PROBLEMATIKA PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MATA PELAJARAN PAI (Studi pada Proses Belajar Mengajar kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh: JUNIARSIH NIM: 073111100
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Juniarsih
NIM
: 073111100
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 24 Nopember 2011 Saya yang menyatakan,
Juniarsih NIM. 073111100
ii
KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax.7615387 PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul
: Problematika Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran PAI (Studi pada Proses Belajar Mengajar kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara) Nama : Juniarsih NIM : 073111100 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam telah diajukan dalam sidang munaqasah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, 20 Desember 2011 DEWAN PENGUJI Ketua,
Sekretaris,
Fakhrur Rozi, M.Ag. NIP: 19691220 199503 1001
Nadhifah, S.Th.I. M.S.I NIP: 19750827 200312 2003
Penguji I,
Penguji II,
Nasirudin, M.Ag. NIP. 19691012 199603 1002
H. Mursid, M.Ag. NIP: 19670305 200112 1001
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ahmad Muthohar, M.Ag NIP: 19691107 199603 1 001
Dr. Ahwan Fanani, M.Ag NIP: 19780930 200312 1 001
iii
iv
v
ABSTRAK Judul : Problematika Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran PAI (Studi pada Proses Belajar Mengajar Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara). Penulis : Juniarsih NIM : 073111100 Skripsi ini membahas tentang Problematika Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran PAI (Studi pada Proses Belajar Mengajar Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara). Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) Bagaimana Penetapan KKM mata pelajaran rumpun PAI dalam proses belajar mengajar (PBM) di kelas IX SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara? (2) Apa problematika pencapaian KKM mata pelajaran PAI dalam proses belajar mengajar di kelas IX SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara pada peserta didik kelas IX. SMP IT Amtsilati itu sebagai sumber data untuk mendapatkan data mengenai problematika pencapaian KKM mapel PAI. Datanya diperoleh dengan cara Wawancara terstruktur dan tidak terstruktur, observasi partisipan, dan studi dokumentasi. Semua data dianalisis dengan pendekatan Triangulasi. Kajian ini menunjukkan bahwa Problematika Pencapaian KKM mapel PAI Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara diantaranya adalah: (1) Problematika pencapaian KKM mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang berkaitan dengan proses penetapan KKM Mapel PAI. Dalam problem proses penetapan KKM Mapel PAI ini ditemukannya bahwa guru masih merasa kebingungan dalam penetapan komponen kriteria KKM, yang berupa intake peserta didik. Kondisi ini disebabkan karena tidak stabilnya kondisi peserta didik di SMP IT Amtsilati, antara yang masih Amtsilati dengan yang pasca Amtsilati. (2) Problematika pencapaian KKM mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang berkaitan dengan proses belajar mengajar mapel PAI. Dalam problem proses belajar ini terletak pada Pendahuluan, pendahuluan kegiatan belajar mengajar, problem yang dihadapi adalah tidak terkendalinya guru dalam bercerita, sehingga waktu yang seharusnya untuk kegiatan inti pembelajaran lebih banyak, maka menjadi berkurang untuk kegiatan pembukaan. Metode pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran adalah kurang tepatnya oleh guru mapel PAI. Sumber Belajar, sumber belajar yang digunakan masih terbatas, yang masih mengandalkan indra visual. Evaluasi, Di kegiatan penilaian, penilaian yang masih sebatas penilaian penguasaan materi saja, sehingga kompetensi yang dicapai hanya terbatas pada ranah kognitif saja. (3) Problematika pencapaian KKM mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang berkaitan dengan pengurangan jam pembelajaran PAI. Problem ini bisa dilihat pada perbedaan peserta didik antara peserta didik yang masih Amtsilati dengan yang pasca Amtsilat.
vi
TRANSLITERASI ARAB LATIN Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya. a
t}
b
z}
t
‘
s|
gh
j
f
h}
q
kh
k
d
l
z|
m
r
n
z
w
s
h
sy
’
s}
y
d} Bacaan madd:
Bacaan diftong:
a> = a panjang
= au
i> = I panjang
= ai
u> = u panjang
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir akademik sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi akhir zaman, Nabi yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umat, tak lain dan tak bukan adalah Nabi besar Muhammad SAW. Dengan segala rasa, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak, yang terkait dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini, baik dari keluarga, pihak akademik, orang-orang disekitar maupun sekolah tempat penelitian dilaksanakan. Secara rincinya penulis ucapkan terimakasih kepada: 1.
Dr. Suja’i M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah.
2.
Ahmad Muthohar, M.Ag. selaku pembimbing I dan Dr. Ahwan Fanani, M.Ag. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaganya ditengah kesibukan yang telah menghampirinya. Selain itu juga penulis ucapkan banyak terima kasih atas nasihat, motivasi, dan bimbingan yang begitu berharga. Mudah-mudahan Allah SWT membalas atas segala kebaikannya.
3.
Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang penulis penulis ucapkan terima kasih atas pembelajarannya selama di bangku kuliyah.
4.
Staf karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang senantiasa membantu penulis dalam mengatasi masalah administrasi selama penulis belajar.
5.
Staf pengelola perpustakaan baik Fakultas maupun Institut yang telah memberikan pelayanan yang baik ketika penulis membutuhkan bahan rujukan sebagai referensi.
6.
Keluarga besar SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara yang telah berkenan memberikan bantuan dan kerja samanya dalam penulisan sekripsi penulis.
7.
Orang tua penulis, Bapak H. Salwadi dan Ibu Hj. Jumanah yang tidak pernah berhenti untuk memberikan dukungan baik spiritual maupun materi.
8.
Kawan-kawan organisasi PMII Rayon Tarbiyah, LPM Edukasi dan Racana Walisongo Semarang (RCWS), penulis ucapkan terimakasih, sudah diberikan kesempatan untuk menjadi kader selama kuliah di IAIN Walisongo Semarang.
viii
9.
Dan untuk semua sahabat-sahabati yang senasib seperjuangan, penulis ucapkan terimakasih atas mitivasinya. Akhirnya penulis menyadari bahwa hasil penulisan skripsi yang penulis
lakukan ini, masih jauh dari kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Karena itu kritik dan saran yang konstruktif penulis harapkan sebagai bahan pertimbangan dalam proses penulisan selanjutnya. Dengan demikian, sekecil apapun kritikan itu bagi penulis hal itu sangat bermakna, karena dari yang terkecil itulah akan mengantarkan kepada yang besar, semoga penulisan ini dapat memberikan kemanfaatan kepada penulis maupun pembaca, lebih-lebih SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara.
Semarang, 24 Nopember 2011 Penulis,
Juniarsih 073111100
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
PERNYATAAN KEABSAHAN KEASLIAN ................................................
ii
PENGESAHAN ...............................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING .....................................................................................
iv
ABSTRAK........................................................................................................
vi
TRANSLITERASI ...........................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ...
x
DAFTAR ISI ........ ..........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ................................................................................... .........
xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................... ...............................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................... .............................................
xvi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... .
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................
6
BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka .............................................................................
7
B. Kerangka Teoritik ........................................................................
10
1. Kriteria Ketuntasan Minimal ................................................
10
a. Definisi KKM ................................................................
10
b. Fungsi dan Tujuan KKM ...............................................
10
c. Rambu-rambu KKM .....................................................
11
d. Kriteria Penetapan KKM ...............................................
12
e. Menafsirkan KKM .........................................................
13
f. Langkah-langkah KKM .................................................
14
g. Analisis KKM ...............................................................
14
x
h. Cara Menentukan KKM ................................................
16
2. Pendidikan Agama Islam ......................................................
17
a. Definisi Pendidikan Agama Islam .................................
17
b. Tujuan dan Fungsi PAI ..................................................
20
c. Dasar-dasar PAI .............................................................
23
d. Ruang Lingkup PAI ......................................................
26
3. Hakekat Belajar Mengajar ....................................................
31
a. Komponen-komponen Pengajaran.................................
31
b. Komunikasi dalam Proses Belajar Mengajar .................
32
c. Kriteria Keberhasilan belajar Mengajar .........................
32
d. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Mengajar ..............
32
BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................
33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
33
C. Sumber Penelitian ........................................................................
34
D. Fokus Penelitian ...........................................................................
34
E. Metode Pengumpulan Data ..........................................................
34
F. Keabsahan Data ..........................................................................
37
G. Metode Analisis Data ...................................................................
38
BAB IV: PEMBAHASAN PENELITIAN A. Profil SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara ......................................
40
B. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. .....................
48
C. Proses Belajar Mengajar Mapel PAI Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara ..............................................................................
64
D. Problematika Pencapaian KKM Mapel PAI dalam Proses Belajar Mengajar kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara ............
66
E. Analisa Problematika Pencapaian KKM Mapel PAI dalam Proses Belajar Mengajar kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara ..............................................................................
xi
70
F. Rekomendasi ................................................................................
91
G. Keterbatasan Penelitian ................................................................
93
BAB V : PENUTUP A. Simpulan .....................................................................................
95
B. Saran ............................................................................................
96
DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Kriteria Penetapan KKM dalam Analisis, 15.
Tabel 2
Analisis Pencapaian Ketuntasan Belajar Peserta Didik Per KD, 16.
Tabel 3
KKM Per Mata Pelajaran, 17.
Tabel 4
Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP Kelas IX, 43.
Tabel 5
Daftar Peserta didik SMP IT Amtsilati Bangsri JeparaTahun Ajaran 2011/2012, 44.
Tabel 6
Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2011/2012, 45.
Tabel 7
Sarana Prasarana SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, 47.
Tabel 8
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) Mapel PAI Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, 51.
Tabel 9
KKM Per Mata Pelajaran Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, 63
Tabel 10
Beban Jam Belajar SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2011/2011, 83.
Tabel 11
Penghitungan Alokasi Waktu di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Kelas IX, 84.
Tabel 12
Beban Belajar Mata Pelajaran Per Minggu Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2011/2012, 97.
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
: Siklus hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran, 12.
Gambar 2
: Sistematika Ajaran Islam, 28.
Gambar 3
: Diagram Komponen dalam Pembelajaran, 32.
Gambar 4
: Struktur Organisasi SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2011/2012, 42.
Gambar 5
: Langkah-langkah Penetapan KKM di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2011/2012, 62.
xiv
DAFTAR SINGKATAN
KKM
: Kriteria Ketuntasan Minimal
KKG
: Kelompok Kerja Guru
LHBS
: Lembar Hasil Belajar Siswa
MGMP
: Musyawarah Guru Mata Pelajaran
PAI
: Pendidikan Agama Islam
SKKD
: Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar
SKBM
: Standar Kompetensi Belajar Mengajar
SKL
: Standar Kompetensi lulusan
SI
: Standar Isi
SK
: Standar Kompetensi
KD
: Kompetensi Dasar
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran Pedoman Wawancara
Lampiran 2
Lampiran Observasi PBM
Lampiran 3
Lampiran Dokumentasi
Lampiran 4
Lembar Hasil Belajar Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara.
Lampiran 5
Lampiran Jadwal Mata Pelajaran Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara
Lampiran 6
Lampiran Denah Ruangan
Lampiran 7
Lampiran Gambar SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara
Lampiran 8
Lampiran Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran 9
Lampiran Surat Ijin Reset
Lampiran 10 Lampiran Surat keterangan Riset dari Sekolah Lampiran 11 Lampiran Ko Kurikuler Lampiran 12 Lampiran Piagam KKN Lampiran 13 Lampiran Piagam PASSKA Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Lampiran 14 Lampiran Piagam PASSKA Institut IAIN Walisongo Semarang Lampiran 15 Lampiran Riwayat hidup
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang pendidikan, maka sama halnya membicarakan tentang sebuah kehidupan, kehidupan dan pendidikan sama-sama merupakan proses yang ditempuh oleh setiap individu menuju ke arah yang lebih baik, sesuai dengan potensi kemanusiaan yang dimilikinya. Proses ini hanya berhenti ketika nyawa sudah tidak ada. Dalam Islam sendiri, pendidikan diperlukan untuk membantu meneguhkan eksistensi dalam mengemban fungsi „abid dan khalifah.1 Maka dari itu pendidikan harus dimaknai sebagai upaya untuk membantu manusia, mencapai realitas diri dengan mengoptimalkan semua potensi kemanusiaannya. Pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal, salah satu ciri utamanya adanya rancangan atau kurikulum, yang mempunyai kedudukan sangat sentral. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan, di samping itu kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan yang memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan isi, serta proses pendidikan itu sendiri.2 Dari situlah, Pemerintah memberikan perhatian besar pada peningkatan mutu kurikulum, hal ini dibuktikan adanya dengan tindakan pemerintah yang mempercepat pencanangan Millennium Development Goals, yang semula dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi 2015. Millennium Development Goals adalah era pasar bebas atau era globalisasi di alam yang akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya. Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menurut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai dengan kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Penyesuaian tersebut secara langsung mengorbankan tatanan dalam sistem makro, meso maupun mikro, demikian halnya dalam sistem pendidikan Nasional yang senantiasa harus dikembangkan sesuai 1
Moh Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2004), hlm. 15.
2
Nana Saodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teoritik dan Praktik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.4.
1
dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi, baik ditingkat lokal, Nasional maupun global. Sebagaimana kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP yang merupakan kurikulum operasional, disusun dan
dilaksanakan
oleh
masing-masing
satuan
pendidikan
atau
sekolah.
Pemberlakuan KTSP dimulai sejak tahun 2006. Sistem yang diterapkan tidak lagi bersifat sentralistik akan tetapi berubah menjadi desentralistik, kebijakan pendidikan yang berpindah dari pemerintahan pusat (Top Government) ke pemerintahan daerah (District Government). Sebagai implikasinya, standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang dilakukan saat ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai komponen sistem pendidikan.3 Perbedaan KTSP disetiap sekolah memberikan warna tersendiri sebagai bentuk pengembangan KTSP yang bersifat desentralistik, dengan tetap mengacu pada pengembangan kurikulum, sebagaimana yang sudah dirambu-rambukan oleh pemerintah yaitu: (1)Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; (3) Peraturan menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk satuan pendidikan dasar dan menengah; (4) Peraturan menteri pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) untuk satuan pendidikan dasar dan menengah; (5) Peraturan menteri pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan dari kedua peraturan menteri pendidikan Nasional tersebut, dan (6) Panduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).4 Di dalam KTSP terdapat empat komponen diantaranya: Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan, Struktur dan Muatan KTSP, Kalender Pendidikan, Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP).5 Struktur dan muatan KTSP pada jenjang dasar dan menengah yang tertuang dalam standar isi meliputi lima
3
E. Mulyasa, Implementasi KTSP, Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 1. 4
Muhaimin, dkk, Pengembangan Model KTSP pada Sekolah dan Madrasah, Ed II, (Jakarta: Raja Wali Pers, 2009), hlm. 2. 5
Masnur Muslich, KTSP, Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hlm. 12.
2
kelompok mata pelajaran, yaitu: kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak mulia yaitu Pendidikan Agama Islam; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yaitu pendidikan kewarganegaraan; kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, keterampilan atau teknologi informasi dan komunikasi; kelompok mata pelajaran estetika meliputi: Seni Budaya dan Bahasa Jawa; kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan meliputi: Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.6 PAI sebagai salah satu kurikulum “merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan, serta merta cara pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan”.7 Diadakannya PAI di sekolah, dimaksudkan agar peserta didik berkembang sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan Islam yang luas, dan ber-akhlakqul al-karimah. Untuk itu dibutuhkan kurikulum PAI yang kontekstual dan dapat melayani harapan masyarakat, dikembangkan dengan memperhatikan kerangka dasar kurikulum, SK dan KD, serta karakteristik kurikulum. PAI di SMP terdiri dari atas Al-qur‟an dan Al-hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh dan Kebudayaan Islam. Masing-masing tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi, dan melengkapi. Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai sistem adalah materi atau kurikulum, hal ini mengandung pengertian bahwa materi yang diajukan telah disusun secara sistematis dengan tujuan yang hendak dicapai. Untuk pengendalian sistem mutu pendidikan yang telah diprogramkan, maka diperlukan acuan standar sistem penilaian, sesuai tuntutan standar penilaian pendidikan nasional, dan kondisi masing-masing sekolah dalam mengukur
6 Himpunan UU RI Guru dan Dosen, Sisdiknas SNP, (Surabaya: Wacana Intelektual, 2009), hlm. 183-186. 7
Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2010), hlm. 35.
3
keberhasilan program yang dikembangkan. Oleh karena itu, sekolah atau madrasah perlu menetapkan rambu-rambu kriteria standar ketuntasan belajar, sistem penilaian maupun kriteria kelulusan sesuai kondisi lembaganya masing-masing. Ketuntasan belajar itu, berisi tentang kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah. Pada dasarnya KTSP merupakan penyempurnaan dari SK dan KD yang terdapat pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (uji coba kurikulum 2004). Dengan ciri-ciri: 1) berorientasi pada pencapaian hasil dan dampaknya (outcome oriented), 2) berbasis pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tertuang pada Standar Isi, 3) bertolak dari Standar Kompetensi Lulusan, 4) memperhatikan pengembangan kurikulum berdiversivikasi, 5) mengembangkan kompetensi secara utuh dan menyeluruh (holistik), 6) menerapkan prinsip ketuntasan belajar (mastery learning). Berdasarkan ciri-ciri tersebut, khususnya poin 6, penilaian yang dilakukan dengan penilaian acuan patokan (criteria referenced) dengan asumsi dasarnya: 1) bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda. 2) kriteria harus ditetapkan terlebih dulu. 3) hasil evaluasi tersebut adalah tuntas atau lulus dan tidak lulus. Salah satu prinsip penilaian kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria yaitu menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM yang dikembangkan dalam KTSP 2006 ini merupakan penyempurnaan dari Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang pernah diterapkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KKM menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahui juga. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik atau orang tua peserta didik. KKM harus dicantumkan pada Lembar Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi HB peserta didik.
4
Aplikasi terkecil dari sistem pendidikan adalah berlangsungnya Proses Belajar Mengajar (PBM). PBM di sini adalah sebuah Wahana untuk mencapai tujuan pendidikan dengan standar minimal yang ditetapkan dalam SKL yang berupa KKM. Akan tetapi, realita yang terjadi di lapangan, pelaksanaan PAI salah satu Mapel yang selama ini masih dipandang sebagai mata pelajaran yang kurang menarik, mulai dari isi mata pelajaran, pengajarannya, metode, strateginya, medianya atau bahkan waktu yang kurang cukup. Kaitannya dengan proses belajar mengajar yang diterapkan pada mapel PAI, sampai sekarang masih terdapat banyak kendala. Kritik dari berbagai kalangan terus berdatangan dan silih berganti, mulai dari praktisi pendidikan, pendidik, maupun masyarakat, mulai dari kurikulum ataupun manajemennya.
Secara klasik, alasan-
alasan yang masih dikeluhkan oleh banyak kalangan adalah terbatasnya alokasi jam pelajaran yang hanya dua jam dalam seminggu. Di samping dari sisi kurikulum, secara pelaksanaannya pun, PAI masih dipandang sebagai mata pelajaran yang kurang menarik, mulai dari isi mata pelajaran, pengajaran, metode, strategi, media atau bahkan waktu yang kurang cukup. Kondisi ini bisa ditemui di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, di SMP ini yang notabene masih satu yayasan dengan pondok pesantren Darul Falah Amtsilati. Pelaksanaan sistem pembelajaran di SMP ini agak sedikit berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya. Mulai dari kurikulum, manajemen, tata tertib, bahkan dari sistem pembelajarannya. Misal saja dari segi waktu aktif masuk sekolah, yang pada umumnya dalam satu minggu penuh peserta didik masuk sekolah, akan tetapi di SMP sendiri tidak demikian. Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat penelitian ini dengan judul: “Problematika Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran PAI (Studi pada Proses Belajar Mengajar Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian disini adalah sebagai berikut:
5
1. Bagaimana penetapan KKM mata pelajaran PAI dalam proses belajar mengajar (PBM) kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara? 2. Apa problematika pencapaian KKM mata pelajaran PAI dalam proses belajar mengajar kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. Bagaimana Penetapan KKM mata pelajaran PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. b. Apa problematika pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara.
2. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini dilaksanakan diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan dapat dijadikan sebagai wacana untuk menambah pengetahuan baru, yang kaitannya dengan penetapan KKM khususnya untuk mata pelajaran pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. b. Bagi Guru Mapel PAI Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi yang positif dalam meningkatkan pencapaian KKM PAI melalui proses belajar mengajar yang diajarkan pada peserta didik SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. c. Bagi Penulis Bagi penulis penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai penambahan pengetahuan baru yang kaitannya dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), khususnya mata pelajaran PAI.
6
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Pada dasarnya urgensi kajian pustaka adalah sebagai bahan auto kritis terhadap penelitian yang ada, baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya, sekaligus sebagai bahan komparatif terhadap kajian yang terdahulu. Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama atau hampir sama dari seseorang, baik dalam bentuk skripsi, buku dan dalam bentuk tulisan yang lainnya. Maka penulis akan memaparkan beberapa bentuk tulisan yang ada kaitannya dengan penelitian yang peneliti lakukan, diantaranya: 1.
Skripsi Abdur Rohman NIM: 3104170 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2009 dengan judul “Problematika PAI bagi Peserta Didik Autis dan cara mengatasinya (Studi kasus di SDLB-C SLB N Semarang”. Bentuk penelitian adalah penelitian kualitatif. Dalam skripsi tersebut dipaparkan bahwa problem pembelajaran PAI di SDLB-C SLB N Semarang, diantaranya: aspek pembelajaran yang dicapai adalah peserta didik masih belum bisa bersikap mandiri, belum adanya buku pegangan khusus untuk peserta didik Autis dan minimnya jam pelajaran PAI, kurang adanya inovasi dalam pembelajaran. Sedangkan solusi yang ditawarkan untuk mengatasi problem tersebut adalah: dari aspek tujuan diantaranya: perlunya dari dorongan orang tua dan guru, perlunya sikap sayang, kesabaran yang dimiliki seorang guru kepada peserta didik, memberi jam tambahan untuk pembelajaran PAI, guru PAI harus segera menggunakan media Audio-visual dalam proses pembelajaran. Guru PAI harus bisa memberikan inovasi-inovasi kepada peserta didik supaya mempunyai semangat yang lebih dan tidak jenuh dalam pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil penelitian ini bisa disimpulkan bahwa, problematika PAI bagi peserta autis diantaranya adalah: peserta didik masih belum bisa bersikap mandiri, belum adanya buku pegangan khusus untuk peserta didik, dan kurang adanya inovasi dalam pembelajaran
7
2.
Penelitian Henny Prasetyanning Wati dengan judul “Studi Analisis Teknik Evaluasi Aspek Afektif Mata Pelajaran PAI di SMA 3 Semarang” Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang lulus 2005. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana teknik evaluasi afektif pada mapel PAI di sekolah umum yang cakupan materinya lebih luas dari pada mapel Akidah Akhlak. Skripsi ini banyak berbicara tentang teknik evaluasi, yang difokuskan pada ranah afektif, sedangkan hasil penelitian ini banyak memaparkan tentang ruang lingkup afektif, materi, penilaian afektif. Skripsi ini juga memaparkan penilaian PAI dalam ranah afektif, teknik evaluasi afektif PAI, langkahlangkah penilaian afektif, analisa instrumen, serta evaluasi hasil belajar. Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah bahwa, evaluasi aspek afektif yang dilakukan di SMA 3 Semarang untuk Mapel PAI adalah sebuah salah satu tehnik evaluasi yang memerlukan keuletan, dan perhatian yang ekstra dari berbagai pihak, baik dari guru mapel maupun dari tenaga kependidikan lainnya. Evaluasi dari segi afektif ini berbeda dengan evaluasi aspek kognitif ataupun aspek psikomotor.
Proses evaluasi yang
berkesinambungan dan berkelanjutan, karena memang evaluasi aspek afektif ini memerlukan sebuah tahapan dan kesadaran dari peserta didik. 3.
Penelitian Siti Rukhanti NIM: 3104082 dengan judul “Pelaksanaan Evaluasi Hasil Belajar PAI siswa kelas VII di SMP Negeri I Anjatan Indramayu Tahun Ajaran 2008/2009” Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang lulusan tahun 2009. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan evaluasi belajar PAI peserta didik kelas VII di SMP Negeri Anjatan Indramayu tahun ajaran 2008/2009 terdiri dari evaluasi satuan kegiatan, evaluasi setelah beberapa kegiatan dan evaluasi akhir kegiatan. evaluasi tersebut berupa ulangan harian, ulangan praktek, mid semester dan semester. Secara umum evaluasi berlangsung kurang baik walaupun pelaksanaannya sudah sesuai dengan prinsip-prinsip evaluasi pendidikan, seperti: prinsip menyeluruh, berkesinambungan, objektivitas, akan tetapi tidak sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Untuk
8
mengukur aspek kognitif peserta didik evaluasi di laksanakan dalam bentuk ulangan harian, mid semester, semester yang berupa tes tertulis, sedangkan untuk mengukur aspek afektif evaluasi dilakukan dengan pengamatan pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sedangkan untuk aspek psikomotor evaluasi dilaksanakan dengan tes identifikasi (praktek). Bisa dilihat lebih lanjut bahwa pelaksanaan evaluasi belajar PAI peserta didik kelas VII di SMP Negeri Anjatan Indramayu pada aspek kognitif lebih banyak mendapat perhatian dari pada aspek afektif dan aspek psikomotor. Dengan kata lain, evaluasi untuk mengukur aspek afektif dan aspek psikomotor dilakukan walaupun seluruh aspek psikomotor hanya dilakukan sekali pada hal pada perencanaan evaluasi aspek psikomotor dilaksanakan tidak hanya sekali dengan perencanaan yang dibuat dalam RPP. Hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan evaluasi belajar PAI peserta didik kelas VII di SMP Negeri Anjatan Indramayu tahun ajaran 2008/2009 masih belum maksimal atau tidak berjalan dengan baik karena pelaksanaan evaluasi untuk aspek afektif dan aspek psikomotor tidak sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dalam RPP. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, sebagaimana penulis paparkan diatas, berbeda dengan penelitian yang akan dikaji oleh penulis dalam skripsi ini. Akan tetapi secara tidak langsung penelitian sebelumnya masih ada kaitannya dengan skripsi ini. Misal saja skripsi Abdur Rahman titik penekanannya pada problematika pembelajaran PAI, skripsi Henny Prasetyanning Wati titik penekanannya pada teknik evaluasi PAI, dan skripsi Siti Rukhanti menekankan pada pelaksanaan evaluasi dalam mencapai hasil belajar PAI. Dari situ penulis bisa menyimpulkan, bahwa skripsi sebelumnya berkaitan dengan evaluasi, baik bentuk maupun teknik pelaksanaan evaluasi itu sendiri, sedangkan dalam skripsi penulis adalah merupakan salah satu prinsip dilakukannya evaluasi, yakni yang berupa KKM. Secara lengkapnya judul skripsi ini adalah problematika pencapaian KKM mata pelajaran PAI dalam Proses belajar mengajar kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara.
9
B. Kerangka Teoritik 1.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
a.
Definisi KKM Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai
ketuntasan dinamakan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). KKM yang dikembangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ini merupakan penyempurnaan dari Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang pernah diterapkan pada kurikulum 2004 (KBK). Ketuntasan belajar dapat diartikan sebagai pendekatan dalam pembelajaran, yang mempersyaratkan peserta didik dalam menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan, bisa disimpulkan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus di peroleh siswa per mata pelajaran. KKM ini harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Kriteria Ketuntasan Minimal ini ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan, atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama dalam penetapan KKM. Sekolah atau Madrasah dapat menetapkan batas atau standar ketuntasan belajar minimal di bawah nilai ketuntasan maksimum 100 (seratus), dengan catatan sekolah atau madrasah harus merencanakan target waktu tertentu untuk mencapai nilai ketuntasan belajar ideal. b. Fungsi dan Tujuan KKM Adapun Tujuan dalam penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal diantaranya: 1) Menentukan target kompetensi yang harus dicapai peserta didik, 2) Sebagai acuan untuk menentukan kompeten atau tidak kompetennya
10
peserta didik dalam suatu mata pelajaran. Terlepas dari tujuan ditetapkannya KKM, maka fungsi ditetapkannya KKM adalah sebagai berikut: 1) Menjadi acuan pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik. 2) Menjadi acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. 3) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi. 4) Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dan peserta didik, serta antara satuan pendidikan dengan masyarakat. 5) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran.1 c. Rambu-rambu KKM Ketuntasan belajar berisi tentang kriteria dan mekanisme penerapan kriteria ketuntasan minimal yang di tetapkan oleh sekolah atau madrasah dengan mempertimbangkan rambu-rambu sebagai berikut: 1) KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran. 2) Penetapan KKM dilakukan oleh forum KKG. 3) KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0-100. 4) KKM maksimum adalah 100. 5) Kriteria ditetapkan untuk masing-masing indikator, idealnya berkisar 75%. 6) KKM dicantumkan dalam LHB peserta didik.2
1
Aadesanjaya, “Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)”, http://aadesanjaya.blogspot. com/2011/01/kriteria-ketuntasan-minimal.html., diakses tangggal 29 juni 2011. 2
Administrator,“KKM dalam Kurikulum KTSP”, http://papantulisku.com/2010/03/KriteriaKetuntasan-Minimal-kkm-dalam.html, diakses pada tanggal 29 juli 2011.
11
Gambar 1 Siklus hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran.3 KKM Indikator
KKM MP
KKM KD
KKM SK
d. Kriteria Penetapan KKM Dalam KBK (2004), kriteria komponen yang dijadikan ukuran penetapan Standar Ketuntasan Minimal Belajar (SKMB) ada empat yaitu: esensial, kompleksitas, daya dukung dan intake, akan tetapi dalam pengembangan KTSP sejak 2006 ini kriteria komponen yang dijadikan ukuran penetapan KKM, mendudukkan semua KD-SK-MP adalah penting atau esensial, sehingga menjadi tiga komponen saja, yaitu: 1) Kompleksitas kompleksitas artinya tingkat kesulitan atau kerumitan setiap indikator, SK dan KD per mata pelajaran yang harus dicapai peserta didik. 2) Intake Intake merupakan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik pada sekolah atau madrasah yang bersangkutan. 3) Daya dukung Daya dukung yaitu kemampuan sumber daya pendukung dalam menyelenggarakan pembelajaran pada masing-masing sekolah atau madrasah.4 Di samping itu bisa juga faktor-faktor yang mendukung dalam proses pembelajaran, seperti: tenaga, sarana dan prasarana pendidikan, biaya, manajemen, komite sekolah atau madrasah, dan stakeholders sekolah atau madrasah.
3
Jamal Ma’mur Asmani, Efektifitas Aplikasi KTSP di Sekolah, (Jogjakarta: Bening, 2010), hlm. 199. 4
Muhaimin, dkk, Pengembangan Model KTSP Pada Sekolah dan Madrasah, (Jogjakarta: Madrasah Development Center, 2007), hlm.97 -98.
12
e. Menafsirkan KKM Dalam menentukan atau menetapkan nilai setiap kriteria KKM, guru kelompok mata pelajaran dapat menetapkan sendiri sesuai kondisi sekolah, atau dapat membuat kesepakatan dengan forum MGMP. Ada beberapa cara untuk menetapkan kriteria penilaian, yaitu antara lain: 1) Menggunakan penilaian skala, dengan memberikan poin angka-angka pada setiap kriteria yang ditetapkan: a) Intake
: - Sangat Tinggi
b) Kompleksitas:
c) Daya Dukung:
=4
- Tinggi
=3
- Sedang
=2
- Rendah
=1
- Sangat Tinggi
=1
- Tinggi
=2
- Sedang
=3
- Rendah
=4
- Sangat Tinggi
=4
- Tinggi
=3
- Sedang
=2
- Rendah
=1
Contoh: Jika indikator memiliki kriteria: kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi, dan intake peserta didik sedang, maka nilainya adalah: (2+3+2) X 100= 58.33 12 2) Menggunakan rentang nilai pada setiap kriteria: a)
Intake
:
b) Kompleksitas:
- Sangat Tinggi
= 86-100
- Tinggi
= 70-85
- Sedang
= 55-69
- Rendah
= ...<54
- Sangat Tinggi
= ...<54
- Tinggi
= 55-69
13
c) Daya Dukung:
- Sedang
= 70-85
- Rendah
= 86-100
- Sangat Tinggi
= 86-100
- Tinggi
= 70-85
- Sedang
= 55-69
- Rendah
= ...<545
Contoh; Jika indikator memiliki kriteria: kompleksitas rendah, daya dukung tinggi dan intake peserta didik sedang, maka nilainya: (90+85+65) = 80 3 f. Langkah-langkah KKM Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penentuan KKM adalah sebagai berikut: 1) Guru atau kelompok menetapkan KKM mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik. 2) Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian. 3) KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan. 4) KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua atau wali peserta didik.6 g. Analisis KKM Pencapaian KKM perlu dianalisis untuk dapat ditindak lanjuti sesuai dengan hasil yang diperoleh. Tindak lanjut diperlukan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pembelajaran, maupun 5
Muhaimin, dkk, Pengembangan Model KTSP Pada Sekolah dan Madrasah, hlm. 101-
102. 6
Fahrudin, “Kriteria Ketuntasan Minimal ketuntasan-minimal-kkm/, diakses pada 29 Juli 2011.
(KKM)”,
http://itusudah.com/kriteria-
14
penilaian. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan penetapan KKM pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya. Analisis pencapaian KKM bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian KKM yang telah ditetapkan. Setelah selesai melaksanakan penilaian setiap KD, kemudian dilakukan analisis pencapaian KKM. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan analisis rata-rata hasil pencapaian peserta didik terhadap KKM yang telah ditetapkan pada setiap pelajaran. Manfaat hasil analisis disini adalah sebagai dasar untuk meningkatkan kriteria ketuntasan minimal pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya. Analisis
pencapaian KKM
dilakukan berdasarkan hasil
pengolahan data perolehan nilai setiap peserta didik per mata pelajaran. Mekanisme pelaksanaan analisa pencapaian standar ketuntasan belajar, diantaranya: 1) Analisis pencapaian standar ketuntasan belajar dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data perolehan nilai setiap peserta didik per mata pelajaran saat yang bersangkutan mengikuti pelajaran. 2) Hasil pengkajian dimaksud, selanjutnya dianalisis dan direkap. 7 Tabel I kriteria penetapan KKM dalam Analisis8 Kriteria Ketuntasan Minimal Kompetensi Dasar dan Indikator
Kriteria Penetapan Ketuntasan Kompleksitas
Daya Dukung
Nilai KKM
Intake
Formula penghitungan nilai kesimpulan KKM per semester / pertahun Nilai Kriteria (K+D+I) X 100 = KKM Per KD & Indikator 12 (skor maksimum) 7
Khaeruddin, dkk, KTSP Konsep dan Implementasinya di Madrasah, (Jogjakarta: MDC Jateng Kerjasama dengan PILAR MEDIA, 2007), hlm.239. 8
Jamal Ma’mur Asmani, Efektifitas Aplikasi KTSP di Sekolah, hlm. 203.
15
Keterangan: K=kompleksitas D=daya dukung I = Intake KKM SK=Rata-rata dari seluruh Jumlah nilai KKM KD dan Indikator KKM MP (per smtr/th)= Rata-rata dari seluruh jumlah KKM SK-KD dan Indikator dalam semester/satu tahun. Tabel 2 Analisis Pencapaian Ketuntasan Belajar Peserta Didik Per KD Pencapaian Ketuntasan Belajar Peserta Didik/KD SK 1 SK 2 SK3 KD KD KD 1.1 1.2 dst 2.1 2.2 dst 3.1 3.2 dst
No Nama Siswa KKM
Jmlh siswa frekwensi
1 2 3 Dst Rata-rata Ketuntasan (dalam %) ≤ 49 50-74 75-100
belajar
≥ KKM sekolah
h. Cara Menentukan KKM Adapun cara yang ditempuh dalam menetapkan KKM dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menetapkan kriteria komponen yang dijadikan ukuran penetapan ketuntasan belajar minimal. 2) Menaksirkan Kriteria menjadi Nilai. 3) Melakukan analisis dan memberikan kriteria penilaian indikator, KD, SK per mata pelajaran.
16
4) Memasukkan KKM per mata pelajaran dalam LHBS. Tabel 3 KKM Per Mata Pelajaran9 Nama Sekolah
:
Nama Sekolah/Madrasah:
No Induk
:
Tahun Pelajaran
Kelas/Semester
:
No
Mata Pelajaran
SKBM/ KKM
:
Nilai Hasil Belajar Pengetahuan dan Pemahaman Praktek Konsep Angka Huruf Angka Huruf
Sikap/ Afektif
1 2 sdt 2.
Pendidikan Agama Islam (PAI) a. Definisi PAI Untuk mendefinisikan arti Pendidikan Agama Islam tidak cukup hanya dengan satu definisi, tapi bisa lebih dari itu. Sebelum Penulis mendefinisikan tentang Pendidikan Agama Islam secara utuh, maka terlebih dahulu penulis akan sedikit uraikan tentang arti pendidikan secara umum. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No Tahun 2003. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.10 Di dalam Islam sendiri, Istilah Pendidikan, umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah, al-ta’diib, dan al-ta’liim, dari ketiga istilah itu
9
Muhaimin, dkk, Pengembangan Model KTSP Pada Sekolah dan Madrasah, hlm.103.
10
Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.3.
17
yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term altarbiyah. Al-Tarbiyah berasal dari kata “rabb yang arti dasarnya menunjukkan makna tumbuh, memelihara, merawat, mengatur dan menjaga kelestarian atau eksistensinya”.11 Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-tarbiyah terdiri dari empat unsur pendekatan yaitu: memelihara dan menjaga fitrah peserta didik menjelang dewasa (balig); mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan; mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan; melaksanakan pendidikan secara bertahap, dan di dalam Al-Qur’an sendiri, penggunaan term al-Tarbiyah untuk makna pendidikan Islam terdapat pada QS Al-Isra’: 24.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil (Q.S. Al-Isra’/17: 24).12 Terkait pendidikan disini, Islam sebagai pandangan hidup yang berdasarkan nilai-nilai Illahiyah, baik termuat dalam Al-Qur’an maupun Sunnah Rasul, diyakini mengandung kebenaran mutlak yang bersifat transendental, universal, dan abadi, sehingga secara akidah diyakini oleh pemeluknya akan selalu sesuai dengan fitrah manusia, artinya memenuhi kebutuhan manusia kapan dan dimana saja (likulli zamanin wa makanin)13. Bertolak dari definisi pendidikan menurut pandangan Islam, dan mengingat betapa luas dan kompleksitasnya risalah islamiyah, maka sebenarnya yang dimaksudkan dengan pengertian pendidikan Agama Islam adalah “usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan 11
Al-Rusyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Edisi Revisi, (Ciputat: PT.Ciputat Press, 2005), hlm. 25-26. 12 Departemen Agama, Al-‘Aliyy, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro: 2002), hlm. 227. 13
Achmadi, Idiologi Pendidikan Islam,Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005), hlm. 83.
18
fitrah keberagaman (religiositas) subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam”.14 Selanjutnya, beberapa pendapat ahli Pendidikan mengenahi definisi Pendidikan Agama Islam yang berbeda-beda. Menurut Zakiyah Darajat: Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran Agama Islam, yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik. agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan menjadikan ajaranajaran Agama Islam yang telah dipelajarinya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran Agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya dari keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat kelak.15 Menurut Muhaimin sendiri, PAI adalah “transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspek”.16 Berpijak dari definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa, Pendidikan Agama Islam ialah sebagai suatu usaha bimbingan dan usaha untuk menstransformasi dan menginternalisasi ilmu pengetahuan serta nilai-nilai terhadap peserta didik, supaya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami, mengamalkan serta menjadikan ajaran-ajaran Agama Islam sebagai pandangan hidupnya, sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak. Dalam hal ini PAI tidak hanya sekedar mengajarkan atau mentransfer ilmu-ilmu tentang agama kepada peserta didik, tetapi juga berupaya melestarikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan, baik individu maupun sosial. Dalam Islam nilai-nilai tersebut dimaksudkan untuk mensucikan pribadi dan dapat membentuk menjadi generasi yang memiliki karakter, budi pekerti, kepribadian yang kokoh, dan kepribadian muslim yang utuh. 14
Achmadi, Idiologi Pendidikan Islam,Paradigma Humanisme Teosentris, hlm. 29.
15
Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 86.
16
Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda, 1993), hlm. 136.
19
b. Tujuan dan fungsi Pendidikan Agama Islam Tujuan merupakan sesuatu hal yang dominan dalam pendidikan, tujuan yang jelas akan memperjelas pula dengan apa yang ingin dicapai. Sebagaimana tujuan pendidikan Nasional Indonesia sendiri, tujuan yang menggambarkan kualitas manusia. Kualitas manusia yang baik menurut pandangan Bangsa Indonesia adalah “manusia pembangunan pancasila, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat menumbuhkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai Bangsa dan sesama manusia”.17 Al-Syaibani, salah seorang tokoh pendidikan dari Tripoli University memberikan rumusan tentang prinsip-prinsip yang dijadikan dasar konseptualisasi dalam menetapkan tujuan pendidikan Islam. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah “menyeluruh, keseimbangan, kejelasan, tidak ada pertentangan, realistis dan dapat dilaksanakan, perubahan pada arah yang dapat dikehendaki, menjaga perbedaan-perbedaan perseorangan dan dinamis serta menerima perubahan”.18 Dari prinsip tersebut, dapat dirumuskan tujuan pendidikan Islam yang lebih fungsional sesuai dengan kondisi dan non sosial yang melingkupi proses pendidikan. Tujuan Pendidikan Islam di samping sebagai standar dalam mengukur dan mengevaluasi tingkat pencapaian atau
hasil pelaksanaan pendidikan
Islam, juga sebagai pedoman dan arah proses pendidikan Islam itu sendiri. Secara
horizontal,
pendidikan
Islam
hendaknya
mampu
mengembangkan realitas kehidupan, baik yang menyangkut dengan dirinya, masyarakat, maupun alam semesta beserta segala isinya. Sementara dalam dimensi ketundukan vertikal mengisyaratkan bahwa, pendidikan Islam selain sebagai alat untuk memelihara, memanfaatkan dan melestarikan sumber daya alami, juga hendaknya menjadi jembatan untuk
17 Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Babdung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), hlm. 16. 18
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Firdaus, 2005), hlm. 24.
20
memahami fenomena dan misteri kehidupan dalam upayanya mencapai hubungan yang abadi dengan Khaliqnya. Secara praktis, Muhammad Athiyah al-Abrasyi, merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri dari lima sasaran yaitu: 1) membentuk akhlak mulia; 2) mempersiapkan kehidupan dunia akhirat; 3) mempersiapkan dan mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya; 4) menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik; 5) mempersiapkan tenaga profesional. Tujuan Pendidikan Agama Islam di sini yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang setelah dilakukan pendidikan agama, sasaran yang akan dicapai dalam pendidikan agama Islam ialah “adanya perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu masyarakat dan alam sekitar, atau pun pada proses pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran”.19 Sejalan dengan hal itu, tujuan pendidikan Nasional yang telah ditetapkan dalam ketetapan MPR, terutama Tap MPR/II/1988, yang merupakan aspek utama dari tujuan Pendidikan Nasional, maka tugastugas dan fungsi pendidikan agama adalah “membangun pondasi kehidupan pribadi Bangsa Indonesia, yaitu pondasi sebagai pengendali, pattern of reference spiritual (teladan referensi keagamaan) dan sebagai pengokoh jiwa bangsa melalui pribadi-pribadi yang tahan banting dalam segala cuaca perjuangan”.20 Jadi bisa disimpulkan, bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan pembentukan dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang ajaran Islam, hal itu dimaksud agar manusia muslim
19
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, t.t.), hlm.399. 20
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 141.
21
terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan pada Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, Pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang Agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.21 Terkait dengan fungsi Pendidikan Agama Islam, di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa, Pendidikan
Nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban Bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Maka fungsi Secara esensial, fungsi pendidikan agama Islam, memiliki beberapa fungsi, khususnya di sekolah diantaranya: 1) Mengembangkan, yaitu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah yang telah ditanamkan dalam keluarga. 2) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus dibidang Agama agar bakat tersebut. 3) Perbaikan,
yaitu
untuk
memperbaiki
kesalahan,
kekurangan,
kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 4) Pencegahan, yaitu untuk menyangkal hal-hal yang negatif bagi peserta didik. 21
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hlm.
104.
22
5) Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 6) Sumber Nilai, yaitu untuk memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.22 Dilihat dari segi sosial dan antropologi, fungsi utama PAI adalah “untuk menumbuhkan kreatifitas peserta didik dan menanamkan nilai-nilai baru, sehingga peserta didik akan menjadi manusia yang baik menurut pandangan manusia Esa”.
23
dan baik menurut pandangan Tuhan Yang Maha
Dengan demikian tujuan dan fungsi PAI tak lain dan tak bukan
adalah untuk mengembangkan fitrah keberagaman peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, dengan cara meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam. c. Dasar-dasar PAI Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang bisa dijadikan sebagai landasan kerja, dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Adapun dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, diantaranya adalah: 1) Dasar Yuridis atau Hukum Secara yuridis dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berasal dari Undang-undang yang secara tidak
langsung dapat menjadi
pegangan dalam pelaksanaan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu: (a) Dasar Idiil Yakni “dasar dari filsafat negara pancasila”,24 dimana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung
22 23
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, hlm. 103-104. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 59
24
Zuhairini, et.al., Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981), hlm. 22.
23
pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan yang Maha Esa atau harus beragama. (b) Dasar Struktural atau Konstitusional, Yaitu dasar yang bersumber dari UUD 1945 pasal 29 Ayat 1 dan 2, yang berbunyi: (1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa. (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. (c) Dasar Operasional Yaitu dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan tentang pendidikan agama di sekolah-sekolah di Negara Indonesia. Pelaksanaan
pendidikan
agama
Islam
secara
langsung
dimaksudkan ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar, menengah sampai perguruan tinggi, yang terdapat dalam UU RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) pasal 12 ayat 1, yang berbunyi: “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh peserta didik yang seagama”.25 Dan UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 37 ayat 1, yang berbunyi: “kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama”.26 2) Segi Religius Segi religius yang dimaksud di sini adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam menurut ajaran Islam, sedangkan pendidikan Agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepadaNya. Dalam Al-Qur’an banyak Ayat yang menunjukkan perintah tersebut, diantaranya:
25
Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003),
hlm.10. 26
Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), hlm. 25.
24
(a) QS. An-Nahl:125
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S. AnNahl/16: 125). 27 (b) QS. At-Taubah :122
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (Q.S. At-Taubah/9: 122). 28 3) Aspek Psikologi Psikologi yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat, karena memang hakekat dari arti psikologi sendiri adalah sebuah “ilmu kejiwaan”.29 Hal ini didasarkan pada kehidupan manusia, selain sebagai makhluk individu, dia juga menjadi bagian dari masyarakat, yang dihadapkan pada hal-hal yang membuat
27
Departemen Agama, Al-‘Aliyy, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm.224
28
Departemen Agama, Al-‘Aliyy, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 164.
29
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 1.
25
hatinya tidak tenang dan tidak tentram, “sehingga untuk membuat hati tenang dan tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan”.30 d. Ruang Lingkup PAI 1) Standar Isi Salah satu komponen PAI sebagai sistem pendidikan adalah termuatnya materi atau kurikulum, jika disebut kurikulum, maka ia mengandung pengertian bahwa materi yang diajukan telah disusun secara sistematis dengan tujuan yang hendak dicapai. Kurikulum adalah “program pembelajaran untuk peserta didik, yang disusun secara sistematik oleh lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan”.31 Isi kurikulum tidak hanya dipandang sebagai sejumlah mata pelajaran semata, akan tetapi juga semua kegiatan siswa dan semua pengalaman belajar peserta didik, yang dapat mempengaruhi pribadi siswa sepanjang menjadi tanggung sekolah. Bisa disimpulkan bahwa pada hakekatnya antara apa yang dimaksud dalam uraian materi dan kurikulum mengandung arti sama, yaitu bahan-bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses pendidikan dalam suatu sistem instruksional pendidikan.32 Adapun ruang lingkup PAI mencakup usaha mewujudkan keserasian, keselarasan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Allah SWT, manusia dengan selama manusia, manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar segala hubungan dan aktivitas yang dilakukan manusia sesuai dengan syari’at Islam, kesesuaian antara dunia dan akhirat, serta keseimbangan individu dan sosial.
30
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. RosdaKarya, 2005), hlm. 134. 31
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, Algesindo, 1995), hlm. 2-3. 32
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm 240.
26
Pendidikan Agama Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, tetapi secara garis besar menurut Zuhairi dapat digolongkan menjadi tiga, yang terdapat pada buku karangan Mukhtar, dengan judul Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu: (a) Akidah, adalah bersifat iktikad batin yang mengajarkan ke-Esaan Allah SWT sebagai Tuhan
yang menciptakan, mengatur dan
meniadakan alam ini. (b) Syariat, adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan YME, guna mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia. (c) Akhlak, adalah suatu yang mengajarkan tata pergaulan hidup manusia.33 Adapun Ruang lingkup PAI di SMP meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Al-Qur’an, 2) Akidah, 3) Akhlak, 4) Fiqih, 5) Tarikh dan kebudayaan Islam. Masing-masing komponen tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Al-Qur’an-hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan sumber akidah akhlak, fikih (ibadah muamalah), sehingga kajiannya berada disetiap unsur tersebut. Akidah (Ushuluddin) atau keimanan merupakan akar atau pokok agama. Syari’ah atau fikih (ibadah muamalah) dan akhlak bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup). Syari’at atau fikih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau
kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem
norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sejarah kebudayaan Islam merupakan
33
Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: C.V. Misaka Galiza, 2003), hlm. 36.
27
perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan yang dilandasi oleh akidah. Dilihat dari sistematika ajaran Islam, maka unsur-unsur pokok itu memiliki kaitan yang sangat erat, sebagaimana yang tergambar dibawah ini:34 Gambar 2 SISTEMATIKA AJARAN ISLAM ISLAM Al-Qur’an dan sunnah
Ibadah Syariah Akidah
Muamalah Akhlak
Sistem Kehidupan
1. Politik 2. Ekonomi 3. Sosial 4. Pendidikan 5. Kekeluargaan 6. Kebudayaan/seni 7. Iptek 8. Orkes 9. Lingkungan Hidup 10.Hankam
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan diri sendiri, serta hubungan manusia dengan alam sekitarnya. 2) SK, KD dan SKL PAI Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan
34 Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 79.
28
indikator pencapaian kompetensi guna keperluan penilaian. SKL sendiri adalah
“kualifikasi
kemampuan
pengetahuan, dan keterampilan”. pada
jenjang
pendidikan
35
lulusan
yang
mencakup.
sikap,
Standar Kompetensi Kelulusan (SKL)
menengah
kejuruan
bertujuan
untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Berikut dijelaskan mengenai SK dan KD pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP), khususnya kelas IX. Kelas IX semester I Standar Kompetensi Al-Qur’an dan Hadits 1. Memahami ajaran AlQur’an surat At-Tin 2. Memahami ajaran Al-Hadis tentang menuntut ilmu
Akidah 3. Meningkatkan keimanan kepada hari akhir
Akhlak 4. Membiasakan perilaku terpuji
Fikih 5. Memahami hukum Islam tentang penyembelihan 35
Kompetensi Dasar 1.1 Membaca QS. At-Tin dengan tartil 1.2 Menyebutkan arti QS. At-Tin 1.3 Menjelaskan makna QS At-Tin 2.1 Membaca Hadis tentang menuntut ilmu 2.2 Menyebutkan arti hadis tentang menuntut ilmu 2.3 Menjelaskan makna menuntut ilmu seperti dalam Al Hadis 3.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada hari akhir 3.2 Menyebutkan ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hari akhir 3.3 Menceritakan proses kejadian kiamat sughro dan kubro seperti terkandung dalam Al-Qur’an Al- Hadits 4.1 Menjelaskan pengertian qana’ah dan tasamuh 4.2 Menampilkan contoh perilaku kana’ah dan tasamuh 4.3 Membiasakan perilaku kana’ah dan tasamuh dalam kehidupan seharihari 5.1 Menjelaskan tatacara penyembelihan hewan 5.2 Menjelaskan ketentuan akikah dan kurban
E Mulyasa, KTSP Suatu Panduan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),
hlm. 90.
29
hewan 6. Memahami hukum Islam tentang haji dan umroh
Tarikh dan Kebudayaan 7. Memahami sejarah perkembangan Islam di Nusantara
5.3 Memperagakan cara penyembelihan hewan akikah dan hewan kurban 6.1 Menyebutkan pengertian dan ketentuan haji dan umroh 6.2 Memperagakan pelaksanaan ibadah haji dan umroh 7.1 Menceritakan sejarah masuknya Islam di Nusantara melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran 7.2 Menceritakan sejarah beberapa kerajaan Islam di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Semester : 2 (Genap) Standar Kompetensi (Al-Quran dan Al-Hadits)
Kompetensi Dasar 8.1.Menampilkan bacaan Q.S. AlInsyirah dengan tartil dan benar 8. Memahami Al-Qur’an surat 8.2. Menyebutkan arti Q.S. Al-Insyirah Al-Insyirah 8.3.Mempraktikkan perilaku dalam bekerja dan selalu berserah diri kepada Allah seperti dalam Q.S. alInsyirah 9.1.Membaca Al-Hadits tentang (Al-Quran dan Al-Hadits) kebersihan 9. Memahami ajaran Al-Hadits 9.2. Menyebutkan arti Al-Hadits tentang kebersihan tentang kebersihan 9.2. Menampilkan perilaku bersih seperti dalam Al-Hadits 10.1.Menyebutkan ciri-ciri beriman (Aqidah) kepada qadha dan qadar 10. Meningkatkan keimanan 10.2.Menjelaskan hubungan antara kepada qadha dan qadar qadha dan qadar 10.3.Menyebutkan contoh-contoh qadha dan qadar dalam kehidupan sehari-hari 10.4.Menyebutkan ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan qadha dan qadar 11.1. Menyebutkan pengertian takabur (Akhlak) 11.2.Menyebutkan contoh-contoh 11. Menghindari perilaku perilaku takabur tercela 11.3.Menghindari perilaku takabur dalam kehidupan sehari-hari 12.1.Menyebutkan pengertian dan (Fiqih) ketentuan shalat sunnah 12. Memahami tatacara berjama’ah dan munfarid
30
berbagai shalat sunnah
12.2.Menyebutkan contoh shalat sunnah berjama’ah dan munfarid 12.3.Mempraktik-kan shalat sunnah berjama’ah dan munfarid dalam kehidupan sehari-hari (Tarikh dan Kebudayaan 13.1.Menceritakan seni budaya lokal sebagai bagian dari tradisi Islam Islam) 13.2.Memberikan apresiasi terhadap 13. Memahami sejarah tradisi dan upacara adat kesukuan tradisi Islam Nusantara Nusantara 3. Hakekat Pembelajaran Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi antara interaksi guru-peserta didik, peserta didik-peserta didik pada saat pengajaran itu berlangsung. Inilah makna belajar mengajar sebagai suatu proses36. Interaksi guru-peserta didik sebagai makna utama proses pengajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Mengingat kedudukan peserta didik sebagai subjek dan sekaligus juga sebagai objek dalam pengajaran, maka inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran a.
Komponen-komponen Pengajaran Adapun komponen-komponen yang harus terpenuhi dalam proses belajar mengajar meliputi: persoalan yang berhubungan dengan tujuan proses pengajaran, materi atau bahan pengajaran, metode atau alat pengajaran, dan persoalan yang berkenaan dengan penilaian proses pengajaran37 Keempat komponen tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain (interelasi). Secara skematis keempat komponen tersebut dapat dilukiskan pada diagram berikut:
36
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, hlm. 28.
37
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, hlm. 30.
31
Gambar 3 Diagram Komponen dalam Pembelajaran Tujuan Metode dan Alat
Bahan
Penilaian
b. Komunikasi dalam Proses Belajar Mengajar Ada
tiga
pola
komunikasi
yang
bisa
digunakan
untuk
mengembangkan interaksi dinamis antara guru-peserta didik antara lain: 1.) Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah 2.) Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah 3.) Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah c. Kriteria Keberhasilan Belajar Mengajar Dengan adanya kriteria, maka pengajaran dapat diukur, apakah telah sampai pada kriteria ataukah masih jauh, bahkan menyimpang dari kriteria. Mengingat pengajaran suatu proses yang dinamis untuk mencapai suatu tujuan yang telah dirumuskan, maka kita dapat menentukan dua kriteria yang bersifat umum, yaitu: 1) Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya (by process) 2) Kriteria ditinjau dari sudut hasil yang dicapainya (by product) d. Faktor yang Mempengaruhi Belajar-mengajar Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: faktor dari dalam diri peserta didik itu sendiri (faktor internal) dan faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan (faktor eksternal).
32
BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperoleh bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai tujuan pemecahan masalah.1 Metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data yang dikembangkan, sedangkan penelitian itu sendiri adalah suatu proses yang sistematis dan analisis yang logis terhadap informasi (data) untuk tujuan tertentu. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian disini adalah penelitian lapangan (field research), yakni penelitian yang dilakukan melalui pengamatan langsung ke lokasi yang dijadikan objek penelitian, yang berorientasi pada temuan atau gejala yang bersifat alami (naturalistic inquiry). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu “penelitian yang bersifat alat memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan”.2 Berdasarkan sifat masalahnya, maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan “metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya”.3 B. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 - 21 Agustus 2011, pada waktu semester ganjil Tahun pelajaran 2011/2012. 1
Joko Subagyo, Metode Penelitian, Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hlm. 1. 2
Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996), hlm. 174. 3
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktek, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.157.
33
2.
Tempat Penelitian Berdasarkan observasi lingkungan penelitian, maka sekolah yang dijadikan tempat dalam penelitian ini adalah di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara.
C. Sumber Penelitian Sumber data dalam penelitian adalah “subjek dimana data dapat diperoleh”,4 sumber data dalam penelitian ini terdiri dari tiga sumber yaitu: peristiwa yang sedang terjadi, misal saja berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar mapel PAI kelas IX SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, keadaan peserta didik, baik di sekolah maupun di pondok pesantren. Sumber data yang kedua adalah Informan yaitu sumber data berupa manusia, dalam hal ini adalah guru mapel PAI dan tenaga kependidikan lainnya seperti kepala sekolah, waka kurikulum, dan TU. Selanjutnya sumber data yang ketiga atau yang terakhir adalah dokumentasi, yang berupa arsip, baik tentang LHB (khususnya) maupun dokumen-dokumen lainnya yang sifatnya sebagai pendukung maupun pelengkap data, seperti tentang biografi sekolah maupun struktur organisasi lainnya.
D. Fokus Penelitian Adapun fokus penelitian di sini adalah: 1.
Penetapan KKM Penetapan KKM di sini adalah terkait dengan proses awal ditetapkannya
KKM mata pelajaran PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. 2.
Problematika KKM Problematika di sini adalah hal-hal yang menjadi kendala dalam pencapaian
KKM mata pelajaran PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara.
E. Metode Pengumpulan Data Berdasarkan jenis sumber data diatas maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 172.
34
1.
Wawancara (Interview) Wawancara adalah “suatu bentuk komunikasi verbal”,5 Artinya Metode ini
merupakan metode pengumpulan data informasi yang dilaksanakan dengan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih, untuk bertukar informasi maupun ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik. 6 Ciri utama dari interview adalah adanya kontak langsung dengan ciri utama adalah tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee). Untuk memperoleh informasi yang tepat dan obyektif, setiap interviewer harus mampu menciptakan hubungan baik dengan interviewee. Menurut Guba dan Lincoln, jenis wawancara itu ada empat yaitu: wawancara untuk tim atau panel, wawancara tertutup dan wawancara terbuka, wawancara riwayat secara lisan, dan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Dalam hal ini penulis akan menggunakan jenis wawancara yang point empat, yaitu jenis wawancara terstruktur dan tidak struktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan. Penulis menggunakan jenis wawancara ini dengan tujuan mencari jawaban terhadap hipotesa kerja. Untuk jenis wawancara yang tidak terstruktur, penulis gunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal, yang dalam penelitian ini berupa sumber data sekunder, artinya data pendukung. Secara garis besar, metode ini penulis gunakan untuk mendeskripsikan data yang berkenaan dengan apa dan bagaimana problematika pencapaian KKM Mapel rumpun PAI. Untuk wawancara terstruktur, penulis terapkan pada guru Mapel PAI, kepala sekolah, waka kurikulum dan peserta didik kelas IX, sedangkan untuk wawancara tidak terstruktur penulis terapkan pada peserta didik kelas IX.
5
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009), hlm. 113.
6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 317.
35
2.
Dokumentasi Dokumentasi merupakan “teknik penelaahan terhadap referensi-referensi
yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian”.7 Dengan dokumentasi, sebagian besar data yang tersedia adalah berupa catatan, sedangkan sifat utamanya tak terbatas pada ruang dan waktu.8 Hal ini memberikan peluang pada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam maupun sesudahnya. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen, yang
dalam arti luasnya
termasuk monumen, artefak, foto, CD, dan sebagainya. Bentuk dokumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi yang inheren. Dokumen ini bisa berupa aturan lembaga, maper konvensi yaitu kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung di suatu lembaga dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang LHB peserta didik, keadaan peserta didik, keadaan guru atau tenaga kependidikan lainnya, struktur organisasi sekolah, dokumen resmi (surat keputusan, surat instruksi, surat bukti kegiatan yang di keluarkan oleh lembaga yang bersangkutan dan dokumen lainnya) di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. 3.
Observasi Observasi sebagai metode ilmiah adalah merupakan metode pengumpulan
data dengan menulis dan mencatat fenomena yang sedang diteliti secara sistematik. Dalam observasi ini penulis menggunakan metode observasi partisipasi, yaitu pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung berada dalam aktifitas objek pengamatan. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data secara umum atau gambaran berupa pelaksanaan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas IX di IX SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, serta situasi keagamaan yang ada di lingkungan sekolah, di mana keseharian peserta didik tinggal.
7
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta:Gaung Persada Press, 2009), hlm. 219. 8
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif:Komunikasi, Ekonomi, dan Kenijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 144.
36
F. Keabsahan data Untuk menghindari keraguan terhadap hasil penelitian kualitatif. Beberapa peneliti mencoba membangun mekanisme sistem pengujian keabsahan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, teknik triangulasi dimanfaatkan sebagai pengecekan keabsahan data. Triangulasi adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu data”.9 Triangulasi dalam penelitian kualitatif, berfungsi untuk menguji keabsahan informasi dengan pemahaman peneliti, mengenai hal-hal yang diinformasikan informan kepada peneliti, karena pengujian keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik.10 Begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran alat, sehingga substansi kebenaran tergantung pada kebenaran intersubjektif. Oleh karena itu sesuatu yang dianggap benar apabila kebenaran itu mewakili kebenaran orang banyak atau kebenaran stakeholder, maka kebenaran bukan saja muncul dari wacana etik, namun juga menjadi wacana etnik dari masyarakat. Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektifitas proses dan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan baik atau belum . Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai “pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”.
11
Dengan demikian, dapat
ditarik kesimpulan bahwa triangulasi dapat di bagi menjadi tiga triangulasi yaitu: triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, sedangkan triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 9
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Kuantitatif dan Kualitatif, hlm.230.
10
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 204. 11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidika: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV.Alfabeta, 2008), hlm. 372.
37
G. Metode Analisa Data Analisa data dalam sebuah penelitian merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan analisis inilah data akan nampak manfaatnya, terutama dalam pemecah masalah penelitian serta mencapai tujuan akhir penelitian. Analisa data merupakan “proses mencari dan menata data dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi secara sistematis, untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan mengajukannya sebagai temuan bagi yang lain”.12 Untuk meningkatkan pemahaman analisa data, maka analisis perlu dilanjutkan dengan upaya mencari makna atau interpretasi. Interpretasi atau yang disebut penafsiran tidak lain adalah pencarian yang lebih luas tentang penemuan-penemuan. Secara umum, penafsiran adalah penjelasan yang terperinci tentang arti yang sebenarnya dari materi yang sedang dipaparkan.13 Penelitian ini bersifat kualitatif lapangan, sehingga dalam hal ini penelitian menggunakan metode analisis yang disebut analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang bisa diceritakan kepada orang lain”.14 Dalam analisis penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan logika induktif, dimana silogisme dibangun berdasarkan pada hal-hal khusus atau data di lapangan dan bermuara pada kesimpulan-kesimpulan umum. Dalam strategi analisis kualitatif, umumnya tidak digunakan sebagai alat mencari data dalam arti frekuensi akan tetapi di gunakan untuk menganalisis sebuah proses yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang tampak di permukaan itu. Adapun tahapan analisis induktif adalah:
12
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,1996), hlm. 104.
13 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 374. 14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 248.
38
a. Melakukan pengamatan terhadap fenomena, melakukan identifikasi, revisi-revisi dan pengecekan ulang terhadap data yang ada. b. Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh. c. Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi. d. Menjelaskan hubungan-hubungan kategorisasi. e. Menarik kesimpulan-kesimpulan umum. f. Membangun atau menjelaskan teori sedangkan untuk analisanya, penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan menginterpretasikan data dari hasil penelitian, yaitu apa dan bagaimana problematika pencapaian KKM Mapel PAI dalam PBM di kelas IX SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. Karena jenis data yang dihasilkan dalam penelitian kualitatif itu berupa data lunak yang berupa kata-kata, maka langkah-langkah dalam analisis ini menempuh 3 (tiga) langkah utama, yaitu: reduksi data, display atau sajian data, dan verifikasi dan atau penyimpulan data. Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan dan mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan. Sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan dan atau tindakan yang diusulkan. Adapun verifikasi data adalah penjelasan tentang makna data dalam suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukkan alur kausalnya, sehingga dapat diajukan proposisi-proposisi yang terkait dengannya.
39
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah 1. Tinjauan Historis Sejarah merupakan catatan peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang mempunyai arti penting dalam khazanah kepustakaan. Hal inilah yang akan penulis lakukan untuk mengawali data dari hasil penelitian, di SMP Islam Terpadu Amtsilati Bangsri Jepara, atau yang dikenal dengan nama SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. SMP IT Amtsilati berdiri pada tanggal 1 Juli 2007 setelah 5 tahun didirikannya pondok pesantren Darul Falah Bangsri, atau yang dikenal dengan Amtsilati yang tepatnya pada tanggal 1 Mei 2002, dengan di bawah asuhan Kiyai H. Taufiqul Hakim. Jadi SMP IT Amtsilati dan pondok pesantren Darul Falah Amtsilati masih satu yayasan, yaitu yayasan Perkumpulan Badan Amtsilati. Secara historisitas, SMP IT Amtsilati berdiri dipengaruhi oleh dua faktor, baik dari segi eksternal maupun dari segi internal. Berdasarkan faktor eksternal, bahwa SMP IT Amtsilati ini berdiri dengan mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang disebutkan,
bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Di samping itu juga, pendidikan dasar merupakan sektor yang harus menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Dinamika politik, keterbatasan sumber daya ekonomi dan manusia di pemerataan dan perluasan akses, segi kualitas, efisiensi, relevansi dan daya saing serta segi manajemen, maupun pencitraan publik. Dari segi internal, yang melatarbelakangi berdirinya SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara adalah sebagaimana yang dituturkan oleh Pak Deni Ebit Nugroho selaku waka kurikulum, bahwa berdirinya SMP IT Amtsilati adalah sebagai penunjang pendidikan formal bagi santri-santri yang ada di pondok pesantren Darul
40
Falah Amtsilati1. Hal ini disebabkan banyaknya jumlah dari santri putra maupun santri putri yang masih dalam masa-masa sekolah, tak terkecuali santri yang lulusan Sekolah Dasar (SD). Awal mula ide ini ada, berawal dari apa yang dilontarkan oleh pengasuh pondok pesantren yakni H. Taufiqul Hakim serta gagasan yang berasal dari para pengurus pondok pesantren lainnya, hal ini demi terciptanya santri-santri yang berkompeten. Kompeten yang tidak sekedar kompeten ilmu agama saja akan tetapi juga berkompeten dalam bidang teknologi dan informasi. Dengan bekal ilmu peserta didik diharapkan mampu menjadi senjata dalam mengarungi bahtera kehidupan yang serba moderen ini, masa yang sering dikenal dengan dunia Ilmu Pengetahuan Teknologi dan informatika (IPTEK). Demi terwujudnya harapan itu maka jalan alternatif dari Pondok pesantren Darul Falah Amtsilati adalah dengan didirikannya pendidikan formal yakni SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. Pendidikan yang dijadikan sebagai pendidikan penunjang pendidikan Agama yang ada di pondok pesantren Darul Falah Amtsilati. Salah satu diantaranya adalah untuk mengimbangi lajunya persaingan yang semakin tidak terkontrol. Persaingan yang tidak hanya terjadi di dalam Negeri saja bahkan persaingan antar bangsa. Dari beberapa alasan tersebut maka didirikanlah SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, yang tepatnya tanggal 1 Juli 2007.
2. Letak Geografis Secara geografis, SMP IT Amtsilati terletak di Jl. Kenanga II Rt 03 Rw 12 Desa
: Siderojo
Kecamatan
: Bangsri
Kabupaten
: Jepara
3. Struktur Organisasi Sebagai Lembaga pendidikan yang mempunyai tujuan yang hendak dicapai, maka perlunya dibentuk sebuah struktur organisasi, sebuah bagan
yang
menggambarkan sebuah hubungan antara peran dan posisi yang berbeda. Dengan 1
Hasil Wawancara dengan waka kurikulum, Hari Minggu tanggal 14 Agustus 2011, Jam. 14.00 WIB.
41
demikian pembentukan struktur organisasi ini mempunyai peranan yang sangat urgen, supaya apa yang sudah diprogramkan dapat terlaksana secara maksimal. Adapun struktur organisasi yang ada di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara adalah sebagai berikut: Gamabar 4 Struktur Organisasi SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2011/2012 Kepala Sekolah Ali Munif, S.Si Wakil Kepala Sekolah Abdul Aziz Urusan Tata Usaha Kaur TU : Yahya Muhajir Staf TU : - Ahmad Afif -Ahmad Thohir -Hamdan Jauhari
Laboran Sistya Ningsih
Perpustakaan Afita Auliya
Kaur Kurikulum Deni Ebit N.
Kaur Sapras H.Kasno
Kaur Humas M.Suliyanto
Kaur Kesiswaan Nanang Aries
Wakil Kelas Kelas VII A.Murtaji B. Rudi Isdiantoro C. Anang Fahrudin D. Systia Ningsih
Kelas VIII A. Suparjo B. Imron Khoruri C. M.Suliyanto D. Siti Uswatun E. Ali As’ad
Kelas IX A. Deni Ebit N. B. Nanang Aries C. Ibnu Abbas D. H. Kasno E. Indah Purnama Sari F. Yusuf Imami
42
4. Visi-Misi dan Tujuan Sekolah a.
Visi Sekolah Visi SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara adalah Terwujudnya sumber daya manusia yang beriman, berilmu, berakhlaqul karimah serta bertaqwa kepada Allah
b.
Misi Sekolah Untuk mencapai Visi tersebut maka SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara menetapkan indikator sebagai berikut: 1) Terselenggaranya pendidikan dibidang agama yang berpaham ahlussunnah waljama’ah 2) Terselenggaranya pendidikan dibidang ilmu pengetahuan umum dan teknologi 3) Terselenggaranya pembinaan dan penanaman akhlaqul karimah 4) Terselenggaranya praktek ketrampilan siswa baik lewat kegiatan intra maupun ekstra kurikuler Itulah beberapa indikator dari penjabaran misi yang ada di SMP IT Amtsilati demi terwujudnya visi yang telah ditetapkan di atas.
c.
Tujuan Sekolah Berdasarkan Visi dan Misi SMP IT Amtsilati di atas ,maka tujuan yang ingin dicapai pada akhir tahun 2010 / 2011 adalah sebagai berikut: 1) Rata-rata nilai UN minimal 7,50 2) Rata-rata siswa yang diterima di SLTA Favorit 65 % 3) Memiliki tim OR 4) Memiliki tim kesenian yang mampu tampil di tingkat kabupaten 5) Delapan puluh lima persen siswa mampu melaksanakan kegiatan keagamaan 6) Lingkungan belajar yang nyaman 7) Lingkungan, Taman dan tanaman peneduh tertata rapi 8) Memiliki Laboratorium IPA 9) Memiliki Laboratorium Komputer 10) Memiliki Ruang Pembelajaran
43
11)Memiliki kantin yang representatif2
Tujuan diatas dirumuskan berdasarkan visi-misi yang sudah ditetapkan oleh SMP IT Amtsilati, dari tujuan ini diharapkan bisa terwujud dan terlaksana secara maksimal.
5. Kondisi Peserta Didik Kondisi peserta didik yang ada di SMP IT Amtsilati untuk setiap tahunnya berbeda-beda, mulai dari berdirinya SMP IT Amtsilati tahun 2007 dan sampai sekarang. Sedangkan untuk tahun ajaran 2011/2012 sendiri adalah sebagai berikut: Tabel 5 Daftar Peserta didik SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2011/2012 NO
Jenis Kelamin L P 45 46 45 55
Kelas
1 VII
A B C D
VIII
A B C D E
IX
A B C D E F
Jumlah 2
12 9 48 49 -
55
30 25 24 25 -
19 25
Jumlah 3
Jumlah Jumlah Keseluruhan Peserta didik
Jumlah 45 46 45 55 191 12 9 48 49 55 173 30 25 24 25 19 25 148 512
Status Amtsilati Pasca Amtsilati √ √ √ √ √ √ √
√ √ -
√ √ √
√ √ √ -
Di samping segi jumlah peserta didik yang berbeda, dalam lapangannya pun antara peserta didik putra dan putri mereka terpisah dalam ruangan tersendiri-sendiri, misal saja untuk kelas IX, di kelas IX ada enam kelas, dan
2
Dokumentasi SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, Tahun Ajaran 2011/2012.
44
enam kelas itu dua ruangan untuk kelas putri (E dan F) dan empat kelas untuk kelas putra (A, B, C, D), hal ini dilakukan atas dasar penyesuaian yang masih satu lingkungan dengan pondok pesantren.
6. Keadaan Pendidik Pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di SMP IT Amtsilati berjumlah 35 orang, dari sekian jumlah guru yang ada di SMP IT Amtsilati secara akademik, mereka sudah bisa dikatakan sebagai guru yang sudah memenuhi syarat sebagai pendidik, baik kualifikasi akademik maupun sertifikat pendidik. Sebagaimana yang tercantum pada UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 1 ayat 9 dan 12. yang berbunyi bahwa Kualifikasi Akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Sedangkan ayat 12 berbunyi, bahwa sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.3 Di samping syarat akademik yang sudah terpenuhi, secara kompetensi pun sudah terpenuhi, salah satu kompetensi yang dimiliki olah para guru adalah kompetensi profesional, artinya para guru SMP IT Amtsilati mengajar sesuai bidang masing-masing. Misal saja Yusuf Imami selaku guru Bahasa Indonesia, beliau lulusan SI Bahasa Indonesia dan seterusnya. Adapun jumlah keseluruhan pendidik dan tenaga kependidikan adalah sebagaimana tertera tabel di bawah: Tabel 6 Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2011/2012 No 1
Nama Ali Munif, S.Si
Jurusan Kepala Sekolah
Pendidikan Akhir Jenjang Jurusan SI Matematika
Mengampu Mata Pelajaran Matematika
3
Himpunan Undang-undang Republik Indonesia, Guru dan Dosen, SISDIKNAS dan SNP, (Surabaya: Wacana Intelektual, 2009), hlm. 11.
45
2 3 4 5 6 7 8
Abdul Aziz, S.Ag Aang Fahruddin DW Abdullah Hamid Achmad Afif Afita Auliya, S.Pd Ahmad Thohir Ali As’ad, S.Pd.I
Bendahara Guru Team Disiplin Staf TU Guru Guru Guru
9
Andi Saifuddin F, S.Pd Anto Madi, S.Pd Deni Ebit N, S.Si Drs. Bambang Y Fitri Inayah H. Kasno, A.Md Hakimatunnuha Hamdan Jauhar A Hendroyono, S.Sn Ibnu Abbas, S.Ag Imron Choironi, S.Pd Indah P S, S.Pd Kholid Habibi, S.Pd Kustomo M. Suliyanto, S.Ag M. Yahya Muhajir TG Mujiono, S.Pd.I
Guru
Guru
26
Nanang Aries, S.E, S.Pd
Guru
27 28
Team Disiplin Guru
31
Nur Syahid Rudi Isdiantoro, S.Pd Sistya Ningsih, S.Pd Siti Uswatun H, S.Pd Sukarno, S.Si
32 33 34 35
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
29 30
SI SI MA SMK SI MA SI
PBA Bhs. Indonesia Perikanan Bhs. Indonesia IPS PAI
SI
Tadris Biologi
Bhs. Indonesia Bhs. Indonesia Bhs. Inggris Pkn, Seni Budaya IPA
Guru Guru Guru Bendahara Guru Team Disiplin Guru Piket Guru Guru Guru
SI SI SI MA DIII MA SI SI SI SI
PKLO Kimia PMP Bhs. Inggris PAI Pedalangan Bhs. Indonesia Bhs. Inggris
Penjasorkes IPA Pkn Bhs. Inggris PAI Bhs Jawa Bhs. Indonesia Bhs. Inggris
Guru Guru Team Disiplin Guru Guru
SI SI STM SI MA
BK Bhs. Inggris ELKOM PBA -
BK Bhs. Inggris PAI TIK
SI
PAI
SI
Matematika
PAI, Matematika Matematika
Sejarah
IPS, TIK
MA SI
Guru Guru
SI SI
Biologi Matematika
IPA Matematika
Guru
SI
IPA
Suparjo, S.P
Guru
SI
Suriswanto Warkoyo, Amd Yusuf Imami, S.Pd
Team Disiplin Guru Guru
Biologi lingkungan Budidaya Pertanian Matematika Bhs. Indonesia
MA DIII SI
IPA Matematika Bhs. Indonesia
Diantara beberapa guru yang sudah disebutkan di atas, ada salah satu guru yang secara akademik belum memenuhi, baik
kualifikasi akademik
maupun sertifikat pendidik. Seperti Ahmad Thohir selaku guru Bahasa Inggris, beliau hanya lulusan Madrasah Aliyah (MA) dengan jurusan IPS. Akan tetapi
46
secara kompetensi guru beliau sudah terpenuhi. Beliau mendapatkan sertifikat bahasa dari pondok pesantren Darul Falah Amtsilati. Materi bahasa, baik bahasa Inggris maupun bahasa Arab adalah salah satu materi yang diberikan oleh pondok pesantren bagi santri yang pasca Amtsilati, 6 bulan untuk bahasa Arab dan 6 bulan untuk bahasa Inggris. Hal ini peneliti dapat ketika sedang wawancara dengan seksi pendidikan pondok pesantren Amtsilati.4
7. Sarana dan Prasarana Dalam meningkatkan kualitas pengajaran, sarana dan prasarana mempunyai peranan yang sangat penting, demi terciptanya keberhasilan proses belajar mengajar di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. Adapun sarana prasarana yang tersedia di SMP IT Amtsilati adalah sebagai berikut: Tabel 7 Sarana Prasarana SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara No 1
Jenis Sapras Ruangan Kelas
2
Ruang Toilet
7
3
Lapangan
2
4.
Perpustakaan
2
5. 6. 7. 8.
Lab. Komputer Ruang Kepsek Ruang Guru Koperasi
1 1 1 2
Jumlah
Jumlah 12
28
Keterangan 9 Putra 3 Putri 1 Guru 6 Putra 2 Putri 1 Voli 1 Basket 1 Putra 1 Putri 1 Putra 1 Putri Ruangan
Keadaan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Baik Baik
Dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, sebagaimana yang disebutkan di atas, sebenarnya tidak berdiri sendiri, akan
4
Hasil Wawancara dengan Seksi Pendidikan Ponpes amtsilati, Hari Minggu 14/08/2011, Jam 10.00 WIB.
47
tetapi saling memiliki dan saling melengkapi dengan pondok pesantren Darul Falah Amtsilati. Seperti ruangan kelas untuk proses belajar mengajar, lapangan olahraga, koperasi, tempat beribadah maupun kamar mandi. Sedangkan untuk jumlah bisa kurang juga bisa lebih.
B. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara 1.
Langkah-langkah penetapan KKM mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Berdasarkan hasil penelitian selanjutnya, yakni berkenaan dengan proses
penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. Sesuai dengan KTSP di SMP IT Amtsilati. Untuk penetapan KKM setiap mata pelajaran di SMP IT Amtsilati dinyatakan dalam bentuk persentase yang berkisar antara 0 – 100, Kriteria penetapan untuk masing-masing Indikator Pencapaian Kompetensi idealnya berkisar 75%, sedangkan untuk penetapan mata pelajaran P AI kelas IX sendiri ditetapkan sebesar 80. Penetapan KKM ini dibentuk pada awal tahun ajaran baru, sedangkan untuk tahun ajaran 2011/2012 ditetapkan pada tanggal 1 Juli 2011. Untuk forum guru yang terkait dalam penetapan KKM adalah seluruh guru yang ada di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara atau yang disebut dengan forum MGMP SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara.5 Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menetapkan KKM mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati adalah sebagai berikut: a. Semua guru yang ada di SMP IT Amtsilati berkumpul untuk menetapkan KKM mapel PAI kelas IX. Berkenaan dengan penetapan KKM mapel PAI ini, hal-hal yang dilakukan oleh MGMP SMP IT Amtsilati adalah:
5
Hasil Wawancara dengan Pak Ali Munif, sekaku Kepala Sekolah SMP IT Amtsilati, Minggu 7 Agustus 2011.
48
1) Guru menentukan tiga komponen kriteria yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan KKM, dalam bahasan ini adalah mapel PAI kelas IX, ada tiga Kriteria, antara lain: Intake, daya dukung dan kompleksitas. Intake yang dimaksud disini adalah kemampuan rata-rata peserta didik atau kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik, baik segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Dilihat latar belakang setiap peserta didik kelas IX di SMP IT Amtsilati memiliki karakter yang berbeda-beda, baik dari lulusan sekolah sebelumnya, lingkungan keluarga, lingkungan daerah, dimana hal itu sangat berpengaruh pada besar kecilnya nilai KKM yang akan ditetapkan. Untuk mengetahui seberapa jauh intake yang dimiliki oleh peserta didik, bisa dilihat dari hasil tes seleksi penerimaan peserta didik baru, maupun rapor kelas terakhir dari tahun sebelumnya. Di SMP IT Amtsilati sendiri, dalam menetapkan KKM mapel PAI kelas IX, forum MGMP SMP IT Amtsilati mengacu pada rapor kelas terakhir dari tahun sebelumnya, yakni kelas VIII semester genap Tahun Ajaran 2010/2011. Selain nilai rapor yang menjadi acuan MGMP dalam menentukan KKM mapel PAI, forum MGPM SMP IT Amtsilati juga melihat berdasarkan kebiasaan peserta didik yang bertempat tinggal di pondok pesantren, di mana notabene berbasis Islam, jadi peserta didik tidak hanya di sekolah saja untuk mendapatkan materi keagamaan, akan tetapi di pondok pesantren mereka pun juga mendapatkannya. Berdasarkan alasan-alasan itulah forum MGMP SMP IT Amtsilati menetapkan intake sebagai salah satu komponen kriteria KKM mapel PAI kelas IX sebesar 80, di mana nilai tersebut sudah melampaui apa yang sudah distandarkan oleh pendidikan nasional. Kriteria yang kedua adalah kompleksitas. Kompleksitas yang dimaksud di sini adalah tingkat kerumitan atau kesulitan yang ada pada Standar Kompetensi – Kompetensi Dasar mapel PAI kelas IX, sedangkan untuk kompleksitas yang ditetapkan oleh forum MGMP di SMP IT Amtsilati juga sebesar 80. Alasan ini juga dipengaruhi oleh alasan di atas, yakni selain materi yang didapat dari sekolah, peserta didik juga mendapatkan dari pondok
49
pesantren. Jadi para guru punya tingkat kepercayaan, bahwa kompleksitas yang ada pada SK-KD mapel PAI akan mudah dicapai oleh peserta didik. Komponen kriteria KKM terakhir yang menjadi pertimbangan penetapan KKM mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati adalah daya dukung, yaitu hal-hal lain yang bisa membantu kelancaran proses pembelajaran, seperti pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, manajemen yang ada di sekolah, dan lain-lain. Untuk daya dukung yang seperti sudah disebutkan diatas sudah terpenuhi di SMP IT Amtsilati, jadi untuk penetapan daya dukung yang ditetapkan juga sebesar 80. 2) Setelah guru menentukan ketiga komponen kriteria yaitu intake, daya dukung dan kompleksitas, kemudian dari ketiga komponen itu, forum MGMP SMP IT Amtsilati menetapkan seberapa besar nilai yang ditetapkan dan penetapan nilai itu dengan menggunakan rentang nilai dalam bentuk prosentase . Sebagaimana penjelasan di bawah ini: Kompleksitas: Sangat Kompleks
= Kurang dari 60;
Cukup Kompleks
= 60 s.d. 79;
Sederhana
= 80 s.d. 100;
Intake Siswa (Kemampuan Rata-rata Siswa/Input): Tinggi
= 80 s.d. 100;
Sedang
= 60 s.d. 79;
Rendah
= Kurang dari 60;
Sarana Pendukung: Sangat Mendukung
= 80 s.d. 100;
Mendukung
= 60 s.d. 79;
Kurang Mendukung = Kurang dari 60 3) Langkah ketiga yang dilakukan forum MGMP setelah menaksirkan kriteria menjadi nilai, kemudian forum MGMP melakukan analisis dan memberikan kriteria penilaian indikator, KD, SK per mata pelajaran. Sebagaimana uraian dibawah ini:
50
Tabel 8 Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) Mapel PAI Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2011/2012 Sekolah Kelas Mata Pelajaran Semester
SK
: SMP IT Amtsilati : IX (Sembilan) : Pendidikan Agama Islam : 1(satu)
KD
1.1. Membaca (Al-Qur’an QS. at-Tin dan Hadits) dengan 1.Memahami tartil ajaran alQuran surat at-Tin
Penentuan KKM dari faktor
Indikator
1. Membaca potonganpotongan ayat dalam QS. at-Tin dengan benar 2. Membaca keseluruhan ayat dalam QS. at-Tin dengan tartil dan benar KKM KOMPETENSI DASAR 1.1. 1.2. 1. Mengartikan masingMenyebutk masing kata dalam an arti QS. QS. at-Tin dengan at-Tin benar. 2. Mengartikan masingmasing ayat dalam QS. at-Tin dengan benar. 3. Mengartikan keseluruhan ayat dalam QS. at-Tin dengan benar. KKM KOMPETENSI DASAR 1.2. KKM STANDAR KOMPETENSI 1 2.1. Membaca 1. Membaca setiap kata (Al-Qur’an al-Hadits yang ada dalam aldan Hadis) 2.Memahami tentang Hadits tentang menuntut menuntut ilmu ajaran alilmu dengan benar Hadits tentang
KKM
K
DD
I
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80 80 80
80
80
80
80
51
2.Membaca keseluruhan al-Hadits tentang menuntut ilmu dengan benar KKM KOMPETENSI DASAR 21 2.2. 1. Mengartikan setiap Menyebutk kata yang ada dalam an arti alal-Hadits tentang Hadits menuntut ilmu tentang dengan benar menuntut 2. Mengartikan ilmu keseluruhan al-Hadits tentang menuntut ilmu dengan benar KKM KOMPETENSI DASAR 2.2 2.3. 1. Menjelaskan makna Menjelaska yang terkandung n makna dalam al-Hadits menuntut tentang menuntut ilmu ilmu seperti 2. Menjelaskan arti dalam almenuntut ilmu seperti Hadits yang terkandung dalam al-Hadits 3. Menjelaskan prinsipprinsip menuntut ilmu seperti terdapat dalam al-Hadits KKM KOMPETENSI DASAR 2.3 KKM STANDAR KOMPETENSI 2 3.1. 1. Menjelaskan (Akidah) 3.Meningkatk Menjelaska pengertian hari akhir n an 2. Menjelaskan namapengertian keimanan nama hari akhir beriman kepada hari 3. Menjelaskan kepada hari akhir berbagai peristiwa akhir terkait dengan hari akhir 4. Menjelaskan pengertian beriman kepada hari akhir 5. Menjelaskan hikmah beriman kepada hari akhir menuntut ilmu
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
52
KKM KOMPETENSI DASAR 3.1 3.2. 1. Menyebutkan ayatMenyebutk ayat al-Quran yang an ayat almenegaskan iman Quran yang kepada hari akhir berkaitan 2. Menyebutkan ayatdengan hari ayat al-Quran yang akhir menjelaskan tandatanda datangnya hari akhir 3. Menyebutkan ayatayat al-Quran yang menjelaskan berbagai peristiwa yang terjadi pada hari akhir KKM KOMPETENSI DASAR 3.2 3.3. 1. Menjelaskan Menceritak pengertian kiamat an proses sughra dan tandakejadian tandanya seperti kiamat terkandung dalam alsughra dan Quran dan al-Hadits kubra 2. Menjelaskan seperti pengertian kiamat terkandung kubra dan tandadalam altandanya seperti Quran dan terkandung dalam alal-Hadits Quran dan al-Hadits 3. Menjelaskan proses kejadian kiamat sughra dan kubra seperti terkandung dalam al-Quran dan al-Hadits KKM KOMPETENSI DASAR 3.2 KKM STANDAR KOMPETENSI 3 4.1. 1. Menjelaskan (Akhlak) Menjelaska pengertian qana'ah 4. n dan menyebutkan Membiasak pengertian dalilnya an perilaku qana'ah terpuji 2. Menjelaskan dan pengertian tasamuh tasamuh dan menyebutkan dalilnya
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80 80
80
80
80
80
80
80
80
53
KKM KOMPETENSI DASAR 4.1 4.2. 1. Menunjukkan Menampilk contoh-contoh an contoh 80perilaku qana’ah perilaku dalam kehidupan qana'ah sehari-hari dan tasamuh 2. Menunjukkan contoh-contoh perilaku tasamuh dalam kehidupan sehari-hari KKM KOMPETENSI DASAR 4.2 4.3. 1. Membiasakan Membiasak perilaku qana'ah dan an perilaku tasamuh dalam qana'ah lingkungan keluarga dan 2. Membiasakan tasamuh perilaku qana'ah dan dalam tasamuh dalam kehidupan lingkungan sekolah sehari-hari 3. Membiasakan perilaku qana'ah dan tasamuh dalam lingkungan masyarakat KKM KOMPETENSI DASAR 4.3 KKM STANDAR KOMPETENSI 4 5.1. 1. Menjelaskan (Fikih) Menjelaska pengertian 5. Memahami n tatacara penyembelihan hukum penyembeli hewan dan dasar Islam han hewan hukumnya tentang penyembelih 2. Menjelaskan tatacara an hewan penyembelihan hewan yang baik dan benar 3. Menunjukkan dalil naqli terkait dengan penyembelihan hewan. KKM KOMPETENSI DASAR 5.1 5.2. 1. Menjelaskan Menjelaska pengertian aqiqah dan n ketentuan qurban serta dasar aqiqah dan hukumnya
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
54
qurban
2. Menjelaskan syaratsyarat aqiqah dan qurban 3. Menjelaskan perbedaan antara aqiqah dan qurban 4. Menyebutkan dalil naqli terkait dengan aqiqah dan qurban KKM KOMPETENSI DASAR 5.280 5.3. 1. Menjelaskan tatacara Memperag penyembelihan hewan akan cara aqiqah dan qurban penyembeli 2. Memperagakan han hewan penyembelihan hewan aqiqah dan aqiqah dan qurban di qurban depan kelas KKM KOMPETENSI DASAR 5.3 KKM STANDAR KOMPETENSI 5 6.1. 1. Menjelaskan (Fikih) Menyebutk pengertian haji dan 6. Memahami an umrah serta dasar hukum pengertian hukumnya Islam dan tentang haji 2. Menjelaskan syaratketentuan dan umroh syarat haji dan umrah haji dan 3. Menjelaskan rukun umrah dan wajib haji serta perbedaan antara keduanya 4. Menjelaskan rukun umrah 5. Menjelaskan sunnah haji dan umrah 6. Menjelaskan larangan-larangan pada waktu melaksanakan ibadah haji dan umrah. 7. Menunjukkan dalil naqli terkait dengan ibadah haji dan umrah 8. Menjelaskan hikmah dan fungsi ibadah haji dan umrah KKM KOMPETENSI DASAR 6.1
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80 80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
55
6.2. Memperag akan pelaksanaa n ibadah haji dan umrah
1. Menjelaskan bentukbentuk pelaksanaan ibadah haji dan umrah 2. Menjelaskan tatacara pelaksanaan ibadah haji dan umrah 3. Memperagakan pelaksanaan ibadah haji dan umrah dengan melakukan manasik haji di sekolah KKM KOMPETENSI DASAR 6.2 KKM STANDAR KOMPETENSI 6 (Tarikh dan 7.1. Membaca 1. Menceritakan sejarah dan masuknya Islam di Kebudayaan menelaah Nusantara melalui Islam) berbagai perdagangan 7. Memahami literatur perkembang 2. Menceritakan sejarah sejarah an Islam di masuknya Islam di tentang Nusantara Nusantara melalui masuknya hubungan sosial Islam di 3. Menceritakan sejarah Nusantara masuknya Islam di Nusantara melalui pendidikan dan pengajaran. KKM KOMPETENSI DASAR 7.1 7.2. 1. Menceritakan Menceritak beberapa kerajaan an Islam di Jawa beberapa 2. Menceritakan kerajaan beberapa kerajaan Islam di Islam di Sumatera Jawa, 3. Menceritakan Sumatera, beberapa kerajaan dan Islam di Sulawesi Sulawesi 4. Menceritakan beberapa kerajaan Islam di luar Jawa, Sumatera, dan Sulawesi KKM KOMPETENSI DASAR 7.2 KKM STANDAR KOMPETENSI 7 KKM SEMESTER 1 (SATU)
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80 80
56
Semester SK
: 2 ( Dua ) KD
8.1. (Al-Qur’an Menampilk dan Hadits) an bacaan 8. Memahami QS. alal Qur’an Insyirah surat aldengan Insyirah tartil dan benar
Indikator
1. Membaca potonganpotongan ayat dalam QS. al-Insyirah dengan benar. 2. Membaca keseluruhan ayat dalam QS. al-Insyirah dengan tartil dan benar KKM KOMPETENSI DASAR 8.1. 8.2. 1. Mengartikan masingMenyebutk masing kata dalam an arti QS. QS. al-Insyirah al-Insyirah dengan benar 2. Mengartikan masingmasing ayat dalam QS. al-Insyirah dengan benar 3. Mengartikan keseluruhan ayat dalam QS. al-Insyirah dengan benar KKM KOMPETENSI DASAR 8.2 8.3. 1. Menjelaskan makna Memprakti yang terkandung kkan dalam QS. alperilaku Insyirah. dalam 2. Menjelaskan makna bekerja dan bekerja keras dan selalu berserah diri kepada berserah Allah seperti diri kepada terkandung dalam QS. Allah al-Insyirah seperti 3. Menunjukkan dalam QS. contoh-contoh al-Insyirah perilaku dalam . bekerja keras dan selalu berserah diri kepada Allah seperti terkandung dalam QS. al-Insyirah
Penentuan KKM dari Faktor
KKM
K
DD
I
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
57
4. Mempraktikkan perilaku dalam bekerja keras dan selalu berserah diri kepada Allah seperti dalam QS. al-Insyirah dalam kehidupan sehari-hari KKM KOMPETENSI DASAR 8.3. KKM STANDAR KOMPETENSI 8 9.1. Membaca 1. Membaca setiap kata (Al-Qur’an al-Hadits yang ada dalam aldan Altentang Hadits tentang Hadits) kebersihan kebersihan dengan 9. Memahami benar ajaran alHadits 2. Membaca tentang keseluruhan al-Hadits kebersihan tentang kebersihan dengan benar KKM KOMPETENSI DASAR 9.1 9.2. 1. Mengartikan setiap Menyebutk kata yang ada dalam an arti alal-Hadits tentang Hadits kebersihan dengan tentang benar kebersihan 2. Mengartikan keseluruhan al-Hadits tentang kebersihan dengan benar KKM KOMPETENSI DASAR 9.2 9.3. 1. Menjelaskan makna Menampilk kebersihan seperti an perilaku terkandung dalam albersih Hadits seperti 2. Menampilkan dalam alperilaku bersih seperti Hadits. dalam al-Hadits dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga. 3. Menampilkan perilaku bersih seperti dalam al-Hadits dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
58
KKM KOMPETENSI DASAR 9.3 KKM STANDAR KOMPETENSI 9 10.1.Menyebu 1. Menjelaskan (Akidah) tkan ciripengertian beriman 10. ciri kepada qadha dan Meningkat beriman qadar Allah kan kepada keimanan 2. Menyebutkan ciriqadha dan kepada ciri seseorang telah qadar. qadha dan beriman kepada qadar qadha dan qadar Allah. 3. Menyebutkan perilaku yang menunjukkan beriman kepada qadha dan qadar Allah KKM KOMPETENSI DASAR 10.1 10.2.Menjelas 1. Menjelaskan kan pengertian qadha dan hubungan qadar Allah antara 2. Menjelaskan qadha dan perbedaan antara qadar qadha dan qadar Allah 3. Menjelaskan hubungan antara qadha dan qadar Allah KKM KOMPETENSI DASAR 10.2 10.3.Menyebu 1. Menyebutkan tkan contoh-contoh qadha contohdan qadar Allah contoh seperti disebutkan qadha dan dalam al-Quran qadar 2. Menyebutkan dalam contoh-contoh qadha kehidupan dan qadar dalam sehari-hari kehidupan sehari-hari yang pernah kita alami 3. Menyebutkan contoh-contoh qadha dan qadar dalam kehidupan sehari-hari yang belum pernah kita alami
80 80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
59
KKM KOMPETENSI DASAR 10.3 10.4.Menyebu 1. Menunjukkan tkan ayatbeberapa ayat alayat alQuran yang berkaitan Quran yang dengan qadha dan berkaitan qadar. dengan 2. Mengartikan ayatqadha dan ayat al-Quran yang qadar. berkaitan dengan qadha dan qadar 3. Menyimpulkan isi kandungan ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan qadha dan qadar KKM KOMPETENSI DASAR 10.4 KKM STANDAR KOMPETENSI 10 11.1.Menyebu 1. Menjelaskan (Akhlak) tkan pengertian takabur 11. pengertian 2. Menyebutkan dalil Menghind takabur ari naqli terkait dengan perilaku takabur tercela KKM KOMPETENSI DASAR 11.1 11.2.Menyebu 1. Menyebutkan tkan contoh-contoh contohperilaku takabur contoh terhadap Allah Swt. perilaku 2. Menyebutkan takabur contoh-contoh perilaku takabur terhadap sesama manusia KKM KOMPETENSI DASAR 11.2 11.3.Menghin 1. Menghindari perilaku dari takabur di tengahperilaku tengah keluarga takabur 2. Menghindari perilaku dalam takabur di lingkungan kehidupan sekolah sehari-hari 3. Menghindari perilaku takabur di tengahtengah masyarakat
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80 80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
60
KKM KOMPETENSI DASAR 11.3 KKM STANDAR KOMPETENSI 11 12.1.Menyebu 1. Menjelaskan (Fikih) tkan pengertian shalat 12. pengertian sunnah berjama’ah Memaham dan i tatacara 2. Menjelaskan ketentuan berbagai pengertian shalat shalat shalat sunnah munfarid sunnah sunnah 3. Menyebutkan dalil berjama’ah naqli terkait dengan dan shalat sunnah munfarid berjama’ah dan munfarid KKM KOMPETENSI DASAR 12.1 12.2.Menyebutk 1. Menyebutkan an contoh contoh-contoh shalat shalat sunnah berjama’ah sunnah 2. Menyebutkan berjama’ah contoh-contoh shalat dan sunnah munfarid munfarid KKM KOMPETENSI DASAR 12.2 12.3.Memprak 1. Menjelaskan tatacara tikkan shalat sunnah shalat berjama’ah dan sunnah munfarid berjama’ah 2. Mempraktikkan dan shalat sunnah munfarid berjama’ah dan dalam munfarid di sekolah. kehidupan sehari-hari. KKM KOMPETENSI DASAR 12.3 KKM STANDAR KOMPETENSI 12 (Tarikh dan 13.1.Mencerit 1. Menjelaskan akan seni pengertian tentang Kebudayaan budaya seni budaya lokal Islam) lokal 13. 2. Menjelaskan sebagai Memaham pengertian tentang bagian dari i sejarah tradisi Islam tradisi tradisi 3. Menceritakan seni Islam Islam budaya lokal yang Nusantara bernuansa Islami
80 80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80 80 80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
61
KKM KOMPETENSI DASAR 13.2 13.2.Memberi 1. Mempelajari tradisi kan dan upacara adat apresiasi kesukuan Nusantara terhadap 2. Memberikan tradisi dan apresiasi terhadap upacara tradisi dan upacara adat adat kesukuan kesukuan Nusantara yang Nusantara bernuansa Islami KKM KOMPETENSI DASAR 13.2 KKM STANDAR KOMPETENSI 13 KKM SEMESTER 2 (DUA)
80 80
80
80
80
80
80
80
80
80 80 80
Dari langkah-langkah yang ditempuh oleh guru untuk merumuskan KKM, dan sesuai dengan prinsip yang ditetapkan oleh KTSP di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, lebih jelasnya bisa dilihat sebagai berikut: Gambar 5 Langkah-langkah Penetapan KKM di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2011/2012
KKM INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
KKM SK
KKM KD
KKM MP
b. Langkah yang kedua adalah pengesahan. Setelah forum MGMP di SMP IT Amsilati selesai menetapkan KKM mapel PAI kelas IX, kemudian hasil dari musyawarah itu disahkan oleh kepala
62
sekolah, dalam rangka dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian untuk mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, Tahun Ajaran 2011/2012. c. Langkah yang ketiga adalah sosialisasi. KKM yang sudah ditetapkan dan sudah disahkan oleh kepala sekolah SMP IT Amtsilati, kemudian disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau yang terkait, seperti peserta didik, pemberitahuan kepada peserta didik, hal ini dilakukan pada setiap pembelajaran PAI berlangsung oleh Guru mapel PAI kelas IX. Selain pada peserta didik, juga di sosialisasi dengan wali peserta didik, hal tersebut tidak dilakukan pada awal tahun ajaran baru, akan tetapi dilakukan pada waktu setelah diadakannya UTS (ujian tengah semester/semester ganjil), ini dikarenakan liburnya sekolah mengikuti liburnya pondok pesantren. d. Langkah yang keempat adalah penetapan di LHBS Langkah terakhir ini adalah penetapan KKM mapel PAI kelas IX pada LHBS (laporan hasil belajar peserta didik) per mata pelajaran di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, adalah sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 9 KKM Per Mata Pelajaran Nama Sekolah : SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Ajaran : 2011/2012 Kelas/Semester : IX/I (ganjil) Nilai Hasil Belajar Pengetahuan dan No Mata Pelajaran KKM Praktek Sikap/ Pemahaman Konsep Afektif Angka Huruf Angka Huruf 1 Pendidikan Agama Islam Delapan Delapan 80 80 80 80 puluh puluh 2 Pend. Kewarganegaraan 75 3 Bhs. Indonesia 70 4 Bhs. Inggris 70 5 Matematika 70 6 IPA 70 7 IPS 70 8 Pend. Jasmani dan 76 Olahraga 9 TIK 75
63
2. Analisa KKM Mapel PAI Kelas IX di SMP IT Amtsilati Analisa ini mencakup antara hasil belajar peserta didik pada rapor kelas terakhir dari tahun sebelumnya yakni kelas VIII semester genap dengan nilai KKM yang sudah ditetapkan, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran tabel 10. Dari hasil analisa nilai menunjukkan bahwa, ditemukannya perbedaan antara peserta didik yang sudah mencapai KKM Mapel PAI dengan peserta didik yang belum. Jumlah peserta didik yang kebanyakan sudah mencapai KKM adalah kelas IX A, B, dan E, sedangkan jumlah peserta didik yang sudah mencapai KKM hanya beberapa jumlahnya adalah kelas IX C, D, dan F.
C. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Berkenaan dengan data hasil penelitian yang kaitannya dengan proses belajar mengajar mata pelajaran PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati adalah sebagai berikut: 1.
Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal pembelajaran sebelum memasuki
kegiatan inti pembelajaran. Pada awal kegiatan pembelajaran PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati, berdasarkan data yang penulis dapat berdasarkan observasi, kali pertamanya yang dilakukan oleh guru mapel PAI adalah:6 a. Mengucapkan salam. b. Setelah itu berdoa. c. Setelah berdoa, guru memanggil daftar hadir peserta didik. d. Guru menjelaskan materi yang akan di bahas, dilanjutkan dengan menerangkan KKM mapel PAI yang hendak di capai oleh peserta didik. e. Sebelum guru memulai pembelajarannya, guru memulai dengan bercerita. Menurut guru Mapel PAI kelas IX, yakni Pak Suliyanto, Berdasarkan hasil wawancara dengan beliau. Menurut beliau, hal ini dilakukan dalam rangka untuk membangkitkan motivasi peserta didik, di mana menurut beliau hal ini tidak banyak diperagakan oleh guru-guru Mapel lainnya di SMP IT Amtsilati. Selain alasan itu
6
Hasil Observasi Pada PBM mapel PAI kelas IX E, Sabtu 13 Agustus 2011. Jam 13.00 WIB.
64
supaya peserta didik tidak jenuh dengan sistem pembelajaran yang ada di pondok pesantren, karena menurut beliau, waktu belajar peserta didik banyak dihabiskan di pondok pesantren dari pada di sekolah, karena dari seluruh jumlah peserta didik yang sekolah di SMP IT Amtsilati adalah semua santri pondok pesantren Darul Falah Amtsilati.7
2. Metode Metode adalah merupakan sebuah cara bagaimana mempermudah dalam menyampaikan materi dalam pembelajaran. Metode yang digunakan atau yang di pakai oleh guru dalam pembelajaran PAI kelas IX SMP IT Amtsilati adalah metode ceramah, metode demonstrasi, metode tanya jawab, dan CTL (contextual teaching learning).
3. Media Media adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan.8 Selain yang disebutkan definisi tersebut, media bukan hanya berupa alat bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan. Media yang ada di SMP IT Amtsilati seperti: LCD, TV, Radio.
4. Alat Peraga Dalam pembelajaran alat peraga memegang peranan yang sangat penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Alat peraga juga sering disebut audio visual, yakni alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat peraga yang ada di SMP IT Amtsilati seperti papan tulis, spidol, peta, Grafik, film, slide dan filmstrip maupun VCD.
7
Hasil Wawancara dengan Guru mapel PAI (Pak Suliyanto) berkenaan dengan PBM di kelas IX, Sabtu 13 Agustus 2011, Jam 15.00 WIB. 8 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.163.
65
5. Sumber belajar Selanjutnya yang berkenaan dengan sumber belajar, yang dimaksud sumber belajar di sini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai pendukung berjalannya proses belajar mengajar. Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati adalah buku PAI kelas IX, LKS MGMP PAI SMP/MTS, Mushaf Al-Qur’an, VCD pembelajaran.
6. Penilaian Langkah yang terakhir dari proses pembelajaran Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati adalah pelaksanaan evaluasi, evaluasi ini diadakan dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi yang sudah diberikan dalam pembelajaran. Adapun bentuk evaluasi yang diberikan oleh guru mapel guru PAI dalam bentuk tes, baik tes tertulis maupun tes lisan, melalui tanya jawab, atau juga kadang berupa tugas pekerjaan rumah (PR). Pemberian bentuk evaluasi ini sering disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
D. Problematika Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara 1.
Problematika Pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang Kaitannya dengan Proses Penetapan KKM Berdasarkan data yang peneliti peroleh, sebagaimana sudah penulis paparkan
di atas, diantara faktor yang melatarbelakangi problem tidak tercapainya KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang kaitannya dengan proses penetapan KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati adalah Guru masih merasa kebingungan dalam penetapan KKM untuk komponen kriteria KKM yang berupa intake peserta didik. Kondisi ini disebabkan karena tidak stabilnya kondisi peserta didik SMP IT Amtsilati, yang dimaksud tidak stabilnya disini dikarenakan adanya pembeda diantara peserta didik, antara yang masih Amtsilati dengan yang pasca
66
Amtsilati, Hal ini diungkapkan sendiri oleh guru Mapel PAI kelas IX.9 Bahwa hal tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik, lebih-lebih tidak adanya keseimbangan materi yang diterima oleh peserta didik.
2. Problematika Pencapaian KKM Mapel PAI Kelas IX di SMP IT Amtsilati yang Kaitannya dengan Proses Belajar Mengajar Mapel PAI di Kelas IX. Problematika yang kedua kaitannya dengan pembelajaran, ini penulis temukan ketika penulis mengadakan pengamatan secara langsung di lokasi tempat pembelajaran berlangsung, yakni di kelas IX Mapel PAI di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. Komponen-komponen yang penulis amati dalam pembelajaran di kelas IX SMP IT Amtsilati adalah sebagai berikut: a.
Pendahuluan Dari pendahuluan ini yang menjadi problem adalah tidak terkendalinya guru dalam bercerita, karena terlalu lama bercerita, sehingga waktu yang diperlukan bercerita memakan waktu yang cukup lama, waktu pembukaan yang seharusnya sedikit, karena memang sifatnya sebatas pengantar, akan tetapi dengan banyak bercerita, maka waktu yang seharusnya untuk kegiatan inti pembelajaran lebih banyak, maka menjadi berkurang untuk kegiatan pembukaan, dan waktu untuk pembelajaran inti menjadi berkurang.
b.
Metode Pembelajaran Dalam pembelajaran, metode merupakan sebuah cara atau teknik bagaimana mempermudah materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran. Metode yang dipilih oleh guru Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati dalam pembelajaran adalah
metode ceramah, metode demonstrasi, metode tanya
jawab, dan CTL (kontekstual teaching learning). Dari metode pembelajaran yang menjadi problem adalah kurang tepatnya Guru Mapel PAI dalam penggunaan atau memilih metode pembelajaran Mapel PAI. Misal saja untuk materi penyembelihan hewan aqiqah dan hewan qurban, materi ini tidak cukup 9
Hasil Wawancara dengan Guru Mapel PAI kelas IX, Berkenaan dengan Penetapan KKM , yakni Pak Sulianto, Selasa 9 Agustus 2011, Jam 15.00 WIB.
67
hanya menggunakan metode tanya jawab, karena pada hakekatnya kompetensi yang hendak dicapai dalam KD ini adalah seorang peserta didik diharapkan mampu memperagakan untuk dapat menyembelih, jadi kompetensi yang dicapai tidak hanya ranah kognitif tapi juga ranah psikomotorik. c.
Sumber belajar Selanjutnya sumber belajar yang dimiliki dalam pembelajaran mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati adalah buku PAI kelas IX, LKS MGMP PAI SMP/MTS, Mushaf Al-Qur’an, VCD pembelajaran. Dari sumber belajar ini problem yang ditemukan adalah penggunaan sumber belajar yang masih terbatas, yang masih mengandalkan indra visual. Sumber belajar dengan metode adalah merupakan unsur dalam pembelajaran yang saling melengkapi dan tidak dapat berdiri sendiri. Masih terkait dengan contoh di atas, bahwa untuk materi penyembelihan, tidak cukup ketika guru mapel hanya menggunakan sumber belajar yang berupa Al-qur’an, buku, baik buku pegangan maupun LKS atau buku yang lainnya, karena kompetensi yang dicapai tidak hanya ranah kognitif saja, akan tetapi ranah yang paling ditekankan adalah ranah psikomotor, jadi dari segi sumber belajar materi ini memerlukan sumber belajar yang dapat mencapai tujuan ranah psikomotor, seperti praktik lapangan, benda-benda miniatur penyembelihan seperti boneka hewan dan lain sebagainya.
d.
Media Pembelajaran Dalam media ini, problem yang ditemukan adalah kurangnya pemanfaatan oleh guru mapel dalam menggunakan media yang ada di SMP IT Amtsilati,10 tak terkecuali guru Mapel PAI.
e.
Alat Peraga Dalam pembelajaran alat peraga memegang peranan yang sangat penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Alat peraga juga sering disebut audio visual, yakni alat yang dapat diserap oleh mata
10
Hasil Wawancara dengan Waka Kurikulum, Hari Minggu 13/11/2011, Jam 11.00 WIB
68
dan telinga. Alat peraga yang ada di SMP IT Amtsilati seperti papan tulis, spidol, peta, Grafik, film, slide dan filmstrip maupun VCD. Secara aplikatif dalam berlangsungnya pembelajaran tidak menjadi sebuah problem, justru dengan alat peraga yang tersedia, lebih-lebih untuk metode ceramah yang digunakan oleh guru mapel PAI adalah sebuah kesesuaian ketika digunakannya dalam pembelajaran. f.
Penilaian Selanjutnya komponen yang terakhir dalam pembelajaran Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati adalah evaluasi, yakni penilaian. Di kegiatan penilaian ini problem yang ada di kelas IX Mapel PAI SMP IT Amtsilati adalah penilaian yang masih sebatas penguasaan materi saja, sehingga kompetensi yang dicapai hanya terbatas pada ranah kognitif saja. Hal ini bisa dilihat dari bentuk instrumen yang digunakan oleh guru Mapel PAI diatas, yaitu dengan tes, baik tes tertulis maupun tes lisan yang berupa tanya jawab.
3. Problematika Pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang Kaitannya dengan Pengurangan Jam Pembelajaran PAI kelas IX Terkait dengan problematika pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang ketiga adalah terdapatnya pengurangan jam pelajaran dalam pembelajaran Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati, sebagaimana yang bisa dilihat pada lampiran jadwal mata pelajaran kelas IX pada tabel 11. Dari jadwal mata pelajaran kelas IX, bisa dilihat bahwa di kelas IX SMP IT Amtsilati terdapat enam kelas, yakni kelas IX A, IX B, IX C, IX D, IX E, dan IX F. Dari enam kelas itu terbagi menjadi dua kelompok, antara yang masih Amtsilati dengan pasca Amtsilati. Dari enam kelas tersebut, jika dibagi berdasarkan jenis kelamin ada dua, yaitu empat kelas untuk putra (kelas A, B, C, dan D) dan dua kelas untuk putri (kelas E dan kelas F). Sedangkan jika dibedakan berdasarkan antara yang masih Amtsilati dengan yang pasca Amtsilati adalah tiga untuk yang masih Amtsilati, dua kelas putra (kelas C dan D) dan satu kelas putri (kelas F). Bagi kelas yang sudah pasca Amtsilati maka peserta didik bisa masuk sekolah satu minggu
69
penuh, sedangkan untuk peserta didik yang masih Amtsilati hanya bisa masuk sekolah selama tiga hari dalam seminggu, yakni hari selasa, rabu dan kamis. Selain hari yang dibedakan, maka untuk mata pelajaran yang diterima oleh peserta didik pun juga tidak sama. Peserta didik yang pasca Amtsilati mereka mendapatkan semua mata pelajaran yang diberikan di kelas IX SMP IT Amtsilati, sedangkan untuk peserta didik yang masih Amtsilati mereka hanya mendapatkan mata pelajaran yang di UAN-kan saja, seperti mata pelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam. Salah satu mapel yang tidak diberikan pada peserta didik yang masih Amtsilati adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
E. Analisis Problematika Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara 1.
Analisa Problematika Pencapaian KKM Mapel PAI Kelas IX di SMP IT Amtsilati yang Terkait dengan Proses Penetapan KKM Pembahasan terakhir dari hasil penelitian yang peneliti peroleh, yakni tentang
analisa problematika dari pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati. Dengan mengacu pada salah satu prinsip penilaian dalam KTSP baik dari UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN). Prinsip penilaian dalam KTSP adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM yang dikembangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ini merupakan penyempurnaan dari Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang pernah diterapkan pada kurikulum 2004 (KBK). Komponen kriteria yang menjadi pertimbangan dalam penetapan KKM ada tiga, yaitu kompleksitas, intake peserta didik, dan daya dukung. Ketiga komponen itulah yang menjadi standar besar kecilnya nilai SK-KD yang akan ditetapkan pada KKM per mata pelajaran. Ketiga komponen kriteria tersebut harus ditetapkan sesuai dengan realita sekolah, supaya apa yang diprogramkan bisa tercapai dengan yang diharapkan.
70
Adapun yang menjadi problem pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati adalah Guru masih merasa kebingungan dalam penetapan KKM komponen kriteria KKM yang berupa intake peserta didik. a. Intake Intake yang dimaksud di sini adalah kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik SMP IT Amtsilati. Intake peserta didik SMP IT Amtsilati, dalam hal ini adalah peserta didik IX. Faktor ini disebabkan karena tidak stabilnya kondisi peserta didik SMP IT Amtsilati, selain jumlah yang berubah-ubah, kompetensi yang dimiliki pun juga tidak sama. Ketidakstabilan disini disebabkan adanya pembeda diantara peserta didik, antara yang masih Amtsilati dengan yang pasca Amtsilati. Hal tersebut diungkapkan sendiri oleh guru Mapel PAI kelas IX.11 Bahwa keadaan demikian sangat berpengaruh terhadap kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik, didukung lagi tidak adanya keseimbangan materi yang diterima. Ketika forum MGMP ingin menetapkan kriteria KKM yang berupa intake nilainya tinggi, kekhawatiran guru akan mengarah pada peserta didik yang masih Amtsilati, ini dikarenakan peserta didik tidak mendapatkan materi yang sama dengan apa yang diterima oleh peserta didik pasca Amtsilati dalam kelas, sebagai akibatnya peserta didik Amtsilati akan merasa kesulitan untuk mencapai KKM Mapel PAI, sedangkan kalau penetapan nilai Intake-nya rendah maka bagi peserta didik yang pasca Amtsilati dikhawatirkan pengetahuan pengayaan Mapel PAI akan berkurang, karena mereka akan lebih mudah mencapainya. b. Kompleksitas Komponen kriteria lainnya yang berpengaruh dalam penetapan KKM Mapel PAI kelas IX SMP IT Amtsilati selain intake peserta didik adalah kompleksitas dan daya dukung. Meskipun kedua komponen tersebut tidak diungkapkan secara langsung sebagai salah satu penghambat dalam penetapan KKM Mapel PAI kelas IX, sebagaimana yang diungkapkan diatas, akan tetapi dilihat dari setiap indikator SK-KD yang ditetapkan diatas adalah besar nilainya sama yakni 80.
11
Hasil Wawancara dengan Guru Mapel PAI kelas IX, yakni Pak Sulianto, Berkenaan dengan Penetapan KKM mapel PAI kelas IX, Selasa 9 Agustus 2011, Jam 15.00 WIB.
71
Kompleksitas di sini artinya nilai tingkat kesulitan maupun kerumitan indikator SK-KD pada materi yang hendak dicapai oleh peserta didik. Tingkat kompleksitas yang terdapat pada SK-KD Mapel PAI kelas IX mempunyai tingkat kompleksitas yang berbeda-beda, hal itu bisa dilihat pada jumlah KD yang ada pada setiap SK, selain jumlah KD yang berbeda maka tujuan yang hendak dicapai pun juga berbeda. Misal saja SK meningkatkan keimanan kepada qadha dan qadar yang mempunyai empat KD dengan SK memahami hukum Islam tentang haji dan umroh yang hanya memiliki dua KD, ini akan sangat berpengaruh terhadap yang lainnya, seperti jam pembelajaran yang dibutuhkan, perhatian lebih dari peserta didik dan penguasaan materi yang lebih banyak. Maka untuk tujuan yang hendak dicapai pun akan berbeda pula, seperti KD yang titik tekannya ranah kognitif akan berbeda dengan KD yang titik tekannya ranah psikomotor dan berbeda lagi dengan KD yang titik tekannya ranah afektif, ini akan berdampak pada kesiapan peserta didik pada kemampuan yang akan dimiliki maupun dikuasai. Di sisi lain, hal ini akan tetap bernilai positif, manakala penyamarataan nilai setiap komponen kriteria pada KD yang ditetapkan dengan aplikasi di lapangan. Artinya penyamaan tidak hanya pada besarnya nilai akan tetapi diimbangi juga pada usaha yang akan dilaksanakan demi terwujudnya kompetensi yang hendak dicapai, seperti dengan menambah jam pelajaran tambahan untuk KD yang mempunyai muatan lebih, materi pengayaan dan pemahaman yang intens. Dengan adanya usaha penyamarataan di sini diharapkan akan ditemukannya keseimbangan yang sesuai dengan porsi masing-masing SK-KD yang hendak dicapai. c. Daya dukung Komponen kriteria yang terakhir adalah daya dukung. Daya dukung disini meliputi ketersediaan, kecukupan, dan kesesuaian sumber daya pendukung baik terkait dengan SDM atau non SDM. Non SDM di sini seperti perangkat pembelajaran (misal: sumber belajar, media, dll), administrasi, sarana dan prasarana yang tersedia.
72
Daya dukung di sini mempunyai peranan pendukung artinya sekunder meskipun tidak sebagai peranan primer dalam pencapaian indikator SK-KD akan tetapi punya pengaruh di dalamnya. Hal ini juga harus mendapat perhatian guru ketika menentukan KKM setiap mata pelajaran. Dari gambaran tersebut, bisa dilihat bahwa penentuan dalam penetapan KKM di sini mempunyai peranan yang sangat urgen, ibaratkan sebuah cermin, cermin sebagai standar tercapainya keberhasilan dalam pembelajaran, sejauh mana peserta didik mampu menguasai materi yang sudah disampaikan dalam pembelajaran. Maka dalam proses penetapan KKM Mapel PAI di SMP IT Amtsilati, khususnya kelas IX harus benar-benar teliti, cermat, dan yang paling penting adalah penyesuaian dengan kondisi sekolahan dengan realita lapangan yang ada. Dengan demikian, dari sini hendaknya sekolah bisa mempertimbangkan lagi kebijakan yang akan diputuskan berkenaan dengan penetapan kriteria KKM Mapel PAI, khususnya kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, dikompromikan dengan kebijakan dengan pondok pesantren, dimana hasilnya akan saling menguntungkan antara kedua lembaga, baik pihak SMP IT Amtsilati dengan Pondok Pesantren Darul Falah Amtsilati.
2. Analisa Problematika Pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang Kaitannya dengan Proses Belajar Mengajar Mapel PAI di Kelas IX Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan pelaksanaan kurikulum di suatu lembaga pendidikan, dengan totalitas kreatifitas belajar mengajar yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi, sehingga terjadilah interaksi diantara kedua belah pihak, guru dengan peserta didik, dan peserta didik dengan peserta didik lainnya, maupun peserta didik dengan lingkungannya. Pengajaran sebagai kegiatan mencakup semua yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran. Suatu pengajaran bisa dikatakan berjalan berhasil, manakala ia mampu mengubah peserta didik untuk menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh dapat dirasakan manfaatnya secara
73
langsung bagi perkembangan peserta didik. Karena pada hakekatnya pengajaran menuntut keaktifan kedua pihak yang sama-sama menjadi subyek pengajaran. Supaya lalu lintas pengajaran bisa berjalan lancer, teratur, dan terhindar dari beberapa hambatan yang berakibat pada stagnasi pengajaran. Maka, seorang guru harus mengerti, memahami dan menghayati berbagai prinsip pengajaran sekaligus mengaplikasikannya pada waktu melaksanakan tugas mengajar. a. Pendahuluan Pendahuluan yang dimaksud disini adalah pembukaan dalam pembelajaran sebelum memasuki inti dari kegiatan pembelajaran. Pembukaan ataupun pendahuluan berperan sebagai pengantar untuk memasuki pada hakekat pembelajaran, sehingga di kegiatan ini sangat dimanfaatkan oleh guru Mapel PAI kelas IX SMP IT Amtsilati. Dalam kegiatan pendahuluan ini yang hendak dicapai oleh guru diantaranya adalah: 1) Motivasi Motivasi di sini merupakan sebuah usaha yang disadari untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta didik yang dapat menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar. Hal yang dilakukan oleh seorang guru untuk memancing motivasi peserta didik, supaya peserta didik aktif mengikuti pembelajaran berikutnya. Di kegiatan awal pembelajaran PAI ini dimanfaatkan oleh guru Mapel PAI kelas IX membuka dengan sebuah cerita. Pemilihan strategi ini sangat baik untuk diterapkan dalam rangka untuk memotivasi peserta didik, jika motivasi ada maka minat belajar peserta didik pun akan semakin meningkat, dan untuk memahami materi yang akan disampaikannya pun akan lebih mudah diterima. Di samping alasan itu, cerita merupakan sebuah pembelajaran yang positif untuk pengasahan otak kanan, otak yang menjadi penyeimbangan otak kiri, sehingga seseorang tidak akan merasa cepat lelah ketika bekerja dengan otak kiri karena keseimbangan kedua otak terjaga. Akan tetapi kendala yang di hadapi dalam pemberian motivasi ini adalah tidak terkendalinya seorang guru Mapel PAI dalam bercerita.
74
Kendala yang terjadi pada motivasi ini berdampak pada tidak terkendalinya proses pembelajaran. Waktu yang seharusnya lebih banyak digunakan untuk kegiatan inti pembelajaran, akan tetapi menjadi berkurang untuk kegiatan pembukaan yakni untuk bercerita. Ketika waktu yang digunakan untuk kegiatan inti berkurang, maka materi yang akan disampaikannya pun tidak bisa sepenuhnya, dan pencapaian KKM pun tidak bisa dicapai secara maksimal. Selain alasan tersebut, cerita itu terlalu jauh membawa peserta didik dalam dunia cerita, sampai-sampai peserta didik tidak bisa membedakan antara cerita yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran dengan alur cerita sebagai pengetahuan, hal ini diungkapkan sendiri oleh salah satu peserta didik putri kelas IX yang bernama Maulida Misbahatis S.12 Cerita yang dipilih oleh guru Mapel PAI kelas IX SMP IT Amtsilati dimanfaatkan untuk membangkitkan motivasi peserta didik. Sebenarnya itu merupakan strategi yang bagus, karena jarang-jarang seorang guru memiliki rasa humor. Rasa humor yang dimiliki oleh guru Mapel PAI kelas IX SMP IT Amtsilati tidak banyak dimiliki oleh setiap guru. Sekali lagi jika hal itu di sesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, baik dari segi materi, waktu yang tersedia, maupun situasi kondisi yang mendukung. Akan tetapi hal itu akan berbanding terbalik seandainya tidak disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Membangkitkan motivasi tidak harus dengan bercerita, akan tetapi masih banyak cara yang dapat di pilih oleh guru, misal saja guru Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati bisa menggunakan dengan kata-kata mutiara, maupun pengalaman yang dengannya tidak terlalu banyak memakan waktu. Semua akan berbanding terbalik jika penerapannya tidak disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ada. Karena pada hakikatnya proses belajar mengajar tak lain adalah demi tercapainya tujuan Pendidikan.
12
Hasil Wawancara dengan Peserta Didik Putri kelas IX E, Kamis 11 Agustus 2011, Jam 16.00 WIB.
75
2) Apersepsi Sasaran kedua dari kegiatan pendahuluan adalah apersepsi. Apersepsi di sini merupakan sebuah penafsiran buah pikiran, yaitu menyatupadukan dan mengasimilasi sesuatu pengamatan dan pengalaman yang telah dimiliki.13 Apersepsi ini juga dilakukan oleh guru Mapel PAI kelas IX ketika guru sedang bercerita. Apersepsi ini dimanfaatkan guru untuk mengembalikan atau membantu peserta didik untuk mensintesiskan antara pengalaman peserta didik dengan teori yang ada, bahkan dengan realita yang ada. Sehingga pembelajaran akan terpadu sesuai dengan tujuan yang ada. untuk membangun apersepsi ini Pembelajaran dapat dibangun melalui pengetahuan, sikap, skill yang ada. Untuk apersepsi ini tidak ada masalah dengan kaitannya proses pembelajaran Mapel PAI kelas IX. 3) Penyampaian Tujuan Pembelajaran Dari sekian kegiatan yang dilakukan pada kegiatan awal pembelajaran adalah pemanfaatan untuk penyampaian tujuan pembelajaran. Hal ini wajib di lakukan oleh setiap guru tak terkecuali oleh guru Mapel PAI klas IX SMP IT Amtsilati. Dalam kegiatan penyampaian tujuan ini bagi pendidik maupun peserta didik ibarat sebagai sebuah alarm ataupun sebuah peringatan bagi keduanya, ketika mau melanjutkan pembelajaran. Hal ini pun sudah dilakukan oleh seorang Mapel PAI. Di tujuan ini lah semua proses kegiatan pembelajaran akan diarahkan. Penyampaian tujuan ini sangat baik adanya, jadi tidak ada problem yang kaitannya dengan proses pembelajaran. b. Metode Metode mengajar merupakan sebuah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran, sedangkan peran metode sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Kaitannya dengan metode peran seorang guru dalam pembelajaran adalah sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan peserta didik sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses ini akan berjalan baik kalau 13
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
hlm.26.
76
peserta didik aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karena itu metode yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar peserta didik. Kaitannya dengan metode pembelajaran, problem yang dihadapi dalam pembelajaran PAI kelas IX SMP IT Amtsilati adalah kurang tepatnya guru Mapel PAI kelas IX dalam memilih metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI. Pemilihan metode akan berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran maupun SK-KD Mapel PAI. Misal saja dalam pembelajaran dengan materi hukum Islam tentang Haji dan Umrah. Seorang guru tidak cukup hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, maupun CTL. Metode ini tidak cukup untuk mengantarkan tercapainya Kompetensi Dasar, karena kompetensi yang diharapkan dari materi tersebut adalah selain tercapainya kompetensi kognitif, juga merambah pada ranah psikomotor maupun ranah afektif. Metode ceramah dilihat dari proses aplikasinya dalam pembelajaran, mempunyai peranan positif untuk pemenuhan konsep pada materi yang akan dikuasai oleh peserta didik, lebih-lebih untuk tahapan awal. Akan tetapi untuk penerapan pada peserta didik tingkat lanjut, seperti SMP, metode ini kurang tepat, karena peserta didik sudah mulai berfikir ke arah konkrit. Pemikiran yang tidak cukup mengandalkan penalaran belaka akan tetapi perlu sebuah pembuktian. Maka alangkah baiknya seorang guru menggunakan metode
yang dapat
mengantarkan pada tujuan pembelajaran. Seperti guru bisa menggunakan metode praktek lapangan, meskipun itu hanya sebuah miniatur, atau juga guru bisa menggunakan pemutaran film. Dari situlah hendaknya metode yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan pembelajaran, metode harus mendukung ke mana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuan. Selanjutnya metode tanya jawab, metode ini sebenarnya manfaatnya sama seperti metode ceramah, akan tetapi metode tanya jawab sifatnya lebih mengarah pada pendukungan metode ceramah yang digunakan. dan metode tanya jawab ini dekat dengan metode CTL. Penerapan Metode tanya jawab sangat cocok ketika diterapkan pada peserta didik yang kritis serta aktif, serta untuk pengembangan materi ajar yang akan dikembangkan. Tentang penerapan metode ini terhadap
77
materi haji dan umroh ini juga cocok untuk diterapkan manakala ranah kognitif yang menjadi tujuan. Seperti: mulai dari proses administrasinya, tatacara pelaksanaannya, dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. dari sekian banyaknya model metode yang ditawarkan dalam dunia pendidikan, akan tetapi bentuk apapun metode yang dipilih oleh seorang guru akan baik adanya, manakala penggunaannya disesuaikan dan mendukung dari tujuan pembelajaran. Sikap kecermatan dan kejelian dari seorang guru dalam memilih metode adalah sebagai penentu dalam penggunaan metode dalam pembelajaran. c. Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media (cetak maupun elektronik), narasumber, serta lingkungan (fisik, alam, sosial, dan budaya). Kaitannya dengan sumber belajar yang dimiliki oleh SMP IT Amtsilati dalam pembelajaran Mapel PAI kelas IX adalah buku PAI kelas IX, LKS MGMP PAI SMP/MTS, Mushaf Al-Qur’an, VCD pembelajaran. Dari sumber belajar ini ditemukan problem bahwa penggunaan sumber belajar yang digunakan masih terbatas, yang masih mengandalkan indra visual. Sumber belajar yang hanya mengandalkan media cetak media tulis seperti buku atau yang sejenisnya, ini akan berdampak pada pola pikir peserta didik yang akan lebih banyak pasif dari pada aktif. Karena memang sumber belajar yang ada baru sebatas pada benda-benda yang tidak bergerak, benda yang hanya mampu menggerakkan satu panca indra, yakni panca indra mata, dan hal itu juga bisa berpengaruh pada gaya belajar peserta didik yang lebih banyak condong pada gaya belajar visual, maka potensi yang dibentuk pun akan sebatas pada konsep. Sumber belajar yang berupa buku yang aplikasinya pada membaca maka ini akan membentuk dan melatih seseorang untuk belajar kritis berbicara, akan melancarkan seseorang dalam berargumen dan mengeluarkan pendapat, didukung lagi variasinya buku-buku lain dari sumber yang berbeda, khususnya dari tokoh Islam yang banyak berbeda pendapat, itu akan lebih mengokohkan paradigma peserta didik. Keadaan tersebut akan berbanding terbalik jika sumber belajar yang
78
berupa buku itu jumlahnya terbatas, seperti buku yang tersedia hanya buku panduan mapel, dalam hal ini buku panduan PAI kelas IX, LKS atau yang sejenisnya. Sumber belajar tidak harus sesuatu yang berupa benda mati, atau sesuatu yang kongkrit sesuatu yang bisa dilihat oleh mata, akan tetapi sumber belajar itu bisa berupa apapun, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang konkrit maupun yang abstrak, bahkan sumber belajar itu tidak harus yang canggih, karena pada hakekatnya sumber belajar adalah sebuah rujukan, sedang rujukan itu bisa berupa apapun. d. Media Media yang dimaksud di sini adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan
dan
Kedudukannya
dalam
pembelajaran ada pada komponen metode mengajar, yang merupakan salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru peserta didik dan interaksi peserta didik dengan lingkungan belajarnya. Media yang tersedia
di SMP IT Amtsilati seperti: LCD, TV, Radio.
Dalam realitasnya media ini kurang dimanfaatkan oleh para guru SMP IT Amtsilati, tak terkecuali guru Mapel PAI kelas IX, hanya guru-guru tertentu yang memanfaatkan media tersebut. Pemanfaatan yang kurang maksimal inilah juga menjadi kendala. Media memang bukan perangkat atau komponen satu-satunya dalam pembelajaran, akan tetapi peranannya sangat mendukung pada metode yang digunakan dalam pembelajaran, artinya media itu penyesuaian dari metode yang dipilih. Ketika metode yang digunakan CTL, maka media seperti TV maupun radio hal itu sangat membantu dalam kelancaran metode yang sedang di gunakan oleh guru, karena itu aplikasinya langsung pada fakta yang bisa dijadikan contoh secara langsung. Contoh materi tentang membiasakan akhlak terpuji maupun menghindari akhlak tercela, seorang guru bisa menggunakan TV untuk sebagai media menonton bersama, saat ini program yang ada di stasiun-stasiun televisi sangat bervariasi, mulai dari sinetron, berita, hiburan dan masih banyak lagi
79
program-program lainnya yang bisa dipilih oleh seorang guru. Program-program yang ditampilkan TV adalah sebuah contoh nyata yang ada di lapangan. Media TV juga bisa dimanfaatkan untuk mendukung dari metode yang digunakan, guna memperlancar dari materi yang akan disampaikan, media juga bisa dimanfaatkan oleh guru untuk membangkitkan motivasi maupun minat peserta didik dalam pembelajaran. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh kondisi peserta didik yang ada di pondok pesantren yang tidak banyak diperbolehkan menonton TV, jadi pemanfaatan media sangat membantu proses pembelajaran yang ada. Alasan-alasan
lain
yang
mendukung
pentingnya
pemakaian
dan
pemanfaatan media adalah berkenaan dengan taraf berfikir peserta didik. Taraf berfikir manusia yang mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berfikir kongkrit menuju ke pemikiran abstrak, dimulai dari berfikir sederhana menuju ke berfikir kompleks. Contoh media TV, program-program yang ditampilkan di stasiun-stasiun televisi, untuk setiap harinya program yang ditampilkan akan selalu berubah-berubah dan sangat bervariasi sesuai dengan masa dan perkembangannya. Di sinilah letak kedinamikan yang berpengaruh TV terhadap pada pola pikir peserta didik, peserta didik akan selalu berfikir dan berfikir untuk setiap persoalan baru yang membutuhkan solusi baru juga, dan ini akan membawa peserta didik lebih kritis dan aktif. Melihat pemanfaatan yang begitu bermanfaat yang bisa diperoleh dari media, alangkah baiknya kalau seandainya setiap guru menggunakan media dalam pembelajaran demi terciptanya kelancaran metode yang sedang digunakan. Pada hakekatnya fungsi dan peranan media dapat membantu mempertinggi proses pembelajaran. e. Alat Peraga Dalam pembelajaran alat peraga memegang peranan yang sangat penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Alat peraga juga sering disebut audio visual, yakni alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat peraga yang ada di SMP IT Amtsilati seperti papan tulis, spidol, peta, Grafik, peta, slide dan filmstrip maupun VCD. Dengan alat peraga yang ada,
80
hal itu sesuai dengan metode ceramah yang dipakai seorang guru, hal itu sudah cukup membantu dalam pelaksanaannya proses belajar mengajar. f. Penilaian Evaluasi ini adalah merupakan penilaian yang diberikan pada peserta didik dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh peserta didik dalam pembelajaran. Penilaian hasil belajar peserta didik pada Mapel PAI dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Mata pelajaran apapun selalu mengandung tiga ranah itu, lebih-lebih Mapel PAI. meskipun penekanannya berbeda. Mata Pelajaran yang menuntut kemampuan praktik akan lebih menitikberatkan pada ranah psikomotorik, sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitikberatkan pada ranah kognitif, namun keduanya selalu mengandung ranah afektif. Berdasarkan data yang diperoleh, ternyata penilaian yang dilakukan guru Mapel PAI kelas IX SMP IT Amtsilati masih sebatas penekanan pada ranah kognitif, yaitu dengan memberikan soal-soal tertulis maupun lisan. Adapun penilaian pengamatan kurang mendapat perhatian, untuk penilaian afektif guru mapel masih punya meskipun hal itu dilakukannya kadang-kadang, sedangkan untuk penilaian psikomotor guru PAI tidak memiliki data hasil penilaian psikomotor.
3. Analisa Problematika Pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang Kaitannya dengan Pengurangan Jam Pembelajaran Mapel PAI Kelas IX Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur dan muatan KTSP, (3) kalender pendidikan, dan (4) silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP). Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dan menengah tertuang dalam standar isi, yang kemudian dikembangkan dari kelompok mata pelajaran. Sebagaimana mata pelajaran yang sudah diterapkan di SMP IT Amtsilati adalah sebagai berikut: Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak mulia, Kelompok mapel Kewarganegaraan dan Kepribadian, kelompok mapel ilmu
81
pengetahuan dan teknologi, kelompok mapel estetika dan kelompok mapel jasmani, olahraga, dan kesehatan. Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan /atau kegiatan pembelajaran sebagaimana yang diuraikan dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7. Muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Beban belajar di sini berisi tentang jumlah beban per mata pelajaran, per minggu, per semester, dan pertahun pelajaran yang dilaksanakan di sekolah, sesuai dengan alokasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum. Di Sekolah juga dapat mengatur alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun pelajaran sesuai dengan kebutuhan, tetapi jumlah beban belajar per tahun secara keseluruhan tetap. Selain itu sekolah juga dapat memanfaatkan alokasi tambahan 4 JPL dan alokasi waktu penugasan terstruktur (PT) dan penugasan tidak terstruktur (PTT) sebanyak 0%-60% per mata pelajaran (maks. 60% x 38 JPL=22JPL) untuk kegiatan remedial, pengayaan, penambahan jam praktik, dan lain-lain, sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi pada mata pelajaran tertentu. Adapun beban belajar yang ditetapkan SMP IT Amtsilati ini adalah beban belajar sistem paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran (JP). Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, sedangkan Penugasan terstruktur
82
adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SMP/MTs/SMPLB adalah antara 0% - 50% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Bentuk tugas terstruktur maupun mandiri tidak terstruktur dirancang oleh guru melalui kegiatan diskusi kelompok mata pelajaran didasarkan pada Kompetensi Dasar yang ditetapkan atau dipilih guru. SMP IT Amtsilati memfasilitasi kegiatan ini pada awal tahun pelajaran sehingga tugas terstruktur berupa PR tiap mata pelajaran dan tugas mandiri tidak struktur berupa tugas praktik atau persiapan praktik sudah dibuat pada awal tahun pelajaran. Adapun beban belajar yang ditetapkan untuk alokasi waktu mata pelajaran PAI yang ada di SMP IT Amtsilati adalah sebagai berikut: Beban belajar kegiatan tatap muka keseluruhan untuk SMP Negeri 100 tergambar dalam tabel berikut:
Kelas VII VIII IX
Tabel 10 Beban Jam Belajar SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2011/2011 Satu jam Minggu Jumlah jam pembelajaran efektif pembelajaran tatap Pertahun perminggu muka/menit ajaran 40 34 34 – 38 40 34 34 – 38 40 34 34 – 36
Waktu pembelajaran /jam per tahun 1428 – 1596 1428 – 1596 1428 – 1596
83
Dari tabel diatas bisa dijelaskan secara lebih rinci, khususnya pada mata pelajaran PAI kelas IX SMP IT Amtsilati adalah sebagai berikut: Tabel 11 Penghitungan Alokasi Waktu Mata Pelajaran Kelas Semester Tahun Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam (PAI) : IX : Ganjil dan Genap : 2011/2012
a. Banyak minggu dalam semester Semester Bulan Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah
Ganjil Banyaknya Minggu 3 2 2 4 4 1 16 Jumlah Keseluruhan
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Jumlah
Genap Banyaknya Minggu 4 3 3 2 3 2 17 33
b. Banyak minggu tidak efektif Semester Bulan Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah
Ganjil Banyaknya Minggu 1 2 2 0 0 3 8 Jumlah Keseluruhan
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Jumlah
Genap Banyaknya Minggu 0 2 1 2 2 2 9 17
c. Banyak minggu efektif dan jumlah jam per minggu Semester Banyaknya Minggu Efektif No Dan Jumlah Jam Per Minggu Ganjil Genap 1 Banyak minggu efektif 16 17 2 Banyak jam per minggu 2 2 3 Banyak jam efektif 32 34
Jumlah 33 Minggu 2 Jam Pelajaran 66 Jam Pelajaran
84
d. Alokasi Waktu Semester
No
Pokok Bahasan
Alokasi Waktu 2 4 4 4 4 4 2
Al-Qur’an S. At-tin Hadits Tentang Menuntut Ilmu Iman Hari Akhir Tasamuh dan Qona’ah Penyembelihan Hewan Haji dan Umroh Ganjil Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara U.H. Harian ke 1,2,3 Cadangan Jumlah 8 Al-Qur’an S. Al-Insyirah 9 Hadits Tentang Kebersihan 10 Iman Kepada Qadla dan Qadar 11 Takabbur 12 Sholat Sunnah Berjamaah dan Genap 13 Munfarid Tradisi Islam Nusantara U.H. Harian ke 1,2,3 Cadangan Jumlah Sebagaimana beban belajar yang sudah ditetapkan oleh sekolah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7
6 2 32 4 4 4 4 6 4 6 2 34 di atas,
khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas IX di SMP IT Amtsilati, yang begitu sistematis dan sudah memenuhi standar Isi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guna mencapai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang sudah ditetapkan dalam kurikulum PAI. Akan tetapi untuk realitanya masih belum bisa diaplikasikannya secara sepenuhnya pada kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, hal ini bisa dilihat dari adanya pembeda diantara peserta didik yang Amtsilati dengan pasca Amtsilati. a. Peserta didik Amtsilati Peserta didik amtsilati artinya peserta didik yang dikalangan pondok pesantren bagi santri yang belum lulus Amtsilati, sedangkan Amtsilati sendiri, makna bahasanya adalah beberapa contoh, sedangkan secara istilah adalah sebuah metode cepat membaca kitab, tentunya untuk kalangan dasar dan menengah. Karena SMP IT Amtsilati masih satu yayasan dengan pondok pesantren, maka segala bentuk peraturan yang ada di pondok pesantren juga
85
diberlakukannya di SMP IT Amtsilati. Mulai dari kebijakan tata tertib, waktu pembelajaran, muatan kurikulum, dan bahkan beban pelajaran untuk mata pelajaran. Dilihat dari segi jam pelajaran, peserta didik Amtsilati hanya bisa masuk sekolah tiga hari dalam satu minggu, yakni hari selasa, rabu, dan minggu, sedangkan sisa harinya peserta didik gunakan untuk mengkaji Amtsilati di pondok pesantren. Sedangkan dari segi materi, peserta didik Amtsilati hanya mendapatkan beberapa mata pelajaran saja, yakni mata pelajaran yang di UAN kan seperti: Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), jadi salah satu mata pelajaran yang tidak didapatkannya adalah mata pelajaran PAI. b. Peserta didik Pasca Amtsilati Peserta didik pasca Amtsilati adalah peserta didik yang di pondok pesantren sudah menyelesaikan kitab Amtsilatinya. Peserta didik pasca Amtsitali ini berbanding terbalik dengan peserta didik yang masih Amtsilati, baik dari segi jam pelajaran yang ditetapkan maupun materi atau mata pelajaran yang diperoleh. Dari segi jam pelajaran peserta didik pasca Amtsilati ini bisa masuk sekolah satu minggu penuh, kecuali hari jumat yang memang menjadi hari libur di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. Untuk mata pelajaran sendiri, para peserta didik pasca Amtsilati mendapatkan semua materi yang sudah disediakan di SMP IT Amtsilati, diantaranya: Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK), Olahraga, dan Pendidikan Agama Islam (PAI), sedangkan untuk beban belajar yang diberikan pada setiap mata pelajaran pun tidak sama antara peserta didik Amtsilati dengan Peserta didik pasca Amtsilati, sebagaimana dijelaskan dalam tabel dibawah ini:
86
Tabel 12
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Beban Belajar Mata Pelajaran Per Minggu Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2011/2012 Peserta Didik Kelas IX Mata Pelajaran Amtsilati Pasca Amtsilati C D F A B E Bahasa Inggris 4 5 Bahasa Indonesia 3 5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 4 6 Matematika 4 6 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 2 Pendidikan Agama Islam (PAI) 2 Teknologi Informasi dan Teknologi (tik) 2 Olahraga 2 Faktor yang memberlakukan adanya sekat diantara peserta didik adalah kondisi
SMP IT Amtsilati yang masih satu atap dengan Pondok pesantren Darul Falah Amtsilati. Kedua lembaga ini saling mengisi dan saling melengkapi, yang tidak sekedar dari segi fisik bangunan saja,
akan tetapi manajemen sekolah, bahkan
muatan kurikulum yang ada di kedua lembaga tersebut. Akan tetapi karena SMP IT Amtsilati ini berdiri dari lembaga pondok pesantren Darul Falah Amtsilati, maka secara dominan, pondok pesantren masih memegang peranan, sebagaimana yang sudah peneliti gambarkan pada sejarah SMP IT Amtsilati sebelumnya. Lingkungan di SMP IT Amtsilati yang masih satu yayasan dengan pondok pesantren adalah sebuah lingkungan yang positif untuk pendidikan di zaman moderen, zaman yang krisis moral, dimana zaman yang hanya mengunggulkan nilai teknologi dan menyampingkan nilai-nilai moral, sedangkan
obat penawar yang
paling tepat untuk meminimalisir kondisi demikian adalah pondok pesantren. Sebuah lembaga pendidikan tradisional yang tetap eksis sampai sekarang, meskipun telah hadir berbagai model lembaga pendidikan moderen dengan menunjukkan keunggulan dan kelebihan masing-masing, akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu pondok pesantren tetap mampu membuktikan keeksistensiannya di dunia
87
pendidikan sebagai lembaga pendidikan dengan model pembelajaran yang tradisionalnya pula, seperti bandongan, sorogan, maupun hafalan. Di samping itu, dilihat dari aplikasi lapangan, hal itu sangat membantu proses berjalannya pengelolaan manajemen sekolah. salah satunya adalah terpantaunya perkembangan peserta didik, baik dari segi tingkah laku, kebiasaan, maupun kompetensi dari peserta didik. Misal saja dari segi pengawasan peserta didik, pengawasan tidak akan berhenti pada lingkungan sekolah saja, akan tetapi pengawasan itu akan berlanjut di lingkungan pondok pesantren meskipun peserta didik sudah tidak lingkungan sekolah lagi. Justru hakekat pendidikan yang sebenarnya adalah seperti demikian, pendidikan yang berkesinambungan, artinya pendidikan itu berlanjut, pendidikan yang tidak hanya mengandalkan transfer of knowledge (pemindahan pengetahuan) tapi juga change of behaviour (perubahan tingkah laku). Di samping pengawasan yang terkontrol oleh kedua lingkungan di kedua lembaga tersebut, untuk perkembangan kompetensi sendiri pun sudah jelas adanya, dalam hal ini adalah pengetahuan Ilmu agama, karena hal ini lah yang akan menentukan aplikasinya di SMP IT Amtsilati, yaitu adanya peserta didik yang masih Amtsilati dengan peserta didik yang pasca amtsilati. Perlu digarisbawahi di sini, bahwa kondisi seperti diatas baik adanya jikalau diarahkan pada yang semestinya, akan tetapi hal itu akan bernilai negatif jika keberlangsungannya terdapat ketidak adanya keseimbangan di dalamnya, baik dari segi kebijakan maupun dari segi kurikulum. Hal ini bisa di lihat pada sisi kurikulum yang aplikasinya di sekolah ada pada muatan jumlah mata pelajaran, antara peserta didik Amtsilati dengan pasca Amtsilati yang diterima tidak sama. Dari segi jumlah mapel yang berbeda maka bisa diprediksikan peserta didik yang akan dihasilkan, perbedaan-perbedaan yang ada diantara mereka, seberapa jauh pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh oleh peserta didik. Semakin banyak materi yang dienyam oleh peserta didik maka semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh peserta didik, akan tetapi sebaliknya, semakin sedikit materi yang diterima oleh peserta didik, maka semakin sedikit pula pengetahuan yang diperoleh peserta didik.
88
Perbedaan itu sangat jelas adanya, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas materi. Secara kuantitas, peserta didik yang pasca Amtsilati mereka tidak hanya mendapatkan materi agama di sekolah saja, akan tetapi peserta didik juga mendapatkan materi yang lebih di pondok pesantren, bahkan lebih seperti materi Thoharoh, Ubudiyah, Muamalah, Munakahat, Siyasah, Jinayah, dan hal itu berbanding terbalik dengan peserta didik yang masih Amtsilati, perbedaan ditunjukkan pada LHB peserta didik. Secara kualitatif, perbedaan ini ditunjukkan pada kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik, baik kompetensi kognitif, kompetensi psikomotor, maupun kompetensi afektif. Kompetensi kognitif pada peserta didik, ini bisa dilihat dari penguasaan materi yang dikuasai oleh peserta didik, sejauh mana mereka mampu memahami apa yang sudah disampaikan. Di sisi lain, yang paling berpengaruh pada kompetensi kognitif adalah pola pikir peserta didik, paradigma yang tidak sama, karena hal itu dipengaruhi oleh pemahaman maupun pengalaman yang mereka dapat. Bagi anak yang pola pikirnya luas, mereka akan cenderung berfikir kritis, realistis, dan sistematis, sedangkan bagi anak yang pola pikirnya sempit, mereka akan condong pada sesuatu yang berbau instan. Hal ini bisa saja terbentuk dari kebiasaan yang ada. seperti ketika ulangan atau waktu semesteran, meskipun peserta didik Amtsilati mereka dalam kesehariannya tidak mendapatkan materi dalam proses pembelajaran seperti apa yang didapat oleh peserta didik yang pasca Amtsilati, sebagaimana yang terjadwal di atas, akan tetapi ketika semesteran semua peserta didik diwajibkan untuk mengikutinya. Selanjutnya dilihat dari sisi kompetensi afektif, hal ini akan ditunjukkan pada sikap peserta didik dalam kesehariannya. Bagi mereka peserta didik yang sering aktif, dalam bertindak mereka akan memiliki rasa optimisme yang sangat tinggi dan keyakinan yang sangat mantap. Kondisi yang demikian ini tidak bisa dibentuk secara otodidak ataupun secara instan, akan tetapi untuk pembentukan kepribadian memerlukan
sebuah
latihan
maupun
pembiasaan
yang
sifatnya
adalah
berkesinambungan dan bertahap. Belum lagi untuk memahami peserta didik, kalau seorang guru tidak kenal dengan peserta didik, lalu bagaimana cara guru akan membelajarkannya, mungkin bagi peserta didik yang sering tatap muka, guru akan
89
lebih mudah untuk mengenali bahkan memahami karakteristik peserta didik, maka bagi peserta akan lebih mudah untuk mendekatinya. Akan tetapi bagaimana dengan peserta didik yang tidak pernah bertatap muka, bagaimana para guru itu akan berperan sebagai lazimnya seorang guru, mengajar, mendidik, melatih membimbing, bahkan menjadi seorang sahabat bagi peserta didik. Hal ini perlu dipikir ulang oleh seluruh perangkat pendidik maupun tenaga kependidikan SMP IT Amtsilati. Kompetensi yang ketiga adalah kompetensi psikomotor. Kompetensi ini akan membentuk peserta didik pada keahlian bertindak, sebuah pengalaman yang didapat secara langsung ketika terjadinya proses belajar mengajar berlangsung, hal ini berlandas dari kata bahwa pengalaman adalah sebuah guru yang terbaik. Kalau peserta didik sering mendapatkannya dalam pembelajaran, kemungkinan ketika mereka terjun di lapangan mereka tidak akan merasa canggung, akan tetapi bagaimana kalau seandainya hal itu kurang terpenuhi atau kurang didapat oleh peserta didik? rasa tidak percaya diri akan menghinggapinya, rasa was-was akan menghantuinya, dan rasa takut akan selalu mengejarnya. Dan yang paling penting lagi adalah mental seorang peserta didik yang dimilikinya, karena hal ini akan berpengaruh besar pada perkembangan psikologi peserta didik. Penerapan metode seperti ini mempunyai nilai positif untuk mengimbangi lajunya perkembangan dunia ilmu pengetahuan yang semakin ketat, siapa yang cepat dialah yang akan mendapatkan dan siapa yang lengah dia akan ketinggalan itulah istilah yang tepat untuk saat ini. Sikap cermat, kritis, teliti, dan gesit adalah sikap yang harus dimiliki seseorang. Akan tetapi secara psikologi metode seperti demikian kurang tepat jika aplikasinya diterapkan pada dunia masa akhir anak-anak atau masa pubertas. Dunia anak adalah dunia pembentukan kepribadian, pembentukan kebiasaan, dan pengokohan jiwa, sedangkan pusat utama oleh seorang anak adalah seorang teman, peran teman sangat berperan dalam dunianya, untuk penerapan metode kompetisi pada anak kurang tepat adanya, karena hal itu akan berdampak pada cara pandang dia tentang hubungan sosialisasinya dengan disekitarnya. Dari situ bisa kita lihat, bahwa peserta didik yang pandai akan semakin pandai dan yang kurang pandai akan semakin ketinggalan jauh dengan peserta didik yang pandai. Jika kondisi demikian tetap berlangsung, maka output peserta didik akan mudah
90
diprediksi kualitasnya. Dan lebih kasihan lagi adalah peserta didik yang merasa dianaktirikan oleh sekolahan. Dari beberapa alasan yang sudah terpapar diatas, secara kasat mata adalah LHB peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan, khususnya mapel PAI, sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam atau yang disingkat dengan PAI, merupakan salah satu disiplin ilmu yang multidimensi adanya. Termuatnya di salah satu muatan kurikulum Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah tidak semata-mata untuk pemenuhan dan pencapaian nilai saja, akan tetapi lebih dari sekedar nilai, pemahaman PAI akan teraplikasi sepanjang kehidupan seseorang, menjadi bekal untuk menelusuri hidup seseorang dalam mencari keridhoan Tuhannya, karena hal itu akan berdampak pada sikap dan prinsip hidup seseorang, sempit dan luasnya pemahaman tentang Agama. Dari Sini saya melihat bahwa mata pelajaran PAI mutlak adanya harus di berikan kepada semua peserta didik, meskipun di pondok pesantren juga diberikan, justru itu akan mengokohkan pemahaman dan pendalaman tentang Agama Islam. Di samping itu juga nilai pendidikan yang diadakan di sekolah akan tetap pada nilai pendidikan yang semestinya yakni mencari ilmu, dan tidak hanya sebagai ajang pencarian nilai maupun selembar ijazah semata.
F. Rekomendasi 1. Problematika pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang terkait dengan proses penetapan KKM. Solusi untuk problem ini, yang terkait dengan intake peserta didik adalah hendaknya guru Amtsilati harus sering memantau perkembangan anak, baik ketika di dalam maupun di luar sekolah yakni di lingkungan pondok pesantren. Misalnya, para guru SMP IT Amtsilati khususnya guru Mapel PAI bekerja sama dengan pengurus pondok pesantren bagian seksi pendidikan mengenai perkembangan peserta didik, dengan membuat lembaran yang berkenaan dengan tingkah laku, kebiasaan, dan perkembangan kompetensi peserta didik tentunya. Dari cara demikian maka perkembangan peserta didik akan tetap bisa terpantau, khususnya peserta didik yang masih Amtsilati, yang di sekolah mereka tidak mendapatkan jam pelajaran PAI.
91
Selanjutnya terkait dengan kompleksitas, maka sarannya adalah guru harus mengetahui perbedaan tingkat kompleksitas setiap SK-KD Mapel PAI, caranya adalah seorang guru harus sering mengadakan ulangan untuk setiap selesai pembelajaran.
2. Problematika pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang terkait dengan proses belajar mengajar. Problem yang ditemukan dalam pendahuluan adalah tidak terkontrolnya seorang guru dalam memberikan motivasi yang berbentuk cerita. Sarannya adalah guru bisa memilih bentuk motivasi lainnya selain cerita, misal guru bisa menggunakan kata mutiara, peristiwa-peristiwa nyata, ataupun pengalaman. Selanjutnya untuk metode, guru harus memilih metode yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Contoh, ketika yang dicapai itu ranah psikomotor, maka guru bisa memilih metode seperti prakti lapangan, metode demonstrasi, dan seterusnya, Untuk Sumber belajar yang terbatas, guru bisa memanfaatkan kitab-kitab yang ada di pondok pesantren, dengan cara guru memberikan tugas pada peserta didik untuk mencari masalah yang ada di kitab yang mereka pelajari di pondok pesantren yang terkait dengan tema materi di sekolah. Terakhir adalah Media yang kurang dimanfaatkan, kalau guru belum terbiasa menggunakan media yang tersedia, barang kali guru bisa dimulai dari sekarang, atau dari yang termudah dulu, contoh mudah dalam penggunaan, mudah dalam penyesuaian materi, dalam hal ini seperti TV, TV di SMP IT Amtsilati sudah tersedia, penggunanya pun juga mudah, dan materi yang ada di TV pun bervariasi dan mudah di dipilih.
3. Problematika pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang terkait pengurangan jam pembelajaran. Problem ketiga dari problematika pencapaian KKM Mapel PAI ini adalah adanya pengurangan jam pembelajaran Mapel PAI. Untuk solusi problem ini, hendaknya pihak sekolah bisa berdiskusi, bernegosiasi, ataupun bermusyawarah
92
dengan pengurus maupun pondok pesantren dalam mempertimbangkan kebijakankebijakan
yang terkait dengan peraturan, tata tertib, manajemen atau bahkan
kurikulum yang ada diantara kedua lembaga. yang nantinya diharapkan hasil saling menguntungkan, baik pihak SMP IT Amtsilati maupun Pondok Pesantren Darul Falah Amtsilati atau bahkan untuk peserta didik.
G. Keterbatasan Penelitian Selama proses penelitian berlangsung di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, dan dari hasil penelitian yang peneliti peroleh, peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Dari latar belakang masalah yang peneliti angkat sendiri, ini adalah untuk pertama kalinya dilakukan di SMP IT Amtsilati, sehingga untuk data yang peneliti peroleh dari masalah penelitian ini adalah merupakan data awal maupun data dasar yang peneliti peroleh di SMP IT Amtsilati. 1. Proses Kaitannya dengan proses perolehan data, secara pelaksanaan belum mencapai usaha yang maksimal dengan apa yang sudah peneliti rancang, karena selama penelitian berlangsung, kondisi sekolah waktu itu sedang kurang kondusif, artinya kestabilan proses belajar mengajar tidak seperti hari-hari biasa. Diantaranya sedang diadakannya akreditasi sekolah, akibatnya banyak dari tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan di SMP IT Amtsilati habis terpusat untuk persiapan akreditasi sekolah. Keadaan tersebut didukung lagi dengan kondisi di pondok pesantren yang sedang melaksanakan Tes Tengah Semester, akibatnya sekolah sering libur. Contoh saja ketika peneliti mengadakan observasi, kegiatan ini tidak bisa peneliti lakukan secara berkesinambungan, karena sekolah sering libur. Di samping kegiatan observasi, kegiatan wawancara pun belum bisa terlaksana secara maksimal, akibatnya peneliti hanya bisa bertemu dengan nara sumber pada hari-hari tertentu. Wawancara yang seharusnya peneliti lakukan secara berulangulang terhadap nara sumber, hanya bisa beberapa kali saja, meskipun demikian, untuk semua sasaran nara sumber yang sudah peneliti tentukan sudah tercapai semua.
93
2. Isi Selanjutnya berdasarkan isi dari apa yang penulis himpun dari hasil penelitian. Penulis menyadari dengan sadar dengan apa yang sudah penulis jabarkan, yang masih jauh dari kesempurnaan, baik penjelasan yang kurang independen ataupun penjelasan yang kurang meluas. Hal ini disebabkan tidak didukungnya data sebelumnya, ataupun analisa yang kurang independen, yang karena keterbatasan pengetahuan yang peneliti miliki. Dari beberapa hasil penelitian yang peneliti temukan mengenai problematika pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX, di sini peneliti hanya mengungkapkan tiga faktor saja. Ketiga faktor ini bisa saja kurang dan bisa saja lebih, karena peneliti melihat problem-problem yang ada di SMP IT Amtsilati saling silih berganti, sehingga dari ketiga problem ini bisa saja dianggap sebagai faktor yang berpengaruh untuk saat ini, akan tetapi belum tentu ketiga faktor itu berpengaruh untuk KKM selanjutnya. Bisa peneliti ungkapkan kualitas bahwa hasil penelitian yang peneliti lakukan ini kebenarannya belum bisa dipertanggung jawabkan untuk setiap dekade, karena problem di sini sifatnya relatif, sesuai dengan kondisi yang ada. Di samping itu juga ketiga problem itu bisa saja dianggap sebagai problem tentang pencapaian KKM Mapel PAI di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, tetapi belum tentu dianggap sebagai masalah bagi sekolah lainnya. Untuk mengetahui apakah ketiga problem di atas tetap menjadi faktor utama problem pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati atau bahkan bisa berubah, berkurang atau bahkan bertambah, maka dari situ hendaknya dari pihak sekolah, khususnya guru mapel harus memantau setiap perkembangan yang ada, dan hal itu dibutuhkan sikap teliti, cermat, ulet, dan kritis.
94
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah penulis paparkan didepan, dengan judul Problematika Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran PAI (Studi pada Proses Belajar Mengajar kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara), dari penjelasan itu penulis bisa simpulkan bahwa: 1. Penetapan KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati ditetapkan sebesar 80, dan hal itu dinyatakan dalam bentuk rentang nilai dan bukan menggunakan rentang point. Penetapan KKM ini dilakukan pada awal tahun ajaran baru, sedangkan untuk tahun ajaran 2011/2012 ditetapkan pada tanggal 1 Juli 2011. Sedangkan untuk forum guru yang terkait dalam penetapan KKM Mapel PAI adalah seluruh guru yang ada di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. 2. Problematika Pencapaian KKM Mapel PAI Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. a. Problematika pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang berkaitan dengan proses penetapan KKM Mapel PAI. Problematika pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang berkaitan dengan proses penetapan KKM Mapel PAI adalah Guru masih merasa kebingungan dalam penetapan komponen kriteria KKM yang berupa intake peserta didik. Kondisi ini disebabkan karena tidak setabilnya kondisi peserta didik SMP IT Amtsilati, antara yang masih amtsilati dengan yang pasca Amtsilati. b. Problematika pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang berkaitan dengan proses belajar mengajar Mapel PAI. Pendahuluan, Dalam pendahuluan kegiatan belajar mengajar, problem yang dihadapai adalah tidak terkendalinya guru dalam bercerita, karena terlalu lama bercerita, maka waktu yang diperlukan bercerita memakan waktu yang
95
cukup lama, sehingga waktu yang seharusnya untuk kegiatan inti pembelajaran lebih banyak, maka menjadi berkurang untuk kegiatan pembukaan. Metode pembelajaran, problem yang terdapat penggunaan metode pembelajaran adalah kurang tepatnya Guru mapel PAI dalam penggunaan atau memilih metode pembelajaran PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati. Sumber belajar, Problem yang dihadapi oleh guru Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati berkenaan dengan sumber belajar yaitu penggunaan sumber belajar yang digunakan masih terbatas, yang masih mengandalkan indra visual. Media belajar, problem yang ditemukan adalah kurangnya pemanfaatan oleh guru mapel dalam menggunakan media yang ada di SMP IT Amtsilati, dan tak terkecuali guru Mapel PAI. Evaluasi, Dikegiatan penilaian, problem yang ada di kelas IX Mapel PAI SMP IT Amtsilati adalah penilaian yang masih sebatas penilaian penguasaan materi saja, sehingga kompetensi yang dicapai hanya terbatas pada ranah kognitif saja. c. Problematika pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang berkaitan dengan pengurangan jam pembelajaran PAI. Terkait dengan problematika pencapaian KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati yang ketiga adalah terdapatnya pengurangan jam pelajaran dalam pembelajaran Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati. Faktor ini bisa dilihat dari status peserta didik yang dibedakan antara peserta didik yang masih Amtsilati dengan peserta didik pasca Amtsilati.
B. Saran-saran 1. Bagi Pihak SMP IT Amtsilati, hendaknya sering-sering untuk sharing dengan pondok pesantren mengenahi kondisi sekolah maupun kondisi pesantren, baik tentang tata tertip, kurikulum, perkembangan peserta didik, atau yang lainnya yang masih terkait dan dianggap penting.
Supaya ketika terjadi perbedaan-
perbedaan, bisa secara cepat di cari jalan tengah atau jalan keluar, atau adanya masalah-maslah, akan cepat terselesaikan. Misal saja maslah KKM ini.
96
2. Bagi pihak forum MGMP di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara tak terkecuali guru mata pelajaran, hendaknya benar-benar cermat dalam menetapkan KKM per mata pelajaran, lebih-lebih mata pelajaran PAI, dengan mempertimbangkan komponenkomponen kriteria KKM yang dimiliki oleh sekolah, yaitu Intake, daya dukung, dan kompleksitas, serta disesuaikan dengan kondisi sekolah 3. Bagi pondok pesantren Darul Falah Amtsilati Bangsri Jepara, hendaknya memberikan kesempatan atau setidaknya memberikan ruang gerak yang imbang pada SMP IT Amtsilati, baik untuk mengatur kebijakan, muatan kurikulum, ataupun tata tertip lainnya. Supaya apa yang ingin dikembangkan di pondok pesantren dengan apa yang di ingin dikembangkan di SMP IT Amtsilati bisa tercapai dan saling melengkapi, sehingga keduanya berkembang sesuai dengan potensi-masing-masing.
97
DAFTAR PUSTAKA Aadesanjaya, “Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)”, http://aadesanjaya.blogspot. com/2011/01/kriteria-ketuntasan-minimal.html., diakses tangggal 29 juni 2011. Achmadi, Idiologi Pendidikan Islam,Paradigma Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Humanisme
Teosentris,
Administrator,“KKM dalam Kurikulum KTSP”, http://papantulisku. com/2010/03/Kriteria-Ketuntasan-Minimal-kkm-dalam.html, diakses pada tanggal 29 juli 2011. Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Firdaus, 2005. Al-Rusyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Edisi Revisi, Ciputat: PT.Ciputat Press, 2005. Al-Syaibani, Omar Muhammad Al-Toumy, Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, t.t. Arifin, Muzayyin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Asmani, Jamal Ma’mur, Efektifitas Aplikasi KTSP Di Sekolah, Yogyakarta: Bening, 2010. Bungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008. --------------, Metodologi Penelitian Kuantitatif:Komunikasi, Ekonomi, dan Kenijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Darajat, Zakiyah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Departemen Agama, Al-‘Aliyy, Diponegoro:2002.
Al-Qur’an
dan
Terjemahnya,
Bandung:
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008 Fahrudin, “Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)”, http://itusudah.com/kriteriaketuntasan-minimal-kkm/, diakses pada 29 Juli 2011.
Himpunan Undang-undang Republik Indonesia, Guru dan Dosen, SISDIKNAS dan SNP, Surabaya: Wacana Intelektual, 2009. Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009. Khaeruddin, dkk., KTSP Konsep dan Implementasinya di Madrasah, (Jogjakarta: MDC Jateng Kerjasama dengan PILAR MEDIA, 2007 Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. RosdaKarya, 2005. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Muhadjir, Noeng, Metodologi Sarasin,1996.
Penelitian
Kualitatif,
Yogyakarta:
Rake
Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Bandung: Trigenda, 1993. Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. ------------------, Pengembangan Model KTSP pada Sekolah dan Madrasah, Ed II, Jakarta: Raja Wali Pers, 2009. Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, Jakarta: Misaka Galiza, 2003. Mulyasa , E., Implementasi KTSP, Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumim Aksara, 2008. --------------, KTSP Suatu Panduan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Muslich, Masnur, KTSP, Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2008. Nasution, S., Metode Research, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009. Nawawi, Hadari dan dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996. Nazir, Moh., Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2009. Raharjo, Rahmat, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Yogyakarta:Magnum Pustaka, 2010. Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2001.
Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang SISDIKNAS :UU RI No. 20 Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Rohani, Ahmad, dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Rosyadi, Khoiron, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,t.t. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009. Shofan, Moh, Pendidikan Berparadigma Profetik, Yogyakarta: IRCiSoD, 2004. Subagyo, Joko, Metode Penelitian, Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, Algesindo, 1995. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandunng: CV.Alfabeta, 2008. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktek, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Sukmadinata, Nana Saodih, Pengembangan Kurikulum Teoritik da Praktik, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009. Tafsir, Ahmad, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Babdung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990 Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, Zuhairini, et.al., Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981.
PEDOMAN WAWANCARA Sekilas KKM kelas IX Di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara
Terkait dengan data yang akan penulis peroleh berkenaan dengan langkah-langkah penetapan KKM Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati, maka penulis menggunakan metode wawancara sebagai data pendukung dari data yang penulis dapat dari dokumentasi SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara. Adapun pedoman wawancara yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: Data
Materi Wawancara
Informan
Penetapan a. Berapa KKM yang ditetapkan pada Mata - GMP PAI KKM pelajaran PAI Kelas IX di SMP IT (M. Suliyanto) mata Amtsilati Bangsri Jepara? - Kepala Sekolah pelajaran b. Bagaimanakah Langkah-langkah atau (Ali Munif) PAI kelas mekanisme dalam menentukan KKM - Waka Kurikulum IX di SMP PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati (Deni Ebit N) IT Bangsri Jepara ? Amtsilati c. Kriteria apa saja yang menjadi Bangsri pertimbangan dalam menentukan KKM, Jepara khususnya mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara? d. Siapa saja Pihak atau Guru yang ikut serta dalam penentuan KKM mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara? e. Kapan penetapan KKM mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati dilakukan? f. Bagaimanakah perkembangan KKM mapel PAI yang setiap tahun? g. Adakah Kendala yang dihadapi forum MGMP ketika dalam proses penetapan KKM mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati?
Tempat Ruangan
PEDOMAN WAWANCARA Sekilas PBM kelas IX Di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Sebagai data pendukung dari data PBM yang penulis peroleh dari observasi PBM mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara, maka dalam wawancara ini penulis menggunakan pedoman sebagai berikut: No 1.
2.
Informan GMP PAI
Materi wawancara Tempat Bagaimanakah pendapat guru mapel PAI Ruangan tentang PBM PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara yang baru saja berlangsung di kelas IX? A. Sisi Kegiatan / Proses pembelajaran 1. Pra pembelajaran a. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Pendahuluan a. Penguasaan untuk pengkondisian kelas b. Absensi peserta didik c. Kegiatan memberikan motivasi d. Penyampaian SK-KD_Indikator c. Kegiatan Inti Pemebelajaran a. Sumber belajar yang digunakan b. Metode pembelajaran yang dipilih d. Penutup a. Penyimpulan materi b. Pelaksanaan evaluasi c. Bentuk evaluasi d. Hasil peserta didik dari evaluasi B. Sisi Peserta Didik 1. Motivasi peserta didik (tinggi, sedang, rendah) 2. Kompetensi peserta didik (tinggi, sedang, rendah) 3. Kreatifitas Peserta didik (tinggi, sedang, rendah) 4. Keaktifan (tinggi, sedang, rendah) Peserta Bagaimanakah pendapat peserta didik kelas IX Pondok Didik berkenaan dengan PBM PAI kelas IX di SMP Pesantren Kelas IX IT Amtsilati Bangsri Jepara yang baru saja berlangsung di kelas IX? A. Berkenaan dengan kegiatan awal pembelajaran? B. Kaitannya dengan kegiatan Inti pembelajaran?
1. Metode yang dipilih oleh guru mapel PAI? 2. Sumber Belajar yang digunakan? C. Hubungannya dengan kegiatan penutup dari pembelajaran? Seperti bentuk Evaluasi yang digunakan guru mapel PAI di kelas IX? D. Kompetensi guru mapel PAI? 1. Kompetensi Pedagogik? 2. Kompetensi Profesionalitas? 3. Kompetensi Sosial? 4. Kompetensi Pribadi?
PEDOMAN OBSERVASI PBM mata pelajaran PAI kelas IX di SMP IT Amstilati Bangsri Jepara
Selanjutnya data yang berkenaan dengan proses belajar mengajar Mapel PAI kelas IX di SMP IT Amtsilati, maka penulis menggunakan metode Observasi, Adapun pedoman yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: Sumber Data No
Tempat Objek Pengamatan
Keterangan - Pembuatan RPP - Kegiatan Pendahuluan - Metode
1.
Kegiatan Pembelajaran
pembelajaran
yang
digunakan dalam PBM
Kelas
- Sumber pembelajaran
IX
- Media Pembelajaran - Bentuk penilaian (evaluasi) - Hasil/nilai evaluasi peserta didik (data dokumen) - Kompetensi Pedagogik
2.
Pendidik
- Kompetensi Profesionalitas
Kelas
- Kompetensi sosial
IX
- Kompetensi Kepribadian - Motivasi
peserta
didik
dalam
mengikuti pembelajaran PAI. 3.
Peserta Didik
- Kompetensi yang dimiliki peserta didik pada mapel PAI. - Keaktifan
peserta
Kelas IX
didik
mengikuti Pembelajaran PAI.
dalam
PEDOMAN DOKUMENTASI Dalam Penelitian di SMP IT Amtsilati
Sebagai data penunjang data penelitian yang penulis lakukan berkenaan dengan judul penenlitian Problematika Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal mapel PAI pada Proses Belajar Mengajar kelas IX di SMP IT Amtsilati, maka penulis menggunakan metode dokumentasi, sebagai pedomannya adalah seperti di bawah ini: No 1.
Data
Keterangan
A.Gambaran Umum tentang 1. Tinjauan Historis. Sekolah
2. Letak geografis. 3. Struktur organisasi. 4. Visi-misi dan tujuan Sekolah. 5. Keadaan peserta didik. 6.
Keadaan
pendidik
dan
tenaga
kependidikan. 7. Keadaan sarana dan prasarana. 2.
B. Terkai dengan Perangkat 1. Kalender Akademik Pembelajaran Mapel PAI 2.Program tahunan PAI. Kelas IX
3. Program semesteran PAI. 4. Silabus PAI. 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PAI. 6. Jadwal mata pelajaran kelas IX
3
C. KKM mapel PAI kelas IX 1.KKM untuk SD-KD mapel PAI yang sudah ditetapkan oleh Sekolah. 2. LHB peserta didik kelas IX mapel PAI. 3. Jumlah peserta didik kelas IX.
Tabel 10 Rekapitulasi Nilai KKM Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Kondisi Bulan Kelas
A
B
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6
: SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara : Pendidikan Agama Islam (PAI) : IX : Juni 2011 Nama Peserta didik Human Mutashim. D Achmad Ali Usman Achmad Chaidar Umam Ahmad Sydlromi Hilman M Ismail M. Albanur K M. Atho'ul Maula M. Fathul Ulum M. Khairuman Wahhada M. Machbub. F M. Sakho' Fairuz Adaby M. Shofiy Muh. Balya Khoirrifqi Muhammad Faiz Taufiqi Muhammad Mushoffa Mahfud Alfi Mustofa Nurul Hanif Robith Dinak Zaka Zainal Arifin Abdul Faqihuddin Abdullah Ahmad Alfan Aliyul Iqbal Arif Rahman Hakim Durry Raiq Najih. M M. Bayu Ibrahim M. Shofiyullah A. N M. Wafi Ainunnajih. Al Mahbuburrahman Moch. Faisal Romli Muhammad Ulinnuha Salim Barokah Abdul Halim Mahmud Abdul Mu'ti Aghis Ramadlan Syarif Ahmad Nailul Kamal Ali Akbar
KKM Sekolah Pencapaian 80 90 80 82 80 85 80 80 80 83 80 79 80 85 80 89 80 87 80 89 80 92 80 87 80 88 80 81 80 90 80 84 80 78 80 85 80 94 80 94 80 89 80 86 80 90 80 90 80 91 80 80 80 80 80 82 80 87 80 80 80 85 80 87 80 88 80 81 80 90 80 95
C
D
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3
Anwar Mumuwafaq Ibnu Iqbal Mauludin Muh. Masykur Su'ud Muhammad 'Abid Musthofa Nizar Fayyumi Rakryan Wijdaan Dhiya. U Tri Fibrianto M. Nuril Iman Muhammad Johan Yafie Nadir Muhammad Ravi Udin Amirullah Taufik Zainuddin Bunsani Rawbal Bedrow Zainurridho A. Dzulfikri Fatchurrohman Fathul Huda Fathur Rosi Andri Fabrian Bagus Misbahuddin Khafid Khasbollah M. Fahmi Rizal M. Masykur Aly Ghozali M. Yusril Ihza Wana M. Zuhad Maulana Zulfa Mauludin Muhammad. A Ryan Dwi Nofiyanto Salafuddin Aybaq Syarif Hidayatullah Iqbal Murod M. Badrut Tamam M. Basith Al-Faridzi M. Izzurrohman. W Zainul Haq Billah Arif Wardoyo Aghna Deli Akhsan Ahmad Maulana Ainulhaq Anis Ainun Nafi' Fahmi Fathul Muisy Musthofa Kamil Sayyid Syarifuddin Syamsul Huda M. Nur Syarifuddin Moh. Mochtar Muh. Ainul Yaqin
80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
89 85 88 80 80 81 89 85 84 80 83 91 90 89 75 80 83 80 90 80 76 73 70 72 80 69 68 71 79 80 70 65 60 67 80 70 75 73 69 70 80 70 77 80 71 69
E
F
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1 2 3 4 5
Muhammad Davi Fairuzi Mukhammad Fatih Ilhami Mukhammad Ridwan Musammil Aziz Syamsul Ma'arif Fuad Lutfi Alfin Al Manaf Ruchul Mukmin Sahal Mahfud TM. Bunyan Marsus Khirzun Ma'sum Luthfi Ahmad Baidillah M. Khoironi M.H. Kamil Muhammad Sanuri Muhammad Fikri Aunillah M. Mudzakir A. Dzulfaqar Shidiq Abdurrahman Azis Ahmad Fikri Al Aillah Humaedi M. Imamussya'ban Afifatur Rahma Aftik Mudrikatul. DK Ainun Alfi Ni'mah Asa Lu'lu'un Nafis Imroatul Habibah Laziqoh Zahratul Khaulaq Lu'lu' Hurriyatunnisa Lumai'atul Quro'najati Lutfiatul Fuadah Maulida Misbahatis. S Mukarromah Mutmainatul Asfiah Nur Lailatul Badriah Qoriatul Zahro Qurrotul A'yun Rofi'atuzzahro Athiyatul Afifah Maftuhatul Mukarromah Royatul Islamiyah Aya Hafirah Ayul Nafisah Ayu Nafisah Amalia Shofiatul Izzah Farhati Maulida
80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
75 79 70 68 65 80 68 77 80 75 78 78 74 79 69 70 80 85 75 70 71 70 86 90 85 79 90 80 89 80 95 95 87 90 94 85 80 88 93 86 90 79 75 77 69 70
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Fatiha Salsabila Fitri Rahmawati Fitrianingrum Kuni Durrotun Nashikah Nili Muna Lisa Mustakmilinal Arofah Mas Nayyirotush Shu'udah Putri Tsaniah Indah WG Siti Wulansari Ulyatul Arofah Fisururin Marfuah Hanifah Safitri Madinatul Munawwaroh Nilna Minah Hafni Fakrina Cindy Aliffin Muti Intan Permata Sari Intan Devi Sholihat Atik Fhatiatur Rozaqqiyah Intan Permatasari
80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
68 77 75 70 70 79 80 80 72 75 70 70 80 79 75 80 73 77 69 70
Tabel 11 Jadwal dan Kode Guru Mengajar Kelas IX di SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara Tahun Pelajaran 2011/2012 Hari
Sabtu
Ahad
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jam 1 2 3
A W K K
4 5
D D
1 2 3
T O O
4 5
N N
1 2 3
T W W
4 5
O O
1 2 3
F D D
4 5
O O
1 2 3
L N N
4 5
D D
1 2 3
L F N
4 5
W W
Kelas IX B C Y D D ISTIRAHAT Y Y -
D -
E F F R
F -
-
O O
-
Y E E ISTIRAHAT Y Y
-
-
O R R
-
-
-
X X
-
C C C ISTIRAHAT T T
-
-
L L S
-
-
-
S S
-
E Y C Y C Z ISTIRAHAT D X D X
Z X Y
X O O
R E E
R Z
K K
S S
F W D W D X ISTIRAHAT E Y E Y
Z R Y
X L L
R E E
X X
S S
I I
F W L Z L X ISTIRAHAT K Z K Z
Z Y Y
S R R
R I I
R X
X O
S S
LIBUR
Jum’at
Keterangan: Kode Mengajar dan Nama Guru No
Kode
Mata Pelajaran
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
A B C D E F G H I J K L M N O
Ali Munif (MTK) Abdul Azis Ibnu Abbas (Indo) Nanang Aries (MTK) H Kasno (Englis) Suliyanto (PAI) Avita Auliya (Indo) Hendroyono (Jawa) Suparjo (IPA) Drs. Bambang Y (Pkn) Anton Madi (Olga) Rudi Isdiantoro (IPS/TIK) Murtaji (MTK) Imron Khoironi (English) Deni Ebit N (IPA)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kod e P Q R S T U V W X Y Z Aa Bb Cc Dd
Mata Pelajaran Ahmad Thohir (English) Ali As’ad (Pkn) Yusuf Imani (Indo) Siti Uswatun (MTK) M. Yahya Muhajir (TIK) Sistya Ningsih (IPA) Sukarno (IPA) Aang Fahruddin (Indo) Kholid Habibi (English) Andi Saifuddin (IPA) Warkoyo (MTK) Indah Purnamasari (BK)
Waktu Waktu
Keterangan
13.00-13.40
Jam ke I
13.40-14.20
Jam ke 2
14.20-15.00
Jam ke 3
15.00-15.15
ISTIRAHAT
15.15-15.55
Jam ke 4
15.55-16.35
Jam ke 5
KELAS VII A KELAS VII B KELAS VII C AMTSILATI ( Belakang Minimarket )
KELAS VII D AMTSILATI ( Aula Putri )
JA LAN D
KELAS IX E PASCA
KELAS VIII E PASCA AMTSILATI
U
KELAS VII B PASCA ( Markas )
KELAS IX F AMTSILATI ( Kamar Robi’ah )
KELAS IX D AMTSILATI
KELAS VIII A PASCA
KELAS IX C AMTSILATI
KELAS VIII C AMTSILATI
KELAS IX A PASCA
KELAS VIII D AMTSILATI
KELAS IX B PASCA
PANGGUNG
PERPUS
Skala 1 : 100.000
Kantor Kepala Sekolah
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngalian – Semarang telp. / fax (024) 7601295 – 7615387
No.
: In.06.3 /Jl /PP.009 /3320/2011
Semarang, 21 Juni 2011
Lamp. : Hal.
: Penunjukan Pembimbing Skripsi
Kepada Yth. : 1. Ahmad Muthohar, M.Ag. 2. Ahwan Fanani, M.Ag. Di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb Berdasarkan hasil pembahasan usulan judul penelitian di jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), maka Fakultas Tarbiyah menyetujui judul skripsi mahasiswa : Nama
: Juniarsih
NIM
: 073111100
Judul
: PROBLEMATIKA PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASA MINIMAL MATA PELAJARAN RUMPUN PAI (Studi pada Proses Belajar Mengajar di Kelas IX SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara)
Dan menunjuk saudara : 1. Ahmad Muthohar, M.Ag sebagai pembimbing I dan 2. Ahwan Fanani, M.Ag sebagai pembingbing II Wassalamu’alaikum Wr. Wb A.n. Dekan, Ketua Jurusan PAI
Nasirudin, M.Ag NIP. 196910121996031002 Tembusan : 1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo (Sebagai Laporan) 2. Mahasiswa yang bersangkutan 3. Arsip
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka Ngaliyan Telp. (024) 7601295 Semarang 50185
Nomor : In.06.3/D1/TL.00/1986/2011 Lamp. : (satu)1Proposal Hal : Mohon Izin Riset A.n. Juniarsih NIM: 073111100
Semarang, 27 Juli 2011
Kepada Yth. Kepala SMP IT Amtsilati Di Jepara Assalamu’alaikum Wr. Wb. Diberitahukan dengan hormat, bahwa mahasiswa kami yang bernama Juniarsih NIM: 073111100 sangat membutuhkan data sehubungan dengan penulisan skripsi yang berjudul: PROBLEMATIKA PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MATA PELAJARAN RUMPUN PAI (Studi pada Proses Belajar Mengajar di Kelas IX SMP IT Amtsilati Bangsri Jepara) di bawah bimbingan Saudara Nur Asiyah, S.Ag. M. Si dan Saudara Ismail SM, M. Ag. Untuk itu kami mohon agar mahasiswa tersebut diberi izin untuk melaksanakan penelitian di SMP Nurul Islam selama 1 bulan. Demikian atas ijin yang diberikan, kami mengucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
A.n. Dekan, Pembantu Dekan I
Dr. H. Ruswan, M. A. NIP. 19680424 199303 1 004
Tembusan: Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
: Juniarsih
2. Tempat & Tgl. Lahir
: Demak, 10 Agustus 1987
3. NIM
: 073111100
4. Alamat Rumah
: Rt. 01/ Rw. 01 Serangan Bonang Demak
HP
: 0877 3114 3589
E-mail
:
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal : a. SD N I Bonang Demak b. MTs NU Serangan Bonang Demak c. MA NU Serangan Bonang Demak d. IAIN WaliSongo Semarang 2. Pendidikan Non-Formal a. Pondok Pesantren Al-Mashitoh Serangan Bonang Demak b. Pondok Pesantren Darul Falah Amtsilati Bangsri Jepara
Semarang, 24 Nopember 2011
Juniarsih NIM: 073111100