UNIVERSITAS INDONESIA
SHIBUKAJI: SIMBOL KEMAPANAN ANAK MUDA JEPANG TAHUN 1980-an
MAKALAH NON-SEMINAR
ANNISA DEVIYANIS RAHAYU 1006714683
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI JEPANG DEPOK JANUARI 2014
1 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
2 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
3 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
SHIBUKAJI: SIMBOL KEMAPANAN ANAK MUDA JEPANG TAHUN 1980-an
Annisa Deviyanis Rahayu dan Endah H. Wulandari M. Hum
Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok,16424, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak: Pada tahun 1980-an, Jepang mengalami suatu peningkatan dalam bidang ekonomi. Fase ini disebut dengan bubble economy. Bubble economy merupakan salah satu fase yang terjadi dalam ekonomi Jepang, ketika itu seluruh harga aset di Jepang mengalami kenaikan harga yang drastis. Akibat dari hal ini adalah produksi dalam negeri Jepang meningkat tajam khususnya di bidang mode. Para perancang aktif membuat pakaian sehingga muncul suatu gejala mode baru yang disebut dengan Shibukaji. Shibukaji merupakan gaya berpakaian anak-anak muda Jepang yang sederhana dan kasual. Namun dibalik kesederhanaan itu ternyata baju-baju tersebut merupakan baju bermerk terkenal dan berharga mahal. Shibukaji seakan-akan menjadi suatu simbol atau lambang bahwa mayoritas anak-anak muda di kota-kota besar di Jepang kala itu sudah mencapai suatu kemapanan dalam hidup akibat peningkatan bubble economy yang terjadi pada tahun 1980-an. Anak-anak muda yang bergaya Shibukaji ini berkumpul di pusat kota Shibuya dan membentuk suatu kelompok yang dinamakan Shibukaji-zoku.Selain menjadi representasi dari anak muda perkotaan, ternyata Shibukaji-zoku juga merupakan gambaran anak-anak jalanan yang nakal dan tanda dari kesenjangan sosial yang terjadi di kalangan anak muda pada saat itu. Hanya anak muda yang mapan secara finansial yang mampu bergabung dalam Shibukaji-zoku. SHIBUKAJI: A SYMBOL OF WELL-ESTABLISHED FOR THE JAPANESE YOUNG GENERATION IN 1980’S Abstract: In the 1980's, Japan had an increase in their economy. This phase was called the Bubble Economy. Bubble Economy is a phase that occurs in the Japanese economy, when the entire asset’s prices in Japan experienced a drastic price increases. This caused the level of production in Japan to increase drastically, especially in fashion. Stylists were active in making clothing which caused a new fashion to be born called "Shibukaji". "Shibukaji" is a simple and casual style of fashion used by teenagers. But behind the simplicity of the fashion, the clothing comes with a high value trademark which are expensive. "Shibukaji" becomes a symbol that the majority of the young generation of the big cities in Japan in the 1980's were already rich at that time which was caused by the Bubble Economy. Young people using the shibukaji style assemble at the central city of shibuya and established a group called shibukaji-zoku. Other than being the representative of the city's young generation, it is in fact also become a representation of the bad vandals and sign of the social discrepancy inside the circle of the young generation which happened at that time. Only the wealthy could join in the shibukaji-zoku. Keywords: Bubble Economy; Fashion; Shibukaji; Symbol.
4 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
Pendahuluan Sejak zaman Meiji Jepang dikenal sebagai negara yang sukses dalam bidang industri, teknologi, serta memiliki alam yang sangat indah. Selain itu Jepang juga memiliki begitu banyak budaya yang terkenal hingga ke manca negara. Salah satu budaya yang berkembang belakangan ini adalah mode, sehingga Jepang kini dikenal sebagai pusat mode di Asia. Menurut Koentjaraningrat (1979: 186-187) budaya memiliki 3 Wujud. Pertama adalah wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma. Dalam wujud yang pertama ini, budaya merupakan suatu bentuk yang abstrak, tidak dapat dilihat maupun dirasakan oleh panca indra tetapi ada dalam pikiran manusia. Kedua wujud kebudayaan sebagai aktifitas atau pola tindakan manusia dalam masyarakat atau yang dikenal sebagai sistem sosial. Ketiga adalah wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan ini bersifat konkret atau nyata karena merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan, aktivitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat. Mode termasuk dalam wujud kebudayaan yang terakhir, karena mode merupakan hasil ciptaan atau karya manusia yang hasilnya dapat disentuh atau dirasakan oleh panca indra. Mode dapat diartikan sebagai ragam (cara, bentuk) yang terbaru pada suatu waktu tertentu dan dapat berupa pakaian, potongan rambut, corak hiasan dan sebagainya. Mode berkaitan erat dengan gaya hidup seseorang. Tinggi atau rendahnya gaya hidup seseorang dapat dilihat salah satunya melalui mode pakaian yang tengah ia gunakan. Semakin mahal pakaian yang dikenakan, semakin tinggi pula gaya hidupnya. Hal tersebut tak lepas dari sikap konsumtif seseorang. Tingkat konsumerisme yang tinggi menyebabkan tingginya gaya hidup seseorang. Seperti yang dikatakan oleh Featherstone (2007:82) bahwa perekonomian dari barang budaya, prinsip-prinsip pasar pasokan, permintaan, modal akumulasi, persaingan dan monopoli beroperasi dalam bidang gaya hidup, budaya dan barang komoditas.
5 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
Gambar 1.1 Grafik Impor dan Ekspor Jepang Sumber:http://online.wsj.com/news/articles/SB10001424052970204624204577178642527605990 dan Japan Ministry of finance
Tingkat konsumerisme Jepang pada tahun 1980-an dapat dikatakan sangat tinggi. Dari grafik diatas, dapat terlihat bahwa tingkat impor Jepang pada tahun 1980 mengalami kenaikan yang cukup drastis dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena pada tahun-tahun tersebut Jepang mengalami suatu fase peningkatan ekonomi yang disebut sebagai bubble economy 1 . Bubble economy mengakibatkan nilai yen meningkat tajam dan seluruh harga aset di Jepang mengalami kenaikan harga yang drastis. Pada saat inilah terjadi peningkatan terhadap konsumsi dalam negeri, real estate, investasi peralatan dan nilai tambah teknologi. Selain itu, bubble economy juga membuat produksi dalam negeri menjadi aktif. Para designer Jepang pun mulai aktif dalam berkarya dan memproduksi pakaian. Baju-baju buatan designer pun mulai laku di pasaran. Orang orang Jepang pada tahun 1980-an mulai memakai baju bermerek, yang pasti berharga mahal. Banyak desainer Jepang yang telah sukses berkarir di kancah internasional, nama-nama seperti Hanae Mori, Issey Miyake,
dan Kenzo Takada tidak dapat dipungkiri
kehadirannya dalam dunia mode internasional.
1
Bubble economy adalah salah satu fase yang terjadi dalam ekonomi Jepang, pada saat itu seluruh harga aset di Jepang mengalami kenaikan harga yang drastis. Pada saat inilah terjadi peningkatan dalam negeri terhadap bentuk konsumsi, real estate, investasi peralatan dan nilai tambah teknologi.
6 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
Pada masa itu, kreatifitas para desainer Jepang berkembang pesat yang ditandai dengan munculnya desain-desain terbaru yang menjadi trend mode Jepang yang berkembang di dunia. Salah satunya adalah trend mode yang disebut Shibukaji yang populer pada tahun 1980an. Shibukaji merupakan salah satu mode atau cara berpakaian anak-anak muda di kota-kota besar di Jepang, yang mayoritas dari mereka merupakan anak dari orang-orang Jepang yang kaya kala itu. Mode Shibukaji yang dikenakan oleh anak muda Jepang merupakan gaya baju kasual, namun dibalik kesederhanaan baju-baju maupun aksesoris lain yang mereka kenakan adalah barangbarang branded yang berharga mahal. Maksud dari tulisan ini adalah menunjukkan bahwa Shibukaji merupakan simbol kemapanan hidup anak muda di Jepang pada tahun 1980-an. Menurut William Dillistone, simbol adalah gambaran dari suatu objek nyata atau khayal yang menggugah perasaan atau digugah oleh perasaan. Perasaan-perasaan berhubungan dengan objek, satu sama lain, dan dengan subjek dan yang dimaksud, sedangkan kemapanan berasal dari kata mapan yang berarti mantap atau stabil kedudukannya. Jadi Shibukaji merupakan suatu gambaran yang digunakan anak-anak muda Jepang pada tahun 1980-an untuk mengkomunikasikan secara non-verbal kemapanan atau kestabilan ekonomi yang mereka miliki ketika masa itu. Seperti yang dikemukakan oleh Pauline Wetson dalam tulisannya Theoris of Fashion Costume dalam Fashion Era (2007) bahwa selama berabad-abad setiap individu atau masyarakat telah mengenakan pakaian maupun penghias tubuh lainnya sebagai salah satu sarana komunikasi non-verbal yang menunjukkan profesi, jenis kelamin, status rumah tangga, kelas sosial maupun tingkat kekayaan.
Metode Penelitian Dalam tulisan ini metode yang digunakan adalah penelaahan kepustakaan atau studi dokumen atas data-data yang dikumpulkan, dengan menggunakan kajian shibukaji sebagai suatu simbol kemapanan anak muda di Jepang tahun 1980-an. Bahan-bahan bacaan yang digunakan untuk tulisan ini diperoleh dari Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan Pusat Studi Jepang, dan Perpustakaan The Japan Foundation. Adapula metode analisa yang digunakan adalah metode analisa kualitatif karena data yang diperoleh bukan berupa angka-angka maupun kategori tapi berupa kata-kata.
7 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
Mode Jepang di Era Modern Restorasi Meiji yang terjadi pada tahun 1886 merupakan awal dari era modern di Jepang. Pada tahun inilah terjadi pula yang disebut sebagai westernisasi. Westernisasi terjadi di segala aspek kehidupan masyarakat Jepang, mulai dari bentuk bangunan, gaya hidup, hingga cara berpakaian. Kalangan atas masyarakat Jepang di kota-kota besar di Jepang seperti Tokyo ketika itu sudah mulai mengenakan baju-baju Barat. Untuk acara resmi para pria mengenakan jas yang disebut haori dengan bawahan hakama2 dan topi ala Barat, sedangkan para wanita mengenakan atasan kimono yang dipadu padankan dengan hakama dan boots ala Barat. Pada awal Meiji, gaya berpakaian ala Barat biasanya diadopsi untuk kalangan Militer, Polisi, dan perusahaan pos di Jepang. Pada zaman Meiji pula gaya rambut anak muda Jepang mulai dipengaruhi gaya Barat. Misalnya saja mereka mengecat rambut mereka dan ada pula gaya rambut Margaret, yaitu gaya rambut dengan sasakan depan yang tinggi dan sedikit ikal dibagian bawahnya, yang terkenal di kalangan anak sekolah di Jepang. Selain itu, gaya berpakaian ala Victorian, yaitu gaya berpakaian dengan menggunakan gaun yang bertumpuk tumpuk, juga mulai menjadi trend di kalangan wanita Jepang zaman itu. Kemudian pada zaman Showa (1926-1989), gaya berpakaian Barat sudah mendominasi mode berpakaian di Jepang. Para pria sudah mengenakan setelan jas untuk bekerja dan para ibu rumah tangga pun mengenakan baju ala Barat untuk menggantikan baju tradisional di rumah. Setelah perang dunia kedua para wanita Jepang mulai mengenakan rok dan menyingkirkan patalon longgar yang disebut monpe. Monpe adalah celana baggy yang populer digunakan kaum wanita semasa Jepang dalam perang dunia. American-style pun menjadi sangat populer pada tahun 1940-an sampai tahun 1950-an. Gaya ini sangat populer di kalangan wanita Jepang. Mereka mengenakan rok panjang dengan bagian bawah yang melebar, potongan pinggang yang kecil, dan dilengkapi dengan ikat pinggang besar. Selain trend busana Amerika yang masuk ke 2
Hakama adalah pakaian luar tradisional Jepang yang dipakai untuk menutupi bagian pinggang sampai mata kaki. Hakama merupakan busana resmi pria untuk menghadiri acara formal seperti upacara minum teh, pesta pernikahan, dan seijin shiki.
8 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
Jepang, trend berbusana Paris juga masuk pada tahun-tahun ini melalui Amerika. Perancang ternama dunia Christian Dior memulai debutnya dengan Paris Collection sekitar tahun 1947 yang tak lama langsung populer di kalangan wanita Jepang. Selanjutnya di tahun 1950-an gaya berpakaian Jepang kebanyakan mengambil referensi dari filmfilm Barat. Contohnya saja ketika film Red Shoes yang muncul pada tahun 1950 membuat sepatu berwarna merah menjadi sangat terkenal di Jepang. Film Sabrina yang diputar tahun 1954, membuat wanita Jepang sangat menyukai celana toreador dan sepatu sabrina. Begitu pula film Taiyo no Kisetsu yang mempopulerkan busana musim panas. Para pria gemar mengenakan t-shirt dan baju aloha serta kacamata hitam, sedangkan para wanitanya mengenakan celana pendek yang berwarna-warni. Pada tahun 1960-an, terjadi masa transisi dari gaya haute couture (adi busana) ke gaya busana dengan harga murah dan siap pakai yang disebut puretaporute (dari bahasa Perancis prêt-àporter) dan dari gaya formal ke gaya kasual. Pada peragaan busana tahunan di Paris yang diselenggarakan tahun 1965, diperkenalkanlah rok mini. Awalnya media Jepang berpendapat bahwa rok mini tidak cocok bagi orang Jepang. Namun pada kenyataannya rok mini tetap digemari wanita muda Jepang hingga tahun 1974. Para pria mulai mengalami perubahan mode pada pertengahan tahun 1960-an. Mereka meniru gaya Ivy League yaitu gaya mahasiswa Amerika kelas atas yang menggunakan kaus dan jaket tim baseball. Gaya ini banyak digandrungi oleh pria muda dan pria usia menengah. Sedangkan para pekerja di Jepang masih mengenakan baju dengan warna gelap seperti hitam atau abu-abu, sehingga mereka dijuluki sebagai dobunezumi-zoku (ras tikus tanah). Tahun 1970-an ada dua mode berpakaian yang sangat populer yaitu, Nyutora (New Traditional) dari Kobe dan Hamatora (Yokohama Traditional). Ciri dari Nyutora adalah feminin dan kelihatan dewasa, sedangkan Hamatora lebih kekanak-kanakan atau lebih menekankan pada kodomopposa3. Polo shirt dan surfer fashion4 pun menjadi andalan dalam berpakaian kala itu.
3
Kodomopposa merupakan gaya kekanak-kanakan.
4
surfer fashion merupakan gaya berpakaian ala peselancar, yaitu mengenakan celana pendek dan kaus yang dilapisi dengan kemeja Hawaii dengan corak bunga-bunga.
9 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
Pada tahun 1980-an DC burando sangat booming di Jepang. DC burando berarti designer and character brands
yaitu merek pakaian dengan emblem atau konsep desain lainnya yang
mengidentifikasi secara spesifik perancang busana dengan jelas. Pada tahun 80-an ini, gaya berpakaian di Jepang terbagi menjadi dua gaya, yaitu bodikon (body-conciousness) yang memamerkan garis dan lekukan tubuh dan shibukaji (shibuya casual) yang merupakan gaya berbusana kasual anak muda Jepang pada tahun 1980-an. Untuk lebih lengkapnya shibukaji akan dijelaskan pada subbab berikutnya.
Shibukaji Pada tahun 1970-an, dan 1985-1988 Harajuku menjadi pusat mode di Jepang. Ketika DC Burando mulai booming. Kala itu Harajuku merupakan salah satu tempat berbagai macam brand pakaian dan aksesoris terkenal di Jepang berada, selain di Omotesando dan Aoyama. Selama periode ini, anak-anak muda di Jepang sangat terpengaruh oleh media terutama majalah fashion. Mereka mengikuti saran media dari majalah fashion glossy dan berbondong-bondong membeli baju dengan label eksklusif seperti Comme des Garcons dan Y’s yang merupakan pakaian yang highly-designed dan avant-garde. Namun, ketika kepopuleran DC Burando mulai turun, pada fase inilah anak-anak muda di Jepang beralih pada gaya yang dikenal dengan nama Shibukaji (渋 カジ). Shibukaji menekankan pada sesuatu yang simpel dan tahan lama. Gaya ini kebanyakan berkembang di kota-kota besar di Jepang seperti Tokyo dan Shibuya. Gaya ini memang gaya yang sederhana, tapi sebenarnya baju-baju mereka merupakan baju dengan merek terkenal dan berharga mahal. Merk-merk baju yang terkenal kala itu adalah Polo Ralph Lauren dengan blazer biru tuanya yang terkenal, Levi’s 501s , LEE, dan sepatu jenis loafers. Selain menggunakan jenis baju blazer dan sepatu loafers, mereka tentu saja menggunakan celana atau rok berbahan jins. Sementara gadis-gadis Shibuya kelas atas mengenakan Louis Vuitton dan Chanel dengan gaya kasual dan non - fussy. Pada tahun itu pun, para pekerja kantoran sudah dapat mengenakan bajubaju kasual dengan warna cerah ke kantor di hari sabtu atau hari bebas lainnya.
10 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
Gambar 2.1 Gaya baju shibukaji Sumber: http://vc-wing.or.jp/hyakka/style_3.html dan http://ameblo.jp/masakyo/entry-10009548601.html
Anak-anak muda yang bergaya Shibukaji biasanya berkumpul di Shibuya khususnya di CenterGai (jalan pusat). Mereka berkumpul secara berkelompok yang dikenal sebagai Shibukaji-zoku (渋カジ族). Mereka juga menjadi representasi dari laki-laki dan perempuan urban di majalah mode. Anak-anak kelas menengah pun mulai ahli dalam bergaya Shibukaji karena majalahmajalah seperti Men’s Non•no dan Hot Dog Press memuat cara berpakaian ala shibukaji. Menurut buletin sosiologi edisi ke 99 yang ditulis oleh Nanba Kouji seorang profesor di Universitas Kwansei Gakuin pada tahun 2005, banyak sekali majalah majalah yang membuat artikel baik tentang gaya Shibukaji maupun anak-anak muda yang bergaya Shibukaji atau Shibukaji-zoku dari tahun 1988 hingga akhir tahun kepopuleran shibukaji, yaitu sekitar tahun 1991 (Lihat tabel 2.1).
11 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
Tabel 2.1 Majalah yang Menulis artikel tentang Shibukaji Tahun 1988-1991
Tanggal Terbit Artikel
Nama Majalah atau Koran
Judul Artikel atau Headline Shibukaji terlihat elegan. Anak muda kota Shibuya, dengan kemeja stripes dan celana jins impor Pusat anak-anak muda・di Shibuya ingin「デカい顔」! 「改造4WD」 berubah menjadi kebanggaan「車高族」
18 Juni 1998
日経流通新聞
16 September 1988
FRIDAY
Oktober 1988
Checkmate
Sensasi Shibuya Kasual yang baru
25 Oktober 1988
週刊プレイボーイ
Selamat tinggal bodikon, sekarang Shibukaji.
Januari 1989
Checkmate
Ahli Menyempurnakan Shibukaji
16 Januari 1989
朝日新聞
Februari 1989
CanCam
Gaya Shibukaji yang menarik untuk pribadi, selesainya masa kanak-kanak (gambaran perubahan fashion tahun 89) Pilihan anak laki-laki yang cocok menjadi model. Shibukaji pertengahan musim dingin dengan sense outdoor.
7 Februari 1989
週刊プレイボーイ
40 orang bergaya Shibukaji
Maret 1989
Checkmate
Buku Ilustrasi Referensi Shibukaji
10 April 1989
HotDogPress
Manual Penelitian Lengkap, Shibukaji, Dari Fashion sampai Gaya Hidup.
19 April 1989
POPEYE
Ilustrasi berdandan Shibukaji
Mei 1989
Checkmate
27 Mei 1989
日経流通新聞
Juni 1989
商店界
21 Juni 1989
POPEYE
27 Juni 1989
読売新聞
15 Juli 1989
朝日新聞
Agustus 1989
Checkmate
Shibukaji musim panas telah hadir.
1 Agustus 1989
週刊プレイボーイ
Shibukaji、pergi ke laut. Bergaya chic meriahkan musim panas Shibukaji
19 Agustus 1989
日経流通新聞
Style Shibukai、Style DC―― Waktunya seluruh perusahaan bersaing desain
24 Agustus 1989
スコラ
Shibuya-fitur besar Shibukaji: fashion, disko, bar, dari kebiasaan hingga Nanpa
25 Agustus 1989
週刊朝日
September 1989
商店界
September 1989
Checkmate
Buku Ahli Lengkap Shibukaji musim gugur ‘89
1 September 1989
an―an
Isu Tokyo Casual! Ilustrasi Penelitian Perbandingan! Alasan gaya dewasa satu tingkat diatas dari Shibukaji.
7 September 1989
女性セブン
Film[どっちにするの。」 Shibukaji vs Uptown Girl
20 September 1989
POPEYE
Cannon Q―PIC、Grand Prix POPEYE Shibukaji ‘89
Oktober 1989
Checkmate
Ensiklopedi Gaya Jeans Shibukaji yang penting untuk musim gugur
6 Oktober 1989
週刊朝日
Anak Jalanan Shibuya: Shibukaji
17 Oktober 1989
週刊プレイボーイ
Penelitian 「渋カジ兄ちゃん」yang mengejutkan tidak terbatas penyataan Shibukaji
9 November 1989
週刊文春
Shibukaji yang memberontak
23 November 1989
GORO
Manual shibukaji perempuan sma vs fashion biipan menganggu BF maupun diri sendiri
Buku Gaya Shibukaji Awal Musim Panas.「育ちの良さ」merupakan pakaian yang mudah. Shibukaji awal musim panas, lebih sesuatu yg berbeda dari sudut etnik--- meniru gaya artis perempuan terkenal santafe Ginza・Observasi Penetapan Kestabilan Shibuya-Shibuya=Shibukaji yang tidak terpengaruh sangat populer Laporan mengenai gaya hidup tahun 89, Shibukaji [Transkrip Pertemuan Pendidikan tahun 89] 「Shibukaji」 Tahukah anda? Fashion anak muda. Penelitian Shibukaji, Yoshio Yukiharu dari Tokyu Departement Store (Penggantian anggota uchi・contoh lain)
‘Penghasut’ produk top: Barang lokal Shibukaji, Shibuya sangat baik untuk Kogyaru maupun pakaian. Ginza・Observasi Penetapan Kestabilan Shibuya-Shibuya=tanpa Shibukaji kaya elengan
12 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
Lanjutan tabel 2.1 Majalah yang Menulis artikel tentang Shibukaji Tahun 1988-1991
Tanggal Terbit Artikel
Nama Majalah atau Koran
Judul Artikel atau Headline
5 Desember 1989
週刊女性
Cantik dengan Shibukaji dan style Oginome!
6 Desember 1989
週刊テーミス
Shibukaji-zoku Obat-obatan terlarang, pemerkosaan, kecelakaan atau rumah tangga ......
19 Desember 1989
週刊女性
Wah, Toshi berkencan dengan seorang shibukaji, Minako Tanaka!!!
16 Januari 1990
週刊 AERA
Rambut Shibukaji dicat warna cokelat terang biasa (mengikuti zaman)
1 Februari 1990
BRUTUS
9 Februari 1990
FRIDAY
21 Februari 1990
POPEYE
Pada saat sekarang ini Shibukaji (merupakan) gaya diri sendiri
5 Maret 1990
non―no
15 Maret 1990
週刊新潮
27 Maret 1990
女性自身
3 April 1990
日経流通新聞
4 April 1990
POPEYE
13 April 1990
週刊ポスト
26 April 1990
読売新聞
30 April 1990
週刊大衆
Tsuyoi man bergaya dengan style mereka sendiri Shibukaji + Amekaji yang jadi sangat bagus Pada deklarasi pengasingan departemen kepolisian metropolitan (Tokyo), ini itu (hal-hal tersebut) dinyatakan [Shibukaji-zoku] Topik terakhir! Shishido terbuka、orangtua punsetuju! Berkencan dengan seorang shibukaji Satomi Kobayashi Hello !I’m a new・Manusia baru, Konsumen tertinggi telah datang――New Shibukaji Merek casual chic. tentunya shibu kaji jika tidak menunjukksan sesuatu (yg berbeda / pamerkan) gagal jadi fashionable Anak perempuan, anak laki laki dilarang pergi ke Shibuya ! Kelompok Ichigo suka memperkosa dan menggunakan obat-obatan terlarang Bukan hanya tempat bermain Shibukaji,daya tarik “Orang dewasa Shibuya” menjadi isu di majalah kota Orang dewasa yang tidak dapat hidup dengan motivasi cemburu? Realita Shibukaji-zoku
9 Mei 1990
宝島
Shibukaji, menjalakan tugas geng motor!merencanakan menggunakan radio
24 Mei 1990
女性セブン
Waktunya kita (153kali)Shibukaji-zoku
21 Juni 1990
DIME
Shibukaji, selanjutnya Italia warna hitam ?!
9 Agustus 1990
GORO
Kelompok Teror =Para serigala yang mengenakan topeng Shibukaji
25 September 1990
週刊 AERA
Efek erosi Ame Yoko boomingnya Shibukaji (menurut zaman)
25 September 1990
週刊 AERA
WORD:Menetapkan Post Shibukaji adalah Kirekaji (mengikuti zaman)
3 Oktober 1990
毎日新聞
Departemen Kepolisian Metropolitan - menangkap 6 pemuda dengan gaya Shibukaji yg melakukan perampokan berkelanjutan di shibuya
7 Oktober 1990
サンデー毎日
Shibukaji menduduki Shibuya, Tokyo!
20 Oktober 1990 ledakan di Beijing (Mari Kosuge, Chiba Suzu-ra)
週刊現代
Tokoh-tokoh baru Asian Games. Kekuatan Shibukaji
26 Oktober 1990
FRIDAY
Bagaimana 9.000.000 yen (mobil) Marcedes Bentz di tempat makan ramen, Shibukaji terkenal sebagai [ 間坂亭] dari segi rasa / taste (fashion) dan harga
1 November 1990
経流通新聞
Bagaimana kebangkitan fashion?―― Dari Shibukaji ke Ribakaji
21 November 1990
SPA !
31 Januari 1991
毎日新聞
31 Januari 1991
読売新聞
Shibukaji-zoku menganiaya anak muda. 15 orang ditahan di Setagaya, Tokyo.
16 Oktober 1991
SPA !
Gaya hidup Shibukaji Chimu yang berkumpul di malam hari, memunculkan sisi yang terisolasi dari wanita muda.
Pemasaran Merchandise: Dilihat dari gaya hidup kasual, serangan balasan Amerika. Shibukaji Tim besar-kecil 40 (Tanpa melakukan apapun, sampai pagi hura-hura): Jepang khususnya Shibuya gaya hidup 'euforia'
Pemuda Buyakizzu: Siswa SMA memenuhi kota. Gelombang baru dilahirkan di kota Shibuya 15 orang Shibukaji-zoku ditahan secara berkelompok karena melakukan kekerasan dan tindak kriminal――Polisi Daerah Setagaya
Sumber : http://www.kwansei.ac.jp/s_sociology/attached/5288_44291_ref.pdf
13 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
Dari sekitar 62 artikel yang terdapat pada data diatas, cukup banyak artikel yang membahas tentang Shibukaji-zoku. Menurut Nanba Kouji (2005), selain menjadi representasi anak-anak muda urban, Shibukaji-zoku juga merupakan bentuk dari kesenjangan sosial kala itu, karena hanya anak-anak yang mampu secara finansial sajalah yang dapat bergabung dalam Shibukajizoku dan hal tersebut dianggap sebagai penyimpangan. Mereka juga dianggap sebagai geng-geng anak nakal kala itu. Mereka terpengaruh oleh film-film Amerika kala itu seperti Warriors dan The Outsider yang di dalam film tersebut terdapat geng-geng jalanan. Tidak hanya sampai disitu, mereka juga menjadi pelaku tindak kriminal seperti melakukan pelecehan seksual, melakukan kekerasan, melakukan aksi geng motor, bahkan merampok, sehingga tak jarang dari Shibukajizoku yang harus berurusan dengan kepolisian. Hal ini pula yang menyebabkan beberapa orang menganggap bahwa ada penjahat-penjahat yang berkedok Shibukaji-zoku. Seperti yang dapat dilihat dari tabel diatas, terdapat dua majalah yang menulis artikel tentang tindak kriminal yang dilakukan oleh Shibukaji-zoku, yaitu Mainichi Shinbun (毎日新聞) dan Youmiuri Shinbun (読売新聞). Dalam dua artikel yang terbit pada 31 Januari 1991 tersebut, dituliskan bahwa 15 orang Shibukaji-zoku yang berada di daerah Setagaya, Tokyo, ditangkap oleh polisi karena diduga melakukan tindak kekerasan terhadap kelompok pemuda lainnya. Anak-anak muda yang bergaya Shibukaji ini merupakan anak-anak muda yang lahir antara generasi Designer and Character Brand Generation dan generasi Second Baby Boomers, karena anak-anak yang lahir pada masa ini mengubah citra mereka, dari anak-anak muda yang “pemberontak” pada generasi Baby Boomers, menjadi anak muda yang fashionable dan mereka merupakan generasi-generasi yang membuat Shibukaji berkembang. Di Jepang terdapat beberapa generasi yang berkenaan dengan revolusi fashion di Jepang dari tahun 1942 hingga 1984 yaitu, Cinema Generation yaitu generasi yang lahir antara tahun 1936 dan 1945, Baby Boomers yaitu generasi yang lahir antara tahun 1946 dan 1951, Designer and Character Brand Generation yaitu generasi yang lahir antara tahun 1952 dan 1958, Hanako Generation yaitu generasi yang lahir antara tahun 1959 dan 1964, Banana Generation yaitu generasi yang lahir tahun 1965 dan 1970,
14 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
Second Baby Boomers Generation yang terjadi sekitar tahun 1971-1976, dan yang terakhir Pocket Beeper Generation yaitu generasi yang lahir antara tahun 1977 and 1980 5 (Lihat tabel 2.2).
Tabel 2.2 Generasi 1942-1984
5
Year of Birth
Age
1942
60
1943
59
1944
58
1945
57
1946
56
1947
55
1948
54
1949
53
1950
52
1951
51
1952
50
1953
49
1954
48
1955
47
1956
46
1957
45
1958
44
1959
43
1960
42
1961
41
1962
40
1963
39
1964
38
1965
37
1966
36
1967
35
1968
34
1969
33
1970
32
Generation
Population
Cinema Generation
16,879,000
Baby Boomers
12,612,000
Designer and Character Brands Generation
11,644,000
Hanako Generation
9,484,000
Banana Generation
10,584,000
Life Stage
FAMILY MATURE
FAMILY GROW-UP
YOUNG FAMILY
Japanese Fashions Market http://www.brasemb.or.jp/portugues/economy/pdf/moda.pdf
15 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
Lanjutan tabel 2.2 Generasi 1942-1984
Year of Birth 1971
Age
Generation
Population
31
1972
30
1973
29
1974
28
1975
27
1976
26
1977
25
1978
24
1979
23
1980
22
1981
21
1982
20
1983
19
1984
18
Life Stage YOUNG FAMILY
Second Baby Boomers
11,841,000
SINGLES Pocket Beeper Generation
6,702,000
STUDENTS
Sumber : http://www.brasemb.or.jp/portugues/economy/pdf/moda.pdf
Selain terjadi perubahan pencitraan anak muda Jepang dan kemunculan para perancang baju ternama yang menjadi pemicu munculnya shibukaji, ada pula majalah bernama Hanako6 yang seakan menjadi kiblat mode wanita muda masa itu, hingga para wanita muda saat itu dijuluki “ringan, tipis, pendek dan kecil” karena pada saat itu kebanyakan model baju berbentuk ringan, tipis, pendek, dan kecil dan “wanita Hanako” yaitu para wanita yang megikuti trend dari majalah Hanako, kebanyakan dari mereka adalah wanita karir. Wanita muda ini merupakan wanita yang lahir pada Hanako Generation yang menurut data di atas berumur sekitar 38 tahun sampai 43 tahun pada tahun 1980-an. Namun, generasi yang paling berpengaruh terhadap perkembangan Shibukaji tentu saja Second Baby Boomers, karena generasi yang berumur sekitar 26 tahun hingga 31 tahun ini merupakan generasi yang sudah memiliki pandangan mereka sendiri terhadap berbagai hal. Mereka juga 6
Majalah Hanako adalah yang majalah diluncurkan pada tahun 1988. Majalah ini memberikan informasi yang rinci tentang fashion, restoran, bar, dan kecantikan dengan katalog dan menjadi trend di kalangan wanita pekerja.
16 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
generasi yang diberi kebebasan oleh orang tua mereka. Gaya hidup Barat pun telah mereka terapkan, ditambah lagi bubble economy yang sedang terjadi mempermudah mereka membeli barang mahal, termasuk pakaian-pakaian bergaya Shibukaji. Gaya Shibukaji mulai berganti pada tahun 1991. Gaya ini digantikan oleh Furenchi Kajyuaru atau France Casual pada tahun 1992, yaitu gaya dengan menggunakan kaus v-neck, rok mini, atau t-shirt yang cenderung berharga lebih murah dari pakaian-pakaian bergaya shibukaji.
Kesimpulan Shibukaji yang merupakan singkatan dari Shibuya Casual, merupakan gaya berbusana anak muda Jepang pada tahun 1980-an yang menekankan pada kesederhanaan cara berpakaian. Namun, di balik kesederhanaan itu ternyata baju-baju tersebut merupakan baju bermerk terkenal dan berharga mahal. Kemampuan mereka untuk membeli pakaian mahal ini disebabkan oleh adanya bubble economy yang terjadi pada tahun 1980-an di Jepang. Selain membuat aktifitas produksi dalam negeri meningkat, salah satunya dalam bidang fashion, bubble economy juga berefek pada meningkatnya daya beli masyarakat Jepang kala itu. Maka dari itu Shibukaji dianggap sebagai suatu simbol kemapanan anak muda Jepang kala itu. Anak-anak muda yang bergaya Shibukaji ini berkumpul di jalanan pusat di Shibuya dan membentuk suatu kelompok yang disebut sebagai Shibukaji-zoku. Anak-anak muda ini merupakan anak-anak yang kebanyakan berasal dari generasi Second Baby Boomers. Mereka juga menjadi representasi anak-anak muda urban kala itu. Namun, Shibukaji-zoku seringkali dianggap sebagai penyimpangan karena dianggap sebagai geng-geng anak nakal dan hanya anakanak orang yang mampu secara finansial lah yang dapat bergabung dalam kelompok tersebut. Daftar Referensi Buku: Dillistone, F. W. (1986). The Power of Symbols in Religion and Culture. Crossroad: New York. Featherstone, Mike. (2007). Consumer Culture and Postmodernism: Second Edition. London: Sage Publication.
17 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014
Koentjaraningrat. (1987). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press. Dokumen online: Haruki, Masakyo. (2006). Masakyo.懐かしい。。。渋カジ. Diakses pada tanggal 3 November 2013, dari http://ameblo.jp/masakyo/entry-10009548601.html Kouji, Nanba. (2005) 渋 カ ジ 族 . Diakses pada tanggal 20 Februari 2013, dari http://www.kwansei.ac.jp/s_sociology/attached/5288_44291_ref.pdf Marx, David. (2012). Neojaponisme. The History of the Gyaru - Part One. Diakses pada tanggal 12 Juni 2013, dari http://neojaponisme.com/2012/02/28/the-history-of-the-gyaru-part-one/ McGann, Kass. (2003). Reconstructing History. A Brief of Japanese Clothing. Diakses pada tanggal 20 Februari 2013, dari http://www.reconstructinghistory.com/articles/japanese-articles/abrief-history-of-japanese-clothing.html. Sugimoto, Yoshiko. (2008). Jetro. Fashion History of Japan. Diakses pada tanggal 20 Februari 2013 dari http://www.jetro.org/fashion_history_of_japan Weston, Pauline. (2005). Fashion Era. Theories of Fashion Costume and Fashion History. Diakses pada tanggal 20 Februari 2013, dari http://www.fashionera.com/sociology_semiotics.htm. ____. (2005). Japanese Fashion Market. Japanese Fashion Market. Diakses pada tanggal 14 April 2013 , dari http://www.brasemb.or.jp/portugues/economy/pdf/moda.pdf _____. (___). Japan Fact Sheet. FASHION From court dress to designer brands . Diakses pada tanggal 12 Juni 2013, dari web-japan.org/factsheet/en/pdf/e34_fashion.pdf _____. (___). Heart First Wing. 知っておきたいお役立ち雑学. Diakses pada tanggal 20 September 2013, dari http://vc-wing.or.jp/hyakka/style_3.html _____. (___). History+. 渋 カ ジ っ て 何 ? Diakses pada tanggal 3 November 2013, dari http://www.koen-dori.com/history/special/post_24.html
18 Shibukaji: simbol ..., Annisa Deviyanis Rahayu, FIB UI, 2014