SILABUS INTENSIVE COURSE IN PEACE RESEARCH (ICPR) Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Wakaf Paramadina Jakarta
Pengantar Pusat Studi Agama & Demokrasi (PUSAD) Paramadina adalah lembaga otonom di bawah Yayasan Paramadina, Jakarta, yang melakukan riset dan advokasi dalam bidang sosial, politik, dan keagamaan. PUSAD Paramadina memiliki visi “memperkuat interaksi damai antara agama dan demokrasi di Indonesia.” Visi ini antara lain hendak dicapai melalui salah satu missi PUSAD, yaitu menjadikan PUSAD Paramadina sebagai “laboratorium peneliti muda meningkatkan kapasitas dalam melakukan riset sosial yang inovatif dan berorientasi pemecahan masalah.” Sejauh ini, pencapaian missi di atas masih sangat terbatas. Kerja-kerja riset dan advokasi, termasuk melalui penerbitan ilmiah, baru terbatas dilakukan oleh segelintir peneliti pada level pimpinan. Karena itu, mulai 2015, PUSAD akan menyelenggarakan “Intensive Course in Peace Research” (ICPR). Akan berlangsung selama 5 (lima) bulan dan dibagi ke dalam tiga tahap, kegiatan kursus akan meliputi ceramah dan diskusi di kelas, riset individual, penulisan paper individual, dan penerbitan. ICPR diselenggarakan agar peserta didik: (1) Menguasai konsep, teori dan pendekatan akademis utama terkait konflik, kekerasan dan perdamaian; (2) Peka terhadap realitas konflik, kekerasan, dan perdamaian di sekitarnya dan dapat merisetnya secara akademis; dan (3) Menuliskan hasil riset dalam laporan yang dapat diterbitkan dalam penerbitan ilmiah. Silabus Kursus Tahap I Pada tahap pertama, kursus akan diselenggarakan dua hari dengan masing-masing empat sesi. Jadi, jumlah keseluruhan sesi selama dua hari adalah delapan. Pada modul I hari I kursus, peserta akan diajak untuk memahami arti konflik menurut para sarjana perdamaian yang sudah menekuni bidang kajian ini bertahun-tahun dengan, tentu saja, juga dikonfirmasi dengan pengalaman penting peserta di lapangan. Materi selanjutnya, secara berturut-turut ialah mengidentifikasi apa saja isu yang menyebabkan konflik pecah pertama kali, yang memperpanjang durasi konflik, dan yang membuat konflik berakhir. Pada modul I hari II, peserta akan diajak untuk memahami arti kekerasan dan membedakan kategori kekerasan yang satu dengan yang lainnya beserta hubungannya dari buah pikiran para ilmuwan perdamaian dan pengalaman empirik para peserta. 1|Page
Kategori-kategori yang termasuk ke dalam kekerasan meliputi kekerasan fisik/langsung, struktural, dan kultural. Secara umum, kursus tahap I difokuskan pada analisis konflik dan kekerasan. Setelah mengikuti kursus tahap I, para peserta akan melakukan proyek modul pertama berupa observasi atau riset mengenai konflik dan kekerasan sesuai minat masingmasing selama sebulan dengan menggunakan atau memanfaatkan konsep, teori, atau perspektif yang dipelajari dalam modul pertama. Untuk keperluan ini, peserta akan melakukan penelitian lapangan dengan menggunakan panduan conflict assessment yang sebelumnya sudah disiapkan fasilitator. Untuk memperjelas apa saja yang akan terjadi pada kegiatan kursus intensif tahap I, di bawah ini disertakan jadual kegiatan sementara: Hari I 08.00-08.30 08.30-10.00 10.00-10.15 10.15-11.45 11.45-12.45 12.45-14.15 14.15-14.30 14.30-16.00
Pembukaan Sesi I: Apa itu konflik? Rehat minum Sesi II: Bagaimana konflik berawal? Rehat makan Sesi III: Bagaimana konflik bertahan? Rehat minum Sesi IV: Bagaimana konflik berakhir?
Hari II 08.00-09.30 09.30-10.00 10.00-11.30 11.30-12.30 12.30-14.00 14.00-14.30 14.30-16.00
Sesi I: kekerasan Rehat minum Sesi II: kekerasan Rehat makan Sesi III: kekerasan Rehat minum Sesi IV: Target kinerja individu
Silabus Kursus Intensif Tahap II Pada tahap kedua, kursus lanjutan akan diadakan tiga hari dengan masing-masing empat sesi. Jadi, jumlah keseluruhan sesi selama tiga hari adalah duabelas. Pada modul II hari I kursus, para peserta akan menyampaikan dan mendiskusikan hasil riset individual pasca kursus intensif tahap I. Forum diskusi tersebut dirancang menjadi forum yang konstruktif yang di dalamnya fasilitator dan para peserta akan dapat saling memberikan masukan. Pada modul II hari II dan III, para peserta akan mempelajari beberapa konsep, teori, atau perspektif mengenai perdamaian negatif dan positif. Apa definisi perdamaian negatif dan positif dan apa saja pendekatan yang bisa diupayakan dalam rangka mencapai perdamaian negatif dan positif merupakan topik bahasan kunci di hari
2|Page
kedua dan ketiga. Secara umum, kursus tahap II menitikberatkan pada analisis bagaimana konflik ditangani secara damai melalui strategi resolusi konflik. Lalu, selama sebulan berikutnya, para peserta akan melakukan proyek modul kedua berupa observasi dan riset mengenai perdamaian sesuai minat masing-masing dengan memanfaatkan dan menerapkan konsep, teori, atau perspektif yang dipelajari dalam modul kedua. Untuk kepentingan ini, peserta akan melakukan penelitian lapangan dengan menggunakan panduan observasi yang sudah dibuat fasilitator. Untuk memperjelas apa saja yang akan terjadi pada kegiatan kursus intensif tahap II, di bawah ini disertakan jadual kegiatan sementara: Hari I 08.00-09.30 09.30-10.00 10.00-11.30 11.30-12.30 12.30-14.00 14.00-14.30 14.30-16.00
Sesi I: Laporan dan diskusi hasil riset peserta kursus tahap I Rehat minum Sesi II: Laporan dan diskusi hasil riset peserta kursus tahap I Rehat makan Sesi III: Laporan dan diskusi hasil riset peserta kursus tahap I Rehat minum Sesi IV: Kesimpulan
Hari II 08.00-09.30 09.30-10.00 10.00-11.30 11.30-12.30 12.30-14.00 14.00-14.30 14.30-16.00
Sesi I: Apa itu perdamaian negatif? Rehat minum Sesi II: Manajemen konflik Rehat makan Sesi III: Peran-peran pihak ketiga Rehat minum Sesi IV: Pendekatan-pendekatan alternatif
Hari III 08.00-09.30 09.30-10.00 10.00-11.30 11.30-12.30 12.30-14.00 14.00-14.30 14.30-16.00
Sesi I: Apa itu perdamaian positif? Rehat minum Sesi II: Rekonsiliasi Rehat makan Sesi III: Aksi nirkekerasan Rehat minum Sesi IV: Target kinerja individu
Silabus Kursus Intensif Tahap III Pada tahap terakhir, kursus lanjutan akan diadakan satu hari dengan total empat sesi. Pada modul III ini, para peserta akan menyampaikan dan membicarakan hasil riset perseorangan pasca kursus intensif tahap II. Sama seperti tahap II, forum diskusi tersebut dirancang menjadi forum yang terbuka bagi siapa saja, fasilitator dan para peserta, untuk memberikan komentar atau masukan. Selain itu, para peserta juga akan diminta untuk mengevaluasi kegiatan kursus intensif secara keseluruhan.
3|Page
Untuk memperjelas apa saja yang akan terjadi pada kegiatan kursus intensif tahap III, di bawah ini disertakan jadual kegiatan sementara: 08.00-09.30 09.30-10.00 10.00-11.30 11.30-12.30 12.30-14.00 14.00-14.30 14.30-16.00
Sesi I: Laporan dan diskusi hasil riset peserta kursus tahap II Rehat minum Sesi II: Laporan dan diskusi hasil riset peserta kursus tahap II Rehat makan Sesi III: Laporan dan diskusi hasil riset peserta kursus tahap II Rehat minum Sesi IV: Kesimpulan, penutup, dan rencana publikasi
Penutup: Tentang Peserta, Fasilitator, dan lainnya.
Kursus intensif ini bersifat padat karya dengan proses diskusi bersama yang cukup intensif. Karenanya, dibutuhkan komitmen penuh para peserta. Peserta ICPR akan dibatasi hanya 15 orang. Selain akan diikuti peneliti muda PUSAD, terbuka kesempatan bagi pihak lain yang tertarik untuk menjadi partisipan, dengan menunjukkan kesediaan untuk berkomitmen penuh mengikuri seluruh proses kursus. Seluruh biaya kursus, dari akomodasi, riset lapangan, hingga bacaan pegangan, akan ditanggung PUSAD Paramadina, berkat dukungan Knowledge Sector Initiative (KSI). Rancangan dan implementasi seluruh kegiatan kursus di bawah pendampingan Samsu Rizal Panggabean dan Titik Firawati (MPRK-UGM/PUSAD Paramadina). Zainal Abidin Bagir (CRCS-UGM) dan Syafiq Hasyim (ICIP/PUSAD Paramadina) akan ikut mendukung kursus sebagai peer reviewer hasil riset para peserta. Secara teknis, kursus akan dikelola oleh Pradewi TC dan Husni Mubarok, dengan penanggungjawab Ihsan Ali-Fauzi (seluruhnya PUSAD Paramadina).
Referensi Barash, D. P. (1999). Approaches to Peace: A Reader in Peace Studies. New York: Oxford University Press. Fisher, Simon. Working with Conflict. Skills & Strategies for Action. London: Zed Books, 2000. Galtung, J. (1990). “Cultural Violence” Journal of Peace Research, 27 (3), 291-305. -------. (1969). “Violence, Peace and Peace Research” Journal of Peace Research, 6 (3), 167-191. Satha-Anand, Chaiwat. (2002). Agama dan Budaya Perdamaian. Yogyakarta: Forum Kajian Budaya dan Agama. Stephan, Maria J. dan Erica Chenoweth. (2008). “Why Civil Resistance Works?: The Strategic Logic of Nonviolent Conflict” International Security, 33 (1), 7-44. Varshney, Ashutosh. (2009). Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil. Jakarta: Departemen Agama. Wehr, Paul dan Otomar J. Bartos. Using Conflict Theory. New York: Cambridge University Press, 2002.
4|Page
Nimer, Mohammed Abu. (2010). Nirkekerasan dan Bina-damai dalam Islam: Teori dan Praktik. Jakarta: Pustaka Alvabet.
5|Page