan selain persahabatan yaitu uang, hubungan dan agama, cinta, keberanian, kesadaran diri, optimistis, kesehatan. Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah: Untuk sampling, karena pengambilan jumlah sampel kurang maka menimbulkan keterbatasan generalisasi hasil penelitian.
Baron, R. A., & Byrne, D. 2004. Psikologi Sosial 2. Jakarta: Erlangga. Berndt, T. J. 2002. Friendship Quality And Social Development. Jurnal. 1, 7-10. Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Brendgen, Markiewicz, Doyle, & Bukowski. 2001. The relation between friendship quality, ranked-friendship preference, and adolescents’behavior with their friends. Diakses dari www.findarticle.com. Cheng dan Furnham. 2002. Personality, peer relations, and selfconfidence as predictors of happiness and loneliness. Journal of Adolescence, 25, 327–339 doi:10.1006/yjado.475. Cohen, S. 2004. Social relationship and health. American Psychologist, 59: 676-84. Grinde, B. 2002. Happiness In The Perspective Of Evolutionary Psychology. Journal of Happiness Studies 3: 331– 354, 2002. Gunarsa, S. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta : Gunung Mulia.
DAFTAR PUSTAKA
Gupta, S.D & Kumar, D. 2010. Psychological Correlates of Happiness. Indian Journal of Social Science Researches Vol. 7 (1), pp 60-64.
Argyle, M. 1987. The Psychology of Happiness. London: Routledge. Ahmadi, A. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rieneka Cipta.
7
Hall, M. 2009. Predictors of body dissatisfaction among adolescent females. Paper based on a program presented at the American Counseling Association Annual Conference and Exposition. NC: Charlotte. http://wol.jw.org/id/wol in/102005933/39/0
yang Bahagia. Kaifa
Pramesti, A.R. 2011. Penyesuaian Diri Remaja Tunanetra Dalam Menghadapi Lingkungan Yang Baru. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS
/pc/r25/lp-
Sabil, T. 2013. http://sabil-motivasiislami.blogspot.com/2013/03 /kebahagiaan-itu-apa-danseperti-apa.html.
Lubis, P. & Abbdinnah, F. 2011. Delapan Rahasia Agar Hidup Lebih Bahagia. http://kosmo.vivanews.com/ news/read/213682-8-rahasiaagar-hidup-lebih-bahagia.
Santrock, J.W. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Melwani, R. V. 2011. I Wanna be Happy: 6 Langkah Menuju Kebahagiaan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sarwono, S. W. 2002. Psikologi remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Seligman,
Miller, G. 2001. Finding Happiness For Ourselves and Our Clients. Journal of Counseling and Development: JCD; Summer 2001; Vol.79, 3; Proquest Research Library pg. 382. Parker,
Bandung:
J., & Asher, R. 1993. Friendship and friendship quality in middle childhood: links with peer group acceptance and feelings of loneliness and social dissatisfaction. Journal of Developmental Psychology. 4, 611-621.
Pradiansyah, A. 2010. The 7 Laws of Happiness: 7 Rahasia Hidup
8
M.E.P. 2002. Authentic Happiness: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment. New York: Free Press.