UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AL QURAN HADITS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO PATEBON KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh : AKHMAD ARIFIN NIM : 093111228
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO SEMARANG 2011
1
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Akhmad Arifin
NIM
: 093111228
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya .
Semarang, 2 Juni 2011 Saya yang menyatakan,
Akhmad Arifin NIM : 093111228
2
3
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 4 Juni 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang.
Assalamu`alaikum Wr. Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan , arahan, dan koreksi naskah skripsi dengan : Judul : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Nama : Akhmad Arifin NIM : 093111228 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam. Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosah. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu`alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I,
Rosidi, M.SI NIP. 197701312006041011
4
ABSTRAK
Judul
: Meningkatakn Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 Penulis : Akhmad Arifin NIM : 093111228 Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajran alQuran Hadits siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : 1) Bagaimanakah implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada pembelajaran al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011; dan 2) Bagaimanakah upaya meningkatkan hasil belajar mata Pelajaran al-Quran Hadits melalui implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi ini merupakan penelitian Tindakan Kelas yang mengambil objek penelitian kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal yang berjumlah 31 orang. Sumber primer penelitian ini ialah pelaksanaan atau penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal. Jenis datanya diambil dari penerapan dan observasi langsung di lapangan, intervieu dengan kolaborator, siswa, dan Kepala MI Kebonharjo, adapun sumber skunder berupa, papan monografi, literatur, notulen rapat, daftar hadir atau buku tamu, arsip, bahan bacaan, majalah, dan lain-lain. Pembahasan hasil penelitian, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Penerapan Model Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa kelas IV MI Kebonharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 menunjukkan keberhasilan. Indikator keberhasilan tersebut terlihat dari hasil tes akhir siklus I diketahui siswa yang mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits sebesar 82,23 %. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 45 % sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan meningkat 38 % dari 31 siswa pada siklus I terdapat 25 orang siswa yang mengalami ketuntasan belajar AlQuran Hadits dengan nilai rata-rata 72,23, sehingga jauh lebih besar nilainya jika dibandingkandengan sebelum diterapkan metode pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Adapun prestasi belajar berdasarkan kelompok tingkat keceradasan siswa dihasilkan data sebagai berikut : 1. Siswa dengan kelompok kepandaian rendah, mengalami peningkatan berturutturut yaitu dari data awal atau pra siklus 57,44 kemudian siklus I 63,44, dan siklus II 69,66
5
2. Siswa dengan kelompok kepandaian sedang, mengalami peningkatan berturutturut yaitu dari data awal atau pra siklus 63,84 kemudian siklus I 72,85, dan siklus II 73,0 3. Siswa dengan kelompok kepandaian tinggi, mengalami peningkatan berturutturut yaitu dari data awal atau pra siklus 75,54 kemudian siklus I 84,27, dan siklus II 89,27.
6
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 5043 b/ U/ 1987 tertanggal 22 Januari 1998 A. Huruf Hijaiyah Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا
Alif
-
Tidak dilambangkan
ب
Ba’
B
-
ت
Ta’
T
-
ث
Tsa
S
S dengan titik atas
ج
Jim
J
-
ح
Ha
H
H dengan titik bawah
خ
Kha
Kh
-
د
Dal
D
-
ذ
Zal
Z
Z dengan titik atas
ر
Ra
R
-
ز
Za’
Z
-
س
Sin
S
-
ش
Syin
Sy
-
ص
Sad
s.
S dengan titikbawah
ض
Dad
D
d dengan titik bawh
ط
Ta’
T
T dengan titik bawah
ظ
Dha
Z
Z dengan titik bawah
ع
Ain
‘
Koma terbalik
غ
gain
G
-
ف
Fa
F
-
ق
Qaf
Q
-
ك
Kaf
Kh
-
ل
Lam
L
-
م
Mim
M
-
ن
Nun
N
-
7
و
Wawu
W
-
Ha
H
-
ء
Hamzah
`
Koma lurus miring
ئ
Ya
Y
-
ة
Ta’ marbutah
H
Dibaca ah ketikamawquf
ة...
Ta’ marbutah
t/ h
Dibaca ah/ at mawquf
B. Vokal Pendek Arab
Latin
Keterangan
Contoh
-
a
Bunyi fathah pendek
َا
-
i
Bunyi kasrah pendek
ِ
-
u
Bunyi dhumah pendek
ُا
C. Vokal Panjang Arab
Latin
Keterangan
Contoh
ــــ
a
Bunyi fathah panjang
آَ ن
ــــــ ــــ
i
Bunyi kasrah panjang
ِ
ـــــ
u
Bunyi dhumah panjang
ُآ
Arab
Latin
Keterangan
Contoh
ـــ
aw
Bunyi fathah diikuti waw
َز
ــــــ
ai
Bunyi fathah diikuti ya’
َآ
D. Diftong
E. Pembauran Kata Sandang Tertentu Arab
Latin
Keterangan
Contoh
َ ا
Al-qa
Bunyi al qomariyyah
ّ!"ّ#ا
ا
Sy-Sya
Bunyi al syamsiyyah/ diganti denganhuruf berikutnya
ُ وا
Wal-mu/
Bunyi
% َ وا
Wat-ta
syamsiyahdiawali
al
Qomariya/
al &"وا
huruf 'ّ(وا
hidup, maka tidak terbaca mandiri
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan sanjung penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan pertolongan dan bimbingan kepada mahluknya tanpa terkecuali. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada beliau Nabi besar Muhammad saw beserta keluarga, Sahabat, dan para pengikutnya. Syukur Alhamdulilah skripsi ini, dapat diselesaikan setelah melewati waktu yang panjang dengan mengalamu berbagai kesulitan dan hambatan. Berkat petunjuk-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.” Selanjutnya perkenankanlah penulis menyampaikan hormat dan terima kasih, kepada: 1. Prof. Dr. H. Muhibbin selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang 2. Dr. H. Sudja`i, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 3. Ahmad Muthohar, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo Semarang. 4. Rosidi, M.SI selaku pembimbing yang telah dengan sabar mengarahkan penulis pada penyusunan skripsi ini 5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bekal pengetahuan, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. 6. Kepada orang tua dan isteriku tercinta yang selalu mendorong penulis untuk menyelesaikan studi dan anakku yang baru lahir. 7. Kepala MI Kebonharjo Patebon Kendal yang telah memberikan ijin penelitian 8. Kolaborator dan siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal yang telah membantu penelitian penulis. 9. Rekan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan semua pihak yang membantu terselesainya penyusunan skripsi ini.
9
Penulis memohon kepada Allah SWT, agar orang-orang yang telah membantu dan memotivasi dalam pembuatan skripsi ini, mendapatkan limpahan rahmat dan amal baiknya mendapatkan imbalan yang lebih baik dari Allah SWT. Apabila ada yang berbeda dengan hasil penulis didalam skripsi ini, maka itu merupakan ragam pemikiran yang barangkali dapat merupakan rahmah sebagai hazanah keilmuan. Tulisan ini masih perlu didiskusikan atau didialogkan lebih jauh lagi. Apabila pembaca mendapatkan bahwa ada beberapa hal yang belum dikupas dalam skripsi ini maka merupakan peluang bagi semua pihak untuk memperluas wawasan tentang tema dari penelitian ini. Demikianlah, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih šÏϑn=≈yèø9$# Å_Uu‘ ¬! ߉ôϑysø9$#
Kendal, 2 Juni 2011
Penulis
10
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN............................................................................. ii PENGESAHAN .................................................................................................. iii NOTA PEMBIMBING ....................................................................................... iv ABSTRAK .......................................................................................................... v TRANSLITERASI .............................................................................................. vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4 C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 4 D. Rumusan Masalah ........................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5 F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Deskripsi Teori ............................................................................... 7 1. Hasil Belajar Al-Quran Hadits .................................................. 7 2. Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) ................ 19 B. Kerangka Berpikir........................................................................ .. 26 C. Kajian Penelitian yang Relevan ..................................................... 27 D. Hipotesis Tindakan......................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .............................................................................. 29 B. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................... 29
11
C. Subjek Penelitian............................................................................ 29 D. Pelaksana dan Kolaborator............................................................. 30 E. Rancangan Penelitian ..................................................................... 30 F. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 34 G. Sumber Data ................................................................................... 41 H. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 41 I. Teknik Analisis Data ...................................................................... 43 J. Indikator Keberhasilan ................................................................... 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TENTANG UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ALQURAN HADITS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT KEBONHARJO
INTERACTION PATEBON
(ATI)
SISWA
KENDAL
KELAS
TAHUN
IV
MI
PELAJARAN
2010/2011 A. Hasil Penelitian Tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 ................................ 46 1. Deskripsi Hasil Penelitian Pra Siklus….................................... 46 2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I............................................ 48 3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II .......................................... 52 B. Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Hasil Penelitian Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011....................................................................................... 58 BAB V PENUTUP A. Simpulan ........................................................................................ 64 B. Saran-saran ..................................................................................... 65 C. Penutup ........................................................................................... 66
12
DAFTAR PUSTAKA RPP DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
13
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Kondisi Awal Kepandaian Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal, 47. 2. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa
Kelas IV MI
Kebonharjo Patebon Kendal Pada Siklus I, 49 3. Aktivitas Belajar Siswa Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Siklus I, 51 4. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa
Kelas IV MI
Kebonharjo Patebon Kendal Pada Siklus II, 54 5. Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Siklus II, 56 6. Presentase Aktivitas Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal, 58 7. Rerata Hasil Belajar Al-Quran Hadits dengan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interactian (ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal, 60
14
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas, 31 2. Histogram Keaktivan Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Secara Keseluruhan, 59 3. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa
Kelas IV MI
Kebonharjo Patebon Kendal dari Pra Siklus sampai Siklus II, 60 4. Presentase Ketuntasan Belajar Al-Quran Hadits Siswa dari Pra Siklus sampai Siklus II, 61 5. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelompok dari Pra Siklus sampai Siklus II, 63
15
Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran di madrasah ibtidaiyah terutama pembelajaran AlQuran Hadits merupakan jantung dari keseluruhan proses pendidikan formal berbasis keislaman, karena melalui sebuah proses pembelajaranlah terjadi transfer ilmu dari guru ke siswa yang berisi berbagai tujuan pendidikan. Tujuan dari sebuah pendidikan dapat tercapai apabila tercipta sebuah proses pembelajaran yang berkualitas. Pada tingkat mikro, guru mata pelajaran Al Quran dan Hadits akan bertanggung jawab secara penuh dalam sebuah proses pembelajaran agar tercipta suasana pembelajaran yang interaktif, efektif, dan berkualitas. Pada tingkat makro sebuah lembaga pendidikanlah yang bertanggung jawab dalam pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat memberikan kontribusinya dalam penciptaan proses pembelajaran nantinya. Baik buruknya proses pembelajaran di sekolah atau madarasah menentukan kualitas pendidikan. Sebuah proses pembelajaran bisa dikatakan berhasil atau tidaknya dapat diukur melalui dua hal, yang pertama ialah nilai atau kompetensi yang diperoleh peserta didik dan kedua perubahan tingkah laku peserta didik yang dapat dilihat.1 Nilai dapat diukur jika setelah adanya proses pembelajaran pada peserta didik terjadi peningkatan yang signifikan dari nilai yang diperoleh sebelumnya. Perubahan tingkah laku peserta didik dalam proses pembelajaran tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik atau siswa tersebut. Menurut Catharina Tri Anni dan kawan-kawan pada proses pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan pada tujuan pembelajaran.2 Tujuan pembelajaran Al-Quran Hadits ialah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang shalih pada kehidupan bermasyarakat dan 1
Nana Sudjana, Proses dan Hasil Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003),
2
Tri Ani. Catharina, Teori Pembelajaran, (Semarang : UPT MKKS UNNES, 2006),
hlm. 37. hlm. 5
16
bernegara.
Pada dasarnya tujuan Al-Quran Hadits ialah untuk mendidik dan
memberi bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.3 Berdasarkan uraian tersebut dibutuhkan suatu pola yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru untuk memilih dan menggunakan model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa perlu ditingkatkan. Kemampuan guru untuk berkreasi dan improvisasi sangat diperlukan pada interaksi belajar mengajar, agar tercipta suasana pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Model pembelajaran demikian diharapkan mampu menjadi basis pembelajaran Al-Quran Hadits yang mengacu tercapainya hasil belajar peserta didik secara maksimal. Ketidakberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran Al-Quran Hadits dapat ditinjau dari guru yang kurang menguasai materi, metode dan media yang digunakan kurang tepat, serta model pembelajaran yang masih konvensional. Model pembelajaran tersebut sebaiknya tidak diterapkan lagi dalam pembelajaran. Guru Al-Quran Hadits pada waktu mengajar bukan saja menggunakan metode ceramah atau bercerita dan berdiri di depan kelas, tetapi lebih dari sekedar itu, yaitu bagaimana teknik, strategi, dan metode guru untuk mengkomunikasikan pesan atau materi pelajaran, berinteraksi dan mengorganisir, serta berusaha secara maksimal mengelola peserta didik sehingga berhasil dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kreativitas penerapan metode pembelajaran yang canggih, keterlibatan emosional serta intelektual pada setiap aktivitas belajar terutama pembelajaran Al-Quran Hadits, akan memiliki nuansa kebermaknaan belajar yang tinggi bagi penanaman dan penguasaan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran Hadits. Keberhasilan penanaman dan penguasaan nilai-nilai yang terkandung pada pembelajaran Al-Quran Hadits akan tercapai apabila seorang guru mata pelajaran Al-Quran Hadits memiliki dan menguasai metodologi pembelajaran 3
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media, 2000), hlm. 7
17
secara baik. Metodologi pembelajaran merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang model atau metode yang digunakan pada pekerjaan mendidik.4 Kegagalan guru ketika mengajar tidak sedikit disebabkan kurang mampunya guru menciptakan suasana belajar yang kreatif, di mana siswa bergairah untuk belajar, memiliki kreativitas dan tanggung jawab untuk belajar secara mandiri, serta mencapai kompetensi belajar yang diinginkan. Guru yang baik dan profesional tentu akan mengusahakan model pembelajaran yang mampu merangsang motivasi dan kompetensi/hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Dipilihnya mata pelajaran Al-Quran Hadits pada penelitian ini berdasarkan wawancara penulis dengan guru disebabkan karena kondisi pembelajaran mata pelajaran ini mengalami kendala rendahnya minat belajar peserta didik dan menurunnya prestasi belajar siswa. Dalam konteks pembelajaran di madrasah, mata pelajaran Al-Quran Hadits merupakan mata pelajaran penting sebagai dasar bagi peserta didik untuk menguasai rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini mengakibatkan guru berupaya untuk mencari solusi alternatif terhadap permasalahan rendahnya prestasi belajar siswa tersebut. Kondisi pembelajaran Al-Quran Hadits di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal pada Tahun Pelajaran 2010/2011 penulis mengamati bahwa peroses pembelajarannya di kelas IV masih bersifat konvensional. Guru mata pelajaran Al-Quran Hadits masih menggunakan metode ceramah, sehingga gurunya saja yang aktif. Siswa hanya duduk mendengarkan, jika sudah bosan kemudian dengan teman yang lain, atau sering ijin keluar dengan alasan ke belakang. Dengan model pembelajaran seperti ini siswa kurang antusias dalam belajar sehingga nilai rata-rata mata pelajaran Al-Quran Hadits peserta didik Kelas IV di bawah KKM. KKM yang ditetapkan dalam pembelajaran Al-Quran Hadits di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 ialah 7,5, tetapi kenyataannya nilai rata-rata mata pelajaran Al-Quran Hadits peserta didik Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 ialah 6,5. 4
M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Antara Pendidikan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hlm. 65.
18
Problematika pembelajaran Al-Quran Hadits di atas sangat penting untuk segera dipecahkan, terutama untuk semester berikutnya. Karena mata pelajaran Al-Quran Hadits merupakan pelajaran yang sangat esensial peranan dan kedudukannya baik perkembangan kepribadian peserta didik secara mikro dan bagi nama baik lembaga sekolah (MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal) maupun masyarakat sekitarnya secara makro). Berdasarkan kondisi di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada mata pelajaran Al-Quran Hadits di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal melalui model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) merupakan model pendekatan pembelajaran yang berupaya sedemikian rupa untuk menyesuaikan
pembelajaran
dengan
karakteristik
siswa,
dalam
rangka
mengoptimalkan prestasi akademik atau hasil belajar.5 Menurut Nur, pendekatan ini dikembangkan pertama kali oleh Cronbath & Snow tahun 1999 berdasarkan asumsi bahwa “optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai melalu penyesuaian antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.6 Dipilihnya model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada mata pelajaran Al-Quran Hadits disebabkan model pembelajaran ATI memiliki kekuatan yang positif dan sinergi yang mampu mengubah sikap dan perilaku peserta didik kearah perubahan yang kreatif dan dinamis, mendorong minat dan motivasi peserta didik pada proses pembelajaran.7 Berdasarkan teori tersebut dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran ATI mampu meningkatkan kualitas pembelajaran Al Quran Hadits, sehingga materi pembelajaran dapat diberikan secara efektif sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang beragam sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 5
Hermawan, Strategi Aptitude Treatment Interaction, hlm. 14 Syarifuddin Nurdin, Model Pembelajarna Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasisi Kompetensi, (Ciputat : Quantum Teaching, 2005), hlm. 23. 7 Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), hlm. 37. 6
19
Pemahaman tentang efektivitas penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di atas, mendorong penulis untuk menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam proses pembelajaran Al Quran Hadits agar kualitas pembelajaran dapat lebih ditingkatkan, mengingat selama ini pembelajaran di madrasah, kurang begitu memperhatikan keragamaan kemampuan peserta didik.
B. Identifikasi Masalah Berasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi berbagai masalah yang muncul berkaitan dengan tema yang penulis angkat pada penelitian tindakan kelas ini yaitu : 1.
Peranan guru yang terlalu dominan pada proses pembelajaran Al-Quran Hadits di Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
2.
Kurangnya minat guru dalam menciptakan pembelajaran yang hidup dan mendorong minat belajar Al-Quran Hadits siswa
3.
Rendahnya kesadaran untuk bekerja sama sesama siswa pada proses pembelajaran Al-Quran Hadits
4.
Peranan atau aktivitas belajar peserta didik yang cenderung pasif pada proses pembelajaran Al-Quran Hadits.
5.
Masih banyak peserta didik yang belum memahami pentingnya mata pelajaran Al-Quran Hadits yang diberikan guru.
6.
Menurunnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Al-Quran Hadits.
7.
Perlunya memilih metode pembelajaran khusus yang dapat meningkatkan Hasil belajar Al-Quran Hadits peserta didik. Konsep ini berdasar pada Hadits Rasulullah saw tentang niat di bawah ini :
%&" * ل+, - ا. ب ر12 ا3 '", 456 7 ا38" ا' ا3, @ " وإ, " ل ت,=ل " إ" ا97 و+, - ا: -رل ا , + ور- إ ا+D'EF + ور- إ ا+D'E ه% آ3" , ا'ئ ى +' اG ا ه+D'EF FH@7 و ا'أةFKL7 إ د+D'E ه% آ3و ( رى2K اO)روا 20
Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya. (HR. Bukhari).8 8.
Perlunya penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk meningkatkan Hasil belajar Al-Quran Hadits peserta didik menggunakan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) di Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada Tahun Pelajaran 2010/2011 ini.
C. Pembatasan Masalah Memperhatikan identifikasi masalah di atas perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian tindakan kelas ini lebih terfokus pada tema pokok penelitian. Adapun masalah yang akan dipecahkan pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini ialah upaya guru secara sistematis untuk meningkatkan hasil belajar AlQuran Hadits peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas dapat diidentifkasikan rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam pembelajaran al-Quran Hadits di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 ?
2.
Apakah impementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran al-Quran Hadits di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011? 8
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Bandung : Al Ma`arif, 2003), hlm. 127.
21
E. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk mengetahui : 1.
Implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam pembelajaran al-Quran Hadits di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
2.
Meningkatkan hasil belajar al-Quran Hadits melalui impementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat : 1.
Secara Teoritis a.
Sebagai bahan masukan bagi pendidik, keluarga, dan pemerintah untuk dijadikan
bahan
analisis
memberdayakan
peningkatan
mutu
pembelajaran melalui optimalisasi penerapan metode ATI. b.
Mampu menambah khasanah keilmuan tentang pendidikan khususnya strategi dan peranann guru dalam meningatkan Hasil belajar Al-Quran Hadits siswa melalui metode Aptitude Treatment Interaction (ATI).
2.
Secara Praktis a.
Bagi peneliti (guru), untuk mengetahui hambatan-hambatan penerapan metode ATI untuk meningkatkan Hasil belajar Al-Quran Hadits siswa.
b.
Bagi peserta didik, agar mampu meningkatkan semangat, minat dan ghirah dalam belajar di MI Kebonharjo Patebon Kendal.
c.
Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan laporan atau pedoman mengambil kebijakan tentang peningkatan mutu pembelajaran melalui penerapan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) untuk meningkatkan Hasil belajar Al-Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal.
d.
Bagi IAIN Walisongo Semarang, sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dalam rangka memperluas wawasan kependidikan berkaitan dengan metode pembelajaran aktif dan menambah koleksi buku perpustakaan IAIN Walisongo Semarang di bidang pendidikan.
22
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar Al Quran Hadits a. Pengertian Prestasi Belajar Al Quran Hadits Guna mendekatkan pada pengertian hasil belajar Al Quran Hadits, terlebih dahulu penulis jelaskan tentang pengertian belajar secara umum dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut : Pengertian belajar menurut Ngalim Purwanto, yaitu suatu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari latihan atau pengalaman, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.9 Menurut Roestiyah N.K., pengertian belajar ialah suatu proses usaha atau aktivitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik yang dapat membawa perubahan pada individu tersebut.10 Adapun pengertian belajar menurut Muhibbin Syah, merupakan kegiatan berproses dan merupakan suatu unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.11 Sedangkan menurut Crow dan Crow mengartikan belajar dengan : “Leraning is modification of behavior accompanying growth processes that are brought abaut throught sensory of stimulation”.12 Artinya : Belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyertai proses pertumbuhan di mana semua itu melalui penyesuaian terhadap situasi melalui rangsangan 9
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya, 2000),
hlm. 85. 10
Roestiyah N.K., Didaktik Metodik, (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), hlm. 8. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2009), hlm. 59. 12 Lester D. Crow and Crow, Human Development and Learning, (New York : American Book Company, t.th.), hlm. 215. 11
23
Pengertian tentang belajar sebagaimana dikemukakan para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang disengaja dan dapat menimbulkan atau menghasilkan perubahan dalam diri seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan serta kemampuan seseorang berkat pengalaman dan latihan melalui interaksi dengan lingkungannya. Komponen belajar di atas secara implisit sesuai dengan konsep belajar yang dirumuskan oleh tokok-tokoh pendidikan dari Timur dan Barat yakni, Syeikh Mustafa Al Ghulayaini, tentang komponen belajar sebagai bagian dalam proses pendidikan :
ر* د7 "! ء ا$%&'( و%)* +,س ا-./ 01 234 .,ق ا567س ا89 : ه2%"8<,ا 8%=, وا23%>., ا$?ا8!@ ن-A? B@ C.+, ت اA3D (D 2A3D EFG? 0
. (J-, اK.+, L!M, اNHو
Pendidikan ialah menanamkan akhlak mulia ke dalam jiwa anak dengan petunjuk dan nasehat sehingga akhlak yang mulia itu benar-benar melekat ke dalam jiwa (menjadi watak) kemudian membuahkan keutamaan, kebajikan dan cinta beramal. Sir Godfrey Thomson, menjelaskan tentang komponen belajar pada proses pendidikan : “By upon education I mean the influence of a permanent change in his habits behavior of thought, and of attitude”.14 “Yang saya maksud dengan pendidikan adalah pengaruh dari lingkungan terhadap individu untuk dapat menghasilkan perubahan yang permanen pada kebiasaan tingkah laku, pemikiran dan sikapnya”. Sedangkan pengertian hasil belajar menurut Mustaqim, ialah pengukuran dan penilaian sebagai usaha mengetahui hasil yang telah dicapai siswa dengan 13
Syeikh Mustafa Al Ghulayaini, Idhatun Nasyi`in, (Beirut : Mansyuriah, 1949), hlm.
189. 14
Sir Godfrey Thomson, A Modern Philosophy of Education, (London : George Allen Unwin Ltd, t.th), hlm. 9.
24
kemampuan atau potensi dirinya seperti kecerdasan atau perbuatan yang mencerminkan penerimaan dan pemahaman terhadap materi yang diberikan.15 Menurut
Mulyono Abdurrahman,
dalam
bukunya Pendidikan bagi
Anak Berkesulitan Belajar” bahwa hasil belajar ialah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.16 Sedangkan menurut A.J. Romiszowski, dikutip Mulyono Abdurrahman, bahwa hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan. Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi, sedangkan keluarannya ialah perbuatan atau kinerja (performance).17 Peserta didik untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi, disertai dengan tawakal kepada Allah SWT. Konsep ini ditegaskan Nabi Muhammad saw. Dalam Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah, r.a. :
'ا+ -'د ا7 3 : و+, - ا: - * ل رل ا:'ة * ل7' ا ه3, ( رى2K اO )روا37 ا+F957 “Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah sesuatu kebaikan, niscaya Allah akan menjadikannya faham/mengerti tentang ajaran agama”. (H.R. Bukhari).18 Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Proses belajar yang dialami siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan
15
Mustaqim Abdul Wahib,, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), hlm.
130. 16
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), hlm. 37. 17 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, hlm. 38. 18 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Indonesia : Maktabah Rikhlan, t.th.), hlm. 50.
25
oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar. Sedangkan Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing, berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. 19 Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud dimaksud dengan prestasi ialah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah. Adapun pengertian Al Quran Hadits merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang ajaran-ajaran ajaran ajaran yang terkandung di dalam Al Quran dan Hadits. Al Quran merupakan sebuah kitab suci petunjuk yang diturunkan Allah SWT kepada da nabi Muhammad saw bagi seluruh umat manusia di dunia.20 Al Quran menurut bahasa berarti ‘bacaan’ atau ‘yang dibaca’.21 Kata ‘Quran’ dalam arti demikian terdapat dalam surat Al Qiyamah ayat 16 :
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat cepat cepat (menguasai) nya.". (Q.S. Al Qiyamah : 16).22 Al Hadits menurut Erfan Soebahar, adalah sesuatu atau segala sesuatu yang
disandarkan
atau
dihubungkan
( (maudlifa/mautsira)
kepada
Nabi
Muhammad saw.23 Hadits adalah adalah sumber ajaran Islam kedua setelah Al Quran. 19
Sia Tjundjing. Hubungan IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi, (Solo : Anima, 2007),
hlm.1 20
Utsman Najati, Al Quran dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka, 1995), hlm. 1. M. Hasbi Ash Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Quran, (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), hlm. 1. 22 Soenarjo, dkk, Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : Depag RI, 2003), hlm. 567. 23 Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadits Nabi di Era Teknoloi Informasi, (Semarang : RaSail, 2010), hlm. 12 21
26
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Al Quran Hadits merupakan kompetensi yang dimiliki peserta didik setelah mempelajarai atau belajar mata pelajaran Al Quran Hadits. Proses pendidikan selalu ada situasi yang memerlukan sikap tegas dalam mengambil keputusan berkaitan dengan perencanaan kegiatan penilaian, penjaminan mutu hasil belajar secara individu atau kelompok dalam lingkungan tertentu, dalam hal ini ialah lingkungan sekolah. Konsep tersebut secara implisit dijelaskan Khurshid Ahmad, : “Education is a continuous process through which moral, mental and phisical training is provided to younger generations, who also acquire their ideals ang culture through it”.24 Sejalan dengan pemikiran di atas Khaeruddin, menjelaskan bahwa setiap sekolah atau madrasah wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi/melampaui Standar Nasional Pendidikan (SNP). Penjaminan mutu hasil belajar dilakukan secara bertahap, sistematis dan terencana pada suatu program yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.25 Hasil belajar mempunyai pengertian identik dengan prestasi belajar yakni hasil yang telah dicapai anak didik dalam menerima dan memahami serta mengamalkan materi pelajaran Al Quran Hadits yang diberikan oleh guru atau orang tua berupa pendidikan agama di lingkungan sekolah dan keluarga serta masyarakat, sehingga peserta didik memiliki potensi dan bakat sesuai yang dipelajarinya sebagai bekal hidup di masa mendatang, mencintai negaranya, kuat jasmani dan ruhaninya, serta beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, memiliki solidiritas tinggi terhadap lingkungan sekitar. Peran guru atau orang tua dalam mendidik anak sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar agama yang dikuasainya. Nabi bersabda pada Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah, r.a. :
24
Khurshid Ahmad, Principles Of Islamic Education, (Lahore : Islamic Publication Limited, 1959), hlm. 4. 25 Khaeruddin dan Mahfud Junaedi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Konsep dan Implementasinya di Madrasah, (Semarang : Madrasah Development Center (MDC) Jawa Tengah, 2007), hlm. 74.
27
7R د ا3 و+, - ا: - * ل رل ا:'ة * ل7' ا ه3, (! O)روا. + !E"7 او+'اL7 او+داF7 O'ة ا15 ا, “Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Tidaklah anak itu dilahirkan melainkan atas dasar fitrah, maka (tergantung) kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani maupun Majusi. (H.R. Muslim)26 Hadits di atas menganjurkan guru/orang tua untuk membimbing dan memperhatikan anak asuhnya sejak dini, mengajarkan dasar-dasar agama melalui Al–Quran dan Hadits agar tertanam keimanan dan akidah yang kuat, membiasakan anak untuk berakhlakul karimah. Untuk itu diperlukan landasan dan teladan dari orang tua atau guru dan juga dari kejadian-kejadian di masyarakat. Konsep tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan yang dikemukakan pakar Psikologi Pendidikan Anak Muhammad Athiyah Al Abrasyi :
7* +T KH & &ا7 ة آ و6 H اد ا"'ء,ا(' ه ا &( +", ه'اO&رV 9* رO'@5D "W +9 X آ+"!G .O "& اE و+ ! و+"9 'K&( ا3!H7 O'KY Z و “Pendidikan merupakan proses menyiapkan sesuatu untuk hidup yang sempurna dan hidup bahagia, mencintai kepada negaranya, kuat jasmaninya, sempurna budi pekertinya, berurutan dalam pemikirannya, lembut perasaannya, bekerja sama dengan orang lain, benar atau baik pernyataannya dalam tulis dan lisan, dan menekuni pekerjaan dengan tangannya”.27 b. Ruang Lingkup Hasil Belajar Al Quran Hadits Berdasarkan uraian di atas telah disimpulkan tentang hasil belajar yakni kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah proses pembelajaran, sedangkan Al Quran Hadits pada pembahasan ini merupakan mata pelajaran yang membahas sumber ajaran Islam. 26 27
Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut : Daruk Qutub, tth), hlm. 2047. Muhammad Athiyah Al Abrasyi, Ruhut Tarbiyah Watta`lim, (Cairo : Darul Haya,
t.th), hlm. 7.
28
Hasil belajar Al Quran Hadits yang diharapkan dapat dicapai peserta didik pada proses pembelajaran Al Quran Hadits di sekolah penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang atau mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses pembelajaran keberhasilannya dievaluasi dari seberapa jauh belajar yang dicapai peserta didik, di samping diukur dari segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki peserta didik. Tipe hasil belajar harus nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan intruksional). Sebab evaluasi menurut S. Nasution, selalu memegang peranan yang penting dalam segala bentuk atau tipe pengajaran yang efektif, memperbaiki dan merevisi bahan atau metode pengajaran dan berguna untuk mengetahui sampai di manakah siswa telah mencapai tujuan pelajaran (sesuai dengan tipe) yang telah ditentukan.28 Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dikategorikan menjadi tiga bidang yakni, bidang kognitif (penguasaan intektual), bidang afektif (berhubungan sikap/nilai), dan bidang psikomotor (kemampuan bertindak atau berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar di sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar peserta didik dari proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut nampak dalam perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan pembelajaran. Jadi rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil belajar yang diharapkan dikuasai peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut. Adapun tipe-tipe hasil belajar peserta didik pada proses pembelajaran Al Quran Hadits meliputi hasil belajar bidang kognitif (cognitive domain), hasil belajar bidng afektif (afective domain), dan hasil belajar bidang psikomotor (psychomotor domain).29 Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru di 28
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hlm. 78. 29 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), hlm. 223-224.
29
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan pada peserta didik didik dalam menguasai isi bahan pelajaran. Di samping ranah kognitif, ranah afektis dan ranah psikomor tidak boleh diabaikan, karena ketiganya tersebut merupakan tujuan yang ingin dicapai pendidik pada anak didik agar tercapai hasil terakhir dari segala perbuatannya tannya seperti suatu kondisi atau sifat dari masyarakatnya. Sehingga pada akhirnya tercapai ke semua aspek tersabut secara keseluruhan. Apabila ranah psikomotor, telah tercapai tetapi dua aspek lainnya belum tercapai atau ranah kognitif dan afektif telah tercapai sedang ranah psikomotor belum tercapai, maka dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan pada lembaga tersebut belum tercapai secara sempurna. Berkenaan dengan evaluasi atau hasil belajar ini terdapat dalam Al Quran surat Al Hasyr ayat 18.
Hai orang-orang orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Hisyr : 18).30 c. Faktor-faktor faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Al Quran Hadits Telah penulis uraikan di atas bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatip menetap dan terjadi sebagai hasil pengalaman atau latihan, sehingga individu memperoleh sesuatu yang baru dalam belajar. Problema belajar Al Quran Hadits tidak hanya terbatas pada ruang lingkup di sekolah saja, akan tetapi di dalam keluarga, di masyarakat masyara dan adat istiadat serta keadaan geografis juga mempengaruhi hasil belajar seseorang. Keberhasilan belajar dan hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal atau eksternal. Faktor internal ialah segala faktor yang bersumber 30
Soenarjo, dkk, Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2003),
hlm. 119.
30
dari dirinya sendiri, seperti faktor psikologis dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yaitu segala faktor yang bersumber dari luar dirinya sendiri, seperti cuaca, ekonomi, agama, keluarga, sekolah dan sebagainya. Meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya. Menurut Sumadi Suryabrata, secara garis besar faktorfaktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 31 1) Faktor Internal Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : a) Faktor Fisiologis Faktor fisiologis yang dimaksud ialah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera (1) Kesehatan badan Untuk
dapat
menempuh
studi
yang
baik
siswa
perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya.32 Dalam upaya memelihara kesehatan pisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur. (2) Pancaindera Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara 31
Sumadi Suryabrataa, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : P.T. Rajawali Press, 2002),
hlm. 233 32
Sumadi Suryabrataa, Psikologi Pendidikan, hlm. 234
31
pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar ialah mata dan telinga.33 Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah. b) Faktor Psikologis Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain ialah : (1) Intelligensi Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Hakikat inteligensi ialah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.34 Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya . (2) Sikap Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajarnya. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.35 Sikap siswa yang positif terhadap mata
33
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, hlm. 78. Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 45. 35 Alex Sobur, Psikologi Umum, hlm. 45 34
32
pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah. (3) Motivasi Motivasi merupakan penggerak perilaku. Motivasi belajar pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai.36 Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. 2) Faktor Eksternal Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa atau peserta didik, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain : a) Faktor Lingkungan Keluarga (1) Sosial ekonomi keluarga Kondisi sosial ekonomi keluarga yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah (2) Pendidikan orang tua Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah. (3) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat 36
Winkel, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), hlm. 39.
33
berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.37 b) Faktor Lingkungan Sekolah (1) Sarana dan prasarana Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar. (2) Kompetensi guru dan siswa Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka.38 Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas , yang dapat memenihi rasa ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. (3) Kurikulum dan metode mengajar Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metrode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan Sarwono, mengatakan bahwa faktor yang paling penting ialah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi, palingtidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.39 37
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hlm.
176. 38
E. Mulyasa, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 22. 39 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), hlm. 133.
34
c) Faktor Lingkungan Masyarakat (1) Sosial budaya Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/pengajar (2) Partisipasi terhadap pendidikan Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan. d. Pengukuran Prestasi Belajar Menilai merupakan kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Sumadi Suryabrata, bahwa rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu.40 Syaifuddin Azwar, menyebutkan bahwa ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu : Penilaian berfungsi selektif, penempatan, dan sebagai pengukur keberhasilan.41 1) Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif) Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan tersebut. Dengan kata lain penilaian berfungsi untuk membantu guru mengadakan seleksi terhadap beberapa siswa, misalnya : 40
Sumadi Suryabrata, Op. Cit. hlm. 298 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukutan Prestasi Belajar, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2008), hlm. 11 41
35
a) Memilih siswa yang akan diterima di sekolah b) Memilih siswa untuk dapat naik kelas c) Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa. d) Penilaian berfungsi diagnostik.42 Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya penilaian, maka guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing siswa. Jika guru dapat mendeteksi kelemahan siswa, maka kelemahan tersebut dapat segera diperbaiki. 2) Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement) Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain. Penilaian dilakukan untuk mengetahui di mana seharusnya siswa tersebut ditempatkan sesuai dengan kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada prestasi belajar yang telah dicapainya.43 Sebagai contoh penggunaan nilai rapor SMU kelas II menentukan jurusan studi di kelas III. 3) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif) Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program dapat diterapkan.44 Sebagai contoh ialah raport di setiap semester di sekolahsekolah tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan atau tidak pada siswa tersebut. Penilaian pada Raport biasanya menggambil nilai dari angka 1 sampai dengan 10, terutama pada siswa SD sampai SMU, tetaapi dalam kenyataan nilai terendah dalam rapor yaitu 4 dan nilai tertinggi 9. Nilai-nilai di bawah 5 berarti buruk, sedangkan nilai-nilai di atas 5 berarti cukup baik, baik dan sangat baik. Pada penelitian ini pengukuran prestasi belajar menggunakan penilaian sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif), yaitu nilai-nilai hasil mengerjakan evaluasi atau tes setiap akhir siklus.
42
Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengukutan Prestasi Belajar, hlm. 11. Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengukutan Prestasi Belajar, hlm. 12. 44 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengukutan Prestasi Belajar, hlm. 13. 43
36
2. Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) a. Hakikat dan Pengertian Pembelajaran ATI Secara subtantif dan teoritik Aptitude-Treatment-Interaction (ATI) dapat diartikan sebagai suatu konsep pendekatan yang memilik sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu atau peserta didik tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Pengembangan pembelajaran Al-Quran Hadits dengan pendekatan AptitudeTreatment-Interaction (ATI) bertujuan untuk mengoptimalkan perubahan perilaku yang positif dan prestasi akademik siswa. Kegiatan pembelajarannya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap kegiatan penutup. Ketiga tahapan tersebut akan diwujudkan dalam bentuk beragam kegiatan sesuai dengan model klasikal, kelompok, dan individu secara siklus dan dapat dimulai dari klasikal, kelompok, atau individu sesuai kebutuhan.45 Hal ini berarti bahwa dipandang dari sudut pembelajaran (teoritik) pembelajaran ATI merupakan sebuah konsep (model) yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang sedikit banyaknya mangkus (efektif) digunakan untuk siswa tertentu sesuai karakteristik karakteristik kemampuannya.
Didasari
oleh
asumsi
bahwa
optimalisasi
prestasi
akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui penyesuaian antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. Pernyataan di atas menggambarkan adanya hubungan timbal balik antara hasil belajar diperoleh siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran. Hal ini berarti bahwa prestasi akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru dikelas. Dengan demikian secara implisit berarti bahwa semakin cocok perlakuan metode pembelajaran
(treatment)
yang
diterapkan
guru
dengan
perbedaan
kemampuan (Aptitude) siswa makin optimal hasil belajar yang dicapai.46
45
Sutomo, Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 27. 46 Abdul Madjid, Pembelajaran Inovatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), hlm. 67.
37
Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan diatas dapat diperoleh beberapa makna esesensial dari pembelajaran ATI, sebagai berikut : 1) ATI approach merupaka suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. 2) Sebagai sebuah kerangka teorotik pembelajaran ATI berasumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik ? Hasil belajar akan tercipta bila man perlakuan-perlakuan (treatment) dalam pembelajran disesuaikan sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. 3) Terdapat hubungan timbala balik antara prestasi akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa (achievment) tergantung kepada bagaimana kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru di kelas (treatment). b. Prinsip-prinsip Pembelajaran ATI Pembelajaran
ATI berupaya
menemukan
dan
memilih
sejumlah
pendekatan, metode/cara, strategi, kiat yang akan dijadikan sebagai perlakuan (treatment) yang tepat yaitu ttreatment yang sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. Kemudian melalui suatu interaksi yang bersifat multi plikatif dikembangkan perlakuan-perlakuan (treatment) tersebut dalam pembelajaran, sehingga akhirnya dapat diciptakan optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar. Keberhailan model pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) mencapai tujuan dapat dilihat sebagaimana terdapat pesesuaian antara perlakuan-perlakuan (treatment)
yang
telah
dimplementasikan
dalam
pembelajaran
dengan
kemampuan siswa. Dengan demikian bahwa tujuan utama pengembangan model pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah terciptanya optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar. Melalu penyesuaian pembelajran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. Agar
tingkat
keberhasilan
(efektifitas)
pengembangan
metode
pendekatan ATI dapat dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang dikemukakan Snow sebagai berikut :
38
1) Bahwa interaksi antara kemampuan (aptitude) dan perlakuan (treatment) pembelajaran berlangsung di dalam pola yang kompleks dan senantiasa dipengaruhi variabel-variabel tugas/jabatan dan situasi. 2) Bahwa lingkungan belajar yang sangan struktur cocok bagi siswa yang memilik kemampuan rendah, sedangkan lingkungan pembelajaran yang kurang terstruktur fleksibel lebih pas untuk siswa yang pandai. 3) Bahwa bagi siswa yang memilik rasa percaya diri kurang atau sulit dalam menyesuaikan diri, cenderung belajarnya akan lebih baik bila berada dalam lingkungan belajar yang sanga tertstruktur. Sebaliknya bagi siswa yang tidak pencemas atau memilik rasa percaya diri tinggi (independent) belajarnya akan lebih baik dalam situasi pembelajaran yang agak longgar (fleksibel).47 c. Desain Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Secara subtantif dan teoritik Aptitude-Treatment-Interaction (ATI) dapat diartikan sebagai suatu konsep pendekatan yang memilik sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu atau peserta didik tertentu
sesuai
pembelajaran
dengan
Al-Quran
kemampuannya Hadits
dengan
masing-masing. pendekatan
Pengembangan
Aptitude-Treatment-
Interaction (ATI) bertujuan untuk mengoptimalkan perubahan perilaku yang positif dan prestasi akademik siswa. Kegiatan pembelajarannya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap kegiatan penutup. Ketiga tahapan tersebut akan diwujudkan dalam bentuk beragam kegiatan sesuai dengan model klasikal, kelompok, dan individu secara siklus dan dapat dimulai dari klasikal, kelompok, atau individu sesuai kebutuhan.48 Pembelajaran Aptitude-Treatment-Interaction (ATI) melibatkan lima komponen strategi pembelajaran, yaitu peragaan, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, dan penilaian nyata. Secara garis besar langkah penerapan pembelajaran Aptitude-Treatment-Interaction dalam kelas adalah (1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya; (2) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; (3) Laksanakan sejauh 47
http://www.ziddu.com/download/10277447/Cara-Membaca-yang Menyenangkan.rtf.html, diunduh tanggal 15 April 2011. 48 Sutomo, Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 27.
39
mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik; (4) Ciptakan ’masayarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok); (5) Hadirkan ’model’ sebagai contoh pembelajaran; (6) Lakukan refleksi di akhir pembelajaran; dan (7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara lalu dokumentasikan hasilnya. Al-Quran Hadits diberikan kepada siswa pendidikan dasar untuk membekali siswa berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Sementara itu, penguasaan Al-Quran Hadits siswa di Indonesia masih rendah. Hal ini dapat diketahui dari rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa Indonesia yang menduduki peringkat ke 32 dari 38 negara peserta pada tahun 1999 dan peringkat 37 dari 46 negara peserta pada tahun 2003. Salah satu penyebabnya adalah belum efektifnya proses pembelajaran.49 Untuk menguasai Al Quran Hadits secara baik diperlukan model pembelajaran yang memperhatikan keragaman individu siswa. Hal ini sesuai prinsip pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan, yakni siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan. Keberhasilan implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) khususnnya mata pelajaran Al-Quran Hadits banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru. Artinya, pada diri guru keberhasilan implementasi KTSP dibebankan. Makna lebih lanjutnya, sebaik apapun desain KTSP jika guru tidak mampu mengimplementasikannya desain KTSP tersebut tidak akan pernah terwujud di dalam proses pembelajaran.50 Bagaimana realitasnya di lapangan? Ada kesan umum, bahwa kemampuan guru Al-Quran Hadits dalam implementasi KTSP masih kurang memadai. Sebagian besar dari mereka masih berpredikat sebagai pelaksana KTSP 49
Sutomo, Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction, hlm. 4. E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 42. 50
40
dan bahkan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan lebih bersifat rutinitas. Guru belum siap menghadapi berbagai perubahan, akses pada materi mutakhir terbatas; wawasan dan keterampilan pembelajaran juga terbatas. Guru
dalam
pembelajaran
di
kelas
hanya
menekankan
pada
pengembangan pengetahuan yang bersifat fakta dan ingatan, dan melupakan aspek proses dan konteks dalam pembelajara. Menurud Sediadi, kompetensi guru-guru di Indonesia saat ini masih memprihatinkan.51 Motivasi dan kesiapan belajar siswa rendah. Di samping itu, waktu belajar kurang, lingkup materi sangat luas, serta akselerasi di bidang ilmu sangat cepat, teknologi dan seni begitu cepat. Keterbatasan media pembelajaran baik jenis maupun jumlahnya, serta kemampuan memanfaatkan media masih kurang. Suasana kelas kurang memotivasi siswa melakukan kegiatan belajar. Interaksi pembelajaran belum optimal. Kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran dengan metode yang variatif juga kurang. Ini semua diperlukan upaya mengatasinya jika kualitas pembelajaran menjadi tuntutan utama. Model pembelajaran apapun yang dikembangkan
dan/atau
strategi
apapun
yang
dipilih
untuk
keperluan
pembelajaran haruslah berpijak pada permasalahan yang ada. Jika tidak, strategi pembelajaran manapun tidak akan bermakna. Pertanyaan yang perlu segera dikemukakan ialah bagaimana cara mengimplementasikan model pembelajaran dengan pendekatan aptitude treatment interaction berbasis portofolio? Apakah model pembelajaran dengan pendekatan aptitude treatment interaction dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, peningkatan mutu pembelajaran, dan optimalisasi implementasi KTSP mata pelajaran Al-Quran Hadits di sekolah dasar ? Banyak model pengembangan pembelajaran berbasis kompetensi yang telah dikembangkan para ahli, melalui penelitian maupun kajian konseptual. Namun ketika model-model diterapkan guru-guru di sekolah seringkali hasilnya kurang efektif dan kurang adaptabel yang disebabkan belum adanya model yang bisa dijadikan contoh oleh guru. Oleh karena itu, melalui penelitian dan 51
Sediadi, Realitas Wajah Pendidikan di Indonesia, (Jakarta : Gema Insani Press, 2007), hlm. 13.
41
pengembangan ini diharapkan diperoleh pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan aptitude treatment interaction untuk peningkatan kompetensi guru dan untuk mengoptimalkan implementasi KTSP mata pelajaran Al-Quran Hadits di sekolah dasar. Peningkatan kompetensi guru ialah peningkatan kemampuan guru dalam beradaptasi dengan lingkungan pembelajaran (TIK), mengintegrasikan kurikulum dengan TIK, mengintergrasikan beragam keterampilan guru di sekolah, dan mengakomodasi beragam bahan pembelajaran dari kenyataan yang teraktual.52 Apabila para guru telah mengetahui model pengembangan pembelajaran sebagai contoh guru dipastikan akan mampu mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan aptitude treatment interaction. Pada gilirannya mutu pembelajaran dapat meningkat lebih baik dan peningkatan mutu pembelajaran ini diyakini akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini juga berarti para guru memiliki kompetensi guru dalam mengajar lebih baik dan sesuai dengan tuntutan era teknologi informasi yang mendukung optimalisasi implementasi KTSP. Keyakinan ini didukung oleh pengalaman peneliti-peneliti terdahulu sebagaimana telah dikemukakan di atas. d. Spesifikasi Metode Pembelajaran ATI (Aptitude-Treatment-Interaction) Aptitude-Treatment-Interaction (ATI) merupakan model pendekatan pembelajaran yang berupaya sedemikian rupa untuk menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa, dalam rangka mengoptimalkan prestasi akademik atau hasil belajar.53 Pendekatan ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa “optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai melalu penyesuaian antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.54 Pembelajaran Aptitude treatment interaction (ATI) yang dikembangkan dalam pembelajaran Al-Quran Hadits melalui penelitian tindakan kelas ini dirancang dengan spesifikasi khusus, terdiri dari empat tahapan sebagai berikut : 52
Hermawan, Strategi Aptitude Treatment Interaction, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004),
53
Hermawan, Strategi Aptitude Treatment Interaction, hlm. 14 Abdul Madjid, Pembelajaran Inovatif., hlm. 23.
hlm. 14. 54
42
1) Perlakuan Awal Pemberian perlakuan treatment awal pada siswa dengan menggunakan aptitude testing, perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk menentukan dan menetapakan klasifikasi kelompok siswa berdasrkan tingkat kemampuan, dan sekaliguss juga untuk mengetahui potesi kemapuan masing-masing siswa dalam menghadpai informasi/ pengetahuan ataupun kemampuan yang baru. 2) Pengelompokan Siswa Pengelompokan siswa yang didasrkan pada hasil aptitude testing. Siswa didalam kelas diklasisfikasikan menjadi tiga kelompok yan gterdiri dari yang berkemapuan tinggi, sedang dan rendah. 3) Memberikan Perlakuan Kepada masing-masing kelompok diberikan perlakuan (treatment) yang dipandang sesuai dengan karakteristiknya. Dalam pendekatan ini kepada siswa yang berkemampuan “tinggi” diberikan perlakuan (treatment) berupa self learning melalui modul. Siswa yang memiliki kemampuan “sedang” diberikan pembelajaran secara konvensional atau regular teaching. Sedangkan kelompok siswa yang berkemampuan “rendah” diberikan perlakuan (treatment) dalam bentuk regular teaching + tutorial. Tutorial dapat diberikan oleh guru Al-Quran Hadits sendiri atau oleh para tutor dan mentor yang sudah menerima petunjuk dan bimbingan dari guru. 4) Pemberian Test di akhir Setiap Pelaksanaan Pembelajaran Uji coba dilakukan dalam penilaian prestasi akademik/hasil belajar setelah diberikan perlakuan (treatment) pembelajaran kepada masing-masing kelompok yang senuai dengan kemampuan siswa (tinggi sedang dan rendah) melalui beberapa kali uji coba dan perbaikan serta revisi (dalam rentang waktu yang sudah di jadwalkan), diadakan achievement test untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang sudah dipelajarinya. B. Kerangka Berfikir Materi pelajaran Al-Quran Hadits untuk Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 yang disampaikan guru
43
Al-Quran Hadits dalam kegiatan pembelajaran di kelas merupakan konsep– konsep yang masih bersifat abstrak atau masih dalam gagasan serta disampaikan dengan metode yang kurang menarik sehingga keaktifan siswa dalam belajar PAI rendah dan berpengaruh pada rendahnya prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Quran Hadits, berbagai strategi dan metode pembelajaran telah dilakukan oleh guru Al-Quran Hadits, tetapi semua yang dilakukan itu belum dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan. Oleh karena itu model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) sebagai alternatif yang dilakukan guru Al-Quran Hadits untuk meningkatkan Prestasi Belajar siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011, karena model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) semua kegiatan pembelajaran Al-Quran Hadits dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, diselingi sebuah diskusi/kompetisi tim dan tetap serius. Dengan hal ini diharapkan siswa merasa senang, tertarik dan memberikan motivasi tersendiri kemudian memahami materi pelajaran Al-Quran Hadits itu dengan sendirinya serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Model Pembelajaran Guru
“Aptitude Treatment C. Interaction (ATI)” Mata D. Pelajaran Al-Quran Hadits E.
Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011
Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, guru di dalam proses pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan model Aptitude Treatment
44
Interaction (ATI). Penggunaan model tersebut disampaikan secara fleksibel sesuai dengan waktu yang digunakan. C. Kajian Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu : Skripsi karya Nurul Huda, (2008) Universitas Wahid Hasyim Semarang yang berjudul Paradigma Al-Quran Hadits dalam Perspektif Al Quran. Meneliti tentang konsepsi Al Quran dalam mengkaji peranan metode dan strategi pendidikan menuurt konsep yang tertuang dalam Al Quran. Skripsi ini bersifat kualitatif (library research) dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam konsep Al Quran, paradigma pendidikan pada saat ini memerlukan strategi atau metode khusus agar pembelajarn menjadi lebih berbobot dan berkualitas. Penerapan metode atau strategi baru dapat menunjang kompetensi peserta didik sehingga mampu diaplikasikan di zaman post modern ini. Burhanuddin, Skripsi, IAIN Walisongo Semarang, tahun 2005. Berjudul “Implementasi Pembelajaran Interaktif pada Proses Pembelajaran Al-Quran Hadits untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 01 Tejorejo Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2005-2006”. Skrpsi ini meneliti tentang penerapan model pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran Al-Quran Hadits sehari-hari di kelas sebagai upaya atau solusi alternatif yang dilakukan guru mata pelajaran Al-Quran Hadits untuk meningkatkan prestasi belajar AlQuran Hadits siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Tejorejo Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2005/2006. Dwi Nur Istikomah, UNNES, (2008), berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction pada Mata Pelajaran IPS Sejarah Siswa Kelas IVIII SMP PGRI Gemuh Kendal
Tahun Ajaran 2008/2009”
Penelitian ini mengkaji tentang efektivitas pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada proses pembelajaran IPS Sejarah di kelas IVIII SMP PGRI Gemuh Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2008/2009. Penelitian pertama di atas lebih memfokuskan pada bagaimana implementasi pendidikan berpedoman konsep Al Quran. Adapun pada penelitian
45
kedua, penerapan pembelajaran interaktif untuk meningkatkan prestasi belajar AlQuran Hadits. Sedangkan penelitian ke tiga, mengkaji tentang efektivitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada mata pelajaran IPS Sejarah di kelas VIII SMP PGRI Gemuh Kabupaten Kendal. Mengacu pada penelitian di atas dibandingkan dengan penelitian yang penulis lakukan, adalah bahwa penelitian ini lebih terfokus pada Upaya Meningkatkan Hasil Belajar AlQuran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang akan diatasi dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Adapun hipotesis pada peneliti ini sebagai berikut : Kemampuan guru menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar Al Quran Hadits siswa di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (classroom action research) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiaan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.55 Pendekatan tindakan kelas menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metode tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan dilaksanakan berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi melalui tindakan di dalam kelas secara bersama.56 B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Al Quran Hadits Melalui Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011” dilaksanakan oleh peneliti dimulai tanggal 12 Pebruari sampai 12 April 2011. Penelitian ini dilaksanakan oleh penulis di MI Kebonharjo Patebon Kendal yang berlokasi di Desa Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Lokasi penelitian (MI Kebonharjo Patebon) ini berbatasan dengan : 1. Sebelah utara dengan Perumahan penduduk Desa Kebonaharjo 2. Sebelah selatan dengan masjid Al Muttaqien 3. Sebelah barat dengan perumahan penduduk Desa Kebonharjo 4. Sebelah timur dengan Jalan Irigasi dan Perumahan Patebon Indah.
55
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm.
56
Ibid, hlm. 3
91
47
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas IV semester II MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah responden atau siswa terdiri dari 31 orang dengan rincian siswa laki-laki berjumlah 20 orang dan siswa perempuan berjumlah 11 orang siswa MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kedal Tahun Pelajaran 2010/2011. D. Pelaksana dan Kolaborator 1. Pelaksana Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan oleh peneliti sendiri selaku guru mata pelajaran Al Quran Hadits di MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV, karena selaku guru mata pelajaran Al Quran Hadits peneliti melihat adanya problematika dalam pembelajaran di kelas IV yang harus segera ditemukan solusi alternatifnya melaui penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), yaitu beragamnya kompetensi peserta didik dalam memahami materi pelajaran Al Quran Hadits. 2. Kolaborator Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, sehingga diperlukan kolaborator sebagai mitra kerja. Adapun yang menjadi kolaborator pada penelitian ini adalah Ibu Nur Wahidah, S.Pd.I selaku Kepala MI Kebonharjo Patebon Kendal dan kolaborator yang kedua adalah Bapak A. NA Huda, S.Ag, beliau adalah guru senior di MI Kebonharjo Patebon Kendal. Pengalaman mengajar beliau dalam mendidik anak sudah tidak diragukan lagi yaitu 11 tahun. Menjadikan beliau sebagai kolaborator, diharapkan akan banyak diperoleh informasi penting tentang berbagai macam strategi yang harus diterapkan oleh seorang guru untuk mengatasi masalah pada kegiatan penerapan metode ATI pada pembelajaran al-Quran Hadits di MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
48
E. Rancangan Penelitian 1. Desain Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui proses berdaur (bersiklus) yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan penelitian, melakukan tindakan, observasi dan melakukan refleksi. Setelah satu siklus selesai, barangkali guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama. Rangkaian dalam penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut : Identifikasi Masalah
Perencanaan Aksi Siklus I Refleksi Observasi
Perencanaan ulang
Refleksi
Observasi
Perencanaan ulang
SIKLUS II
Aksi
Refleksi
Gambar 1 Desain Penelitian Tindakan Kelas
49
Menurut Taggart, dalam Aqib, prosedur pelaksanaan PTK mencakup langkah-langkah sebagai berikut : a.
Penetapan fokus masalah penelitian 1) Merasakan adanya masalah 2) Analisis masalah 3) Perumusan masalah
b.
Perencanaan Tindakan 1) Membuat skenario pembelajaran 2) Mempersiapkan fasilitas dan saran pendukung yang diperlukan di kelas. Jika digunakan instrument pengamatan tertentu, perlu dikemukakan
bagaiman
pembuatannya,
siapa
yang
akan
menggunakan dan kapan akan digunakan. 3) Mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan. 4) Melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan. c.
Pelaksanakan Tindakan Dalam bagian ini skenario tindakan yang telah dirancang sebelumnya, mulai untuk dilaksanakan dalam situasi yang actual. Pada saat ini kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interprestasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.
d.
Pengamatan Interprestasi Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukannya pengamatan data adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.
e. Refleksi
50
Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.57 2. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 tahap : a. Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan ini yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1) Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasikan masalah melalui perbincangan dengan guru bidang studi Al-Quran Hadits serta memantau kegiatan belajar mengajar di kelas. 2) Bersama guru bidang studi berkolaborsi menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk menentukan aktivitas yang perlu dibenahi dan ditingkatkan. 3) Pemecahan masalah, yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Membuat skenario pembelajaran dengan menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran, dan membuat kuis dan evaluasi untuk siswa 4) Menyiapakan perangkat pembelajaran. 5) Membuat lembar observasi meliputi lembar penilaian untuk menilai performance guru dalam pengajaran, lembar penilaian untuk menilai keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal.
b. Rancangan Penelitian
Penelitian ini sebagai sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam setiap siklus sebagai berikut : 1) Perencanaan (Planning)
57
M. Aqib, Rancangan Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Rosdakarya, 2006), hlm.
30.
51
Dalam tahap perencanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang dilakukan guru atau peneliti meliputi ; menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan bahan pengajaran yang akan diberikan kepada siswa, menyiapkan media yang akan digunakan, menyiapkan lembar observasi, menyiapkan sumber belajar, dan menyiapkan evaluasi/tes. 2) Pelaksanaan Tindakan (acting) Pelaksanaan penelitian tindakan merupakan suatu kegiatan yang pelaksanaannya menurut rencana pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam penelitian ini bentuk tindakan yang dilakukan untuk tiap siklusnya hampir sama, dimana tiap pelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tahap– tahap model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). 3) Pengamatan (Observing) Kegiatan ini, observer mengobservasi pelaksanaan tindakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan metode pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan pretasi belajar siswa yang dapat dilihat melalui bagaimana kondisi atau keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan nilai-nilai yang diperoleh siswa. Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil pelaksanaan tindakan kelas yang meliputi data tes dan non tes. Data tes berupa hasil tes evaluasi siswa. Data non tes berupa hasil pedoman observasi, hasil wawancara dan dokumentasi foto. 4) Refleksi (reflecting) Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang telah terjadi pada tahap tindakan. Dalam hal ini, peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes dan nontes yang berupa hasil tes evaluasi, hasil perolehan skor kuis siswa, hasil observasi, dokumentasi, dan hasil wawancara yang telah dilakukan. Refleksi ini memberikan gambaran kekurangan atau kelemahan pada siklus I sehingga nantinya dapat dicari pemecahannya dan mempertahankan atau meningkatkan kelebihan yang terdapat dalam siklus I. Berdasarkan hasil
52
refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana kegiatan pada siklus I dan selnjutnya siklus II. F. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Pra Observasi Peserta didik Di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 merupakan kelas transisi. Disebut sebagai kelas transisi sebab di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal mulai Tahun Pelajaran 2010-2011 mulai menerapkan guru bidang studi yang sifatnya masih baru, bukan guru kelas yang selama ini diterapkan. Disebabkan sifatnya yang masih baru, banyak dijumpai kesulitan pada pelaksanaannya. Seperti bagaimana membuat perangkat pembelajaran, menyediakan alat-alat peraga yang dibutuhkan sesuai bidang studi tersebut, mengetahui perbedaan karakteristik anak yang bergaam, dan yang terpenting ialah menyusun evaluasi pembelajaran di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal sesuai dengan mata pelajaran yang diampu guru. Metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) diterapkan di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal berdasarkan rapat guru dan kepala sekolah, kemudian direalisasikan terlebih dahulu melalui penelitian tindakan kelas oleh salah satu guru yakni Ibu Inayatul Abadiyah, S.Pd,I. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada Ibu Inayatul Abadiyah, S.Pd.I, penelitian yang beliau lakukan di samping untuk menguji validitas penerapan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal guna meningkatkan kemampuan bahasa anak, juga sekaligus sebagai tugas skripsi di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah Kendal. Pelaksanaan pembelajaran pada masa transisi ini di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal menemui banyak kendala yang menunjukkan suasana kelas riuh dan ramai namun keriuhan dan keramaian ini bukan mengarah pada materi pelajaran. Peserta didik suka bermain dengan tidak mengenal
waktu,
apabila
guru
memutuskan
untuk mengganti
materi
pelajaran baru, anak didik cenderung enggan untuk belajar, bermain sendiri serta tidak ada unsur minat dan motivasi untuk belajar. Pada saat guru memberikan
53
materi pelajaran kepada peserta didik, peserta didik banyak yang kebingungan dan tidak mendengarkan penjelasan guru atau mereka mendengarkan tetapi kurang berkonsentrasi dalam belajar disebkan gangguan dari teman-temannya, atau bahkan beberapa peserta didik diserang rasa kantuk pada saat pembelajaran sedang berlangsung, hal ini terbukti pada saat diberi pertanyaan oleh guru tentang materi yang baru saja dibahas atau diterangkan guru, peserta didik tidak mampu menjawab pertanyaan yang diberian guru, atau sebaliknya ketika guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila kurang memahami penjelasan guru, peserta didik jarang yang bertanya, sebaliknya peserta didik mengatakan sudah paham apabila ditanya guru tentang pemahaman mereka terhadap materi pelajaran yang baru diberikan guru. Di samping itu banyak anak didik yang bergurau sendiri dengan temannya, atau bahkan beberapa siswa lakilaki cenderung berkelahi untuk memperebutkan mainan. Adapun peserta didik perempuan suka mau menang sendiri, atau cenderung cengeng bila permainnanya direbut anak laki-laki yang pada akhirnya menangis. Fenomena tersebut menunjukkan potret pembelajaran yang memprihatinkan disebabkan kurangnya empati, kesadaran diri, dan prestasi belajar Al-Quran Hadits sesama anak didik di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal. Setiap mengajar guru sudah berusaha memperbaiki diri. Persiapan sebelum mengajar biasanya materi pada esok hari telah diberitahukan kepada peserta didik terlebih dahulu. Perbaikan lainnya yang dilakukan guru pada pembelajaran ialah upaya guru menerapkan strategi dan pendekatan pembelajaran yang bervariasi, namun tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Secara umum gejala-gejala yang nampak pada perilaku peserta didik di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal, menunjukkan mereka kurang interes (tertarik) dan kurang memiliki empati sosial untuk bergaul dengan temannya atau egois, kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap pelajaran, kurang memiliki perhatian dan tanggung jawab kepada tugas belajar, dan kurang mampu memahami materi pelajaran yang diterangkan guru. Fenomena ini dapat dilihat pada saat pelaksanaan pembelajaran, peserta didik tidak memberikan respon yang positip atas rangsangan dari guru baik berupa pertanyaan, tugas
54
belajar, sikap belajar ketika guru sedang menerangkan dan mendemontrasikan materi pelajaran, permainan, maupun kerapian berpakaian. Indikasi lain yang menunjukkan adanya kurang empati dan toleransi dalam belajar yakni munculnya perilaku yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran seperti suka bermain sendiri, bergurau, tidak disiplin, mengantuk di dalam kelas ketika diterangkan, suka mengganggu teman-temannya, berbicara sendiri pada saat pembelajaran berlangsung, dan bahkan mereka ada yang menangis, suka berkelahi, dan berkeliaran tidak karuan. Hal ini dapat dilihat dari perilaku siswa yang sering melanggar peraturan kelas seperti sering keluar masuk ruangan, melempar alat permainan, datang terlambat, suka membolos, sering bergurau, dan yang paling parah serta menghawatirkan adalah rendahnya tingkat kesadaran untuk mengikuti materi pelajaran, dan pembiasaan akhlak seperti mengucapkan salam. Indikasi lainnya ialah anak laki-laki suka mengganggu anak perempuan atau bahkan berkelahi dengan teman sesama laki-laki, dan enggan mengikuti pelajaran. Di samping itu nilai pelajaran Al-Quran Hadits mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Menurut wawancara dengan Ibu Hj. Nur Wahidah, S.Pd.I, belakangan ini jika diukur nilai aspek kemampuan belajar dan kreativitas peserta didik di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal dua tahun belakangan ini cenderung menurun, dan yang cukup memprihatinkan penurunan tersebut adalah pada Tahun Pelajaran 2010/2011 saat ini. Guna mengetahui skala nominal prestasi belajar Al-Quran Hadit speserta didik di kelas V MI Kebonharjo PatebonKabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011, berikut ini penuliti paparkan estimasi nilai skala nominal pengukuran prestasi belajar Al-Quran Haditspeserta didik di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal yang peneliti peroleh dari hasil UAS di kelas V MI Kebonharjo PatebonKabupaten Kendal yang peneliti susun pada tabel 1 di bawah ini :
55
Tabel 2 Tabel Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Al-Quran HaditsSiswa Di Kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal
NILAI KUALITAS O
FREKU ENSI
PROSE NTASE
BAIK
4
18,2 %
CUKUP
7
31,8 %
KURANG
11
50 %
22
100 %
JUMLAH
Tabel distribusi frekuensi di atas dapat dinterpretasikan dengan jelas bahwa rata prestasi belajar Al-Quran Haditsanak didik dengan predikat baik sebesar 18,2 %, predikat cukup hanya 31,8 prosen, sedangkan predikat kurang sebesar 50 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar AlQuran Haditspeserta didik di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal masih rendah, yang ditunjukkan dengan dominasi predikat kurang sebesar 50 %. Berdasarkan data tentang distribusi frekuensi di atas, kemudian divisualisasikan dalam bentuk histogram seperti dalam gambar berikut : 60 50
Prosentase
50 40 31.8 30 20
18.2
10 0 Baik
Cukup
Kurang
Kemampuan Belajar Al-Quran Hadits
56
Gambar I Histrogram Prestasi belajar Al-Quran Hadits Pra Siklus
Meskipun rekapitulasi di atas menunjukkan rata-rata prosentase prestasi belajar Al-Quran Hadits rendah, ada hal khusus yang perlu memperoleh perhatian pada pembelajaran kesenian seperti matematika, IPS, dan Kesenian di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal. Menurut Ibu Hj. Nur Wahidah, S.Pd.I, selaku kepala MI Kebonharjo, pada pembelajaran IPS, Matematika, dan Kesenian, peserta
didik
justeru
menunjukkan
perbedaan
yang
mencolok
dengan
pembelajaran lainnya seperti materi pelajaran Al-Quran Hadits. Peserta didik menunjukkan kegembiraan apabila guru memberitahukan bahwa sekarang pelajaran menari atau menyanyi. Selanjutnya pada proses pembelajaran kesenian tersebut peserta didik begitu antusias menyimak dan mengikuti pelajaran sampai selesai, apalagi jika menggunakan metode demonstrasi, metode jigsaw, atau rool playing, peserta didik sangat bergembira, bersemangat dan tekun mengikuti pelajaran sampai jam pembelajaran selesai. Hasilnyapun sebagaian besar anak didik sangat antusias sehingga memahami materi pelajaran yang telah diberikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal, yaitu Ibu Inayatul Abadiyah, S.Pd.I, memang apabila diberikan pelajaran kesenian biasanya anak didik satu persatu atau secara bersama peserta didik disuruh menari atau bernyanyi, atau mengambar atau member warna pada gambar atau objek tertentu, dan anak-anak sangat tertarik sekali, berbeda dengan pemberian materi pelajaran lainnya. Mungkin karena sifat anak-anak yang suka bermain dan kebebasan berkreasi dan bereksplorasi sehingga mereka suka menari, menyanyi atau menggambar. Sebaiknya untuk materi lainnya diperlukan metode yang sama dengan sifat-sifat anak-anak seumur itu, tentu saja disertai dengan alat permainan tertentu sesuai dengan bahan yang diajarkan. Realitas sebagaimana digambarkan ibu Fitriana Sari di atas, memang sesuai problematika pembelajaran di lapangan, penulis melihat anak-anak begitu menyukai pelajaran kesenian, bahkan untuk pelajaran ini, anak di kelas V MI
57
Kebonharjo Patebonini patut berbangga hati, karena mereka mampu berprestasi menjuarai ajang lomba menyanyi, baca puisi, dan mewarnai gambar di tingkat maupun tingkat kabupaten Kendal meskipun yang terakhir hanya sebagai juara harapan. Mengapa siswa tersebut kurang tertarik dengan materi pelajaran selain kesenian ? Mengapa siswa sering berkeliaran atau berkelahi atau berkelahi yang tidak mengarah pada proses belajar ? Mengapa siswa rendah kesadaran untuk mengikuti pelajaran dan mengucapkan salam atau berjabat tangan ? Apakah materinya yang terlalu sulit atau apakah faktor guru dalam memilih metode yang tidak tepat ? Atau apakah karena kelemahan siswa sendiri atau karena kurangnya motivasi, kurang berempati, kesadaran siswa untuk belajar ? Atau kurangnya perhatian guru atau orang tua terhadap perkembangan emosional dan psikologis dan motorik peserta didik ?. Mengapa justeru pada pembelajaran IPS dan kesenian, serta matematika anak didik menunjukkan minat yang besar terhadap pelajaran bahasa tersebut, yang ditunjukkan dengan prestasi dan penghargaan yang mengagumkan baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten ? Deretan pertanyaan tersebut berdasarkan pantauan peneliti merupakan suatu pertanyaan yang sering muncul dalam setiap diskusi para guru atau pada saat rapat guru dan kepala MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal. Berdasarkan hasil sharing tersebut muncullah ide yang disepakai bersama antara guru, kepala madrasah dan peneliti untuk menerpkan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal.
2. Implementasi Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Rancangan pelaksanaan penelitian penulis deskripsikan mulai dari siklus I sampai siklus II. 1. Diskripsi Siklus I Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu : a. Perencanaan
58
Tahap perencanaan meliputi : 1) Menentukan waktu pelaksanaan siklus I. 2) Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran. 3) Membuat instrumen penelitian yaitu: a) lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen karena hasil belajar Al Quran Hadits dicapai jika siswa benar-benar mengikuti proses pembelajaran. b) Tes formatif sebagai alat pengukur prestasi belajar siswa. 4) Menyiapkan alat pembelajaran 5) Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan di kelas. b. Tindakan 1) Pra Pembelajaran Sebelum pembelajaran dimulai di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal, ruang kelas dan tempat duduk ditata sesuai kebutuhan 2) Kegiatan awal (5 menit menit ) a) Guru mengucapkan salam b) Guru bersama siswa membaca doa belajar 3) Kegiatan Inti (50 menit) a) Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran kepada siswa b) Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu kelompok dengan kepandaian
tinggi,
sedang,
dan
rendah
dengan
ketentuan
pembelajaran sebagai berikut : • Siswa berkepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri). Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di laboratorium IPA. Kemudian siswa diberi kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan LKS; (4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5) Kegiatan belajar diakhiri dengan postes.
59
• Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok berkepandaian sedang ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional
dengan cara
berceramah atau lebih dikenal dengan regular teaching. Adapun urutan pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3) Kegiatan belajar diakhiri dengan postes bersama kelompok yang lain. • Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada kelompok tersendiri. Kegiatan pembelajaran kelompok dengan kepandaian rendah ini diberi pembelajaran re-teaching dan tutorial yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan memulai konsep-konsep
esensial
(secara
berulang-ulang
atau
sering);
(2)
Menggunakan media alat pembeljaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang tepat. (4) Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama kelompok lain. (5) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan untuk bergabung dengan kelompok siswa dengan kecerdasan tinggi sekitar 10 menit. c) Guru mengamati aktivitas belajar siswa bersama kolaborator, sekaligus memberikan dorongan dan arahan terhadap proses belajar siswa. d) Setelah pemberian treatmen selesai, siswa dijadikan satu ruangan kembali untuk mendengarkan apresiasi masing-masing kelompok belajar melalui diskusi singkat untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang baru selesai. e) Metode pembelajaran menggunakan Aptitude Treatment Interaction (ATI) telah selesai. f) Guru menyimpulkan pembelajaran pada kegiatan pembelajaran Al Quran Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) hari ini dan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
60
4) Kegiatan Akhir (15 menit) a) Guru membagikan soal-soal evaluasi b) Guru menutup pembelajaran dengan salam. b. Obervasi Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi dan tes formatif. Pada saat tindakan berlangsung, yang perlu dilaksanakan yaitu : 1) Guru mengajak teman sejawat mengamati jalannya kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). 2) Pengamatan terhadap penempatan kelompok dalam kelas. 3) Pengamatan terhadap pemusatan perhatian siswa kepada petunjuk yang diberikan guru 4) Pengamatan terhadap keaktivan siswa bertanya dan menjawab pertanyaan 5) Pengamatan terhadap keaktifan siswa berdiskusi dan membantu teman. 6) Pengamatan terhadap pemusatan perhatian dan penguasaan materi. 7) Pengamatan pada kegiatan mengerjakan tugas dan mencari bahan pelajaran 8) Pengamatan terhadap keikutsertaan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran bersama guru. 9) Penggunaan waktu yang direncanakan. 10) Pengamatan terhadap kemandirian siswa mengerjakan tes.
c. Refleksi Dari penemuan beberapa hambatan di atas dijadikan bahan refleksi diri untuk perbaikan rencana pada siklus selanjutnya. Refleksi ini meliputi : 1) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara berkaitan dengan proses pembelajaran pada siklus I. 2) Mengevaluasi hambatan-hambatan yang muncul sebagai bahan diskusi. 3) Mendiskusikan hasil analisis tersebut untuk perbaikan yang akan diterapkan pada proses pembelajaran siklus II. 2. Siklus II
61
Tahapan kegiatan pembelajaran siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I : Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu : a. Perencanaan Tahap perencanaan meliputi : 1) Menentukan waktu pelaksanaan siklus II. 2) Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran. 3) Membuat instrumen penelitian yaitu: a) lembar observasi untuk mengumpulkan data keaktifan siswa pada pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen karena prestasi belajar dicapai jika siswa benar-benar mengikuti pembelajaran. b) Tes formatif sebagai alat pengukur prestasi belajar siswa. 4) Menyiapkan alat pembelajaran 5) Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan di kelas. b. Tindakan 1) Pra Pembelajaran Sebelum pembelajaran dimulai di Kelas IV MI Kebonharjo, tempat duduk/pembelajaran ditata sesuai kebutuhan 2) Kegiatan awal (5 menit menit ) a) Guru mengucapkan salam b) Guru bersama siswa membaca doa belajar 3) Kegiatan Inti (50 menit) a) Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran kepada siswa b) Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu kelompok dengan kepandaian tinggi, sedang, dan rendah dengan ketentuan pembelajaran sebagai berikut : * Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri), kemudian dilanjutkan kepada diskusi dan tanya jawab interaktif, serta
62
pembahasan soal-soal latihan. Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di laboratorium IPA dengan diawasi kolaborator yaitu wali kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal. Kemudian siswa diberi kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan LKS; (4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5) Kegiatan belajar diakhiri dengan postes. * Siswa berkepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok berkepandaian sedang ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional dengan cara berceramah dan diselingi tanya jawab
interaktif
dan
mengerjakan
soal-soal
latihan.
Adapun
urutan
pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3) Kegiatan belajar diakhiri dengan postes bersama kelompok yang lain. * Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada
kelompok
tersendiri.
Kegiatan
pembelajaran
kelompok
dengan
kepandaian rendah ini diberi pembelajaran re-teaching dan tutorial yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan memulai konsepkonsep esensial (secara berulang-ulang atau sering); (2) Menggunakan media alat pembelajaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang tepat. (4) Tanya jawab interaktif; (5) Mengerjakan soal-soal latihan; (6) Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama kelompok lain. (7) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan untuk bergabung dengan kelompok dengan kecerdasan tinggi sekitar 10 menit. c) Guru mengamati aktivitas belajar siswa bersama kolaborator, sekaligus memberikan dorongan dan arahan terhadap proses belajar siswa. d) Setelah pemberian treatmen selesai, siswa dijadikan satu ruangan kembali untuk mendengarkan apresiasi masing-masing kelompok belajar melalui diskusi singkat untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang baru selesai. e) Metode pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) telah selesai.
63
f) Guru menyimpulkan pembelajaran Al Quran Hadits menggunakan model pembelajaran ATI hari ini dan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal. 4) Kegiatan Akhir (15 menit) a) Guru membagikan soal-soal evaluasi b) Guru menutup pembelajaran dengan salam. c. Obervasi Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi dan tes formatif. Pada saat tindakan berlangsung, hal yang perlu dilaksanakan adalah : 1) Guru mengajak teman sejawat mengamati jalannya kegiatan pembelajaran Al Quran Hadits melalui penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). 2) Pengamatan terhadap penempatan kelompok dalam kelas. 3) Pengamatan terhadap pemusatan perhatian siswa kepada petunjuk yang diberikan guru 4) Pengamatan terhadap keaktivan siswa bertanya dan menjawab pertanyaan 5) Pengamatan terhadap keaktifan siswa berdiskusi dan membantu teman. 6) Pengamatan terhadap pemusatan perhatian dan penguasaan materi. 7) Pengamatan terhadap kegiatan mengerjakan tugas dan mencari bahan pelajaran 8) Pengamatan terhadap keikutsertaan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran bersama guru. 9) Penggunaan waktu yang direncanakan. 10) Pengamatan terhadap kemandirian siswa mengerjakan tes. d. Refleksi Dari penemuan beberapa hambatan di atas dijadikan bahan refleksi diri untuk perbaikan pada siklus selanjutnya. Refleksi ini meliputi : 1) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara berkaitan dengan proses pembelajaran pada siklus I. 2) Mengevaluasi hambatan-hambatan yang muncul sebagai bahan diskusi.
64
3) Mendiskusikan hasil analisis tersebut sebagai bahan menyusun laporan penelitian. G. Sumber Data Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ialah sumber primer dan sumber skunder. 1. Sumber Data Primer Sumber data primer ialah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian menggunakan alat pengukuran atau alat pengumpulan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.58 Data primer penelitian ini adalah subjek penelitian yaitu siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 yang diperoleh melalui pengamatan dan refleksi oleh Tim peneliti atau kolaborator dan hasil tes/ulangan. 2. Sumber Data Skunder Sumber skunder ialah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh penelitian dari subjek penelitian sumber skunder ialah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh penelitian dari subjek penelitian.59 Data skunder pada penelitian ini berupa, papan monografi, literatur, notulen rapat, daftar hadir atau buku tamu, komputer, arsip, buletin, bahan bacaan, perpustakaan sekolah, majalah, OHP, HP, dan lain-lain. Data skunder ini bersifat mendukung terhadap data primer yang berasal dari siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
H. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi : 1. Teknik Tes
58 59
Saefuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Semarang : Aneka Ilmu, 2008), hlm. 91 Ibid, hlm. 91
65
Teknik yang digunakan dengan cara mengujikan soal evaluasi yang berjumlah 10 soal uraian yang telah disesuaikan dengan indikator materi. Untuk memperoleh data tes dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap akhir siklus I, dan akhir siklus II. Tes diberikan kepada seluruh siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal secara individu. Setelah tes pada akhir siklus I dilaksanakan, peneliti kemudian menganalisi hasil tes tersebut sehingga diketahui kelemahan-kelamahan yang dialami oleh siswa. Selanjutnya siswa diberi pembekalan lebih lanjut untuk mengahadapi tes pada siklus II, kemudian peneliti menganalisa hasil tes tersebut sehingga diketahui kelemahan yang dialami siswa pada siklus II. Target tingkat keberhasilan siswa apabila siswa dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan sebelumnya yaitu dapat mencapai 75. 2. Teknik Non tes Teknik non tes dilakukan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi selama proses pembelajaran. Teknik non tes ini meliputi : a. Teknik Observasi Teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.60 Metode observasi atau pengamatan langsung pada penelitian ini penulis gunakan untuk menyelidiki penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) untuk meningkatkan hasil belajar Al Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. b. Teknik Wawancara/Intervieu Teknik
wawancara atau intervieu yaitu teknik pengumpulan data
dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis berlandaskan pada tujuan penelitian.61 Metode ini peneliti gunakan kepada : 1). Kepala MI Kebonharjo Patebon, untuk memohon ijin penelitian dan 60
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003), hlm. 136. 61 Ibid, hlm. 71
66
penggalian data aktivitas belajar siswa. 2). Guru, untuk menggali data tentang penerapan Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada untuk meningkatkan pretasi belajar pada pembelajaran Al-Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. 3). Siswa, untuk mengetahui aktvitas siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 dalam mengikuti pembelajaran Al-Quran Hadits
melalui
penerapan
model
pembelajaran
Aptitude
Treatment
Interaction (ATI). Wawancara
dilakukan
peneliti
setelah
pembelajaran
selesai
dilaksanakan. Adapun cara yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan wawancara yaitu : (1) Mempersiapkan lembar wawancara yaitu berisi daftar pertanyaan yang diajukan pada siswa, (2) Menentukan siswa yang nilai tesnya rendah, cukup dan baik kemudian diajak wawancara, (3) Merekam dan mencatat hasil wawancara dengan menulis tanggapan terhadap tiap butir pertanyaan. c. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi yaitu teknik pengambilan data dengan jalan pengambilan keterangan secara tertulis tentang inventarisasi, catatan, transkrip nilai, notulen rapat, agenda dan sebagainya.62 Metode dokumentasi pada penelitian ini penulis gunakan untuk menggali data tentang pelaksanaan Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pembelajaran AlQuran Hadits melalui absensi siswa, jurnal, notulen rapat, dan evaluasi pembelajaran untuk mengukur atau mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran berdasarkan nilai ulangan harian dan nilai rapot siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. I. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini meliputi :
62
Ibnu Hajar, Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta : Gramedia Pustaka Jaya, 2000), hlm. 69.
67
1. Teknik Kuantitatif Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengukur hasil belajar atau Hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Apakah dengan dipergunakannya model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Al-Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai masing-masing siswa adalah:
Keterangan : S = Nilai yang dicari R = Jumlah skor yang dijawab N = Skor maksimum. Hasil perhitungan nilai tes tersebut dari tes siklus I dan siklus II dibandingkan sehingga diketahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran AlQuran Hadits siswa dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). 2. Teknik Kualitatif Analisis data kualitatif dipergunakan untuk mengetahui bagaimana motivasi siswa terhadap pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), dan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Data kualitatif yang diambil antara lain : a. Lembar observasi kinerja guru Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang kegiatan guru pada saat menerapkan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada proses pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Data diambil sekali dalam setiap siklus sehingga diperoleh gambaran perubahan kegiatan guru. Data tentang kinerja guru dengan cara mencheklist (√) indikator yang telah dilakukan oleh guru dalam pembelajaran.
68
b. Lembar observasi keaktifan siswa Lembar observasi keaktifan siswa digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa kelas Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal dalam kegiatan pembelajaran PAI menggunakan model Aptitude Treatment Interaction (ATI). Analisis data keaktifan siswa yaitu dengan menghitung ratarata keaktifan siswa dalam setiap pembelajaran. Kriteria keaktifan siswa 75 % dari seluruh siswa memperoleh nilai keaktifan ≥ 75 atau siswa yang aktif meningkat. J. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas tentang upaya meningkatankan hasil belajar bidang studi Al-Quran Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 ini sebagai berikut : 1. Secara individual mencapai nilai yang ditetapkan dalam KKM minimal 70, dan secara klasikal minimal 75 % dari seluruh peserta didik Kelas IV MI Kebonharjo
Kecamatan
Patebon Kabupaten
Kendal Tahun Pelajaran
2010/2011 yang telah mencapai ketuntasan. 2. Hasil belajar siswa terhadap pembelajaran bidang studi Al-Quran Hadits secara umum bisa meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ALQURAN HADITS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ATI SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO PATEBON KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011
A. Hasil Penelitian Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran AlQuran Hadits Melalui Model Pembelajaran ATI Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 Hasil penelitian tindakan kelas ini mendiskripsikan hasil observasi dan tindakan pembelajaran pra siklus, tindakan pada siklus I yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 Pebruari 2011, dan tindakan pada siklus II yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Pebruari 2011. Pokok materi bahasan ialah pembelajaran Al-Quran Hadits. Lokasi penelitian di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal. Adapun Subjek penelitian ialah siswa kelas IV MI Kebonharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 31 orang. Observasi terhadap pelaksanaan tindakan pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh kolaborator yaitu wali kelas IV. Pada setiap akhir proses pembelajaran yang dilaksanakan tes formatif dan akan dianalisa untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan pembelajaran yakni untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa terhadap materi pelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. 1. Deskripsi Hasil Penelitian Pra Siklus Tinjauan awal tentang kondisi pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV
MI
Kebonharjo
diperlukan
untuk
mengetahui
problem-problem
pembelajaran yang muncul agar dapat diidentifikasi dan menentukan solusi alternatif terhadap tindakan pembelajaran ayang akan ditempuh selanjutnya. Hasil observasi terhadap kondisi awal penelitian ini ditemukan : a. Kondisi pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal menunjukkan masih terdapat kesenjangan antara kurikulum mata
70
pelajaran Al-Quran Hadits dengan kinerja mengajar yang ditampilkan guru. Layanan pembelajaran belum bias mengakomodasi dan mengapresiasi perpedaan kemampuan (aptitude) siswa dalam rangka mengoptimalkan prestasi belajar siswa. Kondisi demikian berdampak pada prestasi belajar siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal. Hasil pra Survey pada semester gasal Tahun Pelajaran 2010/2011 menunjukkan bahwa 45 % siswa tidak tuntas. b. Pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal pra siklus, penyampaian materi berjalan monoton, guru masih menggunakan metode ceramah secara dominan sehingga pembelajaran kurang bergairah dan kurang mendapat apresiasi dari siswa. Kondisi ini menimbulkan penurunan prestasi belajar siswa yang berakibat pada hasil KKM rendah. c. Anaisis kondisi kemampuan atas kepandaian siswa menunjukkan tidak sama dan bervariasi dengan rincian siswa yang tergolong mempunyai kepandaian tinggi sebesar 40 %, siswa berkepandaian sedang 35 % , dan siswa berkepandaian rendah sebesar 25 %. Berikut ini ditampilkan tabel kondisi kepandaian siswa kelas IV MI Kebonharjo. Tabel 1 Kondisi Awal Kepandaian Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal
NO
KUALITAS
JUMLAH
PERSENTASE
1
Tinggi
12
40
2
Sedang
11
35
3
Rendah
8
25
Berdasarkan hasil pengamatan pra siklus teradap kondisi pembelajaran Al Quran Hadits dan kondisi kepandaian siswa yang bervariasi maka diperlukan pemecahan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa keas V MI Kebonharjo. Pemecahan masalah terhadap kondisi di atas diperlukan metode yang cocok yaitu model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), karena
71
metode ini secara khusus sangat tepat diterapkan untuk kelas yang memiliki siswa dengan kepandaian beragam (menjadi 3 tinggi, sedang, dan rendah). 2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I Deskripsi pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits kelas IV MI Kebonharjo pada siklus I ini peneliti laksanakan sesuai dengan Rencana Pembelajaran pada siklus I dengan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dengan cara membagai siswa menjadi 3 kelompok sesuai dengan tingkat kepandaian sebagaimana terangkum pada tabel 1 di atas. Adapun skenario pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada siklus I sebagai berikut : a.
Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri). Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di laboratorium mikro teaching. Kemudian siswa diberi kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan LKS; (4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5) Kegiatan belajar diakhiri dengan postes.
b.
Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok berkepandaian sedang ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional
dengan cara
berceramah atau lebih dikenal dengan regular teaching. Adapun urutan pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3) Kegiatan belajar diakhiri dengan postes bersama kelompok yang lain. c.
Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada kelompok tersendiri. Kegiatan pembelajaran kelompok kepandaian rendah ini diberi pembelajaran Al Quran Hadits dengan reteaching dan tutorial yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan memulai konsep-konsep esensial (secara berulang-ulang atau sering); (2) Menggunakan media alat pembelajaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang tepat. (4)
72
Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama kelompok lain. (5) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan untuk bergabung dengan kelompok dengan kecerdasan tinggi sekitar 10 menit. Selama pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo berlangsung sebagaimana tersusun di atas, kolaborator atau observer mengadakan pengamatan dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IV terutama data-data penting berkaitan dengan evaluasi yang telah dilaksanakan, yang peneliti deskripsikan sebagai berikut : Pada siklus I dicari data menggunakan tes Formatif dan lembar observasi. Dari instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai, keaktifan, dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan dan perhatian siswa sebagai fokus observasi karena dalam sebuah keberhasilan mengajar tidak terlepas dari dua hal tersebut. Agar siswa paham dengan materi pelajaran, siswa harus mempunyai perhatian kepada materi yang disampaikan. Sedangkan keaktifan adalah indikator adanya minat dari siswa untuk turut serta dalam pembelajaran. Keaktifan dan perhatian menunjukkan tingkat keikutsertaan siswa. Bila kedua hal tersebut baik maka diharapkan materi benar-benar dipahami sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat. Dari hasil evaluasi melalui tes yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal sebagai berikut : TABEL 2 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO SIKLUS I NO
KETERANGAN
DATA AWAL
SIKLUS I
1.
Nilai Tertinggi
85
90
2.
Nilai Terendah
55
60
3.
Nilai Rata-rata
64,5
72,2
73
4.
Jumlah Tuntas
17
25
5
Jumlah Tidak Tuntas
14
6
6
Tuntas Klasikal (%)
45 %
80,6
7
Tidak Tuntas (%)
55 %
19,4
31
31
Jumlah Siswa
Berdasarkan tindakan pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI
Kebonharjo
Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal di atas, siswa yang tidak tuntas diberi tugas, remidi terhadap materi pelajaran yang belum dikuasai sampai mencapai nilai yang ditargetkan. Adapaun jumlah siswa yang mengalami remidi sebanyak 7 orang. Permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran Al-Quran Hadits melalui penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada siklus I antara lain : a.
Pembelajaran Al-Quran Hadits pada kelompok siswa atau peserta didik dengan berkepandaian tinggi memerlukan tambahan sumber belajar dan referensi buku yang lebih variatif, sehingga siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan sumber dan perbandingan yang memadai dan lebih variatif.
b.
Pembelajaran Al-Quran Hadits pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang dan rendah terlihat siswa sudah aktif bertanya dan mengadakan diskusi. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar Al-Quran Hadits melalui
penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 diperoleh data hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa sebagai berikut :
74
TABEL 3 AKTIVITAS BELAJAR SISWA SIKLUS I
NO
PRA
SIKLUS
RATA-
SIKLUS
I
RATA
AKTIVITAS SISWA
1.
Menjawab/merespon pertanyaan guru
3
4
3,5
2.
Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru Mencatat pelajaran ke buku catatan
4
4
4
3
4
4
5
5
5
3
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
3. 4. 5
Mendengar dan memperhatikan contohcontoh yang disampaikan guru Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru Aktif berdiskusi dan membantu teman
6 7 8 9 10
Bertanya terhadap materi yang belum paham Menyimpulkan materi bersama guru
3
4
3,5
3
3
3
Skor total
37
41
40
74 %
82 %
78 %
Persentase Aktivitas Keseluruhan
Hasil refleksi pelaksanaan tindakan pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 pada siklus I sebagai berikut : a.
Perlakuan pembelajaran Al-Quran Hadits kepada kelompok siswa dengan kepandaian tinggi belum efektif disebabkan sumber belajar masih kurang, oleh karena itu sumber belajar perlu ditambah agar siswa dapat mengkaji materi pelajaran secara lebih representatif.
75
b.
Aktivitas belajar Al-Quran Hadits pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang dan rendah sudah bagus. Konsistensi guru dalam melibatkan siswa perlu ditambah. Pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) perlu ditingkatkan, terutama penjelasan ulang pelajaran kepada kelompok siswa dengan kepandaian rendah, dna contoh-contoh yang lebih relevn secra optimal, misalnya penggunaan media atau alat sebagai sumber belajar siswa.
c.
Aktivitas belajar Al-Quran Hadits melalui metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 secara keseluruhan pada siklus I secara keseluruhan sebesar 78 %, nilai persentase ini belum memenuhi target yang telah ditetapkan dalam indikator keberhasilan pembelajaran, yaitu 80 %.
d.
Nilai persentase prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada siklus I yaitu 72,23. Nilai ini masih berada 2,5 % di bawah standar ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan, yaitu 85 %.
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II Deskripsi pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits kelas IV MI Kebonharjo pada siklus II ini peneliti laksanakan
sesuai dengan Rencana
Pembelajaran pada siklus II dengan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dengan cara membagai siswa menjadi 3 kelompok sesuai dengan tingkat kepandaian sebagaimana terangkum pada tabel 1 di atas. Adapun skenario pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada siklus II sebagai berikut : a.
Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri), kemudian dilanjutkan kepada diskusi dan tanya jawab interaktif, serta pembahasan soal-soal latihan. Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di laboratorium mikro teaching dengan diawasi kolaborator yaitu wali kelas IV MI Kebonharjo. Kemudian siswa diberi kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan LKS;
76
(4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5) Kegiatan belajar diakhiri dengan postes. d.
Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok berkepandaian sedang ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional dengan cara berceramah dan diselingi tanya jawab interaktif dan mengerjakan soal-soal latihan. Adapun urutan pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3) Kegiatan belajar diakhiri dengan postes bersama kelompok yang lain.
e.
Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada kelompok tersendiri. Kegiatan pembelajaran kelompok dengan kepandaian rendah ini diberi pembelajaran re-teaching dan tutorial yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan memulai konsepkonsep esensial (secara berulang-ulang atau sering); (2) Menggunakan media alat pembelajaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang tepat. (4) Tanya jawab interaktif; (5) Mengerjakan soal-soal latihan; (6) Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama kelompok lain. (7) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan untuk bergabung dengan kelompok dengan kecerdasan tinggi sekitar 10 menit. Selama pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI
Kebonharjo berlangsung sebagaimana tersusun di atas, kolaborator atau observer mengadakan pengamatan dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IV terutama berkaitan dengan data-data penting berkaitan dengan evaluasi yang telah dilaksanakan, yang peneliti deskripsikan sebagai berikut : Pada siklus II dicari data menggunakan tes Formatif dan lembar observasi. Dari instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai, keaktifan, dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan dan perhatian siswa sebagai fokus observasi karena dalam sebuah keberhasilan mengajar tidak terlepas
77
dari dua hal tersebut. Agar siswa paham dengan materi pelajaran, siswa harus mempunyai perhatian kepada materi yang disampaikan. Sedangkan keaktifan adalah indikator adanya minat dari siswa untuk turut serta dalam pembelajaran. Keaktifan dan perhatian menunjukkan tingkat keikutsertaan siswa. Bila kedua hal tersebut baik maka diharapkan materi benar-benar dipahami sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat. Dari hasil evaluasi melalui tes yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal sebagai berikut : TABEL 4 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO SIKLUS II NO
KETERANGAN
SIKLUS I
SIKLUS II
1.
Nilai Tertinggi
90
90
2.
Nilai Terendah
60
64
3.
Nilai Rata-rata
72,2
77,9
4.
Jumlah Tuntas
25
30
5
Jumlah Tidak Tuntas
6
1
6
Tuntas Klasikal (%)
80,6
96,8
7
Tidak Tuntas (%)
19,4
3,2
31
31
Jumlah Siswa
Berdasarkan tindakan pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI
Kebonharjo
Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 di atas, siswa yang tidak tuntas diberi tugas, remidi terhadap materi pelajaran yang belum
78
dikuasai sampai mencapai nilai yang ditargetkan. Adapun jumlah siswa yang mengalami remidi sebanyak 1 orang. Pengamatan
terhadap
proses
pembelajaran
Al-Quran
Hadits
menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada siklus II antara lain : a.
Kelompok Siswa dengan Kepandaian Tinggi 1) Aktivitas pembelajaran Al-Quran Hadits dengan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo pada kelompok siswa berkepandaian tinggi untuk mencari bahan belajar semakin meningkat. 2) Berkembangnya self-learning ke arah diskusi dan tanya jawab interaktif serta pembahasan soal-soal latihan 3) Situasi cara belajar peserta didik atau siswa cenderung bebas tetapi tetap terkontrol karena disamping siswa sudah tahu tanggung jawab untuk belajar, juga proses pembelajaran di laboratorium ini diawasi oleh kolaborator.
b.
Kelompok Siswa dengan kepandaian sedang dan rendah 1) Peningkatan terhadap frekuensi keterlibatan tanya jawab siswa pada proses Pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal 2) Menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan serta sering mengerjakan tugas 3) Frekuensi keharian dan keaktifan siswa dalam setiap kegiatan semakin meningkat. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar Al-Quran Hadits menggunakan
model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 diperoleh data hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa pada siklus II sebagai berikut :
79
TABEL 5 AKTIVITAS BELAJAR SISWA SIKLUS II SIKLUS NO
SIKLUS
RATA-
II
RATA
AKTIVITAS SISWA I
1.
Menjawab/merespon pertanyaan guru
4
4
5
2.
Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru Mencatat pelajaran ke buku catatan
4
5
4.5
5
5
5
4
5
4,5
3
3
3
4
4
4
5
5
5
5
5
5
3. 4. 5 6 7 8 9 10
Mendengar dan memperhatikan contohcontoh yang disampaikan guru Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru Aktif berdiskusi dan membantu teman Bertanya terhadap materi yang belum paham Menyimpulkan materi bersama guru
4
4
4
5
5
5
Skor total
42
45
44
84 %
90 %
88 %
Persentase Aktivitas Keseluruhan
Hasil refleksi pelaksanaan tindakan pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo pada siklus II sebagai berikut : a. Perlakuan pembelajaran Al-Quran Hadits kepada kelompok siswa V MI Kebonharjo dengan kepandaian tinggi sudah efektif dan kondisi pembelajaran sudah berkembang dari hanya mencari sumber belajar pada siklus I menjadi lebih berkembang ke arah diskusi, tanya jawab interaktif, dan pembahasaan soal-soal latihan. Situasi kelas berubah kea rah lebih bebas.
80
b. Aktivitas belajar Al-Quran Hadits pada kelompok siswa V MI Kebonharjo dengan kepandaian sedang dan rendah sudah bagus dan rasa percaya diri siswa sudah bertambah. Kondisi ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan maupun sisiwa yang berani menjawab pertanyaan tersebut. Kondisi kelas menjadi lebih hidup dengan adanya tanya jawab interaktif dan dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal latihan. Kehadiran siswa pada setiap kegiatan pada siklus II ini juga meningkat. c. Aktivitas belajar Al-Quran Hadits melalui metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa di kelas IV MI Kebonharjo secara keseluruhan pada siklus II sebesar 88 % meningkat 10 % dari siklus I yang hanya 78 %. Nnilai persentase ini sudah memenuhi target yang telah ditetapkan dalam indikator keberhasilan pembelajaran, yaitu 80 %. d. Nilai persentase prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV MI Kebonharjo pada siklus II yaitu 77,88. Nilai ini berada 2,5 % di atas standar ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan, yaitu 85 %. e. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa Kelas IV yakni Muhammad Fatchurrozi, Insani Hayati, dan Muhammad Abdul Mujib, dapat diketahui hasil sebagai berikut : Menurut Muhammad Fatchurrozi, menyatakan bahwa : “Saya merasa lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar saat digunakan metode ATI, karena kami merasa lebih mudah memahami materi pelajaran dari guru, bisa saling membantu dengan teman, dan aktif mencari jawaban sendiri untuk menyelesaikan tugas dari guru”. Menurut Insani Hayati, mengatakan bahwa : “Kalau memakai metode ini saya jadi bisa belajar bersama teman satu kelompok yang sama-sama pandainya, bisa bertukar pikiran jadi materinya bisa lebih mudah. Belajar Al-Quran Hadits jadi lebih menyenangkan saat berdiskusi dan tanya jawab”. Menurut Muhammad Abdul Mujib, mengatakan bahwa : “Bisa menjadi lebih termotivasi untuk belajar, ingin bisa tuntas dalam evaluasi, karena malu kalau terus-terusan dikatakan siswa yang bodoh. Cara belajar yang dilakukan saya dengan membaca Lembar kegiatan di rumah, dan bertanya jawab dengan teman satu kelompok agar bisa tuntas nilainya”.
81
B. Pembahasan Hasil Penelitian Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran ATI Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 Berdasarkan hasil paparan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan prestasi belajar Al-Quran Hadits melalui model Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II diperoleh data aktivitas belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV secara keseluruhan sebagai berikut : Tabel 6 Presentase Aktivitas Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI Kebonharjo
NO
PRA SIKLUS
AKTIVITAS SISWA
RERATA RERATA SIKLUS SIKLUS I II 3,5 4
1.
Menjawab/merespon pertanyaan guru
1
2.
Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru Mencatat pelajaran ke buku catatan
1
4
4,5
2
4
5
3
5
4,5
Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru Aktif berdiskusi dan membantu teman Bertanya terhadap materi yang belum paham Menyimpulkan materi bersama guru
1
4
3
3
5
4
2
4
5
2
4
5
2
3,5
4
1
3
5
Skor total
17
40
44
34 %
78 %
88 %
3. 4. 5
6 7 8 9 10
Persentase Aktivitas Keseluruhan
82
Berdasarkan tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa nilai keaktivan belajar siklus I sebesar 78 % aktivitas tersebut meningkat 36 % dari data awal pra siklus yaitu 34 % menjadi 78 % dengan kategori baik. Kemudian aktivitas belajar siswa tersebut meningkat 10 % pada siklus II menjadi 88 % dengan kategori sangat baik. Deskripsi tentang peningkatan aktivitas belajar Al-Quran Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV MI Kebonharjo mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat divisualisasikan melalui histogram di bawah ini : 100 88
90 78
80 70 60
50 Gambar 4.7 Ketuntasan Siswa Dari Pra Siklus – Siklus III 40
34
Pra Siklus Siklus I
30
Siklus II
20 10 0
Aktivitas Belajar Al Quran Hadits
Gambar 2 Histogram Keaktifan Belajar Al-Quran Hadits secara Keseluruhan Selanjutnya berdasarkan hasil paparan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan prestasi belajar Al-Quran Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II diperoleh data prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV secara keseluruhan sebagai berikut :
83
Tabel 7 Rerata Hasil Belajar Al-Quran Hadits dengan Metode ATI Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Rerata Sebelum ATI
64,5
Setelah ATI
Rata-rata Siklus I
Siklus I
Siklus II
dan Siklus II
72,23
77,88
75,05
Berdasarkan hasil nilai belajar di atas dapat di jelaskan bahwa rata-rata pada siklus I mengalami peningkatan 7,73 dari awal atau pra siklus 64,5 menjadi 72,23. Kemudian pada siklus II dari siklus I mengalami peningkatan 5.65 dari siklus I 72,23 menjdi 77,88 pada siklus II. Sedangkan peningkatan dari sklus II dari data awal atau pra siklus terpaut angka 13,38 dan 64,5 menjadi 77,88. Penjelasan secara rinci tentang peningkatan hasil belajar Al-Quran Hadits melalui model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat divisualisasikan melalui histogram di bawah ini : 100
90
90
90 Gambar 4.9 Keaktifan 82 Siswa dari Siklus I – III 80 64.5
70 60
77.88 72.23
58
60
64
50 40 30 20 10 0 Pra Siklus
Siklus I
Gambar 3 Prestasi Belajar Siswa dari Para Siklus sampai Siklus II
84
Siklus II
Berdasarkan hasil tes akhir siklus I diketahui siswa kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal yang mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits sebesar 82,23 %. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 45 % sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan meningkat 38 % dari 31 siswa pada siklus I terdapat 25 orang siswa yang mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits dengan nilai rata-rata 72,23, sehingga jauh lebih besar nilainya jika dibandingkan dengan sebelum diterapkan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada pembelajaran Al Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal. Penjelasan secara rinci tentang presentase ketuntasan belajar Al-Quran Hadits melalui model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat divisualisasikan melalui histogram di bawah ini : 120 Gambar 4.9 Keaktifan Siswa dari Siklus I – III
100
97.5
82.5 80 60 45 40 22 20
7
1
0 Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 4 Ketuntasan Belajar Al-Quran Hadits Siswa dari Para Siklus sampai Siklus II
Kemudian perubahan dan peningkatan oleh masing-masing kelompok (tinggi, sedang, dan rendah) yang diperoleh dari peningkatan nilai rata-rata setiap kelompok siswa tiap siklus adalah :
85
1.
Siswa dengan kelompok kepandaian rendah, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu dari data awal atau pra siklus 57,44 kemudian siklus I 63,44, dan siklus II 69,66.
2.
Siswa dengan kelompok kepandaian sedang, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu dari data awal atau pra siklus 63,84 kemudian siklus I 72,85, dan siklus II 73,0
3.
Siswa dengan kelompok kepandaian tinggi, mengalami peningkatan berturutturut yaitu dari data awal atau pra siklus 75,54 kemudian siklus I 84,27, dan siklus II 89,27. Penjelasan secara rinci tentang peningkatan hasil belajar Al-Quran Hadits
melalui penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 berdasarkan kelompok dengan kepandaian tinggi, sedang, dan rendah, mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat divisualisasikan melalui histogram di bawah ini : B. 100
89
90 C. Gambar 4.9 Keaktifan Siswa dari Siklus I – III84
D. 80 E. 70 F. 60
75 63
72
69
73
63
57
G. 50 H. 40 I. J. K. L. M.
30 20 10 0 Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 5 Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Kelompok dari Para Siklus sampai Siklus II
86
Dari hasil wawancara dari sampel 3 siswa, yaitu 1 siswa dari kelompok nilai tinggi, 1 siswa dari kelompok nilai sedang dan 1 siswa dari kelompok nilai rendah dapat diketahui bahwa : 1. Siswa menjadi lebih tertarik dalam pembelajaran Al-Quran Hadits dengan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
karena dalam
model pembelajaran seperti ini siswa bisa belajar dalam kelompok sehingga bisa saling bertukar pikiran dan bekerjasama untuk memahami materi pelajaran. 2. Pembelajaran dengan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) suasana belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan, karena siswa dikelompokkan sesuai dengan tingkat kepandaiannnya. Dengan model seperti ini siswa yang bodoh merasa bahwa dia harus berusaha lebih baik agar tidak dikatakan bodoh lagi. Berdasarkan deskripsi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar Al-Quran Hadits melalui penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 telah berhasil.
87
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan beberapa uraian dan analisis di atas, dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1. Implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada pembelajaran Al-Quran Hadits siswa kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 diterapkan dengan cara guru membagi kelas berdasarkan tingkat kepandaian siswa menjadi tiga kelompok tinggi, sedang, dan rendah dengan rincian sebagai berikut : 1) Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri) berkaitan dengan materi hadits tentang niat. Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri. Kemudian siswa diberi kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan buku paket dengan cara siswa mencari hadits berhubungan dengan niat; (3) Mengerjakan LKS; (4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu. 2) Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok berkepandaian sedang ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional dengan cara berceramah atau lebih dikenal dengan regular teaching. Adapun urutan pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini, yaitu guru menjelaskan hadits tentang niat, manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya, selanjutnya kegiatan tanya jawab, dan demonstrasi. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan doa dan bergabung dengan kelompok semula. 3) Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya
seperti
dijelaskan
pada
kelompok
siswa
dengan
kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada kelompok tersendiri. Kegiatan pembelajaran kelompok kepandaian rendah ini diberi pembelajaran Al Quran Hadits dengan re-teaching dan tutorial yaitu :
88
(1) Mengulang menyajikan pelajaran hadits tentang niat kepada siswa dengan memulai konsep-konsep esensial (secara berulang-ulang atau sering) dalam hal ini siswa diberi penjelasan secara detail, kemudian siswa diharapkan untuk membaca secara bersama-sama dan berulang sampai setengah hafal dan jelas; (2) Menggunakan media alat pembelajaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang tepat. (4) Tanya jawab interaktif; (5) Mengerjakan soal-soal latihan; (6) Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama kelompok lain. 2. Upaya meningkatkan pretasi belajar siswa melalui penerapan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 menunjukkan keberhasilan. Indikator keberhasilan tersebut terlihat dari hasil tes akhir siklus I diketahui siswa yang mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits sebesar 82,23 %. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 45 % sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan meningkat 38 % dari 31 siswa pada siklus I terdapat 25 orang siswa yang mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits dengan nilai rata-rata 72,23, sehingga jauh lebih besar nilainya jika dibandingkandengan sebelum diterapkan metode pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Adapun prestasi belajar berdasarkan kelompok tingkat keceradasan siswa dihasilkan data sebagai berikut : a.
Siswa dengan kelompok kepandaian rendah, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu dari data awal atau pra siklus 57,44 kemudian siklus I 63,44, dan siklus II 69,66
b.
Siswa dengan kelompok kepandaian sedang, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu dari data awal atau pra siklus 63,84 kemudian siklus I 72,85, dan siklus II 73,0
c.
Siswa dengan kelompok kepandaian tinggi, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu dari data awal atau pra siklus 75,54 kemudian siklus I 84,27, dan siklus II 89,27.
B. Saran Untuk dapat meningkatkan pretasi belajar Al-Quran Hadits siswa, maka
89
yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Sekolah/Kepala Sekolah Bagi pihak sekolah atau penyelenggara pendidikan sebaiknya meningkatkan pembinaan kepada guru-guru terutama guru Al-Quran Hadits, karena guru Al-Quran Hadits mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih rumit dari guru pelajaran umum. Diharapkan dari pembinaan tersebut semakin baik pelayanan yang diberikan guru kepada siswa. 2. Guru Selalu membuka diri dengan wawasan baru untuk meningkatkan profesionalisme. Salah satunya dengan mengembangkan metode dan strategi yang digunakan, sehingga penggunaan strategi yang inovatif membuat siswa tidak merasa bosan. Tidak hanya itu, kemampuan meyiapkan perkakas pembelajaran juga perlu ditingkatkan seperti RPP, RH, Silabus, dll. Bila persiapan telah matang, mengajar tidak akan terkesan seadanya dan mendapatkan hasil yang maksimal. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa. 3. Kepada peserta didik Bagi peserta didik di Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011, hendaknya tingkatkanlah belajar, manfaatkanlah fasilitas-fasilitas pendidikan yang tersedia baik di sekolah atau keluarga, dan rajinlah membiasakan pretasi belajar yang baik dalam pergaulan agar tercapai prestasi belajar lebih baik dan optimal. 4. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pihak keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara. Oleh sebab itu, kerja sama yang baik dan iklim yang kondusif sangat membantu cita-cita pendidikan bersama, orang tua, sekolah, masyarakat, anak-anak dan Bangsa Indonesia.
C. Kata Penutup Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah sudi membimbing dan menunjukkan jalan kebenaran bagi penulis. Sehingga penulisan skripsi ini dapat tersusun sebagaimana mestinya.
90
Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekurangan maupun kesalahan. Maka saran dan kritik yang membangun diterima penulis dengan tangan terbuka. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
91
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2003 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Semarang : Aditya Media, 2001 Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Jakarta : Gramedia, 2001 Al Gulayaini, Syeikh Mustafa, Idhatun Nasyi`in, Beirut : Mansyuriah, 1949 Aqib, Muhammad, Rancangan Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Rosdakarya, 2006. Arifin, M., Hubungan Timbal Balik Antara Pendidikan Sekolah dan Keluarga, Jakarta : Rineka Cipta, 2003 Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2007 Azwar, Saefuddin, Metodologi Penelitian, Semarang : Aneka Ilmu, 2008 Bruno, Frank J., Kamus Istilah Kunci Psikologi, Yogyakarta : Kanisius, 1989 Catharina, Tri Ani., Teori Pembelajaran, Semarang : UPT MKKS UNNES, 2006 Depag RI., Al Qur an Al Ally, CV Diponegoro, Bandung, 2000 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005 Hajar, Ibnu, Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta : Gramedia Pustaka Jaya, 2000 Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995 Hamalik, Oemar, Metode Belajar dan Kesulitan Mengajar, Jakarta : Rineka, 2000 Hermawan, Strategi Aptitude Treatment Interaction, Jakarta : Bumi Aksara, 2004 http://www.ziddu.com/download/10277447/Cara-Membaca-yang Menyenangkan.rtf.html, diunduh tanggal 15 April 2011. Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989 Madjid, Abdul, Pembelajaran Inovatif, Jakarta : Rineka Cipta, 2007
92
Mudzakir, Ahmad dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 1997 Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung : Trigenda Karya, 2000 Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003 Nasution, S., Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1999 Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003 Pratini, Siti, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta; C.V. Studing,2001 Prayetno, Agus, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : Rineka Cipta, 2004 Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung : Rosdakarya, 2006 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Press, 1988 Sediadi, Realitas Wajah Pendidikan di Indonesia, Jakarta : Gema Insani Press, 2007 Sudjana, Nana, dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV Sinar Baru, 1989 Sudjana, Nana, Model-model Pembelajaran CBSA, Bandung : Sinar Baru, 2000 Sudjana, Nana, Proses dan Hasil Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2003 Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Rineka Cipta, 2007 Surakhmad, Winarno, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran, Bandung : Tarsito, 1982 Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009 Sutomo, Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction ATI, Jakarta : Rineka Cipta, 2008 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010 Tirtonegoro, Sutratinah, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, Jakarta : Bina Aksara, 1999
93
Tu’u, Tulus, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004 Zuhairini, Metodologi Al-Quran Hadits, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.
94
Lampiran 1 PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO PRA SIKLUS NO
KETERANGAN
PRA SIKLUS
1.
Nilai Tertinggi
85
2.
Nilai Terendah
55
3.
Nilai Rata-rata
64,5
4.
Jumlah Tuntas
17
5
Jumlah Tidak Tuntas
14
6
Tuntas Klasikal (%)
45 %
7
Tidak Tuntas (%)
55 %
Jumlah Siswa
31
Kebonharjo,
Maret 2011
Guru peneliti
Akhmad Arifin
95
Lampiran 2 PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO SIKLUS I NO
KETERANGAN
SIKLUS I
1.
Nilai Tertinggi
90
2.
Nilai Terendah
60
3.
Nilai Rata-rata
72,2
4.
Jumlah Tuntas
25
5
Jumlah Tidak Tuntas
6
6
Tuntas Klasikal (%)
80,6
7
Tidak Tuntas (%)
19,4
Jumlah Siswa
31
Kebonharjo,
Maret 2011
Guru peneliti
Akhmad Arifin
96
Lampiran 3 PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO SIKLUS II NO
KETERANGAN
SIKLUS I
1.
Nilai Tertinggi
90
2.
Nilai Terendah
64
3.
Nilai Rata-rata
77,9
4.
Jumlah Tuntas
30
5
Jumlah Tidak Tuntas
1
6
Tuntas Klasikal (%)
96,8
7
Tidak Tuntas (%)
3,2
Jumlah Siswa
31
Kebonharjo,
Maret 2011
Guru peneliti
Akhmad Arifin
97
Lampiran 4 AKTIVITAS BELAJAR SISWA PRA SIKLUS
NO
AKTIVITAS SISWA
1.
Menjawab/merespon pertanyaan guru
3
2.
Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru Mencatat pelajaran ke buku catatan
4
3
7
Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru
8
Aktif berdiskusi dan membantu teman
4
9
Bertanya terhadap materi yang belum paham
3
10
Menyimpulkan materi bersama guru
3
Skor total
37
3. 4. 5 6
PRA SIKLUS
3 5
5 4
Persentase Aktivitas Keseluruhan
74 %
Kebonharjo,
Maret 2011
Guru peneliti
Akhmad Arifin
98
Lampiran 5 AKTIVITAS BELAJAR SISWA SIKLUS I
NO
AKTIVITAS SISWA
1.
Menjawab/merespon pertanyaan guru
4
2.
Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru Mencatat pelajaran ke buku catatan
4
3. 4. 5
SIKLUS I
4 5
6
Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru Mengerjakan tugas atau mencari bahan pelajaran
4 5
7
Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru
4
8
Aktif berdiskusi dan membantu teman
4
9
Bertanya terhadap materi yang belum paham
4
10
Menyimpulkan materi bersama guru
3
Skor total
41
Persentase Aktivitas Keseluruhan
82 %
Kebonharjo,
Maret 2011
Guru peneliti
Akhmad Arifin
99
Lampiran 6 AKTIVITAS BELAJAR SISWA SIKLUS II
NO
AKTIVITAS SISWA
1.
Menjawab/merespon pertanyaan guru
4
2.
Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru Mencatat pelajaran ke buku catatan
5
3. 4. 5
SIKLUS II
5 5
6
Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran
3 4
7
Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru
5
8
Aktif berdiskusi dan membantu teman
5
9
Bertanya terhadap materi yang belum paham
4
10
Menyimpulkan materi bersama guru
5
Skor total
45
Persentase Aktivitas Keseluruhan
90 %
Kebonharjo,
Maret 2011
Guru peneliti
Akhmad Arifin
100
Lampiran 7 PRESENTASE RATA-RATA AKTIVITAS BELAJAR AL-QURAN HADITS SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO DARI PRA SIKLUS SAMPAI SIKLUS II
NO
PRA SIKLUS
AKTIVITAS SISWA
RERATA RERATA SIKLUS SIKLUS I II 3,5 4
1.
Menjawab/merespon pertanyaan guru
1
2.
Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru Mencatat pelajaran ke buku catatan
1
4
4,5
2
4
5
3
5
4,5
Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru Aktif berdiskusi dan membantu teman Bertanya terhadap materi yang belum paham Menyimpulkan materi bersama guru
1
4
3
3
5
4
2
4
5
2
4
5
2
3,5
4
1
3
5
Skor total
17
40
44
34 %
78 %
88 %
3. 4. 5
6 7 8 9 10
Persentase Aktivitas Keseluruhan
Kebonharjo,
Maret 2011
Guru peneliti
Akhmad Arifin
101
Lampiran 8 KONDISI AWAL KEPANDAIAN SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO PATEBON KENDAL
NO
KUALITAS
JUMLAH
PERSENTASE
1
Tinggi
12
40
2
Sedang
11
35
3
Rendah
8
25
Kebonharjo,
Maret 2011
Guru peneliti
Akhmad Arifin
102
Lampiran 9 DAFTAR NAMA-NAMA SISWA KELAS IV BERDASARKAN TINGKAT KEPANDAIAN No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Nama
L/P
Muhammad Abdul Mujib Puput Fatimah Khoirun Nisa` Agung Pranomo Riska Putri Wulandari Arifin Arisa Himatus Salamah Anggoro Gupta Sakti Azimatul Khofidhoh Ana Nurjanah Agus Septiyanto Anggi Lusiana P. Bagus Sulton Nur Diky Abdul Faqih Elfara Damayanti Heru Setyo Insani Hayati Lia Warokah Makrus Muhaimin Muhammad Arifudin Muhammad Uli Nuha Muhammad Imron Muhammad Fatchur Rozi Muhammad Sifaun Jihan Adi Irfan M. Azim Al Matrut Rizki Mutamadiul U. Sofan Thohir Sri Mursidah Teguh Tri Wibowo Uswatun Khasanah
KUALITAS
L P P L L L P L P P L P L L P L P P L L L L L L L L L L P L P Kebonharjo,
TINGGI
SEDANG
RENDAH
Maret 2011
Guru peneliti
Akhmad Arifin
103
Lampiran 10 PEDOMAN WAWANCARA KEPADA SISWA KELAS IV 1. Apakah anda menyukai metode yang digunakan guru ? 2. Apakah anda lebih mudah menerima materi pelajaran yang diberikan guru dengan metode pembelajaran tersebut ? 3. Bagaimanakah perasaan anda ditempatkan dalam kelompok belajar di kelas IV menggunakan metode tersebut ? 4. Apakah anda aktif bertanya atau menjawab pertanyaan guru ? 5. Apakah anda aktif dalam diskusi kelas ? 6. Apakah anda ikut ambil bagian dalam kegiatan menyimpulkan hasil pembelajaran ? 7. Apakah anda merasa lebih mudah mengerjakan soal tes dari siklus I ke siklus II ? 8. Apakah anda merasa termotivasi untuk lebih giat belajar setelah diterapkan metode belajar tersebut ?
104
Lampiran 11 DATA MENTAH NILAI TES SISWA PRA SIKLUS No Nama L/P Nilai Tes 1. Muhammad Abdul Mujib L 85 2. Puput Fatimah P 67 3. Khoirun Nisa` P 60 4. Agung Pranomo L 65 5. Riska Putri Wulandari L 67 6. Arifin L 65 7. Arisa Himatus Salamah P 59 8. Anggoro Gupta Sakti L 65 9. Azimatul Khofidhoh P 66 10. Ana Nurjanah P 65 11. Agus Septiyanto L 66 12. Anggi Lusiana P. P 65 13. Bagus Sulton Nur L 58 14. Diky Abdul Faqih L 57 15. Elfara Damayanti P 65 16. Heru Setyo L 60 17. Insani Hayati P 50 18. Lia Warokah P 66 19. Makrus Muhaimin L 58 20. Muhammad Arifudin L 65 21. Muhammad Uli Nuha L 65 22. Muhammad Imron L 70 23. Muhammad Fatchur Rozi L 65 24. Muhammad Sifaun Jihan L 66 25. Adi Irfan L 65 26. M. Azim Al Matrut L 65 27. Rizki Mutamadiul U. L 70 28. Sofan Thohir L 67 29. Sri Mursidah P 66 30. Teguh Tri Wibowo L 67 31. Uswatun Khasanah P 60 JUMLAH 2000 RATA-RATA 64,51613 Kebonharjo, Maret 2011 Guru peneliti
Akhmad Arifin
105
Lampiran 12 DATA MENTAH NILAI TES SISWA SIKLUS I No Nama L/P Nilai Tes 1. Muhammad Abdul Mujib L 90 2. Puput Fatimah P 78 3. Khoirun Nisa` P 76 4. Agung Pranomo L 75 5. Riska Putri Wulandari L 72 6. Arifin L 73 7. Arisa Himatus Salamah P 64 8. Anggoro Gupta Sakti L 75 9. Azimatul Khofidhoh P 74 10. Ana Nurjanah P 80 11. Agus Septiyanto L 75 12. Anggi Lusiana P. P 70 13. Bagus Sulton Nur L 72 14. Diky Abdul Faqih L 65 15. Elfara Damayanti P 70 16. Heru Setyo L 70 17. Insani Hayati P 60 18. Lia Warokah P 75 19. Makrus Muhaimin L 60 20. Muhammad Arifudin L 70 21. Muhammad Uli Nuha L 71 22. Muhammad Imron L 80 23. Muhammad Fatchur Rozi L 70 24. Muhammad Sifaun Jihan L 75 25. Adi Irfan L 65 26. M. Azim Al Matrut L 80 27. Rizki Mutamadiul U. L 70 28. Sofan Thohir L 72 29. Sri Mursidah P 75 30. Teguh Tri Wibowo L 75 31. Uswatun Khasanah P 62 JUMLAH 2239 72,22581 RATA-RATA Kebonharjo, Maret 2011 Guru peneliti
Akhmad Arifin
106
Lampiran 13 DATA MENTAH NILAI TES SISWA SIKLUS II No Nama L/P Nilai Tes 1. Muhammad Abdul Mujib L 90 2. Puput Fatimah P 85 3. Khoirun Nisa` P 80 4. Agung Pranomo L 78 5. Riska Putri Wulandari L 75 6. Arifin L 78 7. Arisa Himatus Salamah P 70 8. Anggoro Gupta Sakti L 75 9. Azimatul Khofidhoh P 85 10. Ana Nurjanah P 80 11. Agus Septiyanto L 81 12. Anggi Lusiana P. P 85 13. Bagus Sulton Nur L 72 14. Diky Abdul Faqih L 70 15. Elfara Damayanti P 74 16. Heru Setyo L 76 17. Insani Hayati P 70 18. Lia Warokah P 85 19. Makrus Muhaimin L 64 20. Muhammad Arifudin L 80 21. Muhammad Uli Nuha L 75 22. Muhammad Imron L 85 23. Muhammad Fatchur Rozi L 75 24. Muhammad Sifaun Jihan L 80 25. Adi Irfan L 75 26. M. Azim Al Matrut L 88 27. Rizki Mutamadiul U. L 76 28. Sofan Thohir L 70 29. Sri Mursidah P 78 30. Teguh Tri Wibowo L 80 31. Uswatun Khasanah P 80 JUMLAH 2415 RATA-RATA 77,90323 Kebonharjo, Maret 2011 Guru peneliti
Akhmad Arifin
107
Lampiran 12 SOAL TES AL-QURAN HADITS SIKLUS I
1.
Apa pengertian rukun iman ?
2.
Sebutkan rukun iman yang ke empat, dan jelaskan maksudnya !
3.
Hari Qiyamat termasuk rukun iman yang keberapa ?
4.
Sebutkan tanda-tanda terjadinya hari kiamat, tiga saja !
5.
Apa tugas Malaikat Jibril selain membagi rijki ?
6.
Siapa Malikat pencabut nyawa ?
7.
Malaikat termasuk makhlauk apa ?
8.
Apa perbedaan Nabi dan Rasul ?
9.
Siapakah yang termausk Rasul Ulul Azmi ?
10. Apa artinya Rasul Ulul Azmi ?
108
Lampiran 13 SOAL TES AL-QURAN HADITS SIKLUS II
1.
Apakah arti iman menurut istilah ?
2.
Sebutkan dalil yang menunjukkan iman kepada Allah SWT !
3.
Sebutkan kitab-kitab suci yang wajib diimani !
4.
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi ?
5.
Apa perbedaan Qadla dan Qadar ?
6.
Qadla dan Qadar termasuk rukun iman yang keberapa ?
7.
Ketentuan Allah yang belum terjadi disebut !
8.
Sebutkan nama lain kitab suci Al Quran, tiga saja ?
9.
Sebutkan nama lain nabi Muhamad, saw ?
10. Sikap tawakkal termasuk pengamalan rukun iman yang keberapa ?
109