PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII-B SEMESTER GENAP MTs NU 20 KANGKUNG KENDAL TAHUN AJARAN 2009/2010 PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Fisika
Oleh : Arif Kurnia Rahman NIM : 063611003
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
ABSTRAK Arif Kurnia Rahman (NIM : 063611003). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-B Semester Genap MTs NU 20 Kangkung Kendal Tahun ajaran 2009/2010 pada materi pokok Usaha dan Energi. Skripsi Semarang: Program Strata 1 Jurusan Tadris Program Studi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2011. Pembelajaran fisika di kelas VIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal masih didominasi guru yang menggunakan metode ceramah dan jarang melaksanakan diskusi. Hal ini menyebabkan peserta didik tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga aktivitas belajar peserta didik belum berkembang baik, akibatnya hasil belajar peserta didik masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal pada mata pelajaran fisika materi pokok usaha dan energi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, di mana tiap siklusnya meliputi 4 tahap yakni, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Faktor yang diteliti adalah aktivitas belajar dan hasil belajar (kognitif). Data hasil belajar kognitif diambil melalui nilai tes setiap akhir siklus, sedangkan data aktivitas belajar diperoleh melalui lembar observasi. Dari hasil penelitian, hasil belajar kognitif peserta didik sebelum tindakan masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu nilai reratanya 51,98 dengan presentase ketuntasan klasikal 43,90%. Setelah diberikan tindakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, nilai tes rerata hasil belajar pada siklus I dan II berturut-turut adalah 70,73 dan 81,22 dengan persentase ketuntasan klasikal 78,05% dan 90,24%. Sedangkan nilai rerata aktivitas belajar pada siklus I dan II berturutturut adalah 60,98 dan 69,51 dengan persentase ketuntasan klasikal 53,66% dan 82,93%. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-B Semester Genap MTs NU 20 Kangkung Kendal Tahun ajaran 2009/2010 pada materi pokok Usaha dan Energi.
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Mei 2011 Deklarator,
Arif Kurnia Rahman NIM. 063611003
MOTTO
∩⊇∈∪ t,Î#Ïj.uθtGßϑø9$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 «!$# ’n?tã ö≅©.uθtGsù |MøΒz•tã #sŒÎ*sù ( Í÷ö∆F{$# ’Îû öΝèδö‘Íρ$x©uρ
“Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imron :159) 1
1
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : CV J-ART, 2005). hlm. 72.
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan dan kebanggaan hati, kupersembahkan karya tulis yang sederhana ini untuk orang-orang yang telah memberi arti dalam hidupku, 1. Ayahanda dan ibunda tercinta (Rosyidi dan Suharti), ini adalah bagian dari perjuangan, cita-cita, iringan doa restumu. Karena jasa dan kasih sayangmu aku akhirnya dapat menyelesaikan kuliah. Pengorbananmu sungguh luar biasa 2. Kakakku Latif Helmy doa dan motivasi darimu semoga mengantarkan aku menuju gerbang kesuksesan. 3. Keluarga besarku di kangkung Kendal yang selalu membantu, mendoakan dan memberi semangat selama perjalanan hidupku 4. Erna Musthofiyah dan keluarga besarnya yang telah memotivasi aku selama kuliah 5. Semua Kenshi UKM Kempo Dojo Miftahul Jannah IAIN Walisongo 6. Semua mahasiswa Tadris Fisika, khususnya angkatan 2006, tempat berbagi cerita selama berjuang bersama 7. Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini
Pada akhirnya semua itu punya arti karenanya, kupersembahkan karya sederhana ini untuk segala ketulusan kalian semua.
Penulis
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga menjadikan kita lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya Illahi kepada umat manusia sehingga dapat mengambil manfaatnya dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada: 1.
Dr. Suja’i, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
2.
Drs. Wahyudi, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tadris
3.
Andi Fadllan, S.Si,M.Sc., selaku pembimbing I dan H. Abdul Kholiq, M.Ag., selaku pembimbing II yang telah berkenan memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini
4.
Wenti Dwi Yuniarti, S.Pd., M.Kom sebagai dosen wali yang telah banyak berjasa kepada penulis untuk membimbing penulis selama masa studi
5.
Segenap Bapak dan Ibu Dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini
6.
Petugas perpustakaan, baik Fakultas, Institut IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan ijin dan layanan yang ramah
7.
Drs. Khofidhin selaku Kepala MTs NU 20 Kangkung Kendal yang telah memberikan izin tempat penelitian dalam skripsi ini
8.
Dewi Sinta, S.Pd, selaku Guru Pembimbing penelitian. Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya untaian
terima kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya. Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amin
Semarang, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ---------------------------------------------------------------
i
ABSTRAK ---------------------------------------------------------------------------
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ----------------------------------------------------
iii
HALAMAN PENGESAHAN -----------------------------------------------------
iv
DEKLARASI ------------------------------------------------------------------------
v
MOTTO ------------------------------------------------------------------------------
vi
PERSEMBAHAN -------------------------------------------------------------------
vii
KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------
viii
DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------
x
DAFTAR LAMPIRAN -------------------------------------------------------------
xii
DAFTAR GAMBAR ----------------------------------------------------------------
xiii
DAFTAR TABEL -------------------------------------------------------------------
xiv
BAB I :
PENDAHULUAN -----------------------------------------------------
1
A. Latar Belakang Masalah ------------------------------------------
1
B. Identifikasi Masalah -----------------------------------------------
5
C. Pembatasan Masalah ----------------------------------------------
5
D. Penegasan Istilah --------------------------------------------------
5
E. Rumusan Masalah -------------------------------------------------
7
F. Tujuan Penelitian --------------------------------------------------
7
G. Manfaat Penelitian -------------------------------------------------
7
LANDASAN TEORI --------------------------------------------------
8
A. Pembelajaran Fisika -----------------------------------------------
8
B. Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar -----------------------------
14
BAB II :
C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT---------------------
26
D. Hubungan antara Model Pembelajaran NHT terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Fisika ----
32
E. Materi Usaha dan Energi -----------------------------------------
33
F. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT pada materi pokok Usaha dan Energi ---------------------------------
39
G. Kajian Penelitian yang Relevan------------------------------------ 41 H. Rumusan Hipotesis--------------------------------------------------- 43
BAB III : METODE PENELITIAN ---------------------------------------------
44
A. Jenis Penelitian ----------------------------------------------------
44
B. Tempat dan Waktu Penelitian -----------------------------------
55
C. Instrumen Penelitian ----------------------------------------------
55
D. Pengumpulan Data Penelitian ------------------------------------
58
E. Analisis Data Penelitian ------------------------------------------
61
F. Indikator Keberhasilan -------------------------------------------
63
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN -------------------
64
A. Analisis Hasil Penelitian ----------------------------------
64
B. Pembahasan Hasil Penelitian ----------------------------
79
BAB V : PENUTUP --------------------------------------------------------------
84
A. Simpulan -----------------------------------------------------------
84
B. Saran ----------------------------------------------------------------
85
C. Penutup -------------------------------------------------------------
85
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Silabus Lampiran 2. RPP siklus I Lampiran 3. RPP siklus II Lampiran 4. Kisi-kisi LKS Siklus I Lampiran 5. Lembar kerja siswa untuk peserta didik siklus I Lampiran 6. Kisi-kisi LKS Siklus II Lampiran 7. Lembar kerja siswa untuk peserta didik siklus II Lampiran 8. Kriteria penskoran aktivitas belajar peserta didik Lampiran 9. Analisis lembar observasi aktivitas belajar peserta didik siklus I Lampiran 10. Analisis lembar observasi aktivitas belajar peserta didik siklus II Lampiran 11..Kisi-kisi Soal evaluasi Siklus I Lampiran 12. Soal kognitif siklus I Lampiran 13. Kisi-kisi Soal evaluasi Siklus II Lampiran 14. Soal kognitif siklus II Lampiran 15. Kunci jawaban soal kognitif siklus I dan II Lampiran 16. Perhitungan Validitas dan Reabilitas Soal Instrumen Lampiran 17. Nilai pra siklus peserta didik Lampiran 18. Analisis hasil belajar kognitif siklus I Lampiran 19. Analisis hasil belajar kognitif siklus II Lampiran 20. Daftar nama peserta didik Lampiran 21. Daftar nama kelompok peserta didik Lampiran 22. Dokumentasi pembelajaran
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1
Prosedur pelaksanaan PTK
Gambar 3.2
Alur penelitian tindakan kelas
Gambar 4.1
Grafik perbandingan nilai aktivitas belajar siklus I dan II
Gambar 4.2
Grafik perbandingan nilai kognitif siklus I dan II
DAFTAR TABEL Tabel 4.1
Hasil analisis nilai awal peserta didik
Tabel 4.2
Hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus I
Tabel 4.3
Perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus I
Tabel 4.4
Hasil belajar kognitif pada siklus I
Tabel 4.5
Hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus II
Tabel 4.6
Perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus II
Tabel 4.7
Hasil belajar kognitif pada siklus II
Tabel 4.8
Perbandingan perolehan nilai observasi aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II
Tabel 4.9
Perbandingan perolehan nilai hasil belajar kognitif pada siklus I dan siklus II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pelajaran ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga ilmu pengetahuan alam yang di dalamnya mencakup fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep, atau prinsip, tetapi juga proses penemuan. Pembelajaran ilmu pengetahuan alam diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam proses pembelajaran IPA guru membutuhkan strategi agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu cara yang ditempuh adalah penggunaan metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pelajaran maupun kondisi internal kelas. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode atau model pembelajaran yaitu sebagai strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Banyak peserta didik pada jenjang sekolah menengah yang menganggap pelajaran IPA khususnya fisika sulit dan menakutkan. Seperti di MTs NU 20 Kangkung Kendal, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA ditemukan beberapa permasalahan, di antaranya: 1. Pembelajaran yang dilakukan selama ini cenderung ceramah belum divariasi dengan model pembelajaran yang lain. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam menganalisis atau memahami permasalahan yang terdapat pada soal masih kurang. 2. Pelaksanaan pembelajaran cenderung kurang melibatkan peserta didik. Sehingga peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran ditandai dengan :
1
2
a. Apabila guru mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan umpan balik, peserta didik cenderung tidak merespon. b. Apabila guru memberi kesempatan bertanya tentang materi pelajaran, pada umumnya peserta didik tidak memanfaatkannya. c. Peserta didik hanya mau menjawab pertanyaan guru bila ditunjuk, itupun tidak semua peserta didik.1 Permasalahan tersebut berakibat pada hasil belajar peserta didik yang masih rendah. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata mata pelajaran IPA satu tahun terakhir yaitu 59,2.2 Hasil ini masih di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah yaitu sebesar 60. Dari observasi tersebut, terlihat bahwa keberhasilan pembelajaran belum tercapai. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembelajaran adalah diperlukan strategi pembelajaran yang dapat mendukung situasi pembelajaran, agar pembelajaran fisika menjadi menarik, mudah difahami dan menyenangkan. Dalam kegiatan pembelajaran antara guru, peserta didik, materi pelajaran serta metode mengajar tidak dapat dipisahkan. Guru mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pembelajaran karena guru merupakan salah satu kunci keberhasilan
dari
proses
pembelajaran.
Pengelolaan
kelas
yang
baik,
membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan adalah tugas seorang guru.3 Seorang guru dituntut melakukan inovasi-inovasi terhadap kegiatan belajar-mengajar agar peserta didik tidak mengalami kebosanan dalam menerima penjelasan materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Menurut teori kontruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam kegiatan pembelajaran adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan 1
Wawancara, Guru IPA MTs NU 20 Kangkung Kendal, (Kendal : 2009), tgl 28 November
2009 2
Daftar Nilai Kompetensi Siswa MTs NU 20 Kangkung Kendal mata pelajaran IPA tahun ajaran 2008/2009 3 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet.1, hlm.47
3
pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.4 Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajarmengajar. Peserta didik menjadi pusat kegiatan bukan guru. Salah satu pembelajaran yang bernaung dalam teori kontruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan pada semua peserta didik untuk dapat terlibat aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.5 Model pembelajaran kooperatif salah satunya yaitu Numbered Heads Together (NHT). NHT atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.6 Model ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
4
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, ( Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007 ), hlm. 13. 5 Ibid., hlm. 41. 6 Ibid., hlm. 62.
4
jawaban yang paling tepat.7 Selain itu, model ini juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Materi Usaha dan Energi merupakan salah satu materi pokok pelajaran fisika kelas VIII semester genap. Usaha dan Energi merupakan materi dengan konsep yang sederhana dan fenomenanya dapat diamati dan sering kali di jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), guru berusaha menunjukkan kepada peserta didik bahwa materi Usaha dan Energi pada dasarnya adalah dekat, kongkrit dan berkaitan langsung dengan pengalaman yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dari permasalahan tersebut, penulis mencoba memberikan pemecahan masalah yang terjadi dalam kelas dengan menawarkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka
peneliti
bermaksud
meneliti
kajian
tersebut
sehingga
pembelajaran yang berlangsung di MTs NU 20 Kangkung dapat menjadikan peserta didik berfikir dan bertindak secara mandiri dan kreatif. Untuk itu peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Peserta didik Kelas VIII-B Semester Genap MTs NU 20 Kangkung Kendal Tahun Ajaran 2009/2010 Pada Materi Pokok Usaha dan Energi”
7
Anita Lie, Cooperatif Learning Mempraktekkan Cooperatif Learning di ruang-ruang kelas, (Jakarta : Grasindo, 2002), hlm. 59.
5
B. Identifikasi Masalah. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Belum efektifnya proses pembelajaran di MTs NU 20 Kangkung Kendal, dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang selama ini berlangsung masih menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional yaitu metode ceramah. 2. Masih banyak peserta didik yang kurang bersemangat dalam belajar fisika, sehingga keaktifan dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fisika belum tercapai.
C. Pembatasan Masalah Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together selama pembelajaran berlangsung. 2. Materi penelitian ini dibatasi pada materi pokok Usaha dan Energi. 3. Hasil belajar yang dievaluasi yaitu hasil belajar kognitif dan penilaian aktivitas belajar.
D. Penegasan Istilah Untuk
memperoleh
pengertian
yang
jelas
agar
tidak
terjadi
kesalahfahaman dalam memahami isi judul penelitian ini, maka terlebih dahulu dibuat penegasan istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, sebagai berikut:
6
1. Pembelajaran kooperatif Pembelajaran
kooperatif
adalah
sebuah
kelompok
strategi
pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.8 2. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan tipe dari pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif struktur kelas tradisional.9 Model ini memberikan kesempatan kepada
peserta
didik
untuk
saling
membagikan
ide-ide
dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. 3. Aktivitas belajar Aktivitas belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Inilah yang menjadikan aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.10 Dengan demikian jelas bahwa dalam kegiatan belajar, peserta didik harus aktif berbuat, atau dengan kata lain dalam belajar sangat membutuhkan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. 4. Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui belajar.11 Pada penelitian ini hasil belajar yang diukur adalah berupa nilai akhir yang diperoleh peserta didik pada tiap siklusnya.
8
Trianto, Op. Cit, hlm. 42. Ibid., hlm. 62. 10 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.93. 11 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm.37. 9
7
5. Materi Usaha dan Energi Usaha yaitu apa yang dihasilkan oleh gaya ketika ia bekerja pada benda sementara benda itu bergerak dalam jarak tertentu.12 Energi adalah kemampuan benda untuk melakukan kerja.13
E. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-B semester genap MTs NU 20 Kangkung Kendal Tahun Ajaran 2009/2010 pada materi pokok Usaha dan Energi ?
F. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini memiliki tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-B semester genap MTs NU 20 Kangkung Kendal Tahun Ajaran 2009/2010 pada materi pokok Usaha dan Energi.
G. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1.
Bagi Peserta didik MTs NU 20 Kangkung Kendal a. Meningkatkan peran aktif peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. b. Meningkatkan hasil belajar sehingga dapat belajar tuntas. c. Adanya perubahan variasi dalam proses pembelajaran sehingga mendorong peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran dan menumbuhkan rasa senang belajar fisika
12 13
Douglas C. Giancoli, FISIKA, jilid 1 edisi kelima (Jakarta: Erlangga, 2001). hlm. 173. Ibid., hlm. 178.
8
2.
Bagi Guru MTs NU 20 Kangkung Kendal 1. Adanya perubahan model pembelajaran sebagai bahan informasi guru dalam memilih model pembelajaran yang lebih tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran fisika. 2. Membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran fisika. 3. Dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas ini agar guru dapat mengembangkan
secara kreatif terutama dalam
pemilihan
model
pembelajaran yang tepat dengan materi. 3.
Bagi pihak MTs NU 20 Kangkung Kendal a. Diperoleh panduan inovatif model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together yang dapat dipakai untuk kelas-kelas lainya di MTs NU 20 Kangkung Kendal. b. Diharapkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi Sekolah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan
kegiatn
belajar
mengajar
meningkatkan mutu dan kualitas sekolah.
yang
selanjutnya
dapat
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Fisika 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terusmenerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi.1 Belajar, sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan oleh pelajar saja. Baik mereka yang sedang belajar ditingkat sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah tingkat atas, perguruan tinggi, maupun mereka yang sedang mengikuti kursus, pelatihan, dan kegiatan pendidikan lainnya. Tetapi lebih dari itu, pengertian belajar sangat luas dan tidak hanya sebagai kegiatan yang terjadi di bangku sekolah saja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.2
1
Baharudin, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), Cet.3, hlm. 12. 2 Ibid, hlm. 13.
9
10
Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli adalah sebagai berikut: a. Hilgrad dan Bower yang dikutip oleh Baharudin mengemukakan : 1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or memory, memorize; 3) to acquire trough experience; 4) to become in forme of to find out. Belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.3 b. Howard L. Kingsley yang dikutip oleh Wasty Soemanto mengemukakan : learning is the process by which behaviour (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.4 c. Crobach yang dikutip oleh Baharudin mengemukakan : Learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.5 Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil praktek atau latihan. Peserta didik dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya, dimana perubahan ini bersifat permanen. Belajar/mencari ilmu itu adalah merupakan keharusan yang mesti dilakukan oleh manusia yang memiliki cita-cita luhur. Karena dengan 3
Ibid Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineke Cipta, 1990), hlm. 98. 5 Baharudin, Op.Cit, hlm.13. 4
11
belajar maka jendela wawasan dunia dapat terlihat dan apa yang dicitacitakan bisa tercapai. 2. Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap.6 Tujuan pembelajaran adalah membantu peserta didik agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku peserta didik bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Dalam pembelajaran fisika di sebagian sekolah dasar, sekolah menengah, secara umum peserta didik memandang pelajaran fisika sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan, tidak menarik dan bahkan mungkin membosankan. Dalam menanggulangi hal ini maka salah satu faktor yang dapat dilakukan agar pembelajaran sains dapat menarik dan dapat menghasilkan prestasi yang tinggi adalah dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran ini peserta didik terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat atau berlatih menggunakan objek kongkrit sebagai bagian dari pelajaran. Dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran berarti guru sudah menggunakan cara yang berbeda dari kegiatan pembelajaran yang bersifat tradisional sehingga pembelajaran fisika akan lebih menarik dan peserta didik akan menjadi berminat terhadap sains fisika. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik terhadap sains fisika yaitu dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran.
6
11
Asep Jihad, dkk., Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), Cet.1, hlm.
12
Dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaknya seorang guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut:7 a.
Pembelajaran
diselenggarakan
dengan
pengalaman
nyata
dan
lingkungan otentik, karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar. b.
Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik peserta didik karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam proses konstruksi, dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan.
c.
Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan.
d.
Penilaian hasil belajar terhadap peserta didik dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang hayat.
3. Teori Pembelajaran Fisika Teori pembelajaran fisika yang dapat mempengaruhi cara guru fisika mengajar fisika antara lain: a. Filsafat Konstruktivisme Menurut filsafat konstruktivisme yang dikemukakan oleh Von Glasersfeld yang dikutip oleh Paul Suparno, pengetahuan itu adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri yang sedang menekuninya. Untuk mengetahui sesuatu, peserta didik haruslah aktif sendiri mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam belajar peserta didik haruslah aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis, dan akhirnya yang terpenting merangkumnya sebagai suatu pengertian yang utuh.8
7
Ibid, hlm. 13. Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan, (Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, 2007), hlm. 8. 8
13
b. Teori Multiple Intelligences Teori multiple intelligences (intelegensi ganda atau majemuk) ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner. Intelegensi menurut Howard Gardner yang dikutip oleh Paul Suparno adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan situasi yang nyata. Jelas bahwa intelegensi bukan hanya kemampuan seseorang menjawab suatu test IQ dalam suatu kamar tertutup yang lepas dari konteks lingkungannya. Intelegensi dalam pengertian Gerdner bukan hanya kemampuan untuk memecahkan persoalan teoritis, tetapi juga dalam pengalaman nyata dan dalam berbagai situasi.9 c. Teori Perkembangan Kognitif Teori perkembangan Piaget banyak mempengaruhi pendidikan sains, termasuk pendidikan fisika. Menurut Piaget yang dikutip oleh Paul Suparno, perkembangan pemikiran kognitif anak berkembang pelan-pelan mulai dari sensori motor, lalu kepemikiran kongkrit, dan baru kepimikiran abstrak. Maka dalam pembelajaran fisika perlu mulai dari kejadian kongkrit kemudian pada level lebih atas baru mulai dengan yang abstrak.10 d. Doing Sciences Doing Sciences menurut Bugliarello yang dikutip oleh Paul Suparno adalah proses yang sesuai dengan metode ilmiah yang banyak digunakan oleh para ahli fisika dalam menemukan hukum ataupun teori fisika yang baru. Dengan doing sciences, dalam pembelajaran fisika, peserta didik harus lebih banyak dihadapkan pada tindakan melakukan percobaan dari pada membaca buku.
Inilah yang menyebabkan
pembelajaran fisika menggunakan hands-on activities (kegiatan dengan 9
Ibid. hlm. 21. Ibid, hlm. 33.
10
14
melakukan sesuatu). Peserta didik selalu aktif melakukan sesuatu kegiatan nyata atau membuat suatu barang fisika.11 e. Less is more Less is more artinya, dalam pembelajaran fisika, guru tidak menekankan banyaknya bahan (bukan content oriented), sehingga peserta didik terbelenggu dan malah tidak menguasai bahan itu secara mendalam. Melainkan guru mengajarkan konsep yang penting saja, maka bahan fisika dikurangi jumlahnya, tetapi dipelajari lebih mendalam.dengan demikian peserta didik menjadi lebih kompeten. Bahan lain dapat didalami sendiri setelah prinsip dan konsep dipegang. Dengan prinsip Less is more, peserta didik tidak terbebani oleh banyaknya bahan yang dapat membuat mereka posing dan stress. Akibatnya peserta dididk dapat lebih gembira dalam mempelajari fisika. Dengan kegembiraan itu diharapkan mereka dapat lebih menyukai fisika dan mempelajari lebih tekun.12
B. Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah kegiatan atau kesibukan dalam sebuah proses pendidikan.13 Menurut Paul B. Dierich dalam Nasution, aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental selama proses belajar.14 Kedua aktivitas tersebut harus terkait, sehingga akan menghasilkan aktivitas belajar yang optimal.
11
Ibid, hlm.,49. Ibid, hlm. 51-52. 13 Arnie Fajar, Portofolio dalam Pelajaran IPS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet.I, 12
hlm. 10 14
Nasution, Didaktik Asas - Asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara), hlm. 91
15
Menurut Soejono aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan pada diri individu baik tingkah laku maupun kepribadian yang bersifat kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang bersifat konstan dan berbekas
15
. Aktivitas belajar akan terjadi pada peserta
didik apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku peserta didik berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya situasi stimulus tersebut Menurut Sardiman aktivitas belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan.16 Inilah yang menjadikan aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dengan demikian jelas bahwa dalam kegiatan belajar, peserta didik harus aktif berbuat, atau dengan kata lain dalam belajar sangat membutuhkan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Keaktifan peserta didik dapat dilihat dalam hal sebagai berikut : a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya b. Terlibat dalam pemecahan masalah c. Bertanya kepada peserta didik lain atau guru bila tidak memahami persoalan yang dihadapi d. Berusaha mencari berbagai informasi untuk memecahkan masalah e. Melaksanakan diskusi sesuai petunjuk guru f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil- hasil yang diperoleh g. Melatih diri dalam memecahkan masalah yang sejenis
15
A G Soejono, Pendahuluan Dedaktif Metodik Umum (Bandung: Bina Karya, 1980), hlm.
63. 16
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 93.
16
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya.17 Tentu saja kegiatan-kegiatan tersebut tidak terpisah satu dengan yang lain. Seperti halnya dalam kegiatan motorik, terkandung kegiatan mental dan disertai dengan perasaan tertentu. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar antara lain : a. Aktivitas belajar peserta didik 1) Setiap peserta didik berpartisipasi dalam melaksanakan tugas belajarnya melalui berbagai cara. 2) Peserta didik berani mengajukan pendapat 3) Antar peserta didik terjalin hubungan sosial dalam melaksanakan kegiatan belajar. 4) Setiap peserta didik bisa mengomentari dan memberikan tanggapan terhadap pendapat peserta didik yang lainnya. Jadi dalam hal ini poin utamanya adalah keberanian dalam mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada peserta didik dalam proses belajar mengajar berperan penting. Karena peserta didik yang berani mewujudkan minat akan menimbulkan suatu kegiatan positif belajar aktif. Keberanian tersebut karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, di mana peserta didik tanpa ragu-ragu mengeluarkan pendapat. b. Aktivitas guru mengajar 1) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya. 2) Guru mengusahakan sumber belajar yang diperlukan oleh peserta didik.
17
hlm. 81.
Nana Sudjana, Dasar - Dasar Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004).
17
3) Guru mendorong motivasi belajar peserta didik melalui penghargaan atau hukuman. 4) Guru menggunakan berbagai metode dan media pengajaran dalam proses mengajarnya. Dalam hal ini perlu ditekankan adanya usaha guru untuk mendorong peserta dalam meningkatkan kegairahan serta partisipasi peserta didik secara aktif dalam proses belajar - mengajar, misalnya merangsang peserta didik untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat. Guru juga harus mampu menjalankan perannya sebagai inovator dan motivator, yaitu membuat terobosan pembelajaran baru yang menarik minat dan motivasi peserta didik untuk lebih aktif. Dalam proses pembelajaran, sikap demokratis seorang guru harus dimunculkan, agar peserta didik merasa dihargai dan bebas berpikir. Guru memberikan kebebasan pada peserta didik untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat, dengan begitu akan tercipta suasana belajar yang aktif dalam memberi dan menerima. c. Program belajar 1) Bahan pengajaran diperkaya dengan media dan alat Bantu. 2) Bahan pengajaran menantang peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar. 3) Lingkup bahan pengajaran sesuai dengan kemampuan peserta didik dan mengacu kepada kurikulum yang berlaku.18 Hal yang terpenting adalah bahwa program konsep materi dan tujuan
pembelajaran
harus
memenuhi
kebutuhan,
minat,
serta
kemampuan peserta didik. Dengan begitu peserta didik akan merasa menikmati tahap demi tahap dalam proses pembelajaran. Peserta didik tidak akan tertekan dengan kondisi akademik, yang menuntut serba 18
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 80.
18
berhasil. Jika peserta didik sudah dapat menikmati program pembelajaran, maka secara otomatis akan menciptakan suasana meriah tetapi terkontrol dan efektif. d. Suasana belajar 1) Tercipta suasana belajar peserta didik yang bebas untuk melakukan interaksi
sosial
dengan
peserta
didik
lainnya
yang
disertai
pengawasan. 2) Terjalin hubungan sosial yang baik antara guru dan peserta didik. 3) Ada persaingan yang sehat antar kelompok belajar peserta didik. 4) Tercipta suasana belajar peserta didik yang menyenangkan dan menggairahkan, bukan paksaan dari guru. 5) Dimungkinkan aktivitas belajar di luar kelas jika diperlukan.19 Dalam suasana belajar ini yang paling pokok adalah terjalinnya komunikasi yang baik, sehat, hangat, bersahabat, antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik sendiri dalam proses pembelajaran. Dengan begitu tidak ada rasa sungkan dalam kerja kelompok ataupun diskusi. e. Sarana belajar 1) Berbagai sumber belajar tersedia dan dapat digunakan oleh peserta didik. 2) Fleksibilitas pengaturan ruang dan tempat belajar. 3) Fleksibilitas waktu untuk melakukan aktivitas belajar. 4) Media dan alat bantu pengajaran tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik.20 Sarana belajar sangatlah penting untuk
mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu keberadaan sarana belajar menjadi hal pokok yang menunjang terciptanya belajar aktif. Setiap sekolah wajib 19 20
Nana Sudjana, Op.Cit, hlm. 13. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 197.
19
memberikan pelayanan sarana belajar yang memadai bagi peserta didik. Namun pada kenyataanya banyak juga sekolah yang masih terkendala dengan pengadaan sarana belajar. Problem ini biasanya dialami oleh sekolah yang masih berada di pedesaan. Hal ini tentu menghambat terciptanya suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.
3. Hasil Belajar Menurut Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menjalani proses belajar.21 Menurut Mulyono Abdurrahman, hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.22 Kemampuan di sini adalah mampu memahami suatu ilmu pengetahuan yang didapat dari lingkungan atau orang lain seperti halnya guru. Menurut W.S Winkel hasil belajar adalah perbuatan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.23 Menurut Asep Jihad hasil belajar adalah segala sesuatu yang dimiliki peserta didik sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan.24 Dari keempat pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.
21
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 22. 22 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002), hlm. 37. 23 W. S. Winkel, Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Grasindo, 1994), Cet. 4, hlm. 51. 24 Asep Jihad,dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pessindo, 2009), hlm. 15.
20
Hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku meliputi bentuk kemampuan yang menurut Taksonomi Bloom dan kawan-kawannya diklasifikasi dalam 3 kemampuan (domain) yaitu : ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain).25 Adapun Taksonomi Bloom atau klasifikasi tersebut sebagai berikut: a. Cognitive Domain (ranah kognitif) Ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut peserta didik untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Ranah kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda.26 Keenam tingkatan tersebut yaitu: 1) Mengingat, pada tahap ini menuntut peserta didik untuk
mampu
mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, dan lain sebagianya. 2) Mengerti, pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebut kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri. 3) Tingkat penerapan (Application), penerapan merupakan kemampuan untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah dipelajari dalam 25
Sri Esti Wuryani D, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), Cet.3, hlm. 211. Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), Cet. 1, hlm. 34-36. 26
21
situasi baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 4) Menganalisis, analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep pendapat, asumsi, hipotesis atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. 5) Menilai, pada tahap ini mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi di sini lebih condong ke bentuk penilaian biasa daripada sistem evaluasi. 6) Mencipta atau kreasi, mencipta di sini diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. b. Affective Domain (ranah afektif) Peserta didik mampu melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat pribadi terhadap hal-hal yang relatif sederhana tetapi bukan fakta, selain itu peserta didik juga mampu memberikan respon yang melibatkan sikap atau nilai yang telah mendalam di sanubarinya. Ranah afektif meliputi 5 tingkatan, meliputi: 1) Penerimaan, kesediaan peserta didik untuk memperhatikan rangsangan atau stimulus (kegiatan kelas, musik, buku ajar) 2) Partisipasi, aktif berpatisipasi dalam suatu kegiatan. Pada tingkatan ini, peserta didik tidak hanya menghadiri suatu kegiatan, tetapi juga bereaksi terhadap sesuatu dengan beberapa cara. 3) Penilaian/penentuan sikap, meliputi kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.
22
4) Organisasi, kemampuan untuk membawa bersama-sama perbedaan nilai, menyelesaikan konflik di antara nilai-nilai, dan mulai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. 5) Pembentukan pola hidup, meliputi kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan dalam mengatur hidupnya dalam kurun waktu yang lama.27 c. Psychomotor Domain (ranah psikomotorik) Ranah psikomotor berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dengan otot.28 Ranah psikomotorik meliputi 4 kategori, meliputi: 1) Gerakan seluruh badan (gross body movemen), perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh. 2) Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements), gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan. 3) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication), hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau isyarat, misalnya; isyarat, dengan tangan, anggukan kepala,ekspresi wajah dan lain-lain. 4) Kebolehan dalam berbicara (speech behaviors), hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara. Perubahan salah satu atau ketiga domain yang disebabkan oleh proses belajar dinamakan hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari ada
27 28
Sri Esti Wuryani D, Op.Cit, hlm. 215. Martinis Yamin, Op.Cit, hlm. 44.
23
tidaknya perubahan ketiga domain tersebut yang dialami peserta didik setelah menjalani proses belajar.29 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal meliputi:30 1)
Faktor fisiologis Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Kondisi fisiologis umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Anak-anak yang kurang gizi, kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka cepat lelah, mudah mengantuk dan tidak mudah menerima pelajaran.
2)
Faktor psikologis Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar.31 Beberapa faktor
psikologis
yang mempengaruhi proses belajar adalah: a) Inteligensi Menurut wechler dalam Dimyati, inteligensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat 29
Asep Jihad, dkk, Op.Cit, hlm. 20 Baharudin, Op. Cit. hlm. 19. 31 Ibid., hlm. 20. 30
24
bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.32 b) Perhatian Menurut Ghazali dalam Slameto, perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.33 c) Minat Hilgrad yang dikutip oleh Slameto memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut : “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”. Minat
adalah
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.34 d) Bakat Di samping inteligensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Secara umum bakat (aptitude) didefinisikan sebagai
kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.35 b. Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar pribadi manusia atau berasal dari orang lain atau lingkungannya. Dalam hal ini Muhibbin
Syah
menjelaskan
bahwa
faktor-faktor
eksternal
yang
empengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:36
32
Dimyati, dkk., Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet.3, hlm.245 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), Cet.3, hlm.56 34 Ibid, hlm.57 35 Baharudin, Op. Cit, hlm. 25 36 Ibid., hlm. 26. 33
25
1) Lingkungan sosial Faktor yang termasuk kedalam lingkungan sosial adalah lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat dan lingkungan sosial keluarga. Lingkungan sosial yang lebih baik banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah lingkungan sosial keluarga. 2) Lingkungan nonsosial Faktor yang termasuk kedalam lingkungan nonsosial adalah: a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, suasana yang sejuk dan tenang. b) Faktor
instrumental,
yaitu
perangkat
belajar
yang
dapat
digolongkan menjadi dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturanperaturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya. c) Faktor materi pelajaran (pelajaran yang diajarkan ke peserta didik). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan peserta didik.
26
C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan sesama peserta didik untuk mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur.37 Dalam firman Allah telah dijelaskan : ©!$# ¨βÎ) ( ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 Èβ≡uρô‰ãèø9$#uρ ÉΟøOM}$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès? Ÿωuρ ( 3“uθø)−G9$#uρ ÎhÉ9ø9$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès?uρ ...... ∩⊄∪ É>$s)Ïèø9$# ߉ƒÏ‰x© .......dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah: 2) 38 Dalam pembelajaran tersebut, peserta didik dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan bekerjasama untuk menguasai bahan.39 Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran disusun dalam dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama peserta didik yang berbeda latar belakangnya.40
37
Anita Lie, Cooperatif Learning Mempraktekkan Cooperatif Learning di ruang-ruang kelas, (Jakarta : Grasindo, 2002), hlm. 12. 38 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung :CV J-ART, 2005), hlm.107. 39 Paul Suparno, Op.Cit. hlm. 134. 40 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, ( Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007 ), hlm. 52.
27
Dari penjelasan tersebut pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, antara lima sampai enam orang yang mempunyai latar belakang berbeda untuk kerjasama dengan sesama peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas terstruktur. 2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan antara lain sebagai berikut : a. Meningkatkan
hasil
belajar
lewat
kerjasama
kelompok
yang
memungkinkan peserta didik belajar satu sama lain. Kemajuan hasil belajar menjadi tujuan utama, sehingga masing-masing peserta didik mendapatkan hasil positif. b. Merupakan alternatif terhadap belajar kompetitif yang sering membuat peserta didik lemah menjadi minder. Dengan belajar ompetitif peserta didik yang lemah akan sulit maju dan merasa kecil dibandingkan yang pandai. Sedangkan dengan belajar bersama ini justru yang lemah dibantu untuk maju. c. Memajukan kerjasama kelompok antar manusia. Dengan belajar bersama, hubungan antar peserta didik makin akrab dan kerjasama mereka akan semakin lebih baik. d. Bagi peserta didik yang mempunyai intelegensi interpersonal lebih tinggi, cara belajar ini sangat cocok dan memajukan. Mereka lebih mudah mengkonstruksi pengetahuan lewat bekerjasama dengan teman, belajar bersama dengan teman, dari pada sendirian.41
41
Paul Suparno. Op.Cit. hlm. 135
28
3. Langkah- langkah Model Pembelajaran Kooperatif Terdapat langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.42 Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Kooperatif Fase
Tingkah Laku Guru
Fase-1
Guru menyampaikan semua tujuan
Menyiapkan tujuan dan memotivasi
pembelajaran yang ingin dicapai pada
Peserta didik
pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar
Fase-2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada peserta
didik
dengan
jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan Fase-3
Guru menjelaskan kepada peserta
Mengorganisasikan Peserta didik ke
didik bagaimana caranya membentuk
dalam kelompok kooperatif
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transaksi secara efisien
Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan
Guru
membimbing
kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
belajar
mengerjakan tugas mereka
Fase-5
Guru
Evaluasi
mengevaluasi
hasil
belajar
tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing
kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya Fase-6 Memberikan penghargaan
Guru
memberi
cara-cara
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
42
Trianto. Op.Cit. hlm. 48.
untuk
29
4. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif Model
pembelajaran
kooperatif
memiliki
beberapa
kelebihan
dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, di antaranya sebagai berikut: a. Membiasakan peserta didik bekerja sama menurut paham demokrasi, memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan sikap musyawarah dan tanggung jawab. b. Kesadaran akan adanya kelompok menimbulkan rasa kompetitif yang sehat, sehingga membangkitkan kemauan belajar dengan sungguhsungguh. c. Guru tidak perlu mengawasi masing-masing murid secara individual, dengan memperhatikan kelompok saja atau ketua kelompoknya. d. Membiasakan anggota-anggotanya untuk melaksanakan tugas kewajiban sebagai warga yang patuh pada aturan.43 5. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Sama halnya dengan model pembelajaran yang lain, model pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa kelemahan/hambatan dalam penerapannya. Kelemahan dari pelaksanaan model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a. Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap peserta didik untuk bekerja dalam tim b. Memerlukan latihan agar peserta didik terbiasa belajar dalam tim c. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan materi pelajaran, materi pelajaran harus dipilih sebaik-baiknya agar sesuai dengan misi belajar kooperatif d. Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda
43
Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebuah Harapan Masyarakat, (Semarang : AKFI media, 2009), Cet 1, hlm. 27.
30
e. Memerlukan kemampuan khusus bagi guru untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan kooperatif.44 6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan tipe dari pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.45 Numbered Heads Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek suatu pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Model ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.46 Selain itu, model ini juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Menurut Anita Lie prosedur pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah sebagai berikut: a. Peserta didik dibagi dalam kelompok. Setiap peserta didik dalam kelompok mendapat nomor. b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. c. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. d. Guru memanggil salah satu nomor. Peserta didik dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.47 44
Amari ma’ruf, Model Pembelajaran Pendidikan Islam di Madrasah, (Babakan : Amari Press, 2009), hlm. 48. 45 Trianto, Op.Cit, hlm. 62. 46 Anita lie, Op.Cit, hlm. 59. 47 Ibid, hlm. 60.
31
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut : a.
Persiapan Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b.
Pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik. Guru memberi nomor kepada setiap peserta didik dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial jenis kelamin dan kemampuan belajar.
c.
Diskusi masalah Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap peserta didik sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kelompok kerja setiap peserta didik berpikir bersama untuk menggambarkan dan menyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum.
d.
Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan peserta didik dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada peserta didik di kelas.
32
e.
Memberi kesimpulan Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
f.
Memberi penghargaan Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada peserta didik dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik.
D. Hubungan antara Model Pembelajaran Kooperatif tipe (Numbered Heads Together) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Fisika Dalam
pembelajaran
Fisika
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), peserta didik terlibat secara penuh dalam diskusi kelompok untuk dapat memecahkan masalah pada materi fisika yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan yang dipelajari dan untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Model ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.48 Selain itu, model ini juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Dengan menerapkan mata pelajaran akademik seperti mata pelajaran fisika ke dalam tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan dalam kehidupan sehari-hari, maka peserta didik harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis, dan yang terpenting merangkumkannya sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan peserta didik dalam membangun pengetahuan mereka sendiri, mereka tidak akan mengerti apa-apa.
48
Ibid., hlm. 59.
33
Itulah sebabnya dalam suatu kelas setiap peserta didik dapat menangkap dan mengerti lain tentang suatu bahan yang sama yang diajarkan guru.49 Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar peserta didik dapat tergali dan terlatih dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar lewat kerjasama kelompok yang memungkinkan peserta didik belajar satu sama lain. Kemajuan hasil belajar menjadi tujuan utama, sehingga masingmasing peserta didik mendapat hasil yang positif.50 Karena indikator dari aktivitas belajar peserta didik dapat tergali melalui proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang meliputi menanggapi pertanyaan guru, memecahkan masalah atau soal, bekerjsama dalam kelompok dan menganalisis masalah atau soal.
E. Materi Usaha dan Energi Materi pokok usaha dan energi di tingkat SMP/MTs diajarkan pada kelas VIII semester genap dengan standar kompetensi memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi dasar menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 1. Pengertian Usaha Kata “usaha” dalam fisika memiliki arti khusus jika dibandingkan dengan kata usaha dalam kehidupan sehari-hari. Dalam fisika usaha diartikan sebagai gaya yang bekerja pada suatu benda sehingga benda itu mengalami perpindahan.51 Usaha nihil jika gaya tidak menimbulkan perpindahan, usaha dikatakan negatif apabila perpindahan benda berlawanan dengan arah gaya.
49
Paul Suparno, Op. Cit, hlm. 9. Ibid., hlm. 135. 51 David Halliday, Robert Resnick, Fisika Jilid 1, (Jakarta : Erlangga, 1996), hlm. 176. 50
34
Usaha sering dikaitkan dengan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan. Apakah tujuan tercapai atau tidak tercapai, maka tetap dikatakan melakukan usaha dalam kehidupan sehari-hari berbeda dengan konsep fisika. Jika sebuah benda bergerak dengan perpindahan sebesar s di sepanjang garis lurus. Sementara benda bergerak, gaya konstan sebesar F bekerja pada benda-benda tersebut dalam arah yang sama dengan arah perpindahan. Definisi usaha (Work) W yang dilakukan oleh gaya konstan yang bekerja pada benda dalam kondisi tersebut adalah : W=F.s
(2.1)
Usaha yang dikenakan pada benda akan lebih besar jika salah satu dari gaya atau perpindahan s lebih besar. Satuan kerja dalam SI adalah joule.52 1 joule = 1 (newton) (1 meter) atau 1 J = 1 Nm Satu joule (1 J) adalah usaha yang dilakukan oleh gaya sebesar 1 N sehingga menyebabkan perpindahan benda yang dikenai gaya itu sejauh 1 m searah gaya. Perpindahan yang digunakan untuk menghitung usaha adalah perpindahan selama gaya bekerja. Jika gaya tidak bekerja lagi namun benda masih berpindah, perpindahan tanpa gaya tersebut tidak menghasilkan usaha. a. Usaha dapat bernilai positif atau negatif Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya tidak selalu nilainya positif. Usaha bisa juga bernilai negatif, karena nilai usaha bergantung pada arah gaya dan perpindahan benda yang dikenai gaya tersebut. 1) Jika perpindahan benda searah dengan gaya, benda mendapat usaha yag bernilai positif. 2) Jika perpindahan benda berlawanan dengan arah gaya, benda mendapat usaha yang bernilai negatif.
52
Young, hugh D, Fisika Universitas, (Jakarta : Erlangga, 2002), Jilid 1.hlm. 165.
35
b. Usaha oleh beberapa buah gaya Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan fenomenafenomena usaha, dimana usaha tersebut dilalui oleh beberapa gaya, sehingga sebuah usaha yang dilalui oleh gaya lebih dari satu dapat dicari dengan menggunakan penjumlahan gaya-gaya yang sama atau usaha yang dilakukan oleh resultan gaya. Misalkan gaya-gaya F1, F2, dan F3 bekerja pada benda sehingga benda berpindah sejauh s, maka dicari masing-masing gaya; W1 = F1 . s W2 = F2 . s W3 = F3 . s
(2.2)
Maka usaha total (Usaha yang dilakukan oleh ketiga gaya tersebut) W = W1 + W2 + W3
(2.3)
2. Pengertian Energi Energi merupakan salah satu konsep yang penting dalam sains. Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha.53 Satuan energi menurut SI adalah joule (J). Sebagai gambaran, sebatang korek api yang terbakar seluruhnya mengeluarkan energi sekitar 2000 joule atau 2 kilojoule (2kJ), dimana 1 kj = 1000 joule Untuk ukuran energi yang lebih besar digunakan satuan MJ (mega joule). Satuan energi yang lain adalah erg, kalori dan kWh (kilowatthours). Satuan kWh biasa digunakan untuk menyatakan besar energi listrik. Satuan kalori biasanya digunakan untuk menyatakan energi kimia. 1 kalori = 4,2 joule 1 joule = 0,24 kalori 1 joule = 1 watt sekon.
53
Giancoli, FISIKA edisi kelima, (Jakarta : Erlangga, 2001 ), Jilid 1, hlm. 178.
36
Energi merupakan besaran yang kekal, artinya energi tidak dapat dapat diciptakan dan dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain. a. Macam-macam bentuk energi Energi dalam tubuh kita yang berasal dari makanan disebut energi kimia. Energi yang digunakan pada pengisian aki berasal dari listrik sehingga disebut energi listrik. Energi kimia dan listrik sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, selain itu masih banyak bentuk energi yang lain. Antara lain energi kalor, energi cahaya, dan energi bunyi.54 1) Energi kimia Energi kimia diperoleh dari hasil pembakaran makanan bahan bakar. Pembakaran makanan dalam tubuh kita menghasilkan energi yang dapat kita gunakan untuk melaksanakan aktivitas. Contoh lain : baterai untuk menyalakan cahaya. 2) Energi listrik Energi listrik adalah energi yang dimiliki benda karena adanya arus listrik, energi ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan, misalknya untuk menyalakan lampu, memanaskan setrika, menyalakan TV, radio, tape, dan komputer dan lain-lain. Oleh karena itu, energi listrik merupakan salah satu energi yang sangat penting. 3) Energi cahaya Energi cahaya berasal dari benda yang memancarkan cahaya, seperti lampu listrik, api, atau matahari. Makin terang suatu benda (intensitas cahayanya makin tinggi) maka makin banyak energi cahaya yang dipancarkannya. Energi ini sangat sulit untuk disimpan.
54
Mikrajuddin, dkk, IPA Terpadu SMP dan MTs untuk kelas VIII semester 2, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm.31.
37
4) Energi kalor (panas) Energi panas adalah energi yang dihasilkan oleh getaran partikel-partikel dalam suatu benda. Makin cepat getaran atom-atom makin besar energi kalor yang dimiliki benda. Salah satu bentuk energi kalor adalah api. 5) Energi bunyi Energi bunyi berasal dari suatu benda yang bergetar. Jika suatu benda bergetar, partikel udara yang bersentuhan dengan benda tersebut ikut bergetar. Getaran diteruskan keseluruh ruangan lewat partikel udara. Energi bunyi adalah energi gerak yang dimiliki oleh partikelpartikel udara yang bergetar, tanpa partikel udara energi bunyi tidak ada.55 b. Perubahan bentuk-bentuk energi Energi dapat berubah bentuk ke bentuk yang lain. Di alam ini banyak terdapat berbagai bentuk energi, diantaranya energi listrik, energi cahaya, energi kalor, energi bunyi, dan energi mekanik. Jika kita perhatikan lingkungan di sekitar kita, banyak contoh perubahan energi, antara lain sebagai berikut; 1) Energi listrik menjadi energi kalor, misalnya pada setrika listrik, solder listrik, dan kompor listrik 2) Energi gerak menjadi energi kalor, misalnya pada tumbukan antara dua benda dan pada peristiwa pengeboran 3) Energi kimia menjadi energi listrik, misalnya pada akumulator. 4) Energi gerak menjadi energi listrik, misalnya pada dinamo sepeda dan kincir air pembangkit listrik. 5) Energi gerak menjadi energi bunyi, misalnya orang memukul beduk dan memukul palu.
55
Ibid, hlm.32.
38
c. Hukum kekekalan energi Sumber energi yang utama di bumi berasal dari matahari. Semua makhluk hidup dapat melakukan aktivitasnya apabila mempunyai energi. Sebagai contoh, usaha yang dilakukan merupakan perwujudan dari energi yang dipindahkan dari orang (berasal dari energi kimia makanan), sedangkan makanan dapat berasal dari tumbuhan atau hewan. Dari uraian tersebut ternyata energi tidak berkurang dan tidak juga bertambah pada proses apapun. Energi dapat dipindahkan dari satu benda ke benda lain, serta energi tidak bisa diciptakan, dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi.56 d. Energi mekanik Energi mekanik adalah energi yang dimiliki benda karena sifat gerakannya. Energi mekanik terdiri dari energi potensial dan energi kinetik, dan dirumuskan sebagai : Em= Ep + Ek
(2.4)
1) Energi potensial Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena letaknya atau kedudukannya terhadap suatu acuan atau patokan tertentu. Sebagai contoh, sebuah batu yang terletak di pinggir meja memiliki energi potensial yang berbeda dengan batu yang berada di lantai. Jika diberi gaya, batu yang berada di pinggir meja akan jatuh. Batu yang jatuh memiliki energi, jika makin tinggi letak batu terhadap lantai maka makin besar energi potensial karena adanya pengaruh gaya gravitasi bumi.57
56 57
Giancoli, Op.Cit, hlm. 198. Mikrajuddin, Op.Cit, hlm. 35.
39
Dengan demikian energi potensial dirumuskan. Ep = m. g. h
(2.5)
di mana Ep = energi potensial (J), m = massa benda (kg), dan g = percepatan gravitasi (m/s2), h = ketinggian benda (m) 2) Energi kinetik Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya. Makin besar kecepatan benda bergerak, maka makin besar energi kinetik yang dimilikinya. contohnya, pada saat batu di atas meja batu memiliki energi potensial yang besar, setelah dijatuhkan, energi potensial batu sesaat sebelum mengenai gelas mendekati nol, tetapi energi geraknya ke bawah makin besar. Energi kinetik dirumuskan sebagai :58 Ek = ½. m. v2
(2.6)
dengan Ek = energi kinetik (J), m = massa benda (kg), dan v = kecepatan benda (m/s) Sedangkan energi mekanik dirumuskan : E = Ek + Ep
(2.7)
dengan E = energi mekanik, Ek = energi kinetik (J), Ep = energi potensial (J).59
F. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada Materi Pokok Usaha dan Energi Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam proses kegiatan belajar mengajar menciptakan suasana yang mengharuskan peserta didik berperan aktif baik secara individu maupun kelompok, sehingga dapat memaksimalkan pengetahuan tentang materi yang diajarkan dan juga dapat membantu kelompoknya dalam memahami materi 58 59
David Halliday, Op.Cit, hlm. 186. Giancoli, Op.Cit, hlm. 188.
40
tersebut agar semua peserta didik dalam kelompoknya memahami materi yang dipelajarinya. Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada mata pelajaran fisika khususnya materi pokok Usaha dan Energi, diperlukan beberapa tahap pembelajaran. Berikut adalah salah satu contoh tahap penerapannya : a) Guru membuka pelajaran dengan memaparkan fenomena dalam kehidupan sehari-hari tentang Usaha dan memberikan permasalahan kepada peserta didik dalam bentuk pertanyaan yang berkaitan dengan Usaha, misalnya “Pernahkah kalian mendorong meja di permukaan licin dan di permukaan kasar”. Manakah yang membutuhkan gaya yang lebih besar? mengapa demikian? b) Guru memberikan respon dari jawaban peserta didik kemudian memberi motivasi dalam bentuk pertanyaan untuk mencari fenomena lain yang menunjukkan prinsip Usaha, misalnya “Apabila kita mengangkat batu kemudian kita mengangkat kayu apa yang kita rasakan”. Mengapa demikian? Kemudian guru meminta peserta didik untuk menanggapi permasalahan yang telah diberikan. c) Guru menyajikan materi pembelajaran pokok bahasan Usaha sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. d) Peserta didik dibagi menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 5-6 peserta didik, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor. e) Guru membagi LKS yang berisi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan materi pokok Usaha dan energi, misalnya “Jika kamu mendorong sebuah mobil yang menghalangi mobilmu yang akan keluar dari tempat parkir. Ternyata mobil yang kamu dorong di rem sehingga sama sekali tidak bergerak. Apakah kamu dapat dikatakan melakukan usaha terhadap mobil? Berikan alasanmu? f)
Peserta didik melakukan diskusi kelompok sesuai petunjuk dalam LKS.
41
g) Guru menganjurkan agar peserta didik dalam kelompok dapat mengerjakan bersama-sama sebagaimana aktivitas dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. h) Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok. i)
Bila ada salah satu anggota yang kurang menguasai terhadap materi, maka anggota yang lain merupakan tanggung jawab bagi kelompok tersebut untuk menjelaskan kepada anggota yang belum faham tersebut.
j)
Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
k) Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya di depan kelas, dengan cara guru memanggil salah satu nomor pada tiap-tiap kelompok, peserta didik dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. Serta guru mempersilahkan dari kelompok lain untuk bertanya kepada perwakilan kelompok yang sedang menyajikan hasil diskusinya. l)
Setelah menyelesaikan permasalahan secara tuntas, guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil diskusi. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat
diterapkan pada materi pokok yang lain, tetapi tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan kooperatif tipe Numbered Heads Together.
G. Kajian Penelitian Yang Relevan Pada dasarnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan auto kritik terhadap penelitian yang ada, mengenai kelebihan dan kekurangannya, sekaligus sebagai bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu. Beberapa penelitian yang sudah teruji kebenarannya di antaranya : 1. penelitian Muhammad Taufik, 2008, Mahasiswa FMIPA UNNES, dengan judul skripsi "Pemberian Feedback dalam Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Fisika dan
42
Aktivitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Pekalongan." Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif NHT dengan pemberian feedback yang dapat meningkatkan hasil belajar kognitif fisika dan aktivitas siswa serta mengetahui peningkatan, baik hasil belajar kognitif maupun aktivitas siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Pekalongan melalui penerapan model pembelajaran tersebut. Model pembelajaran kooperatif NHT dengan pemberian feedback diawali dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam memahami materi pelajaran, dilanjutkan pemberian tes formatif pada setiap akhir pertemuan, dan menggunakan hasil tes formatif tersebut sebagai dasar pemberian feedback kepada siswa. pada pertemuan berikutnya. Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, baik dari siklus I ke siklus II maupun dari siklus II ke siklus III pada hasil belajar kognitif dan aktivitas siswa.60 2. Penelitian Ida Fathurrohmah, 2009, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah jurusan Tadris fisika IAIN Walisongo Semarang dengan judul skripsi “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran kooperatif dengan Pendekatan Numbered Head together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Pengukuran Siswa kelas VII MTs Negeri Sumber Rembang”. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan NHT, dari hasil penelitian ini didapatkan nilai awal pada kelas eksperimen sebesar 35,69 dan nilai akhir sebesar 60,39. Sedangkan nilai tes awal kelas kontrol sebesar 33,56 dan nilai tes akhir 53,88. Dari nilai hasil tes diketahui nilai t hitung = 2,302 dan nilai
ttabel = 1,67. Karena terhitung lebih besar dari ttabel maka dapat disimpulkan kelas eksperimen (yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan
60
Muhammad Taufik,"Pemberian Feedback dalam Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Fisika dan Aktivitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Pekalongan", Skripsi Program Pendidikan Fisika, Fakultas FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2008
43
pendekatan NHT) lebih baik dari pada kelas kontrol (yang tidak menggunakan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan NHT).61 Dalam penelitian skripsi ini terfokus pada aktivitas belajar dan hasil belajar yang dihadapi peserta didik dalam belajar mata pelajaran fisika yang didalamnya ada materi usaha dan energi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ida Fathurrohamah menandakan bahwa penelitian mempunyai kesamaan dalam hal model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Dan terlepas dari obyek penelitian, peneliti juga memiliki perbedaan yang lain yaitu dalam penelitian ini masalah yang dihadapi peserta didik adalah masih rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ida Fathurrohmah adalah masih rendahnya hasil belajar peserta didik.
H. Rumusan Hipotesis Dalam penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis bahwa terdapat peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-B Semester genap MTs NU 20 Kangkung Kendal tahun ajaran 2009/2010 pada materi pokok usaha dan energi setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
61
Ida Fathurrohmah, “Penggaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Pengukuran Siswa Kelas VII MTs Negeri Sumber Rembang”, Skripsi Jurusan Tadris Fisika, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut Classroom Action Research. Di mana merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.1 Karakteristik penelitian tindakan kelas antara lain adalah sebagai berikut.2 1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional 2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya 3. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi 4. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional 5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap seperti gambar 3.1. PERENCANAAN
TINDAKAN
OBSERVASI
REFLEKSI
Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan PTK
1. Rencana Tindakan Penelitian tindakan ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan yaitu : Planning (perencanaan), Action (tindakan), Observation (pengamatan), Reflection (refleksi). Tahapan pada tiap siklusnya diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cetakan Ketujuh, hlm. 3. 2 Zaenal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV Yrama Widya, 2008), Cetakan keempat, hlm. 16.
44
45
a. Planning (perencanaan), Kegiatan yang dilakukan antara lain: 1) Observasi awal, mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan guru mata pelajaran kemudian merumuskan masalah. 2) Menyusun skenario model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, dengan menyusun perangkat pembelajaran antara lain: RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan Lembar Kerja Siswa yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. 3) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis berbentuk soal pilihan ganda yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif peserta didik. 4) Menyusun lembar observasi untuk penilaian aktivitas belajar peserta didik. Lembar observasi aktivitas yang digunakan berbentuk skala bertingkat, yaitu sebuah pernyataan yang diikuti kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan penskoran dengan kriteria yang sudah ditetapkan. b. Action (tindakan) Pelaksanaan tindakan berupa penerapan rencana pembelajaran pada materi pokok Usaha dan Energi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik. c. Observation (pengamatan) Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang terjadi pada waktu proses dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari data tentang aktivitas peserta didik dan data hasil belajar kognitif peserta didik.
46
d. Reflection (refleksi) Refleksi merupakan kegiatan yang berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilakukan. Dari hasil observasi atau pengamatan,
peneliti
merefleksi
apakah
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik. Jika pelaksanaan siklus I tidak tuntas berdasarkan indikator keberhasilan, maka dilaksanakan siklus berikutnya sampai indikator keberhasilan tercapai. Kemudian hasil analisis data siklus I digunakan sebagai refleksi untuk perbaikan pada siklus II. Secara lebih rinci prosedur berdaur pelaksanaan PTK ini dapat digambarkan sebagai berikut.3
3
Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 74.
47
SIKLUS I
Permasalahan : • Pembelajaran monoton berpusat pada guru/ ceramah, kurang melibatkan peserta didik. • Keaktifan peserta didik rendah • Hasil belajar belum optimal
Perencanaan I :
Pelaksanaan I :
Perumusan pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (membuat perangkat pembelajaran)
Pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik.
Refleksi 1 : • Peserta didik mulai beradaptasi dengan model pembelajaran yang dilaksanakan • Pemberian motivasi • Pembimbingan secara merata
SIKLUS II
Belum terselesaikan
Analisis Data I :
Pengamatan I :
Menganalisis data hasil tes siklus 1 dan lembar observasi aktivitas belajar peserta didik
Pengamatan dan perekaman seluruh proses belajar mengajar oleh peneliti, kemudian dievaluasi untuk dijadikan landasan refleksi 1
Perencanaan II :
Pelaksanaan II :
Perumusan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik
Pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together disertai perbaikan untuk mengantisipasi hambatan yang teridentifikasi pada siklus I
Refleksi II :
Analisis Data II :
Pengamatan II :
• Peserta didik telah beradaptasi dengan model pembelajaran yang dilaksanakan • Indikator keberhasilan penelitian tercapai
Menganalisis data hasil tes siklus II dan lembar observasi aktivitas belajar peserta didik
Pengamatan seluruh proses belajar mengajar oleh peneliti, kemudian dievaluasi untuk dijadikan landasan refleksi II.
Terselesaikan
Gambar 3.2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
2. Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran IPA yaitu Dewi Sinta, S.Pd. Adapun langkahlangkah dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
48
a. Pra Siklus Pada pelaksanaan pra siklus ini peneliti belum memberikan metode yang akan ditawarkan pada guru mata pelajaran sehingga pembelajaran yang digunakan masih murni belum tercampur oleh peneliti, guru masih menggunakan metode konvensional yaitu belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together yang akan ditawarkan oleh peneliti dengan hasil belajar para peserta didik yang diperoleh dari semester sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk membandingkan
keberhasilan
pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siklus I dan siklus II. b. Siklus I Siklus I dari penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan menggunakan model pembelajaran kooperati tipe Numbered Heads Together pada materi pokok Usaha dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran dan pertemuan berikutnya dilakukan evaluasi siklus I dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran dengan tahapan sebagai berikut : 1) Perencanaan Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah: a) Melakukan observasi awal dengan melakukan tanya jawab kepada peserta didik dan guru mata pelajaran IPA kelas VIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal untuk mengidentifikasi masalah. Hasil wawancara peserta didik yaitu dengan pertayaan “Selama ini dalam kegiatan pembelajaran bagaimana cara guru mengajar?” Latifatul Ikhsaniyah menyatakan: “Yang saya alami selama ini guru-guru mengajarnya hanya ceramah, setelah itu disuruh mengerjakan latihan soal di LKS”4 4
Wawancara dengan peserta didik yang bernama Latifatul Ikhsaiyah kelasVIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal, hari sabtu 28 November 2009
49
Disamping
itu
peserta
didik
yang
bernama
Abdul
Kohar
menyatakan: “Pelajaran fisika sulit apalagi dalam proses pembelajaran guru hanya ceramah kadang-kadang sambil cerita sehingga waktu terbuang percuma mengakibatkan kami malah tidak faham”5 Hasil wawancara dengan guru IPA kelas VIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal yaitu dengan pertanyaan : “Apakah selama ini anda dalam mengajar pernah menggunakan model ataupun metode selain ceramah?” Dewi sinta, S.Pd. menyatakan : “Belum pernah, dikarenakan peserta didik sulit untuk diajak belajar secara aktif ditandai dengan (1) Apabila guru mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan umpan balik, peserta didik cenderung tidak merespon. (2) Apabila guru memberi kesempatan bertanya tentang materi pelajaran, pada umumnya peserta didik tidak memanfaatkannya. (3) Peserta didik hanya mau menjawab pertanyaan guru bila ditunjuk, itupun tidak semua peserta didik.6 b) Menyiapkan materi Usaha dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Materi tersebut di informasikan kepada peserta didik. c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada materi yang telah disiapkan, dan diserahkan kepada guru agar dipelajari sesuai yang dikehendaki oleh peneliti. d) Menyusun lembar kerja siswa (LKS) materi usaha sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk mengembangkan aktivitas belajar peserta didik 5
Wawancara dengan peserta didik yang bernama Abdul Kohar kelasVIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal, hari sabtu 28 November 2009 6 Wawancara, Guru IPA MTs NU 20 Kangkung Kendal, hari sabtu tanggal 28 November 2009
50
e) Menyusun soal post test yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif f) Menyusun lembar penilaian yang berisi kriteria penskoran aktivitas yang akan dikembangkan g) Menyusun lembar observasi berupa lembar aktivitas belajar yang akan digunakan untuk menilai kegiatan peserta didik dalam proses pembelajaran. 2) Pelaksanaan Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah guru melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan dengan kegiatan sebagai berikut: a) Guru membuka pelajaran dengan menyampaikan apersepsi dan memberi motivasi kepada peserta didik. Peneliti bertindak sebagai pengamat b) Guru menyajikan materi pembelajaran pokok bahasan Usaha sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. c) Guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik) dan mengatur tempat duduk peserta didik agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor. d) Guru memberikan satu permasalahan kepada setiap kelompok. e) Guru menganjurkan agar peserta didik dalam kelompok dapat mengerjakan
bersama-sama
sebagaimana
aktivitas
dalam
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. f) Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok. g) Bila ada salah satu anggota yang kurang menguasai terhadap materi, maka anggota yang lain merupakan tanggung jawab bagi kelompok tersebut untuk menjelaskan kepada anggota yang belum faham tersebut.
51
h) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. i) Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya didepan kelas, dengan cara guru memanggil salah satu nomor pada tiap-tiap kelompok, peserta didik dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. Serta guru mempersilahkan dari kelompok lain untuk bertanya kepada perwakilan kelompok yang sedang menyajikan hasil diskusinya. Sedangkan guru bertindak sebagai narasumber atau fasilitator jika diperlukan. j) Setelah menyelesaikan permasalahan secara tuntas, guru memberikan kesimpulan tentang materi usaha. k) Guru memberikan soal secara individu kepada peserta didik untuk dikerjakan. l) Pada saat yang bersamaan pengamat melakukan observasi terhadap aktivitas belajar peserta didik. 3) Pengamatan Guru beserta peneliti mengamati aktivitas belajar peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah di buat oleh peneliti. 4) Refleksi Semua data yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan dan proses observasi dikumpulkan dan dianalisis serta dievaluasi oleh guru dan peneliti untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan. Hasil refleksi ini dijadikan acuan untuk memperbaiki kinerja dan melakukan revisi terhadap perencanaan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Hasil refleksi siklus I terdapat beberapa kelemahan diantaranya :
52
a) Waktu untuk kegiatan pembelajaran menjadi berkurang, banyak peserta didik yang terlambat masuk kelas karena pelajaran dimulai setelah jam istirahat. b) Diskusi kelompok belum berjalan maksimal, peserta didik masih bingung dengan model pemelajaran yang diberikan guru dan peserta didik masih pilih-pilih teman dalam kelompoknya sehingga dalam diskusi masih bersifat individu, hanya 2 atau 3 orang saja yang melakukan diskusi. c) Masih banyak peserta didik yang bergurau karena guru jarang berkeliling mengawasi jalannya pembelajaran. d) Peserta didik masih malu untuk bertanya, mengungkapkan pendapat, dan menyanggah pendapat temannya. c. Siklus II 1)
Perencanaan a) Penyempurnaan siklus I dalam merumuskan tindakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada siklus II. b) Menyiapkan materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Materi tersebut di informasikan kepada peserta didik. c) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran pelajaran fisika pada materi Energi yang disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I sebagai perbaikan untuk siklus II. d) Menyiapkan lembar observasi, alat dokumentasi, lembar refleksi dan evaluasi. e) Menyusun lembar kerja siswa. f) Menyusun soal tes untuk mengetahui hasil belajar kognitif peserta didik.
53
2)
Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu berdasarkan observasi atau refleksi siklus I yaitu guru melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan dengan kegiatan sebagai berikut: a) Sebelum pembelajaran dimulai guru memastikan semua peserta didik sudah masuk kelas dan tidak ada peserta didik yang terlambat. b) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat, jelas dan penuh suasana. c) Guru membuka pelajaran dengan menyampaikan apersepsi dan memberi motivasi kepada peserta didik. d) Guru menyajikan materi pembelajaran pokok bahasan Energi sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. e) Guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik) sesuai dengan kelompok pada siklus I dan memindah tempat duduk kelompok yang semula di belakang ke depan, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor. f) Guru memberikan satu permasalahan kepada setiap kelompok. g) Guru menganjurkan agar peserta didik dalam kelompok dapat mengerjakan
bersama-sama
sebagaimana
aktivitas
dalam
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. h) Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok. i) Bila ada salah satu anggota yang kurang menguasai terhadap materi, maka anggota yang lain merupakan tanggung jawab bagi kelompok tersebut untuk menjelaskan kepada anggota yang belum faham tersebut.
54
j) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. k) Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya didepan kelas, dengan cara guru memanggil salah satu nomor
pada tiap-tiap kelompok, peserta
didik dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. Serta guru mempersilahkan dari kelompok lain untuk bertanya kepada perwakilan kelompok yang sedang menyajikan hasil diskusinya. Sedangkan guru bertindak sebagai narasumber atau fasilitator jika diperlukan. l) Setelah
menyelesaikan
permasalahan
secara
tuntas,
guru
memberikan kesimpulan tentang materi Energi. m) Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada peserta didik dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik. n) Guru memberikan soal secara individu kepada peserta didik untuk dikerjakan. o) Pada saat yang bersamaan pengamat melakukan observasi terhadap aktivitas belajar peserta didik. 3)
Pengamatan Guru beserta peneliti mengamati aktivitas belajar peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah di buat oleh peneliti.
4)
Refleksi Hasil dari analisis pengamatan aktivitas belajar Pada siklus II peserta didik semakin aktif dalam kegiatan pembelajaran. Batas ketuntasan belajar telah mencapai kriteria yang ditetapkan. Beberapa kekurangan yang masih terjadi pada siklus II antara lain faktor psikologi individu masing-masing peserta didik yang berbeda
55
sehingga ada peserta didik yang aktif dan pasif saat pembelajaran berlangsung. Kelemahan dapat dijadikan masukan kepada guru untuk lebih memperhatikan peserta didik yang masih pasif. Seperti pada siklus I, pembahasan yang diuraikan disini didasarkan atas hasil refleksi diri. Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan pembelajaran dan pemberian tes di akhir kegiatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTs NU 20 Kangkung Kendal yang beralamat di Jl. KH. Utsman Kangkung Kendal pada tanggal 11 Mei sampai 26 Mei 2010. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah dan silabus pembelajaran mata pelajaran fisika kelas VIII-B semester genap. Subjek pelaku tindakan adalah guru IPA kelas VIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal dibantu oleh peneliti. Sedangkan subjek penerima tindakan adalah peserta didik kelas VIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal yang berjumlah 41 peserta didik yang terdiri dari 17 peserta didik putra dan 24 peserta didik putri.
C. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Lembar Observasi Pengamatan ini menggunakan lembar observasi untuk mengamati keaktifan atau partisipasi peserta didik dalam proses kegiatan belajarmengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar aktivitas belajar skala bertingkat dengan rentang skor dari 1 sampai dengan 4 yang meliputi 4 aspek pengamatan yaitu menanggapi, memecahkan masalah/soal, kerja sama dalam kelompok, dan menganalisis. Bentuk lembar observasinya seperti berikut :
56
No 1
Indikator Menanggapi pertanyaan guru
2
Mengerjakan soal
3
Bekerjasama
4
Menganalisis permasalahan
Sub Indikator Skor 4 Menanggapi pertanyaan dari guru dan menjawab pertanyaan dengan benar. Menanggapi pertanyaan dari guru dan 3 menjawab pertanyaan mendekati benar. 2 Menanggapi pertanyaan dari guru dan menjawab pertanyaan salah. Tidak menaggapi dan tidak menjawab 1 pertanyaan. Dapat mengerjakan soal secara 4 sistematis dan benar. Dapat mengerjakan soal secara 3 sistematis dan mendekati benar. 2 Dapat mengerjakan soal secara tidak sistematis dan salah. Tidak mau mengerjakan soal. 1 Bekerjasama dengan semua anggota 4 kelompok. Bekerjasama dengan 4-3 orang 3 anggota kelompok. Bekerjasama dengan 2-1 orang 2 anggota kelompok. Tidak mau bekerjasama dengan 1 anggota kelompok. Dapat menganalisis permasalahan 4 secara menyeluruh dan benar. 3 Dapat menganalisis permasalahan tidak menyeluruh dan benar. Dapat menganalisis permasalahan 2 tidak menyeluruh dan salah. Tidak mau menganalisis 1 permasalahan.
Kriteria skor aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut : Skor 4 3 2 1
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang
57
Kriteria penilaian aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut : Nilai 81-100 61-80 41-60 20-40
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang
2. Tes Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik untuk mendapat jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tertulis) atau dalam bentuk perbuatan (tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil belajar kognitif yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.7 Selain itu tes dapat digunakan sebagai berikut : a) Untuk menentukan seberapa baik peserta didik telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu. b) Untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai. c) Untuk memperoleh suatu nilai.8 Tes ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif peserta didik kelas VIII-B pada materi pokok Usaha dan Energi. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk pilihan ganda, dengan empat alternatif jawaban dengan jumlah soal 20. Adapun contoh tes dapat dilihat pada lampiran.
7
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Rosda Karya, 1999), Cet. 6, hlm. 35 8 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hlm. 149.
58
D. Pengumpulan Data 1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal semeseter genap tahun ajaran 2009/2010. 2. Metode pengambilan Data Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.9 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang dokumentasi pembelajaran di MTs NU 20 Kangkung Kendal yang dibutuhkan dalam penelitian ini, di antaranya : foto pembelajaran, daftar nama peserta didik, dan daftar nilai peserta didik.
b.
Metode Observasi Metode observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.10 Dalam mengggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi
9
_____, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2006),Edisi Revisi VI, hlm. 231. 10 M.Ngalim Purwanto,MP, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1997), Cet VIII, hlm. 149.
59
bukanlah sekadar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.11 Metode ini menggunakan lembar observasi untuk mengamati keaktifan atau partisipasi peserta didik dalam proses kegiatan belajarmengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. c.
Metode Tes Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.12 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kognitif peserta didik setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Dalam metode tes ini, digunakan tes tertulis pilihan ganda, yaitu bentuk pilihan dengan empat alternatif jawaban dengan jumlah soal 20.
3. Validitas dan Reabilitas Instrumen Tes a.
Valididas Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”13. Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus : Product Moment rxy =
11
N ∑ xy − (∑ x)(∑ y ) {N ∑ x 2 − (∑ x) 2 }{N ∑ y 2 − (∑ y ) 2 }
Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 229. M.Ngalim Purwanto,MP, Op.Cit, hlm. 150. 13 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Op.Cit, hlm. 65 12
(3.1)
60
Keterangan : rxy
: Koefisien korelasi item soal
N
: Banyaknya peserta tes
X
: Jumlah skor item
Y
: Jumlah skor total 14
Kriteria rxy adalah sebagai berikut : 0,00 < rxy < 0,20 sangat rendah 0,20 < rxy < 0,40 rendah 0,40 < rxy < 0,60 cukup 0,60 < rxy < 0,80 tinggi 0,80 < rxy < 1,00 sangat tinggi Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan table kritis r product moment, dengan taraf signifikan 5 % jika harga rxy maka tes tersebut valid b.
Realibilitas Reliabilitas menunjuk suatu pengetian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan dikatakan mempunya taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian realibilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes15. Analisis reliabilitas tes pada penelitian ini menggunakan rumus Hyot:
r11 = 1 −
Vs Vr
atau
Keterangan:
14 15
r11
: Realibilitas seluruh soal
Vr
: Varians Responden
Ibid, hlm. 72 Ibid, hlm. 86
r11 =
Vr Vs − Vr Vr
(3.2)
61
Vs
: Varians Sisa16
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : 0,00 < rxy < 0,20
: sangat rendah
0,20 < rxy < 0,40
: Rendah
0,40 < rxy < 0,60
: Sedang
0,60 < rxy < 0,80
: Tinggi
0,80 < rxy < 1,00
: Sangat tinggi
Kriteria pengujian realibilitas tes yaitu setelah didapat r11 tersebut, harga r11 dibandingkan dengan harga r Product moment pada table, jika rhitung > rtabel maka item yang dicobakan reliabel
E. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan berupa analisis kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui tes dan data kualitatif diperoleh dari lembar observasi. Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut: 1. Data hasil tes kognitif Penilaian aspek kognitif peserta didik diambil melalui tes evaluasi peserta didik pada akhir pembelajaran setiap siklus. Tes evaluasi peserta didik yaitu berupa tes pilihan ganda. Dari data hasil tes peserta didik pada tiap siklus akan diketahui hasil ketuntasan belajar peserta didik dengan rumus:17
Nilai akhir =
16
Banyaknya jawaban benar Banyaknya Soal
x100
(3.4)
Ibid, hlm. 104 Asep Jihad,dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pessindo, 2009), hlm. 166.
17
62
2. Data hasil observasi Dalam pemberian skor untuk lembar observasi aktivitas belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran digunakan skala bertingkat dengan rentang dari 1 sampai dengan 4. Dengan demikian hasil observasi proses pembelajaran adalah dengan menghitung jumlah skor pengamatan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung adalah sebagai berikut:18
Nilai =
Skor total peserta didik Skor maksimum
x100
(3.5)
Indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran oleh guru adalah sebagai berikut: 0 – 20 : Gagal 20 – 40 : Kurang 41 – 60 : Cukup 61 – 80 : Baik 81 – 100 : Sangat Baik 3. Analisis ketuntasan tes hasil belajar Analisis ketuntasan tes hasil belajar peserta didik bertujuan untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar peserta didik yang diperoleh tiap siklus. Peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 60 dinyatakan mengalami kesulitan belajar dan peserta didik yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 60 dinyatakan telah tuntas belajar. Untuk mengukur ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus : Ketuntasan klasikal belajar siswa =
18
Ibid., hlm. 125.
jumlah siswa yang tuntas belajar jumlah siswa
x100%
(3.6)
63
F. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam pembelajaran ini tercermin dengan adanya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik di setiap siklusnya ditandai dengan : 1. Semua peserta didik ikut terlibat dalam kegiatan kelompoknya. 2. Banyaknya peserta didik yang berani bertanya lebih dari 4 orang. 3. Nilai aktivitas belajar peserta didik lebih dari 60 dengan persentase ketuntasan klasikal lebih dari 75%.19 4. Rata-rata nilai hasil belajar kognitif peserta didik lebih dari 60 dengan persentase ketuntasan klasikal belajar lebih dari 85%.20
19 20
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (PT : Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 101. Ibid, hlm. 99
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Hasil Penelitian 1. Kondisi Awal Sebelum Tindakan (Pra Siklus) Pada tahap sebelum tindakan ini yang dilakukan oleh peneliti berupa pendokumentasian daftar nama dan melihat proses pembelajaran di dalam kelas. Menurut salah seorang peserta didik, selama ini kegiatan pembelajaran di dalam kelas hanya menggunakan metode ceramah, tidak pernah diskusi. Dari kegiatan ini didapati peserta didiknya kurang antusias mengikuti proses pembelajaran. Hal ini diperkuat pernyataan Dewi Sinta, S.Pd selaku guru IPA kelas VIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal, bahwa selama ini proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. Alasannya sederhana, karena sangat sulit mengajak peran aktif peserta didik. Kondisi seperti ini didukung oleh hasil nilai tes ulangan peserta didik pada materi pokok sebelum penelitian. Adapun hasil analisis nilai tes yang dialami peserta didik adalah sebagai berikut: Tabel 4.1. Hasil Analisis Nilai Awal Peserta didik Hasil belajar kognitif Peserta didik
Nilai Awal
Jumlah peserta didik tuntas belajar
18
Jumlah peserta didik tidak tuntas belajar
23
Rata-rata nilai peserta didik
51,98
Persentase ketuntasan
43,90%
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil nilai tes ulangan peserta didik masih rendah, nilai rata-rata sebesar 51,98 dan ketuntasan klasikal sebesar 43,90 %. Hal ini masih di bawah target yang ditetapkan yaitu 60 dan ketuntasan hasil belajar klasikal masih di bawah
64
65
ketuntasan hasil belajar klasikal yang diharapkan yaitu 85 %. Rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fisika sebelum tindakan (pra siklus) menunjukkan bahwa strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat dikarenakan proses belajar-mengajar masih didominasi oleh guru, peserta didik hanya duduk diam mendengarkan penjelasan materi pembelajaran yang disampaikan. Peserta didik tidak pernah melakukan diskusi atau bertukar pendapat sehingga menyebabkan rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik. Dengan berbekal evaluasi itulah, peneliti membuat perubahan dalam sistem mengajar agar aktivitas dan hasil belajar peserta didik meningkat. Adapun desain pembelajarannya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
2. Tindakan Siklus I a. Perencanaan Perencanaan dalam siklus I terdiri atas: 1) Menyusun skenario pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar, penyusunan RPP tersebut dikonsultasikan dengan guru IPA sebagai kolaborator dengan menerapkan pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together. 2) Menyusun lembar kerja siswa (LKS) sebagai pedoman diskusi kelompok. 3) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas belajar peserta didik. 4) Menyusun tes evaluasi siklus I dengan memperhatikan indikator pembelajaran siklus I. b. Pelaksanaan tindakan Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa dan Rabu, tanggal 11 s.d. 12 Mei 2010. Pada pembelajaran pertama dilaksanakan selama 80 menit,
66
mulai pukul 10.00 – 11.20 WIB. Pada awal pembelajaran, guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan pembelajaran. Pada saat bersamaan, ada beberapa peserta didik yang terlambat masuk kelas dikarenakan pelajaran dimulai setelah jam istirahat. Sehingga guru harus mengulang lagi penjelasan tujuan pembelajaran. Guru memulai pembelajaran dengan memberi apersepsi kepada peserta didik yang berkaitan dengan materi Usaha dengan memberi pertanyaan yaitu “Pernahkah kalian mendorong meja di permukaan licin dan di permukaan kasar? Manakah yang membutuhkan gaya yang lebih besar? Mengapa demikian?” Kemudian peserta didik secara bergantian menjawab, “Pernah.” Kemudian salah satu peserta didik menjawab, ”tidak pernah”, “karena kalau akan memindah meja diangkat tidak didorong”. Sementara yang lain menjawab, “pernah”, meja yang ada di permukaan licin akan terasa ringan, sedangkan meja yang ada di permukaan kasar akan terasa berat. Namun demikian, mayoritas peserta didik belum tahu alasannya. Hal ini dikarenakan peserta didik terbiasa menerima materi tanpa diajak berfikir aktif. Kemudian guru memberi respon dari jawaban peserta didik dan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi Usaha, yaitu “Apabila kita mengangkat batu kemudian kita mengangkat kayu apa yang kita rasakan?
Mengapa demikian?” Kemudian guru meminta peserta
didik untuk menanggapi permasalahan yang telah diberikan. Peserta didik ada yang menanggapi dengan menjawab, “sama berat” kemudian ada salah satu peserta didik yang menjawab, “tergantung besar kecilnya batu dan kayu, semakin besar batu dan kayu maka kita akan terasa berat usaha yang kita lakukanpun semakin besar”. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 8 kelompok secara heterogen yang beranggotakan 5-6 peserta didik dan tiap peserta didik mendapat nomor urut dalam kelompok. Dalam kelompok tersebut
67
diharapkan peserta didik yang pandai membantu temannya yang kurang. Pembagian kelompok berdasarkan nomor urut absen daftar hadir. Guru meminta peserta didik mengatur tempat duduk secara berkelompok. Pada saat guru meminta peserta didik duduk berdampingan, suasana kelas sangat gaduh karena peserta didik masih banyak yang masih pilih-pilih teman dalam kelompok. Akhirnya dengan bujukan dan pengertian dari guru, peserta didik mau duduk berdampingan. Guru menjelaskan tentang materi Usaha khususnya tentang Usaha dapat bernilai positif atau negatif dan Usaha oleh beberapa buah gaya, dan daya. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan diskusi sesuai dengan permasalahan yang ada dalam LKS di antaranya “Jika kamu mendorong sebuah mobil yang menghalangi mobilmu yang akan keluar dari tempat parkir. Ternyata mobil yang kamu dorong direm sehingga sama sekali tidak bergerak. Apakah kamu dapat dikatakan melakukan usaha terhadap mobil? Berikan alasanmu!” Pada saat diskusi berlangsung bila ada salah satu anggota yang kurang menguasai terhadap materi, maka anggota yang lain bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada anggota yang belum faham tersebut. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. Setelah diskusi kelompok selesai, guru memanggil salah satu nomor dari masing-masing kelompok, peserta didik yang nomornya dipanggil guru untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Peserta didik yang mempresentasikan diskusi ada 8 orang yang masingmasing mewakili kelompoknya. Mereka adalah Amalia Sinarsih (kelompok 1), Abdul Aziz (kelompok 2), Latifatul Ikhsaniyah (kelompok 3), Nur Zaidah (kelompok 4), Siti Umi Toifatun (kelompok 5), Aris Wahyudin (kelompok 6), Inayati Sholihati (kelompok 7), dan Ahmad
68
Riza Azizi (kelompok 8). Ketika presentasi hasil diskusi, peserta didik yang tidak presentasi diberikan kesempatan untuk bertanya dan menyanggah pendapat temannya. Ada beberapa peserta didik yang menyanggah, di antaranya adalah Abqiyatul Ulfa dari kelompok 4 dan Titik Rahayu dari kelompok 8. Peserta didik yang bertanya dan menyanggah temannya memperoleh tambahan nilai pada penilaian aktivitas peserta didik. Saat pembelajaran
berlangsung, Peneliti
mengamati aktivitas peserta didik dan mencatatnya dalam lembar observasi. Setiap selesai presentasi, guru dan peserta didik yang tidak presentasi memberikan tepuk tangan sebagai apresiasi. Setelah semua kelompok
mempresentasikan
hasil
diskusi,
kemudian
guru
menyempurnakan dari jawaban peserta didik yang belum tepat serta menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah pembelajaran selesai guru memberikan informasi bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan tes siklus I. Pada hari Rabu, tanggal 12 Mei 2010, peserta didik diberikan tes kognitif siklus I pada pukul 12.20-13.00 WIB. Sebelum tes di mulai, guru menyuruh semua peserta didik untuk duduk di tempat duduknya masingmasing dan memasukkan semua buku ke dalam tas kecuali alat tulis. Guru membagikan soal tes siklus I yang sesuai dengan kompetensi yang ditentukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dengan jumlah soal 20 pilihan ganda dengan 4 pilihan dalam waktu 30 menit. Guru berkeliling mengawasi peserta didik dalam mengerjakan soal. Setelah waktu yang ditentukan selesai, peserta didik mengumpulkan jawaban tes kepada guru. c. Pengamatan 1) Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengamatan aktivitas belajar peserta didik.
69
Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas peserta didik, diperoleh hal-hal sebagai berikut: a) Pada saat berlangsungnya siklus I, sebagian besar peserta didik masih pasif dalam kegiatan pembelajaran. Terbukti dalam proses belajar-mengajar berlangsung, peserta didik masih malu untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat. Dalam melakukan diskusi, yang bekerja hanya 2 atau 3 orang dalam tiap kelompok. b) Penilaian aktivitas belajar setiap peserta didik yang meliputi: 1) menanggapi pertanyaan, 2) memecahkan soal, 3) bekerjasama, 4) menganalisis
permasalahan.
Menghasilkan
data
observasi
instrumen yang ditunjukkan oleh tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus I Kategori Aktivitas Belajar No
Penilaian
1
Persentase
Sangat baik
Jumlah Peserta didik 7
2
Baik
15
36,6%
3
Cukup
11
26,8%
4
Kurang
8
19,5%
17,1%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa peserta didik mendapat kategori penilaian “sangat baik” apabila nilai aktivitas belajarnya antara 81-100, kategori “baik” apabila nilai aktivitas belajarnya antara 61-80, kategori “cukup” apabila nilai aktivitas belajarnya antara 41-60, dan kategori “kurang” apabila nilai aktivitas belajarnya antara 20-40. Perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.3
70
Tabel 4.3 Perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus I No
Kategori Penilaian
Nilai Aktivitas Belajar
1
Nilai terendah
31,25
2
Nilai tertinggi
93,75
3
Nilai rata-rata
60,98
4
Ketuntasan klasikal
53,66 %
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil nilai aktivitas belajar peserta didik masih rendah, nilai rata-rata sebesar 60,98 dan ketuntasan klasikal sebesar 53,66 %. Hal ini masih di bawah ketuntasan aktivitas belajar klasikal yang diharapkan yaitu 75 %. 2) Hasil tes kognitif peserta didik Pada saat berlangsungnya tes siklus I, peserta didik mengerjakan soal dengan tenang, diam dan duduk di tempatnya masing-masing. Peserta didik menyelesaikan tes sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Perolehan hasil belajar kognitif peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Hasil belajar kognitif siklus I No
Kategori penilaian
Hasil belajar kognitif
1
Nilai terendah
35
2
Nilai tertinggi
90
3
Nilai rata-rata
70,73
4
Persentase ketuntasan klasikal
78,05 %
Jumlah pserta didik yang tuntas belajar sebanyak 32 peserta didik (78,05%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 60 belum mencapai 85%.
71
d. Refleksi Setelah pelaksanaan dan pengamatan pada siklus I, peneliti bersama guru melakukan refleksi untuk mengetahui kelemahankelemahan pada siklus I. Berdasarkan refleksi terhadap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan tes yang telah diberikan di siklus I, guru melakukan perbaikan pada siklus II untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Kelemahan utama pada siklus I di antaranya : 1) Waktu untuk kegiatan pembelajaran menjadi berkurang, banyak peserta didik yang terlambat masuk kelas karena pelajaran dimulai setelah jam istirahat. 2) Diskusi kelompok belum berjalan maksimal, peserta didik masih bingung dengan model pemelajaran yang diberikan guru dan peserta didik masih pilih-pilih teman dalam kelompoknya sehingga dalam diskusi masih bersifat individu, hanya 2 atau 3 orang saja yang melakukan diskusi. 3) Masih banyak peserta didik yang bergurau karena guru jarang berkeliling mengawasi jalannya pembelajaran. 4) Peserta didik masih malu untuk bertanya, mengungkapkan pendapat, dan menyanggah pendapat temannya. 5) Guru lebih banyak duduk dari pada membimbing peserta didik dalam diskusi. Berdasarkan hasil tes kognitif yang dilakukan, terdapat 32 peserta didik (78,05%) yang tuntas belajar dan 9 peserta didik (21,9%) yang belum tuntas belajar. Nilai rata-rata yang dicapai peserta didik adalah 70,73 dengan ketuntasan klasikal 78,05%. Sedangkan pengamatan hasil observasi peserta didik yaitu untuk aktivitas belajar belum baik, nilai rataratanya adalah 60,98 dengan ketuntasan klasikal 53,66%. Secara garis besar, pelaksanaan pada siklus I masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar
72
maupun hasil belajar kognitif peserta didik, dapat disimpulkan bahwa peserta didik belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Kegiatan siklus I perlu diperbaiki agar kemampuan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat lebih meningkat. Untuk itu guru perlu melakukan langkah-langkah
guna
perbaikan pada siklus II agar aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik pada siklus II dapat meningkat, di antaranya : 1) Sebelum pembelajaran dimulai guru memastikan semua peserta didik sudah masuk di dalam kelas tepat waktu. 2) Guru menjelaskan terlebih dahulu model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. 3) Guru tetap membagi kelompok sesuai dengan kelompok pada siklus I, hanya memindah posisi tempat duduk kelompok. 4) Guru sering berkeliling mengawasi jalanya pembelajaran. 5) Guru memberikan motivasi agar peserta didik mau belajar mandiri di rumah sehingga dapat menguasai materi dan mengungkapkan kepada guru hal yang belum dimengerti yang berkaitan dengan pelajaran. Peranan guru dalam memotivasi dan membimbing peserta didik sangat penting. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam hal berdiskusi dan memecahkan masalah. Dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik, maka pada siklus II akan tetap dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dengan usaha yang dilakukan guru agar hasil belajar peserta didik pada siklus II ini nantinya dapat meningkat adalah dengan meningkatkan keaktifan peserta didik baik saat pembelajaran dalam kelas maupun pembelajaran dalam kelompok melalui kegiatan diskusi kelompok. Peningkatan aktivitas peserta didik saat pembelajaran dalam kelas dilakukan dengan memberikan motivasi kepada seluruh peserta
73
didik dan pemberian kesempatan untuk bertanya atau berpendapat pada peserta didik yang belum aktif, sedangkan peningkatan aktivitas peserta didik saat kegiatan diskusi dalam kelompok dilakukan dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas kepada masing-masing anggota kelompok.
3. Tindakan Siklus II a. Perencanaan Perencanaan pada siklus II sama seperti siklus I meliputi: Pembuatan Rencana Pembelajaran (RPP), penusunan LKS, serta penyusunan tes siklus II. Perencanaan pada siklus II berdasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. b. Pelaksanaan tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa dan Rabu, tanggal 25 s.d. 26 Mei 2010. Pada pembelajaran kedua dilaksanakan selama 80 menit, mulai pukul 10.00 – 11.20 WIB. Pada proses pembelajaran, guru banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan peristiwa yang pernah dialami dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi dan menanyakan tentang materi yang belum faham yang sudah dipelajari di rumah. Sebelum pembelajaran dimulai, guru memastikan semua peserta didik sudah masuk di dalam kelas tepat waktu. Kemudian guru menjelaskan terlebih dahulu tentang model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Guru memulai pembelajaran dengan memberi apersepsi kepada peserta didik yang berkaitan dengan materi energi dengan memberi pertanyaan yaitu “mengapa kita merasa lemas ketika berpuasa?” kemudian peserta didik secara bergantian menjawab, “karena tidak makan dan minum”. Salah satu peserta didik menjawab, “karena tidak makan dan minum sehingga di dalam tubuh tidak ada energi sebagai sumber tenaga
74
menjadikan tubuh menjadi lemas”. Alasan peserta didik sudah baik dibandingkan pada siklus I karena peserta didik sudah mempelajari materi di rumah. Kemudian guru memberikan respon dari jawaban peserta didik kemudian memberi pertanyaan yang berkaitan dengan materi Energi yaitu, “Pernahkah kalian melakukan senam pagi? Mengapa kalian merasa capek ketika senam pagi dari pada saat kalian tidur? Mengapa demikian!” kemudian guru meminta peserta didik untuk menanggapi permasalahan yang telah diberikan. Secara bergantian peserta didik menanggapi dengan menjawab, “tidak pernah” kemudian ada salah satu peserta didik yang menjawab, “kalau senam tidak pernah tapi kalau lari pagi pernah”. Sementara yang lain menjawab, “pernah” karena saat kita senam semua anggota badan kita bergerak mengeluarkan energi sehingga badan akan terasa capek, sedangkan saat tidur kita tidak mengeluarkan energi”. Guru menyuruh peserta didik membentuk kelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing dan guru memindah tempat duduk kelompok. Guru menjelaskan tentang materi energi khususnya tentang macam-macam bentuk energi, perubahan bentuk-bentuk energi, hukum kekekalan energi, dan energi mekanik. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan diskusi sesuai dengan permasalahan yang ada dalam LKS di antaranya “Dalam kehidupan sehari-hari banyak terdapat macam-macam bentuk energi,
sebutkan
macam-macam bentuk energi tersebut dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari”. Pada saat diskusi berlangsung bila ada salah satu anggota yang kurang menguasai terhadap materi, maka anggota yang lain bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada anggota yang belum faham tersebut. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
75
Setelah diskusi kelompok selesai, guru memanggil salah satu nomor dari masing-masing kelompok, peserta didik yang nomornya dipanggil guru untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Peserta didik yang mempresentasikan diskusi ada 8 orang yang masingmasing mewakili kelompoknya, Mereka adalah Aenur Mubarok (kelompok 1), Nala Naeli Nur (kelompok 2), Latifatul Ikhsaniyah, (kelompok 3), Abqiyatul Ulfa, (kelompok 4), Siti Umi Toifatun (kelompok 5), Aris Wahyudin (kelompok 6), Siti Fatimatun (kelompok 7), Titik Rahayu (kelompok 8). Ketika presentasi hasil diskusi, peserta didik yang tidak presentasi diberikan kesempatan untuk bertanya dan menyanggah pendapat temannya. Ada beberapa peserta didik yang menyanggah di antaranya adalah Amalia Sinarsih dari kelompok 1, Abdul Aziz dari kelompok 2, Nur Zaidah dari kelompok 4, Ahmad Akrom dari kelompok 5, dan Siti Mualimatun dari kelompok 8. Peserta didik yang bertanya dan menyanggah temannya memperoleh tambahan nilai pada penilaian aktivitas peserta didik. Saat pembelajaran berlangsung, Peneliti mengamati aktivitas peserta didik dan mencatatnya dalam lembar observasi. Setiap selesai presentasi, guru dan peserta didik yang tidak presentasi memberikan tepuk tangan sebagai apresiasi. Setelah semua kelompok
mempresentasikan
hasil
diskusi,
kemudian
guru
menyempurnakan dari jawaban peserta didik yang belum tepat serta menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah pembelajaran selesai guru memberikan informasi bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan tes siklus II. Pada hari Rabu, tanggal 26 Mei 2010, peserta didik diberikan tes kognitif siklus II pada pukul 12.20 - 13.00 WIB. Sebelum tes di mulai guru meminta semua peserta didik untuk duduk di tempat duduknya masing-masing dan memasukkan semua buku ke dalam tas kecuali alat tulis. Guru membagikan soal tes siklus II yang sesuai dengan kompetensi
76
yang ditentukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dengan jumlah soal 20 pilihan ganda dengan 4 pilihan dalam waktu 30 menit. Guru berkeliling mengawasi peserta didik dalam mengerjakan soal. Setelah waktu yang ditentukan selesai, peserta didik mengumpulkan jawaban tes kepada guru. c. Pengamatan 1) Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik Pada siklus II aktivitas belajar peserta didik meningkat, jumlah peserta didik yang bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman maupun guru semakin meningkat (lihat pada lampiran aktivitas belajar ). Pada siklus II, peserta didik semakin aktif dalam pembelajaran. Saat
berlangsungnya
diskusi,
masing-masing
kelompok
dapat
melakukan diskusi dan bekerjasama dengan sesama anggota kelompoknya. Saat pembelajaran berlangsung, peneliti beserta guru mengamati aktivitas peserta didik dan mencatatnya dalam lembar observasi. Tabel 4.5 berikut memperlihatkan hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar peserta didik siklus II sesuai kriteria penilaian (tertera pada lampiran). Tabel 4.5 Hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus II Kategori Aktivitas Belajar No
Penilaian
1
Persentase
Sangat baik
Jumlah Peserta didik 7
2
Baik
27
65,9%
3
Cukup
7
17,1%
4
Kurang
0
0%
17,1%
77
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa peserta didik mendapat kategori penilaian “sangat baik” apabila nilai aktivitas belajarnya antara 81-100, kategori “baik” apabila nilai aktivitas belajarnya antara 61-80, kategori “cukup” apabila nilai aktivitas belajarnya antara 41-60, dan kategori “kurang” apabila nilai aktivitas belajarnya antara 20-40. Perolehan nilai aktivitas belajar dari siklus II dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus II No
Kategori Penilaian
Nilai Aktivitas Belajar
1
Nilai terendah
56,25
2
Nilai tertinggi
93,75
3
Nilai rata-rata
69,51
4
Ketuntasan klasikal
82,93%
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil nilai aktivitas belajar peserta didik sudah baik, nilai rata-rata sebesar 69,51 dan ketuntasan klasikal sebesar 82,93 %. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 60 telah mencapai lebih dari 75%. 2) Hasil tes kognitif peserta didik Pada saat berlangsungnya tes siklus II, peserta didik mengerjakan soal dengan tenang, diam dan duduk di tempatnya masing-masing. Peserta didik menyelesaikan tes sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hasil belajar kognitif peserta didik siklus II dapat di lihat pada tabel 4.7
78
Tabel 4.7 Hasil belajar kognitif siklus II No
Kategori Penilaian
Hasil Belajar Kognitif
1
Nilai terendah
50
2
Nilai tertinggi
95
3
Nilai rata-rata
81,22
4
Persentase ketuntasan klasikal
90,24%
Jumlah pserta didik yang tuntas belajar sebanyak 37 peserta didik (90,24%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 60 telah mencapai lebih dari 85%. d. Refleksi Pada siklus II peserta didik semakin aktif dalam kegiatan pembelajaran. Batas ketuntasan belajar telah mencapai kriteria yang ditetapkan. Beberapa kekurangan yang masih terjadi pada siklus II antara lain faktor psikologi individu masing-masing peserta didik yang berbeda sehingga ada peserta didik yang aktif dan pasif saat pembelajaran berlangsung. Kelemahan dapat dijadikan masukan kepada guru untuk lebih memperhatikan peserta didik yang masih pasif. Seperti pada siklus I, pembahasan yang diuraikan di sini didasarkan atas hasil refleksi. Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan pembelajaran dan pemberian tes di akhir kegiatan Pada siklus II ini hasilnya sudah baik, karena rata-rata hasil belajar kognitif peserta didik 81,22. Jumlah peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 37 peserta didik (90,24%). Rata-rata aktivitas belajar peserta didik sudah baik, nilai rata-ratanya untuk aktivitas belajar adalah 69,51. Jumlah peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 34 peserta didik
79
(82,93%). Pada hasil belajar kognitif dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 12,19% dan aktivitas belajar peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II sebesar 29,27%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pembahasan Pra siklus Dalam pra siklus ini peneliti mengumpulkan data awal berupa nilai ulangan harian materi sebelumnya yaitu materi pokok gaya peserta didik kelas VIII-B. Nilai rata-rata hasil belajar pada materi pokok gaya adalah 51,98 dan ketuntasan klasikal sebesar 43,90 %. Hal ini masih di bawah target yang ditetapkan yaitu 60 dan ketuntasan hasil belajar klasikal masih di bawah ketuntasan hasil belajar klasikal yang diharapkan yaitu 85 %. Pengumpulan
data
awal
dilakukan
sebagai
dasar
untuk
membandingkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dengan pembelajaran sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Informasi tersebut diperoleh dari Dewi Sinta, S.Pd selaku guru IPA kelas VIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal. 2. Pembahasan siklus I Pada kegiatan pembelajaran siklus I sudah memakai model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik, tetapi secara garis besar, pelaksanaan pada siklus I masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar peserta didik maupun hasil belajar peserta didik, dapat disimpulkan bahwa peserta didik belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Guru harus memberikan motivasi agar peserta didik mau belajar mandiri di rumah, sehingga dapat menguasai materi dan mengungkapkan kepada guru hal yang
80
belum dimengerti yang berkaitan dengan pelajaran. Berdasarkan hasil tes kognitif yang dilakukan, terdapat 32 peserta didik (78,05%) yang tuntas belajar dan 9 peserta didik (21,9%) yang belum tuntas belajar. Nilai rata-rata yang dicapai peserta didik adalah 70,73 dengan ketuntasan klasikal 78,05%. Sedangkan pengamatan hasil observasi peserta didik yaitu untuk aktivitas belajar belum baik, nilai rata-ratanya adalah 60,98 dengan ketuntasan klasikal 53,66%. Peranan guru dalam memotivasi dan membimbing peserta didik sangat penting. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam belajar, berdiskusi, memecahkan masalah, bertanya dan menyanggah pendapat teman. Kegiatan pada siklus I perlu diperbaiki untuk pemantapan agar peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran secara mandiri dan berdiskusi dengan kelompoknya dapat diselesaikan dengan baik. Langkah perbaikan meliputi: lebih banyak memberi motivasi kepada seluruh peserta didik agar lebih aktif dalam kegiatan belajar - mengajar, terutama kepada peserta didik yang masih pasif dalam proses belajar – mengajar, meningkatkan pemantauan kepada seluruh peserta didik saat melakukan diskusi, dan menyuruh peserta didik untuk mempelajari materi pertemuan berikutnya di rumah. 3. Pembahasan siklus II Pada siklus II kegiatan pembelajaran juga menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together akan tetapi mengacu dari refleksi pada siklus I. Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan pembelajaran dan pemberian tes di akhir kegiatan. Pada siklus II hasilnya sudah baik, hal ini bisa terlihat dari hasil observasi aktivitas belajar dan hasil tes kognitif siklus II. Nilai hasil observasi aktivitas belajar rata-ratanya 69,51 dengan ketuntasan klasikal 82,93 %. Hasil tes kognitif siklus II menunjukkan peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 37 peserta didik (90,24%). Sedangkan yang belum tuntas sebanyak 4 peserta didik (9,76%). Nilai rata-rata peserta didik 81,22. Pada aktivitas belajar peserta didik dari siklus I sampai siklus II terjadi
81
peningkatan sebesar 29,27%, sedangkan tes kognitif dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 12,19%. Perbaikan yang diberikan pada siklus II adalah guru meminta peserta didik agar materi Energi dibaca di rumah terlebih dahulu dan memberi kuis kepada peserta didik. Sehingga pada siklus II, keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah, hubungan antar peserta didik dengan kelompoknya bertambah kompak, kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapat, menyanggah pendapat teman, dan kemampuan peserta didik dalam menarik kesimpulan bertambah baik. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together mampu menumbuhkan keberanian peserta didik dalam bertanya, mengemukakan pendapat, memecahkan masalah serta meningkatkan hasil belajar peserta didik. Perbandingan perolehan nilai observasi aktivitas belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Perbandingan perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus I dan II No
Aktivitas
Skor Siklus I
Siklus II
1
Menanggapi pertanyaan
45,95 %
48,65 %
2
Memecahkan soal
85,14 %
80,41 %
3
Kerjasama
70,95 %
98,65 %
4
Menganalisis permasalahan
68,24 %
80,41 %
Nilai tertinggi
93,75
93,75
Nilai terendah
31,25
50
Nilai rata-rata
60,98
69,51
53,66 %
82,93 %
Ketuntasan klasikal
82
perbandingan perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Perbandingan perolehan nilai kognitif siklus I, dan II
Perbandingan perolehan nilai hasil belajar kognitif peserta didik pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel.4.9 perbandingan perolehan nilai hasil belajar kognitif peserta didik pada siklus I dan Siklus II No
Keterangan
Siklus I
Siklus II
1
Nilai tertinggi
90
95
2
Nilai terendah
35
50
3
Nilai rata-rata
70,73
81,22
4
Ketuntasan klasikal (%)
78,05
90,24
83
Perolehan nilai kognitif peserta didik dari siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.2.
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Nilai tertinggi Nilai rata-rata ketuntasan klasikal
Siklus I Siklus II
Gambar 4.2. Perbandingan perolehan nilai kognitif siklus I, dan II
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together mampu meningkatkan aktivitas belajar peserta didik saat pembelajaran baik secara individu maupun kelompok dari siklus I sampai siklus II. Hal ini tampak dari peningkatan
nilai
hasil
observasi
belajar
peserta
didik
pada
saat
berlangsungnya proses belajar-mengajar. Nilai rata-rata aktivitas belajar peserta didik pada siklus I adalah 60,98, dan meningkat menjadi 69,51 pada siklus II. Sementara itu ketuntasan aktivitas belajar klasikal peserta didik mengalami peningkatan dari 53,66% pada siklus I menjadi 82,93% pada siklus II. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together juga mampu meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik. Hal ini tampak dari peningkatan rata-rata hasil belajar peserta didik dari 70,73 pada siklus I menjadi 81,22 pada siklus II. Sementara itu ketuntasan belajar klasikal peserta didik juga mengalami peningkatan dari 78,05% pada siklus I menjadi 90,24% pada siklus II.
B. Saran Perkembangan ilmu pengetahuan menuntut guru untuk lebih kreatif dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.
84
85
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai bahan masukan dalam peningkatan proses dan hasil pembelajaran. Adapun saran tersebut adalah : 1. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together layak dikembangkan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran fisika, karena selain dapat meningkatkan hasil belajar, peserta didik juga akan mendapatkan variasi pembelajaran sehingga mengurangi kejenuhan dan meningkatkan semangat peserta didik dalam belajar. 2. Guru yang ingin menerapkan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered Heads Together hendaknya mempersiapkan secara matang materi yang akan disampaikan dan mampu mengelola kelas sehingga hasil dapat dicapai secara maksimal.
C. Penutup Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, hidayah dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari meskipun dalam penulisan ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun dalam penulisan ini tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan. Hal itu semata-mata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak demi perbaikan yang akan datang. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999. A.M, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001. Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, Cetakan Ketujuh. ________, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2001. ________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineke Cipta, 2006, Edisi Revisi VI. Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV Yrama Widya, 2008, Cetakan keempat. Baharudin, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008, Cet.3. Bahri Djamarah, Saiful, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung : CV JART, 2005. Dalyono, M, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Dimyati, dkk., Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, Cet.3. Fathurrohmah, Ida, “Penggaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Pengukuran Siswa Kelas VII MTs Negeri Sumber Rembang”, Skripsi Jurusan Tadris Fisika, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009. Giancoli, Douglas, FISIKA edisi kelima, Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 2001. Halliday, David, Robert Resnick, Fisika Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 1996.
Jihad, Asep, dkk., Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008, Cet.1. Lie, Anita, Cooperatif Learning Mempraktekkan Cooperatif Learning di ruang-ruang kelas, Jakarta : Grasindo, 2002. Ma’ruf, Amari, Model Pembelajaran Pendidikan Islam di Madrasah, Babakan : Amari Press, 2009. Mikrajuddin, dkk, IPA Terpadu SMP dan MTs untuk kelas VIII semester 2, Jakarta: Erlangga, 2006. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2006. Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebuah Harapan Masyarakat, Semarang : AKFI media, 2009, Cet 1. Poerwadarminta, WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009, Cet.1 Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1997, Cet. VIII. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, Cet.3. Soejono, AG, Pendahuluan Dedaktif Metodik Umum (Bandung: Bina Karya, 1980) Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineke Cipta, 1990. Sudjana, Nana, Dasar - Dasar Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2004. ________, Model-Model Belajar CBSA, Bandung : Sinar Baru, 1991. ________, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : Rosda Karya, 1999, Cet. 6. Suparno, Paul, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan, Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, 2007.
Taufik, Muhammad,"Pemberian Feedback dalam Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Fisika dan Aktivitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Pekalongan", Skripsi Program Pendidikan Fisika, Fakultas FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2008 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007. Wuryani, Sri Esti, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Grasindo, 2006, Cet.3. Yamin, Martinis, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008, Cet. 1. Young, hugh D, Fisika Universitas Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 2002.
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Mata Pelajaran Kelas/Semester Sekolah
: FISIKA : VIII/Genap : MTs NU 20 Kangkung Kendal
A. Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar 5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Indikator 1. Menjelaskan pengertian usaha dan contohnya dalam kehidupan sehari hari. 2. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha. 3. Menunjukkan penerapan daya, dan usaha dalam kehidupan sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan pembelajaran NHT : 1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian usaha dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. 2. Peserta didik mampu menjelaskan kaitan antara usaha dan energi dengan benar. 3. Peserta didik mampu menunjukkan penerapan daya, dan usaha dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.
E. Materi pembelajaran • Usaha dan Energi F. Media Belajar o Buku IPA FISIKA 2 SMP dan MTs untuk kelas VIII Mikrajuddin Abdullah o Lembar kegiatan siswa
G. Alokasi waktu : 2 x pertemuan (3 x 40 menit) H. Model Pembelajaran 1. Model : kooperatif tipe Numbered heads together 2. Metode
: Diskusi dan Tanya jawab
I. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pengorganisasian No 1.
Proses Pembelajaran peserta didik
waktu
Peserta didik
Pendahuluan •
Apersepsi : Guru bertanya kepada peserta didik tentang 5 menit
K
prinsip usaha dalam kehidupan sehari-hari. “Apabila kita mengangkat batu kemudian kita mengangkat kayu apa yang kita rasakan”. Mengapa demikian? •
Motivasi :Guru memberikan respon dari jawaban 5 menit peserta didik kemudian memberi motivasi dalam bentuk pertanyaan untuk mencari fenomena lain yang
menunjukkan
memberikan
prinsip
pertanyaan.
Usaha, “Apabila
dengan kita
mengangkat batu kemudian kita mengangkat kayu apa yang kita rasakan”. Mengapa demikian? Kemudian guru meminta peserta didik untuk
G
menanggapi permasalahan yang telah diberikan 2.
Kegiatan Inti : •
Guru mengorganisasikan peserta didik dalam 5 menit kelompok
dan
setiap
peserta
didik
G
dalam
kelompok diberi nomor. •
Guru membagi LKS yang berisi permasalahan- 3 menit
G
permasalahan yang terkait dengan materi pokok Usaha, diantaranya
“Jika kamu mendorong
sebuah mobil yang menghalangi mobilmu yang akan keluar dari tempat parkir. Ternyata mobil yang kamu dorong di rem sehingga sama sekali tidak bergerak. Apakah kamu dapat dikatakan melakukan
usaha
terhadap
mobil?
Berikan
alasanmu? •
Setiap peserta didik dalam kelompok (dibimbing 40
G
oleh guru) mendiskusikan tentang pembahasan menit konsep usaha •
Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru, 5 menit
G
dipastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut. •
Guru memanggil secara acak salah satu nomor 2 menit
K
peserta didik dalam setiap kelompok. •
Peserta
didik
yang
dipanggil
nomornya 5 menit
G
mengacungkan jari dan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. •
Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta 5 menit didik
dan
sebenarnya.
memberikan
informasi
yang
G
3.
Penutup •
Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil 5 menit
G
dan diskusi kelompok Uji Kompetensi siklus: terlampir J. Penilaian ¾ Teknik penilaian ¾ Bentuk instrumen
: Tes tertulis dan observasi : Tes pilihan ganda dan lembar observasi aktivitas belajar
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kangkung, Peneliti
Dewi Sinta, S.Pd NIP: -
Arif Kurnia Rahman NIM: 063611003
Kepala Madrasah,
Drs. Khofidhin
Mei 2010
1
5.3
Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip “usaha dan energi” serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Semester Alokasi Waktu Standar Kompetensi
Lampiran 1
Usaha dan Energi
Materi Pokok/ pembelajaran
Mengenalkan hukum kekekalan energi melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari Menjelaskan kaitan energi dan usaha
Menunjukkan penerapan daya dalam kehidupan sehari-hari
•
•
•
Melakukan percobaan untuk menemukan hubungan antara daya, usaha dan kecepatan
•
antara
Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda yang bergerak
•
Mencari informasi tentang hukum kekekalan energi
•
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
•
Studi referensi untuk membandingkan pengertian energi kinetik dan energi potensial
•
Mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari
•
Studi pustaka untuk mendeskripsikan pengertian energi dan bentuk-bentuk energi
Tes lisan
Teknik Menunjukkan bentuk-bebtuk energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari
Indikator
•
Kegiatan pembelajaran
: MTs NU 20 Kangkung : FISIKA : VIII : Genap : 4 x 40 menit : 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari.
SILABUS
isian
Daya merupakan kecepatan dalam melakukan....
Apakah perbedaan antara energi dan usaha ?
Jelaskan hukum kekekalan energi dan berikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Tes uraian
Tes uraian
Jelaskan perbedaan antara energi kinetik dan energi potensial.
Dalam rangkaian listrik tertutup dengan sebuah lampu terjadi perubahan energi...
Apakah yang kamu ketahui tentang bentukbentuk energi ?
Contoh Instrumen
Tes uraian
Tes uraian
Daftar pertanyaan
Bentuk Instrumen
Penilaian
4x40
Alokasi Waktu
Buku siswa, buku referensi, LKS
Sumber belajar
1
2
Kompetensi Dasar
Materi Pokok/ pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Indikator Teknik
Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
Penilaian Alokasi Waktu
Sumber belajar
2
3
3
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Mata Pelajaran Kelas/Semester Sekolah
: FISIKA : VIII/Genap : MTs NU 20 Kangkung Kendal
A. Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar 5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. C. Indikator 1. Menunjukkan bentuk-bentuk energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Menjelaskan konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengenalkan hukum kekekalan energi melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari. 4. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha.
D. Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan pembelajaran NHT : 1. Peserta didik mampu menunjukkan bentuk-bentuk energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. 2. Peserta didik mampu menjelaskan konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. 3. Peserta didik mampu mengenalkan hukum kekekalan energi melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. 4. Peserta didik mampu menjelaskan kaitan antara energi dan usaha dengan benar.
E. Materi pembelajaran • Usaha dan Energi F. Media Belajar o Buku IPA FISIKA 2 SMP dan MTs untuk kelas VIII Mikrajuddin Abdullah, LKS o Instrumen soal-soal G. Alokasi waktu : 2 x pertemuan (3 x 40 menit) H. Model Pembelajaran 1. Model : kooperatif tipe Numbered heads together 2. Metode
: Diskusi dan Tanya jawab
I. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pengorganisasian No 1.
Proses Pembelajaran peserta didik
waktu
Peserta didik
Pendahuluan • Sebelum pembelajaran dimulai guru memastikan 2 menit
K
semua peserta didik sudah masuk kelas dan tidak ada peserta didik yang terlambat. • Guru memberikan informasi awal tentang jalannya 2 menit
K
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat dan jelas • Apersepsi : Guru bertanya kepada peserta didik tentang konsep 3 menit
K
energi dalam kehidupan sehari-hari. “mengapa kita merasa lemas ketika berpuasa? • Motivasi : Guru memberikan respon dari jawaban peserta 3 menit didik kemudian memberi motivasi dalam bentuk pertanyaan untuk mencari fenomena lain yang menunjukkan prinsip Energi, dengan memberikan
G
pertanyaan “Pernahkah kalian melakukan senam pagi? Mengapa kalian merasa capek ketika senam pagi dari pada saat kalian tidur? mangapa demikian? 2.
Kegiatan Inti : •
Guru mengorganisasikan peserta didik dalam 3 menit kelompok sesuai dengan kelompok pada siklus I
G
dan memindah posisi tempat duduk kelompok, setiap peserta didik dalam kelompok diberi nomor. •
Guru membagi LKS yang berisi permasalahan- 2 menit permasalahan yang terkait dengan materi pokok
G
Usaha, diantaranya “Dalam kehidupan sehari-hari banyak terdapat macam-macam bentuk energi, sebutkan macam-macam bentuk energi tersebut dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari?” •
Setiap peserta didik dalam kelompok (dibimbing 40 oleh guru) mendiskusikan tentang pembahasan menit
G
konsep energi sambil guru berkeliling mengawasi jalannya diskusi. •
Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru, 5 menit dipastikan semua anggota kelompok mengetahui
G
jawaban dari pertanyaan tersebut. •
Guru memanggil secara acak salah satu nomor 2 menit K
peserta didik dalam setiap kelompok. •
Peserta
didik
yang
dipanggil
nomornya 5 menit
mengacungkan jari dan mempresentasikan hasil
G
diskusi di depan kelas. •
Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta 5 menit G
didik
dan
memberikan
informasi
yang
sebenarnya.
3.
Penutup •
Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil 5 menit
G
dan diskusi kelompok. •
Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata 3 menit
G
pujian pada peserta didik dan memberi nilai yang lebih
tinggi
kepada
kelompok
yang
hasil
belajarnya lebih baik. Uji Kompetensi siklus: terlampir
J. Penilaian ¾ Teknik penilaian ¾ Bentuk instrumen
: Tes tertulis dan observasi : Tes pilihan ganda dan lembar observasi aktivitas belajar
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kangkung, Peneliti
Dewi Sinta, S.Pd NIP: -
Arif Kurnia Rahman NIM: 063611003 Kepala MTs NU 20 Kangkung
Drs. Khofidhin NIP: -
Mei 2010
Lampiran 4
KISI-KISI LKS SIKLUS I Satuan Pendidikan
: MTs NU 20 Kangkung Kendal
Mata Pelajaran
: IPA
Kelas/Semester
: VIII/Genap
Materi Pokok
: Usaha dan Energi
Alokasi waktu
: 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar Menjelaskan
Materi Usaha
Indikator a. Menjelaskan
hubungan
pengertian usaha
betuk-bentuk
dan contohnya
energi dan
dalam kehidupan
perubahannya,
sehari-hari
prinsip usaha
b. Menjelaskan
dan energi,
kaitan antara
serta
usaha dan energi
penerapannya
F Menunjukkan
dalam
penerapan daya,
kehidupan
dan usaha dalam
sehari-hari.
kehidupan sehari-
hari
Aspek C1
C2
C3
Nomor Soal 1, 2
Bentuk Tes Essay
3, 4
Essay
5, 6
Essay
Lampiran 5 LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS I Petunjuk
: Diskusikan permasalahan soal dibawah ini dengan teman kelompok yang telah ditentukan.
Indikator
: Peserta didik mampu memecahkan permasalahan konsep usaha dalam kehidupan sehari-hari.
Waktu
: 40 menit
1. Apa yang kalian ketahui tentang usaha 2. Secara matematis usaha dapat dinyatakan sebagai 3. Jika kamu mendorong sebuah mobil yang menghalangi mobilmu yang akan keluar dari tempat parkir. Ternyata mobil yang kamu dorong di rem sehingga sama sekali tidak bergerak. Apakah kamu dapat dikatakan melakukan usaha terhadap mobil. Berikan alasanmu! 4. Jika kamu mengangkat tangga setinggi 1,2 m yang bermassa 5 kg. Hitunglah a. Berapakah usaha yang dilakukan gravitasi bumi? b. Berapakah usaha yang kamu lakukan? 5. Dalam kehidupan sehari-hari banyak peralatan elektronik yang membutuhkan daya, apa yang kamu ketahui tentang daya. 6. Jika kamu memasak nasi selama 30 menit dengan menggunakan rice cooker yang memberikan energi 400 J, berapakah daya rice cooker tersebut.
Selamat Berdiskusi
Lampiran 6
KISI-KISI LKS SIKLUS II Satuan Pendidikan
: MTs NU 20 Kangkung Kendal
Mata Pelajaran
: IPA
Kelas/Semester
: VIII/Genap
Materi Pokok
: Usaha dan Energi
Alokasi waktu
: 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar Menjelaskan hubungan betuk-bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Materi Energi
Indikator
Aspek
Menunjukkan bentuk-bentuk energi dan contohnya dalam kehidupan seharihari. b. Menjelaskan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda yang bergerak. c. Mengenalkan hukum kekekalan energi melalui contoh dalam kehidupan seharihari. d. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha.
C1
Nomor Soal 1, 2
C2
5, 6
C3
4
C4
3
a.
Bentuk Tes Essay
Essay
Essay
Essay
Lampiran 7 LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS II Petunjuk
: Diskusikan permasalahan soal dibawah ini dengan teman kelompok yang telah ditentukan.
Indikator
: Peserta didik mampu memecahkan permasalahan konsep energi dalam kehidupan sehari-hari.
Waktu
: 40 menit
1. Apa yang kalian ketahui tentang energi. 2. Dalam kehidupan sehari-hari banyak terdapat macam-macam bentuk energi, sebutkan macam-macam bentuk energi tersebut dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari? 3. Perubahan energi apa sajakah yang terjadi pada peristiwa di bawah ini. a. Seseorang yang sedang berlari b. Seseorang yang sedang menyetrika baju c. Pertunjukan musik di televisi 4. Jelaskan tentang bunyi hukum kekekalan energi 5. Jika ada sebuah kelapa massanya 2 kg berada di pohon yang memiliki ketinggian 5 meter. Jika percepatan gravitasi bumi di tempat itu 9,8 m/s2. Berapakah energi potensial buah kelapa tersebut. 6. Jika ada sebuah benda yang massanya 2 kg bergerak dengan kecepatan 4 m/s2. Berapakah energi kinetiknya Selamat Berdiskusi
Lampiran 8
KRITERIA PENSKORAN AKTIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK
No 1
Indikator Menanggapi pertanyaan guru
Sub Indikator
Skor
¾ Menanggapi pertanyaan dari guru dan
4
menjawab pertanyaan dengan benar. ¾ Menanggapi pertanyaan dari guru dan menjawab
pertanyaan
3
mendekati
benar. ¾ Menanggapi pertanyaan dari guru dan
2
menjawab pertanyaan salah. ¾ Tidak menaggapi dan tidak menjawab
1
pertanyaan. 2
Mengerjakan soal
¾ Dapat
mengerjakan
soal
secara
4
soal
secara
3
¾ Dapat mengerjakan soal secara tidak
2
sistematis dan benar. ¾ Dapat
mengerjakan
sistematis dan mendekati benar.
sistematis dan salah.
3
Bekerjasama
¾ Tidak mau mengerjakan soal.
1
¾ Bekerja sama dengan semua anggota
4
kelompok. ¾ Bekerja
sama
dengan
4-3
orang
3
2-1
orang
2
¾ Tidak mau bekerja sama dengan
1
anggota kelompok. ¾ Bekerja
sama
dengan
anggota kelompok.
anggota kelompok.
4
¾ Dapat
Menganalisis permasalahan
menganalisis
tentang
4
permasalahan secara menyeluruh dan benar. ¾ Dapat
menganalisis
tentang
3
permasalahan tidak menyeluruh dan benar. ¾ Dapat
menganalisis
tentang
2
permasalahan tidak menyeluruh dan salah. ¾ Tidak mau menganalisis permasalahan.
Kriteria penilaian aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut :
Nilai
Kategori
81-100
Sangat baik
61-80
Baik
41-60
Cukup
20-40
Kurang
Kriteria skor aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut : Skor
Kategori
4
Sangat baik
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
1
Lampiran 10
Kelompok
Analisis Aktivitas Belajar Peserta didik ( Siklus II )
1
2
3
4
5
6 6
7
8
No
Nama Peserta didik
Penilaian Aktivitas Memecahkan soal kerjasama
Menanggapi
1
A.Aenur Mubarok
4
3
2
Amalia Sinarsih
3
Khaerotul Ummah
4
Muslikhun
2
1
5
Siti Nur Afidah
1
Abdul Aziz
2
Anisatul Fitriyah
3
Kharisuddin Yunus
4
Nala Naeli Nur
4
3
2
1
4
2
1
4
3
3
3
2
3
3
%DLN
&XNXS
%DLN
%DLN
%DLN
&XNXS
6DQJDW%DLN
Siti Nur Asiyah
Abdul Kohar
2
Eka Mualiatul F
3
3
Latifatul Ikhsaniyah
4
Nita Rojiati F
5
Siti Nur Hidayah
1
Abqiyatul Ulfa
5
3
%DLN
&XNXS
%DLN
3
%DLN
%DLN
3
4
%DLN
%DLN
4
2
Siti Dewi Lestari
3
Nur Zaidah
4
Siti Rifdah
3
5
Ulfatun Ni'mah
3
1
Ahmad Akrom
3
2
3
3
3
2
Hidayatun Nasriyah
3
Lukmanul Khakim
4
Rizkhan Frendyka
3
3
5
Siti Umi Toifatun Ahmad Eha Asbar
2
Imam Nasiruddin
3
M. Aris Wahyudin
4
Lukman Khakim
5
Su'udi
1
Ahmad Ibadullah
3
4
2
Inayati Sholikhati
3
3
M.Khaeroni
3
4
Siti Fatimatun N
5
Sulis Setiyawati
1
Ahmad Riza Azizi
2
Isnani Hurmatun
3
%DLN %DLN
%DLN
%DLN
3
3 3
3
3
3
3
3
5
Titik Rahayu
3
3
6
Uswatun Khasanah 6NRU3HUROHKDQ
3
Muhammad Robik
3
3
%DLN
&XNXS
%DLN
&XNXS
&XNXS
Sangat Baik
Sangat Baik
%DLN
Sangat Baik
.HWXQWDVDQNODVLNDO
%DLN
%DLN
Cukup
6DQJDW%DLN %DLN
%DLN
Kategori
5DWDUDWDNHODV
SHUVHQWDVH
41
%DLN %DLN
3
3
3
%DLN
3
3
Siti Mualimatun
6DQJDW%DLN
3
3
6DQJDW%DLN %DLN
3
4
6DQJDW%DLN
2
3
4
1
-XPODK3HVHUWDGLGLN\DQJWLGDNWXQWDV
%DLN 6DQJDW%DLN
1
Jumlah peserta didik -XPODK3HVHUWDGLGLN\DQJWXQWDV
NHW
1
3
3
QLODL
3
3
6NRU 3HUROHKDQ
Menganalisis
%DLN
6DQJDW%DLN
&XNXS
Lampiran 11
KISI-KISI SOAL TES SIKLUS I Satuan Pendidikan
: MTs NU 20 Kangkung Kendal
Mata Pelajaran
: IPA
Kelas/Semester
: VIII/Genap
Materi Pokok
: Usaha dan Energi
Alokasi waktu
: 1 X 40 menit
Bentuk soal
: Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar Menjelaskan
Materi
Indikator
Usaha
a. Menjelaskan
hubungan
pengertian usaha
betuk-bentuk
dan contohnya
energi dan
dalam kehidupan
perubahannya,
sehari-hari
prinsip usaha
b. Menjelaskan
dan energi,
kaitan antara
serta
usaha dan energi
penerapannya
F Menunjukkan
dalam
penerapan daya,
kehidupan
dan usaha dalam
sehari-hari.
kehidupan sehari-
hari
Aspek C1
C2
C3
Nomor Soal 1, 2, 3, 4, 5,
Bentuk Soal Pilihan
6, 7, 8.
Ganda
9,10,11,12,
Pilihan
13,14,15.
Ganda
16,17,18,19,
Pilihan Ganda
20.
Lampiran 12
SOAL TES EVALUASI SIKLUS I Nama
:…………………………….
No absen :……………………………. Kelas
:…………………………….
Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang ( x ) 1. Dalam ilmu fisika, usaha mempunyai nilai jika... a. gaya dilakukan pada sebuah benda b. gaya dilakukan pada benda sehingga benda itu berpindah c. gaya diberikan benda, tetapi benda tetap diam d. gaya diberikan pada benda bergerak 2. Peristiwa yang tidak menunjukkan adanya usaha adalah... a. seorang atlet sedang menahan halter di atas kepalanya b. seorang yang sedang menuntun sepeda motor c. seekor kuda yang sedang menarik kereta d. anak kecil yang sedang menyeret-nyeret mobil-mobilan 3. Secara matematis, usaha dapat dinyatakan sebagai perkalian antara... a. kecepatan dan perpindahan
c. gaya dan perpindahan
b. percepatan dan perpindahan
d. gaya dan kecepatan
4. Ali mendorong mobil yang mogok dan mobil tetap belum bergerak. Usaha yang dilakukan ali adalah... a. nol, sebab mobil tidak berpindah b. negatif, sebab mobil tidak berpindah c. positif, sebab ali telah mengeluarkan tenaga d. negatif, sebab gaya dorong ali terlalu lemah
5. Usaha sebesar satu joule adalah gaya sebesar satu newton yang dapat memindahkan benda ... a. seberat satu newton
c. sejauh satu meter
b. bermassa satu kilogram
d. sebesar satu watt
6. Besar usaha bergantung pada hal-hal berikut. 1) Arah gaya 2) Besar gaya 3) Arah perpindahan 4) Besar perpindahan benda searah dengan gaya Pernyataan yang benar adalah... a. 1,2,dan 3
c. 2, dan 4
b. 1, dan 3
d. 4 saja
7. Usaha yang dilakukan oleh gaya gesek nilainya selalu… a. positif
c. nol
b. negatif
d. Searah dengan gerak
8. Batu yang beratnya 5 N hendak dipindahkan dari lantai ke meja yang tingginya 80 cm. usaha yang diperlukan adalah... a. 4 joule
c. 40 joule
b. 5 joule
d. 80 joule
9. Usaha 1 joule sama dengan… a. 103 erg
c. 105 erg
b. 104 erg
d. 107 erg
10. Usaha oleh dua gaya yang berlawanan arah secara matematis ditulis… a. W = ( F1 + F2 ) s
c. W = ( F1 x F2 ) s
b. W = ( F1 - F2 ) s
d. W = ( F1 : F2 ) s
11. Usaha dan energi mempunyai satuan yang sama. Salah satu satuan usaha adalah… a. newton
c. dyne
b. erg
d. gram
12. Gaya F mendatar bekerja pada massa m selama t sekon sehingga menghasilkan perpindahan s. Usaha yang dilakukan F adalah... a. W = F . m. s. t
F. m . s
b. W =
t
c. W = F . s d. W =
F. s t
13. Sebuah gaya F bekerja pada benda sehingga benda berpindah sejauh 5 m. besarnya gaya yang dilakukan gaya F adalah 400 J. nilai F sama dengan… a. 80 N
c. 200 N
b. 100 N
d. 2000 N
14. Usaha yang diperlukan untuk mengangkat beban 200 N ke ketinggian 4 m di atas tanah adalah… a. 50 joule
c. 400 joule
b. 200 joule
d. 800 joule
15. Usaha untuk mengangkat benda seberat 100 newton adalah 500 J. benda itu berpindah sejauh… a. 0,2 m
c. 10 m
b. 5 m
d. 50 m
16. Rumus daya adalah… a.
P =W x t
b. P =
W t
c. P =
t W
d. P = W + t
17. Jika daya setrika listrik 300 watt, ini berarti dalam satu detik setrika listrik itu... a. mengeluarkan gaya 300 newton b. melakukan usaha 300 joule c. memerlukan energi 300 joule d. mendapat usaha 300 watt
18. Sebuah benda dipindahkan sejauh 30 meter dengan gaya 500N, jika waktu yang diperlukan hanya 0,5 menit, maka besar usaha gaya itu dan dayanya adalah... a. 15000 N/m dan 500 J/s
c. 150 N/m dan 50 J/s
b. 1500 N/m dan 0,5 J/s
d. 0,15 N/m dan 5 J/s
19. Seorang siswa yang beratnya 500 Newton berlari meniti tangga dengan ketinggian 5 meter dalam waktu 10 sekon, maka besarnya daya siswa tersebut adalah... a. 1000 Watt
c. 250 Watt
b. 500 Watt
d. 100 Watt
20. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 50 km/jam. Jika mobil tersebut direm dengan gaya tetap 3000 N dan berhenti setelah menempuh jarak 5 m. Usaha yang dilalukan gaya rem adalah... a. 2500 J
c. -2500 J
b. 15000 J
d. -15000 J
.…… Selamat Mengerjakan……
Lampiran 13
KISI-KISI SOAL TES SIKLUS II Satuan Pendidikan
: MTs NU 20 Kangkung Kendal
Mata Pelajaran
: IPA
Kelas/Semester
: VIII/Genap
Materi Pokok
: Usaha dan Energi
Alokasi waktu
: 1 X 40 menit
Bentuk soal
: Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar Menjelaskan hubungan betuk-bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Materi
Indikator
Aspek
Menunjukkan bentuk-bentuk energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. b. Menjelaskan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda yang bergerak. c. Mengenalkan hukum kekekalan energi melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari. d. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha.
C1
Energi a.
Nomor Soal 1, 2, 4, 5, 6.
Bentuk Soal Pilihan Ganda
C2
7, 8, 11,10, 13, 14.
Pilihan Ganda
C3
3, 9, 15.
C4
12, 16, 17, 18, 19, 20
Pilihan Ganda
Pilihan Ganda
Lampiran 14
SOAL TES EVALUASI
Siklus II
Nama
:…………………………….
No absen :……………………………. Kelas
:…………………………….
I.Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang ( x ) 1. Kemampuan sebuah benda melakukan usaha disebut… a. Tenaga
c. Energi
b. Kerja
d. Daya
2. Di bawah ini adalah bentuk-bentuk energi, kecuali… a. Kalor
c. Bunyi
b. Cahaya
d. Suhu
3. Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, tetapi energi hanya dapat diubah bentuk ke bentuk yang lain. Pernyataan tersebut bunyi dari… a. Hukum Archimedes
c. Hukum pascal
b. Hukum Kekekalan massa
d. Hukum kekekalan energi
4. Dalam peristiwa perubahan bentuk energi, jumlah energi yang terjadi… a. Selalu tetap
c. Selalu bertambah
b. Selalu berkurang
d. Dapat bertambah dan berkurang
5. Di bawah ini yang merupakan satuan energi adalah… a. Joule
c. Newton meter
b. Newton
d. Kg .m 2 / s 2
6. Salah satu bentuk energi kimia tersimpan dalam… a. Air panas
c. lampu pijar
b. Stop kontak
d. aki
7. Energi potensial dirumuskan… a. 1 2.m.g.h
c. 1 2 .m.v 2
b. m.g .h
d m.v 2
8. Energi kinetik dapat dirumuskan... a. 1 2.m.g
c. 1 2 .m.v 2
b. m.g .h
d. m.v
9. Yang termasuk energi yang dapat diperbaharui adalah... a. Minyak tanah
c. Bensin
b. Batu bara
d. Angin
10. Energi yang dimiliki benda karena letak kedudukannya terhadap bumi disebut... a. Energi mekanik
c. Energi kinetik
b. Energi potensial gravitasi
d. Energi gerak
11. Pegas yang kita tekan dari tali busur panah yang kita rentangkan memiliki energi... a. Mekanik
c. Kinetik
b. Potensial
d. Gerak
12. Data : (1) Massa,(2) percepatan gravitasi, (3) Kecepatan, (4) ketinggian. Dari data tersebut, faktor-faktor yang mempengarui besarnya energi potensial adalah... a. 1,2, dan 3
c. 1,3, dan 4
b. 1,2, dan 4
d. 2,3, dan 4
13. Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena... a. Geraknya
c. Kalornya
b. Kedudukannya
d. Cahayanya
14. Hubungan antara energi mekanik (Em), energi potensial (Ep) dan energi kinetik (Ek) yang benar adalah... a. Em = Ep + Ek
c. Ep = Ek + Em
b. Ek = Ep + Ep
d. Em = Ep – Ek
15. Pada saat menyalakan lampu yang menggunakan batu baterai, urutan perubahan energinya...
a. Energi panas ĺ energi listrik ĺ energi cahaya b. Energi listrik ĺ energi kimia ĺ energi cahaya c. Energi kimia ĺ energi listrik ĺ energi cahaya d. Energi panas ĺ energi kimia ĺ energi cahaya 16. Sebuah batu bata jatuh dari atas bangunan dengan energi kinetik dan energi potensial berturut-turut 12 joule dan 5 joule. energi mekanik batu bata itu adalah... a. 2,4 joule
c. 7 joule
b. 5 joule
d. 17 joule
17. Sebuah batu jatuh dari atas meja dengan ketinggian 2 m. Berapakah energi kinetik bola ketika menyentuh lantai apabila massa bola 0,5 kg dan percepatan gravitasi 9,8 m/s2... a. 1 J
c. 19,6 J
b. 9,8 J
d. 20 J
18. Benda yang massanya 5 Kg, kita gantungkan disuatu tempat dengan ketinggian 2 meter dari tanah, jika percepatan gravitasi ditempat itu 9,8 m s 2 maka energi potensialnya sebesar... a. 0,98 J
c. 980 J
b. 98 J
d. 9800 J
19. Sebuah benda yang massanya 0,5 Kg memiliki energi potensial 49 J, percepatan gravitasi bumi 9,8 m s 2 maka ketinggian benda tersebut adalah... a. 10 m
c. 20 m
b. 19,6 m
d. 49 m
20. Energi kinetik sebuah benda yang massanya 4 Kg dan bergerak dengan kecepatan 2 m/s adalah... a. 4 Joule
c. 16 Joule
b. 8 Joule
d. 24 Joule
Selamat Mengerjakan
Lampiran 15 Kunci Jawaban Soal Tes Evaluasi Siklus I 1.
B
11. B
2.
A
12. C
3.
C
13. A
4.
A
14 . D
5.
C
15 . B
6.
C
16 . B
7.
B
17 . C
8.
A
18 . A
9.
D
19 . C
10. B
20 . D
Siklus II 1.
C
11. B
2.
D
12. B
3.
D
13. B
4.
B
14. A
5.
A
15. C
6.
D
16. D
7.
B
17. B
8.
C
18. B
9.
D
19. A
10. B
20. B
>ĂŵƉŝƌĂŶϭϲ No. Abs 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 18 21 17 15 16 19 22 20 23 25 26 40 24 39 32 41 27 33 37 28 31 34 38 30 36 29 35 åX (åX)2 åX2 åXY åY åY2 (åY)2
1
2
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ
3
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
4
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
5
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ
6
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ
7
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ
8
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
9
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ
10
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ
11
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ
12
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ
13
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ
14
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
15
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ
40
26
24
23
23
28
26
29
28
27
24
25
15
21
17
1600
676
576
529
529
784
676
841
784
729
576
625
225
441
289
40 993 1005
26 778
24 745
23 650
23 682
28 804
26 787
29 823
28 751
27 764
24 702
25 727
15 472
21 673
17 568
29125 1010025
Validitas rxy 0,189 0,681 0,741 0,405 0,555 0,589 0,724 0,574 0,324 0,502 0,538 0,546 0,505 0,738 0,716 Kriteria tidak valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid rtabel 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 Reliabilitas P 1,0 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,6 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 0,4 0,5 0,5 Q 0,0 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,4 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,6 0,5 0,5 PQ 0,02 0,23 0,24 0,22 0,22 0,20 0,23 0,14 0,16 0,21 0,22 0,22 0,23 0,25 0,25 åPQ Varians TotalReliabilitas Kriteria 4,20 109,518 0,986 reliabel Daya Pembeda DB 0,05 0,65 0,85 -0,23 0,21 0,35 0,75 0,35 -0,28 0,31 0,21 0,16 0,42 0,66 0,32 Kriteria jelek baik baikskl jelek cukup cukup baikskl cukup jelek cukup cukup jelek baik baik cukup Tingkat Kesukaran (TK) TK 0,98 0,63 0,59 0,68 0,66 0,73 0,63 0,83 0,80 0,71 0,66 0,68 0,37 0,54 0,46 Kriteria mudah sedang sedang sedang sedang mudah sedang mudah mudah mudah sedang sedang sedang sedang sedang
EŽ^ŽĂů 16
17
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
18
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
19
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ
20
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
21
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
22
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
23
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
24
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
25
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ
26
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ
27
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ
28
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
29
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ
30
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ
31
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ
25
19
30
19
23
18
27
24
30
23
28
23
28
23
22
24
625
361
900
361
529
324
729
576
900
529
784
529
784
529
484
576
25 721
19 606
30 845
19 603
23 701
18 599
27 795
24 745
30 843
23 682
28 804
23 734
28 816
23 707
22 714
24 702
0,517 valid 0,291
0,656 valid 0,291
0,577 valid 0,291
0,642 valid 0,291
0,644 valid 0,291
0,741 valid 0,291
0,655 valid 0,291
0,741 valid 0,291
0,566 valid 0,291
0,555 valid 0,291
0,589 valid 0,291
0,799 valid 0,291
0,649 valid 0,291
0,673 valid 0,291
0,817 valid 0,291
0,538 valid 0,291
0,6 0,4 0,24
0,5 0,5 0,25
0,8 0,2 0,17
0,5 0,5 0,25
0,6 0,4 0,25
0,5 0,5 0,25
0,7 0,3 0,22
0,6 0,4 0,24
0,8 0,2 0,14
0,7 0,3 0,22
0,7 0,3 0,20
0,6 0,4 0,25
0,7 0,3 0,21
0,6 0,4 0,23
0,5 0,5 0,25
0,7 0,3 0,22
0,21 cukup
0,42 baik
0,45 baik
0,42 baik
0,61 baik
0,51 baik
0,60 baik
0,85 baikskl
0,35 cukup
0,21 cukup
0,35 cukup
0,90 baikskl
0,60 baik
0,55 baik
0,95 baikskl
0,21 cukup
0,61 sedang
0,46 sedang
0,78 mudah
0,46 sedang
0,56 sedang
0,46 sedang
0,66 sedang
0,59 sedang
0,83 mudah
0,66 sedang
0,73 mudah
0,56 sedang
0,71 mudah
0,63 sedang
0,54 sedang
0,66 sedang
Skor 32
33
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ
34
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
35
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ
36
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ
37
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
38
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
39
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ
40
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
25
21
21
17
21
13
29
15
21
625
441
441
289
441
169
841
225
441
25 727
21 677
21 673
17 568
21 655
13 494
29 829
15 529
21 667
0,546 valid 0,291
0,756 valid 0,291
0,738 valid 0,291
0,716 valid 0,291
0,654 valid 0,291
0,878 valid 0,291
0,605 valid 0,291
0,781 valid 0,291
0,710 valid 0,291
0,7 0,3 0,22
0,5 0,5 0,25
0,5 0,5 0,25
0,5 0,5 0,25
0,5 0,5 0,25
0,3 0,7 0,22
0,8 0,2 0,18
0,4 0,6 0,23
0,5 0,5 0,25
0,16 jelek
0,71 baikskl
0,66 baik
0,32 cukup
0,41 baik
0,52 baik
0,50 baik
0,52 baik
0,71 baikskl
0,68 sedang
0,51 sedang
0,54 sedang
0,46 sedang
0,51 sedang
0,32 sedang
0,76 mudah
0,37 sedang
0,51 sedang
Y2
Y
ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭ Ϭ ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ
40 40 40 40 40 40 40 40 39 39 39 39 26 26 25 25 24 23 23 23 23 20 20 18 18 18 17 17 16 16 15 15 15 14 14 14 14 13 13 12 12
1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1521 1521 1521 1521 676 676 625 625 576 529 529 529 529 400 400 324 324 324 289 289 256 256 225 225 225 196 196 196 196 169 169 144 144
Lampiran 17 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Nilai pra siklus Peserta didik Nama Peserta didik A. Aenur Mubarok Abdul Aziz Abdul Kohar Abqiyatul Ulfa Ahmad Akrom Ahmad Eha Asbar Ahmad Ibadullah Ahmad Riza Azizi Amalia Sinarsih Anisatul Fitriyah Eka Mualimatul Fitriyah Hidayatun Nasriyah Imam Nasiruddin Inayati Solikhah Isnani Hurmatun Khaerotul Ummah Kharisuddin Yunus Latifatul Ikhsaniyah Lukman Khakim Lukmanul Khakim M.Aris Wahyudin M. Kaeroni Muhammad Robik Muslikhun Nala Naeli Nur Fauziyah Nita Roji'ati Fauziah Nur Zaidah Rizkhan Frendyka Siti Dewi Lestari Siti Fatimatun Nafiah Siti Mualimatun Nikmah Siti Nur Afidah Siti Nur Asiyah Siti Nur Hidayah Siti Rifdah Siti Umi Toifatun Su'udi Sulis Setyawati Titik Rahayu Ulfatun Nikmah Uswatun Khasanah
Jumlah Peserta didik Jumlah Peserta didik yang tuntas belajar Jumlah Peserta didik yang tidak tuntas belajar Rata-rata Kelas Persentase ketuntasan Klasikal
Nilai 40 72 60 65 60 60 72 50 42 18 35 33 60 38 15 32 62 92 65 42 95 62 50 50 78 40 40 50 35 78 32 78 70 30 80 52 62 28 55 35 18 41 18 23 51,98 43,90
Keterangan Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas
Lampiran 18 Analisis Hasil Belajar Kognitif (SIKLUS I ) No
Nama
Skor
Butir soal
Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 3
K1 K2 K3
1 1 1
0 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 0
1 0 1
0 1 1
1 1 1
1 1 0
1 0 0
0 0 0
1 1 1
1 0 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
0 0 1
0 1 1
1 1 0
1 1 1
15 15 15
75 75 75
Tuntas Tuntas Tuntas
4 5
K4 K5
1 1
1 0
1 1
1 1
1 1
0 1
1 0
1 1
1 1
1 1
0 0
1 1
0 1
1 1
0 1
1 1
1 0
1 1
1 1
1 1
16 16
80 80
Tuntas Tuntas
6
K6
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
15
75
Tuntas
7
K7
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
16
80
Tuntas
8
K8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
16
80
Tuntas
9
K9
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
15
75
Tuntas
10
K10
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
15
75
Tuntas
11
K11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
17
85
Tuntas
12
K12
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
12
60
Tuntas
13
K13
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
15
75
Tuntas
14
K14
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
15
75
Tuntas
15
K15
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
9
45
Tidak Tuntas
16
K16
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
16
80
Tuntas
17
K17
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
10
50
Tidak Tuntas
18
K18
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
17
85
Tuntas
19
K19
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
11
55
Tidak Tuntas
20
K20
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
16
80
Tuntas
21
K21
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
19
95
Tuntas
22
K22
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
16
80
Tuntas
23
K23
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
10
50
Tidak Tuntas
24
K24
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
15
75
Tuntas
25
K25
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
14
70
Tuntas
26
K26
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
15
75
Tuntas
27
K27
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
14
70
Tuntas
28
K28
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
15
75
Tuntas
29
K29
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
15
75
Tuntas
30
K30
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
14
70
Tuntas
31
K31
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
11
55
Tidak Tuntas
32
K32
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
14
70
Tuntas
33
K33
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
14
70
Tuntas
34
K34
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
13
65
Tuntas
35
K35
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
18
90
Tuntas
36
K36
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
14
70
Tuntas
37
K37
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
16
80
Tuntas
38
K38
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
9
45
Tidak Tuntas
39
K39
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
14
70
Tuntas
40
K40
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
15
75
Tuntas
41
K41
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
7
35
Tidak Tuntas
Jumlah Peserta didik
41
Jumlah Peserta didik yang tuntas
34
Jumlah Peserta didik yang tidak tuntas
7
Rata-rata Kelas
71,22
Ketuntasan klasikal
82,93
Perolehan
Ket.
siswa
Lampiran 20 Daftar Nama Peserta didik Kelas No
: VIII-B
1
Nama A. Aenur Mubarok
L/P Laki-laki
2
Abdul Aziz
Laki-laki
3
Abdul Kohar
Laki-laki
4
Abqiyatul Ulfa
Perempuan
5
Ahmad Akrom
Laki-laki
6
Ahmad Eha Asbar
Laki-laki
7
Ahmad Ibadullah
Laki-laki
8
Ahmad Riza Azizi
Laki-laki
9
Amalia Sinarsih
Perempuan
10
Anisatul Fitriyah
Perempuan
11
Eka Mualimatul Fitriyah
Perempuan
12
Hidayatun Nasriyah
Perempuan
13
Imam Nasiruddin
Laki-laki
14
Inayati Solikhah
Perempuan
15
Isnani Hurmatun
Perempuan
16
Khaerotul Ummah
Perempuan
17
Kharisuddin Yunus
Laki-laki
18
Latifatul Ikhsaniyah
Perempuan
19
Lukman Khakim
Laki-laki
20
Lukmanul Khakim
Laki-laki
21
M.Aris Wahyudin
Laki-laki
22
M. Kaeroni
Laki-laki
23
Muhammad Robik
Laki-laki
24
Muslikhun
Laki-laki
25
Nala Naeli Nur Fauziyah
Perempuan
26
Nita Roji'ati Fauziah
Perempuan
27
Nur Zaidah
Perempuan
28
Rizkhan Frendyka
Laki-laki
29
Siti Dewi Lestari
Perempuan
30
Siti Fatimatun Nafiah
Perempuan
31
Siti Mualimatun Nikmah
Perempuan
32
Siti Nur Afidah
Perempuan
33
Siti Nur Asiyah
Perempuan
34
Siti Nur Hidayah
Perempuan
35
Siti Rifdah
Perempuan
36
Siti Umi Toifatun
Perempuan
37 38 39 40
Su'udi Sulis Setyawati Titik Rahayu Ulfatun Nikmah
Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan
41
Uswatun Khasanah
Perempuan
Lampiran 21 DAFTAR KELOMPOK PESERTA DIDIK Kelompok I 1. A. Aenur Mubarok 2. Amalia Sinarsih 3. Khaerotul Ummah 4. Muslikhun 5. Siti Nur Afidah
Kelompok II Abdul Azis Anisatul Fitriyah Kharisuddin Yunus Nala Naeli Nur F Siti Nur Asiyah
1. 2. 3. 4. 5.
Kelompok III 1. Abdul Kohar 2. Eka Mualimatul F 3. Latifatul Ikhsaniyah 4. Nita Rojiati 5. Siti Nur Hidayah
Kelompok IV 1. Abqiayatul Ulfa 2. Siti Dewi Lestari 3. Nur Zaidah 4. Siti Rifdah 5. Ulfatun Nikmah
Kelompok V 1. Ahmad Akrom 2. Hidayatun Nasriyah 3. Lukmanul Khakim 4. Rizkhan Frendyka 5. Siti Umi Toifatun
Kelompok VI 1. Ahmad Eha Asbar 2. Imam Nasiruddin 3. M. Aris Wahyudin 4. Lukman Khakim 5. Su’udi
Kelompok VII 1. Ahmad Ibadullah 2. Inayati Sholikhah 3. M.Khaeroni 4. Siti Fatimatun 5. Sulis Setiyawati
Kelompok VIII 1. Ahmad Riza Azizi 2. Isnani Hurmatun 3. M.Robik 4. Siti Mualimatun 5. Titik Rahayu 6. Uswatun Khasanah
Lampiran 22
DOKUMENTASI PEMBELAJARAN
Peserta didik saat mendengarkan penjelasan guru
Peserta didik saat melakukan diskusi
Peserta didik aktif dalam diskusi
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di dep depan an kelas