Sintesa Hasil Penelitian
RPI 12: Konservasi Biodiversitas Flora, Fauna dan Mikroorganisma Koordinator Dr. Ir. Titiek Setyawati, MSc. Sub Koordinator Dr. Ir. R Garsetiasih, MP. Ir. Ragil Irianto MSc. Dra. Marfuah Wardani, MP.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Bogor, Maret 2015
Pendahuluan
source: www.cbd.int/gbo1/chap-‐01.html
Di tingkat dunia hampir semua kawasan hutan di Indonesia memiliki tingkat biodiversitas yang tinggi dibandingkan dengan negara lain
PENDEKATAN RISET BIODIVERSITAS • Tahapan riset
Pendekatan riset Tahapan: • Tujuan, Sasaran dan Luaran • Scoping (identifikasi Masalah/ruang lingkup) • Hipotesa • Pengumpulan data (inventori, kajian) • Analisa data, interpretasi, evaluasi, penyajian (jurnal, Media ) , penyimpanan data • Keputusan Pengelolaan • Kajian Pengelolaan dan Pemantauan • Tahapan dideskripsikan secara lengkap dalam buku pedoman Rencana Penelitian Integratif (RPI) yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Kehutanan periode tahun 2010 – 2014 (lima tahun).
RUMUSAN MASALAH Permasalahan : • Eksploitasi berlebihan di alam • Kecepatan pertumbuhan manusia (konflik lahan, Konflik manusia vs fauna/satwaliar) • Maraknya perdagangan flora dan fauna • Penurunan drastis populasi jenis-‐jenis tertentu • Lemahnya penegakan hukum • Kurangnya aktifitas pemantauan dan evaluasi (MONEV) • Kurangnya perhatian/kepedulian di masyarakat, dll.
Tematik: • Analisis biofisik dan potensi fauna, flora dan mikroorganisme • Biologi konservasi jenis flora, fauna dan mikroorganisme • Bioprospecting mikroorganisme • Konservasi ex situ dan in situ flora, fauna dan mikroorganisme
METODE SINTESA
Input hasil ringkasan penelitian (tematik)
Resume per tema (yang relevan)
Sintesa per tematik
PROFIL RPI 12 • Total judul kegiatan riset (2010-‐2014): + 53 judul kegiatan • Total Peneliti (53 orang) : Dr. Titiek Setyawati, MSc; Dr. R Garsetiasih MP; Ir. Ragil Iriyanto, MSc.; Dra. Marfuah Wardani MP; Ir. Adi Susilo, MSc; Maryatul Qiptiyah, Ssi; Prastyono, S.Hut.; M.Sc. Darmawan Edy, S.Hut; Rusmana, S.Hut; Noorcahyati,S.Hut; Diah Irawati, S.Hut.; Dwi Arini, S.Hut; Julianus Kinho, S.Hut; Retno Prayudyaningsih, S.Si, M.Sc; Ir. Nursyamsi; Krisma Lekitoo, S.Hut.; M.Sc. Yohannes Wibisono, S.Hut; Hadi Warsito S.Hut.; Drh. Amir Maaruf; Ir. Amiril Saridan, MP; Timotius Tanna Sirwa, S.Hut; R.G.N Triantoro, S.Hut; Oki Hidayat, S.Hut; Agus Wahyudi, S.Hut, MSc.; M.Fajri, S.Hut; Grace Saragih, Shut; Resti Wahyuni S.Hut; Ir. Kayat MS; Ir. Merry Kiding Alo MS; Permenas Dimomonmau, S.Hut; Sarah Yuliana, S.Hut., M.App.Sc.; Ir. Halidah, M.Sc; Abdul Kadir W., S.Hut, M.Si; Nurhayati, SP, M.Sc; Indra Ardie Surya LPP, S.Si; Heri Suryanto, S.Hut; Aji Winara, S.Hut; Hery Kurniawan, S.Hut.,M.Sc; Siswadi, S.Hut; Dani Sulistiyo Hadi, S.Si; Sujarwo Sujatmoko S.Hut, MSc.; Aziz Umroni, S.Hut; Sumardi, S.Hut.,M.Sc; Hermin Tikupadang MSc.; Rina Yuana Puspiyatun S.Hut; Ir. Wanda Kuswanda, MS.; Ir, Rozza Trikwatrina, MS ; Ir. Reny Sawitri MSc; Ir. Mariana Takandjandji.MSi. ; Dr. Hendra Gunawan MS; Drh Pujo Setyo, M.si; Drs Sofian Iskandar, M.Si
FLORA
Informasi biofisik habitat, dinamika populasi dan keragaman genetik jenis-‐jenis flora langka dan terancam punah • Informasi tentang habitat (biotik dan abiotik), populasi dan regenerasi, persebaran, tempat tumbuh dari beberapa jenis flora langka dan terancam punah antara lain: ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm. & Binn.), ramin (Gonystilus bancanus), cempaka (Michelia champaca), eboni (Diospyros spp), gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke), kadimbil/merbau ((Intsia bijuga (Colebr.) O.K.), injuwatu (Pleiogynium timoriense (DC.) Leenh.), taksus (Taxus sumatranus), dipterokarpa (Hopea celebica, Parashorea malanoan) sedangkan koleksi materi genetik secara lengkap baru tersedia untuk gaharu, ulin dan cendana.
Sintesa:
Data kondisi biofisik, ekologi (populasi, regenerasi) dan persebaran jenis tumbuhan merupakan data yang sangat penting guna menentukan kesesuaian tumbuh suatu jenis di luar habitat aslinya. Faktor penentu keberhasilan pertumbuhan (ek-‐situ conservation) tidak hanya memerlukan eco-‐climate macthing namun juga data terkait soil properti dan faktor lingkungan lainnya yang tidak tersembunyi.
Teknik pelestarian jenis flora langka dan terancam punah • Teknik pelestarian masih pada konservasi in-‐ situ. Pertumbuhan dan perkembangan gaharu, kadimbil/merbau, eboni dan injuwatu perlu dilakukan berkelanjutan untuk menghasilkan teknik konservasi eks-‐situ. • Teknik pelestarian in-‐situ khususnya hutan produksi : melalui upaya penebangan secara bijaksana dengan memperhatikan jenis-‐jenis yang masuk dalam daftar langka dan terancam punah, masih dianggap efisien. • Beberapa jenis flora langka/terancam punah bernilai ekonomi saat ini masih dalam kajian antara lain: Pinus merkusii strain Kerinci, loba (Symplocos sp), faluaq (Sterculia quadrifida), kayu papi (Exocarpus latifolius), gaharu (Gyrynops verstegii), dan eboni (Diospyros spp.).
Rangkuman: Untuk mencapai target, perlu ditemukan tahapan konservasi mulai in-‐situ hingga eks-‐situ dilengkapi dengan pedoman teknisnya. Yang dilakukan saat ini adalah mengkaji populasi, persebaran dan reproduksi, beberapa jenis dicoba ditanam di luar habitatnya. Faktor penentu keberhasilan tumbuh menjadi kunci utama konservasi eks-‐situ.
Teknik reproduksi jenis-‐jenis flora langka dan terancam punah dan/atau bernilai ekonomi • Rangkuman: Proses reproduksi jenis-‐jenis flora langka dan terancam punah umumnya sangat lambat (ulin, eboni, dan merbau). Perlu dilakukan terobosan untuk mempercepat proses pertumbuhan dengan teknik silvikultur yang tepat Teknik pelestarian aspek reproduksi telah dilakukan pada jenis ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm. & Binn.), ramin (Gonystilus bancanus), cendana (Santalum album), dan eboni (Diospyros celebica Bakh.) . Masih perlu dikaji lebih mendalam karena jenis-‐jenis tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi, termasuk kayu papi (Exocarpus latifolia), faluaq (Sterculia quadrifida) dan loba (Symplocos sp.).
Potensi jenis pohon potential sebagai bahan baku obat anti kolesterol, diabetes dan kanker • Obat diabetes: Pterospermum javanicum Jungh. (bayur), Artocarpus elasticus Reinw. (bendo), Lagestromia speciosa Pers. (bungur), Heritiera littoralis Dryand. (dungun), Bischoffia javanica Blume (gintungan), Litsea cubeba Pers. (huru), Antiaris toxicaria Lesch (ipuh), Alstonia scholaris R. Br. (pulai atau lame) • Kolesterol: Dialium indum L. (ranji) dan Bouea macrophylla Blume (gandaria). • Kanker : Shorea platyclados Slooten ex Foxw. (meranti tenam, meranti bukit) dan Shorea ovalis (Korth.) Blume (meranti kujung, meranti merah), Shorea balangeran (Korth.) Burck (belangiran), Shorea leprosula Miq. (meranti babi), Shorea bracteolata Dyer (meranti putih) dan Shorea javanica K.&V. (damar mata kucing) mengandung senyawa metabolik sekunder : alkaloid, saponin, tannin, fenolik, flavonoid, triterfenoid dan glikosida. • Turunan dari senyawa-‐senyawa metabolic sekunder disinyalir berperan aktif sebagai antikanker.
Rangkuman: Untuk mengetahui potensi suatu jenis tumbuhan yang benar-‐benar berkhasiat obat tidak cukup dengan menggunakan pengetahuan masyarakat. Perlu dilakukan uji fitokimia dan uji kandungan bahan aktif secara akurat. Data yang diperoleh hanyalah merupakan indikasi potensi dan memerlukan eksplorasi lebih lanjut per jenis.
Teknik Pengendalian Invasive Alien Species • Teknik pengendalian secara mekanik dan kimiawi tehadap jenis invasif mantangan (Merremia peltata) di TNBBS dan Acacia nilotica di TN Baluran • Teknik restorasi savana TNB setelah dilakukan eradikasi • Kandungan gizi dan pemanfaatan mantangan sebagai pakan ternak • Jenis pohon penghambat pertumbuhan mantangan • Identifikasi Jenis-‐ jenis IAS di TN Wasur
SINTESA FLORA • Teknik konservasi in-‐situ dan eks-‐situ telah dilakukan pada jenis-‐jenis flora langka dan terancam punah : Ulin (Euzideroxylin zwagerii), ramin (Gonystilus bancanus), ki beusi (Hernandia nimpaefolia), kempis (Pongamia pinnnata), eboni (Diospyros spp.), cendana (Santalum album), kadimbil/ merbau (Instia bijuga), injuatu (Pleiogynium timoriense), dan gaharu (Gyrinops verstegii). • Upaya konservasi in-‐situ dan ek-‐situ tidak hanya dilakukan oleh lembaga riset namun memerlukan keterlibatan pemerintah daerah dan masyarakat terutama untuk memelihara dan menjaga keamanan areal konservasi. Upaya penanaman dan perbanyakan di habitat alaminya perlu dilakukan melalui pola restorasi ekosistem sehingga populasi di habitat alami meningkat. • Teknik eradikasi jenis IAS di TNBBS dan TNB beserta restorasi savana telah diketahui. • Eksplorasi dan Identifikasi jenis IAS di TN Wasur Papua • Masih diperlukan pengetahuan dalam hal estimasi MVP per jenis dan autekologi untuk jenis-‐jenis potensial dan bernilai ekonomi.
FAUNA
Informasi biofisik habitat, dinamika populasi dan keragaman genetik jenis-‐jenis fauna langka dan terancam punah 1. Keanekaragaman genetika banteng di 4 Taman Nasional
Banteng KBS
Morfometri banteng => TN Baluran memiliki ukuran terbesar Dari sisi keragaman genetika dari 2 TN dan 2 KB (KBS dan KBR) => menunjukkan adanya “in-‐breeding”. 2. Keragaman genetik trenggiling di sumatra, jawa dan kalimantan 3. Tersedia informasi biofisik dan habitat bagi pelestarian orang utan (Pongo pygmaeus), Tarsius spectrum , elang jawa, banteng, anoa dan rusa (Rusa timorensis dan R. unicolor), macan tutul, siamang , lutung di alam.
Teknik Pelestarian jenis fauna langka dan terancam punah Teknologi konservasi eks-‐situ rusa telah dikuasai
Sistem kandang sistem mini ranch sistem ranch Beberapa aspek pedoman dan teknik yang telah tersedia: • Persyaratan penangkaran untuk masing-‐masing sistem • Teknik pemeliharaan rusa di penangkaran • Teknik reproduksi • Teknik pemindahan (transfering) • Analisis ekonomi
Teknologi konservasi jenis fauna langka dan terancam punah • Siamang (Symphalangus syndactylus Raffless) , di Dolok Sipirok, Sumut. • Informasi : persebaran, produktifitas dan daya dukung, kesesuaian habitat, model pertumbuhan populasi dan preferensi pakan Data dan informasi sebagai dasar untuk study perbandingan dengan jenis sama di lokasi berbeda untu konservasi eks-‐situ . Peta kesesuaian habitat Anoa Faktor dominan habitat yang berpengaruh terhadap kehadiran anoa : nilai ketinggian tempat dan nilai kerapatan pohon dapat diadopsi untuk kegiatan pembinaan habitat Indeks vegetasi merupakan variabel habitat yang memiliki nilai konstanta model yang lebih besar dibanding variabel lainnya dan berpengaruh signifikan terhadap peluang kehadiran anoa sehingga perlu revegetasi jenis-‐jenis tumbuhan pakan guna mendukung pelestarian anoa. • Masih dalam tahap riset kura-‐kura leher ular Rote, burung kakatua Sumba (Cacatua sulfurea spp. Citrinocristata), trenggiling (Manis javanica), dan labi labi-‐ labi labi moncong babi (Carettochelys insculpta).
Teknik reproduksi jenis-‐jenis fauna langka dan terancam punah dan/atau bernilai ekonomi (konservasi ek-‐situ rusa, anoa, trenggiling dan tarsius)
• Teknik reproduksi pada sistem penangkaran rusa telah dikuasai, perlu upaya promosi untuk kepentingan komersial => alternatif daging sapi, ranggah. Kelembagaan untuk pemanfaatan. • Upaya penangkaran Tarsius spectrum TN Bantimurung Bulusaraung, rusa sambar (Cervus unicolor) di Kaltim, Kura-‐kura leher ular Rote, Anoa di Manado. Belum ada perbandingan dengan jenis yang sama di lokasi yang berbeda. • Teknik penangkaran Anoa masih dalam tahap riset masih banyak kesulitan, karena sensitifitas yang tinggi terhadap gangguan • Teknik penangkaran trenggiling terkendala minimnya informasi ekologis di alam dan belum tersedinya peta kesesuaian habitat. Saat ini baru informasi preferensi pakan dan uji variasi genetik • Teknik penangkaran tarsius (Tarsius spectrum) di UPT Makassar. Faktor yang mempengaruhi reproduksi telah diketahui, percobaan sistem kandang telah menghasilkan lahirnya seekor anak tarsius pada bulan Nov 2012.
SINTESA FAUNA • Dari beberapa jenis satwa target yang menjadi sasaran penelitian, telah diketahui informasi distribusi, sebaran populasi, pakan dan habitat alami dari jenis : Tarsius spectrum, Anoa, orang utan (Pongo pygmaeus), Siamang (Symphalangus sindactylus), Kuskus (Phalanger sp), Rusa timorensis dan R. unicolor, Cacatua galerita, kakatua Sumba (Cacatua sulfurea spp. Citrinocristata), macan tutul Jawa (Panthera pardus), trenggiling (Manis javanica), labi-‐labi moncong babi (Carettochelys insculpta. • Teknologi penangkaran Rusa (Rusa unicolor dan R. timorensis) telah dikuasai secara menyeluruh (lengkap) – perlu uji coba skala luas • Masih terbatasnya pengetahuan di bidang zoonotic, reproduksi/animal breeding, resource selection function, genetik • Genetik banteng di K Binatang Surabaya, KB Ragunan, TNMB, dan Taman Safari Indonesia Prigen dan Bali • Genetik trenggiling (sebagian besar trenggiling sumatra yang dijual illegal berasal dari Kalimantan)
MIKROORGANISMA § Puskonser sudah membangun bank mikroba. Identifikasi secara molekuler berdasarkan sekuen rRNA melengkapi database bank mikroba FORDA-‐CC. § Total isolat introf 3.646. Tersedia 1.444 isolat yang telah diidentifikasi secara molekuler § Eksplorasi dan Bioprospeksi lignoseluletik sebagai agen biodegradasi di 15 lokasi: TN Karimunjawa, Bali Barat, Gn Ciremai, Gn. Leuser, Berbak, BBS, Gn Gede Pangrango, Gn. Merapai, Bukit Tiga Puluh, Bantimurung-‐Bulusaraung, Lore Lindu, Kutai, Bromo Tengger Semeru, Ujung Kulon, dan Cagar Alam Danau Maninjau mendapatkan 2100 isolat yang terdiri dari 620 isolat pendegrasi lignoselulose: 219 isolat fungi, 395 isolat bakteri, 2 isolat yeast, 4 isolat actinomycetes
MIKROORGANISMA § 58 isolat fungi gaharu telah diidentifikasi secara molekuler dan 6 belum, telah dicoba di lapang sebanyak 26 isolat, yang diminati petani gaharu 5 jenis isolat yaitu FORDACC00500, FORDACC00509, FORDACC0052963, FORDACC00512, FORDACC0052957 • Eksplorasi Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) di tambang batu kapur PT Semen Tonasa mendapatkan 4 jenis yaitu Acaulospora spp. (2 jenis), Gigaspora sp. Dan Glomus sp. • Isolat tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan bibit (tinggi, diameter, biomassa dan serapan unsur P) jenis pohon: Muntingia cabura, Acacia auriculiformis, Alastonia scholaris, Vitex cofassus, Tectona grandis. • Pengendalian hama gaharu secara mekanik, insektisida nabati, kimia dan pengendalian secara terpadu
Pengetahuan yang masih diperlukan (knowledge gap) • Metodologi pendugaan populasi di alam untuk setiap taxon (flora, fauna dan mikroorganisma) • Zoonotic disease (penyakit pada satwa) • Ekologi dan siklus hidup dari beberapa crytic species (anoa, trenggiling) • Autekologi jenis2 flora dan fauna target • Fungsi seleksi sumberdaya (resource selection function) • Minimum viable population • Minimum home range (under pressurre) • Species reproduction , tehnology for breeding • Bioprospeksi mikroba hutan tropis • Genetika
REKOMENDASI • Untuk mencapai sasaran, setiap kegiatan di masing-‐ masing tema harus fokus kepada komponen yang yang sesuai dengan tujuan dan out put yang ditargetkan. • Tidak mengganti topik kegiatan penelitian meskipun ada kendala, misalnya jenis satwa tertentu tidak dapat ditemukan di alam. Dicari solusi untuk dapat menjawab isu lainnya. • Pola penelitian ke arah “integratif” dari hulu hingga hilir dengan menentukan prioritas kegiatan. • Perlu membuat formulasi yang lebih tepat sasaran agar mudah mensintesa.