SISTEM INFORMASI EKSEKUTIF UNTUK PERENCANAAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SUSU
Ol e h : RATIH RAHARDINI F34051386
2010 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BO G O R
SISTEM INFORMASI EKSEKUTIF UNTUK PERENCANAAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SUSU
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : RATIH RAHARDINI F34051386
2010 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BO G O R
Ku persembahkan Skripsi ini
Hanya teruntuk
ORANG TUAKU TERCINTA Yang selalu memanjatkan doa tiap detik, tiap menit, tiap jam di waktu pagi, siang, dan malam Agar aku selalu diberi semangat dan kesuksesan oleh Allah SWT
Papa, Mama,, aku berterima kasih atas…. Setiap doa dan harapan yang kalian panjatkan. Setiap tetesan kasih sayang yang kalian rintikkan kepadaku. Setiap kekuatan yang selalu kalian suarakan di kelemahanku. Setiap senyum yang selalu kalian selipkan di kesedihanku.
Betapa besarnya cinta dan kasih sayang Allah yang dititipkan ke kalian dan kalian berikan padaku.. Aku sangat mnesyukurinya bahwa Allah memberikan kedua orang tua yang begitu menyayangiku. Aku sangat mencintaimu, Papa,, Mama.
Teruntuk
DENDY Some people come into our lives and quickly go. Some stay for a while, leave footprints on our hearts, and we never ever the same.
Semua telah berakhir Tak mungkin bisa dipertahankan Hanya luka jika kita bersama Karena jalan ini memang berbeda Semua yang terjadi tak akan kembali Jalan kita memang berbeda Namun hati ini tak ingin kembali Ku yakin kita akan bahagia Tanpa harus selalu bersama Ku yakin ini jalan terbaik Walau kita tak lagi berdua Tak perlu disesali Tak usah ditangisi
Nothing we say is gonna save us from the fall out. And we know it’s never simple, Never easy, never clean a break. Thanks for making me having braveheart to face life. And thanks for teaching me many things in life.
SISTEM INFORMASI EKSEKUTIF UNTUK PERENCANAAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SUSU RATIH RAHARDINI F34051386
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr.Eng. Taufik Djatna, S.TP,M.Si NIP 19700614 199512 1 001
Mengetahui. Ketua Departemen
Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti NIP 19621009 198903 2 001
Tanggal Lulus : 28 Desember 2009
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “S S IS T E M
INFORMASI
EKSEKUTIF
UNTUK
PERENCANAAN
PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SUSU” merupakan karya tulis saya pribadi dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, kecuali yang dengan jelas disebutkan rujukannya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa tekanan dari siapapun.
Bogor, Januari 2010 Yang membuat pernyataan,
Ratih Rahardini NRP. F34051386
Ratih Rahardini. F34051386. Sistem Informasi Eksekutif Untuk Perencanaan Pengembangan Agroindustri Susu. Di bawah Bimbingan Taufik Djatna, 2010 RINGKASAN Susu merupakan komoditas yang strategis, dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dari balita hingga dewasa. Namun, pada kenyataan produksi susu di Indonesia sangat rendah sehingga tidak dapat memenuhi permintaan yang ada. Untuk itu, pemerintah melakukan impor terhadap komoditas. Impor ini dalam jumlah sangat besar, hal ini dapat dilihat bahwa susu yang beredar di Indonesia, 70% merupakan susu impor. Sebuah sistem yang terintegrasi dibutuhkan untuk membantu penggunanya terutama eksekutif pada bidang bisnis agroindustri susu. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pihak yang terlibat dalam pengembangan agroindustri susu serta sumber acuan untuk mengkaji perencanaan pengembangan susu sehingga eksekutif dapat mengambil keputusan secara cepat, tepat, dan akurat. Ruang lingkup pembahasan dilakukan di Jawa Barat dan kabupaten, yang merupakan sentra usaha susu. Selain itu, komoditas yang dikaji pun dibatasi hanya lima komoditas : keju, mentega, yoghurt, susu segar, dan susu bubuk. Metodologi penelitian ini terdiri dari tiga langkah, yaitu analisis kebutuhan sistem, desain/rancang bagun berupa desain dekomposisi berarah fungsi DFD (Data Flow Diagram), dan rancang bangun sistem yang terdiri dari rancang bangun, implementasi, dan pengujian berupa verifikasi sistem. Sistem informasi eksekutif memiliki ciri khas yaitu adanya critical success factor yang dibutuhkan untuk identifikasi kebutuhan eksekutif, drill down capability yang mampu memberikan informasi detil dari ringkasan yang ditampilkan, dan graphical user interface yang menampilkan antarmuka berupa grafik-grafik. Sistem informasi eksekutif yang diberi nama Exemil 1.0 ini, memiliki enam informasi yang dikaji, yaitu informasi peternakan, pemasaran, produksikonsumsi, perencanaan produksi, pengembangan wilayah, dan kelayakan finansial. Pengembangan GUI (Graphical User Interface) , terdiri dari dua tipe grafik yang ditampilkan dalam laporan pemantauan Exemil 1.0, yaitu grafik berbentuk bar tiga dimensi yang menampilkan perkembangan agroindustri susu dan speedometer yang menampilkan persentase laju pertumbuhan agoindustri susu. Pengujian program dilakukan untuk melihat kesesuaian output yang keluar dengan bantuan software lain. Salah satu verifikasi dilakukan terhadap subsistem PPIC, dengan data uji data permintaan susu pasteurisasi di Jawa Barat dengan bantuan software Microsoft Excel 2007 sebagai pembanding.. Dari data tersebut, diperoleh output berupa data ramalan permintaan. Output yang dihasilkan oleh Excel 2007 dengan menggunakan lima metode time series adalah teknik perataan bergerak tunggal (single moving average/SMA) : 610750 kg, teknik perataan bergerak ganda (double moving average/DMA) : 621687 kg, teknik prakiraan pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing/SES) : 612281 kg, teknik
linear Brown satu parameter (Brown’s method) : 613651 kg, dan teknik linear Holt dua parameter (Holt’s method) : 588708 kg. Sedangkan output yang dihasilkan oleh Exemil 1.0 adalah 610750 kg. Hasilnya tidak terlampau jauh dibandingkan dengan hasil keluaran dari Excel 2007, bahkan ada metode perhitungan yang mengeluarkan output yang sama. Exemil 1.0 merupakan sistem terintegrasi berbasis agroindustri susu di Jawa Barat yang memudahkan eksekutif untuk mengambil keputusan, namun masih diperlukan pengembangan lebih lanjut untuk Exemil 1.0. Salah satunya adalah mengaplikasikan sistem berbasis web sehingga memudahkan eksekutif dalam mengakses sistem secara online.
Ratih Rahardini. F34051386. Executive Information System for Planning and Developing Milk Agroindustry. Supervised by Taufik Djatna, 2010 SUMMARY Milk is a strategic commodity consumed by Indonesian citizens from toddlers until old one. However, in reality milk production in Indonesia is very low and could not fulfill existing demand. Governments have imported this commodity in a huge amount, of about 70% of milk required in Indonesia. An integrated system is required to help users, particularly business executives in the field of agroindustry milk. The purpose is to provide useful information as consideration source and reference for them to study or investigate the planning and decision for development, executives will be able to make decision quickly, precisely, and accurately. The scope of this research is in West Java and its districts, as the center of the milk business. In addition, the scope for commodities discusses including cheese, butter, yoghurt, fresh milk, and powder milk. This research methodology consisted of three steps, were analyzing, designing/prototyping used a function directional decomposition (DFD/Data Flow Diagram), and prototyping system consisting of design, implementation, and verification system. Executive information system (EIS) contains are critical success factor needed to identify the needs of executive, drill down capability that can provide detailed information of the displayed summary, and graphical user interface that displays the interface in the form of graphs. This work was called as Exemil 1.0 which had six informations reviewed, consisted of farming/livestock, marketing, production-consumption, production planning, location development, and financial feasibility information. The development of GUI consisted of two types of graph that appeared in the monitoring report Exemil 1.0, were the shape of a bar graph that displayed threedimensional development of agroindustry and speedometer which showed the percentage growth rate agroindustry milk. The result is conducted to see an appropriate output with a comparison tool. One of verification is carried out on PPIC subsystem. From these data, obtained output forecast demand. Output generated by Microsoft Excel 2007 by using the five methods of time series are single moving average: 610750 kg, double moving average: 621687 kg, single exponential smoothing: 612281 kg, Brown’s method: 613651 kg, and Holt’s method: 588708 kg. While the output generated by Exemil 1.0 was 610750 kg. The result was the same with one of the techniques using Excel 2007. For implementation purposes, Exemil 1.0 is an integrated system of milkbased agroindustry in West Java that allows executives to make decision easier, but still needed further development. One of them is to apply the system in the form of web making it easier for executive in the online access system.
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 Oktober 1987. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dengan ayahanda bernama Mochammad Timbul dan ibunda bernama Kustiani. Penulis memiliki seorang kakak bernama Pandu Baskoro. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari taman kanak-kanak di TK Fitria pada tahun 1991-1993. Kemudian penulis melanjutkan ke sekolah dasar di SD PB Islam Soedirman Jakarta hingga kelas 4 SD pada tahun 1993 – 1997 dan kelas 5 SD hingga kelas 6 SD di SD Harapan II Medan. Dari tahun 1999 – 2002, penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP di SMP Negeri 102 Jakarta lalu ke jenjang SMA pada tahun 2002 – 2005 di SMA Negeri 39 Jakarta. Di akhir pendidikan menengah tingkat atas ini, penulis berhasil masuk ke IPB melalui SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan pada tahun keduanya di IPB, penulis berhasil diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006. Pada tahun 2006-2007, penulis aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian sebagai staf Departemen Hubungan Eksternal dan sebagai staf Departemen Minat Bakat Mahasiswa pada tahun 2007-2008. Penulis dinobatkan sebagai staf terbaik pada tahun 2006. Pada tahun 2007, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Penerapan Komputer. Di tahun yang sama, penulis melakukan praktek lapang dengan judul ”Mempelajari Sistem Keamanan Pangan (ISO 22000:2005)” di PT Perfetti Van Melle Indonesia. Pada tahun 2009, penulis menjadi asisten responsi mata kuliah Teknik Optimasi dan kemudian pada tahun yang sama, penulis menyelesaikan tugas akhir dengan judul ”Sistem Informasi Eksekutif untuk Perencanaan Pengembangan Agroindustri Susu”.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sistem Informasi Eksekutif Untuk Perencanaan Pembangunan Agroindustri Susu. Skripsi ini merupakan hasil karya yang dibuat oleh penulis sendiri dan bukan suatu karya orang lain. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, arahan, dan semangat berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1) Papa, Mama dan kakaku yang tak henti-hetinya berdoa untuk kesuksesan penulis dan memberikan semangat pada penulis. 2) Dr.Eng. Taufik Djatna, STP, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang tak kenal lelah selama penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini 3) Drs. Purwoko, M.Si dan Ir. Ade Iskandar, M.Si selaku penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini. 4) Sahabat-sahabatku tersayang, Yulia Rochimah (Weazel) dan Nina Melati Putri (Nence), atas doa, dukungan dan semangat yang diberikan. 5) Sahabat-sahabat pelepas penatku tercinta, Raciz’s, untuk semangat dan doa yang dipanjatkan selama ini. 6) Kakak kelasku, Kak Saefuddin dan Kak Danar serta temanku, Yahman Faoji dan Kriston Panggabean, yang telah menyediakan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsinya. 7) Sahabat-sahabatku “UCS” (Undercover Society) yaitu Nuge, Kochan, Pita, Torik, Nyai, Nono, Putus, Ronny, Mahe, dan Doni, atas semangat, dukungan, dan persahabatan indah yang telah kalian berikan. 8) Kakak-kakak kelasku, ”LASKAR” (Lebay, Kak Ayu, RifQ, Kak Radith), Benk2, Aang, Cumi, Otis, Acid, mbak Listya, yang siap sedia dihubungi untuk mendengar keluh-kesah penulis serta memberi dukungan dan semangat yang diberian.
i
9) Amalia Riyanti dan Nadiyah Khaeriyyah yang selalu peduli dengan perkembangan penelitian penulis dan siap sedia mendengarkan keluh kesahnya. 10) Adik-adikku, Vintya, Cicit, Aci, Hendri, Gaby, yang selalu mendukung penulis dan memberi semangat. 11) Para delphiers di forum delphi-id, yang membantuku untuk menyelesaikan masalah pengkodean. 12) Dudung, Vita, Agus, Poye, Nina, Luri, Ryu, Peye, Otong, Sars, dan temanteman satu kosanku lainnya di Puri Fikriyyah Balebak atas kebersamaannya selama 3 tahun hidup bersama di bawah satu atap. 13) Rekan-rekan
seperjuanganku
TIN42,
atas
semangat,
dukungan,
dan
kebersamaan yang begitu indah dan berharga selama ini. 14) Pegawai-pegawai di Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, Badan Pusat Statistika, dan Badan POM yang telah membantu dalam pemenuhan kebutuhan data penyelesaian skripsi ini. 15) Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran sangat membantu dalam penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan atau kata-kata yang kurang berkenan di dalam skripsi. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Januari 2010
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ………………………………………………………
i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………
v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… vii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… viii
I.
II.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………………………
1
B. Tujuan ……………………………………………………………
2
C. Ruang Lingkup …………………………………………………..
3
D. Kegunaan Penelitian
……………………………………………
4
………………………………………………..
4
B. Executive Information System (EIS) ……………………………..
8
TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Informasi
C. Susu
…………………………………………………………….. 20
D. Pengembangan Agroindustri ……………………………………. 23 E. Penelitian Terdahulu ……………………………………………. 24
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran …………………………………………….. 25 B. Identifikasi Kebutuhan ………………………………………….. 26 C. Formulasi Permasalah
…………………………………………. 27
D. Pengembangan Sistem Informasi Eksekutif Perencanaan Pengembangan Agroindustri Susu ………………... 27
IV.
ANALISIS PAKET PROGRAM EXEMIL 1.0 A. Deskripsi Sistem
………………………………………………. 30
B. Analisis Kebutuhan Exemil 1.0
……………………………….. 31
iii
Halaman
V.
C. Mekanisme Informasi
………………………………………….. 32
D. Pemeliharaan Sistem
…………………………………………. 38
RANCANG BANGUN EXEMIL 1.0 A. Arsitektur Exemil 1.0 .................................................................... 39 B. Konfigurasi Model
VI.
……………………………………………. 40
IMPLEMENTASI SISTEM A. Transformasi Desain
................................................................... 60
B. Pembuatan Perangkat Lunak
…………………………………… 61
C. Performa Sistem ………………………………………………… 63
VII. PEMBAHASAN A. Industri Susu
................................................................................ 68
B. Konfigurasi Sistem
…………………………………………….. 69
C. Penampilan Sistem
…………………………………………….. 70
D. Verifikasi Sistem
………………………………………………. 85
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………………… 106 B. Saran
…………………………………………………………… 107
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
……………………………………………………. 108
……………………………………………………………… 111
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.
Posisi Sistem Informasi Eksekutif (EIS) pada Sistem Informasi …………………………………………
5
Gambar 2.
Piramida Tingkatan Manajemen ………………………………
7
Gambar 3.
Arsitektur EIS Tradisional …………………………………… 13
Gambar 4.
Arsitektur EIS Kontemporari
Gambar 5.
Pohon Industri Susu
Gambar 6.
Diagram Hubungan Antar Pelaku Exemil 1.0
Gambar 7.
Diagram Input-Output Exemil 1.0 ……………………………….. 35
Gambar 8.
Piramida Manajemen Exemil 1.0
Gambar 9.
Arsitektur Sistem dalam Exemil 1.0
……………………………… 15
...................…………………………….. 22 ……………….. 33
…………………………… 39 ……………………….. 40
Gambar 10. Diagram Alir Data level 0 ……………………………………. 42 Gambar 11. Diagram Alir Data Level 1
………………………………….. 43
Gambar 12a. Diagram Alir Data Level 2 bagian 1
………………………… 45
Gambar 12b. Diagram Alir Data Level 2 bagian 2 …………………………. 46 Gambar 13. Diagram Alir Data Level 3, informasi lokasi ………………… 47 Gambar 14a. Diagram Alir Data Level 3, informasi permintaan ……………. 48 Gambar 14b. Diagram Alir Data Level 3, informasi ekspor
………………. 49
Gambar 14c. Diagram Alir Data Level 3, informasi impor
………………. 50
Gambar 14d. Diagram Alir Data Level 3, informasi harga …………………. 51 Gambar 15a. Diagram Alir Data Level 3, informasi konsumsi
……………. 52
Gambar 15b. Diagram Alir Data Level 3, informasi produksi ……………… 53 Gambar 16. Diagram Alir Data Level 3, informasi pendirian industri ….… 54 Gambar 17. Diagram Alir Data Level 3, informasi peternakan …………… 55 Gambar 18. Diagram Alir Data Level 3, informasi PPIC ………………….. 56 Gambar 19. Model Data Konseptual
…………………………………….. 58
Gambar 20. Model Data Fisik …………………………………………….. 59 Gambar 21. Tahapan Penggunaan Exemil 1.0
……..................................... 64
Gambar 22. Pertumbuhan Ekspor dan Impor
…………………………….. 68
Gambar 23. Tampilan Login
…………………………………………….. 71
v
Halaman Gambar 24. Tampilan Menu Pembuka Gambar 25. Tampilan Menu Utama
………………………………….. 72 ……………………………………. 72
Gambar 26. Tampilan Menu Mapping
……………………………….. 75
Gambar 27. Tampilan Menu Farming
……………………………………. 76
Gambar 28. Tampilan Menu Marketing Pemantauan Ekspor……………….. 77 Gambar 29. Tampilan Menu Produksi-Konsumsi …………………………. 78 Gambar 30. Tampilan Menu Production Planning ……………………….. 79 Gambar 31. Tampilan Menu Location Developing
………………………. 82
Gambar 32. Tampilan Menu Financial Feasibility ………………………… 83 Gambar 33. Tampilan Submenu Analisis Sensitivitas ……………………… 84 Gambar 34. Tampilan Menu Industry …………………………………….. 85 Gambar 35. Tampilan Menu Pusat Data/Center of Data …………………. 86
vi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Perkembangan produksi susu di Indonesia tahun 2001-2005 ………………………………………………..
1
Perkembangan konsumsi susu di Indonesia Tahun 2001-2005 ………………………………………………
1
Tabel 3.
Hirarki Keputusan
………………………………………..….
6
Tabel 4.
Aktivitas dan informasi yang membantu Eksekutif …………….
9
Tabel 5.
Perbandingan EIS dan MIS
…………………………….
17
Tabel 6.
Perbandingan EIS dan DSS
…………………………
17
Tabel 7.
Tipe pelaporan informasi Exemil 1.0
…………………………
36
Tabel 8.
Total produksi, konsumsi, dan impor susu segar Indonesia tahun 2004-2007 ………………………………………………..
67
Perhitungan Korelasi Antar Data ………………………………..
74
Tabel 10. Hasil Verifikasi Prakiraan Permintaan dengan Software Excel 2007 …………………………………..
92
Tabel 11. Nilai komponen perhitungan MPS
…………………………….
93
Tabel 12. Tabel perhitungan MPS Susu Prepack …………………………..
94
Tabel 13. Tabel perhitungan MRP Susu Prepack
………………………
95
Tabel 14. Luas Wilayah Kabupaten-kabupaten di Jawa Barat …………….
99
Tabel 15. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ……………………..
99
Tabel 2.
Tabel 9.
Tabel 16. Hasil Perhitungan MPE
……………………………………….. 102
Tabel 17. Verifikasi Kelayakan Finansial
……………………………... 105
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Peta Provinsi Jawa Barat…………………………………….. 112
Lampiran 2.
Hasil penilaian pakar terhadap kriteria yang berpengaruh dalam penentuan lokasi agroindustri susu …………………
113
viii
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Susu merupakan komoditas strategis. Sumber protein tinggi yang diperlukan sebagai asupan gizi tubuh ini hanya dikonsumsi sekitar 7-8 liter/kapita/tahun oleh masyarakat Indonesia, sangat rendah jika dibandingkan dengan Malaysia dengan tingkat konsumsi yang telah mencapai 20 liter/kapita/tahun, bahkan termasuk ke dalam peringkat terendah dalam hal konsumsi susu di kalangan negara-negara Asia. Berdasarkan data BPS tahun 2006, dari tahun ke tahun produksi susu nasional selalu tidak mampu mengimbangi permintaan konsumen susu. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Perkembangan Produksi Susu di Indonesia tahun 2001-2005 Tahun
Produksi (ton)
Pertumbuhan (%)
2001
479.900
-
2002
493.400
2,81
2003
553.400
12,16
2004
549.945
- 0,02
2005
552.320
0,43
Pertumbuhan rata-rata
2,32
(Sumber : Badan Pusat Statistika, 2006) Tabel 2. Perkembangan Konsumsi Susu di Indonesia tahun 2001-2005 Tahun
Konsumsi (kg)
Pertumbuhan (%)
2001
1.330.000
-
2002
1.352.432
1,69
2003
1.381.210
2,13
2004
1.398.320
1,24
2005
1.402.425
0,29
Pertumbuhan rata-rata
1,34
(Sumber: Badan Pusat Statistika, 2006)
Dari data BPS tersebut dapat dilihat bahwa total konsumsi masyarakat tidak dapat diimbangi dengan ketersediaan produksi susu yang ada. Penyebab
rendahnya produksi susu di Indonesia adalah peternakan sapi yang tersedia di Indonesia jumlah sedikit dan manghasilkan susu dalam jumlah sedikit untuk satu ekornya serta kualitas susu yang dihasilkan pun buruk. Sebagai solusi bagi masalah tersebut, pemerintah melakukan impor. Sesuai dengan pernyataan Bachruddin (Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Deptan) yang merinci, dari produksi susu domestik sebanyak 637 ribu ton (26,5%), dan impor 1,7 juta ton (73,5%) terutama dari Australia dan Selandia Baru. Dalam mengatasi permasalahan tersebut maka dibutuhkan suatu sistem yang memfasilitasi penggunanya untuk melakukan perencanaan yang baik dan tepat dalam pengembangan agroindustri susu. Sistem tersebut berupa sistem informasi eksekutif yang menyediakan informasi dan bahan untuk acuan dalam pengkajian perencanaan pengembangan agroindustri susu bagi para eksekutif yang bergerak di bisnis agroindustri susu. Penyajian informasi tersebut mengenai laju pertumbuhan atau fluktuasi pergerakan komponen pengembangan agroindustri susu seperti informasi ekspor, impor, permintaan, dan sebagainya, perencanaan produksi susu yang disesuaikan dengan permintaan masyarakat sehingga dapat memenuhi permintaan yang ada dan menekan impor, pemilihan lokasi yang baik serta biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan agroindustri susu, dan terakhhir dilengkapi dengan informasi mengenai peternakan sapi perah yang baik dimulai dari pendiriannya hingga pemeliharaannya. Ketersediaan informasi-informasi tersebut pada sistem ini akan mendukung para eksekutif dalam proses pengambilan keputusan secara tepat, cepat, dan akurat sehingga akan menghasilkan perencanaan pengembangan agroindustri susu dengan baik. B. Tujuan 1) Merancang dan mengembangkan sistem informasi eksekutif yang dapat membantu eksekutif/penggunanya yang bergerak di bidang bisnis agroindustri susu dalam menentukan stategi yang tepat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat Jawa Barat secara khusus dan masyarakat Indonesia secara umum.
2
2) Menghasilkan keluaran yang memudahkan para eksekutif mengambil keputusan yang cepat, tepat, dan akurat dalam perencanaan dan pengembangan agorindustri susu.
C. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah perancangan dan pengembangan sistem informasi eksekutif sebagai fasilitas informasi yang diperuntukkan bagi para eksekutif yang bergerak di bidang bisnis agroindustri susu. Data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari data perkembangan susu di Jawa Barat beserta kabupaten-kabupatennya, yang merupakan salah sentra usaha susu. Selain ruang lingkup geografis, penelitian ini juga dibatasi dari produk yang dibahas, yaitu keju, mentega, yoghurt, yang merupakan produk yang memiliki nilai ekspor tertinggi. Selain ketiga produk tersebut penelitian ini juga membahas susu sapi segar yang merupakan sumber permasalahan utama dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, yang masih diimpor dari Australia dan Selandia Baru sebanyak 70% dari total bahan baku yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan konsumen. Terakhir adalah susu bubuk yang memiliki tingkat konsumsi tertinggi di Indonesia. Perbandingan konsumsi susu bubuk dan susu pasteurisasi adalah 81:17.
D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dalam perencanaan pengembangan agroindustri susu. Kegunaannya antara lain : 1.
Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam rangka pengembangan agroindustri susu.
2.
Dapat digunakan sebagai sumber acuan untuk mengkaji dan meneliti perencanaan
pengembangan
agroindustri
susu
khususnya
untuk
memenuhi permintaan masyarakat Jawa Barat akan kebutuhan susu segar sehingga menekan impor nasional.
3
II.
A.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Informasi Menurut O’Brien (2003), sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan dengan cara menerima masukan dan menghasilkan keluaran di dalam suatu proses yang terorganisasi. Sedangkan informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang paling penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang akan datang. (Laundon, 2002) Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan komponen atau modul yang dapat mengumpulkan, mengelola, memproses, menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi untuk tujuan tertentu (Turban, 2001). Menurut Schulties dan Summer (1992), tujuan utama sistem informasi adalah untuk mentransformasikan data menjadi informasi yang bernilai. Secara umum, sistem informasi memiliki tiga fungsi utama, yaitu (1) mengambil data (data capturing/input), (2) mengolah, mentransformasikan dan mengkonversi data menjadi informasi, (3) mendistribusikan informasi (reporting/disseminating)
kepada
para
pemakai
sistem
informasi.
(Dwipayana, 2007) Berikut ini merupakan komponen-komponen sebuah sistem informasi (Turban,2001) : 1. Input (masukan), berupa suatu data. 2. Proses, bisa berupa sebagai model. 3. Kontrol, merupakan parameter pembatas agar informasi yang dihasilkan bisa dianggap valid. 4. Output (keluaran), berupa sebuah informasi. 5. Pusat penyimpanan data (database). 6. Teknologi informasi, dibatasi oleh uang dan teknologi informasi itu sendiri (hardware maupun software). Komponen 1-4 di atas merupakan komponen baku pada sebuah sistem informasi. Jadi, baik dengan menggunakan/menerapkan teknologi
informasi maupun tidak, keempat komponen tersebut selalu terdapat pada sebuah sistem informasi. Dengan memanfaatkan teknologi informasi pada sebuah sistem informasi, diharapkan sistem informasi tersebut memiliki efisiensi, efektifitas, komunikasi, kolaborasi, strategi dan hiburan. Jika dibandingan antara sistem informasi yang tidak menerapkan teknologi informasi, dan yang menerapkan teknologi informasi, sistem informasi yang menerapkan teknologi informasi hanya unggul dalam hal efisiensi (ditujukan untuk melakukan penghematan dalam hal biaya, waktu maupun sumber daya manusia) dan efektifitas (diharapkan dapat menghasilkan keputusan yang optimal). (Turban,2001) Fungsi utama Teknologi Informasi adalah (Suhadi, 2008): 1. Menyimpan semua informasi/data. 2. Mengolah data menjadi informasi. 3. Memindahkan data/informasi. Berikut merupakan piramida sistem informasi berbasis komputer dalam penentuan posisi Sistem Informasi Eksekutif (SIE/EIS) pada sistem informasi (IS) :
Direktif
EIS
DSS
ES
Strategis
Taktis
IS DBMS MIS
Operasional
EDP
Gambar 1. Posisi Sistem Informasi Eksekutif (EIS) pada Sistem Informasi dan Hirarki Keputusan (Sumber : Marimin, 2005)
5
Keterangan : ES
: Expert System (Sistem Pakar)
DSS
: Decision Support System (Sistem Pengambilan Keputusan)
DBMS : Data Based Management Systems (Sistem Manajemen Basis Data) EDP
: Electronic Data Processing (Pengolahan Data Elektronik)
IS
: Information System (Sistem Informasi)
EIS
: Executive Information System (Sistem Informasi Eksekutif)
MIS
: Management Information System (Sistem Informasi Manajemen)
Tabel 3. Hirarki Keputusan Tipe
Hirarki Jangka
Lingkungan
Sifat
Dinamis dan
Arahan-arahan strategis
probablistik
yang kadang bersifat
Keputusan Direktif
Panjang
intuitif Strategis
Panjang
Dinamis dan
Tidak bisa diprogram
mempengaruhi faktor-
karena preferensi
faktor dengan
pengambil keputusan perlu
kepastian yang sangat
masuk secara utuh
rendah Taktis
Operasional
Menengah-
Dinamis dan
Bisa dibuat program
Pendek
mempengaruhi faktor-
dengan masukkan
faktor dengan asumsi
preferensi pengambil
kepastian yang tinggi
keputusan
Dianggap statis dan
Bisa dibuat program
tidak mempengaruhi
karena sifatnya berulang
Pendek
faktor-faktor
(Sumber : Marimin, 2005)
Sedangkan Gambar 2 menunjukkan piramida tingkatan manajemen dalam suatu organisasi beserta sistem informasi fungsional di dalam fungsifungsi organisasi tersebut.
6
Gambar 2. Piramida tingkatan manajemen dalam suatu organisasi beserta sistem informasi fungsional di dalam fungsi-fungsi organisasi tersebut. (Sumber : Suhadi, 2008) Keterangan : •
EIS (Executive Information System) Bekerja pada managemen tingkat atas dan bertugas ubtuk mengotomatisasi sistem informasi pada sebuah perusahaan secara menyeluruh dengan memanfaatkan sebaran informasi dari dalam perusahaan itu sendiri maupun dari luar perusahaan. Salah satu contoh office automation yang paling sederhana adalah Microsoft Office.
•
DSS (Decision Support System) Bertugas untuk membuat sebuah aplikasi agar yang ahli dalam bidang tersebut dapat lebih mudah dalam mengambil keputusan dan membantu manager agar keputusannya dapat lebih efektif.
•
GIS (Geographic Information System) Bertugas menentukan daerah yang sesuai untuk memasarkan maupun menghasilkan suatu produk berdasarkan letak geografis suatu wilayah.
7
•
MIS (Management Information System) Berfungsi untuk mengelola informasi dan arus-arus data dalam sebuah sistem informasi secara umum.
•
TPS (Transaction Processing System) Merupakan
management
tingkat
bawah. Contoh
yang
merupakan Transaction Processing System (TPS) adalah kasir sebuah toko. Karena kasir dalam sebuah toko bekerja pada level transaksi.
B.
Executive Information System (EIS/Sistem Informasi Eksekutif) Executive Information System (EIS) atau disebut juga sebagai Sistem Informasi Eksekutif adalah sistem berbasis komputer yang interaktif, yang memungkinkan pihak eksekutif untuk mengakses data dan informasi, sehingga dapat dilakukan pengidentifikasian masalah, pengeksplorasian solusi, dan menjadi dasar dalam proses perencanaan yang sifatnya strategis. (Cheung dan Babin, 2006) EIS timbul akibat adanya kegagalan dalam memberikan dukungan komputer terhadap eksekutif. Hal tersebut disebabkan antara lain (Lungu dan Bâra, 2007): 1. Para eksekutif yang tidak mengikuti perkembangan komputer, sehingga kesulitan dalam menggunakan komputer. 2. Senior eksekutif yang mempunyai waktu yang padat, sehigga tidak mau menggunakan sistem yang memerlukan pelatihan terlebih dahulu. 3. Kesulitan dalam memahami sifat yang menginginkan sistem yang digunakan harus lebih responsif dari pada manusia atau personel staffnya. EIS mengintegrasikan data yang berasal dari sumber data internal maupun eksternal, kemudian melakukan transformasi data ke dalam bentuk rangkuman laporan yang berguna. Laporan ini biasanya digunakan oleh manajer dan level eksekutif untuk mengakses secara cepat laporan yang berasal dari seluruh perusahaan dan departemen, sehingga dapat diperoleh
8
pengetahuan yang berguna bagi pihak eksekutif. Laporan ini digunakan untuk menemukan alternatif solusi untuk menekan permasalahan manajerial dan membuat perencanaan keputusan untuk perusahaan. (Cheung dan Babin 2006) Tidak ada garis batas yang jelas yang memisahkan pengertian antara manajer dan eksekutif. Istilah eksekutif digunakan untuk memberi identifikasi pihak manajer pada tingkat atas dari suatu organisasi yang berpengaruh
kuat
dalam
perencanaan
strategis
dan
menetapkan
kebijaksanaan perusahaan/organisasi. Eksekutif juga dibedakan melalui sikap mereka dibandingkan dengan manajer yang berada pada level bawah. Eksekutif memberikan nilai yang lebih tinggi bagi kesejahteraan perusahaan daripada kesejahteraan unit-unit individual perusahaan. Dengan kata lain, eksekutif berorientasi pada perusahaan. (Lungu dan Bâra, 2005) Seorang eksekutif memiliki tanggung jawab yang unik dan terlibat dalam proses berpikir yang unik pula. Karena itu mereka juga memiliki kebutuhan informasi yang unik pula. Untuk membedakan kebutuhan informasi para eksekutif sangatlah penting bila menspesifikasikan aktivitas yang dilakukan untuk tiap perannya. Tabel 4 berikut menggambarkan aktivitas dan informasi yang membantu eksekutif. Tabel 4. Aktivitas dan informasi yang membantu eksekutif Aktivitas Menangani Gangguan. Gangguan adalah suatu hal yang terjadi secara
Persentase 42 %
tidak terduga dan membutuhkan perhatian yang secepatnya tapi bisa saja membutuhkan waktu beberapa minggu atau bulan untuk menyelesaikannya Entrepreneural activity. Suatu aktivitas yang diharapkan dapat
32 %
membuat kemajuan yang bisa meningkatkan hasil dari level tersebut. Alokasi sumber daya. Para manajer mengalokasikan sumbernya di
17 %
dalam kerangka anggaran tahunan dan bulanan. Pengalokasian ini tidak lepas dari perencanaan aktivitas dan anggaran. Negosiasi. Para manajer mencoba untuk memecahkan suatu konflik
3%
dan perselisihan, baik di dalam atau di luar perusahaan.
(Sumber : Lungu dan Bâra, 2005)
9
Ada beberapa alasan mengapa EIS yang dibutuhkan untuk mengatasi berbagai macam kebutuhan akan informasi yang up to date (Vtuiu dan Popeang, 2006): a.
b.
Eksternal -
meningkatkan kompetisi
-
Lingkungan yang dengan cepat berubah
-
Keharusan untuk selalu proaktif
-
Kebutuhan untuk mengakses external database
Internal -
Kebutuhan akan informasi yang up to date
-
Kebutuhan akan komunikasi
-
Kebutuhan akan informasi yang lebih akurat
-
Kebutuhan untuk meningkatkan keefektifan
EIS berhubungan erat dengan pengelolaan dan perepresentasian informasi dengan menggunakan komputer. Dengan demikian, EIS sangat erat kaitannya dengan teknologi informasi. Adapun karakteristik teknologi informasi yang dibutuhkan oleh EIS adalah sebagai berikut (Cheung dan Babin, 2006): 1.
Executive-friendly, sesuai dengan keahlian mengoperasikan komputer yang dimiliki oleh kalangan eksekutif. Mudah digunakan dan mudah dipelajari.
2.
Memungkinkan pengguna untuk meng-undo prosedur atau kembali ke tampilan layar yang diakses sebelumnya.
3.
Memiliki on-line help.
4.
Sesuai dengan kebutuhan eksekutif dalam hal kecepatan.
5.
Graphic-oriented dan dapat menampilkan tampilan grafis yang bervariasi, sesuai dengan kebutuhan.
Format data yang disediakan oleh EIS juga harus memenuhi kebutuhan data para pihak eksekutif. Berikut adalah karakteristik data yang dibutuhkan oleh EIS : (Cheung dan Babin, 2006)
10
1. Data yang telah dirangkum (highly summarized data). Pada umumnya,
eksekutif
lebih
mencari
rangkuman
data,
dibandingkan rincian data, untuk membuat keputusan. 2. Drill down. Menyediakan mekanisme yang memungkinkan eksekutif untuk melakukan drill down, atau melihat rincian data yang menyusun rangkuman data. 3. Integrasi data dari basis data yang berbeda-beda. Terkadang eksekutif memerlukan data dari basis data on-line, seperti jumlah current budget. Dalam periode tertentu, eksekutif akan memerlukan akses ke rangkuman data yang dikelola secara statis di basis data. 4. Eksekutif lebih tertarik untuk melihat trend jangka panjang, misalnya lima tahun ke depan. 5. Informasi menjadi lebih bermakna jika dapat dibandingkan dengan informasi lain yang sejenis. Artinya, EIS harus dapat mengakses data eksternal yang dapat dibandingkan dengan data perusahaan. 6. Informasi yang disampaikan kepada eksekutif harus dalam bentuk yang ditentukan oleh faktor penentu kesuksesan (critical success factors) yang didefinisikan oleh eksekutif.
Dari karakteristik teknologi informasi dan data yang dibutuhkan oleh EIS, serta tujuan dari EIS, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah EIS memiliki karakteristik sebagai berikut (Yonghong dan Rowan, 2001): 1. Menggunakan data warehouse EIS menyediakan pengaksesan informasi dalam data warehouse (sekumpulan informasi), yang digunakan untuk pembuatan
keputusan.
Sekarang ini
data
warehouse bisa
mengandung informasi dari database operasional dan dari sumber luar.
11
2. Drilldown capabilities Dari perspektif laporan, EIS memuat informasi yang sudah diringkas dan memperbolehkan eksekutif untuk mengakses informasi yang lebih cepat. Awalnya, EIS menampilkan rangkaian dari semua laporan, setelah memilih laporan tertentu, eksekutif dimungkinkan untuk mendapatkan spesifik keterangan dari laporan tersebut untuk memperoleh informasi yang lebih detail. 3. Penyajian data yang fleksibel EIS memulai dengan menetapkan sebelumnya gambaran informasi dan memperbolehkan eksekutif untuk memilih berbagai macam format laporan yang memberikan informasi yang lebih dalam dan terbuka 4. Identifikasi pertanggungjawaban informasi Kebanyakan bentuk EIS mengidentifikasi tanggung jawab seseorang untuk informasi tertentu. 5. Akses ke berbagai macam informasi EIS memberikan akses kepada pihak eksekutif di seluruh tipe informasi. Informasi bukan hanya sekedar hal-hal umum saja melainkan juga informasi secara mendetail.
GUI
memperkenalkan
fungsi-fungsi
yang
mempermudah
pengoperasian SIE. Simbol (icon), tombol kancing (button), dan palang (bar) dapat dipilih dengan menggunakan mouse, tanpa perlu memasukkan perintah-perintah. Bentuk tampilan yang dihasilkan lebih menarik dan mudah dipahami secara intuisi. EIS dapat dengan mudah dipelajari, sehingga tidak diperlukan pelatihan khusus bagi eksekutif (Mc Leod, 2001). Informasi-informasi yang disajikan EIS, dapat ditampilkan dalam bentuk grafik atau tabel. Bentuk tabel digunakan jika informasi yang diperhatikan adalah angka-angkanya. Sedangkan grafik digunakan untuk menggambarkan secara visual angka-angka tersebut. Konsep rincian informasi secara drill down diperluas penggunaannya, tidak hanya untuk
12
informasi dalam bentuk tabel, tapi juga untuk informasi dalam bentuk grafik. (Mc Leod, 2001) Penggunaan grafik memperkaya cara penyajian informasi. Jenis grafik yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik informasi yang disajikan, sehingga informasi-informasi tertentu dapat disajikan dengan lebih efektif. Penggunaan grafik juga untuk menghindari sajian data yang terlalu banyak, seperti yang biasa disajikan dalam laporan tercetak, tanpa mengurangi informasi yang dihasilkan. Informasi yang disajikan dalam bentuk grafik dapat memenuhi kebutuhan analisis eksekutif seperti mendeteksi pola dan kecenderungan data, serta mengamati hubungan antardata (Mc Leod, 2001). EIS tradisional memiliki dua komponen utama yaitu: (1) basis data terpusat, yang merupakan repositori data yang diekstrak dari berbagai sumber; (2) mesin untuk menganalisa data dan menampilkan hasilnya kepada para eksekutif. Arsitektur EIS tradisional dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Arsitektur EIS Tradisional (Sumber : Cheung dan Babin, 2006)
13
Arsitektur ini sederhana dan mudah untuk dikelola. Karena menggunakan basis data terpusat, query dan analisa dapat diproses dengan cepat. Akan tetapi dalam melakukan ekstraksi dan peng-update-an data dari sumber yang berbeda ke dalam basis data terpusat merupakan permasalahan yang kompleks. Sebab seringkali data tersebut tidak kompatibel antara satu sumber dengan sumber data yang lain. Arsitektur EIS tradisional tidak dapat beradaptasi terhadap inkompatibilitas data. Oleh karena itu, setiap kali terdapat perubahan pada local system, basis data terpusat harus disusun kembali, di-compile ulang, atau bahkan didesain ulang. EIS tradisional hanya mendukung analisis data sederhana yang sudah didefinisikan terlebih dahulu. Adanya
permasalahan
ini,
mendorong
para
peneliti
untuk
mempelajari cara untuk: (1) mengintegrasikan dan mengakses data dari sumber data terdistribusi yang heterogen, dan (2) menganalisa data melalui pendekatan multidimensional. Arsitektur EIS kontemporari dapat dilihat pada Gambar 4. Teknologi Processing
data warehousing
(OLAP)
telah
dan
memberikan
teknik banyak
On-line Analytical kontribusi
dalam
meningkatkan EIS tradisional. Peningkatan ini mengarah pada terbentuknya arsitektur EIS yang baru, yaitu EIS kontemporer. Pada arsitektur ini, basis data terpusat digantikan fungsinya oleh data warehouse, sedangkan teknik OLAP digunakan untuk analisis data multidimensional dan penampilan informasi. Teknologi data warehousing mengurangi masalah integrasi data. Data dari local system yang berbeda akan diekstrak, dibersihkan, dan ditransformasikan oleh integrator berdasarkan skema data terintegrasi, kemudian disimpan ke dalam data warehouse. (Nigel, 2001)
14
Pengguna Sistem Informasi Eksekutif On-line Analytical Processing (OLAP) Data Warehousing Data Warehouse
Integrator (Perpaduan)
Monitor
Monitor
Monitor
Sumber 1
Sumber 2
Sumber 3 Aliran Data Aliran Informasi Aliran Pesan
Gambar 4. Arsitektur EIS Kontemporer (Sumber : Cheung dan Babin, 2006)
Berikut ini merupakan langkah – langkah pengimplementasian EIS, yaitu : (Cheung dan Babin 2006) 1.
Membangun data warehouse yang lengkap dan efisien.
2.
Membuat prototipe EIS, membuat desain eksperimen dari seluruh
atau
sebagian
sistem,
untuk
mengujicobakan
prosedur/prinsip, teknik atau tool tertentu. 3.
Membuat dokumentasi pengembangan EIS untuk tiap tahap pengembangan.
4.
Menggunakan dukungan otomatisasi kantor (e-mail, scheduler, dll). Sebelum membuat keputusan, eksekutif perlu berdiskusi
15
dengan staff untuk meminta pendapat dari pihak - pihak yang dipengaruhi oleh keputusan yang akan dibuat. Dengan demikian dapat juga dianalisis kemungkinan adanya alternatif keputusan. Setelah membuat keputusan, Eksekutif perlu melakukan sosialisasi dan follow-up. Otomatisasi kantor mendukung untuk kedua hal tersebut di atas.
Perbandingan antara EIS dengan sistem informasi lainnya : 1.
Perbandingan EIS dan MIS MIS (Management Information System) memberikan informasi beserta dengan perinciannya kepada para manajer dan database operasional yang mana dihasilkan beberapa macam aktivitas proses transaksi di berbagai sektor. Oleh karena itu, MIS terpaksa dibatasi oleh proses-proses transaksi yang kadangkala
tidak
terlalu
fleksibel.
Contohnya
transaksi
kemungkinan hanya diupdate seminggu sekali. MIS sebenarnya digunakan untuk melengkapi internal data, biasanya di satu area (sistem informasi akuntansi, sistem informasi marketing). Jadi kekurangan MIS terjadi bila ada integrasi data yang berbeda fungsi area. (Watson, dkk, 2001) Sebagai tambahan, kemampuan EIS untuk membuat penyajian atau presentasi yang layak untuk model keputusan pada User tertentu tidak dapat diterapkan pada MIS karena terlalu mahal untuk bisa dibuat dalam model MIS yang melayani ratusan atau ribuan User, yang mana populasi terus berubah tanpa berhenti. Kekurangan lain dari MIS adalah waktu respon lamban. Hal ini biasanya dikarenakan informasi yang diproses oleh MIS tidak berorientasi pada format, isi dari kebutuhan Eksekutif. Lagipula, pembuatan keputusan oleh pihak eksekutif khususnya untuk hal-hal yang strategis sangat kompleks dan multidimensi.
Tabel
5
menggambarkan
lebih
jelas
perbandingan/perbedaan antara EIS dan MIS
16
Tabel 5. Perbandingan EIS dan MIS Sistem
Tujuan
User
Output
Utama MIS
Orientasi Waktu
Pencatatan
Manajer dan Definisi
secara
Eksekutif
internal
awal
Masa dari lampau
laporan periodik
EIS
Pemantauan
Eksekutif
secara internal
dan
Laporan
Masa
khusus,
lampau
presentasi
dan
eksternal
sekarang
(Sumber : Watson, dkk, 2001)
2.
Perbandingan EIS dan DSS EIS didesain untuk mendukung para pihak top level manajemen perusahaan untuk menolong mereka menemukan atau mengetahui masalah-masalah dan kesempatan yang ada. Dipihak lain, DSS (Decision Support System) mendukung sebuah analisis yang bermaksud untuk memberikan sebuah jawaban pada pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan pada suatu masalah atau kesempatan. (Watson, dkk, 2001) Tabel 6. Perbandingan EIS dan DSS Dimensi
EIS
DSS
Tipe dari User
Eksekutif
Analisis, manajer
Prinsip
Tracking dan kontrol
Perencanaan, pengaturan, susunan kepegawaian, kontrol
Pendukung detil
Akses yang cepat pada
Bisa dilakukan pada
informasi
detil-detil dari ringkasan
DSS tapi biasanya
(drill down)
tidak
(Sumber : Watson, dkk, 2001)
17
EIS memiliki beberapa manfaat pada pengaplikasiaannya di sebuah organisasi/perusahaan, antara lain : a. berdasarkan kualitas informasi yang diberikan -
fleksibel
-
menghasilkan informasi yang benar
-
menghasilkan informasi yang up to date
-
menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pihak eksekutif
-
menghasilkan informasi lengkap
b. berdasarkan user interface -
menggunakan interface yang mudah digunakan
-
termasuk di dalamnya interface berupa grafik-grafik
-
menyediakan keamanan dan kerahasiaan atas akses ke informasi
-
bisa diakses dari berbagai tempat
-
penggunaan keyboard yang sedikit karena akan lebih sering menggunakan mouse, touch scree, touch pad
c. kemampuan teknis -
akses yang secara menyeluruh ke semua informasi
-
menyoroti indikator masalah
-
hypertext dan hypermedia
-
informasi yang diberikan dalam model hirarki
-
menggabungkan antara grafik dan text dalam tampilan yang sama
-
menunjukkan trend, ratio, dan deviasi dari perusahaan
-
menyediakan akses ke data-data yang lalu dan saat ini
-
memberikan informasi dengan level-level yang detil (drill down)
d. keuntungan -
memfasilitasi pencapaian tujuan perusahaan
-
memudahkan akses atas informasi-informasi yang ada dalam perusahaan
18
-
membuat User semakin produktif
-
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
-
menghemat waktu
-
menghasilkan competitive advantage
-
memberikan antisipasi yang cepat terhadap suatu masalah atau kesempatan yang terjadi di dalam perusahaan
-
menemukan penyebab dari suatu masalah
-
menemukan kebutuhan-kebutuhan eksekutif
Beberapa aplikasi EIS yang telah diterapkan adalah (Salmeron, 2002): 1. Pabrikasi Pada umumnya, pabrikasi atau manufacturing merupakan transformasi dari bahan mentah menjadi bahan jadi untuk penjualan, atau setengah jadi. Pengendalian operasional pabrikasi focus pada operasi dari hari ke hari, dan pusat ide pada proses adalah efektif dan efisien. Untuk menghasilkan manajerial yang bermanfaat dan informasi operasional untuk pengendalian pengoperasian pabrikasi, ekxekutif dituntut untuk membuat perubahan pada keputusan. EIS menyediakan evaluasi vendor (penjual) dan buyer (pembeli), evaluasi pembelian material (bahan baku), dan analisis kritis mengenai pembelian. Untuk itu, eksekutif dapat mangawasi dan meninjau kembali sistem pembelian untuk kebutuhan pabrik secara efektif dengan EIS. 2. Pemasaran Dalam sebuah organisasi, peran eksekutif pemasaran untuk membuat target masa mendatang. Tugas utama mereka adalah mengatur ketersediaan sumber daya pemasaran untuk membuat target ke depan lebih efektif. Eksekutif memerlukan sebuah keputusan mengenai resiko dan ketidakpastian dalam proyek serta imbasnya terhadap perusahaan pada jangka pendek dan panjang.
Untuk
membantu eksekutif pemasaran dalam memnuat keputusan pemasaran yang efektif, sebuah EIS dapat diaplikasikan. EIS menyediakan
19
pendekatan terhadap peramalan penjualan, yang dapat membuat Eksekutif membandingkan peramalan permintaan saat ini dan lampau. EIS juga menyediakan pendekatan untuk harga produk yang didapatkan dengan analisis venture. Eksekutif dapat mengevaluasi harga yang berhubungan dengan kualitas. Paket program EIS mampu membuat
eksekuti
memanipulas
data
dengan
melihat
suatu
kecenderungan, audit data penjualan, dan jumlah total, rata-rata, perubahan, atau rasio. Seluruh analisis ini dapat membantu eksekutif membuat keputusan akhir. 3. Keuangan Analisis keuangan merupakan langkah sangat penting dalam sebuah perusahaan. Eksekutif memerlukan rasio keuangan dan analisis cash flow untuk mengestimasi kecenderungan dan membuat keputusan investasi
modal.
EIS
dapat
memadukan
perencanaan
atau
penganggaran dengan pengendalian laporan pelaksanaan. Pada umumnya, EIS berfokus pada pertanggunjawaban pelaksanaan finansial, yang merupakan hal yang penting dalam penetapan biaya standard dan penganggaran yang fleksibel dalam pengembangan kualitas informasi bagi seluruh eksekutif. EIS merupakan alat yang baik dalam membantu eksekutif untuk meninjau kembali rasio keuangan, kecenderungan perubahan keuangan, dan menganalisis pelaksanaan kegiatan perusahaan dan pesaingnya.
C.
Susu Susu merupakan cairan berwarna putih yang diperoleh dari pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau sebagai bahan pangan yang sehat serta tidak dikurangi komponen-komponen atau ditambah bahan-bahan lainnya (Hadiwiyoto, 1983). Binatang penghasil susu antara lain sapi, kambing, kerbau dan unta. Namun selama berabadabad, sapi selalu dipilih sebagai hewan yang jumlah produksi susu yang tinggi, sehingga sekarang sapi perah adalah salah satu penghasil susu paling efisien. Dalam kenyataannya seekor sapi perah yang baik akan menghasilkan
20
sekitar 5.000 liter susu per tahun. Jenis sapi perah yang biasa digunakan adalah Fries Holland dan peranakan Fries Holland. Menurut Soeparno (1992), normalnya susu mengandung rata-rata 3,60% lemak; 3,20% protein; 4,70% laktosa; abu 0,65%; air 87,25%; serta bahan kering 12,75%. Menurut Nasution (2004), faktor-faktor terpenting yang menyebabkan susu merupakan bahan makanan sempurna adalah: 1.
Susu mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.
2.
Perbandingan sempurna dari kadar-kadar zat gizi terdapat di dalam susu.
3.
Zat gizi yang terkandung pada susu dapat dicerna dan diabsorpsi secara sempurna oleh tubuh.
4.
Protein dan lemak di dalam susu memiliki mutu yang lebih tinggi daripada protein dan lemak di dalam bahan makanan lain. Selain memiliki keunggulan sepaerti diatas, susu juga memiliki sifat-
sifat yang dapat menjadi kelemahannya yaitu: 1.
Jumlah dan kualitasnya berubah. Masalah dalam besarnya jumlah produk menimbulkan kesulitan dalam penyimpanan dan penyelesaian produk disebabkan karena perbedaan kualitas.
2.
Bulky dan perishable. Bulky memerlukan penanganan transfer dan pergudangan
yang
besar.
Sedangkan
perishable
memerlukan
penanganan dan biaya proses yang sangat mahal. Sifat dari susu yang mudah rusak ini memerlukan suatu tindakan penanganan pasca panen susu. Agar susu dapat tahan lebih lama dari kerusakan dengan kandungan yang tidak jauh berubah salah satu caranya adalah mengolah susu dengan teknik pasteurisasi. Pasteurisasi pada susu diperlukan untuk mencegah penularan penyakit dan kerusakan karena mikroorganisme dan enzim. Pengolahan susu dimaksudkan untuk mengolah susu menjadi bahan makanan yang enak dan memiliki aroma yang lebih baik, serta meningkatkan daya simpan susu itu sendiri. IDF (International Dairy Federation) mendefinisikan pasteurisasi sebagai salah satu proses pemanasan yang dilakukan pada susu dengan tujuan menghindari bahaya kesehatan pada
21
produk susu yang mungkin terjadi karena hadirnya mikroorganisme patogen sekaligus meminimalisasi perubahan pada susu baik secara kimiawi, fisik dan organoleptik (Soeparno, 1992). Berikut ini adalah gambar pohon industri susu. Keju Susu Pasteurisasi
Whey Es Krim
Susu UHT
Susu Dadih
Susu Segar
Yoghurt
Susu Kental Manis
Susu Bubuk
Mentega
Gambar 5. Pohon Industri Susu (Sumber : Departemen Perindustrian, 2008)
Menurut Nasution (2004), susu pasteurisasi adalah susu sapi segar yang mengalami proses pasteurisasi sehingga tidak berbahaya jika dikonsumsi langsung. Pasteurisasi merupakan pengolahan susu pada susu dan waktu tertentu untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia, namun tidak membunuh spora bakteri susu. Prinsip pasteurisasi susu adalah memanaskan susu dibawah titik didih susu. Penggunaan panas pada pasteurisasi susu tidak menimbulkan perubahan pada komposisi dan rasa secara nyata sehingga susu tidak
22
menimbulkan perubahan pada komposisi dan rasa secara nyata sehingga susu pasteurisasi masih mempunyai rasa seperti susu segar.
D.
Pengembangan Agroindustri Agroindustri adalah suatu kegiatan yang mengolah bahan yang dihasilkan dari usaha pertanian dalam arti luas, baik dari pertanian tanaman pangan, maupun non pangan, peternakan ataupun perikanan. Agroindustri merupakan industrialisasi di bidang pertanian dalam rangka peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian (Bangkit, 2008). Agroindustri merupakan upaya startegis karena diperhitungkan dapat turut serta menanggulangi masalah pengangguran dan pemberdayaan (empowering) ekonomi masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan. Selain itu, agroindustri mempunyai nilai strategis karena (1) bersifat resource based, (2) memiliki dimensi pemerataan karena mempunyai keterkaitan ke depan (forwad linkages) dan ke belakang (backward linkages), (3) dapat memenuhi kebutuhan pangan dan pokok lainnya, (4) mampu meningkatkan peluang pertumbuhan ekonomi nasional, (5) mampu mendorong peningkatan devisa nasional bila produknya menjadi komoditas ekspor (Bangkit, 2008). Strategi pengembangan agroindustri di Indonesia berorientasi pada struktur (aneka ragam produk dan pasar) yang kuat dan tangguh (diversifikasi produk, pasar, dan pelaku), dalam rangka memiliki daya saing (komparatif dan kompetitif). Dalam realisasinya strategi tersebut dapat bersifat sederhana maupun kompleks dalam proses perumusan, pemutusan, pelaksanaan, dan peniliaiannya (Hubies, 1993). Pengembangan agroindustri di Indonesia didukung oleh besarnya sumebrdaya yang dimiliki dan tuntutan pasar yang semakin meningkat. Menurut Sahardjo (1992), pengembangan agroindustri menyangkut berbagai aspek yang mampu menumbuhkembangkan kegiatan-kegiatan produktif yang saling terkait, saling mendukung, dan saling menguntungkan, mengingat kegiatan tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, yaitu meliputi subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi,
23
subsistem produksi (usaha tani), subsistem pengolahan hingga subsistem distribusi atau pemasarannya. Menurut Simatupang (1991), pengembangan agroindustri dapat dilakukan dengan berbagai tipe, yaitu tipe otonomi, pemilik usahanya adalah pengusaha, hubungan dengan usaha tani tidak langsung tapi melalui pasar bebas, skala usahanya kecil-sedang, teknologinya madya, dan biasanya lokasinya di luar desa petani. Tipe kedua adalah inti satelit, pemilik usahanya adalah investor, hubungan dengan usaha tani langsung atau dengan perjanjian, skala usahanya besar, teknologinya maju dan biasanya di kota. Tipe ketiga adalah integrasi perusahaan, pemilik usahanya adalah investor, hubungan dengan usaha tani langsung menyatu, skala usahanya besar, teknologinya maju dan lokasi di tempat petani. Tipe keempat adalah integrasi usaha tani dimana pemilik usahanya adalah petani, hubungan dengan usaha tani langsung dan menyatu, skala usahanya kecil, teknologi yang digunakan sederhana, dan lokasinya di tempat petani.
E.
Penelitian Terdahulu Penelitian berkaitan dengan sistem informasi ekskurif adalah penelitian
yang
dilakukan
oleh
Rachman
(2000)
yang
berjudul
Pengembangan Prototipe Sistem Informasi Eksekutif Agroindustri Jambu Mete. Tulisan ini berisikan data-data perkembangan jambu mete pada daerah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tenggara, yang merupakan daerah penghasil jambu mete terbanyak di Indonesia. Teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi bagi Eksekutif dengan teknik wawancara dengan pakar agroindustri serta melakukan penilaian dengan pembobotan untuk memperoleh faktor sukses kritis (CSF). Sistem ini lebih diarahkan kepada informasi-informasi yang disajikan untuk Eksekutif dengan tujuan pengembangan peluang pasar yang besar bagi agroindustri jambu mete.
24
III.
A.
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Selama ini, produksi susu dalam negeri hanya sekitar 1,2 juta liter per hari dari kurang lebih 400.000 ekor sapi perah (Anonim, 2008). Jumlah itu hanya memenuhi 30% kebutuhan bahan baku industri pengolah susu lokal, selebihnya diimpor dari Australia. Sedangkan menurut data Badan Pusat Statistika tahun 2006, masyarakat yang mengonsumsi susu di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 1998 disebutkan konsumsi susu rumah tangga setiap hari untuk produk susu segar di masyarakat perkotaan hanya 2,3%, susu bubuk sebesar 14,4%, dan susu kental manis sebesar 9,1%. Hal ini disebabkan oleh masyarakat masih sedikit yang memiliki lemari pendingin. Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang semakin meningkat terhadap susu, maka dibutuhkan suatu perencanaan yang baik dan tepat dalam pengembangan agroindustri susu sehingga impor susu dapat ditekan sedemikian rupa. Industri susu ini merupakan industri susu segar dan susu bubuk. Dalam penyusunan rencana pengembangan industri susu yang baik dan tepat dibutuhkan berbagai macam informasi yang menyatakan bahwa strategi tersebut tepat digunakan untuk pengembangan industri susu pada daerah yang dituju. Perkembangan teknologi yang pesat membuat informasiinformasi ini lebih mudah didapatkan namun belum tentu semua informasi yang ada merupakan informasi yang tepat dan dapat cepat didapatkan untuk mengambil keputusan atau kebijakan. Dalam kondisi seperti ini, pihak eksekutif yang bergerak di bidang agroindustri susu yang bertugas dalam menyusun pengembangan strategis susu sangat membutuhkan suatu sistem manajemen informasi yang dapat memberikan kemampuan pemantauan (controlling) terhadap faktor-faktor yang mendukung perencanaan pengembangan agroindustri susu. Karena mereka harus mampu mendapatkan informasi yang tepat dan cepat untuk dapat menyusun strategi, perencanaan dan perhitungan yang cermat. Untuk
memperoleh hasil yang sebaik-baiknya maka pengambilan keputusan itu perlu didukung oleh informasi yang memadai, cepat, akurat, terpadu, dan aplikatif. Maka sebagai salah satu upaya untuk menjembatani masalah tersebut, perlu adanya suatu sistem informasi eksekutif yang memadai dalam arti yang lengkap, terpadu, praktis, dan mudah serta siap digunakan setiap saat bagi pihak eksekutif menjadi sangat penting diadakan sehingga dapat mendukung proses pengambilan keputusan yang cepat, tepat, terarah, dan terpadu. Sistem informasi eksekutif merupakan sistem informasi manajemen yang berkembang untuk memudahkan dan mendukung kebutuhan akan para eksekutif dalam mendapatkan informasi. Informasi yang terdapat dalam sistem informasi eksekutif ini akan memaparkan informasi yang mendukung pengambilan keputusan eksekutif dalam menentukan strategi perencanaan pengembangan agroindustri susu segar dan susu bubuk. Adanya perencanaan produksi membuat eksekutif dapat menentukan kapasitas produksi susu untuk memenuhi permintaan konsumen, sedangkan pengembangan wilayah diperuntukkan bagi eksekutif yang ingin mendirikan industri susu dengan memilih lokasi terbaik di Jawa Barat yang kemudian akan dihitung kelayakannya pada kelayakan finansial sehingga membantu eksekutif untuk mengetahui layak atau tidaknya industri susu yang akan didirikan.
B.
Identifikasi Kebutuhan Sesuai dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh seorang eksekutif menurut Lungu dan Bâra (2005) maka sistem informasi eksekutif ini menyediakan informasi berupa faktor-faktor pendukung dalam menyusun strategi perencanaan dan pengembangan agroindustri susu. Faktor-faktor ini didapatkan melalui studi literatur mengenai susu, perencanaan produksi, dan pengembangan industri. Faktor-faktor tersebut adalah data perkembangan ekspor, impor, konsumsi, produksi, permintaan susu, wilayah-wilayah yang berpotensi dalam pengembangan susu, biaya-biaya yang dibutuhkan dalam mendirikan industri susu.
26
C.
Formulasi Permasalahan Susu merupakan komoditas yang strategis. Namun produksi susu di Indonesia tidak dapat mengimbangi permintaan yang ada. Rendahnya produksi ini menyebabkan volume impor susu sangat tinggi. Hal ini dapat menyebabkan Indonesia mengalami ketergantungan impor. Oleh karena itu, para pelaku bisnis agroindustri susu membutuhkan informasi yang akurat, cepat, dan tepat mengenai agroindustri susu, sehingga mereka dapat mengambil keputusan dalam pengembangan agroindustri susu. Informasi tersebut diintegrasikan menjadi suatu sistem informasi eksekutif yang menyajikkan informasi sebagai bahan acuan bagi eksekutif bidang bisnis agroindustri susu dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi eksekutif ini akan menyediakan informasi sesuai dengan kebutuhan
eksekutif yang telah terlebih dahulu ditelaah dengan critical
success factor (faktor kritis), yang merupakan faktor penentuan keberhasilan suatu organisasi atau industri.
D.
Pengembangan
Sistem
Informasi
Eksekutif
Perencanaan
Pengembangan Agroindustri Susu Senn (1989), peralatan yang digunakan untuk mengembangkan sistem informasi terdiri dari tiga kategori, yaitu peralatan analisis, peralatan desain
atau
rancang
bangun,
dan
peralatan
pengembangan
yaitu
implementasi rancang bangun menjadi perangkat lunak. Peralatan analisis berfungsi untuk menetapkan kebutuhan sistem yang baru atau sistem yang termodifikasi. Peralatan rancang bangun berfungsi untuk membantu penyusunan sifat-sifat sehingga mencakup apa yang telah dilakukan pada tahapan analisis (Senn, 1989). Menurut Sommerville (1989), tahapan rancang bangun perangkat lunak yang efektif dapat diperoleh dari penggunaan desain dekomposisi. Desain dekomposisi terdiri dari dua jenis yaitu desain berarah objek dan desain berarah fungsi.
27
Peralatan pengembangan bertujuan untuk menerjemahkan desain yang telah dihasilkan pada tahapan rancang bangun ke dalam penerapan perangkat lunak. a.
Analisis Sistem Analisis merupakan langkah awal dalam merancang sebuah sistem informasi yang bertujuan untuk menetapkan berbagai dasar sistem dan keperluan serta menjadi landasan untuk merancang dan mengimplementasikan sistem. Analisis paket program Exemil 1.0 dilakukan dengan pendekatan bottomup yang dimulai dengan analisis kebutuhan pengguna sehingga dihasilkan diagram input-output sistem. Secara garis besar, analisis sistem informasi eksekutif mencakup deskripsi sistem, analisis
kebutuhan
informasi
bagi
eksekutif,
mekanisme
pelaporan, pelaku sistem, aliran informasi, keperluan data, sistem pelaporan, keperluan sumberdaya manusia, keperluan perangkat lunak, dan mekanisme pemeliharaan sistem.
b. Rancang Bangun Model Sistem Rancang bangun paket program Exemil 1.0 dilakukan dengan pendekatan berarah fungsi. Rancang bangun model sistem ini meliputi tahapan pemodelan sistem informasi, perancangan basis data, pembuatan arsitektur sistem, dan desain antarmuka pengguna
(user
interface).
Pemodelan
sistem
dilakukan dengan pembuatan diagram alir data (data flow diagram). Rancangan basis data menggunakan teknik entity relationship yang meliputi pembuatan kamus data, dan perancangan model data konseptual yang dituangkan ke dalam model data fisik yang menggambarkan relasi antar entitas (Entity Relationship). Perancangan model ini dibantu dengan perangkat lunak Microsoft Visio 2003 dan perancangan basis data dibantu dengan perangkat lunak Microsoft Access 2007.
28
c.
Implementasi Sistem Implementasi sistem meliputi kegiatan transformasi desain ke sistem dan pembuatan perangkat lunak, yang meliputi analisis
program,
perancangan
program,
dan
penulisan/pengkodean program. Paket program Exemil 1.0 ini menggunakan perangkat lunak Microsoft Access 2007 dan Borland Delphi 7. Microsoft Access 2007 merupakan piranti yang berguna untuk menyusun sistem manajemen basis data. Borland Delphi 7 berguna untuk merancang tampilan antar muka pengguna sehingga sistem informasi eksekutif yang disajikan lebih bervariasi dan interaktif. Penggabungan Microsoft Access 2007 dan Borland Delphi 7 bertujuan untuk memudahkan penyusunan basis data dimana penyusunan basis data pada Access jauh lebih fleksibel. Setelah seluruh komponen diimplementasikan, dibuat prosedur untuk penggabungan seluruh komponen pembentuk sistem.
d. Verifikasi Sistem Verifikasi bertujuan untuk menguji apakah keluaran (output) program telah sesuai dengan sistem yang diinginkan. Apabila
paket
program
diimplementasikan,
(perangkat
dilakukan
proses
lunak)
telah
pelacakan
selesai
kesalahan
(debugging) dan pengujian program. Proses pelacakan kesalahan dan pengujian program dilakukan selama pembuatan dan setelah program selesai dibuat. Jika keluaran program tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga program dapat berfungsi dengan baik dan benar.
29
IV. ANALISIS PAKET PROGRAM EXEMIL 1.0
A.
Deskripsi Sistem Sistem Informasi Eksekutif Perencanaan dan Pengembangan Industri Susu (Exemil 1.0) merupakan suatu paket program yang menampilkan sistem informasi berbasis komputer yang menyajikan informasi bagi eksekutif yang merencanakan pendirian ataupun mengembangkan agroindustri susu, sehingga dapat memenuhi permintaan yang ada dengan menyeimbangkan produksi dan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor susu. Dengan adanya analisis finansial perndirian industri susu yang berawal dari pendirian peternakan sapi perah itu sendiri sehingga bahan baku langsung didapatkan dan diproses pada satu areal serta perencanaan produksi bagi industri yang sudah berdiri memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat kepada pengguna untuk mengambil keputusan. Agar informasi yang diberikan paket program Exemil 1.0 dapat diterima oleh eksekutif industri susu maka diperlukan kesesuaian informasi antara pemberi dan penerima informasi. Yang bertindak sebagai pemberi informasi dalam sistem ini adalah pengelola Exemil 1.0 dan yang menerima adalah Eksekutif Exemil 1.0. Data yang telah diolah Exemil 1.0 dibutuhkan oleh para eksekutif. Data tersebut berasal dari berbagai pihak, seperti Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, salah satu industri susu di Indonesia, Badan Pusat Statistika, dan pakar di bidang susu. Pengelola Exemil 1.0 adalah pelaku yang menggabungkan semua data dari pihak-pihak terkait, menyortir, dan memilih informasi yang sesuai dan kemudian mengelolanya sehingga menjadi suatu sistem informasi yang disebut Exemil 1.0 yang diperuntukkan bagi para eksekutif di bidang industri susu.
B.
Analisis Kebutuhan Exemil 1.0 Pada tahapan pengumpulan faktor kritis agroindustri susu, didapat 6 faktor kritis dalam perencanaan pengembangan agroindustri susu, sebagai berikut : 1. informasi peternakan; informasi ini mencakup informasi mengenai total populasi sapi perah, total peternakan sapi perah, syarat peternakan sapi yang baik. 2. informasi pemasaran; mencakup informasi mengenai ekspor, permintaan, dan impor Jawa Barat, harga susu dan turunannya, tujuan ekspor, dan negara impor. 3. informasi konsumsi dan produksi,; mencakup informasi , konsumsi dan produksi kabupaten. 4. informasi pendirian industri; mencakup informasi mengenai biaya pendirian industri susu dan analisis sensitivitasnya, laba rugi. 5. informasi penentuan lokasi meliputi informasi kelayakan wilayah. 6. informasi perencanaan produksi; mencakup informasi produksi yang akan dilaksanakan dalam pemenuhan kebutuhan dan kebutuhan bahan bakunya. 7. informasi industri pengolahan susu meliputi pohon industri susu, diagram alir proses, standar mutu susu dan turunannya, perusahaan pengolahan susu. Namun bila ditilik kembali dari pustaka atau literatur mengenai susu, faktor kritis yang amat penting dan perlu dimasukkan ke dalam rancang bangun Sistem Informasi Eksekutif Untuk Perencanaan Pengembangan Agroindustri Susu adalah (1) Peternakan : Total populasi dan peternakan sapi perah; (2) Pemasaran ; (3) Produksi dan Konsumsi ; (4) Pendirian Industri; (5) Penentuan Lokasi; (6) Perencanaan Produksi. Sedangkan faktor-faktor kritis merupakan faktor penunjang dalam menghasilkan laporan penunjang kepada eksekutif dalam satu kesatuan sistem informasi manajemen.
31
C.
Mekanisme Informasi 1. Hubungan Antar Pelaku Exemil 1.0 dirancang untuk para eksekutif yang bergerak di bidang agroindustri susu untuk menemukan permasalahan dalam agroindustri susu yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Dengan adanya Exemil 1.0 ini, diharapkan eksekutif mampu untuk menemukan permasalahan dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dalam pengembangan agroindustri susu di Indonesia khususnya Jawa Barat. Struktur Exemil 1.0 pada dasarnya melibatkan tiga pelaku yaitu sumber data, pelaku, dan pengguna. Sumber data Exemil 1.0 dapat diperoleh antara lain dari Badan Pusat Statistika (BPS), Departemen Perindustrian (Depperin), Departemen Pertanian (Deptan), industri berbasis agroindustri susu, dan pustaka yang berkaitan dengan agroindustri susu. Pelaku sistem terdiri dari pelaku internal dan pelaku eksternal. Pelaku internal merupakan individu-individu yang terlibat langsung dalam kegiatan penyusunan paket program Exemil 1.0, misalnya sistem analis, pemrogram, pengumpul dan administrator data. Sedangkan pelaku ekseternal adalah individu-individu yang terlibat dalam proses pengembangan industri pengolahan susu, meliputi Deptan, BPS, Depperin. Sebagai pelaku eksternal, Deptan berperan sebagai penerima laporan dari pelaku sistem pengembangan agorindustri susu, BPS berperan dalam melakukan survey dan melaporkan data/informasi terntang ketersediaan susu, data tentang perusahaan pengolah susu serta produksinya, Depperin bertugas menerima laporan tentang ketersediaan susu. Diagram hubungan antar pelaku paket program Exemil 1.0 dapat dillihat pada Gambar 6.
32
Gambar 6. Diagram Hubungan Antar Pelaku Sistem Informasi Eksekutif Agroindustri Susu (Exemil 1.0) 2. Aliran Informasi Aliran informasi yang dirancang pada Exemil 1.0 berguna bagi eksekutif yang ingin mendapatkan informasi tentang perkembangan agroindustri susu. Pihak pengguna dapat menghubungi pihak pengelola untuk mendapatkan informasi agroindustri susu melalui jaringan terlekomunikasi yang telah terintegrasi dalam sistem. Bila ternyata informasi yang dibutuhkan belum tersedia, maka pihak pengelola akan menangguhkan sementara permintaan pengguna dan selanjutnya kolektor data akan berusaha mencari data tersebut.
3. Pelaporan dan Keperluan Data Berdasarkan analisa kebutuhan informasi bagi eksekutif yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam pembuatan pelaporannya yang akan disajikan dilakukan pemilihan dan penyortiran data. Hal ini
33
dilakukan agar hasil yang diterima oleh eksekutif merupakan laporan yang benar-benar dibutuhkan eksekutif. Sistem pelaporan ini dapat berpa infomasi yang ringkas dan menarik seperti berbentuk grafik atau mengamati perkembangan pasar. Data-data yang diperoleh dari masingmasing sumber setelah melewati operasi penyimpanan, perubahan, pemasukan, seleksi (penyortiran), pengelompokkan, dan pengumpulan informasi menghasilkan input bagi Exemil 1.0. Input Exemil 1.0 terdiri dari data bahan baku, data pemasaran, dan data industri pengolahan setelah mengalami proses pengolahan di dalam paket program Exemil 1.0 akan menghasilkan output berupa pelaporan sesuai yang diinginkan eksekutif. Format pelaporan yang dikembangkan dalam Exemil 1.0 bisa dalam bentuk bentuk grafik atau tabel yang didesain dengan tampilan yang akrab dengan pengguna (user friendly) serta dapat dicetak langsung dengan printer, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi kepada eksekutif dengan mudah. Sistem pelaporan Exemil 1.0 digambarkan dengan diagram input-output yang dapat dilihat pada Gambar 7. Jenis informasi yang diperlukan bagi pengguna dapat dilihat pada Tabel 6.
34
Operasi
Input
Exemil 1.0
Laporan total populasi sapi perah
Pengelompokkan Data (Sort)
Seleksi Data (Select)
Peternakan Pemasaran Produksi dan Konsumsi
Pemasukan Data (Entry)
Perubahan Data (Update)
Pendirian Industri Penentuan lokasi Perencanaan Produksi
EXEMIL 1.0
Pengumpulan Data (Collect)
Output / Perlaporan
Penyimpanan Data (Store)
Laporan ekspor, impor, permintaan Jawa Barat Laporan konsumsi, produksi, permintaan kabupaten
Laporan harga
Laporan wilayah terbaik
Laporan biaya pendirian industri
Laporan laba-rugi
Laporan perencanaan produksi
Laporan kebutuhan bahan baku
Gambar 7. Diagram Input-Output Exemil 1.0
35
Tabel 7. Tipe pelaporan informasi Exemil 1.0 Kelompok Informasi 1.
Tipe Laporan Detil
Ringkas
Peternakan -
Total populasi sapi perah
√
-
Total peternakan sapi perah
√
-
Syarat pendirian peternakan sapi
2.
√
Pemasaran -
Ekspor dan impor Jawa Barat
√
-
Permintaan kabupaten
√
-
Harga
√
-
Tujuan ekspor dan negara impor
√
3.
Produksi dan Konsumsi -
4.
√
Konsumsi dan produksi kabupaten Pendirian Industri
-
Biaya pendirian dan analisis sensitivitasnya
√
-
Laba-Rugi
√
5.
Penentuan Lokasi -
6.
√
Kelayakan Wilayah Perencanaan Produksi
-
Total kapasitas produksi yang direncanakan
√
-
Total kebutuhan bahan baku
√
7.
Industri Pengolahan Susu -
pohon industri
√
-
diagram alir proses
√
-
standar mutu
√
-
perusahaan pengolahan susu
√
4. Keperluan Tenaga Personalia yang dibutuhkan oleh Exemil 1.0 antara lain adalah analis sistem, pemrogram, pengumpul dan administrator data. Tugas dan wewenang analis sistem adalah menganalisis kebutuhan pengguna, menyusun analisis dan rancang bangun serta mengembangkan sistem. Tugas dan wewenang pemrogram adalah mengimplementasikan hasil
36
rancang bangun dan melakukan modifikasi program. Tugas dan wewenang pengumpul data adalah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan. Tugas administrator data adalah menambah, memperbaiki, menghapus data dan memiliki wewenang untuk mengakses data. Kriteria-kriteria umum masing-masing personalia adalah : a. Analis sistem - mampu menganalisis sistem - berpengalaman dalam pengembangan sistem informasi eksekutif - memiliki pengetahuan di bidang agroindustri susu - memahami komputer secara umum b. Pemrogram - berpengalaman dan trampil dalam pemrograman komputer - mampu menerjemahkan analisis dan rancang bangun sistem yang telah dibuat oleh analis sistem - mampu
melakukan
pengkodean,
pengujian,
dan
dokumentasi program dan database - memahami perangkat lunak dan perangkat keras komputer c. Pengumpul data - mengerti data-data yang harus dikumpulkan - mampu mencari data dari sumbernya dan aktif mencari data baru d. Administrator data - memahami pengoperasian komputer - mampu memasukkan dan mengakses data
5. Keperluan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Untuk mengoperasikan Exemil 1.0 diperlukan satu komputer dengan spesifikasi sebagai berikut : -
Processor Pentium IV atau yang setara
-
Memori (RAM) 256 MB
-
harddisk space 100 MB
37
-
Monitor dengan resolusi 800 x 600 pixel
-
CD Rom dan printer (pilihan).
Perangkat lunak yang diperlukan adalah sistem operasi Windows XP atau lebih tinggi dan application tool yaitu Borland Delphi 7 sebagai sistem operasi aplikasi paket program Exemil 1.0.
D.
Pemeliharaan Sistem Pemeliharaan
sistem
meliputi
pengembangan
sistem
dan
pemutakhiran/pemeliharaan data. Pengembangan sistem dapat berupa proses perbaikan sebagian atau keseluruhan sistem atau bahkan penyusunan sistem informasi eksekutif yang baru untuk menggantikan sistem yang lama. Pengembangan sistem dapat dilakukan jika terjadi kerusakan sistem, perubahan struktur data, dan perkembangan teknologi informasi. Mengingat sistem informasi eksekutif dibangun berdasarkan kebutuhan informasi eksekutif sesuai dengan core-nya, maka proses pengembangan sistem diharapkan mampu menanggapi perubahan kebutuhan informasi eksekutif yang menjadi inti dari sistem informasi eksekutif. Pemeliharaan data dilakukan untuk menyelamatkan data dari kerusakan secara fisik. Kerusakan data dapat terjadi oleh serangan virus, sistem komputer yang crash, media penyimpanan (harddisk) mengalami kerusakanm kesalahan tidak sengaja seperti penghapusan data dan bencana seperti kebakaran, kebanjiran, dan sebagainya. Pemeliharaan data dapat dilakukan dengan pembuatan data cadangan (back up) dalam media lainnya seperti dalam disket, harddisk lain atau compact disk (CD). File tersebut disimpan di tempat yang aman. Setiap ada pembaharuan data harus dibuat back up file. Hal ini diperlukan untuk mencegah perbedaan antar file-file data dalam sistem dengan back-up file, sehingga jika terjadi kerusakan data pada sistem, file data dapat segera dipulihkan.
38
V.
RANCANG BANGUN EXEMIL 1.0
A. Arsitektur Exemil 1.0 Arsitektur
Exemil
1.0
menggambarkan
struktur
dan
fungsi
komponen-komponen dalam sistem yang saling berkaitan sehingga menghasilkan suatu sistem yang terintegrasi. Arsitektur Exemil 1.0 bila dilihat berdasarkan piramida manajemen dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Piramida Manajemen Exemil 1.0
Dilihat dari gambar di atas, terlihat bahwa EIS (Executive Information System) yang diberi nama Exemil 1.0 ini berada di atas sistem informasi yang menunjang sistem ini, diantaranya sistem informasi tentang wilayah, PPIC, finansial, produksi-konsumsi, marketing, dan peternakan. Keenam sistem informasi ini berada pada level operasional yang akan mendukung sistem yang berada di puncak, yang berada pada level strategis untuk penentuan strategis yaitu sistem informasi eksekutif. Jadi dapat dikatakan sistem informasi eksekutif untuk perencanaan pengembangan agroindustri susu merupakan sistem yang sistem informasi penunjang sistem tersebut.
memayungi atau melingkupi
Sedangkan arsitektur Exemil 1.0 secara sistematik dapat dilihat pada Gambar 9. Password
Cek password Salah
“Eksekutif” “Administrator”
Antarmuka Administrator
Peternakan
Pemasaran
Pendirian Industri
Penentuan Lokasi
Perencanaan Produksi
Industri
Restore database Database Exemil 1.0 Back up database Database Eksternal Antarmuka Eksekutif
Pemasaran
Pendirian Industri
Penentuan Lokasi
Perencanaan Produksi
Keterangan Proses
Database/Penyimpanan Data
Pemilihan
Laporan/Dokumen
Pemasukkan/ Pengentrian Data Secara Manual
Gambar 9. Arsitektur sistem dalam Exemil 1.0
40
Sebelum pengguna mengakses Exemil 1.0, maka pengguna akan dihadapkan pada pengisian password (kata kunci). Apabila password yang dimasukkan benar, maka pengguna akan masuk ke menu utama. Terdapat dua tipe pengguna pada Exemil 1.0, yaitu eksekutif dan administrator data. administrator data bertugas memasukkan, memperbaharui, dan mengurangi data pada Exemil 1.0, sehingga data yang ada dalam Exemil 1.0 dapat berubah sesuai dengan perubahan agroindustri susu namun eksekutif tidak dapat melakukan perubahan ataupun penambahan data, para eksekutif hanya dapat melihat perkembangan yang ada melalui laporan Exemil 1.0. Pada tampilan antarmuka eksekutif, tidak seluruh komponen pembentuk Exemil 1.0 ditampilkan karena hanya data-data yang bertipe ringkas pada pelaporannya yang akan ditampilkan untuk Eksekutif. Namun eksekutif juga dapat mengakses informasi lainnya melalui pelaporan informasi manajemen.
B.
Konfigurasi Model B.1. DFD (Data Flow Diagram) Tahapan
pemodelan
sistem
dalam
perancangan
sistem
informasi berguna untuk memberikan gambaran yang jelas dalam rancang bangun dan penerapan sistem secara fisik kepada pengguna. Pemodelan Exemil 1.0 dilakukan dengan pendekatan berarah fungsi yang
terdiri
dari
pembuatan
diagram
alir
data
(data
flow
diagram/DFD). Diagram alir data merupakan gambaran sistem dalam bentuk jaringan atau grafis, dari sudut pandang data yang diproses, yang mampu menggambarkan kegiatan-kegiatan yang berlangsung secara paralel. Diagram alir data dibuat secara bertahap untuk memudahkan penggambaran aliran data. Pada pembuatan model Exemil 1.0, diagram alir data dibuat hingga tingkat ketiga. Diagram alir data tingkat 0 menggambarkan keseluruhan sistem dengan satu proses berikut dengan sumber dan tujuan data secara jelas. Pada Gambar 10 dapat dilihat diagram alir data tingkat 0 (context diagram).
41
Gambar 10. Diagram Alir Data level 0 (Diagram konteks Exemil 1.0)
Pada diagram level 0 ini atau context diagram menggambarkan masukkan informasi yang berasal dari Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistika, Departemen Perindustrian, dan Pustaka. Selanjutnya informasi-informasi tersebut akan diolah dalam sistem informasi eksekutif (Exemil 1.0) yang akan menghasilkan laporan bagi eksekutif. Informasi-informasi yang didapatkan dari sumber-sumber yang ada akan diolah dalam Exemil 1.0, yang terbagi menjadi beberapa proses. Informasi tersebut dikumpulkan kemudian akan disortir dan seleksi sesuai dengan kebutuhan eksekutif dan kelompok data tersebut. selanjutnya informasi akan diolah ke dalam bentuk pemantauan informasi atau perhitungan yang akan dilaporkan hasilnya kepada eksekutf. Proses yang terjadi dalam Exemil 1.0 ini digambarkan dalam DFD level 1 pada Gambar 11.
42
Gambar 11. Diagram Alir Data Level 1
DFD level 1 ini akan dipecah kembali ke dalam DFD level 2. Pada level 2 ini, informasi akan diproses dalam penyeleksian dan pegolahan. Gambar 12a menggambarkan aliran informasi yang terjadi pada penyeleksian dan penyortiran data. Informasi-informasi yang telah didapatkan dari sumber, akan diseleksi dan disortir. Penyeleksian dan penyortiran data akan membagi informasi menjadi dua jenis, yaitu informasi yang dibutuhkan bagi eksekutif sesuai dengan critical success factors
dan informasi penunjang atau sistem informasi
manajemen, atau informasi tanpa metode critical success factors. Informasi penunjang ini akan langsung menghasilkan laporan details atau lengkap bagi eksekutif. Informasi penunjang tersebut berupa informasi mengenai syarat peternakan yang baik, informasi
43
produsen susu, informasi standar mutu produk susu dan turunannya, informasi proses produksi, dan informasi pohon industri susu. Sedangkan informasi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan eksekutif akan diolah untuk menghasilkan laporan ringkas bagi eksekutif berupa laporan pemantauan. Pada Gambar 12b, aliran informasi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan eksekutif menggunakan metode critical success factors akan diolah untuk menghasilkan laporan pemantauan. Informasi tersebut terdiri dari informasi populasi sapi perah dan jumlah peternakan sapi perah; informasi konsumsi dan produksi; informasi permintaan, ekspor, impor, dan harga; informasi kapasitas perencanaan produksi dan kebutuhan bahan baku; informasi kelayakan finansial dan laba rugi; informasi lokasi pendirian terbaik.
44
Gambar 12a. Diagram alir data level 2
45
Gambar 12b. Diagram alir data level 2 46
Pada diagram level 2 untuk pengolahan data atau pemantauan data akan dibagi lagi ke dalam level 3 dalam aliran informasinya. Pada gambar 13, terlihat bahwa informasi mengenai penentuan lokasi terbaik akan diolah kembali. Aliran informasinya berupa data kriteria dan data alternatif yang didapatkan mengalami proses perhitungan untuk menghasilkan informasi mengenai lokasi terbaik untuk pendirian industri susu dengan perhitungan menggunakan MPE. Selanjutnya informasi ini akan dilaporkan kepada eksekutif dalam bentuk tampilan ataupun worksheet.
Gambar 13. Diagram Alir Data level 3
Gambar 14a, 14b, 14c, 14d menggambarkan aliran informasi yang terjadi pada informasi marketing. Informasi marketing terdiri dari informasi ekspor, impor, harga, dan permintaan. Pada informasi permintaan, informasi yang ada akan dikelompokkan berdasarkan produk dan tahun selanjutnya informasi tersebut akan diproses
47
pembuatan tabel dan grafik yang akan dilaporkan untuk eksekutif. Pada informasi ekspor dan impor, informasi akan dikelompokkan berdasarkan produk dan tahun, namun tidak hanya itu untuk ekspor akan dikelompokkan berdasarkan negara tujuan sedangkan untuk impor akan dikelompokkan berdasarkan negara importir. Selanjutnya informasi akan diolah dalam bentuk tabel dan grafik untuk dilaporakan kepada eksekutif.
Gambar 14a. Diagram alir data level 3 (pemantauan data permintaan pemasaran)
48
Gambar 14b. Diagram alir data level 3 (pemantauan data ekspor pemasaran)
49
3.6 Seleksi data pemasaran
Data impor
3.6.5 Terima data impor
Data impor
3.6.11
3.6.8 Pengelompokkan data berdasarkan produk
Pengelompokan data berdasarkan negara importir
3.6.9 Pengelompokan data berdasarkan tahun
3.6.12
3.6.13
Pembuatan tabel
Pembuatan grafik
Pelaporan
Eksekutif
Gambar 14c. Diagram alir data level 3 (pemantauan data impor pemasaran)
50
Gambar 14d. Diagram alir data level 3 (pemantauan data harga pemasaran)
Gambar 15a dan 15b menggambarkan aliran informasi level 3, pemecahan dari seleksi data produksi dan konsumsi pada level 2. Gambar 15a mengilustrasikan aliran informasi konsumsi, yang pada aliran awalnya data konsumsi yang diterima akan dikelompokkan berdasarkan kabupaten, tahun, dan produk. Selanjutnya data yang sudah dikelompokkan tersebut akan diproses untuk dibuat dalam
51
bentuk tabel dan grafik untuk pelaporan bagi eksekutif. Hal ini tidak jauh berbeda dengan ilustrasi pada Gambar 15b.
Gambar 15a. Diagram alir data level 3 (pemantauan data konsumsi pemasaran)
52
Gambar 15b. Diagram alir data level 3 (pemantauan data produksi pemasaran) Gambar 16 menggambarkan aliran informasi pendirian industri, yang diawali dengan data-data pendukung untuk perhitungan pendirian industri yaitu data asumsi, data investasi, data biaya tetap, dan data biaya variabel. Data-data tersebut diterima dan diolah untuk menghasilkan analisis kelayakan dan analisis laba-rugi yang kemudian akan dilaporkan kepada eksekutif.
53
Gambar 16. Diagram alir data level 3 (pemantauan data pendirian industri)
Gambar 17 menggambarkan aliran informasi pada informasi peternakan. Informasi peternakan terdiri dari informasi mengenai populasi sapi perah dan informasi jumlah peternakan sapi perah. Kedua informasi itu akan diseleksi kemudian akan dikelompokkan berdasarkan kabupaten dan tahun. Selanjutnya informasi akan dibuat dalam bentuk tabel dan grafik yang akan dilaporkan kepada eksekutif.
54
Gambar 17. Diagram alir data level 3 (pemantauan data peternakan) Gambar 18 menggambarkan aliran informasi PPIC atau perencanaan produksi. Informasi perencanaan produksi ini diawali dengan data permintaan yang akan dikelompokkan berdasarkan produk kemudian dilakukan perhitungan peramalan, yang akan menghasilkan data ramalan permintaan. Data ramalan ini akan diproses untuk menghasilkan kapasitas perencanaan produksi. Informasi mengenai kapasitas perencanaan produksi tersebut akan diproses untuk
55
mendapatkan
kebutuhan
bahan
baku
yang
diperlukan
untuk
melaksanakan produksi sesuai dengan prakiraan kapasitas tersebut. Informasi mengenai kapasitas perencanaan produksi dan kebutuhan bahan baku akan dilaporkan kepada eksekutif.
Gambar 18. Diagram alir data level 3 (pemantauan data perencanaan produksi)
B.2. ERD (Entity Relationship Diagram)
56
ERD/model data merupakan alat yang digunakan dalam analisis untuk menggambarkan kebutuhan data dan asumsi-asumsi dalam sistem yang akan dibangun/dikembangkan secara terstruktur dari atas ke bawah. Entity Relationship Diagram (ERD) digunakan untuk mengidentifikasi data yang akan diambil untuk keperluankeperluan tertentu dalam mendukung kegiatan yang dilakukan organisasi. ERD juga digunakan untuk mengidentifikasi asal data yang dibutuhkan dan dilaporkan (Marimin, 2004). ERD/model data tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan konsep berdasarkan konsep pembuatan deskripsi struktur basis data, yaitu model data konseptual atau tingkat tinggi (high level) dan model data fisikal atau tingkat rendah (low level). a. Model data konseptual menyajikkan konsep tentang bagaimana pemakai basis data memandang atau memperlakukan data. Dalam model data konseptual digunakan konsep entiti, atribut, dan hubungan. b. Model data fisikal, merupakan konsep bagaimana deskripsi data disimpan
dalam
komputer.
Dalam
model
data
fisikal
dideskripsikan bagaimana data disimpan dalam komputer dengan menyajikkan informasi tentang format rekaman, urutan rekaman, dan jalur pengaksesan data. Informasi jalur pengaksesan data merupakan struktur yang dapat membuat pencarian rekaman data lebih efisien. Waljiyanto, 2003)
57
Konsumsi Peternakan Sapi Produksi Populasi Sapi IDKonsumsi IDPeternakan IDProduksi IDPopulasi Produk Kabupaten Produk Kabupaten Konsumsi_Produksi Populasi_Konsumsi Peternakan_Populasi Kabupaten Tahun Kabupaten Tahun Tahun Jumlah Peternakan Tahun Populasi Total Konsumsi Total Produksi
Jawa Barat Impor IDJabar IDImpor IDEkspor Produk Tahun Tahun Tahun Produk Produk Impor_Jabar Produksi Jabar Negara Importir Negara Tujuan Ekspor_Impor Konsumsi Jabar Volume Impor Volume Ekspor Ekspor Jabar Impor Jabar Permintaan Jabar Harga Nasional Ekspor_Jabar Populasi Jabar Ekspor
Permintaan
Produsen IDProdusen Produsen_SM Jenis Industri Standar Mutu Perusahaan IDMutu Alamat Produk Telepon Karakteristik Fax Syarat
Pohon Industri IDPohin Produk SM_Pohin Keterangan
IDRamalan Produk Permintaan_Peramalan Kabupaten Nilai Ramalan
Peramalan_MPS
MPS Alternatif
Bobot Pakar IDPakar Kriteria Bobot
Peramalan
IDPermintan Bulan Tahun Produk Total Permintaan
Pakar_Alternatif
IDAlternatif Kabupaten Bobot
Kelayakan Wilayah
Alternatif_Wilayah
IDWilayah Pakar_WilayahKabupaten Nilai Total
IDMPS Produk Nilai Ramalan Buffer Stock Current Stock Perencanaan Produksi Produksi Efektif Kekurangan Produksi Kapasitas Lembur Ending Stock
MPS_MRP Asumsi_Variabel
MRP
Asumsi_Tetap
Investasi Biaya Tetap Asumsi IDInvestasi IDTetap IDAsumsi Asumsi_Investasi Jenis_Investasi Jenis Biaya Jenis Asumsi Jumlah SATUAN Invesatasi_Tetap Nilai SATUAN Jumlah Biaya Satuan Biaya Satuan Investasi_Kelayakan Total Biaya Total Biaya
Biaya Variabel IDVariabel Tetap_Variabel Jenis Biaya SATUAN Jumlah Biaya Satuan Total Biaya
Asumsi_Kelayakan
Kelayakan Finansial IDFinansial Investasi Biaya Tetap Biaya Variabel Kapasitas Produksi Harga Jual Laba Bersih NPV IRR BEP Investasi_LabaRugi BC Ratio PbP
Asumsi_LabaRugi
IDMRP Produk Jenis Bahan Baku Satuan Current Stock Buffer Stock Usage Order Ending Stock
Keterangan B
A
B
Satu atribut dari entity A berhubungan dengan satu atau banyak atribut dari entity B
A
B
Satu atau banyak atribut dari entity A tidak berhubungan/ berdiri sendiri dengan satu atau banyak atribut dari entity B
A
B
Banyak atribut dari entity A berhubungan denganbanyak atribut dari entity B
Tetap_LabaRugi
Tetap_Kelayakan
Variabel_Kelayakan
Laba Rugi IDLabarugi Tahun Nilai Jual Biaya Variabel Laba Bruto Angsuran dan Bunga Laba Sebelum Pajak Pajak Laba Bersih
Satu atribut dari entity A berhubungan dengan satu atribut dari entity B
A
Variabel_LabaRugi
Gambar 19. Model Data Konseptual 58
Gambar 20. Model Data Fisik
59
VI. IMPLEMENTASI SISTEM
Implementasi sistem merupakan tahap akhir dalam pengembangan suatu perangkat lunak yang mengimplementasikan hasil rancangan arsitektur sistem dan desain antarmuka pnegguna ke dalam bentuk model perangkat lunak. Pendekatan yang dulakukan pada saat implementasi menggunakan pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up). Pendekatan dari bawah ke atas dimana penyusunan basis data dimulai dari data dasar yaitu berupa atribut. Pemodelan data dapat dilakukan dengan identifikasi atribut dari realita yang akan disusun dalam basis data. Kemudian akan dilanjutkan dengan menyusun kombinasi dari atribut-atribut yang telah dipilih ke dalam bentuk tabel-tabel normal. Pendekatan data dengan pendekatan dari bawah ke atas dapat memperoleh hasil yang baik jika diterapkan untuk perancangan basis data yang relatif sederhana, yaitu dengan jumlah data atribut yang tidak terlalu banyak. Tahapan implementasi Exemil 1.0 ini terdiri dari dua bagian yaitu transformasi desain dan perancangan perangkat lunak. Transformasi desain menjelaskan piranti lunak yang digunakan untuk mentransformasikan hasil rancangan Exemil 1.0 menjadi suatu model yang nyata. Sedangkan pembuatan perangkat lunak (software) menjelaskan tentang proses pembuatan perangkat lunak dan fasilitas yang digunakan untuk menghasilkannya.
A.
Transformasi Desain Sistem
Informasi
Eksekutif
Perencanaan
Pengembangan
Agroindustri Susu (Exemil 1.0) dirancang sebagai program aplikasi yang akan diimplementasikan pada sistem operasi Windows XP didasarkan pada keleluasan pemakaian sistem operasi Windows dibandingkan dengan Linux atau sistem operasi lainnya. Selama tahap pengembangan, Exemil 1.0 diimplementasikan pada laptop dengan sistem operasi Windows XP, processor Intel Core Duo, dan memory RAM 1512MB. Aplikasi yang dihasilkan akan dapat berjalan dengan baik pada komputer yang minimal memiliki processor Pentium IV. Paket program ini juga membutuhkan ruang kosong sebesar 80 MB oada saat instalasi.
Pada tahap pengembangan, Exemil 1.0 dirancang dengan aplikasi akhir menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan pengguna. Exemil 1.0 didesain bersifat interaktif dengan tampilan user friendly. Bahasa pengembangan yang digunakan adalah bahasa Pascal dengan bantuan software Borland Delphi 7. Manajemen basis dialog, pembuatan interface yang user friendly dirancang dengan bantuan software Corel Draw 12. Manajemen basis data dirancang dengan ActiveX Data Object (ADO) dari Microsoft dengan file basis data menggunakan Microsoft Access 2007. Visualisasi data berupa grafik menggunakan komponen yang terdapat pada Borland Delphi 7. Penanganan sistem report/laporan menggunakan komponent Fast Report versi 4.0 dari Fast Report Inc.
B.
Pembuatan Perangkat Lunak Implementasi paket program Exemil 1.0 menggunakan perangkat lunak Borland Delphi 7 dan Microsoft Access 2007. Pemakaian perangkat lunak Borland Delphi 7 sebagai bahasa pengembang dan Microsoft Access 2007 sebagai basis data yang bertujuan untuk memudahkan penyusunan basis data (data-data yang dibutuhkan). Paket program Exemil 1.0 menggunakan lima jenis form untuk berdialog dengan pengguna, yaitu form utama, form pusat data, form pemantauan, form ahli, dan form laporan. Form utama merupakan form induk tempat form lainnya ditampilkan serta untuk menjalankan fungsifungsi komponen Exemil 1.0 karena form ini menghubungkan user dengan form-form lainnya yang merupakan bagian dari Exemil 1.0. Kontrol yang digunakan dalam form ini adalah speedometer, sebagai penunjuk perkembangan agroindustri susu, yaitu ekspor, impor, harga, produksi, konsumsi,
permintaan,
dan
populasi
sapi
perah.
Speedometer
ini
menunjukkan laju pertumbuhan masing-masing komponen sesuai dengan komoditi yang dipilih, setiap tahunnya di Jawa Barat. Selain itu, adanya tombol-tombol yang akan menghubungkan dengan form lainnya. Selanjutnya adalah form pusat data. Form ini hanya dapat diakses oleh
administrator
sebagai
penginput,
pengubah,
penambah
data
61
perkembangan agroindustri susu. Form ini akan terhubung dengan form-form lainnya yang terdapat pada form utama. Data-data yang terdapat pada form pusat data, selanjutnya akan digunakan oleh form-form lainnya untuk dipanggil atau dilakukan perhitungan. Tampilan form ini sederhana sehingga memudahkan pengguna yang baru pertama kali mengakses Exemil 1.0. Kontrol yang digunakan dalam perancangan form ini adalah data combobox, data edit, data grid, dan data navigator. Kontrol ActiveX Data Object (ADO) untuk menyimpan, mengubah, menghapus data dalam basis data. Pengembangan Exemil 1.0 dilengkapi dengan form ahli untuk penentuan lokasi terbaik, perencanaan produksi, dan kelayakan finansial. Pada form ini terdapat model matematika yang kompleks untuk menghasilkan nilai dalam mendapatkan lokasi terbaik dengan metode MPE (Metode Perbandingan Eksponensial), peramalan permintaan dengan metode time series (single moving average, double moving average, single exponential smoothing, Brown’s method, dan Holt’s method), prakiraan permintaan dengan perhitungan MPS, kebutuhan bahan baku dengan perhitungan MRP, dan kelayakan finansial. Form pemantauan merupakan form untuk memantau dan melihat data yang telah dientri. Form ini memberikan pilihan kepada user untuk menampilkan data sesuai dengan keinginan eksekutif. Oleh sebab itu, dalam form ini disediakan combobox yang akan digunakan untuk memilih data berdasarkan komoditi, kabupaten, tahun, atau negara. Form ini dilengkapi dengan tabel dan grafik yang memudahkan eksekutif dalam memahami pergerakan atau perubahan yang terjadi dalam agroindustri susu. Kontrol yang digunakan adalah data grid untuk menampilkan data dalam tabel dan data chart untuk menampilkan data dalam bentuk chart (grafik). Form yang terakhir adalah form laporan untuk menampilkan data dalam lembar kerja (worksheet) agar dapat dicetak di atas kertas. Form ini lanjutan dari form pemantauan. Setelah eksekutif menentukan pilihan data yang ingin dilihat, eksekutif dapat mencetak data yang dilihat tersebut pada form ini dengan tampilan tabel dan grafik.
62
Setelah semua form dibuat, maka semua kesatuan dalam sistem dapat diintegrasikan membentuk suatu sistem aplikasi yang utuh. Selama tahap pengkodean dan pengintegrasian sistem, dilakukan proses testing dan debugging. Dalam proses ini, setiap komponen diuji coba terhadap kesalahan bahasa (syntax errror), kesalahan proses (runtime error), dan kesalahan logika (logical error). Pengujian kesalahan juga dilakukan pada sistem program secara keseluruhan dari hasil penggabungan program dari masingmasing komponen, hal ini dikarenakan untuk melihat kesalahan-kesalahan pada proses penggabungan aplikasi. Setelah keseluruhan program selesai dibuat dan bebas dari kesalahan, maka dilakukan verifikasi sesuai dengan kebutuhan pengguna akhir. Proses verifikasi merupakan proses pengujian peforma sistem yang meliputi pengujian antarmuka pengguna (user interface) dan pengaksesan basis data. Pengujian antarmuka dilakukan dengan menguji apakah antarmuka Exemil 1.0 sudah konsisten dan sederhana. Pengujian data dilakukan dengan menguji data yang terdapat dalam Exemil 1.0, apakah sesuai dengan penyajian informasi yang diinginkan oleh user. Pengujian terakhir dilakukan setelah program selesai dibuat, dan siap untuk dikirim ke pengguna akhir setelah dibuat instalasinya. Proses pengujian ini dilakukan juga pada komputer lain yang memiliki perangkat lunak Borland Deplhi 7.0. Hal ini dimaksudkan selain untuk menguji kesalahan program, juga untuk melihat apakah program dapat berjalan dengan baik pada komputer lain.
C.
Performa Sistem 1. Struktur Program Paket program Exemil 1.0 pada dasarnya terdiri dari tiga bagian, yaitu pusat data, pemantauan, dan pelaporan. Bagian edit, hapus, dan tambah data terdapat pada pusat data. Bagian pemantauan digunakan untuk melihat data dana melakukan pemantauan (controlling) terhadap data yang telah masuk, data ini merupakan bagian terpenting dalam Exemil 1.0, yang berfungsi sebagai controlling terhadap data kritis.
63
Bagian pemantauan ini hanya disediakan terhadap faktor kritis agroindustri susu, selanjutnya eksekutif/pengguna dapat menjadikan pemantauan ini menjadi tercetak dalam bentuk kertas dengan bagian pelaporan. Pada bagian pelaporan ini, semua hasil controlling dapat dicetak untuk dipelajari apabila perlu ada keputusan yang diambil. Untuk dapat mengakses ketiga bagian tersebut, user harus dapat memasukkan user ID dan password yang benar. Dengan adanya fasilitas password ini akan melindungi dan membatasi user/pengguna Exemil 1.0. Tahapan penggunaan Exemil 1.0 dapat dilihat pada Gambar 21. Mulai Salah
Password
Benar Antarmuka Utama
Pilih Tipe Pusat Data
Pilih Tipe Kontrol
Manajemen Database Tidak
Lihat Kontrol Data Tidak
Cukup
Pilih Tipe Laporan
Lihat Laporan Tidak
Cukup
Cukup
Ya
Keluar
Gambar 21. Tahapan Penggunaan Exemil 1.0
64
2. Struktur Antarmuka Exemil 1.0 Struktur antarmuka dirancang agar Exemil 1.0 dapat dengan mudah
dipahami
mengganggu
oleh
pengguna
pengguna. dengan
Antarmuka informasi
pengguna yang
yang
berlebihan,
menyembunyikan fungsi, tidak jelas, dan sebagainya, dianggap sebagai antarmuka yang buruk. Hal ini dalam Exemil 1.0 berusaha untuk dihindari. Adanya menu yang disajikan dengan menggunakan tombol sederhana tetapi dapat menggambarkan jenis informasi yang dimaksud menjadikan Exemil 1.0 mudah diterima pengguna tanpa harus mempelajarinya dalam waktu yang lama. Antarmuka Exemil 1.0 dibagi menjadi sembilan menu utama, yaitu menu utama, menu map, menu peternakan, menu marketing, menu produksi-konsumsi, menu perencanaan produksi, menu pemilihan lokasi, menu kelayakan finansial, menu industri, dan menu pusat data. Menu utama terdiri dari speedometer yang menampilkan laju perkembangan masing-masing komponen terhadap tiap komoditi. Dalam menu ini terdapat tombol-tombol yang akan menghubungkan dengan menu lainnya. Menu map menampilkan gambar peta Jawa Barat dengan tombol pada masing-masing kabupaten, yang dapat diklik untuk dilihat datanya. Menu peternakan menampilkan submenu populasi ternak sapi perah, banyaknya peternakan, dan syarat pendirian peternakan yang baik. Pada submenu populasi dan banyak peternakan akan menampilkan laporan pemantauan dan laporan tersebut dapat dicetak. Menu marketing terdiri dari submenu impor, ekspor, dan permintaan. Masing-masing submenu akan menampilkan laporan pemantauan
yang
dapat
dicetak.
Menu
perencanaan
produksi
menampilkan hasil perhitungan peramalan permintaan yang akan diolah perencanaan produksinya dan perencanaan kebutuhan bahan bakunya. Menu pemilihan lokasi menampilkan hasil perhitungan dalam memilih lokasi terbaik untuk pendirian agroindustri susu di Jawa Barat. Menu kelayakan finansial menampilkan biaya-biaya yang dibutuhkan serta hasil analisisnya dalam mendirikan agroindustri susu.
65
Terakhir adalah menu pusat data. Menu merupakan menu inti bagi administrator dan kehidupan Exemil 1.0, karena pada menu seluruh perilaku terhadap data dapat dilakukan dari penginputan, pengubahan, dan penghapusan. Menu pusat data ini terdiri dari beberapa submenu sesuai dengan form yang terdapat pada menu utama.
66
VII. PEMBAHASAN
A.
Industri Susu Susu merupakan produk yang berasal dari pemerahan sapi perah atau hewan ternak menyusui lainnya secara kontinyu dengan tidak mengurangi komponen-komponennya dan tidak menambahkan bahan-bahan lain. Susu bernilai gizi tinggi dan dapat digunakan sebagai makanan manusia segala umur, sehingga susu merupakan makanan yang dapat dikatakan sempurna. Namun cukup disayangkan, di negara berkembang seperti Indonesia yang sudah termasuk tingkat rendah dalam pengonsumsian susu di Asia, masih saja mengalami kekurangan susu sehingga harus mengimpor susu dari beberapa negara seperti Australia dan New Zealand. Impor susu ini juga tidak dalam jumlah sedikit, setidaknya sebesar 70% susu yang berada di Indonesia merupakan susu impor, tidak hanya bahan bakunya namun juga susu dalam produk jadi atau siap minum. Tabel 8 di bawah ini menunjukkan produksi, konsumsi, dan ekspor susu di Indonesia dari tahun 2005-2007. Tabel 8. Total produksi, konsumsi, dan impor susu segar Indonesia tahun 2004-2007 Parameter 2004 2005 2006 2007 Produksi
549.900
536.000
6.165.000
567.700
Konsumsi
2.136.700
2.136.700
2.136.700
2.136.700
Impor
1.654.120
1.730.840
1.881.280
1.982.170
(Sumber : Departemen Pertanian, 2008) Dalam tabel tersebut terlihat bahwa konsumsi masyarakat Indonesia terhadap susu jauh lebih tinggi dibandingkan produksi susu tersebut. Oleh sebab itu, tidak heran apabila jumlah impor susu sangat besar. Banyak faktor yang menyebabkan produksi susu di Indonesia rendah. Salah satu utamanya adalah sapi perah yang merupakan ternak utama penghasil susu tidak mendapatkan gizi yang baik sehingga susu yang dihasilkan pun tidak berkualitas baik dan sedikit. Oleh sebab itu, dalam mengembangkan
industri susu, tidak hanya bahan baku yang diperlukan namun juga harus memperhatikan sumber bahan baku tersebut. Pada gambar di bawah, dapat dilihat pergerakan perbandingan antara ekspor dan impor susu di Indonesia.
Gambar 22. Pertumbuhan Ekspor dan Impor Susu di Indonesia
Banyak industri susu di Indonesia tidak memiliki peternakan sapi perah yang bergabung langsung dengan pengolahannya. Pada umumnya, industri-industri tersebut membeli bahan baku berupa susu segar, langung dari peternakan sapi perah. Oleh sebab itu, untuk mengembangkan industri susu lebih lanjut maka ada baiknya sebuah industri susu mempunyai peternakan sendiri sehingga kualitasnya pun dapat terjamin karena tidak melalui distribusi bahan baku dengan jarak yang cukup jauh. Selain susu segar baik dalam kemasan plastik biasa atau prepack, Indonesia juga sudah memproduksi susu bubuk terutama untuk para remaja. Pada kenyataannya susu bubuk lebih digemari oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan pada umumnya masyarakat Indonesia berpenghasilan rendah atau masih di bawah garis kemiskinan, tidak memiliki mesin pendingin atau kulkas untuk menyimpan susu segar sehingga susu segar tersebut akan cepat mengalami kebusukan karena umur simpan yang semakin pendek. Sedangkan susu bubuk memiliki umur simpan yang lebih panjang bahkan tidak perlu dimasukkan ke dalam lemari pendingin karena cukup disimpan pada suhu ruang.
68
Oleh karena itu, Indonesia harus lebih mengembangkan susu bubuk sehingga tidak perlu juga untuk mengimpornya. Sebanyak 70% susu yang diimpor, sekitar 65% merupakan susu bubuk yang digunakan untuk bahan baku pengolahan susu, sehingga untuk menekan hal tersebut, adanya keseimbangan antara produksi susu segar yang merupakan bahan baku utama susu dengan susu bubuk yang merupakan susu dengan tingkat konsumsi tertinggi di Indonesia, yang akan menyebabkan berkurangnya tingkat ketergantungan impor susu Indonesia.
B.
Konfigurasi Sistem Sistem Informasi Eksekutif Untuk Perencanan Pengembangan Agroindustri Susu dirancang sebagai alat bantu yang bermanfaat bagi para pengembang agroindustri di daerah Jawa Barat yang bergerak di bidang agroindustri susu, terutama bagi pemerintahan daerah Jawa Barat sehingga dapat
mengetahui
perubahan
yang
terjadi
terhadap
perkembangan
agroindustri susu serta pengguna paket program dapat mengambil keputusan untuk memenuhi permintaan masyarakat terhadap susu dan turunannya. Paket program sistem informasi eksekutif ini diberi nama Exemil 1.0, terdiri dari lima bagian utama, diantaranya : a. Sistem Pengolahan Terpusat, b. Sistem Manajemen Basis Data Statis, c. Sistem Manajemen Basis Data Dinamis, d. Sistem Manajemen Basis Model, dan e. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Terpusat merupakan bagian sistem yang bertujuan mengorganisasikan dan mengendalikan seluruh komponen sistem, serta memungkinkan sistem berinteraksi secara dua arah dengan sistem lainnya. Sistem Pengolahan Terpusat paket program Exemil 1.0 divisualisasikan dalam bentuk Menu Utama yang terdiri dari Basis Data Statis, Basis Data Dinamis, dan Basis Model. Sistem Manajemen Dialog merupakan bagian sistem yang memungkinkan pengguna dengan mudah berinteraksi dengan sistem. Sistem Manajemen Dialog dalam paket program ini menyediakan
69
fasilitas interaktif antara model dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Sistem Manajemen Basis Data merupakan bagian yang memberikan fasilitas pengolahan data, yaitu mengendalikan dan memanipulasi data yang tersimpan. Proses tersebut diantaranya input data, ubah data, dan hapus data. Sistem Manajemen Basis Model merupakan bagian yang memberikan fasilitas fasilitas pengelolaan model untuk perhitungan dalam proses pengambilan keputusan. Model-model yang terdapat didalam sistem ini meliputi model prakiraan permintaan, model perencanaan produksi, model kebutuhan bahan baku, dan model kelayakan finansial. Perangkat lunak ini dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0. Manajemen Basis Data Statis dirancang dengan menggunakan HTML (Hyper Text Markup Language) dan dibuka oleh Internet Explorer yang diintegrasikan pada program utama. Manajemen Basis Data Dinamis dirancang dengan menggunakan Microsoft Access 2007. Sistem Manajemen Basis Model dirancang dengan menggunakan Borland Delphi 7.0 dan Microsoft Excel 2007 untuk model analisis kelayakan finansial dan model analisis teknologi pengolahan. Sistem Manajemen Dialog dirancang dengan menggunakan Corel Draw 12. Pada sistem manajemen dialog ini, Exemil 1.0 memiliki sistem antarmuka grafis atau yang biasa disebut dengan Graphical User Interface.
C.
Penampilan Sistem Exemil1.0
merupakan
paket
program
yang mengintegrasikan
beberapa modul dan submodul yang saling berkaitan untuk menunjang user, dalam hal ini adalah eksekutif, dalam melihat informasi ataupun menentukan keputusan secara cepat dan tepat mengenai perencanaan pengembangan industri susu. Di dalam paket program Exemil 1.0, memiliki pusat pengolahan sistem yang berada pada tampilan utama, yang menghubungkan keterkaitan antara satu modul dengan modul lainnya. Pertama kali paket ini dijalankan, user akan memasuki form login. Form ini bertujuan untuk membedakan
70
fungsi program bagi Eksekutif dan Administrator. Form login ini terdiri dari user ID dan password. Ada dua user yang dibedakan dalam paket program Exemil 1.0 yaitu Eksekutif dan Administrator. Eksekutif merupakan para user yang hanya bisa mengakses program dengan melihat hasil analisis dari penjalanan program tersebut namun mereka tidak dapat mengubah, menambahkan, mengurangi, ataupun menghilangkan data. Seluruh kegiatan tersebut hanya dapat dilakukan oleh Administrator. Berikut tampilan dari form login.
Gambar 23. Tampilan Login
Setelah melewati form login, user akan masuk ke menu pembuka, yang merupakan menu pemisah antara menu pusat data yang berisikan kumpulan data yang terhubung dengan database dan menu utama yang berisikan modul-modul inti dari Exemil 1.0. Bagi user eksekutif, menu pusat data tidak dapat dimasuki. Apabila kategori yang terseleksi dari form login, user adalah Eksekutif maka tombol untuk menuju pusat data akan dinonaktif-kan. Berikut tampilan dari menu pembuka.
71
Gambar 24. Tampilan Menu Pembuka
1. Menu Utama Setelah melalui menu pembuka, apabila user menekan tombol Main Menu maka menu utama akan tertampilkan.
Gambar 25. Tampilan Menu Utama (Main Menu)
Pada menu terdapat 7 speedometer yang menggunakan prinsip graphical user interface (GUI). Ketujuh speedometer ini menunjukkan laju pertumbuhan harga nasional, ekspor, impor, produksi, konsumsi, permintaan, dan populasi ternak di daerah Jawa Barat dalam per
72
tahunnya. Sehingga eksekutif dapat terus memantau perkembangan dalam bentuk persen yang ada. Ketujuh speedometer ini dapat dilihat sesuai dengan komoditi yang dipilih pada sisi kiri. Ada 5 komoditi agroindustri susu yang dapat dipilih, yaitu susu segar, susu bubuk, mentega, keju, dan yoghurt. Selain itu, terdapat combobox berupa tahun, sehingga eksekutif dapat melihat laju pertumbuhan (%) dari setiap komoditi sesuai dengan tahun yang dipilih oleh eksekutif. Rumus laju pertumbuhan yang digunakan adalah
Keterangan : n
= Jumlah data.
P(n)
= Harga/Volume ekspor/Volume impor/Kapasitas produksi/Kapasitas konsumsi/Kapasitas permintaan/Populasi sapi perah pada tahun ke n.
P(n-1) = Harga/Volume ekspor/Volume impor/Kapasitas produksi/Kapasitas konsumsi/Kapasitas permintaan/Populasi sapi perah pada tahun ke n-1 (sebelumnya). Dari seluruh informasi yang disajikan, antara satu informasi laju pertumbuhan dengan informasi laju pertumbuhan yang lainnya tidak berhubungan. Seperti laju pertumbuhan produksi yang naik pada tahun 2008 tidak diimbangi dengan turunnya laju pertumbuhan impor pada tahun yang sama. Hal tersebut juga terulang pada korelasi antara informasi produksi-konsumsi, ekspor-impor, dan permintaan-ekspor. Hal ini dapat dilihat pada hasil yang dikeluarkan oleh Microsoft Excel 2007 untuk memeriksa korelasi yang terjadi pada data-data yang ada, yang bernilai negatif. Perhitungan korelasi menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Korelasi ini dilakukan jika sepasang variabel kontinu, memiliki korelasi. Jumlah pengamatan variabel X dan Y harus sama, atau kedua nilai variabel tersebut berpasangan. Semakin besar nilai koefisien korelasinya maka akan semakin besar pula derajat
73
hubungan antara kedua variabel. Korelasi Pearson biasanya pada hubungan yang berbentuk linier (keduanya meningkat atau keduanya menurun). Hasil dari perhitungan korelasi antar data dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Perhitungan Korelasi Antar Data Data
Nilai
Produksi-Ekspor
-0,238
Produksi-Konsumsi
-0.048
Permintaan-Ekspor
-0,396
Ekspor-Impor
-0,396
Selain berfungsi sebagai pemantauan terhadap perkembangan agroindustri susu di Jawa Barat, menu utama ini juga berfungsi sebagai penghubung terhadap form-form lain. Di bagian atas tampilan menu utama, terdapat pilihan-pilihan tombol untuk membuka form menu lainnya.
2. Menu Mapping Menu mapping atau peta akan terbuka bila eksekutif/user menekan tombol yang bertuliskan “Map” pada menu utama. Tampilan pada menu ini dapat dilihat pada Gambar 26. Seperti terlihat pada gambar, pada menu mapping ini terdapat peta Jawa Barat dengan tombol yang terdapat pada masing-masing kabupaten. Tombol ini selanjutnya akan menghubungkan user/Eksekutif dengan submenu pemantauan marketing dengan wilayah/kabupaten yang dipilih pada peta.
74
Gambar 26. Tampilan Menu Mapping
3. Menu Farming Sesuai
dengan
namanya
menu
farming/peternakan
ini
menampilkan hal-hal yang berhubungan dengan sapi perah dan peternakannya. Menu ini merupakan menu yang penting bagi pengembangan agroindustri susu karena termasuk dalam faktor kritis pengembangan agroindustri susu berdasarkan pustaka dan literatur yang ada. Oleh sebab itu, menu ini merupakan form pemantauan bagi eksekutif. Adanya tabel dan grafik yang menampilkan data sesuai dengan pilihan eksekutif. Terdapat tiga jenis data dalam menu ini yaitu, populasi sapi perah, banyaknya peternakan, dan syarat pendirian peternakan. Jenis data populasi sapi perah dan banyaknya peternakan merupakan form pemantau, yang hasilnya dapat dilihat perkembangannya di setiap kabupaten dan setiap tahunnya oleh eksekutif. Sedangkan jenis data syarat pendirian disajikan dalam web browser yang merupakan data statis sehingga tidak dapat dilakukan pemrogram sistem. Tampilan menu farming dapat dilihat pada Gambar 27.
75
Gambar 27. Tampilan Menu Farming
4. Menu Marketing Menu marketing atau pemasaran merupakan menu bagian dari form kontrol. Seluruh tampilan yang ada pada menu ini merupakan gambaran kondisi dari pemasaran agroindustri susu dari tingkat harga, ekspor, impor hingga permintaan se-Jawa Barat, yang merupakan komponen dari marketing/pemasaran. Eksektutif dapat memantau atau mengontrol perubahan yang terjadi pada ketiga jenis data tersebut. Pemilihan jenis data ekspor didasarkan pada negara tujuan ekspor, jenis produk, dan tahun ekspor. Kedua pemilihan ini akan menyeleksi volume ekspor yang akan ditampilkan. Hal yang sama juga terjadi pada jenis data impor. Pemilihan jenis data ini didasarkan pada negara importir, jenis produk yang diimpor, dan tahun impor. Harga hanya mempertimbangkan tahun harga tersebut naik atau turun. Sama dengan harga, pemilihan jenis data pada permintaan, terdiri dari tahun dan jenis produk. Tampilan menu marketing ini dilengkapi dengan grafik sehingga data dapat dilihat pergerakannya secara visual dan tabel untuk melihat
76
rincian datanya. Eksekutif dapat melihat data secara visual dengan dua tipe grafik, 2 dimensi berupa garis (line) dan 3 dimensi berupa batang (bar). Menu ini juga dilengkapi dengan fasilitas pencetakan data berupa tabel dan grafik, yang akan terhubung dengan form laporan. Laporan ini dalam bentuk pelaporan pengecualian, yang merupakan pelaporan yang disyaratkan dalam sebuah sistem informasi Eksekutif, yaitu laporan yang memilah data sesuai dengan keinginan Eksekutif. Tampilan menu marketing untuk pemantauan ekspor dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 28. Tampilan Menu Marketing Pemantauan Ekspor
5. Menu Produksi-Konsumsi Tidak jauh berbeda dengan menu marketing, menu produksikonsumsi ini menampilkan laporan pemantauan dalam bidang produksi dan konsumsi agroindustri susu. Hanya saja, data yang digunakan dalam pemantauan adalah data produksi dan konsumsi kabupaten-kabupaten Jawa Barat. Oleh sebab itu, adanya pilihan combobox untuk kabupaten, tahun, serta produk.
77
Tampilan menu produksi-konsumsi ini dilengkapi dengan grafik sehingga data dapat dilihat pergerakannya secara visual dan tabel untuk melihat rincian datanya. Eksekutif dapat melihat data secara visual dengan dua tipe grafik, 2 dimensi berupa garis (line) dan 3 dimensi berupa batang (bar). Menu ini juga dilengkapi dengan fasilitas pencetakan data berupa tabel dan grafik, yang akan terhubung dengan form laporan. Laporan ini dalam bentuk pelaporan pengecualian, yang merupakan pelaporan yang disyaratkan dalam sebuah sistem informasi eksekutif, yaitu laporan yang memilah data sesuai dengan keinginan Eksekutif. Tampilan menu produksi-konsumsi dapat dilihat pada Gambar 29
Gambar 29. Tampilan Menu Produksi-Konsumsi
6. Menu Production Planning Menu Production Planning merupakan bagian dari form ahli. Menu ini menampilkan perhitungan model matematika. Model perhitungannya antara lain prakiraan permintaan, perencanaan produksi, dan perencanaan bahan baku. Menu ini pada umumnya ditujukan bagi industri susu yang menggunakan Exemil 1.0, namun pemerintah daerah
78
Jawa Barat juga dapat melakukan apabila telah mendirikan sebuah industri susu untuk rakyat. Eksekutif tidak dapat melakukan input, sama halnya dengan menu sebelumnya sehingga Eksekutif hanya dapat melihat hasil dari perhitungan setiap komoditi. Berikut tampilan dari menu Production Planning.
Gambar 30. Tampilan Menu Production Planning
Pada menu ini terdapat tiga tampilan yaitu prakiraan permintaan, perencanaan produksi, dan perencanaan kebutuhan bahan baku. Tiga tampilan akan muncul sesuai dengan perhitungannya masing-masing. Pada menu ini, basis data yang digunakan adalah basis data permintaan susu segar, susu pasteurisasi, dan susu bubuk di daerah Jawa Barat. Pemilihan ketiga komoditi tersebut dikarenakan komoditi tersebut merupakan komoditi yang paling banyak dikonsumsi dan paling tinggi permintaannya. Pada
peramalan
permintaan,
terdapat
data
aktual
yang
merupakan data permintaan komoditi se-Jawa Barat. Selanjutnya data tersebut akan diolah untuk diketahui prakiraan permintaannya pada
79
bulan berikutnya. Periode yang digunakan pada perhitungan ini adalah bulan, sehingga Eksekutif dapat mengetahui pada bulan X, berapa jumlah prakiraan permintaan dari masyarakat Jawa Barat. Model matematika yang digunakan dalam perhitungan peramalan permintaan menggunakan metode time series (deret waktu), dengan menggunakan 5 metodenya, yaitu teknik perataan bergerak tunggal (single moving average), teknik perataan bergerak ganda (double moving average), teknik prakiraan pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing), teknik linear Brown satu parameter (Brown’s method), dan teknik linear Holt dua parameter (Holt’s method). Hasil yang terlihat pada data ramalan merupakan hasil perhitungan dari kelima metode tersebut yang menghasilkan error terkecil. Setelah
data
ramalan
diketahui,
selanjutnya
dengan
menggunakan perhitungan MPS (Master Production Schedule) maka Eksekutif dapat mengetahui berapa kapasitas produksi yang harus dijalankan. Kapasitas ini mempertimbangkan perhitungan current stock, buffer stock, produksi lembur, produksi efektif, dan ending stock. Oleh sebab itu, menu ini bisa dikatakan bagian dari menu industri karena melibatkan perhitungan industri dan penggudangan. Sehingga paket program Exemil 1.0 ini tidak hanya dapat digunakan oleh pemerintahan daerah Jawa Barat melainkan industri juga dapat menggunakan untuk mengembangkan industrinya dengan memenuhi permintaan yang ada. Sedangkan bagi pemerintahan daerah Jawa Barat, adanya menu ini diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan susu di Jawa Barat sehingga Jawa Barat sebagai sentra usaha susu dapat mempertahankan gelarnya dengan tidak adanya daerah/kabupaten yang kekurangan susu ataupun impor susu. Perencanaan produksi ini akan diolah untuk diketahui jumlah kebutuhan bahan baku untuk memenuhi kapasitas produksi yang ada. Hal ini dilakukan dengan menghitung MRP (Material Requirement Planning). Tidak jauh berbeda dengan MPS, MRP ini juga melibatkan perhitungan current stock, buffer stock, dan ending stock. Rumus
80
masing-masing persentase kebutuhan bahan baku dibutuhkan untuk mengetahui pasti jumlah bahan bakunya. Persentase tersebut dapat diketahui melalui BOM (Bills Of Materials) yang biasa dikenal dengan komposisi. Setiap produk susu akan memiliki komposisi berbeda-beda, oleh sebabi itu perhitungan ini hanya dapat digunakan oleh satu industri dengan satu komoditi, karena perubahan pada perhitungan akan melibatkan pelaku sistem yaitu programer untuk memprogram ulang. Pada tampilan perencanaan produksi, hanya diketahui kapasitas produksi yang harus dijalankan namun Eksekutif dapat melihat hingga data yang lebih detailnya dengan menekan tombol “Details”. Hal yang sama juga berlaku pada perhitugan perencanaan kebutuhan bahan baku.
7. Menu Location Developing Menu Location Developing sama seperti menu Production Planning merupakan bagian dari form ahli. Adanya model matematika untuk perhitungan penentuan nilai lokasi tertinggi sehingga diketahui lokasi manakah yang paling tepat untuk pendirian agroindustri susu. Pada menu ini ditampilkan penilaian sangat tidak baik, tidak baik, cukup baik, baik, dan sangat baik dalam kriteria penentuan lokasi. Penilaian ini didasarkan bobot yang diberikan pada masing-masing kabupaten untuk tiap kriteria. Sedangkan penentuan nilai tertinggi didapatkan dengan menghitung nilai/bobot tiap kabupaten terhadap tiap kriteria dengan nilai/bobot kriteria dari pakar agroindustri susu yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Tampilan menu location developing ini dapat dilihat pada Gambar 31.
81
Gambar 31. Tampilan Menu Location Developing
Setelah melihat baik atau tidaknya suatu kriteria terhadap kabupaten, Eksekutif dapat melihat rincian nilai bobot dengan menekan tombol “Details”.
8. Menu Financial Feasibilty Sesuai dengan nama menunya, menu ini menampilkan kelayakan finansial pendirian suatu industri susu. Perhitungan ini hanya diperuntukkan
untuk
perhitungan
kelayakan
finansial
pendirian
peternakan sapi perah, pendirian industri susu pasteurisasi, dan pendirian industri susu bubuk. Sama seperti menu perencanaan produksi dan pemilihan lokasi, menu ini juga bagian dari form ahli yang melibatkan perhitungan matematika kompleks. Tampilan dari menu ini berisi biaya investasi yang dibutuhkan, biaya tetap, biaya variabel, kapasitas produksi, harga jual produk, serta hasil analisis kelayakan antara lain keuntungan bersih, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Break Even Point (BEP), Return On Investment (ROI), B/C Ratio, dan Pay Back Period (PBP). Tampilan menu finansial dapat dilihat pada Gambar 32.
82
Gambar 32. Tampilan Menu Financial Feasibilty
Selain itu, pada analisis kelayakan finansial terdapat analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat pelaksanaan proyek. Melalui analisis ini dapat diketahui seberapa jauh proyek tetap layak jika terjadi perubahan-perubahan terhadap parameter-parameter tertentu, misalnya kenaikan biaya bahan baku dan bahan penunjang, serta penurunan harga jual (Gray, 1992). Analisis sensitivitas ini menampilkan GUI berupa speedometer dan scrollbar yang memudahkan Eksekutif untuk menggeser perubahan biaya yang ingin diketahui sensitivitasnya. Gambar 33 menampilkan analisis sensitivitas beserta hasil perhitungan kelayakannya.
83
Gambar 33.Tampilan Submenu Analisis Sensitivitas
Menu ini akan terhubung dengan form laporan sehingga hasil dari analisis kelayakan dapat dicetak ke dalam kertas. Selain itu pada menu ini terdapat tombol ”Details”untuk melihat tampilan biaya-biaya secara lengkap seperti asumsi, biaya tetap, biaya variabel, dan investasi.
9. Menu Industry Menu industri merupakan menu data umum, yang bukan merupakan faktor kritis, oleh sebab itu tipe pelaporannya adalah detil. Pada menu ini, terdapat data-data perusahaan, alamat, dan nomor telepon pabrik agroindustri susu yang tersebar di Jawa Barat. Selain itu informasi mengenai standar mutu susu segar, susu bubuk, keju, yoghurt, dan mentega dapat dilihat dalam menu ini. Tidak hanya standar mutu, Eksekutif juga dapat mengetahui informasi mengenai proses produksi dari 5 komoditi tersebut dan pohon industri susu. Tampilan menu ini berupa tab-tab
yang memperingkas
penampilannya sehingga memudahkan eksekutif untuk mengetahui informasi yang ada, dapat dilihat pada Gambar 34.
84
Gambar 34. Tampilan Menu Industry
10. Menu Pusat Data/Center of Data Menu ini merupakan form pusat data, tempat dimana transaksi data berlangsung. Peran Administrator sangat dibutuhkan pada menu ini. Menu ini hanya dapat diakses oleh Administrator karena dia memiliki wewenang dalam hal pengolahan data. Pada menu ini terdapat seluruh data yang akan diolah di paket program Exemil 1.0. Seluruh data yang ada, yang akan digunakan pada menu-menu di menu utama dipilah dengan tampilan tab, yang memudahkan Administrator memahaminya. Setiap tab dilengkapi nama sesuai dengan input data, seperti tab Jawa Barat, yang berarti berisikan data perkembangan agoindustri susu seJawa Barat. Serta ada tab Marketing yang berisikan perkembangan ekspor, impor, permintaan pada setiap kabupaten di Jawa Barat. Berikut tampilan dari menu pusat data.
85
Gambar 35. Tampilan Menu Pusat Data/Center of Data
Pada tiap pemasukan data/input data, terdapat data grid berupa tabel yang memudahkan Administrator untuk melihat apakah data yang ada sudah masuk atau belum. Selain itu ada combobox yang memberikan pilihan kepada Administrator untuk memilih jenis produk, negara importir, atau negara tujuan, yang akan dimasukkan datanya. Adanya tombol navigator pada tiap tab input data memudahkan administrator dalam melakukan pengubahan (update), pemasukan (input), dan penghapusan (erase) data, atau melihat data dari posisi pertama hingga terakhir.
D.
Verifikasi Sistem Verifikasi dimaksudkan untuk menguji program dengan melakukan pengaturan masukan dan melakukan pengecekan untuk melihat kesesuaian dengan keluaran. Pengujian bertujuan untuk mengetahui kemampuan program dalam melakukan simulasi sesuai dengan yang diinginkan. Pengujian tersebut dengan membandingkan hasil perhitungan dari sistem yang telah dibuat dengan hasil perhitungan menggunakan alat bantu lain
86
(software). Exemil 1.0 diuji dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 untuk membandingkan hasilnya dengan keluaran dari Exemil 1.0. Dalam paket program Exemil 1.0, terdapat beberapa perhitungan matematika kompleks, yang dimasukkan ke dalam form ahli. Perhitungan tersebut
antara
lain
prakiraan
permintaan,
perencanaan
produksi,
perencanaan kebutuhan bahan baku, penentuan lokasi terbaik, dan kelayakan finansial. 1.
Prakiraan Permintaan Pada paket program Exemil 1.0, prakiraan permintaan digunakan untuk mencari komoditi susu segar, susu pasteurisasi, dan susu bubuk. Hal ini dikarenakan ketiga komoditi ini paling sering dikonsumsi dan mengalami kendala impor paling tinggi sehingga untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat
akan
susu,
harus
diketahui
prakiraan
permintaannya komoditi ini untuk melakukan perencanaan produksi yang tepat. Model perhitungan yang digunakana adalah model prakiraan permintaan dengan metode deret waktu. Metode ini melakukan pendugaan terhadap masa yang akan datang berdasarkan atas nilai-nilai perubah atau nilai galat (error) pada masa lalu. Metode ini dilakukan dengan melihat nilai error terkecil dari 5 teknik yang digunakan, yaitu teknik perataan bergerak tunggal (single moving average), teknik perataan bergerak ganda (double moving average), teknik prakiraan pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing), teknik linear Brown satu parameter (Brown’s method), dan teknik linear Holt dua parameter (Holt’s method). Teknik yang memiliki nilai error terkecil akan dijadikan landasan untuk melaksanakan model prakiraan permintaan. i.
Teknik Perataan Bergerak Tunggal Rumus prakiraan dengan metode rata-rata bergerak tunggal adalah sebagai berikut : t = N +1
Ft +1 =
∑X i =1
N
i
=
X y + X t −1 + ... + X t − N +1 N
87
Keterangan : Xt
= data observasi periode t
N
= panjang serial waktu yang digunakan
F t +1 = nilai prakiraan periode t + 1
ii.
Teknik Perataan Bergerak Ganda Teknik perataan bergerak ganda dirumuskan sebagai berikut : Ft + m = α t + bt (m )
dimana :
α t = 2S t' − St"
(
) (N 2− 1)
bt = St' − S t" x
St' =
X t + X t −1 + ... + X t − N +1 N
St" =
St' + S t'−1 + ... + St'− N +1 N
Keterangan : Xt
= data observasi periode t
m
= banyaknya periode peramalan
N
= panjang serial waktu yang digunakan
St'
= perataan bergerak pertama periode t
St"
= perataan bergerak kedua periode t
F t +m
iii.
= nilai prakiraan periode t + m
Teknik Prakiraan Pemulusan Eksponensial Rumus teknik prakiraan pemulusan eksponensial adalah sebagai berikut : Ft +1 = αX t + (1 − α ) Ft
88
Keterangan : Xt
= data observasi periode t
α
= nilai parameter pemulus
F t +1
iv.
= nilai prakiraan periode t + 1
Teknik Linear Brown Satu Parameter Prakiraan untuk m periode ke depan dirumuskan sebagai berikut : Ft + m = α t + bt (m ) dimana :
α t = 2St' − St"
) (1 −αα )
(
bt = St' − St" x
St' = αX t + (1 − α )St'−1 St" = αSt' + (1 − α )St"−1 dengan nilai inisiasi : S1" = S1' = X 1
α1 = X 1 b1 =
{( X 2 − X 1 ) + ( X 4 − X 3 ) 2
Keterangan : Xt
= data observasi periode t
m
= banyaknya periode peramalan
α
= nilai parameter pemulus
St'
= perataan bergerak pertama periode t
St"
= perataan bergerak kedua periode t
F t +m
= nilai prakiraan periode t + m
89
v.
Teknik Linear Holt Dua Parameter Prakiraan untuk m periode mendatang dirumuskan sebagai berikut : Ft + m = S t + bt (m ) dimana :
(
St = αX t + (1 − α ) S t −1 + bt −1
)
bt = δ (St − St −1 ) + (1 − δ )bt −1 dengan nilai inisiasi : S1 = X 1 b1 =
{( X 2 − X 1 ) + ( X 4 − X 3 ) 2
Keterangan : Xt
= data observasi periode t
m
= banyaknya periode peramalan
α
= nilai parameter pemulus pertama
δ
= nilai parameter pemulus kedua
St'
= perataan bergerak pertama periode t
St"
= perataan bergerak kedua periode t
F t +m
= nilai prakiraan periode t + m
Prakiraan dapat disebut sempurna apabila nilai variabel yang diramalkan sama dengan nilai sebenarnya. Untuk dapat melakukan prakiraan yang selalu tepat sangat sukar bahkan dapat dikatakan tidak mungkin.
Oleh karena itu, prakiraan diharapkan memiliki nilai
kesalahan yang sekecil mungkin. Pengukuran kesalahan yang dilakukan dalam model peramalan permintaan ini adalah dengan menggunakan teknik rata-rata persentase kesalahan absolut. Pengukuran ketelitian dengan cara rata-rata persentase kesalahan absolut (MAPE, Mean Absolute Percentage Error) menunjukkan rata-rata kesalahan absolut
90
prakiraan dalam bentuk persentasenya terhadap data aktual (Herjanto, 2006). Perumusan MAPE adalah sebagai berikut :
MAPE = ∑
ei x100 n
Keterangan : Xi
= data aktual pada periode i
ei
= kesalahan prakiraan (selisih data aktual dan prakiraan)
n
= panjang serial waktu yang digunakan
MAPE
= nilai error
Dari kelima teknik di atas, tidak satu pun teknik yang diperlihatkan hasillnya kepada eksekutif. Hal ini dikarenakan informasi tersebut tidak terlalu bermanfaat, tidak semua eksekutif mengerti tentang kelima teknik perhitungan tersebut. Namun hasil perhitungan prakiraan permintaan
yang
dikeluarkan
oleh
sistem
berdasarkan
kelima
perhitungan tersebut dan secara otomatis, sistem akan mengeluarkan nilai dari teknik yang menghasilkan nilai error terkecil. Periode yang digunakan dalam perhitungan ini adalah bulan. Hasil yang dikeluarkan oleh program tidak hanya satu nilai, bisa 3 hingga 4 nilai, yang berarti nilai tersebut bermakna nilai prakiraan pada 1 bulan ke depan, 2 bulan ke depan, n bulan ke depan. Oleh sebab itu, penghitungan prakiraan permintaan ini sebaiknya dilakukan di awal bulan, untuk mengetahui perencanaan produksi bulan depan, sehingga dapat disimpulkan bahwa leadtime pada perhitungan ini adalah 1 bulan atau 4 minggu (N+1/N+4). Pada Tabel 10 berikut, dapat dibandingkan nilai yang dikeluarkan
Exemil
1.0
dengan
nilai
kelima
teknik
tersebut
menggunakan perhitungan manual atau dengan software Microsoft Excel 2007 dengan data uji data permintaan susu pasteurisasi.
91
Tabel 10. Hasil Verifikasi Prakiraan Permintaan dengan Software Microsoft Excel 2007 Metode
Nilai
SMA
610750 kg
DMA
621687 kg
SES
612281 kg
Browns
613651 kg
Holts
588708 kg
Exemil 1.0
610750 kg
Bila dilihat, nilai yang keluaran dari Exemil 1.0 sama dengan hasil yang dikeluarkan oleh Microsoft Excel 2007. Metode Single Moving Average (SMA) yang memiliki nilai paling dekat dengan
keluaran Exemil 1.0, sehingga kemungkinan besar hasil MAPE-nya pun terkecil.
2.
MPS Setelah melewati prakiraan permintaan, nilai keluaran tersebut akan diolah kembali untuk dihitung perencanaan produksi yang tepat untuk memenuhi prakiraan yang ada. Model matematika yang digunakan dikenal dengan MPS (Master Production Schedule). MPS adalah suatu rencana lebih rinci yang menguraikan rencana agregat sehingga bersifat operasional dalam kegiatan produksi, biasa disebut juga dengan Jadwal Induk Produksi/JIP. Perencanaan produksi melibatkan banyak variabel dalam perhitungan. Perhitungan ini selanjutnya akan tertuang pada MPS (Master Production Schedule). Perhitungan tersebut melibatkan current stock, buffer stock, produksi lembur, produksi efektif, dan ending stock.
Model perhitungan perencanaan produksi adalah sebagai berikut: •
Current Stocks(n) = Ending Stocks(n)
•
Perencanaan Produksi(n) = Prakiraan Permintaan(n) + Buffer Stocks(n) – Current Stocks(n)
92
•
Kekurangan Produksi(n) = Perencanaan Produksi(n) – Produksi Efektif(n)
Jika Perencanaan Produksi(n) > Produksi Efektif (n) •
Kekurangan Produksi(n) = 0
Jika Perencanaan Produksi(n) ≤ Produksi Efektif(n) •
Ending Stocks(n) = Current Stock(n) + Perencanaan
Produksi(n) – Prakiraan Permintaan(n)
Jika Kekurangan Produksi(n) = 0 •
Ending Stocks(n) = Produksi Lembur(n) – Kekurangan
Produksi(n)
Jika Kekurangan Produksi(n) > 0 Keterangan : •
n = bulan ke –
•
Current Stocks = Produk jadi yang tersedia dalam gudang.
•
Buffer Stocks = kapasitas gudang produk jadi (finished goods warehouse), jika Current Stocks > Buffer Stocks
maka
akan
ada
biaya
tambahan
inventory
karena
penyewaan gudang •
Produksi Efektif = kapasitas produksi produk maksimal tiap minggu
•
Produksi Lembur = kapasitas produksi produk pada saat jam lembur
Perhitungan MPS yang dilakukan Exemil 1.0 menggunakan asumsi yang dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai masing-masing komponen yang digunakan dalam perhitungan MPS Parameter
Susu Bubuk
Susu Prepack
440 jam
440 jam
Utilitas Mesin
95%
95%
Standar Output
800 kg
300 kg
5
5
Buffer Stocks
50000
30000
Jam Lembur
28 jam/bulan
28 jam/bulan
Jam kerja/bulan
Lini
93
Tabel 11. Nilai masing-masing komponen yang digunakan dalam perhitungan MPS (lanjutan) Parameter
Susu Bubuk
Susu Prepack
Current Stocks Awal
30000
20000
Isi dalam satu kemasan
200 gr
200 ml
Keseluruhan komponen diatas dapat diubah, sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam industri. Perubahan ini dapat dilakukan oleh administrator di menu pusat data. Komponen perhitungan diatas akan dimasukkan ke dalam rumus MPS, yang selanjutnya akan menghasilkan nilai kapasitas perencaan produksi dalam satuan kilogram. Untuk menu perencaan produksi, Eksekutif hanya ditampilkan nilai dari perencanaan produksi tanpa tampilan keseluruhan komponen perhitungan MPS, seperti buffer stocks, current stocks, ending stocks, dsb, namun keseluruhan komponen dapat
dilihat oleh eksekutif dengan menekan tombol “Details”. Inilah salah satu ciri khas dari sistem informasi eksektutif, adanya fungsi drill down, yang dapat merinci informasi bagi eksekutif. Tabel 12 di bawah ini adalah hasil yang akan ditampilkan oleh Exemil 1.0 pada details MPS produk susu pasteurisasi.
Tabel 12. Perhitungan MPS (Master Production Schedule) Susu Pasteurisasi Komponen Prakiraan Permintaan Current Stock Buffer Stock Perencanaan Produksi Produksi Efektif Kekurangan Produksi Kapasitas Lembur Ending Stock
3.
Bulan ke-37 610750 kg 30000 kg 30000 kg 610750 kg 627000 kg 0 kg 39900 kg 30000 kg
MRP Berdasarkan MPS yang diturunkan dari rencana produksi, suatu sistem MRP mengidentifikasi item/barang apa yang harus dipesan,
94
berapa banyak kuantitas yang harus dipesan dan bilamana waktu memesan item itu. MRP membutuhkan lima sumber informasi utama : •
MPS, merupakan suatu pernyataan definitif tentang produk akhir apa yang kaan direncanakan industri untuk diproduksi, berapa kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu kapan dibutuhkan, dan bilamana produk itu akan diproduksi.
•
BOM (Bill of Material), merupakan daftar dari semua material, parts, serta kuanitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk.
•
Item Master merupakan suatu file yang berisi suatu
informasi
status
material/bahan
baku,
parts,
subassemblies, dan produk-produk yang menunjukkan
kuantitas on hand, kuantitas yang dialokasikan, waktu tunggu yang direncanakan, stok perngaman, ukuran lot, kriteria lot sizing, dan berbagai informasi tentang suatu item. •
Pesanan-pesanan (Order) akan memberitahukan tentang berapa banyak dari setiap item yang akan diperoleh sehingga akan meningkatkan Stock on-hand di masa mendatang.
•
Kebutuhan-kebutuhan
(requirements)
akan
memberitahukan tentang berapa banyak dari masingmasing item itu dibutuhkan sehingga akan mengurangi Stock on-hand di masa mendatang.
MRP merupakan rencana kebutuhan material dengan cara menghitung item-item apa yang harus dibutuhkan, berapa banyak dan kapan dibutuhkan dengan mempertimbangkan On hand, Order Quantity, dan Safety Stocks. Perhitungan MRP itu sendiri melibatkan komponen yang tidak berbeda dengan komponen MPS, hanya saja istilah perencanaan produksi diganti dengan Usage (penggunaan). Jenis bahan baku yang
95
berbeda memiliki kebutuhan jumlah yang berbeda pula, hal ini sesuai dengan komposisi yang dibutuhkan oleh produk jadi pada masingmasing produk. Hasil perhitungan MRP susu pasteurisasi dapat dilihat pada table 13. Tabel 13. Hasil perhitungan MRP Susu Pasteurisasi jenis bahan baku susu segar (L) Gula (kg) Stabilizer (kg) flavor dan pewarna (kg) kemasan prepack (roll) Karton Bergelombang (pcs) Roll perekat (roll)
Current Buffer Usage Order Ending Stock Stock Stock 33333,33 33333,33 663055,56 663055,56 33333,33 2500,00 2500,00 49729,17 49729,17 2500,00 166,67 166,67 3315,28 3315,28 166,67 31,00
31,00
616,64
616,64
31,00
36,45
36,45
725,09
725,09
36,45
750,00
750,00
14918,75
14918,75
750,00
3,75
3,75
74,59
74,59
3,75
Perhitungan yang terjadi pada tabel tersebut adalah: • Usage merupakan perencanaan produksi • Order = Usage + Buffer Stocks – Current Stocks • Ending Stocks = Current Stocks + Order – Usage Hasil perhitungan pada masing-masing bahan baku berbeda sesuai
dengan
jumlah
komposisinya
yang
digunakan
dalam
memproduksi satu pack susu prepack. Seluruh komposisi tersebut tercatat pada BOM. Tidak jauh berbeda dengan susu pasteurisasi, susu bubuk pun memiliki perhitungan yang sama dengan susu pasteurisasi namun jumlah bahan baku yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan susu pasteurisasi.
4.
Pengembangan Wilayah Penentuan lokasi sangat diperlukan dalam pendirian suatu industri. Dalam perencanaan pengembangan agroindusri susu di wilayah Jawa Barat ini, tidak semua lokasi kabupatennya dapat dikatakan baik untuk mendirikan industri susu terutama bagi peternakan sapi perah. Analisis yang digunakan pada pengembangan wilayah ini adalah MPE
96
(Metode Perbandingan Eksponensial) terhadap pendirian agroindustri susu sehingga diasumsikan pendirian indsutri ini disertakan dengan pendirian peternakan sapi perah sehingga pengolahannya secara langsung dari hulu ke hilir. Menurut
Eriyatno
(1998)
menambahkan
bahwa
Metode
Perbandingan Eksponensial (MPE) digunakan sebagai pembantu bagi individu mengambil keputusan untuk menggunakan rancang bangun yang telah terdefinisi dengan baik tiap tahap proses. MPE digunakan untuk membandingkan beberapa alternatif dengan menggunakan sejumlah kriteria yang ditentukan berdasarkan hasil survei dengan pakar terkait. MPE adalah salah satu metode pengambilan keputusan yang mengkuantitaskan pendapat seseorang atau lebih dalam skala tertentu. Metode ini mempunyai keuntungan dalam mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial) ini mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata. Formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif sebagai berikut:
dengan : Skore i = Nilai skor dari alternatif ke-i Nilai ij = Nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j Krit j
= Tingkat kepentingan kriteria ke-j
i
= 1, 2, 3, ..., n : jumlah alternatif
j
= 1, 2, 3, ..., m : jumlah kriteria
Pada paket program ini, alternatif yang digunakan adalah kabupaten-kabupaten yang ada di Jawa Barat, diantaranya Bogor, Sukabumi,
Cianjur,
Indramayu,
Kuningan,
Subang,
Bandung,
Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Bekasi, Karawang, Ciamis, Cirebon, Purwakarta, dan Majalengka, sebagai lokasi pertimbangan pendirian
97
agroindustri susu. Dengan kriteria yang menjadi pertimbangan pendirian agroindustri susu sebagai berikut : •
Ketersediaan lahan untuk rerumputan. Lahan untuk pendirian agroindustri susu tidak hanya mempertimbangkan lahan kosong untuk bangunan kantor dan pabrik namun juga mempertimbangkan lapangan hijau yang luas untuk mengistirahatkan sapi, dan membiarkan sapi perah yang diternakkan memakan rumput-rumput di sana, tidak selama berada dalam kandang. Kabupaten Bandung memiliki lahan rerumputan terbesar.
•
Aspek lingkungan bagi sapi Sapi sangat sensitif terhadap lingkungannya. Lingkungan yang bising, penuh dengan asap kendaraan bermotor, dan lingkungan yang tidak kondusif dapat membuat sapi perah merasa stress sehingga susu yang dihasilkan berkualitas buruk, dengan kapasitas yang kecil. Untuk itu, sapi perah yang dipelihara harus berada dalam lingkungan yang kondusif, dengan suhu dan keadaan lingkungan yang sesuai untuk meningkatkan mood sapi. Kabupaten Garut dan Bandung merupakan daerah yang memiliki aspek lingkungan yang baik bagi sapi perah.
•
Ketersediaan lahan pendirian Merupakan
kriteria
penting,
dimana
kriteria
ini
menggambarkan kebutuhan dasar dari sebuah pembangunan industri dan menggambarkan seberapa luas lahan kosong yang masih tersedia untuk mendirikan suatu industri. Dari data luas lahan yang tersedia, Kabupaten Sukabumi memiliki luas wilayah terbesar. Nilai luas kabupaten dapat dilihat pada Tabel 14.
98
Tabel 14. Luas Wilayah di Provinsi Jawa Barat Kabupaten
Luas Wilayah (Ha)
Bogor Sukabumi Cianjur Indramayu Kuningan Subang Bandung Sumedang Garut Tasikmalaya Bekasi Karawang Ciamis Cirebon Purwakarta Majalengka
344.07 419.97 350.148 204.011 111.7 205.176 351.3807365 153.124 335.2160015 171.56 163.8544293 235.9128501 255.91 147.3851635 116.5168254 164.3681326
(Sumber : Departemen Pertanian, 2007 ) •
Ketersediaan tenaga kerja Menggambarkan banyak tidaknya tenaga kerja yang tersedia di lokasi tersebut. Kriteria ini juga perlu diperhatikan menyangkut biaya tenaga kerja yang dikeluarkan. Tenaga kerja yang berasal dari lokasi tersebut biasanya akan lebih murah jika berasal dari luar daerah, karena berhubungan pula dengan masalah biaya transportasi. Tabel 15 menunjukkan jumlah penduduk masing-masing kabupaten di provinsi Jawa Barat. Tabel 15. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat Kabupaten Bogor Sukabumi Cianjur Indramayu Kuningan Subang Bandung Sumedang
Laki-laki Perempuan Jumlah 2.085.587 2.015.347 4.100.934 1.136.359 1.088.634 2.224.993 1.069.408 1.029.236 2.098.644 898.038 862.248 1.760.286 549.369 547.479 1.096.848 708.731 713.242 1.421.973 2.108.890 2.155.044 4.263.934 534.711 532.650 1.067.361
99
Tabel 15. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat (lanjutan) Kabupaten Garut Tasikmalaya Bekasi Karawang Ciamis Cirebon Purwakarta Majalengka
Laki-laki Perempuan 1.182.875 1.138.195 867.460 826.019 992.508 960.872 1.029.477 956.097 781.746 760.915 1.060.299 1.047.619 389.864 380.796 596.024 595.466
Jumlah 2.321.070 1.693.479 1.953.380 1.985.574 1.542.661 2.107.918 770.660 1.191.490
(Sumber : Departemen Pertanian, 2007) •
Sarana transportasi Kriteria ini menggambarkan banyak tidaknya sarana transportasi atau angkutan termasuk kondisi jalan yang dapat mendukung kelancaran dalam pengembangan agroindustri. Kriteria ini merupakan faktor yang sangat penting mengingat sangat berpengaruh terhadap kelancaran pasokan bahan baku maupun pemasaran produk. Ketersediaan sarana transportasi biasanya akan tergantung pada kondisi sosial ekonomi, terutama pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Lokasi yang dekat dengan perkotaan atau pusat pemerintahan umumnya memiliki kondisi sarana transportasi yang baik. Kabupaten Bogor, Bandung, dan Sukabumi memiliki sarana transportasi terbaik.
•
Sarana komunikasi Kriteria ini menggambarkan bagus tidaknya sarana komunikasi
yang
dapat
mendukung
kelancaran
dalam
pengembangan agroindustri. Sarana komunikasi akan semakin baik jika pertumbuhan ekonomi wilayah regionalnya semakin baik. Lokasi yang dekat dengan perkotaan akan semakin besar kemungkinan terjadinya transaksi ekonomi.
100
•
Aspek lingkungan/sosial budaya pendirian IPS Kriteria ini menggambarkan apakah masyarakat di lokasi tersebut mendukung/tidak dalam pengembangan agroindustri susu. Faktor ini juga merupakan kriteria yang penting, karena pengembangan agroindustri di lokasi tersebut jangan sampai bertentangan
dengan
budaya
atau
hukum
yang
dapat
menimbulkan konflik dengan masyarakat. •
Kebijakan pemerintah Kriteria ini pun turut diperhatikan dalam pemilihan lokasi potensial, karena menunjukkan apakah ada kebijaksanaan pemerintah baik pusat maupun kabupaten yang mendukung untuk pengembangan industri kelapa terpadu. Semakin tinggi dukungan kebijakan pemerintah dalam pengembangan suatu industri semakin prospektif lokasi tersebut.
•
Kemudahan akses bahan penunjang Kriteria ini sangat penting, sama halnya dengan kriteria saran transportasi. Kemudahan dalam mendapatkan bahan penunjang akan memeprcepat jalannya produksi produk yang dihasilkan agroindustri susu terutama susu olahan seperti susu bubuk.
•
Harga lahan Kriteria ini tidak begitu penting, karena hal ini lebih ke arah investasi untuk kelayakan finansial namun juga bisa menjadi bahan pertimbangan bila harga lahan yang murah namun kriteria lain tidak mendukung, hal ini tentunya memerlukan pemikiran yang lebih terarah dan terinci lagi.
Dari kriteria dan lokasi yang ada, maka nilai perhitungan MPE (Metode Perbandingan Eksponensial) untuk setiap bobot lokasi terhadap
101
kriteria dan bobot pakar terhadap tingkat kepentingan kriteria (Lampiran 2) dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Hasil MPE Kabupaten Bogor Sukabumi Cianjur Indramayu Kuningan Subang Bandung Sumedang Garut Tasikmalaya Bekasi Karawang Ciamis Cirebon Purwakarta Majalengka
5.
Nilai Total 65.410.745 196.525.755 7.942.779 2.460.297 136.204.397 514.731 417.316.894 134.805.491 406.186.677 2.523.216 17.424.988 6.236.750 7.867.032 1.724.189 1.833.666 112.168
Analisis Finansial Dalam rangka mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan dan pengurutan suatu proyek, telah dikembangkan berbagai cara yang disebut sebagai kriteria investasi (Gray et al, 1992). Dalam paket program Exemil 1.0, analisis finansialnya, kelayakan finansial diperuntukkan bagi pendirian peternakan sapi perah, industri susu prepack/pasteurisasi, dan industri susu bubuk. Perhitungan ini terdiri dari Net Present Value (NPV), B/C Ratio, Pay Back Period (PBP), serta Break Even Point (BEP). (Sutojo, 1993.) i.
Net Present Value (NPV)
Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV tersebut sebagai berikut : n
NPV= ∑
t=0
Bt − Ct (1 + i ) t
102
Keterangan : •
NPV = Net Present Value
•
Bt
= total pendapatan yang diperoleh pada tahun ke-t (Rp)
•
Ct
= total biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp)
•
i
= tingkat suku bunga yang digunakan (%)
•
t
= umur proyek (tahun)
•
n
= jumlah tahun
Terdapat 3 kemungkinan nilai NPV yang akan dihasilkan yaitu: 1) NPV > 0, hal ini mengartikan bahwa proyek tersebut layak untuk dijalankan 2) NPV = 0, hal ini mengartikan bahwa proyek tersebut tidak untung tetapi juga tidak rugi 3) NPV < 0, hal ini mengartikan bahwa proyek tersebut dianggap tidak layak untuk dijalankan karena tidak menguntungkan
ii.
Benefit Cost Ratio (B/C Rasio) Persamaan yang digunakan untuk menghitung B/C Rasio adalah :
n
∑ Net B/C Ratio =
t=0 n
∑
t=0
Bt − Ct (1 + i ) t Bt − Ct (1 + i ) t
Untuk Bt-Ct > 0 Untuk Bt-Ct < 0
Keterangan : •
Bt
= total pendapatan yang diperoleh pada tahun ke-t (Rp)
•
Ct
= total biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp)
103
•
i
= tingkat suku bunga yang digunakan (%)
•
t
= umur proyek (tahun)
•
n
= jumlah tahun
Kriteria keputusan yang diambil ialah (Husnan dan Suwarsono,2000) : 1) jika B/C > 1, layak diterima 2) jika B/C < 0, tidak layak 3) jika B/C = 0, tidak dapat dibedakan antara diterima atau tidak
iii.
Return On Investment (ROI) ROI digunakan untuk melihat efisiensi dari proyek yang akan dijalankan. Rumus untuk menghitung ROI adalah : ROI =
iv.
Break Even Point (BEP) Rumus untuk menghitung BEP adalah : BEP (Rupiah) =
BEP (Jumlah produksi) =
_TFC + VC_ Q __TFC__ P-VC
Keterangan : •
TFC = Total Biaya Tetap
•
VC = Biaya Variabel per unit
•
P
= harga produk per unit
•
Q
= jumlah produk yang dihasilkan
104
v.
Pay Back Period (PBP) Rumus untuk menghitung PBP adalah :
PBP = t2 + _NPV2(t2 – t1)_ NPV2 – NPV1 Keterangan : •
NPV1 = Nilai NPV kumulatif negatif
•
NPV2 = Nilai NPV kumulatif positif
•
t1
= tahun umur proyek yang memiliki NPV kumulatif negatif
•
t2
= tahun umur proyek yang memiliki NPV kumulatif positif
Dari keempat tersebut, dilakukan verifikasi dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 untuk mengecek hasil keluaran dari Exemil 1.0. Tabel 17 berikut menunjukkan nilai yang didapatkan untuk perhitungan kelayakan finansial pendirian peternakan sapi perah Tabel 17. Verifikasi Kelayakan Finansial dengan bantuan Excel 2007 Parameter Penilaian
Microsoft
Excel Exemil 1.0
2007 Laba Bersih (Rp)
4.171.440.000,00
4.171.440.000,00
NPV (Rp)
131.015.836,00
133.143.774,25
IRR (%)
15,81
15,81
BEP (Rp)
5.806.064
4.976.625,92
B/C Ratio
1.05
1,05
PbP (Tahun)
6,12
7,48
Hasil yang dikeluarkan oleh Exemil 1.0 tidak sama dengan Microsoft Excel 2007, namun selisih nilai yang ada masih dapat ditoleransi karena jaraknya yang tidak terlalu jauh.
105
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Sistem Informasi Eksekutif merupakan suatu sistem yang khusus dirancang
bagi
manajer
pada
tingkat
perencanaan
strategis
yang
menyediakan informasi bagi para eksekutif mengenai kinerja keseluruhan perusahaan. Informasi dapat diambil dengan mudah dan dalam berbagai tingkat rincian. Informasi dapat ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik, atau narasi. Database Eksekutif berisi data dan informasi yang telah diproses sebelumnya oleh komputer sentral perusahaan. Eksekutif dapat memilih dari menu yang ada untuk menghasilkan tampilan layar yang telah disusun sebelumnya atau untuk melakukan sejumlah kecil pemrosesan. Sistem Informasi Eksekutif untuk perencanaan pengembangan agroindustri susu atau yang disebut dengan Exemil 1.0 merupakan paket program yang dirancang untuk membantu eksekutif dalam mengambil keputusan yang tepat, cepat, dan akurat dalam hal perkembangan agroindustri susu. Komoditi agroindustri susu yang dikaji dalam paket program ini adalah keju, mentega, yoghurt, susu segar, dan susu bubuk. Hal ini dikarenakan komoditi tersebut memiliki nilai ekspor yang tinggi. Sedangkan data-data yang digunakan adalah data perkembangan agroindustri susu di daerah Jawa Barat berserta kabupatennya karena Jawa Barat merupakan sentra usaha susu. Oleh sebab itu, pengguna Exemil 1.0 dapat digunakan oleh eksekutif bidang agroindustri susu untuk pengembangan di daerah Jawa Barat. Faktor kritis dalam pengembangan dan perencanaan agroindustri susu berdasarkan literatur dan pustaka adalah peternakan sapi perah, ekspor, impor, produksi, konsumsi, permintaan, perencanaan produksi, penentuan lokasi, dan kelayakan finansial. Seluruh faktor kritis tersebut akan dijadikan data dalam penyusunan sistem informasi eksekutif ini, dan dapat disajikan kepada eksekutif dalam bentuk laporan. Data-data tersebut didapatkan dari pustaka, BPS, Deptan, dan Depperin.
106
Seluruh data yang ada diintegrasikan dan disusun dalam database dengan bantuan Microsoft Access 2007. Kemudian dilanjutkan dengan implementasi sistem menggunakan software Borland Delphi 7.0. Form pada Exemil 1.0 terdiri dari lima form, yaitu form menu utama, form pusat data, form pemantauan, form ahli, dan form laporan. Form menu utama merupakan form yang menghubungkan dengan form yang lain. Form pusat data merupakan form tempat seluruh transaksi data terjadi. Seluruh data yang ada terdapat pada form ini, yang akan diolah pada form-form lainnya. Form pemantauan berisikan tabel dan grafik yang menunjukkan pergerakan pertumbuhan agroindustri susu meliputi ekspor, impor, konsumsi, produksi, harga, dan permintaan. Form ahli merupakan form yang memilki model
matematika
yang
kompleks
dalam
perhitungannya,
seperti
perhitungan peramalan permintaan, kelayakan finansial, dan lain-lain. Terakhir adalah form laporan merupakan form yang menampilkan data dalam lembar kerja (worksheet) agar dapat dicetak di atas kertas. Form ini lanjutan dari form pemantauan.
B.
Saran Beberapa saran yang dapat menyempurnakan paket program Exemil 1.0 : 1. Penambahan data Data yang tersedia masih mengalami beberapa kekurangan seperti ketidaklengkapan. Selain itu, data yang dibutuhkan oleh eksekutif akan berubah setiap periodenya sehingga dibutuhkan data yang terbaru dengan faktor kritis yang mungkin berbeda. 2. Pengembangan sistem menjadi sistem berbasis web sehingga eksekutif dapat mengakses paket program secara online dan lebih mudah, tidak perlu instalasi 3. Analisis lokasi terbaik Dikembangkannya analisis lokasi terbaik untuk pendirian bagi setiap kecamatan pada masing-masing kabupaten sehingga hasilnya lebih spesifik untuk diketahui oleh eksekutif.
107
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Strategi Meningkatkan Produksi Susu. Online (6 April 2009). Didalam www.foodreview.biz Badan Pusat Statistik. 2006. Jawa Barat Dalam Angka. Jakarta Badan Pusat Statistik. 2008. Jawa Barat Dalam Angka. Jakarta Bangkit, Aji Setiawan. 2008. Pengembangan Agroindustri Indonesia Menghadapi Globalisasi. Online (28 Januari 209). Didalam www.ajisetiawan.blogspot.com Departemen Pertanian. 2007. Statisktik Pertanian 2008. Departemen Pertanian. Jakarta Departemen Pertanian. 2008. Statisktik Pertanian 2008. Departemen Pertanian. Jakarta Departemen Peternakan. 2008. Statistik Peternakan 2008. Direktorat Jendaral Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. IPB Press. Bogor. Gray, C., P. Simanjuntak, L. K. Sabur, P. F. L. Maspaitella, dan R. G. C. Varley. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging, dan Telur. Liberty. Yogyakarta. Hubies, M. 1993. Sistem Pengembangan Agroindustri dalam PJPT II. Makalah. Disampaikan pada Ceramah Ilmiah Teknologi Unggulan Penunjang Agroindustri, 9 Oktober 1993. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor. Lungu I dan Bâra A,. 2005. Executive Information Systems Development Lifecycle, Economy Informatics Revue. Amerika. Machfud. 1999. Diktat Bahan Pengajaran Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Marimin. 2004. Teknik Pengambilan Keputusan Kriteria Jamak dan Aplikasinya dalam Perumusan Kebijakan Strategi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. .
. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial.IPB Press. Bogor.
Mc Leod, Raymond. 2001. Sistem Informasi Manajemen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Millet, I dan Mawhinney, H. C. 1992. Applications : executive information systems a Critical Perspective Information and management 23 : 83-92, North Holland. Belanda. Nasution, M. N. 2004. Manajemen Mutu Terpadu.Ghalia Indonesia. Bogor.
108
Nigel Pendse. 2001. OLAP Market Review DM Review. (4 Oktober 2009) Didalam www.DMReview.com Sahardjo, S. 1992. Perkembangan Agroindustri dan Kebijakan Pengembangannya. Makalah. Disampaikan pada Seminar Nasional Agroindustri III, Desember 1992, Yogyakarta. Salmeron, Jose L. 2002. EIS profitability, costs and benefits: An evolutionary approach. Industrial Management & Data Systems Volume 102. Prentice Hall. Amerika. Senn, J.A. 1989. Analysis and Design of Information Systems. Second Edition. Mc Graw Hill Publishing Co. Singapore. Singapura. Siswono. 2004. Alergi Laktosa, Konsumsi Susu di Indonesia Rendah. Online (28 Januari 2009). Didalam www.gizi.net. Soeparno. 1992. Prinip Kimia dan Teknologi Susu. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Suhadi, 2008. Sistem Informasi. Online (13 Oktober 2009). http://mysuhadi.blogspot.com
Didalam
Sutojo, S. 1993. Studi Kelayakan Proyek, Teori dan Praktek. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Vtuiu T., Popeang V.. 2006. The building of executive information systems by using the business intelligence tools. Mc Graw Hill Publishing Co. Singapore. Singapura. W. Cheung, G. Babin. 2006. A metadatabase-enabled executive information system (Part A): A flexible and adaptable architecture, Decision Support Systems 4. John Wiley & Sons. New York. Watson, Hugh J, George Houdeshel, Rex Kelly Rainer, Jr. 2001. Building Executive Information Systems and Other Decision Support System Applications. John Wiley & Sons. New York. Yonghong L., Rowan M.. 2001. Dashboards and Scorecards: Executive Information Systems for the Public Sector. Finance Review. New York.
109
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Jawa Barat
Lampiran 2. Hasil penilaian pakar terhadap kriteria yang berpengaruh dalam penentuan lokasi agroindustri susu Pakar No. Kriteria Rata-rata 1 2 3 4 5 1
Ketersediaan lahan untuk
6
7
6
6
7
6,4 ≈ 6
8
9
9
8
9
8,6 ≈ 9
7
9
7
8
8
7,8 ≈ 8
rerumputan/pakan sapi 2
Aspek Lingkungan bagi sap perah (suhu)
3
Ketersediaan Lahan pendirian
4
Ketersediaan Tenaga Kerja
7
8
9
9
8
8,2 ≈ 8
5
Sarana Transportasi
7
6
5
5
7
6
6
Sarana Komunikasi
7
6
5
6
7
6,2 ≈ 6
7
Aspek Lingkungan bagi
6
7
6
6
7
6,4 ≈ 6
pendirian IPS (suhu, keadaan sosial-budaya) 8
Kebijakan Pemerintah
4
5
5
4
4
4,4 ≈4,4
9
Kemudahan akses bahan
9
9
8
7
8
8,2 ≈8
3
4
3
4
4
3,6 ≈ 4
penunjang 10
Harga Lahan
Skala penilaian 1
: sangat tidak penting
3
: tidak penting
5
: penting
7
: sangat penting
9
: ekstrim penting
2,4,6,8 : nilai tengah diantara dua nilai skor penilaian di atas