MENUMBUH KEMBANGKAN SIKAP POSITIF SISWA MELALUI PENDEKATAN MATHEMATICS IN THE REAL WORLD BERMODELKAN RME PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL (Studi Tindakan Pembelajaran Matematika di Kelas X.C MAN Semarang 2) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Ilmu Pendidikan Matematika
Disusun Oleh : NIDA NAILY ILLIYYUN 3104246
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2009
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bertahun-tahun telah diupayakan agar matematika dapat dikuasai siswa dengan baik bukan hanya oleh ahli pendidikan, tetapi masalah ini juga terus diupayakan oleh para ahli pendidikan matematika. Namun, hasilnya masih menunjukkan bahwa tidak banyak siswa yang menyukai matematika dari setiap kelasnya. Sampai saat ini, matematika masih menjadi pelajaran yang menakutkan bagi siswa. Apalagi dengan dijadikannya matematika sebagai salah satu diantara mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional dan merupakan syarat bagi kelulusan siswa baik SD, SMP maupun SMA, ketakutan mereka pun semakin bertambah.1 Data dari beberapa sumber media pun menyebutkan prosentase ketidaklulusan tertinggi untuk siswa sekolah menengah masih diduduki oleh mata pelajaran matematika, yang kemudian diperingkat kedua Bahasa Inggris dan disusul oleh mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pertanyaannya kemudian, apa yang salah dengan matematika? Hingga data dalam beberapa surat kabar di kolom Dikbud maupun Opini, menyebutkan rendahnya rata-rata NEM nasional (matematika paling rendah dibanding pelajaran lainnya dan selalu di bawah 5,0 skala 1-10), serta rendahnya minat belajar siswa lantaran matematika terasa sulit karena banyak guru mengajarkan matematika dengan meteri dan metode yang tidak menarik.2
1
“Matematika Bukan Mati-Matian”, Dalam Realistics Matematics Education, diterbitkan April 26th, 2007, http://www.geocities.com/ratuilma/paper/Semarang.html. (Diakses, tanggal 24 Mei 2007, at.13.00 PM) 2
Zulkardi, “RME suatu Inovasi dalam Pendidikan Matematika di Indonesia (Suatu pemikiran Pasca Konperensi Matematika Nasional 17-20 Juli di ITB)”, http://www.geocities.com/ratuilma/paper/Semarang.html. (Diakses, tanggal 24 Mei 2007, at.13.00 PM)
1
2
Dalam fenomena lain, khususnya di madrasah, masih banyak siswa yang apatis terhadap pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran di madrasah masih menghadapi kendala yang sangat serius. Pernyataan ini diperkuat oleh tesis dari Sri Indriati Hasanah3, yang juga pernah meneliti pembelajaran matematika di lingkungan madrasah. Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa keabstrakan objek matematika dan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat, menjadi faktor penyebab sulitnya matematika diterima oleh para siswa terutama siswa madrasah. Kurikulum yang digunakan di madrasah sama dengan di sekolah umum masih ditambah lagi kurikulum agama sebagai karakteristik lembaga yang berciri khas agama Islam, menjadikan siswa madrasah lebih mempunyai jam dan pelajaran ekstra dibandingkan siswa sekolah umum. Anggapan para siswa madrasah, bahwa matematika identik dengan pelajaran dunia yang tidak ada hubungannya dengan akherat, mengakibatkan matematika semakin tidak mendapatkan tempat di hati para siswa madrasah. Ini yang kemudian bagi kebanyakan siswa, khususnya siswa madrasah belajar matematika merupakan beban dan dikesampingkan, sehingga siswa cenderung kurang mempunyai sikap positif dan kurang termotivasi. Untuk itulah penulis menjadi tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimanakah pembelajaran matematika di madrasah dan mencari solusi terbaik untuk perbaikan pembelajaran matematika ke depannya. Maka, disini penulis bermaksud mengambil MAN Semarang 2 sebagai tempat penelitian. Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas X di MAN Semarang 2, berkaitan dengan kendala yang sering dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran matematika perspektif KTSP, Istianah, S.Pd lebih lanjut menjelaskan bahwa untuk
3 Sarjana Magister Universitas Negeri Surabaya, 2005, yang telah melakukan penelitian untuk Tesis Magister Pendidikan pada Pembelajaran Matematika Realistik untuk materi pokok Aritmatika Sosial di kelas VII MTsN Pademawu Pamekasan dan dalam Prosiding Konferensi Nasional Matematika XIII memaparkan sumbangsihnya dalam tulisan berjudul Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika di Lingkungan Madrasah (Semarang: Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Semarang Bekerjasama dengan Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), hlm. 365.
3
pelajaran matematika di kelas X jumlah materinya terlalu banyak sedangkan waktunya sangat terbatas. Selain itu, input dari siswa MAN Semarang 2 yang kebanyakan berasal dari daerah pinggiran dan lingkungan sekitar, rata-rata memiliki daya tangkap atau tingkat kecerdasan yang masih di bawah standar, serta kemampuan siswa yang sangat terbatas, mengharuskan guru untuk bisa dan dituntut lebih ekstra menjelaskan dan memahamkan dalam proses KBM. Berkaitan dengan penjabaran permasalahan di atas, seperti rendahnya minat dan hasil belajar matematika lantaran matematika terasa sulit, sebenarnya dikarenakan banyak guru matematika yang masih mengajarkan matematika dengan materi dan metode yang tidak menarik, dimana guru menerangkan atau teacher telling sementara murid mencatat. Pendekatan pengajaran matematika selama ini masih menggunakan pendekatan traditional atau mekanistik yang menekankan proses drill and practice, prosedural serta menggunakan rumus dan algoritma, sehingga siswa dilatih mengerjakan soal seperti mekanik atau mesin. Konsekuensinya bila mereka diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan, mereka membuat kesalahan atau error seperti komputer. Hasilnya, juga akan berpengaruh terhadap rendahnya nilai hasil belajar matematika. Hal ini dibuktikan dengan angket yang telah peneliti sebarkan berkaitan dengan hasil belajar matematika siswa madrasah, 76 % dari 50 siswa menyatakan bahwa nilai pelajaran matematika merupakan nilai yang paling rendah jika dibandingkan dengan pelajaran lain. Ini disebabkan karena mereka tidak terbiasa memecahkan masalah yang sebenarnya banyak terjadi di sekeliling mereka berkaitan dengan pembelajaran matematika. Padahal ada dua tantangan yang selalu dihadapi oleh guru adalah, pertama bagaimana seorang guru mampu memberikan dorongan kepada muridnya agar tertarik dalam pembelajaran mereka dan membuat mereka merasa bahwa apa yang dipelajarinya itu benar-benar sangat berguna (worthwhile). Dan yang kedua, adalah bagaimana mereka memperoleh gagasan (ideas), konsep (concept) dan keahlian (skills) melalui proses pembelajaran yang benar-benar bermakna (Floyd, dkk., 1972:1). Untuk menjawab semua tantangan tersebut Freudental menyarankan bahwa pembelajaran matematika hendaknya diubah ke dalam konteks yang akrab dengan kehidupan siswa
4
(structuring of realy which is familiar with students daily life). Hal serupa juga diketengahkan oleh Burton (di Mathematics Teacher 140, 1993) bahwa melalui belajar Matematika di dunia nyata (the real world) diharapkan siswa akan merasa lebih akrab dan senang dengan materi yang dipelajarinya serta mampu memahami materi tersebut melalui aktivitasnya.4 Disini guru harus memberanikan diri menuntaskan siswa dalam belajar sebelum ke materi selanjutnya, karena hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi miskonsepsi yang akan membelenggu siswa dalam belajar matematika. Sebab sebagian filosof dan pakar pendidikan, mempunyai keyakinan bahwa siswa lebih baik mempelajari sedikit materi sampai matang (tuntas) daripada belajar banyak namun dangkal. Meskipun dengan banyaknya tuntutan pencapaian target kurikulum sampai pencapaian kompetensi, namun dengan alokasi waktu yang terbatas. Untuk mendukung proses pembelajaran yang sesuai dengan perubahan kurikulum yang ada, yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan agar sesuai dengan tujuan pendidikan matematika, diperlukan suatu pengembangan materi pelajaran matematika yang difokuskan pada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) serta disesuaikan dengan tingkat kognitif peserta didik. Oleh karena itu, disini peneliti merasa berusaha untuk mencari alternatif model pembelajaran yang diharapkan nantinya dapat membantu meningkatkan sikap positif, menumbuhkan semangat siswa
dan juga
meningkatkan hasil belajar siswa. Ditinjau dari perubahan kurikulum yang saat ini sedang diberlakukan yaitu KTSP dan penjabaran permasalahan di atas, dengan demikian secara kolaboratif peneliti bersamaan dengan guru matematika MAN Semarang 2 kelas X yaitu Istianah, S.Pd mencari solusi bagaimana mengemas pembelajaran matematika menjadi menyenangkan dan tidak ditakuti oleh siswa. Kiranya dengan penerapan Mathematics in the Real World bermodelkan RME (Realistic Matematics Education) ini adalah salah satu pembelajaran yang sesuai dengan perubahan tersebut. 4
Mutadi, Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika, Buku 2, (Semarang, 2005), hlm.12.
5
B. PENEGASAN ISTILAH Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan dan memahami pokok kajian penelitian ini, maka perlu dijelaskan batas-batas pengertian dan maksud dari penelitian ini. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa judul penelitian ini adalah “Menumbuh kembangkan Sikap Positif dengan Pendekatan Mathematics In The Real World Bermodelkan RME Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (Studi Tindakan Pembelajaran Matematika di Keas X.C dalam Pelaksanaan KTSP Tahun Pelajaran 2008/2009)”. Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan hingga terbentuk suatu pengertian yang utuh sesuai dengan maksud sebenarnya dari judul penelitian ini antara lain: 1. Sikap positif, artinya dalam proses pembelajaran matematika, siswa mempunyai kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu konsep atau ide, apabila tidak sesuai dengan alur pikirannya. Siswa dapat berfikir dan bersikap positif apabila sebuah pembelajaran dapat memberikan manfaat nyata untuk kehidupannya. Misalnya siswa menilai bahwa matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan, tidak sulit, dan mengasyikkan. Berkaitan dengan berpikir positif siswa terhadap matematika, Russeffendi mengatakan bahwa anak-anak menyenangi matematika hanya pada awal permulaan mereka berkenalan dengan matematika yang sederhana. Makin tinggi tingkatan sekolahnya dan makin sukar matematika dipelajarinya akan semakin berkurang minatnya. Begle (1979) juga menjelaskan bahwa siswa yang hampir mendekati sekolah menengah mempunyai sikap positif terhadap matematika yang secara perlahan menurun. 2. Mathematics in the Real World (MRW), adalah matematika dalam kehidupan
sehari-hari,
dalam
kehidupan
nyata
yang
erat
sekali
hubungannya dengan lingkungan sekitar. Mathematics in the real world ini akan lebih dapat meningkatkan motivasi siswa, sebab berusaha
6
menghadirkan matematika sebagai sesuatu yang akrab dengan kehidupan anak, sehingga lebih bermakna (meaningful) dan sekaligus memberikan pemahaman yang sebenarnya (real understanding) pada diri siswa.5 Disini peneliti lebih memfokuskan pada satu model pembelajaran, yaitu RME (Realistic Mathematics Education), sebab dengan RME ini merupakan model yang paling dekat dengan kehidupan real/nyata dalam proses pembelajaran matematika. Sehingga antara RME dengan MRW dapat menjadi kombinasi model pembelajaran matematika yang kreatif dan menyenangkan. 3. ”Realistic Mathematics Education (RME) merupakan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran”.6 Model pembelajaran RME ini berbasis pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam RME masalah realistik dijadikan pangkal tolak
pembelajaran,
siswa
menjawab
masalah
realistik
dengan
menggunakan pengetahuan informal. 4. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu materi pokok yang diajarkan di kelas X SMA/MA pada semester gasal. Kompetensi Dasar yang diambil dalam pelaksanaan penelitian ini adalah siswa mampu merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel serta mampu menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dan penafsirannya. 5. Studi tindakan artinya disini peneliti secara kolaboratif berusaha mempelajari berbagai tindakan dan permasalahan siswa dalam kelas yang diteliti, sebagai upaya memperbaiki proses belajar mengajar matematika yang nantinya diharapkan ke depan setelah dilakukan classromm action
5
Mutadi, ibid, hlm. 14. Asih Nur Hayati, Penerapan Model Pembelajaran RME untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMPN I Banjarejo Blora Tahun Pelajaran 2007/2008 Pada Materi Pokok Segiempat (Skripsi UNNES: Jurusan Matematika Fakultas MIPA, 2008), hlm. 15. 6
7
reseach ini, tujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dapat tercapai. Jadi penelitian dengan judul “Menumbuhkembangkan Sikap Positif melalui Pendekatan Mathematics In The Real World Bermodelkan RME (Studi Tindakan
Pembelajaran Matematika Dalam Pelaksanaan KTSP
Tahun Pelajaran 2008/2009)”, berarti dalam penelitian ini akan berusaha memberikan suatu cara pembelajaran yang akrap dengan kehidupan siswa. Diharapkan dapat memberikan pemahaman yang sebenarnya pada diri siswa, baik dalam intern kelompok dan antar kelompok sehingga siswa berupaya terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan dapat menumbuhkan sikap positif siswa.
C. IDENTIFIKASI MASALAH Banyaknya masalah dalam pendidikan matematika di Indonesia merupakan salah satu alasan untuk mereformasi pendidikan matematika di sekolah. Untuk itu beberapa permasalahan yang telah dijabarkan dalam pendahuluan di atas, ada beberapa permasalahan seputar pembelajaran matematika yang akan peneliti kaji, diantara sebagai berikut: 1. Dalam angket siswa terhadap pembelajaran matematika yang telah peneliti sebarkan, 68 % dari 50 siswa mengatakan bahwa matematika masih menjadi pelajaran yang paling dianggap sulit diantara mata pelajaran yang lain. Sehinggga banyak siswa yang tidak termotivasi dan tidak mempunyai sikap positif dalam pembelajaran matematika. 2. Diantara nilai hasil belajar siswa, data hasil angket juga menunjukkan bahwa 76 % dari 50 siswa madrasah, menyatakan pelajaran yang nilainya paling rendah adalah nilai matematika. Sehingga dari waktu ke waktu hasil belajar siswa pada pelajaran metematika terus mengalami penurunan, sebab kebanyakan siswa menyukai matematika hanya pada awal permulaan (matematika dasar). 3. Data dari beberapa surat kabar menyatakan bahwa kebanyakan guru masih menggunakan metode tradisional dimana guru menerangkan atau ‘teacher
8
telling’ sementara murid mencatat. Konsekuensinya bila mereka diberikan soal latihan, mereka akan membuat kesalahan atau eror seperti komputer. Sebab mereka tidak terbiasa memecahkan masalah yang sebenarnya banyak terjadi di sekeliling mereka berkaitan dengan pembelajaran matematika. 4. Hasil wawancara dengan guru matematika MAN Semarang 2 menyatakan bahwa sejauh ini pelaksanaan di lapangan, sebagian guru mengakui masih banyak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Untuk itu dibutuhkan pengemasan model ataupun pendekatan pembelajaran matematika yang sesuai dengan adanya perubahan kurikulum tersebut. Sebab dalam KTSP lebih ditekankan pada kompetensi dan pembelajaran kontekstual pada siswa. Akibat begitu besarnya persepsi negatif terhadap matematika, dan banyaknya problem sekitar pembelajaran Matematika yang dipaparkan di atas, perlu kiranya kita sebagai guru yang mengajar Matematika melakukan upaya yang dapat membuat proses belajar-mengajar menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Maka untuk mengurangi ketakutan atau persepsi negatif terhadap matematika, kita harus mampu menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan, yaitu dengan pentingnya mengaitkan seluruh materi pembelajaran dengan realitas sekeliling yang berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari.
D. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan dari uraian dan pokok-pokok pemikiran di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana skenario pembelajaran dengan strategi Mathematics in the Real World bermodelkan RME dalam pelaksanaan KTSP yang lebih operasional di MAN Semarang 2? 2. Apakah pembelajaran Mathematics in the Real World bermodelkan RME dapat menumbuhkembangkan sikap positif, meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas X MAN Semarang 2?
9
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini diharapkan dapat: a. Menemukan format skenario pembelajaran matematika dengan penerapan Mathematics in the Real World (MRW) bemodelkan Realistics Matematic Education (RME). b. Mengetahui sejauh mana pengaruh pembelajaran Mathematics in the Real World dapat meningkatkan keaktifan, hasil belajar dan berpikir positif terhadap matematika. c. Dihasilkan bentuk prototype/modul panduan model pembelajaran matematika dengan kolaborasi metode pembelajaran MRW dengan RME. 2. Manfaat Penelitian Hasil pelaksanaan penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi manfaat antara lain; a. Lahirnya suatu model pembelajaran baru yang dapat memberi nuansa siswa dapat menghadapi masalah, memecahkannya, dan siap menghadapi masalah baru, yaitu dengan penerapan Mathematics in the Real World bemodelkan RME. b. Bagi guru, diperolehnya suatu kreativitas variasi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) yang berakarkan kurikulum 2004, yakni memberi banyak keaktifan pada siswa dan guru sebagai fasilitator, dengan penerapan Mathematics in the Real World bemodelkan RME. c. Bagi sekolah, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah. d. Bagi pengembangan kurikulum, diperolehnya ketepatan implementasi pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi.
10
e. Lembaga, khususnya Jurusan Tadris Prodi Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo memiliki prototype kolaborasi teori Mathematics in the Real World (MRW) dengan model Realistic Mathematics Educatio (RME). f. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana
aplikasi
strategi
pembelajaran
yang
baik
dan
menyenangkan.
F. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kajian Penelitian Pendukung yang Telah Dilaksanakan Penulis menyadari telah banyak penelitian yang mengemukaan tentang model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). Namun selama ini, baru di sepanjang tahun 2008 ini, penulis baru menemukan 4 penelitian RME dalam pendekatan tindakan kelas atau action research. Diantara yang penulis temui adalah: 1) Ita A. Silalahi, dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model RME untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII A Semester Genap Tahun Pelajaran 2007/2008 SMPN 4 Batang pada materi Pokok Balok dan Kubus”, UNNES, 2008. 2) Abdul
Rouf,
dalam
penelitiannya
skripsi
S1
“Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan RME untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Persegi Panjang dan Persegi Siswa Kelas VII B Semester 2 MTs Mafatihul Akhlaq Demangan Jepara Tahun Pelajaran 2007/2008”, UNNES, 2008. 3) Asih Nur Hayati, dalam judul skripsinya “Penerapan Model Pembelajaran RME untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 1 Banjarejo Blora Tahun Pelajaran 2007/2008 pada Materi Pokok Segi Empat”, UNNES, 2008. 4) Yuyun Hestina Hidayati dalam penelitiannya “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V MI Al-Ittihad Citrosono Grabag Magelang
11
dengan Pendekatan RME pada Volum Kubus dan Balok Tahun Pelajaran 2007/ 2008”, UNNES, 2008. Dari keempat penelitian yang telah penulis jabarkan di atas, penelitian tindakan yang menggunakan model Realistic Mathematics Education tersebut ternyata mampu meningkatkan aktivitas dan keaktifan siswa, kemampuan komunikasi matematika siswa serta hasil belajar siswa. Dalam Prosiding Konferensi Nasional Matematika XIII Tahun 2006 oleh seluruh praktisi pendidikan matematika se-Indonesia yang diadakan di Semarang, penulis juga mengunakan acuan dari beberapa makalah berkaitan dengan matematika realistik hasil konferensi tersebut yang diterbitkan oleh Jurusan Matematika Fakultas MIPA UNNES bekerjasama dengan Penerbit UNDIP, antara lain: Endang Setyo Winarni (Pembelajaran Matematika Realistik Pada Soal Cerita untuk Siswa Kelas V SD Sesuai dengan Kurikulum 2004: Universitas Negeri Malang), Rahmah Johar (Meningkatkan Daya Juang dan Hasil Belajar Siswa di Aceh Melalui Pembelajaran Matematika Realistik Bernuansa Islami: FKIP Universitas Syiah Kuala-Banda Aceh), Sri Indriati Hasanah (Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika di Lingkungan Madrasah: FKIP Universitas Madura), serta Zulkardi dan Ratu Ilma (Mendesain Sendiri Soal Kontekstual Matematika: PPs Unsri Palembang).
2. Kajian Penelitian yang Relevan Sebagai tinjauan pustaka, penulis menggunakan sumber primer dari buku “Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika”, karya Mutadi, S.Pd., M.Ed, sebagai acuan teori Mathematics in the Real World, dan buku “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Suatu Panduan Praktis”, karya Dr. E. Mulyasa, M.Pd., sebagai panduan peneliti dalam penerapan KTSP dalam pembelajaran matematika di lapangan. Penulis juga mengunakan buku-buku psikologi pendidikan dari beberapa tokoh, untuk mempelajari lebih detail terkait sikap positif dan keaktifan siswa, serta buku dari Dr.
12
Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. yang berjudul ”Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Ekploratif dan Investigatif)” Kalau selama ini beberapa penelitian yang telah disebutkan di atas lebih mengaplikasikan penerapan model RME, maka disini penulis mencoba mengkolaborasikan antara teori Mathematics in the Real World dengan model pembelajaran RME yang telah ada, khususnya di Madrasah. Disamping itu penulis ingin mengetahui lebih banyak di lapangan terkait pandangan positif/negatif siswa terhadap matematika dan mempelajari tindakan sejauh mana proses pembelajaran matematika di sekolah dalam pelaksanaan KTSP yang diberlakukan oleh pemerintah saat ini.
G. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI Untuk memberikan gambaran secara garis besar, maka sistematika penulisan skripsi ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian muka, bagian isi dan bagian akhir. 1. Bagian muka (preliminary), berisi halaman-halaman judul, pengesahan, abstrak, motto, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. 2. Bagian isi atau batang tubuh, terdiri atas beberapa bab yang dijabarkan sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang: latar belakang masalah, penegasan istilah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan kontribusi penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan skripsi. BAB II: LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Bab ini berisi kerangka teori yang diperlukan sebagai dasar titik tolak dalam pembahasan permasalahan penelitian. Kerangka teori ini sekaligus akan menjadi sudut pandang yang digunakan untuk menafsirkan data-data penelitian lapangan. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan tentang dimana
penelitian ini akan
dilaksanakan, kapan penelitian ini akan dilaksanakan, apa yang mau
13
diukur dan bagaimana cara mengukur. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab, yaitu: subyek penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data dan pengolahan data, metode penyusunan instrumen, waktu dan lama penelitian, siklus kegiatan, indikator kinerja. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini terdiri dari hasil penelitian, evaluasi dan refleksi, serta hasil beberapa angket, wawancara atau instrument lain yang peneiti sebarkan. BAB V: PENUTUP Bab akhir ini berisi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup. 3. Bagian terakhir laporan ini melengkapi data-data yang kurang sesuai untuk dimasukan kedalam bagian isi laporan. Disamping itu bagian ini bersifat menyempurnakan sajian laporan penelitian. Bagian akhir laporan penelitian ini terdiri atas: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat pendidikan peneliti.
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks. Hal
: Naskah Skripsi A.n. Sdr. Nida Naily Illiyyun
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan maka kami menyatakan bahwa naskah skripsi saudara : Nama
: Nida Naily Illiyyun
NIM
: 3104246
Judul
: Menumbuh Kembangkan Sikap Positif dengan Penerapan Teori Mathematics in the Real World Bermodelkan RME Pada Materi Sistem
Persamaan
Linier
Dua
Variabel
(Studi
Tindakan
Pembelajaran Matematika di Kelas X.C MAN Semarang 2)
Sudah selesai
proses bimbingan sepenuhnya saya mohon agar skripsi saudara
tersebut dapat dimunaqosyahkan Demikian harap menjadi maklum
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Semarang, 9 Januari 2009
Pembimbing I
Pembimbing II
Saminanto, S.Pd
H. Mursid, M.Ag
ii
PEGESAHAN PENGUJI
Tanggal
Januari 2009
Alis Asikin, M.A Ketua
Hj. Minhayati Saleh, M.Sc
Januari 2009
Sekretaris
Drs. Karnadi Hasan, M.Pd
Januari 2009
Anggota
Januari 2009
Drs. Abdul Wahid, M.Ag Anggota
iii
Tanda Tangan
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Dengan demikian skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan
Semarang 9 Januari 2009 Deklarator
Nida Naily Illiyyun
iv
ABSTRAK Nida Naily Illiyyun (NIM: 3104246). Menumbuh Kembangkan Sikap Positif dengan Penerapan Mathematics in the Real World Bermodelkan RME Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (Studi Tindakan Pembelajaran Matematika di Kelas X.C MAN Semarang 2). Skripsi. Semarang. Program Strata 1 Jurusan Tadris Matematika IAIN Walisongo 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) sikap positif siswa dalam pembelajaran matematika, keaktifan, ketrampilan dan hasil belajar siswa melalui pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME. 2) Mencari strategi yang operasional untuk menumbuhkankembangkan sikap positif, keaktifan, ketrampilan, dan hasil belajar siswa melalui pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini sangat sesuai dengan adanya perubahan kurikulum saat ini, yaitu KTSP yang dilandasi oleh kompetensi dan pembelajaran kontekstual. Sebab pembelajaran melalui pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME sangat erat dengan kehidupan keseharian siswa yang bertujuan membuat siswa bersikap positif terhadap pembelajaran matematika, melatih keaktifan da keterampilan siswa serta mampu meningkatkan hasil belajar dan mencapai kompetensi materi sistem persamaan linier dua variabel. Pelaksanaan penelitian dibagi dalam dua siklus, yang tiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil pengamatan dan refleksi akan dijadikan bahan rujukan untuk pelaksanaan siklus berikutnya. Sehingga proses dan hasil pelaksanaan siklus berikutnya diharapkan akan lebih baik dari siklus sebelumnya. Dari tiap siklus akan diukur sikap positif, proses keaktifan dan keterampilan siswa, serta ketuntasan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran melalui pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME dapat menumbuhkan sikap positif siswa, menciptakan siswa aktif, bersemangat, pandai dalam menyelesaikan masalah dalam bentuk cerita yang berkaitan dengan masalah kehidupan mereka sehari-hari baik individu maupun kelompok, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.C di MAN Semarang 2. Hal ini dibuktikan dengan selalu meningkatnya keempat indikator keberhasilan dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME. Untuk peningkatan prosentase sikap siswa di siklus terakhir mampu mencapai hingga 87,40%; keaktifan mencapai 82,57%; keterampilan 89,37% dan hasil belajar 80,56%. Dengan demikian, keempat indikator tersebut telah mencapai standar indikator keberhasilan di atas 60%. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para civitas akademika, para mahasiswa, para tenaga pengajar khususnya bidang matematika serta mampu memberikan semangat dan sikap positif mahasiswa terhadap pembelajaran matematika agar senantiasa berprestasi dengan baik.
v
MOTTO
“Belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) si pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru”1
1
Shaleh Abdul Aziz san Abdul Aziz Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, juz 1 (Mesir: Darul Ma’ari , t.th), hlm. 169.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan sebagai tanda cinta untuk: Kedua Orang Tuaku; Ayahanda Nur Kholiq, B.A, Ibunda Sri Wahyuningsih, B.A, Kakakku tersayang yang selalu aku banggakan: Wasief Faizun Ni’am, Harapanku: Dek Auli Naimul Umam, dan Mbah Putri Tegal.
Dan sebagai ucapan terima kasih dan rasa hormat untuk: Guruku Matematika SMP, Bapak Mardiono yang telah membuka mataku dan menuntunku untuk menunjukkan indahnya belajar matematika, Guruku Matematika di MAN Kudus 2, Ibu Fatimah tersayang, terima kasih telah menjadi figur idolaku dan membuatku semakin mencintai matematika, Seluruh dosen Matematika di IAIN Walisongo Semarang.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayahnya sehingga penulis menyelesaikan penyususnan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat dan semua orang yang mengikuti jejak langkahnya dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Dalam upaya menyelesaikan penelitian ini, saya telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Bantuan-bantuan tersebut tentunya sangat berarti dan membawa manfaat yang besar bagi penulis. Untuk itulah dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada mereka. Terimakasih kepada: 1. Bapak Rektor, Bapak Dekan dan stafnya yang telah berkenan membantu secara administratif atas proses penyelasaian skripsi ini. 2. Bapak Saminanto, S.Pd dan Ibu. dan Bapak H.Mursid, M.Ag dan Ibu sebagai pembimbing dan guru abadi saya yang telah mengarahkan dan memberi spririt lahir batin demi selesainya skripsi ini secara maksimal. Mereka pulalah figur orang tua kedua saya. 3. Ibu Istianah, seluruh murid kelas X.C, Bapak Kepala Sekolah dan Bapak Waka Kurikulum dan segenap staf karyawan MAN Semarang 2 yang membantu penulis selama proses penelitian hingga skripsi ini selesai. 4. Segenap kawan seperjuangan, adik, kakak dan teman sebaya di Kawah Candradimuka LPM Edukasi, Gus Ubed, Mas Rikza, Bang Topiq, Mas Sugi’, Mas Pendi, Mas Adzim, Mas Asep, Bang Mukti, Mba’ Tata, Mas Bambang, Mas Hamam, Mas Suroso, Mas Nasrul, Mas Said, Mas Rozak, Ubed, Lilik, Si Noek, Muid, Huda, Oyak, Naila, dan lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu-perstu, terima kasih telah membangun pondasi berpikir dan bersikap saya. Suatu proses yang sangat penting menentukan bagi kehidupan saya ke depan. Tetap semangat para pejuang!
viii
5. Segenap Bapak-Ibu dosen yang telah dengan ikhlas mendampingi penulis sebagai teman diskusi. Wabil khusus Bapak Saminanto, Bapak H.Mursid, Bapak Mutadi yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi, Ibu Nur Asiah selaku wali studi, Bapak Amin Suyitno, Bapak Syamsul Ma’arif, Bapak Agung Handayanto, Ibu Minhayati Saleh, Bapak Rikza Chamami, Bapak Ubaidillah Ahmad, Bapak Ridwan, dan Bapak Karnadi. 6. Bapak dan Ibu tersayang serta seluruh keluarga yang telah mendorong dan membantu penulis serta memberikan doa restu dalam menimba ilmu pengetahuan. 7. Segenap Keluarga besar Karimunjawa Om Sidi, Om Ikin, Om Ilung, Om Khodi, Bule’ Umi, Bule’ Umanah, dan keluarga besar Tegal Om Aziz, Bule’ Nur, Bude Yayuk, dan Mb’Eiyah yang senantiasa memberikan do’a, motivasi dan kasih sayang. 8. Mbah Mahoni, Mama-Papa ‘Inda, Leenda, dan Nok Ela. 9. Sahabat-sahabat teristimewa, Kakak Ellatut, Bunda Farida, Teh Rina, Mami Ratna, dan Umi Hani. 10. Para pengeran dan pejuang di laskar Leksika, Gus Alan, Gus Pendi, Gus Ma’as, Khadziq, Muvid, Bo2, Toni, Badri, Ahwan, Jucky, Jojo, dan segenap pejuang PMII Rayon Tarbiyah. 11. Sahabat-sahabat mahasiswa dan segenap pihak
yang telah membatu
terselesainya skripsi ini . Semoga semua kebaikan mendapat imbalan surga dan keridha’an dari Allah. Dan juga semoga dengan amal sholeh tersebut mendapat syafaat dari Nabi Muhammad SAW. Semoga skripsi sederhana ini dapat memberikan rmanfaat bagi dunia pendidikan, khusunya bidang matematika. Semarang, 9 Januari 2008
Nida Naily Illiyyun
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..……………………………………............................................i PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................…………………..…..ii PENGESAHAN...........................................................................................................iii DEKLARASI.....................................………………………………………………...iv ABSTRAKSI.……………………………………………............................................v MOTTO............…………………………………………….......................................vii PERSEMBAHAN...…………………………...........................................................viii KATA PENGANTAR................................…………………………………………...x DAFTAR ISI................................................................................................................xi BAB I:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang...............……………….................……………….1 B. Penegasan Istilah .............................................................................5 C. Identifikasi Masalah.........................................................................7 D. Perumusan Masalah.....……………................................................8 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………....................9 F. Tinjauan Pustaka…………………………………........................10 G. Sistematika Penulisan Skripsi..…………………..........................12
BAB II:
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka..............………………................................…….14 1. Peran Guru dalam Pembelajaran Matematika..........................14 2. Konsep Umum Belajar dan Pembelajaran Matematika............16 3. Berpikir
Kreatif,
Sikap
Positif
dan
Motivasi
Belajar
Matematika...............................................................................18 4. Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa...........................................20 5. Mathematics in the Real World (MRW)...................................21 6. Realistic Mathemartics Education (RME)................................24
x
7. Pelaksanaan
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)......................................................................................26 8. Kompetensi Dasar Sistem Persamaan Linier............................27 9. Pembelajaran
Matematika
Realistik
dalam
Lingkungan
Madrasah...................................................................................32 B. Kerangka Berfikir....................................................……………..36 C. Hipotesis Tindakan........................................................................37 BAB III:
METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian......................…………………………......38 B. Subyek Penelitian..........................................................................38 C. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................39 D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data.................................39 E. Metode Penyusunan Instrumen..……............................................41 F. Rancangan Penelitian.....................................................................42 G. Indikator Keberhasilan...................................................................49
BAB IV:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Siklus.......................................................................................51 B. Siklus 1..........................................................................................55 C. Siklus 2..........................................................................................59
BAB V:
PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................66 B. Saran-Saran....................................................................................67 C. Penutup..........................................................................................69
DAFTAR KEPUSTAKAAN DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Keterkaitan Materi Matematika dengan Syariat Islam....................... 33
Tabel 2
Indikator Keberhasilan Siswa dalam Pembelajaran Matematika........49
Tabel 3
Hasil Observasi Siswa Proses Pembelajaran Pra Siklus......................54
Tabel 4
Rata-Rata Ketuntasan Nilai Siswa Pra Siklus.................................... 54
Tabel 5
Rangkuman Prosentase Hasil Penilaian Indikator Keberhasilan........ 54
Tabel 6
Hasil Observasi Siswa Proses Pembelajaran Siklus 1........................57
Tabel 7
Rata-Rata Ketuntasan Nilai Siswa Siklus 1........................................ 58
Tabel 8
Rangkuman Prosentase Hasil Penilaian Siklus 1................................ 59
Tabel 9
Hasil Observasi Siswa Proses Pembelajaran Siklus 2........................62
Tabel 10
Rata-Rata Ketuntasan Nilai Siswa Siklus 2........................................ 62
Tabel 11
Rangkuman Prosentase Hasil Penilaian Siklus 2................................ 64
Tabel 12
Peningkatan Sikap Positif Siswa.........................................................66
Tabel 13
Peningkatan Aktifitas dan Keterampilan Siswa..................................67
Tabel 14
Rata-Rata dan Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar.......................... 67
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Jadwal Penelitian Tindakan Kelas.......................................................69
Lampiran 2
Daftar Hadir Kegiatan PTK Siswa Kelas X.C MAN Semarang 2......70
Lampiran 3
Angket Sikap Siswa (Pra Siklus).........................................................71
Lampiran 4
Hasil Jawaban Angket Siswa Pra Siklus.............................................72
Lampiran 5
Frekuensi dan Prosentase Jawaban Angket Awal Sikap Siswa...........73
Lampiran 6
Instrumen Penilaian Proses Pembelajaran Siswa................................74
Lampiran 7
Hasil Penilaian Keaktifan dan Keterampilan Individu Siswa Kelas X.C MAN Semarang 2 Pra Siklus ..............................................................75
Lampiran 8
Lembar Observasi untuk Guru Pra Siklus...........................................76
Lampiran 9
Soal Tes Awal Pra Siklus....................................................................77
Lampiran 10 RPP Siklus 1 (Pertemuan Pertama).....................................................78 Lampiran 11 Daftar Kelompok Siswa Siklus 1.........................................................82 Lampiran 12 Hasil Penilaian Keaktifan dan Keterampilan Individu Siswa Kelas X.C Siklus 1................................................................................................83 Lampiran 13 Lembar Observasi Keaktifan dan Sikap Siswa dalam Kelompok (Siklus 1)..............................................................................................84 Lampiran 14 Lembar Observasi untuk Guru Siklus 1...............................................85 Lampiran 15 RPP Siklus 1 Pertemuan Kedua...........................................................86 Lampiran 16 Soal Tes Formatif Siklus 1..................................................................89 Lampiran 17 Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus 1.................................................90 Lampiran 18 RPP Siklus 2 Pertemuan Pertama........................................................91 Lampiran 19 Prosedur Penilaian Siklus 2 Kegiatan Inti...........................................95 Lampiran 20 Kunci Jawaban Tes Proses Siklus 2.....................................................96 Lampiran 21 Tugas Rumah (Lembar Tugas Siswa) Siklus 2....................................98 Lampiran 22 Daftar Kelompok Siswa Siklus 2.........................................................99
xiii
Lampiran 23 Hasil Penilaian Keaktifan dan Keterampilan Individu Siswa Kelas X.C MAN Semarang 2 Siklus 2................................................................100 Lampiran 24 RPP Siklus 2 Pertemuan Kedua.........................................................101 Lampiran 25 Soal Tes Formatif Siklus 2................................................................104 Lampiran 26 Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus 2...............................................105 Lampiran 27 Lembar Observasi Keaktifan dan Sikap Siswa dalam Kelompok (Siklus 2)............................................................................................107 Lampiran 28 Lembar Observasi untuk Guru Siklus 2.............................................108 Lampiran 29 Daftar Nilai Hasil Belajar dalam Kegitan PTK.................................109 Lampiran 30 Angket Refleksi Siswa.......................................................................110 Lampiran 31 Hasil Angket Refleksi Sikap Siswa...................................................111 Lampiran 32 Frekuensi dan Prosentase Jawaban Angket Refleksi Siswa..............112 Lampiran 33 Dokumentasi Kegiatan PTK..............................................................113
xiv
DAFTAR RIWAYAT PENDIDKAN PENELITI
Nama
: Nida Naily ’Illiyyun
NIM
: 3104246
Tempat Tanggal Lahir
: Jepara, 4 Noovember 1986
Alamat Asal
: Jl. Patimura RT. 02/RW. I Desa Karimunjawa Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara
Jenjang Pendidikan 1. SDN I Karimunjawa Lulus Tahun 1999 2. SMPN I Karimunjawa Lulus Tahun 2001 3. MAN 2 Kudus Lulus Tahun 2004 4. IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2004 Pengalaman Organisasi Intra Kampus 1. Pemimpin Redaksi (Pemred) Buletin Edukasi Periode 2005/2006 2. Pemred Majalah Edukasi Periode 2006/2007 3. Pemred Jurnal Edukasi Periode 2007/2008 4. Pengurus Harian BEMJ Tadris Periode 2004/4005 Prestasi 1. Juara 1 Presentasi Makalah dan Debat Ilmiah PASSKA 2004 2. Juara 1 Penulisan Artikel Depag Award 2006 Semarang, 9 Januari 2008 Peneliti
Nida Naily Illiyyun NIM. 3104246
xv
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. KAJIAN PUSTAKA 1. Peran Guru dalam Pembelajaran Matematika Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI No. 20 Tahun 2003).1 Berdasarkan fungsi pendidikan nasional tersebut, maka peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan
suasana
kondusif
yang
mendorong
siswa
untuk
melaksanakan kegiatan di kelas. Untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional yang dimaksud, maka guru merupakan kunci sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan, mereka berada di titik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar. Oleh karenanya secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.2 Sebab, guru dan kurikulum merupakan dua aspek yang paling penting dalam menentukan keberhasilan roda pendidikan. Pelaksanaan pendidikan dimana pun tidak akan pernah mencapai hasil yang optimal tanpa adanya guru dan kurikulum yang baik. Guru yang baik, dalam hal ini adalah guru dengan kepemilikan profesionalisme yang memadai, tak terkecuali guru matematika yang merupakan persyaratan mutlak bagi terselenggaranya pendidikan dan pembelajaran matematika yang baik.
1
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2008), cet ke-4, hlm.
85. 2
Ibid, hlm. 124. 14
15
Guru yang profesional di satu sisi dan kurikulum yang fleksibel dan antisipatif di sisi lain akan lebih sempurna jika disertai dengan sistem penyajian yang memadai. Guru yang profesional bukanlah guru yang hanya menguasai materi ajar (subject matter) secara memadai, tetapi selain itu juga menguasai metode penyampaian (methodology) secara memadai pula.3 Dengan disahkannya Undang-Undang Guru dan Dosen oleh DPR RI pada tanggal 6 Desember 2005 lalu, banyak pihak berharap kualitas pendidikan di Indonesia akan meningkat secara signifikan. Terlebih dengan adanya Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang di dalamnya mencakup standar untuk pendidik dan tenaga kependidikan, maka peran penting pendidik/guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mempunyai empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial. Kompetensi guru ini, menjadi hal penting mengingat bahwa guru merupakan salah satu komponen yang sangat berperan dalam proses pembelajaran, dan secara langsung mempengaruhi peningkatan kualitas siswa. Tidaklah berlebihan jika kemudian dikatakan bahwa tuntutan seorang guru memang amatlah berat jika memperhatikan empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru seperti yang diamanatkan dalam UU Guru dan Dosen di atas. Pengembangan kompetensi guru menjadi hal penting mengingat bahwa guru merupakan salah satu komponen yang sangat berperan dalam proses pembelajaran, dan secara langsung mempengaruhi peningkatan kualitas belajar siswa. Maka untuk mencapai kompetensi tersebut, guru harus selalu berusaha keras meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilannya dalam mengajar dan berkomunikasi. Perlu uluran tangan banyak pihak untuk
3
Ki Supriyoko, “Kata Pengantar”, dalam Sjafnir Ronisef (eds.), Mengurai Benang Kusut Pendidikan: Gagasan Para Pakar Pendidikan, (Jakarta: Transformasi UNJ, 2003), hlm. xxiv.
16
membantu guru mengembangkannya hingga dapat memiliki keempat kompetensi yang diharapkan. Sebagai upaya mengembangkan kompetensi yang dimiliki guru serta memperbaiki proses pembelajaran, khususnya matematika dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru matematika, perlu dilakukan penelitian tindakan kelas atau action research. 2. Konsep Umum Belajar dan Pembelajaran Matematika Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan agar siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan, maka diperlukan wahana yang dapat digambarkan sebagai kendaraan. Dengan demikian pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Matematika dipandang sebagai dua hal aktivitas interaktif dan aktivitas konstruktif. Secara singkat, konstruktivisme didefinisikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sense mereka tentang apa yang dipelajari dengan membangun koneksi internal atau relasi antara ide-ide dan fakta-fakta yang diajarkan (Borich & Tombari).4 Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu.5 Hal itu mengarahkan perhatian kepada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika. Inovasi dalam pembelajaran matematika cenderung berurusan dengan tiga hal, yaitu bagaimana memahami matematika, bagaimana mengajarkan 4
matematika
dan
bagaimana
mengakses
pemahaman
Turmudi, Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksporatif dan Investigatif), (Jakarta: Leuser Cita Pustaka, 2008), hlm. 69. 5 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Metematika di Indonesia,Konstatasi Keadaan Masa Kini Meniuju Harapan Masa Depan, (Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Tingggi Departemen Pendidikan Nasional, 1999/2000), hlm. 6.
17
matematika.6
Pembelajaran
matematika
yang
efektif
memerlukan
pemahaman apa yang siswa ketahui dan perlukan untuk dipelajari, kemudian memberikan tantangan dan dukungan kepada mereka agar siswa dapat belajar dengan baik.7 Bagaimana seorang guru berusaha menguasai matematika yang akan diajarkannya serta bagaimana mengajarkannya kepada siswa yang tengah berkembang, merupakan seni atau kiat tersendiri. Tidaklah benar jika ada anggapan bahwa seseorang yang telah menguasai matematika dengan baik, maka akan dengan sendirinya mampu mengajarkannya dengan baik pula.8 Dengan demikian, seorang guru harus terus menerus selalu berusaha mencari perbaikan untuk dapat menciptakan pembelajaran yang efektif reflektif. Betapapun tepat dan baik bahan ajaran matematika yang ditetapkan, belum menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan matematika yang diinginkan. Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar tersebut. Untuk menjadi pengajar yang efektif, guru perlu tahu dan dapat memahami secara mendalam tentang matematika yang mereka ajarkan. Guru perlu memahami para siswa sebagai pembelajar dan sebagai manusia, serta harus terampil dalam memilih strategi pembelajaran (pedagogi). Pembelajaran matematika yang efektif perlu komitmen yang sungguh-sungguh untuk mengembangkan pemahaman matematika siswa. Karena siswa belajar dengan mengaitkan pengetahuan terdahulu, dan guru hendaknya memahami apa yang telah siswa ketahui sebelumnya. Guru yang efektif harusnya mengetahui bagaimana menyampaikan pertanyaan dan merencanakan pembelajaran serta menyatakan pengetahuan awal
6
Turmudi, op.cit, hlm. 67. Turmudi, ibid., hlm. 23. 8 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan metematika di Indonesia, Konstatasi Keadaan Masa Kini Meniuju Harapan Masa Depan, loc. cit, hlm. 6. 7
18
siswa. Sehingga mereka mampu mendesain pengalaman dan pelajaran untuk menjawab dan membangun pengetahuan ini. 3. Berpikir Kreatif, Sikap Positif dan Motivasi Belajar Matematika Berpikir adalah aktivitas jiwa dengan arah yang ditentukan oleh masalah yang dihadapi. Prosesnya adalah diawali dengan pembentukan pengertian, diteruskan pembentukan pendapat dan diakhiri oleh penarikan kesimpulan atau keputusan. Cepat dan lambatnya berpikir bagi individu sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, terutama jenis pemecahan masalah.9 Dalam
arti
yang
sempit,
sikap
adalah
pandangan
atau
kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987), sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap objek tertentu. Pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap sebagai kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu.10 Penilaian sikap ini menurut Masnur Muslih dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat dilakukan melalui observasi perilaku, misalnya tentang kerjasama, inisiatif, perhatian terhadap proses pembelajaran, atau melalui tanggapan langsung siswa terhadap suatu masalah.11 Sikap positif yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah sikap siswa terhadap pembelajaran matematika karena dalam latar belakang yang telah penulis jabarkan di pendahuluan, kecenderungan siswa memang memiliki sikap yang kurang positif atau bahkan menolak dengan apa yang mereka tidak disukai. Disadari atau tidak bahwa matematika merupakan salah satu pelajaran yang ditakuti oleh para siswa. Hal ini dapat dikatakan hampir menggejala baik pada tinggat SD, SMP maupun SMA. Maka untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap 9
Mustakim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Fakutas Tarbiyah IAIN Walisngo Semarang bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 76. 10 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos, 2001), cet. Ke-3, hlm. 111. 11 Masnur Muslich, KTSPDasar Pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 89.
19
positif siswa terhadap matematika ini, diperlukan pemilihan gaya dan strategi mengajar yang menyenangkan agar membuat siswa lebih bersemangat. Salah satu yang penulis tawarkan disini adalah dengan pendekatan mathematics in the real world bermodelkan Realistik yang menekankan pengajaran matematika ke dalam konteks real dan bersifat informal. Studi tentang sikap siswa terhadap matematika dan pembelajaran matematika biasanya berkaitan erat dengan prestasi siswa dalam matematika. Misalkan (Hartano, 2000) menjelaskan “prestasi matematika” sebagai suatu keseluruhan tentang prestasi kognitif dan prestasi afektif sehingga cocok dalam mengevaluasi siswa kalau dilibatkan domain kognitif dan afektif. Sebagaimana Suydam dan Weaver 1975) mencatat: Guru dan pendidik matematika lainnya, umumnya mempercayai bahwa siswa belajar lebih efektif manakala mereka tertarik dengan apa yang mereka pelajari dan mereka berprestasi baik kalau mereka menyukai matematika. Karenanya, perhatian yang terus menerus hendaknya diarahkan penciptaan, pengembangan, pemeliharaan, dan dorongan untuk bersikap positif terhadap matematika.12 Jika kebanyakan siswa kurang mempunyai nafsu belajar dan sikap positif, terutama pada mata pelajaran dan guru yang mereka anggap sulit dan menyulitkan. Maka guru diharapkan dapat meningkatkan nafsu belajar dan sikap positif dengan memberikan motivasi belajar kepada siswa. Jika untuk membangkitkan nafsu makan saja, biasanya bisa menggunakan menu-menu menantang dan menggiurkan serta menciptakan suasana yang menyenangkan seperti dibuat lesehan atau prasmanan, maka untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru juga harus mempunyai resepresep jitu untuk membuat siswa menyukai apa yang kita ajarkan dan menjadi betah dalam lingkungan kita. Bagaimana guru mampu membangkitkan nafsu belajar dan sikap positif siswa, bagaimana mengatur
12
Turmudi, Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif ), loc.cit., hlm. 80.
20
menu dan resep belajar, dan mengatur lingkungan belajar menjadi penting bagi pendidik untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Beberapa prinsip yang perlu diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:13 a. Siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajari menarik dan berguna bagi dirinya. b. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan belajar. Siswa juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan. c. Siswa harus selalu diberitahu tentang kompetensi, dan hasil belajarnya. d. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan. e. Manfaatkan sikap, cita-cita, rasa ingin tahu, dan ambisi siswa. f. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subjek tertentu. g. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan memperhatikan kondisi fisik, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa pernah memperoleh kepuasan dan pengahargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan kepercayaan diri. Untuk itu, guru dalam proses pembelajaran matematika perlu diupayakan mendorong siswa agar lebih termotivasi dan dapat menumbuhkan sikap positif serta meningkatkan kecintaannya terhadap matematika. Yaitu dengan meningkatkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengajar, dan terus menerus mengadakan perbaikan mengajar. Sehingga lebih mengantarkan siswa mencerna objek secara konkret dan mempermudah siswa dalam memahaminya melalui pembelajaran yang realistik dan menyenangkan. 4. Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Dari beberapa pendapat baik menurut Mulyono Abdurrahm, Keller, Nana Sudjana, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar 13
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosadakarya Offset, 2008), cet ke-7, hlm. 176-177.
21
yang diperoleh melalui usaha dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Sedangkan keaktifan dan hasil belajar dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa saat mengikuti pembelajaran mathematics in the real world bermodelkan RME dan hasil prestasi belajar siswa setelah digunakan pembelajaran realistik. Rendahnya hasil belajar matematika selama ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain ditinjau dari tuntutan kurikulum yang menekankan pada pencapaian target. Artinya, semua bahan harus selesai diajarkan dan bukan pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep matematika yang lebih diutamakan. Faktor lain yang cukup penting adalah bahwa aktivitas pembelajaran di kelas yang selama ini dilakukan guru tidak lain hanya merupakan penyampaian informasi (metode ceramah) dengan lebih mengaktifkan guru, sedangkan peserta didik pasif mendengarkan dan menyalin yang sifatnya kurang melatih daya nalar (meskipun pada kenyataannya dalam tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), peserta didik lebih dituntut aktif ketimbang guru). Pembelajaran matematika yang memusatkan siswa sebagai benda yang pasif, yang terus menerus selalu didekte oleh guru dapat membuat banyak siswa merasa takut terhadap matematika, merasa terbebani dengan soal-soal matematika dan bahkan akan menghindari matematika. Akibatnya hasil belajar siswa pun kurang memuaskan. Oleh karena itu, dibutuhkan perubahan pembelajaran dari paradigma mengajar ke paradigma belajar atau pembelajaran yang berpusat pada siswa. Maka peneliti menggunakan pembelajaran realistik dalam menerapkan materi sistem persamaan inier dua variabel agar keaktifan dan hasil belajar siswa MAN Semarang 2 dapat meningkat, disamping menumbuhkan sikap positif siswa dalam pembelajaran matematika. 5. Matematika dalam Kehidupan Nyata (Mathematics in the Real Worl) Lebih dari 2000 tahun matematika didominasi oleh paradigma absolut yang memandang bahwa matematika sebagai suatu body of
22
infallilable and objective truth, jauh dari urusan kehidupan manusia.14 Namun, kini muncul tantangan dengan tumbuhnya sejumlah ahli filsafat dan ahli matematika yang telah mengubah cara pandang manusia, bahwa kebutuhan untuk memahami matematika menjadi hal yang mendesak bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Karena matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari ataupun di tempat kerja, kebutuhan ini akan meningkat secara terus menerus. Sebagai
contoh,
kita
misalkan
saja
proses
pembelajaran
matematika di sekolah, apabila proses pembelajaran matematika di sekolah tidak dihubungkan dengan kenyataan hidup siswa, tidak akan menjadi masalah anak. Dalam penerapan kurikulum saat ini pun, yaitu KTSP telah menggunakan pendekatan kontekstual sebagai salah satu landasan filosofis penyusunan KTSP tersebut. Ini didasarkan karena kesadaran pentingnya pendekatan kontekstual dalam kenyataan pembelajaran yang selama ini, sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya di kehidupan nyata. Sebab konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan mereka, baik dalam lingkungan kerja maupun masyarakat.15 Oleh karena itu guru matematika harus berusaha agar konsep-konsep yang diberikan kepada siswa hendaknya selalu dihubungkan dengan dunia anak. Hendaknya anak mengenal betul bahwa pelajaran yang dibahasnya itu benar-benar mempunyai nilai-nilai yang membantu mengatasi masalah-masalah yang timbul padanya. Jika kita mengaca pada pendidikan di Barat, pendidikan rasional dan intelek yang lebih menekankan pertumbuhan dan pengembangan rasio anak merupakan salah satu cirinya. Pendidikan di USA misalnya adalah pendidikan why yang mendorong anak didik mampu memahami 14
Turmudi, Landasan dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksporatif dan Investigatif), op. cit., 4. 15 Masnur Muslih, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 40.
23
lingkungan dengan penyajian materi pelajaran yang rasional (ma’qul).16 Disini pengembangan kreativitas lebih ditekankan sejak dini. Jadi sejak TK pun anak-anak disana sudah dibiasakan belajar dari alam sekitar dan lingkungan mereka, untuk menumbuhkan rasa ingin tahu mereka. Mereka diajak untuk mengkonstruk pemikiran mereka sendiri secara informal melalui lingkungan sekitar mereka. Membudayakan berpikir kritis dan kreatif dalam proses pembelajaran matematika seperti ini dapat dilakukan dengan pendekatan mathematics in the real world bermodelkan realistik. Jadi apabila guru rajin memperlihatkan lingkungan dan mengaitkan pembelajaran matematika dengan lingkungan, maka besar kemungkinan kberfikir kritis siswa tersebut akan tumbuh. Dengan membawa dunia nyata dalam pengajaran matematika diharapkan guru tidak memaksa siswanya untuk selalu mengikuti cara berfikirnya dan cara yang ada dalam buku teks. Dalam pembelajaran matematika dunia nyata ini lebih menekankan pada keaktifan siswa. Oleh karenanya, akan terjadi pergeseran peran guru dari “guru acting di depan kelas dan murid menonton” ke “siswa aktif bekerja untuk membangun pengetahuan baru”. Sehingga tugas guru dalam pembelajaran matematika dunia nyata lebih terfokus pada membantu siswa dalam menciptakan dan membangun pengetahuan barunya (the role of teachers is a fellow learner).17 Beberapa keuntungan dalam pembelajaran matematika dunia nyata diantaranya:18 a. Pembelajaran matematika dunia nyata lebih memberikan makna pada siswa karena dikaitkan dengan kehidupan dunia nyata. Konteks dunia nyata yang digunakan untuk sumber pembelajaran dapat berperan sebagai penguat kesan (a memory jogger). b. Siswa lebih senang dan lebih termotivasi. c. Aplikasi mata pelajaran benar-benar terdemonstrasikan. Matematika kehidupan nyata atau mathematics in the real world merupakan pembelajaran matematika yang mengacu pada kontruksivis 16
Abdurrahman Mas’ud, Antologi Studi Agama dan Pendidikan, (Semarang: Aneka ilmu, 2004), hlm.4. 17 Mutadi, Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika, Buku 2, (Semarang, 2005), hlm. 13. 18 Ibid., hlm. 13.
24
sosial dan dikhususkan pada pendidikan matematika. Salah satu prinsipnya adalah pembelajaran matematika harus dimulai dari dunia nyata dan kembai ke dunia nyata sehingga belajar matematika tidak lepas dari pengalaman
siswa
agar
matematika
tidak
mudah
dilupakan.
Pengembangan suatu konsep matematika dimulai oleh siswa secara mandiri berupa kegiatan eksplorasi pada dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa, serta memberikan peluang pada siswa untuk berkreasi mengembangkan pikirannya. Jadi dalam penerapan mathematics in the real world ini, pengetahuan siswa harus dibangun oleh siswa sendiri berdasarkan
pengalaman/pengetahuan
yang
telah
dimiliki
siswa
sebelumnya. 6. Realistic Mathematics Education (RME) Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika yang berbasis pada matematisasi pengalaman dan penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Dalam RME masalah realistik dijadikan pangkal tolak pembelajaran. Siswa menjawab masalah realistik dengan menggunakan pengetahuan informasi. Di Indonesia, pembelajaran dengan pendekatan realistik telah dikembangkan oleh tim Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Tim ini bekerja sama dengan tim RME Belanda. Tim PMRI telah mengembangkan perangkat pembelajaran kelas 1, 2, 3, dan 4 SD/MI yang telah dan sedang diujicobakan di beberapa sekolah di Surabaya,
25
Yogyakarta dan Bandung sejak tahun 2000.19 Sedangkan disini peneliti mencoba melakukan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik untuk siswa sekolah menengah. Menurut Gravemeijer dalam mendesain pembelajaran matematika yang realistik ada tiga prinsip utama yang harus diperhatikan, antara lain:20 a. Penemuan terbimbing dan matematisasi progresif (guided reinvension and
progressive
mathematizting),
yang
berarti
bahwa
dalam
mempelajari matematika perlu diupayakan agar siswa mempunyai pengalaman dalam menemukan sendiri konsep prinsip matematika. b. Fenomenologi didaktis (didastical phenomenoogy), yang mengandung arti bahwa dalam mempelajari konsep-konsep, prinsip-prinsip dan materi lain dalam matematika para siswa perlu bertolak dari masalahmasalah/fenomena kontekstual, yaitu masalah-masalah yang berasal dari dunia nyata. c. Self developed models, yang berarti bahwa dalam mempelajari konsepkonsep dan materi-materi matematika yang lain dengan melalui masalah-masalah kontekstual, siswa perlu mengembangkan sendiri model-model atau cara-cara menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Model-model
tersebut
dimaksud
sebagai
wahana
untuk
mengembangkan proses berpikir siswa. Berdasarkan prinsip RME di atas, maka pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik memberikan kepada siswa situasi masalah yang dapat mereka bayangkan atau memiliki hubungan dengan dunia nyata. Dunia nyata disini dapat berupa media pembelajaran, model atau benar-benar benda nyata yang dapat dimanipulasi. Selain itu, pendekatan 19
Rahmah Johar, ”Meningkatkan Daya Juang dan Hasil Belajar Siswa di Aceh Melalui Pembelajaran Matematika Realistik Bernuansa Islami”, dalam S.B. Waluya (eds.), Prosiding Konferensi Nasional Matematika XIII, (Semarang: Jurusan Matematika Fakultas MIPA bekerja sama dengan Badan penerbit UNDIP, 2006), hlm. 329. 20 Sri Indriati Hasanah, ”Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika di Lingkungan Madrasah”, dalam S.B.Waluya (eds.), Prosiding Konferensi Nasional Matematika XIII, (Semarang: Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Semarang Bekerjasama dengan Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), hlm. 366.
26
realistik
menekankan
pada
keaktifan
siswa
dalam
mempelajari
matematika. Dengan demikian, untuk menumbuhkan sikap positif terhadap matematika,
pembelajaran
materi
matematika
harus
dipilih
dan
disesuaikan dengan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan seharihari (kontekstual) dan tingkat kognitif peserta didik, dimulai dengan caracara informal melalui pemodelan sebelum cara formal. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran penerapan model RME (Realistic Matematics education). 7. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dalam UU Sisdiknas dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.21 Sejak tahun 2006 lalu, kurikulum yang diberlakukan dalam pendidikan kita adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). ”KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan kurikulum operasional yang pengembangannya diserahkan kepada daerah atau satuan pendidikan”.22 Sedangkan pembelajaran berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga siswa dapat menguasai seperangkat
kompetensi
tertentu,
sebagai
hasil
interaksi
dengan
lingkungan. Implementasi KTSP juga dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum operasional dalam bentuk pembelajaran.23 Dengan demikian, melalui KTSP ini pemerintah berharap jurang pemisah yang semakin menganga antara pendidikan dan pembangunan, serta kebutuhan dunia kerja segera dapat teratasi. 21
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 5 22 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 19. 23 Ibid, hlm. 246.
27
KTSP ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK). Perubahan nama dari KBK menjadi KTSP ini tetap tidak meninggalkan istilah kompetensi, yaitu semacam pengetahuan, keterampilan dan nilainilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak. Tetapi, jika dalam KBK ada indikator yang sudah ditentukan dalam kurikulum tersebut, maka dalam KTSP ini, indikator harus dibuat sendiri oleh guru. Perubahan kurikulum yang begitu cepat harus diantisipasi dan dipahami oleh berbagai pihak, karena kurikulum sebagai rancangan pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat strategis, yang menentukan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan, baik proses maupun hasil. Pergantian kurikulum sekolah yang sebenarnya merupakan peristiwa yang biasa dalam dunia pendidikan, tidak jarang menjadi peristiwa yang “menghebohkan” dikarenakan tidak sesuai dengan sistem sosialisasi yang tepat. Bahkan terkadang muncul
kesan
bahwa
pergantiannya tidak disertai dengan konsepsi yang jelas.24 Sejauh ini kenyataan di lapangan, pelaksanaan KTSP ini justru membebani guru. “KTSP menuntut guru mengembangkan kurikulum padadal mereka kurang memiliki kemampuan itu.” Demikian kata Rektor IKIP PGRI Semarang dalam workshop Pembelajaran Aktif Berbasis KTSP Bagi Guru se-Kota Semarang.25 Dengan demikian, adanya pembaharuan kurikulum ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang juga harus diimbangi dengan adanya peningkatan kualitas dari para guru. 8. Kompetensi Dasar Sistem Persamaan Linier Jika dua variabel x dan y memenuhi persamaan berikut: ax + by = m cx + dy = n
24 Ki Supriyoko, Mengurai Benang Kusut Pendidikan: Gagasan Para Pakar Pendidikan, Loc.Cit., hlm. xxiii. 25 Harian Umum Suara Merdeka, Jum’at 20 April 2007, hlm. D.
28
Maka kedua persamaan tersebut dikatakan membentuk Sistem Persamaan linier dua variabel (SPLDV).26 Solusi dari sistem tersebut, yaitu mencari nilai x dan y yang memenuhi kedua persamaan dalam sistem, bisa dengan beberapa cara diantaranya sebagai berikut: a. Subtitusi Menurut Cholik A. Sugiono, kata ”subtitusi” hampir sama artinya dengan ”pengganti”. Maka yang dimaksudkan dengan menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel dengan metode subtitusi artinya dengan terlebih dahulu menyatakan variabel yang satu ke dalam variabel yang lain, kemudian mensubtitusi variabel tadi ke persamaan yang satunya tadi. Contoh: Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) berikut ini dengan metode subtitusi! 3x + 2y = 16 2x - y = 6 Pembahasan: Metode Subtitusi: 2x – y = 6
y = 2x - 6
subtitusikan persamaan y = 2x – 6 ke persamaan 3x + 2y = 16 3x + 2 (2x - 6) = 16 3x + 4x – 12 = 16 7x = 28
maka x = 4
Kita cari y dari persamaan: 2x – y = 6 2.4–y=6 8 – 6 =y
maka y = 2
Jadi HP = {(4,2)} 26
Willa Adrian Soekotjo Loedji, Matematika Bilingual untuk SMA Kelas X, (Bandung: CV.Yrama Widya), cet.ke-4, 2007, hlm. 93.
29
b. Eliminasi Menurut Cholik A. Sugiono, metode eliminasi artinya metode menghilangkan salah satu variabel. Jika kita akan mencari atau menentukan pengganti y, maka lebih dahulu kita mengeliminasi variabel x, atau sebaliknya. Perlu diketahui bahwa dua variabel yang sama akan tereliminasi atau hilang bila dikurangkan atau dijumlahkan. Artinya untuk menghilangkan variabel x atau y dapat dikurangkan atau dijumlahkan dengan variabel x atau y pada persamaan lain yang mempunyai koefisien sama. Contoh: Tentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV berikut ini dengan metode eliminasi! x+y=6 2x –y = 0 Pembahasan: Metode Eliminasi: Eliminasi variabel y x+y=6 2x –y = 0 3x
+
= 6, maka x = 2
Eliminasi variabel x dengan menyamakan koefisiennya x+y=6
x 2 2x + 2y = 12
2x –y = 0
x 1 2x - y = 0 3y = 12
-
maka y = 4
Jadi HP = {(2,4)} c. Metode Gabungan Eliminasi dan Subtitusi Dari beberapa cara menyelesaiakan Sistem Persamaan Linier, metode gabungan eliminasi dan subtitusilah yang sering digunakan untuk menyelesaikan suatu SPLDV. Ini dikarenakan, metode eliminasi dan subtitusi lebih mudah.
30
Contoh: Tentukan HP dari SPLDV berikut dengan metode gabungan eliminasi dan subtitusi! 2x + 5y = 11 x + y = 4 Pembahasan: Eliminasi variabel x 2x + 5y = 11
x 1 2x + 5y = 11
x+ y= 4
x 2 2x + 2y = 8 3y = 3
karena
x
telah
tereliminasi,
kita
-
maka y = 1 akan
mencari
x
dengan
mensubtitusikan ke persamaan x+y=4 x + 1 = 4, maka x = 3 Jadi HP = {(3,1)} d. Penerapan SPLDV dalam Kehidupan Nyata Mengapa materi Sistem Persamaan Linier yang penulis teliti? Pembelajaran matematika untuk materi Sistem Persamaan Linier merupakan materi yang masih dianggap relatif sulit. Apalagi jika pembelajarannya sudah sampai pada soal cerita yang berkaitan dengan SPLDV. Pembelajaran sistem persamaan linier ini akan menjadi sangat abstrak, sehingga membuat siswa kesulitan dan merasa enggan belajar matematika. Padahal jika proses pembelajaran ini diajarkan dengan model pembelajan yang variatif, maka materi SPLDV ini akan menjadi sangat menarik dan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam mengikuti pelajaran. Langkah pertama untuk menyelesaikan masalah sehari-hari yang menggunakan perhitungan matematika adalah dengan menyusun model matematika dari soal itu, lalu menyelesaikannya dengan SPLDV. Dari materi SPLDV ini, penulis mengambil Kompetensi Dasar yaitu siswa mampu merancang model matematika dari masalah
31
yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dan siswa dapat menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dan penafsirannya. Contoh: Linda membawa dompet yang berisi 15 lembar uang seribu dan dua ribu rupiah. Jika jumlah uang Linda Rp 23.000,00. Berapa lembar masing-masing uang Linda? Pembahasan: Misalkan banyaknya uang seribu rupiah adalah x, dan banyaknya uang dua ribu rupiah adalah y, maka model matematikanya adalah: x + y = 15…(i) 1000x + 2000y = 23.000 ¾
x + 2y = 23….(ii)
x + y = 15
¾ -x + 2y = 23 - y = -8, maka y = 8 y = 8 disubtitusikan ke persamaan (i):
x + y = 15
¾ x+ 8 = 15 maka x = 7 Jadi uang seribu rupiah ada 7 lembar dan uang dua ribuan rupiah ada 8 lembar. Dalam penerapan materi SPLDV dengan teori mathematics in the real world bermodelkan realistik ini, salah satu cara yang peneliti lakukan adalah dengan menggunakan permainan peran dalam mempraktekkan
”toko permen kejujuran” di dalam kelas. Hal ini
dengan alasan, bahwa dengan melakukan peran jual beli/perdagangan langsung di dalam kelas, siswa dapat mengetahui manfaat pentingnya belajar materi Sistem Persamaan Linier dengan harapan siswa marasa senang dan mempunyai sikap positif dalam belajar matematika serta dapat menemukan sendiri model matematika yang tepat. Dengan demikian, Amin Suyitno juga berpendapat bahwa RME menekankan pada keterampilan process of doing mathematics, berdiskusi, berkolaboorasi, berargumentasi, dan mencari simpulan
32
dengan teman sekelas.27 Maka dengan cara ini, diharapkan siswa dapat menemukan sendiri bentuk penyelesaian suatu masalah yang diberikan. Sehingga model pembelajaran RME ini dapat dipandang sebagai model pembelajaran yang dilaksanakan agar kompetensi dasar dapat dicapai dengan tepat melalui proses belajar mandiri dan informal. 9. Pembelajaran Matematika Realistik dalam Lingkungan Madrasah Pembelajaran
matematika
sebagai
bagian
dari
kegiatan
pembelajaran di madrasah masih menghadapi kendala, matematika dianggap hal yang tidak esensial di lembaga madrasah. Padahal kalau dipandang lebih mendalam, banyak sekali peranan matematika dalam syariat Islam, diantaranya sholat, zakat, haji, puasa, warisan, dsb. Seandainya hal ini disosialisasikan sejak dini oleh guru sebagai fasilitator niscaya anggapan para siswa bahwa matematika identik dengan pelajaran dunia tidak ada hubungannya dengan akherat tidak akan ada lagi, sehingga akan tertanam rasa senang, tidak takut, berani menghadapi kesulitan hidup dengan ilmu matematika yang didasari pada syariat Islam. Pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah-masalah kontekstual (contextual problem) sebagai titik awal dalam belajar matematika.
Dalam
hal
ini
guru
madrasah
diharapkan
dapat
mengembangkan materi matematika dan meningkatkan kemampuannya menggunakan masalah-masalah kontekstual yang dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari dan keislaman yang secara konkrit dapat dipahami dan sudah dilakukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari beribadah mereka. Melalui pengaitan konsep-konsep atau prinsip matematika dengan pengalaman kehidupan sehari-hari beribadah siswa, dapat membuat siswa tidak mudah lupa terhadap konsep atau materi
27 Amin Suyitno, Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1 , (Dipergunakan untuk perkuliahan Prgram Studi Pendidikan Matematika: Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2006), hlm. 36.
33
matematika yang siswa pelajari. Berikut tabel contoh keterkaitan materi matematika dengan syariat Islam: Tabel 1 Keterkaitan Materi Matematika dengan Syariat Islam No. 1.
2.
3. 4.
5. 6. 7.
8. 9.
10.
Materi Matematika Bilangan Cacah
Syariat Islam
Penjabaran
Sholat (Q.S; 2:43, 2:3, 43-46, 83, Huruf-huruf hijaiyah 110,115,142-145,148,153, 177, Jumlah orang sholat di 238-239,277. masjid 4:43,77,101,103,16,5:6,12,55,85, 91,106. 6:72,92.7:120,205.8:2-4. 9:5,11,18,54,71.10:87.11:114, 3:22 dsb) Penjumlahan Sholat Macam-macam sholat, gerakangerakan sholat, jumlah rakaat dalam sholat wajib maupun sunnah, bacaan dalam sholat Pengurangan Mengkosor sholat (Q.S;4:101-102) dan hadist yang berkaitan dengan tata cara dan jumlah rakaat sholat Perkalian Sholat Haji (QS;2:158,185-200,203.3:96-97. 5:1,94-97.22:25-37) Amalan-amalan haji (Q.S;2:138,196,200.6:162.22:26, 34:67) Pecahan Zakat fitrah (Q.S;2:43,83,110,215.3:92,134. 4:38,77,162.5:12,55.6:141,dsb) Warisan (Q.S;4:7-13,19,33,127,176.8:72) Waktu dan Waktu sholat, isra’ (Q.S; 17:1. 53:5-8) kecepatan mi’roj, hijrah Nabi, perang Aritmatika sosial Jual beli, Zakat, Harta (Q.S;2: 254, 275. 24:37. 2:283) (perniagaan, nisab,dan (H.R. Imam al-Bukhori Muslim) mengatur tentang haul, harta ternak, yang uang, hasil tambang, pembagian-pembagian zakat hasil pertanian ) Himpunan Golongan makhluk Dalam al-qur’an Allah Bangun datar dan Bentuk ka’bah dan (Q.S; 2:125, 3:96-97, 5:5-96. bangun ruang ukurannya serta 22:26) bangunan di masjidil haram Sudut Amalan-amalan/ritual (Q.S; 2:115,143-145,148-150) ibadah haji umrah, kiblat
Maka dengan adanya beberapa contoh di atas, guru tidak perlu kesulitan lagi dalam mengaitkan pembelajaran matematika dengan
34
kebiasaan dan lingkungan kehidupan siswa. Sebagai contoh, karena peneliti menggunakan materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dan praktek pembelajaran yang diberikan berupa permainan peran toko permen, yaitu memperagakan masalah jual beli atau perdagangan secara langsung, maka guru juga dapat mengaitkan materi yang dipelajari dengan syariat islam. Berikut adalah salah satu contoh ayat yang mempunyai keterkaitan dengan materi jual beli/aritmatika sosial dalam matematika:
ﺰﻛﹶﺎ ِﺓ ﺎ ِﺀ ﺍﻟﻭﺇِﻳﺘ ﺼﻠﹶﺎ ِﺓ ﻭِﺇﻗﹶﺎ ِﻡ ﺍﻟ ﻦ ِﺫ ﹾﻛ ِﺮ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﻋ ﻊ ﻴﺑ ﻭﻟﹶﺎ ﺭﹲﺓ ﺎﻢ ِﺗﺠ ﺗ ﹾﻠﻬِﻴ ِﻬ ﺎ ﹲﻝ ﻟﹶﺎِﺭﺟ ﴾٣٧﴿
ﺎﺭﺑﺼﺍﹾﻟﹶﺄﺏ ﻭ ﻓِﻴ ِﻪ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﻠﹸﻮﺘ ﹶﻘﻠﱠﺐﺗ ﺎﻮﻣ ﻳ ﺎﻓﹸﻮ ﹶﻥﻳﺨ
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.28 Dalam syariat Islam dijelaskan juga tentang anjuran membelajakan harta yang baik bagi orang muslim, ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an yang berbunyi;
ﺧﱠﻠ ﹲﺔ ﻭﻟﹶﺎ ﻊ ﻓِﻴ ِﻪ ﻴﺑ ﻡ ﻟﹶﺎ ﻮ ﻳ ﻲ ﻳ ﹾﺄِﺗ ﺒ ِﻞ ﹶﺃ ﹾﻥﻦ ﹶﻗ ﻢ ِﻣ ﺎ ﹸﻛﺯ ﹾﻗﻨ ﺭ ﺎﻧ ِﻔﻘﹸﻮﺍ ِﻣﻤﻮﺍ ﹶﺃﻣﻨ ﻦ َﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ ….ﻋ ﹲﺔ ﺷﻔﹶﺎ ﻭﻟﹶﺎ Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at.29 Atau pula permaianan jual-beli yang telah dipraktekkan siswa dapat dikaitakan dengan hukum riba, seperti yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an:
28
Achmad Fahrudin, et. al, Al Quran Digital versi 2.1, (Bandung: CV Diponegoro, 2004/ 1425H), surat Annur, ayat 37. 29 Departeman Agama Repubik Indnesia, Kitab Suci Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Gema Risaah, 1993), Surat A-Baqarah, ayat: 254, hlm. 62.
35
ﺲ ﻤ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻴﻄﹶﺎ ﹸﻥ ِﻣﺸ ﺍﻟﺒﻄﹸﻪﺨ ﺘﻳ ﻡ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﻳﻘﹸﻮ ﺎﻮ ﹶﻥ ِﺇﻟﱠﺎ ﹶﻛﻤﻳﻘﹸﻮﻣ ﺎ ﻟﹶﺎﺮﺑ ﻳ ﹾﺄ ﹸﻛﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﺍﻟ ﻦ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ﺎ َﺀﻩﻦ ﺟ ﻤ ﺎ ﹶﻓﺮﺑ ﻡ ﺍﻟ ﺮ ﺣ ﻭ ﻊ ﻴﺒﻪ ﺍﹾﻟ ﺣﻞﱠ ﺍﻟﱠﻠ ﻭﹶﺃ ﺎﺮﺑ ﻊ ِﻣﹾﺜﻞﹸ ﺍﻟ ﻴﺒﺎ ﺍﹾﻟﻧﻤﻢ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ِﺇ ﻧﻬﻚ ِﺑﹶﺄ ﹶﺫِﻟ ﺏ ﺎﺻﺤ ﻚ ﹶﺃ ﺩ ﹶﻓﺄﹸﻭﹶﻟِﺌ ﺎﻦ ﻋ ﻣ ﻭ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪﻩﻣﺮ ﻭﹶﺃ ﻒ ﺳﹶﻠ ﺎ ﻣﻰ ﹶﻓﹶﻠﻪﺘﻬﻧﺑ ِﻪ ﻓﹶﺎﺭ ﻦ ﻮ ِﻋ ﹶﻈ ﹲﺔ ِﻣ ﻣ ﴾٢٧٥﴿ ﻥ ﻭ ﹶﺎِﻟﺪﺎ ﺧﻢ ﻓِﻴﻬ ﻫ ﺎ ِﺭﺍﻟﻨ Orang-orang yang makan (mengambil) riba30 tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila31 Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu32 (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.33 Kemudian, untuk pengembangan keterkaitan materi matematika dengan ajaran islam lain, dapat dikembangkan sendiri oleh guru yang bersangkutan. Yang jelas, disini telah digambarkan bahwa matematika bisa
dikontekskan
dengan
pelajaran-pelajaran
lain
(kontekstual)
disesuaikan dengan materi dan kondisi siswanya. Menurut pendapat Karim, menyatakan bahwa pembelajaran matematika yang baik menuntut penggunaan metode-metode pembelajaran yang bervariasi.34 Maka guru dalam memilih metode yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi pembelajaran serta materi 30
Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman Jahilyah. 31 Maksudnya: orang yang mengambil riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan. 32 Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan. 33 Departeman Agama Repubik Indnesia, ibid., Surat A-Baqarah, ayat: 275, hlm. 69. 34 Endang Setyo Winarni, Pembelajaran Matematika Realistik Pada Soal Cerita untuk Siswa Kelas V SD Sesuai dengan Kurikulum 2004, (Semarang: Jurusan Matematika Fakultas MIPA UNNES bekerjasama dengan Badan Penerbit UNDIP), hlm. 226.
36
yang sedang dipelajari, agar tidak membuat siswa kesulitan, bosan bahkan menjadi manakutkan, sehingga hal-hal yang disampaikan guru tidak hanya lewat begitu saja tanpa kesan yang berarti bagi siswa. Jadi, tidak ada kata sulit lagi bagi siswa, khususnya siswa madrasah dalam mengikuti pelajaran matematika, karena penyajian pembelajaran matematika dengan cara informal dapat membuat siswa berkesan dan menjadikan pelajaran matematika sangat menyenangkan dan mengasyikkan. Pembelajaran realistik menggunakan konteks keislaman ini juga dapat menjadi alternatif pendekatan pembelajaran matematika di lingkungan madrasah yang selama ini masih menghadapi masalah.
B. KERANGKA BERFIKIR Pembelajaran matematika sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran di madrasah selama ini masih menghadapi kendala yang sangat serius, matematika dianggap hal yang tidak esensial di lembaga madrasah. Sebab keabstrakan objek matematika dan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat, menjadi faktor penyebab sulitnya matematika diterima oleh para siswa terutama siswa madrasah. Anggapan para siswa madrasah, bahwa matematika identik dengan pelajaran dunia yang tidak ada hubungannya dengan akherat, mengakibatkan matematika semakin tidak mendapatkan tempat di hati para siswa madrasah. Disadari atau tidak bahwa matematika merupakan salah satu pelajaran yang ditakuti oleh para siswa, khususnya siswa sekolah menengah. Hal ini dibuktikan dari beberapa angket yang telah peneliti sebarkan pada siswa MAN Semarang 2, bahwa mayoritas siswa madrasah masih menganggap matematika sebagai pelajaran yang paling sulit dibandingkan dengan pelajaran yang lain. Hasil wawancara dengan salah satu guru matematika kelas X MAN Semarang 2, Istianah S.Pd juga menyatakan bahwa hasil prestasi matematika siswa MAN Semarang 2 masih di bawah KKM yaitu 6,0 termasuk untuk materi pokok Sistem Persamaan Linier. Beliau mengakui meskipun telah dilakukan beberapa kali remidi maupun pengayaan, nilai mereka pun belum bisa sepenuhnya memuaskan. Ini dipengaruhi oleh cara
37
pandang siswa dari awal bahwa matematika merupakan pelajaran yang sukar dan menakutkanbagi mereka. Maka untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap positif siswa terhadap matematika ini, diperlukan pemilihan gaya dan strategi mengajar yang menyenangkan agar membuat siswa lebih bersemangat. Pendekatan methematics in the real world bermodelkan RME pada proses pembelajaran yang diterapkan di lingkungan madrasah, yaitu MAN Semarang 2 diharapkan akan mampu menumbuhkan sikap positif dan pencapaian hasil belajar apabila siswa
terdorong
untuk
melakukannya.
Proses
pembelajaran
dengan
memberikan penguatan, motivasi, serta diaplikasikan dalam kehidupan seharihari mendorong siswa untuk lebih bersemangat dan termotivasi belajar matematika. Dengan demikian, siswa tidak beranggapan lagi bahwa pelajaran matematika sukar dan menakutkan bagi mereka. Sehingga pada akhirnya apa yang mereka pikirkan bahwa matematika itu manakutkan, dapat berubah menjadi matematika adalah pelajaran yang sangat menyenangkan, sehingga tumbuh kecintaan terhadap matematika dan lebih bersemangat dalam belajar matematika.
C. HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan uraian kerangka berfikir dan tinjauan pustaka di atas tersebut dapatlah dimunculkan hipotesis tindakan sebagai berikut : 1. Melalui pendekatan Mathematics in the Real World (MRW) bermodelkan Realistic Mathematics Education (RME) dalam pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel merupakan skenario pembelajaran matematika yang dapat menumbuhkan sikap positif dan keaktifan siswa MAN Semarang 2 mencapai kompetensi dasarnya. 2. Pembelajaran matematika dengan penerapan MRW bermodelkan RME dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB III METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau action research. Secara sederhana action research dapat diartikan sebagai kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. “Kolaborasi adalah adanya kerjasama antara berbagai disiplin ilmu, keahlian, dan profesi dalam memecahkan
masalah,
merencanakan,
melaksanakan
kegiatan,
dan
melakukan penilaian akhir”.1 Disini kolaborasi menjadi hal yang penting dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Sebab salah satu ciri khas dalam PTK adalah adanya kolaborasi atau kerjasama antara praktisi dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan tindakan (action).2 Penulis menggunakan penelitian tindakan atau action research ini sebagai
upaya
memperbaiki
proses
pembelajaran
matematika
dan
memecahkan masalah yang dihadapi siswa berkaitan dengan sikap dan motivasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika berbasis Kurikulum Tinggkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun pelajaran 2008/2009.
B. SUBYEK PENELITIAN Subyek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa yang mendapat pembelajaran Sistem Persamaan Linier, yaitu pada siswa kelas X.C di MAN Semarang 2.
1
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosadakarya offset, 2008), cet ke-7, hlm. 152. 2 Suharsimi Arikunto, et. al., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke-5, hlm. 63. 38
39
C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN 1. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada semester awal tahun ajaran 2008/2009 dan berlangsung selama 4 bulan dari bulan Oktober sampai dengan bulan Januari 2009.
2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MAN Semarang 2.
D. METODE PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1. Cara Pengumpulan Data a. Dokumenter ”Dokumen adalah cacatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu lalu”.3 Metode dokumenter ini digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan daftar nama siswa yang menjadi sampel penelitian yaitu Classroom Action Research.. b. Angket (Questionnaires) “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.4 Bentuk angket yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah bentuk angket tertutup, sebab jawaban dari pertanyaan peneliti telah dibatasi dengan beberapa pilihan jawaban. Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui data sikap siswa terhadap pelajaran matematika dan mengetahui seberapa jauh pelaksanaan KTSP yang telah diterapkan dalam pembelajaran matematika di sekolah.
3
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), cet ke-3, hlm. 83. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 151.
40
c. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan
untuk
mengukur
keterampilan,
pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.5 Bentuk tes yang digunakan peneliti disini adalah tes subyektif yang umumnya berbentuk esai. Menurut Suharsimi soal bentuk esai menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa mempunyai daya kreativitas yang tinggi.6 Metode tes ini digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan hasil belajar siswa setelah melakukan pembelajaran matematika materi Sistem Persamaan Linier dengan pendekatan Mathematics in the Real World (MRW) bermodelkan Realistic Mathematics Education (RME). d. Lembar kerja Lembar kerja berupa soal-soal yang diberikan siswa pada tiap siklus. Lembar kerja juga dipakai
untuk mengetahui ketrampilan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. e. Observasi/ Pengamatan “Di
dalam
pengertian
psikologik,
observasi/pengamatan
meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra”.7 Pengamatan ini dilakukan pada tiap siklus untuk membuat kesimpulan pelaksanan pembelajaran pada siklus tersebut yang akan direfleksikan pada siklus berikutnya.
2. Cara pengolahan Data Data hasil pengamatan dan tes diolah dengan analisis deskriptif dan statistik diskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian 5
Ibid, hlm.150. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), Cet. 3, hlm. 162. 7 Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, op.cit., hlm. 156. 6
41
indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan MRW bermodelkan RME yang dapat menumbuhkan sikap positif siswa, meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran, ketrampilan bermain siswa, dan hasil belajar siswa. “Menurut Sugiyono analisis deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sample atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum”.8 Jadi dalam statistik diskriptif ini, peneliti menyajikan data-data hasil observasi melalui tabel-tabel.
E. METODE PENYUSUNAN INSTRUMEN 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada tiap siklus dibuat berdasarkan format yang disyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Di dalam RPP tertuang skenario pembelajaran matematika dengan pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dengan pendekatan Mathematics in the Real World (MRW) bermodelkan Realistic Mathematics Education (RME). 2. Lembar Kerja/modul Soal dalam lembar kerja berupa soal-soal essay yang dapat menciptakan suasana kerja kelompok. 3. Tugas Rumah Tugas rumah diberikan soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pemberian tugas rumah ini dimaksudkan untuk mendalami materi Sistem Persamaan Dua Variabel agar bisa mencapai kompetensinya, selain untuk melatih siswa menyelesaikan masalah secara mandiri.
8
Sugiyono, Statistika untuk Penellitian, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 8, hlm. 21.
42
4. Instrumen Pengamatan Instrumen pengamatan disusun dengan indikator-indikator yang bisa mengukur keberhasilan penerapan pendekatan MRW bermodelkan RME pada pokok bahasan Sistem Persamaan Dua Variabel, yaitu tercapainya kompetensi dasar tersebut. Dalam hal ini terutama untuk mengukur selama proses pelaksanaan pembelajarannya, baik mengamati keaktifan siswa, ketrampilan, kerjasama dalam kelompok dan sikap positif siswa terhadap matematika. 5. Tes Akhir Tes akhir yang dipakai untuk mengukur keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan MRW bermodelkan RME khusus pada pengembangan materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel.
F. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan prooses Kegiatan dirancang dengan penelitian tindakan kelas. ”Menurut Raka Joni, ada lima tahapan pelaksanaan PTK yang merupakan titik-titik estafet dalam suatu siklus, meliputi; penetapan fokus masalah penelitian, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan interpretasi, analisis dan refleksi”.9 Tahapan langkah dalam penelitian ini disusun dalam 3 tahap/siklus penelitian yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Pra siklus dilakukan untuk mengetahui pelaksaan pembelajaran yang belum menggunakan pendekatan Mathematics in the Real World bermodelkan Realistic Mathematics Education. Secara garis besar proosedur penelitian tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 terdiri atas perencanaan
(planning),
pelaksanaan
tindakan
(action),
pengamatan
10
(observing), dan refleksi (reflecting) . Pelaksanaan tiap tahap/siklus akan
9 Modul Pelatihan Classroom Action Reseach Bagi Mahasiswa IAIN Walisongo, (dilaksanakan pada tanggal 19-21 Desember: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008), hlm. 7. 10 “Refleksi dilakukan melalui analisis dan sintesis, serta induksi dan deduksi. Analisis dilakukan dengan merenungkan kembali secara intensif kejadian-kejadian atau peristiwa yang menyebabkan munculnya sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan”. (Dalam Wardani, et.al., Penelitian Tinadakan kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), Cet. 11, hlm. 225)
43
diambil satu kelas dengan satu guru matematika yang mengajar kelas tersebut. Sebagai langkah-langkah besar yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pra Siklus Pada pelaksanaan pra siklus ini, peneliti mengamati guru yang masih menggunakan pembelajaran konvensional yaitu belum menggunakan pendekatan MRW bermodelkan RME. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada pra siklus ini juga akan diukur dengan indikator penelitian yaitu akan dilihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, pemahaman tentang manfaat pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV), sikap positif siswa serta hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk membandingkan keberhasilan pembelajaran menggunakan pendekatan MRW bermodelkan RME pada siklus 1 dan siklus 2.
2. Siklus 1: Untuk pelaksanaan siklus 1 juga menggunakan guru yang sama pada pelaksanaan pra siklus. Langkah-langkah besar dalam siklus 1 ini mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi akan dijelaskan sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) 1) Peneliti meninjau kembali rancangan pembelajaran yang telah disiapkan dalam bentuk prototype/modul( RPP, lembar kerja, soal evaluasi, soal tugas rumah). 2) RPP harus menggambarkan pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan MRW bermodelkan RME. 3) Mempersiapkan lembar kerja yang isinya berupa soal dan prosedur untuk alur pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan MRW bermodelkan RME. 4) Menyiapkan lembar bservasi, lembar refleksi, lembar evaluasi dan pendokumentasian.
44
5) Menyiapkan absensi untuk melihat dan mengamati keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan MRW bermodelkan RME. b. Pelaksanaan Tindakan (Action) Guru dengan didampingi peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan oleh peneliti. Adapun langkahlangkah pembelajaran Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dengan menggunakan pendekatan pembelajaran MRW bermodelkan RME pada siklus 1 ini secara garis besar adalah sebagai berikut: 1) Guru melakukan sedikit permainan bilangan prima dengan tujuan agar siswa dapat kembali berkonsentrasi dan bersemangat sebelum kegiatan pembelajaran matematika dimulai. 2) Guru memberikan pengantar, tema atau apersepsi berupa masalahmasalah kontekstual yang pernah dilakukan oleh siswa atau manusia
pada umumnya dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan materi SPLDV. 3) Sebagai motivasi, guru memberikan manfaat mempelajari SPLDV dalam kehidupan sehari-hari. 4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 5) Guru/peneliti memberikan informasi awal tentang skenario atau jalannya
proses
pembelajaran
dengan
pendekatan
MRW
bermodelkan RME dan apa yang harus dilakukan siswa dengan singkat, jelas dan dalam suasana yang kondusif. 6) Dengan permaianan bilangan prima tadi, guru selanjutnya membagi kelas secara acak. 7) Setelah kelompok terbentuk, guru meminta salah satu kelompok untuk memerankan toko permen kejujuran di depan kelas. 8) Guru mengajak siswa menyelesaian masalah yang diberikan dengan membawa siswa ke dunia real/nyata. 9) Kelompok yang lain diminta untuk mencari peran, misalnya menjadi pembeli.
45
10) Dari beberapa peran yang dimainkan oleh masing-masing kelompok, siswa dituntut dapat membuat model matematika sendiri. 11) Guru mendorong siswa agar dapat menemukan pemecahan masalah dengan pemikiran bersama/kelompok. 12) Setelah berdiskusi kelompok, masing-masing kelompok/perwalikan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan merancang dan membuat model matematika di depan kelas, sesuai dengan apa yang telah diperankan kelompoknya. 13) Guru sebagai moderator, fasilitator dalam pelaksanaan diskusi kelas agar diskusi tetap berjalan lancar. 14) Siswa yang lain memperhatikan dan diberi kesempatan untuk bertanya dan menngkritisi hasil pekerjaan kelompok yang mempresentasikan pekerjaannya. 15) Setelah diskusi kelas, guru mengembalikan siswa dari grup ke klasikal. 16) Guru membimbing/menyamakan persepsi dari jawaban matematika secara formal. 17) Guru dapat mengaitkan materi yang diberikan tadi dengan masalahmasalah keislaman, karena yang dipraktekkan tadi adalah masalah perdagangan atau jual beli, maka guru dapat memberikan sedikit kaitan bagaimana jual beli yang baik menurut syariat islam, dsb. 18) Menyimpulkan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. 19) Guru melakukan tes formatif secara individual. c. Pengamatan (Observation) Guru dan peneliti melakukan pengamatan: 1) Guru mitra mengamati proses pembelajaran untuk mengetahui tentang sikap positif siswa dan keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran matematika dengan pendekatan MRW bemodelkan RME.
46
2) Mengamati proses pembelajaran dalam pembentukan kelompokkelompok kecil dan pembagian peran. 3) Secara kolaboratif partisipatif mengamati skenario atau jalannya proses pembelajaran. 4) Mengamati aktivitas kelompok siswa saat berdiskusi memecahkan masalah dalam permainan sistem persamaan linier dan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. 5) Pengamatan partisipatif kepada setiap kelompok melalui wakil kelompok yang maju mempresentasikan hasil pekerjaannya sesuai dengan tugas yang diberikan. 6) Pemahaman konsep dan hasil evaluasi/tes akhir. 7) Dengan mencatat keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan penelitian. d. Refleksi (Reflection) 1) Secara
kolaboratif
guru
dan
peneliti
menganalisis
dan
mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi mana yang perlu dipertahankan dan mana yang perlu diperbaiki untuk siklus ke 2 nantinya.. 2) Mencatat kekurangan-kekurangan pada sikus 1, terutama tentang aktivitas siswa dalam mengerjakan tugasnya secara kelompok maupun secara individual. Kemudian secara bertahap melakukan perbaikan untuk kekurangannya pada siklus 2. 3) Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1.
3. Siklus 2 : Untuk pelaksanaan siklus 2 secara teknis dijelaskan dalam lampiran RPP. Langkah-langkah besar dalam siklus 2 ini yang perlu ditekankan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi akan dijelaskan sebagai berikut:
47
a. Perencanaan 1) Peneliti meninjau kembali rancangan pembelajaran yang telah disiapkan dalam bentuk prototype/modul( RPP, lembar kerja, soal evaluasi, soal tugas rumah). 2) RPP harus menggambarkan pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan MRW bermodelkan RME. 3) Mempersiapkan lembar kerja yang isinya berupa soal dan prosedur untuk alur pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan MRW bermodelkan RME. 4) Menyiapkan lembar bservasi, lembar refleksi, lembar evaluasi dan pendokumentasian. 5) Menyiapkan absensi untuk melihat dan mengamati keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan MRW bermodelkan RME. b. Pelaksanaan Tindakan Guru dengan didampingi peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan oleh peneliti dan direfisi berdasarkan evaluasi pada siklus 1. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan MRW bermodelkan RME pada pelaksanaan pembelajaran siklus2, sebagai berikut: 1) Guru/peneliti memberikan informasi awal tentang skenario atau jalannya
proses
pembelajaran
dengan
pendekatan
MRW
bermodelkan RME dan apa yang harus dilakukan siswa dengan singkat, jelas dan dalam suasana yang kondusif 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 3) Dengan membagikan permen yang berbeda, guru membagi kelas secara acak menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 6 siswa tiap kelompoknya sesuai nama permen yang didapat. 4) Dalam pembelajaran matematika ini, guru membawa siswa seolah berada di dunia real/nyata.
48
5) Guru mengajak siswa bermain peran dengan menggunakan kartu masalah yang akan diberikan tentunya yang berhubungan dengan SPLDV,
jadi
siswa
sesuai
dengan
kelompoknya
akan
memperagakan/mempratekkan langsung kartu masalah/soal yang diberikan guru. 6) Guru meminta siswa untuk memecahkan masalah sesuai dengan alur pikiran siswa secara informal atau coba-coba (karena langkah penyelesaian soal tersebut belum diberikan). 7) Dari masalah/soal yang ada siswa dituntut dapat membuat model matematika sendiri. 8) Guru mendorong siswa agar dapat menemukan pemecahan masalah dengan pemikiran bersama/kelompok. 9) Setelah berdiskusi kelompok, masing-masing kelompok/perwalikan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. 10) Siswa yang lain memperhatikan dan diberi kesempatan untuk bertanya dan menngkritisi hasil pekerjaan kelompok yang mempresentasikan pekerjaannya. 11) Guru sebagai moderator, fasilitator dalam pelaksanaan diskusi kelas agar diskusi tetap berjalan lancar. 12) Guru dapat mengaitkan materi yang diberikan tadi dengan masalahmasalah keislaman, misalnya berkaitan dengan beberapa ayat yang berbicara tentang aritmatika sosial dan sebagainya. 13) Setelah diskusi kelas, guru membimbing/menyamakan persepsi dari jawaban matematika secara formal. c. Pengamatan Guru dan peneliti melakukan pengamatan: 1) Guru mitra mengamati proses pembelajaran untuk mengetahui tentang sikap positif siswa dan keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan
pembelajaran
matematika
pembelajaran MRW bermodelkan RME.
dengan
pendekatan
49
2) Mengamati proses pembelajaran dalam pembentukan kelompokkelompok kecil dan pembagian peran. 3) Secara kolaboratif partisipatif mengamati skenario atau jalannya proses pembelajaran. 4) Mengamati aktivitas kelompok siswa saat berdiskusi memecahkan masalah dalam permainan sistem persamaan linier dan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. 5) Pengamatan partisipatif kepada setiap kelompok melalui wakil kelompok yang maju mempresentasikan hasil pekerjaannya sesuai dengan tugas yang diberikan. 6) Pemahaman konsep dan hasil evaluasi/tes akhir. 7) Dengan mencatat keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan penelitian. d. Refleksi Refleksi pada siklus kedua ini dilakukan untuk membuat simpulan akhir dan melakukan penyempurnaan prototype/modul pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran MRW bermodelkan RME yang diharapkan dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran,
meningkatkan
pemahaman
SPLDV,
menanamkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika serta meningkatkan hasil belajar siswa.
G. INDIKATOR KEBERHASILAN Tabel 2 Indikator Keberhasilan Siswa dalam Pembelajaran Matematika No 1
Indikator/Variabel
Keterangan
Meningkatnya sikap positif,
Analisis dari data angket tertutup
dan semangat siswa.
yang disebarkan pada siswa sebelum
Indikator pencapaian di atas
dan setelah pembelajaran
60%.
matematika dengan pendekatan
50
realistik dilakukan. Dan analisis dari observer dalam pengamatan kelompok serta penilaian sistematika pengajaran guru, karena aspek tersebut juga mempengaruhi sikap siswa. 2
Keaktifan dalam pembelajaran. •
Keaktifan bertanya.
Indikator pencapaian mencapai •
Keaktifan menjawab.
5 kadar keaktifan diskoring
•
Keaktifan menulis.
dengan skala likert (1 s.d 5).
•
Keaktifan menyelesaikan tugas
Indikator pencapaian di atas
individu.
60%. 3
Ketrampilan proses.
•
Indikator pencapaian mencapai 5 kadar ketrampilan diskoring
Berani mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas.
•
dengan skala likert (1 s.d 5).
Berani bertanya atau mengungkapkan argumennya.
Indikator pencapaian di atas
•
Membuat model matematika.
60%.
•
Memecahkan masalah secara individu dalam kelompok.
•
Interaksi dalam kelompok.
•
Melaksanakan tugas sesuai fungsinya dalam kelompok.
4
Hasil belajar.
Diadakan tes akhir setelah pra
Rata-rata nilai yang dicapai
siklus, siklus 1 dan siklus 2.
diatas hasil ketuntasan belajar yang di tentukan yaitu 6,0.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PRA SIKLUS Pelaksanaan pembelajaran pra siklus untuk kelas X.C yang diampu Ibu Istianah, S.Pd dilaksanakan pada hari senin dan rabu tanggal 17 dan 19 November
2008.
Berdasarkan
hasil
pengamatan
pada
pelaksanaan
pembelajaran pra siklus Kelas X.C yang diampu Ibu Istianah, S.Pd dalam proses pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah. Guru mengawali dengan menjelaskan materi/konsep Sistem Persamaan Linier Satu Variabel, sesekali menuliskan di papan tulis definisi atau rumus yang berhubungan dengan Sistem Persamaan Linier. Saat guru menjelaskan murid diminta untuk mendengarkan dan kalau ada hal-hal yang dirasa tidak mengerti, siswa bisa langsung bertanya pada guru. Setelah guru selesai menjelaskan tentang Sistem Persamaan Linier Satu Variabel, siswa diminta mencatat apa yang telah ditulis guru di papan tulis. Untuk pelaksanaan pembelajaran selanjutnya guru memberikan contoh soal tentang Sistem Persamaan Linier Satu Variabel. Dari soal tersebut diselesaikan oleh guru di papan tulis dengan siswa memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru. Kemudian murid menyalin soal dan penyelesaian dari papan tulis ke buku tulis masing-masing. Baru kemudian guru memberikan soal Sistem Persamaan Linier Satu Variabel untuk diselesaikan murid. Dengan memberikan selang waktu sekitar 10 menit, siswa diminta untuk mengerjakan soal masing-masing. Setelah ditawarkan bagi yang bisa untuk maju, baru ada siswa yang maju untuk mengerjakan soal tersebut di papan tulis dan hasilnya dikoreksi bersama dengan guru. Pada waktu menjelang akhir pelaksanaan pembelajaran diadakan tes akhir.
51
52
1. Sikap Positif Siswa Setelah beberapa kali peneliti mendampingi guru mitra mengajar dalam kelas, peneliti melakukan obervasi awal, yaitu melakukan wawancara dengan guru matematika dan menyebarkan angket pada siswa. Sebagai observasi awal, tepatnya sebelum peneliti menggunakan penerapan pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik di kelas X.C, peneliti menyebarkan angket tertutup kepada siswa berkaitan dengan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika selama ini. Jumlah siswa dalam kelas X.C MAN Semarang 2 ini adalah 37 siswa. Namun waktu pengisian angket awal sikap siswa terhadap matematika ada satu siswa yang tidak masuk. Dari hasil angket tersebut menunjukkan bahwa 69,4 % dari 36 siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang paling sulit dibandingkan pelajaran yang lain. Jadi disini hanya sekitar 31% yang menganggap matematika adalah pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Dan dari siswa kelas X.C tersebut juga menyebutkan diantara nilai hasil belajar mereka, rata-rata siswa (sekitar 75%) menyatakan bahwa nilai matematika mereka merupakan nilai yang paling rendah dibanding pelajaran yang lain. Jadi di kelas X.C ini hanya ada 25% yang nilai matematikanya dikatakan baik (lihat lampiran 4 dan 5). Selain itu, data yang penulis dapatkan dari angket siswa tersebut juga menyatakan bahwa rata-rata siswa hanya menyukai matematika pada tingkat sekolah dasar saja. Sedangkan mereka mulai tidak menyukai matematika di tingkat SMP sampai SMA. Jadi penulis menyimpulkan bahwa siswa mempunyai sikap positif yang cenderung menurun terhadap pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan disamping materi matematika semakin sulit dan rumit di tingkat sekolah menengah, juga disebabkan pembelajaran matematika selama ini masih menggunakan metode ceramah atau tradisional. Karena cara mengajar juga mempengaruhi sikap, motivasi dan semangat siswa dalam belajar matematika, maka dalam pengamatan peneliti ketika proses pembelajaran berlangsung, peneliti memberikan penilaian
53
terhadap guru mitra yang sedang mengajar dengan metode ceramah. Dari hasil peniaian didapatkan skor nilai untuk guru mitra adalah sebanyak 35. Ini artinya pengajaran guru baru berhasil 53,85% (lihat lampiran 8).
2. Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pra Siklus Untuk hasil penilaian secara individu yang dilihat dari indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada pra siklus dapat dilihat di lampiran, kalau kita lihat rata-rata prosentasenya adalah 51 %. Dari hasil pengamatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pra siklus kelas XC yang diampu oleh Ibu Istianah, S.Pd (lihat lampiran 7 pada pra siklus) dapat disimpulkan bahwa siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa masih banyak mendengarkan dalam memahami konsep Sistem Persamaan Linier. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa masih bergantung pada guru.
3. Ketrampilan dalam Pembelajaran Dari hasil pengamatan ketrampilan pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran pra siklus baik kelas XC yang diampu oleh Ibu Istianah, S.Pd dapat disimpulkan bahwa siswa belum terampil dalam bertanya, menjawab, membuat model matematika, memecahkan secara individu, interaksi dalam kelompok, melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya dalam proses pembelajaran. Siswa masih banyak terdiam. Hal ini juga ditunjukan dari rata-rata prosentase hasil penilaian ketrampilan siswa
kelas XC adalah
56,97% berarti masih berada dibawah ketentuan yaitu 60 % (lihat lampiran 7
penilaian keterampilan pada pra siklus). Hasil rangkuman penilaian
keaktifan dan keterampilan pembelajaran matematika pra siklus dapat dilihat dari tabel berikut.
54
Tabel 3 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Matematika Pra Siklus No.
Indikator
Skor Rata-Rata
Prosentase
1.
Keaktifan
10,39
51,06%
2.
Keterampilan
17,85
56,97%
4. Hasil Belajar Siswa Dari nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran pra siklus baik kelas XC yang diampu oleh Ibu Istianah, S.Pd dapat disimpulkan masih dibawah hasil ketuntasan belajar yang ditentukan yaitu 60. Hal ini bisa dilihat dari hasil belajar kelas XC yang belum tuntas belajar sebanyak 21 siswa dari 36 siswa. (lihat lampiran hasil belajar pra siklus). Tabel 4 Rata-Rata Ketuntasan Nilai Siswa pada Pra Siklus Nilai Rata-Rata
Siswa tuntas belajar
Siswa tidak tuntas belajar
(TB)
(TTB)
12
21
48, 69
Jadi dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas belajar pada tes awal pra siklus hanya 12 siswa, karena ada 4 siswa yang tidak masuk saat tes dari jumlah kelas sebenarnya yaitu 37 siswa. Maka yang tuntas belajar matematika dalam pra siklus baru 36,36% dengan nilai ratarata siswa 48,69. Tabel 5 Rangkuman Prosentase Hasil Penilaian Indikator Pra Siklus No.
Indikator
Prosentase
1
Sikap Siswa
40,93%
2.
Keaktifan
51,06%
3.
Keterampilan
56,97%
4.
Hasil Belajar
36, 36%
55
B. SIKLUS 1 1. Hasil Penelitian Siklus 1 Pelaksanaan pembelajaran siklus 1 untuk kelas X.C dilaksanakan langsung oleh peneliti didampingi oleh guru mitra pada hari senin dan rabu pada tanggal 24 dan 26 November 2008. Dari hasil pembelajaran siklus 1 yang dilihat beberapa indikator keberhasilan adalah sebagai berikut: a. Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Pada proses pembelajaran pada siklus 1 dengan menggunakan pendekan MRW bermodelkan RME, pada permulaan pembelajaran dan pembentukan kelompok suasana kelas terlihat masih kurang kondusif, ada beberapa siswa yang masih ramai ketika dijelaskan tentang skenario permainan dalam materi sistem linier dua variabel yang akan mereka perankan. Akibatnya beberapa siswa beberapa kali bertanya pertanyaan yang sama dan peneliti juga harus mengulangngulang penjelasan, sehingga proses pembelajaran agak terganggu. Namun, ketika kelompok sudah terbentuk dan masing-masing kelompok bekerja sesuai tugasnya, keaktifan siswa mulai terlihat antusias dan bersemangat. Dari
hasil
pengamatan
keaktifan
siswa
dalam
proses
pembelajaran siklus 1 di kelas X.C dapat disimpulkan bahwa siswa sudah mulai terlibat aktif dalam proses pembelajaran walaupun belum optimal sesuai dengan harapan. Siswa sudah banyak yang terlihat aktif bertanya, menjawab pertanyaan, menulis, menyelesaikan tugas baik individu dan kelompok, aktif mengikuti permainan ”toko permen kejujuran” baik individu ataupun kelompok, aktif melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya pada kelompoknya dalam memahami konsep sistem persamaan linier. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa sudah tidak lagi bergantung pada guru. Hal ini juga ditunjukan dari rata-rata prosentase hasil penilaian keaktifan siswa kelas X.C adalah 62,73% yang sudah berada di atas ketentuan yaitu 60% (lampiran 12).
56
b. Keterampilan dan Sikap Siswa melalui Pendekatan Realistik Dalam proses permainan memperagakan ”toko permen kejujuran” pada materi sistem linier dua variabel, masing-masing kelompok telah memperagakan permainan jual beli dengan cukup baik, meskipun ada dua kelompok yang anggotanya suka mengacau, yaitu kelompok bilangan prima dua. Dalam kelompok bilangan prima 2, satu orang anggotanya suka bersuara dengan lantang dan suka mencari-cari perhatian. Meskipun demikian, pembelajaran berjalan baik dan masing-masing kelompok dapat memerankan permainan dengan baik sesuai tugas mereka. Ketika masing-masing kelompok sudah selesai berdiskusi dan salah
satu
anggotanya
maju
mewakili
kelompoknya
untuk
mempresentasikan hasil diskusi, siswa terlihat terampil dalam menemukan model dan memecahkan masalah berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapatnya terlihat saat masing-masing kelompok diberikan sesion kedua untuk menanggapi atau bertanya kepada kelompok yang di depan. Namun karena keterbatasan waktu yang ada, terpaksa pada kelompok terakhir belum sempat dibuka session pertanyaan karena jam pelajaran matematika sudah habis. Hasil pengamatan ketrampilan bermain peran siswa dalam proses pembelajaran siklus 1, dapat disimpulkan bahwa siswa sudah mulai
terampil
dalam
bertanya,
menjawab,
membuat
model
matematika, memecahkan secara individu, interaksi dalam kelompok, melaksanakan
tugas
sesuai
dengan
fungsinya
dalam
proses
pembelajaran walaupun belum optimal. Rata-rata prosentase hasil penilaian ketrampilan pendekatan realistik siswa
kelas X.C adalah
78,38%, ini berarti telah berada di atas ketentuan indikator keberasilan yaitu 60% (lihat lampiran 12, keterampilan siklus 1) serta perhatikan rangkuman hasil observasi keaktifan dan keterampilan dalam proses pembelajaran matematika siklus 1 berikut:
57
Tabel 6 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Matematika Siklus 1 No.
Indikator
Skor Rata-Rata
Prosentase
1.
Keaktifan
12,91
62,73%
2.
Keterampilan
23,51
78,38%
c. Perkembangan Sikap Siswa Untuk mengetahui perkembangan sikap positif siswa kelas X.C MAN Semarang 2 pada siklus 1 ini, peneliti tidak menggunakan angket, tetapi menggunakan lembar observasi aktivitas dan sikap siswa dalam kelompok serta penilaian terhadap cara mengajar dengan pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME. Penilaian indikator sikap dan cara guru mengajar ini dinilai langsung oleh observer sekaligus guru mitra, Ibu Istianah, S.Pd. Dalam hasil observasi Ibu Istianah, S.Pd untuk aktifitas sikap siswa dalam kelompok tersebut diperoleh skor 22 dengan prosentase keberhasilan 55%. Dari aspek penilaian cara mengajar guru praktikan, Ibu Istianah memberikan skor nilai sebanyak 41, berarti prosentase keberhasilan mengajar guru adalah 63,07%.
d. Hasil Belajar Siswa Dari nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus 1 kelas X.C sudah berada di atas hasil ketuntasan belajar yang ditentukan yaitu 60, yaitu hanya 9 siswa yang belum tuntas belajar. Jika dibandingkan dengan hasil pembelajaran pra siklus yang masih menggunakan metode ceramah, pada siklus 1 ini yang sudah menggunakan pendekatan realistik, maka hasil belajar siswa menunjukan adanya peningkatan. Lihat tabel di bawah ini;
58
Tabel 7 Rata-Rata Ketuntasan Nilai Siswa pada Siklus 1 Nilai
Siswa tuntas belajar
Siswa tidak tuntas belajar
Rata-Rata
(TB)
(TTB)
64,46
25
9
Jadi dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas belajar pada tes siklus 1 sudah mencapai ketuntasan sebanyak 25 siswa. Dalam pelaksanaan tes siklus 1 ini juga diikuti 33 dari 37 siswa. Maka prosentase ketuntasan belajar matematika siswa dalam siklus 1 adalah 75,76 % dengan nilai rata-rata siswa 64,46.
2. Evaluasi dan Refleksi Siklus 1 Dari hasil evaluasi siklus 1 menghasilkan beberapa catatan yang harus direfleksikan pada pelaksanaan pembelajaran siklus 2 yaitu sebagai berikut: a. Dalam kegiatan proses pembelajaran keadaan kelas harus kondusif dulu sebelum praktikan atau guru menjelaskan materi dan membagi kelompok. b. Karena masih ada beberapa siswa yang pasif, maka guru/praktikan agar lebih banyak memberikan motivasi belajar terhadap siswa, sehingga diharapkan semua peserta didik bersemangat dan semakin menyukai matematika. c. Siswa yang kurang aktif, belum pernah bertanya atau maju ke depan, diberikan kesempatan terlebih dahulu untuk melatih keterampilan siswa dan mendorong siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya dengan bimbingan guru. d. Guru kurang memberikan bimbingan pada tiap-tiap kelompok saat terjadi diskusi kelompok, dan belum terjalin kerjasama yang aktif antar anggota kelompok, diharapkan bimbingan dapat merata pada semua kelompok belajar.
59
e. Manajemen waktu harus lebih diperhitungkan lagi, sebab dalam diskusi kelompok lebih membutuhkan waktu yang panjang dan lebih dibutuhkan tenaga dan kesabaran yang ekstra untuk mampu memahami karakteristik siswa dalam kelompoknya. f. Karena ada beberapa murid yang trobel maker dalam kelompoknya, maka dapat ditangangi secara khusus oleh guru/praktikan. Misalnya dengan wawancara non formal diluar jam pelajaran. Berdasarkan penilaian dan masukan dari guru mitra, menyebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dengan menggunakan pendekatan mathematics in the real world bermodelkan realistik sudah dikatakan cukup baik. Untuk
mempermudah
mengamati
peningkatan
indikator
keberhasilan dari pembelajaran matematika pra siklus ke pelaksanaan pembelajaran matematika siklus 1 dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 8 Rangkuman Prosentase Hasil Penilaian Indikator Siklus 1 No.
Indikator
Prosentase
1
Sikap Siswa
59,04%
2.
Keaktifan
62,73%
3.
Keterampilan
78,38%
4.
Hasil Belajar
75,76%
C. SIKLUS 2 1. Hasil Penelitian Siklus 2 Pelaksanaan pembelajaran siklus 2 untuk kelas X.C dilaksanakan oleh peneliti pada hari jum’at tanggal 28 November 2008 dan hari senin tanggal 1 Desember 2008. Dan setelah melakukan evaluasi dari hasil siklus 1, maka modul yang berupa RPP dan Lembar Kerja siklus 2 serta persiapan yang lain diadakan perbaikan-perbaikan agar kekurangankekurangan yang ada dalam siklus 1 tidak terulang kembali di siklus ke-2.
60
Dari hasil pengamatan pembelajaran siklus 2 ini dapat dilihat beberapa indikator keberhasilan dengan pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME, diantaranya sebagai berikut:
a. Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Pada proses pembelajaran pada siklus 2 dengan menggunakan pendekan MRW bermodelkan RME, pada permulaan pembelajaran dan pembentukan kelompok suasana kelas terlihat sudah cukup kondusif. Saat dibagikan kartu masalah yang akan diperankan oleh siswa, terlihat banyak siswa yang mengerjakan sambil memakan permen. Ini disebabkan kerena pembagian kelompoknya berdasarkan pembagian nama permen yang mereka dapat secara acak. Meskipun demikian, itu bukan merupakan hambatan karena belajar tidak harus formal, sehingga pembelajaran pada siklus 2 ini terlihat santai, menyenangkan dan siswa sangat antusias dalam memperagakan serta menyelesaikan kartu masalah yang peneliti berikan. Mereka benarbenar baru merasakan begitu banyak manfaat materi sistem persamaan linier dalam kehidupan sekitar mereka. Hasil pengamatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran siklus 2 di kelas X.C dapat disimpulkan bahwa siswa sudah dapat melakukan proses pembelajaran secara aktif. Masing-masing anggota kelompok sesuai dengan tugasnya sibuk mencari penyelesaian dari kartu masalah yang guru praktikan bagikan. Siswa semakin banyak yang
terlihat
aktif
bertanya,
menjawab
pertanyaan,
menulis,
menyelesaikan tugas baik individu dan kelompok, aktif mengikuti permainan bermain peran baik individu ataupun kelompok, aktif melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya pada kelompoknya dalam memahami konsep sistem persamaan linier. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa sudah tidak lagi bergantung pada guru. Hal ini ditunjukan dari rata-rata prosentase hasil penilaian keaktifan siswa kelas X.C adalah 82,57%. Berarti prosentase keaktifan siswa pada
61
siklus 2 sudah berada di atas ketentuan yaitu 60% dan terlihat adanya peningkatan jika dibandingkan dalam pelaksanaan siklus 1 yang nilai prosentasenya hanya 62,73% (untuk lebih jelasnya lihat lampiran 23).
b. Keterampilan Siswa melalui Pendekatan Realistik Dalam proses bermain peran dalam kartu masalah pada materi sistem
linier
dua
variabel,
masing-masing
kelompok
telah
memperagakan kartu masalah. Disini tidak ada lagi anggota kelompok yang mencari perhatian. Karena siswa yang troble maker pada pelaksanaan siklus 1, setelah pelajaran selesai peneliti menemuinya dan melakukan sedikit obrolan atau wawancara secara tidak formal dengan siswa tersebut. Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, kemudian siswa diklarifikasi dan ditanyakan perihal mengapa nilainya jelek dan cara dia berinteraksi dengan teman lainnya dalam kelompok sangat mencolok, mereka mengakui sedang ada masalah intern baik keluarga maupun dalam pergaulannya, selain itu karakteristik orangnya memang agak keras. Ketika masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka, semua siswa memberikan perhatian yang baik. Siswa semakin terlihat terampil dalam memecahkan masalah berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. Semua siswa merasa tertarik dengan apa yang di sampaikan oleh kelompok-kelompok yang maju di depan, karena masing-masing kelompok memperagakan masalah yang berbeda berkaitan dengan sistem persamaan linier. Hasil pengamatan ketrampilan bermain peran siswa dalam proses pembelajaran siklus 2, dapat disimpulkan bahwa siswa sudah semakin baik dan semakin terampil dalam bertanya, menjawab, membuat model matematika, memecahkan secara individu, interaksi dalam kelompok, melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya dalam proses pembelajaran walaupun belum optimal. Disebutkan bahwa ratarata prosentase hasil penilaian ketrampilan pendekatan realistik siswa
62
kelas X.C pada siklus 2 adalah 89,37%, ini berarti telah berada di atas ketentuan indikator keberasilan yaitu 60% dan jika dibandingkan dalam prosentase nilai keterampilan siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan (lihat pada lampiran 23) dan perhatikan peningkatan keaktifan ketrampilan siklus 2 pada tabel berikut:. Tabel 9 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Matematika Siklus 2 No.
Indikator
Skor Rata-Rata
Prosentase
1.
Keaktifan
16,67
82,57%
2.
Keterampilan
26,68
89,37%
c. Hasil Belajar Siswa Dari nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus 2 kelas X.C sudah baik dan telah berada di atas hasil ketuntasan belajar yang ditentukan. Rata-rata hasil belajar siklus 2 ini adalah 78,36 dari 33 siswa yang mengikuti tes formatif siklus 2. Berati prosentase ketuntasan belajar siklus 2 adalah 87,88%. Dari hasil belajar juga dapat dilihat ada dua siswa yang mendapatkan nilai 100. Namun masih ada 4 orang yang nilainya masih di bawah KKM yang ditentukan. Tabel 10 Rata-Rata Ketuntasan Nilai Siswa pada Siklus 2 Nilai
Siswa tuntas belajar
Siswa tidak tuntas belajar
Rata-Rata
(TB)
(TTB)
78,36
29
4
d. Perkembangan Sikap Positif Siswa Setelah beberapa kali pertemuan peneliti sekaligus guru praktikan menyelesaikan pembelajaran matematika di kelas X.C MAN Semarang 2 pada materi sistem persamaan linier dua variabel melalui
63
pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME, maka peneliti bermaksud mengetahui perkembangan sikap siswa. Untuk mengetahui perkembangan sikap positif siswa kelas X.C MAN Semarang 2 tersebut, peneliti menyebarkan angket refleksi siswa terhadap pembelajaran realistik yang telah dilaksanakan. Data hasil angket tersebut menunjukkan bahwa 89 % dari 36 siswa menyatakan bahwa pembelajaran matematika pada materi SPLDV melalui pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME menjadi asyik, menyenangkan dan mendapatkan pengelaman baru. Berarti hanya 11 % atau 4 siswa dari 36 siswa yang ada menyatakan tidak senang. Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut beberapa siswa tersebut adalah siswa troble maker yang peneliti diskripsikan pada siklus 1 di atas. Data poin lain juga menyebutkan 92% siswa dapat menemukan model matematika sendiri, 86% menyatakan bisa dan tahu manfaat mempelajari SPLDV setelah dilakukan permainan jual beli pada ”toko permen kejujuran”, 80,5% berani mengungkapkan pendapatnya, 61% siswa bisa dengan mudah menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan SPLDV, dan 67% siswa menyatakan bersemangat saat dilakukan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik (lihat lampiran refleksi siswa). Jadi dari hasil angket tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa sikap positif siswa setelah dilakukan pendekatan realistik cenderung mengalami perkembangan yang signifikan, dan indikator keberhasilan perkembangan sikap positif siswa telah mencapai ketentuan yang ditentukan, yaitu rata-rata di atas angka 60%. Sebab dalam aspek yang dinilai dari lembar observasi sikap siswa dalam kelompok dihasilkan skor 32 dengan prosentase 80%. Dan dari penilaian guru mitra terhadap aspek cara pengajaran guru pada siklus 2 ini adalah 86% dengan skor 56. Maka hasil akhir perkembangan sikap positif siswa dapat dilihat dalam tabel rangkuman indikator berikut:
64
Tabel 11 Rangkuman Prosentase Hasil Penilaian Indikator Siklus 2 No.
Indikator
Prosentase
1
Sikap Siswa
87,4%
2.
Keaktifan
82,57%
3.
Keterampilan
89,37%
4.
Hasil Belajar
80,56%
2. Evaluasi dan Refleksi Siklus 2 Berdasarkan hasil penelitian pada pelaksanaan siklus 2 ini yang merupakan siklus terakhir dari perencanaan penelitian tindakan kelas, secara umum hasilnya sudah baik yang meliputi proses pembelajaran, pembentukan kelompok belajar, pemberian tugas, dan pada hasil tes siswa. Akan tetapi alangkah baiknya apabila pembelajaran melalui pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME dilanjutkan pada pembelajaran siklus selanjutnya maka akan lebih mendapatkan hasil penelitian yang maksimal. Karena keterbatasan waktu dan awal bulan, tepatnya tanggal 4 Desember 2008 MAN Semarang 2 telah melakukan tes akhir semester, maka peneliti hanya mampu memberikan sedikit sumbangsih dari hasil penelitian yang sederhana ini. Berikut beberapa rincian pembahasan pada siklus 2 yang telah peneliti laksanakan: a. Suasana kelas yang kondusif merupakan isyarat proses pembelajaran yang baik dan berhasil bagi kemajuan siswa. b. Pembentukan kelompok sudah baik. Hal ini dibuktikan dari hasil pekerjaan masing-masing kelompok sudah sangat lancar dan baik. c. Dalam menyampaikan materi apapun, guru/praktikan hendaknya lebih sering memberikan motivasi belajar terhadap siswa, sehingga diharapkan semua siswa lebih bersemangat dan semakin meningkatkan kecintaannya teradap matematika.
65
d. Siswa yang kurang aktif pada siklus sebelumnya, telah berani mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. e. Guru telah memberikan bimbingan merata secara bergantian pada semua kelompok saat terjadi diskusi kelompok. f. Hasil tes formatif pada siklus 2 telah berhasil dengan baik, sebab ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai 100.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika melalui pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME terhadap siswa kelas X.C di MAN Semarang 2 pada materi pokok sistem persamaan linier dua variabel, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Skenario pembelajaran matematika pada Kompetensi Dasar materi pembelajaran Sistem Persamaan Linier Dua Variabel yang operasional adalah yang dapat menumbuhkan sikap positif dan keaktifan siswa yaitu dengan penerapan teori Mathematics in the Real World. 2. Pembelajaran Mathematics in the Real World dapat berpengaruh positif terhadap sikap, keaktifan dan hasil belajar siswa di MAN Semarang 2. 3. Sikap positif siswa kelas X.C MAN Semarang 2 terhadap pembelajaran matematika
dapat
meningkat
dengan
baik
hingga
87%
setelah
diaksanakan pembelajaran melalui pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME. Lihat tabel berikut: Tabel 12 Peningkatan Sikap Positif Siswa Kelas X.C MAN Semarang 2
Prosentase
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
(Awal Pra Siklus)
(Akhir Siklus 1)
(Akhir siklus 2)
40,3%
59,04%
87,40%
4. Aktivitas, kreativitas dan motivasi siswa kelas X.C MAN Semarang 2 khususnya pada materi sistem persamaan linier dua variabel melalui pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME dapat meningkat dengan baik. Perhatikan peningkatannya dalam tabell di bawah;
66
67
Tabel 13 Prosentase Peningkatan Aktivitas dan Keterampilan Siswa Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
(Pra siklus)
(Siklus 1)
(Siklus 2)
Keaktifan
51,06%
62,73%
82,57%
Keterampilan
56,97%
78,38%
89,37%
5. Hasil belajar siswa kelas X.C MAN Semarang 2 dalam pelajaran matematika khususnya pada materi pokok sistem persamaan linier dua variabel telah dapat mencapai KKM yang ditentukan, yaitu rata-rata hasil belajarnya di atas 6,0. Untuk rata-rata dan prosentase hasil belajar tiap siklus dapat diamati pada tabel di bawah; Tabel 14 Rata-Rata dan Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas X.C
Rata-rata Prosentase
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
(Pra siklus)
(Siklus 1)
(Siklus 2)
48,69
64,46
78,36
36,36%
75,76%
80,56%
6. Ditemukannya cara yang efektif dan praktis pada proses pembelajaran matematika terutama melalui pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME bagi siswa kelas X.C MAN Semarang 2.
B. SARAN Dengan selesainya pelaksanaan penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang dilakukan melalui
pendekatan mathematics in the real
world bermodelkan RME terhadap siswa kelas X.C di MAN Semarang 2 pada materi pokok sistem persamaan linier dua variabel ini, maka penulis memberikan beberapa saran diantaranya :
68
1. Dalam pelaksanaan KTSP, guru dituntut mampu mengembangkan metode pembelajaran yang kontekstual dan inovatif. Untuk itu, pembelajaran melalui pendekatan realistik ini, tampaknya layak untuk diterapkan. 2. Guru hendaknya berusaha melakukan penelitian perbaikan pembelajaran, terutama melalui pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME. Sehingga pendekatan ini dapat dikembangkan dan diimplementasikan untuk pokok bahasan matematika yang lain. 3. Guru matematika, khususnya yang mengajar pada lingkungan madrasah diharapkan
mampu
mengaitkan
materi-materi
matematika
dengan
ajaran/syariat Islam agar matematika tidak terlalu abstrak bagi siswa madrasah. Sehingga siswa tidak lagi memandang matematika sebagai pelajaran yang sukar, karena jauh dari kehidupan keseharian siswa. 4. Guru diharapkan terus memberikan motivasi dan perlu juga memberi penghargaan kepada siswa yang mampu menjawab dengan benar atau aktif dalam pembelajaran. Penghargaan tersebut bisa berupa hadiah, kata-kata sanjungan atau pujian yang membangun semangat belajar siswa. 5. Dalam Pembelajaran matematika siswa harus dilibatkan secara aktif baik secara fisik maupun psikis, serta dibiasakan menyampaikan gagasannya. 6. Guru matematika yang baik dan profesional hendaknya senantiasa melakukan perbaikan dalam hal yang menunjang kompetensinya, misalnya sering
pengikuti
pelatihan
keguruan
atau
melakukan
penelitian
pembelajaran baik individu maupun kolaboratif. 7. Diharapkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini dapat digunakan sebagai reflekasi bagi guru terutama dalam melaksanakan proses pembelajaran terhadap siswa. 8. Hendaknya pihak sekolah dan kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan mendukung dan memfasilitasi guru untuk dapat meningkatkan profesinya dan sering melakukan penataran tentang pelaksanaan pembelajaran berbbasis KTSP maupun pelatihan yang lain. Sehingga diharapkan guru mampu mengembangkan model-model pembelajarannya sehingga lebih mampu memotivasi siswanya.
69
C. PENUTUP Al-hamdulillah, dengan rasa syukur ke hadirat Allah SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, namun kekurangan dan kesalahan tetaplah menjadi suatu keniscayaan atas diri manusia. Penulis berharap setitik usaha berupa penelitian ini bermanfaat bagi penulis sendiri, guru mitra MAN Semarang 2 dan siapapun yang membaca hasil penelitian ini. Penulis sadar sepenuhnya akan segala kekurangan dalam berbagai hal. Untuk itu, kritik dan saran senantiasa penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini ke depan serta perluasan pengetahuan keilmuan bagi kita semua. Di samping itu, mudah-mudahan karya kecil ini dapat memberikan sumbangan ilmu dalam dunia pendidikan dalam arti yang komprehensif. Bagi penulis, tulisan ini setidaknya menjadi kado kecil sebagai ucapan terima kasih untuk guru-guru matematika kesayanganku dan sebagai peringatan hari guru nasional yang baru saja diperingati oleh para guru di seluruh tanah air ini pada 25 November kemarin. Lanjutkan terus perjuanganmu ”guru”, wahai pahlawan tanpa tanda jasa. Engkaulah manusia yang paling berjasa di muka bumi ini. Tidak akan ada presiden, doktor, sarjana, polisi, kecuali engkau lahirkan dari rahim keilmuanmu. Semoga guru akan tetap selamanya menjadi guru yang selalu dikenang dan tak kan pernah dilupakan jasa-jasanya. Terima kasih guru, salam terhormatku untukmu selalu. Akhirnya, hanya pada Allah yang menjadi tumpuan untuk memohon pertolongan, penulis mengharapkan keridlaan dan petunjuk dalam mencari jalan yang baik dan benar sehingga dapat memberikan kemanfaatan bagi kita semua. Semoga ini menjadi bagian dari setetes pengetahuan yang Allah berikan pada umat manusia dari selaksa samudera ilmunya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Shaleh Aziz san Abdul Aziz Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, juz 1 Mesir: Darul Ma’ari. Adrian, Willa.S.L., Matematika Bilingual untuk SMA Kelas X, Bandung: CV.Yrama Widya, 2007. Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya, 2008.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: Bumi Aksara, 2002. _________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. _________, et. al., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Departeman Agama Repubik Indnesia, Kitab Suci Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Gema Risaah, 1993), Surat A-Baqarah, ayat: 254, hlm. 62. Fahrudin, Achmad, et. al., Al Quran Digital versi 2.1, Bandung: CV Diponegoro, 2004/ 1425 H. Harian Umum Suara Merdeka, Jum’at 20 April 2007.
Hasanah, Indriati.S., ”Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika di Lingkungan Madrasah”, dalam S.B. Waluya (eds.), Prosiding Konferensi Nasional Matematika XIII, Semarang: Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Semarang Bekerjasama dengan Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006. Hayati, Nur Asih, Penerapan Model Pembelajaran RME untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMPN I Banjarejo Blora Tahun Pelajaran 2007/2008 Pada Materi Pokok Segiempat, Skripsi UNNES: Jurusan Matematika Fakultas MIPA, 2008.
70
71
Johar, Rahmah, ”Meningkatkan Daya Juang dan Hasil Belajar Siswa di Aceh Melalui Pembelajaran Matematika Realistik Bernuansa Islami”, dalam S.B. Waluya (eds.), Prosiding Konferensi Nasional Matematika XIII, Semarang: Jurusan Matematika Fakultas MIPA UNNES bekerja sama dengan Badan penerbit UNDIP, 2006. Mas’ud, Abdurrahman, Antologi Studi Agama dan Pendidikan, Semarang: Aneka ilmu, 2004. “Matematika Bukan Mati-Matian”, Dalam Realistics Matematics Education, diterbitkan April 26th, 2007, http://www.geocities.com/ratuilma/paper/Semarang.html. (Diakses, tanggal 24 Mei 2007, at.13.00 PM) Modul Pelatihan Classroom Action Reseach Bagi Mahasiswa IAIN Walisongo, (dilaksanakan pada tanggal 19-21 Desember: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008). Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996. Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. _________, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosadakarya Offset, 2008. Muslich, Masnur, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. __________, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Mustakim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Fakutas Tarbiyah IAIN Walisngo Semarang bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2001. Mutadi, Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika, Buku 2, Semarang, 2005.
72
Soedjadi, R., Kiat Pendidikan metematika di Indonesia, Konstatasi Keadaan Masa Kini Meniuju Harapan Masa Depan, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tingggi Departemen Pendidikan Nasional, 1999/2000. Sugiyono, Statistika untuk Penellitian, Bandung: Alfabeta, 2008. Supriyoko, Ki, ”Kata Pengantar”, dalam Sjafnir Ronisef (eds.), Mengurai Benang Kusut Pendidikan: Gagasan Para Pakar Pendidikan, Jakarta: Transformasi UNJ, 2003. Suyitno, Amin, Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1, Dipergunakan untuk perkuliahan Prgram Studi Pendidikan Matematika: Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2006. Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos, 2001. Turmudi, Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksporatif dan Investigatif), Jakarta: Leuser Cita Pustaka, 2008. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, Bandung: Citra Umbara, 2003. Wardani, et.al., Penelitian Tinadakan kelas, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004.
Winarni, Setyo.E., ”Pembelajaran Matematika Realistik Pada Soal Cerita untuk Siswa Kelas V SD Sesuai dengan Kurikulum 2004”, dalam S.B. Waluya (eds.), Prosiding Konferensi Nasional Matematika XIII, Semarang: Jurusan Matematika Fakultas MIPA UNNES bekerjasama dengan Badan Penerbit UNDIP, 2006. Zulkardi, “RME suatu Inovasi dalam Pendidikan Matematika di Indonesia (Suatu pemikiran Pasca Konperensi Matematika Nasional 17-20 July di ITB)”, http://www.geocities.com/ratuilma/paper/Semarang.html. (Diakses, tanggal 24 Mei 2007, at.13.00 PM)
73
DAFTAR RIWAYAT PENDIDKAN PENELITI
Nama
: Nida Naily Illiyyun
NIM
: 3104246
Tempat Tanggal Lahir
: Jepara, 4 November 1986
Alamat Asal
: Jl. Patimura RT. 02/RW. I Desa Karimunjawa Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara
Jenjang Pendidikan 1. SDN I Karimunjawa Lulus Tahun 1999 2. SMPN I Karimunjawa Lulus Tahun 2001 3. MAN 2 Kudus Lulus Tahun 2004 4. IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2004 Pengalaman Organisasi Intra Kampus 1. Pemimpin Redaksi (Pemred) Buletin Edukasi Periode 2005/2006 2. Pemred Buletin FAKTA LPM Edukasi 2004/2005 3. Pemred Majalah Edukasi Periode 2006/2007 4. Pemred Jurnal Edukasi Periode 2007/2008 5. Pengurus Harian BEMJ Tadris Periode 2004/4005 Pengalaman Organisasi Ekstra Kampus 1. Pengurus PMII Komisariat Walisongo Semarang 2. Departemen Pengabdian Masyarakat KMJS 3. Departemen Pendidikan dan Wacana LEKSIKA
Semarang, 9 Januari 2008 Peneliti
Nida Naily Illiyyun NIM. 3104246
pLampiran 1 JADWAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS Mata Pelajaran Kelas/Semester Sekolah Tahun Pelajaran No 1.
2.
3.
Tahapan
Tanggal/ Bulan
Alokasi Waktu
Observasi Awal
Pra Siklus
Siklus 1
Oktober
Satu bulan
17-11-08 19-11-08
Dua jam pelajaran (2 x 45’) 10’
24-11-08
15’ 20’ 20’ 15’ 45’ 10’
26-11-08 4.
Siklus 2
28-11-08
15’ 20’ 10’ 20’ 70’
01-12-08 5.
Paska Siklus
Des –Jan
35’ 30’ 25’ 2 bulan
: Matematika : X.C/1 (Gasal) : MAN Semarang 2 : 2008/2009 Kegiatan a. Wawancara dengan guru matematika kelas X. b. Persiapan dan pencarian data yang mendukung rencana pelaksanaan penelitian a. Mengamati guru mitra dalam mengajar matematika b. Evaluasi dan refleksi a. Perkenalan peneliti/ praktikan dengan siswa b. tes awal materi SPL c. pembahasan a. Penjelasan peneliti tentang pembelajaran matematika kehidupan nyata (realistik) b. pembagian kelompok dan permaianan peran c. diskusi dan presentasi hasil diskusi d. pemberian tugas rumah (mengerjakan LKS) a. pembahasan tugas b. tes siklus 1 c. pembahasan tes siklus 1 a.penjelasan dan pembagian kelompok b. permaian peran, diskusi dan presentasi hasil diskusi a. pembahasan tugas siklus 1 b. tes siklus 2 c. pembahasan tes siklus 2 Pembuatan laporan hasil penelitian
Semarang, 4 November 2008 Peneliti
Nida Naily Illiyyun
73
Ket
74
Lampiran 2 DAFTAR HADIR KEGIATAN PTK SISWA KELAS X.C MAN SEMARANG 2 TAHUN 2008/20099 Pra siklus NO
NIS
17 Nov
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
08074 08075 08076 08077 08078 08079 08080 08081 08082 08083 08084 08085 08086 08087 08088 08089 08090 08091 08092 08093 08094 08095 08096 08097 08098 08099 08100 08101 08102 08103 08104 08105 08106 08107 08108 08109 08110
Siklus 1
Siklus 2
NAMA SISWA Adi Kusuma Agung Nugroho Agus Sudibyo Ahmad Kafidin Andry Yoga Pratama Choirul Anam Eko Budi Prasetyo Erni Fidayanti Faizun Fika Rifki Fina Uswatun Hasanah Fitri Wihatatik Hidayatur Ro’yi Himmatun Nisak Iis Sofiyati Ilham Nur Utomo Imron Hasan Khanifah Dyah Pertiwi Lia Kurniawati M. Miftah Mei Anggraini Muhammad Anas Muhammad Dimas Bagus S Muhammad Hariyanto VE Muhammad Khoeron Muhammad Yusuf Mujahidin Mutmainah Nikmatul Hidayah Ninik Widyawati Nurul Hidayah Sikhatun Nadhiroh Siti Maisaroh Siti Nur Hidayah Sri Wahyu Ningsih Sumayah Romandhani M. Yusuf.B
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
19 Nov
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
24 Nov
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
26 Nov
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
28 Nov
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
1 Des
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 -
75
Lampiran 3 ANGKET SIKAP SISWA (PRA SIKLUS) TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MAN SEMARANG 2 Nama Kelas Alamat
:……………………………… :……………………………… :………………………………
Petunjuk: Silanglah jawaban a, b, c, atau d sesuai dengan pilihan anda dari setiap pertanyaan di bawah ini! Mohon diisi dengan sejujur-jujurnya! Angket ini disebarkan peneliti, murni untuk menyelesaikan skripsi dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika.
1. Mata pelajaran apa yang paling anda anggap sulit diantara mata pelajaran yang lain? a. Bahasa (Inggris/Indo) c. IPA b. Matematika d. IPS 2. Diantara nilai hasil belajar anda, pelajaran apa yang niainya paling rendah? a. Bahasa (Inggris/Indo) c. IPS b. Matematika d. IPA 3. Menurut anda mengapa pelajaran tersebut anda anggap sulit? a. gurunya galak c. membosankan b. tidak tahu manfaatnya d. materinya sulit 4. Apakah anda menyukai pelajaran Matematika? a. Tidak suka b. Biasa saja c. suka d. sangat suka 5. Sejak kapan anda menyukai matematika? (jika suka dengan matematika). a. SD sampai sekarang c. SD saja b. SMP sampai SMA d. SMA saja 6. Sejak kapan anda tidak menyukai matematika? (jika tidak suka matematika). a. SD sampai sekarang c. SD saja b. SMP sampai SMA d. SMA saja 7. Menurut anda, bagaimana pembelajaran matematika di kelas selama ini? a. masih menggunakan metode ceramah, latihan soal, PR b. sudah pernah menggunakan metode/ model-model pembelajaran. c. Sudah sering menggunakan metode/ model-model pembelajaran d. Siswa aktif, guru pasif 8. Tahukah anda tentang KTSP? a. Tahu c. banyak tahu dan paham b. Sedikit tahu d. tidak tahu sama sekali 9. Bagaimana sistem guru dalam mengajar matematika di kelas? a. terencana dan sitematis c. sesuai kurikulum yang ada b. mengalir sesuai kebutuhan d. hanya mengejar materi 10. Dari aspek apa yang sering dinilai guru dalam pembelajaran matematika di kelas? a. Kognitif c. psikomotorik b. Afektif d. semua aspek *Terimakasih atas partisipasi anda dalam membantu proses penleitian skripsi ini.
76
Lampiran 4
HASIL JAWABAN ANGKET SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA PRA SIKLUS KELAS X.C NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
NIS 08074 08075 08076 08077 08078 08079 08080 08081 08082 08083 08084 08085 08086 08087 08088 08089 08090 08091 08092 08093 08094 08095 08096 08097 08098 08099 08100 08101 08102 08103 08104 08105 08106 08107 08108 08109 08110
Jawaban Soal Nomor
NAMA SISWA Adi Kusuma Agung Nugroho Agus Sudibyo Ahmad Kafidin Andry Yoga Pratama Choirul Anam Eko Budi Prasetyo Erni Fidayanti Faizun Fika Rifki Fina Uswatun Hasanah Fitri Wihatatik Hidayatur Rooyi Himmatun Nisak Iis Sofiyati Ilham Nur Utomo Imron Hasan Khanifah Dyah Pertiwi Lia Kurniawati M. Miftah Mei Anggraini Muhammad Anas Muhammad Dimas B Muhammad Hariyanto Muhammad Khoeron Muhammad Yusuf. A Mujahidin Mutmainah Nikmatul Hidayah Ninik Widyawati Nurul Hidayah Sikhatun Nadhiroh Siti Maisaroh Siti Nur Hidayah Sri Wahyu Ningsih Sumayah Romandhani M. Yusuf. B JUMLAH
KET.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
B B B B C B B B B B B C C C B B B C B B B B B D B B B B C C C B B C C B 36
B B B B B B B B B B B D D C B B B C B B B B B C B B B B D D D B B B C B 36
D D D B D D C D D D D D D D C D B D D D C B D D D C B D D D D D D D D B 36
B B C B B B A B A B C C C D B A B C B A B A B C A B B A C C C B B B C B 36
C C A C B C A A A A C C C B B A C B A C C C C A C C A A C 29
B B B D C A A B A B B B C B C B C B C B A B D B B B 26
A A A A A A A A A A A A A A A A A A C A A D A A A A A A A A D B A A A 35
B B B B B A B A B A A A A A B B B A A B C B C A A C B A B A B B A B A B 36
C C C D C C C C C C C C C C D C C C C C A C C C C C C C C C C C C C C C 36
A A A A C C D C A C C C C B A A A B C C C A A C A C C C C C B C A B C A 36
Alpa
77
Lampiran 5 FREKUENSI DAN PROSENTASE JAWABAN ANGKET AWAL SIKAP SISWA KELAS X.C TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA No
Pernyataan soal
Jawaban siswa
1.
Mata pelajaran apa yang paling sulit menurutmu?
2.
Diantara nillai hasil belajar anda, pelajaran apa yang nilainya palling rendah?
3.
Mengapa pelajaran tersebut anda anggap sulit?
4.
Apakah anda menyukai pelajaran matematika?
5.
Sejak kapan anda menyukai matematika?
6.
Sejak kapan anda tidak menyukai matematika?
7.
Bagaimana menurut anda, pembelajaran matematika di kelas selama ini?
8.
Tahukah anda tentang KTSP?
9.
Bagaimana sistem guru dalam mengajar matematika di kelas selama ini?
10.
Dari aspek apa yang sering dinilai guru dalam pembelajaran matematika di kelas?
Ket:
Frekuensi Rumus
a. Bahasa (Inggris/Indonesia) b. Matematika c. IPA d. IPS a. Bahasa (Inggris/Indonesia) b. Matematika c. IPS d. IPA a. Gurunya galak b. Tidak tahu manfaatnya c. membosankan d. materinya sulit a. Tidak suka b. Biasa saja c. suka d. sangat suka d. SD sampai sekarang e. SMP sampai SMA f. SD saja g. SMA saja a. SD samapai sekarang b. SMP sampai SMA c. SD saja d. SMA saja a. Masih menggunakan metode ceramah, latihan soal, PR b. Sudah pernah menggunakan model-model pembelajaran c. Sudah sering menggunakan model-model pembelajaran d. Siswa aktif, guru pasif a. Tahu b. sedikit tahu c. banyak tahu dan paham d. tidak tahu sama sekali a. Terencana dan sistematis b. Mengajar sesuai kebutuhan c. Sesuai kurikulum yang ada d. Hanya mengejar materi a. Kognitif b. Afektif c. Psikomotorik d. Semua aspek
Frekuensi
Prosentase
0 25 1 1 0 27 4 5 0 4 4 28 7 18 10 1 9 5 17 0 4 15 5 2 31
0% 69,4% 27,8% 2,8% 0% 75% 11,1% 13,8% 0% 11,1% 11,1% 77,8% 19,4% 50% 27,8% 2,8% 25% 13,8% 47,2% 0% 11,1% 41,7% 13,8% 5,6% 86,1%
1
2,8%
1
2,8%
2 14 19 3 0 1 0 33 2 13 4 18 1
5,6% 38,9% 52,8% 8,3% 0% 2,8% 0% 91,7% 5,6% 36,1% 11,1% 50% 2,8%
: Jumlah siswa yang menjawab pertanyaan tiap point : Frekuensi X 100% Total siswa (36)
78
Lampiran 6
INSTRUMEN PENILAIAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA
1. Instrumen Penilaian Keaktifan Individu Siswa dalam Pembelajaran No
Instrumen
Skor 1
1
Keaktifan bertanya.
2
Keaktifan menjawab.
3
Keaktifan menulis.
4
Keaktifan menyelesaikan tugas
2
3
4
5
individu.
Jumlah maksimal skor = 20 Nilai = skor x 100 % 20
2. Instrumen Penilaian Ketrampilan Proses Individu Siswa No
Instrumen
Skor 1
1
Berani mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas
2
Berani bertanya/mengungkapkan argumennya
3
Membuat model matematika.
4
Memecahkan masalah secara individu dalam kelompok.
5
Interaksi dalam kelompok.
6
Melaksanakan tugas sesuai fungsinya dalam kelompok
Jumlah maksimal skor = 30 Nilai =
skor × 100 % 30
2
3
4
5
79
Lampiran 7 HASIL PENILAIAN KEAKTIFAN DAN KETERAMPILAN INDIVIDU SISWA KELAS X.C MAN SEMARANG 2 PRA SIKLUS NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
NIS 08074 08075 08076 08077 08078 08079 08080 08081 08082 08083 08084 08085 08086 08087 08088 08089 08090 08091 08092 08093 08094 08095 08096 08097 08098 08099 08100 08101 08102 08103 08104 08105 08106 08107 08108 08109 08110
NAMA SISWA Adi Kusuma Agung Nugroho Agus Sudibyo Ahmad Kafidin Andry Yoga Pratama Choirul Anam Eko Budi Prasetyo Erni Fidayanti Faizun Fika Rifki Fina Uswatun Hasanah Fitri Wihatatik Hidayatur Rooyi Himmatun Nisak Iis Sofiyati Ilham Nur Utomo Imron Hasan Khanifah Dyah Pertiwi Lia Kurniawati M. Miftah Mei Anggraini Muhammad Anas Muhammad Dimas B Muhammad Hariyanto Muhammad Khoeron Muhammad Yusuf Mujahidin Mutmainah Nikmatul Hidayah Ninik Widyawati Nurul Hidayah Sikhatun Nadhiroh Siti Maisaroh Siti Nur Hidayah Sri Wahyu Ningsih Sumayah Romandhani M.Yusuf B JUMLAH RATA-RATA
KEAKTIFAN
KETERAMPILAN
NILAI
PROSEN
NILAI
PROSEN
7 5 7 5 9 6 5 6 7 7 8 18 8 9 12 9 11 9 7 8 15 12 13 12 5 16 18 16 14 13 18 19 9 343 10,39
35% 25% 35% 25% 45% 30% 25% 30% 35% 35% 40% 90% 40% 45% 60% 45% 55% 45% 35% 40% 75% 60% 65% 60% 25% 80% 90% 80% 70% 65% 60% 95% 45% 1685% 51,06%
16 12 14 13 20 16 15 14 15 16 18 27 21 19 22 20 12 13 12 14 28 22 24 21 11 25 21 18 17 12 21 25 15 689 17,85
53,33% 40% 46,67% 43,33% 66,67% 53,33% 50% 46,67% 50% 53,33% 60% 90% 70% 63,33% 73,33% 66,67% 40% 43,33% 40% 46,67% 93,33% 73,33% 80% 70% 36,67% 83,33% 70% 60% 56,67% 40% 70% 83,33% 50% 1879,99% 56,97%
80
Lampiran 8 LEMBAR OBSERVASI UNTUK GURU PRA SIKLUS
Nama Sekolah Peneliti Guru Mitra
: MAN Semarang 2 : Nida Naily Illiyyun : Istianah, S.Pd
Instrument Pengamatan Berilah tanda chek (√ ) pada kolom skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda! No
Instrumen
1.
Menyampaikan tujuan dan motivasi : a. Menyampaikan semua tujuan pembelajaran b. Memotivasi siswa untuk senang belajar matematika c. Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari Mampu mengkondisikan dan mengorganisasikan kelas menjadi kelompok-kelompok belajar Pemberian peran dan tugas secara kelompok Membantu kerja kelompok: a. Membimbing kelompok dalam menemukan peran b. Membimbing jalannya diskusi kelompok dalam memecahkan masalah dan menemukan model Presentasi: a. Membimbing siswa menyajikan hasil diskusi dalam presentasi b. Memberikan kesempatan siswa untuk menanggapi, bertanya atau menyanggah Memberikan pemahaman dan umpan balik: a. memberikan kesempatan bertanya dan menjawab pertanyaan b. membimbing siswa dalam menerik kesimpulan Evaluasi kelompok dan individu: a. Melakukan evaluasi kelompok b. Melakukan evaluasi individu
2. 3. 4.
5.
6.
7.
Jumlah maksimal skor = 65 Prosentase = Skor X 100% 65
1
2
Skor 3
4 √
√ √
Diperoleh skor Prosentase
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
= 35 = 53,85%
Semarang, 17 November 2008 Observer,
Nida Naily Illiyyun
5
81
Lampiran 9
SOAL TES AWAL PRASIKLUS: Alokasi Waktu: 15 menit
1. Tentukan penyelesaian sistem persamaan berikut dengan metode gabungan subsitusi dan eliminasi! b. 2x + y = 3 dan 3x – 2y = 22 c. 4x – 3y = 11 dan -2x + 5y = -16
Kunci Jawaban Tes Awal:
1. Menggunakan metode gabungan subtitusi dan eliminasi: a. 2x + y = 3 dan 3x – 2y = 22 Langkah 1: Mengeliminasi variabel y dengan menyamakan koefisiennya. 2x + y =3 x 2 4x + 2y = 6 3x – 2y = 22 x 1 3x - 2y = 22 7x = 28, maka x = 4 Langkah 2: Subtitusi nilai x= 4 ke persamaan 2x + y = 3 ¾ 2 (4) + y = 3 ¾ 8 +y =3 ¾ y = -5 Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {4,-5}. b. 4x – 3y = 11 dan -2x + 5y = -16 Langkah 1: Mengeliminasi variabel x. 4x - 3y = 11 x 1 4x - 3y = 11 -2x + 5y = -16 x 2 -4x + 10y = -32 7y = -21,
maka y = -3
Langkah 2: Subtitusi nilai y= -3 ke persamaan 4x – 3y = 11 ¾ 4x – 3(-3) = 11 ¾ 4x + 9 = 11 ¾ 4x = 2 ¾ x = 1/2 Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {1/2,-3}.
82
Lampiran 10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 1 PERTEMUAN PERTAMA
Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas/semester Alokasi Waktu Pertemuan ke
: Madrasah Aliyah Negeri Semarang 02 : Matematika : X.C /1 (Ganjil) : 2 X 45 menit : 1 (satu)
Standar Kompetensi : 3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dan pertidaksamaan satu variabel. Kompetensi dasar Indikator
:3.2 Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier. : Peserta didik menunjukkan kemampuan dalam, 1. Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan sistem persamaan linier 2. Membuat model matematika yang berhubungan dengan sistem persamaan linier
I.
Tujuan Pembelajaran
1. Dengan melakukan praktek langsung materi sistem persamaan linier dan mengaitkannya dengan masalah-masalah matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, diharapkan peserta didik dapat bersikap positif serta dapat mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran matematika yang sedang dipraktekkan/diperankan. 2. Dengan
diskusi kelompok, pengarahan, pengamatan, dan
presentasi hasil kelompok, peserta didik diharapkan dapat aktif dalam proses pembelajaran matematika serta mampu membuat model matematika dengan pemikiran bersama dalam kelompok. II.
Materi Ajar :
1. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
83
III.
Metode Pembelajaran : Pembelajaran langsung dengan kolaborasi
model pembelajaran Mathematics in the Real World (MRW) dengan Realistic Mathematics Education (RME). IV.
Langkah-Langkah Pembelajaran No
Kegiatan Pmbelajaran
Pengorganisasian Siswa
Waktu
K
3 Menit
K
10 Menit
K
7 Menit
K
3 Menit
G
2 Menit
G
10 Menit
G
5 Menit
Pendahuluan (Kegiatan Awal): 1.
Guru melakukan apersepsi kepada siswa untuk meyebutkan bilangan prima secara klasikal sebelum memulai permainan
2.
Guru melakukan sedikit permainan bilangan prima dengan tujuan agar siswa kembali
berkonsentrasi
dan
dapat
bersemangat
sebelum kegiatan pembelajaran matematika dimulai. 3.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan pembelajaran dengan pendekatan mathematics in the real world. Kegiatan inti :
1.
Dengan permaianan bilangan prima tadi, guru selanjutnya membagi kelas secara acak, dan siswa bilangan
mendapatkan yang
telah
kelompoknya dia
sebut
dari dalam
permainan tadi. 2.
Bagi siswa yang dalam permainan salah diminta guru untuk maju memerankan toko permen kejujuran di depan kelas.
3.
Guru mengajak siswa menyelesaikan masalah yang diberikan dengan membawa siswa ke dunia real/nyata.
4.
Kelompok lain diminta untuk mencari peran, misalnya menjadi pembeli, penukar uang atau
84
yang lain, tetapi dengan jumlah pembelian yang berbeda dengan kelompok lain. 5.
Dari beberapa peran yang dimainkan oleh
G
10 Menit
G
5 Menit
G
3 Menit
G
2 Menit
G
5 Menit
G
5 Menit
K
5 Menit
K
5 Menit
K
5 Menit
I
5 Menit
masing-masing kelompok, siswa dituntut dapat membuat model matematika sendiri. 6.
Guru
mendorong
menemukan
siswa
pemecahan
agar
dapat
masalah
dengan
pemikiran bersama/kelompok. 7.
Setelah berdiskusi kelompok, masing-masing kelompok/perwalikan mempresentasikan hasil pekerjaannya
dengan
merancang
dan
membuat model matematika di depan kelas, sesuai dengan apa yang telah diperankan kelompoknya. 8.
Guru sebagai moderator, fasilitator dalam pelaksanaan diskusi kelas agar diskusi tetap berjalan lancar.
9.
Siswa yang lain memperhatikan dan diberi kesempatan untuk bertanya dan menngkritisi hasil
pekerjaan
kelompok
yang
mempresentasikan pekerjaannya. 10.
Setelah diskusi kelas, guru mengembalikan siswa dari grup ke klasikal
11.
Guru
membimbing/menyamakan
persepsi
dari jawaban matematika secara formal. Penutup (Kegiatan Akhir): 1.
Menyimpulkan
pelaksanaan
pembelajaran
yang telah dilakukan. 2.
Pemberian tugas/PR dalam LKS
Keterangan;
I : Individu, G: Group, K : Klasikal.
85
1. Alat dan Sumber bahan
1. Buku paket Matematika kelas X Semester 1, LKS kelas X Semester 1 serta sumber lain yang mendukung materi. 2. Penilaian
1. Prosedur tes/jenis tes : a. Tes awal
: Ada/tertulis essay
b. Tes proses : Ada/diskusi dan pengamatan c. Tes akhir
: Ada/tertulis essay
Semarang,
November 2008
Mengetahui, Guru Mitra/ Observer
Peneliti /Praktikan
(Istianah, S.Pd)
(Nida Naily Illiyyun)
NIP. 150 358 842
NIM. 043 511 246 Kepala sekolah MA N Semarang 2
(Drs.H.M. Sholeh, M.Ag) NIP. 150 121 5142
86
Lampiran 11 DAFTAR KELOMPOK SISWA SIKLUS 1 BERDASARKAN PERMAINAN BILANGAN PRIMA PAPAN TULIS
TOKO PERMEN KEJUJURAN
Kelompok Prima 11: 1. Fitri Wihatatik 2. M. Miftah 3. Ninik Widyawati 4. Hidayatur Ro’yi 5. Ilham Nur U 6. M. Khoeron 7. Fina Uswatun H
(DI PERANKAN OLEH BEBERAPA SISWA YANG MENJAWAB SALAH)
Kelompok Prima 2: 1. Adi Kusuma 2. Lia Kurniawati 3. Nikmatul. H 4. Mujahidin 5. Mutmainah 6. Imron Hasan
GURU PRAKTIKAN (PENELITI)
Kelompok Prima 3: 1. Agus Sudibyo 2. Erni Fidayanti 3. Himmatun Nisa’ 4. Sri Wahyuningsih 5. Siti Maesaroh 6.Agung Nugroho
Kelompok Prima 5:
Kelompok Prima 7: 1. Nurul Hidayah 2. M. Yusuf A 3. Mei Anggraini 4. Iis Sofiati 5. Siti Nur Hidayah 6. M. Anas 7. M. Hariyanto
1. Choirul Anam 2. Sikhatun N. 3. Sumayah R 4. M Yusuf B 5. Andry Yoga 6. Fika Rifki 7. M. Dimas B
PENGAMAT PTK (GURU MITRA)
Ket: ”Toko permen kejujuran” menjual aneka macam permen, dan masing-masing kelompok bilangan prima memainkan peran sebagai pembeli dengan membeli jumlah permen yang berbeda/tidak boleh sama dengan kelompok lain, minimal 2 macam permen. Penjual melayani pembeli dari kelompok yang maju secara bergantian.
87
Lampiran 12 HASIL PENILAIAN KEAKTIFAN DAN KETERAMPILAN INDIVIDU SISWA KELAS X.C MAN SEMARANG 2 SIKLUS 1 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
NIS 08074 08075 08076 08077 08078 08079 08080 08081 08082 08083 08084 08085 08086 08087 08088 08089 08090 08091 08092 08093 08094 08095 08096 08097 08098 08099 08100 08101 08102 08103 08104 08105 08106 08107 08108 08109 08110
NAMA SISWA Adi Kusuma Agung Nugroho Agus Sudibyo Ahmad Kafidin Andry Yoga Pratama Choirul Anam Eko Budi Prasetyo Erni Fidayanti Faizun Fika Rifki Fina Uswatun Hasanah Fitri Wihatatik Hidayatur Rooyi Himmatun Nisak Iis Sofiyati Ilham Nur Utomo Imron Hasan Khanifah Dyah Pertiwi Lia Kurniawati M. Miftah Mei Anggraini Muhammad Anas Muhammad Dimas B Muhammad Hariyanto Muhammad Khoeron Muhammad Yusuf Mujahidin Mutmainah Nikmatul Hidayah Ninik Widyawati Nurul Hidayah Sikhatun Nadhiroh Siti Maisaroh Siti Nur Hidayah Sri Wahyu Ningsih Sumayah Roomandhani M.Yusuf B JUMLAH RATA-RATA
KEAKTIFAN
KETERAMPILAN
NILAI
PROSEN
NILAI
PROSEN
15 8 12 12 16 13 12 8 9 12 11 12 11 10 18 14 18 15 11 9 18 11 11 12 11 19 14 12 11 12 19 19 11 426 12,91
75% 40% 60% 60% 80% 65% 60% 40% 45% 60% 55% 60% 55% 50% 60% 70% 60% 75% 55% 45% 90% 55% 55% 60% 55% 95% 70% 60% 55% 60% 95% 95% 55% 2070% 62,73%
28 21 21 25 20 19 18 17 21 21 20 19 28 28 21 22 24 28 20 17 29 25 25 24 22 27 25 28 22 28 30 28 25 776 23,51
93,33% 70% 70% 83,33% 66,67% 63,33% 60% 56,67% 70% 70% 66,67% 63,33% 93,33% 93,33% 70% 73,33% 80% 93,33% 66,67% 56,67% 96,67% 83,33% 83,33% 80% 73,33% 90% 83,33% 93,33% 73,33% 93,33% 100% 93,33% 83,33% 2586,63% 78,38%
88
Lampiran 13 LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN DAN SIKAP SISWA DALAM KELOMPOK SIKLUS 1
Nama Guru Mitra Kelas Jumah siswa Mata Pelajaran Materi Pokok
: Istianah, S.Pd : X.C : 37 : Matematika : Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
Instrument Pengamatan Berilah tanda chek (√) pada kolom skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda! No. Instrumen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
1
Siswa memperhatikan penjelasan guru Siswa dapat mengkondisikan kelas dalam bentuk kelompok Siswa menunjukkan sikap positif dan antusias dalam menyelesaikan tugas dari guru Keaktifan menyelesaikan tugas dalam kelompok Terjalin kerjasama yang aktif dan terarah antar anggota kelompok Siswa aktif mengungkapkan ide-ide/ pendapatnya saat diskusi Siswa berani menyampaikan hasil diskusi kelompoknya Siswa memberi respon positif terhadap jawaban temannya.
Keterangan: 1: sangat kurang 2: kurang 3: cukup baik 4: baik 5. sangat baik
2
Skor 3 √
4
√ √ √ √ √ √ √
Nilai = Skor x 100 % 40 Diperoleh skor = 22 Prosentase = 55% Semarang, 19 November 2008 Observer,
Istianah, S.Pd. NIP. 150 358 842
5
89
Lampiran 14 LEMBAR OBSERVASI UNTUK GURU SIKLUS 1
Nama Sekolah Peneliti Observer
: MAN Semarang 2 : Nida Naily Illiyyun : Istianah, S.Pd
Instrument Pengamatan Berilah tanda chek (√) pada kolom skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda!
No
Instrumen
1.
Menyampaikan tujuan dan motivasi : a. Menyampaikan semua tujuan pembelajaran b. Memotivasi siswa untuk senang belajar matematika c. Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari Mampu mengkondisikan dan mengorganisasikan kelas menjadi kelompok-kelompok belajar Pemberian peran dan tugas secara kelompok Membantu kerja kelompok: a. Membimbing kelompok dalam menemukan peran b. Membimbing jalannya diskusi kelompok dalam memecahkan masalah dan menemukan model Presentasi: a. Membimbing siswa menyajikan hasil diskusi dalam presentasi b. Memberikan kesempatan siswa untuk menanggapi, bertanya atau menyanggah Memberikan pemahaman dan umpan balik: a. memberikan kesempatan bertanya dan menjawab pertanyaan b. membimbing siswa dalam menerik kesimpulan Evaluasi kelompok dan individu: a. Melakukan evaluasi kelompok b. Melakukan evaluasi individu
2. 3. 4.
5.
6.
7.
Keterangan: 1: sangat kurang, 3: cukup baik 5: sangat baik
1
2: kurang 4: baik
2
Skor 3 4 √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Jumlah maksimal skor = 65 Nilai = Skor X 100 % 65 Diperoleh skor = 41 Prosentase = 63,07% Semarang, 19 November 2008 Observer,
Istianah, S.Pd. NIP. 150 358 842
5
90
Lampiran 15
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 1 PERTEMUAN KEDUA
Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas/semester Alokasi Waktu Pertemuan ke
: Madrasah Aliyah Negeri Semarang 02 : Matematika : X.C /1 (Ganjil) : 1 X 45 menit : 2 (dua)
Standar Kompetensi : 3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dan pertidaksamaan satu variabel. Kompetensi dasar Indikator
:3.2 Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier. : Peserta didik menunjukkan kemampuan dalam, 1. Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan sistem persamaan linier 2. Membuat model matematika yang berhubungan dengan sistem persamaan linier
I.
Tujuan Pembelajaran
1. Dengan melakukan pembahasan tugas rumah berkaitan materi sistem persamaan linier, diharapkan peserta didik dapat semakin terampil, bersikap positif, rajin dan semakin meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. 2. Dengan melakukan evaluasi atau tes individu siswa, diharapkan hasil evaluasi individu siswa dapat mencapai KKM (Kriteria Kutuntasn Minimum) yang ditentukan oleh sekolah, yaitu 6,0.
II.
Materi Ajar :
1. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
91
III.
Metode Pembelajaran : Pembelajaran langsung dengan kolaborasi
model pembelajaran Mathematics in the Real World (MRW) dengan Realistic Mathematics Education (RME). IV.
Langkah-Langkah Pembelajaran No
Kegiatan Pmbelajaran
Pengorganisasian Siswa
Waktu
K
3 Menit
K
2 Menit
Pendahuluan (Kegiatan Awal): 1.
Guru menanyakan dan memeriksa PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya
2.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti :
1.
Guru
melakukan
matematika
dan
permainan meminta
acak siswa
5 Menit
kata yang
mendapat kata “maju” untuk membahas tugas di papan tulis, dan guru mengamatinya. 2.
5 Menit
Guru memeriksa jawaban siswa, dan bila ada yang keliru/salah, guru mengklarifikasinya.
3.
3 Menit
Guru membagikan soal ulangan siklus 1 pada semua siswa kelas X.C
4.
15 Menit
Guru mengawasi jalannya tes sikus 1 hingga waktu yang ditentukan berakhir.
5.
Guru mengumpulkan hasil tes individu.
2 Menit
6.
Guru bersama siswa membahas soal tes siklus
7 Menit
1 sekaligus mencocokkan pekerjaan siswa, setelah semua jawaban terkumpul di meja guru. Penutup (Kegiatan Akhir): 1.
Menyimpulkan
pelaksanaan
pembelajaran
K
yang telah dilakukan.
Keterangan;
I : Individu, G: Group, K : Klasikal.
3 Menit
92
3. Alat dan Sumber bahan
1. Buku paket Matematika kelas X Semester 1, LKS kelas X Semester 1 serta sumber lain yang mendukung materi. 4. Penilaian
1. Prosedur tes/jenis tes : a. Tes awal
: Ada/tertulis essay
b. Tes proses : Ada/diskusi dan pengamatan c. Tes akhir
: Ada/tertulis essay
Semarang,
November 2008
Mengetahui, Guru Mitra/ Observer
Peneliti /Praktikan
(Istianah, S.Pd)
(Nida Naily Illiyyun)
NIP. 150 358 842
NIM. 043 511 246 Kepala sekolah MA N Semarang 2
(Drs.H.M. Sholeh, M.Ag) NIP. 150 121 5142
93
Lampiran 16 SOAL TES FORMATIF SIKLUS 1 Alokasi Waktu: 20 menit Nama siswa
:..............................................
No. Absen/ Kelas
:..............................................
Dari masing-masing soal dibawah ini, buatlah model matematika untuk sistem persamaan liniernya! (”Selamat Mengerjakan”) 1.
Bu Asih membeli 2 kg duku dan 3 kg mangga. Jumlah uang yang dibayarkannya Rp33.000,00. Bu Ima membeli 3 kg duku dan 1 kg mangga, seluruhnya dibayar Rp 23.500,00. Buatlah model matematikanya! Misal: x =..................................................,y =.......................................................... Maka model matematikanya: .............................................................................(i) .............................................................................................................................(ii).
2.
Harga 4 buku dan 3 pensil Rp 2.600,00 sedang harganya sama dengan 5 pensil. Adik membeli 1 lusin buku dan 10 pensil. Bagaimana model matematikanya? ...... ............................................................................................................................ ................................................................................................................................... ...................................................................................................................................
3.
Delapan tahun lalu umur Gogon adalah 36 tahun lebih muda dari Yoyo. Empat tahun yang lalu umur Yoyo 3 kali usia Gogon. Buat model matematika: ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... ...................................................................................................................................
4.
Uang Ria = 4 kali uang Raka. Jumlah uang mereka adalah Rp 112.500,00. ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... ...................................................................................................................................
5.
Panjang sebuah persegi panjang = 3 kali lebarnya, dan keliling persegi panjang tersebut adalah 96 cm. Buatlahmodelnya: ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... ...................................................................................................................................
94
Lampiran 17
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF SIKLUS 1 1. Misalkan ;
1 kg duku
= x
1 kg mangga = y Maka model matematikanya adalah :
2x + 3y = 33.000.…….(i) (y – 4) = 3 (x - 4)…….…(ii)
2. Misalkan:
Harga 1 buku = x Harga 1 pensil = y
Maka model matematikanya adalah:
4x + 3y = 2.600…….(i) 5y = 2.600…….(ii)
Ditanyakan: 12x + 10y = …? 3. Misalkan ;
Umur Gogon sekarang
= x tahun
Umur Yoyo sekarang
= y tahun
Maka model matematikanya adalah : Delapan (8) tahun yang lalu
(x - 8) = 36 (y - 8)..…….(i) atau
Empat (4) tahun yang lalu
(y – 4) = 3 (x - 4)…….…(ii) atau
4. Misalkan:
Uang Ria
(x - 8) = 36 y - 288…….(i)
(y – 4) = 3 x - 12…….…(ii)
=x
Uang Raka = y Maka model matematikanya adalah: x = 4y
x - 4y = 0………..(i) x + y = 112.500……..(ii)
5. Misalkan ;
panjang sebuah persegi panjang = x lebar sebuah persegi penjang
Model matematikanya adalah :
= y
x = 3y
x – 3y
Karena Keliling persegi panjang = 2(p + l)
= 0……….(i)
2 (x + y) = 96….…(ii)
Atau
2x + 2y
= 96….…(ii)
95
Lampiran 18
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 2 PERTEMUAN PERTAMA
Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas/semester Alokasi Waktu
: Madrasah Aliyah Negeri Semarang 02 : Matematika : X. /1 (Ganjil) : 2 X 45 menit
Standar Kompetensi : 3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dan pertidaksamaan satu variabel. Kompetensi dasar
:3.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dan penafsirannya
Indikator
: Peserta didik menunjukkan kemampuan dalam, 1. Menentukan penyelesaian model matematika dari masalah yang berhubungan dengan sistem persamaan linier 2. Menafsirkan hasil penyelesaian masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dan pertidaksamaan linier satu variabel.
I.
Tujuan Pembelajaran
1. Dengan menjelaskan manfaat materi sistem persamaan linier dan mengaitkannya
dengan
masalah-masalah
matematika
yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, diharapkan peserta didik dapat berfikir dan selanjutnya bersikap positif terhadap permasalahan dalam pembelajaran matematika. 2. Dengan
diskusi kelompok, pengarahan, pengamatan, dan
presentasi hasil kelompok, peserta didik diharapkan dapat aktif dalam
proses
pembelajaran
matematika
serta
mampu
mengidentifikasi, menafsirkan, dan membuat model matematika dengan pemikiran bersama dalam kelompok.
96
II.
Materi Ajar :
1. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
III.
Metode Pembelajaran : Pembelajaran langsung dan kooperatif
dengan kolaborasi metode Mathematics in the Real World (MRW) dengan Realistic Mathematics Education (RME).
IV.
Langkah-Langkah Pembelajaran No
Kegiatan Pembelajaran
Pengorganisasian Siswa
Waktu
K
6 Menit
K
2 Menit
K
2 Menit
K
10 Menit
G
5 Menit
G
5 Menit
Pendahuluan (Kegiatan Awal): 1.
Guru memberikan pengantar, tema atau apersepsi
berupa
masalah-masalah
kontekstual yang pernah dilakukan oleh siswa atau
manusia
pada
umumnya
dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi SPLDV. 2.
Sebagai motivasi, guru memberikan manfaat mempelajari SPLDV dalam kehidupan seharihari.
3.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti :
1.
Dengan membagikan permen yang berbeda, guru membagi
kelas secara acak menjadi
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 36 siswa tiap kelompoknya sesuai nama permen yang didapat. 2.
Dalam pembelajaran matematika ini, guru membawa siswa seolah berada di dunia real/nyata.
3.
Guru mengajak siswa bermain peran dengan menggunakan kartu masalah yang akan diberikan tentunya yang berhubungan dengan SPLDV,
jadi
kelompoknya
siswa akan
sesuai
dengan
memperagakan/
97
mempratekkan langsung kartu masalah/soal yang diberikan guru. 4.
Guru meminta siswa untuk memecahkan
G
5 Menit
G
5 Menit
G
5 Menit
K
20 Menit
K
5 Menit
K
5 Menit
K
5 Menit
K
5 Menit
I
5 Menit
masalah sesuai dengan alur pikiran siswa secara informal atau coba-coba (karena langkah penyelesaian soal tersebut belum diberikan). 5.
Dari masalah/soal yang ada siswa dituntut dapat membuat model matematika sendiri.
6.
Guru
mendorong
menemukan
siswa
pemecahan
agar
dapat
masalah
dengan
pemikiran bersama/kelompok. 7.
Setelah berdiskusi kelompok, masing-masing kelompok/perwalikan mempresentasikan
kelompok
hasil
pekerjaannya
di
depan kelas. 8.
Siswa yang lain memperhatikan dan diberi kesempatan untuk bertanya dan menngkritisi hasil
pekerjaan
kelompok
yang
mempresentasikan pekerjaannya. 9.
Guru sebagai moderator, fasilitator dalam pelaksanaan diskusi kelas agar diskusi tetap berjalan lancar.
10.
Setelah
diskusi
kelas,
membimbing/menyamakan
persepsi
guru dari
jawaban matematika secara formal. Penutup (Kegiatan Akhir): 1.
Menyimpulkan
pelaksanaan
pembelajaran
yang telah dilakukan. 2.
Evaluasi kelompok dan individu
Keterangan; I : Individu, G: Group, K : Klasikal.
98
V.
Alat dan Sumber bahan
3. Buku paket Matematika kelas X Semester 1, LKS kelas X Semester 1 serta sumber lain yang mendukung materi. VI.
Penilaian
4. Prosedur tes/jenis tes : a. Tes awal
: Ada/tertulis essay
b. Tes proses : Ada/diskusi dan pengamatan c. Tes akhir
: Ada/tertulis essay Semarang,.....November 2008
Mengetahui, Guru Mitra/bserver
Peneliti/Praktikan
(Istianah, S.Pd)
(Nida Naily Illiyyun)
NIP. 150 358 842
NIM. 043 511 246 Kepala sekolah MA N Semarang 2
(Drs.H.M. Sholeh, M.Ag) NIP. 150 121 5142
99
Lampiran 19 PROSEDUR PENILAIAN SIKLUS 2
Kegiatan inti Soal Tes Proses:
1. Nanda membeli 3 batang pensil dan 5 buku tulis seharga Rp 14.500,00. Ani membeli 2 batang pensil dan 3 buku yang sama dengan yang dibeli oleh Dewi seharga Rp. 9000,00. Jika Santi membeli 1 batang pensil dan 4 buku tulis tersebut dengan uang sebesar Rp. 20.000,00. Berapakah besar uang kembaliannya Santi? 2. Seorang peternak, berternak sapi dan bebek. Jumlah semua kepala hewan ternaknya adalah 9, jumlah kaki hewan ternaknya 24. Berapa banyak bebek dan berapa banyak sapi yang diternakkan? 3. Empat tahun yang lalu, umur Pak Andi delapan kali umur anaknya. Delapan tahun kemudian, 4 kali umur Pak Andi sama dengan 11 kali umur anaknya. Berapakah umur pak Andi dan umur anaknya? 4. Linda membawa dompet yang berisi 15 lembar uang seribu dan dua ribu rupiah. Jika jumlah uang Linda Rp 23.000,00. Berapa lembar masingmasing uang Linda? 5. Selisih dua bilangan adalah 2. Jika bilangan kedua dikalikan dengan 2, hasilnya adalah delapan lebih besar daripada bilangan pertama. Tentukan kedua biangan tersebut!
Ket: Masing-masing soal dalam tes proses dijadikan kartu masalah untuk dikerjakan masing-masing kelompok.
100
Lampiran 20
KUNCI JAWABAN TES PROSES:
1. Misalkan harga 1 batang pensil = x Harga 1 buku tulis = y Model matematikanya adalah : 3x + 5y = 14.500…….(i) 2x + 3y = 9.000……(ii) Ditanya: uang kembalian yang harus diterima Santi? Penyelesaian: 3x + 5y = 14.500 x 2 6x + 10y = 29.000 2x + 3y = 9.000 x 3 6x + 9y = 27.000 y = 2.000 y = 2.000 disubtitusikan ke persamaan (ii) 2x + 3y = 9.000 ¾ 2x + 3 (2.000) = 9.000 ¾ 2x + 6.000 = 9.000 ¾ 2x = 9.000 – 6.000 ¾ 2x = 3.000 ¾ x = 1.500 Harga 1 batang pensil Rp 1.500,00 dan harga 1 buku tulis Rp 2.000,00. Rika harus membayar 1 batang pensil dan 4 buku tulis seharga: Rp 1.500,00 + 4 (Rp 2.000,00) = Rp 9.500,00 Jadi, uang kembalian yang harus diterima Santi sebesar: Rp 2.000,00 – Rp 9.500,00 = Rp 10.500,00 2. Misalkan: jumlah kepala ternak (9) = jumlah kaki tenak (24) = Jadi dengan cara tersebut kita telah bisa mengetahui bahwa jumlah sapi dengan kaki empat ada 3 ekor, sedangkan jumlah bebek dengan dua kaki ada 6 ekor. Kemudian coba kita buktikan dengan masukkan ke variable (x, y) dalam system Persamaan Linier berikut: Misalkan: x adalah sapi dan y adalah bebek Maka model matematikanya adalah : x + y = 9……(i) 4x+ 2y = 24…...(ii) x+y = 9 x 2 2x + 2y = 18 4x+ 2y = 24 x 1 4x+ 2y = 24 -2x = -6, maka x = 3 x disubtitusikan ke persamaan (i)
101
¾ x+y = 9 ¾ 3+y = 9 ¾ y = 9 – 3, maka y = 6 Jadi dengan cara subtitusi dan eliminasi dalam system persamaan linier di atas, juga diperoleh hasil yang sama. Yaitu jumlah sapi ternaknya ada 3 ekor, dan jumlah bebek adalah 6 ekor.
3. Misalkan umur Pak Andi sekarang x tahun dan umur anaknya y tahun, maka model matematikanya adalah: * 4 tahun yang lalu: (x - 4) = 8 (y - 4) ¾ x – 4 = 8y – 32 ¾ x – 8y = -28……(i) * 8 tahun kemudian :
4 (x + 8) = 11 (y + 8) ¾ 4x + 32 = 11y + 88 ¾ 4x - 11 = 56……..(ii)
x + 8y = - 28 x 4 4x + 11y = 56 x 1
4x - 32y = -112 4x - 11y = 56 -21y = 168, maka y = 8 Subtitusi y ke persamaan (i): x – 8y = -28 ¾ x – 8(8) = -28 ¾ x = 36 Jadi, umur Pak Andi sekarang adalah 36 tahun dan umur anaknya 8 tahun. 4. Misalkan banyaknya uang seribu rupiah adalah x, dan banyaknya uang dua ribu rupiah adalah y, maka model matematikanya adalah: x + y = 15…(i) 1000x + 2000y = 23.000 x + 2y = 23….(ii) ¾ x + y = 15 ¾ -x + 2y = 23 - y = -8, maka y = 8 y =8 disubtitusikan ke persamaan (i):
x + y = 15 ¾ x+ 8 = 15 ¾ x =7
5. Misalkan bilangan pertama adalah x dan bilangan kedua adalah y, maka model matematikanya adalah: x – y = 2……(i) 2y = x + 8 -x + 2y = 8….(ii) ¾ x–y =2 ¾ -x +2y = 8 y = 10 Subtitusi y ke persamaan (i): x – y = 2 ¾ x – 10 = 2 ¾ x = 12 Jadi, kedua bilangan itu adalah 12 dan 10.
102
Lampiran 21 TUGAS RUMAH (LEMBAR TUGAS SISWA) SIKLUS 2 SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL
Nama siswa
:..............................................
No. Absen/ Kelas
:.............................................. Selamat mengerjakan!
1. Harga 2 kg salak dan 3 kg jeruk Rp 8.500,00. Dengan uang Rp 8.000,00 Ani dapat membeli 1 kg salak dan 4 kg jeruk. Buatlah model matematikanya! 2. Harga 2 penggaris dan 1 pensil Rp 7.000,00. Sedangkan harga 1 penggaris dan 3 pensil Rp 8.500,00. Bagaimana model matematikanya...? 3. Himpunan Penyelesaian dari sistem 4x + 7y = 5 dan x + y = -1 adalah..... 4. HP dari sistem, y = 2x + 1 dan 3x – 5y = 16 adalah.... 5. HP dari sistem 5x + 2y + 5 = 0 dan 4x + 7y – 23 = 0, adalah.... 6. Panjang sebuah persegi panjang = 3 kali lebarnya. Jika keliling persegi panjang 96 cm, maka penjang dan lebar persegi panjang itu adalah...... 7. Delapan tahun lalu umur Gogon adalah 36 tahun lebih muda dari Yoyo. Empat tahun yang lalu umur Yoyo 3 kali usia Gogon. Umur Yoyo sekarang adalah: ..... 8. Seorang peternak, berternak sapi dan bebek. Jumlah semua kepala hewan ternaknya adalah 9, jumlah kaki hewan ternaknya 24. Berapa banyak bebek dan berapa banyak sapi yang diternakkan? 9. Harga 4 buku dan 3 pensil Rp 2.600,00 sedangkan dua buku harganya sama dengan 5 pensil. Adik membeli 1 lusin buku dan 10 pensil. Harga yang harus dibayar adik adalah..... 10. Jumlah dua bilangan adalah 9, bilangan yang satu adalah 3 lebihnya dari bilangan lain. Maka hasil kai kedua bilangan ini adalah...
103
Lampiran 22 DAFTAR KELOMPOK SISWA SIKLUS 2 BERDASARKAN PEMBAGIAN JENIS NAMA PERMEN
PAPAN TULIS
GURU PRAKTIKAN (PENELITI)
Kelompok Dinamit: 1. Iis Sofiati 2. Siti Nur Hidayah 3. Siti Maesaroh 4. Sumayah R 5. Dimas 6. M. Yusuf A 7. Mujahidin 8. M. Annas Kelompok Yosan: 1. Agung Nugroho 2. Andry Yoga 3. Fitri Wihatatik 4. Hidayaturr Ro’yi 5. Himmatun Nisa’ 6.Mey Aggraini 7. Nikmatul Hidayah
Kelompok Mentos:
Kelompok Yupi: 1. Ilham Nur Utomo 2. Adi Kusuma 3. A. Khafidin 4. Sri Wahyuningsih 5. Faizun 6. Sikhatun N 7. Nurul Hidayah
1. Choirul Anam 2. M. Khoeron 3. Agus Sudibyo 4. M. Yusuf 5. Lia Kurniawati 6. Khanifah Dyah P 7. Mutmainah 8. Ninik Widyawati Kelompok Sugus: 1. Erni Fidayanti 2. Fika Rifki 3. Fina Uswatun H 4. Imron Hasan 5. M. Hariyanto 6. Eko Budi P 7. M. Miftah
PENGAMAT PTK (GURU MITRA)
Ket: Pembagian kelompok berdasarkan pembagian permen secara acak. Masingmasing kelompok dibagikan kartu masalah yang berkaitan degan materi sistem persamaan linier dua variabel, dan tiap kelompok memainkan peran dalam kartu masalah tersebut kemudian diselesaikan dengan diskusi kelompok.
104
Lampiran 23 HASIL PENILAIAN KEAKTIFAN DAN KETERAMPILAN INDIVIDU SISWA KELAS X.C MAN SEMARANG 2 SIKLUS 2 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
NIS 08074 08075 08076 08077 08078 08079 08080 08081 08082 08083 08084 08085 08086 08087 08088 08089 08090 08091 08092 08093 08094 08095 08096 08097 08098 08099 08100 08101 08102 08103 08104 08105 08106 08107 08108 08109 08110
NAMA SISWA Adi Kusuma Agung Nugroho Agus Sudibyo Ahmad Kafidin Andry Yoga Pratama Choirul Anam Eko Budi Prasetyo Erni Fidayanti Faizun Fika Rifki Fina Uswatun Hasanah Fitri Wihatatik Hidayatur Royi Himmatun Nisak Iis Sofiyati Ilham Nur Utomo Imron Hasan Khanifah Dyah Pertiwi Lia Kurniawati M. Miftah Mei Anggraini Muhammad Anas Muhammad Dimas B Muhammad Hariyanto Muhammad Khoeron Muhammad Yusuf Mujahidin Mutmainah Nikmatul Hidayah Ninik Widyawati Nurul Hidayah Sikhatun Nadhiroh Siti Maisaroh Siti Nur Hidayah Sri Wahyu Ningsih Sumayah Romandhani M.Yusuf B JUMLAH RATA-RATA
KEAKTIFAN
KETERAMPILAN
NILAI
PROSEN
NILAI
PROSEN
19 18 15 11 16 20 11 16 17 15 16 14 18 17 20 20 19 13 15 17 15 18 15 17 20 13 16 18 12 19 16 19 19 20 19 17 17 617 16,67
95% 90% 75% 55% 80% 100% 55% 80% 85% 75% 80% 70% 90% 85% 100% 100% 95% 65% 75% 85% 75% 60% 75% 85% 100% 65% 80% 90% 60% 95% 80% 95% 95% 100% 95% 85% 85% 3055% 82,57%
29 27 22 21 24 27 21 30 30 20 30 30 24 22 30 27 26 30 30 23 30 26 30 20 30 30 21 30 19 30 30 30 25 30 30 30 23 987 26,68
96,67% 90% 73,33% 70% 80% 90% 70% 100% 100% 66,67% 100% 100% 80% 73,33% 100% 90% 86,67% 100% 100% 76,67% 100% 86,67% 100% 66,67% 100% 100% 70% 100% 63,33% 100% 100% 100% 83,33% 100% 100% 100% 76,67% 3306,68% 89,37%
105
Lampiran 24
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 2 PERTEMUAN KEDUA
Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas/semester Alokasi Waktu
: Madrasah Aliyah Negeri Semarang 02 : Matematika : X. /1 (Ganjil) : 2 X 45 menit
Standar Kompetensi : 3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dan pertidaksamaan satu variabel. Kompetensi dasar
:3.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dan penafsirannya
Indikator
: Peserta didik menunjukkan kemampuan dalam, 1. Menentukan penyelesaian model matematika dari masalah yang berhubungan dengan sistem persamaan linier 2. Menafsirkan hasil penyelesaian masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dan pertidaksamaan linier satu variabel.
I.
Tujuan Pembelajaran
a. Dengan melakukan pembahasan tugas rumah berkaitan materi sistem persamaan linier, diharapkan peserta didik dapat semakin terampil, bersikap positif, rajin dan semakin meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. b. Dengan melakukan evaluasi atau tes individu siswa, diharapkan hasil evaluasi individu siswa dapat mencapai KKM (Kriteria Kutuntasn Minimum) yang ditentukan oleh sekolah, yaitu 6,0.
II.
Materi Ajar :
1. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
106
III.
Metode Pembelajaran : Pembelajaran langsung dan kooperatif
dengan kolaborasi metode Mathematics in the Real World (MRW) dengan Realistic Mathematics Education (RME) dan pemberian tugas.
V.
Langkah-Langkah Pembelajaran No
Kegiatan Pmbelajaran
Pengorganisasian Siswa
Waktu
K
3 Menit
K
2 Menit
Pendahuluan (Kegiatan Awal): 1.
Guru menanyakan dan memeriksa PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya
2.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti :
1.
5 Menit
Guru melakukan permainan sandi matematika dan meminta siswa yang
mendapat yang
salah untuk membahas tugas di papan tulis, dan guru mengamatinya. 2.
5 Menit
Guru memeriksa jawaban siswa, dan bila ada yang keliru/salah, guru mengklarifikasinya.
3.
5 Menit
Guru membagikan soal ulangan siklus 1 pada semua siswa kelas X.C
4.
30 Menit
Guru mengawasi jalannya tes sikus 1 hingga waktu yang ditentukan berakhir.
5.
Guru mengumpulkan hasil tes individu.
6.
Guru bersama siswa membahas soal tes siklus
5Menit 30 Menit
1 sekaligus mencocokkan pekerjaan siswa, setelah semua jawaban terkumpul di meja guru. Penutup (Kegiatan Akhir): 1.
Menyimpulkan
pelaksanaan
pembelajaran
K
yang telah dilakukan.
Keterangan;
I : Individu, G: Group, K : Klasikal.
5 Menit
107
5. Alat dan Sumber bahan
1. Buku paket Matematika kelas X Semester 1, LKS kelas X Semester 1 serta sumber lain yang mendukung materi. 6. Penilaian
1. Prosedur tes/jenis tes : a. Tes awal
: Ada/tertulis essay
b. Tes proses : Ada/diskusi dan pengamatan c. Tes akhir
: Ada/tertulis essay
Semarang, ...... November 2008 Mengetahui, Guru Mitra/ Observer
Peneliti /Praktikan
(Istianah, S.Pd)
(Nida Naily Illiyyun)
NIP. 150 358 842
NIM. 043 511 246 Kepala sekolah MA N Semarang 2
(Drs.H.M. Sholeh, M.Ag) NIP. 150 121 5142
108
Lampiran 25
SOAL TES FORMATIF SIKLUS 2 Alokasi Waktu: 30 menit Nama siswa
:..............................................
No. Absen/ Kelas
:..............................................
”Selamat Mengerjakan” 1. Harga 2 kg salak dan 3 kg jeruk Rp 8.500,00. Dengan uang Rp 8.000,00 Ani dapat membeli 1 kg salak dan 4 kg jeruk. Maka harga 1 kg salak adalah....? ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... 2. Jumlah dua bilangan asli adalah 17. Dua kali bilangan pertama ditambah tiga kali bilangan kedua adalah 39. Berapakah masing-masing biangan pertama dan kedua? ................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 3. Di sebuah ladang terdapat 13 hewan yang terdiri dari kambing dan ayam. Jika jumlah kaki hewan tersebut ada 36 buah, maka berapa ekor banyaknya kambing di ladang itu? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 4. Uang Ria = 4 kali uang Raka. Jumlah uang mereka adalah Rp 112.500,00. selisih uang mereka adalah....? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 5. Dua buah pensil dan sebuah buku berharga Rp 6.500,00 sedangkan sebuah pensil dan 2 buah buku berharga Rp 5.500,00. Maka 2 buah buku dan 2 buah pensil berharga....? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
109
Lampiran 26
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF SIKLUS 2 1. Misalkan ;
harga 1 kg salak = x Harga 1 kg jeruk = y Model matematikanya adalah : 2x + 3y = 8.500…….(i) x + 4y = 8.000….…(ii) Ditanya: uang kembalian yang harus diterima Santi? Penyelesaian: 2x + 3y = 8.500 x 1 2x + 3y = 8.500 x + 4y = 8.000 x 2 2x + 8y = 16.000 -5y = -7.500 y= 1.500 y = 1.500 disubtitusikan ke persamaan (ii) x + 4y = 8.000 ¾ x + 4 (1.500) = 8.000 ¾ x + 6.000 = 8.000 ¾ x = 8.000 – 6.000 ¾ x = 2.000 Jadi, harga 1 kg salak adalah: Rp 2.000,00
2. Misalkan bilangan pertama adalah x dan bilangan kedua adalah y, maka model matematikanya adalah: x + y = 17……(i) 2x + 3y = 39……(ii) x + y = - 17 x2 2x + 2y = 34 2x + 3y = 39 x 1 2x + 3y = 39 -y = -5, maka y = 5 Subtitusi y ke persamaan (i): x + y = 17 ¾ x + 5 = 17 ¾ x = 12 Jadi, bilangan pertama adalah 5 dan bilangan kedua adalah 12. 3. Misalkan: jumlah hewan (13)= jumlah kaki (36) = Jadi dengan cara tersebut kita telah bisa mengetahui bahwa jumlah kambing dengan kaki empat ada 5 ekor, sedangkan jumlah ayam dengan dua kaki ada 8 ekor. Kemudian coba kita buktikan dengan masukkan ke variable (x, y) dalam system Persamaan Linier berikut: Misalkan: x adalah kambing dan y adalah ayam Maka model matematikanya adalah : x + y = 13……(i) 4x+ 2y = 36…...(ii) x + y = 13 x 2 2x + 2y = 26 4x+ 2y = 36 x1 4x+ 2y = 36 -2x
= -10,
maka x = 5
110
x disubtitusikan ke persamaan (i) ¾ x + y = 13 ¾ 5 + y = 13 ¾ y = 13 – 5, maka y = 8 Jadi dengan cara eliminasi dan subtitusi dalam system persamaan linier di atas, juga diperoleh hasil yang sama. Yaitu jumlah kambingya ada 5 ekor, dan jumlah ayamnya adalah 8 ekor. 4. Misalkan: Uang Ria = x, dan uang Raka = y Maka model matematikanya adalah: ¾ ¾
x = 4y
x - 4y = 0………..(i) x + y = 112.500……..(ii)
x - 4y = 0 x + y = 112.500 -3 y = -112.500, maka y = 22.500
Subtitusi y ke persamaan (i):
x ¾ x ¾x Jadi, selisih uang mereka adaah: x – y
= 4y = 4 (22.500) = 90.000 = Rp 90.000,00 – Rp 22.500,00 = Rp 67.500,00
5. Misalkan ;
harga 1 pensil = x Harga 1 buku = y Model matematikanya adalah : 2x + y = 6.500…….(i) x + 2y = 5.500….…(ii) Ditanya: harga 2 buah buku dan 2 buah pensil (2x + 2y)…? Penyelesaian: 2x + y = 6.500 x 2 4x + 2y = 13.000 x + 2y = 5.500 x 1 2x + 2y = 5.500 3x = 7.500 y= 2.500
y = 1.500 disubtitusikan ke persamaan (ii) x + 2y = 5.500 ¾ 2.500 + 2y = 5.500 ¾ 2y = 5.500 ¾ y = 1.250 Jadi, harga 2 buah buku dan 2 buah pensil adalah = 2x + 2y = 2 (2.500) + 2 (1.250) = Rp 7.500,00
111
Lampiran 27 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS DAN SIKAP SISWA DALAM KELOMPOK (SIKLUS 2)
Nama Guru Praktikan : Nida Naily Illiyyun Kelas : X.C Jumah siswa : 37 Mata Pelajaran : Matematika Materi Pokok : SPL Dua Variabel Instrument Pengamatan Berilah tanda chek (√ ) pada kolom skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda! Skor 1
No.
Instrumen
1. 2.
Siswa memperhatikan penjelasan guru Siswa dapat mengkondisikan kelas dalam bentuk kelompok Siswa menunjukkan sikap positif dan antusias dalam menyelesaikan tugas dari guru Keaktifan menyelesaikan tugas dalam kelompok Terjalin kerjasama yang aktif dan terarah antar anggota kelompok Siswa aktif mengungkapkan ide-ide/ pendapatnya saat diskusi Siswa berani menyampaikan hasil diskusi kelompoknya Siswa memberi respon positif terhadap jawaban temannya.
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Keterangan: 1: sangat kurang 2: kurang 3: cukup baik 4: baik 5: sangat baik
2
3
4 √ √
√ √ √ √ √ √
Jumlah maksimal skor = 40 Nilai = Skor X 100 % 40
Diperoleh skor = 32 Prosentase = 80%
Semarang, ……November 2008 Observer,
Istianah, S.Pd. NIP. 150 358 842
5
112
Lampiran 28 LEMBAR OBSERVASI UNTUK GURU SIKLUS 2
Nama Sekolah Peneliti Observer
: MAN Semarang 2 : Nida Naily Illiyyun : Istianah, S.Pd
Instrument Pengamatan Berilah tanda chek (√) pada kolom skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda!
No
Instrumen
1.
Menyampaikan tujuan dan motivasi : a. Menyampaikan semua tujuan pembelajaran b. Memotivasi siswa untuk senang belajar matematika c. Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari Mampu mengkondisikan dan mengorganisasikan kelas menjadi kelompok-kelompok belajar Pemberian peran dan tugas secara kelompok Membantu kerja kelompok: a. Membimbing kelompok dalam menemukan peran b. Membimbing jalannya diskusi kelompok dalam memecahkan masalah dan menemukan model Presentasi: a. Membimbing siswa menyajikan hasil diskusi dalam presentasi b. Memberikan kesempatan siswa untuk menanggapi, bertanya atau menyanggah Memberikan pemahaman dan umpan balik: a. Memberikan kesempatan bertanya dan menjawab pertanyaan b. Membimbing siswa dalam menarik kesimpulan Evaluasi kelompok dan individu: a. Melakukan evaluasi kelompok b. Melakukan evaluasi individu
2. 3. 4.
5.
6.
7.
Keterangan: 1: sangat kurang, 3: cukup baik 5: sangat baik Diperoleh skor = 56 Prosentase = 86%
1
2: kurang 4: baik
2
Skor 3 4 √
√ √ √ √ √
Jumlah maksimal skor = 65 Nilai = Skor X 100 % 65
Semarang, ……November 2008 Observer,
Istianah, S.Pd. NIP. 150 358 842
5
√
√ √ √ √ √ √
113
Lampiran 29 DAFTAR NILAI HASIL BELAJAR DALAM KEGIATAN PTK SISWA KELAS X.C MAN SEMARANG 2 TAHUN 2008/20099 NO
NIS
NAMA SISWA
PRA SIKLUS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
08074 08075 08076 08077 08078 08079 08080 08081 08082 08083 08084 08085 08086 08087 08088 08089 08090 08091 08092 08093 08094 08095 08096 08097 08098 08099 08100 08101 08102 08103 08104 08105 08106 08107 08108 08109 08110
Adi Kusuma Agung Nugroho Agus Sudibyo Ahmad Kafidin Andry Yoga Pratama Choirul Anam Eko Budi Prasetyo Erni Fidayanti Faizun Fika Rifki Fina Uswatun Hasanah Fitri Wihatatik Hidayatur Ro’yi Himmatun Nisak Iis Sofiyati Ilham Nur Utomo Imron Hasan Khanifah Dyah Pertiwi Lia Kurniawati M. Miftah Mei Anggraini Muhammad Anas Muhammad Dimas B Muhammad Hariyanto Muhammad Khoeron Muhammad Yusuf Mujahidin Mutmainah Nikmatul Hidayah Ninik Widyawati Nurul Hidayah Sikhatun Nadhiroh Siti Maisaroh Siti Nur Hidayah Sri Wahyu Ningsih Sumayah Romandhani M. Yusuf.B RATA-RATA
56 30 50 30 30 60 40 57 52 60 60 80 13 40 65 13 60 40 40 50 40 50 40 60 20 70 70 70 11 57 70 80 47 48,69
Ket:
TB TTB
: Tuntas Belajar : Tidak Tuntas Belajar
KET.
TTB TTB TTB TTB TTB TB TTB TTB TTB TB TB TB TTB TTB TB TTB TB TTB TTB TTB TTB TTB TTB TB TTB TB TB TB TTB TTB TB TB TTB
SIKLUS 1
49 50 60 46 61 62 60 60 63 69 60 97 65 62 69 56 40 52 61 43 75 54 62 65 48 90 88 84 68 60 88 95 65 64,46
KET.
TTB TTB TB TTB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TTB TTB TTB TB TTB TB TTB TB TB TTB TB TB TB TB TB TB TB TB
SIKLUS 2
59 67 80 63 71 71 83 82 69 90 96 80 100 74 75 97 70 81 75 59 85 79 58 73 89 51 96 100 83 72 65 93 100 78,36
KET
TTB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TTB TB TB TTB TB TB TTB TB TB TB TB TB TB TB -
114
Lampiran 30 ANGKET REFLEKSI SISWA DALAM PENERAPAN MATEMATIKA DI KEHIDUPAN NYATA Nama :……………………………………. No. Absen/Kls :……………………………………. Petunjuk: Silanglah jawaban a, b, atau c sesuai dengan pilihan anda dari setiap aspek berikut! 1. Bagaimana pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan sebagai model pembelajaran kolaborasi Matematics in the real world dan Realistic Mathematics Education atau matematika di kehidupan nyata? a. Mendapatkan pengalaman baru b. Belajar matematika menjadi asyik dan menyenangkan c. Tidak menarik dan membosankan 2. Bagaimana pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan kehidupan nyata, dengan memerankan dan mempratekkan “toko permen kejujuran”…….. a. tidak menyenangkan b. menyenangkan c. sangat menyenangkan 3. Praktek memerankan jual-beli dalam “toko permen kejujuran” membuat saya mempelajari sistem persamaan linier menjadi… a. semakin bingung dan kesulitan b. bisa dan tahu manfaat mempelajari SPL c. tidak berkesan 4. Adanya diskusi dan kerja kelompok dalam pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan membuat saya….. a. bisa menemukan model matematika sendiri b. jenuh dan bosan c. tidak paham 5. Adanya presentasi hasil diskusi di depan kelas, membuat saya….. a. berani mengungkapkan pendapat b. berani bertanya c. takut belajar matematika 6. Pembelajaran matematika hendaknya….. a. sering dilakukan permainan agar tidak bosan b. yang penting materi cepat selesai c. harus dikaitkan dengan kehidupan nyata agar lebih paham 7. Dengan mempelajari SPL di kehidupan nyata, membuat saya…. a. bisa dengan mudah menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan SPL b. bisa mengidentifikasi soal dan merumuskan penyelesaiannya c. kesulitan memecahkan masalah dalam soal 8. Perasaan saya ketika mengikuti pembelajaran matematika kehidupan nyata…. a. bersemangat b. biasa saja c. tidak memberi kesan *Terimakasih ataspartisipasi anda dalam membantu proses penleitian skripsi ini
115
Lampiran 31 HASIL ANGKET REFLEKSI SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN MATHEMATICS IN THE REAL WORLD ( KELAS X.C ) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
NIS 08074 08075 08076 08077 08078 08079 08080 08081 08082 08083 08084 08085 08086 08087 08088 08089 08090 08091 08092 08093 08094 08095 08096 08097 08098 08099 08100 08101 08102 08103 08104 08105 08106 08107 08108 08109 08110
Jawaban Soal Nomor
NAMA SISWA Adi Kusuma Agung Nugroho Agus Sudibyo Ahmad Kafidin Andry Yoga Pratama Choirul Anam Eko Budi Prasetyo Erni Fidayanti Faizun Fika Rifki Fina Uswatun Hasanah Fitri Wihatatik Hidayatur Ro’yi Himmatun Nisak Iis Sofiyati Ilham Nur Utomo Imron Hasan Khanifah Dyah Pertiwi Lia Kurniawati M. Miftah Mei Anggraini Muhammad Anas Muhammad Dimas Bagus Muhammad Hariyanto VE Muhammad Khoeron Muhammad Yusuf Mujahidin Mutmainah Nikmatul Hidayah Ninik Widyawati Nurul Hidayah Sikhatun Nadhiroh Siti Maisaroh Siti Nur Hidayah Sri Wahyu Ningsih Sumayah Romandhani M. Yusuf. B JUMLAH
Ket.
1
2
3
4
5
6
7
8
B B B B A B C B B B B B B B B A B B B C B B B B A B C B C B B B A B A B -
B B B B B B A B B B B B B B C C C C B C B B B C B B C B B C C B B C B C -
B B B B C B C B B B B B B B B B B B B C B B B B B B C B C B B B B B B B -
A A A A A A B A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B A A A C A A A -
A A B A A A C A A B A A A A A B A A A A A A A A B A A A C A A A A A A -
C A A B C C B C A A C A C C C A B A A C C A C A C B C A A A A A C A A C -
B A B A A B C A A B A A B A A B A C A A B A B A A A A C C A A B A A B A -
B A A A B A C A A A A B A A A A A B A B A A B A A A B B C A A A B A B A -
Alpa
116
Lampiran 32 FREKUENSI DAN PROSENTASE JAWABAN ANGET REFLEKSI SISWA
( KELAS X.C) No
Pernyataan soal
Jawaban siswa
Frekuensi
Prosentase
1.
Bagaimana setelah dikakukan a. mendapat pengalaman baru pembelajaran matematika dunia b. asyik & menyenangkan nyata? c. tidak menarik & membosankan
27 5 4
75% 13,9% 11,1%
2.
Bagaimana pembelajaran matematika dengan praktek toko permen kejujuran?
a. Tidak menyenangkan b. Menyenangkan c. Sangat menyenangkan
1 24 11
2,8% 66,7% 30,5%
3.
Praktek jual beli dalam ”toko permen kejujuran” membuat saya mempelajari SPLDV menjadi:
a. Semakin bingung & kesulitan b. bisa & tahu manfaat belajar SPL c. tidak berkesan
0 31 5
0% 86% 13,9%
4.
Adanya diskusi dan kerja kelompok yang telah dilaksanakan membuat saya:
a. bisa menemukan model matematika sendiri b. jenuh dan bosan c. tidak paham
33
91,7%
2 1
5,5% 2,8%
5.
Adanya presentasi hasil diskusi di depan kelas menjadikan saya:
a. berani mengungkapkan pendapat b. berani bertanya c. takut belajar matematika
29 4 2
80,5% 11,1% 2,8%
6.
Pembelajaran matematika hendaknya:
a. sering dilakukan permainan agar tidak bosan b. yang penting materi cepat selesai c. harus dikaitkan kehidupan nyata agar lebih paham
17
47,2%
4 15
11,1% 41,7%
a. bisa mudah menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan SPL b. bisa mengidentifikasi soal& merumuskan penyelesaian c. kesulitan memecahkan soal
22
61,1%
10
27,8%
4
11,1%
a. bersemangat b. biasa saja c. tidak memberi kesan
24 10 2
67% 27,8% 5,5%
7.
8.
Dengan mempelajari SPLDV di kehidupan nyata, membuat saya:
Perasaan saya ketika mengikuti pembelajaran matematika kehidupan nyata:
Ket:
Frekuensi Rumus
: jumlah siswa yang menjawab pertanyaan tiap point : Frekuensi X 100% Total siswa (36)
Lampiran 37 DOKUMENTASI KEGIATAN PTK SISWA KELAS X.C MAN SEMARANG 2
Gb.1 Guru praktikan/peneliti menjelaskan prosedur permainan “toko permen kejujuran”, dan beberapa siswa yang salah dalam permainan bilangan prima pada apresepsi mendapatkan peran sebagai penjual.
Gb.2 Para siswa terlihat senang dan gembira saat permainan peran jual beli pada “toko permen kejujuran” dipraktekkan.
113
114
Gb.5 Kelompok bilangan prima 7 bersiap-siap membuat uang dari kertas untuk dapat dibelanjakan di toko permen kejujuran.
Gb.6 Situasi siswa dalam kelompok bilangan prima 5 yang terihat serius dalam melaksanakan tugas dari guru praktikan.
115
Gb.3. Guru praktikan sedang memberi pengarahan di salah satu kelompok, dan terlihat duduk di belakang guru mitra (Istianah, S.Pd.) sedang mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME.
Gb.4 Kelompok belajar bilangan prima 1 terlihat bersemangat dan antusias dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan linier dua variable yang telah diperankan oleh beberapa teman dalam kelompoknya.
116
Gb.7 Guru praktikan sekaligus peneliti mengumumkan bahwa waktu diskusi kelompok telah usai, dan guru meminta salah satu perwakilan masingmasing kelompok untuk maju ke depan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Gb.8 Situasi kelas saat salah satu siswa maju untuk mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi di depan teman-temannya.
117
Gb.9 Situasi keaktifan dan ketrampilan siswa saat diberikan waktu untuk mengkritisi jawaban kelompok lain.
Gb.10 Setelah diskusi dan presentasi selesai, guru mengembalikan kondisi siswa ke klasikal. Kemudian guru memberikan penjelasan kaitan permaianan jual beli yang telah diperankan siswa tadi dengan materi sistem persamaan inier dua variable.
118
Gb.11 Khidmadnya Susana kelas yang sedang mengerjakan tes akhir, yang diberikan praktikan di akhir pembelajaran dengan pendekatan mathematics in the real world bermodelkan RME.
Gb.12 Guru praktikan sedang mengawasi pelaksanaan tes formatif.