LAPORAN HASIL HASIL PENELITIAN
METODE STUDENT CENTERED-CLASSROOM ASSESSMENT (SCCA) PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS GUNA MENDUKUNG PERINTISAN KELAS INTERNASIONAL DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MEDAN
AGUSTINA GINTING,S.S NIDN: 0018087108 Dibiayai
Nomor Kontrak Tanggal Kontrak
: DIPA 2012 Politeknik Negeri Medan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi KementrianPendidikan dan Kebudayaan : 95/PL.5.2/PM/2012 : 15 Oktober 2012
POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2011
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian
2. 3. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Bidang Penelitian Ketua Peneliti Nama Lengkap Jenis Kelamin NIP Disiplin Ilmu Pangkat / Golongan Jabatan : Program Studi/Jurusan Alamat Telepon /Faks/E-Mail Alamat Rumah
k. Telepon/Faks/E-Mail l. Biaya Penelitian m. Sumber Dana
: Metode Student Centered Classroom Assessment (SCCA) Pada Pembelajaran Bahasa Inggris Guna Mendukung Perintisan Kelas Internasional Di Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Medan : Humaniora : : : : : : : : : :
Agustina Ginting, S.S. Perempuan 19710818 199803 2 003 Bahasa Inggris Penata Tk 1 / IIIc Lektor Teknik Elektro Jl. Almamater Nomor 1 Medan 061 821 1235 / 8215845 Jl Nusa Indah Gg Dahlia No 9 Asam Kumbang Medan : 081362001269 : Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) : DIPA 2012
Medan, 20 Mei 2012 Mengetahui Ketua Jurusan Teknik Elektro,
Ketua Pelaksana,
Ir. Rina Anugrahwaty, M.T. NIP:19641003 200003 2 001
Agustina Ginting, S.S NIP: 19710818 199803 2 003
Menyetujui Direktur,
Ketua UPPM,
M. Syahruddin, M.T., M.T. NIP: 19620903 198903 1 004
Ir. Ashuri, M.T NIP: 19601028 198603 1 006
KATA PENGANTAR Puji syukur disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terlaksananya penelitian ini tepat waktunya. Kegiatan ini merupakan salah satu Tri Darma Perguruan tinggi yang telah diprogramkan oleh unit Penelitian dn Pengabdian Masyarakat Politeknik Negeri Medan. Tujuan dari kegiatan ini adalah transfer ilmu dan teknologi kepada masyarakat. Pada kegiatan penelitian ini peneliti melakukan penelitian yaitu mengadakan Metode Student Centered-Classroom Assessment (SCCA) Pada Pembelajaran Bahasa Inggris Guna Mendukung Perintisan Kelas Internasioanl Di Jurusan Teknik Elekto Politeknik Negeri Medan Penelitian ini dapat dilaksanakan berkat bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini kpeneliti menyampaikan terima kasih kepada: 1. 2. 3. 4. 5.
Politeknik Negeri Medan melalui UPPM Direktur Politeknik beserta Pudir dan jajarannya Ketua dan staf UPPM Mahasiswa/i kelas Internasional di Jurusan Teknik Elektro Polmed Semua pihak yang telah memberikan masukan dan pendapatnya demi terlaksanya penelitian dengan baik dan benar
Peneliti menyadari dalam melaksanakan penelitian ini masih terdapat kekurangan, karenanya diharapkan saran dan kritik membangun, agar penelitian selanjutnya nantinya menjadi lebih baik. Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan,
Desember 2012
Peneliti
Agustina Ginting, S.S., M. Hum.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur dan perangkat yang dibutuhkan dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran metode student-centered classroom assessmen (SCCA). Penelitian ini merupakan penelitian ekperimen dengan mengambil tempat di Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Medan, pada semester ganjil Tahun Ajaran 2011/2012. Pengambilan data awal dilakukan dengan cara memberikan pre-test di awal perkuliahan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal Bahasa Inggris terhadap dua elas peserta perkuliahan Bahasa Inggris sebanyak 100 mahasiswa. Selanjutnya selama perkuliahan berlangsung, terhadap kelompok eksperimen diterapkan metode pembelajaran Bahasa Inggris dengan metode SCCA, sedangkan pada kelompok kontrol diterapkan metode pembelajaran konvensional. Penelitian ini dilaksanakan selama satu semester. Hasil analisis pre-test menunjukkan bahwa: 1) tidak ada perbedaan kemampuan awal Bahasa Ingris antara kelompek eksperimen dengan kelompok kontrol, 2) sebagian besar mahasiswa peserta perkuliahan Bahasa Inggris baik kelompok eksperimen maupun kelompok masih lemah dalam penguasaan tenses dan reading comprehension. Setelah diberikan perlakuan metode SCCA terhadap kelompok eksperimen dan diberikan post-test dalam bentuk ujian akhir semester selajutnya hasilnya dibandingkan, maka diperoleh kesipulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan Bahasa Inggris pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan metode SCCA saja belum Cukup untuk lebih mengefektifkan pembelajaran Bahasa Inggris.
Kata kunci: Metode Student-Centered Classroom Assessment SCCA
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN ........................................................
ii
KATA PENGANTAR ......................................................................
iii
ABSTRAK .........................................................................................
iv
DAFTAR ISI ....................................................................................
v
DAFTAR TABEL .............................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... vii
BAB 1
: PENDAHULUAN .....................................................
1
BAB 2
: TINJAUAN PUSTAKA ............................................
3
BAB 3
: METODE PENELITIAN ..........................................
8
BAB 4
: HASIL DAN PEMBAHASAN ................................ 12
BAB 5
: SIMPULAN DAN SARAN ....................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 18
DAFTAR TABEL
Nilai Hasil Pre – Test Kelompok Kontrol dan Ekperimen ................ 12 Nilai Hasil Post – Test Kelompok Kontrol dan ekperimen ............. 13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Biodata Peneliti ................................................... 19
Lampiran 2
: Susunan Tim Peneliti ............................................ 19
Lampiran 3
: Riwayat Pendidikan .............................................. 20 Pengalaman Pendidikan ....................................... 20 Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat ...... 21
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendiddikan di Indonesia saat ini yaitu sistem pendididkan wajib Sekolah Dasar (SD)selama enam tahun, diikuti pendididkan Sekolah Lanjutan Pertama (SMP) selama tiga tahun serta tiga tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), setelah lulus para calon mahasiswa/i bebas memilih ke jenjang perguruan tinggi seperti ke universitas, institut maupun akademi pendidikan tinggi lainnya. Usaha untuk memenuhi tuntutan tenaga kerja terampil siap pakai, pemerintah Indonesia telah mendirikan suatu unit pendidika kejuruan non gelar D III, yaitu Politeknik. Sistem pendidikan Politeknik dirancang untuk memenuhi tuntutan industri karena jalur yang ditempuhnya adalah jalur profesi, buka jalur akademis seperti perguruan tinggi pada umumnya. Politeknik Negeri Medan telah dan sedang melakukan berbagai persiapan menuju world class university (wcu). Persiapan tersebut diantaranya dengan memilih beberapa program studi di masing-masing jurusan untuk mulai mengimplementasikan pembelajaran beberapa mata kuliah dengan menggunakan dua bahasa (bi-lingual) yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.Salah satu jurusan yang terpilih dalam hal ini adalah Jurusan Teknik Elektro. Implementasi pembelajaran dengan menggunaka dua bahasa yang telah dilaksanakan di prodi Teknik Komputer (Computer Enginering/CE ternyata masih menemui sejumlah kendala yang mendasar. Kendala-kendala tersebut diantaranya adalah fasilitas perpustakaan yang masih belum memadai dan tingkat kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa yang masih rendah. Keterbatasan bahasa ini berakibat pada kesulitan mahasiswa dalam memahami isi referensi berbahasa Inggris dan terlebih-lebih mengikuti perkuliahan dengan dua bahasa pengantar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Menurut Stiggins (2000) salah satu kunci keberhasilan dari suatu proses pembelajaran adalah manakala pengajar tidak hanya cukup dengan meyakini bahwa semua peserta didik mampu belajar, tetapi harus benar-benar berkeinginan bahwa setiap peserta didiknya termotivasi dan tertantang untuk sukses. Oleh karena itu setiap bentuk penilaian oleh pengajar di kelas harus dijadikan sebagai sarana belajar (assessment for learning) bukan semata-mata penilaian hasil pembelajaran (assessment of learning). Menurut Djemari (2008) peningkatan kualitas pembelajaran dapat ditempuh melalui pelaksanaan proses penilaianb yang holistik dan terpadu dengan proses pembelajaran. Penggunaan hasil-hasil penilaian sebagai sarana belajar membutuhkan keterampilan pengajar dalam menyusun instrumen penilaian yang terintegrasi
dengan 3 materi pembelajaran. Salah satu bentuk pembelajaran yang mengintegrasikan proses penilaian dengan materi pembelajaran adalah metode pembelajaran yang menjalankan penilaian kelas yang berorientasi kepada siswa (student-centered classroom assessment/SCCA). Pada model pembelajaran ini mahasiswa dari awal perkuliahan diberikan sejumlah kompetensi yang harus dikuasai. Selanjutnya selama perkuliahan ada sejumlah pengukuran secara bertahap untuk memonitor setiap pencapaian tahapan kompetensi. Pada model pembelajaran ini sangat ditekankan adanya umpan balik konstruktif dan kemampuan penilaian diri (self assessment) pada diri mahasiswa. Umpan balik konstruktif adalah pemberian sejumlah catatan (verbal/tertulis) oleh pengajar berdasarkan hasil penilaian formatif yang dijadikan sebagai acuan oleh mahasiswa untuk memperbaiki diri. Penilaian diri adalah suatu proses refleksi pada diri mahasiswa sebagai langkah awal proses perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Dua hal pokok inilah yang menjadi inti dari proses integrasi antara proses pembelajaran dengan proses penilaian dalam pembelajaran yang menggunakan metode SCCA. Sumber belajar dalam pembelajaran Bahasa Inggris saat ini sangat mudah diperoleh melalui internet. Hal ini akan sangat mendukung mahasiswa dalam proses refleksi dan sesuai dengan metode SCCA. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang mampu menghasilkan prosedur pembelajaran dengan metode SCCA yang mengintegrasikan antara proses penilaian dan materi pembelajaran untuk meningkatkan pencapaian hasil pembelajaran.
1.2. Rumusan Masalah 1. Metode SCCA Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Apakah proses pembelajaran dengan metode SCCA lebih baik daripada metode pengajaran conversation? 2. Apakah ada perbedaan antara proses pembelajaran dengan proses penilaian?
Pengembanan metode SCCA pada suatu proses pembelajaran berdasarkan teori pembelajar (siswa/mahasiswa) adalah sebagai pelaku utama dan pusat rujukan dalam menentukan bentuk-bentuk pembelajaran. Pengajar (guru/dosen) dan fasilitas mengikuti dan melayani kebutuhan pembelajar. Oleh karena itu antara proses pembelajaran dengan proses penilaian harus integratif, saling mendukung dan saling melengkapi. Menurut McGourty (1998: 355), hasil-hasil penilaian harus digunakan sebagai upaya perbaikan secara berkelanjutan (results from assessment process need to be applied for continuous improvement of student learning outcomes and program effectivness).
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Pengertian Student Centered Student Centered adalah proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya. Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered adalah proses pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa, Santro CK (2008). Dengan metode diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku dan metode ini dosen berperans ebagai pembibimbing. Dalam proses pembeljaran student centered siswa akan memperoleh kesempatan untuk memfasilitasi dan untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning), dan pada akhirnya meningkatkan mutu kualitas siswa tersebut. Peran guru dalam pembelajaran berbasis student centered ini bergeser yang semula menjadi pengajar (lecture) berubah menjadi fasilitator. Fasislitaor adalah orang yang memberikan fasilitas. Dalam hal ini adalah memfasilitasi proses pembelajaran siswa. Dosen menjadi mitra pembelajaran yang berfungsebagai pendamping (guide on the side). Proses yang berpusat pada siswa (student centered) adalah proses pembelajaran yang fokus pada murid. Dengan metode ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Dan metode ini guru berperan sebagai pembimbing. Rogers (1983) student centered merupakan hasil dari transisi perpindahan kekuatan dalam proses pembelajaran dari kekuatan dosen sebagai pakar menjadi kekuatan mahasiswa sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak harapan untuk meodifikasi atmosfir pembelajaran yang menyebabkan mahasiswa menjadi pasif, bosan dan resisten. Kember (1997) SCCA sebuah proses pembelajaran yang menekankan mahasiswa sebagai pembangun pengetahuan, sedangkan yang lain adalah dosen sebagai agen yang memberikan pengetahuan. Harden dan Crosby (2000) SCCA menekankan pada mahasiswa sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan mahasiswa untuk sukses dalam belajar dibanding apa yang dilakukan oleh guru. Dari berbagai definisi tersebut dapat dipahami bahwa SCCA adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat proses belajar. Model pembelajaran ini berbeda dari model belajara Instructor-Centered Learning yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru ke murid yang relatif bersikap pasif dalam menerapkan konsep SCCA peserta didik diharapakn peserta aktif dan mandiri dalam proses belajanya yang bertanggung jawab dan berinisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya menemukan sumber sumber informasi untuk dapat menjawab
kebutuhannya, membangun serta mempresentasekan pengetahuannya berdasakan kebutuhan serta sumber sumber yang ditemukannya. Dalam batas batas tertentu mahasiswa dapat meilih sendiri apa yang akan dipelajarinya.
2.2. Perubahan Sikap dan Peranan Dosen Dalam konsep belajar SCCA, dosen memainkan peranan utama dalam mentrasfer ilmu pengetahuan peserta didiknya. Dosen harus mempersiapkan materi selengkap mungkin, menerangkan secara searah. Mahasiswa akan menerima secara pasif materi yang akan diberikan dengan mencatat dan menghapal. Dengan demikian sumber belajar utama adalah dosen. Dengan menerapkan konsep SCCA, sebagian beban yang mempersiapkan serta mengkomunikasikan materi berpindah ke mahasiswa yang harus pula berperan secara aktif. Dosen bukan lagi tokoh sentral yang tahu segalanya. Tidak berarti bahwa tugas dosen menjadi lebih ringan atau tidak lagi penting. Dosen tetap memainkan peran utama dalam proses belajar.Melalui berbagai metode seperti diskusi, pembahasan masalah-masalah nyata, proyek bersama, belajar secara kooperatif, serta tugas-tugas mandiri, dosen tetap dituntut sebagai motivator, dinamisator dan fasilitator, yang membimbing, mendorong, serta mengarahkan peserta didik. 2.3. Perubahan Metode Belajar Jika seorang berfikir bahwa ia sedang bersenang-senang ketika ia sedang belajar, makla ia akan lupa bahwa ia sedang belajar dan dengan sedirinya akan menikmati dan mendapatkan banyak manfaat (Burns, 1997). Ungkapan ini meruoakan ungkapan yang sering terlupakan oleh pendidik. Penerapan kedisiplinan dengan cara yang salah, kurikulum standar dan sebagainya yang membuat anak didik tidak memiliki pilihan sendiritentunya akan membuat peserta didik merasa sedang bersenang-senang, karena tidak sesuai dengan apa yang disukainya. Beberapa metode belajar yang mengacu pada belajar secara alamiah dan mengacu pada keunikan individu yang perlu dikembangkan adalah collaborative learning, problem based learning, portofolio, team project, resource based learning. Metode-metode ini menekankan pada-hal seperti kerjasama tim, diskusi,jawabanjawaban terbuka, interaktivitas, mengerjakan proyek nyata bukan hanya menghapal, serta belajar untuk belajar, buka hanya memperoleh ilmu pengetahuan dan sebagainya.
2.3.1. Pengidentifikasian Metode Penilaian Pada tahap ini sejumlah tujuan dari proses pembelajaran digali melalui berbagai sumber dan pihak-pihak pemangku kempentingan. Dengan Demikian tujuan pembelajaran dapat disebutkan secara eksplisi, sehingga bentukbentuk luarannya dapat secara mudah untuk dapat diukur (measurable) dan dilihat (observable). Dengan adanya tujuan dan bentuk-bentuk luaran yang terperinci, maka strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan dapat ditentukan. Pada tahap ini sejumlah metode penilaian baik dari metode konvensional maupun non konvensional dikaji untuk selanjutnya dipilih sesuai dengan bentuk-bentuk luaran yang ingin diukur. Pada pembelajaran Bahasa Inggris, bentuk-bentuk luarannya diantaranya adalah keterampilan mahasiswa dalam memahami teks referensi berbahasa Inggris dan menulis teks dalam Bahasa Inggris serta berbicara dengan menggunakan Bahasa Inggris. Proses pemilihan metode penilaian ini melibatkan sejumlah pihak dari ahli pembelajaran bahasa Inggris dan ahli penilaian.
2.3.2. Pengembangan Proses Penilaian Tahap pengembangan proses penilaian bertujuan untuk menyusun langkahlangkah proses penilaian. Langkah-langkah tersebut meliputi penyusunan instrumen penilaian, penyelenggaraan kegiatan penilaian, memilih teknik pengolahan hasil penilaian dan penyusunan format laporan hasil penilaian.
2.3.3. Penerapan Proses Penilaian Pada tahap ini, berdasarkan hasil-hasil tahap sebelumnya proses penilaian dijalankan. Diikuti dengan kegiatan pengolahan hasil penilaian dan penyusunan rekomendasi untuk perbaikan proses pembelajaran maupun umpan balik kepada mahasiswa. Secara lebih rinci tahap penerapan ini dijelaskan pada bagian yang berkenaan dengan strategi pelaksanaan SCCA.
2.3.4. Strategi Pelaksanaan SCCA Menurut Stiggins (2000), pada abad 21 ini luaran (outcomes) dari proses pembelajaran di perguruan tinggi meliputi: pengetahuan, rasionalitas, keterampilan dan afektif. Oleh karena itu proses penilaian kelas harus mencakup lima prinsip, yaitu: 1) Penilaian kelas hendaknya menjelaskan kepada siswa tentang luaran yang ingin diperoleh,
2) penilaian hendaknya menyediakan informasi untuk siswa, orang tua, guru, pimpinan sekolah dan komunitas pengambil keputusan, 3) penilaian hendaknya menjadi motivator bagi siswa, 4) penilaian hendaknya menjadi penyaring siswa untuk mengikuti atau tidak mengikuti suatu program, dan 5) penilaian hendaknya menjadi dasar untuk menjalankan evaluasi. Agar supaya penilaian kelas benar-benar berorientasi kepada mahasiswa (student-centered classroom assessment), maka pelaksaan SCCA harus mencakup kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut: 1. Observasi (pengamatan) terdiri atas pengamatan perilaku mahasiswa dan dosen: pada awal dan selama proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh seorang pengamat yang ditugaskan khusus selama proses pembelajaran. 2. Tugas (job) untuk diselesaikan oleh mahasiswa. Pada tahap ini dosen memberikan tugas (job) kepada mahasiswa untuk diselesaikan di kelas. Hasil pekerjaan ini dijadikan sebagai dasar dalam memberikan umpan balik. 3. Penilaian diri, yaitu kepada mahasiswa diberikan kesempatan untuk menilai diri mereka sendiri selama proses pembelajaran. 4. Umpan balik Di samping mengembangkan instrumen yang telah disebutkan Di atas, dikembangkan juga kriteria penilaian (KP), rubrik penskoran (RP). Hubungan antar komponen model SCCA disusun berdasarkan model AfL yang dikembangkan oleh Mansyur (2009) dan dapat dilihat pada gambar berikut,
Tugas / Job
KP
Model SCCA
Panduan
PD
Observasi
RP
Dosen
Umpan Balik Gambar 1. Komponen Utama Model SCCA
Mahasiswa
Keterangan gambar: Tugas (Job)
= Tugas (job) terdiri atas Kriteria Penilaian (KP) dan Rubrik Penskoran (RP)
PD
= Penilaian diri
Observasi
= Observasi, terdiri atas observasi terhadap dosen dan mahasiswa
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan diruang kelas El 1A sampai dengan El 1D, jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Medan, Tingkat 1 Tahun Ajaran 2012/2013. Alasan untuk memilih lokasi ini adalah sebagai berikut : a. Belum pernah dilakukan penelitian yang sejenis dilokasi tersebut b. Berdasarkan latar belakang penelitian, perlu adanya penelitian ini untuk meningkatkan kelompok kerja mahasiswa pada pembelajaran Bahasa Inggris.
3.2. Rancangan Penelitian Kuesioner dibentuk sedemikian rupa, sehingga dapat diungkapkan masalah-masalah yang menyangkut tentang SCCA. Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kelas yang melakukan intervensi pada suatu kelompok participan. Untuk mengetahui keberhasilan intervensi, dilakukan pemeriksaan sebelum dan setelah intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas. Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penelaran praktik sosial mereka. Adapun menurut Cohen (1994), penelitian tinakan adalah intervensi dalam dunia nyata serta pemeriksaan terhadap pengaruh yang ditimbulkan dari intervensi tersebut. Pendapat lain tentang penelitian tindakan dikemukakan oleh Burns (1999), yang menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerjasama para pebneliti dan praktisi. Menurut Elliot (1982), penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya. Dari penjelasan diatas yang menjadi pengertian dari penelitian tindakan kelas adalah proses. Penelitian pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran sesuatu pengetahuan sesuai dengan bidang penelitian bahasa, sehingga penelitian ini berusaha mencari fakta fkata baru yang menyangkut tentang student centre. Penelitian ini dilajukan pada mahasiswa jurusan Teknik Elektro di semester I yang sedang berlangsung populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Teknik Elektro semester I/awal dan mengambil sampel berjumlah 100 mahasiswa.
Materi ajar akan sedikit banyak berpengaruh pada proses pembelajaran. Sebagaimana pada belajar bahasa lainnya, belajar Bahasa Inggris menuntut adanya kemampuan pada aspek pemahaman, keterampilan, keberanian dan kejelian. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, mahasiswa diarahkan untuk menguasai kemampuan berbahasa baik secara lisan (aktif) maupun tertulis (pasif). Ada penekanan–penekanan penguasaan keterampilan yang berbeda ketika seseorang ingin mahir dalam memahami teks berbahasa Inggris dibandingkan ketika seseorang ingin lancar dalam percakapan. Untuk dapat memahami bacaan berbahasa Inggris, seseorang minimal harus memiliki perbendaharaan kata yang cukup, memahami jenis dan fungsi kata/struktur kalimat dan tata bahasa. Menurut Adjat Sakri (1985: 12) proses menerjemahkan melalui tiga tahap: 1). Memahami keseluruhan teks, 2). Memahami bagian, 3). Mengupas isi alenia demi alenia. Kemampuan berbahasa secara verbal dituntut untuk menguasai keterampilan lainnya, yaitu dalam menangkap materi pembicaraan (listening) dan dalam mengucapkan (pronounciation). Pada setiap proses belajar yang menuntut keterampilan, mensyaratkan adanya latihan-latihan yang cukup untuk mengantarkan peserta belajar menguasai keterampilan tersebut. Semakin sering latihan-latihan yang dilakukan dan dalam waktu yang lama akan semakin tinggi tingkat penguasaannya. Hal ini dikarenakan belajar keterampilan membutuhkan penguasaan materi pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.Pendidikan keterampilan (skill) termasuk dalam jenis pendidikan kejuruan (vocational education) yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan di bidang tertentu. Menurut Prosser yang dikutip oleh Sarbiran (2002: 12) menyatakan bahwa paling tidak ada 4 prinsip, jika suatu proses pendidikan kejuruan dapat berjalan secara optimal. Di antaranya adalah jika tugas-tugas yang diberikan selama proses belajar sesuai/ memiliki kesamaan dengan keterampilan yang dibutuhkan di lapangan atau dunia kerja. Oleh karena itu pokok-pokok bahasan pada mata kuliah Bahasa Inggris telah disusun sedemikian rupa untuk dapat mengantarkan mahasiswa memiliki tingkat keterampilan yang cukup sebagai bekal selama duduk di bangku kuliah khususnya untuk mengikuti perkuliahan dalam dua bahasa. Pokok-pokok bahasan mata kuliah Bahasa Inggris Teknik di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin diarahkan pada dua kemampuan pokok, yaitu : 1). Mampu memahami teks-teks berbahasa Inggris di bidang keteknikan 2). Mampu melakukan komunikasi secara tertulis dengan baik dan benar dalam Bahasa Inggris. Secara garis besar materi perkuliahan terdiri atas: a. Introduction: The role of English as an instrument b. Words and numbers; parts of speech and how to use a dictionary c. Sentences and Tenses
d.
f. g. h.
Reading Comprehention: Identifying the main and supporting ideas; Getting the meaning from the contexts (manuals; instructions; graphs; and tables); Understanding references/textbooks Writing I (Describing: position, movement and action) Writing II (Describing processes; cause and reason) Listening
3.3. Populasi Dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi peneletian ini adalah mahasiswa semester 1 , jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Medan Tahun Ajaran 2011/2012, yang berjumlah 100 mahasiswa. 3.2. Sampel 3. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 40 mahasiswa, yaitu 10 mahasiswa dari El 1A, 10 mahasiswa dari El 1B, 10 mahasiswa dari El 1C dan 10 mahasiswa dari El 1D
3.4. Pelaksnaan Penelitian 3.4.1. Waktu Dan Lama Tindakan Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan. Tindakan penelitian selama 4 minggu untuk 1 kali siklus. 3.4.2. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Pada setiap siklus atau putaran dilakukan 4 kegiatan pokok yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Prosedur penellitian setiap siklus dijelaskan dibawah ini 3.4.3. Siklus 1 Pada siklus 1 ini difokuskan pada upaya untuk melihat kemampuan mahasiswa sebelum diberikan tindakan. Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun soal soal yang akan diberikan dan merancang indikator hasil kemampuan mereka dengan memberikan tes awal (pre test). Penilaian test menggunakan rumus
Nilai Perolehan X 100 Nilai Maksimal 3.4.4. Siklus 2 Pada siklus 2 difokuskan pada kegiatan untuk melihat kemampuan mahasiswa dalam metode student centered. Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun pinstrumen penelitian yaitu test perkembangan kemajuan. Test tersebut memiliki beberapa langkah seperti : memaparkan metode student center, memberikan contoh contoh didalam melakukan metode tersebut, membuat pertanyaan, memberi test, dan akhirnya peneliti mengumpulkan hasil instrumen test hasil responden. Pada tahap observasi siklus 2, peneliti memantau responden pada proses belajar mengajar pada saat diberikan tindakan. Responden mengikuti setiap prosedur tindakan dengan serius dan antusias. 3.4.5. Siklus 3 Pada siklus 3 difokuskan pada kegiatan untuk melihat kemampuan akhir dari metode student center yang dilakukan pada tindakan kelas. 3.5. Analisis Data Setelah semua data dikumpulkan hasil nilai dijumlahkan dan selanjutnya ditentukan frekuensi akumulatifnya kedalam presentase distribusi dan di rata ratakan untuk melihat apakah ada perbedaan rata rata (Mean) ketiga test yang diberikan. Ada 2 data yang dikumpulkan yaitu : 1.
A. Data yang diperoleh dari nilai menyusun kalimat dan pasif B. Menterjemhakan kalimat bahasa inggris kedalam bahasa indonesia C. Menterjemahkan kalimat bahasa indonesia kedalam bahasa inggris, pada mahasiswa semester 1 (EL 1A, B, C, D), Jurusan Teknik Elektro T.A. 2011/2012 yang diberi tindakan Metode Student Centered
2.
Pengumpulan data pada mahasiswa yang diberi tindakan
3.6. Pengolahan Data Untuk mengolah data dilakukan perhitungan statistik Paired-Samples T test dengan menggunakan software SPSS versi 17 untuk melihat korelasi, mean dan signifikan kemampuan dari metode student centered pada mahasiswa Teknik Elektro semester A data diolah untuk melihat korelasi mean dan signifikan kemampuan metode student centered yang tidak diberi tindakan.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil Penilaian Awal (Pre-Test) Setelah dilakukan pengambilan data, dan diolah pengambila data tersebut maka diperoleh beberapa faktor penyebab timbulnya kesalahan yang diperbuat oleh mahasiswa. Berikut ini akan dibahas beberapa masalah yang timbul dalam penelitian ini, seta yang ada hubungannya dengan penyusunan kalimat aktif dan pasif, menterjemahkan kalimat dalam bahasa Inggris ke bahasa Indonesia serta sebaliknya, yaitu menterjemahkan kalimat dari bahasa Inhasadonesia ke bahasa Inggris. Pengambilan data penilaian awal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dari kelompok eksperimen (34 mahasiswa) dan kelompok kontrol (37 mahasiswa) pada saat mereka baru memulai perkuliahan Bahasa Inggris (pertemuan ke-2). Instrumen yang digunakan adalah berupa tes isian terbuka. Instrumen ini terdiri atas tiga jenis soal, yaitu: 1) menyusun kalimat aktif dan pasif dengan beberapa tenses, 2) menterjemahkan kalimat dalam Bahasa Inggris kedalam Bahasa Indonesia, 3) menterjemahkan kalimat dalam Bahasa Indonesi kedalam Bahasa Inggris. Skor total hasil penilaian pre-test secara deskriptif dapat dilihat pada gambar di bawah ini,
Gambar 2. Nilai Hasil Pre-Test Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Pada Gambar 2 di atas terlihat bahwa skor rata-rata pre-test kemampuan Bahasa Inggris mahasiswa kelompok kontrol sebesar 41,1 dan skor rata-rata nilai mahasiswa kelompok eksperimen sebesar 43,5.
b. Hasil Penilaian Akhir (Post-Test) Pengambilan data penilaian akhir ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada akhir perkuliahan Bahasa Inggris melalui ujian akhir semester (UAS). Instrumen yang digunakan terdiri atas enam bagian dalam bentuk soal yang berbeda (Soal UAS terlampir). Bagian A berbentuk soal pilihan benar/salah dengan muatan reading comprehension. Bagian B berbentuk essay dengan instruksi menyusun kalimat berbentuk aktif dan pasif. Bagian C berbentuk essay dengan instruksi menyusun kalimat kompleks. Bagian D berbentuk essay dengan instruksi menguraikan kalimat komplek menjadi kalimat sederhana. Bagian E berbentuk essay dengan instruksi menterjemahkan dan bagian F berbentuk essay dengan instruksi membuat deskripsi suatu obyek. Hasil penilaian pada akhir perlakuan (post-test) ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Gambar 3. Nilai Hasil Post-Test Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Pada Gambar 3 di atas terlihat bahwa skor rata-rata keseluruhan soal post-test dengan skor maksimal 10. Skor rata-rata jawaban bagian A yang diperoleh kelompok kontrol sebesar 7,3 dan skor rata-rata jawaban kelompok eksperimen sebesar 6,9. Skor rata-rata jawaban bagian B kelompok kontrol sebesar 7,8 dan skor rata-rata mahasiswa kelompok eksperimen sebesar 6,9. Skor rata-rata jawaban bagian C kelompok kontrol sebesar 3,2 dan skor rata-rata mahasiswa kelompok eksperimen sebesar 1,8. Skor rata-rata jawaban bagian D kelompok kontrol sebesar 5,4 dan skor rata-rata mahasiswa kelompok eksperimen sebesar 4,9. Skor rata-rata jawaban bagian E kelompok kontrol sebesar 4,9 dan skor rata-rata mahasiswa kelompok eksperimen sebesar 3,7. Skor rata-rata jawaban bagian F kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebesar 2,4. Adapun Skor rata-rata total jawaban kelompok kontrol sebesar 5,2 dan skor ratarata mahasiswa kelompok eksperimen sebesar 4,4.
1. Pembahasan a. Kemampuan Reading Comprehension Skor rata-rata hasil penilaian aspek reading comprehension (dengan skor 7,3 dan 6,9) menunjukkan tingkat penguasaan yang sudah baik. Namun demikian jika dibandingkan kemampuan mahasiswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, keduanya relatif sama. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan dengan metode SCCA belum efektif dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam aspek reading comprehension. Beberapa kemungkinan yang menjadi penyebabnya antara lain, 1) kurangnya praktik secara mandiri oleh mahasiswa, karena keterbatasan waktu di kelas dengan jumlah mahasiswa yang besar (36 orang), sehingga kurang terlatih terutama dalam memupuk perbendaharaan kata (vocabalary) 2) Umpan balik yang diberikan dosen kepada mahasiswa kurang efektif dalam mendorong mahasiswa untuk memperbaiki diri.
b. Pemahaman Tenses Skor rata-rata hasil penilaian aspek pemahaman tenses (dengan skor 7,8 dan 6,9) menunjukkan tingkat penguasaan yang sudah baik. Kesulitan utama yang dihadapi mahasiswa dalam belajar Bahasa Inggris adalah berubahubahnya struktur kalimat. Bahasa Inggris akibat perubahan waktu aktivitas. Terutama perubahan kata kerja yang termasuk kelompok tidak beraturan (irregular verb). Hal ini disebabkan antara lain, 1). kurangnya praktik, sehingga apa yang sudah dipelajari sewaktu di SMK/SMA terlupakan, 2). model evaluasi hasil belajar yang sering berupa tes obyektif (pilihan ganda), sehingga mahasiswa cenderung mengandalkan pengetahuan (ingatan) yang cenderung mudah hilang.Pada penelitian ini ada jenis tenses yang rata-rata mahasiswa menguasai dengan baik, yaitu Present Tense. Lebih tepatnya lagi adalah dalam hal menuliskan kalimat aktif dalam bentuk Present Tense. Dalam penelitian ini mahasiswa dilatih untuk menuliskan kalimat-kalimat dalam dalam berbagai tenses sekaligus dan karyanya dijadikan portofolio yang dievaluasi disertai komentar-komentar perbaikan. Penyebab lain yang sering membuat mahasiswa frustasi dalam belajar Bahasa Inggris adalah kemampuan dalam mengidentifikasi jenis kata (parts of speech). Hal ini berakibat pada kesulitan dalam memahami isi teks. Keluhan yang sering muncul adalah mereka sudah mendapat arti kata per kata dari kamus, tetapi tetap saja sulit mendapatkan pemahaman dari teks yang telah diterjemahkan. Untuk mengatasi permasalahan ini, dalam penelitian ini mahasiswa dilatih menuliskan contoh kalimat dengan perubahan kata-kata berdasarkan jenisnya. Contoh, mahasiswa diminta membuat kalimat dengan kata sifat ”wide” dirubah menjadi kalimat dengan kata benda ”width” dan membuat kalimat dengan kata kerja ”widen”. Mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam menuliskan bentuk kalimat pasif. Salah satu penyebabnya adalah kekurangfahaman mereka dalam mengidentifikasi mana subyek dan obyek dalam suatu kalimat dan perubahan atau penambahan to be. Apalagi jika kalimat itu cukup panjang (compound sentences atau complex senternces). Untuk membantu mahasiswa mengatasi permasalahan ini, pada penelitian ini mahasiswa dilatih untuk membuat kalimat pasif dalam berbagai tenses sekaligus.
c. Pembentukan Kalimat Sederhana Skor hasil penilaian pada aspek kemampuan menguraikan kalimat kompleks menjadi kalimat sederhana pada mahasiswa kelompok kontrol sebesar 3,2 dan pada kelompok eksperimen 1,8. Hasil ini menunjukkan tingkat kemampuan yang paling rendah, jika dibandingkan dengan kemampuan pada aspek yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa para mahasiswa masih sangat kesulitan dalam mengidentifikasi subyek, predikat dan obyek dari suatu
kalimat yang kompleks, yaitu kalimat yang terdiri atas kalimat induk dan anak kalimat. kemampuan yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa para mahasiswa masih kesulitan dalam menterjemahkan. Kelemahan dalam menterjemahkan ini terutama pada kemampuan mengidentifikasi jenis kata. Para mahasiswa masih kesulitan menemukan subyek (pelaku), predikat (aktivitas) dan obyek. Walaupun di kelas sudah diberikan latihan dan telah diberikan tugas untuk dikerjakan di rumah, akan tetapi hal ini masih belum cukup. Hasil ini juga menunjukkan belum efektifnya penerapan model SCCA dalam meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris, khususnya kemampuan dalam menterjemahkan.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan, di antaranya adalah: 1.
Diantaranya keenam jenis soal dalam UAS, kemampuan mahasiswa dalam membuat kalimat berbahasa Inggris dalam berbagai tenses merupakan kemampuan yang paling baik. Kelemahan yang masih terlihat cukup menonjol adalah terlihat pada kemampuan menulis dalam bentuk kalimat pasif.
2.
Kemampuan menyusun kalimat kompleks dan membuat deskripsi tentang suatu obyek merupakan kemampuan mahasiswa yang paling rendah. 3. Model pembelajaran Bahasa Inggris dengan metode SCCA belum memberikan sumbangan yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam Bahasa Inggris ketika pembelajaran baru berjalan setengah semester.
5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang bisa menjadi manfaat bagi upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Inggris dan juga untuk penelitian-penelitian di waktu mendatang, di antaranya adalah: 1.
Dalam pengajaran Bahasa Inggris hendaknya mahasiswa didorong terus untuk berlatih secara mandiri dalam belajar dengan cara menuliskan jawaban-jawaban dengan sempurna.
2. Dalam penggunaan metode SCCA, hendaknya dosen sesering mungkin memberikan evaluasi dan saran konstruktif terhadap jawaban/unjuk kerja mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Adjat Sakri, 1985, Ihwal Menerjemahkan, Bandung: Penerbit ITB Mansyur. (2009). Pengembangan Model AfL pada Pembelajaran Matematika di SMP. Disertasi. UNY McGourty, J. (1998), Developing a comprehensif assessment program for engineering education, Journal of Engineering Education, Vol 87, No. 4. Proquest Education Journal Olina, Z. dan Sullivan, H.J., 2002, Effects of classroom evaluation strategies on student achievement and attitudes, Educatiional Technology, Research and Development, Vo. 50, No. 3. Pp 61-75. Diambil Pada 2 Februari 2007 dari http://proquest.umi.com/pqdweb Popham, W.J.. (1995). Classroom assessment: what teachers need to know, Boston- USA: Ally and Bacon Rochmat Wahab. (2010). Pidato Rektor: Peran Universitas Negeri Yogyakarta dalam pengembangan pendidikan karakter menuju world class university. Yogyakarta
Stiggins, R.J. (2000). Student-centered Classroom Assessment, diambil pada 1 Maret 2010 dari http://proquest.umi.com/pqdweb Sugiyono, 2005, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta Tyner, T.E., 1987, College Writing Basics: A Progressive Approach, Bemont-California: Wadsworth Publishing Company
Lampiran 1 Biodata penulis Agustina Ginting. Lahir di Medan 18 Agustus 1971. Menyelesaikan pendidikan S1 pada Tahun 1996 di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Methodist Indonesia di Medan, dan S2 dari Program Pasca Sarjana pada Prodi Linguistik di Universitas Sumatera Utara. Sejak tahun 1999 hingga saat ini menjadi tenaga pengajar di prodi Teknik Elektro Politeknik Negeri Medan. Beberapa penilitian yang relevan diantaranya 1.
Penggunaan Tensi Present Tense pada karangan mahasiswa teknik elektronika semester 2 T.A. 2009/2010
2.
Kemampuan bahasa inggris jurusan teknik elektro politeknik negeri medan tahun 2000
1.
Identitas Diri
1 2 3 4 5
Nama Lengkap Jabatan Fungsional Jabatan Struktural NIP/NIDN Tempat dan Tanggal Lahir Alamat Rumah
6 7 8 9
No. Telp / HP Alamat email Mata Kuliah Yang Di Ampu
Agustina Ginting, S.S. Penata Lektor 19710818 199803 2 003 / 00018087108 Medan, 18 -08-1971 Jl. Nusa Indah Gg. Dahlia No. 9 Asam Kumbang Medan 0813 6200 1269
[email protected] Bahasa Inggris Keteknikan 1 Bahssa Inggris Keteknikan 2 Bahasa Inggris Keteknikan 3 Bahasa Inggris Keteknikan 4
Lampiran 2 N Nama O 1 Agustina Ginting
NIDN
Bidang Ilmu
Alokasi Waktu
Uraian Tugas
00018087108
Bahasa Inggris
12 Jam / Minggu
Pengambilan sampel nilai rata rata
Lampiran 3 Riwayat Pendidikan Jenjang Pendidikan Nama Perguruan Tinggi Tahun Masuk – Lulus Bidang Ilmu Nama Pembimbing Judul Skripsi / Tesis
S1
S2
S3
UMI
USU
-
1991 – 1996
2009 – 2012
-
Bahasa dan Sastra Inggris Drs. J. Samosir
Linguistik
-
Prof. Dr. Amrin Saragih Proyeksi Bahasa Batak Karo Kajian Linguistik Sistemik Fungsional
-
The Activity of The Karonese
-
2. Pengalaman Penelitian No
Tahuin
1
2009/2010
2
2000
Judul Penelitian Penggunaan Tensis Present Tense Pada Karangan Mahasiswa Teknik Elektronika Semester 2 T.A. 2009/2010 Politeknik Negeri Medan Kemampuan Berbahasa Inggris Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Medan Tahun 2000
Sumber
Jumlah
DIPA
3.000.000
DIPA
3.000.000
3. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat No Judul Tahun 1 Pelatihan Menjadi Wisata (Guide) di Desa Perkebunan 2011 Bukit Lawang Kec. Bahorok Kab. Langkat 2 Pengolahan Limbah Udang Menjadi Chitosan Untuk Menambah 2008 Pendapatan Masyarakat di Desa Paluh Manan Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang 3 Pemanfaatan Batang Pisang (Musa Paradisiace) Menjadi Bahan Pembuatan 2009 Kertas di Desa Sambi Rejo Kec. Binjai Kab. Langkat
Dibiayai
Keterangan
DIPA
Ketua
DIPA
Angota
DIPA
Ketua