At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
150
SIFAT-SIFAT LEBAH DAN PENGAJARAN DARIPADA KEHIDUPANNYA
Syukraini Ahmad Abstract : The word of “al-Nahl” in Holy Qor’an is specifically for “Honey Bees”. Based on Inspiration that given by Allah S.W.T., They lives in a collective and systematic life. It’s agreed with the name of the chapter which is “Al-Nahl”, using plural form. This chapter also named with “Al-Ni’am”, because Allah S.W.T. gives a lot of grace to the all humankind. Honeybees give us inspiration and can teach us valuable lessons in leading a meaningful life, obeying Allah S.W.T., and being smart, diligent, consume a good foods, skillful, alert, patient and deserverance. All tasks are equally shared and implemented in the societies of honeybees. They have special and good communication and defence systems. The lessons that can be learnt from the lives of the honeybees comprise self-contemplation and correction; soul purification and continuous implementation of good deeds and prevention of misdeeds for the betterment of ourselves, our families and all humankind. Kata Kunci: al-Nahl, Sifat-sifat Lebah, Pengajaran. A. PENDAHULUAN Sifat merupakan sesuatu yang melekat pada diri seseorang atau makhluk. Ia sangat berpengaruh di dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang itu memiliki sifat yang baik maka ia akan berprilaku yang baik pula. Demikian pula jika ia mempunyai sifat yang tidak baik maka ia akan bertingkah laku yang tidak baik pula. Ini sudah menjadi hal yang lumrah di dalam kehidupan. Di samping itu, sifat-sifat yang baik yang telah dimiliki tentu harus tetap dijaga dan dikembangkan sehingga akan dapat menghasilkan nilai-nilai dan manfaat yang lebih banyak. Seperti halnya manusia, makhluk hidup seperti lebah pun memiliki sifatsifat yang terpuji. Sebagaimana di dalam alquran, Allah menerangkan keistimewaan yang dimiliki oleh lebah yang tentu akan dapat dijadikan sebagai teladan dan pengajaran bagi manusia yang memiliki fitrah ketuhanan, akal pemikiran yang sehat yang selalu berfikir untuk kemaslahatan dan ingin meningkatkan kualitas kehidupannya.
150
Syukraini Ahmad, Sifat-Sifat Lebah Dan Pengajaran
151
Karena itu, kajian tentang lebah sangat perlu bahkan ia dijadikan sebagai salah satu nama surah Al-Qur’an yaitu al-Nahl (lebah). Penamaan surah dengan nama tersebut tentu tidaklah sia-sia, namun memiliki rahasia dan hikmah yang perlu dikaji sehingga dapat mengungkap rahasia penciptaan sebagai bukti kekuasaan dan keagungan Allah S.W.T.. Kemudian dapat pula dijadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang berterusan sehingga dapat memberi manfaat yang lebih besar bagi kemajuan dan perbaikan kehidupan bermasyarakat. B. LANDASAN AKTIVITAS KEHIDUPAN LEBAH Bila diperhatikan penyebutan tentang al-Nahl (lebah) dalam Al-Qur’an terdapat pada firman Allah swt yang berbunyi:
Artinya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”.(Al-Qur’an, al-Nahl 16: 68-69) Dalam ayat di atas terdapat ungkapan “awha” (diwahyukan). Perkataan wahyu memiliki dua makna yang asli, yaitu tersembunyi dan cepat. Karena itu, ada yang mengatakan bahwa wahyu adalah memberi petunjuk secara tersembunyi dan cepat, yang khusus kepada penerima wahyu itu, tanpa diketahui oleh yang lain. Secara bahasa, wahyu mempunyai beberapa makna, di antaranya: ilham, isyarat yang cepat sebagai petunjuk, bisikan, perintah-perintah yang diberikan Allah S.W.T. kepada para malaikatNya untuk dilaksanakan. Ibn Kathir mengemukakan bahwa wahyu dalam ayat tersebut bermaksud ilham, petunjuk atau irshad (bimbingan). Sedangkan menurut al-Qurtubi bahwa
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
152
semua hewan pun mendapat ilham daripada Allah S.W.T. supaya mereka dapat mencari maslahahnya, mengatur hidupnya secara berdisiplin dan tertib dan menjauhi sesuatu yang akan memudaratkannya dengan kata lain agar mereka dapat mempertahankan hidupnya. Selain itu, benda yang tidak bernyawa pun mendapat ilham dari Allah S.W.T., sebagaimana yang berlaku kepada bumi. Jadi perkataan wahyu dalam ayat 68 surah al-Nahl, bermakna ilham, petunjuk atau bimbingan, maksudnya Allah S.W.T. memberi ilham dan petunjuk kepada lebah madu dan menetapkan dalam dirinya, supaya membuat sarang di sebagian bukit-bukit, pohon-pohon dan juga di sebagian tempat-tempat yang dibangun oleh manusia. Selain itu, diilhamkan juga untuk memakan semua alThamarat (buah-buahan) sesuai dengan yang dikehendakinya, dan menghasilkan madu yang dapat berfungsi sebagai obat bagi manusia. Al-Zamakhshari mengemukakan bahwa Allah S.W.T. telah memberikan ilham kepada lebah dengan cara menetapkan dalam hatinya dan mengajarkannya dalam bentuk yang hanya Allah S.W.T. saja yang lebih mengetahuinya, tidak ada seseorang pun yang dapat melakukannya sehingga lebah sangat cermat dalam binaannya dan sangat cerdas dalam mengurus urusannya serta melakukan apa yang menjadi maslahah baginya, sebagai bukti yang sangat jelas bahwa Allah S.W.T. yang telah memberikan ilmu dan kecerdasan tersebut kepadanya. Sedangkan menurut Sayyid Qutub, lebah-lebah itu bekerja secara fitrah sesuai dengan ilham yang diberikan oleh Allah S.W.T. Ilham itu mendorong lebah bekerja mengikut perintahNya. Proses kerjanya yang sistematis dan berkualitas tinggi, melemahkan akal yang berfikir untuk bekerja sehalus itu, baik di dalam cara-cara pembagian kerja di antara kumpulan-kumpulan atau cara ia mengeluarkan madu yang bersih. Menurut al-Raghib al-Asfahani, kata al-Nahl yang dimaksudkan dalam ayat
Al-Qur’an adalah hewan yang khusus yaitu lebah madu. Ini
berdasarkan Firman Allah S.W.T.: … …
Syukraini Ahmad, Sifat-Sifat Lebah Dan Pengajaran
153
Artinya: “…dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia...”(AlQur’an, al-Nahl 16: 69) Dalam kamus Lisan al-cArab, kata al-Nahl (bentuk mufradnya al-Nahlah) adalah serangga penghasil madu. Abu Ishaq al-Zajjaj mengatakan, dinamakan dengan al-Nahl (lebah madu), kerana Allah S.W.T. telah mengkurniakan madu kepada manusia yang keluar dari perutnya. Sedangkan yang lain mengatakan bahwa al-Nahl boleh menjadi mudhakkar dan mu`annath. Ia menjadi mu`annath dalam bahasa Hijaz, kerana itu ia dimu`annathkan oleh Allah S.W.T. Lebah madu yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an, hidup di dalam kelompok atau masyarakat yang berdisiplin, rapi dan tertib. Kerana itu, nama surat tersebut yakni al-Nahl, dengan menggunakan lafaz jamc (yang menunjukkan banyak). Lebah madu memiliki penduduk yang banyak, bahkan kadangkala di dalam satu koloni dapat mencapai 40,000 hingga 80,000 lebah madu betina, lebih kurang 200 lebah madu jantan dan seekor lebah ratu. Jadi kehidupan lebah dan aktivitasnya mengandung hikmah dan berbagai keajaiban yang menakjubkan, yang apabila mau dikaji dan difahami maka akan ditemukan lebih banyak lagi keajaiban yang terungkap dan diketahui sifat-sifat yang yang dimiliki oleh lebah yang dapat dijadikan sebagai pengajaran bagi manusia di dalam menjalani kehidupan. C. Sifat-sifat Lebah dan Pengajaran Daripada Kehidupannya 1. Lebah Bersifat Taat Kepada Allah S.W.T. Lebah senantiasa melakukan pekerjaan sebagai bentuk pengabdian (ketaatan) mereka kepada al-Khaliq iaitu Allah S.W.T.. Mereka membina sarang sebagai tempat tinggal, mencari makanan dan minuman, menghasilkan madu serta melakukan segala aktivitas mereka sesuai dengan apa yang telah Allah S.W.T. ilhamkan kepada mereka. Ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah S.W.T. memberi ilham kepada lebah dan memerintahkannya untuk membuat madu memberi contoh tentang rahasia kehidupan makhluk hidup. Rahasia ini adalah bahwa semua
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
154
makhluk hidup tunduk kepada kehendak Allah S.W.T. dan mengikut takdir yang ditentukanNya. Lebah tidak ingkar terhadap petunjuk yang diberikan oleh Allah S.W.T., mereka ikhlas melakukannya sepanjang hayat dan sepanjang zaman. Tetapi kenapa kebanyakan manusia berlaku zalim dan ingkar pada penciptanya? Serangga dan segala makhluk Allah S.W.T. baik yang di langit dan di bumi dan apa yang ada di antara keduanya senantiasa bertasbih kepada Allah S.W.T., tetapi kenapa manusia sedikit sekali yang mahu melakukannya? Malah mereka banyak yang berani menjadikan sesuatu yang lain sebagai sekutu bagi Allah S.W.T., menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, membunuh manusia yang tidak halal untuk dibunuh, namun membiarkan dan mendukung untuk tidak dibunuh terhadap mereka yang halal dan mesti dibunuh, mengapa perbuatan zina dibiarkan dengan berbagai dalih? Maksiat bertambah-tambah, penipuan dalam pelbagai bidang kehidupan masyarakat tumbuh dan berkembang bak cendawan di musim hujan. Nikmat yang diberikan oleh Allah S.W.T. sungguh banyak dan tak dapat dihitung, tetapi mengapa banyak yang tidak sadar dengan hidup penuh dengan kelalaian. Perkara ini telah dijelaskan oleh Allah S.W.T. dalam surah al Rahman, dengan maksud, “Nikmat mana pula yang tidak kamu dustakan?” Sesungguhnya ketaatan yang dilakukan makhluk hanyalah kerana kemuliaan dan rahmat Allah S.W.T. Sekiranya bukan kerana kemuliaan dan rahmatNya niscaya termasuk orang-orang yang merugi. Sesungguhnya manusia telah diciptakan oleh Allah S.W.T. dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan dimuliakan. Ini bergantung kepada iman dan amal soleh. Sekiranya tidak beramal soleh maka pasti akan merugi. Demikian pula apabila iman seseorang rusak niscaya rusak pula amal solehnya. Apatah lagi bagi orang yang tidak beriman maka sia-sialah segala kebaikan yang dilakukannya dan ia akan dicampakkan ke dalam api neraka Jahannam sebagai tempat yang kekal selama-lamanya. Bagi orang yang beriman, janganlah merasa rendah diri dan malu, kerana orang yang beriman memiliki aqidah yang lebih unggul dan tinggi, hanya bersujud kepada Allah S.W.T., sedangkan orang yang tak beriman mereka bersujud kepada
Syukraini Ahmad, Sifat-Sifat Lebah Dan Pengajaran
155
makhlukNya. Orang yang beriman melaksanakan ajaran yang benar dan lebih luhur, kerana sesuai dengan syaricat yang ditentukan oleh Allah S.W.T., sedangkan orang yang tak beriman melaksanakan ajaran atau sistem yang dicipta oleh makhlukNya. Selain itu, peranan dan kedudukan orang yang beriman di bumi ini lebih mulia dan lebih tinggi. Firman Allah S.W.T.:
Artinya: “Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.(Al-Qur’an, Ali cImran 3: 139) 2. Lebah Sentiasa Memberi Manfaat Kepada Yang Lain Menurut cA`id al-Qarni, seorang penulis dan aktivis dakwah terkenal dari
Arab Saudi, dalam bukunya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia “Cahaya Zaman”, beliau mengatakan lebah memiliki falsafah bahwa segala sesuatu yang ada pada dirinya mengandung faedah dan seluruh umurnya digunakan di dalam kebaikan, bahkan ia selalu berusaha untuk meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi yang lain. Kerana itu, kaum muslimin sepatutnya membina diri menjadi orang yang bermanfaat, seperti mewakafkan buku-buku yang berguna, mengarang buku, membangun masjid, meninggalkan anak soleh yang menggantikannya, menanam pohon yang dapat berbuah atau turut serta di dalam mendirikan yayasan amal. Dengan demikian jelas bahwa setiap individu muslim mesti turut serta berperan dalam usaha memakmurkan bumi, membina kehidupan masyarakat serta mempersembahkan sebuah karya dan jasa sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, bukan sebaliknya, hanya menjadi beban penderitaan bagi masyarakat. Lebah memberi manfaat kepada manusia tidak hanya madu yang dapat dijadikan obat, namun juga makanan ratu lebah (royal jelly), lilin lebah (bee swax), racun lebah
(bee venom), roti lebah dan getah lebah (propolis). Bahkan lebah
juga memberi manfaat kepada alam sekitar, di mana ia ikut membantu melakukan proses pendebungaan pada tanaman. Proses ini terjadi ketika lebah mengumpulkan nektar, ia juga mengutip debunga. Debunga yang melekat pada tubuhnya, lalu
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
156
jatuh dan melekat pada bunga yang lain ketika ia berpindah dari satu bunga ke bunga yang lain. Lebah memiliki manfaat dari berbagai sudut kehidupannya. Kerana itu, bagi orang yang beriman mesti membina dirinya sehingga layak dijadikan teladan yang baik iaitu dengan cara senantiasa berbuat kebaikan dan mampu memberi manfaat kepada yang lain di mana saja berada, walaupun berada di suatu tempat dalam masa yang sangat singkat. Bahkan orang yang beriman tidak hanya mampu membimbing umat manusia menuju kebahagiaan ukhrawi tetapi juga berusaha membawa manusia menjadi sukses dan bahagia hidup di dunia ini dengan tetap berlandaskan Al-Qur’an dan al-Hadith. Orang yang beriman berperan sebagai khalifah yang memberi rahmat bagi manusia, hewan dan alam sekitar sebagaimana ajaran yang dibawa oleh Rasulullah S.A.W. Menurut al-Raghib al-Asfahani, kata al-Nahlah dan al-Nihlah bermaksud pemberian secara berderma/ bersedekah, dan ia lebih istimewa daripada hibah. Kerana itu, semua hibah adalah termasuk Nihlah, namun tidak semua Nihlah merupakan hibah. Menurut ahli hukama`, al-Nahlu ialah meliputi segala sesuatu yang tidak terdapat satu pun yang memudaratkan, tetapi sebaliknya ia banyak memberikan manfaat yaitu berupa kesembuhan sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Qur’an. Ia juga dinamakan dengan al-Shadaq,
di mana ia tidak
mengharapkan balasan berupa harta benda sedikitpun daripada pemberiannya. Sebagaimana mahar yang diberikan seorang suami kepada bakal isterinya. Kerana itu, setiap kebaikan yang dilakukan hendaklah diniatkan kerana mencari keredaan Allah S.W.T. FirmanNya:
Artinya: “Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih”.(Al-Qur’an, al-Insan 76: 9) 3. Lebah Selalu Memakan Makanan Yang Baik Dalam hadith yang diriwayatkan oleh Ibn Hibban, al-Nasa`i dan alTabrani, Rasulullah S.A.W. bersabda: . وﻻ ﺗﻀﻊ إﻻ ﻃﯿﺒﺎ, ﻻ ﺗﺄﻛﻞ إﻻ ﻃﯿﺒﺎ, ﻣﺜﻞ اﻟﻤﺆﻣﻦ ﻣﺜﻞ اﻟﻨﺤﻠﺔ
Syukraini Ahmad, Sifat-Sifat Lebah Dan Pengajaran
157
Artinya: “Perbandingan orang mukmin itu adalah seperti lebah, tiadalah dia makan melainkan makanan yang baik dan tiadalah dia meletakkan (meluahkan) melainkan yang baik (madu).” Berdasarkan ilham daripada Allah S.W.T., lebah senantiasa memilih makanan dan minumannya yang baik dan sesuai baginya. Tidak pernah lebah makan makanan yang membahayakan dirinya. Bagi orang yang beriman, Allah S.W.T. telah mengingatkan agar makan makanan yang baik. Namun dalam realita kehidupan, banyak manusia yang tidak memperhatikan perkara halal dan haram serta perkara yang membinasakan diri. Ada di antara manusia yang tidak tahu, belum sadar dan bahkan ada pula yang merasa bangga makan dan minum yang telah jelas akan merusak saraf dan dirinya. Tetapi yang paling aneh, mereka yang dipandang cerdik pandai, malah mengesahkan makanan dan minuman yang pasti akan merusak fisik dan mental masyarakat dengan berbagai dalih. Dalam Islam, tujuan makan dan minum adalah agar dikurniakan keberkatan, mampu beribadah dengan baik dan benar, digolongkan menjadi orang yang soleh, dan diselamatkan daripada api neraka. Manusia yang makan, minum dan berpakaian yang haram, maka akan mempengaruhi pemikirannya, dan tindakannya pun akan condong berbuat yang tidak baik dan haram. Kehidupannya akan mengalami kesempitan, kegundahan dan kesedihan. Di manapun ia berada, condong melanggar aturan bahkan dapat merusak tata susila (akhlak yang mulia) dalam suatu masyarakat. Selain itu, doanya menjadi tidak terkabul. Padahal doa adalah inti daripada ibadah. Maka sungguh sangat menyedihkan disebabkan oleh makanan atau minuman yang haram maka ibadahnya ditolak oleh Allah S.W.T. Ada dua faktor yang menyebabkan hukum makanan itu haram, iaitu : pertama, makanan itu haram dimakan jika diperoleh dengan cara yang haram, walaupun sebenarnya makanan itu halal. Kedua, makanan itu dasarnya adalah haram, seperti babi dan anjing. Shaykh Yusuf al-Qardawi, mengemukakan bahwa pengharaman makanan dan minuman berasal dari faktor khabath (keburukan, menjijikkan) dan darar (membahayakan, merugikan). Kerananya, makanan dan minuman yang belum
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
158
disebutkan hukumnya, apabila di dalamnya terdapat salah satu dari dua faktor itu, maka ia diharamkan. Status halal pada makanan dan minuman adalah berasal dari faktor tayyib yang terdapat pada makanan dan minuman tersebut. Al-Tayyibat adalah segala sesuatu yang dinilai baik oleh jiwa manusia secara umum, bukan kerana tradisi (adat kebiasaan). Sedangkan dalam keadaan yang benar-benar darurat maka dibolehkan memakan makanan yang haram sekadarnya saja (sedikit). 4. Lebah Merupakan Makhluk Hidup Yang Rajin dan Bekerjasama Berdasarkan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah S.W.T., lebah madu senantiasa hidup bermasyarakat dan mereka tidak dapat hidup kecuali dalam masyarakat yang teratur, berdisiplin, rapi dan cerdas. Lebah-lebah madu mempunyai pembagian kerja dan mereka bekerjasama dalam membina sarang dan lain-lain. Tugas yang mereka lakukan sangat mengagumkan bagi setiap manusia yang mau memahaminya. Lebah betina memiliki peran sebagai pekerja yang melaksanakan seluruh tugas di dalam dan luar sarang. Mereka menjelajah daerah yang sesuai bagi membina sarang, mendirikannya, memelihara keamanan dan ketertibannya, membersihkannya, menjaga suhu udara dan kesehatannya, melayani keperluan ratu dan bayinya. Lebah pekerja juga mencari dan mengumpulkan makanan, air, propolis, menghasilkan madu, lilin lebah, royal jelly, roti lebah dan lain-lain. Masyarakat lebah rajin dan bekerjasama dalam kebenaran dan kebaikan. Kerana itu, bagi orang yang berakal sehat dan beriman hendaklah melatih dan membina diri menjadi manusia yang rajin. Di samping itu hendaklah saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan sekali-kali bertolong-tolongan dalam melakukan dosa dan permusuhan. Sekiranya bekerjasama dalam kejahatan maka ingatlah bahwa di akhirat, mereka akan bermusuhan dan saling menyalahkan. Firman Allah S.W.T.:
Syukraini Ahmad, Sifat-Sifat Lebah Dan Pengajaran
159
Artinya: “ Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”.(Al-Qur’an, al-Zukhruf 43: 67) c
A’id al-Qarni berkata bahwa perkara yang lebih menyedihkan lagi adalah
sebahagian orang yang beristiqamah terhadap ajaran agama, melaksanakan solat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan dan berhaji, namun dia suka melakukan dosa dan kemaksiatan, teman-teman duduk dan bicaranya adalah orang-orang yang gemar melakukan dosa dan kemaksiatan, dan teman diskusinya adalah musuhmusuh Allah S.W.T. 5. Lebah Berkeahlian Dalam Melaksanakan Tugas Berdasarkan ilham yang telah dianugerahkan oleh Allah S.W.T., lebah madu memiliki kecerdasan, pemahaman, naluri, perasaan dan indra-indra agar dapat
membedakan sesuatu, tempat, arah, jarak dan waktu, sehingga mereka
mampu membina kehidupan bermasyarakat yang tertib dan rapi dengan menggunakan cara yang sangat mengagumkan. Masyarakat lebah tergolong maju, ini terbukti dari segi pertukangan dan seni bina. Hasil sarang yang mereka bina menakjubkan arsitektur manapun. Selain itu, mereka dikagumi oleh umat yang paling maju di bidang perobatan dan farmasi kerana menghasilkan minuman dan obat yang berkualitas sangat tinggi, bahkan belum ada obat yang dikeluarkan oleh farmasi manapun yang sama mutunya dengan madu lebah. Semua aktivitasnya berdasarkan kepatuhannya kepada perintah Allah S.W.T., Tuhan alam semesta. Dalam proses mencari makanan, lebah pekerja juga mengetahui tanaman yang telah dihisap nektarnya melalui zat kimia yang ditinggalkan oleh rekannya yang telah dahulu mendatangi tanaman tersebut, kerana itu ia akan meneruskan perjalanannya ke tanaman yang lain yang belum dihisap nektarnya, dengan cara ini ia dapat menghemat waktu sehingga usahanya mengutip nektar dan debunga yang ada pada tanaman tidak sia-sia. Ini termasuk satu kemudahan yang diilhamkan Alah S.W.T. kepada lebah. Sebagai manusia yang telah dianugerahkan nikmat akal, maka hendaklah memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas kemahiran dan keahlian dalam
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
160
beberapa bidang yang ditekuni. Dengan memiliki keahlian yang matang, maka akan mampu dan dengan mudah melakukan tugas dan tanggungjawab yang diamanahkan. Namun jika sebaliknya, maka akan terjadi kehancuran. Di samping itu, keahlian mesti pula diserasikan dengan sifat benar, jujur dan amanah. Kerana bagaimana pun berkeahliannya seseorang dalam melaksanakan tugas, jika sekiranya ia tidak memiliki sifat benar, jujur dan amanah, niscaya kerusakan dan akibat buruknya lebih besar berbanding manfaat yang dihasilkannya. Demikian pula tugas yang dilakukan oleh orang yang tidak amanah dan tidak berkemampuan, maka tidak akan mendatangkan manfaat. Seseorang yang tidak memiliki keinginan untuk bekerja termasuk golongan orang tercela, begitu juga orang melakukan sesuatu pekerjaan dengan tidak baik. Kerana itu, setiap individu yang berakal hendaklah memahami bahwa apapun yang dilakukan, ia akan memperoleh hasilnya. Sekiranya baik yang dilaksanakan maka sesungguhnya ia akan mendapatkan kebaikan daripadanya, namun jika buruk yang ia lakukan maka keburukanlah yang akan ia terima. Firman Allah S.W.T.:
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hambahambaNya”.(Al-Qur’an, Fussilat 41: 46.) Dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas, kemampuan yang teruji dan sifat amanah sangat menentukan keberhasilan. Sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Qur’an, ketika salah seorang anak Nabi Sucayb a.s. memohon untuk dapat mempekerjakan Nabi Musa a.s., seorang yang berkemampuan dan dapat dipercayai:
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". (Al-Qur’an, al-Qasas 28: 26)
Syukraini Ahmad, Sifat-Sifat Lebah Dan Pengajaran
161
Demikian juga yang dicontohkan oleh Nabi Yusuf a.s. di singgasana kerajaan Mesir, ia dipercayai oleh raja untuk menjadi bendahara negara Mesir, kerana ia adalah seorang yang amanah, berpengetahuan yang matang, berkeahlian dan bertanggungjawab. Firman Allah S.W.T.:
Artinya: “Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan Dia, Dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan Tinggi lagi dipercayai pada sisi kami". Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". (Al-Qur’an, Yusuf 12: 54-55) 6. Lebah Mampu Berkomunikasi Dengan Baik dan Benar. Dalam kehidupan lebah, setelah mencari makanan, maka ia akan pulang dan setibanya
di sarang, ia akan menceritakan kisah perjalanannya kepada
rekan-rekannya secara terperinci baik tempat sumber makanan, arah, jarak, masa yang diperlukan dan jumlah makanan itu. Dengan demikian dapat ditentukan bilangan rekan-rekannya yang diperlukan untuk pergi menuju sumber makanan tersebut. Selanjutnya, rekan-rekannya akan segera pergi menuju tempat sumber makanan sesuai dengan informasi yang diberikan itu. Kemahiran berkomunikasi (diplomasi) sangat perlu, apatah lagi pada zaman modern sekarang ini. Karena itu, setiap individu dituntut memiliki kemahiran berkomunikasi. Sekiranya seseorang tidak mampu berkomunikasi secara baik, kadangkala dalam memberi informasi yang benar dan dengan tujuan yang baik, namun disangka buruk atau tidak difahami. Ini kerana cara atau strategi yang tidak sesuai. Kerana itu, Islam sangat menganjurkan kemahiran berkomunikasi untuk dapat menjelaskan kebenaran Islam dan kebaikan yang dihasilkannya. Allah S.W.T. menyuruh orang yang beriman agar mengajak manusia berbuat kebaikan dan mencegah yang mungkar dengan memberikan penjelasan yang baik dan benar (cara yang bijaksana dan nasihat yang baik) dan
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
162
sekiranya memerlukan mujadalah (debat) maka lakukanlah dengan sebaik-baiknya yaitu dengan mengemukakan bukti-bukti yang kuat dan penjelasan yang baik. Bahkan Nabi Muhammad S.A.W. telah diingatkan oleh Allah S.W.T. bahwa sekiranya beliau bersifat keras, niscaya masyarakat akan lari daripada beliau. Dalam Al-Qur’an, Allah S.W.T. mengajarkan kepada para Rasul bahwa di dalam menyampaikan kebenaran Islam, hendaklah dengan menggunakan bahasa yang baik dan sesuai, di antaranya: 1. Qawlan layyina (perkataan yang lemah lembut) 2. Qawlan baligha (perkataan yang dapat memberi kesan di hati) 3. Qawlan maysura (kata-kata yang menyenangkan hati) 4. Qawlan karima (kata-kata yang mulia) 5. Qawlan sadida (perkataan yang lurus dan benar) Dalam ayat yang lain, Allah S.W.T. menyatakan bahawa perkataan yang macruf (baik dan benar) adalah lebih baik daripada sedekah yang diikuti dengan menyakiti orang yang diberi bantuan (baik menyakiti dengan cara perkataan yang buruk ataupun fisik). Apatah lagi perkataan itu ditujukan kepada kedua ibubapa. Rasulullah S.A.W. juga mengingatkan orang yang beriman bahwa dalam berkomunikasi dengan manusia hendaklah disesuaikan dengan tingkat pemikiran mereka. Sebagaimana sabdanya: ﺣﺪﺛﻮا اﻟﻨﺎس ﺑﻤﺎ ﯾﻌﺮﻓﻮن أﺗﺤﺒﻮن أن ﯾﻜﺬب اﷲ و رﺳﻮﻟﮫ Artinya: “Berbicaralah dengan manusia, sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka, apakah kamu suka Allah dan RasulNya didustakan”. Ada pepatah mengatakan bahwa keselamatan seseorang itu terletak pada lidahnya. Di samping itu bagi orang yang berakal, jangan hanya menyuruh manusia berbuat baik, padahal dia melupakan dirinya sendiri. 7. Lebah Tidak Menggunakan Sengat Untuk Bermusuhan Menurut pakar tentang lebah, lebah jarang terlibat dalam konflik secara langsung, mereka senantiasa mengelak berselisih dengan musuh, dan lebih suka mencari serta mengumpulkan makanan pada masa lain atau berada di kawasan
Syukraini Ahmad, Sifat-Sifat Lebah Dan Pengajaran
163
lebih tinggi bagi menghindari perselisihan dan pertempuran. Namun apabila terpaksa, mereka pun telah siap menghadapinya. Dalam realita kehidupan, biasanya lebah hanya menyengat jika sarangnya diganggu terutama selepas telur-telurnya menetas menjadi larva. Apabila menyengat, sengatnya yang berduri dan pundi racun akan melekat pada tubuh korban. Lebah hanya menyengat sekali saja kerana setelah itu, ia akan mengalami luka besar pada badannya dan menyebabkan kematian. Meskipun telah terlepas daripada badan lebah, otot pada pundi racun tersebut masih lagi berdenyut dan ia masih dapat mengeluarkan racunnya yang lebih banyak kepada tubuh korban. Semasa menyengat, lebah juga akan meninggalkan sejenis bahan kimia lain, yang dikenal dengan feromon pada tubuh korbannya. Bahan kimia ini menghasilkan bau yang bertindak sebagai peringatan kepada lebah-lebah lain tentang kehadiran musuh ataupun sebagai tanda sasaran serangan bagi lebah-lebah di dalam koloni tersebut. Akibat dari sengatan lebah, mulanya kulit menjadi kemerahan diikuti dengan rasa gatal dan dalam kasus yang serius korban mungkin mengalami kesukaran bernafas, mual, muntah-muntah, sakit pada bagian perut, dengupan jantung menjadi cepat dan tidak teratur bahkan pada tingkat yang lebih serius dapat mengakibatkan kematian. Bagi orang yang berakal dan beragama Islam tidak akan mencari musuh, namun apabila musuh datang, mereka tidak akan lari, tetapi mempertahankan diri.
berani
Mereka telah mempersiapkan dirinya dengan kekuatan,
keahlian dan kemampuan yang matang sehingga ketika dizalimi maka mereka bangkit memperjuangkan kebenaran dan kebaikan. Orang yang beriman hendaklah memahami bahwa musuh tidak akan berhenti untuk melakukan kekacauan dan kezaliman. Kerana itu, persediaan mesti dilakukan. Allah S.W.T. mengingatkan orang-orang yang beriman agar mempersiapkan segala kekuatan dan kemampuan untuk menghadapi musuh. Firman Allah S.W.T. :
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
164
Artinya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”. (Al-Qur’an, alAnfal 8: 60) Sekiranya orang yang beriman telah mempersiapkan segala kekuatan dan kemampuan, niscaya musuh akan berfikir berkali-kali untuk menghadapinya. Dalam hati musuh akan muncul keraguan dan rasa gentar, bahkan mungkin akan ada mereka yang berpikir, mengapa orang-orang mukmin berani maju ke medan jihad yang jelas akan berhadapan dengan kematian atau kemenangan. Musuh akan mengetahui bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang mengandungi kebenaran mutlak yang diridhai oleh Allah S.W.T. C. PENUTUP Lebah memiliki banyak sifat-sifat yang baik dan mengandungi pengajaran, di antaranya: bersifat taat kepada Allah s.w.t, senantiasa memberi manfaat kepada yang lain, selalu memakan makanan yang baik, rajin dan bekerjasama, berkeahlian dalam melaksanakan tugas, mampu berkomunikasi dengan baik dan benar serta tidak suka mencari musuh tetapi siap mempertahankan diri, dan lain-lainn. Cara mengaplikasikan pengajaran dari kehidupan lebah madu adalah dengan bermuhasabah, mensucikan jiwa, sentiasa amr macruf nahy munkar, latihan dan perbaikan diri, keluarga dan masyarakat. Penulis : Syukraini Ahmad, M.A. adalah Dosen STAIN Bengkulu
Syukraini Ahmad, Sifat-Sifat Lebah Dan Pengajaran
165
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an c
Abd al-Karim Najib al-Khatib. 1999. Rahsia Madu Lebah (Ubat yang Turun Bersama Wahyu). Batu Caves: Pustaka Ilmi.
c
Abd Allah al-Qari Hj Salleh. 1998. Ensiklopedia Rawatan Penyakit dengan Madu Lebah. Cetakan Pertama. Kuala Lumpur: al-Hidayah Publishers.
Ahmad Fuad Fasha, 2004. Dimensi Sains Al-Qur’an (Menggali Kandungan Ilmu Pengetahuan dari Al-Qur’an. Terj. Muhammad Arifin. Cetakan pertama. Solo: Tiga Serangkai. Ahmad Lathiff Md. Firdaus. 2000. Madu Lebah penawar Penyakit Zahir dan Batin. Cetakan Kelima. Kuala Lumpur: Darul Nucman. c
Aid cAbd Allah al-Qarni, 2006, Cahaya Zaman, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani & Mujiburrahman Subadi, Cetakan Pertama, Jakarta: al-Qalam
c
A’id Ibn cAbd Allah al-Qarni, 2006, Jagalah Allah, Allah Menjagamu, Terj. H. Sarwedi M. Hsb, Cetakan Pertama, Kuala Lumpur: al-Hidayah Publishers
c
Ali Muhammad Tawfiq, 2004, Praktik Manajemen Berbasis Al-Qur’an, Terj. Abdul Hayyie al Kattani & Sabaruddin, Cetakan Pertama, Jakarta: Gema Insani
al-Bukhari. Abi cAbd Allah Muhammad Ibn Ismacil Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah Ibn Bardizbah. 2000. Sahih al-Bukhari. Juzuk Pertama. Al-Qahirah: Jamciyyat al-Maknaz al-Islami. al-Bukhari, Abi cAbd Allah Muhammad Ibn Ismacil Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah Ibn Bardizbah. 1407 H/ 1987. Sahih al-Bukhari. Juzuk Pertama, Cetakan Ketiga, Bayrut: Dar Ibn Kathir. al-Darimi, cAbd Allah Ibn cAbd al-Rahman Abu Muhammad al-Darimi, 1407 H, Sunan al-Darimi, Ditahqiq Fawaz Ahmad Zamarli, Bayrut: Dar al-Kitab alc Arabi. Al-Nasa`i, Abu cAbd al-Rahman Ahmad Ibn Shucayb. 1411 H. Sunan al-Kubra. Juzuk Keenam, Bayrut:Dar al-Kutub al-cIlmiyyah al-Qurtubi,1387 H/ 1967 M., Al-Jamic li Ahkam Al-Qur’an, Juzuk Kesembilan, Cetakan Ketiga, al-Qahirah: Dar al-Katib al-cArabi
166
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
al-Raghib al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an, 1418 H/ 1997 M, Juzuk Pertama, Cetakan Pertama, Riyad: Maktabah Nazzar Mustafa al-Baz al-Raghib al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an, 1418 H/ 1997 M, Juzuk Kedua, Cetakan Pertama, Riyad: Maktabah Nazzar Mustafa al-Baz al-Razi, 1423 H/ 2002 M., Al-Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghayb, Juzuk 19 al-Tabrani, Abu al-Qasim Sulayman Ibn Ahmad Ibn Ayyub, 1404 H, Al-Mucjam al-Kabir. Juzuk Keempat Belas, Cetakan Kedua, Musil: Maktabah al-cUlum wa al-Hikam al-Tirmidzi, Muhammad Ibn cIsa Abu cIsa al-Tirmidzi, T.th, Sunan al-Tirmidzi, Ditahqiq Ahmad Muhammad Shakir wa Akharun, Juzuk Keempat, Bayrut: Dar Ihya al-Turath al-cArabi al-Zamakhshari, Abu al-Qasim Jar Allah Mahmud Ibn cUmar Ibn Muhammad, 1415 H/ 1995 M.,Al-Kashshaf can Haqaiq Ghiwamid al-Tanzil wa cUyun alAqawil fi Wujuh al-Ta’wil, Ditashih Muhammad cAbd al-Salam Shahin, Juzuk Kedua, Cetakan Pertama, Bayrut: Dar al-Kutub al-cIlmiyyah Harun Yahya. 2004. Devotion Among Animals (Revealing The Work of God) Harun Yahya, 1999, For Men of Understanding. Ibn Hibban, Muhammad Ibn Hibban Ibn Ahmad Abu Hatim al-Tamimi al-Busti. 1414 H/ 1993 M. Sahih Ibn Hibban. Ditahqiq Shucayb al-Aranut, Juzuk Pertama, Cetakan Kedua, Bayrut: Muassasat al-Risalah Ibn Kathir, 1414 H/ 1993 M., Tafsir Al-Qur’an al-cAzim. Ibn Manzur, Muhammad Ibn Mukarram al-Afriqi al-Misri, t.th. Lisan al-cArab, Juzuk Kesebelas, Cetakan Pertama, Bayrut: Dar Sadir, hlm. 649. Mannac Khalil al-Qattan, t.th. Mabahith fi cUlum Al-Qur’an Muhammad al-Tahir Ibn cAshur, t.th. Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juzuk Ketiga Belas, Tunis: Dar Suhnun Muslim, Abi al-Husayn Muslim Ibn al-Hujjaj al-Qusayri al-Naysaburi.1416H/ 1995M. Sahih Muslim. Juzuk Kedua & Keempat. Cetakan Pertama. Bayrut: Dar Ibn Hazm. Sayyid al-Jamayli. 1990. Al-Icjaz al-Tibbi fi Al-Qur’an. Bayrut: Dar wa Maktabat al-Hilal
Syukraini Ahmad, Sifat-Sifat Lebah Dan Pengajaran
167
Sayyid al-Jamayli. 2004. Khasiat Madu dalam Al-Qur’an dan al-Sunnah (Manfaat Madu Menurut Ilmu Kedokteran). Terj. Khairun Naim Sayyid Qutub, 1418 H/ 1997 M, Tafsir fi Zilal Al-Qur’an, Juzuk Keempat, Jil. 1, Cetakan Kedua Puluh Enam, al-Qahirah: Dar al-Shuruq Sayyid Qutub. 1420 H/ 2000 M. Tafsir fi Zilal Al-Qur’an. Terj. Yusoff Zaky Haji Yacob. Jil. 10 &12. Cetakan Pertama. Kelantan: Pustaka Aman Press Sdn. Bhd. Zaghlul Raghib Muhammad al-Najjar. 2006 H/ 1427 M. Min ayat al-Icjaz al cIlmi al-Hayawan fi Al-Qur’an al-Karim. Cetakan Pertama, Bayrut: Dar alMacrifah. Yusuf al-Qardawi, 1413 H/ 1993 M, Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, Cetakan Kedua Puluh Satu, al-Qahirah: Maktabah Wahbah Sarwono, Peternakan Lebah Madu. Fauziah Md, Desa. 1996. Sengatan lebah boleh membawa maut. http://www.prn2.usm.my/mainsite/bulletin/racun/1996/lebah.html [28 Februari2007] Rosman bin Ahmad. 1996. Kesan bisa sengatan serangga Himenoptera-lebah. http://www.prn2.usm.my/mainsite/bulletin/kosmik/1996/kosmik8.html [28 Februari 2007]. Yahya, Harun. t.t.h. Keajaiban flora dan fauna. http://www.pesanharunyahya.com/keajaiban-flora-dan-fauna.html [8November 2007]. http://www.webspawner.com/users/lebah [07.Julai 2007].