SKENARIO I :
BAGAI TELUR DI UJUNG TANDUK
CIRI-CIRI KUADRAN I
“BAGAI TELUR DI UJUNG TANDUK” Sebagai Berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
4
Banyaknya anak yang putus sekolah dan terlantar; Angka kemiskinan semakin meningkat; Semakin banyak tentara anak; Meningkatnya angka kebodohan; Banyaknya terjadi pelanggaran HAM dan hak anak; Trauma pada anak muncul kembali; Makin banyak anak yatim piatu akibat konflik bersenjata; Munculnya rasa takut untuk beraktifitas; Rusaknya generasi penerus bangsa; Masa depan anak dan kaum muda di Aceh semakin suram; Meningkatnya angka kriminalitas; Banyaknya pengangguran; Maraknya peredaran dan pemakaian ganja; Kurangnya lapangan kerja; Terjadinya pemaksaan kehendak terhadap anak; Banyaknya anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan; Anak tidak mendapatkan kebebasan; Berkurangnya penduduk; Banyaknya penduduk yang terisolir; Kekurangan logistik; Bencana kelaparan; Goyangnya pemerintahan; Hilangnya moral pada anak; Menurunnya kesejahteraan penduduk; Anak Aceh gaptek (gagap tekhnologi); Rusaknya fasilitas publik; Banyaknya korban jiwa; Anak Aceh semakin terpuruk di bidang pendidikan; Makin banyaknya janda-janda miskin; Aceh merdeka.
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
SKENARIO I :
BAGAI TELUR DI UJUNG TANDUK
Pagi itu suasana begitu mencekam tak seorangpun terlihat di sepanjang jalan. Rumah-rumah penduduk dan toko-toko tampak tertutup rapat, tak satupun dari mereka yang melakukan aktivitas seperti biasa. Hanya dentuman bom dan bisingnya suara senjata yang terdengar. “Serbu!” tukas seorang laki-laki berpakaian loreng-loreng sembari berlari dan di belakangnya terlihat puluhan prajurit berseragam sama mengikutinya, tak lama kemudian tanah terasa berguncang diiringi suara dentuman keras. Mayat-mayat bersimbah darah tergeletak dimana-mana, gumpalangumpalan asap hitam pekat terbang mendekati langit Aceh yang tak lagi berwarna biru. Keadaan Aceh pada waku itu sangat kritis dan tak ada lagi harapan untuk hidup. Kesuraman dan kematian adalah pilihan untuk rakyat Aceh. Bangunan yang kemarin masih kokoh berdiri, dalam waktu sekejap telah rata dengan tanah. Hanya raung tangis yang terdengar memecah kesunyian, rintih harap perempuan-perempuan itu terdengar menyayat hati. Tak lama kemudian beberapa orang warga berjenis kelamin laki-laki berbaris berjejer dengan hanya menggunakan celana dan bertelanjang dada, satu persatu mereka ditanya bahkan tak pelak bogem mentah dengan kejam melayang ke wajah atau ke bagian tubuh mereka yang lain. Puing-puing reruntuhan akibat dibakar oknum tak bertanggung jawab menjadi saksi bisu kejadian pada tahun 2018 ini.
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
5
Keesokan harinya, kejadian yang tak jauh menyedihkan juga kembali terjadi. Seorang lelaki menjadi bulan-bulanan warga karena ketahuan mencuri di suatu toko, belakangan diketahui lelaki tersebut mencuri karena butuh uang untuk makan, dia tidak dapat bekerja dengan layak karena latar belakang pendidikannya yang hanya tamatan sekolah dasar (SD). Dulu dia mengaku berprofesi sebagai pedagang asongan tapi karena konflik yang terjadi membuat ia takut untuk melakukan rutinitasnya itu. Dengan kembalinya konflik di Aceh, juga telah membuat Maulida yang merupakan siswi dari sebuah sekolah dasar merasa kecewa dan sedih karena tidak dapat bersekolah dan bermain dengan bebas. Selain itu guru-guru di sekolahnya juga sudah tidak mengajar lagi karena merasa takut dan memilih untuk pindah ke kota yang lebih aman.” Ida pengen banget sekolah kayak dulu, tapi sekarang guru-gurunya udah pada pindah” celoteh gadis cilik yang siang itu terlihat lugu dan manis dengan rambut kuncir kudanya. Peristiwa yang begitu mengerikan telah terjadi di malam itu. Malam itu kontak senjata kembali terjadi antara TNI dan gerakan separatis. Baku tembak pun tidak terelakkan lagi, peperangan itu meluluh lantakan semua yang telah di bangun di Aceh selama perdamaian berlangsung. Mengapa perdamaian Aceh yang diharapkan terus berlanjut oleh masyarakat ini hanya sebagai formalitas yang hanya di peruntukan bagi pemerintah saja? Lalu bagaimana dengan rakyat, yang tidak pernah merasakan perdamaian tersebut. Seperti yang terjadi malam ini, rakyat kembali merasakan trauma yang mungkin selama ini hampir hilang di benak mereka? Saat terjadi baku tembak banyak warga yang terisolir dan terjebak hingga mereka kehabisan logistik maka terjadilah bencana kelaparan. Kini tangis dan luka telah kembali menjadi bagian dari hidup mereka, harta benda, anak, suami ataupun istri mereka menjadi korban dari konflik yang kembali merebak di bumi Serambi Mekkah tercinta ini. Banyak jandajanda miskin dan anak yatim piatu yang terlantar, kini tak lagi menjadi perhatian pemerintah. Padahal anak-anak yang terabaikan tersebut adalah orang yang akan menyambung tongkat estefet untuk memimpin negeri ini. Apa jadinya negeri ini apabila dipimpin oleh orang-orang yang tak berpendidikan dan tidak bermoral? Betapa malang nasibmu Acehku! Keelokanmu, keindahanmu dan ketrentamanmu hilang dirampas orangorang tak bertanggung jawab. Bagaimanakah nasib generasi Aceh ke depan jikalau bumi Serambi Mekkah masih harus berada di dalam keterpurukan ini selamannya? Ataukah suatu saat nanti Serambi Mekkahku hanya tinggal nama belaka?
6
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
Tampak pula ratusan anak-anak berbaris lengkap dengan seragam militer, mereka sedang mengikuti pelatihan militer. Sebagian dari mereka memang terpaksa mengikuti pelatihan tersebut karena adanya tekanan dan ancaman dari suatu pihak. Tapi ada juga yang ikut pelatihan ini karena keinginan sendiri yang merasa dendam dengan salah satu pihak yang bertikai atas kematian keluarga akibat konflik Aceh. Seperti yang telah dialami oleh Wawan (16 th), dia mengikuti pelatihan yang seharusnya diikuti oleh laki-laki dewasa ini karena dia merasa dendam kepada salah satu pihak yang bertikai sebab keluarganya telah dibantai. Akankah seperti ini terus keadaan anak Aceh? Seharusnya mereka lebih pantas berada di sekolah dan belajar untuk cita-cita dan masa depannya. Sejenak aku terduduk dan merenungkan kejadian ini semua, dan hal ini mengingatkan ku akan suasana 14 tahun silam pada saat itu Aceh masih berstatus sebagai Darurat Militer. Di mana belum ada perjanjian antara pemerintah dengan gerakan separatis. Kejadian yang samasama mengerikan ini telah membuat masa depan anak Aceh suram dan ketinggalan dalam segala bidang dengan anak-anak provinsi lainnya di NKRI serta menimbulkan rasa trauma yang mendalam dan membuat anak Aceh menjadi tertutup dan tidak bisa mengekspresikan apa yang menjadi keinginannya. Bagaimana Aceh akan maju jika generasinya masih banyak yang putus sekolah dan tak mendapatkan pendidikan yang layak karena konflik yang tak kunjung usai. Perdamaian memang sempat berlangsung di Aceh yang dikenal dengan MOU pada tanggal 15 Agustus 2005, tapi pada tahun 2012 perdamaian itu mulai terusik ketika adanya pertikaian kembali antara partai lokal dan partai nasional, yang kemudian memuncak pada saat terjadinya penyerangan oleh sekelompok orang ke kantor partai nasional, dan partai nasional menuduh partai lokallah yang melakukan aksi anarkis tersebut. Semakin lama konflik yang terjadi di antaranya semakin memanas, maka terciptalah kubu-kubu yang pro partai lokal atau pro partai nasional.
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
7
Selama konflik terjadi sangat banyak dari para remaja Aceh yang terjebak dalam ganja, dan pergaulan bebas, ladang-ladang ganja terdapat di mana-mana seperti yang terjadi di Jeunieb, banyak dari para remaja yang menjadi pemilik, penanam, pengedar bahkan penggunaan ganja tak lagi menjadi hal yang tabu di kalangan masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh sebuah keluarga di Jeunieb yang seluruh keluarganya menjadi petani ganja dan menjadikannya sebagai mata pencaharian tetap. Ini terjadi karena sudah tidak adanya pengawasan atau pemantauan dari pihak berwajib sebab perhatian semua pihak pada tahun 2018 ini, tertuju pada konflik yang kembali terjadi. Jadi dengan sangat leluasa jaringan pengedaran ganja menjadi semakin besar dan berkembang, hingga menembus pasar internasional. Sekarang Aceh merupakan pemasok ganja terbesar di dunia, tidak sedikit dari penduduk Aceh yang tertangkap saat membawa barang haram tersebut ke luar negeri seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan dihukum mati di sana. Kenyataan terburuk sekarang adalah Aceh menjadi pusat kejahatan di Asia Tenggara. Kriminalitaspun meningkat drastis dari sepuluh tahun lalu seperti penculikan, pemerkosaan, pembunuhan, dan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Perampokan dengan menggunakan senjata api juga kian marak terjadi, bahkan mereka tak pernah ragu-ragu menghabisi nyawa korbannya yang coba melawan dengan sadis. Tak jarang pula banyak ditemukannya mayat-mayat tanpa identitas lengkap dengan anggota badan yang tak utuh, seperti yang terjadi di Idi. Delapan mayat yang terdiri dari tiga perempuan dan selebihnya lelaki tanpa kepala ditemukan warga sekitar ketika sedang memancing di sungai Idi tersebut dan kejadian itu bukan hanya terjadi sekali. Tak jauh dari terminal kota tampak seorang lelaki paruh baya memakai topi yang tidak jelas lagi berwarna apa, sedang duduk di atas becaknya. Pak Udin begitulah ia sering disapa, terpaksa bekerja menjadi tukang becak karena ia tak mendapatkan pekerjaan yang lain, “saya udah melamar kerja kemana-mana tapi tak satupun yang menerima saya” cerita Pak Udin yang merupakan sarjana ekonomi ini. Penghasilan yang ia peroleh sehari-hari hanya berkisar Rp 50.000, untuk makan sehari-hari saja tidak cukup, ia harus menafkahi lima orang anak dan satu orang istrinya, lapangan kerja yang tersedia di tahun 2018 ini sangat kurang dan terbatas, akibatnya kemiskinan semakin parah dan meningkat tajam. Keberadaan para pengemis semakin banyak, jika menjelang malam terdapat banyak sekali pengemis-pengemis yang tidur di emperan tooktoko di pinggir jalan, ini diakibatkan karena konflik yang berkepanjangan selama ini membuat para pengusaha-pengusaha yang dari luar daerah tidak berani membuka usahanya di Aceh yang sejak tahun 2013 ditetapkan kembali sebagai Daerah Operasi Militer.
8
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
Pada tahun 2016 Hasan Tiro, kembai ke Aceh setelah lama menetap di Swedia, setelah terjadinya kesalahpahaman antara partai lokal dan partai nasional. Hasan Tiro kembali diminta untuk memimpin di kubu partai lokal dalam pertikaian tersebut. Karena merasa dirinya sudah tak pantas lagi menjadi memimpin ia menunjuk Abdullah Puteh. Seharusnya Abdullah Puteh baru bisa keluar dari penjara tahun 2015, tapi karena harus dia yang memimpin partai lokal maka para petinggi partai lokal mengatur strategi untuk bisa mengeluarkannya agar Abdulah Puteh dapat keluar dari penjara dan memimpin pemberontakan di Aceh. Pada saat ini Aceh berada di ambang kehancuran, perang di mana-mana sehingga banyak rakyat Aceh yang meninggalkan tanah rencong. Seharusnya pemerintah menyadari bahwa kejahatan seburuk apa pun,dan di sembunyikan serapi apapun pasti akan terungkap juga. Diibaratkan ”selama apa pun bangkai di simpan,pasti akan tercium juga”. Memang pemerintahan di tahun 2018 ini kurang mendapat kan pelajaran agama atau memang mereka sendiri yang tidak mau mempelajari agama. Sebenarnya para pejabat negara tau ngak sih kalau uang hasil korupsi itu itu haram? Kalau mereka tau mengapa mereka masih melakukan korupsi juga,apakah mereka tamak dengan harta? Jawabannya tanyakan pada diri masing-masing, ya. Generasi yang muncul pada 2018 adalah generasi-generasi yang rusak akhlaknya. Bagaimana tidak, selama bertahun-tahun mereka diberi nafkah yang tidak halal dari orang tua mereka, yaitu uang hasil korupsi. Bagaimana bisa mereka menjadi generasi bermoral bila makanan yang telah menjadi darah daging di tubuh mereka adalah hasil dari uang haram. Jika orang tua menginginkan anak-anaknya menjadi generasi yang baik maka berilah mereka nafkah dengan uang yang halal. Kelakuan seorarang anak itu dipengaruhi oleh kelakuan orang tuanya, makanya jangan mengharapkan anak menjadi orang yang bermoral baik, kalau moral orang tuanya aja rusak. Jadi, ingatlah para pejabat yang melakukan korupsi bahwa anak-anak Anda juga akan menjadi koruptor masa depan. ”Buah itu jatuh, nggak jauh dari pohon”.
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
9
Di tahun 2018 ini, semakin banyaknya aparatur pemerintah yang melakukan KKN, mereka tidak pernah mau merasakan penderitaan rakyatnya. Karena akibat dari keserakahan dan ketamakan para pejabat pemerintahan menimbulkan kelaparan dan kemelaratan yang sangat meyedihkan di kalangan rakyat. Mereka tidak pernah memikirkan apa akibat dari perbuatan mereka. Mereka bersenang-senang di atas penderitaan rakyatnya. Benar-benar pejabat yang tidak bermoral. Aceh hancur dipimpin orang-orang seperti itu. Pada tahun 2018, gubernur yang terpilih pada pemilu 2012 mengantikan Irwandi Yusuf, meningggal karena ditembak oleh orang yang tak dikenal sewaktu ia ingin memasuki kantor gubernur untuk mengikuti rapat. Banyak orang berpendapat bahwa beliau lebih pro ke partai lokal. sedangkan Irwandi Yusuf melarikan diri ke luar negeri karena beliau tidak ingin terlibat dalam masalah yang terjadi di Aceh. Untuk selanjutnya tidak ada yang mengisi kursi gubernur, pemerintahan Aceh diambil alih oleh pemerintah pusat. Dan pemerintah pusatlah yang menentukan gubernur yang akan memimpin Aceh. Acehku 2018: Pendidikanku Menyedihkan Siang itu gedung SMA dipadati oleh murid-murid kelas 3, yang antri. Mereka satu persatu bergantian melihat kertas warna putih yang banyak coretan stabilo warna kuningnya, muka-muka putus asa terlihat jelas mewarnai raut wajah mereka, dengan mata basah mereka saling berpelukan mengungkapkan kesedihan hati karena mereka banyak yang tak lulus. Cuma 20% dari mereka yang lulus tapi dengan nilai yang paspasan. Untuk kali ini, nilai kelulusan yang harus dicapai adalah 7,50, nilai yang dianggap oleh banyak pelajar belajar terlalu tinggi dengan keadaan Aceh yang tengah dilanda konflik dan mutu pendidikannya masih sangat rendah serta ketidaktahuan anak Aceh terhadap teknologi yang seharusnya dapat membantu mereka dalam menghadapi ujian nasional. Tapi kenyataannya masih banyak anak-anak yang gagap teknologi (gaptek). Belum lagi dengan banyaknya gedunggedung sekolah yang dibakar membuat para pelajar harus belajar di sekolah darurat.
10
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
Kebanyakan tenaga-tenaga pengajar yang tidak siap turun ke lapangan dan tidak mengetahui sistem mengajar yang benar, mereka hanya memberikan teori-teori untuk pelajaran tersebut tanpa diadakan praktik. Selain itu yang tersedia di sekolah-sekolah di Aceh sangat terbatas, bahkan ada SMA yang sampai sekarang belum memiliki laboratorium komputer. Bagaimana Aceh bisa maju dalam bidang teknologi jika generasigenerasinya tidak pernah diperkenalkan dengan teknologi. Akibatnya hanya dalam waktu sehari saja UAN telah bisa menghancurkan cita-cita yang sudah mereka bangun dan mimpikan selama tiga tahun. Bahkan karena merasa terbebani ada pelajar dari Banda Aceh yang mencoba untuk bunuh diri karena merasa putus asa, dan tak sedikit pula yang frustasi karena mereka tidak lulus. Bahkan banyak tenaga pengajar yang diculik dan dibunuh, sehingga Aceh banyak kehilangan tenaga pengajar. Dapatkah anak Aceh meraih cita-cita mereka yang dapat membantu,menolong dan mensejahterakan masyarakat dengan keadaan yang sangat memprihatikan seperti tahun 2018 ? Mana mungkin mereka bisa seperti itu bila tidak bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang layak. Bagaimana mereka bisa bersekolah bila keluarganya kurang mampu. Orang tua mereka tidak mempunyai pekerjaan yang tetap karena konflik. pendapatannya hanya cukup untuk makan saja. Bagaimana mereka bersekolah dengan penghasilan yang tidak seberapa, sedangkan biaya sekolah sangat mahal. Apakah tidak ada kesempatan bagi mereka untuk bersekolah? Mereka juga ingin sekolah seperti teman temannya di provinsi yang lain. Mengapa pemerintah tidak menyediakan sekolah-sekolah gratis untuk mereka? Pemerintah hanya mempedulikan anak-anak yang mampu saja. Padahal anak-anak seperti merekalah yang harus dapat perhatian lebih. Mereka juga mempunyai cita-cita yang tinggi untuk menyelamatkan Aceh. Tapi sayang, cita-cita mereka itu tidak bisa mereka wujudkan karena dengan kondisi Aceh yang kacau balau ini, tidak memungkinkan mereka untuk bersekolah. Itu hanya akan menjadi mimpi selamanya bagi anak Aceh, dan mereka pasti terlantar dan luntang lantung. ”Anak-anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak”, itulah bunyi Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (1). tapi sepertinya untuk saat ini ketentuan tersebut tidak berlaku. Karena konflik yang terjadi hak dan perlindungan yang semestinya dimiliki oleh anak-anak tidak akan dapat mereka dapatkan. Seharusnya semua pihak dapat memberikan hak-hak bagi anak-anak Indonesia terutama anak Aceh yang sudah cukup menderita dengan konflik di tanah rencong, jangan lagi membuat anak Aceh semakin terpuruk!
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
11
Dengan tidak memberikan pendidikan yang layak bagi mereka berarti kita telah merusak masa depan mereka yang juga akan berimbas pada masa depan Aceh sendiri di tahun 2018 ini. Pemerintah itu berkewajiban menjaga dan melindungi anak-anak, dan ingatlah, bahwa anak-anak jalanan itu adalah tanggungan pemerintah. Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang selalu melihat ke bawah, memperhatikan rakyatnya, mengerti akan penderitaan rakyatnya dan yang pasti pemerintah yang baik adalah pemerintah yang tidak melakukan korupsi. Namun pemerintahan Aceh di tahun 2018 ini tidak dapat berbuat banyak untuk melindungi rakyat Aceh agar tidak menjadi korban dalam konflik ini. Pada saat-saat darurat militer seperti ini, pemerintah tidak pernah dan bahkan tidak bisa melihat keadaan rakyat Aceh, karena pada saat itu Aceh telah dikuasai oleh gerakan separatis. Pemerintah tidak boleh lagi ikut campur tangan dalam menangani masalah Aceh. Semuanya telah berada di bawah kekuasaan separatisme sehingga masyarakat merasa bingung untuk menentukan pilihan, harus memilih merdeka atau masih menjadi bagian dari NKRI. Pemerintah Indonesia juga sudah merasa merasa kewalahan dalam menghadapi permasalahan di Aceh. Pemerintah juga sudah mempersiapkan ribuan pasukan militer mengamankan Aceh tapi itu semua tidak berpengaruh besar dalan pengamanan di Nangroe Aceh Darussalam karena kekuatan gerakan separatis lebih kuat dari pada kekuatan militer Indonesia. Perang secara gerilya yang dilakukan oleh pihak separatis membuat tentara Indonesia kewalahan untuk menghadapinya sehingga komandan militer yang berada di Aceh meminta penambahan prajurit militer lagi. Bencana Alam yang Terjadi Bencana alam yang terjadi di sebagian besar daerah Aceh sangat memporak– porandakan keadaan Aceh. Akibat dari bencana alam ini sangat menambah penderitaan rakyat Aceh. Sebenarnya bencana alam yang terjadi di Aceh adalah akibat dari penduduk Aceh itu sendiri. Mereka melakukan perbuatan yang dapat merusak sumber daya alam misalnya penebangan liar.
12
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
Pada beberapa tahun yang lalu, terlihat banyak penebangan liar di Aceh. Penebangan terus dilakukan tanpa adanya penghijauan kembali, hutanhutan menjadi gundul, dan pada saat musim hujan tiba,air yang meresap ketanah tidah ada yang menghalangi lagi,terjadi lah pengikisan tanah yang mengakibatkan tahan longsor dan banjir. Pada bulan Desember 2006, banjir besar telah terjadi di Aceh Tamiang. Banjir itu menenggelamkan hampir seluruh daerah Tamiang, akibatnya daerah Tamiang terisolir dari daerah luar. tidak ada logistik yang tersisa, logistik dari daerah lain pun tidak dapat masuk ke Tamiang karena perjalan ke Tamiang semua tergenang banjir.Bencana kelaparan pun terjadi di Tamiang, banyak fasilitas-fasilitas umum yang rusak karena banjir tersebut. Setelah mendengar kabar bahwa salah satu daerahnya mengalami bencana alam maka pemerintah pun langsung mengirimkan bahan-bahan makan, pakaian, dan obat-obatan. Pemerintah dan ormas-ormas juga banyak mengirimkan relawan ke Aceh Tamiang. Itu lah salah satu contoh dari peristiwa alam yang sangat menyedihkan, yakinlah bahwa tahun 2018 ini, bencana alam yang terjadi di Aceh akan lebih parah dan menyedihkan. Karena pada saat ini penebangan liar sudah menjadi kebiasaan penduduk Aceh. Rakyak Aceh akan semakin menderita karena ulah pelaku penebangan liar. Kekerasan Terhadap Anak Tahun 2018 Meningkatnya angka kriminalitas di tahun 2018 ini menimbulkan banyak korban. Salah satu korbannya adalah anak-anak. Banyak anak-anak yang menjadi korban kriminal dan kekerasa baik dari orang lain dan bahkan mereka mendapat kekerasan dari orang tua mereka sendiri. Anak-anak seperti itu lah yang harus di lindungi oleh pemerintah. Karena melakuakan kekerasan terhadap anak adalah suatu pelanggaran hukum.Pelaku pelanggaran tersebut bisa di kenakan sanksi yang berlaku. Anak sangat di lindungi oleh Negara, karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Tapi mengapa masih banyak terjadi kekerasan dan pelanggaran hakhak anak? Itu semua terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang hak-hak anak sehingga mereka tidak mengetahui bahwa yang mereka lakukan adalah pelanggaran hak dan kekerasan terhadap anak.
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
13
Lima tahun yang lalu, baik pemerintah maupun ormas-ormas telah memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang hak-hak anak yang tidak boleh dilanggar. Sebagian besar masyarakat telah mengetaui itu semua, namun apakan mereka mejalankannya atau tidak, itulah yang menjadi permasalahan di tahun 2018 ini. Kalau memang mereka menjalankan itu semua, mengapa untuk saat ini masih banyak kekerasan yang terjadi terhadap anak? Contohnya masih banyaknya pelanggaran HAM dan hak anak, perdagangan anak, penyiksaan terhadap anak, eksploitasi terhadap anak. Mengapa orang tua melakukuan itu semua kepada anaknya?. Sebagian orang tua melakukan itu semua karena faktor ekonomi. Di tengah hiruk pikuknya kota Banda Aceh, terlihat seorang bocah duduk di persimpangan lampu merah dengan tatapan kosong. Ketika lampu merah menyala dengan tergesa-gesa dia berjalan menghampiri mobil-mobil yang berhenti di jalan, “Aku cinta kepadamu…sayang ini hanya untukmu… untukmu!” lantunan lagu milik band Changcuters tersebut keluar dari mulutnya sembari memukulkan sebuah alat yang mengeluarkan bunyibunyian yang terbuat dari tutup botol minuman, tak lama kemudian pengendara mobil tersebut mengeluarkan uang Rp.1000,00. Sebuah senyuman kemudian mengembang diwajahnya, setelah itu ia pergi menghampiri mobil lainnya. Anak yang siang itu memakai kaos abu-abu dan celana jeans lusuh itu bernama Murdani, ia adalah salah satu diantara banyak anak yang dipaksa bekerja oleh orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Murdani sendiri sudah tidak bersekolah lagi, selain karena biaya, waktunya juga habis tersita di jalanan untuk mengamen. Di tempat yang berbeda masih pada tahun 2018, seorang bocah perempuan terlihat sedang asyik berlari di halaman rumahnya. Sesekali ia terlihat bingung dan gelisah, Ria begitu panggilannya sehari-hari, baru saja dapat berkumpul dengan keluarganya beberapa hari yang lalu. Sudah selama setahun Ria menghilang sewaktu ia dan keluarganya liburan ke Takengon! Keluarga Ria meyakini bahwa ria diculik, jadi mereka melaporkan hal ini ke kantor polisi. Tapi baru setelah satu tahun Ria ditemukan bersama dengan puluhan anak yang juga ternyata diperdagangkan oleh sekelompok orang yang diindikasikan sebagai sindikat perdagangan anak. Konflik yang telah terjadi selama ini juga menyebabkan banyak hak-hak anak yang tidak terpenuhi. Konflik membuat mereka trauma dan takut untuk mengekspresikan kebebasan mereka. Bagaimana mereka bisa bebas bermain, jikalau di setiap saat mereka hanya mendengar dentuman senjata, meraka tidak bisa belajar dengan tenang karena sekolah mereka menjadi sasaran pertempuran dan persembunyian pihak-pihak yang berkonflik. 14
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
Konflik yang terjadi beberapa tahun yang lalu, telah membawa anak-anak Aceh ke dalam trauma yang mendalam, ditambah lagi dengan pendidikan yang menyedihkan. Mengakibatkan banyak terjadi kekerasan dan pelanggaran hak-hak anak di tahun 2018 ini. Dalam kondisi yang seperti ini, banyak para orang tua mencari kesempatan untuk memperdagangkan dan mengeksploitasi anak mereka sendiri. Pada saat pemerintah dan aparat pemerintahan sedang sibuk-sibuknya menanganin masalah pemberontakan di Aceh. Mereka melakukan ini semua juga karena akibat yang di timbulkan dari pertikaian antara dua belah pihak Keadaan perekonomian yang sulit karena konflik yang terjadi juga menjadi penyebab terjadinya trafficking terhadap anak-anak di Aceh, kekerasan yang terjadi kepada mereka juga di akibatkan dari konflik yang terjadi. Oleh karena itu pada tahun 2018 ini semakin banyak kekerasan terhadap anak,perdagangan anak,pembunuhan dan perampokan. Aceh akan hancur akibat dari perbuatan pihak yang berkonflik. Dengan keadaan Aceh yang mengalami konflik antara pemerintah dan gerakan separatis yang semakin mencekam,di tambah lagi dengan keadaan pemerintahan Aceh yang tidak stabil maka itu semua membawa Aceh ke ambang kemerdekaan dan terlepas dari NKRI.
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
15