Sekretariat Negara Republik Indonesia
SILATURRAHIM DAN BUKA PUASA BERSAMA PARA ULAMA KELUARGA BESAR PONPES CIPASUNG, DI CIPASUNG, 18-9-08 Kamis, 18 September 2008
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SILATURRAHIM DAN BUKA PUASA BERSAMA PARA ULAMA KELUARGA BESAR PONDOK PESANTREN CIPASUNG DAN PIMPINAN PONDOK PESANTERN SE-KABUPATEN TASIKMALAYA DI CIPASUNG, KABUPATEN TASIKMALAYA TANGGAL 18 SEPTEMBER 2008
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur Jawa Barat, dan para Pimpinan Lembaga Negara dan Pejabat Pemerintahan yang bertugas di Jawa Barat termasuk yang bertugas di Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, baik dari unsur eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun TNI dan POLRI.
Yang saya muliakan, Pimpinan Pondok Pesantren Cipasung, Al Mukarom Bapak Kyai Haji Bunyamin Ruhiat, para pimpinan Pondok-pondok Pesantren se-Priangan Timur, para Ulama,
Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah Subhaanahu wa Ta’aala.
Marilah sekali lagi, pada kesempatan yang baik dan Insya Allah penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhaanahu wa Ta’aala karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, dan semoga http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 10 February, 2017, 09:49
Sekretariat Negara Republik Indonesia
senantiasa kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta. Kita juga bersyukur karena pada bulan suci Ramadhan ini kita dapat kembali beribadah, beribadah puasa dan semoga ibadah kita diterima oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala.
Shalawat dan salam marilah tidak lupa kita curahkan kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad Salallaahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikut Rasulullah, Insya Allah termasuk kita semua sampai akhir zaman.
Hadirin-hadirat yang saya muliakan,
Pada tahun 2008 ini atau pada tahun 1429 Hijriah, saya dan rombongan memusatkan kunjungan kerja di bulan suci Ramadhan di Pulau Jawa. Pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007 yang lalu kunjungan kerja kami lebih banyak ke luar Jawa. Oleh karena itu, minggu lalu saya juga melakukan silaturahim, berbuka puasa bersama, beribadah bersama di Pondok Modern Darussalam Gontor Jawa Timur yang juga dihadiri oleh para Pimpinan Pondok Pesantren. Alhamdulillaah tadi malam saya bersama-sama umat Islam merayakan peringatan Nuzulul Qur’an secara nasional yang dilaksanakan di Purwokerto Jawa Tengah dan Alhamdulillaah hari ini untuk yang ketiga kalinya di Pulau Jawa saya bisa bersilaturahim dengan Bapak, Ibu sekalian di Pondok Pesantren Cipasung ini. Semoga kebersamaan kita, silaturahim kita, ibadah kita, do’a kita, zikir kita, mendapat ridha dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala.
Hadirin-hadirat yang saya hormati,
Ketika saya menyampaikan sambutan selaku umaro yang sedang mengemban amanah untuk memimpin bangsa dan negara kita dewasa ini di Gontor Jawa Timur, saya mengatakan bahwa para ulama menasehatkan pada kita semua di bulan suci Ramadhan ini untuk, pertama kita memperbanyak membaca Al Qur’an, berzikir, dan berdo’a, kita juga diminta untuk memperbanyak zakat dan amalan sosial kita yang lain, kita juga diminta untuk bertafakur, melakukan refleksi, mawas diri, melihat masa lalu, masa kini, dan masa depan untuk selalu berbuat yang terbaik. Kita juga diminta untuk berlomba-lomba dalam meraih kebaikan, kita juga dianjurkan untuk berlomba-lomba untuk mendapatkan ampunan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, dan yang tidak kalah pentingnya kita diminta untuk senantiasa bersyukur, bersabar, tegar, dan berikhtiar, seraya memelihara lisan dan lidah kita, agar makin sempurna, makin bermakna ibadah kita di bulan suci Ramadhan ini. Saya mengajak, mari kita jalankan bersama-sama nasehat para ulama itu, dan sebagai Kepala Negara, saya juga mengajak, janganlah kita bisa berperilaku baik, menegakkan kebaikan, mengibarkan amar ma’ruf nahi munkar ini, memberikan bantuan pada kaum fakir miskin dan kaum dhuafa, jangan hanya dilakukan pada bulan suci Ramadhan saja, marilah kita jalankan terus dalam kehidupan kita sepanjang masa. Akan indah kehidupan kita, akan bertambah besar pahala yang diberikan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala.
Hadirin-hadirat yang saya muliakan,
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 10 February, 2017, 09:49
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Dalam peringatan Nuzulul Qur’an secara nasional tadi malam, saya menyampaikan beberapa ajakan dan harapan kepada umat Islam di tanah air, dan kepada seluruh rakyat Indonesia. Kebetulan tema Nuzulul Qur’an tahun ini adalah Al Qur’an Sebagai Sumber Peradaban. Peradaban adalah sesuatu yang paling hakiki, yang paling pokok, yang paling fundamental dalam kehidupan umat, dalam kehidupan bangsa, dan kehidupan negara. Dalam bahasa asing disebut Civilization.
Rasulullah melakukan transformasi besar, melakukan hijrah, mengubah bangsa dari zaman kegelapan ke zaman yang penuh dengan cahaya. Hakekatnya itu adalah membangun peradaban, civilization. Membangun peradaban tidak seperti membalik telapak tangan, banyak ujian, tantangan, cobaan, yang harus dihadapi, yang harus dilalui, tetapi kalau Rasulullah sebagai peMimpin agung dunia berhasil melakukan transformasi besar, melakukan reformasi besar, melakukan perubahan besar, menghadapi tantangan yang sangat-sangat berat, tentunya kita sebagai bangsa harus bisa menteladani apa yang dilakukan oleh Junjunan kita Nabi Muhammad shalallaahu ‘alaihi wa sallam.
Kita pun harus seraya pandai bersyukur, tetap tegar, sabar, berikhtiar, tidak cengeng, tidak mengeluh, tidak putus asa, tidak menyalahkan satu sama lain, tapi tetap berjiwa terang, berfikir positif, berfikir rasional, tidak mempercayai tahayul dan mistik, dan juga bersikap optimis, itulah bagian dari peradaban. Tentu peradaban lebih dari itu, menyangkut akhlak, menyangkut perilaku, menyangkut budi pekerti, menyangkut adat istiadat, dan sebagainya. Dan dalam dunia masa kini, bagian penting dari peradaban juga menyangkut ilmu pengetahuan, menyangkut segi-segi pendidikan.
Al Qur’an sangat jelas didalam memerintahkan umat Islam agar kita membaca keimanan, dan keilmuan dalam satu nafas. Kehidupan kita akan tenteram, akan bisa mengatasi masalah apapun yang kita hadapi manakala kita bisa menyatukan antara keimanan pada Allah Subhaanahu Wata’ala dan pada keilmuan, pengetahuan, yang semua juga datang dari Allah Subhaanahu Wata’ala. Oleh karena itu, penting sekali kita terus meningkatkan mutu pendidikan, termasuk pendidikan keagamaan, termasuk mutu pendidikan di kalangan pondok-pondok pesantren.
Alhamdulillah, mulai tahun depan Insya Allah anggaran pendidikan kita akan mencapai 20% dari APBN. Anggaran pendidikan, anggaran yang paling tinggi dibandingkan sektor-sektor pembangunan yang lain. Pemerintah telah dan akan mengajukan anggaran pendidikan yang berjumlah lebih dari 220 Triliun yang nanti akan dibahas bersama DPR RI dan mudah-mudahan bisa disetujui sehingga kita punya anggaran yang lebih besar. Harapan saya, anggaran ini dapat kita pertanggungjawabkan bersama karena ini milik rakyat, harus kita gunakan sebesar-besarnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah baik pusat maupun daerah akan mengatur dengan seadil-adilnya penggunaan anggaran ini untuk pendidikan umum dan pendidikan keagamaan. Tentu saja semuanya harus kita rencanakan dengan baik, kita kelola dengan baik, dan pelaksanaannya pun dilaksanakan secara bertahap.
Tadi, sebelum mengikuti acara ini saya telah bersilaturahim dengan pimpinan Pondok Pesantren Cipasung dan para pimpinan pesantren yang lainnya untuk membangun kerjasama, agar anggaran pendidikan keagamaan dapat kita gunakan dengan sebaik-baiknya. Kita syukuri, namun demikian mari dengan penuh tanggung jawab kita kelola dengan sebaik-baiknya. Sekali lagi tentu akan kita gunakan di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Mianga sampai Pulau Rote.
Hadirin yang saya muliakan, http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 10 February, 2017, 09:49
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Yang terakhir, saya diberitahu bahwa Maghrib akan masuk pada pukul 17 lewat 47, berarti masih agak lama sedikit. Saya ingin mengajak para ulama, para kyai, para guru saya, dan saudara-saudara sekalian untuk sedikit melakukan refleksi, tafakur dalam arti luas. Melihat perjalanan bangsa dan negara tercinta ini. Kita masih ingat, sepuluh tahun yang lalu negara kita mengalami krisis, masih ingat semua Bapak, Ibu? Krisis itu memang, pertama-tama berasal dari luar negeri, tetapi karena di dalam negeri banyak sekali masalah waktu itu, akhirnya berpadulah antara masalah yang datang dari luar dengan masalah-masalah yang ada di negeri kita sendiri. Sangat dahsyat, ekonomi kita lumpuh, terjadi kerusuhan dimana-mana, keamanan nasional terguncang, dan banyak sekali terjadi tragedi kemanusiaan.
Manusia yang arif, tentu bisa mengambil pelajaran, mengambil hikmah, mengapa tahun 1998, sepuluh tahun yang lalu, tahun-tahun setelah itu negara kita porak poranda, mengapa? Ini penting, agar kita tidak mengulangi lagi kesalahan di waktu yang lalu, agar negara kita diselamatkan perjalanannya oleh Allah Subhaanahu Wata’ala dan oleh ikhtiar dan upaya kita semua.
Tiga hal yang ingin saya sampaikan, yang pertama yang positif. Kalau kita ingat sepuluh tahun yang lalu banyak orang yang bertanya, apakah negara kita selamat ke depan nanti, melihat porak porandanya seperti itu? Tetapi ingat, hampir kita semua waktu itu memohon kepada Allah untuk diselamatkan negara kita, selebihnya kita bersatu padu, kerja keras, berikhtiar, berupaya, akhirnya tahun demi tahun keadaan itu dapat kita pulihkan kembali, meskipun masih ada pekerjaan rumah kita, tetapi Alhamdulillah banyak yang telah dapat kita capai dan harus terus kita capai lagi seraya menyelesaikan masalah-masalah yang belum kita rampungkan.
Pelajaran pertama yang bisa kita petik adalah menghadapi krisis bangsa kita justru harus lebih bersatu, tidak boleh bercerai berai, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Kan kita ingin makmur bersama, bukan makmur sendiri-sendiri, kita ingin sejahtera bersama, bukan sejahtera sendiri-sendiri, oleh karena itu manakala ada masalah mari kita atasi bersam-sama, umaro, ulama, umat. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat luas. Kalangan dunia usaha, guru, buruh, tani, nelayan, semuanya. Semuanya penting, semuanya berperan, semuanya menjadi mata rantai untuk penyelesaian krisis yang dihadapi semua bangsa, kita bisa membuktikan bahwa kegelapan di waktu yang lalu seolah-olah berat sekali kita atasi.
Alhamdulillah dengan ridha Allah Subhaanahu Wata’ala dengan kebersamaan kita, kerja keras kita, setapak demi setapak, setahap demi setahap, keadaan dapat dipulihkan dan kita bisa membangun hari esok yang lebih baik lagi. Mari kita ambil pelajaran besar dari krisis itu manakala menghadapi cobaan, rintangan, tantangan, jangan, jangan SDM, tahu SDM? Selamatkan Diri Masing-masing. Jangan ! Jangan malah cepat-cepat menyalahkan yang salah itu, yang salah ini. Untuk apa? Tidak selesai dengan saling salah menyalahkan, mari kita selesaikan bersama-sama. Dengan ikhlas, dengan tulus, itu ajaran Islam yang luhur, ajaran Islam yang agung, mari kita berikan contoh dengan baik.
Pelajaran yang kedua, dari sepuluh tahun perjalanan bangsa ini. Banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang tragis, konflik komunal. Permusuhan diantara anak bangsa, merenggut korban jiwa dan raga, dan lain-lain, karena kita ini menyelesaikan masalah, mengedepankan kekerasan. Saya kira bukan itu ajaran Islam. Kita diwajibkan untuk bermusyawarah, kita diwajibkan menyelesaikan masalah secara damai. Perbedaan itu sunatullah, oleh karena itu kalau ada perbedaan, ada masalah, mari duduk bersama, kita carikan solusinya secara damai, tidak perlu dengan melakukan http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 10 February, 2017, 09:49
Sekretariat Negara Republik Indonesia
kekerasan dari pihak manapun, dari unsur manapun. Kemarin kita lupa, awal-awal krisis semua menarik pedang kekerasan, semua, ya kesalahan kita semua.
Mengapa yang kita utamakan kekerasan, bukan cara-cara yang bermartabat, dengan cara-cara yang arif, dengan caracara yang damai, sebagaimana ajaran agama Islam. Jangan kita ulangi lagi, cepat-cepat kita melakukan tindakantindakan kekerasan, manakala ada kejahatan, serahkan kepada negara, serahkan kepada kepolisian, serahkan kepada penegak hukum, karena negara tidak boleh kalah dengan kejahatan, apapun kejahatan itu, yang namanya korupsi, yang namanya illegal loging, yang namanya apapun, tidak boleh kalah, tapi jangan bertindak sendiri-sendiri. Kita mengurangi, kita bertindak sendiri-sendiri, kita memerangi kemungkaran, jangan dengan cara-cara yang mungkar, ini prinsip, mari kita laksanakan semua itu dengan tepat. Ini pelajaran yang kedua.
Sedangkan pelajaran yang ketiga, Alhamdulillaah setelah kita melakukan reformasi, perubahan, kehidupan masyarakat kita, kehidupan politik kita makin baik, orang mengatakan demokrasi makin baik, orang mengatakan partisipasi politik rakyat makin kuat, orang mengatakan kebebasan makin ada di negeri ini, tapi ingat, kebebasan tidak boleh digunakan dengan cara sewenang-wenang, kebebasan harus disertai akhlak, kebebasan harus disertai tanggungjawab, kebebasan harus disertai kewajiban, kalau semuanya bebas merdeka, tidak patuh pada aturan, tidak patuh pada Undang-Undang Dasar, tidak patuh pada undang-undang, tidak patuh pada ajaran agama, mau jadi apa masyarakat kita? Masyarakat jahiliyah, dan bukan itu yang kita tuju. Hati-hati menggunakan kebebasan, memang tidak baik sebuah bangsa yang terbelenggu tidak bebas menyampaikan fikirannya, pendapatnya, protes-protesnya untuk kebaikan. Tetapi ingat, negara manapun di dunia ini selalu ada aturan. Oleh karena itu, kebebasan harus disatukan dengan kepatuhan pada pranata, pada aturan pranata hukum, pranata sosial, dan lebih-lebih pranata agama. Kalau itu yang kita lakukan, kebebasan itu rahmat yang kita gunakan untuk sebuah kebajikan, bukan sebaliknya kebebasan untuk kepentingan sendiri, tidak peduli dengan kepentingan yang lain, tidak peduli negaranya rusak, tidak negaranya pecah, tidak peduli masyarakatnya porak poranda, dan sebagainya dan sebagainya. Bukan itu, demokrasi, kebebasan, partisipasi politik yang kita bangun. Islam memberikan ajaran yang kuat tentang itu semua. Mari kita jalankan dengan sebaik-baiknya.
Hadirin-hadirat yang saya muliakan,
Itulah tiga ajakan saya sebagai umaro, disamping nasihat, tausiyah dari para ulama, dari para kyai, dari pimpinan pesantren yang harus kita jalankan bersama-sama.
Akhirnya semoga ibadah kita, sekali lagi mendapat ridha dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala, semoga kita mendapatkan ampunan dari Allah atas segala dosa-dosa kita, dan semoga hari esok lebih bermakna dari hari sekarang. Dan yang terakhir, sebagaimana sebuah bangsa yang melakukan perjalanan panjang, membangun masyarakat yang lebih aman, adil, dan sejahtera, selalu menghadapi ujian, tantangan, dan cobaan, mari kita jawab semuanya itu dengan tetap bersyukur pada Allah dengan penuh kesabaran dan ketegaran disertai ikhtiar yang sebesar-besarnya untuk mengatasi masalah itu.
Demikian, hadirin-hadirat yang saya muliakan, semoga Allah Subhaanahu wa Ta’aala mendengarkan niat dan cita-cita baik kita dan memberikan jalan, menuntun perjalanan kita, membangun hari esok yang lebih sejahtera. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 10 February, 2017, 09:49
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Sekian.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Biro Naskah dan Penerjemahan, Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan, Sekretariat Negara RI
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 10 February, 2017, 09:49