PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN BERUSIA 40-75 TAHUN DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, DIY PADA TAHUN 2015 (KAJIAN FAKTOR UMUR DAN JENIS KELAMIN)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Tika Desi Indriyani NIM : 128114092
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN BERUSIA 40-75 TAHUN DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, DIY PADA TAHUN 2015 (KAJIAN FAKTOR UMUR DAN JENIS KELAMIN)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Tika Desi Indriyani NIM : 128114092
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Percaya dengan kemampuan sendiri” Jika aku percaya bahwa aku tak bisa melakukan sesuatu, maka hal itu membuatku tak mampu melakukannya. Namun, ketika aku yakin bahwa aku bisa, aku mendapatkan kemampuan untuk melakukannya, bahkan meski awalnya aku tidak memiliki kemampuan itu Mahatma Gandhi
Berusahalah untuk menjadi diri sendiri, jangan selalu menjadi orang lain, karena awal dari kesuksesan adalah dari diri kita sendiri Bob Sadino
Untuk: Ayah Ir. Kaca Widagdo Adik Novita Wulandari Para Sahabat Terbaikku Almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih serta Penyayangdan atas semua rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY Pada Tahun 2015 (Kajian Faktor Umur dan Jenis Kelamin). Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ayah, Ibu dan adik yang tidak bosan-bosannya memberikan dorongan semangat dan doa setiap saat. 3. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma DIY yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk selalu membimbing, memberikan semangat, dan motivasi serta saran dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. 5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi. 6. Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi. 7. Bapak Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing II yang
selalu
memberikan
bimbingan,
terselesaikannya skripsi ini.
vi
dorongan
serta
saran
demi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Pemerintah Kabupaten Sleman, BAPPEDA, Camat Kecamatn Kalasan, Kepala Desa dan Padukuhan setempat yang telah memberikan izin dalam penelitian sehingga penulis dapat melakukan penelitian dengan lancar. 9. Segenap Masyarakat di Padukuhan setempat yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 10. Teman-teman seperjuangan skripsi payung Nonitha, Venny, Monik, Sina, Ella, Tiwi dan Edo atas kesabaran, pengertian, kebersamaan dan perjuangannya dari awal perencanaan hingga akhir pengerjaan skripsi ini. 11. Sahabat tersayang Gita, Prita, Cindya, Kristy, Lisa, Tata, Nuri, Noven, Tiwi dan Dara yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, perhatian, pengertian, kesabaran dan dukungan dalam proses pembuatan skripsi ini. 12. Sahabat terhebat Angga Hakim Permana Putra yang selalu mendengarkan semua keluh kesah dari awal hingga akhir pengerjaan skripsi ini. Teman yang selalu memberikan semangatnya, motivasi, kesabaran, perhatian yang tidak lelah dan terbatas dalam proses menyelesaikan skripsi ini. 13. Sahabat-sahabat FSM C dan FKK B yang telah menemani dalam suka duka perkuliahan dari semester awal hingga akhir. 14. Sahabat-sahabat selama bersekolah di SMP N 6 DIY Ririn, Vidya, Danik, Adis, Chika, Risty dan Idham yang selalu membawa keceriaan yang dapat meningkatkan mood dan semangat dalam mengerjakan skripsi ini. 15. Sahabat- sahabat selama bersekolah di SMA N 6 DIY Tunjung, Nusa, Effine, Kemal, Nonik, Mareth, Vita, Asri, dan semua sahabat yang tidak dapat
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disebutkan satu persatu. Para sahabat yang selalu memotivasi, menyemangati, serta membawa keceriaan dalam proses pembuatan skripsi ini. 16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam proses perkuliahan, pengambilan data dan penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor 3 di Indonesia. Tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan pada masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah serta untuk mengevaluasi perbedaan faktor usia dan jenis kelmain terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah responden penelitian sebanyak 813 responden pada 6 padukuhan di Kecamatan Kalasan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan melakukan uji t tidak berpasangan dan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi responden dengan tekanan darah ≥140 mmHg sebesar 43,9%, sadar hipertensi 25,5%, melakukan terapi 12,6%, dan yang mengendalikan tekanan darah 1,1%. Faktor usia mempengaruhi prevalensi hipertensi dengan nilai OR 2,76 (95% CI) 2,01-3,77 tetapi tidak mempengaruhi kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah. Faktor jenis kelamin mempengaruhi prevalensi hipertensi dengan OR 1,36 (95% CI: 1,03-1,80) dan nilai p=0,03. Responden laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk mengalami tekanan darah ≥140 mmHg. Kata kunci: Hipertensi, Prevalensi, Kesadaran, Terapi, Pengendalian Tekanan Darah, Faktor Usia dan Jenis Kelamin.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Hypertension is on the third rank as one of the cause of death in Indonesia. The high prevalence of hypertension in Indonesia creats health problems in the society. The aim of this study is to find the proportion of prevalence, awareness, therapy and blood pressure control and to evaluate the differences of age and gender factor againts prevalence, awareness, therapy and blood pressure control of respondents within the age of 40-75 in Kalasan, Sleman, DIY. The type the research is observational research with cross-sectional approach. The total research respondents is 813 from 6 hamlets in Kalasan. Normality test was conducted using Kolmogorov-Smirnov test, then continued with independent t test and Chi Square test. Result of the research show the prevalence of respondents with blood pressure ≥140 mmHg is 43,9%, 25,5% is aware of hypertension, 12,6% do the therapy, and 1,1% control their blood pressure. The age factor affects at the prevalence of hypertension with an OR 2,76 (95% CI) 2,01-3,77, but does not affect awareness, therapy and control of blood pressure. The gender factor affects the prevalence of hypertension with an OR 1,36 (95% CI: 1,03-1,80) and p value=0,03. Male respondents have greater risk to experience blood pressure ≥140 mmHg. Keywords: Hypertension, Prevalence, Awareness, Therapy, Blood Pressure Control, Age Factor, Gender Factor.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................................... v PRAKATA ..................................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ ix INTISARI....................................................................................................... x ABSTRACK .................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii BAB I. PENGANTAR A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1. Perumusan masalah .......................................................................... 4 2. Keaslian penelitian ........................................................................... 4 3. Manfaat penelitian ........................................................................... 6 B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7 1. Tujuan Umum ................................................................................... 7 2. Tujuan Khusus .................................................................................. 7 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA A. Hipertensi ................................................................................................ 9 B. Kesadaran Hipertensi .............................................................................. 11 C. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi ......................................................... 12 1. Terapi non-farmakologi .................................................................... 12 2. Terapi farmakologi ............................................................................ 13 D. Pengendalian Tekanan Darah.................................................................. 15
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. The Rule of Halves .................................................................................. 16 F. Pengukuran Tekanan Darah .................................................................... 17 G. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Hipertensi ............................ 18 1. Faktor Umur ...................................................................................... 19 2. Jenis Kelamin .................................................................................... 20 H. Landasan Teori ........................................................................................ 22 I. Hipotesis ................................................................................................. 24 BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 25 B. Variabel Penelitian .................................................................................. 25 1. Variabel bebas ................................................................................... 25 2. Variabel tergantung ........................................................................... 25 3. Variabel pengacau ............................................................................. 26 C. Definisi Operasional ............................................................................... 26 D. Subyek Penelitian .................................................................................... 30 E. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 31 F. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 32 G. Teknik Pengambilan Sampel .................................................................. 32 H. Instrumen Penelitian ............................................................................... 33 I. Tata Cara Penelitian ................................................................................ 34 1. Observasi awal .................................................................................. 34 2. Permohonan ijin dan kerjasama ........................................................ 34 3. Permohonan ijin dan kerjasama dengan Kepala Dukuh ................... 34 4. Pembuatan Case Report Form dan Inform Consent ......................... 35 5. Pengujian validitas dan realibilitas instrument penelitian ................ 35 6. Penetapan dan seleksi pada calon responden penelitian ................... 37 7. Pengukuran tekanan darah ................................................................ 37 8. Penjelasan hasil pengukuran dan wawancara responden .................. 38 9. Pengelompokan dan pengolahan data hasil penelitian ...................... 38 J. Analisis Data Penelitian .......................................................................... 39 K. Pembuktian Hipotesis ............................................................................. 40
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ...................................................... 41 1. Kesulitan Penelitian .......................................................................... 41 2. Kelemahan Penelitian ...................................................................... 42 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi dan Pengendalian Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY ........................ 52 B. Perbedaan Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY .................................... 55 1. Prevalensi Hipertensi ........................................................................ 57 2. Kesadaran Hipertensi ........................................................................ 59 3. Terapi Hipertensi .............................................................................. 60 4. Pengendalian Hipertensi ................................................................... 62 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................ 64 B. Saran ................................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 66 LAMPIRAN ................................................................................................... 70 BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 92
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.
Keaslian Penelitian ................................................................. 5
Tabel II.
Penyebab Hipertensi yang Dapat Diidentifikasi .................... 10
Tabel III.
Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah Berdasarkan ESH/ESC ................................................................................ 11
Tabel IV.
Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi .......... 13
Tabel V.
Definisi Operasional Penelitian.............................................. 26
Tabel VI.
Profil Responden Penelitian di Kecamatan Kalasan .............. 44
Tabel VII.
Karakteristik Normalitas Data Responden di Kecamatan Kalasan ................................................................ 46
Tabel VIII.
Perbedaan Faktor Umur Terhadap Tekanan Darah Sistolik (TDS), Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI) di Kecamatan Kalasan ................................................................ 48
Tabel IX.
Perbedaan Faktor Jenis Kelamin Terhadap Umur, Tekanan Darah Sistolik (TDS). Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI) di Kecamatan Kalasan ................................................................ 50
Tabel X.
Terapi Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan ............ 53
Tabel XI.
Perbedaan Faktor Jenis Kelamin dan Usia Terhadap Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan ..................... 56
Tabel XII.
Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Prevalensi Hipertensi Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan ................................................................ 56
Tabel XIII.
Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Kesadaran Hipertensi Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan ................................................................ 59
Tabel XIV.
Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Terapi Hipertensi Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan ................................................................ 61
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XV.
Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan ................................................................ 62
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Bagan Perhitungan Besar Sampel Menggunakan Rumus Prevalensi Tidak Diketahui ........................................ 31
Gambar 2.
Bagan Lokasi Penelitian di Kecamatan Kalasan .................... 31
Gambar 3.
Alur Tata Cara Penelitian ....................................................... 34
Gambar 4.
Pembuktian Hipotesis ............................................................. 41
Gambar 5.
Bagan Proporsi Responden Hipertensi Berdasarkan “Rule of Halves” ..................................................................... 52
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Surat Ijin Penelitian ............................................................... 70
Lampiran 2.
Ethical Clearance .................................................................. 71
Lampiran 3.
Inform Consent ....................................................................... 72
Lampiran 4.
Uji Realibilitas Instrumen Penelitian ...................................... 77
Lampiran 5.
Validasi Timbangan Berat Badan ........................................... 81
Lampiran 6.
SOP Pengukuran Tekanan Darah ........................................... 89
Lampiran 7.
Pedoman Wawancara dan CRF (Case Report Form) ............. 91
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis dengan 6,7% dari populasi kematian pada semua usia di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 yang menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%. Tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan pada masyarakat. Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian jantung dan pembuluh darah (Depkes RI, 2010). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terjadi penurunan prevalensi hipertensi dari 31,7 persen pada tahun 2007 menjadi 25,8 persen pada tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat pengukur tekanan darah yang berbeda hingga pada kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke berbagai fasilitas kesehatan. Namun responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang mengkonsumsi obat antihipertensi sebesar 0,7 persen maka prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (Depkes RI, 2010). Berdasarkan Laporan Survailans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas di DIY pada tahun 2012 ditemukan penyakit hipertensi sebanyak 29.546 kasus yang masuk dalam urutan ketiga dari distribusi 10 besar penyakit berbasis STP Puskesmas. Hal ini terjadi seiring dengan adanya peningkatan status ekonomi, perubahan gaya hidup serta terpengaruh efek modernisasi maka membuat masalah
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
penyakit tidak menular pun cenderung meningkat. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) menunjukkan bahwa provinsi DIY masuk ke dalam kelompok lima besar provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak. Sedangkan pada hasil Riskesdas tahun 2010 kasus hipertensi di provinsi DIY mencapai 35,8% yang berada diatas rata-rata seluruh Indonesia yang mencapai 31,7% (Dinas Kesehatan Daerah Istimewa DIY, 2013). Prevalensi hipertensi di Kabupaten Sleman pada tahun 2011 sebesar 39,65% pada orang berusia lanjut/tua, data diperoleh dari data kesehatan puskesmas (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2012). Menurut data dari Dinas Kesehatan Sleman tahun 2015, Kecamatan Kalasan merupakan salah satu Kecamatan yang memiliki jumlah kasus hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain terutama yang terjadi pada lansia dengan usia 40-80 tahun (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2015). Tingginya prevalensi tersebut diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat yang lebih mengutamakan pekerjaan dibandingkan dengan pemeliharaan kesehatan mereka dan keluarganya. Jauhnya jarak puskesmas juga merupakan salah satu kurangnya upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Hal ini yang dapat memicu kurangnya kesadaran masyarakat Kecamatan Kalasan terhadap hipertensi dan penanggulangannya. Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian di Kecamatan Kalasan yang diharapkan dapat memprediksi lebih awal dalam mengetahui prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah di masyarakat. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi hipertensi dengan usia ≥18 tahun berdasarkan yang terdiagnosis tenaga kesehatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
dan pengukuran terlihat meningkat dengan bertambahnya umur, prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi (perempuan sebesar 28,8% dan laki-laki sebesar 22,8%) daripada laki-laki di perkotaan. Terdapat dua kelompok faktor risiko yang dapat memicu munculnya hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Beberapa contoh dari faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain keturunan atau riwayat hipertensi di dalam keluarga, apabila riwayat hipertensi tersebut diperoleh dari kedua orang tua kandung, maka kemungkinan besar mengalami hipertensi. Dilihat dari faktor jenis kelamin, lakilaki cenderung lebih mudah terserang hipertensi hal tersebut kemungkinan terjadi karena laki-laki memiliki lebih banyak faktor pendorong terjadinya hipertensi, contohnya stress, kelelahan dan pola makan yang tidak terkontrol. Namun ketika perempuan mengalami menopause (sekitar 45 tahun) risiko peningkatan terjadinya hipertensi bertambah. Pada umumnya, laki-laki pada usia di atas 31 tahun lebih rentan terserang hipertensi, sedangkan pada perempuan terjadi setelah usia 45 tahun (menopause) (Sustrani, Alam, dan Hadibroto, 2006). Beberapa faktor yang dapat dikontrol antara lain kegemukan/obesitas yang telah terbukti bahwa memiliki hubungan erat dengan terjadinya hipertensi di waktu yang akan datang karena daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang tinggi dibanding dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal. Membatasi konsumsi garam secara berlebih karena garam memiliki sifat menahan air dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah, diet garam dan tidak mengkonsumsi makanan yang telah diasinkan. Melakukan olahraga secara rutin dan aktif dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
darah. Olahraga dapat menurunkan berat badan melalui proses pembakaran lemak serta dapat menurunkan kadar garam dalam tubuh, karena garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan darah karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Konsumsi alkohol secara berlebihan berkaitan dengan hipertensi. Pada orang yang menderita hipertensi dianjurkan untuk menghentikan konsumsi alkohol. Stres memiliki hubungan dengan hipertensi, apabila seseorang stres maka tekanan darahnya akan naik dalam jangka waktu pendek dengan cara mengaktifkan bagian otak dan sistem saraf yang biasanya mengendalikan tekanan darah secara otomatis (Sustrani, Alam, dan Hadibroto, 2006). 1. Rumusan masalah a. Berapa proporsi prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran terhadap hipertensi, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY? b. Apakah perbedaan usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi perbedaan prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY? 2. Keaslian penelitian Sepanjang penelusuran peneliti, judul penelitian ini belum pernah diteliti. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan darah dengan kajian faktor umur dan jenis kelamin yang telah dipublikasikan antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Tabel I. Keaslian penelitian Hasil Persamaan Rahajeng dan Tuminah, 2009
Prevalensi hipertensi secara nasional sebesar 28,3%. Proporsi pada usia ≥45-54 tahun lebih tinggi dari kontrol. Pada usia ≥75 tahun memiliki peningkatan risiko dengan seiring bertambahnya usia. Proporsi laki-laki bermakna memiliki risiko hipertensi 1,25 kali daripada perempuan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis cross – sectional, tekanan darah >140/90 mmHg. Menggunakan variabel bebas seperti umur, jenis kelamin, merokok, mengkonsumsi alkohol, aktivitas fisik, diet (garam), BMI, pendidikan, pekerjaan.
Rahayu, 2012
Jumlah responden yang menderita hipertensi (33,7%) lebih sedikit daripada jumlah responden yang tidak hipertensi (66,3%), umur rata-rata penderita hipertensi 49,21 tahun. Berdasarkan jenis kelamin di dapat presentase hipertensi pada perempuan lebih besar daripada laki-laki
Bersmin, et al., 2009
Prevalensi pada perempuan dan laki-laki sebesar 10%, ketidaksadaran responden sebesar 65% dan yang menggunakan terapi sebesar 71%.
Menggunakan desain penelitian crosssectional. Penelitian ini menganalisis hubungan antara umur, jenis kelamin, genetik, mengkonsumsi makanan asin, BMI, merokok, olahraga.. Penelitian ini sampel diambil secara acak menggunakan simple random sampling. Menggunakan tekanan darah >140/90 mmHg sebagai kategori hipertensi. Menggunakan desain analisis crosssectional. Prevalensi hipertensi dilaporkan berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah. Variabel sosiodemografi yang digunakan antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan.
Perbedaan Pada penelitian ini menggunakan data responden berumur >18 tahun ang berjumlah 567.530 orang. Menggunakan metode analisis kasus kontrol untuk mengetahui faktor yang berisiko terhadap hipertensi. meneliti variabel tentang status ekonomi serta tipe daerah (kota/desa). Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif. Dalam mengumpulkan data penelitian ini menggunakan kuisioner.
Menggunakan rentang umur 25-84 tahun. Dalam mengumpulkan data digunakan kuisioner. Variabel sosiodemografi yang digunakan bahasa pokok sewaktu dirumah dan status asuransi kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
Lanjutan.. Hasil Gu, Prevalensi hipertensi Reynolds, pada laki-laki usia 45-54 Wu,Chen sebesar 28,2%; usia 64,Duan,M 74 sebesar 47,3%, prevalensi pada untner,et perempuan usia 45-54 al., 2002 sebesar 26,8%; usia 6474 sebesar 50,2%. Kesadaran responden hipertensi sebesar 44,7%, menerima terapi sebesar 28,2% dan yang mengontrol hipertensinya sebesar 8,1%. Greta, Prevalensi hipertensi 2014 sebesar 55,8% dengan proporsi laki-laki sebesar 44,6% dan perempuan 55,4%. Responden yang sadar menderita hipertensi 29,1%, yang melakukan terapi secara rutin 2,6% dan yang jarang melakukan terapi 14,7%.
Persamaan Menggunakan desain analisis crosssectional, Teknik sampling multistage cluster, tekanan darah ≥140/90 mmHg sebagai kategori hipertensi. Variabel yang digunakan usia dan jenis kelamin.
Perbedaan Tempat penelitian berbeda dan rentang usia yang digunakan berbeda yaitu 35-74 tahun.
Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross sectional dengan kesamaan variabel antara lain umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, merokok, pola makan, BMI, konsumsi alkohol dan riwayat penyakit. Dalam penelitian ini juga dilaporkan hasil prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi dan menggunakan teori Rule of Halves.
Pada penelitian ini menggunakan responden dengan umur ≥ 40 tahun dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara non-random dengan jumlah responden penelitian 265 orang.
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat melihat pengaruh antara faktor umur dan jenis kelamin terhadap prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran terhadap hipertensi, terapi hipertensi dan pengendalian responden hipertensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
b. Manfaat praktis. Berdasarkan data yang diperoleh diharapkan dapat memberikan Informasi mengenai tekanan darah responden sehinga responden dapat melakukan tindak lanjut yang seharusnya dilakukan setelah mengetahui tekanan darahnya. Penelitan juga diharapkan dapat memberikan Informasi terkait faktor risiko kesehatan kepada penderita hipertensi sehingga dapat membantu masyarakat, peneliti selanjutnya
atau
institusi dibidang kesehatan seperti puskesmas dalam menurunkan tingkat prevalensi hipertensi, meningkatkan kesadaran hipertensi, meningkatkan terapi hipertensi dan dapat mengendalikan tekanan darah responden di Kabupaten Sleman, DIY.
B. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada tahun 2015. b. Tujuan khusus. 1. Menghitung berapa proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran responden terhadap hipertensi, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah yang ada pada populasi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
2. Melakukan evaluasi perbedaan usia dan jenis kelamin
terhadap
prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Hipertensi Sekitar sepertiga dari orang dewasa di sebagian besar masyarakat negara maju dan berkembang di dunia mengalami hipertensi. Oleh sebab itu hipertensi adalah kondisi kronis yang paling sering ditangani oleh dokter, keperawatan dan praktisi kesehatan lain. Ada hubungan yang erat antara tingkat tekanan darah dan risiko kejadian kardiovaskular, stroke dan penyakit ginjal (Weber, et al., 2014). Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik seseorang berada pada nilai ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik menunjukkan nilai ≥ 90 mmHg dan/atau sedang mengkonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darah tingginya (Ostchega, et al., 2008). Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang umumnya tekanan darah tersebut akan naik atau bertambah secara perlahan dengan seiring bertambahnya umur (Chobaniam, et al., 2003). Awalnya kebanyakan dari penderita tekanan darah tinggi mengalami tahap tekanan darah prehipertensi sebelum mereka didiagnosis hipertensi, serta banyak diagnosis hipertensi terjadi pada umur antara dekade ketiga dan kelima. Hingga umur 55 tahun, lebih banyak laki-laki yang menderita hipertensi dibanding dengan perempuan. Umur 55 – 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding dengan laki-laki yang menderita hipertensi sedangkan pada populasi lansia dengan umur ≥60 tahun, prevalensi hipertensinya sebesar 65,4% ( Prodjosudjadi, 2000). Hipertensi adalah kondisi medis yang heterogen. Pada banyak pasien tidak diketahui faktor penyebab terjadinya hipertensi mereka (essensial atau hipertensi
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
primer). Sementara itu hipertensi tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol. Sebagian kecil dari pasien memiliki faktor penyebab hipertensi mereka yang spesifik (hipertensi sekunder) dan apabila penyebab hipertensi sekunder ini dapat diidentifikasi maka hipertensi pada pasien tersebut dapat berpotensi untuk disembuhkan (Dipiro, et al., 2005). Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi primer (Chobaniam, et al., 2003). Kurang dari 10% dari penderita hipertensi merupakan hipertensi sekunder dimana dapat dikarenakan penyakit dan pengonsumsian obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Dalam tabel dibawah ini merupakan penyakit dan obat-obatan yang memiliki efek meningkatkan tekanan darah: Tabel II. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi Penyakit Obat Penyakit ginjal kronis Kortikosteroid, ACTH Hiperaldosteronisme primer Estrogen ( pil KB dengan kadar estrogen yang tinggi) Penyakit renovaskular NSAID, cox-2 inhibitor Sindroma Cushing Fenilpropanolamine dan analog Pheochromocytoma Cyclosporin dan tacrolimus Koarktasi aorta Eritropoetin Penyakit tiroid atau paratiroid Sibutramin Antidepresan ( terutama venlafaxine) NSAID: non-steroid-anti-inflamatory-drug, ACTH: adrenokortikotropik hormon (Depkes RI, 2006)
Menurut European Society of Hypertension (ESH) and European Society of Cardiology (ESC) Guidelines 2013 mengklasifikasikan tingkat tekanan darah, sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Tabel III. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah (mmHg) Berdasarkan ESH/ESC Kategori Optimal Normal Normal kategori tinggi Hipertensi kelas 1 Hipertensi kelas 2 Hipertensi kelas 3 Hipertensi isolasi sistolik
Sistolik <120 120-129 130-139 140-159 160-179 ≥180 ≥140
dan dan/atau dan/atau dan/atau dan/atau dan/atau dan
Diastolik <90 80-84 85-89 90-99 100-109 ≥110 <90
(Mancia, et al., 2013) B. Kesadaran Hipertensi Kesadaran tentang hipertensi dapat diartikan sebagai orang yang telah diberitahu oleh dokter atau paramedis bahwa ia memiliki hipertensi dan menanyakan lebih lanjut tentang pengobatan yang harus mereka dapatkan (Kiau, et al., 2013). Apabila dibandingkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013, maka dapat dilihat adanya penurunan prevalensi dari 31,7% menjadi 25,8% secara nasional dan hal ini cukup menggembirakan. Namun hal yang masih perlu mendapatkan perhatian adalah adanya ketidaksadaran masyarakat jika dirinya ternyata menderita hipertensi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran karena masih sangat banyak masyarakat yang kurang menyadari jika dirinya mengidap hipertensi yang setiap saat bisa mengancam jiwa mereka karena stroke atau penyakit jantung. Tingkat kesadaran pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini salah satunya dapat dikarenakan oleh seringnya perempuan mengunjungi pusat kesehatan atau pratik dokter, antara lain dalam konsultasi kehamilan, pengendalian kelahiran dan konsultasi tentang anak-anak mereka contohnya imunisasi atau kegiatan posyandu, sehingga secara tidak langsung, para perempuan atau ibu ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
juga ikut memeriksakan kesehatan mereka termasuk pemeriksaan tekanan darah (Pereira, et al., 2009). C. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi Tujuan umum dari pengobatan hipertensi adalah untuk mengurangi morbiditas yang terkait hipertensi dan mortalitas. Morbiditas dan mortilitas ini terkait dengan target kerusakan organ akibat hipertensi, misalnya, kejadian kardiovaskular, serebrovaskular, gagal jantung dan penyakit ginjal (Dipiro, et al, 2005). Mengurangi risiko yang masih dapat dikendalikan sebagai penyebab hipertensi sebagai contoh merokok, mengurangi konsumsi garam dengan program diet, BMI, olahraga, dan faktor stress. Terapi yang dapat diterapkan pada pasien hipertensi dapat dibedakan sebagai terapi non-farmakologi dan terapi farmakologi: 1. Terapi non-farmakologi Perubahan gaya hidup merupakan dasar bagi pencegahan tingkat kejadian hipertensi. Efek dari perubahan gaya hidup dengan menargetkan penurunan tekanan darah dapat setara dengan mengkonsumsi terapi tunggal obat hipertensi, meskipun kelemahannya adalah tingkat kepatuhan yang sewaktu – waktu dapat berubah. Perubahan gaya hidup dapat menunda dan mencegah terjadinya hipertensi pada subyek yang belum terdiagnosis hipertensi secara aman dan efektif. Beberapa modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mengendalikan tekanan darah menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik tahun 2006:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Tabel IV. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi Modifikasi
Rekomendasi
Penurunan berat badan (BB)
Pelihara berat badan normal (BMI : 18.524.9) Diet kaya dengan buah, sayur, dan produk susu rendah lemak Mengurangi sodium, tidak lebih dari 100meq/L (2,4 g sodium atau 6 g sodium klorida) Aktifitas fisik reguler seperti jalan kaki 30 menit/hari, beberapa hari/minggu Batas minum alkohol tidak lebih dari 2/hari ( 30 mL etanol, misal 720 mL beer, 300 mL wine) untuk laki-laki dan 1/hari untuk perempuan
Adopsi pola makan DASH
Diet rendah sodium
Aktifitas fisik
Mengurangi konsumsi alkohol
Kira-kira penurunan tekanan darah (range) 5-20 mmHg/10 kg penurunan berat badan 8-14 mmHg
2-8 mmHg
4-9 mmHg
2-4 mmHg
Keterangan: BMI, Body Mass Index ; BB, Berat Badan ; DASH, Dietary Approach to Stop Hypertension.
2. Terapi farmakologi Pemilihan obat untuk hipertensi dipengaruhi oleh usia, etnis/ras, dan karakteristik klinis lain dari pasien. Pilihan obat juga dapat dipengaruhi oleh kondisi lain terkait hipertensi, misalnya, diabetes dan penyakit koroner. Obat yang dikonsumsi sekali sehari (long-acting) lebih diminati oleh pasien karena lebih sederhana dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsinya dibanding ketika mereka mendapat terapi rejimen yang terdiri lebih dari 1 jenis obat. Obat tunggal dapat dikonsumsi pada pagi hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
atau malam hari sebelum tidur (Weber, et al., 2014). Pilihan obat hipertensi dapat dibagi dalam beberapa golongan, antara lain: a. Angiotensi Receptor Blocker (ARB) ARB secara langsung memblok reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1) karena angiotensin II tidak berikatan dengan AT1 maka akan berikatan dengan AT2. Stimulasi reseptor AT2 akan menyebabkan vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel akan tetap terjadi ketika ARB digunakan (Dipiro, et al., 2009). Contoh obatnya antara lain candesartan, losartan, valsartan, irbesartan, olmesartan, dan telmisartan (DIH, 2007). b. Angiotensin Converting Enzim inhibitor (ACEi) ACE inhibitor memblokir ACE, sehingga menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Dengan menghalangi ACE, vasodilatasi dan penurunan aldosteron terjadi. Sebagai akibat vasodilatasi tekanan darah sistemik turun, beban afterload jantung berkurang, aliran darah ke organ-organ penting seperti jantung dan ginjal meningkat (Dipiro, et al., 2009). Contoh obatnya antara lain, benazepril, captopril dan enalapril (DIH, 2007). c. Calcium Chanel Blockers (CCB) CCB bekerja dengan menghambat masuknya kalsium melewati membran sel atau respon vaskuler terhadap angiotensin. Contoh obat golongan CCB anatara lain amlodipine dan nifedipine (DIH, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
d. Diuretik Obat-obatan golongan diuretik bekerja dengan mengeluakan cairan tubuh (melalui air kencing), sehingga menyebabkan cairan dari dalam tubuh berkurang, dengan demikian daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek pada penurunan tekanan darah. Obat golongan diuretik digunakan sebagai pilihan pertama pada hipertensi tanpa adanya penyakit penyerta lain, contohnya adalah hidroclorotiazid (Depkes RI, 2006). D. Pengendalian Tekanan Darah Hipertensi merupakan peyebab utama dari kejadian penyakit jantung dan stroke, hal ini merupakan sebuah tantangan besar yang harus dihadapi oleh lembaga-lembaga kesehatan pemerintah dan para praktisi medis untuk dapat mengendalikan hipertensi, baik pada satu individu pasien maupun pada tingkat populasi di masyarakat (Singh, et al., 2000). Hingga saat ini masih terdapat banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah yang tidak terkontrol dan bahkan jumlahnya terus meningkat. Apabila pengendalian hipertensi berhasil maka akan menurunkan pula kejadian stroke, peyakit jantung dan penyakit gagal ginjal. Hipertensi yang dapat dikendalikan maka akan mengurangi beban ekonomi dan sosial bagi keluarga, masyarakat, pemerintah terhadap yang diakibatkannya (Sofia, 2014). Kasus hipertensi yang sudah terdiagnosis atau yang telah minum obat hipertensi masih rendah yaitu 24,2%, hal ini menunjukkan 75,8% kasus hipertensi di masyarakat belum terjangkau pelayanan kesehatan. Analisis lebih lanjut pun menunjukkan hanya sekitar 18% mempunyai tekanan darah yang terkontrol dari yang telah terdiagnosis (Turana, 2007). Terdapat pergeseran pola makan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Indonesia yang mengarah pada makanan cepat saji dan makanan yang diawetkan serta mengandung tinggi garam, lemak jenuh, dan rendah serat yang mulai menjamur terutama di kota-kota besar di Indonesia. Maka Indonesian Society of Hypertension
melalui
berbagai
kesempatan
selalu mempromosikan dan
mengedukasi masyarakat untuk melakukan gaya hidup sehat, diet sehat dengan mengkonsumsi makanan tinggi buah, sayur, rendah lemak jenuh dan kolesterol, rendah garam serta produk susu rendah lemak, aktivitas fisik secara teratur, mempertahankan berat badan ideal, lingkar pinggang ideal dan berada di lingkungan yang bebas asap rokok. Meskipun pengendalian tekanan darah dipengaruhi oleh pengobatan, bukan hal yang tidak mungkin untuk memisahkan sampai sejauh mana perbedaan dalam pengendalian tekanan darah apakah dari perbedaan dalam pengobatan menggunakan obat anti hipertensi atau dari faktor lain. Pada faktor jenis kelamin, perempuan merupakan indikator yang kuat dari keberhasilan pengendalian hipertensi (Pereira, et al., 2009). E. The Rule of Halves Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu faktor risiko kardiovaskular yang paling sering terjadi dan dapat diobati. Menurut beberapa penelitian “Rule of Halves” berlaku di negara berkembang (Panesar, et al., 2013). Secara sederhana kesadaran, terapi dan pengendalian hipertensi dapat ditunjukan melalui “Rule of Halves” yaitu setengah dari responden menderita hipertensi, setengah dari penderita hipertensi sadar, setengah dari penderita hipertensi yang sadar menerima terapi dan setengah dari penderita hipertensi yang mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
terapi mengontrol tekanan darah mereka (Danon-Hersch, et al., 2009). “Rule of Halves” untuk keadaan hipertensi adalah setengah orang-orang dengan tekanan darah tinggi tidak diketahui (“rule 1”), setengah dari mereka diketahui tidak terobati (“rule 2”) dan setengah dari mereka yang terobati tidak mengontrolnya (“rule 3”) (Janus, et al., 2008). F. Pengukuran Tekanan Darah Menurut Agency for Healthcare Research and Quality, tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan kondisi medis yang serius. Hal ini terjadi ketika kekuatan memompa darah melalui arteri terlalu kuat. Adanya kesadaran tentang pentingnya tekanan darah bagi kesehatan, maka pasti akan paham betapa pentingnya memeriksa atau mengecek tekanan darah. Pengukuran tekanan darah dapat dilakikan sendiri maupun meminta petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan) untuk mengukurnya. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan alat yang disebut sphygmomanometer. Dalam pengukuran tekanan darah dapat menggunakan sphygmomanometer manual maupun digital. Penggunaan spghmomanometer hingga saat ini dianggap cara yang paling baik karena ketepatannya dalam mengukur tekanan darah. Apabila ingin mengukur tekanan darah secara mandiri di rumah, saat ini sudah beredar alat pengukur tekanan darah digital (tanpa air raksa namun menggunakan baterai) yang mudah dan praktis cara penggunaannya (Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2012). Pengukuran tekanan darah menggunakan alat ukur tekanan darah yaitu spghmomanometer akan menghasilkan dua angka hasil pencatatan, yaitu tekanan darah sistole dan diastole. Angka yang ditunjukkan pertama yang lebih besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
nilainya, menunjukkan tekanan darah sistole, dan angka kedua yang lebih kecil nilainya, menunjukkan tekanan darah diastole. Sistole adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung kontraksi). Diastole adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah dari seluruh tubuh kembali atau pembuluh nadi mengempis kosong (Yeni, Djananh, dan Solikhah, 2010). G. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Hipertensi Hipertensi merupakan salah satu jenis dari Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius, hipertensi disebut sebagai the silent killer. Apabila hipertensi tidak terkontrol, maka akan menyerang target organ lain, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Beberapa faktor risiko yang saling terkait dengan hipertensi yang harus diperhatikan antara lain usia, obesitas, aktivitas fisik, mengkonsumsi makanan tinggi garam, konsumsi alkohol dan merokok (Thawornchaisit, et al., 2013). Menurut Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi, terdapat 2 kelompok faktor risiko penyakit hipertensi, yaitu: a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara lain umur, jenis kelamin dan faktor genetik. b. Faktor risiko yang dapat diubah, antara lain merokok, diet rendah serat, kurang aktivitas gerak, kelebihan berat badan, konsumsi alkohol, stres dan konsumsi garam berlebih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
1. Faktor umur Tingkat prevalensi, kesadaran, terapi dan kontrol tekanan darah dapat dipengaruhi oleh faktor umur. Adanya peningkatan prevalensi seiring dengan bertambahnya umur, dari 7,3% yang berumur 18-39, menjadi 32,4% yang berumur 40-59 dan 65,0% di antara yang berumur ≥60 tahun. Di antara orang dewasa dengan hipertensi, terjadi peningkatan kesadaran seiring bertambahnya umur. Kesadaran hipertensi diantara yang berumur 18-39 tahun sebesar 61,8%, kesadaran hipertensi yang berumur 40-59 tahun sebesar 83,0% dan pada umur ≥60 tahun sebesar 86,1%. Penggunaan terapi obat untuk menurunkan tekanan darah juga meningkat seiring dengan bertambahnya umur, 44,5% yang berumur 18-39 tahun, 73,7% yang berumur 40-59 tahun dan 82,2% yang berumur ≥60 tahun. Di antara orang dewasa dengan hipertensi, pada umur 1839 tahun (34,4%) cenderung kurang memiliki tekanan darah yang terkontrol dibandingkan yang berumur 40-59 tahun (57,8%) atau pada umur ≥60 tahun sebesar 50,5% (Nwankwo, et al., 2013). Umur dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi. dengan seiring bertambahnya umur, maka risiko terkena hipertensi juga menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40% dengan mortalitas sekitar di atas 65 tahun. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik. Tingginya hipertensi berjalan seiring dengan bertambahnya umur, hal ini disebabkan oleh perubahan struktur dari pembuluh darah besar, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, akibatnya terjadi peningkatan pembuluh darah sistolik (Depkes RI, 2006). 2. Faktor jenis kelamin Keberhasilan dari upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan terjadinya peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH). Terjadinya peningkatan UHH maka akan menambah jumlah lansia yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi akan cenderung mengalami peningkatan (Zuraidah, et al., 2012). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain faktor yang telah melekat atau tidak dapat diubah yaitu jenis kelamin, umur dan genetik. Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipetensi, di mana laki-laki lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dapat terjadi karena diduga laki-laki memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan perempuan. Namun, setelah memasuki masa menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan akan meningkat. Bahkan setelah umur 65 tahun, kejadian hipertensi pada perempuan akan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Depkes RI, 2006). Sesuai dengan teori medis dan berdasarkan hasil penelitian nasional (Riskesdas tahun 2007) menunjukkan prevalensi hipertensi pada perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki pada usia muda. Namun prevalensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
hipertensi pada perempuan mulai lebih tinggi dari laki-laki saat mendekati umur 35 tahun. Menurut teori medis, hormon estrogen dapat melindungi perempuan terhadap hipertensi. Kadar estrogen akan menurun saat menopause (Isfandari, 2015). Penggunaan kontrasepsi hormonal diketahui dapat berpengaruh terhadap peningkatan berat badan dan kanker, serta dapat mempengaruhi keadaan fisiologis dan psikologis pada perempuan (Isfandari, 2015). Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (2006), penggunaan obat kontrasepsi oral dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko hipertensi akan meningkat dengan lamanya penggunaan. Perempuan yang menggunakan obat konrasepsi oral harus memeriksakan tekanan darahnya secara teratur. Adanya hubungan distress emosional, jenis kelamin dan status ekonomi yang sangat jelas. Perempuan memiliki insiden kesehatan mental yang buruk dua kali lebih tinggi, dan masalah mental meningkat seiring dengan penurunan pendapatan. Bahkan dalam jaminan keamanan pada pekerjaan yaitu adanya pekerjaan sementara tanpa jaminan asuransi dan gaji teratur, laki-laki memiliki posisi yang lebih baik di lapangan atau industri, sedangkan perempuan bekerja di sektor unskilled. Pendapatan perempuan 40% lebih rendah daripada lakilaki. Selain bekerja, perempuan juga memiliki tanggung jawab keluarga. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi distress emosional pada perempuan dengan umur 15 tahun keatas lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, hal ini menjadi kontributor terjadinya kejadian hipertensi pada perempuan lebih dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya hipertensi khususnya pada laki-laki, faktor-faktor tersebut antara lain umur, riwayat keluarga dengan hipertensi, obesitas, asupan garam yang terlalu tinggi, merokok dan kebiasaan mengkonsumsi kopi. Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal yaitu pada umur ≥40 tahun. Pada kelompok penduduk umur 25-65 tahun dengan jenis kelamin laki-laki memiliki kebiasaan merokok yang cukup tinggi yaitu 54,5%. Setiap harinya dapat menghisap lebih dari satu pak rokok per orangnya, karena kebiasaan merokok ini menjadikan dua kali lebih rentan terhadap hipertensi daripada mereka yang tidak merokok. Kebiasaan mengkonsumsi kopi juga merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya hipertensi pada laki-laki. Kebiasaan merokok dan konsumsi kopi merupakan gaya hidup yang dilakukan oleh laki-laki. Kopi adalah suatu bahan minuman yang biasa dikonsumsi yang mengandung kafein. Kopi juga dapat berakibat buruk pada jantung. Kandungan pada kopi yaitu kafein dapat menstimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga jantung dipacu untuk mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. Setiap satu cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein, sehingga apabila minum kopi lebih dari empat cangkir sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg (Wahyuni, 2013). H. Landasan Teori Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Anies, 2006). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%. Banyak orang yang meninggal dikarenakan hipertensi karena mereka tidak menyadari menderita hipertensi sehingga terlambat untuk mencegah atau mengobati hipertensi (Depkes RI, 2009). Terapi terhadap pasien hipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan dapat dilakukan, namun mengurangi tekanan darah tersebut tidak menjamin bahwa kerusakan organ tidak terjadi (Dipiro, et al., 2005). Apabila pengendalian hipertensi berhasil maka akan menurunkan pula kejadian stroke, peyakit jantung dan penyakit gagal ginjal (Indonesian Society of Hypertension, 2014). Prevalensi hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hampir setengah dari orang tua yang berusia 60-64 tahun mengalami hipertensi. hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia maka kemungkinan akan terjadinya hipertensi juga akan meningkat. Oleh karena itu harus dilakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan edukasi tentang kesehatan dan pentingnya tekanan darah bagi kesehatan serta adanya intervensi untuk pengendalian dan pencegahan hipertensi dikalangan lanjut usia. Bagi penduduk dengan usia kurang dari 50 tahun, laki-laki memiliki tingkat hipertensi lebih tinggi dibanding perempuan, tetapi pada perempuan yang mendekati atau memasuki masa menopause pada usia 50 tahun keatas akan memiliki prevalensi hipertensi yang lebih tinggi daripada laki-laki dengan usia diatas 50 tahun, hal ini karena perempuan kehilangan peran estradiol endogen yang berperan sebagai pelindungan dari tekanan darah tinggi (Wang, et al., 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Menurut penelitian The National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) di kalangan penduduk Amerika pada tahun 2007-2008 menunjukka bahwa pengobatan, kesadaran dan kontrol hipertensi memiliki presentase sebesar 80,6%, 73,7% dan 30,3%. Hasil dari penelitian Wang, et al, (2013) menunjukkan bahwa kesadaran hipertensi dan pengobatan pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki yang sering ditemui baik di negara maju maupun berkembang.
Dibandingkan
dengan
perempuan,
laki-laki
sangat
jarang
mengunjungi dokter, memiliki waktu yang lebih singkat ketika sedang berkonsultasi dengan tenaga kesehatan atau dokter dan cenderung mengunjungi dokter setelah mereka terkena suatu penyakit. Pengaruh sosial dan komprehensif pada perempuan dan laki-laki dapat dipengaruhi oleh perkembangan dan faktor kepribadian, maka hal ini dapat memperjelas mengapa perempuan memiliki kesadaran, pengobatan dan kontrol hipertensi yang lebih tinggi. “Rule of Halves” pada hipertensi ditunjukkan dengan setengah dari pasien hipertensi tidak diketahui layanan kesehatannya, setengah dari mereka diketahui hipertensi/tidak menerima terapi dan setengah dari mereka yang menerima terapi dan terkontrol (Kutnikar, et al., 2014). I. Hipotesis Adanya perbedaan faktor umur dan jenis kelamin yang dapat berpengaruh terhadap proporsi prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian hipertensi di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian observasional, pada penelitian ini tidak dilakukan manipulasi atau intervensi pada subyek yang diteliti. Penelitian dilakukan dengan hanya melakukan pengamatan (observasi) saja pada subyek penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan dengan rancangan penelitian cross-sectional yang dirancang untuk meneliti beberapa fenomena dengan cara mengukur dalam satu waktu. Dalam penelitian, pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung yang terstruktur menggunakan panduan pertanyaan dalam bentuk Case Report Form (CRF). Case Report Form (CRF) merupakan suatu dokumen khusus yang digunakan dalam sebuah penelitian klinis. CRF harus sesuai dengan aturan dalam penelitian yang memiliki isi yang kuat dan mencakup materi sesuai dengan data yang ingin dikumpulkan dalam penelitian (Bellary, Krishnankutty and Latha, 2014). Selain menggunakan panduan pertanyaan yang terdapat di CRF, dalam pengumpulan data dilakukan juga pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan serta pengukuran tinggi badan. B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas a. Umur b. Jenis kelamin. 2. Variabel tergantung Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi.
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
3. Variabel pengacau Gaya hidup dan hormonal
C. Definisi Operasional Tabel V. Definisi Operasional Penelitian Variabel Umur
Jenis Kelamin
Aktivitas Fisik
Definisi Operasional Responden penelitian adalah penduduk di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY yang berusia 40 – 75 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi yang diperoleh dari wawancara sebelumnya. Pengelompokan umur dilakukan berdasarkan Nwankwo (2013). Responden penelitian adalah penduduk laki-laki dan perempuan. Pengelompokan jenis kelamin dilakukan berdasarkan Thawomchaisit, et al (2013). Responden penelitian melakukan aktivitas fisik (olahraga) secara rutin. Dapat dikatan rutin berolahraga apabila melakukan olahraga berupa jalan kaki atau lari minimal 1 kali seminggu. Dapat dikatakan tidak rutin apabila tidak pernah melakukan olahraga. Pengelompokan pengaturan aktivitas fisik dilakukan berdasarkan AHA (2014).
Cara Pengukuran Skala Penilaian Kategorikal 1. 60-75 tahun 2. 40-59 tahun
Kategorikal
1. Laki-laki 2. Perempuan
Kategorikal
1. Tidak Rutin 2. Rutin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
Lanjutan... Variabel Merokok
Pengaturan Diet
BMI (Body Mass Index)
Definisi Operasional Responden penelitian setiap hari merokok atau dahulu pernah merokok, dalam satu rumah ada yang merokok dan ditempat kerja ada yang merokok (perokok pasif). Pengelompokan merokok berdasarkan CDC (2015). Pengukuran pengaturan diet responsen penelitian yaitu responden setiap hari mengatur konsumsi garamnya saat masak sehingga tidak berlebihan, jarang mengkonsumsi jeroan, daging berlemak atau bergajih, santan, mie atau makanan instan, kecap, saus, gorengan, dan seberapa sering dalam mengkonsumsi buah, sayur dan susu rendah lemak setiap harinya. Pengelompokan pengaturan diet dilakukan berdasarkan U.S Departement of Health and Human Services (2006). BMI dihitung dengan rumus: BMI= Berat badan (kg) Tinggi badan (m2) Pengelompokan BMI dilakukan berdasarkan WHO (2004).
Cara Pengukuran Skala Penilaian Kategorikal 1. Merokok 2. Tidak Merokok
Kategorikal
1. Tidak Mengatur Diet 2. Mengatur Diet
Kategorikal
1. ≥23 kg/m2 2. <23 kg/m2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
Lanjutan... Variabel Pendidikan
Definisi Operasional
Pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh responden penelitian. pengelompokan pendidikan dilakukan berdasarkan Zhang, et al (2013). Akivitas dalam Kegiatan aktif yang bekerja dilakukan oleh responden penelitian untuk mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok jenis pekerjaan yang banyak melakukan aktivitas fisik (buruh,petani) dan kelompok jenis pekerjaan yang kurang menggunakan aktivitas fisik (pekerja kantoran). Pengelompokan jenis pekerjaan dilakukan berdasarkan Muhammadun (2010). Penghasilan Penghasilan yang diperoleh responden selama satu bulan bekerja dengan batas UMR adalah Rp.1.200.000,00. Bagi responden yang sudah berkeluarga batas UMR adalah Rp.2.400.000,00. Pengelompokan penghasilan dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DIY (2015).
Cara Pengukuran Skala Penilaian Kategorikal 1. ≤SMP 2. >SMP
Kategorikal
Kategorikal
1. Jenis pekerjaan yang kurang melakukan aktivitas fisik 2. Jenis pekerjaan yang banyak melakukan aktivitas fisik.
1. ≤UMR 2. >UMR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Lanjutan... Variabel
Definisi Operasional
Cara Pengukuran Skala Penilaian Kategorikal 1. Hipertensi (Tekanan darah ≥140/90 mmHg) 2. Tidak hipertensi (Tekanan darah <140/90 mmHg)
Prevalensi
Presentase responden penelitian yang hipertensi dan yang tidak hipertensi. Standar pengukuran tekanan darah pada penelitian ini adalah berdasarkan klasifikasi menurut ESH dan ESC Guidelines 2013.
Kesadaran
Kesadaran masyarakat akan hipertensi dapat dilihat dari hasil wawancara terstruktur menggunakan CRF, apakah responden pernah melakukan pengukuran tekanan darah sebelumnya, jika pernah dan hasil pengukuran tekanan darah termasuk hipertensi maka responden termasuk sadar terhadap hipertensi. Responden yang mengalami hipertensi dan sadar menderita hipertensi dan yang melakukan terapi baik dengan obat (farmakologi) maupun tidak menggunakan obat (non-farmakologi).
Kategorikal
1. Sadar hipertensi 2. Tidak sadar hipertensi
Kategorikal
1. Terapi (Rutin terapi secara farmakologi maupun nonfarmakologi) 2. Tidak Terapi (Tidak pernah terapi secara farmakologi maupun nonfarmakologi).
Tekanan darah yang dikendalikan < 140 mmHg sesuai target menurut ESC/ ESH Guidelines 2013.
Kategorikal
1. Terkendali 2. Tidak terkendali
Terapi
Pengendalian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
D. Subyek Penelitian Responden merupakan subjek yang dijadikan target pada penelitian ini. Responden dalam penelitian ini adalah penduduk yang berumur 40-75 tahun di Padukuhan Jetis, Pundung, Grumbulgede, Dhuri, Sambirejo, dan Surokerten di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Kriteria inklusi adalah semua penduduk yang berumur 40 - 75 tahun. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak bersedia mengisi Inform consent dan responden yang tidak dapat diukur tekanan darahnya. Responden penelitian dari Padukuhan Pundung dan Surokerten sampling dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat yang berusia 40-75 tahun di satu tempat. Responden penelitian dari Padukuhan Dhuri, Jetis, Grumbulgude dan Sambirejo sampling dilakukan secara door to door. Jumlah responden yang digunakan pada penelitian ini didapatkan dari perhitungan besar sampel yang belum diketahui prevalensinya, rumus yang digunakan adalah: 𝑛=
(1,962 )𝑥0,5𝑥0,5 𝑧𝑎2 𝑥 𝑃1 𝑥𝑃2 = = 96,04 ∗ (dibulatkan menjadi 100) 𝑑2 0,102 Keterangan: n Z P1 P2 d
= Jumlah sampel minimal yang diperlukan = Derajat kepercayaan = Proporsi yang melakukan terapi = (1-p) = Proporsi yang tidak melakukan terapi = Limit eror atau presisi absolut (Dahlan, 2013).
Berdasarkan perhitungan besar sampel “Rule of Halves” jumlah 100 sampel tersebut diharapkan terdapat pada responden yang menjalani terapi hipertensi, sehingga dapat diperoleh jumlah sampel pada responden yang sadar hipertensi dan prevalensi, sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 800 responden.
Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
penelitian ini responden yang masuk kriteria inklusi sebanyak 813 responden dan yang termasuk kriteria eksklusi sebanyak 3 responden.
*Hasil didapatkan berdasar rumus prevalensitidak diketahui untuk menentukan proporsi responden Gambar 1. Bagan perhitungan besar sampel menggunakan rumus prevalensi tidak diketahui E. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 6 Padukuhan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY yaitu Padukuhan Jetis, Padukuhan Pundung, Padukuhan Grumbulgede, Padukuhan Dhuri, Padukuhan Sambirejo dan Padukuhan Surokerten. Penelitian berlangsung pada bulan Mei sampai Juni 2015. Padukuhan Jetis Desa Tritomartani
Padukuhan Pundung Padukuhan Dhuri
Kabupaten Sleman
Kecamatan Kalasan
Padukuhan Grumbulgede Desa Selomartani
Padukuhan Surokerten Padukuhan Sambirejo
Gambar 2. Bagan lokasi penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma DIY yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-Demografi)”. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota 8 orang. Pada setiap padukuhan diteliti oleh 8 orang yang sesuai dengan faktor yang diteliti antara lain umur, jenis kelamin, BMI, pengaturan diet, merokok, olahraga, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Fokus peneliti hanya pada faktor umur dan jenis kelamin. G. Teknik Pengambilan Sampel Teknik yang digunakan untuk memilih lokasi penelitian dilakukan dengan multistage random sampling. Multistage random sampling merupakan salah satu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap dengan menggunakan unit sampel yang lebih kecil dan lebih kecil lagi pada setiap tahapnya. Sampel dapat dikatakan baik apabila sampel tersebut representatif, yang dapat memberikan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti. Menurut Kerlinger dan Lee (2000) besar sampel sebanyak 30 sampel sebagai jumlah minimal sampel dalam penelitian kuantitatif dan jumlah tersebut dapat memperkecil resiko sampel tidak representatif. Jumlah tersebut juga telah memenuhi batas minimum 30 sampel sebagai pertimbangan untuk pengolahan statistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel (sampling) dilakukan secara cluster random sampling. Cluster random sampling digunakan jika populasi penelitian heterogen. Cluster random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara berkelompok (Budiarto, 2002). H. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Case report Form (CRF), Inform consent, dan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah responden berupa sphygmomanometer digital, timbangan dan alat pengukur tinggi badan. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang valid, maka alat yang digunakan harus akurat dan telah dikalibrasi maupun diorientasi. Sphygmomanometer digital sebelum digunakan dilakukan orientasi dengan sphygmomanometer raksa untuk melihat perbedaan angka pengecekan pada subjek yang sama dan waktu yang sama. Apabila pengukuran tekanan pertama dan kedua memiliki selisih >10 mmHg dilakukan pengukuran sekali lagi pada lengan yang berbeda. Meteran dan timbangan sebelum digunakan dikalibrasi terlebih dahulu di Badan Metrologi DIY. Sebelum sphygmomanometer digital digunakan dilakukan uji realibiltas terlebih dahulu pada 3 probandus dengan melakukan 3 kali pengukuran dan hasilnya menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan memiliki realibilitas yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
I. Tata Cara Penelitian
Penentuan Lokasi Penelitian
Permohonan ijin dan kerjasama kepada Komisi Etik dan Kepala Dukuh
Penyusunan Casee Report Form dan InForm Consent
Pengamatan dengan mengukur tekanan darah responden
Penetapan dan seleksi pada calon responden penelitian
Pengujian validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian
Penjelasan tentang hasil pengukuran dan wawancara terhadap responden
Pengumpulan dan pengolahan data responden penelitian
Gambar 3. Alur Tata Cara Penelitian 1. Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dengan menggunakan metode multistage random sampling. 2. Permohonan ijin dan kerjasama Dilakukan permohonan ijin yang ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada DIY untuk mendapatkan ethical clearence. Permohonan ijin ini dilakukan untuk memenuhi etika penelitian dengan menggunakan hasil pengukuran tekanan darah manusia dan hasil penelitian ini dapat dipublikasikan. 3. Permohonan ijin dan kerjasama dengan Kepala Dukuh Permohonan ijin dan kerjasama diajukan kepada Kesatuan Bangsa, BAPPEDA,
Kecamatan
Kalasan,
Kepala
Desa
Selomartani
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
Tirtomartani serta Kepala Dukuh dari Padukuhan Jetis, Pundung, Grumbulgede, Surokerten, Sambirejo, dan Dhuri di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. 4. Pembuatan Case Report Form dan Inform consent Inform consent yang dibuat harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedoteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Case report Form (CRF) merupakan selembar kertas dengan ukuran A4 yang berisikan kolom-kolom pertanyaan sebagai sumber Informasi data penelitian untuk pengambilan hasil wawancara responden. 5. Pengujian validitas dan reliabilitas instrument penelitian Pada sebuah penelitian dapat meminimalkan kesalahan dengan memaksimalkan reliabilitas (kepercayaan) dan validitas (kesahihan) hasil penelitian. Alat ukur atau instrumen yang baik harus dapat mengukur dengan benar (valid) dan konsisten (reliabel). Dengan pemilihan desain penelitian yang tepat akan maka akan menghasilkan kesimpulan yang dapat dipercaya (reliable) dan sahih (valid). Instrumen yang memiliki validitas dan reliabilitas yang baik dapat dinyatakan dengan nilai Coefficient of Variation (CV) ≤5%. Validitas suatu instrumen menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen yang digunkan pada saat penelitian. Validitas penelitian adalah derajat kebenaran (keabsahan) kesimpulan yang ditarik dari sebuah penelitian, yang dinilai berdasarkan melalui metode yang digunakan, keterwakilan sampel, dan sifat populasi asal sampel (Last,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
2001). Reliabilitas adalah dimana tingkat ketepatan suatu instrumen mengukur apa yang harus diukur. Pengukuran
tekanan
darah
dilakukan
dengan
menggunakan
sphygmomanometer digital. Sphygmomanometer digital menggunakan sensor tekanan dan layar elektronik yang menggantikan manometer merkuri (MHRA, 2013). Dalam sejumlah survei di beberapa negara secara crosssectional, perangkat sphygmomanometer digital telah menggantikan perangkat merkuri untuk mengukur tekanan darah (Ostchega, 2012). Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 2-3 kali dengan jeda waktu 5 menit pada setiap pengukurannya pada 3 probandus
menggunakan sphygmomanometer
digital dan raksa kemudian masing-masing hasil dari pengukuran tersebut dihitung nilai coefficient of variation (CV). Validasi
instrumen
pada
penelitian
ini
dilakukan
dengan
membandingkan hasil pengukuran tekanan darah 3 probandus yang dilakukan sebanyak 2 sampai 3 kali dengan jeda waktu 2 menit menggunakan sphygmomanometer digital dan sphygmomanometer raksa. Setalah pengukuran dilakukan analisis secara statistik menggunakan uji tberpasangan dan instrumen dinyatakan valid apabila p>0.05. Instrumen untuk menimbang berat badan responden berupa timbangan berat badan dilakukan penaraan di Balai Metrologi, DIY.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
6. Penetapan dan seleksi pada calon responden penelitian Setelah mendapat ijin dari enam Kepala Dukuh maka dilakukan penetapan responden penelitian yang dilakukan secara door to door atau dari rumah ke rumah. Setelah bertemu dengan responden, peneliti menjelaskan tentang tujuan dari penelitian kepada calon responden. Bagi responden yang telah bersedia mengikuti beberapa tahap penelitian maka segera dilakukan pengukuran tekanan darah, berat badan dan tinggi badan. Pertanyaan wawancara sesuai dengan isi CRF setelah semua pengukuran selesai dilakukan. Setelah semua pengukuran dan wawancara selesai, responden penelitian diminta untuk menandatangani Inform consent. 7. Pengukuran tekanan darah Pengukuran tekanan darah responden penelitian dilakukan setelah peneliti menyatakan tujuan dan meminta persetujuan dari responden serta sedikit menanyakan kegiatan fisik apa yang dilakukan responden sebelum dilakukan pengukuran seperti olahraga, merokok dan makan, minimal 30 menit sebelum dilakukan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan posisi duduk. Lengan kiri responden diletakkan diatas meja sehingga manset yang akan dipasang dapat sejajar dengan posisi jantung responden. Pengukuran tekanan darah dilakukan menggunakan sphygmomanometer digital OMRON® HEM -7203. Pada saat akan dilakukan pengukuran tekanan darah, lengan baju yang panjang sebaiknya disingsingkan sehingga tidak menghambat aliran darah di daerah lengan dan meminta responden untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat pengukuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak dua kali dengan jarak antara dua pengukuran antara 2 menit dengan melepaskan manset pada lengan. Apabila hasil pengukuran pertama dan kedua terdapat selisih >10 mmHg maka pengukuran diulangi untuk ketiga kalinya setelah istirahat selama 10 menit dengan melepaskan manset dari lengan. Kemudian hasil pengukuran dicatat dan nilai yang paling mendekati dihitung rata-ratanya. 8. Penjelasan hasil pengukuran dan wawancara responden Setelah dilakukan pengukuran tekanan darah, selanjutnya hasil pengukuran akan dijelaskan oleh peneliti kepada responden. Pemberian informasi mengenai pencegahan hipertensi dilakukan apabila responden memiliki tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Wawancara berdasarkan pertanyaan yang terdapat pada CRF dilakukan disela-sela memberikan penjelasan kepada responden. Informasi yang telah didapatkan akan dikelompokkan sebagai data analisis. 9. Pengelompokan dan pengolahan data hasil penelitian Setelah dilakukan pengambilan data dengan menggunakan teknik wawancara terstruktur pada CRF, data yang telah terkumpul dikelompokkan berdasarkan masing-masing kategori kemudian diolah secara manual dengan bantuan komputer untuk mengubah data tersebut menjadi sebuah informasi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan pengolahan data diawali dengan proses editing yaitu dengan memeriksa kelengkapan data yang dibutuhkan. Entry dilakukan dengan memasukkan data yang telah didapatkan berdasarkan CRF kedalam Program Excel. Coding merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
proses dimana data diklasifikasikan menurut masing-masing kategori dengan memberikan kode 1 untuk jenis kelamin laki-laki dan 2 untuk jenis kelamin perempuan. Proses terakhir cleaning yaitu dilakukan pengecekan data yang telah dimasukkan untuk memeriksa kembali agar data yang dimasukkan tidak ada yang salah. J. Analisis Data Penelitian Data yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan dan dianalisis secara statistik dengan bantuan program komputer. Data yang dianalisis tersebut sudah merupakan data yang memenuhi kriteria inklusi. Pada penelitian ini dilakukan beberapa pengujian data antara lain, analisis univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi variabel bebas (umur dan jenis kelamin) dan variabel tergantung (tekanan darah). Uji univariat berfungsi untuk mengetahui apakah data yang digunakan tersebut sudah layak dan melihat apakah data yang didapatkan telah optimal jika digunakan untuk analisis berikutnya (Umar, 2002). Data yang telah dikelompokkan lalu diolah menggunakan uji normalitas untuk melihat dan mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menganalisis data setiap variabel penelitian karena jumlah responden penelitian ≥50 orang. Apabila data memiliki nilai p>0,05 maka data terdistribusi normal (Dahlan, 2014). Data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan dan Mann Whitney apabila data tidak terdistribusi normal. Uji t tidak berpasangan yaitu untuk mengetahui perbedaan rerata antarkelompok. Uji ini dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata antara kelompok responden yang berumur 60-75 tahun terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
kelompok umur 40-59 tahun. Untuk mengetahui perbedaan proporsi faktor umur dan jenis kelamin terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran, terapi, pengendalian tekanan darah dari data penelitian dilakukan Uji Chi Square. Dengan dilakukan Uji Chi Square dapat melihat ada tidaknya pengaruh kelompok responden yang berumur 60-75 tahun terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden. Apabila distribusi data normal maka digunakan mean sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran. Apabila distribusi data tidak normal maka digunakan median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran (Dahlan, 2014). Dinyatakan secara statistik apabila ukuran sampel semakin besar diharapkan dapat memberikan hasil yang semakin baik. Dengan menggunakan sampel yang besar, mean dan standar deviasi yang akan diperoleh akan memiliki probabilitas yang tinggi untuk menyerupai mean dan standar deviasi populasi. Menurut Agung (2006), terdapat suatu teorema tentang variabel tunggal atau univariat, yaitu teorema limit sentral yang menyatakan statistik rata-rata mempunyai distribusi normal untuk ukuran sampel yang mendekati tak terhingga. Dalam praktek, teorema limit sentral telah dapat diterapkan untuk ukuran sampel minimal 30. K. Pembuktian Hipotesis Hipotesis (H) yaitu pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang harus dijawab secara empiris. Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang menunjukkan tidak ada perbedaan antarkelompok atau tidak ada hubungan antarvariabel. H1 merupakan hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Apabila Ho ditolak maka H1 diterima, atau dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap variabel tergantung yang diukur.
Prevalensi (H1)
Faktor Umur
Kesadaran (H2)
Terapi (H3)
Faktor Jenis Kelamin Pengendalian (H4) Gambar 4. Pembuktian Hipotesis Ho
: P1 = P2
H1,2,3,4
: P1≠P2 ; <0.05
P1 = proporsi prevalensi (H1), kesadaran (H2), terapi (H3), dan pengendalian tekanan darah (H4) responden hipertensi yang berumur 60-75 tahun atau berjenis kelamin laki-laki. P2 = proporsi prevalensi (H1), kesadaran (H2), terapi (H3), dan pengendalian tekanan darah (H4) responden hipertensi yang berumur 40-59 tahun atau berjenis kelamin perempuan. L. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian 1. Kesulitan Penelitian a. Adanya ketidakterbukaan responden mengenai Informasi yang diberikan untuk melakukan analisis terhadap tingkat kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
b. Beberapa responden penelitian sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah baru saja menyelesaikan beberapa kegiatan fisik seperti bertani atau mencari pakan ternak sebaiknya beristirahat terlebih dahulu selama 5 menit sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah. c. Beberapa responden yang sudah mengetahui mengalami tekanan darah tinggi dahulu pernah mengkonsumsi obat antihipertensi namun terkadang lupa untuk membelinya lagi ke apotek bahkan lupa dengan nama obat tersebut sehingga target terapi tidak tercapai. 2. Kelemahan Penelitian Prevalensi hipertensi yang diwakili oleh responden yang memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg dilakukan pada waktu yang berbeda-beda yaitu pada pagi, siang dan malam hari. Perbedaan waktu pengukuran tekanan darah responden berpengaruh terhadap hasil pengukuran yang masih dapat dipengaruhi oleh aktivitas fisik responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan judul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY dengan kajian Faktor Umur dan Jenis Kelamin” merupakan bagian dari penelitian payung yang dilakukan pada enam padukuhan yang terdapat pada Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY melalui metode multistage random sampling. Data dikumpulkan dengan metode wawancara langsung terstruktur dan pengukuran tekanan darah, tinggi badan serta berat badan. Dalam analisis data dilakukan analisis univariat yang merupakan analisis setiap variabel yang dinyatakan dengan sebaran frekuensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara persentase, disertai dengan penjelasan secara kualitatif. Hipertensi dapat menjadi penyebab dari komplikasi penyakit. Menurut World Health Organization (WHO) hipertensi ditetapkan sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab kematian di dunia. Faktor pemicu utama dari stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung adalah hipertensi. Hasil survey kesehatan daerah pada tahun 2007 di Daerah Istimewa DIY (DIY) menunjukkan bahwa DIY merupakan provinsi dengan penderita hipertensi tertinggi ke lima di Indonesia. Presentase penderita hipertensi di DIY mencapai 35,80%. Berdasarkan Profile Kesehatan Sleman Tahun 2013, terdapat 63.377 kasus hipertensi primer di Kabupaten Sleman, kasus ini berada di peringkat kedua setelah kasus Common Cold. Pada penelitian ini dipilih Kecamatan Kalasan dengan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2014 berdasarkan Data Hasil Konsolidasi dan 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Pembersihan Database Kependudukan oleh Ditjen Kependudukan Pencatatan Sipil Kemendagri diolah Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda DIY dengan jumlah laki-laki sebanyak 39.455 jiwa dan perempuan 38.452. Tabel VI. Profil Responden Penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada Tahun 2015 Variabel n(%) p Total Responden 813 (100%) Umur (tahun) 581 (71,5%) <0,01* 40-59 232 (28,5%) 60-75 Jenis Kelamin 335 (41,2%) <0,01* Laki-laki 478 (58,8%) Perempuan Body Mass Index (BMI) 428 (52,6%) 0,13 ≥23 kg/m2 2 385 (47,4%) <23 kg/m Mengatur pola makan 181 (22,3%) <0,01* Ya 632 (77,7%) Tidak Merokok 429 (52,8%) 0,11 Ya 384 (47,4%) Tidak Mengatur Aktivitas Fisik 315 (38,7%) <0,01* Rutin 498 (62,3%) Tidak Rutin Pendidikan 506 (62,2%) <0,01* ≤SMP 307 (37,8%) >SMP Penghasilan 610 (75,0%) <0,01* ≤UMR 203 (25,0%) >UMR Pekerjaan 279 (34,3%) <0,01* Fisik (aktif) 534 (65,7%) Pikiran (tidak aktif) *Nilai p<0,05 menunjukkan perbedaan bermakana Berdasarkan tabel profil responden penelitian, total responden yang didapat sebanyak 813. Untuk melihat proporsi, presentase(%) dan nilai p (tabel masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
masing variabel antara lain umur, jenis kelamin, BMI, mengatur pola makan, merokok, mengatur aktivitas fisik, pendidikan, penghasilan dan pekerjaan) dapat dilihat dari tabel profil responden penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY yang dianalisis menggunakan uji Chi Square non-parametrik (tabel VI). Pada rentang umur 40-59 tahun terdapat sebanyak 581 jiwa (71,5%) dan pada rentang umur 60-75 tahun terdapat sebanyak
232 jiwa (28,5%). Pada variabel jenis
kelamin, responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki yaitu responden perempuan sebanyak 478 jiwa (58,8%) dan responden laki-laki sebanyak 335 jiwa (41,2%) dengan nilai p= <0,01. Responden dengan nilai BMI ≥23 kg/m 2 sebanyak 428 jiwa (52,6%) dan responden dengan nilai BMI <23 kg/m2 sebanyak 385 jiwa (47,4%). Terdapat lebih banyak jumlah responden dengan nilai BMI lebih dari normal (≥23 kg/m2) dengan nilai p=0,13. Jumlah responden yang merokok lebih banyak daripada yang tidak yaitu sebanyak 429 jiwa (52,8%) dan yang tidak merokok sebanyak 384 jiwa (47,4%) dengan nilai p=0,11. Responden yang rutin melakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki atau berolahraga ringan sebanyak 315 jiwa (38,7%) dan yang tidak rutin melakukan aktivitas fisik sebanyak 498 jiwa (61,3%). Lebih banyak responden penelitian yang tidak rutin melakukan aktivitas fisik seperti jalan-jalan, bersepeda atau berolahraga ringan dengan nilai p= <0,01. Responden dengan tingkat pendidikan ≤SMP lebih banyak daripada responden dengan tingkat pendidikan >SMP yaitu sebanyak 506 jiwa (62,2%), sedangkan responden dengan tingkat pendidikan >SMP sebanyak 307 jiwa (37,8%) dengan nilai p= <0,01. Responden yang kurang aktif melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaannya jumlahnya lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
sedikit dibandingkan dengan yang aktif melakukan aktivitas fisik. Responden yang kurang aktif melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaannya berjumlah 279 jiwa (34,3%) dan yang aktif sebanyak 534 (65,7%) dengan nilai p= <0,01. Responden penelitian dengan penghasilan ≤UMR berjumlah lebih banyak daripada responden yang berpenghasilan >UMR. Total responden dengan penghasilan ≤UMR sebanyak 610 jiwa (75,0%) dan dengan penghasilan >UMR sebanyak 203 jiwa (25,0%) dengan nilai p= <0,01. Dilihat dari tabel porfil diatas pada variabel umur, jenis kelamin, mengatur pola makan, mengatur aktivitas fisik, pendidikan, penghasilan dan pekerjaan memiliki nilai p<0,05 maka secara statistik dapat dikatakan bahwa masing-masing kelompok variabel tersebut memiliki proporsi yang sama. Tabel VII. Karakteristik Normalitas Data Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada Tahun 2015 Karakteristik Mean±SD Median Nilai p 53,9±10,1 52,0 <0,01 Umur (tahun) 139,8±23,5 135,0 <0,01 Tekanan Darah Sistolik (mmHg) 81,4±13,2 80,0 <0,01 Tekanan Darah Diastolik (mmHg) 80,2±12,7 79,0 <0,01 Denyut Nadi (kali/menit) 23,6±4,1 23,5 <0,01 BMI (kg/m2) p>0,05= data terdistribusi normal p<0,05= data tidak terdistribusi normal
Uji statistik yang digunakan pada tabel diatas adalah uji normalitas yaitu untuk melihat data hasil penelitian yang didapat terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk melakukan uji normalitas data tersebut karena jumlah sampel lebih dari 50 sampel. Nilai p
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
digunakan untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Apabila nilai p<0,05 maka data tidak terdistribusi normal (Dahlan, 2014). Berdasarkan hasil analisis pada Tabel VII, hasil yang ditunjukkan adalah tidak ada data yang terdistribusi normal setelah dilakukan uji normalitas pada variabel umur, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi dan Body Mass Index (BMI). Karena data yang didapat tidak terdistribusi normal maka digunakan median sebagai ukuran pemusatan. Terdapat salah satu teorema yang penting berkaitan dengan distribusi normal yaitu teorema limit pusat. Teorema limit pusat menyatakan jika dari suatu populasi diambil sampel berukuran cukup besar, maka distribusi sampling dari rata-rata sampel akan mendekati distribusi normal yaitu pada umumnya distribusi sampling dari rata-rata sampel akan mendekati distribusi normal jika ukuran sampelnya lebih besar dari 30 (Nurudin, Mara dan Kusnandar, 2014). Maka apabila data terdistribusi normal dapat diasumsikan bahwa sampel yang digunakan benar-benar mewakili populasi sehingga hasil penelitian bisa digeneralisasikan pada populasi. Tabel VII menunjukkan karakteristik dan distribusi data responden penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Rata-rata umur responden penelitian 54 tahun, umur tersebut masuk dalam kategori masa lansia awal. Dengan bertambahnya usia maka kemungkinan seseorang menderita hipertensi akan semakin besar. Menurut Zuraidah (2012), umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi, dengan bertambahnya umur makan risiko hipertensi akan lebih besar dengan prevakensi pada usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dan dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun. Hal ini terjadi karena arteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
kehilangan elastisitas serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Rata-rata tekanan darah sistolik responden penelitian mendekati ambang atas nilai normal yaitu 139,8 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik responden penelitian sebesar 81,4 mmHg. Sesuai dengan pengertian hipertensi menurut ESH/ESC yaitu nilai tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau nilai tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Menurut klasifikasi dari pengukuran tekanan darah, data hasil analisis menempati kategori normal tinggi untuk nilai rata-rata tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah diastolik menempati kategori normal yaitu dengan rentang nilai 80-84 mmHg. Body
Mass
Index
(BMI)
merupakan
sebuah
pengukuran
yang
menghubungkan atau membandingkan berat badan dengan tinggi badan. BMI dapat menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan dapat digunakan dalam penelitian populasi berskala besar. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata BMI responden di Kecamatan Kalasan sebesar 23, 6 kg/m2 yang termasuk kategori overweight. Tabel VIII. Perbedaan Faktor Umur Terhadap Tekanan Darah Sistolik (TDS), Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI) Mean±SD Karakteristik Nilai p 65-75 Tahun 40-59 Tahun 149,1±24,7 136,2±22,0 0,01* Tekanan Darah Sistolik mmHg 80,3±15,3 81,8±12,3 0,17 Tekanan Darah Diastolik mmHg 22,6±4,2 24,0±3,9 0,01* Body Mass Index (BMI) 2 kg/m *Nilai p<0,05 yaitu menunjukkan terdapat perbedaan rerata antar kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah, Maksuk, dan Apriliadi (2012), risiko terkena hipertensi seiring bertambahnya umur, sehingga prevalensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun. Seseorang dengan umur di atas 60 tahun, 50-60% diantaranya mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal tersebut dikarenakan dari pengaruh degenerasi yang terjadi seiring dengan pertambahan usia. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel VIII menunjukkan adanya perbedaan rerata pada Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Body Mass Index (BMI) terhadap responden dengan umur 60-75 tahun dan 40-59 tahun yang dapat dilihat dari nilai p<0,05. Kenaikan Tekanan Darah Sistolik (TDS) pada responden dengan umur 60-75 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan umur 40-59 tahun. Hal tersebut disebabkan oleh kehilangannya elastisitas dari arteri serta tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia. Rerata BMI lebih tinggi pada kelompok umur 40-59 tahun dibandingkan kelompok umur 60-75 tahun. Menurut Soetiarto, Roselinda dan Suhardi (2010), prevalensi BMI meningkat pada umur ≥25 tahun dan tertinggi pada umur 45-54 tahun. Tidak ada perbedaan rerata antara faktor umur terhadap tekanan darah diastolik (TDD) dan denyut nadi pada hasil analisis data Tabel VIII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Tabel IX. Perbedaan Faktor Jenis Kelamin Terhadap Umur, Tekanan Darah Sistolik (TDS), Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI) Mean±SD p Kategori Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur (tahun) 55,2±10,16 52,91±10,01 0,01* Tekanan Darah Sistolik 140,80±21,56 139,17±24,81 0,33 (TDS) Tekanan Darah Diastolik 81,39±13,01 81,34±13,41 0,95 (TDD) BMI (kg/m2) 23,25±3,87 23,84±4,15 0,41 *Terdapat perbedaan rerata antar kelompok Uji yang digunakan pada Tabel VIII adalah uji t tidak berpasangan (t test independent) yang digunakan untuk melihat kebermaknaan rerata antar kelompok dengan menggunakan skala pengukuran numerik dengan syarat untuk melakukan uji tersebut yaitu dengan menggunakan data dua kelompok yang tidak berpasangan (Dahlan, 2014). Hasil analisis data pada Tabel IX yaitu terdapat perbedaan rerata pada kategori umur dengan nilai p=0,01. Faktor umur pada laki-laki memiliki rerata lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Insidensi hipertensi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Seiring meningkatnya kelompok usia (≥40 tahun) maka meningkat pula prevalensi hipertensi.Pada kalangan penduduk dengan umur 25-65 tahun dengan jenis kelamin laki-laki mempunyai kebiasaan merokok cukup tinggi yaitu 54,5%. Kebiasaan laki-laki mengkonsumsi kopi juga merupakan salah satu faktor penumbang terjadinya hipertensi. kopi adalah bahan minuman yang banyak mengandung kafein. Kopi juga dapat berakibat buruk pada jantung. Kafein dapat menstimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. Kebiasaan minum kopi yang di dapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein, sehingga minum kopi lebih dari empat cangkir dalam sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah sistolik sekitar 8 mmHg (Sutejdo, 2006). Hipertensi pada laki-laki dan komplikasinya dapat dicegah dengan gaya hidup sehat dan mengendalikan faktor risiko yaitu dengan memodifikasi hidup secara efektif, melakukan langkah penurunan berat badan yang berlebih, mengurangi asupan natrium terutama pada garam, menghentikan atau mengurangi kebiasaan merokok dan minum kopi bagi penderita yang terbiasa mengkonsumsi rokok dan kopi, mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan serta menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga minimal dua kali seminggu terutama bagi yang mempunyai berat badan berlebih (Wahyuni, 2013). Namun, setelah memasuki masa menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan akan meningkat. Bahkan setelah umur 65 tahun, kejadian hipertensi pada perempuan akan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Depkes RI, 2006). Faktor jenis kelamin memiliki pengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan, dengan rasio sekitar 2,29 untuk kenaikan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi dan Pengendalian Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY
Gambar 5. Bagan Proporsi Responden Hipertensi Berdasarkan “Rule of Halves” Bagan diatas menunjukkan hasil proporsi prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden di enam padukuhan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada “Rule of Halves” yang dapat digambarkan dengan menunjukkan hasil bahwa setengah responden hipertensi tidak mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi, setengah dari mereka yang sadar terkena hipertensi menjalani terapi, dan setengah dari yang menjalani terapi melakukan pengendalian tekanan darah mereka. Prevalensi hipertensi pada penelitian ini yaitu proporsi responden dalam populasi dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg. Hasil prevalensi hipertensi pada penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY yaitu sebanyak 357 responden (43,9%) dari total responden penelitian sebanyak 813. Pada penelitian ini digunakan “Rule of Halves” untuk acuan, namun hasil yang didapatkan kurang sesuai karena responden hipertensi proporsinya dibawah setengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Salah satu penyebab meningkatnya prevalensi hipertensi yaitu karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap risiko hipertensi. Kurangnya kesadaran terhadap hipertensi dapat dikarenakan hipertensi tidak menunjukkan gejala-gejala yang spesifik dan jelas, sehingga penderita hipertensi tidak mengetahuinya yang menyebabkannya tidak menyadari bahwa tekanan darahnya sedang tinggi (Eksanoto, 2010). Kesadaran terhadap hipertensi yaitu responden yang sadar akan hipertensi. Berdasarkan Gambar 5 ditunjukkan bahwa responden yang sadar memiliki hipertensi lebih rendah daripada responden yang tidak sadar bahwa dirinya mengalami hipertensi. responden yang tidak sadar bahwa dirinya mengalami hipertensi sebesar 74,5%. Hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa kesadaran akan hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY masih rendah karena responden yang sadar memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg proporsinya tidak lebih dari setengah responden hipertensi, maka hal ini tidak sesuai dengan “Rule of Halves”. Pemberian edukasi oleh tenaga medis mengenai hipertensi, gejala terjadinya hipertensi, faktor penyebab hipertensi dan risiko hipertensi dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasien serta keluarga dalam upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi penyakit. Tabel X. Terapi Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY Nama Obat Frekuensi Amlodipin Kaptopril Lisinopril Valsartan Terapi Non Farmakologi Lupa/Tidak tahu nama obat
10 24 1 1 1 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Terapi adalah usaha untuk menyembuhkan suatu penyakit yang dilakukan oleh seseorang. Terapi yang dapat dilakukan adalah terapi farmakologi dan/atau non farmakologi. Berdasarkan Tabel X, dari 91 responden yang sadar dengan hipertensi, terdapat 46 responden (5,7%) yang tidak menjalankan terapi dan 45 responden (5,5%) menjalankan terapi. Proporsi hasil analisis data mendekati setengah (50%) namun proporsi responden hipertensi yang menjalani terapi masih kurang dari setengah dari responden yang sadar terhadap hipertensi, maka hal tersebut kurang sesuai dengan “Rule of Halves”.
Masih sedikitnya proporsi
responden yang melakukan terapi hipertensi merupakan salah satu tugas bagi tenaga kesehatan untuk melakukan edukasi kepada pasien hipertensi agar lebih patuh dalam melakukan terapi hipertensi. Pengetahuan pasien mengenai hipertensi dapat mempengaruhi tingkat kemampuan untuk mengerti, memahami manfaat dan risiko terapi hipertensi, tujuan dan kepatuhan pasien hipertensi dalam menjalani pengobatan hipertensi secara teratur. Pengendalian hipertensi atau sama dengan mengontrol tekanan darah agar tetap terjaga atau bahkan berada dibawah dari nilai 140/90 mmHg pada responden hipertensi yang menjalankan terapi secara rutin. Berdasarkan Tabel X, dari 45 responden yang menjalankan terapi hipertensi, terdapat 41 responden (5%) yang menjalankan terapi namun tidak mengendalikan tekanan darahnya dan 4 responden (0,5%) yang menjalan terapi hipertensi dapat mengendalikan tekanan darahnya, maka hal tersebut kurang sesuai dengan “Rule of Halves”. Masih sedikitnya proporsi responden hipertensi yang melakukan pengendalian tekanan darah dapat dipengaruhi oleh masih rendahnya pengertahuan pasien terhadap hipertensi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
risiko bahaya hipertensi. pengetahuan responden mengenai hipertensi dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi atau melakukan pengendalian tekanan darah. Pengetahuan secara formal dan melalui pengalaman akan memotivasi responden untuk menjalani pengobatan hipertensi dan melakukan pengendalian tekanan darah pasien hipertensi. Frekuensi kunjungan pasien hipertensi ke pusat layanan kesehatan seperti puskesmas di dekat tempat tinggal mereka secara rutin, menjadikan pasien hipertensi mendapatkan Informasi tentang penyakit hipertensi dan penatalaksaan terapi farmakologi dan non farmakologi, sehingga pengetahuan pasien tentang pengendalian tekanan darah akan meningkat. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam melakukan pengendalian tekanan darah pasien hipertensi untuk menjalankan program terapi dan modifikasi gaya hidup yang sehat maka perlu dilakukan edukasi kesehatan secara periodik oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat dan sistematis serta menggunakan media yang sesuai, sehingga Informasi yang didapatkan oleh para pasien hipertensi bisa diperoleh secara kontinyu. B. Perbedaan Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden usia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY ditinjau berdasarkan kajian umur dan jenis kelamin dilaksanakan pada tahun 2015. Banyak faktor risiko yang dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi, antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, BMI, kebiasaan merokok, alkoholik, pengaturan diet, olahraga, stress, hormonal hingga genetik namun hipertensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
merupakan penyakut yang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko yang sebagian besar merupakan faktor perilaku dan lifestyle masa kini. Wilayah penelitian yaitu Kecamatan Kalasan merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak. Sebagian besar wilayah masih berupa sawah dan ladang maka dari itu sebagian besar pekerjaan yang mendominasi adalah bertani dan beternak. Persebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY tidak terpaut banyak antara jenis kelamin lakilaki yang berjumlah 39.455 dan perempuan berjumlah 38.452. Tabel XI. Perbedaan Faktor Jenis Kelamin dan Usia Terhadap Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY Usia 60-75 40-59 Total Nilai OR p (95%CI) n % n % n % Jenis Kelamin Laki-laki 110 32,8 225 67,2 335 100 1,43 0,03* Perempuan 112 25,5 356 74,5 478 100 (1,05-1,94) *nilai p bermakna (p<0,05) Hasil analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi square tentang perbedaan faktor jenis kelamin dan usia terhadap responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan. Berdasarkan data tersebut, terdapat pengaruh perbedaan faktor jenis terhadap usia dengan nilai p sebesar 0,03. Maka dapat dikatakan bahwa pada kelompok usia 60-75 tahun proporsi laki-laki 1,43 kali lebih banyak daripada proporsi perempuan. Menurut hasil penelitian Purnama dan Prihartono (2013), yang dilakukan pada responden lansia berusia 65-74 tahun dan 75 tahun ke atas, prevalensi hipertensi pada perempuan lebih rendah (60%) daripada laki-laki (80%). Laki-laki mempunyai risiko untuk menderita hipertensi lebih besar daripada perempuan dengan rasio 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
1. Prevalensi Hipertensi Tabel XII. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Prevalensi Hipertensi Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman Prevalensi Nilai OR ≥140/90 <140/90 Variabel p (95%CI) mmHg mmHg n % n % Umur (tahun) 2,76 60-75 143 40,1 89 19,5 0,01* (2,01-3,77) 40-59 214 59,9 367 80,5 Jenis Kelamin 1,36 Laki-laki 162 48,4 173 51,6 0,03* (1,03-1,80) Perempuan 195 40,8 283 59,2 *p<0,05=data berbeda bermakna Hasil analisis data tentang pengaruh faktor umur dan jenis kelamin terhadap prevalensi hipertensi di Kecamatan Kalasan. Pada kategori usia 60-75 tahun tingkat prevalensi hipertensi (≥140/90 mmHg) sebesar 143 (40,1%) dan pada kategori usia 40-59 tahun sebesar 214 (59,9%). Maka dapat disimpulkan bahwa kategori usia 6075 tahun 2,76 kali lebih berisiko mengalami tekanan darah ≥140/90 mmHg dibandingkan dengan kategori usia 40-59 tahun yang dilihat dari nilai OR yaitu 2,76 (2,01-3,77). Hasil penelitian menunjukkan nilai p<0,01, maka menunjukkan adanya pengaruh perbedaan antara faktor umur terhadap prevalensi hipertensi. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu semakin bertambahnya usia maka risiko untuk terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipetensi lebih banyak ditemukan pada kelompok usia 55-64 dan lebih dari 65 tahun (Depkes RI, 2006). Hasil analisis antara faktor jenis kelamin terhadap prevalensi hipertensi menunjukkan nilai p<0,05 yaitu 0,03, maka dapat di katakan bahwa jenis kelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
dapat mempengaruhi prevalensi hipertensi. Nilai OR (Odds Ratio) yang didapat sebesar 1,36 dengan CI 95% 1,03-1,80 yang artinya responden laki-laki 1,36 kali lebih berisiko terkena hipertensi dibandingkan dengan responden perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi. Hasil temuan peneliti berbeda dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa kejadian hipertensi meningkat seiring bertambahnya umur dan laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal yaitu pada umur ≥40 tahun (Wahyuni, 2013). Setelah memasuki masa masa menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan akan meningkat. Bahkan setelah umur 65 tahun, kejadian hipertensi pada perempuan akan lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Depkes RI, 2006). Hasil analisis data pada Tabel XI menyatakan bahwa laki-laki dengan usia 60-75 memiliki proporsi yang lebih banyak daripada perempuan, hasil ini mendukung dari hasil data pada Tabel XII yaitu laki-laki yang memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg lebih banyak daripada wanita. Banyaknya responden laki-laki yang berusia 60-75 tahun merupakan salah satu faktor yang mendukung tingginya prevalensi hipertensi pada laki-laki di Kecamatan Kalasan. Prevalensi hipertensi pada perempuan lebih rendah dibandingkan pada lakilaki diusia muda, namun prevalensi hipertensi pada perempuan akan mulai lebih tinggi daripada laki-laki saat mendekati umur 35 tahun. Ketika perempuan memasuki masa menopause, maka prevalensi hipertensi pada perempuan akan meningkat. Menurut Depkes RI (2006) yaitu setelah umur 65 tahun, kejadian hipertensi pada perempuan akan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang diakibatkan oleh faktor hormonal. Menurut teori medis, hormon estrogen dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
melindungi perempuan terhadap hipertensi namun kadar estrogen akan menurun saat menopause (Isfandari, 2015). 2. Kesadaran Hipertensi Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif dan memiliki risiko bahaya besar namun belum banyak orang yang menyadari. Kesadaran masyarakat untuk melakukan kontrol tekanan darah dinilai masih rendah. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan darah yang tidak menunjukkan gejala-gejala spesifik, serta kurangnya pengetahuan tentang faktor risiko meningkatnya tekanan darah tersebut (Depkes RI, 2009). Tabel XIII. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Kesadaran Hipertensi Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan Kesadaran Nilai OR Tidak Variabel Sadar Sadar p (95%CI) n % n % Umur (tahun) 0,81 60-75 33 36,3 110 41,4 0,46 (0,49-1,32) 40-59 58 63,7 156 58,6 Jenis Kelamin 0,77 Laki-laki 37 40,7 125 47,0 0,33 (0,48-1,25) Perempuan 54 59,3 141 53,0 Hasil analisis data tentang pengaruh faktor umur dan jenis kelamin terhadap kesadaran responden terhadap hipertensi di Kecamatan Kalasan. Hasil analisis usia terhadap kesadaran hipertensi diperoleh nilai p>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh bermakna antara faktor usia dengan kesadaran responden. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran seseorang terhadap hipertensi. semakin tua usia seseorang maka akan semakin meningkat pula tingkat kesadarannya. Tingginya tingkat kesadaran pada orang dengan usia lanjut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
dikarenakan pada perhatian mereka terhadap kesehatan tubuhnya sehingga membuat mereka untuk lebih sering bertemu dengan tenaga kesehatan. Maka apabila semakin sering seseorang menemui tenaga kesehatan, maka akan semakin sadar dengan kondisi tubuhnya (Malekzadeh, Etemadi, Kamangar, Khademi, Golozar, Islami et al., 2013). Analisis jenis kelamin terhadap kesadaran responden diperoleh nilai p sebesar 0,33, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kesadaran responden hipertensi. Namun hasil tersebut berbeda dengan penelitian Pereira, et al., (2009), bahwa tingkat kesadaran pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya karena seorang ibu atau perempuan akan lebih sering mengunjungi pusat kesehatan atau tempat pratik dokter untuk keperluan konsultasi kehamilan, kelahiran bayi dan konsultasi mengenai anak-anak mereka contohnya untuk keperluan imunisasi atau kegiatan posyandu secara rutin di wilayah mereka. Hal ini secara tidak langsung membuat para ibu atau perempuan tersebut untuk memeriksakan kesehatan mereka termasuk mengukur tekanan darahnya. Responden dengan usia 60-74 tahun dengan hipertensi, kesadaran perempuan terhadap hipertensi lebih tinggi secara bermakna daripada laki-laki dengan nilai OR=1,48 (Kaiu, et al., 2013). 3. Terapi Hipertensi Obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah juga terbukti efektif dalam menurunkan atau mencegah kerusakan ginjal pada penderita diabetes dengan atau tanpa adanya hipertensi. Beberapa waktu terakhir sebagian obat-obatan telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
terbukti dapat mencegah kerusakan retina pada penderita diabetes dan zat antihipertensi dapat pula mengurangi kemungkinan orang yang mengalami serangan jantung untuk mengalaminya lagi atau mengalami gagal jantung (Dipiro, et al., 2005). Tabel XIV. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Terapi Hipertensi Responden di Kecamatan Kalasan Terapi Nilai OR Variabel Ya Tidak p (95%CI) n % n % Umur (tahun) 0,08 0,43 60-75 12 26,7 21 45,7 (0,18-1,04) 40-59 33 73,3 25 54,3 Jenis Kelamin 0,67 0,80 Laki-laki 17 45,9 20 54,1 (0,34-1,82) Perempuan 28 51,9 26 48,1
Hasil analisis data tentang pengaruh faktor usia terhadap terapi hipertensi menunjukkan nilai p>0,05 yaitu 0,08 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara faktor usia dengan terapi hipertensi di Kecamatan Kalasan. Terapi hipertensi banyak dilakukan oleh orang yang telah berusia lanjut yang memiliki komplikasi beberapa komplikasi penyakit termasuk hipertensi Namun, seiring dengan bertambahnya usia, jumlah responden yang melakukan terapi hipertensi secara rutin semakin menurun. Hal tersebut disebabkan karena tingkat kesadaran responden dengan usia diatas 60 tahun semakin menurun (Seed, Al-Hamdan, Bahnassy, Abdalla, Abbas, and Abuzaid, 2011). Hasil penelitian menunjukkan nilai p sebesar 0,67 maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi terapi hipertensi responden di Kecamatan Kalasan. Beberapa laki-laki yang menjalani terapi hipertensi terkadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
lupa dalam mengkonsumsi obat-obatnya. Hal ini disebabkan oleh kesibukan mereka, mayoritas pekerjaan penduduk di Kecamatan Kalasan antara lain bertani dan berladang sekaligus mencari pakan untuk ternak mereka dirumah. Kegiatan tersebut bisa dilakukan dari pagi hingga siang hari atau dari siang hingga sore hari, hal ini menyebabkan rendahnya tingkat ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi mereka dan cenderung sulit untuk mengontrol makan yang dikonsumsi dan porsi makan mereka. Pada responden berusia tua dengan hipertensi, dalam terapi untuk mengatasi hipertensi perempuan lebih baik daripada laki-laki dan pada responden dengan usia 60-74 tahun dikaitkan dengan tingkat pengobatan yang dilakukan, secara signifikan lebih tinggi dibandingan dengan usia >75 tahun (Kiau, et al., 2013). 4. Pengendalian Hipertensi Tabel XV. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Pengendalian Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan Terkendali Nilai OR Variabel p (95%CI) Ya Tidak n % n % Umur (tahun) 0,56 Tidak dapat 60-75 0 0 12 29,3 dihitung 40-59 4 100 29 70,7 Jenis Kelamin 0,63 1,73 Laki-laki 2 11,8 15 88,2 (0,22-13,60) Perempuan 2 7,1 26 92,9
Hasil analisis data tentang pengaruh faktor umur terhadap pengendalian tekanan darah responden didapatkan nilai p sebesar 0,56 maka dapat di katakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
bahwa tidak ada pengaruh antara faktor usia dengan pengendalian tekanan darah responden hipertensi. Odds Ratio (OR) pada pengendalian tekanan darah tidak dapat dihitung karena pada kelompok responden yang berumur 40-59 tahun, tekanan darah yang terkendali sebanyak 0 (0%). Analisis yang digunakan adalah Uji Chi Square crosstab 2x2, apabila pada tabel data terdapat nilai 0 makan ketika akan dilakukan analisis lebih lanjut tidak dapat dihitung nilai Odds Ratio untuk pengendalian tekanan darah terhadap faktor umur. Analisis data tentang pengendalian tekanan darah responden hipertensi berdasarkan faktor perbedaan jenis kelamin diperoleh nilai p sebesar 0,63, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara faktor perbedaan jenis kelamin terhadap pengendalian tekanan darah responden hipertensi. menurut hasil penelitian Kiau, et al (2013), bagi responden lanjut usia 60-74 tahun dan >75 tahun dengan pengobatan hipertensi, responden perempuan yang melakukan pengobatan hipertensi cenderung lebih rendah untuk memiliki tekanan darah yang terkendali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1.
Responden penelitian ini sebanyak 813 responden. Prevalensi hipertensi sebanyak 357 responden, proporsi kesadaran hipertensi sebanyak 91 responden (25,8%), menjalani terapi hipertensi sebanyak 45 responden (12,8%) dan pengendalian tekanan darah terhadap hipertensi sebanyak 4 responden (1,1%) dari subjek yang hipertensi.
2.
Responden yang berumur 60-75 tahun yang memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg dibandingkan 40-59 tahun dengan nilai OR 2,76 (95%CI: 2,01-3,77). Responden laki-laki memiliki prevalensi hipertensi dengan nilai OR 1,36 (95%CI: 1,03-1,80), maka 1,36 kali lebih banyak dibandingkan dengan responden perempuan, namun tidak terdapat perbedaan terhadap kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran antara lain: 1. Dilakukan penyuluhan kesehatan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman untuk memberikan beberapa Informasi dan edukasi seputar hipertensi, cara mengendalikannya dan terapi yang tepat untuk mencegah dan mengobati hipertensi.
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
2. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengukuran tekanan darah lebih dari sekali pada kesempatan yang berbeda untuk memastikan apakah hasil pengukuran tersebut benar-benar bisa membuktikan bahwa responden memiliki tekanan darah tinggi atau tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I., 2006, Statistika Penerapan Model Rerata Sel Multivariat dan Model Ekonometri dengan SPSS, Jakarta, hal. 83. Bellary, S., Krishnankutty, B., and Latha, M.S., 2014, Basics of Case Report Form Designing in Clinical Research, Perspect Clin Res, 5 (4), 159. Budiarto, E., 2002, Biostatistika, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 17. Chobanian, A,V., 2004, The Sevent Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, US Department of Health and Human Services, National High Blood Pressure Educatin Program. Dahlan, M,S., 2014, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, Edisi 6, Salemba Medika, Jakarta, hal. 55. Dahlan, M,S., 2013, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta, hal. 41. Danon-Hersch, N., Marques-Vidal, P., Bovet, P., Chiolero, A., Paccaud, F., Pecoud, A., et al, 2009, Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of High Blood Pressure in a Swiss City Gneneral Population: The Colaus Study. European Journal of Cardiovascular Prevention and Rehabillitation, 16 (1), 66. Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 13. Departemen Kesehatan RI, 2009, Hipertensi Faktor Risiko Utama Penyakit Kardiovaskular, Departemen Kesehatan RI, www.depkes.go.id/article/view/157/hipertensi-faktor-risiko-utama-penyakitkardiovaskular.html, diakses tanggal 16 April 2015. Departemen Kesehatan RI, 2010, Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga, Departemen Kesehatan RI, www.depkes.go.id/article/view/810/hipertensipenyebab-kematian-nomor-tiga.html, diakses tanggal 16 April 2015. Departemen Kesehatan RI, 2012, Masalah Hipertensi di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, www.depkes.go.id/article/view/1909masalah-hipertensi-diindonesia.html, diakses tanggal 16 April 2015. Departemen Kesehatan RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2013), Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 122. Departemen Kesehatan RI, 2014, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 1.
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
Departemen Kesehatan RI, 2006, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 616.132 Ind P, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi, Jakarta, hal. 13. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa DIY, 2013, Profil Kesehatan Daerah Istimewa DIY, Sistem Informasi Kesehatan DIY, DIY. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2012, http://dinkes.slemankab.go.id, diakses tanggal 23 Maret 2016. DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.C., Wells, B.G., and Posey, L.M., 2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, The McGraw-Hill Companies, Inc., United States, 186. Gu, D., Reynolds, K., Wu, X., Chen, J., Duan, X., Muntner, P., et al, 2002, Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of Hypertension in China, American Heart Association, Inc., 920-927. Isfandari, S., 2015, Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dan Distress Emosional Sebagai Kontributor Hipertensi Perempuan Indinesia: Tinjauan Perspektif Jender, Bul Penelit Kesehatan,43 (1), hal. 56,57,60. Janus, E. D., Bunker, S. J., Kilkkinen, A., Namara, K. Mc., Philpot, B., Tideman, P., et al., 2008, Prevalence, Detection and Drug Treatment of Hypertension in A Rural Australian Population: The Gender Green Triangle Risk Factor Study 2004-2006, Internal Medicine Journal, 883. Kennedy, L., 2009, Problem Solving in Hypertension, Atlas Medical Publishing, UK, 2-3. Kiau, H.B., Kaur, J., Nainu, B.M., Omar, M.A., Saleh, M., Keong, Y.W., et al., 2013, Prevalence, awareness, treatment and control of Hypertension among the elderly: the 2006 National Health and Morbidity Survey III in Malaysia, Med J Malaysia, 68(4), 332-333. Last, J.M., 2001, A Dictionary of Epidemiology, Oxford: Oxford University Press. Malekzadeh, M., Etemadi, A., Kamangar, F., Khademi, H., Golozar, A., Islami, F., et al., 2013, Prevalence, awareness and risk factors of hypertension in a large cohort of Iranian adult population, J Hypertens, 31 (7), 1364-1371. Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., Redon, J., Zanchetti, A., Bohm, M., et al., 2013, The Task Force for The Management of Arterial Hypertension of The European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC), J Hypertens, 1286. MHRA, 2013, Blood Pressure Measurement Devices, Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency, 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Nurudin, M., Mara, M,M., dan Kusanandar, D., 2014, Ukuran Sampel dan Distribusi Sampling dari Beberapa Variabel Random Kontinu, Buletin Ilmiah Mat. Stat dan Terapannya (Bimaster), 03 (1), hal. 1-6. Nwankwo, T., Yoon, S. S., Burt, V., and Gu, Q., 2013, Hypertension Among Adults in the United States: National Health and Nutrition Examination Survey 2011-2012, NCHS Data Brief, No. 133, US, 2-5. Ostchega, Y., Yoon, S.S., Hughes, J., Louis, T., and Division of Health and Nutrition Examination Surveys, 2008, Hypertension Awareness, Treatment, and Control-Continued Disparaties in Adult: United States 2005-2006, US Department Of Health And Human Services, NCHS, 1-15. Panesar, S., Chaturvedi, S., Saini, N.K., Avasthi, R., Quadri, S. S., Singh, A., 2013, Current status of the ‘rule of halves’ of hypertension: a survey among the residents of slum resettlement colony from east Delhi, healthline pISSN 2239-337X337X/eISSN2320-1525, 4, 71. Pereira, M., Lunet, N., Azevedo, A., and Barros, H., 2009, Differences in prevalence, awareness, treatment and control of hypertension between developing and develop countries, Journal of Hypertension, 27 (5), 972. Perhimpunan Hipertensi Indonesia dan Direktorat Penyakit Tidak Menular KEMENKES R. I., 2012, Referensi Populer Untuk Masyarakat Umum: Kenalilah Tekanan Darah Anda, Jakarta, Pusat Promosi Kesehatan, hal. 2124. Purnama, D,S., dan Prihartono, N,A., 2013, Prevalensi Hipertensi dan Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat Tahun 2013, Jakarta, Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Rahajeng, E., dan Tuminah, S., 2009, Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia, Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Jakarta, hal. 581. Saeed, Abdallah, A., Al-Hamdan, N., Bahnassy, A., Abdalla, A., Abbas, Mostafa, A., and Abuzaid, L., 2011, Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of Hypertension among Saudi Adult Population: A National Survey, International Journal of Hypertension, 2011, 1-8. Singh, R.B., Suh, I.L., Singh, V.P., Chaithiraphan, S., Laothavorn, P., Sy, R.G., 2000, Hypertension and stroke in Asia: prevalence, control and straegis in developing coutries for prevention, India, Journal of Human Hypertension, 14, 753 Soetiarto, F., Roselinda., dan Suhardi, 2010, Hubungan Diabetes Melitus dengan Obesitas Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang Data Riskesdas 2007, Buletin Penelitian Kesehatan (Online), Vol. 38, No. 1, hal. 36-42.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Sustrani, L., Alam, S., dan Hadibroto, I., 2006, Hipertensi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sutedjo, 2006, Profil Hipertensi pada Populasi Monica, Hasil Penelitian MonicaJakarta III”, Jakarta: Filed Under Riset Epidemiologi. Thawomchaisit, P., Looze, F., Reid, M. C., Seubsman, S., Sleigh, A., and, Thai Cohort Study Team., 2013, Health-Risk Factors and the Prevalence of Hypertension: Cross-Sectional Findings from a National Cohort of 87 143 Thai Open University Students, Global Journal of Health Science; 5 (4), 127. Umar, H., 2002, Metode Riset Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. P. 150. Wahyuni, I. K., 2013, Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Laki-Laki di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangrejo Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Ponorogo. Wang, H., Zhang, X., Zhang, J., He, Q., Hu, R., Wang, L., et al., 2013, Factors Associated with Prevalence, Awareness, Treatment adn Control of Hypertension Among Adults in Southern China: A Community-Based, Cross-Sectional Survey, PLOS ONE, 8, 4-7. Weber, M.A., Schiffrin, E.L., White, W.B., Mann, S., Lindholm, L.H., and Kenerson, J.G., 2014, Clinical Practice Guidelines for the Management of Hypertension in the Community: A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension, The Journal of Clinical Hypertension (16)1, 15. Sofia, M., 2014, Hipertensi Menduduki Penyebab Kematian Pertama di Indonesia, www.inash.or.id/news_detail.html, diakses tanggal 5 Desember 2015. Yeni, Y., Djannah, S.N., dan Solikhah, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Umbulharjo I DIY Tahun 2009, KESMAS, Vol. 4, No.2, hal. 95, 100. Zuraidah, Maksuk, dan Apriliadi, N., 2012, Analisis Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Masyarakat di Kecamatan Kemuning Kota Palembang Tahun 2012, Palembang, hal. 4-5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Lampiran 2. Ethical Clearence
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Lampiran 3. Infrom Consent LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK Kami dari tim peneliti yang diketuai oleh Nonitha Viana Susilo dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma akan melakukan penelitian yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan” (Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Sosiodemografi)”. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Melakukan evaluasi berdasarkan tingkat prevalensihipertensi, kesadaran responden terhadap hipertensi, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan darah yang terjadi. 2. Melakukan evaluasi terhadap pengaruh umur dan 8 faktor (BMI, jenis kelamin, olahraga, diet, merokok, pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan) terhadap prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah responden. Tim peneliti mengajak bapak/ibu/saudara(i) untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan sekitar 800 responden penelitian. waktu penelitian diperkirakan 30 menit untuk masing-masing responden. A. Keikutsertaan untuk Ikut Penelitian Responden penelitian dibebaskan untuk memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila responden penelitian sudah memutuskan untuk ikut, maka responden penelitian juga bebas untuk mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau sanksi apapun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
B. Prosedur Penelitian Apabil responden penelitian bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, responden penelitian diminta menandatangani lembar persetujuan ini. Prosedur selanjutnya adalah: 1. Responden penelitian akan diwawancarai oleh tim peneliti. Setiap dukuh terdiri dari dua tim peneliti untuk menanyakan: Nama, alamat, usia, jenis kelamin, riwayat pengobatan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, pengaturan pola makan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan (berdasarkan CRF yang sudah disediakan). 2. Responden penelitian akan diukur berat badan, tinggi badan dan tekanan darahnya oleh tim peneliti. C. Kewajiban Subyek Penelitian Sebagai subyek penelitian berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis diatas. Bila ada yang belum jelas, responden penelitian bisa bertanya lebih lanjut kepada tim peneliti. D. Manfaat Keuntungan langsung yang responden penelitian dapatkan adalah: 1. Responden penelitian mendapatkan pemeiksaan tekanan darah secara grartis. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan Informasi mengenai faktor risiko kesehatan terhadap responden hipertensi sehingga dapat mencegah prevalensi hipertensi meningkat dan tekanan darah responden hipertensi dapat terkontrol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
3. Data yang didapatkan diharapkan dapat memberikan Informasi mengenai tekanan darah responden sehingga responden dapat melakukan tindak lanjut yang harus dilakukan dengan mengetahui tekanan darahnya, serta dapat memberikan Informasi terkait faktor risiko kesehatan dan sosiodemografi terhadap responden di Kecamatan Kalasan. Pengukuran tekanan darah yang dilakukan diharapkan mampu memberikan gambaran mengani faktor risiko hipertensi. E. Kerahasiaan Semua Informasi yang berkaitan dengan identitas responden penelitian akan dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti. F. Informasi Tambahan Bapak/ibu/saudara(i)
responden
penelitian
diberi
kesempatan
untuk
menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Bapak/ Ibu/ saudara(i) dapat menghubungi Nonitha Viana Susilo pada 085713535980. Bapak/ ibu/ saudara(i) juga dapat menanyakan tentang penelitian kepada Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM (Telp. 9017225 dari lingkungan UGM) atau 0274-7134955 dari luar, atau email:
[email protected].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK Kami dari tim peneliti yang diketuai oleh Nonitha Viana Susilo dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma akan melakukan penelitian yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan” (Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Sosiodemografi)”. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Melakukan evaluasi berdasarkan tingkat prevalensihipertensi, kesadaran responden terhadap hipertensi, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan darah yang terjadi. 2. Melakukan evaluasi terhadap pengaruh umur dan 8 faktor (BMI, jenis kelamin, olahraga, diet, merokok, pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan) terhadap prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah responden. Tim peneliti mengajak bapak/ibu/saudara(i) untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan sekitar 800 responden penelitian dengan jangka waktu keikutsertaan masing-masing subjek sekitar 1 bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Lampiran 4. Validari dan Uji Realibilitas Alat Pengukuran Tekanan Darah yang digunakan dalam Penelitian. a.
Validitas Sphygmomanmeter Digital dan Raksa Validitas sphygmomanometer dilakukan melalui ujit t berpasangan dengan taraf kepercayaan 95%. Nilai p diperoleh >0,05 sehingga secara statistik
dapat
dikatakan
bahwa
tidak
ada
perbedaan
antara
sphygmomanometer digital dan raksa. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa instrumen penelitian yang digunakan valid. ValiditasSpyghmomanometer Digital 1 dan Raksa pada Probandus Probandus Sphygmomanometer 1 1 2 3 Sistolik (mmHg) 106 102 104 Digital Diastolik (mmHg) 60 53 55 115 106 107 Raksa Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) 60 58 55 Nilai p sistolik 0,103 Nilai p diastolik 0,423 ValiditasSpyghmomanometer Digital 2 dan Raksa pada Probandus Probandus Sphygmomanometer 2 1 2 3 116 131 115 Digital Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) 77 67 71 120 130 120 Raksa Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) 80 70 80 Nilai p sistolik 0,287 Nilai p diastolik 0,085
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
ValiditasSpyghmomanometer Digital 3 dan Raksa pada Probandus Probandus Sphygmomanometer 3 1 2 3 98 91 105 Digital Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) 78 53 65 100 90 110 Raksa Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) 60 60 70 Nilai p sistolik 0,386 Nilai p diastolik 0,085
ValiditasSpyghmomanometer Digital 4 dan Raksa pada Probandus Probandus Sphygmomanometer 4 1 2 3 113 117 111 Digital Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) 73 80 67 110 110 110 Raksa Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) 70 80 70 Nilai p sistolik 0,173 Nilai p diastolik 0,560
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
b. Uji Realibilitas Spyghmomanometer Digital Uji Realibilitas Spyghmomanometer Digital 1 pada Probandus Sphygmomanometer Hasil Mean SD Digital 1 Pengukuran Probandus 1 2 3 113 115 115 114,33 1,15 Sistolik (mmHg) 1 69 77 72 72,66 4,04 Diastolik (mmHg) 101 103 111 105 5,29 Sistolik (mmHg) 2 62 71 67 66,67 4,50 Diastolik (mmHg) 101 99 104 101,33 2,51 Sistolik (mmHg) 3 75 72 79 75,33 3,51 Diastolik (mmHg)
Uji Realibilitas Spyghmomanometer Digital 2 pada Probandus Sphygmomanometer Hasil Mean SD Digital 2 Pengukuran Probandus 1 2 3 101 115 98 99,62 1,53 Sistolik (mmHg) 1 59 56 66 60,33 5,13 Diastolik (mmHg) 103 97 102 97 4,36 Sistolik (mmHg) 2 57 56 58 57 1 Diastolik (mmHg) 97 94 95 95,33 1,52 Sistolik (mmHg) 3 60 63 65 62,66 2,51 Diastolik (mmHg)
Uji Realibilitas Spyghmomanometer Digital 3 pada Probandus Sphygmomanometer Hasil Mean SD Digital 3 Pengukuran Probandus 1 2 3 104 115 107 102,67 5,13 Sistolik (mmHg) 1 56 77 57 55,33 2,08 Diastolik (mmHg) 94 103 99 96 2,56 Sistolik (mmHg) 2 54 71 59 55 3,60 Diastolik (mmHg) 102 99 104 100,33 4,73 Sistolik (mmHg) 3 59 72 65 59,66 5,03 Diastolik (mmHg)
CV (%) 0,94 3,29 4,32 3,68 2,05 2,86
CV (%) 1,25 4,19 3,56 0,81 1,24 2,05
CV (%) 4,19 1,70 2,16 2,94 3,86 4,10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Uji Realibilitas Spyghmomanometer Digital 4 pada Probandus Sphygmomanometer Hasil Mean SD Digital 4 Pengukuran Probandus 1 2 3 102 99 107 101 1,73 Sistolik (mmHg) 1 55 61 65 60,33 5,03 Diastolik (mmHg) 97 103 95 98,33 4,16 Sistolik (mmHg) 2 55 61 63 59,67 4,16 Diastolik (mmHg) 107 100 102 103 3,60 Sistolik (mmHg) 3 60 59 62 60,33 1,52 Diastolik (mmHg)
CV (%) 1,41 4,11 3,40 3,40 2,94 1,24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Lampiran 5. Validasi Timbangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Lampiran 6. SOP Pengukuran Tekanan Darah SOP PENGUKURAN TEKANAN DARAH Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2007), standar operasional pengukuran (SOP) tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital, antara lain: 1. Sebelum menggunakan pengukuran tekanan darah, responden sebaiknya menghindari aktivitas fisik seperti olahraga, merokok dan makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran. Duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum pengukuran. 2. Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stress. Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang dan dalam kondisi tenag serta posisi duduk. 3. Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Letakkan lengan kanan responden di atas meja sehingga manset yang sudah terpasang sejajar dengan jantung responden. 4. Singsingkan lengan baju bagian kanan dan meminta responden untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat melakukan pengukuran tekanan darah. responden yang menggunakan baju berlengan panjang dapat disingsingkan lengan bajunya keatas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga tidak menghambat aliran darah di lengan. 5. Biarkan lengan dalm posisi tidak tegang dengan telapak tangan terbuka ke atas. Pastikan tidak ada lekukan pada pipa manset.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
6. Persiapkan manset, perhatikan bahwa manset diambil dengan cara yang benar dengan mengangkat secara keseluruhan (tidak ditarik salah saty bagiannya). 7. Pasang manset pada lengan kanan responden dengan posisi kain halus/lembut ada di bagian dalam dan D-ring (besi) tidak menyentuh lengan, masukkan ujung manset melalui D-ring dengan posisi kain perekat di bagian luar. Ujung bawah manset terletak kira-kira 1-2 cm diatas siku. Posisi pipa manset harus terletak sejajar dengan lengan kanan responden dalam posisi lurus dan relaks. 8. Tarik manset dan kencangkan melingkari lengan kanan responden. tekan kain perekat secara benar pada kain bagian luar manset. Pastikan manset terpasang secara nyaman pada lengan kanan atas responden. 9. Tekan tombol “start” pada layar akan muncul angka 888 dan semua simbol. 10. Semua simbol gambar hati akan berkedip-kedip sampai denyut jantung tidak terdeteksi dan tekanan udara dalam manset berkurang, angka sistolik, diastolik, dan denyut nadi akan muncul. 11. Catat angka sistolik, diastolik dan denyut nadi hasil pengukuan tersebut pada formulir hasil pengukuran dan pemeriksaan 12. Pengukuran dilakukan dua kali, jarak antara dua pengukuran sebaiknya 2 menit dengan melepaskan manset pada lengan. 13. Apabila pengukuran kedua terdapat selisih >10mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat 10 menit dengan melepas manset pada lengan. 14. Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat dilakukan dengan posisi berbaring dan catat kondisi tersebut di lembar catatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Lampiran 7. Case Repot Form (CRF)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
BIOGRAFI PENULIS Tika Desi Indriyani, lahir di Indragiri Hilir, Riau pada tanggal 22 Desember 1993 dari pasangan Bapak Ir. Kaca Widagdo dan Ibu Siti Juwariyah. Peneliti adalah anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh yaitu TK Aisyah Bustanul Akfal Temanggung (1998-2000), SD Negeri Jampiroso 2 Temanggung (2000-2005), SD Negeri Sagan DIY (2005-2006), SMP Negeri 6 DIY (2006-2009), SMA Negeri 6 DIY (2009-2012), dan mulai tahun 2012 mengikuti Program Studi Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma DIY sampai sekarang. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma DIY, peneliti menjadi Koordinator Divisi Konsumsi acara Pelepasan Wisuda Oktober 2014 dan acara Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) 2014, anggota Divisi P3K dalam Acara Pharmacy Performance tahun 2012, anggota Divisi P3K dalam acara pengobatan gratis 2013, anggota Divisi Hubungan Masyarakat dalam acara pengobatan gratis dalam rangka Dies Natalis Fakultas Farmasi 2014, Anggota Divisi Hubungan Masyarakat dalam acara Pengabdian Masyarakat 2014.